OPTIMASI KOMPOSISI POLIETILEN GLIKOL 400 DAN GLISEROL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Patricia Dwi Herma NIM: 038114126
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
OPTIMASI KOMPOSISI POLIETILEN GLIKOL 400 DAN GLISEROL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Patricia Dwi Herma NIM: 038114126
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
i
ii
iii
Banyaklah yang telah Kau lakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatanMu yang ajaib dan maksudMu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung. (Mazmur 40:6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)
Karya kecil ini kupersembahkan bagi: Tri Tunggal Maha Kudus Papa dan Mamaku atas kasih, harapan, dan doa Eyang Kakung dan Putri Saudaraku: Alfin, Ria, Widya, dan Juan Teman-Teman Che_mistry 2003 yang kubanggakan Harapan dan Mimpi-Mimpiku Almamater tercinta
iv
PRAKATA Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, yang secara luar biasa selalu memberkati penulis, hingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.). Skripsi ini berjudul Optimasi Komposisi Polietilen Glikol 400 dan Gliserol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial. Dalam proses penelitian hingga penulisan skripsinya, banyak orang yang telah turut membantu penulis, baik dalam dukungan moril, materiil, masukan dan kritik. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih dan hormat bagi mereka semua. Adapun pihak-pihak yang membantu penulis antara lain: 1.
PT Nufarindo Semarang yang telah menyediakan ekstrak Saw Palmetto sebagai bahan baku dalam penelitian ini.
2.
Ibu Sri Hartati Yuliani,M.Si.,Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali arahan, saran, dan kritik yang memacu semangat penulis.
3.
Ibu Rini Dwiastuti,S.Farm.,Apt. dan Ibu Erna Tri Wulandari,M.Si.,Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang membangun.
4.
Bapak Ign.Y.Kristio Budiasmoro,M.Si., Bapak Dr.C.J.Soegihardjo,Apt., dan Ibu Dr.Sri Noegrohati,Apt. yang telah memberikan banyak referensi, dan masukan berarti bagi penulis lewat diskusi-diskusi.
v
5.
Segenap staf dan karyawan laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semipadat atas bimbingan dan bantuan selama di bekerja laboraturium.
6.
Para responden, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang ikut berpartisipasi dalam subjective assessment yang penulis lakukan.
7.
Para sahabat dan teman yang telah memberikan pertolongan dan dukungan; yang selalu ada saat dibutuhkan. Secara khusus, teman-teman seperjuangan: Marlinna, Yenny, Ratna, Willy, Shinta Dian, sahabatku: Nia, Agnes, Mbak Risa, dan Mbak Lena, serta semua teman kelas C angkatan 2003.
8.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ada ungkapan: “Tiada gading yang tak retak”, pada akhirnya penulis
ingin mengungkapkan bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis membuka diri terhadap semua saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi bidang farmasi pada khususnya.
Penulis
vi
vii
INTISARI Penelitian mengenai Optimasi Komposisi Polietilen Glikol 400 dan Gliserol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui manakah di antara PEG 400, gliserol dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim, mengetahui komposisi optimum dari humectant yang dapat menghasilkan sifat fisik krim yang dikehendaki, serta mengetahui keamanan penggunaan topikal krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto terhadap kelinci albino. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan metode desain faktorial. Optimasi dilakukan dengan melihat parameter sifat fisik krim yang meliputi daya sebar dan viskositas segera setelah pembuatan, dan stabilitas krim yakni perubahan viskositas setelah penyimpanan satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gliserol dominan dalam mempengaruhi daya sebar dan viskositas segera setelah pembuatan. Perubahan viskositas dipengaruhi secara dominan oleh PEG 400. Sementara uji iritasi primer menggunakan kelinci albino menunjukkan bahwa krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto bersifat kurang merangsang timbulnya iritasi. Pada contour plot super imposed dapat ditemukan area komposisi optimum humectant pada level penelitian yang menghasilkan karakter fisik krim yang dikehendaki. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto terbatas pada jumlah bahan yang diteliti.
Kata kunci: Ekstrak Saw Palmetto, androgenetic alopecia, PEG 400, gliserol, desain faktorial
viii
ABSTRACT The research about Optimization of Polyethylene Glycol 400 and Glycerol Composition as Humectants in Anti Hair Loss Cream Formula of Saw Palmetto (Serenoa repens) Extract: Factorial Design Application had been done. The aims of this research was to determine which of the factors: PEG 400, glycerol, and their interaction which predominantly affects the physical properties dan physical stability, to observe the humectants’optimum composition which results wanted physical properties, and also to determine the safety of using anti hair loss cream of extract Saw Palmetto topically in albino rabbit. This research is a pure experimental research, using the factorial design method. The optimization was done by measuring cream’s physical properties including spreadability, cream viscosity after preparation, and cream’s physical stability which is the viscosity change after 1 month of storage. The results of this research exhibited that glycerol predominantly affected spreadability and cream viscosity after preparation. Viscosity change was affected predominantly by PEG 400. In the other hand, the primary irritation test using albino rabbit showed that anti hair loss cream of extract Saw Palmetto had non irritating effect. At the contour plot super imposed graphic, there was a humectants’ optimum composition area at the research level, which showed wanted physical properties. That area was estimated as the optimum formula of anti hair loss cream of Saw Palmetto extract. Keyword:
Saw Palmetto extract, androgenetic alopecia, PEG 400, gliserol, factorial design
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv PRAKATA ........................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vii INTISARI .......................................................................................................... viii ABSTRACT......................................................................................................... ix DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv BAB I PENGANTAR....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1. Perumusan Masalah ............................................................................... 6 2. Keaslian Penelitian................................................................................. 6 3. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .............................................................. 9 A. Saw Palmetto................................................................................................ 9 1. Keterangan botani .................................................................................. 9
x
2. Deskripsi Tanaman ................................................................................ 9 3. Kandungan Kimia .................................................................................. 9 4. Khasiat ................................................................................................... 10 5. Mekanisme Aksi .................................................................................... 10 B. Rambut ......................................................................................................... 11 C. Androgenetic Alopecia................................................................................. 13 D. Krim ............................................................................................................. 14 1. Krim ....................................................................................................... 14 2. Vanishing Krim...................................................................................... 15 E. Humectant .................................................................................................... 18 1. Polietilen Glikol 400 .............................................................................. 18 2. Gliserol................................................................................................... 19 F. Desain Faktorial ........................................................................................... 19 G. Uji Iritasi Primer .......................................................................................... 21 H. Landasan Teori............................................................................................. 22 I. Hipotesis....................................................................................................... 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 25 A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................... 25 B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 25 C. Definisi Operasional .................................................................................... 26 D. Alat dan Bahan............................................................................................. 28 E. Tata Cara Penelitian ..................................................................................... 28 1. Pemilihan Eksipien dan Optimasi formula ............................................ 28
xi
2. Uji sifat fisik dan stabilitas krim anti hair loss ekstrak Saw palmetto... 30 3. Uji iritasi primer..................................................................................... 31 4. Subjective Assesment.............................................................................. 32 F. Analisis Data dan Optimasi.......................................................................... 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 35 A. Pembuatan Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto ............................. 35 B. Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto........ 37 C. Uji Iritasi Primer Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto.................... 49 D. Penentuan Area Komposisi Optimum.......................................................... 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 57 A. Kesimpulan .................................................................................................. 57 B. Saran ............................................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58 LAMPIRAN....................................................................................................... 61 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... xvi
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Rancangan Percobaan Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua Level .................................................................................. 20
Tabel II.
Formula Desain Faktorial................................................................. 29
Tabel III. Perhitungan bahan tiap formula ....................................................... 30 Tabel IV. Evaluasi Reaksi Kulit....................................................................... 31 Tabel V. Kriteria Iritasi menurut Lu .............................................................. 34 Tabel VI. Hasil Pengukuran Sifat Fisik Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto.................................................................................... 39 Tabel VII. Hasil Perhitungan Efek Untuk Tiap Faktor Dan Interaksi .............. 39 Tabel VIII. Skor Indeks Iritasi Primer Dari Formula-Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto ................................................... 50
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Struktur Rantai Polietilen Glikol................................................... 18
Gambar 2
Struktur Gliserol............................................................................ 19
Gambar 3.
Grafik Hubungan Daya Sebar-PEG 400 (3a) ............................... 41 Grafik Hubungan Daya Sebar-Gliserol (3b) ............................... 41
Gambar 4.
Grafik Hubungan Viskositas-PEG 400 (4a) ................................. 43 Grafik Hubungan Viskositas-Gliserol (4b) ................................... 43
Gambar 5.
Grafik Hubungan Perubahan Viskositas-PEG 400 (5a) ............... 48 Grafik Hubungan Perubahan Viskositas-Gliserol (5b) ................. 48
Gambar 6.
Contour Plot Daya Sebar Krim..................................................... 52
Gambar 7.
Contour Plot Viskositas Krim....................................................... 53
Gambar 8.
Contour Plot Perubahan Viskositas Krim..................................... 55
Gambar 9.
Contour Plot Super Imposed Krim................................................ 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Certificate Of Analysis (COA) Ekstrak Saw Palmetto............... 61
Lampiran 2.
Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Saw Palmetto Dalam Krim Anti Hair loss ................................................................... 64
Lampiran 3.
Data Pengukuran Sifat Fisis Krim Anti Hair loss...................... 65
Lampiran 4.
Hasil Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Daya Sebar ..... 67
Lampiran 5.
Hasil Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Viskositas ....... 70
Lampiran 6.
Hasil Perhitungan Persamaan Perubahan Viskositas ................. 73
Lampiran 7.
Hasil Uji Iritasi Primer Pada Kelinci ........................................ 76
Lampiran 8.
Foto Tanaman Saw Palmetto ..................................................... 77
Lampiran 9.
Foto Ekstrak Kering Saw Palmetto ............................................ 78
Lampiran 10. Foto Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto...................... 79 Lampiran 11. Foto Uji Iritasi Primer................................................................ 80 Lampiran 12. Quesioner Subjective Assesment ............................................... 82 Lampiran 13. Rekapitulasi Skor Subjective Assesment.................................... 83
xv
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Rambut bagi pria maupun wanita merupakan mahkota. Sekiranya pernyataan ini tepat, sebab rambut tidak hanya menjadi pelindung kepala dari panas maupun dingin, namun keberadaannya sangat menunjang penampilan seseorang. Setiap orang menginginkan rambut sehat yang idealnya dapat memberikan gambaran diri yang terkait dengan kecantikan, kekuatan, kejantanan, kemudaan dan kepercayaan diri. Kerontokan merupakan suatu masalah yang kerap terjadi pada rambut. Normalnya rambut mengalami kerontokan 50-100 helai tiap harinya. Saat jumlah yang rontok sangat berlebihan, kemungkinan hal ini terjadi karena beberapa faktor. Stress, pengobatan yang sedang dijalani, keadaan patologi, perawatan rambut yang tidak tepat, faktor genetik maupun hormon dapat menjadi pencetus terjadinya kerontokan rambut (Alsner dan Mailbach,2000). Kerontokan parah yang diikuti kebotakan paling umum terjadi karena faktor genetik dan hormonal. Jenis kerontokan ini dikenal dengan istilah androgenetic alopecia. Androgenetic alopecia diderita oleh kira-kira 50% pria di atas 40 tahun dan diderita pula oleh banyak wanita (Alsner dan Mailbach,2000). Androgenetic
alopecia
disebabkan
oleh
adanya
hormon
dehidrotestosteron (DHT). DHT bila berikatan dengan reseptor androgen di kulit kepala akan menyebabkan pemendekan fase pertumbuhan rambut yang kemudian secara progresif menghasilkan rambut yang lebih tipis yang lama-kelamaan akan
1
2
rontok dan mengarah pada kebotakan (Alsner dan Mailbach, 2000). DHT dibentuk dari konversi testosteron oleh enzim 5-α reduktase. Enzim ini memiliki dua tipe: pertama, 5-α reduktase tipe I yang berada di kulit, kulit kepala, dan hati, dan kedua, 5-α reduktase tipe II yang berada di kulit kelamin, hati dan prostat (Prager, Bickett, French, dan Marcovici, 2002). Saw Palmetto adalah salah satu tumbuhan asli Amerika bagian utara dan tenggara, dari familia arecaceae (palmae) yang sudah lama digunakan oleh suku asli Amerika sebagai makanan dan obat herbal. Penggunaannya secara tradisional untuk mengatasi: enuresis, nocturia, atropi testes, impotensi, inflamasi prostat, dan penurunan libido pada pria, infertilitas, painful periods, dan masalah laktasi pada wanita. Secara topikal Saw Palmetto digunakan untuk merawat kesehatan kulit, dan rambut, serta mencegah hair loss (Peris, Stubing, dan Vanalocha,1995). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo, ekstrak Saw Palmetto merupakan inhibitor yang kuat dan spesifik pada enzim 5-α reduktase. Saat ini di negara-negara Eropa dan banyak negara lain, ekstrak Saw Palmetto digunakan sebagai terapi lini pertama hiperplasia prostat. Penelitian lebih lanjut, menunjukkan pemberian suplemen Saw Palmetto secara per oral mampu mengatasi androgenetic alopecia atau kebotakan (Prager et al.,2002). Penggunaan Saw Palmetto secara topikal pada kulit kepala didasari bahwa terikatnya DHT dengan reseptor di kulit kepala-lah yang menyebabkan hair loss, sehingga dengan menghambat terikatnya DHT pada reseptor androgen, atau menghambat enzim 5-α-reduktase di folikel rambut, hair loss dapat diatasi.
