PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH DINIYYAH AL HUDA TINGKAT AWALIYAH DESA PULOSARI KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam
Disusun Oleh : MUHTAROM NIM : 093111206
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Muhtarom
NIM
: 093111206
Jurusan /Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiranpikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 6 Juni 2011 Yang Menyatakan, Materai temple Rp. 6.000,00
Muhtarom NIM. 093111206
ii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Telp. (024) 7601295 Fax. 7615387 Semarang
PENGESAHAN Naskah Skripsi dengan : Judul
: Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di
Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari
Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011. Nama
: Muhtarom
NIM
: 093111206
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam siding munaqasah oleh Dewan Penguji dan dapat diterima sebagai syarat mepero1eh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, Juni 2011 Sekretaris Sidang
Ketua Sidang
Drs. H. Mustaqim, M.Pd. NIP. 19590424 198303 1005 Penguji I
Fahrurrozi, M.Ag NIP. Penguji II
Drs. H. Raharjo, M.Ed.St Drs. Widodo Supriyono, MA NIP. 19651123 199103 1003 NIP. 19591025 198703 1003 Pembimbing
Drs. Wahyudi, M.Pd. NIP. 19680314 199503 1001
iii
Semarang, 6 Juni 2011
NOTA PEMBIMBING
Kepada Yth. Dekan/Ketua IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
: Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di
Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari
Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011. Nama
: Muhtarom
NIM
: 093111206
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. Pembimbing
Drs. Wahyudi, M.Pd. NIP. 19680314 199503 10
iv
ABSTRAK
Muhtarom (NIM: 093111206). Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011. Skripsi. Semarang. Program S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo. 2011. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak, (2) mengetahui problematika Pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak. Data-data penelitian dikumpulkan dengan metode observasi, interview serta dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yakni mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Kesimpulan/temuan penelitian ini meliputi : (1) pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak yakni pembelajaran Mata Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mengetahui, memahami dan mengamalkan materi yang telah diajarkan; materi yang disampaikan diambil dari Kitab Mabaidul Fiqhiyyah Juz 1 sampai dengan Juz 4; metode yang digunakan antara lain metode bandongan, metode ceramah, metode tanya jawab, metode hafalan; alat pembelajarannya masih tradisional, yaitu kapur, papan tulis, tempat shalat dan kitab pegangan; kemudian evaluasinya dilaksanakan bersamaan dengan Mata Pelajaran lain yang dilaksanakan 3 kali dengan sistem cawu, (2) problematika Pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak meliputi antara lain : dari segi tenaga pendidik, tenaga pendidik Mata Pelajaran fiqih merangkap Mata Pelajaran yang lain, dan ada salah satu pendidik kurang persiapan; materi yang disampaikan ada yang belum bersifat kontinyu yaitu antara kelas I dan kelas II serta ada materi yang dirasa belum relevan untuk diajarkan di kelas III yakni tentang bab haji; metode yang digunakan masih konvensional seperti bandongan, ceramah, tanya jawab, dan hafalan belum ada metode demonstrasi; alat pembelajarannya belum ada alat bantu yang lain misalnya gambar tentang tata cara wudlu atau shalat; evaluasinya masih menitikberatkan pada pengetahuan kognitif. Kemudian dari kajian dan temuan tersebut kiranya dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran secara baik dan efektif. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi pendidik dan orang tua peserta didik di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak, para pecinta ilmu, masyarakat dan para mahasiswa khususnya yang berada di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
v
MOTTO
Apabila Allah Menginginkan kebaikan bagi seseorang maka diberi pendalaman (dalam ilmu agama) 1
1
Abi Abdillah Muhammad ibnu Ismail al-Bukhari ra, Sahih Bukhari, Juz I (Semarang : Toha Putra, t.th), hIm. 25
vi
PERSEMBAHAN
Ada lembah sedalam kenangan, mengenang hari ketepian. Ada samudera seluas kiasan, membentang nadi ketitian. Lembah itulah kasih sayang, samudera itulah pengorbanan. Terimalah persembahan dari setitik embun Untukmu ( Istriku dan anak-anakku Tersayang ) Mata air yang merangkai kehidupan, Yang selalu membasahi bibir dengan untaian do’a Semoga Allah meridhai, keluarga seindah taman surga. Amin.
vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf arab – latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor : 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja supaya sesuai teks Arabnya.
Huruf Arab
Huruf Latin
Hurus Arab
Huruf Latin
ا
A
ط
Ț
ب
B
ظ
ẓ
خ
T
ع
„
ث
S
غ
G
ج
J
ف
F
ح
H
ق
Q
خ
KH
ك
K
د
D
ل
L
ذ
ż
م
M
ز
R
ن
N
ش
Z
و
W
ض
S
ه
H
ش
SY
ء
„
ص
Ṣ
ي
Y
ض
Ḑ
Contoh : كتة
=
kataba
ذكس
=
żakara
فعل
=
fa‟ala
يرهة
=
yażhabu
Bacaan Mad
Bacaan Diftong
ā
= a panjang
او
= au
ī
= i panjang
اي
= ai
ū
= u panjang
viii
Contoh : قال
= كيفkaifa
= qāla
= زمىramā
= حولfa‟ala
= قيلqila = يقولyakūlu Ta Marbutah Transliteraasi untuk ta marbutah ad dua : 1. Ta marbutah hidup Ta Marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh cdan dammah, transliterasinya adalah /t/. 2. Ta marbutah mati Ta marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h/. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh : = طلححTalhah
= raudah al-atfal زوضح األطفال = raudatul-atfal = al-Madinah al-Munawwarah المدينح المنوزج = al-Madinatul-Munawwarah
Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (Ő ), dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi syaddah itu. Contoh : = زتناRabbanā = نصلnazzala = الثسal-birru
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan untaian tahmid alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu menganugerahkan segala taufiq hidayah serta inayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada qur‟rata a‟yun Rasulullah SAW yang selalu kita harapkan syafaatnya. Salam ta„dzim dan salam barakah semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada auliyaillah (para kekasih Allah). Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan dan keteguhan hati untuk meneladani beliau hingga akhir hayat nanti. Amin. Berkat rahmat dan taufiq Allah, jasa-jasa dan syafaat Rasul serta atas jangkauan doa restu auliyaillah, penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011”. ini guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam ilmu tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat : 1. Dr. Sujai, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Sernarang 2. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku Wali Studi dan Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 3. Para dosen, pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali pengetahuan. 4. Kepala Perpustakaan IAIN beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan pelayanan dengan baik. 5. Bapak K. Hasan Murtadlo, selaku Kepala Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan riset serta asatidz yang telah membantu dalam penelitian ini.
x
6. Istri dan Anak - anakku tercinta, yang selalu memberikan motivasi dan doa restunya. 7. Dan semua pihak yang telah berperan dan memberi dukungan baik moril maupun materiil hingga skripsi ini bisa terwujud. Kepada mereka semua penulis ucapkan “jazakumullahu khairati wa saadatiddunya wal akhirah “, semoga amal baik dan jasa-jasanya diberikan oleh Allah balasan yang sebaik-baiknya. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesempurnaan. OIeh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Semarang, 6 Juni 2011 Penulis,
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERNYATAAN ............................................................................................... ii PENGESAHAN ................................................................................................ iii NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv ABSTRAK ........................................................................................................ v MOTTO ............................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii TRANSLITERASI ARAB-LATIN .............................................................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................... . x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ................................................................... 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5 E. Telaah Pustaka ........................................................................ 6 F. Metodologi Penelitian ............................................................. 7
BAB II
: LANDASAN DINIYYAH
TEORI DAN
TENTANG
MADRASAH
PEMBELAJARAN
MATA
PELAJARAN FIQIH SERTA PROBLEMATIKANYA A. Madrasah Diniyyah ................................................................. 11 1. Pengertian Madrasah Diniyyah ......................................... 11 2. Fungsi Madrasah Diniyyah ............................................... 12 3. Dasar dan Tujuan Madrasah Diniyyah .............................. 14
xii
B. Problematika Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah ................................................................. 14 1. Tenaga Pendidik ................................................................ 19 2. Materi ................................................................................ 19 3. Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih ..................... 27 4. Alat Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih ........................... 28 5. Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih .................... 30
BAB III
: KAJIAN
OBYEK
PENELITIAN
TENTANG
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
DAN
PROBLEMATIKA
PEMBELAJARAN
MATA
PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH DINIYYAH AL
HUDA
DESA
PULOSARI
KECAMATAN
KARANGTENGAH DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011 A. Gambaran Umum Madrasah Diniyyah Al Huda ...................... 34 1. Tinjauan Historis ............................................................... 34 2. Tinjauan Geografis ............................................................ 34 3. Keadaan Peserta Didik ...................................................... 35 4. Keadaan Pendidik .............................................................. 37 5. Kegiatan Belajar Mengajar ............................................... 39 B. Problematika
Pelaksanaan
Pembelajaran
Mata
Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda ...................... 40
BAB IV
a.
Tenaga Pendidik ................................................................ 41
b.
Materi Pembelajaran ......................................................... 42
c.
Metode Pembelajaran ........................................................ 47
d.
Alat Pembelajaran .............................................................. 48
e.
Evaluasi Pembelajaran ...................................................... 49
: ANAL1SIS
PROBLEMATIKA
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH DI
xiii
MADRASAH PULOSARI
DINIYYAH KECAMATAN
AL
HUDA
DESA
KARANGTENGAH
DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011 A. Problematika
Pelaksanaan
Pembelajaran
Mata
Pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda ...................... 52 BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 57 B. Saran-saran ............................................................................. 58 C. Penutup .................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Daftar Keadaan Peserta Didik Madrasah Diniyyah Al Huda TABEL 2. Daftar Tenaga Pendidik Madrasah Diniyyah Al Huda
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara 2. Tata Tertib Madrasah Diniyyah Al Huda 3. Lain-lain
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fiqh artinya paham, menurut Abdul Wahab Khalaf yang dikutip oleh Ahmad Rofiq, pengertian fiqih secara terminologis adalah hukum-hukum syara‟ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.1 Oleh karena itu , fiqh merupakan salah satu bidang studi islam yang paling dikenal oleh masyarakat. Hal ini antar lain karena fiqh terkait langsung dengan kehidupan masyarakat . Dari sejak lahir sampai dengan meninggalkan dunia manusia selalu berhubungan dengan fiqih. Maka, fiqih dikategorikan sebagai ilmu hal-hal, yaitu ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku kehidupan manusia, dan termasuk ilmu yang wajib dipelajari , karena dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat melaksanakan kewajibannya ,mengabdikan kepada Allah melalui shalat, puasa, haji, dan sebagainya.2 Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pelajaran fiqh merupakan kaidah terinci yang dipetik dari Al-qur‟an dan as-Sunnah. Kaidah tersebut dijelaskan :
1. Tata cara beribadah dan bertingkah laku yang diridhai Allah dalam seluruh urusan kehidupan 2. Tatanan hubungan sosial, sebagaimana diperintahkan Allah kepada kita untuk merealisasikannya dalam seluruh hubungan kita dengan orang lain. Kaidah-kaidah itu harus selalu dikaitkan dengan tujuan tertinggi yaitu : ketaatan kepada Allah, pengikutan petunjuk Rasulullah serta perealisasian ketundukan dan kepatuhan ubudiyah sebagaimana yang dikehendakinya.3
1
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Cet. 4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 5. 2 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Cet 9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 295. 3 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung : Diponegara, 1992), hlm. 185-186
1
2
Oleh sebab itu tujuan mempelajari fiqh ialah: 1. Untuk mewujudkan kebiasaan faham dan pengertian tentang agama Islam 2. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia 3. Kaum muslimin harus bertafaquh artinya memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqaid, akhlak, maupun dalam bidang ibadah dan muamalah.4 Bertafaquh fiddin artinya memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang hukum-hukum agama, hal mi menunjukkan bahwa kita harus belajar tentang hukum-hukum agama agar ibadah kita disertai dengan ilmu. Karena sesungguhnya ibadah tanpa ilmu seperti kita berjalan pada tapal yang begitu gulita, kita hanya tahu bahwa kita sedang melangkah, tapi tidak pernah tahu sudah berapa jauh kita melangkah dan tidak pernah tahu pula, kemana arah kaki dituju.5 Karena itu, pula ahli ilmu mendapat tempat yang begitu khusus di dunia juga di sisi AllahSebagaimana firman Allah SWT dalaM Qs. An-Nahl ayat 43 yang berbunyi :
... “... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.6 (QS. An-Nahl : 43) Hanya ilmu pula yang mampu mengantarkan manusia pada sesuatu yang begitu bermutu dalam kehidupannya. Dan fiqih adalah ilmu tentang ilmu;7 Dalam mempelajari fiqih, bukan sekedar teori yang berrti ilmu tentang ilmu. Yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan; bila berisi suruhan atau perintah harus dapat dilaksanakan; bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan 4
A. Syafi‟i Karirn, Fiqh - Ushul Fiqh, (Banclung: Pustaka Setia, 1997), him. 53 Herry Nurdi, Fiqih itu Asyik, (Bandung: Dar Mizan, 2004), Cet. 1, him. 15. 6 R.H.A. Soenarjo, dkk, A1-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 408. 7 Herry Nurdi, loc.cit. 5
3
dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk mi, tentu saja materi yang
praktis
diamalkan
sehari-hari
didahulukan
dalam
pelaksanaan
pembelajarannya.8 Hal tersebut, sesuai dengan peranan Madrasah Diniyyah yang dikhususkan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama termasuk fiqih. Karena Madrasah Diniyyah merupakan pendidikan non formal, yang berasaskan pendidikan Islam, digunakan sebagai tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, sebagai upaya mewujudkan manusia yang tafaqquhfi al-din. Madrasah Diniyyah mengajarkan mata pelajaran yang dikenal dengan ilmu-ilmu keislarnan lain yang meliputi: tauhid, al-hadits, tajwid, akhlak, fiqih, bahasa Arab, nahwu/sharaf, tarikh. Akan tetapi mata pelajaran fiqih biasanya merupakan mata pelajaran yang selalu ada dan menjadi prioritas utama, sebagai upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi muslim yang benar, salih, dan kaffah. Sehingga peserta didiknya nanti mampu menguasai dan tentu saja melaksanakan hukum-hukum Islam secara benar dan konsekuen.9 Selain itu juga dengan mempelajari fiqih, dapat tahu tentang jalan yang benar, tidak salah menjalankan, paham artinya, dan tidak sesat dalam perjalanan. Oleh sebab itu, peserta didik memang benar-benar diharapkan mampu mengamalkan dan segi praktis dalam ibadah maupun muamalah.10 Berkenaan dengan hal tersebut output yang dihas.ilkan nantinya tidak hanya menguasai dan aspek kognitif saja melainkan‟aspek afektif juga psikomotorik. Akan tetapi yang perlu kita ketahui bahwa madrasah diniyyah merupakan lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang proses pembelajarannya melalui sistem kiasikal. Untuk itu, mampukah madrasah di niyyah dalam menyelenggarakan kemampuan dasar pendidikan agama Islam, khususnya mata pelajaran fiqh yang tidak hanya bersifat teori saja akan tetapi memerlukan adanya praktek. Padahal sering kita jumpai bahwa pendidik di madrasah diniyyah kurang berkompetensi, dalam penyampaiannya masih
8
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. 2, hIm. 85. 9 H.M. Annas Mahduri, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), hIm. 52. 10 Herry Nurdi, op.cit., him. 26.
