STUDI ANALISIS TENTANG PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA KELAS XI MA SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) dalam Bidang Pendidikan Islam
Oleh: M. FAIZIN Nim: 131310001318
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ ( UNISNU ) JEPARA TAHUN AKADEMIK 2015
NOTA PEMBIMBING
Lamp : (2) dua exp Hal : Naskah Skripsi Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah Saya Meneliti dan mengadakan Perbaikan seperlunya, Bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama : M. Faizin NIM
: 211371/131310001318
Judul : Studi Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jepara 27 agustus 2015 Dosen Pembimbing
Drs. Maswan, MM. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN �“Hidup untuk belajar dan belajar menjadi manusia pembelajar” Bismillahirrohmanirrokhim… Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur kepada Allah SWT, Ku persembahkan karya Skripsi ini untuk: Permata hati ku, Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayang pengorbanan dan doa restu yang tiada bandingnya, dengan penuh ketegaran serta kesabaran. Kakak- kakak ku (M. Khoirul Huda (alm) & Mbak Roihatun nafisah) dan Adikku (Ainun Ni’mah) serta keluarga besar ku yang selalu membimbing, mendukung serta membantu ku baik secara materil maupun spiritual. Yang terkasih dan tersayang, De’ Minhatul Hazma yang tidak pernah berhenti memberikan spirit pada ku dalam menyelesaikan skripsi ini. Segenap teman- teman seperjuangan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdkatul Ulama’ (unisnu) Jepara, Khususnya Kelas B Angkatan 2011.
TERIMA KASIH ATAS SEMUANYA, SEMOGA ALLAH MEMBALASNYA DENGAN BALASAN TERBAIK MASA !!! ABSTRAK
iii
S.W.T
SEPANJANG
M. FAIZIN (NIM : 211371) Studi Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui : 1 ) Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mapel Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan berfikir Kreatif Siswa agar tercapai sebuah Keberhasilan belajar Di kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo. 2) Bagaimanakah Kreatifitas Siswa Kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin bandungharjo dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. 3) Faktor – Faktor Keberhasilan pembelajaran Partisipatif pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan Berfikir kreatif Siswa kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 Penelitian ini berdasarkan field Research di MA SA PP Roudlotut Tholibin bandungharjo maka metode yang peneliti pakai adalah metode Observasi , Interview, Dokumentasi. Dengan teknik analisis deskriptif kualitatif .data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran Partisipatif pada mata pelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo cukup berhasil hal ini dapat dilihat dengan peningkatan keaktifan peserta didik diantaranya adalah siswa bebas mencurahkan ide, gagasan dan pendapat sehingga muncullah kreatifitas siswa, yang mulanya hanya mendengarkan ceramah dan keterangan saja sekarang dapat mengaktualisasikan diri . Dengan menggunakan strategi yang tepat, pendidik dapat mengetahui dan mengeksplorasi kemampuan peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan acuan bahwa melalui pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dapat berkembang baik.
iv
Kata pengantar
Bismillahirrohmanirrokhim Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T. Atas berkat dan Rahmatnya penulis dapat menelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad S.A.W. Penuntun jalan kebenaran serta teladan bagi umat islam dan seluruh alam. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu atas terwujudnya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. KH. Muhtarom HM. Selaku Rektor Unisnu Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Bapak Drs. Maswan, MM. sebagai pembimbing yang dengan kesabaran dan ketelitian beliau telah memberikan pengarahan dan perbaikan yang berguna demi terwujudnya skripsi ini. 4. Segenap Bapak/ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan segenap Karyawan Unisnu Jepara. 5. Kepala MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara beserta seluruh tenaga pengajar beserta karyawan dan juga siswa-siswi MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara yang telah yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini. vi
6. Orang terkasih dan tersayang yang telah mendorong tercapainya penulisan skripsi ini. Sebagai karya manusia yang banyak kekhilafan dan kelalaian , penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, bahkan mumgkin kekeliruan. Atas dasar kesadaran itu penulis sangat menghargai dan sangat mengharapkan kritik saran dari semua pihak. Berbagai kritikan akan sangat berharga agar penulis dapat melakukan koreksi dan perbaikan. Kepada Allah S.W.T hanyalah penulis memohon pertolongannya. Mudah mudahan tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca pada umatnya. Aminn.
Jepara, 29 September 2015 Penulis
M. FAIZIN NIM. 131310001318
vii
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah didisi orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, 29 September 2015 Deklarator
M. FAIZIN NIM. 131310001318
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................
i
Halaman Nota Persetujuan Pembimbing ........................................................
ii
Halaman Pengesahan .........................................................................................
iii
Halaman Motto Dan Persembahan ...................................................................
iv
Abstrak ................................................................................................................
v
Kata Pengantar ..................................................................................................
vi
Deklarasi / Pernyataan .......................................................................................
viii
Daftar Isi .............................................................................................................
ix
BAB I :
BAB II :
BAB III :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Penegasan Istilah .....................................................................
7
C. Fokus Permasalahan ...............................................................
9
D. Rumusan Masalah ...................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
11
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
11
G. Metode penelitian .....................................................................
12
H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................
20
KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Partisipatif ........................................................
24
B. Mata Pelajaran Akidah Akhlak...............................................
35
C. Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................
50
LAPORAN HASIL PENELITIAN
ix
A. Gambaran Umum tentang Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara ...........
65
B. Deskripsi Hasil Penelitian tentang Pembelajaran Partisipatif Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara .............................
86
BAB IV : ANALISIS A. Analisis Tentang pelaksanaan pembelajaran partisipatif Guru
Mata
Pelajaran
Akidah
Akhlak
Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa ............
95
B. Analisis Tentang kretifitas Siswa Kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara Dalam Meningkatkan Kemampuan Kemampuan Berfikir Kreatif ................................................ 100 C. Analisis tentang factor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015 ................................................................................... 103 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 115 B. Saran-Saran ............................................................................. 117 C. Penutup .................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Peserta didik diarahkan dan diharapkan akan menjadi insan yang cerdas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 1 Manusia dituntut untuk terus belajar kapanpun, dimanapun, dengan siapapun karena belajar tak ada batasan usianya. Sehingga belajar merupakan proses untuk menjadi manusia dengan pribadi yang lebih baik serta menjadikan bekal dalam menjawab tantangan kehidupan. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah :
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi
1
UU Sistem Pendidikan Nasional NO: 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1.
1
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (QS. Al-Baqarah : 269).2 Proses pendidikan adalah interaksi aktif antar peserta didik, terutama pendidik dengan peserta didik, dan berwujud dalam proses pembelajaran, yang mana peserta didiklah yang menjadi sasaran utama pendidikan. Throndike dengan teori stimulus responnya menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran adalah proses menguhubungkan stimulus dan respon. Semakin kuat peserta didik belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respon maka makin efektif pula kegiatan pembelajarannya dan memberikan kepuasan peserta didik. 3 Pendidik berperan untuk membantu peserta didik melakukan belajar yang berdaya guna dan berhasil guna, sedangkan pihak peserta didik melakukan kegiatan belajar. Yang ditekankan dalam proses pendidikan adalah pada peserta didik yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, dan tidak mengutamakan pada kegiatan mengajar yang secara penuh didominasi oleh pendidik. Dengan pendidikan akan membawa perubahan dalam diri peserta didik yang merupakan hasil dari pengalaman.4 Pelajaran Akidah Akhlak perlu ditransformasikan kepada peserta didik karena mengajarkan tentang keyakinan, keimanan, etika, dan moral agama 2
Al Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 269, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989. 3 4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 39-40.
Anita E. Woolfolk&Lorraine McCune. Nicolich, Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I), PT. Inisiani Press, Depok, 2004, hlm. 207.
Islam serta dijadikan sebagai pegangan dalam menjalani perkembangan zaman tanpa melupakan kehidupan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Qashash : 77
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.5 Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.
Dengan
harapan
proses
belajar
mengajar
akan
berjalan
menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam pembelajaran, peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar seorang diri melainkan belajar bersama orang lain dengan berpikir dan bertindak
5
di
dalam
dan
terhadap
dunia
kehidupannya.
Al Qur’an, Surat Al-Qashash ayat 77, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Pendidikan yang ada selama ini memposisikan peserta didik sebagai objek pendidikan artinya peserta didik dianggap tidak tahu apa-apa sebagai botol kosong yang perlu diisi sesuai dengan keinginan orang yang mengisinya. Sehingga peserta didik hanya menerima pemberian dari pendidik tanpa ada kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Proses pendidikan yang ideal dan efektif ialah memposisikan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek pembelajaran yang mana peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan melibatkan diri secara langsung dalam proses belajar-mengajar. Menurut Paulo Freire yang dikutip oleh Sudjana menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran manusia Dengan menerapkan konsep pendidikan kesadaran, pembelajaran akan lebih efektif apabila memakai pendekatan yang mengikutsertakan secara aktif semua peserta didik dan bahkan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran. 6 .Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan 6
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 162.
belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya. Pembelajaran
partisipatif
telah
menjadi
bagian
dari
strategi
pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di dalam proses pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
pembelajaran
partsipatif
itu
menuntut
peserta
didik
untuk
berpartisipasi/berperan aktif dalam proses pendidikan. Sehingga peserta didik diharapkan mampu berpikir kreatif supaya mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.7 Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan
7
Ibid, hlm. 10.
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan efektif dan efisien. Pembelajaran ini yang ditekankan ialah peran aktif siswa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian maka terjadi aktivitas saling belajar antar peserta didik mapun antara peserta didik dengan pendidik. Pembelajaran ini memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk berpikir kreatif dalam menanggapi problem yang ada dengan memproduksi berbagi ide, gagasan dan imajinasi yang segar. Siswa akan mampu menciptakan sesuatu yang baru. Yang sebelumnya mungkin belum pernah ada. 8 Berpikir kreatif digunakan untuk menghindari penyimpangan proses berpikir, dan merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki peserta didik, baik dalam mengkonstruksi pengetahuan maupun proses pengambilan keputusan dalam menanaggapi permasalahan. Maka peranan guru diharapkan mampu mengarahkan para siswa untuk berpikir kreatif dengan menyadari keberadaan kreatifitas tersebut setiap kali ia muncul. 9 Berawal dari sinilah, maka peneliti ingin mengadakan penelitian guna menyusun skripsi dengan judul “Studi Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut 8 9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. Andi, Yogyakarta, 2002, hlm 144.
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, PT. Ircisod, Yogyakarta, 2007, hlm. 165.
Tholibin Desa
Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
Tahun
Pelajaran 2014/2015”. B. Penegasan Istilah Dalam suatu penelitian, penegasan judul diperlukan sebagai alat kontrol agar penelitian berjalan pada rel yang benar dan tidak terjadi pada pelebaran wilayah penelitian.10 Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pengertian yang terkandung dalam judul skripsi, maka penulis akan memberikan penjelasan sekaligus menegaskan tentang istilah-istilah yang dimaksud dalam judul skripsi ini. 1. Studi Analisis Pembelajaran Partisipatif Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Studi analisis yaitu pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran memperoleh pengetahuan dengan memberikan uraian atau kupasan.11 Pembelajaran partisipatif yaitu upaya pendidik yang mengikut sertakan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 12 2. Akidah Akhlak merupakan bidang studi tentang keyakinan, keimanan, etika, dan moral agama Islam yang diajarkan oleh guru di Madrasah Aliyah. 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm.45. 11
Suharto dan Tata Iryanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Indah, Surabaya, 1996, hlm.
12
H.D. Sudjana, op.cit., hlm. 155.
246.
Dalam hal ini penulis meneliti tentang proses pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Studi Analisis Pembelajaran Partisipatif Mata Pelajaran Akidah Akhlak yang dimaksud disini yaitu untuk menganalisis atau mengurai lebih lanjut mengenai pembelajaran partisipatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Meningkatkan artinya menaikkan, mempertinggi, memperhebat atau mengangkat diri.13 Kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan, berusaha dengan diri sendiri.14 Berpikir kreatif yaitu kemampuan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan menciptakan ide-ide baru yang inovatif. Yang sebelumnya mungkin belum terdapat. 15 Siswa ialah anak yang sekolah ditingkatan SD sampai SMA-sederajat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah usaha dalam 13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008, hlm. 1529. 14 15
Ibid, hlm. 909.
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 45.
menaikkan kecakapan dengan menggunakan potensi daya jiwa yang dimiliki oleh siswa sehingga mampu menciptakan gagasan baru. 4. MA SA PP. Roudlotut Tholibin MA SA PP. Roudlotut Tholibin yang dimaksud adalah lembaga pendidikan lanjutan tingkat atas yang dikelola oleh Yayasan Roudlotut Tholibin di bawah naungan Departemen Agama, yang bertempat di wilayah Desa bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian. C. Fokus Permasalahan Setelah melakukan penjelajahan umum di MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai tempat penelitian adalah MA. SA PP Roudlotut Tholibin terutama pada Kelas XI. Fokus penelitian diarahkan pada : 1. Pelaksanaan pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa agar tercapai sebuah keberhasilan belajar di kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin. 2. Kreatifitas siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 20014/2015. D.
Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah bagian pokok dalam suatu kegiatan penelitian. Disini, rumusan permasalahan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang jawabannya akan diperoleh setelah penelitian telah selesai dilaksanakan pada kesimpulan.16 Dari pemahaman Study Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Ajaran 20142015, maka pengkajiannya dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran partisipatif Guru Mapel Akidah Akhlak Siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin ? 2. Bagaimanakah Kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif ? 3. Apa faktor-faktor keberhasilan dan penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan
16
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 48.
berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun pelajaran 2014/2015 ? E.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Biasanya jawaban dari pertanyaan dan rumusan masalah.17 Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif Guru Mapel Akidah Akhlak Siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin 2. Kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. 3. Faktor-faktor keberhasilan dan penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015
F.
