PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan Oleh:
MARTINUS HADIBOWO NIM : 998114216 NIRM : 990051122004120187
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003 Oleh: MARTINUS HADIBOWO NIM: 998114216 NIRM: 990051122004120187 Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Pada Tanggal : 26 Desember 2007 Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt Dosen Pembimbing:
Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt. Panitia Penguji: 1. Aris Widayati M,Si., Apt
.........................
2. Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt.
........................
3. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt
.........................
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ad Maiorem Dei Gloriam
Skripsi ini tersembahkan kepada : 1. Tuhan yang Maha Esa sebagai bentuk pelayanan nyata. 2. Orangtua sebagai ungkapan rasa hormat terima kasih, dan bakti yang tak terhingga. 3. kepada Almamaterku, Rekan-rekan pemakai, dunia Farmasi.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, September 2007 Penulis,
Martinus Hadibowo
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza menjadi masalah yang sangat besar. Fenomena napza bagaikan gunung es. Tidak disangkal bahwa peredaran napza tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif kwalitatif. Langkah penelitian yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap pengambilan data, dan tahap pengolahan data. Instrumen yang digunakan adalah tabel isian pemakaian obatobatan yang digunakan dalam satu hari selama periode September sampai dengan Desember 2003, hasil wawancara dengan dokter dan standart pengobatan panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien ketergantungan napza yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani selama periode SeptemberDesember 2003 adalah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 90% dan perempuan sebesar 10%. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu 1 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Triheksifenidil 2 mg dan Haloperidol 5 mg (kombinasi A); 2 pasien mendapatkan kombinasi obat siang yang terdiri dari Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, dan Klorpromazin 100 mg (kombinasi B); serta 7 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Untuk hari 1 – 7: Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; dan Untuk hari 8 – 10 : Haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg (kombinasi C). Semua pasien mendapatkan kombinasi yang sama untuk obat malam, yaitu klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg dan diazepam 5 mg. Kombinasi C merupakan kombinasi yang paling mendekati standar kombinasi yang ada di Puri Nurani, tetapi semua kombinasi obat tidak dapat dikatakan tidak rasional karena kombinasi obat diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Efek samping kombinasi obat terbagi dalam dua kategori yaitu efek samping yang membantu terapi detoksifikasi (misalnya mengantuk dan lemas), dan efek samping yang mengganggu terapi detoksifikasi (misalnya parkinson dan lidah kaku). Dari kombinasi obat yang diberikan pada pasien, untuk obat siang yang paling baik memberikan gambaran efeknya adalah kombinasi B dengan waktu onset sebesar 1,67 jam dan waktu durasi 5,34 jam, serta dapat mencegah timbulnya gejala tambahan yang mungkin timbul. Kombinasi obat malam memberikan waktu onset sebesar 0,94 jam dan waktu durasi sebesar 5,24 jam. Kata kunci
: Napza, detoksifikasi, kerasionalan, efek samping, gambaran efek kombinasi obat, kombinasi obat.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT In the last few years the, abuse of napza become very big problem. Phenomenon napza as ices mount. Is not denied that circulation of napza hardly fret public by many the generated negativities impacts. Research taken is type of research of non-experimental with qualitative descriptive research device. Step of research which done cover planning stage, phase of intake of data, and phase is data-processing. Instrument which applied is tables of stuffing of usage of drugs which applied in one day during periods Septembers up to Decembers 2003, interview result with doctor and standard medication of Puri Nurani rehabilitation center Jakarta. Research result indicate that out of 10 patient people of dependence of napza which taken care of in Puri Nurani rehabilitation center during period September-Desember 2003 is bigger men gender patient that is 90% and woman equal to 10%. From observation which got by done is result that is 1 patient get drugs combination noon consisting of Triheksifenidil 2 mg and Haloperidol 5 mg (combination A); 2 patient get noon drug combination consisting of Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, and Klorpromazin 100 mg (combination B); and also 7 patient get noon drug combination consist of day 1st - 7 th: Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; and for day 8th - 10 th : Haloperidol 2,5 mg and THP 2 mg (combination C). All patients get same drugs combination for night’s medication that is klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg and 5 mg diazepam. Combination C is nearest combination of the combination standard in Puri, Nurani, but all drugs combinations cannot irrational told by drugs combinations are given as according to requirement and condition of patients. Drug combination side effects divided in two category that is side effects assisting detoxification therapy (for example is sleepy and weakened), and side effects bothering detoxification therapy (for example Parkinson and stiff tongue). From passed by drug combination is patient, for best noon drug give image of the effect is combination B with onset time equal to 1,67 hour and duration time of 5,34 hour, and also can prevent incidence of addition symptom which possibly arising. Night drug combination give onset time equal to 0,94 hour and duration time equal to 5,24 hour. Keyword
: Napza, detoxification, rational, side effects, image of effect drug combination, drugs combination.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI PSIKOTROPIKA
DALAM
USAHA
DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003 dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan untuk menambah wawasan di dunia farmasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt, selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah dengan sabar membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt, yang juga telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Orang tua saya yang telah memberikan dorongan dan bantuan secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Wakil Direktur I Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 5. Bapak Dr. Antonius S. SpKj, yang telah memberikan keteranganketerangan yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak Dr. R. Surya Widya, SpKj, selaku penanggung jawab ruang panti rehabilitasi Puri Nurani yang telah memberi ijin dan mendampingi dalam melakukan penelitian ini. 7. Seluruh perawat yang bertugas di ruang panti rehabilitasi Puri Nurani, yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini. 8. Para pasien atau klien yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani atas kerja sama dan penerimaannya dalam penelitian ini. 9. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 10. Ibu Aris Widayati M,Si., Apt, selaku Dosen Penguji 11. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt, selaku Dosen Penguji 12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang selalu mendorong semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan apa yang tertuang dalam skripsi ini yang masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca dan bagi dunia farmasi pada khususnya. Yogayakarta, September 2007
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
v
INTISARI ...................................................................................................
vi
ABSTRACT.................................................................................................
vii
PRAKATA..................................................................................................
viii
DAFTAR ISI...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
1. Rumusan Permasalahan ............................................................
5
2. Keaslian Penelitian......................................................................
5
3. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
B. Tujuan Penelitian...............................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................
8
A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ........................................
8
1. Definisi Narkotika dan Penggolongannya ...........................
8
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya.......................
9
3. Zat Adiktif ...........................................................................
12
B. Penyalahgunaan Napza ....................................................................
12
1. Ciri-Ciri Penyalahguna Napza .............................................
14
2. Tingkatan Ketergatungan Napza .........................................
14
3. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza.........................................................
16
C. Zat yang Biasa Disalahgunakan, Gejala, Resiko, dan Cara Pemakaian .........................................................................
19
1. Narkotika .............................................................................
19
a. Golongan Opiat.....................................................
20
b. Ganja.....................................................................
21
c. Kokain...................................................................
23
2. Psikotropika .........................................................................
24
a. Stimulansia ...........................................................
24
b. Amfetamin ............................................................
25
c. Methamphetamine ................................................
26
d. Sedativa Hipnotika................................................
27
3. Zat Adiktif ...........................................................................
29
D. Penatalaksanaan Ketergantungan Napza .........................................
31
1. Konsep Dasar Penatalaksanaan...........................................
31
2. Penatalaksanaan Untuk Ketergantungan Napza .................
34
a.
Terapi Detoksifikasi ............................................
xi
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Terapi Medik Psikiatrik (Psikofarmaka) ..............
37
c. Terapi Medik Psikiatrik (Psikoterapi) ..................
47
d. Terapi Medik – Somatik .......................................
47
e. Terapi Psikosal......................................................
47
f. Terapi Religius......................................................
47
g. Rehabilitasi ...........................................................
47
3. Prinsip Pengobatan Ketergantungan Napza yang efektif .........................................................................
48
E. Kerasionalan Penggunaan Obat .......................................................
49
F. Standart Pengobatan atau Rehabilitasi Detoksifikasi Panti Rehabilitasi Puri Nurani .........................................................
50
G. Keterangan Empiris .........................................................................
53
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
54
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................
54
B. Definisi Operasional ........................................................................
54
C. Instrumentasi Penelitian...................................................................
57
D. Lokasi Penelitian..............................................................................
57
E. Jalannya Penelitian...........................................................................
58
1. Tahap Persiapan...................................................................
58
2. Tahap Pengambilan Data .....................................................
58
3. Proses Pengolahan Data.......................................................
58
F. Kelemahan Penelitian ......................................................................
59
G. Subyek Penelitian.............................................................................
59
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. Tata Cara Analisis Hasil ..................................................................
59
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
60
A. Gambaran Umum Pasien Rawat Inap (Detoksifikasi) Panti Rehabilitasi Puri Nurani Selama Bulan September – Desember 2003...........................................................
60
B. Kerasionalan Penggunaan Kombinasi Obat Yang Diberikan Kepada Pasien Selama Menjalani Terapi Detoksifikasi Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
61
C. Efek Samping Yang Terjadi Dari Penggunaan Kombinasi Obat Yang Digunakan Pasien Dalam Menjalani Terapi Detoksifikasi ........................................................................
67
D. Efektivitas Penggunaan Kombinasi Obat Yang Diberikan Pada Pasien Selama Terapi Detoksifikasi Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
80
A. Kesimpulan ......................................................................................
80
B. Saran ................................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
84
Lampiran ....................................................................................................
87
Biografi Penulis ..........................................................................................
139
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Hari DI Panti Rehabilitasi Puri Nurani ............................................................ 51 Tabel 2. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Malam di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ............................................... 52 Tabel 3. Data Gambaran Umum Pasien Rawat Inap Panti Rehabilitasi Puri Nurani September-Desember 2003 ........................................... 61 Tabel 4. Gambaran efek obat dan gejala tambahan yang terjadi pada penggunaan masing-masing kombinasi obat............................. 73 Tabel 5. Gambaran waktu efek obat malam yang diberikan selama terapi detoksifikasi .................................................................... 73
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza ...................................................... 19
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat ijin penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ............................. 87 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit Dr. Soeharto Herdjan Jakarta ................................................................................. 88 Lampiran 3. STANDART DETOKSIFIKASI NAPZA “PURI NURANI” ............................................................. 89 Lampiran 4. Tabel Isian Penggunaan Obat Sehari-hari Pasien Rawat Inap di Panti Rehabilitasi Puri Nurani.......... 90 Lampiran 5. Data Pola Penggunaan Obat Dalam Terapi Detoksifikasi Gejala Putus Obat (Withdrawal Syndrome) Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani Periode September-Desember 2003.................................... 91 Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Dokter Yang Bertanggungjawab Terhadap Klien atau Pasien Rehabilitasi ketergantungan Napza di Puri Nurani............. 135
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
Pendahuluan A. Latar belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) menjadi masalah yang sangat besar bagi dunia internasional dan terutama bagi bangsa Indonesia yang disebut termasuk dalam segitiga emas dalam peredaran napza. Tidak disangkal bahwa peredaran napza tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Jika pada dekade lalu peredaran napza hanya terfokus pada kaum muda dan usia-usia produktif, belakangan ini napza mulai menyusup kedalam kalangan yang lebih luas mulai dari kalangan elit, selebritis, kalangan menengah, dan kalangan bawah, mulai dari usia anak-anak sampai dengan lansia. Fenomena napza bagaikan gunung es (ice berg), artinya yang nampak di permukaan lebih kecil daripada yang tidak kelihatan (di bawah permukaan laut). Pemerintah menyebutkan angka resmi penyalahgunaan napza 0,065% dari dua ratus juta jiwa atau sama dengan seratus tiga puluh jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari dan kawan-kawan pada tahun 1998 menyebutkan bahwa angka sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari angka resmi (dark number=10), atau dengan kata lain bila ditemukan satu orang penyalahguna atau ketergantungan napza artinya ada sepuluh orang lainnya yang tidak terdaftar resmi.(Hawari, 2001) Diasumsikan bahwa bila data pemerintah itu benar, maka paling sedikit jumlah penyalahguna atau ketergantungan napza di Indonesia berjumlah satu
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
koma tiga juta jiwa. Bila diasumsikan setiap penyalahguna atau ketergantungan napza mengeluarkan uang paling sedikit seratus ribu rupiah dalam sehari untuk mengkonsumsi napza, maka biaya yang dikeluarkan minimal seratus tiga puluh milyar per hari (Hawari, 2001). Penelitian yang diakukan oleh Hawari dan kawan-kawan tahun 1998, dari pasien penyalahguna atau ketergantungan napza jenis opiat (heroin) ditemukan angka kematian (mortality rate) mencapai angka 12,16%. Mereka yang mengalami komplikasi medik berupa kelainan paru-paru sebesar 53,73%, gangguan fungsi hati 55,10% dan hepatitis C sebesar 56,53%, sedangkan yang terinfeksi HIV sebesar 33,33% (Hawari,2001). Studi kepustakaan menunjukkan angka kekambuhan cukup tinggi yaitu 43,9%. Metode terapi dan rehabilitasi yang ditentukan oleh Hawari dapat menekan angka kekambuhan hingga 12,21% dan apabila yang bersangkutan taat beribadah maka angka kekambuhan dapat diperkecil lagi yaitu 6,83% (Hawari, 2001). Dari mereka yang mengalami kekambuhan ternyata ada tiga faktor utama sebagai penyebab yaitu faktor teman 58,3%, faktor sugesti (craving) 23,21%, dan faktor frustrasi atau stress 18,43% (Hawari, 2001). Penyalahgunaan dan ketergantungan napza merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulang kali kambuh dan merupakan gangguan mental adiktif (Hawari, 2001). Sebelum tahun 1990 jarang sekali terdengar pusat rehabilitasi napza di Indonesia, tetapi sejak tahun 1997, pusat rehabilitasi napza di Indonesia mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
menjamur. Pada bulan Desember tahun 2000, di Jakarta dan sekitarnya sudah terdaftar sekitar seratus pusat penanggulangan napza. Dengan motivasi, dasar pemikiran, metode, sasaran dan program-programnya yang sangat bervariasi (Somar, 2001). Pada awal tahun 2001, pemerintah Indonesia bertekad mengurangi penyalahgunaan napza secara lebih konfrontatif dan terbuka, dan telah dibentuk suatu badan nasional yang berkoordinasi dengan menteri negara masalah kemasyarakatan, yang disebut BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional). Sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi penyalahgunaan napza yang semakin meningkat, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar setiap rumah sakit tipe A dan B menyediakan unit pelayanan rehabilitasi napza (Anonim, 2001). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Rumah Sakit Jiwa Soeharto Herdjan yang bertindak sebagai rumah sakit jiwa pusat nasional menyediakan unit pelayanan kesehatan untuk pasien penyalahgunaan napza di bagian Puri Nurani, baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Puri Nurani merupakan panti rehabilitasi napza yang terdapat di rumah sakit jiwa Soeharto Herdjan Jakarta (Anonim, 2000). Dalam programnya pusat-pusat rehabilitasi menggunakan berbagai macam metode pendekatan pula, salah satunya adalah terapi detoksifikasi dengan menggunakan obat. Dalam pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan napza tersebut selalu menyertakan para ahli dalam bidangnya masing-masing seperti dokter,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
psikiater, psikolog, sosiolog, rohaniwan, tokoh agama, dan ahli dalam bidang terapi serta pekerja sosial. Terapi (pengobatan) terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan napza terdiri atas dua tahapan yaitu detoksifikasi dan pasca-detoksifikasi (pemantapan) (Hawari,2001). Terdapat berbagai macam cara detoksifikasi yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi pasien dan keluarganya, yaitu : a.) detoksifikasi tanpa anestesi 1.) detoksifikasi dengan pemutusan segera (abrupt withdrawal atau cold turkey) 2.) detoksifikasi simptomatik 3.) detoksifikasi subtitusi b.) detoksifikasi dengan anestesi Detoksifikasi Opiat Cepat dengan Anestesi (D.O.C.A) Peranan seorang apoteker jarang sekali tampak dalam pelayanan rehabilitasi tersebut, sementara obat-obatan yang dipakai dalam rehabilitasi napza menggunakan obat-obat keras yang termasuk dalam golongan psikotropika. Penggunaan
psikotropika
sebagai
sarana
pengobatan
dalam
rehabilitasi
selayaknya diawasi oleh seorang ahli dalam bidang obat-obatan yaitu apoteker, mengingat efek yang tidak diharapkan sangat berbahaya, maka seorang apoteker sebaiknya memberikan pertimbangan atau usulan kepada dokter dalam memilih psikotropika yang akan dipakai dengan dosis yang sesuai. Hal ini sering disebabkan oleh karena seorang apoteker jarang sekali peduli dengan masalah penyalahgunaan napza yang merupakan masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
sangat terkait dengan bidang ilmu yang dimiliki oleh seorang apoteker, sementara fungsinya sebagai pusat informasi penggunaan obat sering kali dirangkap oleh seorang dokter. 1. Rumusan Permasalahan 1. Bagaimana pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien dalam menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ? 2. Bagaimana efek samping yang terjadi dalam terapi detoksifikasi yang diberikan dengan menggunakan psikotropika ? 3. Bagaimana gambaran efek penggunaan psikotropika yang dipakai dalam terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ? 2. Keaslian Penelitian Sejauh yang diketahui peneliti, penelitian yang mempelajari tentang pemilihan psikotropika dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan tentang penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif dengan judul “Profil Penyalahgunaan Psikotropika di Kalangan Mahasiswa Angkatan tahun 1996-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Astinigsingsih, 2001) dan “Pola Pengobatan Terapi Putus Obat (Withdrawal Syndrome) Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif di RS DR. Sardjito Yogyakarta” (Budiarti, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah penggambaran dan pola pengobatan yang dilakukan dalam rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
ketergantungan napza. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lebih menekankan pada analisis kerasionalan penggunaan kombinasi obat, keefektifan kombinasi obat, dan efek samping obat yang digunakan dalam terapi detoksifikasi pasien ketergantungan napza. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik khususnya dalam mengevaluasi pemberian obat pada pasien di panti rehabilitasi. b. Manfaat praktis : 1) Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan rejimen terapetik pada pasien ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani. 2) Informasi yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza, terutama dalam kerasionalan penggunaan psikotropika yang digunakan.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai kerasionalan pemakaian psikotropika dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rehabilitasi pasien ketergantungan napza.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pemilihan kombinasi obat yang diberikan pada pasien detoksifikasi ketergantungan napza. b. Mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan psikotropika tersebut. c. Mengetahui gambaran efek kombinasi obat agar didapatkan efek yang diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif 1. Definisi Narkotika Dan Penggolongannya Narkotika adalah obat atau zat aktif yang bekerja menekan susunan saraf pusat, efek terutama yang ditimbulkan narkotika adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri serta memberikan efek ketergantungan atau adiksi. Digunakan sebagai analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi dalam praktek kedokteran (Maslim, 2001). Menurut undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, yang dinamakan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan, menghilangkan, dan mengurangi rasa nyeri, serta dapat dapat menimbulkan ketergantungan. Yang tergolong narkotika misalnya : opioid, kokain, ganja, morphin, codein, petidin, papaverin . Narkotika terbagi atas tiga golongan,yaitu: a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk tujuan pengobatan karena mempunyai potensi yang sangat kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin, ganja, dan kokain.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang digunakan sebagai pilihan terakhir untuk pengobatan dan dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat menimbulkan sindroma ketergantungan obat. Contoh : morphin, metadon dan opium. c. Narkotika golongan III : Narkotika yang banyak digunakan dalam pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menimkan sindrom ketergantungan obat. Contoh : codein (Asikin, 2002). 2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya Psikotropika adalah zat atau obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi otak, fungsi psikiatrik, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behaviour altering drug), digunakan dalam terapi psikiatrik (Maslim, 2001). Sebenarnya psikotropika baru dikenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yaitu psikofarmaka yang khusus mempelajari psikotropika. Psikotropika mulai berkembang pesat setelah ditemukannya Alkaloid Raulwolfia dan Chlorpromazine yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik (Santoso, 1995). Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu antipsikosis, anti ansietas, antidepresan, dan psikotogenik. Neuroleptik berguna untuk terapi psikosis akut maupun kronik. Antipsikosis ini bekerja mengatasi agresivitas, hiperreaktivitas, dan labilitas emosional pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
pasien
psikosis.
