SKRIPSI
DISKUSI KELOMPOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT - TANGERANG
Oleh : SURYONO NIM: 207011000830
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H
ABSTRAK Nama : Suryono, NIM : 207011000830, Jurusan : Pendidikan Agama Islam, Skripsi : Diskusi Kelompok dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat. Diskusi Kelompok merupakan salah satu metode dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk efektifitas pembelajaran di dalam kelas agar tercapat tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut. Diskusi Kelompok dapat digunakan efektif dalam proses pembelajaran yang menekankan siswa untuk mengadakan penelitian dan mencari solusi permasalahan yang timbul dalam pemahaman mata pelajaran menurut pengetahuan siswa sendiri sehingga mempertajam pemahaman siswa dalam mata pelajaran tersebut terutama dalam Pendidikan Agama Islam. Prestasi siswa adalah hasil akhir dari suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Prestasi belajar siswa menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga dapat diketahui dengan benar efektifitas metode atau strategi pembelajaran yang direncanakan. Prestasi belajar siswa juga merupakan tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga prestasi belajar ini bisa mengalami peningkatan yang baik bila proses pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan efektif dalam pelaksanaannya. Sekolah Menengah Atas merupakan sekolah dengan jenjang lebih tinggi dari jenjang sebelumnya. Artinya secara psikologis siswa yang ada di sekolah menengah atas telah dapat berpikir dan menggunakan argumentasi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kesimpulan yang diberikan oleh siswa sekolah menengah atas. Hal ini tepat bila siswa pada tingkat sekolah menengah atas mencari solusi permasalahan dalam proses pembelajaran menurut argumentasi dari siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran di sekolah menengah atas dapat memberikan pemahaman yang baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan tepat bila metode diskusi kelompok yang menjadi metode dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ini menjadi efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan metode diskusi kelompok ini siswa berperan aktif mencari solusi dari permasalahan yang timbul dalam memahami suatu mata pelajaran, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini tidak bertentangan secara psikologis pada siswa, bahkan lebih baik dengan menggunakan metode diskusi kelompok ini yang sesuai dengan pembelajaran di sekolah menengah atas. Atas dasar inilah dapat diketahui bahwa tepat bila metode diskusi kelompok digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang ini. Dengan adanya kesesuaian ini tentunya bila dilaksanakan dengan baik akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi siswa. Karena siswa tersebut yang berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut sehingga dengab pemahaman yang baik akan meningkatkan pula prestasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sangat dalam kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada seluruh isi alam. Dia yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik (ahsan taqwim). Dia pula yang mengajarkan manusia dengan kalam-Nya untuk menggali keagungan dan kebesaran-Nya. Rangkaian shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang. Rasa haru dan lega yang telah dirasakan peulis sehingga bisa menyelesaikan tugas Penelitian Kependidikan dengan judul “Pengaruh Diskusi Kelompok terhadap Prestasi Belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang. Selama penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras yang disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu Alhamdulillah dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dosen Penasihat Akademik penulis pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
4. Segenap Dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis dalam menempuh pendidikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta perpustakaan Iman Jama’ yang telah menyediakan dan melayani dengan penuh keikhlasan dalam peninjauan literatur yang dibutuhkan. 6. Bapak M.Zuhdi M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabarannya telah member petunjuk, bimbingan, dan pengarahannya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Bapak Marul Wa’id S.Ag selaku kepala sekolah SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan. 8. Ayahanda Sarno dan Ibunda Rusnah yang dengan ketabahan dan kesabarannya serta ketawadu’annya membimbing dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang. Adik-adikku yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta teman yang selalu mendampingiku Anike Sudiyanti. Semoga Allah SWT menjadikan mereka orang-orang yang selalu dimuliakan. 9. Seluruh teman-teman dan sahabat serta kepada seluruh mahasiswa PAI angkatan 2003 dan 2005, khususnya kelas C yang telah membantu penulis dalam proses studi di UIN Syarif Hidayatullah hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun dan mohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini kurang sistematis dan penulis menyadari bahwa masih banyak beberapa kekurangan.
Akhirnya, tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses penyelesaian skripsi ini. Semoga mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Jakarta, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Hal
BAB I
: PENDAHULUAN ……………………………… A. Latar Belakang Masalah ………………………………..3-4 B. Identifikasi Masalah …………………………………….5 C. Pembatasan Masalah ……………………………………6 D. Rumusan Masalah ………………………………………6 E. Tujuan Penelitian ……………………………………….7 F. Kegunaan Hasil Penelitian ……………………………..7
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran ………………………………8-9 1. Pentingnya Metode ………………………………10-11 2. Macam-macam Metode ………………………….12-17 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya Metode Mengajar ………………….18 4. Metode Diskusi Kelompok dan manfaatnya …..19-20 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi …..21 B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam …………..22 2. Tujuan Pendidikan Islam ……………………….23-24 3. Fungsi Pendidikan Islam ……………………….25 C. Prestasi 1. Pengertian Prestasi ………………………………26-27 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar ……..28-29 a. Faktor Internal ………………………………30-32 b. Faktor Eksternal …………………………….33-34 D. Kerangka Berpikir …………………………………35 E. Hipotesis Penelitian ………………………………..35
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN ……………….. A. Variabel Penelitian ………………………………36 B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………...36 C. Populasi dan Sampel …………………………….36 D. Tekhnik Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data ………………………………..37-39
BAB IV
: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Darussalam ………………40 1. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ……………41-44 2. Struktur Organisasi ………………………………45 3. Sarana dan Prasarana …………………………….46 B. Deskripsi data ……………………………………47 C. Analisis data ………………………………………48-53 D. Interpretasi data …………………………………..54-57
BaB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………58 B. Saran …………………………………………….59-61
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Suryono
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 08 November 1981
NIM
: 207011000830
Jurusan/Prodi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
:”Diskusi Kelompok dan pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat”
Dosen Pembimbing
: M.Zuhdi,Ph.D
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat untuk pengambilan ijazah. Jakarta, 10 Agustus 2011 Mahasiswa ybs
Suryono
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pembelajaran dalam pendidikan
membutuhkan beberapa
komponen untuk menunjang terciptanya suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Terutama yang menjadi permasalahan pada saat ini adalah bagaimana dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan dapat dipahami oleh para peserta didik dengan baik.
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.Al-Nahl 125) Ayat di atas menyatakan perlunya proses yang dilakukan untuk ke arah yang lebih baik yaitu dengan cara satu sama lain saling memberikan kontribusi ke arah yang dinamis dan dengan cara-cara yang baik untuk saling memberikan penegtahuan dengan dilakukan dengan proses pembelajaran satu sama lain dalam memecahkan suatu masalah yang berbeda satu sama lain.
1
Ilmu pendidikan secara mikro memandang manusia dari segi upaya normatif membantu pihak lain agar berkembang ke tingkat yang normatif lebih baik. Secara makro, objek formal pendidikan adalah upaya normatif merancang dan mengembangkan kemampuan keseluruhan manusia agar tercapai tingkat kehidupan yang normatif lebih baik.1 Menurut Amir Daen Indra Kusuma, pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, terencana dan sistematis, yang dilakukan oleh orang- orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabi’at sesuai dengan cita- cita pendidikan.2 Ini mengandung makna bahwa aktivitas pendidikan berusaha mengajarkan kandungan ilmu pengetahuan dan al-hikmah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupannya yang bisa mendatangkan manfaat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi mudharat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan kehidupan yang lebih baik. Tentunya hal ini apabila pendidikan yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang efektif dan lebih baik. Untuk mempengaruhi peserta didik ini tentunya membutuhkan strategi khusus yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam pencapaian pengaruh dan pemahaman agar dapat memberi pemahaman yang baik tersebut. Metode Diskusi Kelompok adalah salah satu metode atau cara untuk melaksanakan proses pembelajaran agar dapat memberi pemahaman siswa dalam menguasai mata pelajaran, terutama yang paling penting ialah mata pelajaran pendidikan agama Islam. Metode Diskusi
Kelompok dapat dilakukan dalam
proses belajar-mengajar di kelas dalam upaya memberikan pemahaman pelajaran pada peserta didik/siswa, terutama pada Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Hal ini tentunya dapat dilakukan mengingat faktor pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada siswa tersebut. Namun, metode ini sering diabaikan dalam pencapaian tujuan pembelajaran di dalam kelas. Peneliti ingin
1 2
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta; PT.Raja Grafindo Perkasa, 2006 ) Amir Daen Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Usaha Nasional, Malang; 1973),h.27
2
mengetahui apakah diskusi kelompok dapat menjangkau kepada tujuan kegiatan belajar-mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Secara umum Diskusi kelompok ini belum digunakan dalam proses pembelajaran di kelas secara efektif pada Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok sehingga dapat dilihat keberhasilan dalam penggunaan metode ini dibandingkan dengan metode ceramah yang sering digunakan oleh para pendidik dalam mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelumnya. Diskusi Kelompok yang akan diambil di sini adalah salah satu metode yang akan dilakukan di kelas seperti halnya metode pembelajaran lainnya dengan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran tersebut, terutama dalam pengajaran pendidikan agama Islam. Melalui diskusi kelompok menjadikan kelas yang guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan subjeknya ialah para peserta didik tersebut
dalam pencapaian efektifitas
penguasaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan penguasaan metode diskusi kelompok meningkatkan siswa dalam memahami materi mata pelajaran pendidikan Agama Islam di dalam kelas, dengan memodifikasi kelas dalam pelaksanaannya sebagai satu kesatuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dalam pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa-siswi tidak menemukan hambatan dan kendala yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan mata pelajaran secara efektif di dalam kelas. Acuan yang menjadi tujuan ini ialah peningkatan belajar yang dilakukan siswa sehingga proses pembelajaran ini mengenai sasaran yang ditujukan yang terkait dengan proses belajar-mengajar siswa/siswi. Alasan penulis memilih
Hasil Prestasi Siswa SMA Darussalam karena
peneliti ingin melihat efektifitas metode diskusi kelompok dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilakukan siswa di kelas. Efektifitas dalam menguasai pelajaran Pendidikan Agama Islam tentunya dapat ditentukan daya kekuatan dalam penyampaian materi dengan strategi penggunaan metode yang dapat memberikan pemahaman dan penguasaan siswa pada mata pelajaran.
3
Alasan Peneliti melakukan penelitian di SMA Darussalam tersebut karena pada jenjang sekolah ini dapat dilakukan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran siswa di kelas, terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun, yang menjadi landasan dari penelitian di sini adalah mengetahui apakah Metode Diskusi Kelompok dapat digunakan dalam metode pengajaran Pendidikan Agama Islam, di samping itu peneliti juga ingin mengetahui bentuk diskusi kelompok seperti apa yang sesuai dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat benar-benar efektif oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena siswa Sekolah Menengah Atas pada umumnya menggunakan metode ceramah di kelas, tidak dengan metode diskusi
kelompok, dan dari penelitian ini pula dapat mengetahui efektifitas
metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh siswa/siswi di dalam kelas. B. Identifikasi Masalah Beberapa hal yang penulis jumpai di SMA Darussalam ialah : a. Tidak adanya penggunaan kombinasi metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam. c. Tidak adanya penggunaan metode pembelajaran diskusi kelompok di SMA Darussalam C. Pembatasan Masalah Metode belajar yang efektif ialah suatu tanda pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran, tentunya proses pembelajaran tersebut dilakukan oleh pendidik secara efektif dengan perumusan pengajaran yang dapat memberi pengaruh terhadap peseta didik terutama di dalam kelas. Diskusi Kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman yang baik terhadap peserta didik/siswa. Dengan dilakukan di dalam kelas membentuk pengalaman belajar yang baik dalam pemahaman dan penguasaan Pendidikan Agama Islam yaitu mengikutsertakan seluruh siswa
dengan membentuk
kelompok-kelompok belajar antara satu dengan lainnya yang bercampur baur
4
dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga siswa-siswi dapat memahami dan menguasai materi dengan baik dengan metode diskusi kelompok tersebut. Dikarenakan yang menjadi latar belakang masalah penelitiannya adalah mengenai Metode Belajar Diskusi Kelompok dengan sasaran metodenya adalah peserta didik, maka berdasarkan uraian di atas, masalah pada penelitian ini dibatasi pada metode diskusi kelompok dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam yakni melihat seberapa besar pengaruh dan motif-motif belajar diskusi kelompok seperti apa yang efektif dapat dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baik dalam mata pelajaran oleh peserta didik dan subjek penelitian dibatasi oleh siswa SMA Darussalam. D. Perumusan Masalah Adapun perumusannya adalah : a. Apa Diskusi Kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ? b.
