ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh: MUHAMMAD RIZQI AJI NIM. 083511022
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Rizqi Aji
NIM
: 083511022
Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika menyatakan bahwa skripsi ini secara kesuluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali baagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 28 Juni 2012 Saya yang menyatakan,
Muhammad Rizqi Aji NIM. 083511022
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 Mei 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul Skripsi
: ANALISIS
FAKTOR
PENYEBAB
PESERTA
DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) Nama
:
Muhammad Rizqi Aji
NIM
:
083511022
Jurusan
: Tadris
Program Studi
: Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc NIP. 19760426 200604 2 001
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 Mei 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul Skripsi
: ANALISIS
FAKTOR
PENYEBAB
PESERTA
DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) Nama
:
Muhammad Rizqi Aji
NIM
:
083511022
Jurusan
: Tadris
Program Studi
: Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II,
Dr. Abdul Wahib, M. Ag NIP.19600615 199103 1 004
v
ABSTRAK Judul
: Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika Rendah (Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) Penulis : Muhammad Rizqi Aji NIM : 083511022 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan-temuan dilapangan yang menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 yang memperoleh hasil belajar matematika di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), padahal skor IQ peserta didik tersebut antara 110-130 (cerdas dan superior). Adapun masalah yang dikemukakan dalam penelitia ini berupa pertanyaan sebagai berikut: (1) Faktor apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menemukan masalah yang ada. Pengambilan subjek pada penelitian ini adalah empat peserta didik dari kelas XI IPA 4 dan tujuh peserta didik dari kelas XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 yang mempunyai skor IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) faktor internal: (a) kurang teliti dalam mengerjakan soal, (b) kurang fit, (c) kurang belajar, (d) kurang menguasai materi, (e) kurang hafal rumus, (f) kurang tekun berlatih, (g) tidak mau mengerjakan tugas, (h) meremehkan pelajaran, (i) kurang bisa mengontrol emosi, (j) kurang motivasi, (k) berfikir secara sintetis, (l) sering mengikuti kegiatan ekstra, (m) merasa terbebani dengan kontrol dan target dari orang tua, (n) kurang percaya diri, (o) menunda-nunda pekerjaan, (p) tidak menyukai pelajaran. (2) faktor eksternal: (a) kurang adanya keakraban antara pendidik dan peserta didik, (b) metode yang digunakan kurang membekas pada peserta didik, (c) jam pelajaran yang diberikan kurang, (d) orang tua kurang tegas dalam pendidikan anak, (e) orang tua kurang terlibat langsung, (f) orang tua terlalu membebani anak, (g) kurang mendukung anak, (h) motivasi kurang dirasakan anak, (i) memberikan nasehat yang membuat anak merasa menanggung tanggung jawab, (j) orang tua kurang mengontrol anak. Dari hasil penelitian ini disarankan agar peserta didik harus lebih giat untuk latihan mengerjakan soal yang lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika menemukan permasalahan atau soal yang baru. Pendidik lebih terbuka kepada peserta didik, sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik bisa terdeteksi oleh pendidik, dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk menanyakan materi yang belum mereka fahami. Pihak sekolah bisa memberikan jam ekstra untuk pelajaran yang lebih sulit. Penelitian ini semoga bisa bermanfaat untuk peserta didik, pendidik, dan orang tua dalam upaya memperbaiki hasil belajar anak. Sehingga anak bisa lebih nyaman dan merasa memiliki tanggung jawab untuk bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, maghfiroh sertahidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal petunjuk bagi hidup dan kehidupan kita di dunia yang selanjutnya di akhirat. Suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi penulis atas terselesainya penulisan tugas akhir akademi kini, meskipun dalam proses penyusunannya banyak mengalami hambatan dan cobaan, disebabkan lebih atas keterbatasan penulis. Namun, berkat bantuan dan motivasi serta doa dari berbagai pihak, Alhamdulillah penulis dapat melalui semua itu, walaupun penulis menyadari skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) tentu jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada : 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Dr. Sudja’i, M.Ag. 2. Ketua Jurusan Tadris, Bapak Wahyudi, M. Pd. 3. Ketua Prodi Tadris Matematika, Bapak Saminanto, S. Pd, M. Sc. 4. Sekretaris Prodi Tadris Matematika, Ibu Lulu’ Choirunnisa, S. Si, M. Pd. 5. Ibu Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc., dan bapakDr. Abdul Wahib, M. Ag., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. vii
6. Bapak Budi, bapak Pujiadi, bapak Amin Suyitno, bapak Aunur, ibu Yulia, ibu Mujiasih, ibu Muslikhah, dan segenap dewan pengajar Prodi Matematika. 7. Para dosen pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta para staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 8. Bapak Dwi Prihiyawanto dan Ibu Neneng Qoidah, kedua orang tua saya tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi. 9. KH. Siradj Khudhori dan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M. Ag., yang membimbing dan memberikan doa kepada penulis dari semester pertama sampai sekarang. 10. Mbah Putri, Mbah Din, Mbah Kakung, M. Kahfidhudin, M. Nurul Falaq, M. Irfan Alamsyah, Rizqi Dinda, dan semua keluarga tercinta. 11. Menwa, Sipuden, Mpah, Mbah Waw, Sodiq, Chinoxxx, Mi2r, Sepul, Tongklow,
Bojes,
Gendut,
Yami,
Peyem,
Wali,
dan
teman-teman
seperjuangan di KAMPOENG PECINAN. 12. Kang Amin, Gus Labib, Kang Karim, Kang Huda, Kang Ahmadi, kang Taqin, Deddy Gembel, Apep, Mbah Wo Tuo, Dur, Sepul Drev, dan semua keluarga besar DAARUN NAJAAH. 13. Nkroto, Jenggot, Hamim, Tri, Pi’i, Kamidun, dul arif, dul patah, alwi, heri, Ibnu Kecip, Akhla, dan semua teman seperjuangan D’TAMATH. 14. Segenap keluarga IMPADIS dan EL-SIMBANY yang selalu semangat, serta kawan-kawan yang pernah ikut LSB. 15. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan, baik moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi ini. Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya untaian terimakasih dengan tulus serta iringan do’a, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.
viii
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amiin.
Semarang, 28 Juni 2012 Penulis,
Muhammad Rizqi Aji NIM. 083511022
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... x BAB I
: PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. LatarBelakangMasalah ............................................................. 1 B. PembatasanMasalah .................................................................. 3 C. RumusanMasalah ...................................................................... 4 D. TujuandanManfaatPenelitian .................................................... 4
BAB II
: LANDASAN TEORI ..................................................................... 5 A. KajianPustaka ........................................................................... 5 B. KerangkaTeoritik ...................................................................... 6 1. Kecerdasan Intelegensi ........................................................ 6 2. Belajar .................................................................................. 9 3. Hasil Belajar ......................................................................... 11 4. Belajar Matematika .............................................................. 22 5. Bright Underachiever .......................................................... 23
BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 29 A. JenisPenelitian .......................................................................... 29 B. TempatdanWaktuPenelitian ...................................................... 29 C. SumberPenelitian ...................................................................... 29 D. FokusPenelitian......................................................................... 29 E. Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 30 F. Analisis Data Penelitian ............................................................ 31
x
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .... 34 A. LaporanHasilPenelitian............................................................. 34 1. Data Umum .......................................................................... 34 2. Data Penelitian ..................................................................... 38 B. Analisis Data ............................................................................. 45 1. Analisis Deskriptif ............................................................... 45 2. Analisis Kualitatif ................................................................ 47 3. Hasil Analisis Data............................................................... 51 C. KeterbatasanPenelitian ............................................................. 53 BAB V
: PENUTUP....................................................................................... 54 A. Simpulan ................................................................................... 54 B. Saran ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, hasil belajar menjadi salah satu indikasi berhasil tidaknya suatu pendidikan. Hasil belajar yang baik mengindikasikan berhasilnya suatu pendidikan. Begitu pula hasil belajar yang kurang baik, bisa dijadikan indikasi bahwa suatu pendidikan kurang berhasil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, diantaranya intelegensi. Intelegensi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar seseorang, hal ini dikarenakan intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah.1 Intelegensi mengandung beberapa kemampuan-kemampuan tertentu. Para pakar psikolog berbeda pendapat tentang kemampuan yang terkandung dalam intelegensi. Psikolog abad 19, Charles Spearman (1863-1945), sebagaimana dikutip oleh Desmita, berpendapat bahwa intelegensi mempunyai satu kemampuan umum dan khusus. Kemampuan umum dan kemampuan khusus ini mempengaruhi kecerdasan seseorang, semakin banyak kemampuan umum yang dimilikinya maka ia bisa dikatakan anak yang pandai. Sedangkan Louis Thurstone membagi intelegensi menjadi tujuh kemampuann primer, yaitu pemahaman verbal, kefasihan menggunakan kata-kata, kemampuan bilangan, kemampuan ruang, kemampuan mengingat, kecepatan pengamatan, dan kemampuan penalaran.2 Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada suatu tingkat rendah ada ilmu hitung, aljabar, dan ilmu ukur. Tetapi setiap ini telah diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak cabang baru bertambah.3 1
Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), hlm. 127. 2
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 166.
3
Roy Hollands, Kamus Matematika, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm. 81.
1
Matematika juga merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa matematika berhubungan dengan simbol-simbol dan membutuhkan pemikiran dalam mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemampuan-kemampuan yang ada pada intelegensi menunjukkan bahwa intelegensi menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika. Hal ini diperkuat dengan adanya kemampuan numeric (bilangan) dalam intelegensi. Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyertakan beberapa penelitian tentang hubungan kecerdasan intelegensi dengan hasil belajar. Penelitian pertama pada tahun 1982 Yule dan temannya melakukan penelitian terhadap anak sekolah dasar, hasilnya korelasi antara IQ dengan skor matematika berada pada skor r = 0,72.4 Dengan nilai r = 0,72 menunjukkan hubungan yang kuat antara IQ dan skor matematika. Penelitian yang dilakukan Johan Fauzan, mahasiswa prodi matematika Universitas Pancasakti Tegal, tentang pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar matematika di SMA Negri 1 Tanjung Brebes menunjukkan bahwa kecerdasan intelegensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, mahasiswa prodi pendidikan matematika Universitas Bengkulu, tentang hubungan kecerdasan dengan prestasi belajar matematika memperoleh hubungan yang signifikan. Di kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang terdapat 11 peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi tinggi tetapi memperoleh hasil belajar matematika yang rendah (Bright/Gifted Underachiever). Peneliti menggolongkan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi apabila skor IQ lebih dari 109 (di atas rata-rata, superior, dan sangat superior). Sedangkan hasil belajar
4
Saifudddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 167.
2
peserta didik digolongkan rendah apabila hasil belajar peserta didik di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70. Bright
underachiver
bisa
terjadi
karena
faktor-faktor
yang
menyebabkannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari keluarga, sekolah, lingkungan, dan diri anak itu sendiri. Dari permasalahan tersebut, diperlukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta didik dengan IQ tingg0069. B. Pembatasan Masalah Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar fokus. Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan dan batas penelitian.5 Fokus penelitian dalam metode penelitian kualitatif juga dapat dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu:6 1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informan 2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu 3. Menetapkan fokus yang memiliki temuan untuk pengembangan iptek 4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teoriteori yang telah ada Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan keterikatan atau ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi dan eksklusi informasi baru. Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian dilakukan pada peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang kelas XI IPA 4 dan IPA 5 Tahun Ajaran 2011/2012
5
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Akasara, 2006), hlm. 94. 6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 209.
3
b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki keterkaitan
dengan
faktor-faktor
penyebab
peserta
didik
dengan
kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah: Faktor apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah? D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar yang rendah, sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dari tujuan dilakukannya penelitian ini, hasil penelitian diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti: untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang pengetahuan faktor anak dengan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar matematika rendah 2. Bagi peserta didik: membuat peserta didik mengetahui faktor anak dengan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar matematika rendah sehingga menambah motivasi dalam belajar. 3. Bagi pendidik: diharapkan pendidik dapat mengetahui faktor anak dengan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar matematika rendah sehingga dapat memberikan solusi yang tepat untuk memecahkannya. 4. Bagi sekolah: diharapkan sekolah dapat menerapkan sistem kependidikan yang dapat menumbuh kembangkan bakat dan kemampuan yang terdapat pada peserta didik.
