PENGARUH PROGRAM KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) LAZIS TERHADAP KESEJAHTERAAN MUSTAHIK (Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh Rifyatur Rohmawati NIM: 206046103868
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Pengaruh Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) LAZIS Terhadap Kesejahteraan Mustahik (Studi Pada LAZIS PLN P3B Jawa Bali), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. NIP. 195505051982031012
Ketua
Sekretaris
Panitia Ujian Munaqasyah : Prof.Dr.H.MAmin Suma, SH, MA, MM. NIP.195505051982031012 : Drs. H. Ahmad Yani, M.A. NIP. 196404121994031004
(.....................................)
(.....................................)
Pembimbing I : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. NIP. 195811281994031001
(.....................................)
Pembimbing II : Hotnida Nasution, S.Ag., M.A. NIP. 197106301997032002
(.....................................)
Penguji I
:Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I NIP. 195911101991031001
(....................................)
Penguji II
:Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA NIP. 195510151979031002
(....................................)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi yang melanda Negara kita sejak 1997 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin secara signifikan. Data terakhir yang diterbitkan Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa 32,5 juta penduduk Indonesia termasuk dalam kategori miskin. 1 Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang sebenarnya telah berlangsung lama dalam kehidupan manusia. Kemiskinan yang dimaksud adalah serba kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup seseorang atau sekelompok orang yang disebut kaum dhuafa. Kemiskinan merupakan suatu realita yang patut dicarikan jalan keluarnya. Dalam kondisi ekonomi yang belum juga pulih, jumlah angka pengangguran pun semakin membengkak, hingga akan mencapai lebih dari 40 juta orang. Kondisi ini membawa dampak buruk yang sangat serius bagi kehidupan masyarakat, yaitu meningkatnya kriminalitas dan gangguan keamanan. Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga 1
LIPI, “2010, Rakyat Miskin Bertambah,” artikel diakses pada 17 Februari 2010 dari http://jakarta45.wordpress.com/2009/12/30/pepora-2010-rakyat-miskin-bertambah-lipi.
1
2
menganjurkan kepada mereka untuk bersedekah (shadaqah) dan berinfaq (infaq), yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam garis kemiskinan dan kesusahan. Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan tersebut, perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah. Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama. Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat apabila ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial di samping membawa pesan-pesan ritual dan spiritual. Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi. Pelaksanaan zakat secara efektif adalah melalui organisasi pengelola zakat. Dalam BAB III Undang-undang No.38 tahun 1999 dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat
3
(pasal 6) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Lembaga–lembaga Amil Zakat yang dimaksud tentunya diharapkan berfungsi secara efektif dan efisien dalam mengemban misi dan tujuan institusional sebagaimana dikehendaki oleh Undang-undang. Untuk itu, diperlukan proses pengelolaan yang baik di setiap LAZ, terutama perannya sebagai agen pemberdayaan ekonomi
umat.
Proses
pengelolaan
tersebut
meliputi
pengumpulan
dan
pendistribusian. Pengumpulan berkaitan dengan tugas LAZ berhubungan dengan muzakki (pemilik harta yang wajib zakat), sedangkan pendistribusian berkaitan dengan tugas LAZ dalam mendistribusikan harta zakat terhadap mustahik (penerima zakat). Dalam operasionalnya, ternyata menjalankan LAZ tidaklah semudah mendirikannya. Pertama menyangkut kepercayaan masyarakat. Kedua berkaitan dengan kapasitas dan kapabilitas pelaksananya. Ketiga seperti tercantum dalam UU 38 tahun 1999, LAZ butuh izin operasional dari Direktur Zakat dan Wakaf Depag. Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memilliki persyaratan teknis, antara lain ( (i) berbadan hukum; (ii) memilliki data muzakki dan mustahik; (iii) memiliki program yang jelas; (iv) memiliki pembukuan yang baik; (v) melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. 2
2
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Isani, 2002), cet. Ke-1, h.129-130.
4
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan semakin bergairah dalam menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.3 Pola pendayagunaan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) selama ini pada umumnya masih bersifat konsumtif konvensional (charity), yakni masih terfokus menyantuni kaum fakir miskin dalam upaya mengurangi beban hidup dan mengurangi kebutuhan dasar mereka. Bisa jadi program charity yang sering dilakukan adalah benar ketika dilaksanakan untuk sebuah program yang sifatnya tanggap darurat dan mendesak. Dampak pendayagunaan ZIS yang berkeadilan sosial, memberikan penguatan kepada masyarakat lemah (dhuafa) dan pemerataan kesejahteraan hanya bisa diwujudkan dengan pola pendayagunaan zakat yang bersifat produktif. Yaitu pola pendayagunaan zakat yang diperuntukkan bagi usaha produktif yang lebih sistematis, berkesinambungan dan berjangka panjang. Contohnya dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha, lalu diberikan pendampingan dan pembinaan sampai mereka mencapai mandiri. Disadari atau tidak terdapat fenomena bahwa amil zakat yang ada belum memenuhi kualifikasi untuk melakukan pembinaan dan pendampingan yang bersifat komprehensif. Amil zakat
3
Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet. Ke1, h. 173.
5
yang ada baru bisa memenuhi pola pendampingan yang bersifat penguatan ruhiyah dan pengkapasitasan pengelolaan usaha yang bersifat umum. Penyaluran dana ZISWAF oleh LAZ pada periode 2008–2009 difokuskan untuk kegiatan konsumtif, kepada program bantuan kemanusiaan 23,1%, hibah langsung kepada asnaf 15,0%, pendidikan 10,7%, kesehatan 3,8%, dan bantuan dakwah 3,9%. Untuk kegiatan ekonomi produktif secara rata – rata mendapatkan alokasi sebesar 10,7%. Saat ini dana zakat tumbuh 67,2% per tahun. 4 Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim sampai saat ini banyak lembaga, yayasan, badan dan perusahaan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Sebagai contoh Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali. LAZIS PT PLN Jawa Bali adalah salah satu lembaga amil zakat, infaq, dan sadaqah dari sekian banyak lembaga di Jabodetabek yang berdiri sejak tahun 2002. Dan saat ini kinerja lembaga tersebut telah mengalami kemajuan dan menerapkan metode distribusi dana zakat tidak hanya yang bersifat konsumtif, melainkan ada juga yang bersifat produktif. Dengan begitu apabila lebih banyak para muzzaki yang menyerahkan dana zakatnya kepada Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah (LAZIS), maka akan dapat memajukan kesejahteraan mustahik. Yaitu mengurangi jumlah pengangguran, mengembangkan kemampuan untuk membentuk suatu usaha dan dapat lebih banyak
4
“Menggagas Cetak Biru Pengelolaan Zakat”, Majalah SHARING Inspirator Ekonomi & Bisnis Syariah, (Jogjakarta: Januari, 2010), h. 42-43.
6
menghasilkan pendapatan para mustahik. Jadi jumlah kemiskinan pun akan semakin berkurang.
