1
PENGARUH RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN BA’DA SUBUH DAN BA’DA MAGHRIB TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI PONDOK PESANTREN “MASITHOH” DAYAAN SIDOREJO KIDUL KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2011
SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: IDA KHAIZAH NIM 11107086
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
2
3
PENGARUH RUTINITAS MEMBACA AL-QUR’AN BA’DA SUBUH DAN BA’DA MAGHRIB TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI PONDOK PESANTREN “MASITHOH” DAYAAN SIDOREJO KIDUL KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2011
SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: IDA KHAIZAH NIM 11107086
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
4
5
6
7 MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Menjadikan Al-Qur‟an bukan sekedar bacaan, namun ada di hati
PERSEMBAHAN Dengan segala puji bagi Allah aku persembahkan skripsi ini, untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Busro dan Ibu Mistianah yang telah mencurahkan segala
pengorbanan, dan do‟a restunya tanpa tiadahenti,
kakak dan adikku tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan, dan teman-teman seperjuanganku di Al-Falah dan STAIN Salatiga terima kasih atas persahabatannya selama ini.
8 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rutinitas Membaca Al- Qur‟an Ba‟da Subuh dan Ba‟da maghrib Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011” dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku ketua program studi PAI. 4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Jaka Siswanta, M.pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Bapak KH. Zumri RWS. yang telah membina, mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama studi di ponpes.
9 7. Pengasuh pondok pesantren “Masitoh” dan ketua yayasan yang telah membarikan izin penelitian bagi penulis. 8. Bapakku Busro dan Ibuku Mistianah, yang telah mencurahkan pengorbanan dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. 9. Kakak dan adek tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat Al-Falah terima kasih atas motvasi dan persahabatannya selama ini. 11. Sahabatku yang masih studi di Jatim rimakasih atas inspirasinya. 12. Sahabatku mb Widayanti dkk trimakasih atas motivasi and kebersamaannya selama ini. 13. Keluarga besar RACANA STAIN Salatiga yang telah memberikan banyak pengalaman selama kuliah di STAIN Salatiga. 14. Teman-teman PAI angkatan 2007 khususnya PAI-C. 15. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 22 Agustus 2011 Penulis
10 ABSTRAK
Khaizah, Ida, 2011. Pengaruh Rutinitas Membaca Al-Qur’an Ba’da Shubuh dan Ba’da Maghrib Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs Ahmad Sultoni, M.Pd. Kata kunci : Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba‟da Shubuh dan Ba‟da Maghrib Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui rutinitas membaca AlQur‟an ba’da shubuh dan ba’da maghrib Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. apondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Tahun 2011. 2. Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual santri pondok pesantrean “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Tahun 2011. 3. Apakah ada pengaruh rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da shubuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri pondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun 2011. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dngan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket, metode dokumentasi, dan metode observasi. Subyek penelitian ini adalah seluruh santri pondok pesantrean “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga sebanyak 30 santri. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa rutinitas membaca Al-Qur‟an ba‟da shubuh dan ba‟da maghrib di pondok pesantren “Masithoh” tergolong tinggi sebanyak 46,67% (Sebanyak 14 santri). Sedangkan tingkat kecerdasan spiritual santri tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 33, 33% (sebanyak 10 santri). Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,7641, pada taraf signifikan antara rutinitas membaca Al- Qur‟an ba’da shubuh dan ba’da maghrib dengan kecerdasan spiritual santri pondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011.
11 DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................... ii JUDUL .................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v DEKLARASI ....................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 6 E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 7 F. Definisi Operasional ......................................................................... 7 G. Metode Penelitian ............................................................................. 11 H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 16 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Rutinitas Membaca Al-Qur‟an ........................................................... 18 1. Pengertian Al-Qur‟an .................................................................. 18
12 2. Tujuan Al-Qur‟an ....................................................................... 19 3. Keistimewaan Al-Qur‟an ............................................................. 22 4. Kedudukan Orang yang Membaca Al-Qur‟an ............................. 23 5. Keutamaan – keutamaan Membaca Al-Qur‟an ............................ 25 6. Cara Membaca Al – Qur‟an Mencerdaskan ................................. 28 B. Ba’da Subuh dan Ba’da Maghrib ....................................................... 32 1. Pengertian Ba’da Subuh dan Ba’da Maghrib ............................... 32 2. Rahasia di Balik Waktu subuh dan Maghrib ............................... 33 C. Kecerdasan Spritual ........................................................................... 35 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ................................................... 35 2. Karakteristik Kecerdasan Spiritual ............................................... 37 3. Manfaat kecerdasan Spiritual ....................................................... 38 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ............................... 40 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren “ Masithoh” ........................... 40 2. Letak Geografis .......................................................................... 41 3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran ............................................... 41 4. Keadaan Fisik Pondok Pesantren ................................................. 44 5. Struktur Organisasi Yayasan Kesejahteraan “Masithoh” ............. 45 6. Keadaan Responden dan Sampel .................................................. 46
13 B. Penyajian Data .................................................................................. 47 1. Daftar Jawaban angket rutinitas membaca Al-Qur‟an Ba‟da Subuh dan Ba‟da Maghrib ........................................................... 48 2. Daftar Jawaban Angket Kecerdasan Spiritual .............................. 49 BAB IV
ANALISIS DATA 1. Analisis Deskriptif ......................................................................... 51 2. Analisis Data Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba’da shubuh dan Ba’da Maghrib............................................................................. 51 3. Analisis Data Kecerdasan Spiritual ............................................. 57 A. .................................................................................................... A nalisis Uji Hipotesis .......................................................................... 62 B. .................................................................................................... P embahasan ........................................................................................ 65
BAB V PENUTUP A. .................................................................................................... K esimpulan ......................................................................................... 67 B. .................................................................................................... S aran ................................................................................................. 69 C. .................................................................................................... R ekomendasi ....................................................................................... 70
14 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan merupakan sebuah potensi yang tersembunyi, tersimpan pada sejumlah unsur perangkat yang ada pada diri manusia. Salah satu yang memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pemberdayaan dan menjadikan bermanfaatnya kecerdasan yang ada pada diri manusia adalah Al-Qur‟an Al Karim (Sensa, 2004:1). Al-Qur‟an adalah kalamullah (firman Allah). Keutamaannya atas segala perkataan seperti keutamaan Allah SWT atas seluruh makhluk-Nya. Membacanya adalah amalan yang paling utama dilakukan lisan. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diyakini sebagai sumber ajaran Islam yang harus terusmenerus digali kandungannya yang selalu dijadikan panduan dan pedoman hidup. Membaca Al-Qur‟an merupakan bentuk zikir yang paling utama, dalam hal tersebut terdapat keutamaan yang besar dalam membersihkan hati, menyembuhkan dan menenangkan jiwa. (Najati, 1993:116) Firman Allah dalam Q.S Al-Isro‟: 82 yaitu:
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. 1
15
Berdasarkan hasil risert Universitas Al-Azar yang mengemukakan bahwa
membaca
Al-Qur‟an dapat
meningkatkan kinerja
otak
dan
mempertajam ingatan sampai 80% karena ada 3 aktivitas yang baik bagi otak pada saat bersamaan yaitu melihat, mendengarkan, dan membaca. Selain bernilai ibadah, membaca Al-Qur‟an juga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan jasmani dan rohani, yaitu dapat mempengaruhi kecerdasan seseorang, tidak hanya pada Kecaerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) saja. Akan tetapi juga mempengaruhi kecerdasan spiritual (SQ). (Diningrat, Membaca Al- Qur’an dapat meningkatkan kinerja otak dan mempertajam ingatan. Dikutib di :http://endahack.blogspot.com hasilriset-univ-al-azar- membaca.html# comments diakses 19 Maret 2011). Telah diketahui bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. (Utama, Kecerdasan Spiritual, dikutib di:http://ilmu psikologi. Wordprees. Com. Pengertian- Kecerdasan- Spiritual diakses 18 februari 2010) Salah satu upaya peningkatan kecerdasan spiritual ini dapat dilakukan dengan senantiasa membiasakan membaca Al-Qur‟an untuk membangun dialog-dialog dengan Allah SWT sehingga akan terus mengalami bimbinganbimbingan yang bersifat langsung dan tanpa batas. Untuk memaksimalkan
16 semua itu, dibutuhkan waktu yang tepat, waktu yang dapat digunakan untuk berkonsentrasi secara penuh. Adapun waktu yang mujarab adalah sepertiga akhir malam. Selain waktu tersebut, rutinitas membaca Al-Qur‟an
dapat
dilakukan setelah shalat maghrib. Waktu tersebut tidak kalah dasyatnya dengan sepertiga akhir malam (Rauf, 2008:234). Waktu maghrib merupakan permulaan-permulaan waktu menjelang malam, dimana ketenangan mulai datang dan aktifitas mulai berkurang, sehingga waktu tersebut sangatlah efektif jika digunakan untuk membaca Al-Qur‟an dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Selain dua waktu tersebut, membaca Al-Qur‟an juga dapat dilakukan diwaktu fajar, pagi hari, atau siang hari (Rauf, 2008:234). Waktu pagi dan petang ( subuh dan maghrib) memiliki banyak keberkahan.Terutama ketika kita bertasbih, berdzikir yang begitu dianjurkan untuk memperoleh Nur Ilahi dan rahmat-Nya. Firman Allah SWT:
Artinya :Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang Dan firman Allah SWT:
Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Q.S. Al-Kahfi:28)
17 Kedua ayat diatas, menyatakan bahwasannya umat manusia dianjurkan mengoptimalkan waktu pagi dan petang
telah
dengan hal-hal yang
bermanfaat agar senatiasa bertasbih , menyeru atau berrdzikir kepada Tuhan mereka pada waktu tersebut untuk mendapatkan Nur Ilahi dan rahmat Allah. Menurut Najati(1996:116) bentuk dzikir yang utama dilakukan oleh lisan adalah dengan membaca Al- Qur‟an. Ba’da subuh dan ba’da maghrib adalah waktu yang bagus untuk membaca al-qur‟an, karena dikedua waktu tersebut otak dalam keadaan fresh karena pergantian waktu dari terang kegelap dan dari gelap ke terang. (Diningrat, Membaca Al- Qur‟an dapat meningkatkan kinerja otak dan mempertajam ingatan. Dikutib di :http://endahack.blogspot.com hasilrisetuniv-al-azar- membaca.html# comments diakses 19 Maret 2011). Mempelajari dan membaca Al-Qur‟an ini senatiasa dilaksanakan santri pondok pesantren “ Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Yang mana pondok pesantren tersebut notabenya adalah pondok Qur‟an, meskipun yang dikaji di sana tidak hanya kitab Al-Qur‟an melainkan juga kitab kuning. Sebagian santrinya ada yang santri tahfidz dan santri bukan tahfidz yang senantiasa membaca Al-Qur‟an. Berangkat dari hal tersebut maka penulis bermaksud mengadakan penelitian di pondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dengan memberi judul penelitian: “PENGARUH RUTINITAS MEMBACA AL-QUR‟AN BA’DA SUBUH DAN BA’DA MAGHRIB TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL
18 SANTRI PONDOK PESANTREN “MASHITOH” DAYAAN SIDOREJO KIDUL KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2011”.
19 B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, penulis mengemukakan rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut, pokok masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da magrib di Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011?
2.
Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011?
3.
Apakah ada pengaruh rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da magrib terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui bagaimana rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da magrib di Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
2.
Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
20 3.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da magrib terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
D. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran). Pernyataan atau dugaan tersebut disebut proposisi. Pengujian hipotesa adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Dalam
pengujian
hipotesis,
keputusan
yang
dibuat
mengandung
ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar dan bisa salah, sehingga menimbulkan resiko. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut (Hasan, 2004:31). Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan semakin rutin membaca AlQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib semakin tinggi kecerdasan spiritual santri.
21 E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan masyarakat pada umumnya. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini, apabila ternyata ada pengaruh yang positif antara rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual, maka diharapkan adanya pemahaman akan arti pentingnya membiasakan membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual.
2.
Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi para tokoh masyarakat khususnya para tenaga pengajar untuk mendorong para santri agar mengoptimalkan waktu ba’da subuh dan ba’da maghrib untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, terutama dengan membiasakan membaca Al-Qur‟an.
F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terdapat judul skripsi di atas, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut: 1.
Rutinitas Membaca Al-Qur’an Rutinitas (kebiasaan) adalah yang biasa dikerjakan dan sebagainya, atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang
22 dipelajari oleh individu dan yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama. (Depdikbud, 1990:98) Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis itu. (Poerwodarminto, 2006:98) Jadi dapat disimpulkan bahwa rutinitas membaca al-Qur‟an adalah membiasakan melihat dan memahami isi dari al-Qur‟an secara berulang untuk hal yang sama. Akan tetapi yang dimaksud oleh peneliti, mengenai rutinitas membaca AL-Qur‟an disini adalah kebiasaan seseorang dalam mmbaca al-Qur‟an yang dilakukan secara berulang-ulang baik dengan dipahami atau tidak. 2.
Ba’da Shubuh Ba’da berasal dari bahasa arab yang berarti “setelah” Subuh berasal dari fi‟il madzi “sobaha” yang berarti mendatangi pada pagi hari yaitu molainya terbit fajar shadik bukan fajar kadzif sampai matahari terbit sebagian busurnya (Zainudin, 1993:152). Jadi ba’da subuh yang dimaksu peneliti adalah waktu diantara setelai mulainya terbit fajar shidik bukan kadzib sampai matahari terbit sebagian busurnya (setelah sholat subuh sampai matahari terbit sebagian busurnya).
3.
Ba’da Maghrib Ba’da berasal dari bahasa arab yang berarti “setelah” sedangkan maghrib berasal dari fi‟il madzi “ghoroba” yang berarti terbenam yaitu mulai matahari terbenam sampai mega merah lenyap (Zainudin,
23 1993:152). Jadi ba’da maghrib yang dimaksud peneliti disini adalah setelah mulainya matahari terbenam sampai mega merah lenyap (setelah sholat maghrib hingga menjelang sholat isya‟). 4. Kecerdasan spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menetapkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marsahal, SQ: Spiritual Intellegenc: Bllomsbuty, Greal Britain). (Ginanjar, 2007: 46) Menurut Munandir (2001: 122) kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan pikiran. Sementara itu Mimi Doe dan Marsha Waich mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita, sesuatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan atau apapun yang kita namakan sebagai sumber
24 keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual adalah dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama terkait dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. (Utama, Kecerdasan Spiritual, dikutib di:http://ilmu psikologi. Wordprees. Com. Pengertian- Kecerdasan- Spiritual diakses 18 februari 2010) Adapun indikator kecerdasan spiritual antara lain: a. Mampu bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) b. Memiliki tingakat kesadaran diri yang tinggi c. Mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan d. Mampu untuk menghadapi dan melampoi rasa sakit e. Memiliki kualitas hidup yang didasari oleh visi dan nilai-nilai f. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian yang tidak perlu g. Cenderung untuk memandang segala hal itu berkaitan (holistik) h. Cenderung nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban mendasar i. Mandiri SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan “makna” hidup
25 ini, seseorang akan memiliki kualitas “menjadi” yaitu suatu modus eksitensi yang dapat membuat seorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya dan dapat menyatu dengan dunia. (Zohar, Marshall 2000:14)
G. Metode Penelitian Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini terdapat karakteristik yang cenderung pada penelitian kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa angka-angka. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di pondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2011.
26 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007:61). Dalam penelitian ini yang menjadi objek dalam penelitian atau populasinya adalah semua santri putra dan putri di pondok pesantren “Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. b. Sampel Menuryt Arikunto (1998:117) Sample adalah adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Arikunto (1998:117) menyatakan apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambil
10-15% atau Sebagai 20-25%. Dan apabila sampel
kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pembahasan di atas karena jumlah sampel populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka peneliti meneliti semua subyek dalam populasi ini, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. 4. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
27 a. Metode Angket Metode angket adalah pengumpulan data dengan jumlah pertanyaan untuk memperoleh data beberapa jawaban beberapa responden.(Kuncoroningrat, 1997:173) Dalam teknik metode angket ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai seberapa besar tingkat kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat diperoleh
catatan
atau
arsip
yang
berhubungan
dengan
penelitian.(Rumidi, 2004:131) Penelitian ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi atau keadaan sebenarnya di Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. c. Observasi Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi adalah pengamatan suatu objek dengan sistematik fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan saat ataupun mungkin dapat diulang, oleh karena itu observasi dilakukan oleh orang yang tepat (Sukandarrumidi, 2004:72). Metode ini penulis gunakan untuk membantu metode angket dalam mengetahui seberapa besar pengaruh
28 rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual. 5. Instrumen penelitian Menutut Arikunto instrumen penelitian adalah alat atu fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, cermat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 1998:151) Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini antara lain: a. Perencanaan b. Penulisan soal c. Penyuntingan d. Uji coba instrumen e. Penganalisaan hasil f. Menggunakan refisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh suwaktu uji coba 6. Teknik analisis data Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan data sebagai berikut: a. Teknik analisis kuantitatif Yaitu teknik statistik sederhana yang merupakan prosentase analisis. Adapun rumusan yang digunakan untuk mencari prosentase
29 tingkat rutinitas membaca al-Qur‟an ba’da subuh, ba’da maghrb dan kecerdasan spiritual adalah menggunakan rumus: P=
F X 100% N
Keterangan: P = Prosentase yang dicapai F = Frekuensi N = Jumlah b. Untuk mengetahui data tentang pengaruh rutinitas membaca AlQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri, dianalisis dengan sistem product moment, yang rumusnya sebagai berikut: rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
Keterangan : rxy : koefisien korelasi yang di cari xy : produk dari x dan y x2 : jumlah kuadrat variable x y2 : jumlah kuadrat variable y N : Jumlah responden
2
30 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operaisonal, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab II diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan kajian pustaka yang berisi variabel-variabel dan teori mengenai hubungan antara variabel. Variabel pertama yaitu tentang rutinitas membaca Al-Qur‟an ba‟ada subuh dan ba’da maghrib yang meliputi : pengertian Al-Qur‟an, tujuan AlQur‟an, keistimewaan Al-Qur‟an, kedudukan orang yang membaca AlQur‟an, keutamaan membaca Al-Qur‟an, cara cerdas membaca Al-Qur‟an, pengertian ba’da subuh dan maghrib serta rahasia dibalik waktu subuh dan maghrib. Dan variabel kedua yaitu tentang kecerdasan spiritual yang meliputi: pengertian kecerdasan spiritual, karakteristik kecerdasan spiritual dan manfaat kecerdasan spiritual. Bab III merupakan bagian dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek meliputi sejarah singkat pondok pesantren, letak geografis, sistem pendidikan dan pengajaran, keadaan santri, struktur organisasi yayasan kesejahteraan Muslimah Nahdzotul Ulama‟ dan teknik penyajian data.
