ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELIGENCES SYSTEM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MALIK IBRAHIM GRESIK “Full Day School”
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh: AZIS NURKHOLIK NIM: 073511045
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan rujukan.
Semarang, 2 Desember 2011 Deklarator,
Azis Nurkholik NIM: 073511045
ii
iii
Semarang,
Nota Pembimbing
Desemb esember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiya arbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr.. Wb. Dengan ini diberitahukan kan bahwa ba saya telah melakukan bimbingan,, arahan arah dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
:
ANALIS ALISIS
PENERAPAN
MATEM TEMATIKA
STRATEGI
BERBASIS
MULTIPLE
PEMB PEMBELAJARAN INTELIGENCES INT
SYSTEM EM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MAL MALIK IBRAHIM GRESIK ESIK “Full Day School” Nama
: Azis is Nurk Nurkholik
NIM
: 07351104 511045
Jurusan
: Tadris
Program Studi : Matemati tematika Saya memandang bahwa wa naskah nas skripsi tersebut sudah dapat diajukan kan kepada k Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo ngo untuk un diajukan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Wb.
iv
Semarang, Desember ember 2011
Nota Pembimbing
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiya arbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr.. Wb. Dengan ini diberitahukan kan bahwa ba saya telah melakukan bimbingan,, arahan arah dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
:
ANALIS ALISIS
PENERAPAN
MATEM TEMATIKA
STRATEGI
BERBASIS
MULTIPLE
PEMB PEMBELAJARAN INTELIGENCES INT
SYSTEM EM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MAL MALIK IBRAHIM GRESIK ESIK “Full Day School” Nama
: Azis is Nurk Nurkholik
NIM
: 07351104 511045
Jurusan
: Tadris
Program Studi : Matemati tematika Saya memandang bahwa wa naskah nas skripsi tersebut sudah dapat diajukan kan kepada k Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo ngo untuk un diajukan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Wb.
v
ABSTRAK Judul
Penulis NIM
: Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik “Full Day School” : Azis Nurkholik : 073511045
Skripsi ini membahas penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligences System di SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik “Full Day School”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: 1). Bagaimana Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”, 2). Bagaimana Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”, 3). Bagaimana Sistem Evaluasi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode penelitian kualitatif. Adapun pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif analisis. Dalam mengumpulkan datanya menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, dokumentasi, dan wawancara/interview. Metode analisis data yang dipakai dengan sistem triangulasi data untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. Data yang diperoleh dari hasil observasi, interview dan dokumentasi direduksi untuk mendapatkan kesimpulan yang valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School” secara umum telah berjalan dengan baik. Guru telah melakukan proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran sesuai dengan standar proses pembelajaran sebagaimana diatur dalam permendiknas No. 41 tahun 2007 yang diintegrasikan dengan konsep Multiple Inteligences System.
vi
MOTTO
(#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S Al- Ashr : 1-3)
vii
PERSEMBAHAN Banyaknya air di samudra sebagai tintanya dan banyaknya ranting di pepohonan sebagai penanya, tak mampu melukiskan betapa besar ni’mat, taufik, hidayah, serta inayah-Mu, sehingga tersusun sebuah karya kecil ini. Dengan kerendahan hati dan dengan penuh keikhlasan, karya ini aku persembahkan kepada: Bapak-Ibu tercinta dan tersayang (Nahrowi dan Sulni) yang senantiasa memberikan kasih sayang, medoakanku, membimbing, dan memotivasiku, serta memberikan dukungan moral maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sejuta harapan kepadaku kan ku usahakan semua dengan ridho dan rahmat-Nya. Kakakku Soli Nurhidayah, Nurul Muksodah, Mujtahidin, Muh Ihsan yang senantiasa memberikan motivasi serta dukungan baik moral maupun materiil, memberiku semangat untuk terus mencapai keberhasilan, dan memfasilitasi pembuatan skripsi ini sampai selesai. Keluarga besar Pondok Pesantren Roudlatutt Tholibin Tugurejo Tugu Semarang, segenap pengasuh dan santriwan-santriwati.
viii
KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang penulis ucapkan, kecuali Alhamdulillahirabbil alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selama ini memberikan nikmat dan karunianya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orangorang yang selalu di jalan-Nya. Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa ada dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yang berliku dan penuh batu terjal serta melelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses ini. Penulis sampaikan terimakasih khususnya kepada: 1.
Dr. Suja’I, M.Ed., selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2.
Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku ketua jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Bapak Saminanto, S.Pd., M.Sc., selaku Ka Prodi Matematika sekaligus dosen pembimbing I dan Bapak Fakhrurrozi, M.Ag., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Bapak Budi Cahyo, M.Sc., Ibu Minhayati Shaleh, M.Sc., Ibu Yulia Rahmawati, M.Sc., Ibu Mujiasih, M.Pd., Ibu Lulu’ Choirunnisa’, M.Sc. selaku dosen-dosen Matematika yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama belajar di kampus. Semoga mendapatkan balasan dan ilmu yang diberikan bermanfaat.
5.
Ustadz Slamet, S.Pd., selaku Direktur Pendidikan YIMI, dan Ustadz Ahmad Nurhadi, S.Si, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP YIMI, yang telah memberikan izin, informasi dan tempat tinggal selama penelitian ini.
6.
Ustadz Khusnul Khuluq, S.Pd., Ustadzah Femy Citra, S.Pd., Ustadzah Laelatul Magfiroh, S.Pd., Suci Nadlifatur Rizqiyah, S.Pd., selaku guru-guru matematika
ix
SMP YIMI yang telah bersedia sharing dan memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan. 7.
Ustadz M. Nur Syamsi, selaku Ka TU SMP YIMI dan semua guru-guru SMP YIMI yang telah memberikan sambutan dan dukungan positif selama penelitian ini. Selamat berjuang mengantarkan setiap peserta didik menjadi Sang Juara.
8.
Bapak Ibu Guruku di MTs.-MA Al-Asror yang telah mendidik sampai mengantarkanku sampai ke kampus ini. Semoga darma baktimu mendapatkan balasan-Nya.
9.
Ayahanda Nahrowi Ibunda Sulni yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik moral maupun materi.
10.
Kakak-kakakku Soli Nur Hidayah, Nurul Muksodah, Mujtahidin, dan Moh. Ihsan yang selalu memberiku motivasi dan turut memfasilitasi penyelesaian skripsi ini.
11.
Bapak KH. Drs. Mustagfirin, KH. Abdul Kholik, Lc., Ustadz Qolyubi, S.Pd., Ibu Nyai Hj. Muthohiroh yang telah sabar dan penuh kasih sayang membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan ilmunya kepadaku selama di Pondok Pesantren Roudhatuttholibin.
12.
Keluarga besar Pondok Pesantren Raudhatut Tholibin Tugurejo Tugu sebagai tempat tinggalku.
13.
Kawan-kawanku seperjuangan di LPM Edukasi sebagai kawah candra dimuka, tempat mengasah intelektual dengan wacana-wacana keilmuannya. Selamat berjuang menjadi insan pers, yang berpegang teguh pada idealisme.
14.
Rekan-rekan seperjuangan di HIMATIKA Walisongo sebagai bagian dari keluarga kecilku.
15.
Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada yang penulis dapat berikan kepada semuanya, kecuali kata terimakasih dan untaian do’a, semoga amal kebaikannya diterima dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
x
Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai bekal untuk mengarungi samudra kehidupan. Amiin.
Semarang, 2 Desember 2011 Penulis
Azis Nurkholik NIM : 073511045
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………. i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .……………………………………….... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………... iii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ………………………………………………... iv HALAMAN ABSTRAKS ………………………………………………………….... v HALAMAN MOTTO ……………………………………………………………..... . vi HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vii HALAMAN KATA PENGANTAR ………………..……………………………… viii HALAMAN DAFTAR ISI ..……………………………………………………….… x HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..……………………………………………… xiii
BAB I
: PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang …………………………………………………... 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 8 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 8 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 8
BAB II
: LANDASAN TEORI ……………………………………………... 10 A. Kajian Pustaka ………………………………………………….. 10 B. Kerangka Teoritik .……………………………………………... 10 1. Analisis ………………………………………………………. 10 2. Strategi Pembelajaran ……………………………………….. .12 3. Pembelajaran Matematika …………………………………… 14 4. Multiple Inteligences System (MIS) …………………………. 20 5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System…24 a. Macam-macam Metodologi Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System…………………….. 24 b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis
xii
Multiple Inteligences System……………………………… 26
BAB III
: METODE PENELITIAN ………………………………………… 35 A. Jenis Penelitian ………………………………………….……... 35 B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………..……… 36 1. Lokasi ……………………………………………………… 36 2. Waktu …………………………………………….……..… 36 C. Sumber Penelitian ……………………………………….……. 36 D. Fokus Penelitian ………………………………………………. 36 E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ……………………. 37 1. Instrumen Penelitian ………………………………………. 37 2. Metode Pengumpulan Data ……………………………..…. 38 F. Analisis Data …………………………………………..……… 39 1. Analisis Pendahluan ………………………………………. 40 2. Analisis Lapangan …………………………………….….. 40 G. Pengujian Keabsahan Data …………………………………… 41
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 43 A. Kondisi Umum SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik “Full Day School” ………………………………………..……… 43 1. Sejarah Berdirinya Sekolah …………………………………. 43 2. Letak Geografis Sekolah ……………………………………. 44 3. Visi dan Misi SMP YIMI Gresik “Full Day School” ……..… 44 4. Struktur Organisasi Sekolah, Keadaan Guru dan Peserta Didik………………………………………………………….. 45 B. Hasil Penelitian …………………………………………….……. 46 1. Proses Perencanaan Pembelajaran ………………………..…. 47 2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran ………………………..…. 53 3. Proses Evaluasi Pembelajaran ………………………………. 57
xiii
C. Pembahasan………………………………………………….…… 61 1. Analisis Perencanaan Pembelajaran ………………………… 62 2. Analsis Pelaksanaan Pembelajaran ……………………….…. 64 3. Analsis Evaluasi Pembelajaran ……………………………… 68
BAB V
: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ………………..……. 71 A. Simpulan …………………………………………………………. 71 B. Saran-saran ………………………………………………………. 72 C. Penutup …………………………………………………….…….. 73
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Instrumen Observasi
Lampiran 2
: Instrumen Wawancara
Lampiran 3.a : Transkip Hasil Wawancara 1 (Kepala Sekolah) Lampiran3.b : Transkip Hasil Wawancara 2 (Ka.Ur. Kurikulum) Lampiran 3.c : Transkip Hasil Wawancara 3 (Guru Matematika) Lampiran 4
: Silabus Pembelajaran
Lampiran 5
: Program Tahunan
Lampiran 6
: Program Semester
Lampiran 7
: RPP/Lesson Plan
Lampiran 8
: Dokumentasi Foto Saat Penelitian
Lampiran 9
: Jadual Pelajaran
Lampiran 10 : Format Raport Lampiran 11 : Instrumen Multiple Inteligences Observation (MIO) Lampiran 12 : Instrumen Supervisi Lampiran 13 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 14 :Jadual Penelitian
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang selalu dijadikan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan suatu bangsa seringkali menjadi indikator maju-mundurnya sebuah Negara. Oleh karenanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan sudah selayaknya terus ditingkatkan. Baik atau buruknya mutu lembaga pendidikan sendiri salah satunya ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Oleh karenanya untuk menciptakan proses pembelajaran yang brkualitas, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 telah menetapakan beberapa point terkait standar proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh para pemangku lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa proses
pembelajaran
setidaknya
memuat
tiga
tahapan:
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga tahapan ini harus dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran berjalan optimal. Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal guru juga harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan sebuah cara atau trik untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang akan disampaikan. Menurut Hamdani, strategi pembelajaran (belajar-mengajar) terdiri atas semua komponen dan prosedur yang digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pengajaran.1 Dengan demikian tepat atau tidaknya suatu strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam hal ini, guru memegang andil yang sangat besar dalam menentukan strategi yang paling sesuai untuk mengoptimalkan kemampuan setiap peserta didik demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan sebagaimana 1
Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 19
1
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), BAB I pasal 1(1). “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2 Dari kutipan UU Sisdiknas tersebut diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan hendaknya mampu memfasilitasi setiap individu (peserta didik) untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Setiap peserta didik tentunya telah memiliki modal dasar pengetahuan yang berbeda-beda. Oleh karenanya, dalam merencanakan pembelajaran sudah seharusnya guru mengetahui kemampuan atau potensi dasar yang telah dimiliki oleh peserta didiknya. Pengetahuan tentang kompetensi awal peserta didik ini yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam usaha melejitkan kemampuan individual setiap peserta didik. Kemampuan yang tersimpan dalam diri seseorang ini, kemudian sering disebut sebagai kecerdasan (inteligence). Abdul Halim Fathani menyatakan bahwa, dalam dunia pendidikan kecerdasan memiliki tempat yang sangat penting, namun seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik.3 Kebanyakan proses pembelajaran yang telah berjalan di dalam kelas, hanya memakai satu strategi atau metode sedangkan gaya belajar dan daya tangkap peserta didik sangat beragam. Dalam sebuah kelas yang besar (30-40 anak) dan heterogen, hendaknya guru melakukan variasi pembelajaran, sehingga tidak saklek dengan satu model pembelajaran saja. 2
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 20003 tentang Sisdiknas & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2010), hlm. 2 3
Abdul Halim Fathani, Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences _ dikti.org.htm, http://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ di akses 15 Oktober 2011
2
Hal serupa dijelaskan pula oleh Suryosubroto dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Pada umumnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sebagian besar peserta didik (30-40 anak) dalam waktu yang sama, bahan pelajaran yang sama, bahkan metode yang dipakai untuk semua anak sama. Dalam pengajaran klasikal seperti ini guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (ability), kesiapan (maturity), dan kecepatan belajar yang sama.4 Kebiasaan lama yang sering dilakukan guru semacam itu hendaknya segera ditinggalkan.
