IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ratna Utami Singgih NIM. 11104244004
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINNGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Ikhlas dan sabarlah dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya” (Penulis)
“Bekerja dengan penuh semangat, ceria, dan sesuai hati nurani” (Penulis)”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu Sri Lestari, Bapak Teguh Basuki, Adik Sulistiani Basuki. 2. Keluarga Tercinta. 3. Teman Seperjuangan Terhebat. 4. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA Oleh Ratna Utami Singgih NIM 11104244004 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Subyek penelitian ini yaitu guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, berjumlah 38 orang. Instrumen pengumpul data berupa angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK. Uji validitas instrumen menggunakan validitas logis dengan expert judgement, sedangkan uji reliabilitas dengan internal consistensy menggunakan rumus KR-20 menghasilkan koefisien reliabilitas 0,979. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif deskriptif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut menunjukkan rata-rata permasalahan sebesar 42,71%, dengan rincian yakni (1) permasalahan aspek perencanaan sebesar 41,14% dengan masalah tertinggi yaitu kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran, (2) permasalahan tahap pengorganisasian sebesar 42,43% dengan masalah tertinggi yaitu rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi, guru BK belum berpendidikan profesi konselor, (3) permasalahan tahap pelaksanaan sebesar 45,49% dengan masalah tertinggi yaitu pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal, tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK, belum dapat menggunakan metode karyawisata karir; (4) permasalahan tahap evaluasi dan tindak lanjut sebesar 42,11% dengan masalah tertinggi yaitu, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program bimbingan karir berdasar hasil evaluasi program layanan bimbingan karir. Kata kunci: identifikasi permasalahan, layanan bimbingan karir, SMK.
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT dan sholawat serta salam bagi Nabi Muhammad SAW. Terima kasih atas segala nikmat, karunia, kasih sayang serta kemudahan yang berlimpah yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi yang berjudul “Identifikasi Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir yang dialami Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Kota Yogyakarta” sehingga akhirnya dapat selesai. Penulis sadar bahwa dalam proses penulisan skripsi yang menjadi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan serta memberikan sarana dan prasarana di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian . 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu dalam penetapan judul. 4. Bapak Sugihartono, M. Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, masukan, dukungan serta dorongan. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
viii
5. Bapak/Ibu Dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang banyak menyalurkan ilmunya selama proses perkuliahan. 6. Kepala Sekolah dan Guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 7. Ibuku, Ayahku, dan adikku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dan teladan sebagai bekal bagi penulis. 8. Teman-teman jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, UKM Catur UNY, UKM KSR PMI UNY, PPMi Rabingah Prawoto, FOSDA MM UGM, Ma’had Mardliyyah, dan alumni SARO, yang telah memberikan semangat dan menjadi teman seperjuangan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, terima kasih atas bantuannya selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis berharap akan saran dan kritik yang membangun. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin. Yogyakarta, 30 Januari 2017 Penulis.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 7 C. Batasan Masalah ............................................................................................. 8 D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan Karir di SMK 1. Pengertian Bimbingan Karir ......................................................................10 2. Tujuan Bimbingan Karir ............................................................................11 3. Prinsip Bimbingan Karir...................................................... ......................14 4. Personil Pelaksana Layanan Bimbingan Karir.................... ......................16 5. Program Layanan Bimbingan Karir...........................................................19 6. Materi Layanan Bimbingan Karir ..............................................................22 7. Media Layanan Bimbingan Karir ..............................................................24 8. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir.....................................................27 B. Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK.. ..................39 C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ....................................................................................43 B. Variabel Penelitian .........................................................................................44 C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................44 D. Subyek Penelitian ...........................................................................................45 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................45 F. Instrumen Penelitian .......................................................................................47 G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................... ...................59 H. Teknik Analisis Data ......................................................................................61
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...............................................................................................63 B. Pembahasan ...................................................................................................70 C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................................78 B. Saran ...............................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................82 LAMPIRAN ........................................................................................................85
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar sekolah dan Alamat Tempat Pengambilan Data ........................ Tabel 2. Daftar Jumlah Subyek ........................................................................... Tabel 3. Kisi-kisi Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta............................................ Tabel 4. Kisi- kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir ..................................................................... Tabel 5. Analisi Permasalahan Setiap Aspek ...................................................... Tabel 6. Analisis Masalah Aspek Perencanaan................................................... Tabel 7. Analisis Masalah Aspek Pengorganisasian ........................................... Tabel 8. Analisis Masalah Aspek Pelaksanaan ................................................... Tabel 9. Analisis Masalah Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut ..........................
xii
44 45 54 59 64 65 67 68 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Penelitian ..................................................85 Lampiran 2. Uji Reliabilitas ............................................................................92 Lampiran 3. Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ..........................................98 Lampiran 4. Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir ........................................................103 Lampiran 5. Surat Izin Penelitian..................................................................104 Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian .....................................................106
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses untuk memajukan suatu bangsa.
Hal
ini
karena
fungsi
pendidikan
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi anak bangsa sebagai peserta didik ke arah yang lebih baik. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang telah diamanatkan oleh undang-undang di atas, menunjukkan bahwa melalui pendidikan kemampuan, akhlak dan watak dibentuk sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dengan tercapainya tujuan pendidikan nasional maka akan membawa bangsa dan negara ini ke arah yang lebih maju. Perlu adanya upaya konkrit dan strategis untuk mencapai fungsi dan tujuan tersebut, kolaborasi antar sub sistem pendidikan nasional jelas dibutuhkan. Tidak hanya guru bidang studi saja, namun dukungan dari kepala sekolah, staf karyawan, orang tua, komite, dan guru bimbingan dan konseling (BK) juga dibutuhkan. Guru-guru bidang studi lebih mengarahkan pada
1
pengembangan keilmuan diiringi dengan pengembangan watak dan akhlak, sedangkan guru BK lebih mengarah pada pengembangan potensi, akhlak, pembentukan watak, dan pencapaian kesehatan psikologis peserta didik. Saat ini permasalahan dalam dunia pendidikan berkembang semakin kompleks. Tidak hanya sebatas pada permasalahan peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tertentu, namun juga sudah merambah pada permasalahan kebingungan karir setelah lulus sekolah yang mengakibatkan jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya. Hal ini tentu saja dapat mengancam masa depan para peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa. Permasalahan-permasalahan ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru bidang studi pada umumnya dan guru BK khususnya. Layanan BK sebagai salah satu sub sistem dalam pendidikan memiliki sumbangsih dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan siswa. Menurut Muh. Farozin (2008: 1) bimbingan dan konseling (BK) merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli untuk mencapai perkembangan yang optimal dan kemandirian dalam kehidupannya, dan mencapai kebermaknaan serta kebahagiaan dalam kehidupannya dengan proses yang dilakukan secara profesional. Layanan BK mencakup empat bidang layanan yaitu bidang belajar, pribadi, sosial, dan karir. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2014 disebutkan bahwa tujuan khusus layanan
2
adalah membantu konseli agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya; merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang. Sehingga perlu adanya bantuan dari guru BK berupa layanan bimbingan karir untuk memberikan informasi karir, menentukan pilihan karir dan mengambil keputusan karir yang sesuai dengan potensi siswa. Bimbingan karir menurut Syamsu Yusuf (2009: 12) merupakan sebuah upaya memberikan bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami
dirinya
secara
mendalam,
mengenal
dunia
kerja
dan
mengembangkan masa depan yang sesuai dengan kehidupan yang diharapkannya. Tujuan diberikan layanan bimbingan karir yakni individu mampu menentukan dan mengambil keputusan karirnya secara tepat lalu dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga dapat mengaktualisasikan diri dengan baik. Siswa yang mengalami permasalahan pada bidang karir cukup banyak jumlahnya apalagi menjelang kelulusan. Permasalahan yang muncul pada bidang karir menurut Mamat Supriatna dan Nandang Budiman (2010: 22- 23) antara lain: siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan, siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat. Oleh karena itu, layanan bimbingan karir sangat penting diselenggarakan di sekolah sebagai upaya membantu siswa memecahkan permasalah karir yang dihadapinya.
3
Selain itu, menurut Bimo Walgito (2004: 194) untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri individu, diperlukan bimbingan karir. Bimbingan karir harus diberikan secara profesional kepada siswa agar pekerjaan yang kelak ditekuni sesuai dengan individu tersebut. Fakta di lapangan saat ini menunjukkan banyak orang yang tidak memperoleh pekerjaan sesuai potensinya. Seperti diungkapkan oleh Organisasi Buruh Internasional bahwa lebih dari seperempat
angkatan muda Indonesia
mengganggur dan banyak yang mengerjakan pekerjaan tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed) sehingga tidak dapat menggunakan ketrampilan yang dimiliki secara optimal (ILO, 2011: i). Sesuai dengan data ILO, wawancara dengan guru BK SMKN 5 Yogyakarta menyatakan bahwa lulusan sekolah lebih memilih pekerjaan lain diluar keahlian yang sudah dipelajari saat SMK, mereka lebih memilih menjadi pelayan di kafe atau mall dari pada bekerja di bidang kria. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proses bimbingan karir di sekolah belum dilaksanakan secara optimal. Terkait karir dalam bidang pekerjaan, sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 15 menjelaskan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan merupakan sekolah formal yang menyiapkan peserta didiknya untuk siap terjun di dunia kerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan SMK yakni: menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan program keahlian yang diminati; membekali peserta didik agar mampu
4
memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi; dan membekali pesera didik agar mampu mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan tujuan tersebut diketahui bahwa siswa SMK lebih diarahkan untuk siap terjuan dunia kerja. Oleh karena itu, selain memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan tugas perkembangan, layanan bimbingan karir di SMK mempunyai ciri khas untuk memberikan informasi tentang pilihan pekerjaan, dunia kerja, membentuk siswa menyukai jenis pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Namun, wawancara dengan guru BK SMKN 5 Yogyakarta menyatakan bahwa, persentase siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Hal ini membuat ciri khas SMK sebagai sekolah yang mencetak lulusan siap terjun di dunia kerja dipertanyakan. Siswa SMK apabila ditinjau dari periode perkembangan berada pada masa remaja. Menurut Hurlock (1980: 206) masa remaja berlangsung sekitar usia 13 sampai 18 tahun. Sedangkan apabila ditinjau dari tugas perkembangan karir menurut Donald E. Super dalam Winkel dan M. M Sri Hastuti (2004: 78) individu pada usia 15 tahun sampai 24 tahun berada pada tahap eksplorasi. Adapun tugas perkembangan karir pada masa ini yakni: a. Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja. c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan. d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya.
5
Tugas perkembangan tersebut harus dipenuhi oleh siswa agar tidak mengganggu tugas perkembangan pada tahap selanjutnya, untuk dapat memenuhi tugas perkembangan tersebut siswa SMK memerlukan bimbingan karir. Salah satu penyelenggara pendidikan jenjang SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yakni Kota Yogyakarta. Terdapat tujuh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berstatus negeri di Kota Yogyakarta. Peneliti telah melaksanakan observasi terkait dengan adanya permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir terhadap dua sekolah di Kota Yogyakarta, yaitu SMKN 3 Yogyakarta dan SMKN 7 Yogyakarta. Hasil observasi di SMKN 3 Yogyakarta pada hari Senin, 12 Oktober 2015 meliputi: kebijakan dari pihak sekolah bahwa guru BK tidak mendapat alokasi waktu jam pelajaran untuk masuk kelas sehingga kesulitan melaksanakan bimbingan klasikal. Selain itu terdapat guru BK yang latar belakang pendidikan bukan berasal dari sarjana strata satu (S1) program studi bimbingan dan konseling. Sarana dan prasarana di ruang BK belum sesuai standar yang telah ditetapkan, tidak terdapat ruang BK kelompok sehingga proses bimbingan kelompok menggunakan ruang tamu. Sementara hasil observasi di SMKN 7 Yogyakarta pada hari Senin, 12 Oktober 2015 meliputi: rasio guru BK tidak ideal, yaitu terdapat 2 orang guru BK dengan jumlah siswa 768, sehingga 1 orang guru BK mengampu 384 siswa. Selain itu kebijakan dari pihak sekolah bahwa guru BK tidak mendapat alokasi waktu jam pelajaran untuk masuk kelas sehingga saat membutuhkan pemberian
6
bimbingan klasikal harus meminta jam kepada guru mata pelajaran, sedangkan tidak setiap waktu bisa meminta jam kepada guru mata pelajaran, oleh karena itu program yang telah dibuat tidak dapat terlaksana 100 persen. Dari segi siswa, antusiasme untuk melakukan konsultasi bimbingan karir baru muncul ketika menjelang kelulusan. Berdasarkan hasil observasi di dua sekolah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yaitu: masalah waktu, tidak adanya jadwal masuk kelas sehingga bimbingan klasikal sangat jarang dilaksanakan, rasio guru BK dengan siswa terlalu besar dan terdapat guru BK yang bukan lulusan sarjana strata satu program studi BK, sarana dan prasarana ruang BK belum ideal, serta kesadaran siswa mengikuti layanan bimbingan karir masih rendah. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu: 1. Terdapat guru BK yang bukan lulusan sarjana strata satu (S1) program studi bimbingan dan konseling. 2. Rasio guru BK dengan siswa terlalu besar.