Contoh
psikotropika
adalah
klorpromazin,
mepazin,
asetofenazin, klorprotiksen, haloperidol (Santoso, 1995). Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit psikoneurisis dan berguna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit yang didasari ansietas atau perasaan cemas dan ketegangan mental. Contoh psikotropik golongan ini adalah klordiazepoksid, diazepam, klorazepat, lorazepam, halozepam (Santoso, 1995). Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk terapi mengatasi tekanan mental (depresi mental). Obat ini terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis skizofrenia. Perbaikan depresi ditandai dengan
perbaikan
alam
kesadaran,
bertambahnya
aktivitas
fisik,
dan
kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang baik dan berkurangnya pikiran morbid. Contoh psikotropik jenis ini adalah imipramine, amoxapine, meclobemide, citalopram, trazodone (Santoso dan wiria, 1998). Psikotogenik ialah obat yang menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat menimbulkan psikosis. Psikosis toksik memang dapat timbul setelah pemberian berbagai jenis obat, tetapi obat baru digolongkan psikotogenik jika dapat menimbulkan keadaan psikotik tanpa delirium dan disorientasi. Contoh psikotropika jenis ini adalah meskalin dietilamid asam lisergad (Santoso, 1995). Menurut undang-undang psikotropika no.5 tahun 1997, psikotropika diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
a.
Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi amat kuat menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh : 3,4 methylenedioxy methamphenthamine (mdma), dietilamid asam lisergad (lsd). b.
Psikotopika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amphetamine, fenisiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfemidad (ritalin). c.
Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : fenobarbital, dan flunitrazepam d.
Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam, klobazepam, bromazepam, klonazepam, klordiazepoksid, nitrazepam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
3. Zat Adiktif Zat adiktif adalah zat atau bahan yang dapat menimbulkan gejala ketagihan atau adiksi (addiction) (dependention). Zat adiktif
dan
ketergantungan
atau
dependensi
terbagi atas beberapa jenis dan pembagiannya
berdasarkan cara pemakaian bahan tersebut seperti diminum (alkohol), dihirup (solvent), dimakan (magic mushrooms) (Sudirman, 2000).
B. Penyalahgunaan Napza Penyalahgunaan napza menurut organisasi kesehatan dunia adalah pemakaian napza yang berlebihan, secara terus-menerus atau berkala di luar maksud medis atau pengobatan. Menurut Depkes RI,
penyalahgunaan napza
adalah pemakaian zat terus-menerus atau berkali-kali secara berlebihan dan tidak menurut petunjuk dokter. Penyalahgunaan napza dapat menimbulkan gangguan tertentu pada seseorang baik fisik maupun psikologik yang diikuti bahaya yang tidak diinginkan (Hawari, 2000). Manifestasi penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut yaitu, terdapat tanda-tanda pemakai obat (penyalahgunaan obat), terjadinya keadaan putus obat (withdrawal syndrome atau sindroma abstinentia), terjadinya kelebihan dosis akut, adanya komplikasi medik (penyulit kedokteran), dan komplikasi lainnya (sosial dan legal) (Asikin,2002). Asas manfaat dan resiko penggunaan psikotropika adalah, penggunaan psikoropika yang rasional akan mengakibatkan meredanya sasaran gejala dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
memberikan peluang untuk integrasi biologis dan sosial terapi psikososial akhirnya pemulihan dari keadaan sakit (Asikin,2002 ). Penggunaan psikotropika yang tidak rasional akan mengakibatkan ketergantungan obat dan disintegrasi biologis psikologis dan sosial terjadi disabilitas akhirnya cacat yang makin lama makin berat (Maslim, 2000). Ketagihan napza adalah keadaan dimana seseorang secara psikologis merasa ingin untuk menggunakan atau memakai kembali napza (Rahardja, 2002). Ketergantungan napza adalah keadaan ketergantungan fisik maupun psikologik, yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus obat (Rahardja, 2002). Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Zat atau bahan yang dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut : a. keinginan yang tak tertahankan (unpowering desire) terhadap zat yang dimaksud, dan jika perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya. b. kecenderungan untuk menambah takarannya (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh. c. ketergantungan psikik (psychological dependence), apabila pemakaian zat dihentikan akan timbul kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-lain gejala psikik. d. ketergantungan fisik (physical dependence), apabila pemakaian zat ini dihetikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal syndrome) (Hawari, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
1. Ciri-ciri penyalahguna napza Ciri-ciri remaja atau anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami gangguan atau ketergantungan terhadap napza, adalah sebagai berikut: a. sifat mudah kecewa dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif. b. perasaan rendah diri (low self-esteem). c. tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan. d. suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko berbahaya berlebihan. e. cepat bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. f.
hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan.
g. keterbelakangan mental. h. cenderung mengalami gangguan kejiwaan, seperti kecemasan, obsesi, apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stress atau sebaliknya hiperaktif. i.
kurangnya motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan atau bidang lapangan lainnya (Alatas, 2001).
2. Tingkatan ketergantungaan napza Secara umum ketergantungaan terhadap napza dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut : a. Ketergantungan primer, ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
b. Ketergantungan simptomatis, Ketergantungan simptomatis adalah penyalahgunaan napza sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian psikopatik (anti-sosial), kriminal, dan pemakaian napza untuk kesenangan semata. c. Ketergantungan reaktif, Ketergantungan reaktif adalah terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer group pressure) (Hawari,1999). Dilihat dari kebutuhan pemakaiannya, penyalahgunaan napza dapat digolongkan menjadi: a. pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti menggunakan dan sebagian lain meneruskan pemakaian. b. pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya. c. pemakaian situasional (situational use), pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan) dengan maksud menghilangkan perasaan tersebut. d. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai salah satu pola penggunaan yang bersifat patologik atau klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
e. ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya (Asikin, 2002). 3. Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza dapat diterangkan
dengan
tiga
pendekatan,
yaitu
pendekatan
organobiologik,
psikodinamik, dan psikososial (Hawari, 2000). a. Pendekatan organobiologik Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat) mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan) hingga depedensi (ketergantungan) napza dikenal dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik akibat napza atau sindrom otak organik akibat napza, dan gangguan penggunaan napza termasuk didalamnya pengertian penyalahgunaan napza atau ketergantngan napza, yang lebih banyak menyoroti berbagai kelainan perilaku (behavior disorder) yang berkaitan dengan penggunaan napza yang mempengaruhi susunan saraf pusat (Hawari, 2000). Teori yang mengemukakan tentang proses terjadinya adiksi (ketagihan) dan depedensi (ketergantungan) pada penyalahgunaan napza, antara lain sebagai berikut : 1) Conditioning
theory
berpendapat
bahwa
seseorang
akan
menjadi
ketergantungan terhadap napza apabila ia terus menerus diberi napza tersebut. Hal ini sesuai dengan teori adaptasi seluler (neuro-adaptation), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel saraf bekerja keras. Jika napza dihentikan, sel-sel yang masih bekerja keras tadi mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
keausan, yang dari luar nampak sebagai gejala-gejala putus napza. Gejala ini memaksa orang untuk mengulangi pemakaian napza tersebut, demikianlah seterusnya (Hawari, 1999). 2) Kebanyakan napza berinteraksi dengan cara yang khas pada tempat sasaran dalam suatu sistem biologik di otak. Tempat itu dalam farmakologi disebut sebagai reseptor. Interaksi napza dengan reseptor biasanya bukan merupakan ikatan kovalen kimiawi, melainkan suatu interaksi yang lebih lemah (Hawari, 1999). 3) Gen berperan dalam ketergantungan terhadap alkohol, tetapi untuk jenis-jenis lainnya faktor gen sebagai etiologis masih lemah. Dalam hubungan dengan hal ini , secara umum contoh orang tua (parenteral example) lebih penting dari pada gen (sifat turunan) orang tua (parental genes) (Hawari, 1999). b. Psikodinamik Hasil penelitian Hawari pada tahun 1998 tentang penyalahgunaan napza menyatakan bahwa seseorang akan terlibat penyalahgunaan napza dan dapat sampai pada ketergantungan napza, apabila pada itu sudah ada faktor predisposisi, yaitu faktor yang membuat seseorang cenderung menyalahgunakan napza(Hawari, 2000 ). Adanya faktor predisposisi ini belum cukup sehingga diperlukan faktor lain yang berperan serta dalam penyaahgunaan dan ketergantungan napza, yang disebut dengan faktor kontribusi (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Bila faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini sudah ada, maka diperlukan lagi faktor yang mendorong terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yaitu faktor pencetus (Hawari, 2001 ). Dalam penelitian lebih lanjut disebutkan bahwa yang termasuk faktor predisposisi adalah gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribaian (anti-sosial), kecemasan, dan depresi. Sedangkan yang termasuk faktor kontribusi adalah kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga. Yang termasuk faktor pencetus adalah pengaruh teman sebaya dan napza itu sendiri (Hawari, 2001). Proses terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza adalah hasil dari interaksi antara faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus yang dapat dilihat dalam bagan berikut (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Faktor kontribusi
Faktor predisposisi
4. kondisi keluarga 4.1 keutuhan keluarga 4.2 kesibukan orang tua 4.3 hubungan interpersonal
1.
gangguan kepribadian (antisosial) 2. kecemasan 3. depresi.
