PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI TAREKAT QODIRIYAH TERHADAP AKHLAK SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Dinasti Umayah NIM: 111 07 111
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-Mail:
[email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Dinasti Umayah
NIM
: 11107111
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI TAREKAT QODIRIYAH TERHADAP AKHLAK SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011
Telah disetujui untuk dimunaqosahkan.
SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI TAREKAT QODIRIYAH TERHADAP AKHLAK SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011
DISUSUN OLEH DINASTI UMAYAH NIM: 11107111
Motto:
“dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah terhadap sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain” (an-Nisa’: 32)
“dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu Bapak, karib kerabat, anakanak yatim, tetangga yang dekat dan jauh. (an-Nisa’: 36)
Perumpamaan orang yang brzikir (mengingat) tuhannya dan orang yang tidak mengingat tuhannya bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati. (Bukhori)
Hidup adalah perjuangan maka tekad merupakan bekal. ”man jadda wa jadda” siapa giat pasti ia dapat. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk
1. Ayah dan ibu tercinta Bp. Purnomo Sumar dan Ibu Fitri yang selalu bekerja keras untuk tercapainya cita-cita penulis, menyayangi, mendoakan dan selalu sabar mendidik penulis, adikadik penulis Dina Novita dan Diani Aulia Prasasti dan keluarga yang tidak lupa juga selalu memberikan dukungan pada penulis. 2. Mas Fauzan yang selalu memberikan dukungan dan penyemangat penulis. 3. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah yang meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skipsi ini dengan sabar dan ikhlas 4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal hidup. 5. Sahabat-sahabat penulis (Qumi Laila, Umi Laila Kasun, Umi Wakhidatul Mubarok, Intan Purwasih, Siti Mursidah, Siti Khatijah) yang selalu menemani langkah penulis untuk berjuang
selama studi ini juga sahabat-sahabat SEVEN D’BEST yang tidak mungkin bisa penulis sebutkan satu per satu kalian tak mungkin bisa terlupakan. 6. Arunia, Icha, Siska, Imanah yang selalu mengukir tawa di setiap jumpa 7. Seluruh teman-teman PAI angkatan 2007 yang selalu bersama dalam suka maupun duka. 8. Kepala Desa Seboto Bp. Kamali yang telah memberikan ijinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa yang beliau pimpin. 9. Bp. Purwanto sebagai salah satu perangkat desa yang dengan sabarnya melayani hal-hal yang penulis butuhkan sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini 10. Bp. Sutarno yang dengan sabarnya memberikan pengarahan tentang Tarekat Qodiriyah serta jama’ah Tarekat Qodiriyah yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skipsi. 11. Seluruh jajaran staf karyawan Abi_Comp (Ulil Abshor, Solikhin,
Kang Mas Harry) yang selalu menemani dalam menyusun skripsi ini.
KATA PENGANTAR
ا ا ا Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb yang telah memberikan segala kenikmatan, yang bila lautan dijadikan tinta untuk menuliskan kenikmatan tersebut niscaya akan habis sebelum semua kenikmatan itu tertulis. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Saw., sang penegak dasar dakwah beserta kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang teguh berpegang kepada risalahnya. Skipsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skipsi ini adalah
“PENGARUH
INTENSITAS
MENGIKUTI
TAREKAT
QODIRIYAH TERHADAP AKHLAK SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucakan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga
3. Dra. Djami’atul Islamiyah selaku pembimbing yang telah dengan sabar dan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian skipsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangn dunia Pendidikan khususnya dan di dunia Pendidikan Islam pada umumnya. Amin ya robbal ‘alamin
Salatiga, 11 Agustus 2011 Penulis
ABSTRAK
Umayah, Dinasti. 2011. Pengaruh Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag. Kata Kunci: Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah, Akhlak Sesama Intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah merupakan jalan sufi yang ditempuh oleh jama’ah ini untuk menguatkan keyakitan mereka pada Allah Swt. Dengan amalanamalan yang mereka kerjakan pada setiap harinya menjadikan tujuan seorang hamba untuk mendekatkan diri terhadap Tuhannya dengan sedekat-dekatnya. Namun seseorang tidak akan dikatakan sempurna imanya jika di dalam kehidupannya hanya mementingkan akhirat, dengan lain kata manusia akan dikatakan sempurna imanya jika ia mau berbuat baik terhadap tetangganya dan mencintai sesamanya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan tidak lepas dari problematika, hal ini disebabkan karena hati manusia belum bia sepenuhnya bisa saling mencintai dan perilakuan manuia terhadap sesamanya yang masih kurang ada pengertian, sehingga tidak jarang jika terjadi permusuhan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu melalui metode observasi dan kuesioner (angket) dengan responden sebanyak 50 orang dari jumlah keseluruhan jama’ah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai adakah pengaruh Intenitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama Pada Masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode pengumpulan data yaitu melalui metode observasi dan kuesioner (angket) dengan responden sebanyak 50 orang dari jumlah keseluruan jama’ah. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik dikriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. pengujian hipotesis penelitian menunjukan pengaruh yang positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang memperoleh nilai tinggi kategori (A) mencapai 44 % dari 50 responden yang memandang bahwa Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah dalam kategori tinggi (A) yaitu berada pada interval 28-30. Sedangkan untuk Akhlak Terhadap Sesama memperoleh kategori tinggi mencapai 38 % berada pada interval 28-30.
DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................. PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... MOTTO ........................................................................................................... PERSEMBAHAN ............................................................................................ KATA PENGANTAR ..................................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Hipotesis Penelitian..................................................................
6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
F. Definisi Oprasional ..................................................................
7
G. Metode Penelitian..................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Tarekat Qodiriyah 1. Pengertian Tarekat Qodiriyah ............................................ 16
2. Tujuan Tarekat Qodiriyah .................................................. 18 3. Ajaran-ajaran Tarekat Qodiriyah ....................................... 21 B. Akhlak Terhadap Sesama 1. Pengertian Akhlak Terhadap Sesama................................. 27 2. Pokok-pokok akhlak Terhadap Sesama ............................. 31 3. Indikator Akhlak Terhadap Sesama ................................... 34 C. Pengaruh Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak SEsama ........................................................ 39 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Keadaan Geografis ............................................................. 42 2. Keadaan Monografis .......................................................... 42 3. Keadaan Sosial Budaya...................................................... 47 4. Keadaan Sosial Ekonomi ................................................... 48 5. Sarana Prasarana ................................................................ 50 6. Keadaan Pemerintah Desa.................................................. 51 B. Penyajian Data ......................................................................... 44 1. Daftar Responden............................................................... 53 2. Data Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti Tarekat Qoiriyah ............................................................... 56 3. Data Jawaban Angket Tentang Akhlak Terhadap Sesama 58
BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ............................................................... 61
B. Analisis Uji Hipotesis .............................................................. 76 C. Analisis Lanjut ........................................................................ 85 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 87 B. Saran-Saran .............................................................................. 88 C. Penutup..................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel.I.
Penduduk Desa Seboto Berdasarkan Jenis Kelamin............. 43
2. Tabel.II.
Penduduk Dusun wates Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 43
3. Tabel.III.
Penduduk Desa Seboto Berdasarkan Agama ........................ 43
4. Tabel.IV.
Penduduk Dusun Wates Berdasarkan Agama ...................... 44
5. Tabel.V.
Komposisi Penduduk Dusun Wates Berdasarkan Usia ........ 45
6. Tabel.VI.
Komposisi Desa Seboto Berdasarkan Usia ........................... 45
7. Tabel.VII.
Komposisi Dusun Wates Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 46
8. Tabel.VIII. Komposisi Desa Seboto Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 65 9. Tabel.IX
Mata Pencaharian Penduduk Desa Wates ............................ 48
10. Tabel.X
Mata Pencaharian Penduduk Desa Seboto............................ 49
11. Tabel.XI
Sarana Dan Prasarana di Dusun Wates ................................. 50
12. Tabel.XI
Sarana Prasarana di Desa Seboto .......................................... 50
13. Tabel.XII
Struktur Organisasi Dan Tata Pemerintahan Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011 52
14. Tabel.XIII
Daftar Nama Responden ....................................................... 53
15. Tabel.XIV Daftar Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah .............................................................................. 56 16. Tabel.XV
Daftar Jawaban Angket Intensitas Akhlak Terhadap Sesama 58
17. Tabel.XVI Nilai Angket Tentang Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah .............................................................................. 62 18. Tabel.XVII Interval Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah ................. 65
19. Tabel.XVIII Nilai Nominasi Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah ..... 65 20. Tabel.XIX Distribusi Frekuensi Variabel X ........................................... 69 21. Tabel.XX
Daftar Jawaban Angket Akhlak Terhadap Sesama............... 69
22. Tabel.XXI Interval Akhlak Terhadap Sesama ....................................... 72 23. Tabel.XXII Tabel Nominasi Akhlak Terhadap Sesama .......................... 73 24. Tabel.XXIII Distribusi Frekuensi Variabel Y ........................................... 76 25. Tabel.XXIV Tabel Persiapan Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama .................................... 77 26. Tabel.XXV Tabel Frekuensi Yang Diperoleh .......................................... 80 27. Tabel.XXVI Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Dan Akhlak Terhadap Sesama .................................................................. 82 28. Tabel.XXVIITabel Kerja Penghitungan Chi Kwadrat............................... 83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Laju perkembangan modernitas berjalan dengan cepat seiring dengan penemuan-penemuan dibidang sains dan teknologi yang berimplikasi pada tumbuh kembangnya kehidupan manusia, bukan saja pada aspek ekonomi, sosial, kesehatan namun juga pada aspek kehidupan keberagamaan seseorang. Modernitas dengan segala gemerlap kemajuannya pada satu sisi membius orang pada corak kehidupan yang materialis sekaligus individualis, namun tidak sedikit pula segala bentuk modernitas zaman justru membuat seseorang rindu pada kehidupan spiritualis, esoteris, sekaligus altruis. Maka tidak heran jika di kota-kota besar bahkan sampai perdesaan bermunculan model-model keberagamaan sufistik melalui berbagai ragam tarekat. Memang harus diakui bahwa diantara ayat al-Qur’an telah memberikan inspirasi bagi ajaran tentang dekatnya tuhan dengan hambanya.misalnya dalam qur’an surat Qaaf ayat 16 :
ِ ْ ا ْ َ ِر ِ ْ َ ِْ ِ ْ َب ِإ ُ َ ْ َأ ُ ْ َ َو “…..dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. Ayat tersebut terasa sangat korelatif jika dikaitkan dengan tujuan sufistik itu sendiri yakni kedekatan kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, sehingga muncul terma-terma “Union With God”, “Manunggal ing Kawula Gusti”, dan “Wahdatul Wujud”.
Dusun Wates merupakan salah satu Dusun yang berada di Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Dusun ini berpenduduk mayoritas muslim yang hidup dalam kultur pertanian. Sekalipun mereka mayoritas muslim terkait keberagamaanya bisa dikatakan tidak seragam. Dalam konteks ini, penulis tertarik dengan komunitas Tarekat Qodiriyah yang bisa dikatakan di ikuti oleh sebagian masyarakat di desa tersebut. Sekalipun secara teoritik Allport mengatakan “Mystical experience is not in it self a taken of a mature religious centiment”. Artinya bahwa pengalaman mistik tidak dengan sendirinya sebagai suatu tanda kematangan beragama (islamiyah, 2006 : 14), namun Pendapat Allport tersebut tentu menarik untuk disimak, karena secara umum orang yang sudah mencapai tingkat sufi atau mistik tentulah orang yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam keagamaan. Dengan kata lain dalam analisis Allport pengalaman mistik tidak serta merta menjadi tanda kematangan agama seseorang. Secara implisit Allport mengandaikan adanya variabel lain dalam kematangan agama seseorang, yaitu variabel yang berdimensi sosial kemasyarakatan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman mistik yang secara oprasional dapat kita lihat dalam kehidupan Tarekat-tarekat dipandang oleh sebagian orang sebagai ajaran yang lebih menitik beratkan pada hubungan secara vertikal padahal menurut Amin Syukur dalam bukunya Tasawuf Sosial (2004 : 16) secara khusus menyebutkan bahwa sesungguhnya Tasawuf memiliki beberapa ajaran yang berdimensi sosial, antara lain futuwwah (ksatria) dan kata fata (pemuda), maka untuk masa sekarang maknanya bisa
dikembangkan menjadi seorang yang ideal, mulia, dan sempurna. Sedangkan arti al itsar yaitu lebih mementingkan orang lain dari pada diri sendiri. Dengan kata lain bahwa seorang mistik atau seorang sufi belum tentu matang agamanya bila hanya dekat secara vertikal dan menafikan hubungan secara horizontal terhadap sesama, maka oleh Allport hal yang demikian ini dikategorikan sebagai orang yang belum matang agamanya. Agama merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan, karna agama sangat mempengaruhi perilaku kehidupan manusia sehari-hari. Dengan agama manusia dapat dilihat tentang tinggi rendah atau tebal tipis iman seseorang. Agama dapat memberi benteng terhadap jiwa seseorang karena agama merupakan wahyu yang sesugguhnya, benar-benar berasal dari Tuhan (Gazalba, 1969 : 152). Sehingga dengan demikian manusia akan selalu berhati-hati dalam melangkah dan bertindak. Agama membina hubungan manusia dengan tuhan. Ilmu dan kebudayaan yang dibentuknya membina hubungan manusia dan manusia serta manusia dengan alam. Kedua hubungan itu tidak dipertentangkan oleh Islam, melainkan kedua-duanya diwajibkan untuk mewujudkan kehidupan salam (Gazalba, 1969 : 154). Selain mengutamakan hubungan vertikal, tasawuf tidak meninggalkan ajarannya (ajaran Islam) yang salah satunya adalah hablum minan-nas (hubungan horizontal) yaitu hubungan antara manusia dengan manusia. Manusia merupakan makhluk sosial, untuk itu tidak mungkin mereka bisa hidup secara individual. Mereka saling membutuhkan untuk melengkapi
antara yang satu dengan yang lain. sehingga supaya rasa persatuan ini tetap terjaga, tentunya harus ada kesadaran yang tinggi dari masing-masing individu untuk menjaga hubungan sosial mereka. Secara normatif disebutkan di dalam al Qur’an bahwa ciri-ciri ketaqwaan seseorang bisa melibatkan akhlaqul karimah seseorang, dalam sebuah hadis yang diriwayatka oleh Imam Ahmad yang berbunyi :
%ً()ُ* ُ ْ'ُ $ُ َ ْ ١%ًَ %َ ْ ١ِ َِ ْ $ِِ ٔ ُ ١ْ ُ َ َٲ ْآ “orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya”. Sehingga dari sini dapat kita pahami bahwa kedudukan akhlak dalam islam sangatlah terhormat. Nipan Abul Halim dalam bukunya Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji mengibaratkan jika islam itu adalah sebuah gedung, maka akhlak adalah tiangnya yang wajib ditegakkan oleh setiap Muslim. Maka barang siapa yang menegakkannya berarti menegakkan agama dan barang siapa yang mengabaikannya berarti merobohkan agama.(2000 : 20) Berdasarkan gambaran dari latar belakang masalah di atas maka penulis mempunyai keinginan untuk mempelajari lebih dalam dan melakukan penelitian dengan mengangkat judul “PENGARUH MENGIKUTI
TAREKAT
QODIRIYAH
INTENSITAS
TERHADAP
AKHLAK
SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011”.
