FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESULITAN MENGINGAT DAN KONSENTRASI PADA USIA LANJUT DI INDONESIA TAHUN 2004 Analisis Data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Data SDKI Tahun 2004 Faiza Yuniati, S.Pd, MKM1), *Muchlis Riza, SKM, M.Kes2) 1),2)
Dosen Poltekkes Palembang
Abstrak Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan makin meningkatnya masalah sosial dan penyakit, baik penyakit fisik maupun mental yang berhubungan dengan usia lanjut. Salah satu gangguan mental yang sering dikeluhkan oleh usia lanjut adalah kesulitan mengingat dan konsentrasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data Survey Sosial Ekonomi Nasional yang terintegrasi dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2004. Dari hasil diketahui bahwa prevalensi kesulitan mengingat dan konsentrasi di Indonesia adalah sebesar 12,5%. Diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi adalah umur, kesulitan merawat diri sendiri, tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan, kesulitan melaksanakan aktivitas sosial, pendidikan, status perkawinan serta kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur. Kata Kunci: Usia Lanjut, Kesulitan Mengingat dan konsentrasi, pre-demensia
Abstract Elderly population increases from year to year in Indonesia, and has caused many social problems in elderly, physical diseases and also mental diseases. One of the mental diseases in elderly is Subjective complaints of memory and concentration. The goal of this research is to uncover the factors correlate with Subjective Complaints of Memory and Concentration in Indonesian elder people using a quantitative research with cross sectional design. Data resources in this research is a data of National Social Economic Survey integrated with Family Health Survey, year 2004. The result shown that prevalence of subjective complaints of memory and concentration is 12,5 %, known that factors correlate with subjective complaint of memory and concentration is age, disability in activity daily living, low self esteem and depression, disability in social activity, education, marital status, and behavior in consume fruits and vegetables. Key Word: Elderly, Subjective Memory Complain, pre-demensia
tiap aspek kehidupan. Pasien dengan
Pendahuluan lanjut
gangguan kognitif berat rata-rata lama
Indonesia pada tahun 2000 menurut
hari rawat sebesar 10,4 hari dan
Badan Pusat Statistik mencapai 7,1
menyebabkan
persen
penduduk
perkapita 4000 $ lebih tinggi dibanding
(201.241.999 jiwa), atau mencapai
pasien tanpa gangguan kognitif yang
14.415.814 jiwa, tahun 2003 menjadi
mempunyai rata-rata lama hari rawat
16,2
2004
hanya 6,5 hari. Sebesar 7 juta jiwa
mengalami peningkatan menjadi 16,5
usia lanjut di rawat oleh orang lain
juta
dari
yaitu pasangannya, anak atau teman
United State Buraeau of Census 1993,
karib. Mereka merawat dan memenuhi
populasi
usia lanjut di Indonesia
kebutuhan usia lanjut tanpa di bayar.
antara tahun 1990-2023 akan naik
Namun jika digantikan oleh petugas
414% (Depkes & Kessos, 2001),
yang mendapat bayaran maka negara
suatu angka tertinggi di seluruh dunia.
harus mengeluarkan dana sebesar
Depkes
$45-75
Jumlah
penduduk
dari
juta
total
jiwa
jiwa.
dan
Menurut
RI
usia
tahun perkiraan
memperkirakan
tahun
perbedaan
billion
usia lanjut akan
Alliance: 1997).
menyamai jumlah balita yaitu sekitar
Mengingat
2005-2010 jumlah
biaya
pertahun
(National
besarnya
dampak
8,5% dari jumlah seluruh penduduk
baik bagi usia lanjut, keluarga
atau
Indonesia atau sekitar 19 juta jiwa.
negara jika masalah kogntif tidak
Berdasarkan survei Depkes RI
disikapi dengan tepat dan serius,
tahun 2002 gangguan mental pada
maka deteksi dini masalah tersebut
usia 55-64 tahun mencapai 7,9% dan
harus ditingkatkan. Perlu diketahui
usia di atas 65 tahun sebesar 12,3%.
faktor-faktor
Gangguan
banyak
berhubungan
adalah
kesulitan mengingat dan konsentrasi
yaitu
pada usia lanjut, sehingga upaya
(Subjective
pencegahan gangguan fungsi kognitif
Memory Complain/SMC) Bila tidak
secara efektif dan efisien ditujukan
ditindaklanjuti
dengan
pada usia lanjut yang mempunyai
berkembang
menjadi
terjadi
mental
pada
penurunan kesulitan
dengan
yang
usia fungsi
lanjut kognitif
mengingat
tingkat
yang
baik
akan
gangguan lebih
parah
menyebabkan berbagai masalah di
resiko.
sosiodemografi dengan
yang
terjadinya
Tujuan umum:
Metode Penelitian
Mendapatkan mengenai
faktor-faktor
berhubungan
Penelitian
informasi yang
dengan
keluhan
kesulitan mengingat dan konsentrasi
ini
merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang (Cross Sectional). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder hasil Survei
pada usia lanjut di Indonesia.
Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas)
Tahun 2004 dan Survei Kesehatan
Tujuan Khusus:
Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004. 1. Diperoleh
informasi
mengenai
prevalensi
keluhan
subyektif
kesulitan
mengingat
dan
konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. 2. Diperoleh
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah total sampel pada SKRT dengan kriteria umur 60 tahun ke atas dan
terintegrasi
dengan
sampel
Susenas yaitu sebanyak 1001 orang. informasi
mengenai
deskriptif karakteristik usia lanjut di Indonesia.
Analisis
penelitian
dengan
ini
dilakukan
menggunakan
analisis
multivariabel regresi logistik.
3. Diperoleh informasi mengenai: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Univariabel
konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Kerangka Konsep Penelitian
Pada
analisis
univariabel
diketahui bahwa usia lanjut yang mengeluh
sulit
mengingat
adalah
seperti
terlihat
dan
sangat
sebesar pada
sulit 12,5%
tabel
1.
Department of Health and Human Services U.S (1999) mengestimasi kejadian SMC antara 50-80% pada usia lanjut. Menurut Euroderm (1991) prevalensi gangguan fungsi kognitif di negara berkembang lebih rendah dari pada
di
negara
maju
(Finlandia
76,3%, Brazil 59%, Perancis 33,5%
dan Swedia 33%). Laporan Susenas
mengenai
tahun 2004, sebesar 12,5% kelompok
kewaspadaan usia lanjut terhadap
usia lanjut Indonesia di atas 60 tahun
gangguan kognitif menyebabkan
(rata-rata umur 68,8 tahun) mengeluh
tingkat persepsi diri yang lebih baik
sulit dan sangat sulit dalam mengingat
sehingga dapat menjaring angka
dan konsentrasi, dan sebesar 3%
kejadian SMC.dibanding dengan
untuk kelompok umur 15 tahun ke
negara
atas. Angka ini jika dibandingkan
Indonesia yang tingkat kepedulian
dengan prevalensi di negara lain
dan kewaspadaan akan penurunan
masih jauh lebih rendah. Prevalensi
fungsi konitifnya masih rendah,
SMC
ini
sehingga kesulitan mengingat dan
oleh
konsentrasi yang terjadi dalam
yang
lebih
kemungkinan
rendah
disebabkan
kepedulian
dan
berkembang
seperti
beberapa hal yaitu:
kehidupan
a. Jenis pertanyaan atau kuesioner
disadari sebagai suatu gangguan
yang digunakan untuk menggali
atau bahkan dianggap sebagai
keluhan
suatu yang normal.
subyektif
gangguan
sehari-hari
tidak
memori berbeda, baik dari teks pertanyaannya kuesioner
itu
ataupun sendiri
Keluhan
jenis
(memory
memori
subyektif
sebenarnya
complaints questionnaire atau self
langsung
report Questionnaire)
kuesioner/pertanyaan
b. Ada perbedaan pengklasifikasian
di
gangguan
tidak
dapat
identifikasi
melalui
yang
berisi
laporan/keluhan spontan subjek akan
jawaban responden ( ya, tidak,
gangguan
ringan, sedang, sulit dan sangat
Questionnaire), dan hal ini sering
sulit).
dilakukan
c. Kelompok responden berbeda di
memori oleh
prakteknya
(self
para
report
ahli
sehari-hari.
pada
Keluhan
Secara
gangguan memori/penurunan fungsi
teoritis semakin bertambah umur
kognitif akan lebih bermakna dengan
semakin
menggunakan
tinjau
dari
segi besar
umur.
kemungkinan
kuesioner/pertanyaan
terjadi penurunan fungsi kognitif
yang
(NIH, 2002)
masalah gangguan memori (direct
d. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan informasi yang lebih luas
langsung
mengarah
pada
questioner about memory problem/ memory
complaint
questionnaire
(Mac-Q),
sebelum
dilakukan
tes
obyektif gangguan memori.
Analisis Bivariabel Pada
analisis
hubungan
bivariabel
terlihat
dengan
variabel
SMC
bebas lainnya (Tabel 2).
