1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KELUHANKELUHAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA TODDLER Yendrizal Jafri Program Studi Ilmu Keperawatan,Stikes Perintis Sumbar Email:
[email protected]
Abstract Pneumonia toddler is a lung infection with rapid breathing and coughing symptoms. Pneumonia relates to nutrition, immune vaccine, breast feeding and age of a baby. This research aims to find out the factors that affect the symptoms of pneumonia found in children toddler-age in Pustu Koto Gadang Puskesmas Baso region Kecamatan Baso Kabupaten Agam in 2013. It is an analytical descriptive research using some questioner sheets with 35 samples. It is used the Total Sampling technique. The data are submitted by having a face-to-face interview with the sample-participants in their houses. From the research, the writer found that 57.14% of the samples suffers pneumonia or the symptoms of pneumonia, 40% in children with good nutrition (p value 0,015), 40% in children with full step of immune vaccine (p value 0,081), 25.7% in children with exclusive breast feeding history (p value 0.038), and 37.14% in under 2 year old babies (p value 0.022). There is a significant relation among nutritional status, exclusive breastfeeding and age with the symptoms of pneumonia in children, meanwhile there in not a significant relation between immune vaccine with the symptoms of pneumonia in children in Pustu Koto Gadang Puskesmas Baso region Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Thus, the research suggests all medical officers to increase all medical services especially relates to pneumonia and the symptoms of pneumonia such as giving counseling on nutrition, vaccine and exclusive breastfeeding to the community. Key words : Pneumonia, nutritional status, immunizatinon status, exclusive breastfeeding and age.
Menurut WHO sebanyak 13 juta anak balita di
PENDAHULUAN Pneumonia merupakan proses radang akut
dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
pada jaringan paru (alveoli) akibat infeksi kuman
kematian tersebut terdapat di Negara berkembang,
yang
dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab
menyebabkan
Pneumonia
gangguan
adalah peradangan
pernapasan. biasanya
utama kematian dengan membunuh sebanyak 4 juta
disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus,
anak balita setiap tahun (Asrun, 2010). Menurut
pneumokokus,
virus
Depkes RI salah satu penyakit yang diderita oleh
(respiratory syncytial virus) (Kathleen Morgan
masyarakat adalah infeksi akut saluran pernafasan
Speer, 2008). Peradangan pada paru yang tidak saja
bawah (pneumonia) disebabkan oleh kuman mikro
mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai
organisme (bakteri, virus) masuk kedalam organ
bronkhioli (dr. taufan nugroho, 2011). Pneumonia
saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari
masih
(Depkes RI, 2011).
atau
merupakan
paru
streptokokus),
penyakit
utama
atau
terjadinya
kesakitan dan kematian pada anak balita terbesar di
Di
Indonesia pada
pada balita
tahun
2011
berdasarkan
kasus
seluruh dunia. Pneumonia disebabkan oleh lebih
pneumonia
realisasi
dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia, dan faktor
penemuan penderita pneumonia sebanyak 312.014
resiko lainnya seperti status gizi, status imunisasi,
balita, 301.217 balita mengalami pneumonia sedang
pemberian ASI dan umur anak (Depkes, 2004).
dan 10.797 balita mengalami pneumonia berat (Ditjen PP & PL, Kemenkes, 2012). Di Sumatra
2 Barat pada tahun 2011 kasus pneumonia pada balita
wilayah kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso
berdasarkan
Kabupaten Agam tahun 2013.
realisasi
penemuan
penderita
pneumonia sebanyak 5.407 balita, 5.311 balita mengalami pneumonia ringan dan 96 balita mengalami pneumonia berat (Ditjen PP & PL, Kemenkes,
2012).
