STRATEGI PENGADAAN FRESH FRUIT BUNCH (FFB) DENGAN ANALISIS STRENGTHS, WEAKNESSES, OPPORTUNITIES, DAN THREATS (SWOT) (Studi kasus di PT. Cisadane Sawit Raya) Sulistyanto Abstrak Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari 2011 sampai dengan 7 April 2011 yang bertempat di PMKS PT Cisadane Sawit Raya, Sei Siarti, kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat strategi pengadaan FFB dengan analisis SWOT di PMKS PT CSR. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapangan, depth interview dan studi pustaka. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif serta diperkuat dengan tinjauan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa faktor-faktor strategis eksternal memiliki rating yang cukup baik (2.53), sama halnya dengan IFAS yang memiliki rating 2.52. Sebenarnya dengan melihat rating yang sama ini, dapat disimpulkan bahwa faktor strategi eksternal dan faktor strategi internal memiliki peluang yang sama dalam mempengaruhi PT CSR dimasa yang akan datang. Melihat opportunities dan threats yang begitu besar dalam industri kelapa sawit akhirnya akan bermuara pada win win solution, sedangkan strengths dan weaknesses yang ada di PT CSR akan bermuara pada pertimbangan harga pembelian. Kata kunci : Fresh Fruit Bunch (FFB), Analisis SWOT, Kelapa Sawit. yang hanya 7500 HA dengan produksi 407
PENDAHULUAN
ton/hari dan dari supplier luar (FFB masyarakat) Tujuan dasar dari aktivitas industri adalah barang
mengembangkan yang
dapat
dan
sebanyak 327 ton/hari. Materials dengan tonase
memproduksi
dipasarkan
734 ton/hari ini sudah tentu tidak dapat
dengan
memenuhi kebutuhan materials PMKS sebesar
ini dapat
1200 ton/hari. Untuk mendapatkan FFB sesuai
dicapai dengan interaksi yang tepat antara
kebutuhan PMKS, bagian pengadaan berperan
beberapa hal yang oleh para ahli manajemen
untuk melakukan fungsi penting ini. Salah satu
secara
peran tersebut adalah pembelian sebagai fungsi
memperoleh keuntungan.
historis
dikenal
Tujuan
dengan
5M
yaitu
machines, man power, materials, money, dan
strategis
management. Materials/bahan baku dewasa ini
mengandung makna fungsi yang ikut menentukan
merupakan darah kehidupan suatu industri. Tidak
atau sangat berpengaruh dalam penentuan hidup
ada satu industri pun yang mampu hidup tanpa
matinya suatu perusahaan. Fungsi strategis
hal
pembelian
tersebut.
PT
CSR
tempat
penulis
perusahaan.
dibutuhkan
Fungsi
untuk
strategis
melakukan
melaksanakan PKL merupakan industri yang
perencanaan strategis yang berarti perencanaan
bergerak dalan bidang perkelapasawitan. Dalam
yang dibuat untuk menjamin suatu perusahaan
aktivitas industrinya, PMKS PT CSR yang
agar dapat tetap hidup dan berkembang.
memiliki kapasitas olah 60 ton/jam dengan kerja mesin
20
jam/hari
material berupa FFB
membutuhkan
Tujuan dari penelitian ini adalah
pasokan
membuat strategi pengadaan FFB dengan
sebanyak 1200 ton/hari
analisis SWOT di PMKS PT CSR.
untuk diolah menjadi CPO. Materials tersebut dipasok dari lahan pohon kelapa sawit sendiri 26
opportunities yang ada, sambil mengurangi
METODOLOGI
weaknesses dan menghindari threats. Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal
subjektif karena bisa jadi dua orang yang
22 Februari 2011 sampai dengan 7 April 2011
menganalisis sebuah organisasi akan memandang
yang bertempat di PMKS PT Cisadane Sawit
berbeda ke empat bagian tersebut. Hal ini
Raya, Sei Siarti, kecamatan Panai Tengah,
diwajarkan, karena analisis SWOT adalah sebuah
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam sebuah permasalahan.
Data Pendukung Data-data yang digunakan dalam kajian
Penggunaan
analisis
SWOT
ini
ini meliputi : Laporan rekap harian timbangan,
sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang
laporan grading FFB, daftrar supplier eksternal
lalu dari bentuk yang paling sederhana, yaitu
FFB dari PMKS dan data-data pembelian,
dalam
gudang dan personalia dari PMKS PT CSR.
mengalahkan musuh dalam setiap pertempuran,
rangka
menyusun
strategi
untuk
sampai menyusun strategi untuk memenangkan persaingan bisnis, dengan konsep menang-
Metode Penelitian Metode yang dilakukan yaitu observasi
menang atau cooperation dan competition.
lapangan, depth interview dan studi pustaka.
Konsep dasar pendekatan SWOT ini tampaknya
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian
sederhana sekali yaitu sebagaimana dikemukakan
dianalisis secara deskriptif serta diperkuat dengan
oleh Sun Tzu (Sun Tzu: 1992)
tinjauan pustaka.
Menurut Rangkuti (2001), apabila kita mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat Analisis SWOT adalah sebuah analisis
memenangkan
yang dicetuskan Albert Humprey pada dasawarsa
perencanaan
strategis
hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan
untuk
pertempuran, melainkan banyak dipakai dalam
menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu
penyusunan perencaaan strategis bisnis yang
proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan
bertujuan
faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar)
segera
analisis yang paling dasar, yang berguna untuk
diambil
keputusan,
berikut
semua
Dalam penelitian ini akan dibahas secara
sisi yang berbeda. Hasil analisis biasanya adalah
rinci bagaimana permasalahan lingkungan yang
arahan/ rekomendasi untuk mempertahankan keuntungan
strategi-strategi
perubahaannya dalam menghadapi pesaing.
melihat suatu topik atau permasalahan dari empat
menambah
menyusun
perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat
threats. Analisis SWOT bisa dianggap sebagai
dan
untuk
jangka panjang sehingga arah dan tujuan
yaitu strengths, weaknesses, opportunities dan
strengths
Dalam
perkembangannya saat ini, analisis SWOT tidak
1960-1970an. Analisis ini merupakan salah satu metode
pertempuran”.
ada dalam suatu bisnis, berupa strengths dan
dari 27
weaknesses dianggap merupakan faktor internal, sedangkan opportunities dan threats
4. Threats (ancaman)
dianggap
Merupakan kondisi yang mengancam
merupakan faktor eksternal. Metode ini paling
dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu
sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis
organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.
untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Permasalahan Kapasitas olah PMKS PT CSR
Analisis SWOT tediri dari empat faktor yaitu:
adalah 60 ton FFB/jam dengan kerja mesin 20
1. Strengths (kekuatan)
jam/hari, maka dibutuhkan pasokan FFB sebesar
Merupakan
yang
1.200.000 kg/hari. FFB (materials) tersebut
terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
dipasok dari kebun sendiri dan dari supplier luar
bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
(masyarakat). Kebun sendiri seluas 7.580 HA
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh
dapat
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
FFB/hari,
2. Weaknesses (kelemahan)
memasok rata-rata 326,937.48 kg FFB/hari.