31 Bab VI merupakan analisa data yang meliputi analisis deskriptif (tiaptiap variabel), pengkajian hipotesis dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimnpulan, saran dan penutup. Daftar pustaka Lampiran - lampiran
32 BAB II LANDASAN TEORI
A. Rutinitas Membaca Al Qura’n 1. Pengertian Al Qura’an a. Menurut bahasa Ada
perbedaan
pendapaat
dikalangan
ulama‟
tentang
pengertian Al Qur‟an ditinjau dari segi bahasa. Menurut A.W. Munawir dalam kamus Al Munawir Al Qur‟an berarti bacaan. Sedangkan menurut M.Hasbi Ash Shiddieqy, Al Qur‟an adalah bentuk masdar yang diartikan dengan isism maf‟ul yaitu maqru‟ artinya yang dibaca. b. Menurut istilah Menurut Muhammad Ali Ash-Shobuny, Al Qur‟an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu‟jizat) yang diturunkan kepada nabi atau rosul yang terakhir dengan perantara malaikat Jibril, tertulis dalam beberapa mushaf, dipindahkan (dinukil) kepada kita secara mutawatir, merupakan ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat Al Fatikhah dan diakhiri dengan surat An Nas. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy mendifinisikan Al Qur‟an sebagai wahyu ilahi yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah disampaikan kepada kita umatnya dengan jalan mutawatir
18
33 yang dihukumi kafir orang yang mengingkarinya. (Mustaqim, 2007: 25) Sedangkan menurut Dr. Subhi Al Salih merumuskan definisi Al Qur‟an yang dipandang sebagai definisi yang dapat diterima para ulama‟ terutama ahli bahasa, ahli fiqih, dan ahli usul fiqh :
“ Al Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang membaanya dipandang beribadah. (Zuhdi, 1997: 1) Dari pendapat para ulama‟ di atas dapat disimpulkan bahwa Al Qur‟an adalah kalam Allah/ wahyu ilahi sebagi mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad (sebagai nabi dan rasul terakhir) dengan perantara malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dipindahkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang dianggap ibadah
dengan
membacanya
dan
dihukumi
kafir
dengan
mengingkarinya yang dimulai dengan surat Al Fatikhah dan diakhiri dengan surat An Nas. 2. Tujuan Membaca Al-Qur’an Di antara tujuan diturunkannya AL-Qur‟an adalah agar dapat menjadi pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Quraisihab dalam bukunya Wawasan alQur’an menyebutka lebih rinci tentang tujuan diturunkannya al-Qur‟an, antara lain sebagai berikut:
34 a. Untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang ke-Esa-an Allah yang sempurna b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Alllah dan pelaksanaan tugas kekholifahan. c. Untuk menciptakan persatuan dan dan kesatuan, bukan saja antara suku dan bangsa, tapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dinia akhirat, natural dan super natural, kesatuan ilmu iman dan rasio, kesatuan
kebenaran,
kesatuan
kepribadian
manusia,
kesatuan
kemerdekaan dan determinisme, kesatuan social, politik dan ekonomi, dan kesemuaannya berada di bawah satu ke-Esa-an Allah. d. Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan bermasyarakat bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin hikmah dalam kebijaksanaan. e. Untuk membasmi kemiskinan matriel dan spiritual, kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup,serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang social ekonomi, politik, dan juga agama. f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih saying dengan menjadikan keadilan social sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat Indonesia. g. Untuk
memberikan
jalan
tengah
antara
falsafah
monopoli
kapitalismedengan falsafh kolektif komunisme, menciptakan umatan wasthan yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.
35 h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan paduan Nur Ilahi. Sedangkan menurut rosyid Ridho tujuan al-Qur‟an adala: a. Untuk menerangkan hakekat agama yang meliputi iman kepada Allah, iman kepada hari-hari akhir dan amal-amal shaleh. b. Menjelaskan masalah kenabian dan kerasullan serta tugas-tugas dan fungsi mereka. c. Menjelaskan agama islam sebagai agama fitrah yang sesuai dengan akal pikiran, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan cocok dengan intuisi dan kata hati. d. Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satu kesatuan yang meliputi: kesatuan umat (kemanusiaan), agama, undang-undang, persaudaraan seagama,bangsa, hokum dan bahasa. e. Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan islam dalam hal pembebanan kejiwaan-kejiwaan kepada manusia, seperti cakupannya yang luas meliputi jasmani dan rohani, matriil dan spiritual, membawa kepada kebahagiaan dunia akhira, mudah dikerjakan, tidak memberatkan, gampang dipahami dan sebagainya. f. Menjelaskan prinsi-prinsip dan kepolitik dan bernegara. g. Memberi
pedoman
umum
mengenai
perang
mempertahankan diri dari agresi dan intervensi musuh.
dan
cara-cara
36 h. Mengatur dan memberikan kepada wanita hak-hak mereka dalam bidang agama, social dan kemanusiaan pada umumnya. i. Membeikan
petunjuk-petunjuk
dalam
hal
pembebasan
dan
pemerdekaan budak. ( Mustamir, 2007:29-31) 3. Keistimewaan Al Qur’an Diantara keistimewaan Al Qur‟an, ialah lafal dan maknanya itu dari sisi Allah SWT. Dan lafal yang berbahasa arab itu dituurunkan olehNya. Sedangkan rasul tidak lain adalah membacakan Al Qur‟an dan menyampaikannya. Dari keitimewaan ini bercabanglah hal-hal sebagai berikut : a. Makna yang diilhamkan oleh Allah SWT kepada rasulnya, namun tidak diturunkan kata-katanya, bahkan rasul SAW sendirilah yang mengungkapka dengan bahasanya (lafadz) sendiri terhadap sesuatu yang diilhamkan kepadanya. Dan hal ini dihitung tidak termasuk Al Qur‟an. Tidak pula mendapat ketetapan hokum-hukum Al Qur‟an akan tetapi termasuk hadits-hadits rasul SAW. b. Menafsiri sebuah surat atau ayat dengan lafadz arab sebagai sinonim lafadz-lafadz Al Qur‟an yang bisa memberikan makna seperti lafadz aslinya, tidaklah kemudian lafadz-lafadz sinonim itu termasuk Al Qur‟an. Sekalipun penafsiran itu sudah sesuai dengan makna (dalalah) yang ditafsiri karena Al Qur‟an itu terdiri lafadz-lafadz arab yang khusus, yang diturunkan dari sisi Allah SWT.
37 c. Penerjemahan sebuah surat ayat kedalam bahasa asing (yakni selain bahasa arab) juga tidak dianggap sebagi alqur‟an. Sekalipun dalam pengalih bahasa itu dipelihara ketelitiannya dan penyempunaan persesuaian maknanyadengan yang diterjemahkan. Karena Al Qur‟an terdiri dari lafadz arab yang khusus diturunkan oleh Allah SWT. Jadi bila penafsiran alqur‟an atau etterjemahnya itu sudah dianggap sempurna lantaran dilakukan oleh ulama‟ yang sudah terpercaya ajarannya, ilhamnya, amalanya, maka bolehlah dianggap bahwa penafsiran atau penerjemahan ini sebagai penjelas. Makna Al Qur‟an , atau sebagai tempat kembali (yakni tempat berpegang) mengenai maknanya. Keistimewaan yang lain, yaitu bahwa Al Qur‟an disampaikan secara teratur. Artinya dengan cara pemindahan yang mendatangkan pengetahuan, kepastian, dan kebenaran riwayatnya. Dari keistimewaan itu bercabanglah bahwa sebagain bacaan yang diriwayatkan dengan selain system teratur seperti yang dikatakan misalnya: Telah membaca sebagian sahabat seperti ini, maka tidaklah bacaan itu dianggap Al Qur‟an. Juga tidak mendapatkan ketetapan hokum-hukumnya. (Khallaf, 1996: 22) 4. Kedudukan Orang Yang Membaca Al Qur’an Allah akan memberikan kedudukan yang mulia bagi orang-oranng yang membaca Al Qu‟an. Banyak hadits nabi yang menerangkan tentang kedudukan orang yang membaca Al Qur‟an antara lain
38 a. Diriwayatkan Imam Muslim
Artinya : “ Riwayat dari Aisyah ra. Dia berkata : bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : orang yang mahir membaca Al Qur’an kelak tempatnya bbersama-sama para nabi dan para rasul lagi baik-baik. Dan orang yang ada kemauan membaca Al Qur’an tetapi tertegun (susah lidahnya), kepadanya diberi dua pahala (satu pahala untuk kemauannya dan satu pahala untuk membacanya)”. (HR. Muslim) b. Diriwayatkan At Tirmidzi
Artinya : “ dari Abu Huraurah, dari nabi SAW bersabda: Al Qur’an akan datang pada hari qiyamat lalu berkata: wahai Tuhanku ijinkanlah dia maka kemudian dia dipakaikan dengan pakaian kehormatan, kemudian berkata lagi: wahai Tuhanku tambahlah dia, lalu dia pakaikan lagi pakaian kehurmatan, kemudian berkata lagi: wahai Tuhanku ridloilah dia lalu dia diridloi-Nya, lantas dikatakan bacalah dan naiklah, lalu diatambahkan dia dengan kebaikan setiap ayatnya”. (HR. At Tirmidzi)
39
c. Diriwayatkan Ad Darimy
