perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : EVA ROLIYAH HARTINI K3306005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : EVA ROLIYAH HARTINI K3306005
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user SURAKARTA 2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skipsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hari
: Kamis
Tanggal : 26 Januari 2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Kamis
Tanggal
: 02 Februari 2012
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Eva Roliyah H.
NIM
: K3306005
Jurusan/Program Studi : P.MIPA/P.Kimia Fakultas
: KIP
Judul Penelitian
: Studi Komparasi Metode Kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Eva Roliyah H. K3306005. STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran kimia dengan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian”Randomized Control Group Pretest-Postest Design”. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah 11 kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 (metode STAD) dan kelas eksperimen 2 (metode TGT). Teknik pengumpulan data prestasi kognitif menggunakan metode tes obyektif, prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data dilakukan dengan uji t-pihak kanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode STAD lebih baik dari pada dengan metode TGT pada pokok bahasan Tata Nama Senyawa. Hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel = 2,898 > 1,67 pada aspek kognitif dan aspek afektif thitung > ttabel = 1,82917 > 1,67dengan taraf signifikansi 5%.
Kata Kunci: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), Prestasi Belajar, Tata Nama Senyawa.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Eva Roliyah H. K3306005. THE COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVE METHOD TROUGH STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) AND TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TOWARD STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT ON NAMING COMPOUND SUBJECT CLASS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis. Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education Studies of Sebelas Maret University, February 2012. The aim of this research was to find out that chemistry learning using STAD (Student Teams Achievement Divisions) method provides the higher achievement compared with TGT (Teams Games Tournament) on Naming Compound subject. This research used a quasi experimental method with “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design”. The population of research was the student of class X SMA Negeri 4 Surakarta academic year 2010/2011 that consist of 11 classes. The sampling technique used was Cluster Random Sampling which consist of two classes, first experimental class (used STAD method) and second experimental class (used TGT method). Techniques for collecting data used objective test to measure cognitive learning achievement and questionnaire to measure affective learning achievement. The analysis of data technique used right-side t-test. The research results showed that students’ learning achievement in chemistry teaching STAD method higher than TGT method on Naming Compound subject. It proved by tcount > ttable = 2.898 > 1.67 for cognitive aspects and tcount > ttable = 1.82917 > 1.67with 5% significance level.
Kata Kunci: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), Learning Achievement, Naming Compound.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
There’s no such thing as perfect in the world. If something is perfect, then there is nothing left. There is no room for imagination. No place left for a person to gain additional knowledge or abilities. (Kurotsuchi Mayuri)
Hadiah bagi orang yang melakukan kesalahan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri yang menjadikannya salah.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Ayahku yang telah memberikan doa, nasehat, dan bimbingan.
Kedua adikku yang slalu memberi doa dan dukungan selama ini
Muy, Dhesy, Rosa, Dina dan Lia yang senantiasa telah memberikan semangat dan doanya.
Keluarga Kimia’06
Almamater commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Program Kimia Jurusan P. MIPA FKIP UNS Surakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Sukarmin, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini. 4. Bapak Drs. Haryono, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin pengajuan judul skripsi. 5. Ibu Nanik Dwi Nurhayati, S.Si, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Ibu Dra. Hartiningsih, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 4 Surakarta yang telah memberikan bantuan dan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu commit to user memberi bimbingan dan semangat.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Ibu, Ayah dan kedua adikku yang telah memberikan doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 9. Murid-muridku kelas XA dan XB SMA Negeri 4 Surakarta yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. 10. Sahabat-sahabatku (Muy, Dhesy, Rosa, Dina dan Lia), terima kasih untuk dukungan kalian. 11. Teman-teman Kimia angkatan ’06 terima kasih untuk segala dukungan dan bantuannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan.
Surakarta,
Februari 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi ABSTRACT ....................................................................................................... vii MOTTO ............................................................................................................. viii PERSEMBAHAN.............................................................................................. ix KATA PENGANTAR.......................................................................................
x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Perumusan Masalah ....................................................................
5
E.
Tujuan Penelitian ........................................................................
5
F.
Manfaat Penelitian ......................................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
7
1. Studi Komparasi.................................................................... commit to user 2. Belajar dan Pembelajaran......................................................
7 8
3. Model Pembelajaran.............................................................. 10
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Metode Pembelajaran Kooperatif ......................................... 12 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD................................... 13 6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT...................................... 15 7. Prestasi Belajar...................................................................... 17 8. Tata Nama Senyawa.............................................................. 18 B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 22 C. Kerangka Berfikir........................................................................ 24 D. Hipotesis...................................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 27 B. Metode Penelitian........................................................................ 27 C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel................ 28 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29 F. Instrumen Penelitian.................................................................... 30 G. Teknik Analisis Data ................................................................... 37 1.
Uji Prasyarat Analisis........................................................... 37
2. Uji Hipotesis ......................................................................... 39 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................. 41 B. Hasil Uji Prasyarat Analisis......................................................... 44 C. Hasil Pengujian Hipotesis............................................................ 46 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................. 47
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 51 B. Implikasi ...................................................................................... 51 C. Saran ............................................................................................ 52 commit to user DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53 LAMPIRAN....................................................................................................... 55
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Beberapa Jenis Kation........................................................................
20
Tabel 2
Beberapa Jenis Anion.........................................................................
20
Tabel 3
Rancangan Penelitian ” Randomized Group Pretest-Postest Design .
27
Tabel 4
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif.........
31
Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ......
32
Tabel 6
Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitif ......................
33
Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal ..............................................
34
Tabel 8
Pedoman Penskoran Aspek Afektif....................................................
35
Tabel 9
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian
Afektif......
36
Tabel 10
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif ......
37
Tabel 11
Rangkuman Data Penelitian ...............................................................
41
Tabel 12
Perbandingan
Distribusi
Frekuensi
Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa ............................................................................................. Tabel 13
Perbandingan
Distribusi
Frekuensi
Nilai
Afektif
42 Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa .............................................................................................
43
Tabel 14
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif .....................
45
Tabel 15
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif ...................................
45
Tabel 16
Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif dan Afektif ................
46
Tabel 17
Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif ....................
46
Tabel 18
Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif ......................
47
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ................................................................26 Gambar 2. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa ..........................................................................................43 Gambar 3. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa ...........................................................................................44
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
halaman Lampiran 1.
Silabus .........................................................................................55
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran............................................57
Lampiran 3.
Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kognitif.......................................73
Lampiran 4.
Instrumen Penilaian Kognitif .....................................................74
Lampiran 5.
Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Afektif ........................................88
Lampiran 6.
Instrumen Penilaian Afektif ........................................................89
Lamipran 7.
Daftar Kelompok Kelas Eksperimen I (STAD) ..........................94
Lampiran 8.
Daftar Kelompok Kelas Eksperimen I (STAD) ..........................95
Lampiran 9.