Di
Kabupaten
Agam,
berdasarkan Rekap LB1 bulan Januari tahun 2013 dari data kunjungan penderita pneumonia mencapai
Desain Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubugan antara variabel dari faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan -
43 orang. Berdasarkan
survey
awal
yang
peneliti
lakukan melalui wawancara langsung dengan seorang
METODE
tenaga
kesehatan
penanggung
jawab
Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam, dilihat laporan dari program Puskesmas tahun 2012 ini kasus pneumonia pada balita tidak tercapai target karena didapatkan kasus pneumonia pada balita meningkat. Wilayah kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam yang terdiri dari 16 Pustu, tahun 2011 kasus pneumonia pada balita berjumlah 105 balita dari 206 sasaran.
keluhan pneumonia pada anak usia toddler di Pustu Koto Gadang wilayah kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam tahun 2013. Dengan variabel dependennya kejadian keluhan keluhan pneumonia dan variable independennya adalah status gizi, status imunisasi, pemberian ASI, dan Usia anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Dimana pengumpulan data variable independen dan variable dependen yang dilakukan secara bersamaan dan sekaligus (Notoatmodjo, 2002).
Pada tahun 2012, didapatkan kasus balita yang mengalami pneumonia sejumlah 127 balita dari 201
SAMPEL Sampel adalah sumber data atau informasi
sasaran. Dari 16 Pustu yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Baso terdapat kasus pneumonia pada anak balita yang tertinggi adalah di Pustu Koto Gadang yaitu sebayak 10 orang anak usia toddler mengalami keluhan - keluhan pneumonia di tahun 2011 dan 20 orang anak usia toddler yang mengalami keluhan - keluhan pneumonia di tahun 2012. Di tahun 2011 sampai 2012 kasus pneumonia pada anak balita meningkat di Pustu Koto Gadang
yang dapat mewakili populasi, dan merupakan bagian populasi yang akan diteliti (Hidayat, 2010). Sampel penelitian ini adalah Ibu dan anak usia 1-3 tahun yang berobat di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Sampel pada penelitian ini yaitu 35 orang anak usia 1-3 tahun. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA
wilayah kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
Setelah melaksanakan
mendapatkan penelitian,
izin
pengumpulan
untuk data
Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
kepada responden sebelum pengisian kuesioner.
faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian
Disamping itu, peneliti juga memberi penjelasan
keluhan - keluhan pneumonia pada anak usia
kepada
toddler (usia 1 - 3 tahun) di Pustu Koto Gadang
pengisian kuesioner.
responden
agar
memudahkan
dalam
3 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
menemukan data yang tidak lengkap atau data yang
Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan
salah saat meng-entry data.
data selesai dilaksanakan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas.
ANALISA DATA
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data
Analisa Univariat
yaitu:
Analisa univariat yang dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan
Editing
statistic deskriptif untuk melihat dari variabel
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali terhadap kuesioner dengan memeriksa jawaban-jawaban yang kosong. Peneliti akan menanyakan kembali kepada responden guna untuk melengkapi data.
independen yaitu faktor status gizi, imunisasi, pemberian ASI, dan usia anak dan variabel dependen kejadian keluhan - keluhan pneumonia pada anak usia todler ( usia 1-3 tahun ). Dari masing-masing variabel tersebut menggunakan
Coding Data Coding
rumus sebagai berikut :
merupakan
kegiatan
merubah
data
F
berbentuk huruf atau kode menjadi data berbentuk
P =
x 100
angka atau bilangan. Pada tahap coding, peneliti
N
merubah data berbentuk huruf atau kode menjadi
Keterangan :
data berbentuk angka. Pada data faktor – faktor
P : Nilai persentase responden
yang berhubungan dengan kejadian keluhan -
F : Frekuensi atau jumlah yang benar
keluhan pneumonia pada anak usia todler seperti
N : Jumlah responden
Faktor status gizi, faktor status imunisasi, faktor pemberian ASI dan faktor usia, jawaban kelompok yang berisiko diberi kode 1 dan yang tidak diberi kode 0.
Analisa Bivariat Analisa
Procesing Data
bivariat
yang
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang
Peneliti memindahkan dan menyusun kode atau data yang ada di kuesioner kedalam master tabel kemudian diproses dengan mengelompokkan data ke dalam variabel yang sesuai dengan menggunakan program computerisasi.
diteliti.
