PERAN KETELADANAN DAN KEDISIPLINAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA JLEPER MIJEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh: ABDUL ROHMAN NIM : 131310001386 UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JEPARA 2015
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Abdul Rohman
NIM
: 131310001386
Jurusan/Prodi Studi
: Tarbiyah/PAI
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya Demak, 12 Agustus 2015 Saya yang menyatakan
ABDUL ROHMAN NIM : 131310001386
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 bandel Hal
: Naskah Skripsi A.n. Sdra. Abdul Rohman Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirim naskah skripsi Saudara: Nama
: Abdul Rohman
Nomor Induk : 131310001386 Judul
: Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015
Dengan ini kami mohon kiranya naskah skripsi saudari tersebut dapat segera di munaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jepara, 13 Agustus 2015 Pembimbing
Drs. Maswan, MM
iii
ABSTRAK Abdul Rohman, 131310001386. Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, Pembimbing Drs. Maswan, MM Kata Kunci: Keteladanan, Kedisiplinan Guru, Motivasi Belajar, Aqidah Akhlak Kedisiplinan seorang guru dalam mengajar diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk selalu aktif dan berminat dalam belajar serta tugas-tugasnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang suatu saat akan menggantikan generasi tua dalam segala bidang. Dengan demikian agar siswa belajarnya lebih maju, maka siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah,di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf lainnya membiasakan bersikap disiplin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak mengubah bentuk simbol atau angka dan bersifat deskriptif yang didasarkan pada pertanyaan bagaimana. Dan teknik pengolahan datanya adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa (1) Peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak sangat efektif dalam membentuk kepribadian siswa. Keteladanan guru Aqidah Akhlak yang mencerminkan akhlakul karimah akan dilihat, diamati dan dicontoh oleh siswa sehingga mengakar kuat dalam diri siswa dan menjadi perilaku/kebiasaan sehari-hari yang akhirnya dapat membentuk kepribadian siswa. Keteladanan guru Aqidah Akhlak berlangsung di kelas maupun di luar kelas. (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah: suasana lingkungan belajar yang kondusif/nyaman, sarana pembelajaran yang memadai/menunjang, dan peran serta orang tua dalam pendidikan anak. Kemudian faktor penghambatnya adalah minimnya waktu mengajar/jumlah tatap muka dengan siswa dan perbedaan karakter siswa.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin. Huruf Arab أ ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و
Nama alif ba ta sa jim ha kha dal zal ra za sin syin sad dad ta za 'ain gain fa qaf kaf lam mim nun wau
Huruf Latin Dilambangkan b t s j h kh d z r z s sy s da t z ' g fa q k l m n w
vi
Keterangan tidak dilambangkan be te es (dg. titik di atas) je ha (dg.titik di bawah) ka dan ha de zet (dg. titik di atas) er zet es es dan ye es (dg. titik di bawah) de (dg. titik di bawah) te (dg. titik di bawah) zet (dg. titik di bawah) koma terbalik di atas ga ef ki ka el em en we
ھـ ء ي
ha hamzah ya
h " y
ha apostrof ye
2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal satu monoftong dan vokal rangkap atau diftong: a. Vokal tunggal Tanda
Keterangan
Huruf Latin
Contoh
a
َأَ َﻛﻞ
i
إِﺑِ ٌﻞ
Fathah pendek
َ◌
Kasrah pendek
ِ◌
Zummah pendek
ُ◌
u
أُ ُﺣ ٌﺪ
b. Vokal rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harokat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda
Nama
Huruf Latin
Contoh
َﻛ ْﯿ ٌﺪ
ي
َ◌ Fathah dan ya
ai
و
َ◌ Fathah dan wawu
au
ﻣُﻮْ ٌز
3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
vii
Tanda
Nama
Huruf Latin
Contoh
ي
َ أFathah dan alif atau ya
â
َﻛَﺎن
ي
ِ◌ Kasrah dan ya
î
ْﺑَﻨِﻲ
و
ُ◌ Zammah wau
û
ﻛُﻮْ ﻧُﻮْ ا
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Illahi Rabbi Yang Maha Penolong Lagi Maha Mengabulkan Do’a, semoga ridha-Nya selalu menyertai setiap engkal langkahku sehingga kesuksesan dan kebahagiaan menjadi akhir dari semua perjuangan yang mesti ku tempuh. Kupersembahkan Karya ini untuk..... 1. Ayah dan Ibuku tercinta, sungguh kasih dan sayangmu sangat berarti bagi hidupku. 2. Isteri terkasih, bersamamu kulalui hari-hariku dengan penuh kasih sayang memberiku suntikan energi yang luar biasa bagiku sehingga membuat belajarku lebih bersemangat. 3. Bapak & ibu guruku yang mulia yang selalu menjadi pelita dalam studiku karenamu aku bisa mewujudkan harapan & anganku sebagai awal menggapai cita-cita. 4. Rekan-rekan seangkatanku yang selalu menjadi teman seperjuangan dalam mengarungi masa-masa pendidikan ketika di UNISNU Jepara
ix
MOTTO
Artinya: “ Karena sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah, hendaknya kamu berharap. (Q.S. al-Insyirah: 5-8)
Depag RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Semarang: CV. Al-Waah, edisi baru revisi 1993), hlm. 1073.
x
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahimm
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat nikmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya yang berupa kesempatan serta waktu yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya dalam bentuk skripsi dengan judul Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada guru besar kita Rasulullah saw, pembawa rahmat bagi seeluruh alam. Beserta kerabat, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman. Sebuah karya sederhana dalam bentuk skripsi ini disusun dengan bekal dan pengetahuan yang sangat terbatas, sehingga tanpa dukungan, bantuan dan petunjuk serta do’a dari berbagai pihak, maka akan sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh rasa syukur peneliti haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhtarom, H.M, selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara. 3. Drs. Maswan, MM, selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas, penuh dengan kesabaran serta tanggung jawab dalam memberikan petunjuk, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini
xi
4. Para Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan dan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Suprapto, S.Ag,S.Pd, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempatnya. 6. Segenap staf perpustakaan UNISNU Jepara yang telah memberikan ijin dan layanan perpustakaan. 7. Segenap rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya. 8. Ayah dan Ibu tercinta, atas do'a dan restunya. Atas segala bantuan yang telah beliau-beliau berikan, penulis ucapkan terimakasih dan semoga amal baik mereka semoga di balas yang setimpal oleh Allah SWT. Amin Jazakumullah Akhsanal Jaza' Demak, 13 Agustus 2015 Penulis,
Abdul Rohman NIM. 131310001386
xii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................
ii
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
ABSTRAKSI.....................................................................................................
v
PEDOMAN TRANSLITER ............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
ix
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1
B. Penegasan Istilah........................................................................
6
C. Rumusan Masalah ......................................................................
7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................
8
E. Manfaat Penelitian .....................................................................
8
F. Kajian Pustaka............................................................................
9
G. Metode Penelitian....................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan skripsi..................................................... 18
xiii
BAB II : LANDASAN TEORI A. Keteladanan................................................................................ 21 1.
Pengertian Keteladanan ....................................................... 21
2.
Urgensi Keteladanan ........................................................... 25
3.
Bentuk-bentuk Keteladanan ................................................ 29
B. Kedisiplinan Guru ...................................................................... 33 1. Pengertian Kedisiplinan Guru .............................................. 33 2. Tujuan Disiplin .................................................................... 35 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ........................ 36 C. Motivasi Belajar ......................................................................... 37 1. Pengertian Motivasi Belajar................................................. 37 2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ................................................ 41 3. Ciri-ciri Motivasi Belajar ..................................................... 42 4. Upaya membentuk Motivasi Belajar.................................... 43 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .......... 45 D. Aqidah Akhlak ........................................................................... 49 1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Aqidah Akhlak .................. 49 2. Ruang Lingkup, Metode, dan Evaluasi dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ..................................................... 52 BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Umum MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ....... 69 1. Tinjauan Histori ................................................................... 69 2. Identitas Madrasah ............................................................... 69 3. Letak Geografis.................................................................... 70 4. Sarana dan Prasarana............................................................ 71
xiv
5. Visi, Misi, dan Tujuan.......................................................... 74 6. Keadaan Guru dan Karyawan .............................................. 76 7. Susunan Organisasi .............................................................. 78 8. Keadaan Siswa ..................................................................... 79 B. Data Penelitian ........................................................................... 73 1. Data tentang Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ................................................................................. 80 2. Data tentang Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Peran
Keteladanan
dan
Kedisiplinan
Guru
dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak...... 90 BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ..................... 96 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak .......................................... 106 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 116 B. Saran........................................................................................... 116
xv
PERAN KETELADANAN DAN KEDISIPLINAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA JLEPER MIJEN DEMAKTAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Bidang Pendidikan Islam
Oleh : ABDUL ROHMAN NIM :131310001386
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Persoalan keteladanan sampai saat ini masih sangat perlu untuk dicaridan kemudian dirumuskan kembali.Hal ini ditujukan agar pendidikan dapatmencapai sasarannya dengan baik.Pada masa sekarang ini sangat sulitmencari sosok seorang guru yang dapat dijadikan sebagai panutan, baik dalamhal ilmu maupun amal.Kedua hal tersebut harus ada keserasian, agar dapatmenjadikan seorang manusia cerdas yang berbudi. Begitu
pentingnya
suatu
keteladanan
dalam
upaya
pembentukanpribadi seorang anak, sehingga untuk mencapai kesuksesannya, pendidikanIslam berusaha menerapkan metode keteladanan tersebut dalam sistem pendidikannya.Namun permasalahan yang ada adalah dari faktor pendidik,termasuk di dalamnya adalah guru. Guru pada masa sekarang kurang danbahkan tidak memperhatikan aspek keteladanan dalam proses pendidikannya. Mereka lebih berperan sebagai agen transfer of knowledge daripada transfer of value. Proses transfer of value ditujukan untuk menanamkan nilainilai dalamdiri anak. Proses tersebut akan mengena dan diterima dengan baik oleh anak,apabila nilai-nilai tersebut logis dan disertai dengan contoh nyata.1 Sedangkan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui prosesserangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, 1
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 2, hlm. 21.
1
2
kepatuhan,kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahudan dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang wajibdilakukan, yang boleh dilakukan, yang sepatutnya dilakukan atau tidakdilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seseorang yangberdisiplin, karena disiplin sudah menyatu ke dalam dirinya, maka sikap atauperbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namunsebaliknya akan membebani dirinya, apabila ia tidak berbuat disiplin.2 Penerapan disiplin yang mantap dalam kehidupan sehari-hari berawal daridisiplin pribadi.Disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor daridalam dan faktor dari luar.Faktor dari dalam diri manusia yang mendorongmanusia untuk menerapkan disiplin, sedangkan faktor dari luar adalah faktor lingkungan dan faktor keluarga.3 Adapun kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswadalam
sekolah
dan
juga
dalam
belajar.Kedisiplinan
sekolah
mencakupkedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dankebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah atau halaman dan lainlain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan Tim Bimbingan Penyuluhan dalam pelayanannyakepada siswa.
2
D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), hlm. 20. 3 Ibid., hlm. 32.
3
Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan guru dalam mengajar sangatberpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya akanberpengaruh pula terhadap keberhasilan cita-cita pada khususnya dan tujuanpendidikan pada umumnya. Kedisiplinan seorang guru dalam mengajar diharapkan dapat memotivasipeserta didik untuk selalu aktif dan berminat dalam belajar serta tugas-tugasnyasehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang suatu saat akanmenggantikan generasi tua dalam segala bidang. Dengan demikian agar siswabelajarnya lebih maju, maka siswa harus disiplin di dalam belajar baik disekolah,di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah gurubeserta staf lainnya membiasakan bersikap disiplin.4 Sikap disiplin juga diajarkan dalam agama Islam melalui hadits, sabdaNabi saw:
ي؟ ﰒُﱠ أَ ﱡ: ﺎل َ َﺼﻼَةُ َﻋﻠ َﻰ َوﻗْﺘِ َﻬﺎ ﻗ اَﻟ ﱠ: ﺎل َ َﱃ اﷲِ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ ؟ ﻗ َﺐإ ي اﻟْ َﻌ َﻤ ِﻞ أَ َﺣ ﱡ أَ ﱡ ِ اَﳉِْ َﻬﺎ ُد ِﰲ َﺳﺒِْﻴ ِﻞ اﷲ: ﺎل َ َي ؟ ﻗ ﺎل ﰒُﱠ أَ ﱡ َ َ ﰒُﱠ ﺑِﱡﺮا اﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ ﻗ: ﺎل َ َﻗ
“Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ? Rasul menjawab :shalat tepat pada waktunya, kemudian apalagi ? Rasul menjawab berbakti kepada kedua orang tua, kemudian apalagi ? Rasulmenjawab: jihad di jalan Allah”.5 Menjalankan salat tepat pada waktunya, pada hakikatnya juga
mengajarkan umat Islam untuk berdisiplin dan agar seseorang bisa disiplinsangat diperlukan motivasi, baik instrinsik maupun ekstrinsik.
4
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 67. 5 Al Imam Abdillah bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori., Shahih Bukhori, (Beirut: Libanon, Darul Kutub, t.th.), hlm. 91.
4
Didalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan.Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapatmengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.6Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada siswa
dilakukanoleh
guru
sebelum
mengajar,
dimulai
pada
saat
berlangsungnya proses belajarmengajar, terutama pada saat siswa melakukan kegiatan belajar dan pada saat-saatkondisi belajar siswa mengalami kemunduran.7 Sebenarnya motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukantingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah lakumanusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konseplain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.8Sebagai subyek belajar, murid memiliki kepribadian yang unik.Ia memiliki kapasitas mental yangberbeda untuk mencapai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkanoleh guru, mereka memiliki motivasi dan intelegensi yang berbeda merekamemiliki motivasi belajar yang tidak sama. Motivasi ini berperan
dalammenggerakkan
siswa
untuk
melakukan
kegiatan
belajar.Motivasi sangatdiperlukan dalam rangka mencapai suatu tujuan.Tanpa motivasi suatu tujuantidak dapat tercapai secara maksimal.Semakin kuat motivasi seseorang makasemakin baik pula hasil yang dicapainya dan
6
hlm. 91.
Sardiman.AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992),
7
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung,: Sinar Baru Algensindo , 1995), hlm. 160 8 Slameto, op.cit., hlm. 170
5
sebaliknya, semakin rendahmotivasi seseorang maka semakin rendah pula prestasi yang dihasilkannya. Secara
eksplisit
al-Qur’an
memberikan
motivasi
untuk
mencapaikebahagiaan hidup. Sebagaimana tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 201 :
)اﻟﺒ (٢.١ : ﻗﺮة
“Dan di antara mereka ada orang yang mendoa : “Ya Tuhan kami,berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat danpeliharalah kami dari siksa neraka.”9 Implikasinya dalam kehidupan sehari-hari orang Islam dianjurkan
untukmemotivasi diri dalam beraktivitas.Diakui pula bahwa disiplin adalah penting didalam kehidupan, baik dalamkehidupan perorangan, maupun kehidupan kelompok atau masyarakat, terlebihdalam kehidupan seorang guru yang selalu menjadi anutan oleh anak didiknya.Ini ditentukan oleh karena keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangatdibutuhkan kedisiplinan. Peneliti melihat bahwa motivasi belajar merupakanantara lain, komponen yang penting dalam proses belajar mengajar, terlebih proses belajar yang menuntut kemandirian siswa. Tanpa motivasi yangmemadai pengefektifan kokurikuler Pendidikan Agama Islam akanmenghadapi kendala yang serius. Oleh karena itu dituntut kemampuan guruagama untuk dapat menjadi motivator yang baik agar siswa terdorong aktifdalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun dirumah.Sejalan dengan hal 9
R. H. A., Soenarjo, Al qur’an dan Terjemahnya., Yayasaan Penyelenggara Penterjemah Al qur’an, ( Semarang : CV. Toha Putra, 1993), hlm. 49.
6
tersebut, peneliti ingin membahas :“Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen DemakTahun Pelajaran 2014/2015) B. Penegasan Istilah Supaya tidak terjadi kesalahan interprestasi terhadap skripsi ini, maka penulis sajikan penegasan judul sebagai berikut: 1. Peran Keteladanan Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan10 Sedangkan keteladanan adalah berasal dari kata teladan yang artinya suri tauladan atau panutan.Keteladanan adalah sikap yang diperlihatkan dari seseorang yang pantas untuk ditiru.11 2. Kedisiplinan Guru Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplinyang mendapat konfiks ke - an yang mempunyai arti latihan batin danwatak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib. Guru menurut N. A. Ametembun dalam bukunya Syaiful BahriDjamarah memberikan definisi bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid,
10
667.
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Cetakan IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.
11
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 3, hlm. 323.
7
baiksecara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun diluarsekolah.12 3. Motivasi Belajar Menurut Esyenck dan kawan-kawan bahwa motivasi belajar adalah suatuproses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi sertaarah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dandan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikapdan sebagainya.13 4. Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah suatu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa supaya dapat membentuk akhlak yang baik.14Yang dimaksud penerapan mata pelajaran Aqidah Akhlak yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015?
12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:Rineka Cipta,, 2000), hlm. 32. 13 Slameto, Belajar dan faktor-faktor Belajar yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 170. 14 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 130.
8
2. Apafaktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. E. ManfaatPenelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi guru PAI Sebagai masukan informasi kepada guru PAI di Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dalam memberikan kedisiplinan dan keteladanan agar terwujud peserta didik yang berakhlakul karimah.
9
b. Bagi siswa Agar siswa mampu mencontoh keteladanan yang telah dilakukan oleh guru serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi Madrasah
Dapat memberikan kontribusi terhadap madrasah yang bersangkutan, sebagai usaha dalam rangka meningkatkan keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Manfaat Praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menumbuhkembangkan sikap melalui kedisiplinan dan keteladanan guru PAI sehingga membentuk kepribadian yang baik. F. Kajian Pustaka Adapun kajian pustaka yang peneliti kaji yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini antara lain : 1. Pengaruh Keteladanan Guru Agama terhadap Peningkatan Kedisiplinan dan Motivasi Belajar Agama di MI Tarbiyatul Islamiyah Kedumulyo Sukolilo Tahun Pelajaran 2009/2010.Di susun oleh Muh Abd Hasan NIM:105 540 Dalam Skripsi ini mendeskripsikan bahwa keteladanan dan kedisiplinan guru agama secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar agama siswa di MI Tarbiyatul Islamiyah Kedumulyo Sukolilo Pati Tahun Pelajaran 2009/2010 sebesar 0.946 yang
10
berkategori tinggi sekalo karena masuk dalam interval (0.81-1.00). Sedangkan besaran koefisien korelasinya adalah sebesar 89.5 %. 2. Pengaruh Keteladanan Guru Dan Lingkungan Pendidikan Terhadap Pengembangan Perilaku Siswa Kelas VIII di MTs Perguruan Islam AlHuda Tayu Pati Tahun Pelajaran 2009/2010. Disusun oleh Agustina Nur Lailatul Maulida, NIM : 106 229 Berdasarkan pada analisa dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa keteladanan guru dan lingkungan pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengembangan perilaku siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai F-hitung sebesar 27,410. Jika dikonsultasikan dengan F tabel dengan db = m sebesar 2 lawan N-m-1 sebesar 92-2-1= 89, ternyata harga Ftabel 5% = 3,09 dan 1% = 4,82. Jadi nilai F hitung atau Freg = 27,410 > Ftabel 5% = 3,09 dan 1% = 4,82 serta ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05 berarti signifikan.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat “pengaruh positif dan signifikan antara keteladanan guru dan lingkungan pendidikan terhadap pengembangan perilaku siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Perguruan Islam Al-Huda Tayu Pati Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Abdullah Nashih‘Ulwan dalam Tarbiyatu al-Aulad fi al-Islam mengatakan bahwa keteladanan (uswah hasanah) adalah sebuah metode pendidikan yang memberikan pengaruh pada diri jiwa anak. Hal itu karena seorang pendidik merupakan contoh nyata dalam pandangan anak. Contoh-contoh
11
yang baik itulah yang akan ditiru oleh anak dalam berprilaku dan berakhlak.15 Dari sini kita dapat melihat bahwa keteladanan punya peranan penting terhadap baik dan buruknya anak. Jika seorang pendidik mempunyai sifat yang jujur dan dapat dipercaya, maka sianak akan tumbuh dan berkembang seperti itu pula. Begitu sebaliknya jika seorang pendidik mempunyai sifat pendusta maka anak didik akan berkembang dengan berprilakupendusta. 4. Abdurahman an-Nasr asy-Sya’dy dalam menafsirkan uswah (keteladanan) menjadi dua yakni uswah hasanah dan uswah syayyiah (teladan baik dan buruk).16 Dari dualisme kutub yang berlawanan tersebut pendidik dituntut memiliki prilaku yang pantas ditiru sebagai mana yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Sehingga pendidikan Islam tidak hanya sebuah konsep tetapi merupakan pendidikan yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari masing-masing judul di atas ada perbedaan dalam segi pembahasandengan skripsi penulis.Adapun yang menjadi perbedaan antara skripsi penulisdengan skripsi di atas tentang bentuk-bentuk keteladanan, syarat dan sifatguru sebagai teladan, bentuk-bentuk keteladanan dan urgensiketeladanan guru dalam pendidikan. G. Metode Penelitian 15
Abdullah Nasih ‘Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, cet. ke-8, (Bairut: Dar alSalam lithaba’ati wa al-Nasyr wa al-Tauzii’, 1405 H/1985 M), hlm. 607. 16 Abdurahman an-Nasr asy-Sya’diy, Tafsir al-Karimi al-Rahmani fi Tafsiri Kalami alMannani, Juz I, (Bairut: ‘Alimu al-Kitab, 1414 H/1993 M), Cet. ke-2, hlm 267.