4
menggunakan metode. tradisional yaitu ceramah, walaupun kadangkala diselingi dengan tanya jawab. Maka dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang problematika pembelajaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karang Tengah Demak tahun pelajaran 2011.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menginterprestasikan judul skripsi ini, maka penulis menjelaskan istilah kunci, sebagai berikut: 1. Problematika “Problematika berasal dan kata problem yang artinya masalah; Persoalan”. Jadi problematika adalah “hal yang menimbulkan masalah; hal yang belum dapat dipecahkan; permasalahan”.11 Yang dimaksud problematika dalam skripsi mi adalah masalahmasalah pembelajaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 12 Yang dimaksud pembelajaran dalarn skripsi mi adalah pembelajaran mata pelajaran fiqh di madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. 3. Mata Pelajaran Fiqih Mata pelajaran adalah “pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis melalui prosedur dan metode keilmuan”.13
11
Hasan Aiwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. 3,
hIm. 896. 12
Undang-Undang Sisdiknas 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), Cet. 1, hIm. 9. 13 Nana Sudjana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hIm. 6.
5
Fiqih, menurut bahasa berrnakna „tahu dan paham‟. Dalam pengertian
terminologis,
fiqih
adalah
“ilmu
yang
menerangkan
hukumhukum syara‟ yang diperoleh dan dalil-dalil yang tafshil”.14 Jadi mata pelajaran fiqih dalam skripsi ini adalah sebuah mata pelajaran tentang hukum-hukum syara‟ yang dipelajari di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. 4. Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Madrasah adalah “sekolah yang berdasarkan agama Islam”.15 Diniyyah ialah “berhubungan dengan agama; bersifat keagamaan”. 16 Al Huda adalah nama sebuah Madrasah Diniyyah yang ada di desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Kecamatan Demak. Tingkat awaliyah adalah tingkatan pertama. Yang dimaksud Madrasah Diniyyah Al Huda dalam skripsi ini adalah sekolah yang bersifat keagamaan yang berada di Desa Pulosari Kecamatan Karang Tengah Demak, biasanya dilaksanakan pada sore hari.
C. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, rumusan masalah difokuskan pada : Apa problematika pembelajaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian yang termuat dalam judul “Problematika Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Peiajaran 2011” adalah sebagai berikut: 14
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. 1, hIm. 15. 15 Hasan Aiwi, op.cit, him. 694. 16 Ibid, hlm. 266.
6
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. 2. Untuk mengetahui problematika pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. Sedangkan manfaat yang dapat diambil dan hasil penelitian ini adalah: 1. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam kegiatan pembelajaran bagi lembaga-lembaga pendidikan lainnya 2. Dapat dijadikan acuan bagi Madrasah Diniyyah Al Huda agar semakin meningkatkan
serta
mematangkan
sistem
dan
metodologi
pembelajaran yang sudah diterapkannya. 3. Dapat
menambah
pengetahuan
penulis
untuk
menekuni
dan
mempersiapkan diri dalam dunia pendidikan serta mengembangkan ketrampilan maupun pengetahuan yang sesuai dengan profesi penulis.
E. Telaah Pustaka Sebelum penulis mengadakan penelitian tentang problematika pembelajaran mata pelajaran fiqh di madrasah Diniyyah Al Huda, penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha menelusuri dan menelaah berbagai hasil kajian antara lain Skripsi yang ditulis oleh Qatifaluzzahroh (4196027) lahir di Pati, tanggal 14 Mel 1978 lulus tahun 2001. skripsi tersebut berjudui “Problematika Sislem Pengajaran Madrasah Salafiyah (Studi Kasus di Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen Margoyoso Pati). Hasil skripsi tersebut lebih memfokuskan pada problematika dalam sistem pengajaran. Sebuah madrasah salafiyah Mathaliul Falah Pati yang meliputi materi, metode, guru / siswa dan evaluasi pengajarannya. Hasil penelitian yang ditulis oleh Aisyatul Kholisoh (3199001) lulus tahun 2003, berjudul “Pelaksanaan Kurikulum Fiqh Kelas I MTs N Nguntoronadi Wonogiri, “, dalam skripsi tersebut hanya membahas tentang pelaksanaan kurikulum fiqh.
7
Skripsi yang ditulis oleh Sa‟adah (3100297) lulus tahun 2005. skripsinya berjudul “Pendidikan Madrasah Diniyyah (Studi tentang Manajemen Pendidikan di Madrasah Diniyyah Annuroniyah Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang)”. Skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan manajemen di rnadrasah diniyyah Annuroniyah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, bimbingan dan pengarahan, pengawasan, dan evaluasi. Setelah menelaah berbagai karya tulis berupa hasil penelitian yang ada, penulis
berkeyakinan
bahwa
skripsi
yang
berjudul
“Problematika
Pembelajaran Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Pertama Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011”, memang benar-benar belum pernah diujikan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Karena fokus dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran mata pelajaran fiqih dilihat dari segi tenaga pendidik, materi, metode, alat pembela]aran, dan evaluasi yang terjadi di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. Dengan demikian penulis yakin dalam penelitian ini masih relevan untuk diterima.
F. Metodologi Penelitian 1. Fokus dan Ruang Lingkup Sesuai dengan obyek kajian skripsi in maka penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research, yakni penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.17 Dalam hal ini penelitian di fokuskan pada problematika pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda yang meliputi : tenaga pendidik, materi, metode, alat pembelajaran dan evaluasi. 2. Sumber Data
17
M. Iqbai -{asan, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:Ghaiia Indonesia, 2002). him. I
8
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian mi adalah “subjek dan mana data dapat diperoleh”.18 Adapun sumber data dalam penelitian mi adalah: a. Kepala Madrasah Diniyyah Al Huda b. Pendidik mata pelajaran fiqh Madrasah Diniyyah Al Huda yang terdir dari 4 orang c. Orang tua peserta didik Madrasah Diniyyah Al Huda. Dalam hal ini sumber data dan orang tua peserta didik Madrasah Diniyyah Al Huda penulis mengambil 2 orang informan. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.19 Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap problem-problem apa saja dalam pembelajaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda, serta keadaan umum di Madrasah Diniyyah Al Huda b. Interview Wawancara merupakan percakapan dua orang atau lebih yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk di jawab.20 Metode wawancara penulis gunakan untuk mengadakan wawancara secara mendalam kepada pengajar mata pelajaran fiqih, kepala Madrasah Diniyyah Al Huda serta beberapa tokoh masyarakat setempat untuk menggali keterangan yang lebih mendalam tentang halhal yang berkaitan dengan problematika pembelajaran mata pelajaran 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta Rineka Cipta, 2002), cet. 12 hlm. 107 19 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Asdi Maha Satya, 2000), hlm. 158 20 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 130
9
fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah. Wawancara dilaksanakan di rumah masing-masing informan. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian, memori dan catatan penting. Dokumen ini dimaksudkan adalah semua data yang tertulis.21 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik kajian yang berasal dan dokumen-dokumen Madrasah Diniyyah Al Huda seperti struktur organisasi, daftar pengajar, tata tertib santri Madrasah Diniyyah Al Huda dan data tertulis lainnya. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menatasecara sistematis catatan basil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.22 Dalam hal ini penulis menggunakan teknis analisis deskriptif, kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.23 Data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode tersebut kemudian di analisis dengan langkah-langkah: a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dan berbagai sumber.
21
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelilian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 46 22 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitalif edisi III, Cet. 7, (Yogyakarta:Rake Sarashin, 1996), hlm. 104 23 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 66
10
b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan pokokpokok pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan mengujikannya secara deskriptif d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna pada hasil penelitian dengan cara menghubungkan teori e. Mengambil kesimpulan24 Untuk itu dalam analisis kualitatif deskriptif ini penulis gunakan untuk menganalisis tentang problematika pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak tahun Pelajaran 2011 dan hasil observasi lapangan, wawancara dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.
24
hIm. 190
Lexy J. Moleong, Melode Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
11
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MADRASAH DINIYYAH DAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH SERTA PROBLEMATIKANYA
A. Madrasah Diniyyah 1. Pengertian Madrasah Diniyyah Madrasah diniyyah adalah lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal sejak lama bersamaan dengan masa penyiaran Islam di Nusantara. Pengajaran dan pendidikan agama Islam timbul secara alamiah melalui proses akulturasi yang berjalan secara halus, perlahan dan damai sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.1 Di masa pemerintahan Hindia Belanda hampir semua desa di Indonesia yang penduduknya sebagian beragama Islam terdapat madrasah diniyyah dengan bermacam-macam bentuk penyelenggaraan.2 Nama lain madrasah diniyyah adalah pengajian anak-anak, sekolah kitab, sekolah agama dan lain-lain. Pada waktu itu beberapa madrasah diniyyah mendapat bantuan dan pada sultan / raja-raja setempat. Sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dari masyarakat, madrasah diniyyah berjalan sesuai dengan kemampuan para pengasuh dan masyarakat pendukungnya, sehingga penyelenggaraan madrasah diniyyah sangat beragam.3 Madrasah diniyyah, ada yang diselenggarakan di dalam pondok pesantren ada yang diselenggarakan di luar pondok pesantren. Dan biasanya orang tua rnemasukkan anaknya ke madrasah diniyyah karena merasakan bahwa pendidikan agama di sekolah umum belum cukup dalam
1
Irsal, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyyah, (Jakarta : Depag. RI IirektoraI Jendral Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003), hIm. 1 2 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyyah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta : Depag RI Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003), hIm. 22 3 Amin Haedari, Petunjuk Teknis Pondok Pesantren, (Jakarta : Depag RI Direktorat Perididikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2004), hIm. I
11
12
menyiapkan keberagamaan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa diniyyah semakin diminati dan dipilih masyarakat, baik untuk menambah pendidikan agarna yang telah diperoleh di sekolah umum maupun memperdalam
dan
memperluas
pemahaman,
penghayatan,
dan
pengamalan ajaran Islam bagi siswa yang hanya menempuh pendidikan diniyyah.4 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud denan madrasah diniyyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal.5 2. Fungsi Madrasah Diniyyah Dilihat dan jenjang pendidikan rnadrasah diniyyah ada 3 yaitu madrasah diniyyah awaliyah, madrasah diniyyah wustha dan madarasah diniyyah ulya, maka fungsi madrasah diniyyah dikualifikasikan sebagai berikut: a.