7
3. Sarana dan prasarana di ruang BK tidak sesuai standar Depdiknas. 4. Tidak ada jam khusus BK masuk di kelas untuk melaksanakan layanan bimbingan karir. 5. Kesadaran siswa mengikuti layanan bimbingan karir masih rendah. 6. Layanan bimbingan karir di sekolah belum optimal. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta?” E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan dalam mengembangkan layanan bimbingan karir sehingga dapat memberikan layanan sesuai kebutuhan siswa.
8
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan bimbingan karir sehingga memperoleh hasil yang lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat praktis a. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan terkait pengambilan kebijakan berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah b. Bagi guru bimbingan dan konseling, sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih optimal. c. Bagi Mahasiswa, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Layananan Bimbingan Karir di SMK 1. Pengertian Bimbingan Karir Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 menyatakan bimbingan karir sebagai proses pemberian bantuan konselor atau guru BK kepada peserta didik/ konseli untuk mengalami pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya sehingga mencapai kesuksesan dalam kehidupannya. Bimbingan karir adalah aktivitas memberikan bantuan dalam perencanaan karir, pengambilan keputusan dan penyesuaian diri yang dilakukan oleh konselor di berbagai lingkup sehingga seseorang dapat mengembangkan karir di sepanjang usia bekerjanya (Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, 2011: 446). Sedangkan menurut Munandir (1996: 71) bimbingan karir adalah layanan bantuan yang diberikan kepada para siswa dengan tujuan agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja sehingga mereka mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karir. Menurut Ruslan A. Ghani (1996 :11) bimbingan karir adalah suatu proses pemberian bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu, agar individu tersebut dapat mengenal dan memahami dirinya secara mendalam,
10
dapat mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan, dan mampu mengambil suatu keputusan secara tepat menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan tuntutan pekerjaan/ karir yang dipilihnya agar memperoleh bentuk kehidupan yang diharapkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan karir adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor terhadap konseli agar dapat memahami diri secara mendalam dan mengembangkan potensi diri untuk mempersiapkan karir yang akan dipilihnya, sehingga konseli dapat menentukan karir yang sesuai dengan keadaan dirinya dan memperoleh kesuksesan. 2. Tujuan Bimbingan Karir Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 31) secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa memahami dirinya dan lingkungannya dalam hal pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 menyatakan bimbingan karir bertujuan untuk menfasilitasi perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidup peserta didik/konseli. Sehingga, peserta didik akan (1) memiliki pemahaman diri yang terkait dengan pekerjaan; (2) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir; (3) memiliki
11
sikap positif terhadap dunia kerja; (4) memahami relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan; (5) memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciriciri pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja; (6) memiliki kemampuan merencanakan masa depan; (7) membentuk pola-pola karir; (8) memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. Sesuai dengan rumusan permendikbud di atas, Syamsu Yusuf (2009: 15) menjelaskan tujuan dari layanan bimbingan karir, sebagai berikut: a. Agar siswa memiliki pemahaman diri tentang kemampuan dan minat yang dimiliki terkait dengan pekerjaan. b. Agar siswa mempunyai sikap atau pandangan positif tentang dunia kerja, yaitu mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal pekerjaan tersebut bermakna bagi dirinya, dan tidak melanggar norma agama. c. Agar siswa memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan yang dituntut, lingkungan, pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. d. Agar siswa memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran- peran
12
yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. e. Agar siswa dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, maka dia sebaiknya mengarahkan dirinya melakukan kegiatan yang menunjang karir kepariwisataan tersebut. f. Agar siswa dapat mengenal keterampilan, kemampuan dan minat dalam dirinya karena keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan karir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa memahami dirinya dan lingkungannya untuk dapat membuat perencanaan karir, pengambilan keputusan karir, dan cara hidup agar dapat memperoleh rasa kebahagiaan karena hal tersebut sesuai dengan kondisi dirinya dan lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan karir adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan siswa agar memiliki berbagai kemampuan yang akan menunjang perkembangan karirnya. 3. Prinsip Bimbingan Karir Secara umum prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan karir di sekolah menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 34) diantaranya:
13
a. Seluruh siswa hendaknya memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat. b. Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karir itu adalah sebagai suatu tujuan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan untuk hidup. c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karir. d. Siswa perlu diberikan pemahaman tentang dimana dan mengapa mereka berada dalam suatu alur pendidikannya. e. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan anttara pendidikannya dengan karirnya. f. Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik. g. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagi peranan dan keterampilannya guna mengembangkan nilai- nilai dan norma- orma yang memiliki aplikasi bagi karir di masa depannya. h. Program bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang perkembangan pendidikan siswa. i. Program bimbingan karir hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program pendidikan pada umumnya dan program bimmbingan dan konseling pada khususnya. j. Program bimbingan karir hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat. Senada dengan pendapat Dewa Ketut Sukardi, menurut Mamat Supriatna dan Ilfiandra (2006: 5) dalam menyelenggarakan layanan bimbingan karir, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Bimbingan karir merupakan suatu proses berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, tidak merupakan peristiwa yang terpilah satu sama lain. Dengan demikian bimbingan karir merupakan rangkaian perjalanan hidup seseorang yang terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalaninya. b. Bimbingan karir diperuntukkan bagi semua individu tanpa kecuali. Namun dalam praktiknya prioritas layanan dapat diberikan terutama bagi mereka yang sangat memerlukan pelayanan. Skala prioritas diberikan
14
dengan mempertimbangkan berat-ringannya masalah dan penting tidaknya masalah untuk segera dipecahkan. Oleh karena layanan bimbingan karir diperuntukkan bagi semua siswa, maka pemberian layanan
bimbingan
karir
sebaiknya
lebih
bersifat
preventive-
developmental. c. Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri perkembangan pada fase tertentu hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karir. d. Bimbingan karir berdasarkan pada kemampuan individu untuk menentukan pilihannya. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu. Ini berarti bahwa bimbingan karir tidak sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memutuskan pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu untuk mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab. e. Pemilihan dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Hal ini mengandung arti bahwa individu perlu memahami terlebih dahulu kemampuan yang ada dalam dirinya, seperti bakat, minat, nilainilai, kebutuhan, hasil kerja/prestasi belajar dan kepribadiannva.
15
f. Bimbingan karir membantu individu untuk memahami dunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang ada di masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip bimbingan karir diantaranya bimbingan karir diperuntukkan bagi semua siswa tanpa kecuali, berdasarkan pada kemampuan siswa untuk menentukan pilihannya, membantu siswa untuk memahami dunia kerja, untuk merangsang perkembangan pendidikan siswa, program bimbingan karir diintegrasikan secara fungsional dengan program pendidikan dan program bimbingan dan konseling, program bimbingan karir hendaknya berpusat di kelas dengan guru BK sebagai koordinator, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat. 4. Personil Pelaksana Layanan Bimbingan Karir Menurut Dewa ketut Sukardi (1987: 323) layanan bimbingan karir yang efektif dan efisien merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara semua staf sekolah. Pelaksana bimbingan karir di sekolah meliputi: kepala sekolah, koordinator BK, guru BK, wali kelas, guru bidang studi, orangtua, pejabat, dan tokoh masyarakat. Kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan karir di sekolah mempunyai tanggung jawab penuh terhadap seluruh program bimbingan di sekolah. Dengan kata lain kepala sekolah bertanggung jawab secara struktural dan fungsional dalam pelaksanaan bimbingan karir di sekolah.
16
Koordinator BK dan guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan karir mempunyai tugas menyusun program BK secara menyeluruh dan terpadu, mengkoordinir pelaksanaan program bimbingan karir dan melaksanakan program bimbingan karir. Sedangkan wali kelas dan guru bidang studi berperan membantu pelaksanaan program bimbingan karir. Orangtua, pejabat, dan tokoh masyarakat memiliki fungsi sebagai narasumber dan membantu serta menunjang pelaksanaan bimbingan karir. Menurut Prayitno (1997: 215) tenaga utama dalam pelayanan bimbingan karir adalah guru BK. Rasio seorang guru BK dan siswa SMK yaitu 1 : 150, artinya seorang guru BK memiliki tugas dan tanggungjawab melakukan pelayanan BK kepada 150 siswa. Jika jumlah siswa asuh yang diampu guru BK terlalu tinggi, layanan bimbingan karir terhadap siswa akan kurang optimal. Selain jumlah siswa asuh, yang perlu diperhatikan yakni terkait kompetensi guru BK untuk melaksanakan layanan bimbingan karir. Peraturan Nomor 27 Tahun
Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan berpendidikan profesi konselor, sedangkan kompetensi inti konselor dirumuskan menjadi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
17
Kompetensi pedagogik meliputi: menguasai teori dan praksis pendidikan, mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian meliputi: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kompetensi sosial meliputi: mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja, berperan dalam organisasi
dan
kegiatan
profesi
bimbingan
dan
konseling,
mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. Kompetensi profesional meliputi: menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, merancang program Bimbingan dan Konseling, mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Jadi pelaksana utama layanan bimbingan karir yaitu guru BK dan pelaksana pendukung layanan bimbingan karir yang terdiri dari kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi, orangtua, pejabat, dan tokoh
18
masyarakat harus saling bekerjasama dan berkoordinasi agar layanan bimbingan karir dapat berjalan efektif dan efisien. 5. Program Layanan Bimbingan Karir Bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan dalam BK, oleh karena itu program bimbingan karir dalam pelaksanaannya mengacu kepada empat komponen program bimbingan dan konseling. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 menyatakan program bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dikemas dalam empat komponen pelayanan, yaitu: layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Uraian dari masingmasing komponen program tersebut sebagai berikut. a. Layanan Dasar Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Strategi layanan atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru BK dalam komponen layanan dasar antara lain; pelayanan orientasi,
19
bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, pelayanan informasi, asesmen kebutuhan, dan pelayanan pengumpulan data. b. Layanan Responsif Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, konferensi kasus, dan alih tangan kasus (referral). c. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat bakat dan kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, pendalaman mata pelajaran dan muatan kejuruan. Layanan peminatan menupakan wilayah garapan profesi BK yang tercakup pada layanan perencanaan individual. Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitasaktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Konselor membantu peserta didik memahami kelebihan dan kekurangan dirinya berdasarkan informasi yang diperoleh. Melalui
20
kegiatan ini, peserta didik akan memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara positif. d. Dukungan Sistem Ketiga komponen program (pelayanan dasar, pelayanan responsif, dan perencanan individual) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada
peserta
didik/konseli
atau
memfasilitasi
kelancaran
perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Strategi pelaksanaannya yakni pengembangan profesi, manajemen program, riset dan pengembangan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan karir dalam pelaksanaannya mengacu kepada empat komponen program BK, yaitu: layanan dasar, layanan responsif, layanan peminatan dan perencanan individual, dan dukungan sistem. Pelaksanaan masingmasing program tersebut memerlukan strategi agar berjalan lebih efektif. Strategi pelaksanaan program yang digunakan yakni: bimbingan klasikal, pelayanan orientasi, pelayanan informasi, bimbingan kelompok, pelayanan
21
pengumpulan data, konseling individual, konseling kelompok, alih tangan kasus, konferensi kasus, kunjungan rumah, kolaborasi, layanan penempatan dan penyaluran. Adapun untuk program bimbingan karir, Sukardi (1987: 235) mengemukakan bahwa pelaksanaan program bimbingan karir di sekolah meliputi layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, dan konseling karir. Sedangkan menurut Munandir (1996: 259-260) program bimbingan karir meliputi pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Sehingga, program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. 6. Materi Layanan Bimbingan Karir Dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir, materi bimbingan karir merupakan salah satu yang mempengaruhi suksesnya layanan bimbingan karir. Menurut Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiyanto (2005: 25) materi bimbingan karir untuk siswa SMK sebagai berikut. a. Pengembangan karir menurut ajaran agama serta praktik kegiatan bekerja yang mengarah pengembangan karir menurut ajaran agama. b. Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap pengembangan persiapan karir, serta cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir disertai praktiknya.
22
c. Manfaat hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir disertai praktik memanfaatkan hubungan tersebut dengan cara positif untuk pengembangan persiapan karir. d. Keterkaitan antara nilai dan cara-cara bertingkah laku dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kondisi dan pengembangan karir, serta praktik mewujudkan hubungan yang baik antara nilai dan cara bertingkah laku pribadi dan sosial terhadap pengembangan karir e. Mengidentifikasi pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karir disertai contohnya, mengidentifikasi arah kecenderungan karir sesuai minat bakat, serta identifikasi apresiasi berbagai jenis karir termasuk karir dalam bidang seni tanpa terlalu terikat pada kemampuan bakat dan minat. f. Keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program dengan karir-karir tertentu
disertai
praktik
untuk
meningkatkannya,
Keterkaitan
pengetahuan dan keterampilan program dengan arah pengembangan karir yang diinginkan, identifikasi pilihan pengembangan persiapan karir yang diinginkan dan identifikasi peranan kehidupan masyarakat untuk pengembangan persiapan karir yang diinginkan disertai praktiknya. g. Contoh kehidupan karir sesuai gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi serta cara-cara mewujudkan sikap dasar dalam pengembangan karir untuk kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi serta penerapannya.