Memperlakukan anak dalam kelas heterogen dengan
pendekatan yang sejenis tentu kurang baik bagi perkembangan individual. Menurut Rasyid Dimas, salah satu kesalahan yang terjadi dalam mendidik anak adalah tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan individual.5 Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan caracara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Demikian pula dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Kenyataan di atas menuntut agar peserta didik dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Oleh karenanya menurut Anang, dalam bukunya “One Minute before Teaching”, bahwa pembelajaran yang berlangsung perlu melayani peserta didik secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna pada setiap peserta didik.6 Sebagian peserta didik lebih suka terhadap guru mereka yang mengajar dengan cara menuliskan materi pelajaran di papan tulis. Dengan begitu mereka dapat membaca dan kemudian memahaminya. Akan tetapi, tidak demikian untuk sebagian peserta didik yang lain. Di antara mereka ada yang lebih suka guru mereka mengajar dengan lisan dan mereka mendengarkan agar bisa memahaminya. Sementara
4
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Cet. II, hlm.69. 5 M. Rasyid Dimas, 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak, terj. Abdurrahman Kasdi, (Pustaka Al-Kautsar, 2006), Cet. 3, hlm. 127 6 Anang, One Minute Before Teaching, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 49
3
itu, ada pula sebagian kelompok peserta didik yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan terkait mata pelajaran tersebut. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat, tetapi bakat itu terwujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas dibidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang terkait keragaman potensi setiap individu ini bertolak dari teori Howard Gardner yang sering pula disebut sebagai teori kecerdasan majemuk (Multiple Inteligences). Teori mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar peserta didik. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui keunikan setiap individu manusia. Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini. Sesungguhnya multiple intelligences muncul dalam diri setiap individu, tetapi masing-masing individu akan memiliki satu atau lebih multiple intelligences yang memiliki tingkat multiple intelligences teratas. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, sudah selayaknya seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan multiple intelligences setiap siswa yang diperoleh melalui Multiple Intelligences Research (MIR). Dryen dan Vos (sebagaimana dikutip Dewi Salma) menyatakan, paradigma belajar berprinsip bahwa belajar sebagai faktor internal dalam diri peserta didik, karenanya penyelenggaraannya perlu melibatkan peserta didik itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada penemuan diri peserta didik, kemandirian dalam berfikir dan bersikap, serta menentukan minatnya.
4
Teori multiple inteligences mendukung adanya kemampuan ganda dalam diri peserta didik untuk dikembangkan potensinya melalui berbagai proses.7 Matematika merupakan mata pelajaran yang erat sekali berkaitan dengan kehidupan di masyarakat. Berbagai sisi kehidupan sosial maupun ekonomi berhubungan langsung dengan nilai-nilai matematika. Oleh karena itu tidak salah jika pemerintah menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, sejak di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Akan tetapi, realita yang muncul di masyarakat, Matematika justru merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Paradigma yang sering muncul didalam benak anak didik, bahwa matematika itu sulit, guru matematika yang kiler, bahkan muncul konotasi matematika = matematian. Munculnya paradigma semacam ini salah satunya disebabkan oleh materi yang relatif abstrak sehingga butuh ketelitian dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Di samping itu, dalam proses pembelajaran masih banyak dijumpai guru yang memakai model konvensional, sehingga peserta didik cenderung bersikap pasif bahkan kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Hal ini menyebabkan sulit tercapainya tujuan pembelajaran, yang salahsatu indikatornya kebanyakan prestasi peserta didik cenderung masih di bawah rata-rata. Melihat realita tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang telah berjalan perlu segera di evaluasi mengingat peran matematika dalam kehidupan demikian besar. Sesulit-sulitnya permasalahan (termasuk pembelajaran matematika) yang dihadapi oleh seseorang pasti ada jalan keluarnya. Hal ini sebagaimana sabda rasulullah SAW:
JSTB L اUTV L ل اRP أن ر,JKB L اHN ر,ةEFE هHI أAB و JI Jb L اcdP Z\TB JSe [\]TF Z^FE_ `TP Aa و:لZY ,XTPو ٨
(XTia j )رواgKhb اUb إZ^F E_
7
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. 7, hlm. 7
5
“Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menempuh jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya menuju surga.” (HR. Muslim) Hal ini telah diterangkan pula dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 286 berikut:
…… ôMt6|¡tFø.$## $tΒ $pκön=tãuρ ôMt6|¡x. $tΒ $yγs9 4 $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡øtΡ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebijakan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q.S. Al-Baqarah :286) Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu system pembelajaran ini adalah pembelajaran berbasis Multiple Inteligences. Strategi pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System (MIS) merupakan sebuah sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori Multiple Inteligences. Strategi pembelajaran ini mengacu pada keberagaman kompetensi individual
peserta
didik,
selanjutnya
dikembangkan
untuk
mencapai
kemampuan yang optimal. Penerapan Multiple Inteligences System (MIS) dalam dunia pendidikan sangat membantu dalam menentukan strategi pembelajaran paling tepat untuk setiap anak. Untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences, guru atau sekolah terlebih dahulu melakukan Multiple Inteligences Research (MIR). MIR biasanya berbentuk kuisioner yang dibuat untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik. Dari hasil MIR akan diketahui gaya belajar setiap anak dan dipakai sebagai referensi dalam meilih strategi paling efektif.
Strategi
pembelajaran
merupakan
salah
satu
variabel
yang
8
Imam Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Libanon, Darul Kutub Al- Ilmiah, 676 Hijriah). Hlm. 370.
6
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan pemakaian strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak, akan mempermudah pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah dicapai dan prestasi peserta didik dapat di atas rata-rata. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligences System (MIS). Sebagai sebuah strategi pembelajaran, Multiple Inteligences System hendaknya melekat dengan sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu keberhasilan penerapan strategi pembelajaran ini sangat ditentukan oleh
sistem yang
dipakai lembaga pendidikan tersebut. SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik “Full Day School” merupakan salah satu sekolah yang menjadi pelopor pelaksanaan Multiple Inteligeces System (MIS) dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dipaparkan oleh Munif Chatib, mantan direktur sekolah YIMI, pada awalnya SMP YIMI Gresik “Full Day School” merupakan salah satu sekolah yang terpinggirkan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini. Hal ini terjadi tidak bisa lepas dari problem keterbatasan fasilitas maupun tenaga pendidik, lantaran harus berbagi dengan Madrasah Ibtidaiyah. Akibatnya sekolah ini hanya diminati oleh peserta didik dari kalangan bawah, tentunya dengan kompetensi apa adanya. Menyadari problematika tersebut, akhirnya segenap pengurus yayasan sepakat untuk melakukan perombakan sistem. Mereka sepakat untuk memilih Multiple Inteligences System (MIS) karena keunikan dan kelebihanya. Akhirnya upaya tersebut berhasil, melalui penerapan MIS diintegrasikan dengan sistem “Full Day School”, sekolah yang awalnya terbelakang ini akhirnya mampu menjadi salah satu sekolah unggulan meski dengan input peserta didik yang biasa-biasa saja. Prestasi nilai rata-rata Ujian Nasional peserta didiknya mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan (termasuk SMP RSBI) lainnya di kabupaten Gresik.
7
Berdasarkan uraian tentang keunikan Multiple Inteligences System (MIS) dan pemanfaatanya tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait “Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System (MIS) di SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik Full Day School”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain: 1. Bagaimana Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”? 2. Bagaimana Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”? 3. Bagaimana Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran Matematika berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis Multiple Inteligences System yang berjalan di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. 2. Mengetahui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis Multiple InteligencesSystem di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. 3. Mengetahui Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni: 1. Manfaat teoritis
8
a. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penyelenggaraan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligenges System b. Memenuhi salah satu persyaratan untun memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan maupun lembaga-lembaga terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. b. Sebagai referensi baru dalam penerapan sistem pembelajaran matematika yang lebih baik.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Indriana Puji (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences With Games Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK Kelas VII Semester Genap SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran: 2010/2011) menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dapat meningkat secara aktif dan menikmati proses pembelajaran. Selain itu, dalam kedua buku Munif Chatib, “Sekolahnya Manusia” dan “Gurunya Manusia” dipaparkan tentang keberhasilan strategi Multiple Inteligences System (MIS) untuk meningkatkan prestasi peserta didik di beberapa sekolah yang menerapkannya. Berangkat dari beberapa referensi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan kajian serupa, namun dengan fokus yang berbeda. Adapun fokus yang menjadi penekanan pada penelitian kali ini mengacu pada rumusan masalah yakni untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. Adapun analisis ditekankan untuk mengidentifikasi kelebihankekurangan dan problematika yang muncul dalam penerapan pembelajarannya. B.
Kerangka Teoritik 1. Analisis Analisis merupakan kata serapan berasal dari kata bahasa Inggris analyze yang berarti memisah-misahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis diartikan sebagai bentuk penyelidikan terhadap suatu
10
peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).1 Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis meliputi: a) Analisis Pendahuluan Analisis persiapan atau pendahuluan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan ketika melakukan tindakan di lapangan. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini mencakup latar belakang sekolah, alasan pemakaian system, penyusunan rencana pembelajaran, maupun latar belakang kompetensi peserta didik. b) Analisis Proses atau Tindakan Analisis
tindakan
dilakukan
saat
praktik
pembelajaran
dilaksanakan. Hal-hal yang diamati dalam proses ini adalah respon peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam melakukan analisis proses atau tindakan ini adalah rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. c) Analisis Akhir Analisis akhir dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dan merupakan
simpulan
terhadap
proses
perencanaan
sampai
pelaksaan pembelajaran yang berlangsung. Analisis akhir ini bertujuan untuk memberikan masukan atau solusi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan rencana pembelajaran berikutnya. Adapun analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pengamatan lapangan dengan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan 1
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2010), hlm. 37
11
yang muncul dalam penerapan pembelajaran Matematika berbasis Multiple Inteligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
2. Strategi Pembelajaran Hamdani menyatakan secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan.2 Tujuan pembelajaran sendiri terangkum dalam standar kompetensi yang telah ditentukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar megajar. Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan ini tentunya mencakup segala aktivitas yang akan dilakukan terkait perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi tindakan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, disebutkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).3 Sebagai sebuah sistem perencanaan,
strategi
memiliki
peranan
penting
dalam
menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran yang tepat oleh setiap guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stoner dan Sirait
(sebagaimana
dikutip Hamdani), adalah sebagai berikut. a. Wawasan Waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya. b. Dampak. Walupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhir akan sangat berarti.
2 3
Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, hlm. 18 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 500
12
c. Pemusatan
Upaya.
