STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BMT Al-FATH DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING
Oleh : Arif Hidayat NIM: 206046103810
KONSENTRASI
PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/ 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2011
Arif Hidayat
KATA PENGANTAR AlhamdulillaahiRobbil ’alamiin, apa yang ada dan tiada adalah kehendak Allah SWT Sang Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hanya Allah yang telah menyusupkan inspirasi ilmu kepada semua hamba Nya, dan hanya Allah SWT saja yang boleh sombong terhadap Ilmu Nya. Berkat petunjuk dari yang Maha Pemberi Petunjuk sajalah skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis. Shalawat dan Salam kepada pemimpin peradaban dunia Nabi Besar Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT untuk menyebarkan kitab yang terjaga keasliannya sepanjang zaman yaitu Al-qur’an Al-karim. Dengan uswatun hasanahmu lah penulis dapat selalu tegar dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini, walaupun tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan proses skripsi ini. Hanya dengan rencana Allah SWT jualah skripsi ini selesai dengan tema ” Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath Dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing”. Penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan kemanfaatan kepada pihak pihak yang terkait. Secara umum dapat memberikan wacana kepada masyarakat, dan secara khusus pertama kepada kalangan akademis maupun praktisi yang berkosentrasi pada bidang ekonomi Islam atau Lembaga keuangan mikro syariah khususnya BMT. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak dibantu oleh pihak-pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung membantu melancarkannya. Karena
i
kalau tidak ada dukungan dan bantuan yang diberikan penulis sangat menyakini skripsi ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak. Mu’min Rauf, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag, sebagai Kordinator Teknis Program Non Reguler yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bpk. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., M.A selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. 5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT. 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.
ii
7. Pimpinan dan Staf BMT Al Fath IKMI, yang telah menerima penulis untuk melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi ini. 8. Orang tuaku, Ibunda Zelni dan Suryadi. Ini mungkin bukan apa-apa bagi ibunda dan ayahanda, tetapi semua ini adalah karena jasa-jasamu berkat do’amu dan tanpa ibunda dan ayahanda aku bukanlah siapa-siapa. Dan buat adik-adikku yang aku sayangi Chairul Akbar, Muhammad Al-hafiz, Aziza dan Muhammad Rafiq terima kasih atas do’anya selama ini. 9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-C ekstensi yaitu Jamruddin, dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman Counter Putra, Akbar, Raihan, Jodi, jajang, Qori dan lainnya. Tiada suatu hal pun yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT saja. Terhadap berbagai kekurangan kritik, saran dan koreksi sangat penulis harapkan untuk menuju dan mendekati kesempurnaan. Akhir kalam penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan berguna untuk kebaikan. Semoga karya ini dicatat sebagai amal baik. Amiin Jakarta 20 September 2011 Penulis iii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………..................i Daftar Isi……………………………………………………………..………………iv
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN. A.
Latar Belakang Masalah……………………………………………1
B.
Rumusan Masalah…………………………......................................5
C.
Batasan Masalah………………………….……….……..................5
D.
Tujuan Penelitian ……………………………………......................6
E.
Manfaat Penelitian …………………………………………………6
F.
Kajian Pustaka …………………………………………………….7
G.
Metode Penelitian dan Teknis Penulisan…………………………...9
H.
Sistematika Pembahasan .....................................……....................11
STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK A.
Strategi Bisnis………...……………………………...……………13
B.
Pengembangan Produk....................................................................15
C.
Pengertian BMT…………………………………………………..20
D.
Keunggulan Bersaing…………………….......................................35
GAMBARAN UMUM BMT AL FATH CIPUTAT. A.
Sejarah Berdirinya BMT AL FATH Ciputat……………………..42
iv
BAB IV
B.
Visi dan Misi BMT AL FATH Ciputat……...................................44
C.
Struktur Organisasi BMT AL FATH Ciputat ……..……………...47
D.
Produk-Produk BMT AL FATH Ciputat ……………...................50
STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK BMT Al-FATH A.
Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath………...................56
B.
Pola Pengembangan Strategi BMT……………….........................58
C.
Faktor-faktor
Apa
Saja
Yang
Mempengaruhi
Strategi
Pengembangan BMT Al-Fath…………………………………….64
BAB V
PENUTUP. A.
Kesimpulan ……………………………………………………….65
B.
Saran ………………………………………………………………68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………70
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemunculan BMT sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar bagi BMT itu karena sebagian besar masyarakat telah menggunakan lembaga keuangan nonsyariah. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis), juga keterpaduan antara fisik dan mental, rohaniah dan jasmaniah. Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama, baik antar pengurus dan pengelola maupun dengan nasabah. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan atau fasilitas pemerintah, tetapi harus mampu berkembang secara mandiri dengan memanfaatkan meningkatnya partisipasi nasabah dan masyarakat terhada lembaga tersebut, untuk itulah pola pengelolaannya harus profesional. Karena BMT mempunyai visi dan misi. BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah nasabah (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil
1
2
pengabdi ALLAH SWT, memakmurkan kehidupan nasabah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi tercakup nilai-nilai dasarnya dalam Islam yakni yang bersumber pada asas tauhid. Bahkan lebih dari sekedar nilainilai
dasar,
seperti
kesatuan,
keseimbangan,
keadilan,
kebebasan
dan
pertanggungjawaban. Islam telah cukup memuat nilai-nilai instrumental dan normanorma operasional untuk diterapkan dalam pembentukan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat.1 Kedudukan ekonomi dalam Islam sangatlah penting karena ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang membawa pada kesejahteraan umat. kegiatan-kegiatan ekonomi adalah pernyataan dari semangat ajaran Islam, karena ekonomi umat dan kemakmurannya adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh umat Islam.2 Beberapa waktu terakhir ini, perubahan teknologi yang cepat, siklus hidup produk yang pendek, dan globalisasi pasar menuntut para eksekutif untuk berfokus pada proses pengembangan produk baru. Dalam lingkungan yang ketat persaingannya seperti saat ini, pemasok (supplier) merupakan sumber yang semakin penting untuk mendukung proses pengembangan produk baru suatu perusahaan karena pemasok mempunyai dampak yang besar dan langsung pada biaya, kualitas, teknologi, dan produk baru. 1
Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam ( Jakarta: Rajawali, 1987 ), cet. Ke-1, hlm.19. 2 Ahmad Dimiyati, dkk, Islam dan Koperasi ( Jakarta : KOPINFO, 1998 ) h. 48.
3
Proses pengembangan produk menjadi lebih terspesialisasi dan dinamik serta perlu berubah ke arah yang lebih baik lagi. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan selalu bergerak ke arah dinamis untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Secara keseluruhan, pengembangan produk baru merupakan mesin inti pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut piawai mengelolanya . Sebagaimana pasar berubah dengan cepat sesuai dengan perkembangan dan kondisi persaingan yang tidak lagi begitu mudah seperti masa yang lalu maka perusahaan di Indonesia, khususnya yang bergerak dalam industri manufaktur dituntut juga untuk bergerak lebib cepat guna memuaskan apa yang menjadi keinginan konsumen. Pengembangan produk baru memerlukan strategi yang tepat bersama-sama dengan aspek pendukungnya, seperti manusia, infrastruktur, budaya, dan inovasi yang berkelanjutan. Untuk mampu bertahan di pasar, perusahaan senantiasa berusaha dengan berbagai cara untuk berada di depan para pesaingnya dengan menciptakan produk yang sangat baru, proses yang berbeda, memanfaatkan infrastruktur yang sama atau berbeda. Membutuhkan keterampilan baru, meluncurkan produk evisien untuk menghemat biaya, atau dengan menciptakan produk yang tergolong mudah tetapi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Oleh karena itu dengan banyaknya lembaga keuangan syariah, menjadikan posisi BMT AL-FATH sebagai salah satu lembaga keuangan syariah harus mampu bersaing (fastabiqulkhoirot), terutama dengan lembaga keuangan maupun bank syariah ataupun konfensional yang sudah mempunyai nama dan sudah benefit di bidang keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan produk yang berkualitas. Melihat
4
perkembangan lembaga keuangan syariah yang begitu banyak muncul sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan mikro (BMT Al-Fath) sebagai salah satu lembaga keuangan syariah memberikan solusi dengan menawarkan berbagai macam produk, pembiayaan ataupun jasa yang mampu untuk bersaing. Untuk memasarkan produk dan jasa BMT Al-Fath mempunyai pasar yang cukup potensial karena terletak di wilayah Ciputat, di lingkungan pasar Ciputat sehinggga memudahkan BMT Al- Fath dalam menarik para mitra untuk mau bergabung dengan BMT ini. Walaupun letak BMT Al-Fath ini sangat strategis BMT Al-Fath tetap harus mampu untuk menciptakan produk-produk unggulan yang layak dan dapat dengan mudah diterima masyarakat. Itu semua dikarenakan persaingan usaha di sektor perbankan sangat ketat, belum lagi persaingan itu datang dari lembaga nonperbankan. Selain itu kemunculan para rentenir yang begitu banyak dan sangat kreatif dalam menarik nasabah dengan memberikan pinjaman begitu mudah tanpa syarat yang merepotkan bagi nasabah, hal ini membuat BMT Al-Fath harus jeli dalam membaca peluang sekecil apapun. Selain itu BMT Al-Fath harus bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah menciptakan produk- produk yang mudah diterimah para calon nasabah dan mengembangkan produk-produk yang sudah ada agar lebih menarik dan mudah sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi BMT Al-Fath. Atas permasalahan tersebutlah sehingga penulis mencoba mengulasnya dalam bentuk tulisan berupa skripsi dengan tema ” STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BMT AL-FATH DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING ”, Dengan alasan bahwa letak BMT Al-Fath sangat strategis, jaringan
5
banyak, pengelolaannya sesuai dengan prinsip syariah, terbuka untuk diteliti dan transparan dalam memberikan tanggapan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti.
