PENGARUH KONTRIBUSI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA DI KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERIBADAH ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA PONGANGAN KEC GUNUNGPATI KOTA SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam
oleh: CHOLASOH NIM : 083111007
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Cholasoh
NIM
: 083111007
Jurusan/Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 30 April 2012 Saya yang menyatakan,
Cholasoh 083111007
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Judul : Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang Penulis : Cholasoh NIM : 083111007 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga 2) Bagaimana perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang; dan 3) Sejauhmana pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga (X) terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar (Y) di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 29 responden untuk variabel X, dan 29 responden untuk variabel Y, yaitu 25% dari populasi 116 anak usia sekolah dasar. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Stratified random Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup, untuk menjaring data X dan data Y. Sedangkan Observasi digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui angket. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dalam kategori “cukup”. Rata-rata variabel kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga adalah 79 terletak pada interval 75-82, sedangkan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang dalam kategori “cukup”. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata variabel perilaku beribadah yaitu 65 terletak pada interval 59-70. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi antara kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang adalah signifikan, hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,504 > r tabel pada taraf signifikansi 0,01 dan 0,05. Dari hasil uji t juga menunjukkan bahwa Thitung = 3,034 > ttabel (0,01)=2,771 dan ttabel (0,05)=1,703, ini berarti signifikan, dan koefisien determinasinya r2 = 0,254016. Hal ini menunjukkan bahwa 25,4016 % nilai perilaku beribadah anak ditentukan oleh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga, melalui fungsi taksiran persamaan garis regresi: Y = 0,787+16,720. Pengujian hipótesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh positif kontribusi orang tua dalam pendidikan di keluarga, hal ini ditunjukkan oleh Freg = 9,203 > Ftabel (0,01) = 7,68 dan Ftabel (0,05) = 4,21. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para orang tua dan seluruh penduduk desa tempat lokasi penelitian, para perangkat Desa Pongangan Gunungpati Semarang, juga para pendidik umumnya, terutama dalam usaha untuk memberikan kontribusi yang banyak dalam hal pendidikan untuk anak.
vi
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulisan skripsi ini selesai sesuai seperti yang direncanakan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan segenap pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami keadaan susah, sedih, serasa kesepian, kurang motivasi. Akan tetapi semua itu menjadi mudah dan menyenangkan setelah kehadiran orang-orang yang selalu mendukung dan membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo atas kepemimpinannya di Fakultas Tarbiyah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang direncanakan. 2. Drs. Nasirudin, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan H. Mursid, M. Ag. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan. 3. Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M. Ag. dan Ahmad Muthohar, M. Ag. selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Hery Purwanto selaku Lurah Desa Pongangan Gunungpati Semarang dan seluruh perangkat desa yang telah berkenan memberi kesempatan dan bantuan sehingga penelitian dapat berjalan lancar. 5. Ayahanda Muchanan dan ibunda Munafi’ah dan Kakak-kakakku Masruri, Zuhrotunnisa,
Mahfudhi, Ulfatul Aliyah
dan adikku Chofifah serta
keponakanku Mazaya Akmalina yang selalu memberikan dorongan, motivasi,
vii
serta alunan do’a yang selalu mengiringi langkah peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. 6. Kang mas M. Muhibbudin, sahabat tersayang IAIN Walisongo Rahayu, Ulfa, Khirma, Rofi’, Citra, Isma, Misbah, Sahabat karib Ummi Kh, Ida, Ulfa Z yang senantiasa menjadi penyemangat penulis, teman-teman PAI ’08 senasib seperjuangan dalam perjalanan panjang nan melelahkan yang bergerak bersama membangun peradaban kampus IAIN. 7. Serta keluarga besar KAMMI IAIN Walisongo yang memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran terutama keluarga saya selama di PesMa Qalbun Salim Mb Novi, Mb Ari, Anis, Faiq, Nurul, Septi, Yani, Erly, Mimi. Semoga Allah membalas kebaikan mereka lebih dari apa yang telah mereka berikan. Penulis berharap semoga yang tertulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 30 April 2012 Penulis
Cholasoh NIM : 083111007
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
ii
PENGESAHAN .........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...............................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI................................................................................... ............
ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat............................................... ..................
6
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka....................................................... ...................
7
B. Kerangka Teoritik.................................................. ..................
8
1. Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di keluarga .........
8
a. Pengertian Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga ..........................................................................
8
b. Dasar Pendidikan Agama dalam keluarga ......................
12
c. Tujuan Pendidikan Agama dalam Keluarga ...................
15
d. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga ..................
17
e. Bentuk-Bentuk Kontribusi Orang Tua ............................
20
2. Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar ....................
23
a. Pengertian Perilaku Beribadah.......................................
23
b. Faktor-Faktor Pembentukan Perilaku .............................
25
c. Bentuk-Bentuk Perilaku Beribadah ................................
28
d. Karakteristik Anak Usia sekolah Dasar ..........................
34
ix
3. Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar ...
36
C. Rumusan Hipotesis................................................ ...................
39
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian..................................................... ................
40
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................. .................
40
C. Populasi dan Sampel............................................. ................
40
D. Variabel dan Indikator Penelitian......................... ................
42
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................
43
F. Teknik Analisis Data........................................... .................
43
BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian........................ .....................
47
B. Pengujian Hipotesis.......................................... .....................
55
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................ .....................
61
D. Keterbatasan Penelitian..........................................................
63
BAB V: PENUTUP A. Simpulan..................................................... ...........................
65
B. Saran-saran.............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini. Pendidikan agama tidaklah cukup dengan pelajaran di sekolah saja, akan tetapi yang penting adalah menanamkan jiwa agama semenjak kecil, sehingga jiwa agama itu dapat menjiwai dan mempengaruhi cara hidup dan tingkah lakunya, serta harus dibiasakan untuk menjalankan ibadah sejak masih kecil terutama ibadah shalat. Maka peranan orang tua sangatlah berpengaruh sekali dalam segala aktifitas anak. Bahkan para orang tua pada umumnya bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak. Ada empat tempat penyelenggaraan pendidikan agama, yaitu di rumah, di masyarakat, di rumah ibadah, dan di sekolah. Di rumah dilaksanakan oleh orang tua.1 Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.2 Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dinamakan pertama karena dalam keluargalah seorang anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan. Begitu juga dikatakan utama, karena sebagian besar kehidupan anak dilalui dalam keluarga.3 Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena anak yang masih kecil lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya orang tuanya dan keluarga yang lain. Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
1
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 134. 2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), hlm. 35.
3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
38.
1
pertumbuhan anak tersebut.4 Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya, Seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orangorang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebihlebih bagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya. 5 Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT.6 Di sinilah sangat penting bagi keluarga untuk melaksanakan tanggung jawab untuk mendidik dan memelihara anak-anaknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat At-Tahrim ayat 6
... “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka… (Q.S. At-Tahrim: 6). 7 4
Zakiah daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta : PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 47. 5
Zakiah Daradjat, , Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 36.
6
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang, CV. Toha Putra, 1989),
103. hlm. 951.
2
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga mulai dari dalam keluarga. Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah yang mengandung gerak.8 Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. Kemajuan pikiran, ketrampilan dan kepandaian dalam berbagai bidang akan memantul kepada si anak. 9 Dalam QS Luqman ayat 17 telah tergambar bahwa Luqman menyuruh anaknya shalat. Pelaksanaan perintah tersebut bagi anak-anak adalah dengan persuasi, mengajak, dan membimbing mereka untuk melakukan shalat. Jika Anakanak telah terbiasa shalat di dalam keluarganya, kebiasaan tersebut akan terbawa sampai ia dewasa, bahkan tua dikemudian hari.10 Pertumbuhan fisik anak pada umur Sekolah Dasar berjalan wajar dan hampir sama pada semua anak. Pertumbuhan otot-otot halus telah memungkinkannya untuk melakukan kegiatan yang memerlukan keserasian gerak, seperti melukis, menggambar, dan melakukan gerak shalat. Pada umumnya anak-anak pada umur enam tahun telah masuk Sekolah Dasar, bila peraturan sekolah yang dituju mengizinkan. Anak-anak pada umur sekolah (6-12 tahun) ini, berbeda dengan kanak-kanak di bawah umur enam tahun. Anak-anak pada umur 6-12 tahun, ditandai dengan perkembangan kecerdasan cepat. Kira-kira umur tujuh tahun pemikiran logis terus bertumbuh dan berkembang dengan cepat sampai umur 12 tahun, di mana si anak telah mampu memahami hal yang abstrak.11 Ketika anak masuk Sekolah Dasar, ia telah memiliki kadar pengalaman dan pengetahuan yang membantu peletakan dasar-dasar keagamaan, akhlak dan kepribadian, sesuai dengan lingkungan keluarga yang mengasuh dan mendidiknya.
8
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 60-61.
9
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 75.
10
Jalaludin Rakhmat dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 64-65. 11
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, hlm. 79.
3
Ada yang taat beragama dan ada pula yang kurang acuh terhadap agama. 12 Keadaan masjid, mushalla dan tempat-tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan, juga mempengaruhi sikap anak terhadap agamanya. Begitu juga dengan perkembangan agama pada anak di umur sekolah amat penting. Karena agama diperlukan untuk mengembangkan dirinya sebagai anak yang baik citra dirinya. Agama yang hidup dalam lingkungan masyarakat tempat ia dibesarkan sangat menentukan bagi perkembangan pribadinya. Di dalam keluarga dan lingkungan yang taat beragama, akan mengembangkan pribadi beragama pada anak. Dorongan orang tua amat penting dalam membentuk pribadi yang beragama. 13 Peran orang tua menjadi penting untuk mendidik anak dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Yang menjadi persoalan sekarang bukan lagi pentingnya pendidikan keluarga, melainkan seberapa besar andil atau keterlibatan orang tua dalam mendidik anak-anaknya dan bagaimana cara pendidikan itu berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama. Akan tetapi realita yang ada di Desa Pongangan Kec Gunung pati perilaku beribadah anak-anak di desa tersebut, belum begitu memperlihatkan adanya kontribusi dari orang tua, karena setelah peneliti mengamati anak-anak yang berusia antara 6-12 tahun masih kurang dalam menjalankan perilaku beribadahnya, beribadah yang dimaksud di sini yaitu beribadah kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya yang meliputi: Sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an. Anak-anak di Desa Pongangan dalam menjalankan perilaku beribadahnya khususnya sholat, kebanyakan anak-anak tersebut belum bisa menjalankan sholat lima kali dalam sehari, hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kurangnya perhatian dari orang tua untuk mengingatkan anak mereka dalam melaksanakan sholat. Begitu juga dengan puasa, kontribusi orang tua dalam mendidik anak supaya anak memulai berpuasa sangatlah penting, dikarenakan ibadah puasa merupakan 12 13
Zakiah Daradjat, Pendidikan ……hlm. 80. Zakiah Daradjat, Pendidikan……., hlm. 85.
4
ibadah yang memerlukan tahapan, dimana seorang anak tidak bisa langsung puasa satu hari penuh, akan tetapi memerlukan pelatihan sejak usia dini untuk menjalankan ibadah puasa. Jika dalam membaca Al-Qur’an, di desa tersebut anak-anak sudah diajarkan tentang baca tulis Al-Qur’an sejak usia dini, ini terbukti dari banyaknya animo masyarakat desa Pongangan yang sudah memasukkan anak-anak mereka kedalam lembaga pendidikan Al-Qur’an sejak usia dini. Akan tetapi mayoritas dari masyarakat desa tersebut menganggap bahwa pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan Al-Qur’an sudah cukup sehingga jarang diantara orang tua yang menyuruh anaknya untuk membaca lagi Al-Qur’annya di rumah. Dari uraian di atas dan memperhatikan fenomena di masyarakat, maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian lebih mengenai kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah anak usia Sekolah Dasar yaitu yang berumur 6-12 tahun, yang penelitian ini selanjutnya diberi judul pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan ditekankan pada penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang?
2.
Bagaimana Perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang?
3.
Adakah pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka tujuan
penelitian ini secara garis besar adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku beribadah anak usia sekolah Dasar di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. c. Untuk mengetahui adakah pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi penyusun pada khususnya dan dunia Islam pendidikan pada umumnya. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat pada umumnya dan orang tua pada khususnya mengenai pentingnya kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga. c. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan jurusan PAI khususnya.
6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevannya dengan judul yang penulis buat. Dari sini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan skripsi yang dijadikan sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan dalam penelitian ini, sehingga memperoleh hasil penemuan baru yang betul-betul otentik. Diantaranya penulis paparkan sebagai berikut: 1. Ali Mustawa Fakultas Tarbiyah, 2007 “Pengaruh Pendidikan Agama dari Orang tua Terhadap Tingkah Laku Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang “Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara pendidikan agama dari orang tua terhadap tingkah laku siswa.1 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ali mustawa ini, lebih memfokuskan penelitiannya pada tingkah laku siswa (akhlak siswa) yang ternyata sangat dipengaruhi oleh pendidikan agama dari orang orang tuanya, sedangkan peneliti lebih memfokuskan lagi pada perilaku beribadah anak pada usia 6-12 tahun. 2. Maslahatul Amiroh Fakultas Tarbiyah, 2006 “Pengaruh Keteladanan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar Di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik” yang menyimpulkan keteladanan keluarga berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah anak usia pendidikan dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik.2 Skripsi ini memfokuskan pada keteladanan keluarga terhadap pelaksanaan ibadah anak. Arti keluarga terasa lebih luas, karena keluarga sendiri meliputi seluruh anggota, tidak hanya ayah dan ibu, tetapi juga kakak, adik serta anggota keluarga lainnya. Penelitian yang penulis lakukan ini lebih 1
Ali Mustawa, “Pengaruh Pendidikan Agama dari Orang tua Terhadap Tingkah Laku Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang”, (Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN walisongo, 2007). 2
MaslahatulAmiroh, “Pengaruh Keteladanan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik Skripsi IAIN Walisongo”, (Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006).
