PENGARUH TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: SITI HUMAEROH 107011000090
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ABSTRAK Siti Humaeroh (107011000090) Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Kecerdasan emosional dipandang sebagai salah satu faktor yang memiliki pengaruh penting terhadap prestasi belajar anak. Apabila tingkat kecerdasan emosional siswa tinggi, maka dapat menimbulkan rasa empati ,rasa saling menghargai satu sama lain dan kesadaran memotivasi diri sendiri dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya, bila tingkat kecerdasan emosional siswa rendah, maka berakibat menurunnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode deskriptif analisis dengan mengambil sampel 40 siswa kelas VIII. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment (r) sebesar 0,844 yang berarti terdapat pengaruh positif yang signifikan, korelasi ini tergolong korelasi yang kuat dan tinggi. Pengaruh tingkat kecerdasan emosional (X) dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa (Y) mendapat angka koefisien determinasi sebanyak 64%, sedangkan sisanya 36% merupakan variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara tingkat kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Oleh karena itu, apabila siswa memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat memberikan kontribusi yang baik juga terhadap prestasi belajarnya. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar para pendidik memberikan pelajaran serta pengetahuan kepada siswa tentang segala hal yang berhubungan dengan kemampuan yang ada dalam diri termasuk kecerdasan emosional, tidak hanya pengetahuan yang bersifat rasional saja yang harus diajarkan akan tetapi pengetahuan tentang kemampuan mengenali emosi sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan berempati dan keterampilan sosial juga perlu diajarkan. Kata Kunci : Kecerdasan emosional dan Prestasi belajar PAI
ii
ABSTRACT Siti Humaeroh (107011000090) Influence of level of emotional intelligence on the Islamic religious Education Learning Achievements in JUNIOR HIGH SCHOOL students at Muhammadiyah 17 Ciputat. Emotional intelligence is seen as a factor that has a significant impact on children's learning achievement. If a high level of emotional intelligence of students, it can cause a sense of empathy, a sense of mutual respect for each other and awareness of self-motivation in the learning process so as to achieve optimal learning. Conversely, if the level of emotional intelligence of students is low, then the resulting decline in student achievement. Based on the description problem formulation that can be drawn is there any influence of emotional intelligence on academic achievement of Islamic religious education. The purpose of this study was to determine the presence or absence of the influence of emotional intelligence on academic achievement of Islamic religious education in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. This research is a quantitative and descriptive method of analysis by taking a sample of 40 eighth grade students. The data analysis technique used is the analysis Product Moment Correlation (r) of 0.844, which means there is a significant positive effect, the correlation is quite strong and high correlation. Effect of levels of emotional intelligence (X) with the learning achievement of students of Islamic Education (Y) got the coefficient of determination as much as 64%, while the remaining 36% are other variables that are not included in the study. It can be concluded that there is a significant positive effect between the level of emotional intelligence on student achievement in the subjects of Islamic Religious Education in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Therefore, if students have good emotional intelligence can contribute to a good jugat erhadap academic achievement. Based on this study suggested that educators provide learning and knowledge to students on all matters related to the ability that exists within, including emotional intelligence, knowledge is not only rational course to be taught but the knowledge of their own ability to recognize emotions, the ability to manage emotions , the ability to empathize and social skills also need to be taught. Keywords: emotional intelligence and achievements Islamic education
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah,..segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan dan pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai hari akhir nanti. Teristimewa, ucapan terimakasih penulis curahkan kepada Ayahanda (H. Karim) dan Ibunda tercinta (Hj. Yoyoh) yang telah mendidik penulis dari buaian hingga sekarang yang selalu berjuang baik materil maupun moril hingga penulis dapat
menyelesaikan
kuliah.
Terima
kasih
banyak
atas
kesabarannya,
ketulusannya dan perjuangan ayahanda dan ibunda tercinta, penulis tidak akan dapat membalas jasanya. Semoga Allah selalu memberikan balasan yang lebih atas semua yang telah ayahanda dan ibunda berikan untuk penulis. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1), di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu, penulis membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendididikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”. Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit, dan sebagainya. Namun dengan kerja keras dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bahrisalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
iv
3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Sururin, M.Ag, Sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat. 6. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya, yang telah memberikan pelayanan dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 7. Drs. Sayuti Sufriyatna, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat beserta guru-guru, karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian. 8. Teristimewa Kakanda H. Rahmansyah, Hj Aisyah, H.Abdul Kohar, Siti Khodijah, Edi Junaedi, Adik bungsu Kamaludin dan Fida, Asyraf, Ajwa dan Alifa dan yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat. 9. Teman-teman Kosan Yuli, T’ Irna, Euis, Uci, Amel, Opie dan Upi, yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis 10. Sahabat-sahabat PAI Angkatan 2007 Euis Fatmawati S.Pd.I, Dina Merliana S.Pd.I, Syifa Fauziyah, Eni Setyo Rini S.Pd.I, Reni Adhani dan Ratna Sari Ningsih S.Pd semangat dan keceriaannya tak terlupakan. Semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita.Amiin Jakarta, 01 April 2013 Penulis
Siti Humaeroh
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
BAB II
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Perumusan Masalah ....................................................................
5
E. Tujuan Penelitian.................................................................... ....
5
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
5
LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ............................................................
7
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................
7
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................... 10 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam .......................................... 11 4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam…………………. 12 B. Prestasi Belajar ............................................................................ 15 1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam .......... 15 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .............. 17 C. Kecerdasan Emosional ................................................................ 22 1. Pengertian Emosi .................................................................. 22
vi
2. Pengertian Kecerdasan .......................................................... 23 3. Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................ 24 4. Karakteristik Kecerdasan Emosional .................................... 26 D. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar.......... 28 E. Hasil Penelitian yang relevan........................................................ 28 F. Kerangka Berpikir......................................................................... 29 G. Pengajuan Hipotesa....................................................................... 30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 31 B. Variabel Penelitian ...................................................................... 31 C. Populasi dan Sampel ................................................................... 31 D. Metode Penelitian ....................................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32 F. Teknik Analisis Data................................................................... 34
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................... 39 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 17 Ciputat .......... 39 2. Profil Sekolah........................................................................ 40 3. Keadaan Siswa, Guru dan Tata Usaha .................................. 41 4. Sarana dan Prasarana ............................................................ 42 B. Deskripsi dan Interpretasi Data ................................................... 43 C. Analisis Data ............................................................................... 59
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 71 B. Saran ........................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen angket Kecerdasan Emosional........................ 34
Tabel 3.2
Ketentuan skor kecerdasan emosional............................................
35
Tabel 3.3
Pengukuran secara deskriptif..........................................................
36
Tabel 3.4
Nilai “r” Product Moment.............................................................
37
Tabel 4.5
Keadaan Siswa...............................................................................
41
Tabel 4.6
Keadaan Guru dan Tata Usaha......................................................
41
Tabel 4.7
Sarana dan Prasarana.....................................................................
42
Tabel 4.8
Data kepegawaian guru bidang study...........................................
42
Tabel 4.9
Santai ketika dimarahi orang tua....................................................
43
Tabel 4.10 Tahu persis hal-hal yang menyebabkan malas belajar...................
44
Tabel 4.11 Sadar perasaan malu untuk bertanya.............................................
44
Tabel 4.12 Tetap gugup dalam mengerjakan soal ulangan..............................
45
Tabel 4.13 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam diri.........................
46
Tabel 4.14 Kelebihan yang dimiliki akan dipergunakan untuk sombong........
46
Tabel 4.15 Perlu membalas ejekan teman........................................................
47
Tabel 4.16 Belajar sesuai dengan jadwal.........................................................
48
Tabel 4.17 Dalam keadaan marah, mampu meredam kemarahan....................
48
Tabel 4.18 Tidak mampu meredam kemarahan ketika teman mengejek.........
49
Tabel 4.19 Kegagalan yang sekarang dialami dapat diubah menjadi keberhasilan di masa yang akan datang............................................................... 50 Tabel 4.20 Ketika tertimpa musibah, itu adalah karena perbuatan orang yang tidak menyukai saya........................................................................ 50 Tabel 4.21 Terus berusaha mendapatkan nilai-nilai yang terbaik diantara temanteman sekelas.................................................................................... 51 Tabel 4.22 Nilai yang jelek membuat pesimis (putus asa) meraih kesuksesan dalam belajar..................................................................................... 52 Tabel 4.23 Sulit mengenali emosi atau perasaan orang lain............................... 52
viii
Tabel 4.24 Membutuhkan dukungan dari keluarga dalam meraih prestasi…..
53
Tabel 4.25 Tidak suka mendengarkan teman yang mengungkapkan keluh kesahnya, hanya membuang waktu................................................. 53 Tabel 4.26 Dengan hanya melihat raut muka, dapat mengenali perasaan yang sedang dialami.................................................................................. 54 Tabel 4.27 Membiarkan teman mengungkapkan semua unek-uneknya terlebih dahulu sebelum memberikan saran................................................... 55 Tabel 4.28 Saran dari teman-teman merupakan introspeksi diri......................... 55 Tabel 4.29 Tidak suka kalau ada seseorang yang mengkritik............................. 56 Tabel 4.30 Merasa bahagia melihat teman yang tidak disukai sedih.................. 57 Tabel 4.31 Selalu menyapa bapa ibu guru bila bertemu..................................... 57 Tabel 4.32 Mudah bergaul dengan teman yang tidak sekelas……………….. Tabel 4.33
58
Cuek dan acuh tak acuh ketika ada orang yang mengajak berkenalan........................................................................................ 58
Tabel 4.34 Data skor angket (Kecerdasan emosional)....................................... 59 Tabel 4.35 Data hasil belajar PAI...................................................................... 61 Tabel 4.36 Analisis korelasi variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar............................................................................................... 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Kecerdasan Emosional Lampiran 2 Berita wawancara Kepala Sekolah dan Guru Bidang Study Lampiran 3 Tabulasi item angket dan skor Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar PAI Lampiran 4 Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Surat Izin Observasi Lampiran 8 Surat keterangan Penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Lampiran 9 Uji Referensi
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keharusan
bagi
bangsa Indonesia agar dapat bersaing di era globalisasi. Bidang pendidikan baik formal maupun nonformal memegang peranan yang sangat penting karena merupakan salah satu lembaga untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pembangunan sektor pendidikan di Indonesia harus menjadi prioritas
utama yang harus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3, yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah yang disebut dengan pendidikan formal, dilaksanakan serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi. Kegiatan-kegiatan di sekolah bertujuan menghasilkan 1
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 6
1
2
perubahan-perubahan positif dalam diri anak dalam bentuk proses belajar dan pembelajaran. Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai kemampuan maupun pengetahuan. Urgensi proses belajar telah ditegaskan sejak diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ayat tersebut berkaitan erat dengan masalah baca-tulis dan belajar. Firman Allah Swt:
Artinya:“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”2 Dalam surat Al-„Alaq, manusia diharapkan dapat belajar dan dapat
mengetahui banyak ilmu atas dasar keimanan kepada Allah Swt. Pembelajaran di sekolah mencakup beberapa mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Kedudukan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah merupakan upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk dihayati dan difahami tetapi juga diamalkan dalam kehidupan seharihari. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui
2
Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT KaryaToha Putra, 1996), h.479
3
kegiatan bimbingan dan pengajaran untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Keberhasilan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diwujudkan dari prestasi belajar mereka di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Menurut Tohirin dalam bukunya Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.3 Untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Zikri Neni Iska, faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya adalah faktor internal ini meliputi: faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera, faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari faktor lingkungan dan instrumental.4 Kecerdasan Emosional termasuk dalam faktor internal diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence).5 Menurut Daniel Goleman, kecerdasan Intellekual hanya menyumbang
20%
bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yaitu kemampuan memotivasi
diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.6
3
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.151 4 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother‟s, 2006), h.85 5 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3, h. 72 6 Daniel Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.44.