4
BAB II BRIGHT UNDERACHIVER A. Kajian Pustaka Sebagai kajian yang relevan dan memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti disertakan telaah pustaka yang mengkaji tentang hubungan dan pengaruh kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar peserta didik. Skripsi
berjudul
“Pengaruh
Tingkat
Kecerdasan
Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Matematika (studi penelitian pada siswa kelas XII semester I program IPS SMA Negeri 1 tanjung Brebes tahun pelajaran 2010/2011)” yang ditulis oleh Johan Fauzan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Populasi dan sampel pada penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas XII Semester I Program IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 222 siswa yang terbagi dalam 5 kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, (1) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar matematika. (2) Ada pengaruh namun tidak signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika. (3) Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika. (4) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika. (5) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika. (6) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika. (7) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar pada siswa kelas XII Semester I Program IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi berjudul “Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota
5
Bengkulu” yang ditulis oleh mulyani mahasiswa program studi pendidikan matematika jurusan pendidikan matematika dan IPA fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Bengkulu 2006. Dari hasil penelitian diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan hasil belajar matematika. Sampel dari penelitian tersebut adalah 40 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara : (1) tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa, (2) motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa. Skripsi yang disertakan di atas membahas tentang hubungan dan pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan yang peneliti kaji adalah tentang faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. B. Kerangka Teoritik 1. Kecerdasan Intelegensi Kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh pengetahuan (belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan (memecahkan masalah), dan melakukan penalaran abstrak.7 Sedangkan intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan kemampuan memahami pertalianpertalian dan belajar secara cepat.8
7
C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir Shaleh, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 125 8
J. P. Chaplin, Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 253.
6
Walters dan Gardner , sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar, berpendapat intelegensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.9 Menurut William stern, sebagaimana dikutip oleh baharuddin, intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan baru dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat.10 Sedangkan menurut Terman, sebagaimana dikutip oleh F. Patty et. al, intelegensi adalah kesanggupan belajar secara abstrak.11 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat, mudah, dan tepat (memadai).12 Kecerdasan intelegensi (Intelligence Quotient) adalah satu indeks tingkat relative kecermelangan anak, setelah ia dibandingkan dengan anakanak lain yang seusia.13 Pengukuran intelegensi yang pertama dilakukan oleh Alfred Binet, pengukuran yang digunakan oleh binet mengambil perbedaan antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA).14 menurut binet intelegensi anak akan terus bertambah sampai umur 15, di atas umur 15 yang bertambah hanyalah pengetahuannya saja.15
9
Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 7.
10
Baharuddin, Psikologi, hlm. 126.
11
F. Patty, et. al, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.
12
Baharuddin, Psikologi, hlm. 127.
13
J. P. Chaplin, Kamus, hlm. 253.
14
Desmita, Psikologi, hlm. 164.
15
Baharuddin, Psikologi, 128.
128.
7
Binet dibantu dengan simon mengklasifikasikan kecerdasan intelegensi (IQ) menjadi 8 golongan16: Tabel 1. Klasifkasi Tingkatan Menurut Binet Interval
Predikat
140 ke atas
Sangat Cerdas
120 – 140
Cerdas
110 – 120
Pandai
90 – 110
Normal
70 – 90
Bodoh
50 – 70
Debil
30 – 50
Embisil
Di bawah 30
Idiot
William Stern menyempurnakan tes intelegensi Binet, Stern mengembangkannya dengan istilah IQ (Intelligence Quotient) yang menggambarkan inteligensi sebagai rasio antara usia mental dengan usia kronologis dengan rumus:
IQ =
. Angka hasil tes IQ
diklasifikasikan sebagai berikut:17
16
Baharuddin, Psikologi, 131 - 132.
17
Desmita, Psikologi, hlm. 165.
8
Tabel 2. Klasifikasi tingkatan IQ Menurut Stern IQ
Klasifikasi
Tingkat Sekolah
Di atas 139
Sangat superior
Orang yang sangat pandai
120 – 139
Superior
110 – 119
Di atas rata-rata
90 – 109
Rata-rata
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
80 – 89
Di bawah rata-rata
Dapat menyelesaikan sekolah dasar
70 – 79
Borderline
Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat
Di 70
Dapat menyelesaikan pendidikan di universitas tanpa banyak kesulitan Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan
bawah Terbelakang secara Tidak bisa mengikuti pendidikan di mental sekolah Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan klasifikasi tingkatan IQ menurut William Stern.
2. Belajar Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran koneksionisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan.18 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan
lingkungannya
yang
menyangkut
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor.19 18
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hlm 208.
19
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011), hlm.
13.
9
Menurut Clifford T. Morgan, sebagaimana yang dikutip Mustaqim, mengemukakan definisi dari belajar, ”learning is any relatively permanent change in behaviour that is result of past experience”.20 Menurut Dalyono, salah satu elemen penting dalam belajar adalah perubahan. Pendapat ini didasarkan pada definisi para ahli yang menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Misalnya definisi yang dikemukakan oleh Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.21 Jadi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman seseorang maupun interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian di atas terlihat bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif. Belajar juga merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Atau bisa pula disebutkan belajar merupakan proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, dan belajar adalah juga proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.22 Banyak sekali teori yang membahas tentang belajar. Setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, maka teori belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu asosiasi dan gestalt 23. Pada prinsipnya belajar merupakan suatu proses merubah diri dalam bentuk aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu (behavioral changes) peserta didik baik mengenai tingkat kemajuan 20
Mustaqim. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 33.
21
M. Dalyono, Psikologi, hlm. 211.
22
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm.28. 23
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2004), hlm.15.
10
intelek, perkembangan jiwa, sikap, pengertian, kecakapan, kebiasaan, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala aspek orgenisme pada umumnya. 3. Hasil Belajar a. Pengertian Banyak pendapat yang dikemukakan berkaitan dengan hasil belajar, baik dari kalangan islam maupun lainnya. Misalnya al-Zarnuji yang berangkat dari suatu konsep dasar, bahwa belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Ia menekankan bahwa proses belajar mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar mengajar hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Hasil belajar juga adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Baginya belajar menghasilkan perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri peserta didik karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan peserta didik tersebut. 24 Dari semuanya maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar merupakan : 1) Pengamalan ilmu yang telah diperoleh demi kemaslahatan diri dan sesamanya, dan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. 2) Perubahan mental dan tingkah laku pada individu.
24
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), hlm. 22.
11
3) Suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. 4) Hasil belajar akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. b. Macam-macam Hasil Belajar Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.25 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemehaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.26 Dalam matematika tujuan utama pembelajaran yang ingin dicapai adalah tujuan pembelajaran yang berdasarkan ranah kognitif ini.27 Dan berikut ini sekilas penjelasannya satu per satu: 28 1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. 2) Tingkat
pemahaman
kemampuan
seseorang
25
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
26
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
(comprehension), dalam
diartikan
mengartikan,
sebagai
menafsirkan,
27
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 139. 28
Uno, Model, hlm. 140.
12
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat analisis ( analysis ), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain. 5) Tingkat sintesis (synthesis), yakni sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga berbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6) Tingkat evaluasi (evaluation), yakni sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.29 Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.30 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar Dari dimensi peserta didik masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri peserta didik, baik berkenaan dengan minat, 29
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
30
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 23.
13
kecakapan maupun dengan pengalaman-pengalaman. Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar, masalah belajar dan evaluasi hasil belajar. Betapa tingginya nilai sebuah keberhasilan sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu dapat tercapai, maka berbagai faktor itu juga menjadi pendukungnya. Berbagai faktor tersebut antara lain: 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktorfaktor tersebut meliputi:31 a) Karakteristik peserta didik Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang bermacammacam. Karakteristik peserta didik yang berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri peserta didik, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian dan sebagainya. Karakteristik peserta didik merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas seorang peserta didik.32 b) Intelegensi dan bakat Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung 31
Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm. 19. 32
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 158.
14
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarpun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.33 Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Menurut Syatha Al-Dimysthi dalam Mahmud: setiap orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak dimiliki orang lain. Manusia berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.34 Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. Korelasi antara bakat misalnya untuk mata pelajaran tertentu dan prestasi untuk bidang studi itu setinggi 70. Hasil itu akan tampak apabila peserta didik dalam suatu kelas diberikan metode yang sama dan waktu belajar yang sama. Atas kepercayaan itu timbul kepercayaan pada pendidik bahwa suatu pelajaran tertentu dan pelajaran yang lain hanya dapat dikuasai sempurna oleh sebagian peserta didik saja, yaitu yang mempunyai
bakat
khusus
bersangkutan itu saja.
pada
mata
pelajaran
yang
dan
rohani
sangat
besar
35
c) Kesehatan Kesehatan
jasmani
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.36 33
M. Dalyono, Psikologi, hlm. 56.
34
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 97.
35
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 38. 36
M. Dalyono, Psikologi. hlm. 55.
15
Keadaan
tonus
jasmani
pada
umumnya
dapat
melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang kurang segar akan berbeda pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang segar, keadaan jasmani yang lelah berbeda pengaruhnya dengan yang tidak lelah.37 Demikian pula jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengurangi semangat belajar. d) Minat dan motivasi (1) Minat Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau besar hubungan tersebut, semakin besar minatnya.38
(2) Motivasi Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik agar dapat mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan tampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran.39 Motivasi dan belajar merupakan hal yang paling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku 37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010),
hlm. 235. 38
H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 121.
39
Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: ALVABETA, CV, 2009), hlm.
180.
16
secara relative permanent dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice).40 e) Kebiasaan belajar Belajar merupakan proses bernilai tambah dilihat dari perubahan perilaku.41 Dalam kaitanya dengan perkembangan manusia, belajar adalah merupakan faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa
pengetahuan,
sikap,
keterampilan,
nilai,
reaksi,
keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah dioperoleh melalui belajar.42 Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana
cara
membaca,
mencatat,
menggarisbawahi,
membuat ringkasan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.43 2) Faktor Eksternal a) Faktor Guru Guru sebagai komponen pendidikan dan pengajaran di sekolah menjalankan tugas dan fungsinya di dalam proses belajar dan mengajar atas dasar kemampuan mengajar yang dimiliki (hariwung, 1989).44 Guru mempunyai tugas mengatur lingkungan/kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan 40
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 23. 41
Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 190. 42
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 54.
43
M. Dalyono, Psikologi, hlm. 58.
44
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: CV Alfabeta, 2009), hlm.
35.
17
suburnya perhatian konsentrasi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.45 Kegiatan belajar peserta didik banyak dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru.46 Dalam segi guru, tujuan pembelajaran juga dapat mempengaruhi. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tergapainnya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.47 Perumusan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula terhadap adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Jadi, dalam penerapan suatu strategi pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.48 Di kelas, salah satu tugas guru tak lain adalah mengenal peserta didik yang diajarnya. Yakni sifat peserta didik secara umum maupun secara khusus.49 Secara umum itu berkaitan dengan ukuran umur seorang peserta didik, anak usia rendah tentu saja memiliki sifat yang berbeda dengan anak yang usianya tinggi, dalam kisaran umur tertentu cara berfikir seorang anak berbeda-beda. Seorang guru harus tahu taraf umur peserta didik yang diajarnya, hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa dan sikap yang sesuai dengan peserta didik
45
Mustaqim, Psikologi, hlm. 73.
46
Nana Sudjana, Dasar, hlm. 72.
47
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Balajar Mengajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006), hlm. 109. 48
Made, Wena, strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta timur: RT Bumi Aksara, 2009), hlm. 14. 49
Uyoh Sadulloh, et. al., Pedagogik, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 133.
18
yang dihadapi. Sedangkan sifat khusus yaitu sifat yang berbeda-beda pada setiap individu pada taraf umur yang sama. Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.50 Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi seperti inilah penguasaan materi oleh guru mutlak diperlukan agar dalam penyampaian materi kepada peserta didik guru dapat menjelaskanya dengan efektif, sehingga peserta didik mengerti akan penjelasan tersebut. Adapun dalam segi peserta didik, untuk menguasai suatu bahan atau materi pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap peserta didik.51 Begitu pentingnya peran guru dalam pendidikan, maka dari kompetensi guru sangat dipertanggungjawabkan saat pengajaran. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu: profesi, penguasaan bahan pembelajaran, penggunaan metode pengajaran, perancangan peran secara situasional, dan penyesuaian pelaksanaan pembelajaran.52 b) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan
belajar.
Kualitas
guru,
metode
pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
50
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 60. 51
Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 167. 52
Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.
54.
19
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, hal
ini
turut mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik.53 (1) Sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya
media
pembelajaran,
alat-alat
pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.54 Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.55 (2) Kurikulum Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah
adalah
kurikulum
nasional
yang
disahkan
pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajarmengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan
53
M. Dalyono Psikologi, hlm. 59.
54
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 200. 55
Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.
249.
20
peserta didik. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran di sekolah sesuai dengan system pendidikan nasional.56 c) Lingkungan Pembelajaran Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membagi dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar peserta didik. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial peserta didik adalah masyarakat dan tetangga dan teman-teman se permainan di sekitar perkampungan peserta didik tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Paling tidak, peserta didik tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.57 Secara lebih luas dan lebih mencakup, lingkungan pembelajaran mengacu pada berbagai subtansi yang dapat dan perlu dijadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan sebagai sumber materi pembelajaran.58
56
Dimyati, et. al., Belajar, hlm. 253.
57
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), hlm.
125. 58
Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm. 56.
