PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Bayu Umbara NIM. 103011026671
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2008
PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan Untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Bayu Umbara NIM. 103011026671
Dosen Pembimbing
Drs. H. Paimun NIP. 150 012 567
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 13 Depok” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kuguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 16 Januari 2008 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 16 Januari 2008 Panitia Ujian Munaqasah Tanda Tangan ………………
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
…………...
Drs. H. A. Fatah Wibisono, MA NIP. 150 236 009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
………………
…………....
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag NIP. 150 299 477
Penguji I ………………
……………
Sururin, M.Ag NIP. 150 289 483 Penguji II
………………
…………….
Dra. Hj. Djunaidatul M., M.Ag NIP. 150 228 871
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150 231 356
KATA PENGANTAR
e Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada sayyid al-anbiya’ wa al-mursalin Rasulullah saw., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam. Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Orang tua tercinta Bapak Dahlan, dan Ibu Sri Mulyanah, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga menjadi sarjana, semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt., dan semoga Allah selalu memberikan hidayah, taufiq serta inayah-Nya kepada kita. Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu rektor.
2. Bapak Prof. Dr. Rosyada, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekan. 3. Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya. 4. Bapak Drs. H. Paimun selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima kasih atas segala waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, dalam menyusun skripsi. 5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan dapat menjadi penerang serta petunjuk bagi penulis dalam mengarungi dunia ini. 6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus dan ikhlas memberikan pengorbanan baik moril maupun materil dan juga do'a restunya yang tiada henti-hentinya. 7. Kawan-kawan Pendidikan Agama Islam angkatan 2003 khususnya kelas B, yang selalu menghiasi hari-hariku selama masih kuliah. 8. Semua kawan-kawan yang ada di kosan (Umi, Iyam, Erni, Lili, Khozin, Ida, dan Ipung) yang selalu membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt. membalas kebaikan yang mereka berikan. Apabila penulis memiliki kesalahan, kekurangan, serta kekhilafan mohon dimaafkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran, dan kritik, dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amiin. Depok, Februari 2008
Penulis,
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
5
1. Identifikasi Masalah
5
2. Pembatasan Masalah
5
3. Perumusan Masalah
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II
6
1. Tujuan Penelitian
6
2. Manfaat Penelitian
6
D. Sistematika Penulisan
7
KAJIAN TEORI
8
A. Bimbingan dan Konseling
8
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
8
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
12
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
15
4. Pelayanan-Pelayanan Bimbingan dan Konseling
16
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
21
1. Pengertian Prestasi Belajar
21
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
25
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
30
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam BAB III
34
METODOLOGI PENELITIAN
37
A. Variabel Penelitian
37
B. Populasi dan Sampel
37
C. Metode Penelitian
38
BAB IV
BAB V
D. Teknik Pengumpulan Data
38
E. Teknik Analisa Data
40
F. Hipotesa
42
G. Waktu dan Tempat
43
HASIL PENELITIAN
44
A. Gambaran Umum SMPN 13 Depok
44
1. Sejarah Berdirinya SMPN 13 Depok
44
2. Visi dan Misi
44
3. Struktur Organisasi Sekolah
45
4. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
46
5. Sarana dan Prasarana
46
6. Keadaan Guru
47
7. Keadaan Siswa
48
B. Deskripsi Data
48
C. Analisa Data
59
D. Interpretasi Data
67
PENUTUP
70
A. Kesimpulan
70
B. Saran-Saran
70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, Februari 2008 Bayu Umbara
ABSTRAKSI Bayu Umbara NIM: 103011026671 Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 13 Depok.
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terencana dan sistematis serta berkelanjutan dalam memecahkan atau mengatasi masalah. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam, yang diambil dari nilai raport. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi sampel penulis melakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa data, penulis memberikan interpretasi bahwa korelasi antara pengaruh bimbingan dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar pendidikan Agama Islam siswa di SMPN 13 Depok sebesar 0,73 dan korelasi tersebut tergolong kuat atau tinggi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling dewasa ini, telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan
yang
sangat
dirasakan
pentingnya
di
sekolah-sekolah.
Perkembangan zaman modern yang begitu pesat banyak menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Keadaan seperti ini menantang individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan kemajuan bagi setiap siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dari tingkat satuan pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dewasa ini semakin dibutuhkan. Seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), berbagai persoalan pun muncul dengan segala kompleksitasnya. Dunia pendidikan tampaknya belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat perkembangan IPTEK, indikasinya adalah munculnya berbagai penyimpangan perilaku yang seyogianya tidak dilakukan oleh peserta didik. Pendidikan
berusaha
memberikan
bantuan
supaya
anak
didik
mendapatkan perkembangan yang wajar, mendapatkan ketentraman batin, dapat menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya, dan sebagainya. Tentu saja selalu diharapkan bahwa hal-hal yang demikian itu akan dapat selalu terjadi pada setiap anak didik. Akan tetapi apa yang terjadi dalam kenyataan tidaklah demikian. Banyak sekali individu, baik belum dewasa maupun sudah dewasa, yang pada suatu saat tidak mampu menyelesaikan sendiri problem-problemnya.1 Pendidikan dapat berkualitas atau bermutu tinggi apabila sumber daya pendidikan atau faktor-faktor pendidikan cukup memadai. Di antara faktor
1
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. XI, hlm. 9-10.
pendidikan yang perlu terpenuhi kuantitas dan kualitasnya adalah faktor guru. Guru memegang peranan penting dalam menigkatkan kualitas pendidikan. Karena dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan kebutuhan akan guru guru perlu dipenuhi dan kualitasnya perlu ditingkatkan. Guru yang berkualitas dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan dapat mencapai tujuan atau hasil pendidikan yang optimal. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan (berarti penting) posisi guru dalam dunia pendidikan.2 Dalam hubungannya dengan pendidikan, bimbingan merupakan bagian integral dalam program pendidikan. Bimbingan merupakan pelengkap bagi semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif. Sesuai dengan perumusan di atas, bimbingan memilih bidang masalah yang dihadapi atau yang dialami oleh individu sebagai bidang operasinya. Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran adalah sekolah. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun, jumlah sekolah pun di negara kita makin berkembang. Bukan hanya ditinjau dari segi kuantitasnya, melainkan juga ditinjau dari segi macam, tujuan, dan syarat-syarat yang diminta untuk dipenuhi murid. Melalui jaringan sekolah-sekolah ini tidak jarang kita mengetahui murid-murid yang salah memilih jurusan studinya, sehingga mereka gagal di tengah jalan, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Hal ini disebabkan jurusan studi yang dipilihnya tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang ada padanya.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 1997), cet. III, hlm. 223.