3
Dalam ekstrak Saw Palmetto terkandung asam-asam lemak, seperti: asam kaprat, kaprilat, kaproat, laurat, cis-linoleat, linolenat, miristat, stearat dan palmitat, serta sejumlah besar fitosterol seperti: β-sitosterol, fitosterol capesterol, sikloartenol, stigmasterol, lupeol, dan 24-metil-sikloartenol, resin dan tannin (Simonis,2000; Anonim,2006d). Mayoritas komponennya yang adalah sterol dan asam lemak yang lipofilik, menyebabkan ekstrak Saw Palmetto memiliki kemampuan penetrasi yang baik di kulit. Oleh karenanya Saw Palmetto akan lebih mudah dan efektif bekerja di kulit kepala saat diaplikasikan secara topikal. Sayangnya, ada beberapa kelemahan yang tidak mendukung penggunaan ekstrak Saw Palmetto langsung secara topikal. Pertama, ekstrak Saw Palmetto umumnya merupakan ekstrak minyak (lipofilik), sehingga bila diaplikasikan di kulit kepala dan mengenai rambut, ia akan memberikan kesan sangat berminyak dan lengket (sticky). Bentuk ekstrak lain seperti ekstrak kering misalnya (seperti yang digunakan pada penelitian ini), tidak mungkin digunakan begitu saja secara topikal di kulit kepala tanpa adanya formulasi terlebih dahulu. Tentu saja hal-hal ini mengganggu penampilan dan kenyamanan pemakai. Di lain sisi Saw Palmetto mempunyai bau yang tidak enak. Bukan tidak mungkin karena bau yang kurang enak ini membuat pemakai tidak nyaman, dan kemudian dapat mempengaruhi kepatuhannya menjalankan pengobatan dengan ekstrak Saw Palmetto. Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan ini, sekaligus mempermudah pengaplikasian ekstrak Saw Palmetto secara topikal, maka perlu dibuat suatu bentuk sediaan.
4
Bentuk sediaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sediaan semi padat, yakni bentuk sediaan krim. Tidak dipilih sediaan cair, seperti hair tonic, dan sebagainya, sebab krim dengan viskositas yang lebih tinggi, memiliki waktu kontak yang lebih panjang di kulit kepala. Dipilihnya sediaan krim dan bukan sediaan semipadat lainnya seperti: gel, lotion, atau salep, adalah karena pertama, ekstrak Saw Palmetto yang dipakai dalam penelitian ini adalah ekstrak kering, dengan warna coklat yang kurang menarik, ditambah pula ada bahan tambahan lain yang tidak larut, sehingga dengan formulasi sediaan krim diharapkan semua kekurangan ini dapat tertutupi. Kedua, krim tipe M/A yang dipilih dalam penelitian ini memiliki beberapa keunggulan, seperti tidak lengket (sticky), mudah dibersihkan dari rambut, dapat memberikan sensasi rasa dingin atau sejuk di kulit karena penguapan air yang lambat oleh adanya humectant yang terlarut dalam fase air, tidak adanya penghambatan fungsi rambut secara fisiologis dan tidak menghambat pori-pori kulit (Voigt,1984). Keuntungan-keuntungan inilah yang mendorong penulis memilih sediaan krim. Oleh karena air menjadi fase luar dari sistem emulsi krim, maka perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat mencegah menguapnya air dari sediaan. Dalam hal ini adalah humectant. Dalam formulasi krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto ini, digunakan humectant antara lain: polietilen glikol 400 dan gliserol. Humectant perlu dioptimasi sebab keberadaannya dalam sediaan krim sangat mempengaruhi sifat fisik sediaan dan stabilitasnya (Anonim,1982). Humectant secara umum dapat menahan kelembaban dari krim, mempertahankan konsistensinya, dapat mempermudah aplikasi dengan memberikan daya sebar
5
yang cukup, melembutkan permukaan kulit, dan mencegah/mengatasi kondisi kasar atau pecah pada lapisan tanduk (Jellinek,1970; Anonim, 1982). Terlepas dari meluasnya pemakaian gliserol sebagai humectant dalam banyak formulasi produk topikal saat ini, gliserol memberikan sejumlah keuntungan dalam formulasi. Satu diantaranya adalah: merangsang terbentuknya kilau seperti mutiara pada krim stearat yang merupakan basis krim pada penelitian ini (Voigt,1984). Selain itu gliserol mudah diperoleh dengan harga yang cukup murah, sehingga cukup luas digunakan. Gliserol pun juga dapat berperan meningkatkan stabilitas (Anonim, 1982). Sementara itu polietilen glikol 400 dipilih sebab mempunyai sifat dermatologis yang baik. PEG memiliki sifat tidak merangsang, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit, tidak mencegah pertukaran dan produksi keringat, dapat tercuci oleh air, dan juga dapat digunakan pada area yang berambut (Voigt,1984). Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial. Metode ini dapat mengidentifikasi adanya interaksi faktor satu dengan lainnya serta dapat mengetahui faktor mana yang dominan mempengaruhi respon yang muncul (Bolton,1990). Efek yang diperoleh pun bersifat independen, serta keuntungan lain dari metode ini adalah bahwa tidak perlu meneliti tiap faktor secara terpisah sehingga lebih ekonomis. Oleh karena itulah metode ini digunakan sebagai metode penelitian ini. Pengobatan androgenetic alopecia secara topikal dengan krim ekstrak Saw Palmetto biasanya dapat efektif mengurangi hair loss atau meningkatkan pertumbuhan rambut bila digunakan teratur dengan periode yang relatif lama.
6
Jelas bahwa sediaan yang menimbulkan iritasi pada kulit kepala tidak dapat digunakan untuk lama waktu tertentu yang diperlukan bahan aktif bekerja secara efektif, sebab adanya kecenderungan pemakai untuk menghentikan penggunaan bila terjadi reaksi iritasi. Dalam hal ini perlu ada jaminan bahwa sediaan yang digunakan aman dan sekaligus nyaman bagi pemakai. Oleh karena itu perlu dilakukan juga uji iritasi primer sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto. Hal-hal yang telah dijelaskan diatas melatarbelakangi penulis untuk membuat penelitian ini. Penelitian ini berjudul: Optimasi Komposisi Polietilen Glikol 400 dan Gliserol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial. 1. Perumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut: a. Manakah di antara faktor polietilen glikol 400 dan gliserol atau interaksinya yang dominan menentukan sifat fisik krim dan stabilitas fisik krim? b. Dapatkah ditemukan area komposisi optimum humectant melalui contour plot super imposed pada faktor dan level yang diteliti? c. Apakah formula krim ekstrak Saw Palmetto dapat menimbulkan reaksi iritasi kulit? 2. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang Optimasi Komposisi Polietilen Glikol 400 dan Gliserol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial, belum pernah dilakukan.
7
3.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
khususnya ilmu kefarmasian, mengenai penggunaan polietilen glikol 400 dan gliserol sebagai humectant dalam formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto b.
Manfaat praktis Dari penelitian ini diharapkan juga dapat diketahui faktor yang dominan
menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik krim, formula optimum, dan keamanan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi
optimum polietilen glikol 400 dan gliserol pada krim anti hair loss dengan bahan aktif ekstrak Saw Palmetto. 2.
Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
a.
mengetahui manakah di antara polietilen glikol 400, gliserol dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik krim,
b.
mengetahui area komposisi optimum dari humectant melalui contour plot super imposed,
8
c. mengetahui keamanan penggunaan topikal sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto terhadap kelinci albino.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Saw Palmetto 1. Keterangan Botani Saw Palmetto termasuk dalam familia arecaceae (palmae), dengan nama ilmiah: Serenoa repens, Sabal serrulata. Nama daerah atau nama lokal Saw Palmetto antara lain: Palmerita, Palamito of Mountain Range, Serenoa (Anonim,2006b). 2. Deskripsi Tanaman Sejenis palem yang sangat pendek atau seperti semak, memiliki batang yang membesar dan menjalar, seperti fiber (serat), yang membentuk koloni. Daun menjari, terbagi-bagi, dengan segmen yang kaku, berwarna hijau, atau kadang hijau-kebiruan, hijau-kekuningan, atau bahkan seperti terlapis perak, peciolus memiliki duri-duri kecil. Inflorescencia tumbuh di antara daun, dengan bunga putih.
Buahnya
agak
mirip
buah
pear,
panjangnya
hingga
2,5
cm
(Anonim,2006b). 3. Kandungan Kimia Saw Palmetto mengandung asam-asam lemak, seperti: asam kaprat, kaprilat, kaproat, laurat, cis-linoleat, linolenat, miristat, stearat dan palmitat, serta sejumlah besar fitosterol seperti: β-sitosterol, fitosterol capesterol, sikloartenol, stigmasterol, lupeol, dan 24-metil-sikloartenol, resin dan tannin (Anonim,2006b).
9
10
4. Khasiat Saw Palmetto memiliki sifat anti inflamasi pada kelenjar prostat, hiperplasia benigna prostatica (HBP), menstimulasi fungsi sekretori, regenerator sel epitel prostat, diuretika, androgenetic alopecia, cystitis, laryngitis, inflamasi saluran kencing, bronkitis, dan breast disorder. Oleh suku asli Amerika buahnya digunakan sebagai makanan dan sebagai obat untuk atropi testes, impotensi, libido rendah pada pria. Wanita juga menggunakan buah Saw Palmetto untuk mengobati infertilitas fungsional, dan meningkatkan ASI, dan mengatasi painful periods yang terkait dengan poor uterine tone. Saw Palmetto digunakan juga secara tradisional sebagai tonikum dan ekspektoran khususnya pada bronkial, asma, disentri, diabetes, dan indigesti (Anonim,2006b; Anonim,2006c; Peris, Stubing, dan Vanaclocha, 1995; Prager et al.,2002). 5. Mekanisme Aksi Saw Palmetto bekerja dengan 3 mekanisme aksi: a.
menghambat enzim 5-α-reduktase, sehingga mencegah konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT). Enzim ini memiliki dua tipe: pertama, 5α reduktase tipe I yang berada di kulit, kulit kepala, dan hati, dan kedua, 5-α reduktase tipe II yang berada di kulit kelamin, hati dan prostat (Prager et al., 2002)
b.
menghambat terikatnya DHT dengan reseptor androgen (sebagai kompetitif inhibitor terhadap reseptor androgen) (Painter,2002)
c.
meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT (Painter,2002).
11
B. Rambut Rambut adalah epidermis khusus yang bertumbuh dan berkembang, dengan bagian yang terdiri dari akar yang tertanam pada kulit dan helaian atau batang rambut yang menonjol ke permukaan kulit. Bagian batang ini memiliki 3 bagian yakni: medula, korteks dan kutikula. Akar rambut tempat dimana batang rambut muncul memiliki hair bulb. Hair bulb mengandung sel matriks rambut yang menghasilkan pigmen melanin. Hair bulb terinvaginasi oleh papila, dimana ditemukan
saraf
dan
pembuluh-pembuluh
darah.
Folikel
rambut
yang
mengandung akar rambut dan batang adalah involusi dari epidermis. Folikel rambut terdiri dari sebuah lapisan luar (outer) dan dalam (inner coat) (Peck dan Michelfelder,1957). Helaian atau batang rambut mempunyai 3 bagian yang berlainan. Bagian paling dalam, yakni medula terdiri 2-4 lapisan sel kuboidal atau sel poligonal termodifikasi, yang mengandung keratohialin, granul lemak, rongga udara, dan pigmen. Beberapa jenis rambut tidak memiliki medula, dan lainnya, hanya memiliki lapisan intermittently. Bagian tengah dari batang rambut disebut korteks. Korteks ini mengandung fiber yang teratur secara longitudinal dan terikat rapat bersama; mengandung pigmen dan rongga udara. Ketika granul pigmen tidak ada, korteks ini akan tampak transparan. Bagian utama dari batang rambut tersusun atas korteks dan proses kornifikasi berlangsung sempurna (Peck dan Michelfelder,1957). Kutikel adalah lapisan terluar dari batang rambut. Bagian ini tersusun atas sebuah lapisan sel yang rata (flat) dan saling bersambungan. Lapisan sel ini
12
akan membentuk semacam membran pelindung bagi batang rambut (Peck dan Michelfelder,1957). Terdapat kurang lebih 120.000 folikel pada kulit kepala manusia (Alsner dan Mailbach, 2000) yang tiap-tiapnya melewati siklus aktivitas yaitu: 1. Fase aktif (anagen), Fase anagen menghabiskan waktu 2-8 tahun, tergantung pada usia dan lokasi folikel pada tubuh. Pada fase ini terjadi pertumbuhan rambut sekitar 0,45 mm per hari (Graham, 2002), dimana folikel mencapai ukuran maksimum dan terjadi proliferasi aktif pada matriks sel (Alsner dan Mailbach, 2000). Rambut anagen memiliki helaian yang tebal, dan dari penampang rambut dapat terlihat bagian medulanya dengan jelas. Bagian bulb lebih meruncing dan menjadi lebih terang warnanya dari pada area terkeratinisasi pada folikel (Alsner dan Mailbach, 2000). Menjelang pertumbuhan berakhir, proliferasi selsel akan berhenti dan memasuki fase transisi pendek atau katagen. 2. Fase transisi pendek (katagen) Fase katagen berlangsung sekitar 2-4 minggu. Pada fase ini rambut akan berhenti bertumbuh, namun bagian akar rambut masih dapat bertahan pada folikel (Alsner dan Mailbach, 2000). 3. Fase istirahat (telogen) Fase ini menghabiskan waktu 2-4 bulan (Alsner dan Mailbach, 2000). Pada fase ini terjadi reaktivasi folikel, rambut yang baru diproduksi, dan rambut tua rontok (Graham, 2002).
13
C. Androgenetic Alopecia Salah satu masalah yang sering terjadi pada rambut adalah kerontokan. Normalnya rambut mengalami kerontokan 50-100 helai tiap harinya (Alsner dan Mailbach, 2000). Apabila kerontokan rambut melebihi batas normal tersebut, tidak dapat diatasi oleh pertumbuhan rambut yang baru, dan berlangsung terusmenerus dalam waktu yang lama, maka akan menyebabkan kebotakan atau alopecia. Androgenetic alopecia biasa terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria, proses kerontokan dapat dimulai pada usia berapapun setelah pubertas, akan tetapi yang paling sering adalah pada usia 30 tahun ke atas, dan pada usia 70 tahun 80% pria mengalami kerontokan rambut (Prager, Bickett, French, dan Marcovici, 2002). Yang menjadi akar permasalahan munculnya androgenetic alopecia adalah suatu kondisi genetik yang sensitif terhadap hormon androgen, yaitu dehidrotestosteron (DHT). DHT bila berikatan dengan reseptor androgen di kulit kepala menyebabkan pemendekan fase anagen, yaitu fase pertumbuhan aktif rambut, dan menyebabkan miniaturisasi folikel. Folikel yang mengalami miniaturisasi kehilangan kemampuan untuk menghasilkan rambut terminal dan bahkan hanya menghasilkan rambut vellus. Rambut vellus memiliki ciri: pendek, halus (diameter <0.3mm), biasanya tidak berpigmen (Alsner dan Mailbach, 2000). Biasanya kerontokan rambut mulai dari bagian pelipis atau mahkota, tetapi rambut dapat habis sama sekali, kecuali pada daerah belakang dan tepi. Rambut-rambut terminal secara progresif menjadi lebih tipis dan lebih kecil,
14
sampai hanya tinggal beberapa rambut vellus. Luas daerah yang terkena dan lamanya proses sangat bervariasi (Alsner dan Mailbach, 2000). Pembentukan DHT dikatalisis oleh enzim yang disebut dengan 5-αreduktase (5AR) (Prager et al.,2002). Suatu studi imunlokalisasi menunjukkan bahwa tipe 1 enzim ini muncul di kulit kepala, di kulit dan hati, sedangkan tipe 2 berada di kulit kelamin, hati dan prostat. Pada kelenjar prostat, perubahan testosteron menjadi DHT oleh
5-α-reduktase berimplikasi pada patogenesis
benign prostatic hyperplasia (BPH). Oleh karena BPH telah diketahui memiliki jalur patogenesis hormonal yang sama dengan androgenetic alopecia, penemuan terakhir menunjukkan bahwa obat-obat untuk BPH dapat menjadi obat yang potensial menyembuhkan androgenetic alopecia (Prager et al.,2002).