21
4. Belajar Matematika a. Tinjauan tentang Matematika Sebelum membahas tentang belajar matematika, terlebih dahulu dibahas tentang matematika. Russel sebagaimana dikutip Carpenter mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun secara bertahap menuju arah yang rumit, dari bilangan bulat ke pecahan, bilangan real ke bilangan komplek, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan akhirnya menuju matematika yang lebih tinggi.59 Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada suatu tingkat rendah ada ilmu hitung, aljabar dan ilmu ukur. Tetapi setiap ini telah diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak cabang baru bertambah.60 Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas dapat disarikan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis
dan
konstruksi,
generalitas
dan
individualitas,
serta
mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.61 b. Belajar Matematika Setelah dikemukakan mengenai belajar dan matematika, selanjutnya dapat diketahui mengenai hakikat belajar matematika. Schoenfeld mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat 59
Uno, Model, hlm. 129.
60
Hollands, Kamus, hlm. 81.
61
Uno, Model, hlm. 129.
22
keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial.62 5. Peserta didik yang mempunyai IQ tinggi tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah (Bright Underachiever)
a. Pengertian Underachiever
merupakan istilah yang sering digunakan
untuk anak yang mempunyai kemampuan-kemampuan spesial ataupun IQ yang tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. James S. Brown berpendapat bahwa underachiever adalah anak yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi menunjukkan hasil belajar yang lebih jelek.63 Underachiever adalah anak yang memperoleh hasil belajar atau prestasi belajar di sekolah lebih jelek daripada kemampuan yang mereka miliki.64 Anak yang mempunyai kemampuan spesial yang memperoleh hasil belajar rendah adalah anak yang mempunyai hasil belajar yang jauh lebih rendah dari potensi akademik mereka.65 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bright Underachiever adalah anak yang hasil belajarnya tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. b. Faktor-faktor yang menyebabkan Underachievement Underachievement tidak hanya murni karena kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, lingkungan tempat tinggal, teman sekolah, pendidik, dan keluarga juga bisa menjadi penyebab
62
Uno, Model, hlm.130.
63
James S. Brown, Rescuing Our Underachieving Sons, (United States of America: Xlibis Corporation, 2011), hlm. 127. 64
Kiesa Kay, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal Stories from The Expert, (Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007), hlm. 127-128. 65
Mahmood Ahmad Khan, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial, (New Delhi: Taarun Offset Printers, 2005), hlm. 18.
23
underachievement. Underachievement bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang bukan berasal dari individu yang bersangkutan. Faktor eksternal meliputi: a) Keluarga Setiap orang tua pasti menginginkan hasil belajar yang maksimal dari anak mereka. Akan tetapi cara orang tua mengekspresikan keinginan mereka terkadang tidak sesuai dengan anak mereka. Tuntutan atau harapan yang berlebihan dari orang tua bisa menjadi beban tersendiri bagi anak, sehingga bisa berimbas pada hasil motivasi anak.66 Kebiasaan interaksi yang dilakukan orang tua juga bisa mempengaruhi hasil belajar anak.67 Orang tua yang kurang mendukung anaknya dalam belajar bisa berakibat pada mental anak dan selanjutnya berpengaruh terhadap hasil belajar anak mereka. Menurut David A. Sousa menyatakan bahwa keluarga bisa mempengaruhi hasil belajar anak, diantaranya:68 1) Orang tua menunjukkan sikap yang tidak mendukung anak. 2) Kurang terlibat dan kurang tegas dalam pendidikan anak 3) Mengharap terlalu berlebihan terhadap anak 4) Tidak percaya terhadap kemampuan belajar mereka b) Sekolah Sekolah merupakan tempat mencari ilmu anak. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal peserta didik haruslah 66
Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hlm. 59. 67
Kiesa Kay, et. al., High, hlm. 136.
68
David A. Sousa, How The Gifted Brain Learns, (California: A Sage Company, 2009),
hlm. 95.
24
termotivasi untuk bekerja lebih keras. Menurut saifudin Azwar sekolah haruslah menyiapkan kurikulum khusus untuk mengoptimalkan bakat dan kemampuan anak yang mempunyai IQ tinggi.69 Apabila anak yang mempunyai IQ tinggi disamakan dengan yang lain akan timbul kebosanan yang memicu anak untuk berbuat sesuatu yang bisa menyebabkan teranggunya aktifitas belajar mengajar.70 Sedangkan
menurut
David
A.
Sousa,
sekolah
dapat
mempengaruhi anak, faktor-faktor tersebut diantaranya:71 1) Kurangnya hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik 2) Waktu yang disediakan terlalu sedikit 3) Suasana kelas yang kurang mendukung 4) Kurang menarik dan tak termotivasi di sekolahan c) Lingkungan tempat tinggal Bright Underachiever biasanya bertempat tinggal yang berisik, lingkungan pekerja, lingkungan yang tidak mendukung pendidikan.72 2. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari peserta didik dan menyebabkan underachievement. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bright underachiever, diantaranya:
69
Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 172.
70
Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 171.
71
Sousa, How, hlm.95.
72
Khan, Gifted, hlm. 30.
25
a) Motivasi Motivasi dari peserta didik merupakan hal yang penting. Motivasi dapat tumbuh dari hadiah (rewards) yang bisa berupa nilai atau bingkisan kecil.73 b) Kepribadian Ada lima karakter kepribadian yang mempunyai pengaruh paling besar, yaitu: mental, kurang percaya diri, ikut-ikutan, keterbukaan, dan kehati-hatian.74 c) Pembebanan Sering kali guru memberikan anak didiknya dengan berbagai tugas yang dijadikan beban oleh anak.75 c. Karakteristik bright underachiever Seorang anak yang memiliki kecerdasan intelegensi yang tinggi (bright/gifted) memiliki karakteristik yang bisa menjadikannya upperachiever, akan tetapi juga memiliki karakteristik yang membuatnya menjadi underachiever. S. C. U. Munandar, sebagaiman yang dikutip Sutjihati Somantri, mengutip dari Hoyle dan Wilks dalam menentukan kriteria yang dimiliki oleh seorang yang berbakat (bright), diantaranya: 1) Memiliki kemampuan berfikir superior, abstrak, menggenalisir fakta, memahami makna, dan memahami hubungan 2) Memiliki hasrat ingin tahu yang luas 3) Memiliki rentang minat yang luas 4) Memiliki rentang perhatian yang luas yang memungkinkan daya konsentrasi bertahan dalam pemecahan
masalah dan berhasrat
tinggi untuk menyelesaikannya
73
Diane Montgomery, Able, gifted, and Talented Underachievers, (West Sussex, PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009), hlm. 9. 74
Diane Montgomery, Able, hlm. 10.
75
Diane Montgomery, Able, hlm. 14.
26
5) Memilliki kemampuan berbahasa tinggi baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan teman sebayanya 6) Memiliki kemampuan bekerja efektif dan mandiri 7) Memiliki kesiapan belajar lebih awal 8) Menunjukkan kekuatan pengamatan yang tajam 9) Menunujukkan inisiatif dan originalitas pekerjaan intelektual 10) Mampu dan siap merespon secara cepat terhadap gagasan baru 11) Mampu mengingat secara cepat 12) Menunjukkan minat yang luas terhadap masalah manusia dan dunia 13) Memiliki imajinasi yang luar biasa 14) Mampu mengikuti petunjuk yang sulit secara mudah 15) Mampu membaca cepat.76 Sedangkan Wolf & Stephen, seperti yang dikutip Saifuddin Azwar, mengutip hasil penelitian yang dilakukan Terman dan kawankawannya mengenai karakteristik gifted/bright, karakteristik tersebut sebagai berikut: 1) Cepat belajar 2) Berminat dalam membaca biografi-biografi 3) Punya kecenderungan ilmiah 4) Telah dapat membaca sebelum masuk sekolah 5) Suka belajar 6) Mempunyai penalaran abstrak yang baik 7) Mampu berbahasa dengan baik 8) Tulisan tangannya jelek 9) Anak tunggal 10) Anak sulung 11) Lahir dari pasangan suami istri yang agak tua 76
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm. 171.
27
12) Penyesuaiannya baik 13) Sehat jasmaniah 14) Punya skor tinggi dalam berbagai tes prestasi 15) Imajinasinya baik 16) Tingkat energy tinggi77 Karakteristik di atas bisa ditemui pada seorang anak yang mempunyai IQ tinggi, akan tetapi juga bisa hanya beberapa karakteristik saja yang ditemui pada seorang anak Bright. Sedangkan karakteristik atau sifat-sifat yang menyebabkan underachiever sering ditemui pada anak yang berbakat. Mahmood Ahmad Khan menyebutkan ada beberapa hal yang sering terdapat pada bright underachiever, diantaranya: a) Kurang motivasi b) Kurang tekun c) Membuat kesalahan d) Ketidakmampuan dalam menerjemahkan masalah e) Kurangnya minat f) Menganggap tugas sebagai beban g) Kebingungan dalam memulai menyelesaikan masalah h) Menunda-nunda pekerjaan i) Kurang mampu mengidentifikasi kesalahan j) Merasa bertanggung jawab pada orang lain k) Berlarut-larut dalam kesulitan pribadi l) Meremehkan m) Belajar terlalu keras atau terlalu malas n) Kurang mampu menahan euphoria o) Ketidak mauan untuk melihat lingkungan sekitar p) Kurang seimbang dalam berfikir secara analitis dan sintetis q) Terlalu percaya diri atau kurang percaya diri 77
Saifuddun Azwar, Pengantar, hlm. 139.
28
r) Kurang mampu mengontrol emosi78 Underachievers seringkali tidak yaqin bisa memperoleh hasil yang lebih baik, walaupun mereka sudah berusaha lebih keras.79 Sedangkan
Michael
D.
Whitley
membagi
karakteristik
Underachiever menjadi dua, yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus. Karakteristik umum meliputi:
a) Kurangnya usaha dalam meraih kesuksesan b) Kurang tekun c) Underachievement merupakan masalah yang serius dan tidak hilang begitu saja d) Underachievement bisa terjadi pada beberapa kasus e) Tidak mengerjakan tugas sebagaimana mestinya80 Sedangkan karakteristik khusus meliputi:
a) Kurang bisa menerima tanggung jawab untuk diri sendiri b) Tidak berkorban untuk masa depan c) Hanya bergantung pada usaha sendiri d) Merasa ketakutan menanggung tanggung jawab pribadi e) Menciptakan
kebebasan
yang
membuat
mereka
kurang
bertanggung jawab f) Kurang bisa mengontrol emosi81
78
Khan, Gifted, hlm. 31-32.
79
Sylvia Rimm, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It, (Texas: Prufrock Press Inc, 2006), hlm. 6. 80
Michael D. Whitley, Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating Your Underachiving Child, (New York: The Berkley Publishing Group, 2001)., hlm. 15-20. 81
Whitley, Bright, hlm. 20-29.
29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sering dianggap berlawanan dengan penelitian kuantitatif karena tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.82 Dengan penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan faktor-faktor penyebab peserta didik yang mempunyai IQ tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Adapun simpulan dari penelitian ini hanya berlaku bagi peserta didik di kelas yang diteliti dan tidak digeneralisasikan. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Semarang. Madrasah ini beralamat di jalan Brigjen Sudiarto desa Pedurungan Kidul Kec. Pedurungan Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 April 2012. Peneliti melakukan penelitian di MAN 1 Semarang dan mengambil subjek pada kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 karena peneliti menganggap masalah yang ditemukan di dua kelas tersebut sangat urgen karena peneliti menemukan banyak peserta didik yang terkatagori bright underachiver. C. Sumber Penelitian Pada penelitian kualitatif, pengambilan subyek tidak perlu banyak. Dalam penelitian ini yang diperlukan adalah faktor yang menyebabkan peserta didik memperoleh hasil belajar rendah. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 yang mempunya skor IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh hasil belajar di bawah KKM. 82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 12.
30
D. Fokus Penelitian Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar fokus. Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan dan batas penelitian.83 Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan keterikatan atau ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi dan eksklusi informasi baru. Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian dilakukan pada peserta didik MAN 1 Semarang kelas XI IPA 4 dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012 b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki keterkaitan dengan faktor penyebab peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah. E. Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.84 Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi difokuskan untuk memperoleh data hasil tes IQ, hasil ulangan akhir semester gasal peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012, informasi tentang keadaan MAN 1 Semarang. Peniliti memperoleh data dari dokumentasi sekolah. 2. Observasi Observasi (mengamati) adalah menatap kejadian, gerak atau proses.85 Teknik pengumpulan data dengan metode observasi difokuskan 83
Nurul Zuriah, Metodologi, hlm.94
84
Sugiyono, metode, hlm. 329.
85
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 230.
