PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL, ANGKA KAPANG/KHAMIR EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) DARI PT. X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh : Dewi Krisnawati Sumarmianti NIM : 058114075
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL, ANGKA KAPANG/KHAMIR EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) DARI PT. X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh : Dewi Krisnawati Sumarmianti NIM : 058114075
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi Berjudul
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL, ANGKA KAPANG/KHAMIR EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) DARI PT. X
Yang diajukan oleh : Dewi Krisnawati Sumarmianti NIM : 058114075
telah disetujui oleh
Pembimbing
(Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.)
tanggal
iii
Februari 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL, ANGKA KAPANG/KHAMIR EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) DARI PT. X
Oleh : Dewi Krisnawati Sumarmianti NIM : 058114075 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal :
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan,
Rita Suhadi, M. Si., Apt. Pembimbing :
Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt Panitia Penguji 1. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt
.............................
2. Erna Triwulandari, M.Si., Apt.
.............................
3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si
.............................
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan terlalu kreatif untuk dibatasi hanya dengan satu cara untuk memelihara kita. Sebaliknya, Tuhan menemukan banyak cara untuk memenuhi hidup kita dengan berkat-berkat yang tidak kita harapkan...................................... - Russ Knight Jangan takut menghadapi peperangan apapun. Orang yang mengandalkan kekuatannya akan mendapatkan apa yang bisa dilakukan manusia. Tetapi orang yang mengandalkan doanya akan mendapatkan apa yang bisa dilakukan Tuhan Hiduplah karena percaya walaupun tidak melihat. Semakin kita berpegang pada suara Tuhan dengan iman kita, semakin kita akan melihat pertolonganNya............... - Yohanes 20 : 29 Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak............. - Mazmur 37 : 5
Kupersembahkan kepada: Bapak dan ibu tercinta Mba Santi & Mas Rio, Mas Priyo, Dek Icha Seorang yang hadir dan memberiku pengharapan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Desember 2008 Penulis
Dewi Krisnawati Sumarmianti
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Ucap syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa yang Penuh Kasih, atas segala berkat dan anugerah-Nya dalam proses penyelesaian skripsi. Skripsi dengan judul “Uji Angka Lempeng Total, Angka Kapang/Khamir Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dari PT. X” merupakan karya ilmiah penulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Banyak kesulitan yang penulis hadapi dalam proses penyelesaiaan skripsi ini. Namun di tengah kesulitan itu, penulis mendapatkan dukungan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Ibu Yustina Sri Hartini M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas kebijaksanaan dan kesabaran dalam membimbing dalam penyusunan skripsi ini 2. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 3. Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi sekaligus ketua panitia skripsi 4. Ibu Erna Triwulandari, M.Si., Apt. dan Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. selaku tim penguji
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Laboran Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakognosi-Fitokimia : mas Sarwanto, mas Wagiran dan mas Sigit, atas semua bantuan yang diberikan 6. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian : Ika, Yessi, Siska, Lina, Bustan dan Wisely 7. Bapak, Ibu, mba Santi & mas Rio, mas Priyo, dek Icha dan mas Novan yang selalu mendukung, mengasihi, memberi semangat dan mendoakan. 8. Teman-teman angkatan 2005 khususnya FKK ‘05 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi tersempurnanya skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembacanya.
Yogyakarta, 11 Desember 2008 Penulis
Dewi Krisnawati Sumarmianti
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa. Salah satu obat tradisional yang sering digunakan adalah jamu kunyit asam. Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/Menkes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu. Dengan persyaratan mutu diharapkan adanya obat tradisional dengan dosis yang diketahui dan terulangkan, termasuk untuk keamanan bahan baku dan kemanfaatannya. Parameter standar mutu keamanan bahan baku obat tradisional antara lain Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang/Khamir (AKK). Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif dan komparatif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tentang angka lempeng total dan angka kapang/khamir jamu kunyit asam dari PT. X. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan cara deskriptif dan komparatif. Angka Lempeng Total yang diperbolehkan oleh BPOM (2004) tidak lebih dari 10 koloni/gram ekstrak dan angka kapang/khamir tidak lebih dari 10 koloni/gram ekstrak. Pengujian pada ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diperoleh data kuantitatif yaitu ALT pengenceran 10-6 replikasi I adalah 5,5x106 koloni/gram dan AKK pengenceran 10-6 replikasi I dan III adalah 30,3x107 koloni/gram, sehingga ALT dan AKK tidak memenuhi syarat BPOM (2004). Pengujian pada ekstrak daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) diperoleh data kuantitatif yaitu ALT replikasi II pengenceran 10-1 adalah <10 koloni/gram sehingga memenuhi syarat BPOM (2004), dan pengenceran 10-6 adalah 2,9x107 koloni/gram sehingga tidak memenuhi syarat BPOM (2004). Angka Kapang/Khamir replikasi I pengenceran 10-1 diperoleh AKK 3,0 koloni/gram koloni/gram sehingga memenuhi syarat BPOM (2004), dan pengenceran 10-6 adalah 2,0x108 koloni/gram sehingga tidak memenuhi syarat BPOM (2004). Kata kunci : ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.), ekstrak daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.), angka lempeng total (ALT), angka kapang/khamir (AKK).
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Traditional herb for medication is one of Indonesians’ cultures. One of the traditional herbs that are consumed mostly is the traditional herb mixture between curcumas and tamarinds. Departemen Kesehatan (Depkes) RI through Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/Menkes/SK/VII/1994 stated that traditional herbs that cannot meet the standard requirement of security, usefulness, and quality should be restricted from being consumed. By meeting the standard requirement of security, usefulness and quality, it is expected that the dosage of the traditional herbs can be easily known so that the security the raw materials and the usefulness can be assured. The standard quality of security parameter of the raw materials are the Total Plate Count and the Number of Mold/Yeast. This research was non-experimental research with the framework of descriptive and comparative research. This research was aimed to obtain data about the Total Plate Count and the Number of Mold/Yeast of traditional herb mixture of curcumas and tamarinds from PT. X. The data obtained was quantitative data and analyzed using descriptive and comparative method. The allowed amount of the Total Plate Count could not exceded 10 colony/g and the Number of Mold/Yeast amount was not allowed to be more than 10 colony/g. The experiment on turmeric rhizome extract (Curcuma domestica Val.) resulted in quantitative data of ALT dilution 10-6 from the replication I was 5,5x106 colony/gram and AKK dilution 10-6 from the replication I and III was 30,3x107 colony/gram, so ALT and AKK not fulfill the BPOM (2004). The experiment on tamarind extract (Tamarindus indica L.) resulted in quantitative data of ALT replication II which was dilution 10-1 was <10 colony/gram so fulfill the BPOM (2004), and dilution 10-6 is 2,9x107 colony/gram so not fulfill the BPOM (2004). The Number of Mold/Yeast replication I which dilution 10-1 was 3,0 colony/gram so fulfill the BPOM (2004), and dilution 10-6 is 2,0x108 colony/gram so not fulfill the BPOM (2004). Key words: Turmeric Rhizome extract (Curcuma domestica Val.), Tamarind Extract (Tamarindus indica L.), Total Plate count, The Number of Mold/Yeast.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................................
vi
PRAKATA.......................................................................................................
viii
INTISARI.........................................................................................................
x
ABSTRACT.....................................................................................................
xi
DAFTAR ISI....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL............................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xviii
BAB I PENGANTAR.....................................................................................
1
A. Latar Belakang...............................................................................
1
1. Permasalahan......................................................................
3
2. Keaslian Penelitian.............................................................
4
3. Manfaat Penelitian..............................................................
4
B. Tujuan.............................................................................................
4
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................
5
A. Obat Tradisional.............................................................................
5
B. Kunyit dan Asam Jawa...................................................................
8
C. Ekstrak............................................................................................
9
1. Definisi Ekstrak................................................................
9
2. Pengelompokan Ekstrak....................................................
9
D. Sterilisasi........................................................................................
9
E. Media..............................................................................................
12
F. Angka Lempeng Total....................................................................
13
G. Angka Kapang dan Khamir............................................................
17
H. Keterangan Empiris........................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................
21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.....................................................
21
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................
21
1. Variabel Penelitian.............................................................
21
2. Definisi Operasional...........................................................
21
C. Bahan Penelitian.............................................................................
22
D. Alat Penelitian................................................................................
22
E. TataCara Penelitian........................................................................
22
1. Pembuatan Ekstrak Cair.....................................................
22
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji Angka Lempeng Total..................................................
23
3. Uji Angka Kapang/Khamir................................................
24
F. Analisis Hasil.................................................................................
26
1. Uji Angka Lempeng Total...................................................
26
2. Uji Angka Kapang/Khamir..................................................
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
30
A. Penyiapan Sampel..........................................................................
30
B. Angka lempeng total......................................................................
31
1. Homogenisasi Sampel........................................................
31
2. Pengenceran.......................................................................
32
3. Uji Angka Lempeng Total..................................................
33
C. Angka kapang/khamir....................................................................
41
1. Homogenisasi Sampel........................................................
41
2. Pengenceran.......................................................................
42
3. Uji Angka Kapang/Khamir................................................
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................
50
A. Kesimpulan....................................................................................
50
B. Saran...............................................................................................
50
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
52
LAMPIRAN.....................................................................................................
55
BIOGRAFI PENULIS.....................................................................................
72
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I
Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak daging buah asam jawa PT. X ........................................................
Tabel II
Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak rimpang kunyit PT. X ....................................................................
Tabel III
38
40
Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak daging buah asam jawa PT. X ......................................................
46
Tabel IV Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak rimpang kunyit PT. X ....................................................................
xvi
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1a.
Suspensi ekstrak daging buah asam dengan pengenceran 10-1 sampai 10-6 ..................................................................
Gambar 1b.
Suspensi ekstrak rimpang kunyit dengan pengenceran 10-1 sampai 10-6 ...........................................................................
Gambar 2a.
37
Hasil pengujian AKK pada ekstrak daging buah asam jawa pengenceran 10-1 .......................................................
Gambar 3b.
37
Hasil pengujian ALT pada ekstrak rimpang kunyit pengenceran 10-1…………………………………………..
Gambar 3a.
33
Hasil pengujian ALT pada ekstrak daging buah asam jawa pengenceran 10-1…………………………………….
Gambar 2b.
33
45
Hasil pengujian AKK pada ekstrak rimpang kunyit pengenceran 10-1..................................................................
xvii
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak daging buah asam jawa ...........................................................
Lampiran 2
Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak rimpang kunyit.........................................................................