7
luas, jika kajian skripsi diatas memfokuskan pada pelaksanaan ibadah anak, maka penelitian ini fokus pada perilaku beribadah anak. 3. Nanik Fakultas Tarbiyah, 2007 “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Perilaku Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun Ajaran 2003- 2004”. Bahwa ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga dan perilaku beragama siswa di SLTP NU Hasanudin6 Semarang, adapun pengaruh dari pendidikan agama dalam keluarga dan perilaku beragama siswa SLTP NU Hasanudin tersebut adalah pengaruh positif di mana dibuktikan dengan hasil korelasi regresi satu prediktor bernilai positif. Hal ini terbukti dari analisa regresi satu prediktor dengan hasil regresi (F reg) sebesar 27,3108 kemudian dikonsultasikan dengan hasil F tabel (F t) dengan taraf signifikan 1% dan 5% diperoleh angka sebesar 6,81 dan 3,91.3 Berbeda dengan penelitian di atas, maka penelitian ini lebih fokus atau memfokuskan penelitian ini pada seberapa besar keterlibatan orang tua dalam mendidik anaknya. Dan dari karya-karya di atas, masalah kontribusi orang tua belum ada yang membahasnya.
B. Kerangka Teoritik 1. Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga a. Pengertian Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga Kontribusi berasal dari bahasa Inggris contribute, contribution, maknanya yaitu "keikutsertaan", "keterlibatan", "melibatkan diri". 4 Kata kontribusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sumbangan atau andil.5 Jadi kontribusi adalah keikutsertaan diri seseorang dalam sesuatu. Kontribusi atau keikutsertaan di sini yaitu sesuatu yang diberikan oleh orang tua kepada anak baik berupa peran serta dalam pendidikan agama anak, 3
Nanik, “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Prilaku Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun Ajaran 2003- 2004”, (Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007) 4
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080526075812AAueg8t/diakses pada tanggal 15-11-2011/ 10:02 5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 730.
8
memperhatikan kebutuhan, kasih sayang, materi dan lain-lain yang berguna bagi mereka. Dalam hal ini orang tua berusaha mengikuti perkembangan mereka seiring dengan bertambahnya usia mereka. Orang tua pun harus menyesuaikan perlakuannya kepada anak, sesuai dengan usia anak. Elisabeth B. Hurlock mengungkapkan bahwa Orang tua harus dapat memasuki jiwa anak-anaknya dengan cara mengawasi keadaan-keadaan istimewa mereka dan juga memperhatikan segala sesuatu yang dibutuhkan anak di tempat belajar. Selain itu orang tua juga harus bisa memberikan rasa aman kepada anak, harus bisa menjadi orang yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, menjadi sumber kasih sayang dan menjadi pembimbing dalam pengembangan perilaku anak.6 Diharapkan kepada orang tua untuk memperhatikan pentingnya pendidikan untuk anaknya terutama pendidikan agama. Sebaiknya orang tua tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada lembaga atau pihak pendidikan akan tetapi antara kedua belah pihak menjadi mitra untuk mencerdaskan anak. Keikutsertaan orang tua tidak sekedar hanya terlibat, akan tetapi dapat mempengaruhi atau merubah segala sesuatu kekurangan anak menjadi yang lebih baik. Orang tua secara etimologi adalah ayah, ibu kandung.7 Sedangkan pengertian orang tua secara terminologi adalah pasangan yang sudah menikah walaupun masih muda tetapi menjadi orang tua bagi anak yang dilahirkannya. 8 Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.9 6
Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan anak, Terj dari Child Development oleh Med Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 201. 7
Baihaqi A. K, Mendidik Anak Dalam Kandungan, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2001),
8
Baihaqi A. K, Mendidik Anak Dalam Kandungan, hlm. 74.
9
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 66.
hlm, 73.
9
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.10 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya (baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi dirinya dan masyarakat. 11 Menurut Frederic J. Mc. Donald mengungkapkan “Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings”.12 Yaitu Pendidikan merupakan suatu proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan(menciptakan) perubahan yang bermanfaat bagi perilaku manusia. Pengertian pendidikan yang lain juga diungkapkan oleh Ahmadi yang menyatakan bahwa “pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya”. 13 Demikian telah diungkapkan tentang pendidikan secara umum, kalau dikaitkan dengan pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan agama Islam, sebagaimana pendapat H.M. Arifin bahwa pendidikan Islam diartikan sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadi perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai yang melahirkan normanorma syariat.14
10
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. I49.
11
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 10. 12
F J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Fransisco: Wads Worth Publising, Inc, 1959), hlm. 4. 13
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 28. 14
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 14.
10
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan berarti sebuah proses atau tindakan yang dilakukan secara sadar untuk
membimbing,
mengarahkan
potensi
hidup
manusia
menuju
terbentuknya manusia seutuhnya. Dalam memberikan pengertian keluarga, Muhaimin dan Abdul Mujib mengungkapkan bahwa dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, dan nasb. Pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab).15 Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan, (suami, istri), persusuan dan pemerdekaan.16 Sedangkan pengertian keluarga dalam pandangan antropologi adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya.17 Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial terkecil yang dibatasi dari ayah, ibu dan anak yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Dari definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa Kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga adalah keikutsertaan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam mendidik, memperhatikan kebutuhan, memberikan fasilitas pendidikan serta mengarahkan potensi dasar yang ada pada diri anak dan membantu perkembangan jiwa anak agar anak dapat hidup sesuai dengan tujuan pendidikan dan tercapainya kepribadian utama menurut ajaran Islam. Pendidikan keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk 15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 148.
16
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm. 289. 17
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 226.
11
mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau motivasi dan dorongan untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Orang tua yakni ayah dan ibu merupakan orang yang berperan penting dalam pendidikan di keluarga, menjadi orang tua harus mampu memberikan kontribusi yang lebih atau ikut serta dalam memberikan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat bahwa pendidikan agama (Islam) dalam keluarga yaitu pembinaan jiwa agama pada anak, atau dengan kata lain pembinaan pribadi anak sedemikian rupa, sehingga tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama (Islam).18 Pendidikan agama dalam keluarga termasuk pendidikan informal, yaitu proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seseorang lahir sampai mati.19 Dengan demikian orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, serta memberikan sikap dan ketrampilan yang memadai, memimpin keluarga, dan mengatur kehidupannya, memberikan contoh sebagai keluarga yang ideal, dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. b. Dasar Pendidikan Agama dalam Keluarga 1) Dasar Religius Yaitu dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Quran maupun Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepadanya.
18
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 86-87. 19
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm. 35.
12
a) Al-Qur‟an Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9)20 Dalam ayat ini mempunyai tafsir masih berkisar tentang para wali dan orang-orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anakanak
yatim.
Juga
tentang
perintah
terhadap
mereka
agar
memperlakukan anak-anak yatim dengan baik, berbicara kepada mereka sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu dengan halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan anakku, sayangku dan sebagainya. 21 Dari tafsir di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kita diperintahkan untuk memperlakukan anak-anak yatim dengan baik seperti kita memperlakukan anak-anak kita sendiri. Di sini berarti kita juga harus memperlakukan anak-anak kita dengan halus, sopan, dan memanggil dengan kata sayangku. b) Al-Hadits
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Karya Toha Putra, 2002), hlm. 78. 21
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terj dari Tafsir Al-Maraghi oleh Bahrun Abu Bakar dan Hery Noer Aly,(semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 347.
13
... “Adam menceritakan kepada kita: Ibnu Abi Dibin bercerita, dari Zuhri, dari Abu Salamah ibnu Abdurrahman, dari Abu Hurairoh RA. Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW Bersabda: Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah (beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi... (HR. Al-Bukhari). Sabda Rasul tersebut memberikan peringatan terhadap orang tua tentang tanggung jawab orang tua dalam memelihara fitrah anak dari ketergelinciran dan penyimpangan yang bertentangan dengan Islam, dan sedang fitrah itu sendiri merupakan kesiapan seorang anak untuk menerima agama yang lurus, agama tauhid dan bahwa seluruh sunnah Allah pada seluruh manusia tidak akan berubah. Orang tuanyalah yang menentukan agama anak, anak dikenalkan dengan agama sejak masih kecil, dimana anak masih sangat mudah terpengaruh, di situlah penentuan agama anak yang dibawa sampai anak menjadi dewasa. Dari dalil tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita, bahwa dalam ajaran Islam memang ada petunjuk dan perintah untuk mendidik agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya. 2) Dasar Psikologi Manusia dikatakan sebagai mahluk “psycho-physic netral” yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (selfand ingress) jasmaniah dan rohaniyah, di dalam kemandiriannya itu manusia mempunyai potensi dasar atau kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan
dan
perkembangannya
memerlukan
pendidikan.23 22
Abi Abdilah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shohih Bukhori juz I , (Libanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2008), hlm. 465. 23
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Di Lingkungan Sekolah Dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang,1976), hlm. 22.
14
Dimana dengan pendidikan maka pertumbuhan dan perkembangan anak dapat mencapai titik yang maksimal, dimana keluarga merupakan pemegang peran utama dari pertumbuhan dan perkembangan anak, bilamana pendidikan yang diperoleh itu baik maka pertumbuhan dan perkembangan akan baik dan lancar untuk proses kehidupan dalam masyarakat. 3) Dasar Filosofis Menurut pandangan filsafat, manusia adalah makhluk yang disebut “Homo Sapiens” yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Memang salah satu gharizah manusia adalah ingin mengetahui hal-hal yang belum diketahui yang disebut instink neugirig atau curiosity. Dengan instink ini maka manusia selalu cenderung untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu di sekelilingnya. 24 Kemampuan instink inilah yang memberikan manusia untuk dapat dididik dan diajar, sehingga dapat menangkap sesuatu ilmu yang diajarkan. Suatu ilmu yang dipahami tadi terbentuk menjadi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain, dengan melalui proses belajar dan diajar, manusia pada akhirnya menjadi makhluk yang berilmu pengetahuan. c. Tujuan Pendidikan Agama dalam Keluarga Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap atau tingkatan-tingkatan. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, baik hubungannya dengan Allah maupun hubungannya dengan sesamanya agar terjadi keserasian dan keharmonisan, baik hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
24
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, hlm. 23.
15
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. “ (Q.S. Al Qashash: 77).25 Ayat di atas memiliki tafsir bahwa diperintahkan untuk berusaha sekuat tenaga dan pikiranmu dalam batas yang dibenarkan Allah untuk memperoleh harta dan hiasan duniawi dan berbuat baiklah kepada semua pihak, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan dalam bentuk apapun di bagian manapun di bumi ini.26 Sedangkan
yang menjadi
tujuan pendidikan keluarga
adalah
berangkatdari tujuan pendidikan Islam secara umum sebagaimana ungkapan M. Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip oleh Zuhairini, yaitu: 1) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimin telah sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Jadi tujuan asasi pendidikan Islam adalah keutamaan atau fadhilah. 2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak juga pada segi keduniaan semata tetapi ia menaruh pada kedua-duanya sekaligus. 3) Memperhatikan persiapan untuk mencari rizki dan segi-segi agama, moral dan kejiwaan dalam pendidikan dan pengajaran. 25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 394.
26
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 405.
16
4) Menumbuhkan roh ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan dalam arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai ilmu. Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama dan akhlak mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhiratdan mempersiapkan untuk mencari rizqi mereka juga menumpukan perhatian pada sains, sastra dan seni. 5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan supaya ia dapat mencari rizki dan hidup dengan mulia di samping memelihara segikerohanian dan keagamaan.27 Pendidikan keluarga mempunyai tujuan untuk menanamkan taqwa dan perilaku yang baik pada anak sehingga anak bisa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan anak juga dapat melaksanakan ibadah dengan rutin untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. d. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga Metode pendidikan dalam keluarga adalah sangat bervariasi, antara satu keluarga dengan keluarga yang lain berbeda penggunaannya. Hal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing keluarga. Metode yang digunakan dalam lingkungan keluarga adalah: 1) Metode dengan keteladanan Pemberian contoh teladan yang baik (uswatun hasanah) terhadap anak, terutama anak-anak yang belum mampu berpikir kritis, akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari atau dalam mengerjakan suatu tugas pekerjaan yang sulit. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, keteladanan dalam pendidikan merupakan metode influentif yang dapat diandalkan keberhasilannya dalam membentuk spiritual, moral dan sosial.28 Pendidikan
dengan
keteladanan
dapat
dilakukan
dengan
menampilkan perilaku yang baik di depan anak. Penampilan perilaku yang 27
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 164-166.
28
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 153.