Faktor pencetus Teman kelompok (+NAPZA)
Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA
Ketergantungan NAPZA
Ketergantungan NAPZA
gambar 1. Skema terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza (Hawari, 2001)
C. Zat Yang Biasa Disalahgunakan, Gejala, Resiko, Dan Cara Pemakaian 1. Narkotika Penyalahgunaan obat yang termasuk narkotika biasanya dilakukan oleh pengguna (user) yang telah lama melakukan penyalahgunaan obat. Gejala kelebihan dosis obat yang termasuk dalam golongan narkotika secara umum di tunjukkan dengan tiga gejala klasik, yaitu terjadinya pinpoin (pupil mata mengecil), pernapasan satu-satu dan koma. Sedangkan gejala-gejala kondisi putus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
obat ditandai dengan timbulnya agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, dan nyeri kepala. Bila pemakaiannya sangat banyak atau dalam dosis sangat tinggi maka akan terjadi konvulsi (kejang) dan koma. Keluar airmata (lacrimasi), keluar air dari hidung (rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkay, pupil yang berdilatasi, tekanan darah yang meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh yang sangat tinggi), gelisah, cemas, tremor, dan kadang-kadang psikosis toksik juga sering kali terjadi (Wresniwiro, 2000). a. Golongan Opiat. Sumber utama narkotik alami, berasal dari tumbuh-tumbuhan tahunan, berupa tumbuhan jenis terna di antaranya yang paling ternama adalah Asian poppy. Opioid adalah segolongan zat baik yang alamiah, semi sintetik, maupun sintetik yang kasiatnya dalam bidang kedokteran adalah sebagai analgetika (Yanny,2001). Ada juga yang menyatakan, opioid atau opiat merupakan hasil eksudat dan resin tanaman papaver putih (white poppy). Efek klinis lainnya adalah dapat menurunkan susunan saraf pusat, menurunkan sensasi nyeri, menunkan emosi, nyeri penurunan respirasi, sedasi, menimbulkan rasa lemah, miosis, mual atau muntah, konstipasi, pucat, euforia,pusing, drowsiness. Biasanya obat-obatan ini secara umum digunakan dengan cara dihisap, injeksi, peroral. (Suwarso, 2002). Opium adalah getah berwarna putih susu yang keluar dari kotak biji tanaman Papaver somniferum (candu) yang belum masak. Dulu opium banyak digunakan untuk menghentikan diare, namun sekarang lebih banyak diolah untuk menghasilkan morfin dan kodein murni yang digunakan dalam bidang kedokteran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Opioid semisintetik adalah opioid yang diperoleh dari opioid alamiah dengan perubahan sedikit kimiawi. Salah satu opioid semi sintetik yang paling dikenal adalah heroin. Heroin atau diamorphine adalah candu yang berasal dari opium poppy (Papaver somniferum). Candu merupakan zat kebal tubuh yang efektif dengan pengaruh penenang diri (sedatif), dengan menekan sistem saraf termasuk berpengaruh dalam memperlambat pernafasan dan memperlambat detak jantung, juga dapat memperbesar pembuluh darah tertentu, menciptakan perasaan hangat dan mengurangi diare. Ciri khusus pada pengguna candu adalah tertariknya atau terbatasnya bola mata (miosis). Beberapa zat turunan yang tergolong dalam kelompok ini adalah dilaudid, perkodan, etorfin (Yanny,2001). Opioid sintetik bekerja dengan mekanisme kerja yang sama dengan morfin, meski begitu opioid sintetis tidak memiliki hubungan secara struktural dengan morfin. Zat-zat yang tergolong dalam kelompok opioid sintetik adalah meperidin (Demerol, Petidin), propoksifen (Darvon) (Yanny, 2001). b. Ganja (Cannabis). Nama yang sering digunakan adalah : grass, cimeng, ganja, dan gelek. Penggunaan napza jenis ini dengan dihisap, dengan cara dipadatkan lalu digulung menyerupai rokok atau bisa juga dengan menggunakan pipa rokok (Sudirman, 2000). Ada beberapa jenis tanaman ini yang mempunyai efek sama tergantung pada iklim, keadaan tanah tempat cannabis itu ditanam dan kapan cannabis itu dipetik. Ganja dapat tumbuh hampir di semua tempat di seluruh penjuru dunia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
ada beberapa negara yang tidak melarang adanya pertumbuhan tanaman sejenis ini (Sudirman, 2000). Efek dari ganja tergolong sangat cepat, efek yang ditimbulkan oleh ganja adalah : cenderung merasa lebih santai, euforia atau rasa gembira yang berlebihan (mudah tertawa), perasaan waktu berlalu lambat, sering berfantasi, aktif berkomunikasi, mempunyai selera makan yang tinggi, lebih sensitif pada suatu hal yang sedang mereka hadapi, denyut nadi bertambah cepat, suhu badan naik, kering pada mulut dan tenggorokan (Sudirman, 2000) Ciri-ciri yang mencolok pada orang yang keracunan ganja terdapat pada mata yang memerah dan bola mata yang turun. Pada pemakaian yang berlebihan cenderung akan membuat mereka merasa lemas, paranoia, perasaan gelisah yang berlebihan, rasa cemas, curiga yang tidak wajar, mengalami gangguan persepsi serta halusinasi dan konsentrasi terganggu. Tidak jarang juga dijumpai adanya flash back pada pemakai dengan intensitas pemakaian tinggi. Tetapi tidak jarang pada pemakaian cukupan atau banyak sudah mengalami gangguan persepsi serta gangguan mental lainnya (Sudirman, 2000). Bahaya yang ditimbulkan pada pemakaian napza jenis ini adalah : sesak nafas, bronkhitis dan kanker paru-paru. Efek samping ini timbul karena kadar tar yang sangat tinggi melebihi kadar tar yang ada pada tembakau. Tidak dapat disangkal bahwa hampir setiap orang yang terlibat napza jenis yang lebih berat, seperti heroin hingga pada taraf ketergantungan berawal dari penggunaan ganja (Sudirman, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
c. Kokain Nama populer dari kokain adalah putih, koka, coke, charlie, srepet, salju. Bentuk dari jenis ini berupa bubuk putih. Cara pemakaiannya adalah dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang memiliki permukaan yang rata, kemudian dihirup dengan menggunakan alat penyedot, seperti sedotan atau dengan cara dibakar dengan tembakau, yang sering disebut dengan cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya, yang populer disebut dengan freebasing (Sudirman, 2000). Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa dari pemakaian kokain ini mambuat si pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah (Sudirman, 2000). Bagi yang menggunakan jenis ini secara terus menerus dan sudah mencapai taraf kecanduan, si pemakai akan susah mengontrol banyaknya dosis yang mereka konsumsi dan pada saat mereka berhenti memakai secara sengaja atau tidak sengaja ia akan menjadi lemas, tidak bergairah, lupa ingatan dan turunnya berat badan secara drastis. Juga menyebabkan si pemakai merasa gelisah, ketakutan berlebihan (paranoia), rasa cemas yang berlebihan dan susah tidur. Biasanya si pemakai jenis ini akan sulit untuk dapat menolong dirinya sendiri, karena penggunaan kokain akan menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan (Sudirman,2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Cara kerja kokain yaitu dengan mempengaruhi susunan saraf pusat, menimbulkan gangguan pada otak, timbul pengaruh pada kesadaran, akan timbul waspada berlebihan, perubahan elektrisitas atau listrik di otak. Timbul semacam reaksi pada hormon yang akan mengakibatkan ada kelainan pada manusia, kemudian menimbulkan euforia (Sudirman, 2000). 2. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. a. Stimulansia Dalam dosis rendah stimulantia menimbulkan peninggian kewaspadaan (increased alertness), perasaan segar-nyaman (well being), dan penekanan nafsu makan (anorexic). Toleransi terhadap efek-efeknya yang timbul cepat menyebabkan ketergantungan efeknya juga timbul dengan cepat, dan tidak jarang menimbulkan episode psikotik sesudah pemakaian dosis tinggi yang lama. Dalam bidang kedokteran digunakan dalam pengobatan narkolepsi, obesitas (karena efek penekanan nafsu makan), dan pengobatan keadaan depresi (Sudirman, 2000). Gejala kelebihan dosis ditunjukkan dengan adanya perasaan panik, delirium, agitasi, euforia, dan sibuk seperti ingin perang. Bila belum ada toleransi dapat terjadi pula hyperpyrexia, arrhytmia, hipertensi, dan pelebaran pupil. Pada klien-klien dengan riwayat pemakaian yang lama dan dosis tinggi, tidak jarang terjadi halusinasi dan kecurigaan (paranoid idenation). Pemakaian secara intravena dapat disertai dengan kerusakan arteriole ginjal. Kelebihan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
biasanya dapat menimbulkan kejang-kejang, kolaps sirkulatoir, perdarahan otak dan koma, juga dapat berakibat kematian. Gejala putus obat ditunjukkan dengan terjadinya keadaan depresi yang berat sesudah toksik akut, berkurangnya nafsu makan, combativeness, kecenderungan suicidal dan tidur untuk waktu yang lama (Wresniwiro, 2000). b. Amfetamin Nama lain dari zat adiktif ini adalah : speed, uppers, whizz, billy dan sulphate. Jenis ini merangsang rasa gelisah dan membuat si pemakai susah tidur, bernafas cepat seperti habis lari dan jantung berdebar-debar. Juga membuat si pemakai merasa sangat energik terkadang membuat rasa kelelahan yang berlebihan dan menimbulkan rasa percaya diri. Pemakaian dalam dosis kecil jenis ini dapat mempengaruhi suasana hati secara drastis, apatis, temperamental, mengakibatkan iritasi pada kulit dan tidak dapat beristirahat dengan tenang, karena jenis ini memberikan energi ekstra yang sesaat tetapi pada hari berikutnya setelah efek rasanya hilang si pemakai akan mengalami gangguan daya ingat untuk sementara waktu (Sudirman, 2000). Ciri-ciri orang yang keracunan zat ini, seperti: rasa gembira, rasa harga diri meningkat, banyak bicara, waspada berlebihan, denyut jantung cepat, pupil mata melebar, tekanan darah naik, berkeringat atau rasa dingin, mual hingga muntah, emosi yang tidak stabil, gangguan daya nilai realita (Sudirman,2000) Pemakaian terus-menerus dalam jangka yang panjang akan menyebabkan si pemakai insomnia, timbul rasa ketakutan yang berlebihan dan gangguan ringan pada kejiwaan. Fisik si pemakai akan berangsur-angsur memburuk karena kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
tidur dan kurang makan, pemakaian yang sangat berat akan menimbulkan depresi. Ada yang berbentuk bubuk berwarna putih dan keabu-abuan, digunakan dengan cara dihirup atau disuntikkan. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air. Penggunaan dengan cara menyuntik jika jarum suntiknya digunakan secara bersama-sama akan mengakibatkan tertularnya virus HIV, Hepatitis A, B, C dan infeksi lainnya. Efek yang timbul karena zat ini menyerang saraf pusat dan juga dapat menyerang jantung, mengakibatkan rasa berdebar dan nyeri di dada juga pada pernafasan akan menimbulkangangguan pada pencernaan, seperti kram perut dan rasa mual (Sudirman, 2000). Pada fase pemutusan obat si pemakai akan mengalami suatu kondisi yang sangat mengganggu karena keinginan yang kuat akan pemakaian obat tersebut. Pada saat ini perlu ada dukungan yang kuat atau treatment dalam bentuk psikoterapi (terapi kejiwaan), diperlukan suatu bimbingan yang cukup panjang agar si pemakai tidak memakai kembali (Sudirman, 2000). c. Metamfetamine Metamphetamine atau lebih dikenal dengan nama shabu-shabu menyerang saraf dan menimbulkan efek rasa gelisah, sulit tidur pernafasan pendek, jantung berdebar, si pemakai akan merasa enerjik dan kehilangan nafsu makan (Sudirman, 2000). Efek farmakodinamik metamfetamin serupa dengan amfetamin, bedenya pada perbandingan antara efek sentral dan efek perifer (Setiawati,1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
d. Sedativa Hipnotika Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagi obat tidur (sedativa/hipnotika) yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau senyawa lain yang khasiatnya sama. Golongan ini tidak termasuk narkotika melainkan termasuk psikotropika golongan IV (Hawari, 2001). Golongan sedativa/hipnotika ini sangat membantu bagi pengobatan mereka (klien) yang menderita stress dengan gejala-gejala kecemasan dan gangguan tidur (insomnia). Penggunaan obat jenis ini harus di bawah pengawasan dokter dan hanya dibeli dengan resep dokter di apotik (golongan daftar G) (Hawari, 2001). Penggunaan sedativa/hipnotika izin yang seharusnya sebagai pengobatan (medicine) bila disalahgunakan dapat juga menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan), apalagi bila dosisnya melampaui batas (overdosis) (Hawari, 2001). Penyalahgunaan napza jenis ini dapat menimbulkan gangguan mental bagi pemakainya dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1) Gejala Psikologik: Emosi labil, hilangnya hambatan dorongan atau impulse seksual dan agresif. Yang bersangkutan kehilangan pengendalian diri sehinggan sering terlibat tindak kekerasan dan hubungan seks bebas sampai pada pemerkosaan. mudah tersinggung dan marah, banyak bicara (melantur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2) Gejala Neurologik (saraf) : Pembicaraan cadel (slurred speech), gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak mantap, dan gangguan perhatian dan daya ingat. 3) Efek perilaku maladaptif Perilaku maladaptif adalah perilaku tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya gangguan daya nilai realitas, perkelahian, halangan/hendaya (impairment) dalam fungsi sosial atau pekerjaannya dan gagal bertanggungjawab (Hawari, 2001). Bagi mereka yang sudah ketagihan napza jenis ini, bila pemakaiannya dihentikan akan timbul gejala-gejala putus sedativa/hipnotika yaitu berupa gejalagejala ketagihan dan ketergantungan sebagai berikut : mual dan muntah, kelelahan umum atau keletihan, hiperaktivitas saraf otonom, misalnya berdebar-debar, tekanan darah naik dan berkeringat, kecemasan (rasa takut dan gelisah), gangguan alam perasaan (afektif/mood) atau iritabilitas, misalnya murung, sedih atau mudah tersinggung dan marah, hipotensi ortostatik (tekanan darah rendah bila yang bersangkutan berdiri), dan tremor kasar (gemetar) pada tangan, lidah dan kelopak mata (Hawari, 2001) Sindrom
putus
sedativa/hipnotika
merupakan
gejala
yang
tidak
mengenakkan baik secara psikis maupun fisik, untuk mengatasinya yang bersangkutan harus menelan tablet sedativa/hipnotika dengan dosis semakin bertambah dan semakin sering (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
3. Zat Adiktif Solvents atau yang sering disebut dengan uap gas biasa digunakan dengan cara dihirup, merupakan jenis zat adiktif yang dapat diperoleh di mana saja. Dan biasanya yang memakai zat ini adalah orang yang hanya mau mencoba dari kalangan bawah dan sering ditemukan pada usia di bawah umur (Sudirman, 2000). Inhalant atau solvents merupakan peralatan rumah tangga atau hasil produksi industri, jika dihirup melalui melalui hidung atau dihisap melalui mulut, dapat dengan cepat mengakibatkan keracunan zat (mabuk) (Anonim, 1999). Penggunaan
solvents dalam jangka waktu yang panjang dapat
mengakibatkan kerusakan organ secara permanen (seperti kerusakan hati, sumsum tulang, jantung). Ketergantungan solvents yang cukup berat pada masa kehamilan dapat berakibat serius terhadap janin dan hampir sama dengan sindrom keracunan alkohol (seperti kerusakan otak, kerusakan wajah, dan pertumbuhan terhambat). Resiko untuk cidera maupun kematian cukup besar dapat terjadi pada orang menyalahgunakan
solvents.
Jika
anak-anak
atau
remaja
yang
kurang
berpengalaman mengalami keracunan solvents akan melakukan tindakan yang berbahaya maupun tindakan yang gegabah. Kematian juga dapat terjadi sebagai akibat serangan jantung, kejang dan muntah-muntah karena sakit kepala yang hebat (Anonim a, 1999). Ciri-ciri orang yang keracunan karena pemakaian solvents antara lain : rasa gembira, agresivitas, emosi yang tidak stabil, sehingga mudah berkelahi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
gangguan daya ingat, halusinasi ringan, bicara cadel, kekurangan zat asam sehingga kulit membiru, pusing (Sudirman, 2000). Contoh dari solvents antara lain : amyl nitrite atau butyl nitrite (pada pembersih head video), benzene (pada bensin), butane atau propane (pada isi korek gas dan hair spray atau cat pilox), freon (pada lemari es), methylene chloride (pada penghapus cat), nitrous oxyde, toluene (pada penghapus cat, bensin, tipe-ex), trichlorethylene (Leshner, 2000). Walaupun solvents dapat ditemukan di tempat umum dan dijual bebas tetapi akan sangat berbahaya jika disalahgunakan, reaksi jenis ini sangat cepat dan hilangnya reaksi juga sangat cepat. Solvents dapat menyebabkan si pemakai pusing, kepala berputar-putar, halusinasi ringan, penglihatan berputar-putar, mual, muntah dan pada akhir dari semua efek tersebut, si pemakai dapat merasakan pusing yang berkepanjangan dan dapat mengganggu fungsi jantung (Sudirman, 2000). Solvents bekerja dengan mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Pertama ia akan mempengaruhi
pada bagian luar otak dan kemudian
mempengaruhi pada bagian batang otak. Cara kerja yang persis dalam hal biokimia belum diketahui dengan jelas tetapi perlu diketahui bahwa efeknya hampir sama dengan anastesi gas (sejenis gas yang digunakan untuk anastesi), karena dia mempunyai sifat menekan otak. Kemungkinan efek keracunan pada otak adalah terjadinya hipoksia (kurang oksigen di dalam otak) yang dapat menimbulkan kematian mendadak karena dosis yang tidak jelas dan perbedaan daya tahan. Kematian pada pengguna zat ini bisa secara perlahan-lahan, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
ketidakteraturan kerja jantung dan tertekannya sistem pernafasan (Sudirman, 2000). Tidak ada gejala-gejala yang khas pada penggunaan solvents, kita bisa mengetahui dari riwayat pemakaian zat ini dan adanya bau yang spesifik dari pernafasan. Pengguna mengeluh adanya perasaan berdebar-debar, pusing, ada gangguan pada pernafasan, mata merah, bau dari pernafasan, kerusakan pada saraf, dan jika diperiksa fungsi liver akan ada gangguan (Sudirman, 2000).