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pengembangan BMT AL-FATH dalam meningkatkan keunggulan bersaing pada produk yang dipasarkan ? 2. Bagaimana pola pengembangan strategi BMT AL-FATH ? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan ?
C. Batasan Masalah Strategi pengembangan produk merupakan suatu tugas dan tanggung jawab bagi sebuah perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dibidang jasa maupun perdagangan. Pengembangan produk ditujukan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan minat nasabah maupun konsumen untuk membeli produk-produk yang ditawarkan, selain itu pengembangan produk juga ditujukan untuk meningkatkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Bagi perusahaan pengembangan produk
merupakan suatu kewajiban bila
mereka masih ingin bertahan dalam suatu persaingan, tanpa adanya suatu pengembangan produk perusahaan akan mengalami kemunduran dalam usahanya. Pengembangan produk dapat dilakukan oleh perusahaan dengan cara menciptakan
6
produk-produk yang baru
yang lebih efektif maupun dengan cara merubah
penampilan atau memberi inovasi-inovasi yang baru pada produk-produk yang sudah ada, sehingga dapat lebih menarik pelanggan dan juga ditujukan untuk meningkatkan kembali gairah nasabah atau konsumen kepada produk-produk lama dimana nasabah atau kansumen sudah mulai bosan dengan produk-produk tersebut. Akan tetapi dengan lahirnya lembaga keuangan BMT di Indonesia sebagai lembaga keuangan mikro yang bergerak dibidang keuangan dan jasa, BMT harus mampu bersaing dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Oleh Karena itu suatu BMT harus mampu menciptakan produk-produk yang baru yang efektif dan evisien sehingga dapat diterima oleh para mitra BMT maupun masyarakat, selain itu BMT harus mampu membuat inovasi-inovasi yang baru pada produk-produk yang sudah ada agar tidak menimbulkan rasa bosan pada para mitra BMT tersebut, semua hal tersebut di lakukan oleh BMT untuk dapat meningkatkan keunggulan bersaing.
D. Tujuan Penelitian 1.Untuk
mendiskripsikan
srategi
pengembangan
BMT
AL-FATH
dalam
meningkatkan keunggulan bersaing pada produk yang dipasarkan . 2. Untuk mengetahui pola pengembangan strategi BMT AL-FATH 3.Untuk
mengetahui
pengembangan.
E. Manfaat Penelitian
faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
strategi
7
Dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi bagi praktisi maupun akademisi. 1. Bagi praktisi di harapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta informasi tentang masalah yang perlu diadakan perbaikan dan pembenahan serta kualitas produk, khususnya bagi BMT AL-FATH dalam memberikan pelayanan. 2. Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi serta wacana tentang bagaimana BMT AL-FATH mempunyai strategi pemasaran yang bermutu dan berkualitas dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. 3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan Usaha Kecil dan Menengah dalam mengoptimalkan dana pinjaman.
F. Kajian Pustaka Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya masih kurang mendapat perhatian dari para peneliti, untuk tidak mengatakan belum pernah diteliti sama sekali. Adapun penelitian yang sudah pernah di bahas mengenai: 1. Pada tahun 2010 telah ditulis skripsi oleh Istikhori dengan judul Strategi Pemasaran Produk Ijarroh Multijasa BMT Syariah Sebagai Upaya Memperluas Pangsa Pasar (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum). Skripsi ini membahas tentang bagaimana bagaimana strategi pemasaran BMT syariah dalam memperluas pangsa pasar yang lebih berfokus kepada Ijaroh
8
Multijasa. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan metode penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh. Sementara sumber data yang digunakan adalah data perusahaan dan juga data mengenai Strategi pemasaran produk ijarah multijasa pada BNI syariah. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah pemasaran yang efektif dan efisien, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan dengan berorientasi kepada nasabah, dapat dimonitor langkah dan tindakan lanjutnya, langkahlangkah dan diukur hasilnya dengan cara: Menarik nasabah baru, Memelihara dan menjaga yang sudah ada dan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk membuat nasabah yang sudah ada agar mau meningkatkan produk Bank BNI syariah. 2. Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Nurhasanah dengan judul Strategi Pemasaran Produk Tabungan Mudharabah Dalam Menarik Minat Masyarakat (Studi Kasus PT.BPR Syariah Wakalumi Ciputat Tangerang). Skripsi ini
membahas tentang bagaimana strtegi yang dilakukan PT.BPR Syariah wakalumi Ciputat Tangerang dalam menarik minat masyarakat terhadap produk tabungan Mudharabah di PT tersebut. 3.
Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Siti Arfah dengan judul Strategi Pemasaran produk Pembiayaan Murabahah dan Pengaruh Terhadap Pendistribusian Dana BMT El-Syifa Ciganjur Jagakarsa Jakarta selatan. Skripsi ini membahas
tentang bagaimana Pengaruh pemasaran produk murabahah terhadap
9
pendistribusian barang dalm BMT El-Syifa Ciganjur Jagakarsa Jakarta selatan. Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi di atas adalah pada penulisan skripsi ini lebih difokuskan pada bagaimana strategi pengembangan produk yang dilakukan oleh BMT AL-FATH dalam meningkatkan keunggulan bersaing.
G. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan 1. Lokasi penelitian yaitu pada koperasi BMT AL-FATH dengan alamat JL.Aria Putra No. I Kedaung- Pamulang. 2. Sumber Data a. Primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dengan pihak yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah BMT AL-Fath yaitu dengan Manager Tamwil Bpk Saimin. b. Skunder, yaitu merupakan sumber data pendukung yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
3. Teknis Pengambilan Data a. Studi Lapangan Dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang berupa Tanya jawab dengan pihak Koperasi BMT AL-FATH sebagai sumber data. Yaitu wawancara dengan Bpk Saimin, S.Pd Manager Tamwil. Cara pencatatan hasilnya dengan mencatat langsung hasil wawancara.
10
b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan
data
dan
menganalisis
data-data.
Penulis
mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa skripsi terdahulu, buku, majalah, artikel, brosur, internet dan lain sebagainya. Langkah dalam melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini. 4. Metode dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka penulis mengolah data tersebut dengan metode analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang suatu, dalam hal ini Penulis menjelaskan dan memaparkan tentang pengembangan produk dan keunggulan bersaing. Dan metode analisis yaitu suatu metode dimana penulis berdasarkan data-data yang ada menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini penulis menganalisa tentang Strategi pengembangan prodok BMT Al-Fath dalam menigkatkan keunggulan bersaing. 5. Teknis penulisan Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku: Pedoman Penulisan Sekripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
11
H. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini dirumuskan dalam lima bab. Agar dalam penyusunan skripsi ini lebih sistematis dan terfokus, maka penulis sajikan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum penulisan skripsi. Bab satu berisi tentang pendahuluan yang menggambarkan bentuk, isi, dan metode penelitian, yang di jabarkan dalam; latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab dua membahas mengenai gambaran umun tentang Landasan teori Strategi bisnis, regulasi, pengembangan produk, keunggulan bersaing. Permasalahan tersebut dibahas dengan maksud memberikan gambaran lebih jelas mengenai teori yang menjadi pandangan dalam penelitian ini. Bab tiga menjelaskan tentang tentang profil tempat penelitian (BMT ALFATH) yaitu sejarah, visi, misi, setruktur organisasi dan produk-produk yang ada pada BMT AL-FATH. Permasalahan tersebut dibahas dengan maksud memberikan gambaran lebih jelas mengenai profil yang ada pada BMT AL-FATH. Bab empat menjelaskan analisis data yang didapat dari lapangan dan di analisa sesuai dengan metode penelitian yang telah dicantumkan pada bab sebelumnya yaitu terkait dengan Strategi pengmbangan produk BMT Al-Fath, pola pengembangan Strategi BMT Al-Fath, fakto-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan BMT Al-Fath.
12
Bab lima berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas sebagai jawaban atas pokok masalah. Yang kemudian akan disertakan saran-saran yang di harapkan akan menjadi masukan sebagai tindak lanjut dari penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut: 1. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. 2. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat (senantiasa meningkat) incremental dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
13
14
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.1 Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada empat tahapan dalam menentukan keputusan strategis yaitu. 1.
Menentukan perumusan unit usaha. Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha menjadi unit-unit yang menjadikannya dari divisi produk. Unit usaha memberikan ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar dan perencanaan.
2.
Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci. Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategi dan mengevaluasi kinerja serta pada tahap ini pemilihan variabel kunci kesuksesan industri perusahaan.
3.
Memilih strategi yang berperan Yaitu industrial economy (yang merupakan ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran.
4.
Mengevaluasi seluruh portofolio yang dimiliki. Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi rendahnya sumber daya insani yang memahami pengelolaan lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah, khususnya bagi yang baru berdiri dapat diatasi dengan proses magang
1
David,“(Koonsep Strategi dan Perumusan)”, artikel diakses pada 9 Februari 2009 dari http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html.h, 76.