23
h. Contoh penerapan sistem etika dan nilai dalam pekerjaan dan pengembangan karir. Sedangkan menurut Anas Salahudin (2010: 118) materi layanan bimbingan karir mencakup informasi tentang dunia kerja, hubungan industrial, dan layanan perkembangan belajar yang masing-masing memiliki substansi. Substansi informasi dunia kerja meliputi lapangan kerja, jenis dan persyaratan jabatan, prospek dunia kerja, dan budaya kerja. Substansi hubungan industrial meliputi hubungan kerja sarana hubungan industrial, dan masalah khusus ketenagakerjaan. Substansi layanan perkembangan belajar meliputi kesulitan belajar, minat dan bakat, masalah sosial, masalah pribadi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi bimbingan karir di SMK menyesuaikan dengan tugas perkembangan siswa SMK, terdiri dari contoh-contoh, identifikasi, dan praktek kegiatan untuk pengembangan karir. 7. Media Layanan Bimbingan Karir Pelaksanaan layanan bimbingan karir membutuhkan media yang tepat agar materi yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik. Menurut Aryadi Warsito dan Agus Triyanto (2010: 7) media adalah perantara untuk menyampaikan pesan dari orang yang memberikan pesan (komunikator) kepada orang yang menerima pesan (komunikan) sehingga isi pesan atau ide dari komunikator dapat diterima oleh komunikan dengan baik. Sehingga, media bimbingan karir adalah perantara untuk menyampaikan
24
pesan terkait layanan bimbingan karir dari konselor kepada konseli agar ide yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Penggunaan media dalam layanan bimbingan karir sangat penting agar diperoleh hasil layanan yang optimal. Penggunaan layanan media yang baik dalam layanan bimbingan karir merupakan salah satu indikator proses pelaksanaan layanan bimbingan karir berjalan baik. Media bimbingan karir dapat dikatakan baik apabila materi yang disampaikan menarik sehingga siswa dapat menggali materi yang diberikan secara lebih jauh (Aryadi Warsito dan Agus Triyanto, 2010: 12). Aryadi Warsito dan Agus triyanto (2010: 50-62) menjelaskan pengembangan media layanan bimbingan karir meliputi media grafis dan media elektronik. Media bimbingan karir yang termasuk jenis media grafis, sebagai berikut: brosur, poster, dan modul. Sedangkan media bimbingan karir yang termasuk jenis media elektronik yaitu: rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia. Media tersebut dikembangkan dengan menggunakan komputer. Pengembangan media berbasis komputer diperlukan software atau perangkat lunak yang dapat mendukung aktivitas perancangan produksi media tersebut. Ada beberapa software yang dapat digunakan untuk mengembangkan media berbasis grafis dan elektonik, antara lain: desktop publishing, webdesign, dan audiovisual. Sedangkan menurut Mochamad Nursalim (2013: 9- 19) dilihat dari bentuk dan cara penyajiannya, media bimbingan karir dapat dibagi menjadi
25
lima, yaitu: (a) kelompok media grafis, bahan cetak, dan gambar diam; (b) kelompok media proyeksi diam; (c) kelompok media audio; (d) kelompok media film; (e) kelompok multimedia. Berikut ini diuraikan klasifikasi media berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya. Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide, atau gagasan melalui penyajian kata, kalimat, angka, simbol atau gambar. Contoh media grafis untuk layanan bimbingan karir yaitu grafik, sketsa, papan bimbingan, poster, dan leafleat. Media bahan cetak adalah media visual yang dibuat dengan cara pencetakan atau printing. Contoh media bahan cetak yaitu buku dan modul. Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar dari hasil pemotretan. Contoh media gambar diam yaitu foto. Media proyeksi diam yaitu media visual yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak. Jenis media ini yaitu OHP (Overhead Projector) dan OHT (Overhead Transparency). Media audio adalah media yang penyampaian pesannya melalui suara. Contoh media ini yaitu kaset. Media film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan dapat bergerak. Contoh media ini berupa film pendek. Multimedia meupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan yang membentuk satu paket. Contohnya suatu modul yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media bimbingan karir dapat berupa brosur, poster, dan modul, rekaman video,
26
rekaman audio, presentasi multimedia, grafik, sketsa, papan bimbingan, leafleat, foto, kaset/ CD, dan film pendek. 8. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah agar dapat berjalan secara efektif dan efisien memerlukan manajemen yang berkualitas. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudijanto (2005: 27) bahwa suatu program layanan tidak mungkin terlaksana bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen program layanan bimbingan karir terdiri dari: perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan program, pemanfaatan fasilitas, pengarahan dan penilaian kegiatan. Menurut Ridwan (2008: 54) penanganan efektif terhadap palaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah merupakan suatu proses mulai dari analisis kebutuhan, pembuatan rencana, pertimbangan program, dan evaluasi. Senada dengan pendapat di atas, menurut Prayitno (1997: 213) pelaksanaan program bimbingan karir meliputi proses perencanaan, persiapan pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah terdiri dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Berikut penjelasan masing-masing aspek.
27
a. Perencanaan Menurut Usman (2011: 65) perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Merujuk dari pendapat tersebut, upaya mencapai tujuan layanan bimbingan karir dapat dilakukan dengan membuat perencanaan yang tepat dengan menyusun program layanan bimbingan karir yang akan dilaksanakan selama satu periode. Penyusunan program layanan bimbingan karir dalam hal ini mengacu kepada penyusunan program BK. Penyusunan program layanan Bimbingan Karir di sekolah memegang peranan yang penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah. Penyusunan program bimbingan karir merupakan seperangkat kegiatan merumuskan masalah dan tujuan, sasaran, bentuk kegiatan, personalia, fasilitas, dan dana yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (Dewa Ketut Sukardi, 1987: 222). Sedangkan menurut Munandir (1996: 249-250) rencana program yang baik adalah yang berdasarkan pada kebutuhan siswa. Guru BK dapat mengetahui kebutuhan dan masalah karir siswa dengan berbagai cara, seperti pengamatan, wawancara, studi dokumen, laporan, dan kuisioner. Menurut Fathur Rahman (2008: 19) penyusunan program BK pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1) pemetaan kebutuhan dan masalah atau need assessment; dan 2) merancang program yang
28
sesuai dengan kebutuhan dan masalah. Penjelasan dari tiap langkah adalah sebagai berikut: 1) Need assessment Menurut Depdiknas (2008: 220) penyusunan program bimbingan karir di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, yaitu mengidentifikasi aspek yang akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi penyusunan program bimbingan karir di sekolah. Kegiatan asesmen meliputi (a) asesmen lingkungan, yakni terkait kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarat (wali siswa); sarana dan prasarana program bimbingan karir; kondisi dan kualifikasi konselor; dan kebijakan pimpinan sekolah; (b) asesmen kebutuhan peserta didik, yang terkait karakteristik peserta didik, seperti aspek fisik, kecerdasan, minat, masalah yang dialami, dan tugas perkembangan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen sebagai berikut:
a)
implementasi
menyusun
instrumen
penilaian
penilaian
kebutuhan
atau
kebutuhan;
pengumpulan
b) data
menggunakan instrumen; c) analisis hasil penilaian kebutuhan; d) pemetaan kebutuhan/permasalahan. 2) Merancang Program Rencana program yang diperlukan sebaiknya memenuhi unsur 5W + H1 (what, why, where, when, and how). Hal-hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:
29
a) Identifikasi kegiatan yang perlu dilakukan berdasarkan tugas perkembangan peserta didik. b) Mempertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan di atas. c) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan tersebut dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk satu tahun pelajaran. d) Program bimbingan perlu dijadwalkan ke dalam kalender pendidikan, mencakup kalender tahunan, bulanan, mingguan. e)
Program perlu dilaksanakan dalam bentuk kontak langsung dan tanpa kontak langsung.
Secara umum kegiatan dalam perencanaan layanan bimbingan karir dipaparkan oleh Achmad Juntika Nurihsan (2005: 28) bahwa kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan dalam perencanaan layanan bimbingan karir yakni needs assessment; menentukan tujuan program; menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan; menentukan metode dan teknik yang akan digunakan; menetapkan personel yang akan melaksanakan kegiatan; persiapan fasilitas dan biaya pelaksanan kegiatan. Dalam kegiatan perencanaan, Ridwan (2008: 156) menambahkan untuk meminta arahan pimpinan lembaga tentang program yang akan disusun; menuangkan langkah-langkah dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL); menyusun bentuk akhir program bimbingan karir untuk
30
satu semester atau satu tahun secara lengkap; memaparkan program yang telah disusun. Program bimbingan yang telah disusun dengan baik, tidak akan terlaksana secara maksimal tanpa adanya penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Menurut Dewa ketut Sukardi (1987: 256) sarana merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah. Program bimbingan karir yang telah disusun tidak mungkin terlaksana dengan efektif tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai. Menurut Prayitno (1997: 215) prasarana pokok yang dibutuhkan yaitu ruangan beserta perabotannya (meja, kursi, lemari, rak, dsb), ruang BK seharusnya diatur agar siswa yang datang merasa senang dan para personil pelaksana merasa betah atau nyaman bekerja di ruang tersebut. Idealnya ruang BK menurut Depdiknas (2007: 238) yakni, terdapat ruang kerja, ruang administrasi atau data, ruang konseling individual, ruang BK kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi, dan ruang tamu. Menurut Sukardi (1987: 283) perlengkapan ruang BK yakni perabotan, alat tulis kantor, perekam suara, perangkat komputer, dan papan media bimbingan. Sedangkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan bimbingan menurut Sunaryo Kartadinata (2002: 213) yaitu alat pengumpul data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis, dan perlengkapan administratif. Alat pengumpul data dapat berupa tes dan
31
non-tes. Alat pengumpul data tes dapat berupa instrumen tes psikologi, tes minat, tes kepribadian. Alat pengumpul data non-tes diantaranya: pedoman wawancara, pedoman observasi (catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian), angket, dan daftar isian sosiometri. Alat penyimpan data dapat berupa kartu pribadi, buku pribadi, dan map. Perlengkapan teknis seperti buku pedoman/ petunjuk. Perlengkapan administratif yang diperlukan diantaranya blanko surat, format surat, agenda surat, arsip surat, laporan, kartu konsultasi, kartu kasus, dan buku paket (Sukardi, 1987: 285). Selain itu, dalam menyusun perencaan perlu menetapkan anggaran yang dibutuhkan. Pengadaan anggaran pelaksanaan layanan bimbingan karir merupakan hal yang perlu mendapat penekanan. Secara khusus anggaran biaya yang perlu disiapkan untuk layanan bimbingan diantaranya biaya operasional, personil, pengadaan dan pemeliharaan alat, dan biaya insidental (Sukardi, 1987: 291). Menambahkan penjelasan Sukardi, secara umum menurut Prayitno (1997: 218) dana diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu juga diperlukan untuk keperluan perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, dan penyusunan laporan kegiatan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan layanan bimbingan karir, yang dilakukan adalah kegiatan needs assessment, merancang program bimbingan karir, serta penyiapan sarana dan prasarana. Langkah needs assessment yakni, menyusun
32
instrumen, pengumpulan data dilanjutkan analisis, dan pemetaan kebutuhan/permasalahan. Hasil needs assessment akan digunakan sebagai dasar merancang program bimbingan karir, berupa program tahunan, semesteran, dan harian kemudian dilengkapi dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). RPL dibuat dengan melampirkan materi dari sumber terpercaya yang menarik sesuai kebutuhan siswa serta instrumen penilaian. Hal yang dilakukan dalam merancang program yakni, membuat matriks jadwal waktu untuk satu tahun pelajaran; menentukan jenis kegiatan; dan membuat rancangan dana. Penyiapan sarana meliputi alat pengumpul data, alat penyimpan data, anggaran dana, perlengkapan teknis, dan administratif, sedangkan prasarana yakni Ruang BK dan perabotannya. b. Pengorganisasian Organisasi layanan bimbingan karir di sekolah mengacu kepada organisasi BK di sekolah karena bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan BK. Menurut Terry (1977: 264) pengorganisasisan adalah proses membangun kerjasama yang efektif agar dapat bekerja secara efisien dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sukardi (2008: 39-40) pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan mekanisme kerja layanan bimbingan dan konseling. Pengorganisasian kegiatan bimbingan karir di sekolah memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan bimbingan
33
karir di sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian layanan bimbingan karir agar dapat tercipta koordinasi yang baik sebagai berikut: 1) Semua personel sekolah, baik kepala sekolah koordinator BK, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi BK, dihimpun dalam satu wadah sehingga terwujud satu kesatuan cara bertindak dalam usaha membantu memberikan layanan BK. 2) Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja, BK di sekolah harus tunggal sehingga siswa tidak bingung. 3) Tugas, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing personil yang terlibat dala pelaksanaan BK harus dirinci dengan jelas, sehingga setiap personil memahami kewajiban dan tanggung jawabnya (Sukardi, 2008: 40). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengorganisasian layanan Bimbingan karir, hal-hal yang dilaksanakan yakni mengetahui kondisi personil, membuat deskripsi tugas masingmasing personil, pembagian tugas setiap personil, dan kerjasama personil baik internal maupun eksternal. Kondisi personil BK dapat dilihat dari rasio guru BK dengan siswa, kualifikasi akademik dan kompetensinya. c. Pelaksanaan Menurut Sukardi (1987: 235) setelah proses penyusunan program dan penyediaan kelengkapan bimbingan karir terjuwud, langkah selanjutnya yaitu pelaksanaan program bimbingan karir. Langkah ini
34
pada intinya merupakan seperangkat kegiatan yang telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana, dan berkelanjutan. Menurut Sukardi (1987: 235-236) pelaksanaan program bimbingan karir di sekolah meliputi: layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, dan konseling. Munandir (1996: 259-260) menambahkan program bimbingan karir diantaranya yakni: pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2011: 47) menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir harus didukung oleh tempat, waktu, dan materi yang sesuai. Metode yang digunakan oleh guru BK juga harus tepat. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 490) beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan yakni, ceramah, diskusi kelompok, demontrasi, sosiodrama, karyawisata, career day. Menurut Prayitno (2002: 63) tempat sebaiknya dirancang agar siswa merasa nyaman dan dapat dilaksanakan layanan yang sesuai dengan asas-asas dan kode etik BK. Layanan bimbingan karir memerlukan waktu yang cukup. Penggunaan waktu di luar jam pelajaran juga perlu disediakan dan diatur dengan baik. Oleh karena itu, perlu disediakan tempat dan waktu yang memadai agar setiap kegiatan yang sudah disusun dapat terlaksana dengan efektif. Dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan karir pemilihan media yang sesuai sangat mempengaruhi keberhasilan proses layanan
35
bimbingan karir. Penggunaan layanan media yang baik dalam layanan bimbingan karir merupakan salah satu indikator proses pelaksanaan layanan bimbingan karir berjalan baik (Aryadi Warsito dan Agus Triyanto, 2010: 12). Dewa Ketut Sukardi (2008: 113) menjelaskan bahwa layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru BK dengan pihak-pihak yang terkait, baik di dalam maupun di luar sekolah. Prayitno (1997: 217) menambahkan demikian juga kerja sama dengan orang tua siswa, seluruh siswa di sekolah, para ahli lain yang diperlukan dalam rangka alih tangan kasus, dan berbagai lembaga serta pihak-pihak lain di masyarakat pada umumya perlu disusun dan dikembangkan secara maksimal. Jadi pelaksanaan program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Pelaksanaan program-program tersebut memerlukan waktu, tempat, metode, dan media yang memadai sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal. d. Evaluasi dan Tindak lanjut Menurut Sukardi (1987: 253) evaluasi dan tindak lanjut dalam Bimbingan Karir adalah seperangkat kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan bimbingan karir sehingga dapat mengatasi hambatan yang dialami dalam pelaksanaan bimbingan karir.