31
untuk memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah. Observasi dilakukan di lingkungan sekitar sekolah. Observasi yang digunakan adalah observasi tak bestruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.86 3. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.87 Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan beberapa peserta didik dan pendidik sebagai responden dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan setelah memilih peserta didik dengan kriteria yang telah ditentukan. Wawancara difokuskan untuk memperoleh keterangan mengenai faktor penyebab peserta didik memperoleh hasil belajar matematika yang rendah. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara, artinya peneliti menyiapkan daftar wawancara sebagai pedoman wawancara. F. Analisis Data Penelitian Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.88 Analisis data melibatkan pengerjaan pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data, pencarian polapola, pengungkapan hal yang penting dan penentuan apa yang dilaporkan. Metode analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis
Deskriptif data ini
bertujuan
untuk
mengetahui
banyaknya peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Analisis 86
Sugiyono, Metode, hlm. 313.
87
Sugiyono, Metode, hlm. 317.
88
Nurul Zuriah, Metodologi, hlm. 109-110.
32
semacam ini menghasilkan data-data yang berupa angka. Sedangkan data yang berupa angka atau kuantitatif diolah dengan cara non-statistik. Apa yang disebut sebagai analisis non-statistik adalah mencari proporsi, mencari persentase dan rasio.89 Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik persentase. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan persentase adalah sebagai berikut: X =
n x 100% N
Keterangan: X = Persentase peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah n =
Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah
N = Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi 2. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah. Adapun langkah yang ditempuh dalam analisis kualitatif yaitu: a. Koleksi Data Koleksi data dilakukan secara tiga tahap, yaitu dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Koleksi data dengan dokumentasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil test IQ, hasil ulangan akhir semester matematika, dan keadaan umum MAN 1 Semarang. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika peserta didik rendah. Observasi bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah.
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 344.
33
b. Mereduksi Data Reduksi data dilakukan setelah membaca dan mempelajari data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Reduksi data diartikan
sebagai
proses
menyeleksi,
memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan dan membuang data yang tidak perlu. Dalam melakukan reduksi, langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1) Hasil rekaman diputar beberapa kali sampai jelas dan benar apa yang diungkapkan peserta didik saat wawancara, kemudian semua pembicaraan dicatat. 2) Hasil transkrip diperiksa ulang kebenarannya oleh peneliti dengan mendengarkan kembali ungkapan-ungkapan disaat wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan transkripsi. 3) Hasil transkrip untuk setiap obyek diketik sesuai dengan informasi yang diperlukan. c. Penyajian Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun rapi dan terorganisir sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Pada tahap ini data yang telah ditranskrip akan diklasifikasikan agar data yang dikumpulkan terorganisir dengan baik. d. Verifikasi data Uji keabsahan atau verifikasi data dilakukan dengan triangulasi data. Pada penelitian ini, dilakukan triangulasi sumber dan waktu,
artinya
memeriksa
keabsahan
data
dengan
cara
membandingkan hasil dokumentasi dengan hasil wawancara, juga membandingkan hasil wawancara pada waktu yang berbeda. e. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data terkumpul. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan merangkum berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data.
34
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Laporan Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Profil MAN 1 Semarang Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1 berasal dari alih fungsi Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan Kalijogo Yogyakarta di Semarang. Dengan demikain status Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) di Semarang adalah Sekolah
Islam
Negeri
(IAIN)
Sunan
Kalijogo
Yogyakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama nomor : 17 tahun 1978. Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Semarang berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1. Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari: Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik berstatus Tidak Tetap (GTT) sebanyak 6 orang . Dan dari 76 pendidik yang mengajar di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2 Tempat pembelajaran di MAN 1 Semarang terdiri dari: ruang kelas sejumlah 36 kelas, 6 ruang laboratorium terdiri dari laboratorium Bahasa, Biologi, Kimia, Fisika, Keterampilan dan Komputer, di samping tersedia 1 ruang aula dan 2 ruang asrama (Asrama Putra dan Putri).90 b. Letak Geografis MAN 1 Semarang terletak di Jl. Brigjen S Sudiarto Pedurungan Kidul Semarang. MAN 1 semarang terletak di pemukiman warga. Di samping kiri dan kanan sekolah merupakan
90
Dokumentasi MAN 1 Semarang.
35
perumahan warga dan warnet. Sebelah barat sekolah terdapat kampus STEKOM.91 c. Struktur Organisasi Sekolah Struktur organisasi sekolah MAN 1 Semarang dikepalai oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh kepala urusan tata usaha, wakil kepala (waka), yaitu waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana prasarana, dan waka humas, Koordinator BK, Litbang dan Akademis (untuk lebih lengkap lihat pada lampiran no. 1). d. Jumlah Pendidik, Karyawan, dan Peserta Didik 1) Jumlah pendidik di lingkungan MAN 1 Semarang berjumlah: Jumlah pendidik yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak 77 orang, meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang pendidik bantu. Jenjang pendidikan pendidik tertinggi S2 dan tinggkat terendah D2. Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari: Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik berstatus Tidak Tetap (GTT) sebanyak 6 orang. Dari 77 pendidik yang mengajar di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2 (untuk lebih lengkap lihat di lampiran no. 2). 2) Jumlah karyawan Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak 15 orang . Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD, terdiri dari 8 orang karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap (untuk lebih lengkap lihat di lampiran no. 2). 3) Jumlah peserta didik Jumlah peserta didik MAN 1 Semarang sebanyak 1150 peserta didik yang terbagi dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389 peserta didik , kelas XI terdiri dari 379 peserta didik , dan kelas 91
Hasil observasi di MAN 1 Semarang pada tanggal 11 April 2012.
36
XII terdiri dari 382 peserta didik (untuk lebih lengkap lihat di lampiran no. 2). 2. Data Penelitian a. Hasil Tes IQ dan Hasil Belajar Peserta Didik Semester Ganjil92 Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 4 diperoleh data sebagai berikut: Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109 sebanyak 35 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 110 – 119 sebanyak lima peserta didik. Tabel 3. Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4 Skor IQ
Jumlah Peserta Didik
90 – 109
35
110 – 119
5
Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 4 tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut: Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak 34 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak lima peserta didik. Peserta didik yang tidak mempunyai nilai UAS sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak empat peserta didik (untuk lebih lengkap lihat lampiran no. 3). Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 5 diperoleh data sebagai berikut: 92
Dokumentasi MAN 1 Semarang.
37
Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109 sebanyak 16 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 110 – 119 sebanyak tiga peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 120 – 130 sebanyak lima peserta didik Tabel 4. Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4 Skor IQ
Jumla Peserta Didik
90 – 109
16
110 – 119
3
120 – 130
5
Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 5 tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut: Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak dua peserta didik. Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak 22 peserta didik. Sedangkan peserta didik yang memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak satu peserta didik. Sedangkan peserta didik yang memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak tujuh peserta didik (untuk lebih lengkap lihat lampiran no. 4). b. Hasil Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyebab peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Wawancara dilakukan kepada pendidik dan peserta didik. Peserta didik diambil sebagai subjek penelitian adalah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah dan disimbolkan dengan S-1, S-2, S-3, …, S-11. Infomasi yang diperoleh tentang masalah yang dihadapi peserta didik yang meliputi masalah yang ada pada diri peserta didik, metode mengajar yang digunakan oleh pendidik,
38
keluarga, dan teman. Wawancara dengan guru bertujuan untuk memperoleh informasi tentang karakter peserta didik. Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik: 1. Hasil wawancara dengan pendidik93 a.
Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan. Metode yang sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya tidak memaksa mereka untuk duduk di tempat yang sama sepanjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Saya membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain. Sehingga mereka lebih aktif dalam proses KBM
b.
Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas yang saya berikan berupa tugas harian dan pos tes
c.
Setiap peserta didik pasti menemui problem ataupun masalah dalam belajar, baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun yang lainnya. Yang penting adalah proses untuk menjadi bias
d.
Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis, terutama peserta didik dari kelas XI IPA4 dan sebagian peserta didik IPA5. Mereka biasanya meniru contoh soal yang ada, ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal yang baru mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan dalam menyelesaikannya
e.
Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran. Sebenarnya berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur dengan baik, waktu yang diberikan bisa mencukupi.
2. Hasil wawancara dengan subjek 1 (S-1)94 a. Faktor Internal 1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal.
93
Pendidik, Wawancara dengan Pendidik Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5, 11 April 2012. 94
Subjek1, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
39
2) Kondisi tubuh kurang prima, hal ini dikarenakan subjek belum sarapan. 3) Kurang belajar. b. Faktor akademik: Menurut subjek, jam pelajaran yang disediakan oleh sekolah masih kurang. Hal ini sering dirasakan oleh peserta didik menjelang akhir semester, karena biasanya kejar materi. c. Faktor dari pihak keluarga: Keluarga
selalu
memberikan
masukan
dan
memantau
perkembangan subjek. 3. Hasil wawancara dengan subjek 2 (S-2)95 a. Malas b. Tidak mau mengerjakan tugas c. Meremehkan d. Jarang berlatih e. Tidak bisa mengontrol diri, terlena dengan kebebasan yang diberikan orang tua 4. Hasil wawancara dengan subjek 3 (S-3)96 a. Faktor internal 1) Malas belajar 2) Kurang tekun 3) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang 4) Kurang bisa mengontrol emosi b. Faktor eksternal 1) Sekolah: a) Kurang adanya keakraban antara murid dan guru b) Model pembelajaran yang dipakai kurang berkesan
95
Subjek2, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
96
Subjek3, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 12 April 2012.
40
2) Orang tua: a) Kurang terlibat langsung pada pendidikan peserta didik b) Kurang mendukung peserta didik 5. Hasil wawancara dengan subjek 4 (S-4)97 a. Faktor Internal 1) Kurang menguasai materi 2) Tidak mempunyai semangat dalam belajar (kurang motivasi) 3) Merasa memikul tanggung jawab b. Faktor Eksternal: 1) Orang tua: Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa bertanggung jawab 2) Guru: Kurang adanya keakraban guru dengan siswa 6. Hasil wawancara dengan subjek 5 (S-5)98 a. Faktor Internal 1) Malas belajar 2) Kurang tekun 3) Menunda-nunda pekerjaan b. Faktor Eksternal: 1) Keluarga: a) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik b) Kurang tegas dalam pendidikan peserta didik 7. Hasil wawancara dengan subjek 6 (S-6)99 a. Faktor internal 1) Kurang fit 97
Subjek4, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
98
Subjek5, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
99
Subjek6, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
41
2) Kurang menguasai materi 3) Kurang motivasi belajar 4) Kurang giat belajar b. Faktor eksternal 1) Orang tua a) Orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar peserta didik b) Background
pendidikan
orang
tua
bukan
dari