Sebuah
strategi
yang
efektif
biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit. d. Pola Keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusankeputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti pola yang konsisten. e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.4 Menurut Dick dan Carey (sebagaimana dikutib Hamzah B. Uno) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu:5 a. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan yang disampaikan secara menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran hendaknya melalui contoh ilustrasi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik mengenai manfaat belajar. Dalam kegiatan ini setidaknya guru menyampaikan dua hal penting. Pertama, tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan. Kedua, apersepsi berupa kegiatan yang menunjukkan keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi baru yang akan dipelajari. 4
Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, hlm. 18-19 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatifdan efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, hlm. 3-7 5
13
b. Penyampaian Informasi Penyampaian materi merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi ini, guru berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik. c. Partisipasi Peserta Didik Berdasarkan prinsip student centred,peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam hal ini dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yang maknanya bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. d. Tes Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Serangkaian tes umum yang dilakukan oleh guru ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran dan tingkat penguasaan ketrampilan belajar peserta didik. e. Kegiatan Lanjutan Kegiatan lanjutan atau sering yang disebut dengan flow up hendaknya dilakukan oleh setiap guru. Tindak lanjut ini bisa berupa remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, atau pengayaan setelah semuanya dinyatakan tuntas. 3. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagaimana didefinisikan oleh Oemar Hamalik merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
14
internal material fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.6 Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.7 Perlu dipahami pula bahwa aktivitas belajar ditekankan pada terjadinya perubahan tingkah laku manusia, sehingga belajar cenderung melakukan aktivitas. Belajar berdasar aktifitas secara umum jauh lebih efektif daripada yang didasarkan presentasi atau ceramah karena peserta didik tidak sepenuhnya terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Dave Maler, gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental peserta didik sebab otak manusia yang terlibat dalam dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal, sebab melibatkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.8 Kegiatan belajar dalam proses pembelajaran merupakan subsistem yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara fungsional,sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an surat An-Nahl ayat 78 berikut:
6
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 57 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, cet. 3 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 29. 8 Dave Maier, The Accelerated Learning Hand Book, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Kaifa, 2003), cet. III, hlm. 90-91 7
15
yìôϑ¡¡9$# ãΝä3s9 Ÿ≅yèy_uρ $\↔ø‹x© šχθßϑn=÷ès? Ÿω öΝä3ÏF≈yγ¨Βé& ÈβθäÜç/ .ÏiΒ Νä3y_t÷zr& ª!$#uρ ∩∠∇∪ šχρãä3ô±s? öΝä3ª=yès9 nοy‰Ï↔øùF{$#uρ t≈|Áö/F{$#uρ “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl: 78) Definisi lain terkait belajar menurut Sholeh Abdul Aziz:
KNOP ثRST UVW KX ةZ[\ ]G^ اZ_T FGHI`J اa ذهcP ZOOde D هFGHIJKLا ٩
اRT Rf اZOOde
“Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru.” Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.10 Sementara itu Ismail SM dalam bukunya “PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan)”, menyebutkan bahwa istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).11 Dalam proses pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu 9
Sholeh Abdul Aziz, Abdul Majid, Attarbiyah Waturuqu Al-Tadris, Juz 1, (Mekka : Darul Ma’arif, t.th), hlm. 169 10 Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di SMP, (Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru-Guru Pelajaran Matematika SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006), hlm. 1. 11 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Grup, 2008), hlm. 9
16
guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua proses sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning). Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan kembali bahwa pembelajaran
adalah
proses
interaksi
antara
peserta
didik
dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah laku yang tampak sebagai hasil dari pengalamannya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi antara guru, peserta didik dan lingkungan sekitar dalam menguasai beberapa kompetensi terkait matematika. Mengenai pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh. Menurut Abdul Halim Fathani, “matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logika dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.”12 Sementara itu munurut Johnson dan Myklebust (sebagimana dikutip oleh Mulyono Abdurrahman), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner juga mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.13
12
Abdul Halim Fathani, Matematika dan Logika, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2009), hlm. 19 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 252 13
17
Dari beberapa definisi tentang matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur dan hubungan-hubunganya yang diatur secara terorganisasi menurut urutan yang logis dan matematis. Dari berbagai sudut pandang ilmuwan dalam mendefinisikan matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika sebagai berikut:14 a. Memiliki objek yang abstrak b. Bertumpu pada kesepakatan c. Berpola pikir deduktif d. Memiliki simbol yang kosong dari arti e. Memerhatikan semesta pembicaraan f. Konsisten dalam sistemnya. Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran matematika di atas, diantaranya sebagai berikut:
a.
Teori Metakognitif Arends, mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar. Sementara itu Howard, menyatakan keterampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian (attention), ingatan (memory), dan pemecahan masalah.15
14
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional, 1990), hlm. 13 15 Teori Belajar dan Pembelajaran _ Teori-teori Klasik _ Teori-teori Belajar Proses _ Teoriteori Kognitif _ Matematika IPA.htm, diunduh, 25 September 2011.
18
Teori metakognitif ini merekomendasikan agar guru mengakui keragaman kompetensi yang dimiliki setiap individu. Dengan demikian peserta didik hendaknya diberikan kemerdekaan untuk memahami pembelajaran sesuai kompetensinya masing-masing yang cenderung bervariasi. b.
Teori L. Cronbach dan R. Snow Konsep
(ATI)
Attidute-Treatment-Interaction
menurut
Cronbach dan Snow bahwa beberapa strategi instruksional berefek dan berfungsi berbeda-beda pada setiap individu tergantung pada kemampuan-kemampuan
khusus
dari
individu
tersebut.
ATI
menyarankan bahwa hasil pembelajaran yang optimal dapat terjadi apabila metode pengajarannya sesuai dan cocok dengan kemampuan aptidute dari si anak (individu yang belajar). Hal ini merupakan kerangka acuan bagi strategi pengajaran
yang menggunakan
pendekatan individu.16 c.
Teori Spiro, P. Feltovitch dan R. Coulson Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki fleksibilitas kognitif, yaitu kemampuan untu menyusun pengetahuan yang dimilikinya ke dalam berbagai hal yang dilakukan pada proses adaptasi serta merupakan reaksi dari situasi-situasi yang menuntutnya untuk berubah. Aplikasi teori ini banyak digunakan di dalam metode pendidikan
dan
pengajaran
yang
menekankan
pada
“cara
pemberian/mempresentasikan” konsep dan informasi dari berbagai
16
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., Peranan Orang Tua Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori Dan Tren Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2007), hlm.14-15
19
sudut pandang untuk memberikan pemahaman yang baik dalam proses belajar.17 d.
Teori Multiple Inteligences Howard Gardner Teori ini menjelaskan adanya delapan tipe kecerdasan manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar peserta didik, yang memahami apa yang peserta didik mau, dan memanusiakan manusi.18 Relevansi teori multiple intelligences dengan pembelajaran matematika adalah penyajian konsep-konsep matematika akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter (tipikal) masingmasing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
4. Multiple Inteligences) Multilple Inteligences atau yang sering dikatakan dengan sistem kecerdasan majemuk ditemukan pertama kali oleh Howard Gardner, psikolog dari Harvard University. Gardner menyatakan bahwa, kecerdasan seseorang dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan
logika-matematika,
kecerdasan
intrapersonal,
kecerdasan
interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan naturalis.19 Teori multiple intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap peserta didik dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar peserta didik, yang memahami
apa yang mereka
mau dan
17
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., Peranan Orang Tua Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori Dan Tren Pendidikan, hlm. 15 18 Munif Chatif, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII hlm. 10. 19 Adi Gunawan, Born to be genius, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hlm. 106
20
memanusiakan manusia. Penjelasan lebih lanjut Setidaknya ada 8 macam kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner, yaitu:20 1) Kecerdasan Linguistik Kecerdaran ini mencakup ranah kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen, atau mengungkapkan ekspresi. 2) Kecerdasan Logis-Matematis Kemampuan untuk menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu dengan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah. 3) Kecerdasan Musikal Kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musical, merespon terhadap music, menggunakan music sebagai sarana berkomunikasi, atau menginterpretasikan bentuk dan ide musical. 4) Kecerdasan Spasial Kemamapuan
untuk
mengenali
pola
ruang
secara
akurat,
menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menerjemahkan pola ruang secara tepat. 5) Kecerdasan Kinestetik Kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuh untuk
melakukan
mengkonsolidasikan
sesuatu, orang
membangun
lain,
dan
kedekatan
menggunakannya
untuk untuk
menciptakan bentuk ekspresi baru.
20
----------------, Genius LearningStrategy; Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003), hlm. 231-241
21
6) Kecerdasan Intrapersonal Kemampuan untuk menilai kekuata kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan ke dalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekspresikan pandangan pribadi. 7) Kecerdasan Interpersonal Kemampuan
untuk
mengorganisasikan
orang
lain
dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intense, hasrat, dan motivasi orang lain. 8) Kecerdasan Naturalis Kemampuan untuk mengenali, mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Temuan terakhir terkait konsep multiple intelligences oleh Gardner adalah munculnya kecerdasan eksistensial.
Intelgensi ini menyangkut
kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul kaitannya dengan kecerdasan ini adalah mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna hidup, bagaimana manusia sampai pada tujuan hidup.21 Beberapa poin penting dalam teori kecerdasan berganda Gardner yaitu sebagai berikut:22 1)
Setiap orang memiliki tiap-tiap tipe kecerdasan tersebut
2)
Kebanyakan orang bisa mengembangkan tiap kecerdasan itu sampai pada tingkat kompetensi yang mencukupi
21
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), Cet. IV, hlm. 152. 22 Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak, terj. Herlina, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hlm.49
22
3)
Kecerdasan biasanya bekerja bersama dengan cara yang rumit
4)
Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Beberapa poin penting yang termuat dalam pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences System tersebut menunjukkan bahwa strategi ini mengedepankan prinsip-prinsip humanistic education. Pendidikan harus memanusiakan manusia, artinya proses pendidikan harus memperhatikan keragaman potensi setiap individu. Haggerty (sebagaimana dikutib oleh Baharudin) mengungkapkan ada beberapa prinsip untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda, yaitu:23 1) Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak boleh terpaku hanya pada satu jenis kemampuan saja, sebab satu jenis kemampuan saja tidak cukup untuk menjawab persoalan-persoalan manusia secara menyeluruh. 2) Pendidikan harusnya individual. Setiap karakteristik yang dimiliki peserta didik mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Mengajar hanya dengan materi, cara, dan waktu yang sama bagi peserta didik yang memiliki kemampuan tertentu, jelas tidak menguntungkan bagi siswa lain. Pada setiap proses pembelajaran guru harus memperhatikan perbedaan yang dimiliki setiap peserta didik. 3) Pendidikan harus dapat memotivasi peserta didik untuk menentukan tujuan dan program belajar. Proses pembelajaran yang baik adalah memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan cara belajar sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik juga diberi kebebasan untuk mengevaluasi hasil belajarnya.
23
Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak,. hlm. 153
23
5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System Strategi pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System (MIS) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori multiple intelligences. Pelopor penerapan teori multiple intelligences ke dalam lembaga pendidikan diantaranya adalah Thomas Amstrong, Diane Ronis melalui kelas-kelas di Super Camp, California. Sedangkan di Indonesia, penerapannya dipelopori oleh Munif Chatib, seorang konsultan pendidikan yang pernah mengkaji multiple intelligences di Havard University. a. Macam-macam Metodologi Strategi Pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System Sebagai sebuah strategi, Multiple Inteligences System memliki beragam bentuk metodologi pembelajaran. Munif Chatib dalam bukunya “Gurunya Manusia”, menyebutkan beberapa contoh metodologi strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System, diantaranya:24 1) Strategi Diskusi Aktivitas
:
Peserta didik diminta mendiskusikan topik/tema tetentu sesuai dengan indikator yang diharapkan. Multiple Inteligences Approach : Linguistik dan Intrapersonal 2) Strategi Action Research Aktivitas
:
Peserta didik diminta untuk membuat hipotesis terhadap materi terlebih dahulu. Kemudian hipotesis itu dibukktikan dengan pengumpulan data lapangan, analis, dan berakhir dengan kesimpulan. Multiple Inteligences Approach : Matematis-Logis Dan Naturalis 24
Munif Chatib, Gurunya Manusia, hlm. 138-189
24
3) Strategi Analogi Aktivitas
:
Pemahaman konsep dengan membuat persamaan suatu bentuk dengan bentuk lainnya, yang menunjukkan adanya hubungan di antara keduanya. Multiple Inteligences Approach :
Matematis-Logis,
Spasial-
Visual, Naturalis 4) Strategi Sosiodrama Aktivitas
:
Peserta didik diminta membuat parodi pendek (yang berkaitan dengan indikator) dan mempraktekannya. Multiple Inteligences Approach :
Linguistik,
Kinestetik,
Interpersonal 5) Strategi Service Learning Aktivitas : Peserta didik bersama guru melakukan kunjunga ke suatu tempat (fasilitas publik) atau lingkungan tertentu dengan melakukan pelayanan informasi kepada tempat tersebut. Multiple Inteligences Approach :
Naturalis,
Lingustik
dan
Intrapersonal 6) Strategi Movie Learning Aktivitas : Guru bersama peserta didik mengaitkan konsep pembelajaran dengan tayangan film. Multiple Inteligences Approach : Spasial-Visual 7) Strategi Aplied Learning Aktivitas : Guru bersama peserta didik mencoba mengaitkan konsep pelajaran dengan manfaatnya untuk kebutuhan sehari-hari. Multiple Inteligences Approach : Naturalis dan Kinestetik
25
Dalam memilih masing-masing metodologi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kerangka lesson plan dan topik atau materi yang akan dibahas.
b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System Dalam bukunya “Sekolahnya Manusia” dan “Gurunya Manusia”, Menurut Munif Chatib, secara tidak langsung telah menjelaskan langkahlangkah pelaksanaan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System: 1) Tahap Perencanaan a) Melakukan Multiple Inteligences Research (MIR) Multiple Inteligence Research (MIR) adalah instrumen research yang
dapat
memberikan
deskripsi
tentang
kecenderungan
kecerdasan seseorang.25 Dari hasil analisis MIR ini, kemudian akan dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar ini yang akan dijadikan pedoman guru dalam merencanakan proses pembelajarannya. Pelaksanaan MIR biasanya ditaruh diawal tahun (sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai) sebagai bahan penyusunan lesson plan. Permasalahan yang muncul dalam melakukan MIR adalah tidak adanya instrumen baku untuk mengukur kepingan-kepingan multiple intelligences seseoarang. Penyusunan instrumen MIR yang telah berjalan selama ini biasanya dilakukan oleh tim MIR yang terdiri dari guru dan konsultan pendidikan yang melibatkan pakar psikologi. Dalam pembuatan instrument MIR, tim ini dapat
25
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia,. hlm. 101
26
mengacu pada perilaku-perilaku yang relevan dengan masingmasing tipe kecerdasan. Diane Ronis memberikan beberapa contoh aktivitas yang bisa dilakukan guru/sekolah dalam menyusun MIR dan menerapkan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System. Petunjuk untuk delapan tipe kecerdasan: Petunjuk cepat Ronis26
Tipe Kecerdasan Linguistik
Contoh Perilaku yang relevan a. Memberikan Perilaku yang relevan b. Menggubah puisi c. Mengenali perbedaan tipis satu kata a. Merumuskan dan menguji hipotesis b. Menemukan dengan cepat solusi masalah secara jelas dan langsung c. Menghasilkan buktibukti matematis
MatematikaLogika
Spasial
a. Menciptakan gambar bayangan b. Menggambar objek secara akurat c. Membedakan dengan sempurna antara objek yang sangat mirip
26
Kegiatan mengajar a. Memberikan kuliah b. Diskusi c. Bercerita d. Membaca e. Menulis jurnal atau puisi a. Tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran kritis b. Asah otak c. Pemecahan masalah d. Puzzle e. Permainan angka f. Perhitungan luar kepala a. Presentasi visual b. Kegiatan artistik c. Permainan kreatif d. Visualisasi
Bahan Ajar
Strategi Pengajaran Baca Bicarakan Dengar Tulis
a. Buku b. Kaset c. Rekaman d. Computer e. Sofware
a. b. c. d.
a. Kalkulator b. Computer c. Manipulasi d. Peermainan matematika e. Puzzle
a. Pikirkan secara ktitis b. Analisis c. Buat konsep d. Ukur
a. Grafik b. Peta c. Video d. Mainan konstruksi e. Bahan seni f. Ilusi optik g. Kamera h. Koleksi
a. b. c. d. e. f.
