PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VII SMP ISLAM AL-AZHAR KEDUNG MALANG KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh: Ismatul Barik NIM :131310001355
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015
ABSTRAK ISMATUL BARIK (211408/131310001355). Dosen Pembimbing Drs. H Akhirin Ali, M. Ag. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Kontekstual di kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Jepara Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :1) pengertian Kontekstual 2) Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Tahun Pelajaran 2015/2016. 3) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kels VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara, observasi partisipan, dan dokumentasi, menggunakan analisis reduksi data, penyajian data dan verifikasi Penelitian ini juga melakukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik Triangulasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) pengertian, konsep dasar dan langkah pelaksanaan pembelajaran Kontekstual, 2) Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontekstual merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, pengajaran lebih efektif, dan bermakna. Aplikasi Pendekatan Konekstual dalam pembelajaran PAI dilaksanakan dengan baik dengan menerapkan tujuh asas pendekatan Kontekstual. 3) faktor yang pendukung dan penghambat yang utama berasal dari siswa dan guru: adanya siswa yang tidak terlalu banyak, kesiapan guru, serta adanya semangat dari siswa dalam pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan faktor penghambat: adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta minmnya alokasi waktu. Kemudian dari kajian dan temuan-temuan diatas, kiranya dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan pembelajaran PAI dengan pendekatan Kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pemikiran, informasi, pengetahuan dan masukan bagi para praktisi pendidikan, mahasiswa, lembaga pendidikan dan seluruh pihak yang membutuhkannya di lingkungan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara. Kata kunci : pelaksanaan, pembelajaran , pendekatan kotekstual.
ii
Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag. Alamat: Mantingan , Tahunan Jepara PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi A.n. Sdri. Ismatul Barik Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah selesai meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini, saya kirim naskah skripsi saudara: Nama
: Ismatul Barik
NIM
: 211408 / 131310001355
Judul
:PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VII SMP ISLAM AL-AZHAR KEDUNG MALANG KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’laikum Wr. Wb.
Jepara,
September 2015
Pembimbing,
Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag.
iii
MOTTO
ﻚ َ َﺼﻠَﻮةَ َوأٌﻣُﺮْ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُوْ فِ وَا ْﻧﮫَ َﻋ ِﻦ ا ْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮوَاﺻْ ﺒِﺮ َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎأًﺻَﺎ ﺑ ﻲ أَﻗِﻢِ اﻟ ﱠ ﯾَﺒُﻨَ ﱠ ﻚ ﻣِﻦْ ﻋَﺰْ مِ اﻷُﻣُﻮْ ِر َ ِإنﱠ َذ ﻟ (١٧:)ﻟﻘﻤﺎن “Hai anakku dirikanlah shalat dan surulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegalah (meraka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.1 (Q.S. Luqman:17)
T.M.Hasbi Ashshddiqi, dkk, Al Qur’an Dan Terjemah, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Qur’an, 1971), hal 655
v
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan dan ketulusan hati ku persembahkan skripsi ini, kepada kedua orang tuaku (Ibu Siti Rohmah dan Bapak Mujazim) yang telah mendidik dan banyak memberi cinta dan kasih sayang, pengorbanan serta bimbingan yang tidak terhingga nilainya, baik material maupun spiritual, dengan do’a ayah dan ibu saya menjalani kehidupan yang lebih baik. (Do’a mu senandung yang paling merdu sebagai pengobar semangat jiwaku). Karena Cinta seorang ibu dan ayah seperti cahaya yang memancarkan segala ketulusan dan mengungkapkan cinta, membuat kita bersuka cita dan bahagia dalam menjalankan kehidupan. Kakak,adikku dan buat semua keluargaku terimakasih untuk semua semangatnya, motivasi, do'a dan nasehat yang selalu diberikan untuk aku. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku dan teman - teman kelas D R2 UNISNU angkatan 2011, Sahabat sejati adalah oarang yang mencintai kita dengan tulus dan mau menerima kita apa adanya. Kekecewaan mengajarkan kita arti kehidupan. Teruskan perjuangan kita walaupun terpaksa menghadapi rintangan demi rintangan dalam hidup.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah di tulis oleh orang lain atau di terbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, 07 September 2015 Deklarator,
Ismatul Barik NIM. 211408 /131310001355
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat dan taufik-Nya kepada semua hambanya tidak terkecuali kepada penulis. Hanya karena karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada beliau nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya. Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis menyampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan : 1. Bapak Prof. Dr. KH Muhtarom selaku Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Nahdlatul Ulama (UNISNU ) Jepara 3. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M. Ag. selaku Pembimbing Penyusun Skripsi Ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan
yang sangat
berharga
sehingga skripsi
ini
dapat
terselesaikan. 4. Seluruh dosen UNISNU Jepara yang telah berjasa membantu penulis dalam mencari dan mendalami ilmu pengetahuan selama studi.
viii
5. Segenap staf akademika serta staf perpustakaan UNISNU jepara yang turut membantu kepada penulis sehingga menjadikan lancarnya penulisan skripsi ini. 6. Kedua orang tuaku, dan saudara-daraku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyusun skripsi ini 7. Kepala SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara 8. Guru Dan Karyawan SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara 9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang membantu dalam menyusun skripsi ini. Berkat jasa-jasa mereka, penulis hanya memohon doa dan semoga amal kebaikan diterima di sisi Allah SWT, mendapat balasan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Akhirnya penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Jepara, 07 September 2015 Penulis,
Ismatul Barik
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i ABTRAKSI ........................................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii PENGESAHAN ..................................................................................................iv HALAMAN MOTTO .........................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................vi DEKLARASI ......................................................................................................vii KATA PENGANTAR ........................................................................................viii DAFTAR ISI ......................................................................................................x BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................1 B. Penegasan Istilah.......................................................................................3 C. Rumusan Masalah .....................................................................................5 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................5 E. Manfaat Penelitian ...................................................................................6 F. Metodologi Penelitian ...............................................................................7 G. Sistematika Penulisan Sekripsi .................................................................21
x
BAB II :LANDASAN TEORI A. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ............................24 1. Pengertian Dan Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........ 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidika Agama Islam ..................29 a. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..............................29 b. Tujuan Pembelajaran Agama Islam .................................................31 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam............................................32 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Agama Islam .....................................................................................................33 5. Faktor Pendukung Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa ....................33 6. Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa ..................36 B. PENDEKATAN KONTEKSTUAL..........................................................37 1. Pengertian dan Konsep Pendekatan Kntekstual ...................................37 2. Strategi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual ...........39 3. Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual .................................40 4. Penerapan Pendekatan Kontekstual dikelas .........................................41 5. Kerangka Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan pendekatan Kontekstual...........................................................................................45 C. Pembelajaran Pendidikkan Agama Islam dengan Pendekatan Kontekstual ...................................................................................................................46 BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. DATA UMUM .........................................................................................50
xi
1. Sejarah Berdirinya dan Letak Geografis SMP Islam Al azhar Kedung Malang ..................................................................................................50 2. Visi dan Misi ........................................................................................51 3. Tujuan SMP Islam Al Azhar Kedung Malang .....................................52 4. Keadaan Guru .......................................................................................52 5. Keadaan Siswa .....................................................................................56 6. Sarana dan Prasarana ............................................................................57 B. DATA KHUSUS.......................................................................................59 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Al Azhar Kedung Malang..........................................................................59 2. Pelaksanaan
Pembelajaran
Penddikan
Agama
Islam
Dengan
Pendekatan Kotekstual Di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016............................62 3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran Penddikan Agama Islam Dengan Pendekatan Kotekstual……………67 BAB IV : PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Tahun Pelajaran 2015/2016 ..............68 B. Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Tahun Pelajaran 2015/2016 ............................................72 BAB V : PENUTUP
xii
A. Kesimpulan ...............................................................................................74 B. Saran..........................................................................................................77 C. Penutup......................................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................79 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa
meningkatkan
kompetensinya.
Hal
tersebut
mendudukkan
pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.1 pendidikan menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa yang dinamakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menjadikan manusia belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Tujuan pendidikan tidak sekedar proses alih budaya atau alih pengetahuan (transfer of knowledge) tapi juga proses alih-alih nilai ajaran islam (transfer of islamic values) tujuan islam pada hakikatnya menjadikan manusia bertaqwa, manusia yang mendapat kesuksesan dunia dan akhirat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan ketakwaan sebagaimana di amanatkan dalam undang-undang. Pendidikan 1
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 17 2 Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 3
1
2
agama di definisikan sebagai usaha-usaha secara sistematis dalam membantu peserta didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama islam. Dari pengajaran agama ini dimaksudkan supaya anak mempunyai ilmu pengetahuan Agama. Dalam proses pendidikan agama islam pendekatan mempunyai kedudukan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan. Karena itu menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi pembelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat di pahami atau diserap oleh peserta didik dan pengetahuan-pengetahuan fungsional terhadap tingkah lakunya.3 Untuk itu, perlu alternatif pendekatan dalam pembelajaran yang memungkinkan proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai keagamaan yang diharapkan lebih kuat tertanam dalam pribadi siswa. Selama ini, metodelogi pembelajaran agama islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama seperti ceramah, menghafal dan demontrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Cara-cara seperti ini diakui atau tidak membuat siswa bosan ,jenuh, dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Sebagai alternatif persoalan – persoalan tersebut adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran kontekstual. Pendekatan kontekstual sebagai pilihan untuk menghidupkan
3
Armai Afif, Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 100
3
kelas agar siswa belajar dengan sesungguhnya belajar.4Sekarang ini pembelajaran dan pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pedidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal. Adapun yang dimaksud dengan Pembelajaran kontekstual adalah Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari–hari. Dengan demikian,siswa akan memperoleh pengethuan dan ketrampilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontrukdi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan maslah kehidupannya di lingkunga masyarakat.5 Berdasar uraian di atas penulis menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat diperlukan, karena akan sangat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati dan mempraktikkan ajaran agama Islam. Berawal dari itu, maka peneliti bermaksud untuk meneliti bagaimana Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
(PAI)
Dengan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Penegasan istilah Untuk menjaga dan menghindari adanya kekeliruan atau kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk lebih dahulu 4
Kokom komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, ( Bandung
: Refika Aditama, 2011), hal. 3 5
Evelin Siregar dkk,Teori Belajar dan Pembelajaran,(Bogor:Galia Indonesia, 2010) ,hal.117
4
menegaskan pengertian masing-masing istilah yang terdapat di dalamnya, sehingga akan memudahkan bagi pembaca dalam memahami maksud dari judul
tersebut.
Judul
skripsi
ini
selengkapnya
adalah
"Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016". Dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertiannya sebagai berikut: 1. Penegasan konseptual a. Pembelajaran : usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah dan terncana, dengan tujuan yang telah ditetapkan telebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang .6 b. Pendidikan Agama Islam : pendidikan melalui bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah dari pendidikan dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya. Yang dimaksud Mata pelajaran PAI: AlQur'an al-hadist, akidah akhlak, fikih, dan sejarah, mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,dirisendiri, sesama manusia, makhluk lain maupun lingkungannya. 7 c. Pendekatan kontekstual : suatu konsepsi belajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi 6 7
Eveline Siregar dkk,op.cit,.,hal.13
Abdul Majid dan Dian Andayani, PA1 Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.131
5
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa.8 2. Penegasan operasional Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diskripsi dari pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konsep pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan menggunakan
pendekatan kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Apa faktor – faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
apa
dimaksud
dengan
konsep
pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual 2. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara.
