SKRIPSI
ANALISIS PROSES PELIPUTAN BERITA TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV ( Periode Maret 2009 )
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Bidang Studi Broadcasting
Disusun Oleh: Nama
: Erlan Saprianto
NIM
: 04103 – 072
Jurusan
: Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STRATA 1 BROADCASTING
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Judul Skripsi
: ANALISIS PROSES PELIPUTAN BERITA TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV (Periode Maret 2009)
Nama
: Erlan Saprianto
NIM
: 04103-072
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Broadcasting
Dosen Pembimbing
( Ponco Budi Sulistyo, S.Sos M.Comn )
i
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STRATA 1 BROADCASTING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Judul Skripsi
: ANALISIS PROSES PELIPUTAN BERITA TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV (Periode Maret 2009)
Nama
: Erlan Saprianto
NIM
: 04103-072
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Broadcasting
Dosen Pembimbing
( Ponco Budi Sulistyo, S.Sos M.Comn )
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi
( Dra. Diah Wardhani MS.i )
( Ponco Budi Sulistyo, S.Sos M.Comn )
i
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STRATA 1 BROADCASTING
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Judul Skripsi
: ANALISIS PROSES PELIPUTAN BERITA TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV (Periode Maret 2009)
Nama
: Erlan Saprianto
NIM
: 04103-072
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Broadcasting Jakarta 1 Juni 2009
Ketua Sidang Tri Diah
(
)
(
)
(
)
Penguji Ahli Feni Fasta Pembimbing
Ponco Budi Sulistyo, S.Sos M.Comn
i
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI.........................................................................i TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI …………………………………………….....ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..........................................................................iii LEMBAR PERBAIKAN SKRIPSI ............................................................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................................v DAFTAR ISI .............................................................................................................viii ABSTRAK ................................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1 1.2 Perumusan Masalah..............................................................................8 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................8 1.4 Signifikan Penelitian.............................................................................8 1.4.1 Akademis......................................................................................8 1.4.2 Praktis...........................................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa................................................................................9 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa.....................................................9 2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa.......................................................17 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa..........................................................19 2.2 Televisi Sebagai Media Massa............................................................21 2.3 Program Televisi……….....................................................................26
vi
2.4 Berita Televisi…………………………............................................31 2.4.1 Pengertian Berita........................................................................31 2.4.2 Unsur Layak Berita....................................................................35 2.4.3 Nilai Berita................................................................................36 2.4.4 Format Berita............................................................................37 2.4.5 Jenis Berita................................................................................39 2.5 Proses Produksi Berita ......................................................................40 2.5.1 Perencanaan ………………………………………………….40 2.5.2 Produksi ……………………………………………………...41 2.6 Proses Peliputan Berita Televisi ……………………...…………....43 2.6.1 Reporter Berita Televisi............................................................45 2.6.2 Kamerawan Berita Televisi ….................................................46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian..................................................................................49 3.2 Metode Penelitian.............................................................................50 3.3 Tehnik Pengumpulan Data................................................................51 3.3.1 Data Primer..............................................................................51 3.3.2 Data Sekunder..........................................................................51 3.4 Key Informan....................................................................................51 3.5 Fokus Penelitian................................................................................52 3.6 Defenisi Konsep................................................................................53 3.7 Tehnik Analisis Data.........................................................................54
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum JAK-TV..............................................................56 4.2 Hasil Penelitian ...............................................................................61 4.2.1 The Jaks …………………………………………………….61 4.2.2 Pra Produksi …………………………..................................63 4.2.2.1 Pencarian Ide Liputan …………………....……….......63 4.2.2.2 Koordinasi ……………………………………………64 4.2.3 Produksi …………………………….………………………65 4.2.3.1 Proses Persiapan Peliputan …………………………...65 4.2.3.2 Proses Peliputan Reporter di lapangan ……………….66 4.2.3.3 Proses Peliputan Kamerawan di lapangan …………... 67 4.2.4 Proses Setelah Peliputan …………………………………...69 4.3 Pembahasan ....................................................................................70 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................................74 5.1.1 Pra Produksi …………………………………………………74 5.1.2 Produksi ……………………………………………………..75 5.2 Saran.................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
Nama NIM Program Studi Judul Skripsi Bibliografi
: Erlan Saprianto : 04103-072 : Broadcasting : ANALISIS PROSES PELIPUTAN TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV (Periode Maret 2009) : 34 Buku (dari tahun 1989 s/d 2007), 75 Halaman. ABSTRAK
Maraknya industri pertelevisian di Indonesia membuat pihak stasiun televisi bersaing dalam menghasilkan program-program yang berkualitas, program tersebut bisa berupa hiburan, kuis dan berita. Berita atau news mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita pada saat ini disetiap stasiun televisi saling berlomba-lomba untuk menghasilkan program berita yang berbeda dengan stasiun televisi yang lain. Seperti hal nya Tayangan The Jaks JAK-TV yang memiliki cara penyajian yang berbeda dengan program berita yang sejenis pada setiap segmennya. Ketika wartawan atau tim liputan mencari berita diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang guna mencapai hasil yang maksimal karena pada saat peliputan di lapangan tim liputan yang diterjunkan di lapangan harus memiliki skill dan strategi untuk mendapatkan suatu berita. Berdasarkan latar belakang itulah penulis mencoba menganalisa Proses Peliputan Tayangan The Jaks Di Jak Tv (Periode Maret 2009). Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini meliputi produksi berita dan proses peliputan dilapangan yang mana di dalam proses produksi berita terdiri dari proses perencanaan, peliputan di lapangan, preview gambar, membuat naskah, menentukan durasi berita dan editing. Sedangkan proses peliputan dilapangan terdiri dari perencanaan, pencarian dan mengolah menjadi berita yang siap disiarkan. Sifat penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus mengambil data dan hasil wawancara mendalam dengan narasumber antara lain : Produser, Ass Prod, Reporter dan Juru Kamera, serta mencari datadata yang telah ada pada perpustakaan JAK-TV atau data sekunder. Berdasarkan pembahasan yang penulis dapat disimpulkan bahwa setiap tim liputan di lapangan baik itu reporter dan juru kamera mempunyai cara yang berbeda satu sama lain dalam menggali informasi dan berita dari narasumber tergantung dari jam terbang dan pengalaman Reporter dan kameramen itu sendiri dalam menghasilkan sebuah berita.
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, ketrampilan dan pengetahuan dan lain sebagainya. Melalui komunikasi manusia dapat memecahkan dan meyelesaikan masalahnya. Dengan berkomunikasi manusia dapat menambah pengetahuan dan wawasannya. Tanpa disadari, setiap hari kita mengkonsumsi berita baik itu melalui televisi, surat kabar, radio, majalah, maupun internet. Berita telah menjadi rutinitas dalam kehidupan manusia di era informasi saat ini, melalui berita pula kita mengetahui realitas politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Harsono Suwardi dalam jurnal sarjana komunikasi Indonesia mengatakan: “Bila kita memperhatikan lebih jauh peran media massa pada suatu sisi dan dari sisi yang lain, kita akan melihat kemungkinan adanya konflik dalam masyarakat (baik politik maupun sosial atau bentuk konflik lainnya), sehingga media tak jarang menggunakan istilah-istilah yang dalam kehidupan jurnalistik sesungguhnya ditabuhkan seperti sensasi, memperbesarkan informasi, menutupnutupi, atau kurang memperhatikan semua pihak yang berselisih.” 1
Akan tetapi benarkah realitas yang di sajikan oleh media massa dalam pemberitaanya adalah realitas yang sesungguhnya?
1
Harsono Suwardi, Komunikasi Politik dalam Konteks Budaya Komunikasi dalam Jurnal Sarjana Komunikasi Indonesia, Komunikasi Budaya, Jakarta. Gramedia 1997 hlm. 9-10
1
Kata komunikasi Yaitu berasal dari perkataan bahasa latin : communication yang berarti ”pemberitahuan” atau “Pertukaran pikiran”. 2 Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna, akan terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebaran pesan) dan komunikan (penerima pesan). Selain itu komunikasi adalah suatu proses dan komunikasi adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia sehari-hari, tanpa adanya komunikasi maka tidak akan terciptanya saling pengertian diantara orang-orang yang melakukan transaksi, karena komunikasi itu bersifat transaksional. Menurut konteksnya, komunikasi terbagi atas beberapa jenis, salah satu di antaranya yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa adalah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi tidak sedikit atau secara massa dan disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen. 3 Dalam proses pelaksanaannya, komunikasi massa mengunakan media massa sebagai alat penyampaian pesan. Melalui media massa, komunikasi massa dapat dilihat dan didengar. Media massa mampu menjangkau khalayak yang luas dan berbeda tempat. Saluran komunikasi massa memiliki beragam bentuk, antara lain, televisi, radio, majalah, koran dan tabloid. Salah satu jenis media massa adalah media elektronik, yaitu media yang dalam pemanfaatnnya mengunakan teknologi tinggi dan memiliki akses cepat bagi masyarakat untuk dapat dengan mudah memperoleh informasi.
2
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Pt Citra Aditya Bakti, Bandung 2003 hlm10 3 Nurudin. Cespur. Komunikasi Massa. Malang. 2003. hlm 11
2
Media yang menggunakan spectrum elektronik (frekuensi) dalam menyampaikan informasi dengan bentuk suara dan gambar adalah media televisi yang saat ini sedang berkembang pesat adalah televisi. Televisi berasal dari bahasa Yunani, “telle” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan 4 . Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di masyarakat. Apalagi sebetulnya yang esensial dari kultur ini pada hakikatnya sudah dikenal sejak lama, sebelum kebudayaan tulis atau cetak mengesernya. Unsur esensial kebudayaan televisi berupa pengunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti, pesan informasi, dan hiburan. 5 Televisi merupakan produk kebudayaan lisan kedua yang merupakan perpanjangan dari mata dan telingga manusia. Perpanjangan ini melahirkan tuntutan kepada para pencipta program televisi. Tuntutan ini bagi para pencipta tayangan televisi merupakan tantangan. Tidak cukup tantangan itu dihadapi dengan bekal apa adanya, diperlukan banyak konsep dan gagasan untuk mengembangkan daya kritis televisi menghadapi tantangan itu. 6
4
Onong Uchjana Effendi. Kamus Komunikasi Mandar Maju. 1989 hlm 361 Fred Wibowo.Tehnik Produksi Televisi. Pinus Book Publisher. 2007 hlm 18 6 Ibid 5
3
Setiap stasiun televisi menyajikan program–program acara. Sesuai dengan visi dan misi stasiun televisi tersebut. Dan setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya. 7 Agar mencapai hasil yang maksimal dibutuhkan kerjasama tim dalam mencari, mengolah, menulis dan menyajikan tayangan yang menarik serta banyak tenaga kreatif dan profesional dengan sarana cangih yang harganya relatif mahal. 8 Dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pada dasarnya siaran televisi merupakan hasil kerja kolektif, yaitu manusia sebagai pengelola siaran, tehnik, administrasi harus mampu bekerja sama secara efektif dan efisien, untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas dan sesuai dengan norma, etika dan estetika yang berlaku 9 . Dalam dunia penyiaran sumber daya manusia yang terlibat dalam proses produksi sebuah program acara disebut broadcaster. Sebuah program merupakan hasil kerja bersama atau team work antara yang melibatkan tenaga profesional di bidangnya antara lain, juru kamera (cameraman), penyunting gambar (editor), tim kreatif, ahli grafis, staf professional, floor diretor, program director, pengarah acara, art director, director of photografi, disain grafis, penata rias, penata cahaya, penata suara dan lain-lain.
7
Morissan. Jurnalistik Televisi Muktahir. Ramdina Prakarsa. Jakarta. 2004. hlm 2 JB.Wahyudi. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. PT Gramedia Pusaka Utama. 1999. hlm 4 9 Ibid. hlm 4 8
4
Proses produksi sebuah program berita televisi dibutuhkan tim liputan untuk meliput berita di lapangan. Tim liputan memiliki peranan penting dalam menghasilkan berita. Tim liputan mempunyai job description mencari berita di lapangan dengan melakukan peliputan berita karena tim liputan memliki prinsip “pantang pulang membawa berita” maksudnya adalah tim liputan yang sudah keluara dari kantor ketika kembali ke kantor harus membawa berita aktual 10 . Menyampaikan informasi atau berita merupakan salah satu tugas mulia yang dilakukan oleh televisi. Seiring dengan lahirnya masyarakat informasi di berbagai belahan dunia, informasi dan berita menjadi sesuatu yang penting. Program berita menjadi semacam ciri khas sebuah stasiun televisi untuk menunjukan keunggulannya dan menjadi ujung tombak untuk mengangkat image atau citra sebuah stasiun televisi. Melihat program televisi swasta banyak yang menanyangkan program berita atau news, seperti RCTI Dengan Buletin Siang dan Seputar Indonesia, TRANS TV dengan Reportase, TPI dengan program beritanya yang bernama Lintas 5 dan ANTV dengan Program News yang bernama TOPIK dan lain sebagainya. Bila kita melihat kembali sejarah pertelevisian di Indonesia, maka TVRI dapat dikatakan sebagai stasiun televisi perintis lahirnya berita televisi, karena sejak TVRI menayangkan Dunia Dalam Berita pada tanggal 22 Desember 1978 untuk menayangkan Asian Games IV. Sejak itulah masyarakat disuguhkan dengan berbagai informasi atau berita mengenai peristiwa-peristiwa yang sedang 10
Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Simbiosa Rekatama Media. 2006. hlm 141
5
terjadi khususnya di Indonesia dan saat itulah masyarakat menyadari akan pentingnya suatu berita atau informasi untuk diketahui dan diikuti. Tahun 1989 RCTI hadir dengan program beritanya Seputar Indonesia, satu tahun berselang SCTV hadir dengan program Liputan 6. Ditahun 1990an inilah muncul TV Nasional bak jamur dimusim hujan, diantaranya TPI, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, Trans 7, Global TV dan Lativi dengan program berita masing-masing. Seperti yang kita ketahui saat ini banyak sekali penayangan program berita di televisi, dalam sehari saja kita dapat melihat lebih dari lima kali tayangan berita. Hal ini terjadi karena “berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting bagi masyarakat” Untuk menghasilkan program berita yang terbaik dan menjadi pilihan pemirsa, maka setiap stasiun televisi dituntut agar professional dalam arti diperlukan kemampuan ekstra para awak redaksi untuk melihat dan menafsirkan berbagai peristiwa agar dapat diketahui oleh khalayak. Proses peliputan berita televisi merupakan sebuah proses panjang yang melibatkan banyak orang dan perangkat teknologi yang canggih. Namun banyak orang tidak mengetahui bagaimana proses pengolahan tersebut diatas. Proses peliputan berita Televisi sangatlah penting untuk diketahui, dimana terdapat berbagai macam aktivitas, dimulai dari rapat redaksi hingga penayangan berita. Kinerja dari tim liputan berita seperti bagaimana mereka dapat melaporkan berita dari lokasi liputan dengan wajah disorot, melakukan
6
feeding atau mengirimkan hasil liputan via satelit dan melakukan up date laporan dalam kurun waktu cepat bukanlah tugas yang mudah karena tim liputan dituntut untuk kreatif dan inisiatif saat melakukan tugas. Dengan demikian tugas Peliputan di lapangan, persiapan sebelum liputan, penulisan berita, proses produksi bersama editor seperti mixing, editing dan dubbing sampai menjadi paket berita siap tayang, semuannya menjadikan pekerjaan jurnalis televisi berbeda dari jurnalis lainnya 11 . Oleh karena itu proses peliputan berita menjadi tulang punggung Program Berita karena tanpa adanya proses peliputan berita dilapangan maka tidak ada pula Program Berita Televisi. Objek penelitian adalah Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009 karena Peneliti memandang Tayangan The Jaks adalah sebuah Program info sport tentang klub sepak bola, yaitu sebuah klub bola yang menjadi ikon Jakarta yaitu Persija Jakarta. Membahas sekitar kegiatan supporter The Jak mania dan juga cuplikan pertandingan persija dengan klub lainnya 12 . Periode penelitian adalah Maret 2009, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut adanya pemunduran jadwal putaran ke dua Indonesia Super League (ISL) selain itu tayangan The Jaks juga mengangkat profil pemain legendaris Persija. Melalui pendeskripsian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti secara deskriptif dan mengacu pada paradigma konstruktivis mengenai “Analisis Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009”.
