STUDI TENTANG PENERAPAN METODE PEMBIASAAN DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SULTAN FATAH SUKOSONO KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh: Disusun Oleh NAMA
: RUKANAH
NIM
: 211470
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
i
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 7 (Tujuh) Eksemplar Hal
: Naskah Skripsi. a.n sdri : RUKANAH
Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.
Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: RUKANAH
Nim
: 211470
Program
: Pendidikan Agama Islam
Judul skripsi
: STUDI TENTANG PENERAPAN METODE PEMBIASAAN DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SULTAN FATAH SUKOSONO KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Dan atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
Pembimbing
H. Mufid, M.Ag.
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(٣١ :﴿اﻟﺑﻘراة
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. (Q.S. Al-Baqarah:31). 1
Persembahan: Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1.
Suamiku tercinta
2.
Anak-anakku tersayang
3.
Rekan-rekan Mahasiswa UNISNU Jepara
4.
Segenap
insan
yang
haus
akan
ilmu
pengetahuan yang setia
1
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989) hlm.14
iv
ABSTRAK RUKANAH (211470). Studi Tentang Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, UNISNU Jepara 2015. Penelitian bertujuan: 1. Untuk mengetahui Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, 2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif dengan hasil sebagai berikut: 1. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, adalah dengan a) Pembiasaan dalam Akhlak, pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti Pembiasaan Salam dan Salim, Pembiasaan Adab Makan, Pembiasaan Hidup Bersih, Pembiasaan Disiplin Belajar, Pembiasaan Akhlak Diri dan Orang Lain, b) Pembiasaan dalam Ibadah, seperti Pembiasaan Salat, Pembiasaan Puasa, Pembiasaan Doa Harian, c) Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan), Pembiasaan akidah dilakukan agar peserta didik mempunyai keyakinan terhadap agamanya dan menjadi pondasi bagi penciptaan perilaku kehidupan sehari-hari. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, adalah: a. Pendukung, meliputi; Mentoring, Monitoring seperti Mutaba’ah, program jam belajar, dan ibadah, kemudian kegiatan-kegiatan pendukung seperti Bintara, Perkasa, PHBI, dan lain-lain, serta sarana dan prasarana. b. Faktor Penghambat, meliputi; Orang tua peserta didik yang tidak mau bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memantau kegiatan putera-puteri mereka di rumah sehari-hari, Dampak negatif kemajuan teknologi, Siswa yang sengaja mengulur waktu dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di sekolah.
v
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jepara, September 2015 Peneliti
RUKANAH
vi
KATA PENGANTAR
ِﺑِﺴْﻢِ ﷲِ اﻟّ َﺮ ﺣْ َﻤ ِﻦ اﻟّ َﺮﺣِ ﯿﻢ Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh Alam, limpahan sholawat dan salam-mu dengan tiada henti keharibaan Nabi Muhammad SAW. Rasul mulia yang diharapkan Syafa’at-Nya di akhir zaman. Hanya karena pertolongan dan hidayah-mu Yaa Allah penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom HM, Rektor UNISNU Jepara 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Bapak H. Mufid, M.Ag sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu serta ketabahan dan kesabarannya dalam membimbing dan memberi petunjuk sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang dengan ikhlas penuh kesabaran dalam mendidik serta memberikan pengajaran kepada penulis sampai selesainya tugas studi. 5. Kedua orang suami dan anakku tercinta yang telah mendukung penulisan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik. 6. Kepala MI Sultan Fattah Sukosono yang telah memberikan ijin penelitian ini. 7. Semua sahabat dan rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah rela membantu peneliti dalam menyusun skripsi.
vii
Untuk semuanya penulis tidak dapat membalas segala bantuanya, hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kepada para pembaca kritik dan saran sangat diharapkan, Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi semua pihak.
Jepara, September 2015
Peneliti
RUKANAH
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Berdasarkan SKB menteri Agama dan mentri Pendidikan dan kebudayaan RI Nomor 0543 b / U / 1987 Tertanggal 22 Mei 1988 A. Konsonan Tunggal HURUF ARAB
NAMA
HURUF LATIN
KETERANGAN
ا
Alif
-
Tidak dilambangkan
ب
Ba’
B
-
ت
Ta’
T
-
ث
Sa
S
S dengan titik di atas
ج
Jim
J
-
ح
Ha’
H
H dengan titik dibawah
خ
Kha’
Kh
-
د
Dal
D
-
ذ
Zal
Z
z dengan titik di atas
ر
Ra’
R
-
ز
Za’
Z
-
س
Sin
S
-
ش
syin
Sy
-
ص
Sad
S
S dengan titik di bawah
ض
Ada
d D dengan titik dibawah
ix
HURUF ARAB
NAMA
HURUF
KETERANGAN
LATIN
ط
t
T
t dengan titik dibawah
ظ
Za’
Z
z dengan titik dibawah
ع
‘ain
-
-
غ
gain
G
-
ف
Fa’
F
-
ق
qaf
Q
-
ك
kaf
K
-
ل
lam
L
-
م
mim
M
-
ن
nun
N
-
و
waw
W
-
ه
Ha’
H
-
ء
hamzah
-
ي
Ya’
Y
Ta’
h
ة ...ة
Koma lurus miring (tidak untuk awal kata) dibaca ah ketika mauquf
marbutah Ta’ marbutah
t/h
dibaca ah/at ketika mauquf
x
B. Vokal Pendek ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
-
A
Bunyi fatkha pendek
اﻗﻞ
-
I
Bunyi kasrah pendek
ﺳﻠﯿﻢ
-
U
Bunyi dammah pendek
اﺣﺪ
C. Vokal Panjang ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
غـــــــﺎ
A
Bunyi fatkha panjang
ﻛﺎن
ﻓــــــﻰ
I
Bunyi kasrah panjang
ﯾﺒﻨﻰ
ﻗـــــﻮ
U
Bunyi dammah panjang
ﻛﻮ ﻧﻮ
D. Vokal Diftong ARAB
LATIN
KETERANGAN
CONTOH
ﻗـــــ َﻮ
Aw
Bunyi fatkha diikuti waw
ﻣﻮز
ﻓـ َﻲ
Ai
Bunyi fatkha diikuti ya
ﻛﯿﺪ
E. Pembauran Kata Sandang Tertentu ARAB
LATIN
ﻖ َ اﻟ اﻟﺶﱠ
I
واﻟﻢ ُواﻟﺖﱠ
U
KETERANGAN
CONTOH
Bunyi al Qamariyah Bunyi al syamsiyyah dengan / (el) diganti huruf berikutnya Bunyi al Q amariyah / al syamsiyyah diawali huruf hidup, maka tidak terbaca mandiriﭑ
اﻟﻘﻤﺮ
ب ِ ﺼ َﻮا وﷲُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ِﺑﺎ ﻟ ﱠ xi
اﻟﺸﻤﺴﯿﺔ واﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ واﻟﺘﺮ ﺑﯿﺔ
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv ABSTRAK ..............................................................................................................v HALAMAN DEKLARASI.................................................................................. vi HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................... vii HALAMAN TRANSLITERASI ......................................................................... ix HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1 B. Penegasan Istilah.................................................................................6 C. Rumusan Masalah ..............................................................................8 D. Tujuan Penelitian ...............................................................................8 E. Manfaat Penelitian ..............................................................................9 F. Metode Penelitian..............................................................................10 G Sistematika Penulisan Skripsi............................................................15 BAB II : LANDASAN TEORI A. Metode pembiasaan ........................................................................19 1. Pengertian Metode pembiasaan....................................................19 2. Dasar dan tujuan metode pembiasaan ..........................................22 3. Bentuk-bentuk pembiasaan ..........................................................25 4. Langkah-langkah metode pembiasaan .........................................26 5. Factor-faktor metode pembiasaan .............................................29 6. Kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan .........................32
xii
7. Factor-faktor metode pembiasaan .............................................29 B. Pengertian akhlak ............................................................................34 C. Metode pembiasaan akhlak...............................................................37 BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Data Umum ..................................................................................41 1. Profil Madrasah .........................................................................41 2. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah................................................46 B. Data Khusus ..................................................................................49 1. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ............................................49 2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penerapan metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ..................................................................................66 BAB IV. PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 .....................................58 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono ................75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................81 B. Saran ................................................................................................82
xiii
C. Kata Penutup.....................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad SAW adalah rasul Allah yang terakhir, Beliau diutus untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Karena itu Islam memiliki misi yang bersifat universal dan abadi. Universal artinya untuk seluruh umat manusia dan abadi maksudnya sampai akhir zaman. Pada hakikatnya ajaran Islam adalah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, sebab dalam bidang inilah terletak hakikat manusia. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan potensi manusia yang beriman. Hal itu sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1 Pendidikan secara umum harus relevan garis hidup untuk mencerdaskan raakyat dan mengangkat martabat bangsa, dalam rangka membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Untuk 1
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 39.
1
2
memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguatan kebangsaan, konsep pembangunan pendidikan harus senafas dengan nilai-nilai budaya yang berkembang di masyarakat.2 Secara umum perkembangan manusia, termasuk di dalamnya perkembangan moral, dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Gunarsa mengatakan
faktor
eksternal
berperan besar
dalam
perkembangan moral, seperti faktor lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya, segi keagamaan, dan aktivitas rekreasi. 3 Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat di Indonesia. Dewasa ini, keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup, wajib belajar 9 tahun merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu, warga masyarakat mendambakan agar anakanaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.4 Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti.5 Erat kaitannya dengan bahan pelajaran adalah kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan ini mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa
2
Eka Prihatin, Konsep Pendidikan, (Bandung: PT Karsa Mandiri Perkasa, 2008), hlm. 21. Udin Syaifuddin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 87. 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2009), hlm. 106. 5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), hlm.45 3
3
dalam mempelajari bahan yang disampaikan guru. Sedangkan kegiatan mengajar berhubungan dengan guru menjelaskan bahan kepada siswa.6 Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan metode yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka guru akan dapat mengajar dengan baik.7 Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsurunsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.8 Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, terhadap aspek yang bersangkut paut dengan sikap mental, perasaan dan kesadaran siswa.9 Sehubungan dengan itu, MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara merupakan salah satu lembaga pendidikan yang penulis pandang sebagai sekolah yang mengimplementasikan pentingnya pembiasaan dalam proses pendidikan.