8
Kokom Komalasari,op.cit,.,hal.12
6
3. Untuk mendiskripsikan faktor – faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bidang
agama
Islam,
khususnya
dalam
pengembangan
kualitas
pembelajaran. Penerapan pendekatan kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siawa. Jadi pendekatan kontekstual dapat dijadikan alternatif bagi guru mengatasi masalah pembelajarannya. 2. Manfaat Peraktis a. Penulis Untuk membandingkan penelitian pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dengan teori yang diperoleh dibangku kuliyah. b. Guru Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk menemukan pendekatan pengajaran yang tepat bagi siswa disesuaikan dengan pengalaman belajar dan tipe belajar siswa melalui pembelajaran kontekstual. c. Kepala sekolah
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolah. F. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah, metode sangat penting dalam tercapainya suatu tujuan penelitian. Oleh karena itu, perlu diberikan definisi tentang metode penelitian. Arief Furchan mengemukakan yang dimaksud dengan metode penelitian ialah “Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.”9 Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu bahasan yang membahas tentang cara-cara yang digunakan dalam sebuah penelitian. Berpijak dari pendapat di atas, berikut akan penulis uraikan hal–hal dalam metode penelitian yang digunakan peneliti sebagai berikut: 1. Jenis dan pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang di gunakan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih
(independen)
tanpa
membuat
perbandingan,
atau
menghubungkan antar variabel satu dengan variabel yang lain10. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaaan apakah dan mendiskriptifkan hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan
9
Donald Ary, et.al, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, penerjemah Arief Furehan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 50 10 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta,2003), hal 11.
8
memberikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Adapun pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.11 Sedangkan dalam buku Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh
Arief
Furqon,
penelitian
kualitatif
adalah
penelitian
yang
menghasilkan data diskripsi baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek itu sendiri.12 Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa pertimbangan yang pertama, karena dari judul skripsi ini hanya mengandung satu variabel. Kedua, dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian. Ketiga, metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola – pola nilai yang dihadapi.13 Dengan demikian, peneliti dapat memilah–milah sesuai dengan fokus penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin hubungan dengan subyek penelitian ( Responden ) serta berusaha 11
Lexy J. Moleong.. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosdakarya, 2004) hal. 4 12 Robert Bagdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, Terjemah Arif Furqon, (Usaha Nasional: Surabaya, 1992) hal. 21-22 13 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hal. 21
9
memahami keadaan subyek dalam penggalian data atau info yang diperlukan. Maka penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran agama islam dengan pendekatan kontekstual dikelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Kedung Jepara tersebut. Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah.14 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan. Kegunaan Metode Kualitatif antara lain: a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. b.
Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
c.
Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.15
2. Waktu dan Tempat Penelitian 14
Lexy J. Meleong, op.cit, hal. 26 15 Ibid,hal. 10
10
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Jepara, Pelaksanaan peneletian dari tahap persiapan hingga pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 bulan. 3. Subjek Penelitian Adapun subjek Penelitian sebagai berikut: a. Guru PAI Guru merupakan orang yang melaksanakan pembelajaran di dalam kelas dalam penelitian ini guru mempunyai peran yang sangat penting, karena guru nantinya yang mengaplikasikan pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al-azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. b. Kepala sekolah Kepala Sekolah disini sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam menentukan kebijakan di sekolah dan kegiatan pembelajaran di SMP islam Al-azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahunn Pelajaran 2015/2016. c. Siswa Siswa dalam hal ini sebagai unsur yang juga penting guna tercapainya tujuan penelitian. siswa sebagai sabjek dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dengan Pendekatan Kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 4. Fokus Penelitian
11
Fokus dalam Penelitian ini adalah: a.
Menjelaskan Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dengan Pendekatan Kontekstual Di Kelas VII Smp Islam Al-Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016.
b. faktor – faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 5. Teknik Pengumpulan Data Data yang ada dalam penelitian ini adalah data kepustakaan (library reseach), data yang merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini, data yang diperoleh dengan cara peneliti terjun kelapangan. Dalam rangka mendapatkan dan memperoleh bahan atau data yang berkaitan
dengan penulisan ini, akan diberikan berbagai teknik
pengumpulan data : a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pihak pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari pihak terwawancara
12
(interviee).16 jadi wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan data melalui percakapan langsung untuk memperoleh informasi. Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk – bentuk informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah disesuaikan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.17 Wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang di kerjakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan.18Adapun jenis wawancara yang di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur. Keuntungan wawancara berstruktur adalah telah di bakukan, jawaban dengan mudah dapat di kelompokkan dan di analisis, dapat meningkatkan reliabelitas wawancara. Kelemahannya adalah pendekatan ini kaku dilakukan, dapat menurunkan kemampuan mendalami persoalan yang diselidiki. Adapun
langkah
dalam
penggunaan
wawancara
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:19 16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 230 17 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT REmaja Rosdakarya ), hal. 181 18 Sutrisno Hadi, Metodologi Research.( Yojakarta:Andi Offrest,1993) jilid 2.hlm.193 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung : ALFABETA, 2012) cet., 15,hlm. 235
13
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah
yang akn menjadi bahan
pembicaraan 3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan alur wawancara 5) Mengkonfirmasikan hasil wawancara dan mengakhirinya 6)
Menuliskan hasil wawancara ka dalam catatan lapangan
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Wawancara dalam hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pokok penelitian yaitu pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al-Azhar Kedung Malang Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. Dan data-data lain yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. selain itu peneliti juga akan menggunakan metode wawancara tak berstruktur guna untuk memahami karakter asli sebuah komunitas sosial karena jawaban akan lebih terbuka. b. Observasi Partisipan Observasi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku induvidu /proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati baik dalam situasi yang sebenarnnya maupun dalam situasi buatan.20
20
H.Mustaqim, Psikologi Pendidikan ,(Jepara: CV. Andalan Kita, 2007) hal.242
14
Metode observasi dalam penerapannya dibutuhkan keahlian di dalamnya, karena peneliti dituntut untuk peka terhadap lingkungan yang diteliti. Menurut Ahmad Tanzeh Observasi partisipan adalah “sebuah penelitian
yang pengumpulan datanya
dengan
metode
observasi
berpartisipasi dan bukan menguji hipotesis, melainkan mengembangkan hipotesis.”21 Deddy Mulyana dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan observasi partisipan dengan nama lain yaitu pengamatan berperan serta atau pengamatan terlibat. Menurutnya, mengutip dari apa yang dikatakan Denzin “pengamatan berperan serta adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi langsung dan introspeksi.”22 Observasi
langsung
adalah
cara
pengambilan
data
dengan
menggunakan mata tanpa alat standar lain untuk keperluan tersebut.23 Adapun pedoman dan prosedur observasi langsung yaitu: 1) Buatlah deskriptif dalam membuat catatan penelitian 2) Kumpulkan informasi dalam berbagai ragam perspektif yang berbeda 3) Uji validitas dengan mengumpulkan jenis data yang berbeda, pengamatan, wawancara, dokumentasi program
21
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta:Teras), hal. 61 Deddy Mulyana, op,cit.,. hal. 163 23 Moh.Nasir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) , cet.6,hal.175 22
15
4) Gunakan kutipan sesuai dengan bentuk aslinya menurut pandangan objek penelitian 5) Pilih informan kunci, gambarkan secara arif perspektif yang di sampaikan oleh mereka tetapi ingat perspekti mereka terbatas 6) Hati-hati dan peka terhadap tahapan yang berbeda dari penelitian 7) Terlibatlah sepenuhnya dalam mengalami program 8) Perjelas pemisahan deskripsi dari penafsiran dan penilaian 9) Sampaikan umpan balik formatif sebagai bagian proses verifikasi penelitian 10) Masukkan catatan dalam laporan sesuai dengan pengetahuan, pemikiran dan perasaan sendiri.24 Metode ini bagi peneliti sangat penting untuk menjelajahi proses sosial. Peneliti menggunakan metode ini agar fokus dalam situasi yang dianalisis, dengan menuntutnya mengamati dan berpartisipasi pada saat yang sama. Secara indrawi peneliti melaksanakan pengamatan partisipan terhadap situasi sosial di SMP Islam Al-Azhar seperti pengelolaan sekolah, kegiatan pembelajaran, keunikan yang ada, serta sarana prasarana yang ada di SMP Islam Al-Azhar, tentunya disertai dengan pencatatan dan menggunakan alat pembantu seperti kamera. Dengan observasi partisipan ini, peneliti dapat berpartisipasi dalam rutinitas subyek penelitian baik mengamati yang dilakukan mendengarkan yang dikatakan dan menanyai orang – orang lain disekitar subyek 24
Michael Quin Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogykarta:Pustaka Pelajar, 2009), cet.2,hlm177
16
penelitian selama jangka waktu tertentu dengan persetujuan subyek penelitian sehingga mampu memperoleh data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. c. Dokumentasi Metode dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang tertulis. Metode dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah-majalah, peraturan pemerintah, catatan harian dan sebagainya.25 Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk.
26
Jadi dokumen sebagai
pengumpulan data adalah setiap pernyataan tertulis disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Peneliti menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian karena : 1) merupakan sumber data yang stabil, kaya dan mendorong 2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian 3) sesuai dengan penelitian kualitatif yang sifatnya alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada pada konteks 4) relative murah dan mudah diperoleh tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan 5) tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993)hlm.132 26 Djaman Satori, Aan komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 148
17
tehnik kajian isi 6) hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. 27 Metode ini digunakan untuk memperoleh yang bersifat dokumenter, yaitu buku, peta, struktur sekolah, data jumlah guru dan siswa SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Tahun Pelajaran 2015/2016, serta data-data yang menunjang dalam penelitian ini. Sumber dokumen yang ada umumnya dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi termasuk keputusan, surat intruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang bersangkutan dan sumber dokumentasi tidak resmi ( dokumen pribadi ) yang mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian. Hamid Darmidi, mengatakan bahwa “seorang peneliti seharusnya menggunakan kedua sumber dokumentasi tersebut secara intensif agar mereka dapat memperoleh informasi secara maksimal” sehingga dapat menggambar subjek atau objek yang diteliti dengan benar. Dalam penelitian ini dokumentasi resmi digunakan penelitian untuk memperoleh informasi tentang profil sekolah, struktur organisasi, data guru dan siswa yang ada di kantor tepatnya di TU. Sedangkan dokumentasi pribadi digunakan untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial di sekitar subjek penelitian contohnya buku harian guru tentang perkembangan prestasi peserta didiknya.
27
Lexy J. Meleong,op.cit.,. hal 217
18
6. Teknik Keabsahan Data Analisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintatiskan data, mencari dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.28 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif. Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah menganalisis data yang merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis cacatan hasil wawancara, observasi dan lainnya. Dalam mengukur keabsahan data peneliti menggunakan analisis Triangulasi yaitu proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda(misalnya kepala sekolah dan siswa), jenis data (misalnya catatan lapangan, observasi, dan wawancara). Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi individu/proses. Teknik trianggulasi dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya atau trianggulasi data yaitu penggunaan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis, Trianggulasi berarti cara yang terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbadaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
28
Ibid,hal.248
19
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dalam berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi. Peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan: menujukkan berbagai macam variasi pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat di lakukan.29 7. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang diteliti. Adapun langkah-langkah analisis data yaitu :30 a. Data Reduction (Reduksi Data) Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Data Display (Penyajian Data)
29 30
Ibid, hlm. 332 Sugiyono, Op.cit.,hlm. 247
20
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. c. Penarikan Kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.31
31
Ibid,.hal. 99.