Tabel 1. Distribusi Usia Lanjut Menurut Tingkat Kesulitan Mengingat/konsentrasi Indonesia, Susenas 2004
Tabel 2 Hubungan Variabel Bebas dengan Keluhan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Kesulitan mengingat/konsentrasi Tdk ada, ringan, sdg Variabel bebas
Total
Sulit, sgt sulit
Nilai P
OR
95%CI
1
--
n
%
n
%
n
754
89,66
87
10,34
841
76-80 th
67
78,82
18
21,18
85
2,41
1,29 – 4,51
≥ 81 th
55
73,33
20
26,67
75
3,40
1,88 – 6,16
473
85,38
81
14,62
447
1
--
403
90,16
44
9,84
554
0,66
0,43 – 1,00
Tidak masalah, rng,sdg
853
89,60
99
10,40
952
1
--
Sulit dan sangat sulit
23
49,94
26
53,06
49
9,40
4,98 –17,73
Tidak masalah, rng,sdg
850
89,66
98
10,34
948
1
--
Sulit dan sangat sulit
26
49,06
27
50,94
53
7,68
4,19 – 14,07
Umur
: 60-75 th
Jenis k. : Perempuan Laki-laki
0,000
0,052
Merawat diri : 0,000
Sedih,tertekan: 0,000
Aktivitas sosial: Tidak masalah, rng,sdg
849
90,42
90
9,58
939
Sulit dan sangat sulit
27
43,55
35
56,45
62
Tidak punya ijazah
553
85,34
95
14,66
648
SD
224
91,06
22
9,94
≥SMP
99
92,52
8
Kawin
495
90,66
Belum kawin
14
Cerai Tempat tinggal: Kota
1
--
11,07
6,14 -19,94
1
--
246
0,53
0,31 – 0,90
7,48
107
0,38
0,18 – 0,80
51
9,34
546
1
--
93,33
1
6,67
15
0,50
0,06 – 4,00
367
83,41
73
16,59
440
2,00
1,33 – 3,01
316
91,07
31
8,93
347
1
--
560
85,63
94
14,37
654
1,44
0,91 – 2,30
414
85,71
69
14,29
483
1
--
Rp.450.000-
314
88,45
41
11,55
355
0,87
0,57 – 1 34
Rp.900.000
148
90,80
15
9,20
163
0,75
0,41 – 1,38
Ya, tiap hari
210
90,91
21
9,09
231
1
--
Ya, kadang-kadang
42
84,00
8
16,00
50
1,79
0,70 – 4,58
Tidak, sebelumnya
95
88,79
12
11,21
107
1,35
0,61 – 2,98
pernah
529
86,30
84
13,70
613
1,60
0,95 – 2,69
>3 porsi/mgg
248
90,51
26
9,49
274
1
--
0 - 0,49 porsi/mgg
346
84,80
62
15,10
408
1,71
1,00 – 2,91
0,5 – 3 porsi/mgg
282
88,40
37
11,60
319
1,05
0,59 – 1,87
0,5 – 7
414
86,07
67
13,93
481
1
--
0 – 0,49
33
73,33
12
26,67
45
1,92
0,82 – 4,51
≥7
429
90,32
46
9,68
475
0,74
0,48 – 1,12
Pendidikan
0,000
: 0,007
Status kawin :
Desa Ekonomi
0,002
0,122
: 0,601
>Rp.900.000 Merokok
: 0,340
Tidak pernah Konsumsi buah : 0,061
Konsumsi sayur : 0,057
Aktivitas kerja: Bekerja
402
90,54
42
9,46
444
Tidak bekerja
474
85,10
83
14,90
557
446
89,74
51
10,26
497
14,68
504
0,017
1
--
1,68
1,10 – 2,58
1
--
1,47
0,96 – 2,27
Olah raga jalan kaki: ≥3x/minggu <3x/mgg atau tdk jalan
430
85,32
74
0,079
kaki
Seleksi
Analisis Multivariabel
kandidat
berdasarkan Tahap awal analisis multivariabel
variabel
kriteria
nilai
bebas P<0,25
terdapat pada Tabel 3.
dengan melakukan seleksi kandidat variabel bebas untuk dapat masuk dalam model.