4
Dalam proses belajar siswa, kedua intelligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua Intelligensi itu saling melengkapi, keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rasional intelligensi yaitu model pemahaman yang lazimnya difahami siswa saja, melainkan perlu juga mengembangkan emosional intelligensi siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi bisa mengolah emosi dengan baik, menghargai teman dan guru, dan motivasi belajar yang tinggi. Adapula siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, rata-rata nilai untuk semua mata pelajaran diatas 90, namun memiliki sifat yang angkuh, sombong, tidak menghargai teman karena merasa diri paling pintar. Dari fenomena di atas, penulis tertarik mengetahui lebih jauh Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar, khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena lewat pelajaran inilah kecerdasan emosional lebih ditekankan agar siswa menjadi manusia yang bukan hanya pintar dalam pengetahuan tetapi juga pintar dalam mengolah emosi dan bersosialisasi. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Muhammadiyah 17 Ciputat.”
SMP
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. 2. Adanya ayat yang alquran yang mengharuskan manusia untuk belajar. 3. Adanya perbedaan motivasi belajar pada siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.
C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat?
E. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, agar dapat menambah wawasan mengenai kecerdasan emosional, sehingga penulis mengetahui betapa pentingnya peranan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
6
2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya berorientasi pada perkembangan intelektual siswa semata, akan tetapi kecerdasan emosional siswa juga perlu dikembangkan secara lebih maksimal. 3. Bagi sekolah, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang terlihat dari kecerdasan emosionalnya, sehingga menghasilkan para pelajar yang berkompeten dalam iptek maupun imtaq. 4. Bagi instansi yang berkepentingan dalam hal ini, diharapkan masalah kecerdasan emosional ini menjadi salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam bimbingan di sekolah agar prestasi siswa dapat terus ditingkatkan menjadi lebih baik.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan. Kata “Pendidikan” secara etimologi berasal dari kata “didik” yang berarti proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan pelatihan.7 Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara.”8 Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 204 8 A. Warson Munir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984), cet ke-1, h. 505
7
8
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9 Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, bahwa pendidikan adalah “Menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.”10 Sedangkan menurut Omar Muhammad al-Toumy, pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.11 Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha secara sadar yang dilakukan orang dewasa untuk menyiapkan seseorang menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan
kecerdasan berpikir melalui
bimbingan pengajaran dan latihan. Melalui pendidikan diharapkan anak dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya sehingga dapat menghantarkannya pada cita-cita yang diharapkan. Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.12
9
Undang- Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
10
2009),h.4 11
Jalaluddin, Teologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.76 Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h. 132 12
9
Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaranajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 13 Pendidikan Agama Islam menurut Tafsir dalam buku ilmu pendidikan dalam persfektif Islam menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.14 Sedangkan Pendidikan Agama Islam secara formal dalam kurikulum berbasis kompetensi dijelaskan bahwa: Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang didasarkan pada ajaran agama Islam agar siswa dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengalaman dan menjadikan ajaranajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
13
Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 h, 86 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Persfektif Islam, (Jakrta: Rosdakarya, 2005),h. 32 15 Muhaimin , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-4, h. 75 14
10
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Begitu juga halnya dalam pendidikan agama Islam, tujuan itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan. Pendidikan Agama Islam menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia pada tahun 1980, bertujuan untuk merealisasikan cita-cita Islami yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi manusia mengacu kepada keimanan dan ilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah Swt.16 Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang berjudul “ Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam ialah untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang shaleh dengan
seluruh
aspek
kehidupannya,
perbuatan,
Pikiran,
dan
perasaannya.”17 Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah “Kepribadian Muslim” yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.18 Orang yang berkepribadian muslim disebut
“Muttaqiin” karena itu
Pendidikan Agama Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yang akan membentuk manusia pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tercantumnya kata beriman dan bertakwa kepada Allah Swt dan berbudi pekerti yang luhur, menunjukan bahwa pendidikan agama sangat diharapkan berperan langsung dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan
16
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), h.55 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) cet ke-2, h. 35 18 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.72 17
11
itu sendiri, karena tanpa melalui pendidikan agama, tidak mungkin diwujudkan, karena pendidikan agama termasuk pendidikan agama Islam mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah meningkatkan dan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah, serta berakhlak mulia, dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah diharapkan akan tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat serta berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Abdul Majid dan Dian Andayani menjelaskan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah / madrasah sebagai berikut:19 a. Pengembangan Pengembangan merupakan upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan
keluarga.
Sekolah
berfungsi
untuk
mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan sehingga nilai keimanan dan ketakwaannya terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman Nilai Penanaman
nilai
sebagai
pedoman
hidup
untuk
mencari
diri
dengan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. c. Penyesuaian Mental Penyesuaian
mental
yaitu
menyesuaikan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
19
Abdul Majid, op.cit.,h.134-135
12
d. Perbaikan Perbaikan
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman
ajaran dalam
kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan Pencegahan berfungsi untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Penyaluran Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fungsi Pendidikan Agama Islam yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa, meningkatkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam sehingga nilai-nilai agama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahankesalahan pemahaman yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: a). Keimanan Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar dan pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam pelajaran keimanan, pusat atau inti pembicaraan/pembahasan ialah tentang keEsaan Allah. Karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman
13
yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada Para Malaikat, kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar. b). Akhlak Akhlak merupakan bentuk batin dari seseorang. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Pembentukan akhlak dapat dilakukan dengan memberi pengertian tentang baik buruk dan kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat kebaikan. Dasar pelaksanaan pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. c).Ibadah Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu fiqih, selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan, makanan, minuman, pakaian dan lain-lain. d). Al-Qur‟an Membaca Al-Qur‟an tidak sama dengan membaca buku atau membaca kitab suci lain. Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah, membaca Al-Qur‟an juga merupakan seni suatu ilmu yang mengandung seni yakni seni membaca Al-Qur‟an. Isi pengajaran AlQur‟an
diantaranya
pengenalan
huruf-huruf
hijaiyah,
cara
menyebutkannya, bentuk dan fungsi tanda baca, tanda berhenti, dan tanda lainnya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur‟an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan latihan dan pembiasaan.
14
e). Muamalah Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu fiqih, ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial manusia, yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara ,menggunakan dan mendapatkannya. Sedangkan Muamalat maliyat membahas masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil ataupun besar seperti negara (perbendaharaan negara). f). Syariah Syariah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/hukum Islam.Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang pertama dalam ajaran Islam. Ilmu ini membicarakan hukum-hukum dalam kehidupan umat manusia.20 Adapun
pelaksanaan
Pendidikan
Agama
Islam
di
SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat adalah semua siswa wajib melaksanakan ibadah shalat fardhu, siswa mengucapkan salam ketika guru masuk kelas dan ketika bertemu guru, berdo‟a sebelum dan sesudah proses belajar dan pembelajaran, dan siswa juga mengikuti kegiatan-kegiatan Islam seperti Membaca Al-Qur‟an bersama dan shalat berjama‟ah bersama.
Semua
itu
menunjukan
bahwa
adanya
keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dan semua manusia. Siswa mendapatkan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam waktu satu kali dalam seminggu.
20
Zakiyah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 2, h. 63-93
15
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Setiap manusia (insan) yang dilahirkan ke muka bumi pada hakikatnya dalam keadaan tidak berilmu, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”21 Berdasarkan ayat di atas diketahui bahwa tidak ada suatu pengetahuan yang dimiliki manusia, maka manusia memerlukan belajar agar memiliki ilmu. Adapun mengenai pengertian
belajar terdapat
beberapa pendapat diantaranya: a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan. b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.22 c.
Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya.23
21
Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 1996) h.220 22 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) h. 55 23 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4.h.22
16
Sedangkan pengertian belajar menurut Wasty Soemanto adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.24 Jadi, yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang dapat melalui pengalaman dan latihan baik perubahan tersebut berupa sikap, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sebagainya. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).25 Sedangkan Menurut Tohirin prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Akan tetapi mengenai apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar.26 Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.27 Dapat disimpulkan, prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar di sekolah 24
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan kerja pemimpin pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) Cet, ke-5, h.104 25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet.1, h. 700 26 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 151 27 Sutratinah Tirtonegoro, Anak supernormal dan program Pendidikannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h. 43
17
dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang ditulis oleh guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport). Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah “ usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”28 Dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yakni hasil belajar yang diraih oleh siswa setelah mengikuti proses belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi aspek aqidah, fikih, Al-Qur‟an, Akhlak dan Sejarah Islam.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Muhibbin syah dan Agus Efendi ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup : kecerdasan emosional, intelligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
29
meliputi:
Berikut ini akan di
jelaskan masing-masing aspek: 1) Faktor Internal Siswa a) Kecerdasan Emosional kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosional adalah kcerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi.30 28
Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , op.cit., h.86 Muhibbin.op.cit, h.129 & Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005), h.183 30 Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) ,h.171 29
18
Kecerdasan Emosional merupakan faktor penting
dalam
perkembangan intellektual anak, hal ini sejalan dengan pandangan semiawan bahwa stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh keterlibatan emosional, bahkan emosi juga amat menentukan perkembangan intelektual anak secara bertahap. Artinya secara timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan emosional.31 b) Intelligensi Intelligensi merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran dan kepandaian seseorang. Suharsono menyebutkan bahwa intelligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar. Intelligensi ini dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat intelligensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Intelligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelligensi tinggi akan lebih berhasil dari siswa yang mempunyai tingkat intelligensi yang rendah. c) Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.32 Sikap yang positif terhadap mata pelajaran, dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap proses belajar. Sebaliknya, sikap yang negatif terhadap mata pelajaran, akan menimbulkan kesulitan belajar. d) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan
31 32
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,( Jakarta:PT Bumi Aksara,2006) ,h. 80 Muhibbin, op.cit h.132
19
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.33 Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Apabila bidang studi yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, hasil belajarnya akan lebih baik karena siswa senang mempelajarinya. Sebaliknya, jika bidang studi yang dipelajari siswa tidak sesuai dengan bakatnya, siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. e) Minat Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.34 Peran minat dalam belajar yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran, akan terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, siswa hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya. 35 Minat mempunyai peranan yang penting dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa yang berminat terhadap pelajaran, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. f) Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.36
33
Ibid.,h.133 Ibid., h.133 35 Alisuf, op cit., h.85 36 Sardiman, op cit., h.73 34
20
Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi adalah sebagai penggerak tingkah laku dan sangat penting dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar, maka prestasi belajarnya akan optimal, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar, maka prestasi belajarnya di sekolah tidak akan meningkat. 2) Faktor Eksternal Siswa a) Lingkungan Keluarga Setiap
orang
memulai
kehidupannya
di
dalam
keluarga.
Lingkungan keluarga besar atau kecil mempunyai pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Posisi seseorang dalam keluarga yang merawatnya berpengaruh pada fungsi belajarnya. Studi lain menunjukan bahwa penampilan sikap orang tua berperan penting dalam memajukan atau menghambat pendidikan seseorang.37 Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah: keadaan rumah dan suasana tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, ketenangan dalam rumah dan juga dilingkungan sekitar rumah. Kondisi psikologis keluarga yang diwarnai rasa sayang, percaya, keterbukaan dan rasa saling memiliki akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar.38 Bimbingan dari orang tua juga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam keberhasilan siswa dalam belajar. Bimbingan itu bisa membuat siswa akan terdorong belajar secara aktif, karena bimbingan merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi dalam belajar.
37
Monty P. Satiadarma & Fidelis, Mendidik Kecerdasan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.122-123 38
Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-4, h. 163
21
b) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional,
mengemukakan
bahwa
sosial, sekolah
maupun
fisik-motoriknya.
merupakan
faktor
Harlock
penentu
bagi
perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berperilaku.39 Lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti adanya sarana dan prasarana yang memadai, metode mengajar, kurikulum, dan alat-alat pelajaran seperti buku pelajaran, alat olah raga dan sebagainya. Dengan demikian lingkungan sekolah sangat mendukung prestasi belajar siswa di sekolah. c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum di milikinya.40
39
Syamsu Yusuf dan Nani M, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) ,h.30 40 Muhibbin, op cit., h.135
22
C. Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient) 1. Pengertian Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin yairu emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Dan pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada “suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.”41 Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai fikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam hati meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, “emosi adalah setiap keadaan diri seseorang yang disertai dengan warna afektif, baik pada tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat. Warna afektif merupakan perasaan yang berbeda-beda, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang.”42 Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Decraetes. Menurut Decrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).43 Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu: Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).44 41
Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, h. 411. 42 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi Brother‟s, 2006) h. 104 43 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, h. 100 44 Ibid.,h. 94
23
Dan menurut F. Wundi ada tiga pasang kutub emosi, yaitu: Lust-Unlust (senang- tak senang), Spannung-Losung (tegang-tak tegang), EerregungBerubingung (semangat-tenang)45. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2. Pengertian Kecerdasan “Inteligensi‟‟ atau “kecerdasan” merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang menunjukan intelligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara intelligent/cerdas atau bodoh, inteligensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat dan bertindak.46 Beberapa tokoh mengemukan pengertian kecerdasan antara lain Howard Gardner berpendapat bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan menurut Piaget mengatakakan “ Intelligence is what yaou use when you don’t know what to do ( kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan). Dan menurut Sternberg kecerdasan adalah (1) kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan (2) kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar (surrounding environment).47 Dalam psikologi, dikemukakan bahwa intelligence, yang dalam bahasa Indonesia disebut intelligensi atau kecerdasan berarti penggunaan intellektual secara nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain, oleh karena itu, intelligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau
45
Ibid.,h. 102 Alisuf, op.cit.,h.115 47 Agus, op cit,h. 81-85 46
24
mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut telah
dilaksanakan; (c) kemampuan untuk
mengubah diri sendiri.48 Jadi kecerdasan merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu.
3. PengertianKecerdasan Emosional Istilah “kecerdasan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan.49 Salovey dan Mayer mendefinisikan “ Kecerdasan
emosional
sebagai
kemampuan
memantau
dan
mengendalikan perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.”50 Sementara Robert K. Cooper dan Sawaf mengatakan bahwa “ kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.” kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.51 48
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. h. 60 49 Ibid.,.h.68 50 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Dari Working with Emotional Intelligence oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. VI, h. 513 51 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.XV.
25
Dengan demikian , kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, sehingga saat bekerja menjadi bawahan dari orang yang ber IQ lebih rendah, tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi.52 Dari berbagai
hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa
kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih signifikan dibanding kecerdasan Intellektual (IQ). Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan
seseorang
menuju puncak prestasi. terbukti banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk di tengah persaingan. sebaliknya banyak orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin diberbagai kelompok.53 Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
52
Hamzah, op.cit.,.h.72 Ari Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient The ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Penerbit Arga, 2005) h. 17 53
26
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional Goleman mengutip Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama yaitu:54
a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai meramood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer, kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun fikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi , namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. Dalam penelitian ini diharapkan siswa
dapat
mengenali emosi diri sendiri seperti rasa marah, sedih, gundah, bahagia dan lain sebagainya.
b. Mengelola Emosi (Pengendalian diri) Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Ini masuk dalam pengendalian emosi diri agar tidak terus menerus menjelajah alam fikiran individu, sehingga individu dapat mengontrol emosi yang kita alami. Emosi yang berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan individu. 54
Goleman ,op.cit.,h.58-59
27
c. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan
dan
mengendalikan
dorongan
hati,
serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati) Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman, kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan otrang lain atau peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal
sosial
yang
tersembunyi
yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosental dalam peneitiannya menunjukan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan
diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
bergaul, dan lebih peka.55 Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui
emosinya sendiri, maka orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.56
e. Membina Hubungan
55 56
Goleman,op.cit.,h.136 Goleman,op.cit.,.h.172
28
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan
dasar
dalam
keberhasilan
membina
hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan emosional memiliki dimensi ketajaman dan keterampilan naluri seseorang dalam mengatur atau mengelola emosi dalam perasaan sendiri serta orang lain, sehingga melahirkan pengaruh dalam kemampuan merasakan dan memahami serta membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
D. Hubungan EQ dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam konteks hubungan emosi dengan prestasi, tindakan berprestasi harus dilakukan dengan menyentuh emosi, karena emosi yang negatif akan melahirkan tindakan yang negatif pula. Begitu pula sebaliknya emosi yang positif akan melahirkan tindakan positif pula.
E. Hasil Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan judul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam” adalah sebagai beirkut: “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI SMA Triguna Utama Ciputat”, Iman Firmansyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Fakultas Psikologi,2010. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan: Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat, dengan kata lain prestasi belajar tidak dapat dipengaruhi dengan kecerdasana emosional.
29
Hal ini berarti siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi tidak berarti memiliki tingkat prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang rendah tidak berarti memiliki tingkat prestasi belajar yang rendah pula. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan skor kecerdasan emosional dimana 18.52% responden dari jumlah sampel berada pada kategori tinggi, 44.44% responden berada pada kategori sedang dan 37.04% responden berada dalam kategori rendah. Adapun hasil perhitungan nilai prestasi belajar didapat 14.81% responden berada dalam kategori rendah, 14.81% responden berada pada kategori sedang, dan 70.37% responden berada pada kategori tinggi.57 Terdapat perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar, sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
F. Kerangka Berfikir Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan mengahadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuan
57
Iman Firmansyah, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar siswa di SMA Triguna Utama, (Ciputat:UIN Jakarta 2010), h. 59
30
untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki fikiran yang jernih. Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti dikatakan Goleman, kita tidak boleh melupakan peran motivasi positif dalam mencapai prestasi.Motivasi positif itu berupa kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri. Diduga ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Bila EQ yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajarnya pun tinggi begitupun sebaliknya, apabila EQ yang dimiliki siswa rendah maka prestasis nya pun akan rendah.
G. Pengajuan Hipotesa Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Ha: Ada Pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
yang
dijadikan
sebagai
obyek
penelitian
adalah
SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.211 Rempoa Ciputat Timur 15412 .Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012April 2013.
B. Variabel Penelitian Variabel adalah “obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.58Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel
tingkat
kecerdasan
emosional
(variabel
X)
disebut
Independent Variable yang dapat memberikan pengaruh. 2) Variabel prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (variabel Y) disebut Dependent Variable yaitu variabel yang dipengaruhi.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.59 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 160 siswa.
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, h.161 59 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2006), h.68
31
32
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.60 Dan untuk mempermudah proses penempatan sampel ini, penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik mengambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan pendapat di atas maka penulis mengambil sampel 25% dari jumlah populasi yang ada (160 x 25% = 40 orang). Dan dalam penetapan sampel penulis menggunakan teknik Random Sampling (sampel acak sederhana).
