SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
F.
Iklim
2.9.
Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta
Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah di DKI Jakarta dalam kondisi jenuh, cuaca ekstrem yang kerap terjadi Jakarta menduduki posisi kedua bersama Ibukota Filipina, Manila dalam daftar kota di Asia yang paling terancam akibat naiknya permukaan air laut, badai dan perubahan
SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
iklim lainnya, dimana Ibukota Bangladesh, Dhaka berada di peringkat pertama. Peringkat ini didasarkan studi World Wildlife Fund (WWF) soal ancaman yang dihadapi 11 kota besar di Asia yang terletak di pinggir pantai atau delta sungai. Perubahan iklim global menjadi isu penting yang terus bergulir dalam beberapa tahun terakhir ini. Perubahan iklim mengakibatkan di lapisan atmosfer paling bawah terjadi kenaikan muka air laut. Perubahan iklim global telah dan akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan aktivitas manusia yang mengkonsumsi energi, khususnya energi dari bahan bakar fosil. Ditambahkan, aktivitas deforentasi akan terus meningkatnya emisi karbon yang ada di atmosfir, dimana emisi karbon Indonesia khususnya di Jakarta didominasi oleh emisi dari bahan bakar fosil dan aktivitas deforestasi. 2.9.1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan
Curah Hujan di DKI Jakarta
Selain suhu, yang mempengaruhi iklim adalah curah hujan. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 (Tabel SD-22 Data SLHD DKI Jakarta Tahun 2015) hujan yang terjadi mulai bulan Januari sampai dengan bulan Agustus dan terjadi hujan lagi pada bulan Oktober sampai dengan Desember hal ini menandakan bahwa pada Tahun 2014 hujan hampir merata sepanjang tahun, tetapi apabila dilihat dengan Tahun 2015 hujan bisa dikatakan setiap hari selalu ada khususnya pada bulan Januari yaitu sebanyak 26 Hari Hujan, Februari sebanyak 26 Hari Hujan, Maret sebanyak 20 Hari Hujan, April sebanyak 16 Hari Hujan, Mei sebanyak 10 Hari Hujan, Juni sebanyak 12 hari Hujan, Juli sebanyak 16 Hari Hujan, Agustus sebanyak 4 Hari Hujan, September sebanyak 1 Hari Hujan, Oktober sebanyak 4 Hari Hujan, November 11 Hari Hujan dan bulan Desember sebanyak 15 Hari Hujan {lihat Tabel SD-22, dan Tabel SD-22A (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}. Hujan di DKI Jakarta ini bisa terjadi disebabkan adanya peredaran angin monsun Asia atau dikenal awam sebagai musim Baratan yang sudah menguat sejak bulan Desember. Selain peredaran rutin monsun Asia setiap tahunnya, peluang terjadinya keadaan cuaca khusus bisa diakibatkan oleh tumbuhnya badai tropis di perairan Samudera Indonesia atau latar belakang fenomena atmosfer-laut lainnya yang juga turut mempengaruhi terbentuknya proses hujan lebat di wilayah ini seperti pada kondisi La Nina, aktifnya MJO (MaddenJulian Oscillation) dan suhu permukaan laut wilayah sekitar yang lebih menghangat dari biasanya.
SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
2.9.2. Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Provinsi DKI Jakarta termasuk tipe iklim C dan D menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2.000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 28 OC dengan kelembaban antara 80 – 90 persen, sedangkan temperatur tahunan maksimum 30 OC dan minimum 27 OC. Kecepatan angin rata-rata 11,2 Km/jam. Pada saat ini di Provinsi DKI Jakarta telah mengalami dampak dari perubahan iklim diantaranya dengan meningkatnya permukaan air laut, ini menyebabkan Provinsi DKI Jakarta yang masuk dalam dataran rendah akan ikut menuai akibatnya. Dari hasil pemantauan suhu yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada titik pemantauan Stasiun Meteorologi Kemayoran menunjukkan, rata-rata suhu udara di Jakarta setiap bulannya berubah-ubah. Selama Tahun 2014 suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 26,9 OC dan tertinggi pada bulan Oktober yaitu sebesar 29,4 OC. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,7 OC dan tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar 30,8 OC. Maka pada Tahun 2013, suhu rata-rata di Provinsi DKI Jakarta telah terjadi penurunan baik suhu terendah maupun suhu tertinggi, hal ini menunjukan bahwa telah adanya penurunan perubahan iklim di Indonesia dalam kurun waktu selama 3 tahun. Untuk Tahun 2015 dari hasil pengamatan dari Stasiun Meteorologi 745 Kemayoran terendah adalah 26,6 OC terjadi pada bulan Januari dan Februari sedangkan suhu tertinggi adalah sebesar 29,8 OC yang terjadi pada bulan Oktober 2015 (Tabel SD-23 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015). Dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan iklim, maka pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menciptakan program-program cinta lingkungan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diantaranya : 1). Adiwiyata (Green School) Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya ilmu pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan. Adapun dasar kebijakan program ini adalah Kesepakatan Bersama Kementerian
Negara
Lingkungan
Hidup
dengan
Departemen
Pendidikan
Nasional
Kep.No.07/MENLH/06/2005 dan No.05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. 2). Jakarta Program Green and Clean yang dilaksanakan setiap tahun dengan partisipasi pihak swasta yang diikuti 700 RW dari 267 Kelurahan, dimana tiap Kelurahan mengikuti program JGC 2014 masing-masing diwakili 3 RW yaitu 1 RW Maju, dan 2 RW Berkembang.
SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
3). Green Building Green Building adalah perencanaan dan pembangunan gedung atau rumah tinggal dengan menggunakan material yang tidak banyak menimbulkan efek Global Warming, sedikit penggunaan/pemakaian energi (baik itu energi listrik ataupun energi pemanasan atau yang lainnya), hal ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang bangunan Gedung Hijau. 2.9.3. Kualitas Air Hujan Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009). Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah kendaraan pada Tahun 2015 yang menggunakan bahan bakar premium adalah sebanyak 13.590.677 buah dan yang menggunakan bahan bakar solar adalah sebanyak 3.933.290 buah (Tabel SP-2 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), serta jumlah industri sedang dan besar pada Tahun 2015 yang mencapai 1.226 perusahaan {Tabel SP-1B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, hal inilah yang menyebabkan parameter seperti CO, HC dan O3 konsentrasinya telah melebihi baku mutu (hasil pemantauan kualitas udara ambien di DKI Jakarta). Apabila hal tersebut terus terjadi maka pada musim penghujan akan mempengaruhi kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta. Hasil pemantauan kualitas air hujan di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2013 menunjukkan bahwa parameter AC sebesar 40,057 ueg/L dan CH sebesar 180,516 mm sudah melebihi ambang batas (Tabel SD-24 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013), apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 dengan parameter AC sebesar 45,037 ueg/L dan parameter CH sebesar 288,970 mm (Tabel SD-24 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014) terdapat peningkatan yang sangat signifikan. Hal inilah yang menyebabkan kualitas air hujan di DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus menurun. Dalam kaitan tersebut untuk mengurangi pencemaran khususnya kualitas air hujan di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 diantaranya adalah melakukan : 1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan rehabilitasi Hutan Mangrove di Kawasan Hutan Angke Kapuk Jakarta Utara, melakukan pembangunan dan penyempurnaan Ekowisata Mangrove dan penyusunan Master Plant Arboretum Mangrove. 2. Menggiatkan komunitas peduli Mangrove diantaranya Kemangteer Mangrove Jakarta yang telah rutin melakukan penanaman mangrove secara rutin di Pantai Indah Kapuk sampai Kepulauan Seribu, dimana sejak Tahun 2012 telah melakukan penanaman sebanyak 4.000 bibit di Pulau
SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
Harapan dan 4.000 di Kepulauan Kelapa. Selain hal tersebut diatas juga melakukan kerjasama dengan instansi swasta, perguruan tinggi dan masyarakat peduli lingkungan untuk ikut melakukan penanaman mangrove di wilayah Jakarta Utara. 3. Adiwiyata (Green School) Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya ilmu pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan. Adapun dasar kebijakan program ini adalah Kesepakatan Bersama Kementerian
Negara
Lingkungan
Hidup
dengan
Departemen
Pendidikan
Nasional
Kep.No.07/MENLH/06/2005 dan No.05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. 4. Jakarta Program Green and Clean yang dilaksanakan setiap tahun dengan partisipasi pihak swasta yang diikuti 700 RW dari 267 Kelurahan, dimana tiap Kelurahan mengikuti program JGC 2014 masing-masing diwakili 3 RW yaitu 1 RW Maju, dan 2 RW Berkembang. 5. Green Building Green Building adalah perencanaan dan pembangunan gedung atau rumah tinggal dengan menggunakan material yang tidak banyak menimbulkan efek Global Warming, sedikit penggunaan/pemakaian energi (baik itu energi listrik ataupun energi pemanasan atau yang lainnya), hal ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang bangunan Gedung Hijau.