UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V DI MI AN NUR DEYANGAN KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : M. MUHAIMIN NIM : 093 111 202
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
M. Muhaimin
NIM
:
093111202
Jurusan/Program Studi :
Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan,
M. Muhaimin NIM. 093111202
ii
iii
iv
ABSTRAK
Judul
Penulis NIM
: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang : M. Muhaimin : 093111202
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode sosiodrama dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011, dan Untuk mengetahui apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan subyek penelitian siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten Magelang sebanyak 15 orang Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi, tes tertulis individual pada akhir pembelajaran, dan melihat dokumentasi nilai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebelum penerapan metode sosiodrama, data yang diperoleh dari dokumentasi nilai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebelum penerapan metode sosiodrama dan nilai rata-rata tes tertulis akhir pembelajaran tiaptiap siklus dengan penerapan metode sosiodrama dianalisis menggunakan kualitatif deskriptif. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas V MI An Nur Deyangan yaitu pada siklus I 40%, siklus II 54,9% dan siklus III 78,3%. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas V MI An Nur Deyangan yaitu dari 65,2 menjadi 82,8 atau meningkat 17.6 poin Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan positif yang signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Jadi hipotesis yang penulis ajukan “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang” terbukti kebenarannya. Hal ini terbukti hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata tes tertulis siswa meningkat.
v
TRANSLITERASI Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/u/1987 tertanggal 10 September 1987 yang ditanda tangani pada tanggal 22 Januari 1988. I.
Konsonan Tunggal Huruf Arab
Huruf Latin a b t s\ j h} kh d z\ r z s sy s} d}
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض
ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي
Bacaan Madd :
t} z} ‘ g f q k l m n w h , y
Bacaan Diftong :
a
= a panjang
ْاَو
= au
i
= i panjang
ْاَي
= ai
u
= u panjang
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik 2. Nasirudin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang. 3. Mursyid, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang. 4. FAHRURROZI, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini 5. Kepala MI An Nur Deyangan Magelang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian. 6. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu. 7. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT.
vii
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 19 Mei 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
i
PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….
ii
PENGESAHAN ……………………………………………………………...
iii
NOTA PEMBIMBING ………………………………………………………
iv
ABSTRAK …………………………………………………………………..
v
TRANSLITERASI …………………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
ix
………………………………………………………….
xi
: PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang …………………………………………………
1
B. Penegasan Istilah ………………………………………………
3
C. Rumusan Masalah ……………………………………………..
6
D. Tujuan Penelitian ………………………………….…………..
6
E. Manfaat Penelitian …………………………………………….
7
BAB II : LANDASAN TEORI …………………………………………….
8
A. Kerangka Berfikir ………………….………………………….
8
B. Telaah Pustaka …………………………………………………
22
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN …………………………………
25
A. Jenis Penelitian …………………………………………………
25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….
26
C. Subyek Penelitian ……………………………………….……..
26
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………
28
E. Prosedur Penelitian …………………………………………….
29
F. Instrumen Penelitian ………………………………………..….
35
DAFTAR TABEL
BAB I
ix
G. Tehnik Analisis Data ……………………….………………….
37
H. Indikator Keberhasilan ………………………………………..
37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………..
39
A. Hasil Penelitian ………………………………………….…….
39
B. Pembahasan ……………………………………………………
45
BAB V : PENUTUP ……………………………………………………….
49
A. Kesimpulan …………………………………………………….
49
B. Saran …………………………………………………………...
49
C. Penutup ………………………………………………………..
50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. : Nilai Rata-Rata Hasil Mid Semester II Tahun 2011 Tabel 2. : Data Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 Tabel 3. : Daftar Kelompok Pembagian Peran Tabel 4. : Lembar Pengamatan Tabel 5. : Keaktifan Siswa pada Siklus I Tabel 6. : Hasil Belajar Siswa Siklus I Tabel 7. : Keaktifan Siswa pada Siklus II Tabel 8. : Hasil Belajar Siswa Siklus II Tabel 9. : Keaktifan Siswa pada Siklus III Tabel 10. : Hasil Belajar Siswa pada Siklus III Tabel 11. : Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tabel 12. : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Sosiodrama
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akidah Akhlak merupakan pendidikan yang sangat perlu untuk para siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya sehingga akhlak itu sebagai kemampuan jiwa. Di Madrasah Ibtidaiyah Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al- husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh akhlak dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan al-akhlaqul karimah dan adab islami dalam kehidupan sehari- hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Alloh, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir serta qada dan qodar. 1 Dalam pelaksanaan pembelajaran Akdiah akhlak bukanlah suatu hal yang sangat mudah karena kurang tepatnya suatu metode dan strategi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berhasil dan hasil belajar kurang memenuhi standar yang diharapkan. Sebagaimana penulis temukan hasil belajar akidah akhlak siswa kelas V MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang kurang memenuhi target/standar yang diharapkan atau masih belum memenuhi Standar Ketuntasan Minimal dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran PAI yang lain. Hal ini sesuai dengan nilai rata–rata mid semester II. Siswa kelas V dari 4 bidang studi PAI yang tercantum dalam tabel berikut.
1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah . Hlm 65.
1
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Hasil Mid Se mester II Tahun 2011 No
Bidang Studi
Nilai Rata-Rata
1.
Al Qur’an Hadist
8,20
2.
Akidah Akhlak
6,30
3.
Fiqih
7,85
4.
SKI
6,50
Hal ini disebabkan karena masih banyak anak-anak atau siswa yang menganggap bahwa pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang tidak penting. Sehingga siswa kurang bersemangat dan tidak aktif dalam mengikuti pelajaran Aqidah akhlak Standar pendidikan di Indonesia semakin meningkat, hal tersebut dapat kita lihat dari Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yang semakin meningkat dan terus berubahnya kurikulum serta tuntutan keprofesionalan dari tenaga pengajar. Walaupun sebenarnya perubahan kurikulum tersebut merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya. Seorang guru juga dituntut profesional dalam mengajar, terutama dalam mengelola pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Dalam kenyataan di lapangan, dalam menyampaikan materi guru monoton hanya menggunakan metode ceramah, dan media pembelajaran yang kurang mampu menggairahkan suasana pembelajaran, siswa cenderung hanya sebagai pendengar, mencatat pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga hasil belajar siswa (nilai) tidak dapat optimal, dan masih berada di bawah SKM. Kondisi demikian penulis temukan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak padahal standar yang diharapkan dari mata pelajaran Aqidah Akhlak selain penguasaan materi, siswa diharapkan mampu untuk menggali nilai, makna, aksioma, ibrah / hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada, sehingga
2
siswa didik dapat meneladani dan meniru dalam perilakunya kisah-kisah yang ada dalam materi pelajaran Aqidah Akhlak. Tujuan dari materi Aqidah Akhlak sendiri akan kurang maksimal dalam pencapaiannya dikarenakan karena pengelolaan pembelajaran Aqidah Akhlak
yang sebatas hanya kepada
penyampaian materi dengan metode ceramah, siswa cenderung mendapatkan informasi sejarah hanya dari cerita yang diberikan oleh guru. Selain hal tersebut di atas, latar belakang siswa di MI An Nur Deyangan sangat beragam, dimana sebagian besar siswa berasal dari keluarga yang kurang peduli dengan pendidikan, karena para orang tua siswa lebih mengutamakan tuntutan ekonomi keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran yang selama ini berjalan belum mampu mencapai standar pendidikan yang diinginkan, minat siswa terhadap materi pelajaran rendah, kektifan dalam pelajaran kurang dan hasil belajar siswa rendah. Perlu adanya suatu metode khusus yang dapat menggantikan metode tradisional tersebut, salah satunya dengan menggunakan metode sosiodrama. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk mencari tahu dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V di MI An Nur Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang”.
B. Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengertian Upaya Upaya ialah usaha dengan menggunakan syarat-syarat tertentu untuk menyampaikan suatu maksud berupa pendapat, usul- usul, idea, buah pikiran kepada orang lain agar ia tahu dan menerimanya. 2 Dengan demikian bedanya usaha dengan upaya terletak pada obyek yang dikerjakan. Usaha itu untuk kebutuhan diri sendiri dan untuk memenuhi 2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1984)
hlm. 1132.
3
keinginan pribadi, sedangkan upaya untuk kebutuhan orang lain. Dalam hal ini upaya peneliti untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu penguasaan materi siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. 2. Pengertian Peningkatan Meningkatkan berasal dari kata “tingkat” (tataran tangga) bertambah ke atas dari hasil yang dicapai sebelumnya. 3 Peningkatan berarti kegiatan yang mengacu pada usaha agar mampu naik ke tangga berikutnya. Sebagai gambaran misalnya siswa bertambah dalam hafalan hadits tentang shalat berjamaah 3. Pengertian Belajar Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubaha n dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. 4 4. Pengertian Hasil Belajar Hasil Belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Berbagai pemikiran mengenai taksonomi hasil belajar telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan dewasa ini, Bloom sebagaimana dikutip oleh Briggs mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah sikap, dan ranah psikomotor. ”Setiap ranah dapat diklasifikasikan yaitu pengetahuan, pemahaman, pe nerapan, analisa, sintesis dan evaluasi.”5 Dari Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah merupakan hasil dari perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai tujuan dari perbuatan belajar yang dilakukan, contohnya : siswa belajar
3 4
Ibid., h lm. 1077. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995,
hal. 2. 5
Nashar, H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Jakarta : Delia Press,, 2003, hal. 1978.