6
Ibid, hlm.72 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm.15. 8 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 64-65. 9 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm. 201. 7
4
Adapun materi akhlak yang dibiasakan yaitu materi Pendidikan Agama Islam yang selain membutuhkan penjelasan juga membutuhkan praktik dan pembiasaan, seperti wudhu, salat wajib dan sunnah seperti dhuha, membaca al-Qur'an, adab bergaul, dan lain-lain. Itu terbukti dengan banyaknya praktik keagamaan yang dilakukan di sekolah secara rutin dan terjadwal, seperti tadarus dan salat dhuhur berjamaah. Hal ini menuntut waktu yang lebih, yaitu KBM dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.30 WIB bagi kelas I dan II serta pukul 13.30 WIB bagi kelas III hingga kelas VI. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di saat bangsa Indonesia dihadapakan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang jika diabaikan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang kian tumbuh subur di wilayah yang tidak berakhlak. Korupsi, kolusi, penodongan, perampokan, pelacuran, pornografi, perjudian, pemerkosaan, peredaran dan pemakaian obatobatan
terlarang,
perkelahian
dan
tawuran
antar
warga,
pembunuhan,
ketidakjujuran, berbagai tindak kekerasan, perampasan hak asasi manusia pada umumnaya terlalu banyak yang dapat dilihat dan disaksikan. Dari uraian diatas, nyatalah bahwa unsur-unsur kesusilaan atau akhlak yang telah rusak akibat zaman yang telah lalu perlu diperbaiki dan dibangun kembali jiwa bangsa yang sesuai dengan cita-cita pendidikan bangsa dan Negara dewasa ini.10
10
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.31
5
Agar individu atau manusia berkembang menjadi seorang pribadi yang beragama (beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia) dan mengembangkan rahmatan lil alamin perlu diberi intervensi, yang dalam hal ini adalah pendidikan agama. Melalui pendidikan agama diharapkan individu dapat mengembangkan potensi takwa kepeda-Nya. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka individu akan mampu mengendalikan potensi jujur-Nya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terwujud dalam bentuk- bentuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam dirinya. Pembelajaran pada dasarnya intervensi atau suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di madrasah, pembelajaran tidak hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkunganya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat. Di madrasah proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan. Oleh karena itu, segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran yang dikehendaki. Dalam konteks pembelajaran pendidikan agama Islam, pada dasarnya tidak ada seorangpun, termasuk guru pendidikan agama Islam, yang mampu membuat seseorang menjadi manusia muslim, mukmin, muttaqin dan sebagainya, tetapi sebenarnya peserta didik itu sendirilah yang memilih dan menentukan jalan hidupnya dengan ijin Allah. Dalam hal ini pendidikan atau pembelajaran hanyalah sebagai wahana untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik menuju jalan kehidupan yang disediakan oleh Sang Pencipta, dan peserta didik sendiri yang akan memilih,
6
memutuskan dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan yang telah dipelajari dan dipilihnya. Di sini fungsi guru pendidikan agama Islam adalah berupaya
memilih,
menetapkan
dan
mengembangkan
metode-metode
pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan peserta didik mempelajari Islam untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup dan kehidupannya. Jika kita mengamati fenomena empirik yang ada di hadapan kita, sepertinya pendidikan agama Islam tampaknya terasa kurang terkait atau kurang memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam jiwa peserta didik sehingga dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sehariharinya. Dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti tentang: Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Penegasan Istilah Sebelum penulis membahas lebih lanjut dalam penulisan skripsi ini, kiranya penting penulis menjelaskan judul penelitian ini, dengan harapan agar mudah difahami, terarah, jelas dan tepat sasaran. Selain itu juga untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahfahaman serta salah tafsir. Untuk itu perlu dikemukakan batasan-batasan judul yang masih perlu mendapat penjelasan secara rinci: 1. Penerapan Metode Pembiasaan
7
Penerapan atau Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan.11Jadi, arti implementasi di sini adalah penerapan yang berasal dari teori, kemudian diterapkan pada lapangan (dilaksanakan). Metode ialah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.12 Pembiasaan berasal dari kata "biasa" yang artinya sebagai "sediakala", (sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat), mendapat afiks/imbuhan "pe-an" yang berarti menjadikan, membuat. Jadi pembiasaan yaitu "membuat sesuatu menjadi sediakala atau menjadikan sesuatu yang tidak menyalahi adat".13 2. Akhlak Siswa Akhlak sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karekteristi-karakteristik akal atau tingkahlaku yang membuat sesorang menjadi istimewa. karekteristikarakteristik ini membentuk kerangka psikologi dan membuat seseorang berperilaku sesuai dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda.14 Pengertian siswa adalah peserta didik, peserta didik dalam undangundang Republik Indonesia nomor 20 tahn 2003 bab I Pasal I ayat 4 adalah: ”Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur ,jemjang, dan jenis pendidikan tertentu.” 15
11
Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005), hlm. 240. Pupuh Fathurahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm.15 13 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 135 14 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 26-27 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I ayat 4. hlm. 5 12
8
Jadi yang dimaksud judul Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa ialah pelaksanaan suatu cara yang dipergunakan untuk membuat sesuatu menjadi sediakala atau menjadikan sesuatu yang tidak menyalahi adat dengan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan oleh anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016.
9
E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis. a. Dapat menjelaskan
penerapan metode pembiasaan di MI Sultan Fattah
Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 b. Dapat mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Jika hasil penelitian ini positif (penerapan metode pembiasaan dapat membentuk akhlak siswa), maka dapat memotifasi
siswa untuk
mentaati saran, bimbingan dan nasehat guru dan orang tua b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk memberikan pembinaan dalam porses pembelajaran disekolah . c. Bagi Kepala Sekolah Dengan berpedoman pada hasil penelitian ini, kepala sekolah dapat memberi dorongan kepada dewan Guru guru, wali murid dan tokoh masyarakat
untuk memperhatikan pendidikan siswa-siswanya
akhlak dan prilaku siswa-siswinya baik.
supaya
10
F. Metode penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, maka peneliti akan menerangkan beberapa metode yang dipergunakan dalam skrispsi ini: 1. Jenis dan Pendekatan a. Jenis Penelitian Jenis peneliti menggunakan jenis penelitian deskriftif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel, satu dengan variabel yang lain. 16 Penelitian ini berusaha menjawab pertannyaan-pertannyaan apakah dan mendeskripsikan hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan memberikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogman dan Tailor yang dikutif Lexi J. Moeleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.17 Kegunaan Metode Kualitatif menurut Lexi J. Moeleong
seperti
yang di kutif Nur Khoiri adalah : 1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah 16
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 11 Lexi J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 4 17
11
2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden 3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.18 2. Subyek Penelitian Adapun subyek penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepala sekolah Kepala sekolah disini sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam menentukan kebijakan di sekolah dan kegiatan pembelajaran di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. b. Guru Akidah Akhlak Guru merupakan orang yang melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Maka dari itu, peran guru sangat penting dalam penelitian ini karena guru nantinya yang akan menerapkan metode pembiasaan dalam membentuk Akhlak
siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun
Pelajaran 2015/2016, serta sebagai sumber data primer dalam penelitian ini. c. Siswa Siswa dalam hal ini sebagai unsur yang juga memiliki peran penting guna tercapainya tujuan penelitian. Siswa sebagai subyek dalam penerapan metode pembiasaan Dalam Membentuk akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Fokus Penelitian
18
Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, ( Jepara: INISNU, 2012), hlm. LXII
12
Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui penerapan metode pembiasaan di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 b. Mengetahui penerapan metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 4. Pengumpulan Data Data yang ada dalam penelitian ini adalah data kepustakaan (Library research), data merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini, data yang diperoleh dengan cara peneliti terjun kelapangan. a. Teknik Pengumpulan Data Untuk mempermudah memperoleh data di lapangan, penulis menggunakan beberapa Teknik, yaitu: 1) Wawancara Merupakan percakapan dengan maksud tertentu.19 Teknik wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidikan subjek atau responden. Berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada 2 jenis wawancara yaitu: a) Wawancara relatif tertutup, wawancara dimana nara sumber tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai dan tidak mengetahui tujuan wawancara.
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
13
b) Wawancara terbuka, nara sumber tahu dan menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu tujuan wawancara.20 Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang profil sekolah, keadaan umum sekolah dan pelaksanaan Penerapan metode pembiasaan dalam proses
pembelajaran Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sultan
Fattah Sukosono Kedung Jepara. Adapun sumber informasinya diperoleh dari adalah: a) Kepala Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara untuk mendapatkan informasi umum tentang Madrasah . b) Waka kurikulum untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara . c) Dewan Guru untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan metode pembiasaan dan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara . d) Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam penulisan skripsi ini. 2) Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Teknik ini penulis digunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi umum Penerapan metode pembiasaan dalam proses pembelajaran di Madrasah
20
Ibid, hlm. 189.
14
Ibtidaiyah Sultan Fattah. Teknik ini juga digunakan untuk mengetahui pengelolaan
secara
keseluruhan,
letak
geografis
serta
untuk
mengembangkan data-data yang terkait dengan lembaga pendidikan yang bersangkutan. 3) Dokumentasi Teknik Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.21 Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan situasi umum Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah serta data-data lain yang bersifat dokumen. b. Teknik Analisis Data Analisis
data
merupakan
kegiatan
mengelompokkan
data
berdasarkan dan jenis responden, mentabulasi berdasarkan variabel dari seluruh responden, manyajikan data tiap variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel, dan menyimpulkan untuk menjawab rumusan masalah.22 Pola analisis penelitian ini menggunakan pola pikir induktif yaitu mengangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 236. 22 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan RD, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 147.
15
Sedangkan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alasan yang berbeda dalam penelitian kualitatif hal itu dapat dicapai dengan beberapa jalan. diantaranya: 1) Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara. 2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 3) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknis pengumpulan data dan 4) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan Teknik yang sama.23 Analisis data yang digunakan yaitu analisis nonstatistik dengan mencatat yang menghasikan catatan lapangan dengan memberi kode agar sumber datanya tetap bisa ditelusuri, mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ihktisar dan membuat indeksnya, berfikir agar kategori data mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.24 A. Sistematika Penulisan Skripsi
23 24
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 187-191. Ibid, hlm. 248
16
Agar skripsi ini lebih mudah untuk dimengerti dan difahami sebelum membaca secara keseluruhan, maka penulis memberikan sistematika pembahasan sebagai berikut : 1. Bagian Depan Skripsi. Pada bagian ini memuat beberapa halaman yaitu: Halaman Judul, Halaman Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto dan Persembahan, Halaman Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Lampiran. 2. Bagian Isi. Pada bagian ini memuat lima bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI MELIPUTI: A. Metode Pembiasaan: 1. Pengertian Metode Pembiasaan 2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan 3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan 4. Langkah-Langkah Metode Pembiasaan 5. Faktor-faktor Metode Pembiasaan 6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan B. Pengertian Akhlaq C. Metode Pembiasaan Akhlak
17
BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi umum tentang Madarsah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara, Menjelasakan tentang letak geogtrafis, Sejarah berdirinya, keadaan sarana-prasarana,Visi dan Misi, Keadaan guru dan siswa, Struktur organisasi, tujuan dan kurikulum B. Data Khusus 1. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. BAB IV : ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBIASAAN DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SULTAN FATTAH SUKOSONO KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Analisis Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Analisis faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016.
18
BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran, kata penutup. 3. Bagian Akhir. Bagian ini memuat Daftar Kepustakaan, Lain-lain, dan Daftar riwayat pendidikan penulis.
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembiasaan Pembelajaran Akidah-akhlak membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik. Metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 1. Pengertian Metode Pembiasaan Metode pembiasaan yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya: a. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak.”1 b. Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.”2 c. Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.”3 Dari beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya, mereka sepakat bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam 1
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm. 60. 2 Ramayulis, Metodologi Akidah-akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 103. 3 Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 125. 12
19
20
pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang- ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tuanya. Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan
yang berupa
pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia dewasa.4 Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu:
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ْل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ َﺎل َرﺳُﻮ َ َﺎل ﻗ َ ْﺐ َﻋ ْﻦ اَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ َﺟ ﱢﺪﻩِ ﻗ ٍ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤﺮِو ﺑْ ُﻦ ُﺷ َﻌﻴ ﺿ ِﺮﺑـُ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﻋ ْﺸ ٍﺮ ْ َﲔ وَا َ ْ ﺼﻼَةِ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﺳْﺒ َﻊ ِﺳﻨـ ُﻣﺮُوْا أ َْوﻻَ َد ُﻛ ْﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠ ( َﺎﺟ ِﻊ ) روﻩ اﺑﻮ داود ِ َوﻓَـﱢﺮﻗُﻮاﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ِ ْﰲ اﳌَﻀ Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur 4
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2oo2), hlm. 110
21
7 tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjangranjangnya”. (HR. Abu Daud).5 Haditst di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya hukum salat, bilangan rakaatnya dan cara-caranya hendaknya dapat diajarkan kepada anak sedini mungkin, kemudian dibiasakan untuk melaksanakannya dengan berjamaah, sehingga salat itu menjadi akhlaq dan kebiasaan bagi anak.6 Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, di ma`na pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Menurut Burghardt, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.7
5
Abdul Rahman Muhammad Utsman, Aunul Ma’bud (Syarah Sunan Abi Daud), (Libanon: Darul Fikr, 1979), hlm. 161 6 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm.62. 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 118.
