HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
DEDEH SUHAIDAH 108104000005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
PERI.IYATAAN PERSETUJUAN Skipsi
dengan
judul
HUBTINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI WILAYAII KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi Program Studi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh
DEDEII SUHAIDAII NIM: 108104000005
Pembimbing
Pembimbing I
II
t
)!w;
Pusuita Paluni, S.Kep.. M'Kep.. Ns'Sp.Kep.Mat Irma Nurbaeti. S:K-Di.MjKep' Sp'Mat NIP:197005011996012001 r,npr
--
tgtorrrqZOrrotZOOr
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAII
JAKARTA 1434IIl2013 M
SKRIPSI DENGAN JI'DUL EIJBI]NGAN TINGKAT PENGETAIIUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN Pf,REMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELI]RAHAN PIJLO GEBANG JAKARTA TIMUR Telah disusun dan dipertahar*an dihadapan penguji oleh
Naria: Dedeh Suhaidah NIM:1081M000005 Pembimbing t
lr
Pembimbing
II
I
{lriffnry Puspita Pelupi. SXep. NIP: 19801 1192011012006
Irma Nurbeeti. S.Kp. M.Kep. Sp.Mat NIP: 19700501 1996012001 Penguji
Ns. Eni Nur'aitri Aqustitri. SJ(cp. NIP: I 98008022006042001
lJlsc
Puspita Palupi. S.Kep.. M.Kep.. Ns.Sp.KepJvIat NIP: 19801 I 19201 1012006
Penguji
III
Irmr Nurbaeti.
S.KD. M.KeD. Sn-Mat NIP: 197005011996012001 Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilrnu Kesehatan
T\
Prof.
II
Dr<6!trjL-LIICI*4iEdh'-Sp.Ard
ll
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan penelitian dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2013
Dedeh Suhaidah
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Dedeh Suhaidah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1990 Program Studi
: Ilmu Keperawatan
NIM
: 108104000005
Alamat
: JL. Raya Pulo Gebang Rt/Rw 017/003 No.80, Kec. Cakung, Jakarta Timur, 13950
No. Tlp/Hp
: 085718277618
Email
:
[email protected]
Nama Ayah
: Drs. H. Moh. Shohib
Pendidikan Ayah
: S1
Pekerjaan Ayah
: Guru
Nama Ibu
: Hj. Suryati
Pendidikan Ibu
: MA/SMA
Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan
: 1. TK Islam Nurul Ikhsan Jakarta (1995-1996) 2. SDIT Nurul Ikhsan Jakarta (1996-2002) 3. Madrasah Tsanawiyah Negeri 20 Jakarta (2002-2005) 4. Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta (2005-2007) 5. Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)
iv
Untukmu Ayah dan Ibu
Kasihmu ... Sayangmu ... Selalu kau berikan padaku ... Kau selalu berusaha tersenyum didepanku. Walau ku sering mendurhakaimu, kau tak pernah berhenti memberi semua itu. Kaupun tak pernah sedikitpun meminta balasan dariku. Karena ku tau kau lakukan semua itu, Hanya untuk membuatku bahagia Kau cahaya hidupku ... Kau pelita dalam setiap langkahku ... Maaf karena ku belum bisa mengukir bahagia diwajahmu. Maaf karena belum bisa menanam bangga dihatimu... Maaf untuk semua air mata yang kau tumpahkan karenaku ... Maaf karena belum mampu menghapus beban dari tubuh lelahmu. Terima kasih untuk cinta dan do’a tulusmu disetiap langkahku ... Aku akan selalu berusaha dan berdo’a semampuku untuk membahagiakanmu,
v
Agar kau selalu tersenyum ... Walaupun apa yang ku beri tidak sebesar apa yang ku terima selama ini ... I LOVE YOU Bapak ... I LOVE YOU Mamah ...
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Februari 2013 Dedeh Suhaidah, NIM : 108104000005 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR (xvii + 94 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 7 Lampiran) ABSTRAK Menopause merupakan tahap akhir masa reproduksi seorang perempuan. Perempuan yang akan memasuki menopause akan mengalami masalah fisik dan psikologis, apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan kecemasan, sehingga diperlukan adanya pengetahuan yang cukup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Pulo Gebang Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden yaitu perempuan yang berusia di atas 40 tahun dan belum mengalami menopause yang diperoleh melalui cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank pada α > 0,5. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perempuan tentang menopause dalam kategori cukup (57,8%) dan tingkat kecemasan dalam kategori ringan (31,1%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause (p=0,120) dengan nilai probabilitas > 0,05. Petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada perempuan premenopause, bukan hanya pada masalah fisik tetapi juga masalah psikologis. Kata kunci Pustaka
: Pengetahuan, Menopause, Kecemasan, Premenopause : 50 (2000-2011)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, February 2013 Dedeh Suhaidah, 108104000005 RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ANXIETY AMONG MENOPAUSE WOMEN IN THE PUBLIC HEALTH CENTER PULO GEBANG EAST JAKARTA (xvii + 94 Pages + 9 Tables + 4 Figures + 7 Appendixes) ABSTRACT Menopause is the final stage of a woman's reproductive life. Women who will be entering menopause will experience physical and psychological problems, if it is not handled properly it will cause anxiety, so it is needed knowledge enough. The purpose of this study was to relation between knowledge and anxiety toward menopause among women in the Public Health Center Pulo Gebang East Jakarta. This research is a quantitative cross-sectional design. The sample in this study amounted to 90 respondents are women over the age of 40 years and premenopausal obtained through random cluster sampling. Data collection using questionnaires Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) and the level of knowledge questionnaires. Analysis of the data using the Spearman Rank test at α > 0.5. The results of the analysis showed the level of women's knowledge about menopause in a category quite (57,8%) and the level of anxiety in the mild category (31,1%). There is no significant relationship between knowledge and anxiety in the face of postmenopausal women (p=0,120) with a probability value >0,05. Health workers recommendation improve health services particularly, not only the physical problems but also psychological. Keywords : Knowledge, Menopause, Anxiety, Premenopause Reference : 50 (2000-2011)
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian dengan judul: “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur”. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada : 1. Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. 3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. 4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing. Terima kasih sebesarbesarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Seluruh Staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
7. Ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayang tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama proses menyelesaikan penelitian ini. 9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan do’a, dalam menyelesaikan penelitian ini. 10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2013 Penulis
x
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ...................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................
vii
ABSTRACT .................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. BAB I
xvii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………….................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
BAB II
C. Tujuan Penelitian .................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
8
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA A. Menopause ...........................................................................
10
B. Pengetahuan ………………………………….....................
25
C. Kecemasan ………………………………………………...
34
D. Aspek Psikologis Menopause ..............................................
47
E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause ..............
48
F. Kerangka Teori ……………………………........................
51
xi
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ……………………………………........
BAB 1V
B. Hipotesa …………………………………………………...
52
C. Definisi Operasional ……………………………………....
52
METODOLOGI PENELITIAN
53
A. Desain Penelitian ………………………………................. B. Waktu Penelitian .................................................................. 55 C. Lokasi Penelitian .................................................................
55
D. Populasi dan Sampel ............................................................
55
1. Populasi ……………………………...............................
56
2. Sampel ............................................................................. 56 E. Teknik Pengambilan Sampel ...............................................
56
F. Metode Pengambilan Data ...................................................
59
1. Instruman Penelitian .......................................................
59
2. Uji Coba Kuesioner ......................................................... 59 G. Tahap Pengambilan Data .....................................................
62
H. Teknik Analisis Data ...........................................................
64
1. Pengolahan Data .............................................................
65
2. Analisa Data ....................................................................
66
Etika Penelitian ....................................................................
67
1. Prinsip Etika Penelitian ...................................................
68
I.
2. Masalah Etika Penalitian ................................................. 68 BAB V
69
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................
BAB VI
B. Karakteristik Responden ......................................................
71
C. Analisa Univariat .................................................................
72
D. Analisa Bivariat ...................................................................
73
PEMBAHASAN
75
A. Karakteristik Responden ...................................................... B. Tingkat Pengetahuan ...........................................................
77
C. Tingkat Kecemasan .............................................................
81
xii
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
83
Kecemasan .......................................................................... E. Keterbatasan Penelitian ....................................................... BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
86
A. Kesimpulan ...........................................................................
90
B. Saran ..................................................................................... 92 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL No. Tabel
Hal
Tabel
3.1
Definisi Operasional ........................................................
Tabel
5.1
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Tabel
5.2
5.3
5.4
5.5
72
Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ........
Tabel
72
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ......................
Tabel
72
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ......................
Tabel
53
73
Distribusi Prersentase Pernyataan Responden yang Benar Tentang Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ...................................................
Tabel
5.6
73
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Tabel
5.7
74
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Tabel
5.8
75
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan
Tingkat
Kecemasan
Perempuan
dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ...................................................
xiv
75
DAFTAR GAMBAR No. Gambar
Hal
Gambar
2.1
Fase Klimakterium ......................................................
12
Gambar
2.2
Rentang Respon Kecemasan .......................................
34
Gambar
2.3
Kerangka Teori ...........................................................
51
Gambar
3.1
Kerangka Konsep ........................................................
52
xv
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran 1. Lembar surat izin penelitian 2. Lembar persetujuan menjadi responden 3. Lembar data demografi responden 4. Lembar kuesioner tingkat pengetahuan 5. Lembar kuesioner tingkat kecemasan 6. Lembar hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas 7. Lembar hasil perhitungan analisa data
xvi
DAFTAR SINGKATAN BPS
: Badan Pusat Statistik
BKKBN
: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Depkes
: Departemen Kesehatan
HRT
: Hormon Replacement Therapy
HRSA
: Hamilton Rating Scale For Anxiety
FSH
: Follicle Stimulating Hormone
LH
: Luteinizing Hormone
NIDDM
: Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
WHO
: World Health Organization
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan preventif. Meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini ditandai oleh adanya penduduk yang hidup dengan perilaku sehat dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 (Depkes RI, 2009). Pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain meningkatnya umur harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Meningkatnya umur harapan hidup dapat meningkatkan populasi perempuan menopause di Indonesia. Jumlah penduduk perempuan berusia diatas 50 tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Sensus penduduk tahun 2000 melaporkan jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun
1
2
2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2005). Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan jumlah penduduk perempuan di Indonesia adalah 118 juta jiwa dengan jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 7 juta jiwa, umur 50-54 sebanyak 5,7 juta jiwa. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya sebagai seorang perempuan, menopause merupakan hal yang secara alamiah akan dialami tiap perempuan dan merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni estrogen dan progesteron dari indung telur (BKKBN, 2006). Menopause merupakan berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenore, umumnya menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 58 tahun (Shimp & Smith, 2000; Abernethy, 2010). Menurut Baziad (2003), menopause merupakan periode dimana seorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak efektifnya folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml. Sebagian besar perempuan umumnya akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada seorang perempuan (Rostiana, 2009). Al-qur’an menyatakan bahwa seorang perempuan akan mengalami menopause, dijelaskan dalam Surah An-Nur/24: 60:
3
..... َوَاْلقَوَعِ ُدمِنَ الِنّسَاءِالَتِى ال َيرْجُوْن “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari menstruasi dan mengandung).“ Menopuse terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan terjadinya perubahan baik fisik maupun psikologis (Shimp & Smith, 2000). Perubahan fisik akibat penurunan produksi estrogen dan progesteron menimbulkan berbagai gejala, baik yang berhubungan dengan organ reproduksi maupun organ tubuh lainnya. Perubahan yang terjadi pada masa menopause juga memengaruhi keadaan psikologis seorang perempuan. Keluhan psikologis sifatnya sangat individual dapat dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Perubahan fisik dan psikologis tentu akan mengganggu kesehatan dan mempengaruhi kualitas hidup perempuan (Rostiana, 2009). Perubahan fisik yang terjadi seperti rasa panas (hot flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot (Baziad, 2003). Keluhan psikologis yang sering dialami meliputi perasaan sedih, kecemasan, irritabilitas, perasaan berubah-ubah, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan dan merasa tidak berharga (Glasier & Gebbie, 2006).
4
Penelitian Safitri (2009) di kota Medan, melaporkan bahwa perubahan fisik
yang
dirasakan
responden
pada
masa
menopause
meliputi
ketidakteraturan siklus menstruasi 64,1%, rasa cepat lelah 56,3%, penurunan keinginan seksual 51,6%, berat badan bertambah 42,2%, sulit tidur 40,6%, perubahan pada kulit 37,5%, rasa panas pada wajah (hot flushes) 31,3% dan keringat berlebih di malam hari 17,2%. Perubahan psikologis yang terjadi saat menopause meliputi ingatan menurun 57,8%, mudah tersinggung 39,1%, rasa gelisah yang berlebih 26,6%, kecemasan 25%, merasa tidak berharga 15,6%, merasa tidak cantik lagi 14,1% dan rasa takut menjadi tua 12,5%. Tidak semua perempuan yang memasuki usia menopuse mengalami keluhan ada juga perempuan yang tidak mengalami keluhan apapun, akan tetapi meskipun perempuan tersebut tidak mengalami keluhan, dampak jangka panjang dari penurunan estrogen dapat menimbulkan osteoporosis dan penyakit kronis lainnya (Bazid, 2003). Aprilia dan Puspitasari (2007) melaporkan hasil penelitiannya bahwa perubahan yang terjadi pada masa menopause tidak selalu dikeluhkan oleh 25% perempuan menopause, sedangkan 75% perempuan lainnya mengalami keluhan. Menopause akan mengganggu kesehatan baik fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan dampak jangka panjang apabila tidak ditangani dengan serius, sehingga dapat mengakibatkan perempuan menopause mengalami kecemasan (Aprilia & Puspitasari, 2007). Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam yang berkaitan dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Perasaan isolasi, keterasingan dan ketidaknyamanan (Stuart & Laraia, 2005).