Bagaimana proses metode diskusi kelompok yang dapat meningkatkan pretasi belajar menurut siswa SMA Darussalam ?
c. Apa bentuk diskusi kelompok yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMA Darussalam ? Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis identifikasikan ialah “Bagaimana pengaruh Metode Diskusi Kelompok dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat- Tangerang.” E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui metode diskusi yang efektif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. b. Untuk mengetahui prestasi belajar pendidikan agama Islam. c. Untuk mengetahui metode diskusi kelompok dengan peningkatan penguasaan mata pelajaran pendidikan agama Islam.
5
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam. b. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang pengaruh metode diskusi kelompok dengan peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Darussalam dalam Pendidikan Agama Islam. c. Menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi pendidikan SMA Darussalam. d. Sebagai bahan acuan referensi dalam meningkatkan wawasan tentang metode pembelajaran, baik bagi praktisi pendidikan maupun bagi peneliti untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan proses pembelajaran di dalam kelas.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar terdapat caracara atau alat untuk mencapai hasil tujuan tersebut. Mengingat proses pembelajaran adalah proses dari suatu sistem yang berperan dalam mempengaruhi terwujudnya peningkatan mutu dan hasil belajar itu sendiri. Adapun pengaruh tersebut ialah ada pada penggunaan metode dalam pembelajatan tersebut, sehingga kesulitan yang tampak dalam proses pembelajaran tersebut akan dengan mudah dapat diatasi dan memberikan pengaruh yang baik dalam sistem pembelajaran tersebut. Tampak dalam penggunaan metode tersebut adalah ujung pangkal dari seluruh sistem yang berperan penting dalam mencapai tujuan dari proses perencanaan pembelajaran. Kata metode berasal dari bahasa Greek ( Yunani ) yang terdiri dari dua kata, yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan, cara, alat atau gaya.1 Secara istilah, menurut H.Muzayyin Arifin “Metode yaitu suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.2 Demikianlah pengertian dari metode ditinjau dari arti bahasa dan istilah dalam proses pembelajaran, yang berarti suatu cara atau jalan yang dilakukan/digunakan dalam satu hal pembelajaran agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan pendapat lain yaitu pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita 1
M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta; Bumi Aksara, 1987) Cet ke-3, h.97 Muzayyin Arifin, Kafita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang;PT.CV Toha Putera, t.t),h.90 2
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan lebih merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Sedangkan metode bersifat procedural, maksudnya adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu, dan tekhnik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan metode. Misalnya cara yang bagaimana yang harus dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.3 Metode mengajar sebagai alat pencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat.4 Pemilihan metode yang tepat akan dapat membantu pendidik dalam mencapai hasil tujuan yang dicapai, yaitu dapat memberikan pemahaman yang baik kepada para peserta didik. Metode mengajar yang baik disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari materimateri pelajaran. Oleh karena itu, metode yang baik dapat memudahkan pendidik dalam mencapai hasil tujuan yang dicapai
kepada para siswa dengan tidak
menambah kesulitan bagi pendidik dalam proses pembelajaran. Karena dalam hal ini arti dari proses pembelajaran yaitu proses yang terjadi antara guru dan murid dalam berinteraksi di dalam kelas menyampaikan dan menerima proses tersebut untuk mencapai tujuan kedua belah pihak, yaitu seorang guru memberikan/menyampaikan materi dan siswa menerima seluruh materi yang disampaikan guru untuk perkembangan peningkatan mutu dan hasil belajar siswa. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.5 Oleh karena itu metode pembelajaran yang 3
Wina Sanjaya.M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta;Prenada Media,2000) Cet, ke-5, h.127 4 Zuhairini dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya,Usaha Nasional;1981),h.79 5 Ibath Hatimah, dkk, Penelitian Pendidikan (Bandung, UPI Press, 2007) Cet, ke-1,h.2
2
dapat digunakan ialah yang memudahkan hubungan transaksional tersebut dalam suatu sistem proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi manfaat dari metode pembelajaran, tentunya metode pembelajaran yang difikirkan dan disiapkan secara sistematis dan tersusun dapat memudahkan proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa, juga terjadi antara siswa dengan siswa. Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran perlu diperhatikan dalam menentukan tekhnik yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Tekhnik inilah yang pada akhirnya menentukan berjalan baik atau tidaknya metode pembelajaran yang direncanakan tersebut. Dengan kata lain, tekhnik yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyulitkan perencanaan sebelumnya dalam proses menuju metode pembelajaran yang baik. Tentunya diperlukan tekhnik yang baik dalam melaksanakan metode pembelajaran dalam bagian menuju satu sistem pembelajaran yang baik untuk menuju tujuan yang diinginkan guru dan siswa. Tekhnik ini tentunya terdapat berbagai macam dalam pelaksanaannya, hal ini diserahkan kepada guru yang akan merencanakan dan melaksanakan metode pembelajaran tersebut sehingga dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil dari tujuan proses pembelajaran. 1. Pentingnya Metode Mendidik, di samping sebagai ilmu juga sebagai “suatu seni “. Seni mendidik/ mengajar disini yang dimaksudkan adalah keahlian di dalam penyampaian pendidikan/pengajaran ( metode mengajar ). Sesuai dengan uraian terdahulu, bahwa metode mengajar adalah : a. Merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan. b. Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar. c. Merupakan kebulatan dalam suatu sistim pendidikan.6 Dari hal-hal di atas penyampaian materi ini berarti juga mengandung arti metode dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Tentunya dalam hal ini tidak cukup saja hanya memberikan materi yang dilaksanakan melainkan dengan upaya memberikan pemahaman yang baik ke dalam benak pikiran dan perubahan tingkah laku siswa. 6
Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya, Usaha Nasional;1981),h.79
3
Bukan penyampaian materi yang baik saja yang harus dicapai akan tetapi, akan terlihat efektif atau tidaknya dari hasil yang dilaksanakan. Metode/penyampaian materi yang efektif akan memberikan kesan yang baik dalam peningkatan mutu dan hasil yang dicapai dari proses pembelajaran. Tentunya dalam hal ini dalam proses pembelajaran membutuhkan metode atau cara penyampaian materi yang dapat diterima dan memberikan hasil yang memuaskan bagi guru dan siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sama diartikan dengan suatu sistem yang keseluruhan saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Perlu adanya suatu alat/cara untuk mencapai target yang dapat mencapai sasaran tersebut. Alat tersebut dinamakan metode yang dapat digunakan untuk membantu mencapai hasil yang diinginkan. Karena metode ini ialah ujung tombak dari sistem pembelajaran tersebut, bila tidak efektif dalam penggunaannya akan menghasilkan juga ketidakefektifan pencapaian tujuan dari suatu sistem pembelajaran. Oleh karena itu, metode/cara penyampaian materi ini sangat berperan dalam mempengaruhi berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran di dalam kelas sehingga tidak akan mungkin terjadi suatu hasil yang baik dalam proses pembelajaran bila tidak disertai dengan pelaksanaan metode yang baik pula. Telah diakui pula bahwa dalam proses pembelajaran yang baik tidak luput dari peran serta penggunaan metode dalam proses pembelajaran. Karena dengan penggunaan metode ini berarti merealisasikan strategi yang telah ditetapkan ari perencanaan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini berarti metode juga termasuk bagian dari strategi dalam pembelajaran untuk dapat dilihat hasil yang akan ditunjukkan dari pengaruh pelaksanaan metode. Jadi, demikianlah dapat diketahui bahwa metode dalam proses pembelajaran ini ialah ujung tombak dalam merealisasikan strategi yang darencanakan sebelumnya sehingga dengan jelas dapat dilihat hasil yang akan dilakukan dari proses pembelaharan ini. Dengan demikian dapat dirasakan dalam menggunakan met/de atau tidak dalam pembelajaran akan terlihat dari hasil yang ditunjukkaN dari proses tersebut. Begitu pentingnya metode ini jadi tidak heran bila metode ini selalu beriringan dengan proses pembelajaran dan dapat dibuktikan dengan jelas bila terdaapat hasil dan mutu yang kurang baik atau memuaskan di dalam kelas, maka terdapat masalah dalam
4
penggunaan metode dalam proses pembelajaran tersebut. Namun, perlu diperhatikan metode yang baik pun tidak akan menghasilkan yang baik pula bila tidak didukung dari kesiapan dan kesigapan dari guru sendiri. Dengan pentingnya metode ini dapat terlihat jelas hasil dan pencapaian yang baik dari proses pembelajaran. Perlunya penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan mutu hasil pembelajaran.
2. Macam-macam Metode Beberapa
ahli
pendidikan
mengemukakan
macam-macam
metode
pembelajaran, yang saling berbeda pendapat dari segi jumlah metode yang digunakan pada proses pembelajaran. Namun, untuk perkembangan dan peningkatan proses pembelajaran tersebut keseluruhan metode-metode tersebut dapat digunakan dan diakui sebagai bagian dari metode suatu pembelajaran di dalam kelas, Adapun macam-macam metode tersebut adalah : 1. Metode Ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.7 Dapat juga dikatakan metode ceramah ialah penuturan bahan pelajaran secara lisan.8 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode ceramah ini ialah metode dalam pembelajaran menggunakan lisan dan pernyataan dalam penyampaian materi kepada peserta didik. 2.Metode Tanya Jawab ialah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.9 Pendapat yang lain juga mengatakan metode tanya jawab ini yaitu suatu metode penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid 7
Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 8 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.105 9 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83
5
menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperolehnya. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai appersepsi, selingan, dan evaluasi).10 Dengan demikian metode tanya jawab ini ialah metode yang digunakan dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pengajuan pertanyaanpertanyaan dan dijawab oleh murid. 3. Metode Diskusi ialah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk menumbuhkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.11 Pendapat lain mengatakan metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Metode
ini
dimaksudkan
untuk
merangsang
murid
berfikir
dan
mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.12 Dengan demikian dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa metode diskusi ialah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memberikan permasalahan kepada siswa, sehingga terjadinya saling tukar pikiran dan pandangan dalam diskusi untuk memecahkan permasalahan tersebut oleh murid. 4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen merupakan metode pengajuan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar
10
Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 11 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.97 12 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83
6
tiruan.13 Adapun pendapat lain mengatakan metode demonstrasi dan eksperimen ini yaitu suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu. (misalnya : proses cara mengambil air wudhu, proses cara mengerjakan shalat jenazah dan sebagainya). Sedangkan metode eksperimen adalah metode
pengajaran
dimana
guru
dan
murid-murid
bersama-sama
mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. (misalnya : mengadakan eksperimen tentang tanah/debu yang dapat dipergunakan untuk tayamum, eksperimen untuk merawat jenazah dan sebagainya).14 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dan eksperimen ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan guru dalam penyampaian materi kepada murid/siswa memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses situasi atau benda tertentu. 5. Metode Tugas dan Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bias dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.15 Pendapat lain mengatakan bahwa metode tugas dan resitasi ini yaitu suatu metode dimana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru.16 Dengan demikian dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa metode tugas dan resitasi ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pemebrian tugas khusus di luar jam 13
Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.100 14 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 15 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.102 16 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83
7
pelajaran kepada siswa, dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di manapun dapat dikerjakan oleh siswa, dengan catatan tempatnya benar-benar mendukung dan kondusif dalam belajar. 6. Metode Kerja Kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.17 Dapat juga dikatakan bahwa metode kerja kelompok ini yaitu kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerjasama) antara individu serta saling percaya mempercayai.18 Dari beberapa pernyataan di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa metode kerja kelompok ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan pemebrian tugas kepada siswa dan dikerjakan secara berkelompok dalam pelaksanaan metode ini. 7. Metode
Sosiodrama
ialah
bentuk
metode
mengajar
dengan
mendramakan/memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan social. Sedangkan bermain peranan lebih menekankan pada kenyataan di mana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan social.19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara pendidik mendramakan/memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial, sehingga siswa terpengaruh dari segi emosional untuk mengikuti dari peranan tingkah laku yang dilakukan oleh guru. 8. Metode Karyawisata ialah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran. Dalam perjalanan karyawisata ada hal-hal tertentu yang telah direncanakan 17
Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.103 18 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 19 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83
8
oleh guru untuk didemonstrasikan/ditunjukkan kepada siswa, di samping ada hal-hal yang secara kebetulan diketemukan dalam perjalanan tamasya tersebut, Misalnya : pengenalan terhadap kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam semesta.20 Dapat juga berarti metode karya wisata (field trip) ini dalam arti metode pembelajaran yang mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karya wisata dalam arti umum. Karya wisata ini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.21 Dengan demikian dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa metode karya wisata ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada kunjungan ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan kepada siswa hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran. 9. Metode Drill/Latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini.22 Pendapat lain mengatakan bahwa metode drill/latihan ini ialah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan malatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode drill/latihan siap biasanya digunakan pada pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris, seperti : pelajaran menulis, pelajaran bahasa, dan pelajaran-pelajran keterampilan, lalu pelajaran-pelajaran yang bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berfikir cepat.23 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode drill/latihan ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan keterampilan dan ketangkasan
20
Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 21 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.105 22 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104 23 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83
9
kepada siswa dari apa yang telah dipelajari, dalam hal ini keterampilan atau ketangkasan yang diberikan bersifat motoris. 10. Metode Sistem Regu ialah suatu metode pembelajaran : dua orang guru atau lebih bekerja sama pembelajaran sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.24 Hal ini berarti juga bahwa metode sistim regu (Team Teaching) ini yaitu metode mengajar di mana dua orang guru (atau lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid).25 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sistim regu ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara/tekhnik dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid. Jadi terdapat beberapa guru dalam proses pembelajaran tersebut. 11. Metode Problem Solving adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalahmasalah dari apa yang paling sederhana sampai kepada masalah yang sulit.26 Pendapat lain mengatakan bahwa metode problem solving (metode pemecahan masalah) ini yaitu bukan hanya sekedar metode pembelajaran tetapi juga metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.27 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode problem solving ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dapat mencari jawaban dari masalah tersebut dengan cara berfikir pada masalah tersebut dan dapat menarik kesimpulan dari masalah tersebut. Demikian metode-metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk menunjang guru dalam mengatasi masalah dalam penyampaian materi kepada siswa. Dari beberapa metode di atas seorang 24
Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104 25 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 26 Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83 27 Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104
10
guru dapat menggunakan dan menvariasikan beberapa metode tersebut, dengan harapan dapat mencapai hasil dari tujuan proses pembelajaran yaitu memberikan pemahaman dan peningkatan dari proses pembelajaran ini.