22
Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. 2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a. Dasar Pembiasaan Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Dilihat dari segi proses pembentukan keribadian seseorang, maka peranan pendidikan diri sendiri yang dipadukan dengan pendidikan melalui orang lain atau guru lebih memperkokoh terwujudnya kebulatan dan keutuhan pola kepribadian.8 Seperti yang telah kita ketahui juga, bahwa pertumbuhan kecerdasan pada anak-anak usia sekolah dasar belum memungkinkan untuk berpikir logis dan belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Maka apapun yang dikatakan kepadanya akan diterimanya saja. Mereka belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya Tuhan dan belum sanggup menentukan mana yang buruk dan mana yang baik. Hukum- hukum dan ketentuan-ketentuan agama belum dapat dipahaminya atau dipikirkannya sendiri. Dia akan menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan tidak dipahaminya.9
8
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm.
9
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005), hlm. 73
158
23
Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin
dengan
penjelasan
pengertian
saja,
akan
tetapi
perlu
membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi sifat tercela. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur si anak, hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.10 Islam menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan. Islam mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan banyak menemukan banyak kesulitan.11 Oleh karena itu, pembiasaan merupakan salah satu penunjang pokok. kependidikan, sarana, dan metode paling efektif dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya.12 Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil. Sedang mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.13
10
Ibid., hlm. 74. Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: P.T. Al- Ma’arif, 1993), hlm. 363. 12 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 65. 13 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Terj. Saiful Kamali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa’, 1988), hlm. 64. 11
24
Hal ini menunjukkan bahwa membiasakan anak-anak sejak kecil sangatlah bermanfaat, sedangkan membiasakannya setelah itu tidaklah akan bermanfaat, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila diluruskan, dan tidak bengkok meskipun sudah menjadi sebatang kayu.14 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius, seperti ungkapan populer yang menyatakan: Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua. Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk. Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pembiasaan merupakan upaya praktis, pembentukan (pembinaan), dan persiapan. Oleh karena itu, Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, insting, bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit terlaksana
manakala
seseorang
tidak
terlatih
dan
terbiasa
untuk
melaksanakannya. 14
Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, (Jakarta: Arroyan, 2001), hlm. 140.
25
b. Tujuan Pembiasaan Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural. 15 Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari. 3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan Pendidikan akhlak melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya yaitu: a. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya.
15
Muhibbin Syah, Op. cit., hlm. 123.
26
b. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai dan menyudahi pelajaran. c. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supranatural.16 Pembentukan
kebiasaan-kebiasaan
tersebut
terbentuk
melalui
pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya, oleh karena itu pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini mungkin sehingga ketika dewasa nanti hal-hal yang baik telah menjadi kebiasaannya. 4. Langkah-Langkah Metode Pembiasaan Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.17 Adapun sistem Islam dalam memperbaiki anak adalah dengan cara pengajaran dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan aspek 16
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),
hlm.100 17
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie, op. cit,
27
teoritis dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya.18 Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba-tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi lain dan dari suatu perasaan ke perasaan lain. 19 Adapun contoh langkah-langkah tentang bagaimana mengajarkan dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak yaitu: a. Rasulullah saw memerintahkan kepada para pendidik untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka kalimat “Laa ilaaha illallah”. “. . . Awalilah bayi-bayimu itu dengan kata Laa ilaaha illallah.”. (HR. alBaihaqi). Hadits ini menunjukkan segi teori. Adapun dari segi praktiknya ialah dengan mempersiapkan dan membiasakan anak untuk mengimani di lubuk hatinya bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah swt Hal ini dilakukan melalui fenomena alam yang dapat dilihat langsung oleh anak seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia dan lain sebagainya agar akal dan pikirannya terkesan kuat bahwa pencipta semua makhluk tersebut hanya Allah swt Semua ada karena diciptakan oleh-Nya sehingga secara intuitif dan rasional mereka akan merasa puas dalam mengimani Alah dengan alasan dan dalil yang kuat.20
18
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil –Islam, terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 60. 19 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: P.T. Al-Ma’arif, 1993), hlm. 367. 20 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 61.
28
b. Rasulullah saw menyuruh para pendidik untuk mengajarkan kepada anakanak mereka tentang hukum salat pada usia tujuh tahun.
. . . Perintahlah anak-anak kalian salat di usia tujuh tahun. Pukullah di usia sepuluh tahun jika mereka tidak melakukannya. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka. ” (H.R. Abu Daud). Hadits inipun bersifat teoritis. Adapun dari segi praktis yaitu dengan mengajarkan kepada anak hukum salat, bilangan rakaatnya, dan caracaranya. Kemudian dibiasakan membimbing mereka dengan penuh kesabaran seperti untuk melaksanakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga salat itu menjadi akhlak dan kebiasaan bagi mereka.21 Dari beberapa contoh di atas, dapat dimengerti bahwa dalam mendidik anak dengan pembiasaan agar memiliki kebiasaan yang baik dan akhlak mulia, maka pendidik hendaknya memberikan motivasi dengan kata- kata yang baik dan sesekali memberikan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi peringatan dan pada saat yang lain dengan kabar gembira. Kalau memang diperlukan, pendidik boleh memberi sanksi jika dipandang ada kemaslahatan bagi anak guna meluruskan penyimpangan dan penyelewengan. Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia, dan tata cara sosial. Dari kebiasaan ini, mereka akan menjadi orang yang mulia, berpikir matang, dan bersifat istiqamah. Selain itu, dalam menerapkan sistem Islam
21
Ibid.
29
mendidik kebiasaan, para pendidik hendaknya mempergunakan cara yang beragam. Pendidik hendaknya membiasakan anak memegang teguh akidah dan bermoral, sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang dengan akidah Islam yang mantap, dengan moral al-Qur`an yang tinggi. Lebih lanjut, mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia, dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.22 5. Faktor-faktor Metode Pembiasaan Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah pengulangan. Sebagai contoh, seorang anak akan terbiasa membuang sampah pada tempatnya ketika kebiasaan itu sering dilakukan hingga akhirnya menjadi kebiasaan baginya. Melihat hal tersebut, faktor pembiasaan memegang peranan penting dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menanamkan agama yang lurus.23 Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan yang dianjurkan, baik oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Kebiasaan adalah reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap tingkah laku. Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, maka harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:
22 23
Ibid., hlm. 64. Armai Arief, Op.cit., hlm. 115.
30
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.24 b. Oleh karena itu, kebiasaan baik harus ditanamkan sedini mungkin sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.25 c. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu (berulang-ulang), teratur, dan terprogram, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang utuh, permanen, kontinyu, dan otomatis. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.26 d. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.27 e. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur diubah menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri.28
24
Armai Arief, Op.cit., hlm. 114. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda Karya, 2003), hlm. 178 26 Armai Arief, Op.cit., hlm. 114 27 Ibid. 28 M. Ngalim Purwanto, Loc.cit. 25
31
Dari
penjelasan
di
atas,
dapat
diketahui
bahwasanya
dalam
menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan meskipun secara berangsur-angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan.29 Selain
itu,
pembiasaan
hendaknya
disertai
dengan
usaha
membangkitkan kesadaran atau pengertian secara terus- menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar anak dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati. 30 Oleh karena itu, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistik hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga semakin lama akan timbul pengertian dari peserta didik. Adapun petunjuk dalam menanamkan kebiasaan yaitu: a. Kebiasaan jelek yang sudah lama terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik. b. Dalam menanamkan kebaikan, pendidik terkadang hendaknya secara sederhana menerangkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik. 29
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009), hlm.
30
Ibid., hlm. 191.
189.
32
c. Sebelum peserta didik menerima dan mengerti motif perbuatan yang dibiasakan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus-menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan. d. Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan. e. Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.31 Demikianlah faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembiasaan agar pembiasaan dapat dilakukan dengan mudah, lekas tercapai, dan baik hasilnya. 6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan Sebagaimana metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan sebagai berikut. a. Kelebihan 1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasaan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
31
hlm. 160.
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: Angkasa Offset, 1980),
33
2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya. 3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.32 4) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.33 b. Kekurangan 1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak dibawa kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya. 4) Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis.34 c. Cara Mengatasi Kelemahan 1) Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.
33
Armai Arief, Op. cit., hlm. 115. Syaiful Sagala, Loc. cit.
217. 34
34
2) Latihan harus memiliki arti yang luas. Karenanya, harus dijelaskan terlebih dahulu tujuan latihan tersebut agar murid harus mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar. 3) Masa latihan harus relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu. 4) Latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan. Untuk itu, perlu dibandingkan minat intrinsik, tiap-tiap kemajuan yang dicapai murid harus jelas, dan hasil latihan terbaik dengan menggunakan sedikit emosi. 5) Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual.35 Dari pemaparan di atas, dapat dilihat beberapa kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan serta cara mengatasi kelemahannya. Dengan demikian, diharapkan metode pembiasaan dapat dilaksanakan dengan lebih baik dalam proses pembelajaran. B. Pengertian Akhlaq Sebelum sampai pada pengertian akhlak lebih dahulu perlu diketahui bahwa kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “Al-Khuluku”, dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-Khalku” yang bermakna “Kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “Khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”. dari kata “Khalaka” inilah timbul bermacammacam kata seperti: Al-khuluku yang mempunyai makna “Budi Pekerti”. Al-
35
Ibid., hlm. 218.
35
khalku mempunyai makna ” Kejadian”. Al-khalik bermakna “Tuhan Pencipta Alam” Makhluk mempunyai arti “segala sesuatu yang diciptakan tuhan”. Dalam kitab “Al-Mursyid Al-Amin Ila Mauidhah Al-Mu’minin”, terdapat kalimat yang menjelaskan perbedaaan antara kata al-khalku dengan kata al-khuluku sebagai berikut: Dikatakan: “Fulan itu baik kejadiannya dan baik budi pekertinya”. Maksudnya baik lahir dan batinnya. Yang dimaksud ”Baik Lahir” yaitu baik rupa atau rupawan, sedang yang dimaksud “Baik Batin” yaitu sifat-sifat kebaikan (terpuji) mengalahkan atas sifat-sifat tercela”. Dari uraian di atas jelas bahwa “Alkhalku” mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriyah, seperti wajah yang bagus atau jelek. ” Al-khuluku” atau jamak “Akhlak” mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah, seperti sifat-sifat terpuji atau sifat-sifat yang tercela Secara etimologis akhlaq adalah jamak dari khuluq yang berartti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Menurut Imam Gozali seperti yang dikutif oleh Anwar Masy’ari Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 36 Khalil Al-Musawi akhlak ialah: kaidah-kaidah ilmiah untuk menata dan mengatur perilaku manusia.37 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan
36
38
. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa arab
H. Anwar Masy’ari., Akhlak Al-Quran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 1-2 Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1998), hlm. 91 38 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Off.Cit, hlm.28 37
36
(yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata itu tidak ditemukan dalam al-quran.Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam al-Quran surat al-Qalam ayat 4. ayat tersebut dinilai sebagai konsideran pengangkatan Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul:
﴾٤ : اﯾﺔ: ﴿ اﻟﻘﻠم Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam: 4).39 Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadist-hadist Nabi SAW. dan salah satunya yang paling populer adalah :
﴾ ْت ِﻻ ُء ﺗَ ِﻣ َم ﻣَﻛﺎ َِرَم ْاﻻَ ْﺧﻠَقِ﴿رواﻩ اﻟﺑﯾﻬﻘﻰ ُ اﱠﻧﻣَﺎ ﺑُ ِﻌﺛ
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.40
Bertitik tolak dari pengertian bahasa diatas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam. Dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keanekaragaman tersebut.
