SKRIPSI
UP PAYA PENIINGKATAN N KEMAND DIRIAN AN NAK MELA ALUI METODE BER RMAIN PER RAN PADA A KELOMP POK A TAM MAN NAK-KANA AK PERTIW WI JATIROKEH SON NGGOM BR REBES KAN
Di ajukan seebagai salah satu syarat uuntuk mempperoleh gelarr Sarjana Penndidikan padda Program Sttudi Pendidikkan Guru Peendidikan Annak Usia Dinni
Oleh: Nama
: Tukriiyah
NIM
: 16019 910025
PGPAUD D FAKULTA AS ILMU PE ENDIDIKA AN UN NIVERSITA AS NEGER RI SEMARA ANG 2013
PESETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :
Pada Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Edi Waluyo, M.Pd
Amirul Mukminin, S. Pd.M.Kes
NIP. 19790425 200501 001
NIP.19780330 200501 1 001
Mengetahui Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES
Edi Waluyo, M.Pd NIP. 19790425 200501 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Pada Hari
: Jum’at
Tanggal
: 28 Juni 2013
Panitia Ujian Ketua
Sekretaris
Drs Harjono, M.Pd
Edi Waluyo, M.Pd
NIP. 19510801 197903 1 007
NIP. 19790425 200501 001
Pembimbing I
Penguji I
Edi Waluyo,M.Pd
Dr Sri Sularti Dewanti Handayani, M, Pd
NIP. 19790425 200501 1 001
NIP. 19570611 198403 2 001
Pembimbing II
Penguji II
Amirul Mukminin, S. Pd, M.Kes
Edi Waluyo,M.Pd
NIP.19780330 200501 1 001
NIP. 19790425 200501 1 001 Penguji III Amirul Mukminin, S. Pd, M.Kes NIP. 19780330 200501 1 001 iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benarbenar hasil karya sendiri dengan sumbangan pemikiran dari Edi Waluyo, M.Pd Dosen Pembimbing I dan Amirul Mukminin, S.Pd.M.Kes Dosen Pembimbing II, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Brebes, Juni 2013
Tukriyah NIM. 1601910025
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Kemandiriannya sebagai anak manusia tak terjadi begitu saja dan serentak. Seseorang anak akan mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan yang berjalan secara terus menerus dalam rentang kehidupannya. - Tim Pustaka famili
PERSEMBAHAN Dengan Mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Skripsi ini kupersembahkan pada: 1.
Almarhum ayah dan ibu
2.
Suami dan anak-anakku tersayang
3.
v
Teman-teman seperjuangan
ABSTRAK Tukriyah, 2013. Upaya Peningkatan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran pada Kelompok A Taman Kanak-Kanak Pertiwi Jatirokeh–Songgom Brebes, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Edi Waluyo,M.PD dan Pembimbing II Amirul Mukminin, S. Pd.M.Kes. Kata kunci ; Peningkatan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran. Pembelajaran bermain peran merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemandirian anak usia dini. Dalam kenyataannya tingkat kemandirian anak usia dini di Taman Kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya pembelajaran bermain peran. Oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran bermain peran untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui pembelajaran metode bermain peran di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes dan untuk mengetahui sejuah mana metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak TK Kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh- Songgom Brebes Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok A Taman Kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes yang berjumlah 20 anak. Dalam penelitian ini menggunakan 3 siklus. Hasil penelitian pada aspek keberanian dan kepercayaan diri anak, memiliki rasa tanggung jawab, menguasai keterampilan sesuai dengan tugas yang diberikan dan mampu mengendalikan emosi mainnya 10 anak atau sebesar 50% mendapatkan nilai ● (lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik sedangkan aspek mampu bekerja sendiri ada 11 anak atau sebesar 55 %. Pada aspek memiliki rasa tanggung jawab ada 11 anak atau sebesar 55 %, aspek keberanian dan kepercayaan diri anak, mampu bekerja sendiri, menguasai keterampilan sesuai dengan tugas yang diberikan dan mampu mengendalikan emosi mainnya 12 anak atau sebesar 60% mendapatkan nilai ● (lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik. Sedangkan aspek keberanian dan kepercayaan diri anak, memiliki rasa tanggung jawab, menguasai keterampilan sesuai dengan tugas yang diberikan dan mampu mengendalikan emosi mainnya 15 anak atau sebesar 75% mendapatkan nilai ● (lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik sedangkan aspek mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) ada 16 anak atau sebesar 80 %. Berdasarkan hasil penelitian ini metode pengajaran bermain peran bisa meningkatkan tingkat kemandirian di Kelompok A Taman Kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh. Perubahan tersebut terlihat anak mau berpisah dengan ibu/pengasuhnya, anak lebih berani dan percaya diri bila tampil di depan kelas, anak mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dari pengajar. vi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran pada Kelompok A Taman Kanak-Kanak Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1. Drs Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang telah memberikan izin penelitian. 2. Edi Waluyo, M.Pd., Ketua Jurusan PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNNES dan Pembimbing I. 3. Amirul Mukminin, S.Pd. M. Kes., Pembimbing II 4. Tim penguji skripsi Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan(FIP) Universitas Negeri Semarang. 5. Dosen dan Teman-teman mahasiswa Jurusan PG PAUD atas semangat dan dukungannya selama ini. 6. Rekan-rekan guru Taman Kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes 7. Pihak-pihak lain yang langsung maupun tidak langsung yang telah vii
mendukung baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Brebes, Juni 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………...
i
Halaman Pengesahan ………………………………………………
ii
Halaman Pesetujuan Pembimbing………………………………….
iii
Surat Pernyataan …………………………………………………...
iv
Motto dan Pesembahan …………………………………………….
v
Abstraksi …………………………………………………………...
vi
Kata Pengantar ……………………………………………………..
viii
Daftar Isi …………………………………………………………...
x
Daftar Tabel ………………………………………………………..
xiv
Daftar Gambar ……………………………………………………..
xvi
Daftar Lampiran……………………………………………………
xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….
1
A. Latar Belakang …………………………………………
1
B.
9
Pembatasan Masalah ………………………………….
C. Rumusan Masalah ……………………………………..
10
D. Tujuan Penelitian………………………………………
10
E.
Manfaat Penelitian …………………………………….
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………......
12
A. Anak Usia Dini…………………………………………
12
1. Pengertian Anak Usia Dini …………...................... ix
12
B.
C.
D.
2. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-Kanak…………
17
Kemandirian Anak Usia Taman Kanak-Kanak ………….
23
1.
Pengertian Kemandirian ………….…………..…….
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
23
Kemandirian Anak Usia Prasekolah……………….
29
Metode Bermain Peran pada Taman Kanak-Kanak ………
31
1.
24
Pengertian Bermain …………………………
Konsep Metode Bermain Peran di Taman Kanak-Kanak
29
1.
Pengertian Metode Bermain Peran …………
35
2.
Peranan Bermain Peran dalam Kurikulum Taman
3.
Kanak-Kanak ………………………………..
40
Macam-Macam Metode Bermain Peran ……….
43
4. Tujuan Metode Bermain Peran ………………
45
5. Jenis Bermain Peran ………………………….
47
6. Manfaat Bermain Peran ………………………
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………..
52
A. Desain Penelitian ………………………………………
53
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………
53
C. Subjek Penelitian ……………………………………..
53
D
Instrumen Penelitian ………………………………….
53
E. Penelitian Tindakan Kelas …………………………….
53
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ……….
53
x
2.
2.
F.
a.
Persiapan …………………………………
53
b.
Pelaksanaan ………………………………
54
c.
Evaluasi/Refleksi…………………………
54
Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus II……
55
a.
Persiapan …………………………………
55
b.
Pelaksanaan ………………………………
56
c.
Evaluasi/Refleksi…………………………
56
Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus III……
57
a.
Persiapan …………………………………
57
b.
Pelaksanaan ………………………………
58
c.
Evaluasi/Refleksi…………………………
58
4. Pedoman Observasi ……………………………….
59
5. Dokumentasi ………………………………………
63
Teknik Analisis Data……………………………………
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………..
67
A. Gambaran Umum TK Pertiwi Jatirokeh………………
67
B. Sarana dan Prasarana TK Pertiwi Jatirokeh………….
68
1. Sarana TK Pertiwi Jatirokeh………………………
68
2. Alat Permainan …………………………….………
69
C. Hasil Penelitian ………………………………………...
70
1. Deskipsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I………………………………………. xi
72
a. Hasil evaluasi/Refleksi……… ………………..
75
b. Dokumentasi…………………………………..
83
2. Deskipsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II……………………………………………
86
a. Hasil evaluasi/Refleksi……… ………………..
89
b. Dokumentasi…………………………………..
97
3. Deskipsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus III……………………………………………
104
a. Hasil evaluasi/Refleksi……… ………………..
107
b. Dokumentasi…………………………………..
116
4. Pembahasan Hasil Penelitian………………………
122
BAB V PENUTUP…………………………………………………..
125
A.
Kesimpulan…………………………………………… ….
125
B.
Saran………………………………………………….. …..
126
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...………. .
127
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1
Kategori Penilaian Bermain Peran…………………………….
68
Tabel 2 Data Tenaga Kepegawaian…………………………………….
71
Tabel. 3 Tabel. 4 Tabel. 5 Tabel. 6 Tabel. 7 Tabel. 8 Tabel. 9 Tabel. 10 Tabel. 11 Tabel. 12 Tabel. 13 Tabel. 14
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan Kepercayaan Diri Anak siklus I……………………………..
76
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus I………………………………
77
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (Tanpa Bantuan Orang Lain) Anak siklus I………………….
78
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai dengan Tugas yang Diberikan Anak siklus I………….
79
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi Main Anak siklus I…………………………………….
80
Rekapitulasi tingkat keberhasilan Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A siklus I……………………………………
81
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan Kepercayaan Diri Anak siklus II……………………………..
90
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus II……………………………..
91
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (Tanpa Bantuan Orang Lain) Anak siklus II…………………
92
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai dengan Tugas yang Diberikan Anak siklus II
93
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi Main Anak siklus II……………………………..
94
Rekapitulasi tingkat keberhasilan Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A siklus II
95
Tabel. 15 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan xiii
Tabel. 16 Tabel. 17
Kepercayaan Diri Anak siklus III……………………………
109
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus III……………………………
110
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (Tanpa Bantuan Orang Lain) Anak siklus III……………….
111
Tabel. 18
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai dengan Tugas yang Diberikan Anak siklus III…….. 112
Tabel. 19
Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi Main Anak siklus III…………………………………
113
Rekapitulasi tingkat keberhasilan Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A siklus III……………………………….
114
Tabel. 20
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas………………....
52
Gambar 2 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut………………..
83
Gambar 3 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut ……..………...
84
Gambar 4 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut………………..
84
Gambar 5 Anak sedang memotong rambut…………………………………..
85
Gambar 6 Anak sedang merapikan hasil potongan rambut………………….
85
Gambar 7 Anak sedang menunggu giliran potongan rambut…………………
86
Gambar 8 Anak sedang bermain peran sebagai guruolah raga yang sedang mempersiapkan anak masuk ruangan……………………………….
98
Gambar 9 Salah satu anak yng berperan sebagai guru olah raga sedang mengabsen…………………………………………………………..
99
Gambar 10 Anak yang memerankan tokoh guru olah raga sedang memberi penjelasan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan..………
99
Gambar 11 Anak sedang memerankan tokoh guru olah raga sedang memberikan penjelasan pada anak didiknya
…………….…………………… 100
Gambar 12 Anak yang memerankan guru olah raga sedang membuat garis lengkung menjadi angka di papan tulis ..…………………..……
100
Gambar 13 Anak yang sedang memerankan sebagai guru olah raga sedang memberikan tugas secara bergantian………………………..………
101
Gambar 14 Anak yang memerankan guru olah raga sedang mempraktekkan kegiatan berolah raga………………………………………..…… xv
101
Gambar 15 Kegiatan olah raga dipandu anak yang sedang memerakan guru olah raga…………………………………………….………
102
Gambar 16 Anak yang berperan sebagai guru olah raga sedang memberi ulasan pada anak didiknya dibantu peneliti………………………
102
Gambar 17 Anak yang memerankan guru olah raga sedang memberi ulasan… 103 Gambar 18 Suasana setelah pembelajaran bermain peran selesai……………… 103 Gambar 19 Anak sedang memerankan pasien yang menunggu giliran berobat.
117
Gambar 20 Anak sedang memerankan pasien yang mau berobat sedang yang satunya sedang memerankan perawat yang sedang mendaftar pasien. 118 Gambar 21 Anak sedang memerankan pasien yang mau berobat timbang berat badannya oleh anak anak yang berperan sebagai perawat…………… 118 Gambar 22 Anak sedang memerankan perawat memperhatikan timbangan pasien…………………………………….……………………………. 119 Gambar 23 Anak sedang memerankan dokter mengukur suhu badan pasien… 119 Gambar 24 Anak sedang memerankan dokter sedang memeriksa pasien……
120
Gambar 25 Keadaan sesudah pembelajaran bermain peran…………………
120
Gambar 26 Keadaan sesudah pembelajaran bermain peran…………………
121
Gambar 27 Anak terlihat senang usai melaksanakan kegiatan bermain peran tampak mereka saling bercerita apa yang telah diperankan……….
xvi
121
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian……………………………… 129
Lampiran 2
Pedoman Observasi Penilaian Bermain Peran dalam Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A Pertiwi Jatirokeh-Brebes………………………………...
130
Lampiran 4
Daftar Nama Anak yang Diobservasi……………………
131
Lampiran 5
Rencana Kerja Mingguan………………………………… 132
Lampiran 6
Rencana Kerja Harian……………………………………
136
Lampiran 7
Lembar Observasi Kemandirian Anak…..………………
148
Lampiran 8
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Tukang Potong Rambut Siklus I…………………………
Lampiran 9
157
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Guru Olah Raga Siklus II………………………………… 160
Lampiran 10
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Dokter Lina Siklus III…………………..………………… 163
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah pendidikan anak usia dini. PAUD merupakan pendidikan pertama dan utama dalam kehidupan anak. Pada masa ini anakanak mendapatkan segala sesuatu yang dapat merangsang perkembangan anak untuk selanjutnya. Usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan stimulasi dan rangsangan yang baik untuk perkembangan anak. Dalam Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14, Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini sudah dianggap penting untuk dilalui dan menjadi suatu pendidikan yang dasar. Pendidikan anak usia dini, bertujuan untuk memfasilitasi perkembangan anak secara menyeluruh, yang menyangkut berbagai aspek perkembangan anak. Pengembangan kemampuan anak itu meliputi : motorik halus dan kasar, kognitif, sosialisasi,
bicara/bahasa dan kemandirian
anak. Perlunya
pengembangan anak sejak usia dini, karena pada masa itu usia anak tergolong dalam masa Golden age, yaitu masa yang sangat peka untuk menerima stimulasi yang baik dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, pada 1
2 masa itu anak banyak menyerap berbagai hal yang positif maupun negative dari lingkungan sekitar mudah untuk diserap dan diingat. Dari pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa pendidikan Anak usia dini merupakan salah satu jalur pendidikan yang dapat mengembangkan perkembangan anak secara menyeluruh. Mengingat pentingnya pendidikan ini maka diperlukan pendidik yang dapat memberikan stimulasi dan bimbingan untuk perkembangan anak. Pendidikan ini diharapkan dapat melahirkan generasi yang baik, baik secara fisik maupun psikisnya sesuai dengan harapan orang tua. Dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga, juga membutuhkan perhatian dari sekolah di mana anak itu belajar, walaupun lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Pengaruh masyarakat yang ada dalam lingkungan tempat tinggal anak, tentu juga ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif, di sinilah tugas orang tua dan guru dalam memberikan pengarahan pada anak– anak usia dini untuk mengendalikan agar mereka dapat mengambil keputusan sendiri, dan melatih anak sedini mungkin dapat mandiri sesuai dengan perkembangannya, karena itu pendidikan anak usia dini perlu dilakukan dengan
terarah
kepengembangan
segenap
aspek
pertumbuhan
dan
perkembangannya, baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohaninya, dan dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Pendidikan anak usia dini sangat
3 penting bagi kelangsungan bangsa dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia, karena pembentukan karakter bangsa dan kemajuan ditentukan penanaman sejak anak usia dini, dalam merealisasi upaya tersebut pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, dalam peningkatan mutu pendidikan baik pendidik maupun tenaga kependidikan, yang mencakup jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal, semua upaya tersebut dengan maksud dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru memiliki tugas untuk menstimulasi perkembangan anak, berbagai macam cara dilakukan agar pembelajaran yang diberikan kepada anak akan memberikan kepuasan kepada orang tua dan masyarakat pada umumnya. Untuk membuat kepuasan itu guru berusaha memberikan pelajaran-pelajaran yang merangsang perkembangan kognitif anak, mereka beranggapan bahwa anak yang berhasil adalah anak yang pandai dengan kemampuan kognitifnya, namun pada kenyataannya bukan hanya kemampuan kognitif saja yang perlu diperhatikan, tetapi anak juga perlu dipersiapkan untuk lebih mandiri dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Pada saat anak memasuki pendidikan di Taman Kanak-kanak atau PAUD, anak mulai memasuki dunia lain selain lingkungan keluarga. Di sini anak mulai belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, berinteraksi dengan orang atau anak-anak yang baru dan lingkungan
4 yang baru, bukan suatu yang mudah dilakukan oleh anak, terutama jika anak jarang bertemu dengan lingkungan yang lain. Anak perlu dilatih untuk memiliki kemampuan sosial, dan kemandirian dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lain. Pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan yang menyenangkan, dengan prinsip “Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar”. Karena bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK, melalui bermain anak akan mendapat kepuasan dalam dirinya, dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup. Dengan bermain anak juga berlatih untuk membina hubungan dengan orang lain, bertingkah laku yang sesuai dengan tuntutan yang ada dalam lingkungan masyarakat, dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri serta paham bahwa setiap perbuatannya ada konsukwensinya, agar anak berlatih untuk bertanggung jawab, sehingga anak akan lebih mandiri tanpa ketergantungan terhadap orang lain. Berangkat dari sinilah pembelajaran pada pendidikan anak usia dini harus dicermati, sehingga apa yang diharapkan oleh guru, orang tua maupun masyarakat, yakni anak-anak yang lebih mandiri dalam segala hal sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak dapat tercapai. Metode pengajaran yang tepat dan cermat akan mengarahkan anak-anak pada hasil yang optimal.
