UPAYA MENINGKATKAN MINAT MEMBACA MATERI KEAGAMAAN SISWA KELAS V DI PERPUSTAKAAN SDN 02 PIDODOKULON KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL MELALUI POLA PENDAMPINGAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh ROSIDI NIM 093111451
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan/Program Studi
: Rosidi : 093111451 : Pendidikan Agama Islam;
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semaranga, Oktober 2011 Saya yang menyatakan,
Rosidi NIM: 093111451
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Rosidi NIM : 093111451 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diajukan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, Desember 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M. Kom. NIP 19770622 200604 2 005 Penguji I,
Drs. Wahyudi, M. Pd NIP 19680314 199503 1 001
Saminanto, S. Pd., M. Sc. NIP 19720604 200312 1 002 Penguji II,
Hj. Nur Khasanah, S. Pd., M. Kes NIP 19751113 200501 2 001 Pembimbing
Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd NIP 19650727 199203 2 002
NOTA PEMBIMBING
Semarang,
Oktober 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Rosidi NIM : 093111451 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing
Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd NIP 19650727 199203 2 002
ABSTRAK Judul
Penulis NIM
: Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Melalui Pola Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011 : Rosidi : 093111451
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pola pendampingan bisa meningkatkan minat membaca materi keagamaan siswa kelas V di perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal. Minat dan kebiasaan adalah dua pengertian yang berbeda tetapi berkaitan. Minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika dimotivasi. Seseorang mungkin mempunyai minat beternak ayam misalnya, akan tetapi, karena harga ayam dan telur sangat rendah itu menjadi tidak termotivasi. Andai kata harganya tinggi, dia akan melaksanakannya. Harga tinggi merupakan motivasi. Kebiasaan adalah perilaku, yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat fisik atau mental yang mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang. Terbentuknya suatu kebiasaan pada umumnya makan waktu lama dan dalam bentuk itu minat dan motivasi tidak ada, pada umumnya kebiasaan tidak tumbuh dan tidak berkembang. Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling (mobile library) dari Perpustakaan Wilayah mauopun Perpustakaan Daerah tersedia di kota-kota besar guna melayani kebutuhan para pelajar. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif lapangan (qualitative) dan apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden melalui instrumen pengumpulan data wawancara, observasi dan dan analisis datanya menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dan dengan melalui pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di perpustakaan adalah sangat efektif. Yaitu dengan bukti peminjaman buku diperpustakaan oleh siswa kelas V meningkat sangat banyak dibanding dengan sebelumnya Setelah dilaksanakannya pola pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka juga sangat tepat. Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata prestasi PAI mereka juga meningkat cukup baik Dan juga setelah mereka melalui pola pendampingan untuk meningkatkan minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka menjadi luas. Tidak hanya pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari materi yang diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari Pembalasan. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua perguruan tinggi-termasuk di Institut Agama Islam Negeri Walisono Semarang adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul .” Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon
Kecamatan
Patebon
Kabupaten
Kendal
Melalui
Pola
Pendampingan Tahun Pelajaran 2010/2011”. Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah dan inayah Allah SWT dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu, seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Dra. Hj. Siti Mariam, M. Pd selaku pembimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal beserta staf dan seluruh dewan guru yang telah memberikan informasi kepada penulis untuk penulisan skripsi ini. 4. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk meminjamkan buku-buku kepustakaan. 5. Rekan-rekan seperjuangan di program DMS S. 1 PAI IAIN Walisongo Semarang, serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT dan di balas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khusunya bagi penulis, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................…. ii PENGESAHAN.................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING…................................................................................…. iv ABSTRAK…………............................................................................................. v KATA PENGANTAR…………………………………………………….……. vi DAFTAR ISI………………….……………………………………………….... vii Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………....................................................................... 1 B. Penegasan Istilah….…........................................................................... 2 C. Rumusan Masalah.................................................................................. 2 D. Tujuan……………...........................................................................….. 3 E. Manfaat Penelitian................................................................................. 3 Bab II MINAT MEMBACA MATERI KEAGAMAAN MELALUI POLA PENDAMPINGAN A. Kajian Pustaka………………………………………………………… 6 B. Minat Membaca……………………………………………………….. 8 1. Kesiapan Membaca….……….. ……………………..........…... 9 2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak…............... 14 3. Pemilihan Bahan Bacaan………………………………..…… 16 4. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar…..….…. 17 C. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa………...………………..… 19 Bab III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………………............................................................ 26 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................…....... 27 C. Sumber Penelitian……….………………………………………….. 27 D. Fokus Penelitian…………………………………………………….. 28 E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 27 F. Teknik Analisis Data……………………………………………….. 29
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian...................................................... 32 1. Profil Sekolah…………………………………………………… 32 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah………………………………….. 32 3. Struktur Organisasi………………………………………….……33 4. Keadaan Guru dan Peserta Didik………………………….……. 34 5. Sarana dan Prasarana………………………………………….… 34 6. Perpustakaan……………………………………………………..35 7. Prestasi yang dicapai……………………………………………. 39 8. Kegiatan Ekstrakulikuler…………………………………………40 B. Upaya
Guru
PAI
dalam
Meningkatkan
Minat
Baca
Siswa…..………………….................................................…........... 40 C. Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Peningkatan
Minat
Baca
Siswa..………………..……………………………………………. 43 D. Pembahasan…………………………………………………………. 44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................... 46 B. Saran ................................................................................................... 46 C. Penutup……………………………………………………………… 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam lembaga pendidikan. Di sana menyajikan berbagai koleksi bahan ajar yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar, baik secara umum maupun khusus. Dengan adanya perpustakaan diharapkan mampu meningkatkan kegemaran dan minat baca siswa. Yang mana seperti perintah Allah dalam firman pertamaNya kepada nabi Muhammad, yaitu :
Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kolam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Q.S At-Alaq / 96:3-5).1 Melalui membaca siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Baik berupa pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang materi pelajaran. Dan bisa melatih kemandirian siswa, karena dengan siswa membaca sendiri di perpustakaan, siswa akan memilih buku atau pun materi yang dibaca sesuai dengan kesenangannya. Dan akhirnya pikiran akan menerimanya dengan mudah dan cepat. Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 02 Pidodokulon Kendal sampai saat ini masih dikelola dengan baik dan tetap dilaksanakan. Walaupun buku-bukunya masih terbatas dengan buku-buku mata pelajaran tertentu, namun juga tersedia buku-buku umum, majalah, dan buku-buku cerita. Sampai sejauh ini, untuk minat baca siswa berdasarkan buku catatan peminjaman di perpustakaan masih sangat rendah. Masih terbatas ketika ada tugas dari guru saja siswa baru mengunjungi perpustakaan. Belum beranjak dari kesadaran pribadi siswa tersebut.
1
Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005) hlm. 598
1
2
Kondisi inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan Minat Membaca Materi Keagamaan Siswa Kelas V di Perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kendal Melalui Pola Pendampingan”.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan apa yang penulis bahas nantinya maka penulis jelaskan dulu tentang istilah-istilah yang terkandung didalam tulisan ini. 1. Perpustakaan. Perpustakaan adalah tempat pengumpulan pustaka yang diatur dan disusun dengan sistem tertentu, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat ditemukan dengan cepat dan mudah. Dalam pengertian tersebut dapat pula berupa karya siswa, karangan atau nyanyian yang dikasetkan. Semua itu dapat dikategorikan sebagai buku perpustakaan yang dapat dibaca dan dipinjamkan.2 Jadi perpustakaan yang dimaksud adalah kumpulan buku-buku yang diatur secara sistematis yang terdapat di SDN 02 Pidodokulon Patebon kendal. 2. Minat Membaca Minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari, dan untuk membuktikannya lebih lanjut tentang objek tertentu dengan perngertian aktif terhadap objek tersebut.3
C. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, maka penulis bisa merumuskan masalah sebagai berikut : 2
Ibnu Ahmad Shaleh, Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1987), hlm. 11 3 Thursan Hakim, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, (Jakarta : Gramedia, 2000), hlm. 35
3
Apakah pola pendampingan dapat meningkatkan minat baca materi keagamaan siswa kelas V di SDN 02 Pidodokulon Kec. Patebon Kab. Kendal tahun pelajaran 2010/2011 ?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui : pola pendampingan untuk meningkatkan minat membaca materi keagamaan siswa kelas V di perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal tahun pelajaran 2010/2011.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : a. Bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SDN 02 Pidodokulon Patebon Kendal. b. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. c. Peningkatan kualitas pembelajaran terutama pada materi keagamaan yang dihadapi oleh guru dan peserta didik khususnya.