Kegagalan di dalam studi bukan hanya disebabkan karena kesalahan di dalam memilih jurusan studi saja, melainkan mungkin juga disebabkan karena hal-hal sebagai berikut: kekurang-mampuan dalam menyesuaikan diri, cara belajar yang salah, sikap yang salah terhadap diri sendiri, cara pengisian waktu luang yang keliru, akibat daripada masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga, kurangnya pembiayaan, dan sebagainya.3 Seorang guru di sekolah mempunyai tugas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing. Tugas tersebut merupakan tugas profesional seorang guru setiap hari di sekolah. Tugas profesional inilah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tangung jawab. Dapat dikatakan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah mendorong individu untuk mempelajari kesukaran yang ada pada dirinya dan membantu siswa dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupannya, terutama kehidupan sekolah, baik yang menyangkut masalah belajar, masalah sosial, maupun masalah pribadi. Selain itu, tugas bimbingan dan konseling juga berusaha memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam, lingkungan sosial, maupun lingkungan diri sendiri. Belajar merupakan inti kegiatan di sekolah, sebab semua sekolah bertanggung jawab bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu memberikan pelayanan, bimbingan di sekolah berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi setiap siswa. Adapun tujuan bimbingan belajar secara umum adalah "Membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal".4 Proses belajar mengajar dapat diartikan bukan hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peserta 3
Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985), cet. I, hlm. 103-104. 4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. I, hlm. 20.
didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik, sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Proses belajar mengajar tersebut harus berjalan dengan baik dan efektif yaitu proses belajar mengajar yang menyenangkan, menggembirakan, bergairah, penuh motivasi tidak membosankan, serta menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian itu, maka proses belajar mengajar harus disertai dengan memelihara motivasi, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesedian-kesedian dan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara peserta didik.5 Berdasarkan pengalaman penulis, ketika penulis masik melaksanakan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1997-2000, kebanyakan guru di SMPN 13 Depok memberikan teguran kepada siswa yang melakukan kesalahan dengan bentuk kekerasan yang tidak perlu dilakukan oleh seorang guru. Bentuk kekerasan yang biasa dilakukan adalah menendang siswa, menampar siswa, siswa dituntut untuk memutari lapangan bola basket minimal 5 putaran, dan siswa dituntut untuk berdiri di tengah lapangan bola basket sampai berjam-jam di bawah terik panas matahari. Padahal perilaku seperti itu tidak perlu dilakukan oleh seorang guru. Akan tetapi, ketika penulis melaksanakan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), bentuk kekerasan yang dilakukan guru kepada siswa di SMPN 13 Depok sudah tidak terlihat lagi. Guru di sekolah tersebut hanya memberikan teguran dan memberikan bimbingan individu kepada siswa yang mendapatkan masalah. Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul: "PENGARUH PENINGKATAN
BIMBINGAN PRESTASI
DAN
KONSELING
BELAJAR
TERHADAP
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK".
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 5
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I, hlm. 225.
1. Identifikasi Masalah Permasalahan-permasalahan yang penulis amati di SMPN 13 Depok, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMPN 13 Depok? 2. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di SMPN 13 Depok? 3. Bagaimana prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok? 4. Sejauh mana pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 13 Depok. 2. Pembatasan Masalah Dari beberapa permasalahan, penulis membatasi permasalahanpermasalahan tersebut. Diantaranya adalah: a. Pelayanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok. b. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok ditinjau dari hasil nilai raport siswa. c. Pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok.
3. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu: a. Jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling apa saja yang diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok? b. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok? c. Sejauh mana pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh penulis dari penyusunan skripsi ini adalah: a. Untuk mengetahui pelayanan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok. b. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok. c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan pembelajaran Pendidikan Islam terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok.
2. Manfaat Penelitian a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi pihak yang ingin lebih jauh lagi mengkaji masalah ini. b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi baru yang mendorong penulis untuk meninjaklanjuti penelitian tersebut sehingga dapat diupayakan wujud nyatanya. c. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk SMPN 13 Depok khususnya, atau sekolah lain pada umumnya, sehingga dapat diupayakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah lebih ditingkatkan lagi.
D. Sistematika Penulisan Untuk lebih mensistematiskan penulisan skripsi ini, maka penulis membagi dalam 5 bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORI. Terdiri dari Bimbingan dan Konseling yang meliputi Pengertian Bimbingan dan Konseling, Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling, Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling, dan Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling,
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi Pengertian Prestasi Belajar, Pengertian Pendidikan Agama Islam, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar, dan faktorfaktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN. Terdiri dari Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Hipotesa, Waktu dan Tempat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN. Terdiri dari Gambaran Umum SMPN 13 Depok yang meliputi Sejarah Berdirinya SMPN 13 Depok, Visi dan Misi, Struktur Organisasi Sekolah, Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling, Sarana dan Prasarana, Keadaan Guru, dan Keadaan Siswa, Deskripsi Data, Analisis Data dan Interpretasi Data.
BAB V
PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II KAJIAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Dilihat dari asal kata bimbingan yaitu bimbing, yang artinya pimpin; asuh; tuntun. Sedangkan bimbingan artinya petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu. 6 Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi yang terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup, mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri.7 Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, mengartikan bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada murid untuk menemukan sendiri dan memberi respon yang tepat atas kemauan sendiri dalam masalah studi dan sosial.8 Menurut Hallen A. di dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan beberapa definisi mengenai bimbingan: 1. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of Education 1955, yang menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 2. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 152. 7 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 64. 8 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. I, h. 33.
3. Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri. 4. Menurut Arthur J. Jones, seperti yang dikuti oleh DR. Tohari Musnamar, mendefinisikan bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. 5. DR. Rachman Natawidjaja, menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.9 Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya".10 Sedangkan menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya".11 Dari uaraian-uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada incividu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, 9
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.3-5. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. III, h.4. 11 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 9, td. 10
agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya dan kemampuan untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sedangkan pengertian konseling yaitu pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis; pengarahan, atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.12 Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mangarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial. Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik yang terkandung dalam pengertian konseling, sebagaimana yang dikutipkan oleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling dari Patterson: 1. Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi perubahan sebagian besar tingkah laku klien secara sukarela (klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor). 2. Maksud dari konseling ialah menyajikan kondosi yang dapat memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisikondisi yang demikian itu adalah merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri). 3. Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling, tetapi konseling selalu menyangkut wawancara). 4. Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja. 5. Konselor memahami klien. 6. Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan hasilnya dirahasiakan.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 588.
7. Klien mempunyai masalah-masalah psikologis dan konselor memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan masalahmasalah psikologis yang dihadapi klien.13 Pelayanan dengan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individuil. James F. Adams menjelaskan bahwa "konseling adalah suatu pertalian timabal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang".14 Menurut Kartini Kartono, konseling ialah wawancara yang melibatkan dua pihak, konselor dan konseli, dalam pergumulan memahami dan merumuskan masalah, mencari jalan keluar dan melaksanakan jalan keluar. Wawancara konseling dilakukan dalam interaksi/hubungan antara penolong dengan yang ditolong. Hubungan dalam konseling ditandai oleh usaha saling memahami, menghargai dan menerima, yang memperlancar proses menolong.15 Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. American
Personnel
and
Guidance
Association
(APGA)
mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang
13
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.11-13. I. Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu, 1975), h. 29. 15 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985), cet. I, h. 181. 14
berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.16 Pengertian konseling berarti: "Bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya".17 Dari beberapa pengertian mengenai bimbingan dan konseling di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan dalam menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-
16
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), cet. I, h. 22-23. 17 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. III, h. 5.
nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamir pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.18 Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir. 1. Secara umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis di antara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, sosial, dan moral, bahkan spiritual. 2. Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk. 3. Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri.19 Menurut Hallen A., dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, menguraikan beberapa fungsi bimbingan dan konseling, di antaranya adalah: 1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. 2. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugiankerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 3. Fungsi Pengentasan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. 4. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik 18 19
td.