5 Macam-macam
metode
pengajaran
ada
untuk
menyampaikan
pembelajaran di Taman Kanak-kanak, seperti yang terdapat dalam Buku Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Moeslichatoen. R, 2001:24), jadi sebagai guru atau pendidik harus mempersiapkan metode-metode pengajaran yang dianggap baik untuk perkembangan anak. Terdapat banyak metode pengajaran yang dilakukan oleh guru, diantaranya metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode proyek, dan metode bermain peran. Semua metode pembelajaran yang ada tentu mempunyai tujuan masing – masing, walaupun kemungkinan antara metode yang satu dengan yang lain mempunyai tujuan yang sama, dan tentu juga ada tujuan yang khusus ingin dicapai oleh anak didiknya, metode–metode tersebuat adalah sebuah variasi pilihan dalam melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap pengajar atau guru, sehingga tidak akan terjadi penggunaan metode yang menyimpang, karena penggunaan metode pengajaran yang
menarik juga akan merangsang siswa dalam kegiatan
belajar karena siswa mendapatkan hal yang baru, sehingga tidak membosankan, seperti kadang guru membiarkan anak–anak duduk dengan tenang mengerjakan tugasnya, padahal sebenarnya anak tersebut kadang karena takut dimarahi, jika tidak menyelesaikan tugasnya. Dengan kebiasaan seperti itu maka diperlukan suatu metode yang akan memfasilitasi perkembangan seluruh aspek pada diri anak, salah satunya
6 adalah program pengembangan sosial kemandirian seperti dalam kurikulum 2004, dengan tujuan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar, dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik, dan dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Metode bermain peran adalah metode yang akan melatih diri anak untuk merasakan menjadi orang lain, dan akan melihat perilaku orang yang akan mereka identifikasi, karena pada dasarnya anak senang bermain khayalan, menjadi orang tua, meniru tokoh kartun yang disukai dan sebagainya. Kegiatan bermain peran merupakan kegiatan bermain tahap selanjutnya setelah bermain fungsional, karena bermain peran melibatkan interaksi secara verbal atau bercakap – cakap dengan orang lain. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di mana seseorang memerankan karakter orang lain dan mencoba berfikir/berbuat dengan cara/sudut pandang sosok yang diperankannya. Bermain peran memberikan contoh alamiah terhadap perilaku manusia yang riil dan dapat digunakan oleh anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri (Suryani, Lilis 2010 : 10.1). Bermain peran merupakan salah satu metode pengajaran yang penting untuk mengembangkan potensi anak, dengan bermain peran anak dapat menumbuhkan imajinasi, kemampuan sosial dan kemampuan bahasa,
7 kemampuan sosial merupakan kebutuhan yang perlu dimiliki anak sebagai bekal bagi kemandirian anak jenjang kehidupan selanjutnya. Dalam dimensi proses bermain peran telah membantu siswa memperoleh pengalaman berharga, melalui aktivitas interaksional dengan teman–temannya, anak belajar memberikan masukan atas pendapatnya dan anak juga belajar untuk menerima masukan dari orang lain. Di samping anak akan mendapatkan pengalaman mengenai cara–cara menghadapi masalah, melalui pembelajaran bermain peran, anak dapat melatih diri untuk menerapkan prinsip–prinsip demokrasi, sedangkan dilihat dari dimensi produk, metode bermain peran untuk menyiapkan diri anak menghadapi kehidupan yang akan datang dalam lingkungan masyarakat, maka dari itu kemandirian seorang anak perlu dididik sejak masih usia dini. Melalui bermain peran, anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya, memperluas kosa kata, mengembangkan kemampuan sosialnya, membina hubungan dengan anak lain, menumbuhkan kepercayaan diri tanpa tergantung dengan orang lain, bekerja sama dalam kelompok dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Anak belajar memberikan masukan atau peran orang lain dan menerima masukan dari orang lain, di samping dapat membina pengalaman, melalui bermain peran diharapkan dapat melatih anak menjadi percaya diri dan mandiri tanpa harus bergantung dengan orang lain. Karena kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus belajar untuk
8 dapat bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di dalam lingkungannya, sehingga individu mampu untuk berfikir dan bertindak sendiri. Dengan mandiri anak seseorang memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih mantap (Mu’tadin, www.e-psikologi.com.akses 8 oktober 2009 ). Dengan melihat permasalahan di atas, maka metode bermain peran mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya konsentrasi, melatih membuat kesimpulan, membantu perkembangan intelegensi, membantu perkembangan fantasi serta membantu mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain. Untuk menjadikan anak lebih mandiri, agar anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain adalah suatu harapan bagi semua pihak, baik dari pihak sekolah maupun pihak orang tua atau wali murid, karena kemandirian adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada orang lain. Maka dari itu anak–anak perlu dididik dapat mandiri sejak masih usia dini, karena jika tidak anak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari. Terpenuhinya kebutuhan anak untuk memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam membentuk kemandirian
anak. Menurut Johnson dan Medinnus (1974)
apabila anak diberikan suasana yang penuh perlindungan, cukup kasih sayang dan perhatian orang tua, jauh dari perasaan iri, cemburu, cemas, khawatir dan
9 sebagainya, hal ini akan mendorong dan memberikan keberanian bagi anak untuk melatih dirinya berinisiatif, bertanggung jawab, menyelesaikan sendiri problemanya dan menjadi mandiri (Sulistyaningsih, Wiwiek. 2008: 48). Kemandirian seperti halnya psikologis yang lain, dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan– latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini, latihan tersebut berupa pemberian tugas tanpa bantuan orang lain. Kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan seorang anak, maka dari itu sebaiknya kemandirian diajarkan pula dalam lingkungan keluarga sendiri sesuai dengan kemampuan anak. Karena segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan akan berkembang dengan baik, kemandirian seorang anak diperkuat melalaui proses sosialisasi dengan teman–teman sebaya, baik di sekolah maupun dalam lingkungannya. (Hurlock. 1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar berfikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri. Berdasarkan
uraian di atas
maka perlu
dilakukan
perbaikan
pembelajaran, untuk meningkatkan kinerja pendidik dengan pembelajaran yang lebih baik, Peneliti memiliki gagasan untuk memperbaiki pembelajaran dalam meningkatkan kemandirian anak Taman Kanak-kanak melalui Penelitian tindakan kelas. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan berbagai masalah yang telah dikemukakan, Peneliti tertarik
10 untuk mengadakan penelitian kemandirian anak. Peneliti melakukan pembatasan masalah, agar pembahasan masalah tidak terlalu luas untuk diteliti. Pembahasan masalah dalam skripsi ini dibatasi pada upaya peningkatan Kemandirian anak melalui metode bermain peran pada TK Pertiwi Jatirokeh Brebes. C. Rumusan Masalah Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus, maka rumusan yang bisa diambil: -
Bagaimanakah metode Bermain Peran dapat meningkatkan kemandirian anak di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut -
Untuk mengetahui kemandirian anak melalui metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak TK Kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh- Songgom Brebes.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi: 1. Kegunaan Teoritis
11 Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pembelajaran pada guru TK, terutama dalam pengajaran metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak di Taman Kanak-kanak. 2. Secara praktis bagi guru di Taman Kanak-kanak Pertiwi JatirokehSonggom Brebes, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang dapat digunakan dalam rangka untuk memberikan variasi metode pembelajaran 3. Bagi anak TK Pertiwi Jatirokeh Songgom dapat lebih mandiri, dengan belajar melalui metode bermain peran,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995:16). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman Kanak-kanak adalah salah satu
bentuk
pendidikan
prasekolah
yang
menyediakan
program
pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tahun-tahun
prasekolah
erat
kaitannya
dengan
keutamaan
pengembangan kepribadian dan sosial bagi anak-anak muda. Masa prasekolah anak-anak tidak lagi sepenuhnya tergantung pada orang tua mereka, di mana anak-anak prasekolah mulai menempuh perjalanan panjang untuk menjadi mahir berfungsi pada dunia mereka sendiri. Selama anak usia dini (usia 2-6 tahun), anak-anak mendapatkan beberapa rasa yang terpisah dan independen dari orang tua mereka (Damim, Sudarwan. 2011:53). Menurut Erikson, tugas anak usia dini adalah untuk
12
13 mengembangkan otonomi atau arah-diri (usia 1-3 tahun), serta inisiatif atau kemandirian (usia 3-6 tahun). Pendidikan prasekolah merupakan suatu pendidikan yang berbeda dari pendidikan formal. Perbedaan itu mencakup lama belajar maupun tujuan, serta materi pelajaran yang disajikan. Istilah Prasekolah menunjukkan pengertian bahwa anak mengikutinya sebelum masuk sekolah formal yaitu Sekolah Dasar. Dengan demikian pendidikan prasekolah adalah suatu pendidikan yang diikuti oleh anak sebelum masuk kelas I Sekolah Dasar. Biasanya anak menginjak usia 6-7 Tahun se waktu mengakhiri pendidikan prasekolahnya (Sulistyaningsih, Wiwiek. 2008 : 40). Pada tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1997:113). Perkembangan anak dapat dibantu dengan lebih baik lagi melalui pendidikan prasekolah, asalkan diberikan sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangan anak. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa lingkungan
pendidikan
yang
kaya
akan
rangsangan
mental
memungkinkan anak mewujudkan bakatnya secara optimal. Banyak anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya karena kurang memperoleh stimulasi yang mereka butuhkan. Dengan demikian,
14 mereka juga menjadi kurang siap untuk pendidikan di Sekolah Dasar (munandar, 1983) dalam (Sulistyaningsih, Wiwiek. 2008: 41). Pendidikan prasekolah dapat dibedakan jenisnya menurut usia anak yang mengikutinya atau tujuan diselenggarakannya program tersebut. Di Indonesia dikenal adanya Taman Kanak-Kanak, Kelompok bermain atau Play Group dan Tempat Penitipan Anak, yang kesemuanya itu memungkinkan untuk diberikannya stimulasi perkembangan anak (Sulistyaningsih, Wiwiek. 2008: 42) Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal (Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1997:113). Lebih lanjut Menurut Hurlock (1997:108) ciri-ciri anak usia prasekolah meliputi fisik, motorik, intelektual, dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Anak prasekolah mempergunakan gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat, dan melompat sebagai bagian dari permainan mereka. Kemudian secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil, menggunakan balok-balok dan berbagai ukuran dan bentuk. Selain
15 itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki oleh teman sebayanya. Sedangkan secara sosial anak mampu menjalani kontak sosial dengan orang-orang yang ada di luar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang lebih untuk bermain pada temannya, orang-orang dewasa, saudara kandung di dalam keluarganya. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda dan tawa yang penuh dengan kegembiraan, sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan melihat tingkah mereka, demikianlah gambaran karakter seorang anak, (Siti Aisyah, 2008:13). Ada beberapa definisi tentang anak usia dini baik ditinjau dari sisi umur, psikologis, maupun secara fisik, antaranya: a. Anak usia dini adalah anak yang berda dalam rentang usia 08 tahun yang tercakup dalam proram pendidikan di Taman Penitipan Anak (TPA), pendidikan Pra-sekolah, TK (Taman Kanak – kanak) dan sekolah dasar baik negeri maupun swasta. b. Sedangkan dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (0 – 6 tahun), yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
16 pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003). Bermain adalah bagian hidup yang terpenting dalam kehidupan anak, kesenangan dan kecintaan anak bermain ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari hal–hal yang konkrit, sehingga daya cipta, imajinasi
dan
kreativitas
anak
akan
dapat
berkembang.
Teori
perkembangan anak menurut para ahli antara lain teori Piaget (Teori Perkembangan Kognitif), teori ini berkaitan dengan bagaimana seorang anak belajar melalui tindakan yang dilakukannya, sehingga pemahaman dibangun melalui action, sehingga teori ini sering disebut juga dengan teori ”contructivism”. Dengan kata lain anak dapat memahami suatu konsep melalui pengalaman konkrit. Sedangkan menurut Erik Erikson (Teori Perkembangan Emosi), mengatakan bahwa perkembangan jiwa anak dan ini sangat tergantung pada peran orang tua dan guru. Setiap anak akan dihadapkan pada dua keadaan yang sangat bertolak belakang, yaitu emosi pasif dan negatif. Pada setiap tahap perkembangan seseorang akan mengalami konflik tarik menarik antara kedua emosi tersebut, keberhasilan dalam mengelola konflik tersebut apabila anak dapat mencapai emosi positif. Dan masih banyak lagi pendapat para ahli yang mengulas tentang perkembangan anak.
17 2. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-kanak Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioemosional, bahasa, dan komunikasi. Usia 0 s.d. masa 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan dan kepribadian anak dan sangat penting dalam perkembangan inteligensi. Adapun beberapa masa yang dilalui anak usia dini sebagai berikut: a. Masa Peka Masa yang sensitive dalam penerimaan stimulasi dari lingkungan b. Masa Egosentris Sikap mau menang sendiri, selalu ingin dituruti sehingga perlu perhatian dan kesabaran dari orang dewas/pendidik. c. Masa Berkelompok Anak-anak lebih senang bermain bersama teman sebayanya, mencari teman yang dapat menerima satu sama lain sehingga orang dewasa seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk bermain bersama-sama. d. Masa Meniru Anak merupakan peniru ulung yang dilakukan terhadap lingkungan
18 sekitarnya. Proses peniruan terhadap orang-orang disekelilingnya yang dekat (seperti memakai lipstick, memakai sepatu hak tinggi, mencoba-coba) dan berbagai perilaku ibu, ayah, kakak maupun tokoh-tokoh kartun di TV, majalah, komik, dan media masa lainnya. e. Masa Eksplorasi (penjelajahan) Masa menjelajahi pada anak dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, mencoba-coba dengan cara memegang, memakan/meminumnya, dan melakukan trial and error terhadap benda-benda yang ditemukannya. Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, unik dan tidak ada satu anakpun yang sama persis meskipun berasal dari anak yang kembar. Anak yang berbeda baik dalam inteligensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kondisi jasmani, dan sosialnya. Pada usia dini diperlukan intervensi dari orang dewasa, orang tua maupun pendidik untuk memberikan perhatian khusus dengan cara memberikan pengalaman yang beragam sehingga akan memperkuat perkembangan otaknya yang 2,5 kali lebih aktif dari orang dewasa. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan yang tidak terbatas dalam belajar (unlimitless capacity to learn) yang telah ada dalam dirinya (secara potensi) belum secara actual dalam kemampuannya untuk berpikir kreatif dan produktif. Oleh karena itu diperlukan suatu program pendidikan yang
19 mampu membuka kapasitas tersembunyi tersebut (unlocking the capacity) melalui pembelajaran bermakna dan interesting. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut. a.
Anak bersifat unik.
b.
Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
c.
Anak bersifat aktif dan enerjik.
d.
Anak itu egosentris.
e.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
f.
Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
g.
Anak umumnya kaya dengan fantasi.
h.
Anak masih mudah frustrasi.
i.
Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
j.
Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
k.
Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
l.
Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
20 Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut : a.
Usia 0 – 1 tahun Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1) Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. 2) Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya. 3) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan
kontrak
sosial
dengan
lingkungannya.
Komunikasi
responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
21 Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya. b.
Usia 2 – 3 tahun Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan
masa sebelumnya. Secara fisik
anak
masih
mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain : 1) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. 2) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya.
Anak
terus
belajar
dan
berkomunikasi,
memahami
pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. 3) Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
22 c. Usia 4 – 6 tahun Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain : 1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar. 2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu. 3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat. 4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama. d.
Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain : 1) Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
23 2) Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya. 3) Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi. 4) Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil
B. Kemandirian Anak Usia Taman Kanak-Kanak 1. Pengertian Kemandirian Kemandirian diawali ketika seorang bayi dilahirkan di dunia. Ketergantungan sepenuhnya terhadap ibu selama Sembilan bulan dalam kandungan benar-benar diputuskan. Tangisan bayi sesaat setelah keluar dari rahim ibu adalah penanda awal kemandiriannya sebagai manusia. Pada saat itulah ia harus menggunakan paru-parunya sendiri untuk bernafas. Kemandiriannya sebagai anak manusia tak terjadi begitu saja dan serentak. Seseorang anak akan mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan yang berjalan secara terus menerus dalam rentang kehidupannya. Kemandirian fisik, emosional, moral, berjalan seiring dan sangat dipengaruhi oleh kematangan biologis maupun dukungan sosial (Tim Pustaka Familia, 2006:24).
24 Secara
ringkas
kemandirian
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan untuk memikirkan, merasakan serta melakukan sesuatu sendiri atau tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri, menurut Havighurst, memiliki Empat aspek, yakni aspek intelektual (kemauan untuk berfikir dan menyelesaikan masalah sendiri), aspek sosial (Kemampuan untuk mengatur ekonomi sendiri) Tim Pustaka Familia (2006:32) Di dalam aspek sosial dari kemandirian, terdapat kemampuan individu untuk berani secara aktif membina relasi dengan orang lain namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain. Artinya ketika menjalin relasi sosial orang tidak menunggu orang lain berperilaku tertentu lebih dulu tetapi secara proaktif dan didorong oleh faktor internalnya ia mulai membina relasi. Mengharapkan inisiatif dari anak yang tidak mandiri cukup sulit, karena anak membutuhkan peran orang-orang di sekelilingnya untuk mengambil inisiatif bagi dirinya. Anak-anak ini biasanya juga membutuhkan kedekatan fisik dengan orang tua dan pengasuhnya (Coles, 2003:141). Lebih lanjut oleh (Coles, 2003:145) bahwa tanda lain yang bisa muncul pada anak usia prasekolah yang masih sangat tergantung pada orang tua adalah seringnya ia menangis ketika ditinggal sebentar saja oleh ibunya. Untuk mendapatkan bantuan dari orang di sekelilingnya, anak
25 sering kali cengeng. Kecengengan ini bahkan bisa terbawa hingga masa akhir masa prasekolah dan menjadikan anak-anak ini rewel, merengek serta sering melontarkan protes bila menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tetapi biasanya orang tua tidak merasa cemas dengan sikap anak mereka yang tidak mandiri. Pada umumnya sikap ini terbentuk karena pemanjaan berlebihan dengan cara melayani anak melewati batas usia, ketika anak seharusnya sudah mulai dapat mengurus dirinya sendiri, serta kebebasan menjadi manusia dewasa pada saat nantinya (Hurlock, 1998:268). Kartini dan Dali dalam syarafuddin dkk (2012:147), kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri secara singkat, dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian : a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugasnya. d. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Lebih jauh dijelaskan Robert Havighurst bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu :
26 a. Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b. Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Kemandirian anak usia prasekolah dapat ditumbuhkan dengan membiarkan anak memiliki pilihan dan mengungkapkan pilihannya sejak dini (Hurlock, 1998:114). Ibu dapat mendorongnya dengan menanyakan makanan apa yang diinginkannya, pakaian apa yang ingin dipakainya atau permainan apa yang ingin dimainkan, serta menghargai setiap pilihan yang dibuatnya sendiri (Hurlock, 1998:121). Memupuk kemandirian pada anak harus dilakukan sejak dini, tetapi tetap harus dalam kerangka proses perkembangan manusia. Artinya, orang tua tidak boleh melupakan bahwa seorang anak bukanlah miniature orang dewasa, sehingga ia tidak bisa dituntut menjadi dewasa sebelum waktunya. Orang tua harus memiliki kepekaan terhadap setiap proses perkembangan anak dan menjadi fasilitator bagi perkembangannya Tim Pustaka Familia (2006:27). Jika kelangsungan kematangan di awali dari sebuah ketergantungan, maka orang tua harus sadar hal ini sejak semula. Ini berarti orang tua tidak bisa memaksa anak mandiri sebelum waktunya. Kemandirian harus
27 ditingkatkan setahap demi setahap seiring dengan perkembangan motorik, afeksi dan kognitif anak. Memaksa anak untuk mandiri sebelum waktunya, merupakan maltreatment yang nantinya bisa menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan sehingga bukan kematangan yang didapatkan, tetapi anak tidak mampu untuk menyesuaikan diri secara sehat pada setiap tahap perkembangan dalam hidupnya Tim Pustaka Familia (2006:27). Anak usia prasekolah membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan, dengan diberi kesempatan dan didorong untuk melakukan semuanya dengan bebas maka lingkungan yang penuh rangsangan ini akan membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya diri. Setelah anak menyadari dirinya sebagai pribadi yang terpisah dari ibunya, anak tidak lagi dapat menerima kontrol orang tua dengan mudah, anak ingin menegaskan dirinya sebagai pribadi yang mandiri. Di sisi lain kadang anak belum memahami banyak hal, dan sering ingin melakukan sesuatu di luar batas kemampuan fisik, sehingga anak sering mengucapkan kata “tidak”, sebenarnya kata tersebut merupakan ungkapan dari kemampuan yang baru saja ditemukan, yaitu kemampuan untuk memilih. Anak suka sekali melatih kemampuan untuk memilih, meskipun anak tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan, misalnya memilih baju
28 yang akan dipakai. Sebagai orang tua, dapat membantu anak mengatasi pilihan tersebut dengan menyederhanakan pilihan yang ada, tetapi anak pada usia prasekolah merasa dapat mandiri maka anak akan melakukan segala sesuatunya sendiri dan tidak mau kalau dibantu orang lain. Dalam hal ini orang tua memberi kesempatan pada anak untuk melakukannya sendiri. Kemandirian adalah suatu sikap yang harus ada pada setiap individu. Kebutuhan akan kemandirian sangatlah penting, karena pada masa yang akan datang setiap individu akan menghadapi berbagai macam tantangan dan dituntut untuk dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau dapat mandiri. Hal ini terkait dengan kepentingan setiap individu dalam mengarungi kehidupannya. Tanpa bekal sikap kemandirian, setiap individu akan mengarungi kehidupannya dengan ketidakpastian. Setiap ketidakpastian yang muncul tersebut akan menjadi sebuah celah yang berpotensi sebagai jurang yang terjal. Kemandirian adalah suatu tugas perkembangan anak yang tidak bersifat instan atau langsung jadi, melainkan melalui proses yang panjang. Mu’tadin (www.e-psikologi.com.akses 8 oktober 2009) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan di mana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak
29 sendiri. Dengan kemandirian, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Diharapkan setiap individu memiliki kemandirian. Karena dengan demikian banyak hal positif yang bisa diperoleh oleh setiap individu tersebut, yaitu tumbuhnya rasa percaya diri, tidak tergantung pada orang lain, tidak mudah dipengaruhi, dan bertambahnya kemampuan berfikir secara objektif (Mu’tadin, www.e-psikologi.com.akses 8 oktober 2009 ). 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Anak Usia Taman Kanak-Kanak Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian anak usia prasekolah terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 1995:213). Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan
dengan
kemampuan
mengontrol
emosi
dan
tidak
terganggunya kebutuhan emosi orang tua. Sedangkan faktor intelektual diperlihatkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sementara itu faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995:216).
30 Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya tingkat kemandirian anak usia prasekolah, sehingga lingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak. Selain itu karakteristik sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akan tetapi anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau mendapat stimulasi. Selain itu anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan dukungan dan dorongan peran orang tua sebagai pengasuh sangat diperlukan, oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang penting dalam pembentukan kemandirian anak (Soetjiningsih, 1995:2). Rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena ini akan mempengaruhi mutu kemandirian anak bila diberikan berlebihan anak menjadi kurang mandiri kemungkinan semua itu dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan lancar dan baik karena interaksi dua arah anak-orang tua menyebabkan anak menjadi mandiri. Orang tua akan memberikan informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyai pendidikan karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala info dari luar terutama cara memandirikan anak.
31 Peran orang tua dalam memandirikan anak usia prasekolah, adalah sangat penting untuk perkembangan anak selanjutnya, walaupun anak hidup dalam lingkungan kelurga yang berkecukupan, tapi orang tua perlu mendidik anak untuk dapat bersikap mandiri terutama pada perawatan diri sendiri, walaupun mungkin di rumah ada pengasuh tapi anak perlu dididik sejak dini agar kelak punya tanggung jawab, apabila anak hidup bermasyarakat untuk itu keterlibatan orang tua juga sangat membantu seoarang anak dapat mandiri, jadi tidak hanya peran para pendidiknya saja peran orang tua juga sangat penting. C. Metode Bermain Peran Pada Taman Kanak-Kanak 1. Pengertian Bermain Menurut (Musfiroh, Tadkiroatun. 2008:1) Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekianan dari pihak luar (Hurlock, 1997:125). Sebagian orang menyatakan bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian, anak anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain. Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain (Moeslichatoen, R. 2004 : 31).