D. Metode Penelitian Untuk memudahkan penulis dalam pengumpulan data, fakta dan informasi dalam penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, maka penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang yang didasarkan pada pengujian data, bilangan-bilangan yang melakukan analisis prediktif dari suatu teori tertentu. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan: 1. Field Research, yaitu peneliti terjun langsung ke obyek penelitian karena dalam penelitian ini memerlukan data-data dan fakta-fakta yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 2. Library Research, yaitu peneliti mengumpulkan data berdasarkan buku-buku dan rujukan lain yang berkaitan dengan tema yang sedang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting metode ilmiah, oleh karena itu pengumpulan data diperlukan dalam suatu penelitian.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 118
33
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Observasi Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.61 Dalam hal ini penulis lebih mengamati sikap dan perilaku siswa. 2. Interview/wawancara Wawancara ialah ”cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.”62 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru, orangtua dan siswa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3. Dokumentasi Menurut suharsimi Arikunto dokumentasi berasal dari katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen dll.63 Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui profile sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat khususnya data-data yang dapat mendukung dalam penelitian, seperti dokumen sekolah, daftar jumlah siswa dan melihat nilai siswasiswi kelas VIII dari raport dan leger tahun ajaran 2012-2013 4. Angket atau Kuesioner Kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”. Kuesioner juga bisa diartikan “suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
61
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.76 62 Ibid.,h.82 63 Suharsimi Arikunto,op cit., h. 201
34
masalah atau bidang yang akan diteliti.”64 Kuesioner atau angket ini penulis susun dengan beberapa pertanyaan atau pernyataan mengenai pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen angket Kecerdasan Emosional dan Prestasi belajar No
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
1.
Variabel X Kecerdasan Emosional
1. Mengenali Emosi
Kesadaran diri, kemampuan untuk mengetahui perasaan yang muncul dalam diridan mampu menilai diri sendiri secara teliti.
2. Mengelola Emosi
2
64
Variabel Y Prestasi Belajar pada mata pelajaran PAI
Mampu mengatur emosi sendiri dan mampu mengendalikan dan mengatasi stress. 3. Memotivasi diri Memiliki harapan yang tinggi, mampu untuk berfikir positif dan dorongan untuk berprestasi. 4. Mengenali Mampu membaca emosi emosi orang lain orang lain,menghargai emosi orang lain dan mau menerima sudut pandang orang lain. 5. Membina Mampu berkomunikasi hubungan dengan terhadap orang lain orang lain dengan baikdan meningkatkan jaringan sosial. Nilai Raport Dokumentasi Data nilai raport kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 20122013
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, h. 76
35
F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Maka penulis perlu menganalisa data yang telah masuk. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisa data adalah sebagai berikut: 1. Editing Yakni penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang disebarkan kepada populasi yang ada. Hal tersebut dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan diharapkan nantinya hasil yang diperoleh benar-benar obyektif. 2. Skoring Apabila tahap editing telah selesai dan catatan jawaban di dalam kuesioner telah memadai untuk menghasilkan data yang baik dan cermat, dapat di mulai dengan kegiatan skoring. Adapun yang dimaksud dengan skoring adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Klasifikas di lakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tersendiri atau tertentu, lazimnya dalam bentuk angka. Setiap jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada setiap poin jawaban yakni: Tabel 3.2 Ketentuan Skor Kecerdasan Emosional (Variabel X) No
Alternatif Jawaban
Positif
Negatif
Jumlah skor
Jumlah skor
1
Sangat Setuju
4
1
2
Setuju
3
2
3
Tidak Setuju
2
3
4
Sangat Tidak Setuju
1
4
36
3. Tabulating Tabulating, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban, dimasukan dalam tabel-tabel sesuai dengan item pertanyaan yang diajukan. Penggunaan teknik analisa data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif, maka teknik
yang
digunakan
adalah
analisis
statistic,
yaitu
dengan
menggunakan rumus statistic persentase dengan rumus:
P= x 100 % Keterangan: P = Angket Persentase untuk kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah sampel responden Selanjutnya untuk menganalisa data yang terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa non statistic. Analisa non statistic menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisa data yang berupa angka-angka yang diperoleh oleh penelitian, sebagai berikut: Tabel 3.3 Pengukuran Secara Deskriptif No
Skor
Keterangan
1
0-25
Sangat Rendah
2
25-50
Rendah
3
51-75
Sedang
4
76-100
Tinggi
Setelah itu untuk mencari korelasi antara dua variabel yaitu kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI, Penulis menggunakan Product Of
37
Moment Corelation, yaitu untuk mencari atau menghitung koefisien korelasi (r) dimana variabelnya terdiri dari variabel bebas (X) kecerdasan emosional dan variabel terikat (Y) Prestasi belajar PAI. Adapun rumusnya sebagi berikut:
r xy
n XY
n
X
2
X
2
X
Y
n Y
2
Y
2
Keterangan:
r xy
: Angka indeks korelasi “r” Product Moment.
n
: Jumlah Responden
∑xy
: Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y
∑x
:
Jumlah seluruh skor X
∑y
:
Jumlah seluruh skor Y.65
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” Product Moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi Product Moment seperti dibawah ini: Tabel 3.4 Nilai “r” Product Moment Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment (rxy) 0,00 - 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang lemahatau
terdapat sangat
korelasi rendah
sangat sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y 0,20 – 0,40
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
65
Anas,op cit.,h. 219
Antara variabel X dan variabel Y
38
terdapat korelasi yang sedang atau cukup 0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi atau kuat.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi dan sangat kuat.
Setelah hasilnya dicocokan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun taraf 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif signifikan atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho) Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Ho: Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. 2. Mengkaji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau Degree of Freedom (df). Adapun rumusnya sebagai berikut: df = N- nr Keterangan : df = Degree of freedom N = Number of Cases Nr = Banyaknya variabel yang di korelasikan.66 Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, Penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100% Keterangan : KD = Kontribusi variabel X terhadap Variabel Y r2 = Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y 66
Anas,op cit.,h.181
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17 Ciputat 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 17 Ciputat berdiri sejak tahun 1964, merupakan sekolah lanjutan pertama tertua di Ciputat yang berciri khas dan bernuansa Islami. Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam mendidik generasi yang berkualitas berdasarkan Aqidah Islami yang memiliki wawasan Imtaq dan Iptek, dan dapat mengaplikasikan Akhlakul Karimah, inovatif, kreatif, mandiri, dan berdaya juang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah ini telah menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai seperti ruang belajar tiga lantai, ruang komputer, ruang audio visual, ruang perpustakaan, sarana olah raga yang memadai sarana ibadah, ruang IRM, ruang BP/BK. Beberapa prestasi yang telah diraih oleh sekolah ini diantaranya adalah dipercaya sebagai pasukan pengibar bendera di kelurahan pada hari kemerdekaan RI, juara II basket ball, juara I lomba paskibra, danton terbaik dan formasi terbaik di yayasan Dua Mei Ciputat pada Bodetabek, juara harapan II lomba paskibra di kecamatan Ciputat pada tingkat kabupaten
39
40
Tangerang, dan juara harapan II lomba paskibra Gladiporsi tingkat SMP seDKI di SMA Negeri 46 Jakarta. Sejalan dengan perkembangan zaman, sekolah ini terus berupaya untuk meningkatkan prestasi siswa, tidak hanya di bidang olah raga tapi juga di bidang pendidikan. Untuk itu sekolah ini menyediakan tenaga pengajar yang terdiri dari lulusan SI dari berbagai disiplin ilmu, dengan harapan mampu meningkatkan kualitas pengajaran dan prestasi siswa di bidang pendidikan. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, menjadikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa selama 2 jam pelajaran atau 2x45 menit setiap minggunya. Dengan adanya mata pelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa memahami materi keagamaan yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga membuat siswa dapat menerima materi keagamaan yang diberikan dengan baik dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Selain itu usaha SMP Muhammadiyah 17 Ciputat dalam mengintensitaskan
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
dan
menanggulangi kenakalan remaja ialah mengadakan qiraati, siraman rohani, dan shalat berjamaah.
2. Profil Sekolah Nama Sekolah
: SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Alamat Sekolah
: Jalan H. Juanda Nomor 21 kode pos 15412 Rempoa/ Ciputat Timur
Kabupaten /Kota
: Tangerang Selatan
Email Sekolah
:
[email protected]
Telp/Faximile
: (021) 7401364
NSS/NDS/NPSN
:202280310003/2002040011/20603576
Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi “A”
41
Tahun Didirikan
: 10 Oktober 1964
Tahun beroperasi
: 10 Oktober 1964
Kepemilikan Tanah: a. Status Tanah
: Tanah Desa
b. Luas Tanah
: 1000 M
Status Bangunan
: Pribadi
a. Surat Izin Bangunan
:-
b. Luas Seluruh Bangunan
: 1176 M
3. Keadaan Siswa, Guru dan Tata Usaha Tabel 4.5 Keadaan Siswa No
Tahun Pelajaran
Kelas 7 Jumlah Siswa L P Jml
1 2 3 4 5 6 7 8
2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013
107 100 76 45 75 96 78 63
63 59 70 42 50 72 84 66
170 159 146 87 125 168 162 129
Jml
Kelas 8 Jumlah Siswa L P Jml
Rbl 4 4 4 2 4 4 4 4
121 108 91 66 45 72 89 79
91 60 52 64 36 52 72 81
Jml
Kelas 9 Jumlah Siswa L P Jml
Rbl
212 168 143 130 81 124 161 160
5 4 4 4 2 3 4 4
62 121 96 81 63 44 65 77
45 85 58 52 64 34 54 70
Jumlah Rombel
107 206 154 133 127 78 119 147
Tabel 4.6 Keadaan Guru dan Tenaga Tata Usaha Jumlah Tenaga Guru Guru Tetap 9
Guru Tidak Tetap 23
Jumlah Tenaga Tata Usaha
Guru
Guru
DPK
Bantu
3
-
Tetap
5
Tidak Tetap -
Pesuruh
2
Penjaga Sekolah 1
3 5 4 4 4 2 3 4
42
4. Sarana dan Prasarana Tabel 4.7 Sarana Kegiatan Belajar Mengajar No
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertelaan
Ruang belajar Ruang kepala sekolah Ruang guru Ruang tata usaha Ruang keterampilan Ruang koperasi Ruang osis Ruang kamar mandi Gudang Perpustakaan Ruang audio visual Laboratorium IPA Laboratorium bahasa Laboratorium Komputer Sanggar pramuka Ruang PMR
Jumlah Milik Numpang 10 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1
-
Luas bangunan (m) 835 18 49 20 49 8 8 10 12 46 48 49 48 48 6 6
Tabel 4.8 Data Kepegawaian Guru Bidang Study Mata Pelajaran Pendidikan SI Sarmud D1 D2 D3 Pendidikan 3 Agama Islam PPKN 2 Bahasa Indonesia 2 Matematika 2 IPA 3 1 IPS 3 1 1 Penjaskes 2 1 Kesenian Bahasa Inggris 3 Mulok 3 BP 1 Jumlah 22 1 1 2
Ket
Lain-lain 0
43
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Data-data penelitian tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas VIII. Dari keseluruhan siswa kelas VIII yang berjumlah 160 orang, diambil data sampel dengan perhitungan persentase 25% dari jumlah siswa. Maka diperoleh hasil 40 siswa yang menjadi sampel. Selanjutnya, dari siswa yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang di dalamnya berisi 25 item pertanyaan yang mengenai tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Setelah, data diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari angka persentase dalam bentuk tabel. Berikut ini penulis sajikan hasil angket dari 25 pertanyaan yang diberikan kepada 40 responden.