12
Metode penelitian adalah ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.17 1. Pendekatan Penelitian Penelitian
inimenggunakan
yaituJenispenelitian
pendekatan
yangmenghasilkanpenemuan-penemuanyang
tidakdapatdicapai(diperoleh)
denganprosedurstatisticataucara-
caralaindarikuantifikasi(pengukuran).18Ciri- ciri adalah: (a)
kualitatif,
pendekatan kualitatif
mempunyai latar belakang alami sebagai sumberdatadan
penelitiandipandangsebagaiinstrumenkunci;(b)penelitiannya bersifatdeskriptif;(c) lebihmemperhatikanprosesdaripadahasilatauproduk;(d)
dalam
menganalisis data cenderung secara induktif; (e) makna merupakan hal yang
esensialdalam
penelitiankualitatif19,sedangkanpenelitianyang
digunakan
adalahstudikasus.Pengertian
studikasusadalahsebuahpengujiansecararinci terhadapsatulatar,satuorangsubyek,satutempatpenyimpanandokumen,atau satuperistiwatertentu.20 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dengan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 6. 18 H.M.DjunaidiGhony,Dasar-dasarPenelitianKualitatif,Prosedur,TehnikdanTeori Groundid, (Surabaya:Maret,1997), hlm.11. 19 ImronArifin,PenelitianKualitatifdalamIlm.u-IlmuSosialdanKeagamaan,(Malang: KalimasahadaPress,1996),hlm.49-50. 20 Ibid, hlm. 56.
13
2. KehadiranPeneliti DalamLexyJ.
Moleongdisebutkanbahwakedudukanpenelitidalam
penelitiankualitatifadalahsebagaiperencana,pelaksana,pengumpuldata,anali sis,
penafsir
datadanakhirnya
sebagaipelapor
hasil
penelitiannya.21Penelitimerupakaninstrumentkuncidalammenangkapmakna dan sekaligussebagai pengumpuldata.LokasipenelitianadalahTsanawiyah Miftahul
Huda
Jleper
Mijen
Demak.Dalam
pengumpulandatanyaterutamamenggunakanteknikobservasiberperan serta(participantobservation).Karenanya,dalampenelitianini, penelitibertindak
sebagaipengamatpartisipanserta
kehadiranpenelitidilokasipenelitiandiketahui statusnyaolehsubyekatauinforman. 3. LokasiPenelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak.Hal ini dikarenakan penulis tempat tinggalnya dekat dengan MTs, penulis ratarata mengetahui guru yang mengajar di MTs, dan MTs sendiri merupakan salah satu MTs yang diunggulkan di daerah itu, sehingga menarik penulis melakukan penelitian di MTs itu. 4. SumberData a. Sumber data primer
21
LexyJ.Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif(Bandung:RemajaRosdaKarya, 2002),hlm.121.
14
Data primer adalah data dari tangan pertama, data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data yang berupa interview.Dalam mendapatkan data primer ini peneliti menggali informasi dari kepala madrasah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru PAI (khususnya guru mata pelajaran Aqidah Akhlak), dan siswa. b. Sumber data sekunder Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitian. Data sekunder berupa data dokumentasi, buku-buku, maupun arsip-arsip resmi. Sumber data sekunder penulis peroleh melalui buku-buku maupun arsip-arsip resmi atau bentuk karya tulis lain yang berkaitan dengan kedisiplinan dan keteladanan guru. 5. Teknik PengumpulanData Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.22 Adapun dalam pengkajian skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :
22
Ibid., hlm. 62.
15
a. Observasi Metode observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan23yang mana manfaatnya akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, dan juga dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.24 Teknik mengumpulkan
ini
digunakan
informasi
untuk
mengenai
memperoleh peran
data
dan
keteladanan
dan
kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar aqidah akhlak. Teknik ini dilakukan dengan penelitian apakah peran keteladanan dan kedisiplinan guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, bagaimana peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, sejauhmanakah faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Wawancara 23
310.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dengan R & D, Op. cit., hlm.
24
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Op. cit., hlm. 67.
16
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu.25Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur (unstructured interview), yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang
digunakan
hanya
berupa
garis-garis
besar
permasalahan yang akan ditanyakan.26
c. Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
catatan
peristiwa
yang
sudah
berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang27. 6. AnalisisData Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
25
317
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dengan R & D, Op. cit, hlm.
26
Ibid.,hlm. 320. Ibid., hlm. 329.
27
17
Analisis
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan
data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.28 Menurut Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip Sugiyono, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan barlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi 3 tahapan yaitu :29 a. Reduksi Data (data reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 30 b. Penyajian data (data display) Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam peneliatian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat sejenisnya. Dengan 28
Ibid., hlm. 334. Ibid., hlm. 337. 30 Ibid., hlm. 338. 29
18
mendisplaykan data maka akan memudahkan umtuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.31 c. Verifikasi (conclusion Drawing) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, tergantung dari kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal dengan didukung bukti valid dan konsisten yang menghasilkan kesimpulan yang kredibel atau kesimpulan awal yang bersifat sementara akan mengalami perubahan jika tidak ditentukan bukti yang kuat dan mendukung yang akan berkembang setelah penelitian di lapangan.32 Jadi, analisis data kualitatif adalah teknik mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis melalui proses reduksi data (merangkum data), mendisplay data (menyajikan data dalam sebuah tampilan), dan verifikasi data (konfirmasi/pembuktian data) sehingga dapat mudah dipahami dan dapat diiformasikan kepada orang lain. H. Sistematika Penulisan
31
Ibid., hlm. 341. Ibid., hlm. 345.
32
19
Skripsi ini terdiri atas tiga bagian yang merupakan rangkaian dari beberapa bab. Pada tiap-tiap bab terdiri atas sub-sub bab, yaitu : 1. BagianMuka Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan, nota persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstraksi, dan daftar isi. 2. Bagian Isi Bagian isi terdiri dari beberapa bab yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut: yaitu: BAB I
: Berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi
BAB
II:Padababiniberisipenjelasansecarateoritistentanghal-halyang berhubungandenganperan keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak.
BAB III : Sub bab pertama berisi tentang gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demakmeliputi sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, tujuan berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana prasarana, dan kurikulum. Sub bab kedua berisi tentang peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah
20
Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. BAB IV :Bab ini berisi tentang analisis peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, analisis faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIIIdi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. BABV
: Merupakan bab penutup atau terakhir pembahasan terhadap penulisan skripsi ini, selanjutnya penulis tampilkan kesimpulan singkat dan saran pembaca terhadap skripsi ini serta lampiranlampiran.
3. BagianAkhir Bagian akhir skripsi ini terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
21
21
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keteladanan 1. Pengertian Keteladanan Keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh.1 Sedangkan guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.2 Guru adalah pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3 Dengan demikian keteladanan guru adalah seluruh perilaku atau performance seorang guru yang patut ditiru sebagai cerminan untuk diikuti peserta didik dalam berperilaku. Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya
1
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 337. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31. 3 Undang-undang, Guru Dan Dosen (UU RI No.14 Th. 2005), (Jakarta Sinar Grafika, 2006), hlm. 2.
21
22
sebagai guru. Sehubungan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para guru : a. Sikap dasar, yaitu postur biologis yang akan nampak dalam masalahmasalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri. b. Bicara dan gaya bicara, yaitu penggunaan bahasa sebagai alat berpikir. c. Kebiasaan bekerja, yaitu gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya. d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, yaitu pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan. e. Pakaian, yaitu merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian. f. Hubungan kemanusiaan, yaitu diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual,
moral,
keindahan,
terutama
bagaimana
berperilaku. g. Proses berpikir, yaitu cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan lain-lain.4 Hal ini adalah berbagai cara dan contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru dalam menjalankan profesinya sehari-hari sebagai seorang pendidik. Karena guru (dalam bahasa jawa) diartikan seseorang yang harus 4
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), hlm. 122-129.
23
digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan dan diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari. Guru adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai.5 Dengan cara seorang guru harus menjalin hubungan dengan para siswa, karena dengan hal ini akan lebih membantu dalam mengarahakan dan membina mereka. Untuk merealisasikan hubungan ini bisa dengan ikut serta bersama para siswa di dalam rihlah atau seminar-seminar.6 Tujuan pendidikan salah satunya adalah pembentukan akhlak.7 Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam berpusat pada keteladanan, yang memberikan teladan itu adalah guru, sekolah, dan semua aparat sekolah.8 Ciri hasil belajar yang hasilnya relatif menetap (hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku) belajar berlangsung dalam bentuk latihan
5
Cece Wijaya, et.al, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Islam Dan Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 23. 6 Musthafa Masyhur, Teladan Di Medan Dakwah, (Solo: Intermedia, 2001), hlm. 163. 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 153. 8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 91.
24
(praktik) dan pengalaman (experience) tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan.9 Guru harus mampu mempengaruhi siswanya, guru harus berpandangan luas, berakhlak mulia, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, disiplin, arif, dan seorang guru juga harus memiliki kewibawaan10. Kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh guru, guru yang mempunyai kewibawaan berarti mempunyai kesungguhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberi kesan atau pengaruh.11 Selain sebagai educator, manager, administrator, supervisor, evaluator, fasilitator dan lain sebagainya, peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai : 1. Peletak dasar nilai akhlakul karimah Keberadaan
guru
dalam
proses
pendidikan
hendaklah
mengikuti tugas yang diemban Nabi SAW yakni penyempurna budi pekerti kaumnya (terutama saat itu di jaman jahiliyah-kafir quraisy). Teknik kinerja ini dengan cara memberi contoh dalam materi ajar dengan mengelaborasikan kisah-kisah Nabi dan sahabat-sahabat yang mulia, dan sebagainya. 2. Sebagai saudara tua anak didik Maksudnya adalah guru sebagai tempat menuangkan keluhkesah atau curhat (mencurahkan isi hati) peserta didik dalam batas tertentu dengan tujuan meminimalisir beban psikologis, sekaligus 9
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 36. E. Mulyasa, op. cit., hlm. 127. 11 Cece Wijaya, op.cit., hlm. 23. 10
25
berperan memberikan solusi alternatif terhadap problematika yang dialami oleh peserta didik dengan ramah, santun, dan etis. 3. Sebagai figur- tauladan anak didik Sebagai seorang guru harus bisa menjadi tauladan dan memiliki budi pekerti yang baik, agar bisa dijadikan sebagai cerminan atau panutan untuk diikui peserta didik.12 4. Guru sebagai pendidik dan pembimbing Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem amongnya ; “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tutwuri Handayani”, kalimat ini mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik13. Karena setiap anak didik dalam perkembangannya itu berbeda-beda, maka dari itu seorang guru dituntut harus bisa berperan sebagai pembimbing.
Membimbing
siswa
agar
dapat
mencapai
dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan capaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.14 2. Urgensi Keteladanan Suri tauladan merupakan alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan komunikasi nilai-nilai agama. Karena keteladanan di sini sebagai suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan 12
Moh.Rosyid, Guru, (Kudus: STAIN Press, 2003), hlm. 93. Soetjipto Dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 50. 14 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Bandung: Diva Press, 2010), hlm. 57. 13
26
pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Untuk menciptakan anak yang saleh, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja. Karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut.15 Seperti dalam penelitian Ki Hajar Dewantoro yang menekankan pada aspek keteladanan, yaitu dalam konsep Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah ikut berpartisipasi), Tutwuri Handayani (di belakang memberi semangat dan dorongan).16 Pendidikan anak yang pertama adalah dari orang tua, maka orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan untuk anak-anaknya orang tua harus membangkitkan semangat atau dorongan kepada anak-anaknya. Dan orang tua juga harus dapat memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berperan serta untuk mengambil inisiatif, untuk tampil di depan guna melatih kemandirian dan tanggung jawab anak,
namun
apabila
diperlukan
orang
tua
perlu
memberikan
pengarahan.17 Begitu juga dengan guru, seorang guru harus dapat memahami dan menempatkan
kedewasaannya.
Sebagai
pendidik
harus
mampu
menjadikan dirinya sebagai teladan, karena dengan mendidikkan dan 15
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 120-121. 16 Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 116. 17 Asip F. Hadipranata, Dkk, Peran Psikologi Di Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM, 2000), hlm. 79.
27
menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya (jujur, disiplin,dll) diharapkan anak didik dapat menghayati sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Dengan demikian nilai-nilai tersebut akan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Jadi tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan, akan tetapi juga mendidik peserta didik menjadi warga Negara yang baik dan menjadi orang yang memiliki kepribadian atau perilaku yang baik.18 Guru juga harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa yang akan datang.19 Jika seorang guru bisa mempraktikkan sikap sabar, tenang, jujur, berkomitmen, memiliki visi dan misi, bisa menjadi sahabat, penengah, pendengar, serta senantiasa menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai baju dan jiwanya, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan menyenangkan. Guru semacam ini, pasti akan menjadi favorit siswanya. Kedatangannya
senantiasa
ditunggu,
ujaran-ujarannya
senantiasa
didengarkan, dan seluruh perilakunya senantiasa diperhatikan kemudian diteladani.20 18
Sardiman, A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), hlm. 136-140. 19 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 36. 20 Asef Umar Fakhruddin, op.cit., hlm. 252.
28
Terbentuknya kepercayaan diri seseorang tidak dapat lepas dari perkembangan manusia pada umumnya, khususnya perkembangan kepribadiannya. Kepercayaan ini merupakan salah satu aspek kepribadian yang terbentuk dalam interaksi dengan .lingkungan sosialnya (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat).21 Bahkan secara historis pendidikan pada masa Rasulullah SAW, dapat diketahui bahwa salah satu factor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan dalam dakwahnya adalah keteladanan.22 Hal tersebut menjadikan keteladanan sebagai salah satu factor yang mempengaruhi proses pendidikan anak, yang mana guru harus mencontoh perilaku dan tata cara Nabi SAW ketika mendidik umatnya. Karena ajaran islam tidak cukup diberikan dengan nasehat, melainkan memerlukan amal nyata sehingga esensi ajaran islam tidak dipahami sekedar sebagai simbol namun terbentuk dalam pribadi yang totalitas. Sebagai misal, agar anak terbiasa dengan hidup teratur dan disiplin, tolong menolong kepada sesama, rela dan ikhlas demi kemaslahatan umum, berbudaya damai, mereka tentu perlu melakukan latihan dan praktik secara kontinyu sehingga esensi ajaran islam terinternalisasikan secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.23 Dengan keteladanan, baik dari orang tua, guru, masyarakat, tokoh maupun jagoan fiktif yang diidolakan dapat mendorong seseorang menjadi 21
Asip F. Hadipranata, Dkk, op.cit., hlm. 76. Armai Arief, op.cit., hlm.116. 23 Abdurrahman As-Segaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan, Tipologi, Kondisi / Kasus Dan Konsep, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 171. 22
29
manusia yang saleh atau merusak dirinya sendiri dan menjadi jahat. AlQuran menandaskan dengan tegas pentingnya teladan dan pergaulan yang baik dalam membentuk kepribadian seseorang.24 Walhasil, keteladanan guru baik yang berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur kata, mental, maupun yang terkait dengan akhlak dan dan moral yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini penting dimiliki tenaga pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun kembali etika, moral, dan akhlak yang sudah sampai pada tataran yang menyedihkan 3. Bentuk-bentuk Keteladanan Rasulullah sebagai figur utama dan sumber keteladanan bagi manusia, yang datang sebagai penerang dan pembawa risalah. Begitu juga dengan anak didik, figur dan sumber keteladanannya adalah orang tua dan guru mereka. Bentuk-bentuk keteladanan yaitu bisa secara langsung dan secara tidak langsung. a. Keteladanan secara langsung Guru dalam mendidik dapat mengambil keteladanan dari Nabi Muhammad SAW yang terkenal sebagai guru terbaik dalam memberikan teladan, yaitu dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran dan hadis tentang akhlak dari Nabi Muhammad. Dengan ayat-ayat alQuran dan hadis tentang akhlak cara langsung itu ditempuh oleh islam
24
Ibid., hlm. 177.
30
untuk membawakan ajaran-ajaran akhlaknya. Contoh ayat mengenai pengajaran akhlak antara lain : Al-Quran melarang orang mukmin memasuki rumah orang lain sebelum lebih dahulu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya, sebagaimana firman Allah yang dijelaskan dalam Q.S. an-Nur ayat 27:25
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.26 Cara
pendidikan
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
menimbulkan kesadaran pada guru dan siswa di dalam kelas, yaitu dengan antara guru dan siswa saling memuliakan dan menghargai. Misalnya ketika hendak keluar dan masuk kelas guru mengajarkan kepada siswanya agar terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam. b. Keteladanan secara tidak langsung Pendidikan tidak langsung yaitu berupa contoh kehidupan sehari-hari (baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat). Di lingkungan sekolah misalnya semua tutur kata dan 25
hlm. 258. 26
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
al-Quran, Surat An-Nur, Ayat 27, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Thoha Putra, 2005), hlm. 492.
31
tingkah laku guru selalu diperhatikan peserta didiknya. Semua ini secara tidak langsung atau tidak disengaja, telah membentuk situasi di mana anak selalu bercermin terhadap apapun yang dilakukan gurunya secara tidak langsung.27 keteladanan secara tidak langsung dapat berupa : 1. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak Anak cenderung suka apabila guru menerangkan tentang kisah
atau
cerita-cerita
tauladan
para
Nabi.
Misalnya
mencontohkan keteladanan melalui kisah Nabi Yusuf atau kisah pemuda-pemuda penghuni gua (ashabul kahfi), dan lain-lain. Karena kisah mempunyai kedudukan dan mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan manusia. 2. Kebiasaan dan latihan-latihan Dalam mengajarkan akhlak pada anak dengan memberikan nasehat kepada anak agar menjauhkan akhlak tercela, Kemudian mengisi dan melaksanakan akhlak terpuji perlu adanya latihan secara terus menerus. Karena latihan dan pembinaan merupakan cara paling efektif dalam memberi keteladanan. Pembinaan dan bimbingan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab baik guru maupun orang tua.28 Al-Quran memuat kisah para nabi dan umat terdahulu, dan ini berfungsi sebagai pelajaran bagi umat selanjutnya. Kisah-kisah 27 28
Chabib Thoha, op.cit., hlm. 111. Mansur , op,cit., hlm. 265.
32
terbukti dapat membekas pada diri seseorang, sebab di dalamnya bisa dibangkitkan perasaan orang tersebut untuk meneladani tokoh dan
pahlawan
tertentu
yang
dikisahkan,
dan
mempersonifikasikannya dalam perilaku sehari-hari.29 Agar guru dapat menjadi teladan bagi siswanya, maka pertama kali beliau harus berusaha bagaimana agar pribadinya disenangi oleh anak didiknya sehingga dapat menaruh rasa simpatik terhadap dirinya. Jika di hati para siswa timbul rasa simpati terhadap dirinya maka dengan sadar mereka akan mengikuti dan meneladani apa saja yang diajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh guru tersebut. Berkaitan dengan hal ini, sikap hormat terhadap sesama guru, kasih sayang terhadap anak didik tanpa pilih kasih, dan sikap menghargai pendapat orang lain termasuk anak didik akan menimbulkan minat dan perhatian anak terhadap apa saja yang akan diajarkannya.30 Walhasil, keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan Islam.
