Artikel Penelitian
Skoring Psikopatologi dan Faktor yang Berhubungan pada Perempuan Usia Perimenopause
Felix Liauw,* Fitria Amalia Umar,* Florentinus Hendrianto,* Habsyiyah Idrus,* Helena Shinta Pinontoan,* Indah Suci Widyahening,** JM Seno Adjie*** *Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia **Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ***Departemen Obstetri & Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak: Usia 40-55 tahun merupakan usia wanita mengalami masa perimenopause. Pada masa itu terjadi perubahan kadar hormon reproduksi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis (gejala psikopatologi). Perubahan psikis tersebut dapat pula disebabkan oleh faktor stresor psikososial. Seperti umumnya wanita usia perimenopause, perawat wanita dalam kisaran usia tersebut juga dapat mengalami berbagai gejala psikopatologi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pelayanan para perawat di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui skoring psikopatologi (menurut SCL-90) yang dialami perawat wanita usia perimenopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala psikopatologi tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional dengan subyek perawat di unit rawat jalan dan rawat inap RS X. Setiap responden mengisi data umum, kuesioner SCL-90, dan kuesioner skala Holmes-Rahe; semua kuesioner diisi sendiri oleh responden (self-administered). Dari total 59 responden, 18,6% subyek mengalami gejala psikopatologi. Didapatkan hubungan antara faktor stresor psikososial dengan terjadinya psikopatologi pada perawat usia 40-55 tahun (p=0,005; OR 12,9; 95%CI 1,5-108,6). Faktor lain yang juga mempunyai hubungan bermakna dengan gejala psikopatologi adalah usia (p=0,041; OR 7,8; 95%CI 0,965,7), lama bekerja (p=0,015; OR 6,0; 95%CI 1,5-24,6), jumlah perawat dalam satu kali shift (p=0,046; OR 4,4; 95%CI 1,0-18,9). Disimpulkan faktor psikososial, usia, dan faktor pekerjaan (lama bekerja dan jumlah perawat dalam satu kali shift) adalah faktor yang berperan dalam terjadinya gejala psikopatologi pada perawat berusia 40-55 tahun. Kata kunci: patologi, stresor psikososial
146
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Mei 2007
Skoring Psikopatologi pada Perempuan Usia Perimenopause
Psychopathology Scoring and its Corresponding Factors Among Women in Perimenopause Age
Felix Liauw,* Fitria Amalia Umar,* Florentinus Hendrianto,* Habsyiyah Idrus,* Helena Shinta Pinontoan,* Indah Suci Widyahening,** JM Seno Adjie*** *Faculty of Medicine, University of Indonesia **Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia ***Department of Obstetric & Gynecology, Faculty of Medicine, University of Indonesia
Abstract: Women in their 40-55 years age experience perimenopause. In this period, disturbance of reproductive hormones occurs, which can cause many physical and psychological changes. Those psychological changes (psychopathologic) can also be caused by psychosocial stressor factors. Female nurses in perimenopause age also have various psychopathology symptoms, which might affect their quality of service at work. Therefore, the aim of this study was to know the distribution of psychopathology scores (according to SCL-90) and the related factors among nurses in perimenopause age. A cross-sectional study was conducted among nurses in polyclinics and wards at “X” Hospital. Subjects were recruited with consecutive sampling method. All subjects filled in questionnaire on socio-demographic information, SCL-90 questionnaire, and Holmes-Rahe scale questionnaire by them selves (self-administered). Of 59 subjects, 18.6% had psychopathologic symptoms. There was an association between psychosocial stressor and the number of psychopathologic symptoms among nurses age 40-55 years (p=0.005, OR 12.9, 95%CI 1.5 to 108.6). Other factors that showed significant association with psychopathologic symptoms were age (p=0.041, OR 7.8, 95%CI 0.9 to 65.7), duration of working (p=0.015, OR 6.0, 95%CI 1.5 to 24.6), and numbers of nurses in a teamwork (p=0.046, OR 4.4, 95%CI 1.0 to 18.9). It was concluded that psychosocial factor, age, job history (duration of working and numbers of nurses in a teamwork) were associated with psychopathology manifestations among nurses age 40-55 years old. Key words: psychopatology, psychosocial stressor