5
Kecemasan yang dialami perempuan menopause salah satunya karena kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul seperti keluhan fisik berupa berkeringat dimalam hari, sakit kepala, berhentinya hasrat seksual, meresa diri akan menjadi lebih tua yang berarti kecantikannya akan memudar dan terjadi penurunan fungsi tubuh, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan dengan suami maupun lingkungan sosialnya (Kasdu, 2002 & Rostiana, 2009). Hasil penelitian Susiana (2007) di Medan didapatkan data dari 32 responden sebesar 28,1% tidak mengalami kecemasan, 56,3% mengalami kecemasan ringan dan 25,6% mengalami kecemasan sedang. Aprilia dan Puspitasari (2007) di Surabaya menyebutkan bahwa kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Hasil penelitiannya melaporkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4% mengalami kecemasan ringan, 30,8% mengalami kecemasan sedang dan 53,9% mengalami kecemasan berat. Responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 43,6% mengalami kecemasan ringan, 23,6% mengalami kecemasan sedang dan 32,7% mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik 84,4% mengalami kecemasan ringan, 15,6% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur pada tujuh orang perempuan premenopause didapatkan sebanyak tiga orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause serta timbulnya
6
berbagai penyakit dan keluhan fisik lainnya. Dua orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan timbulnya berbagai penyakit dan keluhan fisik lainnya, tetapi tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan menganggap
menopause
tidak
perlu
dicemaskan
karena
menopause
merupakan proses yang pasti akan dialami oleh setiap perempuan. Studi yang telah dilaporkan membuktikan bahwa responden masih belum memahami tentang kondisi menopause dan belum terdapat program tentang menopause di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian yang ingin dilakukan tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
B. Rumusan Masalah Menopause merupakan peristiwa yang sangat alamiah dan normal terjadi pada seorang perempuan, tetapi banyak menimbulkan keluhan dan gangguan yang dirasakan. Keluhan dan gangguan yang dirasakan terjadi akibat adanya perubahan hormon saat menopause. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik perubahan fisik maupun psikologis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan bagi perempuan dalam menghadapi menopause. Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuannya.
Penelitiannya
yang
dilakukan
di
Surabaya
7
melaporkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan kurang paling
banyak mengalami kecemasan berat sebesar 53,9%. Responden yang memiliki pengetahuan cukup paling banyak mengalami kecemasan ringan sebesar 43,6%. Responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan ringan sebesar 84,4%. Studi pendahuluan yang telah dilakukan melaporkan bahwa pada tujuh orang perempuan premenopause didapatkan sebanyak tiga orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Dua orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause, sedangkan dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan menganggap menopause tidak perlu dicemaskan. Studi yang telah dilaporkan membuktikan bahwa responden masih belum memahami tentang kondisi menopause dan belum terdapat program tentang menopause di Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui ”Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.
8
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : a. Diketahuinya tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi menopause. b. Diketahuinya tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. c. Diketahuinya
hubungan
tingkat
pengetahuan
dengan
tingkat
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam hal membuktikan lebih lanjut hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang menopause sehingga lebih siap dalam menghadapi menopause.
b.
Bagi institusi pendidikan keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan
keperawatan khususnya keperawatan maternitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang hubungan
9
tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. c.
Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya ilmu keperawatan, khususnya keperawatan maternitas dalam promosi kesehatan dan pengembangan model asuhan keperawatan pada perempuan menopause.
E. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perempuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan menjelang menopause. Sampel dalam penelitian ini yaitu perempuan yang berusia di atas 40 tahun dan belum mengalami menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur yang diperoleh melalui cluster random sampling. Adapun variabel yang diukur adalah tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank pada alfa > 0,5.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopause 1.
Pengertian Menopause secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yaitu “men” yang
berarti
menstruasi
dan
“pausis”
yang
berarti
berhenti
(Martadisoebrata, 2005). Menopause merupakan berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenore, umumnya menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun dan usia rata-rata perempuan menopause 51 tahun (Shimp & Smith, 2000; Bobak, 2005; Abernethy, 2010). Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami dari penuaan, yaitu ketika perempuan tidak lagi mendapatkan menstruasi selama satu tahun. Penyebab berhentinya menstruasi karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Potter & Perry (2005) mendefinisikan menopause merupakan berhentinya siklus menstruasi terutama karena ketidakmampuan sistem neurohormonal untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin. Baziad (2003) menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh hormon ovarium.
10
11
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium sehingga fungsi reproduksi menurun dan berakhir. 2.
Fase Klimakterium Setiap perempuan mengalami fase-fase perkembangan tertentu. Diantaranya fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ reproduksi perempuan. Sejak lahir perempuan mempunyai 770.000 sel telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu berlangsung pada usia 8 sampai 12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar usia 12 sampai 13 tahun, umumnya seorang perempuan mengalami menarche. Masa ini disebut sebagai puberitas dimana organ reproduksi perempuan mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan selsel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun. Pada masa ini perempuan mengalami hamil dan melahirkan. Fase terakhir dalam kehidupan perempuan atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu terjadi pada usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2004). Klimakterium merupakan suatu masa peralihan yang dilalui seorang perempuan dari masa reproduktif ke masa non-reproduktif. Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause. Masa klimakterium terjadi selama kurang lebih 13 tahun. Masa ini terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2004).
12
Masa klimakterium menurut Baziad (2003) meliputi: premenopause, perimenopause, menopause dan postmenopause.
Gambar 2.1 : Fase Klimakterium dikutip dari Baziad (2003) a.
Premenopause Premenopause terjadi pada usia 40 tahun dan merupakan fase dimulainya klimakterik. Fase ini ditandai dengan timbulnya keluhankeluhan klimakterium seperti perdarahan uterus yang tidak teratur. Perubahan ini terjadi karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi corpus luteum dan kegagalan proses ovulasi. Perubahan menstruasi dapat berupa amenorrhoe, polimenorrhoe, dan hipermenorrhea (Baziad, 2003).
b.
Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan postmenopause. Rentang waktu 1 sampai 2 tahun sebelum dan sesudah menopause. Fase ini ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah, kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya perempuan telah mengalami berbagai keluhan klimakterik
13
berupa gejolak panas (hot flushes), berkeringat banyak, insomnia, depresi, serta perasaan mudah tersinggung (Baziad, 2003). c.
Menopause Menopause merupakan periode dimana seorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak efektifnya folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml (Baziad, 2003). Sebagian besar perempuan umumnya akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada seorang perempuan (Rostiana, 2009).
d.
Postmenopause Postmenopause periode setelah perimenopause sampai senium. Masa yang berlangsung kurang lebih 3 sampai 5 tahun setelah menopause. Ovarium sudah tidak befungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat (Baziad, 2003).
3.
Aspek Fisiologis Menopause Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau perimenapouse. Menjelang menopause persediaan telur akan habis dan ini merupakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa
14
pubertas sampai menopause diatur oleh hormone hipotalamus dan hipofisis (Retnowati, 2001). Hipotalamus sering dianggap sebagai otak emosional atau sebagai otak konduktor sistem endoktrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem hormon jika seseorang mengalami stress. Hal inilah yang menyebabkan bila seseorang sedang mengalami stres siklus haidnya mundur. Hipofisis memproduksi sejumlah besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi tumbuh dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau ovarium. Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga memproduksi dua hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron (Retnowati, 2001). Estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan telur, sehingga makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti. Walaupun haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi estrogen. Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu sendiri sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen. Penurunan drastis kadar hormon estrogen dan progresteron akan diikuti berbagai perubahan fisik seperti kulit mengendur, inkontinensia (gangguan kontrol berkemih) pada
waktu
beraktivitas,
jantung
berdebar-debar,
hot
flushes
(peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot. Jangka panjang rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause
15
menimbulkan ancaman osteoporosis (pengeroposan tulang), serta peningkatan resiko gangguan kardiovaskuler (Retnowati, 2001). 4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause Masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Perempuan kembar dizigot atau perempuan dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan perempuan yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause lebih awal dijumpai juga pada perempuan nulipara, perempuan dengan diabetes melitus (NIDDM), perokok berat, kurang gizi, perempuan vegetarian, perempuan dengan sosioekonomi rendah. Perempuan multipara dan perempuan yang banyak mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad, 2003). Faktor yang mempengaruhi menopause menurut Kasdu (2002) dan Wirakusumah (2003), yaitu:
a.
Usia saat haid pertama sekali Perempuan yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan perempuan yang menstruasi lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun. Artinya, perempuan yang terlambat mendapatkan menstruasi, akan mengalami menopause lebih awal, sedangkan perempuan yang cepat mendapatkan menstruasi cenderung lebih lambat memasuki menopause.
16
b.
Faktor psikis Perempuan
yang
tidak
menikah
dan
bekerja
diduga
mempengaruhi perkembangan psikis seorang perempuan. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja. c.
Jumlah anak Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang perempuan melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga memperlambat penuaan tubuh.
d.
Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
e.
Pemakaian kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada perempuan yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
17
f.
Penyakit Perempuan yang mengalami gangguan medis menyebabkan meningkatnya kadar estrogen, seperti penderita diabetes akan lambat memasuki masa menopause
5.
Klaifikasi Menopause Berdasarkan proses terjadinya, menopause dibedakan menjadi menopause alamiah (natural) dan buatan (artifisial). Menopause alami akan dilalui seorang perempuan secara bertahap selama beberapa tahun. Umumnya menopause alami terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50 tahun. Menopause buatan adalah menopause yang terjadi akibat prosedur medis seperti pembedahan atau penyinaran. Menopause akibat pembedahan terjadi akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral. Pengangkatan ovarium dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap karsinoma ovarium (Bobak, 2005; Sastrawinata, 2008). Menopause
juga
dibedakan
berdasarkan
kelainan
jadwal
menopause mencakup menopause yang terjadi terlalu dini (menopause prematur) maupun menopause yang terlambat. a.
Menopause prematur Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun disebut menopause prematur atau menopause dini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menopause prematur adalah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun dan penyakit-penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Faktor lain yang dapat
18
menyebabkan menopause prematur adalah kebiasaan merokok (Sastrawinata, 2008; Abernethy, 2010). b.
Menopause terlambat Batas usia menopause yaitu 52 tahun, apabila seorang perempuan masih mendapat menstruasi di atas usia 52 tahun disebut menopause terlambat dan diindikasikan untuk penyelidikan lebih lanjut penyebab dari menopause terlambat adalah fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen (Sastrawinata, 2008).
6.
Perubahan yang Terjadi Selama Menopause Sastrawinata (2008) mengungkapkan bahwa perempuan yang akan menopause mengalami perbahan-perubahan, diantaranya: a.
Perubahan organ reproduksi Ovarium dan uterus lambat laun mengecil dan endometrium mengalami atrofi. Walaupun demikian, uterus masih tetap dapat bereaksi terhadap estrogen. Epitel vagina menipis dan mamai mulai menjadi lembek. Proses ini berlangsung terus sampai masa senium.
b.
Perubahan hormon Penurunan
fungsi
ovarium
menyebabkan
berkurangnya
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan
ini
akan
mengakibatkan
terganggunya
interaksi
hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik terhadap hipotalamus. Keadaan ini
19
meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin ini, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. c.
Perubahan vasomotorik Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, perubahan tekanan darah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.
d.
Perubahan emosi Perubahan emosi muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.
7.
Keluhan-Keluhan yang Terjadi Selama Menopause Perubahan-perubahan yang terjadi selama menopause berdampak pada kesehatan fisik dan psikis. a.
Fisik Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause adalah menstruasi menjadi tidak teratur, hot flushes, insomnia, palpitasi dan rasa lemah, gangguan seksual. Gejala-gejala saluran kemih seperti nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih dan inkontinensia (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004; Glasier & Gebbie, 2005). Menurut Baziad (2003), ketika seorang perempuan memasuki masa menopause, fisik memiliki ketidaknyamanan seperti rasa panas (hot flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot.