29 30
Abdurrahman Assegaf, op.cit., hlm. 176. Achmadi , Ilmu Pendidikan, CV. Saudara, Salatiga, 1984, hlm.72.
33
B. Kedisiplinan Guru 1. Pengertian Kedisplinan Guru Disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya).31 Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, disiplin diartikan ketaatan yang keras kepada peraturan.32 Mengenai masalah kedisiplinan, Panji Anoraga mengambil suatu kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang pemting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan.33 Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa ia (kedisiplinan) merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang terpenting, karena semakin baik disiplin pegawai, akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat di capainya. Tanpa disiplin, sulit bagi sebuah organisasi/ lembaga mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Bahkan dikatakan bahwa seorang manajer dikatakan efektif dalam 31
Poerwadarminta. hal. 268. Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yayasan Dharma Grafika, tth), hlm. 224. 33 Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka cipta, 1998), Cet Ke-2, hlm. 46. 32
34
kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin baik dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan.34 Adapun bentuk kedisiplinan dapat diwujudkan dalam: a. Kebiasaan tepat waktu (on time) Ketepatan melaksanakan dan memanfaatkan waktu diharapkan dapat
tergapai
jika
seorang
guru
mengajar
dengan
cara
mengalokasikan waktu sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Imbas dari aktivitas pembelajaran tersebut mempengaruhi aktivitas lainnya yakni terkondisi aktivitas rutin dan berkesinambungan.35 Untuk menegakkan disiplin tidak selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi melibatkan diri sendiri juga bisa. Bahkan yang melibatkan diri sendirilah yang lebih penting, sebab penegakan disiplin yang melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul itu karena kesadaran.36 b. Mentaati peraturan Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus membiasakan diri untuk selalu hidup disiplin. Guru harus dapat mengendalikan diri dengan cara mentaati norma-norma dan peraturan-peraturan di sekolah, masyarakat dan juga negara. Tak hanya itu seorang guru juga harus patuh pada atasan dan juga kode etik guru.
34
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 190. 35 Singgih D. Gunarso, Psikologi Untuk Membimbing; Bimbingan Penyuluhan, (Jakarta: Gunung Mulia), 1982, hlm. 140. 36 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm..7.
35
c. Meninggalkan aktivitas yang tidak bermanfaat Secara singkat, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung. 2. Tujuan Disiplin Menurut Muhamad Surya dalam bukunya Bina Keluarga menyebutkan tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan peran-peran yang harus diwujudkan dalam suatu kelompok budaya tertentu dimana individu berada.37 Menurut Bernard sebagaimana dikutip oleh Moh. Shochib, tujuan disiplin diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik.38 Dari kedua pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah melatih dan membentuk perilaku seseorang, sehingga ia memiliki kecakapan. Selain itu, juga merupakan proses pembentukan perilaku yang baik sehingga ia mencapai suatu pribadi yang luhur, yang tercermin dalam kesesuaian perilaku dengan norma-norma atau aturan-aturan belajar yang ditetapkan serta kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.
37
Muhamad Surya, Bina Keluarga, (Semarang: C.V. Aneka Ilmu, 2003), hlm. 131. Moh. Sochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 3. 38
36
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Pembentukan sikap disiplin, bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang. Melainkan terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhammad Ali dalam bukunya Guru dalam Proses Belajar Mengajar menyebutkan bahwa untuk melakukan proses belajar yang baik peserta didik (siswa) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) Kesiapan (readiness), yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi, yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. 3) Tujuan yang ingin dicapai.39 Menurut Abu Ahmadi menyebutkan bahwa terpenuhinya disiplin secara teratur tergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1) Sifat perorangan, seperti sifat-sifat malas, tidak serius, apatis, kerajinannya, keimanannya dan sebagainya. 2) Kondisi atau suasana kehidupan pada suatu waktu tertentu. 3) Kebutuhan dan keinginan pada saat tertentu dan sebagainya.40
39
hlm. 13.
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992),
40
Abu Ahmadi, Dampak Interaksi Pembangunan dan Disiplin, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1992), hlm. 52.
37
C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar a. Motivasi Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar karena hasil belajar menjadi optimal kalau pada diri siswa ada motivasi. Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris "motivation" yang artinya dorongan, pengawasan.41 Istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Sebagaimana gambaran mengenai batasan motivasi, akan dikutip dari beberapa pendapat, yaitu: Mahfud Shalahuddin berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan berbagai harapan, keinginan dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna memenuhi kebutuhan.42 M. Ngalim Purwanto menjelaskan motivasi adalah "pendorong" suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang
41
Adi Gunawan, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: Arkola, 2007), hlm. 137. Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990),
42
hlm. 114.
38
agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.43 Eysenk dan kawan-kawan sebagaimana dikutip oleh Slameto, merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, interaksi, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.44 Mc. Donald, sebagaiman dikutip oleh Syaiful Djamarah, menjelaskan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik karena seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya.45 Perumusan Mc. Donald sebagaimana dikutip Oemar Hamalik mengenai motivasi mengandung tiga unsur yang berkaitan yaitu: 1) Motivasi dimulai dari adanya energi dalam diri pribadi. Perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia. 2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (effective arousal). Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan 43
hlm. 71.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),
44
Slameto, Cara Belajar Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 170. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 62.
45
39
suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. 3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan.46 Motivasi
mengandung
tiga
komponen
pokok,
yaitu
menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. 1) Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respon-respon efektif, dan mendapatkan kesenangan. 2) Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3) Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas, arah dorongan dan kekuatankekuatan individu.47 Bertolak dari batasan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ditujukan untuk menggerakkan seseorang (individu), sehingga ia mampu bertindak atau bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu ataupun untuk memperoleh hasil yang diinginkan 46
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 174. 47 M. Ngalim Purwanto, op. cit, hlm. 71.
40
b. Belajar Muhibbin
Syah
mendefinisikan
belajar
adalah
tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi yang melibatkan proses kognitif.48 Dalam psikologi, Gestalt yang dikutip oleh M. Dalyono, berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses aktif. Aktif di sini ialah bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi aktivitas-aktivitas mental seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya.49 Sedangkan menurut Sardiman AM, mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas seseorang yang menghasilkan perubahan pada pengetahuan baru atau menambah, di mana aktivitas tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar atau dari dalam diri sendiri.50 Faktor dari luar seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan faktor dari dalam seperti konsentrasi, motivasi diri sendiri, kesehatan, kecerdasan, dan berambisi disertai dengan tekad yang kuat.51 Dari pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengolahan dan latihan yang dilakukan dengan sengaja. 48
92.
Muhibbinn Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.
49
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 209. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1992), hlm. 23. 51 Sofchan Sulistiyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan: Cinta Ilmu, 2001), hlm. 14. 50
41
c. Motivasi Belajar Menurut
W.S
Winkel,
bahwa
motivasi
belajar
adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak didik yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh anak didik akan tercapai.52 Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Setiap anak didik mempunyai motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis, juga memiliki sikap, minat, hasrat, dan cita-cita tertentu. Semua itu akan mendorongnya untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan. Jadi, anak yang belajar karena dorongan oleh kekuata mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan termasuk perilaku belajar.53 Sehingga dapat dipahami bahwa motivasi dalam belajar adalah adanya perubahan sinergi dalam pribadi, adanya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan dalam belajar yang dilakukan oleh seseorang. 2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar Jenis-jenis motivasi dibedakn menjadi 2 (dua) yaitu:54
52
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta, 1987, hlm. 27. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm.
53
80.
54
Ibid., hlm. 87-88.
42
a. Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah dorongandorongan yang menjadikan aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar atau dengan kata lain muncul dari dalam diri sendiri, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.55 b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan-dorongan yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, atau dengan kata lain dorongan itu muncul dari luar diri individu.56 3. Ciri-Ciri Motivasi Belajar Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri. 55
Ibid., hlm. 87. Ibid., hlm. 88.
56
43
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.57 Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam mendidik. Dalam mendidik akan berhasil baik, kalau anak tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Anak yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Anak yang harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. 4. Upaya Membentuk Motivasi Belajar Secara umum berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara khusus guru perlu melakukan berbagai upaya tertentu secara nyata untuk meningkatkan motivasi belajar
57
45.
Ali Ahmad Madkour, Anakku dengan Cinta Ibu Mendidikmu, (Surabaya, 2005), hlm.
44
siswanya. Secara garis besar upaya untuk meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai berikut:58 a. Upaya menggerakkan motivasi Guru sering berhadapan dengan dua jenis situasi kelas yang berbeda, yakni kelas yang berada dalam keadaan waspada dan penuh perhatian dan siap melakukan tindakan untuk mengatasi keadaan tegang dalam dirinya, dan situasi di mana sebagian siswa tidak berada dalam kondisi yang diharapkan. Dalam kondisi seperti ini guru perlu menggerakkan perhatian dan minat para siswa. b. Upaya pemberian harapan Para siswa memiliki harapan-harapan tertentu setelah menyelesaikan pelajaran, atau tugas, atau suatu proyek. Guru perlu memberikan harapan-harapan tertentu untuk menggugah motivasi belajar siswa. c. Upaya pemberian insentif Insentif adalah objek tujuan atau simbol-simbol yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kekuatan atau kegiatan siswa. Yaitu dengan cara memberikan umpan balik hasil-hasil tes, pemberian hadiah dan dorongan secara lisan atau tertulis. d. Upaya pengaturan tingkah laku siswa Guru perlu mengatur tingkah laku siswa dengan cara restitusi dan ripple effect. Di mana restitusi agar siswa melakukan respons yang sebenar-benarnya sebagai pengganti tindakan yang tadinya tidak benar.
58
Ibid., hlm. 118-121.
45
Sedangkan ripple effect terdapat pengaruh secara bergelombang dari suasana kelas yang berdisiplin terhadap siswa yang lain sedang mendengarkan, melihat atau mengamatinya. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, yang meliputi: 1) Faktor Jasmaniah Sehat jasmaniah berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan jasmaniah seseorang terganggu, selain itu juga ia akan sepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainankelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.59 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis dapat mempengaruhi adanya belajar siswa, seperti intelegensi, dalam ini dapat dilihat dari tingkat intelegensi
59
Ibid, hlm. 54.
46
siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi maupun rendah. Selain itu faktor perhatian, merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan. Faktor kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-harinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.60 3) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancer pada bagian-bagian tertentu. Sehingga hal ini akan mempengaruhi adanya belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
60
Ibid, hlm. 55.
47
kelelahan dalam belajar. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.61 b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah sesuatu yang ada di luar manusia yang dapat mempengaruhi belajr, yakni dimana seorang anak itu tinggal. Pada garis besarnya dapat dilihat pada faktor di bawah ini: 1) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dikenal anak manusia dalam kehidupannya dan mempunyai andil tidak sedikit dalam memberikan bimbingan dan pendidikan keagamaan pada anak. Pada dasarnya anak kecil itu secara naluri senang meniru perbuatan yang biasa dilakukan oleh saudara, keluarga, maka belajar dari keluarga besar pengaruhnya terhadap motivasi anak untuk belajar.62 2) Lingkungan Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Sehubungan dengan hal itu sekolah dapat mempengaruhi belajar, misalnya metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung. Hal ini semua harus dilakukan oleh pihak sekolah
61
Ibid., hlm. 56. Ibid., hlm. 64.
62
48
terutama pada guru agar siswa termotivasi belajar dengan baik yang sesuai dengan tujuan pendidikan.63 3) Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan yang berpengaruh setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Karena anak
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan
pribadinya
berhubungan dengan hak-hak yang asing, situasi sosial yang berubah yang harinya serba baru. Oleh karena itu, anak berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan pergaluan yang merupakan salah satu faktor yang ikut dalam belajar. Begitu juga teman sebaya bagi anak sangat besar sekali. Hal inilah yang mendorong dirinya untuk meniru setiap sikap dan perilaku temantemannya dalam suatu kelompok. Di sini hendaknya orang tua senantiasa mengontrol dan mangarahkan pergaulan putra-putrinya, karena anak yang sedang bergaul dengan teman sebayanya. Kita melihat adanya anak dari orang baik-baik menjadi malas belajar. Kadang yang tadinya anak sering belajar, berubah karena pergaulan, sehingga menjadi malas dan keras kepala.64 Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran agama Islam adalah faktor internal yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologi, faktor kelelahan yang mana faktor tersebut sangat menentukan. 63
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 134. 64 Slameto, op. cit, hlm. 66-69.
49
D. Aqidah Akhlak 1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Aqidah Akhlak Kata Aqidah dalam bahasa Arab atau dalam bahasa Indonesia ditulis aqidah berarti ikatan, sangkutan.65 Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan..66 Dengan kata lain berAqidah tidak boleh setengah-setengah melainkan harus total antara unsur hati, ucapan, dan perbuatan dalam bentuk ketundukan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah Q.S, An-Nisa’ ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. An-Nisa’:59) 67 Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan
65
Mubasyaroh, Materi Dan Pembelajaran Aqidah Akhlak, Buku Daros, STAIN Kudus, 2008, hlm. 3. 66 Ibid., hlm. 3. 67 Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran AlQur’an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989), hlm. 128.
50
terminologik (peristilahan).68Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar ( bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala , yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).69 Akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut:70 a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan
ِ◌ﻳٍَﺔ ْ َﲑ ﻓِ ْﻜﺮٍَوﻻَ ُرو ِْ َﺎﳍَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻏ ِ ْﺲ داَ ِﻋﻴَﺔٌ ﳍََﺎ ا َِﱃ اَﻓْـﻌ ِ َﺎل ﻟِﻠﻨﱠـﻔ ُﺣ
"Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).” 71
b. Imam al-Ghazali (1059-1111 M) menjelaskan
َﺎل ﺑِ ُﺴﻬ ُْﻮﻟٍَﺔ وﻳُ ْﺴ ٍﺮ ِﻣ ْﻦ ُ ﺼ ُﺪ ُراْﻻَﻓْـﻌ ْ ََاﺳ َﺤﺔٌ َﻋْﻨـﻬَﺎ ﺗ ِ ْﺲ ر ِ ِﻋﺒَﺎ َرةٌ َﻋ ْﻦ َﻫْﻴﺌَ ٍﺔ ﰱ اﻟﻨﱠـﻔ ﱃ ﻓِ ْﻜ ٍﺮ َوُرْءﻳٍَﺔ َ َِﲑ ﺣَﺎ َﺟ ٍﺔ ا ِْ ﻏ "Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” 72 c. Mu’jam al-Wasith mengemukakan
َﲑ ﺣﺎﺟ ٍﺔ ِْ َﲑ ا َْو َﺷﱟﺮ ِﻣ ْﻦ ﻏ ٍْ َﺎل ِﻣ ْﻦ ﺧ ُ ﺼﺪُر ﻋﻨﻬﺎ اْﻻَ ْﻋﻤ ْ ََاﺳ َﺨﺔٌ ﺗ ِ ْﺲ ر ِ َﺎل ﻟِﻠﻨﱠـﻔ ُﺣ اﱃ ﻓ ْﻜ ٍﺮ َوُرْءﻳٍَﺔ "Sifat yang tertanam dalam jiwa, dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” 73 68
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1. Ibid., hlm. 1. 70 Ibid., hlm. 3. 71 Ibid., hlm. 3. 72 Ibid., hlm. 4. 69
51
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk.74 Sedangkan mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu usaha mata pelajaran yang mensejajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami, dan meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.75 Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian pengajaran Aqidah Akhlak yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa semaksimal mungkin sehingga tujuan yang telah diprogramkan dapat tercapai. Dalam fungsinya Aqidah Akhlak tertuju kepada :76 a.
Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan meyakini dengan keyakinan yang benar tentang Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan qadla qadarNya.
73
Ibid., hlm. 4. Mubasyaroh, Materi Dan Pembelajaran Aqidah Akhlak, op. cit., hlm. 24. 75 Tinggi Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Dirjen Bimbaga, Jakarta, 1984/1985, hlm. 134. 76 Ibid., hlm. 135. 74
52
b. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam tentang akhlak, baik yang berhubungan dengan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam lingkungan. Adapun tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah : 77 a.
Memperkenalkan kepada murid kepercayaan yang benar yang menyelamatkan mereka dari siksaan Allah SWT.
b. Menanamkan dalam jiwa anak beriman kepada Allah, malaikat, kitabkitab Allah, Rasul-rasu-Nya tentang hari kiamat. c.
Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah dan benar, yang selalu ingat Allah, bersyukur dan beribadah kepada-Nya
d. Membantu murid agar berusaha memahami berbagai hakekat.
2. Ruang Lingkup, Metode, dan Evaluasi dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Secara garis besar, mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI meliputi keserasian, kesetaraan, dan keseimbangan yang bermateri pokok sebagai berikut : a. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT, mencakup segi aqidah yang meliputi : iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari akhirat, dan qadla qadarNya.78
77
Mubasyaroh, Materi Dan Pembelajaran Aqidah Akhlak, op. cit., hlm. 34-35. 78 ibid., hlm 2.
53
b. Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia mencakup segi akhlak yang meliputi kewajiban membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta menjauhi akhlak yang buruk.79 c. Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan, tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan hidup manusia.80 Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) dimana pelajaran berlangsung. Ada pun metode mengajar dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut: 81 a. Metode ceramah Metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran siswa di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.82 Keunggulan metode ceramah ini adalah : 1) Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya. 2) Pengorganisasian kelas lebih sederhana.
79
loc. cit. loc. cit. 81 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 31. 82 Ibid., hlm. 34. 80
54
3) Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar. 4) Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.83 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya :Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelebihan metode ceramah adalah : 1) Guru mudah menguasai kelas 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk kelas 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakan 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik84 Kelemahan metode ceramah ini adalah : 1) Guru seringkali mengalami kesulitan dan mengukur pemahaman siswa tentang materi yang diceramahkan. 2) Siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru. 3) Bilamana guru menyampaikan bahan yang sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa. 4) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang.85
83
Ibid., hlm. 34-35. Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 97. 85 M. Basyiruddin Usman, op.cit., hlm. 35. 84
55
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya : Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelemahan metode ceramah adalah : 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) 2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya 3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan 4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali 5) Menyebabkan siswa menjadi pasif.86 b. Metode diskusi Metode diskusi adalah interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.87 Keunggulan metode diskusi ini adalah : 1) Suasana kelas menjadi bergairah. 2) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa. 3) Hasil diskusi dapat dipahami oleh siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi. 4) Melatih siswa untuk disiplin dan menghargai pendapat orang lain.
86
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 97-98. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), hlm. 69. 87
56
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya : Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelebihan metode diskusi adalah : 1) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasanprakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah 2) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain 3) Memperluas wawasan 4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah88 Kelemahan-kelemahan metode diskusi adalah : 1) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab terhadap hasil diskusi. 2) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang. 3) Para siswa kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.89 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya: Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelemahan metode diskusi adalah : 1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang 88 89
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 88. M. Basyiruddin Usman, op. cit., hlm. 37-38.
57
2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar 3) Peserta mendapat informasi yang terbatas 4) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.90 c. Metode tanya jawab Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan
cara
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dan
siswa
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.91 Keunggulan metode ini adalah : 1) Kelas akan menjadi hidup. 2) Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan atau jawaban. 3) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap perilaku yang telah lalu. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya: Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelebihan metode tanya jawab adalah : 1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang ngantuknya 2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan 90 91
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 88. M. Basyiruddin Usman, op. cit., hlm. 43.
58
3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.92 Sedangkan kelemahan metode ini adalah : 1) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita. 2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan. 3) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat baik oleh guru maupun oleh siswa.93 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya : Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelemahan metode tanya jawab adalah : 1) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab 2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa 3) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua tiga orang 4) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.94 92 93
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 95. Ibid., hlm.43-44.