11
Dana Iswara. Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan. Jakarta 2007. hlm 26 12 www.jak-tv.com
7
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Mei 2009.
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Akademis Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai kajian komunikasi massa, khususnya proses peliputan berita di televisi. 1.4.2 Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang lain yang ingin berkarir dalam bidang broadcasting khususnya mengenai proses peliputan. Peneliti juga berharap agar penelitian ini menjadi masukan dan saran bagi stasiun JAK TV.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Untuk memahami komunikasi massa ada baiknya kita memahami dulu apa itu komunikasi. Komunikasi pada saat ini didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu. 10 Komunikasi massa adalah sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 14 Proses komunikasi massa dilakukan secara terencana dan terorganisasi. Komunikasi sebagai mediasi atau jembatan hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Sifat dari komunikasi massa ini adalah komunikasi yang bersifat satu arah, karenanya media menjalankan fungsi decoding, interpreting dan encoding (membaca, menyeleksi, dan memutuskan apa yang akan dijadikan pesan bagi komunikan. Sedangkan komunikan, yaitu khalayak akan menyeleksi dan menginterprestasikan pesan-pesan media. 10
Deddy Mulyana & Jalaludin Rahmat. Komunikasi Antar Budaya. Remaja Rosdakarya. 2000. hlm 14 14 Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.1999. h1m 89
9
Komunikasi massa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat menjadi bagian penting dari komunikasi massa. Media massa juga berperan dalam menjembatani antar komunikasi massa dengan komunikannya, media massa disini bisa berupa media cetak antara lain Koran, Majalah sedangkan media elektronik adalah Radio, Televisi, Film dan Internet. Dalam penelitian ini dibahas televisi sebagai media massa penyiaran yang menjadi sarana komunikasi massa yang mempunyai dampak yang cukup kuat bagi komunikannya. Berbagai informasi dikemas dalam bentuk program acara yang dijadikan sebagai pesan-pesan komunikasi massa. Televisi sebagai media massa dengan segala kelebihan yang dimiliki, tidak lalu menjadi saingan dari media massa lain nya, bahkan bersama media cetak dan radio merupakan tri tunggal media masssa yang mempunyai pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan besar, hanya saja sebagai akibatnya khususnya media massa televisi, merupakan suatu tantangan bagi para pengelolanya, karena harus mampu menjawab tantangan tersebut. 15 Media massa, termasuk pers didalamnya merupakan cermin realitas, karena pers pada dasarnya merupakan media massa yang menekankan fungsinya sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat. Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruksi, “realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan individu namun demikian kebenaran suatu
15
Darwanto Sastro subroto. Produksi acara Televisi. Duta Wacana University. 1994. hlm 14
10
realitas sosial yang bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relefan oleh pelaku sosial”. 16 Realitas sosial itu “ada” dilihat dari subyektivitas “ada” itu sendiri dan dunia obyektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai “kesendirian”-nya, namun juga dilihat dari
mana
“kesendirian
itu
hadir,
bagaimana
ia
menerima
dan
mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana pula lingkungan menerimanya.17 Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Untuk itu media massa senantiasa dituntut memberikan informasi yang sesuai dengan realitas dan kenyataan yang benar-benar terjadi dalam liputan dan pemberitaannya. Konsep kebenaran yang dianut media massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi sesuatu yang dianggap masyarakat sebagai kebenaran. Kebenaran ditentukan oleh media massa jika sinyalemen ini benar dapat di bayangkan betapa beratnya tugas pembaca dalam menyikapi sebuah berita. Pembaca harus memiliki kemampuan memadai untuk menyaring sebuah berita agar menemukan kebenaran, setidaknya mendekati kebenaran. Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun hal tersebut harus dikonfirmasikan menurut kebenaran pihak lain. Inilah yang menjadikan pemberitaan di surat kabar senantiasa di tuntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness dan impartiality, sebagai salah satu syarat obyektivitas berita yang sering dikenal dengan cover both side, di mana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah 16
Burhan Bungin. ”Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer”. Jakarta. Rajawali Pers. 2003. hlm. 3 17 Ibid. hlm. 4
11
pembaca menemukan kebenaran. Selain pemberitaan yang fair, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak boleh berbohong, memisahkan antara fakta dengan pendapat atau opini. Menyatakan fakta jika memang fakta, dan pendapat jika itu memang pendapat. Denis McQuail seperti yang di kutip oleh Burhan Bungin mengemukakan mengenai berita yang obyektif. “information should be objective in the sense of being accurate, honest, sufficiently complete, true to reality, reable, and separating fact from opinion. Information should be balance and fair (imoartial)-reporting alternative perspectives in a non sensational, unbiased way (McQuail; 1994: 148).” 18
Obyektivitas, merupakan suatu hal yang sangat ingin dicapai oleh insan pers, betapapun sulitnya harus di upayakan. Obyektivitas berhubungan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial. Institusi pers memang dituntut obyektif dan netral atas semua fakta, hal ini penting mengingat pentingnya efek media terhadap khalayak. Obyektivitas media dalam melihat suatu konflik pada akhirnya cenderung menjadi kabur karena setiap jurnalis dan media secara sadar maupun tidak mengambil sudut tertentu dalam pemberitaannya. Di samping itu media massa seringkali tidak menunjukan keberpihakannya pada nilai-nilai kemanusiaan, saat dia melaporkan konflik karena berbagai kepentingan. Karena menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa, maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah di konstruksikan. Laporan-laporan jurnalistik di media pada dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita. 18
Burhan Bungin. ”Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer”. Jakarta. Rajawali Pers. 2003. hlm. 154
12
Kraus dan Davis mengelompokkan cara media mengkonstruksi realitas kedalam lima cara, yaitu “pencitraan, pembuatan kualitas komunikasi, penganugrahan status, pembuatan peristiwa buatan, dan agenda setting. Kelima cara ini bukan hanya berpengaruh terhadap citra para aktor, namun juga memepengaruhi perilaku para aktor dan khalayak”. 19 Dewasa ini, komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena, komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan peristiwa sejarah. Mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh bisa juga disebut dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan. 20 Disini “media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas”. 21 Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolaholah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca dan dengar serta lihat bukan hanya menunjukan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media massa itu sendiri. Tentang besarnya peran yang dimainkan media massa, DeFleur dan Ball-Rokeach menyatakan: “In the end of 19 century, mass communication had become one of the most significant and inescapable facts of modern life”. 22
19
Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Granit. Jakarta. 2004. hlm. 25 Denis Mc Quil. Teori Komunikasi Massa. Jakarta.1994 hlm 7 21 Eriyanto. Analisis Wacana. Pengantar Analisis Teks Media. LKiS Yogyakarta. 2001. hlm. 25 20
22
th
Melvin L DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach. Theories of Mass Communication, 5 Edition, Longman. New York. 1985. hlm. 26
13
Dengan segala fungsinya, media massa memainkan peran yang sangat besar dan penting dalam masyarakat dewasa ini. Efek yang ditimbulkannya berpengaruh banyak baik pada individu maupun masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat maupun negara selalu memperhitungkan keberadaan media massa. Dan keluasaan media massa dalam melakukan segala kegiatannya telah menjadi tolak ukur kebebasan demokrasi dalam suatu bangsa dan negara. Bahkan, media dijuluki sebagai the fourth estate, kekuatan keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif, dalam menjalankan roda kehidupan bernegara. Konsep komunikasi masa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikomsumsi oleh audience. 23 Menurut, Joseph A Devito komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar dengan audio atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan logis bila didefenisikan menurut bentuknya. Media massa sesungguhnya berada di tengah realitas yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser, seperti dikutip oleh Alex Sobur, menyatakan bahwa: “Media dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja 23
S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta. 2002 hlm 5.3
14
secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa”. 24
Akan tetapi Antonio Gramsci, seperti dikutip Sobur, “menganggap pandangan Althusser tersebut mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersubordinasi dalam ruang media”. 25 Bagi Gramsci, “media merupakan arena pergulatan ideology yang saling berkompetisi (The Beattle ground for competing ideologies).” 26 Selanjutnya Gramsci, seperti dikutip Sobur, menjelaskan bahwa: “Media sebagai ruang dimana berbagai ideology direpresentasikan, yang berarti di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan control atas wacana public, namun disisi lain media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominant bagi kepentigan kelas dominant, sekaligus juga bisa menjadi alat perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideology tandingan”. 27
Selanjutnya Sobur menyimpulkan bahwa “walaupun terjadi kritik antara Althusser dan Gramsci, namun kedua pemikir itu sama-sama sepakat bahwa media massa bukan sesuatu yang bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial”. 28 Dengan perkataan lain, ada berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa, baik dari luar maupun dari dalam media massa itu sendiri. Sobur menegaskan bahwa “dalam kondisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah-tengah, dia akan
24
Alex Sobur Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framin., Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 30 25 Ibid hlm. 30 26 Ibid hlm. 31 27 Ibid hlm. 31 28 Ibid hlm. 31
15
bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain” 29 Media mempunyai kuasa untuk menentukan artikel atau pemberitaan melalui proses penyaringan dalam bentuk pemillahan realitas. Realitas mustahil disajikan secara utuh dan objektif namun dipilah menurut pantas tidaknya, kemenarikan, kepentingan, dan penekanan tertentu pada setiap isunya menurut kesepakatan internal media yang terkait. Sehingga disadari atau tidak, telah terjadi sebuah konstruksi (dibuat dan dirancang sedemikian rupa) sosial realitas yang makin meneguhkan bahwa tidak ada objekvitas dari suatu media. Dalam proses sosial pembentukan realitas, media massa berperan menciptakan citra realitas bagi khalayaknya. Citra adalah “gambaran mengenai suatu realitas yang memiliki makna, yang oleh Walter Lippman (1921,1936, 1965) disebut sebagai “picture in our heads”.” 30 Media massa memiliki kemampuan tertentu dalam menciptakan citra realitas orang, benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. “Isi media massa merupakan lokasi atau forum yang menampilkan berbagai peristiwa yang terjadi sehingga bagi masyarakat berfungsi sebagai sumber untuk memperoleh gambaran atau citra realitas dan sekaligus nilai-nilai dan penilaian normative terhadap realitas tersebut”. Komunikasi massa juga dapat didefenisikan dengan memusatkan perhatian pada lima variabel yaitu sumber, khalayak, pesan, proses dan 29
Alex Sobur Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing., Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 30 30 Werner J. Severin & James W. Tankard. Communication Theories-Orgins, Methods,
16
konteks yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media massa. 31 2.1.2 Ciri –ciri Komunikasi Massa Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat komponennya adalah sebagai berikut: 32 1. Komunikator Terlembagakan Ini berarti adalah komunikatornya, kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik. Dengan mengingat kembali pendapat Writh, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi Massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antar personal, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, pekerjaan bahkan tempat
tinggalnya.
Sedangkan
dalam
komunikasi
massa,
komunikatornya tidak mengenal komunikan, karena komunikasinya menggunakan media.
