SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Herdi Jayakusumah NIM.104081002465
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
SURAT PENYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Herdi Jayakusumah
NIM
: 104081002465
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Ciputat, 9 Oktober 2010
Herdi Jayakusumah
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh HERDI JAYAKUSUMAH NIM: 104081002465 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM NIP. 194906021978031001
Suhendra, S.Ag, MM NIP. 197112062003121001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011
Hari ini Kamis Tanggal 20 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan judul skripsi “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra, S.Ag, MM Ketua
Leis Suzanawatiy SE, M.Si Sekretaris
Dr. Hamja Yahya, MM Penguji Ahli
Hari ini Selasa Tanggal 15 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan judul skripsi “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 Maret 2011 Tim Penguji Skripsi Pembimbing 1
Pembimbing 2
Dr.Yahya Hamja, MM NIP. 194906021978031001
Suhendra, MM NIP. 19711206200312100
Ketua
Sekretaris
Prof.Dr.Abduk Hamid, MS NIP. 195706171985031002
Leis Suzanawaty, SE, M.Si NIP. 197208092005012004
Penguji Ahli
Heryanto, SE, M.Si NIP. 195902231986011002
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Herdi Jayakusumah
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Desember 1985 3. Tinggal di
: Bekasi
4. Alamat
: Jalan Guntur Raya No.CC4, RT/RW.004/019, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
5. Telephone
: 021-8849648
II. PENDIDIKAN 1. SD
: SD Al-Husna Bekasi
2. SMP
: SMP Negeri 1 Bekasi
3. SMA
: SMA Negeri 2 Bekasi
4. S1
: UIN Syarif Hidyatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI Intra Kampus 1. Humas BEM FEIS (2005-2006) 2. Wakil Ketua BEM FEIS (2006-2007) 3. Anggota KPU UIN (2007) 4. Anggota DPM UIN (2007-2008) 5. Ketua Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) UIN (2007-2008)
Ekstra Kampus 1. Anggota KMPPB Banten (2006-2008) 2. Ketua FL2MI Jakarta (2007-2008) 3. Ketua Divisi Aksi &Advokasi Aliansi MATRAS Tangerang (2007-2009) 4. Ketua Bidang Aksi & Advokasi Aliansi CICAK Bekasi (2009-2013)
i
IV. PENGALAMAN KERJA 1. Magang di Bagian Humas & KSI BAPEPAM & LK (2007) 2. Direktur Advokasi LASKIP (2009-Sekarang)
V. LATAR BELAKANG ORANG TUA 1. Ayah
: Agus Hermawan
2. Tempat & Tanggal Lahir : Garut, 4 Juni 1953 3. Pendidikan Terakhir
: FE UNPAD
4. Pekerjaan
: Pensiunan PNS Depkeu
1. Ibu
: Etty Suhartati
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Februari 1959 3. Pendidikan Terakhir
: STAN
4. Pekerjaan
: Auditor BPKP
ii
ABSTRACT The title of this Skripsi is “Analyzing The Factors that Influence Consumers In Purchase Decision of Sariwangi Tea (Study case of people in Bekasi City)”. The Program of Bachelor Degree in the Marketing Management Departemen in the Faculty of Economy and Business in the State Islamic University Jakarta. This research aims to analyze factors that influence consumers in making decision to buy the Sariwangi tea through a study case of people in Bekasi City. This research uses primary data with 115 respondent. There are 28 variables. The data were processed using factor analysis, 27 variables can be analyzed further. A variable excluded because its MSA value less than 0,5. Data from respondents is processed by SPSS 12.0 For Wondows. The result of this research shows that the result of 27 variables analyzed with the model of factor analysis that influences the consumers in making decision to buy Sariwangi Tea includes eight factors below: psychological factor with eigen value 5,058, product factor with eigen value 3.218, social factor with eigen value 2.200, distribution factor with eigen value 1.653, price factor with eigen value 1.359, promotion factor with eigen value 1.292, individual factor with eigen value 1.216, service factor with eigen value 1.128. Keyword: decision to buy psychological factor, product factor, social factor, distribution factor, price factor, promotion factor, individual factor, service factor.
iii
ABSTRAK Judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi). Strata satu (S1), Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan dalam pembelian teh celup Sariwangi, studi kasus pada masyarakat Kota Bekasi. Data yang digunakan adalah data primer. Sample yang diteliti sebanyak 115 responden. Jumlah variabel yang diteliti adalah 28 variabel. Data yang diolah dengan menggunakan analisis faktor sebanyak 27 variabel yang bisa dianalisa lebih lanjut. Sisanya 1 variabel dikeluarkan karena nilai MSAnya kurang dari 0,5. Data yang diperoleh dari responden diolah dengan menggunakan SPSS 12.0 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 27 variabel yang dianalisa dengan model analisis faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh celup Sariwangi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari 8 faktor yaitu Faktor Psikologis dengan eigen value 5.058, Faktor Produk dengan eigen value 3.218, Faktor Sosial dengan eigen value 2.200, Faktor Distribusi dengan eigen value 1.653, Faktor Harga dengan eigen value 1.359, Faktor Promosi dengan eigen value 1.292, Faktor Individu dengan eigen value 1.216, Faktor Pelayanan dengan eigen value 1.128. Kata Kunci: keputusan pembelian, faktor psikologis, faktor produk, faktor sosial, faktor distribusi, faktor harga, faktor promosi, faktor individu, faktor pelayanan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih-Nya kita dapat terus mengarungi samudera kehidupan ini dengan nikmat islam, nikmat iman, nikmat sehat, dan nikmat beramal. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi). Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, terutama: 1. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta. 2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM, selaku Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta. 3. Bapak Dr.Yahya Hamja, MM selaku Pembimbing I saya dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Suhendra, MM selaku Pembimbing II saya dalam penulisan skripsi ini dan selaku Kajur Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta 5. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si, selaku Sekjur Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta 6. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE, MAB 7. Kedua orang tua saya Bapak Agus Hermawan dan Ibu Etty Suhartati. 8. Adik saya Herlani Wijayani, S.Psi, M.Psi
Ciputat, Maret 2011
Herdi Jayakusumah
v
DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………i Abstract ……………………………………………………………………..…iii Abstrak …………………………………………………………………..….…iv Kata Pengantar ………………………………………………………...………v Daftar isi ……………………………………………………………………… vi Daftar Tabel …………………………………………………………………...viii Daftar Gambar…………………………………………………………………x Daftar Lampiran ……………………………………………………………….xi
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ………………………………………………1 B. Perumusan Masalah …………………………………………………....4 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………………………..4
Bab II Tinjauan Pustaka A. Pengertian Pemasaran ………………………………………………….6 B. Konsep-Konsep Pemasaran ……………………………………………7 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen …………......8 D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian ……………………………..…....19 E. Penelitian Terdahulu …………………………………………..………22 F. Kerangka Pemikiran …………………………………………..……….25 G. Hipotesis……………………………………………………..…………28
Bab III Metode Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………29 B. Metode Penentuan Sampel ………………………………….…………..29 C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………..30 D. Metode Analisis Data …………………………………….......................32 E. Operasional Variabel ……………………………………………………37
vi
Bab IV Penemuan Dan Pembahasan A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………40 1. Sejarah Perusahaan……………………………………………….40 2. Sejarah Minuman Teh……………………………………………47 3. Gambaran Umum Kota Bekasi…………………………………...54 B. Pembahasan Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas……………………56 C. Pembahasan Hasil Kuisioner…………………………………………60 D. Pembahasan Analisis Faktor………………………………………….88 1. Menentukan Variabel Yang Telah Ditentukan……………………88 2. Menguji Variabel yang Telah Ditentukan………………………...89 3. Melakukan Factoring dan Rotasi………………………………....93 4. Interprestasi Atas Faktor Yang Terbentuk………………………112
BabV Kesimpulan Dan Implikasi A. Kesimpulan ………………………………………………………….115 B. Implikasi…………………………………………………………..…117 Daftar Pustaka ……………………………………………………………….120 Lampiran-lampiran ………………………………………………………….122
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
4.1
Hasil Uji Reliabilitas
57
4.2
Hasil Uji Validitas
58
4.3
Proporsi Responden Berdasar Jenis Kelamin
60
4.4
Proporsi Responden Berdasar Usia
60
4.5
Proporsi Responden Minum Teh Setiap Hari
61
4.6
Proporsi Responden Minum Teh Sariwangi
62
4.7
Citarasa Produk Teh Sariwangi
63
4.8
Aroma Produk Teh Sariwangi
64
4.9
Rasa Khas Teh Sariwangi
65
4.10
Warna Teh Sariwangi
66
4.11
Tingkat Kekentalan Teh Sariwangi
67
4.12
Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Teh Sariwangi
4.13
67
Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya
68
4.14
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi
69
4.15
Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan
70
4.16
Iklan Produk Teh Sariwangi
71
4.17
Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi
72
4.18
Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi
73
4.19
Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi
74
4.20
Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen
75
4.21
Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi
76
4.22
Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
77
4.23
Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
78
4.24
Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
79
viii
4.25
Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi
80
4.26
Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi
81
4.27
Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi
82
4.28
Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.29
83
Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.30
83
Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.31
84
Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.32
85
Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.33
86
Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
4.34
87
Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
88
4.35
KMO and Bartlett's Test
89
4.36
KMO and Bartlett's Test
91
4.37
Communalities
94
4.38
Total Variance Explained
99
4.39
Componen Matriks
101
4.40
Rotated Componen Matriks
104
4.41
Component Transformation Matriks
111
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler
9
2.2
Model Perilaku Konsumen
15
2.3
Proses Keputusan Pembelian
19
2.4
Kerangka Pemikiran
26
3.1
Model Skala Likert
31
3.2
Operasional Variabel
37
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
I
Uji validitas
122
II
Uji Reliabilitas
122
III
Deskriptif Statistik Responden
123
IV
Analisis Faktor
130
V
Kuesioner Penelitian
136
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam dan mempunyai ketersediaan lahan yang luas untuk menunjang kegiatan pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia. Adanya pembangunan pertanian
berarti
telah
memberikan
sumbangan
yang
besar
dalam
pembangunan nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu pembangunan pertanian akan mendukung upaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang ditunjang oleh adanya peranan industri pengolahan pangan sehingga akan dapat menyediakan kebutuhan pangan baik dalam bentuk makanan maupun minuman (Husodo, 2004). Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi pertanian dan perkebunan, salah satu hasil perkebunan yang ada di Indonesia adalah produk teh, dari data yang di publikasikan oleh ATI (Asosiasi Teh Indonesia) dalam situs ANTARA tingkat produksi teh Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per tahun atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun 148.000 hektar, teh menyumbangkan devisa 110 juta dollar per tahun. Tingkat konsumsi teh dunia yang semakin meningkat merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh negaranegara
produsen
seperti
Indonesia.
1
(http://www.antaranews.com/berita/1266686222/produk-teh-indonesia-siaphadapi-cafta). Teh adalah adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan. Dalam penelitian ini, agar dapat mempersempit sebuah permasalahan mengenai konsumen yang selalu mengkonsumsi teh celup, maka perlulah dipilih sebuah produk yang dijadikan obyek dalam penelitian ini. Dari sekian banyak produk dan merek dipasar lokal, maka peneliti mengambil produk teh celup Sariwangi sebagai obyek dalam penelitian ini, dengan pertimbangan bahwa teh celup Sariwangi pada Tahun 2006 & 2007 Sariwangi memperoleh ICSA Award yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan Frontier. Tahun 2006 Sariwangi memperoleh penghargaan Packaging Consumer Branding Award (kategory “emas”) yang diadakan oleh majalah SWA, majalah Mix, Landor, dm Associates, dan Imago School of Modern Advertising. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Priyono (2001), dengan judul, " Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study Kasus Pada PT Ikan Dorang
Surabaya)",
menyimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng merek ikan dorang adalah faktor harga, ketersediaan, diskon, rekomendasi dari orang kepercayaan, warna dan ukuran kemasan, rasa, kestabilan rasa dan merek, gaya berbelanja, kadar kolesterol, dan mineral tambahan, kemasan tembus
2
pandang. Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini adalah faktor ketersediaan, harga, dan diskon. Dalam penelitian lainnya Susana (2000), dengan judul, " Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perilaku Konsumen Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji Di Kotamadya Surabaya", menyimpulkan bahwa konsumen dalam membeli film kamera merek Fuji dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, mutu, harga, merek, pelayanan, lokasi penjualan, negara pembuat, promosi, dan situasi pembelian. Semua faktor tersebut berpengaruh secara positif, dan faktor yang paling dominan adalah faktor promosi. Penelitian yang dilakukan oleh Rastini (2001), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menginap di hotel berbintang tiga yang mengemukakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan, personal traits, kondisi fisik, sosial dan referensi, produk, promosi, budaya, harga, individu, dan proses. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa sangat banyak faktor yang mempengaruhi atau melatar belakangi sebuah perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan pembelian terhadap suatu produk baik itu berupa produk berwujud atau yang tidak berwujud (Jasa). Melihat begitu pentingnya sebuah penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan untuk membeli sebuah produk maka atas dasar latar belakang
3
masalah tersebut maka saya mengambil sebuah judul untuk penelitian saya dengan judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
DALAM
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
TEH
CELUP
SARIWANGI (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)".
B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas maka perumusan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
4
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis: sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi. b. Manfaat praktis 1) Masyarakat, sebagai acuan bagi masyarakat dalam mengetahui sebuah produk yang baik. 2) Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah dunia bisnis. Pemasaran banyak memiliki arti atau definisi yang berbeda-beda, namun akan bermuara pada sebuah kesepakatan tentang arti pemasaran itu sendiri. Pemasaran itu sendiri berasal dari kata "Pasar", yang memiliki arti merupakan sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang memungkinkan terjadinya transaksi, tapi pada intinya pasar itu sendiri merupakan tempat bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran. Pemasaran menurut beberapa ahli dikemukakan sebagai berikut, menurut Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat dalam Philip Kotler (2007:6), pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Dari definisi tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemasaran dilakukan oleh individu-individu dan organisasi. Tujuan pemasaran adalah memberi kemungkinan, memudahkan, dan mendorong adanya pertukaran. Tujuan pertukaran itu sendiri adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
6
B. Konsep-Konsep Pemasaran Dalam konsep pemasaran terbagi menjadi beberapa konsep yang menjelaskan berbagai filosofi di dalam ilmu pemasaran. Konsep pemasaran tersebut terdiri dari: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran masyarakat. Konsep produksi menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang tersedia diana-mana dan murah (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep ini menjelaskan bahwa konsumen sangat menyukai sebuah produk yang mudah di dapat dan harganya relatif murah. Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produkproduk yang menawarkan ciri yang paling bermutu, berprestasi, atau inovatif (Philip Kotler, 2007:18). Hal yang dapat diambil dari konsep ini adalah menyatakan bahwa konsumen sangat respons terhadap produk yang menawarkan sebuah ciri yang lebih unggul dibandingkan dari pesaingnya. Konsep penjualan memberikan penjelasan bahwa para konsumen dan bisnis, jika ditinggalkan sendiri biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk-produk organisasi Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep ini konsumen berpandangan bahwa konsumen akan membeli banyak produk bila produsen mengimbanginya dengan usaha penjualan dan usaha promosi yang gencar. Konsep Pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih
7
efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Philip Kotler, 2007:19). Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu: pasar sasaran, kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu, dan profitabilitas.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para. ahli sangatlah berbeda-beda, salah satunya menurut Kotler (2007:213), yang menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi
konsumen
memberikan
petunjuk
untuk
memperbaiki
dan
memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Oleh sebab itulah memahami perilaku konsumen dan mengenal kebutuhan dan keinginan mereka sangatlah tidak pernah sederhana. Dari definisi tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai produsen mereka harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya. Dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sebuah produk, maka produsen dapat mempengaruhi- konsumen agar mereka dapat membeli produknya, pada saat mereka membutuhkannya.
8
Berikut ini adalah sebuah gambar yang menggambarkan model perilaku konsumen yang menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli:
Gambar 2. 1 Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler
Psikologi Konsumen Rangsangan Pemasaran
Rangsangan Pemasaran
Produk & Jasa Harga Distribusi Komunikator
Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori
Karakteristik Konsumen Budaya Sosial Personal
Proses Keputusan pembelian Pengenalan masalah Pencarian Informasi Penilaian alternatif Keputusan pembelian Perilaku paska pembelian
Proses Keputusan Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode Pembayaran
Sumber : Philip Kotler, 2007 – 226 Model ini disebut juga dengan model of Buyer Behavior, menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian. Model ini diawali dengan rangsangan pemasaran (marketing stimuli) yang terdiri dari:
9
1. Produk (Product), yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen, baik secara kualitas dan kuantitasnya. 2. Harga (Price), merupakan seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen dalam memperoleh manfaat yang diinginkan. 3. Distribusi (Place), bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah. 4. Promosi (Promotion), yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga keunggulan produk dapat sampai kepada konsumen. Rangsangan marketing tersebut, dalam hal ini dilengkapi dengan adanya rangsangan-rangsangan lain-lain, yang meliputi: 1. Ekonomi (Economic), dalam hal ini adalah daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian yang bergantung pada pendapatan pada tingkat dan distribusi yang berbeda-beda. 2. Tehnologi (Technology), dalam ini menjelaskan bahwa dapat membentuk hidup manusia serta dapat memberi dampak positif atau negatif dalam kehidupannya. 3. Politik dan hukum (Political), menjelaskan bahwa keadaan politik dan hukum sangat mempengaruhi stabilitas dan situasi yang sangat berpengaruh pada keputusan pembelian. 4. Budaya (Cultural), meliputi keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dibentuk oleh masyarakat dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti model atau trend terbaru.