59
d. Metode sosio-drama dan bermain peranan Metode sosio-drama dan bermain peranan merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadiankejadian yang bersifat sosial.95 Keunggulan metode sosio-drama dan bermain peranan ini adalah : 1) Siswa terlatih untuk mendramatisasikan sesuatu dan juga melatih keberanian mereka. 2) Kelas akan menjadi hidup. 3) Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa sehingga mudah mengambil sesuatu kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya: “Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelebihan metode sosiodrama dan bermain peranan adalah : 1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. 2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif 3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah 4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya 5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya
94 95
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 95. M. Basyiruddin Usman, op. Cit., hlm. 51.
60
6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.96 Adapun kelemahan metode ini adalah : 1) Banyak menyita waktu atau jam pelajaran. 2) Memerlukan persiapan yang teliti dan matang. 3) Kadang-kadang siswa berkeberatan untuk melakukan peranan yang diberikan karena alasan psikologis.97 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya” Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelemahan metode sosiodrama dan bermain peranan adalah : 1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif 2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan 3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas 4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.98
e. Metode drill/latihan 96
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. cit, hlm. 89-90. Basyiruddin Usman, Op. cit., hlm. 51-52. 98 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. cit, hlm. 90. 97
61
Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan. 99 Keunggulan metode siap (drill) ini antara lain : 1) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. 2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu ketrampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari. 3) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang.100 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya: “Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelebihan metode drill/latihan adalah : 1) Untuk memperoleh kecakapan motorik 2) Untuk memperoleh kecakapan mental 3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan 4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan
99
M. Basyiruddin Usman, Op. cit, hlm. 55. Ibid, hlm. 57.
100
62
5) Pemanfaatan
kebiasaan-kebiasaan
yang
tidak
memerlukan
konsentrasi dalam pelaksanaannya 6) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.101 Kelemahan metode latihan ini antara lain : 1) Dapat menghambat inisiatif siswa. Inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. 3) Menimbulkan verbalisme terutama pelajaran yang bersifat menghafal.102 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya” Strategi Belajar Mengajar”, mengemukakan kelemahan metode drill/latihan adalah : 1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan 3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan 4) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis 5) Dapat menimbulkan verbalisme.103 101 102
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. cit, hlm. 96. Basyiruddin Usman, Op. cit., hlm. 57-58.
63
f. Metode resitasi Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.104 Kelebihan metode ini adalah : 1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. 2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 3. Dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa 4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.105 Adapun kekurangan pada metode ini adalah : 1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. 2) Khusus
untuk
tugas
kelompok,
tidak
jarang
yang
aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
103
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. cit, hlm. 96. Ibid, hlm. 85. 105 Ibid, hlm. 87. 104
64
3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa 4) Sering memberikan tugas yang monoton.106 Selanjutnya bahwa rangkaian akhir dari suatu proses pembelajaran adalah evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pembelajaran maka usaha pembelajaran itu dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya maka ia dinilai gagal.107 Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses yang menentukan nilai sesuatu yang ada hubungannya
dengan
pendidikan.108
Dalam
pendidikan,
evaluasi
mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1) Dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. 2) Dari segi peserta didik, evaluasi berguna membantu untuk mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik. 3) Dari segi ahli pikir pendidikan Islam, evaluasi berguna membantu para pemikir
pendidikan
Islam
mengetahui
kelemahan
teori-teori
pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali 106
Ibid, hlm. 87. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 77. 108 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 131. 107
65
teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah. 4) Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam (pemerintah), evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan pertimbangan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).109 Sedangkan jenis evaluasi atau penilaian dan tujuannya adalah : 1) Penilaian formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu mata pelajaran tertentu. Tujuan dari penilaian formatif ini adalah untuk mengetahui hingga sejauh mana penguasaan siswa terhadap bahan pendidikan agama yang diajarkan dalam satu program satuan pelajaran serta sesuai tidaknya dengan tujuan. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil kemajuan belajar siswa, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap bahan yang disajikan.110 2) Penilaian sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu cawu, semester, atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh siswa selama satu cawu atau satu semester pada suatu unit pendidikan tertentu. Adapun aspek yang dinilai mempunyai kesamaan dengan penilaian formatif.
109 110
Samsul Nizar, Op. cit, hlm. 77-78. Armai Arief, Op. cit, hlm. 60-61.
66
3) Penilaian penempatan yaitu penilaian terhadap pribadi anak untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan siswa tersebut. Tujuannya adalah untuk menempatkan siswa pada tempat yang sebenarnya berdasarkan pada minat, bakat, kemampuan dan keadaan diri anak, sehingga siswa tidak mengalami hambatan di dalam mengikuti pelajaran yang disajikan guru. Aspek yang dinilai adalah keadaan fisik dan psikologis, bakat, kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan aspek lainnya yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan siswa.111 4) Penilaian diagnostik, yaitu penilaian terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan siswa, baik berupa kesulitan belajar atau hambatan dalam situasi belajar mengajar maupun untuk mengatasi hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti belajar mengajar. Aspek yang dinilai adalah hasil belajar mengajar dan latar belakang kehidupannya.112 Setelah penulis menjabarkan beberapa jenis penilaian serta tujuannya, kemudian penulis menggambarkan mengenai teknik-teknik evaluasi : 1) Teknik tes yaitu penilaian yang menggunakan tes yang telah ditentukan
terlebih
dahulu.
Tujuannya
untuk
mengukur
dan
memberikan terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa, meliputi : kesanggupan mental, achivement (tes penguasaan hasil belajar), 111 112
Ibid, hlm. 61. Ibid, hlm. 62.
67
keterampilan, koordinasi, motorik dan bakat, baik secara individu maupun kelompok.113 2) Teknik non tes adalah penilaian yang tidak menggunakan soal-soal tes dan bertujuan untuk mengetahui sifat dan sikap kepribadian siswa yang berkaitan dengan kiat belajar atau pendidikan obyek. Penilaian non tes ini meliputi perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, riwayat hidup, dan lainnya, baik bersifat individu maupun kelompok.114 Dalam evaluasi pengajaran agama, penguraiannya dibatasi hanya terhadap teknik tes, khususnya achievement yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil belajar siswa setelah diajar oleh guru baik berupa penguasaan
bahan,
perkembangan
kecerdasan,
perkembangan
keterampilan dan perubahan sikap.115 Dengan teknik tes dirasakan mampu memberi pengajaran yang merangsang kognitif siswa dibanding teknik non tes. Tes hasil belajar ini dapat pula dibagi 2 (dua) : 1) Tes essay yaitu tes yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa kalimat. Untuk menjawab pertanyaan sangat memerlukan waktu yang banyak dan siswa boleh menjawab sepuas-puasnya dan seluas-luasnya.116 2) Tes obyektif Suatu tes disebut tes obyektif apabila : 113
Ibid, hlm. 62. Ibid, hlm. 62-63. 115 Ibid, hlm. 63. 116 Ibid, hlm. 63. 114
68
a) Hanya satu jawaban yang benar untuk setiap alternatif jawaban. b) Dalam menskor tidak ada perbedaan walaupun diperiksa oleh lebih dari satu orang. c) Dalam menjawab, testee tinggal hanya melakukan pilihan sesuai dengan petunjuk. d) Norma pilihan sudah ditentukan terlebih dahulu.117 Tes obyektif ada beberapa macam yaitu : a) True-false test yaitu tes yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengandung salah satu kemungkinan jawaban, salah atau benar. b) Multiple choice (tes pilihan ganda) Pada jenis tes ini testee diminta memilih jawaban yang benar dari beberapa jawaban yang telah ada. Biasanya terdiri dari 3 – 5 pilihan jawaban tersedia, yang benar hanya satu.118 c) Tes bahasa yaitu tes yang dapat dijawab dengan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. d) Tes perbuatan yaitu tes yang dipergunakan untuk menilai berbagai macam perintah yang harus dilaksanakan, seperti : mengafani mayat, berwudhu, sholat, cara melaksanakan thawaf, dan sebagainya.
117 118
Ibid, hlm. 64. Ibid, hlm. 65.
69
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Kondisi Umum MTs. Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 1. Tinjauan Historis Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak berdiri pada tahun 1995 dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Miftahul Huda Jleper, atas prakarsa dan pemikiran pengurus Yayasan Miftahul Huda Jleper, yang terdorong oleh kondisi moral dan zaman yang semakin global. Sementara pendidikan putra-putri pedesaan pada umumnya tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi setelah lulus SD / MI karena faktor ekonomi. Melalui musyawaroh, akhirnya sepakat dalam satu tekad untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah yang di beri nama “MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA JLEPER“ dengan harapan dapat menjadi satu wadah untuk menampung putra-putri desa Jleper dan desa sekitarnya yang tidak mampu melanjutkan Madrasah kejenjang yang lebih tinggi. 1
2. Identitas Madrasah Nama Madrasah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak berdiri pada tahun 1995 atas musyawarah para kyai serta tokoh masyarakat desa Jleper yang bernaung dibawah Yayasan Miftahul Huda Jleper, terletak di Jalan Raya KM 03 Mijen Jleper dengan status swasta 1
Suprapto, S.Ag.,S.Pd. Kepala Madrasah, Wawancara Pribadi, 6 Mei 2015
70
terakriditasi A dengan nomor SK Kw. 11.4/4/PP/03.2/323/2011. dan nomor statistik 121233210074.2
3. Letak Geografis Dilihat dari segi geografis Madrasah Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak terletak di tepi jalan yang menghubungkan antara kecamatan mijen dan Kecamatan Wedung. Pada sebelah timur Madrasah Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak berbatasan langsung dengan SDN Jleper, sebelah selatan dengan lapangan dan sebelah barat MA Miftahul Huda Jleper dan utara berbatasan dengan area persawahan milik desa Jleper. Disamping itu berdekatan dengan wilayah desa Ngelokulon, Pecuk, Ngegot, Rejosari, Kedungsari Mulyo, dan Pasir. Sehingga praktis siswa yang berada di wilayah tersebut memiliki antusias yang tinggi untuk masuk di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Kecamatan Mijen Kabupaten Demak, apalagi mudah di tempuh kendaraan umum, sepeda maupun sepeda motor. Dari aspek ekonomi, mata pencaharian penduduk desa Jleper sebagian besar petani, sebagian pedagang dan ada juga industri rumahan. Dengan demikian perekonomian di desa Jleper dikatakn normal, sehingga tingkat pendidikan mereka tidak begitu rendah. Rata-rata mereka berpendidikan MTs/SMP dan MI/SD serta pondok pesantren.
2
Observasi Peneliti pada tanggal 6 Mei 2015.
71
Adapun Madrasah
Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan
Mijen Kabupaten Demak berdiri ditanah milik desa Jleper dengan luas tanah 2.275 M2 dengan luas banguna sekitar 800 M2.3
4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pada suatu lembaga pendidikan sangat penting guna meningkatkan mutu madrasah secara umum dalam upaya menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi output lembaga pendidikan yang bersangkutan. Pada awal berdirinya bangunan gedung atau sarana dan prasarana MTs. Miftahul Huda Jleper memang memprihatinkan, tetapi setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dan perbaikan bangunan dengan bentuk arsitektur yang tergolong mewah dan indah seperti pada Madrasah-Madrasah yang sudah maju pada umumnya. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs. Miftahul Huda Jleper adalah: a. Ruang dan gedung
3
Observasi Peneliti di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak pada tanggal 7 Mei 2015.
72
Tabel 3. 1 Data Ruang dan Gedung MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/20154 No
Ruang dan Gedung
Jumlah
Keterangan
1
Ruang Kelas
12
Baik
2
Ruang Kepala Madrasah
1
Baik
3
Ruang Wakil Kepala
1
Baik
4
Ruang tamu
1
Baik
5
Perpustakaan
1
Baik
6
Ruang Guru
1
Baik
7
Laboratorium Komputer
1
Baik
8
Laboratorium IPA
1
Baik
9
Laboratorium Bahasa
1
Baik
10
Ruang TU
1
Baik
11
Musholla
1
Baik
12
BK
1
Baik
13
UKS
1
Baik
14
OSIS
1
Baik
15
Kantin
1
Baik
16
Koprasi
1
Baik
17
Gudang
1
Baik
18
Halaman Upacara
1
Baik
19
Lapangan Olah Raga
1
Baik
20
WC & kamar mandi Guru
1
Baik
21
WC & kamar mandi Siswa
4
Baik
4
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper Yang Ada di Ruang TU, Tanggal 7 Mei 2015.
73
b. Peralatan Inventaris Kantor Tabel 3. 2 Data Peralatan Inventaris Kantor MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/20155 No
Peralatan Inventaris Kantor
Jumlah
Keterangan
1
Mesin Tik
1
Baik
2
Komputer TU
2
Baik
3
Komputer Guru
1
Baik
4
Laptop
2
Baik
5
Pengeras Suara
2
Baik
6
LCD Proyektor
2
Baik
7
Printer
2
Baik
8
Sound Sistem
1
Baik
9
Drum Band
1
Baik
10
Televisi
2
Baik
11
Kipas Angin
4
Baik
12
Almari
4
Baik
13
Jenset
1
Baik
c. Data Buku
5
Mei 2015.
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13
74
Tabel 3. 3 Data Buku MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/20156 No
Buku
1
Pendidikan Agama Islam
2
Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial
Buku Ref.Guru
Buku Ref. Siswa
12
2020
3
390
3
Bahasa Indonesia
3
390
4
Bahsa Arab
3
390
5
Matematika
4
390
6
Pengetahuan Alam
6
390
7
Kerajinan Tangan dan Kesenian
3
-
8
Pendidikan Jasmani
3
-
9
Kegiatan Khusus
3
-
10
Muatan Lokal
3
185
5. Visi, Misi dan Tujuan MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak a. Visi MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak “ Unggul di dalam IMTAQ, IPTEK, berahlakul karimah, dan cinta tanah air ”. b. Misi MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 1. Mewujudkan proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, dan efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dengan bakat dan prestasi yang dimiliki. 6
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13 Mei 2015.
75
2. Menumbuhkan sumberdaya manusia yang berpotensi tinggi kepada seluruh warga Madrasah dan lingkungan Madrasah. 3. Terwujudnya kondisi Madrasah yang kondusif dan islami. 4. Menjadikan Madrasah sebagai idola masyarakat. c. Tujuan MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 1. Tujuan jangka pendek a) Mewujudkan pendidikan yang dinamis dan trampil serta meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional setiap tahun b) Terlaksananya nilai-nilai ajaran islam yang berbasis ahlussunah wal jama’ahserta menguasai IPTEK yang dilandasi ahklakul karimah c) Terwujudnya manajemen berbasis berbasis Madrasah dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan lingkungan masyarakat d) Terwujudnya pendidikan yang demokratis, cerdas, disiplin, dan bertanggung jawab. 2. Tujuan jangka panjang a) Semua ruang kelas standar b) Memiliki perpustakaan, laboratorium IPA dan Bahasa yang standar c) Lapangan olah raga yang standar d) Memiliki kendaraan Bus siswa sendiri
76
e) Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan. 7 6. Keadaan guru dan karyawan Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran, keberhasilan itu perlu di topang dengan potensi dan penguasaan dari aspek keilmuan, pengalaman, dan semangat. Sedangkan seorang karyawan bertugas untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar tersebut termasuk mengatur adminitrasi kependidikan. Adapun keadaan guru maupun karyawan di MTs. Miftahul Huda Jleper adalah sebagai berikut : Tabel 3. 4 Keadaan Guru MTs. Miftahul Huda Jleper Tahun Pelajaran 2014/20158 No
Nama
NIP
Jabatan
1
Suprapto, S.Ag., S.Pd
-
Kepala Madrasah
2
Mughni, S.Ag.
-
Waka Humas
3
Aliyah, S.Ag.
197501262007102001
Wali Kelas IX D
4
Drs. Mun’im
-
Waka Sarpras
5
Muhlis, S.Ag.
-
Guru
6
Abdul Ghoni
-
Guru
7
Drs. H. Suhari
-
Guru
8
Moh.Munzamil, S.Ag.
-
Guru
9
KH. Said Akhyadi
-
Guru
10
KH. Lutfi Hakim
-
Guru
7
Mei 2015. 8
Mei 2015.
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13 Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13
77
11
Krismanto, S.Pd.I
-
Wali Kelas IX B
12
Noor Anisah, S.Ag.
197601062007012018
Waka Kurikulum
13
Dra. Sholekah
-
Guru
14
Hendro kuswoyo, S.Pd.
-
Waka Kesiswaan
15
Lasimin, S.Pd.
-
Guru
16
Saikhudin, S.Ag., S.Pd
-
Wali Kls VIII B
17
Muzdalifah Zumroh, S.Ag.
-
Wali Kls VII D
18
Siti Wafiroh, S.Ag.
198107022007102005
Wali Kls IX C
19
Nor Hamid, S.Ag.
-
Ka. Lab. TIK
20
Taufiq Sholeh, S.Pd.I.
-
Wali Kls VIII C
21
Puspa Pradika R. S.Pd.I
-
Wali Kls VII B
22
Sri Nurul Aini, S.Si.
-
Wali Kls IX A
23
Abdullah Mujahid, S.Pd.I
24
Amaroh, S.Ag.
-
Guru
25
Uma Farida, S.Pd.I
-
Wali Kls VII A
26
Ulul Azizah, S.Pd
-
Wali Kls VIII A
27
Suratno, S.Pd
-
Guru
28
Ernawati, M.Pd
-
Guru
29
Luluk Alawiyah, S.Pd
-
Guru
30
Romdhonah
-
Guru
31
Ulil Abshor Habibi, S.Pd.I
32
Khusnul Khotimah, S.Pd.
Wali Kls VII C
Guru -
Guru BK
78
Tabel 3. 5 Keadaan Karyawan MTs. Miftahul Huda Jleper Tahun Pelajaran 2014/20159 No
Nama
L/P
Jabatan
1
Dewi Anisa
P
Ka. TU
2
Muti’atus Syariah
P
Staf TU
3
Ahmad Rois
L
Staf TU
4
Muhayan
L
Tukang kebun
5
Rukan
L
Penjaga
6
Budiyanto
L
Satpam
7. Susunan Organisasi Organisasi adalah suatu badan atau tempat penyelenggaraan suatu kerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan organisasi Madrasah adalah wadah penyelenggaraan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sudah menjadi syarat bahwa setiap lembaga pendidikan mempunyai struktur organisasi untuk mengatur tertibnya aktivitas lembaga tersebut. Demikian juga dengan MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak yang mempunyai struktur organisasi. Suatu struktur organisasi dapat berhasil dengan baik, apabila di dalamnya terdapat pembagian kerja sama teratur dan terpadu, sehingga kemungkinan terjadinya everleping (tumpang tindih) didalam melaksanakan program dapat dihindari. Berikut ini gambar bagan struktur organisasi MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 9
Mei 2015.
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13
79
Tabel 3. 6 Struktur Organisasi MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/201510 Yayasan Miftahul Huda
Kepala Madrasah Suprapto,S.Ag,S.Pd Tata Usaha Dewi Anisa
Waka. Kesiswaan Hendro K.S.Pd.
Waka. Kurikulum Nor Anisah,S.Ag.
Waka. Humas Mughni, S.Ag
Waka. Sarpras Drs.Mun’im
WALI KELAS GURU 8. Keadaan Siswa Sebagaimana Madrasah lainnya, peserta didik adalah bagian integrasi yang tidak dapat di pisahkan dari madrasah. Dari awal berdiri hingga sekarang pertumbuhan jumlah peserta didik di MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengalami pertumbuhan yang dapat di katakana sangat pesat. Adapun siswa MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak tidak hanya dari desa Jleper saja, akan tetapi juga berasal dari beberapa desa tetangga seperti : desa Ngemplak, Ngelo kulon, Sido makmur, Pasir, Pecuk, Kedungsari mulyo, dan sebagian dari luar kota. Sehingga jumlah siswa MTs Miftahul Huda Jleper
10
Mei 2015.
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13
80
Mijen Demak tahun pelajaran 2014/2015 seluruhnya 370 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut : Tabel 3. 7 Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Tahun Pelajaran 2014/201511 No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
71
67
138
2
VIII
46
68
114
3
IX
38
80
118
4
Jumlah
155
215
370
B. Hasil Penelitian 1. Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Data tentang keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, peneliti peroleh dari hasil wawancara dan juga observasi di lokasi penelitian. a. Keteladanan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan : 11
Mei 2015.