Madrasah diniyyah awaliyah mempunyai fungsi: 1) Menyelenggarakan pendidikan agama Islam yang meliputi alQuran hadits, tajwid, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan praktek ibadah. 2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tambahan pendidikan agama Islam terutama bagi peserta didik yang belajar di sekolah dasar. 3) Membenikan bimbingan dan pelaksana pengamalan ajaran Islam 4) Membina hubungan kerjasama dengan orang tua, warga belajar dan masyarakat. 5) Melaksanakan tata usaha dan rumah tangga pendidikan serta perpustakaan.
b.
Madrasah Diniyyah Wustho berfungsi: 1) Menyelenggarakan pendidikan agama Islam lanjutan yang terdiri dan hadits, tafsir, terjemah, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan agama Islam, bahasa Arab, dan praktek ibadah.
4
5
Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, loc.cit., Irsal, op.cit., hIm. 7
13
2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tambahan pendidikan agama Islam terutama bagi siswa yang belajar pada sekolah lanjutan tingkat pertama atau pendidikan kejuruan 3) Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengamalan ajaran agama Islam 4) Membina hubungan kerjasama dengan orang tua, warga belajar dan masyarakat 5) Melaksanakan tata usaha dan rumah tangga pendidikan serta perpustakaan. c.
Madrasah diniyyah ulya mempunyai fungsi: 1) Menyelenggarakan pendidikan agama islam sebagai lanjutan perluasan dan pendalaman materi-materi yang diperoleh pada madrasah diniyyah wustha yang terdiri dan Quran Hadits (tafsir / ilmu, hadits ilmu hadits) aqidah, akhlak, fiqih, ushul fiqih, sejarah kebudayaan Islam, perbandingan agama, bahasa Arab dan praktek ibadah 2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tambahan pendidikan agama Islam terutama bagi siswa yang belajar pada sekolah menengah umum atau pendidikan kejuruan 3) Memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan, pengamalan ajaran agama Islam. 4) Membina hubungan kerjasama dengan orang tua, warga belajar dan masyarakat 5) Melaksanakan tata usaha dan rumah tangga pendidikan serta membina perpustakaan.6
Jadi, fungsi rnadrasah diniyyah secara umum adalah 1) Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pen.didikan agama Islam yang meliputi al-Quran Hadits, aqidah akhlak, ibadah 2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam bagi warga belajar yang memerlukannya. 3) Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengamalan ajaran Is lam. 4) Membina hubungan kerjasama dengan orang tua warga belajar dan masyarakat. 5) Melaksanakan tata usaha dan rumah tangga pendidikan serta perpustakaan.7
6 7
lbid., hIm. 7-13 Amin Haedari, op,cit., hlm.4
14
3. Dasar dan Tujuan Madrasah Diniyyah Dengan mengacu pada pembagian jalur pendidikan Undangundang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah, madrasah diniyyah dapat dikelompokkan kedalam kedua jalur tersebut, karena memang di masyarakat berkembang dua bentuk madrasah diniyyah.8 Dalam hal in madrasah diniyyah yang dimaksud adalah madrasah diniryah di luar sekolah. Jadi, madrasah diniyyah merupakan satuan pendidikan keagamaan luar sekolah yang menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam (PAl), baik yang terorganisir secara kiasikal, rombongan belajar maupun dalam bentuk pengajian anak, majlis taklim, kursus agama atau sejenisnya telah mengakar dan berkembang sekian puliih tahun di Indonesia. Tujuannya adalah : a) untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada warga belajar untuk mengembangkan kehidupannya; b) membina warga belajar agar memiliki pengalaman, pengetahuan keterampilan
beribadah
dan
sikap
terpuji
yang
berguna
bagi
pengembangan pribadinya; dan c) memberi tambahan pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama di sekolah-sekolah umum.9 Sehingga, madrasah diniyyah semakin diminati dan dipilih masyarakat, baik untuk menambah pendidikan agama yang telah diperoleh di sekolah umum maupun untuk memperdalamdan memperluas pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.10
B. Problematika Pembelajaran Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah. Sebelum penulis menjabarkan problem masing-masing komponen dalam pembelajaran fiqih alangkah baiknya penulis menjelaskan lebih dahulu pengertian pembelajaran mata pelajaran fiqih akan tetapi terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa pengertian tentang belajar : 8
Tim Direktorat Jenderal Keiembagaan Agama Islam, op.cit., hIm. 49 Amin Haedari, op.cit., him. I 10 Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, op.cit., hlm. 22 9
15
a.
Belajar menurut Henry E. Garret sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala sebagai berikut: Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan din dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.11
b.
Hilgard dan Bower mengemukakan Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation or temporary states (such as fatigue, drunkenness, drives, and so on).12 Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, perjalanan dan sebagainya).
c.
Dalam buku yang berjudul pendekatan dalam proses belajar mengajar karya A. Tabrani Rusyan dkk, Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakukan m1a1ui pengalaman. Dalam rumusan tersebut terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih luas dan itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan)13 Dan beberapa definisi di atas, secara sederhana dapat diambil pengertiañ bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku di
11
Syaiful Sagala, Konsep Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan rematika Belajar dan Mengajar), (Bandung: Alfabeta, t.th), hIm. 13 12 Ernest R. Hilgard dan Gordon H. Bower, Theories of Learning, (America : Prenticel Inc, 1948), hIm. 11 13 A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung jaRosdakarya, 1989), hIm. 7
16
dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Selain itu belajar juga selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada din orang yang belajar, apakah itu yang lebih baik, direncanakan atau tidak. Kemudian untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam memberikan definisi tentang pembelajaran mata pelajaran fiqih ini, penulis akan memaparkan dalam 2 bagian, yaitu: a. Pembelajaran 1) E. Mulyasa mengemukakan: Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arab yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dan dalam din individu, maupun faktor eksternal yang datang dan lingkungan.14 2) Menurut S. Nasution Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.15 3) Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 bahwa “pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.16 4) Menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala adalah:
14
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi ; Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hIm. 100 15 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hIm. 102 16 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20. Tahun 2003), (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), hIm. 9
17
Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran disini sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.17 b. Mata Pelajaran Fiqih Mata pelajaran adalah “pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis melalui proses dan metode keilmuan”.18 Fiqih menurut bahasa “tahu atau paham”19 Firman Allah SWT.
“... dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (QS. At-Taubah : 87)20 Adapun pengertian fiqih menurut istilah ada beberapa pendapat sebagai berikut: 1) Abdul Wahhab Khallaf berpendapat Fiqh adalah hukum-hukum syar& yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dan dalil-dalil yang rinci”.21 2) Menurut A. Syafi‟i Karim Fiqih ialah “suatu ilmu yang mempelajari syarat Islam yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dan dalildalil hukum yang terinci dan ilmu tersebut”.22 3) Muhammad Khalid Mas‟ud mengemukakan 17
Syaifui Sagala, op.cit., him. 62 Nana Sudjana, Dasar-dasar l3elajar Mengajar, (Bandung : Sinar Barn Aigesindo, 1995), him. 6 19 Teungku Muhamrnad Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, i997), hIm. 15 20 R.H.A. Soenarjo, dkk, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), him. 294 21 Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta Raja Garfindo Persada, 2000), hIm. 5 22 A. Syafi‟i Karim, Fiqih - Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), him. 11 18
18
In discussions of the nature of the law and practice what is implied by Islamic law isfiqih.23 “Pembahasan sebagai hakekat hukum dan bersifat amali sebagai implikasi (berkaitan dengan) hukum Islam adalah Fiqih”. 4) Menurut ulama syar‟i
“Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟ah Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dan dalildali! secara rinci / detail”.24 Jadi mata pelajaran fiqih adalah sebuah mata pelajaran yang menerangkan tentang hukum-hukum syari‟ah Islam dan dalil-dalil secara terinci. Sedangkan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madarasah Diniyyah adalah interaksi pendidik dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syari‟at Islam. Materi yang sifatnya memberikan bimbingan terhadap warga belajar agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat Islam tersebut, yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada penberian pengetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi warga belajar dan masyarakat lingkungannya. Dengan keteladanan guru ini diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan pembelajaran mata 23
Imam Muhammad Khalid Mas‟ud, Shatibi’s Philosophy of Islamic Law, (Malaysia Isiamic Book Trust, 2000), hIm 18 24 imam Muhammad Abu Zahroh, Ushul Fiqih, (Kairo : Dar ai-Fikr al-Arobi, t.th), hlm. 5
19
pelajaran
fiqih
lingkungannya.
di
dalam
rumah
tangga
dan
masyarakat
25
Setelah mengetahui pengertian pembelajaran mata pelajaran fiqih kemudian problem-problemnya antara lain :
1. Tenaga Pendidik Pendidik dalam proses pembelajaran merupakan subjek utama. Karena ditangan pendidiklah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran, dan merekalah yang mengiringi dan mengantarkan pembelajaran kepada peserta didik di samping harus mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) juga dituntut untuk menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang nilai-nilai positif islami kepada peserta didik (transfer of value); pendidik dituntut untuk menjadi pengajar yang profesional berwawasan luas dan memiliki kepribadian yang luhur sesuai syariat aama Islam sehingga tercipta pendidik yang muallim, muaddib, dan murobbi. Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, pendidik dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka ragam. Adapun jenis-jenis kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh pendidik antara lain: 1) Kompetensi Personal Pendidik
yang
mempunyai
kompetensi
personal
dengan baik adalah pendidik yang mempunyai pribadi dalam hal
pengembangan
kepribadian,
maksudnya
adalah
pengembangan kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama, yang meliputi pengkajian, penghayatan serta pengalaman. 25
Irsal, Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Dinyyah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003), hlm. 38
20
Oleh karena itu pendidik dituntut membiasakan din untuk bersikap sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan, santun, selalu tepat waktu, serta tanggap terhadap pembaharuan. 2) Kompetensi profesional Seorang pendidikan dikatakan mempunyai kompetensi profesional apabila dia menguasai landasan pendidikan. Disamping itu pendidik diharapkan mengenal fungsi-fungsi sekolah dalam masyarakat meliputi mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan, mengkaj i peristiwa-peristiwa yang memungkinkan sekolah sebagai pusat pendidikan, mengelola kegiatan sekolah yang memungkinkan sekolah sebagai pusat pendidikan. Pendidik dalam hal mi juga diharapkan mengenal prinsipprinsip psikologi pendidikan, yaitu : mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap, seth menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga masalah penguasaan bahan pengajaran, bahan pengayaan, menyusun program pengajaran, pemilihan media, pengaturan ruang belajar, pelaksanaan program pengajaran, pengelolaan interaksi belajar mengajar serta penilaian merupakan bagian dan tugas serat peranan dan kompetensi pendidik yang merupakan landasan dalam kompetensi profesional. 3) Kompetensi Sosial Hal yang perlu dikembangkan dalam kompetensi sosial adalah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam hal mi bagaimana seorang pendidik berinteraksi dengan teman sejawat, masyarakat untuk menyampaikan misi pendidikan, melaksanakan
bimbingan
penyuluhan,
melaksanakan
21
administrasi sekolah. Disamping itu yang perlu dikernbangkan adalah aspek-aspek dalam hubunga antara manusia dengan manusia serta manusia ciengan lingkungannya.26 4) Kompetensi kependidikan (pedagogik) Kompetensi. pedagogik yaitu “kemampuan seorang guru dan dosen dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik.27 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik sekurangkurangnya meliputi : pemahaman wawasan atau landasan, kependidikan,
pemahaman
pengembangan
kurikulum,
terhadap
peserta
perancangan
didik,
pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.28 Syarat-syarat untuk menjadi pendidik sebagaimana yang ditetapkan oleh direktorat pendidikan agama adalah : 1)
Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin
2)
Taat untuk menjalankan agama (menjauhkan syariat agama Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada peseitadidik)
3)
Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didik dan ikhlasjiwanya
4)
Mengetahui tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktit dan metodik
5)
26
Menguasai ilmu pengetahuan agama
Imron, Profesionalisme Guru Sebuah Tuntutan, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, Januari, 2005, (Magelang: FAI UMM, 2005), hIm. 86-87 27 Trianto dan Titik Triwulan, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. I, him. 63 28 http://www.depdiknas.go.id.
