STRATEGI PENINGKATAN PENYALURAN KREDIT BERDASARKAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR EKSTERNAL BPR DI KABUPATEN BOGOR
PRIYANTIKA YULININGTYAS
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015
Priyantika Yuliningtyas NIM H24110097
ABSTRAK PRIYANTIKA YULININGTYAS. Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang saat ini mengalami perkembangan karena memiliki peran dalam pembiayaan usaha kecil menengah. Di Kabupaten Bogor terdapat 25 BPR yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Berdasarkan analisis cluster diperoleh tiga kelompok BPR yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan mengelola aset, besarnya resiko kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional BPR. Berdasarkan pengelompokan BPR dan analisis faktor internal dan eksternal masingmasing kelompok pada BPR dihasilkan strategi operasional untuk meningkatkan penyaluran kredit BPR dan mengurangi kredit macet. Strategi bagi BPR kelompok “A” yaitu pengembangan pasar, peningkatan fasilitas yang dimiliki BPR, menerapkan sistem kredit tanggung renteng dan meningkatkan kehati-hatian dalam menyalurkan kredit. Strategi bagi BPR kelompok “B” yaitu meningkatkan bunga kredit, meningkatkan pelayanan dan fasilitas, penetrasi pasar dan bermitra dengan bank umum. Terakhir, strategi bagi BPR kelompok “C” yaitu meningkatkan promosi, meningkatkan pelayanan, meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kata kunci: Analisis Cluster, Analisis SWOT, BPR
ABSTRACT PRIYANTIKA YULININGTYAS. Strategy to Improvement of Loan Distribution based on Financial Performance Analysis and BPR External Factors in Bogor. Supervised by BUDI PURWANTO. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) is a financial institution that is currently undergoing the development as having a role in the funding of small and medium businesses. In Bogor district there are 25 BPR who each have different strengths and weaknesses. Based on the analysis of clusters obtained three groups of BPR are grouped based on ability to manage the assets, the extent of credit risk in traffic, liquidity, profitability and the cost of operation of BPR. Based on the clusters of BPR and analysis of factors internal and external to each group on BPR generated operational strategy to increase distribution center credit BPR and reduce non performing loan. Strategy for BPR group “A” are market developing, improving the facilities owned by BPR, applying the loans system of joint liability groups, improving BPR accuracy and prudence in giving loans. Strategy for BPR group “B” are improving the interest credit, improving customer service and facilities, market penetration and partnering with commercial banks to conduct training/comparative study. Last, the strategy for the BPR group “C” are improving the promotion, improving service, improving the amount of credit channelled and improving the quality of human resources. Keywords: BPR, Cluster Analysis, SWOT Analysis
STRATEGI PENINGKATAN PENYALURAN KREDIT BERDASARKAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR EKSTERNAL BPR DI KABUPATEN BOGOR
PRIYANTIKA YULININGTYAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
vi
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir Budi Purwanto, ME selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Undang dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa Priyo Harjanto.ST, mama Pudji Harijanti, adik-adikku Priyaningrum Army Oktavia dan Rizky Prasetyana serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat dan rekan seperjuangan Rachell Natasha yang selalu memberikan dukungan dan semangat dari awal sampai akhir proses penulisan skripsi ini serta sahabat dari SMP, Nur Asni Puspita Sari yang jauh di Bali yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya untuk penulis. Teman-teman sepelayanan Devin, Nina, Heri, Eva, Badia, Melpa, Icha dan Beta yang telah banyak memberikan dukungan. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu bimbingan yaitu Galih, Elita, Melia, Fitriana Jubaena, Nurfitri Sari, Amalia, dan Renza yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir masingmasing. Terakhir terimakasih atas doa dan dukungan teman-teman Manajemen 48 dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB selama penulis menuntut ilmu di institusi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015 Priyantika Yuliningtyas
viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengertian Bank dan BPR
4
Pengertian Kredit
4
Kinerja Perbankan
4
Faktor Eksternal BPR
5
Penelitian Terdahulu
6
METODE
8
Kerangka Penelitian
8
Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Jenis dan Sumber Data
8
Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN
10 11
Pengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor
11
Faktor Internal pada BPR di Kabupaten Bogor
14
Faktor Eksternal pada BPR di Kabupetan Bogor
15
Analisis SWOT
17
Implikasi Manajerial
22
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
ix LAMPIRAN
27
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Perkembangan jumlah BPR dan jumlah aset BPR di Kabupaten Bogor Perkembangan kredit dan persentase NPL di Kabupaten Bogor periode 2008-2014 (dalam ribuan) Matriks SWOT Kelompok BPR di Kabupaten Bogor Matriks SWOT untuk BPR kategori “A” Matriks SWOT untuk BPR kategori “B” Matriks SWOT untuk BPR kategori “C”
1 2 10 14 17 19 21
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kerangka pemikiran Rata-rata rasio KAP BPR tahun 2012-2014 Rata-rata rasio Non Performing Loan BPR tahun 2012-2014 Rata-rata rasio Return on Asset BPR tahun 2012-2014 Rata-rata rasio BOPO BPR tahun 2012-2014 Rata-rata rasio LDR BPR tahun 2012-2014 Pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor GDP dengan harga konstan di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 9 Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 10 Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 11 Pangsa pasar BPR () dan Bank Umum ()
9 11 11 12 12 13 13 15 16 16 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Analisis cluster dengan SPSS 19 Laporan rata-rata kinerja BPR Kabupaten Bogor tahun 2012-2014 Daftar BPR di Kabupaten Bogor
27 29 30
PENDAHULUAN Latar Belakang Lembaga keuangan yang saat ini mengalami perkembangan karena memiliki peran dalam pembiayaan usaha kecil menengah adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR menjadi andalan dikalangan usaha kecil karena dalam pemberian dan penyaluran kreditnya tergolong mudah dibandingkan dengan bank umum. BPR juga melayani pinjaman dalam nominal kecil yang tidak dijangkau oleh bank umum. Akan tetapi BPR memiliki beberapa kelemahan seperti sumber pendanaan dari BPR masih terbatas dan fasilitas yang diberikan oleh BPR belum mampu bersaing dengan bank umum. Hal tersebut menurunkan minat masyarakat dalam menyimpan uang di BPR, sehingga penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh BPR masih tergolong rendah. Dalam penyaluran kreditnya, BPR banyak bergantung dengan meminjam dana dari bank yang lebih besar, hal itu mengakibatkan bunga kredit yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, selama tiga tahun terakhir BPR menunjukkan peningkatan jumlah aset yang cukup besar, hal itu menunjukkan potensi BPR dalam membangun perekonomian Kabupaten Bogor. Tabel 1 Perkembangan jumlah BPR dan jumlah aset BPR di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah BPR (unit) 2008 25 2009 26 2010 26 2011 25 2012 24 2013 25 2014 25 2015 25
Jumlah Aset (dalam ribuan Rp) 365 177 156 427 414 968 517 655 386 303 537 415 331 016 054 397 018 028 471 576 161 598 140 424
Tingkat Pertumbuhan aset (%/th) 17.04 21.11 -41.36 9.05 19.94 18.78 26.83
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2008-2014 Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UMKM) memberikan peluang dan ancaman tersendiri bagi BPR. Peningkatan UMKM akan memberikan peluang meningkatnya permintaan kredit kepada BPR. Akan tetapi, keberadaan bank umum yang mulai merambah ke pasar kredit mikro mengancam peran BPR sebagai penyalur kredit bagi usaha kecil menengah. Bank umum memiliki banyak kelebihan seperti kecukupan modal, kemudahan dalam menghimpun dana dari masyarakat, fasilitas-fasilitas yang memudahkan transaksi bagi nasabah dan jangkauan yang semakin luas membuat BPR kesulitan dalam memenangkan persaingan. Menurut data dari Bank Indonesia, jumlah kredit yang diberikan oleh BPR di Kabupaten Bogor selalu meningkat pada tahun 2008 sampai dengan 2013 akan tetapi persentase jumlah kredit macet setiap tahun juga bertambah. Kredit macet mengakibatkan biaya operasional yang tinggi bagi bank dan mengakibatkan penurunan jumlah kredit yang diberikan serta penurunan jumlah UMKM yang didanai oleh BPR. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia pasal 4 ayat 2 bahwa bank memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya jika