D. Krim Bentuk sediaan krim anti hair loss yang dibuat dalam penelitian ini adalah krim yang berbasis vanishing krim atau sering disebut sebagai krim stearat. Basis krim anti hair loss ini mengandung komponen fase minyak (asam stearat), aquadest, emulgator, peningkat viskositas (thickening agent), humectant, bahan pengawet, dan parfum. 1. Krim Menurut Farmakope Indonesia IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim,1995). Ansel, Popovich, dan Allen mendefinisikan krim sebagai suatu cairan kental atau suatu sistem emulsi
15
semipadat, baik tipe minyak dalam air (M/A) maupun air dalam minyak (A/M) (Ansel, Popovich, dan Allen,1990). Krim umumnya digunakan sebagai emollient atau sebagai pembawa obat topikal (Ansel, Popovich, dan Allen,1990). 2. Vanishing Krim Vanishing krim atau sering disebut dengan krim stearat merupakan suatu sistem emulsi M/A yang mengandung air dalam jumlah besar dan asam stearat (Ansel, Popovich, dan Allen,1990). Asam stearat ini merupakan komponen utama fase minyak, sementara emulgatornya adalah garam alkali stearat yang dibentuk oleh reaksi in situ antara basa yang terlarut dalam fase air dengan sebagian asam stearat. Vanishing krim seringkali digunakan sebagai foundation, atau sebagai basis untuk serbuk (powder) (Young,1974). Komponen utama vanishing krim adalah: 1. Asam stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam stearat (C18H36O2) dan asam palmitat (C16H32O2) (Boylan, Cooper, dan Chowhan,1986). Asam stearat memiliki pemerian bahan sebagai berikut: keras, putih atau kuning pucat, mengkilat, berbentuk kristalin padat, atau serbuk putih atau putih kekuningan (Anonim,1995). 2. Setil alkohol Setil alkohol ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh produk akhir yang halus, lembut, dan mudah berpenetrasi. Selain itu setil alkohol juga memberikan kelembutan pada kulit tempat aplikasi (Bennett,1970). Setil
16
alkohol mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi, serta dapat bersifat sebagai emollient, emulgator dan penyerap air (Boylan et al.,1986). Setil alkohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya terdiri dari alkohol yang sejenis. Setil alkohol memiliki pemerian sebagai berikut: berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah. Setil alkohol bersifat tidak larut dalam air, namun larut dalam etanol dan eter, dimana kelarutan bertambah dengan naiknya suhu (Anonim, 1995). 3. Humectant Humectant merupakan bahan higroskopis yang ditambahkan pada hampir semua kosmetik emulsi tipe M/A dan beberapa tipe A/M. Penambahan humectant bertujuan antara lain: a) menahan kelembaban dari krim, sehingga krim tidak kering, oleh adanya evaporasi air, b) melembutkan permukaan kulit, dan mencegah/mengatasi kondisi kasar atau pecah pada lapisan tanduk, c) mempermudah aplikasi krim dengan memberikan daya sebar yang cukup, d) serta mempertahankan konsistensinya (Jellinek,1970; Anonim, 1982). Sebagai humectant dapat digunakan polietilen glikol, propilen glikol, gliserol, sorbitol dalam konsentrasi 10-20% (Voigt,1984).
17
4. Basa Penambahan basa dalam formulasi basis vanishing krim berfungsi untuk menggaramkan (saponifikasi) asam stearat. Basa yang umumnya digunakan antara lain: natrium dan/atau kalium hidroksida. Dapat juga digunakan basa karbonat, namun efek foaming akan timbul karena terbentuk gas CO2 dalam produk akhir (Bennett,1970). NaOH dalam sedíaan krim ini akan bereaksi dengan asam stearat dan membentuk garam natrium stearat (Young,1974). Basa yang lain yang umumnya digunakan adalah trietanolamin (TEA). TEA merupakan turunan dari amonia yang berupa cairan kental, tidak berwarna, atau kuning pucat. TEA bersifat larut air, alkohol, dan kloroform (Boylan et al.,1986). TEA dalam sediaan ini akan bereaksi dengan asam stearat membentuk garam trietanolamin stearat (Young,1974). 5. Pengawet Pengawet yang ditambahkan pada sediaan krim ini berfungsi sebagai bakteristatis dan fungistatis sehingga mampu menjaga stabilitas mikrobiologi krim. Contoh beberapa pengawet yang umum digunakan pada sediaan semipadat antara lain: turunan ester p-asam hidroksibenzoat, dan o-fenilfenol (Rigler dan Schimmel, 1957). Dalam penelitian ini digunakan propil paraben (nipagin) yang umumnya dipakai pada konsentrasi 0,05-0,25% (Boylan et al.,1986).
18
C. 1.
Humectant
Polietilen glikol 400
O
O
H2C
CH2 H2C
CH2 O
H2C
CH2
O
CH2
H2C O
Gambar 1. Rantai polietilen glikol Polietilen glikol 400 adalah polimer etilen oksida dan air, dinyatakan dengan rumus: H(O-CH2CH2)nOH, dengan harga rata-rata n antara 8,2 dan 9,1. PEG 400 memiliki pemerian sebagai berikut: cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, dan agak higroskopik. PEG 400 larut dalam air, etanol, aseton, glikol lain, dan hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter, dan hidrokarbon alifatik (Anonim,1995). Polietilen glikol (PEG) bersifat tidak merangsang, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran gas dan produksi keringat. Karakter hidrofilik dari polietilen glikol 400 membuat sediaan ini mudah dicuci, juga dapat digunakan pada bagian tubuh yang berambut. Polietilen glikol 400 sebagai menawarkan proteksi terhadap hilangnya air dan stabilitas yang baik. Selain itu, polietilen glikol memiliki sifat bakterisida sehingga pada penyimpanan beberapa bulan tidak perlu khawatir adanya serangan bakteri (Voigt, 1994), dan dapat berfungsi sebagai absorption enhancer (Allen,2002).
19
2. Gliserol HO
CH2
HO
CH
HO
CH2
Gambar 2. Struktur gliserol Gliserol merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Nama lain gliserol adalah gliserin dengan rumus molekul C3H8O3 dan bobot molekul 92,09. Gliserol dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam kloroform, minyak lemak, eter, dan minyak menguap. Penyimpanan gliserol harus dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995; Windholz, 1976). Pengunaan gliserol dalam bidang farmasi antara lain sebagai pelarut bahan-bahan farmasi, sebagai humectant, plasticizer, dan emollient dalam sediaan topikal sehingga dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban kulit (Anonim, 1995; Windholz, 1976). Gliserol dapat berperan sebagai absorption enhancer, yaitu bahan yang dapat memfasilitasi absorbsi obat melalui kulit (Allen,2002), dan meningkatkan stabilitas (Anonim,1982).
D.
Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara respon dengan satu
atau lebih
faktorial bebas. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor yang masing-
20
masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi (Bolton, 1990). Desain faktorial memiliki beberapa pengertian, yaitu faktor, level, efek dan respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi level rendah dan level tinggi. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level faktor (Bolton, 1990). Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level yang diteliti. Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Bolton, 1990). Jumlah percobaan untuk penelitian desain faktorial dihitung dari level yang digunakan dalam penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level adalah (22) 4 percobaan. Penamaan formula untuk tiap empat percobaan dengan dua faktor dan dua level adalah: formula (1), formula a, formula b, formula ab (Bolton,1990). Tabel I.Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Formula Faktor I Faktor II Interaksi I + a + b + ab + + + Keterangan: − + Formula (1) Formula a Formula b
= level rendah = level tinggi = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi
21
Formula ab
= faktor I pada level tinggi, faktor II pada level tinggi
Optimasi campuran dua faktor dengan desain faktorial dilakukan berdasarkan rumus: Y=b0+b1(X1)+b2(X2)+b12(X1)(X2) dengan: Y
= respon
X1,X2
= level faktor
b0,b1,b2,b12
= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0
= rata-rata hasil semua percobaan
b1,b2,b12
= ∑XY/2n
Faktor yang dominan dalam mempengaruhi respon dapat ditentukan melalui perhitungan desain faktorial. Rumus untuk menghitung efek:
(a − (1) ) + (ab − b )
1.
Efek A=
2.
Efek B=
3.
Efek interaksi A dan B=
2
(b − (1) + (ab − a )) 2
E.
(ab − b ) + ((1) − a ) 2
(Bolton, 1990).
Uji Iritasi Primer
Iritasi merupakan reaksi kulit terhadap zat-zat kimia, seperti: basa kuat, asam kuat, deterjen, dan bahan kimia lainnya. Yang dimaksudkan dengan iritasi primer merupakan jenis iritasi yang timbul di tempat kontak dengan irritant, dan
22
biasanya muncul saat kontak pertama. Iritasi primer ini dapat diukur dengan uji tempel (patch test) pada kulit kelinci (Lu, 1995). Sejumlah kecil zat kimia yang akan diuji diletakkan pada kasa seukuran 1 inci persegi, dan diletakkan di atas bagian kulit kelinci yang telah dicukur. Kasa tersebut diikatkan dengan cermat pada hewan selama 24 jam. Setelah 24 jam, reaksi kulit dapat diamati, dan diberi angka sesuai dengan tingkat eritema dan pembentukan kerak (eschar) dan pembentukan edema (Lu, 1995). Bagian kulit yang ditempeli patch test terus diamati tiap hari hingga 3 hari setelah patch dibuka, dan reaksi yang timbul, atau berubah dicatat (Sagarin dan Powers, 1957).
F.
Landasan Teori
Satu faktor yang menjadi akar permasalahan munculnya androgenetic alopecia adalah kondisi genetik seseorang yang sensitif terhadap hormon androgen, yakni dehidrotestosteron (DHT). DHT ini bila berikatan dengan reseptor androgen di kulit kepala menyebabkan pemendekan fase anagen, yaitu fase pertumbuhan aktif rambut, menyebabkan miniaturisasi folikel, yang secara progresif menghasilkan rambut yang lebih tipis (fine hairs). Pembentukan DHT dikatalisis oleh enzim 5-α-reduktase (Prager et al.,2002). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak Saw Palmetto terbukti sebagai inhibitor kuat dan spesifik enzim 5-α reduktase, baik secara in vitro maupun in vivo. Mekanisme penghambatannya tidak hanya dengan menghambat pembentukan DHT dengan penghambatan enzim 5-α reduktase, dan meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT, melainkan juga menghambat
23
terikatnya DHT pada reseptor androgen. Penggunaan Saw Palmetto secara topikal pada kulit kepala didasari bahwa terikatnya DHT dengan reseptor di kulit kepalalah yang menyebabkan hair loss, sehingga dengan menghambat enzim 5-α reduktase atau menghambat terikatnya DHT pada reseptor androgen di folikel rambut, hair loss dapat diatasi. Penggunaan krim dalam hair care sangat umum, sebab cukup disukai oleh konsumen. Kemudahan pengaplikasian, sensasi rasa dingin yang ditinggalkan, mudah tercuci dengan air, merupakan beberapa keuntungan pemakaian krim yang diinginkan konsumen. Oleh karenanya krim dipilih sebagai bentuk sediaan dalam memformulasi ekstrak Saw Palmetto sebagai sediaan topikal. Humectant diketahui dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas krim melalui viskositasnya sendiri maupun sifat kimianya (Anonim, 1982). Humectant menahan
kelembaban
dari
krim,
mempertahankan
konsistensinya,
dan
mempermudah aplikasi krim dengan memberikan daya sebarnya yang cukup (Jellinek,1970; Anonim, 1982). Oleh karenanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari humectant yang digunakan juga akan mempengaruhi respon sifat fisik dan stabilitas sediaan. Kombinasi dua humectant yang berbeda sifatnya (fisik maupun kimia) pada penelitian ini, diharapkan akan memberikan respon yang positif terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan, yang dilihat melalui parameter: daya sebar, viskositas, dan perubahan viskositas krim. Metode desain faktorial yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan efek masing-masing faktor maupun interaksi faktor secara langsung
24
sehingga lebih ekonomis, jika dibandingkan meneliti dua efek faktor
secara
terpisah. Melalui metode ini dapat diketahui efek dominan yang menentukan sifat fisik, serta area komposisi humectant yang optimum melalui grafik contour plot super imposed. Pada penelitian ini digunakan polietilen glikol 400 dan gliserol sebagai humectant. Polietilen glikol 400 bersifat tidak merangsang terjadinya iritasi (Voigt,1984), sementara itu gliserol pada konsentrasi yang sangat tinggi sedikit mengiritasi, yakni pada konsentrasi diatas 30% (Jellinek,1970). Oleh karena gliserol yang digunakan dalam formula penelitian berada pada konsentrasi di bawah 30%, maka diharapkan formula krim dalam penelitian ini tidak menyebabkan iritasi. Dengan demikian diharapkan pula interaksi keduanya dalam formula yang dibuat tidak mengiritasi pemakainya.
I.
Hipotesis
Melalui optimasi formula krim anti hair loss (formula (1), a, b, ab) dengan metode desain faktorial dapat ditentukan faktor mana di antara PEG 400, gliserol, dan interaksi keduanya yang dominan mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik krim, dapat ditemukan komposisi optimum humectant, serta diduga krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto dengan humectant polietilen glikol 400 dan gliserol tidak menimbulkan reaksi iritasi primer.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni dengan variabel eksperimental ganda dan bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi humectant: polietilen glikol 400 dan gliserol dalam formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang sesuai.
B. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah level humectant yang digunakan yaitu: polietilen glikol 400 dan gliserol. 2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini daya sebar, viskositas, dan reaksi iritasi primer kulit hewan uji. 3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah alat percobaan, wadah penyimpanan, intensitas cahaya penyimpanan, umur, jenis kelamin, berat badan, galur hewan uji, peletakan krim pada pengukuran daya sebar, metode/cara pengukuran daya sebar. 4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini meliputi lama pemanasan dan hilangnya air selama proses pemanasan, kecepatan dan lama pengadukan massa basis krim, kelembaban dan suhu ruangan saat dilakukan uji viskositas dan daya sebar, serta kelembaban dan suhu ruangan saat
25
26
penyimpanan, hilangnya air selama penyimpanan, kondisi patologis hewan uji, dan subjektivitas penulis dalam pengamatan reaksi iritasi hewan uji.
C. Definisi Operasional 1. Krim anti hair loss adalah sediaan yang dibuat dari bahan aktif ekstrak Saw Palmetto dalam basis vanishing krim dengan formula yang telah ditentukan dan dibuat sesuai dengan prosedur pembuatan krim pada penelitian ini. 2. Ekstrak Saw Palmetto adalah ekstrak etanolik buah Saw Palmetto yang dikeringkan dengan bahan pengering (laktosa dan silika anhidrat), dengan komposisi sesuai dengan yang tertera pada COA (Certificate of Analysis). 3. Humectant adalah komponen fase air sebagai fase luar dalam krim (selain aquades, NaOH dan Nipagin) yang terdiri dari polietilen glikol 400 dan gliserol. 4. Sifat fisik krim adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik krim, dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas. 5. Stabilitas fisik krim adalah sifat krim dalam mempertahankan fase dispers terdistribusi halus dan merata dalam jangka waktu panjang. Dalam penelitian ini diamati melalui parameter perubahan viskositas setelah penyimpanan satu bulan pada suhu kamar. 6. Daya sebar yang optimal adalah daya sebar yang mampu menjamin krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto mudah diaplikasikan ke kulit kepala, tidak mudah bergerak atau gampang hilang dari permukaan kulit, dan memiliki
27
diameter menurut prosedur uji daya sebar dalam penelitian ini sebesar 3,5-4,5 cm. 7. Viskositas optimal adalah viskositas yang mendukung kemudahan krim diisikan ke dalam wadah, dikeluarkan dari wadah saat digunakan, memiliki daya sebar yang baik saat diaplikasikan, dan memiliki viskositas menurut prosedur uji viskositas dalam penelitian ini antara 150-250 dPa.s. 8. Perubahan viskositas optimal adalah selisih antara viskositas krim setelah penyimpanan 1 bulan pada suhu kamar dengan viskositas segera setelah pembuatan, dibandingkan dengan viskositas segera setelah pembuatan, tidak lebih dari 10%. Perubahan viskositas dihitung menurut rumus sebagai berikut: |viskositas setelah sebulan – viskositas segera setelah dibuat| x 100% viskositas segera setelah dibuat 9. Indeks iritasi primer adalah kumulatif skor eritrema dan edema pada jam ke24, ke-48, dan ke-72 pada semua hewan uji dibagi frekuensi pengamatan (3 kali pengamatan), dibagi jumlah hewan uji. Rumus perhitungan skor indeks iritasi primer sebagai berikut: Indeks iritasi = (∑ skor eritrema jam ke24-72/3)+(∑skor edema jam ke24-72/3) jumlah hewan uji 10. Iritasi adalah suatu rangsangan ataupun keadaan eksitasi yang berlebihan dan kepekaan yang tidak semestinya, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi kulit. 11. Contour plot adalah grafik yang berasal dari persamaan desain faktorial, yang memprediksikan level optimum kedua faktor dimana menunjukkan respon optimum.
28
12. Contour plot super imposed adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum formula berdasarkan semua parameter kualitas krim anti hair loss ekstrak Saw palmetto. Contour plot super imposed diperoleh dari masingmasing contour plot sifat fisik dan stabilitas fisik krim anti hair loss yang kemudian digabung dalam satu grafik. 13. Komposisi optimum adalah komposisi polietilen glikol 400 dan gliserol dalam level penelitian sebagai humectant krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto yang menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas fisik krim yang optimal.
D. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan antara lain: ekstrak Saw Palmetto terstandarisasi, polietilen glikol 400 dan gliserol, aquadest, asam stearat, setil alkohol, TEA, NaOH, parfum, dan nipagin dengan kualitas farmasetis. Alat-alat yang digunakan sebagai berikut: mortir, stamfer, glasswares (PYREX-GERMANY), waterbath, termometer, Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), kaca bulat bermilimeter, kaca penutup, beban 75 g, stopwatch, alat cukur, kasa, dan plester.
E. Tata Cara Penelitian 1. Pemilihan Eksipien dan Optimasi formula a. Formula Eksipien yang dipilih sebagai basis krim anti hair loss mengacu pada Practical Cosmetic Science (Young,1974) dengan formula sebagai berikut:
29
A. Asam stearat
20,0
Setil alkohol
0,50
Trietanolamin
1,20
B. NaOH
1 mikrospatula
Gliserol
8,0
Aquadest
69,94
Nipagin
1 mikrospatula
C. Parfum
3 atau 4 tetes
Komposisi formula baru setelah dimodifikasi sebagai berikut: A. Asam stearat
9
Setil alkohol
0,423
Trietanolamin
0,9
B. NaOH
0,18
PEG 400
5,0-12,0
Gliserol
3,0-8,0
Nipagin
0,15
Aquadest
60,0
C. Ekstrak Saw Palmetto
15,385
D. Parfum
0,36
Formula (1) a b ab
Tabel II. Formula desain faktorial Polietilen glikol 400 5 12 5 12
Gliserol 3 3 8 8
30
Komponen Asam stearat Setil alkohol Trietanolamin NaOH PEG 400 Gliserol Nipagin Saw Palmetto Parfum
Tabel III. Perhitungan bahan tiap formula Formula (1) Formula a Formula b 9 9 9 0,423 0,423 0,423 0,9 0,9 0,9 0,18 0,18 0,18 5 12 5 3 3 8 0,15 0,15 0,15 15,385 15,385 15,385 0,36 0,36 0,36
Formula ab 9 0,423 0,9 0,18 12 8 0,15 15,385 0,36
b. Pembuatan Krim Bagian A dipanaskan di waterbath hingga suhu 70oC, sementara secara terpisah bagian B juga dipanaskan hingga mencapai suhu yang sama. Bagian B ditambahkan pada A di dalam mortir hangat dengan pengadukan yang kontinu dan konstan sampai terbentuk massa basis krim. Lalu satu bagian basis dicampurkan dengan satu bagian ekstrak Saw Palmetto, diaduk hingga homogen. Demikian seterusnya ditambahkan basis dan ekstrak Saw Palmetto, bagian demi bagian hingga ekstrak habis, dan basis tercampur homogen. Parfum ditambahkan terakhir. 2. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto. a. Uji daya sebar Uji daya sebar sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto dilakukan langsung setelah pembuatan. Krim ditimbang seberat 1 gram, kemudian diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas krim tersebut diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.
31
b. Uji viskositas dan perubahan viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Krim dimasukkan ke dalam cup dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu: (1) segera setelah krim selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan pada suhu kamar. 3. Uji iritasi primer Metode yang digunakan adalah metode Draize, dengan jumlah hewan uji (kelinci) sebanyak 3 ekor. Punggung kelinci dicukur dengan ukuran 2,5x2,5 cm, dioleskan dengan 0,5 gram krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto, kemudian tiap-tiap area uji ditutup dengan kasa. Seluruh badan hewan dibungkus (dibebat) dengan kasa, agar posisi kasa penutup tidak berubah selama 4 jam periode pemejanan. Setelah empat jam, semua kasa penutup dibuka. Reaksi yang timbul dicatat pada 1 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 1 minggu setelah penutup dibuka (post exposure). Terjadinya eritrema dan edema diberi skor sesuai dengan tabel evaluasi reaksi iritasi kulit. Tabel IV. Evaluasi reaksi kulit (1) Eritrema dan Pembentukan Kerak Tanpa eritrema Eritrema sangat sedikit (hampir tidak tampak) Eritrema berbatas jelas Eritrema moderat sampai berat Eritrema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk kerak (luka dalam) Total skor eritrema yang mungkin
Skor 0 1 2 3 4 4
32
(2)Pembentukan edema Tanpa edema Edema sangat sedikit (hampir tidak tampak) Edema sedikit (tepi daerah berbatas jelas) Edema moderat (tepi naik kira-kira 1 mm) Edema berat (naik lebih dari 1 mm dan meluas ke luar daerah pajanan) Total skor edema yang mungkin
Skor 0 1 2 3 4 4
4. Subjective Assesment Sebanyak 29 responden mencoba tiap formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto (formula (1), a, b, dan ab). Kemudian responden mengisi questioner yang berisi pertanyaan mengenai: penampilan, bau, viskositas, kelembutan, daya sebar, kelengketan, efek lembab, sensasi dingin di kulit, efek ke rambut, dan kenyamanan setelah pemakaian krim pada kulit kepala. Jawaban responden diberi skor dan dirata-rata sehingga diketahui gambaran kasar penilaian pemakai terhadap krim yang dibuat.
F. Analisis Data dan Optimasi Data yang terkumpul dari uji sifat fisik, meliputi: daya sebar, viskositas, dan perubahan viskositas, dianalisis dengan desain faktorial. Pengolahan data dan analisisnya dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1.
penghitungan daya sebar krim dengan mencari diameter rata-ratanya
2.
penghitungan viskositas
3.
penghitungan perubahan viskositas krim, dengan menggunakan rumus: |viskositas setelah sebulan – viskositas segera setelah dibuat| x 100% viskositas segera setelah dibuat
33
4.
penentuan faktor dominan dalam menentukan respon sifat fisik dengan mempertimbangkan perhitungan desain faktorial untuk tiap efek dan interaksi. Rumus menghitung efek: Efek A=
Efek B=
(a − (1) ) + (ab − b ) 2
(b − (1) + (ab − a )) 2
Efek interaksi A dan B= 5.
(ab − b ) + ((1) − a ) 2
Jawaban responden pada questioner subjective assesment diberi skor dan dirata-rata
6.
membuat persamaan desain faktorial, dengan persamaan umum: Y = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b2.X1.X2
dimana: Y
= respon
X1,X2
= level faktor
b0,b1,b2,b1.2
= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0
= rata-rata hasil semua percobaan
b1,b2,b1.2
= ∑XY/2n
7.
membuat grafik contour plot untuk tiap-tiap respon
8.
membuat grafik contour plot super imposed untuk menentukan daerah optimal.
9.
skor eritrema dan edema pada jam ke-24, sampai jam ke-72, keseluruhan dijumlahkan,dibagi frekuensi pengamatan (3 kali pengamatan), kemudian
34
dirata-ratakan untuk 3 hewan uji. Rumus perhitungan indeks iritasi sebagai berikut: (∑ skor eritrema jam ke24-72/3)+(∑skor edema jam ke24-72/3) jumlah hewan uji Kriteria iritasi dicocokkan dengan tabel dibawah ini: Tabel V. Kriteria iritasi menurut Lu (1995:251) Indeks Iritasi Kriteria Iritasi Senyawa Kimia <2 Kurang merangsang 2-5 Iritan moderat >5 Iritan berat
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto Pembuatan basis vanishing krim diawali dengan memanaskan masingmasing fase di atas waterbath. Fase air yang terdiri dari: aquadest, NaOH, PEG 400, gliserol dan nipagin dan fase minyak yang terdiri dari asam stearat, setil alkohol, dan TEA dipanaskan hingga suhu keduanya mencapai 70°C. Guna dari proses pemanasan adalah: pertama, untuk melelehkan asam stearat dan setil alkohol pada fase minyak sehingga memudahkan terjadinya reaksi antara asam stearat dengan basa yang larut dalam fase air (lelehan punya luas permukaan kontak lebih besar); kedua, peningkatan suhu dapat mempercepat terjadinya reaksi penyabunan asam stearat oleh basa NaOH dan TEA; ketiga, kenaikan suhu juga akan menurunkan tegangan permukaan antara fase air dan minyak sehingga pembentukan sistem emulsi dapat terjadi sempurna. Setelah keduanya mencapai suhu 70°C, proses pembuatan dilanjutkan ke tahap pencampuran. Proses pencampuran ini menggunakan mortir dan stamfer yang sebelumnya telah dihangatkan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk memperlambat penurunan suhu massa, sekaligus mencegah terjadinya penurunan suhu yang mendadak yang dapat menyebabkan terlalu cepatnya massa membeku/memadat. Bila terjadi demikian, maka proses penghomogenan dan pendispersian akan semakin sulit untuk dilakukan. Lelehan fase minyak
35
36
dimasukkan ke dalam mortir, kemudian ditambahkan ke dalamnya fase air, sambil diaduk dengan kecepatan yang konstan dan kontinu hingga terbentuk massa krim. Pengadukan dihentikan setelah massa krim menjadi dingin. Pencampuran merupakan tahap yang penting sekali, dan sangat mempengaruhi keberhasilan terbentuknya emulsi. Dalam tahap ini ketika asam stearat dalam fase minyak bertemu dengan basa yang terlarut dalam fase air, terjadilah reaksi penyabunan yang kemudian menghasilkan garam/sabun natrium stearat dan trietanolamin stearat. Sabun stearat yang terbentuk ini bersama dengan setil alkohol yang juga berfungsi sebagai emulgator, akan mengemulsikan sisa asam stearat yang tidak tersabunkan ke dalam fase air sebagai fase luar. Pengadukan akan memperkecil ukuran droplet asam stearat, kemudian sabun stearat dan setil alkohol akan menyelubungi droplet-droplet asam stearat, sehingga dapat terdispersi ke dalam fase air untuk membentuk suatu sistem emulsi. Idealnya, pengadukan dilakukan dengan kecepatan yang konstan dan kontinu. Haruslah kontinu dikarenakan ada kecenderungan fase untuk memisah bila pengadukan dihentikan (Young,1974). Karena pengadukan ini dilakukan secara manual, maka sulit untuk menjamin bahwa perlakuan untuk setiap formula adalah sama, yaitu dengan lama dan kecepatan pengadukan yang sama. Untuk lama pengadukan, dalam prakteknya pengadukan dihentikan saat massa krim yang terbentuk telah dingin. Oleh karena itu lama dan kecepatan pengadukan manual menjadi salah satu variabel tak terkendali yang bisa jadi ikut mempengaruhi perbedaan respon yang diperoleh.