BAB II MINAT MEMBACA MATERI KEAGAMAAN MELALUI POLA PENDAMPINGAN
A. Kajian Pustaka Untuk menghindari duplikasi atau pengulangan penulisan, penulis menyertakan telaah pustaka yakni beberapa buku hasil karya para pakar pendidikan atau skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang penulis angkat. Adapun skripsi dan buku-buku yang dimaksud yaitu tentang perpustakaan, minat baca dan metode pendampingan juga tentang skripsi yang menggunakan metode penelitian tindakan kelas antara lain: 1. Hubungan Intensitas Pemanfaatan Perpustakaan dengan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Fikih di MTs Al Hidayah Purwasaba Mandiraja Banjarnegara tahun ajaran 2008/2009, yang diteliti oleh Fardaniatus Sholekhah NIM: 3104129, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya perpustakaan sangat mendukung dalam mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan mengoptimalkan mulai dari sarana yang ada di perpustakaan sekolah, fasilitas di perpustakaan, pelayanan dari pihak petugas perpustakaan, koleksi buku-buku perpustakaan dan lain sebagainya ternyata sangat berhubungan erat dengan perkembangan pengetahuan anak. Siswa yang sering membaca di perpustakaan memiliki pengetahuan lebih dibanding siswa yang tidak pernah datang ke perpustakaan. Prestasinya pun lebih bagus bagi siswa yang sering datang ke perpustakaan dibanding siswa yang tidak pernah datang ke perpustakaan.1 2. Upaya Meningkatkan Motivasi Anak dalam Membaca Al Qur’an di TPQ Al Azhar Ngaliyan Semarang, Kuseni NIM: 3104531, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, tahun 2010. Menurut hasil penelitian tentang 1
Fardaniyatus Sholekhah, NIM: 3104129, Hubungan Intensitas Pemanfaatan Perpustakaan dengan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Fikih di MTs Al Hidayah Purwasaba Mandiraja Banjarnegara tahun ajaran 2008/2009, Skripsi Sarjana Strata I IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
4
5
meningkatkan motivasi anak dalam membaca Al Qur’an yang dilakukan siswa di TPQ Al Azhar Ngaliyan ini, menunjukkan bahwa motivasi anak dalam membaca Al Qur’an khususnya harus selalu dijaga, tidak hanya membaca latin saja yang dibiasakan. Membaca Al Qur’an harus lebih dibiasakan karena Al Qur’an menggunakan bahasa Arab yang jarang dipakai dalam keseharian siswa. Oleh karenanya akan lebih sulit ketika jarang membacanya. Dalam hal ini peneliti melakukan beberapa cara supaya siswa dalam membaca Al Qur’an bisa tetap rutin, yaitu antara lain dengan belajar membaca dengan huruf yang ditulus pada media yang menarik, belajar dengan CD pembelajaran, dan permainan yang diselingi dengan membaca AL Qur’an. Dengan demikian siswa secara tidak langsung secara rutin membaca yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan dalam membaca Al Qur’an.2 3. Upaya Menumbuhkan Perilaku Gemar Membaca Al Qur’an pada siswa kelas V dan VI MDI Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal, Ahmad Hasani NIM: 3104071, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010. Di MDI Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal ini para siswa dalam hal membaca Al Qur’an berdasarkan wawancara peneliti masih rendah. Jadi pada penelitian ini peneliti berusaha menumbuhkan perilaku gemar membaca Al Qur’an pada kelas V dan VI. Beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam hal menumbuhkan perilaku gemar membaca Al Qur’an yaitu dengan membiasakan membaca al Qur’an di sekolah ketika pagi hari, mengadakan perlombaan-perlombaan membaca Al Qur’an tingkat sekolah, dan ada ekstrakulikuler sekolah tentang seni qira’ah Al Qur’an. Dengan demikian siswa bersemangat dalam berperilaku gemar membaca Al Qur’an.3
2
Kuseni NIM: 3104531, Upaya Meningkatkan Motivasi Anak dalam Membaca Al Qur’an di TPQ Al Azhar Ngaliyan Semarang, Skripsi Sarjana Strata I IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010 3 Upaya Menumbuhkan Perilaku Gemar Membaca Al Qur’an pada siswa kelas V dan VI MDI Miftakhul Ulum Bumijawa Tegal, Ahmad Hasani NIM: 3104071, 2010
6
Dari penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada meningkatkan minat baca siswa pada materi keagamaan di perpustakaan sekolah melalui metode pendampingan.
B. Minat Membaca Minat dan kebiasaan adalah dua pengertian yang berbeda tetapi berkaitan. Minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika dimotivasi. Seseorang mungkin mempunyai minat beternak ayam misalnya, akan tetapi, karena harga ayam dan telur sangat rendah itu menjadi tidak termotivasi. Andai kata harganya tinggi, dia akan melaksanakannya. Harga tinggi merupakan motivasi. Kebiasaan adalah perilaku, yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat fisik atau mental yang mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang. Terbentuknya suatu kebiasaan pada umumnya makan waktu lama dan dalam bentuk itu minat dan motivasi tidak ada, pada umumnya kebiasaan tidak tumbuh dan tidak berkembang. Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Inilah motivasi pokok yang dapat mendorong tumbuh dan kembang, maka kebiasaan membaca pun akan berkembang. Tempat terbaik untuk menumbuhkan minat dan mengembangkan kebiasaan membaca adalah dimulai dari rumah, kemudian sekolah yang mendukung. Waktu yang baik adalah sedini mungkin. 1. Kesiapan Membaca Yang dimaksud kesiapan membaca (reading readiness) ialah tingkat kematangan seorang anak, yang memungkinkannya belajar membaca tanpa suatu akibat negatif. Kematangan yang dimaksud disini meliputi kematangan fisik, mental, linguistic (bahasa) dan sosial.4 Kapankah seorang anak dapat diajar membaca ?. Bagaimanakah caranya menentukan tingkat kematangan dimaksud ? inilah diantara pertanyaanpertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam memahami kesiapan membaca. Para
4
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 33
7
pakar pendidikan, psikologi, linguistik, dan psikolinguistik masih berbeda pendapat mengenai kedua pertanyaan tersebut.5 Pikiran tentang kesiapan membaca mulai timbul dalam tahun 1920-an. Salah satu hasil penelitian yang berpengaruh luas ialah yang dikemukakan oleh Marphett dan Washburne (1931). Kedua pakar ini berpendapat bahwa umur mental yang paling baik untuk belajar membaca ialah 6, 5, atau 6, 6 tetap. Kemudian pendapat ini dibantah oleh Gares dan Bond (1936), dengan mengatakan bahwa waktu optimum bagi membaca permulaan tidak semata-mata bergantung pada keadaan anak sendiri, tetapi banyak ditentukan oleh sifat program dan metode yang dipakai. Pakar-pakar kontemporer seperti Spache (1969), Durkin (1970) dan Adelman (1970) pada prinsipnya juga sependapat dengan Gates dan Band. Pilum (1974) menyatakan bahwa semua anak yang berusia semuda-mudanya dapat diajari membaca asalkan: mempunyai minat, dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dengan baik dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai. Penelitianpenelitian lain seperti yang dilakukan Saderberg (1971) Dan Week (1981) juga mengatakan bahwa anak dapat diajarkan membaca pada usia dini, yaitu sebelum usia yang dikemukakan oleh Morphett dan Washurne diatas. Sedangkan kesiapan anak dididik, para pakar psikologi membagi berdasarkan beberapa faktor, antara lain berdasarkan didaktik, usia anak dibagi menjadi beberapa fase, antara lain: a. Menurut Johann Amos Comenius (Komensky) Penulis buku ”Didactica Magna” serta ”Orbis Pictus” ini membagi perkembangan anak sebagai berikut: 1) Scola Materna (sekolah ibu) usia 0;0 – 6;0, masa anak mengembangkan organ tubuh dan panca indera di bawah asuhan ibu (keluarga) 2) Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu) usia 6;0 – 12;0 mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu) 5
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 35
8
3) Scola Latina (sekolah bahasa Latin) masa anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing, pada usia 12;0 – 18;0 4) Academia (akademi) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak usia 18;0 – 24;0 tahun b. Jean Jacques Rousseau, dengan karya terkenalnya ”Emile eu du I’education” (1762) buku tersebut terdiri dari lima jilid (bagian). Di dalamnya termuat pembagian tahapan perkembangan anak antara lain: 1) Usia 0;0 – 2;0
tahun adalah masa asuhan (Nursery)
2) Usia 2;0 – 12;0
tahun masa pentingnya pendidikan jasmani dan alatalat indera
3) Usia 12;0 – 15;0
tahun masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas
4) Usia 15;0 – 20; 0
tahun
masa
pentingnya
pendidikan
serta
pembentukan watak, kesusilaan juga pembinaan mental agama6 Sedangkan dalam bagian kelima dalam buku itu Rousseau mengupas tentang pendidikan kaum wanita, semboyan yang terkenal dari ilmuwan ini adalah ”Retour alat Natuur” (kembali pada kodrat alam). c. Dr. Maria Montessori membaginya sebagai berikut: 1) 1;0 – 7;0
masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar
2) 7;0 – 12;0 masa abstrak, dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan ethisnya yang bersumber dari kata hatinya. Dia mulai tahu akan kebutuhan orang lain. 3) 12;0 – 18;0 masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalahmasalah sosial.