Dokumentasi MTs. Miftahul Huda Jleper yang ada di ruang TU, diperoleh pada tanggal 13
81
“Keteladanan yang dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian siswa yaitu sikap tawadhu”. 12 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd mengatakan: ”Secara keseluruhan kegiatan/proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak berjalan dengan lancar, tertib dan aman sesuai dengan garis-garis program pembelajaran yang telah disusun. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk pembelajaran Aqidah Akhlak, kurikulum disesuaikan dengan aspek religius dan aspek moral”. 13 Senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd, menurut Bapak Abdul Ghoni selaku guru Aqidah Akhlak kaitannya dengan kedisiplinan dan keteladanan beliau mengatakan: “Untuk mewujudkan aspek religius dan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, saya berusaha memberikan keteladanan yang baik kepada siswa. Diantaranya adalah tutur kata yang santun (tawadhu’), tidak suka marah dan meluapkan emosi. Ketika siswa melihat perilaku tersebut, saya yakin mereka akan meniru apa yang saya lakukan”. 14 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan: “Dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang baik, maka pembelajaran Aqidah Akhlak dipriotitaskan pada aspek religius dan moral. Karena dua aspek tersebut merupakan pondasi bagi seseorang agar berperilaku baik. Bentuk nyata yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan aspek religius dan moral adalah dengan memberikan keteladanan kepada siswa, seperti turur kata yang santun dan tidak suka marah kepada siswa. Menurutnya, dengan perilaku teladan tersebut siswa akan lebih mudah meniru”.15
12
Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2015. 13 Ibid. 14 Abdul Ghoni, Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2015. 15 Ibid.
82
Mengenai keteladanan guru Aqidah Akhlak, menurut Ibu Nor Anisah, S.Ag, selaku Waka Kurikulum mengatakan: “Keteladanan yang dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian siswa yaitu disiplin/tepat waktu, rajin beribadah, hidup sederhana/bersahaja dan memiliki kecerdasan emosional”. 16 Lebih lanjut lagi, menurut Ibu Nor Anisah, S.Ag mengatakan: “Kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak sangat baik. Siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama. Contohnya; sikap tawadhu’, sopan santun, rajin shalat Dhuhur, disiplin, tidak sombong dan riya, menjaga kebersihan, dan mengajarkan siswa untuk saling tolong menolong antar sesamanya”. 17 Lebih lanjut lagi, menurut Ibu Nor Anisah, S.Ag mengatakan: “Keteladanan sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Makanya metode keteladanan/uswah hasanah digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran Aqidah Akhlak di sini. Keteladanan guru Aqidah Akhlak menurut saya sangat efektif untuk membentuk kepribadian siswa yang makin lama makin menurun (rusak) karena perubahan zaman dan maraknya tayangan televisi akan kekerasan, perkelahian, dan budaya-budaya sekuler. Dengan keteladanan yang diberikan guru Aqidah Akhlak di Madrasah, siswa menjadi lebih terkontrol perilakunya. Karena secara ilmiah siswa yang duduk di tingkat MTs mempunyai perilaku untuk meniru dengan sesuatu yang dilihat, maka saya mencoba untuk memberikan contoh perilaku yang terpuji di lingkungan madrasah. Perilaku terpuji itu antara lain; tawadhu’, sopan santun, rajin ibadah khususnya shalat Dhuhur, disiplin, tidak sombong/pamer, menjaga kebersihan, saling tolong menolong dan masih banyak lagi perilaku terpuji yang saya contohkan kepada siswa. Ini tak lain bertujuan agar siswa dapat mengambil teladan dan pelajaran dari perilaku terpuji tersebut. Kalau siswa disuguhkan dengan hal-hal yang baik, saya yakin siswa akan terbentuk kepribadiannya. Namun kebalikannya, jika siswa kurang diperhatikan dengan menampilkan keteladanan maka ia sulit untuk 16
Ibu Nor Anisah, S.Ag, Waka Kurikulum MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2015. 17 Ibid.
83
menemukan sosok yang dapat ditiru dan dianut dalam berperilaku dan akhirnya sulit bagi guru untuk menciptakan kepribadian yang luhur bagi siswa”. 18 Keterangan guru di atas sesuai dengan observasi peneliti selama melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, bahwa
keteladanan guru Aqidah Akhlak membentuk
kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dalam membentuk kepribadian siswa adalah dengan menerapkan uswatun hasanah/keteladanan, khususnya ketika proses pembelajaran Aqidah Akhlak berlangsung di kelas.19 Lebih lanjut lagi, menurut observasi peneliti dilapangan bahwa 20 dengan keteladanan siswa lebih terkontrol perilakunya, karena apabila siswa tidak diperhatikan maka akan mudah bagi siswa terpengaruh oleh adanya budaya-budaya dari luar yang tidak sesuai dengan norma-norma agama. Tujuan Bapak Abdul Ghoni memberikan keteladanan kepada siswa yaitu agar mereka dapat mengambil sifat dan perilaku terpuji (teladan) dari guru Aqidah Akhlak sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupannya sehari-hari”. 18
Ibid. Observasi Peneliti pada tanggal 13 Mei 2015. 20 Ibid.. 19
84
Hasil observasi sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Abdul Ghoni mengatakan : “Metode yang tepat untuk membentuk kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah dengan menggunakan metode keteladanan/uswatun hasanah. Menurut beliau, metode ini secara nyata dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi mata pelajaran Aqidah Akhlak seperti; tutur kata lemah lembut, sikap tawadhu’, sopan santun, disiplin dan lainnya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pemberian keteladanan dapat dilakukan di luar jam pelajaran. Menurutnya, metode ini sangat tepat diterapkan bagi siswa yang duduk di tingkat MTs”. 21 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan: “Metode yang tepat digunakan untuk membentuk kepribadian siswa adalah metode keteladanan/uswatun hasanah. Karena metode ini secara nyata dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi Aqidah Akhlak. Guru dengan mudah akan memberikan contoh tutur kata yang lembut, sikap tawadhu’, sopan santun, disiplin dan lain sebagainya. Keteladanan guru tidak hanya diberikan dalam mengajar saja, namun lebih dari itu, pemberian metode keteladanan dapat dilakukan di luar jam pelajaran. Keteladanan sangat efektif dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang berada pada tingkat/jenjang Madrasah Tsanawiyah, karena pada jenjang ini siswa akan lebih mudah meniru dan meneladani setiap perilaku, pembicaraan dan gaya yang ditampilkan oleh guru dalam mengajar maupun di luar mengajar. Penanaman keteladanan bagi siswa dilakukan secara kontinyu karena siswa MTs mempunyai sifat yang masih labih. Artinya mereka cepat berubah sesuai dengan kondisi yang mengitarinya. Jika kondisi lingkungan memungkinkan belajar, maka ia akan dapat belajar dengan baik, namun sebaliknya, jika kondisi penuh dengan hal-hal negatif, maka siswa akan menjadi pribadi yang jauh dari nilai-nilai agama dan akhirnya dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang”. 22 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan23: “Dalam perspektif psikologi, siswa yang duduk di tingkat Madrasah Tsanawiyah mempunyai kecenderungan untuk meniru 21
Abdul Ghoni, Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2015. 22 Ibid. 23 Ibid.
85
apa yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh gurunya. Apabila anak melihat perilaku dan sikap yang baik dari gurunya, maka dalam proses perkembangan pendidikan moral anak akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap pengarahan dan pengajaran yang pernah diajarkan oleh gurunya. Siswa akan melaksanakan shalat ketika melihat gurunya shalat, begitu juga siswa akan disiplin ketika melihat gurunya tidak pernah terlambat, siswa juga akan bertutur kata yang sopan ketika melihat gurunya berbicara dengan sopan, dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki pondasi moral yang baik (sesuai dengan nilai norma ajaran agama Islam dan norma sosial masyarakat). Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan yang mengitari kehidupan anak kering atas nilai-nilai spiritual dan tidak memperhatikan normanorma yang berlaku dalam masyarakat, sudah barang tentu kepribadian anak akan buruk dan menjadi generasi yang jauh terhadap nilai-nilai agama serta tidak mengenal eksistensinya sebagai mahluk sosial yang hidup tengah-tengah masyarakat nantinya”. Senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bapak Abdul Ghoni menurut Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd, selaku kepala Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan: “Lingkungan pendidikan yang baik dapat membentuk pondasi moral anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Sesuatu yang paling fundamental yang harus diperhatikan disini adalah menciptakan hubungan yang harmonis (edukatif) antara guru dan siswa di Madrasah. Sikap ini akan sangat menunjang kepribadian anak karena anak dapat melihat, mendengar dan mencontoh perilaku guru yang mencerminkan kepribadian yang baik khususnya mengenai pengamalan ajaran agama Islam”. 24 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd mengatakan: “Keteladanan guru di atas harus secara kontinyu diaplikasikan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Alasannya ialah semakin banyak keteladanan, sikap dan perilaku yang ditampilkan guru, maka semakin baik pula pembentukan kepribadian anak. Karena
24
Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2015.
86
pada hakikatnya, anak memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh guru”. 25 Untuk mengetahui ada tidaknya keteladanan yang dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, peneliti mewancarai dengan salah seorang siswa kelas VIII A yang bernama Abdurrohman Abbas berikut hasilnya: “Sekarang anak kelas VIII A dalam perbuatan atau tingkah laku ada perubahan, terutama dalam adab sopan santun. Sebelumnya kalau dalam kelas ada anak yang mau buang hajat pergi tanpa minta izin guru, dan minum sambil berjalan, kalau sekarang tidak. Yang dulu pergi ke Madrasah banyak yang telat, berpakaian tidak rapi, sekarang tepat waktu ke Madrasah dan berpakaian rapi, bahkan ada yang disetrika pakaiannya”. 26 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang siswa kelas VIII B yang bernama Nana Lutfiana, mengatakan: “Saya sangat setuju apa yang dikatakan siswa kelas VIII, perubahan sangat drastis pada para siswa. Misal ketika ada jam kosong para siswa masih di kelas dan belajar, dulunya tidak kalau tidak ada guru langsung keluar dan membuat gaduh”. 27 Hal ini senada diungkapkan oleh salah satu siswa kelas VIII C yang bernama Ahsan Murod, mengatakan: “Sekarang banyak anak-anak yang pergi ke Musholla yang ada di MTs. Hal ini dikarenakan setiap waktu dhuhur tiba, para guru baik laki dan perempuan pergi ke Musholla, hal ini mempengaruhi 25
Ibid. Abdurrohman Abbas, Murid kelas VIII A MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi, tanggal 13 Mei 2015. 27 Nana Lutfiana, Murid kelas VIII B MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi, tanggal 13 Mei 2015. 26
87
kejiwaan anak-anak, sehingga lama kelamaan para siswa terbiasa melakukan shalat setiap waktu dhuhur tiba”. 28 b. Kedisiplinan Mengenai kedisiplinan guru Aqidah Akhlak juga Bapak Suprapto, S.Ag, S.Pd, selaku Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak menguatkan lagi: ”Guru Aqidah Akhlak (Bapak Abdul Ghoni) di madrasah ini orangnya sangat disiplin, Pak Abdul Ghoni itu mengajak semua guru disini tidak hanya menjalankan tugas tetapi mengarahkan kita sebagai guru itu ya harus bisa dicontoh oleh murid-muridnya, jadi kalau melarang anak murid tidak boleh buang sampah sembarangan ya..guru juga jangan memberi contoh membuang sambah sembarangan. Selain itu Pak Abdul Ghoni juga selalu memutuskan sesuatu dengan musyawarah. Jadi kalau Pak Abdul Ghoni punya strategi bagus untuk menjadikan Madrasah ini maju dan berkualitas baik ya..di Rapatkan bersama, kalau semua sudah setuju ya..harus dijalankan. Dan kalau sudah diputuskan bersama enak nggak enak ya harus dilaksanakan. Sebagai contoh: Guru yang sudah PNS meskipun tidak ada waktu ngajar ya harus datang tepat waktu, sesuai aturan yang sudah ada, dan kalau minta izin yang tidak begitu penting ya tidak boleh.” 29 Lanjut beliau: ”Dan juga untuk meningkatkan kedisiplinan guru di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak saya terapkan tata tertib untuk guru, di antaranya wajib menjaga kode etik keguruan, wajib hadir 5 menit sebelum KBM, wajib menggunakan seragam guru yang telah ditentukan, berpenampilan yang rapi dan sopan, wajib menandatangani daftar hadir, masuk dan keluar kelas tepat waktu, memberitahukan kepala madrasah bila berhalangan hadir dan menyampaikan tugas untuk siswa, menyiapkan program pembelajaran pada awal tahun pelajaran, turut mengamankan kebijakan kepala madrasah, membantu menegakkan kedisiplinan madrasah, dan memberi laporan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan kepada kepala madrasah”. 30 28
Ahsan Murod, Murid kelas VIII C MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi, tanggal 13 Mei 2015. 29 Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 20 Mei 2015. 30 Ibid.
88
Untuk memperkuat pernyataan Bapak Suprapto, S.Ag, S.Pd tersebut, peneliti juga mewawancarai Ibu Nor Anisah, S.Ag, selaku Waka Kurikulum mengatakan: ”Mengenai pekerjaan Pak Abdul Ghoni itu memang konsekuen dengan Mapelnya yaitu sebagai guru Aqidah Akhlak, ibaratkan saja seperti bermain layangan kalau diulur terus ya..akan jatuh, tapi kalau ditarik terus juga akan jatuh, makanya harus diulur dan ditarik juga. Makanya Pak Abdul Ghoni tu ya seperti itu, jadi kadang ya..keras, dan kadang juga bisa santai. Pokoknya tergantung situasi. Dalam pembelajaran Bapak Abdul Ghoni, yang paling diutamakan adalah mengenai kedisiplinan kerja. Baik itu mengenai administrasi guru, mengajar, kerapian dan lain-lain. Pak Abdul Ghoni itu kalau soal kerja tidak membandingbandingkan antara guru yang satu dengan yang lain”. 31 Begitu juga wawancara dengan Bapak Hendro K.S.Pd, selaku Waka Kesiswaan menegaskan mengenai perilaku Bapak Abdul Ghoni dalam peningkatan kedisiplinan guru di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan:32 ” Pak Abdul Ghoni itu orangnya tegas, bijaksana, hati-hati dalam segala hal, tidak sembarangan dalam memutuskan sesuatu. Dalam urusan pekerjaan memang tegas, tetapi sebenarnya Pak Abdul Ghoni itu orangnya sangat grapyak (kekeluargaannya sangat erat), sebagai contoh: setiap dua bulan sekali guru-guru diajak silaturahmi ke rumahnya. Hal ini akhirnya menular ke guru-guru lain, yang diadakan secara bergiliran di rumah guru-guru. Jadi agar membuat guru yang satu dengan yang lain tu bisa berbaur, yang namanya orang kan berbeda-beda. Jadi harus sering-sering disatukan biar bisa bekerja sama dengan baik, mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan bersama”.
31
Ibu Nor Anisah, S.Ag, Waka Kurikulum MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 20 Mei 2015. 32 Hendro K, S.Pd, Waka Kesiswaan MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 20 Mei 2015.
89
Untuk memperkuat pernyataan Bapak Hendro K.S.Pd, peneliti juga mewawancarai Bapak Suprapto,S.Ag,S.Pd, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan: ”Dalam kedisiplinan kerja anak buah, Saya sendiri selaku kepala MTs langsung memantau sendiri kinerja para guru dan karyawan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, dengan mengecek absen setiap hari. Dan Pak Abdul Ghoni tidak hanya melihat atau memantau kinerja di lapangan, tetapi benar-benar menuntun para guru lain agar bekerja sesuai profesinya. Karena guru itu adalah seorang pendidik, jadi ya harus bisa menjaga nama baik sebagai guru. Pak Abdul Ghoni itu sendiri juga memberikan contoh kepada guru-guru lain mengenai kedisiplinan yang sudah ditetapkan, jadi Pak Abdul Ghoni itu meskipun sebagai guru Mapel Aqidah Akhlak beliau juga mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan di Madrasah ini”. 33 Jawaban kepala madrasah dan para guru dari wawancara peneliti yang di laksanakan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak diperkuat oleh siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak: “iya Pak..guru-guru disini datangnya tepat waktu, baik di kelas maupun di Madrasah. Pokoknya kalau saya sudah sampai sekolah guru-guru itu sebagian juga sudah datang. Kalau tidak masuk kelas guru piket itu pasti ngasih tugas”. 34 Ada salah satu siswa lagi mengungkapkan: “Madrasah disini sangat ketat banget, gurunya tidak masuk saja dikasih tugas, makanya kita tidak berani melarikan diri dari sekolah kalau pas shalat, termasuk shalat dhuha pun juga gitu. Pokoknya guru disini disiplin semua”. 35
33
Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 20 Mei 2015 34 Wawancara dengan Nia Kusdiana, Selaku Siswi kelas VIII A di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, 20 Mei 2015. 35 Wawancara dengan Farida Kurniawati, Selaku Siswi kelas VIII A di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, 20 Mei 2015
90
Untuk
memperkuat
pernyataan
para siswa, peneliti
juga
mewawancarai Bapak Suprapto,S.Ag,S.Pd, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan:36 “Strategi-strategi yang saya terapkan untuk guru-guru agar selalu menertibkan kedisiplinan disini adalah, ada tiga: 1) Saya tidak banyak bicara dan memberi contoh dengan apa yang sudah saya sepakati dengan guru-guru (nggak Cuma ngomong tok). 2) Saya selalu mengingatkan secara personal. 3) Saya juga selalu mengingatkan pada saat rapat dinas”.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Meskipun guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak memiliki keteladanan yang dapat dicontoh/ditiru oleh siswa sehingga dapat mempengaruhi/membentuk kepribadian siswa, namun hal itu bukannya tanpa hambatan. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dapat peneliti temukan beberapa faktor yang mendukung dan menghambat pembentukan kepribadian siswa. Di bawah ini peneliti akan kemukakan beberapa faktor yang mendukung dan menghambat pembentukan kepribadian di MTs tersebut. a. Faktor pendukung dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
36
Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper, wawancara pribadi pada tanggal 21 Mei 2015
91
1) Suasana lingkungan belajar yang kondsif Secara umum, faktor yang dapat mendukung pembentukan kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak menurut Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd, selaku kepala Madrasah
Tsanawiyah
Miftahul
Huda
Jleper
Mijen
Demak
mengatakan: “Suasana lingkungan belajar yang kondusif/nyaman, aman dan tertib di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak merupakan faktor yang sangat menunjang pembentukan kepribadian siswa. Kenyamanan belajar terlihat ketika proses pembelajaran PAI berlangsung di kelas siswa sangat menikmati pelajaran dengan memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan materi yang disampaikan oleh bapak dan ibu guru”. 37 Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd mengatakan: “Selain faktor kenyamanan, keamanan dan ketertiban juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa. Tidak adanya perkelahian antar siswa, tindakan kriminal yang dilakukan oleh siswa seperti mencuri uang/barang milik temannya merupakan bukti bahwa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah aman. Artinya, lingkungan pembelajaran di Madrasah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak tersebut dapat terkendali dan sangat efektif untuk digunakan sebagai sarana/wahana pendidikan”. 38 2) Sarana Pembelajaran yang memadai Senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd, menurut Bapak Abdul Ghoni, selaku guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak mengatakan:
37
Suprapto, S.Ag,S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi pada tanggal 21 Mei 2015. 38 Ibid.
92
“Sarana pembelajaran yang memadai/menunjang. Terpenuhinya sarana dan prasarana pembelajaran sangat menunjang proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Dengan kelengkapan fasilitas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah tersebut, guru menjadi lebih mudah dalam menyampaikan materi. Guru akan maksimal menyampaikan materi apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Jika siswa mampu menyerap materi Aqidah Akhlak secara optimal, maka siswa akan mempunyai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang mana dengan pencapaian ketiga ranah tersebut kepribadian siswa akan terbentuk dengan baik”. 39 3) Peran orang tua dalam Pendidikan anak Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni mengatakan: “Peran serta orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam dimensi pendidikan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan merupakan modal yang sangat berharga bagi guru Aqidah Akhlak dalam membina dan mengajar siswa. Dengan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua, kegiatan pembelajaran akan lebih optimal lagi”. 40 Keterangan guru di atas sesuai dengan observasi 41 peneliti selama melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, bahwa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak orang tua siswa sangat peduli terhadap pendidikan anakanaknya. Demi pendidikan anak-anaknya mereka sanggup/bersedia mengikuti program yang dicanangkan oleh Madrasah. Mereka juga mengamati sejauhmana perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya.
