9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peran Pengembangan Kualitas Produk Baru dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing bersifat dinamis dan akan mengalami perubahan dari
waktu ke waktu bergantung kepada tingkat kompetisi, perubahan perilaku permintaan, dan kemampuan dasar industri. Pada era kompetisi saat ini, khususnya pada era globalisasi tuntutan terhadap peningkatan keunggulan bersaing dalam bisnis yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan. Keunggulan bersaing dalam bisnis yang berkelanjutan akan meningkatkan ketahanan ekonomi dan bisnis sebagai bagian dari perekonomian keseluruhan. Dalam rangka meningkatkan kontribusi tanaman anggrek Dendrobium bunga potong dalam perekonomian nasional,
dibutuhkan perbaikan budidaya
melalui penerapan teknologi inovatif yaitu teknologi pengembangan varietas baru. Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas produk dan kapasitas produksi yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mengurangi angka impor bibit. Kondisi usaha tani anggrek Dendrobium bunga potong yang diharapkan adalah kondisi usaha tani yang menggunakan potensi sumber daya nasional sebagai komoditas andalan yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sejenis yang memenuhi tuntutan pasar. Peningkatan keunggulan bersaing dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas melalui pengembangan produk baru, sehingga produk yang dihasilkan dapat unggul secara komparatif dan unggul secara kompetitif. Keunggulan bersaing produk hasil pertanian dipengaruhi oleh kualitas, manfaat atau kegunaan bagi konsumen, dan jumlah produk yang beredar di pasaran, serta biaya produksi yang harus dikeluarkan. Usaha yang efektif dan efisien menjadi pilihan dalam upaya peningkatan keunggulan bersaing. Peran pengembangan kualitas produk baru akan dapat dirasakan manfaatnya dan dampaknya terhadap kemajuan agribisnis anggrek terkait dengan penyediaan varietas unggul, bibit berkualitas dan teknologi pendukungnya, yaitu teknologi
10
budidaya, teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi pasca panen. Peran pengembangan produk dalam meningkatkan keunggulam bersaing dilandasi karena adanya beberapa karakteristik produk yang belum sesuai dengan harapan konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan ilmu dan teknologi serta implementasinya, kebijakan yang belum kondusif, serta persaingan global yang semakin ketat. Keberadaan pesaing membuat tim pengembang produk dituntut untuk kreatif dalam menghadapi situasi yang sangat kompetitif. Semakin banyak pesaing maka semakin banyak pilihan bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan keinginannya. Adanya persaingan menurut Suwandi (2006) pada dasarnya tidak hanya bersifat negatif akan tetapi dengan persaingan iklim kompetisi yang lemah akan tergugah untuk kemudian melakukan dinamika pasar yang tentunya akan sangat menguntungkan konsumen. Salah satu cara agar konsumen dapat terus tertarik menggunakan produk yang diluncurkan/peluncuran produk, maka tim pengembang harus mempunyai kemampuan menanggapi selera konsumen yang selalu berubah. Peluncuran produk merupakan tindakan antisipatif untuk merespon keinginan konsumen. Burhanuddin, et al., (2002) mengemukakan bahwa peluncuran produk dapat dilakukan dengan diversifikasi produk maupun pengembangan produk yang ada. Tingkat penggunaan produk merupakan suatu tolok ukur keberhasilan tim pengembang untuk memuaskan pengguna produk. Faktor yang sangat perlu diperhatikan adalah dengan evaluasi pendapat konsumen. Evaluasi pendapat konsumen merupakan perbandingan mutu setiap elemen dari masukan konsumen dengan pesaing. Produk yang memiliki khas tertentu dan diinginkan oleh konsumen akan sangat mudah dalam memenangkan kompetisi (Suwandi, 2006). Selain itu juga bahwa dalam meningkatkan keunggulan bersaing (keunggulan kompetitif) suatu produk tidak hanya produsen saja yang menentukan akan tetapi banyak faktor lain yang mendukung antara lain pemerintah selaku pemberi kebijakan, kesempatan dan signifikansi permintaan pasar. Pengembangan industri florikultura perlu diarahkan pada peningkatan keunggulan bersaing agar mampu berkompetisi dengan produk serupa dari negara
11
lain. Salah satu upaya peningkatan keunggulan bersaing yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Pengalaman dari berbagai negara maju menunjukkan bahwa penerapan teknologi inovatif terbukti mampu menciptakan produk unggulan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, menjaga kesinambungan pasokan dan meningkatkan efisiensi distribusi dan pemasaran (Litbang Pertanian, 2011). Langkah yang tepat yang perlu ditempuh dalam meningkatkan keunggulan produk yaitu dengan perencanaan pengembangan kualitas produk. Pendekatan QFD dapat digunakan dalam berbagai perencanaan, serta seluruh operasi organisasi didorong oleh suara konsumen.