31 32
Joseph A. Devito. Komunikasi Antar Manusia. Profesional book. 1997.hlm 505 Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa suatu pengantar. Simbiosa Rekatama media. Hml 7-12
17
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakkan Karakteristik lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebar luaskan. Radio dan televisi adalah media massa yang memiliki karakteristik keserempakan karena merupakan media elektronik. Tidak hanya televisi dan radio , media cetak misalnya majalah dinegara-negara maju dianggap media massa karena karakteristik keserempakkannya tersebut, karena sekali terbit berjumlah 20.000 sampai 30.000 buah. Media massa lainya yang tampak jelas keserempakkannya adalah film, ia dibuat dalam ratusan kopi diputar di gedung-gedung bioskop dimana secara serempak ditonton oleh ribuan orang. 5. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan Pada komunikasi antar personal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistemmatika tertentu, misalnya harus dibagi-bagi menjadi pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Topik yang dibahas pun beragam, tidak harus relevan antara satu dengan yang lainnya, perpindahan satu topik pada topik yang lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel. 6. Komunikasi Massa Bersifat satu Arah Selain ada ciri yang merupak keunggulan komunikasi masssa dibandingkan dengan komunikasi yang lainnya, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Secara singkat
18
komunikasi massa itu adalah komunikasi yang bersifat satu arah sehingga komunikator dengan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung. 7. Stimulasi Alat indra Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antar personal yang bersifat tatap muka, ka seluruh alat indera para pelaku komunikasi dapat dipakai cara maksimal. 8. Umpan balik Tertunda Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Umpan balik secara respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antar personal. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Wilbur Schram menyatakan, komunikasi masssa berfungsi sebagai decoder,interpreter,dan encoder. Pendapat schram pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D laswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut. 1. Survaillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan yang oleh Scramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher. 2. Coreeelation of the parts of society in responding to the environment
19
Fungsinya sebagai penghubung bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi the forum. 3. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan socialdari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sramm menyatakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan The Teacher. Laswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga membuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R Wright, menambahkan fungsi keempat, yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi tersebut, yaitu : 1. Surveillance Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan baik diluar ataupun dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handlimg of News. 2. Correlation Meliputi
fungsi
interprestasi
pesan
yang
menyangkut
lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadiankejadian. Untuk sebagian-fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi editorial propaganda.
20
3. Transmission Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nialinilai dan norma-norma social dari budaya dari satu generasi kegenerasi lainnya. 4. Entertainment Menunjuk
pada
kegiatan-kegiatan
komunikatif
yang
dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengaharapkan efekefek tertentu. 33
2.2 Televisi Sebagai Media Massa Media menunjukkan bukan hanya apa yang dapat dan harus dipikirkan tetapi juga bagaimana masyarakat harus berpikir mengenai realitas. Tidaklah mengherankan jika media lalu menjadi ajang pertarungan berbagai kepentingan, dan media juga merupakan pesan yang didalamnya mengandung daya untuk mempengaruhi dan mendesak pendapat sehingga terjadi perubahan didalam masyarakat. Media merupakan alat atau sarana yang tercipta untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa (surat, telepon, radio, dan televisi adalah media untuk menyambung atau menyebarluaskan pesan dengan mengunakan bahasa) Media massa terbagi 2, yaitu cetak dan elektronik, namun yang memiliki peranan yang paling besar, penting dan mengalami perkembangan pesat adalah televisi.
33
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. hlm 10-12
21
Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaran ( broadcast ) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving image). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip prinsip radio yang menstraminsikannya, dan tidak mungkin melihat gambar–gambar yng bergerak, jika tidak ada unsur film yang menvisualisasikannya. Dalam artikelnya Television as new religion, garbner dan conolly menggambarkan sebagai berikut : 1. Television consumes more time and more attention of more people than other media and leisure activities combined. In the average American home, the television set is on for six and one-quarter hours a day. 2. Television requires no mobility. Unlike movies or the teather, you do not have to go out to watch televisions. It is there in the home, available at any time. 3. Televisions does not require literacy, unlike print, it provide information about the world to the porly educated and the illiterate. In facts for those who do not read, television is a majorsource of information much of which comes from what is called entertainment. 4. Unlike most other mass media, television is free, unlike radio which many sees as the media from closest 5. All media are symbol system.. this is as true of television as of any other mas media. How ever , as a symbol system, television is unique in all of history. 34
Dalam keberadaannya dalam rumah tangga-rumah tangga di Amerika Serikat, diperoleh gambaran betapa media televisi mengisi kehidupan masyarakat, ini dapat dipahami mengingat untuk memperolehnya konsumen tidak perlu meninggalkan rumah untuk memperolehnya, tidak memerlukan kemampuann membaca yang tinggi dan mencapai khalayak yang heterogen sekaligus. Media televisi telah menggantikan peran sumber-sumber pendidikan konvensional dan tradisional, orang tua, pemuka agama, dan guru telah 34
Ashadi Siregar. Menyikap Media Penyiaran MembacaTtelevisi melihat radio. LP3Y hlm 1-3
22
kehilangan peranannya secara drastic . sebagai perbandingan dapat dilihat data mengenai waktu yang terpakai oleh penduduk di Amerika Serikat dalam seminggu untuk menonton televisi : Waktu Yang Terpakai untuk Menonton televisi dalam seminggu di Amerika Serikat 35 Tabel 1 Wanita Dewasa ( 55 tahun ke atas )
36 jam 33 menit
Pria Dewasa (55 tahun ke atas )
33 jam 15 menit
Pemudi (18-55 tahun)
31 jam 49 menit
Pemuda (18-55 tahun)
28 jam 3 menit
Remaja (11-18 tahun)
22 jam 59 menit
Anak-anak (2-11 tahun)
25 jam 10 menit
Sumber: Mann,1985, hal 26
Kecendrungan televisi menyita waktu penggunanya nyaris bersifat mutlak. Waktu yang dipergunakan untuk menonnton televisi jauh lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kegiatan penyerapan ilmu pengetahuan dan lainnya. Namun demikian, perlu diakui bahwa perhatian dan sensasitivitas dari masyarakat terhadap program televisi kadang-kadang menjadi berlebihan, ditengah upaya pencarian format yang dilakukan oleh berbagai stasiun penyiaran, oleh karena itu, penilaian terhadap mata acara televisi perlu dicermati sama halnya seperti mencermati isi program itu sendiri, televisi sudah masuk kedalam
35
Ashadi Siregar. Menyikap Media Penyiaran MembacaTtelevisi melihat radio. LP3Y hlm 3
23
masyarakat Indonesia sejak tahun 1962, tetapi selama seperempat abad, hanya ada media televisi yang bersifat tunggal dan monopolistis milik pemerintah. Dinamika aliran siaran media pemerintah yang seperti itu tidak dapat diajukan acuan untuk melihat interaksi media dengan masyarakat. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan mengunakan wire atau microwave (wireless cable) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Perkembangan yang pesat dalam sistem penyiaran program. Secara umum, dikenal tiga tipe siaran televisi yang dipilah berdasarkan karakteristiknya yaitu televisi publik, televisi komersial dan televisi pendidikan. Masing-masing ini memberikan perana spesifik atas fungsi tertentu, setiap media audio visual dituntut untuk mampu memberikan hiburan, tetapi televisi publik memberi penekanan ide-ide dan realitas sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan dan televisi pendidikan pada materi pendidikan dan pengajaran. Televisi lahir di Indonesia tahun 1962, saat Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Games Ke IV. Untuk itulah Pemerintah perlu mendirikan sebuah stasiun televisi yang tujuannya, agar dapat meliput berita–berita atau peristiwa dalam Asian Games tersebut. Maka bulan Agustus 1962, Presiden Soekarno meresmikan Televisi Republik Indonesia ( TVRI ). Dan menjadikan TVRI sebagai pionir dalam pertelevisian Indonesia. Setelah lahirnya TVRI,
24
munculah televisi–televisi swasta yang tidak kalah dalam menyajikan program– program acara yang menghibur. Televisi memiliki ciri–ciri sebagai berikut : 36 1. Informasi yang disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancar atau transmisi. 2. Isi pesan audiovisual, artinya dapat didengar dan dilihat pada waktu bersamaan. 3. Sifatnya periodik atau tidak dapat diulang 4. Sifatnya transitory (hanya meneruskan). Pesan–pesan yang diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas. 5. Serentak dan global 6. Meniadakan jarak dan waktu 7. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sedang terjadi,secara langsung atau orisinil dan tunda (perekam) 8. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur) 9. Kalimat singkat, padat, jelas, dan sederhana. Keberadaan televisi memiliki peranan penting dalam peradaban manusia, televisi merupakan salah satu sumber informasi dan hiburan masyarakat untuk itu masyarakat membutuhkan televisi sebagai media memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan.
36
Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analis Media Televisi. PT. Rieka Cipta. Jakarta.1996 hlm 8
25
2.3 Program Televisi Beragamnya tayangan televisi, tetapi tidak banyak program televisi yang sungguh bernilai, sebab memproduksi program yang sungguh baik dalam arti menarik, menghibur, tapi juga bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pengalaman untuk menciptakan program yang baik.untuk menciptakan sebuah program televisi perlu diketahui genre program untuk mengetahui program seperti apa yang ingin di produksi. Dalam dunia televisi program acara terdiri dari 37 : 1. Talk show Talks show adalah program acara televisi mengenai perbincangan, percakapan orang perorang atau beberapa orang tentang suatu masalah yang hangat dan menarik perhatian khalayak Contoh : Kupas tuntas mengenai pemilihan calon presiden yang menghadirkan nara sumber calon presiden dengan di pandu presenter dan disaksikan sejumlah audience. 2. Variety musik Variaty musik berisi berbagai ragam jenis lagu dan dipandu oleh satu atau dua orang presenter. Dalam program ini disisipi lelucon, sulap atau cara lain non musik, agar tidak membosankan dan acara tersebut berlangsung di panggung ( stage ) atau studio. Contoh : Dasyat RCTI, acara ini menyajikan pertunjukan musik di pandu presenter, diiringi penari dan
37
menghadirkan Quis bagi pemirsa. Saat
R.M. Soenarto. Manajemen Penyiaran Televisi. Institut Kesenian Jakarta. Jakarta. 2002
26
menyayikan lagu, berlangsung pula peragaan busana. Acara ini berada di panggung atau studio televisi. 3. Berita Televisi (Reportase) Reportase adalah suatu program acara televisi yang menyajikan berita-berita aktual. Contoh : Seputar Indonesia, RCTI dan REPORTASE TRANS TV yang menyajikan berita – berita teraktual atau peristiwa yang terjadi pada saat itu dan disiarkan melalui televisi dengan didkung suara serta gambar yang singkron. 4. Feature Feature adalah program acara televisi yang khas dalam penyajian baik dari segi narasi, suara, latar maupun pengambilan sudut gambar. Contoh : Jelajah TransTV yang merupakan sajian khas, dimana narasinya mempergunakan gaya bahasa tanpa mengurangi fakta yang ada serta didukung dengan pengambilan gambar berbeda dan diiringi suara musik, sehingga singkron dalam menyajikan. 5. Sinetron drama Sinetron drama berisikan cerita fiksi atau non fiksi ( true story ). Menurut isitilah Festival Film Indonesia jenis sinetron terbagi atas : A.
Sinetron Seri Sinetron drama seri adalah sinetron yang terdiri dari beberapa episode, episode satu dan lainnya berdiri sendiri, tetapi memunculkan pemain – pemain tetap.
27
Contoh :
Para
Pencari
Tuhan
merupakan
sinetron
yang
ditayangkan setiap hati di SCTV dengan cerita yang berbeda setiap tayang. B. Drama lepas Drama lepas adalah serial drama yang terdiri dari satu episode dan panjang durasi 90 menit. Contoh : Isinema ANTV yang menanyangkan hanya satu episode sekali tayang selesai atau habis. C. Drama Serial Drama serial adalah drama yang terdiri atas beberapa episode, dimana satu episode dengan episode laninya berhubungan atau bersambung.
Dalam
drama
ini
penonton
diajak
untuk
menyaksikan secara kontinu sampai selesai agar penonton mengetahui jalan cerita. Contoh : Candy merupakan sinteron bersambung yang di tayangngkan RCTI setiap hari. 6. Sinetron Komedi Sinetron komedi adalah program televisi mengenai cerita dramatik berkarakter dan berisi humor. Adegan–adegannya menyenangkan dan happy ending 7. Video klip
28
Video klip adalah format acara mengenai lagu–lagu yang diperdengarkan kepada audience tujuannya untuk mempromosikan lagu tersebut. 8. Stage play Stage play adalah program televisi yang aktivitasnya berlangsung di panggung dan para pemain hanya berada disekitar panggung, tetapi dekorasi bisa berganti–ganti sesuai situasi. 9. Dokumenter Program dokumenter tersusun seperti membuat dokumentasi, pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, disiapkan naskah, dilakukan pengumpulan data, survey, mencari referensi dan topik mengenai peristiwa kehidupan, sejarah, maupun prilaku muncul dimasyarakat. 10. Dokudrama Dokudrama adalah program dokumenter yang didramatisir, diberi peran ada dialog, dibuat set dan sesuai dengan adegan tertentu. 11. Olah Raga Program ini berisikan pertandingan olah raga baik langsung maupun tunda dan selain itu dapat juga disajikan seperti berita. 12. Infotaiment Merupakan program acara yang berisikan materi–materi ringan mengenai orang – orang popular atau terkenal. Acara tersebut membahas keseharian atau kehidupan pribadi mereka.
29
Selain itu, televisi memiliki program acara siaran Rohani atau keagamaan, infotaiment dan iklan. Acara keagamaan dapat dilihat pada manajemen Qalbu yang merupakan tayangan pagi hari. Semakin berkembangnya pertelevisian Indonesia, genre tayangan pun bertambah diantaranya 38 : 1. Reality show Reality show adalah salah satujenis dari program TV yang menampilkan situasi dramatis, humoris, dokumentasi kejadian yang aktual dan juga feature tentang orang-orang biasa (ordinary people) yang dipresentasikan atau dipandu oleh aktris professional. 2. Quiz dan Games Show Games show melibatkan peserta masyarakat dan selebritis, kadang–dilakukan keluarga untuk bermain dan ada unsur menjawab pertanyaan untuk mendapatkan hadiah. Sedangkan Quiz show merupakan bentuk paling sederhana dimana orang–orang berkompetisi melawan satu sama lain dengan menjawab pertanyaan atau menyeleksi persoalan atau gambar. 3. Magazine Televisi Magazine Televisi adalah format acara TV yang mempunyai format menyerupai majalah, yang didalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang disajikan dalam reportase aktual atau timeless sesuai dengan minat dan tendensi target penontonya.
38
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. PT Grasindo. Jakarta. 2004. hlm 64
30
Format acara siaran televisi dapat dipandang sebagai suatu metode penyampaian pesan yang di produksi menurut formatnya. Karena dapat dipandang sebagai suatu metode, tidak semua genre program cocok atau diterima masyarakat.