37
Tahap pencampuran yang kedua setelah terbentuknya massa basis vanishing krim adalah pendispersian ekstrak kering Saw Palmetto ke dalam basis. Pencampuran ini menggunakan prinsip: satu bagian basis dicampurkan dengan satu bagian ekstrak, setelah diaduk homogen, kemudian ditambahkan 2 bagian basis, dan seterusnya hingga kedua bahan habis. Parfum ditambahkan paling terakhir dari proses pencampuran ini untuk menghindari menguapnya parfum sebelum proses selesai. Parfum ditambahkan tetes demi tetes sambil diaduk, hingga bau ekstrak Saw Palmetto relatif tertutupi. Ekstrak Saw Palmetto yang digunakan krim anti hair loss ini adalah ekstrak kering berupa serbuk yang berwarna kuning pucat. Kandungan utama ekstrak Saw Palmetto adalah asam-asam lemak dan sejumlah fitosterol. Penambahan ekstrak tidak dilakukan pada proses pembuatan basis, namun dicampur setelah basis dibuat. Hal ini untuk menghindari over heat selama pembuatan yang kemungkinan dapat merusak sifat kimia komponen ekstrak dan mengurangi potensinya sebagai anti hair loss.
B. Sifat Fisik Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto Parameter sifat fisik yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah: daya sebar krim dan viskositas krim setelah pembuatan. Sementara itu parameter kestabilan krim yang dievaluasi
adalah perubahan viskositas krim setelah
penyimpanan 1 bulan pada suhu kamar. Parameter daya sebar sediaan topikal terkait erat dengan keberhasilan
38
terapi. Berhasilnya terapi sediaan topikal ditentukan oleh bagaimana mudah pasien mengoleskan sediaan pada area yang sakit dengan membawa sejumlah tertentu obat. Untuk menghantarkan dosis yang tepat sepenuhnya tergantung oleh daya sebar dari sediaan itu (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla,2002). Oleh karena itulah parameter ini penting untuk dievaluasi. Uji daya sebar yang dilakukan dalam penelitian ini hendak melihat seberapa mudah 1 gram sampel krim anti hair loss ini dapat menyebar bila ditekan dengan pemberat 125 g di antara dua kaca bulat horisontal. Parameter yang dipakai adalah diameter rata-rata penyebaran krim setelah pemberian beban selama 1 menit. Parameter lain yang dievaluasi selain daya sebar, adalah viskositas krim segera setelah pembuatan. Viskositas krim perlu diuji, sebab konsistensi yang optimum dari suatu formula akan membantu menjamin bahwa dosis yang sesuai dapat dihantarkan ke target site. Viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar (Garg et al.,2002). Dengan viskositas yang lebih tinggi, daya sebar krim akan menjadi lebih kecil; demikian sebaliknya. Kemudian setelah penyimpanan selama 1 bulan pada suhu kamar, dilakukan lagi pengukuran viskositas, untuk melihat perubahan viskositas yang terjadi. Uji perubahan viskositas setelah penyimpanan satu bulan sesungguhnya merupakan uji untuk melihat kestabilan krim. Sediaan krim yang stabil idealnya memang tidak mengalami perubahan viskositas. Namun mengingat krim merupakan sistem emulsi yang secara termodinamik tidak stabil, maka perlu
39
untuk melihat seberapa besar perubahan viskositas krim yang masih berada dalam skala perubahan yang ditoleransi atau diijinkan. Hasil pengukuran sifat fisik krim anti hair loss dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisik krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto Formula Daya sebar (cm) Viskositas (dPa.s) δ Viskositas (%) (1) 3,47±0,12 230,56±10,58 10,84±6,80 a 3,35±0,18 248,38±8,83 25,63±3,61 b 3,68±0,13 207,50±9,87 3,88±5,49 ab 3,82±0,06 178,82±5,30 21,86±5,41 Data yang diperoleh dari uji sifat fisik krim tersebut diolah lebih lanjut secara desain faktorial untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi sifat fisik maupun stabilitas krim. Hasil perhitungan desain faktorial adalah sebagai berikut: Tabel VII. Hasil perhitungan efek untuk tiap faktor dan interaksi Efek Daya sebar (cm) Viskositas (dPa.s) δ Viskositas (%) PEG 400 0,01 |-5,43| 16,38 Gliserol 0,34 |-46,31| |-5,36| Interaksi 0,13 |-23,26| 1,60 1.
Daya Sebar Efek kedua faktor serta interaksinya terhadap daya sebar dapat dilihat
pada tabel VII. Hasil perhitungan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek PEG 400 terhadap daya sebar adalah 0,01, efek gliserol 0,34, sementara itu efek interaksinya adalah 0,13. Berdasarkan hasil tersebut gliserol memberikan efek yang paling dominan dalam menentukan daya sebar krim
40
dibandingkan PEG 400 dan interaksi keduanya. Gliserol berefek positif terhadap daya sebar krim, yang berarti bahwa gliserol dalam krim akan meningkatkan daya sebar krim. Sementara itu PEG 400 juga berefek positif terhadap daya sebar yang berarti adanya PEG 400 dalam krim akan meningkatkan daya sebar krim. Interaksi keduanya terhadap daya sebar berefek positif, berarti interaksi kedua faktor ini akan meningkatkan daya sebar krim. Lebih dominannya pengaruh gliserol daripada PEG 400 maupun interaksi keduanya terhadap daya sebar krim, kemungkinan disebabkan oleh higroskopisitas gliserol yang cukup tinggi. Dengan skala prosentase, diketahui bahwa PEG 400 hanya memiliki higroskopisitas statis (binding capacity) sebesar 60% saja dari higroskopisitas statis gliserol (Jellinek,1970). Oleh karena daya sebar juga dipengaruhi oleh faktor humidity (kelembaban udara) saat diaplikasikan (Garg, et al.,2002), yang dianalogkan dengan kelembaban ruangan saat dilakukan uji daya sebar, maka higroskopisitas humectant akan lebih berperan di sini. Saat krim diaplikasikan, gliserol dengan higroskopisitasnya yang besar akan menarik kelembaban (uap air) dari udara, sekaligus menahan perginya air dari krim, sehingga tidak terlalu cepat kering saat disebar dan menjadi lebih mudah untuk menyebar. Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level PEG 400 dan gliserol terhadap daya sebar krim, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
41
(a) (b) Gambar 3. grafik hubungan daya sebar-PEG 400 (a) dan grafik hubungan daya sebar-gliserol (b)
Gambar 3a memperlihatkan bahwa peningkatan level PEG 400 akan mempengaruhi nilai daya sebar krim. Peningkatan level PEG 400 pada penggunaan gliserol level rendah akan menurunkan daya sebar krim. Sedangkan peningkatan level PEG 400 pada penggunaan gliserol level tinggi akan memberikan respon peningkatan daya sebar krim. Gambar 3b menunjukkan bahwa peningkatan gliserol dari level rendah ke level tinggi akan mempengaruhi nilai daya sebar krim. Peningkatan level gliserol baik pada penggunaan level rendah dan tinggi PEG 400 akan berefek menaikkan nilai daya sebar krim. Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di atas (gambar 3a dan gambar 3b). Interaksi ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar (Bolton,1990). Gambar 3a dan 3b memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor tidak paralel. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti ada interaksi antara PEG 400 dengan
42
gliserol yang mempengaruhi daya sebar krim. Oleh karena hasil perhitungan desain faktorial ditemukan bahwa efek gliserol dominan dalam mempengaruhi daya sebar krim, maka apabila dikehendaki daya sebar yang lebih besar maka dapat dilakukan dengan menaikkan level gliserol dalam sediaan. Demikian sebaliknya bila hendak menurunkan daya sebar, maka dilakukan pengurangan level gliserol dalam sediaan. 2.
Viskositas Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap besarnya viskositas
juga dapat dilihat pada tabel VII. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya efek PEG 400 terhadap viskositas adalah |-5,43|, efek gliserol |-46,31|, sementara itu efek interaksinya adalah |-23,26|. Berdasarkan hasil tersebut diketahui gliserol memberikan efek yang lebih dominan dalam menentukan viskositas dibandingkan PEG 400 dan interaksi keduanya. Dengan menaikkan gliserol dalam krim akan menurunkan viskositas krim, sebaliknya menurunkan level gliserol dalam sediaan akan menaikkan viskositas krim. Masing-masing faktor, dan interaksinya berefek negatif terhadap viskositas, artinya dapat menurunkan viskositas krim. Sementara itu pada penjelasan sebelumnya, masing-masing faktor, dan interaksinya menunjukkan efek positif terhadap daya sebar. Kedua hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Garg, et al., (2002:86) yang menyebutkan bahwa hubungan antara viskositas dan daya sebar adalah berbanding terbalik.
43
Kemungkinan sifat dominan gliserol dalam mempengaruhi viskositas dikarenakan higroskopisitasnya yang lebih besar bila dibandingkan dengan PEG 400 (Jellinek,1970). Dengan higroskopisitasnya yang tinggi, gliserol mampu mengikat uap air lebih banyak dari kelembaban udara di sekitarnya. Adanya tiga gugus hidroksi (-OH) dalam strukturnya memungkinkan gliserol menarik air yang terdapat di lingkungan dengan membentuk ikatan hidrogen dengan air. Mekanisme ini akan mempengaruhi viskositas fase luar (fase air) yakni menurunkannya, yang efeknya kemudian menurunkan viskositas krim. Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level PEG 400 dan gliserol terhadap daya sebar krim, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
(a) (b) Gambar 4. grafik hubungan viskositas-PEG 400 (a) dan grafik hubungan viskositas -gliserol (b)
Gambar 4a menunjukkan bahwa peningkatan level PEG 400 akan mempengaruhi nilai viskositas krim. Pada penggunaan level rendah gliserol, kenaikan level PEG 400 akan meningkatkan viskositas krim. Sementara pada penggunaan level tinggi gliserol terjadi sebaliknya; peningkatan level PEG 400
44
dalam krim akan menurunkan viskositas krim. Gambar 4b memperlihatkan bahwa peningkatan level gliserol akan mempengaruhi nilai viskositas krim. Pada penggunaan level rendah maupun tinggi PEG 400, kenaikan level gliserol dalam krim akan menurunkan viskositas sediaan. Namun penurunan viskositas krim pada penggunaan level tinggi PEG 400 lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan viskositas pada level rendah PEG 400. Hal ini ditunjukkan oleh kemiringan garis yang lebih curam (gradien garis lebih besar). Ini berartinya peningkatan level gliserol dalam formula lebih mempengaruhi penurunan viskositas pada penggunaan level tinggi PEG 400 dari pada penggunaan level rendahnya. Penurunan viskositas yang lebih besar pada penggunaan level tinggi PEG 400 ini, kemungkinan disebabkan oleh viskositas PEG 400 sendiri maupun higroskopisitasnya. PEG 400 memiliki viskositas yang rendah. Pada suhu 250C viskositas absolut gliserol adalah 15 dPa.s, sementara pada suhu yang sama PEG 400 memiliki viskositas absolut antara 0,8558-0,9571 dPa.s (Anonim,2006a; Corthouts,1997). Pada penggunaan level tinggi, dengan viskositasnya yang rendah dan jumlah yang cukup besar juga akan mempengaruhi viskositas fase luar yakni menurunkan viskositas krim. Selain itu PEG 400 yang bersifat higroskopis juga akan ikut menarik air dari lingkungan, walaupun dengan higroskopisitas yang lebih kecil daripada gliserol (hanya 60% dari higroskopisitas statis (binding capacity) gliserol). Hal ini nyata terlihat pada formula ab (penggunaan level tinggi PEG-level tinggi gliserol),
45
yang memperlihatkan viskositas paling kecil diantara keempat formula. Pada penggunaan level tinggi humectant total dalam sediaan, efek higroskopisitasnya akan
mendominasi
sehingga
akan
mempengaruhi
viskositas
sediaan
(Anonim,1982). Oleh karena hasil perhitungan desain faktorial ditemukan bahwa efek gliserol dominan dalam mempengaruhi viskositas krim, maka apabila dikehendaki viskositas yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menurunkan level gliserol dalam sediaan. Demikian sebaliknya bila hendak menurunkan viskositas krim, maka dapat dilakukan meningkatkan level gliserol dalam sediaan. 3.
Perubahan Viskositas Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adanya perubahan viskositas
menunjukkan tanda ketidakstabilan sistem emulsi. Viskositas sistem emulsi dipengaruhi oleh diantaranya faktor: viskositas fase luar, konsentrasi dan dispersi fase internal (semakin tinggi dan semakin halus dispersinya, secara umum semakin tinggi viskositasnya), karakteristik dan konsentrasi emulgator (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993; Jellinek,1970). Dengan terjadinya perubahan viskositas selama penyimpanan satu bulan, kecuali konsentrasi fase dalam, karakteristik dan konsentrasi emulgator, berarti terjadi perubahan faktor-faktor diatas. Dalam hal ini bisa terjadi akibat adanya perubahan viskositas fase luar (air) dimana humectant menjadi bagian di dalamnya, atau faktor homogenisasi atau pendispersian fase dispersnya yang kurang sempurna, yang turut dipengaruhi oleh proses pengadukan dalam pembuatannya. Oleh karenanya proses pengadukan
46
yang dilakukan secara manual dapat menjadi salah satu faktor yang bisa jadi mempengaruhi respon yang muncul. Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap perubahan viskositas dapat dilihat pada tabel VII. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besarnya efek PEG 400 terhadap perubahan viskositas adalah 16,38, efek gliserol |-5,36|, sementara itu efek interaksinya adalah 1,60. Berdasarkan hasil tersebut diketahui faktor yang dominan terhadap perubahan viskositas adalah PEG 400. PEG 400 memberikan nilai efek positif terhadap perubahan viskositas, yang berarti bahwa level PEG 400 dalam sediaan akan memperbesar perubahan viskositas setelah penyimpanan. Gliserol memberikan efek negatif, yaitu dengan adanya gliserol dalam sediaan mengurangi perubahan viskositas sediaan setelah penyimpanan. Sebaliknya interaksi antara gliserol dan PEG 400 menunjukkan efek positif yang berarti interaksi keduanya dalam sediaan akan menaikkan perubahan viskositas selama penyimpanan. Dari hasil perhitungan desain faktorial diatas, juga dapat diketahui bahwa gliserol dalam sediaan akan meningkatkan stabilitas krim yakni dengan menunjukkan perubahan viskositas yang minimal (efek negatif). Hal ini sesuai dengan teori bahwa gliserol secara positif dapat meningkatkan stabilitas sediaan (Anonim,1982). Walaupun demikian, efeknya ditemukan relatif kurang dominan dibandingkan PEG 400, sehingga efek perubahan level gliserol kurang berarti dibandingkan efek perubahan level PEG 400 terhadap perubahan viskositas krim.