Lampiran 3
60
Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak daging buah asam jawa...........................................................
Lampiran 4
56
64
Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak rimpang kunyit.........................................................................
xviii
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari bahan alam (obat tradisional) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan penggunaan obat tradisional perlu disikapi secara bijak, karena masih adanya pandangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu aman, tidak ada risiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. Tetapi dalam kenyataannya beberapa jenis obat tradisional diketahui toksik, baik sebagai sifat dari bahan obat tradisional itu sendiri maupun akibat kandungan bahan asing yang berbahaya atau tidak diizinkan (Anonim, 2007). Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/Menkes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu. Parameter keamanan meliputi uji cemaran mikroorganisme seperti uji mikroorganisme patogen, uji angka kapang/khamir, uji angka lempeng total, uji nilai duga terdekat coliform, dan uji aflatoksin serta uji cemaran logam berat. Parameter kemanfaatan meliputi jenis, sifat kandungan senyawa kimia aktif dan dosis. Sedangkan parameter mutu meliputi kemurnian kandungan senyawa kimia aktif yang terdapat pada obat tradisional (Anonim, 2005).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan obat tradisional maka diperlukan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang , Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional (Anonim, 2005). Pada penelitian ini dilakukan pengujian tentang keamanan produk jamu instan kunyit asam PT. X. Alasan pemilihan jamu kunyit asam sebagai obyek pengujian karena jamu tersebut banyak dipakai oleh masyarakat. Jamu kunyit asam dibuat dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa. Untuk remaja putri biasanya diminum pada saat menstruasi karena dapat menghilangkan nyeri haid (Anonim, 2008). Bahan baku jamu instan kunyit asam PT. X adalah ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam jawa. Ekstrak tersebut mengandung air, yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme. Meskipun banyak mikroorganisme tidak berbahaya bagi manusia, namun beberapa mikroorganisme pencemar dapat mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penyakit seperti gangguan pencernaan. Oleh karena itu untuk mengetahui bahwa bahan baku jamu instan kunyit asam PT. X berada dalam batas cemaran mikroorganisme yang dipersyaratkan oleh BPOM (2004) yaitu tidak lebih dari 10 koloni/gram ekstrak, maka diperlukan uji mikrobiologi meliputi pengujian Angka Lempeng Total (ALT) dan uji Angka Kapang/Khamir (AKK). Angka Lempeng Total merupakan metode untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil dalam sediaan obat tradisional, sedangkan AKK merupakan metode yang digunakan untuk menetapkan jumlah kapang/khamir dalam obat tradisional.
1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini: a. Berapa Angka Kapang/Khamir dan Angka Lempeng Total pada ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dari PT. X? b. Apakah Angka Lempeng Total dan Angka Kapang/Khamir dari ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam Jawa dari PT. X telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) tahun 2004 dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran penulis, penelitian tentang “Uji Angka Lempeng Total, Angka Kapang/Khamir Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) dari PT. X” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, meliputi : a.
Manfaat teoritis Memberikan data dan informasi terhadap keamanan obat tradisional, khususnya jamu instan kunyit asam yang diperoleh dari PT. X.
b.
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai ALT dan AKK ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. X apakah sesuai dengan ketentuan BPOM RI (2004).
B. Tujuan Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan data dan informasi
tentang cemaran mikroorganisme yaitu cemaran bakteri, kapang/khamir dalam ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. X apakah sesuai dengan BPOM RI (2004) yaitu tidak lebih dari 10 koloni/gram ekstrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992b). Dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (Anonim 2005) , disebutkan bahwa obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani (Anonim, 2005). Pada umumnya khasiat dari obat tradisional tidak dapat langsung dirasakan. Cara kerjanya bertahap dengan pemakaian yang terus-menerus (Soedibyo, 2004). Berdasarkan fakta tersebut, perlu dilakukan uji untuk memberi jaminan bahwa bahan obat tidak mengandung cemaran mikroorganisme yang
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
melebihi batas yang dipersyaratkan oleh BPOM (2004) yaitu tidak lebih dari 10 koloni/gram. Karena jika dalam obat tradisional terdapat cemaran mikroorganisme dengan jumlah yang melebihi batas yang diperbolehkan dan dikonsumsi secara rutin, maka penggunaan obat tradisional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tidak dapat tercapai. Dengan jumlah cemaran mikroorganisme yang melebihi batas, dikhawatirkan dapat berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi jamu, misalnya terjadi gangguan pencernaan (Fardiaz, 1992). Untuk menjamin sediaan obat tradisional aman untuk dikonsumsi, diperlukan penerapan CPOTB pada industri obat tradisional. Anonim (2005) menjelaskan pedoman CPOTB yang meliputi :
Personalia. Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup.
Bangunan. Bangunan industri obat tradisional hendaklah menjamin aktifitas industri dapat berlangsung dengan aman.
Peralatan. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sanitasi dan hygiene. Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan hygiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia, bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran produk.
Penyimpanan bahan baku. Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah memenuhi persyaratan yang berlaku.
Pengolahan dan pengemasan. Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.
Pengawasan mutu. Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi.
Inspeksi diri. Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut.
Dokumentasi. Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
rangkaian kegiatan pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
B.
Kunyit dan Asam Jawa
Tanaman yang mengandung senyawa kimia seperti karbohidrat, protein, lemak bermanfaat sebagai makanan bagi manusia dan hewan. Tanaman yang mengandung banyak senyawa kimia seperti glikosida, alkaloid, terpenoid menyebabkan tanaman tersebut memiliki efek terapetik. Senyawa dengan efek terapetik ini disebut konstituen aktif, sedang yang lain disebut konstituen inert (Robbers, et.al., 1996). Salah satu tanaman yang memiliki efek terapetik adalah kunyit (Curcuma domestica Val.), sehingga tanaman ini sering digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Secara tradisional, rimpang kunyit digunakan dalam ramuan dengan buah asam jawa untuk pengobatan berbagai penyakit seperti menghilangkan nyeri
pada wanita haid. Rimpang kunyit mengandung
kurkuminoid yang dilaporkan memiliki efek analgetika, senyawa ini stabil dalam suasana asam, oleh karena itu ditambahkan buah asam yang mengandung asam sitrat dan asam malat untuk menstabilkan kurkuminoid. Penggunaan bahan baku jamu kunyit asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara produsen (Suharmiati dan Handayani, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Ekstrak 1.
Definisi ekstrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). 2.
Pengelompokan ekstrak Berdasarkan sifatnya, Voigt (1994) mengelompokkan ekstrak menjadi : a. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki
konsistensi cair dan mudah dituang. b. Ekstrak encer (extractum tenue). Pada ekstrak encer memiliki konsistensi madu dan mudah dituang. c. Ekstrak kental (extractum spissum). Memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. d. Ekstrak kering (extractum siccum). Memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
D. Sterilisasi Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak didapatkan mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
baik yang akan mengganggu/merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan (Suriawiria, 1985). Keamanan produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Berbeda dengan jamu ramuan segar, jamu instan dibuat dengan caracara yang sudah dibakukan oleh produsen jamu dengan berbagai peralatan maupun proses salah satunya yakni sterilisasi, yang mendukung keamanan produk jamu (Suharmiati dan Handayani, 1998). Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahanbahan dari segala bentuk kehidupan, terutama mikroorganisme. Macam sterilisasi yang digunakan tergantung pada
macam sifat dan bahan. Penelitian ini
menggunakan metode sterilisasi yaitu : 1. Sterilisasi dengan panas Penggunaan panas merupakan cara termudah untuk mensterilkan bahan, dengan syarat bahwa bahan tersebut tahan terhadap pemanasan. Suhu 121oC selama 15 menit digunakan untuk mematikan spora. Uap harus dipertahankan pada tekanan 15 lb/sq di atas tekanan atmosfer untuk memperoleh suhu 121oC (Jawetz dkk, 1996). Sterilisasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu : sterilisasi panas lembab dan sterilisasi panas kering (Hadioetomo, 1985). Disebut sterilisasi panas lembab, bila digunakan bersama-sama dengan uap air dan sterilisasi panas kering, bila tanpa kelembaban. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kalori per gram uap air pada suhu 121oC. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya (Hadioetomo,1985). Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas, yaitu endospora bakteri, berperilaku seakan-akan tidak mengandung kelembaban, maka panas kering harus mencapai suhu 166oC–175oC untuk dapat mematikannya. Dapat diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus, atau menguap pada suhu setinggi itu (Hadioetomo,1985). 2. Sterilisasi dengan bahan kimia Pelaksanaanya dilakukan dengan menggunakan gas atau cairan pembunuh mikroorganisme yang secara khusus diterapkan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan, sediaan atau barang yang jika dipanaskan sekali atau berulang kali sedikit banyak akan mengalami perubahan (Hadioetomo, 1985). Bahan kimia lain yang dapat digunakan adalah alkohol yang merupakan senyawa dengan struktur R-CH2OH ( di mana R berarti “gugus alkil”) bersifat racun terhadap sel pada konsentrasi yang relatif tinggi. Pada konsentrasi yang biasa dipakai (70 % larutan dalam air) alkohol bekerja sebagai denaturan protein (Jawetz dkk, 1996). 3. Sterilisasi dengan radiasi Sinar matahari
yang
dipancarkan
langsung pada
sel
vegetatif
mikroorganisme dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sporanya lebih tahan terhadap sinar matahari. Aktivitas bakterisida dari sinar matahari disebabkan oleh sinar ultraviolet dari spektrum sinar. Sinar ultraviolet yang dipancarkan dari lampu uap merkuri sering digunakan untuk menyinari ruangan sehingga mengurangi kontaminasi mikroorganisme di udara. Radiasi ultraviolet menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel hidup (Fardiaz,1992).