﴾ ٤ : ﴿اﻟّﯾل
Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam” (Q.S. Al-lail:4).41
39
Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), hlm. 960 40 Imam Malik, Al-Muwatha, Juz. 14,(Beirut: Daarul Fikr, 1980), hlm. 132 41 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara , 1989), hlm.1067
37
C. Metode Pembiasaan Akhlak Pembentukan pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap si anak terhadap agama dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tua, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah, terutama guru yang disayangi. Jika guru agama dapat membuatnya disayangi oleh murid-murid, maka pembinaan sikap positif terhadap agama akan mudah terjadi. Guru agama akan disenangi oleh anak didiknya apabila guru itu dapat memahami perkembangan jiwa dan kebutuhan-kebutuhannya, lalu melaksanakan pendidikan agama itu dengan cara yang sesuai dengan umur anak itu. Guru agama harus menyadari bahwa anak adalah anak dalam arti keseluruhannya, baik tubuh (jasmani), pikiran, maupun perasaannya. Kesanggupannya untuk mendengar penjelasan guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya terbatas, demikian seterusnya. Maka apa yang cocok untuk orang dewasa, tidak akan cocok untuk anak-anak. Demikianlah seterusnya dengan agama. Artinya, ajaran agama yang cocok untuk orang dewasa tidak akan cocok untuk anak-anak. Agar agama mempunyai arti pada anak, hendaklah disajikan dengan cara yang sesuai dengan anak-anak, yaitu dengan cara yang lebih dekat kepada kehidupan sehari-hari dan lebih konkret.42
42
Zakiah Daradjat, Op.cit., hlm. 74.
38
Latihan-latihan
keagamaan
yang
menyangkut
ibadah
seperti
sembahyang, doa, membaca al-Qur`an atau menghafalkan ayat-ayat atau suratsurat pendek, salat berjamaah di sekolah atau masjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Mereka dibiasakan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya mereka akan terdorong untuk melakukannya, tanpa perintah dari luar, tapi dorongan dari dalam. Latihan keagamaan, yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial atau hubungan manusia dengan manusia, sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting daripada penjelasan dengan kata-kata. Latihan-latihan di sini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh guru atau orang tua. Oleh karena itu, guru agama hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkan kepada anak-anak didiknya, lalu sikap dalam melatih kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama hendaknya menyenangkan dan tidak kaku. Apabila si anak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama, terutama ibadah (secara konkret seperti salat, puasa membaca alQur`an dan berdoa) dan tidak pula dilatih atau dibiasakan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan agama dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak dilatih untuk menghindari larangan-larangan agama, mereka pada waktu dewasa nanti akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti agama, atau sekurang-kurangnya mereka tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya.43
43
Ibid., hlm. 75.
39
Dalam sebuah syair yang berbunyi: Anak-anak remaja kita tumbuh Sesuai dengan apa yang dibiasakan orang tuanya.44 Maksud dari syair di atas adalah bahwa anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan apa yang dibiasakan waktu kecilnya. Jika diajarkan dan dibiasakan suatu kebaikan, maka kebaikan itu akan menjadi tabiatnya hingga dewasa. Begitu juga pembiasaan agama sangat menentukan dalam ibadah, sebab orang yang tidak terbiasa untuk melakukan salat sejak kecil, maka ia akan merasa berat untuk melakukannya ketika sudah dewasa. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Dengan demikian, maka sesuai dengan ungkapan yang sudah populer yang menyatakan Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua. Setelah diketahui, bahwa kecenderungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan sangat besar dibandingkan usia lainnya, maka hendaklah para pendidik dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran. Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia memulai realita kehidupan ini. Adapun Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada para pendidik agar mereka mengajarkan dan membiasakan kepada anak didik akan prinsip- prinsip kebaikan dengan harapan dapat dijadikan pelajaran bagi anak-anak didik. Itulah sedikit gambaran cara mengajar dan membiasakan kepada anak didik tentang akhlak yang pokok dan prinsipnya telah diletakkan oleh Rasulullah saw. Dan ini termasuk dalam kerangka metode umum yang digambarkan oleh 44
Abdullah Ibnu Sa’d, Tarbiyatul Abna’, Terj. Kamran As’at Irsyady, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm. 122.
40
Islam dalam membentuk anak dilihat dari segi akidahnya dan mempersiapkannya dari segi iman. Hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam mengajarkan kebaikan kepada anak didik dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata yang baik pada kesempatan tertentu dan memberikan hadiah pada kesempatan lain, serta terpaksa memberikan hukuman pada kesempatan tertentu jika dipandang terdapat maslahat untuk anak didik dalam meluruskan kebengkokannya. Semua metode ini bermanfaat dalam upaya membiasakan anak dengan keutamaan- keutamaan jiwa, akhlak, dan etika sosial. Sehingga anak didik menjadi manusia mulia, berimbang, lurus dan berakhlak luhur sesuai dengan ajaran al-Qur`an.45 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak, dan agama, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsurunsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh berkembang. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat melalui pembiasaan, semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya.
45
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie., hlm. 63
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum 1. Profil Madrasah a. Situasi Umum MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara 1) Sejarah Berdirinya MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara MI Sultan Fattah berada di bawah naungan Yayasan Sultan Fattah yang berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta beraliran Islam Ahlu Sunnah Waljama’ah. Didirikannya MI Sultan Fattah ini karena dipandang perlu yang dengan bertujuan: a) Mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan Islam formal b) Mengembangkan dan meningkatkan pendidikan dan pengajaran Islam ala Ahli Sunnah Waljama’ah. c) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan beragama bagi umat Islam serta kesejahteraan masyarakat. Demi terwujudnya tujuan tersebut diatas, maka Yayasan Sultan Fattah melakukan bermacam-macam usaha demi terwujudnya pendidikan keagamaan yang para siswanya adalah putra-putri masyarakat sekitar. Yayasan ini juga mendirikan dan mengelola sarana pendidikan dan tempat-tempat ibadah, mengelola lembaga sosial keagamaan serta menyelenggarakan da’wah Islamiyah.
41
42
2) Tinjauan Historis MI Sultan Fattah Sukosono Sejak tahun 1993 Yayasan Sultan Fattah sudah mengelola beberapa pendidikan yang meliputi, TK-Almasithoh, Tsanawiyah Sultan Fattah, dan Diniyah Awaliyah, kemudian masyarakat dan tokoh masyarakat meminta kepada pengurus yayasan agar di Sukosono mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah. Kemudian pada tahun 1993 pengurus yayasan bersama tokoh masyarakat mengadakan musyawarah pada hari Jum’at
tanggal
05 Februari
1993
yang bertempat
di
Masjid
“Baiturrahiem” Sukosono. Dalam rapat tersebut belum ada kesepakatan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, setahun kemudian yaitu tahun 1994 masyarakat dan tokoh masyarakat mendesak lagi agar tahun ini bisa mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah, maka pengurus yayasan dan para tokoh
masyarakat
mengadakan
pertemuan
kembali
di
masjid
“Baiturrahiem” Sukosono pada hari Jum’at tanggal 17 April 1994, dalam musyawarah tersebut disepakati untuk mendirikan madrasah Ibtidaiyyah dengan alasan. gedung sudah ada 5 (lima) lokal yang belum banyak dimanfaatkan dan melengkapi pendidikan yang dikelola yayasan mulai dari TK, MI, dan Mts. Kemudian pada tahun 1995 menopang anak-anak yang drouf out dari SD, anak-anak dari Tk dan anak-anak yang tidak sekolah sejumlah 20 (dua puluh) anak. Kemudian
membuat
proposal
sebagai
permohonan
Izin
oprasional kepada Departemen Agama. Tetapi belum bisa diterima, karena harus ada rekomendasi dari kepala Desa dan Kecamatan.
43
Kemudian Kepala Desa Sukosono yang dipimpin bapak Abdul Ghoni mengadakan rapat untuk membahas Madrasah Ibtidaiyah yang akan didirikan. Dalam rapat itu di hadiri oleh tokoh masyarakat, Perangkat Desa, RT/RW dan beberapa guru yang mengelola yayasan Sultan Fattah. dalam rapat rembuk desa tersebut disepakati berdirinya madrasah. Setelah mendapatkan rekomendasi dari Kepala Desa dan Camat, pada tahun 1995 mendapatkan ijin oprasional dari Departemen Agama Kabupaten Jepara untuk penyelenggaraan pendidikan madrasah tingkat Ibtidaiyah yang disepakati Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah yang pada waktu itu di Kepalai Bp. Shohib Ashhadi. Pada tahun 1998 mendapat rekomendasi dari Departemen
agama Terdaftar dengan nomor
MK.09/3-a/PP.00.4/124/1997. akhirnya setelah melalui beberapa Proses madrasah Ibtidaiyah Sultan Fattah Sukosono dapat berdiri dan berkembang sampai sekarang atas bimbingan dari Departemen Agama Kabupaten Jepara. MI. Sultan Fattah terletak di Desa Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara menempati tanah seluas 445 m2 Dengan Jumlah ruang belajar 6 Lokal, 1 ruang Perpustakaan 1 Ruang kantor, 1 ruang pertemuan. Nama Sekolah
: MI. Sultan Fattah
Status Sekolah
: Swasta
Nomor Statistik Sekolah (NSS)
: 111233200138
44
Nomer Pokok Sekolah Nasional (NPSN)
: 20318581
Waktu belajar
: Pagi
Tahun didirikan
: 1995
b. Visi, Misi dan Motto VISI: UNGGUL
DALAM
IPTEK
(ILMU
PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI DAN SENI) DAN IMTAQ (IMAN, TAQWA, DAN AHLAQ) Indikator Visi : 1) Tata pelayanan berdasarkan standar pelayanan minimal. 2) Pencapaian kuantitas dan kualitas kelulsan. 3) Presentase kenaikan kelas tinggi. 4) Peringkatsekolah meningkat dalam berbagai lomba. 5) Peningkatan mutu kecakapan hidup (life skill) 6) Peningkatan gagasan dan daya cipta yang inovatif. 7) Meningkatkan kehidupan beribadah. 8) Meningkatkan perilakuyang berbudi pekerti luhur. 9) Terciptanya suasana yang damai, aman, tentram, kondusif, dan kebersamaan antar warga sekolah. MISI: 1) Mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan seharihari.