10
Terdapat karakteristik pembeli, dimana mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli. Karakteristik pembeli tadi juga dapat disebut sebagai faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Faktor-faktor tersebut secara lebih jelas, dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Faktor budaya, dalam faktor ini terbagi-bagi lagi budaya itu sendiri menjadi beberapa sub variabel, penjelasan mengenai sub-sub bagian tersebut adalah berikut ini: a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Meliputi kumpulan berbagai nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku, kebiasaan. b. Sub-budaya, masing-masing dari budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil lagi. Dimana memberikan memberikan ciri lebih banyak dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub budaya meliputi: kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. c. Kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, perilaku yang serupa.
11
2. Faktor Sosial, Merupakan faktor yang timbul dari lingkungan sosial konsumen tersebut. faktor-faktor sosial meliputi, sebagai berikut: a. Kelompok acuan, merupakan sebuah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, yang meliputi: rekan kerja, teman dekat, teman sekomunitas, kelompok keagamaan, dan sebagainya. b. Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam mayarakat. Disebabkan keluarga merupakan kumpulan orang-orang terdekat konsumen tersebut. c. Peran dan status, peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Sedangkan status adalah kedudukan seseorang dalam sebuah lingkungan. 3. Faktor individu, Perilaku pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karateristik tersebut meliputi sebagai berikut: a. Usia dan tahap siklus hidup, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh usia konsumen tersebut, dan juga kebutuhan juga dipengaruhi oleh usia konsumen. Semakin tua makan kebutuhan akan semakin besar. Sedangkan tahap siklus hidup merupakan pembagian dari periode hidupnya. b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, jenis pekerjaan sangat mempengaruhi pola kebutuhan, semakin baik jenis pekerjaan konsumen, maka tingkat kebutuhan dan keinginannya akan semakin besar. Lingkungan ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen hal ini berkaitan dengan
12
penghasilan, semakin besar penghasilan maka akan semakin besar pula kebutuhan. c. Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkunganya. d. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya. 4. Faktor psikologis, Dalam perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa bagian psikologis seorang manusia, rneliputi: a. Motivasi atau dorongan, merupakan dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sebuah aktivitas. Dalam hal ini adalah dorongan untuk melakukan pembelian. b. Persepsi, merupakan proses yang digunakan seorang individu untuk memilih,
mengorganisasi,
dan
menginterpretasi
masukan-masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c. Pembelajaran, meliputi perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang didasarkan pada pengalaman. d. Keyakinan dan sikap, keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap merupakan evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau merugikan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.
13
Menurut Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.J ihalauw (2005:14), menjelaskan bahwa perilaku konsumen dalam membuat sebuah keputusan pembelian menggunakan semua faktor yang ada, baik internal maupun eksternal. Berikut ini adalah
menggambarkan
bagaimana
faktor-faktor
tersebut
mempengaruhi
konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk serta apa yang terjadi setelah mengkonsumsinya. Dalam model tersebut tergambar dengan jelas faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian, dan juga proses konsumen dalam melakukan keputusan pembelian tersebut.
14
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen Menurut Ristiyanti dan John Ihalauw Pengaruh Internal : 1. Kebutuhan dan motivasi 2. Kepribadian 3. Psikografis 4. Persepsi 5. Pembelajaran 6. Sikap
Konsumen 1. Kebutuhan atribut produk. 2. Sikap 3. Persepsi 4. Gaya hidup
Pengaruh Eksternal : 1. Keluarga 2. Kelas sosial 3. Budaya dan sub budaya 4. Kelompok acuan 5. komuniikasi pemasaran
Mencari dan mengevaluasi Menentukan alternatifalternatif Menentukan pilihan dan memutuskan membeli Membeli Desonansi pasca membeli
Puas atau tidak puas
Prilaku pasca membeli
Sumber : Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005 : 14
15
Melihat dari model tersebut, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian adalah terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografis, persepsi, pembelajaran, sikap. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: keluarga, kelas sosial, budaya dan sub budaya, kelompok acuan, dan komunikasi pemasaran. 1. Faktor atau pengaruh internal yang meliputi beberapa item tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kebutuhan dan motivasi, kebutuhan adalah esensi dari konsep pemasaran modern. Dalam hal ini kebutuhan meliputi; kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
sosialisasi,
dan kebutuhan aktualisasi.
Sedangkan motivasi daya dorong untuk berperilaku dan perilaku itu mengarah kepada tujuan tertentu. b. Kepribadian, merupakan esensi yang mencerminkan perbedaan individu. Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan dalam waktu yang lama. Serta kepribadian itu dapat berinteraksi dengan situasi. c. Psikografis, menurut Mowen didalam Ristiyanti dan John Ihalauw, psikografik merupakan kajian tentang apa yang mernbentuk seorang konsumen secara psikologis. Ada dua konsep dalam psikografik yaitu; memberi gambaran mengenai ciri-ciri psikologis konsumen yang mengarah pada identifikasi kepribadian konsumen, memandang psikografis sebagai kajian tentang activity (aktivitas), Interest (minat),
16
dan opinions (pendapat). Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa psikografis dapat menggambarkan gaya hidup seseorang konsumen. d. Persepsi, merupakan proses di mana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan diinterpretasikan. e. Pembelajaran, merupakan perubahap perilaku yang relatif tetap, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Pembelajaran dapat disebut pula dari sebuah akibat pengalaman dalam sebuah kejadian. f. Sikap,
merupakan
langkap
yang
bersifat
permanen
yang
mempengaruhi perilaku seseorang konsumen dalam bertindak. 2. Sedangkan faktor atau pengaruh eksternal pada kosnumen yang menyebabkan konsumen membeli sebuah produk, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keluarga, sangat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi sebuah produk. Dalam artian individu-individu yang ada didalamnya adalah sebagai referensi konsumen untuk mengetahui sebuah produk. b. Kelas sosial, merupakan pembagian masyarakat berdasarkan kriteria tertentu. Keias sosial dengan kriteria ternetu dapat dilihat melalui tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Adapun dalam penerapanya sebuah kelas sosial sangat pembagiannya sangatlah berbeda-beda berdasarkan sudut pandang yang dianut oleh masyarakat tersebut. c. Budaya, merupakan keyakinan, nilai-nilai, perilaku, dan obyek-obyek materi yang dianut dan digunakan oleh komunitas atau masyarakat
17
tertentu ( Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005:184). Budaya meliputi; kebiasaan masyarakat, keyakinan, dan nilai-nilai adat. d. Kelompok acuan, kelompok acuan dapat diartikan sebagai dua atau lebih orang yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan tertentu baik bersifat pribadi dan tujuan bersama. Kelompok acuan dalam kaitannya konsumen membeli sebuah produk meliputi: keluarga dan sanak keluarga, teman dekat, kelompok sosial formal atau rekan sekomunitas, kelompok kerja atau rekan kerja, kelompok belanja. e. Komunikasi pemasaran, pada dasarnya adalah praktik yang dilakukan untuk memberikan atau sating bertukar informasi. Komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui pemasaran langsung, periklanan, promosi penjualan, dan sebagainya. Menurut James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard, didalam Saladin (2003:19), menjelaskan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Yaitu pengaruh lingkungan yang terdiri dari; budaya, kelas sosial, keluarga, dan situasi. Pengaruh individu yang terdiri dari; motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Proses psikologis terdiri dari; pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap, dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minas utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
18
D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian Menurut Kotler, 2000:190, untuk sampai pada tahap pembelian, terdapat langkah-langkah dalam proses pembelian dengan suatu. tahapan. Proses pengambilan keputusan meliputi serangkaian tahapan meliputi: identifikasi kebutuhan, pencarian alternatif, evaluasi alternatif, perilaku pembelian, dan perilaku puma beli. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. 3 Proses Keputusan Pembelian Identifikasi
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Evaluasi
Masalah
alternatif
Alternatif
membeli
Purna beli
Sumber: Phillip kotler, 2000:193 1. Identifikasi masalah: merupakan proses dimana pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan yang timbul dari ransangan internal atau rangsangan eksternal. 2. Pencarian informasi: konsumen yang tertarik terhadap sebuah produk akan mencari informasi mengenai produk tersebut. 3. Evaluasi alternatif: sesudah mendapatkan informasi mengenai produk tersebut, maka dibuatlah evaluasi untuk memilih satu atau beberapa alternatif 4. Keputusan membeli: sesudah mengevaluasi sebuah produk dan melihat secara jelas produk tersebut, maka konsumen membuat keputusan untuk membeli sebuah produk. 5. Evaluasi purnabeli: Setelah melakukan pembelian terhadap sebuah produk, konsumen merasakan sebuah tingkat kepuasan atau tingkat ketidakpuasan.
19
Sesudah melalui serangkaian tahapan dalam melakukan proses pembelian, maka selanjutnya melakukan sebuah keputusan pembelian bagi konsumen dalam model diatas, dijelaskan konsumen terdapat lima keputusan pembelian pada konsumen, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemilihan produk, maksudnya menjelaskan bahwa konsumen dapat melakukan pemilihan produk sekehendak mereka. 2. Pemilihan merek, konsumen bebas memilih merek yang mereka anggap cocok untuk dikonsumsi. 3. Pemilihan
saluran
distribusi,
konsumen
dapat
memilih
mereka
menggunakan jasa saluran distribusi yang mereka anggap cocok. 4. Pemilihan waktu pembelian, konsumen dapat memilih waktu yang mereka anggap tepat dalam melakukan pembelian. 5. Pemilihan jumlah pembelian, konsumen bebas berkehendak untuk menentukan jumlah barang yang akan mereka beli. Dalam pengambilan keputusan konsumen sangatlah berbeda-beda. Bergantung pada jenis keputusan pembelian tersebut. Maka dalam perilaku saat melakukan pembelian terbagi dalam beberap jenis, yaitu: 1. Perilaku pembelian yang rumit, dalam jenis ini konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi. Tahapan pembelian dalam jenis ini terbagi menjadi tiga; pertama konsumen mengembangkan keyakinan tentang produk, kedua ia membangun sikap tentang produk tersebut, ketiga ia membuat pilihan pembelian yang cermat.
20
2. Perilaku pembelian pengurang ketidakyamanan, keterlibatan konsumen dalam jenis perilaku pembelian ini sangat terlibat. Dalam pembelian ini konsumen banyak mempertimbangkan harga dan tidak peka terhadap merek serta kualitas sehingga langsung dengan cepat membelinya, sesudah itu terjadilah disonansi (ketidaknyamanan) sesudah merasakan produk tersebut. 3. Perilaku pembelian karena kebiasaan, dalam jenis pembelian ini terjadi karena konsumen membeli karena telah terbiasa membeli sebuah produk, bukan akibat kesetiaan terhadap sebuah merek. 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi, dalam jenis pembelian ini konsumen selalu melakukan pembelian dengan berganti merek, bukan karena mencari kepuasan namun mencari keragaman dari berbagai merek. Dalam melakukan keputusan pembelian sebuah produk, konsumen sangat dipengaruhi oleh berbagai hal. Disamping faktor-faktor yang ada pada atribut produk, kondisi internal konsumen, dan juga kondisi eksternal konsumen. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi deregulasi, konvergensi tehnologi, dan evolusi cepat proses pembelian. Dari beberapa penyebab seperti deregulasi, konvergensi tehnologi, dan evolusi cepat proses pembelian, menyebabkan para produsen saling berkompetisi untuk merebut minat konsumen. Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi kompetensi bisnis mereka. Dalam hal ini para produsen akan melakukan empat langkah kompetensi kepada para konsumen meliputi: produsen akan menjadi terlibat dalam menarik konsumen aktif, memobilisasi masyarakat untuk menjadi konsumen, mengelola
21
keragaman konsumen, produsen perlu merevisi beberapa hal mekanisme pasar harga dan sebagainya. (Prahalad dan Ramaswarmy, 2009:24). Apabila hal tersebut dilaksanakan akan terjacli perubahan pads perusahaan tersebut dalam peningkatan penjualan produknya. E. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Ritawati Tedjakusuma, Sri hartini, dan Muryani,
dengan
judul
penelitian
"Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Mineral Di Kotamadya Surabaya". Dengan hasil penelitian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumennya adalah: faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor harga, faktor kualitas, faktor distribusi, faktor promosi. Dengan mengunakan alat analisis regresi berganda, menyatakan bahwa faktorfaktor tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian air mineral dengan nilai F hitung = 34,677> Ftabel= 2,14. serta dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R squared) sebesar 0,5188. sedangkan faktor yang dominan dalam penelitian ini adalah faktor harga. Penelitian yang dilakukan oleh Gandhi Pawitan, yang berjudul "On Use Of Factor Analysis In Analizing Service Quality performance", tahun penelitiannya adalah 2008, hal yang diteliti adalah dimensi kualitas pelayanan dengan menggunakan analisis faktor dan metode servqual (service quality). Menyatakan bahwa ada 6 enam faktor yang terbentuk yaitu: faktor 1 dinamakan Responsiveness, faktor 2 dinamakan Tangibles, faktor 3
22
dinamakan responsiveness, faktor 4 dinamakan reliability, faktor 5 dinamakan assurance, faktor 6 dinamakan emphaty. Dimana penggunaan analisis faktor pada penelitian ini adalah untuk melihat 5 dimensi kualitas pelayanan pada institusi pendidikandan penerapanya pada institusi pendidikan tinggi. 5 faktor dimensi kualitas pelayanan terbagi menjadi 20 variabel dari tabel total variance explained, terbentuk 6 faktor. Sesudah itu 6 faktor itu berguna untuk melihat bentuk (performance) kualitas pelayanan pada institusi perguruan tinggi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko, dalam judul penelitiannya yang berjudul, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian Jasa Warnet Di Kota Jember", dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode analisis Regresi linier berganda. Dengan variabelvariabel bauran pemesaran (produk, harga, promosi, dan distribusi), individu konsumen (motivasi, persepsi), dan Lingkungan (budaya, kelompok acuan) sebagai variable X serta keputusan pemakaian jasa warnet sebagai variabel Y. Dari hasil Uji F menyatakan secara simultan bahwa fakro-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam jasa pemakaian warnet dengan memperlihatkan nilai Fhitung > Ftabel (30.754 > 3,46), dengan nilai signifikan 0,000 <0,050, dengan demikian secara simultan variabel-variabel X berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet. Sedangkan berdasarkan hasil uji T variabel-variabel bauran pernasaran Produk (XI)niali uji t menunjukkan 0,246, harga (X2) dengan nilai uji t nya 0,266, promosi (X3) tidak berpengaruh terhadap keputusan pemakian jasa warnet, personal
23
traits (X4) dengan nilai uji t nya 0, 248, place (X5) dengan nilai uji t nya 0,234 terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, process (X6) dengan nilai uji t nya 0,146 secara berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, physical evidence (X7) dengan nilai uji t nya secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, motiVasi (X8) dengan nilai uji t nya 0,239 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, persepsi (X9) dengan nilai uji t nya 0,128 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, sikap, (X10) dari hasil uji t nya tidak berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, budaya(X12) dengan nilai uji t nya 0,098 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, kelas social (X13) dari hasil uji tnya nerpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet, kelompok acuan (X14) dari hasil uji t nya 0,084 berpengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet. Hal ini mengindikasikan faktor-faktor diatas berpengaruh terhadap keputusan pemakian jasa warnet, dan faktor yang paling dominan adalah faktor produk dengan standar koefisien 0,266.
24
G. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sebuah sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran secara sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Abdul Hamid, 2007:27). kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:88). Alur kerangka pemikiran yang menggambarkan pengaruh faktor-faktor yang melatar belakangi terbentuknya pengaruh perilaku konsumen. Faktor-faktor dalam penelitian ini meliputi: faktor produk, faktor harga, faktor promosi, faktor distribusi, faktor budaya, faktor pribadi, faktor sosial, faktor psikologi. faktor-faktor tersebut terbagi menjadi 27 variabel. Dimana model analisis yang digunakan adalah model analisis faktor, yang bertujuan untuk melihat berapa banyak faktor-faktor yang berpengaruh bagi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi, dalam penelitian ini faktor-faktor yang terbentuk nanti, merupakan gambaran bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan membeli sebuah produk.
25
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh Celup Sariwangi
Faktor Produk
Cita rasa produk teh Celup Sariwangi yang khas. Aroma teh celup Sariwangi yang khas. Warna air teh celup Sariwangi.
Faktor Harga
Kesesuaian antar harga terhadap manfaat produk teh. Harga adalah sebagai pertimbangan akhir konsumen.
Faktor Promosi
Faktor Distribusi
Iklan pada produk teh Celup Sariwangi. Promosi penjualan pada produk teh Celup Sariwangi. Pemasaran langsung teh Celup Sariwangi. Kemudahan dalam memperoleh the Celup Sariwangi dipasaran. Pelayanan penjual, ketika konsumen membeli teh Celup Sariwangi. Lokasi atau tempat konsumen membeli teh Celup Sariwangi.
Faktor Budaya
Kebiasaan konsumen dalam minum teh.
Faktor Indvidu
Usia responden yang mengkonsumsi teh. Jenis profesi konsumen yang mengkonsumsi teh. Tingkat pendidikan konsumen teh Celup Sariwangi. Tingkat penghasilan konsumen teh. Minum teh sebagai gaya hidup.
Faktor Sosial
Keluarga sebagai referensi dalam membeli produk. Rekan sekerja sebagai referensi dalam membeli produk. Rekan sekomunitas sebagai referensi dalam membeli produk.