pendidikan, sehingga kurang tegas dalam masalah belajar peserta didik 2) Sekolah Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru 8. Hasil wawancara dengan subjek 7 (S-7)100 a. Faktor internal: 1) Kurang percaya diri 2) Malas belajar 3) Merasa terbebani dengan target orang tua 4) Kurang tekun b. Faktor eksternal: Orang tua: Terlalu memberikan beban kepada peserta didik 9. Hasil wawancara dengan subjek 8 (S-8)101 a. Faktor internal 1) Kurang menguasai materi 2) Sering mengikuti kegiatan ekstra 3) Malas belajar 4) Merasa terbebani dengan control orang tua
100
Subjek7, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
101
Subjek8, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
42
b. Faktor eksternal 1) Orang tua Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta didik 2) Sekolah Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru 10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S-9)102 a. Faktor internal 1) Kurang menguasai materi 2) Kurang teliti 3) Kondisi tubuh kurang fit 4) Malas belajar 5) Kurang bisa berfikir secara analitis 6) Kurang tekun berlatih b. Faktor eksternal 1) Sekolah a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa 11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S-10)103 a. Faktor internal 1) Kurang menguasai materi 2) Kurang tekun berlatih b. Faktor eksternal 1) Sekolah
102
Subjek9, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
103
Subjek10, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
43
a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa. 12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S-11)104 a. Faktor internal: 1) kurang hafal rumus 2) kurang tekun berlatih 3) malas belajar b. Faktor eksternal: 1) Orang tua: a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik b) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan siswa B. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui persentase peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Di kelas IPA 4 terdapat lima peserta didik yang mempunyai IQ tinggi dan empat peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Di kelas XI IPA 5 terdapat 8 peserta didik yang mempunyai IQ tinggi dan tujuh peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Jumlah keseluruhan peserta didik yang mempunyai IQ tinggi sebanyak 13 peserta didik, dan jumlah peserta didik yang mempunyai skor IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah sebanyak 11 peserta didik. Secara
matematis
penghitungan
ini
menggunakan
rumus
persentase:
104
Subjek11, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
44
X =
n x 100% N
Dari data di atas diperoleh: n = 11, N = 13 X =
n x 100% N
= = 0.846
100%
= 84.6% Dari penghitungan di atas, diperoleh persentse peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika di bawah KKM sebanyak 84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika di bawah KKM lebih banyak dari pada peserta didik yang mempunyai IQ dan memperoleh hasil belajar matematika yang mencapai KKM. Dari 11 subjek penelitian diperoleh faktor-faktor yang beragam yang mengakibatkan mereka memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Dari semuanya diperoleh 26 faktor, 16 faktor merupakan faktor internal dan 10 faktor yang merupakan faktor eksternal, yang menyebabkan subjek memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Dari 16 faktor internal di atas, faktor malas ditemukan pada 9 subjek. Dengan rumus persentase diperoleh presentase anak yang mempunyai sifat malas, yaitu: X =
n x 100% N
Dari data di atas diperoleh: n = 9, N = 11 X =
n x 100% N
X =
9 x 100% 11
45
X = 0.82 x 100% X = 82 % Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa faktor kemalasan masih menjadi faktor utama pada subjek, karena lebih dari setengah subjek yang mengalami kemalasan. 2. Analisis Kualitatif a. Analisis hasil wawancara Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan subjek penelitian memperoleh hasil belajar matematika yang rendah. 1) Analisis hasil wawancara dengan pendidik Menurut pendidik, peserta didik yang bersangkutan aktif dan kooperatif dalam proses belajar mengajar. Peserta didik dibiasakan berdiskusi di dalam kelas. Dalam hal penugasan, peserta didik yang bersangkutan juga selalu mengerjakan tugas, walaupun itu sudah telat, akan tetapi masih mengumpulkan tugas. Peserta didik yang bersangkutan juga mempunyai masalahmasalah
yang
dihadapi,
seperti
kesalahan
penghitungan,
penyerapan materi, kebingungan dalam menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh, dan lainnya. Banyak peserta didik yang bertipe sintetis, jadi mereka kurang bisa menghadapi soal yang baru dengan menggunakan logika dan kaidah-kaidah yang ada, mereka
terbiasa
mengamati
contoh
dan
langkah-langkah
penyelesaian dalam contoh soal. Menurut pendidik, jam pelajaran yang diberikan di MAN 1 Semarang sudah mencukupi, asalkan diatur dengan efektif dan efisien. 2) Analisis hasil wawancara dengan S1 Dari hasil wawancara dengan subjek1 (S1), S1 mempunyai dua faktor yang menjadi kebiasaan peserta didik, yaitu kurang teliti dalam mengerjakan soal dan malas dalam belajar. Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian, baik
46
ketelitian dalam menganalisis soal maupun dalam penghitungan. Matematika juga membutuhkan latihan untuk melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. S1 merasakan kekurangan pada jam pelajaran yang diberikan oleh sekolah. Sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh S1, pelajaran belum tuntas padahal waktu yang ada sudah mendekati akhir semester, sehingga dilakukan sistem “kejar-kebut” pelajaran, juga ketika ada pelajaran yang belum diajarkan, soal yang ada yang dilewati. S1 tidak mempunyai masalah dengan keluarga, keluarga memberikan kontrol terhadap pendidikan peserta didik. 3) Wawancara dengan S2 Dari hasil wawancara dengan subjek2 (S2), peserta didik S2 mempunyai problem dalam perilaku, S2 meremehkan pelajaran yang ada (matematika). Hal ini bisa disebabkan karena S2 mempunyai prestasi belajar yang baik selama di SMP, juga bisa disebabkan karena pada semester satu ada tenaga PPL yang praktek mengajar di kelas S2, sehingga kurang begitu diperhatikan, hal ini bisa dikenali pada tugas yang diberikan. Selama peneliti menjalankan PPL di MAN 1 Semarang, S2 tidak pernah mengumpulkan tugas yang diberikan. Tugas bisa menjadi stimulan untuk berlatih, sehingga bisa melatih kemampuan menyelesaikan soal matematika. Kemalasan dalam belajar juga menjadi masalah yang dihadapi oleh S2. S2 selama semester pertama tinggal di Pondok Pesantren dan diberikan kebebasan oleh orang tua. S2 belum siap untuk memperoleh kebebasan tanpa pengawasan yang intens dari orang tua, sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan. 4) Wawancara dengan S3 Dari hasil wawancara dengan subjek3 (S3), S3 sudah tidak mempunyai minat terhadap mata pelajaran matematika, sehingga
47
tidak mempunyai gairah untuk memperoleh yang terbaik. S3 juga malas dalam belajar, ini bisa disebabkan oleh ketidakminatan S3 terhadap matematika. S2 juga mempunyai masalah yang muncul dari luar, yaitu kurang adanya keakraban antara S2 dengan pendidik. Apabila hubungan antara peserta didik dan pendidik kurang akrab, maka peserta didik malu dan canggung untuk bertanya dan curhat tentang masalah dalam belajar dengan peserta didik. S2 juga mengalami kesulitan dalam menangkap pelajaran. S2 merasa faham dan bisa etelah selesai S2 mengalami kebingungan ketika menyelesaikan soal. Hal ini bisa disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik. Dalam keluarga, S2 menyatakan bahwa orang tua S2 kurang memperhatikan belajar dan pendidikan S2. Orang tua kurang mendukung dan mensuport S2 supaya mendapat hasil yang terbaik. 5) Wawancara dengan S4 Dari hasil wawancara dengan subjek4 (S4), masalah keakraban dengan pendidik juga menjadi problem yang dihadapi oleh S4. S4 merasa belum menguasai materi dan merasa canggung dan malu untuk bertanya kepada pendidik. Apabila peserta didik merasa belum menguasai materi, solusi terbaik adalah meminta bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. Akan tetapi hal ini bisa terjadi apabila antara peserta didik dan pendidik mempunyai hubungan yang akrab. Peserta didik juga kurang motivasi dalam belajar. Hal ini bisa disebabkan oleh tanggung jawab kepada orang tua yang dirasakan menjadi beban oleh peserta didik. Motivasi atau nasehat dari orang tua bisa menjadi pacuan bagi peserta didik, akan tetapi juga bisa menjadi beban yang menyebabkan peserta didik merasa memikul tanggung jawab yang besar.
48
6) Wawancara dengan S5 Dari hasil wawancara dengan subjek5 (S5), masalah yang dihadapi oleh S5 juga merupakan masalah yang dihadapi oleh kebanyakan subjek yang lain, yaitu malas dalam belajar. Selain malas belajar, S5 juga sering menunda-nunda pekerjaan (menulis). S5 terbiasa menulis dalam coret-coretan akan tetapi dalam penyalinannya sering ditunda, hal ini berakibat ketika akan belajar S5 mengalami kesulitan. Orang tua juga kurang tegas dalam mengontrol pendidikan S5, sehingga S5 kurang motivasi dalam belajar. Motivasi diperlukan seorang peserta didik dari orang tua untuk memacu semangat belajar peserta didik. Orang tua dari S5 juga kurang tegas dalam pendidikan peserta didik. Ini bisa menyebabkan peserta didik kurang maksimal dalam belajar dan berusaha menjadi yang terbaik dalam belajar. 7) Wawancara dengan subjek6 (S6) Dari hasil wawancara dengan subjek6 (S6), S6 mempunyai masalah kesehatan sebelum dan ketika menghadapi semesteran. S6 dalam keadaan yang tidak fit ketika semesteran, sehingga dalam mengerjakan soal kurang bisa berkonsentrasi. S6 merasa kurang menguasai materi, akan tetapi merasa malu untuk bertanya kepada pendidik, karena S6 merasa kurang akrab dengan S6. S6 juga kurang motivasi dalam belajar, hal ini bisa dikarenakan orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar peserta didik. 8) Wawancara dengan subjek (S7) Dari hasil wawancara dengan subjek7 (S7), masalah terbesar yang dihadapi oleh S7 adalah masalah mental. S7 ketika menghadapi ulangan semesteran mengalami unconvidenceness (tidak percaya diri) terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga S7 merasa soal yang diberikan tidak bisa dikerjakan. S7 jarang
49
belajar di Ma’had dan juga kurang tekun dalam latihan soal. Hal ini bisa mempengaruhi kesiapan S7 dalam mengerjakan soal ketika semesteran. S7 merasa menanggung beban yang berat karena intervensi yang diberikan oleh orang tua. Sesuai informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan S7, S7 merasa keberatan dengan tanggung jawab dan target yang diberikan oleh orang tua. Orang tua memberikan
target
yang
tinggi
kepada
S7.
Orang
tua
menginginkan S7 untuk menjadi yang terbaik dan memperoleh prestasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari keterangan S7 yang menyebutkan bahwa mendapat nilai tujuh masih dimarahi oelh orang tua. Target dan harapan orang tua tersebut dijadikan beban mental oleh S7 dan meyebabkan S7 frustasi ketika mengalami kesulitan dalam belajar dan kurang motivasi. Ketika motivasi berkurang, semangat dalam belajar juga menurun. 9) Analisis wawancara dengan S8 Dari hasil wawancara dengan S8 diketahui bahwa S8 mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan S8 memperoleh hasil belajar matematika yang rendah. Di antara faktor-faktor tersebut adalah kurang menguasai materi. S8 sering ketinggalan materi selama semester gasal karena sering mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Apabila S8 ketinggalan materi yang diberikan, bisa disiasati dengan mempelajari sendiri materi yang diberikan. Juga bisa disiasati dengan bertanya dan berkonsultasi dengan pendidik di luar kelas, akan tetapi S8 kurang akrab dengan pendidik ketika di luar kelas, sehingga kurang percaya diri dan canggung untuk bertanya tentang materi yang diberikan. Hubungan yang kurang akrab antara S8 dan pendidik juga menjadi problem tersendiri bagi S8. Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa orang tua dari S8 selalu mengontrol belajar S8. Orang tua mengirim SMS
50
dan menelfon S8 untuk bertanya sudah belajar apa belum. Kontrol dari orang tua ini dijadikan beban oleh S8 dan menjadikan S8 malas untuk belajar. 10) Analisis wawancara dengan S9 Dari hasil wawancara dengan subjek9 (S9), diperoleh informasi bahwa saat mengerjakan soal pada ujian semesteran gasal S9 dalam kondisi kurang fit, sehingga kurang bisa berkonsentrasi, ditambah S9 kurang teliti dalam mengerjakan soal. S9 kurang menguasai materi yang diajarkan, hal ini bisa terjadi karena S9 kurang tekun dalam berlatih dan malas untuk mempelajari materi-materi yang disampaikan di dalam kelas. S9 mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan pendidik. Hal ini berpengaruh pada kemauan S8 untuk bertanya dan meminta bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. S9 bingung untuk bertanya kepada pendidik, padahal S9 kurang memahami konsep dari materi yang diberikan. S9 sering bertanya kepada teman sekelas, akan tetapi akan lebih jelas dan terarah apabila S9 sering bertanya dan berkonsultasi dengan pendidik. Ketika pendidik menjelaskan materi di dalam kelas, S9 merasa faham dan bisa mengerjakan soal, akan tetapi ketika di luar kelas dan latihan soal S9 mengalami kesulitan dan kebingungan. Ini bisa disebabkan oleh metode pembelajaran yang dipakai oleh pendidik. Metode pembelajaran yang digunakan secara terus menerus dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebosanan, sehingga kurang membekas pada peserta didik. 11) Analisis wawancara dengan S10 Dari hasil wawancara dengan subjek10 (S10), S10 mengalami masalah pada penguasaan materi yang diajarkan. S10 ketika di dalam kelas bisa menangkap dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Akan tetapi ketika menghadapi soal yang berbeda S10 merasa kebingungan dalam penyelesaiannya.