Pendahuluan Usia 40-55 tahun merupakan usia wanita mengalami masa perimenopause. Masa perimenopause merupakan masa perubahan antara premenopause dan menopause. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan kadar hormon reproduksi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan psikis dan rasa tidak nyaman. Keadaan ini sebenarnya bukan suatu keadaan patologis, melainkan suatu proses yang menjadi bagian dalam perjalanan hidup wanita. Walaupun demikian, beberapa wanita dapat merasa terganggu bahkan hingga depresi dalam menghadapi berbagai perubahan tersebut, sehingga membutuhkan suatu penanganan khusus dalam bidang medis.1 Dalam hidup wanita, faktor estrogen berperan dalam pengaturan siklus menstruasi. Penurunan kadar hormon ini pada masa perimenopause menyebabkan wanita mengalami sindrom defisiensi estrogen, yaitu keadaan yang meliputi gangguan vasomotor, perubahan metabolik, osteoporosis,
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007
penyakit jantung koroner, maupun gangguan psikologis. Gejala psikologis yang sering timbul antara lain depresi, ansietas, sakit kepala, insomnia, mudah lelah, gangguan gairah seksual, dan penurunan fungsi kognitif terutama fungsi memori.1 Dalam menilai seberapa berat gejala yang dialami wanita pada masa menopause, perlu diperhatikan juga faktor psikososial dan endogen (biologik dan genetik). Di antara ketiga faktor tersebut, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh faktor psikososial terhadap gejala psikopatologi pada wanita pada usia perimenopause.2,3 Perawat adalah bagian dari kelompok profesi kesehatan yang sebagian besar adalah wanita. Tugas pokok mereka adalah memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaikbaiknya agar tercapai kesehatan pasien yang optimal. Gangguan kesehatan pada perawat dapat menghambat tercapainya tujuan pelayanan rumah sakit. Dalam pekerjaannya, hampir setiap hari mereka menghadapi tugas yang menuntut
147
Skoring Psikopatologi pada Perempuan Usia Perimenopause profesionalitas dan tanggung jawab. Beberapa faktor pekerjaan perawat dapat merupakan sumber stres yang kuat. Hal ini dapat menimbulkan stres psikis yang lebih lanjut lagi akan menyebabkan gangguan psikopatologi.4 Saat memasuki usia perimenopause, para perawat wanita juga akan menghadapi gejala-gejala perimenopause yang juga dapat memperberat gejala psikopatologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala psikopatologi (menurut Symptom Check List/SCL-90) yang dialami perawat wanita usia perimenopause (40-55 tahun) dan faktor-faktor (faktor demografis, keluarga, pekerjaan, dan stresor psikososial) yang berhubungan dengan gejala psikopatologi tersebut. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2006 di RS X, Jakarta. Responden penelitian adalah perawat wanita berusia 40-55 tahun yang bekerja di unit rawat jalan (poliklinik) dan rawat inap (bangsal) lingkungan RS X Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria inklusi adalah perawat berusia 40-55 tahun di lingkungan RS X Jakarta dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi adalah pernah menjalani operasi pengangkatan indung telur atau rahim. Sebanyak 59 responden dikumpulkan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data umum (karakteristik demografis, keadaan keluarga, pekerjaan), dan data khusus (skala Holmes-Rahe dan SCL-90).5,6 Setelah dikumpulkan, data diverifikasi, diedit dan dikoding data kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12. Data yang telah diolah dianalisis secara analitik dengan uji kemaknaan yang sesuai (Chi-square atau Fisher exact test). Pada penelitian ini, batasan menstruasi teratur adalah siklus menstruasi sebulan sekali dengan jarak antar menstruasi 28-30 hari, sedangkan