17
baik dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja. Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan oleh pendidik agar ditiru oleh peserta didik atau anak. Sedangkan keteladanan yang tidak disengaja ialah keteladanan dalam keilmuan, sifat keikhlasan dan sebagainya.29 Anak-anak akan selalu memperhatikan dan mengawasi perilaku orang-orang dewasa. Mereka akan mencontoh orang-orang dewasa itu. Terutama orang tua mereka. Karna pada dasarnya setiap anak senang meniru. Hal ini terjadi karena salah satu proses pembentukan perilaku mereka diperoleh dengan cara meniru. Menghadapi kenyataan demikian, orang tua dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik. 2) Metode dengan pembiasaan Pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa.30 Pembiasaan itu sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. Sebagai contoh anak harus dibiasakan cara makan dan minum, cara berpakaian, cara bergaul dengan baik terlebih lagi dalam beribadah misalnya shalat, puasa dan membaca Al-Qur‟an. Seperti apa yang telah diucapkan oleh Imam Al-Ghazali, “Anak-anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah di dunia dan akhirat.31 Dengan membiasakan dan mengulang-ulang perbuatan yang baik yang senantiasa diajarkan kepada anak sehingga akan membekas pada diri
29
Bukhari umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 190-191.
30
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 110. 31
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj dari Tarbiyatul Aulad Fiil-Islam oleh Saifullah Kamalie, (Bandung: Asy Syifa, 1988), hlm 51.
18
anak. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan sejak kecil, karena memiliki rekaman atau ingatan yang kuat. 3) Metode dengan nasehat Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif di dalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis, dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab, nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam.32 Pendidikan ini dilakukan dengan cara menyeru kepada anak untuk melaksanakan kebaikan atau menegurnya bila melakukan suatu kesalahan. Dalam menasihati dan mengingatkan anak dengan cara menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya. 4) Metode dengan memberikan perhatian Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping itu juga selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya. Islam, dengan universitalitas prinsip dan peraturannya yang abadi, memerintah para bapak, ibu dan para pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anaknya.33 Berilah waktu kepada anak beberapa menit untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang akan disampaikan sang anak. Setiap orang ingin mendapatkan perhatian ketika ia sedang berbicara, tidak lain halnya dengan seorang anak, mereka juga ingin diperhatikan ketika mereka ingin berbicara atau menceritakan sesuatu,
32
Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-Kaidah Dasar, Terj dari Tarbiyatul Aulad Fiil-Islam oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm.65-66. 33
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 123.
19
dengan memberikan perhatian kepada mereka, maka anak akan merasa tentram. 5) Metode dengan memberi hukuman. Secara
edukatif,
sebagian
pakar
pendidikan membolehkan
memanfaatkan hukuman sebagai alat dan metode mendidik anak.
34
Orang
tua tidak boleh memberikan hukuman yang terlalu berat, dimana anak tidak mampu menerima hukuman itu dan akan membuatnya senantiasa menyalahkan diri sendiri serta trauma mendengar ia disalahkan. Jangan pula orang tua hanya memberikan hukuman dengan pukulan, tetapi menjadikannya (hukuman) sebagai langkah terakhir dengan kadar sedikit dan seringan mungkin.35 Hukuman adalah suatu alat yang sesekali waktu memang diperlukan oleh pendidik untuk mencapai tujuan sepanjang diterapkan atas dasar kasih sayang dan tidak membahayakan anak. Biasanya hukuman merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh pendidik atau orang tua. e. Bentuk-bentuk Kontribusi Orang Tua Betapa luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya baru dapat dihargai sepenuhnya saat seseorang menyadari apa saja kontribusi atau keikutsertaan para anggota keluarga pada anak. Beberapa kontribusi tersebut diantaranya: 1) Memperhatikan Kebutuhan Pendidikan Berbahagialah anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang beriman dan beramal saleh, dimana keluarga tersebut memahami ciri-ciri anak pada umur-umur tertentu, dan mengetahui kebutuhan utama anak pada berbagai tahap umur. Pada umur 6-12 tahun atau pada masa kanak-kanak akhir yang amat dibutuhkan oleh anak adalah perhatian yang cukup dalam berbagai kebutuhannya.
34
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 373.
35
Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Terj dari Al Islam Wa Asy Syabab oleh Arum Titi Sari, (Jakarta: A. H Ba‟adillah Press, 2002), hlm. 78.
20
Perhatian orang tua tersebut berupa pemberian pendampingan ketika anak belajar, orang tua perlu sekali mendampingi anak-anak mereka ketika belajar agar orang tua dapat memberikan bimbingan yang mana anak mengalami kesulitan, sehingga anak juga merasa semangat belajar karena merasa diperhatikan oleh orang tua mereka. Jadi orang tua tidak sepenuhnya menyerahkan pendidikan anak mereka ke lembaga sekolah akan tetapi orang tua juga terlibat dalam mendidik anak. Perhatian selanjutnya yaitu pendampingan ketika anak menonton televisi. Televisi merupakan sebuah media informasi yang mana dapat memberikan dampak positif atau dampak negatif, apabila tidak berhati-hati dalam memilih acara televisi maka anak akan terpengaruh pada hal-hal yang kurang baik. Orang tua harus secara intensif dapat memantau atau memilih acara yang pantas untuk ditonton oleh anak-anak mereka, karena pada zaman sekarang ini banyak tontonan yang menjadi tuntunan, dan begitu sebaliknya tuntunan menjadi tontonan. 2) Memberikan Fasilitas Pendidikan. Tanggung jawab penting orang tua adalah memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, akan tetapi jika dalam pelaksanaan suatu pendidikan tanpa fasilitas, maka hal itu kurang memperlancar proses pendidikan, sebagai orang tua yang baik, agar pendidikan anak dapat berjalan dengan lancar, maka para orang tua untuk memberikan fasilitas pendidikan, dan sebaiknya fasilitas tersebut yang bermanfaat dan bervariasi, sehingga otak, pemikiran, dan ilmu pengetahuan anak semakin matang.36 Fasilitas tersebut diantaranya yaitu memberikan mushaf Al-Qur‟an yang kata-kata dan bentuk hurufnya jelas, Buku-buku kitab hadits yang sesuai dengan umur, tingkat pemahaman, dan budaya anak, kemudian buku-buku tentang fiqh, terutama ibadat-ibadat yang sesuai dengan umur, tingkat pemahaman dan budaya anak.
36
Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar, hlm 402.
21
3) Mengingatkan Untuk Melakukan Ibadah. Mendidik dan mengingatkan mereka untuk mampu mendirikan shalat fardhu sampai mereka terbiasa mendirikannya adalah diperintahkan oleh Nabi SAW kepada setiap orang tua (ayah dan ibu) yang diberi amanat oleh Allah SWT mengasuh anak-anak buah kasih sayang pernikahan mereka. Seperti dalam sabda Nabi:
Diceritakan kepada kami Mu‟ammil bin Hisyamya‟ni Al Yasykuri Ismail tentang Suwar Abi Hamzah, berkata, Abu Daud yaitu Suwar bin Daud Abu Hamzah Al-Mazni As Soir tentang Umar bin Syuaib tentang ayahnya, tentang kakeknya berkata, Rasulullah Bersabda perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan shalat apabila mereka telah berusia tujuh tahun, dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun maka pukullah mereka (apabila tetap tidak mau melaksanakan shalat itu) dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud) Sabda Nabi SAW tersebut tampak secara tegas memerintahkan, bahwa batas usia anak untuk pendisiplinan shalat lima waktu adalah diantara tujuh sampai dengan sepuluh tahun. Dan hendaklah mereka dipukul lantaran tidak mau mengerjakan shalat. Mendisiplinkan shalat fardhu pada anak membutuhkan perjuangan dan pengorbanan serta do‟a yang tulus ikhlas, perlu proses yang relatif panjang dan harus dilakukan secara konsisten serta berkesinambungan, tidak mungkin dapat melalui proses yang instan, untuk itu orang tua diharapkan selalu mengontrol dan mengingatkan anak-anak mereka untuk melaksanakan shalat, dalam
37
Abi Daud Sulaiman Bin Asy Assajstani, Sunan Abi Daud, (Libanon: Darul Fikr, 1994),
hlm. 197.
22
mengingatkan pun orang tua dianjurkan dengan menggunakan intonasi dan bahasa yang dilandasi rasa kasih sayang supaya anak benar-benar ikhlas dalam menjalankan. Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang diwajibkan untuk semua muslim yang sudah baligh, dan hukum dari puasa tersebut adalah wajib, anak-anak yang belum baligh tidak diwajibkan puasa tetapi dianjurkan utuk berlatih, dengan tujuan agar anak dapat melatih dirinya untuk menahan lapar dan dahaga, dari semua itu tidak lepas dari orang tua yang membimbing dan mengarahkan agar anak mau berlatih berpuasa,. Alqur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dianjurkan sekali seorang muslim untuk membaca dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Mengajari anak untuk membaca Alqur‟an harus dimulai sedini mungkin yang mana anak masih mudah untuk menerima pelajaran dan mudah mengingat. Sekarang ini banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan Al-Qur‟an kepada lembaga non formal. Akan tetapi orang tua juga perlu mengajari lagi membaca al-Qur‟an di rumah.
2. Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar a. Pengertian Perilaku Beribadah Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. 38 Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi bahwa perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Perilaku adalah kegiatan organisme yang dapat diamati dan yang bersifat umum mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh. Seperti pada teori Pavlov yaitu mengenai teori perilaku melalui percobaannya tentang anjing dan air liurnya. 38
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 1056.
23
Proses yang ditemukan oleh Pavlov, di mana perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat, akan menyebabkan suatu reaksi.39 Jadi perilaku tersebut bisa timbul disebabkan karena adanya rangsangan. Akan tetapi J.M Tanner juga mengungkapkan bahwa faktor gen juga dapat mempengaruhi perkembangan perilaku. Di sini ada tiga metode yang dibuat untuk mengetes apakah perilaku tersebut ditentukan secara genetis atau tidak, diantaranya yaitu: 1) Pemencilan (isolation). Contoh Seekor binatang yang dibesarkan sendirian di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan normal bagi spesiesnya. Maka perkembangan perilaku binatang tersebut ditentukan secara genetis. 2) Kawin silang (cross breed). Contoh Dua ekor binatang yang sama spesiesnya namun berbeda galur dan berpenampilan berbeda pada perilaku yang sama, dikawinkan. Apabila keturunan mereka (dibesarkan secara terpisah dari kedua induknya untuk mencegah adanya peniruan) memperlihatkan perilaku separuhnya dari masing-masing induknya. Maka perilaku tersebut dianggap ditentukan secara genetis. 3) Keuniversalan (universality). Contoh apabila semua anggota suatu spesies menunjukkan bentuk perilaku tertentu yang berkembang dalam rangkaian yang sama, maka kemungkinannya ialah bahwa perilaku tersebut sangat ditentukan secara genetis.40 Perilaku adalah sifat, bentuk-bentuk dan penyesuaian diri yang membentuk karakter individu dan hubungannya dengan orang lain dimana ia berada. Begitu juga dengan perilaku anak akan terbentuk dari lingkungan yang sering dia jumpai, yaitu lingkungan keluarga. Jadi sebisa mungkin anggota keluarga terutama orang tua untuk selalu menampilkan perilaku yang baik. Karena kedua orang tua memikul tanggung jawab yang terbesar terhadap perilaku anak-anak mereka di masa kecil.
39
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 54-55.
40
Malcolm Hardy Steve Heyes, Pengantar Psikologi, Terj. Soenardji, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 99.
24
Kata ibadah menurut bahasa dipakai dalam beberapa arti, antara lain, tunduk hanya kepada Allah SWT karena pilihan sendiri, taat, berserah diri, dan mengikuti segala perintah Allah SWT. Sedangkan ibadah menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad adalah terbatas pada amal perbuatan shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah sebagaimana yang telah diuraikan Al-Qur‟an ialah amal praktik yang berulang-ulang dilakukan untuk membiasakan orang mukmin hidup dengan akhlak yang mulia.41 Amal praktik tersebut salah satunya yaitu membaca Al-qur‟an. Sedangkan Ibadah menurut ulama akhlak:
“Mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum)”.42 Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ibadah adalah Amal perbuatan yang terbatas pada shalat, puasa, membaca AlQur‟an yang dilakukan secara berulang-ulang untuk membiasakan orang mukmin hidup dengan akhlak mulia. Dari beberapa definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa perilaku beribadah adalah tanggapan atau reaksi anak terhadap Amal perbuatan yang terbatas pada shalat, puasa, membaca Al-Qur‟an yang dilakukan secara berulang-ulang untuk membiasakan orang mukmin hidup dengan akhlak mulia. Ibadah di dalam Islam mendidik kita untuk selalu berkesadaran berfikir. Tetapi tidak ada suatu ibadah pun yang diterima oleh Allah, kecuali jika memenuhi dua syarat yaitu niat yang ikhlas serta menjalankan ketaatan sesuai dengan bentuk dan cara yang telah disunnahkan oleh Rasulullah. Karena semua amal ibadah itu tergantung pada niatnya, jika niat kita benarbenar ikhlas dalam menjalankan ibadah tersebut, maka suatu ibadah tersebut tidak akan sia-sia. 41
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj H. A. Mustofa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 134-135. 42
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah: Ibadah ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3.