1. Kesadaran Diri Tabel 4.9 Santai ketika dimarahi orang tua No
1
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
6
15%
Setuju
3
7,5%
Tidak Setuju
18
45%
Sangat Tidak Setuju
13
32,5%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa memiliki kesadaran diri yang tinggi. Hal ini dapat dilihat 15% atau 6 orang yang
44
menyatakan sangat setuju, 7,5% atau 3 orang yang menyatakan setuju, 45% atau 18 orang menyatakan tidak setuju dan 32,5% atau 13 orang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa terdapat sebagian kecil (7,5%) siswa merasa santai ketika dimarahi orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh faktor intern siswa yang memiliki kesadaran diri yang penuh terhadap hal-hal yang negatif. Sedangkan faktor eksternalnya sebaiknya siswa ketika salah orang tua jangan memarahinya melainkan memberikan pengertian dan bicara dari hati ke hati. Tabel 4.10 Tahu persis hal-hal yang menyebabkan malas belajar No
2
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
7
17,5%
Setuju
13
32,5%
Tidak Setuju
18
45%
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui 17,5 % atau 7 orang yang menyatakan sangat setuju, 32,5% atau 13 orang yang menyatakan setuju, 45% atau 18 orang yang menyatakan tidak setuju dan 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas sebagian besar siswa (32,5%) mengetahui hal-hal yang menyebabkan malas belajar. Hal ini disebabkan bahwa faktor internal siswa yang mampu mengetahui kesadaran diri, sedangkan faktor eksternalnya yaitu orang tua yang kurang memberikan perhatian terhadap anaknya. 2. Mengetahui Perasaan yang muncul dalam diri Tabel 4.11 Sadar perasaan malu untuk bertanya dapat mengganggu kesulitan dalam belajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 3
Sangat Setuju
11
27,5%
Setuju
12
30%
45
Tidak Setuju
12
30%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat sebagian besar bahwa 30% siswa menyadari perasaan malu untuk bertanya dapat mengganggu kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat dilihat 27,5% atau 11 orang menyatakan sangat setuju, 30% atau 12 orang menyatakan setuju, 30% atau 12 orang tidak setuju dan 12,5% atau 5 orang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (30%) siswa menyatakan setuju menyadari perasaan malu untuk bertanya dapat mengganggu kesulitan dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa yang sudah memiliki kemampuan untuk mengetahui perasaan yang muncul dalam diri, sehingga siswa dapat merubah rasa malunya itu dengan kepercayaan diri yang tinggi agar mempermudahnya dalam belajar. Tabel 4.12 Tetap gugup dalam mengerjakan soal ulangan meskipun sudah belajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 17
42,5%
Setuju
6
15 %
Tidak Setuju
13
32,5 %
Sangat Tidak Setuju
6
15%
Jumlah
40
100 %
4
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel di atas terlihat 42,5% atau 17 orang yang menyatakan sangat setuju, 15% atau 6 orang yang menyatakan setuju, 32,5% atau 13 orang yang menyatakan tidak setuju dan 15% atau 6 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa terdapat sebagian besar (42,5%) siswa yang merasa gugup ketika mengerjakan soal ulangan meskipun sudah belajar, hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa yang sudah mampu mengenali perasaan yang muncul dalam diri, yang mengakibatkan siswa tidak percaya diri dengan hasil yang akan dia dapat dari hasil ulangan.
46
3. Menilai diri sendiri secara teliti Tabel 4.13 Mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri No
5
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
25
62,5%
Setuju
8
20 %
Tidak Setuju
7
17,5%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa 62,5% atau 25 orang menyatakan sangat setuju, 20% atau 8 orang menyatakan setuju,17,5% atau 7 orang menyatakan tidak setuju dan 0% atau tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mengetahui kelemahan dan kekurangan yang ada dalam diri, hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu sudah mampu mengenali dan menilai dirinya sendiri secara teliti, yang mengakibatkan siswa mampu mengembangkan kelebihan yang dimiliki juga meminimalisir kekurangan yang dimiliki. Tabel 4.14 Kelebihan yang dimiliki, akan dipergunakan untuk berlaku sombong terhadap teman No
6
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
10
25%
Setuju
4
10%
Tidak Setuju
18
45%
Sangat Tidak Setuju
8
20%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa kebanyakan siswa tidak setuju ketika kelebihan yang dimiliki, dipergunakan untuk berlaku sombong. Hal ini dapat dilihat 25 % atau 10 orang menyatakan sangat setuju, 10% atau 4 orang
47
menyatakan setuju, 45% atau 18 orang menyatakan tidak setuju dan 20% atau 8 orang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa
sebagian besar kelebihan siswa
digunakan untuk tidak berlaku sombong. Hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu sudah mampu menilai diri sendiri secara baik, sedangkan faktor eksternal nya menggunakan kebihan yang mereka miliki untuk hal-hal yang bernilai positif seperti ada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi sebaiknya digunakan untuk membantu temannya yang kurang mengerti terhadap pelajarannya. 4. Mengatur Emosi Tabel 4.15 Perlu membalas ejekan teman No
7
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
5
12,5%
Setuju
3
7,5%
Tidak Setuju
21
52,5%
Sangat Tidak Setuju
11
27,5%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa tidak setuju ketika harus membalas ejekan temannya. Hal ini dapat dilihat 12,5% atau 5 orang menyatakan sangat setuju dan 7,5% atau 3 orang yang menyatakan setuju, 52,5% atau 21 orang menyatakan tidak setuju dan 27,5% atau 11 orang menyatakan sangat tidak setuju. Terdapat sebagian kecil (7,5%) dari siswa yang membalas ejekan temannya. Hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa sudah bisa mengatur emosinya dengan baik. Mengakibatkan siswa tersebut mampu untuk tidak terpancing emosinya dan bisa bersikap sabar terhadap ejekan temannya.
48
Tabel 4.16 Belajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun No
8
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
18
45%
Setuju
6
15%
Tidak Setuju
10
25%
Sangat Tidak Setuju
6
15%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa sangat setuju ketika harus belajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Hal ini dapat dilihat 45% atau 18 orang yang menyatakan sangat setuju, 15% atau 6 orang yang menyatakan setuju, 25% atau 10 orang yang menjawab tidak setuju dan 15% atau 6 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (45%) siswa menyatakan sangat setuju ketika belajar sesuai dengan jadwal yang disusun. Hal ini disebabkan siswa mampu mengatur emosinya dengan baik dan bersikap istiqomah terhadap jadwal yang telah disusun. 5. Mengendalikan dan mengatasi stress Tabel 4.17 Dalam keadaan marah, mampu meredam kemarahan No
9
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
31
77,5%
Setuju
5
12,5%
Tidak Setuju
3
7,5%
Sangat Tidak Setuju
1
2,5
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa sangat setuju ketika dalam keadaan marah, mampu meredam kemarahannya. Hal ini dapat dilihat 77,5% atau 31 orang yang menyatakan sangat setuju, 12,5% atau 5 orang
49
yang menjawab setuju, 7,5% atau 3 orang yang menyatakan tidak setuju dan 2,5% atau 1 orang yang menyakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa terdapat sebagian besar (77,5%) dalam keadaan marah mampu meredam kemarahannya. Hal ini disebabkan siswa sudah bisa mengatur dan mengendalikan stress, yang mengakibatkan siswa mampu memiliki sifat sabar terhadap emosi yang tak terkontrol. Tabel 4.18 Tidak mampu meredam kemarahan ketika teman mengejek No
10
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
17
42,5%
Setuju
5
12,5 %
Tidak Setuju
13
32,5%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kebanyakan siswa sudah mampu meredam kemarahan ketika teman mengejek. Hal ini dapat di lihat 42,5% atau 17 orang yang menyatakan sangat setuju, 12,5% atau 5 orang yang menjawab setuju, 32,5% atau 13 orang yang menyatakan tidak setuju dan 12,5% atau 5 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (42,5%) siswa sudah mampu meredam kemarahannya ketika ada teman yang mengejek. Hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu sudah mampu bisa mengatur dan mengendalikan stress. Hal ini mengakibatkan siswa tidak kembali membalas ejekan temannya karena menurutnya itu sama saja dia meladeni orang yang mengajak berantem. 6. Mampu berpikir positif
50
Tabel 4.19 Kegagalan yang sekarang dialami dapat diubah menjadi keberhasilan di masa mendatang No
11
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
20
50 %
Setuju
12
30 %
Tidak Setuju
8
20%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa mayoritas siswa menganggap bahwa kegagalan yang dialami dapat diubah menjadi keberhasilan di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat 50% atau 20 orang yang menyatakan sangat setuju, 30% atau 12 orang menyatakan setuju, 20% atau 8 orang yang menyatakan tidak setuju dan 0% atau tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas sebagian besar (50%) siswa menganggap bahwa kegagalan yang dialami dapat diubah menjadi keberhasilan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa yaitu sudah mampu berfikir positif dalam segala hal, yang mengakibatkan siswa tidak mudah berputus asa dan selalu bersikap optimis. Tabel 4.20 Ketika tertimpa musibah, itu adalah karena perbuatan orang yang tidak menyukai No
12
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
3
7,5%
Setuju
2
5%
Tidak Setuju
12
30%
Sangat Tidak Setuju
23
57,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapatlah terlihat bahwa 7,5% atau 3 orang yang menyatakan sangat setuju, 5% atau 2 orang yang menyatakan setuju, 30% atau 12
51
orang yang menyatakan tidak setuju dan 57,5% atau 23 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas, hanya sebagian kecil (5%) yang menyatakan ketika tertimpa musibah itu disebabkan perbuatan orang lain yang tidak menyukai. Hal ini disebabkan siswa sudah mampu berfikir positif terhadap hal apapun, karena musibah itu sesungguhnya sudah merupakan takdir dari yang maha kuasa jadi tidak ada alasan untuk bersuudzhon terhadap orang lain. 7. Memiliki harapan yang tinggi Tabel 4.21 Terus berusaha mendapatkan nilai-nilai yang terbaik di antara teman-teman sekelas No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
27
67,5%
Setuju
10
25%
Tidak Setuju
3
7,5%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Jumlah
40
100%
13
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mayoritas siswa terus berusaha mendapatkan nilai-nilai terbaik diantara teman-teman sekelas. Ini terlihat dari 67,5% atau 27 orang yang menyatakan sangat setuju, 25% atau 10 orang yang menyatakan setuju, 7,5% atau 3 orang yang menyatakan tidak setuju dan 0% atau tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari tabel di atas hanya sebagian kecil (7,5%) yang tidak berusaha mendapatkan nilai-nilai terbaik diantara teman-teman sekelas. Hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu mampu memiliki harapan yang tinggi, jadi siswa tersebut tidak mudah putus asa dan pantang menyerah untuk mendapatkan nilainilai terbaik diantara teman sekelas, bahkan nilai terbaik juga diantara yang berbeda kelas.