2
memiliki rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) lebih dari 5% dari total kredit. Tabel 2 Perkembangan kredit dan persentase NPL di Kabupaten Bogor periode 2008-2014 (dalam ribuan) No 1 2 3 4 5 6
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Kredit (Rp) 162 536 995 184 878 231 219 715 395 260 867 331 296 377 897 341 694 093
Jumlah NPL (Rp) 126 128.708 155 482.592 211 805.641 173 737.642 241 251.608 254 562.099
NPL (%) 7.76 8.41 9.64 6.66 8.14 7.45
Laju Pertumbuhan NPL (%/th) 0.65 1.23 -2.98 1.48 -0.69
Sumber : Bank Indonesia BPR di Kabupaten Bogor berjumlah 25 BPR. Masing-masing BPR memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta kekuatan dan kelemahan yang beragam. Walaupun demikian masalah yang dihadapi oleh semua BPR dan tujuan umum BPR tersebut pada dasarnya sama, yaitu BPR ingin mengurangi kredit macet dan meningkatkan penyaluran kredit ke UMKM. Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi yang berbeda untuk BPR yang memiliki karakterisik berbeda tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bermaksud ingin mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan perubahan penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor dan bagaimana strategi yang tepat bagi penyaluran kredit bagi masing-masing kelompok BPR di Kabupaten Bogor agar jumlah kredit macet semakin berkurang.
Perumusan Masalah Permasalahan penyaluran kredit diantaranya dipengaruhi oleh tingkat kesehatan bank yang diukur melalui ketersediaan modal BPR, adanya kredit yang kurang lancar, aspek manajemen BPR, laba yang diterima, likuiditas bank, besarnya laba sebelum pajak dan pendapatan operasional bank. Ketersediaan modal BPR dipengaruhi oleh jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat melalui tabungan dan deposito. Kurangnya keinginan masyarakat untuk menabung di BPR disebabkan oleh rendahnya kredibilitas BPR dan tingginya persaingan dengan bank umum. Oleh karena itu untuk mendapatkan modal, BPR lebih banyak melakukan peminjaman kepada bank umum yang mengakibatkan suku bunga yang ditetapkan untuk kredit UMKM terlalu tinggi. Suku bunga yang terlalu tinggi menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kredit macet oleh UMKM. Faktor eksternal yang mempengaruhi BPR dalam menyalurkan kredit adalah kondisi ekonomi dan persaingan antar bank penyedia kredit. Peningkatan UMKM dilihat sebagai peluang usaha bagi bank umum sehingga saat ini banyak bank umum yang menyediakan kredit bagi usaha kecil dan mengambil pangsa pasar BPR. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan karakteristiknya ?
3
2. 3.
Apakah faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor? Apakah strategi yang tepat bagi masing-masing kelompok BPR dalam meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dan mengurangi kredit macet?
Tujuan Penelitian
1. 2. 3.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Mengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan karakteristiknya. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal pada BPR di Kabupaten Bogor dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Menganalisis alternatif strategi bagi masing-masing kelompok BPR dalam meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dan mengurangi kredit macet.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi BPR terutama BPR di Kabupaten Bogor dalam menetapkan keputusan yang tepat terkait penyaluran kredit untuk mengurangi adanya kredit macet dan risiko-risiko lain dalam penyaluran kredit ke masyarakat. Bagi UMKM dapat menjadi sumber informasi dalam mengajukan kredit kepada BPR. Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan di bidang perbankan khususnya terkait kredit dan BPR. Bagi akademisi dapat dijadikan sebagai salah satu literatur dalam bidang penyaluran kredit BPR.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mengkaji faktor-faktor internal meliputi kinerja keuangan BPR berdasarkan rasio NPL, ROA, BOPO, LDR dan KAP. Faktor ekternal yang diteliti yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja BPR dalam hal penyaluran kredit ke UMKM seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran dan persaingan. Pada penelitian ini tidak meneliti faktor eksternal yang berasal dari UMKM karena karakteristik dan masalah dari setiap UMKM berbeda-beda sehingga sulit diukur secara obyektif. BPR yang diteliti adalah BPR yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Jumlah BPR yang diteliti yaitu sebanyak 25 BPR. Data keuangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu laporan keuangan dari tahun 2012-2014.
4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank dan BPR Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk kredit lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Nurastuti 2011). Pengertian lain tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan (Latumaerissa 2011)
Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihantagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah untuk : 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya.
Kinerja Perbankan Analisis rasio likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya (Dendawijaya 2005). Loan to deposit ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
5
Analisis rasio rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas bank. Analisis rentabilitas bank antara lain return on assets (ROA). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. Selain itu terdapat rasio biaya operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Salah satu rasio yang digunakan yaitu Capital Adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
Faktor Eksternal BPR Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja BPR dilihat dari sisi ekonomi antara lain : Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran mempengaruhi besarnya resiko kredit pada BPR. Berdasarkan penelitian Yurdakul (2013) diperoleh hasil bahwa semakin tinggi angka pengangguran maka resiko kredit juga semakin besar. Menurut Louzis dkk (2010) dalam Farhan (2012), peningkatan pengangguran di negara berpengaruh negatif terhadap pendapatan dari individu dan akan meningatkan beban utang mereka. Menurut penelitian Sukma (2012), tingkat pengangguran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kredit yang disalurkan. Selain itu penelitian Harefa (2010) menunjukkan bahwa pada jangka pendek, pengaruh tingkat pengangguran tidak begitu signifikan namun dalam jangka panjang pengaruhnya mulai tampak. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka jumlah kredit yang disalurkan juga semakin besar (Yurdakul 2013). Menurut Yoga dan Yuliarmi (2013) berdasarkan penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali, menggunakan teknik analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa secara simultan DPK, PDRB, SBK, NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali triwulan IV tahun 2000 – 2011. Berdasarkan penelitian Susanti (2010), secara parsial PDB
6
mempengaruhi pertumbuhan kredit secara signifikan Indonesia tahun 2002 sampai 2009.
pada bank umum di
Inflasi Berdasarkan penelitian dari Greenidge dan Grosvenor (2010) disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi pula tingkat NPL. Inflasi juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan yang akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran kredit sehingga meningkatkan angka Non Performing Loan (Taswan, 2006). Suku Bunga Menurut Goeltom (2007), turunnya BI rate akan mengakibatkan penurunan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit. Turunnya suku bunga kredit akan direspon dengan meningkatnya jumlah kredit oleh para debitur dan turunnya resiko kredit karena pembayaran bunga kredit lebih murah. Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwihandayani (2013) yang menyatakan bahwa hubungan BI rate dengan NPL menunjukkan adanya pengaruh positif. Tingkat Persaingan Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap setiap produsen mempunyai kekuatan yang seimbang, dan sebaliknya (Sukirno 2005).