Gambar 1.1 Pola pengembangan kesejahteraan mustahik berbasis zakat 5 Dana zakat dikumpulkan
Disalurkan kepada mustahik
Oleh amil zakat
Untuk usaha produktif
Pemilik usaha dan pekerja Adalah mustahik
Amil menjadi supevisor Manajemen dan produksi
Profit didistribusikan Kepada mustahik
Rehabilitas kaum dhuafa
5
Sauqi dan Didin. “Zakat dan Pembangunan Perekonomian Umat.” Proceedings, Of International Seminar on Islamic Economics As A Solution. Medan, 18-19 September 2005.
7
Untuk pemilihan objek penelitian adalah LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yang bertempat di Depok. LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini merupakan salah satu Lembaga amil yang berada dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam menyalurkan dananya, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini memiliki cara yang cukup menarik. Yaitu dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
yang
didalamnya
sangat
melibatkan
para
mustahik
dalam
mengembangkannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana cara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan strategi yang digunakannya. Untuk itu, penulis menulis skripsi dengan judul : “PENGARUH PROGRAM KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) LAZIS TERHADAP KESEJAHTERAAN MUSTAHIK (Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan
8
kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri atas : a.
Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) dibatasi pada Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) yang didirikan oleh PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat.
b.
Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibatasi pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berada di Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat.
c.
Mustahik dibatasi pada pihak-pihak yang berhak menerima zakat kecuali riqab, yang sudah tidak ada di Indonesia.
2. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengembangkan program untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik? b. Bagaimana program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terhadap kesejahteraan mustahik? c. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)?
9
d. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS dalam mensejahterakan mustahik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk mengetahui bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali terhadap kesejahteraan mustahik.
b.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali.
c.
Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
d.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS dalam mensejahterakan mustahik.
2. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pengaruh program KSM terhadap kesejahteraan mustahik, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : a.
Bagi LAZIS, sebagai objek penelitian dapat menambah referensi bagi LAZIS dan diharapkan LAZIS dapat lebih bersinergi dalam fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi mustahik.
b.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang LAZIS.
10
c.
Bagi perusahaan atau lembaga atau badan lain, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang kebaikan didirikan LAZIS di dalam perusahaan atau lembaga atau badan. Dan diharapkan dapat menarik perusahaan atau lembaga atau badan untuk mendirikan LAZIS.
D. Review Kajian Terdahulu Telah terdapat dua tulisan yang terkait dengan judul penelitian ini, yaitu : 1. Skripsi yang berjudul Peran LAZ PT PLN (Persero) P3B dalam pengembangan masyarakat di desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Depok, yang disusun oleh Muhammad Andhi Fakhri. 6 Kesimpulan yang terdapat pada skripsi ini adalah Dalam mengembangkan masyarakat di desa Blok Tangki LAZ PT PLN (Persero) P3B membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). 2. Skripsi yang berjudul Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam pemberdayaan dana zakat, yang disusun oleh Darmiyanti. 7 Kesimpulan yang terdapat pada skripsi ini adalah dengan adanya kerjasama antara PKPU dengan LAZIS PLN P3B JB, maka penyaluran dan pengelolaan zakat bisa lebih efektif
6
Muhammad Andhi Fakhri, “Peran LAZ PT. PLN (Persero) P3B dalam pengembangan masyarakat di Desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006). 7 Darmiyanti, “Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam pemberdayaan dana zakat,” (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).
11
dan tepat sasaran. Serta PKPU membantu LAZIS PLN P3B JB dalam memberdayakan masyarakat dengan membentuk KSM. Penelitian di atas saling berhubungan erat satu sama lain, yang dimana LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali menghimpun dana zakat melalui zakat profesi dari para karyawan, setelah itu untuk penyaluran dana zakat tersebut LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali membentuk program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Hal lain yang ingin penulis teliti yaitu tentang penanganan masalah yang muncul pada saat pengelolaan zakat melalui KSM, serta efektifitas pengelolaan dana zakat yang dapat memberikan perubahan terhadap mustahik.
E. Metodologi Penelitian 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali, di Cinere, dimana objek ini akan menjadi sumber data primer untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti mempunyai pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Adapun Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali yang menjadi objek penulis dalam melakukan penelitian ini beralamat di Krukut – Limo, Cinere 16514, Depok.
12
2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif analisis dan induktif analisis. Statistik deskriptif adalah bagian dari statistic mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistic deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata lain statistic deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. 8 Statistic induktif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk melakukan peramalan atau penaksiran kesimpulan (generalisasi) mengenai data secara keseluruhan (populasi). 9
3. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang menjadi objek penelitian adalah data primer dan sekunder. a. Sumber data primer Sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari laporan data–data yang dikeluarkan oleh LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Seperti Laporan Keuangan tahunan dari LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dan dokumen – dokumen LAZIS PT PLN P3B
8
Iqbal Hasan, “Statistika Deskriptif”, Artikel ini diakses pada 19 Februari 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/statistika_deskriptif. 9 Slamet Santoso, “Statistik Induktif : Pengantar”, Artikel ini diakses pada 30 Maret 2010 dari http://ssantoso.blogspot.com/2009/03/statistika-induktif-pengantar.html.
13
Jawa Bali yang berkaitan dengan program KSM. Serta wawancara langsung kepada pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka yang terkait dengan permasalahan penelitian serta dari hasil wawancara dengan mustahik yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau bahan dari berbagai daftar kepustakaan yang ada, seperti buku–buku, artikel–artikel, sumber dokumen - dokumen LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, surat kabar, dan laporan – laporan lainnya yang terkait dengan masalah skripsi ini. Dan teknik lainnya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Observasi Observasi dengan melakukan kunjungan ke lokasi LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali serta ke lokasi para mustahiknya. Yakni mengamati dan melihat lebih dekat dalam pengumpulan zakat oleh LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali dan penyalurannya terhadap mustahik, serta dapat melihat langsung pengembangan program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ditujukan kepada para mustahik zakat.
14
b. Studi dokumenter Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen – dokumen lembaga tersebut sehubungan dengan aktifitas yang telah dilakukan oleh LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali. c. Wawancara Wawancara yang dilakukan bersifat informal kepada pengurus LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, kepada karyawan
dan juga kepada mustahik yang
menerima zakat. Penulis menggunakan teknik wawancara dengan nara sumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas. Adapun nara sumber yang dimaksud bernama Nurdin, Rahmat dan Yazid dimana beliau menjabat sebagai Kepala Divisi Pemberdayaan dan tenaga amil profesional. d. Kuesioner Dilakukan dengan cara membuat kuesioner dan meminta para pengurus dan para mustahik yang menerima dana zakat dari LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali untuk menjawab dengan sebenar-benarnya.