32 a. Motivasi intrinsik : tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. b. Pengaruh positif : tingkah laku menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan. c. Bukan dikerjakan sambil lalu : tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau aturan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura. d. Cara/tujuan : cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan. e. Kelenturan : bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. Jika menggunakan kelima kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa bila seorang anak menggunakan mainan hewan-hewanan dengan cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, kegiatannya berpura-pura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan sedang bermain. Adapun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan
33 kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah; suatu dunia anak-anak (Moeslichatoen, R. 2004 : 32). Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur isi, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. Melalui
kegiatan
bermain
anak
dapat
mengembangkan
kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya.
34 Melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenalkan bermacam perasaan, mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh bereksperimen
kesempatan dengan
memilih
bermacam
kegiatan bahan
dan
yang
disukainya,
alat,
berimajinasi,
memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan (Moeslichatoen, R. 2004 : 33). Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia TK, menurut mayke S Tedjasaputra (2001 : 38) bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak,
35 misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, memperoleh perbendaharaan kata, menyalurkan perasaanperasaan tertekan. Masih banyak lagi manfaat yang bias dipetik dari kegiatan bermain. Menurut (Jamaris, Marini. 2005:123) bermain merupakan sarana perkembangan kognitif, koordinasi gerakan motorik, bahasa, dan psikososial. Oleh karena itu kegiatan belajar yang dilakukan anak usia Taman Kanak-kanak, baik di rumah ataupun di sekolah, hendaknya memanfaatkan kegiatan bermain anak secara efektif. Melalui kegiatan bermain proses belajar dapat dilakukan oleh orang tua dan guru Taman Kanak-kanak perlu ditingkatkan inisiatifnya dalam menciptakan bentuk permainan. Khususnya permainan yang dapat dijadikan sarana belajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak. Dengan bermain peran anak dapat menampilkan bermacam–macam peran, anak berusaha untuk memahami peran orang lain dan dapat menghayati peran yang akan diambilnya setelah anak dewasa. Bermain juga memberikan dorongan emosi secara aman, misalnya melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dalam kehidupan nyata, dalam situasi bermain anak dapat berkhayal menjadi polisi, sopir, ayah atau ibu bahkan menjadi presiden dan sebagainya.
36 D. Konsep Metode Bermain Peran di Taman Kanak-Kanak 1. Pengertian Metode Bermain Peran Pembelajaran yang sebaiknya diberikan di Taman Kanak-kanak adalah
pembelajaran
yang
menarik
dan
menyenangkan,
karena
pembelajaran yang menarik artinya memiliki unsur menyenangkan bagi anak untuk dapat terus diikuti, sehingga anak mempunyai motivasi untuk terus mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang sesuai dengan suasana yang terjadi pada diri anak sehingga anak memiliki perhatian yang lebih. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di mana seseorang memerankan karakter orang lain dan mencoba berfikir/berbuat dengan cara/sudut pandang sosok yang diperankannya. Bermain peran memberi contoh alamiah terhadap perilaku manusia yang riil dan dapat digunakan oleh anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri (Suryani, Lilis. 2010:10) Suryani juga berpendapat bahwa bermain peran sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada saat ini anak berfikir secara simbolik
sehingga
nenjadikan
bermain
peran
sebagai
metode
pengembangan anak usia dini adalah sangat tepat dan efektif dalam rangka mengoptimalkan potensi anak bagi pembentukan kemampuan dasar (fisik, bahasa, kognitif, seni) dan perilaku (moral-agama dan social-emosional).
37 Menurut Tedjasaputra mayke S (2001 : 33), bermain peran mulai tampak sejalan dengan mulai tumbuhnya kemampuan anak untuk berfikir simbolik. Dalam bermain peran atau berkhayal ini, misalnya anak tampak sedang menyuapi boneka, mengajak berbicara dan bermain, mengajari boneka binatangnya berpakaian dan sebagainya. Sekelompok anak dapat bekerja sama menciptakan jalan cerita sendiri dalam kegiatan bermain ini. Tedjasaputra mayke S (2001 : 33) Kegiatan bermain memberi kesempatan pada anak untuk bergaul dengan anak lain dan belajar mengenal berbagai aturan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Secara garis besar, kegiatan bermain dibedakan menjadi 3 katagori yaitu: a. Exploratory and manipulative play (bermain menjelajah dan manipulatif) Kegiatan ini bisa diamati sejak masa bayi, anak sering menunjukkan rasa senang atau antusiasme yang besar sewaktu ia mengamati atau bermain dengan benda-benda di sekelilingnya. b. Destruktive Play (Bermain Menghancurkan) Bermain menghancurkan mulai tampak pada awal masa kanakkanak. Sering kita lihat anak sambil bermain menghancurkan balok-balok kayu yang sudah disusunnya dengan susah payah dan berhati-hati, lalu membangunnya kembali dengan bersemangat hanya untuk dihancurkannya kembali. Kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak
38 c. Imaginative atau make-believe play (Bermain berkhayal atau berpura-pura) Kegiatan ini dimulai sejak anak berusia 3 tahunan. Kegiatan ini memperlihatkan unsur imajinasi dan peniruan terhadap perilaku orang dewasa, misalnya bermain dokter-dokteran, ibu-ibuan, masak-masakan, polisi-polisian dan lain-lain. Kegiatan bermain ini dikatagorikan sebagai kegiatan bermain peran (dramatic) oleh Stasen Berger(1983) maupun Catherine Garvey (1977). (Tedjasaputra Mayke S, 2001:57) Bermain peran termasuk salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap anak usia sekitar 2 sampai 8 tahun, dapat bersifat produktif atau terhadap apa yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan bermain peran yang produktif maka anak akan memasukkan unsur-unsur baru benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Kegiatan bermain
peran
biasanya
dilakukan
oleh
pengajar
dengan
mendramakan/memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan di mana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial, dan metode ini kadang-kadang disebut dengan
dramatisasi
(Kartini,
2005:
35).
Masitoh
dkk
(2006)
mengemukakan bahwa metode bermain peran adalah suatu cara
39 memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut kerjasama secara utuh diantara para pemainnya. Bermain peran
dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura,
khayalan, fantasi, make-belive atau simbolik. Bermain peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali ke masa lalu dan mengembangkan keterampilan khayalan. Menurut Hurlock (1978: 329) bermain peran adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui perilaku dan bahasa yang jelas berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang lainnya. Suryani, Lilis (2010: 10.9) memberikan pengertian bermain peran dikatagorikan sebagai metode belajar yang berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan. Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang beruntun, konkret dan dapat diamati. Menurut Gilstrap dan Martin, bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini yang penting, atau situasi yang imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
40 Moeslichatoen (2004 : 34) menjelaskan bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang di dalam dunia nyata tidak dilakukan. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di mana seseorang memerankan karakter orang lain, dan mencoba berfikir/berbuat dengan sudut pandang sosok yang diperankannya. Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek di mana cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan (anak mengaduk pasir dalam sebuah mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya) dan mengulang ingatan yang menyenangkan (anak usia dini melihat sebuah botol bayi dan mencoba memberi makan sebuah boneka). Adapun menurut Vygotsky, 1967; Erikson, 1963 bermain peran disebut juga bermain simbolis, purapura,
make-believe,
atau
bermain
drama,
sangat
penting
untuk
perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan salah satu metode yang selain menyenangkan bagi anak dan efektif juga dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak. 2. Peranan Bermain Peran dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak Drama peran tidak hanya berhubungan dengan formasi konsep yang abstrak melainkan juga kepada objek yang kita kenali sebagai bagian dari
41 kurikulum
sekolah,
seperti
dalam
pengembangan
konsep
sosial,
matematika, ilmu pengetahuan dan membaca. Childrend Resources International (Kenny: 2002). Peranan bermain peran dalam kurikulum prasekolah: a. Konsep Ilmu Sosial Anak-anak mengembangkan pemahaman mengenal orangorang, perannya serta perilaku-perilakunya. Kesemua ini bersama dengan pengembangan kemampuan interpersonal serta kemampuan sosial, adalah beberapa diantara kontribusi penting yang dapat dibuat oleh bermain peran serta pembelajaran seorang anak. b. Konsep matematika Bermain peran memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjelajahi konsep-konsep matematika awal. Di pusat kegiatan bermain peran anak-anak mampu mengkategorikan material serta peralatan-peralatan. Piaget membuat “Klasifikasi” ini dan sangat penting dalam pemahaman logika. Karena tidak sangat mungkin menambahkan atau mengurangi benda-benda, anak tersebut harus mengerti apa yang membuat sebuah kategori. Anak-anak berlatih konsep korespondensi satu-satu ketika menyiapkan meja untuk pura-pura makan. Dengan memastikan bahwa ada sebuah kursi, sebuah piring, sebuah sendok, satu garpu dan pisau untuk setiap orang membawa anak tersebut kepemahaman konsep
42 seperti “cukup, terlalu sedikit, lebih dari, dan sama dengan”. Anakanak juga menggunakan konsep-konsep seperti “lebih besar dan lebih kecil”, “lebih lebar dan lebih sempit”, “lebih tinggi dan lebih pendek”, “lebih berat dan lebih ringan” selama bermain peran. Menepuk tangan dan berbaris semuanya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari pola-pola yang akan membimbing mereka sejalan dengan pelajaran menghitung, urutan dan pengulangan. c.
Konsep ilmu pengetahuan Bermain
berhubungan
peran
juga
dengan
ilmu
memuaskan
konsep-konsep
pengetahuan.
Anak-anak
yang bisa
bereksperimen di dalam bermain perannya: apa yang terjadi jika …. ? Atau menegaskan: apakah hal yang sama akan terjadi bila saya melakukannya lagi?. Anak-anak belajar melalui pengamatan (sebuah teknik ilmiah yang sangat diperlukan), dengan membandingkan benda-benda atau kejadian-kejadian atas dasar pemahaman dan perbedaan
mereka
mengidentifikasi
masalah-masalah
dan
menyimpulkan secara umum kondisi interaksinya di kemudian hari dengan ilmu pengetahuan. d. Konsep Kesiapan Membaca Kosa kata dan konsep perkembangan sangat penting dalam membaca. Dalam bermain peran anak-anak menggunakan bahasa
43 untuk
memperlancar
komunikasi
dan
bertukar
ide
hingga
meningkatkan kelancaran membaca dan memperkaya kosa katanya. 3. Macam-macam Metode Bermain Peran Metode pendidikan Taman Kanak-kanak dikenal dengan enam macam permainan drama (Dramatisasi = bermain peran) antara lain sebagai berikut: a. Drama Spontan atau Bebas Bermain spontan adalah permainan drama yang dilakukan anak atas kemauannya sendiri, dengan cara-cara sendiri, berupa dialog atau perbuatan yang timbul dari pengalaman anak sendiri serta tidak membutuhkan peranan pemimpin atau kontrol dari guru. Manfaat bermain peran spontan ini adalah: 1) Mengembangkan bahasa anak, 2) Mengembangkan perasaan sosial, 3) Mengembangkan daya cipta, 4) Mengembangkan spontanitas anak, 5) Mengembangkan ekspresi anak, 6) Terapi psikologi anak. Melalui bermain peran anak diberi kesempatan untuk : 1) Menirukan orang dewasa, 2) Menirukan kehidupan yang sesungguhnya menurut anak, 3) Menceritakan kehidupan keluarga,
44 4) Mengekspresikan perasaannya, 5) Menyatakan keinginan dan harapannya. b. Drama Terpimpin Permainan drama terpimpin yakni guru membimbing anak dalam memilih perannya, tanpa mengurangi kebebasan anak dalam berbicara dan menjalankan perannya. Berikut ini adalah peranan guru dalam permainan drama terpimpin: 1) Mempersiapkan naskah sederhana untuk anak (anak tidak disuruh membaca), 2) Guru bercakap-cakap sekitar pengalaman kesehatan anak, 3) Guru berbagi peran di antara mereka, 4) Mengulangi permainan, 5) Guru mengulang dialog untuk dihapalkan anak, jika anak tidak bisa membaca, 6) Guru menyediakan peralatan-peralatan drama, 7) Drama terpimpin biasa dilakukan anak sekitar 15 menit. c. Sandiwara Boneka Sandiawara
boneka
berguna
membantu
siswa
untuk
mengekspresikan isi jiwa dan mengembangkan daya fantasinya. Guru dapat menyediakan alat peraga yang sangat menarik bagi anak-anak berupa sandiwara boneka dengan menyediakan alat-alat yaitu: 1) Boneka-boneka tangan
45 2) Panggung boneka sehingga boneka ini bisa dijalankan guru atau oleh anak-anak menurut fantasinya. d. Pantomim Jenis bermain peran ini adalah sandiwara bisu untuk memberikan pelajaran melalui visualisasi seperti adegan-adegan tanpa bicara, tetapi hanya melakukan gerakan mimik. Istilah pantomim berasal dari bahasa Yunani yang artinya: “Serba isyarat” berarti secara etomologis pertunjukkan yang bahkan biasa sepenuhnya tanpa apa-apa, jelasnya pantomim adalah suatu pertunjukkan bisu. Dalam pelaksanaan kegiatan pantomim, guru harus melakukan hal-hal berikut: 1) Mengingat gerakan-gerakan yang dilakukan sehari-hari 2) Menyusun gerakan-gerakan tersebut agar menjadi adegan-adegan untuk ditirukan 3) Guru
membimbing
sambil
menirukan
gerakan
pantomim
bersama-sama dengan siswa 4) Tampilkan siswa seorang-seorang. 4. Tujuan Metode Bermain Peran Tujuan bermain peran di Taman Kanak-kanak (TK) menurut buku Didaktik Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2003: 41) adalah sebagai berikut: a. Melatih daya tangkap, b. Melatih anak berbicara lancar,
46 c. Melatih daya konsentrasi, d. Melatih membuat kesimpulan, e. Membantu perkembangan intelegensi, f. Membantu perkembangan fantasi, dan g. Menciptakan suasana yang menyenangkan. Selain itu, adapun tujuan bermain peran menurut Gunarti,dkk (2008:109). Yakni: Anak dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, a. Memperoleh
wawasan
tentang
sikap-sikap,
nilai-nilai,
dan
persepsinya, b. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi. c. Melatih daya tangkap, d. Melatih daya konsentrasi, e. Melatih membuat kesimpulan, f. Membantu mengembangkan kognitif, g. Membantu perkembangan fantasi, h. Menciptakan suasana yang menyenangkan, i. Mencapai kemampuan berkomunikasi secara spontan/berbicara lancar, j. Membangun pemikiran yang analitis dan kritis, k. Membangun sikap positif dalam diri anak,
47 l. Menumbuhkan aspek afektif melalui penghayatan isi cerita, m. Mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif anak, n. Untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk simulasi miniatur kehidupan, o. Untuk
membuat
variasi
yang
menarik
dalam
kegiatan
pengembangan. Disimpulkan tujuan metode bermain peran yaitu dapat melatih daya tangkap, berbicara dengan lancar, konsentrasi anak dapat lebih fokus,
membuat
menciptakan
kesimpulan,
suasana
yang
mengembangkan menyenangkan,
kognitif
anak,
mengembangkan
keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan
tersebut
diharapkan
akan
memudahkan
anak
dalam
meningkatkan kemandirian anak usia dini dengan cara menerapkan metode bermain peran. 5. Jenis Bermain Peran Dalam teorinya, Erikson ( Depdiknas, 2004: 4) mengemukakan bahwa bermain peran terbagi ke dalam dua jenis bermain, di antaranya bermain peran makro dan bermain peran mikro. a.
Bermain Peran Makro Bermain peran makro adalah salah satu jenis bermain peran dengan menggunkan ukurannya sebenarnya. Anak dikatakan sedang
48 bermain peran makro jika dia memerankan sendiri suatu tokoh. Biasanya anak akan mengenakan kostum sesuai tokoh tersebut. Dalam jenis bermain ini, anak berperan sebagai aktor. Menurut Erikson (Ningrum, 2007: 3) bahwa “Bermain peran makro
merupakan
kegiatan
saat
anak
bermain
menjadi
tokoh
menggunakan alat berukuran besar (ukuran sesungguhnya) yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran”. Bermain peran makro dapat melatih imajinasi dan membangun sendiri cerita yang dikehendakinya sesuai dengan pengalaman panca inderanya selama ini. Biasanya dalam bermain peran makro ini, seorang anak mengimitasi perilaku orang yang ia idolakan atau orang yang ia benci. Anak juga dapat menggunakan benda atau media apa saja yang ada di sekitarnya, untuk dijadikan alat bermain perannya. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa bermain peran makro merupakan suatu kegiatan bermain anak yang sedang memerankan sebuah peran, menjadikan dirinya semirip mungkin layaknya aktor dalam peran tersebut dan mengimitasi perilaku dari objek yang ia perankan itu. Sedangkan bermain peran dalam lingkup yang kecil biasa disebut dengan bermain peran mikro. b. Bermain Peran Mikro Bermain peran mikro adalah awal bermain kerjasama yang dilakukan hanya dua orang saja bahkan sendiri dengan menggunakan
49 media. Erikson, berpendapat bahwa “Bermain peran mikro adalah satu metode yang dilakukan anak ketika memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda berukuran kecil”. Seiring dengan pendapat tersebut, Tarigan (2008: 1) berpendapat bahwa “Micro play adalah anak bermain peran dengan menggunakan dua boneka”. Anak dikatakan sedang bermain peran mikro ketika ia bermain dengan benda-benda berukuran kecil. Ia menjadi sutradara dan melakonkan peran melalui boneka-boneka dan alat bermain kecil lainnya. Bermain peran mikro sering dimainkan oleh anak-anak usia prasekolah, karena pada usia ini anak memiliki daya imajinasi yang kuat dan terkadang anak masih memiliki teman khayalan. 6. Manfaat Bermain Peran Sering kali kita menyaksikan anak-anak bermain dokter-dokteran, atau penjahat dan polisi, atau menjadi tukang masak, pura-pura menjadi seorang ibu dengan berbagai aktivitasnya. Ini adalah hal baik yang seharusnya jangan dilarang, dengan permainan ini anak-anak berimajinasi dan belajar memahami dunia sekitarnya. Permainan imajinatif ini tidak hanya mendorong perkembangan intelektualnya akan tetapi juga melatih aspek perkembangan anak. Hal ini mencakup antara lain : a. Kemampuan sosial, sambil bermain anak akan belajar berbagi, berkomunikasi dan berinteraksi serta mudah bekerjasama dengan orang lain.
50 b. Kemampuan mengelola emosi, bahwa anak akan memahami perasaan takut, kecewa sedih, semangat marah dan cemburu, melalui imajinasi yang dibangunnya sendiri. Dan secara otomatis akan mendorong kemampuan anak berempati dengan perasaan orang lain. c. Kreativitas, sebenarnya dengan bermain peran seperti pura-pura menidurkan anaknya dengan bonekanya kemungkinan besar ia akan mendapatkan nilai lebih dari pada anak-anak yang tidak pernah bermain peran ini. d. Disiplin, anak-anak akan mengadakan aturan-aturan permainannya sendiri-sendiri, sehingga anak-anak akan mematuhi peraturan yang telah disepakatinya. e. Keluwesan, permainan peran ini akan membantu anak mengatasi ketakutan dan kesalahpahaman tentang berbagai perubahan dalam kehidupan mereka. Bermain peran merupakan suatu aktivitas anak yang alamiah, karena sesuai dengan cara berfikir anak usia dini, yaitu berfikir simbolik (menurut teori Piaget ). Banyak ahli yang meneliti dan member perhatian terhadap aktivitas anak usia dini, dan menghasilkan penemuan dan teori yang menjadi dasar keilmuan bagi kajian bermain peran. Dalam metode bermain peran, selain ada tujuan dan manfaat dalam bermain peran, juga ada kelebihan dalam kegiatan bermain peran, antara lain :
51 a. Melibatkan
anak
secara
aktif
dalam
pembelajaran
yang
dibangunnya sendiri. b. Anak memperoleh umpan balik yang cepat. c. Memungkinkan siswa mempraktekan ketrampilan berkomunikasi d. Bermain peran sangat menarik minat dan antusias anak. e. Membuat guru dapat mengajar pada ruang lingkup yang luas, dalam mengoptimalkan kemampuan banyak anak pada waktu yang bersamaan. f. Mendukung anak untuk berfikir kritis dan analisis.
