PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM FORMULA EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) O.K) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Maria Oktavia NIM : 048114130
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM FORMULA EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) O.K) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Maria Oktavia NIM : 048114130
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi Berjudul
OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM FORMULA EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) O.K) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
Yang diajukan oleh: Maria Oktavia NIM : 048114130
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
TN Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt. Tanggal : 7 Agustus 2008
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pengesahan SMpsi Berjudul OPTIMASI KOMPOSISITWEEN 80DAI{ SPAI\I80 SEBAGAI EMALSIYNNG AGENTDALAM FORMULA EMULGELANTI.AGING EKSTRAK TEH HIJATJ(Comelliasinensis(tJ O.K) : APLIKASI DESAINFAKTORIAL Oleh : Maria Oktavia NIM: 048114130
DipertahankandirhadapanPanitia Penguji Skripsi Fakultas Fprmasi : UniversitasSanataDharma pada tanggal : 5 Agustus2fi18
mrngphhi Firmnri Dtlrma
M-Si,rfuil.
$uhinm,M*Sl,Afr. Pinifir Fagtji: l. Tlf. fffulhl
Sukium, *I*fi"*F
L Sri Errafi Ynlirni, *I.sL AS 3. *gr$r Bsdi$srirs I.*rL
ltil.si.nApt
1V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku bersyukur... Sungguh-sungguh bersyukur... berterima kasih pada-Mu Tuhan, aku pernah melewati itu semua Menjadikan satu kenangan indah... yang akan membawa ku menjadi lebih baik nantinya, yang ajarkan aku, betapa sulit mewujudkan impian... Dan memberi aku arti hidup tak semudah seperti apa yang diinginkan Kini... Didetik bahagia ini, diakhir masa ku disini... Dengan segala kedewasaan hati, aku berjanji... akan ku langkahkan kaki menantang jalan panjang ku nanti didepan Aku tak kuasa tuk tetap berdiri saja karena ini bukan perhentian... Karena aku adalah aku, yang tak ingin gagal Karena aku adalah aku, yang memiliki banyak impian... Tetap melangkah mewujudkan cita-cita...
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria Keluargaku tercinta Almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Maria Oktavia
Nomor Mahasiswa
: 048114130
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM FORMULA EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L.) O.K) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 12 Agustus 2008
Yang menyatakan,
Maria Oktavia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya oleh berkat, anugerah, kasih dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm). Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa dukungan, sarana, bimbingan, nasihat, kritik dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. TN Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis selama penelitian dengan memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan nasihat. 3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi. 4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi. 5. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Tri Dese Budi Prasetiyo yang selalu menemani, mendukung serta menyemangati penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 7. Mbak Ella yang selalu meluangkan waktunya untuk diskusi. 8. Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Iswandi, Pak Ottok, Pak Wagiran, Pak Sigit, Pak Sarwanto, dan Pak Yuwono selaku laboran dan karyawan yang telah membantu selama penelitian. 9. Teman-teman 2004 FST & FKK semuanya atas kebersamaan, kenangan, dan persahabatan selama ini (semoga sampai selamanya). Semua teman, sahabat yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkam demi kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya penulis berharap semuga skripsi ini bermenfaat bagi pengembangan ilmu farmasi khususnya dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Yogyakarta, Juli 2008 Penulis,
Maria Oktavia
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juli 2008 Penulis,
Maria Oktavia
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Teh hijau mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat efek penuaan dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek tween 80, span 80 dan interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan kestabilan sediaan emulgel serta untuk mendapatkan area komposisi optimum tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel antiaging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.) O.K). Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni dengan variabel eksperimental ganda (desain faktorial) dan teknik analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95 %. Optimasi formula emulgel dilakukan dengan dua variasi level emulsifying agent dengan parameter sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan stabilitas emulgel pada penyimpanan (perubahan viskositas, pemisahan fase emulgel). Formula tersebut diuji keamanannya dengan uji iritasi primer pada hewan percobaan kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa span 80 dominan dalam menentukan respon daya sebar dan viskositas emulgel dan tween 80 dominan dalam menentukan respon perubahan viskositas emulgel. Tidak ada faktor yang dominan dalam menentukan pemisahan fase emulgel setelah penyimpanan 1 bulan. Hasil uji iritasi primer menunjukkan emulgel ekstrak teh hijau tidak mengiritasi. Dalam penelitian ini, ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent tween 80-span 80 dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau. Kata kunci: ekstrak teh hijau, tween 80, span 80, desain faktorial.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Green tea have an antioxidant compounds which can inhibit the premature aging. The purpose of the research is to investigate the dominant effect among tween 80, span 80 and the interaction between tween 80 and span 80 on the emulgel physical properties and emulgel stability, and to obtain the optimum area of the composition tween 80 and span 80 as emulsifying agent from extract green tea (Camellia sinensis (L.) O.K) emulgel anti-aging formulas. The research uses a pure experimental design with double experimental variables (factorial design) and Yate’s treatment as analytic statistic technique with 95 % degree of reliability. Optimizing emulgel formula was done by combine two various level of emulsifying agent with parameter on the physical characteristic of emulgel and emulgel stability. The formula safety is tested by primer irritation test to the experiment animal that are rabbits. The result show that span 80 dominant in determining the spreadability and viscocity of emulgel and tween 80 dominant in determining viscocity moving. There is no dominant factor that influence in separation phase of emulgel after a month storage. The result of primer irritation test showed that emulgel from green tea extract does not irritate. In this research, the optimal compotition area of emulsifying agent tween 80-span 80 in emulgel extract green tea has been figured out. Key word : extract green tea, tween 80, span 80, factorial design
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...............................................................................
i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... viii INTISARI .................................................................................................... ix ABSTRACT ..................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A.
Latar Belakang ....................................................................................
1
B.
Perumusan Masalah ............................................................................
5
C.
Keaslian Penelitian .............................................................................. 5
D.
Manfaat Penelitian ..............................................................................
5
E.
Tujuan Penelitian ................................................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 A.
Teh ....................................................................................................... 6
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B.
Kulit ..................................................................................................... 10
C.
Penuaan dini ……................................................................................
13
D.
Antioksidan ........................................................................................
14
E.
DPPH ................................................................................................... 15
F.
Emulgel ...............................................................................................
16
G.
Gelling Agent ......................................................................................
17
H.
Emulsifying Agent ...............................................................................
18
I.
Metode desain faktorial........................................................................ 20
J.
Uji iritasi primer................................................................................... 22
K.
Landasan Teori..................................................................................... 23
L.
Hipotesis............................................................................................... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 25 A.
Jenis Rancangan Penelitian .................................................................
25
B.
Variabel dalam Penelitian ...................................................................
25
C.
Definisi Operasional ............................................................................ 26
D.
Bahan dan Alat .................................................................................... 28
E.
Tata Cara Penelitian ............................................................................
29
1.
Pemeriksaan ekstrak daun teh hijau …......................................... 29
2.
Pemeriksaan katekin.... ................................................................
29
3.
Uji aktivitas antioksidan...............................................................
30
4.
Optimasi formula emulgel................................ ...........................
31
5.
Uji sifat fisik dan stabilitas emulgel ...........................................
34
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F.
Analisis Hasil ......................................................................................
37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
39
A.
Identifikasi Ekstrak Teh Hijau.............................................................
39
B.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Teh Hijau......................................
42
C.
Pembuatan Emulgel Ekstrak Teh Hijau...............................................
46
D.
Penentuan Tipe Emulsi Ekstrak Teh Hijau..........................................
48
E.
Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel........................................................
50
F.
Uji Mikromeritik Gel...........................................................................
61
G.
Uji Iritasi Primer . ...............................................................................
63
H
Optimasi Formula ...............................................................................
64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 70 A.
Kesimpulan .........................................................................................
70
B.
Saran .................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
71
LAMPIRAN ................................................................................................
74
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 109
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Level rendah dan level tinggi tween 80, level rendah dan level tinggi span 80................................................................................
33
Tabel II.
Formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau ..............................
34
Tabel III.
Nilai hRx Ekstrak Teh Hijau..........................................................
40
Tabel IV.
Hasil Pemeriksaan Ekstrak Teh Hijau............................................
41
Tabel V.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Teh Hijau dan Vitamin C menggunakan Metode DPPH.........................................…………
43
Tabel VI.
Nilai HLB Teoritis Emulgel.................................................... ......
46
Tabel VII.
Hasil Uji pH Emulgel Anti-Aging Ekstrak Teh Hijau ...................
47
Tabel VIII. Hasil Pengukuran Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel.....................
52
Tabel IX.
Efek Tween 80, Span 80 dan Interaksi dalam Menentukan Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel.............................................................
Tabel X.
Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon daya sebar emulgel...........................................................................................
Tabel XI.
53
55
Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon viskositas emulgel................................................................................................
57
Tabel XII. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon perubahan viskositas emulgel..............................................................................
59
Tabel XIII. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon stabilitas fase emulgel...............................................................................................
61
Tabel XIV. Hasil Pengukuran Tetesan Minyak dalam Emulgel........................... 61 Tabel XV. Hasil
Pengukuran
Indeks
Iritasi
Primer
dan
Sifat 63
Iritannya...............
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Struktur Kulit............. ..................................................................
11
Gambar 2.
Mekanisme Reaksi antara DPPH dengan antioksidan..................
16
Gambar 3.
Lempeng
KLT
diamati
dengan
sinar
biasa
dan
sinar
UV................................................................................................... Gambar 4. Gambar 5.
Spektrum perbandingan panjang gelombang antara ekstrak teh 42 hijau dengan katekin........ ............................................................... Kurva hubungan antara konsentrasi (µg/ml) dengan peredaman radikal
bebas
(%)
pada
vitamin
C
dan
ekstrak
teh
hijau……......................................................................................... Gambar 6.
48
Gambar emulgel setelah ditambah dengan zat warna methylene blue……………………………......................................................
Gambar 9.
45
Gambar penampilan fisik emulgel setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih.............................................................................
Gambar 8.
43
Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau dengan gugus hidroksi ...........................................................................................
Gambar 7.
39
49
Gambar emulgel dibawah mikroskop setelah ditambah dengan zat warna methylene blue ……………………………….....................
50
Gambar 10. Grafik hubungan antara daya sebar-tween 80 dan grafik hubungan antara daya sebar-span 80…...........................................
54
Gambar 11. Grafik hubungan antara viskositas-tween 80 dan grafik hubungan antara viskositas-span 80………………………........ ....................
56
Gambar 12. Grafik hubungan antara perubahan viskositas-tween 80 dan grafik hubungan antara perubahan viskositas-span 80 ..............................
58
Gambar 13. Grafik hubungan antara pemisahan fase emulgel-tween 80 dan grafik hubungan antara pemisahan fase emulgel-span 80............... Gambar 14. Grafik distribusi ukuran tetesan minyak dalam emulgel.................
xv
60 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 15. Contour plot daya sebar emulgel...................................................
65
Gambar 16. Contour plot viskositas emulgel....................................................
66
Gambar 17. Contour plot perubahan viskositas emulgel..................................
67
Gambar 18. Contour plot pemisahan fase emulgel...........................................
68
Gambar 19. Contour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas emulgel.......
69
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Uji aktivitas antioksidan.........................................................
74
Lampiran 2.
Data Sifat fisik dan stabilitas sediaan emulgel.......................
76
Lampiran 3.
Perhitungan Perhitungan Yate’s treatment…….....................
89
Lampiran 4.
Data uji mikromeritik................... .........................................
99
Lampiran 5.
Data uji iritasi primer.................... ......................................... 101
Lampiran 6.
Kuisioner subjective assessment............................................. 102
Lampiran 7.
Perhitungan subjective assessment.........................................
103
Lampiran 8.
Foto dokumentasi…………… ...................................……...
107
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman yang paling populer di dunia. Posisinya berada pada urutan kedua setelah air mineral. Diperkirakan tidak kurang dari 120 ml setiap harinya, teh dikonsumsi setiap orang. Teh hijau memiliki khasiat yang lebih baik dibandingkan teh hitam untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. Berbagai penelitian menunjukkan teh hijau bermanfaat untuk mencegah kanker, osteoporosis, kardiovaskular, aterosklerosis, menyembuhkan penyakit ginjal dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sementara untuk perawatan kecantikan teh hijau berperan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan dini, menghilangkan bau mulut hingga sebagai obat pelangsing (Soraya, 2007). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, kini ekstrak teh hijau telah banyak digunakan dalam berbagai produk perawatan kecantikan, seperti facial foam, lotion, obat pelangsing dan lulur. Teh hijau mengandung senyawa polifenol berupa katekin yang memberikan aktivitas antioksidan sehingga dapat mengurangi kerusakan sel dan proses penuaan dini menjadi lebih lambat (Syah, 2006). Kandungan polifenol dalam teh hijau antara lain adalah epikatekin, epikatekin galat, epigalokatekin dan epigalokatekin galat. Menurut penelitian, kandungan zat antioksidan teh hijau 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25 kali dari vitamin E yang juga merupakan antioksidan potensial sebagai penyegar kulit dan mengatur keseimbangan radikal bebas (Soraya, 2007).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aktivitas antioksidan dari teh hijau dapat membantu mengontrol aktivitas radikal bebas, yakni zat berbahaya yang sangat reaktif dan bersifat merusak jaringan organ-organ tubuh hingga menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu efek dari radikal bebas adalah penuaan dini. Manusia akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan ini antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda. Sebagian besar garis-garis wajah dan kerut atau keriput disebabkan oleh pemaparan berlebihan terhadap sinar UV, baik UVA yang bertanggung jawab atas noda gelap, kerut atau keriput dan melanoma maupun UVB yang bertanggung jawab atas kulit terbakar serta karsinoma (Anonim, 2008a). Dalam tubuh sebenarnya ada enzim yang dapat menangkal radikal bebas, akan tetapi reaksi enzimatik ini tidak pernah mencapai 100%. Akibat dari kerusakan jaringan ini secara perlahan menyebabkan elastisitas kolagen merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan (Kumalaningsih, 2006).
Dengan adanya antioksidan proses penuaan dini serta kerusakan organ tubuh dan risiko terserang berbagai penyakit diusia tua dapat dicegah. Penuaan dini dapat dihambat dengan menggunakan 3 gram daun teh hijau yang diseduh dengan 150 ml air mendidih, didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah (Mursito, 2000). Caracara tersebut dirasakan kurang praktis, khususnya bagi masyarakat yang memiliki aktifitas cukup padat, karena itu dibuat suatu sediaan topikal yang dirancang untuk penggunaan lokal pada kulit secara lebih praktis dan lebih efektif yaitu
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emulgel. Ekstrak teh hijau juga dapat digunakan sebagai anti penuaan dini dengan konsentrasi 5-10% (Anonim, 2002). Emulgel adalah sediaan yang dibuat dengan mencampurkan emulsi baik berupa tipe minyak dalam air maupun berupa tipe air dalam minyak dan gelling agent sebagai pembentuk gel dengan konsentrasi tertentu. Emulgel juga telah digunakan sebagai penghantar obat ke dalam jaringan kulit (Magdy, 2004). Gel mempunyai kelebihan berupa kandungan air yang cukup tinggi sehingga memberikan kelembapan yang bersifat mendinginkan dan memberikan rasa nyaman pada kulit (Mitsui, 1997). Emulsi mempunyai kelebihan berupa kemampuan penetrasi yang tinggi pada kulit. Emulsi minyak dalam air lebih banyak digunakan sebagai basis obat yang dapat tercuci dengan air untuk tujuan kosmetik. Emulsi air dalam minyak lebih dapat digunakan untuk perawatan kulit kering dan pemakaian sebagai emolien (Magdy, 2004). Atas dasar kelebihan dari emulsi dan gel tersebut maka dibuat sediaan emulgel dari ekstrak teh hijau yang dapat berfungsi sebagai pencegah proses penuaan dini. Pada sediaan emulgel terdapat sistem gel dan sistem emulsi, dimana dalam penelitian ini digunakan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) sebagai gelling agent, tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent. Gelling agent untuk kebutuhan farmasi dan sediaan kosmetik harus inert, aman dan tidak reaktif dengan komponen lain (Zath and Kushla, 1996). Tween 80 merupakan emulsifying agent larut air yang digunakan dalam sediaan kosmetik, yang mempunyai HLB 15 sehingga mampu membentuk emulsi tipe M/A. Span 80 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan emulsifying agent nonionik dengan HLB 4,3 karena gugus lipofilnya lebih dominan. Dalam interfacial film theory, adanya stable interfacial complex condensed film yang terbentuk saat emulsifying agent yang bersifat larut air dicampurkan dengan emulsifying agent yang bersifat larut lemak mampu membentuk dan mempertahankan emulsi dengan lebih efektif dibandingkan penggunaan emulsifying agent tunggal (Zats and Kushla, 1996). Emulsifying agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulsi sehingga harus diperhatikan sebelum sediaan dipasarkan kekonsumen. Suatu sediaan layak untuk digunakan oleh masyarakat apabila memenuhi syarat keamanan. Oleh karena itu selain optimasi, dalam penelitian ini juga dilakukan uji iritasi primer sebagai uji awal untuk mengetahui tingkat keamanannya. Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk. Dengan metode ini dapat diketahui efek yang dominan antara tween 80, span 80 dan interaksi keduanya dalam menentukan respon yang diharapkan. Selain untuk menentukan efek yang dominan, desain faktorial juga dapat digunakan untuk memperoleh sediaan dengan formula optimum. Komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dioptimasi dengan metode desain faktorial ini. Diharapkan dengan komposisi tween 80 dan span 80 yang optimum, diperoleh sediaan emulgel yang memenuhi kualitas fisik yang baik meliputi daya sebar, viskositas dan stabilitas fisik sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. PERUMUSAN MASALAH •
Di antara tween 80, span 80 dan interaksi keduanya, mana yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau?