4
membaca tadinya belum bisa membaca menjadi bisa membaca dan lain sebagainya. Hasil belajar di sini dimaksudkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. 5. Pengertian Metode sosiodrama Metode
sosiodrama
ialah
bentuk
metode
mengajar
dengan
mendramakan / memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. sedangkan bermain peranan lebih menekankan pada kenyataan dimana para murid diikut sertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah- masalah hubungan sosial. Kedua metode ini kadang-kadang disebut dengan dramatisasi. Metode semacam ini dapat digunakan dalam pendidikan Agama, terutama dalam bidang aqidah akhlak, karena dengan metode ini anak-anak akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan. misalnya : dalam menerangkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap fakir miskin, atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, tentang peristiwa peristiwa awal mula Umar bin Khathtab memeluk Islam dan sebagainya. 6 6. Pengertian Aqidah akhlak Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan watak siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari. 7 Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut : a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Alloh SWT, yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga.
6
Zuhairini, H, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan A mpel Surabaya, 7 Tim Guru Inti, Penyesuaian Materi Kurikulum 1994 Berdasarkan Sistem Semester Kelas 5, Semarang : Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 8.
5
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan seharihari. c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal dan mengantisipasi hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan. d. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan akhlak. 8
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan metode sosiodrama dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011? 2. Apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan metode sosiodrama dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji kelas V di MI An Nur Deyangan Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
8
Ibid
6
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran pada kualitas yang lebih baik dan perlu diuji cobakan pada kelas yang lain khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak 2. Dapat membantu guru untuk memperbaiki media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya 3. Sebagai bahan masukan untuk mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak dengan Metode Sosiodrama terbukti dapat meningkatkan hasil belajar.
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Berfikir 1. Belajar a. Teori Belajar Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. 1 Ernest R. Hilgard memberikan definisi belajar sebagai berikut : “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attribut able to training”.2 Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah daripada sebelum itu. jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Dalam kamus paedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan baru. Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari hasil proses belajar sebelumnya. Proses belajar / kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pembelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh 1
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995,
2
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hal. 280
hal. 2.
8
pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang diala mi oleh pembelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Belajar menurut Abdul Azis dan Abdul Azis Majid dalam kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al- Tadris” adalah :
Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri dari pengalaman lama kemudian menjadi perubahan baru.3 Pengalaman belajar merupakan serangkaian kegiatan yang harus diperbuat dan dikerjakan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai indikator pembelajaran dan kompetensi dasar. Pemberian pengalaman belajar kepada siswa mengacu kepada empat pilar pendidikan yang dikembangkan badan PBB UNESCO yaitu belajar untuk mengetahui (Learning to know), belajar untuk melakukan (Learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (Learning to be) dan belajar untuk hidup bersama/kebersamaan (Learning to live together). Pengalaman belajar yang didapat siswa dalam kegiatan belajar sangat menentukan tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan materi pelajaran atau pencapaian hasil belajar seseorang bervariasi tergantung dari pengalaman belajar yang telah dilakukan. Hasil penelitian tersebut tergambar dalam kerucut pengalaman belajar yang dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :4 3
Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris, Juz 1., Mesir : Daru l Ma’arif, 1979, hlm 179. 4 Drs. Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, hlm. 295.
9
Berdasarkan kerucut pengalaman di atas jika guru mengajar menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif yaitu dengan meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya maka siswa telah melakukan kegiatan belajar dan mengingat apa yang dipelajari sebesar 90%. Dari pendapat beberapa ahli tentang definisi belajar dapat disimpulkan bahwa belajar atau menuntut ilmu itu penting dan sangat bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 disebutkan sebagai berikut :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”5 5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, hal. 910.
10
Belajar sebagai proses psikologi terjadi dalam diri seseorang, oleh karena itu sukar diketahui secara pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Secara global ada tiga teori belajar yakni : 6 1) Teori belajar menurut Faculty-psychology (Ilmu Jiwa Daya) Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti daya berfikir, mengenal, mengingat, mengamat dan lain- lain. Daya-daya ini dapat berkembang dan berfungsi apabila dilatih dengan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang dimaksud dengan belajar ialah usaha melatih daya–daya itu agar berkembang, sehingga kita dapat berfikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang digunakan ialah dengan menghafal, memecahkan soal-soal dan berbagai kegiatan lainnya. 2) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari assosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Assosiasi itu biasanya terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S-R. Menurut pandangan ini, belajar berarti membentuk hubungan-hubungan stimulus response dan melatih hubungan itu agar bertalian erat. Belajar sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan terbentuk kebiasaan-kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan. Penyelidik aliran ini ialah : E.L. Thorndike. 3) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (Organis) Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan satu keseluruhan yang bulat, bukan tanggapan-tanggapan (elemen-elemen). Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan. karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi berbuatn berfikir, secara kritis.
6
Abu Ahmadi , op.cit., hal. 281
11
Beberapa asas belajar yang dikemukakan teori ini ialah : a) Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. b) Belajar adalah suatu proses perkembangan. c) Belajar adalah reorganisasi pengalaman. d) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan anak. e) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus. 7 b. Motivasi Belajar Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan suatu hal yang harus ada, karena motivasi terkandung makna adanya dorongan untuk melakukan
kegiatan/mencapai
tujuan
tertentu.
Motivasi
belajar
merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi dalam diri siswa akan menentuk an apakah siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran atau bersikap pasif. Tentu saja kondisi yang berbeda akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda. Supaya suatu proses pembelajaran efektif diperlukan tingkat motivasi yang cukup tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terlibat secara aktif dalam belajar sehingga akan mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Usaha membantu siswa menggunakan seluruh
potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan motif atau tujuan pribadi siswa. Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis yaitu, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dalam diri siswa untuk berprilaku tertentu. Siswa berinisiatif sendiri untuk berusaha mencari sumber yang dapat digunakan untuk belajar, tanpa harus ada penugasan dari guru. Sedangkan motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi faktor dari luar siswa. Guru dapat melakukan tindakan atau kegiatan untuk mengubah motivasi siswa dalam 7
Ibid.
12
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pengajaran guru harus menarik, menantang siswa berpikir dan berperan aktif akan mempengaruhi motivasi siswa secara positif, sebaliknya apabila guru tidak bersemangat, tidak kreatif dalam mengajar atau cenderung membosankan tingkat motivasi siswa menjadi rendah. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu maupun faktor yang eksternal yang datang dari lingkungan indivdu. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua aspek, yaitu fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis. Faktor- faktor psikis memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : 1) Faktor Intern Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yang meliputi : a) Faktor Psikologis (1) Tingkat intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui / menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan
mempelajarinya
dengan
cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, tinggi rendahnya intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil belajar. (2) Minat Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan dan berbuat sesuatu, minat siswa terhadap pelajaran akan banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajarnya
13
(3) Bakat Merupakan kemampuan potensial pada anak, yang akan menjadi aktual jika sudah melalui proses belajar / latihan. Dengan adanya bakat membuat anak hanya memerlukan waktu sedikit dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam hal pencapaian hasil belajar. (4) Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi dalam setiap usaha dan kegiatan seseorang. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya dalam belajar yang pada akhirnya akan memungkinkan pencapaian hasil belajar yang tinggi. (5) Kematangan Kematangan merupakan kondisi siap baik jasmani maupun rohani untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya
kematangan
akan
menyulitkan
proses
belajar.
Kematangan tiap anak untuk melakukan aktivitas belajar tidaklah sama, disamping faktor umur juga karena faktor pembawaan. (6) Konsentrasi dan perhatian Hanya dengan perhatian dan konsentrasi anak dapat memahami dan menyerap pelajaran. Anak dengan kemampuan konsentrasi tinggi dan perhatian yang terfokus terhadap belajar akan lebih mudah meraih sukses, daripada anak ya ng kurang mempunyai daya konsentrasi dan kekuatan perhatian. (7) Kepribadian Kepribadian seseorang seperti ketekunan, daya saing, ketabahan, atau kondisi pribadi yang mudah putus asa, takut gagal, cemas, rendah diri, besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.
14
b) Faktor Fisik Faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar diantaranya adalah : (1) Kesehatan, penyakit kronis (2) Cacat fisik (3) Gangguan panca indera (4) Kelelahan Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seorang anak untuk dapat belajar, dan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar karena belajar tidak hanya melibatkan aspek pikir dan aspek psikologis lainnya, namun yang tak kalah penting adalah adanya keterlibatan aspek fisik. 2) Faktor Ekstern Merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak, yang termasuk faktor ekstern adalah : a) Keadaan keluarga Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak dalam keluarga, pendidikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga dan sebagainya. b) Faktor sekolah Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi keberhasilan belajar, diantaranya adalah kualitas guru, pengajar, hubungan antar anggota sekolah, kurikulum yang dipakai, kedisiplinan yang ditegakkan di sekolah, kondisi gedung dan fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya. c) Lingkungan masyarakat Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan yang turut mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulannya, adat
15
/ kebiasaan masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya serta tata tertib yang berlaku di masyarakat. 8 d. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Berbagai pemikiran mengenai taksonomi hasil belajar telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan dewasa ini, Bloom sebagaimana dikutip oleh Briggs mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah sikap, dan ranah psikomotor. ”Setiap ranah dapat diklasifikasikan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesis dan evaluasi.” 9 Dari Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah merupakan hasil dari perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai tujuan dari perbuatan belajar yang dilakukan, contohnya: siswa belajar membaca tadinya belum bisa membaca menjadi bisa membaca dan lain sebagainya. Hasil belajar di sini dimaksudkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 10 Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan guru setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode tertentu. 11 Robert Gagne meninjau prestasi belajar yang harus dicapai oleh siswa dalam lima kategori :
8
Lilik Sriyanti, Psikologi Pendidikan, Salatiga : STAIN Salatiga Press, 2003, hal. 7. Nashar H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran , Jakarta : Delia Press, 2004, hal. 77. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, hal. 51. 11 Dewa Ketut Su kardi, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Bina Aksara, 1995, hal. 51. 9
16
1) Informasi verbal Yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik yang bersifat praktis maupun teoritis. 2) Kemahiran intelektual Kemahiran intelektual menunjuk pada “knowing how”, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri. Gagne membagi kemahiran intelektual menjadi empat kategori yang diurutkan secara hierarkhis, yaitu subkemampuan yang di bawah menjadi landasan bagi subkemampuan yang di atasnya. Adapun empat subkemampuan tersebut adalah : a) Diskriminasi jamak (Multiple discrimination), yaitu kemampuan seseorang dalam membedakan antara objek yang satu dan objek yang lain. b) Konsep (Consept), yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yang dapat dilambangkan dalam bentuk kata. c) Kaidah (Rule), dua konsep atau lebih yang jika dihubungkan satu sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu keteraturan. d) Prinsip (Higher-order rule), yaitu terjadinya kombinasi
dari
beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks. 3) Pengaturan kegiatan kognitif Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berpikir. Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan demikian.