E. Media Untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme, diperlukan suatu substrat makanan yang biasa disebut media, karena di dalam media mengandung unsurunsur makanan yang diperlukan oleh jasad tersebut untuk tetap hidup. Unsurunsur makanan itu dapat berupa garam-garam anorganik, dan senyawa-senyawa organik seperti asam-asam amino dan vitamin-vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan. Bahan-bahan nutrien yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam laboratorium disebut kultur media. Media itu sendiri sebelum digunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi mikroorganisme lain yang tidak diharapkan (Jawetz, dkk, 1996). Berdasarkan konsistensinya, media dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: media padat, media cair, dan media semi padat/cair. Berdasarkan komposisi atau susunannya, media dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : media sintesis (media yang dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya), dan media non sintesis (media yang tidak dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
merupakan bahan-bahan alami seperti kentang, nutrient kaldu, telur, dan sebagainya) (Tarigan, 1988). Berikut ini adalah media yang digunakan untuk penelitian : 1. Plate Count Agar PCA digunakan untuk penghitungan jumlah mikroorganisme dalam susu, juga digunakan untuk penghitungan jumlah mikroorganisme dalam air, makanan dan produk susu serta spesimen lain, termasuk juga untuk obat tradisional. Plate Count Agar berisi digesti pankreatik kasein, ekstrak ragi dan glukosa yang penting untuk pertumbuhan dari mikroorganisme (Atlas,1997). 2. Potatoes Dextrose Agar PDA merupakan media yang digunakan untuk memacu produksi konidia oleh fungi. Infus dari kentang dan dekstrosa pada media ini menyediakan faktor nutrien yang sangat baik untuk pertumbuhan fungi (Murray, 1999).
F. Angka Lempeng Total (ALT) Angka Lempeng Total merupakan metode yang digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sediaan obat tradisional. Prinsip cara pengujian ini yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai (Anonim, 2006). Penentuan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count). Pada cara ini dihitung semua bakteri baik yang hidup maupun yang mati. Pada penghitungan dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu: Menghitung langsung secara mikroskop. Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Untuk ini digunakan kaca obyek khusus yang bergaris(Petroff-Hauser) berbentuk bujur sangkar. Jumlah cairan yang terdapat antara kaca obyek dan kaca penutup mempunyai volume tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam bujur sangkar juga tertentu (Lay,1994). Pembesaran yang digunakan untuk melihat bakteri membatasi volume cairan yang diperiksa. Hanya cairan yang mengandung jumlah bakteri yang tinggi yang dapat menggunakan cara ini. Selain menghitung secara langsung dengan mata, dapat pula digunakan alat penghitung elektronik coulters counter. Dengan alat ini dihitung semua benda yang memiliki ukuran diameter 30µm, sehingga cairan yang akan dihitung jumlah bakterinya haruslah benar-benar hanya mengandung bakteri (Lay,1994). Pada penghitungan dengan metode ini hasil pengenceran dari bahan tidak ditanam dalam cawan berisi media, tetapi diteteskan dalam ruang penghitung, yaitu kaca obyek khusus yang selanjutnya dilihat di bawah mikroskop terhadap sel mikroba yang terdapat dalam kolom-kolom penghitung. Misalnya didapatkan jumlah yang terhitung 12 sel, maka penghitungan jumlah sel adalah : 12 x 25 x 50 x 103 = 1,5 x 107 sel/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
di mana 12 = jumlah sel yang terhitung, 25 = jumlah kotak pada ruang penghitung yang dipergunakan untuk menghitung, 50 = volume tiap-tiap kotak, dan 103 = pengenceran sampel. Penghitungan dengan metode ini mempunyai keuntungan yaitu semua sel bakteri yang hidup maupun mati dapat dihitung. Adapun kerugian dari metode ini yaitu kesalahan menghitung akan didapat kalau sistem pengencerannya tidak homogen lagi (Lay,1994). Menghitung dengan cara kekeruhan. Cara ini menggunakan alat spektrofotometer. Dasar teknik ini adalah banyaknya cahaya yang diabsopsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas-batas tertentu. Jumlah mikroba dalam suspensi dapat ditentukan dengan menentukan kerapatan optik. Pengukuran kerapatan optik menggunakan kolorimeter yang membiaskan cahaya dengan gelombang tertentu. Gelombang cahaya melewati suspensi biakan dan banyaknya cahaya yang ditransmisikan setelah melewati suspensi diukur. Jumlah cahaya yang ditransmisikan setelah melewati suspensi biakan berbanding terbalik dengan jumlah mikroba dan jumlah cahaya yang diabsorpsi. Jumlah cahaya yang diabsorpsi tergantung pada bentuk dan besar sel (Lay,1994). Spektrofometer dapat mengukur kepekatan sel dari suspensi dalam %T (transmitance) atau OD (jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan). Dalam mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan, karena OD sebanding dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay,1994)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Jumlah bakteri yang hidup (viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup, sehingga dikatakan lebih tepat bila dibandingkan dengan cara total cell count. Pada metode ini diasumsikan bahwa setiap sel mikroba hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu (Hadioetomo,1985). Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena beberapa mikroba tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan 1 koloni. Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah colony forming units (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan. Lempeng agar dengan koloni >300 sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel akan membantu untuk memperoleh penghitungan jumlah yang benar, namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempeng agar dengan jumlah koloni yang rendah(<30 koloni). Lempeng demikian tidak absah secara statistik untuk digunakan dalam perhitungan (Lay,1994).
Jumlah bakteri yang dihitung dengan metode ini adalah jumlah bakteri yang hidup (viable count). Pada metode ini diasumsikan bahwa setiap sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mikroorganisme yang hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan
dari
jumlah
mikroorganisme
dalam
suspensi
tertentu
(Hadioetomo,1985). Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan 1 koloni. Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah colony forming units (CFU) untuk menghitung jumlah mikroorganisme hidup (Lay, 1994).
G. Angka Kapang/Khamir (AKK) Timbulnya kapang/khamir, erat kaitannya dengan kondisi tempat tumbuh tanaman serta cara pembuatan simplisia melalui pengeringan. Kondisi tempat tumbuh yang rentan untuk ditumbuhi fungi adalah tempat yang lembab atau basah, karena fungi memerlukan air untuk melangsungkan hidupnya (Tjitrosomo, 1986). Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen. Filamen merupakan ciri khas morfologi kapang yang membedakan dengan khamir. Dengan adanya filamen, penampakan koloni kapang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan membentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat morfologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kapang baik penampakan makroskopik maupun mikroskopik digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi kapang (Fardiaz, 1992). Khamir adalah fungi uniseluler, pada beberapa genus ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Sebagian besar khamir termasuk dalam kelas Ascomycetes, sebagian kecil termasuk dalam kelas Basidiomycetes dan fungi imperfecti. Khamir yang termasuk kelas pertama dan kelas kedua berkembang biak dengan tunas (budding), pembelahan sel, spora aseksual, dan spora seksual. Kelas ketiga hanya dapat berkembang biak secara aseksual yaitu dengan tunas, pembelahan sel, dan spora aseksual. Pada umumnya, kebanyakan khamir berkembang biak dengan tunas (Jutono, Soedarsono, Hartadi, Suhadi, Soesanto, 1980). Perhitungan jumlah kapang dan khamir memiliki ketentuan umum yaitu secara tradisional, media yang diasamkan digunakan untuk menghitung kapang/khamir dalam obat tradisional. Penambahan antibiotik juga dapat dilakukan untuk menghambat perkembangan koloni bakteri. Berbagai media dapat digunakan untuk menghitung jumlah kapang/khamir yang hidup, tergantung pada sifat alami obat tradisional dan spesies kapang/khamir yang ada. Media yantibiotika pada plate count agar atau dichloran roses bengal agar dengan teknik pengenceran (Hidayat, dkk, 2006). Kapang dan khamir biasanya dihitung dengan teknik surface spread plate daripada pour plate. Teknik ini memaksimalkan penampakan sel terhadap oksigen udara dan stres suhu pendinginan agar. Spread plate agar dikeringkan semalam sebelum digunakan. Buffer fosfat atau peptone water 0,1% baik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pengenceran sampel. Antibiotik yang sering digunakan dalam media dengan pH netral adalah chlortetracycline, chloramphenicol, oxytetracycline, gentamicine, streptomycin, dan kanamycin. Chloramphenicol (100 mg/ml) atau gentamicin (50 g/ml) adalah yang direkomendasikan karena stabil terhadap panas dan spektrum antibakterinya luas. Kedua antibiotik ini dapat disterilkan pada autoklaf dalam media lengkap. Inkubasi biasanya dilakukan pada suhu 22-25oC selama 5 hari sebelum koloni dihitung. Jika tidak tersedia inkubator maka dapat digunakan suhu ruang dengan mencatat perubahan suhu yang terjadi (Hidayat, dkk, 2006). Pada penelitian ini, perhitungan angka kapang/khamir berdasarkan pada cara uji cemaran mikroorganisme SNI 01-2897-1992. Prinsip dari uji angka kapang/khamir adalah pertumbuhan kapang dan khamir dalam media yang sesuai, setelah diinkubasi pada suhu 25 0C atau suhu kamar selama 5 hari.
H. Keterangan Empiris Obat tradisional yang baik harus memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu. Berdasarkan hal tersebut BPOM RI tahun 2004 mengeluarkan peraturan tentang batasan cemaran mikroorganisme yang masih diperbolehkan berada pada obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin keamanan obat tradisional. Oleh karena itu perlu dilakukan uji ALT dan AKK pada obat tradisional, karena ALT dan AKK yang memenuhi syarat akan menjamin keamanan obat tradisional untuk dikonsumsi. Penelitian ALT dan AKK pada bahan baku jamu kunyit asam, yaitu ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian
non eksperimental dengan
20
rancangan penelitian deskriptif dan
komparatif. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang cemaran mikroorganisme yaitu cemaran bakteri dan kapang/khamir dalam ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
non eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif dan komparatif, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan perlakuan pada subjek penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a.
Variabel pengacau terkendali : sterilisasi media, sterilisasi alat, media yang digunakan
b.
Variabel pengacau tak terkendali : kontaminasi ekstrak akibat proses pengangkutan dan
penyimpanan
ekstrak
2. Definisi operasional : a.
Ekstrak yang diuji adalah ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. Sidomuncul.
b.
Angka Lempeng Total merupakan jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang dianalisis sesuai dengan Anonim (1992a).
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
22
Angka kapang/khamir merupakan jumlah kapang dan khamir yang terdapat dalam ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang dianalisis sesuai dengan Anonim (2006).
C. Bahan Penelitian Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan ekstrak daging buah asam (Tamarindus indica L) dari PT. X, media Plate Count Agar (PCA), pengencer Buffered Pepton Water (BPW), Potato Dextrose Agar (PDA), pengencer Peptone Water (PW), kloramfenikol.
D. Alat Penelitian Vortex, Autoklaf, Inkubator, cawan petri, waterbath, colony counter, mikropipet, Laminar Air Flow (LAF), Bunsen, alat-alat gelas.