Lihat Gambarkan Visualisasikan Bangun Warnai Ciptakan
Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak, terj. Herlina, hlm. 51-52
27
FisikKinestetik
Musikal
a. Menari b. Bermain Olahraga c. Tampil secara atletis
a. Menari b. Kegiatan praktik c. Kegiatan olahraga d. Kegiatan yang melibatkan indera peraba
gambar a. Peralatan bangunan b. Persediaan alat seni c. Peralatan olah raga d. Manipulative (alat bantu seperti balok)
a. Memainkan alat a. Lirik a. Peralatan music b. Irama music b. Menggubah alat c. Melodi yang b. Kaset music membantu c. Tape recorder c. Mengidentifikasi pengajaran d. CD dan CD struktur yang Player mendasari music a. Pembelajaran Interpersonal a. Menunjukkan a. Permainan Kerjasama dan kepekaan terhadap papan kolaborasi suasana hati orang b. Pengaturan b. Mendeteksi maksud b. Tutor sebaya ruang c. Konseling dan motif yang c. Permainan dengan teman mendasari orang peran (rolesekelas lain play) yang c. Mengetahuan mendukung pengetahuan atas orang lain untuk mempengaruhi pemikiran dan perilaku mereka Intrapersonal a. Membedakan antara a. Refleksi a. Sofware emosi yang serupa (pemikiran computer seperti rasa marah mendalam) tentang dengan frustasi siswa pendidikan b. Mengenali motif di b. Belajar sendiri b. Petunjuk balik perilaku c. Pilihan refleksi pribadi alternative c. Jurnal pembelajaran Naturalis a. Membedakan antara a. Memindahkan a. Kaca spesies yang serupa lingkungan pembesar b. Mengelompokkan belajar ke luar b. Perlengkapan
a. b. c. d.
Bangun Peragakan Sentuh “rasakan” dengan hati
a. Saling mengajar b. Berkolaborasi c. Berinteraksi
a. Salingmengajar b. Berkolaborasi c. Berinteraksi
a. Hubungan dengan kehidupan pribadi anak b. Analisis perilaku dan motif anak a. Lewat alam kenali pola dan persamaan
28
bentuk-bentuk alami c. Penerapan praktis pengetahuan seseorang tentang alam (berkebun, pengamatan burung, dsb)
kelas
menggambar c. Buku petunjuk
b. Hubungkan dengan pengalaman sebelumnya
b) Membuat Lesson Plan/RPP Setiap guru yang menginginkan proses pembelajarannya berjalan sistematis
dan
berhasil
hendaknya
menyusun
perencanaan
pembelajaran atau lesson plan. Dalam penyususunan lesson plan menurut Munif Chatib, setidaknya mengandung beberapa unsur berikut:27 (1) Header atau pembuka terdiri dari identitas dan silabus (2) Content (isi) terdiri dari: (a)
Apersepsi (zona alfa, warmer, pre-tech, dan scene setting)
(b)
Strategi mengajar
(c)
Prosedur aktivitas
(d)
Teaching aids
(e)
Sumber belajar
(f)
Proyek
(3) Footer atau penutup, terdiri dari rubric penilaian dan komentar oleh guru. Komentar oleh guru bisa berupa masalah, ide baru, dan momen spesial. 2) Tahap Pelaksanaan a) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran (1) Rombongan belajar 27
------------------, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2011), hlm. 203
29
Dalam pembelajaran berbasis multiple inteligences disyarankan agar jumlah siswa dalam tiap rombongan belajar tidak lebih dari 30 peserta didik.28 Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Disamping itu, model pengelompokan kelas idealnya secara homogen. Peserta didik
yang memiliki kecenderungan
kecerdasan tertinggi yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelas. Hal ini untuk membantu guru dalam memilih strategi pembelajaran yang paling efektif untuk peserta didik. Namun karena alasan keterbatasan ruang kelas, sekolah menggunakan model pengelompokan heterogen. Satu kelas terdiri atas beberapa kelompok anak dengan kecerdasan tertinggi yang berbeda-beda. (2) Beban Kerja Guru Sebagaimana dalam Permendiknas No. 41 tentang standar proses pembelajaran telah disebutkan bahwa beban kerja guru minimal adalah 24 jam tatap muka. Adapun dalam penerapan Multiple Inteligences System, disamping kegiatan tatap guru juga harus melakukan konsultasi lesson plan di luar jam mengajar.29
Kegiatan
pengembangan
diri
ini
biasanya
dilaksanakan setelah kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selesai dengan seorang konsultan pendidikan. (3) Buku Teks Pelajaran Pemilihan buku teks pelajaran sebagaimana pada sekolah lain umumnya sesuai hasil musyawarah guru dengan pengelola pendidikan lainnya. Untuk membantu pemahaman peserta
28 29
Munif Chatif, Sekolahnya Manusia, hlm. 10 ------------------, Gurunya Manusia, hlm. 51
30
didik, sekolah dapat menyediakan beberapa jenis buku teks pelajaran. (4) Pengelolaan Kelas Dalam pengelolaan kelas pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System dapat dibedakan menjadi dua: (a) Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama dikelompokkan menjadi satu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru dalam memilih gaya mengajar yang sesuai dengan peserta didik yang cenderung homogen dari segi gaya belajarnya. (b) Kelas dibiarkan heterogen, dan guru cenderung memakai gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar mayoritas peserta didik. Dalam konsep ini sekolah juga harus menyediakan guru pendamping untuk membantu peserta didik yang masih tertinggal. Meski demikian, pada dasarnya pengelolaan kelas sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru ketika melakukan pembelajaran. Hal tersebut karena pengelolaan kelas disesuaikan dengan metode masing-masing guru. Hal terpenting dalam pengelolaan kelas berbasis Multiple Intelligences System adalah tidak mengelompokkan kelas berdasarkan peringkat atau nilai. Hal ini untuk meghindari munculnya stigma negatif terhadap anakanak yang secara akademik sedikit tertinggal.
b) Pelaksanaan Pembelajaran (1) Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi)
31
Pada kegiatan pendahuluan atau apersepsi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System, setidaknya beberapa langkah yang harus dilakukan guru: (a) Ice Breking Ice Breking merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengantarkan peserta didik memasuki zona alfa. Tindakan yang dilakukan dapat berupa permainan singkat yang melibatkan semua peserta didik dalam satu kelas. (b) Warmer Warmer atau pemanasan adalah mengulang kembali materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru. (c) Pre-Tech Prre-tech adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum kegiatan inti pembelajaran, yang berupa pengarahan tentang tatacara menggunakan peralatan, alur diskusi, atau prosedur yang harus dilakukan siswa sebelum berkunjung ke suatu tempat. (d) Scene Setting Scene Setting adalah aktivitas yang paling dekat dengan strategi pembelajaran dengan maksud untuk membangun konsep awal pembelajaran. Contoh Scene Setting seperti yang dipaparkan Bobbi De Porter dalam bukunya Quantum Teaching, adalah AMBAK, berarti Apa Manfaatnya Bagiku.
Pada
tahap
mengkontekstualkan
ini
materi
guru yang
mulai akan
mencoba
disampaikan
dengan masalah nyata.
32
(e) Teaching aid Teaching aid merupakan perangkat-perangkat pendukung yang dipakai guru dalam memilih model atau strategi pembelajaran. Fungsi utamanya sebagai alat peraga pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, secara garis besar kegiatan inti mencakup tiga aspek: (a) Eksplorasi Pada
tahap
ini
guru
beserta
peserta
didik
mencoba
mengkontekstualkan materi yang akan dipelajari dengan permasalahan disekitarnya atau mengkaitkan dengan materi yang lain. Dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System, tahapan eksplorasi melekat pada tahap scene setting. (b) Elaborasi Elaborasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat berupa diskusi, mencatat, atau melakukan tugas lain. Tahapan ini dalam pembelajaran bebrbasis Multiple Intelligences System yang disebut sebagai prosedur aktivitas. (c) Konfirmasi Pada tahap ini guru melakukan umpan balik dari hasil eksplorasi dan elaborasi. (3) Kegiatan penutup Pada tahap ini guru bersama murid melakukan review terhadap hasil pembelajaran. 3) Tahap Penilaian Hasil Pembelajaran
33
Dalam
pembelajaran
berbasis
Multiple
Intelligences
System,
menggunakan metode penilaian autentik yang sangat berkaitan dengan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian penilaian dilakukan pada proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran. Penilaian autentik dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari peserta didik meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ketiga ranah tersebut secara administratif direkam dalam sebuah portofolio.30 4) Tahap Pengawasan Pengawasan dilakukan sejak perencanaan pembelajaran, saat guru menyusun lesson plan. Pada tahap ini guru melakukan konsultasi atas lesson plan yang telah dibuatnya dengan pakar atau konsultan yang dipilih oleh sekolah. Kemudian saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, guru juga harus bersedia diamati. Hal ini sebagai bagian dari supervisi pendidikan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, dalam sekolah yang berbasis Multiple Intelligences System sudah selayaknya memiliki konsultan yang menjadi bagian dari tim pengawas bersama kepala sekolah dan organisasi keguruan. Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
System harus bersifat student centered. Artinya proses
pembelajaran harus berorientasi pada kompetensi dasar dan aktivitas peserta didik. Oleh karena itu bentuk strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System beragam dan sarat dengan pembelajaran active learning maupun cooperative learning.
30
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, hlm. 165-167
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif lapangan. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang belandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purpose dan snowbaal, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.1 Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutib oleh Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.2 Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian kualitatif lapangan dengan pola deskriptif
yang dilakukan, bermaksud
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Adapun alasan peneliti memilih metode ini adalah: a) Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. b) Metode
penelitian
kualitatif
deskriptif
sangat
berguna
untuk
mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: CV. Alvabeta, 2010), Cet. 11., hlm. 15 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. 9, hlm. 157.
35
c) Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola yang dihadapi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian kualitatif lapangan ini dilaksanakan di kelas VII dan VIII SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai November pada semester gasal Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk lebih detailnya terangkum dalam lampiran jadwal penelitian.
C. Sumber Penelitian Sumber penelitian kualitatif lapangan ini meliputi: 1. Kepala sekolah SMP YIMI; 2. Ka. Ur. Kurikulum SMP YIMI; 3. Guru matematika kelas VII dan VIII; dan 4. Peserta Didik kelas VII dan dan VIII. Selain itu, samping itu juga melihat sumber dokumentasi seperti perangkat pembelajaran dan profil sekolah.
D. Fokus Penelitian Untuk membatasi kajian permasalahan yang dibahas, penelitan kualitatif lapangan ini difokuskan pada proses pembelajaran Matematika yang berjalan di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. Dengan fokus permasalahan tersebut, kajian yang dibahas mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Matematika berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI.