17
4) Sikap Sikap tertentu seseorang terhadap objek. 5) Ketrampilan motorik Ketrampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. 12 Bloom mengemukakan ada tiga tipe prestasi belajar, yaitu : 1) Kognitif Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan intelektualitas. keberhasilan ini biasanya dilihat dengan bertambahnya pengetahuan siswa. 2) Afektif Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti berakhlak mulia, disiplin, mantaati norma- norma yang baik. 3) Psikomotorik Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa dilihat dengan adanya siswa yang mampu mempraktekka n hasil belajar dalam bentuk yang tampak.
2. Metode Sosiodrama Metode Sosiodrama adalah bentuk
metode mengajar dengan
mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Metode Sosiodrama dapat memberikan penghayatan yang lebih luas kepada siswa terhadap materi pelajaran. Misalnya: dalam menerangka n bagaimana sikap teguh pendirian dan dermawan seorang muslim dalam kehidupan sehari- hari dan lain sebagainya.
12
Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2008, hal. 217
18
Metode sosiodrama dan bermain peran cocok digunakan bila mana : a. Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis. b. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah- masalah yang bersifat psikologis. c. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap orangkain beserta permasalahannya. 13 Beberapa kelebihan dari metode sosiodrama, yaitu : a. Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian. b. Metode ini akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas lebih hidup. c. Anal-anak dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. d. Anak dilatih unutuk dapat menyusun buah pikiran dengan teratur. Beberapa kelemahan dari metode sosiodrama, yaitu : a. Metode ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang (memerlukan
banyak
kreasi guru). c. Kadang-kadang anak-anak tidak mau memerankan suatu adegan, karena malu. d. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa, dalam arti tujuan pendidikan tidak dapat tercapai. 14 Model pembelajaran sosiodrama mempunyai langkah- langkah sebagai berikut : a. Guru menyusun atau menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan. b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari sekenario dua hari sebelum KBM. c. Guru membentuk kelompok sosial yang anggotanya 5 orang 13
M. Basyirudin Us man, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Press, 2010,
14
Zuhairini H, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983,
hlm. 51 hal. 101
19
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan sekenario yang sudah di siapkan. f.
Masing- masing siswa duduk di kelompoknya, masing- masing sambil memperhatikan, mengamati sekenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai dipentaskan, masing- masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. h. Masing- masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. i.
Evaluasi
j.
Penutup. 15 Alasan peneliti memilih metode sosiodrama adalah siswa senang
dengan bermian peran sesuai dengan pokok bahasan meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari, mempraktekkan dari sikap teguh pendirian dan dermawan secara langsung. Metode Sosiodrama dalam Aqidah Akhlak bertujuan: a. Untuk menjelaskan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak
dan berdasarkan pertimbangan didaktis,
lebih
baik
di
dramatisasikan daripada diceritakan karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak-anak b. Untujk melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalahmasalah yang bersifat psikologis. c. Untuk melatih anak agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. 16 3. Materi Membiasakan Akhlaq Terpuji. Akhlak terpuji artinya sifat atau perilaku yang baik yang dimiliki seseorang. Perilaku baik tersebut dapat menjadikan dirinya disukai dan dicintai oleh orang lain sehingga dirinya akan menjadi teladan kebaikan bagi orang lain.
15
Saminanto, Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Semarang : RaSAIL.Media Group, 2010, hlm. 39. 16 Ibid, hal. 102.
20
Dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester II pada materi akhlak terpuji 2 mencakup dua kompentensi dasar, yaitu : d. Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari. e. Membiasakan akhlak
yang baik
dalam hidup
bertetangga dan
bermasyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi akhlak terpuji tentang teguh pendirian dan dermawan. a. Teguh pendirian Teguh pendirian berarti memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya. Orang yang memiliki teguh pendirian tidak akan mudah terpengaruh orang lain. Meskipun banyak orang yang berpendapat berbeda dengan dirinya. Tetapi dia tetap mempertahankan pendapatnya, orang seperti ini tidak suka mencari muka atau mengorbankan pendapatnya hanya untuk menyenangkan orang lain. b. Dermawan Dermawan berarti orang yang dengan sukarela atau ikhlas memberikan bantuan. Sifat dermawan merupakan sifat sika memberikan hak miliknya kepada orang lain agar dapat dimanfaatkan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Agama islam mengajarkan kita hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan juga memikirkan keadaan orang lain. Manusia yang berjiwa sosial, pemurah, suka memberi, suka menolong, senang beramal dan bersedekah, Alloh pun akan membalasnya dengan hal- hal yang baik. 17
Artinya : “Perumapamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Alloh seperti butir biji yang menunjukkan tujuh tangkai, pada setiap 17
Wiyadi, Membina Akidah dan Akhlak Kelas V, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009. hlm. 78.
21
tangkai ada seratus biji. Alloh melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Alloh Maha Luas, Maha Mengetahui” (Q.S. al- Baqoroh : 261)18 4. Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama Dalam pelaksanaan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji melalui metode sosiodrama dengan tema teguh pendirian dan dermawan, ada beberapa langkah sebagai berikut : a. Menyiapkan skenario yang akan ditampilkan tentang teguh pendirian dan dermawan. b. Membentuk kelompok yang masing- masing kelompok beranggotakan 5 anak. c. Menunjuk salah satu kelompok untuk mendramatisasikan skenario yang sudah dipersiapkan. d. Membagi tugas dan peran masing- masing anak sesuai dengan skenario
Peran 1
: sebagai orang yang dermawan (2 anak)
Peran 2
: sebagai orang yang kikir (2 anak)
Peran 3
: sebagai orang pengemis (1 anak)
e. Kelompok lain duduk sambil memperhatikan dan mengamati drama yang sedang diperankan. f.
Ketika kelompok yang pertama selesai memainkan peran dilanjutkan dengan kelompok berikutnya.
g. Setelah selesai pementasan, kemudian diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan. h. Masing- masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya i.
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembahasan Dengan metode ini akan lebih menarik perhatian anak, menyenangkan
dan tidak membosankan serta anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. Maka peneliti bisa menarik suatu kerangka atau kesimpulan bahwa metode 18
Departemen Agama RI, op.cit,
22
sosiodrama merupakan solusi yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak pada materi membiasakan akhlak terpuji. Dan mengatasi kurangnya perhatian siswa, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa atau kurang bersemangatnya siswa dalam pembelajaran.
B. Telaah Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan heberapa penelitian yang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah : 1. Skripsi Khoirul Inayah NIM : 3102179 mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2007 yang berjudul "Efektivitas model ATI (aptitude treatment interaction) pada pembelajaran Al-Qur'an" didalamnya berisi pembelajaran ATI Al-Quran untuk mengetahui aptidute diperoleh melalui pengukuran cara membaca, menulis dan hafalan Al- Quran peserta didik dengan tahapan treatment awal, pengelornpokan peserta didik kelas VIII A dan VIII C, memberikan perlakuan (treatment), Efektivitas Pembelajaran ATI dinilai dari terjadinva peningkatan atau tidak antara tes pertama dengan tes sesudah dilakukan treatment, Di SLTP H Isriati Baiturrahman Semarang pembelajaran ATI Al-Qur'an sangat efektif berdasarkan data nilai sesudah dilakukan treatment terjadi kenaikan dari pada tes awal. 2. Kajian yang juga mempunvai kesamaan dengan penelitian skripsi ini adalah Yuni Ifayati NIM 3102232 mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 yang berjudul Implementasi Model Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI di SMP Semesta Semarang di dalamnya berisi implementasi Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI di SMP Semesta Semarang, kesimpulannya bahwa Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas kooperatif peserta didik dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berhagai macam aktifitas belajar guna meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memaharni materi pelajaran
23
dan memecahkan masalah secara kolektif yang mana harus memenuhi unsur saling ketergantungan positif. (Positive Interdependence), tanggungjawab perseorangan (Individual Accountability), tatap muka (Face to face Interaction), ketrampilan sosial (Social Skill) dan proses kelompok (Group Processing). 3. Model active learning juga pernah dilakukan oleh Khomisatun NIM 3102318 mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007 yang berjudul Implementasi Active Learning pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Kebumen" yang di dalamnya berisi active learning merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu Active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran dan menciptakan suasana yang tidak menjenuhkan dan membosankan.