kriteria menopause adalah tidak mengalami siklus menstruasi selama minimal 3 bulan. Stresor psikososial dinilai menggunakan skala Holmes Rahe (The Social Readjustment Rating Scale). Skala berisi 43 pertanyaan mengenai kejadian sehari-hari yang dialami dalam satu tahun terakhir dan berpotensi menjadi penyebab stres, seperti perceraian, pisah ranjang, pemutusan hubungan kerja, kehamilan, pensiun, dan lain-lain. Interpretasi dari skala tersebut dibagi menjadi 3 tingkatan risiko depresi yaitu <150 (berarti 30% berisiko mengalami depresi), 150-299 (50% berisiko mengalami depresi), dan ε >300 (80%o berisiko mengalami depresi).5 Skor psikopatologi dinilai dengan SCL-90. Sensitivitas dan spesifisitas SCL-90 saat diuji coba pada pasien rawat jalan Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta oleh Herianto M6 mencapai 82,92% dan 83%. SCL-90 adalah kuesioner berisi 90 pertanyaan gejala psikopatologi 148
yang dialami dalam satu bulan terakhir, meliputi 13 pertanyaan yang mengacu pada gejala depresi, 10 ansietas, 10 obsesikompulsif, 7 fobia, 12 somatisasi, 9 sensitifitas interpersonal, 6 hostilitas, 6 paranoid, 10 psikosis, dan 7 item tambahan. Masing-masing pertanyaan diberi skala 0 (tidak sama sekali) sampai 4 (banyak) berdasarkan subjektivitas responden. Kemudian, skala dari 90 pertanyaan tersebut dijumlah sehingga didapatkan skor kasar (raw score). Lalu, skor kasar dikonversi menjadi total skor-T (T-score). Bila total skor T kurang dari 61 berarti tidak mengalami psikopatologi, sedangkan lebih sama dengan 61 berarti mengalami psikopatologi. Di samping menilai ada tidaknya psikopatologi secara keseluruhan, kecenderungan gejala psikopatologi yang dominan dialami responden dapat juga dinilai dengan cara mengelompokkan pertanyaan berdasarkan tiap gejala psikopatologi seperti yang telah diuraikan di atas (depresi, ansietas, dan selanjutnya). Skor kasar yang didapat lalu dikonversikan menjadi skor-T. Bila skor-T di atas 70 maka dianggap mengalami gangguan gejala tersebut. Sebagai contoh, dari 13 pertanyaan depresi didapatkan skor kasar 17 (dari maksimal 52) maka skor-T gejala depresi adalah 71. Hal itu menandakan bahwa responden mengalami gejala depresi. Dengan demikian, SCL-90 dapat memberi dua outcome, yaitu ada tidaknya psikopatologi secara keseluruhan dan gejala psikopatologi apa yang dominan dialami responden. Hasil Penelitian Karakteristik Sampel Penelitian Sebaran subyek penelitian dibagi menjadi karakteristik demografis (umur, pendidikan, status pernikahan, masih tidaknya mengalami menstruasi, dan penggunaan kontrasepsi hormonal), faktor keluarga (jumlah anak, bentuk keluarga, pendapatan dan pengeluaran per bulan), faktor pekerjaan (unit kerja, shift kerja, jabatan, jumlah perawat dalam satu kali shift, dan lama menjadi perawat), faktor stresor psikososial (menurut skala Holmes-Rahe), serta skor psikopatologi berdasarkan SCL-90. Hampir seluruh responden menyandang status menikah (94,9%), sedangkan sisanya adalah cerai mati (5,1%). Sebagian besar responden menganut bentuk keluarga inti (84,7%). Sebanyak 35 responden (59,3%) memiliki anak lebih dari dua, sedangkan yang memiliki 1-2 anak ada 23 responden (39%), dan hanya 1 responden yang tidak memiliki anak (Tabel 1). Gambaran Skor Psikopatologi (Menurut SCL-90) dan Stresor Psikososial (skala Holmes-Rahe) Didapatkan sebanyak 11 (18,6%) responden mengalami psikopatologi (skor SCL-90 ε > 61). Berdasarkan penilaian terhadap stresor psikososial dengan kuesioner Holmes-Rahe, terdapat 28 (47,5%) responden termasuk ke dalam kelompok yang mengalami 30% risiko depresi, 21 (35,6%) dalam kelompok 50% risiko depresi, dan 10 (16,9%) dalam kelompok 80% risiko depresi. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007
Skoring Psikopatologi pada Perempuan Usia Perimenopause Tabel 1. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Demografis, Faktor Keluarga, dan Faktor Pekerjaan (n=59) Karakteristik Tingkat usia
40-44 tahun* 45-49 tahun* 50-55 tahun Tingkat pendidikan SPK Diploma* Sarjana* Pendapatan keluarga