36
Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005: 46) evaluasi dalam bimbingan karir dapat dilakukan dengan cara berikut: 1)
Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir.
2)
Mengungkap pemahaman siswa tentang materi bimbingan karir yang disampaikan.
3)
Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya.
4)
Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut.
5)
Mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir. Kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam
tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan karir. Menurut Prayitno (1997: 214) evaluasi dan tindak lanjut perlu dilaksanakan agar program bersifat dinamis dan berkembang secara berkelanjutan. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan setelah mengetahui hasil evaluasi atau penilaian. Menurut Sunaryo Kartadinata (2007: 233) hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program, dan dampak
37
program terhadap siswa. Hal yang perlu dilakukan dalam tindak lanjut ini yakni: 1) Menyusun perbaikan dan pengembangan program 2) Melakukan referal bagi peserta didik yang memerlukan bantuan dari ahli Kesimpulan beberapa pendapat di atas adalah kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut kemudian membuat laporan pelaksanaan program bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam evaluasi yakni mengamati partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan karir; Mengungkap pemahaman siswa tentang masalah karir yang dialaminya; Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut; Mengungkap kelancaran proses bimbingan karir. Dan hal yang dilakukan dalam tidak lanjut yakni melakukan referal dan perbaikan serta pengembangan program bimbingan karir. Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir terdiri atas empat aspek, yakni: (1) aspek perencanaan, (2) aspek pengorganisasian, (3) aspek pelaksanaan, (4) aspek evaluasi dan tindak lanjut. B. Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses untuk memajukan suatu bangsa, melalui pendidikan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa akan dapat dikembangkan dan dibentuk untuk mencerdaskan kehidupan
38
bangsa sesuai fungsi dan tujuan pendidikan. Namun demikian fungsi dan tujuan pendidikan tersebut hanya akan dapat terwujud apabila setiap sub sistem pendidikan nasional terlaksana dengan baik. Layanan BK sebagai salah satu sub sistem dalam pendidikan memiliki sumbangsih dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Tantangan dalam dunia pendidikan saat ini berkembang semakin kompleks. Tidak hanya sebatas pada aspek belajar peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari bidang ilmu tertentu, namun juga sudah merambah pada aspek karir, seperti kebingungan karir setelah lulus sekolah yang mengakibatkan jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya. Hal ini tentu saja dapat mengancam masa depan para peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu perlu adanya bantuan dari guru BK berupa layanan bimbingan karir untuk memberikan informasi karir, menentukan pilihan karir dan mengambil keputusan karir yang sesuai dengan potensi siswa. Pada prakteknya ternyata layanan bimbingan karir di sekolah tidak dapat berjalan dengan mudah. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan karir oleh guru BK. Permasalahan adalah hal yang menjadikan masalah; hal yang dipermasalahkan; atau persoalan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 719). Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir adalah segala hal yang menjadi masalah dan menghambat dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir. Berdasarkan observasi dan wawancara serta kajian teori dapat di identifikasi permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah.
39
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir dapat ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. 1. Perencanaan layanan bimbingan karir Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan meliputi kegiatan needs assessment, merancang program bimbingan karir, serta penyiapan sarana dan prasarana. Langkah needs assessment yakni, menyusun instrumen, pengumpulan data dilanjutkan analisis, dan pemetaan kebutuhan/permasalahan. Hasil needs assessment akan digunakan sebagai dasar merancang program bimbingan karir, berupa program tahunan, semesteran, dan harian kemudian dilengkapi dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). RPL dibuat sesuai format dengan melampirkan materi dari sumber terpercaya yang menarik sesuai kebutuhan siswa serta instrumen penilaian. Hal yang dilakukan dalam merancang program yakni, membuat matriks jadwal waktu untuk satu tahun pelajaran; menentukan jenis kegiatan; dan membuat rancangan dana. Sedangkan penyiapan sarana meliputi alat pengumpul data, alat penyimpan data, anggaran dana, perlengkapan teknis, dan administratif, sedangkan prasarana yakni ruang BK dan perabotannya. 2. Pengorganisasian layanan bimbingan karir Pengorganisasian layanan bimbingan karir berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan mekanisme kerja layanan bimbingan karir. Hal-hal yang dilaksanakan yakni mengetahui
40
kondisi personil, membuat deskripsi tugas masing-masing personil, pembagian tugas setiap personil, dan kerjasama personil baik internal maupun eksternal. Kondisi personil BK dapat dilihat dari rasio guru BK dengan siswa, kualifikasi akademik dan kompetensinya. 3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir Pelaksanaan program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Pelaksanaan program-program tersebut memerlukan waktu, tempat, metode, dan media yang memadai sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal. 4. Evaluasi dan Tindak Lanjut Layanan Bimbingan Karir Kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut kemudian membuat laporan pelaksanaan program bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam evaluasi yakni mengamati partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan karir; mengungkap pemahaman siswa tentang masalah karir yang dialaminya; mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut; mengungkap kelancaran proses bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam tidak lanjut yakni melakukan referal dan perbaikan serta pengembangan program bimbingan karir. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan yakni:
41
1. Apakah permasalahan pada aspek perencanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta? 2. Apakah permasalahan pada aspek pengorganisasian layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta? 3. Apakah permasalahan pada aspek pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta? 4. Apakah permasalahan pada aspek evaluasi dan tindak lanjut yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakara?
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survei. Menurut Sugiyono (2014: 7) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, penelitian ini tidak menguji hipotesis tetapi menggambarkan suatu keadaan yang apa adanya tentang suatu variabel. Jenis penelitian deskriptif yakni: survei, studi kasus, penelitian perkembangan, dan penelitian korelasional (Suharsimi Arikunto, 2005: 234-236). Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Menurut (Suharsimi Arikunto, 2005: 236) penelitian survei dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Survei yang dilakukan kepada semua populasi dinamakan penelitian sensus. Penelitian kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survei pada penelitian ini menggambarkan variabel atau keadaan di lapangan berupa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.
43
B. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2014: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian dapat ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK SMK Negeri. C. Tempat dan Waktu Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dulu melakukan observasi. Kegiatan observasi berupa wawancara singkat dengan guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan karir. Selanjutnya peneliti menentukan setting penelitian yakni di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan pertimbangan sekolah-sekolah tersebut memiliki data-data yang diperlukan dalam penelitian dan belum pernah diteliti terkait permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah ini. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 1. Daftar sekolah dan Alamat Tempat Pengambilan Data Nama Sekolah Alamat SMK N 1 Yogyakarta Jalan Kemetiran Kidul No. 35, Yk SMK N 2 Yogyakarta Jalan A. M Sangaji No. 43, Yk SMK N 3 Yogyakarta Jalan R. W. Mangunsidi No. 2, Yk SMK N 4 Yogyakarta Jalan Sidikan No. 60, Yk SMK N 5 Yogyakarta Jalan Kenari No. 71, Yk SMK N 6 Yogyakarta Jalan Kenari No. 4, Yk SMK N 7 Yogyakarta Jalan Gowongan Kidul No. 416, Yk
44
D. Subyek Penelitian Penentuan subyek dalam penelitian ini berdasarkan jumlah populasi yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 95) jika subyek kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya dan penelitian tersebut termasuk penelitian populasi. Dalam penelitian ini semua guru BK di SMK Negeri seKota Yogyakarta menjadi subyek penelitian, berjumlah 38 orang. Tabel 2. Daftar Subyek Nama Sekolah SMK N 1 Yogyakarta SMK N 2 Yogyakarta SMK N 3 Yogyakarta SMK N 4 Yogyakarta SMK N 5 Yogyakarta SMK N 6 Yogyakarta SMK N 7 Yogyakarta Jumlah
Jumlah Guru BK kelas XII 4 guru BK 8 guru BK 7 guru BK 8 guru BK 3 guru BK 4 guru BK 4 guru BK 38 guru BK
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Teknik pengumpulan data utama dalam penelitian ini menggunakan angket sedangkan teknik pengumpulan data pendukung yakni observasi. Penggunaan angket dipilih karena menurut peneliti angket adalah metode yang baik dan dirasa cocok untuk setting penelitian yang terdiri dari banyak sekolah yang berbeda-beda sehingga tidak menyita banyak waktu dalam pelaksanaannya. 1. Angket Menurut Sugiyono (2014: 142) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan terbuka/ tertutup secara tertulis kepada
45
responden untuk dijawab. Angket penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai. Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap (Nasution, 2012: 128). Angket dalam penelitian ini diberikan kepada guru BK SMK Negeri se-Kota Yogyakarta untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. 2. Observasi Penelitian ini juga menggunakan observasi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data pendukung. Menurut Sugiyono (2014: 146) observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan karena peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Peneliti menggunakan pedoman observasi sebagai instrumen penelitian pendukung. Observasi dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan layanan bimbingan karir, terutama sarana dan prasarana ruang bimbingan dan konseling.
46
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar sistematis (Suharsimi Arikunto, 2005: 101). Instrumen utama penelitian ini adalah angket berbentuk checklist dan instrumen pendukungnya adalah pedoman observasi. Pada angket bentuk checklist, subyek penelitian akan membubuhkan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia untuk memberikan jawaban. Instrumen
utama
penelitian
ini
adalah
angket
permasalahan
pelaksanaan layanan bimbingan karir yang digunakan untuk mengungkap permasalahan yang dialami oleh guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir dari sudut pandang guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan karir. Sedangkan instrumen pendukung penelitian ini yakni pedoman observasi, untuk mengungkap ketersediaan sarana dan prasarana pelaksanaan layanan bimbingan karir, terutama sarana dan prasarana ruang bimbingan dan konseling. 1. Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir Pembuatan angket penelitian ini mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 135) tahap-tahap penyusunan instrumen yaitu: a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di rumusan judul penelitian atau yang tertera di problematika penelitian. b. Menjabarkan variable menjadi sub variabel. c. Mencari indikator setiap sub variable. d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator. e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen. f. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar.