D. Penatalaksanaan Ketergantungan Napza 1. Konsep dasar penatalaksanaan Dalam bidang kedokteran, penatalaksanaan bermakna terapi dan tindakan – tindakan yang terkait dengannya. Umumnya tujuan terapi ketergantungan napza adalah sebagai berikut : a. Abstinensia Abstinensia atau penghentian total pengguna napza. Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal, namun sebagian besar pasien tidak mampu atau tidak bermotivasi untuk mencapai sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal. b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Tujuan
utamanya
adalah
mencegah
relaps,
bila
pasien
pernah
menggunakan satu kali saja setelah abstinensia, maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kesalahannya, dan ia telah dibekali keterampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan mencoba bertahan untuk selalu abstinen. Program pelatihan keterampilan mencegah relaps (relaps prevention
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
program), terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy), opiate antagonist maintenance therapy dengan naltrexone merupakan beberapa alternatif untuk mencapai tujuan ini. c. Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi sosial Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan metadon, syringe exchange program merupakan pilihan untuk mencapai tujuan terapi jenis ini. Terapi medik ketergantungan napza meruoakan kombinasi psikofarmakoterapi dan terapi perilaku. Meskipun telah dipahami bahwa banyak faktor yang terlibat dalam terapi ketergantungan napza, namun upaya penyembuhan ketergantungan napza dalam konteks medik tetap selalu diupayakan (Husin, 2002). Seperti diketahui, terapi medik ketergantungan napza terdiri atas dua fase sebagai berikut : 1) Detoksifikasi Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi ketergantungan opioida dan merupakan intervensi medik jangka singkat. Bila terapi detoksifikasi diselenggarakan secara tunggal, misalnya hanya berobat jalan saja, maka kemungkinan relaps lebih besar dari 90 %. Tujuan terapi detoksifikasi opioida adalah : a) Untuk mengurangi, meringankan, atau untuk meredakan keparahan gejala-gejala putus zat. b) Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk menggunakan zat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
c) Mempersiapkan proses lanjutan
yang dikaitkan dengan modalitas
terapi rumatan. Berdasarkan
lamanya
proses
berlangsung,
terapi
detoksifikasi
dibagi atas : a) Detoksifikasi jangka panjang (3 – 4 minggu) seperti dengan menggunakan metadon. b) Detoksifikasi jangka sedang (3 – 5 hari) : naltrexone, midazolam, klonidin. c) Detosifikasi cepat (6 jam sampai 2 hari) : rapid detox Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi napza cukup banyak. Di Indonesia, sebagian dokter/psikiater masih menggunakan terapi detoksifikasi konservatif seperti penggunaan obat simptomatik (analgetika, anti insomnia, dan lainnya), bahkan beberapa psikiater masih menggunakan berbagai bentuk neuroleptika dosis tinggi, yang di negara maju sudah ditinggalkan (Husin, 2002). 2) Rumatan (perawatan). Terapi rumatan ketergantungan opioida bertujuan antara lain untuk : a) Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap opioida b) Mencegah relaps (menggunakan zat adiktif kembali). c) Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat penggunaan opioida. d) Rekonstruksi kepribadian Tujuan farmakoterapi rumatan pasca detoksifikasi adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
a) Menambah holding power untuk pasien yang berobat jalan sehingga menekan biaya pengobatan. b) Menciptakan suatu window of opportunity sehingga pasien dapat menerima intervensi psikosal selama terapi rumatan dan mengurangi resiko. c) Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama menggunakan terapi rumatan. Kedua bentuk fase terapi ini merupakan suatu proses berkesinambungan, runtut, dan tidak dapat berdiri sendiri (Husin, 2002). 2. Penatalaksanaan untuk ketergantungan napza Terapi atau pengobatan terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan napza haruslah rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi medik, psikiatrik, sosial, dan agama. Terapi terdiri dari dua tahapan, yaitu detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup komponen-komponen sebagai berikut : a. Terapi Detoksifikasi Terapi detoksifikasi adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun (toksin) napza dari dalam tubuh klien penyalahguna dan ketergantungan napza. Metode detoksifikasi ini tidak hanya berlaku untuk napza jenis opiat (heroin) saja melainkan berlaku juga untuk napza jenis lainnya seperti ganja, kokain, alkohol, amphetamine, dan zat adiktif lainnya (Hawari, 2001). Dalam terapi detoksifikasi ini digunakan jenis obat-obatan golongan major transquilizer yang ditujukan terhadap gangguan sistem neuro-transmitter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
susunan saraf pusat (otak). Pemikiran rasional penggunaan obat golongan major transquilizer ini adalah bahwa gangguan mental dan perilaku yang dikategorikan dalam gangguan mental organik yang ditandai dengan gejala-gejala gangguan jiwa (psikosis organik). Kategori psikosis ini dapat dilihat dengan adanya gangguan pada daya nilai realitas (reality testing ability/RTA) yang buruk serta pemahaman diri (insight) yang buruk pula pada klien penyalahguna atau ketergantungan napza (Hawari, 2001). Metode detoksifikasi yang digunakan oleh Hawari pada pasien ketergantungan di panti rehabilitasinya adalah menggunakan sistem blok total (abstinentia totalis), artinya klien penyalahguna atau ketergantungan napza tidak boleh lagi menggunakan napza atau turunannya (derivates), dan juga tidak menggunakan obat-obatan sebagai pengganti atau substitusi (substitution) (Hawari, 2001). Terapi detoksifikasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan kondisi pasien dan keluarganya, yaitu : 1) Detoksifikasi tanpa anestesi a. Detoksifikasi dengan pemutusan segera Merupakan cara yang paling klasik, program ini dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit. Caranya yaitu pasien dihentikan secara total dari opioid (putaw) dan membiarkan pasien mengalami gejala-gejala putus zat (tanpa diberikan obat penawar atau obat pengganti). Gejala putus zat ini akan muncul pada hari kedua atau ketiga. Bila perlu pasien diisolasi ketat dari lingkungannya selama 7 – 10 hari, yaitu saat proses detoksifikasi telah dilalui (Asikin, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
b. Detoksifikasi simptomatik Jenis detoksifikasi ini juga dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit. Caranya sama dengan detoksifikasi pemutusan segera, perbedaannya pada pemberian obat untuk mengatasi gejala putus zat saja (Asikin, 2002). Gejala-gejala yang diduga akan muncul diberikan penawarnya : 1. rasa nyeri : diatasi dengan berbagai analgetik seperti parasetamol, asam mefenamat, tramadol, injeksi toradol. Dosis yang diberikan kadang lebih tinggi dari dosis penghilang nyeri pada umumnya. 2. Insomnia : dapat diberikan golongan benzodiazepin (hipnotik-sedativ) seperti estazolam, triazolam, nitrazepam, atau injeksi midazolam. 3. Depresi : diberikan anti depresan 4. Ansietas : dapat diberikan derivat benzodiazepin (clobazam) dan non benzodiazepin (buspiron). 5. Diare : terutama diare berat (lebih dari lima kali sehari) atau yang disertai dengan kesulitan makan atau minum, dapat diberikan loperamid 6. Mual atau muntah : dapat digunakan motor regulator (sulpirid) dengan dosis 20 – 50 mg diberikan tiga kali sehari. Proses detoksifkasi dilakukan selama 7 – 10 hari, pasien perlu didampingi dalam melakukan proses detoksifkasi ini ( Asikin, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
c.
terapi subtisusi berbagai subtitusi yang dapat dipilih : 1. metadon 2. klonidin 3. buprenorfin 4. pentazocin 5. kodein
2) Detoksifikasi cepat dengan anestesi (Asikin, 2002). b.
Terapi Medik-Psikiatrik (Psikofarmaka) Gangguan mental dan perilaku ini masih berlanjut meskipun napza sudah
hilang dari tubuh setelah menjalani terapi detoksifikasi. Proses mental adiktif masih berjalan, artinya rasa ingin (craving) masih belum hilang sehingga kekambuhan dapat terulang kembali (Hawari, 2001). Untuk mengatasi gangguan di atas, maka digunakan obat-obat yang berkhasiat mengatasi gangguan dan memulihkan fungsi neuro-transmiter pada susunan saraf pusat (otak), dengan psikofarmaka. Dengan terapi psikofarmaka gangguan mental dan perilaku dapat diatasi (Hawari, 2001). Obat-obat yang digunakan dalam terapi psikofarmaka adalah sebagai berikut: 1) Obat Antipsikosis Obat antipsikosis mempunyai sinonim, antara lain neuroleptik, major tranquilizer, ataractics. Obat yang paling sering digunakan dalam golongan obat antipsikosis ini adalah Chlorpromazine (CPZ) (Maslim, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut antipsikosis berdasarkan efek terapi yang ditimbulkan adalah antipsikosis konvensional atau tradisional atau tipikal (Typical Anti Psychotics) dan antipsikosis generasi baru atau yang biasa disebut antipsikosis atipikal (Atypical Anti Psychotics) (Maslim, 2001). a. Antipsikosis Tipikal Terutama efektif mengatasi simptom positif, pada umumnya dibagi lagi dalam sejumlah kelompok berikut: 1. derivat
fenotiazine:
klorpromazine,
levomepromazine,
dan
triflupromazine (siquil)-thioridazine dan periciazine-perfenazine dan flufenazine-perazine (taxilan), trifluoperazine, proklorperazine (stemetil), dan thietilperazine (Torecan) 2. derivat thioxanthin: klorprotixen (Truxal) dan zuklopentixol (cisordinol) 3. derivat butirofenon: haloperidol, bromperidol, pipamperon, dan droperidol 4. derivat butilpiperidin: pimozida, fluspirilen, dan penfluridol b. Antipsikosis Atipikal Obat-obatan atipikal ini sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin, dan quentizapin (seroquil) bekerja efektif melawan simptom-simptom negatif, yang praktis kebal terhadap obat-obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan, khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda (Rahardja, 2002). Mekanisme kerja obat antipsikosis tipikal adalah mem-blokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptikneuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat antipsikosis yang baru (atipikal) selain berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptors”, juga terhadap “serotonin 5 HT2 receptors” (serotonin-dopamine antagonists) (Maslim, 2001). Profil efek samping obat antipsikosis yang sering terjadi adalah : (1). Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa ngantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun). (2). Gangguan otonomik (hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi dan defaksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung). (3). Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas). (4). Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice),
hematologik
(agranulocytosis),
biasanya
untuk
pemakaian jangka panjang. Efek samping ini ada yang cepat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien. Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis antipsikosis (non-dose related) (Maslim, 2001). Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek promer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, peranan utamanya pada efek sekunder (efek samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Obat-obat antipsikosis yang biasa digunakan dalam detoksifikasi ketergantungan napza adalah: (a) Klorpromazine (CPZ) Klorpromazine dapat menimbulkan efek sedasi dengan disertai sikap acuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada pemakaian dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan toleransi terhadap efek sedasi, tergantung dari status emosional pasien (Ganiswarna, 1995) (b) Haloperidol (HLP) Haloperidol adalah golongan butirofenon yang paling umum digunakan. Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazine (Ganiswarna, 1995). Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazine, tetapi memperlihatkan banyak sifat fenotiazine. Pada orang biasa efek haloperidol mirip dengan CPZ. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami ekstasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibandingkan dengan CPZ (Santoso, 1995). 2) Obat Anti-Depresan Obat anti depresan adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa “mood” dengan meringankan atau mengilangkan gejala keadaan murung. Dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
obat anti depresan disebut dengan thymoleptika (Yun. Thymos = suasana jiwa; analepsis = stimulasi) (Tjay, 2002). Teori monoamin menyatakan bahwa depresi diakibatkan karena terganggunya keseimbangan antara neuro-transmiter di dalam otak. Khususnya terutama karena kekurangan serotonin (dan atau noradrenalin) di saraf-saraf otak (Tjay, 2002).
Obat-obat anti depresan dibagi menjadi empat kelompok, yakni : a) Anti depresan klasik Obat-obat ini menghambat reabsorbsi serotonin dan ujung nor adrenalin dari sela sinapsis di ujung-ujung saraf. Anti depresan klasik ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu: 1. zat-zat trisiklik: amitriptilin, doksepin, dan dosulepin, imipramin, desipramin, klomipramin. Obat-obat ini mempunyai struktrur dasar cincin tiga. 2. zat-zat tetrasiklis: maprotilin, mianserin (dan mirtazapin), dengan struktur tetrasiklis. b) Obat-obat generasi kedua Dengan struktur kimia lain, yang menimbulkan lebih sedikit efek samping
khususnya
berkurangnya
efek
pada
jantung
dan
antikolinergis, maka lebih aman pada overdosis dan pada lansia. Obatobat generasi kedua ini juga dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
1.SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor): fluvoxamine, fluoxetin, paroxetin, sertralin, dan citalopram. Trazodon juga mengahambat serotonin, tetapi juga bekerja sebagai anti serotonin. 2.NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepresant): mirtazapin, dan venlafxin. Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari baik serotonin maupun noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada obatobat SSRI (Tjay, 2002). c) MAO-blockers Fenelzin dan tranylcypromin (parnate). Obat ini menghambat enzim mono-amino-oksidase (MAO). MAO terdapat dalam dua bentuk: MAO-A dan MAO-B. Kedua obat di atas menghambat kedua bentuk enzim monoamin-oksidase secara irreversibel. Sedangkan obat baru moclobemida mengahambat terutama MAO-A secara reversible tetapi pada overdosis, selektivitasnya hilang (Tjay, 2002). d) Lain-lain Contoh obat pada golongan lainnya seperti: tryptofan, okstriptan dan piridoksin (Tjay, 2002). Mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat re-uptake serotonin dan noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang waktu tersedianya neurotransmiter tersebut (Rahardja, 2002). Secara umum dikatakan mekanisme kerja dari MAO blocker adalah dengan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
1. menghambat “re-uptake aminergik neurotransmiter” 2. menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine Oxidase” sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada sinaps neuron di susunan saraf pusat (Maslim, 2002). Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat anti depresan berupa: 1. sedasi (rasa kantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll) 2. efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, pengelihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia, dll) 3. efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi) 4. efek neurotaksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia) Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari pasien), biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan yang sama. Pada keadaan overdosis dapat timbul “atropine toxic syndrome”dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hipereksia, konvulsi, toxic konvusional state (confusion, dellirium, disorientation) (Maslim, 2001). Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek primer yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping) (Maslim, 2001). 3) Obat Antianxietas Antianxietas adalah obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik penyakit psikoneurisis dan sebagai obat tambahan terapi somatik yang didasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental. Penggunaan antianxietas dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan ketergantungan psikis dan fisik (Ganiswarna, 1998). Obat antianxietas digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: a) Golongan benzodiazepin Benzodiazepin adalah kelompok obat yang paling banyak dideskripsikan sebagai transquilizer dan antianksiolitik, dengan efek yaitu menghalau kecemasan, frustasi, ketegangan dan stress yang banyak terdapat dalam masyarakat maju (Rahardja, 2002) Benzodiazepin
yang
dianjurkan
sebagai
anti
anxietas
adalah:
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam (Ganiswarna, 1995). Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas. Pada dosis layak diazepam menimbulkan depresi pada susunan saraf pusat berupa rasa kantuk (Santoso, 1995) b) Golongan non-benzodiazepin Golongan non-benzodiazepin adalah obat-obat anti anxietas yang tidak termasuk dalam golongan benzodiazepin, seperti: (1). Buspiron Buspiron merupakan contoh dari golongan azaspirodekandion yang potensial berguna dalam pengobatan anxietas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
(2). Meprobamat Menurut Mutschler (1999), meprobamat adalah muskel relaksan. Pemberian biasanya secara oral dan diabsorbsi secara cepat dan sempurna. (3). Valepotriat Valepotriat mempunyai kemampuan menghilangkan rasa takut dan ketegangan, namun tidak memperkuat kerja sedatif maupun alkohol. Valepotriat mempunyai indikasi pada sindrom ketakutan, disregulasi vegetatif, kelemahan untuk berkontak, gangguan sikap, dan penyesuaian diri pada usia lanjut (Mutschler, 1999). Efek samping yang terjadi pada pemakaian anti anxietas adalah seperti: a. Sedasi (rasa kantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif lemah) b. Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dan lain-lain) c. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena): pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll (Maslim, 2001). 4) Obat Anti parkinson Obat-obat parkinson pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni : a) antikolinergika : triheksipenidil, biperiden, orfenadrin, prosiklidin, dan deksetimida (Tremblex). Obat-obat pengganti sintetis ini dari alkaloida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
belladona terutama efektif terhadap semua bentuk Parkinsonisme dengan gejala tremor, kekakuan ringan, dan salivasi, tetapi untuk hipokinesia kurang ampuh. Obat ini bekerja langsung di susunan saraf pusat. Untuk bentuk penyakit yang lebih serius, perlu dikombinasikan dengan levodopa. b) dopaminergika
:
levodopa,
amantadin,
bromokriptin,
lisurida,
pergolida, dan selegelin. Obat-obat golongan ini meningkatkan kadar DA di otak dan dengan demikian maka berdaya meringakan hipokinesia dan kekakuan, tetapi jarang sekali mengurangi tremor. Dopaminergik digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan antikolinergik (Rahardja, 2002). Efek samping yang dapat terjadi dalam penggunaan anti Parkinson tergantung dari golongannya, yaitu: a) antikolinergik Efek sampingnya terutama diakibatkan oleh blokade kolinergik dan berupa efek primer umum seperti mulut kering, retensi urin, takikardi, mual, muntah, dan sembelit. Begitu pula efek sentral seperti kekacauan, agitasi, halusinasi, gangguan daya ingat, dan konsentrasi, terlebih-lebih pada manula (Rahardja, 2002). b) dopaminergik Dapat menimbulkan kesulitan tidur akibat eksitasi, efek kejiwaan dapat terjadi juga seperti rasa takut, depresi, dan gejala psikose pada overdose (Tjay, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
c. Terapi Medik-Psikiatrik (Psikoterapi) Pada pasien penyalahguna atau ketergantungan napza selain terapi dengan obat (psikofarmaka) juga diberikan terapi kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi. d. Terapi Medik-Somatik Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obatobatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat dilepaskannya napza dari tubuh yaitu gejala putus obat (withdrawal syndrom) maupun koplikasi medik berupa kelainan tubuh akibat penggunaan dan ketergantungan napza (Hawari, 2001). e. Terapi Psikososial Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahguna atau ketergantungan napza ke dalam lingkungannya sehari-hari. Dengan terapi psikososial ini diharapkan perilaku antisosial tersebut dapat berubah menjadi perilaku yang secara sosial dapat diterima (adaptive behavior) (Hawari, 2001). f. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap para pasien penyalahguna atau ketergantungan napza ternyata memegang peranan penting, baik dari segi pencegahan (prevensi), terapi maupun rehabilitasi (Hawari, 2001). g. Rehabilitasi Setelah pasien penyalahguna atau ketergantungan napza menjalani program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama satu minggu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
dilanjutkan dengan program pemantapan selama dua minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2001). Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna atau ketergantungan napza kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial, spiritual (keimanan). Dengan kondisi sehat tersebut secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di lingkungan, di kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya (Hawari, 2001). 3. Prinsip pengobatan ketergantungan napza yang efektif a. Tidak ada satupun jenis pengobatan yang tepat sama untuk masing-masing pasien. b. Dibutuhkan perawatan yang cepat tersedia. c. Perawatan yang efektif perlu disertai dengan pemenuhan berbagai macam kebutuhan pasien, tidak hanya dengan obat-obatan. d. Rencana pelayanan dan perawatan kepada masing-masing pasien harus diperhatikan terus menerus dan dilakukan perubahan jika diperlukan, untuk meyakinkan bahwa rencana yang dibuat memenuhi kebutuhan pasien yang berubah-ubah. e. Pengobatan memadai yang dilakukan dalam waktu yang singkat, mengingat keefektifan pengobatan yang diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
f. Penyuluhan (perorang atau pergrup) dan terapi kepribadian yang lain merupakan komponen penting dari pengobatan yang efektif pada ketergantungan. g. Detoksifikasi hanya merupakan tahap awal dari pengobatan terhadap ketergantungan napza. h. Kemungkinan pemakaian kembali perlu diperhatikan secara terus menerus. i. Penyembuhan dari ketergantungan napza merupakan proses yang panjang dan berulang-ulang yang membutuhkan beberapa episode perawatan (Leshner, 1999). E. Kerasionalan Penggunaan Obat Dalam proses pengobatan terkandung aspek keputusan ilmiah yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan proses pengobatan. Tujuan pengobatan adalah untuk memberikan manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Agar tercapai tujuan pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis, maka pemberian obat harus mengikuti prinsip-prinsip farmakoterapi sebagai berikut : 1. indikasi tepat 2. penilaian kondisi pasien tepat 3. pemilihan obat tepat, yakni obat yang efektif, aman, ekonomis dan yang sesuai dengan kondisi pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
4. dosis dan cara pemberian yang tepat 5. informasi untuk pasien yang tepat 6. evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat (Sujudi, 2000).