E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan ekstrak cair Ekstrak cair rimpang kunyit dan daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. X dibuat dengan cara : a.
ekstrak cair rimpang kunyit dibuat dengan bahan dasar kunyit segar yang kemudian dilakukan proses penggilingan dan pengepresan. Hasil dari proses pengepresan, dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak cair kunyit.
b.
ekstrak cair daging buah asam jawa dibuat dengan bahan dasar daging buah asam jawa matang yang direndam dalam air kemudian dilakukan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pengepresan dan penyaringan. Hasil dari proses penyaringan, dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak cair daging buah asam jawa.
2.
Uji angka lempeng total a.
Pengambilan sampel. Sampel adalah ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. X.
b.
Persiapan dan homogenisasi sampel. Dengan cara aseptik, ditimbang 1 gram ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam 9 ml Buffered Peptone Water (BPW) hingga diperoleh pengenceran 1:10. Dihomogenkan
dengan
baik
kemudian
dilanjutkan
dengan
pengenceran 10-2 sampai 10-6. c.
Cara pembuatan media. Media yang digunakan adalah Plate Count Agar (PCA) yang dibuat dengan cara menimbang 17,5 gram serbuk PCA dan dilarutkan dalam 1 liter air suling, dipanaskan sampai mendidih (sambil diaduk). Kemudian disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit dengan autoklaf.
d.
Cara pembuatan larutan pengencer. Pengenceran menggunakan larutan Buffered Peptone Water (BPW) yang dibuat dengan cara menimbang 20 gram serbuk BPW dilarutkan dalam 1 liter air suling dan diukur pH 7,0 + 1. Kemudian disterilkan dengan autoklaf 121oC selama 15 menit.
e.
Cara pengujian. Dipipet 1 ml dari masing-masing pengenceran, dimasukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo. Ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
setiap cawan petri dituangkan sebanyak 12-15 ml media PCA yang telah dicairkan yang bersuhu 45 ± 1oC dalam waktu 15 menit dari pengenceran pertama. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati hingga contoh tercampur rata dengan pembenihan. Pemeriksaan kontrol dilakukan dengan mencampur air pengencer dengan pembenihan untuk setiap contoh yang diperiksa. Biarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari pengeram (inkubator) 0
dan diinkubasi pada suhu 35±1 C selama 24-48 jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan yang mengandung 25-250 koloni setelah 48 jam. Dihitung angka lempeng total dalam 1 gram contoh dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan (sesuai).
3.
Uji angka kapang/khamir a. Pengambilan sampel. Sampel yang digunakan adalah ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. X. b. Persiapan dan penghomogenan sampel. Dengan cara aseptik, ditimbang 1 gram ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam 9 ml Peptone
Water
Dihomogenkan
(PW)
hingga
diperoleh
pengenceran
dengan
baik
kemudian
lanjutkan
pengenceran 10-2 sampai 10-6.
1:10. dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c. Cara pembuatan media. Sebanyak 39 gram serbuk Potato Dextrose Agar (PDA) disuspensikan dalam 1000 mL air suling, kemudian dilarutkan
dengan
pemanasan
dan
diaduk
hingga
merata,
dimasukkan dalam wadah yang sesuai kemudian masukkan kloramfenikol 100 mg/liter media. Disterilisasi dengan autoklaf 0
selama 15 menit dengan suhu 121 C lalu didinginkan hingga suhu 45 ± 10C. d. Cara pembuatan larutan pengencer. Pengenceran menggunakan PW. Sebanyak 1 gram serbuk peptone ditimbang dan dilarutkan dalam 1000mL air suling, dihomogenkan dan disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C. e. Cara pengujian. Dipipet 1 ml dari masing-masing pengenceran, dimasukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo. Ke dalam setiap cawan petri dituangkan sebanyak 15-20 ml media PDA yang telah dicairkan yang bersuhu 45 ± 10C. Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati hingga contoh tercampur rata dengan pembenihan. Pemeriksaan kontrol dilakukan dengan mencampur air pengencer dengan pembenihan untuk setiap contoh yang diperiksa. Dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku, dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari pengeram (inkubator) dan diinkubasi pada suhu 25 0C atau suhu kamar selama 5 hari. Dihitung koloni kapang dan khamir setelah 5 hari. Dicatat hasil sebagai jumlah kapang dan kamir per gram contoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
F. Analisis Hasil 1. Uji Angka Lempeng Total Cara menganalisis hasil pengujian sesuai dengan Anonim (1992a), yaitu: a.
pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan. Dihitung semua koloni dalam cawan petri dengan menggunakan alat penghitung koloni (Colony counter). Dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram
b.
jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 atau lebih besar dari 250, dihitung rata-rata jumlah koloni, dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per gram
c.
jika hasil dari 2 pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-250 koloni, dihitung jumlah koloni dari masing-masing pengenceran seperti yang disebut pada butir a dan b di atas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari dua kali jumlah yang terkecil, dinyatakan jumlah yang terkecil sebagai jumlah bakteri per gram
d.
jika rata-rata jumlah koloni masing-masing petri tidak terletak antara 25 dan 250 koloni, dihitung jumlah koloni seperti pada butir a dan b di atas, dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per gram
e.
jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi dalam 2, 4, atau 8 sektor. Dihitung jumlah koloni dalam satu bagian atau lebih. Untuk mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan dengan faktor pembagi dan pengenceran. Dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per gram f.
jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka jumlah koloni yang didapat = 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri perkiraan permililiter atau gram lebih besar dari jumlah yang didapat (lebih besar dari 1600 x faktor pengenceran)
g.
jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, nyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan pengenceran yang terendah (< 10)
h.
menghitung koloni perambat (spreader) Ada 3 macam perambatan pada koloni, yaitu : 1. merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah 2. perambatan yang terjadi di antara dasar cawan petri dan pembenihan 3. perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan pembenihan. Kalau terjadi hanya 1 (satu) perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap 1 (satu). Tetapi bila 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal dari sumber yang terpisah-pisah, maka tiap sumber dihitung sebagai 1 (satu) koloni. Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena koloni dalam keadaan semacam ini agak sukar dihitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i.
28
cara menghitung dan membulatkan angka Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua (dimulai dari kiri), sedangkan angka yang ketiga diganti dengan 0 apabila kurang dari 5 dan apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambahkan pada angka yang kedua. Contoh :
523.000 dilaporkan sebagai 520.000 (5,2 x 105). 83.600 dilaporkan sebagai 84.000 (8,4 x 104).
2. Uji Angka Kapang/Khamir Cara menganalisis hasil pengujian sesuai dengan Anonim (2006) yaitu : dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir dalam tiap gram atau mL sampel Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut : a.
bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.
29
bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran di bawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah (misal : pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 30 koloni, maka dipilih jumlah koloni pada pengenceran 10-2 yaitu 60 koloni). Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran di bawahnya, maka diambil angka ratarata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dan khamir dalam tiap gram sampel ( misal pada pengenceran
pada
pengenceran
10-2
diperoleh
60
koloni
dan
pengenceran 10-3 diperoleh 10 koloni, maka angka kapang/khamir adalah : 6 10 x10 3 8 x10 3 2
c.
bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka kapang dan khamir perkiraan.
d.
bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka angka kapang dan khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyiapan Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dari PT. X. Ekstrak cair rimpang kunyit terbuat dari rimpang kunyit segar yang diproses dengan penggilingan dan pengepresan. Proses penggilingan yang dilakukan bertujuan untuk menghaluskan rimpang kunyit sehingga mempermudah proses selanjutnya dan proses pengepresan bertujuan untuk mengeluarkan zat aktif dari rimpang kunyit. Hasil dari proses pengepresan selanjutnya dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak cair kunyit. Ekstrak cair daging buah asam jawa dibuat dengan bahan dasar daging buah asam jawa yang sudah matang yang direndam dengan air, dilakukan pengepresan lalu disaring. Proses perendaman dengan air bertujuan untuk melarutkan zat aktif dalam daging buah asam jawa. Setelah direndam, kemudian perlu dilakukan pengepresan untuk mempermudah penyaringan. Tujuan dilakukan penyaringan adalah memisahkan zat padat (bagian daging buah asam jawa yang sudah dipres) dengan zat cair (hasil perendaman).
Hasil dari proses tersebut
dipekatkan dengan suhu rendah dan diperoleh ekstrak cair. Berdasarkan Anonim (1995a) yang disebut dengan ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak yang diperoleh dari PT. X berwujud cair, oleh karena itu untuk mendapatkan ekstrak seperti yang dimaksud dalam Anonim (1995a) maka pelarut yang digunakan harus diuapkan agar mendapatkan ekstrak yang kental. Pada penelitian ini, penguapan pelarut dilakukan dengan bantuan oven yang sisi bagian dalamnya sebelumnya telah dilap menggunakan alkohol 70% untuk mencegah bertambahnya mikroorganisme pada ekstrak dan wadah yang digunakan sebagai tempat ekstrak juga disterilkan terlebih dahulu dengan autoklaf. Penguapan dengan oven dilakukan pada suhu 50oC hingga diperoleh massa yang kental. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ekstrak memenuhi baku yang telah ditetapkan, maka dilakukan uji cemaran mikroorganisme yang meliputi ALT dan AKK. Baku yang ditetapkan yaitu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anonin (2004).
B. Angka Lempeng Total 1. Homogenisasi sampel Homogenisasi merupakan cara penyiapan sampel untuk memperoleh distribusi bakteri sebaik mungkin di dalam sampel yang ditetapkan (Anonim, 1992a). Dasar dari homogenisasi adalah membebaskan sel-sel bakteri yang terlindung oleh partikel dalam sampel dan untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin terganggu kelangsungan hidupnya karena kondisi yang kurang menguntungkan di dalam sampel (Hadioetomo, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Larutan pengencer yang digunakan untuk menghomogenkan sampel yaitu Buffered Peptone Water (BPW) yang mengandung peptone, natrium klorida, disodium hydrogen phosphate dan kalium dihidrogen phosphate. Peptone merupakan protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, dan putih telur. Komponen utama dari protein adalah nitrogen (N2) yang berperan dalam sintesis protein bakteri. Natrium klorida, disodium hydrogen phosphate dan kalium dihidrogen phosphate merupakan mineral-mineral yang juga dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Seharusnya, BPW diatur agar pH-nya 7,0. Namun dalam uji, diperoleh pH BPW 6,79 yang kemungkinan dapat terjadi karena air yang digunakan untuk mengencerkan BPW memiliki pH yang cenderung asam. Namun perbedaan ini tidak bermakna karena kebanyakan bakteri dapat hidup paling cocok atau paling baik pada pH 6,5 sampai 7,5 yang merupakan pH optimum (Tarigan, 1988). Sehingga buffer dalam BPW berperan untuk menjaga pH agar tetap sesuai untuk pertumbuhan bakteri. Homogenisasi sampel dilakukan secara aseptik di dekat nyala api Bunsen dengan mengencerkan 1 gram sampel menggunakan 9 ml BPW sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. 2. Pengenceran Pengenceran dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan koloni bakteri dengan jumlah antara 25-250 sehingga mempermudah perhitungan koloni. Jika tidak dilakukan pengenceran, maka koloni bakteri akan sangat pekat sehingga penghitungan koloni sulit dilakukan (Tarigan, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Suspensi dengan pengenceran 10-1 selanjutnya diencerkan terus hingga pengenceran 10-6. Sama seperti larutan pengencer untuk homogenisasi sampel, pengenceran selanjutnya juga menggunakan BPW. Karena BPW mengandung zatzat yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bakteri, maka BPW bukan hanya berperan untuk mengencerkan sampel saja, tetapi juga untuk memberi nutrisi bagi bakteri supaya dapat hidup.