47
Dominannya pengaruh PEG 400 terhadap perubahan viskositas krim dapat diterangkan pula dengan teori higroskopisitas. Diketahui bahwa ada dua dimensi atau sifat humectant yang harus dibedakan: pertama, higroskopisitas statis (higroskopisitas
kesetimbangan),
dan
kedua,
higroskopisitas
dinamis
(Jellinek,1970). Higroskopisitas statis terkait dengan binding capacity atau seberapa banyak kelembaban yang dapat diikat oleh sejumlah bahan saat keadaan kesetimbangan terjadi; sedangkan higroskopisitas dinamis terkait dengan kecepatan bahan menarik kelembaban dari atmosfer atau melepaskan kelembaban sebelum kesetimbangan terjadi (Jellinek,1970). Yang dimaksudkan dengan higroskopisitas PEG 400 hanya 60% dari higroskopisitas gliserol, seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah bahwa binding capacity PEG 400 sekitar 60% dari binding capacity gliserol, namun jumlah air yang diikat ini sangat tergantung pada besarnya kelembaban atmosfer (Jellinek,1970). Idealnya suatu humectant memiliki sifat meningkatkan kandungan air pada produk akhir sediaan dengan kecepatan yang lambat, dalam hal ini memiliki higroskopisitas dinamis yang kecil (Jellinek,1970). Dengan higroskopisitas dinamis yang kecil, secara lambat humectant akan menarik air dari atmosfer, sekaligus menahan perginya kelembaban dari sediaan, dan dengan demikian sedikit saja mempengaruhi viskositas sediaan atau dapat dikatakan mampu menjaga stabilitas fisik sediaan. PEG 400 dominan mempengaruhi respon perubahan viskositas kemungkinan karena PEG 400 memiliki higroskopisitas dinamis yang besar
48
sehingga dalam waktu singkat (cepat) mampu menarik air dan meningkatkan kandungan air sediaan. Peningkatan kandungan air dalam fase luar dimana PEG 400 terlarut akan menurunkan viskositas fase luar yang akan berefek menurunkan viskositas krim. Oleh karena kecepatannya dalam menarik air (higroskopisitas dinamis yang besar) itulah, maka PEG 400 dominan mempengaruhi stabilitas krim yang diwakili oleh parameter perubahan viskositas setelah penyimpanan satu bulan pada suhu kamar. Pengaruh peningkatan penggunaan level PEG 400 dan gliserol terhadap perubahan viskositas krim dapat dilihat pada gambar 5.
(a) (b) Gambar 5. Grafik hubungan perubahan viskositas-PEG 400 (a) dan grafik hubungan perubahan viskositas -gliserol (b) Grafik hubungan perubahan viskositas-PEG 400 (5a) memperlihatkan bahwa peningkatan level PEG 400 akan memperbesar perubahan viskositas sediaan selama penyimpanan, baik pada penggunaan level rendah gliserol maupun pada level tingginya. Sementara itu grafik hubungan perubahan viskositas-gliserol memperlihatkan bahwa peningkatan level gliserol akan memperkecil perubahan viskositas sediaan selama penyimpanan, baik pada penggunaan level rendah PEG
49
400 maupun pada level tingginya. Oleh karena telah diketahui bahwa PEG 400 dominan dalam mempengaruhi perubahan viskositas krim, maka untuk memperoleh krim anti hair loss dengan perubahan viskositas yang minimal, yang perlu diperhatikan dalam formulasi adalah level PEG 400, yakni dengan menurunkan levelnya.
C. Uji Iritasi Primer Krim Anti Hair loss Ekstrak Saw Palmetto Adanya jaminan bahwa sediaan yang digunakan aman dan sekaligus nyaman bagi pemakai merupakan juga faktor yang cukup mempengaruhi keberhasilan terapi. Sediaan yang menimbulkan iritasi tidak dapat digunakan untuk periode tertentu yang diperlukan zat aktif bekerja efektif, sebab adanya kecenderungan pemakai untuk menghentikan penggunaan bila terjadi reaksi iritasi. Dalam hal ini perlu ada jaminan bahwa sediaan yang digunakan aman dan sekaligus nyaman bagi pemakai. Untuk memenuhi faktor keamanan dan kenyamanan dari sediaan topikal khususnya, maka perlu dilakukan uji toksikologi kulit. Satu diantaranya uji iritasi primer. Uji iritasi primer dimaksudkan untuk melihat apakah formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto mampu menimbulkan iritasi pada pemakainya saat pemejanan pertama. Sifat mengiritasi bisa berasal dari gesekan mekanis, pH maupun sifat kimia lain dari bahan-bahan yang terkandung dalam formula.
50
Tabel VIII. Skor indeks iritasi primer dari formula-formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto Formula pH* Indeks Iritasi Primer (1) 6 0,33 a 6 0,11 b 6 0,67 ab 6 0,22 * diukur menggunakan pH indikator universal
Timbulnya reaksi dari sediaan ini kemungkinan disebabkan karena adanya gesekan mekanis antara kulit dengan partikel krim; yang berasal dari bahan tambahan ekstrak kering Saw Palmetto yang tidak larut. pH semua formula krim anti hair loss
dalam penelitian ini adalah 6; diukur menggunakan pH
indikator universal. Oleh karena pH yang tidak terlalu asam dan mendekati pH kulit (4,8-5,8) (Voigt,1984), sehingga kemungkinan tidak akan mengiritasi dari sisi keasamannya. Hasil uji menunjukkan bahwa keempat formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto memiliki indeks iritasi primer <2, yang menurut Lu digolongkan bersifat kurang merangsang timbulnya iritasi primer pada kulit hewan uji (Lu,1995). Sifat kurang merangsang berarti bahwa pada pemejanan pertama di tempat kontak dengan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto terdapat kemungkinan sangat kecil munculnya reaksi iritasi.
D. Penentuan Area Komposisi Optimum Dengan pengolahan data sifat fisik krim, dapat diperoleh suatu persamaan desain faktorial yang menghubungkan level kedua faktor dengan respon sifat fisiknya. Dari persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat grafik
51
contour plot, yang menunjukkan level optimum kedua faktor yang memberikan suatu respon yang diinginkan.
Masing-masing contour plot yang diperoleh
digabung dalam satu grafik untuk mendapatkan area komposisi optimum humectant yang memenuhi semua respon sifat fisik yang diinginkan yakni: daya sebar, viskositas, dan perubahan viskositas krim. 1.
Daya Sebar Daya sebar krim yang optimal berarti krim cukup cair sehingga dapat
tersebar dengan mudah di area yang diobati, tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah bergerak sehingga gampang hilang dari permukaan di mana krim tersebut diaplikasikan. Dengan daya sebar krim yang optimal diharapkan dapat menjamin pemerataan krim anti hair loss pada tempat aplikasi di kulit kepala dengan membawa sejumlah tertentu ekstrak Saw Palmetto. Untuk itu telah ditetapkan daya sebar yang optimum krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto dalam penelitian ini adalah 3,5-4,5 cm. Kriteria daya sebar optimum ini ditetapkan dengan mempertimbangkan penilaian responden terhadap daya sebar krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto, yang diperoleh melalui subjective assesment. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar krim anti hair loss ekstrak Saw
Palmetto
adalah
Y=3,5105-0,0402.X1+0,0023.X2+0,0077.X1.X2.
persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut:
Dari
52
Gambar 6. Contour plot daya sebar krim
Pada plot daya sebar krim terlihat bahwa pada level yang diteliti terdapat area komposisi optimum, dimana dapat diperoleh respon daya sebar yang optimum. 2.
Viskositas Viskositas dari bentuk sediaan semipadat berperan sangat penting dalam
proses formulasi hingga proses pengemasan: dari pemilihan alat pencampuran, hingga saat proses pengemasan; dimana sediaan harus dimasukkan ke dalam wadah tertentu. Pada akhirnya viskositas juga dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pemakai, mengenai kemudahan saat mengeluarkan krim dari kemasannya, hingga ketika diratakan di tempat aplikasi. Untuk itu perlu dipilih suatu rentang viskositas tertentu yang secara subjektif disukai oleh pemakai. Kriteria viskositas optimum ditetapkan dengan mempertimbangkan penilaian responden terhadap viskositas krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto, yang diperoleh melalui subjective assesment. Dalam penelitian ini dipilih area viskositas optimum antara 150-250 dPas. Rentang yang cukup luas ini dipilih
53
untuk mewakili variasi keinginan pemakai, dimana ada orang yang cenderung menyukai krim yang agak viscous, namun ada yang menyukai krim yang agak encer. Dengan demikian diharapkan rentang yang dipilih ini cukup mewakili keinginan pemakai. Persamaan
desain
faktorial
untuk
viskositas
krim
adalah
Y=211,7206+6,5335.X1+2,0333.X2-1,3289.X1.X2. Dari persamaan tersebut dapat dibuat grafik contour plot sebagai berikut:
Gambar 7. Contour plot viskositas krim
Pada contour plot viskositas krim terlihat bahwa pada level yang diteliti terdapat area komposisi optimum, dimana dapat diperoleh respon viskositas yang optimum. 3.
Perubahan Viskositas Adanya perubahan viskositas dalam sediaan tidak diharapkan, namun
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, krim dalam penelitian ini merupakan juga sistem emulsi yang secara termodinamik tidak stabil, sehingga pasti ada perubahan viskositas. Perubahan viskositas yang optimum adalah yang seminimal
54
mungkin. Oleh karena itu dalam penelitian ini ditetapkan perubahan viskositas yang optimum dari krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto adalah tidak lebih dari 10% setelah masa penyimpanan satu bulan pada suhu kamar. Dengan asumsi rentang viskositas yang sangat besar, dari 150-250 dPas dengan perbedaan 100 dPas (40%) masih dapat diterima (berdasarkan subjective assesment), atau dengan kata lain masih belum dapat dibedakan oleh pemakai, harapannya dengan perubahan viskositas hanya sebesar 10% ini pun masih dapat diterima oleh pemakai. Beberapa variabel tak terkendali dalam penelitian ini, diantaranya: lama pemanasan dan proses pencampuran/ pengadukan manual, kelembaban dan suhu ruangan saat pembuatan, secara langsung dapat mempengaruhi respon-respon yang diperoleh. Dengan mengendalikan variabel-variabel ini, diharapkan dapat diperoleh respon perubahan viskositas atau stabilitas krim yang lebih baik (minimal) dalam hal ini memiliki nilai perubahan viskositas yang lebih kecil dari 10%. Persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas krim adalah Y=5,8267+1,8387.X1-1,8485.X2+0,0912.X1.X2. Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot sebagai berikut:
55
Gambar 8. Contour plot perubahan viskositas krim
Pada contour plot perubahan viskositas krim (gambar 8), dapat terlihat bahwa pada level yang diteliti terdapat area komposisi optimum, dimana dapat diperoleh respon perubahan viskositas yang tidak lebih dari 10%. 4.
Contour Plot Super Imposed Ketiga grafik contour plot sifat fisik yang telah diperoleh digabung
dalam satu grafik untuk menemukan area komposisi optimum PEG 400 dan gliserol yang memenuhi semua persyaratan sifat fisik optimum yang telah ditetapkan, antara lain: respon viskositas 150-250 dPa.s, daya sebar 3,5-4,5 cm, perubahan viskositas setelah penyimpanan 1 bulan pada suhu kamar adalah tidak lebih dari 10%. Untuk melihat area komposisi optimum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
56
Gambar 9. Contour plot super imposed krim
Gambar di atas menunjukkan bahwa dapat ditemukan suatu area komposisi optimum dari PEG 400 dan gliserol dalam krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto terbatas pada level penelitian. Area yang ditemukan dalam penelitian ini diprediksi sebagai formula optimum krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto pada jumlah bahan yang diteliti.
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan: 1. Gliserol lebih dominan mempengaruhi daya sebar dan viskositas krim, dibandingkan PEG 400 dan interaksi keduanya. Sementara itu PEG 400 paling dominan dalam mempengaruhi perubahan viskositas krim. 2. Dapat ditemukan area komposisi optimum humectant melalui contour plot super imposed pada faktor dan level yang diteliti. 3. Krim ekstrak Saw Palmetto bersifat kurang merangsang timbulnya iritasi primer pada kulit hewan uji.
B. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan penulis antara lain: 1. Perlu dilakukan uji aktivitas farmakologis krim dengan bahan aktif ekstrak Saw Palmetto sebagai anti hair loss (androgenetic alopecia). 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi komponen lain dalam krim anti hair loss ini yang juga dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas krim. 3. Perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi proses pencampuran, dengan memperhatikan lama pemanasan, kelembaban, suhu ruangan. 4. Perlu dilakukan uji sensitisasi kulit dengan pemejanan berulang.
