1
PENGARUH PENDAPATAN PEGADAIAN, HARGA EMAS, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN RAHN (STUDI PADA PEGADAIAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2005-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : VIKA ANGGUN RATNA PRATIWI NIM 12.22.3.1.156
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2017 i 1
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Mujadilah: 11) “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain“ (Hadist Rasulullah SAW)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan segenap cinta dan doa Karya yang sederhana ini untuk :
Ayah dan Ibu tercinta, Putraku tercinta, Saudara-saudaraku tercinta, Sahabat-sahabatku tersayang,
Yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tulus dan tiada ternilai besarnya Terimakasih....
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn (Studi pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, telah banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Mudofir, S.Ag., M.Pd., Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 2. Drs. H. Sri Walyoto, M.M., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 3. Budi Sukardi, S.E.I, M.S.I., Ketua Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 4. Helmi Haris, S.H.I., M.S.I, Dosen pembimbing akademik Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 5. Indah Piliyanti, S.Ag., M.S.I, Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi.
ix
6. Biro Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8. Ibu dan Bapakku, terima kasih atas do’a, cinta, dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya, kasih sayangmu tak akan pernah kulupakan. 9. Sahabat-sahabatku dan teman-teman angkatan 2012 yang telah memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya do’a serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kebaikan kepada semuanya. Aamiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 05 Januari 2017
Penulis
x
ABSTRACT
Pawnshop Sharia will be influenced by the internal and external conditions in determining the amount of the distribution of sharia financing. The purpose of this study is to determine the effect of sharia pawn revenue, gold price, and inflation rate to distribution of funding at sharia pawn in Indonesia 20052015. The method used is secunder research method. The population in this study used all annual reports of sharia pawn in Indonesia 2005-2015. The sample in this study used annual reports of sharia pawn in Indonesia 2005-2015. The dependent variable from this study is the distribution of funding. The independent variable include: sharia pawn revenue, gold price, and inflation rate. The method of data analysis used is multiple regression linier analysis. The results of this study show that sharia pawn revenue and gold price have significant effect on distribution of funding with a significance value of 0,000 and 0,022. Inflation rate have not significant effect on distribution of funding with a significance value of 0,221. Keywords: distribution of funding, sharia pawn revenue, gold price, inflation rate.
xi
ABSTRAK
Pegadaian syariah akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal dalam menentukan jumlah penyaluran pembiayaan gadai syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Variabel dependen dari penelitian ini adalah penyaluran pembiayaan Rahn. Variabel independen meliputi: pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi. Untuk metode analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian dan harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,022. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 dengan nilai signifikansi sebesar 0,221.
Kata kunci: penyaluran pembiayaan, pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN BIRO SKRIPSI .............................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ................................. ....
iv
HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................... .
v
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH ...........................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
ABSTRACT ...................................................................................................
xi
ABSTRAK ......................................................................................................
xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................
8
1.3 Batasan Masalah .......................................................................
9
1.4 Rumusan Masalah .....................................................................
9
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................
10
1.6 Manfaat Penelitian .....................................................................
10
xiii
1.7 Jadwal Penelitian .......................................................................
11
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………….
13
2.1 Kajian Teori ...............................................................................
13
2.1.1. Pegadaian Syariah.............................................................
13
1. Pengertian Pegadaian Syariah .........................................
13
2. Mekanisme Operasional Pegadaian Syari’ah ..................
14
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah ....................................
17
2.1.2. Penyaluran Pembiayaan ....................................................
18
2.1.3. Pendapatan Pegadaian ......................................................
23
2.1.4. Harga Emas ......................................................................
25
2.1.5. Tingkat Inflasi ..................................................................
27
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................................
31
2.3 Kerangka Berfikir Penelitian .....................................................
33
2.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................
34
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….
35
3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian .................................................
35
3.2 Jenis Penelitian ..........................................................................
35
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................
36
3.4 Data dan Sumber Data ..............................................................
37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................
38
3.6 Variabel Penelitian .....................................................................
39
3.7 Definisi Operasional Variabel....................................................
40
xiv
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................
41
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………….
49
4.1 Gambaran Umum Penelitian ......................................................
49
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian Syariah Indonesia
49
4.1.2. Produk Pegadaian Syariah Indonesia ...............................
51
4.2 Pengujian dan Hasil Analisis Data.............................................
53
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................
53
1. Uji Normalitas ...............................................................
53
2. Uji Autokorelasi .............................................................
54
3. Uji Multikolinieritas.......................................................
55
4. Uji Heteroskedastisitas ...................................................
55
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ....................................
56
4.2.3 Uji t ..................................................................................
59
4.2.4. Uji Ketepatan Model ........................................................
60
1. Uji F ...............................................................................
60
2. Uji Koefisien Determinasi .............................................
61
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data ...............................................
62
BAB V PENUTUP.........................................................................................
65
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
65
5.2 Keterbatasan Penelitian..............................................................
66
5.3 Saran-Saran ................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................
72
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Penyaluran Pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia ......
3
Tabel 1.2 : Perkembangan Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi, dan Penyaluran pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah) ..........................................................
5
Tabel 2.1 : Hasil Penelitian yang Relevan ...............................................
31
Tabel 4.1 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .................
53
Table 4.2 : Hasil Uji Autokorelasi............................................................
54
Tabel 4.3 : Hasil Uji Multikolinieritas .....................................................
55
Tabel 4.4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................
56
Tabel 4.5 : Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ...........................
57
Table 4.6 : Hasil Uji t ...............................................................................
59
Table 4.7 : Hasil Uji F ..............................................................................
60
Tabel 4.8 : Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2).....................................
61
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3: Kerangka Berfikir ..................................................................
33
Gambar 3.1: Uji t.........................................................................................
44
Gambar 3.1: Uji F .......................................................................................
45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Penelitian.............................................................
73
Lampiran 2
: Data Penelitian ................................................................
74
Lampiran 3
: Hasil Uji Normalitas .......................................................
77
Lampiran 4
: Hasil Uji Multikolinieritas ..............................................
78
Lampiran 5
: Hasil Uji Heteroskedastisitas ..........................................
79
Lampiran 6
: Hasil Uji Autokorelasi ....................................................
80
Lampiran 7
: Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda....................
81
Lampiran 8
: Distribusi Nilai ttabel.........................................................
82
Lampiran 9
: Distribution Tabel Nilai F0,05 ..........................................
83
Lampiran 10
: Daftar Riwayat Hidup .....................................................
84
xviii
11
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gobalisasi menyebabkan terjadi perubahan yang begitu cepat di dalam dunia bisnis, perubahan tersebut dilakukan agar tujuan organisasi dapat tetap bertahan dan bahkan dapat meningkatkan prestasi bisnisnya. Berbagai bidang perekonomian yang bersangkutan dengan keuangan menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Lembaga keuangan yang lebih berkaitan dengan pemenuhan dana yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi, merupakan sumber perekonomian di dunia modern saat ini (Muzzaki, 2011). Salah satu lembaga keuangan yang sedang berkembang saat ini adalah pegadaian. Menurut Susilo dalam Hadi (2003: 16), menjelaskan bahwa, gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyalurkan dana pembiayaan bersifat gadai atas suatu barang bergerak. Pegadaian merupakan satu-satunya perusahaan yang menyediakan pembiayaan yang cepat dan mudah dibandingkan dengan penyedia pembiayaan lainnya. Menurut Martono (2010: 171), pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri yang khusus, yaitu secara hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon peminjam mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya sebagai agunan kepada perusahaan pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan secara lelang.
2
Pegadaian sendiri memiliki dua unit usaha yaitu unit berbasis konvensional dan pegadaian berbasis syariah, namun tetap dalam naungan operasional pegadaian itu sendiri. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam (Purba, 2014). Gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari sistem keuangan yang merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan jasa-jasa di bidang keuangan. Karena gadai syariah bagian dari lembaga keuangan non perbankan yang dalam usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maka gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat (nasabah) (Rais, 2006: 117). Pegadaian syariah mempunyai beberapa produk jasa antara lain, Ar Rahn yaitu skim pinjaman (pembiayaan) untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa perhiasan emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor (Hadi, 2003: 61). Selain itu, Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro) merupakan produk pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha melalui sistem pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP kendaraan sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha. Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan pegadaian kepada masyarakat secara
3
tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu (Annual Report PT Pegadaian, 2013: 60). Kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan yang seimbang, mendorong masyarakat untuk mencari kredit pada bank yang pada awalnya mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di bidang bisnis keuangan. Akan tetapi, masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit. Sehingga, beralihlah masyarakat yang membutuhkan dana mendesak kepada produk penyaluran kredit PT. Pegadaian (Persero) yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah (Rahn) (Febrian, 2015: 3). Berikut adalah tabel penyaluran pembiayaan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2011-2015: Tabel 1.1 Penyaluran Pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Rahn Arrum 2011 2.157.676 102.900 2012 2.569.448 64.462 2013 2.735.327 133.837 2014 3.045.332 200.333 2015 3.470.196 339.403 Sumber: Laporan Tahunan Pegadai Syariah
Mulia 986.597 998.597 65.426 256.359 278.897
Berdasarkan tabel 1.1. di atas, menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan Arrum dan Mulia peningkatannya tidak lebih besar jika dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan Rahn. Hal ini dikarenakan produk Arrum dan Mulia merupakan produk yang masih tergolong baru bagi masyarakat. Sehingga, masyarakat lebih banyak menggunakan produk gadai syariah yang mengacu pada
4
tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu dikenal masyarakat. Oleh karena itu, produk pembiayaan Rahn yang paling banyak digunakan pelaku usaha dan masyarakat. Pegadaian syariah akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal dalam menentukan jumlah penyaluran pembiayaan gadai syariah. Faktor internal yang dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik seperti manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy) manajemen kredit. Termasuk di dalam faktor internal yaitu perkembangan pendapatan usaha pegadaian (Febrian, 2015: 8). Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998). Harga emas juga dapat berpengaruh pada penyaluran pembiayaan Rahn. Menurut Staton (1999: 208), harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Emas adalah jenis logam yang memiliki nilai berharga yang banyak digunakan sebagai cadangan devisa, standard keuangan suatu negara, bahan dasar perhiasan maupun bahan elektronik. Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas (Desriani dan Rahayu, 2013: 149).