15
Dengan teknik kuesioner ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang lebih jelas tentang proses dan penggunaan dana zakat yang diterima oleh para mustahik. e. Studi Pustaka Studi Pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku, artikel-artikel, undang-undang dan lainnya yang terkait dengan penelitian. Studi pustaka ditujukan untuk mendapatkan data tentang pengertian, landasan hukum dan lainnya yang diperlukan untuk penelitian ini. 5. Teknik analisis dan Interprestasi data a. Kualitatif
: analisa lebih lanjut untuk kedalaman pembahasan.
b. Kuantitatif : analisa berupa angka yang didapat dari dokumen atau data dengan menggunakan; 10 1) Analisa Auto Korelasi :
analisa
dengan
menghubungkan
antara
variabel–variabel lanjutan dari regresi linear. 2) Regresi Linear sederhana Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih dua variabel yang relevan dengan permasalahan yang pokok, yaitu program Kelompok Swadaya
10
Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, (Ciputat: PT Prima Heza Lestari, 2006) h. 98.
16
Masyarakat (KSM) Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali sebagai variabel bebas (X), dan kesejahteraan mustahik sebagai variabel terikat (Y). Rumus Î Y= a + bX Y = Peubah tak bebas X = Peubah bebas a = konstanta b = kemiringan Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 11 a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05. b.
Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation.
c.
Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis).
11
Jonathan Sarwono, “Teori Analisis Regresi Linier, Mengenal Analisis Regresi”, Artikel ini diakses pada 11 Mei 2010 dari http://www.jonathansarwono.info/regresi/regresi.htm.
17
d.
Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
e.
Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3.
f.
Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r maksimal sebesar 1. Jika Nilai r sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y.
g. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y). h.
Data harus berdistribusi normal
i.
Data berskala interval atau rasio
18
j.
Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response).
6. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : a. Terdapat hubungan antara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dengan mustahik pada program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). b. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpengaruh terhadap kesejahteraan mustahik.
7. Teknik Penulisan Teknik penulisan yang digunakan dalam laporan penelitian ini mengacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
19
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan:
20
BAB I
Pendahuluan. Bab ini merupakan bab awal yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan
kajian
terdahulu,
metode
penelitian
dan
sistematika penulisan. BAB II
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadaqah, Kelompok Swadaya Masyarakat dan Kesejahteraan Mustahik. Dalam bab ini penulis membahas tinjauan umum tentang LAZIS, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Kesejahteraan Mustahik yang terdiri dari pengertian, landasan hukum, prinsip-prinsip, karakteristik.
BAB III
Gambaran Umum LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Dalam bab ini berisi segala hal yang berkaitan dengan LAZIS. Diantaranya yaitu letak geografis, sejarah dan latar belakang didirikannya, visi, misi, tujuan, program kerja, struktur organisasi.
BAB IV
Deskriptif Hasil Penelitian. Dalam bab ini berisi segala hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Diantaranya yaitu Strategi yang dilakukan oleh LAZIS untuk mengsejahterakan mustahik dan pengaruh program KSM terhadap kesejahteraan mustahik serta analisis datanya.
21
BAB V
Penutup. Bab terakhir ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta saran untuk lembaga, kemudian dicantumkan lampiran-lampiran.
BAB II LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SADAQAH, KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
A. Zakat 1. Pengertian Zakat Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama. 1 Zakat terbagi atas dua macam, yaitu : 2 1) Zakat fitrah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. 2) Zakat
maal(Zakat
Harta),
mencakup
hasil
perniagaan,
pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendirisendiri. 2. Hukum Zakat 1
Rumah Zakat, “Pengenalan Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://www.rumahzakat.org/profilnya.php?id=200912240010&cat=7. 2 LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://bushing.pln-jawa-bali.co.id/~binrohis/lazis/index.php?option=com_content&task=view&id=1 &Itemid=3.
20
21
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan
Al-Qur'an
dan
As
Sunnah,sekaligus
merupakan
amal
sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia. Peraturan yang menjadi dasar hukum zakat adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Peraturan perundang-undangannya yaitu UU No. 38 tahun 1999. 3. Mustahik a.
Pengertian Mustahik Mustahik zakat artinya orang yang berhak menerima harta zakat. Mustahik
zakat dijelaskan oleh Allah Swt, dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 60. 3
☺ ☺ ⌧
3
☺ ⌧
☺
Udin Wahyudin, Kumpulan Soal Get Smart Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Grafindo Media Grwtama, 2007), h. 76.
22
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orangorang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 4 b.
Ciri-ciri Mustahik Dengan berlandaskan dari surah At-Taubah ayat 60, ciri-ciri mustahik yang
berhak menerima zakat terdiri dari 8 asnaf (golongan), yaitu: 5 1) Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan layak yang memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan primer lainnya. 2) Miskin ialah orang yang memiliki harta dan mempunyai harta yang layak baginya, tetapi penghasilannya belum cukup untuk keperluan minimum bagi dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungjawabnya. 3) Amil Zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, termasuk administrasi pengelolaan mulai dari merencanakan pengumpulan, mencatat, meneliti, menghitung, menyetor dan menyalurkan kepada mustahiknya.
4
Al-quran online terjemahan Indonesia. Written by Administator Zakat, “Petunjuk Praktis Bagi Mustahik”, Artikel ini diakses pada 19 Agustus 2010 dari http://www.bazisdki.go.id. 5
23
4) Mualaf ialah golongan yang perlu dijinakkan hatinya kepada Islam atau lebih memantapkan keyakinannya kepada Islam. 5) Riqab ialah pembebasan budak belian dan usaha menghilangkan segala bentuk perbudakan. 6) Gorimin ialah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan atau untuk kemaslahatan masyarakat. 7) Sabilillah ialah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan umat. 8) Ibnusabil ialah orang lain untuk melintasi dari satu daerah ke daerah lain untuk melakukan perjalanan yang kehabisan bekalnya bukan untuk maksud maksiat tetapi demi kemaslahatan umum yang manfaatnya kembali kepada masyarakat dan agama Islam. c. Hak-hak Mustahik 6 Dari delapan asnaf tersebut, ada yang mempunyai hak menerima bantuan, ada yang menerima hak santunan dan ada pula yang menerima hak imbalan. Di samping itu ada pula asnaf yang di samping menerima hak santunan dan sekaligus dapat menerima hak bantuan, yaitu fakir-miskin. Dalam hal memberikan dana untuk keperluan konsumtif, seperti untuk membeli makanan dan pakaian dia menerima hak
6
Written by Administator Zakat. “Petunjuk Praktis Bagi Mustahik” Artikel diakses pada 03 September 2010 dari http://www..bazisdki.go.id.