52
Tabel 4.22 Nilai yang jelek membuat pesimis (putus asa) meraih kesuksesan dalam belajar No
14
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
8
20%
Setuju
5
12,5%
Tidak Setuju
17
42,5%
Sangat Tidak Setuju
10
25%
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan dari tabel di atas terlihat bahwa 20% atau 8 orang yang menyatakan sangat setuju, 12,5% atau 5 orang yang menyatakan setuju, 42,5%atau 17 orang yang menyatakan tidak setuju dan 25% atau 10 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (42,5%) siswa tidak setuju ketika mendapatan nilai jelek membuat siswa pesimis dalam belajar. Hal ini disebabkan siswa memiliki harapan yang tinggi, jadi nilai jelek justru menjadi sebuah acuan untuk bisa belajar lebih giat lagi agar mendapatkan nilai yang memuaskan dan optimis dengan nilai-nilai terbaiknya. 8. Mampu membaca emosi orang lain Tabel 4.23 Sulit mengenali emosi atau perasaan orang lain No
15
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
9
22,5%
Setuju
5
12,5%
Tidak Setuju
11
27,5%
Sangat Tidak Setuju
15
37,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 22,5% atau 9 orang yang menyatakan sangat setuju, 12,5% atau 5 orang yang menyatakan setuju, 27,5% atau 11 orang yang menyatakan tidak setuju dan 37,5% atau 15 orang yang menyatakan sangat tidak setuju.
53
Dengan demikian ini menunjukan bahwa sebagian besar (37,5%) siswa mudah mengenali emosi orang lain, hal ini disebabkan faktor internal siswa yang sudah mampu membaca emosi orang lain baik itu emosi bahagia atau sedih. 9. Dorongan untuk berpretasi Tabel 4.24 Membutuhkan dukungan dari keluarga dalam meraih prestasi No
16
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
25
62,5%
Setuju
10
25%
Tidak Setuju
5
12,5%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa sangat setuju membutuhkan dukungan dari keluarga untuk berprestasi. Hal ini dapat dilihat 62,5% atau 25 orang yang menyatakan sangat setuju, 25% atau 10 orang yang menjawab setuju, 12,5% atau 5 orang yang menyatakan tidak setuju dan 0% atau tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa terdapat sebagian besar (62,5%) yang menyatakan sangat setuju ketika dalam berprestasi membutuhkan dukungan dari keluarga. Disebabkan faktor internal siswa sendiri, dimana siswa memiliki perasaan selalu ingin diberikan dukungan dari keluarga mereka, karena faktor keluarga juga sangat dibutuhkan karena dorongan orang tua dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. 10. Menghargai perasaan orang lain Tabel 4.25 Tidak suka mendengarkan teman yang mengungkapkan keluh kesahnya, itu hanya membuang waktu No
17
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
3
7,5%
Setuju
2
5%
Tidak Setuju
14
35%
54
Sangat Tidak Setuju
21
52,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa suka mendengarkan teman yang mengungkapkan keluh kesahnya. Hal ini dapat dilihat 7,5% atau 3 orang yang menyatakan sangat setuju, 5% atau 2 orang yang menyatakan setuju, 35% atau 14 orang yang menyatakan tidak setuju dan 52,5% atau 21 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa terdapat sebagian kecil (5%) siswa yang tidak mau mendengarkan keluh kesah temannya karena menurutnya itu hanya membuang waktu saja, ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu menghargai emosi dan perasaan orang lain, karna dengan mendengarkan keluh kesahnya itu bisa mengurangi beban temannya juga mempererat tali silaturahmi. 11. Mampu membaca emosi orang lain Tabel 4.26 Dengan hanya melihat raut muka teman, dapat mengenali perasaan yang sedang dialami No
18
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
26
65%
Setuju
7
17,5%
Tidak Setuju
5
12,5%
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa sangat setuju karena dengan hanya melihat raut muka teman ia mampu mengenali perasaan yang sedang dialami. Hal ini dapat dilihat 65% atau 26 orang yang menyatakan sangat setuju, 17,5% atau 7 orang yang menyatakan setuju, 12,5% atau 5 orang yang menjawab tidak setuju dan 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas terdapat sebagian kecil yang (5%) siswa yang tidak mampu mengenali perasaan yang dialami temannya. Hal ini disebabkan oleh
55
faktor internal siswa yang sudah mampu membaca dan mengenali emosi orang lain dengan baik, tanpa harus menanyakan secara langsung kepada temannya apa yang sedang mereka alami. 12. Menghargai emosi orang lain Tabel 4.27 Membiarkan teman mengungkapkan semua unek-uneknya terlebih dahulu sebelum memberikan saran atau solusi terhadap persoalan yang dihadapi No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
22
55%
Setuju
10
25%
Tidak Setuju
6
15%
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
19
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui 55% atau 22 orang yang menyatakan sangat setuju, 25% atau10 orang yang menyatakan setuju, 15% atau 6 orang yang menyatakan tidak setuju dan 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian sebagian besar siswa (55%) menyatakan sangat setuju ketika ada temannya yang sedih membiarkan mengeluarkan unek-uneknya lalu diberikan saran dan masukan. hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa yaitu mampu menghargai emosi orang lain. Jadi siswa memiliki rasa empati yang tinggi, peduli antar sesama teman dan bahkan memberikan masukan-masukan yang membangun. 13. Menerima sudut pandang orang lain Tabel 4.28 Saran dari teman-teman merupakan introspeksi diri No
20
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
22
55%
Setuju
9
22,5%
Tidak Setuju
7
17,5%
56
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui 55% atau 22 orang yang menyatakan sangat setuju, 22,5% atau 9 orang yang menyatakan setuju, 17,5% atau 7 orang yang menyatakan tidak setuju dan 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar (55%) siswa menganggap bahwa saran dari teman-teman merupakan intropeksi diri, hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu mampu menerima sudut pandang orang lain dan menerima saran-saran untuk adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Tabel 4.29 Tidak suka kalau ada seseorang yang mengkritik No
21
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
8
20%
Setuju
8
20%
Tidak Setuju
19
47,5%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui 20% atau 8 orang yang menyatakan sangat setuju, 20% atau 8 orang yang menyatakan setuju, 47,5% atau 19 orang yang menyatakan tidak setuju dan12,5% atau 5 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian kecil (20%) siswa yang tidak menyukai kalau ada orang yang mengkritik. Hal ini disebabkan faktor internal siswa yaitu siswa sudah mampu menerima sudut pandang orang lain, jadi siswa sudah mampu menerima kritikan dari orang lain, karna kritikan merupakan alat untuk berintrospeksi diri tanpa adanya kritikan siwa tersebut tidak akan pernah maju. 14. Berkomunikasi terhadap orang lain dengan baik
57
Tabel 4.30 Merasa bahagia melihat teman yang tidak disukai sedih No
22
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
3
7,5%
Setuju
7
17,5%
Tidak Setuju
10
25%
Sangat Tidak Setuju
20
50%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui 7,5% atau 3 orang yang menyatakan sangat setuju, 17,5% atau 7 orang yang menyatakan setuju, 25% atau 10 orang yang menyatakan tidak setuju dan 50% atau 20 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa hanya sebagian kecil (7,5%) siswa yang senang melihat temannya sedih. Hal ini disebabkan karna faktor internal siswa yang sudah mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa akan ikut merasakan kesedihan yang sedang dialami temannya bahkan siswa tersebut akan menghibur temannya yang sedang bersedih. Tabel 4.31 Selalu menyapa bapa ibu guru bila bertemu No
23
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
19
47,5%
Setuju
10
25%
Tidak Setuju
6
15%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapatlah diketahui siswa selalu menyapa bapa ibu guru ketika bertemu, hal ini terlihat47,5% atau 19 orang yang menyatakan sangat setuju, 25% atau 10 orang yang menyatakan setuju, 15% atau 6 orang yang menyatakan tidak setuju dan 12,5% atau 5 orang yang menyatakan sangat tidak setuju.
58
Data di atas menunjukan bahwa hanya sebagian kecil (12,5%) siswa yang tidak menyapa bapa ibu guru ketika bertemu, hal ini karena faktor internal siswa yaitu mampu berkomunikasi dengan baik terhadap guru dan temannya, sedangkan faktor eksternalnya bahwa kepala sekolah dan semua guru-guru sangat menanamkan budi pekerti yang baik terhadap para siswanya. 15. Meningkatkan jaringan sosia Tabel 4.32 Mudah bergaul dengan teman yang tidak sekelas No
24
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
20
50%
Setuju
11
27,5%
Tidak Setuju
7
17,5%
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui 50% atau 20 orang yang menyatakan sangat setuju, 27,5% atau 11 orang yang menyatakan setuju,17,5% atau 7 orang yang menyatakan tidak setuju dan 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (50%) siswa merasa mudah bergaul dengan teman sekelas, hal ini disebabkan faktor internal siswa sudah mampu memiliki jaringan sosial yang tidak hanya di lingkungan sekelas tetapi juga di luar kelas. Tabel 4.33 Cuek dan acuh tak acuh ketika ada orang yang mengajak berkenalan No
25
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
2
5%
Setuju
4
10%
Tidak Setuju
19
47,5%
Sangat Tidak Setuju
15
37,5%
Jumlah
40
100%
59
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 5% atau 2 orang yang menyatakan sangat setuju,10% atau 4 orang yang menyatakan setuju, 47,5% atau 19 orang yang menyatakan tidak setuju dan 37,5% atau 15 orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar (47,5%) siswa menyatakan tidak bersikap acuh tak acuh ketika ada teman yang mengajak berkenalan, bahkan justru siswa tersebut menyambut dengan senang ketika ada teman yang mengajak berkenalan karna itu akan menambah banyak teman.