3. Faktor-faktor penyebab banyaknya metode mengajar Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka diperlukan metode-metode yang berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Dari perbedaan mata pelajaran tersebut, tentunya tidak seluruh metode dapat digunakan dalam satu mata pelajaran, dipilih metode yang sesuai dengan tujuan akhir dari mata pelajaran tersebut sehingga dengan metode yang dipilih dapat memudahkan dalam pengajaran, bukan malah menyulitkan dalam pengajaran satu mata pelajaran. Faktor-faktor penyebab bermacam ragamnya metode mengajar, yaitu : 1. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.. 2. Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakangkehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya. 3. Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung; dengan pengertian bahwa disamping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut menentukan metode yang dipakai guru. 4. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pada pendidik masing-masing. 5. Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya. Demikianlah yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya berbagai macam ragamnya dari metode mengajar dalam proses pembelajaran, yang bertujuan untuk tercapainya tujuan dari pembelajaran dan memudahkan menyampaikan bahan materi ajar dengan baik dan efektif melalui metode yang sesuai dengan masing-masing mata pelajaran.
11
4. Metode Diskusi dan manfaatnya Pengertian Diskusi ditinjau dari segi bahasa dan istilah meliputi, diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”, “investigate” (memeriksa, menyelidiki). “Discuture” berasal dari akar kata “dis” dan “cuture”. Dis artinya terpisah dan Cuture artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya. (to clear away by breaking up or cuturing). Diskusi secara umum, adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan suatu masalah tertentu (problem solving).28 Metode Diskusi menurut Drs.M.Basyiruddin Usman M.Pd, adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.29 Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.30 Sedangkan kelompok berarti bersama-sama dalam satu kelompok kurang lebih dari tiga orang atau lebih yang saling berinteraksi dan bertukar ide, informasi sehingga satu sama lain memberi respon/tanggapan dan jawaban dari jawaban antara satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Metode Diskusi Kelompok ialah suatu cara atau metode dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan mempelajari bahan materi pengajaran dan mendiskusikannya secara berkelompok, bertukar ide, argumentasi dan referensi dalam upaya untuk mencari solusi atau jawaban dari permasalahan yang terdapat pada satu mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil dari tujuan pembelajaran secara aktif dan efektif.
28
Ramayulis, op.Cit, h.145 M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta; Ciputat Press, 2002), Cet.ke-1,h.36 30 Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya; Usaha Nasional, 1983), Cet.Ke-8, h.89 29
12
Menurut Basyiruddin Usman ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa, terutama belajar dalam berkelompok antara lain : a. Whole group b. Diskusi kecil/diskusi kelompok c. Buzz group d. Panel e. Syndicate group f. Symposium g. Informal Debate h. Fish bowl i. The open discussion group j. Brain Storming31 Jenis-jenis diskusi ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran secara berkelompok. Dari macam-macam disksui di atas dapat dijelaskan secara terperinci, yaitu : 1) Whole group merupakan bentuk diskusi kelas dmana para peserta duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya. 2) Diskusi kecil/diskusi kelompok Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang peserta, dan juga diskusi kelompok besar yang terdiri dari 7-15 orang anggota. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberikan kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah. 3) Buzz group Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok. Kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agara para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatapmuka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan31
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat Press; Cet I Juni 2002 Jakarta) h.42-43
13
pertanyaan yang muncul. 4) Panel Yang dimaksud [anel disini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topic tertentu dan duduk dalam bentuk semi melingkar. Yang dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audien atau dapat juga secara tidak langsung. Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari para ahli yang membahas suatu topik di muka televisi. Biasanya dalam diskusi panel ini para audien tidak turut bicara. Namub dalam forum tertentu para audien diperkenankan untuk memebrikan tanggapannya. 5) Syndicate group Dalam bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugastugas tertntu atau tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar permaslahan, menggambarkan asapek-aspeknya, dan kemudian tiap kelompok diberi tuags untuk mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber informasi atau referensi yang dijadikan rujukan oleh para peserta. 6) Symposium Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah, penyanggah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta simpusium. Pembawa makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka peserta secara singkat (antara 10-15 menit) selanjutnya diikuti oleh penyanggah dan tanggapan para audien. Bahasan diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil symposium. 7) Informal Debate Biasanya bentuk diskusi ini dibagi menjadi dua tim yang agak seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. 8) Fish bowl Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang
14
ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi kelompok pandangan duduk mengelilingi jkelompok diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkok. Selama diskusi kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkannya bicara, maka dia boleh bicara, dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setelah selesai bicara.
9) The open discussion group Kegiatan dalam bentuk ini akan dapat mendorong siswa agar lebih tertaik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta. Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yan dikemukakan oelh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya. 10) Brain Storming Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri dari 8-12 orang peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil bahasan yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar. Demikianlah beberapa jenis atau model diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di dalam kelas. Dengan memilih diantara satau model tersebut akan terwujud diskusi dalam kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang baik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tentunya model-model di atas dapat dilakukan hanya di dalam kelas maupun dalam kelompok yang lebih kecil
15
sehingga diskui ini dapat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar siswa/siswi. Adapun penggunaan diskusi yang tertera di atas paling sederhana dalam pelaksanaanya dan sesuai dengan tingkatan pembelajaran dalam diskudi maka yang paling tepat digunakan yaitu diskusi informal (Informl Debate) dan diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok kecil inilah yang dipakai peneliti dalam penelitian ini guna memberikan pengaruh pada pengingkatan prestasi belajar siswa/siswi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pertama : Pemilihan topik yang akan didiskusikan dapat dilakukan oelh guru dengan siswa atau oleh siswa itu sendiri. Kedua : Dibentuk kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 4-6 anggota setiap kelompok dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang notulis. Pembentukan kelompok dapat dilakukan secara acak atau memperhatikan minat dan latar belakang siswa. Ketiga : Dalam pelaksanaan diskusi. Para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing, sedangkan guru memperhatikan dan memberikan petunujuk bilamana diperlukan. Keempat : Laporan kecil hasil diskusi, hasil diskusi dilaporkan secara tertulis oleh masing-msing kelompok kemudian diadakan suatu forum panel diskusi untuk menanggapi etiap laporan kelompok tertentu.
Terdapat manfaat dari Metode Diskusi Kelompok dalam proses pembelajaran. Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa antara lain : a) Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya, yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan. b) Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah,
penuh
prasangka
dan
sempit,
karena
dengan
diskusi
ia
16
mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai pandangan dan segera hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya sendiri, c) Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan murid mengenai suatu kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar akan beroleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi. d) Diskusi
Kelompok/kelas
member
motivasi
terhadap
berpikir
dan
meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari karena itu dapat membantu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” atau “tidak” saja. e) Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas, karena dari pembicaraan itu mereka berkesempatan menarik hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang dibutuhkan. Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi dapat merupakan cara belajar Yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena hal tersebut merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu, sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.32 Demikianlah beberapa manfaat dari metode diskusi yang digunakan sebagai metode dalam pembelajaran di kelas ini sehingga membawa dampak yang baik dan dapat mempengaruhi siswa dalam upaya peningkatan dan pengembangan pengetahuan dengan memanfaatkan metode diskusi untuk mencapai tujuan yang diharapkan bagi proses pembelajaran yang terjadi di kelas. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi Metode Diskusi mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya :
32
Ramayulis, op.Cit, h.151-152
17
a. Suasana
kelas
lebih
hidup,
sebab
anak-anak
mengerahkan
perhatian/pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi anak dalam hal ini lebih baik. b. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti : toleransi, demokratis, berfikir kritis, sistimatis, sabar dan sebagainya. c. Kesimpulan hasil diskusi mudah difahami anak, karena anak-anak mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. d. Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata-tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
Kekurangan Metode Diskusi Metode Diskusi mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya : a. Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab dan dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh. b. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang. c. Para siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis. Demikianlah kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan metode diskusi ini. Namun, perlu diingat kembali bahwa metode ini mempunyai kelebihan yang lebih baik, bila dibandingkan dengan kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan metode diskusi ini, yaitu dapat berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan peningkatan kepribadian siswa/peserta didik sehingga mampu untuk menyampaikan ide-ide atau informasi, kemudian dapat menjawab dan merasakan sendiri respon yang berlangsung dalam pelaksanaan metode diskusi ini.
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan dengan tiga kata yaitu : Ta’lim, Ta’dib dab Tarbiyah. Istilah dalam Pendidikan Islam dari ketiga kata tersebut
18
saling berhubungan dengan makna Pendidikan secara keseluruhan. Namun, diterjemahkan kata At-Ta’dib berarti memberi adab/akhlak/mendidik, kata At-Ta’lim yang berarti hal yang mengajar/melatih sedangkan kata At-Tarbiyah dengan arti kata pendidikan.33 Dilihat dari asal bahasa, kata At-Tarbiyah mempunyai tiga asal kata, pertama kata Tarbiyah berasal dari kata “raba yarbu” yang berarti “Jadawa nama” “bertambah dan tumbuh”. Kedua kata At-Tarbiyah berasal dari kata “rabiya yarbaa” berarti “masayara wa tara’ ra’a, tumbuh dan berkembang. Ketiga kata At-Tarbiyah dari kata “”rabba – yarubbu” berarti aslahuhu, tawalla amrahu, sasahu, qama’alaihi waraahu, memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara.34 Dengan demikian istilah pendidikan yang relevan dengan rekanan konsep bahasa Arabnya adalah At-Tarbiyah, sehingga istilah Pendidikan Islam akan menjadi At-Tarbiyah Al-Islamiyah, bukan At-Ta’lim Al-Islamiy ataupun At-Ta’dib AlIslamiy.35 Dari paparan di atas dapat diketahui dengan jelas tentang kata yang relevan untuk istilah Pendidikan Islam dengan makna pendidikan secara keseluruhan sesuai dengan arti dari kata At-Tarbiyah yang berarti Pendidikan. Jadi, dapat diketahui bahwa pengertian Pendidikan Agama Islam yaitu Keseluruhan aktivitas pendidikan yang berlandaskan kepada ajaran dan doktrin agama Islam. Dengan cara merencanakan dan memberikan pendidikan yang sesuai dengan agama Islam sebagai sumber dari pendidikan tersebut. Namun secara khusus tentang pengertian Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam. Demikianlah yang dimaksud dengan
pengertian
pendidikan
agama
Islam
secara
khusus
yang
tidak
membandingkan dengan Pendidikan islam yang sebetulnya saling berkaitan antara keduanya yaitu sama-sama memberikan pengajaran pendidikan agama Islam.
