ANAL LISIS TA ATANIAG GA IKAN GURAM ME (Osphroonemus goouramy La ac.) Di Deesa Pabuaaran, Keccamatan Kemang, K Kabupaten Bogor
SKRIP PSI
MA AHRENI HA ARAHAP H34070106
DEPART TEMEN AGRIBIS A SNIS FAKUL LTAS EK KONOMI DAN MA ANAJEM MEN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR BOGO OR 2011 1
i
RINGKASAN MAHRENI HARAHAP. Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI) Kementrian Kelautan dan Perikanan menetapkan kebijakan serta melaksanakan beberapa program yang mana kegiatan pembangunan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan nasional maupun internasional. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan rakyat diperlukan suatu usaha yakni salah satunya peningkatan produktivitas budidaya perikanan. Tahun 2011, Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kontrak produksi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kontrak produksi dilakukan agar tercapainya produksi perikanan budidaya yang ditetapkan sebesar 6,85 juta ton. Potensi produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor cukup tinggi, untuk seluruh jenis ikan yang dibudiyakan mencapai 36,007.71 ton per. Perikanan budidaya yang saat ini dikembangkan di Kabupaten Bogor ialah budidaya ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) karena merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi perikanan budidaya komoditas unggulan. Tahun 2009-2010 peningkatan produksi ikan gurame konsumsi dari 1.946,43 menjadi 2.057,61 ton dengan persentase 5,71 persen. Pengembangan budidaya ikan gurame di Kabupaten Bogor didukung oleh meningkatnya produksi benih gurame dari tahun 2009-2010 sebesar 37.779,599 ekor dengan pertumbuhan 4,46 persen. Tujuan penelitian analisis tataniaga ikan gurame untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga, struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga, serta menganalisis efisiensi tataniaga berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame. Penelitian ini dilakukan di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Responden yang diambil seluruh petani ikan gurame sebanyak 10 orang. Penentuan sampel dalam menentukan lembaga-lembaga tataniaga menggunakan snowball sampling. Analisis data yang digunakan ialah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran margin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua pola tataniaga budidaya ikan gurame yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga gurame konsumsi. Pola tataniaga benih ikan gurame dilakukan semua responden yang mana saluran ii
tataniaganya dari petani ke pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran berada di luar desa Pabuaran. Petani pembesaran melakukan pembesaran hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Fungsi-fungsi yang dilakukan pada tingkat petani fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi fasilitas yakni penyortiran, risiko, pembiayaan, informasi pasar, sedangkan ditingkat pedagang pengumpul fungsi yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik kecuali penyimpanan, fungsi fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi pada tingkat petani dari sudut penjual pasar persaingan sempurna, jika dari sudut pembeli struktur pasar monopsoni yaitu hanya ada satu pedagang pengumpul, sedangkan ditingkat pedagang pengumpul dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli, di sudut pembeli cenderung pasar persaingan sempurna. Penentuan harga ditetapkan oleh kedua belah pihak antar petani dan pedagang pengumpul. Harga jual benih ikan gurame dengan bobot 166 gram ditingkat petani sebesar Rp 3.500,00 per ekor, ditingkat pedagang pengumpul Rp 4.250,00 per ekor, sehingga margin yang didapatkan Rp 750,00 per ekor. Total biaya yang dikeluarkan tataniaga benih ikan gurame Rp 51,17 per ekor, total keuntungan sebesar Rp 645,63 per ekor. Farmer’s share yang petani sebesar 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya Rp 6,19 artinya dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/ekor benih ikan gurame maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6,19/ekor. Pola tataniaga ikan gurame konsumsi terdapat dua saluran tataniaga yaitu 1) Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan di tingkat petani fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi fasilitas. Ditingkat pedagang pengumpul fungsi yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Ditingkat pedagang pengecer fungsi yang dilakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas kecuali penyortiran. Struktur pasar yang dihadapi ditingkat petani dari sudut penjual pasar persaingan sempurna jika dari sudut pembeli ialah oligopsoni, ditingkat pedagang pengumpul dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli dan dari sudut pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Ditingkat pedagang pengecer dari sudut penjual dan pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Penentuan harga ikan gurame konsumsi yakni 500 dan 800 gram disepakati kedua belah pihak, harga yang digunakan pada tataniaga ikan gurame konsumsi memakai harga rata-rata dari dua orang pedagang pengumpul dan dua orang dari pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu ikan gurame konsumsi,harga rata-rata ditingkat petani Rp 23.000,00 per kilogram, ditingkat pedagang pengumpul Rp 27.750,00, ditingkat pedagang pengecer Rp 30.500,00, sehingga margin yang didapat sebesar Rp 7.500,00, biaya tataniaga saluran satu sebesar Rp 2.073,20, keuntungan yang didapat pada saluran tataniaga satu sebesar Rp 3.357,66, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar Rp 2,62 per kilogram, farmer’s share 75,41 persen. Pada saluran tataniaga dua ikan gurame konsumsi harga rata-rata ditingkat petani Rp iii
23.000,00 per kilogram, ditingkat pedagang pengumpul Rp 28.500,00, sehingga margin yang didapat sebesar Rp 5.500,00, biaya tataniaga saluran dua sebesar Rp 1.236,88, keuntungan tataniaga yang didapat pada saluran tataniaga dua sebesar Rp 4.263,12. Rasio keuntungan terhadap biaya sebesar Rp 3,45 per kilogram. Farmer’s share yang didapat petani 80,70 persen. Hasil analisis kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa pola tataniaga ikan gurame yang efisien ialah tataniaga benih ikan gurame, dimana memiliki margin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor, farmer’s share 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 6,19.Tataniaga benih ikan gurame lebih efisien, dikarenakan pemanenan dilakukan pada saat adanya pemesanan dan permintaan benih oleh petani pembesaran sehingga pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yang lebih hemat dikarenakan tidak adanya fungsi fisik seperti penyimpanan. Dilihat dari struktur pasar sudut penjual di tingkat petani yang terbentuk pasar monopsoni dikarenakan satu penjual. Pedagang pengumpul memiliki modal yang cukup besar sehingga dapat melakukan pemanenan benih sesuai permintaan petani pembesaran sehingga petani diuntungkan dengan pembayaran secara tunai. Pembentukan harga terbentuk adanya kesepakatan antara petani, pedagang pengumpul dan petani pembesaran sehingga tidak ada yang dirugikan dengan harga yang ditawarkan dari masing-masing lembaga tataniaga.
iv
ANALISIS TATANIAGA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor
MAHRENI HARAHAP H34070106
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
v
Judul Sripsi
: Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor
Nama
: Mahreni Harahap
NIM
: H34070106
Disetujui, Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 19670211 199203 2 002 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vi
PERNYATAAN Dengan
ini
saya
menyatakan
bahwa
skripsi
saya
yang
berjudul
“Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis laintelah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Mahreni Harahap H34070106
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 12 Januari 1990. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Habib Harahap dan Dra. Indah Triharyani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Taman Asuhan Pematang Siantar pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP AL-AZHAR Medan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Medan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa pabuaran, kecamatan kemang, kabupaten bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tentang saluran sistem tataniaga ikan gurame yang terbentuk, menganalisis perilaku pasar, struktur pasar, fungsi-fungsi tataniaga di lembaga tataniaga serta menganalisis margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2011 Mahreni Harahap
ix
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama di bangku kuliah dan penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan motivasi, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Anita Prismawari Widhiani, SP. MSi selaku penguji komisi pendidikan pada ujian siding penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ayahanda Drs. Habib Harahap dan Ibunda Dra. Indah Triharyani, abang ku Jarot M Harahap, S.E serta keluarga besar Rustam Efendi Batubara untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Keluarga kecilku untuk suamiku dan buah hatiku Al Faris Batubara dan Muhammad Halim Batubara atas doa, kesabaran dan kasih sayangnya. 6. Bapak Suryadi selaku ketua Kelompok Tunas Mina Terpadu, Bapak Ojang, Bapak Hendra, dan seluruh responden yang telah banyak memberikan pengarahan serta informasi demi terselesainya penelitian ini. 7. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Agribisnis atas bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi. 8. Teman-teman seperjuangan Rini Utami, Dinda, Rizki F, Mira beserta keluarga besar OMDA IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Anak Medan) terima kasih atas persahabatan selama ini. 9. Teman-teman Linggabuana Ibu Darmawati, Ibu Nila, Ibu Dea, Ibu elok, Ibu Fera dan Ibu Nila D terima kasih atas motivasi, semangat, cerita pengalaman hidup, serta bantuannya selama ini.
x
10. Teman-teman Agribisnis angkatan 44 Fitria Dieni, Hata, Salysa, Amel, Uci, Ginda, dan lainnya terima kasih atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan bernilai ibadah.
Bogor, Desember 2011 Mahreni Harahap
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Grafik Persentase Volume Produksi Perikanan Budidaya menurut Jenis Budidaya Tahun 2010 ..............................................................................
1
2. Skema penyaluran hasil perikanan barang konsumsi .............................. 25 3. Penggambaran Definisi Margin Tataniaga, Nilai Margin Tataniaga Dan Biaya Tataniaga ............................................................................... 31 4. Skema Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 35 5. Skema Saluran Tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang .................................................................................. 60 6.
Skema Saluran Tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang ................................................................................. 62
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5 Ruang lingkup penelitian ………………………………………… .
1 1 6 8 8 8
II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame ....................................... 9 2.1.1 Budidaya Ikan Gurame ......................................................... 9 2.1.2 Pemasaran Ikan Gurame ...................................................... 13 2.2 Studi Penelitian Terdahulu ............................................................ 14
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 20 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 20 3.1.1 Konsep Tataniaga ................................................................. 20 3.1.2 Lembaga-lembaga Tataniaga ................................................. 22 3.1.3 Saluran Tataniaga ................................................................. 24 3.1.4 Fungsi-fungsi Tataniaga ....................................................... 25 3.1.5 Struktur Pasar ........................................................................ 26 3.1.6 Perilaku Pasar ....................................................................... 28 3.1.7 Keragaan Pasar ..................................................................... 29 3.1.8 Efisiensi Tataniaga ............................................................... 29 3.1.8.1 Marjin Tataniaga ....................................................... 30 3.1.8.2 Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer’s share) 32 3.1.8.3 Rasio Keuntungan dan Biaya .................................... 33 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 33 IV
METODE PENELITIAN ................................................................. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 4.3 Metode Penentuan Sample ............................................................ 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.4.1 Analisis Saluran Tataniaga dan Lembaga Tataniaga ............ 4.4.2 Analisis Fungsi Tataniaga ..................................................... 4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar .....................................
37 37 37 40 40 40 41 42
4.4.4 Keragaan Pasar ..................................................................... 4.4.5 Analisis Marjin Tataniaga .................................................... 4.4.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer’s Share) ................................................................... 4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya .................................. 4.5 Definisi Operasional ....................................................................... V
VI
43 43 44 44 45
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………………. .... 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran ……………………………….. . 5.2 Karakteristik Petani Ikan Gurame …………………………….... 5.3 Karakteristik Pedagang Responden …………………………….. 5.3.1 Pedagang Responden Benih ……………………………… 5.3.2 Pedagang Responden Ikan Gurame Konsumsi…………….. 51 5.4 Tehnik budidaya ikan gurame, pada kelompok Tunas Mina Terpadu di Desa Pabuaran ……………………………………… 5.4.1 Kontruksi kolam …………………………………………. . 5.4.2 Pemilihan Induk dan Pemijahan …………………………. . 5.4.3 Penetasan Telur dan Perawatan Larva …………………… . 5.4.4 Pendederan dan Pembesaran ……………………………. .. 5.4.5 Pemanenan dan Pengangkutan …………………………… 5.5 Biaya Produksi Ikan Gurame ……………………………………
47 47 48 50 50
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. ... 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga ………………………………... 6.1.1 Tataniaga benih ikan gurame …………………………….. . 6.1.2 Tataniaga ikan gurame konsumsi ………………………… 6.2 Fungsi Tataniaga ………………………………………………... 6.2.1 Fungsi Tataniaga Benih Ikan Gurame …………………… . 6.2.1.1 Petani Ikan Gurame …………………………….. .. 6.2.1.2 Pedagang Pengumpul …………………………… . 6.2.2 Fungsi Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi …………….... .. 6.2.2.1 Petani Ikan Gurame ……………………………… 6.2.2.2 Pedagang Pengumpul …………………………… . 6.2.2.3 Pedagang Pengecer ………………………………. 6.3 Struktur Pasar ……………………………………………………. 6.3.1 Struktur pasar tataniaga benih ikan gurame………………. 6.3.1.1 Struktur pasar ditingkat petani …………………… 6.3.1.2 Struktur pasar ditingkat pedagang pengumpul …... 6.3.2 Struktur pasar tataniaga ikan gurame konsumsi ………….. 6.3.2.1 Struktur pasar ditingkat petani ………………….. . 6.3.2.2 Struktur pasar ditingkat pedagang pengumpul ….. . 6.3.2.3 Struktur pasar ditingkat pedagang pengecer ……… 6.4 Perilaku Pasar …………………………………………………… 6.4.1 Perilaku pasar tataniaga benih ikan gurame ……………… 6.4.2 Perilaku pasar tataniaga ikan gurame konsumsi …………. . 6.5 Analisis Marjin Tataniaga ……………………………………… 6.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani (farmer’s share)…. 6.7 Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya …………………….
59 59 59 61 64 64 64 65 67 68 69 71 72 72 72 73 74 74 75 75 76 76 78 80 84 85
52 52 53 54 54 55 56
6.8 Efisiensi Tataniaga ……………………………………………… 86
VII
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 89 7.1 Kesimpulan …………………………………………………….. . 89 7.2 Saran …………………………………………………………… . 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 92 LAMPIRAN ................................................................................................ 94
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi (ton) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ............................................................................................ 2 2. Peningkatan Produksi Benih Ikan (ribu ekor) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ............................................................................................ 4 3. Karakteristik Struktur Pasar Dipandang Dari Sudut Pembeli dan Penjual .................................................................... 28 4. Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga-Lembaga Tataniaga Ikan Gurami .......................................................................... 40 5. Karakteristik Struktur Pasar .................................................................... 41 6. Tata Guna Lahan Desa Pabuaran, Bulan Juli 2010 ................................. 45 7. Kelompok Umur Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ............ 47 8. Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurame Oleh Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 .......................................................................... 47 9. Tingkat Pendidikan Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ............ 48 10. Kelompok Umur Pedagang Responden, Bulan April-Juni 2011 ........... 50 11. Ukuran Benih dan Nama Dagang Ikan Gurame Pada Kegiatan Usaha di Kelompok Tunas Mina Terpadu, Bulan April – Juni 2011..................... 53 12. Biaya Produksi Ikan Gurame Setiap Kegiatan Usaha di Desa Pabuaran ......................................................................................... 57 13. Fungsi-fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Benih Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 .............................................. 64 14. Fungsi-fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ............................................. 68
15. Marjin Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ............................................. 85 16. Farmer’s share Pada Saluran Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ........... 85 17. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April-Juni 2011 ............................................................................. 87
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuisioner Petani .................................................................................... 95 2. Kuisioner Responden Pedagang ............................................................ 97 3. Rincian Biaya Tataniaga Benih Ikan Gurame ........................................ 100 4. Rincian Biaya Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Tingkat Pedagang Pengumpul ................................................................ 101 5. Rincian Biaya Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Tingkat Pedagang Pengumpul Ke Konsumen Antara .......................................................... 102 6. Rincian Biaya Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Tingkat Pedagang Pengecer ................................................................................................. 103 7. Gambar Tataniaga Benih Ikan Gurame .................................................. 104 8. Gambar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi ............................................ 105
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan di Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan menetapkan kebijakan serta melaksanakan beberapa program yang mana kegiatan pembangunan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan nasional maupun internasional. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan rakyat diperlukan suatu usaha yakni salah satunya peningkatan produktivitas budidaya perikanan. Pada tahun 2010, 33 provinsi di Indonesia mengalami peningkatan jumlah produksi perikanan berdasarkan jenis budidayanya sebesar 5,48 juta ton atau 101.86 %. Jenis budidaya beserta produksinya dapat dilihat pada gambar 1. Tahun 2011, Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kontrak produksi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kontrak produksi dilakukan agar tercapainya produksi yang ditetapkan sebesar 6,85 juta ton. Nilai yang disepakati berdasarkan potensi kemampuan daerah dalam meningkatkan produksi perikanan budidaya, untuk Provinsi Jawa Barat kontrak produksi yang ditetapkan sebesar 749,176 ton.
Gambar 1. Grafik Persentase Volume Produksi Perikanan Budidaya menurut Jenis Budidaya Tahun 2010 Sumber
: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010
Salah satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dengan tujuan tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame. Komoditas air tawar unggulan budidaya mengalami kenaikan seiring dengan program peningkatan budidaya air tawar seperti halnya menggalakkan kembali budidaya minapadi yang sudah terbukti menguntungkan bagi para petani. Potensi produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor cukup tinggi, untuk seluruh jenis ikan yang dibudiyakan mencapai 36,007.71 ton per tahun pada tahun 2010. Jumlah jenis ikan air tawar yang dibudidayakan ada 10 jenis ikan antara lain mas, gurame, nila, lele, tawes, tambakan, mujair, patin dan bawal. Dari 10 jenis ikan yang dibudidayakan, ikan lele merupakan jenis yang produksinya paling tinggi (24.884,52 ton/tahun), diikuti dengan ikan mas (4.063,56 ton/tahun), ikan nila (2.073,36 ton/tahun) dan ikan gurame (2.057,61 ton/tahun), ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi (ton) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Produksi (Ton) No
Jenis Ikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lele Mas Gurame Nila Bawal Patin Tawes Tambakan Mujair Nilem Lain-lain Jumlah
2009
2010
18.315,02 3.859,62 1.946,43 1.842,17 2.026,14 584,84 75,76 33,67 31,68 2,10 25,30 28.742,72
24.884,52 4.063,56 2.057,61 2.073,36 2.154,66 647,32 76,13 21,10 29,05 0,40 36.007,71
Persentase Pertumbuhan (%) 35,87 5,28 5,71 12,55 6,34 10,68 0,49 (37,33) (8,30) (100,00) (98,42) 25,28
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010
2
Perikanan budidaya yang saat ini dikembangkan di Kabupaten Bogor ialah Budidaya Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) karena merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi perikanan budidaya komoditas unggulan untuk memenuhi permintaan pasar akan ikan gurame serta meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Sebagaimana tertera dalam gambar 1, budidaya ikan gurame dilakukan di kolam baik kolam tanah maupun kolam semen. Dari beberapa harga rata-rata komoditas ikan air tawar, ikan gurame memiliki harga paling tinggi sebesar Rp 35.208/kilogram, diikuti dengan belut sebesar Rp 30.333/kilogram, ikan mas sebesar Rp 19.083/kilogram, dan ikan nila sebesar Rp 15.458/kilogram, komoditas ikan air tawar lainnya harganya di bawah Rp 15.000/kilogram. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, pada tahun 2010 kebutuhan ikan gurame konsumsi di Kabupaten Bogor sebesar 5.466,76 ton. Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa produksi ikan gurame sebesar 2.057,61 ton. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan ikan gurame konsumsi di Kabupaten Bogor, banyak didatangkan dari luar kabupaten sebesar 3.409,15 ton. Sehingga peluang membudidayakan gurame cukup besar untuk meningkatan produktivitas serta memenuhi kebutuhan konsumsi di Kabupaten Bogor. Pada Tabel 1. Dapat dijelaskan bahwa tahun 2009-2010 peningkatan produksi ikan gurame konsumsi dari 1.946,43 menjadi 2.057,61 ton dengan persentase 5,71 persen, nampaknya Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor optimis dan memberikan harapan berlangsungnya budidaya ikan gurame, dikarenakan, ikan gurame memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik skala kecil maupun besar. Hal ini didukung oleh faktor-faktor berikut, antara lain; a. Harga jual gurame lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seiring dengan permintaan pasar terhadap gurame cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. b. Lahan budidaya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurame Jawa Barat lebih banyak menggunakan empang dan waduk, seperti waduk Saguling, Jatiluhur, dan Cirata. Selain
3
itu, Pakan untuk usaha pembenihan maupun pembesaran gurame tersedia sepanjang tahun. c. Data dan informasi tentang budi daya cukup memadai. d. Benih gurame banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) dan pembudidaya yang khusus menjual benih. e. Pengangkutan hasil panen gurame tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara hati-hati. Pengembangan budidaya gurame di Kabupaten Bogor didukung oleh meningkatnya produksi benih gurame pada tahun 2009-2010 dan meningkatnya kebutuhan benih ikan gurame oleh petani pembesaran sebesar 2.817.000 ekor. Pada tahun 2009 produksi benih gurame sebesar 36.166,89 ekor, dan pada tahun 2010 produksi benih sebesar 37.779,60 ekor dengan pertumbuhan sebesar 4,46 persen. Produksi benih belum dapat mengimbangi kebutuhan benih sebesar 2.779.220 ekor. Sehingga peluang membudidayakan pembenihan ikan gurame cukup besar untuk memenuhi kebutuhan petani pembesaran. Produksi Ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peningkatan Produksi Benih Ikan (ribu ekor) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Produksi (Ribu Ekor) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Ikan Mas Nila Nilem Mujair Gurame Tawes Patin Lele Sepat Siam Tambakan Bawal Jumlah
2009 56.663,19 35.700,40 693,06 36.166,89 5.510,48 26.358,49 62.020,27 1.807,47 622.191,81 847.112,06
2010 60.715,56 36.995,79 746,85 37.779,60 5.765,92 32.047,38 81.063,79 1.868,74 671.321,25 928.304,89
Persentase Pertumbuhan (%) 7,15 3,63 7,76 4,46 4,64 21,58 30,71 3,39 7,90 9,58
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010
4
Tataniaga ikan gurame dibedakan menjadi dua jenis yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Tataniaga benih ikan gurame dilakukan karena adanya kegiatan pemasaran pada tiap pola produksinya. Benih ikan gurame juga banyak dibutuhkan oleh para petani pembesaran di berbagai daerah untuk meningkatkan produktivitas budidaya di daerahnya. Tataniaga ikan gurame konsumsi adalah proses pemasaran ikan gurame dari hasil pembesaran ikan gurame yang dilakukan oleh petani. Agar tataniaga ini berhasil maka petani harus memperhatikan teknik budidaya pembesaran sampai pola pendistribusian ikan untuk menjaga kualitas serta kesegaran produk ikan gurame dalam memenuhi permintaan pasar. Pada umumnya, tataniaga memiliki dua fungsi utama yaitu pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan merupakan fungsi pertama yang perlu diperhatikan dalam tataniaga ikan gurame. Karena biasanya tempat pemeliharaan ikan terletak jauh dari daerah pemasaran, komoditi perikanan juga kurang tahan lama, oleh karena itu agar ikan dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan segar maka pengangkutan harus dilakukan secepatnya dan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai. Jika ikan tidak dapat langsung dipasarkan padahal ikan telah dipanen maka diperlukan tehnik penyimpanan yang baik agar dapat mempertahankan kondisi ikan. Dari penjelasan yang telah disebutkan, maka pengembangan komoditi ikan gurame di Kabupaten Bogor memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan dan dapat menguntungkan beberapa lembaga atau pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditi ikan gurame. Berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan ikan gurame ialah Desa Pabuaran Kecamatan Kemang dengan produksi 40 ton/tahun serta masyarakatnya cukup terbuka dan mudah diajak kerjasama. Dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian sistem tataniaga ikan gurame untuk mengetahui aliran pemasaran yang ada, sehingga dapat meningkatkan produksi serta ketersediaan ikan gurame dengan harga terjangkau di pasar.