Menciptakan percobaan situasi kehidupan dengan lingkungan yang nyata. Selain ada kelebihan dalam metode bermain peran, juga tentu ada kelemahannya, yaitu perlunya dibangun imajinasi yang sama antara guru dan anak, dan itu tentu tidak mudah, karena bermain peran menekankan pada imajinasi, kreativitas, inisiatif, dan spontanitas dari anak. Untuk itu guru perlu perencanaan yang matang, sehingga akan memperoleh hasil optimal.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan secara berulang atau disebut siklus. Dalam penelitian peningkatan kemandirian anak dengan metode bermain peran di TK Pertiwi Jatirokeh Songgom Brebes dilaksanakan dengan tiga siklus. Gambar I : Bagan Tahapan Dalam Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Observasi
dst
52
Pelaksanaan
53 B. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian di lakukan di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. Waktu penelitian tanggal 1 November 2013sampai 15 Desember 2013 C. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah anak TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes kelompok A yang berjumlah 20 anak dari populasi sebanyak 32 anak. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian kegiatan bermain peran untuk kemandirian anak menggunakan instrumen observasi, dan dokumen foto. E. Penelitian Tindakan Kelas 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus I peneliti menggunakan tema : Pekerjaan dan sub tema : Tukang potong rambut, adapun pelaksanaanya sebagai berikut : a. Persiapan 1) Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran antara lain membuat Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian dengan tema Pekerjaan dan sub tema Tukang potong Rambut 2) Peneliti
membuat
lembar
pengamatan
untuk
guru
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang bermain peran yaitu
54 berupa
lembar
observasi
yang
lebih
berorientasi
untuk
mengevaluasi tentang aspek kemandirian anak. 3) Peneliti menyiapkan setting area tempat potong rambut beserta kelengkapannya antara lain: gunting, jepitan, hair sprey, sisir, kacadan lain-lain . b. Pelaksanaan 1) Guru mengkondisikan anak duduk dengan tenang 2) Guru menjelaskan peran tentang tukang cukur yang akan dilakukan oleh masing-masing anak, dengan tugas yang berbeda-beda antara lain sebagai tukang cukur, pelanggan, pelanggan yang mengantri dan petugas pembersih ruangan. 3) Guru menyuruh anak untuk maju bermain peran sesuai tugas masing-masing, sebagai tukang cukur, pelanggan, pelanggan yang mengantri dan petugas pembersih ruangan. 4) Guru memberi contoh: cara menggunakan gunting yang benar, memakai penutup kain pada pelanggan yang benar, menggunakan sisir yang benar. 5) Guru memberi pujian kepada anak yang sudah bermain peran. 6) Guru memberi arahan dan motivasi pada anak yang belum bisa memerankan tukang potong rambut.
55 c.
Evaluasi dan Refleksi Dalam tahap observasi pada siklus I yang diamati adalah proses
jalannya pembelajaran bermain peran pada anak dengan tema pekerjaandan sub tema menjadi tukang potong rambut. Adapun evaluasinya menggunakan lembar observasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran anak dalam kegiatan bermain peran menjadi tukang potong rambut. Khususnya untuk mengetahui aspek keberanian dan kepercayaan diri. Memiliki tanggung jawab, mampu bekerja sendiri, menguasi keterampilan dan mengendalikan emosiuntuk meningkatkan kemandirian anak. Evaluasi hasil belajar anak pada siklus I dengan bermain peran menirukan tukang cukur, sedangkan untuk mengetahui aktivitas anak dilakukan dengan observasi terhadap anak selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Pada tahap ini yang dilakukan yaitu menganalisis
pembelajaran
bermain
peran
untuk
meningkatkan
kemandirian anak. Setelah dianalisis akan terlihat permasalahan atau muncul pemikiran baru yang memerlukan tindakan baru, sehingga perlu perencanaan ulang atau tindakan ulang. Hasil refleksi ini akan digunakan sebagai perbaikan dalam pelaksanaan siklus II.
56 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus II peneliti menggunakan tema : Pekerjaan dan sub tema : Guru Olah Raga, adapun pelaksanaanya sebagai berikut : a. Persiapan 1) Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran antara lain membuat Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian dengan tema Pekerjaan dan sub tema Guru Olah Raga 2) Peneliti
membuat
lembar
pengamatan
untuk
guru
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang bermain peran yaitu berupa
lembar
observasi
yang
lebih
berorientasi
untuk
mengevaluasi tentang aspek kemandirian anak. 3) Peneliti menyiapkan setting area tempat olah raga beserta kelengkapannya antara lain: peluit, kaset senam, tape rekorder dan lain-lain.. b. Pelaksanaan 1) Guru mengkondisikan anak untuk duduk berjajar di mana setiap banjarnya terdapat 5 anak. 2) Guru menjelaskan tata cara bermain peran sebagai guru olah raga dan dialognya. 3) Guru menyuruh 2 atau 3 anak untuk maju ke depan bermain peran sebagai guru olah raga dan murid.
57 4) Guru memberi pujian bagi anak yang maju untuk memerankan sesuai perannya. 5) Guru memberi contoh cara berbaris yang benar, gerakan senam yang benar, menggunakan peluit. c. Evaluasi/refleksi Observasi atau pengamatan dilaksanakan terhadap aktivitas anak dalam pembelajaran. Evaluasi hasil belajar anak pada siklus II dengan bermain peran sebagai guru olah raga, sedangkan untuk mengetahui tentang aktivitas anak dilakukan dengan pengamatan. Refleksi pada siklus II ini dimaksudkan untuk membuat kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan dan tindakan serta sikap anak yang terjadi selama pembelajaran pada siklus II. Pada tahap ini peneliti diharapkan dapat mengetahui tentang peningkatan dan perubahan perilaku anak terhadap pembelajaran metode yaitu bagaimana dapat anak bisa memerankan tokoh sebagai guru olah raga. 3. Proses Penelitian Tindakan Kelas Siklus IIL Dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus II peneliti menggunakan tema : Pekerjaan dan sub tema : dokter, adapun pelaksanaanya sebagai berikut :
58 a. Persiapan 1) Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran antara lain membuat Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian dengan tema Pekerjaan dan sub tema Dokter 2) Peneliti membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang bermain peran yaitu berupa
lembar
observasi
yang
lebih
berorientasi
untuk
mengevaluasi tentang aspek kemandirian anak. 3) Peneliti
menyiapkan
setting
area
tempat
dokter
beserta
kelengkapannya antara lain: stetoskop, thermometer, jarum suntik dan lain-lain.. b. Pelaksanaan 1) Guru mengkondisikan anak untuk duduk berjajar di mana setiap banjarnya terdapat 5 anak. 2) Guru menjelaskan tata cara bermain peran sebagai dokter, juru rawat dan pasien beserta dialognya. 3) Guru memberi contoh cara memakai stetoskop yang benar, cara memakai baju dokter yang benar, memeriksa pasien. 4) Guru menyuruh 2 atau 3 anak untuk maju ke depan bermain peran sebagai dokter, juru rawat dan pasien. 5) Guru memberi pujian bagi anak yang maju untuk memerankan sesuai perannya.
59 6) Guru memotivasi anak yang belum bisa mandiri dalam memerankan tokoh yang diperankan. c.
Evaluasi/refleksi Observasi atau pengamatan dilaksanakan terhadap aktivitas anak
dalam pembelajaran. Evaluasi hasil belajar anak pada siklus IIL dengan bermain peran sebagai pasien, perawat dan dokter, sedangkan untuk mengetahui tentang aktivitas anak dilakukan dengan pengamatan. Refleksi pada siklus III ini dimaksudkan untuk membuat kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan dan tindakan serta sikap anak yang terjadi selama pembelajaran pada siklus III. Pada tahap ini peneliti diharapkan dapat mengetahui tentang peningkatan dan perubahan perilaku anak terhadap pembelajaran metode yaitu bagaimana dapat anak bisa memerankan tokoh sebagai pasien, perawat dan dokter. 4 Pedoman Observasi Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung(Suryana .2010:51). Lebih lanjut Suryana menegaskan pada saat dilakukan tindakan, secara bersamaan juga dilakukan pengamatan tentang sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi dijadikan bahan masukan dalam refleksi. Pedoman observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan sebagai pedoman dalam mengamati tingkah laku anak pada saat proses pembelajaran berlangsung.
60 Aspek yang diamati dalam observasi yaitu: a. Keberanian dan kepercayaan diri b. Memiliki rasa tanggung jawab c. Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) d. Menguasai keterampilan e. Mampu mengendalikan emosi
Pedoman Observasi Kegiatan Bermain Peran Siklus I Tema Sub tema NO INDIKATOR 1 Keberanian / kepercayaan diri
a. b. c. d. e. f.
2
Memiliki rasa tanggung jawab
a. b. c. d. e. f.
3
Menguasai
a.
: Pekerjaan
: Tukang Potong Rambut
KEGIATAN YANG DILAKUKAN ANAK KET Anak berani tampil menjadi tukang potong rambut. Anak mengajak teman untuk potong rambut. Anak membayar biaya / ongkos potong rambut. dengan bertanya berapa ongkosnya. Anak percaya diri memakaikan kain sebelum memotong rambut Anak menanyakan pada konsumen, mau dipotong rambut dengan model apa Anak mengeramasi rambut konsumen sebelum dipotong Anak menyiapkan alat – alat yang digunakan untuk potong rambut. Anak mampu memotong rambut konsumen sampai selesai. Anak membersihkan bekas potongan rambut untuk dibuang ditempat sampah. Anak mengembalikan alat – alat potong setelah selesai digunakan pada tempatnya. Anak membersihkan peralatan yang habis dipakai Anak mempersilahkan anak anak yang menunggu giliran untuk dipotong rambutnya Anak dapat memasangkan kain penutup badan dengan
61 ketrampilan
4
Mampu bekarja sendiri
b. c. d. e. f. a. b. c. d. e. f.
5
Mengendalikan emosi
a. b. c. d. e. f.
benar. Anak memotong rambut dengan benar Anak menggunakan gunting dengan benar Anak merapikan rambut konsumen setelah dipotong Anak menyemprotkan hairspray setelah selesai Anak dapat menggukan sisir dengan benar Anak mampu memasangkan kain sendiri sebelum dimulai potong rambut tanpa dibantu. Anak dapat menggunakan gunting sesuai fungsinya. Anak melakukan kegiatan potong rambut sampai selesai tanpa bantuan Anak merapikan rambut konsumen setelah selesai pemotongan rambut Anak dapat menggunakan sisir untuk merapikan guntingan rambut Anak dapat menggunakan semprotan/hair spray untuk merapikan hasil potongan rambut Anak ceria/ senang dalam kegiatan bermain peran menjadi tukang potong rambut. Anak senang ketika dapat memakaikan kain kepada konsumen yang akan potong rambut Anak tampak berhati – hati saat memotong rambut konsumen Anak senang bisa melakukan bermain peran sebagai tukang potong rambut. Anak sabar menunggu giliran untuk potong rambut Anak senang berkaca setelah potong rambut
Pedoman Observasi Kegiatan Bermain Peran Siklus II Tema : Pekerjaan Sub tema : Guru Olah Raga NO INDIKATOR KEGIATAN YANG DILAKUKAN ANAK KET a. Anak mampu memimpin baris, mengatur barisan. 1 Keberanian / kepercayaan diri b. Memberi contoh gerakan pemanasan didepan teman – teman. c. Melakukan gerakan senam sesuai irama musik. d. Anak percaya diri memberi penjelasan tentang gerakan senam. e. Anak menegur teman yang tidak mau berbaris f. Anak memperbaiki gerakan temannya yang salah pada waktu senam a. Anak mampu melakukan persiapan sebelum dimulai 2 Memiliki rasa
62 tanggung jawab b. c. d. e. f. 3
Menguasai keterampilan
a. b. c. d.
4
Mampu bekarja sendiri
e. f. a. b. c. d. e. f.
5
Mengendalikan emosi
a. b. c. d. e. f.
kegiatan berolahraga. Anak mengajarkan olahraga kepada teman – teman sampai selesai. Anak membantu teman yang belum bisa senam. Anak meletakan kembali alat – alat yang telah digunakan dalam berolahraga. Menegur temannya yang tidak mau ikut senam Sebelum dilakukan kegiatan senam, dikasih gerakan pemanasan dulu. Anak menyiapkan tape untuk memutar kaset senam dan peluit. Anak mengabsen teman yang hadir. Anak dapat menata kembali peralatan yang telah dipakai pada tempatnya. Anak dapat melakukan kegiatan berolahraga senam sampai selesai. Anak menguasai gerakan pemanasan Anak menguasai gerakan senam secara keseluruhan Anak dapat menggunakan peluit untuk mengatur barisan saat berolahraga. Anak dapat menggunakan tape recorder dan kaset untuk berolahraga senam. Anak mengatur barisan dengan rapi. Anak memberi contoh gerakan senam di depan. Anak mampu bergerak sesuai irama dengan hitungan yang benar. Anak mampu merawat kembali peralatan yang habis dipakai Anak terlihat senang/ ceria saat bermain peran sebagai guru olah raga. Anak sangat antusias untuk mengatur baris teman – temannya untuk berolahraga. Anak tidak takut saat tampil melakukan kesalahan. Anak sabar menunggu giliran saat tampil. Anak bersabar ketika ada teman yng tidak ikut berbaris Anak bersabar ketika ada temanya yang melakukan gerakan yang salah ketika senam
63 Pedoman Observasi Kegiatan Bermain Peran Siklus III Tema : Pekerjaan Sub tema : Dokter NO INDIKATOR KEGIATAN YANG DILAKUKAN ANAK KET 1 Keberanian / a. Anak berani tampil sebagai dokter kepercayaan diri b. Anak mau bertanya tentang keluhannya pada pasien. c. Anak berani untuk memeriksa pasien d. Anak berani menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya. e. Anak berani mengukur berat badan pasien f. Anak mencatat keluhan pasien 2 Memiliki rasa a. Anak mampu berperan sebagai dokter sampai selesai. tanggung jawab b. Menyiapkan alat – alat yang dipakai untuk memeriksa. c. Anak memeriksa pasien sampai selesai. d. Menata kembali peralatan pada tempatnya. e. Anak memberi obat yang diperlukan pasien f. Anak menyuntik pasien yang sakit 3 Menguasai a. Anak dapat mengambil alat periksa sendiri. keterampilan b. Anak bisa menggunakan alat stetoskop untuk memeriksa pasien. c. Anak mampu menimbang berat badan pasien sebelum diperiksa. d. Anak dapat memberikan resep pada pasien setelah diperiksa. e. Anak menyuntik pasien ditempat yang benar f. Anak mencatat hasil timbangan dan keluhan pasien 4 Mampu bekarja a. Anak mampu bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai sendiri dokter maupun sebagai pasien. b. Anak menggunakan stetoskop, thermometer dengan benar. c. Anak dapat memeriksa pasien dengan benar, berbaring, mengukur suhu badan. d. Anak dapat mencuci tangan setelah memeriksa pasien. e. Anak mampu mencatat keluhan pasien f. Anak dapat menata kembali peralatan yang habis dipakai 5 Mengendalikan a. Anak tidak takut saat memeriksa pasien atau saat diperiksa emosi dokter b. Anak terlihat senang saat berperan sebagai dokter, pasien. c. Anak senang senang saat menggunakan baju dokter. d. Anak senang saat menggunakan alat – alat yang digunakan untuk memeriksa. e. Anak saling bekerja sama dengan teman saat bermain peran, sabar menunggu giliran diperiksa atau memeriksa pasien. f. Anak sabar menunggu giliran bermain peran
64 Pedoman Observasi Penilaian Bermain Peran dalam Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A TK Pertiwi Jatirokeh – Brebes Nama / Kelompok : ……………….. Alternatif Penilaian
No
Aspek yang di Observasi
1.
Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam bermain peran
2.
Memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas yang
SM
MM
BM
Ket
diperankan saat tampil 3.
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) waktu bermain peran
4.
Menguasi
keterampilan
sesuai
dengan
tugas
yang
diperankan saat tampil 5.
Mampu mengendalikan emosi mainnya pada saat bermain
Keterangan : SM : Sudah Muncul nilai = ● MM : Mulai Muncul nilai = √ BM : Belum Muncul nilai = ○ 5
Dokumentasi Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen,
agenda
dan
sebagainya.
65 Dari
pengertian
di
atas,
dapat
dipahami
bahwa metode
dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Dokumenter adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsi-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori atau hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 1997 : 187). Dokumentasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi berupa foto. Pengambilan dokumentasi ini sebagai gambaran pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan kemandirian anak kelompok A, sebagai bukti autentik terhadap penerapan tersebut. Foto digunakan untuk merekam perilaku anak dan guru selama pembelajaran bermain peran berlangsung. Adapun gambar yang diambil adalah peristiwa-peristiwa tertentu pada saat pembelajaran bermain peran untuk kemandirian anak. Dalam pengambilan gambar, peneliti meminta bantuan teman untuk melakukan pemotretan. Dokumentasi foto tersebut meliputi kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dari Siklus I sebagai tukang potong rambut, Siklus II sebagai guru olah raga dan Siklus III sebagai dokter.
66 F. Teknik Analisis Data Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada siklus I sampai dengan siklus III. Tes bermain peran merupakan tes individu. Hasil tes pada siklus pertama dianalisis. Dari analisis tersebut, dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang ada, kemudian anak diberi pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus berikutnya. Untuk menghitung nilai keberhasilan peningkatan kemandirian anak dengan bermain peran di kelompok A TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes pada setiap siklus menggunakan rumus: P:
N A
x 100%
Keterangan P : Skor persentase N : Perolehan nilai anak ●, √ A : Jumlah responden % : Tingkat keberhasilan yang di capai anak Hasil perhitungan nilai anak dari masing-masing kegiatan peningkatan kemandirian anak di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes, kemudian dibandingkan antara siklus I sampai siklus III. Hasil ini yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui persentase peningkatan kemandirian anak kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. Data tersebut kemudian dianalisa secara deskriptif persentase
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yaitu TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. TK ini berlokasi di Jln. K.H Marjuned Rt 03/02 Desa Jatirokeh Kec. Songgom Kab. Brebes. Fasilitas yang disediakan adalah ruangan kelas, dapur, kamar MCK, ruang kepala sekolah, ruang tamu, alat permainan edukatif, dan buku-buku cerita anak. Proses kegiatan Belajar Mengajar dilakukan dari hari Senin-Sabtu (Pukul 07.30-10.00 WIB). TK ini berdiri sejak 15 Februari 1975, diprakasai oleh Bapak Ali Suwarno. Visi dan misi dari TK Pertiwi Jatirokeh adalah memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan orang lain diperlukan agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan ahlak yang mulia, usia dini merupakan saat yang sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, agama, etika, moral, serta social dan kemandirian yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya. Sampai saat ini jumlah peserta didik di TK Pertiwi Jatirokeh ada 32 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok. Sebagai wujud keseriusan TK Pertiwi Jatirokeh, TK ini dibantu oleh tenaga professional yang sudah pengalaman dan terlatih. TK Pertiwi Jatirokeh memiliki 3 tenaga kepegawaian dan dipimpin oleh Ibu Mukhayaroh. Data tentang jumlah tenaga kepegawaian seperti tabel di bawah ini: 67
68 Tabel 1 Data Tenaga Kepegawaian di TK Pertiwi Jatirokeh NO
NAMA
JABATAN
1.
Mukhayaroh
Kepala Sekolah
2.
Tukriyah. A.Ma.
Guru Kelas A
3.
Supriyatin. A. Ma.
Guru Kelas B
4.
Alilmiyatun
Guru Bantu
Data Siswa TK Pertiwi Jatirokeh Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes NO
TAHUN AJARAN
JUMLAH SISWA
KELOMPOK A
B
1
2010 – 2011
31
17
14
2
2011 – 2012
32
15
17
3
2012 – 2013
32
20
12
KET
B. Sarana dan Prasarana TK Pertiwi Jatirokeh 1. Sarana di TK Pertiwi Jatirokeh Secara umum keadaan gedung dan halaman TK Pertiwi Jatirokeh sudah baik, kondisi cukup bersih dan aman, halaman bermain cukup luas. Ruang tempat belajar cukup luas, juga terdapat kantor, dapur, dan kamar mandi / WC. Di
69 dalam masing-masing ruang belajar tersebut terdapat loker sebagai tempat untuk menaruh buku dan alat tulis anak. SARANA PRASARANA TK PERTIWI JATIROKEH KEC.SONGGOM-KAB.BREBES NO
PRASARANA YANG DIMILIKI LEMBAGA
1
Ruang kelas
2
Baik
2
Ruang kantor
1
Baik
3
Ruang dapur
1
Baik
4
Gudang
1
Baik
5
Kamar mandi/WC
1
Baik
6
Ruang bermain dalam
1
Baik
2.
JUMLAH
KONDISI
Alat Permainan
SARANA APE LUAR NO
JENIS APE LUAR
SATUAN
JUMLAH
KONDISI
(OUT DOOR) 1
Ayunan
2
2
Baik
2
Undar
1
1
Baik
3
Jungkitan
1
1
Baik
4
Prosotan
1
1
Baik
70 SARANA PERMAINAN APE DALAM B
JENIS APE DALAM
SATUAN
JUMLAH
KONDISI
(IN DOOR) 1
PUZZLE
30 set
30 set
Baik
2
Rebana
2 set
2 set
Baik
3
Balok
3 set
3 set
Baik
4
Pohon hitung
2 set
2 set
Baik
5
Bowling
3 set
3 set
Baik
6
Jam Kayu
3
3
Baik
7
Market Polisi
2
2
Baik
8
CD Berhitung
2
2
Baik
9
CD Huruf
2
2
Baik
10
DVD
1
1
Baik
11
Mikrofon
1
1
Baik
12
TV
1
1
Baik
C. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang peneliti diuraikan yaitu hasil pemberian tugas dan observasi. Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi observasi sebelum mengadakan penelitian tindakan kelas. Penguraian hasil penelitian kemandirian anak kelompok A, dengan bermain peran disajikan dalam bentuk hasil pemberian tugas dan observasi siklus I sampai siklus III, observasi dan dokumen foto.