Gambar 1a. suspensi ekstrak daging buah asam jawa dengan pengenceran dari kiri ke kanan, 10-1 sampai 10-6
Gambar 1b. suspensi ekstrak rimpang kunyit dengan pengenceran dari kiri ke kanan, 10-1 sampai 10-6
3. Uji angka lempeng total Uji angka lempeng total digunakan untuk menghitung cemaran bakteri. Bakteri yang ditentukan jumlahnya adalah bakteri yang hidup (viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup dan membentuk koloni pada kondisi percobaan yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ALT harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun mikroorganisme yang terdapat dalam sampel tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi karena pengaruh sesuatu dapat menjadi mikroorganisme yang membahayakan. ALT juga dapat digunakan sebagai petunjuk sampai tingkat berapa industri tersebut melaksanakan CPOTB (Anonim, 1994). Pada uji ini akan dilihat jumlah bakteri yang mencemari ekstrak rimpang kunyit dan ekstak daging buah asam jawa yang merupakan bahan baku untuk pembuatan jamu kunyit asam. Masing-masing sampel direplikasi 3 kali, dan masing-masing replikasi dibuat duplo untuk pengujian ALT ini. Tiap sampel yang telah diencerkan dan dibuat seri larutan, selanjutnya ditanam pada media Plate Count Agar (PCA) yang berisi digesti pankreatik kasein, yeast extract, glukosa dan agar. Digesti pankreatik kasein
menyediakan asam amino dan substansi
nitrogen yang penting untuk pertumbuhan bakteri. Yeast extract terutama menyediakan vitamin B-kompleks, dan glukosa merupakan sumber energi. Agar merupakan zat yang ideal untuk kebanyakan pembenihan padat. Agar merupakan suatu polisakarida asam yang diekstraksi dari ganggang merah tertentu. Sel-sel yang terletak di atas atau dalam pembenihan padat tidak dapat bergerak. Karena itu, jika beberapa sel diletakkan pada atau dalam pembenihan padat, setiap sel akan tumbuh dan membentuk koloni yang terpisah. Penanaman koloni bakteri pada media menggunakan metode tabur (pour plate). Media PCA cair yang sudah disterilkan dan memiliki pH 7,0 dituang pada cawan petri yang telah berisi 1 ml suspensi sampel. Suspensi agar dalam air akan mencair pada suhu 100 0C, membentuk larutan yang bening dan akan mengeras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pada suhu 450C. Jadi, agar steril didinginkan hingga suhunya 45±1 0C kemudian ditambahkan pada suspensi sampel, yang selanjutnya dibiarkan sampai memadat. Oleh karena itu, bakteri yang akan dihitung harus tahan terhadap suhu media yang berkisar 45 0C. Bila agar-agar telah mengeras, sel-sel tidak dapat bergerak lagi dan akan tumbuh membentuk koloni yang terpisah. Bila suspensi sampel cukup encer, koloni-koloni akan terpisah dengan baik sehingga setiap koloni mempunyai kemungkinan besar berasal dari satu sel. Prinsip pengujian ALT yaitu pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasi dalam pembenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 35±1 0C. Mikroorganisme mesofil mempunyai suhu optimum yang berkisar antara 20-50 0C (Atlas, 1986), sedangkan Tortora (1986) menyatakan suhu optimum organisme ini berkisar antara 25-40 0C. Mikroorganisme ini merupakan kelompok mikroorganisme yang paling umum dijumpai. Mikroorganisme aerob merupakan mikroorganisme yang membutuhkan adanya oksigen untuk metabolismenya. Mikroorganisme golongan ini hanya dapat hidup apabila ada oksigen untuk melangsungkan oksidasi biologis. Kondisi pertumbuhan diatur sedemikian rupa agar sesuai untuk pertumbuhan bakteri namun kurang sesuai untuk khamir. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhannya maksimum yakni sekitar pH 6,5-7,5. Sebaliknya, khamir menyukai pH 4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5-8,5. Oleh karena itu, pada uji ini dijaga kondisi pertumbuhan pada pH normal agar pertumbuhan bakteri maksimum, walaupun khamir masih dapat tumbuh namun pH demikian bukanlah merupakan pH pertumbuhan khamir yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
baik. Hal ini juga didukung oleh suhu inkubasi uji yaitu 35 0C. Khamir pada umumnya tergolong mesofil, yaitu pertumbuhan yang baik pada suhu 25-30 0C. Sedangkan suhu optimum pertumbuhan bakteri mesofil adalah 25-40 0C. Berarti, dengan kondisi demikian maka lebih memungkinkan bakteri tumbuh lebih baik daripada khamir. Cawan petri yang telah berisi suspensi sampel dan media padat diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35±1 0C selama 24-48 jam. Koloni bakteri yang tumbuh selanjutnya dihitung sesuai dengan cara menghitung dan menyatakan hasil yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (1992). Cawan petri diinkubasi terbalik agar uap air yang terkondensasi pada tutup cawan tidak menetes pada media, yang dapat mengacaukan perhitungan koloni karena menyebabkan koloni tidak terpisah. Suhu inkubasi pada 35±1
0
C karena
merupakan suhu optimum bakteri golongan mesofil. Untuk memastikan bahwa mikroorganisme yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel, maka dalam melaksanakan pengujian harus dilakukan secara aseptik dengan sterilisasi alat, bahan dan ruangan (LAF). Selain itu dibuat juga kontrol media (PCA) dan kontrol negatif (PCA+BPW). Adanya kontrol media dimaksudkan untuk memastikan mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari media, sedangkan kontrol negatif dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari pengencer yang digunakan. Setelah inkubasi pada suhu 35 ± 1 0C selama 24-48 jam, koloni yang tumbuh pada petri dihitung dan analisis dengan cara yang ditetapkan oleh Badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Standardisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia No. 01-2897-1992 sehingga dapat diketahui jumlah koloni/gram ekstrak.
Gambar 2a. hasil pengujian ALT pada ekstrak daging buah asam jawa pengenceran 10-1
Gambar 2b. hasil pengujian ALT pada ekstrak rimpang kunyit pengenceran 10-1
Berdasarkan Anonim (2004), nilai ALT untuk ekstrak kental rimpang kunyit tidak boleh lebih dari 10 koloni/gram. Sedangkan dari berbagai literatur, tidak ditemukan berapa nilai ALT ekstrak daging buah asam yang diperbolehkan. Namun dari semua ekstrak yang terdapat di Anonim (2004), nilai ALT semua jenis ekstrak tidak boleh lebih dari 10 koloni/gram. Seperti telah disebutkan di atas, ALT harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun mikroorganisme yang terdapat dalam sampel tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi karena pengaruh sesuatu dapat menjadi mikroorganisme yang membahayakan. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa nilai ALT tidak labih dari 10 koloni/gram (≤10 koloni/gram) merupakan batas yang menyatakan bahwa obat tradisional tidak membahayakan bagi kesehatan sehingga aman dikonsumsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel I. Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak daging buah asam jawa PT. X ALT (kol/g) <10 1,9 x 103
MS TMS
3,2 x 105
TMS
1,2 x 106 2,7 x 107
TMS TMS
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<10 <10 2,0 x 103 1,1 x 105 1,5 x 106 2,9 x 107
MS MS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<10 2,4 x 103 3,5 x 104 1,3 x 105
MS TMS TMS TMS
1,7x107
TMS
Replikasi Pengenceran
I
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Ket.
Kontrol Media (PCA) Replikasi I Media (PCA) Replikasi II Media (PCA) Replikasi III
Inkubasi 48 jam 1 0 1
Pengencer (BPW) Replikasi I Pengencer (BPW) Replikasi II Pengencer (BPW) Replikasi III
1 1 1
Berdasarkan tabel di atas (tabel lengkap pada lampiran 1), dapat dilihat ALT untuk masing-masing replikasi. Nilai ALT tersebut kemudian dibandingkan dengan persyaratan dari BPOM (2004) yang menyatakan bahwa ALT ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tidak lebih dari 10 koloni/gram. Dari 3 replikasi dengan pengenceran 10-1 sampai 10-6, tampak pada tabel bahwa pengenceran 10-1 dari semua replikasi dan pengenceran 10-2 dari replikasi II memenuhi syarat (MS) dengan nilai ALT <10 koloni/gram. Namun pada pengenceran 10-2 dari replikasi I dan III dan pengenceran 10-3 sampai 10-6 dari semua replikasi menunjukkan nilai ALT yang tidak memenuhi syarat (TMS) karena lebih dari 10 koloni/gram, misalnya pada replikasi II dengan pengenceran 10-6 adalah 2,9x107 koloni/gram . Seharusnya, semakin tinggi konsentrasi sampel maka jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri juga semakin banyak, sehingga jika pada konsentrasi sampel yang tinggi saja nilai ALT-nya memenuhi syarat, maka konsentrai yang lebih rendah pasti juga memenuhi syarat. Hasil dari penelitian yang menyimpang ini kemungkinan dapat disebabkan karena kurang aseptisnya kerja atau penggunaan pengencer yang kurang steril. Ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan bakteri pada kontrol pengencer. Semakin rendah konsentrasi sampel maka semakin banyak pengencer yang digunakan, sehingga jumlah cemaran bakteri dari pengencer juga semakin banyak. Oleh karena itu untuk memastikan bahwa koloni yang tumbuh pada media adalah benar-benar dari sampel, maka kontrol media dan kontrol pengencer seharusnya terbebas dari kontaminasi bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel II. Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak rimpang kunyit PT. X
I
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
ALT (kol/g) 1,0 x 103 1,0 x 104 5,6 x 104 4,3 x 105 3,6 x 106 5,5 x 106
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
1,2 x 103 8,8 x 103 6,5 x 104 5,4 x 105 2,6 x 106 2,0 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
1,3 x 103 9,8 x 103 6,2 x 104 3,6 x 105 2,6 x 106 5,1 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Replikasi Pengenceran
Kontrol Media (PCA) 1 Media (PCA) 2 Media (PCA) 3 Pengencer (BPW) 1 Pengencer (BPW) 2 Pengencer (BPW) 3
Ket.