Penelitian Terdahulu No Nama Judul Metode 1. Bayu Analisis analisis Nuswantara Penyaluran regresi (2006) Kredit Mikro berganda dan Kecil pada Beberapa Lembaga Keuangan Mikro di Wilayah Jawa Tengah
Hasil Hasil dari penelitian ini adalah: jumlah kantor koperasi, jumlah anggota koperasi, jumlah aset koperasi, jumlah giro masyarakat, jumlah pinjaman per nasabah, jumlah nasabah per kantor bank, jumlah kantor bank, jumlah tabungan masyarakat, dan jumlah simpanan deposito berpengaruh nyata terhadap penyaluran kredit mikro dan kecil di wilayah Jawa Tengah.
7
No Nama Judul 2. Nur Fitriani Pengaruh Bahri Komponen (2014) Ukuran Kesehatan Bank terhadap Jumlah Penyaluran Kredit BPR di Indonesia Periode Tahun 2009-2013 3. Chandra Faktor-faktor Dewi yang (2009) Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit dan Dampaknya terhadap Non Performing Loan (Studi Kasus pada Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Jawa Tengah)
4.
Metode Regresi linier berganda
Analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan Structural Equation Modeling (SEM)
Hasil Secara simultan komponen ukuran kesehatan bank (CAR, NPL, NPM, ROE, BOPO, dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.
Strategi pemberian kredit untuk menekan/menurunkan NPL, yaitu mempertimbangkan faktor alam dalam strategi pemberian kredit di sektor pertanian, menganalisis kondisi ekonomi dan persaingan usaha saat ini dan melakukan forecasting / peramalan terhadap kondisi yang akan datang, melakukan pelatihan kepada AO untuk mempertajam analisis kredit, menjamin bahwa proses pengajuan dan pencairan kredit yang cepat dan mudah menyediakan berbagai alternatif pilihan bagi debitur untuk membayar kreditnya, melihat dan menganalisis laporan keuangan dari usaha yang dijalankan oleh debitur, dan mencari informasi mengenai ada tidaknya ikatan antara debitur dengan lembaga keuangan yang lain, mengecek status usaha dan tempat tinggal debitur. Himawan Strategi Matriks Posisi penyaluran KUR berada Nugraha S Peningkatan IFE dan pada kotak II dengan strategi (2013) Penyaluran EFE, grow and built. Berdasarkan Kredit Usaha matriks IE, matriks QSPM, strategi terbaik Rakyat pada Analisis yang dilakukan adalah Bank ABC SWOT dan mempertahankan bunga kredit Cabang matriks dan lamanya waktu angsuran. Pangkalpinang QSPM
8
METODE Kerangka Penelitian Bank Perkreditan Rakyat adalah salah satu lembaga keuangan yang aktivitas utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan kredit kepada masyarakat. Jumlah BPR di Kabupaten Bogor sebanya 25 BPR dan masingmasing memiliki kinerja keuangan yang beragam sehingga perlu dilakukan clustering untuk mengelompokkan BPR yang sejenis. Pengelompokkan BPR dilakukan dengan menggunakan analisis cluster non-hierarki. Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat khususnya kepada UMKM, BPR sering menghadapi beberapa masalah baik dari internal maupun eksternal BPR tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menganalisis tentang faktor-faktor internal dan eksternal masingmasing kelompok BPR dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Faktor internal berisi tentang kekuatan dan kelemahan BPR sedangkan faktor eksternal berisi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi BPR. Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disusun alternatif strategi bagi BPR dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menghasilkan strategi-strategi operasional bagi masing-masing kelompok BPR. Kemudian hasil penentuan tersebut direkomendasikan kepada manajemen BPR untuk dapat memperbaiki sistem dan meningkatkan penyaluran kredit pada BPR. Kerangka penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPR Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor dipilih secara sengaja dengan pertimbangan Bogor merupakan daerah penyangga ibukota yang perkembangan kreditnya terus meningkat akan tetapi jumlah kredit macet BPR tergolong tinggi. Jumlah BPR yang diteliti adalah 25 BPR yang tersebar di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2015.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan BPR dan data kualitatif berupa analisis peluang dan ancaman yang dihadapi BPR. Sumber data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen BPR dan pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia serta Badan Pusat Statistik.
9
BPR di Kabupaten Bogor Kinerja keuangan BPR
KAP
ROA
BOPO
NPL
LDR
Analisis Cluster : Non-hirarki
BPR A
BPR B
BPR C
Analisis faktor internal dan eksternal
Analisis faktor internal dan eksternal
Analisis faktor internal dan eksternal
Analisis SWOT : strategi operasional
Analisis SWOT : strategi operasional
Analisis SWOT : strategi operasional
Rekomendasi Strategi Gambar 1 Kerangka pemikiran
10
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis berikut : Analisis Cluster Analisis cluster merupakan suatu kelas teknik, dipergunakan untuk mengkalsifikasi objek atau kasus (responden) ke dalam kelompok yang relatif homogen, yang disebut cluster dimana obyek dalam setiap kelompok cenderung mirip satu sama lain dan berbeda jauh dengan obyek dari cluster lainnya (Supranto 2004). Langkah-langkah dalam melakukan analisis cluster antara lain : 1. Merumuskan masalah dengan mendefinisikan variabel yang digunakan dalam pengklasteran. 2. Memilih ukuran jarak dengan pembakuan (standarisasi). 3. Memilih prosedur pengklasteran. 4. Menentukan banyaknya cluster. 5. Mengintepretasikan profil cluster. Analisis SWOT Menurut David (2006) terdapat 8 (delapan) langkah dalam membentuk Matriks SWOT : a. Buat daftar peluang eksternal perusahaan. b. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan c. Buat daftar kekuatan internal perusahaan. d. Buat daftar kelemahan internal perusahaan. e. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi SO. f. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO. g. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman ekstemal dan catat hasilnya pada sel strategi ST. h. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT. Tabel 3 Matriks SWOT Peluang (O) : Ancaman (T) a. ... a. ... b. ... b. ... c. dst c. dst Kekuatan (S) Strategi S-O Strategi S-T a. ... a. ... a. ... b. ... b. ... b. ... c. dst c. dst c. dst Kelemahan (W) Strategi W-O Strategi W-T a. ... a. ... a. ... b. ... b. ... b. ... c. dst c. dst c. dst
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor
RAsio KAP (%)
BPR di Kabupaten Bogor berjumlah 25 BPR yang tersebar di berbagai kecamatan (Lampiran 3). Masing-masing BPR memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari kinerja keuangannya. Berikut adalah gambaran umum BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan kinerja keuangan. 1. Asset BPR yang nilai Kualitas Aktiva Produktif (KAP) diatas 9% tergolong tidak mampu memanfaatkan aktivanya dengan baik. Pada gambar terlihat bahwa BPR memiliki rata-rata KAP kurang dari 9% sehingga dapat dikategorikan bahwa BPR di Kabupaten Bogor memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengelola aktiva. 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 BPR
Gambar 2 Rata-rata rasio KAP BPR tahun 2012-2014 Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Management Analisis mengenai manajemen BPR didasarkan pada kemampuan manajemen BPR dalam mengelola kredit macet sehingga analisis ini menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL). Pada gambar terlihat bahwa rata-rata NPL BPR memiliki nilai rasio diatas 5% hal itu menunjukkan bahwa BPR kurang mampu mengelola kredit macet. 60 50 Rasio NPL (%)
2.