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Allen,L.V.,2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition, 287-288, American Pharmaceutical Association, Washington Alsner,P.,Mailbach,H.I., 2000, Cosmeticals, 57-58, Marcel Dekker,Inc.,New York Anonim, 1982, Humectants, in Wilkinson,J.B., Moore,R.J., (Eds.), Harry’s Cosmeticology, Chapter 34, 641-651, Penerbit George Godwin, London Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, 71, 413, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2006a, Glycerol http://www.sagescript.com/wiki/glycerol/. November 2006, pukul 21.00
From Diakses pada
Wikipedia, tanggal 25
Anonim, 2006b, Sabal Serrulata (Serenoa repens, Saw Palmetto), http://www.vigorex.uk.com/sabal_serulata.asp/.Diakses pada tanggal 21 Mei 2006, 15.30 Anonim, 2006c, Saw Palmetto, http:// www.herbalistprogram.com/sawpalmetto.com/. Diakses pada tanggal 2 Mei 2006, 13.57 Anonim, 2006d, Saw Palmetto, http://www.hipernatural.com/. Diakses pada tanggal 21 Mei 2006 Ansel,H.C., Popovich,N.G., Allen,L.V., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, 8th Edition, 282-283, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia Bennett, H.F.A.I.C., 1970, New Cosmetic Formulary, 35-36, Chemical Publishing Company,Inc., New York Bolton.S.,1990, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, Third Edition, 610-619, Marcel Dekker,Inc., New York
58
59
Boylan,J.C., Cooper,J., Chowhan,Z.T.,1986, Handbook of Pharmaceutical Exipients, 63-65, 123-124, 245, 298, 334, American Pharmaceutical Association, Washington Corthouts,J., 1997, Polyethylene Glycols, 1-6, http:// www.ineosoxide.com/pdf/peg.pdf/. Diakses pada tanggal 25 November 2006, pukul 21.00 Garg,A., Aggarwal,D., Garg,S., dan Singla,A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology,September 2002, 84-102, http://www.pharmtech.com/. Diakses pada tanggal 10 November 2006, pukul 20.00 Goodman,D.S.,2002, Topical Preparation for the Treatment of Hair Loss Background of The Invention, 1-8, http://www.freepatentsonline.com/6358541.html/. Diakses pada tanggal 9 Maret 2006, pukul 20.15 Graham-Brown, R., Burns,T., 2002, Dermatologi, 8th Edition, 1-6, Penerbit Erlangga, Jakarta Jellinek,J.S.,1970, Formulation and Function of Cosmetic, 141-364, John Wiley&Aksara, New York Lu,F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamentals Target, Organs, and Risk, Edisi kedua, cetakan pertama, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, 239,243244,250-251, Penerbit UI Press, Jakarta Painter,F.M., 2002, Saw Palmetto Monograph (Serenoa repens), Alternative Medicine Review, Juni 1998, 227-229, http:// www.chiro.org/nutrition/ABSTRACT/Saw_Palmetto Monograph.html/. Diakses pada tanggal 2 Mei 2006,13.55 Peck,M.S., Michelfelder,T.J.,1990, Physiology of the Skin and Its Appendages, in Sagarin,E.,(Ed.), Cosmetics Science and Technology , Bagian XLV, 11351136, Interscience Publisher,Inc., New York Peris,J.B., Stubing,G., Vanaclocha,B., 1995, Applied Fitoterapia, 450-451, Official School of Pharmacist,Valencia
60
Prager,N.,Bickett,K., French.N., Marcovici,G.M., 2002, A Randomized, DoubleBlind, Placebo-Controlled Trial to Determine the Effectiveness of Botanically Drived Inhibitors of 5AR in the Treatment of Androgenetik Alopecia, The Journal of Alternative anf Complimentary Medicine, Volume 8, Number 2, April, 2-4 Rigler,N.E., Schimmel,J., 1957, Preservation of Cosmetic, in Sagarin,E., (Ed.), Cosmetics Science and Technology, Part XLIII, 1057-1069, Interscience Publisher,Inc., New York Simonis,B., 2000, Androgenetic Alopecia and Anti Androgens, http://www.immortalhair.homestead.com/files/Entire_Hair_Loss.Book.ht ml/. Diakses pada tanggal 21 Mei 2006 Voigt.R.,1984, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, diterjemahkan oleh Soendani Noerono, 316-343, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Windholz, M., 1976, The Merck Index an Encyclopedia Of Chemicals and Drugs, 9th Ed, 581; 595, in Rahway, N., J., (Eds.), Merck and G. Inc., United State of America Young, A., 1974, Practical Cosmetic Science, 38-40, Mills and Boon Limited, London Zatz,J.L.,Berry,J.J.,Alderman,D.A.,1996, Viscosity-Imparting Agents in Disperse Systems, in Herbert A. Lieberman, Martin M.Rieger,Glibert S.Banker, (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System, Volume 1, 2ndEdition, Chapter 7, 290-291, Marcel Dekker, New York.
61 61
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA)
62 62
63 63
64 Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Saw Palmetto Ekstrak Saw Palmetto dalam sediaan topikal umumnya berada pada konsentrasi dimana konsentrasi fitosterol dalam total sediaan antara 0,01%-0,5% (Goodman,2002). Kandungan fitosterol dalam ekstrak kering Saw Palmetto yang digunakan dalam penelitian ini menurut COA (Certificate Of Analysis) adalah 0,065%. Untuk membuat sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto dengan kandungan fitosterol 0,01% sebanyak 100 g , dibutuhkan serbuk ekstrak sebanyak:
0,01% x100 g = 15,385 g 0,065%
65 Lampiran 3. Data pengukuran sifat fisis krim anti hair loss 1. Data Viskositas
a. Formula (1)
No 1 2 3 4 5 6 Χ SD
Viskositas Segera Setelah Dibuat (dPas) 230 225 250 225 233,3333 220 230,555 10,57582857
Viskositas Setelah 1 Bulan (dPas) 183,33 212,5 210 225 190 212,5 205,555 15,685922203
Perubahan Viskositas (%) 20,48318189 7,831103207 8,91544317 2,409403396 17,59016287 7,831103207 10,84339962 6,803548843
Viskositas Setelah 1 Bulan (dPas)
Perubahan Viskositas (%)
175 180 183,33 190 200 180 184,7216667 8,970218318
29,54438703 27,53136951 26,19069973 23,50533449 19,47929946 27,53136951 25,63031017 3,61144131
b. Formula a No 1 2 3 4 5 6 Χ SD
Viskositas Segera Setelah Dibuat (dPas) 250 250 262,5 240 250 237,8 248,3833333 8,825059019
66 c. Formula b Viskositas Segera Setelah Dibuat (dPas) 210 210 200 225 200 200 207,5 9,874208829
Viskositas Setelah 1 Bulan (dPas) 191 216,67 200 205 200 183,33 199,445 11,38699741
Perubahan Viskositas (%) 7,628915663 4,419277108 3,614457831 1,204819277 3,614457831 11,64819277 3,881927711 5,487709594
Viskositas Segera Setelah Dibuat (dPas) 180 183,33 181,25 175 170 183,33 178,8183333 5,298344711
Viskositas Setelah 1 Bulan (dPas) 125 133,35 140 140 150 150 139,725 9,682652013
Perubahan Viskositas (%) 30,09665301 25,42710944 21,70825138 21,70825138 16,11598362 16,11598362 21,86202419 5,414799694
No 1 2 3 4 5 6 Χ SD
d. Formula ab
No 1 2 3 4 5 6 Χ SD
2. Data Daya Sebar No 1 2 3 4 5 6 Χ SD
Formula (1) 3,43 3,383 3,625 3,625 3,35 3,43 3,473833333 0,120938689
Formula a 3,32 3,06 3,38 3,52 3,3 3,54 3,353333333 0,175119007
Formula b 3,7 3,6 3,7 3,8 3,8 3,46 3,676666667 0,129871731
Formula ab 3,775 3,86 3,81 3,75 3,85 3,9 3,824166667 0,056250925
67 Lampiran 4. Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Daya Sebar Formula
Faktor A
Faktor B
Interaksi
Respons (cm)
(1) a b ab
+ +
+ +
+ +
3,473833333 3,353333333 3,676666667 3,824166667
Efek A
= ((a-(1)) + (ab-b)) / 2 =
(3.353333333 − 3.473833333) + (3.824166667 − 3,676666667) 2
= 0,0135 Efek B
= ((b-(1)) + (ab-a)) / 2 =
( 3.676666667 − 3.473833333 ) + ( 3.824166667 − 3,353333333 ) 2
= 0,336833334 Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2 =
( 3.824166667 − 3.676666667 ) − ( 3,353333333 − 3.473833333 ) 2
= 0,134
Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Untuk Daya Sebar
Formula (1) 3,473833333 = b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1.2 .................................................................... (1) Formula a 3,353333333 = b0 + 12b1 + 3b2 + 36b1.2 ................................................................. (2) Formula b 3,676666667= b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 ................................................................... (3)
68 Formula ab 3,824166667= b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2 .................................................................... (4) Eliminasi persamaan (1) dan (2) (1) 3,473833333 = b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1.2 (2) 3,353333333 = b0 + 12b1 + 3b2 + 36b1.2 0,1205 = -7b1 – 21 b1.2 .................................................................................(5) Eliminasi persamaan (3) dan (4) (3) 3,676666667= b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 (4) 3,824166667= b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2 -0,1475 = -7b1 – 56b1.2 ....................................................................................(6) Eliminasi persamaan (5) dan (6) (5) 0,1205 = -7b1 – 21 b1.2 (6) -0,1475 = -7b1 – 56b1.2- _ 0,2680 = 35b1.2 b1.2 = 0,007657142
Substitusi nilai b1.2 yang diperoleh ke persamaan (5) 0,1205 = -7b1 – 21 b1.2 0,1205 = -7b1 – 21 (0,007657142) b1 = -0,040185711
Substitusi nilai b1 dan b1.2 ke persamaan (1) dan (3) (1) 3,473833333 = b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1.2 3,559904758 = b0 + 3b2 .......................................................................................(7)
69 (3) 3,676666667 = b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 3,571309542 = b0 + 8b2 ......................................................................................(8) Eliminasi persamaan (7) dan (8); (7) 3,559904758 = b0 + 3b2 (8) 3,571309542 = b0 + 8b2 _ -0,011404784= -5 b2 b2 = 0,002280956
Substitusi nilai b2 ke persamaan (7) 3,559904758 = b0 + 3b2 3,559904758 = b0 + 3 (0,002280956) b0 = 3,510522213
Jadi persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah sebagai berikut: Y = 3,510522213 -(0,040185711.X1)+(0,002280956.X2) + (0,007657142.X1.X2)
70 Lampiran 5. Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Viskositas Formula (1) a b ab
Efek A
Faktor A + +
Faktor B + +
Interaksi + +
Respons (dPas) 230,555 248,3833333 207,500 178,8183333
= ((a-(1)) + (ab-b)) / 2 =
(248.3833333 − 230.555) + (178.8183333 − 207.5) 2
= -5,4266667 Efek
B
= ((b-(1)) + (ab-a)) / 2 =
(207.5 − 230.555) + (178.8183333 − 248.3833333) 2
= -46,31 Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2
=
(178.8183333 − 207.5) − (248.3833333 − 230.555)
= -23,255 Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Untuk Viskositas
Formula (1) 230,555 = b0 + 5b1 + 3b2 + 5.3.b1.2 230,555 = b0 + 5b1 + 3b2 + 15.b1.2 ......................................................................(1) Formula a 248,3833333= b0 + 12b1 + 3b2 + 12.3.b1.2 248,3833333= b0 + 12b1 + 3b2 + 36.b1.2 .............................................................(2)
71 Formula b 207,500= b0 + 5b1 + 8b2 + 5.8.b1.2 207,500= b0 + 5b1 + 8b2 + 40.b1.2 ........................................................................(3) Formula ab 178,8183333= b0 + 12b1 + 8b2 + 12.8.b1.2 178,8183333= b0 + 12b1 + 8b2 + 96.b1.2 ..............................................................(4) Eliminasi persamaan 1 dan 2; (1) 230,55500
= b0 + 5b1 + 3b2 + 15.b1.2
(2) 248,3833333 = b0 + 12b1 + 3b2 + 36.b1.2 -17,8283333 = -7b1 – 21.b1.2 ................................................................................(5) Eliminasi persamaan 3 dan 4; (3) 207,500 = b0 + 5b1 + 8b2 + 40.b1.2 (4) 178,8183333= b0 + 12b1 + 8b2 + 96.b1.2 28,6816667= -7b1 - 56.b1.2 ...................................................................................(6) Eliminasi persamaan 5 dan 6; (5) -17,8283333 = -7b1 – 21.b1.2 (6) 28,6816667 = -7b1 - 56.b1.2-46,51 = 35b1.2 b1.2 = -1,328857143
Substitusi b12 ke persamaan 5 -17,8283333 = -7b1 – 21.b1.2 -17,8283333 = -7b1 – 21.( -1,328857143) b1 = 6,533476186
72 Substitusi b1 dan b1.2 ke persamaan 1 230,555 = b0 + 5b1 + 3b2 + 15.b1.2 230,555 = b0 + 5 (6,533476186) + 3b2 + 15 (-1,328857143) 217,8204762 = b0 + 3b2
.......................................................................................(7)
Substitusi b1 dan b1.2 ke persamaan 3 207,500= b0 + 5b1 + 8b2 + 40.b1.2 207,500= b0 + 5.( 6,533476186) + 8b2 + 40. (-1,328857143) 227,9869048= b0 + 8b2
.......................................................................................(8)