6
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 37
9
4) 18;0 – 24
masa pendidikan di perguruan tinggi, masa untuk melatih anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir secara jernih, jauh dari perbuatan tercela.
d. Charles E. Skinner, membaginya menjadi: Prenatal Stages, dan Postnatal Stages, dengan perincian sebagai berikut: 1) Prenatal Stages: a) Germinal: a fortnight after conception b) Embryo : from the end of the second week to the sixth week c) Fetus
: the end of the sixth week until birth
2) Postnatal Stages a) Parturate from birth until the severance of the umbilical cord b) Neonate the first two to four weeks of life c) Infant first two years d) Preshool child from age two years to six years e) Primary school child from six to nine years f) Intermediate school pupil from nine to twelve years g) Junior high school pupil from twelve to fifteen years of age A periode which normally includes the onset of puberty and initiates the stages of adolescence.7 Jadi disini bisa kita simpulkan dari beberapa pendapat tentang kapan yang tepat untuk anak dilatih untuk belajar khususnya dalam membaca. Walau pun oleh para ahli psikologi banyak berbeda pendapat tentang usia yang pasti, tetapi kita bisa membuat rentang usia yang tepat untuk usia anak untuk belajar, yaitu antara usia 2 sampai 6 tahun karena pada usia dibawah 2 merupakan penyempurnaan panca indera. Jadi setelah 2 tahun semua indera yang dibutuhkan dalam belajar sudah siap semua. Menurut Al Qur’an bahwa setiap individu mulai dari lahir sudah ada malaikat yang mengikutinya setiap saat dan selalu menjaganya, selalu memberi pencerahan dengan kebenaran mata hatinya walau manusia belum mengetahuinya secara ilmiyah, tetapi untuk kebenaran selalu tertanam dalam mata hati manusia. 7
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 38-40
10
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ar Ra’du: 11)8 Sedang perkembangan anak dibagi berdasarkan psikologis yaitu membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut psikologis, mereka sudah tidak lagi berdasar pada sudut biologis mau pun didaktis lagi. Sehingga mengembalikkanpermasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni. Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman Oswald Kroh, yang nantinya diikuti oleh para ahli lainnya baik dari Jerman itu sendiri maupun dari negara-negara lain. a. Pendapat Kroh antara lain diungkapkannya sebagai berikut: Bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak itu berjalan secara evolutif. Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mengalami kegoncangan (aktifitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh Kroh disebut Trotz Periode dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua kali, yakni Trotz I sekitar usia 03/04 tahun. Trotz II sekitar usia 12 tahun bagi putri dan usia 13 bagi putra. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Dari lahir hingga trotz I disebut masa anak awal (0;0 – 03/04;0) 2) Dari trotz I hingga periode Trotz II disebut masa keserasian bersekolah (03/04;0 – 12/13;0)
8
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998), hlm. 179
11
3) Dari Trotz
hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan
(12/13;0 – 21;0) b. Charlotte Buhler, dalam bukunya ”Psychologis der Puerteitsjaran” hasil karyanya membagi perkembangan anak menjadi lima fase yakni: 1) Fase I (0;0 – 1;0)
perkembangan
sikap
subjektif
menuju
obyektif 2) Fase II (1;0 – 4;0)
makin meluasnya hubungan dengan bendabenda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif
3) Fase III (4;0 – 8;0)
masa memasukkan diri ke dalam masyarakat secara obyektif, adanya hubungan diri dengan
lingkungan
sosial
dan
mulai
menyadari akan kerja tugas serta prestasi 4) Fase IV (8;0 – 13;0)
munculnya minat ke dunia obyek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar
5) Fase V (13;0 – 19;0)
masa penemuan diri dan kematangan yakni synthesa sikap subyektif dan obyektif
Adanya pendapat PH. Kohnstman dalam bukunya ”Persoon Leijkeid in Wording” (1929) model pembagian mencoba merangkum dari ketiga kelompok. Pandangan yang telah disebutkan di muka itu disebutnya pembagian secara Eclectis. Walaupun nampak lebih berorientasi pada dasar psikologi, yaitu: a. 0;0 – 2;0
disebut masa vital
b. 2;0 – 7; 0
disebut masa estetis
c. 7;0 – 12/13;0
disebut masa perkembangan intelektual
d. 12/13;0 – 20;0
disebut masa sosial
Sedang dilihat berdasar psikologis ini kematangan untuk belajar yaitu dimulai dari mulai usia 3 tahun. Jadi ketika dipadukan antara pembagian berdasar didaktis dan psikologis, secara didaktis antara rentang
12
usia 2 sampai 6 tahun sedang secara psikologis bisa dimulai dari 3 tahun, jadi bisa disimpulkan bahwa anak usia 3 tahun sudah mampu secara mental dan fisik untuk memulai belajar membaca secara komplek yang mana pastinya dimulai dari yang ringan-ringan terlebih dahulu.9 2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Dalam
proses
pertumbuhan
maupun
perkembangan
anak
dalam
kenyataannya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Baik dalam proses pertumbuhan biologisnya ataupun proses perkembangan psikisnya dari seorang anak. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak, antara lain: a. Faktor-faktor sebelum lahir, yakni adanya gejala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak masih di dalam kandungan. Contohnya: adanya gejala kekurangan nutrisi (zaat-zat makanan untuk tubuh) pada ibu atau janin, terkena infeksi oleh bakteri Syphilis, TBC, Diabetes Melitus, dan lainlainnya. b. Faktor pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat anak dilahirkan. Umpamanya terjadi Defiect (kerusakan) susunan saraf pusat karena kelahirannya dengan bantuan alat sejenis tang dan lain (Instrument birth) atau karena dinding rahim ibu terlalu sempit, maka terjadi tekanan yang kuat mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala, dan lain-lain. c. Faktor sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak. Contohnya: adanya pengalaman anak yang traumatik (luka-luka) di kepala pada bagian luar atau dalam, karena benturan benda keras, kekurangan gizi/vitamin, dan masih banyak lagi contoh lainnya. d. Faktor psikologis,
yakni
adanya
kejadian-kejadian tertentu
yang
menghambat yang berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut perkembangan intelegensi dan emosi anak yang berdampak pada proses pertumbuhan anak. Dapat dicontohkan di sini antara lain: anak yang 9
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 42
13
terlantar, kurang perawatan baik jasmani atau rohani, kurang kasih sayang/perhatian yang biasanya disebut dengan inatie psikis (kehambatan psikis) anak. Kesemuanya itu dapat mengakibatkan kelambatan/retardasi semua fungsi jasmani anak. Sedangkan menurut Al Qur’an manusia sejak lahir sudah memiliki fitrah atau naluri, naluri ini akan menuntun manusia tetap pada jalan Allah. Tetapi banyak manusia yang tidak mengetahuinya, hanya menuruti hawa nafsunya saja atau manusia itu bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Artinya: ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(QS Ar Rum: 30)10 Adapun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak antara lain adalah: a. Faktor hereditor, yakni keturunan atau warisan dari sejak lahir dari kedua orangtuanya, neneknya, dan seterusnya, yang biasanya diturunkan melalui Chromoson. b. Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan anak hidup (bertempat) atau bergaul. Jadi segala sesuatu yang berada di luar dari anak di alam semesta ini baik yang berupa makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup lainnya. Dan juga karena makhluk yang mati seperti benda-benda padat, cair, gas, juga gambargambar dan lainnya. Demikian pula disamping yang telah disebutkan di atas, sebagai bendabenda yang bersifat kongkrit, ada juga lingkungan yang bersifat abstrak
10
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998) hlm. 351
14
antara lain: situasi ekonomi, sosial, politik, budaya, adat istiadat, serta idiologi atau pandangan hidup. Kesemuanya bentuk lingkungan tersebut dapat berdampak menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) bagi proses perkembangan anak.11 Sedang menurut Al Qur’an, manusia akan menjadi baik atau buruk tergantung pada manusia itu sendiri.