Manfaat Penelitian Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
17
Ibid. hlm. 49.
1. Manfaat Praktis a. Bila pembelajaran partisipatif dapat diketahui, maka akan bermanfaat khususnya untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin. b. Bila peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP Roudlotut Tholibin dapat ditemukan, maka akan bermanfaat bagi semua siswa untuk melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien melalui pembelajaran partisipatif selama menempuh proses pembelajaran. 2. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi pembelajaran di MA. SA PP. Roudlotut Tholibin yang lebih bagus atau ideal agar dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam menempuh pembelajaran secara efektif dan efisien. G.
Metode Penelitian Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki. Metode penelitian
mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.18 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana upaya guru dan aktifitas siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP Roudlotut Tholibin, sesuai dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah field research . Field research yaitu suatu penelitian dimana peneliti langsung terjun ke kancah untuk mencari bahan-bahan yang mendekati kebenaran.19 Dengan
menggunakan
metode
deskriptif
analitik.
Yaitu,
mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum muatan lokal di MA SA PP Roudlotut Tholibin dengan cara pengumpulan data dan mempelajarinya secara cermat, kemudian dikaji dan dihubungkan satu dengan lainn ya. Setelah itu,
18
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Ed. IV, Yogyakarta, 2002,
19
Ibid. hlm.13.
hlm. 3.
diinterpretasikan oleh peneliti. Interpretasi ini bergantung pada ketajaman analisis dan objektivitas peneliti yang disusun secara menyeluruh dan sistematis.20 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MA SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara khususnya di kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin. 3. Subyek Penelitian. Yang menjadi subyek primer penelitian ini adalah guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan siswa kelas XI MA. SA. PP. Roudlotut Tholibin Kemudian yang menjadi subyek sekunder adalah kepala sekolah, para pegawai/karyawan madrasah, guru, siswa, serta orang-orang yang terkait dengan proses pengumpulan data dalam penelitian. 4. Instrumen Penelitian Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur atau menangkap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrument kunci, oleh karena itu dalam penelitian
20
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru AlGesindo, Bandung, 2001, hlm.196.
kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument.21 Peneliti sebagai instrument karena ia merupakan sekaligus pelaksana, pelaksanaan pengumpulan data analisis dan penafsiran data, dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil penelitiannya, pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif ini,pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiyah).22 Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Partisipatif. Observasi merupakan teknik untuk mengamati langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, 23 Dalam hal 21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hlm.1-2.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, Cet. Ke-2, 2006, hlm.309. 23
Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah; Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1998, hlm.51.
ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif (Passive Participant) dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung atau tidak terlibat di dalam kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian yang mana hanya mengamati dari jarak radius 3-5 meter. Menurut Sugiyono partisipasi pasif artinya peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. 24 b. Wawancara Mendalam. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 25 Dengan kata lain, bahwa interview/wawancara yang dimaksudkan untuk merekam data-data tertulis yang berfungsi sebagai data sangat penting untuk bahan analisis. Wawancara ini dilakukan terhadap narasumber/informan yang bersangkutan dengan penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk menambah, memperkuat dan melengkapi data hasil observasi. c.
Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih
24 25
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 310. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Op.cit., hlm. 191.
kredibel kalau didukung oleh sejarah pribadi di masa kecil, di sekolah, di masyarakat, autobiografi, dan foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.26 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak, aktifitas siswa dan upaya guru meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin. Metode dokumentasi bisa dilakukan dengan mengambil data dari halhal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, internet, dan sebagainya.27 d.
Triangulasi Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang besifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji kridibilatasnya, yakni mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. 28 Dengan teknik triangulasi, peneliti mengumpulkan data dengan jalan
26 27
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 329.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm.187. 28 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, op.cit., hlm. 83.
menggunakan
teknik
pengumpulan
data
yang
berbeda-beda
untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama, peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Selain menggunakan triangulasi teknik, peneliti juga menggunakan triangulasi sumber, yakni peneliti dalam mendapatkan data menggunakan teknik yang sama dari sumber yang berbeda-beda. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Milles dan Huberman. Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini meliputi: a. Reduksi Data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan dan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data (Display data), adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan. c. Menarik kesimpulan atau verivikasi. 29 7. Pengujian Kredibilitas Data Dalam penelitian ini, pengujian kredibilitas data dilakukan melalui: a. Perpanjangan pengamatan Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali. Karena pada periode I dan II data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan permasalahan dan fokus permasalahan terjawab melalui data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I dan II ternyata masih belum konsisten, masih berubah-ubah. Dengan perpanjangan pengamatan sampai 3 kali inilah, maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh. b. Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian 29
Ibid, hlm. 120-129.
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini, maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu dipercaya atau tidak. c. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan waktu yang berbeda. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa
sumber.
Triangulasi
teknik
untuk
menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data terhadap sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi waktu untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data melalui waktu yang berbeda.30 d. Diskusi Teman Sejawat Diskusi teman sejawat dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman S1. Melalui diskusi inilah, banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali ke lapangan untuk mencarikan jawabannya. Dengan demikian, data menjadi semakin lengkap. e. Member Check Pengujian kredibilitas data dengan member check, dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber data yang telah memberikan data, yaitu guru mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA. PP. Roudlotut Tholibin dan Kepala Sekolah MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Melalui diskusi ini informan bisa memahami temuan peneliti. Selain itu, ada penambahan data dan menghendaki data yang dihilangkan.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, op.cit., hlm.372-374.
H.
Sistematika Penulisan Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima Bab, masing-masing Bab memuat subbab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: 1. Bagian muka, meliputi halaman sampul (cover), halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. 2. Bagian isi, meliputi: BAB I:
PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan: latar belakang masalah, penegasan istilah, fokus permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengujian kredibilitas data, , dan sistematika penulisan).
BAB II:
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan tentang: Pertama,
kerangka
teoritik
pembelajaran
partisipatif
(pengertian pembelajaran partisipatif, prinsip pelaksanaan
pembelajaran
partisipatif,
landasan
teoritis
kegiatan
pembelajaran partisispatif, dan ciri-ciri proses kegiatan pembelajaran partisipatif). Kedua, Pengertian, ruang lingkup, fungsi dan tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak, dan materi pelajaran Akidah Akhlak. Ketiga, kemampuan berpikir kreatif siswa (pengertian berpikir kreatif, ciri-ciri berpikir kreatif, dan strategi meningkatkan berpikir kreatif,) BAB III : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran data umum MA. SA PP. Roudlotut Tholibin (identitas sekolah, sejarah singkat, letak geografis, visi-misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa, sarana prasarana). Dan deskripsi hasil penelitian tentang pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015, yang meliputi, proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif mata pelajaran Akidah Akhlak dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin.
BAB IV: ANALISIS DATA Dalam bab ini diuraikan tentang analisis pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015. BAB V:
PENUTUP Dalam bab ini mencakup tentang kesimpulan, rekomendasi, dan penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Partisipatif 1. Pengertian Pembelajaran Partisipatif Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an. Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan berinteraksi dengan lingkungan yang mengakibatkan proses kognitif.31 Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik saat 31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 92.
belajar. Stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.32 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang komplek. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.33 Dari uraian tersebut belajar dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan yang positif mulai dari aspek kognitif, afektif, sampai psikomotorik. Pengertian pembelajaran dari para ahli pendidikan memiliki tafsir yang beraneka ragam, berikut ini penulis paparkan pengertian pembelajaran dari beberapa ahli pendidikan. a. H.D Sudjana: Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. 34
32
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008,
33
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta. Jakarta. 1999. hlm.13.
hlm. 52.
34
H. D. Sudjana, Op. Cit, Hlm. 6
b. Merril : Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrak dengan maksud supaya ia dapat bertingkahlaku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.35 c. Sebagaimana dikutip oleh suryobroto : Gagne & Brig mengemukakan bahwa pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang baik.36 d. M.A Arifin : mengartikan pembelajaran sebagai sebuah proses dimana didalamnya terdapat suatu tahapan, perjalanan, berkembang, terarah dan terukur, yang berusaha menempatkan manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan lainnya.37 Dari uraian di atas bisa dijelaskan bahwa pembelajaran ialah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar atau proses belajar pada diri siswa yang terjadi secara tidak langsung di mana siswa secara aktif berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa sehingga posisi guru dalam
kegiatan pembelajaran tidak hanya sebagai
35
Abdul Ghofur, Desain Instruksional, Tiga Serangkai, Surakarta, 1978, hlm. 22.
36
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta 1997, hlm. 18.
37
M.A. Arifin, Filsafat, Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 118-119.
informan melainkan sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Pendidikan partisipatif biasanya dimaknai dengan pendidikan yang dalam prosesnya melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah, guru, murid, orang tua murid, masyarakat, dll. Semua terlibat aktif dalam proses pendidikan untuk mencapai satu titik yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian, ia bukanlah tafsiran tunggal terhadap makna pendidikan partisipatif, ada makna lain sebagaimana menurut para tokoh pendidikan, diantaranya : 1) H.D. Sudjana Kegiatan pembelajaran partisipatif diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ini peran aktif peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program (program planning), pelaksanaan program (program implementation), dan penilaian (program evaluation).38 2) Muis Sad Iman Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. 38
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm 155.
Keterlibatan peserta didik dalam pendidikan ini tidak sebatas sebagai pendengar, pencatat, dan penampung ide-ide pendidik tetapi lebih dari itu ia terlibat aktif dalam mengembangkan dirinya. 39 Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan efektif dan efisien. 2. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Peran pendidikan dalam hal ini adalah menyiapkan manusia yang mampu berpikir secara mandiri, kritis , dan kreatif, karena ia merupakan modal dasar bagi pembangunan manusia yang memiliki kualitas prima. Maka dari itu dalam pelaksanaan pembelajaran partisipatif pendidik menitikberatkan peranannya sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, sedangkan peserta didik adalah pelaku utama untuk melakukan kegiatan belajar dan membelajarkan. Peserta didik harus berpartisipasi aktif karena untuk mencapai perubahan yang positif dan konstruktif itu hanya dapat dilakukan secara efektif oleh peserta didik melalui kegiatan belajar bersama orang lain dengan berpikir dan berbuat sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
39
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif, Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2004, hlm.3.
Maka dari itu pelaksanaan pembelajaran partisipatif memiliki beberapa prinsip yaitu:40 a.
Berdasarkan Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based) Kebutuhan belajar adalah setiap keinginan atau kehendak yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang, masyarakat, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan atau sikap tertentu melalui kegiatan pembelajaran. Pentingnya kebutuhan belajar didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik akan belajar secara efektif apabila semua komponen program pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan
belajarnya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar
inilah yang menjadi titik tolak bagi penyusunan dan pengembangan kegiatan pembelajaran partisipatif. b. Berorientasi pada Tujuan Kegiatan Pembelajaran (Learning Goals and Objectives Oriented) Setiap proses kegiatan pembelajaran partisipatif diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang telah disusun oleh pendidik bersama peserta didik serta diformulasikan oleh penyelenggara
40
H.D. Sudjana, Op.cit., hlm. 172.
program pembelajaran. Adapun tujuan belajar itu terdiri atas tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives). c. Berpusat pada Peserta Didik (Participant Centered) Prinsip ini mengandung makna bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan
peserta
didik.
Dalam
menyusun
proses
kegiatan
pembelajaran ini peserta didik memegang peranan utama sehingga mereka dapat merasakan bahwa kegiatan pembelajaran menjadi milik mereka sendiri. Pada intinya peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sehingga mereka memiliki lebih banyak peran dalam pembelajaran. d. Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiental Learning) Proses kegiatan pembelajaran partisipatif dilakukan dari hal-hal yang telah dikuasai atau dari pengalaman yang telah dimiliki peserta didik. Pembelajaran partisipatif ini dengan menitikberatkan pada pendekatan pemecahan masalah (problem solving) karena pemecahan masalah merupakan pembelajaran yang lebih banyak menumbuhkan partisipasi para peserta didik. 3. Landasan Teoritis Kegiatan Pembelajaran Partisipatif
Ditinjau dari segi teori belajar, kegiatan pembelajaran partisipatif dilandasi oleh berbagai teori diantaranya ialah teori Asosiasi, teori Behaviorisme, teori Gestalt, dan teori Medan. Diantara teori yang akan dibahas ialah teori asosiasi dan teori medan. a.
Teori Asosiasi (Association Theory) Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian/unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada 2 teori yaitu konektionisme yang dikembangkan oleh Throndike dan conditioning oleh Pavlov.
41
Adapun teori yang akan diurai di sini ialah
teori konektionisme. Menurut teori konektionisme yang dikembangkan oleh Throndike menguraikan bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif akan efektif apabila interaksi antara pendidik dan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan respon. Berdasarkan teori ini, makin giat peserta didik belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respon maka makin efektif pula kegiatan pembelajarannya. 42 Stimulus dan respon merupakan upaya secara metodologis untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan, 41
hlm. 33. 42
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, 2000, H.D. Sudjana, op.cit., hlm. 177.
dan perilaku. Salah satu indikasi keberhasilan belajar terletak pada kualitas respon yang dilakukan siswa terhadap stimulus yang diterima guru.43 Dalam teori ini menggunakan prinsip-prinsip yaitu; pertama, prinsip kesiapan, prinsip ini menekankan perlunya motivasi yang tinggi pada peserta didik untuk menghubungkan stimulus dan respons. Prinsip kedua yaitu latihan, mengandung makna bahwa peserta didik sendirilah yang
melakukan
kegiatan
belajar
secara
berulang-ulang
dalam
menghubungkan stimulus dan respons. Dan ketiga ialah prinsip pengaruh, prinsip ini berhubungan dengan hasil kegiatan dan manfaat yang dirasakan langsung oleh peserta didik dalam dunia kehidupannya. 44 b.