33 34
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia; (Jakarta, YP3A, 1973),h.37,137 dan 278 Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002)
Cet.I h. 10 35
Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002)
Cet.I h. 10
19
2. Tujuan Pendidikan Islam Pendidikan Islam dalam hal ini menyiapkan generasi yang mempunyai nilai moral dan pengetahuan yang baik. Imam Ghazali sebagaimana dikutip oelh Djamaluddin mengemukakan tentang tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina insan paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia dunia dan akhirat, tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dak kelezatan pula ini dapat mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna.36 Dengan demikian dari pernyataan di atas dapat diketahui tujuan pendidikan Islam ini berarti membentuk manusia yang lebih dekat dengan Allah sebagai tujuan akhir untuk mengapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk menciptakan kebahagiaan dalam tiap-tiap individu untuk menjalani kehidupan di dunia. Adapun menurut Fadlil Al-Jamaly sebagaimana dikutip oleh Abdul Halim Soebahar merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih rinci sebagai berikut : 1. mengamalkan manusia akan perananya diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini 2. mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat. 3. mengenalkan manusia akan alam ini, dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut. 4. Mengenalkan manusia akan pencipta lama ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepadanya (Al-jamali, 1986:3).37 Dalam hal ini berarti arti tujuan pendidikan secara luas atau secara umum dan terinci dengan tidak melupakan sebagai hamba Allah yang senantiasa berusaha untuk menjadi makhluk yang mampu menjalani hidup ini secara keseluruhan baik secara pribadi maupun sosial. Dengan arti pula menciptakan dan mewujudkan suatu hal
36
Djamaluddin,dkk, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung ; PT.Pustaka Setia, 1998) Cet.Ke-II h.14-15 37 Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002) Cet.I h. 30
20
yang baik pada pribadi dan lingkungan sekitar. Sedangkan tujuan pendidikan Islam dalam arti khusus yang berkaitan dengan individu, yaitu : 1. Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya. 2. Tujuan-tujuan profesionil yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu.38 Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa hal demikian tujuan pendidikan Islam dalam arti khusus, yaitu yang berkaitan dengan individu-individu untuk menjadi manusia yang lebih baik sebagai hamba Allah. Dengan mewujudkan hal di atas dalam tercapainya tujuan yang lebih baik dan bermanfaat tanpa melupakan dari kewajiban dari ajaran agama Islam itu sendiri yaitu menjadi makhluk yang terbaik dan menjalankan amal ma’ruf dan nahi munkar. Dengan kedinamisan potensi yang dimilikinya akan menciptakan manusia-manusia yang mampu menjadi contoh atau teladan dengan banyak keterampilan dan kemampuan yang baik yang dimilikinya. Tujuan-tujuan yang demikianlah yang diharapkan dari pendidikan Islam, yaitu : 1. Tujuan individu 2. Tujuan Sosial 3. dan tujuan profesionil Jadi, tujuan pendidikan Islam demikian luasnya untuk menciptakan manusia yang mempunyai akhlak dan bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap masyarakat dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah. Dari paparan di atas adalah tujuan umum dari pendidikan Islam. Namun tujuan dari pendidikan Agama Islam ialah : a. Tujuan sementara Tujuan ini ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. b. Tujuan Operasional Tujuan ini ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah 38
Omar Mohammad Al-Tommy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, t.t Bulan Bintang ) h. 399
21
kegiatan pendidikan tertentu.39 Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMA yaitu : a. memperluas materi tingkat SLTP b. memberikan ajaran-ajaran agama sejauh mungkin secara rasionil baik yang berhubungan dengan keimanan, ibadah maupun pergaulan. c. memberikan ajaran-ajaran agama yang menyangkut segi-segi social, kebudayaan, hukum, ekonomi dan moral. d. perkembangan agama dan aliran-aliran dalam agama e. perluasan lebih lanjut terhadap bahasa asli agama f. sejarah perkembangan agama dan kebudayaan.40 Demikianlah tujuan dari pendidikan agama Islam secara khusus di sekolah menengah atas yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan islam yang umum.
3. Fungsi Pendidikan Islam Pendidikan Islam mempunyai pengaruh yang besar dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Dalam hal ini dalam pendidikan Islam, selain mempunyai tujuan yang mulia, juga mempunyai fungsi-fungsi Pendidikan Islam, yaitu : Dilihat dari segi pendidikan, Agama Islam besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan manusia. Tentunya dengan ini membuktikan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam sangat berguna untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan agama Islam dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu : 1. Dimensi mkro (internal), yaitu manusia sebagai subyek dan obyek Pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi memelihara dan mengembangkan fitrah (potensi) insani yang ada di dalam diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan norma agama. Dengan upaya ini diharapkan pendidikan agama Islam mampu membentuk insan yang berkualitas dan mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya baik bagi pribadi, maupun kepada masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai uapaya menuju terbentuknya kepribadian muslim seutuhnya. 2. Dimensi mikro (eksternal), yaitu perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan lingkungannya. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai saran pewaris budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya manusia 39
Nurul Uhbiyati.Ilmu Pendidikan Islam,(CV Pustaka Setia,Cet II September 1999 Bandung
40
Opcit.h.62-63
) h.34
22
melakukan berbagai bentuk interaksi dn saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.41 Dari keterangan di atas dapat diketahui, bahwa fungsi pendidikan Islam terdapat dua dimensi yaitu dimensi mikro yang menunjukkan upaya menuju terbentuknya pribadi muslim seutuhnya dan dimensi mikro, yaitu diemnsi eksternal yang menunjukkan upaya melakukan berbagai interaksi antara satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas fungsi pendidikan Islam secara umum, yaitu : 1. Makro (universal) Untuk memantapkan proses internalisasi nilai universal dalam diri peserta didik. 2. Messo (sosial) Pendekatan ini mengupayakan terbentuknya konstruksi sosial yang dinamis melalui program pendidikan. 3. Ekso (kultural) Program ini memberi petunjuk dan kompetensi bagi peserta didik. Untuk menyerap nilai-nilai kontemporer yang menunjang nilai-nilai sakral dalam rangka proses symbiosa kulturalis bagi pembinaan akhlak. 4. Mikro (individual) Yang membina kecakapan seseorang sebagai teanga profesional, yang mampu mengamalkan ilmu, teori dan informasi yang diperoleh, sekaligus terlatih dalam memecahkan problem yang dihadapi.42 Dengan demikian dapat disimpulkan dari fungsi pendidikan islam yaitu : 1. Makro (universal) 2. Mikro (individu) 3. Messo (sosial) 4. Ekso (kultural) Namun yang dimaksud dengan fungsi Pendidikan Agama Islam yaitu sesuadi dengan fungsi pendidikan Islam. Yaitu sebagai : a. sebagai pedoman dalam pengkajian pelajaran b. sebagai petunjuk dan pengarah dalam pengkajian pelajaran
41 42
Nizar,Syamsul DR,MA, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002) h.121 Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002)
Cet.I h.
23
C. Prestasi 1. Pengertian Prestasi Belajar Sebelum memahami dari kata prestasi belajar ini secara keseluruhan, baiknya dapat memahami pengertian dari kata prestasi dengan kata belajar terlebih dahulu, karena dengan adanya pemisahan dari kedua kata tersebut dapat dipahami arti dari kata prestasi belajar tersebut. Dalam kamus populer kata prestasi berasal dari bahasa belanda “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang diartikan dengan apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keletan belajar.43 Sedangkan dalam kamus pelajar, kata “prestasi” diartikan sebagai hasil yang diperoleh dengan kerja keras yang dilakukan oleh seseorang.44 Dari pernyataan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa prestasi itu ialah suatu usaha yang dilakukan dengan cara kerja keras dan semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang diinginkan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan usaha dari hasil keuletan dan kedisiplinan dalam belajar. Dalam bahasa Inggris belajar disebut learning, yang didefinisikan “Sebagai perubahan yang relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian melalui pengalaman-pengalaman.45 Menurut Cronbach yang dikemukakan oleh fadhillah Suralaga,dkk, mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Definisi lain yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Kimble bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman. Sedangkan James Whittaker, masih sama dikemukakan oleh Fadhillah Suralaga,dkk, mendefinisikan
belajar sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.46 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kata belajar yang berarti suatu proses yang dilakukan untuk perubahan tingkah lauk yang dilakukan denga pengalaman-pengalaman.
43
S.F Habeyb, Kamus Populer (Jakarat, Centra 1983), Cet.20 h.196 Djalinus Syah, et. Al, Kamus Pelajar ( Jakarta ; Rineka Cipta 1992), Cet I h. 168 45 Linda L.davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (jakarat; Erlangga 1988) Cet Ke 2 h. 175 46 Fadhillah Suralaga,dkk, Psikologi Pendidikan, (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005) Cet I, 44
h.62
24
Adapun menurut pendapat Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan mengemukakan pendapat beberapa tokoh pendidikan, mengenai belajar, yaitu : a. Hilgard dan Bower, dalam bukunya “Theory of Learning” mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi itu, tertentu yang disebabkan oleh pengalaman. b. Gagne, dalam bukunya “the Conditioning of Learning” menyatakan bahwa, belajar terjadi apabila stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi. c. Morgan dalam bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalama tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. d. Witherington, dalam bukunya “Educational Psychology” mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kerpibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola reaksi dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan atau suatu pengertian.47 Dengan demikian dari definisi-definisi yang tertera di atas dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu-individu yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman. Prestasi belajar merupakan tingkat keebrhasilan siswa dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor (nilai) yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah pelajaran. Prestasi belajar biasanya digunakan untuk menunjukkan tercapainya tingkat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan dalam proses yang sudah ditentukan, melalui bimbingan, perhatian, pengaruh dalam proses belajar mengajar tertentu. Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan anak terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor (nilai) setelah mengikuti kegiatan belajar.48 Keberhasilan anak dalam prestasi dari proses belajar ini dapat dilihat atau dinilai prestasinya dengan melihat hasil-hasil yang ditunjukkan dengan nilai atau angka-angka pada sebuah rapor dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sehingga
47
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 1995)
Cet Xh. 84 48
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta ; Rajawali Press, 1989) h.25
25
dengan adanya bukti-bukti nilai tersebut dapat membuktikan prestasi anak tersebut dalam proses belajar. Dengan ini dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi berhubungan dengan nilai (skor) dalam penilaian bahwa telah memahami atau menguasai pengetahuan dari pengajaran yang diterimanya dengan baik. Dengan kata lain prestasi adalah hasil yang diperoleh anak setelah melalui proses belajar mengajar yang diterimanya dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Apabila seseorang mencita-citakan sesuatu, maka ia harus berusaha dengan langkah awal suatu gerakan ke arah cita-cita tujuan itu. Demikian pula apabila seseorang ingin memiliki kepandaian tentang sesuatu maka ia harus belajar mengenai hal itu sebagai satu-satunya jalan ke arah itu. Adapun bekal utamanya ialah beberapa faktor yang mempengaruhi dalam belajar yang baik ialah sebagai berikut :
1. Faktor Kesungguhan Jiwa Belajar adalah pertarungan jiwa manusia untuk mengerti dan menerima kebenaran yang bersifat obyektif. Dengan kesungguhan jiwa manusia, menantang kita untuk tidak lekas puas dengan hal-hal yang biasa saja teapi menerobos kepada hal-hal yang mendalam, mengering, menguji, menyelidiki, hingga menemukan mutiara kebenaran. 2. Faktor Keseimbangan Dalam hidup dan kehidupan manusia, terdapat banyak tugas yang harus dikerjakan nilai-nilai hidup yang wajib dikejar, yang kesemuanya meminta perhatian. Hal ini menuntut kita untuk pandai-panadi membagi waktu sehingga terjadi harmonisasi atau keseimbangan dalam pelaksanaannya. 3. Faktor Konsentrasi Sejalan dengan peningkatan kedewasaannya, seorang pelajar wajib meningkatkan dan organisasi atas segala gerak kejiwaan, yang dapat meningkatkan konsentrasinya dalam belajar. 4. Faktor Jiwa Obyektif (tunduk kepada kebenaran) Dalam belajar, sikap tunduk, patuh kepada kebenaran merupakan “conditiosime quanon”, isyarat mutlak, kebenaran bukanlah soal suka dan tidak suka, kalau memang suatu kebenaran wajiblah kita menerimanya. 5. Faktor Antusiasme atau kegembiraan dalam belajar Belajar adalah suatu hal yang sangat penting dan menentukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Hindarkanlah rasa paksaan untuk belajar dan peliharalah antusiasme, sesuatu kegembiraan, kesenangan dan semangat
26
belajar. 6. Faktor Wawasan Ilmiah yang luas Terdapat banyak tuntutan dalam belajar, karena itu dalam belajar seyogyanya menghubungkan segala sesuatu dengan arti yang luas, sehingga kepribadian akan berkembang dan belajar menjalani aktivitas yang menghasilkan wawasan ilmiah yang luas. Dari beberapa faktor di atas dapat diketahui dengan jelas, dapat dikelompokkan kembali berdasarkan pemaparan di atas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua bagian, terdiri atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Inilah yang menjadi pengaruh tiap individu dalam proses belajar dalam kepribadiannya masing-masing. 3. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, diantara faktor-faktor tersebut, yaitu : “(1) Intelegensi (2) Sikap (3) Bakat (4) Minat, dan (5) Motivasi.49
1.Intelegensi Menurut Reber yang dikutip Muhibbin Syah bahwa intelegensi dapat diartikan sebagai “kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat”.50 Tingkat kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki anak merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya presatsi belajar. Dengan demikian, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dari pada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. 2. Sikap Menurut Muhibbin Syah bahwa sikap adalah gejala internal yang berdiemnsi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif, maupun negatif. Sikap (Attitude) anak yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, sikap negatif anak terhadap guru dan 49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda karya, 2001) Cet Ke-6 h.132. 50 Ibid h. 133
27
mata pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif anak, guru dituntut untuk menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan mencintai profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studi yang diberikan dan mampu meyakinkan kepada para siswa tentang manfaat bidang studi itu, bagi kehidupan mereka. Dengan demikian , siswa akan merasa membutuhkannya dan dari perasaan kebutuhan itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus terhadap guru yang bersangkutan.