Faktor Psikologis
Keyakinan diri dalam minum teh. Dorongan diri dalam minum teh. Persepsi dalam minum teh. Pengalaman diri saat minum teh.
26
Keterangan: 1. Faktor produk, dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah para konsumen yang mengkonsumsi teh, khususnya teh celup Sariwangi. Untuk menilai tersebut berdasarkan penelitian Wahyudiawan, Ljang Sumarwan, Hartoyo (2002:60), menyatakan bahwa agar dapat meneliti orang-orang yang mengkonsumsi minuman, caranya dengan melihat atribut produk minuman itu sendiri. Atribut produk minuman terdiri dari; citarasa, aroma, dan warna. Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini faktor produk variabelnya terdiri dari: citarasa, aroma, dan warna. 2. Faktor harga dalam penelitian ini terdiri dari variabel kesesuaian harga dengan manfaat produk, dan harga sebagai pertimbangan akhir. Hal itu sesuai dengan penelitian Ritawati Tedjakusuma, Hartini, dan Sri Mulyani (2003:45). 3. Faktor promosi, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: Iklan, promosi penjualan, dan pemasaran langsung.. 4. Faktor distribusi, dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari: kemudahan dalam mendapatkan produk, pelayanan penjual, dan lokasi. Pemilihan variabel tersebut, berdasarkan penelitian dari Ritawati Tedjakusuma, Hartini, dan Sri mulyani (2003:56). 5. Faktor Budaya, dalam penelitian ini faktor budaya hanya terdiri dari satu variabel yaitu: kebiasaan. Hal tersebut diambil berdasarkan pada penelitian Benyamin Parubak, Armanu Thoyib, dan Agus suman (2002:56). Mereka meneliti tentang keputusan pembelian produk kain Donggala.
27
6. Faktor Individu, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: usia, profesi, penghasilan, pendidikan, dan gaya hidup. Pengambilan variabel-variabel tersebut berdasarkan buku Philip Kotler (2000:191). 7. Faktor Sosial, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: keluarga, rekan kerja, teman dekat, dan rekan sekomunitas. Hal ini berdasarkan pada buku Philip kotler (2000:189), dan juga berdasarkan pada buku Ristiyanti dan John Ihalauw (2004:35). 8. Faktor Psikologis, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: keyakinan, dorongan (motivasi), persepsi, dan pengalaman. Variabelvariabel tersebut dipilih berdasarkan pada buku hilip Kotler (2000:196).
H. Hipotesis Diduga faktor produk, harga, promosi, distribusi, budaya, pribadi, psikologi. merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi. Hal yang melatar belakangi diambilnya masyarakat Kota Bekasi, disebabkan luas daerah kota tersebut cukup memadai untuk dilaksanakan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Santoso dan Tjiptono didalam M. Hariwijaya (2008:35), menjelaskan bahwa; populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang, membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus, dalam hal ini populasi yang diteliti terdefinisikan dengan jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang ada, menurut Santoso dan Tjiptono, didalam M Hariivyaya (2008:56), menjelaskan bahwa sampel adalah semacam miniatur dari populasinya. Dalam
29
pengambilan sampel untuk sebuah penelitian dapat digunakan kuesioner, untuk memperoleh tanggapan dari konsumen yang masuk dalam sampel yang diteliti. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental
sampling,
yaitu
metode
sampel
dengan
melakukan
pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki keterkaitan dengan penelitianya ataupun tidak (Abdul Hamid, 2007:30). untuk menjadi responden, dalam hal ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi teh celup. dalam penelitian ini sampel yang ditetapkan sebanyak 145 responden yang dianggap sudah mewakili.
C. Metode Pengumpulan Data Metode dalam mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Sumber data primer berasal dari masyarakat yang mengkonsumsi teh dengan menggunakan questionnaire. 1. Data primer, merupakan sumber data yang dilakukan di lapangan, dengan kata lain data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama, tidak tersedia dalam bentuk kompilagi atau dalam bentuk filefile, data harus dicari melalui narasumber atau responden (Jonathan Sarwono, 2006:8). Tehnik yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kuesioner yang merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara
30
memperoleh data dari responden dengan mengutarakan atau mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada masyarakat. Questionnaire yang akan diajukan kepada responden berupa sekumpulan pertanyaan tertutup, dikarenakan jawaban telah tersediakan. 2. Data sekunder, merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut ( Jonathan sarwono, 2006:11), data tersebut dapat diperoleh dari sumber bacaan yang bisa di dapat dari; buku, internet, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan media massa. Dalam mengetahui pendapat responden dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang sudah diajukan. Maka digunakanlah kuesioner sebagai alas pengumpulan data merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang berguna untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam hal ini, maka digunakan pendekatan Skala Likert dengan menggunakan 4 kategori, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.1 Model Skala Likert Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
(SS)
(S)
R
(TS)
(STS)
5
4
3
2
1
Sumber: Freddy Rangkuti, 2005:66
31
D. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas berasal dari kata Validity, yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:172). Suatu skala dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson yaitu:
rxy
N xy ( x)( y ) N x 2 ( x 2 )( N y 2 ( y 2 )
Dimana: X = pertanyaan nomor tertentu Y = Skor total N = Jumlah responden Uji hipotesis untuk validitas tiap butir pertanyaan suatu angket adalah sebagai berikut: Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya HI = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya. Dengan tingkat signifikan 5 %, dengan Rhasil < Rtable = maka Ho. tidak ditolak, sedangkan jika Rhasil, ≥ Rtable = maka H1, butir pertanyaan valid. Reliabilitas adalah menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu, reliabilitas berkonsentrasi
32
pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya (Jonathan Sarwono, 2006:218). Reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Alpha, yaitu: : Rn =
k ob 2 1 k 1 o2
Dimana: Rn = Relatif instrumen K = banyaknya pertanyaan ∑ σb2= jumlah varians σ2= varians total Dalam penelitian ini menggunakan model analisis, yaitu analisis faktor, analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang diperkirakan
menjadi
pertimbangan
konsumen
dalam
melakukan
pembelian teh celup Sariwangi. 2. Analisis Faktor Analisis faktor adalah sebuah model, dimana tidak terdapat variabel bebas dan tergantung. Analisis faktor tidak mengklasifikasi variabel ke dalam kategori variabel bebas dan tergantung melainkan mencari hubungan interdependensi antarvariabel agar dapat mengidentifikasikan dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunya. Analisis faktor pertama kali dilakukan oleh Charles Spearman, dengan tujuan utrama analisis faktor adalah menjelaskan hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor, faktor-faktor tersebut merupakan besaran acak (random quantities) yang dapat diamati atau diukur secara langsung. 33
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan menjadi kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdepedensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor. Sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut (Jonathan Sarwono, 2006:202). Persamaan atau rumus analisis faktor adalah sebagai berikut: X1 = Ai1 F1 + Ai2F2 + A13F3 + Ai4 F4 + ......... + ViUi Dimana: Fi = variabel terstandar ke-I Ail = koefisien regresi dari variabel ke I pada common faktor I Vi = koefisien regresi terstandar dari variabel I pada faktor unik ke I F = Common faktor Ui = variabel unik untuk variabel ke I M = jumlah common faktor Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut: Fi = WiX1 + Wi2X2 + Wi3 X3 + …..+ Wik Xk Dimana: Fi = faktor ke I estimasi WI = bobot faktor atau skor koefisien faktor X K = jumlah variabel Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi yang terkait dengan metode statistik korelasi:
34
a. Besar korelasi atau korelasi antar independet variabel harus cukup kuat. b. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain. c. Pengujian sebuah matriks korelasi diukur dengan besaran Barlett Test Of Spericity atau dengan Measure Sampling Adequacy (MSA). Setelah sampel didapat dan uji asumsi terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis faktor. Proses tersebut meliputi: a. Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis. b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan Bartlett Test of Sphericity dan MSA. c. Melakukan proses inti analisis faktor, yakni factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. d. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. f. Validasi atas hasil faktor untuk mengtahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.
35
Tahap pertama dalam analisis faktor adalah dengan menilai mana saja variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, dan kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel yang lain, akan cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu. Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan harus berada dibawah 0,05. sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1, dengan kriteria: a. MSA= 1, Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. b. MSA > 0,5, Variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c. MSA < 0,5, Variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Setelah satu atau lebih faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel, mungkin saja sebuah faktor berisi sejumlah variabel yang split ditentukan akan masuk ke dalam faktor mans, maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan proses rotasi yang akan memperjelas kedudukan sebuah variabel didalam sebuah faktor.
36
E. Operasional Variabel Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan maksud
menhindari
kemungkinan
adanya
makna
ganda,
sekaligus
mendefinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukurannya (Abdul Hamid, 2007:32). Jadi, operasional variabel merupakan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada, dan juga merupakan penjelasan-penjelasan mengenai variabel-variabel yang menjadi kajian dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yang berjumlah 27 variabel.
Gambar 3.2 Operasional variabel No 1
Variabel Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh Celup Sariwangi
Sub variabel Produk
Indikator
Skala
Cita rasa produk teh Ordinal Celup Sariwangi yang khas. Aroma teh celup Sariwangi yang khas. Warna air teh celup Sariwangi.
Harga
Kesesuaian antar harga Ordinal terhadap manfaat produk teh. Harga adalah sebagai pertimbangan akhir konsumen.
Promosi
Iklan pada produk teh Ordinal Celup Sariwangi. 37
No
Variabel
Sub variabel
Indikator
Distribusi
Budaya
Individu
Sosial
Psikologis
Promosi penjualan pada produk teh Celup Sariwangi. Pemasaran langsung teh Celup Sariwangi. Kemudahan dalam memperoleh teh Celup Sariwangi dipasaran. Pelayanan penjual, ketika konsumen membeli teh Celup Sariwangi. Lokasi atau tempat konsumen membeli teh Celup Sariwangi. Kebiasaan konsumen dalam minum teh. Usia responden yang mengkonsumsi teh. Jenis profesi konsumen yang mengkonsumsi teh. Tingkat pendidikan konsumen teh Celup Sariwangi. Tingkat penghasilan konsumen teh. Minum teh sebagai gaya hidup. Keluarga sebagai referensi dalam membeli produk. Rekan sekerja sebagai referensi dalam membeli produk. Rekan sekomunitas sebagai referensi dalam membeli produk. Keyakinan diri dalam minum teh. Dorongan diri dalam minum teh. Persepsi dalam minum
Skala
Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
Ordinal
38
No
Variabel
Sub variabel
Indikator teh. Pengalaman minum teh.
diri
Skala
saat
39
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan PT.Unilever Indonesia PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3. Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari
40
Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para
pemegang
saham
menyepakati
pemecahan
saham,
dengan
mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003. Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
41
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al. Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd. Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang
42
sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi
Penanaman
Modal
(BKPM)
dalam
suratnya
No.
740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004. Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008. Berikut adalah perjalanan dari PT.Unilever Indonesia dari awal mulai usaha: 1920-30
Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers
1933
Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta
1936
Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV – Angke, Jakarta
1941
Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya
1942-46
Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II)
1965-66
Di bawah kendali pemerintah
1967
Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing
43
1981
Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta
1982
Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya
1988
Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya
1990
Terjun di bisnis teh
1992
Membuka pabrik es krim
1995
Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi
1996-98
Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut
1999
Deterjen Cair NSD – Cikarang
2000
Terjun ke bisnis kecap
2001
Membuka pabrik teh – Cikarang
2002
Membuka pusat distribusi sentral Jakarta
2003
Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar
2004
Terjun ke bisnis makanan ringan
2005
Membuka pabrik sampo cair – Cikarang
2008
Terjun ke bisnis minuman sari buah
44
Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup, memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan. Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat di seluruh dunia telah menghasilkan hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan merupakan dasar yang sangat berguna untuk pertumbuhan Unilever di masa mendatang. Unilever akan membawa kekayaan ilmu pengetahuan dan keahlian internasional Unilever untuk dapat melayani konsumen setempat - multinasional multilokal sesungguhnya dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan jangka panjang Unilever memerlukan komitmen terhadap standar pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap kerjasama yang harus dilakukan secara efektif, dan terhadap keinginan untuk menerima gagasan baru dan belajar secara terus menerus. Unilever juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan standar etika usaha pada masing-masing orang yang bekerja bersama Unilever, masyarakat yang berinteraksi dengan Unilever serta lingkungan tempat Unilever melakukan kegiatan usaha. Inilah cara yang Unilever lakukan dalam mencapai pertumbuhan secara berkesinambungan dan menguntungkan, menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham, karyawan dan para mitra usaha Unilever.
45
Berikut ini adalah jabaran dari misi Unilever Indonesia:
Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen
Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.
Prinsip bisnis Unilever menjabarkan standar operasional yang harus dilaksanakan oleh semua karyawan Unilever di seluruh dunia, yang mendukung pendekatan Unilever terhadap tata kelola dan tanggung jawab perusahaan.
46
2. Sejarah Minuman Sejarah minuman teh penulis dapatkan
melalui sebuah situs
www.food-info.net, situs www.food-info.net merupakan sebuah situs yang berisi informasi seputar makanan dan gizi yang dikelola secara resmi oleh Universitas Wageningen Belanda. Bangsa Cina telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan „Shay-Nung'). Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah, yaitu pada tahun 2737 sebelum masehi. Selama ribuan tahun, bangsa Cina meminum teh untuk kesehatan dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi legenda popular dapat memberi pengetahuan kepada kita. Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan minum air mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh. Legenda dari India menghubungkan penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat kecapekan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputus-asaan dia
47
mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan sertamerta menyegarkannya kembali. India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu. Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap terjaga. Pohon teh tumbuh dimana ia membuang kelopak matanya. Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan kepenatannya. Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan penjelasan untuk keberadaanya secara mendadak di Jepang. Realitanya kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji tanaman teh dari Cina. Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh yang kita kenal sekarang dikembangkan. Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Cina mulai membuat teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur
48
tradisional dari China yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna. „Teh' dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan pengucapan berasal dari sumber tunggal. „ Te ', berarti „teh' dalam dialek Cina Amoy. Bahasa Cina nasional dari kata teh, „ cha ', juga menghasilkan beberapa turunan kata lain di dunia. Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang mempopulerkan teh. Pada awal abad ketujuh belas pedagang dari bangsa Belanda dan Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan Cina, Macau, sedangkan pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa. Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap. Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum akhirnya mulai memperdagangkan teh. Bangsa Rusia merupakan penggemar awal teh. Teh yang mereka konsumsi datang melalui jalur darat dari Cina menggunakan kereta yang ditarik oleh unta.
49
Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang membawa teh semakin memanjang. Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan Cina. Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular atas campuran lembut teh hitam Cina yang terkenal sebagai Karavan Rusia. Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan. Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan mangkuk dan teko teh transparan buatan Cina – dan segera para anggota istana lain mengikuti caranya. Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik. Pada abad ketujuh belas di Eropa, teh merupakan produk praktis yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan
50
semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri. Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan, penuh rasa, dan aman untuk diminum. Pada abad kedelapan belas di keluarga kaya, minum teh merupakan acara dalam perayaan besar. Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci. Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau untuk memberi kesan pada tamu istimewa. Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan porselin Cina. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang wanita pada saat itu. Kehidupan sosial pada awal pertengahan abad kedelapan belas beralih dari kebiasaan seperti kedai kopi digantikan dengan kebun teh. Kebun teh menjadi seperti surga: pohon-pohon di tepian jalan, lentera
51
yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat. Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama. Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad kesembilan belas. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari Cina, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan. Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad kesembilan belas, Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa Cina memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh dimana-mana. Percobaan pertama dengan bibit teh dari Cina dikelola di Assam, timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara. Kemudian pada tahun 1820, para ahli tumbuh-tumbuhan menemukan tumbuhan lokal yang belum teridentifikasi. Mereka mengirim contoh daun ke London untuk dianalisis. Contoh daun tersebut dengan segera dikenali sebagai teh – tanaman yang pada mulanya tidak dikenal di India – kemudian lahirlah industri teh India.
52
Sampai pada tahun 1826, teh selalu dijual secara lepas. Hal ini mengundang niat jahat pengusaha toko untuk mengganti aroma teh dengan bahan tambahan. Pada tahun 1826, John Horniman mengembangkan (presealed )pra penutup, kemasan teh dengan penutup dari timah, dimana hal ini tidak segera menyenangkan para penjual. Mereka lebih memilih untuk meningkatkan keuntungan dengan kebiasaan yang sudah ada. Horniman kemudian mencoba cara lain untuk memasarkannya. Dia menambahkan pesan kesehatan pada kemasan teh dan menjualnya ke apoteker dan ahli obat. Orang-orang ini dan pelanggannya jauh lebih bisa menerima pendekatan ini. Keberadaan teh celup berasal dari kejadian yang tidak disengaja. Seorang pengimpor teh dari New York bernama Thomas Sullivan mengirimkan contoh teh kepada para pelanggannya dalam kantung sutera kecil. Para pelanggan ini menyukai cara yang mudah ini, kemudian selanjutnya menghendaki semua teh untuk mereka dikemas dalam kantung. Setelah 5.000 tahun, konsumsi dan produksi teh terus meningkat. Di dunia, secara kasar tiga juta ton teh dipanen setiap tahunnya. Ada dua faktor yang saat ini mengendalikan pasar internasional. Di negara-negara berkembang, minum teh ditiru dari bangsa Eropa seperti yang mereka lakukan tiga abad yang lalu. Cara yang nikmat untuk meminum air dengan aman. Di negara-negara berkembang, keinginan akan variasi dan aroma baru meningatkan konsumsi teh secara khusus.