Teory Medan (Field Theory) Teori medan ini dikembangkan oleh Kurt Lewin yang mengutamakan pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada pemecahan masalah serta motivasi memegang peranan penting. Prinsip Topological Psichology yang digunakan lewin menekankan pada pentingnya wilayah kehidupan peserta didik (life space). Wilayah
43
M. Saekhan Muchith, op.cit., hlm. 51.
44
H.D. Sudjana, loc.cit.
kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang berhubungan dengan peranan peserta didik.45 Berdasarkan teori ini peserta didik dipandang sebagai subyek yang
memiliki
kemampuan
berpikir
aktif
dan
kreatif
dapat
mengidentifikasikan, menganalisis dan mencari alternative pemecahan masalah (problem solving), serta mampu untuk melakukan kegiatan problem solving. Berangkat dari latar belakang pengalaman dalam wilayah kehidupan peserta didik maka mereka dapat didorong untuk menyadari pentingnya masalah dan merasakan perlunya usaha problem solving.46 Konsep pendidikan berdasarkan pengalaman inilah yang dapat dikembangkan sebagai basis pendidikan partisipatif. Peserta didik diberikan pendidikan sesuai dengan kadar pengalaman yang dimiliki, sehingga lebih memungkinkan untuk melibatkannya secara aktif dalam setiap proses pendidikan. 47 4. Ciri-ciri Proses Kegiatan Pembelajaran Partisipatif
45 46 47
Ibid, hlm. 178. Ibid, hlm. 179. Muis Sad Iman, op.cit., hlm. 126.
Tugas pendidikan adalah menyesuaikan diri si anak untuk hidup dan harus dijaga agar ia tidak menjadi frustasi karena sukarnya pelajaran. Untuk itu harus dimulai cara-cara mengajar yang integral dan menyenangkan bagi peserta didik. Proses kegiatan pembelajaran pasrtisipatif ditandai dengan interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan ciri-ciri sebagai berikut48 : a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan belajar. Pendidik memandang peserta didik sebagai sumber yang mempunyai nilai bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran. b. Pendidik sebagai teman belajar bagi peserta didik dan membantu setiap kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini berdasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan perlu, penting, dan mendesak oleh peserta didik. c. Pendidik membangun atau menumbuhkan semangat atau jiwa kemandirian peserta
didik
supaya
berpartisipasi
dalam
melakukan
kegiatan
pembelajaran. d. Pendidik memposisikan diri sebagai peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Pendidik memberikan dorongan dan bimbingan terhadap peserta didik untuk selalu memikirkan, mempelajari, melakukan, dan menilai kegiatan pembelajarannya. 48
H.D. Sudjana, Op.Cit, hlm. 180-181.
e. Pendidik memberikan pokok-pokok informasi dan mendorong peserta didik untuk mengemukakan dan mengembangkan pendapat serta gagasannya secara kreatif. f. Pendidik berperan untuk membawa peserta didik dalam menciptakan situasi yang kondusif untk berlajar, mengembangkan semangat belajar bersama, dan saling tukar pikiran dan pengalaman secara terbuka sehingga peserta didik melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. g. Pendidik
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
berkelompok,
memperhatikan minat perorangan, dan membantu peserta didik untuk mengoptimalkan respons terhadap stimulus yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi yaitu senantiasa berkeinginan untuk paling berhasil, tidak melarikan diri dari tantangan, semangat berkompetisi, dan berorientasi pada kehidupan yang lebih baik di masa dating. i. Pendidik mendorong dan membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan problem solving yang diangkat dari kehidupan peserta didik sehingga mereka mampu berpikir kreatif dan bertindak di dalam dunia kehidupannya.
Pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila selama proses pembelajaran mampu menambah wacana atau khazanah pengetahuan baru bagi peserta didik dan menyenangkan, menggairahkan dan memotivasi siswa untuk selalu berprestasi.49 Proses pembelajaran akan lebih efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain : 1) pengetahuan, yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sebagai sarana untuk tumbuh kembang pengetahuan siswa. 2) ketrampilan, yaitu pembelajaran harus memberikan ketrampilan siswa baik ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. (c) sifat alamiah, yaitu proses pembelajaran harus berjalan secara alamiah. (d) perasaan, yaitu perasaan yang bermakna emosi atau kepekaan. 50
B. Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena disamping
49
M. Saekhan Muchith, op.cit, hlm. 7 – 8.
50
Ibid, hlm. 73.
perannya yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia. Juga karena didalam pendidikan Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks.51 Pendidikan berdasarkan
atas
Islam
pada
Al-Qur’an
hakekatnya dan
adalah
As-Sunnah,
pendidikan
bertujuan
yang
membantu
perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah, bertauhid, pendidikan sebagai upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang.52 Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Akidah Akhlak adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan potensi anak didik yang dilakukan secara sistematis dan pragmatis, berdasarkan hukum Islam agar dapat dipahami, dihayati, dan diamalkan serta sebagai pandangan hidupnya untuk menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan menggunakan dasar-dasar hukum menuju terbentuknya kehidupan yang utama menurut ajaran agama Islam.53
51
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm.285.
52
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996,
hlm.26. 53
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1995, hlm. 32.
Dengan kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman
pendidikan
Akidah
Akhlak
mempunyai
peranan
untuk
menyiapkan peserta didik lebih mengenal, memahami, mengkhayati, mengimani, beraqidah, bertaqwa hingga berakhlaq mulia dalam melaksanakan ajaran agama dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits. Islam sebagai agama yang universal memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan yang bahagia, kebahagiaan manusia itulah yang menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat bergantung pada masalah pendidikan. Selain itu pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu kearah modernisasi. Modernisasi hanya bisa dicapai melalui pemberdayaan pendidikan.54 Islam memberi pedoman hidup kepada umat manusia yang mencakup aspek-aspek ibadah, akhlak dan mu’amalah duniawiyah. Untuk memahami pemahaman menuju penerapan ajaran-ajarannya dan memecahkan masalahmasalah baru yang berkembang dalam kehidupan diperlukan pemikiran dan tindakan yang rasional. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dengan cara ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diarahkan untuk 54
Abdurrahman Mas’ud, Et. All, (Fak.Tarbiyah IAIN Semarang) Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2001, hlm.56.
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaranajaran agama Islam dari peserta didik. Pembelajaran agama Islam untuk membentuk keshalehan pribadi dan keshalehan social yang diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat) baik yang seagama maupun yang tidak seagama dalam berbangsa dan bernegara sehingga terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwwah wathaniyah) dan ukhuwwah islamiyah. 2. Landasan Pembelajaran Akidah Akhlak Pelaksanaan pendidikan agama Islam (Akidah Akhlak) di sekolah mempunyai dasar landasan yang kuat. Dasar tersebut ditinjau dari berbagai segi, yaitu: a. Landasan Yuridis Semangat keagamaan setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajah tercermin dalam batang tubuh UUD 45 dalam alinea ketiga dan keempat. Dan sila pertama dalm pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan konstitusional terdapat dalam UUD 45 Bab VI pasal 30. Sedangkan berdasarkan operasionalnya terdapat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tentang pendidikan keagamaan yang berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami
dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.55 b. Landasan Religious Al-Qur’an dan al-hadits adalah sumber dan dasar ajaran Islam yang orisinil, banyak ayat al-Qur’an dan Hadits secara langsung maupun tidak
langsung
yang
berbicara
tentang
kewajiban
umat
Islam
melaksanakan pendidikan khususnya pendidikan agama, antara lain:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imron:104)56
Dengan Akhlak yang mulia Rasulullah dijadikan sebagai suri tauladan bagi umatnya, sebagaimana firman Allah:
55 56
UU Sistem Pendidikan Nasional NO : 20 Tahun 2003 Bab VI Bagian ke-9 Pasal 30.
Al Qur’an, Surat Ali Imron ayat 104, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Q.S. Al Ahzab : 21)57
Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang perlunya mengajak kepada kebaikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar serta meneladani Rasulullah SAW. c. Landasan Psikologi Sejarah perkembangan manusia dari zaman purbakala, primitive hingga sampai sekarang yang sering disebut era globalisasi dan era informasi akan didapati bahwa manusia dari generasi ke generasi selanjutnya mempunyai sesuatu yang dianggapnya berkuasa, bahkan mencari sesuatu yang dianggapnya paling berkuasa yaitu Tuhan. Bermacam-macam benda dianggap sebagai Tuhan Yang Maha Esa seperti, matahari, bulan, bintang, angin, patung, api, dll. Hingga akhirnya manusia menemukan kepercayaan bahwa Tuhan itu bukanlah benda yang dapat dilihat dan diraba oleh panca indra, melainkan hanya dapat di rasa dalam hati dan jiwa manusia serta dapat diterima oleh pikiran. 58 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak 57
Al Qur’an, Surat Al Ahzab ayat 21, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989. 58
12.
Zakiah Darajat, Pendidikan Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hlm.
a. Ruang lingkup Akidah Dalam pengertian teknis, Aqidah artinya adalah iman/keyakinan, karena ditautkan dengan rukun iman yang menjadi ruang lingkup Akidah adalah sebagai berikut:59 1) Iman kepada Allah SWT 2) Iman kepada Malaikat 3) Iman kepada Rasulullah 4) Iman kepada Kitab-kitab Allah 5) Iman kepada Qada dan Qadar 6) Iman kepada Hari Akhir Dari uraian singkat tersebut di atas, tampak logis dan sistematisnya pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah rukun iman itu, pokok-pokok keyakinan ini merupakan asas seluruh ajaran agama Islam. b. Ruang lingkup Akhlak
59
Mubasyaroh, M. Ag, Buku Daros Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq, Departemen Agama Pusat Pengembangan Sumber Belajar STAIN Kudus, 2008, hlm. 3-4.
Akhlak merupakan kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 60 Menurut M. Abdullah Draz dalam bukunya “Dustur Al-akhlaq Fi’al Islam” membagi ruang lingkup akhlaq kepada 5 (lima) bagian, yaitu: 1) Akhlak pribadi, terdiri: yang diperintahkan, dilarang, dibolehkan dan akhlaq dalam keadaan darurat. 2) Akhlak berkeluarga, terdiri: kewajiban timbal balik orang tua dan anak, kewajiban suami istri dan kewajiban terhadap karib kerabat. 3) Akhlak bermasyarakat, terdiri: yang dilarang, diperintahkan dan kaidah-kaidah adab. 4) Akhlak bernegara, terdiri: hubungan antara pemimpin dan rakyat dan hubungan luar negeri. 5) Akhlak beragama, terdiri: kewajiban kepada Allah SWT. 61
60
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern, Era Intermedia, Solo, 2004, hlm. 13. 61
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, LPPI UMY, Yogyakarta, 2004, hlm. 5-6.
Jelaslah bahwa ruang lingkup Akidah Akhlak menyangkut hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan alam.
4. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak a. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak Pembelajaran Akidah Akhlak di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan memupuk pengetahuan penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.62 Pembelajaran Akidah Akhlak tidak hanya menekankan pada penguasaan
kompetensi
kognitif
saja,
tetapi
juga
afeksi
dan
psikomotorik.63
62
Departemen Agama, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum Tingkat Menengah Dan Sekolah Luar Biasa, 2003, hlm. 4. 63
Ibid, hlm. 3
Dari tujuan tersebut dapat ditarik dari beberapa yang hendak ditingkatkan dan ditujui oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak, yaitu: 1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. 2) Dimensi pengetahuan (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. 3) Dimensi pengkhayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam. 4) Dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi peserta didik mampu memotivasi dirinya untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan pribadi, serta mengaktualisasikan
dan
merealisasikan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 64 b. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak
64
Muhaimin,dkk, Paradigma Pendidikan Islam;upaya mengaktifkan PAI di sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 78.
Secara umum, menurut John Sealy sebagaimana yang dikutip oleh Chabib Thoha, Akidah Akhlak dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi yaitu:65 1) Konvensional Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen, perilaku keberagamaan, memperbaiki akhlaq siswa dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi ini didasarkan pada asumsi bahwa hanya ada kebenaran tunggal dalam beragama, yaitu yang diyakini oleh masing-masing individu.
Dan
menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Neo Konvensional Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan untuk meningkatkan keberagamaan siswa sesuai dengan keyakinannya. Pendidikan ini memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari dan mempermasalahkan ajaran agama lain. Namun demikian, pengenalan ajaran agama-agama lain tersebut adalah dalam rangka memperkokoh agama sendiri atau hanya sekedar memahami keyakinan orang lain dalam rangka meningkatkan toleransi beragama di kalangan antarumat beragama. Agar fungsi ini dapat terlaksana, pendidikan ini diberikan 65
8-10.