Dari beberapa penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu tentang efektivitas, sebuah metode atau model pembelaiaran, akan tetapi penelitian peniliti mengarah pada penelitian tindakan kelas dengan model pernbelajaran active learning dengan metode sosiodrama yang tentunya berbeda dengan penelitian diatas jadi beberapa penelitian diatas menjadi rujukan peneliti.
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research). Sesuatu tindakan yang secara khusus diamati terus- menerus, dilihat plusminusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 1 . Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh peneliti. Secara ringkas
tujuan
utama
penelitian
tindakan
adalah
untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran.) Penelitian
tindakan
menekankan
kepada
kegiatan
(tindakan)
dengan
mengujicobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 2 Fokus penelitian ini adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh peneliti, kemudian diuji cobakan dan di evaluasi apakah tindakan itu dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Beberapa keunikan dari Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya sebaga i berikut : 1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru) karena PTK mampu membelajarkan
guru
untuk
berpikir
kritis
dan
sistematis,
mampu
membiasakan–membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan. 2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. 1 2
Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bu mi Aksara, 2007, hlm. 2 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Bu mi Aksara, 2006,
hlm. 70
25
3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata dan jelas mengenai hal- hal yang terjadi di dalam kelas. 4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan
lain- lain) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). 5. PTK dilakukan hanya apabila ada keputusan kelompok dan komitme untuk pengembangan, untuk meningkatkan profesionalisme guru dan untuk memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan masalah. 3
B. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat penelitian di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Penelitian Tindakan Kelas direncanakan dalam kurun waktu minggu ke-1 bulan April sampai dengan minggu ke-1 bulan Mei 2011
C. Subyek Penelitian Jumlah siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang dijadikan subyek penelitian ini adalah 15 anak, yang terdiri atas 7 laki- laki dan 8 perempuan. Karakterisitik siswa kelas ini secara lebih detail dapat digambarkan sebagai berikut:
Usia rata-rata 12 tahun
Latar belakang keluarga atau orang tua mayoritas berpendidikan SD dan berprofesi sebagai petani dan buruh.
Tingkat kemampuan siswa berdasarkan informasi pengamatan selama guru kelasnya mengajar adalah 6 siswa cukup pandai, 5 siswa berkemampuan sedang dan 4 siswa kurang/lambat dalam belajar.
Subyek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3
Suharsimi Arikunto dkk, Opcit, hlm. 62
26
1. Siswa kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang Tahun Ajaran 2010/2011 Tabel 2. Data Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 No
Nama
L
P
Tempat, tgl lahir
Nama Orangtua
1
Vita Sudari
P
Magelang, 14-12-99
Suwardi
2
Titis Asjaryati
P
Magelang, 25-03-00
Jarwadi
3
Siti Marfuah
P
Magelang, 07-05-00
Hadi Mudayat
4
Ahmad Faiz
L
Magelang, 15-12-99
Fatkhurohman
5
Irfan
L
Jakarta, 29-07-99
Tumarjo
6
Ulul Azmi
Magelang, 25-09-99
Khalimi
7
Dayan
L
Yogyakarta, 02-05-00 Subekhi
8
M. Ikhwan
L
Magelang, 12-05-00
Isyadi
9
Kurnia
Magelang, 04-01-01
Giyono
10
M. Riyan
Magelang, 23-04-99
Ningsih
11
Ani Puji Lestari
P
Magelang, 08-02-01
Nurohmat
12
Dian Naili Fadilah
P
Magelang, 17-11-00
Lukman Hakim
13
Nur Aini Hafida
P
Magelang, 20-03-00
Mufid
14
Rudi Alamsyah
L
Magelang, 15-03-00
Agus Purwanto
15
Ardin
L
Magelang, 23-10-99
Suwardi
JUMLAH
7
P
P L
8
Dari data siswa di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran akan dibagi menjadi 3 kelompok dengan berbagai peran seperti yang terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 3. Daftar Kelompok Pembagian Peran No
Nama
L
P
Peran
1
Vita Sudari
P
Dermawan
2
Titis Asjaryati
P
Dermawan
3
Siti Marfuah
P
Kikir
27
4
Ahmad Faiz
L
Kikir
5
Irfan
L
pengemis
6
Ulul Azmi
7
Dayan
L
Dermawan
8
M. Ikhwan
L
Kikir
9
Kurnia
10
M. Riyan
11
Ani Puji Lestari
P
Dermawan
12
Dian Naili Fadilah
P
Dermawan
13
Nur Aini Hafida
P
Kikir
14
Rudi Alamsyah
L
Kikir
15
Ardin
L
pengemis
P
P L
Dermawan
Kikir pengemis
2. Peneliti sebagai pelaksana sekaligus guru dan berkolaborasi dengan guru yaitu Iswatun Masruroh, S.Pd.I, di dalam melakukan pembelajaran ini.
D. Metode Pengumpulan Data Data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususnya pada proses pelaksanaan
tindakan
kelas,
sedang
untuk
mendapatkan
data
peneliti
menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Pengamatan (Observasi) Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keaktifan siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang dengan menggunakan metode sosiodrama. 2. Tes Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan
28
Mertoyudan Magelang sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung. Bentuk evaluasi berupa tes pilihan ganda.
E. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari beberapa tahap. Secara rinci digambarkan sebagai berikut : 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Siklus I penelitian dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan April tahun 2011 dengan pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut: 1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan perenungan berdasarkan evaluasi terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini dilakukan. 2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. 3) Menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan, dan instrumen pengumpulan data selama penelitian tindakan ini dilaksanakan. 4) Menyusun naskah drama yang sesuai dengan pokok bahasan. 5) Memilih anak yang akan memainkan peran tokoh dalam naskah drama. 6) Memberikan naskah drama kepada masing- masing anak yang telah ditunjuk untuk bermain peran. 7) Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan RPP, menggunakan Metode Sosiodrama, pokok bahasan yang diajarkan adalah Sikap teguh pendirian dan dermawan. Langkahlangkah pelaksanaan meliputi : 1) Guru mengucapkan salam pembuka
29
2) Appersepsi dan menanyakan materi yang sudah dipelajari di rumah. 3) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan 4) Membaca naskah drama 5) Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama 6) Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang telah dibacakan 7) Bersama siswa membuat kesimpulan 8) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan menggunaka Metode Sosiodrama. 9) Dicocokkan secara silang, setelah diketahui hasilnya kemudia guru memberi tugas untuk pertemuan yang akan datang 10) Anak diberikan naskah drama untuk dipelajari di rumah 11) Guru memberi motivasi 12) Salam penutup c. Observasi Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui efektifitas metode sosiodrama dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar (SKM) dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka observasi difokuskan pada perhatian siswa, keaktifan siswa, dan hasil prestasi belajar siswa terhadap penggunaan metode sosiodrama. Untuk melakukan observasi terhadap situasi kelas pada saat pembelajaran peneliti melaksanakan sendiri. d. Tes Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung.
30
e. Refleksi Refleksi
dilakukan
berdasarkan
hasil
pengamatan
situasi
pembelajaran dan hasil peningkatan perhatian, keaktifan dan hasil prestasi belajar di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, anak cenderung bermain sendiri atau berbicara dengan teman sebelah, sebagian anak ada yang sibuk sendiri dengan mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain, anak belum bisa memahami isi naskah drama yang telah disajikan, keaktifan siswa masih kurang, anak cenderung pasif masih takut ataupun malu bertanya terhadap guru tentang materi yang telah disampaikan,
hasil prestasi belajar siswa belum mencapai Standar
Ketuntasan Belajar Minimal yang telah ditentukan oleh madrasah, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dengan metode sosiodrama belum dapat meningkatkan perhatian, keaktifa n, dan hasil prestasi belajar siswa. Kelemahan-kelemahan dalam menggunakan metode sosiodrama adalah waktunya terlalu panjang atau memakan waktu yang cukup lama, kesulitan dalam memahami karakter tokoh, dan kurangnya pemahaman mengenai isi drama. Berdasarkan hal- hal di atas, pada siklus II peneliti menugaskan kepada siswa untuk mempelajari naskah drama di rumah. Hal ini bertujuan agar materi atau naskah drama benar-benar bisa dipahami anak, anak bisa mengetahui watak dari masing- masing tokoh dan mengetahui isi drama. 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus II penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan April 2011 dengan materi pokok Sikap teguh pendirian dan dermawan, dengan indikator pencapaian “memahami manfaat sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari”. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
31
a. Perencanaan 1) Refleksi dari hasil siklus pertama 2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 4) Mengatur kelas agar anak bisa lebih nyaman dalam proses pembelajaran 5) Mengumpulkan tugas anak dalam siklus I 6) Mengumpulkan naskah drama yang telah dipelajari anak 7) Anak-anak memainkan peran tanpa menggunakan naskah drama 8) Menggunakan metode sosiodrama b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Langkah- langkah pembelajaran yang ditempuh adalah: 1) Guru mengucapkan salam 2) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu. 3) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan. 4) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menga nai pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian mengidentifikasi manfaat sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari. 5) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks 6) Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan drama yang telah disajikan 7) Guru melakukan tanya jawab seputar materi 8) Bersama siswa guru membuat kesimpulan. 9) Melaksanakan evaluasi 10) Dicocokkan secara silang, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa.