C. Analisis Data Setelah data dari kedua variabel disajikan dalam bentuk tabel, maka selanjutnya dilakukan analisis melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Product Moment. Penggunaan rumus ini untuk mengetahui apakah secara signifikan terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa di SMP Muhammadiyyah 17 Ciputat. Berikut hasil perhitungan antara variabel X dan variabel Y kemudian disubstitusikan pada rumus korelasi Product Moment. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.34 Data Skor Angket (Kecerdasan Emosional) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa Achmad Alkaelani Ade Setiawan Adella Suherni Putri Aldio Dwi Haikal Alma Genta Ananda Setya Murni Arina Sulha Ashilla Zhein Bagus Rezaki Dermawan Barli Adam
Nilai Skor Angket 87 71 85 80 69 63 82 77 64 79
60
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Della Pasha Agusta Desita Rahmania Dimas Risdiana Dita Agustina Dwi Hartanto Endriawan Setiabudi Fanny Sahala Dilla Fardiana Istiqomah Ichandi Farhansyah Ilham Jayakusuma Jihan Aulia Putri Lentera Mahameru Kaffah Marsya Syarifah Martha Deva Mega Masita Oktapiani Masruroh Bahagia wati Muhammad Ilham Fajar Muhammad Alfarizzy Muhammad Chalid Saputra Muhammad Ferdiansyah Muhammad Rifqi Suryadi Novita Nurisnayanti Randi Ramadani Risza Gusdayanti Siti Nurrochmah Suyanto Muhammad abdul rahman Dellia Anggraeni Citra Chairunnisa Syarah Amaliyah
77 79 71 83 89 89 73 77 69 78 86 65 67 77 89 80 77 82 80 81 87 73 71 68 70 81 74 65 71 91
Jadi skor angket kecerdasan emosional dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Klasifikasi
Jumlah
Kualifikasi
25 – 50
-
Rendah
51 – 75
16
Sedang
76 – 100
24
Tinggi
61
Jadi rata-rata skor kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI pada siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat dianggap tinggi. Yakni antara 76100 sebanyak 24 siswa. Tabel 4.35 Data Hasil Belajar Bidang Pendidikan Agama Islam Siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Achmad Alkaelani Ade Setiawan Adella Suherni Putri Aldio Dwi Haikal Alma Genta Ananda Setya Murni Arina Sulha Ashilla Zhein Bagus Rezaki Dermawan Barli Adam Della Pasha Agusta Desita Rahmania Dimas Risdiana Dita Agustina Dwi Hartanto Endriawan Setiabudi Fanny Sahala Dilla Fardiana Istiqomah Ichandi Farhansyah Ilham Jayakusuma Jihan Aulia Putri Lentera Mahameru Kaffah Marsya Syarifah Martha Deva Mega Masita Oktapiani Masruroh Bahagia wati Muhammad Ilham Fajar Muhammad Alfarizzy Muhammad Chalid Saputra Muhammad Ferdiansyah Muhammad Rifqi Suryadi Novita Nurisnayanti Randi Ramadani Risza Gusdayanti
Nilai Raport 90 75 85 85 75 70 85 80 70 80 80 80 75 80 80 90 75 80 70 80 85 70 70 70 80 85 80 85 80 85 80 70 80 70
62
35 36 37 38 39 40
Siti Nurrochmah Suyanto Muhammad abdul rahman Dellia Anggraeni Citra Chairunnisa Syarah Amaliyah
75 85 80 70 75 85
Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Klasifikasi
Jumlah
Kualifikasi
25 – 50
-
Rendah
51 – 75
15
Sedang
76 -100
25
Tinggi
Jadi prestasi belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam termasuk kualifikasi tinggi, hal ini antara 76-100 sebanyak 25 siswa. Tabel 4.36 Analisis Korelasi Variabel X (Kecerdasan Emosional) dan variabel Y (Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam) X
X2
Y
Y2
XY
1
87
7569
90
8100
7830
2
71
5041
75
5625
5325
3
85
7225
85
7225
7225
4
80
6400
85
7225
6800
5
69
4761
75
5625
5175
6
63
3969
70
4900
4410
7
82
6724
85
7225
6970
8
77
5929
80
6400
6160
9
64
4096
70
4900
4480
10
79
6241
80
6400
6320
11
77
5929
80
6400
6160
12
79
6241
80
6400
6320
No. Sampel
63
13
71
5041
75
5625
5325
14
83
6889
80
6400
6640
15
89
7921
80
6400
7120
16
89
7921
90
8100
8010
17
73
5329
75
5625
5475
18
77
5929
80
6400
6160
19
69
4761
70
4900
4830
20
78
6084
80
6400
6240
21
86
7396
85
7225
7310
22
65
4225
70
4900
4550
23
67
4489
70
4900
4690
24
77
5929
70
4900
5390
25
89
7921
80
6400
7120
26
80
6400
85
7225
6800
27
77
5929
80
6400
6160
28
82
6724
85
7225
6970
29
80
6400
80
6400
6400
30
81
6561
85
7225
6885
31
87
7569
80
6400
6960
32
73
5329
70
4900
5110
33
71
5041
80
6400
5680
34
68
4624
70
4900
4760
35
70
4900
75
5625
5250
36
81
6561
85
7225
6885
37
74
5476
80
6400
5920
38
65
4225
70
4900
4550
39
71
5041
75
5625
5325
40
91
8281
85
7225
7735
Jumlah
3077
239021
3145
248675
243425
64
Selanjutnya hasil perhitungan diatas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan Product Moment untuk mengetahui tingkat korelasi variabel yaitu: ∑Y
: 3145
∑XY : 243425
∑X2
:
239021
∑X
∑Y2
:
248675
N
: 40
r xy
: 3077
N
N X
2
XY
X
2
X
Y
N Y (
(
√(
)(
Y
2
)( )(
)
) )(
√( √(
2
) )
)
√
0,844
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi, maka dapat dilihat kriteria korelasi koefisien besar di dalam buku Anas Sudijono, sebagai berikut: Nilai “r”
Interpretasi
0,00 - 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi
itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y 0,20 – 0,40
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
65
korelasi yang sedang atau cukup 0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi atau kuat.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi dan sangat kuat.
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai indeks korelasi sebesar 0,844. Jika dikonsultasikan pada tabel di atas, angka r (0,844) yang berada antara 0,70-0,90 termasuk dalam kategori adanya korelasi yang tergolong kuat atau tinggi, berarti terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Sedangkan untuk interpretasi terhadap angka indeks koefisien korelasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut: Hipotesa Alternatif (Ha) : Ada hubunganpositif yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar
Pendidikan Agama islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Hipotesa Nihil (Ho)
:Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.
Untuk hipotesa maka “r” observasi yang didapat dari perhitungan statistik dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” Product Moment (r). Dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degree of freedomnya (df) angka yang diperoleh adalah: Df= N - nr 40-2= 38 ro= 0,844 rt= pada taraf signifikan 5%= 0,304
66
rt= pada taraf signifikan 1%= 0,393 Membandingkan besarnya “rxy” dengan “rt” seperti diketahui, rxy yang diperoleh adalah 0,844, sedangkan rt masing-masing sebesar 0,304 dan 0,393. Dengan demikian ternyata bahwa rxy lebih besar dari pada rt, baik dari taraf signifikan 5% maupun 1%. Karena rxy lebih besar dari padart maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dengan demikian tinggi rendahnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islamdi SMP Muhammadiyah 17 Ciputat (secara matematik) dimana hubungannya korelasi positif yang searah. Setelah diuji hipotesis dilakukan, untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam persen, maka digunakan rumus koefisien penentu (determinasi) sebagai berikut: Kp
= r2x 100%
R
= 0,844 dibulatkan menjadi 0,8
Kp
= 0,82x 100 = 0,64x100 = 64% Jadi, angka koefisien penentu sebesar 64% menunjukan adanya pengaruh
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Sedangkan sisanya 36% merupakan variabel yang tidak dimasukan dalam penelitian. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.Adapun hasil tersebut berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh 64%. Adapun data pendukung yang penulis lakukan untuk penguatan data yaitu telah melakukan wawancara kepada guru pendidikan Agama Islam yaitu yang berisikan delapan butir pertanyaan yang diajukan dan delapan butir jawabanjawban yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Antara lain sebagai berikut:
67
Pertanyaan- Jawaban: 1. Menurut bapak/ibu guru apakah siswa/siswi disini sudah memiliki kesadaran diri yang baik? Jawab: Secara keseluruhan siswa disini belum memiliki kesadaran diri baik, namun hanya sebagian saja, karna ketika guru sedang mengajar masih terdapat siswa yang semau-maunya belajar, masih suka mengobrol dan bercanda. Dan belum bisa belajar atas kemauan dan kesadaran dirinya sendiri. 2. Apakah siswa/siswi disini sudah bisa mengatur dan mengolah emosinya sendiri? Jawab: Ketika siswa duduk di bangku SMP mereka belum bisa mengatur dan mengontrol emosinya secara baik, masa-masa perkembangan dan masih terbilang labil, tetapi guru-guru selalu memberikan bimbingan dan konseling terhadap mereka. 3. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu guru dalam mendorong siswa untuk berprestasi? Jawab: Pihak sekolah dan para guru selalu memberikan motivasi dan dorongan supaya mereka rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar, bukan hanya belajar untuk duniawinya saja tetapi untuk akhiratnya juga. Karna apabila mereka bersungguh-sungguh dalam belajar maka hasilnya pun akan baik dan kedepannya mereka akan menikmati hasilnya sendiri. 4. Bagaimana cara siswa dalam menunjukan rasa empati terhadap sesama temannya? Jawab: Salah satu caranya yaitu dengan menanamkan pengertian bahwa mereka itu bersaudara, apalagi mereka satu sekolah, satu kelas jangan sampai diantara mereka saling bermusuhan dan saling mendiskriminasi satu sama lain. Mereka harus saling bekerja sama dalam hal-hal yang baik dan positif.