Merupakan
kondisi
kekuatan
kondisi kelemahan
yang
memasok
rata-rata
sementara
407,719.12
supplier
luar
kg dapat
Dengan tonase pasokan FFB yang demikian,
terdapat di dalam organisasasi, proyek atau
pabrik
membutuhkan
pasokan
minimal
konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang
484,149.42 kg FFB luar. Untuk mendapatkan
dianalisis merupakan faktor yang terdapat di
pasokan FFB sesuai kebutuhan pabrik tidaklah
dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
mudah. Terbukti 6 bulan terakhir pabrik tetap
bisnis itu sendiri.
belum bisa memenuhi kapasitas produksinya
3. Opportunities (peluang)
100%. Paling tinggi hanya dapat mencapai 78%. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa mendatang yang akan terjadi. Kondisi
pasokan
FFB
untuk
memenuhi
kapasitas
yang terjadi merupakan peluang dari luar
produksi pabrik. Kurangnya pasokan FFB tesebut
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi lingkungan sekitar. Tabel 1. Data rata-rata pencapaian kapasitas produksi PMKS perhari dalam 6 bulan terakhir
28
Untuk lebih jelasnya, rangkuman tabel diatas
pada kolom 3 untuk memperoleh faktor
dapat dilihat pada grafik berikut:
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4.0 (sangat baik) sampai dengan 1.0 (kurang baik). 5. Kolom 5 digunakan untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu
terpilih
dan
bagaimana
skor
pembobotannya dihitung. 6. Skor pembobotan pada kolom 4 dijumlahkan
Gambar 1. Grafik persentase pencapaian kapasitas pabrik
untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai
Metode
analisis
SWOT
dapat
total ini menunjukkan bagaimana perusahaan
menggambarkan situas yang terjadi saat ini.
tertentu
Adapun cara sederhana didalam mengaplikasikan
bereaksi
terhadap
faktor-faktor
strategis eksternalnya. Untuk tabel EFAS
metode ini yakni dengan menerapkan keempat
dapat dilihat pada Tabel 2.
faktor analisis SWOT kedalam matriks SWOT. Opportunities (O)/Peluang
Tahap 1, Matriks faktor strategi eksternal:
1.
Sebelum membuat matriks faktor strategi
Hasil analisis yang dilakukan FAO
internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor
strategi
eksternal/Eksternal
Konsumsi CPO dunia yang terus meningkat
(2001), Mielke (2001), dan Susila (2002)
Strategic
menunjukkan bahwa propek pasar CPO di pasar
Factor Analysis (EFAS) dengan ketentuan:
internasional relatif masih cerah. Hal ini antara
1. Dalam kolom 1 terdapat 5 sampai dengan 10
lain
peluang dan ancaman.
tercermin
diperkirakan
2. Bobot masing- masing faktor dalam kolom 2
pertumbuhan
mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan
dari
masih
sisi
konsumsi
terbuka
konsumsi
dengan CPO
yang laju dunia
diproyeksikan mencapai sekitar 3.5%-4.5% per
0.0 (tidak penting). Semua bobot tersebut
tahun sampai dengan tahun 2005 (Gambar 39).
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
Dengan demikian, konsumsi CPO dunia pada
1.00
tahun 2005 diproyeksikan mencapai 27.67 juta
3. Rating dalam kolom 3 untuk masing- masing
ton. Untuk jangka panjang, laju peningkatan
faktor memberikan skala mulai dari 4 (sangat
konsumsi diperkirakan sekitar 3% per tahun.
baik), 3 (baik), 2 (cukup baik) hingga 1
Berdasarkan estimasi Oil World, konsumsi CPO
(kurang baik). Pemberian nilai rating pada
dunia pada tahun 2011 akan mencapai 47.4 juta
threats dan weaknesses adalah kebalikannya.
ton.
Misalnya, jika nilai threatsnya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya jika nilai threatsnya sedikit, ratingnya 4. 4. Bobot pada kolom 2 dikalikan dengan rating 29
seiring pertambahan penduduk dan tingkat
Tabel 2. Hasil Pemetaan EFAS
No
1
2 3
4 5
6
1
2 3
4 5
6 7
FAKTOR- FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL
BOBOT
RATING
BOBOT × RATING
0.2
4
0.8
Isu pemanasan global (global warming) Produk turunan kelapa sawit merupakan kebutuhan dasar masyarakat dunia Wilayah/lahan Indonesia yang luas
0.12
4
0.48
0.08
4
0.32
0.06
3
0.18
Kawasan perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi Optimisme para pelaku industri kelapa sawit
0.03
3
0.09
0.01
2
0.02
0.2
1
0.2
0.09 0.07
1 1
0.09 0.07
0.05 0.04
1 2
0.05 0.08
0.03
3
0.09
0.02
3
0.06
OPPORTUNITIES (O): Konsumsi CPO dunia yang terus meningkat
TREATHS (T): Isu lingkungan
Faktor sosial Adanya Peraturan Mentri Keuangan No. 67/2010 tantang bea keluar CPO progresif Fluktuasi harga CPO Butuh modal besar untuk berkecimpung dalam industri kelapa sawit Gagal dalam usaha agribisnis kelapa sawit Produktifitas industri kelapa sawit Indonesia yang masih rendah TOTAL
1
2. pada
negara
yang
faktor-faktor ini dipilih karena kedelapan faktor tersebut merupakan ancaman dalam industri perkelapasawitan saat ini. Skor pembobotannya dihitung berdasarkan prioritas ancaman yang dihadapi perusahaan.
kemakmuran saat ini dan masa mendatang.
Peningkatan yang signifikan terutama terjadi
faktor-faktor ini dipilih karena keenam faktor tersebut merupakan peluang dalam industri perkelapasawitan saat ini. Skor pembobotannya dihitung berdasarkan prioritas peluang bagi perusahaan.