24
santunan. Tetapi bagi fakir-miskin yang ingin berusaha untuk berusaha mandiri, dan karena itu kepadanya diberikan modal usaha, berarti dia menerima bantuan. Khusus bagi amilin, mereka adalah menerima hak imbalan. Karena mereka bekerja yaitu memungut dan atau mengumpulkan ZIS maka wajarlah apabila kepada mereka diberikan imbalan (balas jasa, kontra prestasi). Banyak mustahik yang belum atau kurang memahami cara untuk memperoleh bantuan atau santunan. Yang dimaksud dengan bantuan adalah dana yang diberikan dan dipergunakan untuk kepentingan usaha produktif, antara lain: 1) Dana untuk membangun tempat ibadah, sarana dan prasarana pendidikan Islam. 2) Dana untuk membantu pelajar/mahasiswa yang berupa beasiswa, 3) Dana untuk modal usaha, seperti untuk jualan rokok, membuka warung nasi, jualan makanan, jualan bakso dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan santunan adalah pemberian sejumlah uang kepada mustahik yang sedang dilanda kesulitan terutama fakir-miskin, yang bersifat konsumtif. 4. Yang tidak berhak menerima zakat
25
1) Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari). 2) Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. 3) Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim). 4) Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. 5) Orang kafir. 7
B. Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) 1.
Pengertian LAZIS Definisi pengelola zakat menurut Undang – Undang No. 38 tahun 1999 Pasal 1
ayat (1) yaitu Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah organisasi pengelola zakat yang didirikan oleh dan atas inisiatif masyarakat. Pemerintah berwenang memberikan pengukuhan bagi LAZ yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
7
LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://bushing.pln-jawa-bali.co.id/~binrohis/lazis/index.php?option=com_content&task=view&id=1 &Itemid=3.
26
Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999. 2.
Landasan Hukum LAZIS Peraturan perundang – undangan pengelola zakat, yaitu : 8 a. Peraturan terkait 1) UU No.38 thn 1999 tentang Pengelolaan Zakat 2) Keputusan Menteri Agama No. 581 thn 1999 tentang Pelaksanaan UU No.38 thn 1999 3) Kep. Ditjen Bimas Islam & Urusan Haji No.D/291 thn 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat 4) UU No.17 thn 2000 tentang Pajak Penghasilan b. Definisi Pengelolaan Zakat Perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
atas
pengumpulan, pendistrubusian dan pendayagunaan zakat. 9 c. Kewajiban menunaikan zakat
8
Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang diselenggarakan Mesjid Raya Habiburrahman PT.DI Bandung bekerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ), 01 Desember 2001. 9 UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 1 ayat 1.
27
1) Setiap muslim atau badan milik muslim yang mampu wajib menunaikan zakat. 10 2) Pengertian mampu adalah sesuai ketentuan agama 3) Tidak ada pasal yang mengatur masalah sanksi d. Tujuan pengelolaan zakat 1) Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat 2) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan 3) Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat 11 e. Jenis organisasi pengelolaan zakat Ada dua jenis organisasi pengelolaan zakat : 1) Badan Amil Zakat (BAZ) 2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)
3.
Prinsip–prinsip
a. Prinsip-prinsip operasional organisasi pengelola zakat. 12
10 11
UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 2. UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 5.
28
1) Aspek Kelembagaan : a) Visi dan misi b) Kedudukan c) Sifat d) Legalitas e) Struktur f) Aliansi Strategi 2) Aspek Sumber Daya Manusia : a) Perubahan Paradigma. BAZ / LAZ harus profesional (dalam arti amil zakat sebagai profesi, amil zakat bukan pekerjaan sampingan, amil zakat mendapatkan gaji). b) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (yaitu muslim, amanah dan paham tentang kebijakan pengelolaan zakat) 3) Sistem Pengelolaan : a) Prosedur dan aturan yang jelas
12
Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang diselenggarakan Mesjid Raya Habiburrahman PT.DI Bandung bekerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ), 01 Desember 2001.
29
b) Manajemen terbuka c) Punya rencana kerja d) Punya komite penyaluran e) Punya sistem akuntansi dan manajemen keuangan f) Publikasi g) Perbaikan terus menerus 4) Serentetan Masalah : a) Lemahnya sosialisasi undang-undang 38 tahun 1999 b) Belum ada PP/SKB c) Standarisasi mutu sumber daya manusia amil zakat d) Standarisasi lembaga OPZ b. Prinsip-prinsip pelaksanaan pengelolaan zakat. 13 1) Prinsip syariah dan moral keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama Islam.
13
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h.83.
30
2) Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuhkembangkan kesadaran bagi muzzaki untuk melaksanakan kewajibannya. 3) Prinsip manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat. 4) Prinsip koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah hendaknya
terjalin
koordinasi
secara
harmonis
antar
berbagai
intansi/lembaga terkait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang optimal. 5) Prinsip keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar berbagai instansi/lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulam dan umara. 6) Prinsip produktif rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional. C. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 1.
Pengertian KSM Definisi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah sekelompok orang
yang menyatukan diri dalam usaha-usaha di bidang sosial dan ekonomi atas dasar prinsip
demokrasi,
partisipasi,
keterbukaan
dan
keadilan
yang
bertujuan
31
meningkatkan taraf hidup masing-masing anggota dalam rangka kepentingan bersama sesuai pasal 33 ayat 1 UUD 1945 dan tidak berafiliasi politik dan agama. 2.
Landasan Hukum Peraturan perundang-undangan yang digunakan yaitu UU No.38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah suatu program yang berdasarkan pada pola penyaluran secara produktif. Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas usaha. 14 Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah terjadi di zaman Rasulullah dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim Bin Abdillah Bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Dalam kaitan dengan penyaluran zakat yang bersifat produktif, ada pendapat menarik yang dikemukakan oleh Syekh Yusuf Qardhawi, dalam bukunya yang fenomenal, yaitu Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan
14
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta : Centre For Entrepreneurship Development, 2005), h. 35.
32
terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Dan untuk saat ini peranan pemerintah dalam pengelolaan zakat digantikan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat. 15 3.
Prinsip-prinsip KSM Gambar 2.1 PRINSIP PEMBERDAYAAN 16 UNTUK
DARI
OLEH
MASYARAKAT (MUSTAHIK)
a. KSM adalah perkumpulan orang dan bukan semata-mata merupakan kumpulan modal b. Menjadi anggota KSM berdasarkan kesadaran, bersifat sukarela dan terbuka untuk umum c. Berusaha atas dasar prinsip demokrasi, partisipasi, keterbukaan dan keadilan
15
Iskandar Zulkarnaen, “Penyaluran Zakat”, Artikel ini diakses pada 04 September 2010 dari http://www.rumahzakat.org/pengenalan_zakat.php?data=5. 16 Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
33
d. Bertujuan
meningkatkan
kesejahteraan
sosial
ekonomi
anggota
dan
masyarakat sekitarnya e. Mengadakan pertemuan anggota secara teratur f. Mengadakan tabungan secara teratur g. Mengadakan upaya-upaya pendidikan dan pendampingan kepada anggota secara terus menerus h. Usaha-usaha dan tatalaksananya bersifat terbuka
D.
Kesejahteraan a.
Pengertian Sejahtera Sejahtera mempunyai arti bahagia, makmur. 17 Selain itu sejahtera juga
mempunyai arti aman sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan). 18 b.