21
Jadi setiap makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni validitasnya. Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema untuk menemukan makna dari kata yang dikumpulkan. Jadi ketiga analisis tersebut saling berkaitan, sehingga menemukan hasil akhir dari penelitian berupa data temuan yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema – tema yang dirumuskan tentunya berdasarkan dari hasil analisa data, baik yang berasal dari catatan lapangan observasi, interview maupun dokumentasi. G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan dalam dalam membaca skripsi ini, dalam sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian yakni: 1. Bagian Pertama Berisi halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak, kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian Kedua BAB I: PENDAHULUAN BAB ini berisi: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian (Jenis dan Pendekatan Penelitian, Waktu dan Tempat, Subjek Penelitian,
Fokus
Penelitian,
Pengumpulan
Data,
teknik
22
keabsahan data,Teknik Analisis Data) dan Sistematika Penulisan Sekripsi. BAB II: Landasan Teori, yang berisi: A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pengertian dan konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. B. Pendekatan Kontekstual Pengertian dan Konsep Pendekatan Kontekstual, Strategi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual, Elemen dan
Karakter
Pembelajaran
Kontekstual,
Penerapan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas, Kerangka Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Kontekstual. BAB III: KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Data Umum SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Menjelaskan
tentang
Letak
Geografis,
Sejarah
Berdirinya,Visi, Misi dan Tujuan, Sarana Prasaran. B. Data Khusus 1. Menjelaskan
tentang
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Kelas VII SMP Islam Al
23
Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI Dengan Pendekatan Kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 BAB IV : PEMBAHASAN A.
Analisis Pendekatan
Pelaksanaan
Pembelajaran
PAI
dengan
Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al
Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 B.
Analisis Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016.
BAB V:
Penutup Bab ini berisi Kesimpulan, Saran-saran, Penutup
3. Bagian akhir skripsi Berisi daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
BABII LANDASAN TEORI A. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian dan Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konsep pembelajaran PAI salah satunya terdapat dalam QS. Al Alaq. Dalam surat yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad ini, manusialah yang mendapat mandat sebagai peserta didik yang diberi pelajaran langsung oleh Allah dan pendidik untuk menyampaikan apa yang telah mereka terima, pernyataan di atas telah dinyatakan dalam penyebutan manusia dalam surat al-Alaq ayat ke-dua dan penyebutan manusia yang ke-dua kali dalam ayat yang ke-lima. Manusia yang merupakan sasaran dari pembelajaran juga dipaparkan oleh Ahmad Nurwadjah, yaitu: “Muhammad berperan sebagai seorang peserta didik, sebab beliau adalah orang yang mencari sesuatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dan semangat yang cukup tinggi, peserta didik harus mempunyai semangat mencari ilmu yang cukup tinggi danmengawalinya dengan upaya menyucikan jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu‟ yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran.”1
1
Ahmad Nurwadjah, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: MARJA,
2007), hal. 201
24
25
Keutamaan
manusia
dibandingkan
mahluk
lainnya
terletak
pada
kemampuan akal kecerdasannya. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang penting yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Islam sebagai agama rahmah li al-„alamin sangat mewajibkan umatnya untuk belajar. Bahkan
Allah
mengawali
menurunkan
Al-Qur‟an
sebagai
pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad saw. untuk membaca (iqra‟). Iqra‟ merupakan salah satu perwujudan dari aktifitas belajar. Dalam artian yang luas, dengan iqra‟ pula manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya. Setelah dapat membaca dan menulis, manusia baru melangkah ke tingkat proses “mengetahui” hal-hal yang belum di ketahui, sebagimana Tuhan mengajarkannnya hal-hal itu kepadanya.2 Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sebenarnya perlu penulis jelaskan tentang tiga hal yang mendasar yaitu pendidikan, pengajaran dan pembelajaran dalam agama Islam agar lebih fokus dalam bab pembahasan nantinya. 2
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal 3
26
Pertama, mengenai pendidikan agama Islam para ahli berpendapat bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan lebih luas dari pada pengarajaran. Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak bisa terlepas dari pengertian pendidikan secara umum, hanya saja landasan yang digunakannya adalah Islam. Adapun pengertian pendidikan agama Islam secara etimologi, berasal dari bahasa arab “at-tarbiyah al–islamiyah”. Sementara itu, al – abrasy dan Yunus sebagaimana dikutip oleh Sisdiyanto menyatakan bahwa :At –tarbiyah berbeda dengan At ta‟lim dari segi makna maupun aplikasinya mengingat perbedaan mendasar segi makna at –tarbiyah berarti mendidik, sedangkan at–ta‟lim artinya mengajar. Mendidik berarti mempersiapkan peserta didik dengan segala macam cara agar dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan baik, sehingga mencapai kehidupan yang sempurna di masyarakat. Karena itu at –tarbiyah mencakup pendidikan jasmani, akal, akhlaq, perasaan, keindahan dan kemasyarakatan.3 Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwasanya pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sistematis dan pragmatis untuk membimbing dan mengembangkan fitrah agama yang ada pada dirinya dengan tujuan agar siswa dapat memahami ajaran Islam secara 3
Sidik Sisdiyanto, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Jakarta :
Dirjen Pend. Islam Depag RI, 2006), hal. 9
27
menyeluruh dan pada akhirnya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari – hari berupa hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia bahkan lebih luas lagi yaitu hubungan dengan alam sekitar. Menyampaikan maupun menerima Pendidikan Agama Islam adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga dituntut untuk menghormati agama lain. Kesimpulannya PAI adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara sukarela serta menjadikan agama Islam sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Yang kedua pengajaran, K.H Dewantoro berpendapat bahwa pengajaran itu adalah sebagian dari pendidikan. Ia menyatakan sebagai berikut” pengajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan”.4 Pengajaran adalah proses di mana kegiatan-kegiatan disusun
4
http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011/07/pengertian-pendidikan-agama-islam-
pai.html, diakses tanggal 07 Mei 2015.
28
untuk pelajar tujuannya untuk membawa perubahan tingkah laku pada diri mereka dalam proses pembelajaran. Sedangkan yang ketiga “pembelajaran”, mengandung makna yang lebih luas daripada “mengajar”, pembelajaran merupakan uasaha yang dilakukan secara sengaja, terarah dan trencana, dengan tujun yang telah ditetapkan
terlebih
dahulu
sebelum
proses
dilaksanakan,
serta
pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.5 Definisi lain menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.6 Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa, pembelajaran adalah proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Jadi pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran ini akan lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik yang dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap lingkungan. 5
Evelin Siregar dan Hartini Rana, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Galia
Indonesia,2011) hal. 13. 6
E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hal.246.
29
Sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu: a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. c.
Pendidik melakukan kegiatan bimbingan dan latihan secara sadar terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
d. Kegiatan (pembelajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam peserta didik.7 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/199/jiptiain--firdausnur-9946-
7
5-babii.pdf, diakses pada tanggal 07 mei 2015
30
Pendidikan agama islam untuk sekolah atau madrasah mempunyai fungsi sebagai berikut:8 a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. Yang telah di tanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama di nanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga, sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengjaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. c. Penyesuaian
mental,
yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbiki kesalahan-kesalahan, kekurangan dan kelemahn peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya yang dapat membahyakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya.
8
Abdul Majid, Belajar dan pembelajaran,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm.15
31
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat di manfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan merupakan suatu usaha dankegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, sehingga tujuannya bertahap dan bertingkat. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Dan dari sini dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan pendidikan agama dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, dapat dibuktikan dengan
32
ditempatkannya
unsur-unsur
agama
dalam
sendi-sendi
kehidupan
berbangsa dan bernegara. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup pendidikan agama islam yang biasa dilakukan di sekolah adalah: a. Pengajaran keimanan Berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan menurut ajaran agama islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam. b. Pengajaran akhlak Bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti poses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang di ajar berakhlak baik. c. Pengajaran Ibadah Pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah serta memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. d. Pengajaran fiqih
33
Pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentukbentuk hukum islam yang bersumber dari Al qur’an, sunnah, dan dalildalil syar’i yang lain. Tujuan pengajara ini agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum islam dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran Alqur’an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Alqu’an dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Alqur’an. Akan tetapi dalam mempraktekannya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi pendidikan agama islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam pembinaan Akhlakul karimah siswa ada factor pendukung dan penghambat yang sangat berpengaruh dalam pembinaan akhlak siswa dilingkungan belajarnya baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Pendukung Pendidikan Agama Islam bagi siswa 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Anggotanya terdiri atas ayah, ibu dan anakanak. Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian kehidupankeluarga
34
menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Jalaluddin mengutip pendapat dari Sigmund Freud dengan konsep Father Image (citra kebapakan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak dipengaruhi oleh citra anak terhadap bapaknya. Jika seorang bapak menunjukkan sikap dan tingkah
laku
yang
baik,
maka
anak
akan
cenderung
mengidentifikasikan sikap dan tingkah laku sang bapak pada dirinya. Demikian pula sebaliknya jika bapak menampilkan sikap buruk juga akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.9 Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan perkembangan ahlak siswa, dalam arti bahwa bila lingkungan keluarganya baik maka baik pula kepribadian anak yang mana hal tersebut merupakan alat penunjang dalam pembinaan ahlak siswa. Begitu pula sebaliknya bila lingkungan siswa buruk maka buruk pula kepribadian anak tersebut, dan inilah hal yang menghambat permbinaan ahlak siswa. 2) Lingkungan Institusional (sekolah)
9
jalaluddin. Said Usman, Filsafat Pendidkan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya (jakarta: raja Grafindo Persada, 1994), hal. 219
35
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgah D. Gunarsa pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1) Kurikulum dan anak; 2) Hubungan guru dan murid; 3) Hubungan antar anak. Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh. Sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Dalam ketiga kelompok itu secara umum tersirat unsur-unsur yang menopang pembentukan seperti ketekunan, disiplin, kejujuran ,simpati, sosiobilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Perlakukan dan pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat seperti itu pada umumnya menjadi bagian dari program pendidikan disekolah. Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman disekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.10 3) Lingkungan Masyarakat (Pergaulan)
10
Ibid., hal. 221
36
Meskipun
tampaknya
longgar,
namun
kehidupan
bermasyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung warganya. Karena itu setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Dengan demikian kehidupan bermasyarakat memiliki sesuatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama. Sepintas
lingkungan
masyarakat
bukan
merupakan
lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif maupun negatif. b. Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam bagi Siswa 1) Terbatasnya pengawasan pihak sekolah Pihak sekolah khususnya guru agama islam tidak bisa selalu memantau atau mengawasi perilaku siswa diluar sekolah. Selain itu guru agama islam diluar tidak mengetahui baik buruk lingkungan tempat tinggal siswa terutama sekali orang tua atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam pembinaan Akhlakul karimah siswa.11 2) Kesadaran para siswa 11
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan
agama islam disekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002), hal. 201
37
Siswa kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan pembinaan akhlak siswa. 3) Kurangnya sarana dan prasarana Guna menunjang strategi guru agama Islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa maka juga harus ada kegiatan-kegiatanyang bisa mendukungnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal tersebut menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan. 4) Pengaruh tayangan televisi Tayangan televisi yang kurang mendidik merupakan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak, karena secara tidak langsung memberikan contoh yang kurang baik sehingga dikhawatirkan anakanak meniru. B. Pendekatan Kontekstual 1. Pengertian dan Konsep Pendekatan Kontekstual Dewasa ini, kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Dalam pembelajaran agama islam, penguasaan guru akan materi dan pemahaman mereka dalam memilih metode yang tepat untuk materi tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
38
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menumukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.12 Sedangkan Johnson merumuskan pengertian Contextual Teaching and Learning sebagai berikut : “Sistem Contextual Teaching and Learning merupakan suatu prosedur pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari–hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya.“13 Dalam aplikasi pembelajaran kontekstual siswa secara aktif mencari hubungan setiap materi yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka sehari–hari. Sehingga pengetahuan lebih mengena dan nyata apa yang dipelajarinya.