45
2) Melaksanakan pembelajaran klasikal terpadu, akselerasi & bimbingan secara efektif. 3) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah secara intesif. 4) Menanamkan pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter secara dini. 5) Menerapkan
manajemen
yang
transparent,
demokratis,
akuntanbilitas, professional dan partisipatif dengan melibatkan warga sekolah dan stakeholder. 6) Melaksanakan hubungan masyarakat yang bermartabat, bebas dan proaktif untuk kepentingan pendidikan.1 c. Letak Geografis MI Sultan Fattah MI Sultan Fattah terletak di Desa Sukosono Rt.11 Rw.03 Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, lebih tepatnya di kompleks Masjid Baiturrolhim. Letaknya yang berada di pinggir jalan raya, memudahkan untuk menjangkaunya dari arah manapun juga. Selain itu suasananya juga cukup kondusif dan nyaman untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Hal itu disebabkan letaknya yang relatif jauh dari kegiatan industri meubel yang begitu banyak di Desa Sukosono. Adapaun batas-batas wilayahnya yaitu: 1) Sebelah utara
1
: Jalan Sukosono-Langon Km.04
Data Dokumentasi, Op. Cit. hlm. 7
46
2) Sebelah timur
: Perumahan penduduk
3) Sebelah selatan
: Perkampungan warga
4) Sebelah barat
: Kompleks Masjid dan perumahan penduduk
2. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah a. Kurikulum di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Struktur kurikulum yang diterapkan di MI Sultan Fattah yang merupakan substansi pembelajaran yang harus ditempuh peserta didik dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan 6. Struktur kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono Kedung terdiri atas tiga komponen, yakni: 1) Komponen mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. 2) Komponen mata pelajaran dikembangkan berdasarkan lima kelompok mata pelajaran, yaitu: a) Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia. b) Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. c) Kelompok mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. d) Kelompok mata Pelajaran Estetika.2 b. Kurikulum akidah akhlak Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Agama dan Akhlak Mulia untuk MTs Al-Hidayah Langon Jepara selengkapnya adalah sebagai berikut:
2
Buku arsip MI Sultan Fattah tahun 2013, hlm.3
47
1) Mengamalkan
ajaran
agama
yang
dianut
sesuai
dengan
tahap
perkembangan anak. 2) Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. 3) Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi. 4) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan santun yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. 5) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya 6) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab 7) Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama. Adapun muatan Kurikulum Aqidah Akhlak bertujuan: 1) Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia 2) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT sesuai dengan agama yang dianutnya melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan pembiasaan. 3) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berilmu, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial, serta mengembangkan budaya beragama di sekolah. Proses Belajar Mengajar dilaksanakan setiap hari efektif sesuai dengan kalender Pendidikan dilaksanakan pada pagi hingga siang hari mulai
48
pukul 07.00 s.d 13.05 WIB dengan alokasi waktu tiap jam pelajaran 40 menit. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervareasi dan berpusat pada peserta didik, sehingga tercipta Proses Belajar Mengajar yang efektif dengan ciri-ciri : a. Menyenangkan (Joy full learning) b. Mampu meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa c. Membantu siswa dalam mencapai kompetensi sesuai dengan KKM. Disamping itu proses pengalaman belajar memuat kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikuasai peserta didik .Kegitan proses belajar dilaksanakan sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki konsep
materi
pembelajaran.
Rumusan
pernyataan
dalam
kegiatan
49
pembelajaran minimal mengandung 2 unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi pelajaran. Tugas guru dalam pengelolaan Kegiatan pembelajaran meliputi : a. Menyusun Prota , Prosem dan RPP b. Menyusun pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
dan
indikator hasil belajar c. Menyusun Silabus d. Menyusun Model (Strategi) pembelajaran e. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) f. Menyusun bahan ajar B. Data Khusus 1. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Pembiasaan yang dilaksanakan dalam pendidikan agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono sebagai berikut. a. Pembiasaan dalam Akhlak Pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. 1) Pembiasaan Salam dan Salim Pembiasaan salam dan salim di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, siswa-siswi, sampai karyawan. Salam ini dibiasakan pada waktu: a) Warga sekolah
50
datang ke sekolah. b) Sebelum guru memulai dan menyudahi pelajaran. c) Warga sekolah masuk dan keluar perpustakaan. d) Warga sekolah masuk dan keluar laboratorium. e) Warga sekolah masuk dan keluar kantor dan ruang guru. f) Warga sekolah masuk dan keluar kantin sekolah. Adapun berjabat tangan dibiasakan ketika warga sekolah datang dan ketika pulang sekolah atau ketika warga sekolah baru berjumpa (bertatap muka) dan berpamitan.3 2) Pembiasaan Adab Makan Pembiasaan ini dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono setiap jam makan siang di sekolah dengan waktu yaitu: a) Untuk kelas I-III, makan siang dilakukan sebelum salat Dhuhur. b) Untuk kelas IV-VI, makan siang dilakukan setelah salat Dhuhur. Pembagian waktu ini dilakukan untuk mengantisipasi antri wudhu yang lama. 3) Pembiasaan Hidup Bersih Pembiasaan hidup bersih di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan yang dilakukan di antaranya yaitu: a) Warga sekolah dianjurkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. b) Warga sekolah hendaknya selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. c) Para siswa dibiasakan mencuci tempat makan setiap habis makan. d) Para siswa dibiasakan menjaga kebersihan kelas.
3
Wawancara dengan Guru Akidah-akhlak tgl.1 Agustus 2015
51
e) Warga sekolah dibiasakan mejaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti meletakkan sepatu di rak sepatu dan selalu berpakaian bersih dan rapi. f) Para siswa diperiksa kebersihan kuku, telinga dan rambutnya setiap hari jum’at. g) Kegiatan kebersihan lingkungan sekitar sekolah pada momen-momen tertentu, seperti sebelum peringatan 17 Agustusan dan Hari Kebersihan Lingkungan Hidup. 4) Pembiasaan Disiplin Belajar Dalam pembiasaan disiplin belajar, MI Sultan Fattah Sukosono menerapkan program jam ibadah dan belajar pada pukul 18.00-20.00 WIB. Guru melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memantau kegiatan siswa di rumah terkait pembiasaan ibadah seperti salat serta pembiasaan belajar di waktu-waktu belajar.4 Kontrol ini dilakukan guru kelas melalui telepon kepada orang tua siswa secara bergiliran antara siswa yang satu dengan yang lain. Kontrol ini kadang dilakukan juga pada waktu kegiatan ta’lim orang tua siswa yang dilakukan satu minggu sekali.5 5) Pembiasaan Akhlak diri dan Orang Lain Pembiasaan ini dilaksanakan di MI Sultan Fattah Sukosono dengan melibatkan siswa secara aktif, dimana antara siswa satu sama lain
4
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 8 Nopember 2008 5 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 20 Nopember 2008.
52
saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan. Setiap seminggu sekali masing-masing siswa harus melaporkan hasil pemantauan dan upaya mengingatkan temannya kepada guru kelas masing-masing untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.6 b. Pembiasaan dalam Ibadah Yang dimaksud ibadah disini yaitu terkait amalan-amalan agama antara makhluk dengan Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan yang dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu: 1) Pembiasaan Salat Pembiasaan shalat yang dilaksanakan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu salat dhuhur untuk shalat wajib ditambah salat Jum’at bagi para siswa putera dan salat dhuha untuk salat sunnahnya. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara: 2) Salat Dhuhur Salat dhuhur ini dilakukan di sekolah dan dilakukan di kelas masingmasing pada waktu ishoma (istirahat, salat dan makan) dengan rincian: (1) Kelas I : semester satu masih berupa gerakan-gerakan, semester 2 mulai bacaan, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya. (2) Kelas II : salat dengan gerakan dan bacaan tetapi belum khusyu’, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya. (3) Kelas III : sudah mulai latihan khusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa secara bergantian dan guru membenahi. (4) Kelas IV-VI : sudah kusyu’, pengawasan dilakukan 6
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 26 Nopember 2008
53
beberapa siswa secara bergantian dan guru hanya mengawasi. Untuk salat ‘ashar, maghrib, isya` dan subuh dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua yang diharapkan mau bekerja sama dengan pihak sekolah, untuk selalu memantau salat putera-puteri mereka mereka di rumah, yaitu dengan mengisi buku penghubung yang yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pembiasaan salat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 waktu, dan kelas IV-VI mandiri 5 waktu dan diusahakan berjamaah.26 3) Salat Sunnah Salat sunnah yang dibiasakan yaitu salat dhuha dan tahajud. Salat dhuha ini rutin dilakukan pada waktu bulan Ramadhan, dari mulai kelas I sampai kelas VI. Dalam kesehariannya, salat dhuha ditekankan bagi kelas IV sampai kelas VI. Dengan waktunya “suka- suka”, maksudnya yaitu ketika ada jam kosong guru menganjurkan siswa-siswi untuk melakukan salat dhuha. Salat tahajud ini rutin dilakukan pada waktu kegiatan Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan). Adapun kesehariannya dilakukan 4) Pembiasaan Puasa Pembiasaan puasa di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan pada waktu bulan Ramadhan dengan cara: a) Kelas I puasa Dhuhur. b) Kelas II puasa ‘Ashar. c) Kelas III puasa Maghrib tapi masih belum sempurna. d) Kelas IV-VI puasa Maghrib sudah sempurna. Untuk puasa sunah, kelas IV-V dibiasakan minimal 1 kali per pekan. Dalam pelaksanaannya, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa.
54
5) Pembiasaan Doa Harian Doa harian yang dibiasakan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu: a) Doa sebelum memulai dan sesudah pelajaran di kelas, yang dilakukan setiap hari di kelas masing-masing di bawah kontrol guru dan dipimpin oleh beberapa siswa-siswi secara bergantian. b) Doa sebelum dan sesudah makan yang dilakukan setiap hari di sekolah pada waktu makan siang di kelas masing-masing di bawah kontrol guru. c) Doa istirahat yang dilakukan sebelum para siswa keluar kelas untuk beristirahat. d) Doa pembuka yaitu doa yang dilakukan pada waktu siswa-siswi memulai kegiatan belajar di sekolah yang dilakukan sebelum jam pertama dimulai. MI Sultan Fattah Sukosono merupakan lembaga pendidikan yang mengamalkan persepsi seluruh komponen tentang pendidikan melalui metode Rasulullah SAW. (pembiasaan, keteladanan, nasihat, dan hukuman). Sebagai bentuk pelaksanaan persepsi tersebut yaitu melalui penciptaan iklim (budaya) sekolah Islami. Hal ini diterapkan melalui pembiasaan dan keteladanan di lingkungan sekolah agar pembiasaan yang baik tersebut tertanam dalam kehidupan sehari-hari hingga mereka dewasa.7 Dasar dari dilaksanakannya pembiasaan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu karena adanya kebutuhan akan terciptanya pribadi muslim yang kaffah (sempurna). Karena telah diketahui bahwasanya ajaran agama Islam bukanlah agama yang hanya sekedar mengajarkan teori-teori dan hapalan-hapalan saja, tetapi juga penerapan yang kemudian dibiasakan agar nantinya dapat terbentuk 7
Hasil wawancara dengan Ibu Nor Hidah (Litbang Yayasan MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 20 Agustus 2015.
55
pribadi muslim yang kaffah, insan kamil seperti yang dicita-citakan oleh Islam.8 Atas dasar itulah mengapa metode pembiasaan sangatlah perlu diterapkan dan dilaksanakan di MI Sultan Fattah Sukosono. Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, tidak bisa terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dalam pelaksanaan metode pembiasaan Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono. Adapun tujuannya antara lain: a. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik. b. Membentuk peserta didik agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, yaitu membentuk pribadi muslim yang kaffah. c. Menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dalam rangka pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.9 Setelah dasar dan tujuan, unsur ketiga dari pelaksanaan suatu kegiatan yaitu adanya materi yang disajikan. Materi pembiasaan pendidikan agama Islam yang dilaksanakan MI Sultan Fattah Sukosono ialah materi akhlak yang memerlukan pengamalan dan pembiasaan, yaitu: a. Pembiasaan dalam akhlak b. Pembiasaan dalam ibadah c. Pembiasaan dalam akidah.
8
Hasil wawancara dengan Ibu Nor Hidah (Litbang Yayasan MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 20 Nopember 2008 dan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 8 Agustus 2015. 9 Ibid
56
Ketiga aspek di atas dibagi dalam dua bentuk, yaitu rutin dan berkala. Rutin (dalam istilah MI Slutan Fattah) maksudnya adalah yang tercakup dalam akhlak besar, diantaranya: shalat, doa harian, salam, menjaga kebersihan, serta gemar membaca al-Qur`an dan buku ilmiah. Sedangkan berkala maksudnya adalah disesuaikan dengan materi PAI berdasarkan jenjang kelas masingmasing.10 2. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
dalam
penerapan
metode
pembiasaan dalam membentuk akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Pembentukan akhlak di MI Sultan Fattah Sukosono Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, pasti ada pendukung dan penghambat. Adapun pendukung dan penghambat pembiasaan Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu: a. Faktor Pendukung 1) Monitoring Monitoring yaitu bentuk kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua peserta didik. Disini peran orang tua sanagt penting dalam mengontrol aktivitas putera-puteri mereka sehari-hari di rumah. Kegiatan-Kegiatan Pendukung 2) Sarana dan Prasarana
10
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono) pada tanggal 10 Agustus 2015.