•
Dapatkah ditemukan area komposisi optimum tween 80 dan span 80 pada contour plot superimposed yang diprediksikan sebagai formula optimum emulgel anti- aging ekstrak teh hijau?
•
Apakah formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau memberikan efek iritasi primer?
2.
KEASLIAN KARYA Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.) O.K) : aplikasi desain faktorial belum pernah dilakukan.
3. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan tentang bentuk sediaan emulgel yang berasal dari bahan alam. b. Manfaat metodologis Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode desain faktorial. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat menghasilkan komposisi tween 80 dan span 80 yang optimal sehingga diperoleh sediaan yang berkhasiat, aman dan dapat diterima oleh masyarakat.
B. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan formula dengan komposisi tween 80 dan span 80 yang optimum sebagai emulsifying agent dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)), yang memenuhi persyaratan mutu yakni, berkhasiat, aman dan dapat diterima oleh masyarakat. b. Tujuan khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : •
Mengetahui manakah yang dominan antara tween 80, span 80 dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas emulgel.
•
Menemukan area komposisi optimum tween 80 – span 80 pada contour plot superimposed yang diprediksikan sebagai formula optimum emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.
•
Mengetahui apakah formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau memberikan efek iritasi primer atau sebaliknya, tidak memberikan efek iritasi primer. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh Sinonim
: Camellia bohea Griff, C. sinensis (L) O.K., C. theifera Dyer., Thea sinensis L,. T. asamica Mast, T. cochinchinensis Lour., T. cantoniensis Lour., T. chinensis Sims., T. viridis L.
Klasifikasi Devisi
: Spermathophyta (tumbuhan biji)
Sub devisi
: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas
: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub kelas
: Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku)
: Camelliaceae (Theaceae)
Genus (marga)
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
Varietas
: Assamica
(Tuminah, 2004).
1. Klasifikasi teh Teh
dapat
dikelompokkan
dalam
tiga
jenis
berdasarkan
pengolahannya, yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong dan teh pouchong (semifermentasi), dan teh hitam (fermentasi penuh) (Syah, 2006). Teh hijau dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidasenya di dalam daun teh segar. Metode inaktivasi enzim polifenol oksidase teh hijau dapat dilakukan melalui pemanasan (udara panas) yaitu memanaskan daun
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sudah kering dan penguapan (steam /uap air) dimana daun teh segar yang masih baru dipetik diuapkan sebentar kemudian dikeringkan. Kedua metode ini berguna untuk mencegah tejadinya oksidasi enzimatis katekin (Syah, 2006). Teh hitam dibuat dengan cara memfermentasikan daun teh, yang sebelumnya sedikit dikeringkan dengan udara hangat, dilayukan dan digiling di bawah pengaruh panas yaitu melalui oksidase katekin dalam daun segar dengan katalis polifenol oksidase atau yang disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, yaitu katekin teh diubah menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat sehingga memberi ciri khas teh hitam, yaitu berwana kuat dan tajam (Syah, 2006). Teh oolong diproses melalui pemanasan daun dalam waktu singkat setelah penggulungan, oksidasi terhenti dalam proses pemanasan, sehingga teh oolong disebut dengan teh semifermentasi. Karakteristik teh oolong berada diantara teh hitam dan teh hijau (Syah, 2006). 2. Kandungan kimia a. Substansi fenol 1) Katekin (polifenol) Katekin merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang merupakan senyawa larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit, tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan, katekin teh bersifat antimikroba (bakteri, virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah,
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melancarkan sekresi air seni dan menghambat pertumbuhan sel kanker (Fulder, 2004). Katekin dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu proantocyanidin dan polyester. Katekin teh hijau tersusun sebagian besar atas senyawasenyawa katekin, epikatekin, galokatekin, epigalokatekin, galokatekin galat dan epigalokatekin galat (Syah, 2006). Kandungan teh hijau bervariasi menurut cara pengolahannya. Kandungan katekin tertinggi ada pada teh hijau, disusul teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau mengandung 16-30 % senyawa katekin. 2) Flavanol Flavanol dalam teh meliputi quersetin, kaemferol, dan mirisetin. Flavanol merupakan antioksidan alami yang mampu mengikat logam. b. Substansi bukan fenol Substansi bukan fenol terdiri dari: 4 % karbohidrat, 6 % substansi pektin, 3-4 % alkaloid seperti teofilin (1,3-dimetil xantin), teobromin (3,7dimetil xantin) dan kafein (1,3,7-trimetil xantin). Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan pada sistem CNS (Central Nervous System) dalam sistem respiratori dan jantung). Kandungan teh hijau lainnya adalah klorofil dan zat warna lain, protein dan asam-asam amino, asam organik substansi resin, vitamin, substansi mineral.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Substansi penyebab aroma Beberapa pendapat menyatakan bahwa aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa beraroma. Pendapat lain mengatakan aroma berasal dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa mudah menguap (aldehid dan keton tidak jenuh) (Syah, 2006). d. Enzim Beberapa enzim terdapat dalam daun teh. Peranan penting enzimenzim ini adalah sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia dalam tanaman. Enzim yang dikandung dalam daun teh diantaranya invertase, amilase, β-glukosidase, oximetilase, protease dan peroksidase (Syah, 2006).
B. Kulit Kulit merupakan organ terluas yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh luar baik secara fisik maupun imunologik. Kulit juga berperan penting dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, karena merupakan indera yang sensitif terhadap sentuhan yang kadang membuat perasaan emosional (Rawling, 2002). Kulit memiliki kekakuan yang bervariasi di setiap bagian yang berbeda. Daerah yang paling kaku dan tebal adalah telapak kaki dan telapak tangan serta sela-sela jari. Kulit menjadi lebih tipis dan berkeriput pada usia tua dan kelihatan kekuningan bahkan keabu-
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
abuan, sering disebut penuaan kulit. Pada kulit wajah, sel-selnya sangat tipis, sehingga memungkinkan sediaan kosmetik dapat berpenetrasi (Young, 1972).
Gambar 1. Struktur Kulit Kulit tersusun dari 3 komponen utama yaitu : 1. Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri dari 5 lapis sel, dari atas ke bawah, yaitu: a. Stratum corneum Stratum corneum adalah lapisan kulit terluar dan terdiri dari beberapa lapisan sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Lapisan tanduk memberikan perlindungan terhadap cahaya, panas bakteri dan berbagai bahan kimia. b. Stratum lucidum Lapisan ini merupakan sel gepeng, jernih dan sel mati yang berisi eleidin, eleidin dibentuk dari keratohialin dan akan berubah menjasi keratin.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Stratum granulosum Lapisan ini terdiri dari 3-5 lapis sel gepeng yang berisi butiran berwarna gelap yang disebut keratohialin. Keratohialin ikut serta dalam langkah pembentukan keratin. d. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri dari 8-10 lapis sel poligonal yang sangat rapat. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti sel terletak ditengah. e. Stratum basale atau stratum germinativum Stratum basale merupakan lapisan terdalam dalam epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel kubus. Pada saat pembelahan sel, sel-sel ini akan bergerak maju kepermukaan menjadi lapisan-lapisan yang diatasnya. Inti selnya akan mengalami degenerasi dan selnya akan mati. Sel-sel ini akan menggantikan sel-sel yang ada pada bagian paling atas epidermis. 2. Lapisan Dermis Dermis terdiri dari jaringan connective yang berisi serabut kolagen dan serabut elastin. Ruang diantara serabut tersebut berisi jaringan adiposa, folikel rambut, saraf, kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Lapisan ini terdiri dari: a. Pars papilaris terdiri dari jaringan connective yang berisi serabut elastis, ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pars retikularis adalah bagian bawah dermis yang berhubungan dengan lapisan sub kutis. Bagian ini terdiri dari jaringan connective yang padat yang berisi serabut kolagen dan serabut elastis. 3. Lapisan Subkutis Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar dengan isi sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening (Tortora, 1990).
C. Penuaan dini Kulit berubah mengikuti usia seseorang. Walaupun proses penuaan tidak dapat dihindari, pemahaman tentang proses penuaan yang terjadi di kulit sangat penting. Paparan sinar matahari dipercaya akan mempercepat proses perubahan kulit. Penuaan akan dapat dipercepat lagi oleh radikal bebas yang berada di sekitar kita. Proses penuaan kulit disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Penuaan kulit karena faktor ekstrinsik terjadi akibat adanya faktor luar seperti sinar matahari, merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan kekurangan nutrisi sedangkan faktor intrinsik dilatarbelakangi faktor genetik dari individu dan diakibatkan dari usia yang tidak dapat dihindari. Proses penuaan kulit yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik dapat menyebabkan penuaan dini. Kelainan yang terjadi pada penuaan dini berupa kulit kering, kulit berkerut, muncul noda-noda hitam pada kulit, kulit kusam, dan tidak bercahaya. Hal ini terjadi karena adanya radikal bebas (Hermani, 2005).
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diantara tanda-tanda penuan kulit yang dapat terlihat, yaitu kulit terlihat kering, kasar, kendur dan kehilangan elastisitasnya, terdapat bercak atau noda coklat kehitaman, keriput, adanya regangan kulit, timbul lipatan pada leher, dan garis-garis ketuaan di wajah (Baumann, 2002).
D. Antioksidan Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya secara cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat merusak reaksi berantai dari radikal bebas (Hudson, 1990). Atas dasar fungsinya, antioksidan dapat dibedakan menjadi lima seperti berikut : 1. Antioksidan primer yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Sebagian besar zat fenolik, tiokoferol, alkil galat, BHA, BHT dan glutation peroksidase. 2. Antioksidan sekunder yang berfungsi untuk menangkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai, misalnya vitamin C, Vitamin E, beta karoten. 3. Antioksidan tersier yang bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Oxygen scavenger, antioksidan yang dapat mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C. 5. Chelators, kerjanya mengikat logam yang mampu mengkatalisis rekasi oksidasi, misalnya asam sitrat asam amino, ethylendiamin (Kumalaningsih, 2006).
E. DPPH ( 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil ) Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dengan kemampuan meredam radikal bebas. Dalam penelitian ini radikal bebas yang digunakan adalah DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil atau α,α-difenil-β-pikrilhidrasi). DPPH adalah merupakan suatu senyawa radikal bebas yang stabil. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH yang berwarna ungu dan berubah menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning stabil. Sebaliknya senyawa DPPH kehilangan H akan menjadi radikal baru yang reaktif. Suatu senyawa dapat digunakan sebagai radikal bebas yang bermanfaat, apabila setelah bereaksi dengan radikal bebas akan menghasilkan radikal baru yang stabil atau senyawa bukan radikal (Molyneux, 2004). Antioksidan dinyatakan aktif bila menghambat radikal bebas lebih dari 80 %, dinyatakan sedang bila menghambat radikal bebas 50-80 % dan dinyatakan tidak aktif bila menghambat radikal bebas kurang dari 50 % (Yen, 1995).
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reaksi antara DPPH sebagai radikal bebas dengan antioksidan:
NO2 O2N
N
NO2 N
+ AH O2N
NO2
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
H N
N
+ A •
NO2
antioksidan
1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
Gambar 2. Mekanisme reaksi antara DPPH dengan antioksidan Nilai IC50 (Inhibiton Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (μg/ml) yang mampu menghambat 50 % radikal bebas. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50 % daya hambatan dengan sumbu konsentrasi, kemudian dimasukkan ke persamaan Y = a + bx dimana Y = 50 dan nilai X menunjukkan IC50 (Yen, 1995).
F. Emulgel Emulgel dibuat dengan mencampurkan emulsi dengan perbandingan tertentu. Syarat sediaan emulgel sama seperti syarat untuk sediaan gel, yaitu untuk penggunaan dermatologi harus mempunyai syarat antara lain sebagai berikut : tiksotropik, mempunyai daya sebar yang mudah melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat tambahan (Magdy, 2004). Pembuatan emulgel dilakukan dengan cara mencampurkan emulsi dan gel dengan perbandingan tertentu. Bahan tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan emulgel adalah gelling agent yang dapat meningkatkan viskositas,
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emulsifying agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, humektan dan pengawet. Uji stabilitas merupakan proses evaluasi untuk menjamin bahwa sifatsifat utama produk tidak berubah selama waktu yang dapat diterima oleh konsumen. Ketidakstabilan dapat dilihat dengan mengevaluasi karakteristik produk, baik dengan pengamatan secara subyektif maupun obyektif. Pengamatan secara subyektif misalnya dengan mengamati warna, bau dan penampilan produk, sedangkan pengamatan obyektif misalnya dengan mengukur pH, daya sebar, viskositas, ukuran partikel, dan lain-lain (Wilkinson, 1982).
G. Gelling Agent Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1999). Gel pada umumnya memiliki sifat rheologi pseudoplastik (Nairn, 1997). Gel biasanya digunakan untuk diaplikasikan pada membran mukus atau jaringan yang luka atau terbakar karena gel memiliki kandingan air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi (Klech, 1986). Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air dalam strukturnya. Hidrogel merupakan sistem yang menyebabkan air tidak bisa bergerak karena adanya polimer tidak larut. Salah satu alasan disukainya hidrogel sebagai komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat adalah kompatibilitasnya yang relatif baik dengan jaringan biologis. Polimer yang digunakan dalam hidrogel terhidrolisis lambat dan secara bertahap melepaskan obat bebas. Kelebihan hidrogel yaitu aman digunakan secara topikal, transparan, licin, mudah digunakan, memberikan rasa dingin karena ada penguapan air serta residunya mudah dihilangkan (Zatz and Kushla, 1996). Hidrogel merupakan polimer organik seperti asam poliakrilik (carbomer), CMCNa dan selulosa eter non ionik (hidroksipropilmetilselulosa (HPMC)) sering digunakan sebagai basis untuk tujuan pembuatan hidrogel (Barel et al, 2001). HPMC tidak larut dalam alkohol, pembentukan gel dilakukan dengan pemanasan pada suhu 50-90oC dan stabil pada pH 3-11.
H. Emulsifying Agent Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk (Allen, 2002). Emulsifying agent bekerja dengan membentuk film atau lapisan di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah (Anief, 2003). Penggunaan campuran dua macam emulsifying agent biasanya lebih stabil dibanding penggunaan emulsifying agent tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulsifying agent dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen, 2002). 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a) Tween 80 Tween 80 digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 1-15%. Tween 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1992). Tween 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnyanya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993). Tween 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut dalam alkohol polihidrik (Greenberg, 1954). Tween 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6,0-8,0 dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12 (Greenberg, 1954). b) Span 80 Span 80 mempunyai nama lain sorbitan monooleat. Pemeriannya berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter. Berat jenis pada 20oC adalah 1 gram. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25oC adalah 1000 cps.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Span 80 dapat disiapkan dari campuran sorbitol terester sebagian dengan mono dan dianhidrida asam oleat. Digunakan dengan cara sama seperti ester sorbitan, seperti span 20 tetapi lebih lipofilik dari span 20, berguna untuk membuat krim tipe A/M, bagian kecil dari tween 60 atau tween 80 dapat ditambahkan untuk mengurangi viskositas dan membantu pembentukan emulsi, sehingga tidak perlu menggunakan homogenizer sampai konsistensinya 10%, dapat dimasukkan dalam basis tipe parafin untuk membentuk basis tipe anhidrat yang mampu menyerap sejumlah besar air (Anonim, 1988).