2.4 Berita Televisi 2.4.1 Pengertian Berita Sebelum pembahasan tentang bagaimana suatu proses pengolahan hingga penulisan berita dapat dilakukan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyamakan pendapat tentang pengertian berita itu sendiri. Hal tersebut sangat penting agar pembahasan tentang objek yang dapat di kategorikan berbobot berita, tidak lagi menjadi masalah yang di perdebatkan. Gaye Tuchman mengatakan bahwa “berita adalah jendela dunia” 39 Melalui berita kita mengetahui apa yang terjadi di Papua, Aceh, Jakarta, maupun dibelahan dunia yang lain. Kita dapat mengetahui tentang apa yang sedang dilakukan oleh seorang tokoh publik, kehidupannya, maupun aktivitasnya. Akan tetapi, apa yang kita ketahui, apa yang kita lihat, dan apa yang kita rasakan mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai. Pandangan melalui jendela itu, tergantung pada apakah jendela yang kita pakai itu besar atau kecil. “Jendela yang besar dapat melihat dengan lebih luas, sementara jendela yang kecil dapat membatasi pandangan kita. Dan juga apakah jendela tersebut berjeruji atu tidak, serta apakah jendela itu terletak pada rumah
39
Gaye Tuchman. Making News: A Study in The Construction of Reality. New York: The Free Press, 1978, hlm. 1
31
yang memiliki posisi yang tinggi atau kah dalam rumah yang terhalang oleh rumah lain. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame”. 40
Menurut Nimmo, berita adalah “apa yang dikatakan, dilakukan, dan dijual wartawan dalam kerangka pembatasan institusional, ekonomi, teknologi, social, dan psikologis. Berita bukanlah produk tetap, melainkan proses pembuatan”. 41 Setiap hari surat kabar memuat berbagai mecam berita untuk memenuhi naluri ingin tahu pembacanya. Pemenuhan naluri ingin tahu ini perlu bagi pembaca untuk membantunya mewujudkan falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaannya. “Semakin banyak berita yang dimuat suatu surat kabar yang perlu bagi seseorang, semakin berguan surat kabar tersebut bagi orang tersebut”. 42
Nimmo
menganalisis
berita
sebagai
“proses
yang
mencakup
simbolisasi atas: kejadian sebagai peristiwa, peristiwa sebagai bernilai berita melalui berita dan kisah berita, peristiwa yang bernilai berita”. 43 Pada cakupan pertama, orang menafsirkan kejadian yang tidak rutin (kecelakaan, kelaparan, penyakit, kekeringan) yang dianggap menjadi masalah sebagai suatu peristiwa, sehingga terjadi definisi sosial. Kemudian, orang berusaha menyesuaikan diri terhadap kejadian non rutin tersebut. Pada cakupan kedua, berita dianggap bernilai jika oorang menganggap peristiwa itu penting. Di sini, wartawan masuk sebagai komunikator dan mengkonstruksi makna tentang apa yang terjadi. 40
Eriyanto. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. 2001. hlm. 13 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.1989. hlm. 215 42 Hoeta Soehoet. Dasar-dasar Jurnalistik. Jakarta. 2003. hlm. 23 43 Ibid. hlm. 215 41
32
Laporan reporter bukan kebenaran, melainkan realitas yang disusun bagi tujuan praktis untuk menghilangkan ketidak pastian situasi non rutin. Pada cakupan ketiga, terdapat “empat tipe nilai berita seperti hard news (berita yang tidak direncanakan yang dimuat karena nilai kemanusiaannya), spot news (laporan awal yang belum rinci), continuing news (rangkaian cerita tentang subjek yang sama didasarkan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam rangka waktu tertentu)”. 44 Melalui berita yang disajikan baik dalam bentuk hard news maupun straight news, media massa dapat berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi individu, masyarakat, dan kelompok untuk memperoleh gambaran realitas suatu peristiwa. Namun “media massa sendiri tidak mungkin menyajikan seluruh realitas sosial ruang ada karena keterbatasannya sehingga diperlukan proses seleksi oleh para editor sebagai gatekeeper yang berfungsi memilih berita-berita yang mana saja yang dimuat dan yang mana tidak”. 45 Dengan demikian, berita adalah laporan bermakna tentang peristiwa yang menyangkut pilihan beberapa orang (terutama wartawan) yang memilih nama, menginterprestasikan, memberi bentuk kejadian yang diketahui. “Definisi berita seperti definisi kata atau lambang adalah inheren dengan politik karena melibatkan orang melakukan pilihan, jika terdapat pertentangan, terjadilah negosiasi yang membuat pengertian secara kolektif”. 46
44
Junarto Imam Prakoso, Sikap Netralitas Pers Terhadap Pemerintahan Habibie (Analisis Isi Terhadap Kompas dan Republika). Jurnal ISKI Vol 3. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm. 114115 45 Ibid. hlm 111 46 Dan Nimmo, Op, Cit. hlm. 220
33
Karena pilihan itu mellibatkan banyak orang sedangkan pilihan itu tidak meneliti faktor-faktor mendasar suatu peristiwa, maka berita tidak sama dengan kebenaran. Berger mengatakan “everyone has the ability to construct the social construction of reality”. 47 Sehingga dengan adanya gate keeper dari media massa tersebut dapat dikatakan bahwa berita-berita yang disampaikan media tersebut kepada masyarakat dalah konstruksi realitas yang dibangun oleh para media massa tersebut. Dan Nimmo mengutip James Carey melukiskan “jurnalistik sebagai pekerjaan yang menggunakan lambang secara kreatif dan imajinatif. Seorang jurnalis menangkap situasi, menyebut unsurunsur, struktur, dan rumusan yang menonjol dan memberi nama dengan cara yang mengundang sikap terhadapnya”. 48 Dalam pandangan positivis berita dipandang sebagai informasi yang dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Namun dalam pandangan konsrtuksionis berita adalah hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Karena bagaimana proses realitas dijadikan berita sangat tergantung bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemahaman itu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita mencerminkan realitas. 49
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang berita dari berbagai sumber yang kiranya dapat dijadikan sebagai acuan. Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( New Survey Journalism) menyatakan bahwa: “ Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.” 47
Peter L. Berger and T. Luckman. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. New York: Doubleday. 1996. hlm. 13 48 Dan Nimmo, Op, Cit. hlm.215 49 Eriyanto. Analisis Framing. Op. Cit. hlm. 25
34
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reportting edisi III ( Holt-Reinhart & Winston, New york, 1975 halaman 44) Menyebutkan: “ Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.”
Masih banyak para ahli dibidang jurnalistik lain yang memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsurunsur yang dikandung disebut diatas cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti : fakta, akurat, ide, tepat waktu,menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca/ pendengar/penonton merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. 50 2.4.2 Unsur Layak Berita Dalam menyajikan berita kepada masyarakat, seorang wartawan harus mempunyai pedoman dasar agar berita tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, pedoman itu adalah : “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan Kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interprestasi dan opini wartawan agar 51 disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.”
Dari ketentuan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu berita pertama-tama harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik haruslah akurat. Selain itu cermat dan tepat, berita juga harus lengkap (complete), adil (fair), dan berimbang (balanced). Kemudian berita-berita tersebut tidak boleh mencampurkan fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis dikenal dengan objektif. Dan yang merupakan syarat praktis tentang 50 51
Dedi Iiskandar Muda. Jurnalistik Televisi. Rosdakarya hlm 21-22 Pasal 5 Kode etik jurnalistik
35
penulisan berita tentu saja suatu berita harus ringkas (concise), jelas (clear), dan hangat (Current). 2.4.3 Nilai Berita Menurut seorang wartawan amerika yang terkenal pada awal abad lalu yang bernama Walter Lippmann dalam bukunya berjudul Public Opinion berpendapat mengenai nilai layak suatu berita, yaitu: Clarity, Surprise, Proximity, Impac, sedangkan Wilbur schramm dalam tulisannya yang berjudul “ The Nature Of News “ yang dikutip oleh hikmat berpendapat bahwa jenis berita terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok yang memberikan kepuasan yang tertunda dan yang memberikan kepuasan yang segera kepada pemirsa. 52 Tetapi pada jaman sekarang kriteria berita sudah lebih disederhanakan dan di sistematiskan sehingga sebuah unsur kriteria mencakup jenis berita yang lebih luas. Adapun unsur kriteria-kriteria tersebut adalah : 1. Aktualitas (Timeliness) Bagi sebuah surat kabar, semakin aktualnya suatu berita-beritanya maka berarti semakin baru peristiwanya sehingga semakin tinggi nilainya. 2. Kedekatan (Proximity) Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan penontonnya akan lebih menarik perhatian, Stieler dan Lippman menyebutnya sebagai kedekatan secara geografis, kedekatan ini tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional.
52
Hikmat Kusumaningrat. Jurnalistik,Teori dan Prakte., Rosdakarya. Bandung. 2005. hlm 33
36
3. Ketokohan (Prominence) Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal memang akan banyak menarik minat penonton, sehingga ungkapan jurnalis lainnya seperti orang menggigit anjing itu berita sedangkan anjing menggigit orang itu bukan berita, menjadi tidak berarti jika yang digigit oleh anjing tersebut adalah seorang presiden. 4. Dampak (consequences) Seringkali diungkapkan bahwa news itu adalah “History In Hurry” Berita adalah sebuah sejarah dalam keadaan yangtergesa-gesa maka tersirat dalam ungkapan itu bahwa betapa pentingnya mengukur luasnya dampak suatu peristiwa. 5. Human Interest Definisi human interest sering berubah-ubah menurut pemimpin redaksi masing-masing media televisi tetapi yang pasti dalam human interest mengandung unsur yang mampu menarik simpati, empati, ataupun menggugah perasaan orang yang menontonnya. 2.4.4 Format Berita Dalam divisi pemberitaan pertelevisian, dikenal istlah format berita yang berarti suatu format yang digunakan program pemberitaan pertelevisian untuk menyajikan suatu program berita televisi. Adapun jenis format berita televisi adalah : 1. Reader
37
Suatu format berita yang menunjukkan gambar presenter dengan membacakan naskah suatu berita tanpa gambar pendukung, biasanya format ini digunakan untuk berita yang penting yang sangat mendesak untuk ditayangakan dikarenakan gambar di TKP belum tersedia. 2. Grafis Suatu format berita pada saat sebuah berita penting baru saja terjadi dan stasiun televisi belum mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan merekamnya dalam kaset video. Untuk mennggantikan gambar yang belum ada. 3. Voice Over Suatu format berita dengan memakai video atau gambar pendek biasanya sekitar satu menit yang diiringi dengan kata-kata penyiar. Format berita ini biasanaya digunakan untuk menceritakan sebuah topik. 4. Package ( Paket Berita ) Suatu format berita yang dilaporkan secara lengkap dengan narasi yang direkam kedalam pita kaset, narasi dibacakan oleh seorang dubber yang biasanya adalah reporter, kebanyakan durasi sebuah paket adalah 1.45 menit-2.5 menit. 5. Live Report ( Laporan Langsung ) Suatu peristiwa yang mengandung nilai berita masih berlangsung sedangkan program berita masih onair maka stasiun televisi bisa menyajikan dalam bentuk on-air dikenal dengan live report fungsinya
38
adalah untuk memperkuat aktualitas dan meningkatkan kredibilitas suatu berita. 6. Sound On Tape ( SOT ) Suatu format acara berita dengan memakai suara dari narasumber atau cuplikan dari wawancara panjang. Istilah lain untuk SOT adalah sinc. Panajang SOT biasanya antara 10 sampai 30 detik. 7. Live On Tape ( LOT ) Suatu format acara berita dengan memakai gambar dari presenter yang ada dilapangan unyuk membawakan sejumlah berita yang sifatnya masih berkelanjutan atau sequence. 2.4.5 Jenis Berita Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu Hard News, Soft News dan Investigative Reports. Ketiga kategori berita tersebut akan dapat mewadahi apa yang telah diuraikan diatas tentang cara memilih materi berita. Pembedaan terhadap ketiga kategori tersebut didasarkan pada jenis-jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. 1. Hard News Hard News adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok Maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang mulai di perbelakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.
39
Contoh: Seputar Indonesia RCTI, Topik ANTV, Liputan 6 SCTV, Reportase TRANS TV 2. Soft News Soft News sering kali juga sering disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Objeknya bisa apa saja manusia, hewan, benda atau tempat apa saja yang dianggap menarik bagi pemirsa. Contoh: The Jaks JAK-TV, Sekitar Kita Global TV, Kisi-Kisi Indosiar 3. Investigative Reports Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan adalah jenis berita yang eksklusiv. Datanya tidak bisa diperoleh dipermukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan, sehingga penyajian berita seperi ini bisa menghabiskan waktu yang sangat lama dan tentu saja akan menghabiskan energi reporternya. 53 Contoh: Telusur Lativi, Sigi SCTV, Fenomena Trans 7.
2.5 Proses Produksi Berita Secara lebih rinci proses perjalanan sebuah berita mulai perencanaan peliputan hingga berita itu ditayangkan dapat dilihat dalam bagan berikut: 54 2.5.1 Perencanaan a. Rapat Redaksi 53
Dedi Iskandar Muda Jurnalistik Televisi. Rosda Karya. hlm 40-42 Dana Iswara. Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan. Jakarta 2007. hlm 28
54
40
Kegiatan pertama untuk menentukan arah pemberitaan yang dihadiri oleh seluruh jajaran redaksi mulai dari produser eksekutif, produser, kepala editor, kepla juru kamera, kepal dokumentasi/litbang, coordinator liputan, kepala reporter, serta sekretaris redaksi. b. Menentukan Reporter dan Kamerawan Menentukan
reporter
dan
kamerawan
sebagai
wujud
untuk
merealisasikan hasil dari rapat redaksi. Sehingga reporter dan kamerawan keluar untuk mencari berita dilapangan. 2.5.2 Produksi a. Peliputan di lapangan Hal ini dilakukan oleh reporter dan kamerawan untuk mencari berita. b. Preview, melihat gambar yang telah didapat Hal ini digunakan untuk mengecek hasil visual (gambar) yang didapat dari hasil liputan dilapangan. c. Memilah Topik Berita Pada tahap ini hasil liputan dipilah sesuai dengan topik berita yang telah disepakati dalam rapat redaksi. d. Membuat Naskah Dalam tahapan ini, membuat naskah berita harus sesuai dengan hasil liputan dilapangan. e. Menentukan Durasi Berita (Rondown) Menentukan durasi berita berguna untuk mengetahui berapa lama durasi yang akan terpakai pada saat naik tayang.