53
3. Gambaran Umum Kota Bekasi Gambaran umum tentang Kota Bekasi penulis dapatkan melalui situs resmi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Pada perkembangannya kini sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12 kecamatan, yang terdiri dari 56 kelurahan, yaitu : Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, kecamatan Rawalumbu, kecamatan Mustika Jaya dan kecamatan Pondok Melati. Selain menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang sebagai Kota perdagangan, jasa dan industri. Untuk menunjang perkembangannya,
Pemkot
Bekasi
telah
mengembangkan
Satuan
Pelayanan Satu Atap (SPSA) yang mendapatkan Citra Pelayanan Publik Tingkat Nasional. Pemkot Bekasi terus mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti pasar tradisional dan modern, perumahan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan kesehatan. Dukungan sarana transportasi darat di Kota Bekasi, terus dievaluasi dan dikembangkan. Bus dan stasiun KA Bekasi telah memiliki trayek cukup banyak sehingga mobilitas masyarakat, barang dan jasa sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Memiliki akses langsung ke pelabuhan Tanjung Priuk dan Bandara Soekarno Hatta melalui jalur bebas hambatan pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur melintasi Jakarta, atau sebaliknya. Posisi Kota Bekasi juga semakin penting berada di jalur tol
54
Jakarta Cikampek setelah dibangunnya jalan tol Cipularang, yang menghubungkan secara cepat antara Bandung dengan Jakarta. Saat ini juga telah mulai dijalankan pengembangan jalan tol JORR (Jakarta Out Ring Road) yang menghubungkan tol Jagorawi dengan Cikunir. Sektor industri
dan
perdagangan merupakan sektor
yang
diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional. Berkembangnya berbagai potensi daeah di Kota Bekasi, juga tidak lepas dari adanya fasilitas akomodasi seperti perhotelan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan sendiri, selalu menyiapkan segala fasilitas apabila investor akan masuk di Kota Bekasi. Demikian pula fasilitas perbankan dan perumahan.
55
B. Pembahasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam melakukan penyebaran kuesioner kepada responden, maka saya menyebarkan sebanyak 145 buah kepada responden. Dalam hal ini saya membagi dua sampel yang saya tentukan bahwa dari 145 buah kuesioner yang saya sebar dan bagi kepada 145 buah responden, 30 buah untuk uji validitas dan reliabilitas atau dengan kata lain untuk tryout sebanyak 30 buah responden, sedangkan sisanya sebanyak 115 untuk mengolah data dengan Analisis Faktor. Menurut
Sugiyono
(2008:172),
menjelaskan
bahwa
dalam
hal
membedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrument yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Jonathan Sarwono (2006:219), menjelaskan bahwa dalam menguji validitas atau reliabilitas, untuk melihat reliabilitas maka cepat dilihat pada nilai Crombach alphanya, sedangkan untuk melihat validitas maka dapat dilihat padal kolom Corrected Item total
56
Correlation, dengan merujuk pada nilai r tabel, pada tabel korelasi product moment sebagai acuan untuk melihat valid atau tidaknya suatu instrument. Hasil uji validitas dan reliabilitas setelah menyebarkan kuesioner sebanyak 30 orang menyatakan bahwa reliabilitas berada pada angka 0,888 hal itu terlihat pada tabel dibawah ini bahwa nilai Cronbach Alpha berada pada angka 0,888 dan 28 butir pertanyaan yang disebarkan dinyatakan reliabel. Tabel 4.1. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha ,888
N of Items 28
Berdasarkan dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ke 28 butir item pertanyaan yang diajukan sudah reliabel. Sedangkan untuk melihat validitasnya sebuah alat instrument, maka dapat dilihat sejauh mana nilai dari instrument-instrumen penelitian tersebut. Dalam penelitian ini digunakan 30 orang sebagai responden untuk melihat, benarkah butir-butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini telah tepat atau tidak, untuk dijadikan instrumen dalam penelitian ini.
57
Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas
Scale Mean if Item Deleted Q1 103.7667 Q2 103.8667 Q3 103.8333 Q4 104.1667 Q5 104.3000 Q6 104.0333 Q7 104.0000 Q8 104.2000 Q9 104.0667 Q10 104.1667 Q11 104.0333 Q12 104.1000 Q13 103.8333 Q14 103.9667 Q15 103.9333 Q16 104.2667 Q17 104.3000 Q18 104.2000 Q19 104.2333 Q20 104.1667 Q21 104.2333 Q22 104.0000 Q23 104.2000 Q24 104.0667 Q25 104.1000 Q26 104.0333 Q27 104.0667 Q28 104.0667 Sumber: Hasil output SPSS
Scale Variance if Item Deleted 62.047 60.740 61.385 61.799 59.528 62.516 62.000 61.131 62.685 61.937 60.930 61.679 61.937 60.309 59.995 59.720 61.321 58.579 57.702 61.454 59.220 60.690 62.510 63.168 59.541 60.033 59.168 58.202
Corrected Cronbach's Item-Total Alpha if Correlatio Item n Deleted .391 .885 .503 .883 .462 .884 .295 .888 .613 .881 .380 .886 .345 .886 .398 .885 .324 .887 .317 .887 .401 .885 .376 .886 .387 .885 .519 .883 .471 .884 .484 .883 .398 .885 .527 .882 .705 .878 .331 .887 .498 .883 .365 .887 .336 .886 .330 .887 .570 .881 .413 .885 .572 .881 .678 .879
Untuk dapat melihat sebuah instrumen penelitian itu berguna atau tidak, dapat dilakukan uji validitas terhadap 28 pertanyaan, dengan mengambil responden sebanyak 30. Selanjutnya adalah besaran nilai tabel r, dengan ketentuan df = jumlah kasus 30 - 2 (Jonathan Sarwono, 2006:226). Dari ketentuan tersebut bahwa 30 - 2 = 28, dengan tingkat signifikan sebesar 5 % 58
maka angka atau nilai yang berada pada angka 28 dengan tingkat signifikan 5 % adalah 0,306, berarti untuk sebuah item dari 28 butir pertanyaan tersebut, maka angka yang dihasilkan haruslah berada diatas 0,306. Dan berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap item dari 28 butir pertanyaan nilainya berada diatas 0,306, oleh
sebab itu maka dapat
disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan yang berjumlah 28 butir sudah valid. Dengan demikian instrumen-instrumen yang digunakan dalam ini dapat dinyatakan valid dan reliabel. Sehingga ke 28 butir pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk keperluan menganalisis selanjutnya
59
C. Pembahasan Kuesioner Kuesioner yang disebar untuk menguji dengan menggunakan analisis faktor adalah sebanyak 115 responden. Kuesioner tersebut disebar di beberapa kelurahan yang berada pada wilayah Kota Bekasi. untuk. itu maka, berikut ini adalah penjelasan dan analisa mengenai hasil jawaban kuesioner dan juga gambaran responden yang menjawab kuesioner. a.
Jenis Kelamin Tabel 4.3 Proporsi Responden Berdasarkan jenis Kelamin Frekuensi Keterangan 43 Pria 72 Wanita 115 Total Sumber : Data Primer yang diolah
Presentase 37,4 62,6 100
Berdasarkan tabel diatas jenis kelamim. terbesar yang menjadi responden adalah wanita dengan total 72 orang sedangkan responden pria adalah 43 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen wanita lebih rentan untuk minum teh dibandingkan pria.
b.
Tingkat Usia Responden Tabel 4.4 Proporsi Responden Berdasarkan Usia Keterangan 15-20 21-26 27-32 33-38 39-44 45-50
Frekuensi 29 38 13 13 6 8
Presentase 25,2 33,0 11,3 11,3 5,2 6,9
60
Frekuensi Keterangan 5 51-56 3 57-62 115 Total Sumber: Data Primer yang diolah
Presentase 4,3 2,6 100
Berdasarkan tabel diatas tingkat usia responden yang terbanyak adalah 15 sampai 20 tahun, yang disusul terbanyak kedua adalah : 21-26 tahun yang menandakan responden terbanyak dengan usia remaja. Disusul dengan usia 27-32 tahun dan 33-38 tahun sebagai terbanyak ketiga dan keempat., 33-38 tahun sebagai tingkat kelima yang, serta disusul dengan tingkat usia 39-44 tahun, 45-50 tahun, 51-56 tahun, dan 57-62 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan konsumen mengkonsumsi teh adalah konsumen yang berada pada usia remaja dan usia kerja.
c.
Intensitas Mengkonsumsi Teh Tabel 4.5 Proporsi Responden Dalam mengkomsumsi Teh Setiap Hari Keterangan Frekuensi Kadang 62 Sering 53 Total 115 Sumber: Data Primer yang diolah
Presentase 53,9 46,1 100
Berdasarkan tabel diatas, menjelaskan bahwa kebanyakan para responden rnengkonsumsi teh hanya kadang-kadang yang menandakan bahwa mereka jarang mengkonsumsi teh, sisanya 53 orang sering minum teh.
61
d.
Tingkat Mengkonsumsi Produk Teh Celup Sariwangi Tabel 4.6 Proporsi Responden Dalam Mengkonsumsi Teh Sariwangi Keterangan
Frekuensi
Aktif Pasif
59 56
51,3 48,7
115
100
Total Sumber: Data primer yang diolah
Presentase
Dalam tabel diatas, menjelaskan bahwa proporsi terbanyak responden mengkonsumsi produk teh Sariwangi secara aktif berjumlah 59 orang, sisanya 56
orang
pasif.
Hal
tersebut
menandakan
kebanyakan
responden
mengkonsumsi teh Sariwangi dan sisannya dengan merek lain. Responden yang mengkonsumsi dengan merek lain dalam pengisian kuesioner mereka cara mengisinya berdasarkan pengalaman mereka dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi Berikut ini adalah pembahasan hasil kuesioner, berdasarkan pendapat yang diberikan responden.
62
Tabel 4.7 Citarasa Produk Teh Sariwangi Q1
Frequency Valid 2.00 3 3.00 11 4.00 80 5.00 21 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 2.6 9.6 69.6 18.3 100.0
Valid Percent 2.6 9.6 69.6 18.3 100.0
Cumulative Percent 2.6 12.2 81.7 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 21 orang menyatakan sangat setuju, 80 orang menyatakan setuju, 11 orang ragu, 3 orang tidak setuju, sedangkan tidak ada yang berpendapat sangat tidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa Teh Sariwangi memang rnemiliki citarasa yang sangat khas dimata konsumen. Menurut Ristiyanti dan Jhon Ihalauw (2005:70), menjelaskan bahwa cita rasa sangat penting untuk produk-produk makanan dan minuman. Maka produk makanan dan minuman yang baik haruslah menekankan citarasanya. Hal ini disebabkan bahwa citarasa merupakan salah satu atribut produk yang utama pada sebuah produk yang dikonsumsi oleh seorang konsumen. Dengan adanya citarasa yang khas maka konsumen akan dapat selalu membeli produk tersebut secara berulang. Melihat dari hasil jawaban responden maka dapat disimpulkan bahwa Teh Sariwangi memiliki cita rasa yang baik dimata konsumen.
63
Tabel 4.8 Aroma Produk Teh Sariwangi Q2
Frequency Valid 2.00 5 3.00 18 4.00 74 5.00 18 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 4.3 15.7 64.3 15.7 100.0
Valid Percent 4.3 15.7 64.3 15.7 100.0
Cumulative Percent 4.3 20.0 84.3 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 18 orang menyatakan sangat setuju, 74 orang menyatakan setuju, 18 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang menyatakan tidak setuju. Menurut Ristiyanti dan John Ihalauw (2005:70), menjelaskan bahwa aroma sangat mempengaruhi emosi seseorang, mengingatkan pada pengalaman di masa lampau dan mengurangi stress. Ini oleh sebagian kalangan saat ini disebut dengan "aroma Therapy", yang dewasa ini sangat digemari orang. Oleh sebab itulah sebuah produk minuman terutama minuman penyegar seperti teh, haruslah menciptakan aroma yang khas, karena produk minuman seperti teh aroma merupakan salah satu atribut produk yang menonjol. Oleh sebab itulah Dengan aroma yang khas tersebut maka dapat mempengaruhi emosi konsumen. Teh Sariwangi dimata responden sebagian menjawab bahwa Teh Sariwangi memiliki aroma yang khas, Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa produk Teh Sariwangi memiliki aroma yang khas dimata konsumen.
64
Tabel 4.9 Rasa Khas Produk Teh Sariwangi Q3
Frequency Valid 2.00 6 3.00 14 4.00 73 5.00 22 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 5.2 12.2 63.5 19.1 100.0
Valid Percent 5.2 12.2 63.5 19.1 100.0
Cumulative Percent 5.2 17.4 80.9 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 22 orang menyatakan sangat setuju, 73 orang menyatakan setuju, 14 orang menyatakan ragu-ragu, dan 6 orang menyatakan tidak setuju bahwa Teh celup yang responden konsumsi memiliki rasa teh yang khas, dan rasa teh yang khas itu cocok dengan selera responden.
65
Tabel 4.10 Warna Produk Teh Sariwangi Q4
Frequency Valid 1.00 2 2.00 16 3.00 37 4.00 50 5.00 10 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 1.7 13.9 32.2 43.5 8.7 100.0
Valid Percent 1.7 13.9 32.2 43.5 8.7 100.0
Cumulative Percent 1.7 15.7 47.8 91.3 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan sangat setuju, 50 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, 16 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa warna air teh celup yang responden konsumsi berwarna khas dan bening, dan responden tertarik dengan warna air pada teh celup yang responden konsumsi.
66
Tabel 4.11 Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi Q5
Frequency Valid 2.00 14 3.00 29 4.00 63 5.00 9 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 12.2 25.2 54.8 7.8 100.0
Valid Percent 12.2 25.2 54.8 7.8 100.0
Cumulative Percent 12.2 37.4 92.2 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 9 orang menyatakan sangat setuju, 63 orang menyatakan setuju, 29 orang menyatakan ragu-ragu, dan 14 orang menyatakan tidak setuju produk teh celup yang responden konsumsi mempunyai tingkat kekentalan atau kepekatan yang khas, dan tingkat kekentalan atau kepekatan tersebut sangat cocok dengan selera responden.
Tabel 4.12 Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi Q6
Frequency Valid 2.00 5 3.00 13 4.00 73 5.00 24 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 4.3 11.3 63.5 20.9 100.0
Valid Percent 4.3 11.3 63.5 20.9 100.0
Cumulative Percent 4.3 15.7 79.1 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 24 orang menyatakan sangat setuju, 73 orang menyatakan setuju, 13 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa harga produk teh celup yang ditawarkan oleh produsen untuk responden konsumsi, dapat responden beli dengan harga yang terjangkau.
67
Tabel 4.13 Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya Q7
Frequency Valid 2.00 5 3.00 37 4.00 61 5.00 12 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 4.3 32.2 53.0 10.4 100.0
Valid Percent 4.3 32.2 53.0 10.4 100.0
Cumulative Percent 4.3 36.5 89.6 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 12 orang menyatakan sangat setuju, 61 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa produk teh celup yang responden beli dengan tingkat harga tertentu, telah sesuai dengan manfaat yang responden peroleh setelah responden mengkonsumsi produk teh celup tersebut.
68
Tabel 4.14 Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi Q8
Frequency Valid 1.00 1 2.00 11 3.00 30 4.00 65 5.00 8 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent .9 9.6 26.1 56.5 7.0 100.0
Valid Percent .9 9.6 26.1 56.5 7.0 100.0
Cumulative Percent .9 10.4 36.5 93.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 8 orang menyatakan sangat setuju, 65 orang menyatakan setuju, 30 orang menyatakan ragu-ragu, 11 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa produk teh celup yang responden pilih untuk responden konsumsi, memiliki harga yang bersaing dengan produk teh celup lainnya.
69
Tabel 4.15 Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan Q9
Frequency 2.00 9 3.00 32 4.00 63 5.00 11 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 7.8 27.8 54.8 9.6 100.0
Valid Percent 7.8 27.8 54.8 9.6 100.0
Cumulative Percent 7.8 35.7 90.4 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan sangat setuju, 63 orang menyatakan setuju, 32 orang menyatakan ragu-ragu, dan 9 orang menyatakan tidak setuju bahwa harga produk teh celup yang ditawarkan oleh produsen pada responden menyakinkan responden untuk membelinya.
70
Tabel 4.16 Iklan Produk Teh Sariwangi Q10
Frequency 1.00 1 2.00 17 3.00 25 4.00 58 5.00 14 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent .9 14.8 21.7 50.4 12.2 100.0
Valid Percent .9 14.8 21.7 50.4 12.2 100.0
Cumulative Percent .9 15.7 37.4 87.8 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 14 orang menyatakan sangat setuju, 58 orang menyatakan setuju, 25 orang menyatakan ragu-ragu, 17 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa Iklan yang ada di Televisi atau pun radio tentang produk teh celup, membuat reponden memperoleh informasi tentang produk tersebut, sehingga responden dapat membeli produk teh celup tersebut.
71
Tabel 4.17 Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi Q11
Frequency Valid 1.00 1 2.00 10 3.00 29 4.00 64 5.00 11 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent .9 8.7 25.2 55.7 9.6 100.0
Valid Percent .9 8.7 25.2 55.7 9.6 100.0
Cumulative Percent .9 9.6 34.8 90.4 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan sangat setuju, 64 orang menyatakan setuju, 29 orang menyatakan ragu-ragu, 10 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa dengan adanya promosi penjualan yang dilakukan produsen teh mengakibatkan banyak yang mengkonsumsi teh celup tersebut.