3. Bakat Menurut Chaplin and Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa bakat (talent) adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat anak dapat dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, khususnya berkenaan dengan keberhasilan atau prestasi belajar itu sendiri.51 Seorang anak bisa saja berbakat dalam satu bidang tetapi rendah dalam bidang lainnya. Oleh karen aitu anak yang berbakat dalam bidan studi Pendidikan Agama Islam akan rajin dan senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oelh bidang studi tersebut. 4. Minat Secara sederhana, Minat berarti kecenderungan clan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.52 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajarinya ticlak sesuai demean minat anak, maka hasil belaj arn ya pun ticlak sesuai dengan apa yang cli harapkan. 51
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda karya, 2001) Cet Ke-6 h.135 52 M.Dalyono, Psikologi Pendidikaii, ( Jakarta, PT.Rineka Cipta, 1997) cet.1 h.56
28
Untuk mengembangkan minat siswa, maka siswa itu sendiri harus berusaha mencintai setiap bahan pelajaran yang diberikan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menangkap semua bahan pelajaran tersebut dengan baik. Minat mempunyai peranan yang penting clan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat menjadi Humber motivasi yang kuat untuk belajar, siswa yang berminat terhadap sebuah kegiatan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
5. Motivasi Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa "motivasi adalah kondisi psikologis yang menclorong seseorang untuk melakukan sesuatu".53 Motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Oleh karena itu siswa yang memiliki motivasi dalam belajar maka akan mempunyai semangat yang tinggi. Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi adalah sebagai penggerak tingkah laku clan sangat penting di dalam proses belajar. Siswa yang kurang termotivasi belajar harus dibantu untuk berkeinginan mempelajari yang seharusnya dipelajari. Selain motivasi sebagai pemberi energi, penyeleksi, clan penggerak dari kegiatan-kegiatan, motivasi juga sangat erat hubungannya dengan perhatian dan sikap.54 Oleh karana itu seseorang guru harus memberikan dorongan pada siswa agar dapat belajar dengan tekun dan lebih giat lagi dalam belajar. 6. Kondisi Fisik Kondisi Fisik maksudnya menekankan pada kesehatan anak. Apabila keadaan Fisik anak sehat, maka proses belajar akan dapat dilaksanakan dengan batik, dan anak dapat berkonsentrasi penuh didalam belajar. Sebaliknya apabila keadaan Fisik
53
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1989), h.1
54
Crow & Crow, "Psikologi Pendidikan", (Surabaya : PT Bina llmu, 1984) h. 360
29
anak tidak sehat maka akan mempengaruhi di dalam belajarnya. 55 Anak merasa lelah, kurang semangat atau gangguan-gangguan lainnya. Cacat tubuh dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Oleh karena itu diadakan suatu lembaga pendidikan khusus untuk membantu anak yang memiliki cacat tubuh. 4. Faktor Eksternal Faktor ekstemal ini merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang bersumber dari luar diri seseorang.Ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa, yaitu: 1) Lingkungan56 Lingkungan berpengaruh besar dalam menentukan prestasi belajar siswa. Karena di dalam lingkungan tersebut meneari dan melihat dalam suatu kondisi dimana dapat berhubungan secara langsung. Lingkungan dapat dibagi menj adi lingkungan keluarga, kelas diskusi dan masyarakat.57 Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan hasil belajar seseorang. Yaitu adanya hubungan yang harmonis dalam keluarga, tersedianya fasilitas belajar, keadaan ekonomi yang cukup, suasana mendukung dan perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar anak. Kondisi lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain : adanya guru yang cukup memadai, peralatan belajar yang cukup lengkap serta gedung yang cukup memenuhi syarat untuk belajar. Faktor lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar pula, karena hampir sepertiga dari kehidupan anak sehari-hari berada di sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang dapat menunjang keberhasilan belajar anak, disamping gedung, guru dan anak, juga semua faktor lain yang ada di sekolah, sperti : faktor cara penyampaian pelajaran, faktor antara guru dan siswa, faktor asal sekolah, faktor 55
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995)
cet.X.h.102 56
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 1992), Cet.IV, h.39-40 57 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina Aksara, 1998) h.41
30
kondisi gedung, serta kelas harus memenuhi syarat belajar dan kedisplinan yang diterapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Kemudian juga yang terdapat di lingkungan kelas yang sangat menunjang dalam mencapai pembelajaran yang kondusif. Bila kelas diskusi tidak kondusif maka lingkunan yang paling sederhana ininlah yang paling menentukan pengaruh dair peningkatan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Jadi, lingkungan kelas ini dapat menunjang keberhasilan belajar siswa untuk memperoleh kualitas prestasi belajar yang bisa juga diperoleh melalui lembaga pendidikan non-formal, sanggar majelis ta’lim, organisasi agama maupun karang taruna. 2) Budaya Selain lingkungan merupakan faktor eksternal juga faktor budaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi dalam menentukan prestasi belajar siswa, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan kesenian.58 Faktor budaya juga sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa karena faktor budaya sebagai pengaruh yang berasal dari luar individu siswa. Faktor budaya tidak halnya dengan lingkungan yang selalu berhubungan erat dengan individu dalam menentukan suatu tujuan, terutama dalam prestasi belajar. Faktor budaya selalu bersentuhan dengan pribadi individu sehingga budaya dikatakan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi belajar individu. Faktor budaya juga berpengaruh besar dalam penentuan prestasi belajar siswa karena dekat dan bersentuhan langsung dengan tiap individu sehingga banyak penentuan tolak ukur individu selalu dikaitkan dengan budaya masing-masing individu tertentu. Jadi faktor budaya demikianlah juga berpengaruh besar dalam penentuan prestasi belajar siswa. Demikianlah, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung memperngaruhi prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir 58
Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta; Gunung Agung, 1991), h. 131
31
Banyak metode yang efektif memebrikan pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran. Belajar Diskusi Kelompok merupakan salah satu metode pembelajaran yang tidak secara individual dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini banyak membantu para siswa untuk lebih memahami mata pelajaran. Oleh karena itu, belajar diskusi kelompok adalah suatu upaya untuk dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran yakni siswa lebih dapat menguasai dan memahami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang membutuhkan metode dan strategi dalam pelaksanaannya. Hal ini dilihat dari proses pembelajaran anak tersebut. Demikianlah yang menajdi peran penting dalam mencapai tujuan proses pembelajaran yaitu dengan hasil yang baik. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa belajar diskusi kelompok bila dilakukan dengan benar dan tepat maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa secara positif. A. Hipotesis Hipotesis ini dirumuskan sebagai asumsi bahwa belajar diskusi kelompok merupakan metode yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila belajar diskusi kelompok dilakukan secara benar dan tepat maka akan baik pula hasil belajar siswa. Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh metode dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tesebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha
: Ada pengaruh yang positif antara belajar diskusi kelompok dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara belajar diskusi kelompok dalam mata pelajaranPendidikan Agama Islam.
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian Berdasarkan judul di atas, yakni Diskusi Kelompok dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian ini ada 2 variabel : 1. Kelompok Eksperimen (diberi treatment) dengan diberi symbol X yaitu Diskusi Kelompok. 2. Kelompok Kontrol (tidak diberi treatment) dengan diberi symbol Y yaitu Prestasi Belajar Siswa Kelompok eksperimen ini terdiri dari 40 orang yang diberi treatmen metode diskusi kelompok dalam jangkan waktu dua bulan, dengan pembiasaan diskusi kelompok dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas. Secara tertulis, variabel dapat didefinisikan sebagai akibat seseorang atau Objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang, atau satu objek dengan objek yang lain. Kata Variabel berasal dari kata bahasa inggris “Variable”
berarti tak tetap atau berubah-ubah.1 B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang, yang letaknya dekat dengan jalan alternatif menuju ke arah Ciputat. Alasan penulis meneliti di SMA Darussalam ini karena disamping mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam lebih juga karena tidak terdapat metode belajar diskusi kelompok, juga karena ingin mengetahui apakah di sekolah ini sudah benar-benar efektif melakukan metode belajar diskusi kelompok yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah siswa/siswi kelas X1 dan X2, dengan diadakan belajar dengan metode diskusi kelompok di dalam kelas. Sedangkan penempatan kelas eksperimen ditentukan dengan sistem acak (random sample) untuk menentukan prestasi belajar dengan metode diskusi kelompok tersebut. Penulis mengambil populasi ini dengan alasan supaya siswa mengetahui potensi dalam metode belajar di kelas sehingga menjadikan siswa terbiasa dengan metode yang akan dieksperimenkan yaitu metode diskusi kelompok dibandingkan dengan metode pembelajaran yang sering dilakukan dalam belajar di kelas yaitu metode ceramah. Dari sinilah akan diketahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok di dalam kelas. Dengan jumlah siswa yang diteliti di sekolah tersebut seluruhnya berjumlah 40 orang. Namun dalam perbandingannya dipilih 20 orang dalam menentukan pengaruh diskusi kelompok dengan siswa yang tidak diberi treatment dalam proses pembelajaran di kelas . D. Tehnik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dikumpulkan melalui tekhnik dalam penelitian ini yaitu : 1
Ibath Hatimah, dkk, Penelitian Pendidikan, (Bandung; UPI Press, 2007) Cet Ke-1, h.67
39
1. Observasi Yaitu mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas untuk mengetahui pengaruh atau tidaknya metode diskusi kelompok pada pengajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu penulis juga mengajar langsung di kelas X.1 dan X.2 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang. 2. Angket Angket/kuesioner, alat pengumpulan data secara etrtulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.2 Pada penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan dalam bentuk tertutup atau terstruktur yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tingkat keberhasilan metode diskusi yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti dan kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. 3. Wawancara Untuk melengkapi data, penelitian ini akan dilengkapi dengan wawancara dari key informan. Dalam hal ini wawancara dengan kepala sekolah SMA Darussalam yaitu Marul Wa’id S.Ag, mengenai gambaran umum sekolah SMA Darussalam. 4. Pretest, untuk mengukur keberhasilan dari metode diskusi kelompok ini dengan memberikan tes sebelum pelajaran dimulai dan setelah diterapkan dengan metode diskusi kelompok dalam satuan materi pengajaran. Pretest ini diberikan pada setiap pertemuan untuk mengingat penguasaan pemahaman pada pelajaran setiap memulai
2
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung; Rosda Karya 2006), Cet.1 h. 177
40
pelajaran sehingga dapat diketahui pemahaman dan penguasaan siswa tersebut. Posttest, untuk mengukur keberhasilan dari metode diskusi kelompok ini dengan memberikan tes sebelum pelajaran dimulai dan setelah diterapkan dengan metode diskusi kelompok dalam metode ini digunakan dua kelompok subjek. Satu kelompok dengan metode diskusi kelompok dan satu kelompok lain menggunakan metode ceramah,
lalu
menggunakan
dibandingkan metode
dari
yang
hasil
berlainan,
kedua
kelas
kemudian
yang
dilakukan
pengukuran. Perencanaan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pretest T1
Treatment X
Posttest T2
Keterangan : 1. T1, yaitu pretest untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar dengan metode diskusi kelompok. 2. Subjek dikenakan X, yaitu diterapkannya metode diskusi kelompok untuk jangka waktu tertentu. 3. T2, yaitu posttest, untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental X. 4. T1 dan T2 dibandingkan untuk menentukan seberapakah perbedaan yang timbul, jika sekiranyan ada, sebagai akibat dari digunakannya eksperimental X.