F. Standart Pengobatan Atau Rehabilitasi Detoksifikasi Panti Rehabilitasi Puri Nurani Pada prosedur penerimaan dan perawatan untuk pasien penyalaguna dan ketergantungan napza, setiap pasien akan melewati beberapa test untuk mengetahui ada atau tidaknya napza di dalam tubuh dan jenis napza yang digunakan selain keterangan yang diberikan pasien pada saat wawancara dengan dokter yang menerima. Jika hasil test urin menunjukan bahwa terdapat napza di dalam tubuh pasien maka pasien akan menjalani program detoksifikasi dan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan napza di Puri Nurani. Jika hasil test urin menyatakan negatif atau tidak ditemukan adanya napza di dalam tubuh pasien serta gejala psikosis yang terjadi lebih menonjol maka pasien akan dirawat di unit kejiwaan rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Herdjan Jakarta. Selain pemeriksaan urin yang dilakukan untuk mengetahui napza didalam tubuh dilakukan juga pemeriksaan lain yang akan menunjukkan ada atau tidaknya penyakit lain sebagai akibat dari penyalahgunaan napza tersebut. Untuk pasien yang datang dalam keadaan overdosis maka pasien akan diberikan rujukan ke rumah sakit umum, untuk mengurangi atau mengatasi keadaan overdosisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Program terapi dan rehabilitasi yang dilakukan di Puri Nurani mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan untuk hasilnya bergantung pada keadaan pasiennya sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Dalam menjalankan proses pengobatan atau detoksifikasi, panti-panti rehabilitasi memiliki standart pengobatannya masing-masing dan belum ada standartt terapi yang pasti dari badan kesehatan dunia dalam detoksifikasi ini. Masing-masing panti rehabilitasi memilih standart terapinya sendiri dengan pertimbangan-partimbangan tertentu. Puri Nurani memiliki sandart terapi yang digunakan dalam proses detoksifikasi yang dilakukan selama pasien menjalani terapi di Puri Nurani. Tabel 1. Standart kombinasi obat yang dipakai pada siang hari di panti rehabilitasi Puri Nurani Hari Nama obat
I
II
III
IV
V
VI
VII-X
9 tab
7 ½ tab
6 tab
4 ½ tab
3 tab
1 ½ tab
-
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab x 4 hari = 6 tab
Trihexyphenidil (2 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
Tramadol/Antalgin
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
Papaverin (40 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
CTM (4 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
Terus s/d hari X
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
Terus s/d hari X
Codein (20 mg) Haloperidol (5 mg)
Klorpromazine (100 mg) Diazepam (5 mg)
Nb : 1. Hari I s/d hari VI masing-masing dibuat 3 x II kapsul (besar) 2. Hari VII s/d hari X, 1 x gerus/giling dibuat 3 x 1 kapsul besar 3. untuk obat malam Hari I s/d X, 1 x 1 kapsul dengan warna berbeda 4. Hari I s/d VI dibungkus masing-masing etiket diberi tanda/nomor hari I s/d VI demikian hari VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Untuk obat yang diberikan pada malam hari juga mempunyai standart sendiri yaitu : Tabel 2. Standart kombinasi obat yang dipakai pada malam hari di panti rehabilitasi Puri Nurani Klorpromazine Hcl tab Diazepam tab
100 mg 5 mg
Semua obat digerus kemudian dijadikan satu kapsul
Obat-obatan yang dipakai dalam standart pengobatan (detosksifikasi) pada panti rehabilitasi biasanya melibatkan obat-obatan jenis analgesik, obat-obatan golongan psikotropika, dan obat-obat tambahan. Puri Nurani dalam standart terapinya dalam proses rahabilitasi pasien menggunakan jenis-jenis obat tersebut, yakni: a. obat golongan analgesik yaitu: Tramadol, Antalgin b. obat golongan psikotropika yaitu: Haloperidol, Trihexyphenidil, Chlorpromazine, Diazepam c. obat-obat tambahan yaitu: obat antihistamin misalnya: Chlorpeniramine meleat (sebagai antialergi), obat diare misalnya: new diatab, dan obat-obat subtitusi misalnya : codein Untuk obat-obatan standart yang dipakai dalam rehabilitasi pasien di Puri Nurani, yang dilakukan adalah untuk obat siang hari yaitu dengan menggerus semua obat dijadikan satu kemudian dibuat menjadi dua kapsul besar yang akan diminum oleh pasien, untuk obat malam juga diberikan dengan mencampur obat kemudian dimasukan dalam satu kapsul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Standart pengobatan yang diberikan di Puri Nurani tidak didasarkan atas berat ringannya gejala putus obat yang terjadi, lamanya menggunakan zat, dan jenis napza yang digunakan. Pertimbangan dari pemilihan kombinasi obat lebih berdasarkan pada kondisi pasien dan kuat atau tidaknya pasien terhadap gejala putus obat yang terjadi.
G. Keterangan Empiris Penelitian yang dilakukan di Panti Rehabilitasi Napza Puri Nurani untuk menganalisa kombinasi obat yang dipakai, dalam rangka untuk mengetahui gambaran efek kombinasi obat dan efek samping serta pemilihan kombinasi obat tersebut dalam menunjang keberhasilan terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian Penelitian tentang pemilihan psikotropika dalam usaha rehabilitasi ketergantungan napza, efktivitas dan efek samping di panti rehabilitasi Puri Nurani merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, dan pengambilan data secara prospektif dengan teknik pengambilan sampel secara accidental. Data yang diperoleh dibandingkan dengan standart pengobatan yang ada di Puri Nurani dan literatur yang digunakan.
B. Definisi Operasional Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Penyalahgunaan napza adalah penggunaan napza yang berlebihan, secara terus-menerus atau berkala di luar maksud medis atau pengobatan.
2.
Ketergantungan napza adalah penyalahgunaan napza yang disertai dengan adanya toleransi dan gejala putus obat (withdrawal syndrome).
3.
Panti rehabilitasi napza Puri Nurani adalah tempat untuk menampung dan merehabilitasi para pasien ketergantungan napza yang dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung seperti klinik konseling, pelayanan gawat
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
darurat, tempat intensif untuk rawat inap. Panti rehabilitasi Puri Nurani merupakan salah satu bagian dari RS Jiwa DR Soehato Herdjan Jakarta. 4.
Psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi psikiatrik.
5.
Penggunaan dan pemilihan psikotropika yang tepat adalah penggunaan psikotropika yang sesuai dengan indikasi, tepat penderita, tepat pemilihan psikotropika, tepat dosis regimen dan kewaspadaan terhadap efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian psikotropika tersebut.
6.
Gambaran efek kombinasi obat adalah gambaran penggunaan obat yang digunakan dalam dosis optimal dan akan memberikan gambaran efek yang diharapkan dalam waktu yang diinginkan.
7.
Efek samping obat adalah efek yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh obat yang digunakan dalam dosis terapi.
8.
Lama perawatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasien yang diterapi putus obat (withdrawal syndrome) sampai pasien tersebut dinyatakan sembuh, misalnya 10 hari, 1 bulan, 1 tahun.
9.
Kombinasi Obat adalah campuran dua obat atau lebih yang digunakan dalam proses detoksifikasi. Kombinasi yang digunakan ada dua yaitu kombinasi obat siang dan kombinasi obat malam : a. kombinasi obat siang kombinasi obat yang digunakan pada siang hari, terdiri dari :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
1. kombinasi a 1) Triheksifenidil 2 mg 2) Haloperidol 5 mg 2. kombinasi b 1) Haloperidol 5 mg 2) Triheksifenidil 2 mg 3) Klorpromazin 100 mg 3. kombinasi c a) Untuk hari 1 – 7 2) Codein 60 mg 3) Haloperidol 2,5 mg 4) THP 2 mg 5) Tramadol 50 mg 6) CTM 4 mg 7) Papaverin 40 mg a) Untuk hari 8 – 10 1) Haloperidol 2,5 mg 2) THP 2 mg b. kombinasi obat malam 1) Klorpromazin 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg 2) Diazepam 5 mg 10. Nomor regestrasi pasien adalah nomor urut pasein sesuai dengan nomor penfdaftaran pasien ketika masuk dalam panti untuk menjalani terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
C. Instrumentasi penelitian Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti tabel isian pemakaian obatobatan yang digunakan dalam satu hari selama periode September sampai dengan Desember 2003, panduan wawancara dengan dokter yang menjadi penanggung jawab di panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta dan standart pengobatan yang dimiliki oleh panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta, untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang terapi yang dilakukan kepada pasien penyalahgunaan atau ketergantungan napza oleh panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta.
D. Lokasi penelitian Penelitian tentang pemilihan psikotropika dalam usaha rehabilitasi ketergantungan napza, efektifitas dan efek samping di panti rehabilitasi puri nurani dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani rumah sakit jiwa Dr.Soeharto Herdjan yang beralamat di daerah Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
E. Jalannya penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1.
Tahap persiapan Proses persiapan meliputi analisis situasi dan penentuan masalah. Pada
tahap analisis situasi dimulai dengan mencari informasi tentang penyalahgunaan dan ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani. Didapat data tentang pasien rawat inap penyalahgunaan dan ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
2.
Tahap pengambilan data Proses pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan rangasangan
uantuk mengetahui adanya respon positif atau respon negatif pasien sebagai batasan dari awalan dan akhiran waktu onset dan durasi kombinasi obat yang diberikan, kemudian dilakukan pencatatan data pada tabel isian penggunaan obatobatan dalam terapi penyalahgunaan dan ketergantungan napza dalam satu hari. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan panduan wawancara yang telah dibuat sebelumnya dan dilakukan terhadap seorang dokter spesialis kejiwaan yang biasanya menangani kasus penyalahgunaan dan ketergantungan napza. 3.
Proses pengolahan data Data yang ada disusun menjadi bentuk tabel, kemudian dianalisis untuk
mengetahui tingkat efektivitas penggunaan obat yang diberikan sehari-hari kepada pasien penyalahguna dan ketergantungan napza dan memperhatikan jika terjadi efek samping pada penggunaan obat yang diberikan serta penanggulangannya.
F. Kelemahan Penelitian Kelemahan yang terjadi dalam penelitian ini, dikarenakan penelitian menggunakan pengambilan data secara obervasi langsung pada respon positif (adanya gerakan yang dilakukan dengan sadar atau menjawab pertanyaan yang diberikan) atau respon negatif (tidak adanya gerakan yang dilakukan dengan sadar atau menjawab pertanyaan yang diberikan) pasien terhadap rangsangan yang diberikan untuk menentukan awal dan akhiran dari waktu onset dan durasi, maka pengamat kesulitan dalam pengambilan data yang benar-benar akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
G. Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan subyek penelitian yaitu pasien rawat inap yang menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani. H. Tata Cara Analisis Hasil Data laporan penggunaan kombinasi obat yang digunakan sehari-hari oleh pasien dianalisa kerasionalan kombinasi obat yang digunakan sehari-hari dengan membandingkan kombinasi obat yang dipakai dengan standar obat yang ada di panti rehabilitasi Puri Nurani serta literatur yang digunakan. Menganalisa efek samping kombinasi obat dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan literatur yang digunakan, dan menganalisa keefektifan kombinasi obat yang dipakai dalam terapi detoksifikasi dengan metode deskriptif, untuk mendapatkan gambaran tentang kerasionalan kombinasi obat yang digunakan dan efek sampingnya, serta efektivitas kombinasi obat yang digunakan di panti rehabilitasi Puri Nurani, kemudian data dibahas dalam uraian dan narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang penggunaan psikotropika dalam usaha rehabilitasi ketergantungan napza, efektivitas kombinasi obat dan efek samping di panti rehabilitasi Puri Nurani didapatkan hasil yang terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian pertama merupakan gambaran umum pasien yang dirawat (melakukan detoksifikasi) di panti rehabilitasi Puri Nurani, bagian kedua berisi tentang tingkat kerasionalan kombinasi obat yang dipakai dalam proses detoksifikasi pasien, bagian ketiga mengenai efek samping yang ditimbulkan oleh kombinasi obat yang dipakai dalam proses detoksifikasi pasien, dan yang terakhir adalah keefektifan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien ketergantungan napza.