47
Berdasarkan uraian di atas, tahapan penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel dari judul penelitian Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yakni segala hal yang menjadi masalah atau persoalan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel Variabel permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir dijabarkan menjadi beberapa sub variabel. Sub variabel disusun menurut kajian teori pada BAB II penelitian ini. Sub variabel penelitian ini adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. c. Mencari indikator setiap sub variabel Setiap sub indikator dijabarkan menjadi bagian yang lebih rinci menjadi deskriptor. Indikator dari variabel permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan a) Need Assessment b) Merancang Program Bimbingan Karir
48
c) Prasarana d) Sarana 2) Pengorganisasian a) Kondisi personil (Guru BK) b) Deskripsi dan pembagian tugas personil BK c) Kerjasama dan Koordinasi personil BK 3) Pelaksanaan a) Pelaksanaan program layanan dasar b) Pelaksanaan program layanan responsif c) Pelaksanaan program perencanaan individual d) Waktu dan tempat pelaksanaan layanan bimbingan karir e) Metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir f) Media yang digunakan dalam layanan bimbingan karir 4) Evaluasi dan tindak lanjut a) Evaluasi b) Tindak lanjut c) Pelaporan d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator Setelah menentukan indikator selanjutnya setiap indikator tersebut dijabarkan menjadi deskriptor yang lebih rinci. Berikut ini deskriptor angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir. 1) Perencanaan a) Need Assessment
49
-
Mengetahui langkah-langkah need assessment
-
Alat atau Instrumen need assessment
-
Mengumpulkan data need assessment
-
Menganalisis hasil needs assessment
-
Memetakan kebutuhan layanan bimbingan karir
b) Merancang Program Bimbingan Karir -
Menyusun program tahunan dan semesteran bimbingan karir
-
Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) bimbingan karir
c) Prasarana -
Kondisi Ruang BK
d) Sarana -
Alat Pengumpul data tes dan non-tes
-
Alat penyimpan data
-
Perlengkapan teknis
-
Perlengkapan administratif
-
Anggaran dana
2) Pengorganisasian a) Kondisi personil (Guru BK) -
Rasio guru BK dengan siswa
-
Kualifikasi akademik guru BK
-
Kompetensi Pedagogik guru BK
50
-
Kompetensi Kepribadian guru BK
-
Kompetensi sosial guru BK
-
Kompetensi Profesional guru BK
b) Deskripsi dan pembagian tugas personil BK -
Deskripsi tugas masing-masing personil BK
-
Pembagian tugas, tanggung jawab/ wewenang guru BK
c) Kerjasama dan Koordinasi personil BK -
Kegiatan koordinasi internal antar personil BK
-
Kegiatan koordinasi eksternal personil BK dengan pihak terkait
-
Kerjasama antar personil
-
Kerjasama eksternal
3) Pelaksanaan a) Pelaksanaan program layanan dasar -
Pelaksanaan program layanan informasi karir
-
Pelaksanaan program layanan orientasi karir
-
Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja
-
Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir
-
Pelaksanaan program carrer day
b) Pelaksanaan program layanan responsif -
Pelaksanaan konseling karir individu
-
Pelaksanaan konseling karir kelompok
51
-
Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir
-
Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa
-
Pelaksanaan alih tangan kasus
c) Pelaksanaan program perencanaan individual -
Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran
d) Waktu dan tempat pelaksanaan layanan bimbingan karir -
Waktu pelaksanaan layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya
-
Pemberian layanan bimbingan karir pada jam khusus layanan BK
-
Pemberian layanan bimbingan karir di luar jam pelajaran
-
Tempat layanan bimbingan karir representatif
e) Metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir -
Metode yang digunakan: ceramah, diskusi kelompok, sosiodrama, karyawisata karir, career days, permainan.
-
Pemilihan metode yang tepat dan sesuai
f) Media yang digunakan dalam layanan bimbingan karir -
Pemilihan dan penggunaan media
4) Evaluasi dan tindak lanjut a) Evaluasi
52
-
Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir
-
Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya
-
Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut
-
Mengungkap
kelancaran
proses
dan
suasana
penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir b) Tindak lanjut -
Melakukan alih tangan kasus
-
Perbaikan dan pengembangan program
d) Pelaporan -
Laporan pelaksanaan program (lapelprog) disusun berdasar hasil evaluasi program layanan bimbingan karir
-
Laporan pelaksanaan program disosialisasikan pada pihakpihak terkait.
53
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK se-Kota Yogyakarta Variabel
Sub-Variabel
Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir
Perencanaan
Indikator
Deskriptor
1. Need assessment untuk mengungkap data kebutuhan yang berkaitan dengan penyusunan program bimbingan karir
a. b. c. d. e.
Mengetahui langkah-langkah need assessment Alat atau Instrumen need assessment Mengumpulkan data need assessment Menganalisis hasil needs assessment Memetakan kebutuhan layanan bimbingan karir
2. Merancang Program bimbingan karir
a. Menyusun program tahunan dan semesteran bimbingan karir b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) bimbingan karir
No Item 1 2-3 4 5-6 7
Jum lah 7
8-11
8
12-15
3. Prasarana
a. Kondisi Ruang BK
16-22
7
4. Sarana
a. b. c. d. e.
23-24 25-26 27 28 29-30
7
54
Alat Pengumpul data tes dan non-tes Alat penyimpan data Perlengkapan teknis Perlengkapan administratif Anggaran dana
Pengorganisasian 1. Kondisi personil BK (guru BK)
a. b. c. d. e. f. 2. Deskripsi dan pembagian a. tugas personil BK b. 3. Kerjasama dan Koordinasi personil BK
Pelaksanaan
1. Pelaksanaan program layanan dasar
c. d.
Rasio guru BK dengan siswa Kualifikasi akademik guru BK Kompetensi Pedagogik guru BK Kompetensi Kepribadian guru BK Kompetensi sosial guru BK Kompetensi Profesional guru BK Deskripsi tugas masing-masing personil BK Pembagian tugas, tanggung jawab/ wewenang guru BK Kegiatan koordinasi internal antar personil BK Kegiatan koordinasi eksternal personil BK dengan pihak terkait Kerjasama antar personil Kerjasama eksternal
a. b. c. d. e.
Pelaksanaan program layanan informasi karir Pelaksanaan program layanan orientasi karir Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir Pelaksanaan program carrer day
a. b.
55
31 32-33 34-36 37-40 41-45 46-47 48 49
17
50 51
5
52 53-54 55 56 57 58 59
2
5
2. Pelaksanaan program layanan responsif
3. Pelaksanaan program perencanaan individual 4. Waktu dan tempat pelaksanaan layanan bimbingan karir
5. Metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir 6. Media layanan bimbingan karir
a. Pelaksanaan konseling karir individu b. Pelaksanaan konseling karir kelompok c. Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir d. Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa e. Pelaksanaan alih tangan kasus
60 61 62
a. Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran
65
1
a. Waktu pelaksanaan layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya b. Pemberian layanan bimbingan karir pada jam khusus layanan BK c. Pemberian layanan bimbingan karir di luar jam pelajaran d. Tempat layanan bimbingan karir representatif
66
4
63 64
67 68 69
a. Metode yang digunakan: ceramah, diskusi 70-73 kelompok, sosiodrama, karyawisata karir, career days, permainan. b. Pemilihan metode yang tepat dan sesuai 74-75 a. Pemilihan dan penggunaan media
56
5
4
2
Evaluasi dan tindak lanjut
1. Evaluasi
a. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir b. Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya c. Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut d. Mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir
2. Tindak Lanjut
a. Melakukan alih tangan kasus b. Perbaikan dan pengembangan program
3. Laporan
a. Laporan pelaksanaan program (lapelprog) disusun berdasar hasil evaluasi program layanan bimbingan karir b. Laporan pelaksanaan program disosialisasikan pada pihak-pihak terkait.
57
76
4
77 78 79 80 81 82
83
2 2
e.
Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen Langkah
selanjutnya
yaitu
membuat
butir-butir
instrumen
berdasarkan deskriptor yang telah dibuat. Jawaban setiap item instrumen pada angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir berupa jawaban ya atau tidak. f. Melengkapi instrumen dengan pengantar dan petunjuk pengisian Langkah selanjutnya adalah membuat pedoman pengisian. Pedoman pengisian bertujuan untuk memandu subyek mengisi angket. Pembuatan kata pengantar berfungsi untuk memberi tahu subyek maksud dan tujuan angket serta ucapan terima kasih.
2. Pedoman Observasi Instrumen pendukung penelitian ini yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan melakukan observasi sehingga observasi dapat dilakukan secara terarah, efektif, dan efisien. Pedoman observasi berbetuk check list, peneliti hanya perlu membubuhkan tanda check list (√) pada setiap gejala yang muncul saat melakukan pengamatan. Pedoman observasi dilengkapi dengan kolom keterangan sebagai tempat untuk memberikan informasi yang lebih rinci terkait dengan gejala yang muncul. Kisi-kisi pedoman observasi penelitian ini sebagai berikut.
58
Tabel 4. Kisi- kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir Sub variabel Indikator Sarana dan 1. Ruang BK Prasarana 2. Perlengkapan ruang BK
Deskriptor a. Ruang BK sesuai standar ABKIN
Kriteria Tersedia
a. Terdapat perabotan, alat tulis kantor, perangkat computer. b. Tersedia papan media bimbingan a. Tersedia Alat pengumpul data tes dan non-tes
Tersedia
3. Alat Pengumpul Data 4. Alat a. Tersedia buku pribadi, dan map Penyimpan Data 5. Sarana Teknis a. Tersedia buku pedoman/ petunjuk, buku paket, dan blanko surat. 6. Media a. Terdapat media grafis dan elektronik
Tersedia
Tersedia
Tersedia Tersedia
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur data yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur itu valid (Sugiyono, 2014: 121). Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 167) terdapat dua jenis validitas yakni validitas logis dan validitas empiris. Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas logis, yang meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan teori, sedangkan validitas konstruk yakni yang mempertanyakan apakah butir pernyataan instrumen telah sesuai dengan konsep kelimuan. Penyusunan instrumen penelitian ini berdasarkan kajian teori yang relevan dan dirancang menggunakan kisi-kisi instrumen yang
59
dikonsultasikan dengan pendapat ahli (expert judgement) yakni dosen pembimbing, sehingga dapat dikatakan instrumen penelitian ini telah valid. 2. Reliabilitas Menurut Djamaludin Ancok (2008:140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan internal consistency. Menurut Sugiyono (2007: 278) pengujian reliabilitas dengan internal consistency yakni dilakukan dengan cara melakukan ujicoba instrumen sekali saja, kemudian diperoleh analisis dengan teknik tertentu, seperti: teknik belah dua, KR-20, KR-21, dan Anova Hyot. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20). Rumus KR-20 digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya 1 dan 0, dan jumlah item soal ganjil. Dengan mempertimbangkan efektifitas waktu dalam pengolahan uji reliabilitas, maka digunakan formula KR-20 yang dikelola dengan bantuan Microsoft Excel 2010. Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil bahwa angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di SMK Negeri memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,991 dari total 83 item. Nilai tersebut menunjukkan bahwa angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di SMK Negeri memiliki reliabilitas tinggi.
60
H. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2014: 147) analisis data merupakan kegiatan setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, meliputi kegiatan mentabulasi data dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data penelitian ini yakni teknik analisis kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2014: 147) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul secara apa adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Hasil data kuantitatif dari jawaban angket dianalisis secara deskriptif dengan teknik presentase. Adapun langkah
yang ditempuh
dalam
menggunakan teknik analisis data ini sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi jawaban angket. 2. Menentukan skor jawaban responden sesuai skor yang telah ditetapkan. 3. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK pada setiap aspek, maka dihitung persentase dengan rumus sebagai berikut: 𝑓
P = 𝑁 𝑥 100% Keterangan: P : persentase f : jumlah frekuensi setiap aspek
61
N : jumlah subyek x jumlah butir setiap aspek Rumus persentase di atas untuk mengetahui tingkat permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK pada setiap aspek, dengan menghitung jumlah frekuensi setiap aspek atau (f), dibagi dengan jumlah subyek dikali jumlah item setiap aspek atau (N), maka diperoleh persentase. 4. Kemudian untuk mengetahui tingkat permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK pada setiap butir masalah, maka digunakan rumus: 𝑓
P = 𝑁 𝑥 100% Keterangan: P : persentase f : jumlah frekuensi setiap butir N : jumlah frekuensi setiap aspek Rumus persentase di atas untuk mengetahui tingkat permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK pada setiap butir masalah dengan menghitung jumlah frekuensi setiap butir (f), dibagi dengan jumlah frekuensi setiap aspek (N), maka diperoleh persentase.
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian Pengolahan data hasil penelitian berdasarkan jawaban yang diperoleh dari guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta terhadap pernyataan yang tertuang dalam angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data berupa angka yang merupakan skor dari jawaban angket. Data angka hasil perhitungan skor jawaban guru BK terhadap pernyataan dalam angket selanjutnya dihitung menggunakan rumus deskriptif persentase. Tabel data penelian dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 85. Hasil penelitian ini akan dianalisis dan dibahas berdasarkan masalah setiap aspek dengan menghitung jumlah frekuensi setiap aspek atau (f), dibagi dengan jumlah subyek dikali jumlah item setiap aspek atau (N), maka diperoleh persentase. Kemudian dianalisis setiap butir masalah dengan menghitung jumlah frekuensi setiap butir (f), dibagi dengan jumlah frekuensi setiap aspek (N), maka diperoleh persentase. B. Analisis Data 1.
Permasalahan Seluruh Aspek Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ditinjau dari empat aspek, yakni: aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, aspek evaluasi dan tindak lanjut. Berikut ini hasil analisis permasalahan
63
setiap aspek berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri seKota Yogyakarta. Tabel 5. Analisis Permasalahan Setiap Aspek Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No
ASPEK
(f)
(N)
Persentase
1
Perencanaan
469
38 x 30 = 1140
469/1140 x 100% = 41,14%
2
Pengorganisasisan
387
38 x 24 = 912
387/912 x 100% = 42,43%
3
Pelaksanaan
363
38 x 21 = 798
363/798 x 100% = 45,49%
4
Evaluasi dan tindak lanjut
128
38 x 8 = 304
128/304 x 100% = 42,11%
Rata-rata
1347
38 x 83 = 3154
1347/3154 x 100% = 42,71%
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang tertinggi terletak pada aspek pelaksanaan dengan persentase 45,49%. Sedangkan permasalahan terendah terletak pada aspek perencanaan dengan persentase 41,14%. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung rata-rata permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yakni sebesar 42,71%. 2. Permasalahan pada Aspek Perencanaan Pada aspek perencanaan terdapat 30 butir masalah. Berikut ini hasil analisis setiap butir pernyataan pada aspek perencanaan berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.