39
Abdul Ghoni, Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi pada tanggal 21 Mei 2015. 40 Ibid. 41 Observasi Peneliti pada tanggal 21 Mei 2015.
93
Lebih
lanjut
lagi,
menurut
observasi
peneliti
dilapangan
bahwa42salah satu bentuk kepedulian orang tua siswa terhadap pendidikan anak-anaknya adalah dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan guru. Banyak sekali orang tua siswa yang datang ke Madrasah maupun ke rumah guru Aqidah Akhlak untuk mengetahui perkembangan pendidikan anaknya. Selain itu, mereka juga melakukan konsultasi secara terbuka mengenai kepribadian anak-anaknya. Apalagi jika anaknya terlibat dalam suatu permasalahan, seperti bolos, malas belajar di rumah, dan berbagai karakter dan sifat anak yang kurang baik (bermasalah dalam belajar). Komunikasi intern antara orang tua dan guru ini sangat bermanfaat bagi guru dalam kaitannnya dengan proses belajar mengajar. Dengan paparan informasi dari orang tua, guru menjadi tahu akan karakter dan psikis setiap siswa, sehingga memudahkan guru dalam memilih strategi dan pendekatan yang tepat untuk membentuk kepribadian siswa. b. Faktor Penghambat dalam Membentuk Kepribadian Siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 1) Minimnya waktu mengajar Secara umum, faktor penghambat yang dialami oleh guru Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen
42
Ibid..
94
Demak dalam membentuk kepribadian siswa menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan:43 “Minimnya waktu mengajar/jumlah tatap muka dengan siswa. Minimnya waktu belajar Aqidah Akhlak di MTs merupakan permasalahan tersendiri bagi guru Aqidah Akhlak. Di Madrasah dasar alokasi waktu pembelajaran Aqidah Akhlak yang diberikan oleh kurikulum hanya 2 jam pelajaran setiap minggu. Dapat dibayangkan bagaimana waktu yang hanya 2 jam pelajaran digunakan untuk menyampaikan materi yang terbilang banyak. Apalagi jika terdapat hari libur nasional tentu akan mengurangi jumlah waktu mengajar guru. Ini adalah suatu problem atau faktor yang berpengaruh dalam pendidikan agama anak”. Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan44: “Pendidikan agama anak di Madrasah Tsanawiyah seharusnya diberikan waktu yang lebih. Anak akan mudah memahami materi apabila dalam pembelajaran dilakukan secara berulangulang. Anak juga akan melihat kepribadian guru, sikap dan perilaku guru dalam mengajar. Dengan banyak waktu, siswa akan lebih maksimal dalam belajar dan guru akan mempunyai kesempatan yang lebih dalam memberikan contoh keteladanan bagi siswa. Dengan alokasi waktu mengajar yang lebih, guru juga dapat mengetahui lebih banyak mengenai kepribadian siswa sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan pada siswa tersebut. Hal ini penting sekali bagi guru untuk menerapkan teknik dan strategi yang tepat dalam membentuk kepribadian siswa”. 2) Perbedaan karakter anak Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni mengatakan45: “Perbedaan karakter siswa. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan karakter ini adalah sesuatu yang alami. Artinya, karakter siswa merupakan faktor bawaan yang disandang sejak ia dilahirkan ke dunia”.
43
Abdul Ghoni, Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, wawancara pribadi pada tanggal 21 Mei 2015. 44 Ibid. 45 Ibid.
95
Lebih lanjut lagi, menurut Bapak Abdul Ghoni mengatakan46: “Karakter siswa ada yang baik dan ada juga yang kurang baik. Tugas guru bukanlah menyalahkan karakter siswa, akan tetapi bagaimana seorang guru mampu menjadikan siswa yang berkarakter. Atau dengan kata lain, guru harus mampu mengarahkan dan mengelola berbagai karakter siswa yang secara kodrati memang diciptakan oleh Allah berbeda. Bukanlah tugas guru untuk menjadikan perbedaan karakter yang ada pada siswa menjadi satu karakter saja”. Memang bukan semudah membalikkan telapak tangan untuk membentuk kepribadian siswa yang mempunyai banyak karakter. Perbedaan karakter pada siswa inilah yang dapat menghambat guru dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Meskipun demikian, tak menyurutkan guru Aqidah Akhlak untuk memberikan yang terbaik kepada siswa dalam membentuk kepribadiannya”.
46
Ibid.
96
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus memadukan dengan teori yang ada. Sebagaimana
yang
ditegaskan dalam teknik analisis. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dari data yang didapatkan baik melalui observasi, dokumentasi dan wawancara dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan. Selanjutnya dari hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagai berikut: A. Peran Keteladanan dan Kedisiplinan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik social, budaya, maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan factor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau, harus dilaksanakannya sebagai seorang guru. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan factor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
96
97
proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain, guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.1 Khususnya dalam pendidikan Islam seorang guru harus memiliki keteladanan yang baik yang patut untuk ditiru peserta didik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai agamis. Pelajaran Agama Islam dalam hal ini mata Pelajaran Aqidah Akhlak diberikan kepada peserta didik untuk dapat menghantarkannya mempunyai sikap akhlakul karimah (kepribadian yang baik), mampu membedakan benar dan salah, memilih sesuatu yang bermanfaat atau sebaliknya merugikan. Hal ini karena pendidikan dalam Islam berusaha menumbuh-kembangkan potensi peserta didik agar dalam bersikap dan berperilaku selalu diwarnai dengan nilai-nilai religius. Menurut pandangan Islam, pendidikan merupakan hal yang sangat utama dalam membentuk manusia yang mempunyai kepribadian mulia. Pendidikan Agama Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik intelektual emosional, maupun spiritual, baik secara individu atau kelompok dan mendorong seluruh aspek tersebut ke arah pencapaian kesempurnaan hidup. Oleh karena itu sangat penting mendidik kepribadian peserta didik dengan memberikan contoh keteladanan yang berawal dari diri sendiri. Hal ini sesuai dengan keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabatnya sehingga mereka memiliki kepribadian 1
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 33.
98
yang luhur. Mengenai keteladanan Rasulullah SAW, Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21).2 Upaya guru Pendidikan Agama Islam mendidik peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian baik tidak lepas dari keteladanan yang dimiliki oleh guru (uswatun hasanah). Menjadi guru teladan merupakan suatu keistimewaan
tersendiri.
mengaplikasikan
nilai-nilai
Guru
teladan
moral
dan
adalah
guru
religius
ke
yang dalam
mampu kegiatan
pembelajaran. Islam menganjurkan kepada para pendidik agar membiasakan peserta didik dengan etika dan akhlak Islam karena demikian itu termasuk kaidah yang dibuat Islam untuk mendidik siswa agar interaksi siswa dengan orang lain selalu dibangun di atas akhlak yang mulia. Sebaiknya seorang pendidik banyak belajar tentang hakekat dan makna mendidik, baik dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah SAW. Zainal Abidin dalam bukunya Begini Seharusnya Mendidik Anak, mengemukakan kriteria-kriteria seorang pendidik teladan menurut Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut;
2
Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran al Qur’an, Jakarta, 1997
99
1. Pemaaf dan tenang 2. Lemah lembut dan menjauhi sifat kasar dalam bermuamalah 3. Berhati penyayang 4. Ketakwaan 5. Selalu berdoa untuk anak 6. Lemah lembut dalam bermuamalah dengan anak 7. Menjauhi sikap marah 8. Bersikap adil dan tidak pilih kasih.3 Mengingat begitu penting guru dalam pendidikan, maka guru dituntut untuk memiliki kriteria-kriteria tersebut. Guru merupakan figur atau panutan peserta didik dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilih antara yang baik dengan yang buruk. Peserta didik memandang bahwa guru adalah satu-satunya sosok yang sangat disanjung. Maka didikan dari guru berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian dan pemikiran peserta didik.4 Sifat-sifat pendidikan di atas yang merupakan kriteria seorang pendidik telah dimiliki oleh guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Sifat-sifat tersebut telah diaplikasikan oleh guru Aqidah Akhlak dalam membentuk kepribadian siswa. Guru Aqidah Akhlak merupakan seseorang yang berinteraksi secara langsung dan bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian siswa. Secara
154.
3
Zaenal Abidin, Begini Seharusnya Mendidik Anak, (Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm.
4
Ibid.,hlm. 260.
100
langsung guru Aqidah Akhlak mempunyai kewajiban dan tanggungjawab mengubah pola pikir dan meningkatkan kualitas peserta didik melalui ilmu yang diajarkannya. Jadi, guru teladan adalah guru yang memiliki kriteriakriteria keteladanan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap lembaga pendidikan tentu memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu ingin mewujudkan manusia yang berkualitas, baik jasmani maupun rohani. Tujuan ini dapat dikatakan berhasil atau tidak, tergantung dari indikator keberhasilan yang telah dicapai oleh setiap peserta didik. Begitu juga dengan keberhasilan guru dalam membentuk kepribadian siswa dapat dilihat dari indikator-indikator yang terdapat pada perilaku siswa sehari-hari ketika mereka berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Membentuk pribadi siswa yang berakhlak karimah dan memiliki kepribadian yang luhur adalah sasaran/target yang diupayakan oleh guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Upaya guru Aqidah Akhlak tersebut dalam membentukan kepribadian siswa adalah dengan memberikan keteladanan baik dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku. Guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dalam berperilaku mencerminkan sikap tawadhu’. Perilaku tawadhu’ ini bukan saja diberlakukan guru Aqidah Akhlak ketika berinteraksi dengan sesama guru, tapi juga diberlakukan kepada siswa ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung. Perilaku tawadhu’ guru Aqidah Akhlak juga diaplikasikan di luar kelas.
101
Menurut peneliti, sikap tawadhu’ yang dimiliki oleh guru Aqidah Akhlak tersebut memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan aspek sosial-emosional, terlebih pada aspek spiritual. Secara sosial emosional, siswa dapat bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Emosi siswa akan lebih terkontrol dan cenderung stabil karena kejiwaan siswa yang terus berkembang dapat diarahkan kepada hal-hal yang positif. Kemudian pada aspek spiritual, sedikit demi sedikit siswa akan mengenal ajaran agama sesuai yang dilakukan oleh guru mereka. Dari wawancara peneliti dengan Abdurrohman Abbas, siswa kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, diketahui bahwa keteladanan guru, sifat, kepribadian, perilaku dan tutur kata guru semuanya dilihat dan diamati oleh siswa. Inilah yang semestinya diketahui oleh guru Aqidah Akhlak dalam mengajar. Dari proses pengamatan indera inilah siswa dapat meniru dan mencontoh apa yang dikatakan dan dilakukan oleh guru. Peneliti dapat mengatakan bahwa pengaruh keteladanan guru sangat efektif dalam membentuk kepribadian siswa. Ini dapat dilihat dari jawaban adik Nana Lutfiana siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak yang menyatakan bahwa dia selalu teringat oleh sikap dan perilaku gurunya yang halus bicaranya dan ramah tamah terhadap siswa lain. Selain itu, Nana Lutfiana juga terinspirasi oleh gurunya dalam menjalankan sembahyang.
102
Hal serupa juga peneliti dapatkan dari wawancara dengan Ahsan Murod, siswa kelas VIII C Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Menurutnya, sifat dan perilaku guru Aqidah Akhlak layak dicontoh dan ditiru. Bahkan, dia ingin mempunyai Bapak yang seperti Bapak Abdul Ghoni, baik hati, tidak pernah marah, rajin shalat, disiplin mengajar. Menurut peneliti, sifat yang ditampilkan oleh guru Aqidah Akhlak baik ketika mengajar maupun di luar jam pelajaran. Salah satu bukti yang dapat peneliti sampaikan disini adalah Abdurrohman Abbas yang mendambakan keteladanan, sifat dan perilaku Bapak Abdul Ghoni ketika mengajar di kelas, ketika memimpin do’a upacara. Kebiasaan-kebiasaan yang baik inilah yang perlu dilestarikan dan diperlihatkan oleh guru Aqidah Akhlak kepada siswa-siswinya. Dengan melihat dan mengamati sosok guru Aqidah Akhlak yang mencerminkan keteladanan setiap hari, maka siswa lama kelamaan akan mempunyai kepribadian
yang
baik.
Lingkungan
yang
baik
sangat
mendukung
pembentukan kepribadian siswa. Kemudian dari wawancara peneliti dengan Nana Lutfiana, siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, dapat dikemukakan bahwa keteladanan guru Aqidah Akhlak mampu membentuk kepribadian siswa yang baik. Dari pernyataan Nana Lutfiana yang menyatakan bahwa sifat lemah lembut, sabar, penyayang, dan rajin melaksanakan tugas (mengajar dan sembahyang) merupakan contoh perilaku yang dapat
103
membentuk kepribadian siswa. Nana Lutfiana menambahkan, perilaku guru yang demikian selalu diingat dan dilakukannya ketika dia di rumah. Guru Aqidah Akhlak dalam menerapkan keteladanan juga dibarengi dengan kedisiplinan yang tinggi. Sikap disiplin dapat dilihat dengan ketepatan waktu mengajar dan dalam praktik ibadah seperti shalat Dhuhur yang dilakukan secara berjamaah bagi siswa kelas VII, VIII dan IX. Hal ini dimaksudkan agar siswa akan terbiasa melakukan sesuatu tepat pada waktunya dan tidak menunda-nunda pekerjaannya. Guru Aqidah Akhlak juga disiplin dalam mengajar. Mereka hanya meninggalkan tugasnya (absen) ketika ada keperluan yang sangat penting. Sikap disiplin inilah yang membuat siswa menaruh rasa hormat dan simpati terhadapnya. Ketika peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, guru Aqidah Akhlak terlihat mempunyai disiplin mengajar yang tinggi. Begitu bel waktu istirahat selesai guru Aqidah Akhlak langsung masuk kelas dan melaksanakan tugasnya, yaitu mengajar siswa. Begitu juga dalam menunaikan shalat Dhuhur, guru Aqidah Akhlak, khususnya Bapak Abdul Ghoni segera bergegas mengambil air wudlu ketika mendengar suara adzan. Shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar. Dengan pelaksanaan shalat secara kontinyu, siswa diharapkan terampil dalam melaksanakan suatu ibadah. Shalat juga dapat memupuk rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan diantara guru dan siswa. Dengan shalat pula siswa dapat diarahkan kepada dimensi spiritual sehingga mereka lebih
104
mengetahui ajaran-ajaran keagamaan dan mampu mempraktikkannya dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu syariat Islam. Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dalam bergaul sehari-hari menampilkan gaya hidup yang sederhana dan bersahaja. Meskipun mereka mempunyai status sebagai pegawai negeri dan termasuk dalam kategori ekonomi menengah, namun sikap dan perilaku sehari-hari mereka mencerminkan kesederhanaan. Tidak ada rasa pamer atau membanggakan diri dengan apa yang mereka miliki. Guru Aqidah Akhlak selalu memberikan contoh perilaku sederhana, tidak berlebihlebihan/boros. Sikap hidup sederhana dan bersahaja inilah yang membuat mereka menjadi sosok yang patut diteladani oleh siswa. Siswa MTs yang mempunyai kecenderungan meniru dan mencontoh perilaku guru akan mudah terbentuk kepribadiaannya apabila mereka dalam bersosialisasi dan berinteraksi di sekolah diliputi dengan hal-hal yang positif, terlebih hal-hal positif tersebut berasal dari guru Aqidah Akhlak yang mengajar mereka tentang ajaran-ajaran agama. Perilaku-perilaku di atas seyogiyanya dapat dimiliki siswa, dan ini adalah tugas guru sebagai teladan bagi siswa. Sukses tidaknya seorang pendidik adalah dilihat dari hasil didikan seorang guru. guru yang sukses akan mengikat siswa dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan siswa dari pengaruh budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik siswa dalam
105
mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh (keteladanan). Siswa tidak akan mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran guru, jika mereka tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri seorang guru. Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Surya, sebagai berikut: “Pada umumnya siswa sangat mengidamkan gurunya memiliki sifatsifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, menguasai materi ajar, mampu mengajar dengan suasana menyenangkan, dan sebagainya.”5 Sifat-sifat guru Aqidah Akhlak di atas merupakan keteladanan yang mulia yang setiap saat dapat dilihat ditiru dan dicontoh oleh siswa. Dengan sifat-sifat teladan yang diperoleh siswa dari guru PAI tersebut, lambat laun keteladanan guru Aqidah Akhlak akan menjadi perilaku siswa sehari-hari. Bukan saja di lingkungan sekolah dan keluarga, namun lebih luas lagi ketika mereka hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian siswa sangat erat kaitannya dengan keteladanan yang dimiliki guru. Karena seorang guru yang teladan akan mudah menggugah, mempengaruhi siswa untuk lebih giat belajar dan berusaha menciptakan perilaku yang baik dalam pribadinya. Sebagaimana yang telah dicontohkan
5
hlm. 234.
Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru, Aneka Ilmu, Semarang, Cet. I, 2003,
106
guru sesuai dengan tuntunan profesional, guru harus memiliki kualitas kepribadian yang sedemikian rupa sebagai pribadi panutan.