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya.”(QS An Najm: 39)12 3. Pemilihan Bahan Bacaan. Sedangkan untuk memilih bacaan yang tepat untuk anak-anak pada usia mereka, buku bacaannya pun harus disesuaikan dengan usia mereka. Khususnya untuk usia siswa kelas I, kelas II dan seterusnya harusnya disesuaikan. Tidak sama rata antara bacaan kelas rendah dengan kelas atas. Untuk usia anak-anak pada taraf siswa sekolah dasar, lebih baik menggunakan buku bacaan yang bergambar atau berbentuk komik. Karena buku bergambar/komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang informatif dan edukatif. Sungguhpun demikian komik sebagai media pengajaran, guru
harus
hati-hati
sebab
seringkali
lebih
bersifat
komersil
tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan. Oleh karenanya guru khususnya guru PAI dalam pengadaan buku-buku di perpustakaan sekolah harus melalui pemilihan yang tepat. Guru memilih buku-buku bergambar karena lebih menarik minat siswa untuk membaca. Dengan melihat gambar dulu yang menarik kemudian siswa akan tertarik pada isi buku yang akhirnya akan mencoba membacanya. Berdasarkan hasil survey di Pilipina yang dikemukakan oleh Andre Rinanto (1982: 44) menunjukkan bahwa setiap minggu anak-anak yang berumur lebih dari 14 tahun, 16 % membaca komik, 17-19 tahun sekitar 29,9 %, 20-29 11 12
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm. 32 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1998), hlm. 142
15
tahun sekitar 24,9 %, 30-44 tahun sekitar 24,6 % dan di atas 45 tahun sekitar 14,6 % dilihat dari pendidikan pembaca komik atau cerita bergambar tersebut maka yang berpendidikan tingkat sekolah dasar sekitar 19,1 % sekolah lanjutan sekitar 43,7 % dan perguruan tinggi sekitar 37,8 %. Dilihat dari tingkat kehidupan sosialnya, maka golongan atas yang membaca komik ada sekitar 3,8 %, golongan menengah sekitar 37,8 % dan golongan bawah sekitar 58,4 %. Dari jenis kelamin, 64, 3 % terdiri dari laki-laki dan 37,7 % terdiri dari perempuan. Dilihat dari data di atas, ternyata banyak yang menyukai membaca bacaan bergambar atau komik. Bahkan tidak hanya pada anak-anak, tetapi orang dewasa juga lebih menyukainya. Karena dirasa ringan dalam membacanya, walau nilai yang disampaikan akan sama dengan yang tidak bergambar.13 4. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar. Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling (mobile library) dari Kementerian Pendidikan Nasional tersedia di kotakota besar guna melayani kebutuhan para pelajar. Perpustakaan
merupakan
pusat
sarana
akademis.
Perpustakaan
menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmiah, peta surat kabar, karya-karya tulis berupa monograf yang belum diterbitkan, serta bahan-bahan non cetakan seperti micro fish, micro film, film, kaset audio/video, lagu-lagu dalam piringan hitam, rekaman pidato (dokumenter), dan lain-lain. Oleh karena itu perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis maupun untuk rekreasi. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokkan ke dalam jenis (1) referensi, (2) reserve, (3) pinjaman. Bahan-bahan referensi yang biasanya ditata dalam satu ruang khusus merupakan sumber-sumber untuk fakta-fakta tertentu yang sudah baku, misalnya ensiklopedia, kamus, statistik, buku tahunan, biografi, buku pegangan, atlas, 13
Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 55
16
indeks (tesis, disertasi, artikel ilmiah), abstrak, dan lain-lain yang sejenis. Bahanbahan sumber ini diperlukan oleh banyak orang sehingga tidak dipinjamkan untuk dibawa keluar perpustakaan. Dengan demikian orang-orang yang memerlukan informasi dari bahan dan buku-buku referensi ini hanya diperbolehkan membacanya dalam ruangan yang telah disediakan. Bahan-bahan reserve biasanya terdiri dari buku-buku, artikel-artikel atau handouts untuk mata pelajaran tertentu atas permintaan tenaga pengajarnya. Ini dimaksudkan agar semua pelajar-mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran itu dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh pengajar. Dengan jumlah pelajarmahasiswa yang banyak, sementara buku-buku atau artikel sangat terbatas, bahanbahan riset hanya dapat dibaca oleh seorang pelajar-mahasiswa antara satu sampai dua jam. Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada umumnya siap untuk dipinjamkan untuk jangka waktu antara dua minggu sampai satu bulan kepada pelajar-mahasiswa atau masyarakat umum yang memiliki kartu anggota perpustakaan. Untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, pelajarmahasiswa perlu mengetahui sistematika dan penyimpanan buku-buku pada perpustakaan. Klasifikasi buku yang umum digunakan di perpustakaan adalah klasifikasi Desimal Dewey dan Klasifikasi Library of Congress. Klasifikasi Desimal Dewey mengidentifikasi bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga digit, sedangkan Klasifikasi Library of Congress menggunakan abjad, misalnya bidang bahasa: 400 (desimal Dewey), P (Library of Congress). Oleh karena itu pelajar-mahasiswa yang ingin menemukan bahan atau buku di perpustakaan harus mengetahui nomor klasifikasi buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam pada kartu katalog, biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog, yaitu kartu subyek, kartu judul, dan kartu pengarang. Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar secara efektif memerlukan keterampilan sebagai berikut (Achsin, 1986): a. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang meliputi keterampilan (a) mengenal sumber informasi dan pengetahuan, (b) menentukan lokasi
17
sumber informasi berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara menggunakan katalog dan indeks, (c) menggunakan bahan pustaka baru, bahan referensi seperti ensiklopedia, kamus, buku tahunan, dan lain-lain. b. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti (a) memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah dan (b) mendokumentasikan informasi dan sumbernya. c. Keterampilan
menganalisis,
menginterpretasikan
dan
mengevaluasi
informasi, seperti (a) memahami bahan yang dibaca, (b) membedakan antara fakta dan opini dan (c) menginterpretasikan informasi baik yang paling mendukung maupun yang berlawanan. d. Keterampilan menggunakan informasi, seperti (a) memanfaatkan intisari informasi untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, (b) menggunakan informasi dalam berdiskusi, (c) menyajikan informasi dalam bentuk tulisan.14
C. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Usaha-usaha mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anakanak yang akan dibicarakan dibawah ini terutama adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh para guru di sekolah melalui perpustakaan yang ada di sekolah. Terutama sejak anak-anak itu sudah dapat berbahasa dengan ujaran satu kata dan apabila perkembangan mereka normal. Namun demikian sebagian dari usaha-usaha juga dapat dilakukan para orang tua ketika di rumah. Usaha yang dimaksud dalam tingkat yang lebih matang dan mungkin dengan teknis yang lebih di tekankan, sebaiknya pada waktu anak-anak pada tahun pertama dan kedua ketika masuk SD. Untuk yang belum dapat membaca bertujuan utama menumbuhkan minat membaca, dengan sendirinya mencapai kesiapan membaca. Bagi anak-anak yang sudah dapat membaca, usaha tersebut bertujuan mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Secara khusus perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut: 14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafoindo Persada, 2003), hlm. 101
18
1. Tahap Fantasi (Magical Stage) Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan buku, mulai berfikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak. 2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage) Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan. Pada tahap kedua, orangtua atau guru hendaknya memberi rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Orang tua atau guru hendaknya memberi akses pada buku-buku yang diketahui oleh anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membaca berbagai buku. 3. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage) Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenalnya. Dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad. Pada tahap ketiga ini, orang tua atau guru membacakan sesuatu pada anakanak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu, puisi, memberikan kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take-Off Reader Stage) Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic/ ucapan semantik dan syntactic/ejaan) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi atau papan iklan.