22
6)
Tidak memiliki cacat rohanian dan jasmaniah dalam dirinya.29 Oleh sebab itu seorang pendidik dituntut untuk menguasai ilmu agama dan menjadi tauladan yang baik dan bisa meningkatkan tingkat keberagaman peserta didiknya baik dalam hal ubudiyah maupun muamalah (aspek hablumminallah maupun hablumminannas) Kemudian masalah yang dihadapi dan aspek tenaga pendidik, dalam banyak kasus lembaga pendidikan Islam terutama di madrasah diniyyah adalah masih mengalami kekurangan staf pengajar balk dan segi kuantitas maupun kualitas. Secara umum, pendidik masih memegang paradigma sistem pendidikan Islam kuno. Dengan kata lain, mayoritas mereka tidak menyampaikan materi pengajaran dalam konteks sekarang. Mereka menggunakan berbagai metodologi pengajaran yang tidak layak untuk memberikan dorongan yang diperlukan bagi bakat dan pemikiran peserta didik.30 Selain
itu,
pendidik di
madrasah
diniyyah
umumnya berlatar belakang pendidikan non keguruan, disamping keadaannya pun tidak homogen. Ada yang dan madrasah aliyah, madrasah tsanawiyah, dan pondok pesantren. Kebanyakan
mereka
mengajar
di
madrasah
diniyyah bukan atas dasar pro fesi, melainkan dengan berbagai macam motif lain. Ada yang semata-mata untuk dakwah, mengisi waktu luang dan menanti nikah.31
29
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Islam, op.cit., hIm. 25 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta : Logos, 1999), hIm. 27 31 A. Malik Fadjar, op.cit, hIm. 42 30
23
Oleh sebab
itu pendidik dikatakan kurang
kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan, karena jabatan pendidik yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tanpa menekuni tugas sebenarnya selaku pendidik yang berkualitas baik sesuai tuntutan pendidikan.
2. Materi / Bahan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih Materi / bahan pengajaran merupakan hal yang sangat primer dalam suatu pengajaran. Bahan / materi pengajaran adalah : „Apa yang harus berikan kepada murid, pengetahuan, sikap / nilai serta ketrampilan apa yang harus di pelajari murid.32 Ada
beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
menetapkan kriteria materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran yaitu: 1) Materi harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan 2) Materi
pembelajaran
supaya
terjabar
Perincian
materi
pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur, mi berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran 3) Relevan dengan kebutuhan siswa 4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat 5) Materi pelajaran mengandung segi-segi etik 6) Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
32
Djamaluddin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, dalam Chabib Toha dan Abd. Mu‟ti (eds), PBM PAI di Sekolah, Eksistensj dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Sernaran: lAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hIm. 222
24
7) Materi pelajaran bersumber dan buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat.33 Adapun materi pelajaran fiqih biasanya dibagi menjadi: 1) Ibadah (ibadah dalam arti sempit) 2) Mu‟amalat (tentang kerjasama antara manusia semisal jual beli, dan lain-lain) 3) Munakahat (tentang pernikahan) 4) Jinayat (tentang pelanggaran dan pembunuhan)
Sebagai catatan bahwa ibadah biasanya diberikan pada tingkat permulaan, muamalat diberikan pada tingkat menengah, dan tingkat tinggi adalah munakahat dan jinayat.34 Sedangkan materi mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah adalah: 1) Syahadatain 2) Hidup bersih 3) Berwudhu 4) Adzan dan iqomah 5) Lafadz fiat shalat fardhu dan do‟a iftitah 6) Lafadz tasbih 7) Lafadz tasyahud dan salam 8) Shalat lima waktu 9) Syarat, rukun dan yang membatalkan shalat 10) Shalat berjama‟ah 11) Sesudah shalat 12) Shalat Jum‟at 13) Shalat sunnah rawatib 14) Shalat sunnah tarawih dan witir 15) Shalat idain 33 34
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hIm. 222-224 M, Annas Mahduri, op.cit., hIm. 53
25
16) Shalat sunnah dhuha 17) Shalat tahajjud 18) Shalat jama‟ dan qasar 19) Suud sahwi 20) Sujud syukur 21) Shalat bagi orang sakit 22) Puasa 23) Amalan bulan Ramadhan 24) Hari-hari yang haram dan disunnahkan berpuasa 25) Zakat 26) Zakat fitrah dan zakat maal 27) Zakat binatang ternak dan barang tambang 28) Zakat uang kertas 29) Zakat buah-buahan dan biji-bijian 30) Zakat harta perniagaan 31) Shadaqah, infaq dan wakaf 32) Haji 33) Umrah 34) Makanan dan minuman 35) Binatang halal dan binatang haram 36) Qurban, aqiqah dan khitan 37) Jual beli, khiyar dan riba 38) Pinjam meminjam, sewa menyewa dan ijarah dalam Islam 39) Wadiah dan luqathah 40) Kewajiban terhadapjenazah, ta‟ziah dan ziarah kubur 41) Bersuci dan kotoran dan najis 42) Syarat, rukun dan batal tayamum 43) Kaifiat mandi besar 44) Kaifiat shalat fardhu, zikir dan berdo‟a 45) Kaifiat shalat berjama‟ah dan shalat Jumat 46) Shalat jama‟, qashar dan shalat dalam kendaraan
26
47) Sujud tilawah 48) Shalat sunnah 49) Sujud 50) Kaifiat puasa 51) Puasa ramadhan dan puasa nazar 52) Puasa sunnah dan puasa haram 53) Infaq shadaqah dan hadiah 54) Wakaf dan hibah 55) Haji tamatu‟, ifrad dan qiran 56) Persiapan penyelenggaraan haji 57) Penyembelihan 58) Jual beli 59) Riba 60) Menjenguk orang sakit 61) Warisan 62) Pernikahan 63) Thalaq, iddah, dan rujuk.35 Sebagai catatan, walaupun di sekolah umum sudah ada mata pe1ajaran yang sudah disebutkan seperti di atas, di madrasah diniyyah juga dipelajari mata pelajaran yang sarna, karena mata pelajaran yang dipelajari di madrasab diniyyah berfungsi sebagai kompelementer (pelengkap). Yang menjadi masalah dalam hal materi adalah biasanya penyampaian fiqih di madrasah diniyyah biasanya bersifat pemahaman secara teori saja sehingga pemahaman peserta didik untuk mengamalkan materi yang sudah diajarkan dirasa kurang.
35
HR. Nur Salim, Standar Nasional Kurikulum Dini)yah Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Fiqh / Ibadah Tingkal .4waliyah Wustha dan Ulya, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hIm. 23-77
27
3. Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih Metode adalah “jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan pembelajaran berarti “kegiatan belajar-mengajar yang interaktif yang terjadi antara peserta didik dan pendidik yang diatur dalam rangka mencapai tujuan tertentu”. Dengan
demikian
yang
dimaksud
dengan
metode
pembelajaran adalah “cara-cara yang mesti ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu”.36 Dalam penyampaian pembelajaran mata pelajaran fiqih dapat digunakan beberapa metode, seperti: 1) Metode ceramah Ialah “cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepáda siswa”.37 Disamping menerangkan materi, guru dapat menyisipkan cerita-cerita dan al-Quran dan hadits. 2) Metode tanya jawab Digunakan untuk lebih menetapkan penguasaan materi pefajaran
serta
pemahaman
terhadap
suatu
masalah.
Pertanyaan-pertanyaan yang disusun hendaknya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman warga belajar. 3) Metode diskusi Digunakan dalam rangka membimbing warga belajar berpikir rasional untuk mencari kebenaran suatu pendapat berdasarkan alasan atau dalil yang tepat 4) Metode demonstrasi Digunakan untuk memperagakan atau mempertujunkkan contoh suatu proses atau perbuatan, seperti bagaimana gerakan shalat yang benar 36
Ibid. hIm. 73 Arif Armei, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hIm. 153 37
28
5) Metode latihan (drill) Digunakan untuk melatih dan membiasakan warga belajar melaksanakan kaifiat ibadah secara mudah, tepat dan benar.38 Seperti mencoba melakukan tata cara ibadah haji dengan bantuan benda-benda tiruan. Oleh sebab itu metode sebagai salah satu sarana penting dalam proses pendidikan, di lembaga pendidikan Islam sering kita jumpai pendekatan metodologi pendidik masih terpaku pada orientasi tradisionalistis sehingga tidak mampu menarik minat dan peserta didik. Metode yang digunakan biasanya hanya menitikberatkan pada kemampuan verbalistik.39
4. Alat pembelajaran mata pelajaran fiqih Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal mi mata pelajaran fiqih termasuk pendidikan agama, maka macam-macam alat pendidikan agama yang dipergunakth dalam pelaksanaannya dikelompokkan menjadi 3 kelompok: a.
Alat pengajaran agama Dalam melaksanakan pengajaran agama dibutuhkan adanya alat-alat pengajaran, alat-alat tersebut, antara lain: 1) Alat pengajaran klasikal Yaitu alat-alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama-sama dengan murid. Sebagai contoh : papan tulis, kapur, tempat shalat, dan lain sebagainya. 2) Alat pengajaran individual
38 39
Irsal, Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyyah, op.cit., him. 40-41 M. Arifin, op.cit., him. 99
29
Yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru. Misalnya; alat tulis, buku pegangan, buku persiapan guru. 3) Alat peraga Yaitu
alat
pengajaran
yang berfungsi
untuk
memperjelas maupun mempermudah dan memberikan gambaran kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan 4) Selain alat peraga yang disebutkan di atas, masih ada alatalat
pendidikan
yang
lebih
modern
yang
dapat
dipergunakan dalam bidang pendidikan agama a) Visual - aids, yaitu alat-alat pendidikan yang dapat diserap melalui indera penglihatan, seperti gambar yang diproyeksikan dan lain sebagainya b) Audio - aids, yaitu alat pendidikan yang diserap melalui indera pendengaran seperti radio, tape recorder c) Audio visual-aids, yaitu alat pendidikan yang dapat diserap dengan penglihatan dan pendengaran b.
Alat pendidikan yang langsung Ialah dengan menanamkan pengaruh positif kepada peserta didik, dengan memberikan tauladan, memberikan nasehat-nasehat, perintahperintah berbuat amal shaleh, melatih dan membiasakan sesuatu amalan dan sebagainya
c.
Alat pendidikan yang tidak langsung Yaitu alat yang bersifat kuratif, agar peserta didik menyadari atas perbuatannya yang salah dan berusaha memperbaikinya.40 Kemudian Pendidikan agama sebagaimana pendidikan lainnya juga membutuhkan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk lebih menghayati agama.
40
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, op,cit., him. 37-40
30
Sarana yang bersifat fisik seperti fasilitas peribadatan dan buku-buku bacaan yang bernilai moral — religius, alat-alat peraga pendidikan agama dan yang memotivasi perilaku susila atau sopan santun sosial dan nasional, disamping mendorong terciptanya kemampuan kreatif dalam berilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Perlu disediakan. Akan tetapi, dalam sarana tersebut belum memadai, karena sumber dana yang terbatas maka kelengkapan sarana dan fasilitaspun terbatas pula.
