PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO STROKE PADA POPULASI LANSIA POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Profil Tekanan Darah)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Agnes Dotie Octaviani NIM : 068114022
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 ii
THE EFFECT OF EDUCATION FOR RISK FACTOR OF STROKE IN ELDERLY POPULATION OF POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN AND POSYANDU BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA (Concerning about High Blood Pressure)
UNDERGRADUATE THESIS
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement To Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm) In Faculty of Pharmacy
By : Agnes Dotie Octaviani Student Number : 068114022
FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERCITY YOGYAKARTA 2009 iii
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO STROKE PADA POPULASI LANSIA POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Profil Tekanan Darah)
Yang diajukan oleh : Agnes Dotie Octaviani NIM: 068114022
Telah disetujui oleh:
tanggal: 17 Oktober 2009 iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO STROKE PADA POPULASI LANSIA POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Profil Tekanan Darah)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar…dan tak pernah putus asa… jangan menyerah….! (Jangan Menyerah_d’Masiv)
Kupersembahkan karya kecil ini untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberiku kekuatan Keluargaku yang merupakan hadiah terindah dari Bapa Nonod dan keluarga yang telah memberikan warna dalam hidupku Almamaterku
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Agnes Dotie Octaviani
Nomor mahasiswa
: 068114022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ‖Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Faktor Risiko Stroke pada Populasi Lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati-Sleman, Yogyakarta (Kajian Profil Tekanan Darah)‖ beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 12 November 2009 Yang menyatakan
Agnes Dotie Octaviani
vii
PRAKATA Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ‖Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Faktor Risiko Stroke pada Populasi Lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati-Sleman, Yogyakarta (Kajian Profil Tekanan Darah)‖. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, dorongan, kritik, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi anugerah, rahmat, dan kekuatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. yang telah memberikan petunjuk dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai dosen penguji. viii
5. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan pelajaran hidup bagi penulis. 6. Ibu Dukuh Burikan serta Bapak Sunartidja selaku Dukuh Keboan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 7. Ibu Tatik selaku ketua kader dan kader-kader Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan serta Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan yang telah membantu peneliti dalam melakukan pendekatan terhadap subjek penelitian dan memberikan masukan selama proses penelitian. 8. Ibu dr. Arina Ismah Afiati yang telah memberikan ceramah pada subjek penelitian. 9. Mas Narto dan Mas Dwi yang telah membantu dalam pembuatan surat menyurat demi terlaksananya penelitian ini. 10. Seluruh lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan yang telah bersedia mengikuti proses penelitian ini dari awal hingga akhir. 11. Bapak dan mamaku tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, motivasi, serta saran yang telah diberikan. 12. Mbak Dian dan Mas Dita, yang dengan caranya sendiri selalu mendoakan dan mendukungku. 13. Om Pius yang telah memberikan dorongan, doa, dan kasih sayangnya, khususnya untuk Mama Chi yang selalu ada dalam hatiku. 14. Nonod atas bantuan, doa, dukungan, serta pinjaman si hitam yang mempermudah perjalananku. ix
15. Nee, Lul, Sinta, Adit, Robby, Reno, Boim, Lyl, dan Mew atas kebersamaan dan dukungan yang sangat berarti untuk penulis. 16. Liemin, Mas Anzo, Mas Veda, Mas Ari, dan Ajeng yang rela bangun pagi dan melakukan perjalanan jauh demi kelancaran penelitian ini. 17. Teman-teman seperjuangan: Dissa, Anna, Vica, Nimoo, dan Adi atas segala kebersamaan, dukungan, perhatian, suka duka, dan canda tawa dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 18. Mas Iwan dan Mas Sugeng atas persaudaraan yang terjalin selama ini, diskondiskon yang diberikan, serta pinjaman tempat sebagai basecamp pembuatan property penelitian. 19. Teman-teman kelas A angkatan 2006 atas persahabatannya selama ini. 20. Teman-teman FKK angkatan 2006, atas kebersamaannya dalam proses belajar dan saling membangun dalam presentasi. 21. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak,
sehingga
dapat
memberikan
manfaat
bagi
perkembangan
ilmu
pengetahuan. Yogyakarta, 15 Oktober 2009
Penulis x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Oktober 2009 Penulis
Agnes Dotie Octaviani
xi
INTISARI Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Lansia rentan terserang stroke, sehingga untuk pencegahan perlu diberi edukasi tentang pola hidup sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi pada populasi lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta terkait tekanan darah sebagai faktor risiko stroke. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah laki-laki dan wanita berusia ≥60 tahun yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia dan belum pernah stroke, sakit ginjal atau jantung kongestif. Hasil independent t-test dan Mann Whitney menunjukkan pengaruh pemberian edukasi antara kelompok perlakuan dengan kontrol pada pengukuran awal dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan kelompok perlakuan ada peningkatan profil tekanan sistolik yang bermakna (18,84 mmHg). Penurunan profil tekanan diastolik tidak bermakna (1,17 mmHg). Pada kelompok kontrol peningkatan profil tekanan sistolik tidak bermakna (6,34 mmHg), sedangkan profil tekanan diastolik mengalami penurunan bermakna (8 mmHg). Pemberian edukasi tidak memberikan penurunan yang signifikan terhadap profil tekanan darah sebagai salah satu faktor risiko stroke. Kata kunci: stroke, lansia, edukasi, tekanan darah
xii
ABSTRACT High blood pressure is the primary risk factor of stroke. Elderly are easier to get stroke, so education about health is needed to prevent it. This research is to know the influence of giving education for the elderly population in Posyandu Srikandi, Dusun Burikan and Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta, related to blood pressure as the stroke risk factor. This is a quasi-experimental research using nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. The research subject were elderly which over 60, active in posyandu lansia, and never have stroke, heart disease, or congestive heart disease. The result of independent t-test and Mann Whitney between the intervention group and the control group in first and final measurement does not give any significant profile differences. The result of Wilcoxon test shows that there is systolic blood pressure profile increase that statistically regarded as meaningful in intervention group (18,84 mmHg). Diastolic blood pressure profile decreases that statistically regarded as meaningless (1,17 mmHg). In control group, the systolic blood pressure profile increase that statistically meaningless (6,34 mmHg), while diastolic blood pressure profile decrease that statistically regarded as meaningful (8 mmHg). Giving education does not give any significant decrease toward blood pressure profile as one of stroke risk factor. Key words: stroke, elderly, education, blood pressure
xiii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii PAGE TITLE .....................................................................................................iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi LEMBAR
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ vii PRAKATA ...................................................................................................... viii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. xi INTISARI ......................................................................................................... xii ABSTRACT ...................................................................................................... xiii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx BAB I PENGANTAR......................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1. Perumusan masalah .................................................................................. 5 2. Keaslian penelitian .................................................................................. 5 3. Manfaat penelitian .................................................................................. 6 xiv
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1. Tujuan umum .......................................................................................... 7 2. Tujuan khusus ......................................................................................... 7 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................ 9 A. Stroke ........................................................................................................... 9 1. Definisi ................................................................................................... 9 2. Etiologi dan klasifikasi ............................................................................ 9 3. Patofisiologi .......................................................................................... 11 4. Faktor risiko .......................................................................................... 13 B. Tekanan Darah ............................................................................................ 15 1. Definisi ................................................................................................. 15 2. Tekanan darah sistolik ........................................................................... 16 3. Tekanan darah diastolik ........................................................................ 17 4. Faktor risiko .......................................................................................... 17 C. Hipertensi ................................................................................................... 20 1. Etiologi ................................................................................................ 20 2. Patofisiologi .......................................................................................... 21 3. Kriteria diagnostik ................................................................................. 23 4. Penatalaksanaan .................................................................................... 25 D. Edukasi ....................................................................................................... 30 E. Landasan Teori ........................................................................................... 32 F. Hipotesis ..................................................................................................... 34
xv
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 35 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................... 35 B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 36 C. Definisi Operasional .................................................................................... 36 D. Subjek Penelitian ........................................................................................ 38 E. Tempat Penelitian ....................................................................................... 39 F. Waktu Penelitian ......................................................................................... 39 G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 39 H. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 39 1. Penentuan subjek penelitian ................................................................... 39 2. Pengurusan izin penelitian ..................................................................... 40 3. Penelusuran data populasi ...................................................................... 41 4. Pembuatan leaflet .................................................................................. 42 5. Pelaksanaan intervensi ........................................................................... 42 6. Pengambilan data .................................................................................. 44 7. Pengolahan data .................................................................................... 45 I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ........................................................... 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 49 A. Profil Karakteristik Demografi Populasi Lansia Terkait dengan Faktor Risiko Stroke .............................................................................................. 49 1. Usia ....................................................................................................... 51 2. Jenis kelamin ......................................................................................... 52 3. Tingkat pendidikan ................................................................................ 53 xvi
4. Body Mass Index (BMI) ........................................................................ 54 5. Kebiasaan merokok ............................................................................... 55 6. Tekanan darah ....................................................................................... 56 B. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan dengan Edukasi secara Personal terhadap Perubahan Profil Tekanan Darah yang merupakan Faktor Risiko Stroke pada Populasi Lansia di Posyandu Srikandi dan Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman ........................................................................................................ 60 C. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan dengan Edukasi secara Personal pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir ............................... 63 D. Ringkasan Pembahasan ............................................................................... 70 BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 72 A. Kesimpulan ................................................................................................. 72 B. Saran ........................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74 LAMPIRAN ..................................................................................................... 78 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 119
xvii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Klasifikasi BMI Menurut WHO ..................................................... 19
Tabel II.
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (usia ≥18 tahun) oleh WHO ....................................................................................... 24
Tabel III.
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa ≥18 tahun oleh JNC VII ......................................................................................... 25
Tabel IV.
Pengaturan Tekanan Darah pada Orang Dewasa ............................. 25
Tabel V.
Rekomendasi Modifikasi Gaya Hidup Menurut WHO ..................... 26
Tabel VI.
Profil Karakeristik Awal Populasi Lansia terkait dengan Stroke ..... 50
Tabel VII. Perubahan Profil Tekanan Darah .................................................... 60 Tabel VIII. Profil Karakeristik Akhir Populasi Lansia terkait dengan Stroke ..... 64 Tabel IX.
Signifikansi
Kelompok
Perlakuan
Dibandingkan
dengan
Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir .. 64
xviii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Perbedaan antara Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik ............... 12
Gambar 2.
Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervension with Control Group Design ................................................................................ 36
Gambar 3.
Pembagian Subjek Penelitian ........................................................ 38
Gambar 4.
Skema Analisis Data .................................................................... 45
Gambar 5.
Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ................. 51
Gambar 6.
Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .. 53
Gambar 7. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................................................................... 54 Gambar 8.
Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan BMI ................ 55
Gambar 9.
Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Merokok ....................................................................................... 56
Gambar 10. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik .......................................................................................... 57 Gambar 11. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik ....................................................................................... 58 Gambar 12. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah pada Pengukuran Awal.......................................... 59 Gambar 13. Selisih Rerata Pengukuran Awal dan Akhir ................................... 61 Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah pada Pengukuran Akhir ........................................ 66 xix
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Formulir Pengambilan Data Penelitian ....................................... 78
Lampiran 2.
Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ........................... 79
Lampiran 3.
Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol .............................. 80
Lampiran 4.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ................................................................................... 81
Lampiran 5.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ....................................................................................... 82
Lampiran 6.
Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Populasi Lansia Terkait Jenis Kelamin, Usia, Kebiasaan Merokok, dan Tingkat Pendidikan .................................................................................. 83
Lampiran 7.
Output Uji Normalitas Karakteristik Populasi Lansia Terkait Body Mass Index (BMI) ............................................................ 88
Lampiran 8.
Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Populasi Lansia Terkait Body Mass Index (BMI) ............................................................ 91
Lampiran 9.
Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Sistolik ...................................................................................... 92
Lampiran 10. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Sistolik ............................................................................. 95 Lampiran 11. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Diastolik .................................................................................... 96
xx
Lampiran 12. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Diastolik .......................................................................... 98 Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Perlakuan .......... 99 Lampiran14. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Perlakuan ...... 100 Lampiran 15. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Kontrol ............ 101 Lampiran 16. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Kontrol ......... 102 Lampiran 17. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik Kelompok Perlakuan dan Kontrol ............................... 103 Lampiran 18. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik Kelompok Perlakuan dan Kontrol .................... 105 Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik Kelompok Perlakuan dan Kontrol .................... 106 Lampiran 20. Surat Izin dari BAPPEDA Yogyakarta ..................................... 107 Lampiran 21. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ................ 108 Lampiran 22. Materi Ceramah ....................................................................... 109 Lampiran 23. Leaflet Bagian Luar ................................................................. 114 Lampiran 24. Leaflet Bagian Dalam .............................................................. 115 Lampiran 25. Dokumentasi Pemberian Ceramah ........................................... 116 Lampiran 26. Dokumentasi Pelaksanaan Edukasi secara Personal .................. 117 xxi
Lampiran 27. Dokumentasi Pengukuran Tekanan Darah ................................ 118
xxii
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hasil penelitian yang dilaporkan pada tahun 2006 mengatakan bahwa stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan keganasan. Sekarang stroke menjadi tantangan utama untuk tenaga kesehatan maupun tenaga medis karena dalam 6th World Stroke Congress tahun 2008 dikatakan bahwa stroke menjadi penyebab kematian kedua dan merupakan penyebab utama terjadinya kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 50% kasus stroke terjadi di Cina, India, dan Indonesia (Banerjee & Kumar, 2006; Bettshart dan Kofler, 2008). Angka kecacatan stroke umumnya lebih tinggi dari angka kematian, perbandingan antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu (Lumbantobing, cit., Ritarwan, 2003). Penyakit serebrovaskuler ini tidak selalu membunuh seseorang dengan cepat, tetapi faktanya sangat membahayakan, merusak otak, dan dapat melumpuhkan badan (Dhamija, Mittal & Bansal, 2000; Banerjee & Kumar, 2006; Bettschart & Kofler, 2008). Data statistik WHO (2004) menunjukkan 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut, 5 juta orang meninggal sedangkan 10 juta orang lainnya mengalami cacat permanen. Stroke menyebabkan 650.000 kematian setiap tahun di Eropa. Insiden stroke mulai menunjukkan penurunan di negara-negara maju karena adanya upaya menjaga tekanan darah
1
2
dan mengurangi kebiasaan merokok, namun tingkat stroke secara keseluruhan tetap tinggi karena penuaan penduduk (Mackay & Mensah, 2004). Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam dari urutan ketiga penyebab kematian menjadi urutan pertama, melampaui penyakit yang selama ini mendominasi angka kematian terbesar di Indonesia seperti jantung dan kanker. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia saat ini dan jika tidak ada upaya penanggulangan yang lebih baik, maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat dua kali lipat (Haris, 2007). Berdasarkan penelusuran data prevalensi stroke di Kabupaten Sleman, jumlah orang berusia 60 tahun ke atas yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas daerah Sleman sebanyak 214 orang dengan jumlah penduduk sampai pertengahan tahun 2008 di Kabupaten Sleman sebanyak 938.694 orang. Data tersebut diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada fase stroke akut adalah tinggi (71%). Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama dan dapat dimodifikasi. Penelitian membuktikan bahwa pengendalian tekanan darah akan menurunkan kejadian stroke secara signifikan (Anonim, 2009d). Pencegahan yang berfokus pada pengendalian faktor risiko stroke (hipertensi, kolesterol, diabetes, dan merokok) merupakan hal yang sangat penting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 oleh Departeman Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
3
31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas, 60% dari populasi tersebut mengalami stroke, sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat Indonesia belum terdiagnosis, walaupun sebenarnya hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah (Banerjee & Kumar, 2006, Anonim, 2009c). Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, hipertensi yang terjadi pada pria sebesar 12,2% dan wanita sebesar 15,5% ( Anonim, 2009a). Tekanan darah seseorang meningkat seiring bertambahnya usia, sehingga hipertensi sangat sering ditemui pada orang tua. Pada pasien hipertensi kronik, regulasi aliran darah otak dapat dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah sistemik karena adanya perubahan struktural pada dinding pembuluh darah. Jika aliran darah terhalang karena adanya gumpalan yang menuju otak atau karena pembuluh darah pecah, otak akan kekurangan pasokan energi. Kekurangan energi pada otak menimbulkan kerusakan jaringan di sekitarnya, sehingga menyebabkan terjadinya stroke (McPhee, Lingappa, Ganong, Lange, 1995; Saseen & Carter, 2005). Penanggulangan stroke semakin penting dilakukan karena kini Indonesia menduduki urutan pertama di dunia dalam hal jumlah penderita stroke terbanyak
4
(Samsudin, 2009). Penanggulangan stroke dapat dimulai dengan melakukan upaya pencegahan. Pencegahan stroke antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini, pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin (Fatimah, 2009). Pemahaman terhadap faktor-faktor risiko stroke akan sangat membantu dalam tindakan pencegahan yang efektif, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan edukasi tentang faktor-faktor risiko tersebut, dengan demikian adanya pemberian edukasi ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor risiko terjadinya stroke dan pola hidup sehat sehingga dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian yang diakibatkan stroke. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas akibat stroke, tindakan pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Edukasi perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor-faktor risiko stroke dan pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi tindakan subjek penelitian untuk menjaga kesehatan. Pada penelitian ini digunakan populasi lansia karena pada usia ini rentan terserang penyakit stroke. Pengetahuan tentang pola hidup sehat akan membantu lansia untuk menjaga kesehatannya sehingga terhindar dari penyakit. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Kedua posyandu lansia ini dipilih sebagai tempat penelitian karena lansia aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia, mempunyai motivasi yang
5
tinggi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup, serta memiliki karakteristik yang hampir sama. 1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat adalah: a. Seperti apakah profil karakteristik populasi lansia pada penelitian ini terkait faktor risiko stroke? b. Apakah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal berpengaruh terhadap perubahan profil tekanan darah yang merupakan faktor risiko stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman? c. Seperti apakah pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pengukuran awal dan pengukuran akhir? 2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, terdapat beberapa penelitian terkait dengan edukasi, terjadinya hipertensi serta stroke. Penelitian tersebut antara lain: a. Health education program effects on the management of hypertension in the elderly oleh Morisky, Levine, Green, and Smith (1982)
6
b. The 2009 Canadian hypertension education program recommendations for the management of hypertension: part 2—therapy oelh Khan, Hemmelgarn, Herman, Bell, Mahon, Leiter, et al. (2009) c. Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (kajian tekanan darah) oleh Asih (2008) d. Implementing a community education program on stroke for health care providers and consumers oleh Richardson-nassif, Swartz, and Reardon, (2002) e. Pengendalian hipertensi sebagai faktor risiko stroke dan manajemen hipertensi pada penderita stroke akut oleh Lamsudin (2000) f. Frequency of hypertension in stroke patients presenting at Ayub Teaching Hospital oleh Khan, Rehman, Shah, and Jielani (2006). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas karena penelitian mengenai pengaruh pemberian edukasi terhadap faktor risiko stroke, khususnya profil tekanan darah pada populasi lansia yang dilakukan di Yogyakarta belum pernah diteliti. 3. Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal terhadap profil tekanan darah populasi lansia terkait dengan pencegahan stroke.
7
b. Manfaat praktis Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya mengenai penyakit stroke dan pencegahannya, sehingga dapat meningkatkan usia harapan hidup dengan kesehatan yang baik. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada populasi lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terkait dengan tekanan darah sebagai faktor risiko stroke. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui profil karakteristik populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal terhadap perubahan profil tekanan darah yang merupakan faktor risiko stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. c. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok
8
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pengukuran awal dan pengukuran akhir.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Stroke 1. Definisi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau karena gangguan peredaran darah otak sehingga dapat menimbulkan kematian. Gejala awal stroke adalah keluhan rasa kesemutan, kelemahan otot yang muncul mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, dan paling sering terjadi pada sebagian sisi tubuh. Gejala yang lain adalah bicara menjadi pelo atau cadel, pandangan mata kabur atau bahkan hilang pada sebelah mata atau kedua mata, nyeri kepala hebat, kesulitan berjalan, dan hilangnya keseimbangan tubuh. Hasil keluaran penanganan yang tepat dan cepat akan sangat berbeda dengan penganganan yang tidak tepat dan terlambat. Prinsipnya adalah semakin cepat ditangani, semakin sedikit kerusakan otak yang terjadi (Anonim, 2009e; Anonim, 2009f; WHO, 1997). 2. Etiologi dan klasifikasi Stroke yang menyerang kelompok usia di atas 40 tahun terjadi akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak atau hemoragik, dan perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah (Anonim, 2009f).
9
10
Stroke iskemik (sebesar 88% dari keseluruhan kasus stroke) terjadi ketika aliran darah dari arteri ke otak terhambat sehingga tiba-tiba aliran darah berkurang atau berhenti dan akhirnya menyebabkan infark pada otak. Gumpalan darah dapat menyebabkan iskemik dan infark dengan dua cara yaitu pembentukan emboli dan trombosis. Pertama, pada stroke emboli, gumpalan darah yang terbentuk pada lumen pembuluh darah selain otak terbawa oleh aliran darah sehingga menyumbat arteri otak. Kedua, stroke trombotik disebabkan oleh trombosis, pembentukan gumpalan darah pada arteri serebral yang tetap menempel pada dinding arteri sampai menjadi besar dan menghambat aliran darah (Anonim, 2004; Fagan & Hess, 2005). Stroke hemoragik (sebesar 12% dari keseluruhan kasus stroke) meliputi hemoragik subarachnoid, hemoragik intraserebral, dan hematoma subdural. Hemoragik subarachnoid adalah perdarahan yang terjadi di bawah selaput otak atau di luar membran otak sehingga darah mengisi ruangan di sekitar otak. Hemoragik intraserebral terjadi ketika pembuluh darah pecah dalam parenchyma otak sehingga membentuk hematoma. Hematoma adalah penggumpalan darah setempat, umumnya menggumpal, dalam jaringan, akibat pecahnya dinding pembuluh darah. Hematoma subdural adalah bekuan darah yang terletak di bawah dura (menyeliputi otak) yang menyebabkan gangguan neurologis karena penekanannya ke otak (Anonim, 2004; Fagan & Hess, 2005; Kumala, Komala, Santoso, Sulaiman, Rienita, 1998).
11
3. Patofisiologi a. Stroke iskemik Pada proses aterosklerosis di pembuluh arteri, peningkatan akumulasi lipid dan sel inflamasi di intima akan berpengaruh terhadap arteri sehingga terbentuk plak di lumen. Bila lumen diberikan sedikit tekanan dapat menyebabkan plak pecah, kolagen membuka, dan terbentuk gumpalan. Gumpalan dapat tetap berada di pembuluh darah, sehingga menyebabkan sumbatan lokal ataupun mengalir sebagai emboli, yang pada akhirnya dapat menyumbat pembuluh darah serebral. Pada kasus emboli kardiogenik, pengurangan aliran darah arteri atau ventrikel menyebabkan pembentukan gumpalan lokal yang kemudian dapat terbawa oleh aliran darah melalui aorta ke sirkulasi serebral. Hasil akhir dari pembentukan trombus dan emboli adalah penyumbatan arterial, menurunkan aliaran darah ke serebral dan menyebabkan iskemik (Fagan & Hess, 2005). Nilai normal aliran darah otak rata-rata 50 mL/100 g per menit. Aliran darah ini dijaga pada tekanan arterial 50 sampai 150 mmHg oleh proses yang disebut autoregulasi serebral. Pembuluh darah otak mengalami dilatasi dan konstriksi sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah. Proses ini dapat gagal karena adanya aterosklerosis dan kerusakan jaringan yang akut, seperti stroke. Jika aliran darah otak lokal berkurang dibawah 20 mL/100 g per menit dapat menyebabkan terjadinya iskemia, dan ketika pengurangan terjadi lebih jauh dibawah 12 mL/100 g per menit, maka terjadi kerusakan otak irreversible yang disebut infarksi (Fagan & Hess, 2005).
12
b. Stroke hemoragik Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh arteri pada otak pecah, sehingga darah mengalir keluar ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini tidak hanya mengganggu supply darah ke otak, tetapi juga mengganggu keseimbangan kimia saraf. Hemoragik umumnya terjadi karena bleeding aneurysm, yaitu dinding arteri yang tipis dan mengembang. Jika terjadi aliran darah tinggi dan dinding pembuluh darah yang tipis tidak dapat melakukan vasodilatasi, maka dinding pembuluh darah akan pecah dan aliran darah merembes ke jaringan sekitar otak. Hemoragik juga dapat terjadi karena plak pada dinding arteri mengeras, sehingga menjadi tidak elastis dan mudah pecah. Risiko kerapuhan pada dinding arteri meningkat dengan adanya hipertensi. Orang dengan arteriovenous malformation (AVM) juga memiliki risiko tinggi terserang stroke hemoragik. Arteriovenous malformation adalah kekacauan akibat kerusakan pembuluh darah dan kapiler dalam otak yang memiliki dinding tipis sehingga mudah pecah (Anonim, 2004).
Gambar 1. Perbedaan antara Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik (Anonim, 2004)
13
4. Faktor risiko Identifikasi faktor risiko merupakan hal yang penting untuk pencegahan stroke. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin, serta riwayat stroke keluarga. Faktor risiko stroke seperti hipertensi (faktor risiko paling penting pada stroke iskemik), penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, merokok, mengonsumsi alkohol maupun gaya hidup merupakan faktor risiko stroke yang dapat dikontrol (Anonim, 2004). a. Usia Semakin tua usia seseorang, fungsi organ tubuh akan mengalami kemunduran sehingga semakin besar risiko terkena stroke. Risiko stroke meningkat dua kali lipat untuk masing-masing dekade setelah usia 55 tahun (Fagan & Hess, 2005). b. Jenis kelamin Laki-laki lebih sering terkena stroke dibandingkan dengan wanita, tetapi pada wanita yang telah mengalami menopause risiko terkena stroke sama dengan laki-laki (Mulyatsih & Ahmad., 2008). c. Riwayat stroke keluarga Walaupun faktor genetik bukan merupakan faktor tunggal terjadinya stroke, gen memiliki peranan penting dalam fakor risiko stroke, seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan vascular malformation. Pengaruh gaya hidup dalam keluarga juga memberikan kontribusi terhadap terjadinya familial stroke (Anonim, 2004).
14
d. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Sebanyak 5070% kasus stroke disebabkan karena adanya hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah (Mulyatsih & Ahmad, 2008). e. Penyakit kardiovaskuler Penyakit jantung merupakan faktor risiko kuat terjadinya stroke iskemik. Kerusakan jantung (misalnya karena serangan jantung) membuat kecenderungan terbentuknya gumpalan darah di dalam jantung. Penyakit jantung dan stroke juga berhubungan karena keduanya memiliki manifestasi aterosklerosis di pembuluh darah. Pasien dengan penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, left ventricular hypertrophy, dan atrial fibrillation dapat meningkatkan risiko stroke (Brass, 2009; Fagan & Hess, 2005). f. Diabetes mellitus Orang dengan diabetes mellitus memiliki faktor risiko terserang stroke lebih besar dibandingkan dengan orang normal. Pada penderita ini sering terjadi stroke iskemik atau infark karena sumbatan umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil (Mulyatsih & Ahmad, 2008). g. Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia akan mempercepat kerusakan pembuluh darah. Lapisan LDL pada dinding arteri menyebabkan pembentukan plak dan kekakuan arteri, sehingga menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis dapat meningkatkan risiko stroke (Anonim, 2004).
15
h. Merokok Merokok meningkatkan faktor risiko stroke karena dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis dan meningkatkan faktor pembekuan darah seperti fibrinogen. Menurut penelitian di kota Framingham, Massachusetts laki-laki yang merokok lebih dari 40 sigaret per hari memiliki faktor risiko stroke dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang merokok kurang dari 10 sigaret (Brass, 2009; Anonim, 2009d). i.
Mengonsumsi alkohol Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Orang yang
mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak memiliki risiko terkena stroke hemoragik ataupun iskemik (Anonim, 2004). B. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan darah adalah hasil pengukuran kekuatan dinding arteri sebagai tempat aliran darah yang dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, serta ukuran dan elastisitas arteri. Tekanan darah dapat berubah tergantung dari aktivitas yang dilakukan, suhu, diet, tingkat emosional, sikap, maupun penggunaan obat-obatan (Porth, 2005). Biasanya tekanan darah sistolik meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sedangkan puncak tekanan darah diastolik berada pada usia 60 tahun untuk laki-laki dan 70 tahun untuk wanita, yang kemudian secara berangsur-angsur akan menurun. Pada orang dengan usia 40-70 tahun, peningkatan tekanan darah 20/10
16
mmHg dalam range 115/75 sampai 185/115 mmHg dapat meningkatkan risiko penyakit serebrovaskuler sebesar dua kali lipat (Chobanian, Bhakris, Chusman, Green, Joseph, 2003; Khatib & El-Guindy, 2005). Ketika tekanan darah diperiksa, terdapat dua nilai yang dicatat. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan tekanan darah paling tinggi pada arteri, yang diperoleh ketika jantung kontraksi (selama sistol). Sedangkan nilai yang lebih rendah menunjukkan tekanan darah paling rendah pada arteri, yang hanya diperoleh sebelum jantung mulai kontraksi lagi (selama diastol). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik/tekanan diastolik, sebagai contoh 120/80 mmHg (Beers, 2004). 2. Tekanan darah sistolik Tekanan darah sistolik menggambarkan pengeluaran darah menuju aorta. Ketika darah yang mengandung oksigen dipompakan dari ventrikel kiri menuju aorta, aorta akan melonggarkan dinding pembuluh darah dan menghasilkan peningkatan tekanan darah di aorta. Batasan peningkatan atau penurunan tekanan sistolik ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa ke aorta setiap detak jantung (volume pompa darah), kecepatan pengeluaran darah, dan elastisitas dari aorta (Porth, 2005). Tekanan darah sistolik meningkat saat pengeluaran darah terjadi secara cepat dengan volume pompa darah yang besar atau saat volume pompa darah di salurkan menuju aorta yang kaku. Dinding aorta yang elastis secara normal akan melonggar untuk menyalurkan darah menuju aorta. Hal ini mencegah terjadinya peningkatan tekanan yang berlebihan selama kontraksi dan menjaga tekanan
17
selama relaksasi. Pada beberapa orang usia lanjut, elastisitas jaringan aorta sudah kehilangan daya lenting dan menjadi kaku sehingga meningkatkan tekanan darah sistolik (Porth, 2005). 3. Tekanan darah diastolik Tekanan darah diastolik dipertahankan oleh energi yang telah disimpan dalam dinding elastis selama sistolik. Tingkat tiap tekanan darah dapat dipertahankan tergantung pada kondisi aorta, besar arteri, kemampuan untuk melonggar, kemampuan katub aorta, dan tahanan arteri yang mengontrol aliran darah keluar menuju kapiler. Saat terjadi peningkatan tahanan perifer pembuluh darah, bersamaan dengan stimulasi simpatik, tekanan darah diastolik akan meningkat. Arteriosklerosis akan menyebabkan arteri yang lebih kecil menjadi kaku dan tidak dapat menerima aliran darah dari aorta, tanpa menghasilkan peningkatan tekanan darah diastolik. Penutupan katup aorta saat onset diastolik sangat penting untuk menjaga tekanan diastolik. Penutupan katup aorta yang tidak sempurna akan menurunkan tekanan diastolik (Porth, 2005). 4. Faktor risiko Faktor-faktor penentu tekanan darah yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas, nutrisi, kebiasaan merokok, dan stress (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, Siahaan, 2009). a. Faktor genetik Faktor genetik berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Orang dengan riwayat
18
penyakit keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk, 2009). b. Usia Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pasien di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi pada orang yang bertambah usianya (Anggraini dkk, 2009). c. Jenis kelamin Wanita memiliki tekanan darah sistolik lebih rendah daripada laki-laki selama usia dewasa muda, tetapi tekanan darah sistolik akan menjadi tinggi setelah usianya mencapai 60 tahun. Sedangkan perbedaan tekanan darah diastolik antara laki-laki dan wanita tidak dipengaruhi oleh usia dan memiliki perbedaan yang cenderung tipis, di mana tekanan darah diastolik wanita sedikit lebih rendah daripada laki-laki. Setelah usia 50 tahun kejadian hipertensi meningkat lebih cepat pada wanita dibandingkan dengan laki-laki dan prevalensi hipertensi pada wanita ≥ laki-laki ketika mencapai usia 60 tahun (Khatib & El-Guindy, 2005). Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
19
estrogen berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Anggraini dkk, 2009). d. Etnis Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar (Anggraini dkk, 2009). e. Obesitas Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan BMI >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, sedangkan yang memiliki BMI <25 (status gizi normal menurut standar internasional) prevalensinya 18% untuk pria dan 17% untuk wanita (cit., Anggraini dkk, 2009). Tabel I. Klasifikasi BMI menurut WHO (Anonim, 2009b)
Klasifikasi Underweight Normal Overweight (pre-obese) Obesitas I Obesitas II Obesitas III
BMI (kg/m2 ) <18,5 18,5-24,99 25,00-29,99 30,00-34,99 35,00-39,99 ≥40
f. Pola asupan garam dalam diet Konsumsi sodium yang berlebih menyebabkan konsentrasi sodium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Usaha untuk menormalkannya dengan cara menarik cairan intraseluler ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Volume
cairan
ekstraseluler
yang
meningkat
menyebabkan
peningkatan volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.