20
Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas seperti leher dan dada. Hot flushes terjadi pada malam hari, dan menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung selama satu jam. Hot flushes berlangsung selama 2-5 tahun ketika perempuan akan memasuki usia menopause atau pada saat menopause dan akan menghilang sekitar 4–5 tahun pasca menopause (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004). Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen dapat menyebabkan perubahan sistem pertahanan kulit, sehingga mudah terkena penyakit kulit (dermatosis). Kekurangan estrogen juga
menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan (Baziad, 2003). Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas dan nyeri saat aktivitas seksual (dispareunia) karena setelah menopause sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitasnya berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan dalam lima tahun menopause. Atropi juga dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah. Hilangnya tonus otot
21
uretra akibat menurunya kadar estrogen, akibtnya terjadi ganguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan (inkontinensia urin) dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004). Perempuan menopause sering juga mengeluh nyeri otot dan sendi. Timbulnya osteoporosis dan osteoartritis dapat terjadi akibat penurunan hormon estrogen. Selain itu penurunan kadar estrogen juga berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut rusak dan rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit pada persendian (Baziad, 2003; Kasdu, 2004). Bagi perempuan begitu memasuki usia menopause akan timbul berbagai macam keluhan yang sangat mengganggu dan beberapa tahun setelah menopause dapat terjadi berbagai macam penyakit, seperti kanker endometrium, kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara dan kanker vagina. Ganguan tubuh lainnya akibat penyakit degeneratif, seperti diabetes dan jantung, faktor genetik dan gaya hidup juga berpengaruh. Hipertensi, demensia juga ditemukan pada masa
premenopause
dan
postmenopause
disebabkan
karena
penurunan kadar hormon steroid. Kelainan lain seperti sulit berkonsentrasi, hilang fungsi memori jangka pendek dan beberapa
22
kondisi yang berhubungan dengan kelainan psikologis (Baziad, 2003; Kasdu, 2004). b.
Psikologis Perubahan-perubahan
psikologis
yang
menyertai
gejala
menopause sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang terjadi pada perempuan menopause adalah perubahan
mood, irritabilitas,
kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, penurunan ingatan, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga (Glasier & Gebbie, 2005). Banyak perempuan mengeluh masalah psikologis saat menopause, tetapi sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain. Keringat malam yang berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan pola tidur, yang akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, perubahan alam perasaan (depresi), keletihan, perasaan tidak berharga dan kesulitan membuat keputusan (Abernethy, 2010). Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan perempuan yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa memengaruhi kualitas hidupnya (Rostiana, 2009). Keadaan menopause secara menetap membawa konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis yang dapat menjadi fatal bila
23
tidak ditangani dengan serius. Fungsi reproduksi yang menurun menimbulkan dampak yaitu ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan. Bagi sebagian perempuan menopause menimbulkan rasa cemas dan risau. Hal ini akan menjadi tekanan dan semakin memberatkan apabila perempuan tersebut selalu berpikiran negatif (Aprilia & Puspitasari, 2007). 8.
Upaya yang Dilakukan dalam Menghadapi Menopause Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi menopause yaitu dengan pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup. Kehilangan estrogen pada perempuan menopause menimbulkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung dan osteoporosis. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi, seperti: mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pengaturan diet (tinggi kalsium dan rendah lemak), menghindari peningkatan berat badan, olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan tekanan darah, mencari ketenangan dan menjauhkan diri dari pekerjaan yang menjemukan (WHO, 2007). Rosenthal (2003) mengungkapkan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi menopause adalah kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak, makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, vitamin A, C dan E untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, vitamin B kompleks. Hindari kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-rempah, dan makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat menghambat absorbsi
24
kalsium. Selain pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup juga dapat dilakukan terapi sulih hormon atau Hormon Replacement Therapy (HRT) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang timbul pada perempuan yang mengalami menopause (Baziad, 2003). Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian estrogen seperti estriol, selama 21 hari berturut-turut disusul dengan masa istirahat selama 7 hari. Selama masa istirahat diperhatikan apakah keluhankeluhan telah hilang atau menetap. Jika keluhannya hilang maka pengobatan dapat dihentikan, tetapi jika menetap maka pengobatan dilanjutkan. Pada pemakaian jangka panjang, pengaruhnya terhadap endometrium dan payudara sangat lemah, sehingga jarang terjadi perdarahan maupun keganasan (Jacoeb, 2005). Penggunaan estrogen jenis lain, seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi perlu digabung dengan progesteron. Alternatif lain dengan fitoestrogen yang terdiri dari: Isoflavon (genistein, daidzein dan glycetein) banyak ditemukan dalam legumes (tumbuhan polong terutama kedelai dengan produk olahannya susu, tempe, tahu); Coumestan (coumesterol) banyak ditemukan dalam tauge; Lignan (matairesinol, secoisolariciresinol, enteroldiol) banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian (sereal) (Jacoeb, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Puspitasari (2007) tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh secara
signifikan
terhadap
tingkat
kecemasan
pada
perempuan
25
perimenopause adalah pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup. Namun, karakteristik sosial budaya yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah semakin baik faktor yang berpengaruh secara signifikan, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami.
B. Pengetahuan 1.
Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
2.
Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan menuurut Bloom (2001), yaitu: a.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
26
bahan yang dipelajari. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh,
menyimpulkan
terhadap
objek
yang
dipelajari. c.
Aplikasi (Application) Aplikasi
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip,
dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan. d.
Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
27
e.
Sintesa (Synthesis) Sintesa
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
g.
Menciptakan (Created) Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya: generating (Hipotesa), planning (Perencanaan) dan producing (Penghasil).
3.
Sumber-sumber Pengetahuan Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber pengetahuan didapat dari jenjang pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal. a.
Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi. 1) Pendidikan
dasar
yaitu
pendidikan
yang
memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
28
diperlukan serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah,
merupakan
bakal
bagi
dasar
perkembangan
kehidupan baik pribadi maupun masyarakat terdiri dari SD. 2) Pendidikan menengah yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum (SMP&SMA). 3) Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Terdiri dari akademi, Instansi, Sekolah tinggi, dan Universitas. b.
Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
29
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. c.
Pendidikan Informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Selain itu juga dapat diperoleh dari pengalaman. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan a.
Pendidikan Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
b.
Pekerjaan Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya
30
sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan. Sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik, misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi, 2006) c.
Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh
dari
lingkungan
kehidupan
dalam
proses
perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2003). d.
Usia Semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki (Nursalam & Pariani, 2001).
e.
Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi
31
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2003). f.
Ekonomi Untuk
memenuhi
kebutuhan
pokok
(primer)
maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2003). g.
Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2003).
5.
Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran
tingkat
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tujuh tingkatan diatas. Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Ada berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: cara tradisional dan cara modern (Notoatmodjo, 2007).
32
a.
Cara tradisional Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini, meliputi: 1) Cara coba-salah (Trial and Error) Cara
coba-coba
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat, dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. 2) Cara otoritas atau kekuasaan Dikehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun menurun dari generasi ke generasi berikutnya. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan
suatu
cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
33
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 4) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. b.
Cara modern Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Berawal dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan
penjabaran
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam proses
menginternalisasikan
pengetahuannya
berbeda-beda
suatu
informasi,
dan
dikategorikan
sehingga
tingkat
menjadi
tingkat
pengetahuan baik, cukup dan kurang (Potter & Perry, 2005). Dikatakan baik apabila pertanyaan dijawab benar ≥16 (76%-100%), cukup jika menjawab benar sebanyak 15-12 (56%-75%), dan kurang jika menjawab benar sejumlah ≤11 (40%-55%) dari seluruh pertanyaan yang ada (Arikunto, 2006).
34
Penelitian terkait yang di lakukan oleh Milah (2011) tentang gambaran pengetahuan ibu usia 45-50 tahun tetang menopause di Kelurahan Cilangkap Kecamatan Manon Jaya Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan perempuan usia 4550 tahun tentang proses terjadinya menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 43%. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun tentang perubahan fisik pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 55,4%. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun tentang prubahan psikologis pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 69,6%.
C. Kecemasan 1.
Pengertian Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman “angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaik – baiknya (Hawari, 2004). Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan
maupun
gangguan
sakit.
Selain
itu
kecemasan
dapat
menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa
35
kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar, perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindar hal yang dicemaskan (Stuart & Sundeen, 2000)
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual yang dikomunikasikan secara interpersonal, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung (Nursalam, 2011). Kecemasan yang dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal berada dalam suatu rentang, yaitu : RENTANG RESPON KECEMASAN Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.2 : Rentang Respon Kecemasan Sumber : Stuart & Laraia (2005) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Hawari (2004) mengungkapkan bahwa individu yang cemas, gejalanya didominasi oleh keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan fisik. Keluhan psikis pada individu yang mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, bimbang, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah, mudah terkejut,
36
takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan fisik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdengung (tinitus), jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, kesemutan, rasa mual, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di ulu hati, muka merah atau pucat, denyut nadi dan nafas cepat. 2.
Teori Kecemasan Stuart & Sundeen (2000) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah : a.
Faktor predisposisi 1) Teori psikoanalitik Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi cemas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Teori Interpersonal Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan
juga
berhubungan
dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
37
menimbulkan kelemahan fisik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. 3) Teori perilaku Berdasarkan merupakan
teori
produk
behaviour
frustasi
yaitu
(perilaku), segala
kecemasan
sesuatu
yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. 4) Teori keluarga Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. 5) Teori perspektif biologi Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu magatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirikgamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
38
b.
Faktor Presipitasi Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dihindari pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan : 1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti penyakit fisik, trauma fisik dan pembedahan. 2) Ancaman terhadap sistem diri meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Cemas adalah kondisi yang disebabkan oleh transaksi individu
dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan. Tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Dari definisi tersebut, Sutherland & Cooper menyimpulkan (dalam Yosep, 2007) : a.
Penilaian Kognitif (cognitive appraisal), stres adalah pengalaman subjektif yang (mungkin) didasarkan atas persepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak di lingkungan.
b.
Pengalaman (experience), suatu situasi yang tergantung pada tingkat keakraban dengan situasi, keterbukaan semula (exposure), proses belajar, kemampuan nyata dan konsep reinforcement.
39
c.
Tuntutan (demand), tekanan, tuntutan, keinginan atau rangsanganrangsangan yang segera sifatnya yang mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.
d.
Pengaruh interpersonal (interpersonal influence), ada tidaknya seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi pengalaman subjektif, respon dan perilaku koping.
3.
Faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan Stuart dan Sundeen (2000) mengungkapkan bahwa ada faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu: a.
Usia Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan.
b.
Nilai budaya dan spiritual Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Reliiusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang dihadapi.
c.
Pendidikan Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut
mudah
mengalami
kecemasan.
Tingkat
pendidikan
seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menyelesaikan masalah yang baru.
40
d.
Keadaan fisik Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres.
e.
Respon koping Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai penyebab terjadinya perilaku patologis.
f.
Dukungan sosial Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berfikir seseorang.
g.
Tahap perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda atau pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang semakain baik terhadap stresor.
h.
Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi stresor yang sama.
41
i.
Pengetahuan Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah.
4.
Tingkat Kecemasan Tingkat kecemasan menurut Hamilton (1959); Stuart & Sundeen (2000) meliputi: a.
Tidak ada kecemasan. Individu dalam keadaan normal, tidak ada kondisi yang berlebih terhadap rasa tidak aman dan tidak mudah tersinggung.
b.
Kecemasan ringan Kecemasan
ringan
berhubungan
dengan
ketegangan
dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kemampuan melihat dan mendengar menjadi meningkat. Cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan kreativitas. c.
Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada masalah yang sedang dihadapi dan mengesampingkan yang lain sehingga menyebabkan lapang persepsi menyempit dan kemampuan melihat dan mendengarnya menurun. Beberapa kemampuan menjadi tertutup tetapi masih bisa dilakukan dengan petunjuk.
d.
Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada hal-hal yang kecil dan tidak dapat
42
berfikir tentang hal lain. Kecemasan muncul beberapa kali dan sulit dikendalikan sebab kecemasan tersebut berupa kejadian yang mungkin akan membahayakan masa depannya. Kondisi ini kebanyakan akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari. e.
Panik Pada tingkat ini lahan persepsi sudah tertutup dan orang bersangkutan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, gangguan persepsi, kehilangan kemampuan berfikir secra rasional. Panik merupakan pengalaman yang menakutkan dan bisa melumpuhkan seseorang. Freud (1894) dalam Andri dan Dewi (2007) membagi kecemasan
menjadi tiga, yaitu: a.
Kecemasan realitas atau objektif, yaitu ketakutan terhadap bahaya yang datang dari dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang buas.
b.
Kecemasan neurotik, yaitu kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman baginya. Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan instingtual dan realitas.
43
c.
Kecemasan moral, yaitu ketakutan terhadap hati nurani. Misalnya seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik cenderung merasa berdosa jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang dimilikinya.
5.
Respon Terhadap Kecemasan Respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif (Stuart, 2007). a.
Respon fisiologis Respon kecemasan terhadap kardiovaskular seperti palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap sistem pernapasan seperti nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan dan sensasi tercekik. Respon kecemasan terhadap sistem neuromuskular adalah reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah. Respon kecemasan terhadap sistem gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare. Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan seperti tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit seperti wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
44
b.
Respon perilaku Respon
kecemasan
terhadap
perilaku
seperti
gelisah,
ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspada. c.
Respon kognitif Respon kecemasan pada kognitif seperti perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam pemberian penilaian, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
d.
Respon afektif Respon kecemasan pada afektif seperti mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
6.
