Hasil "Operation Research" Peranan Generasi Muda (1):
SPG BUBAR GUDEP TERITORI TERBENTUK ---------------------------------Oleh : Supriyoko
Pada beberapa tahun terakhir ini Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan kepanduan di Indonesia di dalam perkembangannya terasa semakin strategis posisinya serta semakin mantap fungsinya; yaitu sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda. Kestrategisan posisi dan kemantapan fungsi ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah dan masyarakat. Atas posisinya yang makin strategis tersebut te-lah memungkinkan bagi Gerakan Pramuka untuk menyelengga-rakan kegiatan pada berbagai aspek pembangunan, termasuk di dalamnya aspek pengendalian kependudukan dan Keluarga Berencana (KB). Tegasnya: pintu kegiatan pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga berencana dibuka lebar-lebar bagi generasi muda, khususnya yang tergabung dalam keanggotaan pramuka. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan peranan gene rasi muda pramuka di bidang kependudukan dan KB tersebut dilaksanakan suatu kerja sama di antara Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka dengan Badan Koordinasi Keluar ga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat. Adapun manifestasi kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk piagam kerja sama yang ditandatangani pada tanggal 24 Mei 1985, yang kemudian diikuti pula oleh kerja sama serupa di tingkat daerah. Khusus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) maka kerja sama di antara Kwartir Daerah (Kwarda) XII Gerakan Pramuka dengan BKKBN Propinsi DIY secara resmi dimulai pada tanggal 14 Juni 1985.
Saka Kencana Sebagai tindak lanjut dari kerja sama antara Kwar nas dengan BKKBN Pusat tersebut maka dibentuklah suatu wadah pendidikan dan kegiatan bagi pramuka yang selanjut nya disebut Satuan Karya Keluarga Berencana, atau yang disingkat dengan Saka Kencana. Pada dasarnya Saka Ken-cana merupakan satuan kegiatan yang sekaligus merupakan wadah pendidikan bagi para Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega dari berbagai gugus depan yang berada dalam satu wilayah tertentu, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan praktis serta bakti masyarakat pada berbagai bidang; khususnya bidang KB. Melalui Saka Kencana tersebut maka para anggota pramuka diharapkan sanggup menunjukkan partisipasi dan peran sertanya di dalam upaya-upaya untuk mewujudkan dan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) bagi seluruh anggota Gerakan Pramuka serta masya rakat di lingkungannya.
Sejalan dengan pelaksanaan program KB Nasional yang dalam Pelita V ini diharapkan sudah menjadi gerakan masyarakat, yang berarti keterlibatan anggota masyarakat merupakan kunci yang menentukan keberhasilan penggarapan program, maka segala potensi dan sumber daya yang dipan-dang mempunyai makna perlu terus digali dan ditumbuh-kem bangkan secara efektif. Dalam kasus tersebut di atas termasuk di dalamnya adalah Saka Kencana yang kontribusinya terhadap pengga-rapan gerakan KB telah dapat menunjukkan hasilnya, meski pun belum optimal. Oleh sebab itu sudah sewajarnya kalau keterlibatan Saka Kencana kepada program KB sangat perlu ditingkatkan sesuai dengan tuntutan serta kebutuhan pro-gram, yang sekaligus sebagai sarana untuk menempa para anggota pramuka menjadi kader pembangunan bangsa. Dari latar belakang tersebut maka muncullah garis linear pembinaan generasi muda; yaitu menghimpun genera-si muda dalam wadah kegiatan Saka Kencana untuk mengem-bangkan potensi serta minatnya dalam bidang kependudukan dan KB. Metode ini bersifat "mutualistik"; artinya pihak generasi muda dapat mengembangkan potensi dan minatnya, sementara pemerintah dan masyarakat akan lebih menikmati hasil-hasil program pembangunan kependudukan dan KB atas adanya partisipasi generasi muda itu sendiri.