Artinya : “ dari abu solih ia berkata: saya mendengar Abu Hurairah Berkata : bacalah al qur’an karena sesungguhnya ia sebaik baik syafaat di hari qiyamat nanti, sesungguhnya ia akan berkata pada hari qiyamat: wahai Tuhanku ijinkanlah dia memakai pakaian kehormatan, lalu dia dipakaikan baju pakaian kehurmatan,wahai tuhanku pakaikanlah dia dengan pakaian kehormatan, wahai Tuhanku ridloilah dia, karena tidak sesuatu lagi sesudah ridlo-Mu”. (HR. Ad Darimy).(Atiq, 1993:5-6) 5. Keutamaan-Keutamaan Membaca Al- Qur’an a. Al Qur‟an merupakan sebaik baik bacaan orang mukmin, baik dikala sedih maupun senang. Membaca al-Qur‟an dengan perenungan, pendalaman dan tadabbur merupakan satu dari sebagian banyak sebab kebahagiaan dan kelapangan hati. Seseorang yang sedih berkata:” Aku pernah merasakan kesuntukan (yang hanya dketahui Allah) dan dilanda keresahan yang membantu. Maka segera aku mengambil al-Qur‟an dan membacanya. Tiba-tiba kesuntukan itu lenyap, dan Allah menggantikannya dengan kegembiraan.”(al-Qorni, 2010:238-239)
40 Firman Allah:
Artinya: Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.(QS. Al-Isro’:9) b. Al Qur‟an sebagai obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya (Najati, 1993:116). Firman Allah SWT:
Artinya: Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajarandari Robbmu dan penyembah dari penyakitpenyakit yang berada dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.( QS. Yunus:57) Dan Firman Allah SWT:
Artinta: Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi
41 penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan alQur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.(QS. Al-Isro’:82)
42
Serta Firman Allah SWT:
Artinya: Katakanlah, al-Qur’an itu petunjuk dan penawar bagi orangorang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinganya mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka-mereka itulah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.(QS. Al-Fusilat:44) c. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat dan dipuji Allah dihadapan makhluk-Nya. Dari Abu Hurairoh ra. Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu ruah-rumah Allah utuk melantunkan ayat al-Qur’an dan mempelajarinya melainkan turun kepada mereka ketenangan, akan dilengkapi pda diri mereka dengan rahmat dan akan dikelilingi oleh para malaikat(memuji) mereka dihadapan makhluk yang ada didekatnya ( HR. Tirmidzi) (http:// W2 kamila.blogspot.com/2010/03/keutamaan membaca alQur‟an)
d. Dibacakan sholawat para Malaikat. ان قارأ القران والمتعلم تصلى عليهم مالئكة حتى: عه خالد به معدان قال فئذ قرأ احدكم السىرة فليؤخر منها ايتيه حتى يختمها مه اخر،يختمى السىرة النهار كي تصلى المالئكة على القارأ والمقرإ مه اول النهار الى اخره Artinya: Dari kholid bin ma’had dan iya berkata: Sesungguhnya orang yang membaca al-Qur’an dan orang yang mempelajarinya, maka para malaikat akan membaca do’a sholawat kepadanya hingga menutup surat itu. Dan apabila
43 kamu membaca surat tertentu maka akhirkanlah dua ayat hingga menutupnya di akhir siyang. Agar para malaikat selalu membaca do’a sholawat kepada para pembaca dan yang dibacanya dari sejak awal dan siang hingga akhirnya. (Athiq, 1993:10-11) Demikian keutamaan orang yang membaca Al Qur‟an, membaca saja tanpa dihafal, faham atau tidak, dengan niat atau tidak Allah SWT memberikan kebaikan tersendiri. (Sugianto, 2004: 32-37) 6. Cara Membaca Al Qur’an Mencerdaskan Secara khusus bagi orang yang menginginkan memperoleh pencerdasan Al Qur‟an, setidaknya harus memahami dua aspek berikut : a. Pesiapan-persiapan yang harus dilakukan Persiapan-persiapan yang disebutkan dibawah ini, merupakan semacam pintu-pintu masuk ke dalam sebuah wilayah aturan yang memberikan kepastian untuk memperoleh yang dijanjikan Al Qur‟an, yang meliputi : 1) Tidak kafir dan tidak ragu-ragu terhadap Al Qur‟an (QS. Al Huud (11) : 17). Persyaratan ini wajar
untuk dipenuhi,
sebab akan
mmeberikan pengaruh terhadap kelanjutan dalam mempelajari untuk dapat memahami sampai dengan mengamalkan secara konsisten dan menyeluruh. 2) Mendengarkan dan menyimak ketika dibacakan (QS. Al A‟raf (7): 204).
44 Jika berkenaan dan menyimak Al Qur‟an yang dibacakan akan diberi rahmat (memperoleh sejumlah kebaikan dan manfaat yang sangat banyak).
45
3) Tidak menyempitkan dada (QS. AL A‟raf (7): 2). Al Qur‟an disiapkan Allah SWT untuk manusia agar dapat menjangkau kedudukan taqwa. Kedudukan tersebut hanya dapat dibentuk dengan melapangkan dada. Sebab, dapat berfungsi alQur‟an mulai dari kesiapan hati.:sebuah perlengkapan dalam diri manusia sebagai tempat menyimpan. Mulai melapangkan dada itulah hati menjadi terbuka luas dan memudahkan masuknya alQur‟an serata tersimpan secara apik dan abadi. 4) Tidak berpenyakit hati dan tidak memiliki kesesatan (QS. Al Hajj (22) : 52-54). Sebagai perlengkapan manusia yang bersifat non materi dengan kekuatan luar biasa, hati mudah dikotori, diserang penyakit dan menjadi keras lebih dari batu. Karena itu, jika ingin membuat Al Qur‟an dapat meresap ke dalam hati secara abadi, maka hati harus bebas dari kotoran penyakit dan kesesatan. 5) Menyucikan diri (QS. Al Waqiah (56) : 77-80). Pengertian “menyucikan diri” dalam konteks memahami dan memanfaatkan Al Qur‟an berkaitan dengan aspek-aspek jasmaniyah, akal pikiran, hati dan jiwa manusia. Melalui proses penyucian yang melibatkan segenap unsure tubuh maka Al Qur‟an yang juga berkarakter suci akan menjadi amat mudah berinteraksi, beradabtasi dan diberdayakan sejalan dengan fungsi-fungsinya.
46
b. Metode Membaca Karena Al Qur‟an sebagai bacaan maka terdapat persyaratan bagaimana seharusnya dibaca. Di dalam Al Qur‟an terdapat metodemetode membacanya yaitu : 1) Membacanya diawali dengan istiadzah (QS. Annahl (16) : 98). Istiadzah adalah sebuah kalimat yang berisi permintaan perlindungan kepada Allah SWT agar tidak dipengaruhi oleh setansetan yang mengalami hukuman. 2) Membacanya bersama nama Allah SWT dalam perspektif rabb yang menciptakan (QS. Al Alaq (96) : 1). Keistimewaan Allah SWT dalam perspekif rabb yang mencipta akan menumbuhkan nuansa pembelajaan , perlindungan, dan pendidikan yang optimal. 3) Membacanya dengan tilawah yang benar (QS. Al Baqarah (2) : 121). Tilawah (kegiatan bersifat musikalisasi) sangat ditekankan, sebab unsure music atau bahkan karya peracikan nada dan irama dengan kelembutannya akan memudahkan meresapi sesuatu yang berkaitan dengan aspek hati manusia : mudah menyentu dan menghanyutkan.
47
4) Membaca diwaktu fajar (QS. Al Isra‟ (17) : 78) atau mmembaca diakhir malam (QS. Al Muzamil (73) : 6). Bagi yang membaca dan melakukan pengkajian terhadap Al Qur‟an akan sangat ternatu dengan energi alamiyah pada akhir malam dengan jumlah yang tersedia sangat banyak. Waktu fajar menjadikan menikmati banyak manfaat dibandingkan dengan pengkajian Al Qur‟an di siang hari. 5) Tidak tergesa dan disertai dengan berdo‟a (QS. Toha (20) : 144). Tergesa di dalam mengerjakan sesuatu apapun tidak akan dinikmati secata optimal dan memberikan hasil yang maksimal. Begitu
pula
dalam
mengkaji
al-Qur‟an,
perlu
ketelitian.
Kecermatan dan kehati-hatian. 6) Menelaah dengan perspektif wahyu (QS. Al Ankabut (29) : 45). Agar Al Qur‟an benar-benar menjadi sumber pencerahanpencerahan makna hendaknya melakukan penelaahan dengan perspektif wahyu. Artinya ketika membaca al-Qur‟an, seakan-akan tengah terjadi dialog langsung dengan Allah SWT. Untuk coba memahami, mengerti dan memasukkannya ke dalam hati. 7) Membaca dengan tartib dan khikmad (QS. Al Muzamil (73) : 4). Penyikapan dan perlakuan terhadap Al Qur‟an berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Termasuk cara penghormatan dan pemuliaan terhadap al-Qur‟an adalah membacanya dengan tartib dan hikmah.
48 8) Jangan cepat-cepat menguasainya (QS. Al Qiyamah (75) : 16-19). Terburu-buru menunjukkan kurangnya kesabaran dan kecerdasan emosional. Terburu-buru ingin cepat menguasai, akan memberikan peluang kepada setan untuk melakukan intervensi, yang akan membuat keliruan pemahaman dan penyalahgunaan pengamalan nilai-nilai yang dikandung dalam al-Qur‟an.(Sensa, 2004 : 38-42) B. Ba’da Subuh dan Ba’da Maghrib 1. Pengertian Ba’da Subuh dan Ba’da Maghrib Ba’da berasal dari bahasa arab yang berarti “ setelah” Subuh berasal berasal dari fi‟il madzi “sobaha” yang berarti mendatangi pada pagi hari yaitu molainya terbit fajar shadik bukan fajar kadzif sampai matahari terbit sebagaian busurnya (Zainudin, 199:152). Jadi ba’da subuh yaitu waktu diantara setelah molainya terbit fajar shadik bukan kadzib sampai matahari terbit sebagaian bususrnya (setelah sholat subuh sampai matahari terbit sebagaian bususrnya). Sedangkan maghrib berasal dari fi‟il madzi “ghoroba” yang berati terbenam
yaitu
molai
matahari
terbenam
sampai
mega
merah
lenyap.(Zaenudin, 199: 152). Jadi ba’da maghrib adalah setelah mulainya matahari terbenam sampai mega merah lenyap (setelah sholat maghrib hingga menjelang sholat isya‟).