36
E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian utama adalah peneliti itu sendiri.3 Hal ini karena rancangan penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti malakukan penelitian. Oleh karenanya, dalam penelitian ini instrumen utamanya adalah peneliti sendiri “the researcher is the key instrument”. Meski demikian, dalam penelitian kali ini instrumen penelitian yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi proses pembelajaran yang mengacu pada Permendiknas No. 41 tentang standar proses pembelajaran, ditunjang dengan draf wawancara dan angket respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. Menurut Nasution (seperti dikutip oleh Sugiyono), peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia d. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
305
37
segera untuk menentukan arah pengamatan, dan untuk mentest hipotesis seketika.4
2. Metode Pengumpulan Data Sementara itu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Interview atau Wawancara Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.5 Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyidik dengan responden. 6 Metode wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal secara lebih mendalam yang tidak bisa diperoleh melalui teknik observasi. Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden terkait alasan-alasan pemakaian MIS di SMP YIMI Gresik Full Day School, kelebihan dan kekurangan penerapan MIS dalam mata pelajaran matematika, dan problem apa saja yang dihadapi. Di samping itu, peneliti juga akan memperoleh informasi terkait sikap dan tanggapan segenap civitas akademika SPM YIMI Gresik Full Day School dalam penerapan MIS khususnya dalam mata pelajaran matematika.
b. Observasi atau Pengamatan Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap gejala yang tampak
4
pada objek
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
307 5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 236 6 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Dasar, (Surabaya: SIC, 1996), hlm. 67
38
penelitian.7 Metode ini bertujuan untuk mengetahui fenomena alamiah yang terjadi pada obyek penelitian. Dalam proses ini peneliti lebih menekankan aspek pengamatan terhadap proses pengelolaan MIS dalam pembelajaran matematika yang terjadi di SMP YIMI Gresik Full Day School. Oleh karenanya pada tahap ini peneliti akan terfokus pada aktifitas peserta didik dan guru saat proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti memakai lembar observasi yang berpedoman pada Permendiknas No. 41 yang telah sesuaikan dengan karakteristik pembelajaran berbasis multiple intelligences system. Di samping itu, pengamatan juga dilakukan terhadap situasi dan kondisi
lingkungan
sekolah
sebagai
bagian
dari
aspek
yang
mempengaruhi iklim pembelajaran di dalamnya.
c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk catatan-catatan, transkip, buku, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, leger, agenda, video, dan sebagainya.8 Metode ini lebih banyak digunakan untuk memperoleh informasi terkait profil sekolah yang meliputi jumlah karyawan, guru, jumlah peserta didik, keadaan, sarana prasarana, serta data-data lain yang bersifat dokumen.
F. Analisis Data Analisis data penelitian kualitataif menurut Bogdan (sebagaimana dikutip Sugiyono) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan bahan-bahan lain, sehingga dapatmudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada 7
Nana Sudjana dan Ibraim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989),
hlm. 16 8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 236
39
orang lain.9 Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, mensintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan kemudian membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses di lapangan. 1. Analisis Pendahuluan Pada tahap ini kegiatan analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan dilakukan untuk menentukan fokus pendahuluan. Oleh karena itu, dalam proposal penelitian kualitatif , fokus yang dirumuskan masih bersifat sementara dan berkembang saat penelitian di lapangan. 2. Analisis Lapangan Miles and Huberman (seperti dikutip oleh Sugiyono), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Beberapa tahapan dalam analisis data sebagai berikut:10 a.
Data Reduction (Reduksi Data) Karena data yang diperoleh di lapangan begitu banyak, perlu dilakukan analisis data dengan teknik reduksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema serta polanya dan membuang membuang yang tidak perlu.
b. 9
Data Display (Penyajian Data)
Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
334 10
Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
335-345
40
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan penyajian data semacam ini maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi. c.
Conclusion Drawing/ verification Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Langkah-langkah analisis tersebut dapat digambarkan seperti bagan berikut:
Data Display
Data Colection
Data Reduction Conclusion: drawing/verifying
G. Pengujian Keabsahan Data Uji Keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji
dependensi
(reliabilitas)
data,
uji
transferabilitas
(validitas
eksternal/generalisasi) data dan uji transferabilitas data. Namun yang utama
41
adalah uji krediabilitas data. Uji krediabilitas data dilakukan dengan: perpanjangan pengaatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check dan analisis kasus negatif.11 Adapun skema model triangulasi untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data Interview
Penarikan Kesimpulan (uji keabsahan data) Pedoman
Data hasil
Instrumen
Observasi
Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti memakai pedoman instrument penelitian yang bersumber dari referensi terkait. Selanjutnya mensinkronisasikannya dengan data hasil interview dan hasil observasi di lapangan. Dari hasil observasi nantinya akan diketahui apakah pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan
skema/penjelasan yang diatur dalam
pedoman instrument dan hasil interview sebelumnya.
11
Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
401-402
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum SMP YIMI Gresik “Full Day School” 1. Sejarah Berdirinya Sekolah1 SMP YIMI Gresik semula memiliki nama SMP Malik Ibrahim yang didirikan pada tahun 1959 dengan SK Nomor : 158/U.2213/104.2/13.81. Kemudian dirubah namanya menjadi SMP YIMI GRESIK "Full day School" berdasarkan surat permohonan perubahan nama sekolah nomor : 389/SMPYIMI/E.14/IV/2007 pada tanggal 18 April 2007 oleh Kepala SMP YIMI Gresik kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, yang sekarang berstatus sekolah terakreditasi A. Dalam
sistem
pendidikannya,
sekolah
mengadopsi
strategi
pembelajaran berbasis Multiple Intelligence System (MIS) yaitu memandang tidak ada peserta didik yang bodoh, bahwa setiap peserta didik memiliki kencenderungan kecerdasan masing-masing. Dari sini maka lembaga pendidikan ini berpandangan bahwa indikator sekolah unggul adalah sekolah yang memiliki prinsip sebgai berikut: a) The Best Proces (mengedepankan proses); b) Agent Of Change (pengubah kondisi peserta didiknya); c) The Best Teachers (pembelajaran sesuai gaya belajar peserta didik); d) Multiple Intelligence Research (mengakui bahwa semua anak cerdas); e) Management Control (menejemen kontrol); f) Active Learning (pembelajaran menyenangkan); g) Applied Learning (pembelajaran kontekstual); dan h) Religion And Character Building (keseimbangan ahlak dan ilmu).
1
Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa tanggal 22 November 2011.
43
2. Letak Geografis Sekolah2 SMP YIMI Gresik “Full Day School” beralamat lengkap di Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 76 Kecamatan Sido Kumpul Kota Gresik Popinsi Jawa Timur. Lokasinya sangat strategis karena terletak di pusat kota gresik dan dekat dengan beberapa instansi penting, baik pemerintahan maupun non pemerintahan. Adapun tata letak SMP YIMI Gresik “Full Day School” adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara dan Barat
: Kantor PT. Telkom
• Sebelah Selatan
: Jalan Jaksa Agung Suprapto
• Sebelah Timur
: SMPN 1 Gresik
3. Visi dan Misi SMP YIMI Gresik “Full Day School”3 Visi
: Berprestasi, berbudaya dan beriptek berlandaskan iman dan taqwa, berkualitas dalam pengetahuan dan skill
Misi
:
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki 2. Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh warga sekolah 3. Menumbuhkan penghayatan ajaran agama dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah
2
Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa tanggal 14 November 2011. 3 Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa tanggal 15 November 2011.
44
4. Struktur Organisasi Sekolah, Keadaan Guru dan Peserta Didik4 a.
Struktur Organisasi Sekolah Yayasan Islam Malik Ibrahim
KEPALA SEKOLAH
KAUR KURIKULUM
KAUR HUMAS
KAUR SARPRAS
KAUR KEPESERTA DIDIKAN
KAUR BINA PRESTASI
Asisten Kaur Kurikulum
Asisten Kaur Humas
Asisten Kaur Sarpras
Asisten Kaur Kepeserta didikan
Asisten Kaur Bina Prestasi
Laboran
Koord Tim B. Inggris
Koord Tim B. Indonesia
Perpus
Koord Tim Matematika
UKS
BK
Koord Tim Sains
Koord Tim IPS
Pembina OSIS & Remas
Koord Tim Agama
Koord Tim Umum
GURU - GURU TATA USAHA
SATPAM KOPERASI Cleaning Service
Ket:
Garis instruktif Garis koordinatif 4
Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa tanggal 23 November 2011.
45
b. Keadaan Guru dan Peserta Didik Para guru yang mengajar di SMP YIMI Gresik “Full Day School” berjumlah 42 guru. Dengan latar belakang pendidikan berbeda-beda mulai dari setingkat sarjana sampai megister. Beberapa guru yang bidang studinya sama membentuk tim mata pelajaran yang berfungsi semacam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah. Sedangkan jumlah peserta didik berdasarkan data tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 401 peserta didik. Dengan rincian kelas VII 117 peserta didik dan kelas VIII 145 peserta didik yang masing-masing terbagi dalam 6 rombongan belajar. Sedangkan kelas IX 139 peserta didik yang terbagi dalam 7 rombongan belajar.
B. Hasil Penelitian Keberhasilan yang diperoleh oleh SMP YIMI Gresik “Full Day School” tidak lepas atas kerja keras serta keuletan segenap penyelenggara pendidikan untuk menyediakan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didiknya. Upaya itu diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan proses pembelajaran yang berbasis Multiple Inteligences System (MIS). Dipilihnya MIS sebagai bagian dari sistem pendidikan di SMP YIMI menurut penuturan Ustadz Slamet, Direktur Pendidikan YIMI, karena multiple inteligences merupakan sebuah konsep yang humanis. Dalam multiple inteligences setiap anak diakui kecerdasannya, sehingga jika hal ini diterapkan dalam dunia pendidikan akan mewujudkan education humanistic.5 Dalam praktiknya, secara garis besar penerapan pembelajaran berbasis Multiple intelligences System di SMP YIMI “Ful Day School” memuat tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 5
Hasil wawancara dengan Ustadz Slamet, Direktur Pendidikan YIMI, tanggal 22 Oktober 2011
46
1. Proses Perencanaan Pembelajaran Nurhadi, kepala SMP YIMI menuturkan, bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menururtnya, rencana pembelajaran yang
baik
dan
terperinci
akan
membuat
guru
mudah
dalam
menyampaikan materi pelajaran, pengorganisasian peserta didik, maupun saat evaluasi pembelajaran.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran
akan terarah dengan rapi dan baik.6 Perencanaan pembelajaran yang dilakukan sama halnya dengan di sekolah-sekolah pada umumnya. Guru diminta menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Silabus, Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini untuk menjamin bahwa perencanaan pembelajaran sesuai dengan Standar Proses sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Satuan Pendidikan. Di samping itu, dalam pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System guru atau sekolah juga melakukan Multiple Inteligences Research (MIR). MIR atau yang di YIMI dikenal dengan Multiple Inteligences Observation
(MIO)
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengetahui kecenderungan kecerdasan seseorang. Hasil MIO kemudian dipakai untuk pengelompokan kelas dan bahan pertimbangan guru dalam memilih strategi pemebelajaran yang paling efektif untuk peserta didik. Secara lebih rinci tahapan-tahapan yang dilakukan guru SMP YIMI Gresik pada saat merencanakan pembelajaran, sebagai berikut:
a. 6
Melakukan Multiple Inteligences Observation (MIO)
Hasil interview dengan Ustadz Nurhadi, Kepala Sekolah SMP YIMI, tanggal 23 November
2011.
47
MIO termasuk komponen fital dalam sekolah berbasis Multiple Inteligences System (MIS). MIR menjadi alat yang dipakai untuk mengidentifikasi delapan tingkat kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Delapan kecerdasan itu meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal dan kecerdasan naturalis. Tidak adanya pedoman baku untuk mengukur multiple intelligences
seseorang,
membuat
YIMI
harus
merumuskan
instrumen MIO sendiri. Untuk menjamin tingkat akurasi instrumen ini, sekolah melibatkan guru, konsultan pendidikan dan pakar psikologi. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk angket, observasi, dan interview baik kepada peserta didik maupun orang tuanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan hal-hal yang disukai peserta didik dan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan. Pelaksanaan MIO dilakukan saat peserta didik pertama kali masuk sebagai peserta didik baru di SMP YIMI. Hasil MIO setidaknya memiliki dua fungsi. Pertama, MIO dijadikan sebagai acuan
pembentukan
rombongan
belajar.
Anak-anak
dengan
kecenderungan kecerdasan tertinggi yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelas. Dengan demikian gaya belajar peserta didik dalam satu kelas cenderung sama. Kedua, MIO sebagai acuan guru dalam memilih strategi pembelajaran paling efektif untuk peserta didik. Kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik cenderung identik dengan gaya belajarnya. Dengan demikian, setelah
48
mengetahui gaya belajar peserta didik, guru dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. 7 Dalam praktiknya, SMP YIMI “Full Dal School” hanya memiliki 6 rombongan belajar untuk kelas VII dan VIII, sedangkan kelas IX terbagi dalam 7 rombongan belajar. Pagu (jumlah peserta didik) setiap kelas yang telah ditetapkan sekolah maksimal adalah 25 peserta didik. Hal ini membuat pengelompokan kelas yang dibuat sekolah tidak mampu mengakomodasi kedelapan kecenderungan kecerdasan peserta didik sebagaimana hasil MIO. Oleh karenanya alternatif yang diambil oleh sekolah, dengan mengelompokkan 3 kecenderungan kecerdasan tertinggi peserta didik ke dalam satu kelas.8
b.
Menyusun Program Tahunan (Prota) Sama halnya guru-guru di sekolah pada umumnya, setiap guru di SMP YIMI wajib menyusun Prota. Program ini merupakan program umum yang disusun guru bidang studi untuk setiap kelas dalam setahun. Rancangan program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dalam penyusunan program tahunan maupun program semester, guru berpedoman
pada
kalender
akademik
sekolah
dan
silabus
pembelajaran.9 Secara umum tidak ada perbedaan dalam penyusunan program tahunan pada sekolah berbasis Multiple Intelligences System seperti di SMP YIMI, dengan sekolah pada umumnya. Perbedaan hanya 7
Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, Kepala Urusan Kurikulum SMP YIMI “Full Day School” pada tanggal 14 November 2011. 8 Hasil Observasi di SMP YIMI selama pelaksanaan penelitian tanggal 1-24 November 2011 9 Hasil Interview dengan Ustadzah Vemy Citra, Guru Matematika SMP YIMI, tanggal 22 Nopember 2011.