72
Tabel 4.18 Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi Q12
Frequency Valid 1.00 2 2.00 15 3.00 33 4.00 54 5.00 11 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 1.7 13.0 28.7 47.0 9.6 100.0
Valid Percent 1.7 13.0 28.7 47.0 9.6 100.0
Cumulative Percent 1.7 14.8 43.5 90.4 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan sangat setuju, 54 orang menyatakan setuju, 33 orang menyatakan ragu-ragu, 15 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa melalui kegiatan pemasaran langsung produk teh celup yang dilakukan oleh produsen, membuat banyak yang menjadi konsumen produk teh celup tersebut.
73
Tabel 4.19 Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi Q13
Frequency 2.00 3 3.00 6 4.00 61 5.00 45 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 2.6 5.2 53.0 39.1 100.0
Valid Percent 2.6 5.2 53.0 39.1 100.0
Cumulative Percent 2.6 7.8 60.9 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 45 orang menyatakan sangat setuju, 61 orang menyatakan setuju, 6 orang menyatakan ragu-ragu, dan 3 orang menyatakan tidak setuju bahwa produk teh celup yang responden konsumsi sangat banyak tersedia di warung, toko, dan minimarket.
74
Tabel 4.20 Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen Q14
Frequency 2.00 5 3.00 28 4.00 72 5.00 10 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 4.3 24.3 62.6 8.7 100.0
Valid Percent 4.3 24.3 62.6 8.7 100.0
Cumulative Percent 4.3 28.7 91.3 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan sangat setuju, 72 orang menyatakan setuju, 28 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa dalam melakukan pembelian teh celup responden mendapatkan pelayanan yang baik oleh penjual.
75
Tabel 4.21 Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi Q15
Frequency 2.00 5 3.00 14 4.00 74 5.00 22 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 4.3 12.2 64.3 19.1 100.0
Valid Percent 4.3 12.2 64.3 19.1 100.0
Cumulative Percent 4.3 16.5 80.9 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 22 orang menyatakan sangat setuju, 74 orang menyatakan setuju, 14 orang menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang menyatakan tidak setuju bahwa lokasi atau tempat responden melakukan pembelian teh celup mudah responden jangkau, sehingga oleh sebab itu responden selalu melakukan pembelian ulang produk teh celup tersebut.
76
Tabel 4.22 Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q16
Frequency 2.00 14 3.00 43 4.00 49 5.00 9 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 12.2 37.4 42.6 7.8 100.0
Valid Percent 12.2 37.4 42.6 7.8 100.0
Cumulative Percent 12.2 49.6 92.2 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 9 orang menyatakan sangat setuju, 49 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, dan 14 orang menyatakan tidak setuju bahwa kebiasaan dalam mengkonsumsi teh celup (Sari Wangi) yang dilakukan setiap hari menjadikan seseorang ketagihan dalam mengkonsumsi teh celup.
77
Tabel 4.23 Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q17
Frequency 1.00 5 2.00 16 3.00 43 4.00 46 5.00 5 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 4.3 13.9 37.4 40.0 4.3 100.0
Valid Percent 4.3 13.9 37.4 40.0 4.3 100.0
Cumulative Percent 4.3 18.3 55.7 95.7 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 5 orang menyatakan sangat setuju, 46 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, 16 orang menyatakan tidak setuju, dan 5 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa usia remaja adalah usia dimana seseorang mulai menjadi konsumen teh, sedangkan usia dewasa seseorang sudah menjadi konsumen teh yang aktif.
78
Tabel 4.24 Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q18
Frequency 1.00 2 2.00 13 3.00 39 4.00 50 5.00 11 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent 1.7 11.3 33.9 43.5 9.6 100.0
Valid Percent 1.7 11.3 33.9 43.5 9.6 100.0
Cumulative Percent 1.7 13.0 47.0 90.4 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 11 orang menyatakan sangat setuju, 50 orang menyatakan setuju, 39 orang menyatakan ragu-ragu, 13 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa seseorang yang bekerja minum teh untuk menghilangkan rasa lelahnya setelah bergelut dengan pekerjaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang terbiasa minum teh salah satu alasannya disebabkan oleh profesi yang mereka geluti.
79
Tabel 4.25 Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi Q19
Frequency 1.00 2 2.00 12 3.00 43 4.00 52 5.00 6 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 1.7 10.4 37.4 45.2 5.2 100.0
Valid Percent 1.7 10.4 37.4 45.2 5.2 100.0
Cumulative Percent 1.7 12.2 49.6 94.8 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 6 orang menyatakan sangat setuju, 52 orang menyatakan setuju, 43 orang menyatakan ragu-ragu, 12 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa banyak mahasiswa yang terbiasa minum teh untuk menciptakan suasana yang santai, mereka minum teh untuk membantu mereka agar mudah tenang hingga dapat membantu dalam pelajaran atau dalam mengerjakan tugas mereka. Adanya alasan faktor tugas atau kesibukan pendidikan mereka di kuliah tersebut, membuat banyak di kalangan mahasiswa yang minum teh.
80
Tabel 4.26 Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi Q20
Frequency 2.00 1 3.00 26 4.00 65 5.00 23 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent .9 22.6 56.5 20.0 100.0
Valid Percent .9 22.6 56.5 20.0 100.0
Cumulative Percent .9 23.5 80.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 23 orang menyatakan sangat setuju, 65 orang menyatakan setuju, 26 orang menyatakan ragu-ragu, dan 1 orang menyatakan tidak setuju bahwa tingkat penghasilan seseorang sangatlah berbeda-beda, hal ini membuat kebutuhan belanja mereka haruslah disesuaikan
dengan
tingkat
penghasilan
mereka.
Dari
hal
tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat penghasilan mempengaruhi kebutuhan belanja atau pembelian mereka.
81
Tabel 4.27 Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi Q21
Frequency Valid 1.00 3 2.00 13 3.00 27 4.00 64 5.00 8 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 2.6 11.3 23.5 55.7 7.0 100.0
Valid Percent 2.6 11.3 23.5 55.7 7.0 100.0
Cumulative Percent 2.6 13.9 37.4 93.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 8 orang menyatakan sangat setuju, 64 orang menyatakan setuju, 27 orang menyatakan ragu-ragu, 13 orang menyatakan tidak setuju, dan 3 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa berkembangannya kedai-kedai teh mengindikasikan bahwa minuman teh adalah minuman yang dapat menjadi sebuah trend gaya hidup seseorang, oleh sebab itu minum teh menjadi sebuah trend gaya hidup bagian yang tak terlepas dari aktivitas anda dalam keseharian.
82
Tabel 4.28 Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q22
Frequency Valid 2.00 12 3.00 19 4.00 69 5.00 15 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent 10.4 16.5 60.0 13.0 100.0
Valid Percent 10.4 16.5 60.0 13.0 100.0
Cumulative Percent 10.4 27.0 87.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 15 orang menyatakan sangat setuju, 69 orang menyatakan setuju, 19 orang menyatakan ragu-ragu, dan 12 orang menyatakan tidak setuju bahwa keluarga responden adalah referensi responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
Tabel 4.29 Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q23
Frequency 2.00 31 3.00 37 4.00 45 5.00 2 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS Valid
Percent 27.0 32.2 39.1 1.7 100.0
Valid Percent 27.0 32.2 39.1 1.7 100.0
Cumulative Percent 27.0 59.1 98.3 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2 orang menyatakan sangat setuju, 45 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, dan 31 orang menyatakan tidak setuju bahwa rekan kerja responden adalah referensi responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
83
Tabel 4.30 Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q24
Frequency 2.00 24 3.00 37 4.00 53 5.00 1 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent 20.9 32.2 46.1 .9 100.0
Valid Percent 20.9 32.2 46.1 .9 100.0
Cumulative Percent 20.9 53.0 99.1 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 1 orang menyatakan sangat setuju, 53 orang menyatakan setuju, 37 orang menyatakan ragu-ragu, dan 24 orang menyatakan tidak setuju bahwa teman sekomunitas responden adalah referensi responden dalam melakukan pembelian sebuah produk.
84
Tabel 4.31 Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q25
Frequency 2.00 6 3.00 27 4.00 76 5.00 6 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent 5.2 23.5 66.1 5.2 100.0
Valid Percent 5.2 23.5 66.1 5.2 100.0
Cumulative Percent 5.2 28.7 94.8 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 6 orang menyatakan sangat setuju, 76 orang menyatakan setuju, 27 orang menyatakan ragu-ragu, dan 6 orang menyatakan tidak setuju bahwa dalam keyakinan responden, dengan mengkonsumsi teh akan membuat pikiran responden terasa segar, dan responden berkeyakinan pula dengan minum teh dapat membuat responden merasa tenang.
85
Tabel 4.32 Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q26
Frequency 1.00 2 2.00 11 3.00 24 4.00 61 5.00 17 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent 1.7 9.6 20.9 53.0 14.8 100.0
Valid Percent 1.7 9.6 20.9 53.0 14.8 100.0
Cumulative Percent 1.7 11.3 32.2 85.2 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 17 orang menyatakan sangat setuju, 61 orang menyatakan setuju, 24 orang menyatakan ragu-ragu, 11 orang menyatakan tidak setuju, dan 2 orang menyatakan sangat tidak setuju adalah dorongan dari dalam diri responden, untuk minum teh pada pagi hari agar responden dapat semangat melakukan pekerjaan responden.
86
Tabel 4.33 Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q27
Frequency 1.00 1 2.00 8 3.00 28 4.00 65 5.00 13 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Valid
Percent .9 7.0 24.3 56.5 11.3 100.0
Valid Percent .9 7.0 24.3 56.5 11.3 100.0
Cumulative Percent .9 7.8 32.2 88.7 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 13 orang menyatakan sangat setuju, 65 orang menyatakan setuju, 28 orang menyatakan ragu-ragu, 8 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa responden berkeyakinan bahwa dengan minum teh dapat membuat responden merasa nyaman dan santai.
87
Tabel 4.34 Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi Q28
Frequency Valid 1.00 1 2.00 8 3.00 25 4.00 71 5.00 10 Total 115 Sumber: Hasil output SPSS
Percent .9 7.0 21.7 61.7 8.7 100.0
Valid Percent .9 7.0 21.7 61.7 8.7 100.0
Cumulative Percent .9 7.8 29.6 91.3 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 10 orang menyatakan sangat setuju, 71 orang menyatakan setuju, 25 orang menyatakan ragu-ragu, 8 orang menyatakan tidak setuju, dan 1 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa saat pertama kali responden minum teh anda merasakan kenyamanan.
D. Pembahasan Analisis Faktor Selanjutnya
setelah
pembahasan
kuesioner,
maka
dilakukan
pembahasan untuk analisis faktor. Berikut ini adalah penjelasan dan langkah-langkah mengenai hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis faktor. 1. Menentukan variabel yang akan dianalisa Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adal ah sebanyak 28 variabel. Yang pada tahap sebelumnya telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu maka ke 28 variabel ini akan diuji dengan analisis faktor.
88
2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan ke 28 variabel yang diuji, dimasukkan ke dalam analisis faktor untuk diuji nilai KMO dan Bartlett Test dan MSA (measures of sampling adequancy)., nilai MSA harus diatas 0,5. berikut ini adalah tabel dari nilai KMO dan Bartlet Test.
Tabel 4.35 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.661 1113.443 378 .000
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan dari Label diatas dapat dilihat bahwa angka KMO dan Barlett Test adalah 0,661 dengan tingkat signifikansi 0.000 oleh sebab itu, maka variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. Angka MSA dalam tabel anti image matriks, yang terdapat pada anti image correlation, menunjukkan nilai Citarasa Produk Teh Sariwangi (Ql) adalah 0,775, Aroma Produk Teh Sariwangi (Q2) adalah 0,746, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3) adalah 0,696, Warna Produk Teh Sariwangi (Q4) adalah 0,805, Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi (Q5) adalah 0,661, Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi (Q6) adalah 0,523, Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya (Q7) adalah 0,569,
89
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8) adalah 0,619, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9) adalah 0,633, Iklan Produk Teh Sariwangi (Q10) adalah 0,642, Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi (Q11) adalah 0,629, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi (Q12) adalah 0,631, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi (Q13) adalah 0,567, Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen (Q14) adalah 0,696, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi (Q15) adalah 0,628, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q16) adalah 0,661, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q17) adalah 0,605,
Jenis Pekerjaan Konsumen dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q18) adalah 0,675, Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19) adalah 0,774, Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q20) adalah 0,398, Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21) adalah 0,724, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q22) adalah 0,614, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q23) adalah 0,632, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q24) adalah 0,621, Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q25) adalah 0,693, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q26) adalah 0,757, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q27)
adalah
0,707,
Pengalaman
Responden
Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q28) adalah 0,662.
90
Dari ke 28 variabel yang ada, maka selanjutnya dapat dilihat nilai MSA nya. Apabila ada nilai MSA yang dibawah 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat di analisis lebih lanjut. Dari ke 28 variabel nilai MSA yang paling kecil adalah Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q20) dengan nilai MSA 0,398, oleh sebab itulah Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi dikeluarkan dari faktor karena memiliki angka MSA terkecil. Setelah
variabel
Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh
Sariwangi dikeluarkan dari faktor maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian ulang ke 27 variabel yang tersisa. Untuk melihat hal tersebut maka dapat dilihat dari nilai KMO dan Barlett Test serta Nilai MSA.
Tabel 4.36 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.675 1076.377 351 .000
Sumber: Hasil output SPSS Dari hasil output pada tabel 4.36 dapat dilihat bahwa nilai KMO dan Barlett Test mengalami kenaikan dari 0,661 menjadi 0,675 dengan tingkat signifikansi tetap (0,000). Hal ini disebabkan oleh penghilangan variabel dengan angka MSA terkecil. Hal tersebut itulah yang dapat meningkatkan angka MSA yang ada.
91
Angka MSA pada tabel Anti Image Matriks pada bagian Anti Image Correlation, menunjukkan nilai MSA dari 27 variabel sebagai berikut ini Citarasa Produk Teh Sariwangi (Ql) adalah 0,773, Aroma Produk Teh Sariwangi (Q2) adalah 0,747, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3) adalah 0,692, Warna Produk Teh Sariwangi (Q4) adalah 0,802, Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi (Q5) adalah 0,662, Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi (Q6) adalah 0,557, Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya (Q7) adalah 0,661, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8) adalah 0,568, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9) adalah 0,631, Iklan Produk Teh Sariwangi (Q10) adalah 0,644, Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi (Q11) adalah 0,627, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi (Q12) adalah 0,624, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi (Q13) adalah 0,631, Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen (Q14) adalah 0,689, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi (Q15) adalah 0,622, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q16) adalah 0,697, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q17) adalah 0,599, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q18) adalah 0,687, Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19) adalah 0,771, Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21) adalah 0,737, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q22) adalah 0,600, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk
92
Teh Sariwangi (Q23) adalah 0,635, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q24) adalah 0,617, Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q25) adalah 0,715, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q26) adalah 0,751, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi
(Q27)
adalah
0,726,
Pengalaman
Responden
Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q28) adalah 0,676. dengan demikian nilai MSA semuanya sudah diatas 0,5, hal tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan buku Singgih Santoso (2004:19) angka KMO dan Bartlett Test adalah harus diatas 0,5, dan signifikan harus dibawah 0,05. berdasarkan dari nilai KMO dan Bartlett Test, maka dari 0,661 terdapat nilai MSA yang kurang dari 0,5 maka variabel tersebut harus dibuang, lalu terdapat kenaikan menjadi 0,675 nilai KMO dan Barlett Test, oleh sebab itu dengan nilai MSA sudah diatas 0,5 maka dapat dianalisis lebih lanjut.
3. Melakukan faktoring dari rotasi Sesudah semua variabel memiliki nilai yang mencukupi, tahap selanjutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpuian variabel yang sudah ada, sehingga terbentuk satu atau beberapa faktor. Dalam melakukan proses ekstraksi ini metode yang digunakan adalah Principal Component Analysis, setelah delapan faktor terbentuk untuk mengetahui dari sekian
93
27 variabel yang akan masuk dalam faktor mana, maka dilakukan proses rotasi dengan menggunakan metode varimax (bagian dari orthogonal).