71 Sistem penyajian data hasil kegiatan bermain peran untuk peningkatan kemandirian pada siklus I, II dan siklus III dipaparkan dalam bentuk deskriptif persentase yaitu paparan kalimat dan angka-angka dalam tabel disertai penjelasannya. Aspek isi yang dinilai dalam bermain peran adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kategori Penilaian Bermain Peran No 1.
Aspek Penilaian Keberanian dan kepercayaan diri
Nilai
Kreteria
●
a. Siswa sangat berani dan percaya diri
anak
Katego ri baik
untuk tampil bermain peran di depan kelas √
b. Siswa berani dan percaya diri untuk
cukup
memerankan tokoh di depan kelas ○
c. Siswa kurang berani dan kurang
Kurang
percaya diri untuk tampil bermain peran di depan kelas 2.
Memiliki rasa tanggung jawab
●
a. Tanggung jawab yang dimiliki siswa
Baik
sangat besar dan baik √
b. Tanggung jawab yang dimiliki siswa
Cukup
cukup besar ○
c. Tanggung jawab yang dimiliki siswa
Kurang
kurang 3.
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang
●
a. Mampu bekerja sendiri siswa saat bermain peran Nampak dan baik
Baik
72 No
Aspek Penilaian lain)
Nilai √
Kreteria b. Mampu bekerja sendiri siswa saat
Katego ri Cukup
bermain peran cukup nampak ○
c. Mampu bekerja sendiri siswa saat
Kurang
bermain peran kurang Nampak 4.
Menguasai
●
keterampilan
a. Sangat menguasai karakter bermain
Baik
peran sesuai tokoh yang diperankan √
b. Menguasi karakter bermain peran
Cukup
sudah cukup ○
c. Kurang menguasi karakter berperan
Kurang
sesuai tokoh yang diperankan 5.
Mampu
●
mengendalikan emosi
a. Mampu mengendalikan emosi
Baik
dengan teman mainnya √
b. Dapat mengendalikan emosi dengan
Cukup
teman mainnya ○
c. Tidak dapat mengendalikan emosi
Kurang
dengan teman mainnya
1.
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I a) Tema pekerjaan sub tema Tukang Potong Rambut b) Desain area tempat bermain peran disetting menjadi tempat potong rambut beserta kelengkapannya antara lain: gunting, jepitan, hair sprey, sisir, kaca dan lain-lain. c) Sebelum dimulai guru menjelaskan aturan permainan, dalam kegiatan bermain peran sebagai tukang potong rambut. Aturan yang pertama ada yang memerankan sebagai tukang potong rambut, aturan yang kedua pada
73 saat kegiatan ada yang sebagai konsumen/pelanggan yang ingin memotong rambutnya, dan yang ketiga ada yang sebagai konsumen yang sedang mengantri, mendapat giliran untuk potong rambut. Kegiatan tersebut dilakukan dengan bergantian, sehingga semua anak mendapat giliran dalam memerankan sebagai tukang potong rambut, sebagai konsumen yang sedang dipotong maupun yang sedang menunggu. Sedangkan alur Cerita / Skenarionya adalah sebagai berikut: Pak Diki sebagai tukang cukur, tiap hari Pa Diki membuka tempat potong rambutnya mulai pukul 09.00 dan tutup setiap pukul 17.00 WIB. Pak Diki sangat ramah, ia banyak pelanggan yang datang ingin memotong rambutnya, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Suatu hari Bagus, Dika, Anda dan teman lainnya datang ke tempat cukur Pak Diki, mereka ingin merapikan rambutnya yang sudah kelihatan panjang. Pak Diki menyapa mereka dengan ramah, anak-anak merasa senang, dan tidak takut untuk memotong rambutnya. Mereka secara bergiliran dilayani Pak Diki untuk dipotong rambut, setelah selesai mereka permisi dan membayar Pak Diki sebagai jasa tukang potong rambut, tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih kepada Pak Diki “Dialog” - Dika
: Assalamu’alaikum.......
74 - Pak Diki : Walaikumsalam ......., ada yang bisa Pak Diki bantu nak? - Dika
: Iya Pak, saya dan teman-teman mau merapikan rambut, pak.
- Pak Diki : “Oh ... mari silahkan masuk, duduk dulu yah. Siapa yang akan dipotong rambutnya lebih dulu. - Anda
: “Saya Pak, rambut saya sudah panjang.
- Dika
: Saya dulu Pak Diki ....
- Pak Diki : “Ya Yah, nanti semua akan mendapat giliran untuk di cukur, biar semua kelihatan rapi yah? Sabar dulu yah nak? - Anda
: Ya Pak.
- Pak Diki : “Yah silahkan Dika duduk dikursi; untuk dicukur, Pak Diki mulai mempersiapkan peralatannya. - Bagus
: “Kelihatan diam saja, juga Lana mereka hanya memandang temannya yang sedang dicukur.
- Pak Diki : Yah, sekarang sudah selesai silahkan kalian boleh pulang. - Dika
: Terima kasih Pak Diki, ini ongkosnya yah Pak?! Wassalamualaikum.
- Pak Diki : Walaikum salam.
75 d) Selama kegiatan berlangsung peneliti dan guru selalu mengobservasi jalannya kegiatan. a. Hasil Evaluasi/Refleksi Peneliti dan guru mengamati jalannya kegiatan dengan metode bermain peran yaitu sebagai tukang cukur / potong rambut, mereka saling berdialog dengan teman sesuai tugas masing-masing dalam bermain peran, ternyata masih ada anak yang belum berani berdialog, bahkan diam saja, seperti Bagus dan Lana, mereka belum berani bertanya atau menjawab pertanyaan. Dalam siklus I anak-anak dalam kegiatan bermain peran masih perlu peningkatan, seperti belum percaya diri, bertanggungjawab dengan peran masing-masing, mampu bekerja sendiri, menguasai ketrampilan serta dalam mengendalikan emosi masih perlu tindak lanjut, agar anak lebih mampu dalam bermain peran dalam peningkatan kemandirian anak. Diskripsi hasil penerapkan metode bermain peran dalam upaya peningkatan kemandirian anak kelompok A pada siklus I adalah : berdasarkan hasil observasi pelaksanaan siklus I, dari 20 anak dilihat dari pencapaian ada 2 anak atau 10% yang sudah muncul (●) 9 anak mulai muncul (√) dan 9 anak masih belum muncul (○) dengan katagori kurang. Dengan demikian maka perlu adanya tindakan lagi pada siklus II, supaya mencapai indikator keberhasilan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan siklus I, yaitu
76 penguasaan metode / materi oleh guru dalam merangsang anak, dalam kegiatan bermain peran untuk kemandirian anak kelompok A masih perlu peningkatan. Berikut ini hasil observasi pemberian tugas bermain peran sebagai tukang cukur pada siklus I Hasil pemberian tugas siklus I adalah hasil kemampuan bermain peran untuk meningkatkan kemandirian anak. Pemberian tugas siklus I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kemandirian anak kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh–Songgom Brebes. Hasil pemberian tugas dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel. 3 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan Kepercayaan Diri Anak siklus I Aspek keberanian Kategori No
Nilai tingkat
dan kepercayaan Frekuensi
diri anak
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
1
5
9
45
10
50
20
100
= 50%
Kurang
77 Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa kemampuan bermain
peran untuk kemandirian masih memerlukan banyak latihan dilihat dari pencapaian keberhasilan hanya 50% diantara 20 anak 2 anak sebesar 5% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 10 anak sebesar 50% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang. Tabel. 4 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus I Aspek Memiliki Kategori No
Nilai tingkat
rasa tanggung Frekuensi
jawab
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan:
√
3
15
7
35
10
50
20
100
= 50%
Kurang
78 Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa memiliki rasa tanggung
jawab dalam bermain peran masih memerlukan banyak latihan terlihat dari nilai pencapaian keberhasilan hanya 3 anak sebesar 15% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 7 anak sebesar 35% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 10 anak sebesar 50% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
Tabel. 5 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (Tanpa Bantuan Orang Lain) Anak siklus I Aspek mampu bekerja sendiri
Nilai tingkat
Kategori (tanpa bantuan
No
Frekuensi
%
orang lain) NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
keberhasilan ○
● √ ○ Jumlah
pencapaian
2
10
9
45
9
45
20
100
= 55%
Kurang
79 Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa aspek mampu bekerja
sendiri (tanpa bantuan orang lain) saat tampil masih memerlukan banyak latihan terlihat dari nilai pencapaian keberhasilan hanya 2 anak sebesar 10% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 9 anak sebesar 45% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang. Tabel. 6 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai dengan Tugas yang Diberikan Anak siklus I Aspek Menguasi Keterampilan Kategori No
Nilai tingkat
sesuai dengan tugas yang Frekuensi
diberikan
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan:
√
2
10
8
40
10
50
20
100
= 50%
Kurang
80 Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dalam memerankan
tokoh jadi tukang cukur yang sesuai masih memerlukan banyak latihan terlihat dari nilai pencapaian keberhasilan hanya 2 anak sebesar 10% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 8 anak sebesar 40% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 10 anak sebesar 50% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang. Tabel. 7 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi Main Anak siklus I Aspek Kategori No
mampu Nilai tingkat
mengendalikan Frekuensi
emosi mainnya
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan: Baik
√
: 80-90 ( ● )
1
5
9
45
10
50
20
100
= 50%
Kurang
81 Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 7 dapat dijelaskan bahwa anak belum dapat
mampu mengendalikan emosi saat tampil, masih memerlukan banyak latihan terlihat dari nilai pencapaian keberhasilan hanya 1 anak sebesar 5% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 10 anak sebesar 50% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang. Perincian hasil nilai pemberian tugas tiap-tiap aspek penilaian pada kemampuan bermain peran keberanian dan kepercayaan diri, bertanggung jawab, mampu bekerja sendiri, dapat menguasai keterampilan, dan mampu mengendalikan emosi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 8 Rekapitulasi tingkat keberhasilan Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A siklus I Nilai tingkat pencapaian No
Apsek yang dinilai Keberhasilan
1.
Keberanian dan kepercayaan diri
50%
2.
Memiliki rasa tanggung jawab
50%
3.
Mampu bekerja sendiri
55%
4.
Mengusai keterampilan
50%
5.
Mampu mengendalikan emosi
50%
82 Berdasarkaan tabel 8 ddi atas dappat diketahuui bahwa niilai tingkat pencappaian keberrhasilan padda setiap penilaian p hasil pemberian tugas keberaanian dan keepercayaan diri, memiliki rasa tannggung jawaab, mampu bekerjaa sendiri, menguasai m keeterampilan dan d mampu mengendaliikan emosi pada siiklus I. Aspek keeberanian daan kepercay yaan diri nillai tingkat pencapaian p keberh hasilan 50% %, memiliki rasa tangguung jawab 50%, mamppu bekerja sendirii 55%, mennguasai keteerampilan 50% 5 dan m mampu menngendalikan emosi 50%. Hasil nilaai pemberiaan tugas seccara klasikaal sebagaim mana dalam tabel di d atas merrupakan gabbungan dari 5 aspek yyang digunaakan untuk menilaai kemampuaan kemandirrian akan kellompok A ddengan metod de bermain peran. Adapun haasil perolehaan tiap-tiap aspek secarra terinci daapat dilihat pada diagram d dan uraian u sebaggai berikut.
60 0 55 5 50 0 45 5 40 0 35 5 30 0 25 5 20 0 15 5 10 0 5 0
55 50
50
50
50
Keberanian dan kepercayaan d diri Memiliki rasa ttanggung jjawab Mampu bekerjja sendiri Menguasai ketterampilan Mampu mengeendalikan eemosi
Aspek yang Dinilai
83 b. Hasil Dokumentasi Dokumentasi pada siklus I ini berupa foto yang diambil selama pembelajaran pada siklus I berlangsung. Berikut merupakan gambar-gambar selama proses pembelajaran bermain peran sebagai tukang cukur. Berlangsung mulai dari awal kegiatan.
Gambar 2 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut
84
Gambar 3 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut
Gambar 4 Anak sedang melakukan persiapan potong rambut
85
Gambar 5 Anak sedang memotong rambut
Gambar 6 Anak sedang merapikan hasil potongan rambut
86
Gambar 7 Anak sedang menunggu giliran potong rambut 2.
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II a) Tema : Pekerjaan Sub Tema: Guru Olah Raga b) Desain area tempat bermain peran disetting menjadi tempat mengajar guru olah raga, Media / alat yang digunakan adalah tape recorder, kaset untuk mengiringi senam ketika guru mengajarkan pada anak-anak, peluit dan lain lain.. c) Sebelum kegiatan di mulai guru / peneliti menjelaskan tentang aturan bermain peran sebagai guru yang mengajarkan olah raga pada anak-anak, agar anak lebih berani untuk tampil. Sedangkan alur ceritanya sebagai berikut :
87 Setiap
hari
jum’at
di
TK
Pertiwi
Jatirokeh
diajarkan
pembelajaran Olah Raga, ibu guru olah raga namanya Ibu Dini, Bu Dini orangnya baik dan suka sekali mengajarkan anak-anak senam, karena dengan olah raga yang teratur anak-anak akan sehat. Anakanak semangat jika berolah raga senam dengan diiringi musik. Sebelum dimulai Bu Dini menyiapkan anak-anak untuk baris yang teratur. Semua berpakaian olah raga, sehingga kelihatan bagus, anakanak mengikuti perintah Bu Dini, mulai baris masuk kelas, sebelum kegiatan olah raga. Bu Dini mengabsen anak-anak untuk mengetahui siapa yang tidak hadir, kegiatan awal dimulai awal dengan pemberian tugas pada anak-anak untuk maju kedepan membuat garis, anak-anak antusias untuk maju, tapi Lana, Delon, Rizka, Azka kelihatan diam. Setelah selesai Bu Dini mulai mengajak anak-anak olah raga senam bersama-sama, Bu Dini mengatur barisan setelah rapi baru dimulai, Bu Dini memutar caset, dan memberi contoh gerakan di depan anakanak menirukan gerakan. Senam bersama dilakukan selama 30 menit sejak mulai pemanasan sampai selesai, semua anak-anak beristirahat setelah kegiatan berolah raga selesai, tidak lupa Bu Dini pesan pada anakanak bahwa olah raga itu penting untuk kesehatan. Bu Dini
: “Selamat pagi anak-anak, apa kabarnya hari ini?!
88 Siswa
: “Selamat pagi bu guru, hari ini kabarnya baik.
Bu Dini
: Hari ini kita mau berolah raga senam sehat ceria, siapa yang mau senam.
Siswa
: Ada beberapa siswa yang langsung tunjuk jari saya bu guru, tapi ada juga yang diam saja.
Bu Dini
: “Sekarang kita baris berjajar lima-lima
Siswa
: Mulai baris dengan diatur Bu Dini
Bu Dini
: Sebelum di mulai coba berhitung mulai dari sebelah kanan barisan depan Citra mulai.
Siswa
: “Barisan depan Citra mulai berhitung satu, dua dst...
Bu Dini
: “Sekarang bu guru mau mencontoh gerakannya sebelum di mulai dengan musik.
Siswa
: Yah bu guru, lalu menirukan gerakan senam.
Bu Dini
: Sekarang memakai musik , yu siap semua, lalu bu Dini memutar tape supaya ada musik.
Siswa
: Semua siswa senam sesuai musik
Bu Dini
: Di depan sambil melihat anak-anak senam dan juga memberi contoh senam di depan, setelah selesai Bu Dini menyuruh anak-anak untuk beristirahat.
d) Selama kegiatan berlangsung peneliti dan guru selalu mengobservasi jalannya kegiatan.
89 a. Hasil Evaluasi /refleksi Peneliti dan guru mengamati jalannya kegiatan bermain peran sebagai guru olah raga, untuk peningkatan kemandirian anak kelompok A. Pada pelaksanaan siklus pertama dengan bermain peran tukang potong rambut, kegiatan kedua ini diharapkan anak-anak mengikuti kegiatan bermain peran, baik yang menjadi guru maupun siswa, mereka bermain peran dengan bergantian. Namun masih banyak siswa yang masih belum mampu, berperan jadi guru maupun sebagai siswa. Ada yang masih malu, diam bahkan ada yang menangis, tapi Dini, Hadinya Fitra sudah baik/mampu, seperti mau memimpin senam, mengatur baris, bagi yang belum muncul guru selalu memberi motivasi, dan perlu meningkatkan dalam mengajarkan metode bermain peran pada siswa khususnya Kelompok A. Deskripsi hasil penerapan metode bermain peran untuk peningkatan kemandirian anak kelompok A, berdasarkan pelaksanaan siklus II dari 20 siswa ada yang sudah mencapai kemampuannya atau sudah muncul yaitu percaya diri 12 anak atau 60%, aspek tanggung jawab 11 anak 55%, mampu bekerja sendiri 13 anak atau 65% menguasai ketrampilan 12 anak 60% dan dapat mengendalikan emosi 12 anak 60%. Setiap aspek dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan penilaian di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Jatirokeh yaitu ● (lingkaran penuh), √ (centang), dan ○ (lingkaran kosong).
90 Tabel 9 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan Kepercayaan Diri Anak siklus II Nilai keberanian dan No
Kategori
kepercayaan diri anak ●
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
√
Nilai tingkat Frekuensi
pencapaian keberhasilan
○
●
5
25
7
35
8
40
20
100
√ ○ Jumlah
%
= 60%
Kurang
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
Berdasarkan tabel. 9 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada kegiatan bermain peran untuk peningkatan kemandirian anak dalam kategori kurang. Hal ini berarti kemandirian anak kelompok A masih perlu diulang, diantara 20 anak sebanyak 5 anak sebesar 25% memperoleh nilai ● (lingkaran penuh), dengan kategori baik, sebanyak 7 anak sebesar 35% memperoleh nilai √ (centang), dengan kategori cukup, dan sebanyak 8 anak sebesar 40% memproleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
91 Tabel. 10 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus II Aspek memiliki rasa
Nilai tingkat
Kategori tanggung jawab
No NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
Frekuensi
√ ○
pencapaian keberhasilan
○
●
Jumlah
%
3
15
8
40
9
45
20
100
= 55%
Kurang
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada
aspek tanggung jawab hanya 3 anak sebesar 15% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 8 anak sebesar 40% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 9 anak sebesar 45% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
92 Tabel. 11 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (tanpa Bantuan Orang Lain) siklus II Aspek mampu bekerja Kategori No
Nilai tingkat
sendiri (tanpa bantuan orang lain) saat tampil
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI
●
1.
Sangat Baik
●
2.
Baik
3.
Kurang
√
○
√ ○ Jumlah
3
15
9
45
8
40
20
100
= 60%
Kurang
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) hanya 3 anak sebesar 15% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 8 anak sebesar 40% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
93 Tabel. 12 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai Tokoh yang Diperankan siklus II Aspek menguasai Kategori No
Nilai tingkat
keterampilan sesuai tokoh yang diperankan
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
4
15
8
40
9
45
20
100
= 60%
Kurang
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek menguasai keterampilan sesuai dengan tokoh yang diperankan hanya 4 anak sebesar 15% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 8 anak sebesar 40% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 8 anak sebesar 40% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
94 Tabel. 13 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi dengan Teman Mainnya siklus II Aspek mampu Kategori No
Nilai tingkat
mengendalikan emosi dengan teman mainnya
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
3
15
9
45
8
40
20
100
= 60%
Kurang
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek mampu mengendalikan emosi hanya 3 anak sebesar 15% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 8 anak sebesar 40% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang.
95 Adapun perincian hasil nilai pemberian tugas pada tiap aspek penilaian dalam peran menjadi guru olah raga, pada kelompok A siklus II dapat dilihat dalam tabel 13 berikut .
Tabel 14 Rekapitulasi Tingkat Keberhasilan Pemberian Tugas Bermian Peran pada Siklus II Kelompok A No 1. 2.
Aspek yang dinilai Keberanian dan percaya diri Memiliki rasa tanggung jawab
Tingkat keberhasilan yang dicapai
Keterangan
60%
Kurang
55%
Kurang
3.
Mampu bekerja sendiri
65%
Kurang
4.
Menguasai keterampilan
60%
Kurang
5.