Alat Ukur Kecemasan Mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau panik dengan menggunakan alat ukur kecemasan, yaitu Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap gangguan kecemasan seorang pasien. HARS terdiri atas 14 item penilaian (Hamilton, 1959 & Hidayat, 2007), yaitu:
45
a.
Anxious mood: menunjukkan ketakutan yang luar biasa terhadap ketidakpastian masa depan, merasa khawatir, merasa tidak aman, mudah tersinggung, dan kecemasan.
b.
Ketegangan (tension): menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk bersikap relaks, tidak nervous, ketegangan, gemetaran, dan kepenatan.
c.
Ketakutan (fear): menunjukkan ketakutan pasien di keramaian, terhadap binatang, di tempat umum, sendirian, keramaian lalu lintas, orang asing, kegelapan kerumunan orang banyak.
d.
Sulit tidur (insomnia): menjukkan pengalaman pasien terhadap durasi tidur dan kepulasan tidur selama 3 malam sebelumnya. Catatan: tanpa penggunaan obat penenang.
e.
Sulit konsentrasi dan daya ingat: menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan terhadap kejadian sehari-hari, dan lemahnya daya ingat.
f.
Depressed mood: menunjukkan komunikasi pasien baik secara verbal maupun non-verbal tentang kesedihan, depresi, tanpa harapan, kemurungan, dan ketidakberdayaan.
g.
Gejala-gejala somatik umum (motorik): pasien merasa lemah, sakit, ketegangan otot seperti pada bagian leher dan rahang.
h.
Gejala-gejala somatik umum (sensorik): pasien merasa penat dan lemah, atau mengalami gangguan fungsi perasa seperti: tinnitus, mata kabur, sensasi panas-dingin dan keringat buntat.
46
i.
Gejala-gejala yang berhubungan dengan jantung (cardiovascular): termasuk tachycardia, jantung berdebar, tekanan pada bagian dada, dentaman pada pembuluh darah, dan perasaan seakanakan ingin pingsan.
j.
Gejala-gejala yang berhubungan dengan pernafasan: seperti merasa sesak nafas atau kontraksi pada tenggorokan atau dada, atau rasa seperti tercekik.
k.
Gejala-gejala yang berkaitan dengan usus (Gastro-intestinal): seperti sulit menelan, merasa ada tekanan pada bagian perut, gangguan pencernaan (rasa panas pada bagian perut, sakit perut berhubungan dengan makanan, mual dan muntah), perut terasa keroncongan dan diare.
l.
Gejala-gejala yang berhubungan dengan saluran kencing (Genitourinary): termasuk gejala-gejala non-organik atau psikis, seperti: sering atau susah buang air kecil, menstruasi tidak teratur, anorgasmia, ejakulasi dini.
m. Gejala-gejala otonomik lainnya, seperti: mulut terasa kering, pucat, sering keluar keringat dingin dan pusing. n.
Sikap pada saat wawancara seperti: pasien kelihatan tertekan, nervous, gelisah, tegang, suara gemetar, pucat, keluar keringat. Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada
gejala-gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat
mengganggu. Total
nilai
yang diperoleh
menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai
47
skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14 – 20, gejala sedang dengan nilai skor 21-27, gejala berat nilai skor 28 -42, gejala berat sekali/panik dengan nilai skor 43-56.
D. Aspek Psikologis Menopause Perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya masalah psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisikfisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan
antara
lain:
merasa cemas,
takut,
lekas marah, mudah
tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi (Hammasa, 2004). Berat ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan mengatasi menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006). Perempuan yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Besar kemungkinannya terjadi karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause. Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka ia tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis (Hammasa, 2004; Retnowati, 2001).
48
E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause Nugraha (2007) menyatakan bahwa kesiapan perempuan saat menjelang menopause dipengaruhi oleh: a.
Psikis Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa menopause adalah permulaan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminism dan seksualitas perempuan dapat mempengaruhi kesiapan perempuan dalam menghadapi menopause.
b.
Peran Keluarga Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada perempuan yang mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejala-gejala menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi menopause.
c.
Informasi Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga mempengaruhi kesiapan perempuan dalam menghadapi menopause.
d.
Budaya Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan perempuan menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.
49
Penelitian terkait tentang kecemasan pada perempuan yang menghadapi menopause yang dilakukan oleh Rostiana (2009). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek sulit menghadapi masa menopause karena belum siap untuk menghadapinya dan kurangnya informasi. Hal ini dapat terlihat dari gejala gangguan tidur, lebih mudah letih, cemas dan gelisah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marga (2007) tentang hubungan gambaran diri dengan tingkat kecemasan perempuan masa menopause di Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,1% tidak mengalami kecemasan, 56,3% mengalami kecemasan ringan dan 15,6% mengalami kecemasan sedang. Gambaran kecemasan perempuan yang akan menghadapi menopause berdasarkan hasil penelitian Rostiana (2009) menunjukkan bahwa perempuan yang akan menghadapi menopause akan mengalami gangguan tidur. Gejala tersebut seperti tidur yang gelisah dan berkeringat, takut akan menghadapi menopause sehingga subjek tidak siap untuk menghadapi menopause sebab subjek takut tidak cantik lagi, keriput dan tua serta takut terlihat tidak menarik lagi bagi suaminya. Gejala lainnya seperti gemetaran dan sering menggigit kuku dan bibirnya, keringat berlebih, muka kering, mual, pusing dan kesemutan. Gejala afektif seperti gelisah karena membayangkan bagaimana bila sudah tidak menstruasi lagi, mudah tersinggung, tidak sabaran dan bimbang, merasa tidak nyaman, khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia & Puspitasari (2007) tentang faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kecemasan
pada
perempuan
perimenopause di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4% mengalami
50
kecemasan ringan, 30,8% mengalami kecemasan sedang dan 53,9% mengalami kecemasan berat. Responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 43,6% mengalami kecemasan ringan, 23,6% mengalami kecemasan sedang dan 32,7% mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik 84,4% mengalami kecemasan ringan, 15,6% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki perempuan perimenopause maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya.
F. Kerangka Teori
Tingkat Kecemasan
Faktor mempengaruhi pengetahuan
- Tidak ada kecemasan
1. Pendidikan
Perubahan pada
- Kecemasan ringan
2. Pekerjaan
perempuan menopause
- Kecemasan sedang
3. Pengalaman
Perubahan Fisik
- Kecemasan berat
4. Usia
Perubahan
- Panik
5. Paparan media massa 6. Ekonomi
Psikologis Faktor yang mempengaruhi kecemasan
7. Hubungan sosial
1. Pengetahuan
2. Usia 3. Pendidikan
Pengetahuan tentang menopause
4. Keadaan fisik
1. Pengetian menopause
5. Respon koping
2. Tanda dan gejala menopause
6. Dukungan sosial
3. Perubahan yang terjadi
7. Tahap perkembangan
4. Keluhan menopause
8. Pengalaman masa lalu
5. Cara mengatasi keluhan
9. Nilai budaya & spiritual Gambar 2.3 : Skema kerangka teori dimodifikasi dari Glasier & Gebbie (2005); Bloom (2001); Notoatmodjo (2003); Hamilton (1959); Stuart & Sundeen (2000).
51
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variable independent adalah tingkat pengetahuan perempuan tentang menopause dan variable dependent adalah tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. Variable Independent
Variable Dependent
Tingkat pengetahuan
Tingkat kecemasan
perempuan tentang
perempuan dalam
menopause
menghadapi menopause
Gambar 3.1. Skema kerangka konsep
B. Hipotesa Adapun hipotesis dari penelitian ini, yaitu : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo Gebang.
52
C. Definisi Operasional Tabel.3.1. Definisi Operasional Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil
Tingkat pengetahuan
Hasil dari tahu setelah
Lembar
Kuesioner
Pengukuran pengetahuan
perempuan tentang
seseorang melakukan
pertanyaan
B
menurut Arikunto (2006) Baik:
menopause
pengindraan terhadap perihal
terdiri atas 20
jika pertanyaan dijawab benar
menopause yang diukur
pertanyaan
sejumlah ≥ 16 (76% - 100%)
dengan kemampuan
dengan
dari seluruh pertanyaan yang
responden menjawab dengan
alternatif dua
ada.
benar pertanyaan tentang :
jawaban
Cukup : jika pertanyaan di
a. Definisi menopause
(benar/salah).
jawab benar sejumlah 15-
b. Tanda dan gejala menopause c. Perubahan-perubahan menopause
12 (56% - 75%) dari seluruh pertanyaan yang ada. Kurang : jika pertanyaan di
d. Keluhan
jawab benar sejumlah ≤ 11
e. Cara mengatasi keluhan
(40% - 55%) dari seluruh pertanyaan yang ada.
Skala Ordinal
54
Tingkat kecemasan
Respon emosional yang tidak
Lembar
Kuesioner
Setiap pertanyaan diberi
perempuan dalam
baik yang muncul pada
pertanyaan
C
penilaian antara 0-4.
menghadapi
perempuan yang akan
menurut
0 : Tidak Pernah
menopause.
menghadapi menopause.
Hamilton
1 : Jarang
Rating Scale
2 : Kadang-kadang
For Anxiety
3 : Sering
(HRS-A), yang
4 : Terus Menerus
terdiri atas 14
Total nilai yang diperoleh
kelompok
menunjukkan tingkat
gejala, masing-
keparahan :
masing
Tidak ada gejala
kelompok
kecemasan (0-13)
gejala diberi
Gejala ringan (14–20)
penilaian antara
Gejala sedang (21-27)
0-4.
Gejala berat (28 -42) Gejala berat sekali/panik (43-56)
Ordinal
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan saat menjelang menopause. B. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 24-30 September 2012. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Tempat ini dipilih dengan alasan: 1.
Jumlah penduduk perempuan yang memasuki usia menopause di Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur sebanyak 3906 orang.
2.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur membuktikan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang menopause karena kurangnya informasi yang didapat tentang menopause.
55
56
3.
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur memiliki penduduk yang bervariasi tingkat pendidikan dan pekerjaan, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
4.
Penelitian ini belum pernah dilakukan di wilayah kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono dalam Hidayat, 2007). Populasi penelitian ini adalah perempuan usia premenopause yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
2.
Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah rumus uji beda dua proporsi : √ ̅(
̅) (
√ ( )
)
Keterangan: n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan = Nilai Z pada derajat kemaknaan = Nilai Z pada kekuatan uji sebesar power
(
)
57
P
= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok
tertentu P
= Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok
tertentu = Rata-rata P1 dan P2 (P + P )/2 Perhitungan : n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan ( ) sebesar 5%) = 1,28 (Kekuatan uji sebesar 90%)
P
= 0,674 (proporsi hasil penelitian terkait: hubungan tingkat
pengetahuan dan pendidikan wanita premenopuse tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause berpengetahuan kurang). P
= 0,326 (proporsi hasil penelitian terkait: hubungan tingkat
pengetahuan dan pendidikan wanita premenopuse tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause berpengetahuan cukup). = (P + P )/2 (0,674 + 0,326)/2 = 0,50 √ ̅(
̅)
√ ( (
√ (
)(
)
(
)
)
√
) (
(
) )
(
)
58
√
√ (
(
)
) (
)
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan, maka jumlah responden dikalikan dua. Jadi: . Untuk menghidari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x 82 = 8,2
8 responden. Total = 82 responden + 8
responden = 90 responden. Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu 90 responden perempuan premenopause. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: a.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: 1) Mampu berkomunikasi dengan baik. 2) Perempuan usia diatas 40 tahun yang belum menopause.
b.
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu : 1) Dilakukan histerektomi dan ooforektomi bilateral. 2) Mengalami gangguan kejiwaan.
59
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi proporsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Setiadi, 2007). Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara cluster random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan membagi daerah atau wilayah yang luas menjadi daerah atau wilayah yang lebih kecil tersebut tidak seluruhnya dijadikan sampel (Machfoedz,2008). Pengambilan sampel melalui beberapa tahapan yaitu dengan mengambil 3 RW dari 16 RW yang ada di Kelurahan Pulo Gebang tersebut secara acak, maka terpilih 3 RW yang menjadi sampel yaitu RW 1, RW 3 dan RW 7. Kemudian dari masing-masing RW diambil beberapa RT secara acak.
F. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner, yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan tentang menopause dengan kecemasan perempuan menghadapi menopause. 1.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam pertanyaan-pertanyaan pengetahuan tentang menopause dan kecemasan perempuan menghadapi menopause yang diisi oleh responden.
60
Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2007). Pertanyaan terdiri dari 3 bagian: a. Kuesioner A Kuesioner ini terkait dengan identitas responden, yang terdiri dari lima item yang meliputi: inisial nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. b. Kuesioner B Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan responden mengenai menopause yang terdiri dari 20 pertanyaan, yang merupakan pertanyaan tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2007), dengan alternatif dua jawaban (benar/salah). Kuesioner yang berisi pernyataan tentang pengertian perempuan tentang menopause terdapat pada point 1,2,3,4. Tanda dan gejala menopause 5,6,7,8,9. Perubahan yang terjadi saat menopause 10,11,12,13. Keluhan yang terjadi saat menopause 14,15,16. Cara mengatasi keluhan menopause 17,18,19,20. Pernyataan negatif berjumlah 4 point, yang terdiri dari point 2,3,16,20 dan pernyataan positif berjumlah 12 point, yang terdiri dari point 1,4,5,6,7,8,9,10,11,13,15,17,18,19. Skala pengukuran pengetahuan menggunakan skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak atau benar dan salah. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk ceklis.