20
Sumber sodium yang utama adalah sodium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh
(Anggraini dkk, 2009). g. Merokok Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subjek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subjek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subjek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subjek terus diteliti dalam jangka waktu 9,8 tahun. Kesimpulannya adalah kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subjek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Anggraini dkk, 2009). h. Stress Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Anggraini dkk, 2009). C. Hipertensi 1. Etiologi Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi, dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan darah sistoliknya ≥140 mmHg sedangkan tekanan darah
21
diastolik <90 mmHg. Termasuk dalam hipertensi primer karena umumnya penyebab hipertensi tidak diketahui, berbeda dengan hipertensi sekunder yang tejadi karena adanya penyakit (Anonim, 2004; Khatib & El-Guindy, 2005). Hipertensi sistolik terisolasi terjadi karena hilangnya elastisitas arteri atau akibat penuaan. Aorta menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan penurunan volume aorta, sehingga volume dan tekanan diastolik juga menjadi turun. Pada orang tua, pengukuran tekanan sistolik yang meningkat ini lebih signifikan karena dapat menunjukkan terjadinya kekakuan arteri besar, terutama aorta, efeknya bisa membuat kerusakan jantung, ginjal, serta otak (Anonim, 2004; Khatib & El-Guindy, 2005). 2. Patofisiologi Tekanan darah sistolik maupun diastolik meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan ini mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri (Kuswardhani, 2006; Anonim, 1990; Supiano, 2009). Efek utama dari usia yang semakin tua terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Dinding aorta dan pembuluh darah besar yang semakin tebal, sedangkan elastisitasnya menurun menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer. Sensitivitas baroreseptor juga semakin lemah dengan bertambahnya usia. Respon baroreseptor adalah kemampuan sekelompok pressure sensitive nerves pada arteri carotid untuk menyampaikan respon ke otak dan kemudian otak akan menyampaikan
22
respon tersebut kembali ke jantung sehingga dapat mengatur kecepatan dan kekuatan kontraksi (Kuswardhani, 2006; Anonim, 1990). Penurunan sensitivitas baroreseptor mengubah kontrol sistem saraf pusat terhadap penyampaian respon ke sistem saraf simpatik yang memberikan dua manifestasi penting. Pertama, baroreseptor yang tidak sensitif berarti bahwa untuk mengaktifkan baroreseptor dan memberikan respon kompensasi yang tepat dibutuhkan perubahan yang lebih besar pada tekanan darah. Penurunan sensitivitas baroreseptor dipercaya memberikan kontribusi terhadap variabilitas tekanan darah yang lebih tinggi pada orang lanjut usia (Kuswardhani, 2006; Supiano, 2009). Kedua, penurunan sensitivitas baroreseptor dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik yang mempengaruhi tekanan darah arteri. Pengukuran peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik karena usia ditentukan oleh peningkatan jumlah norepinefrin dalam plasma dan aktivitas saraf simpatik. Peningkatan kecepatan pelepasan norepinefrin diperkirakan menghasilkan peningkatan respon adrenergik kardiovaskuler. Hal ini menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan penurunan respon adrenergik yaitu reseptor β-adrenergik kronotropik,
ionotropik,
dan
respon
pembuluh
darah,
seperti
respon
vasokonstriksi α-adrenergik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi dan vasokonstriksi akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi yang selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah (Kuswardhani, 2006; Supiano, 2009).
23
Penentu lain dari sifat pembuluh darah adalah endothelium pada pembuluh darah yang
berfungsi untuk
mensintesis sejumlah substansi
vasoaktif.
Endothelial-derived relaxing factor adalah vasodilator poten yang telah diteliti secara ekstensif sejak diperkenalkan sebagai nitric oxide. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan penurunan endothelial-derived relaxing factor yaitu suatu mediator vasodilatasi, yang karena adanya hipertensi dapat menyebabkan disfungsi endothelial. Kerusakan fungsi sebagai vasodilator dapat menyebabkan resistensi pembuluh darah perifer jika tidak ada kompensasi yang tepat pada sistem vasoaktif lain (Supiano, 2009). Usia berhubungan dengan perubahan fungsi renal (penurunan aliran darah renal dan kecepatan filtrasi glomerulus) sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam mengekskresi sodium dengan cepat. Perubahan ini menyebabkan terjadi retensi sodium sehingga jumlah sodium total di dalam tubuh meningkat. Proporsi sodium yang lebih tinggi pada orang lanjut usia dengan hipertensi menunjukkan peningkatan rata-rata tekanan darah arteri sebagai respon terhadap jumlah sodium. Perubahan renal dalam menyeimbangkan sodium juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya prevalensi sensitivitas sodium pada orang lanjut usia (Supiano, 2009). 3. Kriteria diagnostik Diagnosis hipertensi pada orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai ratarata dua atau lebih pengukuran tekanan darah diastolik paling tidak setelah dua kali kunjungan berikutnya adalah ≥90 mmHg, atau ketika nilai rata-rata pembacaan tekanan darah sistolik pada dua atau lebih kunjungan berikutnya ≥140
24
mmHg. Pasien seharusnya diberi informasi dengan jelas bahwa peningkatan pembacaan tekanan darah pada satu kali pemeriksaan tidak dapat digunakan untuk menentukan hipertensi, tetapi itu adalah tanda dibutuhkannya pengawasan lebih jauh (Khatib & El-Guindy, 2005). Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan setelah beristirahat kurang lebih 5 menit dan 30 menit setelah merokok atau mengkonsumsi kafein. Setidaknya dua kali pengukuran pada tiap kunjungan perlu dilakukan di lengan yang sama dengan posisi pasien tersebut duduk di kursi dengan kaki pada lantai dan lengan diletakkan pada posisi sejajar jantung. Saat pertama kali timbul detak suara Korotkoff dinyatakan sebagai tekanan sistolik, sedangkan saat hilangnya detak suara Korotkoff dinyatakan sebagai tekanan diastolik (Porth, 2005). Pada orang lanjut usia, terutama perempuan lebih sering terjadi salah diagnosis. Hal ini terjadi karena panjang cuff mungkin tidak cukup untuk orang gemuk atau berlebihan untuk orang yang terlalu kurus. Fluktuasi akibat ketegangan (white coat hypertension) dan aktivitas fisik juga lebih sering terjadi pada lanjut usia. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis menyebabkan tekanan darah terukur lebih tinggi (Kuswardhani, 2006). Klasifikasi tekanan darah yang ditetapkan oleh WHO dan JNC VII adalah: Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (usia ≥ 18 tahun) oleh WHO (Khatib &El-Guindy, 2005)
Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Hipertensi tingkat I Hipertensi tingkat II
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) < 120 120-139 140-159 ≥ 160
Tekanan Darah Diastolik (mmHg) dan < 80 atau 80-90 atau 90-99 atau ≥ 100
25
Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa ≥ 18 tahun oleh JNC VII (Chobanian, 2003)
Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Hipertensi tingkat I Hipertensi tingkat II
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) < 120 120-139 140-159 ≥ 160
Tekanan Darah Diastolik (mmHg) dan < 80 atau 80-90 atau 90-99 atau ≥ 100
4. Penatalaksanaan Terapi hipertensi pada orang lanjut usia penting dilakukan untuk menurunkan morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Sasaran terapi yang diberikan adalah penurunan tekanan darah hingga mencapai < 140/90 mmHg untuk orang normal dan 130/80 mmHg untuk penderita diabetes mellitus maupun penyakit ginjal kronik (Khatib & El-Guindy, 2005). Tabel IV. Pengaturan Tekanan Darah pada Orang Dewasa (Chobanian, 2003) Klasifikasi tekanan Modifikasi gaya Terapi obat Terapi obat darah hidup (tanpa penyulit) (dengan penyulit) Dianjurkan Tidak diberikan Terapi ditujukan Normal antihipertensi untuk penyulitnya Boleh dilakukan Prehipertensi Boleh dilakukan Tiazid tipe diuretik. Terapi ditujukan Hipertensi tingkat I Dapat digunakan untuk penyulit dan ACEI, ARB, BB, CCB, hipertensi bila atau kombinasinya dibutuhkan Boleh dilakukan Kombinasi dua obat Hipertensi tingkat II (diuretik dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB) ACEI : Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB : Angiotensin Receptor Blocker; BB : BetaBlocker; CCB : Calcium Channel Blocker
Terapi hipertensi dapat
diberikan secara non
farmakologis dan
farmakologis. a. Terapi non farmakologis Gaya hidup sehat perlu diterapkan untuk mencegah tekanan darah tinggi dan sangat diperlukan untuk pengelolaan terapi hipertensi. Pasien dengan
26
prehipertensi memberikan hasil yang baik terhadap adanya perubahan gaya hidup dan biasanya tidak membutuhkan terapi obat (Khatib & El-Guindy, 2005). Tabel V. Rekomendasi Modifikasi Gaya Hidup Menurut WHO (Khatib & El-Guindy, 2005)
Modifikasi
Rekomendasi
Pengurangan tekanan darah sistolik 5–20 mmHg/10 kg berat badan yang hilang
Mengurangi berat badan
Menjaga berat badan tetap normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2)
Mengikuti anjuran Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH)
Mengonsumsi banyak sayur, buah, serta makanan rendah lemak dengan mengurangi lemak tersaturasi dan lemak total
8–14 mmHg
Makanan yang mengandung sodium, sodium klorida
Mengurangi asupan sodium menjadi tidak lebih dari 2.4 g sodium atau 6 g sodium klorida
2–8 mmHg
Olah raga
Melakukan olah raga seperti aerobic paling tidak 30 menit setiap hari
4–9 mmHg
Konsumsi alkohol
Membatasi konsumsi alkohol ≤2 gelas/hari (1 oz atau 30 ml etanol (contoh 24 oz bir, 10 oz wine, 3 oz whiskey 80%) pada laki-laki dan ≤1 gelas/hari pada wanita)
2-4 mmHg
Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan adalah menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, melakukan aktivitas fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Obesitas (BMI>30 kg/m2) meningkatkan faktor risiko terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam
27
pencegahan dan kontrol hipertensi (Anggraini
dkk, 2009; Chobanian, et al.,
2003). 2) Meningkatkan olah raga Orang yang jarang berolah raga berisiko terkena hipertensi sebesar 3050%. Olah raga antara 30-45 menit sebanyak lebih dari 3x/hari penting sebagai pencegahan primer hipertensi (Anggraini dkk, 2009). 3) Mengurangi asupan sodium dan melakukan perubahan konsumsi makanan Pasien disarankan untuk menghindari makanan yang terlalu asin dan mengonsumsi makanan yang dimasak langsung dari bahan alam yang mengandung lebih banyak potassium. Apabila diet sodium tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat antihipertensi oleh dokter (Anggraini dkk, 2009). Pengatur makanan untuk menghentikan terjadinya hipertensi tercantum dalam Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) eating plan. Diet yang disarankan DASH adalah mengonsumsi banyak buah, sayur, dan makanan rendah lemak termasuk butir padi utuh, unggas, ikan dan kacang, mengurangi lemak, daging, makanan dan minuman manis. Selain itu juga mengurangi jumlah lemak total, lemak jenuh, serta kolesterol, dan meningkatkan jumlah potassium, kalsium, magnesium, makanan yang mengandung serat dan protein. Buah dan sayur, termasuk kacang, bertanggung jawab paling tidak setengah dari efek total yang dapat diperoleh dari anjuran diet DASH (Khatib & El-Guindy, 2005).
28
4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi. Tingkat konsumsi alkohol yang
tinggi berhubungan dengan tingginya risiko stroke, terutama pada pecandu alkohol (Anggraini dkk, 2009; Khatib & El-Guindy, 2005). 5) Menghentikan kebiasaan merokok Menghentikan kebiasaan merokok adalah ukuran gaya hidup paling kuat untuk mencegah penyakit non-kardiovaskuler maupun kardiovaskuler, termasuk stroke dan penyakit jantung koroner. Walaupun pengaruh merokok pada tekanan darah adalah kecil dan menghentikan merokok tidak menurunkan tekanan darah, risiko kardiovaskuler meningkat lebih besar dengan adanya kebiasaan merokok (Khatib & El-Guindy, 2005). b. Terapi farmakologis Obat-obat yang dapat digunakan sebagai antihipertensi adalah: 1) Diuretika Diuretik thiazide adalah agen utama yang digunakan untuk mengontrol hipertensi pada sebagian besar pasien. Empat subkelas diuretik yang digunakan adalah thiazide, loop diuretik, agen hemat kalsium, dan antagonis aldosteron. Penurunan tekanan darah terjadi karena diuretika menyebabkan diueresis (Wells, DiPiro, Schwinghammer, 2009).