15
pada BMT lain yang sudah memiliki kredibilitas dalam operasionalnya. Di samping itu juga dapat melalui partisipasi dalam program pelatihan ekonomi syariah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait.2 Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi, sektor hukum juga mempunyai peran penting di dalamnya. Adapun untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan kepada masyarakat, BMT dapat menerapkan prinsip-prinsip berikut: 1. Prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam melaksanakan kegiatannya, terutama dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat. 2. Prinsip mengenal nasabah (know your customer principle), hal ini lebih menekankan aspek karakter nasabah. 3. Secara
internal
perlu
menerapkan
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance, yang meliputi transparancy, accountability, responsibility, independency, and fairness.3
B. Pengembangan Produk Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan . Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya
2
Philip Kotler, Marketing Management, Alih bahasa Alexander Sindoro (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h. 76 3 Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April 2010 dari http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimana-bmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangiangka-kemiskinan-di-indonesia/
16
adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan.4 Jenis- jenis Produknya 1. Simpanan Amanah 2. Simpanan Wadiah 3. Simpanan Pendidikan 4. Simpanan Nikah 5. Simpanan Idul Fitri 6. Simpanan Qurban / Aqiqoh 7. Simpanan Haji 8. Simpanan Mudhorobah Berjangka (Deposito)
TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath) Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah/titipan. Dalam tabungan ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH IKMI.5
SIDIK (Simpanan Pendidikan) Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu 4
Arinsyah Akbar, “Jenis-jenis Simpanan dan Pinjaman”, 17 Desember 2010 dari http://blog.umy.ac.id/2010/jenis-jenis-dan-pinjaman-pembiayaan-bmt.html. 5 Ibid
17
tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah.6
Simpanan Nikah Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah.7
Simpanan Idul Fitri Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah.8
Simpanan Qurban Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini
6
Ibid Ibid 8 Ibid 7
18
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah.9
Simpanan Haji Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah. 10 TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath) Merupakan tabungan/investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki.11
1. Promosi Promosi merupakan kegiatan Marketing Mix yang terakhir. Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Promosi adalah kegiatan menawarkan suatu produk kepada konsumen dengan cara mempengaruhi konsumen12. Dalam praktiknya paling tidak ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap Bank dalam mempromosikan baik produk 9
Ibid Ibid 11 Ibid 12 Kasmir. Pemasaran Bank; (Jakarta, Kencana 2004), h. 176. 10
19
maupun jasanya. Pertama promosi melalui iklan (advertising). Kedua melalui promosi penjualan (Sales Promotion). Ketiga publisitas (Publicity). Dan keempat adalah melalui penjualan (Personal Sellin). Tujuan Promosi Adalah : 1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial 2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit 3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan 4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar 5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing 6.Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.13
2 . Periklanan (Advertising) Iklan adalah sarana yang digunakan oleh bank guna menginformasikan segala sesuatu produk yang dihasilkan oleh Bank. Tujuan promosi lewat iklan adalah berusaha untuk menarik, dan mempengaruhi calon nasabahnya.14 Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media seperti; 1. Pemasangan Billboard (papan nama) di jalan-jalan strategis. 2. Percetakan brosur dan disebarkan di setiap cabang atau pusat perbelanjaan. 3. Pemasangan sepanduk di lokasi strategis.
13
Tujuab promosi “(Promosi Pemasaran)”, 23 Juli 2011http://id.wikipedia.org/wiki/promosi (pemasaran).html. 14 Kasmir. Pemasaran Bank; (Jakarta, Kencana, 2004) h, 177.
20
4. Melalui Koran atau majalah. 5. Melalui televisi, radio atau media lainnya. Agar iklan efektif dan efisien maka diperlukan program pemasaran yang tepat: 1. Identifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. 2. Tentukan misi yang menyangkut sasaran penjualan dan tujuan periklanan. 3. Anggaran iklan yang ditetapkan. 4. Merancang pesan yang akan disampaikan. 5. Memilih media yang akan disampaikan.15
Keunggulan promosi melalui iklan, antara lain : 1. Presentasi Publik, artinya iklan menawarkan pesan yang sama kepada
banyak
orang. 2. Prevasines, yaitu berpeluang untuk mendramatisir produk melalui pemanfaatan suara, warna, atau bentuk produk. 3. Impresionality, maksudnya konsumen atau nasabah tidak wajib untuk memperhatikan dan merespon iklan sekarang.16
C. Baitul Mal Wa Tamwil 1 Regulasi BMT
15 16
Ibid., h. 177 Ibid., h. 178
21
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan Al-mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul Mal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.17 Adapun secara terminologis Baitul mal wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.18 BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai-usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Kegiatan Baituttamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya. Kegiatan Baitul Mal adalah menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan sadaqah dan menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Dari segi kata Baitul Maal mempunyai arti yang sama, yang artinya rumah harta. Akan
17 18
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2007), h. 6. Rifqi muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Jakarta, P3EI press, 2008), h. 15
22
tetapi keduanya dbedakan atas dasar operasionalnya. Terutama dari segi sumber dana dan pengguna dana. Baitul Maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama yang pertama memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah: a.
Kharaj, yaitu pajak tanah
b.
Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian.
c.
Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%
d.
Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari negara Islam.
e.
Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak memiliki ahli waris.19 Setelah Rasulullah wafat, Abu bakar sebagai penggantinya. Setelah itu
dilanjutkan dengan Umar ra. Dalam masa Umar ra yang disebut baitul maal adalah tempat mengumpulkan harta milik semua umat Islam, yang memungkinkan dibawa, dipindahkan atau dijaga. Baitul maal sebagai lembaga keuangan yang 19
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h.16.
23
bertugas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan uang negara sesuai dengan aturan syariat Islam.20
2. Tujuan Tujuan umum BMT lengkapnya adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Lengkapnya adalah sebagi berikut: a.
Mengidentifikasi,
memobilisasi,
mengorganisasi,
mendorong
dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat dan daerah kerjanya. b.
Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
c.
Menggalang
dan
memobilisasi
potensi
masyarakat
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar. d.
Menjadi perantara keuangan antara aghniya sebagai shohibul maal dengan dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dan sosial seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq, shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya. 20
Jaribah bin Ahmad Al-Haristi, Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa, 2006), h. 644.
24
e.
Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.21 Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam pengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa fungsi : a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami, misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya. b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum. c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir. 21
Muhammad. Lembaga Ekonomi Syariah, Graha ilmu. Yogyakarta, 2007, h. 59.
25
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya. d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan,
misalnya
masalah
dalam
pembiayaan,
BMT
harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
3. Badan Hukum Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau kelompok simpan pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum menjadi kebutuhan yang mendesak. Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang dijelaskan UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana masyarakat
26
adalah Bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun prinsip bagi hasil. Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat. Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan ekonomi luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran.22 BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau LKM (Lembaga Kecil Menengah) dan jika telah mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri ke dalam badan hukum koperasi, KSM/LKM dengan mendapat sertifikat dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil). Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus di 22
Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : Mizan, 1999), h.81.
27
pertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini dikelola secara Syariah Islam yang sarat dengan nilai-nilai etika dan Islam.23 Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.24 Adapun lebih singkatnya sebagai berikut : 1.
BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi : KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) 2.
Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
3.
Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S)
4.
BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan
syariah
Islam,
keimanan,
keterpaduan
(kaffah,
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme . Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam 23
Nuri Fahmi, “Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap BMT Darunnajah Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h.22. 24 Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 28 Desember 2009, (Jakarta: Yayasan AlAmin Dharma Mulia), h.10.
28
BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah.