Chabib Thoha,dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1999, hlm.
secara inklusif yang mencakup ajaran berbagai agama, meskipun hanya sekedar pwebandingan. 3) Konvensional tersembunyi Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan harus mampu memberikan peluang kepada siswa untuk memilih ajaran agama yang sesuai dengan atau tepat untuk dirinya sendiri tanpa intervensi dari pihak lain. Fungsi ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi beragama yang harus dikembangkan dan diberikan kebebasan untuk memilih. 4) Implisit Fungsi ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada siswa ajaran agama Islam secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan melalui berbagai subyek pelajaran. Fungsi ini lebih menekankan pada nilainilai universal dari ajaran agama yang berguna bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya dimaksudkan untuk memberikan makna yang sesungguhnya. 5) Non Konvensional Pendidikan Aqidah Akhlaq
dimaksudkan sebagai alat untuk
memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut oleh orang lain. Karena pendidikan agama disini hanya semata-mata untuk
mengembangkan toleransi antar umat beragama dan berperilaku sesuai dengan tatanan norma agama, susila, dan masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
Akidah Akhlak memiliki fungsi : Pertama, untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggungjawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kedua, untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat di bidang agama supaya berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Ketiga, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat,
untuk
mencegah
hal-hal
negative
dari
lingkungan/budaya lain yang membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Kelima, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Keenam, untuk memberikan pedoman hidup peserta didik untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 66
5. Materi Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Setiap mata pelajaran tentunya sangat penting untuk disampaikan kepada peserta didik, termasuk juga pelajaran Akidah Akhlak karena ia memiliki relevansi yang kuat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Itu tercermin dalam bab-bab / materi yang diajarkan. Dengan disampaikannya materi itu siswa dituntut untuk selalu berperan aktif dalam setiap pembelajaran, dan materinya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Di mana dengan menggunakan potensi “akal” yang
dimiliki, siswa dapat memahami dan meyakini agama Islam dengan 66
Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 4-5.
argumentasi yang kuat. Adapun materi-materi Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin sebagai berikut : a. Iman Pada Kitab-kitab Allah Pada bab ini menyangkut tentang kitab al-Qur’an al-karim, tanggung jawab umat Islam terhadap al-Qur’an. Dan hikmah beriman pada kitabkitab Allah. Dengan disampaikan materi ini diharapkan siswa mampu memahami
dan
meyakini
kebenaran
kitab-kitab
Allah
dengan
argumentasi yang kuat serta memegang teguh akidah Islam dan mempunyai komitmen kuat untuk menjalankan ajaran Islam. b. Sikap Terpuji Bagian dari bab ini memuat tentang bijaksana, amanah, dan futuristic/orientasi masa depan. Dengan materi ini siswa diharapkan dapat bersikap bijaksana, amanah, dan futuristic/orientasi masa depan dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan. c. Akhlak Tercela Bab ini mencakup tentang bahasan akhlak tercela seperti, memfitnah, mencuri, picik, hedonisme, khianat, ananiyah atau egois, dan materialistic. Diajarkannya materi ini diharapkan siswa mampu menghindari akhlak tercela tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Iman Kepada Rasul Bab ini meliputi pengertian iman kepada rasul-rasul Allah, misi dan tujuan diutusnya Rasul, dan bantahan terhadap orang yang tidak percaya adanya Rasul. Dengan adanya materi ini siswa diharapkan dapat memahami
makna
iman
kepada
rasul-rasul
Allah
SWT
serta
menjadikannya sebagai suri tauladan. e. Sikap Terpuji Dalam bab sikap terpuji ini meliputi solidaritas, tasamuh, ta’awun, zuhud, saling menghargai, dan tidak ingkar janji. Diharapkan siswa mampu membiasakan diri dengan sikap terpuji yang memperkokoh kehidupan masyarakat serta berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis. f. Iman Pada Hari Akhir Bab ini meliputi hakikat iman pada hari akhir, bantahan terhadap orangrang yang tidak percaya hari akhir, hikmah beriman pada hari Akhir.
67
g. Penyimpangan Akidah Islamiyah
67
Departemen Agama, Buku Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, C.V. Goni & Son, Semarang.
Bab ini merupakan materi tambahan yang membahas tentang maraknya penyimpangan Akidah Islam seperti aliran ahmadiyah, aliran lia aminuddin (kerajaan tuhan), aliran musoddiq, isis dll. Disampaikanya materi ini sangat penting dengan memberi pemahaman agar siswa tidak terjerumus oleh akidah yang menyesatkan. Disampaikannya Akidah Akhlak tidak hanya memuat dalil-dalil normatif saja tetapi juga dengan argumentasi yang rasional yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Dan pelajaran ini tidak hanya dihafalkan tetapi jauh lebih penting adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu berakhlakul karimah.
C. Kemampuan Berpikir Kreatif 1. Pengertian Berpikir Kreatif Sebelum menjabarkan pengertian demokratisasi berfikir terlebih dahulu akan diartikan kata perkata yaitu; kata berpikir dan kata kreatif. Berpikir ialah daya jiwa kita yang dapat meletakkan hubunganhubungan antara ketahuan kita.68 Pendapat Sumadi Suryabrata dalam bukunya
68
Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 56.
Ngalim Purwanto menyatakan bahwa berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. 69 Menurut teori asosiasi, berpikir ialah kelangsungan tanggapantanggapan yang disertai dengan sikap yang pasif dari subyek yang berpikir. Sedangkan teori behaviorisme mengartikan berpikir sebagai suatu reaksi submanifes yang untuk sementara menggantikan reaksi yang menentukan. 70 Adapun menurut Garret dalam bukunya Abdul Rahman Abror menyatakan bahwa berpikir sebagai tingkah laku yang sering implisit dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol (gambarangambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep).71 Charles S. Pierce mengemukakan teori pikiran dan hal berpikir, bahwa “Pikiran itu hanya berguna/berarti bagi manusia apabila pikiran itu “bekerja” yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berpikir tidak lain daripada membiasakan manusia untuk berbuat.” 72 Sedangkan tujuan berpikir menurut pandangan John Dewey adalah untuk memperoleh hasil pikir, yang dapat membawa hidup kita lebih maju 69
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996, hlm.
70
Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993,
43. hlm. 125. 71
Ibid, hlm. 125.
72
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 22-23.
dan lebih berguna.73 Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa berpikir ialah suatu proses dialektis – selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan pikiran kita sendiri untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita itu, dengan tepat pertanyaan itulah yang memberi arah kepada pikiran kita. Berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamika
berpikir
ini
dimungkinkan
oleh
pengalaman
yang
luas,
perbendaharaan bahasa yang hanya dan didukung pula oleh pendidikannya yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Dan akhirnya, puncak berpikir yang sebenarnya terletak pada tingkat abstrak/pada kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kreatif berasal dari bahasa Inggris “create” yang artinya mencipta dan dalam bahasa Arab ﺧﻠﻖsenada dengan pengertian kreatif tersebut. Sebagaimana firman Allah :
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .(Q.S Attin :4)74 73 74
Muis Sad Iman, op.cit., hlm 65.
Al Qur’an, Surat Attin ayat 4, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Kreatif ialah kemampuan memproduksi berbagi gagasan, aktivitas, dan obyek baru, dan seringkali muncul dalam bentuk pemikiran bercabang. 75 Utami Munandar menjelaskan bahwa kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir, serta menimbulkan ide-ide baru yang inovatif. Kreatif juga dapat diartikan sebagai sebuah proses berpikir dimana siswa berusaha untuk menemukan hubunganhubungan baru, mendapatkan, jawaban, metode/cara dalam memecahkan suatu masalah.76 Guru diharapkan mengarahkan para peserta didik untuk selalu berpikir kreatif dengan menyadari keberadaan kreativitas tersebut setiap kali ia muncul, karena dengan berpikir kreatif (creative thinking) orang mampu menciptakan sesuatu yang baru yang sebelumnya mungkin belum terdapat. 77 Berpikir kreatif mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia,
melalui
kreativitas
yang
dimilikinya,
manusia
75
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran&Instruksi Pendidikan, PT. IRCisoD, Yogyakarta, 2007, hlm. 165. 76
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 45-46. 77
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. ANDI, Yogyakarta, 2002, hlm. 144.
memberikan bobot dan makna terhadap kehidupan. Secara mikro, kreativitas dimanifestasikan dalam kebudayaan dan peradaban. 78 Pendapat
Wallas
dalam
bukunya
Nana
S.
Sukmadinata
mengungkapkan bahwa untuk menjadikan siswa berpikir kreatif, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu: a. Persiapan (preparation) Tahap ini merupakan tahap awal berupa pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada tapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan. b. Pengembangan (Incubation) Tahap
ini
merupakan
tahap
menjelaskan,
membatasi,
dan
membandingkan masalah dengan proses inkubasi/pematangan, ini diharapkan ada pemisahan, mana hal-hal yang benar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak. c. Pemahaman (illumination) Tahap ini merupakan tahap pencarian dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan kemudian merumuskan beberapa keputusan. 78
Dedi Supriyadi, Kreativitas Kebudayaan dan Pengembangan Iptek, Alfabeta, Bandung, 1998, hlm. 62.
d. Pengetesan (verification) Tahapan yang akhir ini merupakan tahap mengetes dan memberikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil tepat atau tidak. 79 2. Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut pandangan konstruktivistik, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa diposisikan sebagai pribadi yang telah memiliki kemampuan awal dan memiliki kebebasan untuk membangun ide atau gagasan. 80 Berpikir kreatif sebagai suatu proses dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran di mana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru, mendapatkan cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. 81 Berpikir kreatif setiap siswa tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Siswa yang kreatif dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu aktif dan pasif. Adapun masing-masing cirinya dapat diuraikan seperti berikut ini:
79
Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosadakarya, Bandung, 2003, hlm. 105. 80 81
M. Saekhan Muchit, op.cit., hlm. 74.
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2003, hlm. 108.
a. Ciri-ciri siswa yang aktif dalam berkreativitas. Menurut Utami Munandar, siswa yang kreatifnya tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 82 1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2) Mempunyai inisiatif 3) Mempunyai minat yang luas 4) Bebas dalam berpikir 5) Bersifat ingin tahu 6) Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 7) Percaya pada diri sendiri 8) Berani mengambil resiko 9) Penuh semangat 10) Berani dalam berpendapat dan berkeyakinan (tidak ragu-ragu menyatakan
pendapat
meskipun
mendapat
kritik
mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).
82
Utami Munandar, op.cit., hlm. 37.
dan
berani
Sedangkan menurut M. Surya berpendapat bahwa ciri-ciri siswa yang kreatif dalam belajar antara lain: 83 11) Memiliki kemampuan yang tinggi dalam penalaran, berpikir abstrak, pengambilan keputusan dari fakta-fakta yang diperolehnya dalam belajar. 12) Memiliki rasa ingin tahu yang besar 13) Cepat dan mudah menerima pelajaran 14) Memiliki disiplin tinggi 15) Suka berlatih dan bekerja keras 16) Memiliki ruang lingkup perhatian yang lebih luas dan tekun dalam memecahkan masalah 17) Memiliki kemampuan kerja mandiri yang efektif 18) Memiliki pengamatan yang lebih tajam dan teliti 19) Dapat mengingat secara cepat 20) Memiliki daya imajinasi yang luar biasa 21) Memiliki macam-macam hobbi dan minat baca yang besar
83
Muhammad Surya, Kapita Selekta Pendidikan Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003.
Karakteristik pemikiran kreatif tersebut menurut Guilford berkaitan erat dengan 5 ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir, yaitu: a)
Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan memproduksi banyak gagasan
b)
Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk mengajukan berbagai pendekatan atau jalan pemecahan masalah.
c)
Keaslian (orisinility) yaitu kemampuan untuk melahirkan gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri.
d)
Penguraian (elaborasi) yaitu kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan dan menguraikannya secara terperinci.
e)
Perumusan kembali (redevinition) yaitu kemampuan untuk mengkaji suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim sehingga dapat mengambil keputusan sesuai situasi yang dihadapinya. 84 Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri siswa yang memiliki kreativitas tinggi yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, disiplin, tekun dalam memecahkan masalah, mandiri, memiliki daya imajinasi yang luar biasa, memiliki macam-macam hobby, 84
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, op.cit.,, hlm. 109.
tidak mudah menyerah/patah semangat dalm belajar, terbuka, pandai menggunakan waktu, selalu ingin berprestasi dan menonjol dalam berbagai kreativitas belajarnya. b. Ciri-ciri sisiwa yang pasif dalam berkreativitas. Menurut Posman Simanjuntak (1999: 73) bahwa ciri-ciri siswa yang pasif dalam berkreativitas antara lain: 1) Kurang disiplin 2) Mudah pasrah dan patah semangat dalam belajar 3) Kurang suka bekerja keras dan menggantungkan hasil karya temantemannya 4) Suka bermalas-malasan, acuh tak acuh, dan suka membuat gaduh dengan teman-temannya 5) Suka meremehkan hasil karya orang lain 6) Tidak percaya pada diri sendiri 7) Apabila diberi pelajaran kurang memperhatikan 8) Suka mengabaikan tanggungjawab
Sedangkan menurut M. Surya berpendapat bahwa ciri-ciri siswa yang pasif dalam belajar antara lain: 85 a) Daya pikirnya lamban b) Rasa ingin tahunya rendah c) Daya ingatnya lemah d) Kurang disiplin tinggi e) Malas belajar dan berlatih f) Respon dan perhatian dalam belajarnys kurang g) Kemandiriannya kurang h) Daya imajinasinya kurang i) Daya kreativitasnya kurang Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar peserta didik yang kreatif akan berperan aktif seperti memperhatikan, tulis menulis, mengeluarkan pendapat, mendengarkan, menggambar,
melatih
keterampilan,
memecahkan
masalah
dan
sebagainya.86 Sedangkan siswa yang pasif tidak memberikan kontribusi 85
Muhammad Surya, loc.cit.