5. Evaluasi pembelajaran mata pelajaran fiqih “Penilaian atau evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa.41 Dalam Essential of Educational Psychology dijelaskan, tujuan evaluasi yaitu: (1) to determine the status of each pupil in various subjects and in various objectives of the curriculum, (2) to evaluate the status and rate of growth of each pupil in terms of his ability and age; (3) to ident5 the educational needs of each pupil; (4) to identj5i the gied pupil, the normal pupil and the slow-learning pupil (5) to group pupils for instructional purposes within the class group, (6) to analyze or diagnose an individual pupil’s dfJiculties and rate of growth; (7) to determine the achievement status of the class at the beginning and the end of the term.42 (1) Untuk menentukan macam-macam subjek dan objek kurikulum untuk setiap murid; (2) untuk menilai status tingkat pertumbuhan kemampuan dan umur setiap murid; (3) untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tiap-tiap murid; (4) untuk mengidentifikasi murid berbakat, murid biasa, dan murid lamban belajar; (5) untuk mengelompokkan murid untuk tujuan instruksional ke dalam kelas; (6) untuk menganalisa dan mendiagnosa kesulitan-kesulitan murid
41
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hIm. 3 42 Charles B. Skinner (ed), Essentials of Educational Psychology, (Tokyo : Prantice Hall & Maruzen Company Ltd, 1958), hIm. 44 1-442
31
dan tingkat pertumbuhannya; untuk menentukan status prestasi dalam kelas pada awal dan akhir masa belajar. Prinsip dan kriteria yang perlu diperhatikan dalam penyel enggaraan evaluasi pembelaj aran, prinsip-prinsip tersebut meliputi hal-hal : a. Prinsip integralitas, prinsip mi menghendaki bahwa rancangan evaluasi
hasil
belajar
tidak
hanya
menyangkut
teori,
pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi juga mencakup aspekaspek kepribadian siswa seperti apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, proses adaptasi dan lain-lain secara personal maupun kelompok. b. Prinsip kontinuitas, kontinuitas dalam evaluasi berarti guru secara kontinyu membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian program evalüasi pembelajaran merupakan rangkaian dan bimbingan belajar santri. Penilaian pun pada akhirnya harus dilakukan secara berkesinambungan, tidak hanya sesekali, misalnya UTS / UAS saja. c. Prinsip obyektivitas. Dengan prinsip mi, hasil evaluasi harus dapat diinterpretasikan dengan jelas dan tegas. Jadi setelah diadakan evaluasi, keadaan siswa dapat diketahui secara jelas dibanding sebelumnya, baik mengenai kondisi belajar, tingkat kemajuan maupun keadaan persiswa diantara siswa lainnya. Disamping prinsip-prinsip di atas, ada beberapa kriteria evaluasi yang sangat perlu dikuasai oleh seorang guru, yaitu: a
Validitas maksudnya seorang guru harus benar-benar mampu menilai bidang yang ingin dicapai
b
Reabilitas, artinya evaluasi yang diadakan oleh guru kepada muridnya harus dapat memberikan hasil yang konsisten, tetap dan tidak berubahubah
32
c
Praktis,
yakni
tindakan
evaluasi
mudah
dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan efisien dan efektifitas, baik menyangkut masalah waktu, biaya maupun tenaga Demikianlah beberapa prinsip dan kriteria evaluasi pembelajaran
yang
merupakan
bagian
dan
ketrampilan
mengevaluasi yang hams dikuasai oleh siswa guru agar mampu benar-benar menilai para.. siswa dengan tujuan pendidikan yang diprograrnkan.43 Kemudian evaluasi yang dilaksanakan di madrasah diniyyah biasanya dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Bila
perlu
penilaian
awal
dilakukan
untuk
memperoleh gambaran tingkat penguasaan siswa akan pelajaran yang akan dipelajari. Sedangkan penilaian lainnya diberikan untuk memperoleh gambaran sejauh mana tingkat perubahan kemampuan akhir setiap satuan pelajaran (post test). Pada pertengahan catur wulan (sub sumatif), dan akhir catur wulan (tes sumatif).44 Sedangkan yang menjadi problem evaluasi mata pelajaran fiqih di madrasah diniyyah adalah masih berorientasi pada sasaran kemampuan kognitif seperti selama mi berlaku dalam evaluasi belajar tahap akhir.45 Selain masalah-masalah di atas, masalah lain dalam pendidikan Islam adalab orientasi pendidikan Islam yang cenderung meithat konsep keilmuan Islam sebagai‟dimensi keakhiratan saja telah membawa kuat bahwa Islam adalah agama ukhrawi. Hal mi membawa implikasi yang cukup luas, seperti menyempitnya pengertian ulama sebagai hanya ahli ilmu-ilmu
43
Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta‟arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Sapen : Listafarista Putra, 2005), hIm. 100-101 44 Irsal, Pedornan Penyelenggaraan dan Pernbinaan Madrasah Diniyyah, op.cit., him. 82 45 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hIm. 40
33
keislaman (dalam pengertiannya yang terbatas, bahkan sempit, yaitu ilmu fiqih).46
46
M. Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:Logos, 2001), hIm. 116
34
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN TENTANG PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATA PILAJARAN FIQH DI MADRASAH DINIYYAH AL HUDA TAHUN PELAJARAN 2011
A. Gambaran Umum Madrasab Diniyyah Al Huda 1. Tinjauan Historis Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kabupaten Demak berdiri pada tahun 1990. Kepala madrasahnya adalah Bapak. K. Hasan Murtadlo, tanah pembangunan madrasah diniyyah tersebut merupakan wakaf dari Bapak. KH. Nahrowi. Waktu itu ruang kelasnya hanya terdiri dari 3 ruang, dengan jumlah peserta didik 46 anak. Seiring dengan perubahan zaman, dan semakin diperlukannya pendidikan agama, jumlah peserta didik tahun demi tahun terus bertambah, sehingga membutuhkan tambahan ruang kelas baru. Pada saat itu, pemisah antara kelas yang satu dengan yang lainnya hanya berupa papan tulis. Jadi, yang tadinya terdiri dan 3 ruang kelas menjadi 6 ruang kelas. Karena sudah mengalarni perubahan fisik, sehingga madrasah diniyyah tersebut dapat lebih maju, teratur dan lebih tertib, terutama dalam sistem pembelajarannya. Sehingga kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama bagi putra-putri mereka dapat terpenuhi dengan baik.1
2. Tinjauan Geografis Setelah peneliti melakukan wawancara dengan Bapak. K. Hasan Murtadlo dan observasi secara langsung, maka dapat diperoleh data sebagai berikut:
1
Wawancara dengan Bapak. K. Hasan Murtadlo selaku Kepala Madrasah Diniyyah Al Huda pada tanggal 19 .April 2011
34
35
1. Letak Daerah Madrasah Diniyyah Al Huda terletak di Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak. Dengan jarak dan jalan raya ke lokasi lebih strategis. 2. Batas areal 1) Sebelah barat
: Koramil Karangtengah
2) Sebelah timur
: Perkampungan penduduk
3) Sebelah utara
: Jalan Raya
4) Sebelah selatan
: Perkampungan Penduduk
3. Luas Tanah Luas tanah Madrasah Diniyyah Al Huda adalah 10 x 20 m2
3. Keadaan Peserta Didik Pendidikan agama yang dilaksanakan di madrasah diniyyah sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan untuk menambah pendidikan agama yang telah diperoleh di sekolah umum dirasakan belum cukup dalam menyiapkan keberagamaan anaknya. Selain itu pendidikan agama di madrasah diniyyah bertujuan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam. Uraian di atas sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh orang tua dari Kamal yaitu Bapak Afwan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan di madrasah diniyyah sangat penting agar anaknya mengetahui ilmu-ilmu agama. Selain itu juga beliau menyatakan bahwa pendidikan agama di sekolah umum dirasa belum cukup. Maka perlu tambahan pendidikan agama dengan cara menyekolahkan anaknya di madrasah diniyyah.2 Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh orang tua dari Kiki Amalia yaitu Bapak Subhi. Akan tetapi selain beliau mengemukakan
hal
tersebut,
beliau
menyatakan
bahwa
dengan
menyekolahkan anaknya di madarasah diniyyah, maka anak mendapat 2
Wawancara dengan Bapak Afwan orang tua dan Kamal pada tanggal 20 April 2011
36
pendidikan agama sedini mungkin dan misalkan belajar di pondok pesantren sudah pernah merasakan pendidikan agama di madrasah diniyyah.3 Kemudian mengapa yang dipilih Madrasah Diniyyah Al Huda, rata-rata mereka mempunyai argumen yang sama, bahwasannya mereka memasukkan di madrasah diniyyah tersebut karena : a) Sistem pembelajarannya seperti di pondok pesantren b) Turun temurun, maksudnya zaman dahulu mereka belajar pendidikan agama di Madrasah Diniyyah Al Huda, kemudian anaknya juga disekolahkan di madrasah diniyyah tersebut. c) Karismatik kiainya d) Apabila masuk ke pondok pesantren, lulusan dari Madrasah Diniyyah Al Huda dapat diandalkan dalam arti selalu mendapat ranking Oleh sebab itu Madrasah Diniyyah Al Huda mempunyai jumlah peserta didik yang cukup banyak. Dalani hal mi peneliti melakukan penelitian pada tahun pelajaran 2011, maka keadaan peserta didik pada tahun 2011, sebagai berikut: Jumlah peserta didik Madrasah Diniyyah Al Huda tahun 2011 sebanyak 227 peserta didik, untuk lebih jelasnya keadaan peserta didik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel I Keadaan Peserta didik Madrasah Diniyyah Al Huda Tahun 2011 4
3 4
No
Kelas
1
Siswa
Jumlah
Putra
Putri
I
21
18
39
2
II
12
12
24
3
III
21
20
41
Keterangan
Wawancara dengan Bapak Subhi orang tua dan Kiki Amalia pada tanggal 21 April 2011 Dikutip dan Daftar Absensi Siswa perkelas pada tanggal 16 Mei 2011
37
4
IV
10
14
24
5
V
10
12
22
6
VI
12
16
28
4. Keadaan Pendidik Pendidik di Madrasah Diniyyah Al Huda terdiri dan 14 pendidik, rata-rata mereka memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat, karena semuanya telah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, keadaan tenaga pendidik dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel II Keadaan Pendidik Madrasah Diniyyah Al Huda Tahun 20115 No 1.
2.
3.
Nama
Jabatan
Mapel Yang Diampu
Keterangan
K. Hasan
Ka. Mad dan
Tauhid
Kelas I
Murtadlo
Duru Mape
Tajwid
Kelas II
Mahmudi
Sekretaris
B.Arab
Kelas V
dan Guru
Akhlaq
Kelas VI
Mapel
Tajwid
Kelas IV
Shorof
Kelas IV
Bendahara
Akhlaq
Kelas III & V
dan Guru
Tauhid
Kelas II
Seksi
Nahwu
Kelas VI
Pendidikan
Tarkib
Kelas VI
dan wali
Al-Qur’an
Kelas V
kelas VI dan
Tajwid
Kelas VI
Guru Mapel
Tarikh Nabi
Kelas VI
Seksi Humas
Khot
Kelas III
Puji Raharjo
Mapel 4.
5. 5
H. Tukiran
Muhtarom Aziz
Dikutip dan Dokumen Daftar Pengajar Madrasah Madrasah Diniyyah Al Huda, pada tanggal 16 Mei 2011
38
dan Guru
Shorof
Kelas III
Mapel
Tajwid
Kelas II
B. Arab
Kelas III & VI
6.
7.
8.
Nur Hamid
Ulil Albab
Uswatun
Guru Mapel
Fiqh
Kelas VI
Tauhid
Kelas VI
Hadits
Kelas VI
Tajwid
Kelas V
Shorof
Kelas VI
Tauhid
Kelas IV
Tajwid
Kelas I
B. Arab
Kelas I dan II
Fiqh
Kelas III
Hadits
Kelas IV
Nahwu
Kelas IV
Wali Kelas
Fiqh
Kelas II
II dan Guru
Tarikh Nabi
Kelas II
Mapel
Al-Qur’an
Kelas II
Tauhid
Kelas IV
Wali Kelas I
Al Qur’an
Kelas I
dan Guru
Fiqh
Kelas I
Mapel
Khot
Kelas I
Wali Kelas
Nahwu
Kelas V
V dan Guru
Tarkib
Kelas V
Mapel
Shorof
Kelas IV
Akhlak
Kelas IV
Wali Kelas
Al Qur’an
Kelas IV
IV dan Guru
B. Arab
Kelas IV
Mapel
Fiqh
Kelas IV
Hadits
Kelas V
Guru Mapel
Guru Mapel
Hasanah 9.
10.
11.
12.
13.
Asrori
Jalil
Qibtiyah
Mahmudah
Syarifah
Guru Mapel
39
14.
M. Nafik
Wali Kelas
Al Qur’an
Kelas III
III dan Guru
Nahwu
Kelas III
Mapel
5. Kegiatan pembelajaran / belajar mengajar Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi secara Iangsung dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyyah Al Huda, diketahui bahwa KBM dilaksanakan pada sore hari yaitu tepatnya pada pukul 14.00 WIB s/d 16.30 WIB. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah guru ma’nani kitab, baru menjelaskan apa maksud dan kandungan kalimat yang diajarkan tersebut. Sistem tersebut bagi kelas III s/d kelas VI. Sedangkan untuk kelas I dan II masih dilatih mulai dari cara menulis Arab. Jadi dimulai dari guru menulis kalimatnya, kemudian meniru di dikitab atau bukunya masing-masing. Apabila sudah selesai, guru menerangkan. Bahkan untuk pelajaran tertentu murid diharuskan untuk menghafal dan setoran. Dalam kegiatan pembelajaran di Madrasah Diniyyah Al Huda untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan beberapa metode, diantaranya: a. Metode Bandongan Metode mi diterapkan oleb ustadz dengan cara ustadz membaca suatu kitab dan murid membawa kitab yang sama kemudian murid mendengarkan dan menyimak tentang bacaan tersebut. Dalam hal in murid juga dituntut untuk bisa memberi makna kitab tanpa melihat contoh dan simbul-simbul yang telah ada. Misalnya mubtada’ dengan simbol ()ﻡ, khabar dengan simbol ()خdan sebagainya. b. Metode Ceramah Adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui pengaturan lisan oleh guru kepada murid. Metode ini sering diterapkan
40
setelah guru meberi makna kitab, kemudian menerangkan maksud dan pembahasan kitab tersebut. c. Metode Tanya Jawab Adalah suatu cara penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan kepada murid untuk memahami materi tersebut. Contoh dalam pelajaran nahwu, fiqh, bahasa Arab, tajwid dan lain-lain, untuk itu murid diharapkan mampu rnenguasai dan memahami materi yang sudah diajarkan. d. Metode Hafalan Dalam metode ini anak disuruh menghafalkan materi yang telah lalu. Seperti mata pelajaran al-Quran, shorof, tajwid, nahwu.6 Jadi metode yang digunakan masih metode konvensional.