Modul ..........................................................................................96
Lampiran 10. Soal Kuis STAD dan Soal Permainan TGT ................................104 Lampiran 11. Uji Validitas Reliabilitas, Taraf Kesukaran Soal dan Daya Pembeda Penilaian Kognitif .......................................................................105 Lampiran 12. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Aspek Afektif .............106 Lampiran 13. Data Induk Penelitian .................................................................107 Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif ................................109 Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif ..................................111 Lampiran 16. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen I ...................113 Lampiran 17. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen II ..................114 Lampiran 18. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen I...................115 Lampiran 19. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen II..................116 Lampiran 20. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I ....117 Lampiran 21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen II...118 Lampiran 22. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I...................119 Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II .................120 Lampiran 24. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif .................................121 commit to user Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ...................................122 Lampiran 26. Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif ...............................123
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 27. Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif .................................125 Lampiran 28. Dokumentasi................................................................................127 Lampiran 29. Perijinan.......................................................................................129 Lampiran 30. Jurnal Internasional .....................................................................136
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju sehingga untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan saat ini adalah mempersiapkan anak didik yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat bertahan dalam persaingan global. Dengan adanya pendidikan dapat dihasilkan manusia yang berkualitas dengan kehidupan yang berkualitas pula. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas diperlukan berbagai upaya, upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan pembaharuan kurikulum, mulai dari kurikulum 1984 sampai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi muatan (isi) pelajaran, sehingga setelah siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu, ia akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di antaranya beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi (substansi) pada setiap mata pelajaran (http://wawan-junaidi.blogspot.com/). Selanjutnya,
kurikukulum
1994
diubah
dengan
kurikulum
berbasis
kompetensi (KBK) tahun 2001. KBK lebih berorientasi pada pemilikan life skill dan pola pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered). Akan tetapi, karena commit to user dalam pelaksanaannya 65% para guru masih menyajikan pola pembelajaran dengan teacher centered
maka para pakar pendidikan Indonesia kembali memperbaiki,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
mempelajari kelemahan dan menggantinya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (http://windarul.wordpress.com). Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Karena baik pada KBK maupun KTSP menekankan pembelajaran dengan berpusat pada siswa, siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya, misalnya dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan terjadinya kerja sama antar anggota kelompok dan saling bertukar ide serta pikiran. Pembentukan
kelompok-kelompok
kecil
ini
sesuai
dengan
metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan salah satu dari empat pilar pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu learning to life together. Zhou NanZhao dalam jurnalnya yang berjudul Four ‘Pillars of Learning’ for the Reorientation
and Reorganization of Curriculum: Reflections and Discussions menyatakan bahwa learning to life together, secara tersirat mengandung dua makna yakni penemuan akan sesuatu dan pengalaman untuk berbagi. Secara khusus hal ini dapat diterapkan seperti pada pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri dan orang lain, apresiasi terhadap keragaman suku budaya serta kesadaran akan persamaan yang ada, kebergantungan satu sama lain, rasa empati dan saling bekerjasama secara sosial (cooperative social behavior) serta saling menghargai satu sama lain. Contoh dari metode pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT). Metode STAD dipandang paling sederhana dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Sugiyanto, 2008:42). Dalam metode STAD, siswa diarahkan bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam menguasai bahan ajar baik melalui tanya jawab maupun diskusi. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan (Slavin, Robert commit to user E.,2008:12). Dalam metode STAD, setelah guru memberikan presentasi mengenai pelajaran yang diajarkan, para siswa akan mengerjakan kuis individual pada periode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
tertentu. Kuis individual ini dirancang untuk
menguji pengetahuan siswa yang
diperoleh dari presentasi guru dan kerja tim. Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L. Ibraheem (2009:9) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. STAD sendiri dapat diterapkan pada materi yang sudah didefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaan dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah. Sama halnya dengan metode STAD, pada metode TGT siswa juga dibentuk dalam satu kelompok kecil untuk menguasai bahan ajar. Akan tetapi, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para siswa akan berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya permainan, diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Metode pembelajaran kooperatif TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Selain itu, materi yang sesuai untuk penerapan metode TGT adalah materi yang dapat dibuat permainan (game akademik). Selama ini pelajaran kimia sering ditakuti siswa karena dianggap sulit untuk dipahami dan dipelajari. Kesulitan ini timbul karena banyaknya konsep yang bersifat abstrak dan sulit untuk diserap oleh siswa, selain itu ilmu kimia juga terkait dengan konsep-konsep yang sering kali sulit untuk dianalogikan dalam kehidupan seharihari. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh sebagian siswa adalah materi Tata Nama Senyawa. Pada materi ini diperlukan pemahaman yang baik, karena siswa akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara penamaannya. Selain berisi tentang konsep-konsep, materi ini juga berisi hafalan. Kesulitan dalam belajar kimia dapat dilihat dari banyaknya siswa dalam kelas X yang tidak tuntas dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. commit to user Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ima N. Safitri (2010:80), ternyata metode pembelajaran TGT dapat digunakan pada materi Tata Nama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Senyawa. Pada penelitiannya, ternyata TGT dengan media animasi interaktif memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada media teka-teki silang. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Reny Wulandari (2005: 57) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada dengan metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif TGT dan STAD dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Studi Komparasi Metode Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) sesuai dengan materi pokok Tata Nama Senyawa ? 2. Apakah metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? 3. Apakah siswa yang mendapatkan pelajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada metode kooperatif Teams Games Tournament (TGT) ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
C. Pembatasan Masalah 1.
Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 . 2.
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT). 3.
Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi pokok Tata Nama Senyawa. 4.
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan afektif siswa.
D. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut : “ Apakah pembelajaran menggunakan metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) memberikan prestasi yang lebih baik daripada Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta pada materi pokok Tata Nama Senyawa ? “
E. Tujuan Penelitian Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) memberikan prestasi yang lebih baik daripada Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta pada materi pokok Tata Nama Senyawa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
F. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis
Memberikan informasi mengenai penggunaan metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa. 2. a.
Manfaat Praktis
Memberikan masukan kepada guru tentang metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
b.
Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pada materi pokok Tata Nama Senyawa .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Studi
berasal
dari
Studi Komparasi
kata
study
yang
berarti
belajar,
mempelajari
(Poerwadarminto,1997:194) sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris to compare yang berarti membandingkan. Menurut Aswarni Sujud dalam Suharsimi Arikunto (1993:245-246) penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang terhadap kasus, terhadap orang peristiwa atau terhadap ide-ide. Apabila dikaitkan dengan pendapat Van Dalen tentang Jenis-Jenis Interrelationship Studies, maka penelitian kooperatif boleh jadi bisa dimasukkan sebagai penelitian kedua, yaitu causal comparative studies. Yang disebutkan belakangan oleh Van Dalen merupakan penelitian komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1998:84) studi komparatif adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan-hubungan sebab-akibat yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki serta membandingkan satu faktor dengan faktor yang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sesuatu hal dengan cara membandingkan dua variabel atau lebih.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2. a.