Karakteristik Sejahtera Seseorang dapat dikatakan sejahtera apabila sudah terpenuhi segala
kebutuhannya _bukan keinginannya_. Kebutuhan dasar seseorang mencakup pada 6
17
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika Surabaya, 1997), h. 481. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 18
34
hal yakni sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Jika kebutuhannya tersebut sudah terpenuhi maka layak orang tersebut dikatakan sejahtera walaupun berpenghasilan kurang dari US$ 2 perhari seperti standar PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). 19
19
Muhammad Yusuf Ansori, “Ketika Pemilu Dijadikan Harapan untuk Kesejahteraan Masyarakat”, artikel ini diakses pada 12 Agustus 2010 dari http://muhammadyusufansori.blogspot.com/2009/04/ketika-pemilu-dijadikan-harapan-untuk.html.
BAB III GAMBARAN UMUM LAZIS PT PLN P3B JAWA BALI DI CINERE - DEPOK
A. Letak Geografis Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali terletak di pinggiran sebelah barat kota Depok. Tepatnya di Jalan Ehave I. Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok. No Telepon. 021 754 2646 (extention sekretariat LAZIS, 8900). 1
B. Sejarah dan Latar belakang berdirinya Melihat kondisi di sekitar Kantor PLN P3B JB yang memprihatinkan, sekumpulan orang tergerak untuk mengumpulkan sebagian zakat profesinya untuk disalurkan kepada yang berhak. Ditambah lagi dengan besarnya potensi dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) di PLN P3B Gandul bagi 89% karyawan muslimnya. Hal inilah yang mendorong beberapa rekan lainnya untuk mengelola zakat karyawan dengan lebih baik dan profesional. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan mengadakan Inhouse Training dan Manajemen ZIS pada tanggal 22-26 April 2002
1
Hasil observasi pada tanggal 18 Agustus 2010.
31
32
silam dengan pembicara KH. Drs. Didin Hafidhudin M.Si, Hertanto Widodo, Ak dan Drs. H. Muchlis Harun, M.Sm. Gayung pun bersambut. Keinginan untuk mendirikan lembaga amil zakat di lingkungan kantor terwujud. Beberapa lembaga internal PLN seperti Badan Kesejahteraan Karyawan (BKK) dan Badan Pembinaan Rohani Islam (BINROHIS) mendukung rencana ini. Beberapa waktu kemudian, General Manager PT. PLN (Persero) UBS P3B Jawa Bali menerbitkan Surat Keputusan (SK) nomor : 041/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT PLN (Persero) dan nomor : 042.K/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Bantuan Mekanisme Pemungutan Zakat Profesi. Akhirnya, LAZ PLN P3B JB ditetapkan pada Agustus 2002 yang ditandatangani oleh General Manager PLN P3B Bapak Basuki Prajitno dengan Helmi Najamuddin sebagai Direktur LAZ dan Imam Samsidi sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Syariah periode 2002- 2005. 2 Dalam masa kepengurusan pertama ini, LAZ PLN terbilang sukses menghimpun ZIS dengan jumlah perolehan yang meningkat dari tahun ke tahun, yakni Rp. 115.141.273 (2002), Rp. 464.906.474 (2003), Rp. 435.471.767 (2004), Rp. 465.127.106 (2005). Sukses ini terus berlanjut hingga kepengurusan kedua periode 2005-2007 oleh Dedi Ruspendi. Perolehan ZIS terus melonjak hingga Rp. 591.539.471 pada 2006 dan 2
2010.
Wawancara pribadi dengan Misbahul Munir, jabatan Ketua Div. Keuangan. Cinere, 20 Juli
33
menyentuh angka Rp. 713.179.966 pada 2007 lalu dengan jumlah muzakki sekitar 233 karyawan. 3 Saat ini, LAZ PLN P3B JB telah memasuki kepengurusan yang keempat periode 2009-2011 oleh Sarjito. Pola penyaluran ZIS tetap difokuskan pada delapan ashnaf yang telah ditetapkan syariat (kecuali ashnaf riqaab atau memerdekakan budak) diantaranya fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, ibnu sabil, fi sabilillah, yang menyentuh beberapa aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan dan bantuan bencana kemanusiaan. 4 Sejak didirikan pada 2002 lalu, hingga kini LAZ PLN P3B JB telah berhasil menghimpun dana ZIS sekitar Rp. 2,7 Miliar dan menyalurkan Rp. 2,6 Miliar pada beberapa wilayah program. Pembangunan kerjasama juga dilakukan pada lebih dari 100 yayasan, lebih dari 20 sekolah dari tingkat dasar hingga atas dan dengan satu lembaga amil zakat lainnya, yakni PKPU. 5
C. Visi, Misi dan Tujuan Visi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu Menjadi lembaga terdepan dan terpercaya di lingkungan PLN dalam memberdayakan Mustahik menjadi Muzakki.
3
Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010. Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil zakat profesional. Cinere, 20 Juli 12 Juli 2010. 5 Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010. 4
34
Misi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu : 6 1. Melaksanakan pengelolaan zakat infaq dan shodaqoh secara amanah dan profesional sesuai tuntunan syari’ah. 2. Mengoptimalkan potensi dan penghimpunan zakat, infaq dan shodaqoh dari pegawai PT PLN (Persero) P3B yang beragama Islam atau muzakki lainnya. 3. Memberikan informasi, edukasi, pemberdayaan dan pembinaan kepada mustahik dan masyarakat luas. Tujuan didirikannya LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu : 7 1. Meningkatkan pemberdayaan muzakki dan calon muzakki di lingkungan kaum muslimin. 2. Memfasilitasi pegawai yang beragama Islam dalam menunaikan kewajiban berzakat, serta usaha untuk memperbanyak infaq dan shodaqoh. 3. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh kepada yang berhak menerimanya 4. Memenuhi kebutuhan dasar mustahik 5. Mendorong peningkatan kualitas SDM Mustahik
6
LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 7. 7 LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 10.
35
6. Mendorong berkembangnya potensi mustahik 7. Menciptakan lapangan kerja bagi mustahik
D. Struktur Organisasi LAZ PT PLN (Persero) P3B dan Region – Region dibentuk berdasarkan SK No : 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002, yang berkedudukan di masing – masing kantor, yang merupakan lembaga yang bersifat independen, netral, tidak berpolitik dan nondiskriminatif. 8 LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali berada di dalam struktur BKK dan menjalin kerjasama/ sinergi program dengan dinas, PBL dan BKK. Sesuai dengan SK No : 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002 telah disusun bagan Organisasi sebagai berikut (terlampir). Dan susunan pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali terdiri dari : I. Dewan Pembina II.
Direktur
III.
Dewan Pengawas
IV.
Dewan Pertimbangan Syari’ah
8
LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 13.
36
V.
Sekretariat Jendral
VI.
Divisi Pemberdayaan
VII. Divisi Penghimpunan & Perencanaan VIII. Divisi Keuangan IX.
Divisi Humas & TI
Dalam masing-masing bidang terdiri dari Ketua dan Anggota. Susunan pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali periode tahun 2009-2011 lebih lengkapnya sebagai berikut (terlampir).