2.53
Gambar 2. Proyeksi konsumsi CPO dunia tahun 2000-2005
akan
KOMENTAR
Isu pemanasan global (global warming) Isu pemanasan global (global warming)
sedang
dan menguatnya kesadaran akan pentingnya
berkembang seperti di Cina, Pakistan, dan juga
kelestarian alam telah menjadikan CPO sebagai
Indonesia. Kecenderungan ke depan kebutuhan
sumber bahan baku energi terbarukan yang
untuk konsumsi tersebut semakin meningkat
paling prospektif. Penggunaan CPO dan produk turunannya sebagai bahan baku biodiesel (fatty 30
acid methyl ester-FAME) memiliki keunggulan
dijadikan ekstrak untuk Vitamin E. Batang pohon
antara lain, emisinya rendah, produktivitasnya
dapat dijadikan fiber board untuk bahan baku
paling tinggi dibandingkan tanaman lain, dan
mebel, kursi, meja, lemari dan sebagainya.
potensinya cukup besar di Indonesia.
Ampas
perkebunan
kelapa
sisa
pabrik
dapat
dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi,
3. Produk turunan kelapa sawit merupakan kebutuhan dasar masyarakat dunia Usaha
tandan/buangan
dan sebagainya.
sawit
4. Wilayah/lahan Indonesia yang luas
merupakan usaha yang sangat menguntungkan.
Luas Indonesia adalah 190 juta hektar,
Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari
dan masih digunakan sekitar 8.5 juta hektar untuk
industri makanan sampai industri kimia. Mulai
areal penanaman kelapa sawit. Berarti luasan
dari mentega, shortening, coklat, ice cream,
areal penanaman kelapa sawit masih memiliki
pakan ternak, minyak goreng, produk obat–
peluang yang besar untuk semakin bertambah.
obatan dan kosmetik, krim, shampoo, lotion, pomade, detergent, vitamin and beta carotene
5. Kawasan perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi.
juga memerlukan minyak sawit. Produk turunan minyak inti sawit berupa shortening, cocoa butter
Sebelum dibukanya kawasan perkebunan
substitute, specialty fats, ice cream, coffee
kelapa sawit, sumber pendapatan masyarakat
whitener/cream, sugar confectionary, biscuit
relatif
cream fats, filled mild, imitation cream, sabun,
homogen,
yakni
menggantungkan
hidupnya pada sektor primer. Memanfaatkan
detergent, shampoo dan kosmetik. Industri berat
sumberdaya alam yang tersedia seperti apa
dan ringan, industri kulit (untuk membuat kulit
adanya tanpa penggunaan teknologi yang berarti.
halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan
Pada umumnya masyarakat hidup dari sektor
tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and
pertanian
fluxing agent pada industri perak, dan juga
sebagai
petani
tanaman
pangan
(terutama palawija) dan perkebunan (karet). Pada
sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan
masyarakat
tembaga di industri logam juga membutuhkan
di
sekitar
aliran
sungai
mata
pencaharian sehari-hari pada umumnya sebagai
bahan baku dari hasil kelapa sawit.
nelayan dan pencari kayu di hutan. Selain
Selain CPO dan Kernel, ampas tandan
teknologi yang digunakan sangat sederhana dan
kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium
monoton sifatnya tanpa pembaharuan (dari apa
dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk
yang mampu dilakukan). Orientasi usahanya juga
organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob
terbatas kepada pemenuhan kebutuhan keluarga
dengan penambahan mikroba alami yang akan
untuk satu atau dua hari mendatang tanpa
memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan
perencanaan pengembangan usaha yang jelas.
kosong kelapa sawit (TKKS) bisa dimanfaatkan
Kegiatan
sebagai alternatif pupuk organik, pupuk kompos kelapa
maupun pupuk kalium. Fungsi lain TKKS juga
sawit
pembangunan
telah
menimbulkan
perkebunan mobilitas
penduduk yang tinggi. Akibatnya di daerah-
sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil
daerah sekitar pembangunan perkebunan kelapa
dan matras, dan polipot. Pelepah pohon dapat 31
sawit muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Threats (T)/Tantangan :
Kondisi ini menyebabkan meningkatnya daya
1. Isu Lingkungan.
beli masyarakat, terutama terhadap kebutuhan
Berikut beberapa isu lingkungan yang
rutin rumah tangga dan kebutuhan sarana
merupakan
produksi perkebunan kelapa sawit. Industri sawit,
menjadi
Kalimantan khususnya di Kalimantan Barat
di sektor ini.
berhubungan dengan gencarnya pembukaan
6. Optimisme para pelaku industri kelapa sawit Joefly
Bahroeny
Kelapa
Ketua
Sawit
perkebunan kelapa sawit. Artinya pembukaan perkebunan kelapa sawit mempunyai andil
Gabungan
(GAPKI)
besar atas terjadinya illegal logging. Seperti
pada
diketahui bahwa pemberian ijin pembukaan
peluncuran Perayaan Semarak 100 tahun Kelapa
perkebunan kelapa sawit selalau berada dalam
Sawit Komersial di Indonesia beberapa waktu mengungkapkan,
“Ada
beberapa
kawasan hutan atau kawasan yang berhutan,
hal
dimana setidaknya potensi tegakan kayu
mendasar yang melandasi mengapa industri
komersial yang ada didalamnya berkisar
kelapa sawit ini memiliki harapan besar di tahun-
antara
tahun mendatang. Faktor pertama tak lain adalah
perkebunan
per
hektar.
kelapa
sawit
maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan
banyak
menyebabkan begitu banyak kayu komersial
tahapan zaman dengan segala krisis selama
yang musnah sia-sia dari pembukaan kebun
seratus tahun tersebut. Industri ini sudah eksis
kelapa sawit tersebut atau bisa saja kayu
sejak tahun 1911.
komersial tersebut dimanfaatkan oleh banyak
Sampai sekarang, industri ini masih
pihak untuk meraup keuntungan dengan
eksis. Ini menandakan bahwa kami mempunyai
memungut kayu-kayu komersial tersebut.
modal besar untuk melangkah di hari-hari depan.
b. Concern
Butuh perjuangan besar untuk membesarkan
conservation
Bahroeny ini didukung oleh Balaman Tarigan,
(Non-Govermental
values
(HCV)
(nilai
perlindungan alam yang tinggi). Konservasi
PT Perkebunan Nusantara
satwa lokal seperti orang utan yang dilindungi
(PTPN) IV. Menurut Balaman, industri kelapa
menjadi perhatian NGO.