Belajar dan Pembelajaran
Pengertian Belajar Menurut Slameto (1995:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi banyak sekali sifat dan jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b.
Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (1995:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor-Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : a) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan 2) Faktor-Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : a)
Faktor keluarga to user pengaruh dari keluarga berupa Siswa yang belajarcommit akan menerima
cara mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua serta latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c)
Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap balajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi balajar antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa (bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain), teman bergaul, bentuk dan kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha secara sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam perubahan tingkah laku untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk mencapai tujuan tertentu.
c.
Pembelajaran Istilah pembelajaran
sama dengan “instruction” atau
“pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar. Bila pengajaran diartikan perbuatan mengajar maka ada dua kegiatan yang searah antara guru dengan siswa. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (1995:32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge. Dalam pengertian ini, guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku siswanya. Sedangkan menurut Emirina (2009: 2), kegiatan pembelajaran diciptakan commit to user untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Kegiatan pembelajaran disiapkan untuk membantu siswa mencapai kompetensi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Ketercapaian kompetensi pembelajaran dilihat dari seberapa banyak indikator yang ditetapkan agar bisa dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran yang bermakna akan berdampak luas kepada pemahaman siswa, antara lain mereka bukan hanya hafal dan paham terhadap sesuatu yang dipelajari tetapi juga dapat menerapkan dan mentransfer untuk kepentingan lain dalam kehidupannya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang sifatnya mengarahkan seseorang dalam proses belajarnya untuk mencapai
tujuan
tertentu.
Dengan
kata
lain,
dalam
pembelajaran
lebih
menitikberatkan pada proses membantu dengan sengaja bagaimana seseorang itu harus belajar.
3.
Model Pembelajaran
Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajr tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu dan model pembelajaran berbasis masalah (PBL). a.
Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and Learning – CTL) menurut commit to user Nurhadi dalam Sugiyanto (2008:18) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan anatara materi yang diajarkan dan dunia nyata siswa dan juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar. b.
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
kooperatif
(cooperative
learning)
adalah
pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif antara lain seperti metode STAD (Student Teams Achivement Division), metode Jigsaw, metode GI (Group Investigation) dan metode struktural. c.
Model Pembelajaran Kuantum Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan rakitan dari berbagai teori
atau pandangan psikolohi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Beberapa contoh teknik penerapan model pembelajaran kuantum antara lain peta konsep sebagai teknik belajar efektif, teknik memori, sistem pasak lokasi dan teknik akrostik (jembatan keledai). d.
Model Pembelajaran Terpadu Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pkok bahasan. e.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak pada apa yang dikerjakan siswa (perilaku merka) tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka). commit to user (Sugiyanto, 2008:18-133)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
4.
Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas harus dipilih yang paling tepat untuk membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Salah satu metode yang dapat dipertimbangkan adalah belajar dengan kerjasama (cooperative learning) dalam kelompok kecil yang heterogen. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2007:1)dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective”, pembelajaran kooperatif berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran akan efektif ketika siswa terlibat secara katif dalam bertukar ide/gagasan dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. “Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks.” Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa [PTS]) adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diteliti oleh John Hopskins University. Lebih dari separuh dari semua kajian praktis tentang metode pembelajaran kooperatif menerapkan metode ini. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Sebagai tambahan terhadap gagasan tentang kerja kooperatif, metode PTS menekankan penggunaan tujuan – tujuan tim dan sukses tim, yang hanya akan dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar mengenai pokok bahasan telah diajarkan. Oleh sebab itu, dalam metode PTS to usermelakukan sesuatu sebagai sebuah tugas-tugas yang diberikan kepadacommit siswa bukan
tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Tiga konsep penting bagi semua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
metode PTS adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu dan kesempatan sukses yang sama. Tim akan mendapatkan penghargaan-penghargaan bagi tim jika mereka berhasil melampaui kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Tanggung jawab individual maksudnya adalah bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya. Kesempatan sukses yang sama maksudnya, bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semua sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi anggota tim ada nilainya. Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas antara lain (1) STAD – Student Teams Achivement Division, (2) TGT – Teams Games Tournament, (3) Jigsaw II, (4) TAI – Team Accelerated Instruction, dan (5) CIRC – Cooperative Integrated Reading and Composition . (Slavin, Robert E. 2005:4-11)
5.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achivement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Metode STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu : a.
Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi commit to user audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan presentasi biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan akan menentukan skor tim mereka. Dalam penelitian ini presentasi kelas yang digunakan adalah dengan presentasi langsung. b.
Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili kelompok yang ada di
seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun harus harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. c.
Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantudalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d.
Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, commit to user tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
tersebut dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. e.
Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu. (Slavin, Robert E., 2005 : 143-146) Dalam penelitian ini, metode kooperatif STAD yang diterapkan pada siswa dilaksanakan menggunakan bantuan modul. Penggunaan modul bertujuan untuk membantu mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya.
6.
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode STAD, juga digunakan metode TGT (Teams Games Tournament). Metode ini hampir sama dengan STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamnen, di mana siswa memainkan game akademik. Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, yaitu : a.
Presentasi Kelas Materi dalam TGT pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi audio-
visual. Bedanya presentasi kelas dengan presentasi biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian sangat membantu mereka pada saat game dan skor game akan menentukan skor tim mereka. Dalam penelitian ini presentasi kelas yang digunakan adalah dengan presentasi langsung. b.
Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili kelompok yang ada di commit to user seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
belajar dan lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa bekerja dengan baik pada saat game. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun harus harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. c.
Game Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. d.
Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. e.
Rekognisi Tim Tim yang mendapat nilai tertinggi pada permainan yaitu tim yang paling
banyak menjawab benar pertanyaan-pertanyaan selama permainan berlangsung mendapatkan reinforcement atau penghargaan. (Slavin, Robert E., 2005: 163-167)
Pada penelitian ini metode kooperatif TGT yang diterapkan pada siswa juga dilaksanakan menggunakan bantuan modul. Sedangkan untuk permainan yang akan diterapkan adalah permainan dengan mengggunakan kartu soal. Dalam permainan ini, siswa sebagai wakil dari tiap kelompok dapat berkompetisi menjawab pertanyaan yang akan diberikan oleh guru, sehingga diharapkan pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Supaya siswa dapat menjawab dengan benar, commit to user diperlukan koordinasi dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
7.
Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1997:787) arti dari prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
atau
ketrampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Di samping itu, prestasi belajar adalah sebagai hasil dari aktivitas belajar yang bersifat individual. Menurut Zainal Arifin (1990:104), fungsi prestasi belajar adalah (1) indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik, (2) lambang pemuasan hasrat ingin tahu, (3) bahan informasi dalam pendidikan, (4) indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, dan (5) indikator terhadap daya serap anak didik. Dengan memperhatikan beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa sangat penting, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga indikator kualitas pendidikan. Selain itu prestasi juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Prestasi belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai berikut : a.