Dapat mengendalikan emosi
60%
Kurang
Tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam setiap aspek penilaian pemberian tugas bermain peran pada siklus II masih kurang, yang meliputi aspek kepercayaan diri 60%, aspek rasa tanggung jawab 55%, aspek dalam kemampuan bekerja sendiri 65%, menguasai keterampilan 60%, dan aspek dalam pengendalian emosi 60%. Hasil nilai pemberian tugas secara klasikal, sebagaimana yang tertera dalam tabel 14 merupakan hasil gabungan dari 5 aspek penilaian yang digunakan
96 u untuk mengetahui tingkkat kemandirrian anak keelompok A ddalam pemberian tugas b bermain peraan. Adapun hasil tiap-tiaap aspek dalam diagram sebagai berikut:
70 0 65 5 60 0 55 5 50 0 45 5 40 0 35 5 30 0 25 5 20 0 15 5 10 0 5 0
65 60
60 55
60 Keberanian percaya diri Tanggung jaawab Mampu bekkerja sendiri Menguasai keterampilan Mampu me engendalikan emosi
Aspek yang d dinilai
Kegiiatan observvasi dilaksannakan selam ma proses kkegiatan peembelajaran b bermain perran kelompok A di TK Pertiwi P Jatirookeh-Songgom Kabupatten Brebes. S guru menjelaskan caranya Saat c berpperan sebagai guru olah rraga yang beenar, semua a anak dengan n antusias menghadap m kke depan daan mendenggarkan penjeelasan guru d dengan senaang, tetapi ada juga annak yang ku urang tertarrik, terlihat pada hasil p prosentasi y yang dicapai, antara lainn keberaniann dan percayya diri yang ditunjukan a anak ada 60% atau 12 an nak yang beerani tampil, sedangkan 8 anak atau 40% masih m atau taakut untuk taampil. malu Aspek tanggung g jawab 55% % atau 11 anaak yang mem mpunyai rassa tanggung j jawab, sedaangkan 9 annak atau 455% masih belum b mamppu, untuk kemampuan k
97 bekerja sendiri 65% atau 13 anak, sedangkan 7 anak atau 35% masih perlu bantuan, untuk penguasaan keterampilan berperan sebagai guru olah raga hanya 12 anak atau 60%, yang 40% atau 8 anak belum terampil dikarenakan anak tidak pernah latihan bagaimana cara menjadi guru olah raga, sedangkan dalam aspek pengendalian emosi ditunjukkan oleh 12 anak atau 60% dapat mengendalikan emosi, sedangkan 8 anak atau 40% anak belum dapat mengendalikan emosinya, masih menangis jika tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Secara umum pembelajaran bermain peran dalam upaya peningkatan kemandirian anak kelompok A masih perlu ditingkatkan kembali, supaya dapat mencapai hasil optimal sesuai harapan peneliti. Hasil pemberian tugas bermain peran untuk mengetahui tingkat kemandirian anak dalam siklus II masih perlu adanya peningkatan, maka perlu adanya tindakan lanjutan yaitu pelaksanaan siklus III. b. Hasil Dokumentasi Dokumentasi pada siklus II ini berupa foto yang diambil selama pembelajaran pada siklus II berlangsung. Berikut merupakan gambar-gambar selama proses pembelajaran bermain peran sebagai guru olah raga.berlangsung mulai dari awal kegiatan.
98
Gambar.8 Anak sedang bermain peran sebagai guru olah raga yang sedang menyiapkan anak didiknya masuk ruangan Gambar 2 menunjukkan kegiatan anak sedang bermain peran sebagai guru olah raga yang sedang menyiapkan anak didiknya masuk ke dalam kelas. Setelah bel berbunyi tanda anak-anak masuk kelas. Seperti biasanya anak-anak berbaris di luar kelas dan masuk ke kelas satu per satu. Salah satu anak berperan sebagai guru olah raga..
99
Gambar.9 Salah satu anak yang berperan sebagai guru olah raga sedang mengabsen anak didiknya
Gambar.10 Anak yang memerankan tokoh guru olah raga sedang memberi penjelasan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
100
Gambar 11 Anak yang sedang memerankan tokoh guru olah raga sedang memberikan penjelasan pada anak didiknya
Gambar 12 Anak yang memerankan guru olah raga sedang memberikan membuat garis lengkung menjadi angka dipapan tulis
101
Gambar 13 Anak yang sedang memerankan sebagai guru olah raga sedang memberikan tugas secara bergantian
Gambar 14 Anak yang memerankan guru olah raga sedang mempraktekkan kegiatan berolah raga
102
Gambar 15 Kegiatan olah raga berlangsung dipandu anak yang sedang memerankan guru olah raga
Gambar 16 Anak yang berperan sebagai guru olah raga sedang memberi ulasan pada anak didiknya dibantu peneliti
103
Gambar 17 Anak yang memerankan guru olah raga sedang memberi ulasan
Gambar 18 Suasana setelah pembelajaran bermain peran selesai
104 Terlihat pada gambar anak sedang mengikuti kegiatan bermain peran dengan antusias, senang dan gembira, hal ini bertujuan memotivasi anak supaya tidak malu dan lebih percaya diri dalam bermain peran yang sesuai di depan teman-teman. 3.
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus III a) Tema kegiatan : Pekerjaan, Sub Tema : Dokter Lina b) Desain area tepat bermain peran disetting menjadi ruang praktek Dokter Lina, media yang disiapkan dalam kegiatan bermain peran sebagai dokter antara lain: Ruang periksa, tempat tidur untuk memeriksa pasien, buku pendaftaran, alat-alat pemeriksa (tetoskop, timbangan, termometer, obatobatan. c) Aturan dalam permainan metode bermain peran sebagai dokter, perawat dan pasien, peneliti memberikan penjelasan pada anak bagaimana cara menjadi dokter, perawat, dan pasien yang akan berobat. Kegiatan tersebut nanti dilakukan secara bergantian, sehingga semua anak dapat bermain peran, baik sebagai dokter, perawat atau pun pasien. Adapun alur ceritanya sebagai berikut : Ara anak TK, duduk di kelas A, ia anak yang lincah banyak temanteman yang suka bermain dengannya. Suatu Ara mengeluh pada ibunya bahwa perutnya sakit. Ibu Ara membawanya ke dokter untuk periksa. Dokter praktek yang ada di tempat itu namanya dokter Lina. Dokter Lina
105 praktek mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 20.00, kalau pagi mulai pukul 06.00 sampai pukul 07.00. Doketr Lina sangat baik, ramah banyak pasien yang berobat, mereka macam-macam penyakitnya. Ada yang gatal-gatal, sakit kepala dan yang berobat karena luka. Secara bergiliran dokter Lina memeriksa pasien satu persatu dengan teliti, tapi sebelum diperiksa pasien harus mendaftar dulu pada perawat yang membantu dokter. Untuk mencatat identitas pasien, apa penyakitnya, setelah selesai di periksa biasanya dokter memberikan obat pada pasien untuk diminum supaya sembuh. Ara/Pasien
: “Selamat pagi, Asalamu’alaikum....
Perawat
: Walaekum salam, ada yang bisa kami bantu de?
Ara/Pasien
: Bu, saya mau periksa perut saya sakit
Perawat
: Silahkan duduk, biar ibu tulis nama daan keluhannya / penyakitnya.
Ara/Pasien
: ya terima kasih,
Perawat
: Tunggu dulu yah, sampai giliran namanya di panggil. Masuk ke ruang periksa dan memanggil pasien ( Ara )
Dokter
: Silahkan masuk. Sakit apa De?
Ara/Pasien
: Bu Dokter, saya sakit perut, kemarin saya makan pedas, sehingga perut saya sakit.
106 Dokter
: Sekarang timbang dulu beratnya, dan dokter periksa dulu.
Ara/Pasien
: Menuruti apa yang dokter perintah.
Dokter
: mengambil alat-alat yang digunakan untuk memeriksa
pasien,
setelah
selesai
dokter
memberi resep obat. “ ini bu dokter kasih resep, nanti diminum. Ara/Pasien
: Berapa kali minumnya bu dokter?
Dokter
: Ade minum tiga kali, pagi, siang dan malam, jangan lupa makan dulu, semga cepat sembuh.
Ara/Pasien
: Terima kasih, Bu dokter...
Dokter
: Sama-samajangan makan yang pedas-pedas lagi yah..
Ara/Pasien
: Menuju tempat pendaftaran / perawat untuk membayar sebagai jasa dokter dan ongkos obat.
Perawat
: Terima kasih semoga cepat sembuh.
Ara/Pasien
: Terima kasih, Asalamu’alakum
Perawat
: Wa alaikumussalam...
d) Peneliti dan guru mempersiapkan lembar observasi. Kegiatan yang akan digunakan mengobservasi selama kegiatan berlangsung.
107 a. Hasil Evaluasi /Refleksi Peneliti dibantu guru mengamati jalannya kegiatan pembelajaran bermain peran sebagai dokter, perawat dan pasien, mereka saling bercakap-cakap sesuai peran masing-masing, tapi ada yang masih belum bisa untuk berperan, baik sebagai dokter, perawat ataupun pasien. Da yang bingung memakai tetoskop, termometer, ada yang diam tidak menjawab , ada yang berani bertanya. Dalam siklus III kegiatan bermain peran untuk kemandirian anak mencapai hasil yang maksimal, karena tingkat pencapaian sesuai indikator dan sub indikator yang ada antara lain, seperti aspek percaya diri, tanggung jawab, amampu bekerja sendiri terampil dan mengendalikan emosi sudah mengalami paningkatan yang baia, maka dari itu tidak perlu tindakan lagi untuk memperbaikinya, karena kemandirian anak ada peningkatan yanga alebih baik. Deskripsi hasil penerapan metode bermian peran dalam upaya peningkatan kemandirian anak kelompok A, pada siklus III, berdasarkan hasil observasi dari 20 siswa yang berani dan percaya diriada 6 anak mendapat (●) atau 30% dan nilai (√) 9 anak serta 5 anak nlai (○) kurang, jadi rata-rata aspek yang telah di capai 75% atau 15 anak dari jumlah 20 siswa,
5
siswa
masih
belum
mampu
tingkat
kemandiriannya,
kemungkinan disebabkan faktor keterlibatan dalam kegiatan, karena
108 mereka jarang berangkat, jadi dalam mengikuti pembelajaran tidak maksimal. Berikut ini hasil observasi pemberian tugas bermain peran sebagai dokter pada Siklus III. Setiap aspek dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan penilaian ditaman kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh yaitu ● (lingkaran penuh), √ (centang), dan ○ (lingkaran kosong).
Tabel 15 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Keberanian dan Kepercayaan Diri Anak siklus III Nilai keberanian dan No
Kategori
kepercayaan diri anak ●
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
√
√ ○
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
○
●
Jumlah
Nilai tingkat
6
30
9
45
5
25
20
100
= 75%
Cukup
109 Berdasarkan tabel. 15 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada kegiatan bermain peran jadi pasien, perawat dan dokter untuk peningkatan kemandirian anak dalam kategori baik. Hal ini berarti kemandirian anak kelompok A sudah baik, diantara 20 anak sebanyak 6 anak sebesar 30% memperoleh nilai ● (lingkaran penuh), dengan kategori baik, sebanyak 9 anak sebesar 45% memperoleh nilai √ (centang), dengan kategori cukup, dan sebanyak 5 anak sebesar 20% memproleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang baik.
Tabel. 16 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Memiliki Rasa Tanggung Jawab Anak siklus III Aspek memiliki rasa
Nilai tingkat
Kategori tanggung jawab
No NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
Frekuensi
√ ○
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
pencapaian keberhasilan
○
●
Jumlah
%
5
25
10
50
5
25
20
100
= 75%
Cukup
110 Kurang
: 50-69 ( ○ ) Berdasarkan tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai
pada aspek tanggung jawab hanya 5 anak sebesar 25% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 10 anak sebesar 50% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 5 anak sebesar 25% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang baik.
Tabel. 17 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Bekerja Sendiri (tanpa Bantuan Orang Lain) siklus III Aspek mampu bekerja Kategori No
Nilai tingkat
sendiri (tanpa bantuan orang lain) saat tampil
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
5
25
11
55
4
20
20
100
= 80%
Baik
111 Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) hanya 5 anak sebesar 25% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 11 anak sebesar 55% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 4 anak sebesar 20% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang baik.
Tabel. 18 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Menguasai Keterampilan Sesuai Tokoh yang Diperankan siklus III Aspek menguasai Kategori No
Nilai tingkat
keterampilan sesuai tokoh yang diperankan
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
6
30
9
45
5
25
20
100
= 75%
cukup
112 Berdasarkan tabel 18 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek mengusai keterampilan sesuai dengan tokoh yang diperankan hanya 6 anak sebesar 30% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 9 anak sebesar 45% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 5 anak sebesar 25% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang baik.
Tabel. 19 Hasil Nilai Tentang Aspek Kemandirian Mampu Mengendalikan Emosi dengan Teman Mainnya siklus III Aspek mampu Kategori No
Nilai tingkat
mengendalikan emosi dengan teman mainnya
Frekuensi
%
pencapaian keberhasilan
NILAI 1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
●
√
○
● √ ○ Jumlah
Keterangan: Baik
: 80-90 ( ● )
Cukup
: 70-79 ( √ )
Kurang
: 50-69 ( ○ )
4
20
11
55
5
25
20
100
= 75%
cukup
113 Berdasarkan tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada aspek mampu mengendalikan emosi hanya 4 anak sebesar 20% mendapat nilai ● (lingkaran penuh) dengan kategori baik, 11 anak sebesar 55% mendapat nilai √ (centang) dengan kategori cukup, 5 anak sebesar 25% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) dengan kategori kurang baik. Adapun perincian hasil nilai pemberian tugas pada tiap aspek penilaian dalam peran mejadi pasien, perawat dan dokter, pada kelompok A siklus II dapat dilihat dalam tabel 19 berikut .
Tabel 20 Rekapitulasi Tingkat Keberhasilan Pemberian Tugas Bermian Peran pada Siklus III Kelompok A
No
Aspek yang dinilai
Tingkat keberhasilan yang dicapai
Keterangan
1.
Keberanian dan percaya diri
75%
Cukup
2.
Memiliki rasa tanggung jawab
75%
Cukup
3.
Mampu bekerja sendiri
80%
Baik
4.
Mengusai ketrampilan
75%
Cukup
5.
Dapat mengendalikan emosi
75%
Cukup
Tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam setiap aspek penilaian pemberian tugas bermain peran pada siklus III sudah baik, yang
114 melipputi aspek kepercayaan k n diri 75%, aspek rasa tanggung jaawab 75%, aspekk dalam kem mampuan bekerja b senddiri 80%, menguasai keeterampilan 75%, dan aspek dalam d pengeendalian emoosi 75%. Hasil nillai pemberiaan tugas seecara klasikaal, sebagaim mana yang terterra dalam tabbel 20 meruupakan hasill gabungan dari 5 aspekk penilaian yang g digunakan untuk menggetahui tingkkat kemandirian anak keelompok A dalam m pemberiann tugas berm main peran. Adapun A hasil tiap-tiap asspek dalam diagrram sebagai berikut:
90 0 85 5 80 0 75 5 70 0 65 5 60 0 55 5 50 0 45 5 40 0 35 5 30 0 25 5 20 0 15 5 10 0 5 0
80 75
75
75
75 Keberanian percayaa diri Tangggung jawab Mampu bekerja sen ndiri Mengguasai keteram mpilan Mampu mengendallikan emossi
Aspek yan ng dinilai
k padaa saat kegiaatan proses Pada tahappan observaasi siklus ketiga, belajjar mengajarr sedang berrlangsung, dapat d diketahhui aktivitas anak pada
115 saat kegiatan bermain peran sebagai pasien, perawat dan dokter, sesuai tujuan untuk meningkatkan kemandirian anak. Kegiatan
observasi
dilaksanakan
selama
proses
kegiatan
pembelajaran bermain peran belompok A di TK Pertiwi JatirokehSonggom Brebes. Saat guru menjelaskan caranya berperan sebagai pasien yang mau berobat, perawat yng mendaftari pasien, dokter yang menimbang berat badan pasien dan dokter yang memeriksa pasien, semua anak dengan antusias menghadap ke depan dan mendengarkan penjelasan guru dengan senang, tetapi ada juga anak yang kurang tertarik, terlihat pada hasil prosentasi yang dicapai, antara lain keberanian dan percaya diri yang ditunjukan anak ada 75% atau 15 anak yang berani tampil, sedangkan 5 anak atau 25% masih malu atau takut untuk tampil. Aspek tanggung jawab 75% atau 15 anak yang mempunyai rasa tanggung jawab, sedangkan 5 anak atau 25% masih belum mampu, untuk kemampuan bekerja sendiri 80% atau 20 anak, sedangkan 4 anak atau 20% masih perlu bantuan, untuk penguasaan keterampilan hanya 15 anak atau 75%, 25% atau 5 anak belum terampil dikarenakan anak tidak pernah latihan, sedangkan dalam aspek pengendalian emosi ditunjukkan oleh 15 anak atau 75% dapat mengendalikan emosi, sedangkan 5 anak atau 25% anak belum dapat mengendalikan emosinya, masih menangis jika tidak dapat menyelesaiakan tugasnya.
116 Secara
umum
pembelajaran
bermain
peran
dalam
upaya
peningkatan kemandirian anak kelompok A sudah ada peningkatan yang baik sesuai yang diharapkan. b. Hasil Dokumentasi Dokumentasi pada siklus III ini berupa foto yang diambil selama pembelajaran pada siklus III berlangsung. Berikut merupakan gambargambar selama proses pembelajaran bermain peran berlangsung mulai dari awal kegiatan
Gambar.19 Anak sedang memerankan pasien yang menunggu giliran diperiksa Gambar 19 menunjukkan kegiatan anak saat awal pembelajaran. Setelah duduk tenang guru atau peneliti siap untuk menjelaskan kegiatan
117 yang akan diberikan pada anak. Ini dapat dilihat pada gambar di atas anak sedang melakukan kegiatan pembelajaran bermain peran sebagai pasien yang sedang menunggu giliran panggilan. Sebagian besar anak mengikuti pembelajaran dengan baik. Walaupun ada beberapa anak yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
Gambar. 20 Anak sedang memerankan sebagai pasien yang mau diperiksa sedang yang satunya sedang memerankan perawat yang mendaftar pasien
118
Gambar. 21 Anak yang berperan sebagai Pasien yang mau diperiksa timbang berat badannya oleh anak yang berperan sebagai perawat
G G
Gambar. 22 Anak yang berperan sebagai perawat sedang memperhatikan timbangan pasien
119
Gambar. 23 Anak yang berperan sebagai dokter sedang mengukur suhu badan pasien
Gambar. 24 Anak yang berperan sebagai dokter sedang memeriksa pasien
120
Gambar. 25 keadaan sesudah pembelajaran bermain peran
Gambar. 26 Keadaan sesudah pembelajaran bermain peran
121
Gambar. 27 Anak terlihat senang usai melaksanakan kegiatan bermain peran, tampak mereka saling bercerita apa yang telah diperankan di atas terlihat bahwa anak sudah mampu memerankan tokoh pasien yang sakit, perawat yang membantu tugas dokter dan dokter yang memeriksa pasien walaupun masih ada anak yang belum bisa/masih dibantu oleh guru. Terlihat pada gambar guru sedang mengulas kegiatan bermain peran yang bertujuan memotivasi anak supaya tidak malu dan lebih percaya diri dalam bermain peran di depan teman-teman. Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi yang diperoleh anak pada siklus III menunjukkan adanya yang peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pada pembelajaran siklus I.
122 Berdasarkan hasil pemberian tugas bermain peran dalam upaya peningkatan kemandirian anak keberhasilan kelas sebesar 76 % Dari hasil siklus III
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode bermain peran sudah mencapai hasil yang baik. Hasil dari observasi dapat diungkapkan bahwa kemandirian anak sudah baik. Dari hasil pemberian tugas dan observasi siklus III dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus III sudah baik karena hasil dari siklus III sudah memenuhi kriteria penilaian.
4.
Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelompok A
TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes yang dilaksanakan dari Siklus I sampai dengan Siklus III,, siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 November 2012 sampai dengan 17 November 2012 dan siklus II dilaksanakan dari tanggal 19 November sampai1 Desember 2012 serta siklus III,dilaksanakan pada tanggal 03 Desember sampai dengan 15 Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran metode bermain peran dan mengetahui jauh mana metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak Kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. Pada awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi terlebih dahulu. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi
123 pembelajaran metode bermain peran juga untuk mengetahui kemandirian anak Kelompok A di TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes. Dalam obsevasi awal dapat diketahui bahwa pembelajaran bermain peran masih kurang dan kemandirian anak masih rendah terlihat dari banyak anak kurang percaya diri dan tidak berani tampil di depan kelas, banyak anak masih menangis bila ditinggal ibu/pengasuhnya ketika proses pembelajaran berlangsung dan juga masih ada ketergantungan pada teman yang lain dalam menyelesaikan tugas dari pengajar. Selama siklus I berlangsung anak Kelompok A TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes terlihat senang dan bersemangat, tapi sebagian ada yang tidak memperhatikan/acuh tak acuh sehingga mengakibatkan anak tidak menguasai materi pembelajaran. Dalam siklus II dan III ada perubahan sikap anak, anak seluruhnya terlihat senang dan antusias selama pembelajaran berlangsung, sehingga anak cepat menangkap apa yang diajarkan oleh guru. Dari data di atas ada perubahan, terlihat dari siklus I kemampuan bermain peran masih kurang baik hanya rata-rata 51% dari 5 aspek yang dinilai yaitu keberanian dan kepercayaan diri, memiliki rasa tanggung jawab, mampu bekerja sendiri(tanpa bantuan orang lain), menguasai kertampilan dan mampu mengendalikan emosi. Tingkat kemandirian anak melalui bermain peran mengalami perubahan pada siklus II dari 5 aspek
124 yang dinilai rata-rata sebesar 60%(katagori kurang baik) ada peningkatan sebesar 9% dari siklus I Pada siklus III ini ada perubahan yang signifikan rata-rata sebesar 76%(katagori baik) atau naik sebesar 16% dari siklus I. Hal ini menunjukan ada peningkatan sebesar 25% dari siklus I, artinya metode pengajaran bermain peran dapat meningkatkan tingkat kemandirian anak di kelompok A TK Pertiwi Jatirokeh-Songgom Brebes.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Gambaran awal bermain peran di TK Pertiwi Jatirokeh sebagai berikut banyak anak kurang percaya diri dan tidak berani tampil di depan kelas, belum memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan bermain peran, masih banyak dibantu guru dalam bermin peran, kurang menguasai jalannya bermain perandan belum bisa mengendalikan emosi ketika tampil. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru antara lain menyeting tempat, menyiapkan alat-alat yang diperlukan, membagi peran pada masingmasing anak, mengevaluasi anak yang tampil. 2. Tingkat kemandirian anak melalui bermain peran mengalami peningkatan pada siklus II dibadingkan tahapan siklus I. Terlihat pada siklus II, dari 5 aspek yang dinilai ada peningkatan menjadi rata-rata 60% (katagori kurang baik). Ada peningkatan sebesar 9% dari tahap siklus I. Sedangkan setelah diadakan siklus III ada peningkatan yang signifikan menjadi sebesar 76% (katagori baik) atau naik 16% dari siklus I. Hal ini menunjukkan ada peningkatan sebesar 25% dari siklus I, artinya metode pengajaran bermain peran bisa meningkatkan tingkat kemandirian di Kelompok A Taman Kanak-kanak Pertiwi Jatirokeh-Songgom Kabupaten Brebes. Kemandirian 125
126 anak setelah mengikuti bermain peran mengalami perubahan ke arah positif.