A. Gambaran Umum Pasien Rawat Inap (Detoksifikasi) Panti Rehabilitasi Puri Nurani Selama Bulan September – Desember 2003 Gambaran umum tentang pasien yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani merupakan karakteristik pasien yang dibuat meliputi jenis kelamin, dan gambaran ketergantugan pada zat aditif jenis tertentu baik pemakian satu jenis napza maupun pemakaian yang lebih dari satu zat, dan lama pemakaian zat yang dikonsumsi pasien. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani, didapat hasil 90% pasien berjenis kelamin laki-laki. Dilihat dari macam zat yang disalahgunakan oleh pasien yang menjalani rawat inap di panti rehabilitasi Puri Nurani, maka dapat dilihat bahwa zat yang paling banyak digunakan adalah putaw
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
(heroin). Untuk lebih jelas tentang gambaran umum pasien yang menjalani rawat inap di panti rehabilitasi Puri Nurani dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 3. Data gambaran umum pasien rawat inap panti rehabilitasi Puri Nurani September-Desember 2003 No. Reg. Pasien
Jenis
Ketergantungan zat
Lama Pemakaian
kelamin 500279
P
Ganja
± 2 tahun
500280
L
Putaw (herion)
± 4 tahun
500281
L
Putaw, ganja, obat-
± 8 tahun
obatan 500282
L
Putaw
± 5 tahun
500283
L
Putaw dan obat-obatan
± 3 tahun
500284
L
Putaw
± 5 tahun
500285
L
Putaw
± 7 tahun
500286
L
Putaw
± 5 tahun
500287
L
Putaw
± 4 tahun
500288
L
Putaw
± 5 tahun
B. Pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien selama menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani Terapi detoksifikasi yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani merupakan terapi detoksifikasi gabungan antara detoksifikasi simptomatik dan detoksifkasi subtitusi. Hal ini ditunjukkan dengan digunakannya standar pengobatan yang menggunakan kombinasi obat. Obat-obat simptomatik diberikan untuk mengatasi gejala putus zat yang terjadi, yaitu : Triheksifenidil digunakan untuk mengatasi Parkinson yang terjadi akibat putus zat, tramadol digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
untuk mengatasi rasa nyeri yang terjadi, diazepam digunakan untuk mengatasi gelisah yang terjadi. Sedangkan obat yang digunakan sebagai obat subtitusi adalah kodein. 1. Kesesuaian pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien dibandingkan dengan standar yang ada di Puri Nurani Sebagian besar panti rehabilitasi ketergantungan napza yang ada di Indonesia memiliki standar terapi detoksifikasi sendiri-sendiri, termasuk Puri Nurani. Dalam kenyataannya sehari-hari kombinasi yang digunakan ada beberapa kombinasi obat yang digunakan mempunyai perbedaan dengan kombinasi obat yang ada dalam standar pengobatannya, perbedaan ini dapat berupa perbedaan formulasi kombinasi obat atau dosis yang digunakan. Kombinasi obat siang yang diberikan terdapat tiga kombinasi obat yang berbeda, yaitu : a.) Kombinasi A Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi A adalah : 1) Triheksifenidil 2 mg 2) Haloperidol 5 mg Kombinasi A yang digunakan terdiri dari golongan obat anti Parkinson yaitu triheksifenidil dan golongan obat anti psikosis yaitu haloperidol. Jika dibandingkan dengan standar pengobatan yang dimiliki Puri Nurani kombinasi obat ini kurang lengkap, karena hanya terdiri dari dua golongan obat saja sedangkan menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat terdiri dari delapan jenis obat yaitu kodein, haloperidol, triheksifenidil, tramadol/antalgin, papaverin, ctm, klorpromazin, diazepam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Jika dilihat dari dosis obat yang diberikan dengan dosis menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat ini sudah tepat dan tidak melebihi dosis maksimalnya, jadi Kombinasi A yang digunakan sudah tepat. Jika dilihat dari kombinasi obat standar yang ada di Puri Nurani maka kombinasi obat A ini kurang lengkap dan tidak sesuai dengan standart pengobatan yang ada di Puri Nurani. b.) Kombinasi B Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi B adalah : 1) Haloperidol 5 mg 2) Triheksifenidil 2 mg 3) Klorpromazin 100 mg Kombinasi B yang digunakan hanya terdiri dari golongan obat anti Parkinson yaitu triheksifenidil dan klorpromazin, serta golongan obat anti psikosis yaitu haloperidol. Jika dibandingkan dengan standar pengobatan yang ada kombinasi obat ini kurang lengkap, karena hanya terdiri dari dua golongan obat saja sedangkan menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat terdiri dari delapan jenis obat yaitu kodein, haloperidol, triheksifenidil, tramadol/antalgin, papaverin, ctm, klorpromazin, diazepam. Dilihat dari dosis obat yang diberikan dengan dosis menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat ini sudah tepat karena dosis obat yang diberikan masih dalam dosis terapi dan tidak melebihi dosis maksimalnya, maka Kombinasi B yang digunakan sudah tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Jika dilihat dari kombinasi obat standar yang ada di Puri Nurani, maka hal ini menunjukan bahwa Kombinasi B tidak sesuai dengan standart yang ada di Puri Nurani. c.) Kombinasi C Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi C adalah : (a.) Untuk hari 1 – 7 Codein 60 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg Tramadol 50 mg CTM 4 mg Papaverin 40 mg (b.) Untuk hari 8 – 10 Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg Jika Kombinasi C yang diberikan kepada pasien dibandingkan dengan kombinasi obat standar yang ada baik dilihat dari jenis obat yang digunakan masih kurang. Dosis yang dipilih pada Kombinasi C sudah sesuai dengan standar kombinasi obat yang ada. Artinya Kombinasi C juga tidak sesuai dibandingkan dengan standar pengobatan yang ada. d.) kombinasi obat malam Untuk kombinasi obat malam yang diberikan terdiri dari : 1) Klorpromazin 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2) Diazepam 5 mg Kombinasi obat malam yang digunakan dilihat dari obat yang digunakan dengan standar yang ada sudah sesuai, tetapi dilihat dari penggunaan dosisnya menurut standar yang ada kombinasi obat malam ini tidak sesuai dengan pemilihan dosis yang ada pada standart pengobatan di Puri Nurani. Pemilihan dosis kombinasi obat malam ini diberikan melihat dari kondisi pasien dan kebutuhan pasien terhadap obat sehingga pasien dapat beristirahat dengan optimal. Dilihat dari kombinasi obat standar yang digunakan baik kombinasi obat siang maupun kombinasi obat malam yang diberikan pada pasien dalam terapi detoksifikasi yang dilakukan di Puri Nurani tidak sesuai dengan standart yang ada di Puri Nurani. Hal ini dikarenakan kombinasi obat yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dalam mengurangi atau menghilangkan gejala putus obat yang terjadi. 2. Kesesuaian pemilihan kombinasi obat yang digunakan pasien dengan panduan yang dipakai. a. Kombinasi obat untuk terapi detoksifikasi menurut Hawari. Kombinasi obat yang digunakan dalam terapi detoksifikasi menurut Hawari menggunakan obat-obat golongan major tranquilizer, golongan analgetik non opiat, dan anti depresi. Sedangkan untuk obat golongan minor tranquilizer tidak digunakan, serta tidak menggunakan obat-obatan pengganti atau subtitusi, Standar kombinasi obat yang ada di Puri Nurani terdiri dari golongan obat subtitusi (kodein), golongan obat anti psikosis (haloperidol, klorpromazin), anti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Parkinson (triheksifenidil), anti histamin (ctm), minor tranquilizer (diazepam) dan analgetik opioid (tramadol). Jika dibandingkan antara kombinasi obat standar yang ada dengan kombinasi obat menurut Hawari, kombinasi obat ini tidak sesuai karena memakai obat subtitusi dan minor tranquilizer.
b. Kombinasi obat untuk terapi detoksifikasi menurut Konsensus FKUI tentang opiat, masalah medis dan penatalakasanaannya. Menurut konsensus FKUI kombinasi yang digunakan sebagai standar pengobatan yang dipakai di Puri Nurani dianggap sesuai karena pemilihan kombinasinya sesuai dan pemilihan dosis yang masih termasuk dalam jendela terapetik masing-masing obat. Secara umum dapat dianggap bahwa kombinsi obat standar yang di panti rehabilitasi Puri Nurani masih rasional dan dapat digunakan sebagai acuan pengobatan dalam terapi detoksifikasi di Puri Nurani.
C. Efek samping yang terjadi dari penggunaan kombinasi obat yang digunakan pasien dalam menjalani terapi detoksifikasi Penggunaan obat-obatan sebagai salah satu alat yang digunakan untuk melakukan terapi detoksifikasi diberikan dalam kombinasi obat yang terdiri dari berbagai macam jenis dan golongan obat, maka efek samping yang terjadi dan yang dapat teramati adalah efek samping yang ditimbulkan dari kombinasi obat. Efek samping yang biasa terjadi dari penggunaan kombinasi obat tersebut ada dua macam, dilihat dari tujuan terapi. Efek samping yang pertama adalah efek samping yang membantu terapi atau yang sengaja dibiarkan terjadi, karena efek samping yang terjadi sesuai dengan tujuan terapi yaitu badan lemas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
mengantuk. Menurut Hawari terapi detoksifikasi yang dilakukan sengaja diberikan kombinasi obat agar pasien menjadi banyak tidur tetapi tidak memberikan bius kepada pasien. Efek samping yang kedua adalah efek samping yang muncul dari penggunaan kombinasi obat yang tidak diharapkan atau efek samping yang dapat mengganggu jalannya terapi detoksifikasi ini. Efek samping yang merugikan ini misalnya Parkinson, tekanan darah menurun, bicara cadel/lidah kaku, dan kaku kuduk. Jika efek samping ini terjadi dan mengganggu proses terapi yang dilakukan dan mengganggu istirahat pasien maka perlu diberikan obat tambahan yang dapat meringankan atau menghilangkan efek samping obat tersebut. Efek samping yang terjadi akibat penggunaan kombinasi obat sebagian besar merupakan efek samping yang membantu proses terapi detoksifikasi ini. Efek samping ini berupa badan pasien terasa lemas dan mengantuk sehingga istirahat (tidur) pasien lebih optimal. Sedangkan efek samping yang merugikan sangat jarang terjadi rata-rata 1 kali terjadi selama proses detoksifikasi dilaksanakan. Dilihat dari waktu pemberian kombinasi obat, efek samping yang terjadi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. kombinasi obat siang Kombinasi obat siang yang diberikan kepada pasien detoksifikasi di Puri Nurani selama bulan September – Desember 2003, dibagi dalam tiga kombinasi obat, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
a.) Kombinasi A Kombinasi A terdiri dari Triheksifenidil 2 mg dan Haloperidol 5 mg. Kombinasi ini diberikan pada pasien no reg 500279. Dari penggunaan kombinasi ini, pasien tidak mengalami atau merasakan adanya efek samping obat. Hal ini terus berlangsung sampai dengan hari kelima penggunaan kombinasi obat ini. Pada hari keenam proses detoksifikasi yang dilakukan Kombinasi A memberikan efek samping terhadap pasien yang berupa badan lemas dan mengantuk, karena efek samping ini tidak mengganggu pasien dan bahkan membantu pasien menjadi lebih tenang maka tidak perlu diberikan obat untuk mengatasi efek samping dari kombinasi ini. b.) Kombinasi B Kombinasi B diberikan pada pasien no reg 500280 dan pasien no reg 500287. Untuk pasien dua kombinasi obat ini memberikan profil efek samping yaitu Parkinson, otot lemas, mengantuk, tensi darah menurun. Karena efek samping yang terjadi merupakan efek samping yang mengganggu maka diberikan obat tambahan untuk mengatasi efek samping tersebut. Efek samping ini terjadi pada hari pertama pemakaian kombinasi obat ini. Efek samping yang terjadi pada hari berikutnya adalah badan terasa lemas dan mengantuk hal ini terjadi sampai pasien diberikan rujukan ke rumah sakit jiwa. Efek samping yang terjadi setelah hari kedua sampai dengan hari ketujuh tidak merugikan atau bahkan membantu proses detoksifikasi, maka tidak perlu diberikan obat tambahan untuk mengatasi efek samping yang terjadi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Kombinasi B yang dipakai untuk pasien no reg 500287 memberikan profil efek samping yaitu Parkinson, otot lemas, mengantuk, dan tensi darah turun. Efek samping ini terjadi mulai hari pertama penggunaan kombinasi ini sampai dengan hari keenam. Efek samping yang terjadi ini merupakan efek samping yang dapat mengganggu proses detoksifikasi, maka perlu diberikan obat lain yang dapat meringankan atau menghilangkan efek samping yang terjadi dari penggunaan kombinasi obat ini misalnya diazepam, lodomer dan klorpromazine . c.) Kombinasi C Kombinasi C diberikan pada pasien no reg 500281 – 500286, dan pasien no reg 500278. Kombinasi C ini berisi obat sebagai berikut, untuk hari pertama sampai dengan hari ketujuh kodein 60 mg, haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, tramadol 50 mg, CTM 4 mg, papaverin 40 mg. Untuk hari 8 – 10 berisi obat sebagai berikut haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg. Untuk pasien no reg 500282, pemakaian Kombinasi C ini memberikan gambaran efek samping yaitu Parkinson, kaku kuduk, bicara cadel dan badan lemas. Efek samping ini terjadi pada saat hari pertama pemakaian kombinasi obat ini, kemudian untuk hari kedua sampai dengan hari ketujuh efek samping yang timbul adalah badan terasa lemas. Efek samping yang terjadi tidak mengganggu proses detoksifikasi, tetapi untuk hari pertama pemakaian kombinasi obat ini menimbulkan efek samping yang mengganggu proses detoksifikasi dan perlu diberikan obat tambahan yang berupa THP 2 mg dan diazepam 5 mg, untuk mengurangi atau menghilangkan efek samping yang mengganggu proses detoksifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Untuk kombinasi obat dari hari kedelapan sampai dengan hari kesepuluh tidak memberikan gambaran efek samping yang terjadi. Penggunaan Kombinasi C untuk pasien no reg 500281, pasien no reg 500283 sampai dengan pasien no reg 500286
memberikan gambaran efek
samping yaitu, badan terasa lemas. Efek samping ini terjadi dari hari pertama pemakaian kombinasi obat sampai dengan hari ketujuh pemakaian kombinasi obat. Efek samping yang terjadi ini tidak mengganggu proses detoksifikasi maka tidak perlu diberikan obat tambahan untuk mengatasinya. Sedangkan kombinasi yang diberikan dari hari kedelapan sampai dengan hari kesepuluh tidak memberikan gambaran efek samping, atau tidak terjadi efek samping pada penggunaan kombinasi ini. Penggunaan Kombinasi C untuk pasien no reg 500288 memberikan gambaran efek samping yaitu Parkinson dan bicara cadel. Gambaran efek samping ini terjadi pada hari pertama pemakaian kombinasi obat ini. Efek samping yang terjadi ini merupakan efek samping yang merugikan dan perlu dihilangkan atau dikurangi dengan memberikan obat lain misalnya klorpromazine. Hari kedua pemakaian kombinasi obat ini juga memberikan efek samping yang sama yaitu lidah kaku dan Parkinson. Pasien merasa istirahatnya terganggu dengan efek samping dari penggunaan kombinasi obat ini, maka diberikan obat lain yang dapat meringankan efek samping tersebut yaitu THP 2 mg. Pemakaian Kombinasi C pada pasien no reg 500288 dari hari keempat sampai dengan hari ketujuh adalah mengantuk dan badan lemas. Efek samping ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
tidak mengganggu pasien menjalani terapi bahkan membantu pasien dapat beristirahat dengan optimal, maka tidak perlu diberikan obat tambahan.