48 jam 1 0 0 2 1 1
Pada tabel II (tabel lengkap pada lampiran 2) terlihat bahwa ALT untuk setiap replikasi tidak ada yang memenuhi persyaratan dari BPOM (2004) yaitu tidak lebih dari 10 koloni/gram, sebagai contoh pada replikasi I dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pengenceran 10-6 diperoleh nilai ALT 5,5 x 106. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak rimpang kunyit dari PT. X tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh BPOM (2004). Hal ini kemungkinan terjadi karena proses pembuatan ekstrak, proses mulai dari pengemasan ekstrak, transportasi, penyimpanan hingga pengambilan sampel yang kurang memperhatikan kesterilan dari ekstrak. Banyaknya koloni bakteri yang tumbuh pada media juga dapat disebabkan karena media dan pengencer yang digunakan juga terkontaminasi bakteri, yang ditunjukkan dengan adanya koloni bakteri yang tumbuh pada kontrol media dan kontrol pengencer.
C. Angka Kapang/Khamir 1. Homogenisasi sampel Larutan pengencer yang digunakan untuk menghomogenkan sampel yaitu Peptone Water (PW) yang mengandung peptone. Peptone merupakan protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, dan putih telur. Komponen utama dari protein adalah nitrogen (N2) yang berperan dalam sintesis protein khamir. Sedangkan kapang, umumnya dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana sampai kompleks. Hal ini karena kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misalnya amilase, pektinase dan lipase untuk mengolah makanannya (Fardiaz, 1992). Homogenisasi sampel dilakukan secara aseptik di dekat nyala api Bunsen dengan mengencerkan 1 gram sampel menggunakan 9 ml PW sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Pembuatan suspensi sampel bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
melepaskan spora-spora, sehingga spora-spora yang terlepas itu dapat membentuk koloni. 2. Pengenceran Pengenceran dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan koloni kapang/khamir dengan jumlah antara 10-150 sehingga mempermudah perhitungan koloni. Jika tidak dilakukan pengenceran, maka koloni kapang/khamir akan sangat pekat sehingga hitungan koloni sulit dilakukan. Suspensi hasil dari homogenisasi sampel kemudian diencerkan terus hingga diperoleh pengenceran 10-6. Larutan pengencer yang digunakan untuk membuat seri larutan sama dengan larutan pengencer untuk menghomogenkan sampel, yaitu PW. Peptone Water bukan hanya berperan untuk mengencerkan sampel saja tetapi juga untuk memberi nutrisi bagi kapang/khamir agar dapat hidup, karena PW mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kapang/khamir. 3.
Uji angka kapang/khamir Uji angka kapang/khamir digunakan untuk mengetahui berapa besar
jumlah kapang/khamir yang ada pada obat tradisional. Jumlah kapang/khamir yang besar menunjukkan kemunduran dari mutu obat tradisional. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat tumbuhnya cocok untuk pertumbuhan (Anonim, 1994). Prinsip dari uji ini adalah pertumbuhan kapang dan khamir dalam media yang sesuai, setelah diinkubasi pada suhu 25 0C atau suhu kamar selama 5 hari. Cara yang digunakan untuk perhitungan sel-sel hidup adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan menentukan jumlah sel yang mampu membentuk koloni pada media yang sesuai. Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kapang adalah sekitar 25-30 0C. Kisaran suhu pertumbuhan untuk khamir pada umumnya hampir sama dengan kapang yaitu suhu optimumnya 25-30 0C. Pada penelitian ini, inkubasi dilakukan pada suhu 25 0C yang merupakan suhu optimum pertumbuhan kapang dan khamir. Inkubasi dilakukan selama 5 hari. Hal ini karena pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan bakteri dan khamir. Jadi, setelah inkubasi 5 hari, diharapkan kapang dan khamir sudah tumbuh. Penelitian ini menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA) menumbuhkan kapang/khamir. PDA mengandung dekstrosa, ekstrak kentang dan agar karena media ini menyediakan faktor nutrien yang sangat baik untuk pertumbuhan kapang/khamir (Murray, 1996). merupakan
sumber
energi
untuk
Dekstrosa dan ekstrak kentang
menstimulasi
produksi
konidia
dari
kapang/khamir. Agar merupakan zat yang ideal untuk kebanyakan pembenihan padat. Agar merupakan suatu polisakarida asam yang diekstraksi dari ganggang merah tertentu. Sel-sel yang terletak di atas atau dalam pembenihan padat tidak dapat bergerak. Karena itu, jika beberapa sel diletakkan pada atau dalam pembenihan padat, tiap sel akan tumbuh dan membentuk koloni yang terpisah. PDA mempunyai pH 5,6±2 yang merupakan pH optimum untuk pertumbuhan kapang/khamir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam
media
PDA
yang
digunakan
ditambahkan
44
antibiotik
kloramfenikol (100 mg/ ml) untuk menghambat pertumbuhan koloni bakteri. Sehingga yang tumbuh dan diamati pada media benar-benar kapang/khamir. Antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol karena stabil terhadap panas dan spektrum antibakterinya luas. Antibiotik ini dapat disterilkan bersama dengan media dengan menggunakan autoklaf (Hidayat, 2006), karena kloramfenikol mempunyai titik lebur antara 149 0C – 153 0C (Anonim, 1995). Pada uji ini akan dilihat jumlah kapang/khamir yang mencemari ekstrak rimpang kunyit dan ekstak daging buah asam jawa yang merupakan bahan baku untuk pembuatan jamu kunyit asam. Masing-masing sampel direplikasi sebanyak 3 kali, dan masing-masing replikasi dibuat duplo untuk pengujian cemaran kapang/khamr ini. Tiap sampel yang telah diencerkan dan dibuat seri larutan, selanjutnya ditanam pada media PDA. Penanaman koloni kapang/khamir pada media menggunakan metode tabur (pour plate). Media cair steril dituang pada cawan petri yang telah berisi suspensi sampel kemudian didinginkan hingga mengeras. Selanjutnya petri yang berisi agar tersebut diinkubasi selama 5 hari pada suhu 25 0C atau suhu kamar. Koloni kapang/khamir yang tumbuh selanjutnya dihitung sesuai dengan cara menghitung dan menyatakan hasil yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992. Pada uji ini juga perlu dibuat kontrol media (PDA) dan kontrol negatif (PDA+PW) untuk memastikan bahwa kapang/khamir yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel. Pembuatan kontrol media dan kontrol pengencer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dimaksudkan untuk memastikan kapang/khamir yang tumbuh bukan berasal dari media atau pengencer yang kurang steril. Setelah inkubasi selama 5 hari pada suhu 25 0C atau suhu kamar, koloni yang tumbuh dihitung. Koloni khamir yang dihitung adalah koloni yang berbentuk bulat, warna putih, dan terpisah. Koloni kapang yang dihitung adalah koloni tunggal yang memiliki serabut seperti kapas tanpa membedakan warna koloni.
Gambar 3a. hasil pengujian AKK pada ekstrak daging buah asam jawa pengenceran 10-1
Gambar 3b. hasil pengujian AKK pada ekstrak rimpang kunyit pengenceran 10-1
Pada gambar 3a tidak tampak adanya pertumbuhan kapang/khamir sehingga jumlah koloni dinyatakan dengan nol (0) sedangkan pada gambar 3b, jumlah koloni terlalu banyak dan sulit dihitung sehingga dinyatakan dengan tidak terhingga (~). Nilai AKK untuk ekstrak rimpang kunyit yang dipersyaratkan dalam Anonim (2004) tidak lebih dari 10 koloni/gram. Seperti halnya ALT, nilai AKK untuk ekstrak daging buah asam jawa juga tidak tercantum dalam Anonim (2004). Jika jumlah cemaran mikroorganisme melebihi batas, dikhawatirkan dapat berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tradisional. Oleh karena itu berdasarkan literatur, peneliti menyimpulkan bahwa nilai AKK tidak lebih dari 10 koloni/gram (≤10 koloni/gram) merupakan batas yang menyatakan bahwa obat tradisional tidak membahayakan bagi kesehatan sehingga aman dikonsumsi. Tabel III. Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak daging buah asam jawa PT. X AKK (Kol/g) 3,0 3,0 3,0 3,8x105
MS MS MS TMS
1,2x108
TMS
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<1,0x101 <1,0x101 6,1 x 104
MS MS MS
8,2 x 106
TMS
2,6 x 108
TMS
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
<1,0x101 <1,0x101 3,1x104 1,2 x106 2,0 x107 2,0 x108
MS MS TMS TMS TMS TMS
Replikasi Pengenceran
I
II
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Ket.
kontrol Media (PDA) 1 Media (PDA) 2 Media (PDA) 3
Hari ke-5 0 0 0
Pengencer (PW) 1 Pengencer (PW) 2 Pengencer (PW) 3
0 1 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dari tabel di atas (tabel lengkap pada lampiran 3), terdapat nilai AKK ekstrak daging buah asam jawa kemudian dibandingkan dengan persyaratan dari BPOM (2004). Replikasi I dengan pengenceran 10-4 sampai 10-6, replikasi II pengenceran 10-4 sampai 10-6 dan replikai III pengenceran 10-3 sampai 10-6 tidak ada satupun yang menunjukkan nilai AKK ≤10 koloni/gram sehingga tidak memenuhi syarat BPOM (2004), misalnya pada replikasi III pengenceran 10-6 diperoleh AKK 2,0 x 108 koloni/gram. Tetapi pada pengenceran 10-1sampai 10-3 pada replikai I dan II, serta pengenceran 10-1 dan 10-2 replikasi III
diperoleh
AKK < 10 koloni/gram, misalnya pada pengenceran 10-1 replikasi I diperoleh AKK 3,0 koloni/gram sehingga memenuhi syarat BPOM (2004). Seharusnya semakin tinggi konsentrasi sampel maka jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh pada cawan petri juga semakin banyak, sehingga jika pada konsentrai sampel yang tinggi saja nilai AKK-nya memenuhi syarat, maka konsentrasi yang lebih rendah pasti juga memenuhi syarat. Namun dari data, yang terjadi tidak demikian. Pada konsentrasi yang tinggi justru jumlah koloni kapang /khamir semakin sedikit dan pada konsentrasi yang rendah, jumlah koloni kapang /khamir semakin banyak. Hasil dari penelitian yang menyimpang ini kemungkinan dapat disebabkan karena kurang aseptisnya kerja atau penggunaan pengencer yang kurang steril. Ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan bakteri pada kontrol pengencer. Semakin rendah konsentrasi sampel maka semakin banyak pengencer yang digunakan, sehingga jumlah cemaran kapang/khamir dari pengencer juga semakin banyak. Oleh karena itu untuk memastikan bahwa koloni kapang/khamir yang tumbuh pada media adalah benar-benar dari sampel, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kontrol media dan kontrol pengencer seharusnya terbebas dari kontaminasi kapang.kapang /khamir.