51
Faktor yang menyebabkannya bisa terletak pada metode yang digunakan oleh pendidik. Metode yang digunakan oleh pendidik kurang membekas pada peserta didik. Peserta didik kurang menguasai konsep yang diberikan karena metode yang digunakan sering dipakai oleh pendidik. Kekurangan S10 juga bisa disebabkan S10 kurang bisa berfikir secara analitis dan lebih condong pada berfikir secara sintesis, sehingga apabila menemui soal yang sama sekali belum diberikan akan mengalami kebingungan untuk menyelesaikannya. Akan tetapi hal itu bisa teratasi apabila S10 sering berlatih berbagai variasi soal. Kurang tekun dalam belajar dan berlatih soal juga menjadi penyebab S10 mendapatkan hasil belajar yang belum maksimal. Masalah lain yang dihadapi oleh S10 juga sama dengan S9, yaitu mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan pendidik, sehingga kurang tercipta suasana yang nyaman di luar kelas dan peserta didik juga malu dan canggung untuk bertanya dan berkonsultasi dengan pendidik. 12) Analisis wawancara dengan S11 Dari hasil wawancara dengan subjek11 (S11), penyebab yang dihadapi oleh S11 juga sama dengan subjek yang lain, yaitu malas belajar, kurang tekun berlatih dan kurang menguasai materi. Di samping itu S11 juga kurang mendapat perhatian dan motivasi dari orang tua, sehingga kurang mempunyai semangat untuk belajar dan memperoleh hasil belajar yang tinggi. 3. Hasil analisis data Dari hasil
analisis
data diperoleh beberapa faktor
yang
menyebabkan peserta didik memperoleh hasik belajar matematika yang rendah. a. Faktor internal: 1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal 2) Kondisi tubuh kurang fit
52
3) Kurang belajar 4) Kurang hafal rumus 5) Kurang tekun berlatih 6) Tidak mau mengerjakan tugas 7) Meremehkan pelajaran 8) Kurang bisa mengontrol emosi, terlena dengan kebebasan yang diberikan orang tua 9) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang 10) Kurang bisa berfikir secara analitis, sering meniru contoh 11) Sering mengikuti kegiatan ekstra 12) Merasa terbebani dengan kontrol orang tua 13) Kurang percaya diri 14) Merasa terbebani dengan target orang tua 15) Kurang motivasi belajar 16) Menunda-nunda pekerjaan b. Faktor eksternal 1) Sekolah: a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid. b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa. c) Jam pelajaran yang diberikan kurang, hal ini dapat dirasakan ketika menjelang akhir semester. 2) Keluarga: a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik b) Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta didik c) Terlalu memberikan beban kepada peserta didik d) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik e) Kurang mendukung peserta didik f) Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa bertanggung jawab g) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan siswa
53
Dari analisis hasil wawancara diperoleh penyebab yang sering dialami oleh subjek adalah malas dalam belajar, kurang berlatih, kurang menguasai materi yang diberikan. Sedangkan faktor yang lainnya dihadapi oleh beberapa subjek yang berbeda. Dorongan dan motivasi dari orang tua juga menjadi faktor yang dihadapi oleh peserta didik. Orang tua sering memberikan target dan harapan yang menjadi beban mental bagi peserta didik yang berakibat peserta didik menjerumuskan dirinya sendiri untuk tidak mendapatkna hasil yang maksimal. Hubungan antara pendidik dan peserta didik juga masih menjadi problem yang harus dipecahkan, sehingga peserta didik lebih nyaman untuk berkonsultasi dengan pendidik di luar jam pelajaran. C. Keterbatasan Penelitian Dalam melakspeserta didikan penelitian, peneliti mengalami beberapa keterbatasan, di antaranya: 1. Keterbatasan waktu dan tempat Peneliti merencpeserta didikan untuk mengadakan penelitian terhadap peserta didik, pendidik, dan orang tua, akan tetapi karena keterbatasan yang ada maka peneliti hanya melakukan penelitian terhadap pendidik dan peserta didik. 2. Keterbatasan alat Peneliti hanya menggunakan alat handphone yang digunakan untuk melakukan wawancara.
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang didukung oleh kajian teori serta tujuan penelitian maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor penyebab peserta didik yang mempunyai IQ akan tetapi tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang rendah (bright underachiever). Dari hasil penelitian secara umum diperoleh dua faktor yang menyebabkan bright underachiever, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi peserta didik sendiri, faktor yang timbul dari dalam perserta didik, baik dari psikologis, kesehatan maupun mental. Sedangkan faktor eksternal dibagi menjadi dua, faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah, yang terdiri dari pendidik dan kurikulum, dan faktor yang muncul dari dalam keluarga peserta didik sendiri. Faktor internal yang terjadi pada umumnya berupa kemalasan dalam belajar, dan kurang tekun berlatih. Kedua faktor tersebut banyak dialami oleh peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan kesehatan adalah kondisi badan peserta didik yang kurang fit, sehingga konsentrasi dalam mengerjakan soal berkurang. Sedangkan faktor psikologis dari peserta didik ditemukan pada peserta didik yang merasa terlalu terbebani oleh target nilai atau prestasi, juga ditemukan pada peserta didik yang tidak suka terhadap mata pelajaran matematika sehingga motivasi belajar mereka kurang. Peneliti juga menemukan peserta didik yang kesulitan dalam menjabarkan soal, sehingga penyelesaian soal yang berbeda bentuk dan tipenya bisa menyulitkan peserta didik. Dari segi mental, ditemukan peserta didik yang sudah kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga ketika mengerjakan soal mengalami kesulitan. Peniliti juga menemukan peserta didik yang meremehkan pelajaran, hal ini menyebabkan peserta didik tersebut kurang bisa menangkap dan memahami pelajaran yang diberikan.
55
Faktor eksternal yang berhubungan dengan sekolah berupa hubungan antara pendidik dan peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan pendidik ditemukan pada metode pengajaran yang dipakai oleh pendidik. Menurut peserta didik, metode yang digunakan dapat difahami ketika masih proses KBM, akan tetapi ketika proses KBM berakhir peserta didik mengalami kesulitan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode yang digunakan kurang berkesan atau mengena pada peserta didik. Faktor kedekatan antara pendidik dan peserta didik juga ditemukan dari peserta didik yang masih canggung untuk bertanya langsung pada pendidik. Faktor lainnya yaitu jam pelajaran yang dirasakan kurang oleh peserta didik. Menurut peserta didik, pada awal semester tidak terasa, akan tetapi ketika menjelang akhir semester dapat dirasakan, karena waktu yang tersedia sudah mendekati akhir, akan tetapi pelajaran yang harus tercapai masih banyak. Faktor dari keluarga ditemukan pada beberapa peserta didik yang merasa terbebani dengan nasehat, maupun target yang diberikan orang tua. Peneliti juga menemukan peserta didik yang merasa bebas dari orang tua sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan. Selain itu ada juga orang tua yang kurang tegas dalam pendidikan peserta didik, sehingga peserta didik kurang greget dalam belajar. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba menawarkan beberapa saran dalam mengatasi problem yang dimiliki oleh peserta didik yang bright underachiever. Peserta didik harus lebih giat untuk latihan mengerjakan soal yang lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika menemukan permasalahan atau soal yang baru. Peserta didik harus lebih sadar tanggung jawab mereka sebagai seorang pelajar, dan tidak perlu membuat tanggung jawab tersebut sebagai beban. Setiap pelajaran mempunyai karakter masing-masing, sehingga jangan sampai meremehkan suatu pelajaran apapun, karena bisa saja kita mengalami kesulitan pada hal yang dianggap remeh.
56
Pendidik lebih terbuka kepada peserta didik, sehingga kesulitankesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik bisa terdeteksi oleh pendidik, dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk menanyakan materi yang belum mereka fahami. Pendidik memberikan variasi soal yang mencakup materi bertipe analitis dan sintesis. Pihak sekolah bisa memberikan jam ekstra untuk pelajaran yang lebih sulit. Orang tua lebih peka terhadap psikologis peserta didik mereka, karena psiokolgi setiap peserta didik berbeda. Orang tua juga jangan terlalu memberikan target yang terlalu tinggi untuk peserta didik, memotivasi peserta didik dengan motivasi yang tidak membuat psikologis peserta didik turun dan merasa terbebani.
57
DAFTAR KEPUSTAKAAN Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2004. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: ALVABETA, CV, 2009. Azwar, Saifudddin, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010. Boeree, C. George, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir Shaleh, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Brown, James S., Rescuing Our Underachieving Sons, United States of America: Xlibis Corporation, 2011. Chaplin, J. P., Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010. Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: CV Alfabeta, 2009. Denim, Sudarwan, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: CV Alfabeta, 2010. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999. Djaali, H., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011. ---------------, Strategi Balajar Mengajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006. Gunarsa, Singgih D., Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 2004. Hollands, Roy, Kamus Matematika, Jakarta: Erlangga, 1983.
Kay, Kiesa, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal Stories from The Expert, Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007. Khan, Mahmood Ahmad, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial, New Delhi: Taarun Offset Printers, 2005. Made, Wena, Srtategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta timur: PT Bumi Aksara, 2009. Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Montgomery, Diane, Able, gifted, and Talented Underachievers, West Sussex, PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009. Mustaqim. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Patty, F., et. al, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, Jakarta: PT Grasindo, 2009. Rimm, Sylvia, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It, Texas: Prufrock Press Inc, 2006. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Sadulloh, Uyoh, et. al., Pedagogik, Bandung: CV Alfabeta, 2010. Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010. Somantri, T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Sousa, David A., How The Gifted Brain Learns, California: A Sage Company, 2009. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2008.
---------------, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009. Sunarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-Qur’an, 1971. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010. Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. ---------------, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. ---------------, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. ---------------, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Whitley, Michael D., Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating Your Underachiving Child, New York: The Berkley Publishing Group, 2001. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi Akasara, 2006.
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran no. 1 Keadaan pendidik dan peserta didik MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 Lampiran no. 2 Susunan organisasi MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 Lampiran no. 3 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta didik kelas XI IPA 4 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 Lampiran no. 4 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta didik kelas XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 Lampiran no. 5 Peserta didik yang mempunyai skor test IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika semester ganjil di bawah KKM kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 Lampiran no. 6 Daftar wawancara Lampiran no. 7 Hasil wawancara
Lampiran No. 1 Keadaan Guru dan Siswa 1. Jumlah guru Jumlah guru yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak 77 orang, meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang guru bantu. Sebaran menurut mata pelajaran yang diampu: a) PPKN
: 4 orang
b) Bahasa inggris
: 6 orang
c) Bhs. Indonesia
: 6 orang
d) Matematika
: 8 orang
e) Aqidah akhaq
: 3 orang
f) Bahasa arab
: 5 orang
g) Quran hadist
: 3 orang
h) Fiqih
: 3 orang
i) SKI
: 1 orang
j) TIK
: 3 orang
k) Bahasa jepang
: 1 orang
l) Biologi
: 5 orang
m) Fisika
: 5 orang
n) Kimia
: 3 orang
o) Penjas dan orkes
: 3 orang
p) Ekonomi
: 5 orang
q) Geografi
: 3 orang
r) Sejarah
: 3 orang
s) Sosiologi
: 4 orang
t) Bahasa jawa
: 2 orang
u) Kesenian
: 2 orang
v) BK
: 4 orang
Jenjang pendidikan guru tertinggi S2 dan tinggkat terendah D2. Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak 15 orang. Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD, terdiri dari 8 orang karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap. Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari : Guru berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Guru berstatus Tidak Tetap (GTT) sebanyak 6 orang . Dan dari 76 guru yang mengajar di MAN 1 Semarang 5 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2 2. Jumlah siswa Jumlah siswa MAN 1 Semarang sebanyak 1150 anak yang terbagi dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389 siswa, kelas XI terdiri dari 379 siswa, dan kelas XII terdiri dari 382 siswa. a. Jumlah Siswa Kelas X
: 12 kelas
:
389 siswa
Kelas XI : 12 kelas
:
379 siswa
Kelas XII : 12 kelas
:
382 siswa
:
1150 siswa
Jumlah b. Guru Tetap -
Jumlah 58 orang
-
Pendidikan S1 dan S2
Guru Tak Tetap -
Jumlah 19 orang
-
Pendidikan S1
c. TU -
Jumlah 9 orang
-
Pendidikan S1 1 orang
-
Pendidikan SMU / SMK 8 orang
d. TU Tak Tetap -
Jumlah 10 orang
-
Pendidikan SLTA / SLTP 8 orang
-
S1 1 orang
-
D3 1 orang
e. Program yang dibuka : Kelas X
: Program Umum Imersi
X1
: 34 siswa
X2
: 34 siswa
X3
: 34 siswa
X4
: 35siswa
X5
: 34 siswa
X6
: 32 siswa
X7
: 32 siswa
X8
: 32 siswa
X9
: 32 siswa
X10
: 32 siswa
X11
: 32 siswa
X12
: 26 siswa
Kelas XI : Program Bahasa
: 11 kelas : 1 kelas
: 2 kelas
IPA
: 5 kelas
Imersi
: 1 kelas
IPS
: 4 kelas
Keagamaan
: 1 kelas
XI Agama
: 30 siswa
XI Bahasa 1
: 33 siswa
XI Bahasa 2
: 34siswa
XI IPA 1
: 40 siswa
XI IPA 2
: 40 siswa
XI IPA 3
: 42 siswa
XI IPA 4
: 40 siswa
XI IPA 5
: 24 siswa
XI IPS 1
: 32 siswa
XI IPS 2
: 32 siswa
XI IPS 3
: 30 siswa
XI IPS 4
: 32 siswa
Kelas XII : Program Bahasa
: 1 kelas
IPA
: 6 kelas
Imersi
: 1 kelas
IPS
: 4 kelas
XII Agama
: 26 siswa
XII Bahasa 1
: 39 siswa
XII IPA 1
: 31 siswa
XII IPA 2
: 32 siswa
XII IPA 3
: 32 siswa
XII IPA 4
: 32 siswa
XII IPA 5
: 32 siswa
XII IPA 6
: 28 siswa
XII IPS 1
: 33 siswa
XII IPS 2
: 31 siswa
XII IPS 3
: 34 siswa
XII IPS 4
: 32 siswa
Lampiran No. 2 Struktur Organisasi MAN 1 Semarang Kepala Madrasah
: Drs.H. Syaefudin, MPd
Kepala Urusan Tata Usaha : Lilik Pujihastuti Waka Kurikulum
: Sih Hartini, SPd, MSI
Waka Kesiswaan
: Ahmad Alfan, SPd
Waka Sarana Prasarana
: M. Ally Firdaus, Sag
Waka Humas
: Anie Rachmawati, SAg, MSI
Koordinator BK
: Drs. Joko Siswono
Litbang dan Akademis
: Drs. Dwi Raharjo, SPd
Staf Urusan
:
1. Kurikulum
: Katibin, SPd, Nur Hadi, SAg, M. Pd
2. Kesiswaan
: Ellya Nur Khasanah, M. Sc, Drs. M. Sholeh, Siswoyo, S. Pd, M.Taufiq, S. Ag
3. Humas
: Edy Kristijono, S. Pd
4. SarPras
: Drs. Makmun, Imam Mursyid, M. SI, M. Pd
Ketua
:
1. Lab. Bahasa
: Drs. M. Badi
2. Lab. Biologi
: Drs. Budi Santosa
3. Lab. Kimia
: Dra. Kanti Setiyati
4. Lab. Fisika
: Ary Priyono, S. Pd
5. Lab. Ketrampilan
: Siti Himmatul Aliyah, S. Pd.