2.2
Peran Preferensi Konsumen dalam Menentukan Atribut Produk Anggrek Dendrobium Bunga Potong Konsumen mempunyai banyak pilihan dalam begitu banyak kategori dari
suatu produk dan layanan. Masing-masing individu mempunyai pandangan yang sangat beragam terhadap produk sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman tentang apa yang dibutuhkan konsumen tidak hanya bermanfaat bagi konsumen itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi produsen. Bagi produsen pengetahuan terhadap apa yang menjadi keinginan konsumen merupakan informasi penting untuk menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan produk selanjutnya sesuai dengan keinginan konsumen. Berikut ini adalah atribut-atribut produk dari penelitian terdahulu terkait dengan keinginan konsumen. Bagi seorang konsumen, atribut atau karakteristik yang melekat pada suatu produk menjadi bahan pertimbangan dalam memilih suatu produk. Atribut produk merupakan unsur-unsur yang dianggap penting oleh konsumen didalam mengambil keputusan, karena setiap produk mempunyai karakteristik yang berfungsi sebagai atribut penilaian selama proses pengambilan keputusan. Pentingnya suatu atribut bagi konsumen dapat juga menggambarkan baik buruknya suatu produk. Pada analisis tingkat preferensi petani terhadap karakteristik hasil dan kualitas bawang merah varietas lokal dan impor yang dilakukan oleh Basuki (2009) mengemukakan bahwa dalam memilih varietas yang disukai petani
12
mempertimbangkan keunggulan dari seluruh keseluruhan atribut yang dimiliki oleh varietas tersebut. Untuk memperbaiki varietas bawang merah perlu memperhatikan karakteristik mutu, yaitu bentuk, ukuran, warna umbi, serta kemampuan adaptasi tinggi yaitu dapat ditanam pada musim kemarau dan hujan. Keberhasilan suatu strategi pengembangan produk baru tidak hanya sekedar kemampuan menciptakan sebuah produk, akan tetapi bisa memahami featurfeatur dari produk tersebut sesuai dengan preferensi konsumen. Ameriana, et al., (1998)
menyebutkan
mempertimbangkan
bahwa keinginan
dalam dari
proses para
pelepasan
pengguna
varietas
varietas.