E. Program Kerja 1. Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ada tiga macam, yaitu : 9 1) Program Ekonomi Dalam program ekonomi ini LAZIS melakukan pembentukan dan pengelolaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah didirikan diantaranya adalah :
9
Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
37
a) KSM Az Zahra, Daerah Blok Singkuk b) KSM Al Barakah, Daerah Blik Tengki c) KSM Sumber Rezeki, Daerah Pondok Cabe d) KSM Lestari, Daerah Kedaung e) KSM Nurul Hidayah, Daerah Krukut f) KSM Nurul Zihad, Daerah Gandul Kegiatan-kegiatan Kelompok Swadaya Masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Program pola hidup sehat 2) Sembako murah untuk kaum dhuafa 3) Pembebasan hutang dari rentenir 4) Bantuan modal usaha 5) Pengajian rutin pekanan 6) Pelatihan menejemen KSM, WUK, PERT 7) Biaya siswa mister (miskin tapi pintar) 8) Progaram tabungan mandiri 9) Jumlah anggota KSM sebanyak 253 orang
38
2) Program Pendidikan Bentuk program pendidikan yaitu : 1) Pemberian beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, baik yang pintar maupun tidak, secara berkala (rutin) atau sesuai dengan hasil sortiran proposal yang masuk 2) Bantuan pendidikan, bekerjasama dengan pihak sekolah atau yayasan Tabel 3.1 10 Bantuan pendidikan rutin Kerjasama dengan Yayasan dan Sekolah NO
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
1
YAYASAN KEBAGUSAN
5 orang
2
YAYASAN AR-RIDHO CARINGIN
5 orang
3
YAYASAN AMANAH PD. LABU
5 orang
4
YAYASAN NURUL AITAM
5 orang
5
YAYASAN DARUNNADWAH
40 orang
6
YAYASAN ATTABIIN
40 orang
7
YAYASAN IBNU FATAH
10 orang
8
YAYASAN MADINATUL ILMI - CINERE
10 orang
9
YAYASAN AR-ROHANIAH
30 orang
10
SLTP TERBUKA SAWANGAN – DEPOK
30 orang
11
SLTP TERBUKA ASSALAM JATIBENING
10 orang
12
SLTP UTAMA KOMPLEK PLN P3B JB
81 orang
13
SMK INFORMATIKA UTAMA PLN P3B
81 orang
10
Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
39
Tabel 3.2 11 Bantuan pendidikan rutin perorangan NO
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
1
SEKOLAH DASAR (SD) / MI
44 orang
2
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
12 orang
3
SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK)
24 orang
4
PERGURUAN TINGGI
5 orang
Tabel 3.3 12 Bantuan pendidikan sesuai permohonan yang masuk NO
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
1
SEKOLAH DASAR (SD) / MI
15 orang
2
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
30 orang
3
SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK)
53 orang
4
PERGURUAN TINGGI
11 12
Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010. Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
5
orang
40
3) Program Sosial / Da’wah 1. PRO SEGAR ( Program Sehat Keluarga Harmoni) Program ini dilaksanakan sebulan sekali di daerah
PAKUMIS ( Padat,
Kumuh dan Miskin) berupa pelayanan : a. Pemberian Makanan dan gizi Tambahan bagi Balita b. Layanan Kesehatan Rehabilitatif dan Kuratif c. Pencegahan Penyakit menular ( Fogging) d. Penyuluhan Hidup Sehat dan bersih e. Praktek Hidup Sehat dan Bersih bagi Anak 2. Khitanan massal tahunan 3. Bantuan rescue bencana alam 4. Bantuan kesehatan charity 5. Layanan rohani dan ekonomi bagi muallaf 6. Bantuan partisipatif : dakwah dan santunan 7. Pembebasan ghorimin dari belitan hutang 8. Pemberian santunan Ramadhan
41
2. Program kerjasama Yang dimaksud Program kerja disini adalah program kerja bersama antara LAZ Kantor Induk dan LAZ Region PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Disamping program kerja bersama seperti tersebut dibawah ini, setiap LAZ baik Kantor Induk maupun LAZ Region agar membuat program kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan LAZ masing-masing dan dilaporkan kepada Forum Organisasi Zakat (FOZ). Adapun program kerja bersama LAZ sesuai kesepakatan Workshop sebagai berikut : 13
1. Pelatihan LAZ Dasar Tujuan
:Peserta
memiliki
kemamapuan
umum
minimal
dalam
mengelola LAZ Sasaran
:Pengurus LAZ yang belum pernah ikut pelatihan
2. Pelatihan LAZ Lanjutan Tujuan
13
:Peserta memiliki kemamapuan khusus sebagai pengelola LAZ
LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 25.
42
Sasaran
:Pengurus LAZ yang pernah Mengikuti pelatihan dasar LAZ
3. Pelatihan Pembentukan dan Pengelolaan LAZ PLN secara nasional Tujuan
:Peserta mampu dan mendirikan organisasi LAZ PLN
Sasaran
:PLN secara nasional
4. Pembiayaan Pelatihan Guru Lembaga Pendidikan Islam Tujuan
:Pengelola dan guru Lembaga Pendidikan Islam mempunyai kemampuan
minimal dalam mengelola dan melakukan
kegiatan belajar mengajar di Lembaga Pendidikan Islam Sasaran
:Kaum dhu’afa disekitar kantor dan daerah instalai PLN
5. Pembiayaan Pelatihan Keterampilan Tujuan
:Kaum dhu’afa mempunyai keterampilan dasar untuk mandiri
Sasaran
:Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN
6. Pemberdayaan Ekonomi Tujuan
:Kaum dhu’afa berdaya dan mandiri secara ekonomi
Sasaran
:Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN
7. Sosialisasi Pemahaman zakat, infaq dan sodaqoh secara berkesinambungan
43
Tujuan
:Untuk meningkatkan pemahaman zakat, infaq dan sodaqoh bagi seluruh
Sasaran
pegawai PLN Muslim
:Pegawai PT PLN (Persero)
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali Dalam Pendistribusian Dana Sebagai lembaga yang mempunyai tujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada mustahik, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali mempunyai strategi yang sangat baik. Strategi-strategi yang dimaksud yaitu : 1 1. Meningkatkan pemahaman fikih zakat, UU dan peraturan terkait lainnya bagi para pengelola LAZIS. 2. Meningkatkan pemahaman fikih zakat infaq, shodaqoh kepada Muzakki dan calon Muzakki. 3. Melakukan analisa kebutuhan dan memahami situasi, kondisi serta pembinaan karakter mustahik yang akan diberdayakan. 4. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh menurut skala prioritas sesuai fikih zakat. 5. Mengupayakan kerjasama program secara sinergi dengan PBL (dinas) dan BKK sesuai dengan kaidah penyaluran dana zakat.
1
Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.