5
1.2 Perumusan Masalah Potensi pengembangan perikanan budidaya ikan gurame di desa Pabuaran sangat besar, karena petani memanfaatkan lahan mereka untuk melakukan beberapa kegiatan budidaya ikan gurame. Kegiatan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi dilakukan petani dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Kegiatan budidaya yang dilakukan memiliki pola produksi. Di dalam pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Adanya kegiatan usaha di tiap pola produksi budidaya ikan gurame menyebabkan adanya perbedaan saluran dan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam memasarkan benih ikan gurame dari hasil pendederan dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Tingginya permintaan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi oleh petani pembesaran, konsumen antara dan rumah tangga menyebabkan pasokan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Salah satu penyebabnya budidaya yang dilakukan tidak intensif sehingga tidak dapat mengimbangi permintaan pasar. Penerapan sistem budidaya berguna dalam menjaga kuantitas dan kualitas ikan gurame serta untuk memenuhi permintaan konsumen. Masalah yang sering dihadapi para petani untuk benih ikan gurame adalah tingginya tingkat kematian ikan gurame dari mulai larva hingga ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram. Sedangkan untuk ikan gurame ukuran konsumsi seperti 500 gram dan 800 gram adalah bagaimana teknik budidaya yang baik serta teknik distribusi ikan gurame agar tepat waktu dan dalam keadaan segar tidak rusak sampai ke konsumen. Untuk itulah diperlukannya lembaga-lembaga tataniaga yang menerapkan fungsifungsi tataniaga dalam menyampaikan hasil produksi dari petani ikan sebagai produsen ke konsumen akhir melalui suatu sistem yaitu sistem tataniaga. Perkembangan harga pada ikan gurame lebih dominan dikendalikan pedagang pengumpul dikarenakan adanya penetapan harga ikan gurame dikalangan pedagang pengumpul yang dapat juga sebagai pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan masuknya ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor sehingga para pedagang pengumpul melindungi harga ikan gurame konsumsi lokal. Petani dan 6
pedagang pengumpul sama-sama memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual ikan gurame konsumsi walaupun tetap melakukan proses tawar-menawar, harga yang terbentuk merupakan kesepakatan antar kedua belah pihak. Perbedaan jarak antar lokasi produsen dengan kegiatan lembaga tataniaga menyebabkan harga di tiap lembaga tataniaga menjadi berbeda, membuat penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga tataniaga tidak merata, akibatnya harga yang diterima petani menjadi rendah sedangkan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer harus membayar dengan harga yang cukup tinggi. Harga jual ikan gurame konsumsi, diidentifikasi dikalangan petani menjual kepada pedagang pengumpul sebesar Rp 22.500/kg – Rp 23.000/kg, dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sebesar Rp 26.000/kg – Rp 28.000/kg, Dari Pedagang pengecer ke konsumen akhir sebesar Rp 30.000/kg – Rp 32.500/kg. Perbedaan harga beli dan harga jual antara petani dan pedagang pengumpul serta pedagang pengecer menunjukkan adanya perbedaan harga yang diterima antara petani dengan pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer. Dengan adanya perbedaan harga ditingkat petani dan konsumen akhir yang cukup tinggi, sehingga dapat diidentifikasi Farmers’s share pada tataniaga ikan gurame besar berkisar 70,00 – 85,00 persen. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar di karenakan pasokan ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, ini mempengaruhi pendapatan pedagang pengumpul dan berdampak pada harga ikan gurame yang semakin menurun karena mengikuti perkembangan harga ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, karena adanya persaingan maka harga ikan gurame menjadi Rp 27.500/kg di tingkat pedagang pengumpul. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahnya ialah; 1. Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame? 2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame? 3. Bagaimana efisiensi saluran tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame berdasarkan marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya? 7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan dalam latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah; 1. Menganalisis saluran tataniaga ikan gurame dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame. 2. Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. 3. Menganalisis efisiensi tataniaga budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame berdasarkan marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain; 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi beberapa pihak dalam mengambil keputusan untuk berbudidaya ikan gurame. 2. Sebagai bahan informasi bagi pelaku pasar dalam memilih saluran pemasaran serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan tataniaga ikan gurame. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, peneliti hanya mengambil contoh tataniaga benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram guna dibesarkan kembali oleh petani pembesaran sampai ukuran konsumsi. Peneliti juga mengambil contoh untuk tataniaga ikan gurame konsumsi dengan berat 500 gram, dan 800 gram.
8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame 2.1.1 Budidaya Ikan Gurame Menurut Senjaya (2002), pembudidayaan gurame pada usaha pembenihan memegang peranan penting karena selama ini ketersediaan benih siap tebar masih belum dapat mengimbangi permintaan benih untuk usaha pembesaran. Terbatasnya ketersediaan benih antara lain disebabkan sebagian besar petani masih melakukan pembenihan di kolam sehingga tingkat mortalitas benih cukup tinggi, terutama setelah benih menetas sampai ukuran 1 cm. Senjaya (2002) menyatakan bahwa peluang untuk mengembangkan pembudidayaan
gurame
masih
sangat
besar
disebabkan
hasil
dari
pembudidayaannya masih belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri, apalagi pasar ekspor. Karena itu, peluang usaha pembenihan dan pembesaran gurame masih sangat menjanjikan dan perlu terus ditingkatkan. Besarnya peluang usaha gurame ini didasarkan pada beberapa hal, di antaranya keunggulan yang dimiliki gurame bila dibandingkan dengan ikan air tawar konsumsi lainnya. Menurut Mahyuddin (2009) keunggulan yang dimiliki Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dibudidayakan di kolam air tenang dan minim oksigen karena memiliki alat pernafasan tambahan selain insang yaitu labirin. Ada beberapa jenis ikan gurame, antara lain: Angsa, Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Ikan ini pada umumnya mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya gurame adalah 0—800 m dpi dengan suhu 24—28° C. Gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, sehingga tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari kisaran suhu optimal. Budidaya ikan gurame memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang
meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurame. ( Mahyuddin, 2009) Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam tanah yang digunakan per kolam seluas 80-400 m2 . Pada tahapan persiapan kolam yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka saluran outlet dan menutup saluran inlet yang mana merupakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup. Tahap kedua mempersiapkan
pematang,
ukuran
pematang
disesuaikan
dengan
luas
kolam.Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Pemasangan kemalir dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di ambil. Pemberian kapur untuk meningkatkan
pH
air,
sekaligus
merangsang
populasi
dan
aktivitas
mikroorganisme tanah. Dosis kapur yang digunakan adalah 0,05 kg/m2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m2 . Jumlah kapur yang diberikan disesuaikan dengan luas lahan. Proses selanjutnya pemupukan yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya, tujuan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami didalam kolam. ( Kurniawan, 2011) Teknik budidaya ikan gurame terdiri dari kegiatan pembenihan, pendederan, pembesaran sehingga produksi ikan gurame terbagi atas tiga jenis yakni telur dan larva gurame dari hasil pembenihan, benih gurame dari hasil pendederan dan gurame pedaging dari hasil pembesaran. Kegiatan pembenihan dilakukan tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan. Kegiatan pendederan dibagi atas lima tahap pemeliharaan benih yang siap dibesarkan yaitu satu, pemeliharaan benih gurame dari 0,5 gram sampai 1 gram selama satu bulan. Dua, pemeliharaan benih gurame dari 1 gram 10
hingga mencapai berat 5 gram selama satu bulan. Tiga, pemeliharaan benih gurame dari 5 gram mencapai berat 20-25 gram selama dua bulan. Empat, pemeliharaan benih gurame 20-25 gram sampai 75-100 gram selama dua bulan. Lima,
pemeliharaan benih gurame dari 75-100 gram sampai berat 200-250 gram
selama tiga bulan. Kegiatan pembesaran, pemeliharaan benih atau membesarkan benih hasil pendederan minimum berkisar dari 100 gram atau 250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama lebih kurang 3 bulan. Tapi, terkadang petani ikan membesarkan ikan gurame hingga mencapai 700-1.000 gram per ekor
untuk memenuhi
permintaan konsumen.
(Mahyuddin, 2009) Teknik budi daya secara intensif dapat menghasilkan gurame dengan produktivitas tinggi dan pertumbuhan yang cepat. Teknik budidaya ini dapat mengatasi pertumbuhan ikan gurame yang tergolong lambat serta dapat memperbaiki teknik pemeliharaan konvensional yang selama ini lazim dilakukan petani gurame. Pertumbuhan ikan gurame dapat dipacu dengan meningkatkan produktivitas gurame antara lain melaiui pemeliharaan yang baik, meliputi padat penebaran yang tepat, pengelolaan air yang baik, pemberian pakan yang tepat, jumlah pakan yang mencukupi, serta penanggulangan hama dan penyakit. Pemeliharaan secara intensif dapat menghasilkan benih berkualitas baik, sehat, dan seragam ukurannya. Tingkat kehidupannya mencapai 85—90%, lebih besar dari pemeliharaan benih biasa yang tingkat kematiannya mencapai 50—70%. Media yang dipakai dalam pendederan dan pembesaran secara intensif adalah keramba jaring apung. Benih yang digunakan untuk memproduksi gurame ukuran konsumsi (berat minimum 500 gram per ekor),sebaiknya sudah memiliki berat sekitar 100 gram per ekor dan berasal dari lokasi yang ketinggian dan iklimnya sama dengan lokasi pembesaran. Benih yang memenuhi persyaratan tersebut biasanya memiliki laju pertumbuhan cepat. ( Senjaya, 2002) Menurut Jangkaru (2007), Jenis pakan ikan gurame terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), Kangkung (Ipomea reptans Poin), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir). Selain itu, gurame juga dapat diberi pakan 11
tambahan berupa pelet yang mengandung protein tinggi, yaitu sekitar 32% dengan porsi 2—3% dari bobot badan per hari. Hama yang biasanya menganggu ikan gurame adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), serangga air seperti ucrit (larva Cybister sp), pesaing ikan budidaya seperti mujair, hewan pengganggu seperti katak (Rana spec), ular dan tikus. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurame pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih dingin. Penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Cara mengetahuinya apabila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar. Penyakit parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. (Jangkaru, 2007) Permasalahan yang sering
dihadapi pada pembudidaya ikan gurame
adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan gurame yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurame dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurame pada air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurame ini mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
12
2.2 Pemasaran Ikan Gurame Mahyuddin (2009) menjelaskan bahwa, pemasaran pada budidaya ikan gurame dapat berupa hasil kegiatan pembenihan (telur dan larva), benih hasil kegiatan pendederan, dan gurame konsumsi hasil pembesaran. Pemasaran gurame dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penjualan secara langsung yaitu pembudidaya gurame menjual langsung kepada konsumen atau pedagang pengumpul yang dilakukan di lokasi kegiatan usaha atau kolam. Para pedagang pengumpul biasanya berkeliling ke petani ikan dan kolam pemeliharaan gurame sambil menanyakan jadwal panen. Pedagang biasanya menanyakan persediaan gurame dari ukuran telur, benih, dan konsumsi. Selanjutnya, beberapa minggu sebelum jadwal panen, pedagang akan datang kembali. Dengan demikian, setiap tahap segmentasi usaha gurame, selalu ada pedagang pengumpul yang siap membeli hasil panen mulai dari telur, benih, sampai gurame konsumsi. Kedua adalah dengan menawarkan hasil panen ke pasar. Biasanya di pasar ada pedagang yang siap membeli hasil panen gurame. Sebaiknya petani menghubungi pedagang beberapa hari sebelum panen. Pemasaran gurame tidak terbatas pada ukuran konsumsi saja. Gurame ukuran benih pun dapat dipasarkan ke pasar. Harga benih biasanya ditentukan oleh ukurannya. Pemasaran benih biasanya ke pedagang benih eceran atau pedagang benih pengumpul. Namun, biasanya petani gurame sudah mempunyai pelanggan hasil panennya. Dalam bukunya yang berjudul Agribisnis Ikan Gurami, Mahyuddin menjelaskan bahwa pemasaran ikan gurame konsumsi di masyarakat dilakukan oleh pedagang pengumpul langsung datang ke kolam pembesaran sekaligus melakukan penyortiran. Sistem penjualan langsung di tempat kolam relatif lebih mudah dan menguntungkan bagi petani ikan atau pembudidaya pemula karena tidak menanggung kematian ikan selama transportasi dan penyusutan bobot gurame atau perbedaan timbangan. Gurame yang mati dihargai lebih rendah dibandingkan dengan gurame yang hidup. Para pedagang pengumpul biasanya menginginkan ikan gurame konsumsi dengan ukuran tertentu, yaitu ukuran 500800 gram/ekor. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada pembudidaya biasanya dilakukan secara bertahap dan tunai. (Mahyuddin, 2009) 13
Kegiatan usaha budidaya tersebut saling terkait dan untuk meningkatkan produktivitas ikan gurame perlu adanya pola intensifikasi seperti pemilihan kegiatan
usaha budidaya disesuaikan dengan kemampuan modal, kondisi
geografis lahan, serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Selain itu, kecenderungan permintaan pasar juga harus diperhatikan. 2.2 Studi Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang berkaitan dengan sistem tataniaga, diantaranya adalah: Penelitian yang dilakukan Panjaitan (2009), tentang analisis tataniaga ikan bandeng (Chanos chanos, de Forskal) di desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 20 petambak responden, terdapat tiga saluran tataniaga yang berlaku, Pola saluran tataniaga yang dominan dilakukan oleh petambak adalah pola saluran tataniaga 1 (76,5%), pola saluran tataniaga 2 (17,6%) hanya dilakukan oleh 3 petambak, dan pola saluran 3 (5,9%) hanya dilakukan satu petambak. Lembagalembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga ikan bandeng adalah Petambak, Pedagang Pengumpul, Pedagang Pengecer, dan Konsumen. Fungsifungsi tataniaga yang dilakukan pada saluran tataniaga 1 adalah Fungsi fasilitas, Fungsi informasi pasar, serta fungsi pertukaran. Pada saluran tataniaga 2 adalah Fungsi Fisik, Fungsi Resiko, Fungsi Biaya, dan fungsi informasi pasar. Pada saluran tataniaga 3 adalah fungsi fisik, fungsi fasilitas berupa fungsi resiko, dan fungsi informasi pasar, serta fungsi pertukaran. Struktur pasar pada saluran tataniaga 1, 2, dan 3 mengarah ke pasar persaingan sempurna. Sistem penentuan harga di tingkat petambak ditentukan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 9000/kg. Sistem penentuan harga ditingkat pedagang pengecer di pasar Muara Baru Jakarta sebesar Rp. 17000/kg. Sistem penentuan harga ditingkat pedagang pengecer dengan konsumen sebesar Rp. 15000/kg. Total biaya tataniaga yang dikeluarkan pada saluran 1 sebesar Rp. 3750, Total keuntungan sebesar Rp. 4250. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp. 4000, sedangkan keuntungan yang terkecil diperoleh oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 250. Total biaya tataniaga yang 14
dikeluarkan pada saluran 2 adalah Rp 4000, Total keuntungan sebesar Rp 1000. Saluran tataniag 3, Total biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petambak adalah Rp. 3500, Biaya produksi Rp 7500/kg dan keuntungan sebesar Rp 3000. Farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya dapat dijadikan indikator efisiensi tataniaga. Berdasarkan perhitungan farmer’s share yang diterima petambak berkisar antara 52,9 – 100 persen. Farmer share yang tertinggi yang diperoleh petambak terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu 100 persen. Rasio keuntungan dan biaya tertinggi pada tingkat petambak terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu sebesar 3,3. Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas ikan bandeng, saluran tataniaga yang efisien adalah saluran tataniaga 3, karena memiliki marjin tataniaga yang kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi dan mempunyai farmer’s share yang tertinggi di bandingkan dengan saluran tataniaga lainnya. Ariyanto (2008) melakukan penelitian : Analisis tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir. Pola pemasaran terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga satu : petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen ; saluran tataniaga dua : petani, pedagang pengecer, konsumen ; saluran tataniaga tiga : petani, konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani sayuran bayam adalah fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi petani sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir bersifat pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir adalah Oligopsoni. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan 15
pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, Karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, produk yang diperjual belikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker. Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga petani yang paling efisien, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat dan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani memperoleh keuntungan terbesar Rp. 368 per ikat, rasio keuntungan dan biaya yaitu sebesar 9,43 dan bagian harga yang terbesar (farmer’s Share) diterima oleh petani sebesar 100 persen. Safitri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis tataniaga telur ayam kampong, di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi system pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang terbentuk di dalam pemasaran telur ayam kampong di kabupaten Bogor yaitu : 1) Peternak- Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak)- Pedagang GrosirPedagang Pengecer- Konsumen, 2) Peternak- Pedagang Grosir- Pedagang Pengecer- Konsumen, 3) Peternak- Pedagang pengecer- Konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran anatara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat pedagang grosir oligopoli, dan ditingkat pedagang pengecer adalah kompetisi monopolistik. Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan 16
kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Tetapi, Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan, saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63, 89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga sebesar 24,22 persen dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Hasil penelitian Puspitasari (2010) Studi mengenai Analisis Efisiensi Tataniaga pada Kelompok Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pelaku tataniaga Ikan lele yang terdapat di Kecamata Ciawi terdiri dari pembudidaya Ikan Lele sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar kecamatan dan pedagang pecel lele. Saluran tataniaga yang terbentuk terdiri dari empat saluran tataniaga, terdiri dari : 1) Pembudidaya – Pengumpul- Pengecer- Konsumen Akhir, 2) PembudidayaPengumpul- Pengecer- Pedagang Pecel Lele- Konsumen Akhir, 3) PembudidayaPengumpul- Pengumpul Luar Kecamatan- Pengecer luar kecamatan- Konsumen Akhir, 4) Pembudidaya- Pengumpul- Pengumpul Luar Kecamatan- Pengecer Luar Kecamatan- Pedagang Pecel Lele- Konsumen Akhir. Total Marjin yang terdapat pada saluran 1 sebesar Rp. 7.000,00 per kg. Keuntungan total yang diterima sebesar Rp 5.551,76 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 54,84 %. Total marjin yang terdapat pada saluran 2 sebesar Rp. 46.200,00 per kg. Keuntungan total yang diterima sebesar Rp.25.288,56 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 16,00%. Total marjin yang terdapat pada saluran 3 sebesar Rp. 7.875,51 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 46,32%. Total marjin yang terdapat pada saluran 4 sebesar Rp. 63.500,00 per kg. Keuntungan 17
total yang diterima sebesar Rp 41.712,31 per kg. Sedagkan Farmer’s share yaitu 11,81 %. Rasio keuntungan dan biaya total terbesar berada pada saluran 1 sebesar 383,35 % dimana setiap Rp.100,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 383,35. Marjin tataniaga total pada saluran 1 mempunyai nilai yang paling kecil yaitu sebesar Rp 7.000. Pada saluran 1, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya yaitu sebesar 54,84%, sehingga saluran tataniaga 1 paling efisien dibandingkan saluaran tataniaga yang lain karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan produk yang dipasarkan (Ikan Lele) lebih cepat sampai ke tangan konsumen akhir dan marjin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor diteliti oleh Nurasiah (2007). Studi menunjukkan bahwa usahatani ikan hias air tawar dilokasi penelitian terdiri dari usahatani pembenihan, pendederan, pembenihan dan pendederan. Pendapatan yang diperoleh dari budidaya tersebut berbeda satu sama lainnya dan dibedakan atas pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai tertinggi pada usahatani pembenihan-pendederan yaitu sebesar Rp 29.338.403,72 dan Rp. 17.478.637,05 per tahunnya. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total terendah pada usahatani pembenihan fase 40 hari yaitu sebesar Rp 4.678.644,57 dan Rp 3.299.602,08 per tahunnya. Pemasaran ikan hias di desa Cibitung Tengah terdiri dari lima saluran pemasaran dimana di dalamnya terdapat lembaga pemasaran seperti tengkulak dan kelompok tani, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari aktvitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan pengangkutan , serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan penanggungan resiko. Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer luar kecamatan, masih berperan sangat besar pada rantai pemasaran. Peran pedagang pengumpul, pedagang 18
pengecer luar kecamatan, dan pedagang grosir sangatlah penting mengingat hubungan mereka sangatlah dekat dan langsung berkaitan dengan petani maupun peternak. Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila terciptanya kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran yang terjadi di beberapa pihak yang terlibat seperti produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, baik penelitian pemasaran tentang komoditi perikanan budidaya air tawar maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum terdapat penelitian mengenai analisis tataniaga ikan gurame. Sesuai dengan kebijakan pemerintah pada tahun 2010, bahwa ikan gurame merupakan salah satu produk komoditi unggulan ikan budidaya air tawar yang ingin dikembangkan pada beberapa daerah di Kabupaten Bogor yaitu salah satunya di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang. Kebijakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ikan gurame dalam memenuhi permintaan pasar yang ada, selain itu ikan gurame memiliki harga yang cukup mahal dibandingkan ikan konsumsi yang lain. Agar suatu produk tertentu dapat bersaing, diperlukannya suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, salah satu bentuk pengetahuan pemasar yang dibutuhkan ialah saluran pemasaran, lembaga pemasaran serta fungsi-fungsi di dalamnya, struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Dalam penelitian analisis tataniaga ikan gurame dilakukan penelusuran melalui distribusi tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi yang diamati dari pembudidaya (petani ikan), kemudian melibatkan sejumlah pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen seperti konsumen rumah tangga dan petani pembesaran. Menganalisis tataniaga ikan gurame dapat mengamati perubahan nilai yang terjadi seperti adanya perpindahan komoditas dari setiap lembaga tataniaga baik dari perubahan waktu dan fungsi yang dijalankan antar lembaga tataniaga. Kesenjangan perubahan harga antara petani ikan dan konsumen akhir menyebabkan mengapa penelitian dengan judul Analisis tataniaga ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
19