61
Pemberian nilai jika jawabannya benar diberi nilai 1 dan jawabannya salah diberi nilai 0. Skor dari pertanyaan tentang pengetahuan berkisar antara 0-20 yang dibagi kedalam 3 kategori (Arikunto, 2006) yaitu: Baik jika pertanyaan dijawab benar sejumlah ≥16 (76% - 100%) dari seluruh pertanyaan yang ada. Cukup jika pertanyaan dijawab benar sejumlah 15-12 (56% - 75%) dari seluruh pertanyaan yang ada. Kurang jika pertanyaan dijawab benar sejumlah ≤11 (40% - 55%) dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Kuesioner C Kuesioner tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause disusun dengan pedoman pada Hamiltom Rating Scale for Anxiety (HRSA) yang telah penulis modifikasi ke dalam bentuk pernyataan berdasarkan tanda dan gejala yang terjadi pada perempuan yang akan mengalami menopause dan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause. Kuesioner tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause terdiri dari 14 pertanyaan yang terdiri atas 14 kelompok gejala. masingmasing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4. Pertanyaan dengan jawaban tidak pernah bernilai 0, jarang bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, sering bernilai 3 dan terus-menerus bernilai 4. Skor terendah adalah 0 dan tertinggi adalah 56. Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor
62
14–20, gejala sedang dengan nilai skor 21-27, gejala berat nilai skor 28 42, gejala berat sekali/panik dengan nilai skor 43-56. 2.
Uji Coba Kuesioner Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan tentang menopause. Untuk mendapatkan data yang valid dan realibel maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji validitas dan reabilitas. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran normal maka peneliti melakukan uji coba kepada 20 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan calon responden peneliti (Soekidjo, 2005). a.
Uji validitas Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Rumus Pearson Product Moment : N (∑xy) – (∑x∑y)
rxy =
√[ N∑x2 - (∑x)2 ][ N∑y2 – (∑y)2] Keterangan : r = koefisien korelasi setiap item dengan skor total x = skor pertanyaan y = skor total N = jumlah subjek
63
Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (p value > 5%) atau r hitung lebih besar dari r table (0,3), maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (p value < 5%) atau r hitung lebih kecil dari r table (0,3), maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Uji coba kuesioner dilakukan di kelurahan Ujung Menteng, yaitu berjumlah 20 orang pada bulan September 2012. Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, untuk kuesioner tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi menopause dari 20 pertanyaan ada dua pertanyaan yang tidak valid, sedangkan untuk kuesioner tingkat
kecemasan
perempuan dalam menghadapi menopause di dapatkan dari 14 pertanyaan ada satu pertanyaan yang tidak valid dimana r hitungnya kurang dari 0,3. Peneliti melakukan perubahan didalam pertanyaan yang tidak valid agar pertanyaan lebih mudah dipahami oleh responden. b.
Uji Reliabilitas Reliabilitas
adalah
kesamaan
hasil
pengukuran
atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam
waktu
yang
berlainan
(Hidayat,
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Product Moment. r11 = 2.rb 1 + rb Keterangan:
2007).
64
r11 : Koefisien reliabilitas internal seluruh item rb : Korelasi Product moment antara belahan Tingkat konsistensi suatu pengukuran dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach 0-1 (≥0,8) (Dharma, 2011). Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, untuk kuesioner tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi menopause didapatkan Alpha Cronbach 0,872, sedangkan untuk kuesioner tingkat kecemasan didapatkan Alpha Cronbach 0,899.
G. Tahapan Pengambilan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur dengan dengan tahapan, yaitu: 1.
Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diajukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
2.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi
Jakarta
Timur,
peneliti
menyerahkan
surat
permohonan tersebut kepada kepala puskesmas kecamatan dan kepala puskesmas kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. 3.
Setelah itu peneliti melakukan penseleksian calon responden sesuai dengan kriteria inklusi penelitian kemudian menjelaskan maksud, tujuan
65
dan manfaat penelitian kemudian meminta persetujuan kepada responden apakah berkenan mengisi kuesioner. 4.
Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang belum jelas.
5.
Meminta responden membaca dan menandatangani lembar persetujuan bila responden setuju untuk menjadi responden..
6.
Responden yang tidak dapat mengisi kuesioner akan dibantu oleh peneliti dalam pengisian kuesioner.
7.
Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian.
8.
Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data.
H. Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat yaitu analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisa dari hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer (Sofware Analisis). Pada analisis ini tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi menopause akan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk proporsi (prosentase) dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang dijumlahkan
66
frekuensinya dibagi jumlah responden dan dikali 100%. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus yang digunakan menurut Machfoedz (2008) adalah: P = F x 100% N Keterangan :
P = Prosentase F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah Soal
Penentuan tingkat penetahuan dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun variabel kedalam kategori: Nilai 76-100% dinilai baik; nilai 56-75% dinilai cukup; nilai 40-55% dinilai kurang (Arikunto, 2006). Analisia yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Pengolahan Data a.
Editing Editing adalah proses pengecekan kembali lembar observasi yang telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi serta konsistensi jawaban responden. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengisian data dapat dilengkapi dengan segera.
b.
Coding Coding merupakan suatu metode untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
67
Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. c.
Processing/Entry Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodean,
maka
langkah
pengolahan
selanjutnya
adalah
memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program komputer menggunakan SPSS Versi 16.0. d.
Cleaning data Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
e.
Tabulasi Tabulasi adalah pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.
2.
Analisa Data a.
Analisis univariat Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas (pengetahuan tentang menopause) dan variabel terikat (kecemasan perempuan menghadapi menopause) dalam bentuk distribusi dan prosentase.
68
b.
Analisis bivariat Analisa ini digunakan untuk mendapatkan hubungan bebas (pengetahuan tentang menopause) dan variabel terikat (kecemasan perempuan menghadapi menopause). Dalam analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik dengan Spearman dengan derajat kepercayaan 95%. Uji Spearman yaitu mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang bersekala ordinal dengan membandingkan nilai p <
(0.05) maka ada hubungan yang
bermakna antara variabel dependen dan independen. Sebaliknya jika p >
(0.05) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara
variabel dependen dan independen.
I.
Etika penelitan 1.
Prinsip Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain: a.
Prinsip Manfaat (Beneficience) Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
69
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik dan meminimalisir risiko atau
dampak
yang
merugikan
bagi
subjek
penelitian
(nonmaleficiance). b.
Prinsip Menghormati Manusia Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian.
c.
Prinsip Keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. Penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
2.
Masalah Etika Penelitian a.
Informed consent (lembar persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
70
responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. b.
Anonimity (tanpa nama) Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c.
Confidentiality (kerahasiaan) Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua infomasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
71
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pengumpulan data dari tanggal 24-30 September 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause, serta analisis bivariat yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan
tingkat
kecemasan
perempuan
dalam
menghadapi
menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur mempunyai luas wilayah 685,81 Ha, yang dibagi habis menjadi 16 RW dan 180 RT, terletak di Kecamatan Cakung Kota Administrasi Jakarta Timur, dengan batas-batas sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Ujung Menteng, Timur dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan dengan Kelurahan Pondok Kopi dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Penggilingan. Penelitian ini dilakukan di RW 01, RW 03 dan RW 07 Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah perempuan yang akan menghadapi menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang berusia lebih dari 40 tahun yang belum menopause, yaitu sebanyak 90 orang yang diambil secara acak.
71
72
B. Karakteristik Responden Tabel.5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Usia
Jumlah (n)
Persen (%)
40-46 47-52 Jumlah
50 40 90
55,6 44,4 100
Tabel 5.1 menunjukkan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 90 perempuan premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 40-46 yaitu sebanyak 50 responden (55,6%).
Tabel.5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Pekerjaan IRT/Tidak Bekerja Bekerja Jumlah
Jumlah (n) 67 23 90
Persen (%) 74,4 25,6 100
Tabel 5.2 menunjukan bahwa responden terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 67 orang (74,4%).
Tabel.5.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Pendidikan Dasar Menengah Tinggi Jumlah
Jumlah (n) 29 53 8 90
Persen (%) 32,2 58,9 25,6 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP,SMA) yaitu 53 orang (58,9%).
73
Tabel.5.4. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Jumlah Anak Tidak mempunyai anak Satu Lebih dari satu Jumlah
Jumlah (n) 3 23 64 90
Persen (%) 3,3 25,5 71,1 100
Tabel 5.4 diketahui bahwa paling banyak responden memiliki anak lebih dari satu orang yaitu 64 responden (71,1%).
C. Analisis Univariat Tabel.5.5. Distribusi Persentase Pernyataan Responden yang Benar Tentang Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Kategori & Pernyataan I. 1. 2. 3. 4. II. 5.
6.
7. 8. 9.
Pengertian Perempuan yang sudah tidak menstruasi disebut menopause. Perempuan yang sudah tidak menstruasi masih dapat hamil. Usia menarce tidak mempengaruhi terjadinya menopause. Kebiasaan merokok mempengaruhi usia terjadinya menopause. Tanda & Gejala Menopause Menopause ditandai dengan pengeluaran keringat dimalam hari sehingga menyebabkan susah tidur. Sebelum menopause akan timbul rasa panas pada daerah dada, leher dan wajah. Menopause menimbulkan rasa tidak nyaman pada saat berhubungan seksual. Menopause dapat menyebabkan kemaluan menjadi kering. Saat menopause dapat terjadi gangguan pada saluran kemih.
Pernyataan Benar Jumlah (n) Persen (%) 89
98,9
78
86,7
46
51,1
56
62,2
64
71,1
52
57,8
73
81,1
71
78,9
56
62,2
74
Pernyataan Benar Jumlah (n) Persen (%)
Kategori & Pernyataan III. Perubahan yang Terjadi Saat Menopause 10. Osteoporosis merupakan masalah kesehatan yang timbul saat menopause. 11. Sakit pada persendian. 12. Menjadi sering lupa atau pikun. 13. Mudah marah dan tersinggung. IV. Keluhan 14. Nafsu makan bertambah sehingga berat badan ikut bertambah. 15. Tekanan darah menjadi tinggi. 16. Sering sakit sehingga tidak dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. V. Cara Mengatasi Keluhan 17. Keluhan menopause dapat dicegah dengan tidak memakan makanan berlemak. 18. Buah-buahan dapat mengurangi keluhan saat menopause. 19. Keluhan menopause dapat dikurangi dengan memakan makanan seperti tahu dan tempe. 20. Selama menopause seharusnya perempuan tidak melakukan kegiatan diluar rumah.
70
77,8
72 59 67
80,0 65,6 74,4
51
56,7
55 40
61,1 44,4
48
53,3
73
81,1
58
64,4
53
58,9
Tabel 5.5 menyajikan persentase responden yang menjawab benar tetang
menopause,
terlihat
bahwa
pengetahuan
perempuan
tentang
menopause masih kurang. Terbukti 19 dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan menopause terdapat aspek yang masih kurang diketahui oleh responden, yaitu aspek keluhan menjawab benar kurang dari 50%. Tabel.5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Kurang Pengetahuan Cukup Pengetahuan Baik Jumlah
Jumlah (n) 18 52 20 90
Persen (%) 20,0 57,8 22,2 100
75
Berdasarkan tabel 5.6 ditemukan distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dalam menghadapi menopause paling banyak responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 52 orang (57,8%).
Tabel.5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Tingkat Kecemasan Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Jumlah
Jumlah (n) 15 27 28 20 90
Persen (%) 16,7 30,0 31,1 22,2 100
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.7 didapatkan paling banyak responden mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 orang (31,1%).
D. Analisa Bivariat Tabel.5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90) Kecemasan dalam Menghadapi Menopause Tingkat Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Pengetahuan Kecemasan Ringan Sedang n % n % N % Kurang Cukup Baik Jumlah (n)
5 7 3 15
27,8 13,5 15,0 16,7
5 18 4 27
27,8 34,6 20,0 30
7 13 8 28
38,9 25,0 40,0 31,1
Kecemasan Berat n % 1 14 5 20
5,6 26,9 25,0 22,2
Total (n)
P Value
18 52 20 90
0,120
Tabel 5.8 menunjukkan berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan ditemukan bahwa dari 90 perempuan premenopause
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
yang
berpengetahuan kurang mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 orang (38,9%).
76
Responden berpengetahuan cukup sebagian besar mengalami kecemasan ringan berjumlah 18 orang (34,6%). Responden berpengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 orang (40,0%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo Gebang. Di buktikan dengan nilai probabolitas sebesar 0,120 lebih besar dari nilai =0,05.