Aspek kognitif, berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. 1) Produk ilmiah antara lain fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan dan teknologi. 2) Proses ilmiah antara lain pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi.
b.
Aspek afektif antara lain : 1) Apresiasi atau kecenderungan menanggapi masalah dalam lingkungannya dan teknologi. 2) Kadar atau besarnya respon terhadap suatu masalah. 3) Keadaan kesiapan mental dan perasaan dalam menanggapi suatu masalah. commit to user 4) Usaha memecahkan masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Pengembangan aspek afektif dalam pengajaran IPA lebih diarahkan pada pengembangan sikap ilmiah yang sadar atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. c.
Aspek psikomotor, aspek yang menyangkut ketrampilan motorik atau manipulasi objek. Pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengajaran
kimia dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dalam proses sains yang didapat melalui aktifitas belajar (Mulyati Arifin, 2001: 24). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah indikator keberhasilan dari penguasaan pengetahuan maupun ketrampilan seseorang.
8.
Tata Nama Senyawa
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang bermacam-macam. Ada yang didasarkan pada warna seperti klorin (chloros = hijau), atau pada salah satu sifat dari unsur yang bersangkutan seperti fosfor (phosphorus = bercahaya). Untuk mencegah timbulnya perdebatan mengenai nama dan lambang unsur-unsur baru,
International Union Of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) menetapkan aturan penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur temuan baru. (Arifatun A. Setyawati, 2009: 58)
Ada beberapa sistem penamaan yang didasarkan pada rumus kimia senyawa. a.
Tatanama Senyawa Biner Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua jenis unsur. Senyawa-
senyawa biner diberi nama dengan menggunakan nama unsur pertama yang diikuti oleh nama unsur kedua yang digabungkan dengan menambahkan akhiran –ida. Nama unsur yang pertama untuk senyawa biner adalah unsur yang bersifat logam (lebih bermuatan positif), diantaranya mengikuti urutan sebagai berikut : B – Si – C – S – As – P – N – H – Se – I – Br – Cl – O – F Sementara itu, unsur yang kedua merupakan unsur yang lebih negatif daripada unsur commit to user pertama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Contoh: HCl
: Hidrogen + Klor + ida
= Hidrogen klorida
NO
: Nitrogen + Oksigen + ida = Nitrogen oksida
Pada penamaan senyawa biner , jika pasangan unsur bersenyawa membentuk lebih dari sejenis senyawa, maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani: 1 = mono
4 = tetra
7 = hepta
2 = di
5 = penta
8 = okta
3 = tri
6 = heksa
9 = nona
10 =deka
Contoh: NO2
b.
: Nitrogen + di + oksigen + ida
= Nitrogen dioksida
N2O4 : di + nitrogen + tetra + oksigen + ida
= Dinitrogen tetraoksida
CO2
= Karbon dioksida
: karbon + di + oksigen + ida
Tatanama Senyawa Ion Senyawa ion merupakan senyawa yang terdiri atas ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Kation umumnya adalah suatu ion logam dan anion dapat berupa ion non logam atau poliatom. Nama senyawa ion merupakan susunan nama kation diikuti dengan nama anionnya. Akan tetapi, nama-nama senyawa ion yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya. Kation Bermuatan +1
Tabel 1. Beberapa Jenis Kation Kation Bermuatan +2 Kation Bermuatan +3 dan +4
Li+
Litium
Mg2+
Magnesium
Al3+
Alumunium
Na+
Natrium
Ca2+
Kalsium
Ni3+
Nikel(III)
K+
Kalium
Sr2+
Stronsium
Au3+
Emas (III)
Ag+
Perak
Ba2+
Cr3+
Kromium(III)
Hg+
Raksa (I)
Hg2+
Barium commit to user Raksa (II)
Pt4+
Platina (IV)
Cu+
Tembaga(I)
Cu2+
Tembaga (II)
Co3+
Kobalt(III)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Kation Bermuatan +1
Kation Bermuatan +2
Kation Bermuatan +3 dan +4
Au+
Emas (I)
Pb2+
Timbal (II)
Pb4+
Timbal (IV)
NH4+
Amonium
Fe2+
Besi(II)
Fe3+
Besi(III)
2+
No
Rumus
Sn
Timah (II)
Zn2+
Zink (seng)
Ni2+
Nikel
4+
Sn
Tabel 2. Beberapa Jenis Anion Nama ion No Rumus
Timah (IV)
Nama ion
1
F-
Fluorida
15
SiO32-
Silikat
2
Cl-
Klorida
16
PO33-
Fosfit
3
Br-
Bromida
17
PO43-
Fosfat
4
I-
Iodida
18
AsO33-
Arsenit
5
OH-
Hidroksida
19
AsO43-
Arsenat
6
O2-
Oksida
20
SbO33-
Antimonit
3-
Antimonat
-
7
CN
Sianida
21
SbO4
8
S2-
Sulfida
22
ClO-
Hipoklorit
9
CO32-
Karbonat
23
ClO2-
Klorit
10
C2O42-
Oksalat
24
ClO3-
Klorat
11
CH3COO-
Asetat
25
ClO4-
Perklorat
12
NO2-
Nitrit
26
MnO4-
Permanganat
13
NO3-
Nitrat
27
MnO2-
Manganat
14
SO32-
Sulfit
28
CrO42-
Kromat
Contoh: FeCl2 : besi (II) klorida FeCl3 : besi (III) klorida SnO SnO2
: timah (II) oksida commit to user : timah (IV) oksida
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Menurut cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai dua jenis muatan, dibedakan dengan memberi akhiran o untuk muatan lebih rendah dan akhiran i untuk muatan lebih tinggi. Contoh: FeCl2 : Fero klorida FeCl3 : Feri klorida c.
Tatanama Senyawa Terner Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa dan garam. Asam, basa dan
garam adalah tiga kelompok yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Reaksi asam dengan basa menghasilkan garam. 1)
Tatanama Asam Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa
masam. Rumus asam terdiri atas atom hidrogen (di depan, dapat dianggap sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Akan tetapi, perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion. Nama anion sisa asam sama dengan asam yang bersangkutan tanpa kata asam. Contoh : H3PO4
2)
Nama asam
: Asam fosfat
Rumus sisa asam
: PO43- (fosfat)
HCl
: Asam klorida
HNO3
: Asam nitrat
Tatanama Basa Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion OH-. Larutan
basa bersifat kaustik, jika terkena kulit akan terasa licin seperti bersabun. Pada umumnyabasa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-. Nama basa sama dengan nama kationnya yang diikuti kata hidroksida. Contoh : NaOH
commit to user : Natrium hidroksida
Ca(OH)2
: Kalsium hidroksida
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Al(OH)3 3)
: Alumunium hidroksida
Tatanama Garam Garam adalah zat yang dihasilkan dari reaksi antara senyawa asam
dan basa. Garam merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Jadi, penamaannya sama dengan senyawa ion. Contoh: No
d.