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara langsung, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Dimana, mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan, dan lain sebagainya. Kegiatan tataniaga bertujuan untuk menciptakan, menjaga, dan meningkatkan nilai serta kegunaan dari barang dan jasa. Dalam kegiatan tataniaga, kegunaan dari barang dan jasa dapat diciptakan melalui penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikkan. Lembaga tataniaga akan berusaha meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan, sehingga kegiatan tataniaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ketangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat. (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Kotler (2002), mendefinisikan pemasaran merupakan suatu proses sosial yang mana di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986),
tercapainya tujuan kegiatan tataniaga dapat
dilihat dari beberapa proses arus barang, antara lain : 1. Proses pengumpulan Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien. 2. Proses pengimbangan Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan merupakan tindakan penyesuaian antara permintaan dan penawaran
berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. 3. Proses penyebaran Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang menggunakannya. Kohls dan Uhl (2002), mendefinisikan pemasaran maupun tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencangkup aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl (2002) menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga yaitu : 1. Pendekatan Fungsi (The Fungsional Approach) Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungi-fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar). 2. Pendekatan Kelembagaan (The Institutional Approach) Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui beberapa macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku-pelaku ini adalah pedagang perantara (menchant middleman) yang terdiri
dari
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang
spekulatif, agen, manufaktur dan organisasi lainnya yang terlibat. 3. Pendekatan Sistem (The Behavior System Approach) Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga. Pendekatan ini terdiri dari the input-output system, the power system dan the communication system. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), tataniaga merupakan serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke konsumen Konsep yang paling mendasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
21
pernyataan rasa kehilangan, berdasarkan kebutuhan inilah maka konsumen akan memenuhi kebutuhannya dengan mempertukarkan produk dan nilai dari produsen. Suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan konsumen. 3.1.2 Lembaga-lembaga Tataniaga Lembaga tataniaga adalah bagian-bagian yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Lembaga tataniaga ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Golongan produsen adalah golongan yang tugas utamanya menghasilkan barang- barang. Golongan produsen ini adalah petani ikan, nelayan, dan pengolahan hasil perikanan. Di samping berproduksi, golongan produsen sering kali aktif melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen. Perorangan, perserikatan atau perseroan yang berusaha dalam bidang tataniaga dikenal sebagai pedagang perantara (middlemen, atau intermediary). Lembaga ini membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen. Lembaga pemberi jasa (facilitating agencies) adalah beberapa lembaga yang member jasa atau fasilitas untuk mempelancar fungsi tataniaga yang dilakukan produsen atau pedagang perantara. Contoh dari lembaga ini antara lain bank, usaha pengangkutan, biro iklan dan sebagainya. Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan lembaga-lembaga tataniaga dapat digolongkan berdasarkan fungsi yang dilakukannya seperti penguasaan terhadap barang, kedudukan dalam struktur pasar, dan bentuk usaha. 1. Berdasarkan fungsi yang dilakukan, lembaga tataniaga dapat dibedakan atas: a. Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi
fisik
pemasaran,
meliputi:
lembaga
pengolahan,
lembaga
pengangkutan, pergudangan; b. Lembaga perantara tataniaga yaitu suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi pertukaran, seperti: pedagang pengecer, grosir, dan lembaga perantara lainnya; c. Lembaga fasilitas tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi 22
fasilitas seperti: Bank, Badan Perkreditan, dan KUD. 2. Berdasarkan penguasaan suatu badan terhadap barang dan jasa, lembaga tataniaga terdiri dari: a. Lembaga tataniaga yang tidak memiliki tetapi menguasai barang, antara lain agen, perantara dan broker; b. Lembaga tataniaga yang memiliki dan menguasai barang, seperti pedagang pengumpul pedagang pengecer, pedagang besar, eksportir dan importer; c. Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang, seperti badan transpoertasi, pergudangan, dan asuransi. 3. Penggolongan lembaga tataniaga menurut kedudukannya dalam struktur pasar dapat digolongkan sebagai berikut; a. Lembaga tataniaga yang bersaing sempurna, seperti pedagang pengecer rokok, pengecer beras, dan lain-lain; b. Lembaga tataniaga bersaing monopolistik, seperti pedagang asinan, pedagang benih, pedagang bibit, dan lain-lain; c. Lembaga tataniaga oligopolis; dan d. Lembaga tataniaga monopolis. 4. Penggolongan lembaga tataniaga berdasarkan bentuk usahanya, dapat digolongkan atas; a. Berbadan hukum; b. Tidak berbadan hukum. Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengungkapkan bahwa peranan lembaga tataniaga sangat penting terutama untuk komoditas perikanan yang bersifat cepat atau mudah rusak (perishable). Barang-barang hasil perikanan adalah organisme hidup dan karenanya mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukkan akibat dari kegiatan bakteri,enzimatis dan oksidasi. Karena itulah, membutuhkan usaha atau perawatan khusus dalam proses tataniaganya guna mempertahankan mutu untuk menentukan harga pasar. Limbong dan Sitorus (1987) menjelaskan, diperlukan koordinasi lembaga tataniaga dalam melaksanakan fungsi-fungsi untuk mencapai efisiensi tataniaga yang tinggi serta efektif, dengan cara; a. Integrasi vertikal, yaitu lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi yang berbeda dihubungkan satu dengan yang lainnya menurut saluran barang tersebut. Integrasi vertikal akan menurunkan pengeluaran tataniaga sehingga barang dapat dijual dengan harga lebih murah, hal ini dikarenakan perbedaan harga antara tingkat produsen dengan tingkat konsumen tidak terlalu besar sehingga dapat menguntungkan konsumen. b. Integrasi
horizontal,
dimana
lembaga-lembaga
tataniaga
yang
23
menyelenggarakan fungsi yang sama disatukan di dalam suatu tindakan pemasaran suatu barang. Integrasi horizontal dapat merugikan konsumen, karena integrasi semacam ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi dan menghindari adanya persaingan dari perusahaan atau lembaga tataniaga yang sejenis sehingga lembaga tersebut dapat mengontrol harga barang. 3.1.3 Saluran Tataniaga Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan saluran tataniaga sebagai suatu himpunan perusahaan atau perorangan atau serangkaian lembaga-lembaga tataniaga yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak atas barang dan jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga yaitu a) adanya pertimbangan pasar, yang meiiputi konsumen sebagai tujuan akhir mencangkup pembeli potensial, konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan membeli; b). Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenulii pesanan atau pasar; c). Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengaiaman penjualan; d). Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya. Hanafiah dan Saefuddin (1986) menjelaskan panjang pendeknya saluran tataniaga tergantung pada : a) Jarak antara produsen dan konsumen dimana semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran tataniaga yang terjadi. b) Skala produksi yang meliputi semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurarmya. c) Cepat tidaknya produk rusak dimana produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen. d) Posisi keuangan pengusaha, dalam hal ini pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran, seperti dapat dilihat pada Gambar 2, Pergerakan hasil perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen sampai konsumen. 24
P
P1
P
R
IM
Pb R
P
Kon sum en
P1
P
R
P E
Keterangan : P = Produsen (nelayan, petani ikan, industry pengolahan) P1 = Pedagang pengumpul local Pb = Pedagang besar (wholesaler) E = Pedagang Ekspor Pe = Pedagang eceran Lm = institutional market (misalnya restaurant, rumah sakit) Gambar 2. Skema penyaluran hasil perikanan barang konsumsi Sumber: Hanafiah dan Saefuddin, 1986
Barang-barang sebelum diterima oleh konsumen telah mengalami proses pengumpulan dan proses penyebaran dengan pedagang besar (Pb) sebagai titik akhir dari pengumpulan dan titik awal penyebaran. Pedagang besar ini menerima barang langsung dari produsen atau dari pedagang pengumpul lokal (proses pengumpulan) dan kemudian mengirim (menjual) kepada beberapa pedagang eceran, yang selanjutnya dijual kepada konsumen akhir, institutional market (restaurant), dan mungkin pula kepada pedagang ekspor (proses penyebaran). Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke pihak konsumen terlihat satu sampai beberapa golongan pedagang perntara. Pedagang perantara ini dikenal sebagai saluran tataniaga. 3.1.4 Fungsi-fungsi Tataniaga Fungsi tataniaga merupakan suatu kegiatan ataupun tindakan yang dapat memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa dari tingkat produsen 25
ke tingkat konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Fungsi tataniaga dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu: 1. Fungsi Pertukaran adalah Kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti dengan mencari pasar, menetapkan jumlah kualitas serta menentukan saluran tataniaga yang paling sesuai. 2.
Fungsi Fisik adalah Suatu tindakan langsung yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri dari a), fungsi penyimpanan yaitu membuat komoditi selalu tersedia saat konsumen menginginkannya, b). fungsi pengangkutan yaitu pemindahan, melakukan kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diinginkan dan c), fungsi pengolahan yaitu untuk komoditi pertanian, kegiatan yang dilakukan merubah bentuk melalui proses yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal.
3.
Fungsi Fasilitas adalah Semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari: a). Fungsi standarisasi dan grading yaitu mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. b) Fungsi penanggungan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. c) Fungsi pembiayaan yaitu kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperluas proses tataniaga, d). Fungsi informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi lebih sempurna.
3.1.5. Struktur Pasar Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan, struktur pasar ialah dimensi yang menjelaskan sistem pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun
26
industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk serta syarat-syarat masuk pasar. Ada tiga hal yang perlu diketahui agar produsen dan konsumen dapat melakukan sistem tataniaga yang efisien, yaitu: a. Konsentrasi pasar dan jumlah produsen, b. Sistem keluar masuk barang yang terjadi di pasar, dan c. diferensiasi produk. Berdasarkan karakteristik struktur pasar, Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengelompokkan pasar
menjadi empat struktur pasar yang berbeda-beda
berdasarkan sifat dan bentuknya, antara lain ; a. Pasar Persaingan Murni Pasar dapat dikatakan persaingan murni jika mempunyai tiga macam sifat atau syarat yaitu a) pada pasar tersebut berbagai perusahaan menjual produk tunggal yang identik. b) jumlah penjual dan pembeli banyak sehingga tidak seorangpun di antara mereka dapat mempengaruhi harga produk secara berarti. c) penjual dan pembeli leluasa mengambil keputusan-keputusannya karena tidak ada perjanjian antara satu dengan yang lainnya. b. Pasar persaingan monopolistik Pasar persaingan monopolistik terdapat banyaknya penjual barang tertentu tetapi di antaranya ada penjual yang dapat mempengaruhi penjualan dari beberapa penjual lainnya sehingga timbul reaksi. Penjual menghasilkan sesuatu barang yang berbeda dalam alam pikiran para konsumen terhadap barang-barang subsitusi dekat, atau tidak ada perusahaan atau produsen lain yang menghasilkan barang serupa dengan barang yang dihasilkan perusahaan atau produsen tadi. Dengan kata lain, pasar persaingan monopolistik ini sering dijumpai dari beberapa kombinasi perusahaan-perusahaan dan beberapa perusahaan kecil sebagai penjual, dimana perusahaan besar mempunyai pengaruh lebih besar atas suplai dan harga pasar. c. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli memiliki bentuk pasar dimana terdapat lebih dari dua penjual tetapi jumlahnya sedikit misalnya tiga dan empat penjual. Penjual memiliki produk tertentu. Dikarenakan, memiliki produk tertentu setiap perusahaan dapat mempengaruhi penjualan pihak saingannya dengan jumlah yang berarti. sedangkan, pasar oligopsoni terdapat pihak pembeli benda tertentu dalam
27
jumlah sedikit misalnya tiga atau empat orang. Pada pasar oligopsoni, pembeli dapat mempengaruhi permintaan. d. Pasar Monopoli Pasar monopoli dalam arti umum ialah situasi pasar dimana seorang atau sekelompok penjual mempunyai pengaruh demikian besar atas penawaran produk tertentu, sehingga dapat menentukan harga. Jadi, pada monopoli murni perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak berhadapan dengan produk atau sekelompok produk yang bersaing dekat dengannya. Sedangkan, pasar monopsoni dijumpai apabila terdapat seorang atau sebuah badan pembeli untuk benda tertentu, sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan harga barang tersebut. Bentuk atau struktur pasar dapat dilihat pada Tabel 3 beserta karekteristik masing-masing struktur pasarnya. Tabel 3.Karakteristik Struktur Pasar Dipandang Dari Sudut Pembeli dan Penjual Struktur Pasar NO Sudut Penjual Sudut Pembeli 1 Persaingan Persaingan Sempurna Sempurna 2 Persaingan Persaingan Monopolistik Monopsoni 3 Oligopoli Murni Oligopsoni Murni 4 Oligopoli Oligopsoni Terdeferensiasi Terdefrensiasi 5 Monopoli Monopsoni Sumber : Hanafiah dan Saefuddin (1986) 3.1.6
Karakteristik Pasar Jumlah Penjual dan Pembeli Sifat Produk Banyak Homogen Banyak
Heterogen
Beberapa Beberapa
Homogen Heterogen
Satu
Unik
Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari tiap-tiap tataniaga yang
menyesuaikan dengan bentuk struktur pasar dimana lembaga tataniaga melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Dalam struktur pasar tertentu, pola perilaku pasar meliputi kegiatan penjualan dan pembelian serta cara pembayaran, penentu harga dan siasat tataniaga. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek kejujuran dari tiap-tiap lembaga tataniaga tersebut.
28
Kohl dan Uhl (2002)
menjelaskan bahwa dalam menggambarkan
perilaku pasar, terdapat empat hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) Input-output system, sistem input-output ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, sistem kekuatan ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem tataniaga, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem tataniaga sebagai perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapat sebagai penentu harga, (3) Communications system, sistem komunikasi ini mempeiajari tentang perilaku perusahaan mengenai mudah tidaknya mendapatkan informasi dan, (4) System for adapting to internal and external change, sistem adaptif menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam beradaptasi pada suatu sistem tataniaga agar dapat bertahan di pasar. 3.1.7
Keragaan Pasar Keragaan pasar merupakan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar
dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan variabel harga, biaya, dan volume produksi dari output dan pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem tataniaga. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari indikator: (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan konsumen, dan (2) marjin dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran (Dahl dan Hammond, 1977) 3.1.8
Efisiensi Tataniaga Efisiensi ialah rasio antar outpout dan input. Tataniaga perikanan dapat
dilihat sebagai sebuah sistem input output. Input pemasaran merupakan sumber daya yang digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran seperti tenaga kerja, mesin, modal, dan sebagainya. Sedangkan, output ialah hasil dari proses pemasaran seperti kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan kegunaan lain yang memberikan kepuasaan kepada konsumen. Input merupakan biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada lembaga tataniaga sedangkan kegunaan merupakan keuntungan dari pemasaran yang membentuk rasio efisiensi dan efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi dari rasio input-output tersebut.
29
Efisiensi tataniaga dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi operasional dan harga. Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan efisiensi operasional menunjukan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dan fasilitas. Efisiensi harga menunjukkan pada kemampuan harga dan tanda-tanda harga untuk penjual serta memberikan tanda kepada konsumen sebagai panduan dari penggunaan sumber daya produksi dari sisi produksi dan tataniaga. Dengan menggunakan konsep biaya tataniaga, system tataniaga dikatakan efisiensi bila dapat dilaksanakan dengan biaya yang rendah. Hanafiah dan Saefuddin (1986), menambahkan bahwa pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlaiu besar. karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, dan tersedia fasilitas fisik pemasaran, serta adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Kohls dan Uhls (2002) menjelaskan bahwa efisiensi tataniaga merupakan suatu indikator dan kinerja pemasaran yang dapat diukur melalui beberap metode. Metode yang paling dikenal adalah dengan melihat selisih harga di tingkat petani dengan harga di tingkat retail (market margin) serta berdasarkan persentase harga konsumen yang diterima oleh petani (farmer’s share). Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi marjin tataniaga akan menyebabkan persentase harga yang diterima petani (farmer’s share) akan semakin kecil. 3.1.8.1 MarjinTataniaga Terbentuknya marjin tataniaga karena adanya perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen. Dapat dikatakan pula sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Hanafiah dan Saefuddin (1986) menjelaskan bahwa marjinialah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan 30
harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Dahl dan Hammond (1977), mendefinisikan bahwa marjintataniaga ialah perbedaan harga antara harga di tingkat petani (Pf) dengan harga di tingkat pengecer (Pr), dimana marjin tataniaga tersebut ditunjukkan oleh perbedaan atau jarak vertikal antara kurva permintaan atau kurva penawaran. Dapat dilihat pada Gambar 3. Harga (P)
Sr Sf
Pr Pf Dr Df Qrf Gambar 3 . Penggambaran Definisi MarjinTataniaga, Nilai MarjinTataniaga, dan Biaya Tataniaga Sumber
: Dahl dan Hammond (1977)
Keterangan: Pr
= Harga retail (tingkat pengencer)
Pf
= Harga farmer (tingkat petani)
Sr
= Supply retail (penawaran di tingkat pengencer)
Sf
= Supply farmer (penawaran di tingkat petani)
Dr
= Demand retail (permintaan di tingkat pengencer)
Df
=
(Pr-Pf)
= Marjin tataniaga
(Pr-Pf) Qrf
= Nilai marjin tataniaga
Qrf
= Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengencer.
Demand farmer (permintaan di tingkat petani)
Berdasarkan Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah barang yang sama, harga yang diterima petani lebih rendah dari pada yang dibayarkan konsumen. Penawaran (Sf) pada harga ditingkat petani lebih besar dari pada
31
penawaran (Sr) pada harga ditingkat pengecer. Artinya jumlah barang yang ditawarkan di tingkat petani mencakup semua input dan hasil akhir sedangkan penawaran ditingkat pedagang pengecer telah ditambah dengan biaya-biaya seperti biaya angkut dan sebagainya. Kondisi permintaan di tingkat petani (Df) lebih kecil dari pada di tingkat pedagang pengecer (Dr), artinya permintaan di tingkat pedagang pengumpul (tengkulak) lebih sedikit dari pada di tingkat konsumen akhir. Besamya marjintataniaga yang terjadi pada suatu komoditi per satuan atau per unit ditunjukkan oleh besaran (Pr– Pf ). Sedangkan nilai marjintataniaga
(value of marketing margin) merupakan hasil perkalian dari
perbedaan harga pada dua tingkat lembaga tataniaga (dalam hal ini selisih harga eceran dengan tingkat harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besamya nilai marjin tataniaga dinyatakan dalam (P r –Pf ) x Qrf. Marjintataniaga hanya menunjukkan perbedaan harga yang terjadi dan tidak menunjukkan jumlah produk yang dipasarkan, sehingga jumlah produk ditingkat petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengecer atau Qr = Qf=Qrf. 3.1.8.2 Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer's share) Farmer's share merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem tataniaga, alat analisis ini sering digunakan untuk menentukan efisisensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Tetapi, farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk (value added) yang dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi konsumen. Faktor yang perlu diperhatikan adalah bukan besar kecilnya share, melainkan total penerimaan yang didapat oleh produsen dari hasil penjualan produk mereka. Kohls dan Uhls (2002), mendefinisikan farmer's share sebagai selisih antara harga retail dengan marjin pemasaran. Farmer's share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen dinikmati oleh petani. Besarnya farmer's share biasanya dipengaruhi oleh : (1) Tingkat pemrosesan, (2) Biaya transportasi, (3) Keawetan produk dan (4) Jumlah produk. 32
3.1.8.3 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga ialah untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan pada
lembaga tataniaga. Dengan demikian semakin meratanya
penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional system tataniaga semakin efisien (Limbong dan Sitorus,1987) 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010 menetapkan bahwa
Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa pengembangan komoditas unggulan yaitu ikan gurame guna meningkatkan produktivitas ikan gurame di Kabupaten Bogor. Petani melakukan kegiatan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Kegiatan budidaya yang dilakukan memiliki pola produksi. Di dalam pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Sistem tataniaga terbentuk dengan beberapa lembaga tataniaga yang terlibat, Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran tataniaga ikan gurame disebut suatu sistem tataniaga ikan gurame. Sistem tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran terbagi atas dua jenis yaitu tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Adanya tataniaga benih dan ukuran konsumsi berawal dari tingginya permintaan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi oleh petani pembesaran, konsumen antara dan rumah tangga menyebabkan pasokan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Salah satu penyebabnya budidaya yang dilakukan tidak intensif sehingga tidak dapat mengimbangi permintaan pasar. Tataniaga ikan gurame konsumsi terbentuk adanya ketetapan harga ditingkat pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dikarenakan masuknya pasokan ikan dari luar kabupaten bogor, sehingga pedagang pengumpul melindungi harga ikan gurame konsumsi lokal. Adapun lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga ikan gurame ialah pedagang pengumpul, pedagang 33
pengecer yang dapat membantu para petani ikan dalam memasarkan hasil budidaya ikannya. Penelitian ini menganalisis tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran, Kecamatan Kemang dengan menggunakan analisis kualitatif meliputi analisis saluran tataniaga yang digunakan untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam tataniaga ikan gurame, identifikasi fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh setiap lembaga tataniaga guna mengetahui aktivitas yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan memperlancar arus rantai tataniaga komoditi ikan gurame sampai kepada konsumen dengan menggunakan analisis fungsi tataniaga, analisis struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar mulai dari petani ikan budidaya sampai dengan pedagang pengecer. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis marjintataniaga untuk mengetahui perbedaan harga yang terjadi di tingkat lembaga tataniaga yang terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga, untuk mengetahui besarnya bagian yang diterima oleh petani ikan budidaya digunakan analisis farmer’s share yaitu dengan membandingkan harga ditingkat petani ikan budidaya. Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui merata tidaknya penyebaran rasio keuntungan dan biaya disetiap lembaga tataniaga. Hasil analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yang digunakan dalam sistem tataniaga ikan gurame, akan menghasilkan suatu saluran sistem tataniaga ikan gurame yang paling efisien. Dengan demikian, dapat diketahui masalah saluran tataniaga dan lembaga-lembaga tataniaga yang selama ini terjadi pada tataniaga ikan gurame, sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam sistem tataniaga ikan gurame
dan menjadi informasi bagi pemerintah serta lembaga-lembaga
tataniaga lainnya dalam menjalankan kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan produktivitas perikanan.
