STRATEGI PENANGANAN RISIKO KERUGIAN CICIL EMAS PADA BANK SYARIAH (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E. Sy)
Disusun Oleh : Aida Isti Nabila NIM : 1110046100101 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK Aida Isti Nabila. NIM : 1110046100101. Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas Pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat). Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta 1435 H/2014 M. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko kerugian pada transaksi cicil emas, dan dampak yang ditimbulkan dari penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicilan emas pada BSM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ke tempat penelitian, wawancara langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM meliputi empat tahapan yaitu mengidentifikasikan risiko, mengukur risiko, mengendalikan risiko dan memonitoring risiko. Kedua, penerapan strategi manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak signifikan terhadap rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada BSM. Faktanya, harga penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan naik menjadi Rp.500.000 per gram pada tahun 2014.
Kata Kunci: Strategi, Risiko Kerugian dan Cicil Emas.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada : 1.
Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.
3.
Bapak Dr. Hendra Kholid, MA dan Dr. Umar Al Haddad, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau, dapat membimbing dengan baik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Muhammad Maksum, MA dan Bapak Dr. K.H. A. Juaini Syukri, Lcs, MA. Selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi ini dan telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5.
Seluruh dosen khususnya Bapak Djaka Badranaya, ME selaku Pembimbing Akademik serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Pihak PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat khususnya Ibu emma, Ibu Laila dan Bapak Arif Irawan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
7.
Kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. Saibih dan Ibunda Dra. Siti Badriah, melalui setiap pesan dan nasihat yang pernah disampaikan selalu memberikan cahaya inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupanku. Tak lupa kepada kekasih hatiku Ahmad Fahd Al-Asy’ary serta adik-adikku tercinta Ahmad Khaidar Fahmi Fauzi, Farid De Putra dan Ali Hafiz yang selalu mendoakan penulis dalam pembuatan skripsi ini, berkat kalianlah penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8.
Sahabat-sahabatku Henita Sahany, Erni Sholihah Hotami dan Rika Mudrikah yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dan teman-teman mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2010, khususnya keluarga besar PS B yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9.
Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya kepada penulis. Semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, karena penulis hanyalah manusia dhaif yang masih terus belajar. Maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 14 Juli 2014
Aida Isti Nabila
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv ABSTRAK ................................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A.
Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 10
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10
D.
Review Studi Terdahulu ............................................................................... 13
E.
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 15
F.
Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 19
G.
Sistematika Penulisan .................................................................................. 22
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 24 A.
Investasi Emas .............................................................................................. 24
1.
Pengertian Investasi Emas ............................................................................ 24
2.
Manfaat Investasi Emas................................................................................ 25
3.
Bentuk-Bentuk Investasi Emas .................................................................... 26
B.
Manajemen Risiko dalam Perbankan Syariah.............................................. 31
1.
Pengertian Manajemen Risiko Perbankan Syariah....................................... 31
2.
Tujuan Manajemen Risiko Perbankan Syariah ............................................ 33
3.
Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah ........................................... 35
4.
Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi ........... 37
C.
Transaksi Jual Beli dalam Islam .................................................................. 40
viii
1.
Pengertian Jual Beli dalam Islam ................................................................. 40
2.
Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam ............................................................ 42
3.
Bentuk Bentuk Jual Beli dalam Islam........................................................... 45
4.
Mekanisme Jual Beli dalam Islam ................................................................ 51
BAB III MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) ....................................................................................... 54 A.
Sejarah dan Perkembangan BSM ................................................................. 54
B.
Produk Investasi Emas pada BSM ............................................................... 58
C.
Mekanisme Cicil Emas pada BSM .............................................................. 61
D.
Manajemen Risiko Cicil Emas pada BSM ................................................... 63
BAB IV STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TRANSAKSI CICIL EMAS PADA BSM ............................................... 64 A.
Strategi Manajemen Risiko Cicilan Emas pada BSM.................................. 64
B.
Dampak Penerapan Strategi terhadap Risiko Terjadinya Kerugian Transaksi Cicilan Emas pada BSM .............................................................................. 72
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 77 A.
Kesimpulan .................................................................................................. 77
B.
Saran-Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 79 LAMPIRAN ............................................................................................................... 83
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak orang yang berpenghasilan tinggi akantetapi bingung untuk menginvestasikan sebagian penghasilannya. Ada banyak alternatif pilihan untuk melakukan investasi, antara lain: menabung atau mendepositokan uang di bank-bank syariah terpercaya, selain itu ada sebagian orang membelikan uang tersebut kedalam bentuk emas baik dalam bentuk perhiasan maupun emas batangan/lantakan. Dari kedua pilihan tersebut mana yang lebih baik dan menguntungkan. Kalau dilihat dari sisi fungsi mungkin lebih menguntungkan emas daripada tabungan atau deposito. Secara fungsi uang sebagai penyimpan nilai, sedangkan emas adalah sebagai pelindung nilai. Kenapa demikian, karena nilai uang sangat terpengaruh dengan tingkat inflasi. Sedangkan emas tidak terpengaruh oleh tingkat inflasi. Emas tidak terpengaruh oleh inflasi ataupun kebijakan moneter pemerintah. Bahkan ketika terjadi krisis ekonomi harga emas cenderung melambung naik. Dan ketika keadaan ekonomi mulai membaik harga emas juga cenderung stabil. Bahkan harga emas dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan dan rata-rata kenaikan adalah 10 persen sampai dengan 18
1
2
persen pertahun. Bisa dibayangkan jika menyimpan atau mengivestasikan uang kedalam bentuk emas dalam jangka waktu panjang. Karena emas adalah investasi dalam bentuk jangka menengah ataupun jangka panjang. Sifat emas yang liquid adalah keuntungan. Selain itu, karena emas bisa diuangkan kapan saja dan dimana saja. Berbeda dengan deposito hanya bisa diambil dengan batas waktu tertentu dan tempat tertentu. Ketika akan menjual atau menggadaikan emas tidak akan terkena potongan pajak. Adapun alasan kenapa harga emas selalu mengalami kenaikan harga, itu dikarenakan persediaan emas di perut bumi sangat terbatas. Emas adalah barang tambang yang jumlahnya semakin lama akan semakin berkurang, sedangkan permintaan emas semakin bertambah. Itulah yang menyebabkan harga emas dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Membeli emas secara cicil sekarang dapat dilakukan oleh para nasabah melalui bank syariah.1 Saat ini, bank syariah mulai berkembang pesat di Indonesia dan cukup diminati oleh masyarakat luas. Beberapa bank syariah telah menyediakan produk yang memungkinkan para nasabahnya untuk memperoleh pembiayaan dalam kepemilikan emas. Oleh karena itu, hal ini memiliki dampak positif bagi produk cicil emas pada bank syariah yang menjadi pilihan terbaik yang dipilih oleh masyarakat umum. Emas merupakan salah satu investasi yang relatif aman. Emas banyak digunakan sebagai standar keuangan di berbagai negara di dunia dan emas juga
1
Joko Salim, 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman, Jakarta : Transmedia Pustaka ,2010, Cet. ke-1, hlm.40.
3
dapat digunakan sebagai perhiasan serta cadangan devisa.2 Emas merupakan barang dengan tingkat permintaan yang tinggi baik untuk proteksi aset dari gerusan inflasi, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan haji, maupun investasi. Harga emas di dunia dalam jangka waktu panjang cenderung naik. Hampir setiap lima tahun, harga emas naik minimal 100 persen. Investasi emas dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Namun demikian, Investasi emas berbentuk produk cicil emas di bank syariah menarik minat para nasabah, walaupun banyak risiko yang harus dihadapi sehingga perlu ada strategi penanganannya. Salah satu Bank Syariah yang menawarkan produk Cicil Emas adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). BSM Cicil Emas memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk memiliki emas batangan dengan cara mencicil. Akad yang digunakan pada pembiayaan kepemilikan emas adalah murabahah dengan jaminan diikat dengan rahn (gadai). BSM membiayai jenis emas batangan dengan berat minimal sepuluh gram hingga 250 gram. Memanfaatkan cicil emas Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk merencanakan masa depan dan percepatan asset para nasabahnya serta membantu nasabah untuk membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa emas batangan atau emas lantakan. Pembayaran produk BSM Cicil Emas dengan cara angsuran dalam jumlah yang sama setiap bulan. Sedangkan nilai pembiayaan jenis emas batangan maksimal 80 persen dari harga jual dengan uang muka 20 persen. Jangka waktu BSM Cicil Emas adalah lima
2
Ihsan Palaloi, Muhammad dkk, Kemilau Investasi Emas, Jakarta : Science Research Foundation, 2006, cet.ke-1, hlm.21.
4
tahun, waktu pembiayaan paling singkat dua tahun dan itu jangka waktu yang paling lama. Nilai maksimal pembiayaan adalah Rp.150.000.000,-. Dan produk BSM Cicil Emas ini bisa diakses di 590 outlet Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu (KCP). Bank Syariah Mandiri menawarkan kemudahan dan keamanan bagi para nasabah dalam transaksi cicilan emas. Manajemen BSM juga menjamin keaslian emas, hal ini dikarenakan BSM memiliki mesin deteksi emas yang canggih.3 Adapun Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 77/DSNMUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai menjelaskan bahwa pada cicil emas itu diperbolehkan selama emas tidak menjadi alat tukar (uang), baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah. Dalam transaksi ini ada tiga batasan dan ketentuan sebagai berikut: 1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perjanjian waktu setelah jatuh tempo. 2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn). 3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka dua tidak boleh diperjualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan.4
3
BSM Cicil Emas. www.syariahmandiri.co.id. dikutip pada tanggal 14 april 2014 . Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 77/DSN-MUI/IV/2010, Jakarta : MUI, 2010. 4
5
Dalil al-Qur’an yang digunakan fatwa diatas merujuk pada dalil induk pembolehan jual-beli yaitu Surat Al-Baqarah ayat 275. Bank Indonesia (BI) secara resmi juga mengeluarkan aturan mengenai kepemilikan emas menggunakan akad murabahah. Dengan akad tersebut, nasabah bisa memiliki emas dengan cara mencicil. Aturan yang tertuang dalam SE Nomor 14/16/DPbS perihal produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (PPKE) tersebut berlaku bagi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Objek PKE yang dimaksud ialah emas batangan atau perhiasan.5 Menurut PBI No.11/25/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum seperti Bank Umum Syariah, bahwa : Bank Umum Syariah wajib menerapkan manajemen risiko paling kurang untuk empat (4) jenis risiko diantaranya: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko reputasi, risiko hukum, dan risiko strategik.6 Perkembangan pasar perbankan syariah ini berkaitan erat dengan penanganan risiko yang ditangani oleh bank agar roda fungsi bank syariah sebagai penghimpun dan penyalur dana berjalan dengan stabil. Oleh karena itu, dalam industri perbankan khususnya perbankan syariah perlu memiliki, menetapkan dan
5
Peraturan Bank Indonesia, Kepemilikan emas dengan akad Murabahah, SE Nomor 14/16/DPbS, Jakarta : PBI, 2012. 6 Peraturan Bank Indonesia, Penetapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, PBI No. 11/25/ 2009, Jakarta : PBI, 2009.
6
mengontrol risiko yang tidak diharapkan dan mengambil manfaat dari peluang bisnis tersebut. Adapun berbagai risiko yang akan dihadapi oleh bank syariah, antara lain : Risiko modal merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank. Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian yang terjadi pada bank. Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak baik.7Risiko Likuiditas, disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas.8Risiko Kredit/Pembiayaan, dimana setiap pemberian kredit oleh bank mengandung risiko sebagai akibat ketidakpastian dalam pengembaliannya. Oleh karena itu, bank perlu mencegah atau memperhitungkan kemungkinan timbulnya risiko tersebut. Risiko-risiko yang mungkin timbul adalah analisis kredit yang tidak sempurna, monitoring proyek-proyek yang dibiayai, penilaian dan peninjauan agunan, penyelesaian kredit masalah, penilaian pembelian surat-surat berharga, dan penetapan limit untuk seluruh eksposur kepada setiap individu.9Risiko pasar adalah risiko kerugian yang dapat dialami bank melalui portofolio yang dimilikinya sebagai akibat pergerakan variabel pasar 7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah,Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), Yogyakarta, 2005, hlm 358. 8 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta , 2005, hlm 60. 9 Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 175.