B. Problematika Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Sebelum mengetahui tentang problematika yang dihadapi dalam pembelajaran fiqih madrasah diniyyah penulis terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran mata pelajaran fiqih tersebut: 1. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqh Berdasarkan wawancara dengan Bapak. Nur Hamid tujuan diajarkannya mata pelajaran fiqh di madrasah diniyyah, adalah sebagai bentuk pengenalan tentang hukum-hukum agama Islam terutama bab shalat. Begitu juga dengan Bapak Asrori, beliau mengatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran fiqh adalah untuk mengetahui hukum syariat Islam terutama dalam hal shalat 5 waktu. Pendapat tersebut sama dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bapak Tukiran . Bapak Jalil mengatakan bahwa pembelajaran mata pelajaran fiqh bertujuan: 6
Wawancara dengan Bapak. K. Hasan Murtadlo selaku Kepala Madrasah Diniyyah Al Huda, pada tanggal 19 April 2011
41
a. Agar siswa mengetahui, memahami, masalah hukum-hukum agama. b. Agar siswa mengamalkan apa yang sudah dipelajari di madrasah c. Agar siswa mengetahui dasar-dasar orang beribadah Rata-rata pengajar mata pelajaran fiqh memiliki argumen yang sama, sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Qibtiyah dan Bapak H. Tukiran, bahwasanya yang diharapkan oleh semua pengajar adalah siswa dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan materi yang telah diajarkan oleh ustadz/gurunya. Kemudian faktor – faktor yang menjadi problen pembelajaran mata pelajaran fiqih di madrasah diniyyah Al Huda antara lain :
1. Tenaga Pendidik Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda, didukung dengan adanya tenaga pendidik sebanyak 6 orang Pendidik tersebut antara lain Bpk. Nur Hamid mengajar mata pelajaran fiqh kelas I. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah Al Huda beliau masuk ke Pondok Pesantren al-Istiqomah Kembangan Demak selama 4 tahun. Selanjutnya yang mengajar mata pelajaran fiqh kelas II adalah Bapak Jalil, beliau juga nyantri di Pondok pesantren al-Istiqomah Kembangan Demak selama 3 tahun. Begitu juga dengan Bapak Asrori sebagai pendidik mata pelajaran fiqh kelas III. Setelah lulus dan Madrasah Tsanawiyah, beliau melanjutkan ke pesantren al-Istiqomah selama 3 tahun, kemudian karena ingin mencari pengalaman baru beliau pindah ke pondok pesantren Mamba’ul Ulum Gajah Demak, selama 3 tahun pula pendidik mata pelajaran fiqh kelas IV adalah Bapak Jalil. Selain beliau nyantri di Pondok Pesantren al-Falah, beliau juga sekolah di MAN I Demak. Setelah itu dia meneruskan belajar di Pondok tersebut selama 2 tahun. Sedangkan pendidik mata pelajaran fiqh kelas V adalah Bapak H. Tukiran. Lulus dari SMP pada tahun 1989. Beliau langsung melanjutkan belajarnya dengan nyantri ke Pondok Pesantren al-Anwar Rembang selama 6 tahun. Dan pendidik mata pelajaran fiqh kelas VI adalah Bapak. Nur Hamid setelah
42
lulus dari MTs Negeri Karangtengah Demak, beliau meneruskan belajarnya ke Pondok Pesantren Fathul Huda Sayung Demak.7 Rata-rata mereka lulusan dari pondok pesantren, jadi mereka masih memegang paradigma sistem pendidikan Islam kuno. Selain itu kelemahan tenaga pendidik mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda adalah bukanlah orang yang memang khusus atau kompeten mengajar mata pelajaran fiqh, yang penting mereka dapat mengartikan kitab yang berbahasa Arab. Mereka juga rata-rata merangkap mata pelajaran yang lain.8 Selain itu, mereka juga tidak membuat/menyusun perencanaan pembelajaran. Ada juga pendidik mata pelajaran fiqh yaitu Ibu Syarifah, kurang persiapan dalam mengajar, karena saat beliau mengajar, bertanya kepada murid-munidnya
sampai
dimana
pelajarannya,
dan
beliau
tidak
9
mempunyai kitab pegangan, sehingga meminjam muridnya. Seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Solusinya untuk menunjang tenaga pendidik madrasah diniyyah yang kompeten sebaiknya pemerintah menyiapkan lembaga pendidikan khusus guru madrasah diniyyah untuk memperoleh sertifikasi.
2. Materi Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqh Materi / bahan pelajaran mata pelajaran fiqh yang diterapkan di Madrasah Diniyyah Al Huda, dan pertama hingga sekarang belum mengalami perubahan, materi tersebut diambil dan kitab Mabadiul Fiqhiyyah. Penggunaan kitab Mabadiul Fiqhiyyah tersebut berkelanjutan untuk masing-masing kelas kecuali kelas I dan II, karena kelas tersebut sama-sama menggunakan kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz I. Sedangkan untuk kelas III menggunakan kitab Mabadiul Fiqhiyyah Juz 2, kemudian 7
Wawancara dengan masing-masing pendidik mata pelajaran Fiqh madrasah Diniyyah Al Huda, tanggal 18 April 2011 8 Wawancara dengan Bpk. H. Tukiran, Seksi Pendidikan, tanggal 25 April 2011 9 Observasi Iangsung di kelas IV, tanggal 4 Mei 2011
43
kelas IV dan kelas V menggunakan kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz 310, dan kelas VI menggunakan Mabadiul Fiqhiyyah juz 4.11 Materi-materi yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut adalah sebagai berikut: a. Mabadiul Fiqhiyyah Juz I Isinya antara lain mengenai: 1) Pengertian Islam 2) Rukut Islam 3) Makna Syahadat Tauhid 4) Makna Syahadat Rasul 5) Makna mengerjakan shalat 6) Pengertian shalat 5 waktu 7) Perkara yang mewajibkan sebelum shalat 8) Fardlunyawudlu 9) Niat berwudlu 10) Pengertian hadast kecil 11) Perkara yang membatalkan wudlu 12) Macam-macam najis 13) Aurat 14) Waktu shalat 5 waktu 15) Lafal adzan 16) Lafal iqomah 17) Rukun shalat 18) Bacaan ketika takhbiratul ihram 19) Bacaan setelah membaca do’a iftitah 20) Bacaan ketika rukuk 21) Bacaan ketika I’tidal
10
Untuk Kelas IV membahas tentang dasar-dasar Islam s/d perkara yang membatalkan shalat sedangkan untuk kelas V membahas tentang shalat rawatib dan ghoiru rwatib syarat thawaf dan sai. 11 Wawancara kepada masing-masing tenaga pengajar mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda
44
22) Bacaan ketika sujud 23) Bacaan ketika duduk diantara dua sujud 24) Bacaan ketika tasyahadud akhir 25) Bacaan I’tidal akhir ketika shalat subuh 26) Zakat 27) Puasa ramadhan 28) Shalat id 29) Bacaa setelah adzan 30) Bacaan pada waktu membasuh dua telapak tangan, berkumur, memasukkan air dalam hidung, membasuh wajah, membasuh tangan dan kin dan kanan, mengusap sebagian kepala, mengusap dua telinga dan membasuh dua kaki 31) Bacaan ketika selesai shalat b. Kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz 2 lsinya adalah sebagai berikut 1) Hukum-hukum Islam 2) Thaharah (bersuci) 3) Macam-macam najis 4) Istinja’ 5) Fardlunyawudlu 6) Mandi 7) Tayamum 8) Shalat 9) Shalat jam&ah 10) Shalat musafir 11) Shalat Jum’at 12) Shalat jenâsah 13) Zakat 14) Puasa 15) Haji
45
c. Kitab Mabadi’ul Fiqhiyyah juz 3 Kitab tersebut membahas tentang: 1) Dasar-dasar Islam 2) Hukum-hukum Islam 3) Thaharah (bersuci) 4) Macam-macam najis 5) Istinja 6) Wudhr 7) Mandi 8) Tayamum 9) Haid dan nifas 10) Shalat 11) Sunah dalam shalat 12) Perkara yang membatalkan shalat 13) Shalat rawatib dan goiru rawatib 14) Shalat jamaah 15) Macam-macam ma’mum 16) Shalat musafir 17) Shalat Jum’at 18) Shalat 19) Shalat Jenazah 20) Zakat 21) Zakat fitrah 22) Puasa 23) Haji dan umrah 24) Syarat-syarat tawaf dan sa’i d. Kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz 4 Kitab tersebut membahas: 1) Thaharah (bersuci) 2) Wudlu 3) Mandi
46
4) Tayamum 5) Raid dan nifas 6) Sesuatu yang diharamkan ketika mempunyai hadast (hadast kecil / besar) 7) Shalat 8) Shalat musafir 9) Shalat Jumat 10) Shalat Jenazah 11) Zakat 12) Puasa 13) Haji 14) Sesuatu yang halal dan haram untuk dimakan 15) Binatang buruan 16) Jual beli 17) Riba 18) Nikah 19) Thalaq 20) Warisan Sebagai catatan bahwa materi dalam kitab Mabadiul Fiqhiyyah hampir sama, akan tetapi pendalaman materi antara juz satu dengan juz yang lain berbeda. Karena disesuaikan dengan tingkat usia atau pemahaman peserta didik (bersifat sekuensial). Materi / bahan pengajaran merupakan hal yang sangat primer dalam suatu proses pembelajaran, karena materi merupakan apa yang harus diberikan kepada peserta didik, sehingga mereka dapat bertambah pengetahuannya dan dapat merubah sikap setelah mereka belajar tentang apa yang sudah dipelajari. Untuk itu materi harus bersifat kontinyu, artinya untuk jenjang yang satu kejenjang berikutnya berbeda, sehingga ada proses pendalaman materi. Akan tetapi, materi mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda pada kelas I dan kelas II, belum bersifat kontinyu, karena kedua
47
kelas tersebut menggunakan kitab yang sama yaitu Mabadiul Fiqqijyah juz I.12 dan materinya tentu juga sama, sehingga belum ada proses pendalaman disini. Seharusnya tiap tahun ajaran baru ada pertemuan para pendidik yang membahas materi yang diajarkan tiap kelasnya sehingga ada kesinambungan materi dari kelas yang satu ke kelas lainnya. Kemudian, kalau dilihat dari segi materi, di Madrasah Diniyyah Al Huda di kelas III ada bab tentang haji. Hal tersebut dirasa belum relevan dengan kebutuhan siswa. Solusinya di ganti materi yang lebih relevan. Sesuai dengan pengamatan penulis, metode pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda masih menggunakan metode konvensional, seperti bandongan, ceramah, Tanya jawab dan hafalan. Perlu kita ketahui, bahwa mata pelajaran fiqh merupakan mata pelajaran yang tidak hanya dituntut untuk penguasaan kognitif saja. Akan tetapi efektif dan psikomotorik juga harus dikuasai. Akan tetapi di Madrasah Diniyyah Al Huda belum adanya metode demonstrasi, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan. Hal ini sesuai dengan pengamatan penulis, saat mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran fiqh di kelas V, pada waktu itu menerangkan tentang shalat jenazah. Pendidik hanya menerangkan teorinya saja, sebagaimana yang tertulis dalam kitab Mabadi”ul Fiqhiyyah Juz 3.13 Oleh sebab itu, metode bandongan, ceramah, tanya jawab dan hafalan saja, belum cukup sebagai sarana dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode pembelajaran mata pelajaran fiqh Metode merupakan sebuah sarana yang ditempuh dalam mencapai tujuan, tanpa pemilihan metode yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, maka akan sulit untuk mewujudkannya. Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu .menggunakan metode yang tepat, efektif dan bervariasi agar proses pembelajaran yang berlangsung tidak menjenuhkan. 12 13
Wawancara dengan Bapak Asrori dan Bapak Jalil , tanggal 21 April 2011 Observasi Iangsung di keas V, pada tanggal 26 April 2011
48
Sejauh pengamatan peneliti, tampaknya metode yang masih dominan dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda adalah metode konvensional seperti yang diterapkan di pondok pesantren, yaitu metode bandongan. Metode ini diterapkan di kelas II s/d kelas VI. Ketika guru membacakan kitab dan maknanya, siswapun aktif menyimak dan memberi makna dengan bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf arab secara vertikal (disebut juga dengan makna gundul). Sedangkan untuk kelas I, guru memberikan murodnya.14 Dengan menuliskan di papan tulis kemudian siswa menuliskan di dalam bukunya masing-masing Selain metode bandongan, para pengajar juga menerapkan metode ceramah. Metode mi diterapkan ketika target materi yang diajarkan dalam satu jam pelajaran telah tercapai. Metode ceramah digunakan oleh seorang guru untuk menjelaskan materi yang telah diajarkan. Dalam setiap pembelajaran ada guru yang menyisakan waktu kurang lebib 15 menit untuk tanya jawab. Hal ini dilakukan oleh Bapak Ali Ma’sum dengan tujuan apakah siswa memahami materi yang sudah diajarkan. Sebagai imbalannya siswa yang mampu menjawab dibolehkan pulang duluan. Kemudian untuk pengajar mata pelajaran fiqh yang lain, biasanya metode Tanya jawab dilakukan tiap dua minggu sekali. Metode lain yang diterapkan pada saat pembelajaran mata pelajaran fiqh adalah metode hafalan, metode ini diterapkan untuk kelas I. Solusinya
dianjurkan
selain
menggunakan
metode
yang
konfesiaonal harus disertai metode yang berupa praktek misalnya metode demonstrasi.