5
Fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran kredit pada PT. Pegadaian. Semakin tinggi harga emas, maka semakin tinggi pula penyaluran kredit pada PT. Pegadaian begitu pula sebaliknya (Aziz, 2013: 8). Selain pendapatan, pegadaian syariah juga harus memperhatikan faktor eksternal seperti tingkat inflasi. Sehingga pegadaian syariah diharapkan lebih selektif di dalam memberikan aliran dana kreditnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara cepat, syarat yang mudah dan prosedur tidak berbelit-belit. Inflasi secara umum didefinisikan naiknya harga barang dan jasa sebagai akibat jumlah uang (permintaan) yang lebih banyak dibandingkan jumlah barang atau jasa yang tersedia (penawaran), sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya nilai uang (Chasanah dan Mutaminah, 2012). Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu : (a) tarikan permintaan (demand-pull inflation), terjadi apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi
produktif perekonomian. (b)
dorongan biaya (cost-push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur oleh pemerintah dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih cenderung bersifat adaptif (forward looking) (Abdullah, 2010: 60).
6
Berikut adalah perkembangan pendapatan pegadaian, harga emas, tingkat inflasi, dan penyaluran pembiayaan pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2011-2015: Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, Tingkat Inflasi, dan Penyaluran pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun
Pendapatan Inflasi (%) Pegadaian 2011 6.600.927.966.486 3.79 2012 5.833.074.679.677 4.30 2013 7.864.767.123.402 8.38 2014 7.113.126.058.127 8.36 2015 8.119.794.619.825 3.35 Sumber: Laporan Tahunan Pegadai Syariah
Harga emas 457.143 520.927 455.762 474.409 470.619
Penyaluran Pembiayaan (Rahn) 7.822.599.000.000 11.122.405.000.000 11.535.454.000.000 27.948.962.210.560 31.099.031.834.806
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat penyaluran pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 2011 sampai 2015. Pegadaian Syariah di Indonesia memberikan kemudahan dalam penyaluran pembiayaannya sehingga masyarakat yang tadinya tidak dapat dilayani oleh perbankan dan memanfaatkan penyaluran kredit ilegal mulai beralih ke Pegadaian Syariah di Indonesia. Banyaknya nasabah juga memungkinkan peningkatan jumlah pendapatan Pegadaian Syariah di Indonesia sehingga akan mempengaruhi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan. Perkembangan harga emas dan inflasi Indonesia dari tahun 2011-2015 sangat fluktuatif. Perkembangan kredit Rahn yang disalurkan terus beranjak naik, pada tahun 2013 kredit yang disalurkan sebesar Rp 11,5 Triliun. Sementara itu inflasi terus berfluktuasi hingga pada tahun 2013 laju inflasi 8,38 persen,
7
pendapatan pegadaian sebesar Rp 7,8 Triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi inflasi mempengaruhi penyaluran kredit Rahn, sedangkan kenaikan pendapatan pegadaian setiap tahunnya mampu meningkatkan jumlah kredit Rahn yang disalurkan. Pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan penyaluran kredit gadai syariah pasca krisis 2008. Hal ini karena pendapatan pegadaian dapat menggambarkan profitabilitas pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran kredit. Fluktuasi tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran pembiayaan. Pengaruh inflasi ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah penyaluran pembiayaan yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil (Aziz, 2013:11). Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran pembiayaan terjadi tidak secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena
8
kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi (Aziz, 2013:11). Hasil penelitian Widiarti, Tri dan Sunarti (2013), menunjukkan bahwa secara parsial pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Hasil penelitian Aziz (2013), menunjukkan bahwa tingkat sewa modal dan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga emas mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT. Pegadaian Cabang Probolinggo. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti menggunakan pegadaian syariah di Indonesia sebagai objek penelitian. Peneliti juga menggunakan periode pengamatan yang berbeda yaitu pengamatan dari laporan triwulanan pegadaian syariah 2005-2015. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn (Studi pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015)”.
9
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan yang seimbang, mendorong masyarakat untuk mencari pembiayaan pada bank yang pada awalnya mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di bidang bisnis keuangan. Akan tetapi, masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit. Sehingga, beralihlah masyarakat yang membutuhkan dana mendesak kepada produk penyaluran pembiayaan PT. Pegadaian (Persero) yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah (Rahn). 2. Pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan penyaluran pembiayaan gadai syariah pasca krisis 2008. Hal ini karena pendapatan pegadaian dapat menggambarkan profitabilitas pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran kredit. Fluktuasi tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif.
10
1.3. Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ditetapkan agar penelitian nanti terfokus pada pokok permasalahan yang ada beserta pembahasannya, sehingga diharapkan penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penulis akan membatasi penelitian ini pada : 1. Penelitian hanya mengenai pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan. 2. Penelitian ini dilakukan pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015? 2. Apakah harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015? 3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015?
1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
11
2. Untuk menganalisis harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. 3. Untuk menganalisis tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masing masing pihak sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Mampu memberikan referensi bagi peneliti berikutnya terhadap masalah yang sama. b. Mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan sampai sejauh mana teori-teori yang sudah ditetapkan sehingga hal-hal yang masih dirasa kurang dapat diperbaiki 2. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pegadaian syariah, baik berupa masukan ataupun pertimbangan terkait dengan pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 20052015.
12
1.7. Jadwal Penelitian Terlampir
1.8. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, jenis penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional variabel, serta teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, pengujian dan hasil analisis data, pembahasan hasil analisis (pembuktian hasil hipotesis). BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran.
1 13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pegadaian Syariah 1. Pengertian Pegadaian Syariah Menurut UU Perdata pasal 1150, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas dirinya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan, untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, dan biaya-biaya yang mana harus didahulukan. Menurut istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan al rahn berarti altsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Menurut istilah syara’, yang dimaksud dengan rahn adalah akad yang objeknya menahan barang terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya (Antonio, 2001: 128). Gadai syari’ah (rahn) merupakan menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas hutang atau pinjaman (i) yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai (murtahin) memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya (Antonio, 2001: 128).
14
Menurut Hadi (2003), rahn adalah perjanjian menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima. Berdasarkan Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, pegadaian syari’ah adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan syari’ah berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai secara syar’i. Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan marhun bih dalam
bentuk rahn itu dibolehkan, dengan ketentuan bahwa
murtahin, dalam hal ini pegadaian syari’ah, mempunyai hak menahan marhun sampai semua marhun bih dilunasi. 2. Mekanisme Operasional Pegadaian Syariah Berjalannya perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Antara lain adalah subyek dan obyek perjanjian gadai. Subyek perjanjian gadai adalah rahin (yang menggadaikan barang) dan murtahin (yang menahan barang gadai). Obyeknya ialah marhun (barang gadai) danutang yang diterima rahin. Menurut beberapa ulama, mengenai prinsip-prinsip syari’ah yang dibuat acuan dalam operasi Pegadaian Syari’ah, yaitu ditinjau dari: kedudukan barang gadai, pemanfaatan barang gadai, risiko atas kerusakan barang gadai, pemeliharaan barang gadai, kategori barang gadai, akad gadai, hak gadai atas harta peninggalan, pembayaran atau pelunasan utang gadai serta prosedur pelelangan barang gadai (Hadi, 2003: 54-59).