86
Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91.
yang lebih bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dalam proses pembelajaran. 3. Strategi Meningkatkan Berpikir Kreatif Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik ranah kognisi, afeksi, maupun psikomotorik. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
tidak dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar yang bersifat ekspositori (terpusat pada pendidik), melainkan dengan kegiatan belajar discovery/inquiri (terpusat pada peserta didik). Dengan demikian pendidik hendaknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kreatif, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Keadaan demikian inilah, menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat dan percaya terhadap siswa.87 Setiap orang yang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun dalam kadar/taraf
yang
dikembangkan
dan
berbeda-beda, ditingkatkan.
karena
kreativitas
Sehubungan
dengan
tersebut
perlu
pengembangan
kreativitas peserta didik perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu: 87
Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 173.
a. Pribadi Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas (keaslian) dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Maka dari itu guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya. b. Pendorong Bakat kreativitas siswa akan terwujud jika ada dorongan dari lingkungan baik keluarga, sekolah, masyarakat dan juga adanya dorongan kuat dari dalam dirinya sendiri. c. Proses Pendidik memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif yaitu dengan proses. d. Produk Peserta didik yang memiliki bakat dan ciri-ciri pribadi yang kreatif dan dengan dorongan (internal/eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif akan timbul/muncul. 88
88
Utami Munandar, op.cit., hlm. 45-46.
Pengembangan berpikir kreatif sangat penting bagi pengembangan potensi anak (siswa) dengan tujuan untuk menggali kemampuan terdalam dari bakatnya. Menurut Utami Munandar, kreativitas dapat dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak (siswa) dengan alasan: 1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. 2) Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan,
penyelesaian
terhadap
suatu
masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini kurang perhatian dalam pendidikan formal. 3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan keputusan kepada individu. 4) Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kreativitas hidupnya.89 Dalam berpikir rasional, peserta didik dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan dan bahkan menciptakan kaidah teoritis.
Dalam hal berpikir
kreatif siswa harus mampu menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat
89
Ibid., hlm. 31.
untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.90 Dengan kemampuan kreativitas yang terbina, maka anak (siswa) akan terpacu dan lebih termotivasi. Untuk melakukan kegiatan yang merangsang sikap keingintahuannya. Agar kreativitas anak dapat berkembang sesuai dengan tingkat berpikir dan kejiwaannya, maka perlu diupayakan suatu pengembangan kreativitasnya. Untuk itu menurut Conny Semiawan dalam mengembangkan kreativitas harus meliputi 3 aspek yaitu segi kognitif, afektif, dan psikomotor dengan perincian: a) Pengembangan kognitif dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian belajar. b) Pengembangan afektif dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif. c) Pengembangan
psikomotor
dengan
menyediakan
sarana
da
prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan ketrampilan dalam membuat karya yang produktif-inovatif.91 Sedangkan E. Mulyasa menyatakan bahwa peserta didik akan lebih kreatif selama proses pembelajaran jika :
90 91
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 120.
Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta, 1984, hlm.10.
Dikembangkannya rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak ada perasaan takut.
Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar.
Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat/otoriter.
Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.92
Hal tersebut di atas nampaknya cukup sulit dilakukan, guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif yang mengarah pada situasi kelas karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreatifitas guru disamping kompetensi profesionalnya.
92
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara. 1. Identitas Sekolah a. Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin
b. Alamat
: Jl. Raya Bandungharjo RT 03/01
Desa
: Bandungharjo
Kecamatan
: Donorojo
Kabupaten
: Jepara.
No. Telepon
: (0295) 4150148 – 5507844
c. Nama Yayasan
: Yayasan Roudlotut Tholibin
d. NSS/NSM
: - / 131233200062
e. Jenjang Akreditasi
:-
f. Tanggal berdiri
: 12 Juli 2013 .
g. Tahun Beroperasi
: 2013.
h. Status tanah
: Wakaf Bersertipikat.
i. Luas tanah
: 3559 m2.
j. Status Bangunan
: Milik sendiri permanen.
1) Luas bangunan
: 135,20 m².
k. Fasilitas Fisik
:
1) Kontruksi gedung
: Permanen
2) Jumlah ruang kelas
: ruang
3) Ruang Kepala Madrasah
: ada
4) Ruang guru
: ada
5) Ruang Tata Usaha
: ada
6) Ruang tamu
: ada
7) Ruang OSIS
: ada
8) Ruang perpustakaan
: ada.93
2. Sejarah Singkat berdirinya Keberadaan
Yayasan
Roudlotut
Tholibin
Bandungharjo
yang
berkedudukan di desa Bandungharjo kecamatan Donorojo kabupaten Jepara privinsi Jawa Tengah sejak berdirinya terus melakukan pembenahan– pembenahan baik dalam pembenahan dalam pengelolaan maupun pembenaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pembenahan oleh Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo telah terbukti mampu mengelola lembaga pendidikan pada jenjang Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Lembaga Pendidikan Keagamaan (Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren). Kiprah Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo ini semata-mata karena terpanggil
93
Sumber : Dokumentasi MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015
dan merasa bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak bangsa yang berada di masyarakat sekitarnya maupun masyarakat luas. Wujud kepedulian Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak– anak bangsa cukup mendapatkan respon yang signifikan dari masyarakat sekitar, sehingga pada tahun pelajaran 2013 / 2014 Yayasan Roudlotut Tholibin
Bandungharjo
merasa
perlu
meningkatkan
peran
dalam
mencerdaskan anak-anak bangsa melalui jenjang pendidikan menengah yang memadai dan dapat terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan mempertimbangkan jenjang dan jenis pendidikan yang telah dikelola Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo, maka jenjang pendidikan menengah yang menjadi pilihan tepat adalah Madrasah Aliyah. Pesatnya perkembangan tehnologi serta ketatnya persaingan kehidupan dan juga komplek pondok pesantren yang berfungsi sebagai tempat konsultasi yang sangat dipercaya oleh masyarakat merupakan pertimbangan yang mendasar dalam pendirian pendidikan menengah dilingkungan Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo, sehinggga penyelenggaraan pendidikan diarahkan adanya keseimbangan antara pendidikan kecakapan sikap / pendidikan berkarakter
maupun pendidikan kecakapan hidup (Life Skill).
Penerapan pendidikan kecakapan hidup / life skill memang perlu konsentrasi tersendiri, karena Pendidikan pada jenjang menengah pada jenis Madrasah Aliyah tidak terakomodir untuk pendidikan Kecakapan hidup / life skill, akan
tetapi pendidikan kecakapan hidup akan bisa disikapi melalui kegiatan ko – Kurikuler maupun kegiatan ektra Kurikuler. Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin adalah satu-satunya jenis pendidikan pada jenjang menengah yang berada di bawah pengelolaan Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo. Berdirinya Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin dilatar belakangi oleh berbagai faktor, baik pengalaman Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo yang kurang lebih 3 (tiga) tahun dalam mengelola satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar Madrasah Tsanawiyah maupun dukungan riil dari stakeholder madrasah. Dukungan stakeholder madrasah utamanya para tokoh masyarakat dan tokoh agama. Secara geografis Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin terletak di desa Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, keberadaan madrasah cukup startegis karana desa Bandungharjo yang berada di sebelah Selatan desa Tulakan sebelah Utara desa Banyumanis sebelah Barat desa Sekelor dan Bumiharjo. Akses menuju madrasah dari desa yang mengelilinginya cukup mudah disebabkan letak madrasah yang berada di pinggir jalan sehingga sangat mudah akses menuju madrasah. Selain kemudahan akses menuju madrasah domisili Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin yang di kelilingi oleh Madrsah Tsanawiyah maupun Sekolah Menengah Pertama merupakan target inkam peserta didik baru yang cukup signifikan yaitu disebelah Selatan dengan jarak tempuh 1.25 km adalah
SMP Negeri 01 Donorojo dan MTs Matholi’ul Falah, sebelah Utara adalah MTs Islamiyah banyumanis dengan jarak tempuh 3 Km serta MTs-SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo yang berada satu atap dibawah pengelolaan Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo. Dengan hadirnya Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin akan bisa membantu bagi lulusan pada jenjang pendidikan dasar masyarakat setempat yang tidak bisa melanjutkan kejenjang pendidikan menengah karena alasan ekonomi. Secara ekonomis dengan kemudahan akses menuju madrasah serta asrama pondok pesantren yang memadai secara otomatis akan mengurangi biaya personal bagi peserta didik, sehingga diharapkan dengan kehadiran Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin tidak ada alasan bagi masyarakat setempat untuk tidak melanjutkan pada pendidikan jenjang menengah.
Adapun Susunan Pengurus Yayasan Roudlotut Tholibin sebagai berikut :1. Pelindung 2. Pembina
: Kepala Desa Bandungharjo : K. Muhammadun, S.Pd.I Fuad Hasan, S.Pd.I
3. Penasehat
: K. Abdul Ghofur, S.Pd.I K. AH. Sa’dumi, S.Pd.I
3. Ketua
: Ngadenan, S.Pd.
4. Wk. Ketua
: Noor Kholis, S.Pd.I
5. Sekretaris
: Deni Riswanto, S.Pd.I
6. Bendahara
: Ahmad Rotib
7. Kepala Madrasah
: Ahmad Yusro, S.S
8. Wk. Kepala
: Ali Ansori, S.Pd.I.94
3. Kondisi Obyektif Desa Bandungharjo adalah salah satu desa yang berada di Wilayah Kecamatan Donorojo kabupaten Jepara provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah desa Bandungharjo 2132 ha yang terdiri dari sawah 700 ha, tegal / ladang 500 ha, tambak 2 ha dan pemukiman 450 ha. Desa Bandungharjo berpenduduk 7.495 jiwa, jarak tempuh Ke pusat kota Kabupaten sekitar 45 km dan Jarak Tempuh ke kota kecamatan sekitar 4 km. Sebagian besar masyarakat desa Bandungharjo berprofesi sebagai buruh, baik buruh tani, buruh bangunan dan / atau berprofesi buruh serabutan, karena dari 2.237 usia produktif sebanyak 1.727 masyarakat mencari nafkah dari profesi sebagai buruh. Masyarakat mayoritas beragama Islam dengan taraf religius cukup baik salah satu indikatornya adalah dukungan dan partisipasi aktif masyarakat yang cukup baik terhadap keberadaan dan keberlangsungan Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo.95
94 95
Ibid Ibid.
4. Kurikulum Penyusunan dan pelaksanaan Kurikulum di MA-SA PP. Roudlotut Tholibin di dasarkan pada Undang-undang Nomor ; 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional (pasal 36) yang di lanjuti dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi serta Keputusan Menteri Agama nomor 370 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah, selain Kurikulum sebagaimana yang telah ada dalam standar isi, Kurikulum lokal juga merupakan bagian dari materi pembelajran sebagai Ciri khas Madrasah.
STRUKTUR KURIKULUM MA-SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN X
XI
a. Al Qur’an Hadist
2
2
b. Akidah Ahlak
2
2
c. Fiqih
2
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
A. MATA PELAJARAN 1. Pendidikan Agama Islam
XII
4. Bahasa Arab
2
2
5. Bahasa Inggris
4
4
6. Matematika
4
4
7. Fisika
2
-
8. Biologi
2
-
9. Kimia
2
-
10. Sejarah
1
3
11. Geografi
1
3
12. Ekonomi
2
4
13. Sosiologi
2
3
14. Seni Budaya
2
2
15. Pendidikan Jasmani dan Olah
2
2
2
2
1. Nahwu
2
2
2. Tafsir
2
2
3. Usul Fiqih
2
1
4. Ketrampilan
2
2
Raga 16. Tehnologi
Informasi
dan
Komunikasi B. MUATAN LOKAL
Jumlah
48
48
5. Visi-Misi dan Tujuan MA. SA PP. Roudlotut Tholibin a. VISI Terwujudnya lembaga pendidikan yang maju dan modern yang mampu mencetak peserta didik yang berilmu, unggul, berdaya guna dan berahlakul karimah b. MISI 1) Menyelenggarakan sistem pendidikan yang memadukan ilmu agama dan umum. 2) Melaksanakan manajemen partisipatif dan interaktif. 3) Mewujudkan sarana prasarana yang berkwalitas dan representatif. 4) Mewujudkan administrasi berbasis IT. 5) Meningkatkan sumber daya manusia secara dinamis. 6) Tujuan 1) Membantu pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional Yaitu. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, Berahlak Mulia, Sehat, berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab
2) Terselenggaranya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang transparan dan akuntabel secara bertahap 3) Meningkatkan kompetensi guru dalam memberikan layanan pendidikan baik dalam pembelajaran maupun bimbingan 4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal
7) Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang dikelola oleh sebuah yayasan yang bernama "Yayasan Roudlotut Tholibin" dengan Akte Notaris No.15 Tahun 2012
yang
berkedudukan
di
Desa
Bandungharjo
dengan
rumusan
kepengurusan sebagai berikut ; Sebagai dewan pelaksana Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin adalah sebagai berikut ; TABEL I STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO JEPARA
PENGURUS MADRASAH
KOMITE MADRASAH
KA. MADRASAH
BENDAHARA
WAKA. KUR
TATA USAHA
WAKA. SIS
WAKA. SAR
BP
WALI KELAS
GURU SISWA
Garis komando Garis koordinasi Pengelola
: Pengurus Madrasah SA PP. Roudlotut Tholibin
Kepala Madrasah
: Ahmad Yusro, S.S
Wakabid. Kurikulum
: Ali Ansori, S.Pd.I
Wakabid. Kesiswaan
: Badri Rohman, S.Pd.I.