sawit akan terus berjaya mengingat Kebun Pulo
c. Isu pemanasan global (global warming)
Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu sampai sekarang
diakibatkan dari metode lama pembukaan
masih terus beroperasi sejak 1911. Maklum keduanya merupakan
NGO
Organization) pada biodiversity dan high
kelapa sawit sampai sekarang”. Pernyataan
Direktur Produksi
kubik
lahan yang akan ditanami pohon kelapa sawit,
tapi sebaliknya menjadi simbol kekuatan karena mengarungi
meter
dipastikan harus menebang semua kayu di
usia ini tidak menandakan kerentaan dari industri,
berpengalaman
25-40
Pembukaan
faktor usia yang sudah seratus tahun. Melihat
sudah
yang
a. Illegal logging yang banyak terjadi di
lapangan kerja di mana 1.2 juta keluarga bekerja
lalu
eksternal
tantangan bagi PT CSR :
kata Hatta Radjasa, telah berkontribusi pada
Pengusaha
faktor
hutan untuk lahan kelapa sawit dengan
pioner industri kelapa
pembakaran hutan yang menghasilkan emisi
sawit komersial di Sumatera Utara
gas CO2. Limbah cair kelapa sawit sangat 32
bau dan menghasilkan gas karbon yang besar sehingga
dapat
merusak
ozon
3. Adanya Peraturan Menteri Keuangan No.
dan
67/2010 tentang bea keluar CPO progresif.
mempengaruhi pemanasan global. Tanaman
Bea keluar CPO progresif adalah bea
kelapa sawit hanya menyerap 1/3 CO2
keluar CPO yang yang mengacu pada harga CPO
dibanding tanaman lainnya sehingga tidak
internasional di bursa komoditas, Rotterdam,
cocok ditanam di areal perkotaan untuk penghijauan
kota,
karena
tidak
Belanda. Jadi tiap bulan bea keluar CPO
dapat
ditetapkan berdasarkan harga referensi yang
menyerap polusi udara yang dihasilkan oleh
dihitung dari rata-rata harga CPO di Rotterdam,
kendaraan bermotor.
Belanda satu bulan sebelumnya. Bea keluar
d. Bencana ekologis perkebunan besar kelapa
prograsif
sawit seperti bencana lingkungan, baik banjir maupun
kekeringan,
kelapa sawit. Sejak Oktober 2010, bea keluar CPO
semakin
meluas,
terus naik mengikuti kenaikan harga CPO
diakibatkan oleh pembukaan areal hutan
internasional.
dengan perijinan kelapa sawit yang akhirnya
besar
kelapa
melakukan
penanaman
sawit kelapa
referensi yang menjadi rujukan bea keluar untuk bulan depan sebesar USD1.168, 38/ton, lebih tinggi dari harga referensi Juni lalu yang hanya
3.5 juta hektar lahan kritis di Kalimantan
USD1.146/ton. Berdasarkan Peraturan Menteri
timur saat ini yang ditinggalkan dan tak
Keuangan (PMK) No 67/2010 tentang penetapan
menjadi prioritas dalam pengelolaannya
barang ekspor yang dikenai bea keluar, jika harga referensi
2. Faktor sosial
dengan menaikkan bea keluar CPO 20%,
terkait.
pemerintah tidak prorakyat. Pungutan bea keluar
Keberadaan masyarakat adat di lokasi-lokasi
20% membuat harga sawit turun menjadi Rp
perusahaan besar kelapa sawit tidak diakui dan di
800/kg.
sini muncul konflik dengan masyarakat adat.
penjarahaan
menimbulkan FFB,
masalah
seperti
lahan,
masalah
okupasi
Ketua dewan
Indonesia (Apkasindo) Rinto Gunari mengatakan
ketidakharmonisan hubungan antara pekebun, instansi
bea
perwakilan wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit
dalam usaha agribisnis kelapa sawit adalah
Sehingga
USD1.151-USD1.200/ton,
keluarnya ditetapkan 20%.
Faktor sosial yang menjadi masalah
dan
akan
bea keluar Juni 2011 sebesar 17.5%. Harga
sawit,
meninggalkan lahan kritis. Tak kurang dari
sekitar
pemerintah
pengapalan mulai Juli 2011, naik dibandingkan
yang
selebihnya hanya mengambil kayu dan
masyarakat
Rencananya
menetapkan bea keluar CPO sebesar 20% untuk
tidak dilakukan penanaman. Hanya 6.7% perkebunan
mendukung
sawit dan membangun infrastruktur industri
air dan menyimpannya. yang
untuk
termasuk di dalamnya membantu petani kelapa
lahan karena tanah tak lagi mampu menyerap
kritis
digunakan
pertumbuhan industri kelapa sawit secara luas,
dikarenakan
terganggunya fungsi aliran air (hidrologis)
e. Lahan
ini
Pengenaan bea keluar menurunkan harga sawit,
sementara
bantuan
yang
dijanjikan
pemerintah seperti bibit sawit murah, kemudahan
ketersediaan lahan dan perijinan.
pengurusan lahan sawit, dan biaya penanaman 33
kembali (replanting) tidak berjalan. Pemerintah
pengamanan terhadap risiko sengketa, risiko
hanya bisa janji, padahal petani kelapa sawit
claim, atau hal-hal lain yang dapat merugikan,
butuh biaya replanting Rp 4 triliun. Adanya 20%
dalam kontrak penjualan akan menggunakan
bea keluar membuat petani sawit tidak bisa
ketentuan yang telah diatur oleh International
melakukan peremajaan tanaman. Naiknya bea
Trade
keluar CPO ini dinilai oleh GAPKI (Gabungan
International).
Pengusaha Kelapa Sawit)
penetapan harga tersebut di atas, perusahaan
akan menurunkan
Association
(Asosiasi
Dengan
kelak
menurunkan margin sehingga mempengaruhi
penghematan biaya produksi guna menghasilkan
gairah industri
margin laba yang signifikan Harga pasar
meneruskan
melakukan
sewaktu-waktu dapat naik dan turun karena
4. Fluktuasi harga CPO
kelapa Pada dasarnya, ada dua kekuatan besar
pemerintah.
komoditas kelapa sawit, yaitu kekuatan pasar dan
pengendalian
sawit
merupakan
komoditas
yang
harganya mengikuti pasar di dunia dan kebijakan
yang berpengaruh pada pembentukan harga
forces)
terus
faktor-faktor
daya saing ekspor. Kenaikan bea keluar ini bisa
(marketing
akan
adanya
Komoditi
Hal ini bisa berdampak
bagi
siapapun yang bergerak di bidang perkebunan
oleh
kelapa sawit.
pemerintah (government intervention). Dengan demikian, didasarkan
penetapan pada
harga
kekuatan
kelapa pasar,
5. Butuh modal besar untuk berkecimpung dalam
sawit
industri kelapa sawit
tingkat
persaingan dan juga pengendalian pemerintah.