15
Kedudukan barang gadai merupakan suatu amanah yang dipercayakan kepadanya oleh pihak penggadaian. Murtahin hanya berhak menahan barang gadai, tetapi tidak berhak menggunakan atau memanfaatkan hasilnya. Jika barang gadai rusak atau hilang disebabkan oleh kelalaian murtahin, maka murtahin menanggung resiko, memperbaiki kerusakan atau mengganti yang hilang, (kesepakatan ulama). Biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan miliknya. Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Jenis barang yang dapat digadaikan sebagai jaminan adalah semua jenis barang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat, yaitu: benda bernilai menurut hukum syara’, benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi, benda diserahkan seketika kepada murtahin (Hadi, 2003: 54). Begitu juga mazhab Maliki dalam kitab Bidayatul Mujtahid, berpendapat bahwa diperbolehkan mengambil gadai pada salam, utang, ghasab, harga-harga barang konsumsi denda tindak kriminal pada harta benda, serta pada tindak penganiayaan secara sengaja yang tidak ada qishashnya, seperti al-ma’mumah (pelaku yang mengenai otak) dan al-jaifah (pelaku yang mengenai perut) (Hadi, 2003: 67). Para ulama sepakat, bahwa hak murtahin untuk menerima pembayaran utang, lebih didahulukan dari pada hak para kreditur atas utang lepas. Apabila pada waktu yang telah ditentukan, rahin belum juga membayar kembali
16
utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun untuk menjual barang gadaiannya dan kemudian digunakan untuk melunasi utangnya. Jika setelah diperintah hakim, rahin tidak mau membayar utangnya dan tidak mau menjual barang gadaiannya, maka hakim dapat memutuskan untuk menjual barang tersebut guna melunasi utang-utangnya. Jika terdapat persyaratan, menjual barang gadai pada saat jatuh tempo, maka menurut Basyir, hal ini dibolehkan dengan ketentuan: (1) Murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin (mencari penyebab belum melunasi utang), (2) dapat perpanjang tenggang waktu pembayaran, (3) Kalau murtahin benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi hutangnya, maka murtahin boleh memindahkan barang gadai kepada murtahin lain dengan seijin rahin. (4) Apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi, maka murtahin boleh menjual barang gadai dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada rahin (Hadi, 2003: 59). Berdasarkan penjelasan di atas, mengenai bolehnya untuk beroperasi pegadaian syari’ah dan beberapa penjelasan para ulama mengenai prinsip-prinsip syari’ah dalam mekanisme operasi pegadaian syari’ah, maka DSN (Dewan Syari’ah Nasional) memandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman untuk rahn (menahan barang sebagai jaminan atas hutang) sesuai prinsip-prinsip syari’ah, dengan tujuan untuk dijadikan pedoman bagi umat Islam pada umumnya dan bagi kalangan praktisi ekonomi syari’ah pada khususnya murtahin, yaitu sebagai berikut (Sam et.al., 2003: 158-159):
17
a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai hutang rahin (yang menyerahkan barang dilunasi). b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin. Dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. c. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. e. Penjualan marhun: pertama, apabil jatuh tempo, murtahin harus memperingati rahin untuk segera melunasi hutangnya. Kedua, apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa atau dieksekusi melalui lelang sesuai syari’ah. Ketiga, hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. Keempat, kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
18
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah a. Al Qur’an
Artinya: “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan“ (QS. Al-Baqarah: 283). 1. Sumber hukum yang berasal dari Hadits “Dari Aisayah r.a berkata bahwa Rasul bersabda: Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari seorang yahudi dengan harga yang diutang, sebagai tanggungan atas utangnya itu Nabi menyerahkan baju besinya “ (HR. Bukhari). 2. Ijma Para ulama sepakat membolehkan akad Rahn, dikarenakan Al-Qur’an sudah menganjurkan untuk memberikan barang jaminan, dan juga pernah dilakukan secara langsung oleh Rasulullah, disamping itu juga tidak ada dalil yang mengharamkannya.
19
2.1.2. Penyaluran Pembiayaan Menurut Muhammad (2005: 17), pembiayaan, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Pembiayaan juga dapat diartikan dengan penyediaan dana atau tagihan (Wangsawidjaja, 2012: 78). Kegiatan pendanaan diadakan berdasar kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak peminjam untuk mengembalikan utangnya setelah jatuh tempo dengan imbalan atau bagi hasil (Rivai dalam Purwanto, 2011: 15). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan berasal dari kata biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau melakukan sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001: 67). Menurut Kasmir (2001: 73), pembiayaan berdasarkan prinsip syariah berdasarkan ketentuan Bank Indonesia pada Pasal 1 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan adalah penyediaan atau penyaluran dana oleh pihak yang kelebihan dana kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (peminjam) dan wajib bagi peminjam untuk mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil (Kina, 2008).
20
Secara umum fungsi pembiayaan adalah sebagai berikut (Sinungan dalam Muhammad, 2002: 19): 1. Meningkatkan daya guna uang; 2. Meningkatkan daya guna barang; 3. Meningkatkan peredaran uang; 4. Menimbulkan semangat berusaha; 5. Stabilitas ekonomi; 6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Tujuan pembiayaan terdiri dari dua yaitu secara makro dan mikro. 1. Secara mikro adalah peningkatan ekonomi, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan; 2. Secara makro adalah upaya memaksimalkan laba, upaya meminimalkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, penyaluran kelebihan dana (Muhammad dalam Permata, 2014: 35). Menurut Ali (2008: 49), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pihak lembaga keuangan syariah dalam menilai pengajuan pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu: 1. Character artinya sifat pribadi atau karakter anggota pengambil pinjaman; 2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil; 3. Capital (modal) artinya penilaian besarnya modal yang diperlukan peminjam atau nasabah;
21
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada pihak lembaga keuangan; 5. Condition (kondisi ekonomi) artinya pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Dalam memberikan pembiayaan juga perlu menerapkan fungsi pengawasan secara menyeluruh, dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu: 1. Prinsip pencegahan dini (early warning system) yaitu tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan bank dalam hal pembiayaan atau terjadinya praktek-praktek pembiayaan yang tidak sehat; 2. Prinsip pengawasan melekat (built in control), di mana para pejabat pembiayaan melakukan supervisi sehari-hari untuk memastikan bahwa kegiatan pembiayaan telah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam pembiayaan; 3. Prinsip pemeriksaan internal (internal audit) merupakan upaya lanjutan dalam pengawasan pembiayaan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa pembiayaan dilakukan dengan benar sesuai dengan kebijakan pembiayaan serta dapat memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat (Arifin, 2009: 257-259). Menurut
Antonio
(2001:
160-161),
Pembiayaan
menurut
sifat
penggunaannya, dapat dibagi menjadi dua hal sebagai berikut: 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
22
produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal sebagi berikut: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : 1) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan 2) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun secara teori belum ditemukan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan yang menunjukkan bahwa variabel pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan, namun penelitian terdahulu seperti penelitian Purnomo (2009), yang menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian dan jumlah nasabah berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian Dahlan (2015), yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
23
2.1.3. Pendapatan Pegadaian Menurut Pass dan Lowes (1999: 287), pendapatan adalah uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan sebagainya, bersama-sama dengan uang tunjangan penggangguran, uang pension dan lain sebagainnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (1998), pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurut Antonio (2001: 204), pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi, perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan. Karakteristik pendapatan terdiri dari tiga yaitu sebagai beriktu (Amalia, 2010): 1. Sumber pendapatan Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencermikan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan. Berdasarkan transaksi di atas, hanya
24
transaksi atas penjualan produk yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mengkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan. 2. Produk dan kegiatan utama perusahaan Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan. 3. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba ataupun pendapatan neto. Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi dua sumber pendapatan yaitu (Widiarti dan Sinarti, 2013: 2): 1. Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulangulang dan berkesinambungan tiap periode. 2. Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan misalnya penjualan aktiva
25
tetap perusahaan kepada pihak lain. Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011: 40). Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian pendapatan pegadaian adalah jumlah uang yang diterima perusahaan dari produk gadai syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah.
2.1.4. Harga Emas Menurut Staton (1999: 208), harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Menurut Gumilang et.al. (2014), emas merupakan salah satu komoditas dunia yang pernah digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran. Emas adalah jenis logam yang memiliki nilai berharga yang banyak digunakan sebagai cadangan devisa, standard keuangan suatu negara, bahan dasar perhiasan maupun bahan elektronik. Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas (Desriani dan Rahayu, 2013: 149). Menurut Romadhon (2015: 10), emas adalah bentuk umum yang mewakili uang karena kejarangannya, ketahanannya, dapat dibagi-bagi, tahan terhadap jamur dan kemudahan pengindentifikasiannya. Sulit untuk memanipulasi standar sebuah emas untuk disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi terhadap uang,
26
menyediakan ketidakleluasaan praktek terhadap pengukuran yang bank sentral mungkin gunakan sebaliknya untuk memberi tanggapan pada krisis ekonomi. Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektonik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram (Prabasanti, 2014: 33). Emas
merupakan
sejenis
logam
mulia
terpercaya
yang
bisa
mempertahankan nilainya dan digunakan dalam transaksi. Selain itu emas mempunyai sifat yang unik dan langka karena emas terbuat dari proses magmatis atau pengkonsentrasian di permukaan bumi. Emas merupakan logam yang bersifat lunak, tahan korosi dan mudah diterpa sehingga dalam perkembangannya emas dapat dibentuk menjadi perhiasan. Emas sudah dikenal sebelum masehi dan digunakan sebagai alat untuk bertransaksi. Saat ini, emas menjadi salah satu investasi atau pemberi devisa terbesar bagi negara (Oei, 2009: 63). Menemukan harga yang pas saat membeli dan menjual emas merupakan faktor penting dalam mengestimasi besar risk dan return dari hasil investasinya. Harga emas tidak hanya tergantung pada situasi permintaan dan penawaran, melainkan juga dipengaruhi situasi perekonomian secara keseluruhan. Situasi ekonomi yang sering mempengaruhi harga emas diantaranya kenaikan inflasi
27
melebihi yang diperkirakan, perubahan kurs, terjadi kepanikan finansial, harga minyak naik secara signifikan, demand dan supply terhadap emas, kondisi politik dunia, situasi ekonomi global dan suku bunga (Suharto, 2013: 88). Permintaan emas secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Permintaan penggunaan, dimana emas digunakan secara langsung dalam proses produksi perhiasan, medali, koin, komponen listrik, dan lain lain. 2. Permintaan aset, dimana emas digunakan oleh pemerintah, find manager dan sebagai investasi individu (Romadhon, 2015: 10). Fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran kredit pada PT. Pegadaian. Semakin tinggi harga emas, maka semakin tinggi pula penyaluran kredit pada PT. Pegadaian begitu pula sebaliknya (Aziz, 2013: 8). Berdasarkan pendapat di atas maka harga emas adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang untuk memperoleh emas.