34
•
Kebijakan Pemerintah dengan menetapkan pengembangan Usahatani Ikan Gurame di Desa Pabuaran Adanya dua jenis tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan ikan gurami konsumsi
•
• •
Meningkatnya permintaan benih ikan gurame oleh petani pembesaran. Terjadinya ketetapan harga ditingkat pedagang pengumpul untuk ikan gurame konsumsi.
Analisis Kualitatif • Saluran dan lembaga tataniaga • Fungsi tataniaga • Struktur pasar dan perilaku pasar
Analisis Kuantitatif • Marjintataniaga • Farmer’s share • Rasio keuntungan biaya
Tingkat efisiensi tataniaga ikan Gurame
Gambar 4 : Skema Kerangka Pemikiran Operasional
35
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu daerah penghasil gurame di Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian pada bulan Maret hingga Juni 2011 dan pengolahan data dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2011. 4.2 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pembagian daftar pertanyaan yang telah di siapkan dengan teknik wawancara langsung kepada lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat seperti petani ikan, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Data sekunder sebagai data penunjang yang dikumpulkan dari instansiinstansi terkait seperti Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya serta literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan judul penelitian. Berdasarkan Hanafiah dan Saefuddin (1986), Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian tataniaga ialah: 1.
Analisis lembaga dan saluran tataniaga, data yang dikumpulkan meliputi: a. Tingkat Petani ikan budidaya, yaitu: •
Karakteristik petani ikan
: Umur, pendidikan dan pengalaman
budidaya ikan •
Gambaran Usahatani : Jumlah Produksi, luas kolam, tehnik
budidaya yang digunakan, serta peralatan yang digunakan dalam pemanenan ikan.
•
Cara distribusi produk
•
Tujuan penjualan produk
b. Tingkat pedagang perantara, yaitu: •
Karakteristik pedagang : Umur, tingkat pendidikan, pengalaman
berdagang. •
Cara pembelian produk : Sumber pembelian produk, frekuensi
pembelian dan jumlah yang dibeli, serta harga beli produk.
2.
•
Tujuan penjualan produk
•
Volume penjualan dan harga jual
Analisis fungsi-fungsi tataniaga, data-data yang dikumpulkan meliputi : a. Fungsi pertukaran •
Petani ikan : Jumlah atau volume penjualan kepada pedagang, frekuensi penjualan, proses penjualan.
•
Pedagang : Jumlah pembelian dari petani atau pedagang lain, Frekuensi pembelian, Jumlah/volume penjualan ke pedagang lain atau ke konsumen,frekuensi penjualan.
b. Fungsi fisik •
Petani ikan : Jumlah produk yang disimpan, lokasi penyimpanan hasil panen, lama penyimpanan, Biaya penyimpanan, Biaya transportasi atau pengangkutan.
•
Pedagang : Jumlah produk yang disimpan, lokasi penyimpanan produk, lama penyimpanan, biaya penyimpanan, biaya transportasi, alat transportasi yang digunakan, biaya pengolahan, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.
c. Fungsi Fasilitas •
Petani ikan : Proses pernyortiran dan grading, jumlah yang disortir, Biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, resiko yang ditanggung petani, sumber informasi pasar dan cara memperoleh informasi pasar.
•
Pedagang : Proses penyortiran dan grading, biaya-biaya yang dikeluarkan : biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Resiko usaha yang ditanggung pedagang, sumber informasi pasar. 37
d. Menganalisis struktur pasar, data yang dikumpulkan antara lain; •
Jumlah pelaku yang terlibat (penjual dan pembeli)
•
Keragaman produk : Klasifikasi mutu ikan gurame
•
Hambatan keluar masuk pasar, meliputi; hambatan yang dialami petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Modal yang diperlukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, jumlah pesaing dipasar.
•
Informasi pasar: Sumber informasi pasar/harga, cara memperoleh informasi harga ditingkat petani dan pedagang, sarana informasi yang digunakan.
e. Menganalisis perilaku pasar data yang diperlukan ialah; Praktek pembelian dan penjualan antar lembaga-lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, cara pembayaran harga dari pedagang ke petani, cara pembayaran harga diantara lembaga pemasaran, praktek kerjasama antar lembaga pemasaran. f. Analisis marjin pemasaran dan farmer’s share data yang dibutuhkan ialah ; Harga jual dari petani ikan, Harga beli dari pedagang pengumpul, Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul, Keuntungan pedagang pengumpul, Harga jual dari pedagang pengumpul, Harga beli dari pedagang besar, Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar, Keuntungan pedagang besar, Harga jual dari pedagang besar, Harga beli dari pedagang pengecer, Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer , Keuntungan pedagang pengecer, Harga jual dari pedagang pengecer ke konsumen. g. Gambaran umum lokasi penelitian, data yang dikumpulkan meliputi; kondisi geografis daerah peneitian, Tata guna lahan, sarana dan prasarana di desa Pabuaran, Kelembagaan yang terjadi di desa tersebut, dan data kependudukan.
38
4.3 Metode Penentuan Sampel Pemilihan petani responden ini dilakukan secara sengaja (purposive), seluruh petani ikan gurame dipilih sebagai petani responden, jumlahnya 10 petani responden. Seluruh petani tergabung dalam sebuah kelompok yakni Tunas Mina Terpadu. Alasan pemilihan responden tersebut dikarenakan petani melakukan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Kegiatan budidaya ikan gurame merupakan mata pencaharian utama para petani. Penentuan sampel lembaga-lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan snowball sampling yaitu dengan menelusuri saluran pemasaran ikan gurame yang dominan di daerah penelitian berdasarkan informasi yang di dapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat petani sampai pedagang pengecer. Pedagang yang diambil sebagai sampel terdiri dari dua orang pedagang pengumpul, dan dua orang pedagang pengecer. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Proses analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran marjin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Alat analisis data kuantitatif yang digunakan adalah Microsoft Excel, sistem tabulasi data dan kalkulator. Adapun harga yang digunakan ialah dari data rataan harga ikan gurame per kilogram berdasarkan ukuran serta benih ikan gurame per ekor dan memakai data rataan distribusi. 4.4.1 Analisis Saluran dan Lembaga Tataniaga Saluran tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran diamati mulai dari petani ikan budidaya gurame dengan menghitung persentase pasokan jumlah ikan gurame dari petani ikan produsen sampai pedagang pengecer dan hingga pada 39
akhirnya sampai ke konsumen akhir.Jalur tataniaga tersebut akan menggambarkan peta saluran tataniaga. Saluran tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, dapat dianalisis dengan mengamati lembaga-lembaga tataniaga yang membentuk saluran tataniaga tersebut. Lembaga-lembaga tataniaga ini berperan sebagai pihak perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen serta pembentukan peta saluran tataniaga. 4.4.2 Analisis Fungsi Tataniaga Lembaga tataniaga dapat dianalisis dengan melihat fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Fungsi tataniaga merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam proses tataniaga. Analisis fungsi tataniaga digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga. Fungsi tataniaga diamati melalui kegiatan pokok yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga dalam proses penyaluran komoditas ikan gurame dari titik produsen ke titik konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga tataniaga terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga-Lembaga Tataniaga Ikan Gurame Fungsi Tataniaga
Petani
Lembaga Tataniaga Pedagang Pedagang Pengumpul Besar
Pedagang Pengecer
1. Fungsi Pertukaran - Penjualan - Pembelian 2. Fungsi Fisik - Penyimpanan - Pengangkutan - Pengolahan 3. Fungsi Fasilitas - Standarisasi dan Grading - Penanggungan Resiko - Pembiayaan - Informasi Pasar Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987
40
4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar Metode ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan suatu struktur pasar, apakah mendekati bentuk pasar persaingan sempurna atau tidak sempurna. Analisis struktur pasar ikan gurame dapat dilakukan dengan pengamatan serta penelusuran terhadap jumlah lembaga tataniaga, mudah tidaknya masuk pasar, sifat dan produk serta sistem informasi pasar. Ini dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis perilaku pasar dapat dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian terhadap pembentukan atau sistem penentuan harga. Perilaku pasar juga dapat dianalisis melalui keterkaitan yang terjadi di tiap lembaga-lembaga tataniaga dengan system pembayarannya. Tabel 5. Karakteristik Struktur Pasar Karakteristik Pasar Jumlah Pembeli dan Penjual Sifat Produk Keluar Masuk Pasar Pengendalian Harga
Persaingan Sempurna
Persaingan Monopolistik
Struktur Pasar Oligopoli Murni
Banyak
Banyak Diferensiasi
Standarisasi homogen Mudah Tidak ada
Relatif mudah Tergantung tingkat perbedaan
Oligopoli
Diferensiasi Monopoli
Sedikit
Sedikit
Satu
Standar
Diferensiasi
Unik
Sulit
Sulit
Sulit
Cenderung stabil
Cenderung stabil
Ada
Lembaga Tataniaga Sumber : Dahl dan Hammond,(1977)
4.4.4 Keragaan Pasar Terjadinya keragaan pasar ditunjukkan dengan perubahan variabel harga, biaya, volume produksi dari output. Analisis keragaan pasar dapat diketahui dengan menganalisis perkembangan harga, marjin tataniaga, dan penyebaran korelasi harga ditingkat petani dengan harga ditingkat konsumen. 4.4.5 Analisis Marjin Tataniaga Tingkat efisiensi ikan gurame dapat dilihat dari marjin tataniaga, dimana marjin tataniaga ialah perbedaan harga yang terjadi di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan 41
harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga. Marjin tataniaga terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan biaya. Besarnya marjin tataniaga dipengaruhi oleh jalur tataniaga komoditas tersebut. Marjin tataniaga diperoleh oleh lembaga-lembaga tataniaga hasil dari fungsi tataniaga, harga penjualan, harga pembelian di setiap tingkat lembaga tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut; Mi = Psi – Pbi…………………..(1) Keterangan; Mi = marjin tataniaga di tingkat ke-i Psi = harga jual pasar di tingkat ke-i Pbi = harga beli pasar di tingkat ke-i Mi = Li + πi……………………(2) Keterangan; Li = biaya lembaga pemasaran pada tingkat ke-i πi = keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i Dari kedua persamaan diatas, maka diperoleh; Psi – Pbi = Li + πi Keuntungan Lembaga pemasaran pada tingkat ke –i πi = Psi – Pbi – Li 4.4.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer’s Share) Salah satu metode analisis untuk menghitung efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingakan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani (farmer’s share). Bagian yang diterima lembaga pemasaran dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Besarnya nilai bagian petani dapat dihitung secara sistematis, sebagai berikut:
Farmer’s Share =
Pf x 100 % Pr
Keterangan: Pf = harga ditingkat petani Pr = harga yang dibayarkan konsumen akhir
42
4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Rasio keuntungan dan biaya pemasaran merupakan besarnya yang diterima lembaga pemasaran sebagai imbalan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan (Limbong dan Sitorus,1987).
Semakin tinggi nilai rasio semakin besar pula
keuntungan yang diperoleh. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran tiap lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio keuntungan dan Biaya = πi ci Keterangan: πi = Keuntungan Lembaga Tataniaga ci = Biaya Tataniaga
4.5 Definisi Operasional Menjelaskan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Lembaga Tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi tataniaga melalui proses pendistribusian ikan gurame dari produsen sampai konsumen, seperti: a. Petani ikan ialah sejumlah petani yang memiliki beberapa areal lahan/kolam
ikan
untuk
membudidayakan
ikan
gurame
atau
memproduksi dan melakukan penjualan ikan gurame sesuai dengan ukuran ikan konsumsi. b. Pedagang pengumpul ialah pedagang yang melakukan pembelian dari petani ikan dan menyalurkan produk kepada pedagang besar atau langsung menjualnya kepada pedagang pengecer. c. Pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk dari pedagang pengumpul untuk kemudian mengirimkannya kepada pedagang pengecer. d. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menerima produk dari pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk kemudian di jual kepada konsumen akhir. 2. Harga jual petani ikan (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk (per kilogram) yang diterima petani. 43
3. Harga beli pedagang (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk perkilogram yang dibeli dari petani atau dari pedagang perantara sebelumnya. 4. Harga jual pedagang (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk per kilogram yang dijual pedagang kepada pedagang lainnya atau kepada konsumen akhir. 5. Biaya tataniaga (Rp/Kg) biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk dari produsen sampai konsumen. 6. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. 7. Keuntungan tataniaga (Rp/Kg) adalah selisih antara biaya jual dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tataniaga.
44
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat suhu rata-rata 24° C – 30°C. Curah hujan rata-rata di daerah ini sekitar 130 mm/tahun. Tinggi desa dari permukaan laut 300 mdl. Ketinggian lokasi cocok untuk budidaya perikanan khususnya budidaya ikan gurame dan tanaman palawija. Desa Pabuaran memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut; Bagian Utara berbatasan dengan Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang, Selatan berbatasan dengan PT Perkebunan Nusantara IX Kecamatan Kemang, Timur berbatasan dengan Desa Kemang Kecamatan Kemang, Bagian barat berbatasan dengan desa Candali Kecamatan Ranca Bungur. Jarak desa Pabuaran ke Ibukota kecamatan adalah 3,5 km, dari ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten adalah 15 km, dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi adalah 120 km. Luas wilayah desa Pabuaran kecamatan Kemang menurut penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tata Guna Lahan Desa Pabuaran, Bulan Juli 2010 No Tata Guna Lahan Luas Area (ha) 1 Pemukiman 2 Sawah irigasi sederhana 3 Usaha Perikanan 4 Perkantoran 5 Pekarangan 6 Luas Tanaman Pakan Ternak Sumber : Daftar Isian Data Profil Desa dan Kelurahan Pabuaran Tahun 2010
60 40 15 0,1 36 10
Berdasarkan data profil desa Pabuaran, produksi budidaya perikanan antara lain ikan mas sebesar 10 ton/tahun, ikan mujair 15 ton/tahun, ikan lele 16 ton/tahun, ikan patin 10 ton/tahun, ikan nila 15 ton/tahun, ikan gurame 40 ton/tahun. Dari hasil data produksi budidaya perikanan, menunjukkan bahwa produksi perikanan yang paling besar ialah budidaya ikan gurame. Maka desa Pabuaran memiliki potensi pengembangan budidaya ikan gurame. Pemasaran dari hasil perikanan dijual melalui tengkulak atau pedagang pengumpul.
Jumlah penduduk desa Pabuaran sampai dengan Juli 2010 adalah 11.002 orang, yang terdiri dari penduduk pria sebanyak 5.687 orang dengan penduduk wanita sebanyak 5.315 orang. Penduduk desa pabuaran yang berusia antara 18 tahun sampai dengan 56 tahun sebanyak 1.350 orang dari jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja produktif. Mata pencaharian penduduk desa sebagian besar ialah petani dan buruh tani, sedangkan penduduk yang lain adalah bekerja sebagai penjual jasa, pedagang dan peternak. 5.2 Karakteristik Petani Ikan Gurame Pada penelitian ini jumlah responden sebanyak 10 orang petani yang tergabung dalam kelompok Tunas Mina Terpadu. Kegiatan budidaya ikan gurame yang dilakukan petani responden ialah pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran. Kegiatan budidaya memiliki pola produksi, dimana pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Sehingga, petani melakukan dua jenis tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Umumnya kegiatan budidaya ikan gurame di desa Pabuaran masih dilakukan secara tidak intensif. Pertama kali berdirinya kelompok tani dipelopori oleh Bapak H.Suryadi selaku ketua kelompok tani pada tahun 1992. Pada tahun 2010 barulah disahkan sebagai kelompok Tunas Tani Terpadu dikarenakan adanya pembinaan untuk kelompok tani-kelompok tani dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011, nama kelompok tani diganti menjadi Kelompok Tunas Mina Terpadu. Penggantian nama kelompok tani dikarenakan kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor tentang Minapolitan yang bertujuan meningkatkan produktivitas perikanan terutama ikan gurame, lele dan ikan hias, sehingga kelompok tani-kelompok tani yang bergerak dibidang perikanan disokong dan dibantu dalam membudidayakan perikanannya. Kelompok Tunas Mina Terpadu merupakan kumpulan dari beberapa petani yang memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama dalam memproduksi serta menjadikan usahatani ikan gurame sebagai mata pencaharian utamanya, kelompok yang berjumlah 10 orang tersebut berumur dari 35 tahun sampai dengan 67 tahun. Data usia kelompok tani ikan gurame responden dapat dilihat pada Tabel 7. 46
Tabel 7. Kelompok Umur Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 No 1 2 3 4
Kelompok Umur (tahun) 30 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 67 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2011
Jumlah (orang) 3 4 2 1 10
Persentase (%) 30 40 20 10 100
Petani ikan gurame responden di desa Pabuaran pada umumnya memiliki kolam atau empang sendiri, karena responden menjadikan usaha budidaya ikan gurame sebagai mata pencaharian utamanya. Petani ikan gurame memiliki luas kolam yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan usahanya. Data mengenai struktur luas kolam serta produksi dari kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 8. Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurame Oleh Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011
Tabel 8.
Kegiatan Usaha No Responden
Pembenihan Luas Kolam Produksi ( m2 ) (ekor)*
Pembesaran Luas Kolam Produksi ( m2 ) (kilogram)**
1 2 3
114 122 158
488 528 566
80 130 80
62 104 64
4
118
508
125
98
5
86
457
95
73
6
108
460
140
112
7
105
562
220
176
8
112
600
290
232
9
114
488
170
136
10
122
530
170
138
Total 1.159 5.187 Keterangan : * = Produksi satu minggu ** = Produksi satu bulan Sumber: Data Primer (diolah) 2011
1.500
1.195
47
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa luas kolam responden untuk kegiatan pembenihan dan pembesaran berbeda yaitu pada kegiatan usaha pembenihan luas kolam 80 – 110 m2 sebanyak tiga responden, kolam 110 – 140 m2 sebanyak enam responden, kolam 140 – 160 m2 sebanyak satu responden. Sedangkan pada kegiatan usaha pembesaran luas kolam 80 – 110 m2 sebanyak tiga responden, kolam 110 – 140 m2 sebanyak tiga responden, kolam 140 – 170 m2 sebanyak dua responden, kolam 170 – 290 m2 sebanyak dua responden. Produksi pada kegiatan usaha untuk pembenihan setiap satu minggu sekali dan untuk kegiatan usaha pembesaran setiap satu bulan sekali. Hasil produksi untuk kegiatan pembenihan sebesar 5.187 ekor sedangkan untuk kegiatan pembesaran sebesar 1.195 kilogram. Dari hasil produksi menunjukkan bahwa desa Pabuaran memiliki potensi untuk pengembangan budidaya ikan gurame. Pemenenan dilakukan petani sesuai dengan permintaan oleh petani pembesaran, konsumen antara seperti restoran, dan konsumen rumah tangga. Petani ikan gurame yang tergabung dalam Kelompok Tunas Mina Terpadu pada umumnya telah berpendidikan, tamat SMP sebanyak tiga orang, petani responden yang berpendidikan SMA sebanyak enam orang. Petani ikan yang sampai pada perguruan tinggi sebanyak satu orang, disebabkan petani ikan yang lulusan perguruan tinggi ini adalah meneruskan usaha orangtuanya yang telah diwariskan. Data mengenai tingkat pendidikan petani ikan gurame responden di desa Pabuaran, Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Tabel 9. Tabel 9.