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.57-59. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 15-16,
dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan. 5. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.20 Menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah memilki beberapa fungsi antara lain: 1. Fungsi pengembangan, yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensi (bakat, minat, kemampuan) dan wawasan, ilmu pengetahuan sikap dan nilai-nilai luhur serta keterampilan agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya. 2. Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-citanya. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstra kurikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadiannya. 3. Fungsi perbaikan, yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam cara berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. 4. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa memperoleh penyesuaian dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. 5. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi membantu staf sekolah, khususnya guru, untuk menyesuaikan program pengajaran dan program bimbingan kepada kebutuhan dan tingkat perkembangan serta aspirasi siswa.21
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Menurut Prayitno dan Erman Amti, rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Uraian berikut ini akan mengungkapkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Priyatno 20 21
15.
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 60-62. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Diktat UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h.
dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksana Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1997). a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: 1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi. 2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. 3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. 4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu: 1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. 2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling. c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: 1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu. 2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. 3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: 1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya. 2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan tau desakan diri pembimbing atau pihak lain. 3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. 4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan. 5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.22 4. Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling a. Pemberian Pengalaman-pengalaman Belajar yang Menantang Tujuan pemberian pengalaman belajar yang menantang adalah agar segala potensi yang ada pada anak dan sekaligus aspek-aspek kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan yang dapat diberikan di sekolah antara lain pemberian tugas individual, pemberian tugas kelompok, kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan praktek, kegiatan tutorial,
berbagai
kegiatan
lomba,
remedial
teaching
dan
karyawisata.23 Pemberian tugas individual kepada siswa merupakan salah satu faktor
yang
dapat
manunjang
dalam
rangka
meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Dengan tugas individual, siswa dapat memperdalam pemahamannya sendiri, dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan siswa juga dapat melatih rasa tanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pemberian tugas individual kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, guru tidak hanya memberikan tugas individual, akan tetapi siswa perlu diberikan tugas kelompok. Karena dengan tugas kelompok siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan tugas kelompok, siswa dapat mengetahui berbagai
pendapat
dari
siswa
lain
yang
dapat
memperluas
wawasannya. Dengan demikian, pemberian tugas kelompok kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
22 23
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 63-65. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td
Dalam meningkatkan prestasi belajar, hendaklah siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya, diantaranya adalah kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ini dapat melatih siswa dalam memperluas wawasannya, siswa juga dapat memperdalam pemahamannya, dan dapat melatih siswa untuk memupuk keberaniannya dalam memberikan sebuah pendapat. Dengan demikian, kegiatan kelompok diskusi ini dapat membantu siswa dalam menigkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar. Dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan lain yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah kegiatan praktek. Dalam meningkatkan pengetahuannya, siswa tidak hanya harus memahami sebuah teori, akan
tetapi
siswa
juga
harus
dapat
mempraktekkan
ilmu
pengetahuannya, agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih mantap. Dengan demikian, kegiatan praktek dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Kegiatan tutorial juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan tutorial sangat dibutuhkan oleh siswa, karena dengan kegiatan tutorial, siswa dapat lebih memperdalam pemahamannya, dan siswa juga dapat menambah pengetahuannya. Dengan demikian, kegiatan tutorial ini, dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelaksananaan berbagai kegiatan lomba perlu diadakan di lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan lomba tersebut diadakan dalam rangka melatih siswa dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya, dan siswa juga dapat memupuk keberanian dalam menghadapi sebuah tantangan yang dihadapinya. Dengan demikian,
kegiatan lomba tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama dalam memahami sebuah pelajaran. Terkadang sebagian pengetahuan yang sudah dipahami oleh siswa hilang. Agar dapat mengembalikan pemahaman siswa tersebut, maka guru perlu memberikan kegiatan remedial teaching. Karena dengan kegiatan tersebut, sebagian pemahaman siswa yang hilang dapat dipahami kembali oleh siswa, dan juga dapat menambah pemahaman tersebut. Dengan demikian, kegiatan
remedial
teaching
dapat
membantu
siswa
dalam
meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan lain yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa adalah kegiatan karyawisata. Kegiatan karyawisata merupakan kegiatan yang menyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar kelas. Dengan kegiatan karyawisata, siswa dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat menambah pengalaman belajar di luar kelas. Dengan demikian, kegiatan karyawisata ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Manfaat
pelayanan
pemberian
pengalaman
belajar
yang
menantang ini adalah: 1) Mengembangkan
dan
menyalurkan
potensi
(bakat,
minat,
kemampuan) dan cita-cita siswa. 2) Memperdalam pemahaman siswa dan memperluas wawasannya. 3) Mendukung keberhasilan belajar siswa. 4) Membantu memberikan arah tentang lanjutan pendidikan. 5) Melatih disiplin, tanggung jawab, toleransi, sportivitas dan memupuk keberanian, serta menambah wawasan siswa, yang kesemuanya itu akan menambah atau meningkatkan kualitas kepribadian siswa. 6) Mengembangkan sosialitas siswa.
7) Menunjang kemandirian siswa.24 b. Pelayanan Informasi Secara umum, layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.25 Pelayanan informasi yang diberikan oleh siswa sangat diperlukan dalam
meningkatkan
prestasi
belajarnya.
Pelayanan-pelayanan
informasi yang dapat diberikan kepada siswa, diantaranya adalah informasi tentang cara belajar. Dengan mengetahui informasi tentang cara belajar, siswa dapat menggunakan waktu belajarnya dengan sebaik-baiknya, siswa dapat belajar dengan tenang, teliti dan penuh konsentrasi, sehingga pelajaran yang sudah dipelajarinya benar-benar dapat dipahami. Selain itu, pelayanan informasi yang perlu diberikan kepada siswa adalah informasi tentang pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. Agar belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur, sehingga siswa dapat memperhitungkan waktunya untuk kegiatankegiatan yang dilakukannya setiap hari, dan siswa dapat merencanakan penggunaan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajarinya. Dengan demikian, pelayanan-pelayanan informasi tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelayanan ini bertujuan agar para siswa mengetahui jenis-jenis sekolah untuk melanjutkan pendidikan, jenis-jenis jabatan/pekerjaan yang ada dalam masyarakat, serta jenis-jenis organisasi atau lembagalembaga yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya bagi mereka yang berpotensi, berbakat dan berminat dapat merencanakan untuk 24
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 225-226. 25
memasukinya apabila telah selesai menempuh pendidikan yang sekarang sedang berlangsung. Manfaat pelayanan informasi sangat besar, terutama karena pelayanan tersebut dapat mendorong motivasi untuk melanjutkan pelajaran, menambah kemampuan dan keterampilan serta memilih pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, membantu menyalurkan bakat dan cita-cita siswa, menunjang keberhasilan belajar, membantu merencanakan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat, latar belakang pendidikan dan kepribadiannya.26 c. Pelayanan Penempatan Individu sering menjalani kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.27 Tujuan pelayanan penempatan ialah agar siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu diberikanlah pelayanan penempatan dalam kelas, penempatan dalam jurusan atau program yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya, penempatan dalam kelompok belajar yang sesuai, penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sesuai bakat, minat, kemampuan dan sesuai pula dengan pola atau kondisi kepribadiannya. Bagi siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi dibantu untuk memilih jurusan dan fakultas yang sesuai dengan aspirasinya (cita-citanya). Manfaat pelayanan penempatan adalah membantu siswa agar dapat berhasil dalam belajar, dapat mencari dan memilih pekerjaan setelah tamat belajar, potensi siswa dapat berkembang, dapat
26
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 32, td Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 272. 27
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan menunjang tercapainya cita-cita.28 Selain itu, layanan penempatan terhadap siswa akan membawa keuntungan bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi individual siswa. Sebagai contoh penempatan dalam kelas. Siswa yang matanya kurang melihat dan memiliki pendengaran yang lemah hendaklah diberikan tempat duduk paling depan, agar siswa tersebut dapat lebih memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Contoh lain adalah penempatan siswa
menurut
minatnya
masing-masing.