25
b. Faktor-faktor Pembentukan Perilaku Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya di keluarga, mereka akan memperhatikan orang tuanya
serta
saudaranya. Mereka
akan
dipandangnya sebagai orang yang berperan dalam kehidupan keluarga, segala kejadian sehari-hari dan apa yang dipergunakan serta apa yang dilakukan mereka akan ditiru dan dicoba oleh anak tersebut. Perilaku keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarium maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat mempelajari hal-hal yang berada diluar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Untuk mengetahui perilaku seseorang, maka harus mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhinya meliput : faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor Intern (faktor dalam) Faktor dalam atau faktor bawaan adalah segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Setiap manusia lahir di dunia mempunyai pembawaan sendiri-sendiri yang mempengaruhi perilaku menurut situasi dan kondisi. a) Pengalaman Pribadi Setiap manusia mempunyai pengalaman pribadi masingmasing tentang hal ini Zakiah Daradjat mengatakan sebelum anak masuk sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah, dari orang tua dan saudaranya serta seluruh anggota keluarga, disamping itu dari teman sepermainannya. Dari situ terbukti bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak kecil atau lahir merupakan unsur-unsur dalam pribadi.
43
Dari pengalaman tersebut maka
pembentukan sikap dan perilaku hendaknya ditanamkan sedini mungkin dalam pribadi seseorang yakni sejak anak dalam kandungan.
43
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 11
26
b) Emosi Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan perilaku seseorang, “sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan emosinya”.44 c) Persepsi Persepsi merupakan faktor dari diri pribadi yang mempunyai pengaruh
perilaku
seseorang,
karena
persepsi
orang
sangat
berpengaruh pada perilakunya. 45 Sebagaimana contoh siswa yang beranggapan atau berpandangan jika orang tua rajin mengerjakan sholat, puasa dan lain sebagainya maka akan mendorong anak untuk bagaimana dia meniru dan mencontoh orang tua, hingga akhirnya akan mempengaruhi perilaku anak. 2) Faktor Ekstern (faktor Luar) Faktor luar atau faktor lingkungan yang ada di luar manusia dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Lingkungan merupakan suatu faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak, dimana perkembangannya
sangat
dipengaruhi
oleh
lingkungan.
Adapun
lingkungan yang dilalui oleh seorang anak antara lain lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. a) Lingkungan Keluarga. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasardasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya. Di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai 44
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, hlm.189.
45
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya,(Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm.
105
27
kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting. 46 Suasana kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk membentuk perilaku beribadah anak, oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu akan tumbuh perubahan perilaku beribadah anak yang akan berubah menjadi lebih baik. b) Lingkungan Sekolah Merupakan badan pendidikan yang penting pula setelah keluarga. Maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah, dimana sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak dan sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di keluarga.47 Sehingga jelas bahwa lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang penting dalam rangka pembentukan perilaku dan kepribadian yang baik. c) Lingkungan Masyarakat. Masyarakat merupakan kumpulan manusia atau terdiri dari beberapa individu yang menetap dalam suatu daerah yang bermacammacam coraknya baik status sosial dan watak individu, yang semuanya itu akan sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan kepribadian anak. Sebab setiap hari anak mendapat informasi dan komunikasi dari macam-macam keadaan yang semuanya itu sangat cepat berpengaruh pada diri anak. Berdasarkan uraian di atas bahwa lingkungan yang baik sangat mendukung terbentuknya perilaku beribadah anak, dan sebaliknya
46
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm 66.
47
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 179.
28
lingkungan yang jelek akan cepat menjadikan anak jelek pula, baik perilaku maupun kepribadiannya. c. Bentuk-bentuk Perilaku Beribadah 1) Menjalankan Sholat Lima waktu Menjalankan sholat fardhu lima waktu dalam sehari semalam, subuh, dhuhur, „ashar, maghrib, isya‟, merupakan kewajiban yang dibebankan Allah SWT pada setiap hamba-Nya yang beriman. Secara etimologi sholat berarti do‟a. Sedangkan secara terminologi bahwa shalat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
48
Dari aspek hakikat, shalat
diartikan berhadapnya hati (jiwa) kepada Allah SWT dengan penuh rasa takut kepada-Nya, serta menumbuhkan dalam jiwa tentang kebesaran dan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.49 Shalat adalah Fardlu ain atas tiap-tiap muslim yang baligh atau dewasa. Tentang perintah shalat terdapat dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 103:
Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orangorang yang beriman.50 Ayat di atas memiliki tafsir perintah untuk mengingat Allah setelah menyelesaikan shalat, kemudian apabila merasa aman, maka disuruh untuk mendirikan shalat, Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.51 48
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 53.
49
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tuntunan Shalat Nabi SAW Sebuah Panduan Praktis, (Semarang: Pustaka Rizki putra, 2004), hlm. 3. 50
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 95.
51
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm.
228.
29
Sebagai upaya pembinaan perilaku beribadah anak, dalam melaksanakan shalat sangat dianjurkan melakukan dengan berjamaah. Dua puluh tujuh kali lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya berjamaah daripada shalat sendiri. Shalat berjamaah menumbuhkan solidaritas sosial yang kuat dan ajaran persamaan antar manusia dan mempererat tali persaudaraan dan ikatan perdamaian. Menurut Fazlur Rahman seperti yang dikutip dalam buku Muhammad Daud Ali, ada beberapa dampak (pengaruh) positif ibadah shalat, antara lain: a) Menjaga dan memelihara ketepatan waktu. b) Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kewajiban melaksanakan sesuatu. c) Menempa dan membina watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti (akhlaq).52 2) Menjalankan Puasa Puasa menurut bahasa berarti imsak atau menahan, berpantang atau meninggalkan.53 Puasa menurut istilah yaitu ibadah yang dapat menanamkan rasa kebersamaan dengan orang–orang fakir dalam menahan lapar dan dahaga, serta kebutuhan lain manusia seperti biologis, dan sebagainya. Ia menyadarkan dorongan rasa simpati dan menguatkan keutamaan jiwa seperti takwa, mencintai Allah, amanah, sabar, dan tabah menghadapi kesulitan. Puasa pada bulan Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap muslim yang sudah baligh. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 183:
52
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 264. 53
Abu Ahmadi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bumi Aksra, 2008), hlm. 177.
30
Hai Orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa.54 Ayat di atas memiliki tafsir yaitu mengandung pengukuhan tentang ibadah puasa, sekaligus memberikan dorongan untuk melaksanakannya, selain itu memberi hiburan kepada orang yang melaksanakannya karena ibadah puasa merupakan ibadah yang berat. Dan sesuatu yang berat jika diwajibkan
kepada
orang
banyak
maka
akan
menjadi
mudah
melakukannya, sekaligus memberikan dorongan kepada mereka untuk melakukannya.55 Puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya dalam waktu tertentu. Akan tetapi puasa merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengekang diri dari keinginan-keinginan yang haram dan perbuatan yang onar. Dari segi pendidikan puasa menumbuhkan disiplin jiwa, moral dan semangat sosial yang kuat. Ia juga mendidik manusia berjiwa besar, sabar dalam menjalani hidup dan berakhlak mulia. Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan ibadah puasa diantaranya adalah: a) Peningkatan disiplin rohani. b) Menumbuhkan disiplin akhlak. c) Meningkatkan ketahanan tubuh. d) Upaya Pemeliharaan Kesehatan.56
54
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 28.
55
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi, hlm. 116.
56
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hlm. 281.
31
3) Membaca Al-Qur‟an Membaca Al-Qur‟an adalah kemampuan melafalkan kata-kata, huruf abjad Hijaiyyah yang dilihatnya dengan mengerahkan kemampuan melalui pengertian dan mengingat-ingat secara benar baik makhorijul khuruf maupun tajwidnya karena yang dibaca adalah kalam Allah (ayatayat suci). Al-Qur‟an satu-satunya kitab suci di dunia yang hingga kini masih tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, Al-Qur‟an masih dalam keadaan utuh, tak satupun hurufnya
berubah.
Bahwa
Al-Qur‟an
merupakan
kitab
yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Allah telah berfirman: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan pasti kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. Al Hijr: 9) 57 Ayat di atas memiliki tafsir bahwa ayat ini merupakan peringatan yang keras bagi orang-orang yang mengabaikan Al-Qur‟an, mereka tidak percaya bahwa Al-Qur‟an itu diturunkan Allah kepada Rasul Nya Muhammad, seakan-akan Tuhan menegaskan kepada mereka “ Kamu ini hai orang-orang kafir sebenarnya adalah orang-orang yang sesat yang memperolok-olokan Nabi dan Rasul yang telah Kami utus menyampaikan agama Islam kepadamu. Sesungguhnya sikap kamu yang demikian itu tidak akan mempengaruhi sedikitpun terhadap kemurnian dan kesucian AlQur‟an, karena kamilah yang menurunkannya dan kami sendirilah yang memelihara Al-Qur‟an itu dari segala macam usaha untuk mengotorinya dan usaha untuk menambah, mengurangi dan merubah ayat-ayatnya, Kami akan memeliharanya dari segala macam bentuk campur tangan manusia terhadapnya.58 57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 262.
58
Departemen Agama RI, Al-Qur’an DanTafsirnya, (Semarang: Citra Effhar, 1993), hlm.
244.
32
Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah maka membaca Al-Qur‟an dengan bacaan yang sebenar-benarnya adalah satu wujud keimanan kita kepada Al-Qur‟anul Karim. Allah SWT Berfirman Orang-orang yang telah kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Baqarah: 121)59 Ayat di atas memiliki tafsir bahwa orang-orang yang telah diberi al-kitab yaitu Taurat dan Injil, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, yakni mengikuti tuntunannya secara baik dan sempurna serta sesuai dengan apa yang diturunkan Allah tanpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada, mereka itu yakni yang sungguh tinggi kedudukannya di sisi Allah beriman kepadanya, yakni kepada kitab suci itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, yakni kepada kitab suci atau petunjuk Allah, maka mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benar rugi, celaka dan binasa.60 Membaca Al-Qur‟an dengan niat yang ikhlas, walaupun belum tahu maknanya sudah dihitung sebagai ibadah Syar‟i (sesuai syari‟at Islam). Oleh karena itulah, Rasulullah sendiri diperintahkan Allah SWT untuk membaca Al-Qur‟an. Dalam membaca Al-Qur‟an pun juga ada beberapa etika atau adab nya, diantaranya yaitu: a) Bersuci dari hadats dan kotoran. b) Memilih tempat yang suci dan mulia. c) Bersimpuh dan menghadap kiblat.
59
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 19.
60
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, hlm. 370.
33
d) Konsentrasi, Tadabbur, dan Khusyu‟. 61 e) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum membaca. f) Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur‟an. g) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan surah At-Taubah. h) Membacanya dengan tartil. i) Membacanya dengan jahr j) Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.62 Begitu juga dengan anak kecil, meskipun belum sepenuhnya mengetahui makna ayat-ayat dalam Al-Qur‟an, membacanya merupakan sebagai sarana untuk melatih kelancaran anak dalam melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an agar anak dapat membaca dengan baik dan benar ketika besar nanti. d. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Menurut Nasution masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.63 Beberapa ciri yang lebih menonjol pada masa usia ini diantaranya: 1) Suka tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. 2) Ada kecenderungan memuji diri sendiri. 3) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain. 4) Sangat Realistik, ingin tahu, ingin belajar.64
61
Imam Nawawi, Etika Ahlul Qur’an, Terj dari At-Tibyan Fi Adab Khamlatul Qur‟an oleh M. Qadirun Nur, (Solo: Pustaka Mantiq, 1997), hlm. 66-82. 62
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 33-34. 63
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 123.
64
Sumadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Rake Press, 1984), hlm.
119-120.
34
5) Energi yang melimpah, sehingga anak tidak memperdulikan lelah atau capek. 6) Perasaan kesosialan yang berkembang pesat. 7) Sudah dapat berpikir secara abstrak.65 8) Perkembangan jasmaninya pesat. 9) Anak selalu giat, tidak suka tinggal diam dan selalu mencari kesibukan. 10) Sudah ada perhatian terhadap pekerjaan tetapi masih berubah-ubah.66 Sebagai hasil pemberian bantuan yang diberikan keluarga, pada masa ini anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya. Dalam masa usia sekolah ini, anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagai penonton saja, ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, bagaimana perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya. Anak pada masa usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkretit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkret.67 Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian, pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional.68 Pada usia 6-12 tahun perhatian anak yang tadinya lebih tertuju kepada dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada dunia luar terutama perilaku orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha untuk menjadi makhluk sosial 65
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 112. 66
Hati Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 88.
67
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 178. 68
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 182.
35
dan mematuhi aturan-aturan, tata krama, sopan santun, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolahnya. 69 Anak pada masa ini mulai belajar jadi seorang realis-kecil, yang berhasrat sekali mempelajari dan menguasai dunia secara obyektif. Untuk aktifitas tersebut, ia memerlukan banyak informasi. Karenanya dia selalu haus bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran serta pendidikan.70 Maka sudah saatnya pula pada saat usia ini anak mendapatkan bimbingan, pembinaan dari guru atau pendidik. Apabila kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dikhawatirkan anak tidak akan berkembang secara wajar. Sehubungan hal itu, maka pendidikan yang dilaksanakan pada saat ini mempunyai arti penting bagi perkembangan berikutnya.
3. Pengaruh Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama Di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaikan syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban agama.71 Orangtua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk anak, terutama ketika ia masih kecil. Jadi tidak dapat dipungkiri apabila orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya. 69
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 42-43. 70
Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 137.