41
f. Editing Penggabungan suara dan gambar sesuai dengan durasi berita (rondown). Untuk memberikan gambaran tentang siapa pelaksana produksi program berita televisi secara lebih rinci sebagai berikut: 55 1. Pemimpin Redaksi Pemimpin Redaksi adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas seluruh isi berita yang diproduksi oleh departemen yang dipimpinnyadan seluruh kegiatan on-air dan off-air yang dilakukan atas nama departemen pemberitaannya. 2. Eksekutif Produser Executive Produser adalah seorang yang mempunyai wawasan dan mengerti tentang program televisi secara keseluruhan dan memiliki kemampuan menuangkan ide atau pemikirannya dalam pembuatan program televisi, selain itu mampu mengelola dan melakukan koordinasi, kontribusi dan distribusi produksi secara keseluruhan secara sistematis dan efisien. Executive
produser
bertanggung
jawab
terhadap
penyusunan
dan
pengembangan ide untuk program siaran. 3. Produser News Produser news adalah seseorang yang mengawasi keseluruhan proses perodiksi berita maupun feature yang dibuat oleh reporter dan kamerawan serta memberi arahan apabila diperlukan. 4. Sekretaris Redaksi 55
Dana Iswara. Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan. Jakarta 2007. hlm 28-36
42
Sekretaris Redaksi ialah pendukung vital dari ruang redaksi. Ia harus memiliki kemampuan secretariat dan administrative yang baik karena fungsinya yang mendukung pekerjaan produser dan coordinator liputan. 5. Kamerawan Kamerawan atau Juru Kamera adalah seseorang yang bertangung jawab untuk pengoperasian kamera televisi selama rehearsals dan produksi program televisi. Ia mengoperasikan kamera mengunakan tripod dan dolly baik mengunakan kamera mini atau Electronic News Gathering yang digunakan di luar studio. 12. Reporter Reporter
adalah
seorang
wartawan
aktif
yang
bertugas
mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber, dan menyusun masingmasing laporan dan kadang-kadang menulisnya kemudian melaporkannya melalui stasiun televisi yang bersangkutan.
2.6 Proses Peliputan Berita TV Untuk meliput sebuah berita atau peristiwa yang terjadi dan akan disiarkan dalam berita, maka paling sedikit akan melibatkan dua orang yaitu seorang reporter dan seorang kamerawan. 56 Proses peliputan itu sendiri terdiri dari perencanaan, pencarian, dan mengolahnya menjadi berita yang disiarkan. Dalam hal ini proses peliputan baik wartawan maupun kameramen harus mempunyai perencanaan yang matang,
56
Dedi Iskandar Muda Jurnalistik Televisi. Rosda Karya. hlm 99
43
sehingga bisa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang nantinya data tersebut diolah dan kemudian disiarkan. Menyangkut kegiatan peliputan berita dilapangan Franz Ambudi menyebutkan ada dua jenis peliputan yakni peliputan tidak terncana dan peliputan terncana 57 . Peliputan tidak terencana biasanya mengandalkan fakta dan peristiwa. Unsur-unsur apa, siapa, di mana, dan kapan harus langsung terjawab pada saat peliputan. Dalam peliputan jenis ini biasanya akan didapat kesaksian tentang suatu peristiwa, narasumbernya pun diperoleh secara mendadak atau bisa jadi seorang reporter yang terjebak didalam suatu situasi sehingga dia harus melaporkannya kepada khalayak. Peliputan tidak terencana juga bisa merupakan penugasan mendadak dari redaksi, sehingga mau tidak mau sang reporter harus terjun kelapangan. Karena itu koordinator liputan harus sensitif dengan objek-objek berita yang bisa menjadi keunggulan stasiun TVnya. Sedangkan peliputan terencana adalah jenis peliputan yang lebih mudah tapi penuh tantangan, karena sudah terduga dan terencana. Maka fakta, peristiwa dan data dapat diperoleh lengkap dan akurat. Peliputan jenis ini dapat melibatkan analisis reporter serta latar belakang dibalik sebuah peristiwa secara lebih rinci. Selain peristiwa hangat di lapangan, jenis peliputan terencana bisa berkembang menjadi beberapa siaran berita seperti: 1. Siaran Langsung 57
Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Simbiosa Rekatama Media. 2006. hlm 141
44
2. Talk Show 3. Debat Publik 4. Feature 5. Investigasi Dalam melakukan peliputan terencana ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan secara optimal, yakni : 1. Dokumen berupa buku, kliping, transaksi, laporan dan lainnya. 2. Narasumber: saksi, korban, pelaku, pengamat, pejabat dan lainnya. 3. Internet, dengan berbagai website yang ada didalamnya. Setelah meliput dilapangan seorang reporter harus menysunnya dalam bentuk skrip (naskah) berita. 2.6.1 Reporter Berita TV Reporter adalah seorang wartawan aktif yang bertugas mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber, dan menyusun masing-masing laporan dan kadang-kadang menulisnya kemudian melaporkannya melalui stasiun televisi yang bersangkutan. Penugasan reporter sangat bervariasi dan semuanya menyangkut hal yang amat penting, mulai dari makan siangnya para pejabat, kebakaran hingga laporan penyelidikan tentang korupsi di lingkungan pemerintahan atau pengaruh kebijakansanaan ekonomi bagi masyarakat luas. Para reporter dalam mendapatkan informasi dapat diperoleh melalui kepustakaan, telepon, interview dengan key informan yang dianggap perlu,
45
observasi maupun riset feature dan melaporkan hal-hal yang eksklusif adalah bagian dari pekerjaan para reporter juga. Pada saat meliput, reporter reporter harus dapat melakukan kinerja seperti, bagaimana mereka dapat mencari dan melaporkan berita dari lokasi liputan dengan wajah disorot, melakukan feeding atau mengirimkan hasil liputan via satelit dan melakukan up date laporan dalam kurun waktu cepat. Ini semua bukanlah tugas yang mudah karena itu reporter dituntut untuk kreatif dan inisiatif saat melakukan tugas. 2.6.2
Kamerawan Berita TV Kamerawan atau Juru Kamera adalah seseorang yang bertangung
jawab untuk pengoperasian kamera televisi selama rehearsals dan produksi program televisi. Ia mengoperasikan kamera mengunakan tripod dan dolly baik mengunakan kamera mini atau Electronic News Gathering yang digunakan di luar studio. Kamerawan berita di bagi menjadi dua, kamerawan di studio menggunakan kamera studio dan kamerawan lapangan atau liputan menggunakan kamera video liputan. Kamerawan berita adalah yang paling simpel. Terkadang seorang kamerawan berita “diperbolehkan” melanggar kaidah-kaidah teori fotografi yang berlaku. Hal ini biasanya karena ada sikon tertentu yg menyebabkan seorang kamerawan berita tidak bisa optimal. Namun, kaidah-kaidah (standard operation/SOP) seoptimal mungkin bisa dilakukan.
46
Tidak seperti pada pembuatan acara televisi lainnya, untuk liputan berita ke lapangan tidak perlu kru dengan jumlah yang banyak. Seorang kamerawan hanya ditemani seorang reporter saja. Tidak seperti acara lain dimana pengambilan gambar dilakukan sesuai pengarahan sutradara, pada acara berita seorang kamerawan harus memiliki inisiatif tinggi dalam setiap pengambilan gambar. Kalau bisa gambar-gambar yang terekam harus edit on camera, hal ini untuk memudahkan dalam pengerjaan paska produksi. Untuk liputan live atau langsung, seminimal mungkin tidak ada kesalahan dalam pengambilan gambar, tentu saja karena dalam siaran langsung tidak bisa diulang. Bekerjasama dengan reporter, seorang kamerawan harus jeli agar berita yang diliput memiliki nilai lebih. Koordinasi di lapangan juga harus terjaga apalagi terkadang di lapangan sering terjadi rebutan dalam pengambilan gambar. Membuat sudut pandang atau angle yang baik adalah hal utama juga kestabilan dalam handheld kamera. Beradaptasi dengan sikon Sepertinya hal ini sepele, namun hemat saya hal ini sangat penting. Seorang kamerawan wajib berkerja cepat. Karena nilai berita harus selalu hangat. Jika tidak maka berita liputan yang kita dapatkan jadi basi, keduluan oleh liputan lainnya. Walaupun dalam liputan berita biasanya tidak banyak persiapan yang dibutuhkan, tapi seorang kamerawan berita harus sudah memiliki konsep liputan yang akan dilakukan atau nilai berita apa yang ingin disampaikan.
47
Terkadang banyak situasi yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Jika kita tidak bisa berdapatasi dengan situasi tersebut bisa berakibat buruk. Pada liputan perang sebagai contoh, kalau kita tidak pintar untuk memilih lokasi maka tidak menutup kemungkinan bisa terjadi hal yang tidak diinginkan.
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskritif dengan paradigma Kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu sebuah penelitian yang mengusahakan untuk mendapat uraian yang menggambarkan suatu kolektifitas dengan syarat bahwa representasi harus terjamin. Penelitian deskriptif ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan untuk 58 : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2.
Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menetukan apa yang dilakuan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 59 Paradigma Kualitatif memandang suatu obyek (subyek) lebih kepada sifat dan ciri-ciri yang melekat pada obyek (subyek) tersebut. Berbeda 58
Burhan Bungin, ”Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian kontemporer”, Jakarta, Rajawali Pers, 2003, hlm. 3 59 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif karya Penerbit Rosdakarya, 2007 hlm 65
49
dari Paradigma Kuantitatif yang lebih melihat kepada jumlah obyek dan cenderung menggeneralisasikan sesuatu. Paradigma Kualitatif tidak mengenal generalisasi dan sangat menghargai keunikan setiap obyek (subyek) yang diamati. Dalam paradigma kualitatif yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, dan bukan banyaknya (kuantitas) data, semua riset yang menggunakan paradigma kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. 60 Di mana penelitian ini berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala dan juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini secara mendalam.
3.2 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah studi kasus, studi kasus merupakan strategi akan lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why” yaitu peneliti sedikit memiliki peluang mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, bilamana fokus penelitiannya teletak pada fenomena kontemporer (masa kini), berdasarkan penelitiannya deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 61 Dalam pembahasan secara cermat, observasi dan wawancara (interview), peneliti akan menganalisa proses peliputan tayangan The Jaks dalam mendapatkan sebuah berita. 60 61
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Penerbit Kencana, 2006 hlm 15 Robert K Yin. Studi Kasus Desain dan Metode Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada. 1996. hlm 1
50
3.3 Tehnik Pengumpulan Data Dalam memperoleh pengumpulan data, peneliti mengunakan trigulasi data dengan dua tahap, yaitu: 3.3.1
Data Primer Data yang diambil peneliti dengan melakukan observasi langsung
kelapangan guna mengetahui langsung proses peliputan berita. Selain itu peneliti juga peneliti juga melakukan wawancara (Interview) dengan narasumber, dalam hal ini narasumber yang dimaksud adalah Produser dan Reporter dan Kamerawan. 3.3.2
Data Sekunder Data Sekunder yaitu pengumpulan dokumen-dukumen mengenai
JAK TV yang menyangkut mengenali segala informasi seperti profil program, sinopsis program, konsep program. Data sekunder ini didapat dengan cara mencari pada perpustakaan atau pada situs yang dapat dikunjungi di media internet.
3.4 Key Informan Menurut Lexy J Moleong, “informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian” 62 . Dengan demikian key informan atau nara sumber adalah orang yang di anggap peneliti paling mampu dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Orang yang berperan besar dan bertangung jawab dalam
62
Lexy J Maleong. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. 1990 hal 90
51
penyelengaraan kegiatan produksi, serta berkaitan langsung dengan produksi NEWS Reportase. Dan berarti, key informan haruslah memiliki kapabilitas dan kompetensi untuk memberikan informasi yang terkait. Sesuai dengan masalah penelitian ini, yang dianggap tepat untuk disebut sebagai key informan (orang yang memahami) adalah : 1. Velantint Valiant
sebagai Produser yang bertanggung jawab atas
program The Jaks. 2. Iim Mustaqiem selaku Assistant Produsser merangkap sebagai reporter yang berperan dalam keberhasilan dalam mencari berita dilapangan, dengan wawancara penulis dapat mengetahui proses peliputan berita dan juga hambatan-hambatan yang dihadapi dalam tugas peliputan berita tersebut. 3. Agung, selaku Juru Kamera Tayangan The Jaks, yang mengetahui proses pengambilan gambar, diharapkan penulis dapat mengetahui proses pengambilan gambar pada saat melakukan tugas peliputan.
3.5 Fokus penelitian Untuk memperjelas arah penelitian dari Analisis Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009. Maka fokus penelitian didasarkan pada proses produksi yang terbagi atas beberapa tahap, yaitu : 1. Pra Produksi
52
Merencanakan bahan berita melalui berbagai sumber seperti internet, kritik dan saran serta sms pemirsa tayangan The Jaks atau melalui isu-isu yang sedang terjadi. 2. Produksi yang terdiri dari : Peliputan atau pencarian berita yaitu reporter dan kamerawan mencari berita di lapangan dengan mewawancarai nara sumber, time code dan editing.
3.6 Defenisi Konsep Definisi konsep pada penelitian ini adalah mengenai Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009. adapun definisi konsepnya sebagai berikut : 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya ( sebab musabab, duduk perkara dsb ). 2. Proses Peliputan adalah proses mencari dan mengolah informasi untuk disusun menjadi sebuah berita dan ditayangkan dalam program berita. 3. Proses pra produksi adalah merencanakan tema untuk liputan melalui mekanisme rapat redaksi, rapat ini menyangkut rapat proyeksi dan rapat evaluasi. 4. Proses produksi adalah proses pengolahan hasil liputan di lapangan untuk bisa menjadi sebuah informasi yang layak tanyang. 5. Wartawan adalah profesi yang secara teratur melakukan kegiatan jurnalistik dalam bentuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyampaikan informasi kepada perusahaan Pers atau kantor berita untuk disiarkan atau
53
dipublikasikan kepada masyarakat umum, agar mereka memperoleh informasi yang benar, tepat, akurat, dan objektif. 63 6. Tayangan The Jaks adalah sebuah Program Magazin news tentang sepak bola dimana berita yang diangkat mengenai sebuah klub sepak bola yang menjadi ikon Jakarta yaitu Persija Jakarta. Tayangan ini juga mengangkat mengenai kegiatan suporter The Jak Mania dan juga cuplikan pertandingan persija dengan klub lainnya. 7. JAK-TV adalah sebuah stasiun televisi di Indonesia yang memfokuskan siarannya di wilayah Jakarta, berdiri pada 28 Oktober 2004 dan resmi diluncurkan pada 16 Maret 2005 di Istora Senayan. JAK-TV berada pada chanel 55 UHF memiliki target penonton yang berusia 18-45 tahun porsi acara di JAK-TV ialah 80% hiburan dan sisanya program berita. JAK-TV berlokasi di kawasan SCBD Sudirman Jakarta Selatan.