12
Kokom Komasari, pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi, (Bandung:
Rafika Aditama, 2013), hal 7. 13
Umi Kulsum, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem, ( Surabaya
: Gena Pratama Pustaka, 2011), hal. 113
39
Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat dan warga negara. 2. Strategi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual Strategi adalah cara, pola, sedangkan strategi dalam pembelajaran adalah sketsa umum aktivitas guru dan murid di dalam merealisasikan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa seperti yang dikutip oleh Rustaman merupakan “pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan juga untuk mencapai komponen yang ada dalam pembelajaran.”14 Dalam strategi tampak pola – pola yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Center of Occcupational Research and Development ( CORD ) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT yaitu : 1. Relacting, 14
Trianto, model – model pembelajaran inovatif berorientasi kontrustivistik, (
Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007 ),hal. 129
40
belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata 2. Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian ( eksplorasi ), penemuan (discovery), dan penciptaan ( invention ) 3. Applying, belajar bilamana pengetahuan dipersentasikan di dalam konteks pemanfaatannya 4. Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pamakaian bersama, dan sabagainya 5. Transferring, belajar melaui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.15 Strategi dalam REACT, mula – mula mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Pembelajaran kontekstual hendaknya senantiasa memperhatikan adanya keterkaitan atau kesesuaian antara pengetahuan, keterampilan bakat, dan minat yang telah dimiliki siswa dengan unsur-unsur pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru (media, materi, dan alat bantu dalam pembelajaran. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 3. Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual Konstektual (kontekstual teaching and learning) memiliki lima elemen belajar yang konstruktivistik yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan 15
Kokom Komasari,Op,.cit.,hal 23
41
yang sudah ada (activating knowledge) (2) pemerolehan pangetahuan baru (acquiring knowledge) (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
mempraktikkan
pengetahuan
dan
pengalaman
(aplying
knowledge) dan (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.16 Selain elemen pokok
CTL juga memiliki karakteristik yang
membedakan dengan model pembelajaran lain yaitu: (1) kerjasama (2) saling menunjang
(3) menyenangkan (4) tidak membosankan (joyfull,
comfortable) (5) belajar dengan bergairah (6) pembelajaran terintegrasi dan (7) memakai berbagai sumber siswa aktif. 17 4. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas Kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memilki tujuh asas yang mendasari pelaksanaan proses pembelajaran. Seringkali asas ini disebut juga komponen-komponen pendekatan kontekstual yaitu: a. Kontruktivisme (Constructivism) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Kontruktivisme yaitu pengetahuan siswa dibangun oleh dirinya sendiri atas dasar
hal.165
16
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Kencana, 2009),
17
Tritanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan
Dan Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidkan(KTSP), (Jakarta: Kencana Media Group,2011) hal. 110
42
pengalaman, pemahaman, persepsi, dan perasaan siswa, bukan dibangun atau diberikan oleh orang lain. Jadi dalam hal ini guru hanya menyediakan kondisi. Salah satu landasan teoretik pendidkan modren termasuk kontekstual adalah teori pembelajaran kontruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.18 Hal ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas dengan cara dibiasakan untuk memecahkan suatu permasalahan, menemukan sesuatu ide–ide mereka. Sebelum guru menjelaskan materi siswa diajak mengkonstruk pengetahuan itu dengan bekal pengetahuan yang mereka punya. b. Menemukan (Inquiry) Proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan ketrampilan berfikir kritis. Inquiry mengharapkan bahwa apa yang dimiliki siswa baik pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dari hasil menemukan sendiri bukan hasil mengingat yang disampaikan oleh guru. Inquiry diperoleh melalui tahap observasi (mengamati),
bertanya
(menemukan
dan
merumuskan
masalah),
mengajukan dugaan (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan, inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui prose brfikir secara 18
Abdul Majid, Op,.cit., hal. 174
43
sistematis. Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran secara kontekstual. c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan sebenarnya dimulai dan dimiliki seseorang dari bertanya. “Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual.”19 Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan
pembelajaran
guna
menggali
informasi,
mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Aktifitas bertanya yang dimaksud dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa antara siswa dengan guru. Biasanya siswa akan bertanya ketika menemui kesulitan dan itu tandanya siswa respon. Semakin kritis siswa pembelajaran akan terasa makin hidup. d. Masyarakat Belajar ( Learning Community ) Berbicara tentang masyarakat belajar pemikiran peneliti tertujuan pada
diskusi.
Konsep
learning
community
menyarankan
hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu. Jadi masyarakat belajar merupakan sebuah tehnik dalam belajar dengan cara bertukar fikiran dan komunikasi dua arah. Penerapannya dalam kelas kontekstual dapat dilakukan melalui kelompok belajar baik 19
Yatim Riyanto, Op,.cit., hal. 172
44
kelompok besar maupun kecil. Demikianlah masyarakat belajar semuanya bisa saling terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi dan pengalaman. e. Pemodelan (modeling) Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu menjadi contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh cara membaca, cara mengoperasikan alat, dan sebagainya. Guru memberi model tentang bagaimana belajar, namun guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan seorang tokoh yang berpengaruh. f. Refleksi (reflection) reflection adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajari dimasa lalu. Ini merupakan respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan ketrampilan yang baru diterima dari proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru sabagai wujud pengayaan dari pengetahuan sebelumnya. 20 g. Penilaian yang sebenarnya (authentic Asesment)
20
Hanafiyah & cucu suhana, konsep Strategi Pembelajaran,(Bandung:Refika
Aditama,2009), hal,75.
45
Proses pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru pada saat ini selalu ditekankan pada aspek intelektual, sehingga alat evaluasi terbatas pada penggunaan tes. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan mengidentifikasi siswa mengalami kemacetan dalam belajar maka guru segera bisa mengambil tindakan. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessement tidak dilakukan di akhir semester saja.21 Dengan penilaian nyata guru dapat mengetahui kamajuan belajar siswa secara intelektual maupun mental sehingga tidak hanya penambahan pengetahuan akan tetapi keterampilan. Karena orientasi penilaian nyata adalah penilaian bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran tidak hanya hasil akan tetapi proses pun dinilai. 6.
Kerangka
Rancangan
Pembelajaran
dengan
Menggunakan
Pendekatan Kontekstual Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan
21
hal,91
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2003),
46
dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Melalui pengembangan setiap komponen contextual teaching and learning dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya serta mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan – pertanyaan. 2. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 3. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.22 C. Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
Dengan
Pendekatan
Kontekstual. Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual adalah dengan menerapkan tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual yaitu : a.
Konstruktivisme Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, tidak langsung menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan sedikit gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini.
22
Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2011 ), hal. 199
47
Seperti contoh pada tema taharah misalnya siswa diminta untuk mengkaji apa yang harus dilakukan sebelum shalat, termasuk jika mereka tidak menemukan air untuk taharah apa yang harus ia lakukan, sampailah mereka pada konsep tayamum, lalu mereka memahami teks tentang tayamum, setelah itu guru memeragakan tayamum diikuti oleh siswa. b.
Bertanya (Questioning) Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasangagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan
untuk
merangsang siswa
berfikir,
berdiskusi
dan
berspekulasi. Diterapkan guru pada saat melakukan appersepsi, yaitu melalui pertanyaan – pertanyaan singkat. c.
Menemukan (inquiri) Siswa
dibiasakan
mencari
pemecahan
soal
sendiri
guru
memfasilitasi dan membangun kreativitas siswa. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Pelaksanaannya terlebih dulu murid mengamati apa yang disampaikan guru, mencatat hal–hal penting, menanyakan hal–hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat simpulannya dengan sumber atau referensi
48
yang relevan sampai yakin dengan derajat kebenaran pengetahuan yang ditemukan. d.
Learning Comunity Dengan kelompok belajar akan membangun kerjasama antar siswa dalam menemukan penyelesaian maslahnya. “Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu.” pelaksanaannya guru membagi siswa dalam kelompok, bisa kecil maupun besar. Kelompok kecil misalnya 1 bangku siswa saling menyimak bacaan atau hafalan dari temannya, kelompok besar seperti diskusi kelompok untuk presentasi dan penyelesaian studi kasus. Ini biasa dilaksanakan di kelas yang saya teliti, siswa dibiasakan belajar dalam kelompok dengan tujuan sharing, saling membantu dan bekerja sama.
e.
Modeling Dalam pembelajaran PAI di kelas guru menunjuk salah satu siswa yang fasih bacaannya untuk memberikan contoh melafalkan bacaan atau ayat. Jadi pemodelan membantu guru pula dalam mengatasi keterbatasannya. Pemodelan meliputi : 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar, 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. Dengan tehnik ini siswa mampu melakukan pemusatan perhatian, sehingga termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi –
49
tujuan sesuai pengarahan petunjuk dan rambu-rambu dan pada akhirnya bisa mempraktekkannya sendiri dalam kehidupan nyata. f.
Reflection Siswa mengonsep sendiri hasil simpulan dan mengambil hikmah pelajaran ditarik dalam kehidupan nyata, contohnya pelajaran akhlaq bahwa jujur merupakan akhlaq terpuji sehingga perlu dibiasakan dalam kehidupan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima dapat berupa : 1) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, 2) Catatan atau jurnal di buku siswa, 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, 4) Diskusi dan, 5) Hasil karya.
g.
Authentic Assessment Authentic assessement biasa disebut juga dengan penilaian otentik atau penilaian sebenarnya. Dalam Penilaian otentik penilaian terhadap perkembangan belajar siswa dilakukan dengan kontinyu sehingga penilaian tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara akan tetapi menggunakan ragam cara, misalnya kombinasi dari ulangan harian, pekerjaan rumah, karya siswa, laporan hasil tes tertulis, hasil diskusi, karya tulis, demonstrasi, dan sebagainya. Guru PAI mengambil penilaian dengan dua jenis penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian
terhadap
setiap
aktvitas-usaha
siswa,
penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara.
BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN
A. Data Umum SMP Islam Al Azhar Kedung Malang 1. Sejarah Berdirinya dan Letak Geografis SMP Islam Al Azhar Kedung Malang SMP Islam Al-azhar kedung malang kedung jepara adalah salah satu lembaga pendididkan formal di bawah naungan yayasan pendidikan Rodlotuth Thullab Kedung Malang Jepara. Berdirinya SMP Islam Al Azhar di latar belakangi oleh kondisi sosial dan perekonomian masyarakat Desa Kedung Malang Kedung Jepara dan sekitarnya yang belum maju, mutu sumber daya yang masih rendah, bila di lihat dari segi geografis desa kedung malang terletak di pinggiran pantai yang sebagian besar lahannya di manfaatkan untuk pertambakan. Maka sebagian besar penduduk mata pencahariannya sebagai nelayan, petani, dan buruh tani. Kondisi seperti itulah membawa dampak negatif bagi anak-anak usia sekolah, terutama yang telah lulus SD dimana mereka tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi karena alasan ekonomi orang tua. Sehingga mereka lebih memilih untuk mencari pengalaman kerja atau membantu orang tua di bidang ekonomi. Dari realita sosial masyarakat tersebut, beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan mempunyai gagasan untuk mendirikan SMP Islam
50
51
Al-azhar kedung malang, untuk menjembatani siswa yang kurang mampu agar bisa tetap sekolah dan melenjutkan ke jenjang yag lebih tinggi. Di samping itu berdirinya juga didasari pada pemikiran-pemikiran sebagai berikut: a. Lembaga pendidikan SMP Islam Al Azhar merupakan salah satu sarana yang efektif dalam pengembangan dakwah islamiyah. b. Lembaga pendidikan merupakan sarana untuk berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. c. Kebaradaan SMP Islam al azhar merupakan jawaban atas keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak seteah lulus SD ke jenjang pendidikan lebih tinggi. 2. Visi dan Misi Adapun visi dan misi SMP Islam Al Azhar kedung malang Jepara adalah sebagai berikut:1 a. Visi Mencetak generasi berprestasi, berilmu Amaliyah, bermal ilmiah, bebudi luhur, kreatif, terampil, dan mampu berkompetisi dalam era global. b. Misi Melaksanakan pembelajaran bimbingan dan pembinaan secara menyeluruh dan efektif sehingga setiap siwa dapat dan mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki secara optimal.