7
yang tidak menguntungkan. Variabel pasar yang dimaksud adalah suku bunga dan nilai tukar. Meskipun bank syariah tidak berurusan dengan tingkat suku bunga, namun bagi Indonesia yang menerapkan dual banking system risiko ini akan berpengaruh secara tidak langsung yaitu pada pricing, mengingat nasabah yang dijangkau oleh bank syariah bukan saja nasabah-nasabah yang loyal secara penuh terhadap syariah, tetapi juga nasabah-nasabah yang akan menempatkan dananya ke tempat-tempat yang akan memberikan keuntungan maksimal baginya tanpa memperhitungkan halal atau haramnya. Risiko operasional adalah risiko akibat kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini mencakup kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol yang akan berpengaruh pada opersional bank. Risiko Hukum adalah terkait dengan risiko bank yang menanggung kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.10 Perbedaan akad atau kontrak keuangan memunculkan risiko proses dokumentasi dan pelaksanaan hukum. Belum adanya standarisasi kontrak dan tidak adanya sistem peradilan untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak akan meningkatkan
10
Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ manajemen risiko bank syariah.html, di kutip pada 11/06/2014.
8
risiko hukum.11Risiko Reputasi adalah risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank. Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank antara lain adalah; manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, fraud dan sebagainya.12Risiko kepatuhan, timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal. Risiko strategik, timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan-perubahan eksternal. Risiko penarikan dana, besar kecil imbal hasil menentukan apakah deposan menarik dananya atau tidak, IB member imbal hasil relatif berfluktuatif, jika imbal hasil rendah, deposan cenderung menarik dananya. Risiko fudisia, rendahnya imbal hasil juga dapat dianggap deposan sebagai pelanggaran kontrak atau kesalahan manajemen, penarikan juga bisa muncul ketika deposan menganggap IB tidak bertindak dengan penuh kepatuhan pada ketentuan syariah. Risiko yang melekat pada model pembiayaan: Murabahah, Salam, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah13 Sedangkan pihak pengelola bank menganggap bahwa manajemen risiko hanya kegiatan yang menambah beban dan bukan menghasilkan laba meski hal 11
http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014 Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id, di kutip pada 11/06/2014. 13 http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014 12
9
itu merupakan suatu pandangan yang keliru. Manajemen bank lebih mengutamakan bisnis yang dianggap langsung menghasilkan laba, dan telah mengabaikan penerapan manajemen risiko tersebut. Padahal manajemen risiko yang efektif berpotensi menjadi basis penyusunan strategi dan bermanfaat untuk bank tersebut, antara lain : mengelola perubahan, melibatkan semua pegawai pada semua tingkatan dalam organisasi untuk memenuhi tujuan usaha, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa yang akan datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, memiliki kemampuan menghimpun dana murah, meningkatkan credit rating, meningkatkan nilai saham (shareholder value) dalam jangka panjang (bagi bank yang telah go public), dan pada akhirnya untuk menurunkan biaya modal. Penerapan manajemen risiko penting bagi perbankan syariah, dikarenakan : 1. Bank Syariah merupakan perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga berbagai risiko tidak mungkin tidak ada. 2. Dengan mengetahui risiko, maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah/permasalahan. 3. Dapat
lebih
menumbuhkan
pemahaman
pengawasan
melekat,
yang
merupakan fungsi sangat penting dalam aktivitas operasional. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa produk cicil emas rentan dengan berbagai risiko kerugian yang berbahaya bagi bank syariah. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian
10
mengenai “Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas Pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis perlu membatasi pembahasan skripsi ini, agar pembahasan tersebut terarah dengan jelas, supaya tidak terjadi pelebaran masalah dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasinya pada Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat). Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, penulis kemudian akan merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut : 1. Apa strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko kerugian pada transaksi cicil emas? 2. Apa dampak penerapan strategi terhadap terjadinya risiko kerugian transaksi cicil emas pada BSM ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini ditunjukan untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Secara garis besar, tujuan yang ingin dicapai adalah : a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko kerugian pada transaksi cicil emas.
11
b. Untuk mengetahui dampak penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada BSM. c. Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang produk cicil emas yang dilakukan oleh BSM.
Adapun manfaat dari penulisan ini, antara lain : 1. Bagi Akademisi Skripsi ini merupakan sebuah media untuk menuangkan karya keilmuan serta menambah pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai strategi penanganan risiko kerugian cicil emas pada bank syariah. Selain itu skripsi ini juga sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) dalam Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan dan wacana dalam khazanah ilmu ekonomi Islam khususnya seputar perbankan syariah. 2. Bagi Praktisi Penelitian ini dapat membantu praktisi untuk mengidentifikasi berbagai strategi penanganan risiko kerugian cicil emas serta memberikan informasi secara lengkap mengenai transaksi produk cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM).
12
3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berinvestasi emas melalui produk cicil emas untuk peluang kepemilikan emas yang mudah dan menguntungkan. Selain itu, penelitian ini menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal memberikan informasi, kontribusi pemikiran dan menambah pengetahuan serta pemahaman pembaca dalam bidang pengetahuan ilmu ekonomi islam khususnya mengenai Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Disamping itu, penelitian ini pula dapat memotivasi atau mendorong masyarakat luas untuk berinvestasi dalam transaksi produk cicil emas pada BSM dengan mengetahui keuntungannya di masa depan serta mempelajari risiko-risiko yang harus dihadapi dalam cicil emas tersebut, sehingga dapat terhindar dari berbagai kerugian yang berbahaya.
13
D. Review Studi Terdahulu Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, penulis membandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu, seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 1 Review Studi Terdahulu No.
Judul, Penulis, Tahun
Hasil Kajian Penelitian
Perbedaan dengan Kajian Skripsi Penulis
1.
Investasi berkebun emas
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
dalam perspektif
menjelaskan tentang
membahas tentang
ekonomi islam (studi
investasi berkebun emas
strategi penanganan
kasus pada PT Bank
dalam perspektif
risiko kerugian cicil
Rakyat Indonesia
ekonomi Islam pada
emas pada Bank Syariah
Syariah), Rindy Atika
Bank Rakyat Indonesia
Mandiri (BSM).
Rosnia, 2010, Jurusan
Syariah (BRI Syariah).
Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Pembiayaan gadai emas
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
pada Bank Syariah
menjelaskan tentang
menjelaskan strategi
Mandiri Cabang Bekasi,
pembiayaan gadai emas
yang digunakan dalam
Bukhori Muslim, 2011,
yang diterapkan oleh
penanganan risiko
Jurusan Perbankan
Bank Syariah Mandiri
kerugian cicil emas pada
14
Syariah, UIN Syarif
(BSM) Cabang Bekasi.
BSM Cabang Ciputat
Pengaruh produk gadai
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
emas syariah pada BNI
menjelaskan tentang
menjelaskan strategi
Syariah Pusat terhadap
pengaruh transaksi gadai
penanganan risiko
peningkatan pendapatan
emas syariah terhadap
kerugian cicil emas pada
bank, Herfina, 2009,
peningkatan pendapatan
Bank Syariah Mandiri
Jurusan Perbankan
pihak bank pada Bank
(BSM).
Syariah, UIN Syarif
Negara Indonesia
Hidayatullah Jakarta.
Syariah Pusat (BNI
Hidayatullah Jakarta. 3.
Syariah Pusat) 4.
Strategi Pengendalian
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
risiko pengendalian
menjelaskan tentang
menjelaskan strategi
pembiayaan guna untuk
Strategi Pengendalian
penanganan risiko
meningkatkan
risiko pengendalian
kerugian cicil emas pada
pembiayaan musyarakah
pembiayaan guna untuk
Bank Syariah Mandiri
pada BTN Syariah,
meningkatkan
(BSM).
Nahrowi, 2010, Jurusan
pembiayaan musyarakah
Perbankan Syariah, UIN
pada Bank Tabungan
Syarif Hidayatullah
Negara Syariah (BTN
Jakarta.
Syariah).
15
5.
Evaluasi Manajemen
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
Risiko Pembiayaan
menjelaskan tentang
menjelaskan strategi
Murabahah Pada Bank
Evaluasi Manajemen
penanganan risiko
Syariah Muamalat, Asep
Risiko Pembiayaan
kerugian cicil emas pada
Syaiful Bahri, 2008,
Murabahah Pada Bank
Bank Syariah Mandiri
Jurusan Perbankan
Syariah Muamalat
(BSM).
Manajemen Risiko
Dalam skripsi ini penulis
Dalam skripsi ini penulis
Operasional Bank
menjelaskan tentang
menjelaskan strategi
Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6.
Syariah, Harun Masykur, Manajemen Risiko
penanganan risiko
2008, Jurusan Perbankan
Operasional Bank
kerugian cicil emas pada
Syariah, UIN Syarif
Syariah.
Bank Syariah Mandiri
Hidayatullah Jakarta.
(BSM).
E. Kerangka Pemikiran Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya berdasarkan kepada tata cara bermuamalat secara islami, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat memberikan alternatif bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa
16
perbankan yang selama ini masih didominasi oleh sistem konvensional atau sistem bunga. Bank
Syariah
dirancang
untuk
terbinanya
kebersamaan
dalam
menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul mal) yang menyimpan uangnya di bank dengan bank selaku pengelola dana (mudharib). Dan di sisi lain bank selaku pemilik dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana baik yang berstatus pemakai dana maupun pengelola usaha (mudharib). Pada sisi pengerahan dana masyarakat (funding), shahibul mal berhak atas bagi hasil dari usaha bank sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama. Bagi hasil yang diterima shahibul mal akan naik turun secara wajar sesuai dengan keberhasilan usaha bank dalam mengelola dana yang dipercayakan kepadanya. Tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena bagi hasil bukan konsep biaya.14 Pada dasarnya, kredit emas atau cicil emas sama dengan kredit kepemilikan yang lain, misalnya kendaraan bermotor (KKB) atau rumah (KPR). Bank syariah menyediakan sejumlah dana untuk membiayai pembelian emas, sementara debitur harus membayar secara mencicil dengan tingkat margin tertentu kepada bank syariah. Namun, karena emas adalah produk yang cukup unik, yang berbeda dengan barang konsumtif, terdapat sejumlah karakteristik yang sebaiknya dipahami sebelum memutuskan mengambilnya. Pertama, hanya
14
Karnaen A.Perwataatmadja & Hendri Tanjung, Bank Syariah, Jakarta : Celestial Publishing, 2011, cet.ke-2, hlm.75.