4. Perkembangan BMT di Indonesia Bank syariah didirikan pertama kali pada tahun 1991 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah tahun 1998, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat relatif mampu mempertahankan kinerja bank. Konversi sistem operasi perbankan dari konvensional ke sistem syariah yang dimungkinkan UU No. 10 Tahun 1998, pertama kali dimanfaatkan oleh Bank Susila Bhakti (BSB), kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM), dan diikuti berdirinya Bank Jabar Syariah. Bank BRI rupanya tidak mau ketinggalan oleh bank BUMN lainya untuk membentuk perbankan syariah. Berdasarkan perizinan dari Bank Indonesia, pada 10 Januari 2003 membentuk perbankan syariah dengan nama Bank Rakyat Indonesia Syariah Bandung (BRI Syariah). Selain sejumlah Bank syariah tersebut, lembaga keuangan lainnya yakni BPR Syariah (BPRS) di daerah-daerah ikut berperan dalam menegakan sistem perekonomian syariah, misalnya BPRS Al-Ikhsan. Satu lagi bank BUMN yang memiliki perbankan
29
syariah adalah Bank BNI. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, bank BNI membuka layanan perbankan yang sesuai prinsip syariah dengan konsep dual system banking.25 Perbankan syariah dapat dikategorikan sebagai jenis industri baru yang mempunyai daya tarik cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peminat untuk menabung. Dalam cetak biru BI, diproyeksikan bahwa jumlah asset, data yang dikelola, dan pembiayaan tumbuh rata-rata sebesar 74,79%, 68,71% dan 71,71% sejak tahun 1998 hingga 2001. Meskipun perkembangan perbankan syariah cukup pesat belum semua bank syariah dapat menampung sekaligus meningkatkan mobilisasi dana masyarakat muslim secara kuantitatif, sehingga sangat dibutuhkan pengembangan dan pendirian bank-bank syariah baru. Pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah dimaksudkan untuk menggerakkan sector riil dan menampung dana mandek (idle fund) masyarakat. Perkembangan perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian Indonesia. Tapi kenyataannya, tersedianya Bank syariah belum memenuhi atau belum dapat menjawab kebutuhan pasar oleh karena itu perlu adanya lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan peminjaman dalam lingkup kecil yang salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang sekarang telah berkembang pesat dilihat dari hasil seminar lembaga 25
Segara Edo, “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 10 Februari 2008 dari http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html
30
keuangan mikro syariah bahwa asset baitul maal wat tamwil (BMT) se Indonesia diperkirakan sekitar Rp. 1,5 triliun. Asset tersebut dikelola sekitar 3.307 unit BMT dengan nilai dan beragam tingkat pertumbuhan.26 Meskipun assetnya masih kecil dibandingkan dengan asset bank syariah, BMT sangat berperan dalam meningkatkan kehidupan umat , kata ketua Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), M. Amin Aziz. Sebagai perbandingan asset bank syariah mencapai Rp. 18,8 triliun per September 2005, apabila jika dibanding asset perbankan nasional yang sekitar Rp. 1.100 triliun. Jika sebuah BMT memiliki nasabah sekitar 100 orang, maka total nasabah BMT diseluruh Indonesia sekitar 3 juta orang. Padahal BMT yang memiliki nasabah 100 orang hanyalah BMT dengan asset dibawah Rp. 100 juta. Untuk yang assetnya lebih dari itu, jumlah nasabahnya bisa 2 kali lipat. Menurut Amin Aziz BMT potensial untuk membantu masyarakat ekonomi bawah karena selain berada di daerah pembiayaan yang diberikan pun nilainya kecil mulai Rp. 250 ribu-Rp. 5 juta. Dari 3 ribu-an BMT, baru 10 unit BMT yang menembus asset Rp.15 milyar. Diperkirakan BMT yang berasset Rp.5-15 milyar berjumlah 150 dan 300 BMT memiliki asset dibawah Rp. 1 milyar. BMT punya kontribusi besar dalam perekonomian nasional, karena segmen yang dibiayai adalah kelompok mikro dan kecil yang di Indonesia mencakup 98%. Pemerintah dan lembaga internasional mengakui peran lembaga keuangan mikro dalam mengentaskan kemiskinan melalui pencanangan tahun keuangan mikro. Dengan 26
Ibid
31
adanya kenaikan BBM per Oktober 2005, penduduk miskin di Indonesia bertambah jadi 25 juta dari 17 juta sebelumnya. Sementara usaha mikro berjumlah 40 juta unit. Lembaga keuangan mikro termasuk mikro syariah berperan menjembatani kelompok miskin dan usaha mikro. Mereka kelompok miskin , selama ini tidak terjangkau oleh dana perbankan sekitar Rp. 30 triliun dana yang diserap dari pedesaan, hanya Rp. 15 triliun yang kembali kepada masyarakat. Meski terdepan untuk urusan pengentasan kemiskinan pengembangan BMT mengalami kendala, selain masalah teknis operasional, kualifikasi SDM, masalah paling mendasar adalah status kelembagaan BMT. Walaupun sebagian besar BMT berbadan hukum koperasi, fakta di lapangan menunjukan ada keluhan dari beberapa pihak bahwa BMT tidak melaksanakan secara total peraturan dan perundang-undangan perkoperasian. Dari perkembangan BMT dan permasalahan teknis operasional dan SDM dapat diselesaikan dengan pertukaran pengalaman dengan adanya sebuah induk koperasi syariah bisa mengembangkan BMT koordinator untuk menata jaringan kerja di daerah.27 Baitul Maal Wattamwil selanjutnya disingkat BMT adalah salah satu lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia selain koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya. Awal mula muunculnya BMT di Indonesia adalah pada bulan Juni 1992 di Jakarta, oleh prakarsa beberapa orang mendirikan lembaga
27
Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003), hal. 38-40
32
keuangan tanpa bunga dengan nama BMT. Lembaga keuangan non perbankan ini mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk akad mudharobah dan konsep jual beli yakni murabahah serta akad kerjasama bisnis dengan musyarakah. Oleh karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa pasar di bidang permodalan usaha masih di dominasi oleh UKM yang jumlahnya jutaan dibandingkan jumlah usaha-usaha besar. Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah mengalami dinamika yang bagus seiring dengan dinamika dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan Islam lainnya di tanah air. Munculnya lembaga keuangan mikro seperti BMT merupakan salah satu multiplier efect dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah. Lembaga ekonomi mikro ini lebih dekat dengan kalangan masyarakat bawah. BMT adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan syariah dan amanahnya. Berdasarkan pemahaman di atas, maka BMT adalah suatu lembaga yang di dalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan mengumpulkan zakat, infaq dan shodaqoh serta lainnya yang dibagikan / disalurkan kepada yang berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan dari kegiatan produktif dalam
33
rangka nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.28 Secara legal formal BMT sebagai lembaga keuangan mikro berbentuk badan hukum koperasi. Sistem operasional BMT mengadaptasi sistem perbankan syariah yang menganut sistem bagi hasil. Baitul maal dalam bahasa Indonesia artinya rumah harta. Sebagai rumah harta, lembaga ini dapat mengelola dana yang berasal dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Di sinilah sebenarnya letak keunggulan dari BMT dalam hubungannya dengan pemberian pinjaman kepada pihak yang tidak memiliki persyaratan/jaminan yang cukup. Maka operasional BMT di bawah ketentuan UU. No. 20 thn 2008, UU. No. 21 thn 2008, dan UU. No. 38 thn 1999. Setidaknya pemerintah Indonesia sudah sedikit membantu dengan membuat regulasi tentang perbankan syariah, UKM, dan pengelolaan zakat. Dalam operasionalnya BMT memiliki fungsi ganda, fungsi sosial sebagai Baitul Maal (rumah harta) dan fungsi usaha sebagai Baitut Tamwil (rumah pembiayaan). Fungsi BMT sebagai Baitul Maal diwujudkan dengan semacam jaminan/proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul maal berupa dana ZIS ataupun berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan kelompok simpan pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi sosial ini menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak punya kepada masyarakat yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi antara dua kelas
28
Ibid., h. 58
34
yang berbeda yang akan memberikan dampak positif kepada kehidupan sosial ekonomi komunitas masyarakat sekitar. Sedangkan fungsi sebagai Baitul Tamwil diwujudkan dengan transaksitransaksi keuangan yang memiliki konsep pinjaman kebijakan (qardhul hasan) yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya model pinjaman ini, BMT tidak memiliki resiko kerugian dari kredit macet yang mungkin saja terjadi. Dalam konsep baitul tamwil, pembiayaan dilakukan dengan konsep syariah (bagi hasil). Konsep bagi hasil untuk sebagian besar rakyat Indonesia merupakan konsep yang telah sering dipraktikkan dan sudah menjadi bagian dari proses pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara pemilik sawah dan penggarap sawah. Kelebihan konsep bagi hasil adalah menyebabkan kedua belah pihak, pengelola BMT dan peminjam saling melakukan kontrol. Di sisi lain pengelola dituntut untuk menghasilkan untung bagi penabung dan pemodal. Produk yang dikeluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan (mudhorobah, musyarakah), jual beli barang (BBA, murabahah, bai assalam), ijarah (leasing, bai takjiri, musyarakah mutanaqisah), serta pembiayaan untuk sosial (qordhul hasan). Produk tabungan meliputi tabungan mudharabah dan ZIS.29
29
Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April 2010 dari http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimana-bmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangiangka-kemiskinan-di-indonesia/
35
D. Keunggulan Bersaing 1. Pengertian Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing merupakan perkembangan dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan untuk pembelinya. Adapun keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan perusahaan
untuk
pembelinya
yang
melebihi
biaya
perusahaan
dalam
menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia bayar. Keunggulan bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai suatu keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan
yang
dilakukan
perusahaan
dalam
mendesain,
memproduksi,
memasarkan, menyerahkan , mendukung produknya. Masing–masing aktivitas dapat mendukung posisi biaya relatif perusahaan dan menciptakan dasar untuk diferensiasi.30 2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing. a. Nilai / Value Yang harus ditekan pada nilai atau value ini yaitu suatu perusahaan harus tahu tentang apa nilai atau value yang diinginkan atau diharapkan oleh calon pembeli, sesuai atau tidak dengan harapan mereka, atau sesuai apa tidak dengan apa yang didapatkan oleh mereka dari produk perusahaan tersebut.
30
Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik, ( Jakarta: PT Grasindo, 2001 ) h. 159.
36
b. Kemampuan Untuk Menyerahkan Produk Yaitu mengenai kecepatan pelayanan, penyerahan produk dan sensitivitas terhadap pelanggan. c. Harga Pantas atau tidaknya harga yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap produknya dimata konsumen atau pembeli produk tersebut. d. Loyalitas Konsumen Terciptanya sekelompok pembeli dalam pasar (segmen) yang akan mengabaikan produk pengganti dari pesaing, dengan kata lain adanya loyal customer atau pelanggan yang setia.31
3.