64
Tabel 6. Analisis Masalah pada Aspek Perencanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No.
Butir Masalah Aspek Perencanaan
1 2
Kurang menguasai langkah-langkah penilaian kebutuhan Belum tersedia alat/ instrumen penilaian kebutuhan Kesulitan menyusun/ mengembangkan instrumen penilaian kebutuhan Kesulitan mengumpulkan data-data penilaian kebutuhan Belum menguasai metode analisis data penilaian kebutuhan dengan software komputer Kesulitan membuat interpretasi hasil penilaian kebutuhan Kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan Kesulitan menyusun program tahunan Bimbingan Karir berdasarkan hasil analisis evaluasi kebutuhan Bentuk rencana kegiatan Bimbingan Karir kurang bervariasi Kesulitan membuat matriks jadwal waktu pelaksanaan program Bimbingan Karir untuk satu tahun pelajaran Kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program Bimbingan Karir selama satu tahun pelajaran Kesulitan membuat Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Kesulitan mencari referensi materi Bimbingan Karir dari sumber terpercaya untuk RPL Kesulitan menyusun materi Bimbingan Karir yang menarik dan sesuai kebutuhan siswa Kesulitan menyusun instrumen evaluasi Bimbingan Karir Ruang BK belum memiliki ruang konseling individual untuk konseling karir Ruang BK belum memiliki ruang bk kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir Ruang BK belum memiliki ruang kerja guru BK Ruang BK berada di lokasi yang terpojok dari lingkungan sekolah (kurang strategis) Ruang BK dekat dengan ruang yang bising atau toilet Ketersediaan ATK di ruang BK terbatas Tidak tersedia papan bimbingan untuk media Bimbingan Karir Tidak tersedia alat pengumpul data tes (bakat, minat) Tidak tersedia alat pengumpul data non-tes (pedoman wawancara, observasi, DCM, AUM, ITP) Tidak tersedia buku pribadi siswa untuk layanan Bimbingan Karir Map penyimpanan data Bimbingan Karir tidak tersedia Buku pedoman/ petunjuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia Blanko atau arsip surat berkaitan dengan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia Anggaran dana untuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir terbatas jumlahnya Penggunaan dana untuk layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jawaban Tdk 16 22 14 24
Ya
(f)
(N)
16 14
469 469
Persen -tase 3,41% 2,99%
20
18
20
469
4,26%
16
22
16
469
3,41%
16
22
16
469
3,41%
17
21
17
469
3,62%
25
13
25
469
5,33%
15
23
15
469
3,2%
15
23
15
469
3,2%
20
18
20
469
4,26%
25
13
25
469
5,33%
13
25
13
469
2,77%
15
23
15
469
3,2%
15
23
15
469
3,2%
15
23
15
469
3,2%
15
23
15
469
3,2%
23
15
23
469
4,9%
11
27
11
469
2,35%
9
29
9
469
1,92%
11 13 9 20
27 25 29 18
11 13 9 20
469 469 469 469
2,35% 2,77% 1,92% 4,26%
13
25
13
469
2,77%
13
25
13
469
2,77%
12
26
12
469
2,56%
14
24
14
469
2,99%
14
24
14
469
2,99%
21
17
21
469
4,48%
14
24
14
469
2,99%
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek perencanaan yang tertinggi
65
terdapat 3 butir masalah yakni: kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil evaluasi kebutuhan dengan persentase 5,33%, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dengan persentase 5,33%, ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dengan persentase 4,9%. 3. Permasalahan pada Aspek Pengorganisasian Pada aspek pengorganisasian terdapat 24 butir masalah. Berikut ini hasil analisis setiap butir pernyataan pada aspek pengorganisasian, berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Tabel 7. Analisis Masalah Aspek Pengorganisasian Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Jawaban No.
Butir Masalah Aspek Pengorganisasian
1
Rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi Guru BK bukan sarjana jenjang S-1 prodi Bimbingan dan Konseling Guru BK belum berpendidikan profesi konselor Guru BK kurang menguasai konsep teori Bimbingan Karir Kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan Bimbingan Karir sesuai harapan untuk melanjutkan pendidikan dan pilihan karir Guru BK kurang memperlihatkan konsistensi dalam melaksanakan ibadah Guru BK kurang dapat bersikap jujur dan santun Guru BK kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir yang efektif sesuai rencana Guru BK kurang dapat menarik partisipasi aktif siswa dalam melaksanakan Bimbingan Karir Guru BK kesulitan melakukan kerjasama dengan sesama personil BK di sekolah Kesulitan menyertakan pihak-pihak terkait di sekolah dalam merencanakan pelayanan Bimbingan Karir Kurang memanfaatkan organisasi profesi BK untuk membangun kolaborasi dalam pengembangan program Bimbingan Karir
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13
66
Ya
Tdk
23
15
23
387
Persen -tase (%) 5,94%
16
22
16
387
4,13%
23 20
15 18
23 20
387 387
5,94% 5,17%
22
16
22
387
5,68%
16
22
16
387
4,13%
14
24
14
387
3,62%
16
22
16
387
4,13%
21
17
21
387
5,43%
18
20
18
387
4,65%
12
26
12
387
3,1%
14
24
14
387
3,62%
15
23
15
387
3,88%
(f)
(N)
14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kesulitan berinteraksi dan berkolaborasi dengan institusi atau profesi lain untuk mencapai tujuan pelayanan Bimbingan Karir Kurang memanfaatkan keahlian profesi lain untuk membantu penyelesaian permasalahan bidang karir konseli sesuai kebutuhan Kurang menguasai konsep penelitian dalam Bimbingan Karir Kesulitan melaksanakan praktek penelitian dalam Bimbingan Karir Tidak ada deskripsi tugas masing-masing personil BK Pembagian tugas masing-masing personil BK untuk pelaksanaan program bimbingan karir tidak jelas Rapat koordinasi intern antar guru BK tidak dilaksanakan secara rutin Tidak ada pembahasan pelaksanaan program Bimbingan Karir dengan kepala sekolah, guru, dan staff Kerjasama antar personil BK belum optimal Kerjasama dengan siswa, guru, dan staff sekolah belum optimal Kesulitan melakukan Kerjasama dengan pihak luar sekolah, seperti wali siswa dan lembaga masyarakat
14
24
14
387
3,62%
15
23
15
387
3,88%
15
23
15
387
3,88%
21
17
21
387
5,43%
11
27
11
387
2,84%
11
27
11
387
2,84%
13
25
13
15
23
15
13 13
25 25
13 15
387
16
22
16
387
387 387
387
3,36% 3,88% 3,36% 3,36% 4,13%
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pengorganisasian yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi dengan persentase 5,94%, guru BK belum berpendidikan profesi konselor dengan persentase 5,94%, kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada dengan persentase 5,68%. 4. Permasalahan pada Aspek Pelaksanaan Pada aspek pelaksanaan layanan bimbingan karir terdapat 21 butir masalah. Berikut ini hasil analisis pada aspek pelaksanaan program layanan bimbingan karir berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.
67
Tabel 8. Analisis Masalah Aspek Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Jawaban No.
Butir Masalah Aspek Pelaksanaan
1 2
Pelaksanaan program layanan informasi karir belum optimal Pelaksanaan program layanan orientasi karir belum optimal Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja belum optimal Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal Pelaksanaan program carrer day belum optimal Pelaksanaan konseling karir individu belum optimal Pelaksanaan konseling karir kelompok belum optimal Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir belum optimal Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa belum optimal Pelaksanaan alih tangan kasus kari belum optimal Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran belum optimal Waktu pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak sesuai dengan perencanaannya Tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK Belum ada pemanfaatan waktu di luar jam pelajaran untuk Bimbingan Karir Tempat pemberian layanan Bimbingan Karir kurang nyaman dan kondusif Belum dapat menggunakan metode sosiodrama Belum dapat menggunakan metode karyawisata karir Belum dapat menggunakan metode games/ permainan Kesulitan menentukan metode yang tepat dan sesuai kebutuhan Kesulitan memilih media yang sesuai, tepat, dan menarik Kurang dapat menggunakan media dengan software komputer
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Ya
Tdk
16 17
22 21
16 17
363 363
Persentase (%) 4,41% 4,68%
18
20
18
363
4,96%
23
15
23
363
6,34%
15 14 17 18
23 24 21 20
15 14 17 18
363 363 363
4,13% 3,86% 4,68% 4,96%
18
20
18
18 22
20 16
18 22
13
25
13
26 20
12 18
26 20
16
22
16
20 23 14 14
18 5 24 24
20 23 14 14
363 363 363
11 10
27 28
11 10
363
3,03%
363
2,75%
(f)
(N)
363 363 363 363 363 363 363 363
363
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pelaksanaan yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal dengan persentase 6,34%, tidak terdapat jadwal masuk
68
4,96% 4,96% 6,06% 3,58% 7,16% 5,51% 4,41% 5,51% 6,34% 3,83% 3,86%
kelas khusus BK dengan persentase 7,16%, belum dapat menggunakan metode karyawisata karir dengan persentase 6,34%. 5. Permasalahan pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Pada aspek evaluasi dan tindak lanjut terdapat 8 butir masalah. Berikut ini hasil analisis pada aspek evaluasi dan tindak lanjut berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Tabel 9. Analisis Masalah Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Jawaban No.
1 2 3 4 5 6 7
8
Butir Masalah Evaluasi Kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir Tidak dapat mengungkap pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya Kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut Kesulitan menilai kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Karir Kesulitan melakukan referal (alih tangan kasus) layanan bimbingan karir Kesulitan melakukan perbaikan dan pengembangan program Bimbingan Karir Kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program (lapelprog) Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir Tidak melakukan sosialisasi lapelprog Bimbingan Karir kepada pihak terkait
(f)
(N)
Persen -tase (%)
Ya
Tdk
20
18
20
128
15,6%
14
24
14
128
10,9%
19
19
19
128
14,8%
15
23
15
128
11,7%
11
27
11
128
8,59%
10
28
10
128
7,81%
21
17
21
128
16,4%
18
10
18
128
14,1%
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pelaksanaan yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir dengan persentase 15,6%, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut dengan persentase 14,8%, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan
69
program (lapelprog) Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir dengan persentase 16,4%. C. Pembahasan Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah tidak terlepas dari hambatan. Hambatan tersebut dapat diartikan sebagai masalah yang dapat mengganggu kelancaran proses layanan bimbingan karir. Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir adalah segala hal yang menjadi masalah dan menghambat dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir. Permasalahan tersebut dapat muncul dari berbagai aspek. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah dilihat dari empat aspek, yakni: aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, aspek evaluasi dan tindak lanjut. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan tertinggi dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yakni pada aspek pelaksanaan. Selanjutnya akan dibahas tiga permasalahan yang tertinggi pada setiap aspek. 1. Permasalahan pada Aspek Perencanaaan Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek perencanaan yakni: kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil evaluasi kebutuhan, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program Bimbingan Karir selama satu tahun pelajaran, ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir.
70
Menurut Munandir (1996: 249-250) rencana program yang baik adalah yang berdasarkan pada kebutuhan siswa, guru BK dapat mengetahui kebutuhan dan masalah karir siswa dengan berbagai cara seperti pengamatan, wawancara, studi dokumen, dan kuisioner. Oleh karena itu masalah dalam aspek perencanaan dengan indikator masalah need assessment (penilaian kebutuhan) yakni kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan dapat mengambat pelaksanaan layanan bimbingan karir. Masalah tersebut dapat terjadi karena guru BK belum terbiasa mengadministrasikan data tentang penilaian kebutuhan karir siswa dengan sistemastis. Permasalahan pada aspek perencanaan dengan indikator menyusun rencana program tahunan dan semesteran yakni kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dapat mengganggu pelaksanaan layanan bimbingan karir. Menurut Sukardi (1987: 222) bahwa penyusunan rencana program tahunan atau semesteran layanan bimbingan karir di sekolah memegang peranan yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan bimbingan karir di sekolah. Masalah tersebut dapat muncul karena dalam membuat rancangan anggaran dana bimbingan karir untuk satu tahun dibutuhkan pemahaman manajemen keuangan yang baik. Selanjutnya idealnya ruang BK menurut Depdiknas (2007: 238) yakni, terdapat ruang kerja, ruang administrasi atau data, ruang konseling individual, ruang BK kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi, dan
71
ruang tamu. Permasalahan pada aspek perencanaan dengan indikator prasarana yakni ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dapat membuat siswa-siswa yang mendapatkan layanan bimbingan kelompok masalah karir merasa kurang nyaman. Masalah tersebut masih banyak dijumpai di beberapa sekolah karena belum adanya kebijakan dari sekolah untuk membangun ruang BK yang lebih representatif dan ideal untuk pelaksanaan layanan bimbingan karir. 2. Permasalahan pada Aspek Pengorganisasian Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek pengorganisasian yakni: rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi, guru BK belum berpendidikan profesi konselor, kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada. Menurut Prayitno (1997: 215) tenaga utama dalam pelayanan bimbingan karir adalah guru BK. Rasio seorang guru BK dan siswa SMK yaitu 1 : 150, artinya seorang guru BK memiliki tugas dan tanggungjawab melakukan pelayanan BK kepada 150 siswa. Pelaksanaan layanan bimbingan karir terhadap siswa kurang optimal jika rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi sebab kontrol guru BK terhadap siswa asuhnya akan melemah sehingga kurang dapat memahami kebutuhan permasalahan karir siswa dan membantu menyelesaikannya.