Selain
memberikan
keuntungan bagi siswa, layanan penempatan juga memberikan keuntungan bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, dengan penempatan yang tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa. Dengan demikian, layanan penempatan bagi siswa, dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang optimal dari satu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar. Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing kedua kata tersebut. Prestasi artinya hasil yang telah dicapai.29
28
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 33, td Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 623. 29
Prestasi adalah hasil dari usaha kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa "prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja".30 Dalam kamus populer, dinyatakan prestasi belajar adalah apa yang terjadi diciptakan, hasil penghargaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan belajar.31 M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan "sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswasiswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu".32 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. a. Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaankeadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)." b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi." c. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman." d. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
30 31
S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983), h. 296. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. IV, h.
700. 32
M. Ngalim Purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997), h. 6.
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian." 33 Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai berikut: 1) Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. 2) Chaplin, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama mendefinisikan belajar sebagai perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. 3) Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disesbabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 4) Wittig, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. 5) Rober, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.34 Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu yang panjang. Selain itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari. Setelah mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi dan belajar, maka penulis mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi belajar.
33
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), cet. V, h. 84. 34 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 90-91.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.35 Setiap pendidik baik orang tua maupun guru selalu mengharapkan prestasi yang baik dari anak-anak didiknya. Karena prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi merupakan hasil dari proses belajar yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, baik faktor dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan itu biasanya akan tampak pada prestasi belajarnya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa. Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap kemampuan kognitisi, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah nilai raport siswa.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
35
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 37.
Sebelum membahas mengenai pengertian pendidikan agama Islam, penulis terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan dan agama Islam. Pendidikan artinya proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.36 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses
dengan
metode-metode
tertentu
sehingga
orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.37 Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, mengartikan pendidikan sebagai semua perbuatan dari seorang pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya.38 Berdasarkan kamus pendidikan yang berjudul Dictionary of Education, pendidikan diartikan: 1. Serangkaian proses dengannya seseorang atau anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat. 2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuankemampuan sosial dan perkembangan individual. Beberapa ahli pendidikan mengartikan pendidikan sebagai berikut:
36
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 263. 37 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h.10-11. 38 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. I, h. 178.
1. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. 2. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. 3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.39 Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada Bab I, Pasal 1, Ayat 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara"40 Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan. Selain itu, ada beberapa ahli pendidikan lain mengartikan pendidikan sebagai berikut: 1. John Dewey, memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya. 2. John S. Brubacher, menurutnya pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan dan kapasitas manusia yang 39
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
h. 5-6. 40
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I, h. 7.
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Carter V. Good, mendefinisikan pendidikan dalam 2 (dua) perspektif. Pertama, pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan individual sevara optimal.41 Plato, menurutnya pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai. Jules Simon, menurutnya pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain. John Milton, menurutnya pendidikan yang sempurna ialah mendidik anak-anak, supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu peperangan. Pestalozzi, menurutnya pendidikan ialah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna, lagi seimbang. Herbert Spencer, menurutnya pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna. Sully, menurutnya pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi'at anakanak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia.42 Theodore Mayer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat
umum: pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Selain itu, Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.43 41
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 1-2. 42 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya Agung), h. 5. 43 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1996) cet. II, h. 5-6.
Sementara, pendidikan menurut George F. Kneller, memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembagalembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembagalembaga lain.44 Dari berbagai uraian pengertian pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuanketentuan ibadah dan mu'amalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.45
44
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 3. 45 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. IV, h. 4.
Menurut Abuddin Nata, Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.46 Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang di tuju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempang dan lebar, kiri kanannya berpagar al-Qur'an dan al-Hadits. Pada jalan itu terdapat juga ramburambu, tanda-tanda, serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia.47 Di dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) pendidikan agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan
latihan
dengan
memperhatikan
tuntutan
untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.48 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.49 Menurut Zakiah Daradjat, dkk mengemukakan beberapa pengertian tentang pendidikan agama Islam, diantaranya adalah:
46
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. VII,
h. 65. 47
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), cet. II, h. 50. 48 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. II, h. 75-76. 49 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130.
a. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). b. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.50 Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.51 Jadi, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar. 50
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. V, h.
86. 51
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130-131.
a. Faktor Internal 1. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap oarng baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.52 2. Inteligensi Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. 53 3. Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.54 Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap
52
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 55 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 134. 54 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. IV, h. 57. 53
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.55 4. Bakat Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.56 5. Motivasi Motivasi adalah daya pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ektrinsik) yaitu dorongan yang datang dari teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.57
55
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 56. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 135-136. 57 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 57. 56
6. Cara Belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik di faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.58 b. Faktor Eksternal 1. Motivasi Orang Tua Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. 2. Motivasi dari Teman Yang Berprestasi Motivasi dari teman yang berprestasi juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang mengalami kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, maka seorang teman yang berprestasi dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami pelajaran tersebut. Seorang teman yang berprestasi juga dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk belajar lebih giat lagi orang tersebut mendapatkan hasil belajar yang baik. Sebaliknya, teman yang kurang berprestasi biasanya kurang memberikan motivasi kepada seseorang dan kurang membantu 58
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 57-58.
mengatasi dalam memahami kesulitan belajar seseorang. Hal itu dapat mengurangi prestasi belajar seseorang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kondisi pembelajaran agama Islam adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu ditinjau dari aspek tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, tujuan yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih Al-Qur'an sebagai sebagai pedoman hidup, mampu menghargai Al-Qur'an sebagai pilihannya yang paling benar, serta mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya. Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi pendidikan agama Islam, pendidikan agama Islam menuntut adanya fakta, hukum/dalil, prinsip dan keimnanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat manusia. Ditinjau dari aspek karakteristik peserta didik secara individual, peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kemampuan gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, dan perkembangan kognitif. Ditinjau dari faktor kendala sumber belajar yang tersedia, ada yang memilki laboratorium lengkap, ada yang kurang lengkap, bahkan ada yang tidak memilikinya: ada yang sudah memiliki sarana prasarana lengkap untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran yang optimal, dan ada yang memiliki sarana prasarana seadanya.59
59
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 146-147.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode-metode penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespons dan menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mudah, cepat, menyenangkan. Karena itu penempatan strategi penyampaian perlu menerima serta merespons masukan dari peserta didik. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup bahan-bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain, media pembelajaran merupakan satu komponen penting dan menjadi kajian utama dalam strategi ini. Strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang diperlukan peserta didik. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berupaya
untuk
menata
interaksi
peserta
didik
dengan
memperhatikan empat hal, yaitu penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik melalui penilaian yang komprehensif dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya, pengelolaan motivasi peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan kontrol belajar yang mengacu kepada
pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.60 3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata, yaitu hasil belajar pendidikan agama Islam yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran pendidikan agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Selain hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat berupa hasil nyata, hasil pembelajaran pendidikan agama Islam juga dapat berupa hasil yang diinginkan, yang merupakan tujuan yang dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran pendidikan agama Islam dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada dan hasil yang diinginkan.61
60
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 151-155. 61 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 146-156.