perlu Sebagai
konsekuensinya informasi mengenai hal tersebut harus tersedia. Perbaikan kualitas merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam proses pelepasan varietas, disamping potensi hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan sebagainya. Berdasarkan dari hasil penelitian ini seorang pemulia tanaman dapat membuat prioritas mengenai petunjuk kualitas yang harus didahulukan untuk diperbaiki. Sebagai bahan pertimbangannya yaitu proses pelepasan varietas dalam bidang pemuliaan memerlukan investasi yang tidak sedikit baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya. Pada bunga anggrek potong dan tanaman pot, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi perlu dilakukan untuk mengimbangi permintaan pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Karena menurut Sutater (2006) kualitas merupakan indikator yang diinginkan konsumen sebagai atribut (warna, bentuk, jenis, harga, dsb), produk atau jasa, dan kualitas merupakan salah satu dari aspek selera konsumen. Selera masyarakat terhadap bunga potong bila dilihat dari segi keindahan, warna, ukuran, bentuk, dan susunan bunga, serta daya tahan bunga cepat berubah ke arah yang lebih baik dan sempurna (Soekartawi, 1994). Penelitian Nurmalinda, et al., (1997) menyebutkan bahwa selera konsumen ditentukan oleh keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan, bentuk dan periode kesegaran bunga. Untuk konsumen hotel, rumah tangga dan florist menurut Sunarmani, et al., (2011) dan Nurmalinda, et al., (1999) serta Behe, et al., (1993) bahwa harga bukan merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena penggunaan bunga potong lebih berkaitan dengan kebutuhan. Hal utama yang menjadi perhatian
13
konsumen ialah coraknya yang masih baru, tahan terhadap hama dan penyakit, serta dapat ditempatkan di dalam ruangan. Pada saat ini pasar anggrek Dendrobium menuntut tersedianya bunga anggrek potong dan tanaman pot anggrek yang bermutu dan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang semakin banyak dan berkesinambungan. Produksi anggrek Indonesia dalam negeri terdiri atas penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat tertentu dalam kota, perhotelan, gedung perkantoran, pengusaha pertamanan, florist/toko bunga. Berkenaan dengan perdagangan anggrek dewasa ini, tidak terlepas dari adanya standardisasi kualitas produk terhadap produk yang diperdagangkan. Tidak ada standar baku mengenai kriteria mutu anggrek Dendrobium bunga potong yang harus dipenuhi. Standar mutu bunga potong bersifat dinamis, berkembang dari waktu ke waktu, mengikuti kemajuan teknologi dan permintaan konsumen. Spesifikasi persyaratan mutu kelompok Dendrobium berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3171-1995 dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Kelompok Dendrobium No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Uji Panjang malai Jumlah bunga keseluruhan Jumlah bunga mekar Jumlah kuncup Susunan bunga dalam malai Bekas pestisida Bunga rusak Binatang hidup
Satuan Cm -
Persyaratan Mutu Kelas I Kelas II Kelas III Min. 60 Min. 50 Min. 40 Min. 16 Min. 12 Min. 8
-
Min. 10 Maks. 6 Lengkap
Min. 8 Maks. 4 Lengkap
Min. 6 Maks. 2 Lengkap
-
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sumber: Subdit Standardisasi PPHP Kementerian Pertanian, 2011
2.3
Peran Pemuliaan dalam Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium Bunga Potong Sebagai evaluasi dan masukan bagi produsen/tim pengembang maka setiap
kegiatan yang kaitannya untuk menghasilkan produk tanaman menitik beratkan kepada kebutuhan konsumen/pengguna. Dalam pengembangan ini, suara
14
konsumen (voice of customers) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap life cycle suatu komoditas. Menurut Donald (1968), program pemuliaan akan bermanfaat apabila menerapkan pemuliaan model
tanaman atau idiotipe tanaman. Tipe ideal
merupakan suatu parameter yang diinginkan oleh konsumen, sehingga observasi permintaan atau preferensi konsumen memegang peranan sangat penting dalam merencanakan pemuliaan idiotipe. Pemuliaan tanaman menurut yang dikemukakan oleh Carsono, N (2008) merupakan
kegiatan
yang
dinamis
dan
berkelanjutan.
Kedinamisannya
dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi alam lingkungan yang cenderung berubah, sebagai contoh strain patogen yang selalu berkembang, selera ataupun preferensi konsumen juga berkembang, oleh karenanya, kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang berkesinambungan, berlanjut dari satu tahapan menuju pada tahapan berikutnya. Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru. Keberhasilan program pemuliaan ini tergantung pada ketersediaan kisaran materi yang luas dalam program, pemilihan metode persilangan yang tepat dan diikuti dengan evaluasi genotype. Persilangan untuk mendapatkan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong menurut yang dikemukakan oleh Widiastoety, et al., (2010) merupakan salah satu upaya dalam pengembangan anggrek. Dalam pengembangan varietas baru tanaman sangat diperlukan ketersediaan materi sebagai induk persilangan dalam jumlah yang banyak, beragam, serta mempunyai sifat-sifat unggul. Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida. Oleh karena itu,
15
penggunaan anggrek Dendrobium hibrida unggul sebagai induk silangan sangat diperlukan. Pada komoditas tanaman hias yang dinyatakan oleh Qud, et al., (1995) bahwa yang menjadi kontributor utama terhadap nilai ekonomi bunga ialah warna bunga. Sementara anggrek Dendrobium yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bunga potong banyak dijumpai di Indonesia. Namun menurut Widiastoety, et al., (2010) karena terbatasnya pengetahuan mengenai sifat-sifat penurunannya, baru sebagian kecil anggrek yang dimanfaatkan sebagai induk persilangan.