32
11) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali naskah drama yang telah diberikan 12) Guru memberikan motivasi kepada siswa 13) Salam penutup c. Observasi Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus I, maka observasi pada siklus II ini masih peneliti fokuskan pada perhatian siswa, keaktifan, dan
hasil prestasi belajar siswa
terhadap
pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama. d. Tes Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Akidah Akhlak setelah melaksanakan tindakan metode sosiodrama pada siklus II sebagai evaluasi setelah proses tindakan berlangsung. e. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus kedua ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yaitu siswa lebih memperhatikan, siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran, siswa sudah mengurangi bermain dan bergurau di dalam kelas, aktif dalam proses pembelajaran, siswa sudah mulai berani dan tidak malu bertanya terhadap materi yang telah diberikan dan hasil prestasi belajar siswa lebih baik dari siklus I. Namun demikian Standar Ketuntasan Belajar Mengajar belum bisa tercapai, untuk itu peneliti akan melaksanakan Siklus III. 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Siklus III penelitian dilaksanakan pada minggu keempat bulan April 2011 dengan materi pokok sikap teguh pendirian dan dermawan, dengan indikator pencapaian “meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari”. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
33
a. Perencanaan 1) Refleksi dari hasil siklus kedua 2) Penentuan fokus permasalahan dan pengkajian teori untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 4) Mengatur kelas sedemikian rupa agar siswa lebih memperhatikan 5) Mengumpulkan tugas siswa pada siklus II 6) Menyusun tempat duduk siswa agar lebih menyenangkan 7) Naskah drama
dikunpulkan da siswa bermain
peran
tanpa
menggunakan teks 8) Menggunakan metode sosiodrama
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Langkah- langkah pembelajaran yang ditempuh adalah: 1) Guru mengucapkan salam 2) Apersepsi : menanyakan pelajaran minggu lalu. 3) Siswa menyusun tempat duduk biar lebih memperhatikan. 4) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran menga nai pokok bahasan Sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari- hari 5) Melaksanakan drama tanpa menggunakan teks 6) Siswa memberikan tanggapan terhadap drama yang telah disajikan 7) Guru melakukan tanya jawab seputar materi 8) Bersama siswa guru membuat kesimpulan. 9) Melaksanakan evaluasi 10) Dicocokkan secara silang, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa.
34
11) Guru memberikan motivasi kepada siswa. 12) Salam penutup.
c. Observasi Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siklus II, maka observasi pada siklus III ini masih peneliti fokuskan pada perhatian, keaktifan dan hasil prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode sosiodrama.
d. Refleksi Berdasarkan pengamatan pembelajaran aqidah akhlak melalui metode sosiodrama pada siklus III ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya, siswa lebih perhatian, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, siwa cenderung diam dan tidak membuat suasana kelas gaduh, aktif, siswa berlomba- lomba bertanya terhadap materi yang telah disampaikan dan prestasi belajar siswa pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus III ini sudah mengalami peningkatan dan sudah mencapai hasil yang diharapkan dan ses uai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
35
Model PTK memiliki bentuk seperti gambar di bawah ini : 4 Pelaksanaan Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS Selanjutnya
F. Instrumen Penelitian Sedangkan instrument yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan peserta didik adalah : 1.
Instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang telah sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik adalah soal tertulis sebanyak 10 soal, dimana setiap item yang benar nilai 1 dan salah 0. Di mana kisi-kisi dari soal-soal tersebut adalah sebagai berikut : a. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian. b. Siswa dapat menjelaskan pengertian sifat dermawan c. Siswa dapat membiasakan sikap teguh pendirian dalam kehidupan se harihari d. Siswa dapat membiasakan sikap dermawan dalam kehidupan sehari- hari.
4
Nizar A lam Hamdani d kk., Op.Cit, h lm.52
36
2.
Lembar observasi untuk peserta didik. Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti diantaranya : a. Kehadiran peserta didik b. Peserta didik aktif bertanya pada guru tentang materi c. Peserta didik aktif berusaha menjawab pertanyaan dari guru d. Peserta didik berani mengemukakan pendapat/gagasan Tabel 4. Lembar Pengamatan
No
Nama Siswa
Kehadiran Siswa Ya
Tidak
Bertanya pada Guru tentang materi Ya Tidak
Berusaha men jawab pertanyaan guru Ya Tidak
Beran i mengemukak an pendapat / gagasan Ya Tidak
1 Jumlah Siswa Jumlah Keaktifan siswa Prosentase Rt2 prosentase kelas
G. Tehnik Analisis Data Tehnik analisis data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskrip tif kuantitatif adalah model analisis dengan cara membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Disini yang dianalisis yaitu tentang perhatian, keaktifan, dan hasil prestasi belajar siswa pada tiap siklus. Analisis deskriptif kualitatif adalah model analisis dengan cara memberikan data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat yang memberi
37
gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa pada saat mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.
H. Indikator Kebe rhasilan Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan belajar pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas V MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang. Adapun tehnik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angkaangka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut: 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 × 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Keseluruhan data yang dikumpulkan digunakan untuk menilai keberhasilan tindakan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: 1. Meningkatnya prestasi belajar Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode sosiodrama yang ditandai rata-rata nilai hasil kuis lebih dari 7,0. Dan rata-rata siswa yang mendapat nilai tersebut adalah >70 %. 2. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran Akidah Akhlak kelas V semester 2 di MI An Nur Deyangan Mertoyudan Magelang setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode sosiodrama.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus I Dalam pelaksanaan siklus I mengacu pada rencana pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama dengan pokok bahasan sikap teguh pendirian
dan dermawan.
Pada setiap
pertemuan dipandu dengan
menggunakan instrument berupa silabus pembelajaran, rencana pembelajaran (RPP) dan alat evaluasi berupa soal. Pada pertemuan pertama guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, secara bergantian setiap kelompok mendramatisasikan naskah drama dengan cara membaca naskah drama. Pada pelaksanaan siklus I dapat diketahui keaktifan siswa dalam pembelajaran setelah menggunakan metode sosiodrama seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 5. Keaktifan Sis wa pada Siklus I Aspek yang Dinilai
F
%
1. Keaktifan bertanya
4
26,67
2. Menjawab pertanyaan
6
40
3. Mengerjakan tugas
10
66,67
4. Mengemukakan pendapat
4
26,67
Rata-rata prosentase keaktifan siswa
40 %
Dari tabel tersebut dapat diketahui keaktifan
siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan sosiodrama memperoleh 40% dari 15 siswa. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan serta dalam mengemukakan pendapat masih rendah, sehingga siswa cenderung pasif.
39
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada kegiatan akhir, peneliti mengadakan evaluasi. Dari hasil pelaksanaan siklus I diperoleh hasil belajar sebagaimana dalam tabel berikut
Tabel 6. Hasil Belajar Sis wa Siklus I No
Hasil Belajar Siswa
Keterangan
1.
Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70
6
2.
Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70
9
3.
Jumlah siswa
15
4.
Rata-rata nilai siswa
65,2
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari 15 siswa masih ada 9 siswa yang belum berhasil mencapai ketuntasan belajar. Hasil belajar pada siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau yang diharapkan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 65,2 dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 76. Namun jika dibandingkan dengan pelaksanaan evaluasi sebelum menggunakan metode sosiodrama, hasil evaluasi pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan nilai rata-rata dari 63 menjadi 65,2. Pada pelaksanaan siklus I, keaktifan siswa masih kurang baik dalam bertanya, menjawab pertanyaan maupun dalam mengemukakan pendapat. Ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi dengan pelajaran, siswa kurang percaya diri, dan juga masih malu untuk menanyakan hal- hal yang belum diketahui, baik kepada guru maupun kepada teman sekelompoknya. Hal ini disebabkan karena anak belum menguasai naskah drama. Karena dalam mendramatisasikan anak masih membaca naskah drama. Dengan keaktifan belajar siswa yang masih kurang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah, belum memenuhi Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
40
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, peneliti harus memperbaiki kinerja pada siklus II dengan cara memberi naskah drama kepada siswa untuk dipelajari di rumah agar lebih menguasai dan memahami setiap karakter tokoh.
2. Pelaksanaan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi I pelaksanaan tindakan siklus II akan dilakukan perbaikan tindakan. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan untuk mendramatisasikan naskah drama tanpa menggunakan teks agar lebih menguasai dan menghayati karakter tokoh yang diperankan sehingga kegiatan
pembelajaran
menjadi
aktif.
Peneliti
menerapkan
metode
sosiodrama dengan melakukan perbaikan di dalam perangkat pembelajaran berupa RPP yang di dalamnya memuat metode sosiodrama dan soal evaluasi. Di dalam pelaksanaan ini guru lebih menekankan keaktifan siswa dan mengarahkan dalam kerja kelompok, guru lebih aktif dalam memotivasi siswa agar siswa lebih menguasai dan menghayati karakter tokoh yang diperankan, sehingga kelompok-kelompok lain akan tertarik dan pementasan akan lebih menarik. Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Keaktifan Sis wa pada Siklus II Aspek yang Dinilai
F
%
1. Keaktifan bertanya
9
60
2. Menjawab pertanyaan
8
53
3. Mengerjakan tugas
11
73,3
4. Mengemukakan pendapat
5
33,3
Rata-rata prosentase keaktifan siswa
54,9 %
41
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa keaktifan siswa dalam metode sosiodrama pada pembelajaran aqidah akhlak menunjukan adanya peningkatan dibanding dengan siklus I. Sebagian besar siswa sudah aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Tetapi siswa merasa malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Nilai prosentase kelas 54,9% dari 15 siswa. Hal ini akan mempengaruhi belajar siswa sebagaimana tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Belajar Sis wa Siklus II No
Hasil Belajar Siswa
Keterangan
1.
Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70
10
2.
Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70
5
3.
Jumlah siswa
15
4.
Rata-rata nilai siswa
70,9
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil pelaksanaan evaluasi pada siklus II nilai rata-rata kelas 70,9. Dengan nilai terendah 63 dan nilai tertinggi 78 dari 15 siswa, ada 10 siswa yang berhasil mencapai nilai 70 ke atas sedangkan siswa yang mendapat kurang dari 70 ada 5 siswa. Nilai rata-rata kelas sudah sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM), namun demikian masih ada 5 anak yang belum mencapai SKBM. Selama proses pembelajaran pada siklus II keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah ada peningkatan dibandingkan dengan siklus I, walaupun belum maksimal yaitu dari 40% menjadi 54,9%. Begitu juga dengan hasil belajar siswa juga menunjukkan adanya peningkatan dari 65,2 menjadi 70,9. Dari jumlah rata-rata tersebut sudah cukup baik. Namun masih ada beberapa anak yang belum tuntas atau belum memenuhi SKBM yang diinginkan. Dari data hasil belajar pada siklus II ini dari 15 siswa masih ada 5 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan siswa tersebut kurang konsentrasi dalam pembelajaran. Untuk mengetahui masalah
42
tersebut, peneliti harus memperbaiki kinerja pada siklus III. Adapun bentuk perbaikannya dengan cara menyusun tempat duduk agar siswa lebih memperhatikan dan tidak
membosankan sehingga dapat menunjang
pembelajaran yang dapat mengaktifan peserta didik.
3. Pelaksanaan Siklus III Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus II masih perlu dilakukan tindakan untuk mencapai hasil yang maksimal. Adapun bentuk perbaikannya dengan cara menyusun tempat duduk agar siswa lebih memperhatikan sehingga dapat menunjang pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan siklus III, guru lebih aktif dalam memotivasi siswa untuk menanggapi hasil pementasan dan memberikan pertanyaan, arahan untuk siswa yang kesulitan mengemukakan pendapat. Guru juga mengarahkan siswa untuk saling membantu dan menjelaskan kepada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi. Kemudian dilajutkan dengan masing- masing siswa mengerjakan soal individual. Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus III diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 9. Keaktifan Sis wa pada Siklus III Aspek yang Dinilai
F
%
1. Keaktifan bertanya
10
66,67
2. Menjawab pertanyaan
12
80
3. Mengerjakan tugas
15
100
4. Mengemukakan pendapat
10
66,67
Rata-rata prosentase keaktifan siswa
78,3 %
Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlah rata-rata prosentase jelas 78,3%. Dari berbagai aspek yang meliputi keaktifan bertanya, menjawab
43
pertanyaan, mengerjakan tugas dan mengemukakan pendapat mengalami peningkatan. Perubahan strategi dalam pembelajara n mampu meningkatkan penguasaan siswa pada materi pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes tertulis dan hasilnya memuaskan, seperti tabel di bawah ini :
Tabel 10. Hasil Belajar Sis wa pada Siklus III No
Hasil Belajar Siswa
Keterangan
1.
Jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai > 70
13
2.
Jumlah siswa belum tuntas belajar / mendapat nilai < 70
2
3.
Jumlah siswa
15
4.
Rata-rata nilai siswa
82,8
Dari tabel di atas diketahui hasil pelaksanaan evaluasi pada siklus III mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kelas 82,8 dari 15 siswa. Ada 13 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar dan dua ora ng siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil belajar pada siklus III ini sudah menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan nilai rata-rata hasil tes tertulis lebih dari SKBM. Selama pembelajaran pada siklus III, keaktifan siswa mengalami peningkatan. Siswa lebih banyak berani mengkomunikasikan idenya, menanggapi pendapat orang lain serta meningkatnya kemauan bertanya kepada temannya bila mengalami kesulitan, kerja kelompok juga semakin meningkat. Perubahan strategi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan merubah posisi tempat duduk mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar siswa. Untuk mengatasinya peneliti memberikan bimbingan khusus berupa penjelasan kembali dan pemberian tugas.
44
B. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, siklus III mengalami peningkatan. Peningkatan ini dicapai setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode sosiodrama sebagaimana teori belajar menurut ilmu jiwa Gestald. Menurut teori ini, jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami bereaksi, berbuat, dan berfikir secara kritis sehingga akan diperoleh hasil belajar. 1 , dalam teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Menurut teori ini jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa. Manusia berkat adanya stimulusresponse, belajar berarti membentuk hubungan- hubungan stimulus respon dan melatih hubungan itu agar bertalian erat serta membentuk kebiasaan-kebiasaan.
1. Siklus I Pada siklus I guru menjelaskan materi pelajaran pada siswa dengan menggunakan metode sosiodrama. Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I diketahui dari hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini diketahui nilai rata-rata tes tertulis siswa sebesar 65,2 dan baru 6 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang dengan perolehan nilai rata-rata prosentase 40%. Hal ini disebabkan karena siswa masih kurang dapat menerima pembagian kelompok yang hiterogen, tingkat kerja sama antar siswa dalam kelompok
masih
kurang
dan
rendahnya
kesadaran
siswa
untuk
menyumbangkan nilai bagi kelompoknya. Siswa juga masih bingung dan belum terbiasa dengan aturan yang dilakukan dalam metode sosiodrama. Dari pengamatan selama pembelajaran berlangsung dapat dilihat bahwa siswa kurang dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, mereka cenderung asyik dengan diri sendiri dan kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. 1
Abu Ahmadi, Psiko logi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hlm. 280.
45
Berdasarkan uraian di atas, masih perlu diadakan perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Guru meningkatkan hasil belajar siswa dengan
perbaikan-perbaikan
yang
dilakukan
antara
lain
lebih
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Siklus II Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini, nilai rata-rata kelas sebesar 70,9 dan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar mencapai 10 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas ada 5 siswa. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah meningkat meskipun belum optimal yaitu dari 40% menjadi 54,9%.. Sebagian siswa kurang konsentrasi dalam pembelajaran serta merasa malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan hasil penelitian tersebut, guru perlu meningkatkan hasil belajar dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang dilakukan antara lain guru lebih menekankan kegiatan siswa dan mengarahkan dalam kerja kelompok. Guru lebih aktif dalam memotivasi siswa agar siswa lebih menguasai dan menghayati karakter tokoh yang diperankan, sehingga pementasan akan lebih menarik. Guru juga perlu mengubah strategi pembelajaran agar lebih mudah dikuasai siswa, maka perlu dilakukan pembelajaran kembali pada siklus III mengalami peningkatan.
3. Siklus III Pada siklus III hasil belajar siswa terlihat adanya peningkatan dari siklus II. Perolehan nilai rata-rata siswa adalah 82,8. Hasil belajar pada siklus III ini menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan nilai rata-rata hasil tes tertulis lebih dari SKBM. Pada siklus III ini diketahui hanya ada 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Keaktifan siswa telah meningkat menjadi 78,3%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan indikator yang diinginkan telah tercapai. Pencapaian hasil belajar pada siklus III disebabkan adanya
46
perbaikan dalam penerapan model pembelajaran. Pada siklus III lebih mengoptimalkan kerja sama dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Siswa juga sudah bisa menerima pembagian kelompok yang heteroggen, siswa berani menyampaikan ide- idenya dan sudah paham serta terbiasa dengan pelaksanaan metode pembelajaran. Siswa akan mendapat motivasi dari teman sekelompoknya karena semua anggota kelompok betanggung jawab atas anggota kelompoknya tersebut. Dengan adanya kerja sama antar anggota kelompoknya berarti siswa telah melakukan interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan akanterjalin sikap saling membantu antara anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Sis wa No
Siklus
Nilai Rata-Rata
1
I
65,2
2
II
70,9
3
III
82,8
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil evaluasi pada tindakan siklus I sampai siklus III yang telah dilakukan mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 65,2 menjadi 82,8 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama serta perubahan strategi dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak pada materi akhlak terpuji dengan pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
47
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Belajar Sis wa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Sosiodrama
Nilai
Sebelum
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Ket
< 70
11
9
5
2
Tidak tuntas
> 70
4
6
10
13
Tuntas
Rata Kelas
61,1
65,2
70,9
82,8
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil evaluasi sebelum menggunakan metode sosiodrama dan sesudah menggunakan metode sosiodrama, dari siklus I sampai siklus III dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak dalam materi sifat terpuji melalui penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode sosiodrama pada kelas V MI Ma’arif An-Nur Deyangan Mertoyudan Magelang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan metode sosiodrama sangat cocok untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI An Nur Deyangan, hal ini bukan disebabkan karena sistem pengajaran yang diulang-ulang, tetapi karena adanya strategi dalam setting kelas yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas V MI An Nur Deyangan yaitu nilai rata-rata hasil prestasi belajar siklus I 65,2 dan pada siklus II 70,9 serta pada siklus III 82,8.
B. Saran Dengan selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode sosiodrama pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas V dengan pokok materi akhlak terpuji pada Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif An-Nur Deyangan Mertoyudan Magelang ini, maka penulis memberikan saran, diantaranya : 1. Pembelajaran dengan metode sosiodrama perlu dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan yang lain karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Dalam seluruh pembelajaran, hendaknya peserta didik dilibatkan secara aktif, baik secara fisik maupun secara psikis.
49
3. Dalam melakukan pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan persiapan sedetail mungkin, agar proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan hasil belajar yang dicapai menjadi maksimal.