77
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan membahas mulai dari karakteristik responden, tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dan keterbatasan dalam penelitian. A. Karakteristik Responden Pengetahuan dan kecemasan yang dialami oleh responden dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi dan hubungan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia dan faktor sosial budaya (pendidikan, jenis pekerjaan dan suku bangsa) (Notoatmodjo, 2003; Stuart & Laraia, 2005). Dalam penelitian ini beberapa faktor pengetahuan dan faktor kecemasan seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause yaitu jumlah anak, dijadikan sebagai data demografi responden. 1. Usia Berdasarkan hasil penelitian, responden terbanyak pada usia 48 tahun yaitu sebesar 22%. Dari 90 responden, usia yang termuda yaitu 40 tahun sedangkan yang tertua yaitu 52 tahun. Hasil penelitian diperoleh data terdapat perempuan usia 45-52 tahun belum mengalami menopause. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Abernethy (2010) yang menyatakan
77
78
bahwa menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun dan usia rata-rata perempuan menopause 51 tahun. Usia merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena usia berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam penelitian ini merupakan cara pandang perempuan terhadap menopause (Stuart & Laraia, 2005). Responden dalam penelitian ini berusia 40-52 tahun. Pada usia tersebut adalah saat dimana seorang perempuan akan berada dalam periode premenopause dimana gejala dan keluhan menopause akan muncul. Sehingga pada usia tersebut sering timbul kecemasan akibat perubahan yang terjadi pada tubuh (Aprilia & Puspitasari, 2007). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stuart & Laraia (2005), yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah karena akan semakin banyak pengalaman individu dalam menghadapi masalah. Pendapat ini didukung pula oleh Nursalam & Pariani (2001), semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga tingkat kecemasan yang dihadapi akan semakin rendah. 2. Pekerjaan Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden sebanyak 67 orang (74,4%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, guru sebanyak 11 orang (12,2%), pedagang sebanyak 6 orang (6,7%), kariawan sebanyak
79
4 orang (4,4%) dan PNS sebanyak 2 orang (2,2%). Hasil penelitian pada distribusi tingkat pekerjaan menunjukan bahwa presentase terbanyak sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 67 orang (74,4%) dan jumlah responden yang bekerja seluruhnya berjumlah 23 orang (25,6%). Sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan, sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik, misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi, 2006). Perempuan yang bekerja, karena kesibukannya mereka tidak sempat memikirkan gangguan-gangguan menjelang menopause. Begitu juga dengan perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, tidak mempunyai waktu untuk mencari informasi kesehatan terutama tentang menopause, yang dipikirkan hanya untuk mengurus anak, suami dan pekerjaan rumah, sehingga informasi yang dimiliki sedikit. Akibatnya akan memberikan pemikiran yang keliru terhadap suatu hal (Notoatmodjo, 2003). 3. Pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden yang tinggal di Kelurahan Pulo Gebang, sebanyak 29 responden (32,2%) berpendidikan
80
rendah, 53 responden (58,9%) berpendidikan menengah (SMP,SMA) dan 8 responden (8,9%) berpendidikan tinggi. Pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan, seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi sehingga informasi-informasi yang didapatnya dapat dipahami dengan baik (Notoatmodjo, 2003). Pendapat ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Branden (2005) perempuan yang berpendidikan tinggi lebih cepat beradaptasi dengan kondisi menopause. Keadaan ini disebabkan cara berfikir perempuan berpendidikan tinggi lebih rasional, lebih terbuka dalam menerima informasi, sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih luas dan menghasilkan sikap yang lebih positif dalam menghadapi suatu permasalahan. Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Ancok (1985) dalam Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi lain. 4. Jumlah Anak Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause adalah jumlah anak. Semakin sering seorang perempuan melahirkan, maka semakin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan
81
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga memperlambat penuaan tubuh (Kasdu, 2002). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 64 orang (71,1%) memiliki jumlah anak lebih dari satu orang, sebanyak 23 orang (25,6%) mempunyai anak satu dan responden yang tidak mempunyai anak sebanyak 3 orang (3,3%).
B. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan responden terhadap menopause dibagi menjadi 3 kategori, yaitu pengetahuan baik, pengatahuan cukup dan pengetahuan kurang (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini pengetahuan responden diukur dari jumlah presentase jawaban responden. Tingkat pengetahuan baik adalah jika jumlah presentase jawaban >76%, pengetahuan cukup jika presentase jawaban 56-75%, sedangkan pengetahuan kurang jika jumlah presentase jawaban responden <55%. Pada tabel 5.5 dari 90 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang menopause, yaitu sebanyak 52 orang (57,8%). Hal ini menunjukan tingkat pengetahuan perempuan menjelang menopause di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo Gebang tentang menopause sudah cukup baik, walaupun masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang menopause yaitu sebanyak 18 orang (20,0%). Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Fatmawati (2011) yang dilakukan di Kabupaten Kebumen yang menyatakan bahwa 61,5% perempuan premenopause memiliki tingkat pengetahuan tentang menopause
82
dalam kategori cukup. Selain itu, didukung juga oleh penelitian Aprilia & Puspitasari (2007) di Kelurahan Darmo Kecamatan Wonokromo, Surabaya yang mengatakan bahwa 55% responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang menopause. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan sampai pendidikan menengah. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dan makin mudah proses penerimaan informasi (Aprilia & Puspitasari, 2007). Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi lain. Untuk itu tidak selamanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Status pekerjaan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Aktifitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan
hanya
sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan (Aprilia & Puspitasari, 2007). Seorang perempuan yang mempunyai aktivitas sosial diluar rumah akan lebih banyak mendapatkan informasi, sehingga pengalaman yang didapat juga lebih banyak. Pengalaman merupakan guru yang paling baik sebab pengalaman dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan menyebutkan
83
bahwa manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan (Herminaju, 2010). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan teori Notoatmodjo (2003) yaitu pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Proses interaksi merupakan salah satu yang mempengaruhi proses belajar, dari tidak tahu menjadi tahu. Proses interaksi yang tercipta bisa didapat melalui kegiatan berbelanja, posyandu, pengajian yang semua itu dapat meningkatkan pengetahuan, selain yang diperoleh melalui media cetak dan elektronik.
C. Tingkat Kecemasan Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 28 orang (31,1%), tidak mengalami kecemasan sebanyak 15 orang (16,7%), kecemasan ringan sebanyak 27 orang (30,0%) dan kecemasan berat sebanyak 20 orang (22,2%). Kecemasan yang terjadi pada seseorang tidak sama pada beberapa situasi. Kecemasan yang terjadi dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu faktor ancaman terhadap integritas diri yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti penyakit fisik dan menilai kecemasan sebagai pengalaman subjektif yang mungkin didasarkan atas persepsi terhadap situasi yang terjadi (Stuart & Sundeen, 2000). Perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya masalah psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisikfisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon
84
estrogen. Menopause seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen), remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi (Hammasa, 2004). Kenyataannya
tidak
semua
perempuan
mengalami
kecemasan,
ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi ada juga perempuan yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Berat ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan mengatasi menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006). Bagi perempuan yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya dan akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan depresi. Besar kemungkinannya terjadi karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause. Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap menopause sebagai suatu
ketentuan Allah
(Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka ia tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan
85
keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis (Hammasa, 2004; Retnowati, 2001). Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan, ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006). Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya, kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya dan ancaman (Anwar, 2007). Anwar (2007) mengungkapkan bahwa menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Tingkat kecemasan yang dialami oleh responden menurut Stuart (2001) berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh pada masa menopause, sehingga timbul keluhan-keluhan psikologis seperti kecemasan. Kecemasan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden, sesuai dengan hasil penelitian Purwita (2007) bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis pada saat menopause. Perempuan yang akan memasuki usia tua, sering timbul rasa khawatir terhadap proses kognisi seperti keriput, tua dan tidak cantik lagi membuat subjek takut untuk menghadapi masa menopause. Hal ini dapat menimbulkan
86
stress yang mengakibatkan kecemasan jika tidak mampu beadaptasi (Rostiana, 2009; Hawari, 2006). Kehawatiran perempuan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rostiana (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi menopause adalah pikiran, kesalahan proses kognisi yang membuat subjek takut akan tua atau tidak cantik lagi, sehingga subjek takut menghadapi menopause yang sebentar lagi akan dialami, seperti merasa lebih gemuk, mudah lelah dan sudah tua.
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Hasil analisis hubungan anatara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dari 90 responden didapatkan bahwa responden berpengetahuan kurang paling banyak mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (38,9%). Responden berpengetahuan cukup paling banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 18 orang (34,6%). Responden berpengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 orang (40,0%). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank dengan bantuan program SPSS 16 for windows menghasilkan nilai probabolitas sebesar 0,120 lebih besar dari nilai =0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMA bahkan ada yang sampai perguruan tingi, sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang cukup baik dan dapat saling berinteraksi satu sama lain saling memberikan masukan
87
walaupun sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmawati (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan tingkat pengetahuan wanita premenopause tentang menopause dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di desa Pejagoan Kabupaten Kebumen. Peningkatan pengetahuan seseorang didapat dari hasil informasi. Apabila penerimaan informasi baru atau adopsi informasi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap maka informasi tersebut tidak akan menimbulkan kesalahan. Sebaliknya apabila informasi itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan menimbulkan kasalahan yang berdampak pada ketakutan dan kekhawatiran atau meningkatnya rasa kecemasan. Kecemasan perempuan yang didukung oleh pengetahuan mengenai menopause dapat berkurang atau tidak akan menimbulkan kekhawatiran atau ketakutan (Smart, 2010). Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan dan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Sebagian besar dari responden dalam penelitian ini telah memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat menengah yaitu 53 orang (58,9%) dan memiliki pengetahuan tentang menopause cukup baik yaitu 52 orang (57,8%). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan,
karena
pendidikan dan tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini cukup baik, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan.
88
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia (2005) perempuan
yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mengalami
kecemasan ringan, dibandingkan dengan pendidikan rendah cenderung mengalami kecemasan berat saat menghadapi menopause dan hasil penelitian Kasdu (2002) yaitu responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan baik maka akan lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan kurang cenderung mengalami kecemasan berat. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Seseorang yang telah mengetahui tentang menopause, maka akan membuat perempuan mengerti tentang penanganan pada saat terjadi perubahan menopause dan perempuan tidak akan mengalami kecemasan menjelang menopause (Notoatmodjo, 2007). Selain pengetahuan ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan
perempuan
dalam
menghadapi
menopause
yaitu
upaya
penanganan dalam menghadapi menopause, sikap, dukungan keluarga, dukungan suami, kondisi ekonomi, gaya hidup dan gambaran diri (Damayanti, 2012; Aprilia & Puspitasari, 2007; Marga, 2007). Hasil penelitian Damayanti (2012) menyebutkan bahwa ada hubungan antara upaya penanganan ibu dengan kecemasan dalam menghadapi menopause yang didapatkan dari nilai p value <0,05. Faktor lain yaitu dukungan suami, terdapat hubungan bermakna antara dukungan suami sengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause yang didapatkan dari nilai p value 0,000 (p<0,05).
89
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia & Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap dengan tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause dalam menghadapi menopause yang menunjukkan nilai p=0,004 (p<0,05). Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu dukungan keluarga. Hubungan dukungan
keluarga
dengan
tingkat
kecemasan
pada
perempuan
perimenopause dalam menghadapi menopause menunjukkan nilai p=0,002 (p<0,05) sehingga terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara dukungan
keluarga
dengan
tingkat
kecemasan
pada
perempuan
perimenopause. Hubungan kondisi ekonomi dengan tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause dalam menghadapi menopause menunjukkan nilai p=0,021 (p<0,05) sehingga terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kondisi ekonomi dengan tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause. Selain itu hubungan gaya hidup juga berhubungan dengan tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause dalam menghadapi menopaus. Hasil analisis menunjukkan nilai p=0,001 (p<0,05). Penelitian lain yang dilakukan oleh Marga (2007) menunjukan bahwa nilai p=0,02 yang berarti ada hubungan bermakna antara gambaran diri dengan tingkat kecemasan ibu menopause. Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, tetapi banyak faktor lainya. Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Pulo Gebang menunjukkan bahwa tidak ada
90
hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan, disebabkan karena sebagian besar responden berpendidikan menengah. Makin tinggi tingkat pendidikan seorang maka makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan makin mudah proses penerimaan informasi. Sehingga kecemasan menjelang menopause dapat diatasi dengan baik. Namun, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah. Karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga biasa diperoleh dari sumber informasi lain (Notoatmodjo, 2005).
E. Keterbatasan Penelitian Selama proses penelitian masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang terjadi karena peneliti masih merupakan peneliti pemula. 1.
Alat pengumpul data atau instrumen Pembuatan kuesioner tentang tingkat pengetahuan dibuat sendiri oleh peneliti karena belum terdapat instrumen yang baku.
2. Keterbatasan tabel analisa bivariat Analisa bivariat menggunakan tabel cross tab. Kelemahan tabel cross tab pada penelitian ini sel terlalu banyak.