Eliminasi persamaan 7 dan 8 (7) 217,8204762 = b0 + 3b2 (8) 227,9869048= b0 + 8b2 -10,16642859 = -5b2 b2 = 2,0332856
Substitusi nilai b2 ke persamaan 7 217,8204762 = b0 + 3b2 217,8204762 = b0 + 3 (2,0332856) b0 = 211,7206194
Jadi persamaan desain faktorial untuk uji viskositas segera setelah pembuatan adalah sebagai berikut: Y = 211,7206194+ 6,533476186.X1 + 2,0332856.X2 -1,328857143.X1.X2
73 Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Perubahan Viskositas Formula (1) a b ab
Faktor A + +
Faktor B + +
Interaksi + +
Respons (%) 10,84339962 25,63031017 3,881927711 21,86202419
Efek A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2 =
(25.63031017 − 10.84339962) + (21.86202419 − 3.881927711) 2
= 16,38350351 Efek B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2 =
(3.881927711 − 10.84339962) + (21.86202419 − 25.63031017) 2
= -5,364878945 Interaksi= ((ab-b) - (a-1)) / 2 (21.86202419 − 3.881927711) + (25.63031017 − 10.84339962) 2 = 1,596592965 =
Perhitungan Persamaan Umum Perubahan Viskositas
Formula (1) 10,84339962= b0 + 5b1 + 3b2 + 5.3.b1.2 10,84339962= b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1 .........................................................................(1) Formula a 25,63031017= b0 + 12b1 + 3b2 + 12.3b1,2 25,63031017= b0 + 12b1 + 3b2 + 36b1.2 ..............................................................(2)
74 Formula b 3,881927711= b0 + 5b1 + 8b2 + 5.8.b1.2 3,881927711= b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 ................................................................. (3) Formula ab 21,86202419= b0 + 12b1 + 8b2 + 12.8.b1.2 21,86202419= b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2 ............................................................... (4) Eliminasi persamaan 1 dan 2; (1) 10,84339962= b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1.2 (2) 25,63031017= b0 + 12b1 + 3b2 + 36b1.2 -14,78691055 = -7b1 – 21b1.2 ..............................................................................(5) Eliminasi persamaan 3 dan 4; (3) 3,881927711= b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 (4) 21,86202419= b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2
-
-17,98009648 = -7b1 - 56b1.2 ................................................................................(6) Eliminasi persamaan 5 dan 6; (5) -14,78691055 = -7b1 – 21b1.2 (6) -17,98009648 = -7b1 - 56b1.2 3,19318593 = 35b1.2 b1.2 = 0,091233883
Substitusi b12 ke persamaan 5 14,78691055 = -7b1 – 21b1.2 14,78691055 = -7b1 – 21 (0,091233883) b1 = 1,838714142
75 Substitusi b1 dan b1.2 ke persamaan 1 10,84339962= b0 + 5b1 + 3b2 + 15b1.2 10,84339962= b0 + 5(1,838714142) + 3b2 + 15(0,091233883) 0,28132066 = b0 + 3b2 .............................................................................................(7) Substitusi b1 dan b1.2 ke persamaan 3 3,881927711= b0 + 5b1 + 8b2 + 40b1.2 3,881927711= b0 + 5(1,838714142) + 8b2 + 40(0,091233883) -8,960998324= b0 + 8b2 ............................................................................................(8) Eliminasi persamaan 7 dan 8 (7) 0,28132066 = b0 + 3b2 (8) -8,960998324= b0 + 8b2 9,242318984 =-5b2 b2=-1,848463797
Substitusi nilai b2 ke persamaan 7 0,28132066 = b0 + 3b2 0,28132066 = b0 + 3(-1,848463797) b0 = 5,82671205
Jadi persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas setelah 1 bulan penyimpanan pada suhu kamar adalah: Y= 5,82671205 + 1,838714142.X1 - 1,848463797.X2 + 0,091233883.X1.X2
76
Lampiran 7. Data Uji Iritasi Primer Pada Kelinci Albino
Rumus Indeks Iritasi = (∑ skor eritrema jam ke 24-72/3)+(∑skor edema jam ke 24-72/3) jumlah hewan uji
Formula (1)
1 jam
Waktu Pengamatan 24 jam 48 jam 72 jam
1 minggu
Jumlah eritrema oedema
Kelinci I Eritrema Oedema Kelinci II Eritrema Oedema Kelinci III Eritrema Oedema
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0 0
1 0
0 0
0 0
0 0
1/3
0 0
1 0
1 0
0 0
0 0
2/3
Indeks Iritasi formula (1) =
Formula a
1 jam
0
0
0
(0 + 1 / 3 + 2 / 3) + (0 + 0 + 0) = 1 / 3 = 0.33 3
Waktu Pengamatan 24 jam 48 jam 72jam
Jumlah 1 minggu Eritrema Oedema
Kelinci I Eritrema Oedema Kelinci II
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
Eritrema Oedema Kelinci III
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
Eritrema Oedema
0 0
1 0
0 0
0 0
0 0
1/3
Indeks Iritasi Formula a =
(0 + 0 + 1 / 3) + (0 + 0 + 0) = 1 / 9 = 0.11 3
0
0
0
77
Formula b
1 jam
Waktu Pengamatan 24 jam 48 jam 72 jam
Jumlah 1 minggu Eritrema Oedema
Kelinci I Eritrema Oedema Kelinci II Eritrema Oedema Kelinci III Eritrema Oedema
2 0
2 0
2 0
0 0
0 0
4/3
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
0 0
0 0
2 0
0 0
0 0
2/3
1 jam
0
0
(4 / 3 + 0 + 2 / 3) + (0 + 0 + 0) = 2 / 3 = 0.67
Indeks Iritasi Formula b =
Formula ab
0
3
Waktu Pengamatan 24 jam 48 jam 72jam
Jumlah 1 minggu Eritrema Oedema
Kelinci I Eritrema Oedema Kelinci II
0 1
0 1
0 0
0 0
0 0
0
Eritrema Oedema Kelinci III
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0
Eritrema Oedema
0 0
1 0
0 0
0 0
0 0
1/3
Indeks Iritasi Formula ab =
(0 + 0 + 1 / 3) + (1 / 3 + 0 + 0) = 2 / 9 = 0.22 3
1/3
0
0
78 Lampiran 8. Foto Tanaman Saw Palmetto
(a)
(b) (c) Tanaman Saw Palmetto (a), bunga tanaman Saw Palmetto (b), dan buah Saw Palmetto (c)
79 Lampiran 9. Gambar Ekstrak Kering Saw Palmetto
Ekstrak kering Saw Palmetto
80 Lampiran 10. Foto Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto
(a)
(b)
(c) (d) Foto krim anti hair loss formula (1) (a), formula a (b), formula b (c), dan formula ab (gambar d)
81 Lampiran 11. Foto Uji Iritasi Primer
(a)
(b) Foto uji iritasi primer ((a) dan (b))
82 Lampiran 12. Quesioner Subjective Assesment
SUBJECTIVE ASSESMENT KRIM ANTI HAIR LOSS SAW PALMETTO DENGAN HUMECTANT PEG 400-GLISEROL
Nama
: ……………………………
Umur
:…………………………….
Hari, tanggal :……………………………. Kemasan No. :……………………………. Berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom yang anda anggap paling sesuai dengan pertanyaan di bawah ini! No. 1.
Pertanyaan Menurut anda apakah krim ini memiliki penampakan yang baik?
2. Apakah krim ini memiliki bau yang enak? 3.
Apakah kekentalan krim ini sudah sesuai untuk digunakan di kulit kepala?
4. Haluskah krim ini menurut anda? 5. Apakah krim ini mudah dioleskan di kulit kepala? 6. 7. 8.
Apakah krim ini setelah dioleskan di kulit kepala terasa lengket? Apakah kulit kepala anda terasa kering setelah dioleskan krim ini? Apakah anda merasakan sensasi dingin di kulit kepala?
9. Apakah rambut anda menjadi lepek? 10.
Secara umum cukup nyamankah krim ini untuk digunakan di kulit kepala selama beberapa jam?
Ya
Sedang Tidak
61
Lampiran 13 Rekapitulasi Skor Subjective Assesment Formula (1) No
Kriteria Penilaian
Skor responden ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Χ
1
Penampilan
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
1
1
3
3
3
1
2
2
1
2
1
2
3
1
2
1
1
1.90
2
Bau
2
3
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
3
2
3
2
1
1
2
2
1
2
2
1
1
2
1
1.66
3
Viskositas
2
2
3
2
1
2
3
2
3
2
1
3
2
3
2
3
3
3
2
3
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2.17
4
Kehalusan
1
1
3
1
3
2
3
2
2
1
3
3
3
2
1
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
1
2
3
2
2.31
5
Daya sebar
3
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
3
2
3
2
2.59
6
Kelengketan
1
1
3
2
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
1
3
3
1
3
1
1
3
3
3
2
3
2
1
1
2.10
7
Efek lembab
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2.86
8
Sensasi dingin Efek ke rambut Kenyamanan
3
1
1
2
2
2
2
1
3
3
2
1
1
3
1
1
2
1
3
1
1
3
1
1
2
2
1
3
3
1.83
1
1
1
2
1
1
1
1
2
3
1
3
1
1
1
2
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
2
1
1
1.48
2
1
3
2
1
2
2
2
2
2
2
3
1
1
2
3
3
2
2
2
1
3
3
1
3
1
2
2
2
2.00
∑ skor
21
17
23
19
19
20
23
19
24
23
21
24
17
20
19
26
28
20
23
19
14
25
22
20
23
20
19
20
18
20.90
9 10
83
62
Formula a No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kriteria Penilaian Penampilan Bau Viskositas Kehalusan Daya sebar Kelengketan Efek lembab Sensasi dingin Efek ke rambut Kenyamanan ∑ skor
1 2 2 2 1 3 1 3 3
2 1 2 2 1 2 1 3 2
3 2 1 3 3 3 1 3 1
4 2 1 3 2 3 2 3 2
5 2 1 3 3 3 3 3 2
6 2 1 2 2 2 2 3 2
7 2 2 3 3 3 3 2 1
8 2 1 2 2 2 3 3 1
9 2 2 3 2 3 3 3 3
10 2 2 2 1 3 2 3 3
11 2 1 2 2 3 2 3 3
12 1 2 3 3 3 2 2 1
13 1 1 1 2 2 1 3 1
Skor responden ke14 15 16 17 18 2 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1
19 2 1 2 3 3 3 3 3
20 2 1 2 2 3 2 3 1
21 2 2 2 1 2 1 3 2
22 2 2 3 3 2 3 3 3
23 2 1 2 2 3 3 3 3
24 2 2 2 3 3 2 1 3
25 3 2 2 3 3 2 2 2
26 2 1 2 3 3 3 3 1
27 2 1 3 3 3 3 3 1
28 2 2 3 3 3 1 2 3
29 1 1 2 3 2 1 3 2
Χ 1.93 1.59 2.45 2.34 2.76 2.10 2.72 2.07
1
1
1
2
1
1
2
1
1
3
1
2
1
1
3
3
2
1
1
1
1
1
3
1
1
3
3
1
1
1.55
2 20
1 16
3 21
2 22
2 23
2 19
2 23
2 19
2 24
2 23
2 21
3 22
1 14
2 23
2 26
2 26
2 25
2 19
2 23
2 19
1 17
3 25
3 25
1 20
3 23
1 22
3 25
2 22
1 17
2.00 21.52
84
63
Formula b Kriteria Penilaian Penampilan Bau Viskositas Kehalusan Daya sebar Kelengketan Efek lembab Sensasi dingin Efek ke rambut Kenyamanan ∑ skor
1 3
2 2
3 3
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9 2
10 2
11 2
12 1
13 1
Skor responden ke14 15 16 17 18 2 2 3 3 1
19 2
20 2
21 2
22 2
23 1
24 3
25 3
26 2
27 2
28 1
29 1
Χ 2
2 2 1 3 3 3 3
2 2 1 2 2 3 3
1 3 3 3 3 3 1
1 2 1 2 3 3 2
1 3 3 3 3 3 2
1 2 2 2 3 3 2
2 3 3 3 3 2 2
1 2 2 2 3 3 1
2 2 2 3 2 3 3
2 3 2 3 3 3 3
1 3 3 3 1 3 2
2 3 3 3 1 3 1
1 2 3 2 2 3 1
3 2 3 3 1 3 2
2 3 2 3 1 3 1
2 2 2 3 2 3 2
2 3 3 3 2 2 2
2 2 2 3 1 3 1
1 3 3 3 3 3 3
1 3 3 3 1 3 1
2 2 2 3 1 3 3
2 3 3 3 3 3 3
1 2 2 3 3 3 3
1 3 3 3 1 3 1
2 2 3 3 2 2 2
1 2 3 3 2 3 1
1 2 3 2 3 3 1
2 3 3 3 1 2 3
1 2 2 2 1 3 2
1.55 2.45 2.45 2.76 2.07 2.86 1.97
1
1
1
2
1
2
3
1
1
3
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
3
1
1
3
3
1
1
1.62
2 23
2 20
3 24
2 20
2 23
2 21
2 25
2 19
2 22
3 27
2 21
2 21
2 19
2 23
3 22
2 23
3 25
2 18
2 24
2 20
2 21
3 26
3 24
1 20
3 23
1 21
2 22
2 21
2 17
2.17 21.90
85
64
Formula ab No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kriteria Penilaian Penampilan Bau Viskositas Kehalusan Daya sebar Kelengketan Efek lembab Sensasi dingin Efek ke rambut Kenyamanan ∑ skor
1 2 1 2 2 2 1 3 2
2 2 2 3 3 3 1 2 3
3 2 1 3 3 3 3 3 1
4 2 1 2 3 3 2 3 1
5 3 2 2 3 3 2 2 2
6 3 1 3 3 3 3 3 3
7 2 1 3 3 3 3 3 3
8 3 2 3 3 3 3 3 3
9 2 2 3 3 3 1 3 2
10 2 1 3 2 3 2 3 1
11 2 1 2 3 3 3 3 3
12 1 2 3 2 3 1 3 1
13 3 2 3 3 3 3 2 2
Skor responden ke14 15 16 17 18 3 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 1
1
1
3
3
1
1
3
1
1
1
1
1
2
3
3
1
1
1
1
3
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1.52
1 17
2 22
2 24
1 21
3 23
1 24
3 27
3 27
2 22
2 20
2 23
2 19
3 26
2 24
3 28
1 22
1 13
3 22
2 22
3 27
3 25
2 19
2 23
2 19
2 23
2 22
3 24
1 16
2 21
2.10 22.24
19 2 2 2 3 3 1 3 3
20 2 2 3 2 3 3 3 3
21 2 2 3 3 3 2 3 3
22 2 1 2 2 2 3 3 1
23 2 2 3 3 3 2 2 2
24 2 1 2 2 2 2 3 2
25 2 1 3 3 3 3 3 2
26 2 1 3 2 3 2 3 2
27 3 1 3 3 3 3 3 1
28 1 2 1 2 2 1 3 2
29 1 2 2 1 3 3 3 3
Χ 2.07 1.55 2.55 2.59 2.79 2.14 2.86 2.07
86
61
BIOGRAFI PENULIS
Skripsi berjudul: Optimasi Komposisi Polietilen Glikol 400 dan Gliserol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial ini ditulis oleh seorang putri kelahiran Flobamora bernama Patricia Dwi Herma. Penulis dilahirkan di Kupang, 11 Maret 1985 dari pasangan Bapak Drs.Sabinus Hatul,M.M., dan Ibu Chatarina Iswanti. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya di SDK.St Yoseph 3 Kupang tahun 1997, penulis meneruskan pendidikannya ke SMPK.Frater Kupang. Pada tahun 2003 setelah menempuh pendidikan menengah di SMUK.Giovanni Kupang, penulis meniti pendidikan lebih lanjut ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis lulus sebagai Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada tahun 2007. Selama menjalani studi di Fakultas Farmasi, penulis aktif sebagai anggota paduan suara Fakultas Farmasi: PSF Veronika, dan pernah beberapa kali menjadi asisten mata kuliah praktikum, antara lain: praktikum Kimia Dasar (2005 dan 2006), Biokimia (2005), dan Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semipadat (2006).
xvi