17
emas jenis Logam Mulia produksi PT. Antam yang dapat dibeli dengan kredit atau cicil emas. Pembelian perhiasan tidak bisa menggunakan fasilitas kredit ini. Kedua, emas dibeli dan disimpan oleh bank sampai cicilan lunas. Sertifikat Logam Mulia yang dikeluarkan oleh PT. Antam dipegang oleh pihak bank syariah pula. Ketiga, terkait poin kedua, emas merupakan jaminan dari pinjaman sehingga ketika debitur tidak melunasi cicilan sesuai perjanjian, bank syariah akan melelang emas. Hasil lelang digunakan untuk melunasi sisa kewajiban kepada bank syariah. Keempat, maksimum pembiayaan adalah 75 persen hingga 80 persen dari nilai emas yang akan dibeli. Dengan kata lain, anda harus menyediakan dana sendiri senilai 20 persen hingga 25 persen dari harga emas. Dana sudah harus siap sebelum proses akad kredit dilakukan. Bank syariah membutuhkan self financing dari kreditur guna memastikan debitur serius dalam mengambil kredit (uang muka hilang kalau debitur
tidak memenuhi
kewajibannya) dan antisipasi harga emas turun dibawah harga pembelian dan debitur tidak menyelesaikan kewajiban (menunggak). Kelima, bank syariah membebankan margin atas nilai emas yang nasabah beli. Jadi jumlah pinjaman yang harus nasabah cicil ke bank syariah adalah harga pembelian emas plus margin (dalam prosentase). Besarnya margin umumnya berbeda-beda tergantung jangka waktu kredit. Makin lama masa kredit, makin tinggi margin yang diberikan oleh bank. Margin adalah cerminan keuntungan dan premi risiko yang ditetapkan oleh bank syariah. Keenam, layaknya proses kredit, bank syariah menetapkan persyaratan minimum (umur/usia, slip gaji, WNI), meminta sejumlah
18
dokumen identitas serta data keuangan dan melakukan evaluasi kemampuan pembayaran. Bank syariah ingin memastikan bahwa nasabah memiliki keuangan yang memadai untuk dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran tepat waktu. Manajemen
risiko
merupakan
suatu
usaha
untuk
mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Adapun definisi lain mengenai manajemen risiko adalah seni pembuatan keputusan dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, keputusan melibatkan sejumlah risiko dan imbalan, sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman dan mengambil risiko, seseorang dapat mengalami kebimbangan pada saat harus memutuskan untuk melakukan investasi dalam usaha baru dan juga dalam pilihan melakukan diversifikasi atau memagari sebuah portofolio aset.15 Dalam melakukan investasi emas terkadang memiliki keuntungan maupun kerugian. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau yang tidak terduga, dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko. Adapun kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectations) ke salah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada
15
Fahmi Basyaib, Manajemen Resiko, Jakarta : PT Grasindo, 2007, cet.ke-1, hlm.9.
19
pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko itu bersifat spekulatif.16 Di dalam investasi cicil emas pada bank syariah, dimana pihak manajer bank syariah pastinya berusaha untuk menghasilkan keuntungan setinggitingginya,
secara
simultan
mereka
harus
juga
memperhatikan
adanya
kemungkinan risiko yang timbul menyertai keputusan-keputusan manajemen tentang struktur aset dan liabilitasnya. Banyak risiko yang harus dihadapi bank syariah dalam transaksi cicil emas, diantaranya risiko kredit, risiko pasar (suku bunga), risiko likuiditas dan risiko operasional dan sebagainya. Salah satu risiko yang dihadapi bank syariah adalah risiko kredit dalam investasi cicil emas antara pihak bank dan pihak nasabah. Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulis menggunakan dua (2) tahap dalam membahasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Metode Penelitian Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critikal thinking), penelitian (Research) meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, 16
Herman Darmawi, Manajemen Resiko, Jakarta : Bumi aksara, 2006, cet.ke-10, hlm.27.
20
memformulasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas hipotesis.17 Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya penyingkapan fakta,18 yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan. Selain data diperoleh dari lapangan, penelitian ini juga termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik pengambilan data melalui dokumentasi terhadap sumber-sumber buku yang dapat dijadikan acuan dalam menelaah penelitian ini.
2. Sumber Data Data yang penulis peroleh adalah data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang belum tersedia dan untuk memperoleh data tersebut peneliti harus menggunakan beberapa instrumen penelitian seperti kuesioner, wawancara, observasi dan sebagainya.19Adapun data primer penulis peroleh
17
Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, cet.ke-5, hlm.13. Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,1993, hlm.10. 19 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Bekasi: Gramatha Publishing, 2013, hlm.76 18
21
dari wawancara kepada pihak terkait, yaitu pihak dari Bank Syariah Mandiri (BSM), Staf Bagian Produk Cicil Emas. Data Sekunder ialah data yang sudah tersedia, tinggal mengambilnya melalui media cetak ataupun elektronik.20Adapun penulis peroleh dari literatur-literatur lain seperti Al-Qur’an, Al-Hadit’s, buku, website dan lainlain yang berkaitan dengan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a. Wawancara (interview), dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21 Penulis mengadakan tanya jawab dengan pihak nasabah pada bank syariah seputar risiko kerugian dalam cicil emas. Selain itu, wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang
20
Ibid, hlm. 94 Lexy J. Moleong, metodologi penelitian kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, hlm.135. 21
22
diwawancarai (interviewee). Wawancara adalah metode pengumpulan data yang amat popular, karena itu banyak digunakan diberbagai penelitian.22 b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa dokumen tentang strategi penanganan risiko kerugian dalam cicil emas pada bank syariah yang diambil dari dokumen-dokumen yang berupa makalah, brosur-brosur dan dokumen lapangan.
4. Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 sehingga tersusun dengan baik.
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka dibentuklah sistematika penulisan yang dibagi ke dalam lima (5) bab oleh penulis. Adapun rangkaian dari setiap bab tersebut adalah sebagai berikut:
22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet ke-3, hlm.108.
23
BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Berisi mengenai investasi emas, manajemen risiko dalam perbankan syariah dan transaksi jual beli dalam islam.
BAB III
MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BSM Pembahasan mengenai Sejarah dan Perkembangan BSM, Produk dan Jasa pada BSM, Mekanisme cicil emas pada BSM serta Manajemen risiko cicil emas pada BSM.
BAB IV
STRATEGI
DAN
PENERAPAN
MANAJEMEN
RISIKO
TRANSAKSI CICIL EMAS PADA BSM Berisi mengenai strategi yang digunakan oleh BSM dalam menangani risiko kerugian pada transaksi cicil emas dan dampak penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicilan emas pada BSM. BAB V
PENUTUP Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang dilakukan penulis serta saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. INVESTASI EMAS 1. PENGERTIAN INVESTASI EMAS Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi yang islami adalah pengorbanan sumber daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang pasti, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan datang, baik secara langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah). Selain itu, semua bentuk investasi dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Selain itu, investasi menurut syariat islam adalah melakukan usaha secara aktif terhadap harta atau sumber daya yang dimiliki melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip syariah dengan tujuan untuk mencari ridho Allah SWT.
24
25
Emas adalah logam mulia yang digunakan sebagai komoditas berinvestasi masyarakat umum. Emas tersedia dalam berbagai macam bentuk, mulai dari emas batangan atau lantakan, koin emas dan emas perhiasan. Disebut emas batangan karena emas ini berbentuk seperti batangan pipih atau batu bara, dimana kadar emasnya adalah 22 atau 24 karat, atau apabila dalam persentase adalah 95 persen dan 99 persen. Jenis emas ini adalah yang terbaik untuk digunakan berinvestasi. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Investasi emas merupakan salah satu investasi yang sangat aman dan menguntungkan untuk masa depan, yang berguna untuk melindungi aset dari gerusan inflasi. Investasi emas secara syariah merupakan transaksi menjual dan membeli emas berdasarkan prinsip syariah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. MANFAAT INVESTASI EMAS Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan logam mulia seperti emas sebagai sarana berinvestasi yang menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Mereka menyimpan uang dalam bentuk logam mulia berupa emas untuk dipergunakan apabila suatu saat mereka membutuhkan uang, maka emas tersebut dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berikut ini beberapa manfaat investasi emas bagi masyarakat, antara lain : a. Mendapatkan keuntungan atau laba dalam berinvestasi emas.
26
b. Merencanakan masa depan yang lebih baik dan percepatan aset para nasabah. c. Memudahkan para nasabah untuk mendapatkan emas batangan yang diinginkan melalui investasi emas yaitu cicil emas. d. Manfaatkan investasi emas untuk mendapatkan dana dalam mengatasi kebutuhan biaya pendidikan, biaya kesehatan, modal usaha dan kebutuhan hidup lainnya. Hal ini dikarenakan logam mulia seperti emas dapat di jual dalam kondisi apapun ketika membutuhkan dana. Dari beberapa manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa berinvestasi emas sangat membantu masyarakat dalam keadaan mendesak seperti untuk membayar biaya pengobatan, pendidikan, pernikahan dan sebagainya. Selain itu, berinvestasi emas merupakan sarana yang paling efektif untuk mendapatkan keuntungan atau laba.
3. BENTUK-BENTUK INVESTASI EMAS Banyaknya manfaat yang diberikan ketika berinvestasi emas menyebabkan minat masyarakat untuk berinvestasi sangatlah tinggi. Berikut ini, bentuk-bentuk investasi emas yang beraneka ragam, diantaranya : 1. Emas Perhiasan Investasi emas dalam bentuk ini memiliki dua keunggulan yaitu sebagai sarana investasi dan sebagai perhiasan yang dapat digunakan. Banyak masyarakat yang masih yakin bahwa investasi dalam bentuk emas
27
perhiasan (jewelry) akan memberikan keuntungan dan tingkat rasa aman yang lebih tinggi. Emas perhiasan merupakan bentuk investasi dasar yang sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak dulu. Salah satu kelemahan investasi emas perhiasan adalah biaya pembuatan perhiasan tersebut. Biaya inilah yang menyebabkan harga per gram emas tersebut menjadi lebih mahal. Semakin rumit bentuk perhiasan tersebut, maka semakin mahal pula biaya pembuatan dan harga yang harus dibayar. Oleh karena itu, berinvestasi dalam bentuk emas perhiasan, masyarakat harus memahami kandungan kadar emas yang dinilai berdasarkan standar internasional dalam satuan yang disebut karat. Pilihlah emas perhiasan 24 karat karena kemungkinan keuntungannya akan jauh lebih besar. 2. Emas Batangan Emas batangan atau yang biasa disebut dengan emas logam mulia menjadi pilihan investasi emas yang paling baik dan paling aman. Emas batangan/logam mulia akan lebih mudah dijual kembali dibandingkan dengan emas perhiasan. Jika ingin berinvestasi emas, pilihan yang satu ini sangat patut untuk dipertimbangkan. 3. Koin Emas Koin emas biasa disebut koin emas ONH (Ongkos Naik Haji) karena koin emas ini memang dijadikan investasi bagi seseorang yang ingin memiliki tabungan untuk mempersiapkan ibadah haji. Investasi ini sebenarnya sama dengan investasi emas lain karena memiliki harga yang
28
mengikuti harga mata uang asing (dollar Amerika Serikat), dan aman terhadap inflasi. 4. Sertifikat Emas Investasi emas tak selalu dalam bentuk fisik, bisa juga berbentuk sertifikat emas. Sertifikat Emas merupakan selembar kertas yang menjadi bukti kepemilikan atas emas yang tersimpan di bank pada suatu negara. Sertifikat emas adalah alternatif investasi yang menguntungkan dan aman karena seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya penyimpanan emas, berbeda dengan investasi emas dalam bentuk fisik yang memerlukan biaya penyimpanan di safe deposit box yang ada di bank. 5. Saham Perusahaan Pertambangan Emas Jika keadaan pasar emas sedang naik, biasanya harga saham perusahaan akan ikut bergerak naik lebih cepat daripada harga emas fisik. Meski menguntungkan, sebaiknya tetap berhati-hati karena risiko investasi saham ini tetap ada. 6. Kontrak Emas Berjangka Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi, emas dapat diperjualbelikan sebagai komoditas di pasar perdagangan berjangka (futures trading). Seseorang tidak perlu memegang fisik emas, tetapi hanya perlu memiliki bukti administrasi kepemilikan. 7. DS/MLM Emas
29
Investasi emas dapat ditempuh melalui jaringan perusahaan “penjualan langsung” (Direct Selling/DS) dan “penjualan berjenjang” (multilevel marketing/MLM). Sayangnya, di Indonesia kebanyakan perusahaan yang mempraktikkan cara tersebut tergolong perusahaan DS/MLM palsu yang menggunakan modus penggandaan uang 8. Reksadana Emas Reksadana Emas merupakan alternatif investasi emas di mana seseorang tetap dapat memetik keuntungan tanpa harus menyimpan emas fisik. Reksadana Emas tidak hanya ditanamkan pada perdagangan emas fisik, namun juga dilibatkan dalam transaksi saham perusahaan pertambangan emas. 9. ETF Emas Exchange Trade Fund (ETF) merupakan jenis reksadana yang sahamnya dapat diperdagangkan di bursa efek (pasar modal). ETF sejatinya sama dengan reksadana, tetapi ETF memiliki sedikit perbedaan dimana transaksi jual beli ETF dengan reksa dana berbasis emas melalui lantai bursa 10. Dinar Emas Dinar Emas cocok dijadikan sarana investasi karena tahan terhadap inflasi sehingga nilai intrinsiknya tidak menyusut. Di Indonesia, Dinar Emas diproduksi UBPP Logam Mulia PT. Aneka Tambang (ANTAM)
30
yang telah memiliki kualitas standar internasional dan telah disertifikasi LBMA. 11. Emas Kuno Umumnya, emas kuno berbentuk koin yang telah berumur ratusan hingga ribuan tahun. Emas kuno memiliki harga jual tinggi karena memiliki nilai sejarah sehingga sangat baik jika dijadikan koleksi dan sarana investasi. 12. Emas Lokal Emas lokal merupakan emas yang proses pemurniannya dilakukan oleh industri-industri kecil atau industri rumah tangga di suatu daerah. Karena itu, harga emas lokal di masing-masing daerah tidak sama, bergantung pada tingkat kemurniannya.1 Dari beberapa bentuk investasi emas diatas, dapat disimpulkan bahwa emas batangan menjadi pilihan investasi emas yang memberikan tingkat keuntungan dan rasa aman yang lebih tinggi dibandingkan bentuk investasi lainnya. Investasi emas batangan juga lebih terjamin karena diberikan sertifikat keasliannya.