B. Faktor
Pendukung
Dan
Penghambat
Dalam
Keteladanan
dan
Kedisiplinan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 1. Analisis Faktor Pendukung dalam Keteladanan dan Kedisiplinan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak a. Suasana lingkungan belajar yang kondusif/nyaman Berdasarkan hasil observasi peneliti di Madrasah Tsanawiyah Miftahul
Huda
Jleper
Mijen
Demak,
kegiatan
pembelajaran
berlangsung dalam suasana yang aman dan nyaman. Peneliti tidak menemukan adanya keributan dan suara gaduh. Semuanya berjalan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Menurut peneliti, pembelajaran dapat berlangsung efektif apabila semua komponen pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pembelajaran akan lebih mengena/tepat sasaran apabila dalam proses pembelajaran terjalin komunikasi yang aktif antara guru dan siswa. Proses kegiatan pembelajaran, seorang guru mempunyai tugas menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung secara optimal. Pembelajaran akan berlangsung efektif
107
jika pembelajaran ditekankan kepada keaktifan siswa dalam belajar dari pada faktor guru dalam mengajar. Proses pembelajaran menuntut peserta didik mengalami keterlibatan intelektual-emosional, di samping keterlibatan fisiknya. Keaktifan tersebut dapat berbentuk pemusatan perhatian apa yang dijelaskan oleh guru yang disertai penerapan praktis terhadap materi yang diajarkan. Dipandang dari segi siswa, maka pembelajaran yang efektif adalah proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar, yang dapat membangkitkan motivasi belajar, sedangkan jika dipandang dari sudut guru, maka pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat menciptakan aktifitas/perilaku siswa terhadap apa yang menjadi harapan guru. Terkait dengan pembentukan kepribadian siswa, suasana pembelajaran
yang
kondusif
sangat
membantu
guru
dalam
memberikan keteladanan kepada siswa. Guru akan mudah memberikan nasehat, contoh sikap dan perilaku yang baik sehingga siswa akan mudah menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam setiap ucapan, sikap dan perilaku guru. Suasana yang sangat efektif bagi guru Aqidah Akhlak dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa adalah ketika pelaksanaan shalat Dhuhur secara berjamaah. Dari kegiatan tersebut, guru Aqidah Akhlak dapat memberikan contoh perilaku keteladanan
108
yang dapat dilihat secara langsung oleh siswa. perilaku yang mencerminkan keteladanan dalam pelaksanaan shalat antara lain; ketaatan kepada Allah SWT, tawadhu’, khusyu’, disiplin melaksanakan ibadah, rasa kebersamaan, persatuan dan solidaritas. b. Sarana pembelajaran yang memadai/menunjang Sarana
prasarana/fasilitas
pembelajaran
yang
kurang
mendukung/minim merupakan salah satu penyebab ketidakefektifan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang guru akan mengalami kesulitan apabila dalam menjelaskan suatu materi tidak dibantu dengan alat peraga/media pembelajaran yang mendukung. Apalagi dalam mengajar materi praktik keagamaan. Guru juga akan mengalami kesulitan manakala dihadapkan pada materi yang membutuhkan keterkaitan antara konsep-konsep. Berdasarkan observasi peneliti di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak secara umum sarana pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sarana pembelajaran visual dan audio visual. Sarana pembelajaran (visual dan audio visual) sangat membantu guru Aqidah Akhlak dalam menjelaskan materi khususnya yang berkaitan dengan praktik/keterampilan ibadah, seperti shalat dan haji. Sebagai contoh dalam menerangkan materi shalat, guru Aqidah
109
Akhlak menggunakan LCD TV dan Proyektor serta CD yang berisi tentang pelaksanaan shalat mulai dari wudlu sampai salam yang mencakup tentang penjelasan materi dan praktik pelaksanaannya. Hal ini membuat siswa memahami materi secara menyeluruh, mulai dari awal sampai akhir sehingga dapat menyentuh aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Menurut peneliti, siswa akan lebih memperhatikan penjelasan guru karena selain pembelajaran menjadi menarik, perhatian dan pemusatan siswa yang melibatkan kerja beberapa indera, khususnya indera penglihatan dan pendengaran. Dengan pemutaran CD seperti pelaksanaan shalat, haji, perilaku terpuji kepada orang tua, dan lainlain, ini sangat membantu siswa bagaimana mereka dalam bersikap dan berperilaku, baik dengan Tuhannya maupun dengan sesama manusia. Proses internalisasi nilai-nilai keagamaan inilah yang dapat membentuk kepribadian siswa. c. Peran serta orang tua dalam pendidikan anak Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, dapat dikatakan bahwa orang tua siswa mempunyai andil yang besar dalam pendidikan anak-anaknya. Mereka secara aktif dan kontinyu melakukan koordinasi dengan guru Aqidah Akhlak khususnya dan guru-guru lainnya untuk memperoleh informasi tentang dimensi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
110
Menurut peneliti, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting, bukan hanya sebagai pendidik dan pembimbing saja, tetapi juga sebagai pembina kesiapan anak dalam melaksanakan ajaranajaran Islam, oleh karena itu orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik bagi putra-putrinya. Hal ini karena lingkungan sosialisasi anak lebih banyak di lakukan di keluarga dan sekolah. Ayah dan ibu sebagai orang tua seharusnya memberikan perhatian, bimbingan, dan pengarahan kepada anak tentang nilai-nilai moral keagamaan. Orang tua sebagai sosok figur dan panutan bagi anak sudah semestinya memberikan keteladanan kepada anak-anaknya sejak dini agar nanti kelak ketika mereka sudah dewasa, mereka mempunyai kepribadian yang luhur dan mampu bersosialisasi dengan lingkungannya. Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Oleh karena itu, orang tua dituntut memberikan keteladanan agar mereka nantinya menjadi terbiasa dengan perilaku yang baik. Orang tua adalah pendidik pertama yang dikenal oleh anak, sebelum anak itu mengenal lingkungan luar. Kedudukan orang tua sebagai pendidik, pembimbing dan pembina anak yang pertama, akan sangat mewarnai dan menentukan pembentukan sikap serta kesiapan anak dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Jadi orang tua mempunyai kesempatan yang pertama untuk mengisi memori anak dengan hal-hal yang baik. Dan salah satu bentuk pengajaran yang
111
dapat dilakukan oleh orang tua dalam membentuk kepribadian anak adalah dengan memberikan keteladanan, yaitu memberikan contoh sikap, perilaku dan praktik ibadah kepada anak. Melalui aktivitas keagamaan yang dicontohkan oleh kedua orang tuanya, anak akan lebih mudah untuk mengerti, memahami serta menirunya. Dimana dengan aktivitas keagamaan itu dapat memberikan teladan yang nyata bagi anak, dan keteladanan orang tua yang tercemin dalam keluarga dan kehidupan sehari-hari lebih baik dari pada sekedar pemberian informasi dalam penanaman nilai-nilai keagamaan. Sangatlah penting bagi orang tua untuk senantiasa menciptakan suasana keagamaan dalam keluarga. Karena dengan adanya suasana keagamaan dalam keluarga, akan menjadikan hubungan yang dimanis dan harmonis antara orang tua dan anak sehingga orang tua lebih mudah dalam memberikan pengajaran. Orang tua dalam membentuk kepribadian anak tidaklah sendirian. Bagi anaknya yang sudah duduk di bangku MTs, orang tua dapat bekerjasama dengan guru, khususnya guru Aqidah Akhlak terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, baik itu fisik maupun psikis. Orang tua dapat menggali informasi-informasi yang dibutuhkan dalam membimbing anak-anaknya melalui guru Aqidah Akhlak. Begitu juga guru Aqidah Akhlak dapat mengetahui aspek pertumbuhan perkembangan anak (siswa) melalui informasi yang diperoleh dari kedua orang tuanya.
112
Informasi-informasi yang diperoleh orang tua ataupun guru, tentu sangat berharga/bermanfaat bagi kedua belah pihak dalam memilih strategi yang tepat dalam mendidik anak (siswa). Kondisi yang demikianlah yang sangat membantu dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Dengan demikian, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembentukan sikap dan kepribadian anak.
2. Analisis Faktor Penghambat dalam Keteladanan dan Kedisiplinan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak a. Analisis minimnya waktu mengajar Dengan alokasi waktu yang hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu dituntut untuk mengoptimalkan pembelajaran Aqidah Akhlak. Memang bukan suatu pekerjaan yang mudah memanfaatkan / memanajemen waktu yang terbatas untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Apalagi dalam menjelaskan materi yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah, sangat dibutuhkan waktu yang lebih untuk membuat siswa paham b. Perbedaan karakter siswa Selama observasi di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, peneliti menemukan adanya perbedaan karakter dari tiap-tiap kelas. Menurut peneliti, karakter siswa tiap-tiap kelas tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: karakter yang positif dan
113
karakter yang negatif. Kedua istilah tersebut (positif dan negatif) peneliti gunakan hanya untuk memudahkan pengelompokan saja. Maksudnya, siswa yang berkarakter positif belum tentu baik, dan juga sebaliknya, siswa yang berkarakter negatif belum tentu jelek. Yang termasuk dalam kategori karakter positif antara lain; penurut, pendiam, pemalu, dan sabar. Sedangkan karakter yang negatif antara lain; kasar, pemalas, hiperaktif, dan acuh tak acuh. Kasar bukan berarti selalu memukul temannya-temannya, pemalas bukan berarti sering tidak masuk kelas, hiperaktif bukan berarti sok tahu, dan acuh tak acuh bukannya dia sering merenung dan menyendiri, tetapi sifat tersebut melekat pada diri siswa yang memiliki kecenderungan positif. Karakter tersebut tentu membuat guru Aqidah Akhlak harus bekerja keras memutar otak dan berpikir bagaimana cara membentuk kepribadian siswa yang multikarakter. Karakter merupakan bawaan seseorang yang dibawa sejak lahir. Karakter yang tergolong negatif itu wajar, begitu juga dengan karakter yang positif, semuanya tidak ada yang salah. Siswa yang mempunyai karakter positif tidak merupakan jaminan bahwa guru akan mudah dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa yang mempunyai karakter penurut, pendiam, pemalu dan sabar, terdapat dua asumsi bagi guru; pertama, siswa memang sudah memahami materi dengan baik dan dapat meneladani sikap serta perilaku guru. Kedua, siswa belum memahami materi dengan baik dan
114
belum dapat meneladani sikap dan perilaku guru. Hal ini karana siswa merasa malu, minder, atau takut bertanya padahal mereka belum memahami materi. Kondisi seperti inilah yang dialami oleh guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Kemudian siswa yang mempunyai karakter negatif, seperti; kasar, pemalas, hiperaktif, dan acuh tak acuh tidak dapat dikatakan bahwa mereka tidak memahami materi dengan baik dan belum meneladani sikap dan perilaku gurunya. Buktinya ketika peneliti melihat siswa yang mempunyai karakter seperti ini, mereka di hadapan guru sangat sopan dan berperilaku sesuai dengan normanorma agama. Selain itu, ketika peneliti melihat nilai ulangan beberapa siswa yang berkarakter negatif, ternyata nilai mereka juga baik. Mereka malas bisa karena sudah memahami materi dengan baik, mereka kasar karena ingin menjadi pemimpin teman-temannya, mereka hiperaktif karena ingin menunjukkan bakat-bakatnya, dan mereka acuh tak acuh karena tidak ingin mengganggu orang lain. Berbagai karakter siswa yang beragam dalam satu kelas maupun lain kelas
inilah yang menjadikan guru Aqidah Akhlak
mengalami hambatan dalam menerapkan sikap, perilaku, dan keteladanan guna membentuk kepribadian siswa.
115
Gambar 3.1 Deskripsi Keteladanan Guru Aqidah Akhlak dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Keteladanan Guru Aqidah Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Siswa 1. Tawadhu 2. Tidak suka marah (emosi) 3. Disiplin/tepat waktu 4. Rajin beribadah 5. Hidup sederhana 6. Sopan santun 7. Tidak sombong 8. Menjaga kebersihan
Faktor Pendukung 1. Suasana lingkungan belajar yang kondusif, aman dan tertib 2. Sarana pembelajaran yang memadai/menunjang 3. Peran orang tua dalam mendidik Faktor Penghambat 1. Minimnya waktu mengajar 2. Perbedaan karakter siswa
Motivasi Belajar Aqidah Akhlak 1. Semangat belajar 2. Siswa dapat mengambil Teladan 3. Terbentuk kepribadian yang baik 4. Menumbuhkan kreatifitas anak 5. Terbentuk kepribadian yang supel dan fleksibel
116
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis di atas, penulis dapat menyimpulkan skripsi sebagai berikut: 1. Peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak sangat efektif dalam membentuk kepribadian siswa. Keteladanan guru Aqidah Akhlak yang mencerminkan akhlakul karimah akan dilihat, diamati dan dicontoh oleh siswa sehingga mengakar kuat dalam diri siswa dan menjadi perilaku/kebiasaan sehari-hari yang akhirnya dapat membentuk kepribadian siswa. Keteladanan guru Aqidah Akhlak berlangsung di kelas maupun di luar kelas. 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam peran keteladanan dan kedisiplinan guru dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah: suasana lingkungan belajar yang kondusif/nyaman, sarana pembelajaran yang memadai/menunjang, dan peran serta orang tua dalam pendidikan anak. Kemudian faktor penghambatnya adalah
minimnya
waktu mengajar/jumlah tatap muka dengan siswa dan perbedaan karakter siswa. B. Saran-saran Setelah peneliti mengadakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak, hendak memberikan saran kepada guru dan siswa MTs tersebut, yaitu: 1. Bagi sekolah Agar pembentukan kepribadian siswa lebih optimal, sebaiknya dibangun laboratorium keagamaan, yang berfungsi sebagai praktik
116
117
kegiatan keagamaan, bukan hanya sekedar penyampaian materi yang terdapat dalam buku pedoman, namun lebih luas lagi, yaitu praktik ibadah. 2. Bagi guru Guru dituntut memahami profesinya sebagai seorang guru, yaitu digugu dan ditiru. Seorang guru perlu bertutur kata jujur agar dapat “digugu” siswa dan bersikap serta berperilaku yang baik (akhlakul karimah) agar dapat ditiru oleh siswa. Guru merupakan sosok teladan dan panutan bagi siswa, oleh karena itu guru harus memberikan bimbingan keagamaan agar siswa mempunyai kepribadian yang baik. 3. Bagi siswa Siswa hendaknya mengikuti apa yang menjadi nasehat, penjelasan dan keteladanan guru PAI, karena hal tersebut dapat menjadikan siswa anak yang salih dan taat beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nasih ‘Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, cet. ke-8, (Bairut: Dar alSalam lithaba’ati wa al-Nasyr wa al-Tauzii’, 1405 H/1985 M) Abdurahman an-Nasr asy-Sya’diy, Tafsir al-Karimi al-Rahmani fi Tafsiri Kalami alMannani, Juz I, (Bairut: ‘Alimu al-Kitab, 1414 H/1993 M) Abdurrahman As-Segaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan, Tipologi, Kondisi / Kasus Dan Konsep, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004) Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) Abu Ahmadi, Dampak Interaksi Pembangunan dan Disiplin, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1992) Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997) --------------, Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997 Achmadi , Ilmu Pendidikan, CV. Saudara, Salatiga, 1984). Adi Gunawan, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: Arkola, 2007) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Al Imam Abdillah bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori., Shahih Bukhori, (Beirut: Libanon, Darul Kutub, t.th.) Ali Ahmad Madkour, Anakku dengan Cinta Ibu Mendidikmu, (Surabaya, 2005) Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran AlQur’an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989) Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Bandung: Diva Press, 2010) Asip F. Hadipranata, Dkk, Peran Psikologi Di Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM, 2000) Cece Wijaya, et.al, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Islam Dan Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992) D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998) Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Cetakan IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2008)
Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 116. H.M. Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Prosedur, Tehnik dan Teori Groundid, (Surabaya: Maret, 1997) Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Cet. I, Kencana, Jakarta, 2004 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilm.u-Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang: Kalimasahada Press, 1996) Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997) M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990) Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004) Moh. Sochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Moh.Rosyid, Guru, (Kudus: STAIN Press, 2003) Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru, Aneka Ilmu, Semarang, Cet. I, 2003) Mubasyaroh, Materi Dan Pembelajaran Aqidah Akhlak, Buku Daros, STAIN Kudus, 2008) Muhamad Surya, Bina Keluarga, (Semarang: C.V. Aneka Ilmu, 2003) Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992) Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) Musthafa Masyhur, Teladan Di Medan Dakwah, (Solo: Intermedia, 2001), hlm. 163. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung,: Sinar Baru Algensindo , 1995) Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) ---------------, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000) Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka cipta, 1998)
R. H. A., Soenarjo, Al qur’an dan Terjemahnya., Yayasaan Penyelenggara Penterjemah Al qur’an, ( Semarang : CV. Toha Putra, 1993) Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, Jakarta, 2002) Sardiman, A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000) Sardiman. AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992) Singgih D. Gunarso, Psikologi Untuk Membimbing; Bimbingan Penyuluhan, (Jakarta: Gunung Mulia), 1982) Slameto, Belajar dan faktor-faktor Belajar yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) ----------, Cara Belajar Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) Soetjipto Dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) Sofchan Sulistiyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan: Cinta Ilmu, 2001) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dengan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2004) Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yayasan Dharma Grafika, tth) Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,, 2000) ------------------, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) ------------------, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Tinggi Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Dirjen Bimbaga, Jakarta, 1984/1985) Undang-undang, Guru Dan Dosen (UU RI No.14 Th. 2005), (Jakarta Sinar Grafika, 2006) W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Gramedia, Jakarta, 1987) Zaenal Abidin, Begini Seharusnya Mendidik Anak, (Darul Haq, Jakarta, 2004).
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama
: Abdul Rohman
Tempat, Tgl Lahir
: Demak, 30 Juli 1980
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Jleper Kec. Mijen Kab. Demak
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Jleper 1 Lulus Tahun 1993 2. SMP Negeri Mijen Lulus Tahun 1996 3. Penyetaraan Paket C Lulus Tahun 2010 4. Mahasiswa Unisnu Jepara Angkatan 2011 Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan data yang sebenar-benarnya dan semoga menjadi keterangan yang lebih jelas.
Demak, 12 Agustus 2015 Penulis,
Abdul Rohman NIM : 131310001386
PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Data Ruang dan Gedung MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 2. Data Peralatan Inventaris Kantor MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 3. Data Buku MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 4. Visi, Misi dan Tujuan MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 5. Keadaan guru dan karyawan MTs. Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak 6. Struktur Organisasi MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 7. Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
PEDOMAN WAWANCARA A. Wawancara dengan kepala madrasah 1. Bagaimana
caranya
membentuk keteladanan siswa
di
Madrasah
Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 2. Bagaimana program pembelajaran yang ada di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 3. Bagaimana profil bapak Abdul Ghoni selaku guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 4. Bagaimana proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 5. Bagaimana cara Bapak memantau kedisiplinan
kerja
para guru di
Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 6. Strategi apa yang diterapkan dalam kedisiplinan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 7. Apa faktor pendukung dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? B. Wawancara dengan Guru 1. Bagaimana profil Bapak abdul Ghoni selaku guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 2. Bagaimana Bapak mewujudkan aspek religius dan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak? 3. Metode apa yang tepat untuk membentuk kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 4. Lingkungan pendidikan yang baik itu yang bagaimana ? 5. Apakah guru di sini menerapkan keteladanan dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ?
6. Apa faktor pendukung dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ? 7. Apakah ada faktor penghambat dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak ?
PEDOMAN OBSERVASI 1. Identitas Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 2. Letak geografis Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 3. Strategi yang saya terapkan untuk guru-guru agar selalu menertibkan kedisiplinan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 4. Peran serta orang tua dalam pendidikan anak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
HASIL OBSERVASI DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL HUDA JLEPER MIJEN DEMAK 1. Identitas Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 6 Mei 2015 bahwa nama Madrasah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak berdiri pada tahun 1995 atas musyawarah para kyai serta tokoh masyarakat desa Jleper yang bernaung dibawah Yayasan Miftahul Huda Jleper, terletak di Jalan Raya KM 03 Mijen Jleper dengan status swasta terakriditasi A dengan nomor SK Kw. 11.4/4/PP/03.2/323/2011. dan nomor statistik 121233210074 2. Letak geografis Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 7 Mei 2015 bahwa dilihat dari segi geografis Madrasah Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak terletak di tepi jalan yang menghubungkan antara kecamatan mijen dan Kecamatan Wedung. Pada sebelah timur Madrasah Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak berbatasan langsung dengan SDN Jleper, sebelah selatan dengan lapangan dan sebelah barat MA Miftahul Huda Jleper dan utara berbatasan dengan area persawahan milik desa Jleper. Disamping itu berdekatan dengan wilayah desa Ngelokulon, Pecuk, Ngegot, Rejosari, Kedungsari Mulyo, dan Pasir. Sehingga praktis siswa yang berada di wilayah tersebut memiliki antusias yang tinggi untuk masuk di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Kecamatan Mijen Kabupaten Demak, apalagi mudah di tempuh kendaraan umum, sepeda maupun sepeda motor. Dari aspek ekonomi, mata pencaharian penduduk desa Jleper sebagian besar petani, sebagian pedagang dan ada juga industri rumahan. Dengan demikian perekonomian di desa Jleper dikatakn normal, sehingga tingkat pendidikan mereka tidak begitu rendah. Rata-rata mereka berpendidikan MTs/SMP dan MI/SD serta pondok pesantren.
Adapun Madrasah
Tsanawiyyah Miftahul Huda Jleper Kecamatan Mijen
Kabupaten Demak berdiri ditanah milik desa Jleper dengan luas tanah 2.275 M2 dengan luas banguna sekitar 800 M2 3. Strategi yang saya terapkan untuk guru-guru agar selalu menertibkan kedisiplinan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 20 Mei 2015 bahwa keteladanan guru Aqidah Akhlak membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dalam membentuk kepribadian siswa adalah dengan menerapkan uswatun hasanah/keteladanan, khususnya ketika proses pembelajaran Aqidah Akhlak berlangsung di kelas 4. Peran serta orang tua dalam pendidikan anak di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 21 Mei 2015 bahwa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak orang tua siswa sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Demi pendidikan anakanaknya mereka sanggup/bersedia mengikuti program yang dicanangkan oleh Madrasah. Mereka juga mengamati sejauhmana perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya.
HASIL WAWANCARA Wawancara 1 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan Peserta
: : : : :
Rabu 13 Mei 2015 08.00 WIB Suprapto, S.Ag,S.Pd Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum
Narasumber
Wa’alaikum salam Warahmatullah hi Wabarakatuh
Peneliti
Maaf mengganggu Pak, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara Pak?
Narasumber
Ya, silahkan ?
Peneliti
Pak…Bagaimana caranya membentuk keteladanan siswa ?
Narasumber
Keteladanan yang dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian siswa yaitu sikap tawadhu
Peneliti
Bagaimana program pembelajaran yang ada di MTs ?
Narasumber
Secara keseluruhan kegiatan/proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak berjalan dengan lancar, tertib dan aman sesuai dengan garis-garis program pembelajaran yang telah disusun. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk pembelajaran Aqidah Akhlak, kurikulum disesuaikan dengan aspek religius dan aspek moral
Peneliti
Terima kasih atas infonya Pak, mudah- mudahan ada manfaatnya.