Apabila
dikaji
dari
struktur
biaya
Setelah itu penetapan harga kelapa sawit harus
pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang
disesuaikan dengan harga jual dalam dan luar
teknis operasionalnya dirancang lebih banyak
negeri, dengan perincian sebagai berikut:
menggunakan
a. Harga jual dalam negeri.
berkaitan dengan tenaga kerja langsung serta
teknik
manual,
biaya
yang
Kedudukan minyak kelapa sawit sebagai
tenaga teknis di lapangan memiliki porsi yang
bahan baku minyak goreng yang merupakan
cukup besar. Sebelum dilaksanakannya usaha
sembilan bahan pokok menyebabkan pemerintah
perkebunan, sangat diharuskan membuat suatu
tidak
perencanaan
berlepas
tangan.
Disini
perusahaan
yang
matang
terlebih
dahulu,
perkebunan kelapa sawit berhadapan dengan
mengingat modal yang akan dikelola sangat
pihak prosesor, yang oleh pemerintah sudah
besar, serta merupakan investasi jangka panjang
ditentukan bahwa harga jual produksi prosesor
(lebih dari 5 tahun). Beberapa hal yang perlu
dalam bentuk minyak goreng harus terjangkau
direncanakan dan dipastikan dari pemilik modal,
oleh rakyat, sehingga mau tidak mau perusahaan
adalah:
harus
a.
menyesuaikan
dengan
kebijakan
pemerintah tersebut.
Nilai
investasi
(modal)
yang
akan
digunakan,
b. Harga jual luar negeri.
b.
Penetapan harga dilakukan dengan cara
Luasan areal yang akan dikelola menjadi kebun kelapa sawit.
open tender atau dengan cara competitive
c.
bidding. Demi kelancaran perluasan pasar dan
Ketersediaan sawit
34
(untuk
pabrik yang
pengolahan tidak
kelapa
berencana
d.
mendirikan pabrik), karena kelapa sawit
ton/tahun, sedangkan Indonesia 65 juta ton
ditanam untuk dijual/diolah buahnya.
FFB/tahun dengan 323 buah pabrik.
Sumber tenaga kerja sebagai pelaksana di lapangan
Tahap 2, Matriks Faktor Strategi Internal:
e.
Lokasi tempat mendirikan kebun sawit
f.
Keabsahan kepemilikan tanah yang akan
Setelah faktor- faktor strategi eksternal PT CSR diidentifikasi, suatu tabel Internal
ditanami.
Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)
Dari 6 hal di atas, prioritas utama adalah nilai investasi
(modal)
karena
digunakan
untuk
prioritas kedua yaitu mengadakan luasan areal
disusun
untuk
strategis
internal
merumuskan tersebut
faktordalam
faktor
kerangka
strengths dan weaknesses perusahaan dengan
yang tidak sedikit untuk dikelola menjadi kebun
ketentuan sesuai dengan EFAS.
kelapa sawit. 6. Gagal dalam usaha agribisnis kelapa sawit
Strenghts (S)/ Kekuatan : 1.
Pada tingkat perusahaan, tantangan lain
sawit.
Penyebabnya
antara
PMKS tidak menerima FFB mentah, FFB pasir,
lain
FFB dura, tandan kosong, tangkai panjang,
penggunaan bibit palsu, penerapan kultur teknis
sampah, dan air. Dengan hanya mengolah FFB
yang tidak tepat, kesalahan dalam implementasi
pilihan,
kelas kesesuaian lahan dan lainnya. Adanya
maka
PMKS
PT
yang menyerang pada perkebunan kelapa sawit sangat sulit dihilangkan dan bisa menular ke areal
perkebunan,
sehingga
mengakibatkan gagal panen. 7. Produktivitas industri kelapa sawit Indonesia yang masih rendah Produksi
Indonesia
masih
CSR
menghasilkan CPO yang berkualitas.
penyakit dalam bentuk jamur, gulma dan hama
seluruh
Kualitas
CPO PMKS PT CSR tergolong tinggi karena
yang dihadapi adalah kegagalan usaha agribisnis kelapa
Kualitas CPO tergolong tinggi.
kalah
dibandingkan produksi minyak sawit milik Malaysia. Tingkat produksi CPO dunia masih dikuasai oleh Malaysia dengan pengusaan 50% market dunia, sedangkan Indonesia berada pada
Tabel 3. Hasil Pemetaan IFAS
tingkat kedua dengan 30% penguasaan market dunia. Padahal luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 8 juta hektar, sedangkan Malaysia memiliki 4.6 juta hektar. Namun Malaysia yang memiliki 422 buah pabrik mampu memanfaatkan 87% kapasitas pabrik dengan 86 juta FFB 35
dapat
No
FAKTOR- FAKTOR STRATEGI INTERNAL
BOBOT
RATING
BOBOT × RATING
1
STRENGTHS (S): Kualitas FFB kebun sendiri tergolong bagus
0.2
4
0.8
2
Kualitas CPO tergolong tinggi
0.1
4
0.4
3
Grading FFB yang ketat (potongan terhadap FFB tinggi) Kapasitas olah pabrik yang besar PMKS baru berdiri
0.1
4
0.4
0.07
3
0.21
0.03
1
0.03
0.2
1
0.2
4 5
1
WEAKNESSES (W): Tonase FFB kebun sendiri tidak cukup memenuhi kapasitas produksi pabrik
2
Harga beli FFB paling rendah
0.15
1
0.15
3
0.07
2
0.14
4
Letak pabrik jauh dari akses jalan raya Grading FFB yang ketat
0.05
2
0.1
5
Pencurian hasil panen
0.03
3
0.09
TOTAL
1
KOMENTAR
faktor-faktor ini dipilih karena kelima faktor tersebut merupakan kekuatan PT CSR saat ini. Skor pembobotannya dihitung berdasarkan prioritas kekuatan yang dimiliki perusahaan.
faktor-faktor ini dipilih karena kelima faktor ini merupakan kelemahan PT CSR saat ini. Skor pembobotannya dihitung berdasarkan prioritas kelemahan terbesar yang dimiliki perusahaan.