19
Pada tahap keempat ini, orang tua atau guru masih harus membacakan sesuatu kepada anak-anak sehingga terdorong untuk membaca sesuatu pada berbagai situasi. Orang tua atau guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna. 5. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage) Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda-beda. Menyusun pengertian, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca.15 Pada tahap kelima ini, orang tua atau guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini akan mendorong agar dapat memperbaiki bacaannya. Membantu menyelesaikan bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkannya cerita yang berstruktur. Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alat/ fasiltas sarana memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orangtua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain sederhana yang memberikan arahan dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak tumbuh dan berkembang secara optimal. Perkembangan kemampuan membaca biasanya juga beriringan dengan kemampuan menulis yang banyak kaitannya dengan perkembangan motorik anak-anak. Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan sebagi berikut: 1. Tahap mencoret atau membuat goresan (Scrible Stage) Pada tahap ini akan mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Mereka sedang memulai belajar tentang belajar bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Orang tua dan guru, pada tahap ini seharusnya memberikan pada anak-anak jenis-jenis bahan untuk menulis seperti cat, buku, kertas dan krayon. Anak-anak akan menandai suatu goresan 15
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang: IKIP Press, 2010), hlm. 10
20
yang sedang dikerjakan sebagai suatu tulisan. Orang tua atau guru dapat menjadi model tulisan seperti pada halnya membaca. 2. Tahap Pengulangan Secara Linear (Linear Repetitive Stage) Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata menunjuk pada suatu yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada suatu hal kecil. 3. Tahap Menulis Secara Random (Random Letter Stage) Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat. Anak-anak menghasikan tali yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata. 4. Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-Name Writing or Phonetic Writing) Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bumyi secara bersamaan. Sebagai contoh mereka menulis ”kamu” dengan tulisan ”u” mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara reflek menunjukkan tentang apa yang didengar. Dalam contoh ini dengan mudah melibatkan anakanak mengungkapkan kata saya dengan ”y” atau kata keluarga dengan kata ”ga”.16 Dengan berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuan mengkomunikasikannya pada orang lain akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya. Kemampuannya mengkomunikasikan sesuatu seperti benda, orang atau binatang dengan menggunakan kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
D. Kelemahan-kelemahan Membaca yang Dihadapi Anak 16
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang: IKIP Press, 2010), hlm. 12
21
Kiranya dapat dimaklumi bahwa keadaan tidak selalu normal. Dapat terjadi bahwa ada suatu kelemahan pada anak dalam membaca, mungkin terjadi penyebab tidak berhasil pengembangan minat dan kebiasaan membaca. Para pakar masih beda pendapat tentang berbagai jenis kelemahan membaca, sehingga kepustakaan berbahasa Inggris disability (cacat membaca atau hendak mampu membaca),
reading
backwarness
retardeoness
(kemunduran
dan
(keterbelakangan keterlambatan
membaca)
membaca)
dan
reading reading
underachievement (kekurang berhasilan membaca). Kelemahan membaca akan dibagi menjadi dua bagian berdasarkan faktorfaktor yang merupakan penyebab pokok penyebab langsung yaitu: (1) kelemahankelemahan yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen, dan (2) kelemahankelemahan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksogen. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan itu juga akan dibicarakan secara garis besar. 1. Kelemahan-kelemahan membaca karena faktor-faktor endogen Yang
dimaksud
dengan
faktor-faktor
endogen
ialah
faktor
perkembangan baik yang bersifat biologis maupun psikologis dan linguistic (bahasa) yang timbul dalam diri anak dan juga lingkungan juga dianggap faktor penyebab secara langsung. Dalam patologi bahasa terdapat empat istilah berkenaan dengan kelemahan dalam tulisan (huruf-huruf) yaitu alesia, adalah kelemahan yang berupa sama sekali tidak mampu (belajar membaca). Diseleksia, adalah lebih rendah tingkatannya dari alesia, secara umum dapat didefinisikan sebagai kelemahan yang berupa kekurang mampuan membaca. Agrafia adalah kelemahan yang berupa sama sekali tidak mampu menulis. Disgrafia adalah kelemahan yang berupa kelemahan ketrampilan menulis. Pembahasan pada hal ini yang berkenaan dengan kelemahan dalam membaca yaitu pada diseleksia. Dalam hal ini yang menjadi faktor penyebab diseleksia yaitu: a. Kasus-kasus disleksia karena kekurang normalan bahasa b. Kasus-kasus disleksia karena kekurangan (kerusakan) tertentu dalam otak c. Kasus-kasus disleksia karena faktor keturunan
22
d. Kasus-kasus disleksia karena faktor kognitif17 Kelompok pertama disebabkan karena tidak berfungsinya secara normal bagian-bagian otak yang berkaitan dengan perkembangan bahasa. Kelompok kedua disebabkan karena tidak mampu mempersepsikan mengingat yang komplek seperti huruf secara urut serta kerancuan tentang (kiri, kanan, atas, bawah dan lain-lain). Kelompok ketiga ditandai seperti gejala pada kelompok kedua. Kelompok keempat kekurang mampuan membentuk konsep logis. Sehingga dapat dikatakan disleksia adalah tidak berfungsinya bagian otak yang berperan untuk perkembangan bahasa dan membaca keterlambatan atau suatu kerusakan. Sedangkan gejala-gejala psikologis yang biasa diamati adalah: a. Persepsi aditaris lemah pendengaran kurang tajam, kurang normal sehingga tidak mampu mengetahui melalui pendengaran b. Ingatan jangka pendek (IJP) informasi aditaris lemah. Anak tidak mampu mengingat informasi yang didengar c. Memproses informasi aditaris lambat. Anak kurang menanggapi suatu yang didengar d. Anak mengalami kesulitan dan memperhatikan urutan-urutan obyek-obyek hal-hal yang didengar e. Kemampuan mengenali atau merasakan menangkap irama berupa suara maupun gerak atau ketukan kurang f. Kesadaran akan perilaku simbolis seperti permainan kurang, kurang berkomunikasi atau memberi respon pada orang lain g. Berbagai perilaku anak bersangkutan memperlihatkan kekacauan dan ketidak teraturan (hiperaktif) Dapat berkaitan dengan masalah-masalah kognitif berupa kelemahan persepsi pengendalian aditaris yang mengakibatkan kekurang normalan bahasa. Diantara gejala-gejalanya antara lain: a. Kelambatan perkembangan bahasa 17
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang: IKIP Press, 2010), hlm. 56
23
Bila anak usia 4 tahun belum dapat menguraikan kata atau hanya mampu mengujarkan satu kata dibanding dengan anak usia 1 tahun ini yang menyebabkan keterlambatan bahasa b. Kekurang mampuan mengujarkan bunyi atau urutan bunyi-bunyi yang baik, walaupun usia tersebut kemampuan seharusnya sudah ada. 2. Kelemahan-kelemahan membaca karena faktor-faktor eksogen Maksud faktor eksogen ialah hal yang keadaan di luar anak yang mempengaruhi kelemahan membaca. Faktor eksogen yang mempengaruhi misalnya keluarga, sekolah, lingkungan.18
18
Nor Khoni, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, (Semarang: IKIP Press, 2010), hlm. 20
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan serta alamiah dalam suatu bidang tertentu. Untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.1 Salah satu komponen penelitian yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan proses studi secara komprehensif adalah komponen metodologi.2 Metode penelitian menjelaskan bagaimana prosedur penelitian itu akan dilaksanakan, artinya cara bagaimana memperoleh data empiris untuk menjawab pertanyaan penelitian.3 Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani ”Metodhos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodhos” yang berarti jalan atau cara untuk mencapai tujuan.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.5 Jadi metode penelitian disini merupakan suatu cara yang sistematis yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tergolong bersifat deskriptif kualitatif lapangan (qualitative) apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau
1
S. Margono, Metodologi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002 ), hlm. 1. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003 ), hlm. 52. 3 Nana Sudjana dan Ibrohim , Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung : Sinar Baru Offset, 1989 ), hlm. 6. 4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 40 5 Kebudayaan, Indonesia, hlm. 652 2
24
25
responden melalui instrumen pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi dan sebagainya.6
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi penelitian adalah tempat penelitian. Yang dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang digunakan
untuk
memperoleh
pemecahan
masalah
penelitian
berlangsung.7 Adapun tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini adalah SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan selama satu bulan, terhitung mulai izin penelitian lisan dan tertulis dengan surat rekomendasi dari IAIN Walisongo Semarang. Sedangkan pelaksanaan penelitian mulai 5 Juni sampai 5 Juli 2011.