B. Rumusan Masalah Setelah memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat diambil rumusan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana variasi tingkat intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. 2. Bagaimana variasi tingkat akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. 3. Adakah pengaruh intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah terhadap akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. 2. Untuk mengikuti variasi tingkat akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah terhadap akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011.
D. Hipotesis Penelitian Istilah hipotesis sebenarnya adalah kata majemuk terdiri dari kata-kata Hipo dan Tesa. Hipo berasal dari kata Yunani yang berarti dibawah, kurang atau lemah. Tesa berasal dari kata Yunani Thesis, yang berarti teori atau proposisi yang disajikan sebagai bukti (Hadi 1997 : 257). Dengan penjelasan diatas penulis membuat Hipotesis yaitu : “Adanya pengaruh positif yang signifikan antara intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah dengan akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates”. Artinya semakin memahami ajaran tarekat semakin baik akhlak terhadap sesama masyarakat Dusun Wates.
E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diharapkan mampu memberikan informasi tentang korelasi antara intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah dengan akhlak kepada sesama masyarakat serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan keilmuwan
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya kaitannya antara intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah dengan akhlak kepada sesama masyarakat.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat muslim dalam memberikan
pemahaman
terhadap
pentingnya
mengikuti
Tarekat
Qodiriyah dan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Tarekat Qodiriyah tersebut, sekaligus juga tentang pentingnya akhlak terhadap sesama.
F. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan pahaman dan memperjelas ruang lingkup pembahasan penelitian perlu penulis menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini yaitu : 1. Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah a. Intensitas Kata intensitas berasal dari bahasa inggris “intens” yang artinya hebat, kuat, semangat (Jhon Echols, 1995: 326). Kehebatan disini adalah kehebatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan sampai batas terjauh yang ditempuh oleh seseorang. Sedangkan dalam KBBI (1996:383) intens mengandung pengertian hebat/sangat kuat, penuh semangat. Intensitas juga merupakan dorongan (kekuatan-kekuatan) yang bersifat mengaktifkan. (http://devali.multiply.com/journal/item/18)
b. Mengikuti Definisi mengikuti menurutkan (sesuatu yang berjalan di depan yang telah ada), mengiringi, menyertai (www.artikata.com) sehingga dari definisi tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa mengikuti merupakan cara seseorang untuk menyamai atau untuk terlibat dalam suatu hal yang di ikuti. c. Tarekat Qodiriyah Tarekat adalah jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru. Sambung menyambung dan rantai berantai. Tarekat Qodiriyah ini didirikan oleh Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, kadangkadang di sebut Al-Jili. Tarekat Qodiriyah mempunyai juga zikir-zikir, wirid dan hizib-hizib tertentu (Abubakar, 1996: 67). 2. Akhlak sesama Akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab Al-Akhlak. Ia merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluk yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak (Abdul halim, 2000 : 8). Sejalan dengan pengertian di atas Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak menjelaskan bahwa Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamak dari kata Khuluk yang bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (2007 : 1).
Dari pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa Akhlak terhadap sesama adalah sebuah bentuk tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim terhadap sesama muslim. Secara keseluruhan penulis meneliti pengaruh Intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah yang dilakukan masyarakat Dusun Wates terhadap akhlak sesama pada tahun 2011. Adapun indikator dari Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah : 1. Melaksanakan amalan ibadah dalam tarekat 2. Mengerjakan amalan ibadah tarekat dalam kondisi apapun 3. Mengerti maksud dari amalan ibadah tarekat 4. Mengikuti bimbingan ibadah dari mursyid atau guru dengan baik 5. Tidak melalaikan amalan ibadah dalam tarekat 6. Tidak mengabaikan perintah dari guru atau mursyid dalam amalan ibadah tarekat Indikator dari variabel akhlak sesama antara lain sebagai berikut: 1. Menolong sesama muslim yang sangat membutuhkan pertolongan 2. Rendah hati dan tidak sombong 3. Tidak mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari 4. Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, atau mencari-cari kesalahan sesama muslim 5. Mempergauli sesama muslim dengan akhlak terpuji, tidak menyakitii mereka, menampakkan wajah ceria ketika bersua dengan mereka,
memaafkan kesalahan mereka, dan tidak membebani mereka dengan sesuatu yang tidak sanggup mereka tanggung 6. Memosisikan sesama muslim seperti dirinya sendiri dan memperlakukan mereka dengan perlakuan yang disukai untuk diri sendiri 7. Memaafkan kesalahan sesama muslim dan menutup aibnya (Salamulloh, 2008 : 123).
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Rancangan Penelitian Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat untuk itu diperlukan adanya suatu metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian.
Penelitian
diskriptif
berusaha
mendiskripsikan
dan
menginterprestasikan apa yang ada mengenai kondisi atau hubungan yang ada. Data deskriptif dikumpulkan melalui angket dan observasi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini difokuskan pada jama’ah Tarekat masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni selesai yang terbagi menjadi beberapa tehnis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
3. Tehnik Populasi Menurut Sutrisno Hadi (1977: 220) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut populasi atau universum. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Sedangkan menurut Sofian Efendi (1983: 21) Hipotesa adalah kesimpulan sementara atau propinsi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun yang menjadi subjek populasi penelitian adalah masyarakat Dusun Wates yang mengikuti Tarekat Qodiriyah berjumlah 50 orang dan sebagian dari populasi adalah sampel. Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Hadi, 1977 : 221). Apabila populasi dalam penelitian ini jumlahnya terlalu besar maka untuk menghemat waktu dan biaya, subyek yang diteliti tidak diambil semua. Penulis melakukan penelitian di lapangan, dalam menentukan sampel, sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (998: 155), bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 orang maka diambil semuanya dan apabila subyeknya lebih dari 100 orang maka diambil sampel antara 10-25 % atau 20-25 % atau lebih. Karena populasi yang berjumlah 50 responden, sehingga penulis mengambil sampel 100 % dari populasi yang ada.
4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket Angket (Kuesioner) merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang dikenai, atau disebut Responden (Walgito, 1990 : 35). Adapun yang menerima angket dalam pengumpulan data ini adalah seluruh jama’ah Tarekat Qodiriyah. Metode angket digunakan untuk mendapatkan data mengikuti Tarekat Qodiriyah dan Akhlak Sesama. Pada penelitian survey, penggunaan kuesioner (angket) merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka , table-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu (Efendi, 1983 : 130). Angket yang digunakan adalah angket tertutup, yang mana jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu atau jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dirasa sesuai. Hal ini untuk mengumpulkan data tentang Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah. b. Metode Obsevasi Observasi merupakan suatu metode penelitian yang dijalankan secara sistematis dan dengan sengaja (jadi tidak asal atau sembarangan dan secara kebetulan) diadakan alat untuk menangkap secara langsung kejadian-kejadian pada waktu kejadian itu terjadi (Walgito, 1990 : 30).
Karena obsevasi merupakan penelitian yang bisa ditangkap oleh panca indra. Maka hal ini tidak dapat digunakan pada kejadian yang sudah lalu. Dalam artian observasi ini dilakukan pada waktu itu dengan menggunakan alat yang sebaik-baiknya. Hal ini untuk mengumpulkan data tentang Akhlak Terhadap Sesama. 5. Instrumen Penelitian a. Dalam penelitian ini, pengaruh Intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah merupakan Variabel bebas atau Variabel X. b. Akhlak Terhadap Sesama merupakan Variabel tergantung atau Variabel Y, untuk menjabarkan langkah selanjutnya. Oleh karena itu untuk memberikan penafsiran selanjutnya terdapat tinggi dan rendah dari kedua variabel tersebut yaitu VX dan VY maka digunakan : 1) Tinggi 2) Sedang 3) Rendah 6. Analisis Data Untuk memperoleh hasil agar bisa digeneralisasikan, maka setiap data yang masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data-data tersebut penulis menggunakan tes statistik yaitu : P = F x 100 % N
Keterangan : P
= Presentase perolehan
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden Analisis ini untuk mengetahui variabel Intensitas Mengikuti Tarekat
Qodiriyah yang akan membawa pengaruh tehadap perilaku sosial masyarakat Dusun Wates. 7. Analisis Lanjut Untuk mengetahui hubungan Variabel 1 dengan Variabel 2, tehnik analis data yang digunakan adalah tehnik analisis data koefisien kontingensi. Adapun rumus Pearson dimaksud adalah sebagai berikut :
KK = Keterangan: KK = Koefisien Kontingensi X2 = Chi Kuadrat n = Jumlah Sampel (Hadi,1981:276) Analisis ini merupakan jawaban benar atau tidaknya terhadap hipotesis yang diajukan.
H. Sistematika Penulisan Skipsi Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam 5 Bab dengan sistematikanya sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Definisi Operasional serta Metode Penelitian.
BAB II Kajian Pustaka, berisi Tarekat Qodiriyah yang membahas tentang (1) pengertian Tarekat Qodiriyah, (2) tujuan Tarekat Qodiriyah, (3) ajaran-ajaran tarekat Qodiriyah; Akhlak terhadap sesama yang membahas, (1) Pengertian akhlak terhadap sesama, (2) Pokok-pokok akhlak terhadap sesama, (3) Indikator akhlak terhadap sesama; dan Pengaruh intensitas mengikuti tarekat qodiriyah terhadap akhlak sesama. BAB III Laporan Hasil Penelitian berisi gambaran umum lokasi dan serta penyajian data penelitian. Bab IV Analisis Data meliputi Analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan Analisis lanjut. BAB V Penutup berisi kesimpulan, saran dan penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tarekat Qodiriyah 1. Pengertian Tarekat Qodiriyah Telah kita ketahui bahwa tarekat yang berkembang di masa ini banyak sekali, dari banyaknya tarekat yang berkembang dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tarekat induk dan pecahan dari tarekat induk yang disebarkan oleh syeh-syeh tarekat yang mengamalkan latar belakangnya. Dalam bukunya Abubakar Aceh yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat (1996 : 303) Dr. Syeikh H. Jalaludin menerangkan bahwa diantara tarekat yang mu’tabar ada 41 macam tarekat. Salah satu diantara tarekat-tarekat tersebut adalah tarekat qodiriyah. Tarekat mempunyai arti jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai (Abubakar, 1996 : 67) Sejalan dengan pendapat di atas Sokhi Huda dalam bukunya Tasawuf Kultural (2008 : 61) menjelaskan bahwa kata tarekat berasal dari bahasa Arab, yakni Thoriqoh yang secara harfiah bearti “jalan” sebagai makna pokok. Kata tersebut semakna dengan syari’ah, shirath, sabil, dan minhaj.