Base on Territory Bahwa kegiatan Saka Kencana sangatlah konstruktif dalam sistem pembinaan generasi muda kiranya memang ti-dak terbantahkan; itu berarti bahwa menghimpun generasi muda dalam wadah kegiatan Saka Kencana memang merupakan alternatif yang konstruktif. Meskipun menghimpun generasi muda dalam kegiatan Saka Kencana adalah konstruktif, tetapi ada masalah yang muncul; yaitu bahwa generasi muda baru dapat mengikuti kegiatan Saka Kencana bila dirinya sudah menjadi anggota pramuka. Oleh karena satuan karya (saka) merupakan suatu pilihan kegiatan pramuka maka logikanya Saka Kencana ha-nya dapat diselenggarakan bagi mereka yang sudah menjadi anggota pramuka. Artinya: sebelum bersakakencana maka lebih dulu generasi muda harus menjadi anggota pramuka. Bahwa generasi muda harus menjadi anggota pramuka sebelum berkegiatan Saka Kencana memang merupakan masa-lah tersendiri, akan tetapi ada masalah yang lebih besar yaitu banyak gugus depan (gudep) pramuka yang berbasis sekolah terpaksa gulung tikar berkaitan dengan bubarnya Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Selama ini SPG memang men jadi semacam basis pramuka yang berpangkalan di sekolah, karena pramuka menjadi semacam kegiatan wajib bagi para siswa-siswinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa SMA, SMEA, dan bebe-rapa jenis sekolah lain juga ada yang menjadi pangkalan gudep, akan tetapi dalam kenyataannya frekuensi dan mutu kegiatannya belumlah dapat dikatakan optimal. Lebih dari pada itu terdapat cukup banyak sekolah yang secara for-mal telah dinobatkan menjadi pangkalan gudep, namun demi kian kegiatan
kepramukaannya hampir tidak pernah "ramai", baik dalam jumlah maupun mutu. Sejak dua atau tiga tahun yang lalu SPG dinyata-kan ditutup kegiatan akademiknya, ada yang selanjutnya membubarkan diri atau direfungsionalisasi menjadi jenis sekolah yang baru (SMA, SMEA, dsb); sebagai akibatnya gu dep yang semula berpangkalan di SPG menjadi kalang kabut dan gulung tikar. Pembubaran sekolah otomatis menggulung tikarkan gudep, sedangkan refungsionalisasi SPG sebenar-nya tidak secara otomatis menggulung-tikarkan gudep pra-muka, akan tetapi karena sistem pembinaan terhadap siswa berubah maka dalam kenyataannya refungsionalisasi seko-lah juga menggulung-tikarkan gudep pramuka. Tanpa dengan mengabaikan kelebihan-kelebihan yang ada, secara umum sebenarnya gugus depan sekolah memiliki beberapa kekurangan; antara lain menyangkut terbatasnya waktu, padatnya kegiatan, dukungan sarana dan fasilitas, serta masalah minat siswa. Secara empirik dari masa studi di sekolah selama tiga tahun maka biasanya sekolah hanya mengijinkan siswa dan siswinya untuk berkegiatan ekstra-kurikuler (terma-suk pramuka dan/atau Saka Kencana) hanya dua tahun saja; karena siswa kelas 3 dikonsentrasikan untuk menghadapi ujian atau evaluasi belajar tahap akhir. Jadi, secara o-tomatis maksimal kegiatan pramuka di sekolah hanya dapat diselenggarakan selama dua tahun saja. Itupun biasanya para siswa sudah padat dengan kegiatan ekstra yang lain; katakan misalnya olah raga, keterampilan, dsb. Di samping masalah terbatasnya waktu dan padatnya kegiatan siswa masih ada persoalan klasik, yaitu terba-tasnya sarana dan fasilitas untuk berkegiatan pramuka me lalui gudep yang berbasis di sekolah. Di samping faktor ini sebenarnya ada masalah lain yang lebih esensial, yai tu relatif tipisnya minat siswa sekolah (khususnya SMA) untuk bergabung dalam kelompok pramuka. Dari berbagai kekurangan yang muncul tersebut ma-ka muncul gagasan untuk mendirikan gudep yang berbasis kewilayahan (base on territory) pada tingkat desa, atau disebut gudep desa, yang tidak lagi berbasis di sekolah. Secara teoretik gudep teritori mempunyai berbagai kelebihan; antara lain di samping dapat menampung pemuda yang masih sekolah juga bisa menampung pemuda putus seko lah (dropout), mengkoordinasi generasi muda yang aktif bersekolah di berbagai tempat, dan dapat menampung serta mengkoordinasi generasi muda yang benar-benar menguasai wilayah sehingga bila dalam kegiatannya dikaitkan dengan program kewilayahan maka hasilnya akan lebih bermanfaat. Sebagai misal kegiatan sosial, bhakti masyarakat, dsb. Dengan adanya komitmen politis dari berbagai ins-tansi serta lembaga terkait akhirnya gudep teritori desa pun akhirnya terbentuk. Langkah ini merupakan eksperimen sekaligus rintisan program yang masih langka, bahkan ada yang menyatakan pertama kali di Indonesia !!! ( bersambung )
________________________________________________________ Hasil "Operation Research" Peranan Generasi Muda (2):
KELUARGA BERENCANA PADA GENERASI MUDA ------------------------------------Oleh : Supriyoko
Ide dasar meningkatkan peranan generasi muda yang harus melewati pembentukan gudep teritori desa akhirnya direalisasikan dengan penelitian operasional (operation research). Tim peneliti di samping terdiri dari berbagai unsur terkait juga dari lembaga penelitian; dan tim ini bertugas mengadakan rintisan kegiatan sekaligus mengeva-luasinya secara bertahap dan kontinu. Secara metodologis penelitian operasional dikem-bangkan pada 32 desa di DIY; dan ini berarti sebanyak 32 gudep desa terbentuk pada tahap pertama. Pada sisi yang lain setiap gudep desa minimal memiliki 20 anggota yang begabung dalam kegiatan Saka Kencana, terdiri 10 anggota pria dan 10 anggota wanita. Itu berarti secara adminitra tif dalam tahap pertama sudah terkumpul sebanyak 640 pe-muda/pemudi yang tergabung dalam kegiatan Saka Kencana; sebuah potensi yang perlu dikembangkan. Profil kependidikan para anggota gudep yang terga bung dalam kegiatan Saka Kencana ternyata sangat menarik dicermati, karena keanggotaannya diikuti oleh pemuda dan pemudi yang berpendidikan "hanya" SD sampai yang berpen-didikan tinggi, yaitu diploma dan sarjana. Secara lebih terinci diketemukan profil kependidikan keanggotaan sbb: anggota gudep yang berpendidikan SD sebanyak 1.2%, SMTP 23,8%, SMTA 67,6%, diploma 5,1% serta sarjana 2,3%. Data ini menunjukkan bahwa kegiatan Saka Kencana yang bersi-fat sosio-edukatif sanggup menarik minat masyarakat yang kurang berpendidikan sampai yang berpendidikan tinggi.