49
2. Rahasia Di Balik Waktu Subuh dan Maghrib Di antara waktu-waktu istimewa yang dicipttakan Allah adalah pada waktu pagi dan petang (subuh dan maghrib). Waktu tersebut memiliki banyak keberkahan, oleh karena itu umat manusia dianjurkan untuk mencari rahmat Allah, salah satunya yaitu dengan berdzikir. Firman Allah SWT:
Artinya : dan sebarkanlah dirimu bersama-sama orang yang menyeru tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan ridlo-Nya (QS. Al kahfi : 28) Ayat di atas Allah memerintahkan kepada umat muslim agar senatiasa menyeru kepada Allah diwaktu pagi dan prtang, untuk mengharapkan ridha-Nya, supaya mendapat keberkahan di waktu tersebut. Yani dengan senatiasa melaksanakan amalan shalihan misalnya dengan berdzikir. Membaca al-Qur‟an merupakan bentuk dzikir yang palin utama, dalam hal tersebut terdapat keutamaan dalam membersihkan hati, menyembuhkan dan menenangkan jiwa. (Najati, 1993:115) Waktu subuh
banyak terkandung keberkahan,
Rasulullah SAW
mendoa‟akan kepada umatnya yang senang bangun pagi: “ ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun subuh. (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majjah)
50 Allah SWT. Banyak melimpahkan keberkahan kepada hamba-Nya bagi mereka yang senang bangun subuh dan mengoptimalkan waktu tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat. Di antara keberkahan yang dilimpahkan Allah antara lain: a. Allah akan melindunginya seharian penuh b. Mengkucurkan rahmat-Nya c. Melimpahkan
kesegaran
pemikiran
ketenangan
dan
lain-
lain.(http://abaut.wordpress.com/2010/02/06/berkah-subuh) Berdasarkan penelitian Dr. Alexander Bruce dari Jerman, menghasilkan sebuah temuan bahwa waktu subuh, jika menghirup nafas yang panjang, kecepatan aliran darah menuju otak akan bertambah, maka otak akan memperoleh darah yang kaya oksigen, lebih cepat. Hasilnya otak lebih cepat nyambung ketika diajak berfikir. (Ananto, Rahasia Bangun Pagi. Dikutib di: http://Alexander penelitian html. Diakses 08 Juli 2011) Waktu pagi sangat tepat jika digunakan membaca al-Qur‟an, guna untuk memperoleh pencerdasan. Waktu fajar, seagai saat-saat malam akan memasuki frase-frase terahir, dimana manusia-manusia telah menikmati lelapnya tidur dan mimpi-mimpi indah,membuat kekuatan energy pada saat itu hanya dapat dimanfaatkan oleh sedikit manusia, berlaiman dengan waktu siang, dimana semua makhluk melakukan aktivitas. Maka pada saat itu jika melakukan pengkajian al-Qur‟an akan sangat terbantu dengan energi alamiah akhir malam dengan jumlah yang tersedia sangat
51 banyak.Waktu fajar menjadian menikmati banyak manfaat dibandingkan dengan pengkajian pada siang hari.(Sensa, 2004:41) Begitu juga dengan ba’da maghrib. Ba’da maghrib adalah permulaan waktu menjelang malam, dimana ketnangan mulai datangn dan aktifitas mulai berkurang, sehingga jika digunakan untuk membaca alQur‟an akan mudah memekas dan dapat memberikan hasil yang maksimal. (http://eccafresh.blogspot.com/2011/07/waktu-waktu-efektif -membaca alQur‟an) Berdasarkan sebuah penelitian universitas Al Azhar bahwa waktu yang baik untuk membaca Al Qur‟an adalah setelah shalat subuh dan maghrib, karena kedua waktu tersebut otak dalam keadaan fresh karena pergantian waktu dari terang ke gelap dari gelap ke terang. (Diningrat, Membaca Al-Qur‟an dapat mningkatkan Kinerja Otak. Dikutip di: http://Hasi-Rist-Univ-Al-Azhar-Membaca–al-Qur‟an, diakses 19 Maret 2011)
C. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menetapkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
52 SQ adalah landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall, “SQ:Spiritual Intellegenc: Blloomsbury, Greal Britain). Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk member makna spiritual terhadap pikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif. (Gunanjar, 2007 : 46-47). Menurut Munandir (2001: 122) kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan pikiran. Sementara itu Mimi Doe dan Marsha Waich mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita, sesuatu kesadaran yaang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan atau apapun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral. Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual adalah dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu
53 hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. (Utama, Kecerdasan Spiritual. Dikutib di: http:// Ilmu psikologi. Wordprees.
Com.
Pengertian
Kecerdasan
Spiritual,
diakses
18 februari 2010) 2. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ciri-ciri orang yang memiliki spiritual (SQ) yang berkembang dengan baik atau tinggi adalah : a. Mampu bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) b. Memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi c. Mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan d. Mampu untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit e. Memiliki kualitas hidup yang didasari oleh visi dan nilai-nilai f. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian yang tidak perlu g. Cenderung untuk memandang segala hal itu berkaitan (holistik) h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban mendasar i.
Mandiri SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan “makna” hidup ini, seseorang akan memiliki kualitas “menjadi” yaitu suatu modus eksitensi yang dapat membuat seorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya dan dapat menyatu dengan dunia. (Zohar,Marshall, 2000 : 114)
54
Menurut Jalaludin Rahmat (2007), individu yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Kemapuan untuk mentrandensikan yang fisik dan yang material b. Kemampuan untuk mengalami tingkat kecerdasan yang memuncak c. Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari d. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah e. Kemampuan untuk bisa berbuat (Muallifah, 2009 : 178-179) 3. Manfaat Kecerdasan Spiritual Diantara manfaat kecerdasan spiritual bagi kehidup manusia: a. Dengan kecerdasan spiritual manusia dapat membaca dan memahami secara intuitif mengapa Allah Ta‟ala membri kehidupan dan persoalan kepada manuia. (Nasution, 2009:6) b. Dengan kecerdasan spiritual
menjadikan diri tidak dipenjara
oleh”egoisme”yaitu suatu kekeliruan yang membuat egoeis. (Nasution, 2009:6) c. Dengan kecerdasan spiritual menjadikan diri lebih inklusif dan memiliki gambaran-gambaran dan kesadaran transpersonal terhadap kemuliaan, keagungan, kelembutan, atau suka memberi. (Nasution, 2009:6) d. Dengan kecerdasan spiritual dapat membantu untuk keluar dari segala persoaalan hidup.(Nasution, 2009:6)
55 e. Dengan kecerdasan spiritual, membantu lebih dalam meyakini agama masing-masig, menghadapi masalah baik dan jahat, hidup dan mati dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusan-keputusan.(Nasution, 2009:6) f. Dengan kecerdasan, membantu untuk tidak selalu
merasionalkan
begitu saja persoalan hidup yang dihadapi. .(Nasution, 2009:7) g. Dengan kecedasan spiritual, membuat dekat kepada Allah. (Nasution, 2009:8)
56
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Dan Subyek Penelitian 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Pondok Pesantren “Masithoh” berdiri di atas naungan Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdhotul Ulama (YKM NU). Didirikan pada tahun 1988 oleh Ibu Hj. Mar‟atus Solikhah selaku ketua muslimat Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pondok Pesantren ini semula masih berada di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Kemudian pada tahun 1993 Dusun Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Pabelan berpindah wilayah ke Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pondok Pesantren “Masithoh” pada awal berdirinya hanya berdiri dari tiga orang santri yang berasal dari daerah sekitar. Pada saat itu kegiatan belajar mengajar (KBM) di Pondok Pesantren berjalan kurang aktif. Kemudian pada tahun 1995 setelah kedatangan Bapak KH Tohir Suyuti beserta Ibu HJ. Umi Arifah yang berasal dari Ketapang kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, yang telah dipasrahi menjadi Pengasuh. Mulailah kegiatan belajar mengajar berjalan dengan aktif dan santrinya juga sudah bertambah banyak, kitab-kitab yang dikaji tidak hanya kitab Al-Qur‟an, tetapi juga sudah disertai dengan berbagai kitab kuning. Selain itu juga ada ekstra kulikuler seperti qiro‟ah dan pelatihan pidato, ceramah
40