1
Dikutip dari papan data SMP Islam Al Azhar tanggal 15 agustus 2015
52
Menumbuhkan dan menanamkan budi pekerti yang luhur sehingga terjadi internalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Menciptakan situasi yang kondusif untuk mendukung terciptanya visi sekolah. Membekali siswa dengan ketrampilan agar mampu berkompetisi dalam era global. 3. Tujuan SMPI Al Azhar Kedung Malang Adapun tujuan umum SMP Islam Al Azhar kedung malang adalah mengembangkan prestasi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran islam Ahlussunnah waljama’ah, berakhlakul karimah, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Sedangkan tujuan khusus SMP Islam Al Azhar adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan dan melestarikan ajaran ahlussunnah waljama’ah. b. Mendidik dan mencetak kader-kader tokoh agama yang mampu menguasai dan menggali hasil karya-karya ulama salaf sebagai acuan pemahaman islam. c. Membina generasi yang berwawasan sosial budaya yang luas sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan di landasi dengan IMTAQ. 4. Keadaan guru
2
Dokumentasi SMP Islam Al Azhar Tahun ajaran 2011/2012
53
Di SMP Islam Al Azhar mempunyai guru sebanyak 20, Dari semua data guru mayoritas berpendidikan SI. Adapun struktur organisasi SMP Islam Al Azhar Kedung Malang dipahami sebagai seluruh tenaga atau petugas yang berkecimpung dalam pengelolaan dan pengembangan pendidikan sekolah menengah. Dalam hal ini struktur organisasi dapat dianalisis sesuai pengamatan lapangan bahwa fungsi struktur organisasi adalah untuk mengetahui masingmasing tugas sesuai dengan jabatannya. Kepemimpinan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel Daftar jabatan guru No
Nama
Jabatan
1
H.Musliyadi Musthofa, S.Pd
Kepala
2
Mujazim, S.Pd.I
Wakil Kepala
3
Uswatun Khasanah, S.Pd.I
Bendahara
4
Lutfiyah, S.Pd
TU/Administrasi
5
Ida Rohana, S.E
TU/Administrasi
6
Abdul Kholik, S.Pd.I
Guru
7
Abdul Majid, S.Pd.I
Guru
8
Muhaimin, S.Pd.I
Guru
9
Andi Mubarok, S.Pd.I
Guru
10
Martono, S.Pd.I
Guru
11
Akhmad yusuf S.Pd.I
Guru
54
12
Idayatun, S.Pd.I
Guru
13
Mafrikha, S.Ag
Guru
14
Khandir, S.SI
Guru
15
Marsiyah S.Pd
Guru
16
Zaenal Arifin S.Pd
Guru
17
Mukhlisin S.Pd.I
Guru
18
Ulul Absor S.Pd
Guru
19
Mustahib S.Pd.I
Guru
20
Nor faizah, S. Pd.I
Guru
Kepemimpinan diatas menunjukkan operasional kerja yang fungsional, yaitu optimalisasi masing-masing bidang dan menghindari kinerja yang tumpang tindih. Adapun job description masing - masing bidang adalah sebagai berikut :3 a. Kepala SMP Islam 1) Penanggung jawab keseluruhan SMP Islam 2) Memimpin rapat guru 3) Mengikuti rapat rumah tangga setiap 3 bulan 4) Menghadiri acara dan undangan dari luar atau mewakilkanya 5) Memikirkan dan merencanakan perkembangan dan kemajuan SMP Islam 6) Akomodatif terhadap permasalahan-permasalahan eksternal dan internal serta untuk solusinya secara arif dan bijaksana 3
Dokumentasi SMP Islam Al Azhar Tahun ajaran 2011/2012
55
7) Mengadakan supervisi KBM b. Wakil Kepala SMP Islam 1) Mengadakan koordinasi guru sekali sepekan 2) Mengawasi dan mengontrol kinerja guru 3) Merekrut SDM baru jika dibutuhkan 4) Mengadakan supervisi KBM 5) Memantau pelaksanaan tata tertib dan kompensasinya 6) Memikirkan,
merencanakan
dan
mengevaluasi
kegiatan
penuingkatan kualitas guru 7) Bertanggung jawab terhadap operasional piket dan evaluasinya c. Administrasi/Tata Usaha 1) Bertanggung jawab atas administrasi 2) Bertanggung jawab atas perpustakaan 3) Bertanggung jawab atas inventaris d. Bendahara dan Perlengkapan 1) Bertanggung jawab keseluruhan keuangan 2) Bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana kebutuhan siswa maupun sekolah
56
e. Guru 1) Mengelola kelas 2) Mempersiapkan peraga dan buku-buku pendukung 3) Bertanggung jawab terhadap kebersihan kelas 4) Membuat evaluasi pelaksanaanya setiap hari 5) Mengikuti supervisi Adapun keadaan guru Pendidikan Agama Islam secara khusus adalah sebagai berikut: Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII: a) Riwayat hidup Nama
: Mujazim, S.Pd.I
Alamat
: kedung Malang Kedung Jepara
Tempat tanggal lahir
: Jepara, 21 Maret 1964
b) Riwayat pendidikan : MI
: Roudlotul Mubtadi
MTs
: Matholiul Huda
MA
: Matholiul Huda
Perguruan tinggi : INISNU Jepara c) Pengalaman kerja: Guru mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VII, VIII, dan IX di SMP Islam Al Azhar 5. Keadaan siswa
57
Jumlah siswa di SMP Islam secara keseluruhan berjumlah Seperti dalam tabel di bawah ini : NO
Kelas
Tahun pelajaran 2015/2016
1
VII
65
2
VIII
45
3
IX
55
Jumlah
165
6. Sarana dan Prasarana Sarana prasarana merupakan salah satu hal yang sangat pentig dan merupakan
fasilitas
berlangsungnya
pendidikan
proses
belajar
yang mengajar
sangat demi
menunjang pencapaian
bagi tujuan
pendidikan.Sarana prasaran yang dimiliki oleh SMP islam Al Azhar Kedung Malang secara rinci dapat di lihat sebagai berikut:4 Tabel sarana prasarana No
4
Nama Bangunan
Jumlah
1
Ruang Guru Dan Kepala Sekolah
2
2
Ruang Kelas
9
3
Ruang leb komputer
1
4
Ruang Perpustakaan
1
5
Kamar Mandi / WC Guru
1
Hasil observasi SMP Islam Al Azhar tangal 15 agustus 2015
58
6
Kamar Mandi /WC Murid
3
7
Gudang
1
8
Ruang Osis
1
Proses pembelajaran PAI di SMP Islam Al Azhar membutuhkan beberapa sarana media yang menunjang dalam proses pembelajaran, adapun sarana media yang di miliki untuk menunjang keberhasilan pmbelajaran PAI di antaranya: Tabel Sarana Media Pembelajaran No
Media pembelajaran
Penerbit
Jumlah
1
Kurikulum
DINAS
1
2
Buku PAI
Kementrian
3
pendidikan RI 3
LKS
3
4
Alat peraga a. Gambar
1
b. Kaligrafi
1
c. Papan tulis dan
9
sepidol
59
B. Data Khusus 1. Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP
Islam Al Azhar Kedung Malang Pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islam Al Azhar kedungmalang Jepara mempunyai tujuan untuk membekali peserta didik agar mampu menguasai dan menggali isi dan kandungan yang terdapat dalam alqur’an sebagai acuan pemahaman islam. Sebelum pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam guru terlebih dulu mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Dalam
persiapan
mengajar
idealnya
membuat
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu kali pertemuan. perencanaan yang di maksud meliputi beberapa aspek antara lain: Standar Kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran.5 Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islam Al Azhar kelas VII kedung malang jepara akan di uraikan sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan
5
Deskripsi a. Guru
membuka
AlokasiWaktu pembelajaran
10 menit
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru
60
dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat; b. Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. c. Guru
memberikan
mengajukan
motivasi
pertanyaan
dan
secara
komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran. (construktivisme) d. Guru membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok
(comunity
learning) Inti
Mengamati gambar shof dalam shalat berjamaah (inquiri) Diskusi
menyusun arti
tentang
shalat berjamaah (inquiri) Guru menunjuk beberapa siswa dari masing-masing kelompok unuk mempraktikkan cara bagaimana
60 menit
61
mengatur shof (Modeling) Mengidentifikasi dan menganalisis pelaksanaan shalat berjamaah yang diperaktikkan siswa. (inquiri) Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi kelompok Penutup
a. Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. (reflection) b. Guru memberikan reward kepada kelompok “terbaik”,yakni: Kelompok yang benar dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok (reflection) c. Menyimpulkan materi pembelajaran Menginformasikan
kepada
siswa
bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan
evaluasi
(autentic
asesment). d. Bersama-sama dengan berdoa
menutup
pelajaran
20 menit
62
2. Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Contextual Teaching and Learning merupakan suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari–hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadi dan masyarakatnya.6 Pembelajaran kontekstual merupakan model yang sangat efektif bahkan sangat efektif digunakan dalam pembelajaran PAI. Penerapannya mudah bagi guru dan bagi siswa mempermudah pemahamannya. Dalam pembelajaran kontekstual siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri, guru membimbing siswa mengkonstruk pengetahuannya. Jadi siswa mengalami sendiri dalam mencari dan menemukan suatu pengetahuan. Dalam aplikasi pembelajaran kontekstual siswa secara aktif mencari hubungan setiap materi yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka sehari–hari sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sebagaimana yang di terapkan di SMP Islam Al Azhar. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SMP Islam Al- Azhar seperti yang telah diungkapkan oleh kepala sekolah dan guru PAI di SMP Islam Al-Azhar pada hari Rabu, 19 Agustus 2015 telah menerapkan tujuh asas–asas dalam pembelajaran kontekstual yaitu : 6
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru
63
konstruktifis, questioning, inquiry, modelling, learning community, reflection dan authentic assessement akan tetapi bobot kualitas implementasinya masih kurang.7 1) Asas konstruktivis
Dalam penerapannya dilaksanakan dalam upaya mengkonstruk pengetahuan baru oleh siswa sendiri. Sebelumnya guru menghadirkan masalah siswa dengan berbekal pengetahuan sebelumnya membentuk pemahaman
tentang
pengetahuan
baru
tersebut.