Wakabid. Sarpras
: Noor Kholis, S.Pd.I
Wakabid. Keuangan
: Yusuf Muzazin
Kaur Tata Usaha
: M. Faizin
Ka. Gudep
: Deni Riswanto
BP
: Fuad Hasan, S.Pd.I
Ketua Komite Madrasah
: Mutholib
Wali Kelas X
: Purna Hartanti, S.Pd
Wali Kelas XI
: Harmoko, S.Pd.96
Yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Pengurus a. Menyediakan semua fasilitas madrasah, gedung, meubelair dan sarana prasarana yang diperlukan madrasah. b. Mengontrol dan mengadakan pengurusan atau pelaksanaan kegiatan madrasah, baik kegiatan belajar mengajar maupun ektra dan menerima pertanggung jawaban dari kepala madrasah. c. Mengangkat kepala dan guru bila diperlukan atas usulan anggota. 2. Kepala Madrasah a. Bertanggung jawab kepada pengurus atas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di madrasah dan membuat laporan pertanggung jawaban setiap akhir tahun. b. Mengkoordinir wakil kepala dalam melaksanakan tugas serta memberikan pembinaan kepada semua guru dan karyawan madrasah. c. Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan guru atau karyawan bila diperlukan. d. Menghadiri rapat-rapat dinas yang berhubungan dengan madrasah. 3. Wakabid Kurikulum a. Mengatur jadual pelajaran dan guru piket setiap awal tahun pelajaran. 96
Sumber : Papan Monografi MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Mengusulkan kepada kepala madrasah mengenai penetapan wali kelas. c. Merumuskan dan
mengembangkan kurikulum
yang digunakan
dimadrasah dengan mengacu pada kurikulum Departemen Agama atau Departemen Pendidikan. 4. Wakabid Kesiswaan. a. Mengadakan pembinaan dan membimbing kepada organisasi siswa (ISSAR). b. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler. c. Menangani
masalah
kesiswaan
berkenaan
dengan
pemberian
bimbingan dan pengembangan bakat siswa. 5. Wakabid Sar-pras a. Mengusahakan adanya sarana dan prasarana pendidikan di madrasah yang diperlukan atas persetujuan pengurus madrasah. b. Merawat dan memperbaiki sarana dan prasarana madrasah yang rusak. 6. Bendahara a. Menerima dan mengelola keuangan madrasah sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja madrasah. b. Mengelola administrasi keuangan dengan baik dan melaporkan setiap akhir bulan kepada kepala dan pengurus madarasah. 7. Kaur Tata Usaha a. Mengelola administrasi madrasah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengusahakan adanya instrumen madrasah. c. Mengisi semua pendataan madrasah. d. Membuat dan mengisi pendataan buku raport bagi siswa baru dan menyerahkan kepada wali kelas. e. Mengisi buku induk siswa. f. Membuat surat-surat yang diperlukan. 8. Ka Gudep a. Mengkoordinir pelaksanaan kepramukaan, latihan pramuka dan perkemahan. b. Menghadiri rapat-rapat kepramukaan. c. Merencanakan kegiatan kepramukaan, perkemahan dan bakti sosial. 9. BP a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada siswa yang bermasalah. b. Mengadakan hubungan dengan wali murid yang dianggap memerlukan perhatian madrasah. c. Memanggil wali dari murid yang bermasalah untuk menangani masalah yang dihadapi bila perlu. 10. Ketua Komite Madrasah a. Mengadakan adanya sumbangan pendidikan bagi madrasah. b. Membantu pengurus madrasah dan wakabid sarana dan prasarana didalam mewujudkan sarana dan prasarana madrasah. c. Mengadakan rapat-rapat komite untuk kemajuan madrasah.
11. Wali Kelas a. Mengadakan bimbingan dan pembinaan kepada siswa kelas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Mengadakan bimbingan organisasi kelas kepada kelas yang menjadi tanggung jawabnya. c. Mengisi nilai pada buku leger dan buku raport siswa setelah ulangan semester. d. Memberikan raport kepada murid setiap selesai ulangan semester atau akhir tahun pelajaran. 97
6. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru Guru adalah salah satu faktor yang menunjang dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran, sehingga tercapai tujuan akhir. Di dalam suatu lembaga pendidikan terdapat berbagai macam pelajaran oleh guru kepada anak didiknya, sehingga di butuhkan tenaga guru yang banyak jumlahnya dan profesional mengajar. 1. Dari segi jumlah dan status terdapat ; 11 orang guru tetap yayasan 5 orang guru tidak tetap yayasan (Non PNS) 2. Dari segi jenis kelamin terdapat : 97
Sumber : Ibid
15 orang guru laki-laki 3 orang guru perempuan 3. Dari segi latar belakang pendidikan terdapat : 16 orang guru berpendidikan S1 dan S2 Keguruan 2 orang karyawan berpendidikan non sarjana 4. Dari segi pembelajaran Sebagian guru menggunakan metode ceramah dan diskusi, sebagian kecil menggunakan metode praktek lapangan. Lebih lanjut tabel berikut memperlihatkan keadaan jumlah serta perincian tenaga guru dan karyawan pada Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin. TABEL II DATA GURU MADRASAH ALIYAH SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/201598 Pend. No
Nama
Jabatan
Terahi
Prodi
r 1
Ahmad Yusro, S.S
98
Sumber : Ibid
Kamad
S1
Sastra Inggris
Mulai tugas 2013
2
Badri Rohman, S.Pd.I
3
Ali Ansori, S.Pd.I
4
Harmoko, S.Pd
5
Waka. Sis
S1
PAI
2013
S1
PAI
2013
Wl.Kls XI
S1
Pend.Biologi
2013
M. Faizin
Ka. TU
MA
-
2013
6
Yusuf Muzazin
Bendahara
MA
-
2013
7
Ah. Sa’dumi, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
8
Purna Hartanti, S.Pd
Wl.Kls. X
S1
9
K.Sufyan Mansur, M.Pd.I
Guru
S1
Waka. Kur
Pend.Bahasa Inggris PAI
2013 2013
Pend.Bahasa 10
Nur Halimah S.Pd
Guru
S1
dan
Sastra 2013
Indonesia 11
Afandi, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
12
Muhammadun, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
13
Noor Kholis, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
14
Kustowo, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
15
Badruddin, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
Pend.pancasila 16
Ngadenan, S.Pd
Guru
S1
dan Kewarganegara
2013
an 17
Suci Rahayu, S.Pd
Guru
S1
18
Andika Feri S., S.Kom
Guru
S1
Pend.
2013
Matematika Penjaskes
2013
b. Keadaan Siswa Pada tahun pelajaran 2014/2015 Madrasah Aliyah
SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara menampung siswa dengan perincian sebagai berikut : TABEL III KEADAAN SISWA MADRASAH ALIYAH. SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN DESA BANDUNGAHARJO KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/201599
KELAS
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
X
13
16
29
XI
14
13
27
99
Ibid.
Jumlah
27
29
56
7. Sarana Belajar Dalam proses belajar mengajar suatu lembaga pendidikan dalam pengajaran sangat diperlukan fasilitas yang memadai. Yang di maksud fasilitas disini
adalah
suatu
yang
dapat
mempermudah
atau
memperlancar
terlaksananya program pendidikan dan pengajaran. Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Secara umum, sarana prasarana Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut ; TABEL IV STATUS KEPEMILIKAN TANAH & PENGGUNAAN MADRASAH ALIYAH SATU ATAP PP. ROUDLOTUT THOLIBIN TAHUN PELAJARAN 2014/2015100
No
Penggunaan
Status
Luas
Kepemilikan
tanah
Bangunan
3.559 m² -
1
Sertifikat
2
Belum sertifikat
100
Ibid
Halaman/
Lap. Olah
Lain-
Taman
raga
lain
135 m²
30 m²
-
-
-
-
-
-
3
Bukan milik Jumlah
-
-
-
-
-
3559 m²
135 m²
30 m²
-
-
TABEL V KEADAAN SARANA PRASARANA MADRASAH ALIYAH SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015101 No
Sarana Pra sarana
Jumlah
Kondisi
1
Ruang kelas
3
Baik
2
Ruang tamu
1
Baik
3
Ruang kepala
1
Baik
4
Ruang guru
1
Baik
5
Ruang BP/BK
1
Baik
6
Ruang TU
1
Baik
7
Ruang perpustakaan
1
Baik
8
Ruang UKS
1
Baik
9
Ruang computer
1
Baik
10
Ruang koperasi
1
Baik
11
Ruang OSIS
1
Baik
12
Kamar mandi/WC murid
3
Baik
101
Ibid
13
Kamar mandi/WC guru
1
Baik
14
Musholla
1
Baik
15
Gudang
1
Baik
B. Deskripsi Hasil Penelitian tentang
Pembelajaran Partisipatif
Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
1. Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Keberhasilan anak didik ditentukan oleh model dan metode mengajar yang ditentukan oleh guru, di samping komponen system pembelajaran lainnya. Proses pembelajaran merupakan suatu system yang komponen-komponennya saling berinteraksi sebagai satu kesatuan. Komponen system pembelajaran itu antara lain : siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sarana-prasarana, evaluasi dan lingkungan pembelajaran. Setiap guru harus menguasai komponen-komponen itu dan trampil menerapkannya dalam proses belajar-mengajar. Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi siswa, guru memperbanyak kesempatan kepada siswa untuk berbicara supaya siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran sehingga siswa mampu meningkatkan berpikir kreatif.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Badruddin, S.P.d.I mengatakan bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dengan cara setiap pembelajaran melibatkan siswa secara aktif, guru hanya sedikit saja dalam menerangkan materi, selebihnya meminta siswa untuk mencari contoh permasalahan dari lingkungan sekitar sekaligus memberikan solusinya. Sehingga bisa membuka pikiran, ide, dan gagasan dalam menanggapi setiap problem kehidupan dengan metode diskusi dikelas, kemudian pertemuan selanjutnya guru member tugas kepada siswa untuk membuat karya tulis ilmiah untuk mencari informasi melalui berbagai macam media salah satunya wawancara kepada masyarakat tentang sub bab mapel akidah akhlak yang telah ditentukan antara lain tentang akidah islamiah,akhlak terpuji dan tercela dll, Dan yang lebih utama adalah memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya diri.102 Senada halnya dengan Miftakhul Muandik, sebagaimana hasil wawancaranya, dia mengatakan bahwa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin, guru selalu memberikan waktu yang lebih kepada siswa untuk bertanya, memberikan ide, menanggapi pertanyaan dan mencurahkan pikiran dalam proses pembelajaran. Adapun strategi yang dipakai guru menyuruh siswanya untuk mencari 102
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
permasalahan tentang pelajaran akidah akhlak yang telah ditentukan oleh guru di lingkungan sekitar untuk di analisis dan didiskusikan kemudian memberikan solusinya. 103 Pernyataan ini diperkuat oleh kepala madrasah, sebagaimana hasil wawancaranya, beliau mengatakan bahwa kami melihat in put siswa yang kemampuannya berbeda-beda, ada yang pandai, sedang dan kurang. Untuk mengatasi anak-anak yang kemampuannya kurang dengan cara menganjurkan guru untuk memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kurang, dan meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan pandai diberi pengarahan supaya terus mengasah kreatifitasnya. Yang lebih penting adalah melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar – mengajar dan strategi pembelajarannya bertumpu pada peserta didik.104 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa guru dapat menciptakan suasana belajar yang efektif, efisein dan kondusif yang mengarah pada situasi kelas karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreatifitas guru disamping kompetensi profesionalnya.
2. Kreatifitas Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin 103
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 104 Ahmad Yusro,S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari interaksi antara manusia satu dengan manusia lainnya. Begitu juga dalam proses pembelajaran, seorang siswa selalu berkomunikasi dengan siswa lainnya dan pendidik. Agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan tidak
monoton, dan
membosankan peserta didik, maka perlu dibuatkan program kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa agar lebih menarik perhatian dalam meningkatkan kreatifitasnya. Melakukan kegiatan secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi pribadi dan bagi lingkungan) tetapi memberikan kepuasan kepada individu dan memungkinkan siswa meningkatkan kualitas hidupnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Badruddin, S.Pd.I, sebagaimana hasil wawancaranya, beliau mengatakan bahwa untuk menunjang dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin selain diskusi dikelas kami berikan tugas setelah dirumah menyusun karya tulis ilmiah tentang akidah dilingkungan sekitar dan juga tentang akidah islamiah, akhlak terpuji, Maupun tidak terpuji , kegiatan yang diprogramkan ada Peringatan Hari Besar Islam, Sholat Berjama’ah, Seminar, Lomba Karya Tulis Ilmiah, pramuka, Dauroh Bahasa Arab, Les Bahasa Inggris, Les Komputer, dan Khitobah. siswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan
tersebut, bagi yang bandel tidak mau masuk akan mendapatkan sanksi dari Pembina kegiatan. Jika tidak di beri sanksi, bisa jadi siswa seenaknya sendiri.105 Kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran Akidah Akhlak yaitu karya tulis ilmiah Peringatan Hari Besar Islam, Sholat berjama’ah, Khitobah. Kegiatan tersebut memberikan makna yang mendalam guna memperbaiki dan memperkuat keyakinan siswa dalam beragama serta siswa mampu berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan program kegiatan tersebut mampu memberikan nilai yang positif bagi perkembangan siswa dari ranah emosional, spiritual sampai ranah intelektual. Berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan tersebut, misalnya karya tulis ilmiah, khitobah, menuntut siswa untuk berani berbicara, berpendapat dan menulis dengan baik dan benar. Kesenian Baca Tulis Al-Qur’an di sini meliputi seni menulis kaligrafi ayat Al-Qur’an dan seni membaca Al-Qur’an. Khitobah di sini adalah latihan berpidato atau ceramah keagamaan. Kegiatan ini menuntut siswa untuk percaya diri, berani dan
siap dalam menyampaikan pengalaman dan pengetahuan
keagamaannya di depan umum. Selain itu juga pelatihan Karya tulis ilmiah bagi siswa mampu memacu berpikir kreatif karena untuk menulis itu perlu kemauan, usaha dan konsentrasi dalam menuangkan ide, gagasan, daya imajinasi, dan pendapat ke bentuk 105
Badruddin, S. Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 13 Juni 2015.