42
43
6. Menjalin kerjasama yang saling memberikan manfaat dengan LAZNAS dan pihak eksternal lain untuk pemberdayaan umat.
Strategi pengembangan program KSM antara lain adalah melalui kemitraan usaha, bantuan keuangan (permodalan). 2 a. Kemitraan usaha Pengertian kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama udaha diantara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan,saling mendukung dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan. Salahsatu bentuk kemitraan usahanya yaitu yang melibatkan LAZIS dan PKPU. Yang dimana LAZIS sebagai pemberi dana dan PKPU sebagai lembaga yang terjun langsung membimbing program KSM. Tujuan
berbagai
pola
kemitraan
usaha
tersebut
adalah
untuk
memaksimalkan pembentukan dan pengembang sebuah Program KSM. b. Bantuan keuangan (permodalan) Pada umumnya para mustahik sudah memiliki usaha-usaha kecil, tetapi modal yang mereka miliki sangat terbatas. Disinilah LAZIS turut menentukan 2
Hasil Observasi pada tanggal 18 Agustus 2010.
44
keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan dibidang permodalan termasuk melaksanakan konsep permodalan untuk membantu mustahik. Arah kebijakan pengembangan yang khusus memfokuskan pada penyediaan modal perlu menentukan strategi sbb:
1) Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan. 2) Memberikan pembinaan yang maksimal dalam mengelola sebuah usaha. 3) Menjadikan mustahik mandiri dalam mengembangkan usahanya.
Dalam pemberian dana untuk modal usaha, LAZIS PLN P3B Jawa Bali mempunyai cara sendiri untuk memilih mana mustahik yang pantas menerima dan tidak. Semua itu bertujuan untuk memberi pembelajaran mustahik untuk bisa bertanggung jawab dan termotivasi lebih giat dalam berusaha. 3 Cara yang dimaksud yaitu dapat dilihat dari skema berikut :
3
Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil. Cinere, 20 Agustus 2010.
45
Gambar 4.1 4 Skema Penentuan Bantuan
4
Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil. Cinere, 20 Agustus 2010.
46
B. Pengaruh Program KSM Terhadap Kesejahteraan Mustahik
47
Kuesioner yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50, yang selanjutnya digambarkan dalam bentuk gambar. Kuesioner yang dibuat penulis memiliki 43 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama tentang data sosial dan ekonomi responden sebelum menerima dana dari LAZIS, serta pengetahuan responden seputar LAZIS yang terdiri dari 17 pertanyaan. Kedua tentang seputar penerimaan dan penggunaan zakat produktif / zakat dalam bentuk modal usaha yang terdiri dari 11 pertanyaan. Ketiga tentang pasca penggunaan modal usaha dari LAZIS serta pemanfaatan penghasilannya yang terdiri dari 15 pertanyaan. Untuk dapat melihat berapa besarnya pengaruh dari program KSM terhadap kesejahteraan mustahik, penulis menjelaskan 3 variabel yang memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan mustahik.
48
Descriptive Statistics 1
.
Mean
Std. Deviation
N
hasilusaha2
3.43
1.152
40
pembinaanLAZIS
1.05
.221
40
Pengaruh adanya pembinaan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1
Tabel 4.2 Correlations 1 hasilusaha2 Pearson Correlation
hasilusaha2 pebinaanLAZIS
Sig. (1-tailed)
hasilusaha2 pembinaanLAZIS
N
hasilusaha2
pembinaanLAZIS
1.000
.217
.217
1.000
.
.090
.090
.
40
40
49
Correlations 1 hasilusaha2 Pearson Correlation
hasilusaha2
1.000
.217
.217
1.000
.
.090
.090
.
hasilusaha2
40
40
pembinaanLAZIS
40
40
pebinaanLAZIS Sig. (1-tailed)
pembinaanLAZIS
hasilusaha2 pembinaanLAZIS
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,217, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin sering dilakukan pembinaan oleh pihak laziz maka total hasil usaha masyarakat akan meningkat. Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,090. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Tabel 4.3 Model Summaryb 1
Model 1
R .217a
R Square
Adjusted R Square
.047
.022
Std. Error of the Estimate 1.140
Durbin-Watson 1.958
a. Predictors: (Constant), pembinaanLAZIS b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh frekuensi pembinaan laziz terhadap peningkatan hasil usaha, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,047 artinya 4,7% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel pembinaan laziz.
50
Dengan kata lain 4,7% hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3% (100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz.
Tabel 4.4 Coefficientsa 1 Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
2.237
.887
pembinaanLAZIS
1.132
.827
t
.217
Sig. 2.523
.016
1.369
.179
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk pembinaan laziz terhadap hasil usaha yaitu : Y = 2,237 + 1,132X • •
Angka konstanta sebesar 2,237 menytakan bahwa jika tidak ada pembinaan laziz maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,237). Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 1,132) per bulan.
Pengaruh besar bantuan terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Descriptive Statistics 2 Mean
Std. Deviation
N
hasilusaha2
3.44
1.141
41
Besarbantuan
2.46
.745
41
Tabel 4.6 Correlations 2
51
hasilusaha2 Pearson Correlation
hasilusaha2
1.000
.343
.343
1.000
.
.014
.014
.
hasilusaha2
41
41
Besarbantuan
41
41
Besarbantuan Sig. (1-tailed)
hasilusaha2 Besarbantuan
N
Besarbantuan
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,343, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin besar bantuan dana zakat yang diberikan, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah. Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,014. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Tabel 4.7 b2
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
52
1
.343
a
.118
.095
1.086
a. Predictors: (Constant), besarbantuan b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh besarnya bantuan dana untuk usaha terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,118 artinya 11,8% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel besar bantuan. Dengan kata lain 11,8% hasil usaha mustahik di tentukan oleh besarnya bantuan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel besarnya bantuan dana untuk usaha.
Tabel 4.8 Coefficientsa 2
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) besarbantuan
Standardized Coefficients
Std. Error 2.145
.592
.525
.230
Beta
T
.343
Sig.
3.620
.001
2.279
.028
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan laziz terhadap hasil usaha yaitu : Y = 2,145 + 0,525X •
Angka konstanta sebesar 2,145 menyatakan bahwa jika tidak ada dana untuk usaha, maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,145) • Koefisien regresi 0,525 menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per bulan. Pengaruh rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik sebagai berikut :
Tabel 4.9 Descriptive Statistics 3
53
Mean
Std. Deviation
N
hasilusaha2
3.31
1.105
29
beraparutin
2.21
1.449
29
Tabel 4.10 Correlations 3 hasilusaha2 Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Beraparutin
hasilusaha2
1.000
.271
Beraparutin
.271
1.000
hasilusaha2
.