Tabel IV. Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak rimpang kunyit PT. X AKK Replikasi Pengenceran Ket. (kol/g) 10-1 ~ TMS 10-2 ~ TMS 10-3 ~ TMS I 10-4 ~ TMS 10-5 ~ TMS 10-6 30,3x107 TMS
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
~ ~ ~ ~ ~ ~
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
~ ~ ~ ~ ~ 30,3 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Keterangan : tidak terhingga (~)
kontrol Media (PDA) 1 Media (PDA) 2 Media (PDA) 3
Hari ke-5 1 1 1
Pengencer (PW) 1 Pengencer (PW) 2 Pengencer (PW) 3
3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pada tabel IV (tabel lengkap pada lampiran 4) tampak jumlah koloni kapang/khamir ekstrak rimpang kunyit PT. X dari semua replikasi menunjukan nilai yang sangat besar, misalnya AKK pengenceran 10-6 replikasi I dan III adalah 30,3x107 koloni/gram. Jika dibandingkan dengan persyaratan dari BPOM (2004) yaitu AKK tidak boleh lebih dari 10 koloni/gram, dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun AKK ekstrak rimpang kunyit dari PT. X yang memenuhi persyaratan. Tingginya cemaran kapang/khamir pada ekstrak rimpang kunyit dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain saat proses pembuatan ekstrak yang meliputi pencucian alat pres, alat giling dan penyaring yang tidak bersih, wadah untuk membuat ekstrak dan air untuk mengekstrak tidak disterilkan terlebih dahulu serta cara penyimpanan ekstrak yang tidak baik. Dapat juga dipengaruhi oleh bahan baku pembuatan ekstrak yang meliputi tanah tempat tumbuh tanaman. Namun peneliti sebelumnya tidak melakukan observasi tentang cara pembuatan ekstrak di PT. X, sehingga penyebab-penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Kemungkinan kontaminasi juga dapat disebabkan oleh proses pengemasan ekstrak yang tidak secara aseptik, proses pengangkutan/transportasi ekstrak dari PT. X sampai ke Universitas Sanata Dharma yang membutuhkan waktu cukup lama, penyimpanan ekstrak di lemari pendingin yang kurang memenuhi syarat, hingga proses pengambilan sampel yang kurang memperhatikan kesterilan ekstrak. Selain itu, banyaknya kapang/khamir yang tumbuh pada media dapat disebabkan karena media dan pengencer yang digunakan juga terkontaminasi kapang/khamir, yang ditunjukkan pada data kontrol media dan kontrol pengencer juga terdapat koloni kapang/khamir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Nilai ALT dan AKK pada ekstrak rimpang kunyit PT. X lebih dari 10 koloni/gram, sehingga dapat dikatakan cemaran mikroorganisme yaitu cemaran bakteri dan kapang/khamir ekstrak tersebut melebihi batas yang dipersyaratkan oleh BPOM (2004). 2. Nilai ALT dan AKK pada ekstrak daging buah asam jawa PT. X tidak sepenuhnya dapat dikatakan memenuhi syarat dari BPOM (2004) atau tidak, karena pada tingkat pengenceran yang rendah memenuhi syarat tetapi pada tingkat pengenceran yang tingi tidak memenuhi syarat.
B. Saran 1. Perlu diadakannya pengujian ulang ALT dan AKK pada ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam jawa dari PT. X, secara langsung setelah ekstrak dibuat, tanpa proses pengangkutan/transportasi estrak dari PT. X sampai ke Universitas Sanata Dharma dan tanpa penyimpanan. 2. Jika
sampel
membutuhkan
proses
penyimpanan,
sebaiknya
sampel
ditempatkan dalam wadah steril yang tertutup rapat dan disimpan dalam almari pendingin.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3. Pada pengujian ALT perlu penambahan Triphenyl Tetrazolium Chloride (TTC) pada media untuk menandai pertumbuhan bakteri dalam media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992a, Standar Nasional Indonesia No. 01-2897-1992 Tentang Cara Uji Cemaran Mikroorganisme, 6-8, 32-33, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Anonim, 1992b, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, 2, Departemen Kesehatan, Jakarta. Anonim, 1994, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661 tahun 1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, 1, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7, 189, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 28-30, 64-65, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, 51-54, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006, Metode Analisis Prosedur Pengujian Obat dan Makanan Negara, 13, Balai POM, Jakarta. Anonim, 2007, Pemastian Mutu Obat Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan Terkait GMP dan Inspeksi, vol. 2, diterjemahkan oleh Fabiola C.R. Hutabarat , 93,144-148, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Anonim, 2008, Kunyit Asam, www.sidomuncul.com, diakses tanggal 20 Februari 2008 Atlas, R.M., 1986, Basic and Practical Microbiology, 128, MacMillan Publishing Company, New York. Atlas, R.M., 1997, Handbook of Microbiological Media, 2nd Edition, 207, 497, 506, 796, CRC Press Inc, New York. Dwijoseputro, D, 1978, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Fardiaz, S, 1992, Mikrobiologi Pangan, 118-129, 195, Gramedia Media Utama, Jakarta. Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek-teknik dan Prosedur Dasar Dalam Laboratorium, 42-46, Gramedia, Jakarta. Hidayat, N., Padaga, M.C., Suhartini, S., 2006, Mikrobiologi Industri, 41-42, Penerbit ANDI, Yogyakarta Jawetz, E.J.I., Melnick and Adelberg, E. A, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Hal 234-240, 286-290, Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany Edisi XX, EGC, Jakarta. Jutono, Soedarsono, J., Hartadi, S., Suhadi, S. K., Soesanto, 1980, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum, 60-70, Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroorganisme di Laboratorium, Edisi I, 47-54, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Makfoeld, D., 1994, Mikotoksin Pangan, 118-119, 125, PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Murray, P. R., 1999, Manual of Clinical Microbiology, 7th Edition, 1688-1700, aditors Ellen Jo Baron, Michael A. Pfaller, Fred C. Tenover, Robert H. Yolken, American Society for Microbiology, 1325 Massachusetts Avenue, Washington D. C. 20005. Robbers, J.E., Speedie, M.K., and Tyler, V.E., 1996, Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology , Williams & Wilkins, Baltimore. Soedibyo, M.. 2004, Jamu, Obat Sepanjang Zaman, diakses dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/m/mooryatisoedibyo/opini.sh tml diakses tanggal 27 Agustus 2008. Suharmiati dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku, Khasiat dan Cara Pengolahan Jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diakses dari http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052001/art-1.html pada tanggal 8 Mei 2008. Suriawiria, U., 1985, Pengantar Mikrobiologi Umum, 65, Penerbit Angkasa, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, 113-114, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta. Tjitrosomo, S.S.,dkk, 1986, Botani Umum 4, 199, Penerbit Angkasa, Bandung. Tortora, G.J., 1986, Microbiology an Introduction, 153, The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc, Menlo Park, California. Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 579-582 Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 1. Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak daging buah asam jawa Replikasi Pengenceran
I
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Inkubasi 48 jam Petri 1 Petri 2 0 0 1 38 34 38 30 92 15 10 26 29
Total SampelALT koloni kontrol (kol/g) 0 0 <10 39 37 1,9 x 103 72 70 3,2 x 105 122 120 25 23 1,2 x 106 55 53 2,7 x 107
Ket. MS TMS TMS TMS TMS
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
0 0 4 7 20 34
0 1 1 15 10 23
0 1 5 22 30 57
0 0 4 21 29 58
<10 <10 2,0 x 103 1,1 x 105 1,5 x 106 2,9 x 107
MS MS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
0 41 8 25 25 41
1 7 63 3 36 25
1 48 71 28 61 66
0 47 69 26 59 64
<10 2,4 x 103 3,5 x 104 1,3 x 105
MS TMS TMS TMS
1,7x107
TMS
Kontrol Media (PCA) Replikasi I Media (PCA) Replikasi II Media (PCA) Replikasi III
Jumlah Koloni 1 0 1
Pengencer (BPW) Replikasi I Pengencer (BPW) Replikasi II Pengencer (BPW) Replikasi III
1 1 1
Keterangan (Ket.) : MS (Memenuhi Syarat), jika ALT ≤ 10 koloni/gram TMS (Tidak Memenuhi Syarat), jika ALT > 10 koloni/gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Penghitungan : Replikasi I
pengenceran 10-1 Tidak ada koloni yang tumbuh pada cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 1 dikalikan dengan pengenceran yang terendah (<10 koloni/gram).
pengenceran 10-2 37 x 10 2 1.850 koloni/gram 1,9 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-3 dan 10-4 70 120 3 x 10 4 x 10 2 2 35.000 600.000 317.500 koloni/gram 2 2
3,2 x 105 koloni/gram
pengenceran 10-5 23 x 10 5 1.150.000 koloni/gram 1,2 x 106 koloni/gram 2
pengenceran 10-6 53 x 10 6 26.500.000 koloni/gram 2,7 x 107 koloni/gram 2
Replikasi II
pengenceran 10-1 Tidak ada koloni yang tumbuh pada cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 1 dikalikan dengan pengenceran yang terendah (<10 koloni/gram).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pengenceran 10-2 Tidak ada koloni yang tumbuh pada cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 1 dikalikan dengan pengenceran yang terendah (<10 koloni/gram).
pengenceran 10-1 4 x 10 3 2.000 koloni/gram 2,0 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-4 21 x 10 4 105.000 koloni/gram 1,1 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-5 29 x 10 5 1.450.000 koloni/gram 1,5 x 106 koloni/gram 2
pengenceran 10-6 58 x 10 6 29.000.000 koloni/gram 2,9 x 107 koloni/gram 2
Replikasi III
pengenceran 10-1 Tidak ada koloni yang tumbuh pada cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 1 dikalikan dengan pengenceran yang terendah (<10 koloni/gram).
pengenceran 10-2 21 x 10 4 105.000 koloni/gram 1,1 x 105 koloni/gram 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pengenceran 10-3 21 x 10 4 105.000 koloni/gram 1,1 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-4 21 x 10 4 105.000 koloni/gram 1,1 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-5 dan 10-6 29 58 5 6 x 10 x 10 2 2 1.450.000 29.000.000 15.225.000 koloni/gram 2 2
1,5 x 107 koloni/gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 2. Hasil perhitungan ALT setelah inkubasi 48 jam dari ekstrak rimpang kunyit Replikasi Pengenceran
Inkubasi 48 jam Total SampelALT Petri 1 Petri 2 koloni kontrol (kol/g) 117 94 211 208 1,0 x 103 80 131 211 208 1,0 x 104 67 48 115 112 5,6 x 104 38 50 88 85 4,3 x 105 30 44 74 71 3,6 x 106 2 12 14 11 5,5 x 106
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Ket.