40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 BPR
Gambar 3 Rata-rata rasio Non Performing Loan BPR tahun 2012-2014 Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
12
Earning (profitabilitas) Profitabilitas BPR diukur dengan menggunakan rasio Return on Asset (ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Keuntungan BPR dalam mengelola aset yang dimiliki diukur dengan rasio ROA. BPR dikatakan mengalami kerugian apabila ROA bernilai negatif. Pada Gambar 4 terlihat bahwa sebagian besar BPR memiliki rasio ROA diatas 0% yang berarti bahwa keuntungan BPR yang dihasilkan dari mengelola aset tergolong baik. Tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh BPR untuk kegiatan operasional diukur dengan rasio BOPO. BPR yang memiliki rasio BOPO lebih dari 97% memiliki tingkat efisiensi yang sangat buruk. Pada Gambar 5 terlihat bahwa sebagian besar BPR memiliki rasio BOPO kurang dari 97% yang berarti bahwa tingkat efisiensi BPR Kabupaten Bogor tergolong cukup baik.
Rasio ROA (%)
3.
50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 BPR
Gambar 4 Rata-rata rasio Return on Asset BPR tahun 2012-2014 Sumber : Bank Indonesia (data diolah) 250 Rasio BOPO (%)
200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 BPR
Gambar 5 Rata-rata rasio BOPO BPR tahun 2012-2014 Sumber : Bank Indonesia (data diolah) 4.
Liquidity Likuiditas BPR dihitung menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) (Dendawijaya 2005). Pada Gambar 6 terlihat bahwa secara keseluruhan BPR di Kabupaten Bogor memiliki likuiditas yang tergolong sangat baik karena rasio LDR bernilai kurang dari 120%.
13
120
Rasio LDR (%)
100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 BPR
Gambar 6 Rata-rata rasio LDR BPR tahun 2012-2014 Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Dari kinerja keuangan BPR tersebut menunjukkan bahwa BPR di Kabupaten Bogor memiliki kemampuan pengelolaan dan penyaluran kredit yang berbeda-beda. Pengelompokan BPR menggunakan analisis cluster membagi 25 BPR di Kabupaten Bogor menjadi 3 kelompok BPR berdasarkan lima faktor yaitu aset, kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional BPR. Berdasarkan analisis cluster dengan metode non-hierarki, diperoleh tiga kelompok BPR sebagai berikut :
Penyaluran Kredit BPR A
BPR B
Kredit Macet
BPR C
Gambar 7 Pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor Gambar 7 menunjukkan bahwa BPR kelompok “A” adalah BPR yang memiliki resiko penyaluran kredit yang tinggi karena jumlah kredit yang
14
disalurkan juga tinggi. BPR kelompok “B” adalah BPR yang jmlah penyaluran kreditnya rendah akan tetapi memiliki resiko kredit macet yang cukup tinggi. BPR kelompok “C” adalah BPR yang memiliki resiko kredit macet yang rendah dan penyaluran kredit yang rendah. Berikut adalah anggota masing-masing kelompok BPR : Tabel 4 Kelompok BPR di Kabupaten Bogor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
BPR A BPR Karunia BPR Parasahabat BPR Artha Jaya BPR Indomitra BPR Sebaru BPR Parung BPR Pancoran BPR Leuwiliang BPR Bona Pasogit 2 BPR Datagita BPR Berfasi BPR Hitamajaya BPR Bona Pasogit 14 BPR Nature
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
BPR B BPR Muliatama BPR Artha Bersama BPR Artha Kurnia BPR Citeureup BPR Tricipta BPR Artha Mitra BPR Surya Kencana BPR Artha Karya
BPR C 1. BPR Samarason 2. BPR Cileungsi 3. BPR Lumbanmual
Faktor Internal pada BPR di Kabupaten Bogor Berdasarkan pengelompokan BPR dengan analisis cluster diperoleh tiga kelompok BPR. Dari ketiga kelompok BPR tersebut terdapat beberapa karakteristik yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya. BPR kelompok “A”
Karakteristik dari BPR pada kelompok “A” adalah sebagai berikut : Memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola aktiva Memiliki resiko kedit macet yang tinggi Jumlah kredit yang disalurkan tergolong tinggi Memiliki profitabilitas yang baik Biaya operasional tergolong rendah
BPR kelompok “B”
Karakteristik dari BPR pada kelompok “B” adalah sebagai berikut : Memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva Memiliki resiko kedit macet yang rendah Jumlah kredit yang disalurkan cukup tinggi Memiliki profitabilitas yang kurang baik Biaya operasional tergolong tinggi
15
BPR Kelompok “C” Karakteristik dari BPR pada kelompok “C” adalah sebagai berikut : Memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva Resiko kredit macetnya rendah Jumlah kredit yang disalurkan tergolong rendah Memiliki profitabilitas yang baik Biaya operasional tergolong rendah
Faktor Eksternal pada BPR di Kabupetan Bogor Faktor eksternal yang dianalisis adalah faktor eksternal yang mengakibatkan peningkatan kredit macet serta tingkat persaingan pada BPR di Kabupaten Bogor. Dimana faktor eksternal ini memiliki pengaruh yang sama bagi semua BPR. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi penyaluran kredit serta kredit macet pada BPR di Kabupaten Bogor adalah : Pertumbuhan Ekonomi Pada penelitian ini pertumbuhan ekonomi ditinjau dari Gross Domestic Product yang dihasilkan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa dari tahun 2009 sampai 2014, GDP Kabupaten Bogor terus meningkat, hal itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor juga meningkat. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi menjadi peluang bagi BPR dalam meningkatkan penyaluran kreditnya. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka kredit yang disalurkan juga semakin meningkat dan resiko kredit macet BPR semakin kecil (Yurdakul 2013) 10
(%)
8 7.85
6 4
5.58
5.09
5.96
5.99
6.04
2011 Tahun
2012
2013
4.14
2 0 2008
2009
2010
2014
Gambar 8 GDP dengan harga konstan di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 Sumber : BPS Kabupaten Bogor Tingkat Pengangguran Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2014 memperlihatkan tren penurunan. Hal itu menjadi peluang bagi BPR karena dengan menurunnya pengangguran, resiko kredit macet juga menurun (Yurdakul 2013)
16
15
13.6 11.24
10.64
10.73 9.07
7.87
8.25
(%)
10 5 0 2008
2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
2014
Gambar 9 Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 Sumber : BPS Kabupaten Bogor Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2014 menunjukkan angka yang fluktuatif, hal ini menjadi ancaman bagi BPR karena dampak tingginya inflasi akan mempengaruhi pembayaran kredit oleh UMKM. Ketika inflasi tinggi maka resiko kredit macet juga tinggi (Greenidge dan Grosvenor 2010). 15
14.2
(%)
10 5
6.57
4.06
2.16
0 2008
2009
8.55
2.85
2010
2011
2012
0.74 2013
2014
Tahun
Gambar 10 Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014 Sumber : BPS Kabupaten Bogor Kondisi Persaingan Ekspansi bank umum ke dalam pasar kredit mikro memberikan pengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR. Tingkat persaingan pada BPR dapat diketahui dengan membandingkan pangsa pasar yang dimiliki BPR dan bank umum. Berdasarkan data perkembangan posisi kredit mikro, kecil dan menengah yang diberikan bank umum dan BPR di Kabupaten Bogor selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa bank umum menguasai lebih dari 90% pangsa pasar kredit untuk UMKM. Bank Umum menjadi ancaman bagi BPR ketika Bank Umum tersebut mulai memasuki pasar BPR. Persaingan yang terjadi dalam penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum dan BPR adalah persaingan tidak sempurna karena tidak mempunyai kekuatan yang seimbang (Sukirno 2005).