57 (muhadloroh) sebagai wahana pendidikan bagi santri serta menciptakan kemampuan ketrampilan untuk dikembangkan dimasyarakat nantinya. 2. Letak Geografis Pondok Pesantren “Masithoh” terletak di Jl. Mayang Sari RT 03/05 Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Pondok Pesantren “Mashothoh” menempati area tanah wakaf seluas 750 M2 yang digunakan untuk pembangunan pondok/asrama putra dan tanah pribadi seluas
1850 M2 yang digunakan untuk pembangunan
pondok/asrama putri, lingkungan koperasi dan lain-lain. 3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren “Masithoh” antara lain: a. Sorogan Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada Kyai atau Guru untuk dibaca dihadapan kyai atau guru. Dan apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dihadapi oleh kyai atau guru tersebut. b. Bandongan Sistem pengajaran yang serangkaian dengan sistem sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan dengan saling kait-mengait dengan yang sebelumnya. Sistem bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang dihadapi. (Ghozali, 1996:29-30)
58 Pemakaian metode di atas dimaksudkan sebagai upaya mempelajari Al-Qur‟an dan kitab kuning di Pondok Pesantren tersebut. Adapun kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren “Masithoh” ini meliputi : 1)
Pendidikan Madrasah Diniyah Pendidikan
dan
pengajaran
di
pondok
pesantren
“Masithoh” dilaksanakan setiap ba’da isya‟, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas I dan II. Kitab-kitab yang dikaji dikelas I antara lain: a) Fatkhul Awam b) Jurmiyah c) Tasrif Istilah Sedangkan kitab yang dikaji di kelas 2 meliputi: a) Riyadzul Badi‟ah b) Al-Amriti c) Sharaf d) Ayuhal Walad 2)
Kegiatan Umum Harian Pendidikan dan pengajaran ini dilaksanakan setiap hari yang diikuti oleh semua santri diluar pembelajaran Madrasah Diniyah, kegiatan ini meliputi:
59 a) Sorogan Al-Qur‟an Dilaksanakan dengan jalan santri membaca Al-Qur‟an dan disimak langsung oleh Ibu Nyai bagi santri putri dan oleh Bapak Kyai bagi santri putra. b) Setoran Al-Qur‟an Bagi santri yang tahfidz al-Qur‟an, menyetorkan hafalannya kepada Ibu Nyai, dan kalau ada salah, kesalahan itu langsung dibenarkan oleh Ibu Nyai. c) Pengkajian Tafsir Jalalain Pengkajian tafsir jalalain ini dilaksanakan setiap ba’da dzuhur, diikuti oleh santri putra dan putri. Pengkajian ini diampu langsung oleh Bapak Kyai M. Tohir Syuyuti dengan menggunakan sistem bandongan. d) Pengkajian Kitab Safinah Pengkajian ini juga menggunakan sistem bandongan yang dilaksanakan setiap ba’da dzuhur. c. Kegiatan Mingguan Kegiatan ini dilaksanakan setiap seminggu sekali, diantaranya adalah: a)
Mujahadaan
b)
Dhiba‟an
c)
Pengkajian Kitab Tibyan
60 d)
Tartilan Al-Qur‟an Bilghoib
e)
Qiro‟ah
d. Kegiatan Bulanan Kegiatan ini meliputi: a)
Mukhadloroh
b)
Pengkajian Kitab Faro‟id
c)
Pengajian Rabu Pahingan
4. Keadaan Fisik Pondok Pesantren “Masithoh” Deskripsi kelembagaan Pondok Pesantren “Masithoh” secara fisik dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe yang dimiliki, khususnya bangunan fisik yang digunakan sebagai lokasi proses belajar-mengajar. a. Musholla Di Pondok Pesantren “Masithoh” terdapat sebuah Mushola yang berfungsi sebagai tempat beribadah. Mushola tersebut berada ditengah-tengah antara Pondok Putra dan Pondok Putri. Selain berfungsi sebagai sarana pelaksanaan ibadah oleh para santri, Pengasuh Pondok Pesantren dan masyarakat sekitar untuk berjamaah, Musholla juga dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dalam wujud: 1) Pelaksanaan mujahadah 2) Pelatihan pidato, ceramah (muhadloroh) 3) Pengajian kitab kuning dan kegiatan lain
61 b. Koperasi Di Pondok Pesantren “Masithoh”, koperasi digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan baik bagi santri maupun bagi pengasuh bahkan masyarakat sekitarnya. Koperasi di pondok ini dikelola langsung oleh para santri, yang digunakan sebagai wadah pendidikan dalam masalah ekonomi. c. Pondok / Asrama Pondok atau asrama dimaksudkan sebagai sarana tempat tinggal santri, agar para santri lebih terkonsentrasi terhadap kegiatan di pondok. Di pondok pesantren ini asrama putri berlokasi disebelah ndalem bapak pengasuh, sedangkan asrama putra berlokasi dekat dengan ndalem ibu Hj. Mar‟atus Solichah selaku pendiri pondok pesantren tersebut. 5. Struktur Organisasi Yayasan Kesejahteraan “Masithoh” SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS TH. 2010-2014 Penasihat
: Hj. Dimyati
Ketua
: Hj. Mar‟atus Solichah
Sekretaris
: Ima Salamah S. Paud
Bendahara
: Hj. Rifa‟i
Sie dakwah
: Hj. Sumeh
Sie pendidikan
: Umi Tohir, S.Pd Siti Romlah Atik Harjono
62 Sie organisasi
: Robiatul Janati
Sie usaha
: - Wardi
- Mintarsih
- Titi Wahyono
- Siti Sunengsig
- Bandiah Zuhri
- Rohmi
- Hj. Siti Rukti Anggota
: - Sri Rahayu - Siti Nurhidayah - Jumiatun - Rosmiati - Rifqotus Suniyah - Hj. Amin
Pengasuh Pondok Pesantren “Masithoh” : - KH. Tohir Suyuti - Hj. Umi Arifah Ustadz
: - Cholil - Hawari
6. Keadaan Responden dan Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang diambil peneliti adalah semua santri Pondok Pesantren “Masithoh” karena jumlah semua santri di pondok tersebut kurang dari 100 santri. Untuk data santri yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
63 Tabel 3-1 Data Responden No
NAMA SANTRI PUTRI
TEMPAT TANGGAL LAHIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 No
Anis Maria Ulfa Dwi Handayani Fitriatun Khasanah Asarotul Munawaroh Mulan Tiara Rizqi M Muslikhatun Khoiriyah Nur Laila Wahyu Ningsih Puji Lestari Siti As‟adah Siti Masyithoh Siti Munadziroh Siti Munjayyanah Siti Muslimah Siti Syamsiyah Ummi Masroah Wahyumi Wakhidatul Fitriani Zayinatul Mahfudzoh Az-zahra NAMA SANTRI PUTRA
Kab.Boyolali, 1 Januari 1988 Kab Semarang, 2 Desember 1989 Kab Semarang, 25 Juli 1993 Kab Semarang, 21 Desember 1991 Salatiga Kab Semarang, 2 Juli 1990 Kab Semarang, 5 Maret 1994 Kab Semarang, 1 April 1989 Kab Semarang, 16 November 1992 Kab Semarang, 18 Maret 1990 Kab Semarang, 29 Desember 1990 Boyolali, 19 April 1992 Kab Semarang, 7 Oktober 1990 Kab. Boyolali, 21 Desember 1989 Kab Semarang, 13 Oktober 1990 Boyolali, 9 Juli 1992 Demak, 3 Maret 1995 Kab Semarang, 13 September 1991 TEMPAT TANGGAL LAHIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Abdul halim Agus nurul huda Bagus priyadi Doni purwanto Ibnu tuvaiq Kusno sujarwadi M hakim M musthofa bisri M nur falah Mukhlisin Ricky yuliyanto sofyan Zainuddin
Kab.Semarang, 01 September 1992 Kab Semarang, 08 Agustus 1990 Kab Semarang, 01 Desember 1991 Kab Semarang, 02 Sebtember 1995 Kb. Semarang, 08 Agustus 1989 Boyolali, 15 Oktober 1993 Kab Semarang, 14 Desember 1989 Kab Semarang, 30 Agustus 1993 Kab Semarang, 17 Oktober 1997 Boyolali, 09 Oktober 1993 Tnajung Jabung Timur, 30 Juni 1993 Boyolali, 12 Januari 1994
B. Penyajian Data 1. Daftar jawaban angket rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib santri Pondok Pesantren “Masithoh”
64 Tabel 3.2 Daftar jawaban angket rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib No No Item Jumlah Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B 1 A A A A B A B C B A 18 6 2 A A A A A A A A C A 27 3 A A A A A A B A B C 21 4 4 A A A A A A B B C B 18 6 5 A A A A B A B B B B 15 10 6 A A A A B A A A B B 21 6 7 A A A A A A A A C A 27 8 A A A A B A A A C A 24 2 9 B A A C B B A A B B 12 10 10 A A A A B A A B C B 18 6 11 A A A A C A A A C A 24 12 A A A A B A A A B A 24 6 13 A A A A B A B A C A 21 4 14 A A A A B A A B C A 21 4 15 C A A C C A B C B C 12 4 16 B A A C B A B B B A 12 10 17 A A A A C A C B C A 18 2 18 A A A C B A B B C A 15 6 19 A A A B C C C B B C 9 6 20 A A A C B A B B C B 12 8 21 B A A C B A B B C A 12 8 22 C C A C C A B B C C 6 4 23 A A A A A A B A B B 21 6 24 C B A A C C C C C B 3 4 25 C C A A C A C A C B 6 4 26 C B A A B A C B C B 6 8 27 A A A A B A A B B A 18 8 28 B B A A B A A A C A 15 6 29 C A A A A A C C C A 15 30 B A A A B A B B C B 9 10
C 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 5 1 3 2 4 2 2 6 7 5 4 2 5 2
65 2. Daftar jawaban angket kecerdasan spiritual Tabel 3.3 Daftar jawaban angket kecerdasan spiritual No Responden
No Item 1
2
3
4
5
6
Jumlah 7
8
9
10
S
AS
T S
1
S
AS
2
S
S
3
S
AS
4
S
AS
S AS
S
S
AS
S
S
S
21
6
-
AS
S
S
S
S
S
27
2
-
TS AS
S
S
S
AS
S
S
18
6
-
TS AS
S
S
S
AS
S
S
18
6
-
S
S
5
AS AS
TS AS AS AS
AS
AS AS
S
3
16
1
6
AS
S
AS AS
S
AS
AS
AS
S
S
12
12
-
7
S
S
AS AS
S
S
S
S
S
S
24
4
-
8
S
AS
S
S
S
S
18
8
-
9
AS
S
AS
AS
S
S
S
21
6
-
10
S
S
AS AS AS AS
AS
AS
S
S
12
12
-
11
S
AS
S AS AS AS
AS
AS AS AS
6
16
-
12
S
S
S AS AS AS S
S
S
AS AS
S
S
S
S
S
S
24
4
-
13
AS AS
AS AS
S
S
S
TS
S
S
15
8
1
14
AS
S
AS
S
S
S
AS
S
S
21
6
-
15
AS
S
AS AS AS AS
S
S
S
S
12
12
-
16
S
S
AS AS
AS
AS
S
S
S
18
8
-
S
AS
AS
S
S
9
12
1
S
S
AS AS
6
16
-
S
AS
S
AS AS
6
16
-