Tabel 3. Seleksi Variabel Bebas Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Standar Odds G (Chi) Nilai P Variabel Koefisien Error Ratio Umur (76-80 th)
0,880
0,318
2,411
23,204
0,006
Umur (≥81 th)
1,225
0,302
3,403
--
0,000
Jenis kelamin (laki-
-0,416
0,214
0,660
5,167
0,052
laki)
2,240
0,323
9,395
77,613
0,000
Sulit merawat diri
2,038
0,308
7,678
75,732
0,000
Rendah diri, tertekan
2,404
0,300
11,068
116,898
0,000
Kesulitan
-0,633
0,269
0,531
8,086
0,019
sosial
-0,956
0,376
0,384
--
0,011
Pendidikan SD
-0,691
1,057
0,501
12,192
0,514
Pendidikan ≥SMP
0,692
0,209
1,998
--
0,001
Belum kawin
0,367
0,237
1,444
6,138
0,122
fungsi
Cerai
0,153
0,329
1,166
3,325
0,532
Daerah pedesaan
0,291
0,311
1,338
--
0,351
Pengeluaran
0,583
0,479
1,791
3,991
0,224
900rb)
0,297
0,404
1,346
--
0,463
Pengeluaran (≥900rb)
0,467
0,265
1,595
--
0,079
Kadang merokok
0,536
0,291
1,708
5,224
0,860
Pernah merokok
0,051
0,271
1,053
--
0,049
Tidak
0,652
0,435
1,919
12,610
0,135
merokok
-0,307
0,213
0,736
--
0,149
Tidak konsumsi buah
0,521
0,218
1,684
6,695
0,017
Konsumsi buah (≤3
0,387
0,221
1,473
4,476
0,080
(450-
pernah
prs) Tidak konsumsi sayur Konsumsi
syr
(>7
porsi) Tidak bekerja Jalan kaki <3x/mgg Keterangan: Variabel yang dicetak tebal adalah variabel yang masuk dalam analisis lanjut.
Analisis
multivariabel
dengan
menggunakan
backward selection, memasukkan
yaitu
semua
dilakukan
variabel-variabel bebas lainnya lebih
metode
dari
10%,
maka
variabel
yang
dengan
dikeluarkan tersebut tetap masuk
variabel
dalam analisis lanjut, dan sebaliknya
bebas yang memenuhi kriteria
bila besar perubahan odds ratio
kedalam regresi logistik, kemudian
kurang
dikeluarkan satu persatu dimulai dari
tersebut
nilai P
analisis lanjut. Hasil akhir regresi
yang terbesar kemudian
dari
10%
tidak
maka
diikutkan
multivariabel
variabel dalam
dinilai besar perubahan odds ratio.
logistik
sebelum
Bila besar perubahan odds ratio
interaksi dapat dilihat pada tabel 4.
uji
Tabel 4. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Multivariabel Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia, Susenas 2004 Variabel bebas
Koef, -0,579 0,482
Umur (60-75 th) Umur (76-80 th Umur (>80 th)
Standar Error -0,654 0,7044
t
P>t
--1,58 1,11
--0,115 0,268
Odds Ratio 1 1,78 1,62
-0,869 – 3,663 0,690 – 3,803
95% CI
Sulit merawat diri
1,025
1,305
2,19
0,029
2,78
1,110 – 6,991
Rendah diri, tertekan
1,395
1,756
3,21
0,001
4,03
1,717 – 9,485
Kesulitan fungsi sosial
1,610
1,907
4,22
0,000
5,00
2,366 – 10,575
Tidak punya ijazah Pendidikan SD Pendidikan ≥SMP
---0,438 -0,670
-0,202 0,217
--1,4 -1,58
-0,161 0,115
1 0,64 0,51
-0,349 – 1,191 0,222 – 1,178
Kawin Belum kawin Cerai
--0,669 0,462
-0,521 0,377
--0,66 1,94
-0,511 0,052
1 0,51 1,58
-0,070 – 3,775 0,995 – 2,532
Konsumsi buah >3 porsi Tidak konsumsi buah Konsumsi buah (≤3 prs)
-0,249 -0,255
-0,377 0,246
-0,85 -0,8
-0,397 0,421
1 1,28 0,77
-0,720 – 2,285 0,415 – 1,445
Konsumsi sayur ≤7 porsi Tidak konsumsi sayur Konsumsi sayur (>7 prs)
-0,722 -0,172
-1,029 0,203
-1,44 -0,71
-0,149 0,477
1 2,05 0,84
-0,771 – 5,496 0,524 – 1,353
Konstanta
-2,544
Faktor-faktor
yang
berhubungan
memiliki jumlah paling banyak yaitu
dengan kesulitan mengingat dan
sebesar
84,02%.
Hubungan
umur
konsentrasi.
dengan kejadian kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut
1. Hubungan umur dengan kesulitan mengingat
dan
konsentrasi
di
Indonesia
mempunyai
hubungan
bermakna.
Usia lanjut lebih dari 80 tahun berisiko lebih besar untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi, yaitu 3,40
Rata-rata umur usia lanjut pada
kali dibanding kelompok umur 60 – 75
penelitian ini adalah sebesar 68,8
tahun.