17
Tk. Persaingan (%)
100 80
94.86
95.19
5.14
4.81
95.26
60 40 20
4.74
0 2012
2013 Tahun
2014
Gambar 11. Pangsa pasar BPR () dan Bank Umum () Sumber : BPS Kabupaten Bogor (data diolah)
Analisis SWOT Berdasarkan analisis cluster, diperoleh tiga kelompok BPR dimana masing-masing kelompok memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda. Sehingga dalam perumusan strategi pun diperlukan strategi yang berbeda bagi ketiga kelompok BPR tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dirumuskan strategi-strategi operasional bagi masing-masing kelompok BPR dengan menggunakan analisis SWOT. Berikut adalah strategi operasional bagi ketiga kelompok BPR : BPR Kelompok “A” Strategi operasional bagi BPR kelompok “A” antara lain : Tabel 5 Matriks SWOT untuk BPR kategori “A” Opportunity : Threat : 1. Pertumbuhan ekonomi 1. Persaingan dengan Kabupaten Bogor rata-rata bank umum yang meningkat 0,48%/tahun tidak sehat 2. Pengangguran di Kabupaten 2. Inflasi yang Bogor menunjukkan tren berfluktuasi penurunan dengan rata-rata penurunan 0.89%/tahun Strenght : Strategi S-O : Strategi S-T : 1. Kemampuan BPR Pengembangan Pasar Meningkatkan fasilitas dalam mengelola aset BPR dalam hal tergolong sangat baik. penyaluran kredit ke 2. Likuiditas sangat baik masyarakat. 3. Profitabilitas baik 4. Biaya operasional rendah Weakness : Strategi W-O : Strategi W-T : 1. NPL tinggi Menerapkan sistem kredit Meningkatkan kehatiberkelompok tanggung renteng hatian dalam menyalurkan kredit
18
Strategi S-O berupa pengembangan pasar BPR dalam kelompok ini memiliki kinerja keuangan yang sangat baik. Disamping itu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat pengangguran juga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh BPR ini. Sehingga strategi yang tepat bagi BPR ini berdasarkan kekuatan dan peluang yang dimiliki adalah strategi pengembangan pasar. BPR dapat memperluas jangkauan pasarnya serta meningkatkan kredit yang disalurkan kepada pasar-pasar baru. BPR dalam kelompok ini dapat membuka kantor cabang di wilayah geografis yang baru apabila aset dan modal yang dimiliki mencukupi untuk pembukaan kantor cabang baru.
Strategi S-T berupa peningkatan fasilitas BPR Strategi yang dapat digunakan berkaitan dengan kekuatan dan ancaman yaitu dengan meningkatkan fasilitas yang dimiliki BPR. BPR memiliki modal dan aset yang termasuk kategori sangat baik, hal itu berarti BPR memiliki kesempatan yang besar untuk meningkatkan kinerjanya. Selama ini, masyarakat cenderung lebih senang menabung di bank umum karena bank umum memiliki fasilitas yang memudahkan masyarakat seperti ATM, dan pelayanan di bank umum yang nyaman. Masyarakat tidak jenuh mengantri selama berjam-jam di bank umum karena disuguhi oleh tayangan televisi dan berbagai bacaan. Oleh karena itu, dengan modal dan aset yang dimiliki, BPR dapat menambah beberapa fasilitas kantornya agar masyarakat semakin nyaman dan percaya dengan BPR. . Selain fasilitas fisik di kantor BPR, BPR dalam kelompok ini juga dapat meningkatkan fasilitas diluar kantor yang mendukung interaksi BPR dengan masyarakat langsung. Misalnya dengan menyediakan tenda BPR di lokasi yang terdapat banyak nasabah, misalnya pasar. Sehingga nasabah yang ingin menikmati layanan BPR dapat dengan dilakukan dengan mudah dan nyaman.
Strategi W-O berupa menerapkan sistem kredit berkelompok tanggung renteng Pertumbuhan ekonomi menjadi peluang bagi BPR untuk meningkatkan penyaluran kreditnya, akan tetapi kurangnya kemampuan BPR dalam mengelola kredit macet menjadi hambatan dalam peningkatan penyaluran kredit kepada UMKM. Oleh karena itu untuk tetap meningkatkan penyaluran kredit dan mengurangi resiko kredit macet strategi yang dapat diimplementasikan oleh BPR adalah menerapkan sistem kredit berkelompok tanggung renteng. Maksud dari sistem kredit berkelompok tanggung renteng yaitu pemberian kredit dilakukan kepada sekelompok pemilik UMKM dan dalam pembayarannya dilakukan secara bersama-sama oleh satu kelompok tersebut dan apabila ada salah satu anggota yang kesulitan dalam membayar maka anggota yang lain dalam kelompok tersebut wajib membantu. Dengan sistem tanggung rentang, kredit macet oleh UMKM dapat ditekan. Untuk saat ini hanya ada satu BPR di Kabupaten Bogor yang menerapkan sistem kredit seperti ini.
Strategi W-T berupa meningkatkan kehati-hatian dan pelayanan BPR Tingginya rasio NPL yang dimiliki oleh BPR pada kelompok ini serta adanya persaingan dari bank umum serta tingkat inflasi yang fluktuatif menyebabkan BPR ragu-ragu dalam menyalurkan kredit. Ditengah fluktuasi nilai
19
inflasi yang menyebabkan meningkatnya resiko kredit, BPR harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Sebelum BPR mencairkan kredit kepada UMKM, terlebih dahulu Accounting Officer melakukan survei atau pengecekan ke lokasi usaha untuk melihat kemampuan UMKM dalam mengembalikan kredit. Dalam kegiatan ini, tim AO harus teliti dan cermat dalam melakukan survei. Survei tidak hanya dengan wawancara kepada pemilik tetapi juga wawancara kepada orang-orang di lingkungan sekitar pemilik UMKM. Tim AO juga harus mampu memprediksi peluang usaha dari UMKM tersebut. Hal itu dilakukan agar BPR tidak salah dalam memberikan kredit dan untuk mengurangi kredit macet. Selain itu, untuk mengahadapi persaingan dari Bank Umum, BPR juga harus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BPR harus selalu menjaga hubungan baik dengan nasabah dan memberikan pelayanan-pelayanan tambahan seperti menghantarkan kredit langsung ke nasabah yang tidak bisa datang ke BPR. BPR Kelompok “B” Strategi operasional bagi BPR kelompok “B” antara lain : Tabel 6 Matriks SWOT untuk BPR kategori “B”
1. 2.