Mempertahankan Keunggulan Mempertahankan lebih sulit dari pada merebut,kata- kata klasik ini sudah sering kita dengar. Akan tetapi apakah kata-kata tersebut hanya dijadikan tameng apabila yang terjadi kemudian adalah sebuah kegagalan. Kata-kata tersebut juga berlaku dalam dunia usaha banyak cara dan banyak peluang serta tantangan yang terbuka untuk mencapai keunggulan. Demikian pula banyak cara untuk mempertahankan keunggulan yang telah dicapai oleh organisasi atau perusahaan. Memang banyak yang beranggapan bahwa dalam persaingan lepas kendali atau hypercompetition sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan yang terus 31
menerus,
akan
tetapi
secara
alamiah
perusahaan
akan
terus
Crown Dirgantoro, Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis, (Jakarta: PT Grasindo, 2001) , h. 158.
37
mempertahankan keunggulannya selama mungkin bahkan mereka akan berusaha menjadi penguasa tunggal dalam pasar.32 Sekali lagi, hal tersebut sangatlah wajar dan sah-sah saja, tinggal bagaimana pelaku pasar yang lain melakukan respon terhadap sifat dasar tersebut. Sifat alamiah ini kalau diumpamakan sama dengan sifat manusia yang akan selalu merasa lapar dan haus dan akan terus berusaha menutupi rasa lapar dan hausnya tersebut. Sementara tingkat pemuasan terhadap rasa lapar tersebut tergantung pada individu masing-masing. Beberapa
cara
mempertahankan
keunggulan
yang
bisa
kita
identifikasi, di antaranya adalah : a) Keunggulan Operasional : Keunggulan ini bila mengacu kepada strategi generik adalah berdasarkan kepada strategi harga dan biaya terendah dengan kepada penekanan efisiensi. Bila perusahaan bekerja kepada efisiensi dan kemudian berhasil menerapkan atau menekan biaya total untuk produk sedemikian rupa, sehingga bisa menjadi yang terendah dalam industrinya, maka kemungkinan terbesar bisa menetapkan harga produk yang terendah pula bagi industri.33 b) Keunggulan Produk dan Teknologi : hal ini bisa diperhatikan oleh perusahaan yang menjadi pemimpin produk adalah perusahaan tidak boleh terlalu terlena dengan terus menerus melakukan inovasi produk tanpa
32 33
Ibid., h. 19 Ibid., h. 20
38
memperdulikan pasar. Pekerjaan lain yang tidak kalah beratnya adalah bagaimana membuat pasar siap menerima produk-produk yang sebelumnya tidak pernah ada. Sedangkan teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengembangan atau inovasi produk. Dengan teknologi, maka banyak hal atau kemungkinan-kemungkinan yang tadinya hanya dalam angan-angan saja kemudian menjadi sebuah kenyataan. Pemanfaatan teknologi dalam proses inovasi produk sudah sedemikian meluasnya, sehingga yang banyak terjadi adalah teknologi menjadi penggerak utama dalam penemuan produk baru.34 c) Kedekatan Dengan Pelanggan : Perusahaan yang ingin membangun keunggulan melalui kedekatan dengan pelanggan yang harus dilakukan adalah upaya untuk membangun citra image tentang perusahaan ke dalam benak pelanggan. Untuk membangun kedekatan dan keakraban dengan pelanggan, maka perusahaan harus mau untuk menjadi bagian dari solusi untuk si pelanggan dan bukan malah menjadi bagian dari problem mereka.35 Dalam melakukan atau memberikan respons terhadap persaingan, sering dilakukan perombakan total pada proses bisnis atau sering dikenal sebagai business process reengineering atau rekayasa ulang proses bisnis. Perombakan total terpaksa dilakukan ketika perusahaan mengarah kepada situasi yang cukup menakutkan dalam kerangka persaingan bisnis. Ada tiga kekuatan besar yang bekerja sendiri-sendiri
34 35
Ibid., h. 24 Ibid., h. 25
39
maupun secara kombinasi yang mendorong perusahaan untuk masuk semakin jauh ke dalam area manakutkan bagi perusahaan.36 Ketiga kekuatan tersebut yang diidentifikasikan oleh Michael Hammer dan James Champy tokoh terkemuka dalam rekayasa ulang sebagai 3-P yang terdiri dari:37 P1= Pelanggan P2= Persaingan P3=Perubahan P-1 (Pelanggan) Sejak awal tahun 1980-an di Negara-negara maju dalam hubungan penjual dan pelanggan telah muncul pegeseran yang sangat kelihatan dimana kekuatan dominan tidak lagi berada di tangan para penjual akan tetapi berada pada tangan pelanggan. Para pelangganlah yang sekarang meminta kepada pemasok atau penjual apa yang mereka inginkan, kapan mereka menginginkannya serta berapa yang mereka sedia bayar. Dengan demikian semakin bannyaknya pilihan yang dimiliki oleh pelanggan, semakin besarlah kekuatan mereka untuk menentukan aturan main seperti yang mereka inginkan.38 Pelanggan-pelanggan, baik itu perseorangan maupun perusahaan, sekarang menuntut agar mereka diperlakukan secara spesifik atau secara individu dan bukan sebagai kelompok. Mereka menuntut dan mengharapkan produk-produk dan jasa yang
disampaikan 36
Ibid., h. 53 Ibid., h. 53 38 Ibid., h. 53 37
benar-benar
sesuai
dengan
keinginan
mereka.
Mereka
40
mempersyaratkan seluruh jadwal pengiriman produk yang sesuai dengan apa yang mereka tentukan. Demikian pula dengan jumlah yang harus mereka bayar.39 P-2 (Persaingan) Dalam kondisi persaingan perusahaan yang dapat menjangkau pasar dengan produk atau jasa yang layak dengan harga terbaik akan meraih penjualan. Sekarang, persaingan tidak hanya semakin ketat, tetapi juga semakin beraneka ragam. Dalam pasar yang semakin menyempit serta pemain yang justru semakin bannyak, persaingan akan semakin ketat. Peran dan pengguna teknologi informasi juga akan mengubah wajah persaingan. Teknologi
informasi akan memberikan
peluang-peluang baru bagi perusahaan dalam persaingan, disamping akan menciptakan halangan- halangan tersendiri bagi para pelakunya baik pemain lama maupun para pendatang baru. Pada pola persaingan dan pesaing yang baru tersebut banyak yang menyadari bahwa pelayanan standar yang telah ada saat ini tidak cukup. Untuk berhasil, kita harus dapat memberikan lebih dari apa yang telah ada.40 P-3 (Perubahan) Kita pasti pernah mendengar product life cycle (PLC). PLC atau siklus hidup produk menggambarkan siklus hidup untuk setiap produk yang dilemparkan ke pasaran yang dimulai dari fase atau tahap produk diperkenalkan, kemudian fase pertumbuhan di mana pertumbuhan permintaan terhadap produk oleh pasar tinggi dan memasuki tahap kematangan dimana permintaan terhadap produk relatif stabil dan
39 40
Ibid., h. 54 Ibid., h. 55
41
akhirnya tahap penurunan dimana tahap permintaan terhadap sebuah produk cenderung mengalami penurunan dan ujung-ujungnya ketika permintaan menjadi sangat sedikit atau secara matematis mendekati atau menuju nol maka biasanya produk tersebut tidak diproduksi lagi. Selain siklus hidup produk, kita juga bisa membuat siklus hidup pelanggan yang akan menggambarkan tahapan yang sama seperti produk tapi berlaku untuk pelanggan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan
bisnis saat ini yang bersifat
dinamis dan turbulence akan mengakibatkan seluruh siklus yang ada baik produk maupun pelanggan berumur jauh lebih pendek dibandingkan sebelumnya. Perusahaan tentu saja menginginkan untuk berada dalam fase kematangan produk maupun pelanggan selama mungkin untuk mengeruk keinginan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, perusahaan harus merespon dengan benar perubahan-perubahan tersebut serta malakukan perbaikan-perbaikan yang juga sangat dinamis untuk menyiasatinya. Kalau tidak, maka dia akan tertinggal atau ditinggalkan, apalagi perubahan-perubahan yang terjadi tersebut berlangsung secara terus menerus dengan kecepatan yang sangat tinggi.41
41
Ibid., h. 56
BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI BMT Al-Fath ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 1996 oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp 400.000,- per pendiri. Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI mendapat legal hukum dengan Nomor : 650/ BH/kwk. 10/VI/1998 dengan nama “ Koperasi Simpan pinjam Pamulang” Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT AlFath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan dengan nomor 518/BH/PAD/ Koperasi 2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath IKMI”. BMT Al-Fath IKMI merupakan sebuah lembaga keuangan mikro syariah yan telah tumbuh dan berkembang pesat di Ciputat. BMT Al-Fath IKMI terbentuk sebagai lembaga keuangan syariah dengan model yang mampu melakukan fungsi intermediate antara pihakyang memiliki dana (shahibul maal) dengan pemilik usaha(mudharib). Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu BMT Al-Fath IKMI mampu menjadi solusi alternatif bagi masyarakat muslim, khususnya untukkegiatan simpan pinjam dengan pola usaha syariah dan bebas dari riba yangterdapat di lembaga keuangan konvensional.