Perubahan
tersebut
terlihat
anak
mau
berpisah
dengan
ibu/pengasuhnya, anak lebih berani dan percaya diri bila tampil di depan kelas, anak mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pengajar, senang dan bersemangat serta anak cepat menangkap apa yang diajarkan oleh pengajar pada saat anak mengikuti kegiatan pembelajaran bermain peran.
B. SARAN Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dicapai maka dapat ditemukan saran-saran sebagai berikut : 1. Guru harus pandai memilih kegiatan yang akan diajarkan bermain peran pada anak. 2. Motivasi dan penciptaan suasana yang kondusif perlu diberikan secara terus menerus dalam pembelajaran bermain seni peran 3. Guru harus pandai memberikan contoh cara bermain peran sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan motivasinya dan dapat menjalankan kegiatan bermain peran sesuai dengan yang diharapkan.
127 DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti (2010) Perkembangan dan Konsep dasar pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka Azizah Muis, Lilis Suryani, Winda Gunarti (2010) metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka Coles, R. (2003).Menumbuhikan Kecerdasan Moral pada Anak (The Moralintelligence of Children). Diterjemahkan oleh Hermaya, T. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Danim, Sudarwan. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta Depdikbud. (1995). Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdikbud Gunarsa, Singgih D. (1995). Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: PT PBK Gunung Mulia. Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan anak (child development). Diterjemahkan oleh Tjandrasa, M.M. Jakarta: PT. Erlangga Hurlock E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Grasindo Kennedy, Michella. (2010). Melatih agar Anak Mandiri. Jakarta: Erlangga Margono S. Drs. (2007). Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka Cipta, Jakarta Masitoh, dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta-
128 Rineka Cipta Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo Mutadin, Zainun.Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja (online). Tersedia : WWW. e-psikologi. Com. (Akses : 8 Oktober 2009) Patmonodewo, Soemiarti. (1995) Buku Ajar Konsep Dasar Pendidikan Pra sekolah. Jakarta: depdikbud Dirjen Dikti Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sulistyaningsih, Wiwiek. (2008). Full Day School & Optimalisasi Perkembangan Anak. Jogjakarta: Paradigma Indonesia. Suryana. (2010). Buku Ajar Perkulihan Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Syarafuddin, dkk. (2012). Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Sumatera Utara: Perdana Publishing. Tim Pusaka Familia. (2006). Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 Zainal Aqib, Eko Diniati, Siti Jaiyaroh, Khusnul Khotimah. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
129
TK PERTIWI JATIROKEH KECAMATAN SONGGOM KABUPATEN BREBES SURAT KETERANGAN PENELITIAN Nomor : 025 / TK.P / XI / 2012 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala TK Pertiwi Jatirokeh Kecamatan songgom Kabupaten Brebes : Nama
: MUKHAYAROH
Jabatan
: Kepala Sekolah
Unit Kerja
: TK Pertiwi Jatibarang
Alamat
: Jatirokeh, Songgom Brebes
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, Nama
: TUKRIYAH
NIP
: 19670322 199203 2 006
Tempat /Tgl Lahir
: Brebes, 22 Maret 1967
Unit Kerja
: TK Pertiwi Jatibarang
Alamat
: RT 08/03 Klampis Jatibarang, Brebes
Menyatakan dengan sebenarnya telah melakukan penelitian di TK Pertiwi Jatirokeh Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Demikian surat keterangan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat menjadikan periksa adanya
Songgom, 12 November 2012 Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
MUKHAYAROH
130 Lampiran 2 Pedoman Observasi Penilaian Bermain Peran dalam Peningkatan Kemandirian Anak Kelompok A TK Pertiwi Jatirokeh – Brebes Nama / Kelompok : ……………….. No
Aspek yang di Observasi
1.
Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam bermain peran
2.
Memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas yang diperankan saat tampil
3.
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan
orang
lain)
waktu
bermain peran 4.
Menguasi Ketrampilan sesuai dengan tugas yang di perankan saat tampil
5.
Mampu mengendalikan emosi mainnya pada saat bermain
Alternatif Penilaian SM
MM
BM
Keterangan
131 DAFTAR ANAK DIDIK YANG DIOBSERVASI TK PERTIWI JATIROKEH-SONGGOM BREBES
1. Rizka Alifah 2. Bagus Ramadan 3. Citra Yulia 4. Delon Two Azmi 5. Sugiarto Mukti W. 6. Delafi Khaerdisyah 7. Haditya Fitra R. 8. Aisya Putri 9. Kiesya Aulia 10. Dini Ramadani 11. Kiesya Khalimatun 12. Gina Rizqianah 13. Nenda Aulia 14. Refa Mulhamah 15. Azka Ferdi A. 16. Afandi Saputra 17. Aenun Hikmah 18. Suci Yuni Lestari 19. Dicky Umarela 20. Mudika Pratama
132
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
LINGKUP PERKEM BANG AN HARI
KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
:
TEMA
: PEKERJAAN
I/XI
INDIKATOR / KEGIATAN NILAI-NILAI MORAL AGAMA
BAHASA
KOGNITIF AREA MATEMATIKA
AREA BAHASA
FISIK DAN MOTORIK
SOSIAL EMOSIONAL DAN KEMANDIRIAN
AREA SENI
25. PT membuat coretan 9. Mencoba mempraktekkan 28. PT menjahit gambar baju 32. PL melaksanakan
I
pada buku bergaris
mengukur panjang meja
dengan benang wol (ulet,
cara
bicara
missal a, b, c(gemar
dengan penggaris/tangan
sabat)
dengan
teman
membaca)
(komunikatif)
15. Bermain dengan kartu AREA SAIN
yang baru bertemu KEGIATAN DI LUAR
(baik hati)
kata / kartu huruf 6. PL membuat kue kesukaan 2.
Berjalan
(gemar membaca)
balok-balok yang di jejer
dari terigu (rsa ingin tahu)
maju
diatas
(berani ambil resiko) AREA DRAMA II
21. Sosio ,”Pa
AREA MATEMATIKA
Drama 3. Hadi
PT
melakukan
perintah
AREA MATEMATIKA
AREA SENI
3 11. PT berilah nomor pada 34. membuat anggur dari 26. PL
sekaligus
gambar baju dari yang
pelatisin (kreatif)
minta
maaf
pada teman kalau
133
Tukang cukur ‘
“ambil baju itu lipat
kecil sampai yang besar
punya kesalahan
masukan kerangjang
(komunikatif)
(bersahabat)
(tanggungjawab) AREA BAHASA 22. PT
KEGIATAN DI LUAR memasang
gambar
12. berlomba
dengan
sambil/
tulisan yang sesuai
merayap membawa
cangkir (kerja keras)
(tanggungjawab) AREA BAHASA . DM/PT
III
1.
PT
AREA MATEMATIKA
menceritakan 29. PT membedakan konsep 9.
PL
melempar
bola 22. menyebutkan
menyanyikan lagu
gambar
yang
banyak dan sedikit (kerja
dengan kedua tangan
macam-macam
berlafazkan agama
disediakan
guru
keras)
(kerja keras)
kebutuhan missal :
“Malaikat” (religius)
“akibat jalan di jalan” 2.
menyebutkan
kegunaan AREA SENI
(kesehatan)
air
kebutuhan 43. PT
untuk
(bersyukur) AREA DRAMA
AREA BAHASA 8. IV
KEGIATAN DI LUAR
DM
cara 1.
PT
mendengarkan 21.Bermain
memelihara
cerita
tanaman yang
akibat bermain hujan-
baik
hujanan (kesehatan)
dan
anak
sakit
peran
Guru Olah Raga..”
melukis
makan, dengan
mandi,
tidur (komunikatif)
jari/tiger painting (kreatif AREA SENI sebagai 42. Bermain warna dengan 5.
PT. membersihkan
krayon / susapabur ke
alat-alat
dalam (kreatif)
yang telah di pakai
KEGIATAN DI LUAR
makan
makan
134
menyiram
15. PT.
bunga
berjalan
dengan
berjinjit / dengan tumit
sendiri/bersama (mandiri)
(kerja keras) AREA BALOK 32. PT menyusun kepingan pusel yang bergambar (mandiri, trampil) 15. PT
AREA SENI
AREA MATEMATIKA
AREA BAHASA
menyebutkan 21. PT
menglompokkan 36. PT menggambar bebas 17. menyebutkan tata
kata
yang
gambar buah dan sayuran
dengan pensil warna
tertib
mempunyai
suku
dengan
alat kebersihan (kreatif)
(disiplin)
kata awal yang sama
menarik
garis
(tanggungjawab)
missal : baju, batu, 12. PT membedakan benda KEGIATAN DI LUAR V
bata dan lain-lain
yang
tebal
dan
PL melambungkan dan
AREA MUSIK
missal:
celana,
menangkap bola besar
11. DM PT mengucapkan
kasur, bantal dan lain-lain
sambil berjalan (bekerja
(komunikatif)
kersa)
syair
“4
sehat
5
baju,
tipis 9.
sempurna” (komunikatif) VI
2.
menyebutkan
AREA BAHASA
AREA MATEMATIKA
AREA SENI
AREA DRAMA
sekolah
135
tempat ibadah 22. PT
menjodohkan 23. PTmengelompokkan
yang ada di
antara
gambar
lingkungan
dengan tulisan yang
an
sendiri
sesuai (kerja keras)
(tanggungjawab)
36. PT menggambar rumah 11. Bermain
bentuk-bentuk geometrid menulis
dengan lidi (kreatif0
‘Dokter
angka
(mandiri)
(religius) 2.
menyebutkan ben benda- KEGIATAN LUAR benda yang buat makan 4.
PT
missal : sendok, piring,
bergelantungan
gelas
tangga panjatan (kerja
dan
(komunikatif)
lain-lain
keras)
memanjat
lalu di
peran liana.
136
RENCANA KEGIATAN HARIAN
Indikator
KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Kegiatan Pembelajaran I.
yang baru di temui SE 2
: Berjalan berbagai arah dgn berbagai
cara (misal : maju, mundur, angkat tumit)
Penilaian Alat
Pembukaan ( 30menit ) Baris, Upcara
SE.32 : Berkomunikasi dengan orang-orang
Alat Peraga
Do’a Salam - PL melakukan cara bicara dengan teman yang baru ketemu (missal : kenalan) - Berjalan maju diatas balok-balok yang berjejer
Anak langsung
Observasi
Anak langsung Anak
Observasi Observasi
langsung - Anak langsung
Unjuk kerja
- Balok-balok
II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA BAHASA Bhs 25 : membuat coretan yang bermakna
PT membuat coretan pada buku garis missal - Buku garis huruf a, b, c
- Pensil
Hasil kerja
Hasil
Ket
137
AREA SENI Fem 28 : menjahit jelujur 10 lubang dengan
PT. menjahit baju dengan benang wol, tali - Pola baju
benang wol, tali sepatu Kog 9
: membedakan
konsep
Hasil kerja
pangjang,
raffia.
- Benang/raffia
AREA MATEMATIKA
- Meja
pendek, mengukur dengan bantuan, jengkal,
DM : mempraktekkan mengukur panjang -Penggaris
benang, penggaris
meja dengan penggaris
SE. 1
: Mengajak teman bermain
III. Istirahat ( 30 menit ) Bermain bebas, cuci tangan dan berdo’a sebelum dan sesudah makan
Unjuk kerja
- Alat permainan
Observasi
- Bekal - Air, serbet
IV. Penutup SE. 17 : melaksanakan tata tertib
TJ tentang tata tertib di sekolah - Evaluasi - Doa pulang
Mengetahui
- Percakapan
Observasi
- Anak langsung
Observasi
Jatirokeh, 12 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Guru Kelas
TUKRIYAH
TUKRIYAH . 19670322 199203 2 00
6 NIP. 19670322 199203 2 006
138
RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Indikator
Kegiatan Pembelajaran I.
SE. 17 : melaksanakan tata tertib yang : menangkap benda dengan 1
Penilaian Alat
Pembukaan ( 30menit ) Baris
Anak langsung
Observasi
Do’a Salam -
Anak langsung Anak langsung
Observasi Observasi
- Bola
Unjuk kerja
ada FM 9
Alat Peraga
TJ menyebutkan tata tertib sekolah
-
atau 2 tangan
PL melambungkan dan menagkap bola besar
II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA MUSIK FM .44 : Membuat bunyi-bunyian dari berbagai alat
DM dan PT. membuat bunyi-bunyian dari - Biji kacang ijo Penugasan / biji kacang hijau yang di masukkan - Botol
unjuk kerja
kedalam botol palstik AREA BAHASA Bhs. 15 : menyebutkan kata-kata dgn suku
PT. menyebutkan kata yang mempunyai
Hasil kerja
Hasil
Keterangan
139
kata awal sama (kali – kaki, dsb)
suku awal sama (baju, batu, bata, dll)
- Kartu kata
AREA IPA Kog 12 : Membedakan konsep tebal – tipis SE. 1
PT membedakan benda yang tebal dan - Kertas tipis (kertas, tipis, bata , tebal) dll
: Mengajak teman bermain
III. Istirahat ( 30 menit ) Cuci tangan, do’a sebelum makan bekal, bermain
Observasi
- Bata - Air, serbet
Observasi
- Bekal
IV. Penutup Bhs. 13 : mengucap syair dan berbagai lagu
PF. Mengucapkan syair “Baju Baru” -
Evaluasi
-
Do’a pulang
- Percakapan
Observasi
- Anak langsung
Observasi
Mengetahui
Jatirokeh, 13 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Guru Kelas
MUKHAYAROH
TUKRIYAH NIP.196703221992032006670322
199203 2 006
140
RENCANA KEGIATAN HARIAN
Indikator
SE. 26 : Mengadukan masalah pada -
FM 12 : merayap dengan berbagai variasi
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Kegiatan Pembelajaran I.
org dewasa bila tdk nyaman
KELOMPOK
Alat Peraga
Penilaian Alat
Pembukaan ( 30menit ) Baris
Anak langsung
Observasi
Do’a Salam PL minta maaf yang benar pada teman
Anak langsung Anak langsung
Observasi Observasi
Anak langsung
Unjuk kerja
jika punya kesalahan. - PL melambungkan dan menangkap bola besar II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA DRAMA
NM 21 : Mau menyapa & menjawab sapaan dengan ramah
Sosio Drama” Bermain peran sebagai Anak langsung Tukang Cukur. AREA MATEMATIKA
Observasi
Hasil
Keterangan
141
Kog 34 : Mmengurutkan
benda
dengan bilangan 1-5
PT. memberi nomor pada gambar baju dari - lembar kerja
Penugasan/
kecil sampai besar (1-5)
Hasil kerja
- Alat tulis
AREA BAHASA Bhs 22 : menghubungkan
gambar
dengan kata SE. 1
: Mengajak teman bermain
PT memasang gambar sesuai dengan kata - Gambar baju
Penugasan
yang sesuai
Hasil kerja
III. Istirahat ( 30 menit ) Bermain bebas, makan bekal, cuci tangan, do’a sebelum makan
- Air, serbet
Observasi
- Permainan luar/dalam
Bhs. 3 : melakukan
2-3
IV. Penutup perintah - PT melakukan 2 perintah sekaligus
sederhana
(ambil baju dan letakan di keranjang)”
- Anak langsung
Observasi
- Baju, keranjang Observasi
- Evaluasi – Doa pulang Mengetahui
Jatirokeh,14 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Guru Kelas
MUKHAYAROH
TUKRIYAH . 19670322 199203 2 006
NIP. 19670322 199203 2 006
142
RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Indikator
Kegiatan Pembelajaran I.
NM. 1 : Menyanyi lagu-lagu keagamaan
Alat Peraga
Penilaian Alat
Pembukaan ( 30menit ) Baris, masuk Kelas
Anak langsung
Observasi
Do’a Salam
Anak langsung
Observasi
Buku Absen Anak langsung
Observasi Observasi
Bola
Unjuk
Absensi - DM & PT menyanyikan lagu-lagu “Rukun Islam” agama
FM 9
: Menangkap benda dengan 1 atau 2 tangan
- DM dan PL melempar bola dengan dua tangan
kerja
II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA BALOK FM. 32 : Menyusun bentuk dari kepingan geometri sederhn
PT. menyusun kepingan puzel yang bergambar Puzel
Hasil
baju
kerja
Hasil
Ket
143
AREA SENI FM. 42 : Bermain warna dengan berbagai
PT. Melukis dengan jari / finger painting
Hasil
- Adonan yang
media
berwarna warni
kerja
AREA MATEMATIKA Kog.29 : mengenal konsep banyak, sedikit,
PT Membedakan konsep banyak dan sedikit
kurang, sama, tidak sama SE. 1
: Mengajak teman bermain
Hasil
- Lembar kerja siswa/ buku keg.
III. Istirahat ( 30 menit ) Bermain bebas, cuci tangan, makan bekal, do’a sebelum dan sesudah makan
- APE
kerja Observasi
- Air, Serbet
IV. Penutup SE.22 : Berani bertanya dan menjawab pertanyaan
TJ.
Menyebutkan
macam-macam
pakaian
- Percakapan
Observasi
(pakaian sekolah, renang, pakaian tibur - Evaluasi -Doa Pulang
Observasi
Mengetahui
Jatirokeh, 15 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Guru Kelas
MUKHAYAROH
TUKRIYAH . 19670322 199203 2 006
NIP. 19670322 199203 2 006
144
RENCANA KEGIATAN HARIAN
Indikator
KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Kegiatan Pembelajaran
Alat Peraga
Penilaian Alat
I. Pembukaan ( 30menit )
NM. 8 : Menyiram tanaman, memberi makan binatang
-
Baris, Senam
Anak kaset
langsung,
Do’a Salam
Anak langsung
Observasi
DM menyiram dan cara memelihara
- Air
Unjuk kerja
- Kartu huruf
Unjuk kerja
Observasi
tanaman (bunga) II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA BAHASA
Bhs 15 : Menyebutkan kata-kata yang suku kata sama
PT. bermain dengan kartu kata/kartu huruf missal A, B,C dsb AREA MASAK
Kog 6 : Mencoba menceritakan apa yang terjadi air di campur terigu, benda-
Pl. membuat kue kesukaan anak dari - Tepung terigu tepung terigu
- gula
Unjuk kerja
Hasil
Ket
145
benda dimasukan air dsb AREA DRAMA Kog 18 : mengenal berbagai macam profesi (contoh polisi, pedagang guru, dsb) SE. 1
: Mengajak teman bermain
Bermain peran “Guru Olah Raga “‘
Lansung anak
Observasi
“ III. Istirahat ( 30 menit ) Cuci tangan, do’a, makan bekal, bermain dengan teman
- Air, serbet
Observasi
- APE
IV. Penutup SE.3
: membuka kancing dan resleting sendiri
PL membuka dan menutup kancing baju sendiri -
- Anak langsung
Evaluasi -Do”a Pulang
Unjuk kerja Observasi
- Baju
Mengetahui
Jatirokeh, 16 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Guru Kelas
MUKHAYAROH
TUKRIYAH 19670322 199203 2 006
NIP. 19670322 199203 2 006
146
RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK
: A
SEMESTER/MINGGU
: I/XI
TEMA /SUB TEMA
: PEKERJAAN / MACAM-MACAM PEKERJAAN
Indikator
Kegiatan Pembelajaran I.
NM. 2 : menyebutkan tempat-tempat ibadah
Alat Peraga
Penilaian Alat
Pembukaan ( 30menit )
Baris, salam sebelum kegiatan - Menyebut tempat-tempat ibadah di
Anak langsung
Observasi
Anak langsung
Observasi
Anak langsung
Unjuk kerja
PT.Bermain peran sebagai Dokter,yang
- Baju
Observasi
sedang melayani pasiennya.