C. Sumber Penelitian Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel penelitian melekat.8 Subjek penelitian merupakan sumber data dimana peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Metode penentuan subjek ini menggunakan populasi. Populasi adalah sejumlah orang yang harus kita selidiki. Adapun populasi tersebut terdiri dari: 1. Guru PAI SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal (sebagai subjek, responden dan sumberdata)
6
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 125 Ibid., hlm. 53. 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1998), hal. 130 7
26
2. Para Staf dan karyawan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal (sebagai responden dan sumber data) 3. Siswa kelas V SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal (sebagai subjek, responden dan sumber data) Karena jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif, maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Maksudnya adalah pengambilan sampel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Yang menjadi salah satu ciri sampel bertujuan adalah: dari mana atau dari siapa pengambilan sampel itu di mulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari perbagai macam sumber. Jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel dapat diakhiri. Jadi kuncinya di sini adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.9
D. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Yang mana pada penelitian ini adalah peran perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam meningkatkan minat baca siswa kelas V melalui pola pendampingan yang dilakukan oleh guru dan petugas perpustakaan khususnya pada materi keagamaan Dengan indikator pencapaian peningkatan minat baca siswa sebagai berikut: 1. Pelayanan perpustakaan, yaitu pelayanan dari petugas perpustakaan yang baik terhadap pengunjung, dalam hal ini adalah para siswa khususnya 9
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hal.166
27
siswa kelas V SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2. Penyediaan buku-buku bacaan. Penyediaan buku bacaan sangatlah penting, karena sangat mempengaruhi minat baca siswa untuk datang ke perpustakaan. Yang akan berakibat minat baca siswa kurang. Dalam hal ini yang peneliti lakukan dengan peremajaan buku dan memvariasi jenis buku dengan yang membuat siswa merasa tidak bosan tetapi dengan substansi isi yang sama. 3. Keaktifan siswa datang ke perpustakaan. Minat baca siswa secara tidak langsung bisa diukur dengan keaktifan datang ke perpustakaan. Karena dengan datang ke perpustakaan tidak lain dengan tujuan untuk membaca maupun mencari buku yang mana tidak lepas dari aktifitas membaca. 4. Intensitas peminjaman. Pengukuran minat baca selanjutnya yaitu dengan sering tidaknya meminjam buku di perpustakaan. Dengan meminjam buku di perpustakaan berarti tidak lah lain pastinya akan membaca buku yang ia pinjam. Jadi keintensitasan peminjaman buku di perpustakaan bisa digunakan sebagai ukuran minat baca siswa.
E. Pengumpulan Data Penelitian Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling melengkapi, metode tersebut antara lain: 1. Observasi Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.10
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 54
28
Metode ini antara lain penulis gunakan untuk mengamati situasi dan kondisi SDN 02 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal serta keadaan perpustakaan secara khusus 2. Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.11 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang pada umumnya hanya dapat diperoleh dengan komunikasi secara langsung. 3. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.12 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian seperti: gambaran umum, letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, serta sarana dan prasarana.
F. Analisis Data Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan (describe) fenomena ataupun data yang didapatkan.13 Untuk data kualitatif/non angka yang diperoleh penulis dari penelitian, akan penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif analitis non statistik dengan cara: 11
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 113 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, op. cit, hal. 73 13 Drajad Suharjo, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hal. 12 12
29
1. Metode induktif, yaitu cara berfikir yang bertolak dari fakta-fakta yang khusus kemudian kita tarik kesimpulan yang bersifat umum.14 2. Metode Deduktif, Yaitu perolehan data atau keterangan yang bersifat umum, kemudian diolah untuk mendapatkan rincian yang bersifat khusus.15 Selain analisis kualitatif penulis juga menggunakan analisis isi atau analisis dokumentasi (content analisis) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan. Maksudnya adalah mengolah data yang terkumpul dan sudah menjadi dokumen dengan cara menganalisis isinya, misalnya dari hasil beberapa observasi atau interview telah terkumpul atau sudah didokumentasikan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan isinya tetapi perlu diingat bahwa data itu harus diseleksi atas dasar realibilitasnya dan validitasnya dan baru kemudian didiskripsikan.
14
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 1989), hal.
15
Ibid, hal. 200
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Umum Objek Penelitian 1. Profil Singkat Sekolah Profil singkat SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut: a. Nama
: SDN 2 Pidodokulon
b. Alamat
: jl. Laut
c. Desa/Kelurahan
: Pidodokulon
d. Kecamatan
: Patebon
e. Kabupaten/Kota
: Kendal
f. Provinsi
: Jawa Tengah
g. Kode POS
: 51351
h. Status Sekolah
: Negeri
i. Status Akreditasi
:A
j. NSS
: 101032414024
k. Tahun Berdiri
: 1977
l. Luas Tanah dan Bangunan : 3015 m² 2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi “Terwujudnya sekolah unggulan baik imtaq, maupun iptek, berwawasan kebangsaan disiplin tinggi, dan tanggap lingkungan” b. Misi Untuk dapat mencapai visi yang telah dijabarkan di atas maka perlu dijabarkan dalam langkah yang lebih jelas lagi yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik sesuai dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat
30
31
2) Menyelenggarakan pendidikan akademik, akhlak dan skill anak. Karena untuk membekali kecakapan hidup bagi siswa yang melanjutkan maupun bagi siswa yang tidak melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi 3) Menumbuhkan iklim sekolah dan menejemen sekolah yang kondusif bagi tubuh kembangnya kecakapan hidup siswa 4) Menumbuhkan semangat religius, disiplin dan kekeluargaan pada seluruh warga sekolah 5) Menumbuhkan semangat patriotisme melalui peringatan hari-hari besar nasional 6) Menyiaapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 3. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah
Parbowo
Komite Sekolah Afandi Yusuf
Guru Kelas I
Guru Kelas II
Guru Kelas III
Guru Kelas IV
Sutinem
Nasirotul Ulya
Achmad Zin
Yuni Nurhayati
Guru Kelas V
Guru Kelas VI
Guru PAI
Guru OR
Aminah
Tri Budiyanto
Rosidi
Ahmad
Siswa Gambar 1. Struktur Organisasi SDN 02 Pidodokulon
32
4. Keadaan Guru a. Keadaan Guru 1) Jumlah Guru Keseluruhan
: 9 orang
2) Guru Wiyata Bhakti
: 2 orang
3) Guru PNS
: 7orang
4) Penjaga
: 1 Orang Tabel 1 Keadaan Guru SDN 02 Pidodokulon
No
Nama
L/P
Ijazah
Jabatan
1.
Parbowo, S. Pd. SD
L
S1
Kepala Sekolah
2.
Achmad Zin, S. Pd. SD
L
S1
Guru Kelas III
3.
Sutinem
P
D2
Guru Kelas I
4.
Aminah, S. Pd. SD
P
S1
Guru Kelas V
5.
Tri Budiyanto, A. Ma. Pd
L
D2
Guru Kelas VI
6.
Rosidi, A. Ma
L
D2
Guru PAI
7.
Ahmad, S. Pd
L
S1
Guru OR
8.
Yuni Nurhayati, S. Ag
P
S1
Guru Kelas IV
9.
Nasirotul Ulya, A. Ma
P
D2
Guru Kelas II
Tabel 2 Data Pegawai dan Karyawan SDN 02 Pidodokulon No 1
Nama Ambyah
Jabatan Penjaga
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar mengajar dengan baik, SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, dapat dikatakan memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik dan memadai walaupun tentunya masih terdapat adanya kekurangan, namun beberapa kekurangan tersebut tetap terus diusahakan guna kelancaran dan tercapainya tujuan dalam pembelajaran sekolah tersebut.
33
Adapun jenis serta keadaan sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 3 Sarana Prasarana1 Nama Barang
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Keterangan
1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 3 12 2 1 1 1 1 1 6 1
Baik Baik Baik 1 rusak Baik Baik Baik Baik Baik baik Standar Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU dan Karyawan Ruang Kelas Ruang Pramuka Ruang UKS Ruang Penjaga Perpustakaan Ruang Komputer Kamar Kecil Guru Almari Guru Peralatan Olah raga Lapangan Olah Raga Mushola Koperasi Sekolah Kantin Sekolah Halaman Sekolah Tempat Parkir sepeda Kamar Kecil siswa Gudang
6. Perpustakaan a. Tempat Perpustakaan Lokasi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon cukup strategis. Hal ini jika dilihat dari tempat perpustakaan sekolah yang memenuhi beberapa hal yaitu:
1) Perpustakaan sekolah mudah dijangkau oleh siswa, karena letaknya di tengah-tengah sekolah yaitu berada di sebelah ruang guru 2) Suasana di sekitar dan di dalam perpustakaan tenang, yang menyebabkan siswa betah di perpustakaan 1
Dokumentasi, SDN I Blorok Kendal
34
3) Lokasi di belakang ruang perpustakaan masih ada tempat cukup luas, sehingga memungkinkan perpustakaan berkembang 4) Udara dalam perpustakaan baik dan memperoleh cahaya/penerangan yang cukup, baik dari waktu siang maupun malam hari b. Tenaga Perpustakaan Untuk tenaga pelaksana di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon secara khusus belum ada. Sehingga secara praktis dilaksanakan oleh seorang guru yaitu guru kelas IV Ibu Yuni Nurhayati, S. Ag yang dibantu oleh beberapa murid kelas V dan VI. Untuk meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan tenaga pelaksana tersebut belum dapat dilaksanakan. Karena dengan pertimbangan biaya yang belum ada, serta masih belum tepat jika guru ditunjuk sebagai pelaksana perpustakaan karena tugas utamanya adalah mengajar. Petugas Pidodokulon
perpustakaan memberikan
masih
kurang,
kepercayaan
membantunya. Umpamanya di
sehingga
kepada
dalam hal
SDN
siswa
2
untuk
pengembalian serta
memasukkan kartu-kartu buku dalam kotaknya. Anak-anak didik yang bertugas bergilir, yaitu 3 orang dalam seminggu pada waktu tertentu, sehingga tidak terganggu pelajarannya. c. Waktu Kunjungan Untuk waktu kunjungan ke perpustakaan di SDN 2 Pidodokulon sudah berjalan dengan baik. Waktu yang digunakan perpustakaan dalam membuka pelayanan pada waktu: Tabel 4 Jadwal Kunjungan Ke Perpustakaan SDN 2 Pidodokulon No
Waktu
1.