No
Tingkat Pendidikan Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Tamat SMP
3
30
2
Tamat SMA
6
60
3
Tamat Perguruan Tinggi
1
10
Jumlah Sumber: Data Primer (diolah) 2011
10
100
48
5.3 Karakteristik Pedagang Responden Di desa Pabuaran, Kelompok Tunas Mina Terpadu menerapkan sistem budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Produksi hasil panen gurame pada kelompok tani ada dua yakni benih dari hasil pendederan, dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. 5.3.1 Pedagang Responden Benih Ikan Gurame Pedagang responden yang dipilih pada penelitian sebanyak satu orang merupakan pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian yakni desa Petir. Pedagang pengumpul dipilih berdasarkan informasi dari petani ikan gurame ( kelompok Tunas Mina Terpadu ) yang berada di desa pabuaran. Pedagang pengumpul mendistribusikan produk kepada konsumen akhir yaitu petani pembesaran ikan gurame yang berada di luar lokasi penelitian, untuk selanjutnya dilakukan pembesaran benih menjadi ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Adapun, pedagang responden benih ikan gurame merupakan pedagang responden ikan konsumsi juga. 5.3.2 Pedagang Responden Ikan Gurame konsumsi Pedagang responden yang dipilih pada penelitian sebanyak empat orang yang terdiri dari dua orang pedagang pengumpul dan dua orang pedagang pengecer. Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian yakni berasal dari desa Petir dan desa Cibeureum. Pedagang pengumpul yang berasal dari desa Petir dapat juga bertindak sebagai pedagang pengecer karena memiliki modal yang cukup besar. Pedagang pengecer sebanyak dua orang yakni satu orang berada di pasar Laladon dan satu orang berada di pasar Anyar Bogor. Pemilihan pedagang pengumpul sebagai responden ditentukan berdasarkan informasi dari petani ikan, dimana pedagang pengumpul tersebut merupakan pedagang yang sangat besar pengaruhnya dilokasi penelitian dikarenakan aktif membeli dan mengumpulkan produk dari petani ikan lalu menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya. Sedangkan, penentuan pedagang pengecer ditentukan dari informasi pedagang pengumpul yang mengantarkan ikan gurame
49
kepada pedagang pengecer yang menampung ikan gurame di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor. Pedagang responden berusia antara 27 tahun sampai dengan 56 tahun, seluruh pedagang ikan gurame berjenis kelamin pria. Komposisi umur pedagang responden di desa Petir, Cibeureum, dan pasar Laladon serta pasar Anyar Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kelompok Umur Pedagang Responden, Bulan April-Juni 2011 No 1 2 3
Kelompok Umur (tahun) 27 – 35 35 – 45 46 – 56 Jumlah Sumber: Data primer (diolah) 2011
Jumlah (orang) 2 1 1 4
Persentase (%) 50 25 25 100
5.4 Tehnik Budidaya Ikan Gurame, Pada Kelompok Tunas Mina Terpadu di Desa Pabuaran 5.4.1 Kontruksi Kolam Kegiatan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran dilakukan di beberapa kolam antara lain kolam tanah, bak semen, dan kolam terpal. Seluruh responden menggunakan tiga jenis kolam, pemilihan tipe kolam tersebut disesuaikan dengan kegiatan budidayanya dan lahan yang tersedia, antara lain ; 1. Kolam Tanah Kolam tanah digunakan untuk pendederan benih ikan gurame dan pemijahan induk gurame serta pembesaran ikan gurame. Ukuran kolam disesuaikan dengan ukuran lahan yang dimiliki oleh pembudidaya. Pembudidaya memiliki kolam pendederan berkisar antara 3 sampai 10 buah kolam. Kolam pendederan berbentuk persegi panjang dengan luas kolam antara 20 – 100 m2 , ketinggian air kolam 30 – 40 cm. Sedangkan, kolam pemijahan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 20 – 200 m2 , dimana kedalaman air kolam pemijahan sekitar 75 – 100 cm. Kolam tanah dapat juga digunakan untuk pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi minimal 600 g/ekor, dengan ukuran kolam 25 – 60 m2 , 50
kedalaman kolam 150 cm dan ketinggian air tergantung dari ukuran benih dan padat penebaran antara 40 cm sampai 120 cm. 2. Bak semen Bak semen yang digunakan petani ikan untuk pemeliharaan larva gurame berukuran lebar 2 – 3 m, panjang 3 – 5 m dan tinggi 0,5 – 1 m. Tinggi air pada bak pemeliharaan larva gurame dapat diatur mulai dari 20 – 50 cm. 3. Kolam terpal (bak plastik) Pemeliharaan benih ikan gurame atau pendederan ikan gurame dapat dilakukan pada bak plastik. Ukuran bak terpal yaitu lebar 3 – 4 m, panjang 6 – 8 m dengan tinggi 1 m. kedalaman atau ketinggian air 50 cm. 5.4.2 Pemilihan Induk dan Pemijahan Induk gurame betina yang siap dipijahkan ditandai dengan perut tampak membuncit dan terasa lunak jika di raba, serta pada alat kelamin atau disekitar anus terlihat berwarna putih kemerahan, dan pergerakan induk lebih lamban selalu mengikuti pasangannya. Sedangkan, pada induk gurame jantan
yang sudah
matang gonad ditandai dengan alat kelamin tampak memerah dan bagian perut jika ditekan ke arah alat kelamin atau anus akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih jernih. Pemijahan yang dilakukan pada petani ikan gurame di desa Pabuaran, pemijahan sistem paket dimana kolam pemijahan disekat dengan anyaman bambu menjadi beberapa bagian untuk dijadikan kolam pemijahan. Penebaran induk di kolam pemijahan yaitu 1 ekor induk memerlukan ruang dikolam seluas 4 – 5 m2 . Jadi, untuk satu paket yang terdiri dari 1 jantan dengan 3 induk betina harus disediakan kolam pemijahan 20 m2 . Perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Induk jantan akan membuat sarang setelah 15 – 30 hari dilepaskan dalam kolam
51
pemijahan, satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang, pembuatan sarang berlangsung selama 1 minggu. Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurame betina melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung oleh jenis gurame dan tingkat kematangan gonad, pada umunya satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak. 5.4.3 Penetasan telur dan Perawatan Larva Proses pengambilan telur dilakukan apabila sarang telah tertutup penuh oleh ijuk, sabut kelapa, tertutupnya sarang menandakan proses pemijahan telah selesai. Sarang yang berisi telur ikan gurame diangkat dan dimasukkan ke dalam bak ember untuk dipisahkan dengan sarangnya. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dilakukan di bak ember berdiameter 60 cm, bervolume 20 liter, serta ketinggian air untuk penetasan sekitar 15 – 20 cm. Bak ember dapat diisi sampai 1.000 – 1.250 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru diberi pakan berupa cacing sutera, kutu air secukupnya dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari. Pemeliharaan larva gurame yang umum digunakan pada bak semen berukuran lebar 2 – 3 m, panjang 3 – 5 m dan tinggi 0,5 – 1 m. Tinggi air pada bak pemeliharaan larva gurame dapat diatur mulai dari 20 – 50 cm. Pemeliharaan larva gurame di bak semen dilakukan dari telur menetas umur 9 – 12 hari sampai dengan benih ukuran gabah atau biji oyong. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan saluran pemasukan atau pengeluaran yang terbuat dari pipa pralon. Setelah benih mencapai ukuran biji oyong atau gabah, benih dipindahkan ke tempat pendederan yang lebih luas. 52
5.4.4 Pendederan dan Pembesaran Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih gurame setelah periode larva sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang siap didederkan kembali atau siap ditebarkan di kolam pembesaran. Persiapan kolam untuk pendederan meliputi pengeringan kolam selama 3-7 hari, pengolahan dasar kolam (untuk kolam tanah),perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran bertujuan untuk menaikan ph tanah dengan menggunakan kapur pertanian, Pemupukan untuk menimbulkan pakan alami, dan menyuburkan tanah dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 250 – 500 g/m2 , serta melakukan pengisian air kolam mencapai 30 – 40 cm, dibiarkan selama 5 – 7 hari, lalu dimasukkan benih ikan. Pada masa pendederan pakan ikan gurame berupa cacing sutera, pupuk kandang unggas, dan pellet, pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Pendederan benih ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Ukuran Benih dan Nama Dagang Ikan Gurame Pada Kegiatan Usaha di Kelompok Tunas Mina Terpadu, Bulan April – Juni 2011 No
Ukuran Benih ( cm )
Istilah dagang desa pabuaran
Jumlah penebaran (ekor/m2 )
1 1–2 Biji oyong atau gabah 2 2–4 Kuku 3 4–6 Silet 4 6–8 Wadah korek 5 8 – 11 Bungkus rokok Sumber: Data primer (diolah) 2011
80 60 40 30 15 – 20
Masa pemeliharaan (hari) 30 63 85 120 150
Hasil pendederan belum cukup dijadikan ikan konsumsi, karena ukurannya masih kecil, yakni baru mencapai 8 – 11 cm/ekor atau 75 – 100 gram/ekor. Ikan pedaging yang dinilai layak untuk dikonsumsi memiliki ukuran 500 – 800 gram/ekor. Karenanya, hasil pendederan perlu dipelihara lagi dikolam pembesaran. Jadi, kegiatan pembesaran merupakan pemeliharaan ikan gurame hasil pendederan sampai mencapai ukuran konsumsi. Kegiatan pembesaran gurame dapat dilakukan dalam beberapa tempat tergantung dari situasi dan kondisi, seperti dikolam tanah, dan bak semen. Cara persiapan kolam juga sama dengan persiapan kolam untuk pendederan benih gurame, hanya saja dalam pengisian air berbeda untuk kolam pembesaran
53
ketinggian air 40 cm sampai 120 cm tergantung dari ukuran benih dan jumlah penebaran. Padat penebaran benih gurame 5 – 20 ekor/m2 dengan ukuran benih 100 g/ekor, waktu pemeliharaan yang diperlukan untuk mencapai gurame ukuran konsumsi 500 g/ekor yaitu 4 – 6 bulan. Pakan untuk benih gurame berupa pelet. 5.4.5 Pemanenan dan Pengangkutan Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan produksi dalam budidaya ikan, dalam ikan gurame ada tiga produk hasil panen gurame yang diperoleh, yakni telur dari hasil pembenihan, benih dari hasil pendederan dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Pada gurame ukuran konsumsi dinilai layak dipanen jika telah mencapai ukuran 500 – 800 gram/ekor. Sebelum, dipasarkan gurame dilakukan pemberokan atau dipuasakan, hentikan pemberian pakan 1 – 2 hari sebelum dilakukan pemanenan. Tujuannya, agar gurame tidak mengeluarkan kotoran selama proses pengangkutan berlangsung dan juga untuk mengurangi stres pada benih akibat penangkapan atau selama dalam pengangkutan. Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram . Dalam pelaksanaan pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari, untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan air kolam disurutkan,
benih yang sudah
terkumpul ditangkap dengan seser, untuk konsumsi menggunakan jaring, masukkan gurame kedalam ember atau drum. Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung. Pengangkutan benih maupun konsumsi sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengangkutan ikan gurame ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup diterapkan untuk pengangkutan benih dan telur ikan gurame, berupa kantung plastik berisi air sebanyak 1/3 bagian, wadah ini diikat dengan karet. Cara terbuka diterapkan untuk ikan konsumsi berupa drum memiliki volume 200 liter atau jerigen. Drum diisi air setengah dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah ikan konsumsi dalam setiap drum dapat memuat 30 kg.
54
5.5 Biaya Produksi Ikan gurame Mubyarto (1982) menjelaskan bahwa biaya produksi dapat dibagi dalam biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap). Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang serta alat-alat pertanian dan bangunan. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk pada biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi misalnya pengeluaranpengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah dengan menggunakan tenaga kerja. tetapi pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel, misalnya sewa tanah dapat berubah-ubah, alat pertanian harus ditambah dan bangunan harus diperluas. Pada budidaya ikan gurame di kelompok Tunas Mina Terpadu, biaya produksi dibagi dalam biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap antara lain ukuran kolam yang digunakan pada kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran ikan gurame, diesel air, listrik, alat-alat yang digunakan pada kegiatan budidaya. Biaya variabel antara lain pupuk, tenaga kerja, kapur, pakan pelet, pakan daunan. Biaya produksi pada kegiatan budidaya ikan gurame ada dua macam, sesuai dengan kegiatan usaha yang diterapkannya yakni kegiatan usaha pendederan dan pembesaran ikan gurame. Biaya produksi pendederan yaitu dari ukuran 2-2,5 cm sampai ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram. Biaya produksi pembesaran ikan gurame yaitu dari 8-11 cm bobot 166 gram sampai 500 dan 800 gram. Produksi bibit ikan gurame ukuran 2-2,5 cm rata-rata petani sebesar 1.500 ekor dengan luas kolam rata-rata 30 m2, masa pemeliharaan 3 bulan sampai ukuran 8–11 cm dengan bobot 166 gram. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 60 persen yaitu 900 ekor. Jumlah biaya produksi tersebut untuk luas kolam 30 m2 adalah Rp 1.467,00 per ekor. Produksi rata–rata pembesaran ikan gurame petani responden dari ukuran 8–11 cm atau bobot 166 gram per ekor sampai 500 gram sebanyak 100 ekor dengan luas kolam rata-rata 50 m2 dengan masa pemeliharaan 6 bulan. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 90 persen pada pembesaran ikan gurame. Jumlah
55
biaya produksi tersebut untuk ukuran panen 500 gram atau 45 kilogram dengan jumlah panen 90 ekor adalah Rp 22.153 per kilogram. Produksi rata-rata pembesaran ikan gurame petani responden dari ukuran 8 – 11 cm atau bobot 166 gram per ekor sampai 800 gram sebanyak 240 ekor dengan luas kolam rata-rata 60 m2 dengan masa pemeliharaan 10 bulan. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 90 persen pada pembesaran ikan gurame. Jumlah biaya produksi tersebut untuk ukuran panen 800 gram atau 72 kilogram dengan jumlah panen 90 ekor adalah Rp 20.663 per kilogram. Harga pada biaya produksi yang digunakan peneliti pada saat penelitian dijalankan dari bulan April sampai bulan Juni 2011. Harga dan rincian biaya produksi pendederan benih dan pembesaran ikan gurame dapat dilihat
pada
Tabel 12.
56
Tabel 12. Biaya Produksi Ikan Gurame Setiap Kegiatan Usaha di Desa Pabuaran No
Jenis Biaya
1 Biaya Tetap Kolam ukuran 3x10 Kolam ukuran 5x10 Kolam ukuran 6x10 Listrik Diesel air Selang plastik Ember Plastik Seser Pipa pralon 2 Biaya Variabel Tenaga kerja (bulan) Pakan Benih Pupuk Kapur Garam Pakan daunan Total Biaya Produksi Penjualan Keuntungan
Pendederan dari ukuran 2,5 sampai 11cm (3 bulan) sr 60 % Jumlah satuan Harga Biaya (Rp) 4 meter
0,45 0,75 10 3 2 5
50.000
kw kw meter ember buah meter
36.000 90.000 5.000 15.000 15.000 5.000
3 orang
50.000
1.500 8 6 45
ekor kg kg kg
900 ekor
400 5.000 3.000 1.800
4.000
200.000 16.200 67.500 50.000 45.000 30.000 25.000 150.000 600.000 37.500 18.000 81.000 1.320.200 3.600.000 2.279.800
Kegiatan Usaha Pembesaran 500 gram ( 6 bulan) sr 90 % Jumlah satuan Harga Biaya (Rp)
2 meter
50.000
0,45 0,75 10 3 3 5
kw kw meter ember buah meter
72.000 54.000 5.000 15.000 15.000 5.000
2 15 100 13 10
orang kg ekor kg kg
78.000 4.033 3.500 5.000 3.000
50 daun 45 kg
500 23.000
100.000 32.400 40.500 50.000 45.000 45.000 25.000 156.000 60.495 350.000 62.500 30.000 25.000 996.895 1.035.000 38.105
Pembesaran 800 gram (10 bulan) sr 90 % Jumlah Satuan Harga Biaya (Rp)
2 0,45 0,75 10 3 3 5
meter kw kw meter ember buah meter
50.000 120.000 90.000 5.000 15.000 15.000 5.000
1 23 100 15 12
orang kg ekor kg kg
520.000 4.033 3.500 5.000 3.000
55 daun 72 kg
500 23.000
100.000 54.000 67.500 50.000 45.000 45.000 25.000 520.000 92.759 350.000 75.000 36.000 27.500 1.487.759 1.656.000 168.241
57
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi tataniaga dalam mengalirnya barang atau jasa produk dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Kegiatan budidaya ikan gurame terbagi atas beberapa pola produksi seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran. Dimana didalam pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Sehingga tataniaga ikan gurame didesa Pabuaran terbagi atas dua jenis yakni tataniaga benih ikan gurame dari hasil pendederan dan tataniaga ikan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Pada tataniaga ikan gurame benih maupun konsumsi di desa Pabuaran petani menjual seluruh hasil panennya melalui pedagang pengumpul, sehingga petani tidak menanggung biaya pemanenan seperti pengangkutan, pengemasan dan tenaga kerja pada saat pemanenan. Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame hanya ada satu orang dan berasal dari desa Petir. Sedangkan pedagang pengumpul tataniaga ikan gurame konsumsi terdiri dari dua orang responden yang berasal dari desa Petir dan desa Cibeureum. Pedagang pengumpul responden yang berasal dari desa Petir mengangkut hasil panen dari petani yaitu benih ikan gurame berukuran 11 cm dengan bobot 166 gram dan ikan gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Pedagang pengumpul yang berasal dari desa Cibeureum mengangkut hasil panen dari petani yaitu ikan gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Ukuran benih ikan gurame yaitu 166 gram dan ukuran ikan gurame konsumsi 500 gram dan 800 gram dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 gambar 4,9, dan 10. 6.1.1 Tataniaga Benih Ikan Gurame Kegiatan budidaya yang dilakukan petani yaitu pemijahan, pendederan, pembenihan dan pembesaran ikan gurame. Satu petani dengan petani lainnya saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan benih ikan gurame. Kerjasama
yang dilakukan petani contohnya saling membantu untuk memenuhi kebutuhan benih antar petani dengan cara barter (benih dibayar dengan benih). Adanya kerjasama antar petani dikarenakan kegiatan budidaya tersebut dilakukan secara tidak intensif yaitu usaha pemijahan, dan pendederan benih dari ukuran larva sampai dengan ukuran 8-11cm dilakukan dikolam tanah. Sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian benih. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian benih dikolam tanah seperti hujan terus menerus, adanya hama seperti uncrit dan pencemaran air. Petani di desa Pabuaran lebih banyak menjual benih ukuran 8-11 cm dikarenakan meningkatnya permintaan benih oleh petani pembesaran. Petani pembesaran melakukan kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurame sampai ukuran konsumsi. Tetapi karena tingginya tingkat kematian benih ikan gurame yaitu mencapai 40 persen menyebabkan produksi benih ikan gurame didesa Pabuaran tidak dapat mengimbangi permintaan benih yang mencapai sekitar 70 – 80 persen oleh petani pembesaran di luar desa Pabuaran. Sehingga penjualan atau pemanenan benih dilakukan petani ketika adanya kesepakatan antar pedagang pengumpul contohnya harga benih, jumlah benih dan ukuran bobot benih yang akan di panen disesuaikan dengan permintaan petani pembesaran. Jumlah produksi benih seluruh petani rata-rata satu bulan sebanyak 15.000 ekor dengan rata-rata luas kolam 30 m2. Petani melakukan pemanenan satu minggu sekali. Pada saat penelitian, petani menjual benih sebanyak 5000 ekor benih kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memasarkan benih kepada petani pembesaran sesuai dengan permintaannya sebanyak 5000 ekor. Dikarenakan jarak yang jauh dari daerah pemanenan menyebabkan benih stress yang mengakibatkan kematian benih diperjalanan maka sampai ke petani pembesaran sebanyak 4900 ekor. Kematian benih diperjalanan pada saat pemasaran dan seluruh biaya pemanenan seperti tenaga kerja pada saat pemanenan, pengangkutan, pengemasan ditanggung oleh pedagang pengumpul. harga jual benih ikan gurame ditingkat petani sebesar Rp 3.500,00. Pedagang pengumpul menjualnya kembali kepada petani pembesaran sebesar Rp 4.250,00 sehingga marjin yang diperoleh sebesar
59
Rp 750,00. Skema saluran tataniaga benih ikan gurame di desa Pabuaran, kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 4
Petani
Pedagang pengumpul
5000 ekor benih
5000 ekor benih Rp 3.500
Petani pembesaran di luar Desa Pabuaran Rp 4.250
4900 ekor benih
Rp 750
Gambar 4. Skema Saluran Tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang.
Skema diatas menggambarkan bahwa aliran tataniaga benih ikan gurame dari petani menjual kepada pedagang pengumpul benih dan pedagang pengumpul menjualnya kepada petani pembesaran di luar desa Pabuaran untuk dibesarkan sampai ukuran ikan gurame konsumsi yakni 800 dan 500 gram. Dalam menjalankan proses tataniaga benih ikan gurame, pedagang pengumpul datang langsung ke empang petani dan menanyakan persediaan ikan gurame, dari ukuran telur, benih dan konsumsi, sambil menanyakan jadwal panen. Pada saat panen benih ikan gurame, Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian mengambil benih ikan gurame langsung ke petani dan mensortir benih ikan gurame sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen benih. Seluruh petani responden menjual benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul benih ikan gurame hanya ada satu orang dan merupakan pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi. Pedagang pengumpul berasal dari desa Petir dan berada di luar kecamatan kemang, memiliki modal yang cukup besar sehingga dapat menampung benih ikan gurame dan ikan gurame konsumsi. Petani memasarkan benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul dikarenakan pemanenan dan pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengumpul sehingga petani dapat menghemat biaya, penimbangan juga dilakukan di depan petani agar tidak terjadi kesalah pahaman serta menimbulkan saling percaya. Sehingga pedagang pengumpul merupakan pedagang perantara yang paling
60
berpengaruh dari saluran tataniaga benih ikan gurame, karena petani masih menjual seluruh hasil panen kepada pedagang pengumpul. Pada saluran tataniaga benih ikan gurame, pedagang pengumpul melakukan pengangkutan benih ikan gurame ukuran 8-11 cm yaitu 166 gram. pedagang pengumpul menggunakan pengangkutan terbuka dimana benih ikan gurame dimasukkan ke jerigen berkapasitas 20 liter dan diisi air sebanyak 2/3 bagian dari volume jerigen. Alat angkutan yang digunakan untuk mengangkut benih ikan gurame yaitu mobil pick up bak terbuka dan sepeda motor. 6.1.2 Tataniaga ikan gurame konsumsi Kegiatan budidaya pembesaran ikan gurame yang dilakukan petani masih tidak intensif. Dikarenakan petani belum dapat memaksimalkan kegiatan pembesaran dengan memanfaatkan lahan yang ada seperti penggunaan jaring apung dan keramba. Pertumbuhan ikan gurame ukuran konsumsi tergolong lambat untuk mencapai ukuran konsumsi 500 gram masa pemeliharaannya enam bulan dan untuk ukuran 800 gram dibutuhkan waktu sepuluh bulan. Tingginya permintaan ikan gurame konsumsi di kabupaten Bogor menyebabkan adanya pasokan ikan gurame dari luar kabupaten Bogor untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan gurame konsumsi di kabupaten Bogor. Produksi budidaya pembesaran ikan gurame seluruh petani rata-rata setiap bulan mencapai 2 ton. Seluruh petani responden melakukan pemanenan dan penjualan ikan gurame konsumsi pada saat ukuran sudah mencapai 500 dan 800 gram. Petani melakukan pemanenan sebulan sekali, jumlah pemanenan disesuaikan dengan permintaan pedagang pengumpul yang mana pedagang pengumpul sebagai pedagang perantara kepada konsumen antara dan pedagang pengecer. Petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul sebanyak 1170 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 720 kilogram dan 500 gram sebanyak 450 kilogram. Pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer sebanyak 720 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 420 kilogram dan 500 gram sebanyak 300 kilogram sedangkan kepada konsumen antara sebanyak 450 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 150 kilogram dan ukuran 500 gram sebanyak 300 kilogram. 61
Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran terbagi atas dua saluran yaitu saluran satu dari petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer, dan pedagang pengecer menjual ikan gurame konsumsi kepada konsumen. Sedangkan saluran dua dari petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul menjual ikan gurame kepada konsumen antara. Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran, kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 5
Petani 1170 kg
Rp 23.000
Pedagang pengumpul 1170 kg
Saluran I Rp 27.750 61,54 %
Pedagang pengecer
Konsumen Rp 30.500
Konsumen Antara
38,46 % Saluran II
720 kg
720 kg
Rp 28.500
450 kg
Gambar 5. Skema Saluran Tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran, Kecamatan Kemang.