- Sepatu
lingkungan sendiri FM .4
: Memanjat dan bergelantung berayun
- PL memanjat & bergelantung di tangga panjatan II. Kegiatan Inti (60 menit) AREA DRAMA
Kog.18 Mengenal macam-macam profesi { dokter, petani, guru dsb }
AREA MATEMATIKA Kog.23
:Mengelompokkan
bentuk-bentuk
PT. mengelompokkan bentuk-bentuk - Buku kegiatan
Unjuk kerja
Hasil
Ket
147
geometri (lingkaran, segitiga, segi empat)
geometri dan menulis angka AREA SENI
FM. 36 : Menggambar bebas dengan berbagai
PT Menggambar baju dengan krayon
media (kerayon, pensil warna dll)
- Buku gambar
Unjuk kerja
- Alat tulis/krayon
SE. 1
: Mengajak teman bermain
III. Istirahat ( 30 menit ) Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan, bermain
- Air, serbet
Observasi
- Bekal
IV. Penutup SE.14 : Mau berpisah dengan ibunya tanpa menangis
TJ Mau berpisah dengan ibunya, tidak
- Percakapan
Observasi
boleh menangis - Evaluasi – Doa pulang
Mengetahui
Jatirokeh, 17 November 2012
Kepala TK Pertiwi Jatirokeh
Mahasiswa
MUKHAYAROH
TUKRIYAH . 19670322 199203 2 006
NIP. 19670322 199203 2 006
148
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus I NAMA ANAK
Rizka Alifah Nnvel
Sugiarto Mukti Wibowo
Bagus Ramadan
Delon Azmi
Dini Ramadani
NO
Aspek yang di observasi BM MM
SM BM MM SM BM MM
SM BM MM
SM BM MM
SM
1
Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam bermain peran
v
v
v
v
v
2
Memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas yang diperankan saat tampil
v
V
v
v
v
3
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) waktu bermain peran
v
v
v
v
v
4
Menguasi Ketrampilan sesuai dengan tugas yang di perankan saat tampil
v
V
v
v
v
5
Mampu mengendalikan emosi mainnya pada saat bermain
v
V
v
v
v
149
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus I Rizki Aulia
BM MM
Afandi Saputra
SM BM MM
Azka Ferdi
Mulhamah
SM
BM
MM
SM
BM
MM
Citra Yulia
SM
BM MM
Gina rizkiana
Aisah Putri
SM
BM
MM
SM
BM
MM
SM
v
v
v
v
V
V
v
v
v
v
v
V
V
v
v
v
v
v
V
V
v
v
v
v
v
V
V
v
v
v
v
v
V
V
v
150
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus I Yuni Lestari
Haditia F
Diki Umarela
BM MM SM BM MM SM BM MM
Delafi K
SM BM MM
Kiesya Aulia
Nenda Aulia
SM BM MM SM BM MM
Keysa K
SM BM MM
Shifa Ainun
SM BM MM
SM
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
151
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus II NAMA ANAK
Rizka Alifah Nnvel
Sugiarto Mukti Wibowo
Bagus Ramadan
Delon Azmi
Dini Ramadani
NO Aspek yang di observasi BM MM SM BM MM SM BM MM SM BM MM SM BM MM SM 1
Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam bermain peran
v
v
v
v
v
2
Memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas yang diperankan saat tampil
v
V
v
v
v
3
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) waktu bermain peran
v
v
v
v
v
4
Menguasi Ketrampilan sesuai dengan tugas yang di perankan saat tampil
v
V
v
v
v
5
Mampu mengendalikan emosi mainnya pada saat bermain
v
V
v
v
v
152
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus II Rizki Aulia
BM MM
Afandi Saputra
SM BM MM
Azka Ferdi
Mulhamah
SM
BM
MM
SM
BM
MM
Citra Yulia
SM
BM MM
Gina rizkiana
Aisah Putri
SM
BM
MM
SM
BM
MM
SM
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
153
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus II Yuni Lestari
Haditia F
Diki Umarela
BM MM SM BM MM SM BM MM
Delafi K
SM BM MM
Kiesya Aulia
Nenda Aulia
SM BM MM SM BM MM
Keysa K
SM BM MM
Shifa Ainun
SM BM MM
SM
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
V
v
v
v
154
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus III NAMA ANAK
Rizka Alifah Nnvel
Sugiarto Mukti Wibowo
Bagus Ramadan
Delon Azmi
Dini Ramadani
NO Aspek yang di observasi BM MM SM BM MM SM BM MM SM BM MM SM BM MM SM 1
Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam bermain peran
v
v
v
v
v
2
Memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas yang diperankan saat tampil
v
v
v
v
v
3
Mampu bekerja sendiri (tanpa bantuan orang lain) waktu bermain peran
v
v
v
v
v
4
Menguasi Ketrampilan sesuai dengan tugas yang di perankan saat tampil
v
v
v
v
v
5
Mampu mengendalikan emosi mainnya pada saat bermain
v
v
v
v
v
155
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus III Rizki Aulia
BM MM
Afandi Saputra
SM BM MM
Azka Ferdi
Mulhamah
SM
BM
MM
SM
BM
MM
Citra Yulia
SM
BM MM
Gina rizkiana
SM
BM
MM
Aisah Putri
SM
BM
MM
SM
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
156
Lembar Observasi Kemandirian Anak Kelompok A Melalui Bermain Peran TK Pertiwi Jatirokeh ‐Songgom Brebes Siklus III Yuni Lestari
Haditia F
Diki Umarela
BM MM SM BM MM SM BM MM
Delafi K
SM BM MM
Kiesya Aulia
Nenda Aulia
SM BM MM SM BM MM
Keysa K
SM BM MM
Shifa Ainun
SM BM MM
SM
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
157
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Tukang Potong Rambut Siklus I
RISKA
BAGUS
CITRA
DELON
BOWO
LAVI
ARA
PUTRI
GINI
GINA
REFA
ECA
KIESYA
NENDA
AZKA
FANDI
AENUN
SUCI
DICKI
DIKA
NAMA/NILAI
JML YG TUN TAS
○
√
√
○
√
○
●
○
√
√
○
○
○
√
○
√
√
○
√
○
10
PRO S ENT A SI 50%
√
○
√
○
√
○
●
○
√
√
○
○
√
√
○
√
√
○
√
○
11
55%
○
√
√
○
√
○
√
○
√
●
○
○
○
√
○
√
√
○
√
○
10
50%
○
√
√
○
√
○
●
○
√
●
○
○
○
√
○
√
√
○
√
○
10
50%
○
√
○
√
○
○
●
○
○
√
v
○
○
√
○
√
√
√
○
○
9
45%
○
√
○
√
○
○
●
○
○
●
√
○
○
√
○
●
√
√
√
○
10
50%
MEMILIK a. Anak mampu melakukan ○ persiapan sebelum dimulai I RASA kegiatan berolahraga. TANG b. Anak mengajarkan olahraga GUNG kepada teman – teman sampai ○ JAWAB selesai. c. Anak membantu teman yang
√
√
○
√
○
●
√
√
√
√
○
○
√
○
○
●
○
○
○
10
50%
●
√
○
√
○
V
○
●
●
√
○
○
√
○
○
√
○
○
○
9
45%
INDIKATOR
SUB INDIKATOR
KEBERA NIAN / KEPER CAYAAN DIRI
a. Anak mampu memimpin baris, mengatur barisan. b. Memberi contoh gerakan pemanasan didepan teman – teman. c. Melakukan gerakan senam sesuai irama musik. d. percaya diri memberi penjelasan tentang gerakan senam. e. Anak menegur teman yang tidak mau berbaris f. Anak memperbaiki gerakan temannya yang salah pada waktu senam
158
MENGUA SAI KETERA MPILAN
MAMPU BEKER JA SENDIRI
○
√
●
○
√
○
√
√
●
√
√
○
○
●
○
○
●
○
○
○
10
50%
○
√
√
○
●
○
●
√
√
√
●
○
○
√
○
○
●
○
○
√
11
55%
○
●
●
○
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
○
○
●
○
○
○
10
50%
○
●
●
○
√
○
●
√
√
√
●
○
○
√
○
○
●
○
○
○
10
50%
○
●
√
○
√
○
√
○
√
√
○
○
○
●
○
√
√
√
○
○
10
50%
○
●
√
○
√
○
√
○
√
○
√
○
○
●
○
√
√
○
○
○
9
45%
○
●
●
○
√
○
√
○
√
√
√
○
○
●
○
√
√
○
○
○
10
50%
○
●
√
○
●
○
√
○
●
●
○
○
○
●
○
√
√
√
√
√
12
60%
○
●
√
○
√
○
√
√
●
√
○
○
○
● ○
○
√
○
○
○
9
45%
○
●
√
○
●
○
√
√
●
●
○
○
○
●
○
○
√
○
√
○
10
50%
a. Anak dapat menggunakan ○ peluit untuk mengatur barisan saat berolahraga. b. Anak dapat menggunakan tape recorder dan kaset untuk
√
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
○
√
√
○
○
○
belum bisa senam. d. Anak meletakan kembali alat – alat yang telah digunakan dalam berolahraga. e. Menegur temannya yang tidak mau ikut senam f. Sebelum dilakukan kegiatan senam, dikasih gerakan pemanasan dulu. a. Anak menyiapkan tape untuk memutar kaset senam dan peluit. b. Anak mengabsen teman yang hadir. c. Anak dapat menata kembali peralatan yang telah dipakai pada tempatnya. d. Anak dapat melakukan kegiatan berolahraga senam sampai selesai. e. Anak menguasai gerakan pemanasan f. Anak menguasai gerakan senam secara keseluruhan
12
60%
159
MENGEN DALI KAN EMOSI
berolahraga senam. c. Anak mengatur barisan dengan rapi. d. Anak memberi contoh gerakan senam di depan. e. Anak mampu bergerak sesuai irama dengan hitungan yang benar. f. Anak mampu merawat kembali peralatan yang habis dipakai a. Anak terlihat senang/ ceria saat bermain peran sebagai guru olah raga. b. Anak sangat antusias untuk mengatur baris teman – temannya untuk berolahraga. c. Anak tidak takut saat tampil melakukan kesalahan. d. Anak sabar menunggu giliran saat tampil. e. Anak bersabar ketika ada teman yng tidak ikut berbaris f. Anak bersabar ketika ada temanya yang melakukan gerakan yang salah ketika senam
○
√
√
√
√
○
●
√
●
√
○
○
○
√
○
○
√
○
○
○
10
50%
○
√
√
√
√
○
●
√
●
√
○
○
○
√
○
○
√
○
○
○
10
50%
○
√
√
√
√
○
●
√
●
√
○
○
○
√
○
○
√
○
○
○
10
50%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
○
√
√
○
○
○
12
60%
○
√
√
√
√
○
●
√
●
√
○
○
○
√
○
○
●
○
○
○
10
50%
○
√
√
○
√
○
●
○
√
√
○
○
○
√
○
√
√
○
√
○
10
50%
○
√
√
○
√
○
●
○
●
√
○
○
○
√
○
√
●
○
○
○
9
45%
○
√
√
○
√
○
●
√
●
√
○
○
○
√
○
√
●
○
√
○
10
50%
○
√
√
○
√
○
●
○
●
√
○
○
○
√
○
●
●
○
√
○
11
○
√
√
○
√
○
●
○
●
√
○
○
○
√
○
√
√
○
√
○
10
○
√
√
○
√
○
●
○
●
√
○
○
○
●
○
●
●
○
√
○
10
55% 50% 50%
160
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Guru Olah Raga Siklus II
Gini
Gina
Refa
Eca
Kiesya
Nenda Azka Fandi
Aenun
Suci
Dicki
dika
MEMILIK I RASA TANG GUNG JAWAB
Putri
a. Anak mampu memimpin baris, mengatur barisan. b. Memberi contoh gerakan pemanasan didepan teman – teman. c. Melakukan gerakan senam sesuai irama musik. d. Anak percaya diri memberi penjelasan tentang gerakan senam. e. Anak menegur teman yang tidak mau berbaris f. Anak memperbaiki gerakan temannya yang salah pada waktu senam a. Anak mampu melakukan persiapan sebelum dimulai kegiatan berolahraga. b. Anak mengajarkan olahraga kepada teman – teman sampai selesai. c. Anak membantu teman yang
Ara
KEBERA NIAN / KEPER CAYAAN DIRI
NAMA/NILAI Lavi
SUB INDIKATOR Riska Bagus Citra Delon Bowo
INDIKATOR
○ √ √ ○ √
○
●
○
●
●
○
○
√
√ √ √
●
○
●
○
JM L YG TU NT AS 12
○ √ √ √ ●
○
●
○
●
●
○
○
√
√ √ √
●
○
●
○
13
65%
○ √ √ ○ √
○
●
○
●
●
○
○
√
√ √ ○
●
○
●
○
11
55%
○ √ √ ○ √
○
●
○
●
●
○
○
√
√ √ √
●
○
●
○
12
60%
√ √ ● ○ ●
○
●
○
●
●
○
○
○
√ √ ○
●
○
●
○
11
55%
√ √ ● ○ ●
○
●
○
●
●
○
○
√
√ √ √
●
○
●
○
13
65%
○ √ √ √ ○
○
●
○
●
●
√
○
○
√ ○ √
●
○
●
○
11
55%
○
○
●
○
●
●
√
○
○
√
√ √
√
○
√
○
12 60%
√ √ √ ○
PRO S ENT A SI 60%
161
MENGUA SAI KETERA MPILAN
belum bisa senam. d. Anak meletakan kembali alat – alat yang telah digunakan dalam berolahraga. e. Menegur temannya yang tidak mau ikut senam f. Sebelum dilakukan kegiatan senam, dikasih gerakan pemanasan dulu.
○ √ √ √ ○
○
●
○
●
●
√
○
○
√ ○ √
○
○
√
○
10
50%
○ √ √ √ ○
○
●
○
●
●
√
○
○
√ ○ √
√
○
√
○
11
55%
○ √ √ ○ ○
○
●
○
●
●
●
○
○
√ ○ √
√
√
√
√
12
60%
○ √ √ ○ ○
○
●
○
●
●
●
○
○
√ ○ √
√
○
●
○
10
50%
a. Anak menyiapkan tape untuk memutar kaset senam dan peluit. b. Anak mengabsen teman yang hadir. c. Anak dapat menata kembali peralatan yang telah dipakai pada tempatnya. d. Anak dapat melakukan kegiatan berolahraga senam sampai selesai. e. Anak menguasai gerakan pemanasan f. Anak menguasai gerakan senam secara keseluruhan
○ √ √ √ √
○
●
√
●
√
○
○
√
√ ○ √
√
○
√
○
13
65%
○ ● √ √ √
○
●
√
●
●
○
○
√
√ ○ √
√
√
√
○
14
75%
○ ● √ √ √
○
●
√
●
●
○
○
√
√ ○ √
√
○
√
○
13
65%
○ √ √ √ √
○
●
√
●
√
○
○
√
√ ○ √
√
○
●
○
11
55%
○ √ √ √ √
○
●
●
●
●
○
○
√
√ ○ √
√
√
●
√
15
75%
○ √ √ √ √
○
●
●
●
●
○
○
√
√ ○ ○
○
○
●
○
11
55%
162
MAMPU BEKER JA SENDIRI
MENGEN DALI KAN EMOSI
a. Anak dapat menggunakan peluit untuk mengatur barisan saat berolahraga. b. Anak dapat menggunakan tape recorder dan kaset untuk berolahraga senam. c. Anak mengatur barisan dengan rapi. d. Anak memberi contoh gerakan senam di depan. e. Anak mampu bergerak sesuai irama dengan hitungan yang benar. f. Anak mampu merawat kembali peralatan yang habis dipakai a. Anak terlihat senang/ ceria saat bermain peran sebagai guru olah raga. b. Anak sangat antusias untuk mengatur baris teman – temannya untuk berolahraga. c. Anak tidak takut saat tampil melakukan kesalahan. d. Anak sabar menunggu giliran saat tampil. e. Anak bersabar ketika ada teman yng tidak ikut berbaris f. Anak bersabar ketika ada temanya yang melakukan gerakan yang salah ketika senam
○ ● √ √ √
√
●
√
●
√
○
○
○
√ ○ ○
●
○
√
○
12
60%
○ ● √ √ √
√
●
√
●
√
○
○
○
√ ○ ○
●
○
√
○
12
60%
√ ● ● √ √
√
●
√
●
○
○
○
○
● ○ ○
●
○
√
○
12
60%
○ ● √ √ √
√
●
√
●
√
○
○
○
√ ○ ○
●
○
√
○
12
○ ● √ √ √
√
●
√
●
√
○
○
○
√ ○ ○
●
√
√
○
13
○ ● √ √ √
√
●
√
●
○
○
○
○
√ ○ ○
●
○
√
○
11
○ √ √ √ ○
○
●
√
●
√
○
○
√
√ √ ○
●
○
√
○
12
60%
○ √ √ √ ○
○
●
√
●
√
○
○
√
√ √ ○
●
○
√
○
12
60%
○ √ √ √ ○
○
●
√
●
√
○
○
√
√ √ ○
●
○
√
○
12
60%
○ √ √ √ ○
○
●
√
●
√
○
○
√
√ √ ○
●
○
√
○
12
60%
√ ● √ ○ ○
○
●
√
●
√
○
○
√
● ○ ○
●
○
○
○
10
50%
√ ● √ ○ ○
○
●
√
●
√
√
○
√
● ○ √
●
√
○
√
14
70%
60% 65% 55%
163
Lembar Observasi Hasil Kegiatan Bermain Peran Dokter Siklus III
Ara
Putri
Gini
Gina
Refa
Eca
Kiesya
Nenda
Azka
Fandi
Aenun
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
●
√
√
● ○ ● ○
JM L YG TU NT AS 15
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
●
√
√
● ○ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
●
√
√
● ○ ● ○
15
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
●
√
√
● ○ ● ○
15
70%
√
●
√
√
√
√
●
√
●
√
√
○
●
●
√
√
● ○ ● ○
17
85%
○
●
√
√
○
○
●
√
●
●
○
○
√
●
√
√
● ○ ● ○
13
65%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ○ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ○ ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ○ ● ○
14
70%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ○ ● ○
15
75%
○
●
√
√
V
○
●
●
●
○
√
○
√
√
√
○
●
● ○
14
70%
Suci Dicki dika
Lavi
a. Anak mampu berperan sebagai dokter sampai selesai. b. Menyiapkan alat – alat yang dipakai untuk memeriksa. c. Anak memeriksa pasien sampai selesai. d. Menata kembali peralatan pada tempatnya. e. Anak memberi obat yang diperlukan pasien
Bowo
MEMILI KI RASA TANG GUNG JAWAB
Delon
a. Anak berani tampil sebagai dokter b. Anak mau bertanya tentang keluhannya pada pasien. c. Anak berani untuk memeriksa pasien d. Anak berani menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya. e. Anak berani mengukur berat badan pasien f. Anak mencatat keluhan pasien
Citra
KEBERA NIAN / KEPER CAYAAN DIRI
NAMA/NILAI Bagus
SUB INDIKATOR Riska
INDIKATO R
PRO S ENT A SI 75%
164
MENGU ASAI KETERA MPILAN
MAMPU BEKER JA SENDIRI
f. Anak menyuntik pasien yang sakit a. Anak dapat mengambil alat periksa sendiri. b. Anak bisa menggunakan alat stetoskop untuk memeriksa pasien. c. Anak mampu menimbang berat badan pasien sebelum diperiksa. d. Anak dapat memberikan resep pada pasien setelah diperiksa. e. Anak menyuntik pasien ditempat yang benar f. Anak mencatat hasil timbangan dan keluhan pasien
a. Anak mampu bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai dokter maupun sebagai pasien. b. Anak menggunakan stetoskop, thermometer dengan benar. c. Anak dapat memeriksa pasien dengan benar, berbaring, mengukur suhu badan. d. Anak dapat mencuci tangan setelah memeriksa pasien. e. Anak mampu mencatat keluhan pasien
○
●
√
√
v
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ● ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
√
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● ● ● ○
17
85%
○
●
√
√
√
○
●
●
●
√
√
○
√
√
√
○
● √ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
√
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
○
●
√
√
√
○
●
●
●
○
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
14
70%
165
MENGE NDALI KAN EMOSI
f. Anak dapat menata kembali ○ peralatan yang habis dipakai
●
√
√
√
○
●
√
●
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
√
√
√
√
○
●
√
√
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
√
√
√
√
○
●
√
√
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
√
√
√
√
○
●
√
√
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
√
√
√
√
○
●
√
√
V
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
15
75%
○
√
√
√
√
○
●
●
√
√
√
○
○
√
√
√
● √ ● ○
16
80%
○
√
√
√
√
○
●
●
●
√
√
○
○
√
√
○
● √ ● ○
14
70%
a. Anak tidak takut saat memeriksa pasien atau saat diperiksa dokter b. Anak terlihat senang saat berperan sebagai dokter, pasien. c. Anak senang senang saat menggunakan baju dokter. d. Anak senang saat menggunakan alat – alat yang digunakan untuk memeriksa. e. Anak saling bekerja sama dengan teman saat bermain peran. f. Anak sabar menunggu giliran bermain peran
148