I. Metode Desain Faktorial Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental kuno yang dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variebel eksperimental dengan menjaga variabel lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor – faktor menyebabkan perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990) Perencanaan percobaan faktorial (factorial design) merupakan suatu metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk (Voigt, 1994) Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level, efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon. (Voigt, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata – rata respon pada level tinggi dikurangi rata – rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? 2. Apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? 3. Apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? (Bolton, 1990) Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. model yang dipilih dari analisis tersebut adalah model matematika (Bolton, 1990). Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri dari kombinasi semua level dari faktor. Desain percobaan yang paling sederhana
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level (22). Dari percobaan dengan desain faktorial 22 dapat diperoleh persamaan dengan konsep : Y = B0 + B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2) dimana : Y
= respon hasil percobaan
X1, X2
= level, yang nilainya mulai (-1) sampai (+1)
B0, B1, B2, B12
= koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan
B0
= rata – rata hasil semua percobaan
B1, B2, B12
=
∑ xy 2n
(Bolton, 1990)
Dalam penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X1 dan X2 pada level rendah, X1 pada level tinggi dan X2 pada level rendah, X1 pada level rendah dan X2 pada level tinggi, X1
dan X2 pada level tinggi. Agar dapat
mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level rendah dari faktor diubah menjadi –1 (Bolton 1990).
J. Uji Iritasi Primer
Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan deterjen. Beratnya bermacam-macam, dari hiperemia, edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama, karenanya berbeda dengan sensitisasi (Lu, 1995). Iritasi primer yang paling sering dimodifikasi dideskripsikan oleh John Draize dan teman-temannya pada tahun 1944 (Hayes, 2001).
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dilakukannya uji Draize yaitu untuk mengidentifikasi bahan-bahan kimia
yang
merupakan
bahan
yang
sangat
berbahaya,
bukan
untuk
membandingkan produk (Hayes, 2001). Ada beberapa uji iritasi kulit yang dimodifikasi berdasarkan prosedur Draize. Modifikasi dilakukan pada spesies hewan yang digunakan, jumlah bahan uji yang dipakai, pengolesan berulang dan jenis pemeriksaan, misalnya histologi (Lu, 1995).
K. Landasan Teori
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan dini yang disebabkan oleh radikal bebas yang masuk dalam tubuh adalah dengan menggunakan sediaan atau produk yang mengandung antioksidan. Teh hijau merupakan antioksidan penyegar kulit dan pengatur keseimbangan radikal bebas yang bisa memperlambat proses penuaan, aktivitas antioksidan ketekin dapat mengurangi kerusakan sel sehingga proses penuaan menjadi lebih lambat (Syah, 2006). Secara tradisional, teh hijau digunakan untuk menghambat penuaan dini dengan cara menyeduh daun teh hijau dengan air panas dan kemudian didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah. Dalam penelitian ini ekstrak teh hijau akan diformulasikan dalam bentuk emulgel. Alasan pemilihan bentuk sediaan tersebut karena gel mempunyai kelebihan berupa kandungan air yang cukup tinggi sehingga memberikan kelembapan yang bersifat mendinginkan dan memberikan rasa nyaman pada kulit (Mitsui, 1997) dan emulsi mempunyai kelebihan berupa kemampuan penetrasi 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tinggi pada kulit. Sistem emulsi ini menggunakan komposisi emulsifying agent tween 80 – span 80. Komposisi emulsifying agent ini diharapkan akan menurunkan tegangan antar muka minyak–air sehingga memberikan sistem emulsi yang memenuhi kriteria. Komposisi emulsifying agent akan menentukan sifat fisik dan stabilitas dari emulgel. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya tween 80 dan span 80 yang diprediksi dapat membentuk stable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel, viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul–molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya. Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mendapatkan formula yang optimum dilihat dari sifat fisik dan stabilitas emulgel. Dengan metode ini efek tiap – tiap faktor maupun interaksi keduanya dapat teridentifikasi dan dapat ditentukan faktor mana yang paling mempengaruhi sifat fisik, dan stabilitas emulgel. Selain itu, dengan desain faktorial juga dapat diketahui area komposisi optimum berdasarkan contour plot superimposed.
I.
Hipotesis
Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah diduga ditemukan faktor yang dominan antara tween 80, span 80 atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas emulgel, serta diduga ditemukan area komposisi tween 80 dan span 80 yang optimum sehingga menghasilkan emulgel dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi optimum emulsifying agent (Tween 80 dan Span 80) dalam formula emulgel ekstrak teh hijau sebagai anti-aging dengan parameter sifat fisik dan stabilitas emulgel. B.
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent. 2. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik emulgel yang meliputi daya sebar, viskositas, dan stabiltas emulgel meliputi perubahan viskositas dan stabilitas fase emulgel setelah penyimpanan selama satu bulan. 3. Variabel pengacau terkendali Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama pengadukan, kecepatan mixer untuk membuat sediaan emulgel, lama penyimpanan. 4. Variabel pengacau tidak terkendali Variabel pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu penyimpanan, suhu dan kelembapan saat penelitian. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C.
Definisi operasional
1. Teh hijau adalah teh yang dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidasenya di dalam teh segar yang berperan sebagai zat antioksidan. 2. Emulgel adalah sediaan yang dibuat dengan mencampurkan emulsi baik berupa tipe minyak dalam air maupun berupa tipe air dalam minyak dan gelling agent sebagai pembentuk gel dengan konsentrasi tertentu. 3. Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk mengetahui efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik emulgel dan digunakan untuk menceri area komposisi optimum emulsifying agent (tween 80 dan span 80) berdasarkan contour plot superimposed yang diprediksikan sebagai formula optimum pada penelitian ini. 4. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu tween 80 sebagai faktor A dan span 80 sebagai faktor B. 5. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2 level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah tween 80 dinyatakan dalam jumlah 2 g dan level tinggi sebanyak 4 g. Level rendah span 80 dinyatakan dalam jumlah sebanyak 3,5 g dan level tinggi sebanyak 5,5 g. 6. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatifkan. Dalam penelitian ini adalah hasil percobaan sifat fisik emulgel (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas emulgel (perubahan viskositas dan pemisahan fase). 7. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Sifat fisik emulgel
adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui
kualitas fisik emulgel yang meliputi daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas selama penyimpanan (1 bulan). 9. Daya sebar adalah diameter penyebaran 1 gram emulgel pada alat uji daya sebar yang diberi beban 125 gram dan didiamkan selama 1 menit. Kriteria daya sebar optimum adalah 5 - 6 cm. 10. Viskositas adalah hambatan emulgel untuk mengalir setelah adanya pemberian gaya. Semakin besar viskositas, maka emulgel semakin tidak mudah untuk mengalir. Kriteria viskositas optimum adalah 170 – 230 d Pa.s. 11. Perubahan viskositas adalah persentasr dari selisih viskositas emulgel dalam penyimpanan selama 1 bulan dengan viskositas emulgel setelah dibuat. Kriteria perubahan viskositas optimum adalah 25% - 30%. 12. Stabilitas fase emulgel adalah persentase volume emulgel yang stabil dibandingkan dengan volume total emulgel dalam tabung berskala pada hari ke- 0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28 dan 30 setelah pembuatan emulgel. Stabilitas fase emulgel =
hu x100 %......... .......... .......... .......... ...(1) ho
Keterangan : hu = tinggi emulgel stabil (cm) ho = tinggi emulgel mula – mula (cm)
13. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisik dan stabilitas emulgel.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Contour plot superimposed adalah penggabungan garis-garis pada daerah optimum yang telah dipilih pada uji volume pemisahan fase, daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas. 15. Sifat fisik dan stabilitas emulgel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisik emulgel. Dalam penelitian ini sifat fisik emulgel meliputi daya sebar, viskositas dan stabilitas emulgel meliputi perubahan viskositas emulgel setelah disimpan selama 1 bulan serta pemisahan fase yang terjadi selama penyimpanan. 16. Daerah optimum dalam penelitian ini adalah sifat fisik emulgel yang meliputi daya sebar emulgel 5-6 cm, viskositas emulgel 170 d Pa.s sampai 230 d Pa.s, perubahan viskositas emulgel kurang dari 25% - 30% dan stabilitas fase emulgel yang lebih besar dari 91%.
D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak teh hijau (Tritunggal Artha Makmur), metanol (kualitas p.a), DPPH (Sigma, kualitas p.a), hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) (Tritunggal Artha Makmur, farmasetis), propilen glikol (Ikapharmamindo putramas, farmasetis), Tween 80 (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), Span 80 (Ikapharmamindo putramas, farmasetis), liquid paraffin (Ikapharmamindo putramas, farmasetis), metil paraben (Ikapharmamindo putramas, farmasetis), propil paraben (Ikapharmamindo putramas, farmasetis) dan aquadest. 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), bekker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), mixer (Cucina Philips® dan Power Supply IC Regulated model ad 01), timbangan analitik (Precise 2000C – 2000D1), penangas air, stopwatch (Casio®), kaca bulat berskala, alat uji daya sebar, dan Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN).
E. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan Ekstrak Teh Hijau
Pemeriksaan ekstrak teh hijau dilakukan secara Kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak teh hijau buatan dan ekstrak teh hijau sampel serta pewarna II LP (campuran yang terdiri dari merah metal P, natrium fluoroseina P, biru metal P dan hijau malakit P sama banyak dalam isopropanol P 0,05%) ditotolkan sebanyak 10μl pada fase diam silica gel GF254. Bercak yang telah ditotolkan pada fase diam kemudian dieluasi dengan campuran etil asetatmetiletilketon P-asam format P-air (50:30:10:10) dengan jarak lambat 15 cm setelah itu lempeng diangkat dan dikeringkan, diamati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm (Anonim, 1980). 2. Pemeriksaan Katekin
Pemeriksaan katekin pada teh hijau dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS yaitu dengan membandingkan spektrum yang dihasilkan oleh baku pembanding katekin dengan ekstrak teh hijau yang 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengandung katekin. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang antara 266 - 280 nm, menggunakan konsentrasi yang sama (Anonim, 2000). 3. Uji aktivitas antioksidan
Ekstrak teh hijau dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan radikal bebas DPPH. Sampel pada uji aktivitas antioksidan (DPPH) adalah ekstrak teh hijau serta menggunakan vitamin C sebagai larutan pembanding. a. Pembuatan larutan 1mM DPPH Menimbang seksama 39,5 mg DPPH (BM 394,32) dan dilarutkan dengan 100,0 ml metanol p.a kemudian dimasukkan dalam botol yang telah dilapisi dengan alluminium foil (untuk setiap pengujian larutan harus dibuat baru). b. Persiapan larutan DPPH tanpa penghambatan (0% penghambatan) sebagai larutan blangko. Satu mililiter larutan DPPH 1mM dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5,0 ml kemudian ditambahkan metanol pro analisis hingga 5,0 ml dan dihomogenkan. c. Persiapan larutan uji Menimbang seksama 5,0 mg sampel dan dilarutkan dalam metanol pro analisis hingga 5,0 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 μg (sebagai larutan induk). Dipipet 25, 50, 125, 250, dan 500 µl larutan
induk ke dalam labu ukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan 100 μg/ml.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Persiapan larutan pembanding Menimbang seksama lebih kurang 5,0 mg vitamin C dan melarutkannya dalam metanol pro analisis hingga 5,0 ml sehingga memperoleh larutan dengan konsentrasi 1000μg/ml (sebagai larutan induk). Dipipet 25, 50, 125, 250 dan 500μl larutan induk ke dalam labu ukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan 100μg/ml. e. Uji aktivitas Ke dalam setiap tabung larutan uji dan larutan pembanding ditambahkan 1ml larutan DPPH 1mM dan metanol pro analisis hingga 5,0 ml. Mulut tabung ditutup dengan alumunium foil dan dihomogenkan. Larutan DPPH tanpa penghambatan (larutan blangko), larutan uji dan larutan kontrol positif. Segera diinkubasi selama 30 menit pada 370C. Serapan diukur pada panjang gelombang 515nm. 4. Optimasi formula emulgel
a. Formula Formula yang digunakan untuk pembuatan emulgel anti aging ekstrak teh hijau mengacu pada Optimation of chlorphenesin emulgel formulation (Magdy, 2004) dengan formula sebagai berikut :
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Chlorphenesin
0,5
g
HPMC
2,5
g
Liquid parafin
5
g
Tween 20
0,6
g
Span 20
0,9
g
Propylene glycol
5
g
Etanol
2,5
g
Metyl paraben
0.03
g
Propyl paraben
0,01
g
Purified water to
100
g
Dilakukan modifikasi dengan mengganti zat aktif dan beberapa eksipiennya. Formula hasil modifikasi adalah sebagai berikut : Ekstrak teh hijau
5
g
HPMC
4,5
g
Parafin cair
5
g
Tween 80
2–4 g
Span 80
3,5 – 5,5 g
Propilen glikol
5
g
Metil paraben
0,15
g
Propil paraben
0,05
g
Aquadest ad
100
g
Formula diatas dibuat emulgel anti aging ekstrak teh hijau dengan menggunakan emulsifying agent berupa tween 80 dan span 80. Level rendah tween 80 adalah 2 gram dan level tinggi tween 80 adalah 4 gram. Level rendah span 80 adalah 3,5 gram dan level tinggi span 80 adalah 5,5 gram. Penggunaan level rendah dan level tinggi emulsifying agent berdasarkan pada literatur dan orientasi formula yang dilakukan oleh
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penulis. Berikut adalah rancangan desain faktorial tween 80 dan span 80 yang digunakan dalam penelitian : Tabel I. Level Rendah dan Level Tinggi Tween 80, Level Rendah dan Level Tinggi Span 80 Formula Tween 80 (g) Span 80 (g) 1 2 3,5 a 4 3,5 b 2 5,5 ab 4 5,5
Keterangan : F (1) = tween 80 level rendah, span 80 level rendah F (a) = tween 80 level tinggi, span 80 level rendah F (b) = tween 80 level rendah, span 80 level tinggi F (ab) = tween 80 level tinggi, span 80 level tinggi Berdasarkan tabel tersebut, dibuat 4 formula emulgel ekstrak teh hijau sebagai berikut : Tabel II. Formula emulgel anti aging ekstrak teh hijau Formula (1) a b ab Ekstrak teh hijau 5 5 5 5 HPMC 4,5 4,5 4,5 4,5 Parafin cair 5 5 5 5 Tween 80 2 4 2 4 Span 80 3,5 3,5 5,5 5,5 Propilen glikol 5 5 5 5 Metil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15 Propil paraben 0,05 0,05 0,05 0,05
Aquadest ad
100
33
100
100
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pembuatan emulgel 1.
Pembuatan dispersi HMPC (hidroksipropilmetilselulosa). HMPC didispersikan sedikit demi sedikit dalam air suling panas pada suhu 80 o C, diaduk dengan pengaduk dan didiamkan 1 malam.
2.
Pembuatan emulsi : Fase minyak dibuat dengan mencampur span 80 dengan parafin cair pada suhu 70-80 o C, lalu diaduk sampai homogen. Fase air dibuat dengan mencampur tween 80 sebagian air pada suhu 70-80 o C, lalu diaduk sampai homogen. Setelah homogen fase minyak ditambahkan ke fase air kemudian sisa air ditambahkan sambil terus diaduk dengan menggunakan pengaduk sampai terbentuk emulsi yang homogen.
3.
Pembuatan emulgel. Emulsi dan HPMC yang sudah didispersikan dicampur sampai terbentuk emulgel kemudian ditambahkan ekstrak teh hijau, metil paraben dan popil paraben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol. Bahan-bahan tersebut dihomogenkan dengan kecepatan pengadukan 200 rpm selama 20 menit.
5. Evaluasi sediaan emulgel :
1. Pemeriksaan Viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscosimeter Rion seri VT 04 dengan cara : sediaan emulgel dimasukkan dalam wadah dan dipasang 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada portable viscotester. Viskositas emulgel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu 48 jam setelah emulgel selesai dibuat dan setelah penyimpanan selama 1 bulan. 2. Pengujian Daya Sebar Pengukuran daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Sediaan emulgel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Diatas emulgel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit kemudian dicatat penyebarannya. Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula. 3. Stabilitas Fase emulgel Sediaan dimasukkan ke dalam tabung berskala kemudian diamati perubahan pemisahan fase yang terjadi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30. Dihitung persentase emulgel yang stabil dibandingkan dengan total volume emulgel dalam tabung berskala. Pemisahan fase emulgel dapat dihitung dengan rumus: Stabilitas fase emulgel =
Keterangan :
hu x100 %......... .......... .......... .......... ...(1) ho
hu = tinggi emulgel stabil (cm) ho = tinggi emulgel mula – mula (cm)
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Tipe emulsi a. Metode Pengenceran Emulgel diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan aquadest dengan volume dua kali lipat volume emulgel dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Pengamatan dilakukan dengan melihat apakah emulgel bercampur atau tidak. b. Metode Pewarnaan Tipe emulsi dibawah mikroskop dengan menggunakan zat warna : 9 Metilen Blue
Emulgel diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan 5 tetes methylen blue dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Pengamtan dilakukan dibawah mikroskop. Bila globul-globul tidak berwarna merah (jernih) dan fase luar berwarna biru maka tipe emulsi M/A. 5. Pengujian Mikromeritik Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopi, dengan alat mikroskop. Pengukuran terlebih dululu dilakukan kalibrasi lensa mikroskop kemudian dilakukan pengamatan ukuran partikel sebanyak 500 partikel dari emulgel teh hijau (Martin and Bustamante, 1993). 6. Subjective assesment Subjective assesment emulgel dilakukan dengan cara mengoleskan emulgel pada tangan sukarelawan. Sukarelawan diminta untuk menilai beberapa kriteria seperti yang tercantum dalam kuisioner. Sukarelawan yang dipilih 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah yang berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan. Jumlah sukarelawan adalah 29 orang (Garg et al, 2002). Hasil dari subjective assesment digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan batasan fisik sediaan emulgel. 7. Uji Iritasi Primer Sejumlah 0,5 gram emulgel dioleskan pada kulit punggung kelinci dengan luasan tertentu yang telah dicukur, kemudian diberi tempelan dan ditutup dengan plester. Tempelan dibiarkan di kulit selama 4 jam, kemudian diambil dan diamati terjadinya eritema dan edema pada interval waktu 1 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 1 minggu (Lu, 1995).
F. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik emulgel meliputi daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas dianalisis menggunakan metode desain faktorial. Dari pengolahan data, dapat dihitung efek tween 80, span 80 dan efek interaksi sehingga dapat diketahui efek yang dominan dalam menentukan setiap sifat fisik dan stabilitas emulgel. Dari persamaan desain faktorial dapat dibuat contour plot dari setiap sifat fisik emulgel, kemudian digabungkan dalam superimposed contour plot sehingga dapat dicari area komposisi optimum emulsifying agent yang diprediksi sebagai formula emulgel yang optimum. Analisis statistik Yate’s treatment untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon. Berdasarkan analisis 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
statistik ini maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari harga F hitung dan F tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu, hipotesis alternatif (H ) 1
menyatakan adanya regresi (hubungan) antara faktor dengan respon, sedangkan H merupakan negasi dari H yang menyatakan tidak adanya regresi (hubungan) 0
1
antara faktor dengan respon. H diterima dan H ditolak apabila harga F hitung 1
0
lebih besar daripada harga F tabel, yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. F tabel diperoleh dari nilai Fα(numerator, denominator) dengan taraf kepercayaan 95 %. Derajat bebas faktor dan interaksi (experiment) sebagai numerator, yaitu 1, dan derajat bebas experimental error sebagai denominator, yaitu 15, sehingga diperoleh harga F tabel untuk faktor dan interaksi pada semua respon adalah F
0,05 (1,15)
38
= 4,5431.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Ekstrak Teh Hijau 1.
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Identifikasi ekstrak teh hijau secara KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak campuran etil asetat-metiletilketon-asam format-air (50:30:10:10) dengan jarak rambat 15 cm. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ekstrak teh hijau yang digunakan memiliki kandungan senyawa yang sama dengan ekstrak buatan. Identifikasi dilakukan dengan melihat harga Rf yang dihasilkan sampel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari awal dengan jarak garis depan pelarut dari titik awal (Stahl, 1973).
a b c a b c Sinar biasa, 254 nm Sinar UV, 366 nm Gambar 3. Lempeng KLT diamati dengan sinar biasa dan sinar UV Keterangan : a = ekstrak buatan b = ekstrak sampel c = zat warna II LP 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari gambar 3 dapat dilihat pada sinar biasa dan sinar UV 366 nm,ekstrak buatan dan ekstrak teh hijau menghasilkan tinggi bercak yang sama dan berwarna kuning kecoklatan. Hasil penelitian menunjukkan harga Rf untuk bercak pertama adalah 0,46 dan harga Rf untuk bercak kedua adalah 0,76. Zat warna II LP digunakan sebagai pembanding untuk melihat profil KLT dari bercak sampel, dengan Rf 0,90. Dari nilai Rf yang diperoleh dapat dihitung nilai hRx untuk tiap bercak sampel dan diperoleh hRx untuk bercak pertama adalah 51 sedangkan hRx untuk bercak kedua adalah 84. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau yang akan digunakan memenuhi kriteria yang terdapat dalam MMI seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel III. Nilai hRx Ekstrak Teh Hijau Dengan sinar biasa Sinar UV 366 nm hRx Tanpa Dengan Tanpa Dengan pereaksi pereaksi pereaksi pereaksi 2-5 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 15-19 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 21-26 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 28-32 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 38-42 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 49-53 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 54-58 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 59-63 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 70-74 Kuning Ungu coklat Kuning coklat 80-84 Kuning Ungu coklat Kuning coklat
Dari hasil identifikasi ekstrak dengan zat warna (MMI), ditunjukkan pada tabel IV. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hijau yang akan digunakan dalam penelitian memenuhi syarat yang terdapat dalam MMI.
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Teh Hijau Pemeriksaan Syarat menurut literatur Hasil pemeriksaan a. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes Memenuhi syarat asam sulfat pekat, terbentuk warna Memenuhi syarat kuning b. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N, terbentuk warna kuning Memenuhi syarat c. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida 5 %, terbentuk Memenuhi syarat warna kuning hijau d. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes Memenuhi syarat Identifikasi larutan kalium hidroksida 5% terbentuk reaksi warna Memenuhi syarat warna coklat e. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam klorida pekat, terbentuk warna Memenuhi syarat kuning f. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes Memenuhi syarat amonia (25 %), terbentuk warna coklat g. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes Memenuhi syarat larutan asam asetat encer, terbentuk warna kuning coklat pH 5,0 – 7,0 5,4 2.
Pemeriksaan Katekin pada Ekstrak Teh Hijau Uji ini dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif apakah ekstrak teh hijau yang digunakan mengandung katekin, diketahui bahwa aktivitas antioksidan teh hijau berhubungan dengan kandungan katekinnya. Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang merupakan senyawa larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit. Teh hijau mengandung 16-30% senyawa katekin (Syah, 2006).
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Spektrum Perbandingan Panjang Gelombang Maksimum antara ektrak teh hijau dengan katekin Dari dari gambar 4 dapat dilihat bahwa profil spektrum panjang gelombang antara ekstrak teh hijau dengan pembanding katekin serupa. Katekin memiliki panjang gelombang maksimum 277,8 dan ekstrak teh hijau memiliki panjang gelombang maksimum 279 nm. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau tersebut mengandung katekin.
B. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Teh Hijau Uji aktivitas antioksidan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini. Salah satu metode untuk menguji aktivitas antioksidan adalah dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil atau α,α-difenil-β-pikrilhidrazil). Metode DPPH ini dipilih karena metode sederhana, murah, cepat dan peka serta membutuhkan sedikit sampel. Pada metode ini senyawa antioksidan (polifenol ekstrak teh hijau) akan bereaksi dengan radikal bebas DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning. Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan scanning spektra sinar tampak terhadap larutan blanko yaitu larutan DPPH yang serapannya diukur pada range panjang 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gelombang 450-550 nm. Dari hasil pengukuran didapat panjang gelombang maksimum 516 nm dengan serapan 0,528 kemudian dilakukan pengukuran untuk vitamin C dan ekstrak teh hijau. Berikut adalah data hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C dan ekstrak teh hijau dan kurva hubungan antara konsentrasi dengan persen peredaman radikal bebas. Tabel V. Aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau dan vitamin C menggunakan metode DPPH Sampel Konsentrasi % inhibisi IC50 r (µg/ml) (µg/ml) tabel 5 24,55 ± 0,10 10 37,05 ± 0,66 Vitamin 26,65 25 48,67 ± 0,19 C r = 0,9019 50 88,25 ± 0,19 100 91,40 ± 0,66 r = 0,878 5 20,19 ± 0,29 10 33,52 ± 0,38 Ekstrak 26,19 Teh 25 57,82 ± 0,47 r = 0,8837 hijau 50 89,51 ± 0,29 100 92,48 ± 0,21
Peredaman Radikal Bebas (%)
120 100 80 60 40 20 0 0
20
40
60
80
100
120
Konsentrasi (µg/ml) ekstrak teh hijau
vitamin C
Linear (vitamin C)
Gambar 5. Kurva hubungan antara konsentrasi (µg/ml) dengan peredaman radikal bebas (%) pada vitamin C dan ekstrak teh hijau
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pengujian aktivitas antioksidan vitamin C dan ekstrak teh hijau dapat dilihat pada tabel III. Dari hasil serapan yang didapat kemudian dihitung persen peredaman DPPH, yang menujukkan besarnya aktivitas antioksidan larutan uji (vitamin C dan ekstrak teh hijau) terhadap radikal bebas (DPPH). Dari data dapat dilihat pada konsentrasi 100 µg/ml, persen peredaman radikal bebas pada vitamin C dan ekstrak teh hijau secara berturut-turut yaitu 91,40% dan 92,48%. Selanjutnya ditentukan kurva hubungan antara konsentrasi dengan persen peredaman radikal bebas sehingga didapat persamaan regresi linier dan dapat dihitung nilai IC50. IC50 yaitu konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50%. Hasil uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau mempunyai IC50 sebesar 26,19 µg/ml. Apabila aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau dibandingkan dengan aktivitas antioksidan vitamin C yang mempunyai nilai IC50 26,65 µg/ml, aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau lebih besar daripada vitamin C. IC50 umum digunakan untuk menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004). Semakin kecil harga IC50 maka akan semakin besar aktivitas antioksidannya. Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan.
Antioksidan
akan
menetralkan
radikal
bebas,
yang
dapat
menyebabkan penuaan kulit. Ada empat polifenol utama dalam daun teh yaitu epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin dan epigalokatekin galat (Soraya, 2007). Struktur dari keempat senyawa polifenol dalam daun teh hijau dapat dilihat pada gambar 6. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OH
OH
OH
OH
HO
HO
O
OH
O
O
OH
OH OH
O
OH
OH
2-(3,4-dihydroxyphenyl)chroman-3,5,7-triol
5,7-dihydroxy-2-(3,4-dihydroxyphenyl)chroman-3-yl 3,4,5-trihydroxybenzoate
Epikatekin
Epikatekingalat
OH OH
OH OH
HO
HO
O
O
OH OH
OH
O
OH
OH
OH
2-(3,4,5-trihydroxyphenyl)chroman-3,5,7-triol
C
OH
O OH
Epigalokatekin Epigalokatekin galat Keterangan : : gugus hidroksi Gambar 6. Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau dengan gugus hidroksi Pada gambar 6 dapat dilihat struktur senyawa polifenol dari ekstrak teh hijau, setiap senyawa memiliki gugus hidroksi (OH). Gugus hidroksi ini dapat berperan sebagai antioksidan, semakin banyak gugus hidroksi suatu senyawa maka kemampuannya sebagai antioksidan semakin baik (Rohdiana, 2001). Dari keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat digunakan untuk pembuatan emulgel antiaging ekstrak teh hijau.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pembuatan Emulgel Ekstrak teh hijau Pada penelitian ini dibuat empat formula yaitu formula 1, a, b dan ab. Formula 1 terdiri dari tween 80 dan span 80 dengan level rendah, formula a terdiri dari tween 80 level tinggi dan span 80 level rendah, formula b terdiri dari tween 80 level rendah dan span 80 level tinggi, dan formula ab terdiri dari tween 80 dan span 80 dengan level tinggi. Pada tabel IV dapat dilihat nilai HLB teoritis dari tiap formula, dengan nilai HLB tersebut dapat diperkirakan tipe emulsi dari sediaan emulgel yang dihasilkan adalah tipe emulsi minyak dalam air (M/A). Tabel VI. Nilai HLB Teoritis Emulgel Formula HLB 1 8,189 a 10,006 b 7,153 ab 8,805
Pembuatan emulgel ini diawali dengan mendispersikan HPMC ke dalam aquadest dengan suhu 80oC, kemudian didiamkan selama satu malam. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat terbentuk matriks gel HPMC yang lebih rigid. Dalam pembuatan emulgel ini terdapat dua fase yang tidak saling campur yaitu fase air dan fase minyak sebagai pembentuk emulsi. Pembuatan emulsi diawali dengan pemanasan dari tiap-tiap fase pada suhu 70oC, dimana fase minyak terdiri dari span 80, parafin cair dan parfum sedangkan fase air terdiri dari tween 80 dan aquadest. Dalam hal ini tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulsifying agent yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara dua fase tersebut. Pemanasan dilakukan untuk lebih memudahkan proses pembentukan emulsi, dengan penggunaan energi yang besar maka akan terbentuk pendispersian yang 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih baik dari satu fase ke fase lainnya. Sistem emulsi yang sudah terbentuk kemudian dicampurkan dalam sistem gel yang telah dibuat sebelumnya dan dihomogenkan dengan menggunakan mixer. Dalam emulgel yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan ekstrak teh hijau sebagai zat aktif, dan metil paraben serta propil paraben yang sebelumnya sudah dilarutkan dalam propilen glikol. Penambahan ekstrak teh hijau dilakukan setelah suhu emulgel yang terbentuk menurun, karena dengan suhu yang tinggi ekstrak teh hijau akan mudah teroksidasi. Penambahan parafin cair dalam formula adalah sebagai emolient dan propilen glikol berfungsi sebagai humektan yang mempertahankan kelembapan kulit sedangkan penambahan propil paraben dan metil paraben bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur secara sinergis dalam sediaan emulgel. Berdasarkan dari hasil uji pH, didapatkan pH yang berbeda untuk tiap formula. Data pH sediaan emulgel untuk tiap formula dapat dilihat pada tabel IV. Dari data dapat dilihat bahwa tiap formula menghasilkan pH yang berada dalam rentang pH kulit 4,0-6,0 sehingga dapat dikatakan bahwa emulgel yang dibuat tidak akan mengiritasi kulit dan dengan pH seperti yang tertera pada tabel IV, dapat dipastikan katekin dalam ekstrak teh hijau tetap stabil karena katekin stabil pada rentang pH 4-8 (Syah, 2006). Tabel VII. Hasil uji pH emulgel anti-aging ekstrak teh hijau Formula pH 1 5,25 a 5,15 b 5,31 ab 5,15
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Penentuan Tipe Emulsi Emulgel Ekstrak Teh hijau Emulgel merupakan sediaan yang dibuat dengan mencampurkan emulsi baik berupa tipe O/W maupun berupa tipe W/O dengan gelling agent sebagai pembentuk gel. Kenyamanan pemakaian emulgel saat diaplikasikan ke kulit sangat ditentukan dari tipe emulsinya. Tipe emulsi yang nyaman digunakan adalah tipe emulsi O/W, dimana fase minyak terdispersi dalam fase air sehingga mudah dicuci dengan air. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan 2 macam cara yaitu: 1.
Menambahkan fase eksternal secara berlebih Setiap emulgel diencerkan dengan air yang merupakan fase eksternal, dalam gelas arloji. Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
Formula 1
Formula a
Formula b Formula ab Gambar 7. Gambar penampilan fisik emulgel setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Emulgel dari tiap formula dapat bercampur dan menjadi encer setelah ditambahkan dengan air. Fase dimana emulsi dapat diencerkan dengan air maka emulsi tersebut bertipe O/W. Emulgel dapat menyebar karena jumlah fase eksternal bertambah banyak sehingga viskositas menurun. Dari hasil penentuan tipe emulsi dengan menambahkan fase eksternal berlebih didapat bahwa emulgel yang dibuat merupakan emulsi tipe O/W. 2.
Menggunakan zat warna Tiap-tiap formula emulgel diberikan zat warna, dalam hal ini digunakan zat warna methylene blue yang kemudian diamati dibawah mikroskop. Methylene blue merupakan zat warna yang larut dalam air. Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar berikut : a. Methylene blue
(Formula 1
(Formula a)
(Formula b)
(Formula ab)
Gambar 8. Gambar emulgel setelah ditambah dengan zat warna methylene blue
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Mikroskop
(Formula 1)
(Formula a)
(Formula b) (Formula ab) Gambar 9. Gambar emulgel dibawah mikroskop setelah ditambah dengan zat warna methylene blue Dengan penambahan methylene blue yang merupakan zat warna larut dalam air maka bila diamati dibawah mikroskop akan terlihat globul-globul emulsi yang tidak berwarna dan fase luar berwarna biru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe emulsi yang terbentuk adalah tipe M/A.
E. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel Emulgel yang baik harus memenuhi sifat fisik dan stabilitas emulgel yang baik sehingga dapat diterima masyarakat. Parameter sifat fisik emulgel dilihat dari daya sebar dan viskositas emulgel setelah pembuatan sedangkan parameter stabilitas emulgel dapat dilihat dari perubahan viskositas dan stabilitas fase emulgel setelah disimpan selama satu bulan. Uji daya sebar dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui mudah tidaknya emulgel menyebar saat diaplikasikan ke kulit. Pengukuran daya sebar 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan dengan menggunakan 1 gram emulgel yang diletakkan ditengah kaca bulat kemudian ditimpa dengan kaca bulat lain dan diberi beban hingga 125 gram. Setelah didiamkan selama 1 menit diukur diameter dari berbagai sisi (Garg et al, 2002). Rata-rata diameter yang dihasilkan diasumsikan sebagai daya sebar emulgel yang dibuat. Pemberian beban pada uji daya sebar dapat dianalogkan sebagai tekanan yang diberikan pada saat emulgel diaplikasikan ke kulit. Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir. Semakin besar viskositas berarti semakin kental sediaan yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya semakin kecil viskositas maka semakin encer sediaan yang dihasilkan. Viskositas emulgel diukur dengan menggunakan viscometer RION seri VT 04 dan kemudian viskositas dilihat dari skala yang tertera pada alat dengan satuan d Pa s. Pengukuran viskositas dengan tujuan untuk melihat profil kekentalan emulgel ini dilakukan dua kali yaitu 48 jam setelah dibuat dan satu bulan setelah pembuatan. Pengukuran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan viskositas emugel. Parameter stabilitas emulgel juga dapat dilihat dari kestabilan fase emulgel yang terjadi selama penyimpanan (1 bulan). Pengujian ini dilakukan agar dapat mengetahui berapa besar perubahan viskositas dan stabilitas fase emulsi yang terjadi sehingga masih bisa ditoleransi dan dapat diterima konsumen. Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas emulgel dalam penelitian :
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula
1 a b ab
Tabel VIII. Hasil Pengukuran Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel Daya sebar Viskositas Perubahan viskositas Stabilitas fase (cm) (d Pa.s) (%) emulgel (%) 5,55 ± 0,05 5,80 ± 0,06 5,35 ± 0,17 5,36 ± 0,07
173,33 ± 5,16 165,00 ± 5,27 193,33 ± 5,16 181,66 ± 4,08
27,88 ± 4,34 26,26 ± 4,56 28,44 ± 2,11 22,02 ± 4,14
100 ± 0,00 100 ± 0,00 100 ± 0,00 88,73 ± 1,96
Dari data tabel VIII dapat dilihat bahwa tiap formula menghasilkan respon yang berbeda terhadap uji sifat fisik dan stabilitas emulgel. Dari data dapat dilihat juga bahwa semakin besar perubahan viskositas yang dihasilkan maka akan semakin stabil fase emulgel. Dalam penelitian ini dihasilkan viskositas yang semakin kental setelah penyimpanan selama satu bulan daripada setelah pembuatan. Hal ini dikarenakan sifat dari gel yang pseudoplastik, dimana dengan semakin meningkat viskositas ikatan antara gel dengan sistem emulsi akan semakin kuat sehingga dapat meminimalkan terjadinya ketidakstabilan fase emulgel. Pada tabel VIII juga menunjukkan dengan peningkatan level tween 80 maka perubahan viskositas yang dihasilkan akan semakin kecil. Dari data juga dapat dilihat respon daya sebar dan viskositas, dimana penggunaan span 80 level rendah dihasilkan daya sebar yang lebih besar dengan viskositas yang rendah. Pada penggunaan span 80 level tinggi, daya sebar yang dihasilkan lebih rendah dan viskositas yang dihasilkan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa daya sebar dan viskositas mempunyai hubungan yang berbanding terbalik, semakin besar viskositas suatu sediaan maka semakin kecil daya sebar sediaan tersebut.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik kemudian diolah menggunakan desain faktorial untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas emulgel. Hasil perhitungan desain faktorial sifat fisik dan stabilitas emulgel sebagai berikut : Tabel IX. Efek Tween 80, Span 80, dan Interaksi dalam Menentukan Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel Efek Tween 80 Span 80 Interaksi Keterangan :
Daya sebar (cm)
Viskositas (d Pa.s)
Perubahan viskositas (%)
Stabilitas fase emulgel (%)
0,13 |-0,32| |-0,12|
|-10| 18,33 |-1,67|
|-8,04| |-3,86| |-4,80|
|-5,63| |-5,63| |-5,63|
- (negatif) : efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisik dan stabilitas fase emulgel 1.
Daya sebar emulgel Daya sebar emulgel menunjukkan mudah tidaknya sediaan untuk diaplikasikan ke kulit. Pada tabel X merupakan hasil perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon daya sebar. Dari hasil perhitungan harga F yang diperoleh dari Yate’s treatment menunjukkan bahwa tween 80, span 80, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. F hitung dari ketiganya lebih besar daripada F tabel yaitu 4,5431. Harga F hitung span 80 yang paling besar, hal ini menunjukkan bahwa span 80 merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon daya sebar emulgel. Dari hasil perhitungan efek untuk masing-masing faktor dan interaksinya terhadap daya sebar emulgel juga menunjukkan bahwa faktor 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang paling dominan dalam menentukan daya sebar adalah efek span 80 (tabel VI). Dari hasil perhitungan efek, nilai efek span 80 sebesar |-0,32| sedangkan tween 80 dan interaksinya berturut-turut sebesar 0,13 dan |-0,12|. Hubungan pengaruh peningkatan level tween 80 dan span 80 terhadap daya sebar emulgel, dapat dilihat pada grafik berikut :
(10a) (10b) Gambar 10. Grafik hubungan antara daya sebar-tween 80 (10a) dan grafik hubungan antara daya sebar-span 80 (10b) Dari grafik hubungan antara daya sebar-tween 80, dapat dilihat bahwa peningkatan level tween 80 akan meningkatkan daya sebar emulgel pada span 80 level tinggi maupun level rendah (a). Tween 80 cenderung bersifat hidrofil sehingga dapat menyebabkan penurunan viskositas. Viskositas yang rendah akan menghasilkan daya sebar emulgel yang besar sedangkan peningkatan level span 80 akan menurunkan daya sebar emulgel pada tween 80 level tinggi maupun level rendah (b). Dari gambar 10 terlihat adanya interaksi diantara kedua emulsifying agent yang ditunjukkan dengan ketidaksejajaran grafik.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel X. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon daya sebar Source of variation Degrees Sum of Mean Squares F of fredom Squares Replicates 5 0,1158 0,0232 Treatment 3 0,7907 0,2636 a 1 0,1053 0,1053 14,625 b 1 0,6048 0,6048 84 ab 1 0,0806 0,0806 11,1944 Experimental error 15 0,1076 0,0072 Total 23 1,0141
Span 80 berpengaruh secara dominan dalam menentukan respon daya sebar karena span 80 cenderung bersifat lipofil dan mempunyai viskositas yang lebih kental daripada tween 80 sehingga lebih berpengaruh terhadap peningkatan viskositas. Emulgel dengan viskositas besar mempunyai daya sebar yang kecil. Dalam menentukan efek yang dominan tanda positif dan negatif tidak diperhatikan, tetapi hanya memperhatikan nilainya. Efek span 80 bernilai negatif berarti bahwa adanya span 80 dalam emulgel akan menurunkan daya sebar emulgel. Demikian juga dengan interaksi tween 80 dengan span 80 bernilai negatif, berarti interaksi kedua faktor tersebut akan menurunkan daya sebar emulgel. Efek tween 80 yang bernilai positif berarti faktor tersebut akan meningkatkan daya sebar emulgel. 2.
Viskositas emulgel Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir suatu sediaan, semakin besar tahanannya maka semakin besar viskositas sediaan yang dihasilkan. Dari hasil perhitungan harga F yang diperoleh untuk respon viskositas memperlihatkan bahwa tween 80 dan span 80 memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan harga F hitung dari 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keduanya lebih besar daripada F tabel 4,5431 (tabel XI). Harga F span 80 paling besar daripada yang lain, hal ini menegaskan bahwa span 80 merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon viskositas. Perhitungan efek untuk viskositas terlihat pada tabel IX dimana juga ditunjukkan bahwa span 80 merupakan faktor dominan untuk meningkatkan viskositas emulgel. Hal ini terlihat pada efek span 80 sebesar 18,33, efek tween 80 |-10| dan efek interaksinya sebesar |-1,67|. Efek span 80 bernilai positif, hal ini berarti penggunaan span 80 akan meningkatkan viskositas emulgel sedangkan untuk efek tween 80 dan interaksinya bernilai negatif berarti penggunaan kedua faktor tersebut dapat menyebabkan viskositas emulgel menurun. Hubungan pengaruh peningkatan level tween 80 dan span 80 terhadap daya sebar emulgel, dapat dilihat pada grafik berikut :
(11a) (11b) Gambar 11. Grafik hubungan antara viskositas-tween 80 (11a) dan grafik hubungan antara viskositas-span 80 (11b) Pada gambar 11 dapat dilihat pengaruh peningkatan level tween 80 dan
span 80 terhadap viskositas emulgel. Semakin banyak jumlah tween 80 yang digunakan maka viskositas emulgel akan semakin menurun pada penggunaan 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
span 80 baik pada level tinggi maupun level rendah (gambar 11a). Pada gambar 11 b, dapat dilihat bahwa semakin banyak span 80 yang digunakan maka viskositas emulgel akan meningkat pada penggunaan tween 80 baik pada level tinggi maupun level rendah. Hal ini disebabkan karena span 80 memiliki
viskositas
yang
tinggi
dan
berpengaruh
dominan
dalam
meningkatkan viskositas emulgel. Grafik yang menunjukkan adanya dua garis yang tidak sejajar pada garis level tinggi dan level rendah menunjukkan bahwa adanya interaksi antara tween 80 dan span 80. Tabel XI. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon viskositas Source of variation Degrees of Sum of Mean Squares F fredom Squares Replicates 5 133,3333 26,6667 Treatment 3 2633,3333 877,7778 a 1 600 600 24,5455 b 1 2016,6666 2016,6666 82,5001 ab 1 16,6667 16,6667 0,6818 Experimental error 15 366,6667 24,4444 Total 23 3133,3333
3.
Perubahan viskositas emulgel Perubahan viskositas dapat diketahui setelah penyimpanan selama 1 bulan. Dari perhitungan harga F dapat dilihat F hitung tween 80 lebih besar daripada F tabel. Hal ini berarti tween 80 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan viskositas emulgel.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12a) (12b) Gambar 12. Grafik hubungan antara perubahan viskositas-tween 80 (12a) dan grafik hubungan antara perubahan viskositas-span 80 (12b) Tween 80 merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan perubahan viskositas (tabel IX). Efek tween 80, span 80 dan interaksi keduanya
menyebabkan
perubahan
viskositas
yang
semakin
kecil.
Peningkatan level tween 80 akan mempengaruhi perubahan viskositas emulgel. Peningkatan level tween 80 akan menurunkan perubahan viskositas pada penggunaan level tinggi maupun pada level rendah span 80 (gambar 12a). Peningkatan level span 80 akan mempengaruhi perubahan viskositas emulgel. Peningkatan level span 80 pada penggunaan tween 80 level rendah akan meningkatkan perubahan viskositas sedangkan peningkatan level span 80 pada penggunaan tween 80 level tinggi akan menyebabkan perubahan viskositas emulgel semakin kecil (gambar 12b). Adanya interaksi tween 80 dan span 80 yang ditunjukkan dengan garis yang tidak sejajar.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XII. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon perubahan viskositas Source of variation Degrees Sum of Mean Squares F of fredom Squares Replicates 5 31,2946 6,2589 Treatment 3 152,0999 50,6999 a 1 97,2038 97,2038 5,2971 b 1 20,2401 20,2401 1,1029 ab 1 34,6560 34,6560 1,8886 Experimental error 15 275,2515 18,3501 Total 23 458,6460
4.
Stabilitas fase emulgel Stabilitas fase emulgel dapat dilihat dari uji pemisahan fase selama satu bulan penyimpanan dalam suhu kamar. Uji ini dilakukan dengan mengamati pemisahan fase emulsi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 21, 28 dan 30. Pada uji pemisahan fase emulgel, didapat satu formula yang mengalami pemisahan fase yaitu formula ab dimana formula ini terdiri dari tween 80 dan span 80 dengan level tinggi. Stabilitas fase emulgel dipengaruhi oleh interaksi dari kedua emulsifying agent yang digunakan yaitu tween 80 dan span 80. Bagian lipofil dari tween 80 dan span 80 akan berada pada fase minyak dan bagian yang hidrofil akan berada pada fase air, membentuk ikatan sehingga akan terbentuk lapisan film antarmuka yang kuat dan kestabilan dari fase emulgel dapat tetap terjaga 100%. Pada formula ab yang stabilitasnya menurun menjadi 88,73%, hal ini mungkin disebabkan dari proses pengadukan yang tidak optimal membuat fase minyak dan fase air tidak menyatu secara sempurna dan ikatan yang terbentuk diantara keduanya lemah. Ikatan yang lemah dapat menimbulkan daya kohesi yang besar sehingga dapat terjadi
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
coalescence, dalam hal ini dapat dilihat terjadinya pemisahan fase emulgel pada formula ab. 102 S t ab ilit as fase em u lg el (% )
S t a b ilit a s fa se e m u lg e l (% )
102 100 98 96 94 92 90 88
100 98 96 94 92 90 88
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
3
level rendah Span 80
3.5
4
4.5
5
5.5
6
Span 80 (gram)
Tween 80 (gram) level tinggi Span 80
level rendah Tween 80
level tinggi Tween 80
(13 a) (13b) Gambar 13. Grafik hubungan antara stabilitas fase emulgel-tween 80 (13a) dan grafik hubungan antara stabilitas fase emulgel-span 80 (13b)
Pada gambar 13a dapat dilihat bahwa semakin banyak tween 80 yang digunakan maka kestabilan sediaan dari uji pemisahan fase emulgel akan menurun pada penggunaan span 80 level tinggi, sedangkan pada penggunaan span 80 level rendah, stabilitas fase emulgel tidak mengalami perubahan. Peningkatan level span 80 pada penggunaan tween 80 level rendah tidak memberikan perubahan stabilitas fase emulgel sedangkan peningkatan level span 80 pada penggunaan tween level tinggi akan menurunkan stabilitas fase emulgel. Pada gambar 13 menunjukkan adanya pengaruh tween 80 dan span 80 terhadap stabilitas fase emulgel. Pada perhitungan harga F menunjukkan bahwa interaksi antara tween 80 dengan span 80 memberikan pengaruh secara signifikan terhadap stabilitas fase emulgel. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung interaksi yang lebih besar daripada F tabel. Besarnya pengaruh dari tiap faktor dapat dilihat pada tabel IX, dimana tween 80, span 80 dan interaksi keduanya memiliki efek 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sama terhadap stabilitas fase emulgel dan semua faktor tersebut bernilai negatif yang berarti efek dari tiap faktor akan menurunkan stabiltas fase emulgel. Dari hasil perhitungan efek tiap faktor secara desain faktorial, tidak dapat ditentukan faktor mana yang dominan karena ketiga faktor memberikan angka yang sama. Tabel XIII. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada stabilitas fase emulgel Source of variation Replicates Treatment a b ab Experimental error Total
Degrees of fredom 5 3 1 1 1 15 23
Sum of Mean Squares Squares 4,8393 0,96786 571,0509 190,3503 190,3501 190,3501 190,3501 190,3501 190,3507 190,3507 14,5180 0,9678 590,4082
F
196,6833 196,6833 196,6839
F. Uji Mikromeritik Emulgel Uji mikromeritik dilakukan untuk mengetahui ukuran dari tetesan minyak dari sistem emulsi yang terbentuk. Dari hasil perhitungan diperoleh ukuran tetesan minyak yang paling banyak (modus) terdapat dalam dalam satu formula, dimana sebelumnya data ukuran minyak yang diperoleh dibuat rentang dengan skala tertentu. Berikut adalah data ukuran tetesan minyak yang paling banyak (modus) terdapat dalam satu formula : Tabel XIV. Hasil pengukuran tetesan minyak dalam emulgel Formula Modus (mikron) 1 5,48 a 4,45 b 6,92 ab 5,53
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel XIV dapat dilihat modus, dengan modus dapat diketahui ukuran tetesan minyak yang paling banyak terbentuk. Data yang diperoleh ukuran tetesan minyak yang sering muncul dibawah 10 mikron. Ukuran tetesan minyak yang terkecil dihasilkan oleh formula a, dimana formula tersebut berisi tween 80 level tinggi dan span 80 level rendah. Dari data dapat disimpulkan penggunaan tween 80 dengan level tinggi akan menghasilkan ukuran tetesan minyak yang kecil. Semakin kecil ukuran tetesan minyak yang dihasilkan maka akan semakin besar juga luas permukaan tetesan minyak yang kontak dengan sistem gel sehingga kestabilan emulgel akan semakin baik. Distribusi ukuran tetesan minyak dalam emulgel dapat dilihat pada gambar 14. Dari gambar dapat dilihat formula a memiliki distribusi ukuran tetesan minyak yang paling kecil daripada formula lainnya, selain itu juga dapat dilihat ukuran partikel tetesan minyak yang paling banyak dari tiap formula.