29
2) Penghambat enzim konverting angiotensin (ACE inhibitor) ACE inhibitor adalah pilihan terapi kedua setalah diuretik. ACE inhibitor menghambat pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor (Wells, et al., 2009). 3) Angiotensin II reseptor bloker (ARB) ARB menyekat secara langsung reseptor angiotensin tipe 1 (AT 1) yang merupakan mediator dari efek angiotensin II (Wells, et al., 2009). 4) Calcium channel blockers (CCB) Calcium channel blockers menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos arterial dengan cara menyekat kanal kalsium voltase tinggi, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot polos pada pembuluh darah menyebabkan vasodilatasi yang akhirnya menurunkan tekanan darah (Wells, et al., 2009). 5) Penyekat adrenoreseptor β (β-blocker) Mekanisme hipotensif yang pasti dari bloker β belum diketahui, tetapi mungkin terjadi karena penurunan curah jantung karena efek kronotropik dan ionotropik negatif pada jantung dan menghambat pelepasan renin dari ginjal (Wells, et al., 2009). 6) Penyekat adrenoreseptor α1 (α1-receptor bloker) Prazosin, terazosin, dan doxazosin adalah penyekat selektif reseptor α1 yang menghambat absorbsi katekolamin di dalam sel otot halus pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan vasodilatasi (Wells, et al., 2009).
30
D. Edukasi Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Untuk memilih metode edukasi harus memperhatikan subjek edukasi apakah itu merupakan individu, kelompok, masyarakat/massa
serta
harus
mempertimbangkan
pendidikan
formal
(Notoatmodjo, 2007). Edukasi merupakan suatu upaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana
cara
memelihara
kesehatan
mereka,
bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan bila sakit, dan sebagainya. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut ―melek kesehatan‖ (health literacy). Edukasi pada akhirnya bukan hanya mencapai ―melek kesehatan‖ pada masyarakat saja, namun yang lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan (healthy behavior). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari edukasi adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan masyarakat mengenai stroke umumnya masih kurang. Masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai faktor risiko stroke dan
31
bagaimana penanganan yang seharusnya dilakukan dengan cepat bila terjadi gejala stroke. Penelitian terhadap kurang lebih 2000 orang menunjukkan bahwa 57% responden dapat mengidentifikasi paling tidak satu tanda stroke dengan benar, 28% dapat mengidentifikasi dua tanda, dan hanya 8% yang dapat mengidentifikasi tiga tanda dengan benar. Orang yang berusia ≥75 tahun dan memiliki risiko tinggi terhadap stroke memiliki pengetahuan tentang stroke yang paling sedikit, sedangkan orang yang memiliki faktor risiko stroke sering kali tidak tahu bahwa dirinya berisiko terkena stroke (Hwang, 1998; Kleindorfer, et al., 2007). Edukasi mengenai pencegahan stroke yang diberikan kepada setiap orang (tidak hanya pada orang yang beresiko) bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tanda-tanda dan faktor risiko stroke, sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap serangan stroke. Waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluai tujuan edukasi berbeda-beda, tergantung dari strategi dalam pencapaian tujuan. Perubahan tindakan dapat terjadi pada seseorang, tetapi dibutuhkan proses yang cukup lama. Pengukuran hasil program edukasi yang tepat dilakukan setelah pemberian edukasi selama tiga sampai lima tahun. Edukasi harus seimbang antara pengetahuan stroke yang diberikan dengan kemampuan pemahaman masyarakat. Outcome utama dari edukasi perubahan pola hidup yang diberikan terkait dengan hipertensi sebagai faktor risiko stroke adalah penurunan tekanan darah (Hwang, 1998; Khan, et al., 2009; Spilker, 2008). Ceramah adalah salah satu metode pendidikan yang ditujukan dalam kelompok besar, yaitu lebih dari 15 orang. Metode ini baik untk sasaran yang
32
berpendidikan tinggi maupun rendah. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2007). E. Landasan Teori Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak dengan gejala klinis yang berlangsung lebih dari 24 jam. Kematian dapat terjadi apabila terdapat gangguan pada peredaran darah otak (WHO, 1997). Identifikasi faktor risiko merupakan hal yang penting untuk pencegahan stroke. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin, serta riwayat stroke keluarga. Faktor risiko stroke seperti hipertensi (faktor risiko paling penting pada stroke iskemik), penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, merokok, mengonsumsi alkohol maupun gaya hidup merupakan faktor risiko stroke yang dapat dikontrol (Anonim, 2004). Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke yang dapat dikontrol. Pada orang dengan usia 40-70 tahun, peningkatan tekanan darah 20/10 mmHg dalam range 115/75 sampai 185/115 mmHg dapat meningkatkan risiko penyakit serebrovaskuler sebesar dua kali lipat (Chobanian, et al., 2003; Khatib & El-Guindy, 2005). Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi maupun tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas, nutrisi, kebiasaan merokok, dan stress. Faktor yang tidak dapat
33
dimodifikasi antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis (Anggraini dkk, 2009). Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan perilaku (tujuan). Tujuan akhir dari edukasi adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan masyarakat mengenai stroke umumnya masih kurang. Masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai faktor risiko stroke dan bagaimana penanganan yang seharusnya dilakukan dengan cepat bila terjadi gejala stroke. Orang yang berusia ≥75 tahun dan memiliki risiko tinggi terhadap stroke memiliki pengetahuan tentang stroke yang paling sedikit, sedangkan orang yang memiliki faktor risiko stroke sering kali tidak tahu bahwa dirinya berisiko terkena stroke (Hwang, 1998; Kleindorfer, et al., 2007). Edukasi mengenai pencegahan stroke yang diberikan kepada setiap orang (tidak hanya pada orang yang beresiko) bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tanda-tanda dan faktor risiko stroke, sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap serangan stroke. Outcome utama dari edukasi perubahan pola hidup yang diberikan terkait dengan hipertensi sebagai faktor risiko stroke adalah penurunan tekanan darah (Hwang, 1998; Khan, et al., 2009; Spilker, 2008).
34
F. Hipotesis Pemberian edukasi dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal memberikan penurunan yang signifikan terhadap profil tekanan darah yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasiexperimental research) dengan rancangan penelitian nonrandomized pretestposttest intervention with control group design. Ciri eksperimental semu adalah tidak dapat meletakkan subjek secara random pada kelompok perlakuan atau kontrol (Hasan, 2002). Penelitian eksperimental semu digunakan karena tidak memungkinkan mengontrol semua hal yang berpengaruh terhadap hasil penelitian (Pratiknya, 2001). Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti adalah tindakan subjek penelitian. Peneliti juga tidak bisa menjamin bahwa antara kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) tidak saling berinteraksi. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal. Subjek penelitian diamati dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Hasil dari kelompok perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara keseluruhan akan diperoleh empat macam hasil pengukuran, yaitu dua hasil pengukuran awal dan dua hasil pengukuran akhir. Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian laboratorium dan klinis dengan bidang multidisipliner meliputi Patologi Klinik, Farmasi Sosial, dan Farmasi Klinis.
35
36
Kelompok perlakuan P a --------------------- b Kelompok kontrol TP ak --------------------- bk Gambar 2. Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervention with Control Group Design
P a ak b bk
: : : :
Keterangan: : perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal TP : tanpa perlakuan pengukuran awal tekanan darah sebelum perlakuan pengukuran awal tekanan darah pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pengukuran akhir tekanan darah setelah perlakuan pengukuran akhir tekanan darah pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. B. Variabel Penelitian
1.
Variabel bebas (independent): pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal.
2.
Variabel tergantung (dependent): faktor risiko stroke yaitu profil tekanan darah populasi lansia. C. Definisi Operasional
1.
Standar klasifikasi tekanan darah yang digunakan berpedoman pada Clinical Guidelines for the Management of Hypertension yang diterbitkan oleh WHO tahun 2005.
2.
Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian materi melalui pemberian ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada populasi lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta yang bertujuan menurunkan profil tekanan darah terkait pencegahan stroke.
37
3.
Ceramah adalah suatu bentuk informasi lisan tentang stroke dan pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan populasi lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
4.
Edukasi secara personal dilakukan dengan pemberian leaflet dan wawancara mengenai tindakan yang dilakukan oleh subjek penelitian terkait pencegahan stroke.
5.
Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian tentang stroke dan pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan populasi lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
6.
Profil karakteristik populasi lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran subjek penelitian terkait dengan stroke yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, Body Mass Index (BMI), hasil pengukuran tekanan darah, kolesterol total, High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida, Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, asam urat, dan glukosa darah puasa.
7.
Umur dalam penelitian ini dibagi menjadi enam kelompok, yaitu ≥60-≤65 tahun, ≥66-≤71 tahun, ≥72-≤77 tahun, ≥78-≤83 tahun, ≥84-≤89 tahun, dan ≥90-≤95 tahun.
8.
Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu tidak sekolah, ≤SMP, dan >SMP.
38
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan adalah lansia pada kelompok Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi, bersedia diambil darahnya (informed consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah laki-laki atau perempuan berusia ≥60 tahun yang aktif ikut kegiatan posyandu lansia. Kriteria eksklusi yang digunakan adalah pernah mengalami stroke, penyakit gagal ginjal, atau penyakit jantung. Pada awal penelitian, subjek penelitian yang digunakan sebanyak 60 orang. Dari 60 orang tersebut dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya riwayat penyakit. Subjek penelitian dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 7 orang, kelebihan kadar asam urat 3 orang, hipertensi dan kelebihan asam urat 3 orang, reumatik 5 orang, dan tanpa riwayat penyakit 42 orang. Masing-masing jenis riwayat penyakit diacak untuk dimasukkan dalam kelompok kontrol dan perlakuan secara seimbang. Hal yang sama dilakukan terhadap subjek penelitian tanpa riwayat penyakit. Gambaran pembagian subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 3. Kontrol (30 subjek penelitian)
60 subjek penelitian Perlakuan (30 subjek penelitian) Gambar 3. Pembagian Subjek Penelitian
39
E. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hasil pengukuran tekanan darah diperoleh dari Laboratorium Pramita Utama, Yogyakarta. Laboratorium Pramita Utama telah memiliki sertifikat ISO sehingga hasil penelitian dapat dipercaya. F. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2009. Pengambilan data dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2009. G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir data penelitian serta data hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik. Formulir data penelitian, berisi nama, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan terakhir, kebiasaan merokok, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, dan keaktifan mengikuti posyandu lansia, diperoleh pada awal penelitian. H. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Setiawan, 2005). Peneliti terlebih dahulu menetapkan jumlah subjek penelitian yang akan diteliti yang terdiri dari 30 lansia Posyandu Srikandi dan 30 lansia
40
Posyandu Buah Apel. Pembagian antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditetapkan masing-masing kelompok terdiri dari 15 lansia Posyandu Srikandi dan 15 lansia Posyandu Buah Apel. Pembagian ini juga melihat ada tidaknya riwayat penyakit, yaitu hipertensi, asam urat, komplikasi asam urat dan hipertensi, rematik, dan tanpa riwayat penyakit. Setiap kelompok kemudian diundi untuk dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan dan kontrol terdiri dari lansia sehat dan lansia dengan riwayat penyakit dalam jumlah yang seimbang untuk memperoleh karakteristik yang sama. Sampel minimal yang digunakan untuk penelitian ekperimental adalah 15 orang untuk setiap populasi (Hasan, 2002). Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 orang kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok kontrol. 2. Pengurusan izin penelitian Pengurusan izin penelitian dilakukan untuk memperoleh izin melakukan penelitian pada populasi lansia yang tergabung dalam kelompok Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Proses pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan permohonan izin dan proposal penelitian ke bagian perizinan Bupati Sleman c.q BAPPEDA Sleman. Kemudian secara berurutan dilanjutkan ke Dinas Pol PP dan Tibmas Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang Perencanaan SDM BAPPEDA Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II, Kecamatan Mlati, Kelurahan Sumberadi, serta Kepala Dusun Burikan dan
41
Keboan. Izin penelitian juga disampaikan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memperoleh keterangan kelaikan etik (ethical clearance). 3. Penelusuran data populasi Penelusuran data populasi dilakukan dengan melakukan penelusuran data prevalensi stroke di Kabupaten Sleman yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Di bagian ini diperoleh data jumlah orang berusia 60 tahun ke atas yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas daerah Sleman sebanyak 214 orang dengan jumlah penduduk sampai pertengahan tahun 2008 di Kabupaten Sleman sebanyak 938.694 orang. Penelusuran data populasi dilanjutkan ke Kelurahan Sumberadi dan diperoleh 15 data dusun di Desa Sumberadi, namun tidak diperoleh data mengenai jumlah populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun. Masing-masing dusun tersebut memiliki satu posyandu lansia. Peneliti kemudian melakukan observasi ke posyandu lansia di dua dusun yang paling dekat dengan Posyandu Srikandi, Dusun Burikan, yaitu Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan dan Posyandu Lansia Dusun Warak. Posyandu Srikandi menjadi tujuan pertama penelitian ini karena telah ada hubungan kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan posyandu ini. Posyandu lansia yang memiliki karakteristik demografi hampir sama dengan Posyandu Srikandi, Dusun Burikan adalah Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan dilihat dari tingkat sosial masyarakatnya. Data jumlah populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun ditelusuri melalui Kecamatan Mlati. Berdasarkan data yang diberikan, jumlah populasi lansia yang ada di Desa Sumberadi pada tahun 2008
42
berjumlah 1225 orang dari 6609 orang penduduk Kecamatan Mlati. Jumlah penduduk lansia di Dusun Burikan berjumlah 91 orang dan Dusun Keboan berjumlah 70 orang. 4. Pembuatan leaflet Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat (Notoatmojo, 1993). Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi secara personal tentang pencegahan stroke kepada subjek penelitian. Isi leaflet adalah hal-hal yang berkaitan dengan stroke, yaitu definisi, akibat serta pencegahannya. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat, dan lengkap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Leaflet lebih banyak mencantumkan gambar karena subjek penelitian sudah berusia lanjut, sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami isi leaflet. 5. Pelaksanaan intervensi a. Penyebaran undangan untuk subjek penelitian. Undangan untuk pengukuran tekanan darah disebarkan pada semua subjek penelitian di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel yang telah bersedia untuk mengikuti jalannya penelitian. Penyebaran undangan disertai dengan pengisian formulir data penelitian. Pengukuran awal tekanan darah dilakukan pada tanggal 31 Juli 2009. Undangan untuk mengikuti ceramah hanya disebarkan kepada subjek penelitian di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel yang tergabung dalam kelompok perlakuan. Ceramah yang dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan tekanan darah untuk kelompok perlakuan dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2009. Undangan juga diberikan pada kelompok kontrol
43
untuk mengambil hasil pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2009. Hal ini untuk menghindari interaksi antara kelompok kontrol dan perlakuan agar kelompok kontrol tidak mengetahui intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan (berupa ceramah). Pengukuran akhir tekanan darah dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2009. Pengambilan hasil pemeriksaan tekanan darah untuk kedua kelompok dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2009. b. Pengukuran awal tekanan darah. Pengukuran awal tekanan darah dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama. c. Pelaksanaan ceramah, edukasi secara personal, dan pemberian leaflet. Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal dilakukan pada kelompok perlakuan untuk memberikan pengetahuan tentang stroke dan pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi tindakan subjek penelitian untuk menjaga kesehatannya. Pemberian ceramah dilakukan 5 hari setelah pengambilan darah tahap pertama. Ceramah diberikan oleh dokter dari Laboratorium Pramita. Interaksi berupa tanya jawab antara dokter sebagai narasumber dan subjek penelitian terjadi dalam acara ini. Ceramah dikemas dalam waktu satu jam dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Jawa. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Jawa karena subjek penelitian kurang memahami Bahasa Indonesia. Edukasi secara personal dilakukan setiap dua minggu sekali dari rumah ke rumah selama dua bulan. Alasan dilakukan edukasi secara personal karena peneliti kesulitan untuk mengumpulkan subjek penelitian menjadi satu, mengingat masing-masing subjek penelitian memiliki
44
kesibukan yang berbeda. Edukasi secara personal dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta mengingatkan subjek penelitian terkait dengan stroke dan pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi tindakan subjek penelitian untuk menjaga kesehatannya. Leaflet diberikan saat pertama kali dilakukan edukasi secara personal agar penyampaian informasi lebih efektif. d. Pengukuran akhir tekanan darah. Pengukuran akhir tekanan darah dilakukan pada kelompok perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama. Hasil pengukuran tekanan darah kedua kemudian dibandingkan dengan pengukuran awal untuk mengetahui penurunan profil tekanan darah. Hasil pengukuran tekanan darah dari kedua kelompok kemudian dibandingkan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap profil tekanan darah yang merupakan salah satu faktor risiko stroke. 6. Pengambilan data Data penelitian diambil dari dua sumber yaitu pengisian formulir data penelitian dan hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil pengisian formulir
data penelitian digunakan untuk mengetahui profil
karakteristik demografi populasi lansia pada penelitian ini. Pengukuran tekanan darah oleh petugas laboratorium dilakukan dua kali, yaitu: a. Pengukuran awal. Pengukuran awal dilakukan pada kelompok perlakuan maupun kontrol, sebelum subjek penelitian mendapatkan intervensi untuk mengetahui profil awal tekanan darah sebagai faktor risiko stroke.