Adapun secara istilah tarekat mengandung arti jalan menuju Allah guna mendapatkan RidhoNya dengan cara menaati ajaran-Nya. Jadi ketika kita ketahui pengertian dari tarekat itu sendiri, maka tarekat ini ada bukan hanya di masa sekarang saja dalam artian ilmu tarekat ini dilakukan atas dasar
itba’ dengan ajaran rasul yang diwariskan pada
sahabat turun-temurun sampai generasi saat ini. Tarekat Qodiriyah didirikan oleh Sayid Abdul Kadir Jailani di negeri Bagdad. Beliau dilahirkan di tahun 470 H. (1255 M) dan meninggal di tahun 561 H (1164 M). Jadi berupa 90 tahun. Penganut Tarekat ini amat banyak dan pengaruhnya amat besar sampai ke Maroko dan Tanah Hindustan. Tarekat Qodiriyah beredar sekeliling ibadat dan suluk dengan tetap menyebut Zikir yang berhubungan dengan nama Allah. Dengan kaifiat yang tertentu. Kuburan beliau di tengan kota bagdad, sampai sekarang masih sangat dihormati dan dibesarkan orang. Dan dari manamana orang datang ziarah kesana.(Hamka, 1984 : 166) Mengenai tarekat al Qodiriyah syeikh ‘Ali Ibn al-Hiti berkomentar sebagai berikut : “tarekatnya adalah taukhid semata, disertai kehadiran dalam sikap sebagai hamba tuhan”. Sementara mengenai karakteristik tarekat ini ‘Addi Ibn Musafir berkomentar : “ tarikatnya adalah kepasrahan pada alur-alur ketentuan tuhan dengan persepakatan kalbu maupun ruh, penyatuan batin dan lahir, dan pensucian diri dari tabiat-tabiat jiwa”. Komentar-komentar tersebut mengisaratkan bahwa tarekat al Qodiriyah pada dasarnya bercorak moral (Abu al-Wafa’, 1985 : 236)
Hubungan antara makhluk dengan Tuhan sudah barang tentu terlihat dalam hal peribadatan. Selain bentuk peribadatan yang telah tercantum dalam rukun Islam yang lima maka manusia juga harus beribadah kepada sesama sebagai jembatan untuk mendapat Ridho-Nya yaitu dengan berbuat baik kepada sesama dan selalu menjaga kelestarian hidup. Maka dengan demikian untuk mencapai derajat yang mulia di sisi Tuhan tidaklah cukup jika hanya dengan ucapan tahlil seperti kebanyakan orang yang salah menafsirkan tentang adanya tarekat. Sehingga di sisi lain posisi seorang mursyid sangat penting untuk selalu membimbing, menunjukkan dan mengajari murid-muridnya agar selalu pada pemahaman yang tidak menyimpang terhadap ajaran Islam. 2. Tujuan Tarekat Qodiriyah Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, dalam Al-qur’an pun telah jelas di sebutkan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepadaNya. Seseorang yang telah mempelajari sebuah ilmu dengan bimbingan seorang guru pada dasarnya secara minimum itu telah dikatakan tarekat. Sedangkan jika hasil belajarnya bersama sang mursyid
itu telah
membekas di jiwa dan ia implementasikan dalam kehidupannya seharihari maka hal yang demikian ini pelaksanaannya telah dikatakan hakikat dan jika dari keseluruhan tujuannya untuk mengenal Tuhan, maka ma’rifat namanya (Abubakar, 1996 : 67)
Dalam Ilmu Tasawuf, syariat itu meurapakan peraturan, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan dan ma’rifat itu adalah tujuan yang terakhir. Dengan lain perkataan sunnah harus dilakukan dengan tarekat, tidak cukup hanya dari nabi saja, jika tidak dilihat pekerjaannya dan cara melakukannya, yang melihat itu adalah sahabat-sahabatnya yang menceritakan kembali kepada murid-muridnya yaitu tabi’in yang menceritakan pula pada pengikutnya yaitu tabi’ tabi’in dan selanjutnya, sebagaimana yang dituliskan dalam hadits, dalam asar dan dalam kitab-kitab Ulama’ (Abubakar, 1996 : 68) Tujuan sufisme bukanlah untuk mendapatkan pengetahuan intuitif tentang kenyataan, tetapi untuk menjadi abdi Allah. Tidak ada tingatan yang lebih tinggi disbanding tingkat kehambaan (‘abdiyyat), dan tidak ada kebenaran yang lebih tinggi di luar syari’ah (Haq Ansari, 1990 :207). Sedangkan tujuan thoriqoh sufi adalah tidak lain untuk memperkuat keyakinan terhadap syari’ah, dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan-aturanya (Haq Ansari, 1990 : 209). Dalam organiasasi Islam, tidak menutup kemungkinan bahwa di dalamnya memiliki misi besar, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya.Tarekat tidak lain adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada tuhan, dalam rangka mengenal sedekat-dekatnya dengan Tuhan itu, menurut para sufi manusia harus berusaha mengenal dirinya karna dengan mengenal dirinya itulah maka ia akan mengenal Tuhannya (Jamil, 2005 : 59). Dengan demikian
misi tersebut pastinya dilakukan dengan cara ataupun ajaran yang sebaikbaiknya karna semua yang dilakukan ini semata-mata adalah untuk menuju titik akhir yaitu Tuhan. Rivay Siregar dalam bukunya yang berjudul Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme (2000 : 57) menjelaskan bahwa tujuan terpenting dari sufi adalah berada sedekat mungkin dengan Allah. Apabila dilihat karekteristik tasawuf secara umum terlihat adanya tiga sasaran yaitu pertama, pembinaan aspek moral yang meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan , penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya pada keluhuran moral. Kedua, tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatulah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyf al- hijab. Dan ketiga tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara tuhan dengan makhluk , terutama hubungan antara manusia dengan Tuhan dan apa arti dekat dengan Tuhan. Sehingga dari uraian tentang tujuan Sufisme ini, terlihat adanya keragaman tujuan itu. Namun dapat dirumuskan bahwa tujuan akhir dari sufisme adalah etika murni atau pikologi murni,dan atau keduanya secara bersamaan yaitu: (a) penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena Dialah penggerak utama dari semua kejadian di alam ini; (b) penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan duniawi–teresterial–, yang diistilahkan sebagai ”fana
al-ma’asi dan baqa al-ta’ah”; dan (c) peniadaan kesadaran terhadap ”diri sendiri” serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali Dia. Ilahi anta maksudi wa ridhaka mathlubi. Sejalan dengan pendapat di atas Syeikh Najmudin Al-Kubro dalam bukunya Abubakar Aceh (1993 : 71) mengatakan bahwa di dalam kitab Jami’atul Auliya’ menjelaskan syari’at itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan, dan ma’rifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenarbenarnaya. Melihat dari pendapat-pendapat yang telah tersampaikan maka penulis sendiri menyimpulkan bahwa tarekat atau sufisme yang telah kebanyakan orang melakukan ini, semata-mata bertujuan untuk menjadikan diri bagi seorang hamba dengan Tuhannya memiliki hubungan sedekat-dekatnya. 3. Ajaran-ajaran Tarekat Qodiriyah Dalam aktifitas belajar mengajar seorang murid tentunya akan mendapatkan bimbingan-bimbingan dari mursyid atau gurunya bahkan perhatian gurupun banyak diberikan kepada murid. disaat mursyid mengajarkan agama (Islam), maka mursyid akan memberitahukan tentang ajaran-ajaran yang dipegang teguh oleh Islam, yaitu hal-hal yang dilarang oleh Islam, yang diperbolehkan Islam sampai batasan-batasan yang boleh dilakukan oleh para penganut Islam. Ajaran sufi dalam tasawuf tidak keluar dari ajaran al-Qur`an, alSunnah dan tradisi para sahabat. Karena kekayaan khazanah dan tradisinya
terinspirasi dan bersumber–secaraistinbâthi-langsung dari al-Qur`an baik tentang esensi kejiwaan serta moralitas sufisme yang terejawantahkan oleh maqamat dan ahwal shufiyyah sekalipun, benihnya bersumber dari alQur`an.(aminfikar.blogspot.com) Dunia tasawuf merupakan salah satunya jalan ajaran untuk memasuki pintu-pintu ilahi, salah satu sisi yang menjadi sorotan dalam tasawuf ini adalah pengenalan akan nafsu yang melekat pada diri manusia. Salah satu tujuan utama mempelajari dan mengamalkan tarekat adalah mengetahui perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu yang terpuji (mahmudah). Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi, dan yang terpuji setelah diketahui dilaksanakan (Jamil, 2005 : 59). Jadi tarekat ini berupaya untuk mengendalikan nafsu tercela manusia salah satunya dengan cara menggunakan atau mengisi waktu-waktu luang mereka untuk senantiasa selalu mengingat Allah SWT. Sehingga dengan demikian manusia jarang mempunyai peluang untuk berbuat hal yang dipandang jelek oleh agama. Namun demikian untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Tuhan, pelaku tarekat harus menempuh perjalanan panjang demi mencari tujuan mereka. Secara garis besar metode dan pase-pase yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut adalah : I
Takhalli
: Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dari ma’siat lahir dan batin.
II. Tahalli
: Mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji yaitu taat lahir dan taat batin.
III. Tajalli
: Memperoleh kenyataan Tuhan (Mustafa Zahri, 1991 : 65)
Mengingat tarekat itu bukan hanya satu, dalam artian tarekat itu banyak jumlahnya tentunya ajaran-ajaran dalam terekat itu sendiri berbeda-beda. Ada yang melalui jalan zikir, jalan muroqobah,jalan ketenangan hati jalan pelaksanaan semua ibadah (sholat, zakat, puasa, haji dll). Hartono Ahmad Jaiz dalam bukunya yang berjudul Mendudukan Tasawuf (2000 : 123) menjelaskan bahwa pelajaran Tarekat Qodiriyah tidak jauh berbeda dari pelajaran Islam umum. Hanya saja terekat ini mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluk, rendah hati dan menjahui fanatisme dalam keagamaan maupun politik. Keistimewaan tarekatnya ialah dzikir dengan menyebut-nyebut nama tuhan. Tarekat yang diakui sah oleh ulama harus mempunyai lima dasar yaitu, pertama menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai perintah tuhan, kedua mendampingi guru dan teman setarekat untuk meneladani, ketiga meninggalkan rukhsoh dan ta’wil untuk kesungguhan, keempat mengisi semua waktu dengan do’a dan wirid dan kelima mengekangi hawa nafsu daripada berniat salah dan untuk keselamatan. (Abubakar, 1996 : 72) Sedangkan pokok-pokok tarekat Qodiriyah yaitu lima, pertama tinggi cita-cita, kedua menjaga segala yang haram, ketiga memperbaiki khidmat
terhadap tuhan, keempat melaksanaka tujuan yang baik, dan kelima memperbesar arti kurnia nikmat tuhan. (Abubakar, 1996 : 73) Pertumbuhan dan perkembangan tarekat dalam dunia tasawuf dengan sendirinya telah mendirikan peraturan-peraturan yang harus diikuti oleh seorang murid, diadakannya peraturan tersebut adalah supaya murid dapat memurnikan nafsunya untuk mencapai derajat yang mulia disisi Rabb-nya. Tarekat kemudian melahirkan tata ritual dan seremonial yang harus dilakukan oleh setiap orang yang hendak memasuki tarekat. a. Baiat Baiat adalah sumpah atau pernyataan kesetiaan yang diucapkan oleh seorang murid kepada guru mursyid sebagai simbol penyucian serta keabsahan seseorang mengamalkan ilmu tarekat. Jadi baiat menjadi semacam upacara sakral yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengamalkan tarekat (Jamil, 2005 : 64) Baiat ini dilakukan oleh orang yang hendak mengamalkan tarekat, jadi pada dasarnya setiap orang yang ingin memasuki dunia tarekat maka hal yang paling mula ia lakukan adalah baiat. Namun pada kenyataannya, dewasa ini dunia tarekat sangatlah mudah diakses publik, ajaran tarekat yang dulu hanya bisa diperoleh dari mursyid, kini telah dibukukan, dikaji, dipelajari, dan diamalkan oleh orang banyak tanpa melalui baiat.
b. Zikir Zikir ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan tuhan dan membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Abubakar, 1996 : 276) Berangkat dari pengertian dzikir yang mempunyai arti mengingat kepada Tuhan, di dalam dunia tarekat mengingat Tuhan itu dibantu dengan bermacam-macam ucapan, yang menyebut nama Allah atau sifat-sifat Allah atau kalimat-kalimat yang mengingatkan mereka kepada tuhannya. 1) Jenis-jenis zikir Ada tiga jenis zikir yang dilakukan oleh para pengamal tarekat : a) Zikir nafi isbat, zikir ini dilakukan dengan mengucapkan kalimat “La ilaha illallah”. b) Zikir Ismu zat, zikir ini cara melakukannya yaitu mengucapkan “Allah”. c) Zikir hifz al anfus, yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat “Hu Allah”. (Jamil, 2005 : 65) Dari masing-masing tarekat, pelaksanaan zikir itu bervariasi baik dari segi jumlah maupun urutan zikirnya.
2) Tingkatan zikir Zikir terbagi atas tiga tingkatan : a) Zikir lisan : laa ilaaha illallaah. Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya zikir itu ke tiap-tiap helai bulu roma di badan, zikir itu mulanya pelanpelan makin lama makin cepat. b) Zikir qolbu atau hati : Allah, Allah Mula-mulanya mulut berzikir diikuti hati, kemudian dari hati ke mulut, lalu lidah berzikir sendiri, denganm zikir tanpa sadar, akal pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai ilham yang tiba-tiba nur Ilahi dalam hati memberitahukan : innany anal laahu, yang baik kemulut mengucapkan : Allah, Allah. c) Zikir sir atau rahasia : “Hu” Biasanya sebelum sampai ke tingkat zikir ini orang sudah “Fanna” (Zuhri, 1991 : 65) Dalam keadaan yang demikian rupa, maka perasaan antara seorang hamba dan Rabbnya menjadi satu. Untuk mengalami peristiwa seperti yang telah terpaparkan di atas, dengan apapun tidak akan bisa menjamin
yang
terpenting
adalah
usaha
seseorang
dalam
berjuang/berusaha dalam melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu dengan melalui beberapa phase seperti yang telah diuraikan di atas.
Dari segi teknisi pengucapannya zikir biasa dibagi dua, yaitu dzikir al Khaffi dan zikir bi al jalalah. Dikir ini dilakukan secara personal setiap hari yang biasnaya disebut juga dengan zikir al awqat maupun bersama-sama atau biasa disebut dzikir al hadarah (Muhsin Jamil, 2005 : 67).
B. Akhak Terhadap Sesama 1. Pengertian Akhlak Terhadap Sesama Dalam bukunya Mahjuddin yang berjudul Akhlak Tasawuf II (2010 : 1) menjelaskan bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah dijadikan bahasa Indonesia; yang diartikan juga sebagai tingkah laku, perangai atau kesopanan. Kata akhlak merupakan jama’ taksir yang dari kata khuluq, yang sering juga diartikan dengan sifat bawaan atau tabiat, adat-kebiasaan dan agama. Sedangkan definisinya, dapat dilihat beberapa pendapat dari pakar ilmu akhlak, antara lain : a. Al-Qurtubi mengatakan : Perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlak, karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya. b. Mukhammad bin ‘Ilan al-Sadiqi mengatakan : Akhlak adalah suatu pembawaan yang tertanam dalam diri, yang dapat mendorong (seseorang) berbuat baik dengan gampang.
c. Ibnu Makawaih mengatakan : Akhlak adalah kondisi jiwa yang selalu mendorong (manusia) berbuat sesuatu, tanpa ia memikirkan (terlalu lama). d. Abu Bakar Jabir al-Jaziri mengatakan : Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela. e. Imam al-Ghazali mengatakan : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama, dinamakan akhlak baik. tetapi mana kala ia melahirkan tindakan buruk, maka dinamakan akhlak buruk Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa akhlak ini merupakan sebuah budi pekerti, perangai, tingkah laku maupun tabiat. Jadi yang dinamakan akhlak ini haruslah bersifat spontan atau dalam artian tidak perlu membutuhkan dorongan-dorongan atau faktor-faktor dari luar untuk melakukannya. Sedangkan pengertian akhlak terhadap sesama yang dimaksud dalam penulisan skipsi ini adalah cerminan hati jiwa seseorang yang mereka implementasikan dalam kehidupan sehari-sehari terhadap sesama tanpa adanya suatu paksaan.