2.1.5. Tingkat Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi (Bank Indonesia).
28
Rumus menghitung Inflasi dengan menggunakan pendekatan IHK adalah (Ramadhan, 2013): NPF = Tingkat Harga t – Tingkat Harga t-1 Tingkat Harga t-1 Kestabilan inflasi merupakan persyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahtraan masyarakat. Pentingya pengendalian inflasi di dasarkan pada pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat serta dalam perbankan. Inflasi yang tinngi bahkan mengakibatkan tingginya jumlah NPL (Non Performing Loan) atau kredit macet yang dapat mengakibatkan terganggunya operasional perbankan (Mustofa et. al., 2010). Sedangkan menurut Menurut (Mustofa et. al., 2010), sebagaimana yang dikutip oleh Rahardja dan Manurung (2004: 155), mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan trus menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004: 333), inflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar di bandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain, terlalu banya uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, tapi bisa juga menggunakan harga-harga lain (harga perdagangan besar, upah, harga, asset dan sebagainya).
29
Penyebab inflasi lainnya adalah kenaikan harga-harga barang yang di impor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang bertanggung jawab (Mustofa, 2010 et. al). Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus akibat kenaikan harga-harga barang yang di impor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang bertanggung jawab. Terdapat berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah (Mustofa et. al., 2010): 1. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaan; 2. Cost-posh inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah; 3. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum; 4. Inertial inflation, cenderung berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika trus bertahan, dan tingkat ini di antisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan trus berlanjut.
30
Menurut Setiawan (2009: 18), kibat penting dari inflasi yang berkaitan dengan inflasi, yaitu: 1. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang sifatnya spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan barang berharga lebih menguntungkan dari pada investasi pada sektor yang produktif. 2. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk menghindari penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan, institusi keuangan akan menaikkan bunga pinjaman mereka. Makin tingi tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sector-sektor produktif. Apabila dikaitkan dengan profitabilitas bank, maka dengan rendahnya investasi maka investor juga akan mengurangi hutang di bank sehinga menurunkan tingkat profitabilitas bank. 3. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu negara di masa yang akan datang, dengan begitu investor akan berfikir lagi untuk berinvestasi di negara yang bersangkutan.
31
2.2.
Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dapat dilihat pada sebagai berikut : Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
Variabel Pengaruh pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika periode 2004-2008.
Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012
Tabel berlanjut...
Peneliti, Metode, dan Sampel Purnomo (2009), Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan buku kerja Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika tahun 2004-2008 dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidakberpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Widiartidan Sunarti (2013), Hasil penelitian Peneliti menggunakan data disimpulkan bahwa secara sekunder dari Badan Pusat parsial pendapatan Perum Statistik Kota Batam dan data Pegadaian Cabang Batam laporan bulanan Perum dan jumlah nasabah Pegadaian Cabang Batam mempunyai pengaruh tahun 2008-2012 dengan alat signifikan terhadap analisis berupa analisis penyaluran kredit pada regresi sederhana dan analisis Perum Pegadaian Cabang regresi berganda Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Namun secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam.
32
Lanjutan tabel 2.1 Analisis Pengaruh Pendapatan, Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Pada Perum Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang Periode Maret 2009September 2011)
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi pada PT. Pegadaian Cabang Probolinggo)
Pengaruh Tingkat Bonus SBIS dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
Desriani dan Rahayu, (2013), Peneliti menggunakan metode studi kasus, populasi dalam penelitian ini adalah pegadaian yang ada di seluruh wilayah Indonesia, sampel dalam penelitian ini adalah PERUM Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang dengan alat analisis berupa analisis regresi berganda Aziz (2013), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi linier berganda
Dahlan (2015).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan pendapatan, harga emas dan tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit. Secara parsial, yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit adalah pendapatan dan harga emas
Hasil penelitian ini adalah tingkat sewa modal dan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga emas mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT. Pegadaian Cabang Probolinggo. Berdasarkan keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah kredit gadai yang disalurkan adalah variabel harga emas karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung yang paling besar Berdasarkan hasil penelitian, terdapat bepengaruh kuat dan negatif antara Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif antara tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Artinya apabila
33
Bonus SBIS dan Inflasi naik maka pembiayaan bank syariah akan turun Sumber: data diolah, 2016. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: peneliti menggunakan variabel penyaluran pembiayaan Rahn sebagai variabel dependen. Peneliti meneliti pada pegadaian syariah tahun 2005-2015. Objek penelitian dilakukan di pegadaian syari’ah. Populasi dalam penelitian adalah laporan keuangan triwulanan dari pegadaian syariah tahun 2005-2015.
2.3. Kerangka Berfikir Penelitian Kerangka pemikiran yang akan dibentuk dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Pendapatan Pegadaian (X1)
H1 Harga Emas (X2)
H2
Penyaluran Pembiayaan Rahn (Y)
H3 Tingkat Inflasi (X3)
Keterangan : 1. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, adalah penyaluran pembiayaan Rahn (Y).
34
2. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, adalah pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3).
2.4.
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric (Sugiyono, 2010: 64). 1.
H0 : diduga pendapatan pegadaian tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 H1 : diduga pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
2.
H0 : diduga harga emas tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. H2 : diduga harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
3.
H0 : diduga tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. H3 : diduga tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
1 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian 3.1.1. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah mulai dari Bulan Maret sampai dengan Desember 2016. Waktu digunakan dalam melakukan penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesai tersusunnya laporan penelitian.
3.1.2. Wilayah Penelitian Unit data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
3.2. Jenis Penelitian Sesuai masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang bermaksud menggambarkan fenomena pada obyek penelitian apa adanya dan pengambilan kesimpulan didasarkan pada angka-angka hasil analisis statistik (Arikunto, 2002: 67). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
36
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2012: 62). Sampel pada penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2012: 62). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, terutama pertimbangan yang diberikan oleh sekelompok pakar atau expert (Sanusi, 2011: 95). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Pegadaian syariah yang menyajikan laporan keuangan triwulanan auditan selama periode 2005-2015.
37
2. Pegadaian syariah yang menyediakan secara lengkap data yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama tahun 2005-2015 pada laporan keuangan triwulanannya.
3.4. Data dan Sumber Data 3.4.1. Data Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif, yaitu kumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran. Data kuantitatif dalam penelitihan ini terdiri dari laporan keuangan publikasi pegadaian syariah di Indonesia periode 2005-2015. Data meliputi pendapatan pegadaian, harga emas, tingkat inflasi dan penyaluran pembiayaan Rahn.
3.4.2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data yang digunakan adalah data triwulanan dalam bentuk data runtun waktu (time series) dari tahun 2005 sampai 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan pegadaian syariah di Indonesia. Data yang tercakup dalam variabel bebas (independent variable) meliputi pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi. Data penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber publikasi yang meliputi
38
Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Pegadaian Syariah, sumbersumber lain yang dipublikasikan, dan penelitian sebelumnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data (Arikunto, 1993: 134). Pengumpulan data yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: 3.5.1. Metode Kepustakaan Data yang diambil penulis dalam metode kepustakaan ini berasal jurnaldari jurnal yang berkaitan dengan judul skripsi yang diteliti oleh penulis, bukubuku literatur mengenai pendapatan pegadaian, harga emas, tingkat inflasi, penyaluran pembiayaan, internet, dan penelitian sejenis.
3.5.2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa laporan keuangan pegadaian syariah tahun 20052015. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah penelusuran data online, yaitu dengan cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet. Data yang diambil menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan pegadaian syariah tahun 2005-2015, yang diperoleh melalui website www.pegadaiansyariah.co.id, www.antam.com, dan www.ojk.id.
39
3.6. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan independen. 3.6.1. Variabel Dependen (Y) Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005: 3). Adapun variabel dependent dalam penelitian ini adalah penyaluran pembiayaan Rahn (Y).
3.6.2. Variabel Independen (X) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antacedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005: 3). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3).
40
3.7. Definisi Operasional Variabel Definisi masing–masing variabel dalam penelitian ini adalah : 3.7.1. Penyaluran Pembiayaan Menurut Muhammad (2005: 17), pembiayaan, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
3.7.2. Pendapatan Pegadaian Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011: 40).
3.7.3. Harga Emas Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas (Desriani dan Rahayu, 2013: 149).
3.7.4. Inflasi Menurut Mustofa (2010), sebagaimana yang dikutip oleh (Rudiger et.al, 2004: 7). Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara trus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) yang berlangsung secara trus menerus dalam jangka waktu yang cukup
41
lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara.
3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji asumsi klasik dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut menyimpang dari asumsi-asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, autokorelasi, multikoliniearitas, dan heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011: 160). Variabel pengganggu dari suatu regresi disyaratkan berdistribusi normal, hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean jika variabel dan berdistribusi normal, maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. pada hasil uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Ketentuan suatu model regresi berdistribusi secara normal apabila probability dari Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (p> 0,05) (Djarwanto, 2003: 50). 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi problem
42
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011: 110). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan tabel statistik durbin-waston dengan katagori sebagai berikut (Santoso, 2001: 219): a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3. Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011: 105). Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis regresi. Jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinearitas (Sanusi, 2011: 136). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 77).
43
Gejala heteroskedastisitas diuji dengan metode Glejser dengan cara menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan variabel bebas. Apabila masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut residual
(α=0,05)
maka
dalam
model
regresi
tidak
terjadi
gejala
heteroskedastisitas (Sanusi, 2011: 135).