2.52
2. Grading FFB yang ketat (potongan terhadap
3. Kapasitas olah pabrik yang besar
FFB tinggi) Untuk menghasilkan CPO berkualitas
PMKS PT CSR tergolong pabrik besar
dengan rendemen tinggi, PMKS PT CSR
dengan kapasitas olah 60 ton FFB/jam, sehingga
melakukan grading yang ketat untuk setiap FFB
dapat
supplier luar yang akan diolah. Karena FFB
menghasilkan CPO yang lebih banyak dari
supplier luar sebagian besar adalah buah
pabrik yang hanya memiliki kapasitas olah
masyarakat yang memiliki rendemen rata-rata
dibawah 60 ton FFB/jam.
18% dan merupakan buah dura.
mengolah
lebih
banyak
FFB
dan
4. PMKS baru berdiri PMKS PT CSR beroperasi mulai tahun 2007,
jadi
masih
tergolong
Pabrik
baru.
Kelebihannya dari pabrik yang telah lebih lama beroperasi adalah: 36
a) Pabrik baru berarti teknologi baru.
Perlakuan terhadap grading FFB dapat
b) Pabrik baru tidak begitu “rewel” artinya, tidak
menjadi kekuatan PMKS PT CSR karena dengan
sering mengalami break down.
demikian dapat menghasilkan CPO berkualitas
c) Maintenance untuk pabrik baru masih mudah
tinggi, namun perlakuan grading tersebut dapat
dilakukan, jadi waktu untuk mengolah FFB
sekaligus menjadi kelemahan PMKS PT CSR
lebih banyak dari pada melakukan perbaikan
karena dengan grading ketat, supplier semakin enggan bekerja sama dengan PMKS PT CSR. Bukankan tidak ada supplier yang suka dengan
Weaknesses (W)/ Kelemahan:
potongan FFB yang tinggi?
1. Tonase FFB kebun sendiri tidak cukup memenuhi kapasitas produksi pabrik
5. Pencurian Hasil Panen
Kapasitas olah PMKS PT CSR adalah 60
Lahan budidaya yang luas dan jumlah
ton/ jam dengan kerja mesin 20jam/hari, maka
kelapa
dibutuhkan 1.200.000 kg FFB/hari. Dengan luas
sawit
sulitnya
tanaman 7.580 HA atau produksi FFB rata-rata
yang
banyak
mengakibatkan
dan
pengontrolan.
pengawasan
Pencurian dan penjarahan FFB selalu saja terjadi.
407,719.12 kg/hari, sudah tentu tidak dapat
Hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya
memenuhi kapasitas produksi pabrik. Padahal
tonase FFB yang dapat dipasok ke PMKS PT
idealnya kapasitas olah pabrik sebesar 60 ton
CSR.
FFB/jam harus memiliki kebun sendiri seluas Matriks Profil kompetitor
10.000-12.000 HA.
Setelah
2. Harga beli FFB paling rendah
mengetahui
peluang
dan
tantangan serta kekuatan dan kelemahan PT CSR,
Dari 2 (dua) pesaing besar PT CSR (Siringo-ringo dan SMA), PT CSR lah yang
maka
dilanjutkan
dengan
matriks
profil
memberikan harga beli FFB paling rendah
kompetitor yang dipergunakan untuk mengetahui
terhadap supplier. Hal ini merupakan kelemahan
posisi relatif PT CSR dibandingkan dengan
terbesar PT CSR, dimana faktor terbesar yang
perusaahan pesaing (Siringo-ringo dan SMA).
mempengaruhi pembelian FFB adalah harga.
Untuk lebih jelasnya mengenai profil kompetitior
Karena supplier hanya mau menjual FFBnya
dapat dilihat dalam Table 4. Berdasarkan Table 4, terlihat bahwa
kepada perusahaan yang membeli dengan harga
perusahaan pesaing (Siringo-ringo) memiliki skor
tinggi.
total
3. Letak pabrik jauh dari akses jalan raya
lebih
tinggi
karena
yang
menjadi
pertimbangan penting dalam pembelian FFB PMKS PT CSR berdiri pada lokasi yang
adalah harga beli dengan bobot terbesar yaitu 0.5.
kurang strategis, yaitu jauh dari akes jalan besar
Dengan demikian, dengan modal produksi yang
dan dibarengi dengan infrastruktur jalan yang
lebih tinggi, kompetitor dapat menduduki posisi
masih kurang memadai. Hal ini membuat
tertinggi. Selain ketiga faktor di atas, tonase FFB
supplier kurang tertarik menjual FFB nya ke
kebun sendiri juga mempengaruhi pembelian
PMKS PT CSR.
FBB.
4. Grading FFB yang ketat 37
Table 4. Matriks profil kompetitor FAKTOR STRATEGIS
N O
BOBOT
PT CSR
0.5 0.3
2 2
Bobot Skor 1 0.6
0.2
1
0.2
Rating 1 2 3
Harga beli FFB
Grading FFB Infrastruktur/ Lokasi pabrik Total
1
Siringo-ringo
4 4
Bobot Skor 2 1.2
1
0.2
Rating
1.8
3.4
SMA
3 4
Bobot Skor 1.5 1.2
1
0.2
Rating
2.9
Tabel 5. Tabel tahap analisis
IFAS
EFAS
OPPORTUNITIES (O): Konsumsi CPO dunia yang terus meningkat Isu pemanasan global (global warming) Produk turunan kelapa sawit merupakan kebutuhan dasar masyarakat dunia Wilayah/ lahan Indonesia yang luas
Kawasan perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi Optimisme para pelaku industri kelapa sawit THREATS (T): Isu lingkungan Faktor sosial Adanya Peraturan Mentri Keuangan No. 67/2010 tantang bea keluar CPO progresif Fluktuasi harga CPO Butuh modal besar untuk berkecimpung dalam industri kelapa sawit Gagal dalam usaha agribisnis kelapa sawit Produktifitas industri kelapa sawit Indonesia yang masih rendah
STRENGTHS (S): Kualitas FFB kebun sendiri tergolong bagus Kualitas CPO tergolong tinggi Grading FFB yang ketat (potongan terhadap FFB tinggi) Kapasitas olah pabrik yang besar PMKS baru berdiri
WEAKNESSES (W): Tonase FFB kebun sendiri tidak cukup memenuhi kapasitas produksi pabrik Harga beli FFB paling rendah Letak pabrik jauh dari akses jalan raya Grading FFB yang ketat Pencurian Hasil Panen
STRATEGI SO: Menghasilkan CPO yang optimal Membuat MOU untuk bekerja sama dengan supplier dalam jangka panjang Menggalang dukungan dari lembaga penelitian serta penggalian informasi untuk memperkokoh sektor hulu dan hilir kelapa sawit. Penanganan masalah-masalah sosial dengan menyelaraskan paradigma seluruh stake holder dalam membangun industri kelapa sawit untuk kepentingan pembangunan nasional Diusahakan kebun sendiri menghasilkan FFB yang optimal dengan perawatan yang teratur
STRATEGI WO: Mencari supplier sekitar (dekat dengan pabrik) Memperluas lahan kebun sendiri untuk menghasilkan tonase FFB untuk memenuhi kapasitas produksi pabrik Peninjauan ulang terhadap harga beli FFB untuk dapat bersaing dengan perusahaan kompetitor sementara grading tetap dipertahankan
STRATEGI ST: Penerapan prinsip dan kriteria Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Menerapkan konsep best management practices dengan menjalankan proses bisnis yang memperhatikan prinsip kelestarian alam, kearifan lokal (local wisdom) dan komunitas sekitar. Mengusulkan kepada pemerintah melalui organisasi kelapa sawit untuk melakukan perbaikan regulasi mengenai bea keluar CPO Mengalihkan penanaman kelapa sawit di lahan terdegradasi.