06.30 – 07.00
2.
09.00 – 09.30
3.
11.00 – 11. 30
Kelas 1
2
√
√
3
4
5
6
Hari Senin, Sabtu
√
√
Rabu, Jum’at √
√
Selasa, Kamis
35
d. Struktur Organisasi Perpustakaan Sedang untuk susunan petugasnya adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah
Dewan Guru
Bagian Perpustakaan
Urusan Pengadaan
Urusan Pengelolaan
Urusan Pemeliharaan
Urusan Pelayanan
Siswa Gambar 2. Struktur organisasi perpustakaan SDN 02 Pidodokulon Tugas-tugas dari bagan di SDN 2 Pidodokulon Kendal adalah sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah Kepala sekolah bertugas dan bertanggung jawab penuh tentang penyelenggaraan
pendidikan
dan
pengajaran
yang
telah
diprogramkan. 2) Dewan Guru Menyediakan sarana, memberikan pengarahan/nasihat pertimbangan, kritik kepada kedua bagian perpustakaansekolah baik diminta atau tidak. 3) Bagian Perpustakaan a) Bertugas dan bertanggung jawab penuh tentang penyelenggaraan dan pengelolaan seluruh unit perpustakaan di SDN 2 Pidodokulon Kendal
36
b) Mengorganisir dan mengkordinir tata kerja dan tata hubungan yang terlibat dalam perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal c) Menetapkan kebijaksanaan intern yang khusus dalam bidangnya 4) Urusan Pengadaan Urusan ini mempunyai tugas: a) Menambah koleksi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal b) Menyeleksi koleksi perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal c) Menerima saran dan permintaan dari pemakai d) Memperhatikan dan menanggapi selera pemakai e) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain 5) Urusan Pengelolaan Urusan pengelolaan bertugas untuk memproses buku yang diterima sehingga siap digunakan, yang meliputi: a) Membubuhi cap b) Menetapkan nomor klasifikasi buku c) Membubuhi nomor buku d) Menyiapkan kartu katalog, kartu buku, kantong kartu buku, kartu tanggal 6) Urusan Pemeliharaan Urusan pemeliharaan perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal bertugas untuk: a) Mengatur buku b) Menjaga kebersihan c) Menjaga keselamatan buku d) Memperbaiki kerusakan-kerusakan buku e) Menjilid buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya 7) Urusan Pelayanan a) Melayani permintaan kartu anggota b) Melayani pengunjung kartu anggota c) Melayani peminjaman kartu anggota d) Melakukan penagihan
37
e) Membuat laporan kegiatan
e. Format Kelengkapan Buku Administrasi Untuk
mempermudah
dalam
pelayanan
kepada
siswa,
perpustakaan mempersiapkan kelengkapan buku-buku administrasi sebelum dipinjamkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan terhadap buku-buku yang akan dipinjamkan. Kelengkapan buku administrasi tersebut adalah menyediakan kartu buku, kertas slip dan kartu peminjam buku. f. Sumber Keuangan Sumber keuangan untuk membiayai perpustakaan di SDN 2 Pidodokulon, di samping sumbangan dari pemerintah juga diperoleh dari sumbangan siswa yang telah tamat atau murid yang baru masuk. g. Jumlah Buku Jumlah buku yang ada di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon adalah sebagai berikut: Tabel 5 Jenis Buku Nama Buku/ Majalah
No
Jumlah
1.
Karya Umum
10
2.
Filsafat dan Psikologi
8
3.
Agama
25
4.
Ilmu Pengetahuan Sosial
37
5.
Bahasa
27
6.
Ilmu Pasti dan Alam
15
7.
Teknologi
9
8.
Kesenian, Olah Raga, Hiburan
13
9.
Kesusastraan
10
10. Sejarah, Ilmu Bumi
19
11. Periodesasi Sejarah Indonesia
3
12. Pembagian Daerah di Indonesia
12
38
7. Prestasi Yang Dicapai Sejalan dengan perkembangan waktu, maka SDN 2 Pidodokulon juga telah banyak prestasi yang diraihnya. Bahkan pada tahun ajaran 2010/2011 sekolah ini menjadi 5 besar nilai UN di tingkat Kecamatan. Selain prestasi tersebut juga pernah meraih prestasi lain di tingkat Kecamatan, yaitu antara lain: Tabel 6 Prestasi Siswa No Jenis Lomba/Kegiatan 1. Ilmu Pengetahuan 2. Kebersihan 3. SKJ 4. Pramuka 5. Cerdas Cermat 6. Atletik 8. Kegiatan Ekstrakurikuler
Juara II I III I II III
Seperti telah disebutkan pada landasan teori, bahwa hasil belajar salah satunya adalah disebabkan oleh faktor latihan. Mengutip dari pengertian tersebut, maka SDN 2 Pidodokulon juga diadakan latihanlatihan atau kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini diantaranya adalah: keterampilan, PMR, pramuka, dan seni tari yang dibimbing langsung oleh guru yang mengajar di SDN 2 Pidodokulon. Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan pada sore hari yang diikuti oleh para siswa.
B. Upasya Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas V SDN 2 Pidodokulon Patebon Kendal Upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan suatu maksud, atau ikhtiar. Dalam hal mencapai tujuan pendidikan di SDN 2 Pidodokulon, guru PAI selaku pelaksana pendidikan melakukan ikhtiar atau usaha untuk mencapai citacita tersebut. Yaitu supaya siswa-siswi menjadi anak yang berakhlakul karimah, bisa bersaing secara intelektual dan bisa bertaqwa. Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mencapai peningkatan dalam prestasi siswa di SDN 2
39
Pidodokulon baik yang bersifat akademik maupun yang bersifat non akademik dapat berupa upaya secara formal dan non formal. Upaya secara formal adalah upaya yang ditempuh dalam bentuk fisik dan dapat dilihat. Hal tersebut dapat dilihat melalui kegiatan pembelajaran yang intensif, kegiatan les, kegiatan pelatihan-pelatihan ketrampilan siswa dan lain sebagainya yang bersifat akademik. Sedangkan upaya non formal adalah upaya dalam bentuk kegiatan kerohaniahan atau upaya yang dilakukan di luar kegiatan akademik. Dalam hal ini kegiatan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan minat baca materi keagamaan dilakukan secara non formal. Kegitan tersebut berupa kegiatan kunjungan ke perpustakaan sekolah. Hal ini tidak lain adalah bertujuan untuk meningkatkan minat membaca siswa untuk keberhasilan dalam pendidikan di SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Guru PAI sebagai pelaksana dalam pendidikan keagamaan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan khususnya dalam bidang keagamaan. Guru PAI tidak secara individual dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu prestasi siswa. Dalam hal ini guru PAI dan guru-guru yang lain merupakan elemen penting yang saling bekerja sama dalam menciptakan prestasi dalam diri peserta didik di lembaga pendidikan yang diajarnya. Di samping itu peranan orang tua siswa dalam mengontrol kegiatan belajar siswa di rumah juga sangat membantu dalam peningkatan prestasi siswa. Begitu pula sarana yang ada di sekolah juga sangat akan membantu guna menunjang lancarnya pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Yaitu salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang ada di sekolah yang sangat potensial untuk mengembangkan dan memperluas pengetahuan yang telah didapat dari guru di dalam kelas. Tetapi jika tidak digunakan juga tidak ada gunanya. Di perpustakaan tersimpan berjuta pengetahuan dari berbagai ilmu pengetahuan, tetapi jika para siswa malas akan membacanya pastilah tidak akan ada gunanya juga. Untuk itu para siswa harus mempunyai kemauan untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Dan guru pun mendukung untuk
40
membantu para siswa agar ada kemauan untuk membaca buku-buku di perpustakaan. Untuk itu guru PAI di SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam rangka membantu siswa menumbuhkan minat membaca khususnya membaca buku-buku keagamaan yang ada di perpustakaan dengan cara mendampingi para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku. Ada pun secara rinci langkah-langkah guru yang dilakukan yaitu: 1. Ketika pelajaran materi yang sekiranya ada buku di perpustakaan, guru memberi tugas siswa untuk mencari jawabannya dengan membaca buku di perpustakaan. 2. Memberi tugas khusus untuk membaca di perpustakaan yang nantinya meringkas apa yang sudah dibaca di perpustakaan dan menyampaikannya di depan kelas 3. Membuat jadwal kunjungan khusus bagi siswa untuk wajib mengunjungi ketika ada jadwalnya 4. Melaksanakan pembelajaran di dalam perpustakaan ketika materinya mendukung dilaksanakan di perpustakaan 5. Mengharuskan siswa untuk meminjam buku dan dibawa pulang ke rumah untuk dibaca di rumah, sehingga di rumah pun sambil belajar tidak banyak waktu yang digunakan untuk bermain saja. Namun begitu guru PAI tidaklah bisa sukses dengan hanya demikian, oleh karenanya juga perlu bantuan dari pihak sekolah. Sekolah dalam memandang perpustakaan sekolah harus diperhatikan, lebih-lebih dalam pengadaan buku. Buku-buku yang ada di perpustakaan setidaknya yang sesuai dan yang semenarik mungkin untuk dibaca oleh anak-anak. Yang paling penting lagi adalah kesediaan jumlah buku yang ada sehingga ketika siswa akan meminjamnya masih ada, tidak dalam masa dipinjam oleh orang lain terus. Dan dari pelayanan petugas perpustakaan ketika melayani para peminjam setidaknya dilayani dengan sepenuh hati, sehingga siswa senang meminjam buku di perpustakaan. Orang tua pun tidak