AS AS AS
2
18
-
AS
AS
9
14
-
TS AS
S
3
16
1
S
27
2
-
S
S
17
TS AS
AS AS AS
18
AS AS
AS AS AS AS
19
AS AS
AS AS AS
20
AS AS
AS AS
S
AS
AS
21
AS AS
AS AS
S
AS
S
22
AS AS
AS AS AS AS
23
S
S
S
S
AS
S
S
S
S
AS
S
TS
S
TS
TS
TS AS
3
8
5
24
AS AS
AS TS
25
AS AS
AS TS AS AS
TS
AS AS AS
-
16
2
26
AS AS
AS AS AS AS
AS
AS AS
3
18
-
S
66 No Responden
No Item 1
2
3
4
5
6
Jumlah 7
8
9
10
S
AS
T S
27
S
S
S
S
AS
28
S
AS
AS
S
AS AS
AS
29
S
S
AS
S
AS AS
AS
30
AS AS
S
AS AS AS AS
S
S
AS
S
24
6
-
AS AS
S
9
14
-
AS AS
S
9
14
-
S
15
10
-
S
S
AS
67
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis pengaruh rutinitas membaca ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun 2011. setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan yang dipertanyakan. Secara berturut-turut penulis menganalisis data yang terkumpul sebagai berikut: A. Analisis Deskriptif 1. Analisis data tentang rutinitas membaca Al-Qur‟an setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib Untuk mengetahui rutinitas santri dalam membaca Al-Qur‟an setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib, penulis menggunakan instrumen beberapa angket yang terdiri dari sepuluh item pertanyaan, dari masingmasing pertanyaan angket tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: a. Santri yang menjawab A diberi nilai 3 b. Santri yang menjawab nilai B diberi nilai 2 c. Santri yang menjawab C diberi nilai 1
51
68 Selanjutnya analisis data ini digunakan untuk mencari nominasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket untuk para santri. Nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan rutinitas membaca Al-Qur‟an setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib santri Pondok Pesantren “Masithoh” Tabel 3.1 Nilai Angket Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba’da Subuh Dan Ba’da Maghrib Nomor Item No Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 A A A A B A B C B A 25 2 A A A A A A A A C A 28 3 A A A A A A B A B C 26 4 A A A A A A B B C B 25 5 A A A A B A B B B B 25 6 A A A A B A A A B B 27 7 A A A A A A A A C A 28 8 A A A A B A A A C A 27 9 B A A C B B A A B B 23 10 A A A A B A A B C B 25 11 A A A A C A A A C A 26 12 A A A A B A A A B A 30 13 A A A A B A B A C A 26 14 A A A A B A B B C A 26 15 C A A C C A B C B C 21 16 B A A C B A B B B A 23 17 A A A A C A C B C A 23 18 A A A C B A B B C A 23 19 A A A B C C C B B C 19 20 A A A C B A B B C B 22 21 B A A C B A B B C A 22 22 C C A C C A B B C C 16 23 A A A A A A B A B B 27 24 C B B C C C C C C B 13 25 C C A C C A C A C B 15 26 C B A C B A C B C B 18 27 A A A B B A A B B A 26 28 B B A C B A A A C A 23 29 C A A C A A C C C A 20 30 B A A C B A B B C B 21
69 Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus: I=
(R I ) K
Keterangan: I
: Interval
R
: Range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
K
: Jumlah kelas Berdasarkan nilai hasil tingkat angket tentang rutinitas membaca
al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib, nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 14 kemudian memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut: I=
(30 14) +1 3
=6 Tabel 4.2 Interval Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba’da Subuh dan Ba’da Maghrib Santri Pondok Pesantren “Masithoh” no
Nilai Interval
Jumlah Santri
Nilai Nominasi
1
25 – 30
14
A
2
19 – 24
12
B
3
13 – 18
4
C
JUMLAH
30
Dengan demikian maka: a. Nominasi antara 25-30 berati rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dikatakan tinggi (A) sebanyak 14 santri
70 b. Nominasi antara 19-24 berati rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dikatakan sedang (B) sebanyak 12 santri c. Nominasi antara 13-18 berati rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dikatakan rendah (C) sebanyak 4 santri Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C (rendah)
untuk
mengetahui
masing-masing
nominasi
rutinitas
membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib. Tabel 4.3 Nilai Nominasi Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba’da Subuh Dan Ba’da Maghrib No Resp Sekor Nilai Nominasi Keterangan 1 25 A Tinggi 2 28 A Tinggi 3 26 A Tinggi 4 24 B Sedang 5 25 A Tinggi 6 27 A Tinggi 7 28 A Tinggi 8 27 A Tinggi 9 23 B Sedang 10 25 A Tinggi 11 26 A Tinggi 12 30 A Tinggi 13 26 A Tinggi 14 26 A Tinggi 15 21 B Sedang 16 23 B Sedang 17 23 B Sedang 18 23 B Sedang 19 19 B Sedang 20 22 B Sedang 21 22 B Sedang 22 16 C Rendah 23 27 A Tinggi 24 13 C Rendah 25 15 C Rendah 26 18 C Rendah
71
No Resp 27 28 29 30
Sekor 26 23 20 21
Nilai Nominasi A B C B
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Sedang
Setelah diketahui beberapa banyak santri yang berada pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian dicari prosentase masingmasing kategori dengan rumus sebagai berikut: P=
F X 100% N
Keterangan: P = prosentase F = frekuensi N = jumlah total sampel Sehingga diketahui sebagai berikut: a. Prosentase santri yang memiliki rutinitas tinggi dalam membaca AlQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dan mendapat nilai A yaitu sebanyak 14 santri adalah: P=
14 X 100% 30
= 46,67% Artinya ada sebanyak 46,67% santri yang rutin membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib
72 b. Prosentase santri yang memiliki rutinitas sedang dalam membaca AlQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dan mendapat nilai B yaitu sebanyak 12 santri adalah: P=
12 x 100% 30
= 40% Artinya ada sebanyak 46,67% santri yang rutin membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib c. Prosentase santri yang memiliki rutinitas rendah dalam membaca AlQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dan mendapat nilai C yaitu sebanyak 4 santri adalah: P=
4 X 100% 30
= 13,33 Artinya ada sebanyak 13.33% santri yang rutin membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib. Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib sebagai berikut:
73
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Rutinitas Membaca Al-Qur‟an ba’da Subuh dan ba’da Maghrib ( variabel X) Prosentase
No
Tingkatan Variabel X
Interval
Frekuensi
1
Tinggi
26-30
14
46.67%
2
Sedang
19-25
12
40%
3
Rendah
13-18
4
13.33%
30
100%
Jumlah
%
2. Analisis Data Tentang Kecerdasan Spiritual Untuk
mengetahui
kecerdasan
spiritual
santri,
penulis
menggunakan instrumen beberapa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan, dari masing-masing pertanyaan angket tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: a. Santri yang menjawab S diberi nilai 3 b. Santri yang menjawab AS diberi nilai 2 c. Santri yang menjawab TS diberi nilai 1 Selanjutnya analisis ini digunakan untuk mencari nomonasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket untuk para santri. Nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan kriteria pada tingkat kecerdasan santri pondok pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
74
75
Tabel 4.5 Nilai Angket Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 S S S S AS AS S S AS S S S AS AS AS S TS AS AS AS AS AS S AS AS AS S S S AS
2 AS S AS AS AS S S AS S S S S AS S AS S AS AS AS AS AS AS S AS AS AS S AS S AS
3 S S TS TS TS AS AS S AS AS AS AS AS AS AS AS AS AS AS AS AS AS S AS AS AS S AS AS AS
4 AS S AS AS AS AS AS AS S AS AS AS AS S AS AS AS AS AS AS AS AS S TS TS AS S S AS AS
No Item 5 6 S S AS S S S AS AS AS AS S AS S S AS AS S AS AS AS S S S S S S S S AS AS AS AS AS S AS AS AS S S AS S AS AS AS S S TS S AS AS AS AS AS S AS AS AS AS AS AS
Sekor 7 AS S S AS AS AS S S S AS S S S S S AS AS S AS AS S AS S TS TS AS S AS S AS
8 S S AS AS AS AS S S S AS S S TS AS S S AS S S S AS TS S TS AS AS AS AS S AS
9 S S S S AS S S S S S S S S S S S S AS AS AS AS AS S TS AS AS S AS AS AS
10 S S S S S S S S S S S S S S S S S AS AS TS AS S S AS AS S S S S S
27 29 24 24 20 24 28 26 27 24 22 28 24 27 24 26 21 22 22 20 23 20 29 16 18 21 30 23 25 21
76
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus: I=
(R I ) K
Keterangan: I
: interval
R
: range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
K
: jumlah kelas Dari data terlihat nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah
adalah 16. Dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut: I=
(30 1) 1 3
=5 Tabel 4.6 Interval Kesadaran Spiritual Santri No 1 2 3
Nilai Interval 26 – 30 21 – 25 16 - 20 JUMLAH
Jumlah Santri 10 15 5 30
Nilai Nominal A B C
Dengan demikian maka: a.
Nominasi antara 16 – 20 berarti nilai kecerdasan spiritual santri dikatakan tinggi (A) sebanyak 10 santri
b.
Nominasi antara 21 – 25 berarti nilai kecerdasan spiritual santri dikatakan tinggi (B) sebanyak 15 santri
77 c.