Tabel 4.37 Comumnunalities Initial Extraction Q1 1.000 .678 Q2 1.000 .708 Q3 1.000 .714 Q4 1.000 .634 Q5 1.000 .449 Q6 1.000 .655 Q7 1.000 .588 Q8 1.000 .463 Q9 1.000 .459 Q10 1.000 .626 Q11 1.000 .730 Q12 1.000 .761 Q13 1.000 .608 Q14 1.000 .735 Q15 1.000 .549 Q16 1.000 .536 Q17 1.000 .567 Q18 1.000 .618 Q19 1.000 .566 Q21 1.000 .588 Q22 1.000 .640 Q23 1.000 .801 Q24 1.000 .757 Q25 1.000 .705 Q26 1.000 .628 Q27 1.000 .739 Q28 1.000 .622 Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Hasil output SPSS
Pada tabel diatas bahwa variabel Citarasa Produk Teh Sariwangi (Q1) angkanya adalah 0,678 hal ini menunjukkan bahwa sekitar 67,8 % varians
94
dari variabel citarasa produk teh Sariwangi bisa dijelaskan, oleh faktor yang terbentuk, variabel aroma produk teh Sariwangi (Q2) angkanya adalah 0,708 hal ini menunjukkan bahwa 70,8 % varians dari variabel aroma produk Teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, variabel rasa khas produk teh Sariwangi (Q3) angkanya adalah 0,714 hal ini menunjukkan 71,4 % varians dari variabel rasa khas produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, warna produk teh Sariwangi (Q4) angkanya adalah 0,634 hal ini menunjukkan 63,4 % varians dari variabel warna produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, tingkat kekentalan produk teh Sariwangi (Q5) angkanya adalah 0,449 hal ini menunjukkan 44,9 % varians dari variabel tingkat kekentalan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, harga sebagai pertimbangan dalam pembelian produk teh Sariwangi (Q6) angkanya adalah 0,655 hal ini menunjukkan 65,5 % varians dari variabel harga sebagai pertimbangan dalam pembelian produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kesesuaian harga produk teh Sariwangi terhadap manfaat produknya (Q7) angkanya adalah 0,588 hal ini menunjukkan 58,8 % varians dari variabel kesesuaian harga produk teh Sariwangi terhadap manfaat produknya dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, persaingan harga produk teh Sariwangi (Q8) angkanya adalah 0,463 hal ini menunjukkan 46,3 % varians dari variabel persaingan harga produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, harga produk teh Sariwangi meyakinkan (Q9) angkanya adalah 0,459 hal ini
95
menunjukkan 45,9 % varians dari variabel harga produk teh Sariwangi meyakinkan dapat dijelaskan dalarn faktor yang terbentuk, iklan produk teh Sariwangi (Q10) angkanya adalah 0,626 hal ini menunjukkan 62,6 % varians dari variabel iklan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, promosi penjualan produk teh Sariwangi (Q11) angkanya adalah 0,730 hal ini menunjukkan 73,0 % varians dari variabel promosi penjualan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, pemasaran langsung produk teh Sariwangi (Q12) angkanya adalah 0,761 hal ini menunjukkan 76,1 % varians dari variabel pemasaran langsung produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kemudahan dalam mendapatkan produk teh Sariwangi (Q13) angkanya adalah 0,608 hal ini menunjukkan 60,8 % varians dari variabel kemudahan dalam mendapatkan produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, pelayanan yang diberikan penjual kepada konsumen (Q14) angkanya adalah 0,735 hal ini menunjukkan 73,5 % varians dari variabel pelayanan yang diberikan penjual kepada konsumen dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, lokasi tempat konsumen membeli produk teh Sariwangi (Q15) angkanya adalah 0,549 hal ini menunjukkan 54,9 % varians dari variabel lokasi tempat konsumen membeli produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, kebiasaan konsumen lalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q16) angkanya adalah 0,536 hal ini menunjukkan 53,6 % varians dari variabel kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat
96
dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, Usia Dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q17) angkanya adalah 0,567 hal ini menunjukkan 56,7 % varians dari variabel usia dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, jenis pekerjaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q18) angkanya adalah 0,618 hal ini menunjukkan 61,8 % varians dari variabel Jenis pekerjaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, tingkat pendidikan konsumen produk teh Sariwangi (Q19) angkanya adalah 0,566 hal ini menunjukkan 56.6 % varins dari variabel tingkat pendidikan konsumen produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, gaya hidup konsumen produk teh Sariwangi (Q21) angkanya adalah 0,588 hal ini menunjukkan 58,8 % varians dari variabel gaya hidup konsumen produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, ajakan keluarga dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q22) angkanya adalah 0,640 hal ini menunjukkan
64,0 % varians dari variabel ajakan keluarga dalam
mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, ajakan rekan kerja dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q23) angkan ya adal ah 0.801 hal ini menunjukkan 80,1 % varians dari variabel ajakan rekan kerja dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, ajakan rekan sekomunitas dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q24) angkanya adalah 0,757 hal ini menunjukkan 75,7 % varians dari variabel ajakan rekan
97
sekomunitas dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, keyakinan responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q25) angkanya adalah 0,705 hal ini menunjukkan 70,5 % varians dari variabel keyakinan responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, dorongan responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q26) angkanya adalah 0,628 hal ini menunjukkan 62,8 % varians dari variabel dorongan responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, persepsi responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q27) angkanya adalah 0,739 hal ini menunjukkan 73,9 % varians dari variabel persepsi responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk, pengalaman responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi (Q28) angkanya adalah 0,662 hal ini menunjukkan 66,2 % varians dari variabel pengalaman responden dalam mengkonsumsi produk teh Sariwangi dapat dijelaskan dalam faktor yang terbentuk. Menurut Singgih Santoso (2004:42), menjelaskan bahwa tabel Communalities pada dasarnya adalah jumlah varian (bisa dalam persentase), suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. Berdasarkan dari nilai-nilai yang ada pada tabel Communalities, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel-variabel yang ada dapat dijelaskan didalam faktor yang terbentuk, sem akin besar nilai
98
Communalities maka semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Menurut Singgih Santoso (2004:43), menjelaskan bahwa tabel Total Variance Explained, menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk. Dalam melihat faktor yang terbentuk, maka harus dapat dilihat pada nilai Eigenvaluenya. untuk menentukan faktor yang terbentuk maka harus dilihat nilai eigenvaluenya harus berada diatas satu (1), jika sudah berada dibawah satu maka sudah tida k tepat. Eigen value menunjukkan
k epentingan
reatif
masing-masing
factor
dalam
menghitung varians dari total variabel yang ada. Jumlah angka eigenvalue, susunanya selalu diurutkan pada nilai yang terbesar sampai yang terkecil.
Tabel 4.38 Total Variance Explained Compo -nent 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Initial Eigenvalues % of Cumulative Total Variance % 5.058 18.734 18.734 3.218 11.919 30.653 2.200 8.147 38.801 1.653 6.123 44.924 1.359 5.035 49.959 1.292 4.786 54.745 1.216 4.502 59.247 1.128 4.176 63.423 .981 3.633 67.056 .930 3.443 70.499 .904 3.347 73.846 .837 3.100 76.946 .813 3.011 79.957 .642 2.378 82.336
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 5.058 18.734 18.734 3.218 11.919 30.653 2.200 8.147 38.801 1.653 6.123 44.924 1.359 5.035 49.959 1.292 4.786 54.745 1.216 4.502 59.247 1.128 4.176 63.423
99
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative % of Cumulative Total Variance % Total Variance % .595 2.205 84.541 .588 2.178 86.719 .520 1.926 88.645 .488 1.807 90.452 .476 1.763 92.215 .400 1.481 93.696 .391 1.446 95.143 .311 1.152 96.295 .240 .889 97.184 .215 .797 97.981 .196 .725 98.706 .179 .662 99.368 .171 .632 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis Sumber: Hasil output SPSS
Compo -nent 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
P ada t abel di at as d apat di l i hat bahwa t erd apat 27 v ari abe l (component) yang dimasukkan ke dalam analisis factor, yakni Citarasa Produk Teh Sariwangi, Aroma Produk Teh Sariwangi, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi, Warna Produk Teh Sariwangi, Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi, Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi, Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan, Iklan Produk Teh Sariwangi, Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi, Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Tingkat 100
Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi, Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi, Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi,
Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh
Sariwangi, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. Pada tabel diatas terlihat bahwa hanya 8 faktor yang terbentuk, karena dengan satu factor angka eigen values masih diatas 1, dengan 2 faktor eigen value masih diatas 1, dengan tiga factor angka masih diatas 1, empat factor masih diatas 1, lima factor eigen value masih diatas 1, enam factor masih diatas 1, tujuh factor masih diatas 1, delapan factor eigen value masih diatas 1, sembilan faktor sudah berada dibawah 1, oleh sebab itulah hanya terbatas 8 faktor.
Tabel 4.39 Component Matrix(a)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9
1 .492 .591 .391 .413 .446 .251 .425 .183 .287
2 .361 .238 .455 .092 .268 .478 .349 .412 .370
3 -.365 -.448 -.425 -.091 -.261 .124 .106 .320 .296
Component 4 5 -.255 -.224 -.257 -.090 -.352 -.042 -.156 .408 -.005 -.244 .339 .379 -.178 -.263 .006 -.215 .198 -.044
6 7 8 -.150 -.177 -.057 -.120 .049 .103 -.131 .015 .176 -.211 .277 .366 .114 -.034 -.191 .263 .141 .032 .086 .376 -.159 .047 .211 .255 .238 .234 .009 101
Component 1 2 3 4 5 6 Q10 .343 .212 .377 .153 -.400 -.347 Q11 .497 .358 .274 .175 .013 -.338 Q12 .456 .198 .364 .064 .213 -.249 Q13 .184 .395 -.026 .402 .180 .135 Q14 .448 .109 -.139 -.155 .212 .457 Q15 .301 .530 .105 .278 .109 .163 Q16 .542 .084 -.387 -.062 .179 .048 Q17 .329 -.304 .259 -.077 .169 -.488 Q18 .531 -.337 .087 -.105 .352 -.077 Q19 .531 -.318 .114 .110 .075 -.145 Q21 .396 -.247 .091 .379 -.277 -.033 Q22 .358 -.167 .334 -.174 -.233 .239 Q23 .458 -.264 .464 -.479 .006 .190 Q24 .428 -.243 .507 -.378 .070 .291 Q25 .525 -.384 -.127 .314 -.381 .123 Q26 .530 -.368 -.204 .346 .195 -.066 Q27 .514 -.529 -.288 .259 -.084 .148 Q28 .471 -.576 -.203 .054 -.037 .083 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 8 components extracted. Sumber: Hasil output SPSS
7 .036 -.322 -.223 -.308 .287 -.208 -.186 .103 .120 .338 .357 -.279 -.203 -.138 -.068 -.086 -.105 -.080
8 .128 -.176 -.470 .332 -.379 .087 -.112 -.126 .244 .128 -.116 .391 .005 -.074 .041 -.017 -.069 .096
Setelah diketahui bahwa delapan faktor adalah jumlah yang paling optimal. Maka tabel component matriks menunjukkan distribusi ke 27 variabel tersebut pada delapan faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor loading, yang menunjukkan besarnya korelasi suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3, faktor 4, faktor 5, faktor 6, faktor 7, faktor 8. Proses penentuan variabel mana yang akan masuk ke faktor mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. a. Citarasa Produk Teh Sariwangi (Q1) 1)
korelasi antara Q1 dengan faktor 1 adalah 0,492 (cukup namun,
102
lemah karena dibawah 0,5). 2) Korelasi antara Ql dengan faktor 2 adalah 0,361 (lemah karena,
berada dibawah 0,5). 3) Korelasi antara Q1 dengan faktor 3 adalah -0,365 (sangat lemah
dibawah 0,5). 4)
Korelasi antara Q dengan faktor 4 adalah -0,255 (sangat lemah dibawah
0,5). 5)
Korelasi antara Q1 dengan faktor 5 adalah -0,224 (sangat dibawah
0,5). 6)
Korelasi antara Q1 dengan faktor 6 adalah -0,150 (sangat lemah dibawah
0,5). 7)
Korelasi antara Ql dengan faktor 7 adalah -0,177 (sangat lemah
dibawah 0,5). 8) Korelasi antara Ql dengan faktor 8 adalah -0,057 (sangat lemah dibawah 0,5). Demikian seterusnya untuk variabel selanjutnya untuk melihat distribusi ke dua puluh tujuh variabel yang terbentang didalam 8 faktor. Menurut Singgih Santoro (2004:45), menjelaskan bahwa Component Matrik menunjukkan distribusi variabel yang ada dengan faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka pada tabel Component Matrik adalah Factor Loading yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor-faktor yang ada.
103
Tabel 4.40 Rotated Component Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7 Q1 .054 .798 .037 .038 .074 .161 -.054 Q2 .158 .786 .006 .026 .089 -.005 .230 Q3 -.142 .799 -.031 .097 .072 -.063 .189 Q4 -.028 .270 .009 .139 .051 -.017 .732 Q5 .216 .522 -.006 .112 .175 .099 -.184 Q6 -.075 -.024 -.107 .657 .187 .102 .171 Q7 -.032 .351 .091 -.048 .571 .091 .020 Q8 -.181 .088 .126 .237 .586 -.034 .062 Q9 -.012 -.013 .070 .364 .496 .074 .016 Q10 .090 .105 .081 .061 .609 .331 .031 Q11 .049 .245 .088 .319 .194 .709 .009 Q12 .014 .074 .147 .146 .059 .822 .043 Q13 .043 .102 -.039 .754 -.008 .015 .012 Q14 .134 .253 .123 .066 .044 .017 .075 Q15 -.044 .180 .035 .665 .169 .187 -.063 Q16 .275 .532 .051 .188 -.229 .158 .124 Q17 .161 -.072 .096 -.299 .047 .483 .443 Q18 .306 .040 .303 .016 -.053 .076 .647 Q19 .447 -.020 .094 -.083 .255 .107 .518 Q21 .573 -.102 -.104 -.101 .443 .112 .078 Q22 .199 .053 .694 .140 .169 -.107 .018 Q23 .076 .044 .842 -.128 .040 .188 .141 Q24 .083 -.067 .795 -.059 .060 .194 .111 Q25 .794 .124 .142 .010 .165 -.018 -.084 Q26 .670 .068 -.028 .141 -.186 .197 .280 Q27 .824 .110 .102 -.025 -.163 .003 .041 Q28 .683 .103 .240 -.116 -.170 -.071 .198 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 7 iterations. Sumber: Hasil output SPSS
8 -.017 .063 .006 .039 .210 .362 .344 -.047 .263 -.339 -.130 .179 -.158 .791 .058 .218 -.074 .063 .070 .116 -.237 .103 .236 -.068 .045 .092 -.008
Component matrix hasil proses rotasi (rotated component matrik) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat bahwa sekarang faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan factor loading yang besar semakin diperbesar. Dibawah ini akan dijelaskan akan masuk ke faktor mana sebuah variabel yang ada, yaitu: 104
1. Citarasa Produk Teh Sariwangi (Ql), faktor loading yang paling besar ada berada pada faktor 2 dengan nilai 0,708, hal itu berarti Citarasa Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2. 2. Aroma Produk Teh Sariwangi (Q2), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,786, hal itu berarti Aroma Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2. 3. Rasa Khas Produk Teh Sariwangi (Q3), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,799, hal itu berarti Rasa Khas Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2. 4. Warna Produk Teh Sariwangi (Q4), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 7 dengan nilai 0,732, hal itu berarti Warna Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 7. 5. Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi (Q5), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,522, berarti Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2. 6. Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi (Q6), faktor loading yang paling bear berada pada faktor 4 dengan nilai 0,657, hal itu berarti Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 4. 7. Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya (Q7), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 5 dengan nilai 0,571, hal itu berarti Kesesuaian Harga
105
Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya berada pada faktor 5. 8. Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi (Q8), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 5 dengan nilai 0,586, hal itu berarti Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 5. 9. Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan (Q9), faktor loading yang paling
besar berada pada pada faktor 5, dengan nilai
0,496, hal itu berarti Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan berada pada faktor 5. 10. Iklan Produk Teh Sariwangi (Q10), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 5 dengan nilai 0,609, hal itu berarti Iklan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 5. 11. Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi (Q11), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai 0 ,709, hal itu berarti Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 6. 12. Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi (Q12), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai 0,822, hal itu berarti Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 6. 13. Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi (Q13), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 4 dengan
106
nilai 0,754, hal itu berarti Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 4. 14. Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen (Q14), faktor loading yang paling besar herada pada faktor 8 dengan nilai 0,791, hal itu berarti Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen berada pada faktor 8. 15. Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi (Q15), faktor loading yang paling besar berada pada factor 4 dengan nilai 0,665, hal itu berarti Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 4. 16. Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q16), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 2 dengan nilai 0,532, hal itu berarti Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 2. 17. Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q17), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 6 dengan nilai 0,483, hal itu berarti Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 6. 18. Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q18), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 7 dengan nilai 0,647, hal itu berarti Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 7.