72
Selanjutnya permasalahan dengan indikator kualifikasi akademik yakni guru BK belum berpendidikan profesi konselor, dari 38 guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta belum ada yang mengambil pendidikan profesi konselor. Selain itu terdapat 11 orang guru BK di SMK Negeri seKota Yogyakarta yang berlatar belakang pendidikan non-BK. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah sarjana pendidikan (S1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan berpendidikan profesi konselor. Masalah kualifikasi akademik guru BK yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku terjadi karena kurangnya rekrutmen guru BK baru yang berasal dari sarjana S1 BK, sekolah memanfaatkan waktu guru mata pelajaran yang kekurangan jam mengajar untuk menjadi guru BK. Selain itu, permasalahan yang muncul dari aspek pengorganisasian dengan indikator kondisi personil BK yakni guru BK kesulitan melaksanakan layanan bimbingan karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada. Permasalahan tersebut merujuk kepada standar kompetensi guru BK yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 yakni kompetensi inti guru BK atau konselor dirumuskan menjadi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Permasalahan tersebut muncul karena guru BK kurang memperbarui keilmuan yang dimilikinya, hal ini ditinjau dari tidak pernah
73
mengikuti pelatihan, seminar atau workshop khusus tentang layanan bimbingan karir di sekolah. 3. Permasalahan pada Aspek Pelaksanaan Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek pelaksanaan yakni: program ceramah dari tokoh karir belum optimal, tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK, belum dapat menggunakan metode karya wisata karir. Permasalahan yang muncul dari aspek pelaksanaan dengan indikator pelaksanaan program layanan dasar yakni program ceramah dari tokoh karir belum optimal. Masalah tersebut termasuk dalam pelaksanaan program layanan informasi karir. Menurut Sukardi (1987: 236) layanan informasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir memegang peranan yang penting, dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu siswa untuk memahami dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, dan masalah kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, masalah pelaksanaan program layanan informasi karir berupa program ceramah dari tokoh karir yang belum optimal dapat menghambat siswa untuk memperoleh informasi karir yang bermanfaat untuk dirinya dan masa depannya. Masalah tersebut muncul jika guru BK kurang mempunyai jaringan dengan tokoh-tokoh yang sukses membangun karir mereka sehingga kesulitan untuk melakukan lobi terhadap para tokoh karir.
74
Selain itu, permasalahan yang muncul dari indikator metode yang digunakan
dalam
layanan
bimbingan
karir,
yakni
belum
dapat
menggunakan metode karya wisata karir. Menurut Sukaardi (1987: 522) metode karya wisata karir menekankan suatu kegiatan dimana siswa pergi ke luar kelas untuk mengunjungi situasi pekerjaan tertentu. Tujuan metode karyawisata dalam bimbingan karir adalah agar para siswa mengetahui, memahami, atau menghayati situasi pekerjaan sebagaimana adanya, siswa melakukan sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu metode ini sangat bermanfaat agar siswa dapat memiliki pemahaman yang konkrit tentang jenis pekerjaan tertentu. Permasalahan guru BK belum dapat menggunakan metode karya wisata karir muncul disebabkan kegiatan ini memerlukan dana yang cukup banyak dan perencanaan yang matang agar tidak hanya terjadi piknik yang tidak menambah ilmu. 4. Permasalahan pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek evaluasi dan tindak lanjut yakni: kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir. Permasalahan yang muncul dari aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator evaluasi yakni kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas
75
siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut. Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005: 46) evaluasi dalam bimbingan karir dapat dilakukan dengan cara mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir, mengungkap pemahaman siswa tentang materi bimbingan karir yang disampaikan, mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut, mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir. Permasalahan tersebut terjadi karena guru BK belum terbiasa melaksanakan evaluasi proses bimbingan karir. Selanjutnya, permasalahan yang muncul dari aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator laporan yakni kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program (lapelprog) Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir. Menurut Kemdikbud (2013: 21) laporan pelaksanaan
program
(lapelprog)
disusun
sebagai
wujud
pertanggungjawaban dari tugas guru BK dan sebagai bukti keterlaksanaan program. Permasalahan tersebut terjadi karena dalam proses pelaksanaan bimbingan karir administrasi dokumen kurang rapi sehingga saat akan menyusun laporan kesulitan mengumpulkan data-data saat program dilaksanakan.
76
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, antara lain: 1. Kurangnya kajian teori yang lebih mendalam tentang bimbingan karir, sehingga peneliti menggunakan teori layanan bimbingan dan konseling yang kemudian diterapkan dalam layanan bimbingan karir. 2. Penelitian hanya dilakukan di sekolah berstatus negeri.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, sebagai berikut: 1. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek perencanaan sebesar 41,14%. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan dengan persentase 5,33%. b. Masalah guru BK kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dengan persentase 5,33%. c. Ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dengan persentase 4,9%. 2. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek pengorganisasian sebesar 42,43%. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Masalah rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi dengan persentase 5,94%. b. Masalah guru BK belum berpendidikan profesi konselor dengan persentase 5,94%.
78
c. Masalah guru BK kesulitan melaksanakan layanan bimbingan karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada dengan persentase 5,68%. 3. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek pelaksanan sebesar 45,49%. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Masalah tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK dengan persentase 7,16%. b. Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal dengan persentase 6,34%. c. Belum dapat menggunakan metode karyawisata karir dengan persentase 6,34%. 4. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek evaluasi dan tindak lanjut sebesar 42,11%. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir dengan persentase 16,4%. b. Kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir dengan persentase 15,6%. c. Kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut dengan persentase 14,8%.
79
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah a. Menyediakan prasarana (ruang BK) untuk layanan bimbingan karir yang memadai dan sesuai standar. b. Menambah guru BK (honorer) baru dari sarjana S-1 BK. c. Menugaskan kepada guru BK untuk mengikuti pendidikan dan latihan (diklat), seminar, workshop yang berkaitan dengan: 1) Keterampilan untuk melaksanakan need assessment (penilaian kebutuhan) bimbingan karir. 2) Keterampilan membuat rencana anggaran dana bimbingan karir. 3) Peningkatan kompetensi pedagogik guru BK. 4) Keterampilan melakukan evaluasi dan tindak lanjut layanan bimbingan karir. 2. Bagi Guru BK a. Guru BK hendaknya membaca, memahami buku panduan dalam melaksanakan need assessment (penilaian kebutuhan) dengan diskusi antar guru BK dan segera mengolah data yang telah diperoleh. b. Guru BK hendaknya lebih aktif melakukan koordinasi dengan bendahara dan kepala sekolah terkait anggaran dana bimbingan karir. c. Guru BK hendaknya lebih kreatif untuk melaksanakan layanan bimbingan kelompok karir di ruang terbuka/ outdoor dengan tetap menjaga asas-asas BK.
80
d. Guru BK hendaknya berupaya meningkatkan kualifikasi akademik dengan mengikuti pendidikan profesi konselor. e. Guru BK hendaknya lebih aktif dan antusias mengikuti pendidikan dan latihan (diklat), seminar, workshop terkait implementasi teori bimbingan karir dalam prakteknya. f. Guru BK hendaknya lebih kreatif menggunakan media layanan bimbingan karir seperti bookleat, leafleat, sebagai pengganti jam masuk kelas. g. Guru BK hendaknya memperluas jaringan dan kerjasama dengan tokoh-tokoh karir. h. Guru BK hendaknya melakukan koordinasi dan kerjasama program karyawisata karir dengan kegiatan kesiswaan seperti study tour. i. Guru BK hendaknya membaca, memahami buku panduan penyusunan laporan program bimbingan karir, dan segera menyusun laporan setelah kegiatan selesai. j. Guru BK hendaknya aktif mengikuti MGBK, melakukan diskusi antar guru BK terkait penilaian dan tindak lanjut layanan bimbingan karir. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Peneliti
selanjutnya
hendaknya
dapat
melakukan
penelitian
pengembangan terkait permasalahan pelaksanaan bimbingan karir yang dialami guru BK, agar diperoleh penelitian yang lebih spesifik, sehingga dapat mengurangi permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK.
81
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kurikulum (2004). Jakarta: Grasindo. Achmad Juntika Nurihsan. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama. Anas Salahudin. (2010). Bimbingan dan Konseling.Bandung: CV Pustaka Setia Aryadi Warsito dan Agus Triyanto. (2010). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Kementrian Pendidikan Nasional UNY Prodi BK. Bimo Walgito. (2004). Bimbingan dan Konseling (studi dan karir). Yogyakarta: Andi Offset. Depdiknas. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Dewa Ketut Sukardi dan Desak Nila Kusmawati. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Dewa Ketut Sukardi. 1987. Bimbingan karir di sekolah- sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Dewa Ketut Sukardi. (2002). Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: rineka Cipta. Fathur Rahman. (2008). Penyusunan Program BK di Sekolah. Yogyakarta: UNY Hurlock, E. B. 1980. Psikologi perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kemendikbud. (2013). Modul Pelatihan Implementasi kurikulum (2013) untuk guru BK/ Konselor. Mamat Supriatna dan Nandang Budiman. “Bimbingan Karir di SMK” dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di website http://file.upi.edu. diakses pada 5 Oktober 2015.