1
Joko Salim, 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman, Jakarta : Transmedia Pustaka ,2010, Cet. ke-1, h.22.
31
B. MANAJEMEN RISIKO DALAM PERBANKAN SYARIAH 1. Pengertian Manajemen Risiko Perbankan Syariah Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang berarti kontrol. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani, atau mengelola.2 Terdapat pengertian lain pula tentang manajemen yang menyebutkan bahwa manajemen (management) adalah proses menggerakkan tenaga manusia, modal dan peralatan lainnya secara terpadu untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.3 Menurut Ali Muhammad Taufiq, manajemen adalah menginvestasikan manusia untuk mengerjakan kebaikan atau mengerjakan perbuatan yang bermanfaat melalui perantara manusia.4 Manajemen dalam islam yaitu mengatur segala sesuatu agar dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah serta bersumber dari nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadit’s berasaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu. Manajemen dalam islam dibangun atas tiga bagian, yaitu manajemen, etika, dan spiritualitas. Ketiga bagian ini berjalan membangun kekuatan dalam menjalankan amanah. Dengan demikian, jika suatu proses manajemen berjalan secara amanah, maka amanah merupakan metafora yang akan dibentuk. Secara umum dalam
2
Yayat M.Herujitu, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, PT Grafindo, 2001, hlm.1 Marbun. BN, Kamus Manajemen, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003, hlm.155 4 Mohamad Hidayat, an introduction to The Sharia Economic pengantar ekonomi syariah, Jakarta : Zikrul, 2010, cet.ke-1, hlm.273-274. 3
32
manajemen islam keberadaannya harus mengkaitkan antara material dan spiritual.5 Menurut kamus manajemen, risiko (risk) merupakan ketidakpastian yang mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis.6 Sedangkan Bank Indonesia mendefinisikan risiko sebagai “potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank”.7 Manajemen risiko pada perbankan syariah diartikan sebagai rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank Syariah.8Manajemen risiko adalah seni pembuatan keputusan dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, keputusan melibatkan sejumlah risiko dan imbalan, sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman dan mengambil risiko, seseorang dapat mengalami kebimbangan pada saat harus memutuskan untuk melakukan investasi dalam usaha baru dan juga dalam pilihan melakukan diversifikasi atau memagari sebuah portofolio aset.9 Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko dalam perspektif islam merupakan mengatur, mengelola, dan mengontrol segala 5
Ibid. B.N. Marbun, Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003, cet.ke-1, hlm.317. 7 Robert Tampubolon.Risk Management. Jakarta : Kompas Gramedia, 2006, cet.ke-3, hlm.20. 8 Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id, di kutip pada 11/06/2014. 9 Fahmi Basyaib, Manajemen Resiko, Jakarta : PT Grasindo, 2007, cet.ke-1, hlm.9. 6
33
sesuatu agar dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s dalam menangani berbagi risiko.
2. Tujuan Manajemen Risiko Perbankan Syariah Sasaran kebijakan manajemen risiko
adalah mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko antara lain sebagai berikut :10 a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. Informasi mengenai risiko sangat dibutuhkan regulator bank sebagai pihak pembuat atau pemutus kebijakan, yang mana pihak regulator tersebut terdiri dari Dewan Pengawas Syariah (DPS), Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi. b. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. Ada beberapa kerugian yang tidak diinginkan bank syariah, untuk memastikan bank tidak mengalami kerugian tersebut, maka sejak awal setiap risiko yang datang harus segera diantisipasi. c. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
10
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.255.
34
Agar tidak terjadi kerugian yang sangat besar, maka risiko yang timbul dan tidak dapat dikendalikan harus diminimalisasi. Oleh karena itu harus disusun rencana darurat atas kemungkinan kondisi eksternal dan internal terburuk, sehingga kelangsungan usaha dari bank syariah dapat di pertanggungjawabkan. d. Mengukur eksposur dan permusatan risiko. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur dampak risiko secara keseluruhan maupun dampak perjenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank serta dampak risiko per produk atau aktivitas fungsional bank syariah sesuai metode atau model pengukuran yang diadopsi. e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko. Untuk mengalokasikan modal maka harus dilihat terlebih dahulu risikorisikonya. Oleh karena itu, perlu adanya penetapan batas-batas risiko sebagai bagian dari pembatasan risiko. f. Tujuan manajemen risiko lainnya. Tidak hanya sekedar memelihara tingkat profitabilitas dan kesehatan bank yang bersangkutan saja, akantetapi juga untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan yang kritis terhadap kesehatan perekonomian nasional.
35
Dari beberapa tujuan manajemen risiko perbankan syariah diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utamanya adalah memastikan bank tidak mengalami kerugian akibat risiko-risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, sejak awal bank harus segera mengantisipasinya.
3. Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah Penerapan strategi manajemen risiko (risk management) bertujuan untuk menghindari suatu kerugian yang disebabkan terjadinya suatu risiko atau peristiwa (events). Berikut ini strategi manajemen risiko perbankan syariah, antara lain : 1. Identifikasi Risiko Keunikan Bank Syariah terletak pada : a. Proses transaksi pembiayaan dan investasi yang menggunakan prinsipprinsip syariah. b. Proses manajemen yaitu sistem dan prosedur operasional akuntansi dan Chart of Account (CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi
informasi,
serta
sistem
dan
prosedur
operasional
pengembangan produk. c. Sumber daya manusia yaitu spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah.
36
d. Lingkungan eksternal yaitu adanya dual regulatory body, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). 2. Penilaian Risiko Dalam penilaian Risiko, keunikan bank syariah terlihat pada hubungan antara probability dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Quallitative Approach. 3. Antisipasi Risiko Antisipasi risiko dalam bank syariah bertujuan untuk : a. Preventive. Persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan juga opini DPS dan Bank Indonesia untuk memandang terhadap persetujuan DPS. b. Detective. Pengawasan dalam bank syariah meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). c. Recovery. Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah. 4. Memonitoring Risiko Aktivitas monitoring dalam bank syariah tidak hanya meliputi manajemen bank syariah tetapi juga melibatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS).11
11
http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014
37
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa strategi manajemen risiko perbankan syariah adalah mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko yang dapat merugikan bank, sehingga perlu pengendalian terpadu. Ini dikarenakan manajemen risiko yang baik mempunyai potensi untuk memberikan orientasi baru bagi organisasi secara keseluruhan dan dapat meningkatkan kinerja bank.
4. Manajemen Risiko Gharar dalam Transaksi Jual Beli dan Investasi Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip dasar, no risk no return. Selain karena alasan riba, prinsip ini juga yang membawa implikasi penolakan terhadap bunga dalam pinjaman. Kalau kemudian risiko ini secara sederhana disamakan dengan ketidakpastian (uncertainty), dan ketidakpastian ini dianggap gharar dan dilarang, maka ini akan menjadi rumit. Sebuah transaksi yang gharar dapat timbul karena dua sebab, pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya (non-exist) objek. Ada pula yang membolehkan transaksi dengan objek yang secara aktual belum ada, dengan diiringi syarat bahwa pihak yang melakukan transaksi memiliki kontrol untuk hampir bisa memastikannya di masa depan.
38
Sayyid sabiq dalam fiqh sunnah menerangkan larangan terhadap sebagian kebiasaan yang dilakukan orang-orang jahiliyah adalah sebagai berikut : a. Jual beli dengan cara Hashah Orang jahiliyah dulu melakukan akad jual-beli tanah yang tidak jelas luasnya. Mereka melemparkan hashah (batu kecil). Pada tempat akhir dimana batu jatuh itulah tanah yang dijual. Atau dengan cara jual beli barang yang tidak ditentukan. Mereka melempar hashah, barang yang terkena batu itulah barang-barang dijual. b. Jual beli “Tebakan Selam” (Dharbatul Ghawwash) Orang-orang jahiliyah juga melakukan jual beli dengan cara menyelam. Barang yang ditemukan di laut waktu menyelam itulah yang diperjualbelikan. Mereka biasa melakukan akad. Si pembeli menyerahkan harga atau bayaran sekalipun tidak mendapat apa-apa. Dan terkadang si penjual menyerahkan barang yang ditemukan sekalipun jumlah barang tersebut mencapai beberapa kali lipat dari harga yang harus diterima. c. Jual beli Nitaj Yaitu akad untuk hasil binatang ternak sebelum memberikan hasil, diantaranya memperjualbelikan susu yang masih berada di kantung susu binatang tersebut. d. Jual beli Mulamasah
39
Yaitu dengan cara si penjual dan si pembeli melamas (menyentuh) baju salah seorang dari mereka (saling menyentuh) atau barangnya. Setelah itu jual beli harus dilaksanakan tanpa diketahui keadaannya atau saling ridho. e. Jual beli Munazabah Yakni kedua belah pihak saling mencela barang yang ada pada mereka dan ini dijadikan dasar jual beli, yang tidak saling ridho. f. Jual beli Muhaqalah Muhaqalah ialah jual beli tanaman dengan takaran makanan yang dikenal. g. Jual beli Muzabanah Muzabanah ialah jual beli kurma yang masih di pohonnya dengan kurma. h. Jual beli Mukhadharah Mukhadarah ialah jual beli kurma hijau belum nampak mutu kebaikannya (ijon). i. Jual beli bulu domba di tubuh domba hidup sebelum di potong. j. Jual beli susu padat yang masih berada di susu. k. Jual beli Habalul Habalah (anak unta yang masih di dalam perut induknya).12 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko gharar yaitu mengatur atau mengelola transaksi gharar yang dapat timbul karena dua sebab, pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan
12
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet.ke-1, hlm.44-45
40
pada pihak yang melakukan kontrak. Kedua, karena tidak adanya (non-exist) objek. Dan melarang segala bentuk transaksi jual beli dan investasi yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s.