2. Kombinasi obat malam Untuk kombinasi obat malam pasien diberikan kombinasi yang terdiri dari klorpromazine dan diazepam dengan dosis yang berbeda. Kombinasi obat ini memberikan gambaran efek samping yang sama terhadap semua pasien yaitu rasa lemas dan mengantuk. Efek samping ini tidak mengganggu pasien dan membantu sehingga pasien dapat tidur secara optimal, dan tidak perlu diberikan obat tambahan lainnya jika tidak ada keluhan lain yang disebabkan oleh gejala putus obat. D. Gambaran efek penggunaan kombinasi obat yang diberikan pada pasien selama terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani Tujuan utama terapi detoksifikasi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gejala putus obat yang terjadi dan mencegah terjadinya kembali gejala putus obat, maka pemberian kombinasi obat yang dipakai tidak hanya yang cepat mengatasi gejala putus obat tetapi juga yang dapat mencegah terjadinya kembali gejala putus obat. Jadi kombinasi obat yang diberikan dinilai dengan kecepatan reaksi obat mengatasi gejala dan jumlah terjadinya gejala putus obat yang terjadi selama pasien melakukan terapi detoksifikasi. Puri Nurani memiliki dua kombinasi yang diberikan berdasarkan waktu pemberiannya yaitu kombinasi obat siang dan kombinasi obat malam. Kombinasi obat siang juga dibagi menjadi 3 kombinasi. Hal ini terjadi karena pemilihan kombinasi obat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
a. Kombinasi obat siang Kombinasi obat siang yang diberikan pada pasien selama periode September-Desember 2003 ada tiga kombinasi berbeda yaitu Kombinasi A, Kombinasi B dan Kombinasi C. Tabel 4. Gambaran efek obat dan gejala tambahan yang terjadi pada penggunaan masing-masing kombinasi obat No. Reg Pasien
Kombinasi obat yang digunakan
Rata-rata waktu onset (jam)
Rata-rata waktu durasi (jam)
Gejala tambahan yang terjadi
500279 500280 500281 500282 500283 500284 500285 500286 500287 500288
Kombinasi A Kombinasi B Kombinasi C Kombinasi C Kombinasi C Kombinasi C Kombinasi C Kombinasi C Kombinasi B Kombinasi C
1,34 1,86 1,80 2,00 1,71 1,67 1,89 1,90 1,67 1,30
4,167 3,86 3,90 4,10 4,60 4,10 3,70 4,10 5,34 4,30
1 kali 6 kali 2 kali 3 kali 1 kali 1 kali 2 kali
1.) Kombinasi A Kombinasi A terdiri dari : a.) Triheksifenidil 2 mg b.) Serenace 5 mg Dari kombinasi A obat siang yang diberikan didapatkan hasil yaitu, ratarata waktu onset yaitu sebesar 1, 34 jam dan rata-rata waktu durasi kombinasi obat yaitu 4,167 jam. Dari hasil ini dilihat bahwa Kombinasi A cukup cepat memberikan efek obat untuk mengatasi gejala yang terjadi dan memiliki waktu durasi yang cukup lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Dilihat dari jumlah terjadinya kembali gejala putus obat, Kombinasi A memberikan gambaran bahwa tidak terjadi gejala tambahan sehingga tidak perlu perlu diberikan obat tambahan. 2.) Kombinasi B Untuk kombinasi B terdiri dari : a.) Haloperidol 5 mg b.) Trihexypenidil 2 mg c.) Chlorpromazin 100 mg Kombinasi B obat siang diberikan pada pasien no 500280 dan pasien no 500287. untuk pasien 500280 kombinasi ini memberikan gambaran waktu ratarata onset yaitu 1,86 jam dan rata-rata durasi 3,86 jam. Pemberian Kombinasi B terhadap pasien 500287 memberikan gambaran rata-rata waktu onset sebesar 1, 67 jam dan rata-rata waktu durasi yaitu 5,34 jam. Kombinasi ini juga mencegah terjadinya kembali gejala putus obat yang dialami oleh kedua pasien. 3.) Kombinasi C Kombinasi C terdiri dari : (a.) Untuk hari 1 – 7 Codein 60 mg, Haloperidol 2,5, mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg (b.) Untuk hari 8 – 10 Haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Untuk pasien 500281 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata waktu onset 1,80 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 3,90 jam. Untuk pasien 500282 kombinasi ini memberikan gambaran waktu onset 2,00 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,10 jam. Untuk pasien 500283 memberikan gambaran ratarata waktu onset sebesar 1,71 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,60 jam. Untuk pasien 500284 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata waktu onset sebesar 1,67 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,10 jam. Untuk pasien 500285 kombinasi ini memberikan rata-rata waktu onset 1,89 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 3,70 jam. Untuk pasien 500286 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata waktu onset sebesar 1,90 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,10 jam. Dan untuk pasien 500288 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata waktu onset sebesar 1,30 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,3 jam. Dilihat dari besarnya rata-rata waktu onset dan waktu durasi memberikan gambaran bahwa Kombinasi C ini memberikan efek terapi yang cepat dan waktu durasi yang cukup lama. Jika dilihat dari terjadinya kembali gejala putus obat yang dialami oleh pasien, kombinasi obat ini memberikan gambaran sebagai berikut : Untuk pasien 3 kombinasi ini dapat mencegah terjadinya gejala putus obat tambahan pada pasien, ditunjukkan dengan setelah diberikan kombinasi obat ini pasien hanya mengalami gejala putus obat tambahan pada hari kedua dari keseluruhan terapi detoksifikasi. Untuk pasien 500282 kombinasi ini kurang dapat mencegah terjadinya kembali gejala putus obat pada pasien, hal ini ditunjukkan dengan terjadinya gejala putus obat tambahan dari hari pertama sampai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
hari keenam selama menjalani terapi dengan menggunakan kombinasi ini. Untuk pasien 500283 kombinasi ini dapat mengurangi terjadinya gejala putus obat tambahan, hal ini ditunjukkan dengan pasien hanya mengalami gejala putus obat tambahan pada hari kedua dan ketiga selama menjalani terapi dengan menggunakan kombinasi obat ini. Untuk pasien 500284 kombinasi ini dapat mengurangi terjadinya gejala putus obat tambahan, hal ini ditunjukkan dengan pasien hanya mengalami gejala putus obat tambahan tiga kali selama menjalani terapi dengan menggunakan kombinasi obat ini. Untuk pasien 500285 kombinasi ini dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kembali gejala putus obat yang diderita pasien, hal ini ditunjukkan dengan pasien hanya mengalami satu kali gejala putus obat tambahan selama menjalani terapi dengan menggunakan kombinasi obat ini. Gejala putus obat tambahan yang dialami oleh pasien 500285 dapat diatasi oleh pasien tanpa diberikan obat tambahan. Untuk pasien 500286 Kombinasi C yang diberikan dapat mencegah terjadinya kembali gejala putus obat yang diderita pasien, ditunjukkan dengan selama pasien menjalani terapi pasien hanya mengalami sekali gejala tambahan yaitu pada hari kedua. Untuk pasien 500288 Kombinasi C ini juga dapat mencegah terjadinya gejala putus obat tambahan yang diderita pasien, ini ditunjukkan dengan gejala tambahan yang dialami oleh pasien 500288 hanya terjadi tiga kali selama menjalani terapi detoksifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
b. Kombinasi obat malam Kombinasi obat malam memberikan gambaran efek kombinasi obat yang diinginkan yaitu berupa waktu onset yang cepat dan durasi yang lama sehingga pasien dapat tidur dengan optimal. Kombinasi obat malam yang diberikan terdiri dari : 1) klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg 2) diazepam 5 mg Untuk kombinasi obat malam yang diberikan pada semua pasien sama hanya untuk klorpromazine yang digunakan dosisnya berbeda-beda. Tabel 5. Gambaran waktu efek obat malam yang diberikan selama terapi detoksifikasi. No. Reg Pasien
Rata-rata waktu onset (jam)
Rata-rata waktu durasi (jam)
500279 500280 500281 500282 500283 500284 500285 500286 500287 500288 Rata-rata
1,20 1,00 1,00 0,85 0,90 0,70 0,40 1,00 1,60 1,70 0,94
4,80 6,00 5,20 4,80 5,40 5,28 5,67 6,22 3,83 5,22 5,24
Dilihat dari rata-rata waktu onset yang diberikan oleh obat malam kepada pasien, kombinasi ini cukup efektif. Kombinasi ini dikatakan cukup memberikan gambaran efek yang baik karena kombinasi obat malam ini dapat memberikan waktu onset yang cukup singkat yaitu 0,94 jam, sehingga pasien dapat lebih cepat merasa mengantuk dan beristirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kombinasi obat malam yang diberikan kepada pasien cukup baik memberikan gambaran efek yang diinginkan, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata waktu tiap pasien mengalami durasi efek dari kombinasi ini adalah sebesar 5,24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani RSJ Dr. Soeharto Herdjan Jakarta selama periode September-Desember 2003, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Penggunaan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien belum sesuai dilihat dari standar pengobatan yang dimiliki Puri Nurani, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa kombinasi obat yang digunakan tidak rasional sebab pemilihan kombinasi obat yang digunakan berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisi pasien sendiri, dan tidak ada pengobatan yang tepat sama untuk pasien ketergantungan napza. 2. Efek samping yang terjadi dalam penggunaan obat pada terapi detoksifikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu: a) efek samping yang membantu terapi detoksifikasi misalnya badan lemas dan mengantuk. b) efek
samping
yang
merugikan
atau
mengganggu
terapi
detoksifikasi misalnya Parkinson, lidah kelu, kaku kuduk, dan tekanan darah menurun. Dari hasil pengamatan efek samping yang banyak terjadi adalah efek samping yang membantu proses terapi, dan efek samping yang mengganggu sedikit terjadi rata-rata satu kali terjadi selama proses detoksifikasi dilaksanakan serta
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
upaya untuk menghilangkan efek samping yang mengganggu tersebut adalah dengan diberikan obat tambahan. 3. Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai dalam penggunaan obat pada terapi detoksifikasi dibedakan menurut kombinasi yang digunakan, yaitu sebagai berikut: a) Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai sebagai obat siang Kombinasi obat siang yang diberikan terdiri dari tiga kombinasi yang berbeda dan dari hasil pengamatan maka Kombinasi B adalah kombinasi obat yang paling baik memberikan gambaran efek yang diinginkan dilihat dari waktu onset sebesar 1,67 jam dan durasi sebesar 5,34 jam, serta kombinasi obat tersebut lebih baik mencegah terjadinya gejala tambahan yang dialami oleh pasien. b) Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai sebagai obat malam, menunjukan
bahwa
pemilihan
kombinasi
ini
cukup
baik
memberikan efek yang diinginkan untuk pasien. Dilihat dari ratarata waktu onset yang cepat yaitu sebesar 0,94 jam dan rata-rata waktu durasi yang cukup lama yaitu sebesar 5,24 jam, sehingga istirahat pasien lebih optimal.
B. SARAN Saran yang dapat diasampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
1. Perlu diadakan penelitian tentang interaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obat yang termasuk dalam kelas terapi obat susunan saraf pusat yang digunakan sebagai detoksifikasi dalam terapi putus obat (Withdrawal syndrome) pada penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai kerasionalan dan efektifitas kombinasi obat yang diberikan dalam terapi detoksifikasi ketergantungan napza, menggunakan parameter pengamatan yang lebih akurat misalnya menggunakan pengujian sampel darah. 3. Apoteker perlu dilibatkan lebih jauh lagi dalam proses terapi detoksifikasi karena penggunaan obat yang digunakan pasien merupakan obat keras dan perlu pengamatan dari tenaga ahli dalam bidang obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Alatas, H., dan Mandiyono, B., 2001, Penanggulangan Korban Napza Meningkatkan Peran Keluarga Dan Lingkungan, 20, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Anonim, 1999, Volatile Solvents Abuse : A Global Overview Substance Abuse, Departement Geneve, WHO, Switzerland. Anonim, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Koping Individu Tindak Efektif: Tidak Mampu Mengatasi Keinginan Menggunakan Zat Adiktif (Putaw) Di RG. Puri Nurani, Ruang Puri Nurani, Jakarta. Anonim, 2001, Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Penyalahgunaan Napza, 2, Seminar Keperawatan RSUPNDr. Cipto Mengunkusumo, Jakarta. Alatas, H., dan Mandiyono, B., 2001, Penanggulangan Korban Narkoba Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan, 20, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Asikin, N., Setiadji, 2002, Konsensus FKUI Tentang Opiat, Masalah Medis Dan Penatalaksanaannya, Edisi II, 1-7, Balai Penerbit, FKUI, Jakarta. Astiningsih, 2001, Profil Penyalahgunaan Psikotropika di Kalangan Mahasiswa Angkatan Tahun 1996-2000 Kampus Iii Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi Unuversitas sanata Dharma, Yogyakarta Budiarti, W., 2003, Pola Pengobatan Terapi Putus Obat (Withdrawal Syndrome) Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba, dan Zat Adiktif di RS DR. Sardjito Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV dengan perbaikan, 148-162, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta. Hawari, D., 1999, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Edisi Revisi, 136, 137, 139, 140, 142, 164, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta. Hawari, D., 2000, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem Terpadu) Pasien NAZA, Edisi V, 37-54, UI Press, Jakarta.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Hawari, D., 2001, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, Dan Zat Adiktif), 1-150, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hawari, D., 2002, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, Edisi IV, 17-29, 104-139, 201, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Husin, B., 2002, Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan Napza, Cermin Dunia Kesehatan, No. 136, Jakarta, hal 45-50. Leshner, I., Ph.D, 1999, Principles of Drugs Addiction Treatment: a Research Based Guide, NIDA, NIDA Web Sites, Http//: www. NIDA. Com. Leshner, I., Ph.D, 2000, Research Report Series Inhalant Abuse, 4-7, NIDA, NIDA Web Sites, Http//: www. NIDA. Com Maslim, R., 2001, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication), Edisi III, 3-7, 57, Jakarta. Mutschler, E., 1999, Dinamika Obat, Edisi V, 152-157, Penerbit ITB, Bandung. Notoatmodjo, S., 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, 141, PT Rineke Cipta, Jakarta. Santoso, S., dan Wiria, S.S., 1995, Psikotropik, Farmakologi Dasar dan Terapi, Edisi IV, 148-157, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Setiawati, A., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV dengan perbaikan, Bagian Andrenegik, 67, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Somar, L., 2001, Rehabilitasi Pecandu Narkoba, PT. Grasindo, Jakarta Sudirman., 2000, Panduan Orang Tua Dalam Menangani masalah Napza Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif Lainnya, 24-58, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Sujudi, A., Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Derektorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan 2000, Segung Seto, Jakarta, hal 5-6. Suwarso., 2002, Manajemen Laboratoris Penyalahgunaan Obat dan Komplikasinya, Cermin Dunia Kedokteran No. 135 tahun 2002, 5-7, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Tjay, T, H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaannya dan Efek Sampingnya, Edisi V, 293-434, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Wresniwiro, M., 2000, Masalah Narkotika dan Obat Berbahaya Ciptakan Lingkungan Bersih Napza, 44-50, Yayasan Mitra Bintibmas, Jakarta. Yanny, D., 2001, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, 6-27, 34-44, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Lampiran 1. Surat ijin penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Lampiran 2. Surat ijin penelitian Rumah Sakit Dr. Soeharto Herdjan Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Lampiran 3. Standart Detoksifikasi Narkoba “PURI NURANI” Hari Nama obat
I
II
III
IV
V
VI
VII-X
9 tab
7 ½ tab
6 tab
4 ½ tab
3 tab
1 ½ tab
-
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab x 4 hari = 6 tab
Trihexyphenidil (2 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
Tramadol/Antalgin
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
Papaverin (40 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
CTM (4 mg)
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
-
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
1 ½ tab
Terus s/d hari X
Diazepam (5 mg)
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
Terus s/d hari X
Klorpromazine Hcl tab Diazepam tab
100 mg 5 mg
Codein (20 mg) Haloperidol (5 mg)
Chlorpromazine (100 mg)
Semua obat digerus kemudian dijadikan satu kapsul
Nb : 1. Hari I s/d hari VI masing-masing dibuat 3 x II kapsul (besar) 2. Hari VII s/d hari X, 1 x gerus/giling dibuat 3 x 1 kapsul besar 3. untuk obat malam Hari I s/d X, 1 x 1 kapsul dengan warna berbeda 4. Hari I s/d VI dibungkus masing-masing etiket diberi tanda/nomor hari I s/d VI demikian hari VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Lampiran 4. Tabel isian penggunaan obat sehari-hari pasien rawat inap di panti rehabilitasi Puri Nurani No. reg. Pasien :
Ketergantungan terhadap : Hari ke : Kombinasi obat siang
Kombinasi obat malam
Keluhan tambahan
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Lampiran 5. Tabel Dara Harian Penggunaan Obat Pasien Panti Rehabilitasi Puri Nurani Pasien 1. No Reg 500279 Ketergantungan terhadap ganja Waktu yang Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan Dosis yang diperlukan untuk pemberian obat diberikan menimbulkan efek
Hari ke :1
Hari ke : 2
durasi 4 jam
Efek samping
Keterangan
Gelisah Nyeri seluruh badan Pusing Tidak dapat tidur
Trihexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
onset 1 jam
Obat malam :
Chlorpromazine 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur secara optimal
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Keluhan Jam 00.00 : Gelisah Agresif Bicara kacau Tidak dapat tidur
Serenace inj 1 amp Diazepam inj 1 amp
Agar klien tenang, emosi stabil, dapat tidur
1 x 5 mg/ml 1 x 10 mg/ml
30 menit
2 jam
Gelisah Sakit seluruh badan Nafsu makan menurun
Trihexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Obat malam :
Chlorpromazine 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Mengantuk, badan lemas
Emosi stabil, Klien tidur selama ± 5 – 6 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Gejala yang tampak
Hari ke : 3
Gelisah Bicara kacau
Nama obat yang dipakai
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Obat malam : CPZ 100 mg Diazepam 5 mg Hari ke : 4
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset
durasi
Efek samping
Keterangan
Meringkan atau menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Gelisah Mondar-mandir Bicara sendiri
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Malam hari :
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Komunikasi tidak terarah Tingkah laku ganjil
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Obat malam:
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus menjadi 1 kapsul
Mondar-mandir Gelisah berkurang Minta-minta pulang
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Pulang jam 11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Pasien 2. No Reg 500280 Ketergantungan terhadap putaw (opiat)
Hari ke:1
Hari ke : 2
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlorpromazin 100 mg
Menghilangkan/ menekan gejala yang terjadi
3 x 1 tablet 3 x 1 tablet 3 x 1 tablet
Diazepam 5 mg Lodomer 5 mg
Membantu obatobatan peroral
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
diberikan bila perlu/bila obatobatan peroral kurang membantu masing-masing diberikan 1 amp 1 x 1 kapsul
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Efek samping
onset 1 jam
durasi 3 jam
1 jam
6 jam
1 jam
3 jam
Badan lemas Mengantuk
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Perkinson Otot lemas Mengantuk Tensi darah menurun
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Efek samping
onset 1 jam
durasi 6 jam
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Mengantuk dan lemas
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Gejala yang tampak
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset 2 jam
durasi 4 jam
Efek samping
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
Badan terasa lemas
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Gejala yang tampak
Hari ke 7
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Nama obat yang dipakai
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Tujuan pemberian obat
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
Dosis yang diberikan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset
durasi
2 jam
4 jam
Efek samping
Keterangan
Badan terasa lemas
Pasien diberi rujukan ke panti rehabilitasi Chusnul Chitunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Pasien 3. No Reg 500281 Ketergantungan terhadap putaw Gejala yang tampak
Hari ke : 1
Hari ke : 2
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset
durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
3 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Cenderung ingin pulang
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 100 mg 1 x 5 mg
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Efek samping
Keterangan
Keluhan tambahan : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 100 mg 1 x 5 mg
onset 15 menit
durasi 6 jam
Sakaw Badan sakit Mual Meriang Mata berair Gelisah Emosi labil