Kation
Anion
Rumus
Nama senyawa
senyawa
1
Na+
NO3-
NaNO3
Natrium nitrat
2
Cu2+
S2-
CuS
Tembaga (II) sulfida
3
Al3+
SO42-
Al2(SO4)3
Alumunium sulfat
Tatanama Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu.
Pada awalnya, senyawa-senyawa organik tidak dapat dibuat di laboratorium, melainkan hanya dapat diperoleh dari makhluk hidup. Oleh karena itu, senyawasenyawa karbon tersebut dinamai senyawa organik. Senyawa organik mempunyai nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik mempunyai nama lazim atau nama dagang (nama trivial). Beberapa diantaranya berikut ini : CH4
: Metana
CO(NH2)2
: Urea
C6H12O6
: Glukosa
CHCl3
: Kloroform
CH3COCH3
: Aseton (Sunardi, 2007:95-102)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan a.
Menurut penelitian Effandi Zakaria, Lu Chung Chin dan Md. Yusoff Daud commit to user (2010 : 274) dalam jurnal yang berjudul The Effects of Cooperative Learning
on Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
mengenai efektifitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD terhadap prestasi dan sikap pada pelajaran matematika, menunjukkan prestasi belajar matematika lebih tinggi daripada metode pembelajaran konvensional sekaligus sikap yang lebih positif terhadap matematika diantara siswa. Pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan pengaruh positif pada pembentukan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok sehingga mereka merasa bahwa mereka dapat bergantung pada teman untuk saling membantu
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dalam
memecahkan masalah dalam pelajaran matematika. (Journal of Social Sciences 6 (2). ISSN 1549-3652, 2010). b.
Menurut penelitian Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L. Ibraheem (2009:9) mengenai efektivitas penggunaan metode STAD pada pembelajaran Kinetika Kimia, menunjukkan pengaruh prestasi belajar yang meningkat daripada metode pembelajaan konvensional. Keutamaan metode STAD dibandingkan metode konvensional yaitu membuat sikap siswa berkembang lebih positif baik bagi dirinya, anggota kelompoknya, kedewasaanya dan proses pembelajaran pada umumnya (The Journal Of International Social Research , Volume 2/6 Winter 2009).
c.
Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2007:1) mengemukakan
mengenai
penggunaan metode kooperatif sebagai salah satu metode alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran akan efektif ketika siswa terlibat secara aktif dalam bertukar ide/gagasan dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam jurnal ini disebutkan mengenai penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif memberikan prestasi yang lebih baik daripada metode tradisional/ceramah pada pelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
d.
Nootan Rai dan Sunarti Samsudin (2007:6) menyatakan bahwa STAD dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk tes tertulis tanpa memperhatikan tingkatan/jenjang kelas.
e.
Dalam jurnal Classroom Compass (1994:1) menyatakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang mana dapat meningkatkan kemampuan bertukar pikiran serta dapat membantu perkembangan cara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Dari penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif, terutama STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa bekerja dalam kelompok sehingga mereka merasa bahwa mereka dapat bergantung pada teman yang lainnya yang mana dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
C. Kerangka Berpikir Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan didalam kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu kepada yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada yang dilakukan oleh guru sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Proses belajar mengajar berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi yang akan diberikan, serta metode belajar mengajar yang dipakai guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi tersebut. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, kondisi sekolah dan kondisi siswa sendiri menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Materi Tata Nama Senyawa adalah salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. Pada materi ini diperlukan pemahaman yang baik, karena siswa akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara penamaannya. Selain itu, konsep penamaan dan pemberian lambang pada suatu senyawa kimia telah didefinisikan dengan baik menurut IUPAC. Metode pembelajaran kooperatif dipandang commit to user cocok untuk membuat siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran kooperatif ada bermacammacam, pada penelitian ini dipilih metode STAD serta metode TGT karena kedua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
metode ini dianggap akan lebih efektif bila diterapkan pada materi yang sudah didefinisikan dengan jelas serta materi yang berupa konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah seperti materi Tata Nama Senyawa. Dalam metode STAD, siswa diarahkan bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam menguasai bahan ajar baik melalui tanya jawab maupun diskusi. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik (Slavin, Robert E. 2008:12). Sama halnya dengan metode STAD, pada metode TGT siswa juga dibentuk dalam satu kelompok kecil untuk menguasai bahan ajar. Akan tetapi, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para siswa akan berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya permainan, diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Penggunaan metode STAD diduga dapat memberikan prestasi yang lebih baik daripada metode TGT. Karena dalam pembelajaran menggunakan metode STAD dapat siswa akan mengerjakan kuis secara individu. Sedangkan dalam metode TGT, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Dalam hal ini, pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, dikhawatirkan kemungkinan suasana kelas akan menjadi menjadi agak ramai dan pembelajaran menjadi kurang kondusif, sehingga prestasi yang diperoleh menjadi kurang maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Metode Pembelajaran STAD
Tes Materi Tata Nama Senyawa
Prestasi Belajar Kimia Materi Tata Nama Senyawa
Materi Tata Nama Senyawa
Metode Pembelajaran TGT
Tes Materi Tata Nama Senyawa
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “ Prestasi belajar siswa menggunakan metode Student Teams Achievemen Division (STAD) lebih baik bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode Team Games Tournamen (TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa. “
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta, pada kelas X semester I tahun ajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a.
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2010, meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal penelitian, permohonan ijin serta penyusunan instrumen.
b.
Tahap penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011, meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yaitu pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kimia yaitu pada materi pokok Tata Nama Senyawa
c.
Tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012, meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian bersifat quasi eksperimen dan komparasi. Rancangan yang digunakan adalah Randomised Group Pretest-Postest Design. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk lebih jelasnya rancangan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Rancangan Penelitian “Randomised Group Pretest-Postest Design” Kelompok Pretest Perlakuan Postest Eksperimen I
T1
Xa
T2
Eksperimen II
T1
Xb
T2
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Keterangan : T1 = Pretest terhadap penguasaan konsep materi pokok Tata Nama Senyawa Xa = Pengajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode STAD Xb = Pengajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode TGT T2 = Postest terhadap penguasaan konsep materi pokok Tata Nama Senyawa
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester I SMA N 4 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam teknik random sampling ini sampel merupakan unit dalam populasi yang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas.
D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel
terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran. Kemudian sebagai variabel terikatnya adalah prestasi belajar. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a.
Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi metode kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams Games Tournament). 1) Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). Pada kelas eksperimen I digunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) siswa dapat aktif mempelajari materi ataupun permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman tiap anggota tim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Dalam hal ini, pada akhirnya siswa dapat mengerjakan soal kuis individual dengan bekal materi yang telah dipelajarinya dalam tim. 2) Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Pada kelas eksperimen II digunakan metode pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament). Sama halnya dengan STAD, dalam TGT tiap siswa juga aktif mempelajari materi dalam tim. Akan tetapi, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para siswa akan berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya permainan, diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. b.
Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi
pokok Tata Nama Senyawa. Penilaian prestasi belajar pada ranah kognitif dilaksanakan dengan pretes dan postes. Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari pretes dan postes dapat diketahui manakah metode yang lebih baik digunakan dalam pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Penilaian pada ranah afektif dengan menggunakan angket skala Likert. 2. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian Variabel pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dan TGT (Team Games Tournament) berskala pengukuran nominal.
E. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode angket. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor penilaian prestasi belajar kognitif pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Tes yang digunakan berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah diberi skor nol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
2. Metode Angket Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung yang bersifat tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar afektif.
F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Kognitif Penelitian ini menggunakan instrumen kognitif berupa tes obyektif pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. a.
Validitas Menurut Saifuddin Azwar (2004:5) validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya tiap item soal. Dalam penelitian ini yang diuji validitasnya adalah validitas item. Validitas item dari suatu tes adalah kesahihan dari tiap butir soal atau ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam penelitian ini, instrument kognitif dianalisis secara kuantitatif rumus korelasi point biserial. Adapun rumus perhitungan korelasi point biserial adalah :
r pbi
M
M
p
S
t
t
p q
Keterangan : rpbi
= koefisien korelasi biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item.
Mp = skor rata-rata hitung dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Mt
= skor rata-rata dari skor total
St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q
= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya (Anas Sudijono, 2005: 185)
Kriteria pengujian Jika rpbi > rtabel maka soal dinyatakan valid Jika rpbi ≤ rtabel maka soal dinyatakan tidak valid Hasil uji validitas instrumen yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 4. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Kriteria Variabel Jumlah Soal Valid Invalid Soal-soal tata nama senyawa 31 20 11 b.
Reliabilitas Tujuan utama menghitung realibilitas skor tes adalah untuk mengetahui
tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks realibilitas berkisar antara 0 – 1. Semakin tinggi koefisien realibilitas suatu tes, makin tinggi pula keajegan atau ketepatannya. Untuk mengukur reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda, digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut : 2 n S t p i q i r11 2 St n 1
Keterangan : r11
= koefisien reliabilitas tes
n
= banyaknya butir item
1
= bilangan konstan
St2
= varian total
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
pi
= proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
qi
= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, qi = 1- pi
piqi
= jumlah dari hasil perkalian antara pi dan qi (Anas Sudijono, 2005: 252-253)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut : 1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 maka instrumen tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (=reliable). 2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti instrumen tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (=unreliable). Hasil uji reliabilitas instrumen yang dilakukan terangkum dalam Tabel 5. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel
Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal tata nama senyawa c.
31
0,787
Tinggi
Taraf Kesukaran Taraf kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Untuk menentukan tingkat kesukaran pada soal obyektif, digunakan rumus berikut:
P
B JS
dimana : P : angka indek kesukaran item B : banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang bersangkutan JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : Soal dengan P < 0,3
adalah soal sukar
Soal dengan P 0,3 – 0,7
adalah soal sedang
Soal dengan P > 0,7
adalah soal mudah (Anas Sudijono, 2005: 370-372)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitif Variabel Soal-soal tata nama senyawa d.
Kriteria
Jumlah Soal
Mudah
Sedang
Sulit
31
13
17
1
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya dan untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat membedakan kemampuan siswa. yang berkemampuan rendah. Rumus perhitungan daya pembeda soal:
D PA PB
B A BB JA JB
Keterangan : D : angka indeks diskriminasi item PA : proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan PB : proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : Kurang dari 0,20
: jelek (J)
0,20 – 0,40
: cukup (C)
0,40 – 0,70
: baik (B)
0,70 – 1,00
: baik sekali (BS)
Negatif
: jelek sekali (JS) (Anas Sudijono, 2005:389)
Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kriteria Jumlah Variabel Soal J C B BS Soal-soal tata nama senyawa
31
3
19
4
-
JS 5
2. Instrumen Afektif Pada penelitian ini, selain menggunakan instrumen kognitif juga digunakan instrument afektif. Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket langsung yang bersifat tertutup. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket ini digunakan skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif pemberian skornya sebagai berikut : -
Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju
-
Skor 3 untuk jawaban Setuju
-
Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju
-
Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Sedangkan yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : -
Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju
-
Skor 2 untuk jawaban Setuju
-
Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju
-
Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju Tabel 8. Pedoman Penskoran Aspek Afektif Nilai Jawaban Pertanyaan Positif Negatif SS : Sangat Setuju
4
1
S
3
2
TS : Tidak Setuju
2
3
STS : Sangat Tidak Setuju
1
4
: Setuju
Pada penelitian ini jumlah item angket afektif setelah di uji coba adalah 20 soal. Sehingga dapat ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut : 64 – 80
: Sangat Tinggi
(A)
48 – 63
: Tinggi
(B)
32 – 47
: Rendah
(C)
20 – 31
: Kurang
(D)
Keterangan : -
Skor batas bawah pada kategori “sangat baik” adalah 0,80 x 80 = 64, dan batas atasnya 80.
-
Skor batas bawah pada kategori “baik” adalah 0,60 x 80 = 48, dan batas atasnya 63.
-
Skor batas bawah pada kategori “cukup” adalah 0,40 x 80 = 32, dan batas atasnya 47.
-
Skor batas bawah pada kategori “kurang” adalah 20, dan batas atasnya 31. (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas item angket. a.
Uji Validitas Untuk mengetahui validitas instrument afektif yang berupa angket, digunakan
validitas item menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut: N XY ( Y )( Y )
rxy
{N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
dengan : rxy
= koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item Y = skor total N = cacah subyek Keputusan uji :
rxy
>
rxy
≤
rkritik
item soal tersebut valid
rkritik
item soal tersebut tidak valid (Anas Sudijono, 2005: 181)
Hasil uji validitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 9. Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif Kriteria Jumlah Variabel Soal Valid Invalid Angket Afektif
b.
28
20
8
Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha sebagai berikut: Rumus yang dipakai adalah rumus alpha: 2 n S i r11 1 2 S t n 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dengan :
r11
= koefisien reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1
= bilangan konstan
Σ Si St
2
2
= jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item = varians total
Kriteria pengujian : 1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti instrumen tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (=reliable). 2.
Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 instrumen tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (= un-reliable).