41
E. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian diolah dengan metode deskriptif dan analisa sehingga menjadi penjelasan-penjelasan yang gamblang mengenai penggunaan metode diskusi kelompok, baik dari aspek siswa maupun dari aspek guru. Untuk mengukur perbedaan antara T1 dan T2 digunakan jenis uji beda rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan dengan rumus : t = MD SEMD
Keterangan : SEMD = Besarnya standar error (kesesatan) Mean Sampel SD = Deviasi standar dari sample yang diteliti N = Number of Cases (banyaknya subjek yang diteliti) MD = Nilai rata-rata hitung dari beda skor antara variabel 1 dan skor variabel II Dari hasil pengukuran tersebutlah diambil kesimpulan yang merupakan hasil penelitian yaitu : a. Apakah T hit lebih besar atau sama dengan Tt, maka hipotesis Nihil (HO) ditolak, sebaliknya Hipotesis Alternatif (Hi) diterima atau disetujui. Berarti antara kedua variabel yang akan diteliti secara signifikan memang terdapat perbedaan dan metode diskusi
42
kelompok yang diterapkan tersebut telah memberikan keberhasilan yang nyata. b. Namun, apabila T hit lebih kecil daripada Tt maka Hipotesis Nihil diterima atau disetujui; sebaliknya Hipotesis Alternatif ditolak. Berarti bahwa perbedaan antara Variabel I dan Variabel II itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau bukan perbedaan yang signifikan dan metode diskusi kelompok yang diterapkan tersebut tidak memberikan keberhasilannya yang nyata. Data yang diperoleh melalui posttest yang diajukan kepada siswa setelah diterapkannya metode diskusi kelompok tersebut dihitung dengan menggunakan uji”t”. Meskipun metode penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, namun pretest itu memberikan landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama dan sesudah dikenai X (eksperimental teratment).3 Dari hasil wawancara tersebut didapat penjelasan-penjelasan mengenai penggunaan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam Ciputat-Tangerang Selatan.
Penggunaan
metode
diskusi
kelompok
pada
pelaksanaannya
membutuhkan proses adaptasi bagi siswa-siswi SMA Darussalam. Hal ini mengingat metode yang digunakan hanya metode ceramah sebagai metode pembelaran di SMA Darussalam. Karena dengan melihat adanya potensi di SMA Darussalam dalam penggunaan metode diskusi kelompok ini dapat dilaksanakan di SMA Darussalam. Sehingga proses pembelajaran di SMA Darussalam akan berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan dalam prestasi belajar di SMA tersebut. Memang banyak kendala yang menjadi halangan di SMA Darussalam tersebut, yakni kendala teknis dan non tekhnis. Yaitu kurangnya fasilitas yang 3
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, Mei 2003) Cet ke-13,h.101-103
43
memadai dalam peraga dan fasilitas perpustakaan yang belum memadai sehingga proses pembelajaran setiap waktu terganggu oleh hal demikian. Namun tidak mengurangi berjalannya kegiatan proses pembelajaran di SMA Darussalam tersebut. Potensi penggunaan metode diskusi kelompok oleh siswa-siswa SMA Darussalam tersebut dinilai asing dalam pelaksanaanya, terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengingat para guru yang ada di SMA Darussalam hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat tidak aktif dan tidak menuntut keaktifan siswa-siswi tersebut sehingga ditemukan jarang guru tidak masuk dalam kelas karena alasan siswa-siswi dapat membacanya saja di rumah atau di kelas. Di samping masalah tersebut juga masalah kurangnya siswa-siswi mampu membaca huruf-huruf dalam bahasa Arab sehingga banyak tuntutan yang harus dituntaskan oleh guru di samping harus melanjutkan proses pembelajaran di kelas. Kendala tersebut tentunya menjadi beban pula bagi guru-guru dalam proses pembelajaran sehingga dibutuhkan usaha yang keras untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya penggunaan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam tersebut membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar atau tidak di SMA Darussalam dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga dapat terlihat potensi metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran dapat menjadi solusi bagi guru dalam rangka peningkatan prestasi belajar di SMA Darussalam tersebut. Metode diskusi kelompok dilakukan untuk meneliti adanya prestasi belajar bagi siswa-siswi SMA Darussalam sehingga dengan penggunaan metode pembelajaran ini dapat menjadi efektif dalam meningkatkan prestasi siswa di dalam kelas. Terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga siswasiswi memahami dengan baik dalam pembelajaran di kelas dan berperan aktif dalam pelajaran tersebut. Masalah demikian yang terjadi di SMA Darussalam dalam proses pembelajarannya sehingga terlihat siswa-siswi kurang antusias dalam pelajaran
44
Pendidikan Agama Islam yang disebabkan dengan hanya satu metode dalam pembelajarannya. Sehingga metode diskusi kelompok ini dapat digunakan di SMA Darussalam tersebut sebagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.
45
44 45 46 47 48 49 50 51 52
46
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
KAJIAN TEORITIS
47
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan SMA Darussalam sebagai lembaga pendidikan menengah yang berlokasi di depan jalan alternatif yaitu di Jl. Otista Cimanggis – Ciputat Tangerang Selatan sebagai sekolah dengan letak yang sangat strategis dan didukung dengan fasilitas yang memadai dan suasana belajar yang kondusif dalam upaya mewujudkan proses belajar mengajar di Tangerang Selatan. Di bawah pimpinan Yayasan Pendidikan Islam yang telah dirintis oleh K.H.Muhammad Darwi berusaha mewujudkan pengembangan wawasan keilmuan yang luas dan pengembangan generasi yang mempunyai IMTAQ ( Iman dan Taqwa ) seimbang dengan wawasan keilmuan tersebut. Walaupun SMA Darussalam dalam kegiatannya ini berbasis sekolah umum namun, SMA Darussalam berupaya menyeimbangkan antara wawasan keilmuan dengan budi pekerti yang berlandaskan nilai-nilai keIslaman. Adapun visi-misi SMA Darussalam ialah : Visi
: Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif ( CINTA )
Misi
: 1. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri 2. Membentuk daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri 3. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti 4. Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa di dalam dan maupun di luar sekolah 5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
1. Keadaan Guru, Siswa, Kelas dan Karyawan a. Guru
1
Jumlah seluruh pengajar yang terdapat di SMA Darussalam ini berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 29 tenaga pengajar. Dari jumlah 29 tenaga pengajar tersebut terdapat yang menjadi guru pendidikan agama berjumlah 3 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel yang akan dicantumkan nama guru pendidikan agama Islam sebagai berikut : TABEL 1 Data Nama Guru Pendidikan Agama Islam SMA Darussalam No
Nama Guru
1
M.Yahya S,Pd.I
2
Ubaidillah S.S
3
Marul Wa‟id S.Ag
Kelas
Bidang Studi
X.1 – X.3
PAI
XI.1 – XI.5
PAI
XII.1 – XII.5
PAI
TABEL 2 Daftar Para Pembina SMA Darussalam No
Nama Guru
Bidang Studi
Kelas
Jabatan
1
Marul Wa‟id S.Ag
Agama, Qur‟an dan
XII
Kepala
Bahasa Arab 2
3
Nazharuddin S.Sos
Riswadi SE
Sekolah
Sosiologi dan
X, XI
Wali Kelas
Bahasa Arab
danXII
XI.3
Penjaskes
X, XI
Wali Kelas XII.2
4
Bambang Adi R
Pendidikan Seni
X, XI dan
Guru
XII 5
Nur Asma SE MM
Ekonomi
X, XI
Wali Kelas X.3
6
Drs. Pepen Effendi
7
Ardila S.Pd
PKn
XII
Guru
Sosiologi
XI dan
Guru
XII 8
Sophan
Komputer
X dan XI
Guru
2
Sophian,S.Kom 9
Firman HS.S.Pd
Bahasa Inggris
XI dan
Pembina OSIS
XII
dan Wali Kelas XI.1
10
Drs.Albadri
Bahasa Indonesia
XII
Guru
11
Edi Sutikno S.Pd
Penjaskes
XII
Guru
12
Yati
Ekonomi
XI dan
Wali Kelas
XII
XII.3
Matematika dan
X, XI dan
Waka
Fisika
XII
Kurikulum
Agama, Qur‟an dan
X, XI dan
Pembina
Bahasa Arab
XII
Kesiswaan
Geografi
X, XI dan
Wali Kelas
XII
X.1 dan Waka
Rochayati.S.Pd 13
14
15
Ismail Fahmi ST
Ubaidillah SS
Wisa Dwitiara S.Si.Apt
Kesiswaan 16
17
Edi Hartono S.Pd
Mulyadi
Bahasa Inggris
Biologi
XI dan
Wali Kelas
XII
XII.5
X, XI dan
Guru
XII 18
Syarifah
Bahasa Inggris
X
Guru
Bahasa Indonesia
X, XI dan
Wali Kelas
XII
XII.4
Khoirunnisa S.Pd 19
Azye Murni SS
20
M.Yahya S.Pd.I
Agama dan Qur‟an
X
Guru
21
Tita Nurhidayah
Matematika
X, XI dan
Wali Kelas
XII
X.2
X, XI dan
Guru
S.Pd 22
Luki Yunita S.Pd
Kimia
XII 23
Muslihuddin SH.I
Sejarah
X, XI dan
Guru
XII
3
24
Islah Cahyadi S.SH
PKn
X dan
Guru
XII 25
Ade Irwan S.S.Pd
26
Seger Santoso
Bahasa Indonesia
X
Guru
Komputer
XII
Guru
Pendidikan Seni
X dan XI
Guru
S.Kom MM 27
Priyanto
28
Yudi Yudipno ST
Fisika
X
Guru
29
Ilham Suyatno
Sejarah
XI dan
Guru
S.Pd
XII
30
Nurman
Bahasa Arab
X
Guru
31
M.Iqbal
-
-
TU
2. Siswa Siswa sebagai salah satu komponen dalam kegiatan pendidikan. Selain Pendidik juga terdapat faktor lain dalam kegiatan pendidikan ini yaitu tentunya dalam hal ini diperlukan siswa/peserta didik dalam kegiatan pendidikan ini. Siswa sebagai obyek dari kegiatan ini juga bisa dapat dikatakan sebagai subjek dari kegiatan ini karena tanpa adanya siswa tidak dapat dikatakan sebagai kegiatan pendidikan. Kelancaran dalam proses belajar-mengajar tersebut ditentukan oleh adanya pendidik dan peserta didik dalam upaya lancarnya kegiatan pendidikan. Proses belajar-mengajar melibatkan siswa dalam upaya melakukan kegiatan pendidikan yang dinamis. Adapun siswa atau anak didik yang ada di SMA Darussalam ini, mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Ini dibuktikan dengan adanya fasilitas yang memadai yaitu kelas untuk menunjang siswa SMA Darussalam kemudian adanya respon yang positif bagi orang tua /wali murid kepada anak-anaknya sehingga jumlah siswa yang baru di SMA Darussalam tersebut mengalami peningkatan yang berarti pada tahun ini dan memberikan dampak yang positif untuk kelangsungan SMA Darussalam ini. Jumlah keseluruhan siswa SMA Darussalam saat ini berjumlah 262 siswa. Terdiri dari 165 orang laki-laki dan 97 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya 4