Semakin
bertambah
usia,
tahun. Kelompok umur 60 – 75 tahun
makin besar risiko terjadinya kesulitan
yang
tahun, baik ketahanan fisik maupun
kemungkinan
mental. Pengalaman dan pendidikan
terjadi penurunan fungsi kognitif. Hal
yang diperoleh semasa hidup dapat
ini sejalan dengan hasil penelitian oleh
memberikan pengajaran yang berarti
Bassett et.al (1993) bahwa frekuensi
dalam
SMC meningkat linier pada usia lanjut
menatalaksana stress dengan baik,
diatas 65 tahun. bertambahnya umur
lebih bijaksana menjalani kehidupan.
merupakan faktor
mayor
Dengan bertambahnya usia, walaupun
fungsi
kesehatan fisik mulai menurun, bila
otak
mengalami
psikologis sehat dapat memberi efek
perubahan
(NIH,2002).
pencegahan
mengingat artinya
dan
makin
terjadinya kognitif
konsentrasi besar
penurunan karena
beberapa
risiko
mengatasi
permasalahan,
terhadap
seperti
gangguan
Terbentuknya plaq di sekitar area otak
mental
gangguan
kognitif
menyebabkan sel mitokondria otak
kesulitan mengingat dan konsentrasi.
lebih mudah rusak dan berpengaruh juga terhadap terjadinya peningkatan
2. Hubungan kesulitan merawat diri
inflamasi (Katzman, 1992). Namun
dengan kesulitan mengingat dan
bila di kontrol dengan variabel bebas
konsentrasi.
lain dalam analisis multivariabel maka risiko
untuk
mengingat
mengalami
dan
konsentrasi
lebih
besar pada usia lanjut berumur 76-80 tahun yaitu 1,78 kali (95%CI=0,863,66 dibanding kelompok umur 60-75 tahun) dari pada usia lanjut berumur di atas
80
tahun
Terdapat hubungan bermakna
kesulitan
(OR=1,62;
95%
CI=0,64-3,80 dibandingkan umur 6075 tahun). Walaupun perbedaan ini tidak begitu besar namun hal ini mungkin disebabkan, penduduk usia lanjut yang telah mencapai umur di atas 80 tahun mempunyai fungsi ketahanan hidup dan adaptasi yang lebih baik dibandingkan usia 76-80
antara kesulitan merawat diri dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada
usia
lanjut.
Dalam
analisis
multivariabel diketahui bahwa usia lanjut dengan kesulitan merawat diri, berisiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar 2,78 (95% CI : 1,11 – 6,99) dibanding usia lanjut tanpa kesulitan merawat diri atau hanya mengalami kesulitan ringan/sedang. Aktivitas fisik seharihari, pada banyak penelitian telah ditemukan sebagai faktor protektif melawan terjadinya gangguan fungsi
kognitif (Flicker, et.al:2005 ; Abbott,
3. Hubungan perasaan sedih, rendah
et.al:2004;Weuve,et.al:2004).Studi
diri dan tertekan dengan kesulitan
longitudinal 2 tahun di Inggris oleh
mengingat dan konsentrasi
Jagger
et.al
menunjukkan
ketergantungan aktivitas
dalam
bahwa
sehari-hari
merefleksikan
Terdapat hubungan bermakna
melakukan yang
gangguan
atau
kesulitan dalam melakukan aktivitas tersebut, berisiko terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif sebesar 3,4 kali di banding individu yang tidak
antara tingkat keparahan perasaan sedih, rendah diri dan tertekan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut. Usia lanjut dengan perasaan sedih, rendah diri atau tertekan dengan tingkat keparahan berat dan sangat berat, berisiko untuk
mengalami gangguan.
mengalami kesulitan mengingat dan Kegiatan merawat diri sendiri
konsentrasi sebesar 4,03 (95% CI :
seperti mandi, berpakaian, BAB/BAK,
1,71 – 9,48) dibanding usia lanjut
menggosok
yang
gigi,
makan
dan
tidak
mengalami
masalah
ambulation, merupakan kemampuan
psikologis tersebut atau bermasalah
dasar
dapat
dengan tingkat ringan dan sedang.
dilakukan oleh orang yang sehat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
Demikian juga kemampuan aktivitas
masalah psikologis (perasaan sedih,
sehari-hari
tinggi
rendah diri dan tertekan) yang berat
(membaca,
dan sangat berat merupakan faktor
yang
seharusnya
yang
lebih
tingkatannya
menulis,memasak,membersihkan
risiko terjadinya keluhan mengingat
lingkungan,belanja dll. Dibentuknya
dan
Pusat Pelayanan Usia Lanjut oleh
dengan penelitian Michael & Norman
pemerintah (day care, psychogeriatric
(1996)
service) merupakan sarana yang tepat
signifikan antara perasaan rendah diri
untuk memberi kesempatan bagi usila
atau tertekan dengan total keluhan
mendapatkan
subyektif gangguan memori (pada
konseling
tentang
kemampuan fisiknya terutama dalam
konsentrasi.Hal yang
didapat
ini
sejalan hubungan
usila berumur rata-rata 70 th).
melakukan aktivitas sehari-hari. Perasaan sedih dan pola pikir yang
terganggu
dalam
waktu
jika yang
berlangsung lama
dan
mengakibatkan perubahan pola hidup
mempunyai tingkat aktivitas yang lebih
dapat
tinggi (Elderly Health Service,2003).
berindikasi
pada
depresi.