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 200 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Sakaw ringan
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
onset 1 jam
durasi 6 jam
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
Menghilangkan gejala yang terjadi
Menenangkan dan dapat tidur
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Efek samping
Keterangan
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Gejala yang tampak
Hari ke : 9
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari :
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Klien tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Hari ke : 7
Hari ke : 8
Nama obat yang dipakai
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Hari ke : 10
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Tujuan pemberian obat
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
Dosis yang diberikan
1 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam
4 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Pasien 4. No Reg 500282 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Hari ke : 1
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Pusing Mual Muntah Keringat dingin Nyeri tulang Nyeri menyeluruh Suhu menigkat ( sub fibis ) Mencret
Tramadol tab. 50 mg Codein tab. 70 mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol tab. 2,5 mg THP 2mg
Menghilangkan seluruh gejala yang terjadi Menenangkan dan bisa tidur
3 x 2 capsul
1 ¾ jam
4 Jam
Malam hari : Tidur terganggu Gelisah Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam tab. 5 mg
Menghilangkan nyeri Menghilangkan gejala perkinson Agar pasien dapat tidur
1 x 1 kapsul
¾ jam
3 jam
Keluhan tambahan : Nyeri hebat Perkinson Susah tidur
Tramadol tab. 50 mg THP tab. 2 mg Diazepam tab 5 mg
1 x 50 mg 1 x 2 mg 1 x 5 mg
2 jam 2 jam 2 jam
4 jam 4 jam 4 jam
Efek samping
Perkinson Kaku kuduk Bicara cadel Badan lemas
Keterangan
Seluruh obat digerus dijadikan 2 kapsul
Obat digerus dijadikan 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Hari ke : 2
Hari ke : 3
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Keluhan tambahan : Nyeri hebat
Tramadol tab. 50 mg
Menghilangkan nyeri
1 x 50 mg
15 menit
1 jam
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Keluhan tambahan : Panas dingin Parkinson
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Parasetamol 500 mg THP 2 mg
Menghilangkan panas dingin dan parkinson yang terjadi
1 x 500 mg 1 x 2 mg
30 menit
1 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Panas dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Keluhan tambahan : Parkinson Hari ke : 5
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Keluhan tambahan : Mencret Diare
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
½ jam
7 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Delladryl injeksi
Menghilangkan parkinson yang terjadi
1 x 1 ½ cc
15 menit
1 jam
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
New diatabs
Menghentikan diare
1 x 2 tablet
30 menit
1 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Hari ke : 6
Hari ke : 7
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
3 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Keluhan tambahan : Gelisah
CPZ 100 mg
Menenangkan
1 x 100 mg
1 jam
6 jam
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Hari ke : 8
Hari ke : 9
Hari ke : 10
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Mengantuk dan lemas
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Pasien 5. No Reg 500283 Ketergantungan terhadap putaw dan obat-obatan
Hari ke : 1
Hari ke : 2
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Cenderung ingin pulang Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 100 mg 1 x 5 mg
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
½ jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Keluhan tambahan : Nyeri hebat
Tramadol 50 mg
Menghilangkan nyeri yang terjadi
1 x 50 mg
15 menit
1 jam
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Keluhan tambahan : Panas dingin Parkinson
Parasetamol 500 mg THP 2 mg
Menghilangkan panas dingin yang terjadi Menghilangkan parkinson
1 x 500 mg 1 x 2 mg
30 menit
1 jam
Panas dingin
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Nama obat yang dipakai
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Efek samping
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Hari ke : 7
Hari ke : 8
Hari ke : 9
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Efek samping
Keterangan
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Mengantuk dan lemas
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Hari ke : 10
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Tujuan pemberian obat
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
Dosis yang diberikan
1 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam
4 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Pasien 6. No Reg 500284 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Hari ke : 1
Hari ke : 2
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil, marahmarah Keluhan tambahan : Jantung berdebar Sakaw Susah tidur Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 50 mg 1 x 5 mg
Dellamidon 2 cc inj Lodomer 1 amp i.m Diazepam 1 amp i.m
Menghilangkan sakaw dan dapat tidur optimal
1 x 2 cc 1 x 5 ml 1 x 5 ml
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
Menenangkan dan dapat tidur
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 1 jam 3 jam
Efek samping
Keterangan
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Mengantuk dan lemas
Kombinasi obat kurang menolong
1 jam
1 ½ jam
40 menit 15 menit 15 menit
3 jam 3 jam 3 jam
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Membantu kombinasi obat malam pasien , tenang Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Keluhan tambahan : Lidah kaku Perkinson Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
THP 2 mg
Menghilankan gejala perkinson
1 x 2 mg
15 menit
1 jam
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 ¾ jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Panas dingin
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Gejala perkinson hilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Hari ke : 7
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Efek samping
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Hari ke : 8
Hari ke : 9
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Klien bisa tenang
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Keluhan tambahan : Tidak dapat tidur
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
3 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Efek samping
Mengantuk dan lemas
Mengantuk dan lemas
Mengantuk dan lemas
Keterangan
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Hari ke : 10
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam
5 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Gejala yang tampak
Hari ke : 1
Hari ke : 2
Pasien 7. No Reg 500285 Ketergantungan terhadap putaw (heroin) Nama obat yang dipakai Tujuan Dosis yang pemberian obat diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 1 jam 2 jam
Efek samping
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Keringat dingin Pusing Tidak dapat tidur
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil, marahmarah Keluhan tambahan : Sakaw
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 50 mg 1 x 5 mg
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 ½ jam
3 jam
Badan terasa lemas
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
15 menit
6 jam
Badan terasa lemas Malas beraktivitas
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Mengantuk dan lemas
Dapat diatasi tanpa menggunakan obat Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Hari ke : 5
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam 4 jam
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Panas dingin Mual Keringat dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Mual Muntah Pusing
Efek samping
Keterangan
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Gejala yang tampak
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Hari ke : 7
Pusing Gelisah
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Hari ke : 8
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam 4 jam
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Klien bisa tenang
Klien bisa tenang
Malam hari : Klien tenang
Hari ke : 10
Dosis yang diberikan
Nama obat yang dipakai
Malam hari : Klien bisa tenang
Hari ke : 9
Tujuan pemberian obat
Gejala yang tampak
Klien bisa tenang
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Pasien 8. No Reg 500286 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Hari ke : 1
Hari ke : 2
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah Malam hari : Gelisah Sulit tidur
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah Malam hari : Gelisah Sulit tidur Keluhan tambahan : Tidak bisa tidur
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
1 jam
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Efek samping
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Panas dingin Mual Pusing Muntah
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 200 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
Hari ke : 5
Hari ke : 6
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Mual Pusing
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Hari ke : 7
Hari ke : 8
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Gelisah Emosi labil
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Klien bisa tenang
Malam hari : Klien bisa tenang
Hari ke : 9
Klien bisa tenang
Malam hari : Klien tenang
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
7 jam
Mengantuk dan lemas
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
30 menit
7 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Hari ke : 10
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi 2 jam
4 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Pasien 9. No Reg 500287 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Hari ke : 1
Nama obat yang dipakai
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri Hari ke : 2
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran ) Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Efek samping
Keterangan
4 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
1 jam
3 jam
Mengantuk Tensi turun
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran ) Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
4 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Mengantuk Tensi turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Hari ke : 3
Hari ke : 4
Hari ke : 5
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
1 jam
6 jam
Perkinson Melemaska n otot Mengantuk Tensi darah turun
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Agar pasien tidur optimal Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
1 jam
6 jam
Mengantuk Tensi turun Perkinson Melemaska n otot Mengantuk Tensi darah turun
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Agar pasien tidur optimal Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
6 jam
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran ) Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran ) Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Mengantuk Tensi turun Perkinson Melemaska n otot Mengantuk Tensi darah turun Mengantuk Tensi turun
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Hari ke : 6
Hari ke : 7
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
6 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Agar pasien tidur optimal Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
6 jam
Mengantuk Tensi turun Perkinson Melemaskan otot Mengantuk
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Pasien diberi rujukan ke Rehabilitasi Chusnul Chitunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Pasien 10. No Reg 500288 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Hari ke : 1
Nama obat yang dipakai
Rahang kaku Jantung berdebardebar Badan pegal linu Tidak bisa tidur Tensi darah 110/70 mmHg
Codein 60 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg Tramadol 50 mg CTM 4 mg Papaverin 40 mg
Menhilangkan gejala
3 x 2 kapsul
2 jam
3 jam
Perkinson Bicara cadel
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Badan lemas Mengantuk
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Dellamidon 2 cc/ inj
Menghilangkan rasa sakit Melemaskan otot
1 x 2 cc/ inj
1 menit
90 menit
Mengantuk
Lodomer 5cc/ im Dellamidon 1 cc/ im Diazepam 5 cc/ iv
Menghilangkan sakaw Pasien dapat tidur optimal
1 x 5 cc/ im 1 x 1 cc/ im 1 x 5 cc/ iv
1 menit
3 jam
Tenang Mengantuk Lemas
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah Gejala tambahan : 1. Jantung berdebar Badan sakit menyeluruh 2. sakaw tidak bisa tidur tensi darah 110/70 mmHg febris
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Gejala yang tampak
Efek samping
Keterangan
Obat yang diberikan kurang membantu secara optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Hari ke : 2
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Hilang timbul
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
THP 2 mg
Melemaskan otot ( menghilangkan Perkinson ) Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 2 mg
15 menit
1 jam
Badan lemas
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas Malas beraktivitas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Malam hari :
Hari ke : 3
Keluhan tambahan : Lidah kaku Perkinson ( terasa pendek ) Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Hilang timbul
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Malam hari : CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Hari ke : 4
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Sakaw ringan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Efek samping
Keterangan
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Nafsu makan meningkat
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Malam hari :
Hari ke : 5
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Hari ke : 6
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil Keluhan tambahan : Gelisah Hari ke : 7
Gelisah Emosi labil
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
CPZ 50 mg
Menghilangkan gelisah yang terjadi Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 50 mg
1 jam
6 jam
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Efek samping
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Hari ke : 8
Gejala yang tampak
Nama obat yang dipakai
Klien bisa tenang
Malam hari : Klien bisa tenang
Hari ke : 9
Klien bisa tenang
Malam hari : Klien tenang
Hari ke : 10
Klien bisa tenang
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek onset durasi
Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Efek samping
Keterangan
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Dokter Yang Bertanggungjawab Terhadap Klien Atau Pasien Rehabilitasi Ketergantungan Napza Di Puri Nurani
Pada prinsipnya rehabilitasi terhadap ketergantungan narkoba adalah dengan mengurangi atau menghilangkan gejala putus obat yang terjadi, karena pada dasarnya gejala putus obat yang terjadi hampir sama pada semua zat aditif. Pengobatan biasanya dilakuka sesuai dengan keluhan yang dialami oleh klien atau pasien, misalnya: o Rasa nyeri diberikan analgesik o Mual diberikan spasmolitik o Kurang tidur diberikan hipnotikum o Halusinasi diberikan anti psikotik
1) Adakah standart pengobatan di Puri Nurani ? ¾ Standart pengobatan, semua panti rehabilitasi ketergantungan narkoba mempunyai, hanya yang namanya standart pangobatan merupakan acuan dari pengobatan rata-rata untuk semua pasien. Untuk terapi dan rehabilitasi individu klien atau pasien dilakukan bergantung pada kondisi si pasien atau klien. 2) Bagaimankah standart pengobatan yang dimiliki oleh Panti Rehabilitasi Puri Nurani ? ¾ Seperti yang tertera pada halaman berikut 3) Apakah ada perbedaan standart detoksifikasi klien menurut jenis narkoba yang dikonsumsinya selama ini ? ¾ Tidak ada karena pada prinsipnya gejala putus obat yang timbul pada berbagai jenis narkoba sama saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
4) Bagaimanakah jika terjadi pasien yang menggunakan lebih dari satu jenis narkoba, apakah mempunyai standart detoksifikasinya sendiri ? ¾ Tidak ada karena pada prinsipnya gejala yang timbul pada yang memakai satu jenis narkoba dengan yang kombinasi sama saja 5) Apakah ada hubungan antara lama waktu pemakaian narkoba dengan standart pengobatan yang dipakai ? ( mis, pengguna narkoba dihitung secara harian, bulanan, atau tahunan ) ¾ Tidak ada, sebab untuk narkoba lama atau sebentarnya pemakaian menyebabkan ketagihan dan ketergantungan yang sama 6) Apakah ada hubungan antara dosis pemakaian narkoba yang gunakan dengan pemilihan standart detoksifikasi yang akan digunakan dalam terapi ? ( mis, dosis kecil, sedang, besar ) ¾ Tidak ada, untuk narkoba sedikit saja tetap berbahaya bagi tubuh kita 7) Dalam gejala putus obat yang terjadi terdapat nyeri atau sakit, apakah ada skala atau tingkatan untuk rasa sakit yang diderita oleh klien atau pasien ? ¾ Tidak ada 8) Jika ada bagaimanakah tingkatan untuk rasa sakit yang diderita oleh klien atau pasien tersebut ? ¾ Yang ada hanya rasa sakit yang masih bisa ditahan dan yang sudah tidak dapat ditahan lagi oleh klien 9) Apakah skala atau tingkatan untuk rasa sakit juga menjadi dasar dari pemilihan obat yang digunakan dalam standart pengobatan ? ¾ Tidak, hanya jika klien mengeluhkan rasa sakit yang sudah tidak dapat ditahan lagi maka diberikan obat ekstra yang dapat meringankan atau menghilangkan rasa sakit yang diderita oleh klien 10) Berapa lama waktu yang diperlukan oleh pasien dalam menjalani detoksifikasi ? ¾ Tidak ada patokan waktu dalam menjalani detoksifikasi bergantung pada jenis narkoba yang dikonsumsi klien. Biasanya untuk klien yang tergantung pada putaw waktu detoks yang diperlukan kira-kira 10 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
sampai 1 bulan, sedangkan untuk ketergantungan terhadap ganja biasanya lebih lama kira-kira sampai 2 bulan. 11) Apakah ada waktu maksimal dalam menjalani detoksifikasi di Puri Nurani ? ¾ Ada, 10 hari 12) Target apa yang ingin dicapai oleh Puri Nurani dan klien selama masa detoksifikasi di panti rehabilitasi ? ¾ Klien bisa sembuh dari ketergantungannya pada narkoba 13) Apakah dalam waktu maksimal yang dijalani oleh klien tersebut target yang ingin dicapai dapat dicapai ? ¾ Biasanya iya, hanya ada beberapa kasus khusus yang terjadi tapi tidak banyak 14) Jika target yang ingin dicapai selama terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi belum dicapai, bagaimana cara mengatasinya ? ¾ Memberi rujukan ke RS Jiwa atau ke panti rehabilitasi yang dikelola oleh Prof.Dr.Dadang Hawari 15) Selama ini bagaimanakah tingkat keberhasilan terapi yang diterapkan oleh Puri Nurani terhadap kondisi pasien ? ¾ Seratus persen berhasil jika tanpa adanya gangguan dari luar 16) Apakah pernah terjadi kegagalan dalam terapi yang dilakukan oleh Puri Nurani ? ¾ Pasti ada 17) Apakah yang biasanya menjadi faktor terjadinya kegagalan dalam terapi ? ¾ Kepatuhan klien ¾ Keinginan klien untuk mengkonsumsi kembali narkoba ¾ Lingkungan yang kurang mendukung ¾ Mental klien yang kurang percaya diri dalam menghadapi masalah hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
18) Bagaimanakah cara menanggulangi faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam terapi ? ¾ Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka dilakukan secara medis misalnya diberikan obat lain yang dapat menghambat kerja obat tersebut ¾ Jika kesalahan dari luar misalnya lingkungan rumah klien yang memungkinkan klien mendapatkan kembali narkoba maka dilakukan detoksifikasi kembali 19) Apakah ada terapi lain yang dapat dilakukan untuk menunjang terapi yang dilakukan, misalnya dengan terapi tanpa menggunakan obat ? ¾ Ada, misalnya penyaluran hobi olah raga atau yoga bisa juga dilakukan
pengjaraan
religiun
agar
klien
dapat
mengatasi
permasalahan hidupnya dengan bijaksana dan tidak mudah terjerumus lagi ke narkoba 20) Apakah terapi tanpa menggunakan obat juga diterapkan dalam terapi yang dilakukan oleh Puri Nurani ? ¾ Ada, tetapi hanya sebagian kecil misalnya penyedian alat olahraga yaitu meja ping-pong, karaoke dan games playstation tujuannya memberikan rasa rileks pada klien agar klien bisa tenang dan dapat bekerja sama dengan baik. Dilihat dari tujuannya Puri nurani melakukan detoks dengan sudut pandang medis jadi yang lebih ditekankan pada aspek mediknya yaitu pada obat-obatan 21) Sejauh mana terapi tersebut dapat mendukung keberhasilan terapi yang diterapkan oleh Puri Nurani ? ¾ Cukup membantu sehingga klien dapat merasa tenang dan mau bekerja sama dengan baik dan klien tidak merasa seperti orang yang sedang sakit sehingga proses detoks dapat berjalan optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
BIOGRAFI PENULIS Penulis Skripsi yang berjudul “Pemilihan, Efek
Samping,
Kombinasi
Dan
Gambaran
Psikotropika
Dalam
Efek Usaha
Detoksifikasi Ketergantungan Napza Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani Periode September – Desember 2003” bernama Martinus Hadibowo, Lahir di Jakarta 15 Maret 1981 dari pasangan bapak Al. Sukiman dan Ibu Al. Sartika. Pendidikan yang ditempuh, yaitu taman kanak-kanak Bunda Hati Kudus Jakarta. Penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Bunda Hati Kudus Jakarta hingga tahun 1993, lalu melanjutkan ke SMP St. Kristoforus Jakarta hingga tahun 1996. Tahun 1999 lulus SMA St. Kristoforus Jakarta, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sampai sekarang.