42
43
Dalam perkembangaanya BMT Al-Fath IKMI berupaya menempatkan diri sebagai mitra yang terpercaya dalam menjaga amanah yang diberikan masyarakat serta berusaha secara sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang terbaik. Saat ini BMT Al-Fath IKMI memiliki 2 kantor Unit Pelayanan Kas yang bertempat di Kantor Pusat Jln. Aria Putra No. 1 Kedaung, Pamulang serta Kantor cabang di Jln. Merpati Raya No. 27 A Sawah Baru Ciputat, Jombang memiliki 18 karyawan, 7 orang pengurus, 2 orang Pembina manajemen, 3 orang dewan pengawas syariah, 1orang internal auditor dan 1orang Pembina/penasihat. Dengan melakukan perbaikan di segala bidang yang meliputi; penerapan teknologi, sistem akuntansi, SDI yang handal, pemahaman Buku Profil KSU Syariah Baitul
Maal
wat
Tamwil
(BMT)
Al-Fath
IKMI
konsep
syariah
dan
mengaplikasikannya, penerapan SOP yang baku dantepat dengan visi manajemen yang berorientasi pada prestasi, potensi pasar binaan yang jumlahnya 3 Pasar, dengan jumlah nasabah lebihdari 1.000 anggota. lembaga yang menjadi mitra kerja, serta citra dan nama baik yang sudah mulai tertanam di masyarakat, menjadi pendorong dan kekuatan sendiri,sehingga harapan dan masa depan BMT Al-Fath IKMI yang sudah menjadi asset di masyarakat terus berperan aktif untuk kemajuan perekonomian umat melalui kerja keras dan semangat kebersamaan serta ridho Allah SWT. Respon masyarakat mengenai keberadaan BMT Al-Fath pada tahun 1996 BMT masih kurang disosialisasikan karena BMT lahir sekitar tahun 1994/1995 setelah Bank Muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat jadi
44
masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut, strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Dari unsur pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman pedagang di pasar Ciputat khususnya. Penawaran program BMT ini tidak mengalami kesulitan kepada sesama pedagang. Dari situlah terus dikembangkan sosialisasi kepada masyarakat dan mitra BMT yang sudah bergabung dengan BMT sehingga tersebar informasi tentang BMT dan baru pada tahun 2000 ke atas sudah mulai cukup bagus.1
B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI BMT Al-Fath IKMI memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi : Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Misi : Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan. Fungsi : Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan 1
Turmudi Imam, “Jujur, Amanah dan Menguntungkan” , BMT AL-FATH IKMI, (Jakarta), 20 Maret 2010, h. 31.
45
menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian beasiswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa. Tujuan : 1. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya. Budaya Kerja : a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah c. Selalu
berupaya
menciptakan
lingkungan
kerja
yang
nyaman
dan
menyenangkan. d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional.2 2. Menjauhkan masyarakat dari praktek yang non syari’ah, terutama dari para rentenir di mana keberadaannya yang makin merajalela yang sangat merugian masyarakat. Dengan tambahan yang ditetepkan sangat tidak wajar maka rentenir selalu di katakan identik dengan riba, sedangkan riba sangat di larang dalam Islam karena riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam Al-quran Surat (AnNisa : 29).
2
Ibid., h. v
46
)29 : 4/(النساء Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan hartasesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“ (An-Nisa/ 4 : 29). Selain itu juga tertulis dalam surat (Ali Imran :130)
)130 : 3/ (ال عمران Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran/3 : 130).
Dan juga dalam surat(Al Baqarah: 278-279).
) 278 - 279 : 2 / ( البقرة Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
47
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah/2: 278-279). C. Gammbar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI 3
RAT
PENGURUS
PENGAWAS
MANAGER TAMWIL KAB.OPERA SIONAL
KANTOR KAS
PEMBU KUAN
JASA MITRA
KABAG MARKETING
ACOUNT OFFICER
TELLER
FUNDING OFFICER
KOLEK TOR
MANAGER MAAL
Ket : Garis Perintah PEMBUKUAN
KEUANGAN Garis Pengawasan
3
Ibid., h. 63
48
Dewan Pengurus dan Pengawas yang menjabat untuk periode 2009-2011 adalah sebagai berikut: Nama
: KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel
Pendirian
: 13 Oktober 1996
Badan Hukum
: 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan
: 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP
: 02.021.735-2.411.000
SIUP
: 1086/10-04/PK/XII/2000
Jumlah Pendiri
: 31 Orang 1 Lembaga
Dewan Pengawas Ketua
: Drs Mustakim Kurdi
Anggota
: Faridi Syahdana, SE Didin Syaepuddin, SE
Dewan Pengurus Ketua
: Drs Budiyono
Bidang pendanaan
: H. Husein Bin Ali
Bidang SDM dan Legal
: Drs. Prastowo Sidhi, SH, MH
Bidang Pembinaan Mitra
: H. Abdul Rahim
Bidang Pembiayaan
: Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Sekretaris
: H. Z Arifin Listanto
49
Bendahara
: Drs. H. Moh. Abduh Atmadiwirya.4
Pengelola Kantor Pusat Manager Tamwil
: Saimin
Manager Maal
: H. Imam Turmudzi Ms
Kabag Operasional
: H. Djaelani
Account Officer
: Robi Sugara
Remedial Pembiayaan
: Cecep Nurjaya Dodi Kurniawan
Remedial Pendanaan
: Suheri Junianto Parjan Naufal Safiq
Pembukuan
: Neneng Syarifah
Adm Pembiayaan
: Salahudin Arif
Head Teller
: Harum Sulistio Rini
Teller
: Nurmilati
Pengelola Kantor Kas
4 5
Kepala Kantor Kas
: Supriyanto
Kabag Operasional
: Suryadi
Account Officer
: Hedi Rusmantoro
Teller
: Aisyah.5
Ibid., h. 31 Ibid., h. 32
50
D. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI 1. Penghimpunan Dana (Funding) a) Prinsip Titipan (Wadiah) 1. TAWAKAL ( Tabungan Wadiah BMT Al-Fath ) Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah/titipan. Dalam tabungan ini BMT Al-Fath tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT Al-Fath boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT Al-Fath.6 b) Prinsip Bagi Hasil 1. TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath) Merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).7 2. SIDIK (Simpanan Pendidikan) Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
6 7
Ibid., h. 21 Ibid., h. 21
51
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).8 3. Simpanan Idul Fitri Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).9 4. Simpanan Qurban Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini
menggunakan
prinsip
mudharabah
mutlaqah
sehingga
akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).10 5. Simpanan Nikah Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah
8
Ibid., h. 21 Ibid., h. 22 10 Ibid., h. 21 9
52
sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).11 6. Simpanan Haji Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan
haji.
Penarikan
dilakukan
satu
kali.
Simpanan
ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
2.
Penyaluran Dana (Lending) a) Pembiayaan Mudharabah Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.12 b) Pembiayaan Musyarakah Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masingmasing.13
11
Ibid., h. 22 Ibid., h. 22 13 Ibid., h. 23 12
53
c) Piutang Murabahah Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al-Fath dengan menyatakan
harga
perolehan/harga
beli/
harga
pokok
ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.14 d) Piutang Ijarah Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al-Fath dan mitra. BMT Al-Fath menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.15
3. Simpanan Pendidikan Simpanan merupakan investasi tidak terikat dari mitra/anggota yang penarikannya hanya dapat dilakukan oleh mitra/anggota atau yang diberi kuasa dengan persyaratan tertentu yang telah disepakati.16
14
Ibid., h. 23 Ibid., h. 21 16 BMT Al Fath IKMI, Laporan Tahunan 2009. (Jakarta: BMT Al Fath IKMI, 2010), h. 36. 15
54
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.17 Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Misalnya dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya antara bank dengan nasabah. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya.18 Jadi simpanan pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan.19 Manfaat Menabung di BMT Al-Fath IKMI Ada banyak manfaat menabung di Al-Fath FATH, diantaranya adalah : a. Membantu program keuangan mitra b. Aman dan menentramkan, karena berdasarkan syari’ah c. Memperoleh bagi hasil (bonus) setiap bulan d. Dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pembiayaan
17
Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 57. Ibid., h. 58 19 Wawancara Pribadi dengan Bp. Saimin: Manajer Tamwil BMT Al Fath IKMI. Jakarta, 25 Mei 18
2010.