Kesaka-kencanaan Bila dilihat dari sejarah pembentukan gugus depan serta kegiatan Saka Kencana ditemukan kecenderungan yang positif. Pada waktu mid-survey dilaksanakan (Febr 1991) maka hanya 30,6% dari keseluruhan anggota yang menyata-kan menjadi anggota gugus depan serta Saka Kencana atas ketertarikannya sendiri, 38,8% merasa diwajibkan oleh a-parat kecamatan/desa, dan selebihnya atas faktor-faktor lain. Sementara itu pada waktu post-survey dilaksanakan (Juni 1991) yang menyatakan menjadi anggota gudep serta Saka Kencana atas ketertarikannya menjadi 44,1% dan yang menyatakan diwajibkan hanya 25,4%. Perlu dicatat ternya-ta keanggotaan gudep bersifat "silih berganti"; ada yang masuk ada yang keluar. Data tersebut di atas tentu saja menunjukkan ke-cenderungan yang positif; karena makin lama makin banyak generasi muda yang masuknya sebagai anggota gugus depan desa dan berkegiatan Saka Kencana didasarkan atas keter-tarikannya sendiri, bukan atas paksaan pihak lain.
Kecenderungan yang positif tersebut juga terdapat pada aspek kegiatan. Pada waktu midsurvey dilaksanakan baru 73,3% anggota gugus depan desa yang menyatakan per-nah mengikuti kegiatan kesaka-kencanaan, sedangkan pada waktu post-survey datanya meningkat menjadi 81,3%. Pada sisi yang lain pada waktu mid-survey dilaksanakan lebih dari separo anggota gugus depan baru mengikuti kegiatan kesaka-kencanaan 1-5 kali, sementara itu waktu saat post survey dilaksanakan maka lebih dari tigaperempat anggota gugus depan sudah mengikuti kegiatan kesaka-kencanaan le bih dari 6 kali, bahkan 21,7% di antaranya pernah mengi-kuti kegiatan lebih dari 16 kali. Data ini menunjukkan bahwa kegiatan kesaka-kencanaan berlangsung terus di lapangan; meski melalui observasi serta wawancara mendalam dapat diketahui ada beberapa gudep yang tak berkegiatan. Kegiatan kesaka-kencanaan umumnya dilaksanakan satu kali dalam sebulan dan satu kali dalam dua minggu; pelaksanaannya lebih banyak di tingkat desa, meskipun se sekali dilaksanakan pula di tingkat kecamatan. Beberapa anggota gugus depan desa di samping pernah mengikuti ke-giatan di tingkat desa dan kecamatan, ternyata ada pula yang pernah mengikuti kegiatan-kegiatan di tingkat kabu-paten (13,5%), dan bahkan ada juga yang pernah mengikuti kegiatan di tingkat propinsi (5,3%). Materi yang pernah didapatkan dalam kegiatan ke-saka-kencanaan meliputi dua jenis; masing-masing adalah materi kepramukaan dan materi KB, khususnya mengenai re-produksi sehat. Hampir seluruh anggota gugus depan yang mengikuti kegiatan kesaka-kencanaan menyatakan pernah mendapat materi dan latihan kepramukaan, materi KB dan/ atau KB Mandiri dalam bentuk ceramah dan diskusi, serta pernah mendapatkan latihan pencatatan dan pelaporan ten-tang data Pasangan Usia Subur (PUS) tingkat dusun. Dari berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh anggota Saka Kencana ada satu yang sangat membanggakan, ialah mengadakan pencatatan dan pelaporan PUS, baik yang dilaksanakan secara mandiri maupun bekerja sama dengan pertugas atau pembina KB. Kegiatan ini sifatnya edukatif partisipatoris, bukan bersifat eksploatatif. Sekitar separo generasi muda anggota Saka Kencana menyatakan melakukan pencatatan dan pelaporan itu berat, tetapi menyenangkan karena di samping dapat belajar juga membantu meringankan petugas. Dan ..., yang membanggakan adalah bahwa sebanyak 70% dari generasi muda tersebut dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan bermotivasi untuk mengabdi pada negara. Butir ini penting untuk di-catat dan dikembangkan, karena di tengah-tengah ramainya isu tentang dekadensi moral remaja ternyata masih banyak generasi muda yang idealismenya tinggi dan konstruktif.