49
terdapat dalam penyusunan Program Tahunan yang dibuat oleh guru bidang studi bersama tim bidang studi tersebut. (lampiran Dokumentasi Prota)
c.
Menyusun Program Semester (Prosem) Program Semester berisi secara garis besar agenda kegiatan yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai dalam satu semester. Program Semester merupakan penjabaran dari Program Tahunan. Pada umumnya program semester berisikan tentang identitas bidang studi, bulan, pokok bahasan yang ingin disampaikan, jumlah jam tatap muka, standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai dan indikator keberhasilan.10 Penyusunan Prosem di SMP YIMI juga tidak berbeda dengan di sekolah pada umunya. Penyusunan prota dibuat oleh guru bidang studi bersama Tim bidang studi yang kemudian disahkan oleh koordinator bidang studi dan kepala sekolah. Di samping itu, beberapa mata pelajaran ada penambahan jam, seperti Matematika yang sebenarnya 4 jam sesuai SNP menjadi 6 jam pelajaran dalam seminggu. Hal yang sama juga dilakukan terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris dan IPA Terpadu dengan alokasi waktu masingmasing 8 jam pelajaran. (Lampiran Dokumentasi Prosem dan Jadual Pelajaran) Kebijakan yang dibuat dengan memberikan jam tambahan pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan IPA bukan tanpa alasan. Hal ini mengingat ketiga bidang studi tersebut memiliki karakteristik materi yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Di samping tingkat kesulitannya, ketiga materi ini termasuk bidang studi
10
Hasil interview dengan UStadz khusnul Khuluq, Ka Ur. Kurikulum SMP YIMI, tanggal 14 November 2011.
50
yang masuk dalam Ujian Nasional. Berbagai pertimbangan ini tampaknya yang menjadi pertimbangan sekolah dalam memberikan jam tambahan terhadap bidang studi-bidang studi tersebut.
d.
Menyusun Silabus Pembelajaran Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah wajib menghadirkan silabus pembelajaran. Silabus pembelajaran ini selanjutnya
menjadi
pedoman
dalam
penyusunan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam merencanakan pengembangan silabus setiap guru melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Mengembangkan Indikator b) Mengidentifikasi materi ajar atau materi pokok c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran d) Pengakolasian waktu e) Pengembangan
alat
penilaian
(Teknik,
Bentuk
Instrumen, Contoh Instrumen) f) Menentukan sumber belajar.
Berdasarkan
hasil
dokumentasi
Silabus
pembelajaran,
menunjukkan bahwa guru Matematika SMP YIMI telah melakukan hal-hal tersebut. (Lampiran Silabus Pembelajaran Matematika)
e.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan kerangka berisi gambaran umum alur pembelajaran guru yang akan dilaksanakan. Dalam menyusun
51
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut:11 a) Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran b) Mengembangkan materi yang akan diajarkan c) Menentukan metode yang akan dipakai dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan d) Merencanakan penilaian, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penyusunan RPP, di SMP YIMI sedikit berbeda dengan penyusunan RPP di sekolah pada umumnya. Di samping memakai konsep yang telah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, guru juga
harus mengitegrasikannya dengan konsep multiple
intelligences. Muatan RPP yang disusun guru SMP YIMI, setidaknya harus mencakup hal-hal sebagai berikut: (Lampiran RPP Matematika SMP YIMI) 1. Identitas: Nama Guru, Sekolah, Bidang Studi, Kelas, Semester, Tanggal. 2. Silabus: Judul, Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator Hasil Belajar, Alokasi Waktu 3. Prosedur Aktivitas: Alpha Zone, Scene Setting, Aktivitas Pembelajaran, Teaching Aid, Aktivitas yang dinilai, 4. Pengesahan Tanggal, Tanda tangan Guru Bidang Studi, anda Tangan Guru Senior, tanda Tangan Kepala Sekolah 11
Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, Ka Ur Kurikulum, tanggal 15 November
2011.
52
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh guru dilakukan sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pada awal semester. Meski demikian, sekolah tetap memberikan wewenang kepada setiap guru untuk melakukan perubahanperubahan,
selama
hal
itu
dilakukan
sebelum
pelaksanaan
pembelajaran. Sebelum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diterapkan di kelas, setiap guru harus mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan kepala sekolah, Direktur Pendidikan YIMI dan guru senior. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan pembelajaran nantinya akan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip multiple intelligences.
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”, secara garis besar terangkum ke dalam tiga tahapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. a.
Pendahuluan (Apersepsi) Dalam pembelajaran berasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI, aktivitas yang dilakukan guru dalam tahap ini meliputi: 1) Ice Breaking/Alpha Zone Guru mengajak peserta didik melakukan Ice Breaking untuk menuju Zona Alfa. Hal ini dilakukan agar pikiran peserta didik menjadi fress kembali dan siap untuk menerima materi yang baru. Aktivitas yang dilakukan biasanya guru melakukannya dalam bentuk tebakan-tebakan/kuis, senam singkat, nyanyian
53
atau alunan musik/lagu-lagu.12 Mulai dari sini, guru mulai memunculkan kesan pembelajaran yang menyenangkan sebelum peserta didik menerima materi. Ada pula sebagian guru yang melakukan Ice Breaking di tengah kegiatan pembelajaran.13 Hal ini bertujuan untuk merefresh kembali pikiran peserta didik karena rsa jenuh.
2) Warmer Guru menanyakan kembali materi-materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.14 Kegiatan ini secara otomatis telah dilakukan oleh setiap guru, khusunya guru matematika. Hal ini dikarenakan materi matematika bersifat saling terkait, sehingga setiap materi yang baru berhubungan denga materi sebelumnya. Dengan demikian, mau tidak mau sebelum menyampaikan materi yang baru, guru mengulas terlebih dahulu materi yang pernah disampaikan sebelumnya.
3) Pre Tech Pada tahap ini guru memberikan arahan terkait prosedur yang harus dilakukan terkait model pembelajaran yang akan dilakasanakan. Misalnya dalam model diskusi, guru memberikan arahan terkait bagaimana pembentukan kelompok dan tugas masing-masing kelompok. Pre Tech dilakukan bersamaan ketika 12
Observasi Pembelajaran Matematika di kelas VIII B, tanggal 22 November 2011. Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VIII F, tanggal 23 November 2011. 14 Observasi Pembelajaran Matematika di kelas VII A, VII B, dan VII F tanggal 24 November 13
2011.
54
guru mengkondisikan peserta didik sesuai model pembelajaran yang ingin dilakukan.15
4) Scene Setting. Scene Setting menjadi awal dari kegiatan inti pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan guru pada tahap ini adalah mencoba untuk mengkontekstualkan materi yang akan di sampaikan. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai gambaran riil terkait materi yang akan dipelajari dengan konteks kehidupan nyata.16 Dengan demikian akan muncul kegairahan peserta didik untuk mempelajari materi tersebut. Kegiatan ini juga menjadi bagian penting yang harus dilakukan guru saat mulai menyampaikan materi pembelajaran. Dalam menyusun scene setting, guru matematika menghadapi sedikit permasalahan pada beberapa materi yang cenderung abstrak. Beberapa materi matematika SMP, seperti bilangan berpangkat, barisan dan deret bersifat abstrak sehingga guru kesulitan menyusun scene setting.17 Hal ini berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut. Pada materimateri semacam ini banyak peserta didik yang mengalami kesulitan.
b.
Kegiatan Inti 1) Eksplorasi
15
Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VII B dan VII A tanggal 24 November 2011. Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VII A. Guru mengkontekstualkan materi Netto, Tara, Bruto dengan visualisasi bungkus produk barang (Semen, Beras, Pupuk). 17 Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, yang juga guru Matematika kelas VIII SMP YIMI, tanggal 21 November 2011. 16
55
Kegiatan eksplorasi dalam krangka pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI, telah termuat dalam aktivitas Scene Setting pada tahap pendahuluan. Hal ini tidak menjadi permasalahan, mengingat aktivitas dalam Scening Setting mengantarkan anak menuju kegiatan inti pembelajaran. samping
itu,
muatan
kegiatan
eksplorasi
Di
adalah
mengkontekstualkan materi pelajaran. Hal ini sama halnya yang dilakukan dalam aktivitas Scene Setting.
2) Elaborasi (Prosedur Aktivitas) Elaborasi merupakan aktifitas melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dikenal dengan prosedur aktivitas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perwujudan active learning. Pada tahap ini guru mulai menerapan berbagai strategi atau model pembelajaran, tergantung situasi dan kondisi kelas dan materi yang akan disampaikan. Strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System yang dikembangkan di SMP YIMI, mengacu pada prinsip active learning dan kooperatif learning. Metodologi yang sering dipakai dalam pembelajaran di SMP YIMI adalah diskusi, sosio drama, action research, dan analogi.18 Konsep setting kelas dengan pagu 25 peserta didik untuk setiap kelas, sangat mendukung guru SMP YIMI dalam melakukan variasi model pembelajaran. Di samping itu, khusus kelas VII telah didukung dengan perangkat LCD proyektor sehingga guru semakin
leluasa
dalam
mengembangkan
strategi
18
Hasil Interview dengan Ustadzah Vemy Citra, Guru Matematika kelas VII SMP YIMI, tanggal 22 November 2011.
56
pembelajarannya.19 Hal ini menjadi bagian faktor pendukung keberhasilan pembelajaran dikelas secara aktif, inovatif dan menyenangkan.
3) Konfirmasi Tahap konfirmasi merupakan flow up dari dua tahap sebelumnya (eksplorasi dan elaborasi). Setelah selesai menyampaikan materi pelajaran, guru menarik kesimpulan dan memberi umpan balik kepada peserta didik atas materi yang disampaikannya. Setelah itu, guru baru mengakhiri kegiatan pembelajarannya. Beberapa guru terkadang lupa melakukan kegiatan ini.20 Padahal, hal ini penting untuk mensinergikan pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang disampaiakan, agar terbentuk pemahaman yang sama.
c.
Kegiatan penutup Sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya, setelah mengakhiri pembelajaran dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang sering dilakukan pada tahap ini adalah penyampaian materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, pesan motivasi belajar, kemudian ucapan salam penutup.
3. Proses Evaluasi Pembelajaran Setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran yang berlangsung di SMP YIMI “Full Day School” sama halnya dengan
19 20
Oservasi di Kelas VIIA-VIIF selama proses penelitian. Observasi Pemnelajaran Matematika di kelas VIII B dan VIII F, tanggal 23 November 2011.
57
evaluasi yang berlangsung di sekolah-sekolah pada umumnya, yakni mencakup dua aspek:21
a. Evaluasi Hasil Pembelajaran Evaluasi hasil pembelajaran atau sering pula disebut dengan penilaian Kegiatan Belajar Mengajar difokuskan pada peserta didik dengan mengacu pada
indikator hasil belajar yang telah dibuat.
Sebelum melaksanakan pembelajaran guru terlebih dahulu telah menentukan
indikator
keberhasilan
dan
membuat
seperangkat
instrumen penilaian. Indikator keberhasilan dibuat bertolak dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sedangkan instrumen penilaian dibuat dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.22 1) Kognitif Aspek kognitif mencakup ranah pemahaman peserta didik terhadap isi materi yang telah disampaiakan oleh guru. Tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru ini dapat dilihat dari benar atau salahnya jawaban-jawaban yang diberikan. Umumnya guru menilai ranah kognitif peserta didik dalam bentuk pensekoran.
2) Afektif Aspek afektif mencakup ranah keterampilan peserta didik khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Dalam pembelajaran matematika, keterampilan ini dilihat dari bagaimana peserta didik
menyelesaikan
soal-soal
secara
sistematis. Artinya, peserta didik mampu menyelesaikan soal21
Hasil interview dengan Ustadz Ahmad Nurhadi, Kepala SMP YIMI, tanggal 14 November
22
Hasil Interview dengan Ustadz Nurhadi, Kepala Sekolah SMP YIMI, tanggal 23 November
2011 2011.
58
soal secara terstruktur sampai ia menemukan hasil atau jawabannya. Sama dengan aspek kognitif, umumnya guru memberikan penilaian ranah afektif ini dalam bentuk pensekoran (rentang 0-10 atau 10-100).
3) Psikomotorik Sedikit berbeda dengan aspek kognitif dan afektif yang menekankan pada pengetahuan terhadap materi pembelajaran, aspek psikomotorik lebih menekankan pada sisi perilaku peserta didik. Bagaimana sikap, tutur kata, atau perbuatan lain yang dilakukan peserta didik saat KBM berlangsung dinilai dalam ranah psikomotorik. Bentuk penilaiaan pada ranah psikomotorik ini umumnya dalam bentuk huruf (A, B, C, atau D).
Dalam
penilaian
pembelajaran
yang
berbasis
Multiple
Intelligences System guru atau sekolah tidak menerapkan sistem peringkat. Sebagaimana yang terjadi di SMP YIMI Gresik “Full Day School”, ketiga aspek tersebut disajikan apa adanya
tanpa
mengakumulasi skor hasil penilaian masing-masing aspek (lampiran Dokumentasi Format Raport SMP YIMI). Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya justifikasi peserta didik cerdas atau peserta didik bodoh. Prinsip yang dipegang dalam penilaian berbasis Multiple Intelligences System bahwa kemampuan seseorang tidak bisa digeneralisasikan.