91
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Keseluruhan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan mulai dari karakteristik responden, pengetahuan, kecemasan dan hasil analisa hubungan antara pengetahuan dan kecemasan responden tentang menopause. A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di RW 01, RW 03 dan RW 07 Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause pada 90 responden didapatkan hasil : 1.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 90 perempuan premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 4046 yaitu sebanyak 50 responden (55,6%). Responden terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 67 orang (74,4%) dan sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP,SMA) yaitu 53 orang (58,9%). Responden paling banyak memiliki anak lebih dari satu orang yaitu 64 responden (71,1%).
2.
Hasil
penelitian
menunjukkan
pengetahuan
perempuan
tentang
menopause cukup bagus. Terbukti 19 dari 20 pertanyaan dijawab benar oleh lebih dari 50% responden dan distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dalam menghadapi menopause paling banyak berpengetahuan cukup yaitu 52 orang (57,8%).
91
92
3. Hasil penelitian didapatkan bahwa paling banyak responden mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 orang (31,1%). 4. Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 orang (38,9%). Responden berpengetahuan cukup sebagian besar mengalami kecemasan
ringan
berjumlah
18
orang
(34,6%).
Responden
berpengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 orang (40,0%). 5. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause yang didapatkan dari nilai p value > 0,05 yaitu 0,120. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Bagi perempuan yang menghadapi menopause perlu memperdalam informasi tentang tanda dan gejala menopause dari informan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya agar dapat menghadapi masa menopause dengan baik tidak penuh kecemasan.
2.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause. Untuk item pertanyaan tingkat pengetahuan ditambahkan pertanyan terkait pengalaman dan paparan media masa terkait menopause dan menambahkan beberapa karakteristik responden yang berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kecemasan.
93
3.
Bagi Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur dapat mengembangkan kegiatan yang sudah ada terutama untuk kegiatan posbindu. Memberikan informasi terutama terkait menopause kepada perempuan yang akan menghadapi menopause agar tidak terjadi kecemasan pada saat menghadapi menopause.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abernethy. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. 2010. Andri & Yenny Dewi P. Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan. Jakarta : Majalah Kedokteran Indonesia. 2007. Anwar, Q. Manajemen Stress. Jakarta : P.T. Al. Mawar di Prima. 2007. Aprilia, Nur Isyana & Nunuk P. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Wanita Perimenopause. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, 2007. Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025. 2010. Diakses 12 November 2011; http://www.google.co.id Baziad. A. Endokrinologi Genikologi (Edisi 3). Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Baziad. A. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2003. BKKBN. Menopause Datang, Rasa Senang Tertendang. 2006. Diakses 12 November 2011; http://www.google.co.id Bobak, I.M. dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta : EGC. 2005. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC. 2004. Damayanti, Fitriani. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Upaya Penenganan Ibu dengan Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Skripsi: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2012 Data penduduk Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Februari 2012.
94
95
Departemen Kesehatan RI. Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. 2009. Diakses pada 12 November 2011 dari http://www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. 2005. Diakses pada 12 November 2011; http://www.depkes.go.id. Dharma, K.K. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. 2011. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia. 2005. Fatmawati, M.D. Hubungan Timgkat Pengetahuan Wanita Premenopause tentang Menopause dengan Tingkat Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Menopause di Desa Pejagoan Kabupaten Kebumen. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan. 2011. Glasier, A dan Gebbie, A. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Edisi 4) Cet. Pertama. Jakarta : EGC. 2006. Hawari, Dadang. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. Herminaju, Ketjuk. Tingkat Domain (BLOOM) Pengetahuan Lanjut Usia Tentang Kebutuhan Nutrisi. Jurnal Ners, 194, 192-195. 2010. Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2007. Hutapea, R. Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2005. Jacoeb, T.Z. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. dalam: Wiknjosastro, H, ed. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. Kasdu, Dini. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Cet. Pertama. Jakarta: Puspa Swara. 2004. Kasdu, Dini. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara. 2002. Larasati, Tika. Kualitas Hidup Pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
96
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Jakarta: Fitramaya 2008. Martadisoebrata D. dkk. Obstetri dan ginekologi sosial. Ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. Notoadmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. 2009. Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2011. Potter & Perry. Fundamental Keperawatan ed. 4. Jakarta : EGC. 2005. Retnowati, Sofia. N. Tetep Bergairah Memasuki Usia Menopause: Sebuah Tinjauan Psikologis. Skripsi Fakultas Psikologi UGM. 2001. Riset Kesehatan Dasar. Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap pada Masyarakat Indonesia. 2007. Rostiana, Triana. Kecemasan Pada Perempuan yang Menghadapi Menopause. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 2009. Safitri, Aina. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Menopause pada Wanita dikelurahan Titi Papan Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2009. Sarjono, Haryadi & Winda Juli. SPSS us Listel: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Salemba Empat. 2011.
97
Sastrawinata, S. Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan. dalam: Wiknjosastro, H, ed. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. Shimp, L.A & Smith, M.A. 20 Common Problems in Women’s Health Care International. Edition 2000. Singapore : Mc Graw-Hill Book Co. 2000. Stuart, G. W & Laraia. M. T. Principles and practice of psychiatric nursing, 8th ed. St. Louis: Mosby. 2005. Stuart, G. W & Sundeen. S.J. Keperawatan Jiwa (Edisi 3). Jakarta : EGC. 2000. Stuart, G. W. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Cet. Pertama. Jakarta : EGC. 2007. Sumanto, Tri. Persepsi Ibu Menopause Terhadap Aktivitas Seksualitas Pada Masa Menopause di Desa Jagalan Kecamatan Tawangmangu Karanganyar. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Susiana, Praju Marga. Hubungan Gambaran Diri dengan Tingkat Kecemasan Ibu Masa Menopause di Kelurahan Lhok Keutapang Tapaktuan. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Medan Sumatra Utara. 2007. Sutanto, L. B., & Sutanto, D. B. Menopause. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2005. Syarief, Sugiri. DEMOGRAFI: Jumlah Penduduk Indonesia Capai 340 Juta Jiwa. Diakses 11 November 2011. http://wartapedia.com.
r KEMENTERIAN AGAMA TINTVERSITAS ISLAM NEGERI ( t]IN ) SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA FAIruLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN ,1.
Kerlaftuhi No.5 Ptuansao Cipulal ls4l9
Nomor I Un.lIlF l0/y\M.0l.2EE d{ /2Ol l I,ampi{an : Hal : Permohoneil Izin Strdi Pendahlhan
7clp.
:(.62-21) 147t6718
websile
:
F
: (62-21)
Jakart4
Z3
Desember 2011
Kepada Yatrg Terhormat, Kepala Suku DINKES Kota Administrasi Jakana Timur Jl. Jatinegara Barat No. 142
di Jakarta Timur-13310
AssrlamE'rlrikrm \vr- Wh Dalam rangka penyele\aian tugas athir perluliahan mahasiswa diperlukan penyusunaa Skripsi yang be4udul 'ltlubunga,] Tingkat Pengetahuan Dengan Tirykat Kecemasan Perempuan Dalam Menghadapi Menopause di Wilayah K€rja Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timu/'. Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksalrakao studi p€ndahulnan atas nama :
Nrma
: Dedeh Suhaidafi
NIM
108104000005
Semestea
VII
Program Studi
Ilrnu Kepemwatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatafl UIN Syaiif Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan banhran saudara kami ucapkan terima kasilu Wassalam u'alaikum
Wr. Wb.
iv * \, Tembusan: Dekan FKIK
7404985
w.uinjk&.id; E-Mil i &i<@u,njkle.id
M. Pd t99r03 2 001
KEMENTERHNAGAMA LTNTYERSITAS ISLAM NEGERI ( T]IN ) SYARIT HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAI(UL-TAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN L
Telp. Kertamulti No.
5
Piengs cipulat
:(62 2r)74716713 Fd : \62-21) 7404935
Websile :
15419
Nomor : Un.}llFlqlKM.'l.2l
*aT.uinjtl.ejt E-nail:
[email protected]
Cipua! tg Ssptember 201, 2t47fi 12012
Lampimn : -
Hal
: Permohonetr Izitr Pen€litiin Kepada Yang Terhormat Kepala Suku DINKES Kota Administrasi Jakarta Timur Jl. Jatinegara Barat No. 142
di Jakarta Timur- I 33 I 0
Asralamu'alaikum wr. wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa dipedukan penyusuru Skripsi yaag berjudul ',Hubungart Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecremasan Perempuan Dalarn Menghadapi Menopaus€ di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang".
Sehubmgan dengan
itu kami mohon diberikar Din
melaksanakan
penelitian alas nama : Nama
Dedeh Sifiaidah
NIM
10810400000s
Semester
tx
Prcgram Studi
llrnu Keperawatan
Fakultas
Kedoldemn dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullali Jaka.ta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudam kami ucapkan terima kasitr-
Wassaleml'alaiktrm Wr. Wb. A.n. Dekan
Widjajakusumah, AIF, PFK Tembusan: Dekatr
!
FKIK
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Jl. Matraman Raya No. 2'18. Telp.021 8192202 Fax.021 85063'19
JAKARTA
No //14 fil72z Lamp Hal r lzin Studi Pendahuluan :
4
lGde Pos ; 13310
Februai2012
:
Yth:
Menjawab
.
Kepada Dekan Fak. KedoKeran dan llmu Kesehatan Uniyersitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta
surat Sadara tanooal 2n Desemler 2tr11 Nomor
:
Un.01/F10/KM.01.2/54o412011 Hal; lzin Study Pendahuluan, bagi mahasiswa Program Studi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah dengan judul I Hubungan Tingkat Kecemasan PerempuanDalam Menghadapi Menopause " diWlayah Jakarta Timur, Maka dengan ini kami sampaikan halhal sebagai berikut : Pada prinsipnya kami tidak kebeEtan atas permohonan Saudara yang akan dilaksanakan di Wilayah Jakarta Timur mulai pada tanggal Februari- Maret 2012 dengan mengikuti semua aiuran yang beriaku pada Puskesmas tersebut Lahan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan teGebut adalah Puskesmas Kecamatan Cakung dan segera menghubungi Koordinator Diklil pada Puskesmas te.sebut dengan Eglg4pilEg! Elgpgsg! yang dimaksud l\4elaporkan kembali hasil pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dengan 4g!a4g[!galep9134!ggig!4. : Dedeh Suhaidah Nama mahasiswa :108104000005 NIM
L
2.
3. 4.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan keia samanya diucapkan terima kasih.
KESEHATAN JAKARTA TIMUR
INGSIH WALUJATI 1983032004
Tembusan : Kepada Yth. 1. Ka. Puskesmas Kecamatan Cakung
l
llSPOSl$t CA'i I.,,'',
.:lrB*E .iKESIltq,S ',', ' KECAtulA'tAl{ 'ir";: ' _, ," crgsl nt lg, reLP 4c0't44i "i JAKAITTA IMUN
('i
lfistruksi , lofofnsli
flt,'
'
l.-::.,,
i,,
Corel Yang tidak PBrlu
v,
..,
,: l'
'
r' ,t/-t i.\i tr.,.'ilt.,
,.)
.
, l/tor,,(
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Jl. Matraman Raya No.2'18. falp.021 8192202 Fax.021 8506319
JAKARTA
stT-/7P)-
No Lamp. Hai ; Magang Untuk Penliusunan Skripsi
Kods Pos : '13310
lgBeprerote. zolz
Yth.
Kepada Dekan Univ. lslam Negeri(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Fak. KedokteEn dan llmu Kesehatan Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat Di Tangerang
Berdasarkan permohonan saudara tanggal 18 September 2012 Nomor : Un.01lF'lOlKM.0'l.212435/2012 Hal: Magang untuk Penyusunan Skripsi, bagi mahasiswa Program Studi llmu Keperawatan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul " Hubungan Tingkal Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause diwilayah Jakarta Timur. Maka dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikul : 1. Pada prinsipnya kami tidak keberatan atas pe@ohonan saudara yang akan dilakasanakan di wilayah Jakarta Timur pada 24 - 30 Septembq 2012 dengan mengikuti semua aturan yang berlaku pada Puskesmas lersebut. 2. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan terjadi mal prqKik yang diakibatkqn dari tindakan yang tidak sesuai dengan SOP ( Standad Opersional Prosedur ) oleh mahasiswa / institusi dan terjadi penuntutan dari pihak pasien yang dkugikan, maka hal itu merupakan tanggung jawab maiasiswa dan inslitusi. 3. Lahan binaan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah Puskesmas Kecamalan Cakung kelurahan Pulogebang serta segera menghubungi koordinator Diklit pada Puskesmas tersebut dengan UgE8pitgEElqpg4l Kegiatan 4. Melaporkan kembali hasil pelaksanaan kegiaian tersebut kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk Laporar Keoiatan. 5. Setiap Mahasiswa yang melaksanakan kegiatan atau praKek lapangan di Puskesmas, diwajikan membayar Relribusi sesuai dengan PeratuEn Gubernur Nomor. 68 lahun 2012langgal26 Juni 2012 lentang Tarif Pelayanan Kesehatan Masyarakat : Dedeh Suhaidah 6. Nama mahasiswa NIA :'108104000005
'
/
Pusat
Demikianlah kami sampaikan, atas perlratian dan kerjasmanya diucapkan terima kasih.