STRATEGI WT: Menggunakan istilah „jemput bola‟ yaitu menjeput FFB dari masing-masing supplier agar supplier tidak kesulitan dengan akses jalan yang jauh Membina hubungan baik dengan supplier dan masyarakat sekitar
Tahap 3, Tahap Analisis :
38
yang
Setelah mengumpulkan semua informasi
merupakan
berpengaruh
menjelaskan persetujuan antara dua belah pihak.
perusahaan,
terhadap
tahap
kelangsungan
selanjutnya
sebuah
dokumen
legal
yang
adalah
MOU tidak seformal sebuah kontrak. Selama ini
pemanfaatan semua informasi tersebut dalam
PT CSR bekerja sama dengan supplier FFB tanpa
model perumusan strategi. Dalam Tabel 5
adanya suatu kontrak. Sebagian besar supplier
tercantum tentang tahap analisis.
tidak mau melakukan kontrak dengan perusahaan manapun agar mereka (para supplier) dapat
1. Strategi SO
dengan bebas Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
strengths
untuk
merebut
strategi
PT
CSR
setiap
Jadi, jika PT CSR menawarkan harga yang lebih
dan
tinggi,
memanfaatkan opportunities sebesar-besarnya. Jadi
FFBnya ke
perusahaan yang menawarkan harga lebih tinggi.
fikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh
menjual
maka
supplier
berbondong-bondong
menjual FFBnya ke PMKS PT CSR, dan
memanfaatkan
demikian sebaliknya jika harga turun. Keadaan
opportunities sebesar-besarnya dengan strengths
demikian dapat digambarkan dalam grafik pada
yang dimiliki yaitu dengan:
Gambar 3 berikut :
a. Menghasilkan CPO yang optimal Peluang
yang
begitu
besar
pada
konsumsi CPO dunia yang meningkat didukung dengan kekuatan yang dimiliki PT CSR yaitu berupa kualitas FFB yang bagus dan pabrik yang memiliki kapasitas olah yang besar mampu mendukung PMKS PT CSR menghasilkan CPO yang optimal dan dengan kualitas yang bagus pula. Jadi untuk strategi yang pertama ini, PT Gambar 3. Grafik frekuensi pengiriman FFB
CSR memanfaatkan apa saja yang ada pada dirinya berupa kekuatan yang telah ada untuk
FFB yang tersedia dari kebun sendiri
memanfaatkan peluang yang ada.
rata-rata 407,719.12 kg/hari, sementara pabrik b. Membuat MOU untuk bekerja sama dengan
membutuhkan
supplier dalam jangka panjang.
sebesar
pasokan
bahan
1.200.000kg/hari.
Maka
baku
(FFB)
dibutuhkan
PMKS PT CSR yang memiliki kapasitas
792,280.88 kg/hari FFB luar, namun sejauh ini
olah yang besar dan merupakan bangunan baru
hanya terpenuhi sekitar 326,937.48 kg. Dalam
berdiri adalah kekuatan yang dapat dibanggakan
proses pemenuhan FFB tersebut, tonasenya
PT CSR kepada supplier FFB. Dalam arti bahwa
masih berfluktuasi dan menyulitkan perusahaan.
PT CSR siap bekerja sama dalam jangka panjang
Hal ini terjadi karena tidak ada persetujuan hitam
untuk mengolah semua FFB yang ada pada
di atas putih untuk kerja sama dengan supplier.
supplier. Maka dibutuhkan MOU (Memorandum
Persentase FFB siap olah dari supplier luar dapat
of
dilihat pada Gambar 4.
Understanding)/nota
kesepahaman
yang
39
yang optimal dengan perawatan yang teratur. 2. Strategi ST Strategi
ini
adalah
strategi
dalam
menggunakan strengths yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi threats. Jadi strategi PT CSR dalam menggunakan strengths untuk mengatasi threats yaitu dengan: a. Penerapan prinsip dan kriteria Rountable on
Gambar 4. Grafik persentase FFB siap olah dari
Sustainable Palm Oil (RSPO)
supplier luar
Disamping
Jika dilihat dari grafik diatas, maka
meningkatnya
permintaan
keadaan demikian sangat merugikan PT CSR,
pasar dunia terhadap CPO dan kekuatan PT CSR
karena :
untuk menghasilkan CPO yang optimal, hal ini
1. Tonase FFB yang akan diolah setiap hari jadi
diikuti pula dengan meningkatnya standar mutu
sulit untuk diprediksi (terlihat pada Gambar
sosial dan lingkungan dari produk kelapa sawit
4)
tersebut. Pada tingkat lebih tinggi berkembang
2. Jam olah pabrik jadi tidak menentu, hal ini
desakan kuat dari pasar global, bagaimana
berimbas pada karyawan. Adanya over shift
mewujudkan konsep sawit berkelanjutan. Karena
ataupun pulang dinas.
itulah saat ini berkembang berbagai inisiatif
3. Halaman parkir penuh yang dikarenakan
global
merespon
keinginan
mewujudkan
antrian truk pengangkut FFB yang panjang
pembangunan
mengakibatkan mobilitas truk pengangkut
berkelanjutan
CPO, kernel, solar, dan sebagainya lambat.
penerapan prinsip dan kriteria Rountable on
Ada kala dimana halaman parkir menjadi
Sustainable Palm Oil (RSPO).
sangat lenggang. Untuk strategi ini, PT CSR
perkebunan tersebut
Memang
kelapa
sawit
diantaranya
berupa
selayaknya
dalam
tidak menawarkan adanya kontrak, namun
pembangunan
masih sebatas MOU.