BAB II KAJIAN TEORI C. Bimbingan dan Konseling 5. Pengertian Bimbingan dan Konseling Dilihat dari asal kata bimbingan yaitu bimbing, yang artinya pimpin; asuh; tuntun. Sedangkan bimbingan artinya petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu. 62 Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi yang terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup, mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri.63 Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, mengartikan bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada murid untuk menemukan sendiri dan memberi respon yang tepat atas kemauan sendiri dalam masalah studi dan sosial.64 Menurut Hallen A. di dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan beberapa definisi mengenai bimbingan: 6. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of Education 1955, yang menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 7. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
62
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 152. 63 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 64. 64 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. I, h. 33.
8. Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri. 9. Menurut Arthur J. Jones, seperti yang dikuti oleh DR. Tohari Musnamar, mendefinisikan bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. 10. DR. Rachman Natawidjaja, menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.65 Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya".66 Sedangkan menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya".67 Dari uaraian-uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada incividu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, 65
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.3-5. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. III, h.4. 67 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 9, td. 66
agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya dan kemampuan untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sedangkan pengertian konseling yaitu pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis; pengarahan, atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.68 Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mangarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial. Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik yang terkandung dalam pengertian konseling, sebagaimana yang dikutipkan oleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling dari Patterson: 1. Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi perubahan sebagian besar tingkah laku klien secara sukarela (klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor). 2. Maksud dari konseling ialah menyajikan kondosi yang dapat memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisikondisi yang demikian itu adalah merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri). 3. Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling, tetapi konseling selalu menyangkut wawancara). 4. Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja. 5. Konselor memahami klien. 6. Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan hasilnya dirahasiakan.
68
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 588.
7. Klien mempunyai masalah-masalah psikologis dan konselor memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan masalahmasalah psikologis yang dihadapi klien.69 Pelayanan dengan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individuil. James F. Adams menjelaskan bahwa "konseling adalah suatu pertalian timabal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang".70 Menurut Kartini Kartono, konseling ialah wawancara yang melibatkan dua pihak, konselor dan konseli, dalam pergumulan memahami dan merumuskan masalah, mencari jalan keluar dan melaksanakan jalan keluar. Wawancara konseling dilakukan dalam interaksi/hubungan antara penolong dengan yang ditolong. Hubungan dalam konseling ditandai oleh usaha saling memahami, menghargai dan menerima, yang memperlancar proses menolong.71 Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. American
Personnel
and
Guidance
Association
(APGA)
mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang
69
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.11-13. I. Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu, 1975), h. 29. 71 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985), cet. I, h. 181. 70
berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.72 Pengertian konseling berarti: "Bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya".73 Dari beberapa pengertian mengenai bimbingan dan konseling di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan dalam menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
6. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-
72
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), cet. I, h. 22-23. 73 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. III, h. 5.
nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamir pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.74 Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir. 4. Secara umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis di antara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, sosial, dan moral, bahkan spiritual. 5. Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk. 6. Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri.75 Menurut Hallen A., dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, menguraikan beberapa fungsi bimbingan dan konseling, di antaranya adalah: 6. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. 7. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugiankerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 8. Fungsi Pengentasan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. 9. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik 74 75
td.
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.57-59. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 15-16,
dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan. 10. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.76 Menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah memilki beberapa fungsi antara lain: 6. Fungsi pengembangan, yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensi (bakat, minat, kemampuan) dan wawasan, ilmu pengetahuan sikap dan nilai-nilai luhur serta keterampilan agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya. 7. Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-citanya. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstra kurikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadiannya. 8. Fungsi perbaikan, yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam cara berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. 9. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa memperoleh penyesuaian dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. 10. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi membantu staf sekolah, khususnya guru, untuk menyesuaikan program pengajaran dan program bimbingan kepada kebutuhan dan tingkat perkembangan serta aspirasi siswa.77
7. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Menurut Prayitno dan Erman Amti, rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Uraian berikut ini akan mengungkapkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Priyatno 76 77
15.
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 60-62. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Diktat UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h.
dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksana Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1997). a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: 1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi. 2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. 3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. 4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu: 3) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. 4) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling. c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: 4) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu. 5) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. 6) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: 6) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya. 7) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan tau desakan diri pembimbing atau pihak lain. 8) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. 9) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan. 10) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.78 8. Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling a. Pemberian Pengalaman-pengalaman Belajar yang Menantang Tujuan pemberian pengalaman belajar yang menantang adalah agar segala potensi yang ada pada anak dan sekaligus aspek-aspek kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan yang dapat diberikan di sekolah antara lain pemberian tugas individual, pemberian tugas kelompok, kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan praktek, kegiatan tutorial,
berbagai
kegiatan
lomba,
remedial
teaching
dan
karyawisata.79 Pemberian tugas individual kepada siswa merupakan salah satu faktor
yang
dapat
manunjang
dalam
rangka
meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Dengan tugas individual, siswa dapat memperdalam pemahamannya sendiri, dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan siswa juga dapat melatih rasa tanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pemberian tugas individual kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, guru tidak hanya memberikan tugas individual, akan tetapi siswa perlu diberikan tugas kelompok. Karena dengan tugas kelompok siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan tugas kelompok, siswa dapat mengetahui berbagai
pendapat
dari
siswa
lain
yang
dapat
memperluas
wawasannya. Dengan demikian, pemberian tugas kelompok kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
78 79
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 63-65. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td
Dalam meningkatkan prestasi belajar, hendaklah siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya, diantaranya adalah kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ini dapat melatih siswa dalam memperluas wawasannya, siswa juga dapat memperdalam pemahamannya, dan dapat melatih siswa untuk memupuk keberaniannya dalam memberikan sebuah pendapat. Dengan demikian, kegiatan kelompok diskusi ini dapat membantu siswa dalam menigkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar. Dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan lain yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah kegiatan praktek. Dalam meningkatkan pengetahuannya, siswa tidak hanya harus memahami sebuah teori, akan
tetapi
siswa
juga
harus
dapat
mempraktekkan
ilmu
pengetahuannya, agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih mantap. Dengan demikian, kegiatan praktek dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Kegiatan tutorial juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan tutorial sangat dibutuhkan oleh siswa, karena dengan kegiatan tutorial, siswa dapat lebih memperdalam pemahamannya, dan siswa juga dapat menambah pengetahuannya. Dengan demikian, kegiatan tutorial ini, dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelaksananaan berbagai kegiatan lomba perlu diadakan di lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan lomba tersebut diadakan dalam rangka melatih siswa dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya, dan siswa juga dapat memupuk keberanian dalam menghadapi sebuah tantangan yang dihadapinya. Dengan demikian,
kegiatan lomba tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama dalam memahami sebuah pelajaran. Terkadang sebagian pengetahuan yang sudah dipahami oleh siswa hilang. Agar dapat mengembalikan pemahaman siswa tersebut, maka guru perlu memberikan kegiatan remedial teaching. Karena dengan kegiatan tersebut, sebagian pemahaman siswa yang hilang dapat dipahami kembali oleh siswa, dan juga dapat menambah pemahaman tersebut. Dengan demikian, kegiatan
remedial
teaching
dapat
membantu
siswa
dalam
meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan lain yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa adalah kegiatan karyawisata. Kegiatan karyawisata merupakan kegiatan yang menyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar kelas. Dengan kegiatan karyawisata, siswa dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat menambah pengalaman belajar di luar kelas. Dengan demikian, kegiatan karyawisata ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Manfaat
pelayanan
pemberian
pengalaman
belajar
yang
menantang ini adalah: 1) Mengembangkan
dan
menyalurkan
potensi
(bakat,
minat,
kemampuan) dan cita-cita siswa. 2) Memperdalam pemahaman siswa dan memperluas wawasannya. 3) Mendukung keberhasilan belajar siswa. 4) Membantu memberikan arah tentang lanjutan pendidikan. 5) Melatih disiplin, tanggung jawab, toleransi, sportivitas dan memupuk keberanian, serta menambah wawasan siswa, yang kesemuanya itu akan menambah atau meningkatkan kualitas kepribadian siswa. 6) Mengembangkan sosialitas siswa.