45
b. Pengukuran akhir. Pengukuran akhir dilakukan dua bulan setelah intervensi, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol untuk mengetahui profil akhir tekanan darah sebagai faktor risiko stroke. 7. Pengolahan data a. Analisis Data Analisis data yang digunakan dapat dilihat dari skema analisis data: Data kelompok perlakuan dan kontrol
Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Uji signifikansi satu kelompok untuk mengetahui ada tidaknya penurunan profil tekanan darah. Jika data terdistribusi normal digunakan paired t-test dan uji Wilcoxon jika data tidak terdistribusi normal.
Uji signifikansi kelompok perlakuan dengan kontrol untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan-kontrol untuk setiap variabel. Jika data terdistribusi normal digunakan independent sample t-test dan uji Mann Whitney jika data tidak terdistribusi normal. Gambar 4. Skema Analisis Data
1) Uji normalitas bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Azwar, 2006). Uji normalitas dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas profil
46
tekanan darah dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan sesudah pemberian edukasi. 2) Uji signifikansi untuk mengetahui signifikansi antara: a) Uji paired t-test dilakukan jika dua data yang dibandingkan yaitu data pengukuran awal dan pengukuran akhir pada masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan terdistribusi normal. Uji Wilcoxon dilakukan jika minimal salah satu dari dua data yang dibandingkan tidak terdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan profil tekanan darah dalam satu kelompok, baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, sehingga dapat diketahui pengaruh ceramah yang dilanjutkan edukasi secara personal terhadap penurunan tekanan darah sebagai faktor risiko stroke. b) Uji independent sample t-test dilakukan jika dua data yang dibandingkan terdistribusi normal dan jika minimal salah satu dari dua data yang dibandingkan tidak terdistribusi normal maka digunakan uji Mann Whitney. Data yang dibandingkan yaitu data kelompok kontrol dan perlakuan baik pada pengukuran awal maupun akhir. Pada pengukuran awal, uji ini digunakan untuk mengetahui profil awal subjek penelitian yang digunakan sebagai baseline, sedangkan pada pengukuran akhir digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal antara kelompok kontrol dan perlakuan. Analisis Mann Whitney dan independent sample t-test merupakan prosedur untuk suatu variabel
47
independent (edukasi) yang mempunyai dua level discrete dan variabel dependent continuous (profil tekanan darah). c) Uji chi-square digunakan jika skala pengukuran data yang digunakan adalah kategorik tidak berpasangan. Uji ini digunakan dalam pengolahan data baseline. I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan yang dihadapi selama penelitian: a. Komunikasi dengan subjek penelitian yang harus menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil b. Menyesuaikan waktu antara peneliti dan subjek penelitian, mengingat masing-masing mempunyai kesibukan yang berbeda c. Memilih tempat pelaksanaan ceramah serta pengukuran tekanan darah dan pengambilan sampel darah karena melibatkan dua dusun d. Jarak tempat pertemuan yang jauh dari rumah beberapa subjek penelitian, sehingga subjek penelitian tidak bisa datang tepat waktu e. Pemberian edukasi secara personal dibagi menjadi tiga kelompok sehingga ada kemungkinan informasi yang diberikan tidak sama satu dengan yang lain. Peneliti mengatasi masalah yang terjadi dengan cara: a. Belajar menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil b. Mengadakan penelitian di waktu yang telah disepakati dengan kader Posyandu Lansia Dusun Burikan dan Keboan
48
c. Memilih rumah Kepala Dusun Burikan sebagai tempat pelaksanaan ceramah serta pengukuran tekanan darah dan pengambilan sampel darah karena tempat ini luas dan diketahui oleh seluruh subjek penelitian d. Menjemput subjek penelitian yang tidak memungkinkan untuk datang sendiri e. Membuat panduan tertulis mengenai apa yang akan dibicarakan kepada subjek penelitian sehingga diharapkan informasi yang diberikan sama. 2. Kelemahan penelitian Kelemahan penelitian ini adalah adanya hal-hal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya informasi yang diterima oleh subjek penelitian, interaksi antara kelompok kontrol dan perlakuan karena jarak rumah yang berdekatan, dan tindakan subjek penelitian yang tidak sesuai dengan anjuran peneliti.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Karakteristik Populasi Lansia Terkait dengan Faktor Risiko Stroke Profil karakteristik populasi lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman terkait dengan faktor risiko stroke dicantumkan dalam tabel V dan digunakan sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria yang menggambarkan karakteristik populasi lansia terkait faktor risiko stroke diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square untuk skala pengukuran kategorik, independent t-test untuk skala pengukuran numerik dengan data terdistribusi normal, dan Mann Whitney untuk skala pengukuran numerik dengan data tidak terdistribusi normal. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada setiap karakteristik awal antara kelompok perlakuan dan kontrol. Fokus dari penelitian ini adalah profil tekanan darah pada populasi lansia. Berdasarkan tabel V, seluruh kriteria karakteristik subjek penelitian memiliki nilai p>0,05, artinya antara kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing memiliki kriteria karakteristik yang berbeda tetapi tidak bermakna. Hasil nilai signifikansi ini sesuai yang diharapkan dalam penelitian karena sebagai data baseline dibutuhkan kesamaan karakteristik antara kelompok kontrol dan perlakuan. Karakteristik yang sama antara kedua kelompok menunjukkan bahwa perubahan profil tekanan darah sistolik dan diastolik antara pengukuran awal dan akhir adalah
akibat
intervensi
yang 49
diberikan
oleh
peneliti.
50
Tabel VI. Profil Karakteristik Awal Populasi Lansia Terkait dengan Stroke
Kriteria Usia
Jenis kelamin Tingkat pendidikan
Kebiasaan merokok Kriteria BMI Tekanan darah Sistolik Diastolik Kolesterol total HDL LDL Trigliserida BUN Laki-laki Perempuan Kreatinin Laki-laki Perempuan Asam urat Laki-laki Perempuan Glukosa
Kelompok Perlakuan n % 30 ≥60-≤65 th: 30 ≥66-≤71 th: 40 ≥72-≤77 th: 10 ≥78-≤83 th: 16,67 ≥84-≤89 th: 0 ≥90-≤95 th: 3,33 30 Laki-laki : 40 Perempuan : 60 30 Tidak sekolah : 56,67 ≤SMP: 30 >SMP: 13,33 30 Ya: 23,33 Tidak: 76,67 x ± SD n 30 19,08 ± 3,029
Kelompok Kontrol % ≥60-≤65 th: 36,67 ≥66-≤71 th: 26,67 ≥72-≤77 th: 23,33 ≥78-≤83 th: 10 ≥84-≤89 th: 0 ≥90-≤95 th: 3,33 30 Laki-laki : 26,67 Perempuan: 73,33 30 Tidak sekolah : 56,67 ≤SMP: 40 >SMP: 3,33 30 Ya: 13,33 Tidak: 86,67 x ± SD n 30 19,22 ± 3,515 n 30
p 0,541 ***
0,273 *** 0,328 ***
0,317 *** p 0,857*
30
140,33 ± 16,914 86,67 ± 7,112
30
140,33 ± 14,016 86,00 ± 6,215
0,819** 0,921**
30
206,93 ± 29,991
30
208,83 ± 42,405
0,842*
30 30 30
50,90 ± 11,633 134,71 ± 26,079 106,60 ± 33,902
30 30 30
50,47 ± 10,136 132,92 ± 33,62 119,53 ± 72,273
0,878* 0,821* 0,790*
12 18 30
14,30 ± 5,864 14,90 ± 4,767
8 22 30
12,30 ± 3,077 15,31 ± 4,717
0,396* 0,785*
1,02 ± 0,136 0,81 ± 0,148
0.787** 0,903**
5,45 ± 1,066 4,71 ± 1,802 87,67 ± 14,921
0,824* 0,428** 0,515**
1,10 ± 0,455 0,83 ± 0,225 12 18 30
5,34 ± 1,206 4,85 ± 2,269 89,47 ± 13,587
Keterangan : n = jumlah subjek penelitian *) uji statistik Independent T-Test **) uji statistik Mann Whitney ***) uji statistik Chi-square
8 22 30
51
1. Usia Usia subjek penelitian dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi enam yaitu usia ≥60-≤65 tahun, ≥66-≤71 tahun, ≥72-≤77 tahun, ≥78-≤83 tahun, ≥84≤89 tahun, dan ≥90-≤95 tahun. Pembagian kelompok tersebut diperoleh berdasarkan rumus: k = 1 + 3,3 log n dimana:
k = jumlah kelompok interval n = jumlah data observasi
(Sugiono, 2006) Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai k sebesar 5,8. Hal ini berarti jumlah kelompok interval usia adalah 6 kelompok interval. Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kelompok usia ditunjukkan dalam gambar 5.
persentase jumlah subjek penelitian (%)
45 40 35 30 25
40 36.67 30 26.67 23.33
20 15 10 5 0
16.67 10
perlakuan
10
kontrol 3.33 3.33 0 0
≥60-≤65 ≥66-≤71 ≥72-≤77 ≥78-≤83 ≥84-≤89 ≥90-≤95 kelompok umur (tahun) Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Persentase jumlah subjek penelitian tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan dengan usia ≥67-≤71 tahun yaitu sebesar 40% (12 orang). Kelompok kontrol memiliki persentase jumlah subjek penelitian tertinggi pada usia ≥60-≤65 tahun yaitu sebesar 36,67% (11 orang). Persentase jumlah subjek penelitian pada
52
kelompok usia ≥84-≤89 tahun, kelompok perlakuan maupun kontrol adalah paling rendah yaitu 0%. Berdasarkan uji statistik Chi-square terhadap usia pada kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh nilai p=0,541. Nilai p>0,05 menunjukan bahwa profil usia dari kedua kelompok subjek penelitian berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil usia pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan gambar 6, secara umum persentase jumlah subjek penelitian perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Pada masing-masing kelompok, persentase jumlah subjek penelitian perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor aktivitas atau kegiatan mereka. Laki-laki di atas 60 tahun di Dusun Sumberadi dan Keboan banyak yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia karena alasan waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan kegiatan rutin mereka. Uji statistik Chi-square terhadap jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,273. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil jenis kelamin pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama.
53
persentase jumlah subjek penelitian (%)
80
73.33
70
60
60 50 40
40
30
perlakuan
26.67
kontrol
20 10 0 laki-laki
perempuan jenis kelamin
Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh subjek penelitian, yaitu tidak bersekolah, ≤SMP, dan >SMP. Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 7. Lebih dari 50% subjek penelitian, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak memiliki pendidikan. Persentase jumlah subjek penelitian kedua kelompok tersebut adalah sama yaitu sebesar 56,67% (17 orang). Subjek penelitian yang memiliki pendidikan >SMP hanya 3,33% (1 orang) pada kelompok kontrol dan 13,33% (4 orang) pada kelompok perlakuan. Subjek penelitian lebih banyak yang tidak sekolah karena sebagian besar merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Uji statistik Chi-square terhadap perbedaan tingkat pendidikan pada kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,328. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil tingkat pendidikan antara kelompok perlakuan dan
54
kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil tingkat pendidikan pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama.
persentase jumlah subjek penelitian (%)
60
56.6756.67
50 40
40 30
30
perlakuan 20
13.33
10
kontrol 3.33
0 Tidak sekolah
≤SMP
>SMP
tingkat pendidikan Gambar 7. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4. Body Mass Index (BMI) Body mass index diklasifikasikan berdasarkan kriteria WHO (2009) menjadi enam kelompok, yaitu underweight, normal, overweight, obesitas I, obesitas II, dan obesitas III. Nilai BMI setiap subjek penelitian dihitung menggunakan rumus: 𝐵𝑀𝐼 =
𝐵𝐵 𝑇𝐵2
dimana: BMI = Body Mass Index (kg/m2) BB = berat badan (kg) TB = tinggi badan (m2)
(Anonim, 2009b) Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 8. Subjek penelitian yang termasuk dalam klasifikasi normal sebanyak 53,33% (16 orang) pada kelompok perlakuan,
55
sedangkan kelompok kontrol sebanyak 36,67% (11 orang). Jumlah subjek penelitian terbanyak kelompok perlakuan berada pada klasifikasi normal, sedangkan kelompok kontrol berada pada klasifikasi underweight dengan jumlah yang sama pada masing-masing kelompok yaitu sebesar 53,33% (16 orang). Subjek penelitian baik pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak ada yang
persentase jumlah subjek penelitian (%)
masuk dalam klasifikasi obesitas II dan III. 60 50
53.33 53.33 43.33
40
36.67
30 20 10 0
6.67 3.33
perlakuan 0
3.33
0 0
0 0
kontrol
klasifikasi BMI Gambar 8. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan BMI
Uji statistik Independent T-Test terhadap BMI antara kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,857. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil BMI antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil BMI pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. 5. Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok diukur dari kebiasaan merokok subjek penelitian dalam jangka waktu satu tahun sebelum penelitian berlangsung. Kebiasaan merokok dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu merokok dan tidak merokok.
56
Persentase jumlah subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan merokok. Pada kelompok perlakuan jumlah subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 76,67% (23 orang), sedangkan kelompok kontrol sebesar 86,67% (26 orang). Berdasarkan uji statistik Chi-square terhadap kebiasaan merokok antara kelompok perlakuan dan kontrol, nilai p yang diperoleh adalah 0,317. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa profil kebiasaan merokok antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil kebiasaan
persentase jumlah subjek penelitian (%)
merokok pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
86.67 76.67
perlakuan 23.33
kontrol 13.33
merokok
tidak merokok
kebiasaan merokok Gambar 9. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Merokok
6. Tekanan darah Pengukuran tekanan darah subjek penelitian memberikan dua nilai pengukuran yaitu tekanan darah sistolik dan diasolik. Masing-masing nilai tekanan darah sistolik dan diastolik diklasifikasikan menurut Clinical Guidelines for the Management of Hypertension yang diterbitkan oleh WHO (2005), yaitu
57
<120 dan <80 mmHg (normal), 120-139 atau 80-89 mmHg (pre hipertensi), 140159 atau 90-99 mmHg (hipertensi tingkat I), dan ≥160 atau ≥100 mmHg (hipertensi tingkat II). Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan
persentase jumlah subjek penelitian (%)
pengukuran tekanan darah sistolik ditunjukkan pada gambar 10.