Orang yang demikian ini merupakan tanda bahwa hati seseorang tersebut tidak terpatri dengan duniawi sehingga akhlak yang dimiliki terhadap sesamanya timbul dari cerminan hatinya. Sebuah kenyataan bagi manusia, bahwa manusia bukanlah makhluk individual, tidak mungkin manusia bisa hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, itulah sebabnya manusia dikatakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupanya. Salah
satu
sifat
seorang
muslim
yang
istimewa
adalah
kecintaannya dengan teman-teman dan saudara-saudaranya, sebuah cinta yang tidak tergantung oleh kepentingan-kepentingan duniawi atau motifmotif apapun. Cinta ini merupakan cinta sejati seorang saudara, yang kesuciannya berasal dari sinar tuntunan Islam. Salah satu ajaran islam yang sangat menekankan bagi para pemeluknya telah tercermin dalam hadis yang berbunyi:
9 8 ِ ُ %َ ِ ْ * ِ %َِ 9 8 ِ ُ /-3 َ ْ ُ ُآ َ َا ُ ِ ُْء5 َ ل َ %َ َ )-7 َ )َ ْ ِ َو0 َ ُ )ّٰ ا -. َ / ّ ِ $- ا ِ0 َ 2 ٍ َ ْ َأ0 َ روا> =ى.ِ:ْ $ِ Artinya: Dari Anas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda :’tidak beriman salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri H.R. Bukhori (sunarto, 1992 : 20) Sudah barang tentu sesuai dengan ajaran persaudaraan Islam yang demikian ini, wajiblah tiap orang Islam hidup bersaudara dengan orang lain dan menjalin hubungan baik dengan saudaranya tersebut. Firman Allah :
(١٠:اتI)ا.ن َ ْ ُ َ ْDُ ْEُ )-Fَ َ َ )ّٰ ُ(ْااD- ْ وَاEُ ْ َ * َ َٔا َ ْ َ ْا ُ )ِ. ْ %َٔAَ ٌ* َة ْ ْن ِٕا$ُِ ْٔ ُ اْا%َ - ِإ Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. al- Hujarat:10) Dalam bukunya Humaidi Tatapangarsa yang berjudul Akhlak Yang Mulia (1980 : 125) menjelaskan bahwa apa yang wajib dikerjakan dalam hidup bersaudara dengan sesama muslim, ialah minimal tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyusahkan/mengganggu sesama muslim. Untuk persaudaraan Islam dalam pengertiannya yang demikian inilah Rasulullah SAW mengatakan, bahwa yang disebut orang Islam itu ialah orang yang tingkah lakunya tidak mengganggu orang Islam yang lain. Rasulullah saw. Menganjurkan untuk bersahabat dengan orang baik, untuk menjaga diri dengan tidak terpengaruh dari keburukan tingkah lakunya. Oleh karena itu, Rasululah menganjurkan untuk meneliti sifatsifat seseorang dengan melalui teman dekatnya, dengan mengatakan: (Agama yang dianut oleh seseorang) dapat dilihat dari agama orang-orang yang selalu ditemaninya.(Mahjuddin, 2010 : 12) Betapa Islam sangat memperhatikan pergaulan seseorang, hal yang demikian ini tidak ada lain hanyalah untuk keselamatan bagi hambanya supaya selalu berada dalam jalan yang lurus yaitu dengan salah satunya yang diperhatikan oleh Islam adalah masalah pergaulan.
Prof. Dr. Ahmad Amin berkata pula, bahwa manusia itu menarik keuntungan dari masyarakat segala yang dimakan, pakaian, tempat tinggal, ilmu pengetahuan dan akhlak. Sekiranya manuia tidak memperoleh apaapa dari masyarakat itu, ia tidak akan mempunyai apa-apa. Maka badannya, akal dan akhlaknya pemberi dari masyarakat.(Humaidi, 1980 : 141) Karna mayarakat merupakan salah satu pembentuk dari pada akhlak manusia, itulah sebabnya mengapa Rosululah menganjurkan bagi para setiap hambanya untuk selalu berhati-hati dan memilah-milah teman dalam pergaulannya, sehingga jika kita berada dalam lingkungan orangorang yang berakhlak mulia kemungkinan besar kitapun akan terpengaruh dengannya dan menjadikan pribadi bagi diri kita mempunyi akhlak yang mulia pula. 2. Pokok-pokok Akhlak Terhadap Sesama Dalam riwayat Imam Muslim Rasulullah saw. Bersabda: “hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam: apabila bertemu mengucapkan salam, apabila diundang memenuhi undangannya, apabila diminta nasihat memberikan nasihat, apabila bersin membaca alhamdulillah dan dijawab dengan doa, apabila sakit dijenguk, dan apabila meninggal jenazahnya diantar”(HR. Muslim). Yang pertama yaitu apabila bertemu mengucapkan salam dan apabila mendapat ucapan salam membalasnya Allah swt. Berfirman:
%ًْ ِ َ ْ ٍءUV َ M Eُ َٰ)ى0 ن َ %َن اّٰ) َ آ ّٓ ِۗا%دوْ َه8 َاوْ ُر%َٓ'ُ $ْ ِ َ َ ْ %َ ِ ْا8 َ Aَ Qٍ - ِ ْ ُﭡْ ِ َﭡM ُ َوِاذَا Artinya:
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(Q.S. an-Nisa’:86) Penghormatan yang dimaksud disini adalah dengan mengucapkan assalamu’alaikum. Begitu agung kedudukan salam dalam islam, sehingga rosulullah saw. Menegaskan bahwa salam tidak bisa tergantikan oleh isyarat apapun. Berbeda halnya jika seseorang sedang dalam keadaan uzur,maka ia boleh menggunakan isyarat, seperti sedang sholat, atau yang bersangkutan bisu. Kedua, memenuhi undangan. Setiap undangan harus didatangi tepat pada waktnya, seperti yang tertera di dalam undangan tersebut. Sebab, sudah menjadi prinsip Islam untuk memenuhi janji tepat pada waktunya. Allah swt. berfirman :
.................ِۗ ُ(ْدFُ %ِ ْاAَْٓاا$َُ ٰ ا َ ْ Wِ -ا%َ'8 %ََٓ Artinya: hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu……….(Q.S. al-Maidah:1) Aqad-aqad dalam artian janji-janji, baik perjanjian itu janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Keterlambatan tamu undangan dalam menghadiri sebuah acara akan menyebabkan acara tersebut mundur dari jadwal semestinya, dan bahkan bisa jadi merusak acara tersebut. Apabila memang seseorang berhalangan hadir karena ada uzur, hendaknya ia memberitahukan kepada tuan rumah dengan disertai permohonan maaf.
Ketiga, memberikan nasehat ketika diminta. Salah satu akhlak yang juga patut diperhatikan dalam berinteraksi dengan sesama muslim adalah menyampaikan nasihat ketika diminta. Bahkan, dalam kondisi tidak dimintapun, apabila ada seorang muslim melakukan penyimpangan, maka muslim lainnya juga harus turun tangan untuk menyampaikan nasihat dengan cara yang sopa dan lemah-lembut. Melangkah dari akhlak terhadap sesama muslim, Mahjuddin dalam bukunya Akhlak Tasawuf II (2010 : 11) menjelaskan bahwa materi akhlak baik terhadap sesama manusia, tidak dapat dihitung jumlahnya, sebab sangat terkait dengan seluruh kegiatan hidup manusia. Maka di dalam buku ini hanya menyampaikan beberapa macam akhlak baik terhadap sesama manusia, yaitu: a. Merasa Bersaudara Dan Bersahabat (Ittikhadu al-Ukhwahwa-alSubbah) b. Santun Dan Ramah Tamah (Ittikhadu al-khilmi wa-al-Rifqi) c. Rendah Diri Dan Pemaaf (Ittikhadu al Tawadhu’I wa-al-‘Afwi) d. Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Dan Meengupayakan Silaturrahim (Birrul Walidain Wa-Silah al-Arham) e. Memberi Pertolongan Dan Bersikap Pemurah (Badhu al-I’nah wa-alSakha). f. Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup (Hifzu al-Biah WaIslahuha)
Ke-empat, mendoakan orang yang bersin. Mendoakan orang yang bersin dianjurkan ketika orang yang bersin mengucapkan hamdalah. Tetapi apabila ia tidak mengucapkannya, maka yang mendengar juga tidak dianjurkan untuk mendoakannya. Dalam bersinpun juga terdapat akhlak tersendiri, seperti digambarkan oleh hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut, “ketika bersin Rosulullah saw. Meletakkan tangan atau bajunya di mulutnya dan berusaha melirihkan suara bersinnya.” (H.R. Abu Dawud an at-Tirmidzi) Hak muslim terhadap sesama muslim yang kelima yaitu menjenguk orang sakit. Disini banyak sekali faedah-faedah yang terkndung di dalamnya. Salah satu faedah yang dapat dipetik adalah menumbuhkan rasa syukur dalam jiwa penjenguk. Dalam artian mensyukuri dirinya sendiri atas nikmat sehat yang Allah berikan kepadanya. Ke-enam, mengantarkan jenazah. Hal ini sangat ditekankah oleh Rosulullah saw. Dalam pemakan jenazah hendaknya tidak menyertakan anak-anak dan wanita,.salah satu hikmahnya adalah agar prosesi pemakan bisa berlangsung dengan khusyuk dan tidak mengalami gangguan yang bearti. Sebab, biasanya kaum wanita dan anak-anak kurang bisa mengendalikan kondisi kejiwaannya ketika melihat jenazah dimakamkan. Dalam paparan di atas telah jelas disampaikan bahwa ada enam pokok akhlak seorang muslim dengan muslim lainya yang harus dilakukan ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Indikator Akhlak Terhadap Sesama Dalam bukunya Alaika Salamulloh (2008 : 123), dari banyaknya pokok-pokok akhlak terhadap sesama, Abu Bakar al-Jazairi menambahkan sejumlah akhlak yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. menolong sesama muslim yang membutuhkan pertolongan b. Rendah hati dan tidak sombong c. Tidak mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari d. Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, atau mencari-cari kesalahan sesama muslim e. Mempergauli sesama muslim dengan akhlak terpuji, tidak menyakitii mereka, menampakkan wajah ceria ketika bersua dengan mereka, memaafkan kesalahan mereka, dan tidak membebani mereka dengan sesuatu yang tidak sanggup mereka tanggung. f. Memosisikan
sesama
muslim
seperti
dirinya
sendiri
dan
memperlakukan mereka dengan perlakuan yang disukai untuk diri sendiri g. Memaafkan kesalahan sesama muslim dan menutup aibnya. Dari beberapa akhlak yang tersebut di atas dapat sedikit kita lihat paparanya berikut: a. menolong sesama muslim yang membutuhkan pertolongan Karena manusia merupakan makhluk sosial, jadi sudah menjadi kewajiban
bagi
manusia
membutuhkan pertolongan.
untuk
membantu
sesamanya
yang
Hal ini dilandaskan secara langsung oleh Rosulullah saw. dalam hadis berikut: “tolonglah saudaramu, ketika ia berlaku zalim atau dizalimi’. Rosulullah saw. Ditanya tentang cara menolong orang yang dzalim. Beliau bersaba, “engkau melarangnya berbuat dzalim dan mencegahnya.itulah pertolonganmu terhadapnya.” (H.R. al-Bukhori) Ketika seorang muslim menyuruh pada hal yang baik dan mencegah dari hal yang munkar, dia harus bersikap tulus kepada orang-orang Islam lain, karea agama adalah nasehat. Jika demikian keadaannya, dia tidak punya pilihan lain kecuali menyuruh apa yang baik dan mencegah apa yang munkar. b. Rendah Hati dan Tidak Sombong Rasulullah saw. adalah potret manusia yang selalu bersikap tawaduk kepada umatnya. Ia tidak pernah bersikap kasar, tidak malu berteman dengan orang-orang miskin, dan selalu berusaha memenui kebutuha mereka. Muhammad Ali al-Hasimi menjelaskan dala bukunya yang berjudul Muslim Ideal (2004 : 310), Seorang muslim sejati tidak sombong, ia tidak memandang rendah orang lain, tidak merasa bahwa dirinya lebih baik dari mereka, atau angkuh. Tuntunan Al-Qur’an yang merasuk hati dan jiwanya memperingatkan orang-orang arogan bahwa jika mereka berjalan dengan kesombongan dan angkuh di dunia yang maya ini, mereka akan merugi di akhiratnya yang abadi., dimana Allah memperingatkan bahwa:
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Qashas 83) c. Tidak mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari Larangan ini berlaku ketika terjadi perselisihan antar sesama muslim. Seorang muslim haram mendiamkan muslim lainnya lebih dari tiga hari karena perselisihan tersebut. Islam memberikan batas toleransi dalam berselisih maksimal tiga hari. Setelah itu keduanya harus berdamai. Peringatan ini secara tegas di ampaikan oleh Nabi saw.: “Orang muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Ketika keduanya bertemu dan salah seorang dari keduanya berpaling, kemudian yang seorang juga berpaling, maka yang terbaik di antara keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.” (H.R. al-Bukhori) d. Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, atau mencari-cari kesalahan sesama muslim. Karakteristik jahat yang harus dijahui seorang muslim sejati adalah dengki (hasad). Nabi saw memberikan peringatan keras terhadapnya dan memberikan nasihat bahwa keimanan dan kedengkian tidak bisa berjalan bersama-sama. Salah satu sifat seorang muslim sejati adalah bahwa jiwanya bebas dari sikap curang, iri hati, khianat dan benci. Kesucian hati ini akan mengantarkan ke surga, sekalipun dia bukan orang yang
melaksanakan banyak ibadah ritual, mengabiskan malam-malamnya untuk sholat dan berpuasa sepanjang hari.(Ali, 2004 : 244) e. Mempergauli sesama muslim dengan akhlak terpuji, tidak menyakiti mereka, menampakkan wajah ceria ketika bersua dengan mereka, memaafkan kesalahan mereka, dan tidak membebani mereka dengan sesuatu yang tidak sanggup mereka tanggung. Wajib bagi muslim menciptakan hubungan baik dengan sesamanya, tolong menolong dalam hal kebaikan dan sebagainya. Seorang muslim harus senantiasa memiliki kesucian hati dan berwajah cerah. Memiliki wajah yang cerah dan ramah merupakan karakteristik yang baik yang ditekankan Islam dan dinilai sebagai suatu perbuatan yang baik yang membawa pahala, karena wajah yang cerah mencerminkan jiwa yang suci f. Memosisikan
sesama
muslim
seperti
dirinya
sendiri
dan
memperlakukan mereka dengan perlakuan yang disukai untuk diri sendiri. Artinya, jika kita senang apabila orang lain memperlakukan kita dengan baik, maka itulah yang mesti kita lakukan terhadapnya. Apabila kita enggan diperlakukan buruk oleh orang lain, maka jangan lakukan hal serupa terhadapnya. g. Memaafkan kesalahan sesama muslim dan menutup aibnya. Firman Allah:
ْ$ِ ِ ْ ُ ا9 8 ِ ُ َ )ّٰن ا - ْۗ ِاX:َ . ْ ُ'ْ وَا$ْ 0 َ Y ُ 0 ْ %َA