Artinya bahwa pada satu
aspek
seseorang
mengalami kekurangan/kelemahan, akan tetapi pada aspek tertentu lainnya ia justru memiliki kelebihan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Nurhadi, bahwa anak yang pandai dalam mata pelajaran Matematika belum tentu pandai pula dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Demikian pula anak yang pandai
59
bermain basket, belum tentu pandai dalam pelajaran matematika. Oleh karenanya sistem peringkat yang berlaku di sekolah-sekolah pada umumnya dirasa kurang tepat dengan teori multiple intelligences.23 Di samping itu, sistem penilaian lebih
ditekankan saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Guru langsung memberikan poin-poin kepada peserta didik yang aktif saat KBM, baik dalam bentuk mengerjakan tugas, presentasi atau bertanya. Sedangkan penilaian akhir dalam bentuk Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), maupun Ujian Nasional (UN) tetap dilaksanakan mengingat prosedur telah menjadi bagia ndari SNP yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Hal lain yang sangat berbeda dalam penilaian pembelajaran di SMP YIMI, adalah guru sangat menghindari pemberian Pekerjaan Rumah (PR) kepada peserta didik. Hal ini dilakukan mengingat SMP YIMI juga memakai sistem “Full Day School”. Dikhawatirkan pemberian
tugas-tugas
dalam
bentuk
soal-soal
objektif
akan
membebani peserta didik, usai beraktifitas di sekolah sehari penuh. Guru biasanya sekedar meminta peserta didik untuk mempelajari pelajaran yang telah dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Dengan
demikian,
tugas-tugas
dari
sekolah
semuanya
dapat
diselesaikan di sekolah.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran Kegiatan evaluasi proses pembelajaran terangkum dalam proses pengawasan atau supervisi pembelajaran. Hal ini dilaksanakan demi menjamin kualitas layanan pendidikan. Supervisi yang dilaksanakan di SMP YIMI melibatkan unsur internal satuan pendidikan maupun unsur 23
Hasil interview dengan Ustadz Ahmad Nurhadi, Kepala SMP YIMI, tanggal 23 November
2011
60
eksternal. Unsur internal sekolah melakukan supervisi kepada setiap guru dalam tempo enam bulan sekali (satu semester). Petugas supervisor internal ini terdiri atas Direktur Pendidikan YIMI, Kepala Sekolah dan Guru Senior. Sementara itu, dari unsur eksternal dilakukan oleh tim pengawas sekolah yang telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan setempat. Kegiatan sipervisi oleh pengawas eksternal ini biasanya bersifat insidental (tidak terjadwal). Adapun pengawasan yang dilakukan di SMP YIMI meliputi beberapa aspek berikut: (Lampiran Dokumentasi Supervisi Pembelajaran SMP YIMI) 1) Evaluasi
perangkat
pembelajaran:
Evaluasi
perangkat
pembelajaran dilakukan terhadap penyusunan Silabus, Prota, Prosem dan RPP. Mencakup kesesuaian perangkat pembelajaran dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta materi yang akan dipelajari. 2) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran: Evaluasi pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan
saat
guru
melaksanakan
pembelajaran. 3) Evaluasi
penilaian
pembelajaran:
Evaluasi
penilaian
pembelajaran dilakukan terhadap perangkat/instrument penilaian yang dibuat guru.
C. Pembahasan Pada dasarnya tidak ada perbedaan signifikan dalam penerapan pembelajaran strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System dalam bidang studi Matematika dengan bidang studi lainnya. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi, guru melaksanakan prosedur yang sama. Perbedaan hanya muncul pada konten materi yang disampaikan dan desain guru dalam merancang strategi pembelajarannya.
61
Dari hasil dokumentasi dan pengamatan pembelajaran selama penelitian, penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School” dapat dianalisa sebagai berikut: 1. Analisis Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran didefinisikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran,
penggunaan
media
pembelajaran,
penggunaan
pendekatan dan metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.24 Perencanaan menjadi pedoman yang harus dipatuhi guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dilakukan oleh guru. Salah satu hal penting yang patut diperhatikan dalam merencanakan sistem pembelajaran adalah mengetahui kompetensi dasar dan karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan ini dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan menyusun strategi pembelajaran yang efektif untuk setiap peserta didik. Karakter yang muncul dalam diri setiap anak akan mempengaruhi
gaya
belajar
anak
tersebut.
Dengan
demikian
pembelajaran akan berjalan efektif apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Untuk mengetahui gaya belajar peserta didik tersebut, sekolah berbasis Multiple Intelligences System
(MIS) melakukan Multiple
Inteligences Research (MIR)/Multiple Inteligences Observation (MIO). Sebagaimana yang dilakukan SMP YIMI yang melakukan MIO sebagai ganti Tes Potensi Akademik (TPA). Dengan menerapkan MIO, sekolah akan menerima semua peserta didik yang mendaftar sesuai kuota yang dimiiki. Di samping itu, sekolah/guru memiliki panduan dalam membuat 24
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 17
62
pengelompokan kelas serta penyusunan rencana pembelajaran yang efektif. Menurut Yatim Riyanto, ada tujuh langkah untuk menyusun rencana
pembelajaran/unit
kurikulum
yang
menggunakan
teori
kecerdasan majemuk:25 a. Memusatkan tujuan pada tujuan dan topik tertentu b. Menjawab pertanyaan kunci kecerdasan majemuk c. Mempertimbangkan kemungkinan lain d. Curah gagasan e. Memilih kegiatan yang cocok f. Menyusun rencana pelajaran yang berkesinambungan g. Menjalankan rencana. Secara umum penyusunan perencanan pembelajaran yang berjalan di SMP YIMI telah berjalan sesuai prosedur perencanaan pembelajaran berbasis
Multiple
Inteligences
System
yang
dipadukan
dengan
Permendiknas Nomor Tahun 2007. Guru telah merancang perangkat pembelajaran seperti Silabus, Prota, Prosem, dan RPP. Dalam penyusunan Silabus, Prota dan Prosem di SMP YIMI tidak berbeda dengan penyusunan yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Di samping itu, penyusunan format masing-masing perangkat pembelajaran tersebut telah sesuai dan diarahkan ke dalam konsep pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System. Hal itu salah satunya tampak dari pelaksanaan MIO di awal kegiatan pembelajaran sebagai acuan perencanaan pembelajaran yang lain. Penyusunan strategi pembelajaran dalam RPP juga mengacu pada hasil MIO, agar pembelajaran berjalan efektif.
25
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, hlm. 244-245
63
Melihat perencanaan pembelajaran yang telah dilakukan di SMP YIMI tersebut, secara garis besar telah sesuai dengan SNP yang dipadukan dengan konsep Multiple Inteligences System. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa perencanan pembelajaran berjalan dengan baik.
2. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran yang berjalan di sekolah biasa dengan di sekolah berbasis Multiple Inteligences System seperti di SMP YIMI Gresik “Full Day School” tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan strategi pembelajaran yang berorientasi pada gaya belajar setiap anak. Oleh karenanya strategi pembelajaran yang di kembangkan lebih bervariasi sesuai dengan banyaknya kecenderungan kecerdasan peserta didik. Artinya gaya mengajar guru harus disesuaikan gaya belajar peserta didik. Gaya belajar adalah
kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap, kemampuan mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan pengajaran.26 Menurut Uyoh Sadullah, dalam interaksi pedagogis27 pendidik harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak didik akan muncul perasaan bahwa interaksi dengan pendidik yang sedang dijalani akan berguna bagi dirinya.28 Hal itu hanya mungkin terjadi apabila yang menjadi pokok kegiatan dapat menjawab keperluan anak didik dalam perkembangannya.
Lingkungan
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
perkembangan anak didik akan diterima dengan senang oleh anak. 26
Suparman S, Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Yogyakarta: Pinus Book Publiser, 2010), hlm. 63 27 Interaksi Pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa/pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, manusia dewasa. 28 Uyoh Sadullah, dkk., Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 146
64
Di antara ciri pendidik menurut Sadullah, adalah mengenal anak didik dan membantu anak didik. Seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan. Di samping itu, pendidik harus mau membantu anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan anak tersebut. Harus dimaklumi bahwa setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri. Untuk itu, pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak, tapi ingat pada keinginan anak didiknya tersebut.29 Penjelasan tersebut sangat mendukung pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System yang menekankan pentingnya keselarasan antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik. Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan mampu mengemban tugas sebagai berikut:30 1) Guru sebagai manajer, tugasnya yaitu: a) Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan. b) Sebagai motivator, guru hendaknya mampu member manfaat belajar dan bekerja pada pesert didiknya. c) Sebagai koordinator, guru
hendaknya mampu mengatur agar
tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antar kelompok. d) Sebagai konduktor, guru hendaknya mampu memberi pimpinan yang
tegas
sehingga
tidak
membingungkan
bagi
yang
melaksanakannya.
29
Uyoh Sadullah, dkk., Pedagogik (Ilmu Mendidik), hlm. 133-134 Nganimun Naim danAchmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 21-24 30
65
2) Guru sebagai administrator, tugasnya yaitu: Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan. 3) Guru sebagai supervisor, tugasnya yaitu: a) Sebagai konselor, guru hendaknya dapat member bimbingan dan arahan positif. b) Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari. c) Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses maupun produk. 4) Guru sebagai instruktor, tugasnya yaitu: a) Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri nomor satu di muka kelas, dapat menimbulkan situasi yang kondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri. b) Sebagai moderator, hendaknya guru dapat menjadi perantara dalam hal memusatkan sesuatu yang akan diambil oleh peserta didik. c) Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak di dalam sekolah maupun di luar sekolah dan hal-hal yang berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan. 5) Guru sebagai inovator, tugasnya yaitu: Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat sekitar. Artinya penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya dapat disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.
66
Tidak hanya itu, kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara benar, akan mempunyai dampak pula kepada peserta didik, diantaranya adalah:31 1) Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif dan punya harga diri. 2) Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan, hal ini akan berdampak pada perkembangan pikir dan kemampuan berbahasa. 3) Menghargai perbedaan individu. Peserta didik mempunyai pengalaman yang luas dan fungsional.
Meski pembelajaran di SMP YIMI telah diarahkan menggunakan konsep Multiple Inteligences System, namun dalam praktiknya konsep ini tidak di pakai secara murni. Artinya ada beberapa konsep yang tidak bisa dilaksanakan.
Pertama,
pembelajaran
berbasis
MIS
idealnya
menggunakan model pengelompokan kelas secara homogen. Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelas. Hal ini bertujuan agar strategi pembelajaran yang dipilih guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik dalam satu kelas. Dengan demikian pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien. Hal ini berbeda dengan model pengelompokan kelas di SMP YIMI, yang bersifat semi heterogen. Dalam satu kelas terdapat tiga kelompok peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Meski setiap guru merumuskan tiga strategi pembelajaran untuk setiap KD nya, namun hal itu dirasa kurang efisien. Karena membutuhkan waktu lebih banyak dari yang semestinya. Kedua, dalam praktiknya beberapa guru kesulitan dalam membuat Ice Breaking. Sebagian guru setelah membuka KBM langsung melakukan 31
Nganimun Naim danAchmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 52
67
apersepsi dengan menanyakan materi yang sebelumnya dipelajari. Harusnya guru lebih inovatif membuat berbagai bentuk Ice Breaking. Hal ini penting karena dapat membantu peserta didik mempersiapkan pikirannya menuju pembahsan materi pada jam sebelumnya. Ketiga, beberapa materi pelajaran tidak dapat disampaiakan kedalam delapan bentuk pendekatan kecenderungan kecerdasan peserta didik. Hal ini sering dijumpai pada materi-materi pelajaran yang cenderung
bersifat
abstrak.
Seperti
dalam
materi
pembelajaran
matematika, biasanya guru cenderung kesulitan dalam menentukan strategi
pembelajaran
untuk
peserta
didik
yang
kecenderungan
kecerdasannya pada ranah musikal. Permasalahan-permasalahan di atas,
sering kali alasan tidak
mampunya guru/sekolah menerapkan pola Multiple Intelligences System secara murni. Hal ini yang membuat beberapa sekolah yang memakai MIS, termasuk SMP YIMI Gresik, mengitegrasikan MIS dengan kurikulum SNP.
3. Analisis Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi atau Penilaian hasil belajar menjadi komponen penting yang harus dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diterimanya. Bentuk penilaian pembelajaran
mencakup
tiga
ranah,
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik. Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System lebih mengedepankan proses dibanding hasil akhir. Oleh karenanya, dalam memberikan ketiga aspek nilai tersebut, guru ditekankan untuk melakukannya saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan demi menjaga objektivitas penilaian terhadap peserta didik.