Aktivitas
Depresi bukan hanya gangguan pada
sosial
merupakan
perasaan tapi juga pikiran, kemauan,
tantangan komunikasi yang efektif dan
pola tidur dan rasa percaya diri. Pada
tingkat partisipasi dalam hubungan
tingkat
interpersonal
lanjut
keadaan
ini
akan
menyebabkan
perubahan
fungsi
Dukungan
kognitif
dan
sosial
merupakan
yang dan
kompleks.
partisipasi faktor
sosial
pencegah
(Linda, 2006). Selain itu tingginya
penurunan fungsi kognitif pada usia
tingkat
dapat
lanjut (Christensen et.al, 1996). Usia
daerah
lanjut harus tetap dihargai sebagai
otak yang akan mempengaruhi area
personal yang masih dapat melakukan
critical untuk fungsi kognitif sehingga
banyak hal, terutama dalam hubungan
berlanjut dengan terjadinya gangguan
dengan masyarakat. Dukungan positif
memori dan lebih parah lagi adanya
dari keluarga dan lingkungan terdekat
gangguan
merupakan faktor penguat bagi usia
hormon
menyebabkan
stres
juga
penyusutan
kognitif
(Sciencedaily,
lanjut untuk tetap mempertahankan
2006).
kemampuannya dalam aktivitas sosial. 4. Hubungan kesulitan
Keberadaan kelompok-kelompok usia
melaksanakan fungsi sosial
lanjut yang ada dimasyarakat perlu
dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi. Usia
lanjut
mendapat
dukungan
positif
dari
pemerintah dan masyarakat yang mengalami
kesulitan dalam beraktivitas sosial, berisiko untuk mengalami kesulitan mengingat dan konsentrasi sebesar
5.
Hubungan kesulitan
pendidikan mengingat
dengan dan
konsentrasi
5,00 (95% CI: 2,36–10,57) dibanding usia lanjut tanpa kesulitan beraktivitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa usia lanjut dengan aktivitas sosial yang lebih rendah berisiko 6,1 (95% CI:2,9– 13,0)
dibanding
usia
lanjut
yang
Penduduk usia lanjut Indonesia tahun 2004 sebagian besar tidak memiliki
ijazah
pendidikan
formal
(64,7%). Usia lanjut paling banyak hanya memiliki ijazah sekolah dasar (24,6%), dan hanya sebagian kecil
saja (10,7%) yang memiliki ijazah sekolah
menengah
pendidikan
pertama
formal
Tingkat
lain
pendidikan
berhubungan
atau
diatasnya.
6.
Hubungan
status
perkawinan
dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi
seseorang
bermakna
Penduduk
dengan
usia
lanjut
kesulitan mengingat dan konsentrasi.
banyak
Semakin
pendidikan
mengingat dan konsentrasi adalah
yang di dapat, semakin berkurang
usia lanjut dengan status cerai, baik
risiko terjadinya kesulitan mengingat
cerai mati atau cerai hidup (58,4%),
dan konsentrasi pada saat lanjut usia.
dan kelompok ini berisiko mengalami
Rocca
bahwa
kesulitan mengingat dan konsentrasi
terdapat hubungan terbalik antara
sebesar 1,58 (95% CI : 0,99–2,53) di
pendidikan dan fungsi kognitif. Studi di
banding kelompok usia lanjut dengan
Malaysia
2003)
status kawin. Zaragoza studi (1995)
melaporkan bahwa usia lanjut tanpa
juga menunjukkan hasil penelitian
pendidikan formal berisiko sebesar 8
yang sama yaitu gangguan memori
kali (95% CI : 2,97 – 21,48) untuk
lebih banyak terjadi pada usia lanjut
mengalami penurunan fungsi kognitif.
dengan
tinggi
(1990)
tingkat
menyatakan
(Sidik,
Menurut (1999),
dkk
:
penelitian
Coffey
pendidikan
menciptakan penyangga
dapat
semacam yang
mengkompensasi
lapisan
melindungi perubahan
status
dimungkinkan
kesulitan
cerai.