6. Lab. Komputer
: Misbah, S. Kom
7. Perpustakaan
: H. Chomsatun, S. H
Guru Piket
: 1. Beta Nur Bety Tsany, S. Pd 2. Rosidi, M. Pd 3. Imam Suadi, S. Pd 4. Nurul Hidayah, S. Pd 5. M. Nurhan, M. Pd 6. Drs. R.M. Djupriyanto,
7. Nur Farida, S. Pd.I 8. Drs. Anshori 9. Dra. H. Siti Khoiriyah 10. Drs. Sukri 11. Drs. Supardi 12. Tasmiyanto, S. H Pembina Extra
:
1. Pramuka
: Irfan Dwi Putranto, S. Pd, Zulia Ulfa, S. Pd.I
2. PMR / UKS
: Solasih. S. Pd.
3. Bola Basket
: Drs.Mulyanto, M. Pd
4. Bola Volley
: Samidi, S. Pd
5. Keagamaan
: M. Nurhan, M. Pd
6. Fotografi & Sablon : H. Beny Prasojo. S. Pd 7. Pencak Silat
: Suhardi, S. Pd
8. Karya Ilmiah
: Drs. RM. Djupriyanto, M. Si
9. Paskibra
: Imam Suadi, S. Pd
10. Rabana
: Nur Farida, S. Pd.I
11. MTQ
: Nurul Hidayah, S. Pd
Tata Usaha
:
1. Bendahara DIPA / Gaji : Suharno 2. Bendahara Barang : Asrori 3. Bendahara SOP : Siti Rokhani 4. Bendahara Komite / Sarana : Hj. Taslimah 5. Bendahara SABMN : Beny Indrajaya, A. Md 6. Bendahara Keg. Extra / OSIS/ Bagian Arsiparis / Agenda : Rianingsih 7. Urusan Kepegawaian / Pem. Daftar Gaji : Endang Sri Rahayu 8. Bag. Ad. Pengajaran dan Umum : Endang Sri Rahayu, Herry Sadewa, Beny Indrajaya, A. Md, Sri Maryati, SE 9. Perpustakaan: Abda Noor Isna Zaeni’mah, S. H, Tsany Fatimah, A. Md 10. Kebersihan : Lukman, Agung Tristiyanto, Musholi 11. Koperasi : Siti Alfiah
12. Penjaga Malam : Ngatno, Ali Muthohar 13. Penjaga Keamanan / Satpam : Achmad, Sukisno Wali Kelas X.1
: Dra. H. Siti Asmah
X.2
: Widhi Astono, SE
X.3
: Dra. Rahmatah
X.4
: Drs. Sutarno
X.5
: Suhardi, SPd
X.6
: Syafa’ah, SPd
X.7
: Drs. Hery Paryono
X.8
: Joko Wahyono, Sag
X.9
: Drs. H. Zaenuri Siroj
X.10
: Anwar Rifa’i, SPd
X.11
: Puji Lestari, SPd
X.12
: Irfan Dwi Putranto
XI Agama : Dra. H. Noor Hidayah Budhi. S XI BHS 1 : Ahmad Sakhowi, S.Kom XI BHS 2 : H. Muawanah, SPd XI IPA 1
: Musa Al Hadi, SAg
XI IPA 2
: Drs. Muslih
XI IPA 3
: Dra. Siti Rohmah
XI IPA 4
: Sri Hidayati, SPd
XI IPA 5
: Drs. Sudarko
XI IPS 2
: Drs. Moh Isnandar
XI IPS 1
: Drs. H. Asrori
XI IPS 3
: Dra. Hj. Yetty Musyaviroh
XI IPS 4
: Drs. Agung Wibowo
XII Agama : Zulia Ulfa, SAg XII BHS
: Siti Salamah, SPd
XII IPA 1 : Eko Sukaryono, SPd XII IPA 2 : Drs. Sugiyanta XII IPA 3 : Siti Fitriyah, SPd
XII IPA 4 : Aris Fakhrudin, SPd XII IPA 5 : Agustin Sri Hartati, SPd XII IPA 6 : Drs. Widodo XII IPS 1 : Endang Purwatiningrum, SPd XII IPS 2 : Sri Penggalih, SPd XII IPS 4 : Solastri, SPd XII IPS 3 : Tri Marheni, SPd
Lampiran No. 3 Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA4 No
Nama
Skor IQ
Nilai Semesteran
1
Ahmad Arifin
109
60
2
Amaliya Haq
94
43
3
Arifatul Mubarokah
90
52,5
4
Arini Nif'Ah
106
51,5
5
Bachtiar Kamal
97
43,5
6
Bella Maulley L
100
50,5
7
Dany Tri Saputro
92
32,5
8
Desi Nur Kumala S
103
48
9
Dwi Masitoh
98
27,5
10
Dwi Nur Apriliya L
92
53,5
11
Eko Erwanda
99
62,5
12
Elvy Muna Rahmaningrum
103
83
13
Failiyah
90
51
14
Faza U'thia Azmy
104
46,5
15
Ganik Zun Aunaya
92
56,5
16
Ghassan Zhafir S
99
70
17
Iva Lutviana
100
60
18
Izzan Nafi Arini
98
73
19
Khindyari Rifki A
99
62
20
Kurnia Anindya
96
78
21
Lilik Listianingsih
94
50
22
Neilil Muna M
96
72,5
23
Nur Azizah
104
58,5
24
Nur Alifah
92
61,5
25
Nurul Mustaghfiroh
90
57
26
Rina Nur Farida
97
45
27
Rizky Tri Swastiko
95
-
28
Royhanah Hasnak
104
41,5
29
Taufik Rizqon
109
32,5
30
Wahyu Linda M
91
45,5
31
Wahyu Wulandani
101
47,5
32
Widya Risya Amadea
90
38,5
33
Zakkiyatul Munawaroh
90
46
34
Ulfa Mushlihatush S
99
56,5
35
Sofi Ulfamayanti
116
57,5
36
Aqim Muhaimin Zain
113
37,5
37
Ni'Mah Khoirunnisa
112
70
38
Jafar Shodiq
112
68,5
39
M Ulyl Fahmi Sahab
110
51,5
Lampiran No. 4 Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA5 Nama
Skor IQ
Hasil Semesteran
Hamzah Abdul Karim
130
70
Ubaidir Rohman M
125
46
Maya Istafada
124
63
Isna Atikah
123
52,5
Ahmad Asyroful Anam
121
63,5
Lailatun Nurul Aniq
113
38,5
Risma Ummu Kholimah
112
41
Nur Fadzilah
110
59,5
Farida Maria Ulfa
109
63,5
Nurul Amelia Kinanti
106
31,5
Diah Ira Rahmawati
106
58
Nurul Milati
106
56
Ihda Farikha
104
52
Sugiharta Mulia
104
68
Fina Zakiyah
103
66
Lailiya Nadhiyati
101
43,5
Ela Izzatul Laela
101
61,5
Dien Rusyda Arini
100
43
Azmi Latifah
100
38
Nurul Fitri
100
57
Siti Muzaroah
99
48
Sholikudin
98
77
Ida Fitriyah
97
40,5
Nailus Shofa
93
56,5
Lampiran No. 5 Daftar Anak yang mempunyai IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh hasil belajar di bawah KKM. No
Nama
Kelas
Skor IQ
Nilai Semesteran
1
Ja’far Shodiq
XI IPA4
112
68,5
2
Aqim Muhaimin Zin
XI IPA4
113
37,5
3
Ahmad Asyroful Anam
XI IPA 5
121
63,5
4
Maya Istafada
XI IPA 5
124
63
5
Ubaidur Rahman
XI IPA 5
125
46
6
Lailatun Nurul Aniq
XI IPA 5
113
38,5
7
Nur Fadzilah
XI IPA 5
110
59,5
8
Isna Atikah
XI IPA 5
123
52,5
9
Risma Ummu Atikah
XI IPA 5
112
41
10
Sofi Ulfamayanti
XI IPA4
116
57,5
11
M. Ulyl Fahmi
XI IPA4
110
51,5
Lampiran No. 6
DAFTAR WAWANCARA 1. Untuk pendidik a. Bagaimana perilaku peserta didik pada saat proses belajar mengajar? b. Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu mengumpulkan tugas? c. Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam menyelesaikan soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi? d. Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam berfikir sintesis ataupun analitis? e. Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum pak? Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau tidak? 2. Untuk peserta didik a. Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu? b. Mengapa nilai kamu tidak mencapai KKM? c. Bagaimana cara mengajar bapak guru? d. Apakah pelajaran yang diberikan mudah diterima? e. Apakah antara kamu dengan bapak guru terjalin hubungan yang baik? f. Apakah orang tua kamu memberikan motivasi atau semangat dalam belajar? g. Apakah orang tua kamu memberikan target untuk memperoleh rangking atau prestasi? h. Apakah kamu merasa terbebani dengan target yang diberikan orang tua kamu? i. Apa yang kamu lakukan dengan target tersebut? j. Menurut kamu, apakah waktu yang disediakan mencukupi atau tidak? k. Apakah suasana kelas mendukung untuk pembelajaran? l. Apakah kamu sering berdiskusi dengan teman kamu?
Lampiran No. 7 Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik. T untuk “tanya” dan J untuk “jawab”: 1. Hasil wawancara dengan pendidik T : Bagaimana peserta didik pada saat proses belajar mengajar? Apakah peserta didik mudah diatur? J : Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan. Metode yang sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya tidak memaksa mereka untuk duduk di tempat yang sama sepanjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Saya membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain. Sehingga mereka lebih aktif dalam proses KBM T : Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu mengumpulkan tugas? J : Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas yang saya berikan berupa tugas harian dan pos tes. T : Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam menyelesaikan soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi? J : Setiap anak pasti menemui problem ataupun masalah dalam belajar, baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun yang lainnya. Yang penting adalah proses untuk menjadi bisa. T : Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam berfikir sintesis ataupun analitis? J : Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis, terutama anak dari kelas XI IPA4 dan sebagian anak IPA5. Mereka biasanya meniru contoh soal yang ada, ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal yang baru mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan dalam menyelesaikannya. T : Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum pak? Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau tidak?
J : Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran. Sebenarnya berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur dengan baik, waktu yang diberikan bisa mencukupi. 2.
Hasil wawancara dengan subjek 1 (S1) T :Mengapa kamu memperoleh nilai di bawah KKM? J : Saya sering salah dalam penyelesaian akhir pak, kalau mengerjakan soal, langkah-langkah penyelesaiannya sudah benar, akan tetapi penjumlahan hasilnya yang salah pak. T : Apakah kamu memperoleh masalah dalam mengerjakan soal? J : Ketika mengerjakan duduk di belakang dan diganggu pak, juga teman saya mengganggu saya ketika mengerjakan soal pak, mereka sering bertanya kepada saya pak. Ketika semesteran saya juga belum makan pak, jadi tidak bisa berfikir pak. T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi? Apakah mudah diterima? J : Enak pak, cepet dan enak, di kelas saya faham pak, tetapi aplikasi soalnya saya masih sering salah pak. T : Apakah pak Dwi selalu memberikan tugas? J : Selalu pak. T : Apakah tugas yang diberikan menjadi beban? J : Tidak pak, malah enak pak. T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi? J : Tidak pak, materi saya sudah faham pak, tapi yang menjadi masalah itu dalam penyelesaian akhir pak. T : Apakah orang tua kamu mengontrol kamu dalam belajar? J : Orang tua sering mengontrol melalui sms pak, sering menanyakan apakah sudah belajar atau belum. T : Apakah orang tua kamu memberi target kepadamu? J : Tidak pak, yang penting saya sudah berusaha pak. T : Apakah kamu di asrama selalu belajar? J : Jarang pak, biasa bermain game. T : Dalam satu semester matematika memperoleh lima jam pelajaran?
J : Kurang pak, kalau awalnya tidak terasa pak, tapi kalau akhir-akhir baru terasa pak. Juga kadang kalau ada soal tentang materi yang belum pernah diajarkan disuruh melewati pak. T : Apa cita-cita kamu di masa mendatang? J : Menjadi dokter pak. T : Terus usaha apa yang telah kamu lakukan? J : Ikut kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan pak, seperti PMR dan PMI. 3.