70
60
60 50 40 30
perlakuan 23.33
20
20 10
36.67
33.33
kontrol
13.33 6.676.67
0 <120
120-139
140-159
≥160
tekanan darah sistolik (mmHg) Gambar 10. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah Sistolik
Persentase jumlah subjek penelitian tertinggi pada kelompok perlakuan terdapat pada klasifikasi tekanan darah sistolik 140-149 mmHg, yaitu sebesar 36,67% (11 orang). Kelompok kontrol juga memiliki persentase jumlah subjek penelitian tertinggi pada klasifikasi tekanan darah tersebut, yaitu sejumlah 60% (18 orang). Jumlah subjek penelitian yang memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg antara kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama yaitu sebesar 6,67% (2 orang). Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney terhadap tekanan darah sistolik antara kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,819. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa secara statistik profil tekanan darah sistolik antara kelompok
58
perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa profil tekanan darah sistolik pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan pengukuran tekanan darah diastolik ditunjukkan pada gambar 11. Subjek penelitian yang memiliki tekanan darah diastolik 90-99 mmHg pada kelompok perlakuan sebesar 40% (12 orang), sedangkan kelompok kontrol sebesar 66,67% (20 orang). Subjek penelitian kelompok perlakuan tidak ada yang memiliki tekanan darah diastolik <80 mmHg, sebaliknya pada kelompok kontrol tidak ada subjek penelitian yang memiliki tekanan darah ≥100 mmHg.
persentase jumlah subjek penelitian (%)
80 66.67
70 60 46.67
50
40
40
perlakuan
26.67
30
20 10 0
kontrol
13.33 6.67 0 <80
0 80-89
90-99
≥100
tekanan darah diastolik (mmHg) Gambar 11. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah Diastolik
Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney terhadap tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,921. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa secara statistik profil tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna. Hal ini berarti
59
bahwa profil tekanan darah diastolik pada subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama. Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan klasifikasi tekanan darah pada pengukuran awal ditunjukkan pada gambar 12.
persentase jumlah subjek penelitian (%)
80 66.67
70 60 50
40
40
33.33 26.67
30 16.67
20 10 0
0
13.33
perlakuan kontrol
3.33
<120 and <80 120–139 or 80-89
140–159 or 90-99
≥160 or ≥100
klasifikasi tekanan darah (mmHg) Gambar 12. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah Pada Pengukuran Awal
Subjek penelitian yang memiliki persentase jumlah tertinggi adalah yang mengalami hipertensi tingkat I, yaitu sebanyak 40% (12 orang) pada kelompok perlakuan dan 66,67% (20 orang) pada kelompok kontrol. Subjek penelitian yang termasuk dalam klasfikasi normal hanya satu orang yaitu pada kelompok kontrol. Persentase jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan yang cukup banyak berada dalam klasifikasi hipertensi tingkat I maupun II diharapkan dapat mengalami penurunan persentase ketika dilakukan pengukuran tekanan darah kedua. Penurunan tekanan darah dapat meningkatkan kualitas hidup subjek penelitian, terutama mengurangi risiko terjadinya stroke.
60
B. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan dengan Edukasi secara Personal terhadap Perubahan Profil Tekanan Darah yang merupakan Faktor Risiko Stroke pada Populasi Lansia di Posyandu Srikandi dan Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman Nilai selisih rerata antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir untuk tekanan darah sistolik dan diastolik dari setiap kelompok dibandingkan untuk mengetahui apakah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal memberikan pengaruh terhadap profil tekanan darah yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik sebagai faktor risiko stroke. Hasil perubahan profil tekanan darah dari perhitungan statistik ditunjukkan pada tabel VII. Tabel VII. Perubahan Profil Tekanan Darah
Kelompok
Tekanan darah
Pengukuran awal
Perlakuan
sistolik
Kontrol
Pengukuran akhir
Selisih rerata
p*
140,33 ± 16,914
159,17 ± 33,530
+18,84
0,002
diastolik
86,67 ± 7,112
85,50 ± 16,935
-1,17
0,704
sistolik
140,33 ± 14,016
146,67 ± 28,567
+6,34
0,259
diastolik
86,00 ± 6,215
78,00 ± 13,235
-8
0,004
Keterangan: *) uji statistik Wilcoxon Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa: 1. Pada kelompok perlakuan menunjukkan a. ada perubahan profil tekanan darah sistolik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir, b. tidak ada perubahan profil tekanan darah diastolik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir.
61
2. Pada kelompok kontrol menunjukkan a. tidak ada perubahan profil tekanan darah sistolik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir, b. ada perubahan profil tekanan darah diastolik yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir. Perubahan profil tekanan darah sistolik dan diastolik subjek penelitian pada setiap kelompok bisa berupa penurunan ataupun peningkatan. Selisih rerata pengukuran awal dengan pengukuran akhir digunakan untuk melihat apakah perubahan yang terjadi berupa penurunan atau peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Selisih rerata yang bernilai positif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah peningkatan tekanan darah, sedangkan nilai negatif menunjukkan terjadinya penurunan tekanan darah. Perubahan yang diharapkan dalam penelitian adalah penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik menjadi normal. Penurunan tekanan darah dapat mengurangi risiko terkena stroke, yang berarti bahwa adanya intervensi memberikan pengaruh yang baik pada subjek penelitian. Hasil selisih rerata perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pengukuran awal dan akhir ditampilkan pada gambar 13.
62
25
selisih mean (mm Hg)
20 15
18.84
10
5
perlakuan kontrol
6.34
0 sistolik
-1.17 diastolik
-5
-8
-10 Gambar 13. Selisih Rerata Pengukuran Tekanan Darah Awal dan Akhir
Gambar 13 menunjukkan bahwa: 1. Pada kelompok perlakuan menunjukkan a. ada peningkatan tekanan darah sistolik. Peningkatan yang terjadi sebesar 18,84 mmHg yang secara statistik bermakna, b. ada penurunan tekanan darah diastolik. Penurunan yang terjadi sebesar 1,17 mmHg, namun secara statistik penurunan tersebut tidak bermakna. 2. Pada kelompok kontrol menunjukkan a. ada peningkatan tekanan darah sistolik. Peningkatan yang terjadi sebesar 6,34 mmHg, namun secara statistik peningkatan tersebut tidak bermakna, b. ada penurunan tekanan darah diastolik. Penurunan yang terjadi sebesar 8 mmHg yang secara statistik bermakna. Peningkatan tekanan darah sistolik yang secara statistik bermakna pada kelompok perlakuan tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini karena pada kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal diharapkan dapat terjadi penurunan
63
tekanan darah yang merupakan faktor risiko stroke, tetapi pada pengukuran akhir tekanan darah terjadi hal yang sebaliknya yaitu peningkatan tekanan darah yang bermakna. Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg pada usia 40-70 tahun
sangat
berbahaya
karena
dapat
meningkatkan
risiko
penyakit
serebrovaskuler sebesar dua kali lipat. Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan pada tekanan darah sistolik yang meningkat tidak bermakna, sedangkan tekanan darah diastolik ternyata mengalami penurunan yang bermakna. Pemberian edukasi dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal tidak memberikan penurunan yang signifikan terhadap profil tekanan darah yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumeradi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. C. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan dengan Edukasi secara Personal pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok perlakuan dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil pengukuran tekanan darah awal dan pengukuran tekanan darah akhir subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol. Perbandingan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada setiap pengukuran berfungsi untuk mengoreksi kelompok yang diberi intervensi dengan kelompok yang tidak diberi intervensi dalam penelitian, sehingga diharapkan adanya perubahan profil tekanan darah sistolik dan diastolik adalah akibat intervensi yang diberikan. Adanya hal-hal dari luar penelitian yang dapat mempengaruhi profil tekanan
64
darah sistolik dan diastolik subjek penelitian tidak dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya keadaan emosi, kebiasaan merokok dan daya ingat subjek penelitian. Pada pengukuran awal telah diketahui bahwa kedua kelompok subjek penelitian memiliki karakteristik yang sama. Pada pengukuran akhir kedua kelompok tersebut diharapkan memberikan perubahan yang bermakna, khususnya terhadap tekanan darah sistolik maupun diastolik. Karakteristik akhir subjek penelitian terkait faktor-faktor risiko stroke terdapat pada tabel VIII. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran akhir antara kelompok perlakuan dan kontrol memiliki karakteristik berbeda tetapi tidak bermakna. Kesamaan antara karakteristik awal dan akhir penelitian menunjukkan intervensi yang diberikan selama dua bulan terkait dengan stroke dan pencegahannya tidak memberikan pengaruh pada subjek penelitian. Tabel VIII. Profil Karakteristik Akhir Populasi Lansia Terkait dengan Stroke
Kriteria
Kelompok Perlakuan x ± SD n
Kelompok Kontrol x ± SD n
30
159,17 ± 33,530 85,80 ± 16,935
30
146,17 ± 28,567 78,00 ± 13,235
0,126* 0,093**
Kolesterol total HDL
30
213,63 ± 34,778
29
222,79 ± 57,473
0,465*
30
51,47 ± 10,572
29
51,59 ± 11,008
0,785**
LDL Trigliserida Asam urat Laki-laki Perempuan Glukosa
30 30
139,73 ± 28,441 112,17 ± 53,589
29 29
138,896 ± 35,215 139,86 ± 145,532
0,922* 0,994**
12 18 30
5,86 ± 1,375 5,19 ± 1,104 89,57 ± 13,655
7 22 29
6,13 ± 1,626 5,20 ± 1,540 86,24 ± 12,141
0,719* 0,981* 0,327**
Tekanan darah Sistolik Diastolik
Keterangan : n = jumlah subjek penelitian *) uji statistik Independent T-Test **) uji statistik Mann Whitney
p
65
Hasil uji signifikansi antara kelompok perlakuan dengan kontrol pada pengukuran awal dan akhir tekanan darah sistolik dan diastolik dapat dilihat pada tabel IX. Hasil uji signifikansi tekanan darah sistolik dan diastolik pada masingmasing pengukuran kemudian dibandingkan antara pengukuran awal dan akhir. Tabel IX. Signifikansi Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok
Tekanan darah
Perlakuankontrol
sistolik distolik
p pengukuran awal 0,819** 0,921**
p pengukuran akhir 0,126* 0,093**
Keterangan: *) uji statistik Independent T-Test **) uji statistik Mann Whitney Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa: 1. tidak ada perbedaan profil tekanan darah sistolik yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol pada pengukuran akhir. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah sistolik. 2. tidak ada perbedaan profil tekanan darah diastolik yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol pada pengukuran akhir. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah diastolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengukuran akhir tekanan darah sistolik dan diastolik yang dibandingkan dengan pengukuran awal menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya. Pengaruh pemberian edukasi dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal terhadap kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tidak bermakna. Hal ini tidak sesuai dengan teori edukasi yang menyatakan bahwa outcome utama dari edukasi
66
berupa perubahan pola hidup yang diberikan terkait dengan hipertensi sebagai faktor risiko stroke adalah penurunan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan klasifikasi tekanan darah pada pengukuran akhir ditunjukkan pada gambar 14. Subjek penelitian yang memiliki tekanan darah normal pada kelompok perlakuan sebanyak 10% (3 orang) dan kelompok kontrol sebanyak 16,67% (5 orang). Persentase tertinggi jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat pada klasifikasi tekanan darah ≥160 atau ≥100 mmHg, yaitu dalam klasifikasi hipertensi tingkat II. Hal ini berbahaya karena menunjukkan tingginya risiko subjek penelitian terserang stroke.
persentase jumlah subjek penelitian (%)
60
53.33
50 40 30 16.67
20 10
33.33
30 16.67
20
20
perlakuan
10
kontrol
0 <120 and <80 120–139 or 80-89
140–159 or 90-99
≥160 or ≥100
klasifikasi tekanan darah (mmHg) Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah pada Pengukuran Akhir
Persentase jumlah subjek penelitian pada pengukuran akhir jika dibandingkan dengan pengukuran awal menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan persentase jumlah subjek penelitian yang memiliki
67
tekanan darah normal, yaitu sebesar 10% (3 orang) dari 0% subjek penelitian pada pengukuran awal. Kelompok kontrol juga mengalami kenaikan dari 3,33% (1 orang) pada pengukuran awal menjadi 16,67% (5 orang) pada pengukuran akhir. Peningkatan
tertinggi
persentase
jumlah
subjek
penelitian
pada
pengukuran akhir jika dibandingkan dengan pengukuran awal pada kelompok perlakuan terjadi pada klasifikasi tekanan darah ≥160 atau ≥100 mmHg (hipertensi tingkat II), yaitu dari 26,67% (8 orang) menjadi 53,33% (16 orang). Pada klasifikasi hipertensi tingkat II, kelompok kontrol mengalami kenaikan persentase jumlah subjek penelitian dari 13,33% (4 orang) menjadi 33,33% (10 orang). Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir pengukuran, subjek penelitian memiliki risiko terserang stroke lebih tinggi. Beberapa faktor dapat menyebabkan pengaruh pemberian edukasi menjadi tidak bermakna. Keadaan emosi subjek penelitian yang tidak terkontrol dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah. Pengukuran tekanan darah 60 subjek penelitian yang hanya dilakukan oleh satu orang petugas menyebabkan subjek penelitian harus menunggu untuk diukur tekanan darahnya. Kondisi ruangan yang penuh dengan orang sehingga menyebabkan udara menjadi panas dapat meningkatkan tingkat emosi seseorang yang berakibat meningkatkan tekanan darah. Walaupun variasi pengukuran telah diminimalkan dengan melakukan pengukuran hanya oleh satu orang petugas, kesalahan pengukuran tetap dapat terjadi. Satu orang petugas yang melakukan pengukuran terhadap 60 subjek
68
penelitian secara langsung dapat mengalami kesalahan pendengaran detak suara Korotkoff, sehingga memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Penelitian lain terkait dengan pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan tekanan darah dilakukan oleh Asih (2008) dengan judul pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (kajian tekanan darah). Pada penelitian tersebut edukasi dengan metode pemberian leaflet dan wawancara terstruktur diberikan secara berulang dua minggu sekali selama dua bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah berbeda tidak bermakna. Hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa waktu penelitian yang singkat dapat menyebabkan pemberian edukasi tidak memberikan pengaruh yang bermakna. Edukasi perlu dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang lama agar dapat mengubah perilaku subjek penelitian sehingga menurunkan tekanan darah sebagai faktor risiko stroke dalam klasifikasi normal. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Manurung (2009) dengan judul pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (kajian tekanan darah). Pada penelitian tersebut edukasi dilakukan selama empat bulan dan memberikan hasil kenaikan tekanan darah pada subjek penelitian. Fenomena yang terjadi sama dengan yang dialami dalam penelitian ini karena pengukuran akhir tekanan darah dilakukan dalam suasana Hari Raya Idul Fitri.