Manusia
harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata, yang intinya bahwa pengetahuan seseorang itu hanya dapat dibangun oleh dirinya sendiri dan bukannya diberikan oleh orang lain yang siap diambil dan diingat. 8 Hal ini biasa diterapkan sebelum guru menyampaikan pelajaran dalam bentuk pengantar tentang materi yang akan dipelajari. Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu
.…"Bahwa pada pelaksanaan proses belajar
mengajar saya tidak serta merta langsung kepada materi pelajaran yang akan
disampaikan,
akan
tetapi
Dalam
mengawali
pembelajaran
kontekstual, terlebih dahulu memberikan sedikit gambaran dan bertanya
7
Hasil wawancara dengan kapala sekolah bapak H.Musliyadi Musthofa, S.Pd. diruang kepala sekolah tanggal 19 agustus 2015 8 http://pelangi.dit-plp.go.id/artikelmbs.htm, diakses pada tgl 28 Juli 2015
64
kepada siswa tentang apa yang diketahui dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini...."9 2) Asas questioning Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi dan berspekulasi. Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu .....”saya terapkan saat saya melakukan appersepsi, yaitu melalui pertanyaan–pertanyaan singkat”.10 Bertanya dalam pembelajaran PAI dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang
berbasis
inkuiri,
yaitu
menggali
informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.11 3) Kelompok belajar (learning comunity)
9
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB 10 Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB 11 Hasil observasi dari proses pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar tanggal 19 agustus 2015 di kelas VII A jam, 07.30 WIB
65
Dengan kelompok belajar akan membangun kerjasama antar siswa dalam menemukan penyelesaian maslahnya. “Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu.” Bekerjasama disini yang ditekankan dalam tehnik belajar learning community. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang sudah tahu ke yang belum tahu. Dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Di dalam masyarakat belajar ini setiap orang harus bersedia untuk berbicara dan berbagi pendapat, mendengarkan pendapat orang lain. Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu ....’’saya membagi siswa dalam beberapa kelompok, saya membiasakan siswa untuk belajar dalam kelompok dengan tujuan sharing dan saling membantu dan bekerja sama.12 4) Asas inquiry Siswa
dibiasakan
mencari
pemecahan
soal
sendiri
guru
memfasilitasi dan membangun kreativitas siswa. Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu : ....’’saya menunjukkan sebuah gambar shof dalam sholat berjama’ah dan mengajak siswa untuk mengamati apa yang disampaikan
12
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB
66
guru, mencatat hal – hal penting, menanyakan hal–hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat simpulannya dengan sumber – atau referensi yang relevan sampai yaqin dengan derajat kebenaran pengetahuan yang ditemukan kemudian mendiskusikannya’’.13 5) Pemodelan (modelling) Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI yaitu :....’’Saya menunjuk beberapa siswa dari masing-masing kelompok unuk mempraktikkan cara bagaimana mengatur shof
yang benar, karena Dengan tehnik ini siswa mampu
melakukan pemusatan perhatian, Mengidentifikasi dan menganalisis pelaksanaan shalat berjamaah yang diperaktikkan siswa. sehingga termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi tujuan sesuai pengarahan petunjuk dan rambu-rambu dan pada akhirnya bisa mempraktekkannya sendiri dalam kehidupan nyata’’.14 6) Asas reflection Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima, Bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi yaitu dengan cara saya bertanya secara langsung kepada siswa mengenai apa saja yang dapat diperoleh dari pembelajaran pada hari ini, apa kesan mereka mengenai tema pelajaran hari ini,selain itu Guru juga
13
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB 14 Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB
67
memberikan reward kepada kelompok “terbaik”,yakni: Kelompok yang benar dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok.15 7) Authentic assessement Penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islam Al-Azhar adalah pelaksanaan penilaian selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung diantaranya dengan cara portofolio, demonstrasi, PR dan tes tertulis ’’16 3.
Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Kontekstual. 1. Faktor
Pendukung
Pelaksanaan
Pembelajaran
PAI
dengan
pendekatan Kontekstual Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan agama Islam menggunakan
pendekatan
kontekstual
tidak
terlepas
dari
faktor
pendukungnya. dari data yang diperoleh peneliti di lapangan menyebutkan beberapa faktor pendukung. 1.
Adanya siswa yang tidak terlalu banyak Dari hasil observasi dan pengamatan peneliti menemukan diantara
faktor pendukung dari pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual yaitu dengan adanya jumlah siswa yang tidak terlalu banyak yaitu ada sekitar 165 siswa / sekitar 30 siswa per rombel. Hal ini dimanfaatkan guru untuk mengetahui kemampuan antar siswa, karena 15
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 Agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB 16 Hasil observasi dari proses pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar tanggal 13 Agustus 2015 di kelas VII A jam, 07.30 WIB
68
setiap siswa mempunyai kemampuan dalam hal akademik yang berbedabeda guru memanfaat hal ini diantaranya dengan pembinaan dan bimbingan guru, siswa yang mempunyai kecerdasan dapat membimbing siswa yang kurang dalam pemahaman.17 2. Kesiapan guru pai menerapkan pendekatan kontekstual Faktor pendukung lainnya dalam penerapan pendekatan kontekstual seperti yang dituturkan oleh guru PAI pak Mujazim, S.pd.I: "...Kemampuan guru memegang materi pelajaran sehingga akan memberikan semangat kepada siswa untuk belajar. Guru itu sendiri, bagaimana seorang guru mempersiapkan rancangan pelaksanaan yang akan diguinakan sehingga siswa tidak bosan dan jenuh dalam kelas..."18 Guru adalah faktor yang sangat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan, seorang guru juga sebagai faktor yang menentukan keberhasilan setiap pendidikan. Berhasil dan tidaknya seorang pengajar dapat dimulai apabila dia dapat melibatka peserta didik secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. 3. Adanya semangat siswa yang tinggi dalam pembelajaran dikelas dengan suasana yang menyenangkan. Faktor penunjang lainnya adalah guru itu bisa memotivasi siswa dalam belajarnya dan fasilitas yang memadai. Motivasi dari guru itu sendiri, dimana seorang guru mempunyai peran yang sangat penting saat proses Hasil observasi dari proses pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar tanggal 24 Agustus 2015 di kelas VII A jam, 07.30 WIB 18 Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 Agustus 2015 di ruang guru jam, 10. 25 WIB 17
69
belajar mengajar berlangsung, disamping itu tersedianya fasilitas juga akan menunjang proses pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Seorang siswa selain mendapatkan dukungan dan semangat dari keluarga mereka juga membutuhkan dukungan atau motivasi dari seorang guru.Dengan adanya semangat dan motivasi siswa yang tinggi dalam pembelajaran, ini dimanfaatkan oleh guru dalam memodifikasi berbagai metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar pembelajaran lebih bermakna dan tidak membosankan.19 2. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Kontekstual Data pertama kami peroleh dari guru pengajar PAI, ditanya tentang faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual jawaban beliau adalah sebagai berikut : “Sebenarnya terlepas dari faktor penghambat yang ada kontekstual
tetaplah jadi model pembelajaran yang efektif menurut saya. Ya mungkin fasilitas Disini belum diterapkan pembelajaran berbasis multimedia khususnya untuk PAI, selain itu juga sekolah belum mempunyai mushollah sendiri untuk praktik anak-anak, terkadang saya menggunakan mushollah warga sekitar untuk praktek sholat misalnya, tapi dikelas saya akan terus mengupayakan pembelajaran yang aktif, dan tidak membosankan.”20 Minimnya waktu yang disediakan dalam proses belajar mengajar sehingga berdampak pada penyelesaian tugas atau praktek yang kurang 19 20
Ibid., Ibid.,
70
memenuhi target pelaksanaan, ini juga menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Selain itu beliau juga menambahkan bahwa perubahan kurikulum menjadi salah satu faktor. Kurikulum yang saya rasa kurang konsisten, cepat berubah secara tidak langsung mempengaruhi program pembelajaran yang ada. perubahan paradigma kurikulum lama ke kurikulum baru.21
21
Ibid.,
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Konsep Pembelajaran PAI Dengan Pendekatan Kontekstual Dalam pembelajaran agama islam, penguasaan guru akan materi dan pemahaman mereka dalam memilih metode yang tepat untuk materi tersebut
akan
sangat
menentukan
keberhasilan
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah melalui pendekatan kontekstual. Contextual Teaching and Learning merupakan suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari–hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadi dan masyarakatnya. Aplikasi pendekatan ini dilakukan dengan cara dan model yang disesuaikan dengan materi, konteks atau fenomena yang sesuai, serta situasi dan kondisi dalam kelas dan lingkungan sekolah, sebagai sebuah bentuk peragaan yang dilaksanakan oleh guru ketika menyampaikan materi yang berhubungan dengan tuntutan dan hasil belajar yang dapat di praktekkan dan dilaksanakan.
71
72
B.
Analisis
Pelaksanaan
Pembelajaran
PAI
dengan
Pendekatan
Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Aplikasi pendekatan Kontekstual dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan sub pokok pembahasan, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mendidik siswa agar mampu melaksanakan amalan-amalan yang berhubungan dengan ibadah. Mata pelajaran ini berisikan tentang materi syari'ah atau aturan-aturan dalam kehidupan manusia yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yang berhubungan dengan Allah SWT, maupun sesama manusia. Jika dikaji, pelajaran Pendidikan Agama Islam sesungguhnya memilki ruang lingkup yang sangat luas dan di ajarkan kepada siswa agar mereka mengetahui, memahami dan mempraktekkannya dalam kehidupannya. Dalam hal ini seorang guru harus bisa mengatur dalam pelaksanaannya. Untuk mendapatkan data yang valid dan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajara PAI di kelas VII dengan pendektan Kontekstual peneliti mengadakan observasi dan wawancara secara langsung dengan kepala sekolah , guru PAI dan juga siswa. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, langkah awal yang dilakukan oleh guru di SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Jepara yaitu, Mengenai penyampaian materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan secara kontekstual, hal ini dipadukan antara materi
73
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya materi Pendidikan Agama Islam kelas VII tentang “Indahnya Kebersamaan Dengan Berjamaah” di implementasikan dengan adanya praktek sholat berjama’ah . Pendekatan kontekstual menjadi model yang sangat efektif dan sangat tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran PAI karena dari unsur materinya selalu dikaitkan dengan keadaan yang dialami siswa dan karakteristik
model
CTL
guru
tidak
selalu
mendominasi
dalam
pembelajaran akan tetapi mengajak siswa untuk selalu aktif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menantang.1 Adapun
dalam
pelaksanaannya
di
SMP
Islam
Al-Azhar
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kelas VII telah menerapkan tujuh asas pembelajaran kontekstual. Tujuh asas tersebut yaitu 1) constructivism (siswa membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep
-
aturan,
analisis-sintesis),
2)
questioning
(eksplorasi,
membimbing,menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), 3) inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan), 4) modelling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi -tujuan,pengarahan petunjuk, rambu-rambu, contoh), 5) learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), 6) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), 7) authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha Hasil wawancara dengan kapala sekolah bapak H.Musliyadi Musthofa, S.Pd. diruang kepala sekolah tanggal 19 agustus 2015 1
74
siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).2 Seperti yang telah dipaparkan penulis dalam BAB III, dari hasil wawancara dan observasi dengab guru PAI dikelas VII, implementasi pendekatan kontekstual dilaksanakan dengan mengggunakan tujuh komponen, yaitu: 1) konstruktivisme Dalam penerapannya dilaksanakan dalam upaya mengkonstruk pengetahuan baru oleh siswa sendiri. Sebelumnya guru menghadirkan masalah siswa dengan berbekal pengetahuan sebelumnya membentuk pemahaman tentang pengetahuan baru tersebut. Pelaksanaanya sebelum guru menyampaikan pelajara guru tidak serta merta langsung kepada materi pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, terlebih dahulu memberikan sedikit gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini. Gur memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tanang sesuatu hal atau permasalahan yang akan dibahas. 2) Questioning Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. 2
Hasil wawancara dengan guru PAI bapak Mujazim, S.Pd.I tanggal 19 agustus 2015 di ruang guru
75
Penerapannya dalam pembelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar dari hasil wawancara dengan guru PAI guru melakukan appersepsi, yaitu melalui pertanyaan–pertanyaan singkat. Bertanya dalam pembelajaran PAI dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 3) Kelompok belajar (learning comunity) Masyarakat belajar diaplikasikan dengan cara guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian guru mendemonstrasikan suatu gambar agar siswa dapat berkerjasama dan shering temannya agar saling membantu. 4) Inquiry Menemukan dilaksanakan dengan cara guru menunjukkan sebuah gambar shof dalam sholat berjama’ah dan mengajak siswa untuk mengamati apa yang disampaikan guru, mencatat hal – hal penting, menanyakan hal–hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat simpulannya dengan sumber – atau referensi yang relevan sampai yaqin dengan derajat kebenaran pengetahuan yang ditemukan kemudian mendiskusikannya.