tulisan. Dengan membiasakan menulis akan lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama penalaran menyelesaikan permasalahan yang ada dengan daya imajinasi, inspiratif dan inovatif. Dengan kemampuan dan keberanian yang dimiliki siswa serta bimbingan, latihan, dan motivasi dari pendidik mampu meningkatkan berpikir kreatif siswa. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kepala Madrasah, beliau mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif banyak program kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak Madrasah, misalnya lomba karya tulis, pramuka, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les computer, khitobah, dan kesenian, diharapkan dengan kegiatan tersebut siswa lebih kreatif , setiap siswa diwajibkan mengikutinya, apabila tidak mengikuti akan mendapatkan sanksi.106
3. Faktor- faktor Keberhasilan Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015. Proses kegiatan pembelajaran partisipatif itu berpusat pada peserta didik (learner centered). Maksudnya ialah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
106
Ahmad Yusro, S.S selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
berdasarkan atas kebutuhan belajar siswa dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan siswa. Dengan adanya pembelajaran partisipatif di kelas XI Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin memberikan ruang dan waktu yang lebih bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Sehingga kreatifitas siswa tidak stagnan / terbelenggu oleh tembok pemisah antara pendidik dan peserta didik. Di sini Guru menjadikan siswa sebagai subyek sekaligus obyek pembelajaran. Oleh karena itu dalam penerapan pembelajaran ini tidak terlepas dari penghambat dan pendukung keberhasilan pembelajaran partisipatif mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, sebagaimana hasil wawancara dengan guru pamong, siswa, dan Kepala Madrasah, yaitu : Pertama, Badruddin,S.Pd.I selaku guru pamong mata pelajaran Akidah Akhlak, beliau mengatakan bahwa penghambat pembelajaran partisipatif yaitu masih ada siswa yang kurang berperan aktif, malu dan atau takut mengungkapkan pendapatnya, materi/buku pendukung yang kurang memadai, sebagian siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan pokok sehingga belajar hanya saat menjelang ujian saja. Adapun pendukung keberhasilannya diantaranya peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif, keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran,
memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya, metode yang digunakan, bahan ajar, dan sarana – prasana yang tersedia di Madrasah. 107 Kedua, Miftakhul Muandik
selaku ketua kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, dia mengatakan bahwa untuk penghambat diantaranya siswa terganggu oleh suara kendaraan yang lewat, kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar, dan fasilitas perpustakaan bukunya hanya sedikit dan terbitan lama. Adapun pendukung keberhasilan yaitu guru mampu menguasai materi, partisipasi
aktif
siswa
dalam
belajar
–
mengajar,
dan
kegiatan
ekstrakurikuler.108 Pernyataan di atas, dipertegas oleh Kepala Madrasah, beliau mengatakan bahwa penghambat pembelajaran partisipatif yaitu masih ada siswa yang kurang berani dalam menyampaikan gagasan/pendapat, sebagian guru belum sesuai dengan kemampuan akademiknya, sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai. Sedangkan
factor
keberhasilan diantaranya
strategi
pembelajaran yang dipakai oleh guru disesuaikan dengan kebutuhan, memanfaatkan fasilitas yang tersedia, dan keikutsertaan siswa dalam situasi edukatif.109
107
Badruddin, S. Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 108
Miftakhul Muandik, selaku ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 109
Ahmad Yusro,S.S selaku Kepala Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dalam pembelajaran Akidah Akhlak siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin materi-materinya telah disusun sesuai kurikulum yang berlaku, dalam buku pelajaran Akidah Akhlak terdiri VI BAB yaitu: Iman pada Kitab-kitab Allah, sikap terpuji, Akhlak tercela, Iman kepada Rasul, sifat terpuji, dan Iman pada Hari Akhir. Meski materinya telah disusun tidak menutup kemungkinan ada materi tambahan yang perlu dibahas sesuai kebutuhan dan keinginan siswa. Adapun materi tambahannya yaitu tentang penyimpangan Akidah Islamiyah, materi ini diajarkan karena akhir-akhir ini banyak terjadi penyimpangan Aqidah Islam seperti aliran ahmadiyah, aliran lia aminuddin (kerajaan tuhan), aliran musoddiq,dll. Penistaan agama - ada sebagian orang yang mengaku menjadi nabi, malaikat, dan utusan Tuhan. Penyimpangan aqidah ini tentunya meresahkan masyarakat. Jika peserta didik kurang pemahaman tentang ajaran agama Islam dikhawatirkan akan terjerumus jurang kenistaan. Itulah pentingnya penyampaian materi tersebut. Pembelajaran Akidah Akhlak tidak hanya memuat dalil-dalil normatif (AL-Qur’an & As-Sunnah) saja tetapi juga dengan argumentasi yang rasional yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Di sini peserta didik dimotivasi untuk menyampaikan ide, gagasan dan argumentasi mengenai permasalahan tersebut. Tak hanya itu peserta didik bisa menceritakan pengalaman religius mereka yang nantinya dijadikan sebagai pembelajaran hidup bagi yang lainnya. Dengan pembelajaran seperti ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Dan pelajaran ini tidak hanya dihafalkan tetapi jauh lebih penting adalah untuk ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu berakhlakul karimah sesuai ajaran agama Islam.
BAB IV ANALISA DATA
A. Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Perkembangan kreatifitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Sesungguhnya otak manusia menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere. Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaanpekerjaan yang bersifat ilmiah, kritisi, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, dll. Sedangkan fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan dengan kegiatan yang bersifat nonlinear, nonverbal, holistic, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, dll.110 Peningkatan kemampuan berpikir kreatif sejak usia dini menjadi sangat penting karena berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. 111 Setiap
siswa
memiliki
kemampuan
berbeda-beda
dalam
proses
berpikirnya, ada yang lamban, sedang, dan cepat. Begitu juga dengan bakat, 110
Mohammmad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, 2005, hlm. 40. 111
hlm. 31.
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004,
minat, kepribadian, dan kreatifitas mereka memiliki perbedaan. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Anak yang berbakat mempunyai kebutuhan dan masalah yang khusus. Jika mendapat pembinaan dan pengarahan yang tepat memungkinkan mereka mengembangkan bakat dan kemampuan mereka secara utuh dan optimal, mereka dapat memberi sumbangan yang luar biasa kepada masyarakat. Adalah kewajiban kita semua untuk membantu memupuk talenta dan kemampuan berpikir kreatif anak, seperti juga kewajiban kita terhadap masyarakat untuk membantu menyiapkan tenaga profesional dan pemimpin masa depan. Anak berbakat kreatif adalah a gift from god and nature, dan merupakan sumber daya manusia berkualitas yang bermakna yang tidak boleh disia-siakan. Mereka perlu diberi perhatian dan pelayanan khusus. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, penulis memperoleh data mengenai upaya guru mata pelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara dengan cara melibatkan siswa secara aktif, guru hanya sedikit dalam menerangkan materi, selebihnya meminta siswa untuk mencari contoh permasalahan dari lingkungan sekitar sekaligus memberikan solusinya. Sehingga bisa membuka pikiran, ide, dan gagasan dalam menanggapi setiap problem kehidupan. Dan yang lebih utama adalah memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya diri. Sedangkan
strategi yang diterapkan yaitu lebih menekankan pada keikutsertaan siswa mulai dari awal – akhir pembelajaran, meski materi selama 1 tahun sudah tersusun dalam buku ajar, tidak menutup kemungkinan ada materi lain yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan siswa. 112 Selain itu, hal yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah dengan cara selalu memberikan waktu yang lebih kepada siswa untuk bertanya, memberikan ide, menanggapi pertanyaan dan mencurahkan pikiran dalam proses pembelajaran. 113 Pernyataan ini diperkuat oleh Kepala Madrasah, sebagaimana hasil wawancaranya, beliau mengatakan bahwa kami melihat input siswa yang kemampuannya berbeda-beda, ada yang pandai, sedang dan kurang. Untuk mengatasi anak-anak yang kemampuannya kurang dengan cara menganjurkan guru untuk memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kurang, dan meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan pandai diberi pengarahan supaya terus mengasah kreatifitasnya. Dan yang lebih penting adalah melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar – mengajar.114 112
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI . MA SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 113
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA SA PP. Rudlotut Tholibin Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 114
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dengan demikian pendidik hendaknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kreatif, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Keadaan demikian inilah, menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat dan percaya terhadap siswa. 115 Metode atau teknik belajar kreatif berorientasi pada pengembangan potensi berpikir siswa, yakni mengaktifkan fungsi berpikir divergen melalui teknik-teknik seperti sumbang saran, daftar penulisan gagasan, teknik pemecahan masalah yang merangsang siswa untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan. Dalam setiap kegiatan belajar – mengajar, siswa dilibatkan secara aktif dalam masalah yang nyata dan menantang. 116 Metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo diantaranya yaitu: metode problem solving, curah- pendapat, dan diskusi. Alasannya karena metode tersebut lebih mengutamakan interaksi aktif siswa. 117 Orang-orang yang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen – kemampuan individu untuk mencari berbagai aternatif jawaban terhadap suatu persoalan, dari pada memiliki cara berpikir konvergen – cara 115
Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 173.
116
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2003, hlm. 120. 117
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 juni 2015
individu dalam memikirkan sesuatu berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Selain dorongan yang kuat dari peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, akan terwujud apabila ada motivasi/dorongan yang dilakukan oleh keluarga atau orang tua misalnya
memberikan pengalaman
kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir kreatif. Cara-cara yang bias diguanakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mewujudkan ide-idenya, serta menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Hal yang penting juga adalah dorongan dari sekolah (guru) dimana sekolah merupakan lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Wujud dorongan dari guru ada beberapa cara misalnya menciptakan interaksi yang akrab dengan peserta didik-secara psikologis anak akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka, memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik, dan meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik melaui
media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Sedangkan
dorongan
dari
masyarakat
diantaranya
dengan
cara
memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk bersosialisasi serta menunjukkan potensi yang dimiliki anak dengan sikap yang bertanggungjawab, dan menerima anak secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat-apa pun kondisi anak dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan intelektual yang dapat dikembangkan secara maksimal. Maka dari itu bakat kreativitas siswa akan terwujud jika ada dorongan dari lingkungan baik keluarga, sekolah, masyarakat (motivasi eksintrik) dan juga adanya dorongan kuat dari dalam dirinya sendiri (motivasi intrinsik). B. Analisis Tentang kreatifitas Siswa Kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut
Tholibin Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Banyak macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di sekolah, tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah tradisional. Maka dari itu supaya pendidikan di sekolah tidak monoton dan membosankan siswa, menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh S. Nasution membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan murid antara lain :
1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan : gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dll. 2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dll. 3. Listening activities seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidat, dll. 4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dll. 5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dll. 6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dll. 7. Mental activities seperti : mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dll. 8. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa gembira, berani, tenang, dll.118 Demikian juga kreatifitas yang dilakukan oleh siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin untuk menunjang dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa tidak terlepas dengan program kegiatan yang direncanakan oleh pihak MA SA PP. Roudlotut Tholibin Sebagaimana hasil penelitian di
118
Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91 .
lapangan diperoleh data bahwa MA SA PP. Roudlotut Tholibin memprogramkan kegiatan ekstrakurikuler yaitu les komputer, les Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, pramuka, pelatihan jurnalistik dan Lomba Karya Tulis Ilmiah, Aktifitas tersebut rutin diikuti oleh siswa sesuai dengan jadwalnya. 119 Selain itu untuk menunjang pembelajaran partisiptif mapel Akidah Akhlak diselenggarakannya karya tulis ilmiah dengan mengambil sumber dari lingkungan siswa masing-masing kemudian didiskusikan dikelas, dan juga kegiatan-kegiatan yang lain yaitu Peringatan Hari Besar Islam, sholat berjama’ah, seminar, dan khitobah. Setiap siswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan tersebut, bagi yang bandel tidak mau masuk akan mendapatkan sanksi dari Pembina kegiatan. Jika tidak di beri sanksi, bisa jadi siswa seenaknya sendiri.120 Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kepala Madrasah, beliau mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif banyak program kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak Madrasah, misalnya pramuka, pelatihan jurnalistik, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, dan kesenian, diharapkan dengan
119
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 120
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
kegiatan tersebut siswa lebih kreatif, dan setiap siswa diwajibkan mengikutinya, apabila tidak mengikuti akan mendapatkan sanksi. 121 Peserta didik akan merasakan kebebasan psikologis jika orang tua dan guru memberikan kesempatan yang banyak dalam setiap aktivitas yang diminatinya secara positif. Sebagai makhluk social, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut untuk mengikuti aturanaturan dan norma-norma yang berlaku. Kreatif sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan yang timbul dari keunikan sifat individu yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Berpikir kreatif ini dapat terwujud dalam suasana kebersamaan dan terjadi apabila relasi antar individu ditandai oleh hubungan-hubungan yang bermakna dalam setiap aktivitasnya. Dengan memberikan waktu yang lebih kepada peserta didik
untuk
beraktifitas dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya karena anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. C. Analisis Tentang Faktor-faktor Keberhasilan Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan 121
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015. Progam-program pendidikan di sekolah pada umumnya memiliki kurikulum yang seragam, waktu yang ketat, dan persyaratan siswa ditetapkan di tingkat nasional dan berlaku bagi seluruh kawasan. Kondisi tersebut membatasi peranan guru untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan. Sedangkan peserta didik terkadang di pasung kreativitasnya, mereka tidak di beri waktu dan kesempatan untuk ikut andil dalam menentukan pembelajaran. Guru yang mendominasi dan bahkan paling berkuasa di kelas. Kondisi semacam itu yang dapat memperburuk perkembangan peserta didik. Maka dari itu dengan adanya pembelajaran partisipatif ini menuntut dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpartipasi aktif mulai dari awal – akhir pembelajaran. Peranan aktif dari pendidik dan peserta didik sangat dibutuhkan dalam pembelajaran partisipatif ini. Secara umum, setiap pembelajaran itu memiliki factor-faktor tertentu yang bisa mempengaruhi keberhasilan pembelajaran itu, demikian juga dengan proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin. Proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhi, sebagaimana hasil di lapangan, diperoleh :
1. Factor-faktor yang mendukung pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara tahun pelajaran 2014/2015 adalah: a. Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif. Dalam setiap proses pembelajaran yang ada peranan guru sangat penting pengaruhnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan diantaranya yaitu; meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Peranan guru bisa sebagai orang tua, fasilitator, narasumber, dan teman belajar bagi peserta didik. Menurut
H.D.