7) Menunjang kemandirian siswa.80 b. Pelayanan Informasi Secara umum, layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.81 Pelayanan informasi yang diberikan oleh siswa sangat diperlukan dalam
meningkatkan
prestasi
belajarnya.
Pelayanan-pelayanan
informasi yang dapat diberikan kepada siswa, diantaranya adalah informasi tentang cara belajar. Dengan mengetahui informasi tentang cara belajar, siswa dapat menggunakan waktu belajarnya dengan sebaik-baiknya, siswa dapat belajar dengan tenang, teliti dan penuh konsentrasi, sehingga pelajaran yang sudah dipelajarinya benar-benar dapat dipahami. Selain itu, pelayanan informasi yang perlu diberikan kepada siswa adalah informasi tentang pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. Agar belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur, sehingga siswa dapat memperhitungkan waktunya untuk kegiatankegiatan yang dilakukannya setiap hari, dan siswa dapat merencanakan penggunaan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajarinya. Dengan demikian, pelayanan-pelayanan informasi tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelayanan ini bertujuan agar para siswa mengetahui jenis-jenis sekolah untuk melanjutkan pendidikan, jenis-jenis jabatan/pekerjaan yang ada dalam masyarakat, serta jenis-jenis organisasi atau lembagalembaga yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya bagi mereka yang berpotensi, berbakat dan berminat dapat merencanakan untuk 80
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 225-226. 81
memasukinya apabila telah selesai menempuh pendidikan yang sekarang sedang berlangsung. Manfaat pelayanan informasi sangat besar, terutama karena pelayanan tersebut dapat mendorong motivasi untuk melanjutkan pelajaran, menambah kemampuan dan keterampilan serta memilih pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, membantu menyalurkan bakat dan cita-cita siswa, menunjang keberhasilan belajar, membantu merencanakan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat, latar belakang pendidikan dan kepribadiannya.82 c. Pelayanan Penempatan Individu sering menjalani kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.83 Tujuan pelayanan penempatan ialah agar siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu diberikanlah pelayanan penempatan dalam kelas, penempatan dalam jurusan atau program yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya, penempatan dalam kelompok belajar yang sesuai, penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sesuai bakat, minat, kemampuan dan sesuai pula dengan pola atau kondisi kepribadiannya. Bagi siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi dibantu untuk memilih jurusan dan fakultas yang sesuai dengan aspirasinya (cita-citanya). Manfaat pelayanan penempatan adalah membantu siswa agar dapat berhasil dalam belajar, dapat mencari dan memilih pekerjaan setelah tamat belajar, potensi siswa dapat berkembang, dapat
82
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 32, td Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 272. 83
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan menunjang tercapainya cita-cita.84 Selain itu, layanan penempatan terhadap siswa akan membawa keuntungan bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi individual siswa. Sebagai contoh penempatan dalam kelas. Siswa yang matanya kurang melihat dan memiliki pendengaran yang lemah hendaklah diberikan tempat duduk paling depan, agar siswa tersebut dapat lebih memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Contoh lain adalah penempatan siswa
menurut
minatnya
masing-masing.
Selain
memberikan
keuntungan bagi siswa, layanan penempatan juga memberikan keuntungan bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, dengan penempatan yang tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa. Dengan demikian, layanan penempatan bagi siswa, dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
D. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang optimal dari satu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar. Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing kedua kata tersebut. Prestasi artinya hasil yang telah dicapai.85
84
Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 33, td Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 623. 85
Prestasi adalah hasil dari usaha kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa "prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja".86 Dalam kamus populer, dinyatakan prestasi belajar adalah apa yang terjadi diciptakan, hasil penghargaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan belajar.87 M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan "sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswasiswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu".88 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. e. Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaankeadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)." f. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi." g. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman." h. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
86 87
S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983), h. 296. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. IV, h.
700. 88
M. Ngalim Purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997), h. 6.
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian." 89 Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai berikut: 6) Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. 7) Chaplin, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama mendefinisikan belajar sebagai perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. 8) Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disesbabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 9) Wittig, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. 10) Rober, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.90 Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu yang panjang. Selain itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari. Setelah mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi dan belajar, maka penulis mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi belajar.
89
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), cet. V, h. 84. 90 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 90-91.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.91 Setiap pendidik baik orang tua maupun guru selalu mengharapkan prestasi yang baik dari anak-anak didiknya. Karena prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi merupakan hasil dari proses belajar yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, baik faktor dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan itu biasanya akan tampak pada prestasi belajarnya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa. Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap kemampuan kognitisi, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah nilai raport siswa.
91
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I, h. 37.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas mengenai pengertian pendidikan agama Islam, penulis terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan dan agama Islam. Pendidikan artinya proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.92 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses
dengan
metode-metode
tertentu
sehingga
orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.93 Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, mengartikan pendidikan sebagai semua perbuatan dari seorang pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya.94 Berdasarkan kamus pendidikan yang berjudul Dictionary of Education, pendidikan diartikan: 1. Serangkaian proses dengannya seseorang atau anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat. 2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuankemampuan sosial dan perkembangan individual. Beberapa ahli pendidikan mengartikan pendidikan sebagai berikut: 92
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 263. 93 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h.10-11. 94 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. I, h. 178.
1. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. 2. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. 3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.95 Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada Bab I, Pasal 1, Ayat 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara"96 Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan. Selain itu, ada beberapa ahli pendidikan lain mengartikan pendidikan sebagai berikut: 1. John Dewey, memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya. 2. John S. Brubacher, menurutnya pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan dan kapasitas manusia yang 95
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
96
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
h. 5-6. h. 7.