C. TRANSAKSI JUAL BELI DALAM ISLAM 1. Pengertian Jual Beli dalam Islam Jual beli atau dalam bahasa arab al-ba’i menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Hanafiah, jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. Menurut Syafi’iyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. Menurut Hanabilah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang13 Akad berarti perikatan, perjanjian atau permufakatan. Setiap akad harus memenuhi unsur-unsur pokok (rukun akad), yaitu :
13
Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.173-177.
41
1. Sighat (ijab qabul): ijab berarti pernyataan melakukan ikatan dan qabul berarti pernyataan menerima ikatan. 2. Muta’aqidaani yakni pihak-pihak yang berakad. 3. Ma’qud fiih yakni objek akad. Sebelum terjadi ikatan, masing-masing pihak boleh mengajukan syarat-syarat asalkan dapat diterima oleh akal sehat. Akad yang shahih (cukup rukun dan syaratnya) berlaku dan mengikat, sebaiknya akad yang tidak shahih (kekurangan rukun dan syaratnya) tidak berlaku dan tidak mengikat.14 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli diantaranya: 1. Syarat in’iqad (terjadinya akad). 2. Syarat sahnya akad jual beli. 3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz). 4. Syarat mengikat (syarat luzum). Maksud diadakannya syarat-syarat ini adalah untuk mencegah terjadinya perselisihan diantara manusia, menjaga kemashlahatan pihak-pihak yang melakukan akad, dan menghilangkan sifat gharar (penipuan). Apabila syarat in’iqad (terjadinya akad) rusak (tidak terpenuhi) maka akad menjadi batal. Apabila syarat sah yang tidak terpenuhi, maka menurut Hanafiah, akad menjadi fasid. Apabila syarat nafadz (kelangsungan akad) tidak terpenuhi
14
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher, 2009, cet.ke-7, hlm.25.
42
maka akad akan menjadi mauquf (ditangguhkan), dan apabila syarat luzum (mengikat) tidak terpenuhi, maka akad menjadi mukhayyar (diberi kesempatan memilih) antara diteruskan atau dibatalkan.15 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa jual beli menurut para ulama mazhab merupakan akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan baik berupa uang maupun barang.
2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s, antara lain : 1. Al Qur’an Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa : 29
16 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang Kepadamu”(QS. An-Nisa : 29) 15
Ibid Al-Qur’an & Terjemahan.
16
43
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :
17 Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya, dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya".(QS. al-Baqarah : 275) Dari dua ayat Al-Qur’an diatas telah mewakili disyariatkannya jual beli bagi umat Islam. Allah SWT menghalalkan bagi umatnya untuk mencari rezeki melalui transaksi perniagaan (jual beli) berdasarkan kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli.
2. Al-Hadit’s Selain dasar hukum yang berasal dari Al Qur’an ulama Fiqh juga menyandarkan syariat jual beli kepada hadit’s Nabi SAW. Adapun diantara 17
Ibid.
44
hadit’s yang menjadi dasar ajaran jual beli adalah Sabda Rasulullah SAW, yaitu hadit’s Rifa’ah ibnu Rafi’:
ْ َب أ ب؟ ُ ط َي ُ سلَّ َم ِ س َ ُصلَّى هللا َ ع ْن ِرفَا َ َ ي ْال َك َ علَ ْي ِه َو َ ِ عةَ ب ِْن َرافِعٍ أ َ َّن النَّ ِبي ُّ َ سئِ َل أ .الر َج ِل ِب َي ِد ِه َو ُك ُّل َبي ٍْع َمب ُْر ْو َر َ :قَا َل ِ ع َم ُل Artinya : “Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi SAW ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim).18
Selain hadits diatas, terdapat hadits yang secara tegas menjelaskan mengenai disyari’atkannya wakaf pada zaman Rasulullah SAW, yaitu Hadit’s Abi Sa’id:
:سلَّ َم قَا َل َ ُصلَّى هللا َ س ِع ْي ٍد َ َ علَ ْي ِه َو َ ع ْن أ َ ِب ْي َ ِ ع ِن النَّ ِبي ُّ ص ِد ْي ِقيْنَ َوال .اء ِ َش َهد َّ صد ُْو ُق ْاْل َ ِمي ُْن َم َع النَّ ِب ِييْنَ َوال َّ اج ُر ال ِ َّ الت Artinya : “Dari Abi Sa’id dari Nabi SAW beliau bersabda: pedagang yang jujur (benar), dan dapat dipercaya (amanah) nanti bersama-sama dengan Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada”. (HR.At-Tirmidzi. Berkata Abu ‘Isa: Hadit’s ini adalah Hadit’s yang Shahih)19
:سلَّ َم ُ ع ِن اب ِْن ُ ع َم َر قَا َل قَا َل َر َ ُصلَّى هللا َ َ علَ ْي ِه َو َ ِس ْو ُل هللا ُّ صد ُْو ُق ْاْل َ ِمي ُْن ْال ُم ْس ِل ُم َم َع ال .اء يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ِ َش َهد َّ اج ُر ال ِ َّ الت
Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa Al-Babiy AlHalabiy, Mesir, cet.IV, 1960, hlm.4. 19 At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor hadit’s 1290, CD Room, Maktabah Kutub AlMutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724. 18
45
Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat (HR.Ibnu Majah).20 Dari ketiga Hadit’s yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila pelakunya jujur, maka kedudukannya pun di akhirat nanti setara dengan para nabi, shiddiqin, dan syuhada. Para ulama dan seluruh umat islam sepakat tentang dibolehkannya jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua orang memiliki apa yang dibutuhkannya. Apa yang dibutuhkannya kadang-kadang berada ditangan orang lain. Dengan jalan jual beli inilah, maka manusia dapat saling tolong menolong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, roda kehidupan ekonomi akan berjalan dengan positif karena apa yang mereka lakukan akan menguntungkan kedua belah pihak.
4. Bentuk Bentuk Jual Beli dalam Islam 1. BA’I MURABAHAH (DEFERRED PAYMENT SALE) a. Pengertian Ba’i Murabahah Ba’i Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Ba’i Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor hadit’s 2139, CD Room, Maktabah Kutub AlMutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724. 20
46
kepada pemesan pembelian. Definisi lain mengenai Ba’i Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad Ba’i Murabahah dapat dilakukan secara tunai (Ba’i Naqdan) maupun tangguh (Ba’i Mu’ajjal/Ba’i Bit’tsaman Ajil). Hal yang membedakan Ba’i Murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Penjual dan pembeli dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga pada akhirnya diperoleh kesepakatan bersama. b. Rukun Ba’i Murabahah 1. Adanya penjual dan pembeli (‘akid). 2. Objek akad (ma’qud ‘alaih). 3. Ijab dan qabul c. Syarat Ba’i Murabahah 1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
47
2. BA’I SALAM (IN-FRONT PAYMENT SALE) a. Pengertian Ba’i Salam Dalam pengertian yang sederhana, Ba’i Salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada gharar. Hal inilah yang membedakan salam dengan transaksi ijon. Ba’i Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. Ba’i Salam sering digunakan untuk produk pertanian. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan, pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.21
21
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011, cet.ke-2, hlm.198-199.
48
b. Rukun dan syarat Ba’i Salam Dalam Ba’i Salam, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yakni : 1. ‘Aqid, yaitu pembeli atau al-muslim atau rabbussalam, dan penjual atau al-muslam ilaih. 2. Ma’qud ‘alaih yaitu muslam fih (barang yang dipesan), dan harga atau modal salam (ra’s al-mal as-salam). 3. Shighat yaitu ijab dan qabul. Adapula beberapa syarat di dalam Ba’i as-salam, antara lain : Syarat-syarat salam ini ada yang berkaitan dengan ra’s al-mal (modal atau harga), dan ada yang berkaitan dengan muslam fih (objek akad atau barang yang dipesan). Secara umum ulama-ulama mazhab sepakat bahwa ada enam syarat yang harus dipenuhi agar salam menjadi sah, yaitu : 1. Jenis muslam fih harus diketahui 2. Sifatnya diketahui 3. Ukuran dan kadarnya diketahui 4. Masa tertentu (diketahui) 5. Mengetahui kadar (ukuran) ra’s al-mal (modal/harga), dan 6. Menyebutkan tempat pemesanan atau penyerahan.
49
Demikian pula para ulama sepakat bahwa salam diperbolehkan dalam barang-barang yang ditakar (makilat), ditimbang (mauzunat), diukur dengan meteran (madzru’at), dan dihitung (ma’dudat).22 3. BA’I ISTISHNA’ (PURCHASE BY ORDER OR MANUFACTURE) a. Pengertian Ba’i Istishna’ Transaksi Ba’i Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara kedua belah pihak, yaitu pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani’). Ba’i Istishna’ digunakan untuk produk manufaktur seperti konstruksi atau pembangunan rumah, gedung, mesin pengolah
biodiesel
dan
lain
sebagainya.
Akad
Istishna’
pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran.
22
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.245-246.
juga
50
Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (sub kontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan pembeli. Syaratnya akad istishna’ pertama tidak bergantung pada istishna’ kedua. Selain itu penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi. 23 b. Rukun & Syarat Ba’i Istishna’ : Dalam Ba’i istishna’, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yakni : 1. Pemesan/pembeli (mustashni’). 2. Penjual/pembuat (shani’). 3. Barang/objek (mashnu’). 4. Tsaman (harga). 5. Shighat yaitu ijab dan qabul. Disamping itu, ulama juga menentukan beberapa syarat untuk menentukan sahnya jual beli istishna’. Syarat yang diajukan ulama untuk diperbolehkannya transaksi jual beli istishna’ adalah: 1.
Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli.
23
2.
Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
3.
Shani’ menyatakan kesanggupan membuat barang.
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011, cet.ke-2, hlm.211-212.
51
4. Apabila bahan baku berasal dari mustashni’, maka akad ini bukan lagi istishna’, tetapi berubah menjadi ijarah. 5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja, maka akad ini bukan lagi istishna’, tetapi berubah menjadi ijarah. 6. Mashnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang jelas seperti jenis, ukuran, tipe, mutu, dan jumlahnya. 7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang syara’ yaitu: (najis, haram/tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan (menimbulkan maksiat). c. Berakhirnya akad Istishna’ : 1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak. 2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak. 3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.
4. Mekanisme Jual Beli dalam Islam Selain bentuk-bentuk jual beli dalam islam yang beraneka ragam, adapula mekanisme yang harus diterapkan dalam melakukan transaksi jual beli menurut syariat islam, diantaranya :
52
a. Adanya ‘aqid (penjual dan pembeli) yang melakukan tawar-menawar barang. b. Adanya barang (objek akad) atau ma’qud ‘alaih. 1. Barang yang dijual harus maujud (ada). 2. Barang yang di jual harus mal mutaqawwim. 3. Barang yang di jual harus barang yang sudah dimiliki. 4. Barang yang harus dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual-beli. c. Adanya shighat (ijab dan qabul) 1. Pernyataan yang dikeluarkan oleh penjual disebut ijab. 2. Pernyataan yang dikeluarkan oleh penjual disebut qabul. Akad sangatlah penting dalam transaksi jual beli, hal ini dikarenakan qabul harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima apa yang di-ijab-kan (dinyatakan) oleh penjual. Apabila terdapat perbedaan antara ijab dan qabul, misalnya pembeli menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh penjual, maka akad jual beli tidak sah. Selain itu, berkaitan dengan tempat akad jual beli dalam islam harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan qabul berbeda majelisnya, maka akad jual beli tidak sah pula.