1.
2. 3.
Opportunity : 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor rata-rata meningkat 0,48%/tahun 2. Pengangguran di Kabupaten Bogor menunjukkan tren penurunan dengan rata-rata penurunan 0.89%/tahun Strenght : Strategi S-O : Memiliki resiko kedit Meningkatkan bunga kredit macet yang rendah Jumlah kredit yang disalurkan cukup tinggi Weakness : Strategi W-O : Memiliki kemampuan Penetrasi pasar yang kurang baik dalam mengelola aktiva Memiliki profitabilitas yang kurang baik Biaya operasional tergolong tinggi
Threat : 1. Persaingan dengan bank umum yang tidak sehat 2. Inflasi yang berfluktuasi Strategi S-T : Meningkatkan pelayanan
Strategi W-T : Bermitra dengan Bank Umum
Strategi S-O berupa meningkatkan bunga kredit Peningkatan suku bunga kredit dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas BPR. Akan tetapi dalam penetapan suku bunga kredit, BPR harus memperhitungkan kemampuan UMKM dalam membayar serta suku bunga kredit yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peningkatan suku bunga kredit yang terlalu
20
tinggi dapat menyebabkan UMKM yang akan mengajukan kredit beralih ke bank lain. Strategi S-T berupa meningkatkan pelayanan Persaingan yang ketat antar BPR ataupun dengan bank umum menjadi ancaman yang serius bagi BPR. Agar bisa menjadi pemimpin pasar, kepuasan nasabah adalah hal yang mutlak bagi BPR. Meningkatkan kepuasan nasabah dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dalam hal kecepatan dan ketepatan. Selain itu pemberian nilai tambah bagi nasabah juga meningkatkan keunggulan bersaing bagi BPR. BPR dapat menawarkan berbagai layanan tambahan seperti penghantaran ataupun penjemputan uang sehingga nasabah tidak perlu datang ke kantor ataupun menyediakan layanan panggilan 24 jam dan lain-lain.
Strategi W-O berupa penetrasi pasar. BPR dalam kelompok ini memiliki kemampuan pengelolaan aset yang tergolong buruk sehingga BPR dalam kelompok ini sulit memanfaatkan peluang yang ada. Oleh karena itu, rekomendasi strategi bagi BPR ini adalah penetrasi pasar. Maksud dari penetrasi pasar yaitu menjaga pangsa pasar BPR saat ini agar nasabah yang ada tidak berpindah ke bank lain dan meningkatkan pangsa pasar terhadap nasabah lama. Berbagai cara dapat ditempuh BPR untuk dapat menerapkan strategi ini misalnya dengan meningkatkan profesionalitas kepada nasabah serta memberikan pelayanan ekstra bagi nasabah lama. Selain itu BPR juga dapat memberikan manfaat tambahan bagi nasabah yang sudah lama menabung di BPR, ataupun bagi debitur yang tepat waktu dalam membayar kredit. Manfaat tambahan yang bisa ditawarkan dengan memberikan souvenir kepada nasabah atau memberikan spanduk yang berisi nama toko dengan mencantumkan nama BPR pemberi kredit. Dengan demikian nasabah akan semakin setia menjadi nasabah tetap di BPR tersebut.
Strategi W-T berupa bermitra dengan bank umum Ditengah kinerja keuangannya yang buruk dan adanya ancaman yang berupa persaingan dengan bank umum serta fluktuasi nilai inflasi maka strategi yang dapat diterapkan oleh BPR dalam kelompok ini yaitu BPR dapat bermitra dengan bank umum untuk mengadakan pelatihan/study banding. Pelatihan dimaksudkan agar BPR dapat mencontoh kinerja profesional ataupun metodemetode yang diterapkan oleh bank umum seperti cara bank umum mengurangi NPL ataupun cara bank umum memilih UMKM untuk diberikan kredit. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, bank umum memiliki kinerja yang lebih baik dari BPR, sehingga BPR dapat belajar dari bank umum agar kinerjanya semakin meningkat. Strategi ini dapat diimplementasikan oleh semua BPR di Kabupaten Bogor terlebih oleh BPR yang memiliki kinerja keuangan yang kurang baik.
21
BPR Kelompok “C” Strategi operasional bagi BPR kelompok “C” antara lain : Tabel 7 Matriks SWOT untuk BPR kategori “C” Opportunity : 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor rata-rata meningkat 0,48%/tahun 2. Pengangguran di Kabupaten Bogor menunjukkan tren penurunan dengan rata-rata penurunan 0.89%/tahun Strenght : Strategi S-O : 1. Resiko kredit macetnya Meningkatkan promosi rendah 2. Memiliki profitabilitas yang baik 3. Biaya operasional tergolong rendah
Threat : 1. Persaingan dengan bank umum yang tidak sehat 2. Inflasi yang berfluktuasi
Weakness : Strategi W-O : 1. Memiliki kemampuan Meningkatkan jumlah kredit yang kurang baik dalam yang disalurkan mengelola aktiva 2. Jumlah kredit yang disalurkan tergolong rendah
Strategi W-T : Meningkatkan kualitas SDM
Strategi S-T : Meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang dimiliki
Strategi S-O berupa meningkatkan promosi Pertumbuhan ekonomi yang meningkat serta angka pengangguran yang menurun merupakan peluang bagi BPR untuk menjaring pasar baru. Dengan adanya profitabilitas yang tinggi dan rendahnya biaya operasional saat ini hal itu dapat dimanfaatkan BPR untuk meningkatkan promosi agar BPR bisa menarik nasabah baru dan meningkatkan kepercayaan nasabah lama. Promosi dapat dilakukan dengan membuat iklan di radio lokal, suurat kabar lokal ataupun pembuatan poster maupun spanduk di area umum.
Strategi S-T berupa meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang dimiliki Persaingan yang ketat antar BPR ataupun dengan bank umum Agar bisa menjadi pemimpin pasar, kepuasan nasabah adalah hal yang mutlak bagi BPR. Meningkatkan kepuasan nasabah dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dalam hal kecepatan dan ketepatan. Selain itu pemberian nilai tambah bagi nasabah juga meningkatkan keunggulan bersain bagi BPR. BPR dapat menawarkan berbagai layanan tambahan seperti penghantaran ataupun penjemputan uang sehingga nasabah tidak perlu datang ke kantor ataupun menyediakan layanan panggilan 24jam dan lain-lain.
22
Strategi W-O berupa meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan dapat diterapkan di pasar lama ataupun pasar baru. BPR dapat meningkatkan kredit pada pasar lama dengan menawarkan kembali kredit kepada nasabah yang hampir berakhir kontrak kreditnya. BPR bisa juga mencari pasar baru yang potensial sebagai penerima kreditnya. Dengan meningkatkan promosi, BPR akan memperoleh pasar baru dan dapat meningkatkan kredit yang disalurkan.