71
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), hlm. 371.
36
Orangtua selain mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki juga sebagai penentu bagi pembentukan perilaku beribadah anak. Dengan demikian ketaatan pada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua maupun dari guru mereka. Bagi mereka sangat mudah menerima ajaran dari orang tua walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.72 Dengan keterlibatannya orang tua dalam mendidik anak ketika di rumah, banyak sekali pengaruhnya dengan perilaku anak di kehidupan sehari-hari terutama dalam perilaku beribadahnya, diantaranya yaitu: a. Anak menjadi giat dalam menjalankan shalat karena selalu diingatkan oleh orang tua mereka. b. Anak mau berlatih menjalankan puasa terutama puasa pada bulan Ramadhan. c. Anak menjadi rajin berlatih membaca Al-Qur‟an. Anak-anak merupakan di mana masa mudah dipengaruhi, sehingga segala sesuatu yang diajarkan terhadap mereka akan mudah diterima oleh mereka,untuk itu orang tua sebisa mungkin selalu berperilaku yang baik, karena segala sesuatu perilaku orang tua akan sangat mudah ditiru oleh anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional. Keutamaan ini membuat keluarga memiliki pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberikan pendidikan, dan perlindungan, dan perlakuan orang tua terhadap anaknya hendaknya menjamin segala kebutuhannya, baik fisik maupun psikis. Sehingga si anak merasa aman tentram, dan hidup tenang tanpa kekecewaan. The family is the most important socializing agency.73 Pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak sangat penting karena anak lahir dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau memberi keamanan dan perlindungan bagi dirinya sendiri.74 Keluargalah yang bertanggung 72
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 68.
73
Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Megraw Hill: International Student Edition, 1978), hlm. 229. 74
Heru Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 203.
37
jawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak. Mengingat pentingnya hidup di dalam keluarga, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota keluarga di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan Islam terlebih dahulu kepada keluarganya. Firman Allah : Berilah peringatan terlebih dahulu keluargamu yang dekat-dekat. (AsySyu‟ara: 214)75 Dari ayat di atas memiliki tafsir bahwa Allah menyeru kepada Rasulullah Muhammad SAW agar ia memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang dekat bahwasanya yang akan menyelamatkan mereka pada hari kiamat hanyalah iman mereka kepada Tuhan dan bukan hubungan kekeluargaan mereka dengan Rasulullah.76 Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa Islam memerintahkan kepada orang tua untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpinnya. Karena itu pulalah kemudian H.M. Arifin menyimpulkan bahwa fungsi orang tua menurut Islam dibagi menjadi dua, yaitu : a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga. 77 Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak. Orang tua harus memberi contoh dalam hidupnya, misalnya biasa beribadah shalat, puasa, dan membaca Al-Qur‟an. Sedangkan dalam pergaulan dan perlakuan terhadap anak, harus tampak rasa kasih sayang, kejujuran, kebenaran, 75
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 376.
76
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hlm. 91. 77
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, hlm. 74-75.
38
dan keadilan dalam segala hal. Setelah anak sampai kepada usia mulai mengerti sedikit-sedikit, atau pertumbuhan pikirannya mulai jelas, maka kebiasaan ibadah dan kesopanan Islam mulai dilatihkan kepada si anak secara tetap.78 Hal itu dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benarbenar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak.
C. Rumusan Hipotesis Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan tujuan dengan tegas, maka perlu adanya hipotesis. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris.79 Hipotesis adalah dugaan sementara, yang mempunyai kemungkinan untuk benar ataupun salah. Kedudukan hipotesis akan dianggap benar jika fakta dan data yang didapat dari penelitian dapat membuktikannya, sebaliknya jika fakta dan data yang didapat tidak bisa membuktikannya maka hipotesis ditolak. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah “kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang.
78
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, hlm. 87-88.
79
M. Iqbal Hasan, M. M, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 50.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan tentang “Pengaruh Kontribusi Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar Di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang” adalah termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak dituntut dengan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu dengan mengambil sampel dari suatu populasi di lapangan dan menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. 2 Teknik analisis yang dipakai adalah korelasional. Teknik ini dipakai untuk mencari hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Teknik uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang. Adapun waktu yang ditempuh untuk melakukan penelitian ini adalah pada tanggal 15 Februari sampai dengan tanggal 15 Maret 2012.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2007) hlm, 12. 2
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES Indo, 1995), cet.II, hlm. 3.
40
banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang berumur dari 6- 12 tahun di Desa Pongangan Kec. Gunung Pati Kota Semarang yang berjumlah 116 anak. Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. 4 Atau dapat dikatakan pula bahwa sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian.5 Jadi sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek dengan menggunakan teknik tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan populasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan.6 Berdasarkan pengertian di atas, dimana populasi penelitian ini besar, yaitu 116 sedangkan kemampuan peneliti terbatas, maka penulis mengambil sampel 25% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% X 116 anak =29 responden. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelompok yang memiliki susunan bertingkat berdasarkan usia, sehingga dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik proportional stratified random sampling atau sampel acak secara proporsional menurut tingkat usia.7 Adapun sampel yang diperoleh sebagai berikut:
3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm 118.
4
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm, 57. 5
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133. 6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, hlm. 131.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian….. hlm. 139.
41
Tabel 3.1 Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia Usia
Jumlah
Proporsi
6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun Jumlah
22 15 11 18 17 16 17 116
22/116 15/116 11/116 18/116 17/116 16/116 17/116
Proporsi Tiap Kategori 0,189x29 0,129x29 0,094x29 0,155x29 0,146x29 0,137x29 0,146x29
Sampel 5,48 3,74 2,72 4,49 4,23 3,97 4,23 28,86
D. Variabel dan indikator penelitian Pada penelitian yang bersifat kuantitatif ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independent atau variabel bebas dan variabel dependent atau variabel terikat. 1. Variabel independent atau variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lain dalam suatu penelitian.8 Pada penelitian ini kontribusi orang tua merupakan variabel bebas atau variabel independent dengan indikator sebagai berikut: a. Memperhatikan kebutuhan pendidikan. b. Memberikan fasilitas pendidikan. c. Mengingatkan untuk melakukan ibadah. 2. Variabel dependent atau variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu penelitian.9 Pada penelitian ini perilaku beribadah merupakan variabel terikat atau variabel dependent. Dengan indikator sebagai berikut: a. Menjalankan sholat lima waktu b. Menjalankan puasa c. Membaca Al-Qur’an. 8
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 48. 9
Purwanto, Instrumen…., hlm. 48.
42
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang tepat dan akurat dalam penelitian lapangan ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.10 Metode observasi yang digunakan di sini adalah observasi langsung yang dilakukan di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu bagaimana kontribusi orang tua dalam mendidik anaknya dan bagaimana perilaku beribadah anak di Desa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kuesioner atau Angket Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti. Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap.11 Dalam metode angket ini pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan dengan opsi. Metode ini digunakan untuk mengetahui kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah anak. Adapun bentuk angket ini adalah angket tertutup dengan bentuk pilihan ganda, dengan memberikan daftar pertanyaan sebanyak 25 soal untuk dijawab responden secara tertulis.
F. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, yaitu menganalisis adakah pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap 10
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan,
hlm. 48. 11
Nasution, Metodologi Research: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 128.
43
perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Adapun dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan tahapan, yaitu: 1. Analisis Pendahuluan Data dari hasil angket diberi skor pada setiap alternatif jawaban sesuai dengan bobot masing-masing jawaban, yaitu: jawaban A, B, C dan D diberi skor 4, 3, 2 dan 1. Kemudian nilai dimasukkan kedalam tabel data jumlah nilai tiap-tiap responden mengenai kontribusi orang tua (X) dan perilaku beribadah (Y). Selanjutnya untuk menentukan interval dan kualifikasi nilai dari masing-masing variabel tersebut dilakukan langkah–langkah sebagai berikut: a. Mencari nilai tertinggi (H) dan terendah (L). b. Menetapkan interval kelas, dengan rumus i =
R , dimana: K
R = H – Ldan K = 1 + 3,3 log N Keterangan: i = panjang interval R = range K= jumlah interval c. Menentukan tabel frekuensi dan mencari mean dan standar deviasi (SD) dengan menggunakan rumus:
d. Melakukan konversi nilai masing-masing variabel dengan menggunakan nilai standar lima.
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis disini adalah menghitung lebih lanjut pada distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut:
44
a. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium menggunakan korelasi moment tangkar dengan rumus: rxy =
dimana:
b. Uji signifikansi korelasi, dengan menggunakan 2 cara, yaitu: 1) Menggunakan r tabel, dengan ketentuan jika rxy > r tabel, baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% maka korelasi signifikan. 2) Menggunakan uji t dengan rumus: t hitung =
jika thitung> t tabel (0,01), dan t hitung> t tabel (0,05), maka signifikan. c. Mencari persamaan garis regresi, dengan rumus skor deviasi, yaitu:
d. Mencari harga F dengan skor deviasi, dengan rumus: Tabel 3.2 Rumus Analisis Regresi
45
Keterangan: N
: Jumlah responden
db
: Derajat kebebasan
JK
: Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi RK res : Rerata kuadrat residu F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi. 12 Langkah selanjutnya setelah diperoleh hasil penghitungan Freg adalah mengkonsultasikan Freg dengan Ftabel (Ft). Dengan kata lain jika: 1). Freg> dari Ft 1% dan Ft 5% maka signifikan, berarti hipotesis diterima. 2). Freg< dari Ft 1% dan Ft 5% maka non signifikan, hipotesis ditolak.
3. Analisis Lanjut Analisis ini dilakukan dengan cara menarik kesimpulan secara verbal mengenai pengaruh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Berdasarkan atas hasil dari penghitungan harga Freg setelah dikonsultasikan dengan harga F pada tabel. Jika dalam penghitungan ternyata Freg> harga Ft pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka kesimpulannya terbukti ada pengaruh positif yang meyakinkan kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Akan tetapi apabila dari penghitungan ternyata Freg < harga Ft pada taraf signifikansi 1% dan 5%, maka kesimpulannya tidak ada pengaruh yang meyakinkan kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati.
12
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi. (Yogyakarta: ANDI, 2004), Edisi II, hlm. 2-17.
46
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Deskripsi data disini adalah menyajikan dan menganalisis data tentang kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Data ini asal mulanya diperoleh dari data yang bersifat kualitatif, kemudian diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif. Data yang telah terkumpul, dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk tiap-tiap variabel. 1. Data tentang Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang Untuk mendapatkan data tentang kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga, peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data pokok yang diberikan kepada 29 responden, yaitu orang tua. Jumlah tersebut diambil dari 25% populasi orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun sejumlah 116 anak. Angket yang peneliti buat sebanyak 25 item pertanyaan, dan bersifat tertutup. Untuk menentukan nilai kuantitatif kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga adalah dengan menjumlahkan jawaban dari responden sesuai dengan alternatif pilihan jawaban. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah masing-masing alternatif jawaban yang dipilih dikalikan dengan bobot skor masing-masing. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 29 responden yang dijadikan sampel sebagai berikut:
47
Tabel 4.1 Data Tentang Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang (variabel X) Opsi Jawaban Skor Respo Jumlah nden A B C D 4 3 2 1 R_1 14 6 3 2 56 18 6 2 82 R_2 7 10 5 3 28 30 10 3 71 R_3 8 9 3 5 32 27 6 5 70 R_4 12 5 6 2 48 15 12 2 77 R_5 17 2 4 2 68 6 8 2 84 R_6 9 9 7 0 36 27 14 0 77 R_7 11 8 4 2 44 24 8 2 78 R_8 19 1 3 2 76 3 6 2 87 R_9 9 4 9 3 36 12 18 3 69 R_10 18 1 4 2 72 3 8 2 85 R_11 16 6 3 0 64 18 6 0 88 R_12 18 0 5 2 72 0 10 2 84 R_13 21 0 0 4 84 0 0 4 88 R_14 4 9 8 4 16 27 16 4 63 R_15 10 6 6 3 40 18 12 3 73 R_16 17 6 1 1 68 18 2 1 89 R_17 14 2 9 0 56 6 18 0 80 R_18 20 1 3 1 80 3 6 1 90 R_19 17 2 4 2 68 6 8 2 84 R_20 17 1 5 2 68 3 10 2 83 R_21 16 3 6 0 64 9 12 0 85 R_22 10 1 12 2 40 3 24 2 69 R_23 17 0 5 3 68 0 10 3 81 R_24 8 5 9 3 32 15 18 3 68 R_25 7 5 12 1 28 15 24 1 68 R_26 16 2 5 2 64 6 10 2 82 R_27 14 0 8 3 56 0 16 3 75 R_28 6 3 14 2 24 9 28 2 63 R_29 16 1 3 5 64 3 6 5 78 Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah: a. Mencari nilai tertinggi (H) dan nilai terendah (L), yaitu: H = 90 dan L = 63 b. Menetapkan interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
48
1) K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 29 = 1 + 3,3 (1,46) = 1 + 4,8 = 5,8 dibulatkan menjadi 6. Jadi banyaknya kelas interval adalah 6. 2) Mencari Range dengan rumus: R=H–L = 90 – 63 = 27 3) Menentukan panjang kelas interval dengan rumus: i
R 27 4,5 dibulatkan menjadi 5 K 6
Keterangan: i
= panjang kelas interval
R
= Range
K
= Banyaknya kelas interval
c. Mencari mean dan standar deviasi (SD). Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kontribusi Orang tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga (X) Interval 88-92 83-87 78-82 73-77 68-72 63-67
F 4 7 6 4 6 2 N=29
X 90 85 80 75 70 65
x' 1 0 -1 -2 -3 -4
fx' 4 0 -6 -8 -18 -8 ∑fx'=-36
(x')² 1 0 1 4 9 16
fx'² 4 0 6 16 54 32 ∑fx'²=112
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
49
Gambar 4.1 Histogram Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga
Untuk mencari mean variabel pengaruh kontribusi orang tua (variabel X) dapat dicari dengan rumus: M M' i
fx' N
(36) 29 85 5 (1,24) 85 6,2 78,8dibulatkan menjadi 79 85 5
Sedangkan untuk mencari standar deviasi (SD), menggunakan rumus:
fx'
2
SD i
N
fx' N
112 36 5 29 29
2
2
5 3,86 1,5376 5 2,3224 5 .1,52 7,6 dibulatkan menjadi 8
50
d. Membuat konversi nilai dengan standar skala lima. M + ( 1,5 SD) = 79 + ( 1,5.8) = 79 + 12 = 91 ke atas M + ( 0,5 SD) = 79 + ( 0,5.8) = 79 + 4 = 83 ke atas M – ( 0,5 SD) = 79 – ( 0,5.8) = 79 – 4 = 75 ke atas M – ( 1,5 SD) = 79 – ( 1,5.8) = 79 – 12 = 67 ke atas M – ( 1,5 SD) kebawah
= 67 kebawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval
dan
kualifikasi nilai sebagai berikut: Tabel 4.3 Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga Interval Nilai
Kualifikasi
91-100
A (ISTIMEWA)
83-90
B (BAIK)
75-82
C (CUKUP)
67-74
D (KURANG)
< 67
E (BURUK)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga sebesar 79 berada dalam kategori “cukup”, yaitu pada interval 75-82.