4. Alat pembelajaran mata pelajaran fiqh Untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan, diperlukan alat bantu dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. Oleh 14
Wawancara dengan Bapak Jalil, pada tanggal 21 April 2011 Murod artinya memberikan arti (dalam Bahasa Jawa contoh: مااال س الم. ( ) سartinya: soal : punopo ingkang dipun wastani Islam?
49
sebab itu di Madrasah Diniyyah Al Huda dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran fiqh juga memerlukan alat pembelajaran. Alat pembelajaran yang ada di Madrasah Diniyyah Al Huda terdiri dari : kapur, papan tulis, dan tempat shalat, alat tulis yang dimiliki masingmasing peserta didik, dan buku pegangan. Buku pegangan yang dimaksud disini adalah kitab Mabadiul Fiqhiyyah.15 Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian yang terdahulu bahwa alat pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda hanya terdiri dan kapur, papan tulis, tempat shalat, alat tulis dan buku pegangan. Jadi, di Madrasah Diniyyah Al Huda belum ada alat bantu yang lain, seperti alat peraga, yang berfungsi mempermudah atau memperjelas dan memberikan gambaran kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan. Selain itu alat bantu yang berbentuk gambar misalnya, “gambar tata cara berwudlu atau shalat”, juga belum ada. Solusinya dianggarkan tiap tahunnya untuk membeli fasilitas pembelajaran agar lebih mempermudah dalam proses pembelajaran.
5. Evaluasi pembelajaran mata pelajaran fiqh Evaluasi pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda dilaksanakan tiga kali yaitu catur wulan pertama pada pertengahan bulan Muharram, catur wulan kedua pada akhir bulan rabiussani, dan catur wulan ke-tiga pada pertengahan bulan Sya’ban, semua itu bersamaan dengan mata pelajaran yang lain. Tes tersebut didukung
dengan
adanya
penilaian
harian,
yang
kadang-kadang
dilaksanakan tiap satu kali pertemuan, melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswanya maupun berupa tugas hafalan. Teknik yang digunakan dalam penilaian pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda adalah teknik tes tertulis.
15
April 2011
Wawancara dengan Ibu Qibtiyah pengajar mata pelajaran fiqh kelas II , tanggal 26
50
Tes tertulis yang digunakan dalam penilaian mata pelajaran fiqh, adalab guru memberikan soal yang tertulis di lembar soal, kemudian siswa diperintahkan menjawab soal tersebut. Biasanya soal berbentuk pilthan ganda dan essay. Contoh soal pilihan ganda: Shalat jenazah hukumnya: a. fardlu am
b. fardlu kifayah
c. sunnah
contoh soal essay: Umur berapakah seorang anak kecil diperintahkan untuk shalat? Kenyataan di lapangan aspek dominan untuk dinilai dan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Al Huda adalah aspek kognitif. Aspek kognitif dapat dinilai dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan / soal.16 Evaluasi basil belajar pada prinsipnya adalah upaya dalam rnengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan, pemahaman dan kemampuan yang telah dicapai oleh siswa terhadap mata pelajaran yang sudah diajarkan. Oleh sebab itu, setelah diadakan evaluasi, keadaan peserta didik dapat diketahui secara jelas dibanding sebelumnya baik mengenai kondisi belajar maupun tingkat kemajuan dni peserta didik. Sebagaimana sesuai dengan prinsip obyektifitas. Akan tetapi, dalam hal ini masih ada kendala yang dihadapi oleh setiap pendidik di Madrasab Diniyyah Al Huda, yaitu kurang adanya tanggapan serius oleh peserta didik, karena masih banyak peserta didik yang belum bisa menjawab pertanyaan / soal dan pendidik padahal pertanyaan atau soal tersebut sudah diajarkan. Solusinya pendidik memberikan waktu misalnya 10 menit untuk belajar sebelum memberikan pertanyaan dan peserta didik dianjurkan untuk belajar di rumah masing-masing. 16
April 2011
Wawancara dengan Ibu Syarifah pengajar mata pelajaran fiqh kelas IV , tanggal 26
51
Kemudian dalam pembelajaran mata pelajaran fiqh rata-rata hanya menyangkut tentang penguasaan teori atau kognitif saja, karena hanya menekankan pada mengingat fakta-fakta, menghafal dan evaluasi yang dilaksanakan per-catur wulan (cawu). Solusinya
dalam
evaluasi
tidak
hanya
mengedepankan
pengetahuan kangnitif saja akan tetapi evalusai secara praktek juga sangat penting agar peserta didik lebih faham tentang materi-materi yang sudah diajarkan sebelumnya.
57
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan Setelah terselesaikannya penyajian data-data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan akhir dan keseluruhan skripsi ini. Berdasarkan rumusan masalah yang ada dan data-data yang telah di peroleh oleh penulis, serta pembahasan pada. bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karang Tengah Demak, merupakan salah satu bagian dan mata pelajaran agama di madrasah tersebut. Pembelajaran mata pelajaran Fiqih tersebut agar siswa mengetahui, memahami, dan mengamalkan hukum-hukum agama serta mengetahui dasar-dasar orang beribadah sehingga peserta didik dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan/ materi yang diajarkan diambil dan kitab Mabadiul Fiqhiyyah Juz 1 sampai dengan Juz 4 karangan dan Umar Abdul Jabbar. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih antara lain metode bandongan, metode ceramah, metode tanya jawab dan metode hafalan. Alat pembelajaran mata pelajaran Fiqih hanya terdiri dari kapur, papan tulis, tempat shalat, alat tulis, yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik, dan kitab pegangan yang harus dimiliki oleh peserta didik dan pendidik. Penilaian pembelajaran yang digunakan adalah penilaian dengan sistem Cawu (catur wulan) yang dilaksanakan tiga kali dan hasilnya dilaporkan dalam raport peserta didik. Yang menjadi kendala dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kecamatan Karang Tengah Demak adalah : pertama, dan faktor eksternal yaitu masih adanya anggapan orang tua bahwa pendidikan agama misalnya adalah sepenuhnya
tanggung
jawab
pihak 57
madrasah
(pendidik)
yang
58
mengakibatkan peserta didik kurang maksimal dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam materi mata pelajaran Fiqih. Untuk itu seharusnya ada kerjasama antara pihak madrasah dan orang tua untuk menyamakan visi dan misi agar tujuan pembelajaran khususnya mata pelajaran fiqh dapat tercapai. Kedua, dari faktor internal yang terdiri dari tenaga pendidik, materi, metode, alat pembelajaran, dan evaluasi. Dilihat dari segi tenaga pendidik, bahwa mata pelajaran fiqih diajarkan oleh para pendidik yang berbasis pesantren. Jadi masih memegan paradigma pendidikan Islam kuno sehingga mereka kurang profesional. Selain itu, mereka merangkap mata pelajaran yang lain dan ada salah satu dan pendidik di madrasah diniyyah tersebut belum persiapan dalam mengajar dan tidak mempunyai kitab pegangan. Selain itu ada bab yang belum sesuai dengan kebutuhan siswa yang diterapkan untuk kelas III yaitu mengenai bab haji. Selanjutnya dilihat dari segi metode, metode yang digunakan hanya terdiri dari metode bandongan, metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode hafalan. Padahal mata pelajaran fiqih memerlukan adanya metode demonstrasi. Kemudian dilihat dari segi alat pembelajaran, alat pembelajaran kurang memadai, seperti belum ada alat bantu seperti gambar misalnya gambar tata cara berwudhu maupun shalat, padahal materi tersebut selalu ada setiap pembelajaran mata pelajaran fiqih. Kemudian dilihat dari segi evaluasi, masih berorientasi pada penguasaan aspek kognitif saja.
B.
Saran-saran Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, penulis berusaha memberikan saran-saran demi terlaksananya pembelajaran mata pelajaran fiqih yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat mengurangi masalah yang dihadapi di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah Desa Pulosari Kec. Karangtengah Demak. Saran-saran tersebut adalah:
59
1. Sebaiknya para tenaga pendidik mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah dapat lebih meningkatkan proses pembelajaran mata pelajaran fiqih, dan senantiasa memperhatikan teknik-teknik dan teori pembe1ajaran yang baik serta akan lebih baik jika para pendidik mencoba untuk menerapkan metode Drill maupun demonstrasi didalam proses pembelajaran. 2. Faktor-faktor yang menjadi problem dalam pembelajaran bidang studi fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah, hendaknya tenaga pendidiknya harus dapat memanfaatkan semaksimal mungkin factor-faktor yang menjadi problem sebagai cambuk yang harus ditaklukkan sehingga dapat menjadi pemicu bagi proses pembelajaran mata pelajaran fiqih yang perfect, efektif, dan efisien. 3. Kemudian kepada civitas akademika madrasah diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah agar senantiasa menjalin dan mempertahankan hubungan yang sinergi dan harmonis antara sesamanya dan masyarakat sekitar, sehingga dapat bersatu dan berjuang bersama-sama dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas Madrasah Diniyyah Al Huda . 4. Hendaknya pemerintah, dalam hal ini departemen agama dapat senantiasa menjadi pengayom dengan memperhatikan dan memberikan sumbangsih yang besar kepada Madrasah Diniyyah Al Huda sebagaimana di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
C.
Penutup Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, akhimya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Karena berkat rahmat, Taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pelaksanaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan
60
balasan yang membahagiakan dan diterima sebagai amal shaleh dihadapan Allah SWT. Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi kesempunaan skripsi ini. Akhimya hanya kepada Allah SWT tempat memohon, dan tempat berlindung, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya, Amiin.
52
BAB IV ANALISIS TENTANG PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQH DI MADRASAH DINIYYAH AL HUDA TINGKAT AWALIYAH DESA PULOSARI KECAMATAN KARANGTENGAH DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011
Sebagaimana yang telah tertera dalam tujuan penulisan skripsi ini yakni untuk mengetahui pelaksanaan dan problematika pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah tersebut. Untuk itu dalam bab IV ini, penulis menganalisis sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek. Pertama, mengenai pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda meliputi: tujuan, materi, metode, alat pembelajaran dan evaluasi. Yang kedua, mengenai problematika pembelajaran mata pelajaran fiqh meliputi: faktor external dan faktor internal. Faktor external membahas tentang anggapan dan orang tua peserta didik, sedangkan faktor internal meliputi: tenaga pendidik, materi, metode, alat pembelajaran serta evaluasi. Selanjutnya permasalahan tersebut penulis analisa satu persatu antara lain sebagai berikut :
A.
Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Problematika yang dihadapi oleh Madrasah Diniyyah Al Huda dalam proses pembelajaran mata pelajaran Fiqih adalah : a
Tenaga Pendidik Pendidik mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda terdiri dan 5 orang. Mayoritas dari mereka berbasis pondok pesantren, sehingga mereka masih memegang paradigma system pendidikan Islam
52
53
kuno. Hal itu menyebabkan mereka belum mempunyai kompetensi kependidikan. Oleh sebab itu seyogyanya diadakan pelatihan terhadap pendidik madrasah khususnya Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah huntuk menunjang kompetensi mereka. Selain itu, saling tukar menukar informasi dengan madrasah diniyyah lainnya, karena madrasah diniyyah tersebut ada dalam naungan Departemen Agama tentang bagaimanakah kegiatan pembelajaran di madrasah diniyyah tersebut. Kemudian kelemahan lain yaitu bahwa pendidik mata pelajaran Fiqih merangkap. mata pelajaran yang lain, hal tersebut menunjukkan bahwa pendidik mata pelajaran Fiqih bukanlah orang yang memang khusus atau kompeten dalam bidangnya. Oleh sebab itu seyogyanya pendidik mata pelajaran Fiqih dipilih orang-orang yang kompeten, karena mata pelajaran Fiqih menyangkut amalan dalam kehidupan sehari-hari dan mereka tidak merangkap mata pelajaran lain. Ada juga pendidik mata pelajaran Fiqih yaitu Bapak Jalil kurang persiapan dalam mengajar dan belum mempunyai kitab pegangan. Maka dari itu sebagai pendidik dimana di tangan merekalah terletak keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaiknya dalam mengajar perlu persiapan dan perencanaan agar target yang diharapkan dapat tercapai, dan juga sebaiknya beliau mempunyai kitab pegangan sendiri agar materi yang akan diajarkan dapat dipersiapkan dengan baik. b
Materi Materi mata pelajaran Fiqih yang dipakai di Madrasah Diniyyah Al Huda adalah dari kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz 1 sampai dengan juz 4 karangan dan Umar Abdul Jabbar, yang menjadi masalahnya yaitu bahwa materi antara kelas I dan kelas II belum bersifat kontinyu karena kedua kelas tersebut menggunakan kitab yang sama (Mabadiul Fiqhijyah Juz 1) tentu saja materinya juga sama, sehingga belum ada proses pendalaman materi.
54
Dan realitas tersebut seharusnya dalam satu mata pelajaran ada perluasan atau pendalaman serta pengalaman suatu pokok bahasan dan tingkat yang satu ketingkat berikutnya (dalam hal ini antara kelas I dan kelas II MAD1N Al Huda). Oleh sebab itu seorang pendidik harus menyusun secara sistematik dengan cara membagi 2 bagian materi yang ada dalam kitab Mabadiul Fiqhiyyah juz I tersebut seperti yang diterapkan di kelas IV dan V. Kemudian menurut pengamatan penulis mengenai bab haji yang diajarkan di kelas III belum relevan dengan kebutuhan siswa. Karena dilihat dan segi usia yang berkisar ± 8-9 tahun belumlah begitu membutuhkan tentang bab haji. Malahan pada usia tersebut lebih ditekankan untuk lebih mengetahui tentang masalah haid sehingga bahan pelajaran dapat diubah urutannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. c
Metode Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pembelajaran. Dengan demikian, bahwa pendidik seyogyanya memahami dan mengetahui berbagai metode pembelajaran agar dapat menyesuaikan metode yang dipilihnya sehingga menjadi pendidik yang dinamis dan fleksibel menurut situasi dan kondisi yang dihadapi. Perlu kita ketahui bahwa metode pembelajaran mata pelajaran Fiqih yang diterapkan di metode pembelajaran mata pelajaran Fiqih yang diterapkan di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah masih bersifat konvensional dan verbalistik. Metode yang diterapkan antara lain metode bandongan, ceramah, Tanya jawab dan hafalan. Sedangkan dalam mata pelajaran Fiqih perlu adanya pemahaman dan penerapan. Oleh sebab itu, metode demonstrasi ataupun metode drill sangat diperlukan sebagai penunjang penguasaan yang tidak hanya dari aspek kognitif saja akan tetapi aspek afektif serta psikomotorik.
55
Untuk itu, metode pembelajaran yang hanya menitik beratkan pada kemampuan menghafal, mengingat fakta-fakta dan sebagaimana harus diubah menjadi kemampuan menghayati dan mengamalkan apa yang sudah dipelajari di madrasah sehingga di dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih diperlukan praktek dan peserta didik. Dengan metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan kognitif, afektif serta psikomotorik akan dapat mengembangkan potensinya untuk menjadi pribadi yang utuh, dengan sasaran utama bahwa peserta didik dapat mengamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. d
Alat Pembelajaran Madrasah diniyyah yang akrab dengan masyarakat dihadapkan dengan dana, serta alat pembelajaran yang seadanya. Seperti yang dialami di Madrasah Diniyyah Al Huda, alat bantu pembelajaran mata pelajaran Fiqih masih terbatas, hanya terdiri dari kapur tulis, papan tulis, tempat shalat, alat tulis, serta kitab pegangan. Jadi alat Bantu yang berbentuk gambar pun belum ada seperti tata cara wudhu maupun shalat, padahal materi tersebut selalu ada setiap pelajaran Fiqih. Berkaitan dengan kurangnya alat pembelajaran sebaiknya pihak madrasah berupaya untuk melengkapi sarana pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan solusi lain, meskipun alat pembelajaran belum memadai kebutuhan, namun pihak madrasah (pendidik) harus mampu memanfaatkan alat pembelajaran yang telah tersedia walaupun masih dalam serba kekurangan. Yang terpenting ialah para pendidik dapat menjadikan diri pribadinya sebagai uswatuh khasanah dalam pergaulan kependidikan dikalangan anak didiknya. Pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai sarana pendidikan yang paling efektif.
e
Evaluasi Dan segi evaluasi, masalah yang dihadapi adalah peserta didik belurn sepenuhnya bisa menjawab soaf yang diberikan oleh pendidik
56
Masalah tersebut termasuk masalah yang klise dikakngan peserta didik karena mereka malas belajar. Untuk itu, sebaiknya ada kerjasama dan orang tua untuk memotivasi anaknya agar giat belajar. Kemudian mengenai evaluasi yang hanya bersasaran pada kemampuan kognitif, sebaiknya sistem evaluasi hasil pelaksanaan mata pelajaran khususnya mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda Tingkat Awaliyah perlu dirumuskan kembali sehingga sasaran evaluasi benar-benar sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana sesuai dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi yang bersasaran pada sikap dan keterampilan peserta didik adalah lebih tepat dan efektif bagi koreksi atau perbaikan selanjutnya. Dengan demikian maka system evaluasi pembelajaran dalam hal mi pembelajaran mata pelajaran Fiqih berorientasi kepada input, dan output proses pembelajaran itu sendiri, karena output merupakan hasil proses terhadap input.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sayyid bin Aiwi, Risalatul Muawanah, Semarang : al-Alawiyyah, t.th. Abu Zahroh, Imam Muhammad, Ushul Fiqih, Kairo : Dar al-Fikr al-Arobi, t.th. A1-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail ra, Sahih Bukhari, Juz I, Semarang : Toha Putra, t.th. Aiwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, Cet.3 Al-Zarnuji, Sykh, Ta’limul Muta’alim, Semarang : Karya Toha Putra, t.th. ______ Ta ‘limul Muta ‘alum, Semarang : Pustaka Alawiyah, t.th. An-Nahiawi, Abdurrahman, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung : Diponegoro, 1992 Arifin, M., Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta : Bumi Aksara, 1995 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 12 Armei, Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Press, 2002 Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999 Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002 Darajat, Zakiah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet. 2 Darwis, Djamaluddin, Strategi Belajar Mengajar, dalam Chabib Toha dan Abd. Muti (eds), PBM PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Semarang : IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998 Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004
Dawam, Ainurrofiq dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Sapen : Listafarista Putra, 2005 Djazuli, Ilmu Fiqih Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005, Cet. 5 Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung : Mizan, 1998 Haedari, Amin, Petunjuk Teknis Pondok Pesantren, Jakarta : Depag RI Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2004 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002 Hilgard, Ernest R. dan Gordon H. Bower, Theories of Learning, America Prentice-Hall, Inc. 1948 http ://www.depdiknas.go. id. Ibrahim, R. dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 1996 Imron, Profesionalisme Guru Sebuah Tuntutan, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, Januari, 2005, Magelang : FAT UMM, 2005 Irsal, Pedoman Kegialan Belajar Mengajar Madrasah Diniyyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003 _____ Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyyah, Jakarta : Depag RI Direktoral Jendral Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003 Karim, A. Syafui, Fiqh - Ushul Fiqh, Bandung : Pustaka Setia, 1997 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utarna, 1994 Mahduri, H.M. Annas, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003 Margono, S., Melodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Asdi Maha Satya, 2000 Mas’ud, Imam Muhammad Khalid, Shatibi’s Philosophy of Islamic Law, Malaysia : Islamic Book Trust, 2000 Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi III, Yogyakarta Rake Sarashin, 1996, Cet. 7. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi , Konsep, Karakteristik dan Implemenlasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002 Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999 Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. 9. Nurdi, Herry, Fiqih itu Asyik, Bandung: Dar Mizan, 2004, Cet. 1. Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Raya, Ahmad Thib dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam islam, Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet. I Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. 4. Rusyan, A. Tabrani, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989 Sagala, Syaiful, Konsep Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar), Bandung: Alfabeta, t.th. Salim, HR. Nur, Standar Nasional Kurikulum Diniyyah Berbasis Kompeteni Mata Pelajaran Fiqh / Ibadah Tingkat Awaliyah Wustha dan Ulya, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003 Skinner, Charles E., (ed), Essentials of Educational Psychology, Tokyo Prantice Hall & Maruzen Company Ltd. 1958 Soenarjo, R.H.A., dkk, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra, 1989 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1995 Syamsudin, M. Din, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, Jakarta: Logos, 2001 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyyah Pertumbuhan dan Perkembangannya, Jakarta Depag RI Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003
Trianto dan Titik Triwulan, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006, Cet. I Undang-Undang Sisdiknas 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003, Cet. 1. Zaini, Hisyam, dkk., Pesan Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Center for ‘Feaching Staff Development, 2002 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara Bekerjasama dengan Departemen Agama, 1991 ______ Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Ramadhani, 1993, Cet. I
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kondisi umum Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak 1. Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Diniyyah Al Huda ? 2. Bagaimana letak geografis Madrasah Diniyyah Al Huda ? 3. Bagaimanakah keadaan peserta didik di Madrasah Diniyyah Al Huda ? 4. Bagaimanakah kedaan pendidik di Madrasah Diniyyah Al Huda ? 5. Bagaimana kegiatan belajar mengajar di Madrasah Diniyyah Al Huda ? B. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011 1. Bagaimanakah riwayat pendidikan tenaga pengajar mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda ? 2. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda ? a. Apakah tujuan dan pembelajaran mata pelajaran fiqh ? b. Apakah materi dan pembelajaran mata pelajaran fiqh ? c. Bagaimanakah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran fiqh? d. Alat apa sajakah yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fiqh? e. Bagaimanakah evaluasi dalam pembelajaran mata pelajaran fiqh C. Problematika Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh di Madrasah Diniyyah Al Huda Desa Pulosari Kecamatan Karangtengah Demak tahun pelajaran 2011. 1. Bagaimanakah problematika pembelajaran mata pelajaran fiqh a. Tenaga pendidik
d. Alat pembelajaran
b. Materi
e. evaluasi
c. Metode D. Dukungan dan lingkungan Bagaimanakah dukungan dan lingkungan (orang tua / masyarakat) dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajanan fiqih di Madrasah Diniyyah Al Huda ?
TATA TERTIB MADIN AL HUDA 1. Mendaftar Diri / Ulang 2. Menjaga Nama Baik madrasah, kesopanan dan kebersihan baik di dalam maupun di luar 3. Membayar SPP / Syahriah selambat-lambatnya tanggal 10 pada tiap bulan 4. Melakukan perbuatan yang dilarang syara’ 5. Membuat gaduh/keonaran di lingkungan madrasah 6. Bagi siswa yang melanggar tata tertib akan ditindak menurut kebijakan pengurus
Pulosari,
/
/ 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Muhtarom
2. TTL
: Demak, ………………..
3. Alamat
: Desa Pulosari Rt. Rw. No. Karangtengah Demak 59561
4. Riwayat Pendidikan a. SDN Pulosari I Karangtengah Demak lulus tahun 1976 b. MTs N Karangtengah Lulus Tahun 1979 c. Madrasah Aliyah NU Demak Lulus Tahun 1982 d. Terdaftar sebagai Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang tahun 2009
Demikian riwayat pendidikan yang penulis buat dengan sebenar - benarnya.
Semarang,
Juni 2011
Penulis
Muhtarom NIM. 093111206