Strategi W-T berupa meningkatkan kualitas SDM Ditengah tingginya persaingan, BPR juga menghadapi kedala berupa kurangnya kemampuan dalam mengelola aktiva dan rendahnya jumlah kredit yang disalurkan. Oleh karena itu, karyawan BPR perlu memperoleh pelatihan dalam meningkatkan pelayanan, mengelola aktiva dan menyalurkan kredit ke UMKM. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi strategi yang dilakukan oleh tim manajemen agar BPR dapat meningkatkan penyaluran kredit dan mengurangi resiko kredit macet. Berikut merupakan langkah strategis yang perlu diperhatikan : 1. BPR di Kabupaten Bogor memiliki kinerja keuangan yang berbeda-beda. Terdapat BPR yang kinerjanya sangat baik akan tetapi ada BPR yang kinerjanya kurang baik. Dilihat dari kemampuan BPR dalam menyalurkan aset dan mengelola kredit macet, BPR tersebut dikelompokkan menjadi tiga. Ketiga BPR memiliki kemampuan yang berbeda sehingga membutuhkan strategi yang berbeda. Oleh karena itu BPR di Kabupaten Bogor dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan kategori BPR tersebut. 2. Terkait dengan aset, pada umumnya BPR di Kabupaten Bogor memiliki asetyang tergolong baik, akan tetapi ada beberapa BPR yang kurang mampu mengelola asetnya. Aset yang tidak dimanfaatkan dengan baik selain tidak memberikan keuntungan bagi BPR juga menyebabkan opportunity cost bagi BPR. Sehingga bagi BPR yang memiliki nilai KAP diatas 9% dapat memanfaatkan aset yang dimiliki untuk meningkatkan keuntungan bagi BPR. 3. Terkait dengan inflasi di Kabupaten Bogor yang berfluktuasi, BPR dapat menyesuaikan jumlah kredit yang disalurkan dengan kondisi inflasi saat itu. Ketika inflasi tinggi, jumlah kredit yang disalurkan harus dikurangi dan BPR harus lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit karena ketika inflasi tinggi maka resiko kredit macet juga tinggi. Pada saat inflasi rendah, BPR dapat meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan karena resiko kredit macetnya rendah.
23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan kemampuan mengelola aset, resiko kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional dikelompokkan menjadi 3. Kelompok BPR “A” adalah BPR yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola aktiva, memiliki resiko kedit macet yang tinggi, jumlah kredit yang disalurkan tergolong tinggi, profitabilitas yang baik dan biaya operasional tergolong rendah. BPR yang termasuk dalam kelompok “B” adalah BPR yang memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva, memiliki resiko kedit macet yang rendah, jumlah kredit yang disalurkan cukup tinggi, profitabilitas yang kurang baik dan biaya operasional tergolong tinggi. Sedangkan BPR kategori “C” adalah BPR yang memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva, resiko kredit macetnya rendah, jumlah kredit yang disalurkan tergolong rendah, memiliki profitabilitas yang baik dan biaya operasional tergolong rendah. 2. Faktor internal yang menyebabkan meningkatnya penyaluran kredit berdasarkan analisis CAMEL antara lain capital (ketersediaan modal pada BPR), asset (kemampuan BPR dalam mengelola aset), management (kemampuan manajemen BPR dalam mengelola kredit macet), earning (keuntungan yang diterima BPR atau biaya yang dikeluarkan BPR) dan liquidity (kemampuan BPR dalam memenuhi kewajiban jangka pendek). Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan meningkatnya penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor adalah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor berdasrkan GDP harga konstan, tingkat penagngguran di Kabupaten Bogor menunjukkan penurunan sebesar 0.89%/tahun, persaingan dengan Bank Umum yang tidak sehat serta fluktuasi tingkat inflasi di Kabupaten Bogor yang berdampak pada resiko kredit macet bagi BPR. 3. Berdasarkan pengelompokan BPR dan analisis faktor internal dan eksternal masing-masing kelompok pada BPR dihasilkan strategi operasional untuk meningkatkan penyaluran kredit BPR dan mengurangi kredit macet. Strategi bagi BPR kelompok “A” yaitu pengembangan pasar, peningkatan fasilitas yang dimiliki BPR, menerapkan sistem kredit tanggung renteng dan meningkatkan kehati-hatian BPR. Strategi bagi BPR kelompok “B” yaitu meningkatkan bunga kredit, meningkatkan pelayanan dan fasilitas, penetrasi pasar dan bermitra dengan bank umum. Terakhir, strategi bagi BPR kelompok “C” yaitu meningkatkan promosi, meningkatkan pelayanan, meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan dan meningkatkan kualitas SDM.
24
Saran Beberapa saran rekomendasi bagi peningkatan penyaluran kredit BPR di Kabupaten Bogor sebagai berikut : 1. BPR yang termasuk dalam kategori “A” adalah BPR yang memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan penyaluran kredit ke UMKM. BPR kategori ini memiliki modal yang cukup serta kinerja keuangan yang baik sehingga perlu mencari pasar baru dan nasabah yang baru agar modal dan aset yang dimiliki dapat disalurkan dengan baik ke UMKM dan menghasilkan keuntungan bagi BPR. Selain itu, perlu memperbaiki pengelolaan kredit macet agar resiko kredit macet dapat menurun. Langkah yang dapat ditempuh terkait penanganan kedit macet, pertama penjadwalan kembali (rescheduling) yaitu perubahan yang menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu pembayaran. Kedua, persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan kredit. Terakhir, penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-syarat kredit berupa penambahan dana bank dan/atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru. Penanganan kredit macet yang baik akan mengurangi resiko kredit macet dan mengurangi kerugian yang diderita BPR. 2. BPR yang termasuk dalam kategori “B” perlu mengurangi biaya operasional yang ada dengan menerapkan efisiensi dan efektifitas dalam operasinya. BPR juga perlu meningkatkan pengelolaan aktiva agar dapat meningatkan keuntungan yang diperoleh. 3. BPR yang termasuk dalam kategori “C” perlu memaksimalkan penggunaan aktiva agar aktiva yang dimiliki bisa menghasilkan keuntungan bagi BPR. Selain itu kredit yang disalurkan juga tergolong sedikit, sehingga BPR ini masih memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan penyaluran kreditnya.