57
Sarana dan prasarana yang ada, diakui atau tidak telah turut memberikan kemudahan dalam pelaksanaan metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono. b. Faktor Penghambat 1) Orang tua peserta didik yang tidak mau bekerja sama dengan pihak sekolah. Biasanya mereka adalah orang tua yang sibuk bekerja sampai sore sehingga tidak ada waktu untuk memantau kegiatan atau aktivitas putera-puteri mereka di rumah. 2) Dampak negatif kemajuan teknologi, seperti situs porno di internet yang dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak, kemudian munculnya game-game baru seperti play station dan lain sebagainya. Semua itu dapat menghambat dalam penanaman akhlak baik kepada anak melalui pembiasaan. Misalkan, anak yang keasyikan bermain play station dan tidak diingatkan, mereka akan lupa kewajibannya seperti salat dan belajar. 3) Dalam pembiasaan salat, karena wudhu yang antri, banyak siswa yang sengaja terlambat salat dengan bermain bersama siswa lainnya dengan alasan anti wudhu. Akibatnya, mereka tertinggal salat berjama’ah.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dari semua teori dan data yang diperoleh, dilakukan pengolahan data yang kemudian dilakukan sebuah analisis. Analisis ini dilakukan atas data-data yang diperoleh dari lapangan bedasarkan pada teori yang telah ada. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan memakai pendekatan kualitatif (non-statistik). A.Analisis Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Orientasi Pendidikan akhlak arahnya lebih ditujukan untuk membentuk kepribadian (muslim) peserta didik. Pribadi muslim yang penuh dengan akhlak atau moral (etika) yang baik dalam pergaulan kehidupan. Metode pengajarannya semestinya tidak hanya sekedar memberikan hafalan materi-materi PAI sehingga nantinya tercipta manusia yang mandiri dalam kehidupannya, yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Implementasi atau penerapan merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dengan demikian, implementasi metode pembiasaan merupakan proses penerapan metode pembiasaan kepada peserta didik untuk terbiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.
58
59
Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsurunsur positif pada perkembangan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya, dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.1 Implementasi metode pembiasaan sangat tepat diterapkan pada anak usia MI. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak tumbuh dan berkembang menjadi mumayyiz (bisa membedakan), mulai bisa menalar, memahami, dan mengetahui, sementara fitrahnya masih tetap suci dan beban pikirannya belum seberat beban pikiran yang menggelayuti kaum remaja dan orang dewasa.2 Oleh karena itu, pembiasaan yang baik perlu diterapkan agar kelak bisa menjadi kebiasaannya di waktu dewasa. Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untk mendapatkan hasil. Sedangkan mendidik dan melatih setelah
dewasa
sangat
sukar
untuk
mencapai
kesempurnaan.
Adapun
implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara yaitu: 1. Pembiasaan dalam Akhlak Pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 64-65. Abdullah Ibnu Sa’d al-Falih, Tarbiyatul Abna`, terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai tahapan Usia, (bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm. 96. 2
60
a. Pembiasaan Salam dan Salim Salam merupakan doa yang diberikan orang muslim kepada saudaranya muslim yang lain ketika bertutur sapa. Oleh karena itu, mengucapkan salam merupakan kesunatan dan menjawabnya adalah wajib. Sedangkan salim atau berjabat tangan adalah bentuk keakraban atau salah satu bentuk menjaga silaturahim terhadap sesama muslim. Pembiasaan salam dan salim di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, siswa-siswi, sampai karyawan. Salam ini dibiasakan pada waktu: 1) Warga sekolah datang ke sekolah. 2) Sebelum guru memulai dan menyudahi pelajaran. 3) Warga sekolah masuk dan keluar perpustakaan. 4) Warga sekolah masuk dan keluar laboratorium. 5) Warga sekolah masuk dan keluar kantor dan ruang guru. 6) Warga sekolah masuk dan keluar kantin sekolah.3 b. Pembiasaan Adab Makan Adab makan yaitu tata cara atau etika makan yang dalam Islam telah diajarkan dalam kehidupan keseharian Rasulullah SAW, yaitu hendaknya membaca doa sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan dengan menggunakan tangan kanan, pelan-pelan, dengan duduk, dan lain sebagainya.
3
Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag(Kepala SDIT Harapan Bunda ) pada tanggal 20 Juli 2015.
61
Oleh karena itu, adab makan perlu dibiasakan sedini mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono setiap jam makan siang di sekolah dengan waktu yaitu: 1) Untuk kelas I-III, makan siang dilakukan sebelum salat Dhuhur. 2) Untuk kelas IV-VI, makan siang dilakukan setelah salat Dhuhur. Pembagian waktu ini dilakukan untuk mengantisipasi antri wudhu yang lama.4 Makan siang ini dilakukan di kelas masing-masing dengan guru kelas sebagai koordinator. Makan siang ini dimulai dengan membaca doa sebelum makan bersama-sama kemudian siswa makan siang bersama- sama. Ketika siswa makan, guru memperhatikan bagaimana adab atau etika mereka makan, misalkan ada kesalahan guru langsung mengingatkan. Setelah makan, siswa-siswi membaca doa sesudah makan, kemudian membasuh tangan dan mencuci tempat makannya sendiri- sendiri. Dari pembiasaan ini, diharapkan kebiasaan yang baik dan kemandirian terwujud. c. Pembiasaan Hidup Bersih Tentang pentingnya kebersihan, Islam telah mengajarkan, diantaranya yaitu dalam hikmah berwudhu, sehingga dikenal istilah populer bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. Ini menunjukkan bahwa kebersihan mendapatkan kedudukan yang penting dalam Islam. Pembiasaan hidup bersih di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan yang dilakukan di antaranya yaitu: 4
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 19 Juli 2015.
62
1) Warga sekolah dianjurkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. 2) Warga sekolah hendaknya selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. 3) Para siswa dibiasakan mencuci tempat makan setiap habis makan. 4) Para siswa dibiasakan mejaga kebersihan kelas. 5) Warga sekolah dibiasakan mejaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti meletakkan sepatu di rak sepatu dan selalu berpakaian bersih dan rapi. 6) Para siswa diperiksa kebersihan kuku, telinga dan rambutnya setiap hari jum’at. 7) Kegiatan kebersihan lingkungan sekitar sekolah pada momen-momen tertentu, seperti sebelum peringatan 17 Agustusan dan Hari Kebersihan Lingkungan Hidup.5 d. Pembiasaan Disiplin Belajar Belajar merupakan akhlak baik yang perlu dibiasakan. Dalam pembiasaan disiplin belajar, MI Sultan Fattah Sukosono menerapkan program jam ibadah dan belajar pada pukul 18.00-20.00 WIB. Guru melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memantau kegiatan siswa di rumah terkait pembiasaan ibadah seperti salat serta pembiasaan belajar di waktu-waktu belajar.6 Kontrol ini dilakukan guru kelas melalui telepon kepada orang tua siswa secara bergiliran antara 5
Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag(Kepala MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 12 Agustus 2015 dan Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 19 Juli 2015. 6 Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 8 Juli 2015.
63
siswa yang satu dengan yang lain. Kontrol ini kadang dilakukan juga pada waktu kegiatan ta’lim orang tua siswa yang dilakukan satu minggu sekali.7 Disiplin yang terbina akan sulit diubah, karena telah menyatu pada pribadinya. Dengan terbinanya sikap disiplin yang sudah tertanam pada diri peserta didik, maka peserta didik akan mempunyai rasa tanggung jawab sebagai seorang siswa yaitu belajar, sehingga selanjutnya mereka akan melakukannya tanpa mengalami kesulitan dan paksaan. Oleh karena itu, belajar perlu dijadikan kebiasaan, sehingga jika siswa tidak belajar, mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang, yang kemudian harus mereka lakukan. e. Pembiasaan Akhlak Diri dan Orang Lain Akhlak diri dan orang lain maksudnya yaitu menjaga perilakuperilaku yang tidak baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, misalkan tidak ghibah, tidak mencuri, selalu berkata jujur, tidak sombong dan lainlain. Pembiasaan ini dilaksanakan di MI Sultan Fattah Sukosono dengan melibatkan siswa secara aktif, dimana antara siswa satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan. Setiap seminggu sekali masing-masing siswa harus melaporkan hasil pemantauan dan upaya mengingatkan temannya kepada guru kelas masing-masing untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.8 Pembiasaan akhlak di atas adalah pembiasaan akhlak yang termasuk dalam bentuk rutin. Untuk bentuk yang berkala disesuaikan dengan materi
7
Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag(Kepala MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 20 Juli 2015. 8 Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 26 Juli 2015.
64
PAI masing-masing kelas. Misalkan materi PAI kelas I tentang adab BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar), meliputi doa masuk dan keluar kamar kecil, mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kanan ketika keluar, tidak bersuara ketika di kamar kecil, dan lain sebagainya. Untuk adab BAK dan BAB biasanya dibiasakan selama 10 hari dan utuk materi lainnya disesuaikan kebutuhan. 9 Kemudian misalkan materi PAI kelas III tentang siwak, maka anakanak diajarkan langsung praktik, siswa-siswi diminta untuk membawa sikat dan
pasta
gigi
dari
rumah,
kemudian
diberi
pengertian
untuk
membiasakannya.10 Pembiasaan akhlak perlu diberikan kepada peserta didik MI Sultan Fattah Sukosono agar peserta didik dapat menjalani perannya sebagai khalifah di bumi yang selalu berpegang pada akhlaqul karimah, karena dengan akhlaqul karimah, peserta didik akan dapat hidup berdampingan dengan masyarakat dan alam yang bersifat selaras, serasi, dan seimbang. Perintah untuk ber-akhlaqul karimah itu menjadi anjuran agama Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
9
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 8 Juli 2015. 10 Hasil wawancara dengan Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 14 Juli 2015.
65
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut (mengingat) Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21).11 Pembiasaan akhlak ini diterapkan, selain agar peserta didik mampu menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi, juga agar peserta didik dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh sehingga pribadi muslim yang ber-akhlaqul karimah seperti yang dicita-citakan Islam terwujud. 2. Pembiasaan dalam Ibadah Pembiasaan ibadah dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono mengandung maksud dan tujuan yaitu melatih dan membiasakan peserta didik dalam mengamalkan ibadah sehari-hari, sehingga peserta didik nantinya diharapkan menjadi muslim yang taat dalam menjalankan perintah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 56.
(٥٦: )اﻟﺬرﯾﺎت Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).12 Pembiasaan ibadah ini dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono agar peserta didik menjadi “abdi” (hamba) Allah yang senantiasa melaksanakan perintah-perintah
Allah
dan
menjauhi
segala
larangan-larangan-Nya.
Kebiasaan yang demikian itu dengan sendirinya akan tertanam dalam pribadi peserta didik. Mereka mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ajaran-ajaran
11
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003), hlm. 670. 12 Ibid., hlm. 862.