76
5) Pemodelan (modelling) Menemukan dilaksanakan dengan cara guru menunjuk beberapa siswa dari masing-masing kelompok unuk mempraktikkan cara bagaimana mengatur shof
yang benar, karena Dengan tehnik ini siswa mampu
melakukan pemusatan perhatian, Mengidentifikasi dan menganalisis pelaksanaan shalat berjamaah yang diperaktikkan siswa. sehingga termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi tujuan sesuai pengarahan petunjuk dan rambu-rambu dan pada akhirnya bisa mempraktekkannya sendiri dalam kehidupan nyata. 6) Asas reflection Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima, penerapannya guru bersama dengan siswa melakukan refleksi yaitu dengan cara guru bertanya secara langsung kepada siswa mengenai apa saja yang dapat diperoleh dari pembelajaran pada hari ini, apa kesan mereka mengenai tema pelajaran hari ini,selain itu Guru
juga memberikan reward kepada kelompok “terbaik”,yakni:
Kelompok yang benar dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 7) Authentic assessement Dengan maksud proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar siswa, selain itu digunakan juga untuk mengukur apakah kompetensi dasar dan indikator sudah tercapai atau belum.
77
Dikelas, penilaian yang sebenarnya dilakukan dengan mengadakan ulangan harian untuk siswa, selain itu juga siswa diberi pekerjaan rumah yang kemudian pekan selanjutnya dibahas bersama-sama, penilaian juga dilakukan dengan cara mengamati perilaku siswa sehari-hari. Selain penilaian-penilaian diatas sekolah juga mengadakan ulangan umum seperti mid semester (3 bulan sekali), ulangan umum semester (6 buan sekali), dan juga ujian akhir untuk kelas IX. C. Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
Dengan
Pendekatan
Kontekstual di Kelas VII SMP Islam Al Azhar Kedung Malang Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. 1. Faktor Pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam AlAzhar serta upaya pengembangannya. Adapun faktor Pendukung adalah sebagai berikut: a. Adanya siswa yang tidak terlalu banyak b. Kesiapan guru pai menerapkan pendekatan kontekstual c. Adanya semangat siswa yang tinngi dalam pembelajaran dikelas dengan suasana yang menyenangkan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan faktorfaktor pendukung diatas adalah sebagai barikut: a. Dengan adanya jumlah siswa yang tidak terlalu banyak yaitu: 165 siswa, hal ini perlu dimanfaatkan guru untuk mengetahui
78
kemampuan antar siswa, antara lain dengan pembinaan antara siswa yang mempunyai kecerdasan dapat membimbing siswa yang kurang dalam pemahaman . b. Dengan kesiapan guru PAI dalam menerapkan CTL dalam pembelajaran PAI, maka guru harus dapat memilih metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan guru harus bisa mendesai pembelajaran yang diwarnai dengan student centered bukan teacer centered . c. Adanya semangat siswa dalam pembelajaran guru perlu memodifikasi berbagai metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan
agar
pembelajaran
lebih
bermakna
dan
tidak
membosankan. 2. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam Al-Azhar serta upaya mengatasinya. Adapun faktor-faktor yang menghambat adalah sebagai berikut: a. Adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk pembelajaran PAI, seperti untuk praktik shalat, belum adanya proyektor didalam kelas. b. Minimnya alokasi waktu dalam pembelajara PAI. c. Adanya perubahan kurikulum.
79
Adapun Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasinya adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia dengan semaksimal mungkin, dan untuk praktek sholat menggunakan musholla sekitar sekolah. b. Memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia serta menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. c. perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 membuat kebingungan dan kurang konsisten dalam program pengajaran yang dilakukan guru meskipun begitu ini bukan menjadi penghambat yang terasa karena guru yang tanggap akan perubahan akan menganggap hal itu biasa tidak menjadi halangan dalam proses pembelajaran.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendekatan kontekstual menjadi model yang sangat efektif dan sangat tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran PAI karena dari unsur materinya selalu dikaitkan dengan keadaan yang dialami siswa dan karakteristik model CTL guru tidak selalu mendominasi dalam pembelajaran akan tetapi mengajak siswa untuk selalu aktif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menantang. 2. Adapun pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam Al-azhar Kedung Malang Kedung Jepara, yaitu Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat, kemudian Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menjelaskan materi dengan menerapkan tujuh komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual yaitu: construktivisme, questioning, comunity learning, inquiri, Modeling, reflection, autentic asesment. Yaitu merangsang siswa dengan kegiatan menemukan pada setiap materi , mendorong siswa untuk selalu aktif dalam bertanya, melaksanakan 78
79
pembelajaran dengan berkelompok, menghadirkan model di dalam kelas, sehingga pembelajaran lebih efektif dan siswa termotivasi dan mencapai standar kompetensi yang diinginkan, setelah itu siswa dan guru melakukan lefleksi dan penilaian diahir pembelajaran. 3. Adapun
faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Islam Al Azhar Tahun Pelajaran 2015/2016 : Adapun faktor Pendukung adalah sebagai berikut: a. Adanya siswa yang tidak terlalu banyak b. Kesiapan guru PAI menerapkan pendekatan kontekstual c. Adanya semangat siswa yang tinngi dalam pembelajaran dikelas dengan suasana yang menyenangkan. Adapun faktor-faktor yang menghambat adalah sebagai berikut: a. Adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk pembelajaran PAI, seperti untuk praktik shalat, belum adanya proyektor didalam kelas. b. Minimnya alokasi waktu dalam pembelajara PAI. c. Adanya perubahan kurikulum B. Saran Dari ringkasan temuan serta kesimpulan dari pembahasan dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
80
1. Bagi Sekolah Diharapkan
benar–benar
mendukung
dan
mengawal
pelaksanaan
pembelajaran kontekstual pada pembelajaran PAI khususnya karena dari hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat memberikan kontribusi bagi prestasi serta dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. 2. Bagi Para Guru a. Sebaiknya guru sebelum mengajar hendaknya mempersiapkan materi pelajaran dengan matang dan menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat proses belajar mengajar agar siswa tidak merasakan kejenuhan dengan pelajaran yang dianggap monoton. b. Agar guru Dapat menerapkan pembelajaran kontekstual seperti yang disebutkan di atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa
melakukan
upaya-upaya
perbaikan
dalam
tindakan
pengajarannya utamanya dalam pengoptimalan implementasi dari asas – asas tujuh dalam pembelajaran kontekstual sehingga akan benar – benar terintegrasi satu sama lain dan pada akhirnya terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. c. Dengan pendekatan Kontekstual yang digunakan oleh guru, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan segala materi yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan sehari-hari 3. Bagi Siswa
81
1) Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan gagasannya,
berkomunikasi
dan
berkerjasama
dengan
teman
kelompoknya, membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. 2) Agar siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang baik adalah siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. C. Penutup Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan dunia seisinya, hanya karena ridlo dan Rahmat-Nya lah penulis dapat meyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Penulis sadar dan yakin, bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahas maupun tulisannya, utuk itu penulis akan menerima dengan senang hati sgala masukan, krititkan yang bersifat membangun. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, teruma pada saudaraku yang membantu selama ini demi terselesainya skripsi ini. Teriring alunan doa semoga amal perbuatan kita selalu mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.
81
DAFTAR PUSTAKA Afif , Armai., 2002. Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press . Arifin, H.M., 2014. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi., 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Ary, Donald., et.al, 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, terj. Arief Furehan , Surabaya: Usaha Nasional. Bagdan, Robert., Steven J. Taylor., 1992. Introduction to Qualitatif Methode, terj Arif Furqon, Usaha Nasional: Surabaya. Furchan, Arief., 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional. Hadi, Sutrisno., 1993. Metodologi Research.Yojakarta:Andi Offrest, jilid 2. Hanafiyah & cucu suhana., 2009. konsep Strategi Pembelajaran, Bandung:Refika Aditama. Jalaluddin dan Said Usman., 1994. Filsafat Pendidkan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya .jakarta: raja Grafindo Persada. komalasari, Kokom., 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung : Refika Aditama. Kulsum, Umi,. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem, Surabaya : Gena Pratama Pustaka. Majid,Abdul dan Dian Andayani., 2004 PA1 Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 , Bandung: Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul., 2012. Belajar dan pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
82
Moleong, Lexy J., 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Muhaimin., 2002. Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan agama islam disekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002. Mulyana, Deddy., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E., 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. _____ ., 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustaqim., 2007. Psikologi Pendidikan ,Jepara: CV. Andalan Kita. Nasir, Moh., 2005. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 ,cet.6. Nurwadjah, Ahmad., 2007. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Bandung: MARJA. Quin Patton, Michael., 2009. Metode Evaluasi Kualitatif, Yogykarta:Pustaka Pelajar. Riyanto,Yatim., 2009. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana. Rusman., 2011. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Grafindo Persada. Sagala, Syaiful ., 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran .Bandung : Alfabeta. Satori, Djaman., 2009. Aan komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Sisdiyanto, Sidik., 2006. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Jakarta : Dirjen Pend. Islam Depag RI. Siregar, Evelin., dan Hartini Rana., 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran , Bogor: Galia Indonesia.
83
Sugiyono., 2003. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. ________., 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung : ALFABETA, cet., 15. Tanzeh,Ahmad., Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta:Teras. Trianto., 2007. model – model pembelajaran inovatif berorientasi kontrustivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka. Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) beserta Penjelasannya, 2003. Bandung: Citra Umbara. http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011/07/pengertian-pendidikan-agama-islampai.html. http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/199/jiptiain--firdausnur-9946-5babii.pdf. http://pelangi.dit-plp.go.id/artikelmbs.html.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: ISMATUL BARIK
Tempat, Tanggal lahir : Jepara, 13 juni 1992 Riwayat Pendidikan : 1. SDN 01 Kedung Lulus Tahun 2003 2. Mts Ribhul Ulum Kedung Mutih Wedung Demak Lulus Tahun 2006 3. MA Ribhul Ulum Kedung Mutih Wedung Demak Lulus Tahun 2009 Demikian riwayat pendidikan dibuat dengan sebenar-benarnya dan digunakan semestinya.
Jepara, 7 November 2015 Hormat Saya,
Ismatul Barik 211408/13131000135
LEMBAR OBSERVASI Observasi langkah-langkah Pendekatan Kontekstual Berilah tanda(√ ) pada setiap pertanyaan di bawah ini !
No
Kompetensi
Hari,
Dasar
Tanggal
Sesuai Komponen
Penerapan
dengan pelaksanaan Ya
1.