3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011: 95). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan antara pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 20052015 secara bersama-sama dengan menggunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2+ b3X3+e (Sanusi, 2011: 135). Keterangan : Y
= variabel dependen yaitu penyaluran pembiayaan Rahn
X1
= pendapatan pegadaian
X2
= harga emas
X3
= tingkat inflasi
a
= variabel/bilangan konstan
b1, b2, b3
= koefisien regresi
e
= variabel pengganggu
44
3.8.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 307). Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis nihil dan alternatif Hipotesis nihil: H0 : β1 = 0 Hipotesisi alternatif: H1 : β1 0 2. Dipilih level of significance : 0,05, ttabel = (/2 ; n – k). 3. Kriteria pengujian : Gambar 3.1 Uji t
Daerah Tolak
Daerah Tolak
Daerah Diterima –t (/2, n–k) t (/2, n–k)
(Djarwanto & Pangestu, 1996: 308) Ho diterima apabila – ttabel thitung ttabel` Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau thitung < -ttabel 4. Perhitungan nilai thitung thitung = b-β Sb (Djarwanto & Pangestu, 1996: 308). Di mana : b = Distribusi sampling Sb = Standard error
45
5. Kesimpulan Menentukan kesimpulan apakah H0 diterima atau H1 ditolak. Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.4. Uji Ketepatan Model 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 268). a. Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 = ………. = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ ………. ≠ µ2 b. Dipilih level of significance tertentu (5%/1%). c. Kriteria Pengujian Gambar 3.2 Uji F
Daerah ditolak Daerah terima
F(α;k-1;n-k)
(Djarwanto & Pangestu, 1996: 269). Degree of freedom, k-1 pembilang (numerator); k (n-1) penyebut (denominator). Ho diterima apabila F ≤ F(α;k-1;n-k)
46
Ho ditolak apabila F F(α;k-1;n-k) d. Penghitungan nilai F : F = variance between means variance within groub (Djarwanto & Pangestu, 1996: 269). e. Kesimpulan: dengan membandingkan antara langkah empat dengan peraturan pengujian pada langkah tiga. 2. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) menjelaskan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel independen (Widarjono, 2013: 70). Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009: 15). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang
mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masingmasing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
47
Kadangkala peneliti ingin memaksimumkan nilai R2 sehingga mencari model yang menghasilkan R2 tinggi. Hal ini jika dilakukan berbahaya karena tujuan analisis regresi bukan semata ingin mendapatkan nilai R2 tinggi, tetapi mencari nilai etimasi koefisien regresi dan menarik inferensi stastistik. Dalam kenyataan empiris biasa ditemukan regresi dengan nilai R2 tinggi, tetapi nilai koefisien regresi tidak ada yang signifikan atau memiliki tanda koefisien yang berlawanan dari yang diharapkan secara teori. Jadi sebaiknya peneliti lebih melihat logika atau penjelasan teoritis pengaruh variabel explanatory terhadap variabel dependen. Jika dalam proses mendapatkan nilai R2 tinggi adalah baik, tetapi jika nilai R2 rendah tidak berati model regresi jelek. Besarnya nilai R2 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R2 = ESS = 1 – RSS = 1 - ∑ui2 TSS TSS ∑yi2 (Gujarati, 2003: 217). Keterangan : ESS= Explained sum of square (jumlah kuadrat dari regresi) TSS= Total sum square (total jumlah kuadrat) RSS= Residual sum square (jumlah kuadrat kesalahan pengganggu) Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
48
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003: 218), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2= (1 - k)/(n - k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
5249
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian Syariah Indonesia Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan pegadaian. Satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi yang harus diemban oleh pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai landasan
kegiatan
usaha
perum
pegadaian
sampai
sekarang
(www.pegadaiansyariah.co.id). Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah (www.pegadaiansyariah.co.id). Berdirinya pegadaian syariah, berawal pada tahun 1998 ketika beberapa General Manager melakukan studi banding ke Malaysia. Setelah melakukan studi banding, mulai dilakukan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Tapi ketika itu ada sedikit masalah internal sehingga hasil studi banding itu pun hanya ditumpuk (www.pegadaiansyariah.co.id).
50
Pada tahun 2000 konsep bank syariah mulai marak. Saat itu, Bank Muamalat Indonesia (BMI) menawarkan kerja sama dan membantu segi pembiayaan dan pengembangan. Tahun 2002 mulai diterapkan sistem pegadaiaan syariah dan pada tahun 2003 pegadaian syariah resmi dioperasikan dan Pegadaian Cabang Dewi Sartika menjadi kantor cabang pegadaian pertama yang menerapkan sistem pegadaian syariah (www.pegadaiansyariah.co.id). Prospek pegadaian syariah di masa depan sangat luar biasa. Respon masyarakat terhadap pegadaian syariah ternyata jauh lebih baik dari yang diperkirakan. Menurut survei BMI, dari target operasional tahun 2003 sebesar 1,55 milyar rupiah Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika mampu mencapai target 5 milyar rupiah (www.pegadaiansyariah.co.id). Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang dipinjamkan (www.pegadaiansyariah.co.id). Program Syariah Perum Pegadaian mendapat sambutan positif dari masyarakat. Dari target omzet tahun 2006 sebesar Rp 323 miliar, hingga September 2006 ini sudah tercapai Rp 420 miliar dan pada akhir tahun 2006 ini diprediksi omzet bisa mencapai Rp 450 miliar. Bahkan Perum Pegadaian Pusat menurut rencana akan menerbitkan produk baru, gadai saham di Bursa Efek
51
Jakarta (BEJ), paling lambat Maret 2007. Manajemen Pegadaian melihat adanya prospek
pasar
yang
cukup
bagus
saat
ini
untuk
gadai
saham
(www.pegadaiansyariah.co.id). Bisnis pegadaian syariah tahun 2007 ini cukup cerah, karena minta masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian ini cukup besar. Itu terbukti penyaluran kredit tahun 2006 melampaui target. Pegadaian Cabang Majapahit Semarang misalnya, tahun 2006 mencapai 18,2 miliar. Lebih besar dari target yang ditetapkan sebanyak 11,5 miliar. Jumlah nasabah yang dihimpun sekitar 6 ribu
orang
dan
barang
jaminannya
sebanyak
16.855
potong
(www.pegadaiansyariah.co.id). Penyaluran kredit Pegadaian Syariah Semarang ini berdiri tahun 2003, setiap tahunnya meningkat cukup signifikan dari Rp 525 juta tahun 2004 meningkat menjadi Rp 5,1 miliar dan tahun 2006 mencapai Rp 18,4 miliar. Mengenai permodalan hingga saat ini tidak ada masalah. Berapapun permintaan nasabah asal ada barang jaminan akan dipenuhi saat itu pula bisa dicairkan sesuai taksiran barang jaminan tersebut. Demikian prospek pegadaian syariah ke depan, cukup cerah (www.pegadaiansyariah.co.id).
4.1.2. Produk Pegadaian Syariah Indonesia 1. Pegadaian Rahn Pemberian pinjaman dengan perikatan gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Alur dan proses layanan yang diberikan sama dengan Pegadaian KCA, namun nasabah tidak dikenakan sewa modal, melainkan dikenakan ujrah yang dihitung dari taksiran barang jaminan yang diserahkan.
52
Besaran tarif ujrah maksimal adalah 0,71% (dari taksiran barang jaminan) per 10 hari dengan jangka waktu maksimum 4 bulan, tetapi dapat diperpanjang dengan cara mengangsur ataupun mengulang gadai, serta dapat dilunasi sewaktu-waktu dengan perhitungan ujrah secara proporsional selama masa pinjaman 2. Pegadaian Arrum (Ar Rahn untuk usaha mikro/Kecil) Layanan pembiayaan dengan skim syariah, baik yang diperuntukkan untuk pengusaha mikro dan kecil guna pengembangan usaha dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor, maupun bagi masyarakat yang belum/tidak mempunyai usaha dengan jaminan emas. Pengembalian angka waktu mulai dari 12 bulan hingga 36 bulan yang dapat dilunasi sewaktu-waktu. 3. Pegadaian Amanah Pemberian pinjaman atau kredit untuk kepemilikan kendaraan bermotor kepada para karyawan tetap pada suatu instansi atau perusahaan tertentu atau bagi para pengusaha mikro kecil. Dasar pemberian pinjaman dengan menghitung repayment capacity yang ditentukan atas dasar besarnya penghasilan/gaji bagi karyawan tetap atau berdasar kelayakan usaha bagi pengusaha mikro kecil. Pola perikatan jaminan dilakukan dengan akad rahn tasjily.
53
4.2. Pengujian dan Hasil Analisis Data 4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011: 160). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. pada hasil uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Ketentuan suatu model regresi berdistribusi secara normal apabila probability dari Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) (Djarwanto, 2003: 50). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
44 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber : data diolah, 2016.
.0001387 4.70155147E11
Absolute
.201
Positive
.201
Negative
-.104 1.332 .058
54
Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada tabel 4.1 di atas diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,058. Karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011: 110). Untuk menentukan adanya autokorelasi atau tidak, dapat diketahui dari nilai Durbin-Watson sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R .819
R Square a
.671
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .646
Durbin-Watson
4.015E12
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber: data diolah, 2016.
1.038
55
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,038 dan angka D-W berada di antara -2 sampai +2. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada atau tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. 3. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011: 105). Hasil perhitungan data diperoleh nilai VIF sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Pendapatan Pegadaian Harga Emas Tingkat Inflasi Sumber: data diolah, 2016.