C. Penutup Alhamdulillah laporan penelitian ini dapat penulis selesaikan tepat waktu. Penulis menyadari akan kekurangan penulis dalam segala hal. Hanya penulis berharap Alloh SWT senantiasa memberikan kemanfaatan untuk apa yang telah kita lakukan. Demikian halnya, semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk penulis sendiri, MI Ma’arif An Nur Deyangan Mertoyudan Kabupaten Magelang, dan siapapun yang membaca hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allohlah penulis berserah diri dan mengharap keridhoannya, Amin.
50
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, 2010. Bahreisj Hussein, Hadits Shahih : Al-Jamius Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya : CV Karya Utama, 1985 Darsono, Max dkk, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Semarang Press, 2000. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Departemen Agama, Jakarta, 2004.
Islam,
Standar
Kompetensi,
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2008. Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Alumni, Bandung, 1986. M.Basyiruddin Usman dan H.Asnawer, Media Pembelajaran, Delia Citra Utama, Jakarta, 2010. Nashar, H, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Delia Press, Jakarta, 2003. Saminanto, Ayo Praktik PTK : Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, RaSAIL Media Group, 2010 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995. Sriyanti, Lilik, Psikologi Pendidikan, STAIN SalatigaPress, 2003. Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Bina Aksara, 1988. Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995. Zuhairini, H dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara, 2006.
Lampiran 1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
: : : : : :
MI An Nur Deyangan Aqidah Akhlak V / II 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Membiasakan akhlak terpuji Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari-hari : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan. B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan. C. Metode Pembelajaran Ceramah Sosiodrama Tanya jawab Penugasan D. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan materi yang sudah dipelajari di rumah c. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan
d. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok masing- masing kelompok beranggotakan 5 anak 2. Kegiatan Inti a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang sudah dipersiapkan dengan membaca teks drama. b. Bertanya jawab seputar isi dari naskah drama. c. Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang sudah dibacakan 3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan b. Evaluasi c. Tindak lanjut, anak diberikan naskah drama untuk dipelajari di rumah. d. Doa penutup. E. Media / Sumber Belajar Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan. F. Penilaian 1. Tehnik 2. Bentuk
: Tertulis dan tes pengamatan : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Deyangan, …………………………..
Kepala Madrasah
Guru Pendidikan Agama Islam
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I. NIP. 19740225 200501 1 002
M. MUHAIMIN
Lampiran 2. SOAL SIKLUS I I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia. 1. Orang yang bersifat teguh pendirian ..... Pendapatnya. a. Mudah goyah b. Tidak mudah goyah c. Gampang dipengaruhi d. Suka berubah-ubah 2. Dermawan adalah orang yang ….. a. Suka pamer b. Pelit c. Suka memberi d. Rakus 3. Dengan sifat dermawan, Alloh SWT akan ….. rizki dari arah yang tidak terduga. a. Menjauhkan b. Melimpahkan c. Menahan d. Menanggugkan 4. Orang yang mudah berubah- ubah pikiran disebut …. a. Teguh pendirian b. Ngotot c. Plin-plan d. Keras hati. 5. Orang yang pelit merasa takut menjadi ….. a. Miskin b. Banyak harta c. Kaya d. Konglomerat 6. Dermawan adalah perbuatan yang ….. a. Tercela b. Terpuji c. Dilarang d. Dibenci 7. Orang yang tidak punya pendirian hatinya akan mudah merasa ….. a. Bimbang b. Tenang
c. Aman d. Nyaman 8. Orang yang suka memberikan bantuan dengan ikhlas disebut ….. a. Optimis b. Pesimis c. Teguh pendirian d. Dermawan 9. Peribahasa “Bagaikan air di dalam talas” sangat sesuai untuk orang yang bersifat ….. a. Teguh pendirian b. Mudah terpengaruh orang lain c. Teguh hati d. Bersemangat baja 10. Salah satu ciri-ciri orang yang teguh pendirian adalah ….. a. Mudah berubah-ubah b. Mudah goyah c. Tidak mudah goyah d. Mudah dipengaruhi
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Jelaskan pengertian dari teguh pendirian ! 2. Sebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai sifat teguh pendirian ! 3. Apa kebaikan yang akan timbul jika kita dermawan ? 4. Jelaskan pengertian dari sifat dermawan ! 5. Sebutkan ciri-ciri orang yang dermawan !
Lampiran 3. Lembar Jawaban Soal Siklus I I
1. B 2. C 3. B 4. C 5. A 6. B 7. A 8. D 9. B 10. C
II 1. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya. 2. - Tidak mudah goyah pendapatnya - Tidak mudah terpengaruh orang lain - Tidak mudah berubah pikiran 3. - Akan disayang teman - Akan dilipatgandakan rejekinya 4. Orang yang dengan sukarela atau ikhlas memberikan bantuan kepada orang lain. 5. - Berjiwa sosial - Suka memberi - Pemurah - Suka beramal - Suka menolong
Lampiran 4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
: : : : : :
MI An Nur Deyangan Aqidah Akhlak V / II 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Membiasakan akhlak terpuji Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari-hari : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan. B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan. C. Metode Pembelajaran Ceramah Sosiodrama Tanya jawab Penugasan D. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan pelajaran minggu yang lalu c. Guru membuka kesempatan tanya jawab kepada peserta didik mengenai materi yang belum jelas.
d. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan 2. Kegiatan Inti a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang sudah dipersiapkan tanpa membaca teks drama. b. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. d. Guru bertanya jawab seputar isi dari naskah drama. e. Siswa memberikan tanggapan seputar naskah drama yang telah diperagakan. 3. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan b. Evaluasi c. Tindak lanjut, memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari kembali naskah drama. d. Guru memberikan motivasi kepada siswa. e. Doa penutup. E. Media / Sumber Belajar Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan. F. Penilaian 1. Tehnik 2. Bentuk
: Tertulis dan tes pengamatan : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Deyangan, …………………………..
Kepala Madrasah
Guru Pendidikan Agama Islam
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I. NIP. 19740225 200501 1 002
M. MUHAIMIN
Lampiran 5. SOAL SIKLUS II I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia. 1. Sifat memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya disebut ….. a. Teguh pendirian b. Berkemauan keras c. Ngotot d. Percaya diri 2. Walaupun seseorang hidup pas-pasan, ia tetap suka berinfaq. Sikap seperti ini disebut ….. a. Adil b. Dermawan c. Rendah diri d. Teguh pendirian 3. Orang yang dapat memegang teguh pendapatnya berarti ia memiliki sifat ….. a. Teguh hati b. Teguh pendirian c. Keras hati d. Plin-plan 4. Kebalikan dari sifat teguh pendirian adalah ….. a. Teguh hati b. Ngotot c. Keras hati d. Plin-plan 5. Berikut ini adalah ciri-ciri sifat dermawan, kecuali ….. a. Berjiwa sosial b. Pemurah c. Suka mandiri d. Suka mengejek 6. Orang yang selalu memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya disebut … a. Teguh hati b. Teguh pendirian c. Plin-plan d. Keras hati 7. Orang yang memiliki sifat dermawan akan …. a. Jatuh miskin b. Hartanya berkurang
c. Dilipatgandakan rejekinya d. Dijauhi teman 8. Orang yang dermawan akan ….. a. Disukai b. Dibenci c. Dikucilkan d. Dimusuhi 9. Orang yang selalu berubah-ubah pikiran disebut ….. a. Teguh hati b. Teguh pendirian c. Plin-plan d. Keras hati 10. Orang yang tidak mempunyai pendirian akan mudah merasa …. a. Aman b. Nyaman c. Tenang d. Bombing. II. Jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa arti peribahasa “Bagaikan air di daunt alas” ? 2. Apa janji Alloh terhadap orang yang dermawan ? 3. Apa arti dari sifat teguh pendirian ? 4. Sebutkan ciri-ciri orang yang mempunuai sifat dermawan ! 5. Apa akibat jika kita tidak mempunyai sifat teguh pendirian ?
Lampiran 6. Lembar Jawaban Soal Siklus II I
1. A 2. B 3. B 4. D 5. D 6. B 7. C 8. A 9. C 10. D
II 1. 2. 3. 4.
Orang yang tidak mempunyai pendirian yang kuat Alloh akan melipatgandakan rejekinya. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya. - Berjiawa sosial - Pemurah - Suka memberi - Suka beramal 5. - Akan terpengaruh orang lain - Mudah goyah - Suka berubah-ubah pikiran
Lampiran 7. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
: : : : : :
MI An Nur Deyangan Aqidah Akhlak V / II 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Membiasakan akhlak terpuji Membiasakan sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupan sehari-hari : 1. Menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Menjelaskan pengertian dermawan 5. Menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Menyebutkan dampak negatif tidak bersikap dermawan.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian teguh pendirian 2. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap teguh pendirian 3. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif tidak bersikap teguh pendirian. 4. Siswa dapat menjelaskan pengertian dermawan 5. Siswa dapat menyebutkan keuntungan bersikap dermawan. 6. Siswa dapat menyebutkan dampak negatif, tidak bersikap dermawan. C. Materi Pembelajaran 1. Pengertian teguh pendirian dan dermawan 2. Keuntungan bersikap teguh pendirian dan dermawan. D. Metode Pembelajaran Ceramah Sosiodrama Tanya jawab Penugasan E. Langkah-Langkah Pembelajaran 2. Kegiatan pendahuluan (apersepsi) a. Guru mengucapkan salam pembuka dan berdoa b. Guru menanyakan materi pelajaran minggu lalu c. Guru bersama siswa merubah susunan tempat duduk agar pembelajaran bisa aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
d. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran mengenai pokok bahasan sikap teguh pendirian dan dermawan dengan indikator pencapaian meneladani sikap teguh pendirian dan dermawan dalam kehidupans sehari- hari. 3. Kegiatan Inti a. Guru menunjuk salah satu kelompok mendramatisasikan sekenario yang sudah dipersiapkan tanpa menggunakan teks drama. b. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap drama yang sudah didramatisasikan. c. Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. d. Guru melakukan tanya jawab seputar materi. 4. Kegiatan Akhir a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan b. Evaluasi c. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa untuk menguasai materi tentang teguh pendirian dan dermawan. d. Doa penutup. F. Media / Sumber Belajar Buku aqidah akhlak kelas V Madrasah Ibtidaiyah LKS PAI Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah Buku lain yang relevan. G. Penilaian 1. Tehnik 2. Bentuk
: Tertulis dan tes pengamatan : Isian dan pilihan ganda
Mengetahui
Deyangan, …………………………..