Hal
karena
ini telah
berkurangnya dukungan sosial
dan
masalah kehilangan pasangan hidup. kerekatan
dan otak.
mengalami
yang
Emosional
(Emotional Attachment) merupakan
Hal ini dibuktikan dengan meneliti
jenis
struktur otak 320 orang berusia 66
memungkinkan
tahun sampai 90 tahun yang tidak
memperoleh kedekatan emosional
terkena kepikunan. Yang ditelitinya
sehingga menimbulkan rasa aman
adalah
bagi yang menerima.
volume
cairan
(Cerebrospinal
fluid/CSF).
menemukan,
semakin
pendidikan
yang
di
otak
sosial
yang
seseorang
Coffey banyak kenyam
seseorang, makin besar pula volume CSF yang dimilikinya.
dukungan
7. Hubungan konsumsi buah dan sayur
dengan
kesulitan
mengingat dan konsentrasi
Usia
lanjut
yang
tidak
tempat
tinggal,
ekonomi,
aktivitas
berisiko
kerja, kebiasaan merokok dan olah
sebesar 2,05 (95% CI : 0,77–5,49)
raga jalan kaki tidak mempunyai
untuk mengalami kesulitan mengingat
hubungan bermakna dalam analisis
dan konsentrasi di banding dengan
multivariabel
mengkonsumsi
yang
sayuran
mengkonsumsi
0,5-7
porsi/minggu. Konsumsi sayuran lebih dari
7
perlindungan
porsi/mgg
memberi
terhadap
terjadinya
kesulitan mengingat dan konsentrasi
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan 1. Prevalensi
keluhan
subyektif
sebesar 0,84 (95% CI: 0,52-1,35)
gangguan memori pada usia lanjut
dibanding
usia
mengkonsumsi
lanjut
yang
di Indonesia dengan menggunakan
sayuran
0,5-7
self
sebesar
questioner
12,5%. Angka prevalensi ini masih
porsi/minggu. Otak
report
memerlukan
suplai
jauh
lebih
rendah
makanan yang cukup seperti vitamin
dibandingkan
dan asam amino untuk menjalankan
negara lain yang menggunakan
fungsinya. Jika kadar cholesterol dan
alat
trigliserid tinggi di dalam darah maka
questionnaire.
dapat terjadi penurunan suplai nutrien
ukur
dengan
jika
memory
negara-
complaints
2. Faktor-faktor yang berhubungan
ke otak Hal ini menyebabkan otak
dengan
kekurangan
gangguan kognitif pada usia lanjut
makanan
dan
keluhan
mempengaruhi fungsinya, antara lain
adalah
kemampuan mengingat dan proses
merawat
informasi.
keparahan perasaan sedih, rendah diri
8. Hubungan variabel bebas lain
faktor
subyektif
umur,
diri
dan
tertekan,
melaksanakan
dengan kesulitan mengingat dan
pendidikan,
konsentrasi
serta
sendiri,
kebiasaan
tingkat kesulitan
aktivitas
status
kesulitan
sosial,
perkawinan,
mengkonsumsi
buah dan sayur. Hubungan Kesulitan mengingat
3. Faktor
jenis
kelamin,
daerah
dan konsenterasi dengan variabel
tempat tinggal, status ekonomi,
bebas lainnya yaitu jenis kelamin,
kebiasaan merokok, aktivitas kerja
dan olah raga jalan kaki pada
tahun dibanding penduduk usia
penelitian ini tidak berhubungan
lanjut yang lebih muda (76-80
dengan kesulitan mengingat dan
tahun) 4. Departemen lainnya
konsentrasi pada usia lanjut.
Perlunya kerja sama lintas sektoral dimana
Saran
antar
Lembaga/Departemen Untuk pembuat keputusan
Pemerintahan,
1. Perlunya program penyuluhan dan
Lembaga
masyarakat
Swadaya
dan
Masyarakat
masyarakat
bersama-sama melakukan upaya
khususnya usia lanjut agar lebih
pencegahan terhadap gangguan
peduli,
fungsi kognitif pada usia lanjut.
konseling
bagi waspada
melakukan
dan
evaluasi
dapat terhadap
5. Dalam
survei
nasional
seperti
fungsi kognitifnya serta mampu
Susenas dan SKRT memerlukan
mengambil keputusan yang tepat
instrumen yang efektif dan efisien
dalam
namun dapat mencapai sasaran,
mencari
evaluasi
dini
sekaligus sebagai upaya preventif
maka
terhadap
menggunakan
terjadinya
gangguan
penelitian
mengkaji
lebih
lanjut dalam
yang
pertanyaan
tentang
masalah keluhan memori secara khusus
(memory
keluhan gangguan memori untuk
questionnaire/
memastikan prevalensi kejadian
dengan
tersebut, serta faktor-faktor yang
spontan
sangat
gangguan
berpengaruh
terjadinya
untuk
langsung yang ditujukan kepada
kognitif tahap lanjut. 2. Perlu
disarankan
keluhan
terhadap gangguan
complaint
Mac-Q)
pertanyaan
bukan keluhan
responden memori
(self
akan report
questionnaire).