Sudjana
bahwa
peranan
pendidik
dalam
pembelajaran partisipatif ada dua hal, yaitu pertama, dalam penyusunan dan pengembangan program belajar, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar ; identifikasi sumber-sumber pembelajaran, menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran, dan evaluasi program pembelajaran. Kedua, dalam upaya menumbuhkan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar partisipatif. 122 b. Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
122
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 11.
Pembelajaran partisipatif adalah terjadinya aktivitas saling belajar baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan pendidik. Partisipasi aktif siswa sangatlah penting dalam pembelajaran karena tanpa adanya feed back atau keikutsertaan dari siswa pembelajaran tersebut kurang berhasil. Dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk terlibat (memberikan ide, pendapat, gagasan, dll) dan guru tidak mendominasi dan menghegemoni pembelajaran, siswa akan lebih leluasa dalam berekspresi dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki baik ranah kognisi, afeksi, maupun psikomotrik. c. Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya. Proses pembelajaran yang kreatif mengharuskan guru untuk dapat memotivasi
dan
memunculkan
kreatifitas
peserta
didik
selama
pembelajaran itu berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif misalnya kerja kelompok, problem solving, diskusi. Pendidik harus mampu merangsang peserta didik memunculkan kreativitas baik dalam konteks kreatif berpikir maupun konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berpikir kreatif selalu berawal dari berpikir kritis yakni melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. d. Bahan pengajaran
Bahan pengajaran sangat penting keberadaannya demi melancarkan proses belajar-mengajar. Bahan ajar dapat berupa buku pelajaran utama, buku bacaan, lembar kerja siswa (LKS), dan lain sebagainya. Dengan adanya bahan ajar seorang guru dan para siswa bisa memanfaatkannya sebagai sumber pengetahuan sehingga proses transformation of knowledge dapat tercapai dengan maksimal. Menurut Ahmad Rohani bahwa manfaat bahan ajar yaitu dapat merangsang untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut. Misalnya, buku teks, buku bacaan, film, dll, yang mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berpikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut. 123 e. Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah. Sarana merupakan segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, laboratorium, perpustakaan, perlengkapan madrasah, dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju ke madrasah, penerangan madrasah, kamar kecil, alat kesenian, dan lain sebagainya.
123
Drs. Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.. 103.
Kelengkapan sarana-prasarana akan membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Maka dari itu perlu dimanfaatkan secara maksimal sarana-prasarana yang sudah ada. f. Metode mengajar yang digunakan. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajarmengajar. Metode mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Metode mengajar yang tepat dan dilaksanakan secara benar dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Banyak jenis metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru, namun metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara diantaranya yaitu: metode problem solving, curahpendapat, dan diskusi. Alasannya karena metode tersebut lebih mengutamakan interaksi aktif siswa. 124 g. Kegiatan ekstrakurikuler.
124
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa di luar jam sekolah yang diprogramkan oleh pihak madrasah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Program kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan yang menyentuh perkembangan ranah kognisi, afeksi, dan atau psikomotorik. Demikian halnya kegiatan yang diprogramkan MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif diantaranya yaitu: pramuka, pelatihan jurnalistik, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, kesenian, dan sebagainya. 125 Tanggungjawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah sangatlah penting. Pendidikan akan berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil. Aktivitas organisasi siswa di sekolah perlu digalakkan. Siswa dilatih untuk bertanggungjawab atas tugasnya sebagai siswa, dan berani menanggung resiko atas perbuatannya.126
125
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015. 126
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran (teori, permasalahan dan praktek), UMM Press, Malang, 2005, hlm. 95.
2. Factor-faktor yang menghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin tahun pelajaran 2014/2015 adalah: a. Masih ada siswa yang kurang berperan aktif. Dalam mencerna pelajaran yang disampaikan guru, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda,demikian halnya
dengan
peranannya dalam merespon pembelajaran ada yang aktif dan pasif. Itu tergantung dari kemampuan dari peserta didik itu sendiri dan juga stimulus dari pendidik. b.
Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya. Keberanian siswa dalam mencurahkan pendapat di setiap proses
belajar-mengajar sangat penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Apabila siswa malu dan atau takut mengutarakan ide/gagasannya itu bisa mengakibatkan mandulnya kreatifitas siswa. Maka dari itu perlu adanya dorongan dari internal siswa maupun eksternal (guru, teman, keluarga, lingkungan sekitar, dll). c. Materi/buku pendukung yang kurang memadai. Materi atau buku pendukung dalam pembelajaran Akidah Akhlak yang tersedia di MA. SA PP. Roudlotut Tholibin kurang memadai sesuai jumlah siswa dan jenis bacaannya pun hanya sedikit sehingga siswa tidak
dapat mengakses buku pendukung. Dengan keterbatasan buku tersebut dapat menghambat proses pembelajaran. Pada dasarnya buku pendukung dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Buku penununjang tersebut berupa buku bacaan seperti novel Islami, sejarah nabi, ataupun cerita keagamaan yang terdapat di perpustakaan. Di perpustakaan MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara fasilitas bukunya terbatas dan sebagian terbitan lama sehingga siswa kurang mampu mengakses perkembangan informasi dan pengetahuan baru. d. Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan. Pada hakikatnya belajar adalah kebutuhan bagi siswa, terkadang siswa belum menyadari dan belum bisa menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan, maka dari itu perlu proses penyadaran dan pemahaman tentang pentingnya belajar. e. Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar. Dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan konsentrasi siswa, dengan adanya konsentrasi siswa lebih mudah dalam memahami dan menyerap materi yang diajarkan. Konsentrasi siswa bisa terganggu diantaranya disebabkan oleh gaduhnya siswa di dalam kelas, bisingnya suara mesin pengupas padi kendaraan yang lalu-lalang, dll.
Verifikasi Dari hasil analisis data di atas dapat diambil kesimpulan yaitu : 1. Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara tahun pelajaran 2014/2015 sudah baik, hal ini terbukti dengan melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, memberikan waktu yang lebih kepada siswa untuk mencurahkan ide, gagasan dan pendapat dengan metode yang tepat baik lewat pembelajaran dikelas maupun tugas tak terstruktur yang diberikan guna menunjang kreatifitas, memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya diri, guru memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kemampuannya kurang, dan meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak. 2. kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Kreatifitas
yang dilakukan oleh siswa kelas XI yang telah
diprogramkan oleh pihak MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara diantaranya adalah pelatihan pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, kesenian, Peringatan Hari Besar Islam, Sholat Berjama’ah, Seminar, dan Lomba Karya Tulis
Ilmiah. Dengan menjalankan rutinitas aktifitas tersebut terbukti dapat meningkatkan kreativitas siswa. Adapun bentuk berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin yaitu siswa menemukan informasi yang bermanfaat dari masyarakat kemudian di jadiakan bahan ajar dalam pembelajaran, cepat dan mudah dalam memahami pelajaran, percaya diri, berani dan siap dalam menyampaikan pengalaman dan pengetahuan keagamaannya di depan umum meskipun mendapatkan kritik, mempunyai daya imajianasi yang kuat, inspiratif, dan inovatif dalam memecahkan permasalahan serta mampu mengungkapkan ide dan gagasan berupa tulisan maupun bahasa verbal. 3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. a. Pendukung pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin adalah: 1) Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif. 2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran. 3) Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya.
4) Bahan pengajaran 5) Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah. 6) Metode mengajar yang digunakan. 7) Kegiatan ekstrakurikuler b. Penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin adalah: 1) Masih ada siswa yang kurang berperan aktif. 2) Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya. 3) Fasilitas perpustakaan yang kurang memadai. 4) Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan. 5) Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah
diadakan
penelitian
tentang
“Studi
Analisis
Tentang
Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”. berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 sudah baik, hal ini terbukti dengan melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, memberikan waktu yang lebih kepada siswa untuk mencurahkan ide, gagasan dan pendapat,termasuk memerikan tugas tak terstruktur dilingkungan rumah masing-masing, memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya diri, guru memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kemampuannya kurang, dan meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak. 2. Bahwa kreatifitas yang dilakukan oleh siswa kelas XI yang telah diprogramkan oleh pihak MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo
Kec. Donorojo Kab. Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 diantaranya adalah pramuka, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, kesenian, Peringatan Hari Besar Islam, Sholat Berjama’ah, Seminar, dan Lomba Karya Tulis Ilmiah. Dengan membuat Tugas karya tulis ilmiah yang diberikan oleh guru mapel akidah akhlakdalam proses pembelajaran tersebut terbukti dapat meningkatkan kreativitas siswa. Adapun bentuk berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin yaitu siswa cepat dan mudah dalam memahami pelajaran, percaya diri, berani dan siap dalam menyampaikan pengalaman dan pengetahuan keagamaannya di depan umum meskipun mendapatkan kritik, mempunyai daya imajianasi yang kuat, inspiratif, dan inovatif dalam memecahkan permasalahan serta mampu mengungkapkan ide dan gagasan berupa tulisan maupun bahasa verbal. 3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 Pendukung pembelajaran partisipatif
pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara adalah: Factor pendukung pembelajaran partisipatif
Tahun Pelajaran 2014/2015
1) Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif. 2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran. 3) Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya. 4) Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah. 5) Metode mengajar yang digunakan. 6) Kegiatan ekstrakurikuler
Factor Penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
adalah:
6) Masih ada siswa yang kurang berperan aktif. 7) Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya. 8) Fasilitas perpustakaan yang kurang memadai. 9) Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan. 10) Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
B) Saran-saran Untuk meningkatkan kualitas MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara agar lebih baik, saran penulis sebagai berikut : 1. Dari penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa pembelajaran partisipatif mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara. Oleh karena itu diharapkan guru dapat memberikan motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan kreatifitasnya, sehingga siswa dapat
termotivasi, dan
bersungguh-sungguh dalam belajar, baik di sekolah, maupun di rumah. 2. Diharapkan guru, orang tua dan orang di sekitar siswa menggunakan layanan konseling dengan semaksimal mungkin, dikarenakan layanan konseling tersebut memang diperuntukkan oleh siswa agar dapat membantu berbagai macam
persoalan
yang
dihadapi
anak
dididik,
khususnya
tentang
permasalahan sekolah. 3. Guru hendaknya selalu memperhatikan perkembangan belajar siswa, tingkah laku, dan juga ikut memberikan informasi kepada orang tua siswa agar selalu memberikan motivasi belajar, Sehingga siswa akan lebih percaya diri dalam belajar dan juga dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah.
C) Penutup Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat , taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini . Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi pada kususnya dan bagi dunia pendidikan maupun para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghofur, Desain Instruksional, Tiga Serangkai, Surakarta, 1978. Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993. Abdurrahman Mas’ud, Et. All, (Fak.Tarbiyah IAIN Semarang) Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2001. Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm.285. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1995. Al Qur’an, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989. Anita E. Woolfolk&Lorraine McCune. Nicolich, Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I), PT. Inisiani Press, Depok, 2004. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. Andi, Yogyakarta, 2002. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996. Chabib Thoha,dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1999. Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta, 1984. Dedi Supriyadi, Kreativitas Kebudayaan dan Pengembangan Iptek, Alfabeta, Bandung, 1998. Departemen Agama, Buku Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, C.V. Goni & Son, Semarang. ……………………, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum Tingkat Menengah Dan Sekolah Luar Biasa, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008. Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999. Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 2004. Drs. Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000. Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran (teori, permasalahan dan praktek), UMM Press, Malang, 2005. Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, PT. Ircisod, Yogyakarta, 2007. Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1981. M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008. M.A. Arifin, Filsafat, Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1994. Mohammmad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, 2005. Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah; Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1998. Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2003. Mubasyaroh, M. Ag, Buku Daros Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq, Departemen Agama Pusat Pengembangan Sumber Belajar STAIN Kudus, 2008.. Muhaimin,dkk, Paradigma Pendidikan Islam;upaya mengaktifkan PAI di sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muhammad Surya, Kapita Selekta Pendidikan Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif, Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2004.. Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosadakarya, Bandung, 2003. Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru AlGesindo, Bandung, 2001. Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Ed. IV, Yogyakarta, 2002. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, 2000. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. ............., Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, Cet. Ke-2, 2006. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Suharto dan Tata Iryanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Indah, Surabaya, 1996, Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta 1997, hlm. 18. Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004. UU Sistem Pendidikan Nasional NO: 20 Tahun 2003. Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern, Era Intermedia, Solo, 2004.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, LPPI UMY, Yogyakarta, 2004. Zakiah Darajat, Pendidikan Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1982. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.