Narasumber
Sama-sama Pak, semoga cepat berhasil Demak, 13 Mei 2015 Suprapto, S.Ag, S.Pd
1
HASIL WAWANCARA Wawancara 2 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan Peserta
: : : : :
Rabu 20 Mei 2015 08.20 WIB Ibu Nor Anisah, S.Ag Waka Kurikulum MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum
Narasumber
Wa’alaikum salam Warahmatullah hi Wabarakatuh
Peneliti
Maaf mengganggu pak, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara pak?
Narasumber
Ya, silahkan ?
Peneliti
Menurut Bapak…Bagaimana membentuk kedisiplinan dan keteladan kepada siswa ?
Narasumber
Untuk mewujudkan aspek religius dan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, saya berusaha memberikan keteladanan yang baik kepada siswa. Diantaranya adalah tutur kata yang santun (tawadhu’), tidak suka marah dan meluapkan emosi. Ketika siswa melihat perilaku tersebut, saya yakin mereka akan meniru apa yang saya lakukan. Dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang baik, maka pembelajaran Aqidah Akhlak dipriotitaskan pada aspek religius dan moral. Karena dua aspek tersebut merupakan pondasi bagi seseorang agar berperilaku baik. Bentuk nyata yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan aspek religius dan moral adalah dengan memberikan keteladanan kepada siswa, seperti turur kata yang santun dan tidak suka marah kepada siswa. Menurutnya, dengan perilaku teladan tersebut siswa akan lebih mudah meniru
Peneliti
Terima kasih atas infonya Pak, mudah- mudahan ada manfaatnya.
Narasumber
Sama-sama Pak, semoga cepat berhasil Demak, 13 Mei 2015 Nor Anisah
2
HASIL WAWANCARA Wawancara 3 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Rabu 20 Mei 2015 08.40 WIB Bapak Hendro K.S.Pd Waka Kesiswaan MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta Peneliti
Hasil Wawancara Assalamua’laikum Wr.Wb. Maaf boleh mengganggu waktu sebentar. Pak…..?
Narasumber Waalaikum salam Warohmatullohi Wabarokatuh, Ya, silahkan Pak ? Peneliti
Menurut Bapak, bagaimana sosok Bapak Abdul Ghoni?
Narasumber Pak Abdul Ghoni itu orangnya tegas, bijaksana, hati-hati dalam segala hal, tidak sembarangan dalam memutuskan sesuatu. Dalam urusan pekerjaan memang tegas, tetapi sebenarnya Pak Abdul Ghoni itu orangnya sangat grapyak (kekeluargaannya sangat erat), sebagai contoh: setiap dua bulan sekali
guru-guru diajak silaturahmi ke
rumahnya. Hal ini akhirnya menular ke guru-guru lain, yang diadakan secara bergiliran di rumah guru-guru. Jadi agar membuat guru yang satu dengan yang lain tu bisa berbaur, yang namanya orang kan berbeda-beda. Jadi harus sering-sering disatukan biar bisa bekerja sama dengan baik, mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan bersama. Peneliti
Terima kasih atas waktunya Pak Guru, mudah- mudahan ada manfaat
Narasumber Sama-sama Pak, semoga berhasil baik Demak, 20 Mei 2015
Hendro K.S.Pd
3
HASIL WAWANCARA Wawancara 4 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan Peserta Peneliti
: : : : :
Rabu 20 Mei 2015 09.00 WIB Bapak Abdul Ghoni Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Hasil Wawancara Assalamu’alaikum, maaf Pak Guru ganggu sebentar saya mau tanya?
Narasumber
Oh.. Ya silahkan Pak ?
Peneliti
Bagaimana Bapak mewujudkan aspek religius dan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak?
Narasumber
Untuk mewujudkan aspek religius dan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, saya berusaha memberikan keteladanan yang baik kepada siswa.
Diantaranya adalah tutur kata yang santun
(tawadhu’), tidak suka marah dan meluapkan emosi. Ketika siswa melihat perilaku tersebut, saya yakin mereka akan meniru apa yang saya lakukan. Dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang baik, maka pembelajaran Aqidah Akhlak dipriotitaskan pada aspek religius dan moral. Karena dua aspek tersebut merupakan pondasi bagi seseorang agar berperilaku baik. Bentuk nyata yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan aspek religius dan moral adalah dengan memberikan keteladanan kepada siswa, seperti turur kata yang santun dan tidak suka marah kepada siswa. Menurutnya, dengan perilaku teladan tersebut siswa akan lebih mudah meniru. Peneliti
Terima kasih atas infonya Pak
Narasumber
Ya, sama-sama Pak, semoga berhasil Demak, 20 Mei 2015 Abdul Ghoni
4
HASIL WAWANCARA Wawancara 5 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: Rabu : 20 Mei 2015 : 09.20 WIB : Nia Kusdiana : Siswa kelas VIII A MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta Peneliti
Hasil Wawancara Assalamu’alaikum, maaf De’ ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.Ya silakan Pak?
Peneliti
Menurut Adik, bagaimana guru-guru yang mengajar di sini?
Narasumber
guru-guru disini datangnya tepat waktu, baik di kelas maupun di Madrasah. Pokoknya kalau saya sudah sampai sekolah guru-guru itu sebagian juga sudah datang. Kalau tidak masuk kelas guru piket itu pasti ngasih tugas.
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya De’, doakan bermanfaat
Narasumber
Ya, sama-sama Pak. semoga berhasil apa yang dicitacitakan Demak, 20 Mei 2015
Nia Kusdiana
5
HASIL WAWANCARA Wawancara 6 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: Rabu : 20 Mei 2015 : 09.40 WIB : Farida Kurniawati : Siswa kelas VIII A MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta Peneliti
Hasil Wawancara Assalamu’alaikum, maaf De’ ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.Ya silakan Pak?
Peneliti
Menurut Adik, bagaimana guru-guru yang mengajar di sini?
Narasumber
Madrasah disini sangat ketat banget, gurunya tidak masuk saja dikasih tugas, makanya kita tidak berani melarikan diri dari sekolah kalau pas shalat, termasuk shalat dhuha pun juga gitu. Pokoknya guru disini disiplin semua.
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya De, doakan bermanfaat
Narasumber
Ya, sama-sama Pak. semoga berhasil apa yang dicitacitakan Demak, 20 Mei 2015
Farida Kurniawati
6
HASIL WAWANCARA Wawancara 7 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan Peserta Peneliti
: : : : :
Rabu 20 Mei 2015 09.50 WIB Bapak Abdul Ghoni Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Hasil Wawancara Assalamu’alaikum, maaf Pak Guru ganggu sebentar saya mau tanya?
Narasumber
Oh.. Ya silahkan Pak ?
Peneliti
Menurut Bapak, metode apa yang tepat untuk membentuk kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak?
Narasumber
Oh……Metode yang tepat untuk membentuk kepribadian siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah dengan menggunakan metode keteladanan/uswatun hasanah. Menurut beliau, metode ini secara nyata dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi mata pelajaran Aqidah Akhlak seperti; tutur kata lemah lembut, sikap tawadhu’, sopan santun, disiplin dan lainnya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa pemberian keteladanan dapat dilakukan di luar jam pelajaran. Menurutnya, metode ini sangat tepat diterapkan bagi siswa yang duduk di tingkat MTs.
Peneliti
Alasannya apa Pak?
Narasumber
Metode yang tepat adalah metode keteladanan/uswatun hasanah. Karena metode ini secara nyata dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi Aqidah Akhlak. Guru dengan mudah akan memberikan contoh tutur kata yang lembut, sikap tawadhu’, sopan santun, disiplin dan lain sebagainya. Keteladanan guru tidak hanya diberikan dalam mengajar saja, namun lebih dari itu, pemberian
7
metode keteladanan dapat dilakukan di luar jam pelajaran. Keteladanan sangat efektif dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang berada pada tingkat/jenjang Madrasah Tsanawiyah, karena pada jenjang ini siswa akan lebih mudah meniru dan meneladani
setiap
perilaku,
pembicaraan
dan
gaya
yang
ditampilkan oleh guru dalam mengajar maupun di luar mengajar. Penanaman keteladanan bagi siswa dilakukan secara kontinyu karena siswa MTs mempunyai sifat yang masih labih. Artinya mereka cepat berubah sesuai dengan kondisi yang mengitarinya. Jika kondisi lingkungan memungkinkan belajar, maka ia akan dapat belajar dengan baik, namun sebaliknya, jika kondisi penuh dengan hal-hal negatif, maka siswa akan menjadi pribadi yang jauh dari nilai-nilai agama dan akhirnya dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang. Dalam perspektif psikologi, siswa yang duduk di tingkat Madrasah Tsanawiyah mempunyai kecenderungan untuk meniru apa yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh gurunya. Apabila anak melihat perilaku dan sikap yang baik dari gurunya, maka dalam proses perkembangan
pendidikan
moral
anak
akan
lebih
mudah
menyesuaikan diri terhadap pengarahan dan pengajaran yang pernah diajarkan oleh gurunya. Siswa akan melaksanakan shalat ketika melihat gurunya shalat, begitu juga siswa akan disiplin ketika melihat gurunya tidak pernah terlambat, siswa juga akan bertutur kata yang sopan ketika melihat gurunya berbicara dengan sopan, dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki pondasi moral yang baik (sesuai dengan nilai norma ajaran agama Islam dan norma sosial masyarakat). Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan yang mengitari kehidupan anak kering atas nilai-nilai spiritual dan tidak memperhatikan normanorma yang berlaku dalam masyarakat, sudah barang tentu kepribadian anak akan buruk dan menjadi generasi yang jauh
8
terhadap nilai-nilai agama serta tidak mengenal eksistensinya sebagai mahluk sosial yang hidup tengah-tengah
masyarakat
nantinya Peneliti
Terima kasih atas infonya Pak
Narasumber
Ya, sama-sama Pak, semoga berhasil Demak, 20 Mei 2015 Abdul Ghoni
9
HASIL WAWANCARA Wawancara 8 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Rabu 20 Mei 2015 10.00 WIB Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta
Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum, maaf pak ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.Ya silakan Pak?
Peneliti
Menurut Bapak, lingkungan pendidikan yang baik itu yang bagaimana ?
Narasumber
Lingkungan pendidikan yang baik dapat membentuk pondasi moral anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Sesuatu yang paling fundamental yang harus diperhatikan disini adalah menciptakan hubungan yang harmonis (edukatif) antara guru dan siswa di Madrasah. Sikap ini akan sangat menunjang kepribadian anak karena anak dapat melihat, mendengar dan mencontoh perilaku guru yang mencerminkan
kepribadian
yang
baik
khususnya
mengenai
pengamalan ajaran agama Islam. Keteladanan guru di atas harus secara kontinyu diaplikasikan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Alasannya ialah semakin banyak keteladanan, sikap dan perilaku yang ditampilkan guru, maka semakin baik pula pembentukan kepribadian anak. Karena pada hakikatnya, anak memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh guru. Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya Pak, doakan bermanfaat
Narasumber
Ya, sama-sama Pak. Semoga berhasil apa yang dicita- citakan Demak, 20 Mei 2015 Suprapto, S.Ag.S.Pd
10
HASIL WAWANCARA Wawancara 9 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Kamis 21 Mei 2015 08.00 WIB Abdurrohman Abbas Siswa kelas VIII A MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta
Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum, maaf De ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.ada apa Pak?
Peneliti
Adik kelas berapa?
Narasumber
Kelas III A
Peneliti
Gini De’ Bapak mau Tanya? Boleh g?
Narasumber
Silahkan Pak? Tapi jangan sukar ya Pak?
Peneliti
Gini De’… apakah guru di sini menerapkan keteladanan dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak?
Narasumber
Ia pak…, Sekarang anak kelas VIII A dalam perbuatan atau tingkah laku ada perubahan, terutama dalam adab sopan santun. Sebelumnya kalau dalam kelas ada anak yang mau buang hajat pergi tanpa minta izin guru, dan minum sambil berjalan, kalau sekarang tidak. Yang dulu pergi ke Madrasah banyak yang telat, berpakaian tidak rapi, sekarang tepat waktu ke Madrasah dan berpakaian rapi, bahkan ada yang disetrika pakaiannya.
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya De?
Narasumber
Ya, Pak? Demak, 21 Mei 2015 Abdurrohman Abbas
11
HASIL WAWANCARA Wawancara 10 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Kamis 21 Mei 2015 08.20 WIB Nana Lutfiana Siswa kelas VIII B MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta
Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum, maaf De ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.ada apa Pak?
Peneliti
Adik kelas berapa?
Narasumber
Kelas III B
Peneliti
Gini De’ Bapak mau Tanya? Boleh g?
Narasumber
Silahkan Pak? Tapi jangan sukar ya Pak?
Peneliti
Gini De’… apakah Adik setuju atas jawaban teman Adik Abdurrohman?
Narasumber
Saya sangat setuju apa yang dikatakan oleh temanku Abdurrohman Abbas, perubahan sangat drastis pada para siswa. Misal ketika ada jam kosong para siswa masih di kelas dan belajar, dulunya tidak kalau tidak ada guru langsung keluar dan membuat gaduh.
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya De?
Narasumber
Ya, Pak? Demak, 21 Mei 2015 Nana Lutfiana
12
HASIL WAWANCARA Wawancara 11 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Kamis 21 Mei 2015 09.30 WIB Ahsan Murod Siswa kelas VIII C MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta
Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum, maaf De ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.ada apa Pak?
Peneliti
Adik kelas berapa?
Narasumber
Kelas III C
Peneliti
Gini De’ Bapak mau Tanya? Boleh g?
Narasumber
Silahkan Pak? Tapi jangan sukar ya Pak?
Peneliti
Gini De’… apakah Adik setuju atas jawaban teman Adik Nana Lutfiana?
Narasumber
Saya sangat setuju apa yang dikatakan oleh temanku Nana Lutfiana, Sekarang banyak anak-anak yang pergi ke Musholla yang ada di MTs. Hal ini dikarenakan setiap waktu dhuhur tiba, para guru baik laki dan perempuan pergi ke Musholla, hal ini mempengaruhi kejiwaan anak-anak, sehingga lama kelamaan para siswa terbiasa melakukan shalat setiap waktu dhuhur tiba.
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya De?
Narasumber
Ya, Pak? Demak, 21 Mei 2015 Ahsan Murod
13
HASIL WAWANCARA
Wawancara 12 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Kamis 20 Mei 2015 09.50 WIB Bapak Suprapto, S.Ag,S.Pd Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta Peneliti
Hasil Wawancara Assalamu’alaikum, maaf pak ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.Ya silakan Pak?
Peneliti
Menurut Bapak, apa factor pendukung dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Pak?
Narasumber
Suasana lingkungan belajar yang kondusif/nyaman, aman dan tertib di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak merupakan
faktor
yang
sangat
menunjang
pembentukan
kepribadian siswa. Kenyamanan belajar terlihat ketika proses pembelajaran PAI berlangsung di kelas siswa sangat menikmati pelajaran
dengan
memperhatikan
dengan
sungguh-sungguh
penjelasan materi yang disampaikan oleh bapak dan ibu guru. Selain faktor kenyamanan, keamanan dan ketertiban juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa. Tidak adanya perkelahian antar siswa, tindakan kriminal yang dilakukan oleh siswa seperti mencuri uang/barang milik temannya merupakan bukti bahwa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah aman. Artinya, lingkungan pembelajaran di Madrasah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak tersebut dapat terkendali
dan
sangat
sarana/wahana pendidikan.
14
efektif
untuk
digunakan
sebagai
Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya Pak, doakan bermanfaat
Narasumber
Ya, sama-sama Pak. Semoga berhasil apa yang dicita- citakan Demak, 21 Mei 2015 Suprapto, S.Ag.S.Pd
15
HASIL WAWANCARA
Wawancara 13 Hari Tanggal Waktu Nara Sumber Jabatan
: : : : :
Kamis 21 Mei 2015 10.00 WIB Bapak Abdul Ghoni Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Peserta
Hasil Wawancara
Peneliti
Assalamu’alaikum, maaf pak ganggu sebentar saja, saya mau tanya?
Narasumber
Wa’alaikum salam Wr.Wb.Ya silakan Pak?
Peneliti
Menurut
Bapak,
apa
factor
pendukung
dalam
membentuk
kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Pak? Narasumber
Sarana pembelajaran yang memadai/menunjang. Terpenuhinya sarana dan prasarana pembelajaran sangat menunjang proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Dengan kelengkapan fasilitas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
tersebut,
guru
menjadi
lebih
mudah
dalam
menyampaikan materi. Guru akan maksimal menyampaikan materi apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Jika siswa mampu menyerap materi Aqidah Akhlak secara optimal, maka siswa
akan
mempunyai
kemampuan
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik yang mana dengan pencapaian ketiga ranah tersebut kepribadian siswa akan terbentuk dengan baik. Peran serta orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam dimensi pendidikan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan merupakan modal yang sangat berharga bagi guru Aqidah Akhlak dalam membina dan mengajar siswa. Dengan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua, kegiatan pembelajaran akan lebih optimal lagi.
16
Peneliti
Selain factor pendukung, apakah ada factor penghambat dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak Pak ?
Narasumber
Tentu Pak…Minimnya waktu mengajar/jumlah tatap muka dengan siswa. Minimnya waktu belajar Aqidah Akhlak di MTs merupakan permasalahan tersendiri bagi guru Aqidah Akhlak. Di Madrasah dasar alokasi waktu pembelajaran Aqidah Akhlak yang diberikan oleh kurikulum hanya 2 jam pelajaran setiap minggu. Dapat dibayangkan bagaimana waktu yang hanya 2 jam pelajaran digunakan untuk menyampaikan materi yang terbilang banyak. Apalagi jika terdapat hari libur nasional tentu akan mengurangi jumlah waktu mengajar guru. Ini adalah suatu problem atau faktor yang berpengaruh dalam pendidikan agama anak. Pendidikan agama anak di Madrasah Tsanawiyah seharusnya diberikan waktu yang lebih. Anak akan mudah memahami materi apabila dalam pembelajaran dilakukan secara berulang-ulang. Anak juga akan melihat kepribadian guru, sikap dan perilaku guru dalam mengajar. Dengan banyak waktu, siswa akan lebih maksimal dalam belajar dan guru akan mempunyai kesempatan yang lebih dalam memberikan contoh keteladanan bagi siswa. Dengan alokasi waktu mengajar yang lebih, guru juga dapat mengetahui lebih banyak mengenai kepribadian siswa sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan pada siswa tersebut. Hal ini penting sekali bagi guru untuk menerapkan teknik dan strategi yang tepat dalam membentuk kepribadian siswa.
Peneliti
Masih ada Pak?
Narasumber
Masih Pak, yaitu Perbedaan karakter siswa. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan karakter ini adalah sesuatu yang alami. Artinya, karakter siswa merupakan faktor bawaan yang disandang sejak ia dilahirkan ke dunia.
17
Karakter siswa ada yang baik dan ada juga yang kurang baik. Tugas guru bukanlah menyalahkan karakter siswa, akan tetapi bagaimana seorang guru mampu menjadikan siswa yang berkarakter. Atau dengan kata lain, guru harus mampu mengarahkan dan mengelola berbagai karakter siswa yang secara kodrati memang diciptakan oleh Allah berbeda. Bukanlah tugas guru untuk menjadikan perbedaan karakter yang ada pada siswa menjadi satu karakter saja”. Memang bukan semudah membalikkan telapak tangan untuk membentuk kepribadian siswa yang mempunyai banyak karakter. Perbedaan karakter pada siswa inilah yang dapat menghambat guru dalam membentuk kepribadian siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Jleper Mijen Demak. Meskipun demikian, tak menyurutkan guru Aqidah Akhlak untuk memberikan yang terbaik kepada siswa dalam membentuk kepribadiannya Peneliti
Terima kasih atas informasinya ya Pak, doakan bermanfaat
Narasumber
Ya, sama-sama Bu.semoga berhasil apa yang dicita- citakan Demak, 21 Mei 2015 Abdul Ghoni
18
HASIL DOKUMENTASI
Papan Nama MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Bapak Suprapto, S.Ag, S.Pd, Kepala MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Ibu Nor Anisah, S.Ag, Waka Kurikulum MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni, Guru Aqidah Akhlak MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Bapak Hendro, Waka Kesiswaan MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Abdurrohman Abbas, Siswa kelas VIII A MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Nana Lutfiana, Siswa kelas VIII B MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Wawancara dengan Ahsan Murod, Siswa kelas VIII C MTs Miftahul Huda Jleper Mijen Demak
Observasi saat Pembelajaran