107
19. Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q19), faktor loading yang paling besar berada pada faktor 7 dengan nilai 0,518, hal itu berarti Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 7. 20. Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi (Q21), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan nilai 0,573, hal itu berarti Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1. 21. Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q22), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 3 dengan nilai 0,694, hal itu berarti Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 3. 22. Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q23), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 3 dengan nilai 0,842, hal itu berarti Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 3 23. Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q24), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 3 dengan nilai 0,795, hal itu berarti Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 3. 24. Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q25), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan
108
nilai
0,794, hal itu berarti Keyakinan Responden Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1. 25. Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q26), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan nilai 0,670, hal itu berarti Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1. 26. Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi (Q27), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan nilai 0,824, hal itu berarti Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1. 27. Pengalaman
Responden
Dalam
Mengkonsumsi
Produk
Teh
Sariwangi (Q28), faktor loading yang paling besar ada pada faktor 1 dengan nilai 0,683, hal itu berarti Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi berada pada faktor 1 Dengan demikian, ke 27 variabel yang direduksi menjadi hanya terdiri dari 8 faktor, yaitu: a. Faktor 1 terdiri dari: Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi, Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. b. Faktor 2 terdiri dari: Citarasa Produk Teh Sariwangi, Aroma Produk Teh Sariwangi, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi, Tingkat Kekentalan Produk
109
Teh Sariwangi, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. c. Faktor 3 terdiri dari: Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. d. Faktor 4 terdiri dari: Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi, e. Faktor 5 terdiri dari: Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya, Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan, Iklan Produk Teh Sariwangi. f. Faktor 6 terdiri dari: Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi, Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi, Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi. g. Faktor 7 terdiri dari: Warna Produk Teh Sariwangi, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi, Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi. h. Faktor 8 terdiri dari: Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen. Menurut Singgih Santoso (2004:47), menjelaskan bahwa Component Matrix dari proses rotasi (Rotated Component Matrik) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dengan adanya proses
110
rotasi faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan faktor loading yang besar semakin diperbesar. Tabel 4.41 Component Transformation Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7 1 .531 .494 .334 .196 .249 .327 .340 2 -.590 .412 -.232 .513 .334 .129 -.169 3 -.243 -.582 .509 .067 .435 .378 .044 4 .494 -.404 -.513 .511 .141 .129 -.137 5 -.231 -.214 -.063 .328 -.550 .172 .591 6 .110 -.132 .381 .343 -.034 -.524 -.346 7 -.033 -.141 -.362 -.311 .546 -.294 .425 8 -.031 .028 .178 .333 .122 -.571 .432 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Sumber: Hasil output SPSS
8 .196 .094 -.070 -.111 .329 .559 .432 -.573
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada diagonal faktor (componen) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, (0,531;
0,412; 0,509; 0,511; -
0,550, -0,524, 0,425, -0,573). Angka dengan ditandai minus (“ “)hal tersebut m enunjukkan arah korelasi. S edangkan pada diagonal yang l ain menunjukkan angka dibawah 0,5 yang menunjukkan adanya terdapat komponen lain pada masing-masing faktor yang mempunyai korelasi lebih tinggi. Dan hanya tiga faktor yang angkanya diatas 0,5 yaitu: faktor 1 (componen 1), faktor 3 (componen 3), dan faktor 4 (componen 4), masing-masing angkanya: 0,531; 0,509; 0,511. Berdasarkan terbentuknya, hanya tiga faktor yang pada diagonalnya nilainya diatas 0,5, hal itu sudah cukup mewakili dari kedelapan faktor yang terbentuk
111
4. Interpretasi Atas Faktor Yang Telah Terbentuk Setelah melakukan faktoring dan rotasi, langkah atau tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk. Hal ini dilakukan agar bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Menurut Zaini Hasan dalam Fajar S. Saputro: 2007, mengatakan pemberian nama dan konsep tiap faktor ditentukan berdasarkan makna umum variabel yang tercakup didalamnya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor psikologis, produk, social, distribusi, harga, promosi, dan individu sangat mempengaruhi konsumen. Faktor Psikologis menjadi bagian penting dalam proses pembelian konsumen, menurut Philip Kotler (2000:196) menyatakan bahwa pihak konsumen dalam membeli sebuah produk dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: motivasi (dorongan), persepsi, pengalaman dan keyakinan. Dalam kaitannya dengan obyek penelitian yaitu Teh Sariwangi, terlihat jelas cari responden bahwa mereka memiliki alasan yang berbeda-beda dalam membeli Teh Seduh Sariwangi. Namun dalam hal ini menjadi sebuah kenyataan bahwa kondisi Psikologis seseorang konsumen menjadi sebuah pemicu mereka dalam membeli sebuah produk. Faktor produk merupakan bagian yang sangat dominan dalam sebuah produk. Atribut produk teh terlihat pada citarasanya, aromanya, warna airnya, dan tingkat kekentalannya. Dari atribut inilah konsumen darat menilai bahwa produk teh tersebut itu berkualitas atau tidak. Untuk itu Teh Sariwangi
112
memiliki hal-hal tersebut dan itu menjadi daya tarik bagi konsumen untuk selalu membeli produk tersebut. Faktor sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses konsumen dalam keputusan pembelian. Menurut Philip Kotler (2000:187), menjelaskan bahwa, faktor social terdiri dari kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan terdiri dari kelompok atau sekumpulan orang yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kewarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah menjadi obyek penelitian yang luas. Melihat obyek penelitian berupa konsumen yang melakukan pembelian Teh Sariwangi, dapat menjelaskan bahwa kelompok acuan yang terdiri dari sekelompok orang yang berpengaruh langsung bisa berasal dari teman kerja, teman dekat, teman sekomunitas, dapat saja mempengaruhi mereka untuk dapat membeli sebuah produk. Dan hal itu terbukti bahwa sebagian responden berpendapat bahwa mereka membeli Teh Sariwangi disebabkan adanya referensi dari kelompok acuan mereka. Sedangkan keluarga merupakan bagian yang terdekat dari konsumen, dalam kaitannya dengan pembelian Teh Sariwangi, dapat dikatakan bahwa responden membeli Teh Sariwangi disebabkan adanya sebagian anggota keluarga yang mengkonsumsi produk Teh Sariwangi, dan itu menjadi sebuah referensi bagi responden untuk melakukan pembelian produk Teh Sariwangi. Faktor individu atau pribadi, sangat berperan dominan pada internal konsumen dalam melakukan proses pembelian Teh Sariwangi. Menurut Philip
113
Kotler (2000:191), menjelaskan banyak item yang menjadi bagian dari faktor individu yaitu: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dari lingkungan gaya hidup, kepribadian konsep diri. Usia sangat menentukan bagi konsumen dalam mengkonsumsi Teh Sariwangi.. Sedangkan pekerjaan maupun pendidikan menjadi alasan mereka untuk minum teh hal ini disebabkan mereka dalam kondisi lingkungan pekerjaan ataupun pendidikan mereka mendukung ke arah tersebut. Berdasarkan penelitian Ujianto Jan Abdurrachman (2002:49), dalam penelitiannya
mereka
menentukan
faktor -faktor
yang
paling
dominan dengan m el ihat pada tot al nilai vari ans pada t abel T ot al Vari ance Explained berdasarkan hasil penelitian tersebut dan dari hasil analisis s e ca r a k es el u ru h an , t e r n ya t a f akt or - f a kt o r ya n g paling dominan yang menimbulkan keputusan pe mbeli an Teh Sariwangi, secara berurutan adalah; faktor psikologis, yang merupakan faktor yang paling dominan dengan nilai varians 18.734 %, faktor produk dengan nilai varians adalah 11.919 %, faktor sosial dengan nilai varians 8.147 %, faktor distribusi dengan nilai varians 6.123 %, faktor harga dengan nilai varians 5.035 %, faktor promosi dengan nilai varians adalah 4.786 %, faktor individu dengan nilai varians adalah 4.502 % dan faktor pelayanan yang merupakan faktor yang terakhir dengan nilai varians adalah 4.176 %.
114
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data tertangal faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Teh Sariwangi, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa melalui analisis faktor dapat diperoleh 8 faktor, faktor tersebut: 1. Faktor 1 dinamakan Faktor Psikologis yang terdiri dari atas Variabel yang meliputi: Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi dengan
faktor
loading
0,573,
Keyakinan
Responden
Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,794, Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan
faktor
loading
0,670,
Persepsi
Responden
Dalam
Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,824, Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,683. 2. Faktor 2 dinamakan Faktor Produk, yang terdiri dari atas beberapa variabel yang meliputi: Citarasa Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,708, Aroma Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,786, Rasa Khas Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,799, Tingkat Kekentalan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,522, Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk Teh
115
Sariwangi dengan faktor loading 0,532. 3. Faktor 3 dinamakan Faktor Sosial, yang terdiri dari beberapa variabel yang meliputi: Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,694, Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,842, Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,795. 4. Faktor 4 dinamakan Faktor Distribusi, yang terdiri atas beberapa variabel yang meliputi: Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,657, Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,754, Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,665. 5. Faktor 5 dinamakan Faktor Harga, yang terdiri atas beberapa variabel yang meliputi: Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat Produknya dengan faktor loading
0,571,
Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,586, Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan
dengan faktor loading
0,496, Iklan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,609. 6. Faktor 6 dinamakan dengan Faktor Promosi, yang terdiri atas beberapa variabel yang meliputi: Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,709, Pemasaran Langsung Produk Teh
Sariwangi
dengan
faktor
loading
0,822,
Usia
Dalam
116
mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,483. 7. Faktor 7 dinamakan dengan Faktor Individu, yang terdiri atas beberapa variabel yang meliputi: Warna Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,732, Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,647, Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi dengan faktor loading 0,518. 8. Faktor 8 dinamakan dengan Faktor Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen dengan faktor loading 0,791.
B. Implikasi Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor psikologis, faktor produk, faktor sosial, faktor distribusi, faktor harga, faktor promosi, dan faktor individu sangat mempengaruhi konsumen dalam pembelian
Teh Sariwangi . Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh, sebagai obyek produknya adalah Teh Sariwangi. P e n e l i t i a n ya n g d i l a k u k a n u n t u k m e n g e t a h u i f a k t o r - f a k t o r ya n g mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian Teh Sariwangi ini, penelitian ini pula dapat berimplikasi pada pihak-pihak tertentu seperti masyarakat dan perusahaan, bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini konsumen dapat mengetahui
hal-hal
yang
menjadi
penyebab
mereka
mau
117
memutuskan untuk membeli produk Teh Sariwangi. Sedangkan bagi perusahaan berikut adalah hal-hal yang dapat diperhatikan: 1.
Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa produk teh Sariwangi memiliki cita rasa, aroma, dan warna yang khas dan membuat para responden tertarik untuk mengkonsumsi teh Sariwangi, oleh karena itu pihak perusahaan harus dapat menjaga kualitas produk teh Sariwangi.
2.
Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa harga produk teh Sariwangi terjangkau oleh mereka, selain itu mayoritas responden juga merasakan manfaat yang diperoleh sesuai dengan harga produk teh Sariwangi, mayoritas para responden juga setuju bahwa produk teh Sariwangi memiliki harga yang bersaing dengan produk teh celup lainnya, dan harga produk teh Sariwangi juga meyakinkan para responden untuk membelinya,
3.
Mayoritas responden menyatakan setuju bahwa iklan yang ada di Televisi atau pun radio tentang produk teh Sariwangi, promosi penjualan, dan pemasaran langsung, membuat para responden memperoleh informasi tentang produk tersebut, sehingga dapat membeli produk teh Sariwangi.
4.
Mayoritas responden juga menyatakan setuju bahwa produk teh Sariwangi didapatkan dengan mudah, banyak tersedia di toko dan tempat mendapatkannya pun terjangkau.
118
Dari hasil penelitian dan didasarkan pada kesimpulan yang ada maka dapat dikemukan beberapa hal-hal sebagai berikut ini: 1. Mengingat bahwa 8 faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap pembelian produk Teh Sariwangi, maka pihak produsen perlu, memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ke-8 faktor tersebut yaitu: faktor psikologis, faktor produk, faktor sosial, faktor distribusi, faktor harga, faktor promosi, dan faktor individu sangat mempengaruhi
konsumen
dalam
pembelian Teh Sariwangi . Kedelapan faktor tersebut berasal dari dalam dan luar dari diri konsumen. 2. Berkaitan dengan faktor sosial, faktor pribadi atau faktor individu, dan faktor kemudahan dalam mendapatkan produk. Yang paling dominan pada penelitian ini, maka produsen perlu lebilh memperhatikan lagi pada hal-hal yang berkaitan dengan variabel-variabel dari ketiga faktor tersebut. 3. Untuk mengantisipasi persaingan dengan produk yang sejenis, maka pihak produsen perlu lebih kreatif dan inovatif dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Dengan demikian diharapkan para konsumen senantiasa tertarik untuk membeli produk Teh Sariwangi.
119
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. “Manajemen Pemasaran”, PT.Raja Grafindo Persada, 2004. Beerden, O. William, Dkk “Marketing Principles and Perspective”, Edisi II, Mc Graw Hill, New York, 2001. Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS, Jakarta, 2007. Husodo, Siswono Yudo. “Pertanian Mandiri”. Penebar Swadaya, Jakarta, 2004. Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran, Analisis, perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian”, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Kotler, Philip dan Susanto, A.B. “Manajemen Pemasaran di Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Kotler, Philip dan Amstrong “Marketing Manajemen” Prentice Hall, USA, 2000 Mulyono, Sri. “Statistik Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Edisi 3, Lembaga FEUI, Jakarta, 2005 Parubrak, Benyamin, Armanu Thoyib, Agus Suman. “Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Pembelian Kain Donggala di Kotamadya Palu”, FE Unibraw, Malang, 2001. Pawitan, Gandhi “On Use Analysis In Analizing Service Quality Performance”, Parahyangan University, Bandung, 2008. Prasetijo, Ristiyanti, dan Ihalauw, John. “Perilaku Konsumen”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. Prahalad, dan Varmestwary. “Co Creation Competence Consumer”, Harvard Bussiness Review, USA, 2009. Priyono, Fredy Agus. “Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Ikan Dorang (Studi Kasus Pada PT.Ikan Dorang Surabaya), PPS UNTAG, Surabaya 2001. Rangkuti, Freddy. “Measuring Consumer Satisfaction”, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Rastini. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuusan Menginap Di Hotel Berbintang Tiga”, UNTAG, Surabaya, 2001.
120
Saladin Djaslim. ”Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian”, Linda Karya, Bandung, 2003. Scifman, dan Kanuk. “Consumer Behavior”, Prentice Hall, USA, 2000 Situs http://www.antaranews.com/ Situs http://www.kotabekasi.go.id/ Situs http://www.food-info.net/ Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfabeta, Bandung, 2008 Sulistyawati, Eka, Multfiah, Titik, Dan Parubak, armanu. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Patung Kayu Pada Toko Kerajinan Di Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali”, FE Unibraw, Malang, 2001. Sujoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Memakai Jasa Warnet di Kota Jember”, UNTAG, Surabaya, 2002. Susana, Erni. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji di Kotamadya Surabaya”, UNTAG, Surabaya, 2000. Tedjakusuma, Ritawati, Hartini, Sri Muryani. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Minum Mineral di Kotamadya Surabaya” Universitas Airlangga, Surabaya, 2003. Ujianto, Abdurrachman. “Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Kasus Konsumen Di Jawa Timur)”, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2003. Wahyudian, Sumarwan, Ujang, Hartoyo. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Kopi dan Analisis Pemetaan Beberapa Merek Kopi dan Implikasinya Pada Pemasaran Kopi”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN A.Lampiran I : Uji Validitas
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Q26 Q27 Q28
Scale Cronbach's Scale Mean Variance if Corrected Alpha if if Item Item Item-Total Item Deleted Deleted Correlation Deleted 103.7667 62.047 .391 .885 103.8667 60.740 .503 .883 103.8333 61.385 .462 .884 104.1667 61.799 .295 .888 104.3000 59.528 .613 .881 104.0333 62.516 .380 .886 104.0000 62.000 .345 .886 104.2000 61.131 .398 .885 104.0667 62.685 .324 .887 104.1667 61.937 .317 .887 104.0333 60.930 .401 .885 104.1000 61.679 .376 .886 103.8333 61.937 .387 .885 103.9667 60.309 .519 .883 103.9333 59.995 .471 .884 104.2667 59.720 .484 .883 104.3000 61.321 .398 .885 104.2000 58.579 .527 .882 104.2333 57.702 .705 .878 104.1667 61.454 .331 .887 104.2333 59.220 .498 .883 104.0000 60.690 .365 .887 104.2000 62.510 .336 .886 104.0667 63.168 .330 .887 104.1000 59.541 .570 .881 104.0333 60.033 .413 .885 104.0667 59.168 .572 .881 104.0667 58.202 .678 .879
B. Lampiran II: Uji Reliabilitas Cronbach‟s Alpha ,888
N of Items 28
122
C.Lampiran III: Deskriptif Statistic responden
Keterangan Pria Wanita Total
Keterangan 15-20 21-26 27-32 33-38 39-44 45-50 51-56 57-62 Total
Keterangan Kadang Sering Total
Frekuensi 43 72 115
Presentase 37,4 62,6 100
Frekuensi 29 38 13 13 6 8 5 3
Presentase 25,2 33,0 11,3 11,3 5,2 6,9 4,3 2,6
115
100
Frekuensi 62 53 115
Presentase 53,9 46,1 100
Keterangan
Frekuensi
Presentase
Aktif Pasif
59 56
51,3 48,7
Total
115
100
Q1
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 3 11 80 21 115
Percent 2.6 9.6 69.6 18.3 100.0
Valid Percent 2.6 9.6 69.6 18.3 100.0
Cumulative Percent 2.6 12.2 81.7 100.0
123
Q2
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 18 74 18 115
Percent 4.3 15.7 64.3 15.7 100.0
Valid Percent 4.3 15.7 64.3 15.7 100.0
Cumulative Percent 4.3 20.0 84.3 100.0
Valid Percent 5.2 12.2 63.5 19.1 100.0
Cumulative Percent 5.2 17.4 80.9 100.0
Q3
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 6 14 73 22 115
Percent 5.2 12.2 63.5 19.1 100.0 Q4
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 2 16 37 50 10 115
Percent 1.7 13.9 32.2 43.5 8.7 100.0
Valid Percent 1.7 13.9 32.2 43.5 8.7 100.0
Cumulative Percent 1.7 15.7 47.8 91.3 100.0
Q5
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 14 29 63 9 115
Percent 12.2 25.2 54.8 7.8 100.0
Valid Percent 12.2 25.2 54.8 7.8 100.0
Cumulative Percent 12.2 37.4 92.2 100.0
124
Q6
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 13 73 24 115
Percent 4.3 11.3 63.5 20.9 100.0
Valid Percent 4.3 11.3 63.5 20.9 100.0
Cumulative Percent 4.3 15.7 79.1 100.0
Valid Percent 4.3 32.2 53.0 10.4 100.0
Cumulative Percent 4.3 36.5 89.6 100.0
Valid Percent .9 9.6 26.1 56.5 7.0 100.0
Cumulative Percent .9 10.4 36.5 93.0 100.0
Valid Percent 7.8 27.8 54.8 9.6 100.0
Cumulative Percent 7.8 35.7 90.4 100.0
Q7
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 37 61 12 115
Percent 4.3 32.2 53.0 10.4 100.0 Q8
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 11 30 65 8 115
Percent .9 9.6 26.1 56.5 7.0 100.0 Q9
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 9 32 63 11 115
Percent 7.8 27.8 54.8 9.6 100.0
125
Q10
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 17 25 58 14 115
Percent .9 14.8 21.7 50.4 12.2 100.0
Valid Percent .9 14.8 21.7 50.4 12.2 100.0
Cumulative Percent .9 15.7 37.4 87.8 100.0
Q11
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 10 29 64 11 115
Percent .9 8.7 25.2 55.7 9.6 100.0
Valid Percent .9 8.7 25.2 55.7 9.6 100.0
Cumulative Percent .9 9.6 34.8 90.4 100.0
Valid Percent 1.7 13.0 28.7 47.0 9.6 100.0
Cumulative Percent 1.7 14.8 43.5 90.4 100.0
Valid Percent 2.6 5.2 53.0 39.1 100.0
Cumulative Percent 2.6 7.8 60.9 100.0
Q12
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 2 15 33 54 11 115
Percent 1.7 13.0 28.7 47.0 9.6 100.0 Q13
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 3 6 61 45 115
Percent 2.6 5.2 53.0 39.1 100.0
126
Q14
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 28 72 10 115
Percent 4.3 24.3 62.6 8.7 100.0
Valid Percent 4.3 24.3 62.6 8.7 100.0
Cumulative Percent 4.3 28.7 91.3 100.0
Valid Percent 4.3 12.2 64.3 19.1 100.0
Cumulative Percent 4.3 16.5 80.9 100.0
Valid Percent 12.2 37.4 42.6 7.8 100.0
Cumulative Percent 12.2 49.6 92.2 100.0
Valid Percent 4.3 13.9 37.4 40.0 4.3 100.0
Cumulative Percent 4.3 18.3 55.7 95.7 100.0
Q15
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 14 74 22 115
Percent 4.3 12.2 64.3 19.1 100.0 Q16
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 14 43 49 9 115
Percent 12.2 37.4 42.6 7.8 100.0 Q17
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 5 16 43 46 5 115
Percent 4.3 13.9 37.4 40.0 4.3 100.0
127
Q18
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 2 13 39 50 11 115
Percent 1.7 11.3 33.9 43.5 9.6 100.0
Valid Percent 1.7 11.3 33.9 43.5 9.6 100.0
Cumulative Percent 1.7 13.0 47.0 90.4 100.0
Valid Percent 1.7 10.4 37.4 45.2 5.2 100.0
Cumulative Percent 1.7 12.2 49.6 94.8 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent .9 23.5 80.0 100.0
Q19
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 2 12 43 52 6 115
Percent 1.7 10.4 37.4 45.2 5.2 100.0 Q20
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 26 65 23 115
Percent .9 22.6 56.5 20.0 100.0
.9 22.6 56.5 20.0 100.0
Q21
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 3 13 27 64 8 115
Percent 2.6 11.3 23.5 55.7 7.0 100.0
Valid Percent 2.6 11.3 23.5 55.7 7.0 100.0
Cumulative Percent 2.6 13.9 37.4 93.0 100.0
128
Q22
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 12 19 69 15 115
Percent 10.4 16.5 60.0 13.0 100.0
Valid Percent 10.4 16.5 60.0 13.0 100.0
Cumulative Percent 10.4 27.0 87.0 100.0
Valid Percent 27.0 32.2 39.1 1.7 100.0
Cumulative Percent 27.0 59.1 98.3 100.0
Valid Percent 20.9 32.2 46.1 .9 100.0
Cumulative Percent 20.9 53.0 99.1 100.0
Valid Percent 5.2 23.5 66.1 5.2 100.0
Cumulative Percent 5.2 28.7 94.8 100.0
Q23
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 31 37 45 2 115
Percent 27.0 32.2 39.1 1.7 100.0 Q24
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 24 37 53 1 115
Percent 20.9 32.2 46.1 .9 100.0 Q25
Valid
2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 6 27 76 6 115
Percent 5.2 23.5 66.1 5.2 100.0
129
Q26
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 2 11 24 61 17 115
Percent 1.7 9.6 20.9 53.0 14.8 100.0
Valid Percent 1.7 9.6 20.9 53.0 14.8 100.0
Cumulative Percent 1.7 11.3 32.2 85.2 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent .9 7.8 32.2 88.7 100.0
Q27
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 8 28 65 13 115
Percent .9 7.0 24.3 56.5 11.3 100.0
.9 7.0 24.3 56.5 11.3 100.0
Q28
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 Total
Frequency 1 8 25 71 10 115
Percent
Valid Percent
.9 7.0 21.7 61.7 8.7 100.0
.9 7.0 21.7 61.7 8.7 100.0
Cumulative Percent .9 7.8 29.6 91.3 100.0
D.Lampiran IV Analisis Faktor Tabel 4.35 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.661 1113.443 378 .000
130
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.675 1076.377 351 .000
Comumnunalities Initial Extraction Q1 1.000 .678 Q2 1.000 .708 Q3 1.000 .714 Q4 1.000 .634 Q5 1.000 .449 Q6 1.000 .655 Q7 1.000 .588 Q8 1.000 .463 Q9 1.000 .459 Q10 1.000 .626 Q11 1.000 .730 Q12 1.000 .761 Q13 1.000 .608 Q14 1.000 .735 Q15 1.000 .549 Q16 1.000 .536 Q17 1.000 .567 Q18 1.000 .618 Q19 1.000 .566 Q21 1.000 .588 Q22 1.000 .640 Q23 1.000 .801 Q24 1.000 .757 Q25 1.000 .705 Q26 1.000 .628 Q27 1.000 .739 Q28 1.000 .622 Extraction Method: Principal Component Analysis.