Nominasi antara 26 – 30 berarti nilai kecerdasan spiritual santri dikatakan tinggi (C) sebanyak 5 santri Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C
(rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi kecerdasan spiritual santri. Tabel 4.7 Nilai Nominasi Kecerdasan Spiritual No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Sekor 27 29 24 24 20 24 28 26 27 24 22 28 24 27 24 26 21 22 22 20 23 20 29 16 18 21 30 23 25 21
Nilai Nominasi A A B B C B A A A B B A B A B A B B B C B C A C C B A B B B
Keterangan Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang
78 Setelah diketahui berapa banyak santri yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah kemudian dicari prosentase masing-masing kategori dengan rumus sebagai berikut: P=
F X 100% N
Keterangan: P: Prosentase F: Frekuensi N: Jumlah total sampel Sehingga dapat diketahui sebagai berikut: a. Prosentase santri yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi dan mendapat nilai A yaitu sebanyak 10 santri adalah P=
10 x 100% 30
= 33.33% Artinya ada sebanyak 33.33% santri yang memiliki kecerdasan spiritual b. Prosentase santri yang memiliki kecerdasan spiritual sedang dan mendapat nilai B yaitu sebanyak 15 santri adalah P=
15 x 100% 30
= 50% Artinya ada sebanyak 50% santri yang memiliki kecerdasan spiritual
79 c. Prosentase santri yang memiliki kecerdasan spiritual rendah dan mendapat nilai C yaitu sebanyak 5 santri adalah 5 x 100% 30
P=
= 16.67% Artinya ada sebanyak 16.67% santri yang memiliki kecerdasan spiritual Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang kecerdasan spiritual sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuekuensi Kecerdasan Spiritual (Variabel y) No
Tingkatan Variabel
Interval
Frekuensi
y
Prosentase %
1
Tinggi
26-30
10
33.33%
2
Sedang
21-25
15
50%
3
Rendah
16-20
5
16.67%
30
100%
JUMLAH
B. Analisis Uji Hipotesis Setelah dilakukan analisis terhadap kedua variabel berdasarkan nilai atau sekor dan berdasarkan item-item pertanyaan angket, langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis untuk menguji kebenarannya. Adapun untuk mengetahui pengaruh rutinitas membaca al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok
80 Pesantren “Masithoh” tahun 2011 ditempuh dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x
: jumlah variabel x
y
: jumlah variabel y
x
2
: kuadrat dari variabel x
y
2
: kuadrat dari variabel y
N
: banyaknya sampel penelitian
xy
: produk dari
: jumlah (Sutrisno Hadi, 1994:294)
Langkah-langkah yang penulis tempuh adalah: 1.
Membuat tabel persiapan untuk mencari pengaruh rutinitas membaca alQur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir tahun 2011
2.
mencari X, Y, X2, Y2 DAN XY dengan cara mengalikannya
3.
mensubtitusikan nilai X dan Y yang telah diperoleh pada rumus korelasi product moment.
81
Tabel 4.9 Pengaruh Rutinitas Membaca Al-Qur‟an Ba’da Subuh Dan Ba’da Maghrib Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” No X Y x2 y2 xy 1 25 27 625 729 675 2 28 29 784 841 812 3 26 24 676 576 624 4 24 24 576 576 576 5 25 20 625 400 500 6 27 24 729 576 648 7 28 28 784 784 784 8 27 26 729 676 702 9 23 27 529 729 621 10 25 24 625 576 600 11 26 22 676 486 572 12 30 28 900 784 840 13 26 24 676 576 624 14 26 27 676 729 702 15 21 24 441 576 504 16 23 26 529 676 598 17 23 21 529 441 483 18 23 22 529 484 506 19 19 22 361 484 418 20 22 20 484 400 440 21 22 23 484 529 506 22 16 20 256 400 320 23 27 29 729 841 783 24 13 16 169 256 208 25 15 18 225 324 270 26 18 21 324 441 378 27 26 30 676 900 780 28 23 23 529 529 529 29 20 25 400 625 500 30 21 21 441 441 441 698 715 16.716 17.383 16.944
Diketahui: N = 30
X = 698
82
Y = 715 X
Y
2
2
= 16716 = 17383
XY = 16944 Selanjutnya nilai N,
X , Y , X
2
Y
,
2
dan
xy
disubtitusikan
pada rumus product moment sebagai berikut:
rxy
=
=
=
=
=
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
30.16944 (698)(715)
30.16716 (698) 30.17383 (715) 2
2
508320 499070
501480 487204521490 511225 9250
1427610265 9250 146543140 9250 12105,5004
= 0,7641
C. Pembahasan Setelah r (koofesien kerelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui, maka
untuk
mengetahui
dapat
tidaknya
hipotesis
diterima
harus
83
dikonsultasikan nilai r xy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga diketahui bahwa r hitung signifikan atau tidak. Sesuai dengan responden sebanyak 30, dapat dilihat dalam tabel nilainilai r pruduct moment adalah sebagai berikut: a. Pada taraf signifikan 5 %, r = 0,361 b. Pada taraf signifikan 1%, r = 0,463 Berdasarkan nilai dalam tabel tersebut dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang diperoleh sebagai berikut: a. 0,7641 > 0,361 pada taraf signifikan 5% b. 0,7641 > 0,463 pada taraf signifikan 1% Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui ada pengaruh yang signifikan antara rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual Santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011. dengan ini, hipotesis diterima.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis mengumpulkan data dalam rangka membuktikan hipotesis yang diajukan dan mengolahnya dengan teknik satatistik dengan menggunakan rumus product moment, selanjutnya penulis dapat menarik kesimpulan dan penelitian berjudul “pengaruh rutinitas membaca Al-Quran ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren
“Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun 2011” sebagai berikut: 1. Rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib dapat disimpulkan: a. Tingkat rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 14 santri dengan interval skor antara 25-30 sebesar 46,67% b. Tingkat rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 12 santri dengan interval skor antara 19-24 sebesar 40% c. Tingkat rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 4 santri dengan interval skor antara 13-18 sebesar 13,33%
67
85 2. Kecerdasan spiritual santri dapat disimpulkan: a. Untuk santri yang ditingkat kecerdasan spiritualnya mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 10 santri dengan interval skor antara 26-30 sebesar 33,33% b. Untuk santri yang ditingkat kecerdasan spiritualnya mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 15 santri dengan interval skor antara 21-25 sebesar 50% c. Untuk santri yang ditingkat kecerdasan spiritualnya mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 5 santri dengan interval skor antara 16-20 sebesar 16,67% 3. Kesimpulan dari analisis data diperoleh nilai r yx sebesar 0,7641 dan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N=30, pada taraf signifikasi 5% diperoleh 0,361, dan ternyata pada taraf signifikasi 1% diperoleh 0,463 dan ternyata nilai r yx lebih besar dari pada r tabel atau (0,764 > 0,361 dan 0,764 > 0,463). Jadi ada pengaruh yang positif antara rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Tahun 2011. Dengan demikian hasilnya signifikan, maka kesimpulan akhirnya yaitu rutinitas membaca Al-Qur‟an ba’da subuh dan ba’da maghrib berpengaru terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren “Masithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kota Salatiga Tahun 2011.
86 B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga Pondok Pesantren a. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang berperan dalam
membangun
pendidikan
untuk
ikut
berprestasi
dalam
mengembangkan pendidikan anak bangsa, terutama dibidang akhlak karimah. Oleh karena itu, penulis memberikan saran kepada lembaga untuk lebih memperhatikan dalam pelaksanaan membaca Al-Qur‟an yang dilakukan ba’da subuh dan ba’da maghrib yang terbukti membawa pengaruh terhadap kecerdasan spiritual, yang mana dapat mengantarkan untuk dapat berperilaku akhlakul karimah. Sehingga tujuan atau harapan yang diinginkan dapat terwujud. b. Sebagai lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren “Masithoh” sebagai wahana menjaga dan mengamalkan pedoman umat Islam harus senantiasa diperhatikan yaitu dalam masalah membaca Al-Qur‟an. 2. Bagi Santri Dengan adanya penelitian ini, penulis memberikan saran kepada para santri agar senantiasa mengoptimalkan waktu subuh dan maghrib, untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat khususnya dengan senantaisa membaca Al-Qur‟an.
87
C. Rekomendasi Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa aral yang berarti. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya masih banyak kekurangand an jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun. Dan semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.
88 DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga. Al-Qorni, „Aidh. 2010. Laa Tahzan, Jangan Bersedih. Jakarta: Qisti Press Ananto, Bayu, S., Rahasia Bangun Pagi (online), (http://alexanderpenelitian diaksese 08 Juni 2011) Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Ash. Shabuni, Syeh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka Amani. Athiq. 1993. Terjemahan Fadhoilul Qur’an. Keutamaan Al-Qur’an Menurut Hadits-hadits Rasulullah. Semarang: CV. Toha Putra. Diningrat, Raden,H.M., 2011. Hasil Risert Univ. Al-Azhar: Membaca Al-Qur’an dapat Meningkatkan Kinerja Otak dan Mempertajam Ingatan, (online) (http://endahack.blogspot.com.hasil-riset-univ-al-azhar-membaca.html, diakses Maret 2011) Khallaf, Abdul Wahab. 1996. Kaidah – Kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kuncoroningrat Purwadarminta, W.J.S. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta: Balai Pustaka. .
1997. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Yogyakarta: Dive Prees
Mustamir, 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al-Qur’an. Yogyakarta: Lingkaran Purwadarminta, W.J.S. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta: Balai Pustaka. Najati. M Utsman. 1993. Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi. Jakarta: Hikmah. Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama. Rauf, Rusdin S. 2008. Quranic Law of Anttraction. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).
89 Sensa, Muhamad Djarat. 2004. Quranic Quontient Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an. Jakarta: Hikmah. Sukandarrumidi, 2004. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta. UGM press. Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-qur’an. Bandung : Mujahid Press Utama,Arya,2010.PengertiaKecerdasanSpiritual,(online),(http://ilmupsikologi.wo rdpress.com.pengertian kecerdasan spiritual, diakses 18 Februari 2010)) Zainuddin. 1993. Terjemahan Fat-Hul Mu’in. Surabaya: Al-Hidayah. Zohar, Danah, Ian Marcall.2000. Spiritual Question. Bandung: Mizan. (http://eccafresh.blogspot.com/2011/07/waktu-waktu-efektif -membaca al-Qur‟an)