3.7 Teknik Analisis Data Tujuan analisis data didalam penelitian adalah untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta tersusun dan lebih rapi. Proses analisis merupakan usaha untuk menentukan jawaban atas pertanyaan perihal objek penelitian. 64 Karenanya untuk menganalisa data yang telah di peroleh melalui pengumpulan informasi dari wawancara mendalam maupun dokumen-dokumen stasiun televisi JAK TV, maka cara yang digunakan oleh peneliti adalah 63 64
Hari Adiwijaya, Wartawan profesionalisme dan Kemandirian, Mimbar, 2002, hal 9 Saroso Wirodiharjo, Pokok-pokok Tata Niaga Pembangunan, Jakarta,1964 hal 1964
54
menganalisa secara kualitatif dan mendeskripsikannya dengan paradigma Konstruktivis. Dengan kata lain peneliti hanya memaparkan kondisi apa adanya saja sesuai dengan hasil wawancara dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum JAK-TV Televisi sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat cosmopolitan yang sibuk dan serba cepat, seperti Jakarta. Kebutuhan akan informasi dan hibutan sama pentingnya. Tak ada waktu untuk mengkonsumsi segala tayangan televisi yang disajikan. Mereka harus cerdas, selektif, dan efektif dalam menentukan pilihan. Merasa terpanggil untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PT. Abdi Bangsa bekerjasama dengan PT Electronic City, mendirikan JAK-TV, pada tangal 28 Oktober 2004 dan resmi diluncurkan pada 16 Maret 2005 di Istora Senayan. JAK TV berada pada chanel 55 UHF. Sebuah stasiun televisi dengan investasi sebesar 150 Milyar rupiah ini, mencoba untuk mengerti gaya hidup masyarakat cosmopolitan. Dengan persiapan matang, peralatan canggih, dan tenaga handal yang saat ini telah mencapai 70 karyawan, segala sesuatunya dijalankan secara professional. Test signal di saluran 55 UHF telah dilakukan dengan sukses pada tanggal 31 Oktober 2004 lalu dari kawasan Meruya – Jakarta Barat. Daya jangkau siarannya sebesar 2 x 40 kilowatt, mencakup wilayah Jadebotabek (Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi).
56
Saat ini JAK-TV telah melengkapi tayangannya dengan berbagai informasi dan hiburan yang setiap harinya disesuaikan dengan karakteristik serta viewing-habbit masyarakat cosmopolitan, sehingga dapat menumbuhkan sense of proximity (rasa kedekatan). Karena memiliki kedekatan maupun kesamaan status dan psikologis. Stasiun yang dimiliki oleh Mahaka Group dan Electronic City ini menargetkan penonton berusia 18-45 tahun. Bersemboyan "My City, My TV", porsi acara di JakTV ialah 80% hiburan dan sisanya program berita. Pada dasarnya siaran JAK-TV menganut konsep general entertainment sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun non drama serta tayangan berita. Pada tahun pertama atau 2004, 50 persen tayangan stasiun ini berasal dari luar negeri dan sisanya berasal dari produk lokal. Di akhir tahun 2005 JAK-TV telah memperkuat lini dan jam tayang dengan produksi inhouse. Dalam profil stasiun ini disebutkan makna dari Logo JAK-TV, seperti gambar berikut ini 65 :
65
HRD JAK-TV
57
Bentuk Logo yang bulat / lingkaran sempurna menggambarkan keutuhan, kesempurnaan dan kesatuan yang menunjukkan komitmen JAK-TV untuk meyuguhkan tayangan-tayangan yang berkualitas kepada pemirsanya. Bentuk ini juga menggambarkan sifat global, yakni meskipun JAK-TV adalah TV lokal yang berorientasi pada hal-hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat Jakarta, JAK-TV juga tetap menampilkan tayangan yang sifatnya nasional dan internasional. Lingkaran juga berarti sifat stasiun TV yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Kata JAK-TV yang dituliskan dalam huruf besar menggambarkan kekuatan dan intensitas. Ukuran huruf „J“ yang lebih besar ditujukan agar dapat menjadi pusat perhatian. Selain itu penulisan huruf tersebut dengan bentuk miring (italic) mengambarkan sifat dinamis yang dimiliki JAK-TV. Titik terang di atas huruf J menggambarkan harapan dan pencerahan atas kejenuhan berbagai acara TV yang tampak seragam. Kata JAK dan TV dipisahkan oleh sebuah garis lurus vertikal tipis yang dimaksudkan untuk menekankan bahwa JAK-TV bukan sekedar stasiun TV, namun JAK-TV adalah penyatuan atau kombinasi dari 2 kekuatan, yaitu kekuatan kota Jakarta dan stasiun TV. Kalimat „my city, my TV“ dibuat dalam huruf kecil untuk menunjukkan kesan hangat dan akrab, agar tercipta suatu hubungan emosional JAK-TV dan pemirsanya. Warna biru pada logo dibuat untuk mengekspresikan kesegaran dan harapan yang sesuai dengan semangat JAK-TV untuk menyajikan programprogram yang menarik, kreatif dan berbeda dibandingkan stasiun TV lain.
58
Seperti perusahaan lainnya, stasiun JAK-TV memiliki Visi dan Misi perusahaan, yaitu: VISI : Menjadi TV swasta yang Terdepan, Terpercaya, Dinamis, Inovatif, Sehat, dan Memberi inspirasi baru bagi pembentukan pola pikir, karakter dan peningkatan taraf hidup bangsa. MISI : Memberdayakan dan mengembangkan seluruh potensi, sumber daya : manusia, alat pasar pemasok dan Sumbr daya lainnya menjadi kreatif, berkesinambungan, transparan, bersih tetapi dilandasi oleh niat baik dan profesialisme. Adapun Struktur Jajaran Direksi JAK-TV adalah seperti gambar berikut ini 66
66
HRD JAK-TV
59
60
4.2 Hasil Penelitian Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian mengenai Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV dalam mencari berita dengan periode bulan Maret 2009. Data-data tersebut diperoleh melalui observasi dan wawancara (interview) dengan narasumber Bapak Velantint Vailant selaku Produser Tayangan The Jaks, Saudara Iim Mustaqiem selaku Asistant Produser yang merangkap sebagai Reporter The Jaks, dan Saudara Agung selaku Juru Kamera Tayangan The Jaks. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa Proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk. 4.2.1
The Jaks Program info olahraga sepak bola yang mengangkat tentang sebuah
klub bola yang menjadi ikon Jakarta yaitu Persija Jakarta. Tayangan The Jaks merupakan program yang fokus kepada informasi mengenai tim sepak bola ibukota yaitu Persija Jakarta dan Suporter Jak Mania serta perkembangan sepak bola Jakarta karena program ini tidak hanya memberikan pengetahuan mengenai Tim Persija dan supporter The Jak Mania namun juga terdapat nilai berita yang dikemas secara menarik agar pemirsanya tidak jenuh. a. Target Audiens Pemirsa adalah bagian paling penting dalam industri televisi. Tanpa pemirsa suatu program acara televisi tidak berarti apa-apa. Demikian juga tayangan The Jaks. Adapun target potensial audiens tayangan The Jaks
61
adalah Suporter The Jak Mania baik laki-laki maupun perempuan berusia remaja dan dewasa dari kalangan menegah bawah sampai menengah atas. b. Kriteria Acara The Jaks Adapun format acara The Jaks adalah : 1. Jenis
: Magazine News
2. Sifat
: Informasi
3. Setting : Outdoor 4. Format : Package 5. Durasi : Tujuh Segmen, dengan durasi 1 jam setiap hari Minggu Pukul 19.00-20.00 WIB dan tayang ulang pada hari Selasa Pukul 23.30 WIB. c. Isi Program (Content) Tayangan The Jaks dibagi dalam tujuh segmen dengan enam kali combreak, berdasarkan rundown tayangan The Jaks tiap segmen dibatasi dengan comercial break dengan durasi sekitar ±empat menit. Susunan rundown berbentuk piramida terbalik, pada segmen pertama berisi berita utama atau headline dari peristiwa yang terjadi pada hari itu, bagian kedua dan seterusnya berisi berita-berita yang menarik pada hari itu, tetapi kadar kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan segmen pertama. Isi berita tayangan The Jaks berisi tentang Preview pertandingan Persija, Profil pemain, kegiatan jak mania dan profil legenda sepak bola Jakarta. Penggambaran berita ditarik secara personalisasi ke umum untuk mendekatkan kepada para pemirsanya.
62
4.2.2 Pra Produksi Pada pra produksi tayangan The Jaks ada dua tahap yang dilakukan oleh Asisten Produser The Jaks. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 4.2.2.1 Pencarian Ide Liputan Hasil observasi yang dilakukan penulis, hal yang dilakukan pada pencarian ide adalah melakukan riset tema. Riset tema dapat dicari melalui berbagai sumber seperti dari sms, kritik dan saran pemirsa tayangan The Jaks, Internet, majalah dan lain-lain. Asisten produser berupaya mencari tema apa yang akan diliput, seperti ide tema, lokasi liputan, nara sumber serta contact person. Untuk menghasilkan berita yang bagus dan layak untuk ditayangkan kepada pemirsa, seorang reporter Program The Jaks harus melakukan riset dan menyerap informasi latar belakang. Jadi seorang reporter yang akan ditugaskan meliput suatu berita harus sudah dapat mengerti mengenai topik berita yang akan diliputnya nanti sehingga jadi tampak tidak bodoh atau bingung di lapangan nantinya, seperti yang dikemukakan oleh Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asisten Produser berikut ini : “Yang paling penting sebelum liputan adalah riset supaya kita mengerti latar belakang tentang topik apa yang akan kita liput, melakukan konfirmasi dengan narasumber supaya kita tidak terlihat bodoh pada saat melakukan Peliputan” 67
Pada tahap penentuan tema yang akan diangkat, Asistant Produser The Jaks mengangkat berbagai macam tema yang sedang hangat dan menarik 67
Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asistaen Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009
63
untuk ditayangkan. Berdasarkan segi penonton dari menegah bawah sampai menengah atas tayangan The Jaks harus membawa pesan untuk bisa sampai pada penonton. Sebelum berangkat menuju lapangan dengan berbekal tugas atau proyeksi, seorang reporter juga wajib mencari informasi mengenai berita yang akan diliput. membuat janji wawancara dengan narasumber dan mengetahui lokasi peliputan, 4.2.2.2 Koordinasi Koordinasi penting dilakukan reporter agar tidak mengalami kendala teknis. Untuk itu reporter harus berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat pada peliputan. Seperti yang di katakan oleh Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asisten Produser Program The Jaks, ia mengatakan: “Sebelum kita melakukan peliputan kita harus menghubungi Kamerawan yang akan pergi dengan kita, meminjam kendaraan dan peralatan yang akan digunakan untuk liputan serta mengkonfirmasi narasumber bahwa nanti akan dilakukan acara peliputan berita” 68
Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kamerawan untuk diberitahu jadwal liputan. 2. Narasumber, reporter membuat janji wawancara kepada nara sumber. 3. Carpool, reporter meminjam kendaraan operasional kantor sebagai alat transportasi liputan. 4. Electronic News Gathering adalah bagian untuk peminjaman alat.
68
Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asistaen Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009
64
4.2.3 Produksi Ujung tombak Tayangan The Jaks adalah reporter dan kamerawan yang bertugas mencari informasi dan mengambil gambar pada saat peliputan dilapangan. Di tayangan The Jaks tim liputan terdiri dari dua orang yaitu reporter dan kamerawan, hal ini semata untuk efisiensi kerja. Pada produksi tayangan The Jaks ada beberapa tahap yang dilakukan oleh tim liputan untuk terjun liputan. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut ini. 4.2.3.1 Proses Persiapan Peliputan Setelah pencarian ide dan koordinasi dilakukan, maka reporter dan kamerawan membawa semua perlengkapan liputan seperti kaset, kamera, batere, tripod, lampu, microphone dan tidak lupa untuk mengambil kunci di bagian carpool untuk membawa mobil operasional. Penulis mengamati kebiasaan yang dilakukan reporter dan kamerawan, reporter selalu membawa stok kaset sedangkan kamerawan membawa stok batere, ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila peliputan dilapangan memakan banyak waktu. Hal ini senada dengan apa yang di ungkapkan oleh Iim mustaqiem reporter The Jaks sebagai berikut : “Sebelum berangkat liputan saya dan kamerawan membawa semua perlengkapan liputan seperti kaset, kamera, batere, tripod, lampu, microphone dan mobil operasional, saya juga ngak lupa bawa stok kaset dan batere, takut-takut liputannya lama jadi saya prepare aja biar safety” 69
Ketika semua perlengkapan sudah di tangan maka reporter dan kamerawan siap untuk berangkat liputan di lapangan.
69
Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asistaen Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009.