Gambar 14. Grafik distribusi ukuran tetesan minyak dalam emulgel
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Uji Iritasi Primer Syarat suatu sediaan yang layak digunakan masyarakat adalah sediaan yang memenuhi syarat keamanan. Uji iritasi primer merupakan uji awal untuk mengetahui keamanan dari formula emulgel yang dibuat. Iritasi primer merupakan suatu reaksi kulit terhadap zat kimia yang masuk dalam tubuh, reaksi ini terjadi ditempat kontak pada sentuhan pertama. Dimana bila terjadi iritasi kulit akan menjadi merah (eritema) dan terjadi pembengkakan (edema). Hal ini karena emulgel yang terdiri dari berbagai macam bahan yang tidak dapat diterima tubuh, sehingga terjadi iritasi. Aliran darah akan mengalir kedaerah yang terjadi iritasi sehingga kulit terlihat merah (eritema), dan banyak jumlah darah didaerah iritasi akan membuat kulit terlihat mengembang (edema). Uji iritasi primer dilakukan berdasarkan metode Draize. Uji ini dilakukan dengan cara mengoleskan 0,5 gram emulgel anti-aging yang telah dibuat pada punggung kelinci yang telah dicukur dan dilakukan pengamatan pada 1jam, 24jam, 48jam, 72 jam dan 1 minggu setelah pengolesan. Parameter yang digunakan untuk uji iritasi primer yaitu eritrema dan edema. Hasil pengukuran indeks iritasi primer adalah sebagai berikut : Tabel XV. Hasil pengukuran indeks iritasi primer emulgel dan sifat iritannya Formula Indeks Iritasi Primer Sifat 1 0 Tidak mengiritasi a 0 Tidak mengiritasi b 0 Tidak mengiritasi ab 0 Tidak mengiritasi
Dari hasil uji iritasi primer pada tiap formula emulgel yang telah dilakukan pada kulit kelinci menunjukkan bahwa formula 1, a b dan ab tidak mengiritasi. Hal ini 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditunjukkan dengan tidak adanya eritema dan edema yang terjadi pada kulit kelinci setelah diolesi dengan emulgel.
H. Optimasi Formula Optimasi formula dilakukan untuk menentukan formula optimum, dimana formula tersebut memiliki karakteristik sifat fisik dan stabilitas yang baik untuk sediaan emulgel sesuai yang dikehendaki. Hasil pengukuran sifat fisik emulgel yang berupa daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas fase emulgel dapat dibuat contour plot. Contour plot menggambarkan area optimum respon yang diinginkan dari setiap optimasi. Area tersebut kemudian digabungkan dalam contour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas emulgel untuk memperoleh area optimum formula emulgel anti-aging berdasarkan emulsifying agent yang digunakan. 1.
Contour plot daya sebar emulgel Daya sebar merupakan salah satu parameter sifat fisik dari emulgel, dimana daya sebar menunjukkan mudah tidaknya emulgel diaplikasikan ke kulit. Berdasarkan dari perhitungan desain faktorial didapat persamaan untuk respon daya sebar emulgel yaitu Y = 5,230 + 0,335.XA + 0,020XB – 0,060 .XA.XB, melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot untuk daya sebar. Pada contour plot daya sebar (gambar 15) dapat ditentukan area optimum komposisi tween 80 dan span 80 yang memberikan daya sebar seperti yang dikehendaki. Daya sebar yang optimal diharapkan dapat menjamin pemerataan emulgel saat diaplikasikan ke kulit. Respon yang 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipilih dalam optimasi adalah pada diameter 5 cm – 6 cm karena diharapkan memiliki daya sebar formula yang optimum sesuai nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk sediaan semifluid yaitu 5 cm sampai 7 cm. Pada data sensory assessment didapat data bahwa formula 1 memiliki daya sebar yang paling disukai, dimana formula 1 memiliki daya sebar dengan diameter ratarata 5,55 cm dan berada pada area optimum untuk daya sebar.
Gambar 15. Contour plot daya sebar emulgel : area komposisi optimum tween 80 dan span 80 untuk respon daya sebar 2.
Contour plot viskositas emulgel Berdasarkan perhitungan desain faktorial diperoleh persamaan untuk respon viskositas yaitu Y = 140,814 – 1,242.XA + 11,670.XB – 0,835.XA.XB. Viskositas emulgel yang diinginkan yaitu emulgel dengan viskositas yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Viskositas emulgel yang dipilih, diharapkan dapat memudahkan dalam proses pengemasan dan pada saat diaplikasikan ke kulit. Area komposisi optimum tween 80 dan span 80 untuk respon viskositas yang dibuat dari persamaan diatas dapat dilihat pada gambar 16. Viskositas emulgel yang dipilih yaitu 170 – 230 dPa.s yang 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan pada sensory assessment. Pada sensory assessment didapat data bahwa formula 1 dengan rata-rata viskositas 173,33 lebih disukai dan memberikan daya sebar yang baik.
Gambar 16. Contour plot viskositas emulgel : area komposisi optimum tween 80 dan span 80 untuk respon viskositas
3.
Contour plot perubahan viskositas emulgel Perubahan viskositas merupakan salah satu parameter kestabilan emulgel, emulgel dikatakan lebih stabil apabila tidak terjadi perubahan viskositas tetapi bila terjadi perubahan viskositas, diharapkan perubahannya seminimal mungkin. Persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas adalah Y = 20,12 + 3,39.XA + 2,68.XB - 1,20.XA.XB. Dari persamaan ini dapat dibuat grafik contour plot untuk perubahan viskositas (gambar 17). Pada contour plot perubahan viskositas dapat ditentukan area komposisi optimum dari tween 80 dan span 80 yang memberikan perubahan viskositas yang seminimal mungkin karena perubahan viskositas merupakan parameter ketidakstabilan emulgel. Dalam penelitian ini dipilih respon perubahan 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viskositas pada rentang 25% - 30%, karena perubahan viskositas yang terjadi akan semakin membuat fase emulsi dalam emulgel akan semakin stabil. Viskositas sediaan emulgel setelah penyimpanan selama satu bulan lebih kental daripada setelah pembuatan, hal ini dikarena sifat yang gel yang pseudoplastik. Sifat gel yang seperti itu akan membuat emulsi akan semakin terikat kuat dengan matriks gel sehingga stabilitas fase dalam sediaan menjadi lebih baik. Hukum stokes menyatakan bahwa viskositas sediaan yang tinggi dapat memperlambat laju coalescence sehingga sediaan menjadi lebih stabil.
Gambar 17. Contour plot perubahan viskositas emulgel : area komposisi optimum tween 80 dan span 80 untuk respon perubahan viskositas
4.
Contour plot stabilitas fase emulgel Stabilitas fase emulgel ini ditentukan dengan melihat pemisahan fase dari tween 80 dan span 80 yang dalam emulgel sebagai pembentuk sistem emulsi. Emulgel dikatakan stabil apabila tidak terjadi pemisahan fase dari emulsifying agent yang digunakan. Berdasarkan perhitungan desain faktorial didapatkan persamaan untuk stabilitas fase emulgel adalah Y = 80,278 + 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9,589.XA + 5,635.XB – 2,817.XA.XB, dan dari persamaan ini dapat dibuat contour plot untuk stabilitas fase emulgel (gambar 18). Pada contour plot stabilitas fase emulgel (gambar 18), dapat ditentukan area komposisi optimum emulgel untuk memperoleh respon stabilitas fase emulgel yang dikehendaki terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Area yang dipilih untuk mendapatkan emulgel dengan stabilitas fase yang baik yaitu area yang stabilitas fasenya lebih besar dari 91%, semakin besar stabilitas fase emulgel maka akan semakin stabil sediaan yang dihasilkan. Hal ini selain berdasarkan dari data sensory assessment, juga dapat dilihat pada tabel V formula 1, a dan b menghasilkan stabilitas fase emulgel 100%. Stabilitas fase 100% berarti tidak terjadi pemisahan fase pada emulgel sedangkan pada formula ab didapat stabilitas fase sebesar 88,73% sehingga dipilih area lebih besar dari 91% dengan harapan akan dihasilkan emulgel dengan stabilitas tinggi.
Gambar 18. Contour plot stabilitas fase emulgel : area komposisi optimum tween 80 dan span 80 untuk respon pemisahan fase emulgel 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Contour plot superimposed Formula optimum emugel anti-aging dapat diprediksi dengan menggabungkan area komposisi optimum dari semua uji sifat fisik dan stabilitas emulgel. Grafik pada area optimum dari masing-masing uji yang telah ditentukan, digabungkan menjadi satu contour plot yang disebut contour plot superimposed sebagai berikut :
Gambar 19. Contour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas emulgel : area contour plot superimposed Dari grafik contour plot superimposed, dapat diperkirakan komposisi dari tween 80 dan span 80 yang optimal untuk memperoleh formula yang memiliki semua sifat yang optimal pada level yang diteliti. Pada area (biru tua) ini emulgel memiliki respon dari semua sifat fisik dan stabilitas emulgel yang optimum, sehingga bila dibuat emulgel dengan komposisi tween 80 dan span 80 yang optimum maka akan diperoleh emulgel yang memiliki sifat fisik dan stabilitas seperti yang diinginkan.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Span 80 dominan dalam menentukan respon daya sebar dan viskositas, sedangkan tween 80 dominan dalam menentukan perubahan viskositas (selama penyimpanan) dan tidak ada faktor yang dominan dalam menentukan pemisahan fase emulgel. 2. Ditemukan area komposisi optimum dari tween 80 dan span 80 pada contour plot superimposed yang diprediksi sebagai formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau. 3. Emulgel anti-aging ekstrak teh hijau tidak memberikan efek iritasi primer.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas antioksidan pada sediaan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi proses pembuatan formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau. 3. Perlu dilakukan uji iritasi kulit pada pemejanan berulang emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition, 263, 276, American Pharmaceutical Association, USA. Anief, Moh., 2003, Ilmu Meracik Obat, 132-148, UGM Press, Yogyakarta
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, jilid V, 468, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1988, Emulgator dalam Bidang Farmasi, 70-71, Institut Teknologi Bandung, Bandung Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Green Tea: Riset dan Pengembangan, 22, PT. Kimia Farma Tbk, Jakarta Anonim, 2002, Green Tea Extract, 1-2, Crodarom, Chanac Anonim, 2008a, Cara Kerja Anti Aging, http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?id=97667. Diakses 21 April 2008 Ansel, H.C., 1999, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 390, UI Press, Jakarta Barel, Andre O, Marc Paye and Howard, I., 2001 Handbook of Cosmetic Science and Technology, 155, Marcel Dekker, Inc, New York Baumann L., 2002, Cosmetic dermatology principle and practice, 105-111, The McGraw-Hill Companies, Florida Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 3th Edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York Fulder, S., 2004, Khasiat teh hijau, diterjemahkan oleh Trisno Rahayu Wilujeng, 42, 101, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-105, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 22 Maret 2008 Greeberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience Publishers, Inc., New York
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hayes, A.W., 2001, Principles and Methods of Toxicology, Fourth Edition, 10631064, Taylor & Francis, United States of America Hermani, R.M., 2005, Tanaman berkhasiat antioksidan, 8-9, Penebar Swadaya, Jakarta Hudson, B.J.F., 1990, Food Antioxidants, 20, Elsevier, New York Klech, C.M., 1986, Gels and Jellies, in Swarbick, J., and Boylan, J.C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 6, 421, 432, Marcel Dekker Inc., New York Kumalaningsih, S., 2006, Antioksidan Alami, 14,17-18, Trubus Agrisarana, Surabaya Lu, Frank C., 1995, Basic Toxicology, Fundamental, target organs, and risk assessment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi II, 239-245, Universitas Indonesia, Jakarta Magdy, I.M., 2004, Optimation of chlorphenesin emulgel formulation, The AAPS journal Vol VI, http://www.Aapspharm sci.org/. Diakses 31 Maret 2007 Martin, Alfred., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993,Physical Pharmacy diterjemahkan oleh Yoshita, Ed. III, 1132, Universitas Indonesia Press, Jakarta Martin, A. dan Bustamante P., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., 430-431, Lea and Febiger, Philadelphia Mitsui T., 1997, New Cosmetic science, 351-353, Elsevier, Amsterdam Molyneux P., 2004, The use the stable freee radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidantns activity, 211, J. Sci. Tech. Vol XXVI Mursito, B., 2000, Tampil percaya diri dengan ramuan tradisional, 36, Penebar Swadaya, Jakarta Nairn, J. G., 1997, Topical Preparation, in Swarbick, J., and Boylan, J.C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 15, 235, Marcel Dekker Inc., New York Rawling, A., 2002, The Skin Moisturizer, 245, 259, 560, Marcel Dekker, Inc., New York. Rohdiana, D, 2008, Teh hitam dan Antioksidan, http://www.ritc.or.id/files/rohdiana_Teh_Hitam_dan_Antioksidan.pdf, Diakses 29 Mei 2008
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 295296, CRC Press, USA. Soraya, Noni, 2007, Sehat & Cantik berkat Teh hijau, 61-63, Penebar Plus, Jakarta Syah, A.N.A., 2006, Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau, 59-60, 61, 72, PT.Agromedia Pustaka, Jakarta Tortora G.J., Angnostakos N.P., 1990, Principles Of Anatomy and Physiology, 6th edition, 120-133, Harper and Row Publisher, New York Tuminah, S., 2004, Teh Sebagai Salah Satu Sumber Oksidan, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16An tioxidantTea.html, Diakses 29 Mei 2008 Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, ed IV, 330, 380, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Wilkinson J.B., Moore R.J., 1982, Harry’s cosmeticology, 7th edition, 632, George Godwin, London Yen, G.C., dan Chen, H.Y., 1995, Antioxidant Activity of Various Tea Extract in Relation to their Antimutagenicity. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 27-32 Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 17-21, 53-55, 102, Mills & Boon Limited, London Zats, J.L., and Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwatz, J.B., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse System Vol. nd
2, 2 Ed., 291, 400-401, Marcel Dekker Inc., New York.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C Sampel Konsentrasi Ab Replikasi (µg/ml) I II III 5 0,398 0,399 0,398 10 0,336 0,329 0,332 Vitamin 25 0,528 0,272 0,270 0,271 C 50 0,063 0,061 0,062 100 0,042 0,049 0,045
Ekstrak Teh Hijau Sampel Konsentrasi Ab Replikasi (µg/ml) I II III 5 0,421 0,423 0,420 10 0,351 0,349 0,353 Ekstrak Teh 25 0,528 0,220 0,225 0,223 hijau 50 0,055 0,057 0,054 100 0,041 0,039 0,039 % Inhibisi =
% inhibisi
IC50
24,55 ± 0,10 37,05 ± 0,66 48,67 ± 0,19 88,25 ± 0,19 91,40 ± 0,66
26,65069
% inhibisi
IC50
20,19 ± 0,29 33,52 ± 0,38 57,82 ± 0,47 89,51 ± 0,29 92,48 ± 0,21
26,19149
Ab − As × 100% Ab
Keterangan : Ab : Serapan larutan DPPH dalam metanol p.a As : Serapan sampel dalam metanol p.a Perhitungan persamaan regresi antara konsentrasi (μg/ml) dengan peredaman radikal bebas (%). Diperoleh persamaan untuk vitamin C : Y = 0,7041.X + 31,233 a = 31,233 b = 0,7041 r = 0,9019 Hasil perhitungan nilai IC50 Vitamin C sebagai pembanding Y = 0,7041.X + 31,233 50 = 0,7041.X + 31,233 x = 26,65069 μg/ml Diperoleh persamaan untuk ekstrak teh hijau : Y = 0,7382.X + 30,663
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a = 30,663 b = 0,7382 r = 0,8837 Hasil perhitungan nilai IC50 ekstrak teh hijau Y = 0,7382.X + 30,663 50 = 0,7382.X + 30,663 x = 26,29149 μg/ml
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan emulgel pH emulgel Formula 1 a b ab
pH 5,25 5,15 5,31 5,15
Daya Sebar Emulgel (cm) Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 Rata-rata SD Formula 1 a b ab Efek Tween 80
Efek Span 80
Efek Interaksi
1 5,55 5,50 5,65 5,50 5,56 5,55 5,55 0,05
Tween 80 + +
a 5,85 5,75 5,90 5,80 5,75 5,75 5,80 0,06 Span 80 + +
− 5,55 + 5,80 − 5,35 + 5,36 2 = 0,13 =
− 5,55 − 5,80 + 5,35 + 5,36 2 = − 0,32
=
5,55 − 5,80 − 5,35 + 5,36 2 = − 0,12
=
76
b 5,35 5,40 5,50 5,45 5,40 5,00 5,35 0,17 Interaksi + +