Pada tataniaga ikan gurame konsumsi, petani menghubungi pedagang pengumpul sehari sebelum panen. Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian datang langsung ke petani membeli secara tunai , dan langsung diangkat untuk dijual kepasar melalui pedagang pengecer jika waktu pengangkatan di pagi hari, dan juga pedagang pengumpul langsung mengantarkan ikan gurame ke konsumen akhir seperti restoran. Sebelum diangkat ikan gurame konsumsi dipuasakan terlebih dahulu, agar ikan tidak stress dan memperkecil tingkat kematian ikan gurame pada saat dijalan. Berdasarkan Skema 5 saluran tataniaga ikan gurame konsumsi satu dan dua, dijelaskan bahwa seluruh petani responden menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul. Saluran tataniaga satu harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata-rata sebesar Rp 23.000,00 pada pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 27.750,00 dan ditingkat pedagang pengecer sebesar rata-rata Rp 30.500,00 sehingga marjin pada saluran tataniaga satu sebesar 62
Rp 7.500,00. Pada saluran tataniaga dua harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata-rata sebesar Rp 23.000,00 dan ditingkat pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 28.500,00 marjin pada saluran tataniaga dua sebesar Rp 5.500,00. Petani melakukan penjualan ikan gurame konsumsi melalui pedagang pengumpul dikarenakan lebih mudah serta menghemat biaya, sebab biaya semua pengangkutan dan pemanenan dilakukan sendiri oleh pedagang pengumpul dan penimbangan ikan gurame dilakukan di depan petani dan pedagang pengumpul sehingga tidak terjadi salah faham, dan menguntungkan kedua belah pihak. Bagi petani menjual kepada pedagang pengumpul menghemat waktu karena pedagang pengumpul datang langsung ke empang petani dan petani sudah memperhitungkan harga jual ikan gurame konsumsi. Petani juga tidak menanggung risiko kematian ikan di jalan akibat jauhnya tujuan pemasaran. Pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi sebanyak dua orang dari luar lokasi penelitian yakni desa Petir dan desa Cibeureum, pedagang pengumpul langsung datang ke empang petani, melakukan transaksi penjualan ikan gurame dan pembelian ditempat petani di desa pabuaran. Pengangkutan ikan gurame konsumsi menggunakan pengangkutan terbuka dimana gurame dimasukkan ke drum plastik berkapasitas 200 liter, dan diisi air sebanyak 2/3 bagian dari volume drum, drum dibiarkan terbuka sehingga memungkinkan ikan mengambil oksigen dari luar dengan kapasitas ikan gurame konsumsi rata-rata sebanyak 20 sampai 30 kilogram. Alat angkutan yang digunakan pedagang pengumpul mengantarkan ikan gurame konsumsi ke pasar maupun ke konsumen antara menggunakan mobil pick up bak terbuka dan sepeda motor. Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan cara mendatangi pengecer dan konsumen antara seperti restoran secara langsung. Pedagang pengecer yang terlibat dalam tataniaga ikan gurame konsumsi ada dua responden yakni satu responden pedagang pengecer di pasar Laladon dan satu responden pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor. Sebagaimana tertera pada gambar 4, jumlah pemasaran ikan gurame konsumsi yang dilakukan pedagang pengumpul kepada konsumen antara sebesar 38,46 persen sedangakan kepada pedagang pengecer sebesar 61,54 persen, dikarenakan jumlah volume penjualan 63
pedagang pengumpul kepada konsumen antara lebih kecil yaitu sebesar 450 kilogram dibandingkan kepada pedagang pengecer yaitu sebesar 720 kilogram. 6.2 Fungsi Tataniaga Suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan waktu dan tempat serta memperlancar penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dinamakan fungsi tataniaga. Fungsi – fungsi tataniaga dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terbagi atas dua jenis yakni fungsi tataniaga benih ikan gurame, dan fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi. 6.2.1 Fungsi Tataniaga Benih Ikan Gurame Pada tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, dalam menyalurkan hasil panen benih ikan gurame dari petani ke tangan petani pembesaran melibatkan lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga tersebut memiliki fungsi tataniaga yang mana bertujuan untuk memperlancar hasil panen benih ikan gurame dari petani ke petani pembesaran. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran dan menggunakan fungsifungsi tataniaga dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Fungsi–Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Benih Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 Fungsi Tataniaga Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik Pengemasan Pengangkutan Penyimpanan Fungsi Fasilitas Sortir Risiko Pembiayaan Informasi Pasar Keterangan: √: dijalankan
Petani
Lembaga Tataniaga Pedagang Pengumpul
√ -
√ √
-
√ √ -
√ √ √ √ -: tidak dijalankan
√ √ √ √
64
6.2.1.1 Petani Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame di tingkat petani melakukan fungsi-fungsi tataniaga yakni fungsi pertukaran seperti penjualan, dan fungsi fasilitas seperti sortir, risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Dari seluruh petani, rata-rata produksi benih ikan gurame setiap satu bulan sebanyak 15.000 ekor dengan ratarata luas lahan 30 m2. Petani ikan gurame di desa Pabuaran melakukan kegiatan penjualan benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul dengan ukuran 8-11 cm dan jumlah produksi 5000 ekor memiliki berat 166 gram. Pedagang pengumpul menggunakan sistem pembayaran tunai pada saat transaksi jual beli. Petani responden menjual benih ikan gurame tergantung permintaan, disaat penelitian setiap satu kali dalam seminggu. Fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, dikarenakan yang melakukan pemanenan pedagang pengumpul. Pengangkutan benih ikan gurame berupa jerigen yang berisi air 20 liter dimiliki pedagang pengumpul sehingga tidak ada pengemasan pada petani benih ikan gurame. Alat pengangkutan benih ikan gurame dapat dilihat pada lampiran 7 gambar 6. Fungsi fasilitas dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar, pembiayaan , sortir dan resiko. Kegiatan informasi pasar berupa informasi harga dan kualitas benih ikan gurame yang diinginkan konsumen dapat diketahui langsung dari pedagang pengumpul yang berhubungan langsung dengan petani pembesaran. Fungsi pembiayaan dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman bank, oleh karena itu petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya. Fungsi sortir dalam kegiatan tataniaga benih ikan gurame dilakukan petani kepada pedagang pengumpul dikarenakan memilih benih sesuai dengan permintaan petani pembesaran yakni memiliki bobot 166 gram. Petani pembesaran melakukan pembesaran benih ikan gurame sampai ukuran ikan gurame konsumsi yakni memiliki bobot 500 sampai 800 gram dalam kurun waktu lima sampai enam bulan masa pembesaran. Risiko yang dialami petani ialah 65
pengurangan jumlah penjualan benih ikan gurame pada saat waktu transaksi jual beli, dikarenakan tidak terpenuhinya ukuran serta bobot benih sebesar 166 gram yang diinginkan petani pembesaran. Penyortiran ditingkat petani dapat dilihat pada lampiran 7 gambar 2. 6.2.1.2 Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame melakukan semua fungsi- fungsi dalam kegiatan tataniaga benih ikan gurame, kecuali fungsi fisik seperti penyimpanan. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan mendatangi lokasi penjualan yaitu ke empang petani dan melakukan pembelian dengan sistem pembayaran tunai. Pada umumnya di Desa Pabuaran pemanenan benih ikan gurame dilakukan tergantung dari permintaan petani pembesaran dan kebutuhan petani dalam permodalan pembesaran ikan gurame. Petani memberikan jadwal pemanenan kepada pedagang pengumpul sebelum melakukan pemanenan dan pengangkatan benih ikan gurame dan pedagang pengumpul melakukan pemanenan sendiri. Pemanenan benih ikan gurame yang dilakukan pedagang pengumpul disesuaikan dengan permintaan benih dari konsumen benih ikan gurame. pemanenan benih sebanyak 3000 sampai 5000 ekor dengan ukuran bobot 166 gram. Fungsi penjualan dilakukan pedagang pengumpul dengan mengirim benih ikan gurame langsung kepada konsumen benih. Sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul dilakukan secara tunai oleh petani pembesaran. Pemanenan benih ikan gurame dilakukan sesuai dengan permintaan petani pembesaran sehingga fungsi fisik seperti fungsi penyimpanan dalam tataniaga benih ikan gurame tidak dilakukan. Fungsi fisik seperti pengemasan dan pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan hasil panen benih ikan gurame dilakukan pedagang pengumpul dari petani kepada petani pembesaran, pengangkutan
benih ikan gurame ukuran 166 gram memakai
jerigen 20 liter sebanyak 35 ekor sampai 50 ekor. Pengangkutan benih ikan gurame menggunakan mobil pick up. 66
Tataniaga benih ikan gurame pada tingkat pedagang pengumpul melakukan fungsi fasilitas seperti sortir, penyortiran dilakukan pada saat pedagang pengumpul hendak membeli kepada petani, tujuannya untuk memilih bobot benih ikan gurame sesuai permintaan petani pembesaran dengan bobot 166 gram. Petani pembesaran di luar desa Pabuaran melakukan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi yakni 500 gram dan 800 gram. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul ialah pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saat pembelian benih ikan gurame, ialah biaya transportasi dari petani kepada petani pembesaran, dan biaya tenaga kerja, seluruh pengeluaran biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh pedagang pengumpul sendiri. Risiko yang dialami pedagang pengumpul sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya seperti adanya benih yang mati pada saat diperjalanan. Informasi pasar diketahui dari sesama teman pedagang pengumpul benih ikan gurame, serta pengecekan langsung ke pasar dengan mengikuti perkembangan harga benih ikan gurame dan juga melalui petani pembesaran. 6.2.2 Fungsi Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ada dua tipe saluran yakni saluran tataniaga satu dan saluran tataniaga dua, dimana masingmasing saluran tataniaga memiliki lembaga tataniaga yang melaksanakan fungsifungsi tataniaga dalam menyalurkan ikan gurame konsumsi dari petani ke konsumen akhir yang mana bertujuan memperlancar hasil panen ikan gurame konsumsi dari petani ke konsumen akhir. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran dan menggunakan fungsi-fungsi tataniaga dapat dilihat pada Tabel 14
67
Tabel 14. Fungsi–Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 Fungsi Tataniaga Petani Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik Pengemasan Pengangkutan Penyimpanan Fungsi Fasilitas Sortir Risiko Pembiayaan Informasi Pasar
Lembaga Tataniaga Pedagang Pedagang Pengecer Pengumpul
√ -
√ √
√ √
-
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
Keterangan: √ : dijalankan
- : tidak dijalankan
6.2.2.1 Petani Ikan Gurame Fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi pada tingkat petani di saluran tataniaga ikan gurame konsumsi satu dan dua, menjalankan fungsi-fungsi tataniaga yang sama seperti fungsi pertukaran yakni menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul dan fungsi fasilitas seperti sortasi yakni melakukan penyortiran untuk ukuran konsumsi 500 gram dan 800 gram, risikonya petani yakni pengurangan jumlah penjualan ikan gurame pada saat pemanenan dikarenakan tidak terpenuhinya bobot gurame konsumsi sebesar 500 gram dan 800 gram, pembiayaan yang dilakukan petani ialah biaya produksi pada saat melakukan kegiatan pembesaran ikan gurame, dan informasi pasar seperti harga dan ukuran konsumsi yakni 500 gram dan 800 gram. Penjualan yang dilakukan oleh petani kepada pedagang pengumpul menggunakan sistem pembayaran tunai pada saat transaksi jual beli. Petani responden menjual ikan gurame konsumsi ukuran 500 dan 800 gram kepada pedagang pengumpul setiap satu bulan sekali. Pedagang pengumpul mengangkut hasil panen petani yakni gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Sehingga semua saluran tataniaga ikan gurame konsumsi seperti fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, dikarenakan yang melakukan pemanenan pedagang pengumpul. Petani hanya menunjukkan empang yang akan dilakukan 68
pemanenan, drum dan jerigen plastik untuk mengangkut ikan gurame milik pedagang pengumpul sehingga tidak ada pengemasan pada petani ikan gurame. Fungsi fasilitas dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan, informasi pasar, sortir dan resiko. Kegiatan informasi pasar berupa informasi harga dan ukuran atau bobot ikan gurame yang diinginkan konsumen dapat diketahui langsung dari pedagang pengumpul yang berhubungan langsung dengan pasar Laladon, pasar Anyar Bogor dan konsumen antara. Fungsi pembiayaan dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Salah satu modal petani responden untuk melakukan kegiatan pembesaran benih ikan gurame ialah berasal dari penjualan benih ukuran 166 gram kepada petani pembesaran di luar desa Pabuaran melalui pedagang perantara yakni pedagang pengumpul. Sehingga petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya. Fungsi sortir dan risiko dilakukan petani, pada saat pemanenan dalam transaksi jual beli dilakukan penyortiran dari petani kepada pedagang pengumpul untuk memilih ikan konsumsi yang sesuai dengan permintaan konsumen yakni dengan bobot 500 gram dan 800 gram. Risiko yang dialami petani ialah pengurangan jumlah penjualan ikan gurame pada saat waktu transaksi jual beli akibat ukuran bobot ikan gurame konsumsi tidak sesuai dengan permintaan konsumen di pasar. Penyortiran ditingkat petani dapat dilihat pada lampiran 8 gambar 2. 6.2.2.2 Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran melakukan semua fungsi- fungsi dalam kegiatan tataniaga ikan gurame. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke empang petani yang sebelumnya telah diberi tahu oleh petani sehari sebelum pemanenan, dan melakukan pembelian dengan sistem pembayaran tunai. Pemanenan ikan gurame konsumsi dilakukan setiap satu bulan sekali. Pedagang pengumpul yang terdiri dari dua orang melakukan fungsi pembelian 69
ikan gurame konsumsi rata-rata sebanyak 500 sampai 1000 kilogram, dengan ukuran 500 gram sebesar 450 kilogram, 800 gram sebesar 720 kilogram. Fungsi penjualan dilakukan dengan mengirim sendiri ikan gurame yang telah dibeli dari petani kepada pedagang pengecer di pasar Laladon, pasar Anyar Bogor dan konsumen antara. Pedagang pengecer dapat juga menghubungi atau langsung datang sendiri ketempat pedagang pengumpul. Sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul dilakukan setelah tiga hari melakukan pembelian ikan gurame konsumsi oleh pedagang pengecer sedangkan untuk konsumen antara pembayaran dilakukan setelah seminggu melakukan pembelian ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul. Fungsi fisik seperti pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan hasil panen ikan gurame konsumsi dilakukan pedagang pengumpul dari petani kepada pedagang pengecer, dengan sistem pengangkutan terbuka memakai drum plastik berkapasitas 200 liter dengan ukuran bobot ikan gurame konsumsi 500 dan 800 gram sebesar 30 sampai 50 kilogram. Pengangkutan ikan gurame kepada konsumen antara dapat menggunakan jerigen plastik berkapasitas 20 liter sebesar 15 kilogram. Alat angkutan distribusi ikan gurame konsumsi menggunakan mobil pick up, dan dapat juga menggunakan sepeda motor untuk mengangkut ikan sebanyak 15 kilogram. Fungsi penyimpanan dilakukan pedagang pengumpul, dikarenakan hasil panen ikan gurame konsumsi dari petani tidak menentu, dan pengiriman kepada pedagang pengecer harus sesuai dengan permintaan pasar, pengiriman tidak dilakukan setiap hari melainkan tergantung pemesanan dari pedagang pengecer maupun konsumen antara. Sehingga pedagang pengumpul menerima penjualan dari petani di luar kabupaten Bogor untuk memenuhi pasokan ikan gurame di kabupaten bogor pada saat ikan gurame lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Jadi, pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan untuk mendistribusikan ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer maupun konsumen antara sesuai dengan permintaannya. Kolam penyimpanan ditingkat pedagang pengumpul dapat dilihat pada lampiran 8 gambar 7. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul seperti pembiayaan, risiko, informasi pasar dan penyortiran. Pedagang pengumpul melakukan 70
penyortiran pada saat membeli ikan gurame konsumsi dari petani dengan ukuran 500 gram dan 800 gram. Tujuan penyortiran untuk mengukur bobot ikan gurame konsumsi yang dibutuhkan pedagang pengecer dan konsumen antara, dan juga untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saat pembelian ialah biaya transportasi dari petani kepada pedagang pengecer, dan biaya penyimpanan, seluruh pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul semuanya menjadi modal pedagang pengumpul sendiri. Risiko yang dialami pedagang pengumpul sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya, seperti kematian ikan pada saat perjalanan maupun dalam proses penjualan ketika terjadi penurunan harga ikan secara tiba-tiba serta kematian ikan pada saat di kolam penyimpanan sebesar 2 persen. Informasi pasar diketahui dari pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar.
Hubungan pedagang pengumpul dengan
pedagang pengecer telah terjalin hubungan kerjasama seperti pelanggan tetap untuk pedagang pengecer di pasar laladon sedangkan di pasar anyar sebatas hubungan kerjasama biasa. 6.2.2.3 Pedagang Pengecer Fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ditingkat pedagang
pengecer,
menjalankan
fungsi-fungsi
tataniaga
seperti
fungsi
pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran ialah pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian pada saat pedagang pengumpul mengantarkan ikan gurame kepada pedagang pengecer di pasar Laladon dan di pasar Anyar Bogor. Jumlah ikan yang akan dibeli disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Pada saat penelitian, pengiriman ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor setiap satu bulan sekali. Sehingga pedagang pengecer melakukan fungsi fisik seperti penyimpanan. Jumlah ikan gurame konsumsi rata-rata setiap sekali pembelian di pasar Anyar Bogor sebanyak 200 sampai 259 kilogram, dengan ukuran 500 gram sebesar 100 kilogram, 800 gram sebesar 100 kilogram sedangkan pembelian di pasar Laladon rata-rata setiap sekali pembelian sebesar 200 kilogram sampai 500 kilogram dengan ukuran 500 gram sebesar 200 kilogram, 800 gram sebesar 320 kilogram. 71
Fungsi penjualan pada pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor ialah menjual ikan gurame konsumsi kepada konsumen rumah tangga. Konsumen melakukan pembelian setiap hari dengan rata-rata penjualan ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengecer sebesar 11 sampai 20 kilogram per hari untuk semua jenis ukuran ikan konsumsi. Pembayaran yang dilakukan pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul tiga hari setelah melakukan pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer seperti pengemasan untuk dijual ke konsumen memakai kantong plastik. Fungsi penyimpanan dilakukan pedagang pengecer untuk menjual ikan gurame kepada konsumen dalam keadaan masih hidup, dan menampung ikan gurame konsumsi yang tidak habis terjual. Pedagang pengecer melakukan penyimpanan di bak air yang berukuran 5 x 3 m. Kolam penyimpanan dapat dilihat pada lampiran 8 gambar 5 dan 6. Fungsi fasilitas pada pedagang pengecer seperti risiko, risiko yang dialami pedagang pengecer penyusutan bobot ikan gurame konsumsi. Pembiayaan yang dilakukan pedagang pengecer dalam hal penyimpanan. Informasi pasar berupa harga serta ukuran bobot ikan gurame diperoleh sesama teman pedagang pengecer dan permintaan atau kebutuhan pasar. 6.3 Struktur Pasar Struktur pasar dapat disebut sebagai sifat atau karakteristik pasar. Faktor penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Dalam sistem tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran struktur pasar yang dihadapi ada dua jenis yakni struktur pasar pada tataniaga benih ikan gurame, dan struktur pasar pada tataniaga ikan gurame konsumsi. Petani dan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat menghadapi struktur pasar yang berbeda.
6.3.1 Struktur Pasar Tataniaga Benih Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, jika dilihat dari sudut pembeli ditingkat petani membentuk struktur pasar persaingan tidak sempurna karena hanya ada satu pembeli yakni pedagang pengumpul benih ikan gurame yang menampung benih ukuran 166 gram. Ditingkat pedagang pengumpul, jika 72
dilihat dari sudut pembeli terbentuk struktur pasar yakni pasar persaingan sempurna karena jumlah pembeli benih ikan gurame yakni petani pembesaran di luar desa Pabuaran banyak.
6.3.1.1 Struktur Pasar di Tingkat Petani Struktur pasar yang dihadapi petani benih ikan gurame di Desa Pabuaran, jika dilihat dari sudut pembeli maka struktur pasarnya ialah monopsoni karena hanya ada satu pembeli ialah pedagang pengumpul benih ikan gurame dan 10 orang petani responden sebagai penjual. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasarnya ialah pasar persaingan sempurna dikarenakan jumlah penjual lebih banyak dibandingkan jumlah pembeli. Produknya bersifat homogen antar petani yakni benih ikan gurame, petani tidak memberikan sesuatu yang berbeda terhadap hasil produksinya dan pembeli yang dituju oleh petani sama yaitu satu orang pedagang pengumpul benih ikan gurame, maka struktur pasar di tingkat petani cenderung bersifat monopsoni. Hambatan keluar masuk pasar, jika dilihat dari sisi petani cukup tinggi dikarenakan adanya hubungan kerjasama yang erat antara petani dan pedagang pengumpul. Jika, dilihat dari sisi pedagang pengumpul hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi. Hal ini dikarenakan petani mempercayai kepada pedagang pengumpul yang datang ke Desa Pabuaran dan budidaya ikan gurame merupakan mata pencaharian utamanya, sehingga hubungan petani dengan pedagang pengumpul merupakan kerjasama yang dibina secara kekeluargaan. Petani benih ikan tidak menanggung biaya pengangkutan dan biaya pemanenan karena pedagang pengumpul yang mengambil langsung hasil panen ke empang petani. Sistem penentuan harga ditingkat petani dilakukan sehari sebelum melakukan pemanenan. Proses penentuan harga dilakukan dengan tawar menawar antar petani dengan pedagang pengumpul. Satu ekor benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram dijual petani kepada pedagang pengumpul sebesar Rp 3.500,00. Harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan antara petani dan pedagang pengumpul.