Artinya: ……maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (Q.S.al-Maidah: 13). Jika sedang marah kepaa saudaranya seorang muslim sejati menahan amarahnya dan segera memaafkannya, dan dia tidak merasa malu melakukan hal demikian. Alih-alih dia menganggap hal ini sebagai perbuatan baik yang akan mengantarkan lebih dekat kepada Allah dan mendatangkan ridha-Nya yang hanya akan dikaruniakan kepada orang yang melakukan kebaikan: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 134)
C. Pengaruh Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama Manusia merupakan makhluk sosial, untuk itu tidak mungkin mereka bisa hidup secara individual. Mereka saling membutuhkan untuk melengkapi antara yang satu dengan yang lain. sehingga supaya rasa persatuan ini tetap terjaga, tentunya harus ada kesadaran yang tinggi dari masing-masing individu untuk menjaga hubungan sosial mereka. Kondisi zaman yang semakin semarak dengan berbagai kecanggihan media yang ditawarkan menjadikan masyarakat cenderung apatis (cuek) terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Perhatian mereka lebih mengedepankan yang bersifat keduniawian sehingga nilai-nilai agama sedikit
demi sedikit memudar. Mereka lebih suka mengguncingkan tetangga, enggan menolong, acuh terhadap saudara dan sebagainya. Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang demikian tentunya menjadikan
para
pemuka-pemuka
agama
tergerak
hatinya
untuk
mengantisipasi meluasnya masyarakat yang mempunyai tenggang rasa terhadap sesama yang rendah. Di dusun Wates yang mayoritas agamanya adalah mempunyai background ahli sunnah wal jama’ah, dan seperti yang kita ketahui bahwa ahli sunanh wal jama’ah suka dengan amalan-amalan, melihat adanya tarekat ini mereka cenderung untuk mengikutinya karna merasa butuh akan pentingnya tasawuf bagi kehidupan mereka dan tentunya dengan tujuan untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Allah swt. Tasawuf adalah ajaran atau ilmu untuk mengetahui hal ikhwal nafsu yang terpuji maupun yang tercela, cara mensucikan nafsu dari sifat-sifat tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Dan cara menempuh perjalanan ke hadirat Allah swt. Idealnya jika ajaran tarekat itu di ikuti dengan sepenuh hati, tentu akan menumbuhkan akhlak mulia terhadap sesama. Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah (hablun Minallah) dan antara sesama (hablun minannas). Akhlak yang mulia (akhlakul karimah) tidak lahir begitu saja sebagai kodrat manusia atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi membutuhkan
proses panjang serta manifestasi seumur hidup melalui pembelajaran atau pendidikan akhlak yang sistematis. Hadis nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yang berbunyi:
ّ)7) و0 ّ) ا/). ّ)ل ا7 رZْF 7 ن [ ٍ (ل% F$ اZF 7 ل% ٍ %0 0 ]آ) اIاA تA آ) وإذاI%). Z). إذاQ^ دI ا/A إن...........،ل .)0 _:3 >روا.9)( اUوه “sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingat ia adalah hati”H.R Bukhori Muslim (Sunarto, 1992: 48) Tasawuf bidang garapanya adalah hati, yaitu membimbing supaya manusia itu jauh dari maksiat dekat dengan tuhan dan dekat dengan sesama. Tarekat Qodiriyah yang berada di Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali ini merupakan lembaga non formal yang bergerak di bidang pendidikan Islam. Manfaat yang dapat diambil dari mengikuti lembaga ini bisa dirasakan bagi para pengikutnya. Di dalamnya, selain dijadika sebagai tempat untuk memperdalam ajaran Islam mereka juga bisa menjadikan ajang silaturakhim dan wadah untuk mempererat Ukhwah Islamiyah. Intensitas mengikuti tarekat qodiriyah yang ada ini ialah dapat disimpulkan bahwa tarekat qodiriyah yang diikuti oleh sebagian masyarakat di Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki akhlak-akhlak terhadap sesamanya dan
untuk
meningkatkan
nilai-nilai
ajaran
Islam
serta menambah
ilmu
pengetahuan agama untuk dijadikan bekal dalam hidup bermasyarakat dan mengarungi samudra kehidupan.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Keadaan Geografis Seboto merupakan sebuah desa yang di dalamnya memiliki 10 Rukun Warga (RW) dan 47 Rukun Tetangga (RT). Dusun Wates adalah salah satu di dalamnya dusun ini memiliki 1 RW 6 RT dan 131 Kepala Keluarga Putra, 13 kepala Keluarga Putri. Desa seboto merupakan daerah yang mempunyai tanah seluas 493,25 H dan ketinggian 750° dari permukaan laut. Secara geografis Desa Seboto yang terletak di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dibatasi oleh : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kembang. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kembang Kuning. c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngagrong d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Gubug. 2. Keadaan monografis Dilihat dari segi jumlahnya wilayah Desa Seboto mempunyai jumlah 4751 jiwa, sedangkan untuk Dusan Wates sendiri terdapat 541 jiwa. Untuk lebih jelasnya dan lebih rinci diklarifikasikan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dengan tabel berikut.
Tabel I Penduduk Desa Seboto Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Laki-Laki
2352
2.
Perempuan
2399
Jumlah
4751
Tabel II Penduduk Dusun Wates Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Laki-Laki
264
2.
Perempuan
277
Jumlah
Masyarakat
541
Seboto
yang berjumlah 4751
jiwa mayoritas
penduduknya adalah beragama Islam, dan untuk dusun Wates 100% penduduknya beragama Islam, untuk lebih jelasnya dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel III Penduduk Desa Seboto Berdasarkan Agama No. 1.
Jenis Kelamin Islam
Laki-Laki Perempuan 2349
2251
Jumlah 4690
2.
Kristen Katolik
40
21
61
3.
Kristen Protestan
-
-
-
4.
Budha
-
-
-
5.
Hindu
-
-
-
Jumlah
4751
Tabel IV Penduduk Dusun Wates Berdasarkan Agama No.
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
264
277
541
1.
Islam
2.
Kristen Katolik
-
-
-
3.
Kristen Protestan
-
-
-
4.
Budha
-
-
-
5.
Hindu
-
-
-
Jumlah
541
Adapun komposisi penduduk menurut tingkat usia dan tingkat pendidikan di Dusun Wates dan Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2011 sebagai berikut :
Tabel V Komposisi Penduduk Dusun Wates Menurut Usia No.
Tingkat Usia
Jumlah
1.
0-6
113
2.
7 - 12
82
3.
13 - 18
64
4.
19 - 24
72
5.
25 - 55
143
6.
56 - 79
48
7.
80 ke atas
19
Jumlah
541
Tabel VI Komposisi Penduduk Desa seboto Menurut Usia No.
Tingkat Usia
Jumlah
1.
0-6
365
2.
7 - 12
405
3.
13 - 18
349
4.
19 - 24
574
5.
25 - 55
1363
6.
56 - 79
1424
7.
80 ke atas
271
Jumlah
4751
Tabel VII Komposisi Penduduk Dusun Wates Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak sekolah
89
2.
TK / Play Group
19
3.
Belum Tamat SD
47
4.
Tidak Tamat SD
71
5.
Tamat SD
93
6.
Tamat SLTP
136
7.
Tamat SLTA
76
8.
Tamat Akademika/Diploma
8
9.
Sarjana ke atas
2
Jumlah
541
Tabel VIII Komposisi Penduduk Desa Seboto Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak sekolah
216
2.
TK / Play Group
283
3.
Belum Tamat SD
563
4.
Tidak Tamat SD
372
5.
Tamat SD
1870
6.
Tamat SLTP
897
7.
Tamat SLTA
492
8.
Tamat Akademika/Diploma
40
9.
Sarjana ke atas
18 4751
3. Keadaan Sosial Budaya Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain karena secara pribadi manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam aspek sosial budaya dapat dilihat dari segi keagamaan dan adat istiadat untuk mengetahui sejauh mana sosial budaya Desa Seboto, yaitu : 1) Keagamaan Dusun Wates Desa Seboto tidak tertinggal dengan desa-desa lain, hal ini dapat dilihat dari peran masyarakat yang sangat antusias untuk menghidupkan kegiatan-kegiatan agama yaitu : a. Kelompok jam’iyyah putra
: 2 kelompok
b. Kelompok jam’iyyah putri
: 2 kelompok
c. Kelompok manaqib Jawahirul Ma’ani
: 1 kelompok
d. Kelompok Mujahadah
: 1 kelompok
e. Kelompak jama’ah tarekat
: 1 kelompok
f. Kelompok jama’ah asmaul husna
: 1 kelompok
2) Adat Istiadat Prinsip yang dipegang teguh warga ini telah menjadi adat istiadat, hal ini terbukti tentang adanya prinsip keagamaan, kegotong royongan masyarakat, keramah tamahan, serta saling menghormati antara warga masyarakat. Hal ini terlihat dalam acara kelahiran, kematian, walimahan, kerja bakti. 4. Keadaan Sosial dan Ekonomi Berikut ini akan disampaikan keadaan penduduk Dusun Wates dan Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011 berdasarkan mata pencaharian. Tabel IX Mata Pencaharian Penduduk Dusun Wates Tahun 2011 No.
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
PNS
3
2.
TNI
-
3.
POLRI
-
4.
Pegawai Swasta
5.
Pensiunan
2
6.
Pengusaha
-
7.
Buruh Bangunan
21
8.
Buruh Industri
29
9.
Buruh Tani
17
10.
Petani
252
193
11.
Peternakan
11
12.
Pedagang
4
13.
Perdagangan
9
Jumlah
541
Tabel X Mata Pencaharian Penduduk Desa Seboto Tahun 2011 No.
Mata Pencaharian
1.
PNS
9
3
12
2.
TNI
-
-
-
3.
POLRI
-
-
-
4.
Pegawai Swasta
1831
1890
3721
5.
Pensiunan
8
3
11
6.
Pengusaha
1
1
2
7.
Buruh Bangunan
70
-
70
8.
Buruh Industri
57
33
90
9.
Buruh Tani
39
66
105
10.
Petani
593
60
653
11.
Pedagang
2
4
6
12.
Perdagangan
-
81
81
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan Jumlah
4751
5. Sarana Prasarana Tempat ibadah, fasilitas pendidikan, komunikasi, kesehatan dan fasilitas lain : a. Tempat ibadah dan fasilitas pendidikan Tabel XI Sarana dan Prasarana di Dusun Wates No. 1.
2.
Keterangan
Jumlah
Tempat Ibadah -
Masjid
1
-
Musholla
4
-
Gereja
-
Fasilitas Pendidikan -
TK
1
-
SD
-
-
MI
Jumlah
6
Tabel XII Sarana dan Prasarana di Desa Seboto No. 1.
Keterangan
Jumlah
Tempat Ibadah -
Masjid
12
-
Musholla
21
2.
Gereja
1
Fasilitas Pendidikan -
TK
2
-
SD
1
-
MI
2
-
PAUD
1
Jumlah
40
b. Komunikasi Komunikasi di era globalisasi ini tentunya tidak lagi menjadi hal yang sulit unjtuk dilakukan. Karena telfon selular tidak lagi menjadi hal yang “wah” bahkan era ini semua orang bisa memiliki sehingga komunikasi sangat mudah untuk dilakukan. c. Kesehatan Sarana kesehatan di Desa Seboto yaitu poliklinik desa yang terletak di balai Kelurahan Seboto dengan bidan yang selalu siaga.
6. Keadaan Pemerintahan Desa Dalam memasukan masyarakat tidaklah mungkin bisa tercipta jika dikerjakan tanpa adanya kerja sama, maka dari itu Kelurahan Seboto mempunyai kepala desa dan beberapa staf pembantu, berikut penulis akan melaporkan nama dan jabatannya :
a. Kepala Desa
: Kamali
b. Sekretaris Desa
: Sudarmanta
c. Kaur Pemerintahan
: Purwanto
d. Kaur Pembangunan
: Winarso
Adapun struktur organisasi pemerintah Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 Kepala Desa Kamli Sekretaris Desa Sudarmanta
Kaur Pemerintahan Purwanto
Kepala Dusun Dungus
Kaur Pembangunan Winarso
Kepala Dusun Seboto
Kepala Dusun Sendang dan Drajut Sudarsono Lukitono Yoka
Kepala Dusun Tempel
Muzaka
Kepala Dusun Rejosari dan Selo miring Sebianto
Kepala Dusun Cengklik dan Bendo Sriyono
Kepala Dusun Wates
Sukarno
B. Penyajian Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh Intensitas mengikuti tarekat Qadiriyah terhadap Akhlak Sesama Pada Masyarakat
Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali tahun 2011. Untuk itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 20 item pernyataan tentang kedua variabel tersebut kepada responden, 10 item soal berisi pernyataan Intensitas mengikuti tarekat Qadiriyah dan 10 item berisi Akhlak Terhadap Sesama. 1. Daftar Responden Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan obyek penelitian adalah sample dari jumlah pupolasi jama’ah yang mengikuti tarekat Qodiriyah di Dusun Wates Desa Seboto, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2011. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel XIII Daftar Nama Responden
1.
Nama Responden Purnomo Sumar
2.
Fitri
3.
Marsono Jumadi
L
45
4.
Sya’roni
L
74
5.
Suyati
6.
Isroji
No.
Jenis Kelamin L P L P
P L
Umur 40 35
70 64
7.
Nazari
L
70
8.
Rismanto Warli
L
51
9.
Rosit Partono
L
55
10.
Marsudi
L
49
11.
Fatim
12.
Darno Susanto
13.
Harto Suti
P
60
14.
Romlah
P
65
15.
Rusmiyati
P
55
16.
Sutarni
P
39
17.
Kamali
L
50
18.
Samseni
L
55
19.
Abdul Muid
L
43
20.
Kanti Sumarno
P
63
21.
Supinah
P
50
22.
Misri Umar Zeni
L
69
23.
Suwarno
L
75
24.
Sunarti
25.
Akhmad Winardi
26.
Zumariyah
27.
Sutarno
28.
Suryanti
29.
Suluri
P L
65
P L
70 50
P L
48 57
P L
46
50 65
30.
Sumbruk
31.
Zaeni
32.
Marjungah
P
55
33.
Aisyah
P
63
34.
Suyoto
35.
Jumi
36.
Sugi Martoyo
L
55
37.
Sutarso
L
63
38.
Wito Jiyem
39.
Siswo Sumadi
40.
Marfu’ah
P
55
41.
Rohmah
P
55
42.
Sujiah
P
68
43.
Miyati
P
40
44.
Sutarbi
L
43
45.
Rusmanto
L
57
46.
Subi
P
55
47.
Kawit yetno
P
60
48.
Ahmi
P
70
49.
Sugeng
P
72
50.
Karti
P
59
P L
55 79
L
66 P
P L
50
65 65
2. Data Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti Tarekat Qadiriyah
Adapun hasil penyebaran angket tentang mengikuti Tarekat Qadiriyah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel XIV Daftar Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Tarekat Qadiriyah No.
No
No. Item
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.
001
A
A
B
B
A
B
A
A
B
A
2.
002
A
B
B
A
A
B
A
A
B
A
3.
003
A
B
B
A
A
A
A
A
A
B
4.
004
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
5.
005
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
6.