ab 5,40 5,35 5,50 5,30 5,35 5,30 5,36 0,07 Respon 5,55 5,80 5,35 5,36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persamaan : Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA) (XB) Faktor A : level Tween 80 Faktor B : level Span 80
Formula 1
5,55 = b0 + b1(2) + b2(3,5) + b12(2) (3,5) 5,55 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12
(1)
Formula a
5,80 = b0 + b1(4) + b2(3,5) + b12(4) (3,5) 5,80 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
(2)
Formula b
5,35 = b0 + b1(2) + b2(5,5) + b12(2) (5,5) 5,35 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
(3)
Formula ab
5,36 = b0 + b1(4) + b2(5,5) + b12(4) (5,5) 5,36 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 22b12
(4)
Eliminasi 1 dan 2 5,55 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 5,80 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
-
-0,25 = -2b1 – 7b12
(5)
Eliminasi 3 dan 4 5,35 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12 5,36 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 22b12
-
-0,01 = -2b1 – 11b12
(6)
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi 5 dan 6 -0,25 = -2b1 – 7b12 -0,01 = -2b1 – 11b12-0,24 = 4 b12 b12
= -0,060
Eliminasi 1 dan 3 5,55 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 5,35 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b120,20 = -2 b2 - 4 b12
(7)
Substitusi b12 ke persamaan 5 -0,25 = -2b1 – 7b12 -0,25 = -2b1 – 7(-0,06) b1
= 0,335
Substitusi b12 ke persamaan 7 0,20 = -2 b2 - 4 b12 0,20 = -2 b2 – 4 (-0,06) b2
= 0,020
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan 1 5,55 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 5,55 = b0 + 2(0,335) + 3,5(0,020) + 7(-0,06) b0
= 5,230
Persamaan daya sebar Y = 5,230 + 0,335(XA) + 0,020(XB) – 0,060(XA) (XB)
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Viskositas Emulgel (d.Pa.S)
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 Rata-rata SD Formula 1 a b ab Efek Tween 80
1 170 170 180 180 170 170 173,33 5,16
Tween + +
a 160 170 170 160 170 160 165 5,47 Span + +
b 200 200 190 190 190 190 193,33 5,16 Interaksi + +
ab 180 190 180 180 180 180 181,66 4,08 Respon 173,33 165 193,33 181,66
− 173,33 + 165 − 193,33 + 181,66 2 = − 10 =
− 173,33 − 165 + 193,33 + 181,66 2 = 18,33
Efek Span 80
=
Efek Interaksi
=
173,33 − 165 − 193,33 + 181,66 2 = − 1,67
Persamaan : Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA) (XB) Faktor A : level Tween Faktor B : level Span
Formula 1
173,33 = b0 + b1(2) + b2(3,5) + b12(2) (3,5) 173,33 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12
(1)
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula a
165 = b0 + b1(4) + b2(3,5) + b12(4) (3,5) 165 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
(2)
Formula b
193,33 = b0 + b1(2) + b2(5,5) + b12(2) (5,5) 193,33 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
(3)
Formula ab
181,66 = b0 + b1(4) + b2(5,5) + b12(4) (5,5) 181,66 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
(4)
Eliminasi 1 dan 2 173,33 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 165 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
-
8,33 = -2b1 – 7b12
(5)
Eliminasi 3 dan 4 193,33 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12 181,66 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
-
11,67 = -2b1 – 11b12
(6)
Eliminasi 5 dan 6 8,33 = -2b1 – 7b12 11,67 = -2b1 – 11b12
-
-3,34 = 4 b12 b12
= -0,835
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi 1 dan 3 173,33 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 193,33 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
-
-20 = -2 b2 - 4 b12
(7)
Substitusi b12 ke persamaan 5 8,33 = -2b1 – 7b12 8,33 = -2b1 – 7(-0,835) b1
= -1,242
Substitusi b12 ke persamaan 7 -20 = -2 b2 - 4 b12 -20 = -2 b2 – 4 (-0,835) b2
= 11,670
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan 1 173,33 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 173,33 = b0 + 2(-1,242) + 3,5(11,670) + 7(-0,835) b0
= 140,814
Persamaan viskositas Y = 140,814 - 1,242(XA) + 11,670(XB) – 0,835(XA) (XB) Perubahan Viskositas
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 Rata-rata
1 210 200 210 220 200 210 208,33
a 210 220 220 220 230 230 221,66
81
b 220 230 210 220 230 220 221,66
ab 250 250 250 240 250 250 248,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 Rata-rata SD Formula 1 a b ab
1 21,15 26,92 26,92 26,92 32,69 32,69 27,88 4,34 Tween + +
% pergeseran viskositas a b 27,27 29,31 21,21 29,31 27,27 29,31 33,33 24,14 21,21 29,31 27,27 29,31 26,26 28,44 4,56 2,11 Span + +
Interaksi + +
ab 21,10 26,61 15,60 21,10 26,61 21,10 22,02 4,14 Respon 27,88 26,26 28,44 22,02
− 27,88 + 26,26 − 28,44 + 22,02 2 = − 8,04
Efek Tween
=
Efek Span
=
Efek Interaksi
=
− 27,88 − 26,26 + 28,44 + 22,02 2 = − 3,86
27,88 − 26,26 − 28,44 + 22,02 2 = − 4,80
Persamaan : Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA) (XB) Faktor A : level Tween Faktor B : level Span
Formula 1
27,88 = b0 + b1(2) + b2(3,5) + b12(2) (3,5) 27,88 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12
(1)
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula a
26,26 = b0 + b1(4) + b2(3,5) + b12(4) (3,5) 26,26 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
(2)
Formula b
28,44 = b0 + b1(2) + b2(5,5) + b12(2) (5,5) 28,44 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
(3)
Formula ab
22,02 = b0 + b1(4) + b2(5,5) + b12(4) (5,5) 22,02 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
(4)
Eliminasi 1 dan 2 27,88 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 26,26 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
-
1,62 = -2b1 – 7b12
(5)
Eliminasi 3 dan 4 28,44 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12 22,02 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
-
6,42 = -2b1 – 11b12
(6)
Eliminasi 5 dan 6 1,62 = -2b1 – 7b12 6,42 = -2b1 – 11b12 -4,8
= 4 b12
b12
= -1,20
-
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi 1 dan 3 27,88 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 28,44 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
-
-0,56 = -2 b2 - 4 b12
(7)
Substitusi b12 ke persamaan 5 1,62 = -2b1 – 7b12 1,62 = -2b1 – 7(-1,2) b1
= 3,39
Substitusi b12 ke persamaan 7 -0,56 = -2 b2 - 4 b12 -0,56 = -2 b2 – 4 (-1,2) b2
= 2,68
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan 1 27,88 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 27,88 = b0 + 2(3,39) + 3,5(2,68) + 7(-1,2) b0
= 20,12
Persamaan pergeseran viskositas Y = 20,12 + 3,39(XA) + 2,68(XB) - 1,20(XA) (XB)
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Stabilitas fase Emulgel Formula 1
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 %stabilitas
1 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100
Volume tabung ke-(ml) 2 3 4 5 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 20 20 20,2 20,8 100 100 100 100
1 20,4 20,4 20,4 20,4 20,4 20,4 20,4 20,4 20,4 100
Volume tabung ke-(ml) 2 3 4 5 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 20,6 19,8 20,8 20,2 100 100 100 100
6 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100
1 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100
Volume tabung ke-(ml) 2 3 4 5 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 20 20 21,2 21 100 100 100 100
6 21 21 21 21 21 21 21 21 21 100
6 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100
X
SD
100
0,0
X
SD
100
0,0
X
SD
100
0,0
Formula a
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 %stabilitas Formula 1
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 %stabilitas
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula ab
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 %stabilitas
1 20,4 20,4 20,2 20 19,4 18 18 18 18 88,23
Formula 1 a b ab Efek Tween
Efek Span
Volume tabung ke-(ml) 2 3 4 5 20,6 20,4 21 20,6 20,6 20,4 21 20,6 20 19,8 20,4 20,4 19,6 19,6 20 20 19,6 19,4 19 19 18,6 18,4 18,6 18,4 18,6 18,4 18,2 18 18,6 18,4 18 18 18,6 18,4 18 18 90,29 90,19 85,71 87,37
Tween + +
Span + +
− 100 + 100 − 100 + 88,73 2 = − 5,635 =
− 100 − 100 + 100 + 88,73 2 = − 5,635 =
100 − 100 − 100 + 88,73 2 = − 5,635
Efek Interaksi =
Persamaan : Y
= b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA) (XB)
Faktor A : level Tween Faktor B : level Span
86
6 19,2 19,2 18,8 18,6 18,4 18 17,4 17,4 17,4 90,62
Interaksi + +
X
SD
88,73
1,96
Respon 100 100 100 88,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula 1
100 = b0 + b1(2) + b2(3,5) + b12(2) (3,5) 100 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12
(1)
Formula a
100 = b0 + b1(4) + b2(3,5) + b12(4) (3,5) 100 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
(2)
Formula b
100 = b0 + b1(2) + b2(5,5) + b12(2) (5,5) 100 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
(3)
Formula ab
88,73 = b0 + b1(4) + b2(5,5) + b12(4) (5,5) 88,73 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
(4)
Eliminasi 1 dan 2 100 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 100 = b0 + 4b1 + 3,5b2 + 14b12
-
0 = -2b1 – 7b12
(5)
Eliminasi 3 dan 4 100
= b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12
88,73 = b0 + 4b1 + 5,5b2 + 20b12
-
11,27 = -2b1 – 11b12
(6)
Eliminasi 5 dan 6 0
= -2b1 – 7b12
11,27 = -2b1 – 11b12
-
11,27 = 4 b12 b12
= -2,817
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi 1 dan 3 0 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 0 = b0 + 2b1 + 5,5b2 + 11b12 0
-
= -2 b2 - 4 b12
(7)
Substitusi b12 ke persamaan 5 0 = -2b1 – 7b12 0 = -2b1 – 7(-2,817) b1
= 9,859
Substitusi b12 ke persamaan 7 0 = -2 b2 - 4 b12 0 = -2 b2 – 4 (-2,817) b2
= 5,635
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan 1 100 = b0 + 2b1+ 3,5b2+ 7b12 100 = b0 + 2(9,859) + 3,5(5,635) + 7(-2,817) b0
= 80,278
Persamaan stabilitas emulgel Y
= 80,278 + 9,859(XA) + 5,635(XB) - 2,817(XA) (XB)
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Perhitungan Yate’s Treatment
Faktor A : Tween Faktor B : Span 1) Daya sebar Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6
a2
a1 b1 5,55 5,50 5,65 5,50 5,56 5,55
b2 5,35 5,40 5,50 5,45 5,40 5,00
b1 5,85 5,75 5,90 5,80 5,75 5,75
b2 5,40 5,35 5,50 5,30 5,35 5,30
∑ y2 = total sum of squares ∑ y2 = (5,40)2 + (5,85)2 + (5,35)2 + (5,55)2 + (5,35)2 + (5,75)2 + (5,40)2 + (5,50)2 + (5,50)2 + (5,90)2 + (5,50)2 + (5,65)2 + (5,30)2 + (5,80)2 + (5,45)2 + (5,50)2 + (5,35)2 + (5,75)2 + (5,40)2 + (5,56)2 + (5,30)2 + 2
2
2
(5,75) + (5,00) + (5,55) -
(132,41)2 24
= 731,5311 – 730,5170 = 1,0141 Ryy = replicate of sum squares Ryy
=
⎛ (22,15) 2 + (22) 2 + (22,55) 2 + (22,05) 2 + (22,06) 2 + (21,6) 2 ⎜⎜ 4 ⎝
= 730,6328 – 730,5170 = 0,1158 Tyy = treatment sum of squares ⎛ (33,31) 2 + (32,1) 2 + (34,8) 2 + (32,2) 2 Tyy = ⎜⎜ 6 ⎝
= 731,3077 – 730,5170 = 0,7907
89
⎞ (132,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
⎞ (132,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eyy = experimental error sum of squares Eyy = 1,0141 – 0,1158 – 0,7907 = 0,1076 Ayy = sum of squares associated with the different levels of a ⎛ (65,41) 2 + (67) 2 Ayy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (132,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 730,6223 – 730,5170 = 0,1053 Byy = sum of squares associated with the different levels of b ⎛ (68,11) 2 + (64,3) 2 Byy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (132,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 731,1218 – 730,5170 = 0,6048 Source of variation Replicates Treatment a b ab Experimental error Total Fa = =
Degrees of fredom 5 3 1 1 1 15 23
Sum of Squares 0,1158 0,7907 0,1053 0,6048 0,0806 0,1076 1,0141
mean squares for a effect mean squares for exp erimental error 0,1053 0,0072
= 14,625
90
Mean Squares 0,0232 0,2636 0,1053 0,6048 0,0806 0,0072
F
14,625 84 11,1944
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mean squares for b effect mean squares for exp erimental error
Fb =
0,6048 0,0072
=
= 84
Fab =
=
mean squares for ab effect mean squares for exp erimental error 0,0806 0,0072
= 11,1944 F(0,05) (1,15) = 4,5431 2) Viskositas Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6
a1 b1 170 170 180 180 170 170
a2 b2 200 200 190 190 190 190
b1 160 170 170 160 170 160
b2 180 190 180 180 180 180
∑ y2 = total sum of squares ∑ y2 = (160)2 + (180)2 + (170)2 + (200)2 + (170)2 + (190)2 + (170)2 + (200)2 + (170)2 + (180)2 + (180)2 + (190)2 + (160)2 + (180)2 + (180)2 + (190)2 + (170)2 + (180)2 + (170)2 + (190)2 + (160)2 + (180)2 + (170)2 + (190)2 -
(4280)2 24 = 766400 - 763266, 6667 = 3133,3333
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ryy = replicate of sum squares ⎛ (710) 2 + (730) 2 + (720) 2 + (710) 2 + (710) 2 + (700) 2 Ryy = ⎜⎜ 4 ⎝
⎞ (4280) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 763400 – 763266,6667 = 133,3333 Tyy = treatment sum of squares ⎛ (990) 2 + (1090) 2 + (1040) 2 + (1160) 2 Tyy = ⎜⎜ 6 ⎝
⎞ (4280) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 765900 – 763266,6667 = 2633,3333 Eyy = experimental error sum of squares Eyy = 3133,3333 – 133,3333 – 2633,3333 = 366,6667 Ayy = sum of squares associated with the different levels of a ⎛ (2080) 2 + (2200) 2 Ayy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (4280) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 763866,6667 – 763266,6667 = 600 Byy = sum of squares associated with the different levels of b ⎛ (2030) 2 + (2250) 2 Byy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (4280) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 765283,3333 – 763266,6667 = 2016,6666
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Source of variation Replicates Treatment a b ab Experimental error Total Fa =
Degrees of fredom 5 3
15 23
Sum of Mean Squares F Squares 133,3333 26,6667 2633,3333 877,7778 1 600 600 24,5455 1 2016,6666 2016,6666 82,5001 1 16,6667 16,6667 0,6818 366,6667 24,4444 3133,3333
mean squares for a effect mean squares for exp erimental error
=
600 24,4444
= 24,5455
Fb = =
mean squares for b effect mean squares for exp erimental error 2016,6666 24,4444
= 82,5001
Fab = =
mean squares for ab effect mean squares for exp erimental error 16,6667 24,4444
= 0,6818 F(0,05) (1,15) = 4,5431
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Perubahan viskositas Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6
a2
a1 b1 21,15 26,92 26,92 26,92 32,69 32,69
b2 29,31 29,31 29,31 24,14 29,31 29,31
b1 27,27 21,21 27,27 33,33 21,21 27,27
b2 21,10 26,61 15,60 21,10 26,61 21,10
∑ y2 = total sum of squares ∑ y2 = (27,27)2 + (21,21)2 + (27,27)2 + (33,33)2 + (21,21)2 + (27,27)2 + (21,10)2 + (26,61)2 + (15,60)2 + (21,10)2 + (26,61)2 + (21,10)2 + (21,15)2 + (26,92)2 + (26,92)2 + (26,92)2 + (32,69)2 + (32,69)2 + (29,31)2 + (29,310)2 + (29,31)2 + (24,14)2 + (29,31)2 + (29,31)2 -
(627,66)2 24 = 16873,5241 – 16414,8781 = 458,6460 Ryy = replicate of sum squares
⎛ (98,83),2 + (104,05) 2 + (99,1) 2 + (105,49)2 + (109,82) 2 + (110,37) 2 ⎞ (627,66)2 ⎟⎟ − = ⎜⎜ 4 24 ⎝ ⎠ = 16446,1727 – 16414,8781 = 31,2946 Tyy = treatment sum of squares ⎛ (157,56) 2 + (132,12) 2 + (167,29) 2 + (170,69) 2 Tyy = ⎜⎜ 6 ⎝
= 16566,9780 – 16414,8781 = 152,0999
94
⎞ (627,66) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eyy = experimental error sum of squares Eyy = 458,6460 – 31,2946 – 152,0999 = 275,2515 Ayy = sum of squares associated with the different levels of a ⎛ (289,68) 2 + (337,98) 2 Ayy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (627,66) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 16512,0819 – 16414,8781 = 97,2038 Byy = sum of squares associated with the different levels of b ⎛ (302,81) 2 + (324,85) 2 Byy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (627,66) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 16435,1182 – 16414,8781 = 20,2401 Source of variation Replicates Treatment a b ab Experimental error Total Fa = =
Degrees of fredom 5 3 1 1 1 15 23
Sum of Mean Squares F Squares 31,2946 6,2589 152,0999 50,6999 97,2038 97,2038 5,2971 20,2401 20,2401 1,1029 34,6560 34,6560 1,8886 275,2515 18,3501 458,6460
mean squares for a effect mean squares for exp erimental error 97,2083 18,3501
= 5,2971
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mean squares for b effect mean squares for exp erimental error
Fb =
20,2401 18,3501
=
= 1,1029
Fab = =
mean squares for ab effect mean squares for exp erimental error 34,6560 18,3501