66
agama dan memiliki sikap keagamaan yang mantap dan akhirnya semua itu menjadi kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari. a. Pembiasaan Salat
(٤٥: )اﻟﻌﻧﻛﺑوت Dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan munkar...” (Q.S. al-‘Ankabut: 45).13 Salat merupakan rukun kedua dari 5 rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, salat harus sudah dibiasakan sedini mungkin. Pembiasaan salat yang dilaksanakan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu salat dhuhur untuk salat wajib ditambah salat Jum’at bagi para siswa putera dan salat dhuha untuk salat sunnahnya. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara: 1) Salat Dhuhur Salat Dhuhur ini dilakukan di sekolah dan dilakukan si kelas masingmasing pada waktu ishoma (istirahat, salat dan makan) dengan rincian: (a) Kelas I : semester satu masih berupa gerakan-gerakan, semester 2 mulai bacaan, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya. (b) Kelas II : salat dengan gerakan dan bacaan tetapi belum khusyu’, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya. (c) Kelas III : sudah mulai latihan khusyu’, 13
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003),
hlm.635
67
pengawasan dilakukan beberapa siswa secara bergantian dan guru membenahi. (d) Kelas IV-VI : sudah kusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa secara bergantian dan guru hanya mengawasi. Untuk salat ‘Ashar, Maghrib, Isya` dan Subuh dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua yang diharapkan mau bekerja sama dengan pihak sekolah, untuk selalu memantau salat putera-puteri mereka di rumah, yaitu dengan mengisi buku penghubung yang yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pembiasaan salat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 waktu dan kelas IV-VI mandiri 5 waktu dan diusahakan berjama’ah.14 2) Salat Jum’at Salat Jum’at ini berlaku bagi para siswa putera kelas III-VI. Salat Jum’at dilakukan di masjid lingkungan sekolah di bawah kontrol guruguru putera dan kepala sekolah.15 Dalam pelaksanaan pembiasaan salat Jum’at masih mengalami banyak kendala, diantaranya yaitu para siswa yang ramai, ada yang ngeprit (melarikan diri), dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan di antaranya karena jumlah guru putera MI Sultan Fattah Sukosono yang masih terbatas, sehingga untuk mengontrol siswa-siswa yang berjumlah ± 130 siswa masih belum maksimal. Untuk mengatasi hal itu, pihak
14
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 14 Juli 2015, Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 19 Juli 2015, serta Ibu Inayatur Rahmani, S. Pd (koordinator PAI) pada tanggal 26 Juli 2015. 15 Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 14 Juli 2015.
68
sekolah telah memberikan sanksi atau hukuman bagi siswa yang bandel, yaitu hukuman yang bersifat positif dan membangun. Hukuman ini di antaranya yaitu para siswa diminta menuliskan surat-surat pendek, menghapal doa-doa harian, atau menghapal surat-surat pendek. Selain itu, mereka juga harus membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi, yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan orang tua. Dengan demikian, maka akan memberikan rasa jera kepada para siswa. 3) Salat Sunnah Salat sunnah yang dibiasakan yaitu salat Dhuha dan Tahajud. Salat Dhuha ini rutin dilakukan pada waktu bulan Ramadhan, dari mulai kelas I sampai kelas VI. Dalam kesehariannya, salat Dhuha ditekankan bagi kelas IV sampai kelas VI. Dengan waktunya “suka- suka”, maksudnya yaitu ketika ada jam kosong guru menganjurkan siswa-siswi untuk melakukan salat dhuha. Salat Tahajud ini rutin dilakukan pada waktu kegiatan Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan). Adapun kesehariannya dilakukan di bawah kontrol orang tua dengan mengisi buku Mutaba’ah Yaumiyyah untuk kelas IV sampai kelas VI.16 b. Pembiasaan Puasa
(١٨٣ : )اﻟﺒﻘﺮة
16
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 19 Juli 2015.
69
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah: 183).17 Puasa merupakan rukun Islam ke-3 yang wajib ditunaikan oleh seluruh umat Islam yang telah baligh. Oleh karena itu, puasa harus sudah mulai dibiasakan kepada siswa-siswi sedini mungkin agar kelak mereka terbiasa menunaikannya. Pembiasaan puasa di MI Sultan Fattah Sukosono dilakukan pada waktu bulan Ramadhan dengan cara: a) Kelas I puasa Dhuhur. b) Kelas II puasa ‘Ashar. c) Kelas III puasa Maghrib tapi masih belum sempurna. d) Kelas IV-VI puasa Maghrib sudah sempurna. Untuk puasa sunnah, kelas IV-V dibiasakan minimal 1 kali per pekan. Dalam pelaksanaannya, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa.18 Pembinaan dan pembiasaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan situasi dan perkembangan peserta didik.19 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat al-Isra` ayat 84, yaitu:
( ٨٤: )اﻻﺳﺮاء
17
Depag RI, Op. cit., hlm. 44. Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 14 Juli 2015 dan Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag(Kepala MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 12 Agustus 2015. 19 Zakiah Daradjat, Op. cit., hlm. 74. 18
70
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Q.S. Al-Isra’: 84).20 Ayat di atas menjelaskan bahwa pendidikan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Selain itu, proses pembelajaran atau proses pendidikan harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini, MI Sultan Fattah Sukosono telah melakukannya. Hal ini dapat dilihat dalam pembiasaan shalat dan puasa yang mana antara kelas I hingga kelas VI memiliki penekanan yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar peserta didik dalam melaksanakannya penuh kesadaran tanpan paksaan. Karena pada dasarnya, prinsip agama Islam tidaklah memaksa. Dengan demikian, diharapkan dalam pelaksanaan pembiasaan ibadah di MI Sultan Fattah Sukosono peserta didik menjalankannya dengan penuh kesadaran dan sesuai dengan kemampuannya. Ini sangat penting karena dalam melaksanakan ibadah atau mengabdi kepada Allah diperlukan adanya kesadaran. Karena dengan kesadaran, ikhlas dalam beribadah dapat tercapai. c. Pembiasaan Doa Harian Doa merupakan permohonan yang dilakukan hamba kepada Tuhannya dengan harapan agar segala sesuatu yang dilakukan itu mendapat ridha-Nya. Doa harian yang dibiasakan di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu:
20
Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 437.
71
1) Doa sebelum memulai dan sesudah pelajaran di kelas, yang dilakukan setiap hari di kelas masing-masing di bawah kontrol guru dan dipimpin oleh beberapa siswa-siswi secara bergantian. 2) Doa sebelum dan sesudah makan yang dilakukan setiap hari di sekolah pada waktu makan siang di kelas masing-masing di bawah kontrol guru. 3) Doa istirahat yang dilakukan sebelum para siswa keluar kelas untuk beristirahat. 4) Doa pembuka yaitu doa yang dilakukan pada waktu siswa-siswi memulai kegiatan belajar di sekolah yang dilakukan sebelum jam pertama dimulai. 5) Doa siang atau penutup yaitu doa yang dilakukan siswa-siswi ketika akan meninggalkan sekolah. 6) Doa harian sesuai dengan adab yang diajarkan.21 d. Pembiasaan Tadarus Materi dalam tadarus al-Qur`an termasuk maeri ibadah dimana siswa dibiasakan membaca al-Qur`an dalam kesehariannya. Hal ini dilakukan karena dengan membaca al-Qur`an, maka sedikit demi sedikit peserta didik akan mengetahui kandungan al-Qur`an yang di dalamnya banyak sekali ilmu
pengetahuan,
karena
al-Qur`an
adalah
segala
sumber
ilmu
pengetahuan. Tadarus atau muroja’ah ini dilakukan setiap pagi di kelas masing- masing sesudah doa pembuka di bawah kontrol guru kelas masingmasing. Untuk pembiasaan di rumah, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa untuk memantau aktivitas harian (tilawah Qur’an dan 21
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 8 Agusrus 2015 dan Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag(Kepala MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 12 Agustus 2015..
72
hafalan) putera-puteri mereka di rumah dengan mengisi buku Mutaba’ah Yaumiyyah yang telah disediakan oleh pihak sekolah.22 Pembiasaan ini diterapkan dengan harapan selain agar siswa-siswi gemar membaca al-Qur’an juga agar siswa-siswi kelak setelah dewasa dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya. Menurut M. Quraish Shihab, bahwa pembiasaan yang akhirnya melahirkan kebiasaan ditempuh pula oleh al-Qur`an, membiasakan melaksanakan perintah Allah, sehingga akan terbiasa patuh dan taat kepada Allah yang akhirnya nantinya menjadi yakin akan kebenaran ajaran al-Qur`an.23 Artinya, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk dapat melaksanakan
ajaran
yang
ada
dalam
al-Qur’an,
membiasakan
melaksanakan perintah Allah yang akhirnya hatinya menjadi yakin akan kebenaran ajaran al-Qur’an. Implementasi metode pembiasaan pada PAI diharapkan terciptanya insan kamil terwujud, yaitu realisasi penghambaan. 3. Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan) Pembiasaan akidah dilakukan agar peserta didik mempunyai keyakinan terhadap agamanya dan menjadi pondasi bagi penciptaan perilaku kehidupan sehari-hari. Pembiasaan keimanan ini dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono dengan selalu “menghadirkan atau memasukkan” Allah swt pada setiap PBM (proses belajar-mengajar) di kelas. Hal ini terkait dengan kurikulum yang ada di MI Sultan Fattah Sukosono , yaitu salah satunya terpadu materi. Konsep terpadu materi ini 22
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 14 Juli 2015 23 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm.176.
73
maksudnya yaitu bagaimana dalam menyajikan materi pembelajaran Allah SWT “masuk” dalam setiap materi yang disampaikan kepada para siswa. Di MI Sultan Fattah Sukosono, selalu ditanamkan dalam diri siswa-siswi bahwasanya Allah SWT selalu Melihat kita, Allah swt selalu Bersama kita, dan Allah SWT selalu Mempersaksikan kita. Selain itu, peserta didik juga dibiasakan agar beriman sepenuhnya jiwa dan hatinya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hal itu dilakukan dengan jalan mengemukakan benda-benda yang mencerminkan dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang dapat dilihat oleh peserta didik, seperti bunga, langit, bumi, hewan, manusia, dan ciptaan-ciptaan lainnya untuk diambil keputusan oleh akal, bahwa di balik ciptaan itu semua terdapat penciptaan yang tidak lain adalah Allah swt semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hadiid ayat 4,
Dialah yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al- Hadiid: 4).24
24
Depag RI, Op. cit., hlm. 900.
74
Dalam buku yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, Ramayulis mengatakan, “Bahwasanya pembiasaan keimanan itu bertujuan agar peserta didik beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa peserta didik memperhatikan alam semesta, memikirkan, dan merenungkan penciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supernatural.25 Hal ini telah dilakukan oleh MI Sultan Fattah Sukosono dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan pembiasaan akidah (keimanan). Dengan demikian, peserta didik akan terbiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam, karena mereka menyadari bahwasanya segala perbuatan yang mereka kerjakan disaksikan oleh Allah swt Oleh sebab itu, mereka hanya akan takut kepada Allah dan senantiasa selalu berusaha menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sehingga insan kamil seperti yang dicita- citakan Islam terwujud. Metode pembiasaan dilakukan di MI Sultan Fattah Sukosono pada Pendidikan Agama Islam dituangkan dalam mutaba’ah, buku penghubung dan kegiatan-kegiatan lain yang mencerminkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan nantinya tercipta kebiasaan dan kemandirian.
25
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 185.
75
B.Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, pasti ada pendukung dan penghambat. Adapun pendukung dan penghambat pembiasaan Pendidikan Agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono yaitu: 1. Faktor Pendukung a. Mentoring Mentoring adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan. Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Tiap kelompok pengajian terdiri atas 3 sampai 10 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina yang disebut mentor (bahasa Inggris: penasihat), sedangkan peserta mentoring disebut mentee (baca: mentii).26 Kegiatan ini dianggap menjadi salah satu metode pendekatan pembinaan agama dan moral yang efektif, karena cara dan bentuk pengajarannya berbeda dengan pendidikan agama secara formal di kelaskelas sekolah. Kegiatan ini lebih bersifat santai dan fun (menyenangkan). Di MI Sultan Fattah Sukosono, mentoring dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi PAI dan khas, menguatkan dan mengingatkan, serta pembiasaan dalam pembentukan akhlak. Mentoring ditekankan bagi kelas IV-VI, dengan jadwal yaitu pada hari Senin untuk kelas IV, Selasa untuk kelas V, dan Rabu untuk kelas VI. 26
http://id.wikipedia.org/wiki/Mentoring _Agama _Islam, 15 Agustus 2015.