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Carter V. Good, mendefinisikan pendidikan dalam 2 (dua) perspektif. Pertama, pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan individual sevara optimal.97 Plato, menurutnya pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai. Jules Simon, menurutnya pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain. John Milton, menurutnya pendidikan yang sempurna ialah mendidik anak-anak, supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu peperangan. Pestalozzi, menurutnya pendidikan ialah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna, lagi seimbang. Herbert Spencer, menurutnya pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna. Sully, menurutnya pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi'at anakanak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia.98 Theodore Mayer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat
umum: pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Selain itu, Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.99 97
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 1-2. 98 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya Agung), h. 5. 99 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1996) cet. II, h. 5-6.
Sementara, pendidikan menurut George F. Kneller, memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembagalembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembagalembaga lain.100 Dari berbagai uraian pengertian pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuanketentuan ibadah dan mu'amalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.101
100
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 3. 101 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. IV, h. 4.
Menurut Abuddin Nata, Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.102 Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang di tuju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempang dan lebar, kiri kanannya berpagar al-Qur'an dan al-Hadits. Pada jalan itu terdapat juga ramburambu,
tanda-tanda,
serta
jalur-jalur
sebanyak
aspek
kehidupan
manusia.103 Di dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) pendidikan agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan
latihan
dengan
memperhatikan
tuntutan
untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.104 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.105 Menurut Zakiah Daradjat, dkk mengemukakan beberapa pengertian tentang pendidikan agama Islam, diantaranya adalah: 102
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet.
VII, h. 65. 103
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), cet. II, h. 50. 104 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. II, h. 75-76. 105 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130.
a. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). b. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.106 Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.107 Jadi, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar. 106
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. V, h.
86. 107
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130-131.
a. Faktor Internal 1. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap oarng baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.108 2. Inteligensi Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. 109 3. Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.110 Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap
108
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 55 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 134. 110 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. IV, h. 57. 109
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.111 4. Bakat Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.112 5. Motivasi Motivasi adalah daya pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ektrinsik) yaitu dorongan yang datang dari teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.113
111
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 56. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 135-136. 113 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 57. 112
7. Cara Belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik di faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.114 b. Faktor Eksternal 1. Motivasi Orang Tua Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. 2. Motivasi dari Teman Yang Berprestasi Motivasi dari teman yang berprestasi juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang mengalami kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, maka seorang teman yang berprestasi dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami pelajaran tersebut. Seorang teman yang berprestasi juga dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk belajar lebih giat lagi orang tersebut mendapatkan hasil belajar yang baik. Sebaliknya, teman yang kurang berprestasi biasanya kurang memberikan motivasi kepada seseorang dan kurang membantu 114
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 57-58.
mengatasi dalam memahami kesulitan belajar seseorang. Hal itu dapat mengurangi prestasi belajar seseorang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 4. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kondisi pembelajaran agama Islam adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu ditinjau dari aspek tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, tujuan yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih Al-Qur'an sebagai sebagai pedoman hidup, mampu menghargai Al-Qur'an sebagai pilihannya yang paling benar, serta mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya. Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi pendidikan agama Islam, pendidikan agama Islam menuntut adanya fakta, hukum/dalil, prinsip dan keimnanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat manusia. Ditinjau dari aspek karakteristik peserta didik secara individual, peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kemampuan gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, dan perkembangan kognitif. Ditinjau dari faktor kendala sumber belajar yang tersedia, ada yang memilki laboratorium lengkap, ada yang kurang lengkap, bahkan ada yang tidak memilikinya: ada yang sudah memiliki sarana prasarana lengkap untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran yang optimal, dan ada yang memiliki sarana prasarana seadanya.115
115
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 146-147.
5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode-metode penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespons dan menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mudah, cepat, menyenangkan. Karena itu penempatan strategi penyampaian perlu menerima serta merespons masukan dari peserta didik. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup bahan-bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain, media pembelajaran merupakan satu komponen penting dan menjadi kajian utama dalam strategi ini. Strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang diperlukan peserta didik. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berupaya
untuk
menata
interaksi
peserta
didik
dengan
memperhatikan empat hal, yaitu penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik melalui penilaian yang komprehensif dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya, pengelolaan motivasi peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan kontrol belajar yang mengacu kepada
pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.116 6. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata, yaitu hasil belajar pendidikan agama Islam yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran pendidikan agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Selain hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat berupa hasil nyata, hasil pembelajaran pendidikan agama Islam juga dapat berupa hasil yang diinginkan, yang merupakan tujuan yang dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran pendidikan agama Islam dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada dan hasil yang diinginkan.117
116
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 151-155. 117 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. ke-2, h. 146-156.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMPN 13 Depok mengenai "Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam", dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelayanan-pelayanan BK yang ada di SMPN 13 Depok termasuk cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari hasil data primer (angket) dan hasil data sekunder (wawancara). 2. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berada pada kategori sedang atau cukup. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata variabel Y adalah 69,76, nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 60. 3. Ada korelasi yang signifikan antara pengaruh bimbingan dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam tergolong kuat atau tinggi.
B. Saran-Saran Setelah melaksanakan penelitian di atas dengan didasari rasa tidak ingin melakukan penilaian sepihak, maka penulis memberikan beberapa saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi SMPN 13 Depok. Saran-saran tersebut adalah: 1. Bagi guru BK dalam memberikan pelayanan-pelayanan kepada siswa yang bermasalah dalam belajar PAI, hendaknya lebih ditingkatkan lagi pelayanannya, agar masalah-masalah belajar PAI siswa dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bagi guru PAI dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, hendaknya guru PAI lebih meningkatkan pelayananpelayanan kepada siswa agar prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa dapat meningkat.
3. Kepada pihak sekolah hendaklah tingkatkan terus prestasi belajar PAI siswa, agar visi sekolah dapat tercapai dengan baik, yaitu terbentuknya warga sekolah berprestasi gemilang dengan didasari akhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I. Ahmadi, Abu, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. IV. _______ dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. I. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), cet. II. Djumhur, I., dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu, 1975). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. IV. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I. Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. V. Habeyb, S. F., Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983). Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I. Kartono, Kartini, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985), cet. I. Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. II. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. VII. _______, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), td.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. I. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), cet. V. _______, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997). Sabri, M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I. _______, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I. Saliman, dan Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. I. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. IV. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983). Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. XI. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1996) cet. II. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. I. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. III. Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya gung).
Zurinal Z, dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I.