82
Mamat Supriatna, & Ilfiandra. (2006). Apa dan Bagaimana Bimbingan Karier: (Materi Workshop Bimbingan dan Konseling Politeknik Kesehatan, Tasikmalaya). Bandung: PPB FIP UPI. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. (2008). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3S. Muh Farozin. (2008). Pengembangan Profesionalitas Guru Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: UNY. Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Dept P dan K Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Nursalim, Mochamad. (2013). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Akademia Permata. Organisasi perburuhan Internasional. (2011). Panduan Pelayanan Bimbingan Karir bagi Guru Bimbingan dan Konseling. Jakarta: ILO. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno, dkk. (1997). Bulu IV Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. Purwadi. 2009. Kumpulan Materi Diklat Bimbingan dan Konseling Buku 2. Yogyakarta: Panitia Sergur rayon 11 Kementrian Pendidikan Nasional UNY. Ridwan. (2008). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ruslan A. Gani. (1996). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa. S. Nasution. (2012). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
83
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2011). Penilaian dan penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Aditya Media. Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman, Husaini. (2011). Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. W.S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
84
Lampiran 1. Data Penelitian Lampiran 1. Data penelitian Tabulasi Data Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ KK LL
Total skor N Persentase
Nomor soal 6 7 8 9 10 11 12 13 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 14 20 16 16 17 25 15 15 20 25 13 15 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 3,412 2,985 4,264 3,412 3,412 3,625 5,33 3,198 3,198 4,264 5,33 2,772 3,198 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1
2 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1
3 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
5 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
85
14 15 16 17 18 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 15 15 15 23 11 38 38 38 38 38 3,198 3,198 3,198 4,904 2,345
Nomor Soal 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 9 11 13 9 20 13 13 12 14 14 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 1,919 2,345 2,772 1,919 4,264 2,772 2,772 2,559 2,985 2,985
86
29 30 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 21 14 38 38 4,478 2,985
As pek Nomor Soal Perenca na a n 31
4 28 0 2 30 26 24 22 15 27 3 4 8 28 2 8 25 13 9 6 7 6 10 8 6 3 6 6 7 7 19 18 22 18 19 2 2 19 469 1140 41,14
N
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 23 16 23 20 22 16 14 16 21 18 12 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 5,943 4,134 5,943 5,168 5,685 4,134 3,618 4,134 5,426 4,651 3,101 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
87
Aspek Peng-
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 organisasian 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 21 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 5 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 21 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 16 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 9 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 19 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 14 15 14 15 15 21 11 11 13 15 13 13 16 387 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 912 3,618 3,876 3,618 3,876 3,876 5,426 2,842 2,842 3,359 3,876 3,359 3,359 4,134 42,43
88
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 17 18 23 15 14 17 18 18 18 22 13 26 20 16 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 4,408 4,683 4,959 6,336 4,132 3,857 4,683 4,959 4,959 4,959 6,061 3,581 7,163 5,51 4,408
89
Aspek
70 71 72 73 74 75 Pelaksanaan 76 77 78 79 80 81 82 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 16 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 19 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 18 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 15 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 11 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 7 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 9 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 17 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 17 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 0 1 1 20 23 14 14 11 10 363 20 14 19 15 11 10 21 38 38 38 38 38 38 798 38 38 38 38 38 38 38 5,51 6,336 3,857 3,857 3,03 2,755 45,49 15,63 10,94 14,84 11,72 8,594 7,813 16,41
90
83 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18 38 14,06
As pek Eva l ua s i & Ti nda k La njut
2 5 4 1 5 7 6 7 2 8 0 1 7 8 2 1 8 5 0 1 1 1 0 0 1 5 3 0 3 3 3 3 6 4 5 2 3 5 128 304 42,11
91
Total 14 72 16 12 75 74 66 67 24 74 13 11 50 76 10 26 69 43 13 24 25 23 15 11 13 20 15 16 23 31 39 34 61 55 57 16 19 45 1347 3154 42,71
Lampiran 2. 2. Uji Lampiran UjiReliabilitas Reliabilitas
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB
Uji Reliabilitas dengan Rumus Kuder Richardson (KR-20) Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 12 14 14 14 12 13 12 14 12
p q pq
0,4286 0,5 0,5714 0,5 0,2449 0,25
k ∑pq varian mean Ri
83 20,237 612,29 41 0,9787
10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 16
11 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 19
12 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
13 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 13
14 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 13
0,5 0,5 0,429 0,464 0,429 0,5 0,429 0,571 0,679 0,321 0,464 0,464 0,5 0,5 0,571 0,536 0,571 0,5 0,571 0,429 0,321 0,679 0,536 0,536 0,25 0,25 0,245 0,249 0,245 0,25 0,245 0,245 0,218 0,218 0,249 0,249
92
oal 13 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 13
14 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 13
15 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 13
16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 13
17 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
18 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Nomor Soal 19 20 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13 11
Nomor S 21 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
22 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
23 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 14
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14
25 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 16
26 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 12
27 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 10
28 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 12
29 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 16
0,464 0,464 0,464 0,464 0,536 0,429 0,464 0,393 0,429 0,286 0,5 0,5 0,571 0,429 0,357 0,429 0,571 0,536 0,536 0,536 0,536 0,464 0,571 0,536 0,607 0,571 0,714 0,5 0,5 0,429 0,571 0,643 0,571 0,429 0,249 0,249 0,249 0,249 0,249 0,245 0,249 0,239 0,245 0,204 0,25 0,25 0,245 0,245 0,23 0,245 0,245
93
28 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 12
29 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 16
30 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 14
31 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 18
Nomor Soal 32 33 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 12 13
Nomor Soa 34 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 16
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 16
36 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13
37 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
38 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 16
39 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 14
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 15
41 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
42 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
43 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12
44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 13
0,429 0,571 0,5 0,643 0,429 0,464 0,571 0,571 0,464 0,393 0,571 0,5 0,536 0,429 0,393 0,429 0,464 0,571 0,429 0,5 0,357 0,571 0,536 0,429 0,429 0,536 0,607 0,429 0,5 0,464 0,571 0,607 0,571 0,536 0,245 0,245 0,25 0,23 0,245 0,249 0,245 0,245 0,249 0,239 0,245 0,25 0,249 0,245 0,239 0,245 0,249
94
43 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12
44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 13
45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 15
Nomor Soal 46 47 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 18 19 13
49 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
50 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
51 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14
52 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 13
53 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
54 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 13
55 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 14
56 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 16
57 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 17
58 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 16
59 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 16
0,429 0,464 0,536 0,643 0,679 0,464 0,357 0,393 0,5 0,464 0,393 0,464 0,5 0,571 0,607 0,571 0,571 0,571 0,536 0,464 0,357 0,321 0,536 0,643 0,607 0,5 0,536 0,607 0,536 0,5 0,429 0,393 0,429 0,429 0,245 0,249 0,249 0,23 0,218 0,249 0,23 0,239 0,25 0,249 0,239 0,249 0,25 0,245 0,239 0,245 0,245
95
58 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 16
59 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 16
60 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13
61 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 16
62 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 14
63 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 15
64 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 16
65 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 16
66 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 15
67 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 18
68 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 17
69 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
70 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 14
71 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14
72 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 14
73 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 14
74 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 13
0,571 0,571 0,464 0,571 0,5 0,536 0,571 0,571 0,536 0,643 0,607 0,464 0,5 0,5 0,5 0,5 0,464 0,429 0,429 0,536 0,429 0,5 0,464 0,429 0,429 0,464 0,357 0,393 0,536 0,5 0,5 0,5 0,5 0,536 0,245 0,245 0,249 0,245 0,25 0,249 0,245 0,245 0,249 0,23 0,239 0,249 0,25 0,25 0,25 0,25 0,249
96
73 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 14
74 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 13
75 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 13
76 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 14
77 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
78 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 14
79 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 15
80 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 11
81 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 13
82 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 18
83 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 16
0,5 0,464 0,464 0,5 0,429 0,5 0,536 0,393 0,464 0,643 0,571 0,5 0,536 0,536 0,5 0,571 0,5 0,464 0,607 0,536 0,357 0,429 0,25 0,249 0,249 0,25 0,245 0,25 0,249 0,239 0,249 0,23 0,245
97
Total 68 72 62 70 76 78 74 24 76 18 12 50 66 13 26 69 43 39 41 41 14 12 14 13 15 14 20 28 1148
Lampiran 3. Angket PENGANTAR Assalamu’alaykum Wr. Wb Di tengah kesibukan Bapak/Ibu dalam melaksanakan tugas BK di sekolah, perkenankanlah saya (Ratna Utami Singgih) untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memenuhi Tugas Akhir Skripsi sebagai mahasiswa BK UNY, tentang permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir. Jawaban angket ini tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja Bapak/Ibu, oleh karena itu mohon kesediaannya untuk mengisi angket sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi. Informasi yang didapat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah semata. Atas perhatian dan bantuan mengisi angket ini, saya mengucapkan terima kasih. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap kegiatan kita. Aamiin.
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Isilah identitas responden. 2. Pengisian angket: a. Bacalah dengan seksama, setiap butir angket berisi pernyataan tentang permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan Bimbingan Karir. b. Silakan Bapak/ Ibu memberikan tanda centang (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu. c. Setiap pernyataan dalam angket memiliki dua pilihan jawaban yaitu: ya dan tidak. Contoh: Jika Bapak/Ibu merasa, kesulitan membuat interpretasi hasil penilaian kebutuhan merupakan masalah bagi Bapak/Ibu, maka berilah tanda (√) pada kolom Ya. No
Masalah
1
Kesulitan membuat interpretasi hasil penilaian kebutuhan
Jawaban Ya Tidak √
3. Setelah selesai mengisi angket, mohon dicek kembali untuk memastikan bahwa Bapak/ Ibu telah mengisi secara lengkap angket tersebut sesuai dengan kondisi Bapak/ Ibu di lapangan. 4. Kumpulkan kembali angket yang telah diisi kepada peneliti pada tempat yang telah disediakan.
98
ANGKET Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK se-Kota Yogyakarta
Hari/ tanggal
:
Nama Responden
:
Kelas yang diampu
:
Jumlah siswa asuh
:
Lama menjadi guru BK
: ............... tahun .............bulan
Jabatan di sekolah selain guru BK : Riwayat Pendidikan jenjang D-3 a. Nama Perguruan Tinggi
:
b. Jurusan
:
c. Program Studi
:
Riwayat Pendidikan jenjang S-1 a. Nama Perguruan Tinggi
:
b. Jurusan
:
c. Program Studi
:
Menjadi anggota ABKIN sejak
:
Jabatan dalam ABKIN
:
Pelatihan/ Seminar/ Workshop tentang Bimbingan Karir yang pernah diikuti :
No
Masalah
99
Jawaban
Ya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kurang menguasai langkah-langkah penilaian kebutuhan Belum tersedia alat/ instrumen penilaian kebutuhan Kesulitan menyusun/ mengembangkan instrumen penilaian kebutuhan Kesulitan mengumpulkan data-data penilaian kebutuhan Belum menguasai metode analisis data penilaian kebutuhan dengan software komputer Kesulitan membuat interpretasi hasil penilaian kebutuhan Kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan Kesulitan menyusun program tahunan Bimbingan Karir berdasarkan hasil analisis penilaian kebutuhan Bentuk rencana kegiatan Bimbingan Karir kurang bervariasi Kesulitan membuat matriks jadwal waktu pelaksanaan program Bimbingan Karir untuk satu tahun pelajaran Kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program Bimbingan Karir selama satu tahun pelajaran Kesulitan membuat Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Kesulitan mencari referensi materi Bimbingan Karir dari sumber terpercaya untuk RPL Kesulitan menyusun materi Bimbingan Karir yang menarik dan sesuai kebutuhan siswa Kesulitan menyusun instrumen penilaian Bimbingan Karir Ruang BK belum memiliki ruang konseling individual untuk konseling karir Ruang BK belum memiliki ruang bk kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir Ruang BK belum memiliki ruang kerja guru BK Ruang BK berada di lokasi yang terpojok dari lingkungan sekolah (kurang strategis) Ruang BK dekat dengan ruang yang bising atau toilet Ketersediaan ATK di ruang BK terbatas Tidak tersedia papan bimbingan untuk media Bimbingan Karir Tidak tersedia alat pengumpul data tes (bakat, minat) Tidak tersedia alat pengumpul data non-tes (pedoman wawancara, observasi, DCM, AUM, ITP) Tidak tersedia buku pribadi siswa untuk layanan Bimbingan Karir Map penyimpanan data Bimbingan Karir tidak tersedia Buku pedoman/ petunjuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia Blanko atau arsip surat berkaitan dengan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia Anggaran dana untuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir terbatas jumlahnya
100
Tidak
30 31 32 33 34 35
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Penggunaan dana untuk layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya Rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi (1 guru BK mengampu lebih dari 150 siswa) Saya bukan sarjana jenjang S-1 prodi Bimbingan dan Konseling Saya belum berpendidikan profesi konselor Saya kurang menguasai konsep teori Bimbingan Karir Kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan Bimbingan Karir sesuai harapan untuk melanjutkan pendidikan dan pilihan karir Saya kurang memperlihatkan konsistensi dalam melaksanakan ibadah Saya kurang dapat bersikap jujur dan santun Saya kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir yang efektif sesuai rencana Saya kurang dapat menarik partisipasi aktif siswa dalam melaksanakan Bimbingan Karir Saya kesulitan melakukan kerjasama dengan sesama personil BK di sekolah Kesulitan menyertakan pihak-pihak terkait di sekolah dalam merencanakan pelayanan Bimbingan Karir Kurang memanfaatkan organisasi profesi BK untuk membangun kolaborasi dalam pengembangan program Bimbingan Karir Kesulitan berinteraksi dan berkolaborasi dengan institusi atau profesi lain untuk mencapai tujuan pelayanan Bimbingan Karir Kurang memanfaatkan keahlian profesi lain untuk membantu penyelesaian permasalahan bidang karir konseli sesuai kebutuhan Kurang menguasai konsep penelitian dalam Bimbingan Karir Kesulitan melaksanakan praktek penelitian dalam Bimbingan Karir Tidak ada deskripsi tugas masing-masing personil BK Pembagian tugas masing-masing personil BK untuk pelaksanaan program bimbingan karir tidak jelas Rapat koordinasi intern antar guru BK tidak dilaksanakan secara rutin Tidak ada pembahasan pelaksanaan program Bimbingan Karir dengan kepala sekolah, guru, dan staff Kerjasama antar personil BK belum optimal Kerjasama dengan siswa, guru, dan staff sekolah belum optimal Kesulitan melakukan Kerjasama dengan pihak luar sekolah, seperti wali siswa dan lembaga masyarakat Pelaksanaan program layanan informasi karir belum optimal Pelaksanaan program layanan orientasi karir belum optimal Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja belum optimal Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal
101
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
82 83
Pelaksanaan program carrer day belum optimal Pelaksanaan konseling karir individu belum optimal Pelaksanaan konseling karir kelompok belum optimal Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir belum optimal Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa belum optimal Pelaksanaan alih tangan kasus kari belum optimal Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran belum optimal Waktu pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak sesuai dengan perencanaannya Tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK Belum ada pemanfaatan waktu di luar jam pelajaran untuk Bimbingan Karir Tempat pemberian layanan Bimbingan Karir kurang nyaman dan kondusif Belum dapat menggunakan metode sosiodrama Belum dapat menggunakan metode karyawisata karir Belum dapat menggunakan metode games/ permainan Kesulitan menentukan metode yang tepat dan sesuai kebutuhan Kesulitan memilih media yang sesuai, tepat, dan menarik Kurang dapat menggunakan media dengan software komputer Kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir Tidak dapat mengungkap pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya Kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut Kesulitan menilai kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Karir Kesulitan melakukan referal (alih tangan kasus) layanan bimbingan karir Kesulitan melakukan perbaikan dan pengembangan program Bimbingan Karir Kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program (lapelprog) Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir Tidak melakukan sosialisasi lapelprog Bimbingan Karir kepada pihak terkait
102
Lampiran 4. Pedoman Observasi Lembar Observasi Sarana dan Prasarana Indikator Ada R. Konseling Individu Ada R. BK Kelompok Ada R. Kerja Guru BK Ada ATK lengkap Ada komputer Ada Papan Bimbingan Ada Alat tes bakat Ada Alat tes minat Ada Pedoman Wawancara Ada Pedoman Observasi Ada DCM Ada AUM Ada ITP Ada Buku Pribadi siswa Ada Map penyimpan data Ada Blanko surat Ada media brosur Ada media poster Ada media modul Ada media rekaman video Ada media rekaman audia Ada media presentasi multimedia Ada media leafleat Ada media foto Ada media kaset/ CD Ada media film pendek
Ya
103
Tidak
Ket
Lampiran 5. Surat izin Penelitian
104
105
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian
106
107
108
109
110
111
112
113