VIF 1.266 1.548 1.497
Keterangan Tidak terjadi gejala multikolinearitas Tidak terjadi gejala multikolinearitas Tidak terjadi gejala multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa semua nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan dalam model regresi ini tidak terjadi gejala multikolinearitas yaitu korelasi antar variabel bebas. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
56
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 77). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi setelah diadakan regresi dengan absolut residual pada variabel dependen sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Pendapatan Pegadaian Harga Emas Tingkat Inflasi Sumber: data diolah, 2016.
Sig 0,121 0,403 0,173
Keterangan Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi variabel pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3) > 0,05 sehingga tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
4.2.2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011: 95). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3) terhadap variabel terikat yaitu penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat sebagai berikut :
57
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Pendapatan_ Pegadaian Harga_Emas Tingkat_Inflasi
Standardized Coefficients
Std. Error
-8.817E12
3.109E12
1.976
.276
1.315E7 5530390.192 2.682E11
2.156E11
Beta
t
Sig.
-2.836
.007
.731
7.158
.000
.268
2.377
.022
.138
1.244
.221
a. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016. Berdasarkan tabel 4.5 di atas persamaan regresi linear berganda dapat disusun sebagai berikut : Y = -8,817 + 1,976X1 + 1,315 X2 + 2,682X3 + Berdasarkan persamaan regresi linear berganda dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1.
Konstanta bernilai negatif sebesar
8,817, hal ini menunjukkan bahwa
apabila variabel pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi, jika dianggap konstan (0), maka nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 8,817. 2.
Koefisien regresi variabel variabel pendapatan pegadaian (b1) bernilai positif sebesar 1,976. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan pegadaian ditingkatkan satu satuan dengan catatan variabel harga emas dan tingkat inflasi dianggap konstan, maka akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 1,976.
58
3.
Koefisien regresi variabel harga emas (b2) bernilai positif sebesar 1,315. Hal ini berarti bahwa jika harga emas ditingkatkan satu satuan dengan catatan variabel pendapatan pegadaian dan tingkat inflasi dianggap konstan, maka akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 1,315.
4.
Koefisien regresi variabel tingkat inflasi (b3) bernilai positif sebesar 2,682. Hal ini berarti bahwa jika tingkat inflasi ditingkatkan satu satuan dengan catatan variabel pendapatan pegadaian dan harga emas dianggap konstan, maka akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 2,682.
4.2.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 307). Hasil uji signifikansi atau uji t dapat dilihat sebagai berikut :
59
Tabel 4.6 Hasil Uji t Variabel Pendapatan Pegadaian
thitung
Sig.
7,158
0,000
2,377
0,022
1,244
0,221
Harga Emas
Tingkat Inflasi
Kesimpulan Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Sumber: data diolah, 2016. 1. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa pada variabel pendapatan pegadaian diperoleh nilai thitung= 7,158 dan probabilitas sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung > ttabel dan ρ < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. 2. Variabel harga emas diperoleh nilai thitung = 2,377 dan probabilitas sebesar 0,022, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung > ttabel dan ρ < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima, artinya harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. 3. Variabel tingkat inflasi diperoleh nilai thitung = 1,244 dan probabilitas sebesar 0,221, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung < ttabel dan ρ > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3 ditolak, artinya tingkat inflasi tidak
60
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
4.2.4. Uji Ketepatan Model 1. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 268). Hasil uji F dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Ketepatan Model (Uji F) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.315E27
3
4.382E26
Residual
6.448E26
40
1.612E25
Total
1.959E27
43
F 27.182
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016. Berdasarkan hasil uji ketepatan model (uji F) pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung pada tabel ANOVA yaitu diperoleh Fhitung sebesar 27,182 dan sig. 0,000. Hasil ini lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel (pada df 3; 40 diperoleh nilai Ftabel = 2,84). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan variabel pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3) secara serempak atau simultan terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
61
2. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) menjelaskan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel independen (Widarjono, 2013: 70). Hasil perhitungan untuk nilai R Square (R2) dengan bantuan komputer program SPSS versi 16.00 adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) b
Model Summary Model 1
R
R Square .819
a
Adjusted R Square
.671
.646
Std. Error of the Estimate 4.015E12
Durbin-Watson 1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) pada tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan untuk nilai R Square (R2) dengan bantuan komputer program SPSS versi 16.00, diperoleh angka koefisien determinasi R2 = 0,671 atau 67,1%. Hal ini berarti kemampuan variabel-variabel independen yang terdiri dari variabel pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3) dalam menjelaskan variabel dependen yaitu penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 67,1%, sisanya (100% 67,1% = 22,9%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
62
4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan pegadaian dengan nilai thitung (7,158) > ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan pendapatan pegadaian syariah dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Kenaikan pendapatan pegadaian dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun
2005-2015.
Sebaliknya,
penurunan
pendapatan
pegadaian
dapat
menurunkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011: 40). Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Purnomo (2009), yang menunjukkan penyaluran kredit.
bahwa pendapatan pegadaian
berpengaruh
terhadap
63
2. Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel harga emas dengan nilai thitung (2,377) > ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,022 < 0,05. Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Kenaikan harga emas dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Sebaliknya, penurunan harga emas dapat menurunkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Aziz (2013), yang menunjukkan bahwa harga emas berpengaruh terhadap penyaluran kredit. 3. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel tingkat inflasi dengan nilai thitung (1,244) < ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,221 > 0,05. Artinya setiap kenaikan atau penurunan inflasi tidak akan berpengaruh pada penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal tersebut dikarenakan ketika mengajukan pembiayaan, nasabah
64
tidak memperhatikan besar kecilnya tingkat inflasi. Nasabah lebih berpikir untuk memenuhi kebutuhan mereka ketika mengajukan pembiayaan. Kenaikan tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan akan
pandangan
kepercayaan
masyarakat
yang
telah
terbentuk
untuk
menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu, adanya inflasi atau tidak adanya inflasi tidak menjadikan suatu pertimbangan bagi seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum Pegadaian (Febrian, 2015). Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang memerlukan dana cepat. Di mana pinjaman tersebut umumnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya mendadak (Febrian, 2015). Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dahlan (2015), yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
67 65 67
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn (Studi pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan pegadaian dengan nilai thitung (7,158) > ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. 2. Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel harga emas dengan nilai thitung (2,377) > ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,022 < 0,05. 3. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji t variabel tingkat inflasi dengan nilai thitung (1,244) < ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,221 > 0,05.
66
5.2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya terbatas pada data laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. 2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan dari tahun 2005-2015. 3. Penelitian ini hanya mengambil 44 sampel dengan periode pengamatan tahun 2005-2015.
5.3. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang penulis ajukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan pegadaian syariah di Indonesia dapat memperhatikan pendapatan pegadaian syariah karena variabel pendapatan pegadaian syariah lebih dominan dalam mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. 2. Bagi
penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
melanjutkan
dan
memperpanjang periode penelitian serta dapat menggunakan variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada lembaga non perbankan yang berbeda.
67 67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin. (2010). Bank dan lembaga keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ali, Zainuddin. (2008). Hukum perbankan syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Amalia, Linda. (2010). Pengaruh pendapatan murabahah terhadap total pendapatan Bank BNI Syariah (studi kasus pada PT.Bank BNI Syariah Jalan Buah Batu No 157C Bandung). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung. Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta: gema insani press. Arifin, Zainul. (2009). Dasar-dasar manajemen bank syariah. Jakarta: Alvabet Anggota IKAPI. Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Aziz, Mukhlish Arifin. (2013). Analisis pengaruh tingkat sewa modal, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C (Studi pada PT. Pegadaian Cabang Probolinggo). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Dahlan, Rahmat. (2015). Pengaruh tingkat bonus SBIS dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah di Indonesia. Jurnal Equilibrium, Vol. 3, No. 1, Juni 2015. Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Departemen Agama RI. (2000). Al-Qur’an terjemahan. Bandung: Diponegoro. Desriani, Icha Puspita dan Rahayu, Sri. (2013). Analisis pengaruh pendapatan, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit (studi kasus pada Perum Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang Periode Maret 2009 – September 2011). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, FE Universitas Budi Luhur, Vol. 2 No. 2 Oktober 2013.
68
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. (1996). Statistik induktif. Yogyakarta: BPFE. _______. (2003). Statistik induktif non-parametik. Yogyakarta: BPFE. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. . (2009). Ekonometrika: teori konsep, dan aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. _______. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan menggunakan program IBM SPSS 19. Badan Penerbitan: Universitas Diponegoro Semarang. Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrika dasar. Jakarta: Erlangga. Gumilang et.al. (2014). Pengaruh variabel makro ekonomi, harga emas dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol.14, No.1 September 2014. Febrian, Danny. (2015). Analisis pengaruh tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap penyaluran kredit rahn pada PT. Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013). Skripsi Tidak diterbitkan. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hadi, Muhammad Sholikul. (2003). Pegadaian syariah. Jakarta: Salemba Diniyah. http://www.bps.go.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 13.00 WIB. http://www.bi.go.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 09.00 WIB. http://www.ojk.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 10.00 WIB. http://www.pegadaiansyariah.co.id, di unduh pada tanggal 20 September 2016, jam 15.00 WIB. Irawan, Yeni. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan gadai pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Banda Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 11, No. 2, Agst 2011. ISSN 1693-8852. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kasmir. (2001). Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
69
Kina,
Amilis. (2008). Mekanisme penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. UIN Malang.