006
A
B
A
A
B
C
C
B
B
B
7.
007
A
B
A
A
B
B
A
B
B
B
8.
008
A
B
A
A
B
C
B
A
B
A
9.
009
A
A
B
A
A
C
B
B
C
B
10.
010
A
C
A
A
A
C
C
B
B
C
11.
011
A
B
A
A
B
B
A
B
B
A
12.
012
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
13
013
B
A
A
A
A
A
A
A
A
C
14.
014
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
15
015
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
16.
016
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
17.
017
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
18.
018
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
19.
019
A
A
A
A
B
C
A
A
B
A
20.
020
A
B
A
A
B
A
A
A
A
A
21.
021
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
22.
022
A
B
A
A
B
B
A
B
B
B
23.
023
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
24.
024
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
25.
025
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
26.
026
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
27.
027
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
28.
028
A
A
A
B
B
B
B
A
B
A
29.
029
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
30.
030
A
B
A
A
B
C
A
B
B
A
31.
031
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
32.
032
A
A
A
A
B
B
A
B
B
B
33.
033
A
B
A
A
B
C
A
B
B
A
34.
034
A
B
A
A
B
C
A
B
B
A
35.
035
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
36.
036
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
37.
037
A
B
A
A
B
B
A
A
B
A
38.
038
B
B
A
A
B
B
B
A
B
A
39.
039
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
40.
040
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
41.
041
A
A
A
A
A
B
A
A
B
A
42.
042
A
A
A
A
A
B
A
A
B
A
43.
043
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
44.
044
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
45.
045
A
B
A
A
A
B
A
B
A
B
46.
046
A
A
B
A
B
C
B
B
C
B
47.
047
A
B
A
A
A
B
B
A
B
A
48.
048
A
B
A
A
B
B
A
B
A
A
49.
049
A
B
A
A
B
B
B
B
B
A
50.
050
A
B
A
A
B
B
A
A
B
B
3. Data Jawaban Angket Tentang Akhlak Terhadap Sesama Adapun hasil penyebaran angket tentang Akhlak Terhadap Sesama dapat dilihat pada tabel sebagai beirkut : Tabel XV Daftar Jawaban Angket Akhlak Terhadap Sesama No.
2 A
3 A
4 A
No. Item 5 6 7 A A A
No Responden
1.
001
1 A
8 A
9 A
10 A
2.
002
A
A
B
A
A
A
A
B
A
A
3.
003
A
A
A
B
B
A
A
B
A
A
4.
004
A
B
B
C
B
A
A
B
A
A
5.
005
A
B
B
C
B
A
A
B
A
A
6.
006
A
A
B
A
A
A
A
B
A
A
7.
007
A
A
B
A
A
A
A
B
A
A
8.
008
A
B
B
A
B
A
A
A
A
A
9.
009
A
A
B
A
B
A
A
B
A
A
10.
010
A
B
B
C
A
A
A
B
A
A
11.
011
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
12.
012
A
B
B
B
B
A
A
B
A
A
13
013
A
A
A
A
B
A
A
B
A
C
14.
014
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
15
015
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
16.
016
A
B
B
B
A
A
A
B
A
A
17.
017
A
B
B
B
A
A
A
B
A
A
18.
018
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
19.
019
A
A
B
A
B
A
A
C
A
A
20.
020
A
B
B
B
A
A
C
A
A
A
21.
021
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
22.
022
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
23.
023
A
A
A
C
B
A
A
B
A
A
24.
024
B
A
A
C
B
A
A
B
A
A
25.
025
B
A
A
C
B
A
A
B
A
A
26.
026
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
27.
027
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
28.
028
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
29.
029
A
B
A
A
B
A
A
B
A
A
30.
030
B
B
B
B
A
A
B
B
A
B
31.
031
A
B
B
B
B
A
A
B
C
A
32.
032
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
33.
033
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
34.
034
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
35.
035
A
B
B
A
A
A
A
B
A
A
36.
036
A
B
B
A
A
A
A
B
A
A
37.
037
A
B
B
B
B
A
A
A
A
A
38.
038
B
B
B
A
A
A
B
B
A
A
39.
039
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
40.
040
B
B
B
C
C
A
A
C
C
A
41.
041
A
B
B
B
A
A
A
C
B
A
42.
042
B
B
A
A
A
B
A
B
A
B
43.
043
A
B
A
B
B
B
A
C
B
A
44.
044
A
B
A
B
B
A
A
C
B
A
45.
045
B
B
B
C
B
A
A
C
A
A
46.
04
A
A
B
A
B
A
A
B
A
A
47.
047
A
A
B
A
A
A
A
C
A
A
48.
048
A
B
B
B
B
A
A
B
C
A
49.
049
A
A
B
A
A
A
A
C
B
A
50.
050
A
A
B
A
A
A
A
C
A
A
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan statistik dengan
maksud
untuk
memperoleh
jawaban
dari
permasalahan
yang
dipertanyakan, yaitu: 4. Bagaimana variasi tingkat intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. 5. Bagaimana variasi tingkat akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. 6. Adakah pengaruh intensitas mengikuti Tarekat Qodiriyah terhadap akhlak sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa ini disusun berdasarkan data hasil penelitian yang telah terkumpul. Berikut ini adalah uraian tentang analisis terhadap kumpulan data.
A. Analisis Pendahuluan 1. Analisis
data
tentang
berdasarkan skor atau nilai.
Intensitas
Mengikuti
Tarekat
Qodiriyah
Untuk mengetahui Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah penulis menggunakan instrumen berupa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan. Sedangkan untuk mengetahui Akhlak Terhadap Sesama, penulis juga menggunakan angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan dalam angket, tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jama’ah yang menjawab A diberi nilai 3 b. Jama’ah yang menjawab B diberi nilai 2 c. Jama’ah yang menjawab C diberi nilai 1 Nilai angket Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.XVI Nilai Angket Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah
No No Responden
No Item 1
2
3
4
5
6
7
Skor 8
9
10
1
001
A A B B A B A A
B
A
26
2
002
A B B A A B A A
B
A
26
3
003
A B B A A A A A
A
B
27
4
004
A A A A A B A A
A
A
29
5
005
A A A A A B A A
A
A
29
6
006
A B A A B C C B
B
B
24
7
007
A B A A B B A B
B
B
24
8
008
A B A A B C B A
B
A
22
9
009
A A B A A C B C
B
B
22
10
010
A C A A A C C B
B
C
25
11
011
A B A A A B A B
B
A
27
12
012
A A A A B A B B
A
A
26
13
013
B A A A A A A A
A
C
27
14
014
A A A A A A A A
A
A
30
15
015
A A A A A A A A
A
A
30
16
016
A A A A A A A A
A
A
30
17
017
A A A A A A A A
A
A
30
18
018
A A A A A A A A
A
A
30
19
019
A A A A B C A A
B
A
26
20
020
A B A A B A A A
A
A
28
21
021
A A A A A A A A
A
A
30
22
022
A B A A B B A B
B
B
24
23
023
A B A A A A A A
A
A
29
24
024
A B A A A A A A
A
A
29
25
025
A B A A A A A A
A
A
29
26
026
A A A B A B A B
B
B
25
27
027
A A A B A B A B
B
B
25
28
028
A A A B B B B A
B
A
25
29
029
A A A A A A A A
A
A
30
30
030
A B A A B C A B
B
A
24
31
031
A B A A A B A A
A
A
28
32
032
A A A A B B A B
B
B
25
33
033
A B A A B C A B
B
A
24
34
034
A B A A B C A B
B
A
24
35
035
A A A A A A A A
B
A
29
36
036
A A A A A A A A
B
A
29
37
037
A B A A B B A A
B
A
26
38
038
B B A A B B B A
B
A
24
39
039
A A A A A A A A
A
A
30
40
040
A A A A A B A B
A
B
27
41
041
A A A A A B A A
B
A
28
42
042
A A A A A B A A
B
A
28
43
043
B A A A A A A A
A
A
29
44
044
B A A A A A A B
A
B
29
45
045
A B A A A B A B
A
B
26
46
046
A A B A B C B B
C
B
23
47
047
A B A A A B B A
B
A
22
48
048
A B A A B B A B
A
A
28
49
049
A B A A B B B B
B
A
24
50
050
A B A A B B A A
B
A
25
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus: i=
(R + 1) K Keterangan:
i
: interval
R
: Range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
K
: Jumlah kelas
Dari data terlihat nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 22. Dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut:
i=
(30 − 22) + 1
i=3
30
Tabel XVII Interval Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah
No
Nilai interval
Jumlah jama’ah
Nominasi
1
28-30
22
A
2
25-27
16
B
3
22-24
12
C
Jumlah = 50
Dengan demikian maka: a. Nominasi antara 28-30
berarti nilai intensitas mengikuti tarekat
qodiriyah dikatakan tinggi (A) sebanyak 22 jama’ah. b. Nominasi antara 25-27 berarti nilai intensitas mengikuti tarekat qodiriyah dikatakan sedang (B) sebanyak 16 jama’ah. c.
Nominasi antara 22-24 berarti nilai intensitas mengikuti tarekat qodiriyah dikatakan rendah (C) sebanyak 12 jama’ah Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C
(rendah),
untuk
mengetahui
masing-masing
mengikuti tarekat qodiriyah sebagai berikut :
nominasi
intensitas
Tabel XVIII Nilai Nominasi Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah
No Responden
Skor
Nilai Nominasi
Keterangan
1
26
B
Sedang
2
26
B
Sedang
3
27
B
Sedang
4
29
A
Tinggi
5
29
A
Tinggi
6
24
C
Rendah
7
24
C
Rendah
8
22
C
Rendah
9
22
C
Rendah
10
25
B
Sedang
11
27
B
Sedang
12
26
B
Sedang
13
27
B
Sedang
14
30
A
Tinggi
15
30
A
Tinggi
16
30
A
Tinggi
17
30
A
Tinggi
18
30
A
Tinggi
19
26
B
Sedang
20
28
A
Tinggi
21
30
A
Tinggi
22
24
C
Rendah
23
29
A
Tinggi
24
29
A
Tinggi
25
29
A
Tinggi
26
25
B
Sedang
27
25
B
Sedang
28
25
B
Sedang
29
30
A
Tinggi
30
24
C
Rendah
31
28
A
Tinggi
32
25
B
Sedang
33
24
C
Rendah
34
24
C
Rendah
35
29
A
Tinggi
36
29
A
Tinggi
37
26
B
Sedang
38
24
C
Rendah
39
30
A
Tinggi
40
27
B
Sedang
41
28
A
Tinggi
42
28
A
Tinggi
43
29
A
Tinggi
44
29
A
Tinggi
45
26
B
Sedang
46
23
C
Rendah
47
22
C
Rendah
48
28
A
Tinggi
49
24
C
Rendah
50
25
B
Sedang
Setelah diketahui berapa banyak jama’ah yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah, kemudian dicari prosentase masingmasing kategori dengan rumus sebagai berikut: P=
x 100 %
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah total sampel Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Prosentase jama’ah yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah tingkat tinggi dan mendapat nilai A yaitu sebanyak 22 jama’ah adalah:
P =
22 x100% 50
= 44 % b. Prosentase jama’ah yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah tingkat sedang dan mendapat nilai B yaitu sebanyak 16 jama’ah adalah: P=
16 x100% 50
= 32 % c. Prosentase jama’ah yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah tingkat rendah dan mendapat nilai C yaitu sebanyak 12 jama’ah adalah: P=
12 x100% 50
= 24 % Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang intensitas mengikuti tarekat qodiriyah di Dusun Wates, Desa Seboto, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun 2011
Tabel XIX Distribusi Frekuensi Variabel X No
Nominasi Variabel
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
28-30
22
44%
X 1
Tinggi
2
Sedang
25-27
16
32%
3
Rendah
22-24
12
24%
50
100
Jumlah
2. Analisis Data tentang Sikap Toleran Tabel XX Daftar Jawaban Angket Akhlak Sesama
No
No Responden
Skor
No Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
001
A A A A A A A A
A
A
30
2
002
A A B A A A A B
A
A
28
3
003
A A A B B A A B
A
A
27
4
004
A B B C B A A B
A
A
24
5
005
A B B C B A A B
A
A
24
6
006
A A B A A A A B
A
A
28
7
007
A A B A A A A B
A
A
28
8
008
A B B A B A A A
A
A
27
9
009
A A B A B A A B
A
A
27
10
010
A B B C A A A B
A
A
25
11
011
A A A A A A A B
A
A
29
12
012
A B B B B A A B
A
A
25
13
013
A A A A B A A B
A
C
26
14
014
A B A A A A A B
A
A
28
15
015
A A A A A A A A
A
A
30
16
016
A B B B A A A B
A
A
26
17
017
A B B B A A A B
A
A
26
18
018
B A A A A A A A
A
A
29
19
019
A A B A B A A C
A
A
29
20
020
A B B B A A C A
A
A
25
21
021
A A A A A A A A
A
A
30
22
022
A A A A B A A A
A
A
29
23
023
A A A C B A A B
A
A
26
24
024
B A A C B A A B
A
A
25
25
025
B A A C B A A B
A
A
25
26
026
A A A A A A A A
A
A
30
27
027
A A A A A A A A
A
A
30
28
028
A A A A A A A B
A
B
28
29
029
A B A A B A A B
A
A
27
30
030
B B B B A A B B
A
B
23
31
031
A B B B B A A B
C
A
24
32
032
A A A A B A A A
A
A
29
33
033
A A A A A A A B
A
A
29
34
034
A A A A A A A B
A
A
29
35
035
A B B A A A A B
A
A
27
36
036
A B B A A A A B
A
A
27
37
037
A B B B B A A A
A
A
26
38
038
B B B A A A B B
A
A
25
39
039
A A A A A A A A
A
A
30
40
040
B B B C C A A C
C
A
22
41
041
A B B B A A A C
B
A
24
42
042
B B A A A B A B
A
B
26
43
043
A B A B B B A C
B
A
24
44
044
A B A B B A A B
A
A
24
45
045
B B B C B A A C
A
A
22
46
046
A A B A B A A B
A
A
27
47
047
A A B A A A A C
A
A
28
48
048
A B B B B A A B
C
A
23
49
049
A A B A A A A C
B
A
25
50
050
A A B A A A A C
A
A
27
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:
(R + 1)
i=
K
Keterangan: i = interval R = Range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah K = Jumlah kelas
Dari data terlihat nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 22. Dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut: I=
(30 − 22 + 1) 3
=3
Tabel XXI Interval Akhlak Sesama No
Kriteria
Interval
1.
Tinggi
28-30
19
38%
2.
Sedang
25-27
21
42%
3.