= 1,8886 F(0,05) (1,15) = 4,5431 4) Stabilitas fase emulgel Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6
a2
a1 b1 100 100 100 100 100 100
b2 100 100 100 100 100 100
b1 100 100 100 100 100 100
b2 88,23 90,29 90,19 85,71 87,37 90,62
∑ y2 = total sum of squares ∑ y2 = (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (100)2 + (88,23)2 + (90,29)2 + (85,71)2 + (87,37)2 + (90,62)2 + (90,19)2 -
(2332,41)2 24
= 227262,7585 – 226672,3503 = 590,4082
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ryy = replicate of sum squares =
⎛ (388,23),2 + (390,29)2 + (390,19)2 + (385,71)2 + (387,37)2 + (390,62)2 ⎞ (2332,41)2 ⎜⎜ ⎟⎟ − 4 24 ⎝ ⎠ = 226677,1896 – 226672,3505 = 4,8393 Tyy = treatment sum of squares ⎛ (600) 2 + (600) 2 + (600) 2 + (532,41) 2 Tyy = ⎜⎜ 6 ⎝
⎞ (2332,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 227243,4014 – 226672,3505 = 571,0509 Eyy = experimental error sum of squares Eyy = 590,4082 – 4,8393 – 571,0509 = 14,5180 Ayy = sum of squares associated with the different levels of a ⎛ (1200) 2 + (1132,41) 2 Ayy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (2332,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 226862,7007 – 226672,3505 = 190,3501
Byy = sum of squares associated with the different levels of b ⎛ (1200) 2 + (1132,41) 2 Byy = ⎜⎜ 12 ⎝
⎞ (2332,41) 2 ⎟⎟ − 24 ⎠
= 226862,7007 – 226672,3505 = 190,3501
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Source of variation Replicates Treatment a b ab Experimental error Total Fa =
Degrees of fredom 5 3
15 23
Sum of Mean Squares Squares 4,8393 0,96786 571,0509 190,3503 1 190,3501 190,3501 1 190,3501 190,3501 1 190,3507 190,3507 14,5180 0,9678 590,4082
mean squares for a effect mean squares for exp erimental error
=
190,3501 0,9678
= 196,6833 Fb = =
mean squares for b effect mean squares for exp erimental error 190,3501 0,9678
= 196,6833 Fab = =
mean squares for ab effect mean squares for exp erimental error 190,3507 0,9678
= 196,6839 F(0,05) (1,15) = 4,5431
98
F
196,6833 196,6833 196,6839
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Data Uji Mikromeritik
Kalibrasi skala mikrometer skala obyektif x 0,01 mm skala okuler 3 x 0,01 mm = 1,2 x 10 −3 mm = 1,2μm 25 Formula ab
Interval
Nilai tengah
Frekuensi
% Frekuensi
1,2 – 4,08 4,09 – 6,97 6,98 – 9,86 9,87 – 12,75 12,76 – 15,64 15,65 – 18,53 18,54 – 21,42 21,43 – 24,31 24,32 – 27,20 27,21 – 30,09
2,64 5,53 8,42 11,31 14,2 17,09 19,98 22,87 24,76 28,65
90 123 109 54 41 27 15 16 14 11
18,0 % 24,6 % 21,8 % 10,8 % 8,2 % 5,4 % 3,0 % 3,2 % 2,8 % 2,2 %
Interval
Nilai tengah
Frekuensi
% Frekuensi
1,2-3,48 3,49-5,77 5,78-8,06 8,07-10,35 10,36-12,63 12,64-14,92 14,93-17,21 17,22-19,50 19,51-21,79 21,80-24,08
2,34 4,63 6,92 9,21 11,49 13,78 16,07 18,36 20,65 22,94
23 54 161 73 58 42 34 22 19 14
4,6 % 10,8 % 32,2 % 14,6 % 11,6 % 8,4 % 6,8 % 4,4 % 3,8 % 2,8 %
% Frekuensi kumulatif Atas ukuran Bawah ukuran 100,0 % 18,0 % 75,4 % 42,6 % 53,6 % 64,4 % 42,8 % 75,2 % 34,6 % 83,4 % 29,2 % 88,8 % 26,2 % 91,8 % 23,0 % 95,0 % 20,2 % 97,8 % 18,0 % 100,0 %
Formula ab
99
% Frekuensi kumulatif Atas ukuran Bawah ukuran 100,0 % 4,6 % 89,2 % 15,4 % 57,0 % 47,6 % 42,4 % 62,2 % 30,8 % 73,8 % 22,4 % 82,2 % 15,6 % 89,0 % 11,2 % 93,4 % 7,4 % 97,2 % 4,6 % 100,0 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula 1 Interval
Nilai tengah
Frekuensi
% Frekuensi
1,2 – 4,05 4,06 – 6,91 6,92 – 9,77 9,78 – 12,63 12,64 – 15,49 15,50 – 18,35 18,36 – 21,21 21,22 – 24,07
2,625 5,485 8,345 11,205 14,065 16,925 19,785 22,645
92 164 91 54 38 31 17 13
18,4 % 32,8 % 18,2 % 10,8 % 7,6 % 6,2 % 3,4 % 2,6 %
Interval
Nilai tengah
Frekuensi
% Frekuensi
1,2-3,36 3,37-5,53 5,54-7,70 7,71-9,87 9,88-12,04
2,28 4,45 6,62 8,79 10,96
105 195 103 50 47
21,0 % 39,0 % 20,6 % 10,0 % 9,4 %
% Frekuensi kumulatif Atas ukuran Bawah ukuran 100,0 % 18,4 % 67,2 % 51,2 % 49,0 % 69,4 % 38,2 % 80,2 % 30,6 % 87,8 % 24,4 % 94,0 % 21,0 % 97,4 % 18,4 % 100,0 %
Formula a
100
% Frekuensi kumulatif Atas ukuran Bawah ukuran 100,0 % 21,0 % 61,0 % 60,0 % 40,4 % 80,6 % 30,4 % 90,6 % 21,0 % 100,0 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Data uji Iritasi Primer 9 Formula 1
Kelinci
Parameter
I
Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema
II III
9 Formula a Kelinci
I II III
9 Formula b Kelinci
I II III
Parameter Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema
Parameter Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema
9 Formula ab Kelinci Parameter
I II III
Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Kuisioner subjective assessment SUBJECTIVE ASSESSMENT EMULGEL EKSTRAK TEH HIJAU SEBAGAI ANTI-AGING Nama :
Hari, tanggal :
Umur:
No kemasan :
Berilah tanda (√) pada kolom yang Anda anggap paling sesuai (dengan pertanyaan di bawah ini! Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
No
Pernyataan
1
Emulgel ini memiliki penampilan yang menarik
2
Emulgel ini memiliki warna yang menarik
3
Emulgel ini mudah dioleskan di kulit
4
Emulgel ini memiliki kekentalan yang cukup baik
5
Emulgel ini memiliki bau yang enak setelah dioleskan dikulit
6
Emulgel ini sudah cukup halus dan lembut di kulit
7
Emulgel ini sudah cukup homogen
8
Emulgel ini terasa lengket di kulit
9
Emulgel ini memberikan rasa lembab di kulit
10
Emulgel ini memberikan efek berminyak di kulit
11
Emulgel ini mudah dicuci dengan air dari kulit
12
Emulgel ini meninggalkan bekas minyak di kulit setelah emulgel dicuci dengan air
13
Secara umum, emulgel ini cukup nyaman untuk digunakan di kulit sebagai cream malam
102
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Perhitungan subjective assessment Formula ab
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kriteria Penilaian 1 Penampilan 3 Warna 3 Daya sebar 3 Viskositas 3 Bau 3 Kehalusan emulgel 4 Homogenitas 4 Rasa lengket 3 Rasa lembab 4 Rasa berminyak 4 Pencucian dengan air 3 Bekas minyak yang ditinggalkan 3 Kenyamanan pemakaian 3 Sensasi dingin 2
2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 4 4
5 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3
6 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
7 1 2 3 2 2 4 1 2 3 2 3 2 3 4
8 4 3 3 2 2 3 3 3 4 2 4 3 3 4
Responden 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 4 2 4 1 3
103
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 X 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2,724138 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2,724138 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2,965517 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2,310345 3 3 4 1 3 2 3 3 3 3 2 2,689655 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2,862069 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2,827586 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 4 2,827586 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3,172414 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 2,655172 3 3 3 1 3 2 2 2 3 2 1 2,758621 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2,620690 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2,655172 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 2,965517
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula b No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kriteria Penilaian
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Penampilan 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 4 3 3 Warna 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 4 3 4 3 3 Daya sebar 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 Viskositas 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 Bau 3 2 2 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 Kehalusan emulgel 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 Homogenitas 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 Rasa lengket 3 1 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 4 2 Rasa lembab 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 Rasa berminyak 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 4 4 Pencucian dengan air 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 Bekas minyak yang ditinggalkan 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 Kenyamanan pemakaian 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 Sensasi dingin 3 3 2 4 3 4 2 4 2 3 2 3 4 4 4 4 1 3
104
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 X 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2,827586 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2,793103 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2,965517 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2,655172 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 2,517241 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3,137931 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 2,586210 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 2,689655 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2,689655 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2,413793 3 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2,724138 3 3 3 1 4 3 2 3 2 3 3 2,931034
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula a No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kriteria Penilaian
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Penampilan 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 Warna 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 2 2 2 1 3 4 3 3 Daya sebar 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 Viskositas 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 Bau 3 2 2 3 3 3 1 3 2 2 1 3 3 3 3 4 2 2 Kehalusan emulgel 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 Homogenitas 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 Rasa lengket 3 1 3 2 2 3 4 2 3 2 2 3 4 4 2 4 4 2 Rasa lembab 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 Rasa berminyak 3 2 2 2 1 3 4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 Pencucian dengan air 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 Bekas minyak yang ditinggalkan 3 3 3 2 2 2 4 4 2 2 3 4 2 1 2 4 3 3 Kenyamanan pemakaian 3 3 3 4 3 2 2 4 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 Sensasi dingin 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 1 2
105
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 X 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2,620690 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2,551724 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2,931034 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2,689655 3 3 3 1 3 3 3 2 2 4 3 2,586207 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2,586207 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2,827586 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2,965517 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3,034483 2 3 3 4 3 4 3 2 2 2 3 2,724138 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2,862069 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2,689655 3 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 2,586207 2 3 3 1 4 3 3 3 2 3 3 2,724138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula 1
No
Kriteria Penilaian
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Penampilan 3 4 3 3 2 2 4 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 Warna 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 3 4 3 3 Daya sebar 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 Viskositas 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 Bau 4 2 3 4 3 3 4 3 2 2 1 3 3 2 3 4 2 2 Kehalusan emulgel 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 Homogenitas 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 Rasa lengket 4 1 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 4 3 Rasa lembab 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 2 4 3 2 Rasa berminyak 3 2 2 2 1 3 4 4 3 2 2 4 4 1 3 4 3 3 Pencucian dengan air 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 Bekas minyak yang ditinggalkan 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 4 3 1 3 3 2 2 Kenyamanan pemakaian 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 Sensasi dingin 3 4 2 3 3 3 2 4 2 3 2 3 3 4 3 4 1 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
106
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 X 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2,517241 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2,448276 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3,241379 3 2 4 2 3 3 3 2 2 4 4 2,827568 3 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 2,862069 2 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 2,793103 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 2 3 3 3,04483 3 3 2 4 3 4 3 2 2 2 2 2,758621 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2,689621 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2,413793 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2,413793 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2,896552
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Dokumentasi
Formula ab
Formula b
Formula a
Formula 1
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil uji pemisahan fase
Formula ab
Formula b
Formula 1
Formula a
108
CRODAROM CrcdarcmSAS
Gertificateof Analysis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Environmentalt/hnagement System ISO 140O1ceriified
Parc d'Aclivites "Les Plaines" 48230 CHANAC FRANCE Fax (33) 468482&41 Tel (33) 46&42027
2qX, BVal Cerlificate No. 140 586 The name printed at the end ofthis document b an electronic signature.
iustome, details Arthamakmur P T Tritunggal KomplekGrahaKencanaBlockAB No 88, KebonJeruk Jl.Pejuangan 11530JAKARTA INDONESIE
BatchDetails ProductName: Product Code: Cust. Product Name: Cust. Product Code: Batch No. Date of Test: Specification: Manufacturedat: Dateof manufacture:
Customer Ref. 318B,t07 Inspection Ld 0100001 15748 C of A Printed '17.01.2008 Crcda order No. 5014r''1 Croda [lel. No 80529368 50 KG Quantity. CIAContact 021 53677182 Fax No.
GREENTEA EXTRACT NAAO747tAO25nP30 0000248050 15.11.2007 CrodaromSAS 13.11.2007
QualityControlResufts AnalyticalTest MethodNo. Charaderistic Addendum00 FCOO31AO SPECIFICGRAVITY (20"c) FCOO32AOREFRACTIVEINDEX (20"c) Fc0064Ao pH VALUE(20'C) JCOOS4AO TOTALGERMS JCOOS4AO MOULDS/YEASTS
SpecificationLimit Upper Lower Passor Fail 1.115 I
1.390 5.0 1OOMAXUFC/ML 10 MAXUFC/ML
Between15-25'C,darkin closedcontainers on originalpackaging The performed analysisareguaranteed stablefor 12 months Whenstoredaccordingly,
Batch Status: Pass Certificatevalid until:12.11.2OOB Confirmed by
Page 1 of
2
Value
Unit
Status
1.140
Pass 1.131
P P
1.410
1.399
P
5.9 Pass Pass
P P P
7.O
F
t
CRODAROM PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gertificate of Analysis
GrcdaomSAS
Envirmmental i/tanagerrent Syst€rn tSO 14OOl certilied 2(X)3 BVQ1 Certilicate l.to. trt0 586
Parcd'Aclivit5s"Les Phines" 482$CHAt{Ae FRANCE TEI(33)466482027 Far (33)4&8:28!-1
Customerdetails P T TritunggalArthamakrnur KomplekGrahaKencanaBock AB Jl.Pejuangan No 88, KebonJeruk 11530JAKARTA INDONESIE
The name printed at th3 €nd dthis document is an elec{ronic signalute.
Customer Ref- 318W07 Inspection [d 0100001 15748 C ofA Printed 17.01.2W8 Croda order No. 5014/'1 Croda lled. No 80529368 Quantity. 50 KG CIAGontact Fax No. 02153677182
Emmanuelle Causse
Page2of 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Komposisi Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Emulgel Anti-Aging Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) O.K) : Aplikasi Desain Faktorial” ini lahir di
Pontianak pada tanggal 26
Oktober 1986 dan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Marjono Rianto Asan dan Ibu Natalia. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1991-1992 di TK Negeri Pembina Pontianak kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun 1992-1998 di SD Negeri 30 Pontianak. Pada tahun 1998-2001 penulis menyelesaikan tingkat pendidikan selanjutnya di SLTP Negeri 3 Pontianak kemudian melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi pada tahun 2001-2004 di SMA Negeri 1 Pontianak. Pada tahun 2004 penulis mengawali pendidikannya sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2008.
109