65
4.2.3.2 Proses Peliputan Reporter di Lapangan Pada tahap ini reporter berusaha untuk mewujudkan ide tema yang sudah direncanakan sebelumnya. Penulis mengamati apa saja yang dilakuakan pada tahap ini, pertama kali yang dilakukan oleh Reporter ketika berada dilapangan mulai mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Hal senada juga dikatakan oleh Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asisten Produser Program The Jaks dalam wawancaranya dengan penulis mengungkapkan sebagai berikut: “Sesampainya dilokasi peliputan, reporter dan kamerawan mulai mempersipakan semua equipment (peralatan) yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah melakukan wawancara reporter mencatat data lengkap dan kontak telepon narasumbernya.” 70
Ketika reporter dan kamerawan terjun kelapangan, mereka berusaha mendapatkan informasi yang bisa bermanfaat untuk masyarakat dan sesuai dengan apa yang seperti yang dijelaskan oleh Iim mustaqiem Asistant Produser yang merangkap sebagai reporter The Jaks : “Kalau meurut saya, karena format kita lebih ke magazine news, jadi pemirsa kita juga lebih haus akan informasi tentang persija dan jak mania. Jadi saya pikir berita kita berguna untuk pemirsanya, karena pemirsa memang membutuhkan informasi mengenai tim kesayangan mereka yaitu persija jakarta dan jak mania”. 71
Penulis juga memperhatikan kebiasaan yang sering dilakukan sebelum melakukan wawancara, kebiasaan tersebut adalah sering mengajak narasumber ngobrol santai. Itu juga senada seperti yang disampaikan oleh Iim mustaqiem reporter The Jaks berikut ini :
70
Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asistaen Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009. 71 Ibid
66
“Biasanya sih sebelum wawancara saya selalu ngajak ngobrol santai narasumber, yah itung-itung sambil nunggu kamerawan mempersiapkan kamera gitu, ini saya lakuin agar antara saya dan narasumber biar lebih akrab jadi ketika wawancara antara saya dan narasumber sudah ga ada jarak lagi. Karena kan ada nara sumber yang masih kaku klo di tanya-tanya apalagi klo udah didepan kamera”. 72
Iim Mustaqiem reporter The Jaks mengatakan perlu adanya koordinasi antara reporter dan kamerawan, seperti yang diungkapkannya kepada penulis berikut ini : “Pastinya selalu berhubungan dengan kamerawan, klo ga berhubungan nanti dikira lagi berantem. Hahaha.... ya iya lah itu penting dilakukan agar antara saya dan kamerawan ga terjadi miss, gambar apa aja yang mau diambil” 73 .
Pernyataan diatas sesuai dengan observasi yang dilakukan penulis dilokasi peliputan, penulis mendapati adanya koordinasi yang dilakukan antara reporter dan kamerawan. Biasanya reporter dan kamerawan menyepakati gambar apa aja yang akan direkam. 4.2.3.3 Proses Peliputan Kamerawan di lapangan Pada tahap ini penulis mengamati apa saja yang dilakukan oleh kamerawan, tugas pertama kamerawan pada saat peliputan dilapangan kamerawan tersebut harus mempersiapkan peralatan liputan seperti kamera, tripod, mic, batere, cek white balace, cek audio. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Agung Kamerawan tayangan The Jaks ini saat diwawancara oleh penulis : “Mulai mempersipakan semua equipment (peralatan) yang dibutuhkan untuk liputan dan wawancara seperti pasang tripod, lampu, chek white balance, audio dan lain-lain sesuai kebutuhan liputan”. 74 72
Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asistaen Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009. 73 Ibid. 74 Wawancara dengan Agung kamerawan tayangan The Jaks pada tanggal 13 Maret 2009.
67
Sama halnya dengan reporter, Agung Kamerawan tayangan The Jaks juga mengungkapkan perlunya koordinasi antara reporter dan dirinya, agar semua gambar sesuai dengan kebutuhan tayang. Berikut adalah pernyataan Agung Kamerawan tayangan The Jaks : “Iya lah itu penting dilakukan agar antara saya dan reporter ga ada koordinasi gambar apa aja yang mau gw ambil”. 75
Agung Kamerawan tayangan The Jaks mengatakan kamerawan, harus pandai
melihat
momen
yang
terjadi
di
lapangan,
seperti
yang
diungkapkannya kepada penulis berikut ini : “Pada saat peliputan kita harus mencari momen, kameramen harus pandai melihat momen jadi pada saat peliputan kita harus tahu apa yang akan kita ambil misalnya tentang liputan pertandingan persija kita harus merekam momen terjadinya gol, perayaan gol, aksi- aksi supporter, jadi seorang kameramen harus tau apa yang menjadi inti cerita yang akan diambil gambarnya jadi kamerawan harus juga berkoordinasi dengan reporternya tentang gambar apa yang harus di ambil oleh kamerawan karena itu akan menentukan berita yang akan ditulis kedalam naskah”. 76
Pada saat dilokasi liputan seorang kamerawan juga harus pandai melihat momen karena momen sangat jarang didapat dua kali dalam waktu yang bersamaan. Type shoot yang digunakan kamerawan the jaks bebas tanpa looking room
akan tetapi lebih mementingkan head room dalam pengambilan
gambar pada saat wawancara. Artinya adalah dalam mengambil gambar, kamerawan tidak mementingkan looking room karena looking room bertujuan untuk memberitahu kepada pemirsa situasi, moment apa yang
75 76
Wawancara dengan Agung kamerawan tayangan The Jaks pada tanggal 13 Maret 2009. Ibid.
68
sedang terjadi pada saat liputan, sedangkan pemirsa sudah diberi tahu oleh host tayangan The Jaks moment ap yang sedang terjadi. Lain halnya dengan type shoot head room yang bertujuan untuk mengamankan jarak antara kepala dan frame atas kamera agar gambar yang diambil tidak melewati batas frame kamera. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Agung kamerawan The Jaks pada saat diwawancarai oleh penulis, berikut hasil wawancaranya : “Saat pengambilan gambar dilapangan, saya bebas ngambil shoot tanpa looking room, namun ketka wawancara saya lebih pentingin head room, agar gambar yang direkam enak dilihat” 77
4.2.4 Proses Setelah Peliputan Setelah semua hasil liputan selesai, penulis mengamati apa saja yang dilakukan oleh tim tayangan The Jaks, adapun hal yang dilakukan pertama kali adalah mengembalikan lagi semua perlengkapan yang di gunakan untuk liputan ke tempat peminjaman. seperti yang dikatakan Iim Mustaqiem Reporter
sekaligus
Asisten
Produser
Program
The
Jaks
dalam
wawancaranya dengan penulis sebagai berikut : “Setelah selesai liputan, semua materi liputan seperti kaset dipegang oleh Asisten Produser untuk kemudian di preview dan diberi time code setelah itu membuat naskah narasi untuk keperluan dubbing dan editing” 78
Setelah semua perlengkapan dikembalikan, ada beberapa tahap yang yang diamati penulis, antara lain adalah sebagai berikut : a. Preview Gambar dan Time Code
77
Ibid. Wawancara dengan Iim Mustaqiem Reporter sekaligus Asisten Produser tayangan The Jaks pada tanggal 12 Maret 2009. 78
69
Asisten Produser adalah melakukan preview gambar hasil liputan untuk kemudian di beri time code gambar yang akan digunakan dalam paket berita. Preview gambar dimaksudkan untuk memilah gambar sesuai dengan rondown yang telah dibuat sebelumnya. b. Menyusun Naskah Narasi Naskah narasi yang ada pada Tayangan The Jaks berdasarkan hasil preview gambar, jadi naskah narasi yang di buat menggunakan bahasa bertutur. c. Dubbing Pada Tayangan The Jaks naskah yang sudah rampung digunakan untuk keperluan dubbing. Narasi dibacakan oleh seorang dubber yaitu reporter atau tim kreatif. d. Editing Setelah semua materi lengkap, dari mulai kaset, naskah berita dan dubbing tahap selanjutnya adalah editing. Tahap ini dikerjakan oleh seorang editor yang didampingi oleh Asistant Produser untuk menggabungkan gambar, suara, narasi dan ilustrasi musik. Untuk menjadi satu paket yang siap ditayangkan kepada khalayak luas, tentu saja semua itu berdasarkan rundown yang telah dibuat oleh Asistant Produser.
4.3
Pembahasan Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis di
lapangan yaitu di Stasiun Televisi JAK-TV selama satu bulan untuk meneliti
70
Analisis Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK-TV periode Maret 2009 dengan mendasari pedoman teoritis pada bab II, penulis akan menggambarkan hasil penelitian tentang Analisis Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK-TV. Dalam memproduksi suatu program acara, pihak stasiun televisi memiliki berbagai macam pertimbangannya sendiri. Hal itu dikarenakan adanya faktor yang menjadi penentu dan faktor bisnis yang mendominasi. Tayangan The Jaks memang bukan satu-satunya tayangan magazine news di televisi namun tayangan The Jaks merupakan inovasi baru tayangan magazine news yang memfokuskan mengenai dunia sepak bola Jakarta. Penulis mengamati tahap demi tahap proses peliputan yang dilakukan oleh tim Tayangan The Jaks adalah sebagai berikut : 1. Tahap pra produksi yaitu perencanaan dan percarian ide liputan. Dana Iswara dalam bukunya Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca, kegiatan dalam pra produksi terdiri dari rapat redaksi dan penentuan tim liputan ( kamerawan dan reporter ) namun dalam pengamatan yang dilakukan peneliti pada tayangan The Jaks, kegiatan rapat redaksi memang ada namun tidak rutin dilakukan setiap minggunya, jadi ide liputan tidak datang dari seluruh tim liputan pada rapat redaksi melainkan datang dari assistant produser yang merangkap sebagai reporter. Assistant produser juga berperan menentukan kamerawan yang akan berangkat terjun kelapangan untuk mendampinginya.
71
2. Tahap produksi yaitu peliputan yang dilakukan oleh reporter dan kamerawan, preview gambar, menyusun naskah, dubbing dan editing. Hal ini sesuai dengan apa yang di tuangkan Dana Iswara dalam bukunya Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca, dimana proses produksi memang meliputi peliputan dilapangan, preview gambar menyusun naskah, dubbing dan editing. Tim produksi merupakan organisasi kecil, meskipun begitu diperlukan pengaturan yang baik demi berjalannya sebuah program. Tayangan The Jaks memiliki ± 6 (enam) orang yang memiliki perannya masing-masing. Pengawasan dilakukan agar kinerja menjadi efektif, hal ini dilakukan agar berjalannya program tanpa hambatan yang berarti. Apabila terjadi hambatan, melalui pengawasan dapat memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam Tayangan The Jaks pengawasan dilakukan terhadap perencanaan, isi berita dan produksi secara keseluruhan. J.B Wahyudi dalam buku Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, kegiatan pengawasan perlu dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu 79 : 1. Pengawasan pencegaham (pengawasan awal) 2. Pengawasan pengendalian (saat pelaksanaan) 3. Pengawasan umpan balik (saat evaluasi)
Dengan format magazine news, Tayangan The Jaks menjadi satu-satunya tayangan yang mampu membahas hal-hal mengenai dunia sepak bola Jakarta terutama mengenai tim Persija Jakarta dan Suporter The jak mania. Hiburan ini 79
J.B Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran PT Gramedia Pusaka Utama. 1999. hlm. 93
72
tentu tidak asing lagi bagi warga Jakarta dan sekitarnya karena Tayangan The Jaks menyajikan informasi ringan yang dikemas secara baik dan menarik.
73
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini, merupakan bab penutup dari skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa penilaian pada bab-bab sebelumnya dan juga berisi tentang saran yang akan diberikan penulis sebagai peneliti pada tayangan The Jaks di stasiun televisi JAK-TV. 5.1 Kesimpulan Tayangan The Jaks merupakan program unggulan yang ditayangkan setiap hari Minggu pada pukul 19.00 WIB dan siaran ulangnya hari Selasa pada pukul 23.30 WIB di stasiun televisi JAK-TV ini disajikan selama enam puluh menit (60 menit), dengan tujuh
segmen menghadirkan informasi yang terbaru tentang
persija dan jak mania yang menarik ditonton bagi para pemirsanya. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang Analisis Proses Peliputan Berita Tayangan The Jaks di JAK TV Periode Maret 2009. Berikut uraian kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan penulis. 5.1.1. Pra Produksi Tahap ini meliputi penemuan ide gagasan tema untuk ditayangan, jangka waktu kerja, lokasi liputan, biaya melengkapi peralatan liputan, persiapan liputan dan semua yang akan direncanakan pada saat proses produksi berlangsung. Pada saat pra produksi ini adalah sangat penting karena jika dilaksanakan dengan sangat terperinci dan baik maka apa yang direncanakan untuk tahapan produksi akan terlaksana dengan baik.
74
5.1.2. Produksi Pada tahap ini meliputi mempersiapkan perlengkapan liputan, terjun kelapangan untuk mencari informasi dan mengambil gambar dengan type shoot yang digunakan bebas tanpa looking room
akan tetapi lebih
mementingkan head room pada saat wawancara, preview dan diberi time code gambar, membuat naskah narasi, dubbing dan editing. Semua dilakukan untuk menjadikan satu paket tayangan The Jaks. Berdasarkan observasi dilapangan, penulis juga mendapati adanya double jobs dalam Tayangan The Jaks. Contoh double jobs yang penulis temukan adalah asisten produser merangkap sebagai reporter ketika terjun liputan, mungkin hal ini dilakukan semata-mata untuk efisiensi kerja.
5.2 Saran JAK-TV sebagai televisi lokal harus mampu memberikan penyegaran baru bagi pemirsanya dalam memperoleh Informasi yang akurat, dan menghibur. 1. Tim Tayangan The Jaks diharapkan untuk lebih meningkatkan kinerja di hari lainnya, jangan hanya mengandalkan seorang asisten produser dalam mencari ide liputan dan terjun liputan.