Kotler, Philip. (2000). Manajemen pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo. Mardialis. (2003). Metode penarikan suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Martono (2010). Bank dan lembaga keuangan lain. Cetakan ke empat, Yogyakarta: Ekonisia. Muhammad. (2002). Tehnik perhitungan bagi hasil di bank syariah. Yogyakarta: UII Press. _________. (2004). Manajemen bank syariah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. _________ . (2005). Manajemen bank syari’ah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mustofa, Edwin Nasution, et al. (2010). Pengenalan eksklusif ekonomi Islam. Catatan ke 3. Jakarta: Kencana. Mutaminah dan Chasanah, Siti Nur Zaidah. (2012). Analisis eksternal dan internal dalam menentukan non performing financing bank umum syariah di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2012, Hal. 49 – 64 Vol. 19, No. 1.ISSN: 1412-3126. Muzzaki, Muhammad. (2011). Analisis kualitas pelayanan dan kualitas produk serta pengaruhnya terhadap kepercayaan nasabah pada Pegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Ekonomi Islam. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang. Oei, Istijanto. (2009). Kiat investasi valas, emas, saham. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pass, Christopher dan Bryan Lowes. (1999). Kamus lengkap ekonomi, Cet II. Jakarta: Erlangga. Permata, Yaningwati, Z.A. (2014). Analisis pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return On Equity) Studi pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 20092012. Jurnal Vol. 12. Malang: Universitas Brawijaya.
70
Prabasanti, Fransiska Cicylia. (2014). Analisis gadai emas bank syariah terhadap perolehan feebase income (studi kasus pegadaian emas bank syariah mandiri semarang). Tugas akhir tidak diterbitkan. Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Program Studi DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Purba, Salvatore Silaci. (2014). Analisis pembiayaan gadai syariah (rahn) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Pegadaian (Persero) periode 20042013. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Program Studi Perbankan dan Keuangan. Politeknik Negeri Medan. Purnomo, Ade. (2009). Pengaruh pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika periode 2004-2008. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Purwanto, Tri Joko. (2011). Analisis besarnya pengaruh pembiayaan, FDR (Financing To Deposit Ratio) dan NPF (Non Performing Financing) terhadap laba Bank Muamalat Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Rahardja, P. & Manurung, M. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rais, Sasli. (2006). Pegadaian syariah: konsep dan sistem operasional. Jakarta: UI Press. Ramadhan, Achmad Aditya. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Romadhon, Fajar. (2015). Analisis pengaruh kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor pertambangan di BEI (periode tahun 2011-2014). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Wijaya Putra Surabaya. Rudiger, Dornbusch, et. al. (2004). Makro ekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi. Sam et. al. (2003). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: PT. Intermasa. Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi penelitian bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Santoso, Singgih. (2001). SPSS statistik parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
71
Setiawan, Adi. (2009). Pengaruh faktor makroekonomi, pangsa pasar dan karakteristik bank terhadap profitabilitas bank syariah. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro. Semarang. Staton William J. (1999). Prinsip pemasaran. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2005). Metodologi penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta. _______ . (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV.Alfabeta. . (2012). Metode penelitian bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Suharto TF. (2013). Harga emas naik atau turun kita tetap untung. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Sukirno, Sadono. (2004). Teori pengatar ekonomi makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syafi’i, Imam. (2013). Pegadaian konvensional. Diambil 3 oktober Website:http://www.scribd.com/doc/17614549/Pegadaian Konvensional#archive.
2016.
Undang-Undang Republik Indonesia. (1998). UU RI Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan. Jakarta. Wangsawidjaja. (2012). Pembiayaan bank syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Widarjono, A. (2013). Ekonometrika, pengantar dan aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Widiarti, Tri dan Sinarti. (2013). Pengaruh pendapatan, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012. Jurnal Jurusan Manajemen Bisnis, Politeknik Negeri Batam, Batam. Zanna, Delfia. (2009). Hubungan karakteristik dan loyalitas dalam mencegah perpindahan nasabah (customer churn) (studi kasus pada bank DKI syariah cabang pondok indah). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
67
72
67
LAMPIRAN
73
Lampiran 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan Kegiatan Penyusunan Proposal Konsultasi Revisi Proposal Pengumpulan Data Analisis Data Penulisan Akhir Naskah Skripsi Munaqasah Revisi Skripsi
1
Juni 2 3
x
x
4 1
Juli 2 3
4
2 3 4 5 6 7 8
Penyusunan Proposal Konsultasi Revisi Proposal Pengumpulan Data Analisis Data Penulisan Akhir Naskah Skripsi Munaqasah Revisi Skripsi
September 1 2 3 4
Oktober 1 2 3 4
x x
x
x
x
November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Agustus 1 2 3 4
x x
x x x x x x x
x
Januari 1 2 3 4
x
Februari 1 2 3 4
x x
x
x
x
x x x
x
x
x
x x
74
Lampiran 2 Data Penelitian
Laporan Keuangan Tahunan Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015
Tahun 2005
2006
2007
2008
Triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pendapatan Pegadaian Syariah (dalam jutaan rupiah) 1128257395526 1222461248188 1316665100851 1410868953513 1543098181147 1675327408782 1807556636416 1939785864050 2018202615281 2135827742126 2175036117742 2253452868972 2422738225574 2592023582177 2761308938779 2930594295381
Harga Emas 123077 128412 133747 139081 148863 153753 168425 178206 184883 191559 198236 204913 221267 237621 253975 270329
Tingkat Inflasi 8.81 7.42 9.06 17.11 15.74 15.53 14.55 6.6 6.52 5.77 6.95 6.59 8.17 11.03 12.14 11.06
Penyaluran Pembiayaan Rahn (dalam jutaan rupiah) 208123500000 241652000000 275180500000 308709000000 379303500000 449898000000 520492500000 591087000000 684329250000 777571500000 870813750000 964056000000 1126422000000 1288788000000 1451154000000 1613520000000
75
2009
2010
2011
2012
2013
2014
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
3202221509668 3473848723955 3745475938241 4017103152528 4357400591043 4697698029557 5037995468072 5378292906586 5683951671561 5989610436536 6295269201511 6600927966486 6408964644784 6217001323082 6025038001379 5833074679677 6340997790608 6848920901540 7356844012471 7864767123402
284151 297973 311795 325616 332884 340151 347418 354685 380300 405914 431528 457143 473089 489035 504981 520927 504636 488345 406889 455762
0 0
497785 504603
7.92 3.65 2.83 2.78 3.43 5.05 5.8 6,96 6.65 5.54 4.61 3.79 3.97 4.53 4.31 4.30 5.90 5.90 8.40 8.38 7.32 6.70
1882525250000 2151530500000 2420535750000 2689541000000 3135439500000 3581338000000 4027236500000 4473135000000 5310501000000 6147867000000 6985233000000 7822599000000 8647550500000 9472502000000 10297453500000 11122405000000 11225667250000 11328929500000 11432191750000 11535454000000 0 0
76
2015
III IV I II III IV
0 7113126058127 0 0 0 8119794619825
474409 474827 499114 504030 525708 470619
4.53 8.36 6.38 7.26 6.83 3.35
0 27948962210560 0 0 0 31099031834806
77
Lampiran 3
Hasil Output Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
44 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
.0001387 4.70155147E11
Absolute
.201
Positive
.201
Negative
-.104 1.332 .058
78
Lampiran 4 Hasil Output Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model 1
R .819
R Square a
.671
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .646
Durbin-Watson
4.015E12
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
1.038
79
Lampiran 5
Hasil Output Uji Multikolinieritas
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant) Pendapatan_ Pegadaian Harga_Emas Tingkat_Inflasi
a
Std. Error
-8.817E12
3.109E12
1.976
.276
1.315E7 5530390.192 2.682E11
a. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
2.156E11
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.836
.007
.731
7.158
.000
.790 1.266
.268
2.377
.022
.646 1.548
.138
1.244
.221
.668 1.497
80
Lampiran 6
Hasil Output Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Pendapatan_ Pegadaian Harga_Emas Tingkat_Inflasi
a. Dependent Variable: AbsUt
Std. Error
3.348E11
1.866E11
.026
.017
-280627.251 -1.794E10
Coefficients Beta
t
Sig.
1.794
.080
.263
1.586
.121
331851.577
-.155
-.846
.403
1.294E10
-.250
-1.387
.173
81
Lampiran 7 Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
b
Variables Removed
Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, a Harga_Emas
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
b
Model Summary Model
R
1
R Square .819
a
Adjusted R Square
.671
Std. Error of the Estimate
.646
Durbin-Watson
4.015E12
1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
1.315E27
3
4.382E26
Residual
6.448E26
40
1.612E25
Total
1.959E27
43
Sig.