.078
Beraparutin
.078
.
hasilusaha2
29
29
Beraparutin
29
29
Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,271, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin rutin kunjungan dari LAZIS, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah. Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,078. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
54
Tabel 4.11 b3
Model Summary
Model
1
R
R Square .271
a
Adjusted R Square
.073
Std. Error of the Estimate
.039
1.084
a. Predictors: (Constant), beraparutin b. Dependent Variable: hasilusaha2
Untuk menentukan besarnya pengaruh rutinnya kunjungan dari LAZIS terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,073 artinya 7,3% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel berapa rutin kunjungan. Dengan kata lain 7,3% tingkatan pendapatan di tentukan oleh penggunaan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 92,7% (100% - 7,3%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel berapa rutin kunjungan.
Tabel 4.12 Coefficientsa 3
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
2.854
.371
beraparutin
.207
.141
Standardized Coefficients Beta
T
.271
Sig.
7.690
.000
1.461
.155
a. Dependent Variable: hasilusaha2
Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha yaitu : Y = 2,854 + 0,207X • •
Angka konstanta sebesar 2,854 menyatakan bahwa jika tidak rutinnya kunjungan dari LAZIS, maka hasil usaha sebesar 3 rupiah (pembulatan 2,854) Koefisien regresi 0,207 menyatakan bahwa setiap penambahan kunjungan laziz 1 kali, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 0 rupiah (dibulatkan dari 0,207 per bulan.
55
C. Usaha-Usaha LAZIS Untuk Mengatasi Masalah Dalam Program KSM Dalam menjalankan program KSM ini tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya, tetapi para pengurus juga mengalami serentetan masalah yang muncul. Masalah-masalah yang dihadapi sangat beragam diantaranya yaitu : 1. Terbentur masalah Manajemen mustahik sendiri yang kurang benar dalam menggunakan dana yang ditujukan untuk modal usaha. Tidak sedikit mustahik yang menggunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, seperti membayar hutang atau untuk kebutuhan sehari-hari. Yang seharusnya dana itu untuk dikelola, tetapi habis begitu saja. 2. Mustahik yang tidak mandiri juga menjadi hambatan dalam menjalankan program ini. Banyak mustahik yang tergantung kepada LAZIS, padahal LAZIS itu hanya sebagai pengawas dibelakang saja dan selebihnya itu adalah usaha mustahik dalam mengembangkan usaha mereka. 3. Mustahik yang kurang pengetahuan tentang pemasaran untuk kemajuan usahanya.
Tidak
banyak
ide-ide
kreatif
mereka
dalam
melakukan
pengembangan usaha, karenanya usaha mereka tidak maju bahkan macet. 4. Keterbatasan jumlah nominal pun menjadi suatu kendala dalam memajukan program ini.
56
Untuk mengatasi serentetan masalah di atas, LAZIS memiliki beberapa cara diantaranya yaitu: 1. Dianalisa terlebih dahulu dan dimusyawarahkan untuk dicari solusi yang terbaik dalam penyelesaiannya. 5 2. Evaluasi untuk perbaikan, fokus pada pemberian modal usaha-usaha yang rendah risikonya. 6 3. Melalui kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU, Rumah Zakat dll). D. Faktor- faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik 1. Pola pembinaan dari LAZIS yang dilakukan pada saat dana zakat produktif itu diberikan kepada mustahik. 2. Pola kunjungan rutin yang dilakukan LAZIS pada saat mustahik melaksanakan usahanya dengan kata lain LAZIS tidak lepas tangan begitu saja setelah memberikan dana. 3. Pola penentuan besarnya bantuan yang diberikan. Semakin besar usahayang didirikan mustahik, maka semakin besar juga besar bantuan yang diberikan
5 6
Wawancara Pribadi dengan Nurdin jabatan Ketua Div, Pemberdayaan. Cinere, 20 Juli 2010 Wawancara Pribadi dengan Sarjito jabatan Direktur. Cinere, 20 Juli 2010.
57
LAZIS. Dengan artian akan berdampak pula pada peningkatan pendapatan para mustahik yang menjalankan usaha.
BAB V PENUTUP
Setelah melakukan serangkaian penelitian, seperti yang tertera pada bab III dan bab IV, maka pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari rangkaian penelitian tersebut. Selain kesimpulan, penulis juga memberikan saran yang akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan pengembangan penelitian ini. A. Kesimpulan Dari hasil penelitian penulis di LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali untuk mengetahui pengaruh program kelompok swadaya masyarakat terhadap kesejahteraan mustahik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada beberapa strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam rangka memaksimalkan kemajuan program KSM yaitu yang pertama melalui kemitraan usaha dengan salah satu lembaga (diantaranya PKPU) dan yang kedua melalui pemberian dana (permodalan) yang ditujukan khusus untuk modal usaha para mustahik. 2. Program KSM mempunyai pengaruh dengan kesejahteraan mustahik. Variabel (faktor) yang dapat mempengaruhi diantaranya yaitu, Pertama
55
56
adanya pembinaan dari LAZIS sebelum dilaksanakan program KSM, 4,7% hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3% (100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz. Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 1,132) per bulan. Kedua besarnya dana bantuan modal kerja yang diberikan mustahik pun mempunyai pengaruh, 11,8% hasil usaha mustahik di tentukan oleh besarnya dana bantuan untuk usaha, sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel besarnya dana bantuan untuk usaha. Koefisien regresi 0,525 menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per bulan. Sedangkan rutinnya kunjungan laziz tidak mempunyai banyak pengaruh terhadap hasil usaha mustahik. Koefisien regresi 0,207 menyatakan bahwa setiap penambahan kunjungan laziz 1 kali, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 0 rupiah (dibulatkan dari 0,207 per bulan). 3. Usaha-usaha lazis dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul yaitu dengan cara menganalisa permasalahan sambil dimusyawarahkan dan adanya evaluasi untuk perbaikan. Salah satu siasatnya yaitu melalui
57
kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU, Rumah Zakat dll). 4. Faktor-faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik ada 3, yaitu pertama Pola pembinaan LAZIS kepada mustahik, kedua Pola kunjungan rutin, ketiga Pola besarnya bantuan. B. Saran-saran Dari hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini, penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran guna menambah manfaat penelitian ini, yaitu : 1. Penulis telah menemukan pembuktian bahwa dalam praktek program KSM banyak terjadi permasalahan diantaranya yaitu permasalahan manajemen para mustahik kurang baik yang menyebabkan usaha mustahik macet bahkan mandek. Tetapi jika lebih sering diadakan pembinaan dari LAZIS, maka akan memberikan pengaruh besar untuk suksesnya program KSM. Karena dapat memberikan motivasi untuk mustahik dalam mengembangkan usahanya. 2. Pembuktian lain yaitu ketidak transparanan mustahik dalam melakukan usaha, diantaranya yaitu jika terjadi suatu masalah para mustahik segan untuk melaporkan kepada LAZIS. Baiknya para pengurus itu bisa lebih dekat dengan mustahik. Karenanya dengan kedekatan mustahik dengan pengurus, maka mustahik akan lebih transparan dalam melaksanakan usahanya baik dari segi permasalahan manajemen sampai permasalahan modal.