Pengetahuan KB Mengenai pengetahuan KB pada generasi muda ternya ta sangat membanggakan karena mayoritas menyatakan tahu tentang masalah keluarga berencana. Seluruh generasi mu-da yang tergabung di dalam kegiatan Saka Kencana pernah mendengar istilah KB, dan hampir seluruhnya (98,8%) juga pernah mendengar istilah KB Mandiri. Dari berbagai sumber informasi tentang KB bagi ge nerasi muda ternyata petugas KB
merupakan sumber infor-masi yang paling efektif karena 98,0% dari generasi muda menyatakan mendengar istilah ini dari padanya; menyusul selanjutnya media massa (95,3%), pejabat kecamatan/desa (88,3%), dan orang tua (59,8%). Urutan seperti ini juga berlaku bagi sumber informasi mengenai KB Mandiri bagi generasi muda. Angka-angka yang lebih lengkap dan sistematis disajikan dalam tabel. Periksa Tabel 1! Dari data empirik tersebut bisa disimpulkan bahwa petugas KB dan media massa (radio, TV dan koran) merupa-kan sumber informasi yang efektif untuk memasyarakatkan informasi mengenai KB dan/atau KB Mandiri bagi generasi muda; sementara itu pada sisi yang lain peran orang tua masih perlu lebih dioptimalkan lagi. Sebagian besar dari generasi muda anggota pramuka (82,4%) sudah mengerti dan memahami bahwa sasaran akhir dari program dan gerakan KB adalah untuk mewujudkan Nor-ma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Di sisi yang lain sebagian besar dari generasi muda anggota pra-muka ini (80,6%) secara konsepsual juga telah mengetahui dan memahami program KB Mandiri; yaitu ber-KB atas kesa-darannya sendiri dan ber-KB atas pemenuhan kebutuhannya sendiri. Pengetahuan tentang KB dan KB Mandiri yang baik inilah yang mendukung terciptanya sikap positif generasi muda terhadap program dan gerakan KB. Pengetahuan yang memadai serta sikap yang positif terhadap KB tersebut merupakan aset pembangunan, khusus-nya pembangunan kependudukan dan keluarga berencana. Hal itu tentunya sekaligus merupakan potensi yang perlu di-kembangkan lebih lanjut. Sejauhmana pengembangan potensi tersebut tentu saja tergantung pada kemampuan manajerial pengelola program kependudukan dan KB di negara kita. Semoga .......!!!***** ________________________________________________________ BIODATA SINGKAT; *: DR.Drs. Supriyoko, SDU,M.Pd *: Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI)*: Manajer Riset Penelitian Operasional Peranan Generasi Muda pada Gerakan KB Melalui Kegiatan Saka Kencana di DIY kerja sama antara BKKBN Propinsi DIY, Gerakan Pra muka Kwarda XII DIY, serta Lembaga Penelitian "Putra Mataram" Yogyakarta
Tabel 1: SUMBER INFORMASI KB/KB MANDIRI BAGI GENERASI MUDA ANGGOTA PRAMUKA GUGUSDEPAN TERITORI DESA +---------------------------+----------+----------+ | Sumber Informasi | KB | KBM | +---------------------------+----------+----------+ | | | | | Petugas KB | 98,0% | 97,2% | | Orang Tua | 59,8% | 54,2% | | Pejabat Desa /Kecamatan | 88,3% | 88,9% | | Radio /TV /Koran | 95,3% | 94,1% | | | | | +---------------------------+----------+----------+ Sumber: Supriyoko, dkk, "Peranan Generasi Muda pada Gerakan KB Melalui Kegiatan Saka Kencana di DIY", 1991 disajikan dalam seminar sehari, bkkbn propinsi diy, yogyakarta, 1 agust 1991, judul: pemantapan peranan generasi muda dalam gerakan kb melalui kegiatan saka kencana