Rabu
, Menunaikan
Konstruktiv
Pengetahuan
dibangun √
isme
oleh siswa sedikit demi
19
shalat wajib
Agustus
berjamaah
sedikit,
2015
sebagai
diperluas dengan konteks,
implementasi
yang terbatas, siswa harus
dari
mengkonstruksi
pemahaman
pengetahuannya itu dan
rukunIslam
memberi makna melalui
yang
hasilnya
pengalaman nyata Bertanya
Guru memotivasi siswa √
(Questionin
untuk
g)
memecahkan
bertanya
guna masalah
yang ada. 2.
Senin 24, Agustus 2015.
Memahami ketentuan shalat berjamaah
Menemukan Siswa (Inquiry)
dituntut
untuk √
menemukan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.
Masyarakat
Siswa
saling
belajar
saling
membelajarkan,
(learning
bertukar
informasi
community)
pengalaman lewat diskusi. Pelaksanaannya membagi
siswa
terlibat, √ dan guru dalam
Tidak
kelompok,
bisa
kecil
maupun besar. Kelompok kecil misalnya 3.
Rabu 26, Mempraktikk
Pemodelan
guru memberikan contoh √
Agustus
(modelling)
cara mengerjakan sesuatu.
Refleksi
Pada ahir pembelajaran, √
(reflection)
Guru memberikan waktu
2015
an shalat berjamaah
sejenak
agar
siswa
melakukan refleksi. Penilaian
Gambaran perkembangan √
autentik
belajar
(authentic
diketahui oleh guru agar
assessment)
siswa
siswa bisa
perlu
memastikan
bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran
dengan benar.
Hasil Wawancara Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Nama
: Mujazim, S.Pd.I
Alamat
: Kedung Malang
1.
Metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI ? Metode dan cara yang
saya gunakan dalam proses pembelajaran
menyesuaikan dengan tema dan materi yang akan disampaikan, ada banyak metode yang bisa mengikut sertakan siswa sebagai subyek yang mampu mendukung dan memberikan kemantapan terhadap
pembelajaran yang
membuat siswa ikut berperan aktif di dalamnya seperti metode diskusi, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. 2.
Menurut pengalaman bapak hal apa saja yang perlu disiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan? Dalam persiapan mengajar idealnya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu kali
pertemuan. perencanaan yang di
maksud meliputi beberapa aspek antara lain: Standar Kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran. 3.
Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual? Contextual Teaching and Learning merupakan suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran
yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari–hari yaitu baik yang berhubungan dengan konteks lingkungan pribadi dan masyarakatnya. 4.
Secara garis besar bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kotekstual? Secara garis besar bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI menggunakan pendekatan kontekstual menerapkan tujuh asas pembelajaran kontekstual. Tujuh asas tersebut yaitu 1) constructivism, 2) questioning, 3) inquiry, 4) modelling, 5) learning community, 6) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), 7) authentic assessment.
5.
Bagaimana penerapan asas constructivisme dikelas? Bahwa pada pelaksanaan proses belajar mengajar saya tidak serta merta langsung kepada materi pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, terlebih dahulu memberikan sedikit gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini.
6.
bagaimana penerapan asas Questioning (bertanya) dan inquiry (menemukan) di kelas dalam pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual ? contohnya seperti apa ? .....”asas questioning saya terapkan saat saya melakukan appersepsi, yaitu melalui pertanyaan–pertanyaan singkat”. Bertanya dalam pembelajaran PAI dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Sedangkan dalam asas inquiry....’’saya menunjukkan sebuah gambar shof dalam sholat berjama’ah dan mengajak siswa untuk mengamati apa yang disampaikan guru, mencatat hal – hal penting, menanyakan hal–hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat simpulannya dengan sumber – atau referensi yang relevan sampai yaqin dengan
derajat
kebenaran
pengetahuan
yang
ditemukan
kemudian
mendiskusikannya.” 7.
bagaimana penerapa tehnik learning community dalam pembelajarn PAIdikelas? ....’’saya menerapkannya dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok, saya membiasakan siswa untuk belajar dalam kelompok dengan tujuan sharing dan saling membantu dan bekerja sama”.
8. Bagaimana penerapan tehnik pemodelan dalam pembelajaran PAI di kelas ? ....’’Saya menerapkannya dengan cara menunjuk beberapa siswa dari masing-masing kelompok unuk mempraktikkan cara bagaimana mengatur shof
yang benar, karena Dengan tehnik ini siswa mampu melakukan
pemusatan perhatian, Mengidentifikasi dan menganalisis pelaksanaan shalat berjamaah yang diperaktikkan siswa. sehingga termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi tujuan sesuai pengarahan petunjuk
dan rambu-rambu dan pada akhirnya bisa mempraktekkannya sendiri dalam kehidupan nyata.’’ 9. Bagaimana bentuk refleksi yang dilakukan oleh siswa di kelas dalam pembelajaran PAI ? Bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi yaitu dengan cara saya bertanya secara langsung kepada siswa mengenai apa saja yang dapat diperoleh dari pembelajaran pada hari ini, apa kesan mereka mengenai tema pelajaran hari ini,selain itu Guru juga memberikan reward kepada kelompok “terbaik”,yakni: Kelompok yang benar dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 10. Bagaimana penerapan authentic assesment dalam pembelajaran PAI di kelas? Penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islam Al-Azhar adalah pelaksanaan penilaian selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung diantaranya dengan cara portofolio, demonstrasi, PR dan tes tertulis. 11. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di kelas ? Adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk pembelajaran PAI, seperti untuk praktik shalat, belum adanya proyektor didalam kelas, Minimnya alokasi waktu dalam pembelajara PAI.
12. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dikelas? Adanya siswa yang tidak terlalu banyak, Kesiapan guru pai menerapkan pendekatan kontekstual, Adanya semangat siswa yang tinngi dalam pembelajaran dikelas dengan suasana yang menyenangkan. 13. Bagaimana dengan minat serta hasil prestasi belajar siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran
PAI
sebelum
dan
setalah
menggunakan
pendekatan kontekstual ? setelah siswa menerima materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual ada perbedaan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari karena pembelajran PAI sebelumnya hanya mencetak anak-anak yang tahu hukum atau dalil tapi tidak berimbas pada perilaku sehari-hari. Jadi dengan pembelajaran CTL guru PAI semakin mudah menilai kemampuan anak dengan melihat berbagai aspek, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Guru PAI SMP Islam Al-Azhar
Mujazim, S.pd.I
Hasil Wawancara Wawancara dengan kepala Sekolah SMP Islam Al Azhar: Nama : Musliyadi Mustofa, S. Pd. Alamat : Kedung Malang 1. Bagaimana sejarah berdinya di SMP Islam Al- Azhar? SMP Islam Al-azhar kedung malang kedung jepara adalah salah satu lembaga pendidikan formal di bawah naungan yayasan pendidikan Rodlotuth Thullab Kedung Malang Jepara. Berdirinya SMP Islam Al Azhar di latar belakangi oleh kondisi sosial dan perekonomian masyarakat Desa Kedung Malang Kedung Jepara dan sekitarnya yang belum maju, mutu sumber daya yang masih rendah, bila di lihat dari segi geografis desa kedung malang terletak di pinggiran pantai yang sebagian besar lahannya di manfaatkan untuk pertambakan. Maka sebagian besar penduduk mata pencahariannya sebagai nelayan, petani, dan buruh tani. Kondisi seperti itulah membawa dampak negatif bagi anak-anak usia sekolah, terutama yang telah lulus SD dimana mereka tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi karena alasan ekonomi orang tua. Sehingga mereka lebih memilih untuk mencari pengalaman kerja atau membantu orang tua di bidang ekonomi. Dari realita sosial masyarakat tersebut, beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan mempunyai gagasan untuk mendirikan SMP Islam Alazhar kedung malang, untuk menjembatani siswa yang kurang mampu agar bisa tetap sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kurikulum SMP Islam Al- Azhar 2. Kurikulum apa yang di pakai di SMP Islam Al- Azhar? Kurikulum yang dipakai di SMP Islam Al Azhar mengalami perubahan dua kali, pertama menggunakan KTSP dan kurikulum 2013. pada awal tahun 2013 SMP Islam Al Azhar di tunjuk sebagi satu-satunya SMP swasta dari sekitar 50 sekolah yang ada di jepara untuk mengikuti sekolah percontohan kurikulum 2013. Untuk kelas VII menggunakan kurikulum 2013 dan untuk kelas VIII dan IX sudah mengikuti. 3. Bagaimana guru dalam mempersiapkan pembelajaran apakah lebih dulu mengumpulkan RPP kepada kepala sekolah? Ya, RPP dan perangkat pembelajaran lainnya sudah di persiapkan di awal tahun tinggal menerapkan sesuai dengan SK dan KDnya 4. Langkah-langkah apa pak yang di terapkan dalam pembelajaran dengan aplikasi pendekatan kontekstual ? 1) constructivism, 2) questioning, 3) inquiry, 4) modelling, 5) learning community, 6) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), 7) authentic assessment. 5. Bagaimana menurut bapak tentang pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Pendekatan kontekstual ? Pendekatan kontekstual menjadi model yang sangat efektif dan sangat tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran PAI karena dari unsur materinya selalu dikaitkan dengan keadaan yang dialami siswa dan karakteristik model CTL guru tidak selalu mendominasi dalam
pembelajaran akan tetapi mengajak siswa untuk selalu aktif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menantang.
Kepala Sekolah Smp Islam Al- Azhar
H. Musliyadi Mustofa, S.pd
Hasil Wawancara Wawancara dengan Siswa kelas VII SMP Islam Al-Azhar Nama : Aida alitasya 1. Apakah pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan Kontekstual yang diterapkan oleh guru di senangi? Ya, karena dengan aplikasi Pendekatan kotekstual saya lebih giat dan antusias pada pelajaran PAI 2. Apakah
dalam pembelajaran PAI dengan kontekstual kamu merasa
senang? Ya, karena dengan mengikuti pembelajaran dengan kontekstual, saya lebih paham dengan marteri-materinya dan mudah dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan saya, sehingga saya merasa senang belajar pendidikan agam islam 3. Dalam proses belajar PAI apakah kamu mengalami kesulitan ? Ya, siswa tidak bisa memahami materi terutama materi Al Qur’an Hadist yang berkaitan dengan tajwid, menjadikan kami semakin bingung ketika proses pembelajaran. 4. Apakah kamu bertanya setelah guru menjelaskan materi pelajaran? Kadang-kadang, jika saya tidak paham dengan materai saya bertanya jika sudah paham ya saya hanya diam saja. Siswa kelas VII SMP Islam Al-Azhar
Ayda alitasya
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ROUDLOTUTH THULLAB
“SMP ISLAM AL-AZHAR”
Terakriditasi B Nomor : 158/BAP-SM/XI/2009
Akte Notaris Nomor : 12/1991 Tanggal 11 Nopember 1991 Alamat : Jln. Raya Kedungmalang – Kedung – Jepara E-mail
[email protected] /
[email protected] Website http://smpislamal-azhar1.blogspot.com 59463 0291 3396005
SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini kepala sekolah SMP Islam Al Azhar Kedung Malang menerangkan bahwa: Nama
: Ismatul Barik
NIM
: 211408 /131310001355
Fakultas
: Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Bebar-benar telah melakukan penelitian sesuai dengan judul: PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VII SMP ISLAM AL-AZHAR KEDUNG MALANG KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Mulai taggal 10 Agustus s/d 10 September 2015. Demikian surat ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kedungmalang, 10 September 2015 Kepala Sekolah SMP Islam Al- Azhar
H. Musliyadi Musthofa, S.Pd