53
d. Jual beli dalam islam harus menghindari 6 macam, antara lain : ketidakjelasan (jahalah), pemaksaan (al-ikrah), pembatasan dengan waktu (at-tauqit), penipuan (gharar), kemudharatan (dharar) dan lain-lain.24 Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa transaksi jual beli dalam islam ada 3 macam yakni Ba’i Murabahah, Ba’i Salam, dan Ba’i Istishna’. Dan penerapan mekanisme jual beli pun harus berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadit’s. Demikian penjelasan dan uraian mengenai investasi risiko, manajemen risiko dalam perbankan syariah, dan transaksi jual beli dalam islam. Dengan penjelasan tersebut, diharapkan dapat memahami lebih dalam mengenai definisi, manfaat dan bentuk-bentuk investasi emas. Serta penjelasan mengenai pengertian, tujuan dan strategi manajemen risiko dalam perbankan syariah dan penjelasan seputar transaksi jual beli (Ba’i) dalam islam.
24
Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta : AMZAH, 2010, cet.ke-1, hlm.173-214.
BAB III MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BSM Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan suatu hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
54
55
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi
serta
membentuk
Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
56
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank syariah yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilainilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Perkembangan Bank Syariah Mandiri dari tahun ke tahun memang terus meningkat. Hal ini membuktikan meskipun bank ini berlandaskan hukum syariah islam, sama sekali tidak menurunkan pamor dan kualitas dari Bank Syariah Mandiri sebagai Bank Syariah Terbaik di Indonesia. Bank Syariah Mandiri yang mulai beroperasi pada tahun 1999 hingga sekarang ini telah menjadi mitra yang baik bagi para pengusaha sehingga Bank Syariah Mandiri telah menunjukkan kepeduliannya untuk ikut membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa bangsa yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan visi Bank Syariah Mandiri, yakni “Menjadi Bank Syariah terpercaya pilihan mitra usaha”.
57
Hingga saat ini Bank Syariah Mandiri telah menunjukkan keberhasilannya menjadi bagian dari Bank Mandiri. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh kepercayaan para nasabah dengan memilih Bank Syariah Mandiri sebagai pilihan bank syariah yang tepat. Bahkan Bank Syariah Mandiri ini telah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan yang semakin menunjukkan eksistensinya di bidang perbankan syariah. Demi memberikan kepuasan dan pelayanan maksimal kepada para nasabah, BSM terus mengembangkan pelayanannya untuk memberikan kemudahan
kepada
para
nasabahnya.
Beberapa
jenis
pelayanan
yang
dikembangkan menjadi pelayanan selama 24 jam, diantaranya : BSM mobile banking, BSM net banking, BSM sms banking, BSM call center, BSM card dan BSM ATM. Dari data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan dominasi terbesar masih dikuasai oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan 404 jaringan kantor ini menunjukkan bahwa BSM menjadi Bank Syariah terunggul dalam perluasan jaringan kantor.1
1
Sejarah dan Perkembangan BSM. www.republika.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 11:30 WIB
58
B. PRODUK INVESTASI EMAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) Produk BSM Murabahah Emas pada prinsipnya seperti jual beli emas dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk sarana berinvestasi dalam kepemilikan emas. Masyarakat dapat membeli emas dengan cara mencicil di bank syariah setiap bulannya. Produk ini dapat memudahkan masyarakat, dikarenakan dapat menjadi solusi terbaik untuk investasi dalam bentuk emas. Dengan produk ini pula, gadai emas di bank syariah diharapkan tidak lagi digunakan untuk investasi yang mengarah kepada spekulasi.
1. BSM Cicil Emas Cicil emas adalah suatu transaksi membeli emas dengan cara mencicil atau kredit antara pihak bank syariah sebagai penjual dan pihak nasabah sebagai pembeli emas berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Akad yang digunakan dalam BSM Cicil Emas menggunakan akad Murabahah (dibawah tangan). Pengikatan agunan dengan menggunakan akad rahn (gadai). Syarat - Syarat BSM Cicil Emas : 1. WNI cakap umur 2. Pegawai tetap dengan usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan pada saat jatuh tempo pembiayaan usia maksimal 55 tahun atau belum pensiun.
59
3. Profesional dan wiraswasta berusia maksimal 60 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo. 4. Pensiunan berusia maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo. Tujuan Cicil Emas adalah membantu nasabah untuk membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa emas batangan atau lantakan. Manfaat Cicil Emas adalah untuk merencanakan masa depan dan percepatan asset nasabah melalui cicil emas. Risiko cicil emas berupa risiko harga emas yang tidak meningkat atau meskipun meningkat namun kenaikannya lebih rendah dari margin. Jika ini terjadi, maka nasabah akan menerima nilai emas yang lebih rendah dibandingkan jumlah pembayaran ke bank. Selain itu, risiko emas tidak dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas lunas) oleh pihak yang memberikan cicilan atau kredit emas yaitu bank syariah. Karakteristik Cicil Emas, antara lain : 1. Harga emas jenis logam mulia produksi PT. ANTAM yang dapat dibeli dengan cicil emas atau kredit emas. 2. Emas dibeli dan disimpan oleh bank syariah sampai cicilan lunas. Sertifikat logam mulia yang dikeluarkan oleh PT. ANTAM dipegang oleh pihak bank syariah pula. Nasabah hanya bisa melihat atau mendapatkan salinan sertifikat tetapi belum bisa membawa emas pulang. Hal ini dikarenakan, fisik emas dan sertifikat baru bisa diambil apabila cicilan emas telah lunas.
60
1. Terkait poin kedua, emas merupakan jaminan dari pinjaman sehingga ketika debitur tidak melunasi cicilan emas dalam perjanjian, maka bank akan melelang emas tersebut. Hasil lelang digunakan untuk melunasi sisa kewajiban kepada bank. 2. Maksimum pembiayaan adalah 75 persen hingga 80 persen dari nilai emas yang akan dibeli. Dengan kata lain, nasabah harus menyediakan dana sendiri 20 persen hingga 25 persen dari harga emas. Dana sudah harus siap sebelum proses akad kredit dilakukan. 3. Bank yang membedakan margin atas nilai emas yang nasabah beli. Jadi jumlah pinjaman yang harus nasabah cicil ke bank adalah harga pembelian emas plus margin. 4. Layaknya proses kredit, bank menetapkan persyaratan minimum (Umur, WNI), meminta sejumlah dokumen identitas serta data keuangan dan melakukan evaluasi kemampuan pembayaran. Bank ingin memastikan bahwa nasabah memiliki keuangan yang memadai untuk dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran cicil atau kredit emas tepat waktu.
2. BSM Gadai Emas Gadai emas adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memilki nilai ekonomis seperti emas. Dengan demikian pihak yang
61
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Gadai emas digunakan masyarakat untuk mendapatkan dana dalam mengatasi kebutuhan biaya pendidikan, modal usaha, biaya pengobatan, penyelenggaraan hajatan dan kebutuhan lainnya. Syarat dan Ketentuan Gadai Emas BSM : 1. Pembiayaan : mulai dari Rp.500.000 2. Jaminan : emas (lantakan atau batangan). 3. Jangka waktu : 4 bulan dan dapat diperpanjang (gadai ulang). Persyaratan Gadai Emas, antara lain: kartu identitas nasabah dan jaminan berupa emas perhiasan atau lantakan. 2 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa produk investasi emas bagi para nasabah di Bank Syariah Mandiri (BSM), terbagi menjadi dua macam yaitu Produk BSM Cicil Emas dan Produk BSM Gadai Emas.
C. MEKANISME CICIL EMAS PADA BSM Nasabah yang ingin cicil emas di Bank Syariah Mandiri (BSM) harus mempersiapkan syarat dan ketentuan, antara lain : a. Fotocopy KTP, Id card. b. Asli slip gaji 3 bulan terakhir atau buku rekening gaji atau surat keterangan penghasilan. c. Standing Intruction (SI).
62
d. NPWP dan surat pernyataan kuasa jual dari kedua belah pihak, yaitu bank syariah dan nasabah (>50 juta). Adapun biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah dalam melakukan transaksi investasi cicil emas di Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain: biaya administrasi, biaya materai, dan biaya asuransi. Adapun uang muka/self financing yang harus dipersiapkan nasabah dalam melakukan transaksi investasi cicil emas di Bank Syariah Mandiri, antara lain : a. Minimal 20 persen dari harga perolehan emas. b. Uang muka dibayar secara tunai (tidak dicicil) oleh nasabah kepada bank. c. Sumber dana uang muka harus berasal dari dana nasabah sendiri (self financing) dan bukan berasal dari pembiayaan yang diberikan oleh bank. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme cicil emas pada BSM tidak terlalu sulit bagi para nasabah yang mampu secara finansial untuk membayar cicilan emas setiap bulannya.
2 Produk Investasi Emas Bank Syariah Mandiri. www.syariahmadiri.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 17.00 WIB.
63
D. MANAJEMEN RISIKO CICIL EMAS PADA BSM Berikut ini manajemen risiko cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain : 1. Penyediaan informasi yang cepat dan tepat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis yang mengandung risiko signifikan bagi BSM. 2. Penyeimbangan tingkat risiko yang dihadapi dengan tingkat pengembalian hasil yang diterima dari berbagai kegiatan bisnis BSM 3. Pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko, baik secara transaksional, portofolio, maupun BSM-wide. 4. Pengalokasian modal BSM secara efisien pada berbagai risiko yang dihadapi BSM dan Peningkatan nilai perusahaan bagi seluruh stakeholder. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan unsur terpenting di industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi semakin meningkat. Demikian penjelasan dan uraian mengenai manajemen risiko cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Dengan penjelasan tersebut, diharapkan dapat memahami lebih dalam mengenai sejarah dan perkembangan BSM serta produk investasi emas pada BSM dan mekanisme cicil emas pada BSM.3
3
Ibid
BAB IV STRATEGI DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TRANSAKSI CICIL EMAS PADA BSM
A. STRATEGI MANAJEMEN RISIKO CICILAN EMAS PADA BSM
BSM memiliki organisasi manajemen risiko yang secara jelas menetapkan batas wewenang dan tanggung jawab seluruh jenjang organisasi di dalam perusahaan. BSM menerapkan prinsip pemisahan fungsi antara satuan kerja pengambil risiko (risk taking unit), satuan kerja pendukung (supporting unit), dan satuan kerja manajemen risiko (risk management unit). Risk owner atas pengelolaan risiko berada pada masing-masing unit kerja terkait. Penerapan manajemen risiko memerlukan komitmen dan keterlibatan dari seluruh pihak dalam organisasi. Untuk mendorong penerapan manajemen risiko yang efektif BSM memiliki Komite Manajemen Risiko (KMR). KMR yang beranggotakan Direksi dan pejabat eksekutif berfungsi memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai arah kebijakan dan strategi manajemen risiko perusahaan. Tugas KMR meliputi perumusan dan penyusunan kebijakan, pedoman, dan strategi penerapan manajemen risiko, sehingga kegiatan usaha BSM sejalan dengan visi, misi dan rencana bisnis yang diterapkan. Dalam menjalankan tugasnya, KMR dibantu oleh Working Group (WG) KMR yang terdiri atas WG Asset Liabilities Management (ALMA) dan pembiayaan WG
64
65
Operasional. WG memiliki tugas melakukan kajian risiko dan memberikan rekomendasi atas situasi dan kondisi usaha yang dihadapi BSM. Risiko merupakan ketidakpastian (uncertaintly) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss). Berbagai risiko kerugian yang dihadapi Bank Syariah Mandiri (BSM) dapat menjadi faktor pengganggu kinerja operasionalnya. Berikut ini, strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM dengan menggunakan proses manajemen risiko dalam perbankan syariah, antara lain : a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah. Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut. Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah, antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang
66
yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau cicilan. Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain : 1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang. 2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan utang kepada pihak BSM berdasarkan perjanjian akad
67
yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai (rahn). 3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi. 4. Collateral Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran, hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan murabahah muajjal yang memiliki karakter penyerahan barang di awal
68
akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan pembayarannya secara angsuran. Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah : 1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diminimalisir. 3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.
Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat
69
dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat 38-39 :
Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.
Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti situasi dan ekologi masyarakat.
Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.
70
5. Condition Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko dilakukan
dengan
mengkualifikasi
risiko
tertentu
dan
kemudian
membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar. c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara
71
efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko, sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko. d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat, informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dalam BSM.1 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM merupakan unsur terpenting yang harus diterapkan untuk mengendalikan berbagai risiko berbahaya yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri (BSM).
1
Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas Bank Syariah Mandiri (BSM), Jakarta, 9 Mei 2014
72
B. DAMPAK PENERAPAN STRATEGI TERHADAP RISIKO TERJADINYA KERUGIAN TRANSAKSI CICILAN EMAS PADA BSM
Strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran bank syariah yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program. Oleh karena itu, selain strategi yang diterapkan BSM perlu diketahui dampak penerapan strategi terhadap risiko terjadinya kerugian transaksi cicilan emas pada BSM, antara lain : a. Bank Syariah Mandiri dapat terhindar dari berbagai risiko berbahaya seperti Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional. Risiko Kredit yang dapat merugikan, diantaranya risiko emas tidak dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas) oleh pihak yang memberikan kredit (bank syariah). Hal ini menunjukkan bahwa selama masa cicilan emas, pihak pemberi kredit yang membeli dan menyimpan emas. Oleh karena itu, manajemen risiko Bank Syariah Mandiri (BSM) sangat berperan penting melalui kepercayaan, seperti BSM meyakinkan kepada nasabah untuk memberikan kepercayaan dan keamanan di dalam akad dalam berinvestasi produk cicilan emas tersebut. Hal ini akan berdampak positif bagi kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) dikarenakan adanya kepercayaan dalam transaksi cicilan emas. Risiko Likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM
73
mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan Manajemen Risiko dan Pedoman Pengelolaan Dana, strategi dan contingency plan likuiditas. Dalam mengelola risiko likuiditas, BSM melakukan: 1. Penempatan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen keuangan jangka pendek lain sebagai cadangan likuiditas BSM. 2. Pengukuran kecukupan likuiditas melalui penyusunan proyeksi cashflow dan liquidity gap secara rutin sehingga BSM dapat memanfaatkan likuiditas secara tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan. Risiko Pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan. Adapula Risiko Operasional berbahaya sehingga BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM. 1. Penggunaan peranti lunak 2. Dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko operasional, BSM memanfaatkan peranti lunak berbasis WEB yaitu ORMIS (Operational Risk Management Information System).
74
Peranti ORMIS digunakan oleh seluruh unit kerja. Disamping itu, BSM juga memanfaatkan tools yang dikembangkan untuk mengelola risiko operasional, yaitu LED (Loss Event Database), RCSA (Risk and Control Self Assessment), dan KRI (Key Risk Indicator). 3. Perhitungan kecukupan modal risiko operasional. 4. BSM telah menghitung kecukupan modal risiko operasional dengan menggunakan metode basic indicator approach yang memasukkan unsur ATMR meskipun Bank Indonesia belum mewajibkannya kepada Bank Syariah. BSM melakukan hal ini sebagai inisiatif guna meyakinkan stakeholder bahwa modal BSM cukup untuk meng-cover potensi kerugian yang ditimbulkan oleh risiko operasional. Selain itu, BSM juga melakukan pengelolaan atas pencadangan kerugian risiko operasional. 5. Penerapan Manajemen Risiko Teknologi Informasi. 6. BSM menerapkan manajemen risiko terhadap Teknologi Informasi (TI) yang memegang peranan penting sebagai Core Banking Business BSM. Manajemen risiko TI antara lain diterapkan pada proses desain suatu pengembangan sistem sampai dengan tahap akhir. Melalui User Acceptance Test (UAT), BSM dapat mengidentifikasi dan melakukan perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan, sebelum sistem digunakan oleh user.
75
7. BSM juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai pemanfaatan teknologi informasi yaitu standarisasi perangkat jaringan komunikasi data, standarisasi perangkat lunak, pengelolaan kewenangan akses sistem, dan pengembangan layanan Electronic Banking dari segi keamanan aksesibilitas. b. Kinerja Operasional dalam transaksi cicil emas pada Bank Syariah Mandiri tidak akan terganggu karena menerapkan strategi manajemen risiko yang baik (Good Risk Management). c. Dengan adanya strategi manajemen risiko maka Bank Syariah Mandiri dapat mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau risiko BSM yang harus terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif sehingga menghindari risiko kerugian dalam transaksi cicil emas. Bank Syariah mandiri sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, meluncurkan produk cicilan emas pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan, emas merupakan barang dengan permintaan yang tinggi. Permintaan tinggi tersebut seperti untuk proteksi aset, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan haji maupun investasi. Dapat diketahui, bahwa hampir setiap lima tahun harga emas bisa naik minimal sekitar 100 persen. Jumlah nasabah cicilan emas BSM, kantor cabang Ciputat pada tahun 2013 mencapai 48 orang dengan jumlah aset yang dimiliki sekitar Rp.725.751.785,79. Sedangkan Jumlah nasabah cicilan emas BSM, kantor
76
cabang Ciputat pada tahun 2014 mencapai 55 orang dengan jumlah aset yang dimiliki sekitar Rp.927.573.012,49. Dengan demikian maka, pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak signifikan terhadap rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada BSM. Faktanya, harga penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan naik menjadi Rp.500.000 per gram pada tahun 2014. Fakta tersebut menunjukan, bahwa transaksi cicilan emas pada BSM sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan jumlah nasabah cicilan emas dan aset yang dimiliki BSM dari tahun ke tahun.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
1. Ada empat strategi manajemen risiko yang telah diterapkan BSM pada cicilan emas, yaitu: mengidentifikasi risiko. mengukur risiko, mengendalikan risiko, dan memonitoring atau memantau risiko. 2. Penerapan strategi manajemen risiko cicil emas pada BSM telah berdampak signifikan terhadap rendahnya risiko terjadinya kerugian transaksi cicil emas pada BSM. Faktanya, harga penjualan emas pada cicilan emas BSM naik pada setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 harga satu gram emas Rp.470.000 dan naik menjadi Rp.500.000 per gram pada tahun 2014.
B. Saran-Saran Dari penelitian ini, penulis dapat memberikan saran- saran, sebagai berikut: 1. Terhindarnya kerugian cicil emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM), maka sebaiknya pihak bank mengetahui risiko-risiko yang akan terjadi dan strategi apa yang harus dilakukan untuk menangani hal tersebut. 2. Perlu ditingkatkan manajemen risiko cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri, agar kinerja bank syariah menjadi lebih baik lagi tanpa adanya risiko
77
78
3. Emas selalu menjadi instrument investasi yang dicari orang. Nilainya yang stabil serta likuid membuat investasi di instrument ini tidak pernah lekang oleh waktu. Banyaknya minat masyarakat khususnya para wanita (ibu rumah tangga) dalam memiliki logam mulia seperti emas secara mencicil cenderung sangat tinggi. Maka dihimbau agar lebih selektif dan berhati-hati dalam berinvestasi melalui produk cicil emas tersebut. Para wanita (ibu rumah tangga) harus memahami terlebih dahulu karakteristik produk ini dan risikonya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an & Terjemahannya, Departemen Agama RI. At-Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz 3, Nomor Hadits 1290, CD Room, Maktabah Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nfi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H. A.Perwataatmadja, Karnaen, Hendri Tanjung.Bank Syariah. Jakarta: Celestial Publishing, 2011. Arifin,Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang : Azkia Publisher, 2009. Arifin, Zainul.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005. Basyaib,Fahmi.Manajemen Resiko. Jakarta : PT Grasindo, 2007. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004. Darmawi,Herman. Manajemen Resiko. Jakarta : Bumi aksara, 2006. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 77/DSN-MUI/IV/2010. Jakarta : MUI, 2010. Haque,Ataul. Reading in Islamic Banking. Dhaka : Islamic Foundation, 1987. Hidayat,Mohamad. an introduction to The Sharia Economic pengantar ekonomi syariah, Jakarta : Zikrul, 2010. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor hadit’s 2139, CD Room, Maktabah Kutub Al-Mutun, Silsilah Al-‘Ilm An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal, 1426 H, hlm.724. J. Moleong, Lexy. metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007. M.Herujitu, Yayat. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Grafindo, 2001. Marbun, BN. Kamus Manajemen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003. Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta : AMZAH, 2010.
79
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), 2005. Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, Maktabah Mushthafa AlBabiy Al-Halabiy, Mesir, cet.IV, 1960. Nafik, Muhamad. Bursa Efek Investasi Syariah . Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2009. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003. Nurhayati,Sri.Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : PT Salemba Empat, 2011. Palaloi, Ihsan. Muhammad dkk.Kemilau Investasi Emas. Jakarta: Science Research Foundation, 2006. Peraturan Bank Indonesia. Penetapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, PBI No.11/25/2009, Jakarta : PBI, 2009. Peraturan Bank Indonesia. Kepemilikan emas dengan akad Murabahah. SE Nomor 14/16/DPb.Jakarta : PBI, 2012 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Salim, Joko. 10 Investasi Paling Gampang & Paling Aman. Jakarta : Transmedia Pustaka, 2010. S.P.Hasibuan, Malayu. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004. Tampubolon, Robert. Risk Management. Jakarta : Kompas Gramedia, 2006. Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Internet BSM Cicil Emas. www.syariahmandiri.co.id. dikutip pada tanggal 14 April 2014. http://www.blogspot.com//Manajemen resiko perbankan syariah, ppt/dikutip pada 11/06/2014 Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,http://hndwibowo.blogspot.com, di kutip pada 11/06/2014. Produk Investasi Emas Bank Syariah Mandiri. www.syariahmadiri.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 17.00 WIB Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Resiko Perbankan Syariah, http://masterislamic.ac.id, di kutip pada 11/06/2014.
80
Sejarah dan perkembangan Bank syariah Mandiri. www.syariahmandiri.co.id. diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 17:00 WIB Sejarah dan Perkembangan BSM. www.republika.co.id. diakses pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 11:30 WIB Wawancara Wawancara secara langsung dengan Bapak Arif Irawan, Staff Bagian Cicil Emas Bank Syariah Mandiri (BSM).
81
82
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA Nama
: Arif Irawan (Iwan)
Telp
: 081381838063
Jabatan
: Staf Bagian Cicil Emas BSM
Waktu
: 15.00 sd 16.00
Tempat
: Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat Bank Syariah Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan telah
mengeluarkan berbagai produk. Salah satu produk terbaru BSM yang dapat mempermudah nasabah dalam kepemilikan emas adalah Cicil emas. 1. Apa tujuan dari produk BSM cicil emas ? Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk membantu nasabah dalam membiayai pembelian atau kepemilikan emas berupa lantakan atau batangan dengan cara mudah punya emas dan menguntungkan. 2. Jenis emas seperti apa yang dapat dibiayai? Emas lantakan (batangan) dengan minimal jumlah gram adalah 10 gram. 3. Berapa lama jangka waktu pembiayaan produk BSM cicil emas? Anda dapat memilih jangka waktu pembiayaan yang diinginkan paling singkat dua (2) tahun dan paling lama hingga lima (5) tahun.