berikut ini daftar jumlah siswa SMA Darussalam. Jumlah keseluruhan siswa/siswi SMA Darussalam saat ini berjumlah 262 siswa. Terdiri dari 165 orang laki-laki dan 97 orang perempuan. TABEL 3 Data Siswa SMA Darussalam NO
KELAS
1
JUMLAH
SISWA
JUMLAH
KELAS
L
P
X
3
65
37
92
2
XI
3
72
20
97
3
XII
5
48
40
88
13
185
97
262
JUMLAH
3. Kelas Keadaan kelas juga berpengaruh dalam mencapai proses pembelajaran yang diharapkan nantinya. Disinilah pearn aktif guru mengatur keadaan kelas yang kondusif dalam proses pembelajaran. Keadaan kelas yang dimaksud ialah keadaan kelas yang mendukung untuk proses pembelajaran siswa/siswi selama proses pembelajaran di kelas. Adapun keadaan kelas yang dinginkan ialah keadaan kelas yang membantu siswa memahami dan menguasai mata pelajaran, terutama Pendidikan Agama Islam. Yaitu keadaan kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini memberikan solusi yang baik bagi siswa/siswi untuk memahami dan menguasai mata pelajaran pendidikan agama Islam. Keadaan kelas yang kondusif dengan mempunyai 35-40 orang pada tiap kelasnya menggunakan metode diskusi kelompok dalam keadaan kelas untuk proses pembelajaran di SMA Darussalam ini. Dengan demikian keadaan kelas yang berpengaruh di SMA Darussalam ini ialah dengan metode diskusi kelompok. Karena siswa/siswi telah terbiasa dengan metode ceramah sehingga terlihat tidak semangat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas. Keadaan kelas yang demikianlah yang akan
5
dilakukan dalam proses pembelajaran di SMA Darussalam sehinga meningkatkan nilai mata pelajaran pendidikan agama Islam. 4. Karyawan Salah satu komponen yang tentunya berpengaruh besar dalam kelancaran dalam kegiatan pendidikan serta suksesnya kegiatan pendidikan juga ditentukan oleh dari tenaga kependidikan selain guru dan siswa. Tenaga kependidikan ini tentunya yang membantu, memlihara dan mendidik dalam upaya mensukseskan keberlangsungan adanya proses kegiatan belajar-mengajar. Tenaga kependidikan ini meliputi tenaga-tenaga non keguruan yaitu karyawan yang ada di SMA Darussalam. Karyawan yang bertugas meliputi : karyawan administrasi, penjaga keamanan sekolah, petugas kebersihan sekolah, dan lainnya. Adapun jumlah karyawan seluruhnya berjumlah sebagai berikut : TABEL 4 Data Karyawan SMA Darussalam NO
NAMA
JABATAN
1
M.Iqbal
Tata Usaha
5. Struktur Organisasi SMA Darussalam mempunyai struktur organisasi dalam kelangsungan kegiatan pendidikan. Dengan dibawahi oleh satu yayasan yaitu Yayasan Pendidikan Islam sebagai pimpinan tertinggi dalam kegiatan yang ada di SMA Darussalam ini sebagaimana yang tertera dalam struktur organisasi. Dari struktur organisasi diketahui Yayasan Pendidikan Islam sebagai wadah yang bertanggung jawab dalam keberlangsungan SMA Darussalam ini dengan tugas-tugas masingmasing, yaitu : a. Kepala Sekolah, sebagai pengambil kebijakan tertinggi di bawah ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Kepala sekolah membawahi beberapa staf yang ada di SMA Darussalam dan bertanggung jawab dalam keberlangsungan proses kegiatan pendidikan yang ada di SMA Darussalam ini. Namun dalam kebijakan-kebijakan yang diambil merujuk terlebih dahulu atas persetujuan dari Yayasan Pendidikan Islam (YPI).
6
b. OSIS, sebagai wadah yang berdiri atas kebijakan kepala sekolah dan pihak yayasan dengan fungsi sebagai wadah yang membawahi hubungan antara pihak sekolah dan siswa. Penampung aspirasi siswa dan penghubung kegiatan kesiswaan dalam struktur organisasi yang berperan aktif kepada siswa dalam kelangsungan kegiatan pendidikan di SMA Darussalam. c. Ketua Yayasan SMA Darussalam, sebagai pimpinan yang tertinggi dalam pengambil kebijakan keputusan pada seluruh lembaga pendidikan di SMA Darussalam. Bekerjasama dengan kepala sekolah dalam rujukan pengambil kebijakan di SMA Darussalam. d. Tata Usaha, sebagai tenaga kependidikan yang berfungsi menyiapkan kegiatan administrasi yang terdapat di SMA Darussalam. Meliputi kegiatan administrasi siswa, guru, karyawan dan segala hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan di SMA Darussalam. e. Waka Kesiswaan, yaitu kepala bidang kesiswaan yang bertugas sebagai wakil kepala sekolah yang bertanggung jawab dan mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kesiswaan. f. Waka Kurikulum, yaitu kepala bidang kurikulum yang bertugas langsung sebagai wakil kepala sekolah yang bertanggung jawab dan mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kurikulum. g. Wali Kelas, yaitu guru yang diberi tugas dan tanggung jawab oleh kepala sekolah dalam mengembangkan pembinaan pribadi secara mental dan kreatifitas siswa di kelas. 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator atau alat Yang terdapat dalam upaya membantu kelancaran kegiatan pendidikan tersebut. Sarana dan prasarana tersebut tentunya yang dimaksud ialah segala hal yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana meliputi bangunan/gedung-gedung sebagai penunjang dalam kelancaran dan keberhasilan kegiatan pendidikan di SMA Darussalam.
7
Sarana dan prasarana yang terdapat di SMA Darussalam ini berdasarkan observasi langsung oleh peneliti di SMA Darussalam. Untuk data keseluruhan dalam sarana dan prasarana di SMA Darussalam adalah sebagai berikut : a. Ruang Kepala Sekolah dan Tata usaha b. Ruang teori 13 lokal c. Ruang guru d. Ruang OSIS e. Ruang Perpustakaan f. Ruang Komputer g. Kamar mandi/WC guru h. Kamar mandi/WC murid i. Musholla j. Lapangan Olahraga B. Deskripsi Data Dalam menentukan penelitian ini tentunya ada beberapa persiapan yang perlu disiapkan atau dirumuskan, di antaranya adalah : 1. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian ialah alat yang berfungsi untuk mengukur Keberhasilan dan kesuksesan dari penggunaan metode diskusi kelompok yang peneliti terapkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk mengukur keberhasilan proses diskusi kelompok di kelas peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati langsung kegiatan proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok pada satu kelompok dan metode ceramah satu kelompok lain di kelas. Diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa di kelas, tentunya hal ini melihat dan menilai diskusi kelompok dari aspek siswa. Begitupun dengan melihat metode ceramah dan diskusi kelompok yang dilakukan guru di kelas, tentunya dalam hal ini yang diteliti ialah dari aspek guru. Kesemuanya tertulis dalam matrik pedoman observasi.
8
Dalam hal ini akan terlihat di dalam penelitian ini jika pada matrik observasi tersebut terisi secara penuh atau maksimal maka metode diskusi kelompok di kelas memberikan pengaruh yang nyata dan berarti sesuai dengan pedoman observasi (terlampir) tersebut. Namun apabila hanya beberapa kolom saja yang terisi, maka metode diskusi kelompok tidak dapat memperlihatkan pengaruh yang nyata dan berarti. Tercantumkan pula di bawah ini hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Yaitu wawancara dengan kepala sekolah SMA Darussalam dan guru bidang studi pendidikan agama Islam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode diskusi kelompok di dalam kelas. Data yang peneliti peroleh dari hasil penelitian di SMA Darussalam Tangerang Selatan ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut : 1. Data pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan metode ceramah di SMA Darussalam Tangerang Selatan yang meliputi pendahuluan, inti dan penutup. 2. Data pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam Tangerang Selatan yang meliputi pendahuluan, inti dan penutup. 3. Data Skor hasil belajar PAI dengan menggunakan metode ceramah dan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam Tangerang Selatan.
C. Analisa Data Dari data-data yang telah dideskripsikan tersebut maka dapat dianalisa sebagai berikut : 1. Data pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan metode ceramah di SMA Darussalam Tangerang Selatan. Pelaksanaan metode ceramah di SMA Darussalam Tangerang Selatan selama ini adalah sebagai berikut : a. Pendahuluan 10 menit awal guru mereview materi yang telah diberikan pada minggu lalu, siswa diberikan pertanyaan seputar materi tersebut.
9
b. Inti Guru menyampaikan materi tentang Sumber Hukum Islam. Pertama-tama menerangkan pengertian Sumber Hukum Islam, Macammacam Sumber Hukum Islam, Fungsi Al-Qur‟an dan Hadist dan Contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi. c. Penutup Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan tentang materi yang telah dijelaskan. 2. Data Pelaksanaan mengajar PAI dengan menggunakan Metode Diskusi Kelompok di SMA Darussalam Tangerang Selatan. a. Pendahuluan 10 menit awal digunakan untuk menyiapkan hal-hal yang menunjang untuk dilakukan diskusi kelompok serta mengkondisikan siswa. Yaitu persiapan dari siswa yang akan melakukan diskusi kelompok terutama, oleh siswa yang mengemukakan materi. b. Inti (50 menit) Kelompok siswa yang ditunjuk sebagai pemakalah mengemukakan materi tersebut di depan siswa lainnya. Adapun yang dikemukakan ialah segala apa yang menjadi materi dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu Sumber Hukum Islam. Pengungkapan materi berdasarkan susunan dari pengertian, macam-macam dan penjelasan lainnya. Pengungkapan materi tersebut di antaranya : 1. Pengertian Sumber Hukum Islam 2. Macam-macam Sumber Hukum Islam 3. Fungsi Al-Qur‟an dan Hadist 4. Contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan hukum taklifi c. Penutup Guru menjelaskan kepada siswa apa yang masih menjadi pertanyaan siswa dalam diskusi kelompok tersebut. 3. Data Skor Hasil Belajar PAI dengan menggunakan metode ceramah dan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan.
10
Skor yang melambangkan nilai PAI dari sejumlah 20 orang siswa di kelas X.1 dan X.2 SMA Darussalam Tangerang Selatan mengenai Sumber Hukum Islam.