76
Mentoring dilakukan seminggu sekali dan waktunya setelah jam pulang sekolah, yaitu dimulai pukul 14.10 WIB dan berakhir pada pukul 15.30 WIB setelah salat jama’ah ‘Ashar. Materi Mentoring diambil berdasarkan kebutuhan siswa, terutama pada akhlak besar, seperti salat secara mandiri, yaitu beribadah dengan benar mulai dari wudhu hingga salat, kemudian penjagaan lisan seperti berkata santun, larangan berghibah, serta membiasakan diri untuk gemar membaca al-Qur`an dan pengetahuan umum. Materi ini benar-benar disesuaikan dan berdasarkan kebutuhan siswa. Materi mentoring antara kelas IV, V, dan VI sama, hanya penekanannya saja yang berbeda, dan materi mentoring ini setiap tahun berganti karena berangkat dari kebutuhan siswa. Untuk penekanan pada materi tertentu, guru pementor biasanya melakukan koordinasi dengan guru kelas. Selain itu, guru pementor juga harus berhubungan dengan orang tua peserta didik mengenai hal-hal yang kurang pada putera-puteri mereka. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan mentoring harus terjalin komunikasi atau hubungan yang intens antara guru mentor, guru kelas, orang tua, dan siswa. Mentoring ini tidak bersifat formal, tetapi dikakukan dengan suasana yang fun atau menyenangkan. Dari mentoring ini, diharapkan ada perubahan akhlak atau sikap dari peserta didik. Adapun evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali.27 Kaitannya dalam pelaksanaan pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam, guru dalam hal ini guru agama memiliki peran yang besar. Guru 27
Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Purwati, S. Ag (Waka Kurikulum MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 14 Juli 2015 dan Nur Hidah, S.Pd.I. (koordinator Mentoring) pada tanggal 20 Juli 2015.
77
agama sebagai pengemban amanah pembelajaran Pendidikan Agama Islam haruslah orang yang memiliki pribadi yang saleh. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak saleh. Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Mukhtar dalam bukunya yang berjudul Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga semakin dekat kepada Allah swt dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini. Semua ini tercermin melalui perannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dituntut untuk menjadi pembimbing (caregiver), model atau contoh (uswah), dan sebagai penasihat (mentor).28 Maka dapat dilihat bahwasanya guru sebagai pendidik memiliki peran yangsangat besar. Guru selain menjadi penyampai ilmu, guru juga berperan sebagai pembimbing, teladan, dan penasihat, sehingga ada istilah Jawa yang mengatakan guru; “digugu lan ditiru”. b. Monitoring (Pantauan) Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah disini diartikan sebagai “potensi dasar”, dan potensi itu masih terus dikelola. Jadi, implikasinya dalam kehidupan formal maupun informal masih perlu dikelola karena walaupun putih bersih, tetapi penuh dengan potensi- potensi yang berasal dari ibu dan bapaknya.29
28
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: C.V. Misaka Galiza, 2003), hlm. 93-95. 29 Achmad Sanusi, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 68-69.
78
Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak pada anak ada 2, yaitu: faktor dari dalam yaitu fisik, intelektual, dan hati (ruhaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua, guru, dan lingkungan masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara 3 faktor pendidikan ini, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) dari ilmu yang diajarkan akan terbentuk dan tertanam dalam diri anak.30 Dalam hal ini, MI Sultan Fattah Sukosono telah menetapkan konsep terpadu, yaitu selain terpadu materi dan ranah, juga terpadu pola asuh. Terpadu pola asuh maksudnya yaitu adanya keterpaduan antara pola asuh di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Monitoring ini merupakan bentuk kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua peserta didik. Di sini peran orang tua sanagt penting dalam mengontrol aktivitas putera-puteri mereka sehari-hari di rumah. Monitoring ini dilakukan diantaranya: 1) Mutaba’ah 2) Jam ibadah dan belajar c. Kegiatan-Kegiatan Pendukung Untuk
membangun
pembiasaan,
kegiatan-kegiatan
yang
mencerminkan ajaran agama Islam perlu dilakukan, sehingga seluruh komponen bisa memberikan arti penting kepada peserta didik. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh MI Sultan Fattah Sukosono yaitu: 1) Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan)
30
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 169.
79
Bintara dilakukan pada bulan ramadhan dengan tujuan untuk memaksimalkan kegiatan siswa selama bulan Ramadhan. Kegiatan ini meliputi: Pawai Ramadhan, Pesantren Ceria, Kunjungan ke Pantai Asuhan, Rumah Singgah dan Panti Jompo, Buka Puasa Bersama, Tarwih Keliling, Penggalangan dan Penyaluran Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf, Mabit (bermalam) di sekolah, serta Dongeng untuk Anak. 2) Perkasa (Perkemahan Sabtu-Ahad) Perkasa dilaksanakan selama 2 hari pada awal semester. Kegiatan ini ditekankan bagi kelas V dan VI. Selama kegiatan Perkasa, siswa dituntut untuk mandiri, peduli, dan bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. 3) PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) PHBI dilaksanakan dengan tujuan agar siswa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan hari besar Islam tersebut. Adapun PHBI yang dilaksanakan yaitu seperti Isra` Mi’raj dan Nuzulul Qur`an. 31 d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada, diakui atau tidak telah turut memberikan kemudahan dalam pelaksanaan metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di MI Sultan Fattah Sukosono 2. Faktor Penghambat Proses pendidikan bagi generasi muda mempunyai tiga pilar penting. Ketiga pilar itu yaitu sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pengertian keluarga 31
Hasil wawancara dengan Bpk. Zainu, S.Ag (Kepala MI Sultan Fattah Sukosono ) pada tanggal 20 Juli 2015.
80
tersebut nyata dalam peran orang tua. Namun dalam kenyataan yang terjadi, banyak sekolah yang terpisah dari masyrakat atau orang tua. Peran orang tua terbatas pada persoalan dana. Orang tua dan masyarakat belum terlibat dalam proses
pendidikan
menyangkut
pengambilan
keputusan,
monitoring
(pengawasan), dan akuntabilitas. Dalam hal ini, MI Sultan Fattah Sukosono telah memfungsikan ketiga pilar itu. Namun masih ada beberapa orang tua peserta didik yang belum menyadari akan hal itu. Kebanyakan mereka adalah orang tua yang sibuk bekerja, sehingga mereka tidak ada waktu untuk memantau kegiatan puteraputeri mereka di rumah. Hal ini dapat menghambat pembiasaan pendidikan agama Islam pada peserta didik, karena dalam pembiasaan, selain perlu adanya pengulangan dan waktu yang cukup lama, pembiasaan juga perlu adanya teladan dan kontrol. Selain orang tua yang tidak mau bekerja sama, dampak negatif kemajuan teknologi turut menghambat penanaman akhlak baik kepada peserta didik melalui pembiasaan. Akhirnya, dapat dipahami bahwasanya pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan yang instan berarti meniadakan pembiasaan. Tradisi dan bahkan juga karakter (perilaku) dapat diciptakan melalui latihan dan kebiasaan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah membahas berbagai uraian dan penjelasan hasil penelitian lapangan tentang Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Akhlak Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sultan Fatah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, adalah dengan a) Pembiasaan dalam Akhlak, pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti Pembiasaan Salam dan Salim, Pembiasaan Adab Makan, Pembiasaan Hidup Bersih, Pembiasaan Disiplin Belajar, Pembiasaan Akhlak Diri dan Orang Lain, b) Pembiasaan dalam Ibadah, seperti Pembiasaan Salat, Pembiasaan Puasa, Pembiasaan Doa Harian, c) Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan), Pembiasaan akidah dilakukan agar peserta didik mempunyai keyakinan terhadap agamanya dan menjadi pondasi bagi penciptaan perilaku kehidupan sehari-hari. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
metode pembiasaan dalam membentuk
akhlak siswa di MI Sultan Fattah Sukosono Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, adalah:
81
82
a. Pendukung, meliputi; Mentoring, Monitoring seperti Mutaba’ah, program jam belajar, dan ibadah, kemudian kegiatan-kegiatan pendukung seperti Bintara, Perkasa, PHBI, dan lain-lain, serta sarana dan prasarana. b. Faktor Penghambat, meliputi; Orang tua peserta didik yang tidak mau bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memantau kegiatan putera-puteri mereka di rumah sehari-hari, Dampak negatif kemajuan teknologi, Siswa yang sengaja mengulur waktu dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di sekolah. B. Saran-Saran 1. Saran bagi Sekolah Membentuk kredibilitas seorang pendidik agar menjadi pendidik yang profesional dapat dilakukan dengan cara: penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, hubungan antar individu, baik pendidik dan peserta didik maupun antar sesama pendidik seperti kepala sekolah, guru, tata usaha, maupun masyarakat. 2. Saran bagi Guru a. Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing dalam proses pembelajaran akhlak harus mampu menjalankan metode pembiasaan seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi (kemampuan) yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik serta sikap penuh kasih sayang dalam lingkungan sekolah. b. Pengaruh pendidikan agama di sekolah dapat terwujud apabila seluruh guru di sekolah, khususnya guru yang bersangkutan memiliki personalitas yang
83
bulat, utuh, dan berwibawa. Hal ini disebabkan oleh seluruh perilaku dan sikap guru seperti tutur kata, cara mengajar, serta cara berpakaian dan berpenampilan selalu dalam ingatan setiap peserta didik. 3. Saran bagi Orang Tua Orang tua adalah guru pertama bagi putera-puteri mereka. Dalam peran tersebut, orang tua hendaknya turut serta membantu dan bekerja sama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan putera-puteri mereka. 4. Saran bagi Peserta Didik Dalam PBM (proses belajar-mengajar), peserta didik merupakan faktor yang sangat penting, khususnya dalam pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, siswa harus menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik dan benar, kerena hal ini demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Selain itu, peserta didik harus hormat, patuh, serta menjaga sopan dan santun kepada para pendidik. C. Penutup Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, karena hanya berkat petunjuk dan rahmat-Nyalah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih sangatlah sederhana dan jauh dari sempurna yang memungkinkan adanya kekurangan-kekurangan. Hal ini tentu terkait dengan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan dalam penulisan di masa mendatang.
84
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan meridhai amal usaha kita serta memberi petunjuk kepada kita dalam berbakti kepada-Nya, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ibnu Sa’d, Tarbiyatul Abna’, Terj. Kamran As’at Irsyady, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007) Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Terj. Saiful Kamali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa’, 1988) Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005) Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm. 201. Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005) Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995) Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara , 1989) Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1999) Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010) H. Anwar Masy’ari., Akhlak Al-Quran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009) Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1998) Khoiri, Nur, Metode Penelitian Pendidikan, ( Jepara: INISNU, 2012) Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004) Malik, Imam, Al-Muwatha, Juz. 14,(Beirut: Daarul Fikr, 1980) Moeleong, Lexi J., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Munib, Achmad, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2004) Mursy, Muhammad Sa’id, Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, (Jakarta: Arroyan, 2001)
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda Karya, 2003) Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: P.T. Al-Ma’arif, 1993) Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: P.T. Al- Ma’arif, 1993) Ramayulis, Metodologi Akidah-akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001) Sa’ud, Udin Syaifuddin dan Makmun, Abin Syamsuddin, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: Angkasa Offset, 1980) Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2002) Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005) Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2003) Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan RD, (Bandung: Alfabeta, 2012) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003) Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) Ulwan, Abdullah Nasih, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I ayat 4. Utsman, Abdul Rahman Muhammad, Aunul Ma’bud (Syarah Sunan Abi Daud), (Libanon: Darul Fikr, 1979) Zuhri, Saifuddin, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2009)