68
Model penilaian yang dilakukan guru di SMP YIMI dalam bentuk pertanyaan atau kuis saat kegiatan pembelajaran, sangat efektif untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Hal itu membuat guru mampu menilai kemampuan masing-masing peserta didik. Dengan demikian, guru tahu mana siswa yang sedikit terlambat dan perlu dilakukan pendampingan.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran Pada dasarnya evaluasi proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah berbasis Multiple Intelligences System sama halnya dengan yang dilakukan di sekolah umum lainnya. Hanya saja, sekolah berbasis Multiple Iteligences idealnya memiliki konsultan pendidikan sebagai partner dalam penjaminan mutu layanan pendidikannya. Ada beberapa peran penting konsultan pendidikan dalam pendidikan berbasis Multiple Intelligences System:
1) Penyusunan Multiple Inteligences Research (MIR), Tidak adanya instrument yang baku untuk mengetahui kecerdasan majemuk seseorang, membuat sekolah yang menerapkan konsep ini harus menyusun instrument sendiri. Kegiatan ini membutuhkan pakar psikologi dan pendidikan untuk memetakan sifat atau karakter seseorang menurut delapan bentuk kecerdasan. Idealnya, setiap sekolah berbasis Multipl Intelligences System memiliki tenaga konsultan pendidikan yang selalu inten membantu guru dalam merumuskan strategi-strategi pembelajaran yang efektif. Sedangkan SMP YIMI, sementara ini baru memiliki konsultan psikologi yang membantu dalam merumuskan MIO.
69
2) Pengawasan mutu pembelajaran, Dalam “Total Quality Management in Education”, Edward Sallis menyebutkan bahwa pendidikan adalah tentang pembelajaran. Pelajar adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka, maka itu berarti bahwa institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu.32 Dalam hal ini, konsultan pendidikan sebagai pakar yang memahami masalah-masalah menejemen pembelajaran maupun menejemen pendidikan memiliki peran sentral sebagai observator sekaligus evaluator terhadap proses pembelajaran yang berjalan di sekolah.
3) Pelatihan guru Mengingat layanan pembelajaran berbasis “Multiple Inteligences System” difokuskan pada keragaman gaya belajar peserta didik, mau tudak mau guru harus kreatif. Inovasi model pembelajar harus selalu dilakukan. Oleh karenanya kegiatan pelatihan guru baik internal sekolah maupun eksternal menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan. Dengan demikian peran konsultan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada penyelenggara pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat urgen.
Kegiatan pengawasan pembelajaran yang dilakukan di SMP YIMI telah dilaksanakan secara kontinu. Akan tetapi, intensitasnya baru berjalan dalam satu semester sekali untuk setiap guru. Apabila intensitas itu ditingkatkan (misal setiap tiga bulan sekali), tentu semakin memacu kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru. 32
Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), cet. ke IX, hlm. 86-87
70
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Ful Day Schooll” yang didukung oleh landasan teori, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam penerapannya memuat tiga langkah berikut: 1. Perencanaan pembelajaran. Secara umum perencanaan pembelajaran di SMP YIMI Gresik “ Full Day School” telah diarahkan sesuai konsep Multiple Inteligences System. Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaan Multiple Inteligences Observation (MIO) sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selanjutnya guru menyusun perangkat-perangkat pembelajaran seperti Silabus, Prota, Prosem, dan RPP. Penyusunan perangkat pembelajaran ini disamping memperhatikan muatan materi yang akan diajarkan juga mengacu pada hasil MIO. Hal ini karena pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System mengacu pada cara belajar yang disesuaikan gaya belajar peserta didik. Tidak Kendala yang dihadapi guru dalam perencanaan ini adalah dalam penyusunan strategi pembelajaran yang bervariasi. Karenanya guru perlu melakukan inovasi-inovasi dalam merancang strategi pembelajaran sesuai delapan kecenderungan kecerdasan peserta didik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pada tahap ini guru memulai melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Prinsip yang harus dijadikan pedoman dalam pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI, mengacu pada pembelajaran active learning. Untuk mewujudkan hal itu, guru harus mampu mengkontekstualkan materi yang pembelajaran. Di samping itu, metode yang dipilih tentunya yang sesuai dengan kecenderungan gaya belajar peserta didik. Meski pelaksanaan pembelajaran telah diarahkan sesuai konsep Multiple Inteligences System, namun konsep ini tidak bisa dipakai secara murni. Beberapa guru menghadapi 71
sedikit permasalahan merumuskan metode pembelajaran pada materi-materi yang cenderung abstrak.
Di samping itu, pengelompokan kelas yang semi heterogen
menjadi faktor penyebab pembelajaran terkadang kurang efisien. Oleh karenanya sebaiknya pengelompokan kelas secara homogen agar pembelajaran berjalan lebih efektif.
3. Evaluasi Pembelajaran Dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI, evaluasi hasil dilaksanakan bersamaan berjalannya pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai. Di samping itu, sistem evaluasi hasil di SMP YIMI, tidak memakai sistem peringkat. Hal ini untuk menhindari munculnya justifikasi anak cerdas atau bodoh. Prinsip yang dipegang dalam multiple intelligences, bahwa setiap anak adalah cerdas. Sistem evaluasi pembelajaran yang diterapkan di SMP YIMI Gresik “Full Day School” tersebut telah sesuai dengan konsep Multiple Inteligences System, yang menganggap bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Di samping itu, hal tersebut sebagai bentuk konsep education humanistic yang di usung oleh YIMI.
B. Saran-saran 1. Bagi Guru a. Guru sebaiknya terus melakukan inovasi-inovasi model pembelajaran. Hal ini penting untuk melayani beragam karakter dan gaya belajar peserta didik. Semakin banyak variasi model pembelajaran, semakin mudah guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Selanjutnya, tujuan pembelajaran semakin mudah untuk dicapai. b. Hendaknya tekun mengikuti pelatihan-pelatihan peningkatan ketrampilan mengajar, baik yang diselenggaranan oleh internal sekolah maupun unsur eksternal. Hal ini sangat penting sebagai bagian pengembangan kompetensi guru. c. Guru perlu melakukan pendekatan tertentu kepada peserta didik yang cenderung terlambat dalam memahami materi yang disampaikan.
72
2. Bagi Peserta Didik a. Peserta didik hendaknya ikut aktif terlibat kedalam kelompok-kelompok study club yang telah ada. Bagi anak yang perkembangannya terlambat, hal ini dapat berperan untuk mengejar ketertinggalannya. Sedangkan bagi anak yang sudah paham, dapat dijadikan sebagai tempat untuk semakin memacu kemampuannya dengan mempelajari materi-materi pengayaan. b. Peserta didik hendaknya juga mencoba untuk memahami pembelajaran dengan gaya yang berceda-beda. Hal ini untuk mengurangi ketidak pahamannya ketika guru tidak mampu menyampaiakan materi sesuai kecenderugan kecerdasan yang dimilikinya.
3. Bagi Kepala Sekolah a. Berdayakan semua stake holder SMP YIMI Gresik “Full Day School” dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan SMP YIMI kedepan yang lebih baik. b. Ajari peserta didik dan guru keteladanan. c. Menggiatkan kegiatan-kegiatan pelatihan peningkatan ketrampilan mengajar bagi guru d. Usahakan peserta didik yang kurang mampu secara ekonomi agar bisa bersekolah di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
C. Penutup Dengan terselesaikannya skripsi ini, peneliti tak lupa mengucapkan puji syukur “Alhamdulillah” kepada Allah SWT atas Rahmat, Taufiq dan Inayahnya. Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaatbagi peneliti pada khususnya dan pembaca umumnya. Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga mala ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amiin.
73
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrahman,Mulyono,Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Abdul Azis, Sholeh, Abdul Majid, AttarbiyahWattaruqu al-Tadris, Juz 1, Mekkah: DarulMa’arif, t.th. AnNawawi, Imam ZakariyaYahya Libanon:DarulKutub Al- Ilmiah, 676 Hijriah.
bin
Syaraf,RiyadhusShalihin,
Anang, One Minute Before Teaching, Bandung: Alfabeta, 2010. Arikunto,Suharsimi,ProsedurPenelitian: RinekaCipta, 2002.
SuatuPendekatanPraktek,
Jakarta:
BaharudindanEsaNurWahyuni, TeoriBelajardanPembelajaran, Cet. IV,Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010. Chatif,Munif,GurunyaManusia, Bandung: Kaifa, 2011. -----------------,SekolahnyaManusia, Cet. VII, Bandung: Kaifa, 2010. Dimas,M. Rasyid,20 KesalahandalamMendidikAnak, terj. Abdurrahman Kasdi, Pustaka Al-Kautsar, 2006, Cet. 3. Fathani, Abdul Halim, MatematikadanLogika, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. ---------------------------, Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences _ dikti.org.htm, http://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ di akses 15 Oktober 2011. Gunawan,Adi,Born to be genius, Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 2003. ------------------,Genius LearningStrategy; PetunjukPraktisuntukMenerapkan Accelerated Learning,Jakarta: PT. GramediaPustaka, 2003. Hamalik,Oemar,KurikulumdanPembelajaran, Jakarta: PT. BumiAksara, 2001. Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011. Harjaningrum,Agnes Tri,dkk.,Peranan TuaDalamMembantuTumbuhKembangAnakBerbakatMelaluiPemahamanTeori TrenPendidikan, Jakarta:Prenada, 2007.
Orang Dan
Hasildokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperolehtanggal 1424 November 2011. IbrahimdanNana Sudjana,PenelitianPendidikandanPenilaianPendidikan, Bandung: SinarBaru, 1989.
Ismail SM, StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Grup, 2008. Maier Dave, The Accelerated Learning Hand Book, terj.RahmaniAstuti, cet. III, Bandung: Kaifa, 2003. Majid,Abdul,PerencanaanPembelajaran: Guru,Bandung: RemajaRosdaKarya, 2005.
MengembangkanStandarKompetensi
Naim, MateriPenyusunanDesainPembelajaranPembelajaran Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007.
NganimundanAchmadPatoni, Agama Islam (MPDP-PAI),
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Prawiradilaga,Dewi Salma,PrinsipDesainPembelajaran, KencanaPrenada Media Group, 2007.
Cet.
7,Jakarta:
Puji, Lestari Indriana, “Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences With Games Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK Kelas VII Semester Genap SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran: 2010/2011, 2011. R. Soedjadi, KiatPendidikanMatematika di Indonesia, DirektoratJenderalPerguruanTinggi, DepartemenPendidikanNasional, 1990. Riyanto,Yatim,MetodePenelitianPendidikan: SIC, 1996.
SuatuPendekatanDasar,
Jakarta: Surabaya:
------------------, ParadigmaBaruPembelajaran: SebagaiReferensiBagi Guru/PendidikdalamImplementasiPembelajaran yang EfektifdanBerkualitas, Jakarta: Kencana, 2010. Ronis,Diane,PengajaranMatematikasesuai Cara KerjaOtak, terj. Herlina, Jakarta: PT. Indeks, 2009. Sadullah,Uyoh,dkk.,Pedagogik (IlmuMendidik), Bandung: Alfabeta, 2010. Saefudin, ManajemenPembelajaran Full Day School di SMP Islam Hidayatullah Semarang Tahun 2010-2011, SkripsiFakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Tahun 2011. Subroto,B. Suryo,Proses BelajarMengajar di Sekolah, Jakarta: RinekaCipta, 1997. Sudjana,Nana,Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008. Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan R&D), Cet. 11, Bandung: CV. Alvabeta, 2010.
(PendekatanKuantitatif,
Kualitatifdan
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karya, 2010. Sukardi, MetodologiPenelitianPendidikan: KompetensidanPraktiknya, Jakarta: PT. BumiAksara, 2009, Cet. 9. Suparman S, Gaya Mengajar yang MenyenangkanSiswa, Yogyakarta: Pinus Book Publiser, 2010. Suryosubroto, Proses BelajarMengajar di Sekolah,Cet. II, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2009. Suyitno, Amin, Pemilihan Model-Model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di SMP, Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru-Guru Pelajaran Matematika SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006. TeoriBelajardanPembelajaran _ Teori-teoriKlasik _ Teori-teoriBelajar Proses _ Teori-teoriKognitif _ Matematika IPA.htm,diunduh, 25 September 2011. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 20003 tentangSisdiknas & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar,Bandung: Citra Umbara, 2010. Uno,Hamzah B.,Model Pembelajaran: Menciptakan Proses BelajarMengajar yang Kreatifdanefektif, Cet. IV, Jakarta: PT. BumiAksara, 2009.
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap 2. Tempat & Tanggal Lahir 3. NIM 4. Alamat Rumah Kab. Kendal HP E-mail
: Azis Nurkholik : Kendal, 01 Mei 1989 : 073511045 : Ds. Krajan RT. 04/IIIDesa Kliris Kec. Boja : 085 640535483 :
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal : a. SDN Kliris 01 Tahun 1995-2001 b. MTs. Al Asror Semarang 2001-2004 c. MA Al-Asror Semarang 2004-2007 d. S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2007-2012 2. Pendidikan Non Formal : a. Pondok Pesantren Roudlatutthalibin Tugurejo Tugu Semarang C. Pengalaman Organisasi 1. Departemen Jurnalistik & Penerbitan HIMATIKA Walisongo periode 2008/2009 2. Wapemred Majalah EDUKASI Tahun 2010/2011 3. Sekretaris Redaksi Jurnal EDUKASI Tahun 2011/2012 4. Departemen Jurnalistik & Perkoranan PP. Roudlatut. Thalibin Tahun 2009-2011
Semarang, 12 Desember 2011 Peneliti,
Azis Nurkholik NIM : 073511045