83
4. Apa saja keunggulan dari cicil emas di BSM ? a. Aman: Emas Anda diasuransikan. b. Menguntungkan : Tarif yang kompetitif. c. Layanan Professional : Perusahaan terpecaya dengan kualitas layanan terbaik. d. Mudah : pembelian emas dengan cara cicilan atau angsuran. e. Likuid : dapat diuangkan dengan cara dijual atau digandakan. 5. Diantara keunggulan tersebut, pasti akan ada risiko yang timbul pada investasi cicil emas pada BSM tersebut . Apa saja Risiko-Risikonya ? BSM menerapkan manajemen risiko pada seluruh aktivitas operasional agar eksposur risiko kredit, risiko pasar (suku bunga), risiko likuiditas dan risiko operasional dapat terkendali secara baik dan memadai. a. Risiko Kredit BSM harus mengelola risiko kredit secara baik dan berkesinambungan guna menjaga portofolio aktiva produktif tetap berkualitas baik dan memberikan keuntungan. Karena itu BSM selalu menjaga agar tidak terjadi penurunan kualitas pembiayaan sehingga Non Performance Financing (NPF) tidak melampaui limit sesuai dengan ketentuan BSM Indonesia. b. Risiko Pasar BSM menghadapi risiko pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur
84
risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan. c. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan manajemen risiko dan pedoman pengelolaan dana, strategi dan contingency plan likuiditas. d. Risiko Operasional BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktorfaktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM. 6. Bagaimana Strategi manajemen risiko cicilan emas pada BSM ? a. Mengidentifikasi risiko secara tepat pada transaksi cicil emas di BSM, suatu bank syariah harus mengenal dan memahami risiko yang ada maupun yang mungkin timbul. Selain itu, untuk menghindari risiko kredit berupa risiko kerugian cicilan emas pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Salah satu aplikasi proses identifikasi risiko pada Bank Syariah Mandiri adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam transaksi produk cicil emas pada BSM yang menggunakan akad murabahah. Risiko-risiko yang dapat diidentifikasi, antara lain: nasabah memanipulasi
85
informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang telah disepakati, dan sebagainya. Oleh karena itu, BSM harus membidik para nasabah potensial dalam transaksi cicil emas tersebut. Dengan melalui 5C (The Five C’s Principles) dalam Perbankan Syariah, antara lain: Character (karakter), Capacity (kemampuan mengembalikan utang), Collateral (jaminan), Capital (modal), dan Condition (situasi atau kondisi). Bagi pihak BSM, nasabah yang memenuhi kriteria 5C adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. BSM melihat orang yang memiliki karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Nasabah dengan kriteria seperti itulah merupakan nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau nasabah yang layak mendapatkan penyaluran kredit atau cicilan. Prinsip-prinsip 5C dalam Bank Syariah Mandiri (BSM), antara lain : 1. Character (karakter) calon nasabah pada BSM berdasarkan ketentuan syariah, diantaranya : Data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadinya, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan maupun latar belakang keluarganya. Character ini digunakan untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan akad perjanjian antara pihak BSM dan pihak nasabah. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik
86
nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank. Sedangkan pada Bank Kovensional Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang. 2. Capacity (kemampuan), yaitu Kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan utang kepada pihak BSM berdasarkan perjanjian akad yang telah disepakati bersama. Akad yang digunakan produk cicil emas BSM menggunakan akad Murabahah dengan jaminan diikat dengan gadai (rahn). 3. Capital (modal), yaitu Kondisi kekayaan yang dimiliki nasabah. Dari kondisi ini dapat dinilai apakah layak nasabah diberikan cicilan atau kredit emas oleh pihak BSM. Harta kekayaan nasabah haruslah berasal dari harta yang halal tidak diperoleh dari pencurian/perampokan maupun korupsi. 4. Collateral Jaminan yang mungkin dapat disita oleh pihak BSM apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian akad yang telah disepakati bersama. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dijelaskan bahwa jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya 87
jaminan dalam pembiayaan murabahah disebabkan praktek murabahah di bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran, hal ini dapat dimengerti karena seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat pembiayaan dan membayar secara angsur. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, pembayaran murabahah secara cicilan atau angsur dikenal dengan sebutan murabahah muajjal yang memiliki karakter penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad) baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk pembayaran sekaligus, hanya kebanyakan pembayarannya secara angsuran. Tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah : 1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut apabila nasabah ingkar janji, yaitu tidak bisa membayar kembali kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 2. Menjamin agar nasabah berperan atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai, sehingga dengan demikian kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diminimalisir.
88
3. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian pembiayaan, khususnya mengenai pelunasan kewajibannnya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati, agar nasabah tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada perbankan.
Disamping tujuan tersebut di atas, jaminan dalam pembiayaan murabahah bertujuan agar nasabah mampu menanggung kerugian akibat kelalaian nasabah karena setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya dan kelalaian akibat perbuatan seseorang tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. Firman Allah dalam Q.S. al-Najm (53) ayat 38-39 :
Seseorang tidak akan menanggung beban kesalahan orang lain. Dan tidaklah manusia mendapatkan melainkan hasil usahanya.
Hikmah hukum yang terkandung dalam pembebanan jaminan dalam pembiayaan murabahah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan, yakni menarik manfaat, menolak kemudharatan dan menghilangkan kesusahan. Kemaslahatan manusia itu tidak terbatas macamnya dan tidak terhingga jumlahnya yang selalu bertambah dan berkembang mengikuti situasi dan ekologi masyarakat.
89
Dengan penetapan hukum dibolehkan uang muka dan jaminan dalam pembiayaan murabahah, sebagai bukti bahwa hukum Islam adalah hukum yang bersifat konprehensif dan universal karena syariat Islam telah didesain oleh Allah SWT untuk semua umat, semua kondisi dan situasi sampai akhir zaman dengan tujuan utama kemaslahatan umat dan terhindar dari segala bentuk kemudharatan dan kemasyakatan dalam menggapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat di bawah naungan ridho Allah SWT.
7. Condition Keadaan dimana cicil emas pada BSM yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. b. Mengukur risiko secara tepat waktu serta akurat, Suatu bank syariah yang tidak memilki sistem pengukuran risiko akan menghadapi berbagai kendala dalam mengendalikan dan memantau perkembangan risikonya. Oleh karena itu, BSM membutuhkan pengukuran kinerja bisnis yang berbasis risiko secara transaksional. BSM menggunakan VaR (Value at Risk) yang merupakan salah satu alat analisa pengukuran risiko dalam investasi. VaR didefinisikan sebagai estimasi kerugian maksimum yang akan dialami sebuah investasi selama periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu. Mengukur risiko dilakukan
dengan
mengkualifikasi
90
risiko
tertentu
dan
kemudian
membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BSM mengambil risiko terlalu besar atau BSM terlalu protektif sehingga produk cicilan emas menjadi tidak menarik di pasar. c. Mengendalikan risiko, dalam hal ini BSM harus menetapkan dan mengkomunikasikan batas-batas melalui suatu kebijakan, standar dan prosedur tertulis yang menegaskan tanggung jawab dan kewenangan. Kontrol batas (limit) ini harus valid dan merupakan alat manajemen untuk mengendalikan risiko. Oleh karena itu, BSM mengalokasikan modal secara efisien pada berbagai risiko yang dihadapi. Selain itu, Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menangani dan mengelola risiko, sehingga BSM perlu senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai bagian produk cicilan emas melalui ujian sertifikasi manajemen risiko. d. Memonitor/memantau risiko, Bank Syariah Mandiri haruslah memantau perkembangan risiko untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan kaji ulang secara tepat waktu atas risiko. Laporan hasil pemantauan akan bermanfaat dan efektif kalau disampaikan secara tepat waktu, akurat, informatif, dan disampaikan kepada individu yang tepat agar ketepatan tindak lanjut yang diambil dapat diyakini. Sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan pelaporan yang tepat dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dalam BSM. 91
7. Apa dampak penerapan strategi manajemen risiko dalam peningkatan transaksi cicilan emas pada BSM? a.
Bank Syariah Mandiri dapat terhindar dari berbagai risiko berbahaya seperti Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional. Risiko Kredit yang dapat merugikan, diantaranya risiko emas tidak dibeli atau tidak diserahkan kepada nasabah (ketika cicilan emas) oleh pihak yang memberikan kredit (bank syariah). Hal ini menunjukkan bahwa selama masa cicilan emas, pihak pemberi kredit yang membeli dan menyimpan emas. Oleh karena itu, manajemen risiko Bank Syariah Mandiri (BSM) sangat berperan penting melalui kepercayaan, seperti BSM meyakinkan kepada nasabah untuk memberikan kepercayaan dan keamanan di dalam akad dalam berinvestasi produk cicilan emas tersebut. Hal ini akan berdampak positif bagi kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) dikarenakan adanya kepercayaan dalam transaksi cicilan emas. Risiko Likuiditas terkait dengan ketidakmampuan BSM dalam memenuhi seluruh kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. BSM mengelola risiko likuiditas melalui penetapan kebijakan Manajemen Risiko dan Pedoman Pengelolaan Dana, strategi dan contingency plan likuiditas. Dalam mengelola risiko likuiditas, BSM melakukan: 1. Penempatan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen keuangan jangka pendek lain sebagai cadangan likuiditas BSM.
92
2. Pengukuran kecukupan likuiditas melalui penyusunan proyeksi cashflow dan liquidity gap secara rutin sehingga BSM dapat memanfaatkan likuiditas secara tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan. Risiko Pasar terkait dengan portofolio valuta asing dan surat berharga kategori Trading and Available for Sale (AFS) yang dimiliki BSM. Dalam mengelola risiko pasar, BSM senantiasa memantau eksposur risiko secara rutin sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat pergerakan imbal hasil pasar dan perubahan nilai tukar yang tidak menguntungkan. Adapula Risiko Operasional berbahaya sehingga BSM membutuhkan pengelolaan risiko operasional secara terpadu dan terintegrasi agar kegiatan operasional BSM terpantau dan terkendali dengan baik. Proses internal, sistem, manusia, dan kejadian eksternal adalah faktor-faktor yang memicu kejadian risiko operasional yang dapat merugikan BSM. 1. Penggunaan peranti lunak 2. Dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko operasional, BSM memanfaatkan peranti lunak berbasis WEB yaitu ORMIS (Operational Risk Management Information System). Peranti ORMIS digunakan oleh seluruh unit kerja. Disamping itu, BSM juga memanfaatkan tools yang dikembangkan untuk mengelola risiko operasional, yaitu LED (Loss Event Database), RCSA (Risk and Control Self Assessment), dan KRI (Key Risk Indicator). 3. Perhitungan kecukupan modal risiko operasional. 93
4. BSM telah menghitung kecukupan modal risiko operasional dengan menggunakan metode basic indicator approach yang memasukkan unsur ATMR meskipun Bank Indonesia belum mewajibkannya kepada Bank Syariah. BSM melakukan hal ini sebagai inisiatif guna meyakinkan stakeholder bahwa modal BSM cukup untuk meng-cover potensi kerugian yang ditimbulkan oleh risiko operasional. Selain itu, BSM juga melakukan pengelolaan atas pencadangan kerugian risiko operasional. 5. Penerapan Manajemen Risiko Teknologi Informasi. 6. BSM menerapkan manajemen risiko terhadap Teknologi Informasi (TI) yang memegang peranan penting sebagai Core Banking Business BSM. Manajemen risiko TI antara lain diterapkan pada proses desain suatu pengembangan sistem sampai dengan tahap akhir. Melalui User Acceptance Test (UAT), BSM dapat mengidentifikasi dan melakukan perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan, sebelum sistem digunakan oleh user. 7. BSM juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai pemanfaatan teknologi informasi yaitu standarisasi perangkat jaringan komunikasi data, standarisasi perangkat lunak, pengelolaan kewenangan akses sistem, dan pengembangan layanan Electronic Banking dari segi keamanan aksesibilitas.
94
b. Kinerja Operasional dalam transaksi cicil emas pada Bank Syariah Mandiri tidak akan terganggu karena menerapkan strategi manajemen risiko yang baik (Good Risk Management). c. Dengan adanya strategi manajemen risiko maka Bank Syariah Mandiri dapat mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau risiko BSM yang harus terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif sehingga menghindari risiko kerugian dalam transaksi cicil emas.
Jakarta, 9 Mei 2014 Narasumber
(Arif Irawan)
95