I
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
122 104 88 60 26 30
113 72 42 49 26 10
235 176 130 109 52 40
234 175 129 108 51 39
1,2 x 103 8,8 x 103 6,5 x 104 5,4 x 105 2,6 x 106 2,0 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
136 101 61 37 18 45
121 95 63 35 34 58
257 196 124 72 52 103
256 195 123 71 51 102
1,3 x 103 9,8 x 103 6,2 x 104 3,6 x 105 2,6 x 106 5,1 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Kontrol Media (PCA) 1 Media (PCA) 2 Media (PCA) 3 Pengencer (BPW) 1 Pengencer (BPW) 2 Pengencer (BPW) 3
Jumlah Koloni 1 0 0 2 1 1
Keterangan (Ket.) : MS (Memenuhi Syarat), jika ALT ≤ 10 koloni/gram TMS (Tidak Memenuhi Syarat), jika ALT > 10 koloni/gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penghitungan : Replikasi I
pengenceran 10-1 208 x 101 1.040 koloni/gram 1,0 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-2 208 x 10 2 10.400 koloni/gram 1,0 x 104 koloni/gram 2
pengenceran 10-3 112 x 10 3 56.000 koloni/gram 5,6 x 104 koloni/gram 2
pengenceran 10-4 85 x 10 4 425.000 koloni/gram 4,3 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-5 71 x 10 5 3.550.000 koloni/gram 3,6 x 106 koloni/gram 2
pengenceran 10-6 11 x 10 6 5.500.000 koloni/gram 5,5 x 106 koloni/gram 2
Replikasi II
pengenceran 10-1 234 x 101 1.170 koloni/gram 1,2 x 103 koloni/gram 2
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengenceran 10-2 175 x 10 2 8.750 koloni/gram 8,8 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-3 129 x 10 3 64.500 koloni/gram 6,5 x 104 koloni/gram 2
pengenceran 10-4 108 x 10 4 540.000 koloni/gram 5,4 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-5 51 x 10 5 2.550.000 koloni/gram 2,6 x 106 koloni/gram 2
pengenceran 10-6 39 x 10 6 19.500.000 koloni/gram 2,0 x 107 koloni/gram 2
Replikasi III
pengenceran 10-1 256 x 101 1.280 koloni/gram 1,3 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-2 195 x 10 2 9.750 koloni/gram 9,8 x 103 koloni/gram 2
pengenceran 10-3 123 x 10 3 61.500 koloni/gram 6,2 x 104 koloni/gram 2
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengenceran 10-4 71 x 10 4 355.000 koloni/gram 3,6 x 105 koloni/gram 2
pengenceran 10-5 51 x 10 5 2.550.000 koloni/gram 2,6 x 106 koloni/gram 2
pengenceran 10-6 102 x 10 6 51.000.000 koloni/gram 5,1 x 107 koloni/gram 2
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak daging buah asam jawa Replikasi Pengenceran
I
II
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Inkubasi 5 hari Total SampelPetri 1 Petri 2 koloni kontrol 2 1 3 3 2 1 3 3 1 1 2 2 30 8 38 38 32 20 52 52 120 110 230 230
AKK (Kol/g) 3,0 3,0 3,0 3,8x105
MS MS MS TMS
1,2x108
TMS
Ket.
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
1 0 62 80 86 172
0 0 0 42 66 84
1 0 62 122 152 256
0 0 61 121 151 255
<1,0x101 <1,0x101 6,1 x 104
MS MS MS
8,2 x 106
TMS
2,6 x 108
TMS
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
0 1 30 91 139 122
0 4 1 28 53 74
0 5 31 119 192 196
0 5 31 119 192 196
<1,0x101 <1,0x101 3,1x104 1,2 x106 2,0 x107 2,0 x108
MS MS TMS TMS TMS TMS
Kontrol Media (PDA) 1 Media (PDA) 2 Media (PDA) 3
Jumlah Koloni 0 0 0
Pengencer (PW) 1 Pengencer (PW) 2 Pengencer (PW) 3
0 1 0
Keterangan (Ket.) : MS (Memenuhi Syarat), jika ALT ≤ 10 koloni/gram TMS (Tidak Memenuhi Syarat), jika ALT > 10 koloni/gram
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Penghitungan : Replikasi I
pengenceran 10-1 Jumlah koloni dari kedua cawan tidak terletak antara 10-150 koloni, sehingga dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (3 koloni/gram).
pengenceran 10-2 Jumlah koloni dari kedua cawan tidak terletak antara 10-150 koloni, sehingga dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (3 koloni/gram).
pengenceran 10-3 Jumlah koloni dari kedua cawan tidak terletak antara 10-150 koloni, sehingga dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (3 koloni/gram).
pengenceran 10-4 38 x 104 = 380.000 koloni/gram 3,8 x 105 koloni/gram
pengenceran 10-5 dan 10-6
52 x10 230 x10 5.200.000 230.000.000 117.600.000 koloni/gram 5
6
2
1,2 x 108 koloni/gram
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Replikasi II
pengenceran 10-1 Tidak ada pertumbuhan koloni, sehingga AKK kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x 101 koloni/gram).
pengenceran 10-2 Tidak ada pertumbuhan koloni, sehingga AKK kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x 101 koloni/gram).
pengenceran 10-3 61 x 103 = 61.000 koloni/gram 6,1 x 104 koloni/gram
pengenceran 10-4 dan 10-5
121 x10 151 x10 1.210.000 15.100.000 8.155.000 koloni/gram 4
5
2
2
8,2 x 106 koloni/gram
pengenceran 10-6 255 x 106 = 255.000.000 koloni/gram 2,6 x 108 koloni/gram
Replikasi III
pengenceran 10-1 Tidak ada pertumbuhan koloni, sehingga AKK kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x 101 koloni/gram).
pengenceran 10-2 Jumlah koloni dari kedua cawan tidak terletak antara 10-150 koloni, sehingga dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (< 1 x 101 koloni/gram).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengenceran 10-3 31 x 103 = 31.000 koloni/gram 3,1 x 104 koloni/gram
pengenceran 10-4 119 x 104 = 1.190.000 koloni/gram 1,2 x 106 koloni/gram
pengenceran 10-5 192 x 105 = 19.200.000 koloni/gram 2,0 x 107 koloni/gram
pengenceran 10-6 196 x 106 = 198.000.000 koloni/gram 2,0 x 108 koloni/gram
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Hasil perhitungan AKK setelah inkubasi 5 hari dari ekstrak rimpang kunyit Inkubasi 5 hari Total SampelAKK Replikasi Pengenceran (kol/g) Petri 1 Petri 2 koloni kontrol 10-1 ~ ~ ~ ~ ~ 10-2 ~ ~ ~ ~ ~ 10-3 ~ ~ ~ ~ ~ I 10-4 455 377 832 828 ~ 10-5 196 329 525 521 ~ 10-6 141 166 307 303 30,3x107
Ket. TMS TMS TMS TMS TMS TMS
II
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
~ ~ ~ 437 341 232
~ ~ ~ 365 184 238
~ ~ ~ 802 525 470
~ ~ ~ 798 521 466
~ ~ ~ ~ ~ ~
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
III
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
~ ~ ~ 294 160 128
~ ~ ~ 301 187 179
~ ~ ~ 595 347 307
~ ~ ~ 591 343 303
~ ~ ~ ~ ~ 30,3 x 107
TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Keterangan : tidak terhingga (~) Kontrol Media (PDA) 1 Media (PDA) 2 Media (PDA) 3
Jumlah Koloni 1 1 1
Pengencer (PW) 1 Pengencer (PW) 2 Pengencer (PW) 3
3 3 3
Keterangan (Ket.) : MS (Memenuhi Syarat), jika ALT ≤ 10 koloni/gram TMS (Tidak Memenuhi Syarat), jika ALT > 10 koloni/gram
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Penghitungan : Replikasi I
pengenceran 10-1 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-2 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-3 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-4 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-5 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-6 303 x 106 = 303.000.000 koloni/gram 30,3 x 107 koloni/gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Replikasi II
pengenceran 10-1 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-2 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-3 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-4 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-5 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-6 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Replikasi III Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-2 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-3 Jumlah koloni tidak terhingga, sehingga AKK juga dinyatakan dengan ~ koloni/gram.
pengenceran 10-4 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-5 Dari seluruh cawan petri tidak ada yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah (~ koloni/gram).
pengenceran 10-6 303 x 106 = 303.000.000 koloni/gram 30,3 x 107 koloni/gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BIOGRAFI PENULIS
Skripsi yang berjudul “Uji Angka Lempeng Total, Angka
Kapang/Khamir
Ekstrak
Rimpang
Kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dari PT. X“ ini ditulis oleh Dewi Krisnawati Sumarmianti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yang lahir di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 22 Juli 1987. Pada tahun
1992-1993
penulis
menempuh
pendidikan di TK Karya Rini YHI Kowani, Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1993, penulis melanjutkan studi ke SD BOPKRI Demangan III Yogyakarta hingga tahun 1999. Pada tahun 1999-2002 penulis duduk di bangku SLTP Negeri 4 Depok Yogyakarta. Selepas dari SLTP, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 6 Yogyakarta pada tahun 2002-2005. Selanjutnya, mulai dari tahun 2005 penulis duduk di bangku kuliah yaitu di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.