2. Data tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar Untuk menentukan nilai kuantitatif perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang, adalah dengan menjumlahkan jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi jawaban. Jumlah angket adalah 25, dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu: A, B, C, dan D, dengan skor 4, 3, 2, dan 1. Kemudian jumlah jawaban dikalikan dengan bobot skor jawaban masing-masing, sehingga dari penjumlahan itu akan diperoleh nilai maksimum sebesar 4 X 25=100, dan nilai minimum sebesar 1X25=25.
51
Tabel 4.4 Data tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar Responden R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29
A 17 2 1 9 20 17 6 13 12 16 21 20 17 1 6 20 15 7 9 12 21 13 19 10 15 12 9 10 15
Opsi Jawaban B C 3 2 12 6 3 3 1 7 0 4 3 5 8 10 1 10 7 4 4 4 3 1 2 2 4 1 12 12 6 11 5 0 5 4 12 6 2 11 11 2 0 3 11 1 1 5 5 9 7 1 5 8 4 12 4 10 3 5
Skor D 3 5 18 8 1 0 1 1 2 1 0 1 3 0 2 0 1 0 3 0 1 0 0 1 2 0 0 1 2
4 68 8 4 36 80 68 24 52 48 64 84 80 68 4 24 80 60 28 36 48 84 52 76 40 60 48 36 40 60
3 9 36 9 3 0 9 24 3 21 12 9 6 12 36 18 15 15 36 6 33 0 33 3 15 21 15 12 12 9
2 4 12 6 14 8 10 20 20 8 8 2 4 2 24 22 0 8 12 22 4 6 2 10 18 2 16 24 20 10
1 3 5 18 8 1 0 1 1 2 1 0 1 3 0 2 0 1 0 3 0 1 0 0 1 2 0 0 1 2
Jumlah 84 61 37 61 89 87 69 76 79 85 95 91 85 64 66 95 84 76 67 85 91 87 89 74 85 79 72 73 81
Berdasarkan tabel diatas, langkah selanjutnya adalah: a. Mencari Nilai Tertinggi ( H ) dan Nilai Terendah ( L ) , yaitu : H = 95 dan L = 37 b. Menetapkan Interval kelas. Langkah-langkah yang ditempuh adalah : 1) Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus :
52
K = 1 + 3,3 Log N = 1 + 3,3 Log 29 = 1 + 3,3 ( 1,46 ) = 1 + 4,8 = 5,8 dibulatkan menjadi 6 2) Mencari Range dengan rumus : R = H – L = 95- 37 = 58 3) Menentukan panjang kelas interval dengan rumus : i
R 58 9,6 dibulatkan menjadi10 K 6
Keterangan: i
= panjang kelas interval
R
= Range
K
= Banyaknya kelas interval
c. Mencari Mean dan standar deviasi (SD) Hasil dari pencarian interval diatas, kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus untuk mencari mean dan standar deviasi. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar Interval 37-46 47-56 57-66 67-76 77-86 87-96
F 1 0 4 7 9 8 N=29
X 41,5 51,5 61,5 71,5 81,5 91,5
y' 3 2 1 0 -1 -2
fy' 3 0 4 0 1 4 ∑fy'=-18
(y')² 9 4 1 0 1 4
f.y'² 9 0 4 0 9 32 ∑fy'²=54
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas, kemudian data tersebut divisualisasikan dalam bentuk histogram di bawah ini:
53
Gambar 4.2 Histogram Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar
Untuk mencari mean perilaku beribadah anak usia sekolah dasar(variabel Y), dapat dicari dengan rumus: M M' i
fy' N
(18) 29 71,5 10 (0,6206) 71,5 6,206 65,294dibulatkan menjadi 65 71,5 10
Sedangkan untuk mencari standar deviasi ( SD ) menggunakan rumus :
fy'
2
SD i
N
fy' N
54 18 10 29 29
2
2
10 1,862 0,385 10 1,477 10.1,215 12,15 dibulatkan menjadi12
54
d. Membuat Konversi Nilai dengan Standar Lima. M + ( 1,5 SD ) = 65,3 + ( 1,5.12 ) = 65,3 + 18 = 83,3 ke atas M + ( 0,5 SD ) = 65,3 + ( 0,5.12 ) = 65,3 + 6 = 71,3 ke atas M – ( 0,5 SD ) = 65,3 – ( 0,5 12 ) = 65,3 – 6 = 59,3 ke atas M – ( 1,5 SD ) = 65,3 – ( 1,5 12 ) = 65,3 – 18 = 47,3 ke atas M – ( 1,5 SD) ke bawah
= 47 ke bawah
Dari penghitungan nilai standar lima diperoleh data interval nilai dan kualifikasi sebagai berikut: Tabel 4.6 Interval Nilai dan Kualifikasi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah dasar Interval Nilai ≥ 83 71-82 59-70 47-58 ≤ 47
Kualifikasi A ( ISTIMEWA ) B ( BAIK ) C ( CUKUP ) D ( KURANG ) E ( BURUK )
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perilaku beribadah anak usia sekolah dasar sebesar 65 berada dalam kategori “cukup”, yaitu pada interval 59-70. B. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang”. Untuk menguji apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak, digunakan rumus analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium 2. Menguji signifikansi korelasi tersebut 3. Mencari persamaan garis regresi 4. Analisis varian garis regresi.
55
Untuk mempermudah langkah-langkah analisis regresi, maka data- data hasil angket mengenai kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga (X) dan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabel kerja koefisien korelasi. Tabel 4.7 Tabel Kerja Koefisien Korelasi antara Variabel Kontribusi Orang tua dalam Pendidikan Agama di Keluarga (X) dengan Variabel Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar (Y) Responden X Y X2 Y2 XY R_1 82 84 6724 7056 6888 R_2 71 61 5041 3721 4331 R_3 70 37 4900 1369 2590 R_4 77 66 5929 4356 5082 R_5 84 89 7056 7921 7476 R_6 77 87 5929 7569 6699 R_7 78 69 6084 4761 5382 R_8 87 76 7569 5776 6612 R_9 69 79 4761 6241 5451 R_10 85 85 7225 7225 7225 R_11 88 95 7744 9025 8360 R_12 84 91 7056 8281 7644 R_13 88 85 7744 7225 7480 R_14 63 64 3969 4096 4032 R_15 73 66 5329 4356 4818 R_16 89 95 7921 9025 8455 R_17 80 84 6400 7056 6720 R_18 90 76 8100 5776 6840 R_19 84 67 7056 4489 5628 R_20 83 85 6889 7225 7055 R_21 85 91 7225 8281 7735 R_22 69 87 4761 7569 6003 R_23 81 89 6561 7921 7209 R_24 68 74 4624 5476 5032 R_25 68 85 4624 7225 5780 R_26 82 79 6724 6241 6478 R_27 75 72 5625 5184 5400 R_28 63 73 3969 5329 4599 R_29 78 81 6084 6561 6318 Jumlah 2271 2272 179623 182336 179322
56
Dari tabel diatas diketahui bahwa: Ʃ X = 2271
Ʃ Y = 2272
Ʃ X² = 179623
Ʃ Y² = 182336
Ʃ XY = 179322
N = 29
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil tabel kerja ke dalam rumus analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium. Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y, dapat dicari melalui teknik korelasi moment tangkar dengan rumus sebagai berikut:
xy dimana x y x y xy xy rxy
2
2
N
= 179322
22712272
29 5159712 = 179322 29 = 179322 – 177921,103
x x x N
2
2
2
= 179623
22712 29
5157441 = 179623
29 = 179623 177842,793
= 1780,207
y y y N
2
2
2
2 2272 = 182336
29 5161984 = 182336 29 = 182336 177999,448
= 4336,552
57
xy x y
Jadi, rxy
2
2
=
1400,897 1780,207 4336,552
=
1400,897 7719960 ,226
=
1400,897 2778,481
= 0,504 Besaran Koefisien Determinasinya, =(Rsquare) = rxy² KP = rxy². 100% = 0,504².100% = 0,254016.100% = 25,4016% 2. Menguji signifikansi korelasi a. Menggunakan r tabel Dari uji koefisien korelasi diatas dapat diketahui bahwa r xy hitung=0,504, kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Jika rxy > r
tabel
baik pada taraf signifikansi
5% maupun 1% maka signifikan dan hipotesa diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: 4.8. Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r tabel rtabel
N
Rxy
29
0,504
5%
1%
0,367
0,470
Kesimpulan Signifikan
b. Menggunakan uji T, yaitu dengan rumus; t hitung
r (N 2)
(1 r 2 ) 0,504.5,196 0,863 2,618784 0,863 3,034
0,504 29 2 0,254016
58
Selanjutnya thitung = 3,034 dibandingkan dengan ttabel (0,01: 27) = 2,473 dan ttabel (0,05:27 ) = 1,703. Karena thitung = 3,034 > ttabel 0,01 = 2,473 dan ttabel 0,05 = 1,703, maka korelasi antara X dan Y signifikan.
3. Mencari persamaan garis regresi Persamaan garis regresi, dapat dicari dengan cara menggunakan skor deviasi, yaitu:
xy , dan X = X X x y 2272 78,344
y = ax dimana Y = Y Y , a Jika Y = Y Y dimana Y =
2
N
29
xy 1400,897 0,787 x 1780,207 x 2271 78,310 X = X X dimana X = a=
2
N
29
Maka y = ax atau Y - Y = a (X - X ) dapat kita selesaikan Y – 78,344 = 0,787 ( X – 78,310 ) Y – 78,344 = 0,787 X – 61,55166 Y = 0,787 X- 61,55166 + 78,344 Y = 0,787 X + 16,720 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa persamaan garis linier regresinya adalah : Y = 0,787 + 16,720
4. Analisis Varian Regresi Untuk menguji varian garis regresi, maka digunakan analisis regresi bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut:
59
Tabel 4.9: Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor Sumber variasi Regresi (reg)
Db 1
JK
xy x xy y x y
RK
F reg
2
2
2
Residu ( res )
N-2
Total ( T )
N-1
2
-
2
2
-
-
Keterangan: N
: Jumlah responden
db
: Derajat kebebasan
JK
: Jumlah kuadrat
RK reg : Rerata kuadrat garis regresi RK res : Rerata kuadrat residu F reg : Harga bilangan F untuk garis regresi Selanjutnya data-data yang telah ada pada langkah pertama (koefisien korelasi dengan skor deviasi) dimasukkan kedalam rumus:
y 4336,552 xy 1400,9897 1962512,405 1102,406 JKreg = 1780,207 1780,208 x xy 4336,5521102.406 3234,146 JKres = y x 2
a. JKtotal =
2
b.
2
2
2
c.