69
Peningkatan tekanan darah pada penelitian ini menunjukan bahwa pemberian edukasi selama dua bulan tidak berpengaruh terhadap subjek penelitian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pemberian edukasi tidak berpengaruh pada subjek penelitian adalah bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Jawa Krama Inggil serta sebagian besar subjek penelitian yang tidak berpendidikan. Kemampuan subjek penelitian untuk menyerap materi edukasi yang diberikan juga berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada profil tekanan darah. Semakin bertambahnya usia maka terdapat kemungkinan menurunnya kemampuan seseorang untuk menerima atau mengerti suatu hal baru. Hal ini disebabkan menurunnya fungsi organ yang digunakan untuk menerima informasi seperti indra penglihatan dan indra pendengaran, sehingga edukasi yang diberikan kurang dapat diterima subjek penelitian dengan baik. Menurut Notoatmodjo (2007) proses edukasi terdiri dari tiga bagian yaitu masukkan (input), proses belajar, dan keluaran (output). Masukan berupa sasaran belajar yaitu subjek penelitian, sedangkan keluaran adalah hasil belajar yang berupa penurunan profil tekanan darah. Proses belajar yang terjadi adalah mekanisme terjadinya perubahan tindakan subjek penelitian terkait faktor-faktor risiko stroke, khususnya terhadap tekanan darah. Emosi subjek penelitian juga mempengaruhi proses edukasi. Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal dilakukan pada sore hari, sehingga subjek penelitian sudah lelah akibat bekerja saat diberikan edukasi. Keadaaan fisik yang lelah dapat mempengaruhi keadaan
70
emosi seseorang, sehingga dapat mempengaruhi proses berpikir, menerima, dan mengingat informasi yang diberikan. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta kempuan diri. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif ketika pemberian edukasi menyebabkan subjek penelitian tidak dapat menerima informasi dengan baik. Ceramah yang diberikan di ruang terbuka tanpa didukung dengan pengeras suara menyebabkan tidak semua informasi yang diberikan dapat diterima oleh subjek penelitian. Usia yang semakin tua menyebabkan penurunan fungsi organ yang digunakan untuk menerima informasi seperti indra penglihatan dan indra pendengaran, sehingga edukasi yang diberikan kurang dapat diterima subjek penelitian dengan baik. D. Ringkasan Pembahasan Seluruh kriteria karakteristik awal subjek penelitian yang ditunjukkan pada tabel V memiliki nilai p>0,05, artinya antara kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing memiliki kriteria karakterisrik yang berbeda tetapi tidak bermakna. Hasil nilai signifikansi ini sesuai yang diharapkan dalam penelitian karena sebagai data baseline dibutuhkan kesamaan karakteristik antara kelompok kontrol dan perlakuan. Fokus penelitian adalah profil tekanan darah pada populasi lansia. Karakteristik yang sama antara kedua kelompok dapat menunjukkan bahwa perubahan profil tekanan darah sistolik dan diastolik antara pengukuran awal dan akhir adalah akibat intervensi yang diberikan oleh peneliti. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan kelompok perlakuan ada peningkatan profil tekanan sistolik yang bermakna (18,84 mmHg). Penurunan profil tekanan
71
diastolik tidak bermakna (1,17 mmHg). Pada kelompok kontrol peningkatan profil tekanan sistolik tidak bermakna (6,34 mmHg), sedangkan profil tekanan diastolik mengalami penurunan bermakna (8 mmHg). Hasil uji dengan independent t-test dan Mann Whitney menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi terhadap kelompok perlakuan dengan kontrol memberikan hasil berbeda tidak bermakna pada pengukuran awal dan pengukuran akhir. Pada pengukuran akhir, kelompok perlakuan mengalami kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 18,84 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan tekanan darah diastolik sebesar 8 mmHg. Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg pada orang dengan usia 40-70 tahun sangat berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penyakit serebrovaskuler sebesar dua kali lipat. Pemberian edukasi dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal tidak memberikan penurunan yang signifikan terhadap profil tekanan darah yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Beberapa faktor dapat menyebabkan pengaruh pemberian edukasi menjadi tidak bermakna. Hal ini tidak sesuai dengan teori edukasi yang menyatakan bahwa outcome utama dari edukasi perubahan pola hidup yang diberikan terkait dengan hipertensi sebagai faktor risiko stroke adalah penurunan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil dan analisis data didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Profil karakteristik populasi lansia kelompok perlakuan pada penelitian ini sebagian besar berusia ≥66-≤71 tahun, memiliki BMI dalam klasifikasi normal, memiliki tekanan darah sistolik dalam rentang 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik dalam rentang 80-89 mmHg. Pada kelompok kontrol, profil karakteristik demografinya sebagian besar berusia ≥60-≤65 tahun, memiliki BMI dalam klasifikasi underweight, memiliki tekanan darah sistolik dalam rentang 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik dalam rentang 9099 mmHg. Profil karakteristik yang sama antara kedua kelompok penelitian adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan, tidak memiliki pendidikan, dan tidak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan uji statistik dapat dikatakan bahwa kedua kelompok penelitian memiliki karakteristik yang berbeda tidak bermakna. 2. Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal memberikan peningkatan profil tekanan darah sistolik yang signifikan sebesar 18,84 mmHg, yang merupakan faktor risiko stroke pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
72
73
3. Pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol memberikan hasil berbeda tidak bermakna pada pengukuran awal dan pengukuran akhir. Pada pengukuran akhir, kelompok perlakuan mengalami kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 18,84 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan tekanan darah diastolik sebesar 8 mmHg. B. Saran 1. Penelitian sejenis dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, namun perlu memperhatikan pengaturan waktu pemberian edukasi yang tepat agar subjek penelitian dapat menerima edukasi secara optimal. 2. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan setiap kali pemberian edukasi, sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi pada tekanan darah subjek penelitian.
74
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S., 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008, Tesis, 6-9, Faculty of Medicine-University of Riau, Riau Anonim, 1990, Aging Heart & Arteries A Scientific Quest, National Institute on Aging, U.S. Department of Health and Human Services, www.nia.nih.gov/NR/rdonlyres/0BBF820F-27D0-48EA9736B7E9F08BB/0/Aging_Hearts_And_Arteries.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2009 Anonim, 2004, Stroke: Hope Through Research, National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 99-2222 Anonim, 2009a, Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia, Farmacia Ethical Update Wahana Komunikasi Lintas Spesialis, Vol VI, No.7, 34 Anonim, 2009b, BMI Classification, http://www.who.int/bmi/index.jsp?intropage=intro_3.html, diakses tanggal 8 Oktober 2009 Anonim, 2009c, Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh per Hari, http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid= 3458, diakses tanggal 8 Oktober 2009 Anonim, 2009d, Hipertensi dan Stroke, http://www.strokebethesda.com/content/view/15/42/, diakses tanggal 8 Oktober 2009 Anonim, 2009e, Stroke, Cerebrovascular accident, http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/, diakses tanggal 20 September 2009 Anonim, 2009f, Stroke dan Demensia Vaskuler Lebih Baik Dicegah daripada Sekadar Momok, Farmacia Ethical Update Wahana Komunikasi Lintas Spesialis, Vol. VIII, No.11, 18-19 Asih, H.S., Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap Perilaku Masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (Kajian Tekanan Darah), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Azwar, S., 2006, Reliabilias dan Validitas, Edisi 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Banerjee, T.K., & Kumar, S, 2006, Epidemiology of Stroke in India, Neurology Asia, 11 : 1 – 4 Bettschart&Kofler, M., 2008, 92 % of Stroke Deaths Occur in Low and Middle Income Countries – ―ABC of Stroke Management‖ Provides Global
75
Education in Largest Professional Stroke Campaign Ever Held, 6th World Stroke Congress, September, Austria Beers, M.H., 2004, The Merck Manual of Medicinal Information, 2nd ed., Pocket Books, Simon & Schuster, Inc., New York Brass, L. M., 2009, Stroke, http://www.med.yale.edu/library/heartbk/18.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2009 Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Chusman, W.C., Green, L.A., Joseph, L.I., 2003, JNC 7 Express The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2009 Dhamija, R.K., Mittal, S., & Bansal, B.C., 2000, Trends in ClinocoEpidemiological Correlates of Stroke in the Community, Journal of Indian Academy of Clinical Medicine, Vol.5, No.1 : 27 – 31 Fagan, S.C., & Hess, D.C., Stroke, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6 th ed, 415-417, McGraw-Hill, USA Fatimah, D.N., 2009, Mencegah dan Mengatasi Stroke, 3-5, Kujang Press, Yogyakarta Haris,
2007, Tahun 2020: Penderita Stroke Meningkat 2 Kali, http://www.gemari.or.id/file/edisi79/gemari7940.PDF, diakses tanggal 10 September 2009
Hasan, M.I., 2002, Pokok 2 Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 60, Ghalia Indonesia, Bogor Hwang, M.G., 1998, How do you know when someone is having a stroke? JAMA Patient Page––Stroke, Vol 279, No. 16 Khan, N.A., Hemmelgarn, B., Herman, R.J., Bell, C.M., Mahon, J.L., Leiter, L.A., et al., 2009, The 2009 Canadian Hypertension Education Program recommendations for the management of hypertension: Part 2—therapy, Can J Cardiol, 25: 287-98 Khan, Rehman, Shah, and Jielani, 2006, Frequency of hypertension in stroke patients presenting at Ayub Teaching Hospital. Can J Cardiol, 22: 236-99 Khatib, O., & El-Guindy, M., 2005, Clinical Guidelines for the Management of Hypertension, http://www.emro.who.int/dsaf/dsa234.pdf, diakses tanggal 25 Agustus 2009 Kleindorfer, D.O., Miller, R., Moomaw, C.J., Alwell, K., Broderick, Khoury, J., et al., 2007, Designing a Message for Public Education Regarding Stroke, Does FAST Capture Enough Stroke, Ahajournal Kuswardhani, T., 2006, Penataan Hipertensi pada Lanjut Usia, J Peny Dalam, Vol.136, No.7, 137
76
Kumala, P., Komala, S., Santoso, A.H., Sulaiman, J.R., Rienita, Y., 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, 496, EGC, Jakarta Lamsudin, R., 2000, Pengendalian Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke dan Manajemen Hipertensi pada Penderita Stroke Akut, Berkala NeuroSains, Vol.1, No.3, 127 Mackay, J. & Mensah, G.A., 2004, Atlas of Heart Disease and Stroke WHO, Handway Press, London McPhee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., Lange, J.D., 1995, Pathophysiology of Disease An Introduction to Clinical Medicine, 1st ed., 130, A Simon & Schuster Company, USA Morisky, D.E., Levine, D.M., Green, L.W., Smith, C.R., 1982, Health Education Program Effects on The Management of Hypertension in The Elderly, Arch Intern Med, 142(10):1835-8 Mulyatsih, E., Ahmad, A., 2008, Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah, 2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendididkan Kesehartan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, 44, Andi Offset, Yogyakarta Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 12-13, 58, 69, Rineka Cipta, Jakarta Porth, C.M., 2005, Patophysiology : Concepts of Altered Health States, Lippincot Williams & Wilkins, USA Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 70, CV Rajawali, Jakarta Richardson-nassif, K., Swartz, R., and Reardon, M., 2002, Implementing a Community Education Program on Stroke for Health Care Providers and Consumers, Taylor&Francis healthsclences, Vol. 15, No. 1 , 59 – 64 Ritarwan, K., 2003, Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke Yang Dirawat Di Rsup H. Adam Malik Medan, Program Studi Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, USU digital library, 1 Samsudin, H., 2009, Indonesia Tempati Urutan Pertama di Dunia dalam Jumlah Terbanyak Penderita Stroke, http://www.yastroki.or.id/read.php?id=341, diakses tanggal 26 September 2009 Saseen, J.J., & Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6 th ed, 186-210, McGraw-Hill, USA
77
Setiawan, N., 2005, Teknik Sampling, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Nasional, http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/teknik_sampling1.pdf, diakses tanggal 25 September 2009 Spilker, J., 2008, The Importance of Patient and Public Education in Acute Ischemic Stroke, National Institute of Neurological Disorders and Stroke Sugiono, 2006, Statistik untuk Penelitian, CV Alfabeta, 77, Bandung Supiano, M., 2009, Hypertension: Classification, Epidemiology, Diagnosis, Evaluation and Treatment, Armenian Medical Network, http://www.health.am/hypertension/hypertension/, diakses tanggal 13 September 2009 Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., DiPiro, C.V., 2009, Pharmacotherapy Handbook, 7th ed., 118-121, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York WHO MONICA, 1997, Stroke Trends in WHO MONICA Project, Association, Inc.