Hasil uji validitas instrumen afektif terangkum dalam Tabel 10. Tabel 10. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif Jumlah Variabel Reliabilitas Kriteria Soal Angket Afektif
28
0,997
Tinggi
G. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan ujit pihak kanan. Untuk menguji hipotesis dengan uji-t pihak kanan ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Tingkat signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji L0 = Max | F(zi) – S (zi) | Dengan : F(zi) = P ( Z ≤ zi ) Z ~ N (0,1) S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi zi = skor standar zi
xi x s
x = nilai rata-rata
s = standar deviasi 4) Daerah Kitik DK = { L | L > Lα; n } L > Lα; n yang diperoleh dari tabel Liliefors pada tingkat α dan n (ukuran sampel) 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika L DK. (Sudjana, 2005: 466 – 467)
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians digunakan uji Bartlet adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 = δ12 = δ22 H1 = δ12 ≠ δ22 2) Taraf Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
S2
(n 1)S2 i i = (n i 1)
B
= (log S2)(∑(ni-1))
χ2
= (ln10){B-∑(ni-1)log Si2}
4) Daerah Kritik DK ={X2 | X2 > X21-α;k-1} 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika X2 DK atau H0 diterima jika X2 DK (Sudjana, 2005:262-263)
2. Uji Hipotesis Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji kesamaan rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji t-pihak kanan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Menentukan Hipotesis H0 = µ 1 ≤ µ 2 (rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen TGT lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen STAD) H1 = µ 1 > µ 2 (rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen STAD lebih tinggi daripada rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen TGT) b. Tingkat Signifikasi
: α = 0,05
c. Statistik Uji S2
t
n 1 1s12 n 2 1s 22 n1 n 2 2
X1 X 2 1 1 S n1 n 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
d. Daerah Kritik DK ={t | t < -t (1-α;n1+n2-2)} e. Keputusan Uji H0 ditolak jika t DK atau H0 diterima jika t DK (Sudjana, 2005:235 – 236)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada materi pokok Tata Nama Senyawa yang meliputi prestasi kognitif dan afektif yang diambil dari kelas eksperimen 1 (metode STAD) dan kelas eksperimen 2 (metode TGT). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 70 siswa dari kelas XA dan XB SMA Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1.
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa yang
meliputi prestasi kognitif dan afektif untuk kelas eksperimen 1 (metode STAD), kelas eksperimen 2 (metode TGT) dengan sampel masing-masing sebanyak 36 dan 34 siswa dapat dilihat pada lampiran 13. Sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Data Penelitian Kelas No
Uraian
Eksperimen I
Eksperimen II
(STAD)
(TGT)
36
34
1
Jumlah Siswa
2.
Rata-rata nilai pretest aspek kognitif
49,583
49,559
3
Rata-rata nilai posttest aspek kognitif
82,500
73,382
4
Rata-rata selisih nilai pretest-posttest
32,917
23,824
5
Rata-rata nilai aspek afektif
62,972
60,265
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2.
Selisih Nilai Kognitif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode STAD, selisih nilai tertinggi prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa adalah 55 dan selisih nilai terendah adalah 10. Sedangkan pada siswa yang menggunakan metode TGT, selisih nilai tertinggi prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa adalah 55 dan selisih nilai terendah adalah 0. Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I (metode STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa disajikan dalam Tabel 12 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 12. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata Nama Senyawa Frekuensi % Frekuensi Nilai No Interval Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Tengah I II I II 1
0-9
4,5
0
2
0,00
5,88
2
10 -19
14,5
6
12
16,67
35,29
3
20 - 29
24,5
7
6
19,44
17,65
4
30 - 39
34,5
7
9
19,44
26,47
5
40 - 49
44,5
11
4
30,56
11,76
6
50 - 59
54,5
5
1
13,89
2,94
36
34
100
100
Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
40
35.29
Persentase (%) Frekuensi
35
30.56
30
26.47
25 16.67
20
19.44 17.65
19.44
15
11.76
10 5
13.89
5.88
2.94
0.00
0 4.5
Gambar 1
14.5
24.5 34.5 Nilai Tengah
44.5
54.5 Eksperimen I STAD Eksperimen II TGT
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa 3.
Nilai Afektif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode STAD, nilai tertinggi prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa adalah 74 dan nilai terendah adalah 55. Sedangkan pada siswa yang menggunakan metode TGT, nilai tertingginya 77 dan nilai terendahnya adalah 50. Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I (metode STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata Nama Senyawa Frekuensi % Frekuensi Nilai No Interval Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Tengah I II I (STAD) II (TGT) 1
50 - 54
52
0
6
0,00
17,65
2
55 - 59
57
14
11
38,89
32,35
3
60 - 64
62
9
9
25,00
26,47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
No
Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
% Frekuensi
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
I
II
I (STAD)
II (TGT)
4
65 - 69
67
6
5
16,67
14,71
5
70 - 74
72
7
2
19,44
5,88
6
75 - 79
77
0
1
0,00
2,94
36
34
100
100
Jumlah
Gambaran yang jelas tentang data pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada Gambar 2. 38.89
Persentase (%) Frekuensi
40
32.35
35 30
25.00
25 20
17.65
26.47 19.44
16.67 14.71
15 10 5
5.88 0.00
0.00
2.94
0 52
57
62
67
Nilai Tengah
72
77 Eksperimen I STAD Eksperimen II TGT
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis Sesuai dengan teknik analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi berdistribusi normal atau tidak karena sebelum uji beda rataan dilakukan, harus ditunjukkan bahwa sampelnya diambil dari populasi normal. Metode yang digunakan untuk uji normalitas adalah metode Lilliefors. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel 14 dan 15. Sedangkan perhitungan uji normalitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif secara lengkap tercantum dalam Lampiran 16-23. Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif Harga L Kesimpulan Kelompok Siswa Distribusi Hitung Tabel Eksperimen I
0,14527
0,14767
Normal
Eksperimen II
0,14266
0,14767
Normal
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif Harga L Kesimpulan Kelompok Siswa Distribusi Hitung Tabel Eksperimen I
0,14426
0,14767
Normal
Eksperimen II
0,13112
0,14767
Normal
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < Ltabel, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif tercantum dalam Lampiran 24 dan 25. Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 16 .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif dan Afektif Uji Homogenitas χ2hitung χ2tabel Kesimpulan Prestasi Kognitif
0,0045
3,84
Homogen
Prestasi Afektif
0,4609
3,84
Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak melampaui harga kritik χ2 (χ2hitung < χ2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. 1.
Uji Hipotesis Nilai Kognitif
Hasil uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif kelas eksperimen I (metode STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa terangkum pada Tabel 17 . Perhitungan uji-t pihak kanan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 26. Tabel 17. Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Sampel ttabel thitung Kriteria Kelas Eksperimen I – Eksperimen II
1,67
2,898
H0 ditolak
Dari hasil perhitungan aspek kognitif diperoleh thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata selisih nilai pretes-postes prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen I lebih tinggi dari kelas eksperimen II.
2.