TABEL 5 Skor Hasil Ulangan Siswa No
Nama Siswa
Skor dengan Metode Ceramah
1
M.Ilham
67.6
2
Rahma Ega Rini
69.3
3
Afsariyanti
79.2
4
Egiawati
75.9
5
Aris Polyan T
66
6
Asep Setiawan
75.9
7
M.Harits Inonu
85.8
8
Andi Setiawan
89.1
9
Indra R
62.7
10
Ardiansyah
82.5
11
Z.Habib Umair
62.7
12
Usman Khoiruddin
72.6
13
Sulthan Abdul Kahfi
75.9
14
Khoirul Imam
72.6
15
Albi Najar Kasih
75.9
16
Ulfa Nur Hanifah
89.1
17
Rizky Hanafi
67.6
18
Diana Kurniawati
95.7
19
Susilawati
92.4
20
Indah Lestari
82.5
Rata-rata
77.05
11
TABEL 6 Skor Hasil Ulangan Siswa Dengan menggunakan Metode Diskusi Kelompok No
Nama Siswa
Skor dengan Metode Diskusi Kelompok
1
Nanda Kurniawan
69.3
2
Fadel Gusti Mautadi
72.6
3
Ricki Yulianto
82,5
4
Noer Arif H
89.1
5
Eka Nurdiansyah
72.6
6
Ropian
69.3
7
Abdan Jaya Permana
89.1
8
Muhammad
92.4
9
Joko Purnomo
72.6
10
Halalan Thayyiba
95.7
11
Mita Novianti
72.6
12
Rizky Fahreza
69.3
13
Dani Andriyanto
72.6
14
Nur Hafizah
82.5
15
Murfa Devi
89.1
16
Eastins Eka W
95.7
17
Cissca F R
75.9
18
Nurul Fadhillah
82.5
19
Gilang
82.5
20
Indah Lestari
95.7
Rata-rata
81.18
Dari tabel di atas dapat diketahui secara umum bahwa data tersebut sudah dapat menunjukkan keberhasilan metode diskusi kelompok jika dilihat dari nilai rata-rata siswa. Namun hal ini belum dapat dipastikan secara ilmiah. Hal ini
12
belum dapat diterima, maka akan menghitungnya menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan berikut : TABEL 7 Perhitungan untuk memperoleh “t” Hasil Ulangan D = (Y-X)
D2=(Y-X) 2
69.3
-1.7
2.9
62.9
72.6
-3.3
10.9
3
79.2
82.5
-3.3
10.9
4
75.9
89.1
-6.6
43.6
5
66
72.6
-5.6
31.4
6
75.9
69.3
6.6
43.6
7
85.8
89.1
-3.3
10.9
8
89.1
92.4
-3.3
10.9
9
62.7
72.6
-9.9
98
10
82.5
95.7
-13.2
174.2
11
62.7
72.6
-9.9
98
12
72.6
69.3
3.3
10.9
13
75.9
72.6
3.3
10.9
14
72.6
82.5
-9.9
98
15
75.9
89.1
-13.2
174.2
16
89.1
95.7
-6.6
43.6
17
67.6
75.9
-8.3
68.9
18
95.7
82.5
13.2
174.2
19
92.4
82.5
9.9
98
20
82.5
95.7
-13.2
174.2
20 =N
77.05
81.18
-75
1388.2
No
Dengan Metode
Dengan Metode
Ceramah
Diskusi Kelompok
1
67.6
2
13
Tanda – („‟minus) disini bukanlah tanda aljabar, karena itu hendaknya dibaca : ada selisih / beda skor antara variabel X dan variabel Y sebesar -75, dari tabel telah berhasil diperoleh : ∑D = -75 dan ∑D2 = 1388.2 Dengan diperolehnya ∑D dan ∑D2 itu, maka dapat diketahui besarnya Defiasi Standar perbedaan skor antara Variabel X dan Variabel Y (dalam hal ini SDD) : SDD = √∑D2- (∑D)2 = √1388.2 – (-75) 2 N (N) (20) = √69.41- (-3.75) 2 = √69.41- 14.06 = √55.35 = 7.439 Dengan diperolehnya SDD sebesar 7.439, lebih lanjut dapat diperhitungkan Standar Error dari Mean perbedaan skor antara Variabel X dan Variabel Y = SEMD = SDD = 7.439 = 7.439 = 7.439 = 7.439 √N-1 √20-1 √19 4.359 = 1.706 Langkah berikutnya adalah mencari harga t0 dengan menggunakan rumus : t 0 = MD SEMD MD telah diketahui yaitu -3.75, sedangkan SEMD = 1.706, jadi : t0 = -3.75 1.076 = -5.456 Langkah berikutnya memberikan interpretasi terhadap t0, dengan terlebih dahulu memperhitungkan df atau db-nya : df – N – 1 = 19, dengan df sebesar 18 kita konsultasi pada Tabel Nilai “t”, baik taraf signifikasi 5% maupun pada taraf signifikasi 1%. Ternyata dengan df sebesar 19 itu diperoleh harga kritik t atau ttable pada signifikasi 5% sebesar 2.09; sedangkan pada taraf signifikasi 1% tt diperoleh sebesar 2.86. Dengan membandingkan besarnya “t” yang diperoleh dalam perhitungan (t0 = 5.456) dan besarnya “t” yang tercantum pada Tabel Nilai “t” (tt .ts.5%=2.09tt.ts.1%=2.86) maka dapat diketahui bahwa t0 adalah lebih besar dari tt, yaitu : 2.09 < 5.456 > 2.86 14
D. Interpretasi Data Data yang diperoleh peneliti di atas, yaitu tentang pelaksanaan metode konvensional (ceramah) dan pelaksanaan metode diskusi kelompok serta hasil skor dari keduanya dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut. Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan siswa dengan menggunakan metode ceramah dibandingkan dengan skor nilai rata-rata siswa dari hasil metode diskusi kelompok, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode diskusi kelompok yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan sudah memberikan pengaruhnya yang nyata. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penelitian yang tertera di atas dengan menyetujui hipotesa alternatif dari penghitungan di atas. Terdapat beda nilai rata-rata yang saling berhubungan antara kelompok yang menggunakan metode ceramah dan kelompok yang menggunakan metode diskusi kelompok. Oleh karena itu, dapat dijadikan andalan guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ketika akan mengajarkan materi Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan pihak kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam mengenai hal-hal sekolah dan proses pembelajaran di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan : Hasil wawancara dengan Bapak Marul Wa‟id selaku kepala sekolah SMA Darussalam Ciputat. Dari hasil wawancara tersebut didapat penjelasan-penjelasan mengenai penggunaan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Penggunaan metode diskusi kelompok pada pelaksanaannya membutuhkan proses adaptasi bagi siswa/siswi di SMA Darussalam. Hal ini mengingat metode yang digunakan hanya metode ceramah sebagai metode pembelajaran di SMA Darussalam. Karena dengan melihat adanya potensi di SMA Darussalam dalam penggunaan metode diskusi kelompok ini dapat dilaksanakan di SMA Darussalam. Sehingga proses pembelajaran di SMA Darussalam akan berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan dalam prestasi belajar di SMA tersebut.
15
Memang banyak kendala yang menjadi halangan di SMA Darussalam tersebut, yakni kendala teknis dan non teknis. Yaitu kurangnya fasilitas yang memadai dalam peraga dan fasilitas perpustakaan yang belum memadai sehingga proses pembelajaran setiap waktu terganggu oleh hal demikian. Namun, tidak mengurangi berjalannya kegiatan proses pembelajaran di SMA Darussalam tersebut. Potensi
penggunaan
metode diskusi
kelompok
oleh siswa-siswa
Darussalam tersebut dinilai asing dalam pelaksanaannya, terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengingat para guru yang ada di SMA Darussalam hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat tidak aktif dan tidak menuntut keaktifan siswa-siswi tersebut sehingga ditemukan jarang guru tidak masuk dalam kelas karena alasan siswa-siswi dapat membacanya saja di rumah atau di kelas. Di samping masalah tersebut juga masalah kurangnya siswa/siswi mampu membaca huruf-huruf dalam bahasa Arab sehingga banyak tuntutan yang harus dituntaskan oleh guru di samping harus melanjutkan proses pembelajaran di kelas. Kendala tersebut tentunya menjadi beban pula bagi guru-guru dalam proses dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan usaha yang keras untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya penggunaan metode diskusi kelompok di SMA Darussalam tersebut membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar atau tidak di SMA Darussalam dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga dapat terlihat potensi metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran dapat menjadi solusi bagi guru dalam rangka peningkatan prestasi belajar di SMA Darussalam tersebut. Metode diskusi kelompok dilakukan untuk meneliti adanya prestasi belajar bagi siswa/siswi SMA Darussalam sehingga dengan penggunaan metode pembelajaran ini dapat menjadi efektif dalam meningkatkan prestasi siswa di dalam kelas. Terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga siswa/siswi memahami dengan baik dalam pembelajaran di kelas dan berperan aktif dalam pelajaran tersebut. Masalah demikian yang terjadi di SMA Darussalam dalam proses pembelajarannya sehingga terlihat siswa/siswi kurang antusias dalam pelajaran
16
Pendidikan Agama Islam yang disebabkan oleh hanya satu metode dalam pembelajarannya. Sehingga metode diskusi kelompok ini dapat digunakan di SMA Darussalam tersebut sebagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa/siswi dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.
17
BAB V PENUTUP Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan, selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai tanggal 10 Mei 2010 hingga 15 Agustus 2010, serta berdasarkan ujicoba dengan menggunakan Uji beda rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan, seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dibuat ringkasan kesimpulan dan saran sebagaimana yang akan dijelakan di bawah ini. A. Kesimpulan 1. Dari hasil perhitungan melalui uji “t” sebagaimana dijelaskan pada bab IV, kesimpulan yang dapat diberikan dri penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan adalah memang metode diskusi kelompok ini dapat digunakan ebagai salah satu alternatif oleh guru dalam proses belajar-mengajar selanjutnya. 2. Bentuk dikusi kelompok yang dilaksanakan yaitu dengan cara berkelompok mengutarakan materi pelajaran pendidikan agama Islam dan mendiskusinya. Namun, tidak semua hal pelajaran dapat didiskusikan. Hal inilah
yang menjadi kelemahan diskusi kelompok
dalam metode pembelajaran di SMA Darussalam. Bentuk diskusi kelompok yang demikian mendapat perhatian dari siswa dalam pelaksanaannya. 3. Dengan membagi siswa menjadi tiap kelompok dan menjadwalkan dari tiap kelompok tersebut untuk mengutarakan mteri pelajaran secara
18
bersamaan dan mendiskusikannya. Proses diskusi kelompok ini mendapat antusias dan respon yang baik bagi siswa SMA Darussalam sehingga metode diskusi kelompok yang dilaksanakan berpengaruh bagi prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya indikasi-indikasi yaitu : a. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya metode diskusi kelompok ini. b. Terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan dengan metode diskusi kelompok dan yang tidak menggunakan metode diskusi kelompok. Dengan demikian hipotesis alternatif yang dirumuskan telah dapat Diketahui kebenarannya pada penelitian ini, sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa metode yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan telah memberikan pengaruh yang nyata dan positif, hal ini dalam arti kata yaitu dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah ini. B. Saran 1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode diskusi kelompok yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan hendaknya siswa diberi tanggung jawab dan kebebasan dalam menentukan pendapat yang ingin diutarakan sehingga siswa mampu memahami materi dengan baik. 2. Murid membutuhkan bimbingan dan perhatian yang serius dan baik dari guru agar mereka dapat belajar dengan aktif, apalagi dalam memahami pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah (Hadist Nabi) bukan pengalaman empirisme. 3. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat-Tangerang Selatan mengusahakan adanya pembaharuan,
dalam
hal
ini
khususnya
pembaharuan
dalam
19
penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran. 4. Hendaknya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam terlibat langsung dengan murid dalam upaya menciptakan iklim belajar, menyiapkan bahan ajar erta membina keakraban di antara peserta didik. 5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang memadai dan lebih banyak lagi berkenaan dengan materi pelajaran agama Islam, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari sumber literature yang lain.
20
DAFTAR PUSTAKA Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2006) Kusuma, Amir Daen, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Usaha Nasional, Malang; 1973) M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1987) Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang; PT; CV Toha Putera, t.t) Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta; Prenada media, 2000) Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya, Usaha Nasional, 1981) Hatimah, Ibath dkk, Penelitian Pendidikan (Bandung; UPI Press, 2007) Hermawan, Asep Hery dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung; UPI Press 2007) Usman, M.Basyiruddin, Metodologi Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya; Usaha Nasional, 1983) Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; YP3A, 1973) Soebahar, Abd.Halim, Wawasan Baru Pendidikan Agama Islam (Jakarta; Kalam Mulia, 2002) Djamaluddin, dkk Wawasan Baru Pendidikan Islam (Bandung; Pustaka Setia, 1998) Al- Sayaibany- Omar Mohammad Al- Tommy, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta; Bulan Bintang t.t) Nizar, Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Ciputat Press, 2002)
Habeyb S.F, Kamus Populer (Jakarta; Centra 1983) Djalinus Syah, Kamus Pelajar (Jakarta; Rineka Cipta, 1992) Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar (Jakarta; Erlangga, 1988) Suralaga, Fadhillah dkk, Psikologi Pendidikan (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005) Purwanto, M.Ngalim, Psikologi Pendidikan (bandung; PT Remaja Rosda Karya, 1995) Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta; Rajawali Press, 1989) Salam, Burhanuddin, Cara Belajar yang sukses di Perguruan Tinggi (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2008) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung; Rosda Karya, 2001) M.Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1997) Crow, Crow, Psikologi Pendidikan (Surabaya; PT Bina Ilmu, 1984) Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (bandung; PT.Remaja Rosda Karya, 1992) Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya (Jakarta; Bin Aksara, 1998) Gunarsa, Singgih D, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta; Gunung Agung, 1991) Sudjana, Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung; Rosda Karya, 2006) Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pendidikan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2003) Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2007)