41
lepas akan perannya dalam menumbuhkan minat membaca siswa. Di rumah orang tua juga harus memantau belajar anak. Dibuatkan jadwal belajar, ditunggui dan dibimbing ketika belajar dan yang pasti dibudayakan akan gemar membaca. Dengan begitu siswa akan terbiasa dengan kebiasaan membaca yang akhirnya merasa senang dengan membaca.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Minat Baca Siswa di SDN 2 Pidodokulon Patebon Kendal Dalam pembelajaran pastilah ada faktor yang mendukung maupun yang menghambat dalam pelaksanaan maupun dalam perencanaan dan sebagainya. Dengan kita mengetahui faktor pendukung dan penghambat, nantinya bisa dicari solusi terbaik untuk mengatasi dari masalah-masalah yang dihadapinya. 1. Faktor Pendukung a. Tersedianya perpustakaan yang cukup baik untuk mendukung proses belajar mengajar b. Buku-buku yang beraneka ragam jenis dan jumlah yang memenuhi dalam peminjamannya c. Tempat perpustakaan yang bersih dan nyaman untuk digunakan membaca d. Perpustakaan dengan ukuran yang cukup luas untuk siswa membaca di perpustakaan e. Pelayanan yang sudah sistematis 2. Faktor Penghambat a. Petugas perpustakaan yang jumlahnya masih kekurangan b. Petugas perpustakaan yang tidak dari khusus pendidikan kepustakaan c. Jumlah buku yang sudah lama-lama karena merupakan koleksi dari dulu
42
d. Tempat yang masih menjadi satu dengan kantor guru, belum memiliki gedung tersendiri e. Kurangnya buku-buku, karena siswa setiap tahun ajaran baru ada peningkatan Jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi adalah dengan cara: 1. Perpustakaan memaksimalkan pelayanan dengan jalan menambah jumlah guru dan siswa yang membantu di perpustakaan 2. Jumlah buku-buku yang ada di perpustakaan terus diperbanyak 3. Perpustakaan berupaya menyediakan buku-buku bacaan yang baru
D. Pembahasan Setelah berbagai upaya yang telah guru lakukan untuk meningkatkan minat membaca siswa khususnya kelas V SDN 2 Pidodokulon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal selama satu bulan, merupakan sebuah usaha yang sudah dilakukan semaksimal mungkin. Walaupun begitu, pastilah sesuatu itu ada kekurangan dan kelebihannya. Untuk memperoleh data tentang kemajuan siswa tentang minat membaca materi keagamaan di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal adalah guru melakukan wawancara terhadap beberapa sumber yang berkaitan dalam pelaksanaan upaya peningkatan minat membaca siswa kelas V materi keagamaan di perpustakaan SDN 2 Pidodokulon Kendal melalui pola pendampingan. Setelah diadakannya wawancara dapat diperoleh beberapa informasi sebagai berikut: 1. Dengan melalui pola pendampingan dalam rangka meningkatkan minat membaca siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal, kedatangan siswa ke perpustakaan semakin meningkat menurut daftar hadir yang ada di perpustakaan. Dengan seringnya datang keperpustakaan tidaklah lain jikalau tidak untuk membaca buku-buku di perpustakaan juga untuk meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan untuk dibaca di rumah masing-masing
43
2. Dengan melalui pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di perpustakaan adalah sangat efektif. Yaitu dengan bukti peminjaman buku diperpustakaan oleh siswa kelas V meningkat sangat banyak dibanding dengan sebelumnya 3. Setelah dilaksanakannya pola pendampingan terhadapa siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka juga sangat tepat. Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata prestasi PAI mereka juga meningkat cukup baik 4. Dan juga setelah mereka melalui pola pendampingan untuk meningkatkan minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka menjadi luas. Tidak hanya pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari materi yang diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan: Dengan melalui pola pendampingan dalam rangka meningkatkan minat membaca siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal, kedatangan siswa ke perpustakaan semakin meningkat menurut daftar hadir yang ada di perpustakaan. Dengan seringnya datang keperpustakaan tidaklah lain jikalau tidak untuk membaca buku-buku di perpustakaan juga untuk meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan untuk dibaca di rumah masing-masing Dan dengan melalui pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam menumbuhkan minat membaca di perpustakaan adalah sangat efektif, yaitu dengan bukti peminjaman buku diperpustakaan oleh siswa kelas V meningkat sangat banyak dibanding dengan sebelumnya Setelah dilaksanakannya pola pendampingan terhadap siswa kelas V SDN 2 Pidodokulon Kendal dalam rangka meningkatkan minat membaca mereka juga sangat tepat. Karena setelah mereka mengikuti pendampingan ternyata prestasi PAI mereka juga meningkat cukup baik Dan juga setelah mereka melalui pola pendampingan untuk meningkatkan minat baca mereka, ternyata pengetahuan mereka menjadi luas. Tidak hanya pada materi yang diberikan oleh guru saja. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mereka sudah meluas dari materi yang diberikan guru di kelas dan juga sangat variatif
B. Saran Mengingat pentingnya membaca untuk anak-anak, maka guru harus lebih giat dalam melaksanakan pendampingan tentang membaca di perpustakaan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca pada peserta didik, peneliti
44
45
mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut diatas sebagai berikut. 1.
Kepada Guru PAI a. Hendaknya dalam pendampingan dalam membaca pada siswa, guru harus benar-benar menyiapkan berbagai persiapan yang hendak disiapkan guna mendukung pelaksanaannya dengan sebaik mungkin, agar pelaksanaan bisa terlaksana secara maksimal b. Dalam pelaksanaannya guru harus mampu memilih model dan jenis buku yang cocok dan menarik untuk dibaca para siswa dan sesuai dengan usia anak untuk dibaca mereka c. Hendaknya dalam rangka pendampingan membaca di perpustakaan sekolah guru memperkaya variasi buku, dari buku pelajaran, buku komik, buku cerita dan ensiklopedia dan lain sebagainya. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta didik.
2.
Pihak sekolah a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan yang berlangsung. b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. c. Kepada semua pihak sekolah terutama para guru, sudah seharusnya meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi professional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, yang akhirnya akan dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi, berbudi pekerti luhur, dan berakhlaqul karimah yang mampu berdampak positif pada perkembangan dan kemajuan sekolah.
46
C. Penutup Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, peneliti tak lupa mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Taufiq dan HidayahNya. Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Psikologi Perkembangan, Jakarta; Rineka Cipta, 1991 Ali Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik, Bandung, Bumi Aksara, 1993 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Arikunto Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rieneka Cipta, 1998 Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafoindo Persada, 2003 Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005 Hasan Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Khoni Nor, Pengaruh Minat Kebiasaan Membaca Terhadap Menulis Huruf, Semarang: IKIP Press, 2010 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1991 Moleong Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 Muhajir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasih, 1989 Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000 S. Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Shaleh Ibnu Ahmad, Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta : Hidakarya Agung, 1987 Sudjana Nana dan Ibrohim , Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Offset, 1989 Suharjo Drajad, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah, Yogyakarta: UII Press, 2003
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2003 Sukmadinata Nana Syaodih , Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005 Thursan Hakim, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Jakarta : Gramedia, 2000 Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Usman Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996