Kepala Madrasah
Guru Pendidikan Agama Islam
BAMBANG SUTRISNO, S.Pd.I. NIP. 19740225 200501 1 002
M. MUHAIMIN
Lampiran 8. SOAL SIKLUS III
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia. 1. Orang yang tidak mudah berubah pikiran disebut ….. a. Teguh pendirian b. Dermawan c. Plin-plan d. Keras hati 2. Salah satu ciri-ciri orang yang teguh pendirian adalah ….. a. Mudah berubah-ubah b. Mudah goyah c. Tidak mudah goyah d. Mudah dipengaruhi 3. Suka memberi adalah ciri-ciri orang yang ….. a. Teguh pendirian b. Dermawan c. Serakah d. Pelit 4. Sifat dermawan dapat mendorong seseorang menjadi …. a. Berderma b. Tidak mau berbagi c. Rakus d. Pelit 5. Harta yang kita miliki adalah ….. a. Milik kita b. Warisan orang tua c. Milik orang tua kita d. Titipan Alloh 6. Orang yang dermawan akan ….. orang lain a. Disukai b. Dibenci c. Dimusuhi d. Dikucilkan
7. Manusia yang berjiwa sosial, pemurah, suka memberi, suka menolong, termasuk ciri orang yang mempunyai sifat ….. a. Pelit b. Serakah c. Dermawan d. Teguh pendirian 8. Orang yang suka rela atau ikhlas memberikan bantuan disebut dengan …. a. Pelit b. Serakah c. Dermawan d. Teguh pendirian 9. “Bagaikan air di daunt alas” ibarat dari orang yang memiliki sifat …. a. Teguh pendirian b. Mudah terpengaruh orang lain c. Teguh hati d. Bersemangat baja 10. Orang yang tidak mempunyai pendirian hatinya akan mudah merasa … a. Bimbang b. Tenang c. Aman d. Nyaman II. Jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa arti dari orang yang memiliki sifat dermawan ? 2. Sebutkan ciri-ciri orang yang dermawan ! 3. Apakah peribahasa yang sesuai dengan orang yang tidak mempunyai pendirian ? 4. Apa keuntungan yang diperoleh dari orang yang dermawan ? 5. Apa arti dari sifat teguh pendirian ?
Lampiran 9. Lembar Jawaban Soal Siklus III I
1. A 2. C 3. B 4. A 5. D 6. A 7. C 8. C 9. B 10. A
II 1. Orang yang dengan suka rela atau ikhlas memberikan bantuan kepada orang lain. 2. - Berjiwa sosial - Suka memberi - Suka menolong - Pemurah - Suka beramal 3. Bagaikan air di daunt alas 4. - Akan dilipatgandakan rejekinya oleh Alloh SWT - Akan disukai temannya 5. Orang yang memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya.
Lampiran 10.
Tabel Keaktifan Sis wa pada Siklus I
No
Nama Siswa
Mengerjakan Tugas Ya
1
Vita Sudari
2
Titis A.
√
3
Siti Marfuah
√
4
Ahmad Faiz
5
Irfan
6
Ulul Azmi
7
Dayan
√
8
M. Ikhwan
√
9
Kurnia
√
10
M. Riyan
√
11
Ani Puji L.
12
Dian Naili F.
√
13
Nur Aini H.
√
14
Rudi A.
√
15
Ardin
Tidak
Bertanya pada Guru tentang materi Ya
Tidak
√
Berusaha men jawab pertanyaan guru
Beran i mengemukak an pendapat / gagasan
Ya
Ya
Tidak
√
√
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
Jumlah Keaktifan siswa
10
4
6
4
Prosentase
66,67%
26,67 %
40%
26,67%
Rt2 prosentase kelas
40%
Lampiran 11.
Tabel Prestasi Belajar Sis wa pada Siklus I No.
Nama Sis wa
Nilai
1
Vita Sudari
60
2
Titis Asjaryati
76
3
Siti Marfuah
74
4
Ahmad Faiz
65
5
Irfan
71
6
Ulul Azmi
60
7
Dayan
72
8
M. Ikhwan
60
9
Kurnia
60
10
M. Riyan
58
11
Ani Puji Lestari
60
12
Dian Naili Fadilah
70
13
Nur Aini Hafida
62
14
Rudi Alamsyah
71
15
Ardin Jumlah
60 978
Rata-rata
65,2
Lampiran 12.
Tabel Keaktifan Sis wa pada Siklus II
No
Nama Siswa
Mengerjakan Tugas Ya
Tidak
Bertanya pada Guru tentang materi Ya
Tidak
Berusaha men jawab pertanyaan guru
Beran i mengemukak an pendapat / gagasan
Ya
Ya
1
Vita Sudari
√
2
Titis A.
√
3
Siti Marfuah
√
4
Ahmad Faiz
5
Irfan
√
6
Ulul Azmi
√
7
Dayan
√
√
√
8
M. Ikhwan
√
√
√
9
Kurnia
√
√
10
M. Riyan
√
√
11
Ani Puji L.
12
Dian Naili F.
√
√
13
Nur Aini H.
√
√
14
Rudi A.
√
√
15
Ardin
Tidak
Tidak
√ √
√
√
√ √ √
√
√ √
√
√
√
Jumlah Keaktifan siswa
12
9
8
5
Prosentase
80%
60%
53,33%
33,33%
Rt2 prosentase kelas
54,9%
Lampiran 13.
Tabel Prestasi Belajar Sis wa pada Siklus II No.
Nama Sis wa
Nilai
1
Vita Sudari
63
2
Titis Asjaryati
78
3
Siti Marfuah
70
4
Ahmad Faiz
75
5
Irfan
73
6
Ulul Azmi
66
7
Dayan
76
8
M. Ikhwan
75
9
Kurnia
66
10
M. Riyan
63
11
Ani Puji Lestari
63
12
Dian Naili Fadilah
73
13
Nur Aini Hafida
76
14
Rudi Alamsyah
73
15
Ardin
74 Jumlah
1.064
Rata-rata
70,93
Lampiran 14.
Tabel Keaktifan Sis wa pada Siklus III
No
Nama Siswa
Mengerjakan Tugas Ya
Tidak
Bertanya pada Guru tentang materi Ya
Tidak
Berusaha men jawab pertanyaan guru
Beran i mengemukak an pendapat / gagasan
Ya
Ya
Tidak
1
Vita Sudari
√
√
2
Titis A.
√
√
3
Siti Marfuah
√
√
√
4
Ahmad Faiz
√
√
√
√
5
Irfan
√
√
√
√
6
Ulul Azmi
√
7
Dayan
√
√
8
M. Ikhwan
√
√
9
Kurnia
10
Tidak
√ √
√ √
√
√
√
√
M. Riyan
√
√
11
Ani Puji L.
√
√
12
Dian Naili F.
√
√
13
Nur Aini H.
√
√
√
√
14
Rudi A.
√
√
√
√
15
Ardin
√
√
√ √
√
Jumlah Keaktifan siswa
15
10
12
10
Prosentase
100%
66,67%
84%
66,67%
Rt2 prosentase kelas
78,3%
Lampiran 15.
Tabel Prestasi Belajar Sis wa pada Siklus III
No.
Nama Sis wa
Nilai
1
Vita Sudari
80
2
Titis Asjaryati
95
3
Siti Marfuah
95
4
Ahmad Faiz
100
5
Irfan
80
6
Ulul Azmi
68
7
Dayan
85
8
M. Ikhwan
90
9
Kurnia
75
10
M. Riyan
69
11
Ani Puji Lestari
85
12
Dian Naili Fadilah
75
13
Nur Aini Hafida
90
14
Rudi Alamsyah
80
15
Ardin
75 Jumlah
1.242
Rata-rata
82,8
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: M. Muhaimin
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Magelang, 09 Agustus 1970
3. NIM
: 093111202
4. Alamat Rumah
: Pangonan
RT.04
RW.07
Deyangan
Mertoyudan Magelang Jawa Tengah 5. HP
: 081328372324
B. Riwayat Pendidikan 1. SDN Deyangan I Mertoyudan Magelang
Lulus Tahun 1984
2. MTs N Mertoyudan Magelang
Lulus Tahun 1987
3. PGAN Magelang
Lulus Tahun 1990
4. DII STAIN Salatiga
Lulus Tahun 2002
5. Mahasiswa IAIN
Tahun Akademik 2009/2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Semarang, 19 Mei 2011 Penulis,
M. Muhaimin NIM 093111202