2
2
d. RKreg =
e. RKres =
Jadi Freg
JKreg dbreg
1102,406 1102,406 1
Jk res 3234 ,146 119,783 dbres 27
Rk reg Rk res
1102,406 9,203 119,783
Selanjutnya nilai F yang diperoleh (Freg), dikonsultasikan dengan nilai Ft (Ftabel) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Harga F pada tabel dinyatakan dengan Fα (dbreg: dbres dimana dbreg =1 dan dbres=N-2. sehingga untuk taraf
60
signifikansi 1% ditulis F 0,01(1:27) = 4,21 dan untuk taraf signifikansi 5% ditulis F 0,05 (1:27) = 7,68. Sebagaimana diketahui bahwa nilai Freg = 9,203 dengan demikian Freg > F 0,05 (1:27) dan Freg > F0,01 (1:27). Hal ini menunjukkan adanya nilai signifikansi, dan P<0,01 dan P<0,05. Maksudnya hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku beribadah anak usia sekolah dasar mempunyai ketergantungan dari seberapa besar kontribusi orang tua dalam mendidik anak, atau dengan kata lain adanya pengaruh kontribusi orang tua dalam mendidik anak terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar pada taraf signifikansi 1% maupun 5% dengan probabilitas atau kemungkinan salah lebih kecil dari 1% maupun 5%. Tabel 4.10 Uji Signifikansi Freg dengan Ftabel Sumber Variasi Regresi Residu Total
Db 1 27 28
JK
RK
Freg
Ftabel 5% 1%
1102,406 1102,406 9,203 4,21 3234,146 119,783 4336,552
7,68
Kriterium Signifikan
C. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penghitungan nilai variabel kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah dari bentuk kualitatif kedalam bentuk kuantitatif, maka diketahui nilai rata-rata kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang sebesar 79. Hal ini berarti bahwa kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga di desa tersebut adalah cukup, yaitu pada interval nilai 75 – 82. Sedangkan perhitungan rata-rata Perilaku Beribadah anak usia sekolah dasar di desa tersebut adalah sebesar 65. Hal ini berarti bahwa perilaku beribadah anak usia sekolah dasar dalam kategori cukup, karena berada pada interval nilai 59 – 70. Untuk menguji apakah korelasi antara kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar itu signifikan, maka harga r xy yang telah diketahui = 0,504 dapat dikonsultasikan dengan rtabel dengan N=29 atau derajat kebebasan db = 29-2. Dari
61
rtabel dengan N=29 (atau db=27) akan ditemukan harga r pada taraf signifikansi 1% = 0,470 dan r-tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,367. Karena harga r xy = 0,504 lebih besar dari harga rtabel maka disimpulkan bahwa korelasi kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang sangat signifikan. Koefisien determinasi (r 2) variabel kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga (X) dan variabel perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang (Y) adalah 0,504².100% =0.254016.100% = 25,4016. Dengan demikian pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 25,4016%, sedangkan 74,5984 % lainnya karena pengaruh faktor lain. Selanjutnya dari uji signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus Uji t, diperoleh hasil to= 3,034. Hasil ini dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf kepercayaan 1 % (t0,01) dan 5% (t0,05). Dari hasil penghitungan nilai to = 3,034 sedangkan t0,01 (27) = 2,473 dan t0.05 (27) = 1,703 dengan demikian to > t0,01 (27) dan to > t0,05 (27) ini berarti signifikan. Sementara itu dalam uji Freg diketahui nilai Freg =9,203 kemudian hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel dengan taraf signifikan 1%, ditulis F0,01 (1:27) dan taraf signifikan 5% ditulis F0,05 (1:27), sehingga diketahui: F0,01 (1:27) = 7,68 dan F0,05 (1:27) = 4,21. Nilai regresi (Freg) sebagaimana telah diketahui, yaitu 9,203 dengan demikian, maka Freg > F0,01 (1:27) dan Freg > F0,05 (1:27), ini berarti signifikan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu “kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang” diterima. Hal ini terbukti dengan diperolehnya harga F yang lebih besar dibanding dengan F pada tabel (N: 27) dengan signifikansi 5% dan 1%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terbukti merupakan prediktor yang ikut
62
menentukan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang. Sehingga, semakin baik kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga, maka semakin baik pula perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang. Sebaliknya semakin kurang kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga, maka semakin kurang pula perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan garis regresi Y=0,787X + 16,720. Dalam koefisien determinasi (r2) pengaruh variabel kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga terhadap perilaku beribadah anak usia sekolah dasar di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota semarang diketahui sebesar 25,4016% dan sisanya adalah pengaruh dari faktor lain, diantaranya adalah faktor intern anak itu sendiri. Selain itu ada faktor lain yang menyebabkan kontribusi orang tua dapat berpengaruh terhadap perilaku beribadah, hasil observasi peneliti beberapa faktor yang menyebabkan kontribusi orang tua dapat berpengaruh positif terhadap perilaku beribadah anak diantaranya: 1. Kemampuan orang tua mendidik anak dalam hal beribadah, orang tua cukup bisa mengajari anak ilmu agama dan melatih untuk melaksanakan ibadah dan melatih membaca Al-Qur’an. Anak-anak di desa tersebut yang berumur dari 6-12 tahun rata-rata sudah cukup fasih dalam membaca Al-Qur’an. 2. Orang tua cukup terlibat dalam membimbing anak, sehingga anak paham sedikit demi sedikit akan ilmu agama yang diajarkan oleh orang tua, terutama dalam pelaksanaan ibadah. Dan terlihatnya antusiasme anak untuk mengikuti sholat berjamaah di masjid. 3. Orang tua cukup memberikan fasilitas pendidikan untuk anak terutama bukubuku agama, sehingga hal itu dapat menunjang dan menambah pengetahuan anak.
D. Keterbatasan Penelitian Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun disadari bahwa ada beberapa keterbatasan, Namun diyakini bahwa hasil penelitian
63
yang diperoleh tetap dapat dijadikan acuan awal bagi penelitian selanjutnya. Dalam hal ini penulis perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang dimaksud, antara lain: 1. Oleh karena penelitian ini mengukur tentang kontribusi orang tua dalam mendidik anak dan perilaku beribadah anak yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, maka dari metode angket terdapat kelemahan, yaitu tidak dapat mengetahui dengan jelas tingkat kemantapan data. Usaha peneliti dengan cara observasi juga kurang maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya. 2. Dalam pengambilan sampel
yang dipilih tidak bisa secara persis
mencerminkan perilaku beribadah anak di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota semarang secara menyeluruh. Sebab itulah hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan untuk semua anak di Indonesia, akan tetapi hanya bisa digeneralisasikan untuk tempat penelitian saja. 3. Dikarenakan besarnya populasi penelitian, yaitu
anak usia 6-12 tahun,
sementara peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya mampu mengambil 25% saja dari populasi yang ada, yaitu sebesar responden untuk variabel X dan responden untuk variabel Y. Oleh karena itu dalam pengambilan sampel tidak bisa secara persis mencerminkan perilaku beribadah anak usia 6-12 tahun di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang secara menyeluruh. Namun usaha penulis untuk mengambil sampel secara proporsi sesuai strata/tingkat usia masing- masing, sudah dapat dikatakan representatif. 4. Tidak dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku beribadah anak di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang itu hanya dipengaruhi oleh kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga saja, walaupun kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku beribadah anak akan tetapi perilaku beribadah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor diri sendiri, lingkungan, sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dan menganalisa data yang telah diperoleh, dengan pembahasan yang berjudul “Pengaruh Kontribusi Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Di Keluarga Terhadap Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec. Gunungpati Kota Semarang” pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga adalah keikutsertaan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam mendidik, merawat, melindungi dan mengarahkan potensi dasar yang ada pada diri anak dan membantu perkembangan jiwa anak agar anak dapat hidup sesuai dengan tujuan pendidikan dan tercapainya kepribadian utama menurut ajaran Islam. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku anak, jika keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak sangat banyak, maka perilaku anak pun juga semakin baik, terutama dalam perilaku beribadah, keikutsertaan orang tua meliputi: memperhatikan kebutuhan pendidikan, memberikan fasilitas pendidikan, dan mengingatkan untuk melakukan ibadah. Keikutsertaan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang, Dari hasil penelitian dari sejumlah informan atau hasil angket yang disebarkan kepada orang tua di desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang temasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan rata-rata kontribusi orang tua sebesar 79 yang terletak pada interval 75 – 82. 2. Perilaku beribadah adalah bentuk-bentuk amal saleh yang dikerjakan karena mengharap ridha Allah SWT dan untuk membiasakan orang mukmin hidup dengan akhlak mulia. Beribadah disini meliputi: menjalankan shalat lima waktu, puasa, dan membaca Al-Qur’an.. Perilaku beribadah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perilaku beribadah anak yang berusia 6-12 tahun di
65
desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang. Dari hasil penelitian tentang perilaku beribadah di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang termasuk dalam kategori “cukup”. Hal ini ditunjukkan dengan penghitungan rata-rata perilaku beribadah anak di desa tersebut sebesar 65 yang terletak pada interval 59-70. 3. Setelah diinterpretasi dengan tabel korelasi product moment bahwa adanya pengaruh signifikan antara kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga dan perilaku beribadah anak usia sekolah dasar. Hal ini terbukti dari analisa regresi satu prediktor dengan hasil regresi (F reg) sebesar 9,203. Sehingga hipotesis yang mengatakan bahwa “kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beribadah anak usia Sekolah Dasar di Desa Pongangan Kec Gunung Pati Kota Semarang”. Atau semakin banyak kontribusi orang tua dalam pendidikan agama di keluarga maka semakin baik pula perilaku beribadah anak. Jadi hipotesis diatas diterima.
B. Saran 1. Bagi Orang Tua Sebaiknya para orang tua lebih meningkatkan keikutsertaanya atau keterlibatannya dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu lebih memperhatikan lagi segala kebutuhannya dan lebih mengontrol lagi segala perilaku yang dilakukan oleh anak, karena jika semakin orang tua ikut serta dalam mendidik anak-anaknya maka perilaku beribadah anak semakin baik pula. 2. Bagi Anak Seorang anak hendaknya mentaati segala apa yang diperintahkan oleh orang tua, karena salah satu kewajiban anak terhadap orang tua adalah dengan mentaati perintahnya, terutama dalam hal perintah untuk melaksanakan ibadah.
66
DAFTAR PUSTAKA
A. K, Baihaqi, Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Darul Ulum Press, 2001. Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj H. A. Mustofa, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. -------,Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Bumi Aksra, 2008. Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media, 1992. Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001. Al Bukhari, Abi Abdilah Muhammad bin Ismail, Shohih Bukhori juz I , Libanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2008. Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, Terj dari tafsir Al-Maraghi oleh Bahrun Abu Bakar dan Hery Noer Aly, Semarang: Karya Toha Putra, 1993. Aly, Heru Noer, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003. Amiroh, Maslahatul, Pengaruh Keteladanan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Ibadah Anak Usia Pendidikan Dasar di Desa Pantenan Kec. Paceng Gresik Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. Anshari, Hati, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Arifin, H. M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. -------, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah: Ibadah ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000. -------,Tuntunan Shalat Nabi SAW Sebuah Panduan Praktis, Semarang: Pustaka Rizki putra, 2004. Asy Assajstani, Abi Daud Sulaiman Bin, Sunan Abi Daud, Libanon: Darul Fikr, 1994. Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: Bina Ilmu, 1990. Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005. -------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. -------,Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. -------,Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. -------,Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Semarang: Citra Effhar, 1993. -------,Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Karya Toha Putra, 2002. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang, CV. Toha Putra, 1989. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000. -------,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia, 2008. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Donald, F J. Mc., Educational Psychology, San Fransisco: Wads Worth Publising, Inc, 1959. Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi. Yogyakarta: ANDI, 2004, Edisi II. Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Hasan, M. Iqbal, M. M, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Heyes, Malcolm Hardy Steve, Pengantar Psikologi, Terj. Soenardji, Jakarta: Erlangga, 1988. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080526075812AAueg8t/ Diakses tanggal 15-11-2011/ 10:02 Hurlock, Elisabeth B., Child Development, Megraw Hill: International Student Edition, 1978. -------, Perkembangan anak, Terj dari Child Development oleh Med Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1988. Idris, Zahara, Dasar-dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya, 1987. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Kartono, Kartini, Psikologi Anak, Bandung: Alumni, 1979. Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Al Husna Zikra, 1995. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda Karya, 1993. Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006. Mustawa, Ali, Pengaruh Pendidikan Agama dari Orang tua Terhadap Tingkah Laku Siswa kelas V MI Al-Khoiriyah I Semarang, Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007. Nancy F, John K., The Miracle of Mind Power for Children, Keajaiban Kekuatan Pikiran Anak, Terj dari Mind Power for children oleh Fistaulia FS, Jogjakarta: Gara Ilmu, 2008. Nanik, Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Prilaku Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang Tahun Ajaran 2003- 2004, Semarang: Perpustakaan Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007 Nasution, Metodologi Research: Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Nawawi, Imam, Etika Ahlul Qur’an, Terj dari At-tibyan fi adab khamlatul Qur’an oleh M. Qadirun Nur, Solo: Pustaka Mantiq, 1997. Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Rakhmat Jalaludin, dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994. Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009. Rohmad, Ali, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009. Shihab, M. Quraish ,Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002. -------, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Siagian, Sondang P, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES Indo, 1995, cet. II. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D, Bandung: Alfabeta, 2007. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Rake Press, 1984. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Ulwan, Abdullah Nashih, Kaidah-Kaidah Dasar, Terj dari Tarbiyatul Aulad FiilIslam oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. -------, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj dari Tarbiyatul Aulad Fiil-Islam oleh Saifullah Kamalie, Bandung: Asy Syifa, 1988.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Zuhaili, Muhammad, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Terj dari Al Islam Wa Asy Syabab oleh Arum Titi Sari, Jakarta: A. H Ba’adillah Press, 2002. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Proporsi Sampel Menurut Tingkat Usia, 43.