75
DAFTAR PUSTAKA Adiwijaya Hari. 2002. Wartawan profesionalisme dan Kemandirian, Mimbar. Ardianto Elvinaro & Erdinaya Lukiati Komala, Komunikasi Massa suatu pengantar, Simbiosa Rekatama media Bungin Burhan. 2003, ”Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian kontemporer”, Rajawali Pers, Jakarta. Cespur Nurudin. 2003, Komunikasi Massa. Malang. Effendi Onong Uchjana. 2003, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Effendi Onong Uchjana. 1989, Kamus Komunikasi. Mandar Maju. Eriyanto 2001, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, LKiS Yogyakarta Devito A. Joseph 1997, Komunikasi Antar Manusia. Profesional book. Hamad Ibnu, 2004, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Jakarta, Granit Kusumaningrat Hikmat, 2005, Jurnalistik,Teori dan Praktek, Rosdakarya, Bandung. Kuswandi Wawan. 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analis Media Televisi. PT. Rieka Cipta. Jakarta. Maleong Lexy J. 1990 Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Mc Quil Denis. 1994 Teori Komunikasi Massa, Jakarta Morissan. 2004, Jurnalistik Televisi Muktahir. Ramdina Prakarsa. Jakarta. Muda Dedi Iskandar, Jurnalistik Televisi, Rosda, Jakarta. Mulyana Deddy dan Jalaludin Rahmat. 2000, Komunikasi Antar Budaya, remaja Rosdakarya, Naratama. 2004, Menjadi Sutradara Televisi. PT Grasindo. Jakarta. Nimmo Dan 1989, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, Remaja Rosdakarya, Bandung: Prakoso Imam Junarto. Sikap Netralitas Pers Terhadap Pemerintahan Habibie (Analisis Isi Terhadap Kompas dan Republika), Jurnal ISKI Vol.3 Remaja Rosdakarya, Bandung. Rahmat Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Pt Remaja rosdakarya,1999, Hal-189 Sendjaja S. Djuarsa. 2002, Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.
Siregar Ashadi. Menyikap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio LP3Y Sobur Alex. 2002, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung. Soehoet Hoeta. 2003. Dasar-dasar Jurnalistik, Jakarta. Soenarto R.M. 2002. Manajemen Penyiaran Televisi. Institut Kesenian Jakarta. Jakarta. Subroto Darwanto Sastro. 1994, Produksi acara Televisi, Duta wacana university. Suprapto Tommy. 2006. Berkarier dibidang broadcasting. Media Presindo. Yogyakarta. Suwardi Harsono. 1997 Komunikasi Politik dalam Konteks Budaya Komunikasi dalam Jurnal Sarjana Komunikasi Indonesia, Komunikasi Budaya, Gramedia Jakarta. Wahyudi JB. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. PT Gramedia Pusaka Utama. Jakarta. Wibowo Fred. 2007, Tehnik Produksi Televisi. Pinus Book Publisher. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta. Yin K Robert. 1996. Studi Kasus Desain dan Metode Manajemen.PT. Raja Grafindo Persada. Pasal 5 Kode etik jurnalistik Sumber: ANTV, news division 2002, dalam modul perkuliahan jurnalistik televisi II disusun Syaefurahman Al-Banjary.
HASIL OBSERVASI ANALISIS PROSES PELIPUTAN BERITA TAYANGAN THE JAKS DI JAK TV ( Periode Maret 2009 )
TANGGAL 02-03-2009 03-03-2009
KEGIATAN Perkenalan Mencari data untuk liputan dan mensortir sms pemirsa. Mempersiapkan roundown dan semua perlengkapan liputan untuk peliputan wawancara dg pelatih U 21 Persija Jakarta dan syuting take house tayangan the jaks di lapangan banteng jakarta. Mengembalikan kembali semua perlengkapan kepada divisi ENG. Review gambar hasil syuting
JAM 11.00-19.00 11.00-19.00
11.00-21.00
07-03-2009
Memperhatikan kinerja asisten produser dan kreatif tayangan the jaks Melakukan proses editing dan dubing
08-03-2009
Belajar editing TV
10.00-18.00
09-03-2009
Libur
10-03-2009
11.00-18.00
13-03-2009
Mencari data untuk peliputan dari internet dan kritik dan saran pemirsa Memperhatikan kinerja asisten produser dalam membuat janji wawancara, koordinasi tim liputan. Mempersiapkan roundown dan semua perlengkapan syuting untuk take house tayangan the jaks di stadion lebak bulus jakarta dan mengembalikan kembali semua perlengkapan kepada divisi ENG. Review gambar hasil syuting
14-03-2009
Melakukan proses editing dan dubing
11.00-17.00
15-03-2009
Belajar kamera video
11.00-16.00
16-03-2009
Libur
-
17-03-2009
Libur
-
04-03-2009
05-03-2009 06-03-2009
11-03-2009
12-03-2009
11.00-20.00
11.00-19.00
11.00-17.00
-
11.00-18.00
11.00-21.00
11.00-20.00
18-03-2009
20-03-2009
Mencari data untuk peliputan dari internet dan kritik dan saran pemirsa Mempersiapkan roundown dan semua perlengkapan liputan untuk peliputan wawancara dg pelatih U 13 Persija Jakarta dan syuting take house tayangan the jaks di lapangan banteng jakarta. Mengembalikan kembali semua perlengkapan kepada divisi ENG. Review gambar hasil syuting
21-03-2009
Melakukan proses editing dan dubing
11.00-22.00
22-03-2009
Mempersiapkan semua perlengkapan liputan untuk peliputan kompetisi futsal di bintaro dan syuting take house tayangan the jaks di lapangan banteng jakarta. Mengembalikan kembali semua perlengkapan kepada divisi ENG.
11.00-19.00
23-03-2009
Libur
24-03-2009
11.00-17.00
27-03-2009
Mencari data untuk peliputan dari internet dan kritik dan saran pemirsa Mencari data untuk peliputan dari internet dan kritik dan saran pemirsa Mempersiapkan semua perlengkapan liputan untuk peliputan Wawancara dan syuting take house tayangan the jaks di ragunan jakarta. Mengembalikan kembali semua perlengkapan kepada divisi ENG. Review gambar hasil syuting
28-03-2009
Melakukan proses editing dan dubing
11.00-18.00
29-03-2009
Libur
-
30-03-2009
Libur
-
31-03-2009
Perpisahan
19-03-2009
25-03-2009 26-03-2009
11.00-21.00
11.00-17.00
-
11.00-17.00 11.00-22.00
11.00-19.00
13.00-16.00
Transkip Wawancara
Produser The Jaks 1. Nama dan jabatan Saudara/anda ? Velantint Valiant / Produser The Jaks 2. Tugas Fungsi Anda Pada Jabatan Tersebut ? Mengawasi tayangan the jaks dari segi isi program dan kemasan program seperti informasi apa yang layak tayang atau tidak layak tayang. 3. Bagaimanakah Awal Terciptanya Ide Program The Jaks ? Awalnya karena Jak TV merupakan TV lokal Jakarta dan Jakarta mempunyai tim sepakbola dan supporter fanatiknya maka terciptalah tayanganThe Jaks yang menyajikan informasi mengenai tim sepak bola ibu kota yaitu Persija Jakarta dan supporter The Jak Mania 4. Apakah Yang Ingin Di Sampaikan Dari Program The Jaks ? Tayangan The Jaks ini unik, dan sangat sulit ditebak tapi penuh tantangan, jadi ada saja suatu hal baru yang menantang kami untuk menyajikan hal-hal yang baru yang memberikan informasi dalan setiap tayangnya. 5. Mengapa Program Ini Dinamakan The Jaks ? Tayangan ini dinamakan The Jaks dikarenakan target audience kami adalah The Jak Mania, selain itu juga karena informasi yang kami sampaikan selalu berhubungan dengan Persija dan persija memiliki supporter fanatik yaitu The Jak Mania. 6. Apakah Tujuan Utama Program The Jaks ? Seperti yang di sampaikan sebelumnya, kami memberikan informasi tentang semua hal yang berhubungan dengan Persija dan The Jak Mania. 7. Bersumber Dari Manakah Berita Tersebut Didapatkan ? Biasanya informasi yang kami dapatkan dari anak-anak Jak mania sendiri yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan mereka (jak mania, red), internet maupun dari saran dan kritik pemirsa
Reporter 1. Nama dan jabatan Saudara/anda ? Iim Mustaqiem / Reporter merangkap Asisten Produser
2. Tugas Dan Fungsi Anda Pada Jabatan Tersebut ? Reporter bertugas meliput berita sesuai dengan ide liputan, menceritakan hasil liputan dalam sebuah laporan berbentuk naskah, melakukan riset atas berita yang akan diliput, mengkonfirmasi narasumber melakukan koordinasi dengan pihak terkait. 3. Apakah Berita Yang Disampaikan Berguna Untuk Masyarakat (Audiens) ? Kalau meurut gw, karena format kita lebih ke magazine news, jadi pemirsa kita juga lebih haus akan informasi tentang persija dan jak mania. Jadi gw pikir berita kita berguna untuk pemirsanya, karena pemirsa memang membutuhkan informasi mengenai tim kesayangan mereka yaitu persija jakarta dan jak mania 4. Bersumber Dari Manakah Berita Tersebut Didapatkan ? Sumber berita bisa diperoleh dari koran kalau di JAK-TV kita baca yang namanya proyeksi kemudian kita riset lewat internet kalau dilapangan kita minta bocoran kepada wartawan lain, narasumber langsung maupun pihak lain yang terkait berkompeten dengan tema liputan. 5. Proses Apa Yang Dilakukan Sebelum Terjun Liputan ? Sebelum kita melakukan peliputan kita harus menghubungi Kamerawan yang akan pergi dengan kita dan memminjam kendaraan yang akan digunakan untuk liputan serta mengkonfirmasi narasumber bahwa nanti akan dilakukan acara peliputan berita. Yang paling penting sebelum liputan adalah riset supaya kita mengerti latar belakang tentang topik apa yang akan kita liput, melakukan konfirmasi dengan narasumber supaya kita tidak terlihat bodoh pada saat melakukan Peliputan. 6. Proses Apa Yang Dilakukan Pada Saat Liputan ? Sebelum berangkat liputan gw dan kamerawan membawa semua perlengkapan liputan seperti kaset, kamera, batere, tripod, lampu, microphone dan mobil operasional, gw jg ngak lupa bawa stok kaset dan batere, takut-takut liputannya lama jadi gw prepare aja biar safety. Sesampainya dilokasi peliputan, reporter dan kamerawan mulai mempersiapkan semua equipment (peralatan) yang dibutuhkan untuk liputan dan wawancara. Setelah liputan dan wawancara reporter mencatat data lengkap dan kontak telepon narasumbernya. 7. Apakah ada strategi khusus untuk melakukan wawancara ? Biasanya sih sebelum wawancara gw selalu ngajak ngobrol santai narasumber, yah itung-itung sambil nunggu kamerawan mempersiapkan kamera gitu, ini gw lakuin agar antara gw dan narasumber biar lebih akrab jadi ketika wawancara antara gw dan narasumber sudah ga ada jarak lagi. Karena kan ada nara sumber yang masih kaku klo di tanya-tanya apalagi klo udah didepan kamera. 8. Apakah Anda Selalu Berhubungan Dengan Kamerawan Pada Saat Peliputan ? Pastinya selalu berhubungan dengan kamerawan, klo ga berhubungan nanti dikira lagi berantem. Hahaha.... ya iya lah itu penting dilakukan agar antara gw dan kamerawan ga terjadi miss, gambar apa aja yang mau diambil. 9. Proses Apa Yang Dilakukan Pada Saat Setelah Liputan ? Setelah selesai liputan, semua materi liputan seperti kaset dipegang oleh Asisten Produser untuk kemudian di preview dan diberi time code setelah itu membuat naskah berita untuk keperluan dubbing dan editing.
Kamerawan 1. Nama dan jabatan Saudara/anda ? Agung / Kamerawan
2. Tugas Dan Fungsi Anda Pada Jabatan Tersebut ? Merekam gambar merekam peristiwa dan memenuhi standart broadcasting dan memenuhi kaedah jurnalistik Mencari sebuah berita yang akan disajikan kepada masyarakat yang diaplikasikan kedalam berntuk gambar karena itulah tugas pokok seorang juru kamera. 3. Proses Apa Saja Yang Anda Lakukan Sebelum Terjun Liputan ? Biasanya sih gw mempersiapkan segala equipment, seperti ambil kamera, tripod, kaset, lampu, batere dll sesuai dengan kebutuhan liputan itu semua di ambil di ruang ENG. 4. Proses Apa Saja Yang Anda Lakukan Pada Saat Melakukan Peliputan ? Mulai mempersipakan semua equipment (peralatan) yang dibutuhkan untuk liputan dan wawancara seperti pasang tripod, lampu, chek white balance, audio dan lain-lain sesuai kebutuhan liputan. 5. Bersumber Dari Manakah Gambar Tersebut Anda Dapatkan ? Dari lapangan tapi tidak tertutup dari koran, internet dan juga footage-fotage atau simpanan gambar dari library JAK-TV 6. Pengambilan Gambar Yang Seperti Apa Yang Menurut Anda Layak Untuk Diambil ? Kita frontal tanpa looking room, kalau untuk stok shoot kita fleksibel aja ke segala penjuru juga bisa tanpa memperhitungkan continuity yangpenting jelas dan tidak ngeblur sesuai dengan naskahnya. 7. Jadi Angle-Anglenya Umum Saja ? Umum-umum aja, makanya lo sering liat setiap ikut liputan ga ada continuity-nya, dibilang hard engak, dibilang news juga engak serba salah kan. Gitu aj. 8. Bagaimana Pengambilan Gambar Ketika Wawancara ? Standard sih engak, Cuma menempatkan kamera tepat didepan muka narasumber, sosok muka itu di close uplebih tepatnya medium close up 9. Mengutamakan Head Room Gak ? Head room tetap dipertimbangkanm Cuma kita tambah looking room jadi si nara sumber langsung menjabarkan ke audience tanpa perantara atau tanpa reporter. 10. Apakah Anda Selalu Berhubungan Dengan Reporter Pada Saat Peliputan ? Iya lah itu penting dilakukan agar antara gw dan reporter ga ada koordinasi gambar apa aja yang mau gw ambil. 11. Seorang Kamerawan Harus Pandai Melihat Moment Apa Tidak ? Pada saat peliputan kita harus mencari momen, kameramen harus pandai melihat momen jadi pada saat peliputan kita harus tahu apa yang akan kita ambil misalnya tentang liputan pertandingan persija kita harus merekam momen terjadinya gol, perayaan gol, aksi- aksi supporter, jadi seorang kameramen harus tau apa yang menjadi inti cerita yang akan diambil gambarnya jadi kamerawan harus juga berkoordinasi dengan reporternya tentang gambar apa yang harus di ambil oleh kamerawan karena itu akan menentukan berita yang akan ditulis kedalam naskah. 12. Proses Apa Yang Dilakukan Pada Saat Setelah Liputan ? Selesai liputan semua perlengkapan gw balikin ke ENG terus kasetnya gw kasih asisten produser.