memori pada usia lanjut. 3. Perlu
penelitian
lanjut
yang
Untuk masyarakat
mengkaji lebih dalam mengenai
Usia lanjut
faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Disarankan
rendahnya
risiko
untuk
peduli
dan
kesulitan
waspada terhadap fungsi kognitif
mengingat dan konsentrasi pada
dan melakukan evaluasi dini bila
penduduk berumur di atas 80
dirasakan ada keluhan /gangguan
dengan melakukan cek rutin di
mempertahankan kemampuan serta
pelayanan kesehatan terdekat.
kemandiriannya semaksimal mungkin.
2. Menatalaksana dengan baik halhal yang dapat mengurangi risiko
Masyarakat Umum
terjadinya
fungsi
1. Masyarakat turut mensukseskan
Meningkatkan
program wajib belajar 9 tahun,
gangguan
kognitif; kemandirian aktivitas
dalam
melakukan
sehari-hari
terutama
merawat
diri,
dalam
menatalaksana stress dan rasa
karena
pendidikan
dapat
mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif. 2. Tetap
mengaktifkan
dan
rendah diri, tetap mempertahankan
mengembangkan
aktivitas sosial dan bagi usia lanjut
kelompok/ organisasi bagi usia
yang merokok di himbau untuk
lanjut, yang merupakan wadah
mengurangi jumlah rokok yang
bagi usila untuk melaksanakan
dihisap, walaupun nikotin dapat
fungsi sosial kemasyarakatan dan
meningkatkan
sebagai sarana pengaktualisasian
daya
ingat
dan
konsentrasi tapi kerugiannya akan
kegiatan
diri.
lebih besar daripada manfaat yang di dapat.
Institusi Kesehatan
3. Meningkatkan konsumsi makanan
Pelayanan Kesehatan
berserat (sayur dan buah) sesuai
1. Mempromosikan pengenalan dan
dengan anjuran Pedoman Umum
deteksi dini terhadap gangguan
Gizi Seimbang yaitu 3-5 porsi
fungsi kognitif kepada masyarakat
sayuran/hari
luas
dan
2-4
porsi
buah/hari.
2. Mempermudah pemeriksaan dan
Keluarga
deteksi dini tersebut dari segi
Keluarga
diharapkan
dapat
membantu dan memberikan dukungan mental yang baik agar usia lanjut yang
prosedur dan biaya. Pendidikan Kesehatan Institusi
pendidikan
mengalami penurunan fungsi kognitif
disarankan
dapat
mengatasi
masalah
kognitif
bahasan
yang
dihadapi
supaya
tidak
permasalahannya terutama gangguan
dan
dapat
fungsi kognitif pada kurikulum sebagai
bertambah
parah,
untuk
kesehatan
usia
memasukkan lanjut
dan
antisipasi
masalah
kesehatan
di
Indonesia. Daftar Pustaka American Psychiatric Association. Association Between Memory Complaints and Incident Alzheimer's Disease in Elderly People With Normal Baseline Cognition. Am J Psychiatry 156:531-537, April 1999. American Family Physician. Do Memory Complaints Predict Alzheimer's Disease? August, 1999 http://www.findarticles.com/p/arti cles/ akses 1 Mei 2006 Bassett SS, Folstein MF: Memory complaint, memory performance, and psychiatric diagnosis: a community study. J Geriatr Psychiatry Neurol 1993; 6:105– 111 Christensen H, Korten A, Jorm AF, Henderson AS, Scott R, Mackinnon AJ. Activity levels and cognitive functioning in an elderly community sample. Age Ageing 1996, 25:72-80. Departemen Kesehatan, R.I. Pedoman Pembinaan kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Kesehatan keluarga. Jakarta, Edisi ke VI, 2005 -------------------------------. Pedoman Pengenalan Dini Demensia (Kepikunan). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2002
-------------------------------. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Kesehatan Keluarga, 2005. Linda Ercoli; Prabha Siddarth; SungCheng Huang; et al: Perceived Loss of Memory Ability and Cerebral Metabolic Decline in Persons With the Apolipoprotein E-IV Genetic Risk for Alzheimer Disease. Archives of General Psychiatry. Volume 63: April, 2006, pages 442-448. UCLA Press release. National Institutes of health. The Search For Alzheimers’s Disease Preventive Strategis. America, 2006. Michael W. Collins., Norman Abeles, Michigan State University. Subjective Memory Complaints and Depression in the Able Elderly. the journal of aging and mental health, vol 16. publilkasi 27 Mei 1996.