68
5. Apakah siswa/siswi disini sudah mampu berkomunikasi dengan baik terhadap sesama temannya? Jawab : Secara keseluruhan siswa disini sudah bisa mampu berkomunikasi sesama teman baik antara teman sekelas dan bukan teman sekelas. Mereka bersahabat ada yang sahabat dekat dan ada juga yang hanya sekedar kenal. Karna Islam pun mengajarkan “Lita’aarafuu” supaya bisa saling mengenal satu sama lain. 6. Menurut bapak/ibu guru apakah yang dimaksud dengan Kecerdasan Emosional? Jawab: Menurut saya kecerdasan emosional adalah dimana siswa mampu mengatur emosinya, meredam emosinya dan bisa berakulturasi dengan lingkungannya. Siswa mampu membawakan dan memposisikan diri mana yang baik dan mana yang buruk. 7. Menurut bapak/ibu guru apakah ada Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa khususnya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam? Jawab: Kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI sangat berpengaruh, karna salah satu dimensi kecerdasan emosional adalah memotivasi diri, jadi dengan adanya motivasi dan minat yang tinggi untuk belajar maka akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Dengan demikian landasan teori pada penelitian ini sangat banyak yang dapat
diterima, karena kecerdasan emosional
siswa sepenuhnya
dapat
mempengaruhi pretasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Dibawah ini ada beberapa faktor pendukung dan penghambat prestasi belajar PAI siswa. Pengaruh kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa tersebut tidak terlepas dari adanya faktor pendorong seperti: 1. Adanya kesadaran yang tinggi dalam diri anak itu sendiri untuk rajin belajar
69
2. Faktor keluarga, yaitu orang tua yang sudah mampu menyediakan kesempatan/ waktu dan sarana yang ia butuhkan atau orang tua yang selalu menemani anaknya ketika belajar. 3. Faktor sekolah, adanya budaya sportifitas di lingkungan sekolah. 4. Sikap guru yang tegas, kepala sekolah yang baik dan berwibawa, pembuatan jadwal pelajaran yang mempertimbangkan kompetensi anak didik, sehingga menyebabkan penunjangan proses belajar anak. 5. Anak bukan hanya dapat belajar di dalam rumah saja tetapi anak juga mendapatkan pelajaran yang informal, seperti bimbel, belajar kelompok, dll. 6. Faktor pergaulan di sekitar rumah. Teman yang baik akan membawa anak tersebut kearah yang baik pula, hal ini juga dapat memberikan motivasi kepada anak untuk saling berbagi pengetahuan dan bersaing dalam pelajaran yang akhirnya akan memberikan hasil yang positif. 7. Kurikulum yang cukup baik, kurikulum yang sesuai dan seimbang dengan kebutuhan anak juga merupakan penunjang dalam proses belajar. 8. Lingkungan masyarakat yang berada di sekitar sekolah, bila lingkungan masyarakat tersebut baik maka kemungkinan besar akan berdampak baik bagi sekolah dan siswa khususnya. 9. Hubungan antara guru dan siswa yang cukup baik, biasanya ketika guru yang sudah disenangi siswa, maka pelajaran yang disampaikannyaakan berhasil makimal. 10. Fasilitas sekolah yang cukup memenuhi syarat kesehatan dan terpelihara dengan baik. Misalnya dinding sekolah yang rapih, lapangan atau halaman sekolah yang bersih, ruang kelas yang berjendela, udara yang masuk cukup, dan pantulan sinar matahari dapat menerangi ruangan kelas. Sedangkan 36% dipengaruhi oleh faktor lain, adapun faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI siswa tidak terlepas pula dari faktor penghambat, antara lain seperti: 1. Faktor dalam diri anak itu sendiri, yaitu anak mempunyai sifat yang kurang baik, (malas, sulit konsentrasi) sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan diri dan prestasi.
70
2. Kurangnya suasana rumah yang tenang, damai dan harmonis, sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak. Karena hal itu sangat mendukung belajar anak, jika keadaan tidak harmonis, tidak damai dan tidak tenang maka dalam belajar pun anak merasakan ketidak tenangan sehingga apa yang dipelajari sulit untuk diingat dan difahami. 3. Perpustakaan sekolah yang kurang memadai dan kurang merangsang penggunaanya oleh siswa. Misalnya buku-bukunya kurang lengkap untuk keperluan siswa, pelayanannya kurang memuaskan, ruangannya panas, tidak ada ruang baca dan sebagainya. 4. Kurang variatifnya metode mengajar seorang guru sehingga siswa terkadang merasa bosen dan jenuh di dalam kelas, dan mengakibatkan siswa malas/ngantuk untuk belajar. 5. Corak kehidupan tetangga. Suatu contoh jika lingkungan tetangganya suka berjudi, mabuk-mabukan, mencuri dan kebiasaan buruk lain, maka hal itu juga akan mempengaruhi belajar dan kehidupan anak. 6. Tugas-tugas rumah yang terlalu banyak. Anak yang terlalu banyak diberikan tugas rumah seperti mencuci, membersihkan halaman, melalukan pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan, hal ini akan sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena swaktu dan konsentrasi yang mereka miliki menjadi terbagi. Dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak sangat dibutuhkan kerjasama dengan pihak sekolah.Orang tua memberikan bimbingan di rumah serta pengawasan kepada anaknya ketika berada di rumah, sedangkan guru memberikan bimbingan dan pengawasan kepada anak ketika berada di sekolah.
BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, yang dibahas pada bab dan sub-sub sebelumnya, maka dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan mengenai “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh antara kedua variabel, yang menunjukan korelasi tinggi atau kuat. Hal ini berdasarkan pada perhitungan ”r” terkait Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa, maka nilai “r” yang diperoleh dalam perhitungan rxy = 0,844 adalah lebih besar dari pada rt pada taraf signifikan 5% atau taraf signifikan 1% yang masing-masing sebesar 0,304 dan 0,393, maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis Nihil (Ho) ditolak. Dengan demikian, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa, menunjukan korelasi yang tinggi atau kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam siswa.
71
72
B. Saran Berdasarkan pada hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Bagi pendidik, agar dapat memberi pelajaran serta pengetahuan anak didiknya tentang segala hal yang berhubungan dengan kemampuan yang ada dalam diri termasuk kecerdasan emosional. Tidak hanya pengetahuan yang bersifat rasional saja yang harus diberikan akan tetapi pengetahuan tentang kemampuan mengenali dan mengelola emosi sendiri, kemampuan berempati dan keterampilan sosial juga perlu diajarkan. 2. Bagi keluarga, bahwa keberhasilan prestasi belajar anak di sekolah ditentukan kecerdasan emosional siswa dalam lingkungan keluarga dan masyarakat itu sendiri, sehingga itu menjadi tanggung jawab orang tua dan seluruh anggota keluarga untuk melatih siswa dalam mengembangkan kecerdasan emosionalnya. 3. Bagi siswa/siswi, hendaknya memiliki kemampuan untuk belajar memahami emosi diri sendiri serta mengelolanya dengan baik, belajar memiliki rasa empati yang tinggi dan keterampilan social yang baik agar dapat merasakan manfaat dari semuanya untuk kehidupan pribadi di berbagai bidang, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010. ______________Dasar-Dasar Aksara, 2006.
Evaluasi
Pendidikan,
Jakarta:
Bumi
Cooper, Robert K dan Sawaf Ayman, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. ______________Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. ______________Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. ______________Pendidikan Islam dalam Keluarga Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
dan
Sekolah,
Kamus Besar Bahasa
Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2005. Firmansyah, Iman, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Triguna Utama, Ciputat: UIN Jakarta, 2010. Ginanjar, Ari Agustian, Emotional Spiritual Quotient The ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2005. Goleman, Daniel, Emotional Intelligence Ter. T Hermaya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. ______________Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. dari Working with Emotional Intelligence oleh Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta: PT Ciputat Press, 2006.
73
74
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Rosdakarya, 2004.
Bandung:
PT Remaja
Munir, A. Warson, Kamus Al-Munawir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Neni, Zikri Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother‟s, 2006. Nety, Hartati, dkk. Islam dan Psikologi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003. Noor, Mohammad, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, Semarang: PT KaryaToha Putra, 1996. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Rajawali, 1992.
Mengajar, Jakarta:
Satiadarma, Monty P & Fidelis, Mendidik Kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
75
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam dalam Persfektif Islam, Jakarta: Rosdakarya, 2005. Tirtonegoro, Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. ____________Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Yusuf, Syamsu dan Nani M, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
REFERENSI Nama Nim Jurusan Judul Skripsi
No 1 2 3 4 5
6 7
1 2
3 4 5 6
: : : :
Siti Humaeroh 107011000090 Pendidikan Agama Islam Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat
Referensi dan Halaman Buku BAB I Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal. 5 Mohammad Noor, Al-Qur’an danTerjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT. KaryaToha Putra, 1996) hal.479 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 151 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) hal 85 Dr. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3, h. 72 Daniel Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal.44. Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.Xii. BAB II Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 204 A. Warson Munir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan buku-buku ilmiah Keagamaan, 1984), cet ke-1, h. 505 Undang- Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),h.4 H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.76 Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h.
Paraf Pembimbing
7 8 9 10 11
12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22
23
24 25
132 Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 hal, 86 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Persfektif Islam, (Jakrta: Rosdakarya, 2005),h. 32 Muhaimin , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-4, h. 75 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), h.55 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) cet ke-2, h. 35 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.72 Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setian 1998), h. 74 Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setian 1998), h. 77 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 19 Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h. 134-135 Zakiyah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 2, hal. 63-93 Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996) hal.220 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) hal. 55 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4. Hal.22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.88 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan kerja pemimpin pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) Cet, ke-5. Hal,104 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus besar bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet.1, h. 700 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 151 Sutratinah Tirtonegoro, Anak supernormal dan program Pendidikannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h. 43
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 hal, 86 Muhibbin.op.cit, h.116 & Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.183 Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.183 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,( Jakarta:PT Bumi Aksara,2006) hal. 80 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Hal. 132 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.133 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.133 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) hal. 85 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4. Hal.73 Monty P. Satiadarma & Fidelis, Mendidik Kecerdasan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.122-123 Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-4 hal 164 Syamsu Yusuf dan Nani M, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hal. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.135 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2008)h. 107-118 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 154 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet ke-1 h. 178 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 155-156 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 411. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) hal. 103 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal. 100 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal. 94 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal.102
48 49 50
51
52
53
54
55
56 57 58 59 60 61 62 63
1
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) hal. 115 Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.81-85 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 60 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 68 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Dari Workingwith Emotional Intelligence oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. VI, h. 513 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.XV. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 72 Ari Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient The ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Penerbit Arga, 2005) hal. 17 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.7 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 58-59 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 136 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 172 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.125 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.111 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.33-35 Iman Firmansyah, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar siswa di SMA Triguna Utama, (Ciputat:UIN Jakarta 2010), Hal. 59 BAB III Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, H.161
2 3 4 5 6 7 8 9
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2006), hal.68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: ALFABETA, 2010), hal. 118 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.76 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.82 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, H.201 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, H. 76 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.219 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.181 Mengetahui:
Dosen Pembimbing
Penulis
Dra. Sururin, M.Ag
Siti Humaeroh