25
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik.2008. Kab. Bogor Dalam Angka 2008. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2009. Kab. Bogor Dalam Angka 2009. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2010. Kab. Bogor Dalam Angka 2010. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2011. Kab. Bogor Dalam Angka 2011. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2012. Kab. Bogor Dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2013. Kab. Bogor Dalam Angka 2013. Bogor (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik.2014. Kab. Bogor Dalam Angka 2014. Bogor (ID): BPS Bahri, Nur Fitriani. 2014. Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada bank Perkreditan Rakyat di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor David, Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Edisi Sepuluh. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia, Dewi, Chandra.2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit dan Dampaknya terhadap Non Performing Loan (Studi Kasus pada Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Jawa Tengah) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Dwihandayani, Deasy 2013. Analisis Kinerja NPL Perbankan di Indonesia Serta Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Jurusan Perbankan, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Guna Darma Jakarta. F a r h a n , M u h a m m a d d k k . , 2 0 1 2 . "Economic Determinants of NonPerformingLoans: Perception of Pakistani Bankers." European Journal of Business and Management I S S N 2 2 2 2 - 1 9 0 5 ( P a p e r ) I S S N 2 2 2 2 2 8 3 9 ( O n l i n e ) V o l 4 , No.19 Goeltom,S.Miranda. 2007. Essays in Macroeconomic Policy: The Indonesian Experience. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Greenidge, Kevin dan Tiffany Grosvenor.2010. Forecasting Non-Performing Loans in Barbados. Research Departement, Central Bank of Barbados. Bridgetown, Barbados. Harefa, Albert N. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumsi pada Bank Umum di Indonesia (Pendekatan Error Correction Model) [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara. Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta (ID) :Penerbit Bumi Aksara. Jusuf, Jopie. 2010. Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
26
Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Nugraha, Himawan S. 2013. Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada Bank ABC Cabang Pangkalpinang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nurastuti, Wiji. 2011. Teknologi Perbankan. Yogyakarta (ID): Penerbit Graha Ilmu Nuswantara, Bayu. 2006. Analisis Penyaluran Kredit Mikro dan Kecil pada Beberapa Lembaga Keuangan Mikro di Wilayah Jawa Tengah, Jurnal Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Salatiga (ID): Universitas Kristen Satya Wacana Sukirno, Sadono. 2005. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta (ID): Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Sukma. 2012. Analisis Pengaruh Indikator Ekonomi Makro Terhadap Kredit Perum Pegadaian Kota Makassar periode 2001-2010 [skripsi]. Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta (ID): Penerbit Rineka Cipta. Susanti, Luh Rahmi. 2010. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Pertumbuhan Kredit pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun 20022009 [tesis]. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Cetakan Pertama. Yogyakarta (ID): YKPN. Yoga, Gede Agus Dian Maha, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bpr Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Volume 2, No. 6. Y u r d a k u l , F u n d a . 2 0 1 3 . "Macroeconomic Modelling of Credit Risk For Banks." Procedia-Social and Behavioral Sciences 1 0 9 ( 2 0 1 4 ) 7 8 4 793
27
LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis cluster dengan SPSS 19
Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KAP
25
0
64
11.12
1,645
NPL
25
0
48
10.04
1,655
LDR
25
38
113
80.32
,918
ROA
25
-20
43
3.28
1,443
BOPO
25
45
208
90.04
1,607
Valid N (listwise)
25
Quick Cluster Initial Cluster Centers Cluster 1
2
3
Zscore(KAP)
-1,23997
-1,23997
1,19135
Zscore(NPL)
-,99076
-,99076
,82161
Zscore(LDR)
-2,74411
1,61162
,52269
Zscore(ROA)
,83138
-1,93990
,83138
Zscore(BOPO)
,74661
-1,74208
,74661
a
Iteration History
Change in Cluster Centers Iteration
1
2
3
1
1,821
1,609
,675
2
,000
,000
,000
Final Cluster Centers Cluster 1
2
3
Zscore(KAP)
-1,03736
-,93606
,75718
Zscore(NPL)
-,99076
-,99076
,77845
Zscore(LDR)
-1,29220
,38657
,05600
Zscore(ROA)
,13856
-1,16047
,63344
-,08296
-1,11991
,65772
Zscore(BOPO)
28
Lanjutan Lampiran 1 ANOVA Cluster Mean Square
Error df
Mean Square
df
F
Sig.
Zscore(KAP)
9,132
2
,261
22
35,030
,000
Zscore(NPL)
9,641
2
,214
22
44,950
,000
Zscore(LDR)
3,124
2
,807
22
3,872
,036
Zscore(ROA)
8,224
2
,343
22
23,960
,000
Zscore(BOPO)
8,055
2
,359
22
22,463
,000
Number of Cases in each Cluster Cluster
Valid Missing
1
3,000
2
8,000
3
14,000 25,000 ,000
29
Lampiran 2 Laporan rata-rata kinerja BPR Kabupaten Bogor tahun 2012-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama BPR Muliatama Artha bersama Karunia Parasahabat Artha jaya Artha kurnia Indomitra Samarason Sebaru Parung panjang Pancoran mas Leuwiliang Citeureup Cileungsi Krida Nusantara bona2 Datagita Tricipta Artamitra Suryakencana Berfasi Lumbanmual Hitamajaya Nusantara bona14 Nature Artha karya
NPL KAP CAR 33 64 35 27 26 29 2 1 16 0 0 17 7 4 33 24 25 14 1 1 17 48 56 40 1 1 26 2 2 27 5 5 76 2 2 54 10 12 80 7 12 14 2 3 18 1 1 33 7 2 93 6 6 22 35 30 19 3 3 21 11 8 64 0 1 19 2 2 18 2 2 21 13 9 57
ROA -20 -20 4 1 6 -1 4 43 7 6 3 3 0 -1 9 3 0 0 1 6 4 5 7 7 5
BOPO 208 177 78 85 70 103 85 45 67 63 86 83 96 100 70 87 104 100 89 66 86 77 78 71 77
LDR 113 52 85 81 73 82 86 107 90 76 80 82 84 93 87 73 38 85 73 78 96 87 76 80 51
30
Lampiran 3 Daftar BPR di Kabupaten Bogor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama BPR Muliatama Artha bersama Karunia Parasahabat Artha jaya Artha kurnia Indomitra Samarason Sebaru Parung panjang Pancoran mas Leuwiliang Citeureup Cileungsi Krida Nusantara bona2 Datagita Tricipta Artamitra Suryakencana Berfasi Lumbanmual Hitamajaya Nusantara bona14 Nature Artha karya
Alamat Ruko Cileungsi Indah No 8 Rawa Belut, Cileungsi Kidul Sentra Eropa Ruko Sentra Eropa B 46-47 Kota Wisata Jalan Raya Puncak Ciawi No 402 Jalan Pahlawan No 150 Citeureup Jalan Raya Bogor Sukabumi KM 1 No 5 Ciawi Central Ruko Cibinong Blok A No 16 Cibinong Ruko Kota Metropolitan Hijau No 38 Cileungsi Jalan Raya Tajur No 59 Jalan Mohamad Toha No 80 Parung Panjang Desa Rawa Panjang No 5B Bojong Gede Jalan Raya Leuwiliang No 60 Jalan Puspanegara no 101 Citeureup Ruko Permata Cibubur Blok A6 No 2, Cileungsi , Jonggol Jalan Raya Pasar Lama no 4B Jalan Karehkel No 1 Leuwiliang Jalan Raya Bekasi-Cileungsi KM 19.5 Jalan Raya Puncak KM 79 No 495, Cisarua Jalan Pandawa Raya A2/24 Indraprasta, Bogor Jalan Raya Kedung Halang No 103 Jalan Ir.H. Juanda No 404 Jalan Pahlawan No 60 Citeureup Jalan Raya Bogor-Sukabumi KM 17 Caringin Jalan Raya Jakarta Bogor KM 43 Ruko Graha Cibinong F5 Jalan Raya Narogong No 12 Cileungsi
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen, Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 22 Juli 1994 dari ayah Priyo Harjanto dan ibu Pudji Harijanti. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sragen dan pada tahun yang sama penulis lulus SNMPTN tertulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus UKM PMK IPB dan masuk di komisi Persekutuan. Selain itu penulis juga menerima beasiswa dari Karya Salemba Empat selama tiga tahun berturut-turut. Penulis juga mendapatkan pelatihan kepemimpinan dari Indofood. Selain itu penulis juga aktif menjadi panitia dalam berbagai kegiatan di IPB seperti panitia Olimpiade Mahasiswa IPB, Farewell Party Asrama, Extravaganza, dan Gebyar Indonesia Berkarya.