Rendah
22-24
10
20%
50
100 %
Jumlah
Jumlah responden
Prosentase
Dengan demikian maka: a. Nominasi antara 28-30 berarti nilai akhlak sesama dikatakan tinggi (A) sebanyak 19 jama’ah. b. Nominasi antara 25-27 berarti nilai akhlak sesama dikatakan sedang (B) sebanyak 21 jama’ah c. Nominasi antara 22-24 berarti nilai akhlak sesama dikatakan rendah (C) sebanyak 10 jama’ah Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C (rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi akhlak sesama jama’ah
Tabel XXII Tabel Nominasi Akhlak Sesama Nomor
Skor
Nominasi
Keterangan
1
30
A
Tinggi
2
28
A
Tinggi
3
27
B
Sedang
4
24
C
Rendah
5
24
C
Rendah
6
28
A
Tinggi
7
28
A
Tinggi
Responden
8
27
B
Sedang
9
27
B
Sedang
10
25
B
Sedang
11
29
A
Tinggi
12
25
B
Sedang
13
26
B
Sedang
14
28
A
Tinggi
15
30
A
Tinggi
16
26
B
Sedang
17
26
B
Sedang
18
29
A
Tinggi
19
29
A
Tinggi
20
25
B
Sedang
21
30
A
Tinggi
22
29
A
Tinggi
23
26
B
Sedang
24
25
B
Sedang
25
25
B
Sedang
26
30
A
Tinggi
27
30
A
Tinggi
28
28
A
Tinggi
29
27
B
Sedang
30
23
C
Rendah
31
24
C
Rendah
32
29
A
Tinggi
33
29
A
Tinggi
34
29
A
Tinggi
35
27
B
Sedang
36
27
B
Sedang
37
26
B
Sedang
38
25
B
Sedang
39
30
A
Tinggi
40
22
C
Rendah
41
24
C
Rendah
42
26
B
Sedang
43
24
C
Rendah
44
24
C
Rendah
45
22
C
Rendah
46
27
B
Sedang
47
28
A
Tinggi
48
23
C
Rendah
49
25
B
Sedang
50
27
B
Sedang
Setelah diketahui berapa banyak jama’ah yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah, kemudian dicari prosentase masingmasing kategori dengan rumus sebagai berikut: P= Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah total sampel Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Prosentase jama’ah yang memiliki akhlak sesama tinggi dan mendapat nilai A yaitu sebanyak 19 jama’ah adalah: P=
19 x100% 50
= 38 % b. Prosentase jama’ah yang memiliki akhlak sesama
sedang
dan
mendapat nilai B yaitu sebanyak 21 jama’ah adalah: P=
21 x100% 50 = 42%
c. Prosentase jama’ah yang memiliki akhlak sesama mendapat nilai C yaitu sebanyak 10 jama’ah adalah: P=
10 x100% 50
= 20%
rendah dan
Tabel XXIII Distribusi Frekuensi Variabel Y No
Nominasi variable
Interval
Frekuensi
Prosentase %
y 1
Tinggi
28-30
19
38%
2
Sedang
25-27
21
42%
3
Rendah
22-24
10
20%
50
100%
Jumlah
B. Analisa Uji Hipotesis Setelah dilakukan analisis terhadap kedua variabel berdasarkan nilai atau skor dan berdasarkan item-item pertanyaan angket, langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis untuk menguji kebenarannya. Adapun untuk mengetahui Pengaruh Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama Pada Masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011. ditempuh dengan analisa data yang menggunakan rumus koefisien kontingensi sebagai berikut: KK =
x2 x2 + n
Keterangan: KK = Koefisien Kontingensi X2
= Chi Kuadrat
n
= Jumlah Sampel
Langkah-langkah yang penulis tempuh adalah: 1. Menyusun tabel persiapan Tabel persiapan dibuat dengan memberikan kategori pada masingmasing skor responden. Adapun datanya adalah sebagai berikut: Tabel XXIV Tabel Persiapan Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah dan Akhlak Sesama No
Variabel X
Variabel Y
Skor
Nominasi
Skor
Nominasi
1
26
B
30
A
2
26
B
28
A
3
27
B
27
B
4
29
A
24
C
5
29
A
24
C
6
24
C
28
A
7
24
C
28
A
8
22
C
27
B
9
22
C
27
B
10
25
B
25
B
11
27
B
29
A
12
26
B
25
B
13
27
B
26
B
14
30
A
28
A
15
30
A
30
A
16
30
A
26
B
17
30
A
26
B
18
30
A
29
A
19
26
B
29
A
20
28
A
25
B
21
30
A
30
A
22
24
C
29
A
23
29
A
26
B
24
29
A
25
B
25
29
A
25
B
26
25
B
30
A
27
25
B
30
A
28
25
B
28
A
29
30
A
27
B
30
24
C
23
C
31
28
A
24
C
32
25
B
29
A
33
24
C
29
A
34
24
C
29
A
35
29
A
27
B
36
29
A
27
B
37
26
B
26
B
38
24
C
25
B
39
30
A
30
A
40
27
B
22
C
41
28
A
24
C
42
28
A
26
B
43
29
A
24
C
44
29
A
24
C
45
26
B
22
C
46
23
C
27
B
47
22
C
28
A
48
28
A
23
C
49
24
C
25
B
50
25
B
27
B
2. Membuat tabel frekuensi yang diperoleh (fo) Berdasarkan tabel di atas dan klasifikasinya, maka dapat dibuat tabel frekuensi yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel XXV Tabel Frekuensi yang Diperoleh No
Intensitas Mengikuti
Akhlak Sesama
Jumlah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tarekat Qodiriyah 1
Tinggi
5
10
7
22
2
Sedang
8
6
2
16
3
Rendah
6
5
1
12
19
21
10
50
Jumlah
3. Membuat tabel frekuensi yang diharapkan (fh) Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) pertama-tama dihitung berapa persen dari masing-masing sampel yang memiliki intensitas tinggi, sedang, dan rendah, dari sini dapat dihitung persentase sebagai berikut: a. Sampel yang memiliki Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah tinggi adalah:
5 + 10 + 7 x100% 50 P = 29% P=
P = 0,29
b. Sampel yang memiliki Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah sedang adalah: 8+6+2 x100% 50 P = 32% P = 0,32 P=
c. Sampel yang memiliki Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah rendah adalah: 6 + 5 +1 x100% 50 P = 24% P=
P = 0,24
Selanjutnya masing-masing fh (frekuensi yang diharapkan) kelompok yang mempunyai Intesitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah dan Akhlak Sesama dapat dihitung: a. Yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah tinggi: 1) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah tinggi = 0,29x 9 = 5,51 2) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah sedang = 0,29x 21= 6,09 3) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah rendah = 0,29x10 = 2,9 + = 14,5 b. Yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah sedang : 1) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah tinggi = 0,32x19 = 6.08
2) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah sedang = 0,32x21 = 6,72 3) Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah rendah = 0,32x10 = 3,2 + = 16 c. Yang memiliki intensitas mengikuti tarekat qodiriyah rendah: 1) intensitas mengikuti tarekat qodiriyah tinggi
= 0,24x19 = 4,56
2) intensitas mengikuti tarekat qodiriyah sedang = 0,24x21 = 5,04 3) intensitas mengikuti tarekat qodiriyah rendah = 0,24x10 = 2,4 + = 12 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dimasukkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel XXVI Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah dan Akhlak Sesama No intensitas
akhlak sesama
mengikuti tarekat
Tinggi
Sedang
Rendah
qodiriyah
Fo
1
Tinggi
5
5,51
10
6,09
7
2,9
2
Sedang
8
6,08
6
6,72
2
3,2
3
Rendah
6
4,56
5
5,04
1
2,4
Fh
Fo
Fh
Fo
Fh
3. Membuat tabel kerja chi kuadrat Berdasarkan kedua tabel di atas maka penulis dapat menghitung chi kuadratnya dengan rumus : x²=
∑ fo − fh x100% fh
Keterangan: x2 = chi kuadrat fo = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan Hasil perhitungannya dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel XXVII Tabel Kerja Penghitungan Chi Kuadrat Intensitas
Akhlak
Mengikuti
Sesama
Tarekat
Fo
Fh
fo-fh
Qodiriyaha Tinggi
(fo-fh )²
Tinggi
5
5,51
-0,51
0,26
0,04
Sedang
10
6,09
3,91
15,29
2,51
Rendah
7
2,9
4,1
16,81
5,79
Jumlah
Sedang
8,34
Tinggi
8
6,08
1,92
3,68
0,60
Sedang
6
6,72
-0,72
0,51
0,07
Rendah
2
3,2
-1,2
-1,44
0,45
Jumlah Rendah
(fo-fh )² fh
1,12
Tinggi
6
4,56
1,44
2,07
0,45
Sedang
5
5,04
-0,04
-
0,00031
0,0016 Rendah
x²=
1
2,4
-1,4
-1,94
0,81
Jumlah
1,26
Total
10,72
∑ fo − f h x100% fh
x² = 10,72
Setelah mengetahui harga chi kuadratnya, langkah selanjutnya adalah menentukan derajat kebebasan dengan rumus: db = (b – 1) (k – 1) Keterangan: db : derajat kebebasan K : banyaknya baris K : banyaknya kolom Sehingga diperoleh hasil: db = (b – 1) (k – 1) = (3-1) (3– 1) =4
Setelah mengetahui db-nya penulis mengadakan tes signifikansi terhadap nilai kritik chi kuadrat dengan cara mengkonsultasikan pada nilai chi kuadrat dengan taraf signifikasi 5 % dan db sebesar 4 adalah 9,49 Dalam perhitungan ditemukan chi kuadrat hitung=10,72. Selanjutnya harga ini dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan db 4. Berdasarkan tabel chi kuadrat, dapat diketahui bahwa jika db = 4 dan kesalahan yang ditetapkan = 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 9,49. Karena harga chi kuadrat hitung (10,72) lebih besar dari harga chi kuadrat tabel (9,49), maka distribusi data nilai statistik 50 jama’ah tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. 4. Menghitung koefisien kontingensi Langkah ini merupakan tahap pemasukan harga chi kuadrat dalam rumus koefisien kontingensi: KK =
x2 x2 + n
10,72 2 KK = 10,72 2 + 50 KK =
114,9184 154,9184
KK = 0,834
C. Analisa Lanjutan Untuk membuktikan signifikansi penelitian, berdasarkan db = 9 dan kesalahan 5%, diperoleh harga chi kuadrat tabel = 9,49. Ternyata harga chi
kuadrat hitung lebih besar dari harga chi kuadrat tabel, maka Ho ditolak. Ini berarti Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah tidak berpengaruh terhadap Akhlak Sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Sebota Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Dan setelah besarnya koefisien kontingensi dikonsultasikan dengan r product moment dari Pearson dengan N = 50 pada taraf signifikansi 5 % yaitu 0,361 dan taraf signifikansi 1 % yaitu 0,279 ternyata harga koefisien kontingensi (KK) berada jauh di atas r product moment atau 0,835 > 0,361 dalam taraf signifikansi 5 % dan bertanda positif dan harga KK berada jauh di atas r product moment atau 0,835 > 0,279 dalam taraf signifikasi 1 % juga bertanda positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil uji dinyatakan sangat signifikan bila dihubungkan dengan hipotesis. Artinya, ada pengaruh yang signifikan antara Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah Terhadap Akhlak Sesama Pada Masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Selanjutnya, dengan nilai KK sebesar memberikan arti bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh yang pasti dan berarti, dimana semakin baik Intensitas Mengikuti Tarekat Qodiriyah, semakin baik pula akhlak terhadap sesama. Sedangkan untuk mengetahui besar variasi pengaruhnya dapat dicari dengan menggunakan rumus koefisien penentu (KP) yaitu: KP
= KK2 x 100 % = (0,835)2 x 100 %
= 69,7%
Nilai KP sebesar 69,7 % memberikan pengertian bahwa variasi naiknya akhlak sesama disebabkan oleh intensitas mengikuti tarekat qodiriyah sekitar 69,7 % dan selebihnya disebabkan oleh faktor lain.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat Intensitas Mengikuti Tarekat Qadiriyah dinyatakan dengan kategori tertinggi 22 Responden (44 %), kategori sedang 16 responden (32 %) dan kategori terendah 12 reseponden ( 24 %) sehingga mayoritas adalah kategori tinggi. 2. Akhlak Terhadap Sesama, kategori tertinggi dari Akhlak Terhadap Sesama yaitu dengan 19 reseponden (38 %), kategori sedang berjumlah 21 reseponden (42 %) dan kategori rendah 10 reseponden (20 %), sehingga dapat dinyatakan bahwa mayoritas dalam pengimplementasi Akhlak Terhadap Sesama ini mayoritas berada dalam tingkat yang sedang. 3. Pengaruh mengikuti Tarekat Qadiriyah terhadap Akhlak Sesama. Hasil akhir menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif Intensitas Mengikuti Tarekat Qadiriyah terhadap Akhlak Sesama pada masyarakat Dusun Wates, Desa Seboto, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2011 dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini terbukti dengan koefisien kontingensi, hasil penelitian r hasilnya 0,835 berada di atas rtabel pada taraf signifikansi 1 % = 0,279 dengan N = 50. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, bahwa ada pengaruh positif antara Intensitas Mengikuti Tarekat Qadiriyah dengan
Akhlak Terhadap Sesama pada masyarakat Dusun Wates, Desa Seboto, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2011.
B. Saran-Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, kiranya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Jama’ah a. Pada hakekatnya jama’ah tarekat ini menjadikan peluang bagi kita untuk lebih banyak mendalami arti agama, hanya saja kadang kita masih merasakan kesulitan untuk meninggalkan hal-hal yang kurang baik bagi agama. Untuk itu, penulis mengharapkan kepada jama’ah untuk mempunyai ghiroh yang tinggi dalam mengikuti tarekat ini dan mempunyai akhlak terhadap sesama yang baik, sehingga bisa menjadikan masyarakat yang rukun dan makmur atas akhlak yang diterapkan. b. Penulis menyampaikan pada setiap individu untuk bisa menghayati akan arti tarekat yang dijalani sehingga bisa menjadi muslim yang kaffah. c. Dengan mengikuti Tarekat Qadiriyah ini diharapkan masyarakat bisa membina kerukunan dan dapat menciptakan masyarakat yang religius serta berbudi pekerti yang tinggi antar sesama. 2. Bagi Pemuka Agama a. Pemuka agama adalah suri tauladan bagi para masyarakat, bendasarkan hal tersebut penulis mengharap agar memberikan fatwa-fatwa yang mengena sehingga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengajak masyarakat untuk senantiasa berbuat kebajikan dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam agar kehidupan terbina secara rukun dan penuh perdamaian.