sepatutnya memenuhi prinsip dan kriteria RSPO,
perkebunan
kelapa
sawit
namun hal ini sudah barang tentu memakan c. Menggalang
dukungan
dari
lembaga
waktu dan biaya yang cukup tinggi yang harus
penelitian serta penggalian informasi untuk
ditanggung
memperkokoh sektor hulu dan hilir kelapa
diharapkan perlu perhatian dan komitmen yang
sawit.
cukup
d. Penanganan masalah-masalah sosial dengan menyelaraskan
paradigma
seluruh
untuk
kepentingan
perusahaan,
manajemen
untuk
itu
agar pembangunan
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dapat
stake
tercapai sebagaimana Visi dan Misi RSPO
holder dalam membangun industri kelapa sawit
dari
oleh
b.
pembangunan
Menerapkan
konsep
best
management
practices dengan menjalankan proses bisnis
nasional
yang memperhatikan prinsip kelestarian
e. Diusahakan kebun sendiri menghasilkan FFB
alam, kearifan local (local wisdom) dan
40
c.
d.
komunitas sekitar dengan menjauh dari
besarnya peluang di depan mata. Maka proses
model
pengolahan FFB di PMKS PT CSR harus tetap
bisnis
Malaysia
dan
bergerak
mencontoh model bisnis Thailand.
dilaksanakan untuk memenuhi konsumsi CPO
Dengan melestarikan areal HCV yang ada di
dunia yang tinggi itu walau dengan kelemahan
antara pertanaman (HGU), maka fungsi
yaitu letak pabrik yang jauh dari akses jalan raya.
konservasi biodiversity sudah terwadahi.
Mau tidak mau bagian pembelian harus dengan
Mengusulkan kepada pemerintah melalui
mencari supplier terdekat dengan lokasi pabrik.
organisasi kelapa sawit untuk melakukan
b. Memperluas lahan kebun sendiri untuk
perbaikan regulasi mengenai bea keluar
menghasilkan tonase FFB untuk memenuhi
CPO. e.
kapasitas produksi pabrik.
Mengalihkan penanaman kelapa sawit di Untuk memenuhi konsumsi CPO yang
lahan terdegradasi, lahan kritis atau lahan
tidak sedikit, dibutuhkan juga bahan baku (FFB)
tidur Indonesia (World Resources Institute
yang tidak sedikit pula, dengan kelemahan yang
mencatat, tergantung pada definisinya, ada
dimiliki PT CSR berupa tonase kebun sendiri
antara 6-40 juta lahan tidur di Indonesia).
yang tidak mencukupi kapasitas produksi, maka
Pastikan juga blok-blok kelapa sawit itu
diambil langkah strategis dengan memperluas
tidak terletak di lahan yang memang hutan
lahan kebun sendiri.
asli atau digunakan untuk pertanian. Kelapa
c. Peninjauan ulang terhadap harga beli FFB
sawit itu tidak perlu menjadi blok-blok besar, dari ujung satu ke ujung lain. Kelapa
untuk
sawit sebenarnya cocok untuk mosaik,
memenuhi kapasitas olah pabrik dan dapat
berpadu dengan sawah atau karet. Dan
bersaing dengan perusahaan kompetitor.
biayanya akan jauh lebih rendah dalam
dapat
memperoleh
FFB
yang
MOU yang diajukan akan lebih diterima
memproduksi kelapa sawit seperti ini.
supplier jika didalam nota kesepakatan tersebut dicantumkan kesepakatan mengenai harga beli
3. Strategi WO Strategi
FFB yang tidak memberatkan supplier dan PT ini
adalah
diterapkan
berdasarkan
opportunities
yang
meminimalkan
weaknesses
ada
strategi
yang
CSR. Disini PT CSR harus mengeluarkan modal
pemanfaatan
produksi yang lebih tinggi. Hal ini akan
dengan yang
ada.
cara
seimbang dengan out put yang akan diperoleh.
Jadi
strategi PT CSR memanfaatkan opportunities
4. Strategi WT
yang ada dengan cara meminimalkan weaknesses
Strategi
ini
adalah
strategi
yang
yang ada yaitu dengan:
didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive
a. Mencari supplier sekitar (dekat dengan
dan berusaha meminimalkan weaknesses yang
pabrik).
ada serta menghindari threats. a. Menggunakan istilah „jemput bola‟ yaitu
Bagaimanapun juga industri kelapa sawit di PT
menjeput FFB dari masing-masing supplier
CSR harus tetap berlanjut melihat begitu
agar supplier tidak kesulitan dengan akses
41
jalan yang jauh.
harga pembelian.
Menjeput bola ini dapat dilakukan
3. Harga merupakan pertimbangan dalam pembelian FFB
dengan membuka ram (tempat pengumpulan
penting
FFB) di titik-titik tertentu yang lokasinya dapat dijangkau atau sering dilalui oleh supplier. Dapat
DAFTAR PUSTAKA
juga dilakukan dengan menjeput langsung ke
Indriajit, R. E dan R, Djokopranoto. 2005. Strategi Manajemen Pembelian. Grassindo. Jakarta
lokasi supplier. b. Membina hubungan baik dengan supplier dan
Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management. Penerbit Guna Widya. Surabaya
masyarakat sekitar. Membina hubungan baik ini sedapat
Rangkuti, F. 2001. Analisi SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
mungkin telah dilakukan PT CSR salah satunya dengan memperbaiki jalan/akses dari Meranti paham menuju PMKS PT CSR walaupun jalan
Sumangun, S. M. 2000. Manajemen Agrobinis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Jakarta
tersebut bukan jalan milik PT CSR (jalan umum). Hasil kerja PT CSR tersebut tampak dengan adanya supplier dari daerah tersebut yang menjual FFBnya ke PMKS PT CSR.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan
diatas, dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Dari tabel EFAS dan IFAS tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor strategis eksternal memiliki rating yang cukup baik (2.53), sama halnya dengan IFAS yang memiliki rating 2.52. Sebenarnya dengan melihat
rating
yang
sama
ini,
dapat
disimpulkan bahwa faktor strategi eksternal dan faktor strategi internal memiliki peluang yang sama dalam mempengaruhi PT CSR dimasa yang akan datang. 2. Melihat opportunities dan threats yang begitu besar dalam industri kelapa sawit akhirnya akan bermuara pada win win solution, sedangkan strengths dan weaknesses yang ada di PT CSR akan bermuara pada pertimbangan
42