55
e. Ta'awun / saling tolong menolong, karena dana tersebut akan disalurkan untuk pembiayaan kepada mitra lain.20
20
Turmudi Imam, “Jujur, Amanah dan Menguntungkan” , BMT AL-FATH IKMI, (Jakarta), 20 Maret 2010, h. 21
BAB IV
STRATEGI BISNIS DAN PENGEMBANGAN PRODUK BMT Al-FATH A. Strategi Pengembangan Produk BMT Al-Fath BMT Al-Fath tampaknya tidak mau kalah dari lembaga keuangan syariah lain dalam hal pengembangan produk. Alasannya, juga wajib memberikan layanan terbaik dan mudah bagi mitranya. Selain itu, ketatnya persaingan saat ini membuat BMT Al-Fath harus mampu menciptakan produk-produk yang tepat dengan ukuran sederhana (mudah dalam pemasaran, pengelolaan, maupun penerapannya sesuai prinsip-prinsip syariah). Strategi pengembangan produk-produk BMT dimulai dengan langkah awal identifikasi masalah kebutuhan dan keinginan nasabah terhadap pelayanan. Ketika langkah tersebut sudah mewujudkan output maka penciptaan, pengembangan produkproduk pun dilakukan. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Fath Ikatan Masjid Indonesia (IKMI). Semua itu dilakukan karena BMT Al-Fath menargetkan pertumbuhan aset hingga 20 persen.1 Sasarannya pada pembiayaan mikro terutama kepada para pedagang kecil tetap yang menjadi fokus perkembangan BMT yang berbasis di Tangerang ini.2 Dalam mencapai tujuannya tersebut BMT Al-Fath harus mampu menciptakan strategi pengembangan produk yang cukup baik dan mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu cara yang dilakukan BMT Al-Fath dalam 1 2
Internet 20 Januari 2011 BMT Al-Fath Bidik Aset Tumbuh 20% http://id.shvoong.com Ibid.,
56
57
pengembangan produk-produk yang dimilikinya adalah dengan cara mengembangkan produk-produk yang sudah ada, seperti pada produk titipan, BMT Al-Fath tidak hanya menerima titipan berupa tabungan saja, akan tetapi BMT Al-Fath membagi dalam beberapa kelompok produk berbentuk simpanan yaitu: Simpanan Amanah, Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Nikah, Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban / Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito). Semua itu dilakukan untuk memudahkan para mitra BMT melakukan simpanan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan tujukan. Selain itu produkproduk tersebut juga dilakukan BMT Al-Fath untuk menarik minat calon nasabah agar mau bergabung dengan BMT Al-Fath yang sebagian besar dari mereka lebih cenderung menitipkan tabungannya ke Bank. Dengan banyaknya produk-produk yang dimiliki BMT Al-Fath, BMT Al-Fath yakin mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya terutama lembaga keuangan non syariah yang tidak memiliki berbagai macam produk simpanan. Bukan hanya dalam melakukan penghimpunan dana saja BMT Al-Fath mengembangkan produk-produknya, akan tetapi BMT AlFath juga mengembangkan produk-produknya di bidang penyaluran dana. Dalam menyalurkan dananya BMT Al-Fath membagi dalam beberapa bentuk pembiayaan seperti:
Pembiayaan
Mudharabah,
Pembiayaan
Musyarakah,
Pembiayaan
Murabahah, Pembiayaan Ijarah. Semua itu juga dilakukan BMT Al-Fath untuk
58
mempermudah mitra BMT dalam memberikan bentuk pinjaman pada mitra BMT sesuai dengan apa yang mereka inginkan.3
B. Pola Pengembangan Strategi BMT Al-Fath BMT atau baitul-maal wat tamwiil adalah unit keuangan mikro yang bekerja sesuai prinsip-prinsip syariah. Prinsip dasarnya mirip dengan koperasi simpan pinjam. Keberadaan BMT mulai menjamur setelah terjadinya krisis 1997. Fokus BMT adalah pada pengembangan masyarakat ekonomi bawah. Ini berbeda dengan bank yang kalau memberikan pinjaman meminta syarat yang kompleks kepada peminjam. Pola pengembangan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath yaitu dengan menggunakan sistem analisis SWOT. Dalam menghadapi persaingan usaha yang begitu keras BMT Al-Fath selalu berupaya menerapkan strategi baru dan baik guna terus dapat bersaing dengan para pesaingnya. BMT Al-Fath menerapkan strategi SWOT dalam menjalankan usahanya, strategi ini sangat penting dalam setiap usaha, karena strategi ini secara tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan (Weknesses) dan ancaman (Threats). Strategi SWOT yang di gunakan BMT Al-Fath adalah dengan memahami dan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam lembaga ini sendiri dan juga harus mampu membaca peluang dan ancaman yang ada
3
Saimin, Manager Tamwil, Wawancara Pribadi, Kedaung, , 25 Mei 2010.
59
dari luar lembaga ini. Berikut ini adalah analisis SWOT yang ada dalam BMT AlFath:4
a. Kekuatan
:
Adanya reputasi yang baik di bidang pelayanan. Memiliki sumber daya manusia yang telah berpengalaman baik di bidang wirausaha maupun Agama. Banyak menciptakan produk pilihan yang dapat memudahkan nasabah dalam memilih produk yang di inginkan Memiliki kerjasama dengan banyak pihak.
b. Kelemahan : Sistem Operasional yang digunakan kurang canggih. Kurangnya jumlah karyawan, karena keterbatasan modal dan tempat. Besarnya nisbah bagi hasil untuk pembiayaan masih lebih tinggi di banding bunga Bank.
c. Peluang : Meningkatnya jumlah nasabah yang harus dilayani dari tahun ke tahun. Sistem yang digunakan bagi hasil bukan bunga. Mayoritas penduduk sekitar BMT Al-Fath adalah Muslim dan para pengusaha di pasar Ciputat.
4
Rika Nurlaila, Customer Service, Wawancara Pribadi, Kedaung, 22 September 2011.
60
Kebiasaan Masyarakat yang selama ini lebih memilih membeli barang dengan cicilan atau kredit dari pada harus membeli secara langsung.
d. Ancaman
:
Kejujuran Nasabah masih lemah dalam memberikan laporan keuangan. Banyaknya pesaing yang ada di pasar terutama para rentenir yang dianggap cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ilmu Agama.5
Selain itu pada pengembangan produk-produk BMT Al-Fath sangat efektif dimata masyarakat seperti pada produk-produk untuk menghimpun dana dan penyaluran dana yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam produk penghimpunan dana pola yang digunakan yaitu dengan memberikan kebebasan kepada mitranya untuk menitipkan uangnya dalam bentuk berbagai macam simpanan yang ada sehingga mitra BMT merasa senang dengan banyaknya pilihan produk-produk yang ada karena dapat menyesuaikan diri dengan tujuan ia menabung. Selain itu sistem bagi hasil juga sangat terbuka dan menguntungkan seperti dalam nisbahnya. BMT juga memberikan fariasi berupa perbedaan nisbah, semua sesuai dengan kesepakatan dan waktu seperti 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).
5
Ibid.,
61
Sedangkan dalam menyalurkan dana, BMT Al-Fath juga memberikan kebebasan kepada mitra untuk apa uang yang dipinjam digunakan asalkan masih dalam batas kewajaran dan tidak melanggar syariat Islam. Akan tetapi dalam menyalurkan dananya BMT Al-Fath tidak begitu saja dengan mudah memberikan pinjaman kepada nasabah. BMT Al-Fath tetap menggunakan prosedur yang ada seperti menggunakan sistem 5C. guna meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya Pembiayaan. Kelima prinsip tersebut meliputi :6
1. Character Keyakinan pihak BMT bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positip dan koperatip dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dari kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.7 2. Capacity Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan pembiayaan dari BMT. Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai
6
Saimin, Manager Tamwil, Wawancara Pribadi, Kedaung, 25 Mei 2010. Hendi Hidayat,“Prinsip Pemberian Kredit”, 17 Februari http://ngenyiz.blogspot.com/2006/02/prinsip-pemberian-kredit-5c-principle.html 7
2009
dari
62
dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. 8 3. Capital Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh mitra BMT Al-Fath. Hal ini kelihatannya kontradiktif dengan tujuan pembiayaan yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun memang demikianlah halnya dalam kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia akan dipercaya untuk memperoleh pembiayaan.9 4. Collateral Suatu penilaian terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal.10 5. Condition of economy Condition of economy yaitu adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian pada suatu saat.
8
Ibid Ibid 10 Ibid 9
63
Semua itu dilakukan oleh BMT Al-Fath agar tidak mengalami kerugian.11 Adapun syarat umum pengajuan pembiayaan adalah: 1) Memiliki identitas sah (KTP/SIM). 2) Mempunyai usaha atau karyawan atau professional. 3) Lama usaha minimal 3 bulan sedangkan karyawan selama 6 bulan, lokasi di wilayah Ciputat. 4) Jujur, amanah dan bertanggung jawab. 5) Mengisi formulir pengajuan pembiayaan. 6) Bersedia dilakukan survei ke tempat usaha atau ke tempat tinggal. Untuk mewujudkan pengembangan produk BMT Al-Fath tidak hanya diam di tempat saja. Dalam melaksanakn kegiatan BMT Al-Fath juga menggunakan strategi jempul bola (mendatangi mitranya langsung) baik yang mau melaksanakan kegiatan simpanan maupun setoran pembiayaan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara petugas langsung mendatangi calon nasabah dan para petugas yang diutus oleh pihak BMT dua Orang, petugas leluasa menjelaskan mengenai konsep keuangan serta sistem dari perspektif syariah. Jemput bola dapat pula dipahami sebagai upaya BMT Al-Fath mengembangkan tradisi silatutahmi yang menurut Rosulullah SAW dapat menambah rezeki, memanjangkan umur serta menjauhkan manusia dari dendam dan kebencian. Strategi ini dilakukan BMT Al-Fath untuk memudahkan mitranya bertransaksi selain itu juga digunakan BMT Al-Fath untuk melawan rentenir yang
11
Ibid
64
dikenal mempunyai pelayanan sangat cepat dan mudah dalam memberikan pinjaman kepada korbannya.
C. Factor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan BMT Al-Fath Dalam melakukan kegiatan sehari-hari BMT Al-Fath juga tidak begitu saja dapat menjalankan kegiatannya. Banyak hal yang membuat BMT Al-Fath harus pandai-pandai mengambil keputusan sebelum melakukannya, selain itu BMT Al-Fath harus mampu membaca peluang yang ada bukan hanya unruk jangka pendek akan tetapi untuk jangka panjang juga. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan produk BMT Al-Fath, baik itu faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat kinerja BMT Al-Fath:
Faktor-faktor yang menghambat: 1.
Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Insani sehingga menyulitkan pihak BMT dalam mencari karyawan yang mempunyai etika dan kemampuan yang Islami.
2.
Kurangnya promosi sehingga masih banyak Orang yang belum paham benar dengan BMT sehingga sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jasa lembaga keuangan lainnya bahkan rentenir sekalipun.
3.
Munculnya banyak pesaing: makin banyaknya persaingan di sektor lembaga keuangan terutama muncul banyaknya rentenir yang langsung turun ke masyarakat membuat BMT Al-Fath harus bekerja keras untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan.
65
4.
Kejujuran nasabah: kejujuran nasabah dalam memberi data keuangan atau keuntungannya setiap bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan tersebut. Kurang adanya pengawasan sehingga demi menghindari bagi hasil kadang kala seharusnya untung tetapi oleh nasabah dilaporkannya rugi, sehingga BMT Al-Fath mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya atau bahkan merugi.
Faktor-faktor yang mendukung: 1. Letak BMT: letak BMT Al-Fath sangat strategis berada di lingkungan pasar Ciputat, sebagian besar mitra BMT Al-Fath adalah para pedagang di pasar Ciputat di mana mereka semua masih banyak yang membutuhkan pembiayaan untuk menigkatkan usahanya. 2. Masyarakat : kebiasaan masyarakat juga menjadi faktor pendukung karena sebagian besar masyarakat kita masih suka melakukan pembelian secara kredit dari pada melakukan pembelian secara langsung, sehingga BMT Al-Fath memanfaatkannya dengan memberikan produk Murabahah dengan cara cicilan. 3. Sistem yang digunakan yaitu sistem bagi hasil yang mencerminkan adanya keadilan berbeda dengan sistem bunga yang masih dalam perdebatan khilafiyah, banyak kaum muslim yang tidak menyimpan uangnya di perbankan karena tidak mau dengan sistem bunga.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1.
Salah satu cara yang dilakukan BMT Al-Fath dalam pengembangan produkproduk yang dimilikinya adalah dengan cara mengembangkan produk-produk yang sudah ada, seperti pada produk titipan, BMT Al-Fath tidak hanya menerima titipan berupa tabungan saja, akan tetapi BMT AL-Fath membagi dalam beberapa kelompok produk berbentuk simpanan yaitu: Simpanan Amanah, Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Nikah, Simpanan Idul
Fitri, Simpanan Qurban/Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan
Mudhorobah Berjangka (Deposito). Bukan hannya di produk simpanan saja BMT Al-Fath mengembangkan produknya tetapi juga di bidang pennyaluran dana seperti pembiayaan BMT Al- Fath juga membagi kedalam beberapa kelompok
seperti
Pembiayaan
Mudharabah,
Pembiayaan
Musyarakah,
Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Ijarah. Semua itu juga dilakukan BMT Al-Fath untuk mempermudah mitra BMT dalam melakukan transaksi baik dalam bentuk simpanan maupun pembiayaan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan tujukan, selain itu pengembanan produk-produk tersebut juga di tujukan untuk meningkatkan
66
67
keunggulan bersaing BMT Al-Fath, tanpa adanya pengembangan produk BMT Al-Fath akan kalah dengan lembaga keuanggan lainnya.
2.
Pola pengembangan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath yaitu dengan menggunakan sistem analisis SWOT. Dalam menghadapi persaingan usaha yang begitu keras BMT Al-Fath selalu berupaya menerapkan strategi baru dan baik guna terus dapat bersaing dengan para pesaingnya. BMT Al-Fath menerapkan strategi SWOT dalam menjalankan usahanya, karena strategi ini secara tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan (Weknesses ) dan ancaman (Threats). Selain itu system bagi hasil juga sangat terbuka dan menguntungkan seperti dalam nisbahnya . Pola pengembangan produk BMT Al-Fath selanjutnya yaitu BMT AlFath tidak hanya diam ditempat saja akan tetapi dalam melaksanakan kegiatannya BMT Al-Fath juga menggunakan strategi jemput bola (mendatangi mitranya lansung). BMT juga memberikan fariasi berupa perbedaan nisbah semua sesuai dengan kesepakatan dan waktu seperti 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan BMT Al-Fath
68
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan produk BMT Al-Fath baik itu faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat kinerja BMT Al-Fath: Faktor-faktor yang menghambat: 1. Munculnya banyak pesaing 2. Kejujuran nasabah Faktor-faktor yang mendukung: 1. Letak BMT Strategis 2. Kebiasaan masyarakat 3. Sistem yang digunakan
B. SARAN. Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh penulis, maka penulis hendak memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait yaitu : 1. Masyarakat wilayah Ciputat hendaknya mau bergabung dengan BMT Al-Fath IKMI, karena sistem yang digunakan sangat menguntungkan dan mencerminkan adanya keadilan dalam berekonomi. Selain itu masyarakat sekitar BMT Al- Fath seharusnya meninggalkan para rentenir karena sistem yang digunakan yaitu berupa tambahan yang sangat tinggi jumlahnya dapat merugikan peminjam dan juga tidak diperbolehkan.
69
2. Dalam upaya meningkatkan eksistensi BMT, BMT Al-Fath hendaknya memperbaiki strategi pengembangan produk-produknya agar lebih baik dan kompeten sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing. 3. Untuk akademik penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan objek dan sudut pandang yang berbeda sehingga dapat memperkaya khasanah kajian ekonomi Islam. 4.
Bagi Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan lembaga keuangan seperti BMT maupun Koperasi, karena lembaga seperti ini sangat berpengaruh bagi tumbuhnya UKM yang dapat menciptakan lapangan kerja, selain itu bukankah untuk menjadi suatu negarah yang maju itu tergantung pada jumlah wirausaha yang sangat bannyak dan handal. Dan hanya lembaga seperti BMT maupun koperasi yang dapat di jangkau oleh Usaha kecil yang kekurangan dana karena lebih muda dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an nul al-Karim. Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran EkonomiIislam. Jakarta: Pustaka Asasstrus, 2005. Antonio, Syafi’i Muhammad. Bank Syariah dan Teori Kepraktekan. Gema Insani,cet ke 2, 2002. Arifin, Zainal. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta. Pustaka Alvabet, 2005. Arinsyah, Akbar, “Jenis-jenis Simpanan dan Pinjaman”, artikel diakses pada 17 Desember 2010 dari http://blog.umy.ac.id/2010/jenis-jenis-danpinjaman-pembiayaan-bmt.html. BMT AL-FATH, Profil BMT AL-FATH David,“(Koonsep Strategi dan Perumusan)”, artikel diakses pada 9 Februari 2009 darihttp://jurnalsdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisiperumusan.html. Dimiyati, Ahmad, dkk. Islam dan Koperasi Jakarta: KOPINFO, 1998. Dirgantoro, Crown. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Grasindo, 2001. Dirgantoro, Crown. keunggulan bersaing melalui proses bisnis. Jakarta: PT Grasindo, 2001. Fahmi, Nuri. Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap BMT Darunnajah Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Febrianmujahid, “Ekonomics and Islamic Finance”, artikel diakses pada 30 April 2010 dari http://febryanmujahid.wordpress.com/2010/04/30/bagaimanabmt-baitul-maal-wa-tamwil-mengurangi-angka-kemiskinan-di-indonesia/ Harahap, Sofian dkk. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta: LPFE Usakti, 2005. Hendi, Hidayat, “Prinsip Pemberian Kredit”, artikel diakses pada 17 Februari 2009 dari http://ngenyiz.blogspot.com/2006/02/prinsip-pemberian-kredit5c-principle.html
Hilman, Imam. Perbankan syariah masa depan. Jakarta: Senayan Aba dipublicing, 2003. Internet 20 Januari 2011 http://id.shvoong.com
BMT
Al-Fath
Bidik
Aset
Tumbuh
20%
Jaribah bin Ahmad Al-Haristi. Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Jakarta: Khalifa, 2006. Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Kotler, Philip. Marketing Managemen. New Jersey Prentice hall, 2000. Muhammad. Lembaga Ekonomi Syariah. Graha ilmu. Yogyakarta, 2007. Nanat, Fatah, Nasir. Etos Kerja Wirausahawan Muslim. Bandung: Gunung Djuti Press, 1999. Rifqi, muhammad. Akuntansi Keuangan Syariah. P3EI press. Jakarta, 2008. Saefudin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam Jakarta: Rajawali, 1987. Segara Edo, “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 10 Februari 2008 dari http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: 2007.
Ekonisia,
Sutrisno, Noer. Ekonomi rakyat usaha mikro dan UKM: Dalam perekonomian Indonesia. Jakarta. STEKPI, 2005. Sukamatjaya Ahmad. Baitul Maal Wat Tamwil. Jakarta: Yayasan Al-Amin Dharma Mulia, 2009. Turmudi, Imam, Jujur, Amanah dan Menguntungkan, BMT AL-FATH IKMI, (Jakarta), 2010. Wawancara langsung dengan Bpk saimin pimpinan BMT Al-Fath 25 Desember 2010. Widodo, Hendro. Panduan praktis oprasional BMT. Bandung: Mizan, 1999.