Tabel 2
Rumus Analisis Regresi, 46.
Tabel 3
Data Tentang kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga di Desa Pongangan gunungpati semarang, 49.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga, 50.
Tabel 5
Interval Nilai dan Kualifikasi Nilai Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di keluarga, 52.
Tabel 6
Data Tentang Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 53.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 54.
Tabel 8
Interval Nilai dan Kualifikasi Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 56.
Tabel 9
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Variabel Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga dengan Variabel Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar, 57.
Tabel 10
Tabel Uji Signifikansi Korelasi ro dengan r tabel , 59.
Tabel 11
Rumus Analisis Regresi Satu Prediktor, 60.
Tabel 12
Uji Signifikansi Freg dengan Ftabel, 62.
ANGKET PENELITIAN (Responden: Anak) I. IDENTITAS 1. Nama Anak
:
2. Nama Orang Tua
:
3. Umur
:
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu. 2. Bacalah tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggapsesuai dengan keadaanmu setiap hari. 4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian. 5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya. 6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu.
III. DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PERILAKU BERIBADAH
ANAK USIA
SEKOLAH DASAR (6-12) TAHUN A. Menjalankan Shalat Lima Waktu 1. Apakah orang tua menyuruh kamu mengerjakan sholat?
a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(3hari sekali)
b. Sering(2 hari sekali)
d. Tidak Pernah
2.Apakah sehari semalam kamu melakukan shalat fardhu lima kali? a. Selalu(5x)
d. Tidak Pernah
b. Sering(4x)
c. Kadang-kadang(3x)
3. Apakah ketika sholat orang tua kamu mengajak kamu berjama’ah? a. Selalu(5x dalam sehari)
c. Kadang-kadang(2x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari)
d. Tidak Pernah
4. Apakah orang tua kamu mengontrol keseharian sholat kamu? a. Selalu(5x dalam sehari)
c. Kadang-kadang(2x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari)
d. Tidak Pernah
5. Ketika mendengar adzan apakah kamu langsung mengerjakan sholat? a. Selalu(5x dalam sehari)
c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari)
d. Tidak Pernah
6. Pernahkah kamu meninggalkan sholat? a. Selalu(2 hari sekali)
c. Kadang-kadang(seminggu sekali)
b. Sering(4 hari sekali)
d. Tidak Pernah
7. Apakah kamu mengerjakan sholat dengan berjamaah? a. Selalu(5x dalam sehari)
c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari)
d. Tidak Pernah
8 Apakah setiap shalat kamu membaca doa-doa sholat? a. Selalu(5x dalam sehari)
c. Kadang-kadang(3x dalam sehari)
b. Sering(4x dalam sehari)
d. Tidak Pernah
9 Apakah kamu pernah bercanda ketika shalat? a. Selalu
d. Tidak Pernah
b. Sering
c. Kadang-kadang
B. Menjalankan Puasa 10. Apakah kamu diperintah orang tua untuk menjalankan puasa? a. Selalu(setiap hari)
c. Kadang-kadang(seminggu sekali)
b. Sering(3hari sekali)
d. Tidak Pernah
11. Apakah kamu melaksanakan puasa sehari penuh di bulan Ramadhan? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Apakah orang tua kamu mengajak sholat tarawih? a. Selalu(setiap hari)
c. Kadang-kadang(3 hari sekali)
b. Sering(2hari sekali)
d. Tidak Pernah
13 Apakah orang tua membangunkan kamu ketika makan sahur? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(3x sehari)
b. Sering(2x sehari)
d. Tidak Pernah
14 Apakah kamu pernah membatalkan puasa? a. Tidak pernah
c. Sering (2 Minggu sekali)
b. Kadang-kadang(3Minggu sekali)
d. Selalu(Setiap hari)
15 Apakah kamu menjalankan puasa sebulan penuh dalam bulan ramadhan? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16 Apakah kamu senang menjalankan puasa Ramadhan? a.Sangat Senang
c. Biasa
b. Senang
d. Tidak Senang
17 Apakah kamu membaca doa ketika mau berbuka puasa? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering(3 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
C. Membaca Al-Qur’an 18 Apakah kamu membaca Al-Qur’an setiap hari? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
19 Apakah orang tua kamu mendampingi ketika kamu membaca AlQur’an? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
20. Apakah orang tua kamu menyuruh kamu membaca Al-Qur’an di rumah? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(Seminggu Sekali)
b. Sering((3 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
21 Apakah orang tua kamu mengajari kamu membaca Al-Qur’an? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(3x sehari)
b. Sering(2x sehari)
d. Tidak Pernah
22 Ketika membaca Al-qur’an, apakah kamu berusaha dengan baik dalam membacanya? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23 Apakah kamu menyentuh Al-Qur’an atau membawa Al-Qur’an dengan tangan kanan? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
24 Apakah kamu selalu membaca Al-Qur’an dengan fasih? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
25 Apakah kamu berusaha membaca Al-qur’an sampai khatam meskipun dalam waktu 1 tahun? a. Selalu(Setiap Tahun)
c. Kadang-kadang(3 tahun Sekali)
b. Sering(2 Tahun Sekali)
d. Tidak Pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan ”
ANGKET PENELITIAN (Responden: Orang tua) I. IDENTITAS 1. Nama Orang Tua 2. Umur 3. Pendidikan 4.. Alamat
: : : : Pongangan, Gunungpati.
II. PETUNJUK UMUM 1. Isilah biodata Bapak/Ibu di atas terlebih dahulu. 2. Bacalah tiap-tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk menjawabnya. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaan bapak/ibu setiap hari. 4. Jawaban Bapak/Ibu hanya semata-mata untuk keperluan dalam penelitian,sehingga jawaban jujur anda akan sangat membantu penelitian ini. 5. Jawaban serta identitas bapak/ibu akan dijamin kerahasiaannya. III. DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PENDIDIKAN DI KELUARGA
KONTRIBUSI
ORANG
TUA
A. Memperhatikan Kebutuhan Pendidikan
1. Apakah Anda mendampingi anak ketika belajar? a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali) b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
2. Apakah Anda mendampingi anak ketika menonton televisi? a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali) b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
3. Apakah Anda menanyakan PR kepada anak? a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali) b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
4. Apakah Anda mengajari anak mengerjakan PR? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering
d. Tidak Pernah
5. Apakah Anda memilihkan acara TV untuk Anak? a. Selalu(Setiap hari) c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali) b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
6. Apakah Anda memberi hadiah jika anak mendapat prestasi? a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(3 minggu sekali) b. Sering(2 Minggu sekali)
d. Tidak Pernah
7. Apakah Anda memuji jika anak mendapat nilai bagus? a. Selalu(Seminggu sekali) c. Kadang-kadang(3 minggu sekali) b. Sering(2 Minggu sekali)
d. Tidak Pernah
DALAM
8. Apakah Anda memilih sekolah favorit untuk anak anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering
d. Tidak Pernah
B. Memberikan Fasilitas Pendidikan 9. Apakah Anda memberi anak buku-buku Islami? a. Selalu(Seminggu sekali)
c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali)
d. Tidak Pernah
10. Apakah Anda memenuhi perlengkapan ibadah untuk anak Anda? a. Selalu(Sebulan sekali)
c. Kadang-kadang(6 bulan Sekali)
b. Sering(2 bulan Sekali)
d. Tidak Pernah
11. Apakah Anda membuatkan tempat belajar khusus bagi anak anda? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
12. Apakah Anda mengundang privat untuk mengajari agama anak? a. Selalu(Setiap hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
13. Apakah Anda membelikan kaset VCD Islami untuk pendidikan anak Anda? a. Selalu(Seminggu sekali)
c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali)
d. Tidak Pernah
14. Apakah Anda membelikan buku sekolah untuk anak anda? a. Selalu(Seminggu sekali)
c. Kadang-kadang(Sebulan Sekali)
b. Sering(2 Minggu Sekali)
d. Tidak Pernah
15. Apakah Anda membelikan AlQur’an untuk anak Anda? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
16. Apakah Anda memberi uang saku kepada anak? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
C. Mengingatkan melakukan ibadah 17. Apakah Anda menyuruh anak untuk menjalankan sholat? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
18. Apakah Anda mengajak anak untuk sholat berjama’ah? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
19. Apakah Anda mengontrol keseharian sholat anak? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
20. Apakah Anda mengajari anak membaca Al-Qur’an? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
21. Apakah Anda mendampingi ketika anak membaca Al-Qur’an? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
22. Apakah Anda menyuruh anak untuk membaca lagi Al-Qur’an di rumah? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
23. Apakah Anda melatih anak untuk puasa pada bulan Ramadhan? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
24. Apakah Anda membangunkan anak ketika makan sahur? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
25. Apakah Anda mengajak anak untuk sholat tarawih? a. Selalu(Setiap Hari)
c. Kadang-kadang(3 Hari Sekali)
b. Sering(2 Hari Sekali)
d. Tidak Pernah
“ Terimakasih atas sumbangan jawaban yang telah anda berikan”
Daftar Nama Responden Orang Tua dan Anak Di Desa Pongangan Kec Gunungpati Kota Semarang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Orang Tua Abidin Dim Cholik Saefudin Saerofi Lindet Subiyanto Herman Widodo Muh sugiarto Endang Darmawan Sofiyani Arfan Faizin Muchlasin Muchsin Eko Supriyanto Samsuri Sama’i Sugiarto M. Khayun Andi Widiyanto Muhlisin Jamin Mastriono Muhtadi Basuki Rohmad Subki Isro Paroni Muchanan Beja Zuhri Saefudin
Nama Anak Irkham Turkhamun Muhammad Naufal Fajrin Nihayatus Sa’adah Muhammad Azkal azkiya Avrilia Ayu sekar wangi Emira Balqis Muhammad Vendra Selselia Devi Maulida Elena Fadhilatul Asyirah Arkan Nabil al-Hafidz Rochmatus Sania Fajar Rifqatun Naqiyah Eurico lazuardi Gibran Esa Novi Santika berliana Sahrinnuna Marlina Faras Dea Natasha Muhammad Miftakhul Syahyuda Pramudista Safril Khusaenil Fikri Taskiya Sarifatul Lana Nilta Fidya Silva Laili Maulida Dela sabila Alfian Feri Faturrahman Dimas Fahri Pambudi Yogi Adam Pratama Nadila Nur Hidayati Chofifah Taris Alya Ramadhana Silvia Ersa Elyana
Umur 6 Th 6 Th 6 Th 6 Th 6 Th 6 Th 7 Th 7 Th 7 Th 7 Th 8 Th 8 Th 8 Th 9 Th 9 Th 9 Th 9 Th 10 Th 10 Th 10 Th 10 Th 11 Th 11 Th 11 Th 11 Th 12 Th 12 Th 12 Th 12 Th
INSTRUMEN OBSERVASI Observasi Kontribusi Orang Tua No
Aspek Yang Diamati
1.
Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak
2.
Kemampuan orang tua mendidik anak dalam aspek perilaku beribadah
3.
4.
Skala Cukup
Kurang
Baik
Keterlibatan orang tua dalam membimbing anak untuk melakukan ibadah Kemampuan orang tua dalam memenuhi fasilitas pendidikan untuk anak
Observasi Perilaku Beribadah Anak No 1.
2.
3.
Aspek yang diamati Kefasihan anak dalam membaca Al-Qur’an Antusiasme anak untuk menjalankan ibadah seharihari Intensitas anak dalam mengikuti belajar membaca Al-Qur’an
Kurang
Skala Cukup
Baik
Kisi-kisi Angket Perilaku Beribadah Anak Variabel Y : Perilaku Beribadah Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) tahun
Indikator A. Menjalankan Shalat Lima
Butir Soal
Jumlah
Positif
Negatif
1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9
0
9
9
0
9
10, 11, 12, 13, 15, 16, 17
14
8
7
1
8
18, 19, 20, 21, 22, 23,
0
8
0
8
Waktu Jumlah B. Menjalankan Puasa Jumlah C. Membaca Al-Qur’an
24, 25 Jumlah Jumlah Total
8
25
KISI-KISI ANGKET Variabel X : Kontribusi Orang Tua dalam Pendidikan di Keluarga Indikator A Memperhatikan Kebutuhan Pendidikan Jumlah B Memberikan Fasilitas Pendidikan Jumlah C Mengingatkan Melakukan Ibadah Jumlah Jumlah Total
Nomor Soal Positif 1,2,3,4,5,6,7,8
Jumlah Negatif 0
8
8 9,10,11,12,13,14,15,16
0 0
8 8
8 17,18,19,20,21,22,23,24,25
0 0
8 9
9
0
9
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Cholasoh
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Semarang, 16 Oktober 1989
3. NIM
: 083111007
4. Alamat Rumah
: Ds. Pongangan Rt 03/01 Gunungati Semarang
HP
: 085 641 937 236
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. RA Raudlatul Athfal Gunungpati 1996-1997 b. MI Miftahul Hidayah Gunungpati 1997-2002 c. MTs Al-Islam Gunungpati 2002-2005 d. MAN Suruh Salatiga 2005-2008 e. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2008 2. Pendidikan Non Formal a. Madrasah Diniyah Da’watul Haq Pongangan Gunungpati 1997-2002 b. Ponpes Darul Ulum Suruh salatiga 2005-2008
Semarang, 30 april 2012
Cholasoh NIM : 083111007