2.4
Pendekatan QFD Dalam Pengembangan Kualitas Produk Pada pendekatan QFD kemampuan membawa produk baru dapat diterima
pasar secara cepat merupakan kunci kesuksesan dari customer-driven company. Kondisi ini merupakan tantangan pasar yang menuntut adanya persaingan yang semakin kompetitif. Konsumen tidak hanya menuntut kualitas produk baru yang lebih tinggi tetapi juga menuntut adanya inovasi baru. Meskipun sulit, tetapi hal tersebut tidak dapat dihindari karena merupakan prasyarat yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan yang kompetitif. Untuk menghadapi tantangan ini perusahaan terus berupaya untuk menerapkan proses pengembangan produk baru yang inovatif (new product development). Berbagai penelitian memberikan informasi bahwa metode QFD merupakan metode yang efektif untuk diintegrasikan ke dalam proses pengembangan produk (Griffin, 1992; Akao dan Mazur, 2003; Cheng, 2003; Cauchick Miguel, 2005) dalam Miguel (2007). Metode QFD juga dianggap oleh Govers (1996) dalam (Miguel, 2007) sebagai pendekatan untuk produk inovasi yang berorientasi kepada pelanggan, yang berfokus pada desain produk. QFD meliputi seluruh komponen desain produk dan produksi setelah target pasar teridentifikasi. Pendekatan QFD telah terbukti efektif dalam mengurangi waktu serta memberikan produk berkualitas tinggi dan berbiaya rendah. Pada kondisi terbatasnya biaya untuk pengembangan produk, tim pengembang dituntut untuk memilih dan menyeleksi atribut apa saja yang akan dikembangkan pada produk yang akan dikembangkan agar tetap sesuai dengan
16
kemampuan biaya yang dimilikinya. Proses penetapan pada atribut yang akan dikembangkan memerlukan pertimbangan yang matang bagi tim pengembang, agar risiko terjadinya ketidakpuasan konsumen (kegagalan pasar) dapat dihindari/dicegah. Apabila produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen, maka sangat kecil kemungkinan terjadi pengulangan pekerjaan, sehingga manfaat optimal dari bahan baku yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh konsumen. Penggunaan QFD pada pengembangan varietas Melon di Kabupaten Bogor oleh Wagiono, Y. dan Hamrah (2007) diperoleh matriks perencanaan varietas melon. Matriks tersebut dapat digunakan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan dalam upaya penyempurnaan perakitan varietas Melon, sehingga untuk selanjutnya keinginan dan harapan pelanggan terhadap varietas melon yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen. Implementasi QFD dalam peningkatan manajemen mutu susu KPBS Pengalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat
oleh Burhanuddin (2002)
dipengaruhi oleh komitmen manajemen, perubahan budaya organisasi, pelibatan dan pemberdayaan karyawan, formulasi manajemen mutu. Hasil analisis matrik HOQ didapatkan 4 aktivitas teknis yang harus segera dilakukan (berdasarkan skala prioritas), yaitu meningkatkan kualitas bahan baku, meningkatkan kerjasama dengan distributor, pengembangan pasar baru dan pemberian insentif, meluncurkan produk baru baik melalui diversifikasi maupun development product. Tim pengembang produk melakukan penjajakan apa yang diinginkan oleh konsumen kemudian mengembangkankannya. Hasil studi yang dilakukan oleh Augusto (2007) mengemukakan QFD memfasilitasi pengembangan produkproduk yang inovatif dan temuannya dapat memberikan informasi kepada praktisi mengenai penggunaan QFD dalam mendukung pengembangan produk-produk yang inovatif dan metode QFD banyak dieksplore, serta banyak digunakan sebagai referensi pada banyak publikasi.