LAMPIRAN - LAMPIRAN ANGKET Identitas Anda Nama Kelas
: :
Petujuk Pengisian Angket 1. Bacalah pertanyaan ini dengan teliti 2. Berikanlah tanda (X) pada pilihan a, b, c dan d sesuai dengan keadaan anda. 3. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam mengisi angket. Pertanyaan-Pertanyaan: 1. Apakah anda mempunyai masalah dalam belajar PAI? a. Selalu bermasalah c. Kadang-kadang bermasalah b. Sering bermasalah d. Tidak pernah bermasalah 2. Apakah anda mengadukan masalah dalam belajar PAI kepada guru BK? a. Selalu mengadukan c. Kadang-kadang mengadukan b. Sering mengadukan d. Tidak pernah mengadukan 3. Apakah guru BK anda mempunyai perhatian kepada masalah belajar PAI anda? a. Sangat perhatian c. Kadang-kadang perhatian b. Kurang perhatian d. Tidak perhatian 4. Apakah guru BK memberikan bimbingan kepada anda ketika anda mendapatkan masalah dalam belajar PAI anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 5. Apakah anda sering diingatkan oleh guru BK agar giat belajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 6. Apakah anda merasa bebas dalam mengutarakan masalah belajar PAI anda kepada guru BK? a. Sangat bebas c. Kurang bebas b. Cukup bebas d. Tidak bebas
7. Apakah guru BK berhasil dalam menyelesaikan masalah belajar PAI anda? a. Sangat berhasil c. Kurang berhasil b. Cukup berhasil d. Tidak berhasil 8. Bagaimana menurut anda, apakah guru BK membantu meningkatkan prestasi belajar PAI anda? a. Sangat membantu c. Kurang membantu c. Cukup membantu d. Tidak membantu 9. Apakah anda memanfaatkan BK untuk meningkatkan prestasi belajar PAI anda? a. Memanfaatkan sekali c. Kurang memanfaatkan b. Memanfaatkan d. Tidak memanfaatkan 10. Untuk memahami pelajaran Agama Islam apakah anda dibantu oleh guru BK anda? a. Sangat dibantu c. Kurang dibantu b. Cukup dibantu d. Tidak dibantu 11. Apakah guru BK anda memberikan informasi tentang cara belajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 12. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas individual (PR perorangan) kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 13. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas kelompok kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 14. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas diskusi kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 15. Apakah anda mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 16. Apakah anda mengikuti kegiatan karyawisata? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
17. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba cerdas cermat, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 18. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba pidato, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 19. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba MTQ, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 20. Bagaimana nilai raport anda khusus pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? a. Sangat bagus c. Kurang bagus b. Bagus d. Tidak bagus
BERITA WAWANCARA
Wawancara terhadap Wakil Kepala Sekolah 1. Bagaimana sejarah berdirinya SMPN 13 Depok? Jawab: Awal mulanya sekolah ini didirikan pada tahun 1992 dan mulai beroperasinya pada tahun 1994, yang bernama SMPN 13 Depok status sekolah ini terakreditasi B, dan sekolah ini sampai sekarang masih berjalan dengan baik, dengan luas tanah 7.753 M. Berdasarkan surat keputusan dengan nomor 642.2/01/PU/1994 pada tahun 1994 Dinas pendidikan Pemerintah Kota Depok memberikan izin untuk mendirikan SMPN 13 Depok yang terletak di Jalan Raya Krukut / Limo, kota Depok. Dan SMPN 13 Depok sekarang dikepalai oleh Bpk. H. Abdullah Syafi'i, S. Pd. 2. Apa visi dan misi SMPN 13 Depok? Jawab: Visi SMPN 13 Depok adalah terbentuknya warga sekolah berprestasi gemilang dengan didasari akhlak mulia. Adapun Misi SMPN 13 Depok sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan prima b. Meningkatkan kinerja yang sinergis c. Meningkatkan disiplin d. Meningkatkan kreativitas dan inovasi e. Meningkatkan tenaga pendidikan yang berkualitas f. Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan
Wawancara terhadap Guru BK 1. Apa yang melatarbelakangi dari pendirian BK di SMPN 13 Depok? Jawab: Pelaksanaan kegiatan BK merupakan salah satu unsur penunjang bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, karena hal ini berkaitan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa dan juga pembentukan sikap dan perilaku agar siswa berkembang dengan optimal dan mencapai prestasi yang maksimal di sekolah. 2. Apa maksud dan tujuan didirikannya BK di SMPN 13 Depok? Jawab: Penyususnan
program
kurikulum
bimbingan
dan
konseling
ini
dimaksudkan memberi arah bagi pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di SMPN 13 Depok agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Apa saja yang anda lakukan ketika ada seorang siswa yang mendapatkan masalah dalam belajarnya? Jawab: Memberikan bimbingan kepada siswa tersebut sekaligus membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya. 4. Apa sebab-sebab yang membuat siswa tersebut mendapatkan masalah dalam belajarnya? Jawab: Siswa tersebut sering absen ketika waktu belajar, siswa tersebut malas dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, absenya guru guru bidang studi ketika jam pelajaran berlangsung, dan masalah pribadi siswa. 5. Apakah anda menemukan kendala dalam mengatasi masalah-masalah siswa? Apa saja? Jawab: Kendala yang dihadapi ketika mengatasi masalah belajar siswa, diantaranya adalah siswa yang malas dalam belajar, kurangnya motivasi
belajar siswa, dan kurangnya interaksi antara guru BK dengan orang tua siswa, karena undangan yang seharusnya diterima oleh orang tua siswa ternyata tidak disampaikan kepada orang tua siswa tersebut. 6. Bagaimana cara anda dalam menyelesaikan kendala-kendala tersebut? Jawab: Memberikan bimbingan individu yang dilakukan di ruangan tertentu dan memberikan bimbingan kelompok yang dilakukan di ruangan kelas tertentu. 7. Apa tindakan BK selanjutnya, apabila siswa tersebut mengabaikan bimbingan yang sudah diberikan oleh guru BK? Jawab: Membuat surat pernyataan dan surat peringatan kepada siswa untuk tidak mengulangi kembali perbuatan buruk yang telah dilakukan dan akan memberikan sanksi apabila perbuatan buruk tersebut dilakukan lagi dan melakukan panggilan kepada orang tua siswa agar siswa tersebut lebih diperhatikan lagi, terutama dalam hal belajar. 8. Pelayanan-pelayanan apa saja yang anda berikan kepada siswa agar prestasi belajar siswa meningkat? Jawab: Memberikan informasi tentang belajar, memberikan informasi tentang menggunakan waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya, dan memberikan bimbingan individu dan bimbingan kelompok. 9. Apakah pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik (positif) terhadap prestasi belajar siswa? Jawab: Sebagian besar pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik (positif) terhadap prestasi belajar siswa.
Wawancara terhadap Guru PAI 1. Apa saja yang menjadi kendala siswa dalam memahami pelajaran PAI? Jawab: Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an, kurangnya pengetahuan siswa terhadap materi yang diberikan, dan kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. 2. Apa saja yang anda lakukan terhadap siswa yang kurang memahami pelajaran PAI? Jawab: Menjelaskan kembali pelajaran yang telah dipelajari agar siswa yang belum mengerti dapat mengerti dan memberikan bimbingan individu di luar jam pelajaran. 3. Apakah anda menemukan kendala dalam rangka membantu siswa yang kurang memahami pelajaran PAI? Jawab: Kendalanya adalah siswa yang kurang mampu dalam membaca Al-Qur'an, siswa yang tidak membawa iqra' atau Al-Qur'an ketika jam pelajaran PAI berlangsung, dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. 4. Pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan oleh anda dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam? Jawab: Membiasakan siswa membaca surat-surat pendek sebelum materi pelajaran dimulai, agar siswa tersebut terbiasa untuk membaca Al-Qur'an, dan mengadakan kegiatan ROHIS yang diadakan seminggu sekali, yang gunanya untuk membantu siswa dalam menambah pengetahuan tentang PAI. 5. Bagaimana nilai raport siswa pada mata pelajaran PAI? Jawab: Sebagian besar nilai raport siswa pada mata pelajaran PAI bagus. Hal itu terlihat dari nilai terendah siswa pada mata pelajaran PAI 60.