Uji Hipotesis Nilai Afektif
Hasil uji t-pihak kanan untuk nilai afektif kelas eksperimen I (metode STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa terangkum pada Tabel 18 Perhitungan uji-t pihak kanan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 27.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 18. Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif Kelompok Sampel ttabel thitung Kriteria Kelas Eksperimen I – Eksperimen II
1,67
1,82917
H0 ditolak
Dari hasil perhitungan aspek afektif diperoleh thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen I lebih tinggi dari kelas eksperimen II.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prestasi belajar kimia pada materi pokok Tata Nama Senyawa menggunakan metode STAD memberikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan metode TGT. Prestasi belajar disini meliputi aspek kognitif dan afektif. Dari hasil uji t-pihak kanan dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rata-rata prestasi belajar kognitif siswa untuk kedua metode tersebut thitung > ttabel = 1,67 > 2,898. Sedangkan untuk prestasi belajar afektifnya thitung > ttabel = 1,67 > 1,82917, yang berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kognitif dan afektif untuk pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD lebih baik dibanding prestasi belajar kimia dengan menggunakan metode TGT pada materi Tata Nama Senyawa. Pada materi Tata Nama Senyawa diperlukan pemahaman yang baik, karena siswa akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara penamaannya. Selain berisi tentang konsep-konsep, materi ini juga berisi hafalan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode pembelajaran STAD dan TGT agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada kelas eksperimen I (STAD), siswa dibagi dalam kelompokkelompok, tiap kelompok beranggotakan 6 orang. Dasar pengelompokkan siswa tersebut didasarkan pada nilai ulangan harian. Dalam pembentukan kelompok diperhatikan perbedaan kemampuan siswa serta jenis kelamin. Jadi dalam pembentukan kelompok dibuat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi dan kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang lain. Di dalam setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah sehingga siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Proses kooperatif dalam kelompok belajar ini menjadikan meningkatnya motivasi belajar anggota kelompok dan harapan untuk berhasil lebih tinggi. Untuk kelas STAD ini setelah siswa bergabung dalam kelompoknya, guru kemudian menyajikan materi pelajaran. Dalam hal ini guru menyampaikan secara garis besar mengenai materi. Setelah itu siswa berdiskusi dan bekerja dalam kelompok. Dalam jurnal Classroom Compass (1994:1) disebutkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan bertukar pikiran serta dapat membantu perkembangan cara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. “Researchers and practitioners have found that students working in small cooperative groups can develop the type of intellectual exchange that fosters creative thinking and productive problem-solving.” Siswa dalam suatu kelompok akan lebih giat dalam mempelajari materi karena ada sebuah kebersamaan. Sistem kompetisi antar kelompok untuk mempertahankan nilai yang terbaik membuat setiap anggota kelompok berusaha memahami materi dan berperan aktif dalam memecahkan permasalahan. Siswa dalam satu kelompok selama pembelajaran bekerja sebagai tim, sehingga siswa yang belum memahami materi atau merasa kesulitan dalam memecahkan masalah dapat dibantu oleh teman kelompoknya yang sudah memahami materi. Selanjutnya siswa mengerjakan kuis secara individu. Jumlah nilai kuis tertinggi dari suatu kelompok akan mendapatkan penghargaan sebagai tim terbaik dari guru. Oleh karena nilai kuis siswa memberikan kontribusi bagi nilai kelompoknya, maka siswa akan berusaha mengerjakan kuis tersebut dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya penghargaan tersebut diharapkan dapat memberi semangat bagi siswa untuk berusaha belajar lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Sama halnya dengan kelas eksperimen I, pada kelas eksperimen II yang menggunakan metode TGT, siswa juga dibentuk dalam satu kelompok kecil untuk menguasai bahan ajar Tata Nama Senyawa. Akan tetapi, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Dengan adanya permainan siswa diharapkan dapat memahami materi yang diajarkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penggunaan
metode
pembelajaran
kooperatif
STAD
ternyata
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif TGT ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif STAD memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. 2) menjadikan siswa mampu belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. 3) menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. 4) penghargaan yang akan diberikan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. 5) siswa
yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya. 6) siswa mampu menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti. (Soewarso, 1998 : 22-23)
Penelitian mengenai penggunaan metode kooperatif
STAD sendiri,
terlebih dahulu telah dilakukan oleh Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L. Ibraheem (2009:9) yang menyatakan bahwa penggunaan metode kooperatif STAD ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. “The result that treatment has significant effect on students’ achievement and attitude towards chemical kinetics showed that the treatment condition in this study i.e. STAD cooperative learning strategy had the potentials to improve students’ learning outcome in secondary school chemistry.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Selain itu, dalam penerapan metode ini, siswa diminta mengerjakan kuis individual. Dalam hal ini, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Adapun pembelajaran menggunakan metode kooperatif TGT bertujuan agar siswa mampu memahami materi dalam suasana yang menyenangkan, sehinggga siswa tidak merasa bosan ataupun jenuh. Selain itu, kelebihan dari metode kooperatif TGT adalah terciptanya suasana kompetisi antar kelompok, sehingga diharapkan motivasi belajar siswa menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, setelah pembelajaran dengan metode TGT diterapkan, ternyata hasil prestasi kognitifnya lebih rendah dibandingkan dengan metode kooperatif TGT. Hal ini dikarenakan kelemahan metode ini, salah satunya adalah tidak efisien waktu. Selain itu, meskipun dalam penerapan metode TGT, pelaksanaan permainan siswa terlihat lebih aktif, akan tetapi kelas menjadi agak ramai karena terdapat beberapa siswa yang mencoba ikut menjawab pertanyaan yang bukan gilirannya ataupun hanya ingin memberitahu teman yang satu kelompok akan menjawab pertanyaan tersebut, sehingga kondisi kelas menjadi sedikit kurang kondusif. Dalam hal ini sulit untuk mengetahui apakah siswa tersebut sudah memahami atau belum menguasai materi yang dipelajari. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas eksperimen II menjadi lebih rendah daripada kelas eksperimen I yakni untuk ratarata selisih nilai pretes-postes untuk kelas eksperimen I sebesar 32,917 dan untuk kelas eksperimen II 23,824. Sedangkan untuk rata-rata nilai aspek afektif untuk kelas eksperimen I 62,972 dan untuk kelas eksperimen II 60,265.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD
(Student Teams Achievement Division) dapat
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada penggunaan metode TGT (Team Games Tournament) pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan. Untuk aspek kognitif diperoleh harga thitung = 2,898 (lebih besar dari ttabel = 1,67) dan aspek afektif thitung = 1,82971 (lebih besar dari ttabel = 1,67).
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal.
2.
Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru-guru kimia mengenai: a. Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat lebih meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan metode TGT (Team Games Tournament) pada materi pokok Tata Nama Senyawa. b. Pembelajaran menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dilengkapi modul dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 C. Saran
Sehubungan dengan adanya hasil penelitian dan
implikasinya, maka
penulis mengemukakan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian, sebagai berikut: 1. Sebaiknya dalam menyampaikan materi pokok Tata Nama Senyawa, guru dapat menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Division), sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Sebelum menggunakan metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) sebaiknya perlu melakukan perencanaan yang baik mulai dari pembentukan kelompok, alokasi waktu dan suasana kelas yang kondusif.
commit to user