73
6.3.1.2 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame sudah dipercayai para petani untuk mendistribusikan produknya kepada petani pembesaran. Dikarenakan petani dengan pedagang pengumpul memiliki hubungan yang sangat erat dan didasari dengan rasa kepercayaan. Pedagang pengumpul yang menampung benih ikan gurame di desa Pabuaran hanya ada satu orang dan memiliki modal yang cukup besar untuk menampung hasil panen benih ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram. Sehingga hambatan keluar masuk pasar bagi pedagang pengumpul cukup sulit karena para petani sudah mempercayai pedagang pengumpul sebagai tujuan tataniaga benih ikan gurame. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah oligopoli. Dikarenakan jumlah pedagang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petani pembesaran. Jika dilihat dari sudut pembeli maka struktur pasar yang terjadi pasar persaingan sempurna. Dikarenakan jumlah petani pembesaran lebih banyak dibandingkan pedagang pengumpul. Petani pembesaran memiliki hak dalam memilih benih ikan gurame dimana produk yang diperdagangkan oleh pedagang pengumpul cenderung homogen dengan pengangkutan memakai jerigen plastik. Satu ekor benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram dijual pedagang pengumpul kepada petani pembesaran
sebesar Rp 4.250,00. Harga yang berlaku sesuai dengan
kesepakatan antara pedagang pengumpul. 6.3.2 Struktur Pasar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran memiliki struktur pasar yang berbeda dengan tataniaga benih ikan gurame. Dikarenakan karakteristik struktur pasar yang berbeda dengan tataniaga benih ikan gurame salah satu contohnya jumlah pembeli pada lembaga tataniaga ikan gurame konsumsi. Jika dilihat dari sudut penjual dan pembeli, ditingkat petani terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dan oligopsoni, ditingkat pedagang pengumpul terbentuk struktur pasar oligopoli dan pasar persaingan sempurna, sedangkan ditingkat pedagang pengecer terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dilihat dari sudut penjual maupun pembeli. 74
6.3.2.1 Struktur Pasar di Tingkat Petani Struktur pasar pada tataniaga ikan gurame konsumsi ditingkat petani, jika dilihat dari sudut pembeli yang terjadi ialah cenderung bersifat oligopsoni, dikarenakan petani ikan gurame sebanyak 10 responden sedangkan pedagang pengumpul hanya ada dua orang. Jika dilihat dari sudut penjual maka yang terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dikarenakan jumlah penjual yaitu petani lebih banyak dari pada pedagang pengumpul. Produk petani ikan gurame bersifat homogen, hal ini terlihat melalui keseragaman ukuran bobot ikan gurame konsumsi yang dihasilkan petani yakni 500 dan 800 gram. Hambatan keluar masuk pasar apabila dilihat dari sisi petani cukup tinggi. Dari sisi pedagang pengumpul, hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi. Hal ini dikarenakan para petani ikan sudah mempercayai kepada pedagang pengumpul akan hasil panennya dibeli pedagang pengumpul dan laku terjual sesuai keinginan konsumen. Hambatan yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul untuk keluar masuk pasar ialah adanya persaingan diantara pedagang pengumpul dalam perolehan komoditi ikan gurame konsumsi lokal, dikarenakan adanya penawaran ikan gurame yang masuk dari luar Kabupaten Bogor. Penawaran ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor dapat mempengaruhi harga pasar, sehingga pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Bogor khususnya pedagang pengumpul yang mengambil hasil panen dari desa pabuaran dapat mempengaruhi harga jual ikan gurame konsumsi sehingga akan mengakibatkan turunnya harga jual ikan gurame konsumsi lokal untuk menyesuaikan harga jual ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, dan ini mempengaruhi
harga jual ikan gurame ditingkat pedagang
pengumpul. Berlakunya hukum pasar di tingkat pedagang pengumpul dalam menentukan harga ikan gurame konsumsi yakni permintaan
dan penawaran
dimana permintaan tinggi akan ikan gurame konsumsi tetapi penawaran ikan gurame konsumsi kurang akan menyebabkan harga tinggi sebaliknya jika permintaan rendah akan ikan gurame konsumsi tetapi penawaran ikan gurame konsumsi tinggi akan menyebabkan harga ditingkat pedagang pengumpul rendah.
75
Sistem penentuan harga di petani dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan proses tawar menawar, harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan.
6.3.2 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi berasal dari Desa Petir dan Desa Cibereum berjumlah dua orang. persaingan antar pedagang pengumpul terkadang sering terjadi dikarenakan adanya masa panen ikan gurame konsumsi yang cukup lama, dan adanya penawaran ikan gurame konsumsi dari luar Kabupaten Bogor menyebabkan harga ikan gurame konsumsi lokal turun akibat penyesuaian harga ikan gurame dari luar kabupaten Bogor, ini dikarenakan pasokan ikan gurame konsumsi lokal tidak mencukupi kebutuhan pasar. Maka adanya hambatan keluar masuk pasar pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi cukup tinggi, karena adanya persaingan antar pedagang pengumpul dalam memperoleh komoditi ikan gurame lokal untuk mempertahankan harga ikan gurame yang cutkup tinggi di tingkat pedagang pengumpul. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan jumlah penjual hanya ada beberapa pedagang. Dari sudut pembeli maka struktur pasar yang terbentuk ialah pasar persaingan sempurna, dikarenakan jumlah pembeli atau pedagang pengecer lebih banyak di bandingkan jumlah penjual. Produk yang diperdagangkan oleh pedagang pengumpul cenderung homogen dengan tehnik pengemasan atau pengangkutan memakai drum plastik.
6.3.3 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer Pedagang pengecer tataniaga ikan gurame konsumsi ada dua responden, satu responden di pasar Laladon, satu responden di pasar Anyar Bogor. Pedagang pengecer dipasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor menjual beberapa komoditi ikan air tawar seperti lele, ikan mas, dan ikan mujair. Sehingga produk yang diperjual belikan bersifat homogen dan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer
cenderung
pasar persaingan sempurna, karena jumlah
pedagang pengecer cukup banyak, dan pedagang pengecer tidak dapat 76
mempengaruhi pembentukan harga pasar. Sistem pembayaran yang berlaku di pedagang pengecer adalah tunai, tetapi pedagang pengecer membayar kepada pedagang pengumpul setelah tiga hari melakukan pembelian. Harga ikan gurame konsumsi yang ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli dapat melakukan kegiatan tawar-menawar dengan pedagang pengecer. Informasi harga didapatkan pedagang pengecer melalui kesepakatan antar pedagang lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar, karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki pasar.
6.4 Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku dari lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan dalam menghadapi struktur pasar seperti, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama antar lembaga pemasaran. Pada beberapa lembaga tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran memiliki perilaku pasar yang berbeda, maka perilaku pasar tataniaga ikan gurame dibedakan menjadi dua jenis yaitu ditingkat tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi.
6.4.1 Perilaku Pasar Tataniaga Benih Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame dilakukan mengingat masa panen ikan gurame konsumsi yang cukup lama, sehingga untuk permodalan pembesaran ikan gurame konsumsi maka petani ikan gurame melakukan penjualan benih ikan gurame di Desa Pabuaran. Petani ikan gurame di Desa Pabuaran melakukan pemanenan pada saat kondisi cuaca cerah dan memproduksi hasil benih ikan gurame untuk dijual kepada pedagang pengumpul sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Produksi rata-rata benih ikan gurame dengan bobot 166 gram per 30 m2 sebanyak 900 ekor, dengan harga per ekornya Rp 3.500,00 selama 3 bulan dari ukuran benih 2 cm. Sistem penentuan harga ditingkat petani adanya sistem tawar menawar antar
petani dan pedagang pengumpul. Harga jual dari pedagang 77
pengumpul kepada konsumen benih sebesar Rp 4.250,00. Harga yang terbentuk dari petani kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul dengan petani pembesaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dan perkembangan harga di pasar. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Kegiatan pembelian pada pedagang pengumpul yakni mengambil benih ikan gurame di lokasi yaitu empang petani ketika adanya pesanan dari petani pembesaran. Pada saat penelitian pedagang pengumpul melakukan pemanenan benih ikan gurame sendiri di empang petani serta memasarkan benih ikan gurame dari petani kepada petani pembesaran dalam waktu seminggu sekali. Petani tidak menanggung biaya pemanenan dan pengangkutan, tetapi biaya tersebut ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pada saat penelitian, Pedagang
pengumpul mengangkut benih ikan
gurame dari petani ikan di Desa Pabuaran kepada petani pembesaran, setiap sekali pemanenan bervariasi tergantung luas lahan yang dimilikinya rata-rata 3000 sampai 6000 ekor, Pengangkutan benih ikan gurame dilakukan dengan menggunakan jerigen plastik berisikan air 20 liter dengan kapasitas benih ikan gurame sebanyak 30 sampai 45 ekor. Penjualan yang dilakukan Pedagang pengumpul mengirim langsung kepada petani pembesaran, sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Sistem pembayaran petani pembesaran ke pedagang pengumpul secara tunai. Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul benih ikan gurame sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan rasa kepercayaan sehingga hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi menjadi hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pedagang pengumpul. Petani pembesaran memiliki hak dalam memilih pedagang pengumpul benih untuk mendapatkan benih yang sesuai dengan bobot yang diinginkan. Petani pembesaran membesarkan benih hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Dengan adanya penyortiran pada benih ikan gurame dari petani kepada pedagang pengumpul kebutuhan petani pembesaran akan benih ikan gurame
78
terpenuhi dan hubungan kerjasama yang terbentuk menjadi hubungan baik dan dibangun dari rasa saling percaya. Hubungan kerjasama sudah berlangsung lama lebih kurang lima tahun dan tidak terikat kontrak. Pedagang pengumpul benih ikan gurame dengan petani pembesaran, hubungan kerjasama yang dibina dalam bentuk pelanggan tetap.
6.4.2 Perilaku Pasar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Pemanenan ikan gurame konsumsi dilakukan petani ikan gurame di Desa Pabuaran pada saat kondisi cuaca cerah di pagi hari dan sore hari. Ukuran ikan konsumsi yang dipanen sesuai dengan permintaan pasar yakni 500 dan 800 gram. Produksi rata-rata ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ukuran 500 gram dan 800 gram per 50 m2 dan 60 m2 sebanyak 100 kilogram sampai 300 kilogram. Pada saat penelitian, kegiatan penjualan ditingkat petani menjual ikan gurame konsumsi dilakukan setiap satu bulan sekali. Petani menjual ikan gurame konsumsi kepada dua orang responden pedagang pengumpul. Kegiatan pembelian pada pedagang pengumpul dengan melakukan pemanenan sendiri setelah adanya proses tawar-menawar dan kesepakatan harga dari petani. Pedagang pengumpul yang terdiri dari dua orang mengangkut ikan gurame konsumsi sesuai dengan permintaan konsumen sebanyak 400 kilogram sampai 800 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 450 kilogram dan 800 gram sebesar 720 kilogram. Biaya pengangkutan dan risiko kematian ikan pada saat penyimpanan maupun diperjalanan dalam memasarkan ikan gurame konsumsi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Pengiriman ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen dan kepada pedagang pengecer tergantung pemesanan dan permintaan dari pihak konsumen dan pedagang pengecer. Sehingga pedagang pengumpul menanggung biaya penyimpanan seperti upah tenaga kerja untuk mengambil ikan di kolam penyimpanan dan kerugian akibat kematian ikan gurame konsumsi di kolam penyimpanan dan perjalanan pada saat pengiriman. Kegiatan penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul dengan mengirim ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar Laladon, 79
pasar Anyar Bogor dan pedagang pengumpul mengirimkan pesanan ikan gurame konsumsi kepada konsumen antara. Pengiriman kepada konsumen antara tergantung adanya pesanan dari pihak restoran. Pada saat penelitian, pengiriman ikan gurame ke konsumen antara dilakukan setiap satu bulan sekali rata-rata setiap sekali pengiriman sebesar 150 kilogram sampai 400 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 150 kilogram, dan 800 gram sebesar 300 kilogram. Responden pedagang pengecer yang terdiri dari dua orang pedagang, melakukan pembelian kepada pedagang pengumpul setiap satu bulan sekali ratarata sebanyak 200 kilogram sampai 400 kilogram, dengan bobot 500 gram sebesar 300 kilogram dan 800 gram sebesar 420 kilogram. Pedagang pengecer menjualnya lagi ke konsumen rumah tangga setiap hari dengan rata-rata 7 sampai 12 kilogram. Sistem pembayaran dari pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul dilakukan setelah tiga hari melakukan pembelian. Konsumen antara seperti restoran melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul setelah seminggu melakukan pembelian. Penjualan yang dilakukan pedagang pengecer penentuan harganya di tetapkan sesama para pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor. Pengemasan yang dilakukan pedagang pengecer untuk setiap pembelian menggunakan kantong plastik dan ikan sudah dibersihkan untuk konsumen rumah tangga tetapi untuk restoran menggunakan jerigen kecil ukuran 20 liter. Sistem penentuan harga ikan gurame konsumsi ditingkat petani adanya sistem tawar menawar antar petani dan pedagang pengumpul, harga yang terbentuk sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata- rata sebesar Rp 23.000,00 per kilogram. Penentuan harga antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berdasarkan tawar menawar dan mekanisme pasar. Harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 27.750,00 sedangkan harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengecer rata-rata sebesar Rp 30.500,00. Harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di lokasi pasar Laladon, dan pasar Anyar. Kerjasama sangat dibutuhkan antar lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam tataniaga ikan 80
gurame. Besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan dapat merugikan lembaga tataniaga, kerjasama antar lembaga tataniaga yang baik akan meminimalkan biaya tataniaga yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga. Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan saling percaya sehingga hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi terjalin hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pedagang pengumpul. Hubungan kerjasama ini tidak terikat kontrak kerjasama antar kedua belah pihak, hanya seperti hubungan baik dan kekeluargaan serta saling ketergantungan antar kedua belah pihak. Hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer sama seperti hubungan petani dengan pedagang pengumpul. Kebutuhan pedagang pengecer akan ikan gurame konsumsi selalu dipenuhi oleh pedagang pengumpul, sesuai dengan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen. Permainan spekulasi harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi, karena hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dan ada beberapa juga dari pedagang pengecer hubungan kerjasamanya dalam bentuk pelanggan.
6.5 Analisis Marjin Tataniaga Marjin tataniaga merupakan harga dari semua nilai guna atau nilai tambah dari aktivitas dan penanganan fungsi dari lembaga yang dilakukan dalam aktivitas bisnis di sistem tataniaga tersebut. Marjin ditingkat lembaga tataniaga merupakan selisih harga jual dengan harga beli. Dalam penelitian tataniaga ikan gurame, marjin tataniaga dihitung berdasarkan ketiga jalur tataniaga baik benih ikan gurame maupun konsumsi. Adapun analisis marjin dan penyebarannya antar lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 15. Sistem tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terdiri dari dua pola tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Tataniaga benih ikan gurame yaitu dari petani ke pedagang pengumpul benih dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran. Tataniaga ikan gurame konsumsi terdapat dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga pertama dari petani ke 81
pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sedangkan saluran tataniaga dua dari petani ke pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke konsumen antara. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada dua pola tataniaga ikan gurame berbeda-beda. Biaya tataniaga benih ikan gurame meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja sedangkan biaya tataniaga ikan gurame konsumsi meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja, penyimpanan, biaya retribusi, penyusutan bobot dan resiko kematian. Keuntungan tataniaga merupakan kepuasan dari lembaga tataniaga yang diukur dari besarnya imbalan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam pendistribusian benih ikan gurame dan konsumsi. Pada tataniaga benih ikan gurame lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul. Produksi benih rata-rata petani ikan gurame dari 10 responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak 15.000 ekor per bulan. Petani ikan gurame menjual benih tergantung pemesanan, pada saat penelitian dua sampai empat kali dalam waktu satu bulan, petani sekali menjual bervariasi antara 3000 sampai 6000 ekor. Pedagang pengumpul membeli benih ikan gurame kepada petani sebanyak 5000 ekor dengan harga Rp 3.500,00 per ekor. Kemudian, Pedagang pengumpul menjual benih ikan gurame kepada petani pembesaran dengan harga Rp 4.250,00 per ekor. Dari hasil penjualannya pedagang pengumpul mendapatkan marjin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memasarkan benih ikan gurame seperti biaya transport sebesar Rp 70,00 per ekor ,biaya tenaga kerja sebesar Rp 33,20 per ekor, biaya pengemasan Rp 1,17 per ekor. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 645,63 per ekor. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga satu, lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Produksi ikan gurame konsumsi rata-rata petani ikan gurame dari 10 responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak 1 ton sampai 2 ton per dua bulan, petani ikan gurame menjual ikan konsumsi sesuai dengan permintaan pasar sebanyak satu kali dalam satu bulan.
82
Pada saat penelitian, petani ikan gurame menjual kepada dua orang pedagang pengumpul sebesar 1170 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 450 kilogram dan 800 gram sebesar 720 kilogram. Harga jual dari petani ikan ke pedagang pengumpul sebesar Rp 23.000,00 per kilogram untuk semua ukuran ikan gurame konsumsi. Harga jual dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer berdasarkan harga rata-rata pedagang pengumpul sebesar Rp 27.750,00 per kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengumpul ialah Rp 4.750,00 per kilogram. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya-biaya dalam memasarkan ikan gurame konsumsi dengan bobot 500 gram dan 800 gram ialah biaya transport sebesar Rp 432,03 per kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 200,00 per kilogram, biaya penyimpanan sebesar Rp 460,00 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp 70,31 per kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 3.587,66 per kilogram. Distribusi ikan gurame dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada dua orang pedagang pengecer di pasar Laladon dan satu orang pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor. Pedagang pengecer di pasar Laladon membeli ikan gurame konsumsi rata-rata sebanyak 520 kilogram dalam waktu satu bulan sekali dengan bobot 500 gram sebesar 200 kilogram dan 800 gram sebesar 320 kilogram. Pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor membeli ikan gurame konsumsi dari pedagang pengumpul rata-rata sebanyak 200 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 100 kilogram dan 800 gram sebesar 100 kilogram. Harga jual rata-rata dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer di pasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor sebesar Rp 27.750,00 per kilogram. Pedagang pengecer menjual ikan gurame kepada konsumen rata-rata sebesar Rp 30.500,00 per kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengecer di pasar Laladon maupun di pasar anyar ialah Rp 2.750,00 per kilogram. Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer dalam memasarkan ikan gurame konsumsi antara lain biaya pengemasan sebesar Rp 130,63 per kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 246,09 per kilogram, biaya retribusi sebesar Rp 26,64 per kilogram, biaya penyimpanan sebesar Rp 277,50 per
83
kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer sebesar Rp 2.069,14 per kilogram. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga dua, lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul. Distribusi ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen antara seperti restoran rata-rata sebesar 450 kilogram setiap satu bulan sekali dengan bobot 500 gram sebesar 150 kilogram dan 800 gram sebesar 300 kilogram. Harga jual rata-rata ikan gurame dari petani ke pedagang pengumpul sebesar Rp 23.000,00 per kilogram. Harga jual rata-rata ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen sebesar Rp 28.500,00 per kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp 5.500,00 per kilogram. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memasarkan ikan gurame konsumsi ke konsumen antara yaitu biaya penyimpanan sebesar Rp 460,00 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp 46,88 per kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 200,00 per kilogram, biaya transportasi sebesar Rp 300,00 per kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 4.493,12 per kilogram. Harga pada tataniaga ikan gurame konsumsi mengalami fluktuasi harga antara Rp 22.500/kg – Rp 24.000/kg terjadi dikalangan petani, di tingkat pedagang pengumpul antara Rp 26.000/kg – Rp 29.500/kg, sedangkan ditingkat pedagang pengecer sebesar antaraRp 30.000/kg – Rp 32.500/kg. dikarenakan masuknya pasokan ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor. Harga yang digunakan pada penelitian ini pada saat bulan April sampai bulan Juni, perincian harga dan marjin tataniaga antar lembaga tataniaga ikan gurame ke dua pola tataniaga di Desa Pabuaran berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 15
84
Tabel 15. Marjin Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, bulan April – Juni 2011 Uraian
Tataniaga Benih Ikan Gurame Nilai (Rp/ekor)
Petani Harga Jual Biaya Produksi Keuntungan Pedagang pengumpul Harga Jual Harga Beli Marjin Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Tenaga Kerja Biaya Penyimpanan Keuntungan Pedagang Pengecer Harga Jual Harga Beli Marjin Biaya Pengemasan Biaya Retribusi Biaya Tenaga Kerja Biaya Penyimpanan Keuntungan Harga Beli Konsumen Total Biaya Tataniaga Total Keuntungan Tataniaga Total Marjin Tataniaga
%
Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Saluran 1 Saluran 2 Nilai (Rp/kg)
%
Nilai (Rp/kg)
%
3.500,00 1.085,00 2.415,00
82,35 25,53 56,82
23.000,00 21.408,00 1.592,00
75,41 70,19 5,22
23.000,00 21.408,00 1.592,00
80,70 75,12 5,59
4.250,00 3.500,00 750,00 1,17 70,00 33,20
100,00 82,35 17,65 0,03 1,65 0,78
645,63
15,19
27.750,00 23.000,00 4.750,00 70,31 432,03 200,00 460,00 3.587,66
90,98 75,41 15,57 0,23 1,42 0,66 1,51 11,76
28.500,00 23.000,00 5.500,00 46,88 300,00 200,00 460,00 4.493,12
100,00 80,70 19,30 0,16 1,05 0,70 1,61 15,77
100,00 2,46 15,19 17,65
30.500,00 27.750,00 2.750,00 130,63 26,64 246,09 277,50 2.069,14 30.500,00 1.843,20 5.656,80 7.500,00
100,00 90,98 9,02 0,43 0,09 0,81 0,91 6,78 100,00 6,04 18,55 24,59
28.500,00 1.006,88 4.493,12 5.500,00
100,00 3,53 15,77 19,30
4.250,00 104,37 645,63 750,00
Keterangan: % : persentase dari harga jual pedagang di tingkat konsumen akhir
6.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer’s share) Mengukur efisiensi tataniaga salah satunya dengan farmer’s share dimana membandingakan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Farmer’s share pada saluran tataniaga komoditas ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 16 Tabel 16. Farmer’s Share pada Saluran Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni Tahun 2011
Uraian Harga di Tingkat Petani Harga di Tingkat Konsumen Farmer's share (%)
Ikan Gurame Konsumsi Saluran 1 Saluran 2 3.500 23.000 23.000 4.250 30.500 28.500 82,35 75,41 80,70
Benih Ikan Gurame
85
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa bagian harga yang terbesar diterima oleh petani pada saluran tataniaga benih ikan gurame yaitu saluran tataniaga satu sebesar 82,35 persen, dimana petani menjual benih ikan gurame dikarenakan masa panen benih dalam jangka waktu relatif singkat, dan memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 750,00. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi yaitu saluran tataniaga satu farmer’s share yang diterima petani sebesar 75,41 persen, dimana petani memasarkan ikan gurame konsumsi ke beberapa lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, serta memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 7.500,00, sedangkan saluran tataniaga dua farmer’s share yang di dapat petani sebesar 80,70 persen, dan memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 5.500,00. 6.7 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Biaya tataniaga ialah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan benih ikan gurame dan ikan gurame konsumsi dari petani ikan ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah per ekor untuk benih ikan gurame dan rupiah per kilogram untuk ukuran ikan gurame konsumsi. Sedangkan keuntungan lembaga tataniaga merupakan selisih antara marjin tataniaga dengan biaya yang dikeluarkan selama proses tataniaga. Jika, ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, suatu saluran tataniaga dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga tataniaga merata. Nilai rasio dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini, dimana semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan lembaga.