78
LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian FORMULIR PENGAMBILAN DATA PENELITIAN Nomor penelitian
:
Nama
:
Jenis kelamin
: Laki-laki / Perempuan*
Usia
: …….tahun
Pendidikan
:
Pekerjaan terakhir
:
Riwayat penyakit keluarga
:
Riwayat penyakit
:
Kebiasaan merokok
: merokok/tidak merokok*
Rutin mengikuti egiatan posyandu lansia selama tiga kali berturut-turut : ya/tidak* Keterangan : *coret yang tidak perlu
Variabel
Pengukuran Awal
1. Tekanan darah 2. Kadar kolesterol total 3. High Density Lipoprotein (HDL) 4. Low Density Lipoprotein (LDL) 5. Trigliserida 6. Blood Urea (BUN) 7. Creatinin 8. Asam urat 9. Glukosa
Nitrogen
Pengukuran Akhir
79
Lampiran 2. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Bapak AH Bapak P Bapak SWS Bapak Mg Ibu SDS Bapak HS/J Ibu RCW Bapak MSP Bapak WSR Bapak SWS Bapak MM/D Ibu KA Bapak W Ibu UP Ibu WNU Bapak M Ibu MU/S Ibu Mrt Ibu MU Ibu CD Ibu DP Ibu N Ibu KK Ibu MA Ibu P Ibu M Bapak Mit Ibu W Ibu KU/P Ibu BU
Dusun / RT Burikan / 01 Burikan / 01 Burikan / 01 Burikan / 01 Burikan / 03 Burikan / 03 Burikan / 03 Burikan / 04 Burikan / 05 Burikan / 05 Burikan / 06 Burikan / 06 Burikan / 06 Burikan / 06 Burikan / 06 Keboan / 04 Keboan / 04 Keboan / 04 Keboan / 04 Keboan / 04 Keboan / 05 Keboan / 05 Keboan / 05 Keboan / 05 Keboan / 05 Keboan / 05 Keboan / 06 Keboan / 06 Keboan / 06 Keboan / 07
80
Lampiran 3. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Ibu SP Bapak S Bapak MS Bapak MU Ibu SHS Ibu MMP Bapak PHU Ibu GM Bapak DH Bapak SH Ibu AK Bapak NA Ibu B Ibu SBW Ibu AG Ibu UU Bapak KK Ibu AU Ibu KD Ibu MG Ibu BD Ibu P Ibu J Ibu TU Ibu MR/I Ibu M Ibu SU Ibu PU Ibu PD Ibu RU
Dusun/RT Burikan/ 02 Burikan/ 02 Burikan/ 03 Burikan/ 04 Burikan/ 04 Burikan/ 04 Burikan/ 04 Burikan/ 05 Burikan/ 05 Burikan/ 05 Burikan/ 06 Burikan/ 06 Burikan/ 06 Burikan/ 06 Burikan/ 06 Keboan/04 Keboan/04 Keboan/04 Keboan/04 Keboan/04 Keboan/04 Keboan/05 Keboan/05 Keboan/05 Keboan/05 Keboan/05 Keboan/06 Keboan/06 Keboan/07 Keboan/07
81
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Ibu KK Ibu P Ibu N Ibu DP Ibu MU/S Ibu SDS Bapak P Ibu KA Ibu WNU Bapak WSR Ibu CD Ibu MA Ibu KU/P Bapak Mit Ibu BU Ibu UP Bapak W Ibu RCW Bapak HS/J Bapak M Bapak SWS Bapak AH Bapak Mg Bapak MM/D Bapak SWS Ibu M Ibu W Ibu MU Ibu Mrt Bapak MSP
Pengukuran awal Sistolik Diastolik 140 90 150 90 140 90 130 80 120 80 130 80 120 80 130 90 130 90 120 80 160 100 140 80 150 90 150 80 160 80 140 90 140 90 140 90 110 80 160 90 130 80 130 80 110 80 140 100 120 80 170 100 160 90 140 80 170 100 170 90
Pengukuran akhir Sistolik Diastolik 220 110 160 70 160 90 160 70 110 70 160 100 160 80 150 90 130 70 120 70 190 80 150 90 190 90 150 90 110 70 180 80 100 60 180 120 120 80 150 70 150 80 135 85 150 70 150 100 130 70 170 120 210 120 200 100 240 100 190 70
82
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Subjek Penelitian Kelompok Kontrol No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama
Ibu SBW Ibu KD Ibu P Bapak S Bapak PHU Bapak MS Bapak MU Bapak SH Ibu GM Ibu AK Ibu AG Ibu MR/I Ibu J Ibu PD Ibu SU Ibu MG Bapak DH Ibu TU Bapak NA Ibu RU Ibu SP Ibu MMP Ibu SHS Ibu PU Bapak KK Ibu M Ibu BD Ibu UU Ibu AU Ibu B
Pengukuran awal Sistolik Diastolik 140 90 140 90 120 70 130 80 140 90 140 80 140 90 140 90 130 80 150 90 140 90 130 90 130 90 110 70 140 80 160 90 140 80 140 90 140 90 140 90 170 90 160 90 130 80 140 90 170 90 140 80 150 90 150 90 150 90 110 80
Pengukuran akhir Sistolik 110 160 140 110 160 140 110 130 110 120 110 120 110 150 140 180 150 130 150 200 190 160 150 190 160 150 150 200 190 130
Diastolik 70 80 70 70 80 60 70 80 60 60 80 70 60 70 80 70 80 80 90 80 100 70 80 80 70 90 90 120 100 80
83
Lampiran 6. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Populasi Lansia Terkait Jenis Kelamin, Usia, Kebiasaan Merokok, dan Tingkat Pendidikan Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent Kelompoksubye kuji * Jeniskelamin Kelompoksubye kuji * Umur Kelompoksubye kuji * Merokok Kelompoksubye kuji * Tingkatpendidik an
Total N Percent
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
84
Jenis Kelamin Crosstab
Kelompok subyekuji
1
2 Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Jeniskelamin Perempua laki-laki n 8 22
Total 30
10.0
20.0
30.0
12
18
30
10.0
20.0
30.0
20
40
60
20.0
40.0
60.0
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi1.200(b) 1 .273 Square Continuity .675 1 .411 Correction(a) Likelihood Ratio 1.206 1 .272 Fisher's Exact .412 .206 Test N of Valid Cases 60 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
85
Usia Crosstab
Kelomp oksubye kuji
1
2
Total
Count Expecte d Count Count Expecte d Count Count Expecte d Count
Usia 60-65 66-71 72-77 78-83 90-95 Total 11 8 7 3 1 30 10.0
10.0
5.0
4.0
1.0
30.0
9
12
3
5
1
30
10.0
10.0
5.0
4.0
1.0
30.0
20
20
10
8
2
60
20.0
20.0
10.0
8.0
2.0
60.0
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi3.100(a) 4 .541 Square Likelihood Ratio 3.157 4 .532 N of Valid Cases 60 a 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
86
Kelompoksu byekuji
1
2
Total
Kebiasaan Merokok Crosstab Kebiasaanmerokok Ya Tidak Count 4 26 Expected 5.5 24.5 Count Count 7 23 Expected 5.5 24.5 Count Count 11 49 Expected 11.0 49.0 Count
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided)
Exact Sig. (2sided)
Total 30 30.0 30 30.0 60 60.0
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi1.002(b) 1 .317 Square Continuity .445 1 .505 Correction(a) Likelihood Ratio 1.012 1 .314 Fisher's Exact .506 .253 Test N of Valid Cases 60 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
87
Kelompok subyekuji
1
2
Total
Tingkat Pendidikan Crosstab Tingkatpendidikan Tidaksek <=SM olah P >SMP Count 17 12 1 Expected 17.0 10.5 2.5 Count Count 17 9 4 Expected 17.0 10.5 2.5 Count Count 34 21 5 Expected 34.0 21.0 5.0 Count
Total 30 30.0 30 30.0 60 60.0
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi2.229(a) 2 .328 Square Likelihood Ratio 2.357 2 .308 N of Valid Cases 60 a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50. Keterangan : 1 = kontrol 2 = perlakuan
88
Lampiran 7. Output Uji Normalitas Karakteristik Populasi Lansia Terkait Body Mass Index (BMI) Case Processing Summary Kelompok subjek penelitian BMI
Cases Valid N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Kontrol
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
Perlakuan
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
89
Descriptives Kelompok subjek penelitian BMI
Kontrol
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Perlakuan
Statistic Std. Error 19.3527
Lower Bound
17.8620
Upper Bound
20.8434
5% Trimmed Mean
18.9706
Median
18.3200
Variance
15.937
Std. Deviation
3.99213
.72886
Minimum
13.88
Maximum
32.82
Range
18.94
Interquartile Range
3.88
Skewness
1.844
.427
Kurtosis
4.131
.833
19.0843
.55294
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
17.9535
Upper Bound
20.2152
5% Trimmed Mean
18.8833
Median
18.7400
Variance
9.172
Std. Deviation
3.02855
Minimum
14.66
Maximum
28.54
Range
13.88
Interquartile Range
3.75
Skewness
1.013
.427
Kurtosis
1.897
.833
90
Tests of Normality Shapiro-Wilk a
Kolmogorov-Smirnov Kelompok subyekuji Statistic BMI
Kontrol Perlakuan
Sig.
Statistic
df
Sig.
df
.210
30
.113
30
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.002
.828
30
.000
.200*
.939
30
.083
91
Lampiran 8. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Populasi Lansia Terkait Body Mass Index (BMI) Mann-Whitney Test Ranks Kelompok subjek penelitian BMI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
1
30
30.08
902.50
2
30
30.92
927.50
Total
60 Test Statisticsa BMI
Mann-Whitney U 437.500 Wilcoxon W 902.500 Z -.185 Asymp. Sig. (2-tailed) .853 a. Grouping Variable: Kelompoksubyekuji
92
Lampiran 9. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Sistolik Case Processing Summary Cases
Sistolik
Kelompo ksubyeku ji 1 2
Valid Percen N t 100.0 30 % 100.0 30 %
Missing Percen N t 0
.0%
0
.0%
Total Percen N t 100.0 30 % 100.0 30 %
93
Descriptives
Sistolik
Kelompoksu byekuji 1
2
Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Statisti c 140.33
Std. Error 2.559
135.10 145.57 140.37 140.00 196.43 7 14.016 110 170 60 20 .017 .845 140.33
.427 .833 3.088
134.02 146.65 140.37 140.00 286.09 2 16.914 110 170 60 23 .173 -.625
.427 .833
94
Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelompo Kolmogorov-Smirnov(a) ksubyeku Statisti Statisti ji c df Sig. c df Sig. Sistolik 1 .243 30 .000 .908 30 .013 2 .175 30 .020 .944 30 .117 a Lilliefors Significance Correction Keterangan : 1 = kontrol 2 = perlakuan
95
Lampiran 10. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Sistolik NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompoks Mean Sum of ubyekuji N Rank Ranks Sistolik 1 30 31.00 930.00 2 30 30.00 900.00 Total 60 Test Statistics(a) Sistolik Mann-Whitney U 435.000 Wilcoxon W 900.000 Z -.229 Asymp. Sig. (2.819 tailed) a Grouping Variable: Kelompoksubyekuji Keterangan : 1 = kontrol 2 = perlakuan
96
Lampiran 11. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Diastolik Case Processing Summary Cases Valid Missing Total Kelompo ksubyekuj Percen Percen Percen i N t N t N t Diastolik 1 100.0 100.0 30 0 .0% 30 % % 2 100.0 100.0 30 0 .0% 30 % % Descriptives
Diastolik
Kelompoksu byekuji 1
2
Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Statisti c 86.00
Std. Error 1.135
83.68 88.32 86.67 90.00 38.621 6.215 70 90 20 10 -1.330 .831 86.67
.427 .833 1.298
84.01 89.32 86.30 90.00 50.575 7.112 80 100 20 10 .594 -.758
.427 .833
97
Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelompo Kolmogorov-Smirnov(a) ksubyekuj Statisti Statisti i c df Sig. c df Sig. Diastolik 1 .407 30 .000 .656 30 .000 2 .292 30 .000 .772 30 .000 a Lilliefors Significance Correction Keterangan : 1 = kontrol 2 = perlakuan
98
Lampiran 12. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Tekanan Darah Diastolik
Diastolik
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompoksu Mean byekuji N Rank 1 30 30.70 2 30 30.30 Total 60
Test Statistics(a) Diastolik Mann-Whitney U 444.000 Wilcoxon W 909.000 Z -.099 Asymp. Sig. (2.921 tailed) a Grouping Variable: Kelompoksubyekuji Keterangan : 1 = kontrol 2 = perlakuan
Sum of Ranks 921.00 909.00
99
Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran AwalPengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Perlakuan NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks Mean N Rank Tesawalsistoli Negative 22(a) 14.48 kRanks Tesakhirsistoli Positive Ranks 5(b) 11.90 k Ties 3(c) Total 30 a Tesawalsistolik < Tesakhirsistolik b Tesawalsistolik > Tesakhirsistolik c Tesawalsistolik = Tesakhirsistolik Test Statistics(b) Tesawals istolik Tesakhir sistolik Z -3.126(a) Asymp. Sig. (2.002 tailed) a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Sum of Ranks 318.50 59.50
100
Lampiran 14. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran AwalPengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Perlakuan NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks Mean N Rank Tesawaldiastoli Negative Ranks 9(a) 12.78 kPositive Ranks 13(b) 10.62 Tesakhirdiastol Ties 8(c) ik Total 30 a Tesawaldiastolik < Tesakhirdiastolik b Tesawaldiastolik > Tesakhirdiastolik c Tesawaldiastolik = Tesakhirdiastolik Test Statistics(b) Tesawal diastolik Tesakhir diastolik Z -.380(a) Asymp. Sig. (2.704 tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Sum of Ranks 115.00 138.00
101
Lampiran 15. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran AwalPengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Kontrol NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks Mean N Rank Tesawalsistoli Negative 15(a) 14.63 kRanks Tesakhirsistoli Positive Ranks 11(b) 11.95 k Ties 4(c) Total 30 a Tesawalsistolik < Tesakhirsistolik b Tesawalsistolik > Tesakhirsistolik c Tesawalsistolik = Tesakhirsistolik Test Statistics(b) Tesawals istolik Tesakhir sistolik Z -1.128(a) Asymp. Sig. (2.259 tailed) a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Sum of Ranks 219.50 131.50
102
Lampiran 16. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran AwalPengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Kontrol NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks Mean N Rank Tesawaldiastoli Negative Ranks 4(a) 9.75 kPositive Ranks 18(b) 11.89 Tesakhirdiastol Ties 8(c) ik Total 30 a Tesawaldiastolik < Tesakhirdiastolik b Tesawaldiastolik > Tesakhirdiastolik c Tesawaldiastolik = Tesakhirdiastolik Test Statistics(b) Tesawal diastolik Tesakhir diastolik Z -2.900(a) Asymp. Sig. (2.004 tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Sum of Ranks 39.00 214.00
103
Lampiran 17. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Sistolik
Kelompo ksubyekuj i kontrol perlakuan
Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 100.0 30 0 .0% % 100.0 30 0 .0% %
N
Total Percent 100.0 30 % 100.0 30 %
104
Descriptives
Sistolik
Kelompoksu byekuji kontrol
perlakuan
Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Sistolik
Statisti c 146.67
Std. Error 5.216
136.00 157.33 145.74 150.00 816.09 2 28.567 110 200 90 40 .389 -.776 159.17
.427 .833 6.122
146.65 171.69 158.15 155.00 1124.2 82 33.530 100 240 140 49 .417 .000
.427 .833
Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelompo Kolmogorov-Smirnov(a) ksubyeku Statisti Statisti ji c df Sig. c df Sig. kontrol .120 30 .200(*) .918 30 .024 perlakuan .157 30 .058 .969 30 .505 * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
105
Lampiran 18. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Sistolik antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Group Statistics
Sistolik
Kelompoks ubyekuji kontrol perlakuan
N 30 30
Mean 146.67 159.17
Std. Deviation 28.567 33.530
Std. Error Mean 5.216 6.122
T-Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Sistol Equal ik varian ces .282 assum ed Equal varian ces not assum ed
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Mea Std. Difference Sig. n Error (2Diffe Diffe Low Upp tailed) rence rence er er
Sig.
t
df
.598
1.55 4
58
.126
12.50 8.042 28.5 0 98
3.59 8
1.55 4
56.5 73
.126
12.50 8.042 28.6 0 07
3.60 7
106
Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Tekanan Darah Diastolik antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Diastolik
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompoksu Mean byekuji N Rank kontrol 30 26.82 perlakuan 30 34.18 Total 60 Test Statistics(a) Diastolik Mann-Whitney U 339.500 Wilcoxon W 804.500 Z -1.680 Asymp. Sig. (2.093 tailed) a Grouping Variable: Kelompoksubyekuji
Sum of Ranks 804.50 1025.50
107
Lampiran 20. Surat Izin dari BAPPEDA Yogyakarta
108
Lampiran 21. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
109
Lampiran 22. Materi Ceramah
110
111
112
113
114
Lampiran 23. Leaflet Bagian Luar
115
Lampiran 24. Leaflet Bagian Dalam
116
Lampiran 25. Dokumentasi Pemberian Ceramah
117
Lampiran 26. Dokumentasi Pelaksanaan Edukasi secara Personal
118
Lampiran 27. Dokumentasi Pengukuran Tekanan Darah
119
BIOGRAFI PENULIS
Agnes Dotie Octaviani, anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Albertus Djokosantoso dan G.S. Romadiani, lahir di Yogyakarta tanggal 21 Oktober 1987. Penulis mulai mengenal bangku sekolah di Taman Kanak-Kanak Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada tahun 1992-1994. Pendidikan Dasar ditempuh di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta pada tahun 1994-2000. Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SLTP Negeri 8 Yogyakarta. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ditempuh di SMA Negeri 2 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006-2010 dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Selama di Fakultas Farmasi, kegiatan yang diikuti oleh penulis antara lain Panitia Pekan Budaya Universitas Sanata Dharma 2007 sebagai Sie Dana dan Usaha, Panitia Titrasi 2008 sebagai Bendahara, Organisasi Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia sebagai Bendahara periode 2007-2008, dan Seminar Ilmiah Nasional 2009 dengan tema ―Arah Penelitian Obat Bahan Alam‖ sebagai pemakalah.