C. Penutup Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas terselesainya penulisan skripsi ini. Sholawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi tauladan sekaligus satu-satunya nabi yang bisa memberi syafaat di hari kiamat. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatian dan partisipasinya dari pembaca, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abubakar. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat. Ramadhani, Solo. Ali, Muhammad. 2004. Muslim Ideal. Mitra Pustaka, Yogyakarta. aminfikar.blogspot.com Ansori, Muhammad. Abd Had. Pengantar Sufisme Dan Syari’ah. Rajawali Pers, Jakarta. Gazalba, Sidi. 1969. Ilmu Dan Islam. CV. Mulya, Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1997. Statistik. Fakultas psikologi UGM, Yogyakarta. Halim, Nipan, Abdul. 2000. Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji. Mitra Pustaka, Yogyakarta. Hamka. Tasawuf Perkembangan Dan Pemurnian. Pustaka Panjimas, Jakarta http;//devali.multiply.com/journal/item/18 Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural. LKIS Pelangi Angkasa, Yogyakarta Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. LPPI, Yogyakarta. Islamiyah, Djami’atul. 2006. Jurnal Attarbiyah No. 1 TH. XVII/Januari-Juni Jaiz, Hartono, Akhmad. 2000. Menudukan Tasawuf. Darul Falah, Jakarta. Jamil, Muhsin.2005. Tarekat Dan Dinamika Sosial Politik. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Mahjuddin. 2010. Akhlak Tasawuf II. Kalam Mulia, Jakarta. Salamulloh, Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Horizontal. Pustaka Insan Madani, Yogyakarta. Singarimbun, Masri. Dan Efendi, Sufian. 1983. Metode Penelitian Survey. CV. Rasma Agung. Siregar, Rivay. 2000. Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunarto, Ahmad. 1992. Shokhih Bukhori. CV. Asy-syifa, Semarang. Syukur, Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Taftazani, Abu al-Wafa’. Al-Ghonimi. 1985. Sufi Dari Zaman Ke Zaman. Pustaka, Bandung. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Mulia. Bina Ilmu, Surabaya. Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Andi Offset, Yogyakarta. www.artikata.com Zuhri, Mustofa. 199. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. PT. Bina Ilmu, Surabaya.
TENTANG PENULIS
Dinasti Umayah, lahir di sebuah kota kecil Seboto Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia pada 25 November 1988 dari pasangan Bp. Purnomo Sumar dan Ibu fitri. AMBOY (Anak Boyolali) dari 3 bersaudara yaitu Dina Novita dan Diani Aulia Prasasti ini pernah menamatkan Pendidikan Dasarnya di MI Muhammadiyah Seboto pada tahun 2001, sementara itu dia menamatkan lanjutannya di MTs Al Manar tahun 2004, MA Al Manar 2007, dan sekarang baru menempuh pendidikan S1 nya di STAIN Salatiga yang Insya Allah akan lulus tahun 2011 ini (Amin).
DAFTAR NILAI SKK Nama NIM Jurusan Progdi PA
: Dinasti Umayah : 11107111 : Tarbiyah : PAI : Sri Suparwi, Dra
No Jenis Kegiatan 1
2 3
4 5 6 7
8 9 10
Sarasehan, Menggapai Sukses Bersama Kuliah dulu Atau Kerja? OPSPEK 2007 Pelatihan Dakwah Mahasiswa (PDM) LDK Darul Amal STAIN Salatiga Diskusi Ramadhan GARDIKA (Gema Ramadhan Di Kampus) Pendidikan Dasar Perkoperasian Bedah Buku “Buktikan Cintamu” Cintailah Cinta MAPABA II Training Kader II LDK
12
Sarasehan MILAD VI LDK ‘mengharap barokah dalam melangkah “ Buka Bersama dan Bedah film “perjumpaan indah dengan ramadhan penuh berkah Pesantren Kilat (PESKIL)
13
Pelatihan Dakwah Mahasiwa
11
Waktu Pelaksanaan 14 Juni 2007
Keterangan
Nilai
Peserta
2
28-31 Agustus 2007 8 September 2007
Peserta
3
Peserta
3
!8 September 2007 1 Oktober
Peserta
2
Peserta
2
22 Januari 2008
Peserta
3
22 Maret 2008
Peserta
2
04-06 April 2008 31 mei – 1 Juni 2008 6 Mei 2008
Peserta Peserta
3 3
Peserta
2
15 September 2008
Panitia
2
September 2008
Pemateri PESKIL Panitia
2
8 November 2008
3
14
15 16
17
18 19
20
21 22
23
24
25
(PDM) Dauroh Mar’atus Sholikhah (DMS) “muslimah sejati muslimah yang dinanti” TEKAD (training kader)I LDK Kuliah Umum dan Dialog “perkembangan dan kerja sama asean bersama direktorat jenderal kerjasama asean departemen luar negeri republic Indonesia di STAIN Salatiga Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) kwartir cabang kota Salatiga tahun 2009 Training For trainer “be a new inspiration” UNNES IPST (Islamic public speaking training) LDK Darul Amal STAIN Sa;atiga Bedah Film “lascar pelangi” dan penggalangan dan untuk korban situ gintung MILAD VII LDK Darul Amal STAIN Salatiga Training Kader (TEKAD) II LDK darul Amal STAIN Salatiga Workshop Emotional, Spiritual, dan Intelegence Quocient STAIN Salatiga PESKIL (pesantren kilat) Ramadhan 1430 H di SMPN 3, PGRI 2, dan SMPN 9 Salatiga Seminar “Peningkatan Bahasa Nasional Untuk Menguatkan Pendidikan Nasional” CEC dan ITTAQO
23 November 2008
Peserta
2
16-17 Januari 2009 10 februari 2009
Peserta
3
Peserta
3
9 s.d 14 pebruari 2009
Peserta
4
9 Maret 2009
Peserta
3
14 Maret 2009
Panitia
3
4 April 2009
Peserta
2
11 dan 14 April 2009 8-9 Mei 2009
Panitia
2
Panitia
3
16-18 November 2009
Panitia
4
November 2009
Pemateri Peskil
3
29 Apri 2010
Peserta
3
26 27
28 29 30
31
32
TEKAD “tumbuhkan Potensi 8-9 Mei 2010 Dan Kharisma Leadership” PESKIL (pesantren kilat) Agustus 2010 Ramadhan 1430 H di SMP N 3 dan SMP N 10 Salatiga IBTIDA’ LDK Darul Amal 9-10 oktober 2010 TEKAD (training kader)I LDK 25 Desember Darul Amal STAIN Salatiga 2010 Bedah Novel “Bumi Cinta” 30 januari 2011 Tingkatka Iman Dengan Persaudaraan Menuju Pemimpin Insan Terdepan Praktikum Pelatihan Ikhibar al- 11-26 Pebruari lughoh al-Arabiyah ka Lughoh 2011 Ajnabiyah (ILAIK) Lomba TPQ Se-Kecamatan 1 Mei 2011 Tegalrejo KKN STAIN Salatiga Jumlah
Panitia
2
Pemateri Peskil
3
Panitia Panitia
2 3
Peserta
2
Peserta
2
Panitia
2
85
Salatiga, 12 Agustus 2011 Pembantu Ketua
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PENILAIAN MENGENAI INTENSITAS MENGIKUTI TAREKAT QODIRIYA TERHADAP AKHLAK SESAMA PADA MASYARAKAT DUSUN WATES DESA SEBOTO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 Identitas Responden Nama
: ……………………………………………
Umur
: ……………………………………………
Petunjuk mengerjakan •
Sebelum menjawab terlebih dahulu isi identitas anda
•
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan tanda silang (X) pada huruf a, b, atau c
•
Pilihlah jawaban dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda lakukan
•
Kerahasiaan data anda dijamin peneliti.
A. Angket intensitas mengikuti tarekat qodiriyah 1. Apa yang mendorong hati anda untuk melaksanakan tarekat? a. Untuk menyempurnakan amalan ibadah b. Menambah pengalaman c. Ikut-ikutan teman 2. Apakah anda sudah benar-benar memahaami tarekat? a. Ya, saya sudah faham
b. Saya belum sepenuhnya faham c. Saya belum faham sama sekali, hanya sekedar mengikuti tarekat 3. Apakah sebagai anggota tarekat anda sering melaksanakan amalan-amalan ibadah dalam tarekat? a. Ya, saya sering melaksanakan amalan-amalan ibadah dalam tarekat b. Saya melaksanakan amalan tarekat ketika tidak mempunyai kesibukan c. Saya jarang melaksanakan amalan tarekat 4. Seberapa sering anda melakukan amalan-amlan dalam tarekat? a. Saya selalu melaksanakan amalan tarekat dalam kondisi apapun b. Saya melakukan amalan tarekat jika ada waktu saja c. Saya tidak pernah melakukan amalan tarekat 5. Dalam melaksanakan amalan-amalan tarekat, apakah anda mengerti maksud dari amal ibadah tersebut? a. Saya mengetahui maksud amalan dalam tarekat secara keseluruhan b. Saya mengetahui maksud amalan dalam tarekat secara sebagian c. Saya sama sekali tidak mengetahui maksud dari amalan tarekat 6. Ketika mursyid atau guru tarekat memberikan tausiyah atau pembinaan akhlak kepada jama’ah tarekkat, apakah anda langsung dapat memahami kemudian melaksanakan tausiah tersebut? a. Ya, saya bisa memahami dan menjalankan b. Sudah memahami namun kadang masi kesulitan dalam menjalankan c. Saya belum bisa menjalankan dengan baik
7. Apakah anda pernah melalaikan amalan ibadah dalam tarekat? a. Saya berusaha untuk tidak melalaikan amalan ibadah dalam tarekat b. Saya kadang-kadang tidak mengerjakan amalan ibadah dalam tarekat c. Saya masih sering lupa mengamalkan amalan ibadah tarekat 8. Apakah anda pernah mengabaikan perintah dari guru atau mursyid dalam amalan ibadah tarekat? a. Saya belum pernah mengabaikan perintah dari guru atau mursyid b. Saya kadang lupa dengan perintah dari guru atau mursyid c. Saya sering mengabaikan terhadap perintah dari guru atau mursyid 9. Apakah anda bisa mengikuti bimbingan ibadah dari mursyid atau guru dengan baik? a. Ya, saya mengikuti bimbingan ibadah dari mursyid dengan baik b. Saya belum bisa sepenuhnya mengikuti bimbingan ibadah dari mursyid dengan baik c. Saya belum bisa sama sekali meangikuti bimbingan ibadah dari mursyid dengan baik 10. Jika pada suatu hari anda berhalangan untuk menjalankan amalan dalam tarekat, apa yang harus anda lakukan? a. Mengganti secepatnya setelah ada waktu b. Mengganti dilain waktu c. Mengabaikannya saja
B. Angket Akhlak terhadap sesama. 1. Tetangga anda membutuhkan biaya untuk berobat anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit, apa yang akan anda lakukan sementara keadaan ekonomi anda sedang tidak baik. a. Membantu tetangga saya semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya b. Mengusahakanya agar dia dapat pinjaman dari orang lain. c. Membiarkan saja karena keadaan sama-sama tidak mampu. 2. Jika anda mendapati tetangga yang terkena musibah dan sangat memerlukan bantuan berupa materi, disisi lain anda membuthkan uang untuk perjalanann silaturokhim kepada salah satu keluarga anda, bagaiman sikap anda? a. Lebih mengutamakan memberi bantuan kepada tetangga tersebut b. Mengutamakan silaturokhim karena merupakan sunah Nabi c. Membiarkannya saja. 3. Suatu ketika anda diberi rizki yang lebih, apa yang anda lakukan? a. Saya merasa bahwa rizki yang saya terima merupakan titipan dari tuhan dan saya akan berbagi dengan orang-orang yang kurang mampu b. Saya akan pergunakan rizki tersebut untuk kebutuhan saya dan memberi kepada orang yang membutuhkan ketika diminta c. Saya akan pergunaan rizki tersebut hanya untuk kebutuhhan saya sendiri, karena rizki tersebut merupakan hasil usaha saya 4. Bagaimanakah sikap anda ketika menjadi seorang pemimpin dalam suatu majlis?
a. Bersikap rendah hati dan adil terhadap semua jama’ah b. Bersikap rendah hati
dan adil kepada jama’ah yang dirasa sesui
dengan pedapat saya c. Bersikap adil yang sesuai dengan kemauan saya 5. Apa yang akan anda lakukan ketika ada saudara atau tetanngga anda yang menyakiti perasaan anda? a. Saya akan memaafkannya b. Saya akan memaafkannya jika tidak keterlaluan c. Saya tidak terima dan akan membencinya 6. ketika tetangga anda ada yang membeli sepeda motor baru, apa yang anda lakukan? a. Saya ikut senang dan akan mengucapkan selamat b. Saya diam saja karena itu urusan pribadinya c. Saya akan membeli sepeda motor jug, karena saya tidak ingin disaingi olehnya 7. Apa yang ada dalam fikiran anda ketika melihat saudara atau tetangga anda yang secara tiba-tiba menjadi kaya. a. Ikut senang, karena tetangga saya orangnya memang pekerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga kesuksesan bisa ia capai b. Ikut senang, tetapi ada kecemburuan di dalam hati karena tidak bisa seperti dia c. Saya berfikiran bahwa dia pasti menggunakan jalan terlarang untuk mendapatkan kekayaan tersebut.
8. Bagaimana sikap anda apabila ada anggota keluarrga yang lebih tua melakukan kesalahan dan melanggar norma-norma syariat agama Islam? a. Memperingatkan dan berusaha menunjukan kesalahan tersebut dengan penuh perasaan hormat b. Menasehati agar tidak mengulangi lagi c. Membiarkan karena takut menyinggung perasaan dan dianggap tidak sopan 9. Apabila ada orang yang tidak suka terhadap anda (memusuhi), bagaimanakah sikap anda? a. Mendoakan orang tersebut agar diberi hidayah oleh Allah b. Membiarkan orang tersebut bertindak semaunya c. Melawan orang yang memusuhi saya 10. Bagaimana sikap anda dalam menerima musibah yang disebabkan oleh orang lain? a. Menerima dengan lapang dada dan berdoa agar orang tersebut tidak mengulangi lagi b. Berusaha meminta tanggung jawab kepada orang yang menyebaban anda mendapat musibah semampunya c. Menimpakan kesalahan kepada orang yang menyebabkan anda kena musibah
Terima Kasih Atas Kerjasamanya Semoga Niat Baik Anda Diterima Disisi-Nya Good Luck