131
Total Variance Explained Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative % of Cumulative Total Variance % Total Variance % 5.058 18.734 18.734 5.058 18.734 18.734 3.218 11.919 30.653 3.218 11.919 30.653 2.200 8.147 38.801 2.200 8.147 38.801 1.653 6.123 44.924 1.653 6.123 44.924 1.359 5.035 49.959 1.359 5.035 49.959 1.292 4.786 54.745 1.292 4.786 54.745 1.216 4.502 59.247 1.216 4.502 59.247 1.128 4.176 63.423 1.128 4.176 63.423 .981 3.633 67.056 .930 3.443 70.499 .904 3.347 73.846 .837 3.100 76.946 .813 3.011 79.957 .642 2.378 82.336 .595 2.205 84.541 .588 2.178 86.719 .520 1.926 88.645 .488 1.807 90.452 .476 1.763 92.215 .400 1.481 93.696 .391 1.446 95.143 .311 1.152 96.295 .240 .889 97.184 .215 .797 97.981 .196 .725 98.706 .179 .662 99.368 .171 .632 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis
Compo -nent 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
132
Component Matrix(a) Component 1 2 3 4 5 6 Q1 .492 .361 -.365 -.255 -.224 -.150 Q2 .591 .238 -.448 -.257 -.090 -.120 Q3 .391 .455 -.425 -.352 -.042 -.131 Q4 .413 .092 -.091 -.156 .408 -.211 Q5 .446 .268 -.261 -.005 -.244 .114 Q6 .251 .478 .124 .339 .379 .263 Q7 .425 .349 .106 -.178 -.263 .086 Q8 .183 .412 .320 .006 -.215 .047 Q9 .287 .370 .296 .198 -.044 .238 Q10 .343 .212 .377 .153 -.400 -.347 Q11 .497 .358 .274 .175 .013 -.338 Q12 .456 .198 .364 .064 .213 -.249 Q13 .184 .395 -.026 .402 .180 .135 Q14 .448 .109 -.139 -.155 .212 .457 Q15 .301 .530 .105 .278 .109 .163 Q16 .542 .084 -.387 -.062 .179 .048 Q17 .329 -.304 .259 -.077 .169 -.488 Q18 .531 -.337 .087 -.105 .352 -.077 Q19 .531 -.318 .114 .110 .075 -.145 Q21 .396 -.247 .091 .379 -.277 -.033 Q22 .358 -.167 .334 -.174 -.233 .239 Q23 .458 -.264 .464 -.479 .006 .190 Q24 .428 -.243 .507 -.378 .070 .291 Q25 .525 -.384 -.127 .314 -.381 .123 Q26 .530 -.368 -.204 .346 .195 -.066 Q27 .514 -.529 -.288 .259 -.084 .148 Q28 .471 -.576 -.203 .054 -.037 .083 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 8 components extracted.
7 -.177 .049 .015 .277 -.034 .141 .376 .211 .234 .036 -.322 -.223 -.308 .287 -.208 -.186 .103 .120 .338 .357 -.279 -.203 -.138 -.068 -.086 -.105 -.080
8 -.057 .103 .176 .366 -.191 .032 -.159 .255 .009 .128 -.176 -.470 .332 -.379 .087 -.112 -.126 .244 .128 -.116 .391 .005 -.074 .041 -.017 -.069 .096
133
Rotated Component Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7 Q1 .054 .798 .037 .038 .074 .161 -.054 Q2 .158 .786 .006 .026 .089 -.005 .230 Q3 -.142 .799 -.031 .097 .072 -.063 .189 Q4 -.028 .270 .009 .139 .051 -.017 .732 Q5 .216 .522 -.006 .112 .175 .099 -.184 Q6 -.075 -.024 -.107 .657 .187 .102 .171 Q7 -.032 .351 .091 -.048 .571 .091 .020 Q8 -.181 .088 .126 .237 .586 -.034 .062 Q9 -.012 -.013 .070 .364 .496 .074 .016 Q10 .090 .105 .081 .061 .609 .331 .031 Q11 .049 .245 .088 .319 .194 .709 .009 Q12 .014 .074 .147 .146 .059 .822 .043 Q13 .043 .102 -.039 .754 -.008 .015 .012 Q14 .134 .253 .123 .066 .044 .017 .075 Q15 -.044 .180 .035 .665 .169 .187 -.063 Q16 .275 .532 .051 .188 -.229 .158 .124 Q17 .161 -.072 .096 -.299 .047 .483 .443 Q18 .306 .040 .303 .016 -.053 .076 .647 Q19 .447 -.020 .094 -.083 .255 .107 .518 Q21 .573 -.102 -.104 -.101 .443 .112 .078 Q22 .199 .053 .694 .140 .169 -.107 .018 Q23 .076 .044 .842 -.128 .040 .188 .141 Q24 .083 -.067 .795 -.059 .060 .194 .111 Q25 .794 .124 .142 .010 .165 -.018 -.084 Q26 .670 .068 -.028 .141 -.186 .197 .280 Q27 .824 .110 .102 -.025 -.163 .003 .041 Q28 .683 .103 .240 -.116 -.170 -.071 .198 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 7 iterations.
8 -.017 .063 .006 .039 .210 .362 .344 -.047 .263 -.339 -.130 .179 -.158 .791 .058 .218 -.074 .063 .070 .116 -.237 .103 .236 -.068 .045 .092 -.008
134
Component Transformation Matrix Component 1 2 3 4 5 6 7 1 .531 .494 .334 .196 .249 .327 .340 2 -.590 .412 -.232 .513 .334 .129 -.169 3 -.243 -.582 .509 .067 .435 .378 .044 4 .494 -.404 -.513 .511 .141 .129 -.137 5 -.231 -.214 -.063 .328 -.550 .172 .591 6 .110 -.132 .381 .343 -.034 -.524 -.346 7 -.033 -.141 -.362 -.311 .546 -.294 .425 8 -.031 .028 .178 .333 .122 -.571 .432 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
8 .196 .094 -.070 -.111 .329 .559 .432 -.573
135
Kuisioner Penelitian:
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)
DATA RESPONDEN:
1.
Nama
: ……………………………………………………..
2.
Alamat
: ……………………………………………………..
Kelurahan
: ……………………………………………………..
RT / RW
: ….. / …..
Kecamatan
: ……………………………………………………..
Kota / Kabupaten : …………………………………………………….. Propinsi
: ……………………………………………………..
No. Kontak
: ……………………………………………………..
Telephone
: ……………………………………………………..
Handphone
: ……………………………………………………..
4.
Usia
: …………Tahun
5.
Jenis Kelamin
: Pria / Wanita
3.
(Lingkarilah salah satu jawaban) 6.
Intensitas minum teh : Kadang / Sering (Lingkarilah salah satu jawaban)
7.
Intensitas mengkonsumsi produk teh Sari Wangi : Aktif / Pasif (Lingkarilah salah satu jawaban)
136
Petunjuk: 1.
Berikan tanda silang ( X ) atau ( √ ) pada kolom yang disediakan.
2.
Alternatif jawaban yang tersedia pada kuesioner, silahkan anda pilih yang dianggap sesuai.
3.
Keterangan: (SS) = Sangat Setuju, (S) = Setuju, (R) Ragu, (TS) = Tidak Setuju, (STS) Sangat Tidak Setuju.
Pertanyaan: No
Pertanyaan
SS
S
R
TS
STS
PRODUK 1.
Produk teh celup yang anda konsumsi memiliki cita rasa yang khas, dan membuat anda terkesan dengan cita rasa yang khas tersebut.
2.
Aroma produk teh celup yang anda konsumsi terasa sangat khas, sehingga membuat anda dapat lebih menikmati teh celup yang anda konsumsi.
3.
Teh celup yang anda konsumsi memiliki rasa teh yang khas, dan rasa teh yang khas itu cocok dengan selera anda.
4.
Warna air teh celup yang anda konsumsi berwarna khas dan bening, dan anda tertarik dengan warna air pada teh celup yang anda konsumsi.
5.
Produk
teh
celup
yang
anda
konsumsi
mempunyai tingkat kekentalan atau kepekatan yang
khas,
dan
tingkat
kekentalan
atau
kepekatan tersebut sangat cocok dengan selera anda.
137
No
Pertanyaan
SS
S
R
TS
STS
HARGA 6.
Harga produk teh celup yang ditawarkan oleh produsen untuk anda konsumsi, dapat anda beli dengan harga yang terjangkau.
7.
Produk teh celup yang anda beli dengan tingkat harga tertentu, telah sesuai dengan manfaat yang anda peroleh setelah anda mengkonsumsi produk teh celup tersebut.
8.
Produk teh celup yang anda pilih untuk anda konsumsi, memiliki harga yang bersaing dengan produk teh celup lainnya.
9.
Harga produk teh celup yang ditawarkan oleh produsen pada anda menyakinkan anda untuk membelinya.
PROMOSI 10.
Iklan yang ada di Televisi atau pun radio tentang produk teh celup, membuat anda memperoleh informasi tentang produk tersebut, sehingga anda dapat membeli produk teh celup tersebut.
11.
Dengan
adanya
promosi
penjualan
yang
dilakukan produsen teh mengakibatkan banyak yang mengkonsumsi teh celup tersebut. 12.
Melalui kegiatan pemasaran langsung produk teh celup yang dilakukan oleh produsen, membuat banyak yang menjadi konsumen produk teh celup tersebut.
138
No
Pertanyaan
SS
S
R
TS
STS
DISTRIBUSI 13.
Produk teh celup yang anda konsumsi sangat banyak
tersedia
di
warung,
toko,
dan
minimarket. 14.
Dalam melakukan pembelian teh celup anda mendapatkan pelayanan yang baik oleh penjual.
15.
Lokasi atau tempat anda melakukan pembelian teh celup mudah anda jangkau, sehingga oleh sebab itu anda selalu melakukan pembelian ulang produk teh celup tersebut.
BUDAYA 16.
Kebiasaan dalam mengkonsumsi teh celup (Sari Wangi) yang dilakukan setiap hari menjadikan seseorang ketagihan dalam mengkonsumsi teh celup.
INDIVIDU 17.
Usia remaja adalah usia dimana seseorang mulai menjadi konsumen teh, sedangkan usia dewasa seseorang sudah menjadi konsumen teh yang aktif.
18.
Seseorang yang bekerja minum teh untuk menghilangkan rasa lelahnya setelah bergelut dengan pekerjaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang terbiasa minum teh salah satu alasannya disebabkan oleh profesi yang mereka geluti.
19.
Banyak mahasiswa yang terbiasa minum teh untuk menciptakan suasana yang santai, mereka minum teh untuk membantu mereka agar mudah
139
No
Pertanyaan
SS
S
R
TS
STS
tenang hingga dapat membantu dalam pelajaran atau dalam mengerjakan tugas mereka. Adanya alasan faktor tugas atau kesibukan pendidikan mereka di kuliah tersebut, membuat banyak di kalangan mahasiswa yang minum teh. 20.
Tingkat
penghasilan
seseorang
sangatlah
berbeda-beda, hal ini membuat kebutuhan belanja mereka haruslah disesuaikan dengan tingkat penghasilan mereka. Dari hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat penghasilan mempengaruhi
kebutuhan
belanja
atau
pembelian mereka. 21.
Berkembangannya
kedai-kedai
teh
mengindikasikan bahwa minuman teh adalah minuman yang dapat menjadi sebuah trend gaya hidup seseorang, oleh sebab itu minum teh menjadi sebuah trend gaya hidup bagian yang tak terlepas dari aktivitas anda dalam keseharian. SOSIAL 22.
Keluarga anda adalah referensi anda dalam melakukan pembelian sebuah produk.
23.
Rekan kerja anda adalah referensi anda dalam melakukan pembelian sebuah produk.
24.
Teman sekomunitas anda adalah referensi anda dalam melakukan pembelian sebuah produk.
PSIKOLOGIS 25.
Dalam keyakinan anda, dengan mengkonsumsi teh akan membuat pikiran anda terasa segar, dan anda berkeyakinan pula dengan minum teh dapat
140
No
Pertanyaan
SS
S
R
TS
STS
membuat anda merasa tenang. 26.
Dorongan dari dalam diri anda, untuk minum teh pada pagi hari agar anda dapat semangat melakukan pekerjaan anda.
27.
Anda berkeyakinan bahwa dengan minum teh dapat membuat anda merasa nyaman dan santai.
28.
Saat pertama kali anda minum teh anda merasakan kenyamanan
141