86
Tabel 17. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, April – Juni 2011 Lembaga Tataniaga Pedagang Pengumpul πi ci Rasio πi/ci Pedagang Pengecer πi ci Rasio πi/ci Total πi ci Rasio πi/ci
Tataniaga Benih Ikan Gurame 645,63 104,37 6,19
Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Saluran 1 Saluran 2 3.587,66 1.162,34 3,09
4.493,12 1.006,88 4,46
2.069,14 680,86 3,04 645,63 104,37 6,19
5.656,80 1.843,20 3,07
4.493,12 1.006,88 4,46
Keterangan: πi : keuntungan Lembaga Tataniaga ci : biaya tataniaga
Berdasarkan tabel 17, dari dua pola tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, terlihat bahwa nilai total rasio keuntungan dan biaya tataniaga ikan gurame paling tinggi terdapat pada pola tataniaga benih ikan gurame yaitu sebesar 6,19 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/ekor benih ikan gurame maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6,19/ekor. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga terkecil pada pola tataniaga ikan gurame konsumsi yaitu saluran tataniaga pertama di tingkat lembaga tataniaga pedagang pengecer yaitu sebesar 3,04 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/kilogram ikan gurame konsumsi maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3,04/kilogram. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar pada pola tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga kedua yaitu sebesar 4,46 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya Rp 1/kilogram ikan gurame konsumsi maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 4,46/kilogram. Perbedaan yang terjadi pada rasio keuntungan terhadap biaya pada tataniaga ikan gurame konsumsi dikarenakan jumlah volume yang berbeda pada saat penjualan dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, untuk saluran satu volumenya 720 kilogram untuk saluran ke dua 450 kilogram.
87
6.8 Efisiensi Tataniaga Sistem tataniaga dikatakan efisien
apabila dalam memasarkan suatu
komoditi yang sama terdapat penyebaran marjin yang merata di semua pelaku pemasaran. Dalam kondisi ini diharapkan terjadi suatu keadaan dimana masingmasing pihak memiliki keuntungan, baik pada produsen, pelaku pemasaran dan konsumen. Dari kedua pola tataniaga yang terjadi pada tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terdapat pola tataniaga yang efisien ialah tataniaga benih ikan gurame dimana memiliki marjin tataniaga Rp 750,00 per ekor, farmer’s share 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya 6,19. Hasil farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pola tataniaga ikan gurame konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa petani menerima harga sebesar 82,35 persen dan keuntungan yang diterima terhadap biaya yang dikeluarkan sebesar 6,19. Tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran baik yang benih ataupun konsumsi.
Petani
responden
menjualnya
kepada
pedagang
pengumpul
dikarenakan rasa kepercayaan petani terhadap pedagang pengumpul cukup tinggi dikarenakan pedagang pengumpul memiliki modal yang cukup besar dan hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan sehingga membuat petani percaya akan lebih baik di jual kepada pedagang pengumpul. Fungsi-fungsi yang dilakukan petani ialah fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas. Fungsi penjualan yang dilakukan petani setiap satu minggu sekali dengan menjual hasil produksi benih rata-rata 3000 sampai 6000 ekor. Pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul sesuai dengan pemesanan dan permintaan petani pembesaran. Fungsi fasilitas seperti penyortiran dilakukan petani kepada pedagang pengumpul berguna untuk memilih benih sesuai dengan pemesanan petani pembesaran yakni 166 gram. Fungsi risiko ialah pengurangan bobot ikan pada saat terjadinya transaksi penjualan. Fungsi informasi pasar seperti ukuran bobot benih ikan gurame didapat dari pedagang pengumpul. Fungsi pembiayaan pada petani meliputi biaya produksi merupakan modal sendiri. Fungsi yang dilakukan ditingkat pedagang pengumpul pada pola tataniaga benih berbeda dengan tataniaga ikan gurame konsumsi pada fungsi fisik seperti 88
penyimpanan dimana pedagang pengumpul benih ikan gurame tidak melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan pemanenan dan pengangkutan dilakukan pada saat adanya pemesanan atau permintaan dari petani pembesaran. Sehingga dapat mengurangi biaya tataniaga benih ikan gurame. Tataniaga benih ikan gurame struktur pasar yang dihadapi ditingkat petani dari sudut pembeli mengarah pada pasar monopsoni sedangkan dari sudut penjual pasar persaingan sempurna. Terciptanya struktur pasar monopsoni dikarenakan pedagang pengumpul hanya ada satu orang dan seluruh petani ikan gurame menjual benih ikan gurame kepada satu orang pedagang pengumpul. Struktur pasar ditingkat pedagang pengumpul, jika dilihat dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli, jika dari sudut pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Dikarenakan jumlah penjual lebih sedikit dibandingkan jumlah pembeli yaitu petani pembesaran banyak yang melakukan pembesaran gurame. Harga yang terbentuk pada tataniaga benih ikan gurame adanya proses tawar menawar dan kesepakatan antar kedua belah pihak seperti petani ke pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul ke petani pembesaran. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Penjualan yang dilakukan Pedagang pengumpul mengirim langsung kepada petani pembesaran, sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Sistem pembayaran petani pembesaran ke pedagang pengumpul secara tunai. Petani pembesaran melakukan kegiatan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Sehingga petani memiliki hak dalam memilih pedagang pengumpul benih untuk mendapatkan benih yang sesuai dengan bobot yang diinginkan. Hubungan kerjasama sudah berlangsung lama lebih kurang lima belas tahun dan tidak terikat kontrak. Pedagang pengumpul benih ikan gurame dengan petani pembesaran, hubungan kerjasama yang dibina dalam bentuk pelanggan tetap.
89
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tataniaga ikan gurame yang telah dilakukan di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran ada dua jenis yakni tataniaga benih ikan gurame, dan tataniaga ikan konsumsi. Sistem tataniaga ikan gurame melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Tataniaga benih ikan gurame yaitu petani ke pedagang pengumpul benih ke petani pembesaran, sedangkan tataniaga ikan gurame konsumsi terdiri dari dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga I (petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen), dan saluran tataniaga II (petani – pedagang pengumpul – konsumen). Pada tataniaga benih ikan gurame fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani ikan gurame adalah fungsi penjualan, fungsi sortasi, fungsi resiko, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengumpul ialah fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengemasan dan fungsi pengangkutan, fungsi sortasi, fungsi resiko, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani ikan gurame adalah fungsi penjualan, fungsi sortasi, fungsi resiko, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengumpul ialah fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengemasan dan fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi sortasi, fungsi resiko, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengecer ialah fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengemasan dan fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi sortasi, fungsi resiko, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar.
2. Tataniaga benih ikan gurame dilihat dari struktur pasar di tingkat pedagang pengumpul, dari sudut penjual tercipta pasar persaingan sempurna dari sudut pembeli pasar monopsoni. Pada struktur pasar tataniaga ikan gurame konsumsi di tingkat pedagang pengumpul, dari sudut penjual pasar oligopoli sedangkan dari sudut pembeli pasar persaingan sempurna. Di tingkat pedagang pengecer baik dari sudut penjual maupun pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Perilaku pasar yang terjadi ialah adanya kerjasama yang terjalin antara petani dengan pedagang pengumpul, kerjasama yang terjalin seperti hubungan kekeluargaan, tetapi tidak terikat dengan kontrak, sedangkan hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer bersifat pelanggan. Pembentukan harga di masing – masing lembaga tataniaga berdasarkan tawar menawar, dan mekanisme pasar. 3. Pola tataniaga ikan gurame yang efisien dari hasil analisis kuantitatif ialah tataniaga benih ikan gurame, dimana memiliki margin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor, farmer’s share 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 6,19. Dilihat dari analisis kualitatif, tataniaga benih ikan gurame lebih efisien, dikarenakan pemanenan dilakukan pada saat adanya pemesanan dan permintaan benih oleh petani pembesaran sehingga pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yang lebih hemat dikarenakan tidak adanya fungsi fisik seperti penyimpanan. Dilihat dari struktur pasar di tingkat petani dari sudut pembeli yang terbentuk pasar monopsoni dikarenakan satu penjual sedangkan dari sudut penjual. Pedagang pengumpul memiliki modal yang cukup besar sehingga dapat melakukan pemanenan benih sesuai permintaan petani pembesaran sehingga petani diuntungkan dengan pembayaran secara tunai. Pembentukan harga terbentuk adanya kesepakatan antara petani, pedagang pengumpul dan petani pembesaran sehingga tidak ada yang dirugikan dengan harga yang ditawarkan dari masing-masing lembaga tataniaga.
91
7.2 Saran Berdasarkan analisis tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, saran yang dapat peneliti rekomendasikan ialah sebagai berikut ; 1. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang tataniaga larva ikan gurame umur 12 hari, benih ikan gurame umur 30 hari, ukuran 1-2,5 cm, ukuran 2,5-4 cm, ukuran 4-6 cm dikarenakan adanya permintaan benih ikan gurame oleh petani pembesaran sebesar 70 – 80 persen 2. Petani dapat melakukan kombinasi tataniaga ikan gurame yakni tataniaga benih ikan gurame dan gurame konsumsi dikarenakan adanya peluang pasar yang cukup besar dari budidaya ikan gurame. 3. Tingkat kematian ikan gurame di kelompok tani Tunas Mina Terpadu cukup tinggi, dikarenakan budidaya yang dilakukan masih tradisional untuk
itu
sebaiknya
petani
menambahkan
teknologi
dalam
membudidayakan ikan gurame. contohnya, melalui penggunaan aerator untuk meningkatkan daya tetas telur dan menurunkan tingkat kematian larva ikan gurame. 4. Perlu dukungan pemerintah dalam menyediakan pinjaman lunak untuk pengembangan skala usaha budidaya ikan gurame di Desa Pabuaran. 5. Perlu dukungan pemerintah dalam aspek pemberdayaan kelompok tani agar tercipta tataniaga gurame yang efisien.
92
DAFTAR PUSTAKA Ariyanto. 2008. Analisis Tataniaga Sayuran Bayam (Kasus Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Dahl, D.C And Hammond J.W.1977. Market and Price Analysis the Agricultural Industries. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011. www.dkp.go.id. Diakses pada tanggal 15 Maret 2011. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor . 2009. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data Perikanan Tahun 2010. Bogor. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011.http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/profilbogor. [03 April 2011] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011.http://www.perikananbudidaya.kkp.go.id/ ikandan-ketahanan-pangan.[ 01 April 2011] A.M. Hanafiah dan A.M. Saefudin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas IndonesiaPress: Jakarta Kohls, R.L. and Joseph N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition. Macmillan Publishing company. New York. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prehallindo. Jakarta Kurniawan, M. Optimalisasi Input Produksi Budiday Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Lestari, M. 2006. Analisis Tataniaga Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) (Kasus : Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Limbong, W.H dan P . Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Mahyuddin, K. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Jakarta.
Swadaya. 93
Mubyarto. 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. Panjaitan, M.B. 2009. Analisis Tataniaga Ikan Bandeng (Chanos chanos, de Forskal) di desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Puspitasari, E.Y. 2010. Analisis Efisiensi Tataniaga pada Kelompok Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.[Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Safitri, B.2009. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).[Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Senjaya,Y. 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Cetakan 2. Penebar Swadaya.Jakarta. Jangkaru, Z. 2007. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakart
94
Lampiran 1. Kuisioner Untuk Petani 1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
3. Umur
:
tahun
4. Lama berusaha
:
tahun
5. Alamat
:
6. Pendidikan Terakhir
: SD/SLTP/SLTA/Perguruan Tinggi*
7. Pekerjaan Utama
:
8. Pekerjaan Sampingan
:
9. Luas lahan yang diusahakan :………… dari total….. 10. Status kepemilikan lahan : milik sendiri/sewa/bagi hasil 11. Bagaimana pengalaman anda dalam berbudidaya ikan gurami……….. 12. Jumlah produksi/ panen : 13. Darimana informasi mengenai harga yang diperoleh……. 14. Bagaimana menentukan harga jual………. 15. Hasil produksi ( disimpan/dijual langsung) 16. Jika harga di pasar sedang turun apakah anda tetap melakukan kegiatan budidaya ikan gurami? 17. Kegiatan Penjualan Tujuan penjualan
Harga Jual (Rp/kg)
Ukuran
Jumlah penjualan Sistem Pembayaran
95
18. Jumlah Pekerja Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Status pekerja*
Lama jenis pekerjaan (hari)
Upah/hari
Persiapan Kolam Pemupukan Pemijahan Pendederan Pemberian Pakan Panen - Pengemasan - Pengangkutan *) : (1) anggota keluarga (2) non anggota keluarga 19. Biaya Produksi Jenis Biaya
Satuan (unit)
Jumlah
Harga/unit
Biaya Produksi (Rp/unit)
Benih Pupuk Pakan Obat-obatan Tenaga Kerja
20. Harga Jual Besarnya produksi (ton/kwintal)
Harga Jual (Rp)
Penerimaan (Rp)
21. Sumber modal diperoleh darimana? 22. Apakah harga yang ditawarkan menguntungkan atau tidak bagi anda? 23. Apakah kesulitan yang anda hadapi dalam sistem tataniaga ikan gurami? 24. Adakah kerjasama antara petani dengan pedagang atau pihak lain? Jika ya, a. Kerjasama dilakukan dalam bentuk seperti apa? b. Sudah berapa lama kerjasama dilakukan ? 25. Apa yang diperlukan agar usaha anda berkembang?
96
Lampiran 2. Kuisioner Responden Pedagang 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
tahun
4. Pendidikan Terakhir : SD/SLTP/SLTA/Perguruan Tinggi* 5. Pekerjaan Utama : 6. Pekerjaan Sampingan : 7. Klasifikasi Pedagang : a) Pedagang Pengumpul b) Pedagang Pengecer c)…………………. 8. Tahun mulai beroperasi : 9. Apakah anda menjual jenis komoditi lainnya? 10. Apakah anda memiliki tempat tersendiri untuk menjual (kios)? 11. Apakah anda melakukan kegiatan pembelian? Sumber Pembelian
Harga Beli (Rp/Kg)
Ukuran
Jumlah Pembelian
Sistem Pembayaran
97
12. Tata cara pembelian No 1
3
5
Uraian Cara memperoleh informasi harga a. Sesama pedagang b. Media massa c. Kelompok petani d. Lainnya….. Alasan membeli pada sumber a.Harga lebih murah b.Lokasi mudah dijangkau c.Barang lebih bagus d.Jujur Cara penentuan harga
No 2
Uraian Cara pembelian a.Bebas b.Kontrak
4
Cara penyerahan barang a.Ditempat pembeli b.Ditempat penjual
6
Apakah ada perbedaan harga produk yang dibeli dengan mutu produk ? a.ya, jika ya dalam hal apa? b.Tidak
a.Ditentukan pedagang b.Tawar-menawar c.Ditentukan petani d.Ditentukan pemerintah
13. Hambatan dan masalah dalam melakukan proses jual/beli No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Masalah
(1) Ya (2) Tidak
Peraturan pemerintah tidak jelas Pungutan liar terlalu besar Peraturan pemerintah membatasi masalah Sarana jalan jelek Ketersediaan barang tidak kontinyu Fasilitas angkutan langka Harga terlalu tinggi/rendah Harga berfluktuasi tajam Keterbatasan tenaga kerja yang terampil Keterbatasan Modal Kualitas barang dapat berubah tergantung lingkungan Adanya suatu standarisasi produk dari pemerintah Adanya hambatan dalam memasuki pasar Adanya persaingan antar pedagang didalam pasar
98
14. Apakah anda melakukan kegiatan penjualan ? Lembaga Tataniaga
Harga Jual (Rp/Kg)
Jumlah Penjualan (kg)
Sistem Pembayaran
Pasar yang dituju
15. Tata cara penjualan No 1 2 3
Uraian Cara penjualan a.Bebas b.Kontrak Cara penyerahan barang a.Ditempat pembeli b.Ditempat penjual Cara penentuan harga a.Ditentukan konsumen b.Ditentukan pedagang c.Ditentukan pemerintah
No 4
5
Uraian Darimanakah informasi harga diperoleh a.Media massa b.Kelompok petani c.Sesama pedagang Apakah anda menanggung biaya resiko a.Ya, jika ya seperti apa? b.tidak
16. Biaya keseluruhan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Kegiatan
Biaya (Rp)
Panen Pengemasan Tenaga Kerja Transportasi/pengangkutan Retribusi Penyusutan Penyimpanan Bongkar muat Biaya sortasi
17. Apakah anda melakukan kerjasama antar sesama pedagang? a. Ya , jika ya seperti apa? b. Tidak
99
Lampiran 3.Rincian biaya tataniaga benih ikan gurame a. Rincian biaya Volume No Tenaga Transportasi Drum pembelian/penjualan Responden kerja (Rp) (Rp) plastik (Rp) (ekor) 1 5000 50.000 200.000 5.833,3
b. Rincian biaya dan keuntungan per ekor Volume Tenaga Drum Harga Harga No Transportasi Margin Keuntungan pembelian/penjualan kerja plastik Beli Jual Responden (Rp/ekor) (Rp/ekor) Tataniaga (ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) 1
5000
33,20
70,00
1,17
3.500
4.250
750
645,63
100
Lampiran 4. Rincian biaya Tataniaga ikan gurami konsumsi di tingkat pedagang pengumpul a. Rincian Biaya Volume Risiko Penyusutan No Uraian pembelian/ kematian Tenaga Transport Drum plastik bobot Responden (gram/ekor) penjualan (0,02 %) kerja (Rp) (Rp) (0,01 %) (kg) (Rp) 800 500 800 500
1 2
100 100 320 200
46.000 46.000 147.200 92.000
20.000 20.000 64.000 40.000
60.000 60.000 65.000 65.000
10.000 10.000 10.000 10.000
23.000 23.000 73.600 46.000
b. Biaya dan Keuntungan per kg
Volume Risiko Tenaga Transport No Uraian pembelian/ kematian kerja (Rp/kg) Responden (gram/ekor) penjualan (0,02 %) (Rp/kg) (Rp/kg) (kg) 800 100 460,00 200,00 600,00 1 500 800 500
2 Total
Rata-rata
100 460,00 320 460,00 200 460,00 720 1.840,00 460,00
200,00 200,00 200,00 800,00 200,00
600,00 203,13 325,00 1.728,13 432,03
Drum Plastik (Rp/kg) 100,00 100,00 31,25 50,00 281,25 70,31
Penyusutan Harga Beli Harga Jual bobot (0,01) (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) 230,00 230,00 230,00 230,00 920,00 230,00
23.000,00 23.000,00 23.000,00 23.000,00 92.000,00 23.000,00
27.500,00 27.500,00 28.000,00 28.000,00 111.000,00 27.750,00
Margin (Rp/kg) 4.500,00 4.500,00 5.000,00 5.000,00 19.000,00 4.750,00
Keuntungan Tataniaga (Rp/kg) 2.910,00 2.910,00 3.875,63 3.735,00 13.430,63 3.357,66
101
Lampiran 5. Rincian biaya Tataniaga ikan gurami di tingkat pedagang pengumpul ke konsumen antara a. Rincian biaya Volume Risiko Penyusutan No Uraian pembelian/ kematian Tenaga Transport Drum bobot (0,01) Responden (gram/ekor) penjualan (0,02 %) kerja (Rp) (Rp) Plastik (Rp) (Rp) (kg) (Rp) 800 300 138.000 60.000 60.000 9.375 69.000 1 500
150
69.000
30.000
60.000
9.375
34.500
b. Biaya dan Keuntungan Total Volume Risiko No Uraian pembelian/ kematian Responden (gram/ekor) penjualan (0,02 %) (kg) (Rp) 800 300 460 1 500 Total Rata-rata
150 450
460 920,00 460,00
Tenaga kerja (Rp/kg) 200,00 200,00 400,00 200,00
Transport (Rp/kg) 200,00 400,00 600,00 300,00
Drum Plastik (Rp/kg) 31,25 62,50 93,75 46,88
Penyusutan Harga Beli Harga Jual bobot (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) 230,00 230,00 460,00 230,00
23.000,00 23.000,00 46.000,00 23.000,00
28.500,00 28.500,00 57.000,00 28.500,00
Margin (Rp/kg) 5.500,00 5.500,00 11.000,00 5.500,00
Keuntungan Tataniaga (Rp/kg) 4.378,75 4.147,50 8.526,25 4.263,13
102
Lampiran 6. Rincian biaya tataniaga ikan gurami di tingkat pedagang pengecer a. Rincian biaya
Volume Biaya Tenaga No Uraian pembelian/ Retribusi kerja (Rp) Responden (gram/ekor) penjualan (Rp) (kg) 800 100 3.500 35.000 1 500 800 500
2
100 320 200
3.500 4.500 4.500
35.000 35.000 35.000
Kantong Plastik (Rp)
Penyusutan bobot (0,01) (Rp)
18.000 18.000 20.000 20.000
27.500 27.500 89.600 56.000
b. Biaya dan Keuntungan per kg Volume Biaya No Uraian pembelian/ Retribusi Responden (gram/ekor) penjualan (Rp/kg) (kg) 800 500 800 500
1 2 Total
Rata-rata
100 100 320 200 720
35,00 35,00 14,06 22,50 106,56 26,64
Tenaga kerja (Rp/kg) 350,00 350,00 109,38 175,00 984,38 246,09
Kantong Plastik (Rp/kg) 180,00 180,00 62,50 100,00 522,50 130,63
Penyusutan bobot Harga Beli Harga Jual (0,01) (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) 275,00 275,00 280,00 280,00 1.110,00 277,50
27.500,00 27.500,00 28.000,00 28.000,00 111.000,00 27.750,00
30.000,00 30.000,00 31.000,00 31.000,00 122.000,00 30.500,00
Margin (Rp/kg) 2.500,00 2.500,00 3.000,00 3.000,00 11.000,00 2.750,00
Keuntungan Tataniaga (Rp/kg) 1.660,00 1.660,00 2.534,06 2.422,50 8.276,56 2.069,14
103
Lampiran 7. Gam mbar Tataniaaga Benih Ik kan Guramee
Gambar 1. Pemanenaan benih ikaan gurame
n Gambbar 2. Sortirr benih ikan guram me
Gambar 3. Penimbangan benih gurame g
Gambaar 4. Ukurann benih ikan n guram me
Gambar 5. Drum bennih ikan guraame
Gambaar 6. Penganngkutan ben nih mengguunakan mobbil pick up
Gambar 7. Kolam pem mbesaran
Gambar 8. Kolam m Pembesaraan
104
Lampiran 8. Gambar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi
Gambar 1. Pemanenan gurame konsumsi
Gambar 2. Penyortiran gurame konsumsi
Gambar 3. Penimbangan gurame konsumsi Gambar 4. Pengangkutan gurame konsumsi memakai mobil pick up
Gambar 5. Pengangkutan gurame konsumsi partai kecil (15 kg)
Gambar 6. Penimbangan
Gambar 5. Kolam penyimpanan di pedagang pengecer.
Gambar 6. Kolam penyimpanan di pedagang pengecer.
105
Gambar 7. Kolam penyimpanan ditingkat pedagang pengumpul
Gambar 9. Ukuran gurame 800 gram
Gambar 8. Pengangkutan gurame ke pedagang pengecer
Gambar 10. Ukuran gurame 500 gram
106