6ffi 3/'F.rnr[{
(:,,^\as$fit Tembusan ; 1. Ka. Puskesmas Kec. Cakung
SUKU DINAS KESEHATAN TIMUR
IN, MARS 1990031005
INFORMED CONSENT HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE Assalamu’alaikum Wr. Wb
Nama : Dedeh Suhaidah
NIM
: 108104000005
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian kuesioner ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Apakah ibu bersedia menjadi responden? YA /
TIDAK
Tertanda
Responden
No. Responden :
:
Petunjuk Umum Pengisian : 1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) di dalam kotak yang telah disediakan. 2. Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab. 3. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
A. Kuesioner Data Demografi 1. Inisial Nama : ………………………… 2. Umur
: ……………….. tahun
3. Pekerjaan
:
4. Pendidikan
:
Tidak sekolah SD/MI SMP/MTs/SLTP SMA/MA/SMK Perguruan Tinggi
5. Jumlah Anak :
Tidak memiliki anak Satu Lebih dari satu
B. Kuesioner I Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban “B (Benar)” atau “S (Salah)” dengan memberikan tanda checklist (√), apabila ibu merasa pernyataan tersebut sesuai dengan pengetahuan ibu. Jawaban
No 1
Pertanyaan Perempuan yang sudah tidak menstruasi disebut perempuan menopause.
2
Perempuan yang sudah tidak menstruasi lagi masih bisa hamil.
3
Usia pertama kali mendapat menstruasi tidak mempengaruhi terjadinya menopause.
4
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi usia terjadinya menopause.
5
Menopause ditandai dengan pengeluaran keringat yang berlebih dimalam hari sehingga menyebabkan susah tidur.
6
Sebelum menopause, akan timbul rasa panas yang ditandai dengan kulit yang memerah pada daerah dada, leher dan wajah.
7
Menopause pada perempuan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri saat berhubungan seksual.
8
Menopause dapat menyebabkan kemaluan menjadi kering.
9
Saat menopause dapat terjadi gangguan pada saluran kemih seperti sering buang air kecil.
10
Osteoporosis/tulang keropos merupakan masalah kesehatan yang timbul pada saat menopause.
11
Menopause dapat menyebabkan rasa tidak nyaman/sakit pada persendian dan otot.
B
S
12
Menopause menyebabkan perempuan menjadi sering lupa/pikun
13
Menopause menyebabkan perempuan mudah marah dan tersinggung
14
Pada masa menopause nafsu makan menjadi bertambah sehingga berat badan juga ikut bertambah.
15
Perempuan menopause dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
16
Perempuan menopause menjadi sering sakit sehingga tidak dapat menjalankan aktifitasnya sehari-hari
17
Keluhan menopause dapat dicegah dengan tidak memakan makanan berlemak seperti: gorengan, daging jeroan.
18
Buah-buahan dapat mengurangi keluhan saat menopause.
19
Keluhan saat menopause dapat dikurangi dengan memakan makanan seperti tahu dan tempe.
20
Selama menopause seharusnya perempuan tidak melakukan kegiatan diluar rumah. Jumlah
C. Kuesioner II Petunjuk Pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda checklist (√).
Yang manakah dari gejala-gejala yang tertera dibawah ini yang ibu alami selama sebulan terakhir dan seberapa sering gejala-gejala tersebut terjadi.
Keterangan:
TP : Tidak pernah
S
: Sering
J
TM
: Terus menerus
: Jarang
KK : Kadang-kadang
No 1
Gejala Mudah tersinggung ketika orang lain membicarakan perubahan fisik yang terjadi.
2
Merasa tegang dalam menghadapi menopause.
3
Suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang-orang disekitar.
4
Mengalami susah tidur atau suka terbangun pada malam hari.
5
Daya ingat dan konsentrasi menurun karena perubahan yang terjadi.
6
Perasaan sering berubah-ubah seperti kadang sedih, kadang bahagia.
7
Tidak dapat melakukan hal apapun saat menghadapi menopause.
8
Suka merasa letih dan lemas saat melakukan kegiatan.
9
Merasa denyut jantung menjadi lebih cepat dan berdebar-debar.
Jawaban TP
J
KK
S
TM
Jawaban
No 10
Gejala Suka merasa dada menjadi tertekan sehingga sulit untuk bernafas.
11
Tidak nafsu makan.
12
Suka mengalami buang air kecil.
13
Suka mengalami pusing dan sakit kepala ketika memikirkan akan menghadapi menopause.
14
Suka merasa gelisah saat menghadapi menopause. Total Skor
TP
J
KK
S
TM
Reliability Scale: ALL VARIABLES (TINGKAT PENGETAHUAN) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .872
20 Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
P1
.70
.470
20
P2
.55
.510
20
P3
.45
.510
20
P4
.60
.503
20
P5
.65
.489
20
P6
.80
.410
20
P7
.70
.470
20
P8
.65
.489
20
P9
.65
.489
20
P10
.55
.510
20
P11
.65
.489
20
P12
.65
.489
20
P13
.70
.470
20
P14
.65
.489
20
P15
.75
.444
20
P16
.60
.503
20
P17
.70
.470
20
P18
.40
.503
20
P19
.60
.503
20
P20
.65
.489
20
r Tabel : 0.38 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
P1
11.95
24.261
.652
.860
P2
12.10
26.516
.138
.878
P3
12.20
24.800
.480
.866
P4
12.05
25.103
.426
.868
P5
12.00
25.263
.407
.868
P6
11.85
25.397
.468
.866
P7
11.95
26.050
.257
.873
P8
12.00
24.842
.496
.865
P9
12.00
24.737
.519
.864
P10
12.10
25.042
.431
.868
P11
12.00
25.158
.429
.868
P12
12.00
24.632
.542
.864
P13
11.95
24.576
.580
.862
P14
12.00
25.053
.451
.867
P15
11.90
25.042
.509
.865
P16
12.05
25.208
.405
.869
P17
11.95
24.155
.676
.859
P18
12.25
24.513
.550
.863
P19
12.05
24.471
.559
.863
P20
12.00
24.947
.474
.866
Scale Statistics Mean 12.65
Variance 27.503
Std. Deviation 5.244
N of Items 20
Reliability Scale: ALL VARIABLES (TINGKAT KECEMASAN) Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .899
14
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
1.85
1.348
20
P2
1.15
1.182
20
P3
.50
.827
20
P4
1.50
.889
20
P5
1.40
1.046
20
P6
2.00
.858
20
P7
.80
1.196
20
P8
1.40
1.095
20
P9
1.70
.865
20
P10
1.00
1.026
20
P11
1.45
1.099
20
P12
1.40
.940
20
P13
1.40
1.046
20
P14
1.00
1.170
20
r Tabel : 0.38
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
P1
16.70
74.958
.735
.885
P2
17.40
83.726
.408
.901
P3
18.05
81.839
.763
.887
P4
17.05
84.155
.552
.894
P5
17.15
81.397
.607
.892
P6
16.55
84.576
.547
.894
P7
17.75
77.039
.737
.885
P8
17.15
76.871
.826
.882
P9
16.85
84.661
.537
.894
P10
17.55
80.155
.693
.888
P11
17.10
85.358
.363
.902
P12
17.15
85.713
.422
.899
P13
17.15
82.976
.518
.895
P14
17.55
79.418
.631
.890
Scale Statistics Mean 18.55
Variance 93.945
Std. Deviation 9.693
N of Items 14
Karakteristik Responden A. Distribusi Frekuensi Usia Statistics Usia N
Valid
90
Missing
0
Mean
45.69
Median
46.00
Mode
48
Std. Deviation
2.932
Minimum
40
Maximum
52
Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
40
3
3.3
3.3
3.3
41
5
5.6
5.6
8.9
42
8
8.9
8.9
17.8
43
8
8.9
8.9
26.7
44
8
8.9
8.9
35.6
45
11
12.2
12.2
47.8
46
7
7.8
7.8
55.6
47
7
7.8
7.8
63.3
48
20
22.2
22.2
85.6
49
5
5.6
5.6
91.1
50
5
5.6
5.6
96.7
51
2
2.2
2.2
98.9
52
1
1.1
1.1
100.0
90
100.0
100.0
Total
Usia_Kat Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
40-46
50
55.6
55.6
55.6
47-52
40
44.4
44.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
B. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Statistics Pekerjaan N
Valid Missing
90 0 Pekerjaan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
IRT
67
74.4
74.4
74.4
Guru
11
12.2
12.2
86.7
Pedagang
6
6.7
6.7
93.3
Kariawan
4
4.4
4.4
97.8
PNS
2
2.2
2.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pekerjaan_Kat Frequency Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Bekerja
67
74.4
74.4
74.4
Bekerja
23
25.6
25.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
C. Distribusi Frekuensi Pendidikan Statistics Pendidikan N
Percent
Valid Missing
90 0
Pendidikan Frequency Valid
Tidak Sekolah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.1
1.1
1.1
SD
28
31.1
31.1
32.2
SMP
23
25.6
25.6
57.8
SMA
30
33.3
33.3
91.1
8
8.9
8.9
100.0
90
100.0
100.0
Perguruan Tinggi Total
Pendidikan_Kat Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Dasar
29
32.2
32.2
32.2
Menengah
53
58.9
58.9
91.1
Tinggi
8
8.9
8.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
D. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Statistics Jumlah.Anak N
Valid Missing
90 0 Jumlah.Anak Cumulative Frequency
Valid
Tidak mempunyai anak
Percent
Valid Percent
Percent
3
3.3
3.3
3.3
1
23
25.6
25.6
28.9
>1
64
71.1
71.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Analisis Univariat E. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menopause P1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
1
1.1
1.1
1.1
BENAR
89
98.9
98.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
P2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
12
13.3
13.3
13.3
BENAR
78
86.7
86.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
P3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
44
48.9
48.9
48.9
BENAR
46
51.1
51.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
P4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
34
37.8
37.8
37.8
BENAR
56
62.2
62.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
F. Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Menopause P5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
26
28.9
28.9
28.9
BENAR
64
71.1
71.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
P6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
38
42.2
42.2
42.2
BENAR
52
57.8
57.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
P7 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
17
18.9
18.9
18.9
BENAR
73
81.1
81.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
P8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
19
21.1
21.1
21.1
BENAR
71
78.9
78.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
P9 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
34
37.8
37.8
37.8
BENAR
56
62.2
62.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
G. Pengetahuan Responden Tentang Perubahan yang Terjadi Saat Menopause P10 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
20
22.2
22.2
22.2
BENAR
70
77.8
77.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
P11 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
18
20.0
20.0
20.0
BENAR
72
80.0
80.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
P12 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
31
34.4
34.4
34.4
BENAR
59
65.6
65.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
P13 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
23
25.6
25.6
25.6
BENAR
67
74.4
74.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
H. Pengetahuan Responden Tentang Keluhan yang Terjadi Saat Menopause P14 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
39
43.3
43.3
43.3
BENAR
51
56.7
56.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
P15 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
35
38.9
38.9
38.9
BENAR
55
61.1
61.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
P16 Frequency Valid
I.
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
50
55.6
55.6
55.6
BENAR
40
44.4
44.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengatasi Keluhan Saat Menopause P17 Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
42
46.7
46.7
46.7
BENAR
48
53.3
53.3
100.0
Total
90
100.0
100.0
P18 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
17
18.9
18.9
18.9
BENAR
73
81.1
81.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
P19 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
32
35.6
35.6
35.6
BENAR
58
64.4
64.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
P20 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SALAH
37
41.1
41.1
41.1
BENAR
53
58.9
58.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
J.
Distribusi
Frekuensi
Tingkat
Pengetahuan
Perempuan
dalam
Menghadapi Menopause. PengetahuanKat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pengetahuan kurang
18
20.0
20.0
20.0
pengetahuan cukup
52
57.8
57.8
77.8
pengetahuan baik
20
22.2
22.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
K. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause KecemasanKat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak ada kecemasan
15
16.7
16.7
16.7
Kecemasan Ringan
27
30.0
30.0
46.7
Kecemasan Sedang
28
31.1
31.1
77.8
Kecemasan Berat
20
22.2
22.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N PengetahuanKat * KecemasanKat
Missing
Percent 90
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 90
100.0%
L. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan PengetahuanKat * KecemasanKat Crosstabulation KecemasanKat
Total
tidak ada kecemasan kecemasan kecemasan kecemasan Pengetahuan kurang Count Kat
% within PengetahuanKat cukup
Count % within PengetahuanKat
Baik
Count % within PengetahuanKat
Total
Count % within PengetahuanKat
ringan
sedang
berat
5
5
7
1
18
27.8%
27.8%
38.9%
5.6%
100.0%
7
18
13
14
52
13.5%
34.6%
25.0%
26.9%
100.0%
3
4
8
5
20
15.0%
20.0%
40.0%
25.0%
100.0%
15
27
28
20
90
16.7%
30.0%
31.1%
22.2%
100.0%
M. Hasil Uji Spearman Correlations PengetahuanKat Spearman's rho
PengetahuanKat
Correlation Coefficient
1.000
.165
.
.120
90
90
Correlation Coefficient
.165
1.000
Sig. (2-tailed)
.120
.
90
90
Sig. (2-tailed) N KecemasanKat
KecemasanKat
N