Hasil wawancara dengan subjek 2 (S2) T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu? J : 113 pak. T : Berapa nilai semester ganjil matematika kamu? J : 38.5 pak. T : Kenapa kamu memperoleh nilai sekian? J : Saya orangnya pemalas pak, jarang latihan, dan juga agak nggampangke (meremehkan). T : Apakah ada faktor-faktor yang lain? J : Tidak pak, saya yang malas pak. T : Apakah cara mengajar pak Dwi enak dan mudah diterima? J : Ya pak, paling enak dari guru yang pernah mengajar saya. T : Apakah selalu mengerjakan tugas? J : Wah morat-marit (kacau) pak, karena malas pak. T : Apakah orang tua selalu memberikan motivasi kepada kamu? J : Selalu pak, tetapi memang saya yang malas pak. T : Apakah orang tua kamu memberikan target? J : Tidak pak. T : Apakah kamu mempunyai target tertentu? J : Tidak pak, saya tidak bisa menargetkan diri saya sendiri. T : Apa pekerjaan orang tua kamu? J : Guru pak, ibu saya guru matematika. T : Mengapa kamu tidak meminta diajari ibu kamu?
J : Maaf pak bukannya sombong, sewaktu MTs nilai matematika saya selalu tinggi pak, sehingga ibu saya memberikan kebebasan untuk saya. T : Apakah lingkungan rumah kamu banyak orang akademik? J : Saya kurang tahu pak, karena saya jarang bergaul pak. 4.
Hasil wawancara dengan subjek 3 (S3) T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu? J : 113 pak. T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu? J : Sangat rendah pak, (tersenyum), 37,5 pak. T : Mengapa kamu mendapat nilai sekian? J : Malas belajar pak, juga kalau lihat angka saya sudah tidak berminat lagi pak, saya tidak suka matematika sejak SD pak (phobia matematika). T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi? J : Agak terlalu cepat pak. T : Apakah kamu faham dengan cara mengajar pak Dwi? J : Kalau di kelas faham, tapi kalau sudah keluar lupa pak. T : Sekarang tinggal di mana? J : Ma’had pak. T : Apakah orang tua kamu sering menelpon atau sms kamu menyuruh untuk belajar? J : Jarang pak. T : Apakah ada kendala dalam belajar? J : Keluarga kurang mendukung pak, kurang bersemangat pak. T : Untuk semester dua ini, berapa target kamu? J : Tidak muluk-muluk pak, saya dapat nilai tujuh saja sudah senang sekali pak. T : Apakah kamu sering bertanya dengan teman asrama? J : Jarang pak, kalau teman sekelas sering pak.
5.
Hasil wawancara dengan subjek 4 (S4) T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu? J : Tahu pak, 110 pak.
T : Terus nilai semesteran kemarin berapa? J : 59,5. T : Apakah mempunyai kendala dalam mengerjakan soal? J : Kurang menguasai materi pak. T : Apakah kamu sering bertanya kepada pak Dwi? J : Semester kemarin tidak pak, soalnya sudah malas terhadap pelajarannya pak. T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima? J : Enak pak, saya suka pak. T : Apakah orang tua kamu menyuruh belajar? J : Selalu pak. T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi belajar? J : Selalu pak, kalau bapak itu orangnya keras dalam pendidikan, jadi bapak sering ngomongi pak. Tapi bapak tidak pernah memberikan target saya harus seperti apa, kalau rangkingnya bagus ya bapak seneng, kalau rangkingnya rendah ya dinasehati. T : Kalau rangking rendah dinasehati, apakah menjadi beban bagi kamu? J : Ya kadang kepikiran pak, kan kita harus menjadi lebih baik lagi pak. 6.
Hasil wawancara dengan subjek 5 (S5) T : Kamu mendapat nilai IQ berapa? J : 123 pak. T : Nilai semesteran kamu berapa? J : 52.5 pak. T : Menurut kamu cukup apa kurang? J : Kurang pak. T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini? J : Malas belajar pak, soalnya kan kadang ada masalah. Juga catatan kurang rapi, ketika mendekati semesteran sering foto kopi, juga kurang latihan pak. T : Ketika mengerjakan soal, apakah mempunyai masalah atau tidak?
J : Sebenarnya bisa pak, tapi kadang lupa pak, kan belajarnya cuma semalam pak (tertawa). T : Sekarang tinggal di mana? J : Di pondok pak. T : Di pondok ada yang satu kelas tidak? J : Banyak pak. T : Apakah kamu sering diskusi dengan teman kamu di pondok? J : Kalau teman sekelas jarang pak, tapi kalau lain kelas malah saya dijadikan tutor pak. T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu? J : Jarang pak. Orang tua percaya sama saya pak. T : Kalau orang tua melihat nilai yang segini marah tidak? J : Tidak marah pak. Malah memberikan apa yang kira-kira kurang. T : Apakah orang tua memberikan motivasi? J : Sering pak, kalau nilai jelek tidak pernah dimarahin pak, tapi sharing pak. T : Apakah orang tua memberikan target tertentu? J : Tidak pak, cuma yang penting ada perubahan. T : Berapa target di semester depan? J : 85 pak. T : Terus usaha apa yang kamu lakukan untuk mendapat nilai 85? J : Memperbaiki catatan pak, saya itu kalau di kelas dan masih diterangkan malas mencatat pak, tapi sekarang saya menyalin catatan teman saya di pondok pak. 7.
Hasil wawancara dengan subjek 6 (S6) T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu? J : Tahu pak, 112 pak. T : Nilai semesteran kam kemarin berapa? J : 68,5. T : Apakah kamu menemukan masalah ketika mengerjakan soal?
J : Sakit mas, seminggu sebelumnya sakit dan waktu mengerjakan kurang fit. T : Untuk pelajaran, apakah ada kendala dalam mengerjakan soal? J : Semrawut mas, kan masih sakit jadi kurang bisa mas. T : Apakah orang tua menyuruh kamu belajar? J : Kalau menyuruh tidak pernah mas, soalnya kan sudah besar mas, saya sendiri yang merasa bersalah, sudah dibiyayai tapi malas. T : Apakah orang tua memberikan motivasi dalam belajar? J : Ya pasti mas. T : Untuk semester dua targetnya berapa? J : 85 T : La sudah berbuat apa untuk mendapat nilai 85? J : Lebih greget lagi mas, tapi susah mas, soalnya sudah terbiasa malas. T : Di dalam kelas, apakah kamu sering berdiskusi dengan teman? J : Sering mas. T : Kalau sama pak Dwi bagaimana? J : Sering mas, soalnya malu kalau bertanya dengan teman. T : Pak Dwi sendiri cara mengajarnya bagaimana? J : Enak mas, tetapi kalau sudah keluar lupa semua mas. 8.
Hasil wawancara dengan subjek 7 (S7) T : Berapa nilai IQ kamu? J : 125 pak. T : Terus berapa nilai semesteran kamu? J : 46 pak. T : Apakah kamu mempunyai masalah dalam semesteran kemarin? J : Bingung pak, sewaktu di dalam kelas bingung pak. T : Yang bingung materi apa? J : Sewaktu di dalam bingung pak, lupa rumusnya semua pak, tapi ketika sudah keluar ingat semua pak. Sebelum dibagikan sudah berfikir sulit pak, jadi sudah tersugesti pak. T : Sekarang kamu tingggal di mana?
J : Boarding pak. (asrama MAN 1 Semarang) T : Apakah orang tua memantau belajar kamu? J : Pernah pak. Tapi tidak sering pak. T : Kenapa jarang bertanya? J : Percaya saja pak. T : Apakah kamu selalu belajar? J : Jarang banget pak, di rumah saja disuruh belajar jarang pak, apalagi di sini pak. T : Kalau melihat nilai segini, apakah orang tua kamu marah apa tidak? J : Ya mesti pak, nilai tujuh saja dimarahin pak. T : Apakah orang tua kamu memberikan target tertentu? J : Ya pak, pinginnya yang paling tinggi pak. T : Apakah kamu merasa terbebani dengan target orang tua kamu? J : Ya beban mental pak, frustasi pak. 9.
Hasil wawancara dengan subjek 8 (S8) T : Kamu mendapat nilai iq berapa? J : 124 pak. T : Nilai semesteran kamu berapa? J : 63 pak. T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini? J : Kurang materi pak, sering keluar mengikuti kegiatan ekstra. Hanya meminjam catatan temen pak, dan tidak saya salin pak, cuma membaca. T : Sekarang tinggal di mana? J : Di boarding pak. T : Apakah kamu sering belajar di boarding? Banyak ngrumpi pa belajar? J : Jarang pak. Sering ngrumpi pak. T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu? J : Setiap malam bapak selalu sms pak, bertanya apakah sudah belajar belum. Saya jawab saja sudah pak. (tersenyum). T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima tidak? J : Enak pak. Soalnya lebih sudah dari kelas X sudah diajar pak Dwi pak.
T : Apakah sering bertanya dengan pak Dwi? J : Jarang pak. Lebih nyaman bertanya teman pak (kurang akrab). 10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S9) T : Apakah kamu tahu nilai iq kamu? J : 112 pak. T : Kalau nilai semesteran kamu berapa? J : Tidak tahu pak, tidak dibagi pak. T : Nilai kamu 41. Kenapa kamu mendapat nilai segini? J : Tidak tahu pak, kurang teliti, kurang menguasai materi, juga badannya kurang fit pak. T : Tidak fit kenapa? apakah kamu sakit? J : Tidak enak badan pak. T : Menurut kamu, apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima? J : Enak, ketika diterangkan faham pak, tapi kalau menyelesaikan soal sendiri bingung pak. (bingung ketika selesai pelajaran) T : Sekarang tinggal dimana? J : Dirumah pak. T : Apakah orang tua kamu memantau belajar kamu? J : Sering memberi motivasi pak, menyuruh belajar. T : Apakah orang tua kamu memberikan target? J : Tidak terlalu pak, Cuma sering menasehati pak. T : Menurut kamu, apakah lima jam pelajaran kurang? J : Kurang pak, soalnya di rumah malas belajar pak. T : Apakah kamu sering belajar di rumah? J : Kalau di rumah ya belajar pak, tapi saya kurang suka latihan pak, saya sukanya membaca. T : Apakah di kelas kamu sering diskusi dengan teman kamu. J : Sering pak, misalnya belum faham sering Tanya pak. T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi? J : Tidak pak, bingung ingin bertanya apa. (kurang akrab) T : Apakah kamu menyukai matematika?
J : Suka pak, tapi saya lemah di penjabaran dan kurang teliti. 11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S10) T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu? J : Tahu pak, 116 pak. T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu? J : Tahu pak, 57.5 pak. T : Apakah menemui kesulitan dalam mengerjakan soal? J : Menghafal rumus kurang bisa pak. T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima? J : Cara mengajarnya enak, mudah diterima, ketika di dalam kelas faham, tapi kalau mengerjakan soal masih bingung. T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi dengan memantau belajar kamu? J : Hampir tiap malam orang tua menelfon menanyakan sudah belajar atau belum. T : Apakah orang tua kamu memberikan target untuk prestasi kamu? J : Orang tua tidak memberikan target yang spesifik, hanya memberikan masukan untuk berusaha lebih baik. T : Apakah sering berdiskusi dengan teman? J : Ya sering, malah sering dengan teman daripada dengan pak Dwi. T : Mempunyai cita-cita atau harapan apa setelah SMA? J : Ingin masuk PTN jurusan matematika. T : Usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk mengejar cita-cita kamu? J : Ya belajar lebih giat lagi. 12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S11) T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu? J : Tahu pak, T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kemarin kamu? J : Tahu pak, T : Apakah mempunyai kendala ketika mengerjakan soal? J : Tidak hafal rumus, soalnya rumusnya banyak, kurang berlatih, males.
T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima? J : Cara mengajar pak Dwi cepat, tapi enak, ya kadang dapat diterima kadang tidak, dan menekankan pada latihan soal. T : Apakah dirumah sering belajar? J : Jarang pak. T : Apakah orang tua memantau terus belajar kamu? J : Jarang banget mas, orang tua menyerahkan pada saya sendiri. T : Apakah orang tua menekankan prestasi pada kamu? J : Ya orang tua kalau nilai jelek sih marah, menuntut yang lebih baik. T : Kalau dimarahin kadang merasa terbebani tidak? J : Ya kadang mas. T : Di lingkungan tempat tinggal kamu, prosentasi antara anak yang sekolah dengan yang bekerja banyakan mana? J : Wah kurang bergaul mas.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. 2. 3. 4.
Nama Lengkap Tempat & Tgl. Lahir NIM Alamat Rumah
: : : :
Muhammad Rizqi Aji Pekalongan, 01 April 1990 083511022 Ds Sapugarut, Kec. Buaran, Kab. Pekalongan
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. MSI Bligo, Lulus Tahun 2001 b. MTsS Wonoyoso, Lulus Tahun 2004 c. MAS Simbang Kulon, Lulus Tahun 2007
Semarang, 31 Mei 2012
Muhammad Rizqi Aji NIM.083511022