27.182
.000
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Pendapatan_Pegadaian Harga_Emas Tingkat_Inflasi
Std. Error
-8.817E12
3.109E12
1.976
.276
1.315E7 5530390.192 2.682E11
2.156E11
a. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-2.836
.007
.731
7.158
.000
.268
2.377
.022
.138
1.244
.221
a
82
Lampiran 8 Distribusi Nilai ttabel d.f 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
t0.10 3.078 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.318 1.316 1.315 1.314 1.313 1.311 1.310 1.309 1.309 1.308 1.307 1.306 1.306 1.305 1.304 1.304 1.303 1.303 1.302 1.302 1.301 1.301 1.300 1.300 1.299 1.299 1.299 1.298 1.298 1.298 1.297 1.297 1.297 1.297 1.296 1.296 1.296
T0.05 6.314 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.697 1.696 1.694 1.692 1.691 1.690 1.688 1.687 1.686 1.685 1.684 1.683 1.682 1.681 1.680 1.679 1.679 1.678 1.677 1.677 1.676 1.675 1.675 1.674 1.674 1.673 1.673 1.672 1.672 1.671 1.671
t0.025 12.71 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 2.042 2.040 2.037 2.035 2.032 2.030 2.028 2.026 2.024 2.023 2.021 2.020 2.018 2.017 2.015 2.014 2.013 2.012 2.011 2.010 2.009 2.008 2.007 2.006 2.005 2.004 2.003 2.002 2.002 2.001 2.000
t0.01 31.82 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.457 2.453 2.449 2.445 2.441 2.438 2.434 2.431 2.429 2.426 2.423 2.421 2.418 2.416 2.414 2.412 2.410 2.408 2.407 2.405 2.403 2.402 2.400 2.399 2.397 2.396 2.395 2.394 2.392 2.391 2.390
t0.005 63.66 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.750 2.744 2.738 2.733 2.728 2.724 2.719 2.715 2.712 2.708 2.704 2.701 2.698 2.695 2.692 2.690 2.687 2.685 2.682 2.680 2.678 2.676 2.674 2.672 2.670 2.668 2.667 2.665 2.663 2.662 2.660
d.f 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
t0.10 1.296 1.296 1.296 1.296 1.296 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.294 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.293 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.292 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.290 1.290 1.290 1.290 1.290
t0.05 1.671 1.671 1.670 1.670 1.670 1.670 1.670 1.670 1.669 1.669 1.669 1.669 1.669 1.668 1.668 1.668 1.668 1.668 1.668 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.666 1.666 1.666 1.666 1.666 1.666 1.665 1.665 1.665 1.665 1.665 1.664 1.664 1.664 1.664 1.664 1.663 1.663 1.663 1.663 1.663 1.663 1.662 1.662 1.662 1.662 1.662 1.661 1.661 1.661 1.661 1.661 1.661 1.660 1.660 1.660
t0.025 2.000 1.999 1.999 1.999 1.998 1.998 1.998 1.997 1.997 1.997 1.996 1.996 1.996 1.995 1.995 1.995 1.994 1.994 1.994 1.993 1.993 1.993 1.992 1.992 1.992 1.991 1.991 1.991 1.990 1.990 1.990 1.989 1.989 1.989 1.988 1.988 1.988 1.987 1.987 1.987 1.986 1.986 1.986 1.985 1.985 1.985 1.984 1.984 1.984 1.983 1.983 1.983 1.982 1.982 1.982 1.981 1.981 1.981 1.980 1.980
t0.01 2.390 2.389 2.389 2.388 2.388 2.387 2.387 2.386 2.386 2.385 2.385 2.384 2.384 2.383 2.383 2.382 2.382 2.381 2.381 2.380 2.380 2.379 2.379 2.378 2.378 2.377 2.377 2.376 2.376 2.375 2.374 2.374 2.373 2.373 2.372 2.372 2.371 2.371 2.370 2.370 2.369 2.369 2.368 2.368 2.367 2.367 2.366 2.366 2.365 2.365 2.364 2.364 2.363 2.363 2.362 2.362 2.361 2.361 2.360 2.360
t0.005 2.659 2.659 2.658 2.657 2.657 2.656 2.655 2.655 2.654 2.653 2.653 2.652 2.651 2.651 2.650 2.649 2.649 2.648 2.647 2.647 2.646 2.645 2.645 2.644 2.643 2.643 2.642 2.641 2.641 2.640 2.639 2.639 2.638 2.637 2.637 2.636 2.635 2.635 2.634 2.633 2.633 2.632 2.631 2.631 2.630 2.629 2.629 2.628 2.627 2.627 2.626 2.625 2.625 2.624 2.623 2.623 2.622 2.621 2.621 2.620
Dari "Table of Percentage Points of the t-Distribution." Biometrika, Vol. 32. (1941), p. 300. Reproduced by permission of the Biometrika Trustess.
83
Lampiran 9
Distribution Tabel Nilai F0,05
Degrees of freedom for Denominator
Degrees of freedom for Nominator 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24 30 40 161 200 216 225 230 234 237 239 241 242 244 246 248 249 250 251 18,5 19,0 19,2 19,2 19,3 19,3 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,5 19,5 19,5 10,1 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 8,89 8,85 8,81 8,79 8,74 8,70 8,66 8,64 8,62 8,59
60 252 19,5 8,57
120 ∞ 253 254 19,5 19,5 8,55 8,53
4 5 6
7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 6,09 6,04 6,00 5,96 5,91 5,86 5,80 5,77 5,75 5,72 5,69 5,66 5,63 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 4,88 4,82 4,77 4,74 4,68 4,62 4,56 4,53 4,50 4,46 4,43 4,40 4,37 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 4,21 4,15 4,10 4,06 4,00 3,94 3,87 3,84 3,81 3,77 3,74 3,70 3,67
7
5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 3,79 3,73 3,68 3,64 3,57 3,51 3,44 3,41 3,38 3,34 3,30 3,27 3,23
8
5,32 4,46 4,07 3,84 4,69 3,58 3,50 3,44 3,39 3,35 3,28 3,22 3,15 3,12 3,08 3,04 3,01 2,97 2,93
9
5,12 4,26 3,86 3,63 3,48 3,37 3,29 3,23 3,18 3,14 3,07 3,01 2,94 2,90 2,86 2,83 2,79 2,75 2,71
10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 3,14 3,07 3,02 2,98 2,91 2,85 2,77 2,74 2,70 2,66 2,62 2,58 2,54 11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 3,01 2,95 2,90 2,85 2,79 2,72 2,65 2,61 2,57 2,53 2,49 2,45 2,40 12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 2,91 2,85 2,80 2,75 2,69 2,62 2,54 2,51 2,47 2,43 2,38 2,34 2,30 13 4,67 3,81 3,41 3,13 3,03 2,92 2,83 2,77 2,71 2,67 2,60 2,53 2,46 2,42 2,38 2,34 2,30 2,25 2,21 14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 2,76 2,70 2,65 2,60 2,53 2,46 2,39 2,35 2,31 2,27 2,22 2,18 2,13 15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 2,71 2,64 6,59 2,54 2,48 2,40 2,33 2,29 2,25 2,20 2,16 2,11 2,07 16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 2,66 2,59 2,54 2,49 2,42 2,35 2,28 2,24 2,19 2,15 2,11 2,06 2,01 17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 2,61 2,55 2,49 2,45 2,38 2,31 2,23 2,19 2,15 2,10 2,06 2,01 1,96 18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77 2,66 2,58 2,51 2,46 2,41 2,34 2,27 2,19 2,15 2,11 2,06 2,02 1,97 1,92 19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 2,54 2,48 2,42 2,38 2,31 2,23 2,16 2,11 2,07 2,03 1,98 1,93 1,88 20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71 2,60 2,51 2,45 2,39 2,35 2,28 2,20 2,12 2,08 2,04 1,99 1,95 1,90 1,84 21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68 2,57 2,49 2,42 2,37 2,32 2,25 2,18 2,10 2,05 2,01 1,96 1,92 1,87 1,81 22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,40 2,34 2,30 2,23 2,15 2,07 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,78 23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32 2,27 2,20 2,13 2,05 2,01 1,96 1,91 1,86 1,81 1,76 24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62 2,51 2,42 2,36 2,30 2,25 2,18 2,11 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,79 1,73 25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60 2,49 2,40 2,34 2,28 2,24 2,16 2,09 2,01 1,96 1,92 1,87 1,82 1,77 1,71 30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 2,33 2,27 2,21 2,16 2,09 2,01 1,93 1,89 1,84 1,79 1,74 1,68 1,62 40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45 2,34 2,25 2,18 2,12 2,08 2,00 1,92 1,84 1,79 1,74 1,69 1,64 1,58 1,51 50 4,08 3,18 2,79 2,56 2,40 2,29 2,20 2,13 2,07 2,02 1,95 1,87 1,78 1,74 1,69 1.63 1,56 1,50 1,41 60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25 2,17 2,10 2,04 1,99 1,92 1,84 1,75 1,70 1,65 1,59 1,53 1,47 1,39 100 3,94 3,09 2,70 2,46 2,30 2,19 2,10 2,03 1,97 1,92 1,85 1,80 1,68 1,63 1,57 1,51 1,46 1,40 1,28 120 3,92 3,07 2,68 2,45 2,29 2,18 2,09 2,02 1,96 1,91 1,83 1,75 1,66 1,61 1,55 1,50 1,43 1,35 1,22
∞ 3,84 3,00 2,60 2,37 2,21 2,10 2,01 1,94 1,88 1,83 1,75 1,67 1,57 1,52 1,46 1,39 1,32 1,22 1,00
84
Lampiran 10
Daftar Riwayat Hidup
Nama
: Vika Anggun Ratna Pratiwi
Alamat
: Dadapan, RT 03 RW 02, Kepoh, Sambi, Boyolali
Tempat dan Tanggal Lahir
: Boyolali, 30 Agustus 1990
Agama
: Islam
No Telepon
: 085 831 548 024
Email
:
[email protected]
Nama Ayah
: Widodo
Nama Ibu
: Siti Maryanti
Riwayat Pendidikan
:
1. TK BA Aisyiah Kepoh Sambi Boyolali 2. MIM Kepoh Sambi Boyolali 3. SMP N 1 Ngemplak 4. SMA N 1 Ngemplak 5. IAIN Surakarta