Pengujian
hipotesa
untuk
mengambil
keputusan tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan uji statistik Chi-Square tes. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga jika p
Cleaning Data
≤ 0,05 maka secara statistik disebut “bermakna” dan
Pada penelitian ini peneliti memeriksa kembali data yang
telah
dimasukkan
ke
dalam
program
komputer, saat pemeriksaan data peneliti tidak
p > 0,05 maka hasil hitung tersebut “tidak bermakna” Apabila p ≤ 0,05, maka ada hubungan antara variable independen dan variable dependen. Apabila p > 0,05, maka tidak ada hubungan antara
4 variable
independen
dan
variable
dependen
(Notoatmodjo, 2001).
Kertas pengumpulan data hanya dapat digunakan bagi kepentingan pengelolaan data dan akan segera dimusnahkan bila tidak diperlukan lagi.
ETIKA PENELITIAN Masalah penelitian keperawatan merupakan
HASIL PENELITIAN
masalah yang sangat penting dalam penelitian,
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor
mengingat penelitian keperawatan berhubungan
yang
langsung dengan manusia hampir 90%, supaya
keluhan pneumonia pada anak usia toddler di Pustu
dalam penelitian ini tidak melanggar hak asasi
Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso
manusia maka penulis harus memahami prinsip-
Kecamatan Baso Kabupaten Agam tahun 2013.
prinsip etika dalam penelitian. Menurut Nursalam
Proses penelitian ini dilakukan pada bulan mei
(2003), adapun masalah etika penelitian yang harus
sampai bulan juli tahun 2013 dengan jumlah
di perhatikan sebagai berikut :
responden 35 orang yaitu semua anak usia toddler
Beneficence
yang pernah berobat di Pustu Koto Gadang Wilayah
Peneliti menjamin responden penelitian
berhubungan
dengan
kejadian
keluhan-
Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten
terbebas dari resiko tereksploitasi.
Agam tahun 2012 yang sesuai dengan kriteria
Respect for human dignity
sampel
yang
telah
ditentukan.
Setelah
data
Peneliti memperlakukan responden sebagai
terkumpul kemudian diolah secara komputerisasi
subjek penelitian secara manusiawi dan menghargai
serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi
hak untuk bertanya dan memberikan penjelasan
frekuensi.
secara rinci. Justice (prinsip keadilan) Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. Informed Consent (lembar persetujuan). Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang di teliti selama pengumpulan data, responden bersedia di teliti maka harus ditanda tangani lembar persetujuan. Confidentiality (kerahasiaan)
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Puskesmas Baso merupakan salah satu dari dua puskesmas yang ada di kecamatan Baso, dimana wilayah kerja Puskesmas Baso terdiri dari 4 kenagarian
dan
16
Jorong.
Pada
umumnya
keseluruhan wilayah kerja dapat terjangkau dengan alat transportasi roda 2 dan 4. Penelitian ini dilakukan di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Pustu Koto Gadang ini terletak di Jorong Koto Gadang Kecamatan Baso. Analisa Univariat
Kerahasiaan informasi responden dapat
Analisa univariat yang dilakukan dengan
dipenuhi melalui anomonity (tampa nama) pada
menggunakan analisa distribusi frekuensi dan
data responden. Peneliti tidak mencantumkan nama
statistik analitik untuk melihat dari variabel
pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan
memberikan kode masing-masing lembar tersebut.
dengan kejadian keluhan-keluhan pneumonia dan
5 variabel dependen yaitu kejadian keluhan-keluhan
keluhan pneumonia dibandingkan anak dengan
pneumonia pada anak usia toddler di Pustu Koto
riwayat pemberian ASI eksklusif.
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Setelah data terkumpul
Hubungan
kemudian data diolah secara komputerisasi.
Keluhan-Keluhan Pneumonia pada Anak Usia
Faktor
Usia
dengan
Kejadian
Toddler Hubungan Faktor Status Gizi dengan Kejadian
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
Keluhan-Keluhan Pneumonia pada Anak Usia
0,022 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Toddler
yang bermakna antara usia ≥2 tahun dengan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil
0,015 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
analisis didapatkan nilai OR=2.364, artinya anak
yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
dengan usia ≥2 tahun berisiko 2.364 kali untuk
keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil analisis
mengalami
didapatkan nilai OR=8.000, artinya anak dengan
dibandingkan anak usia <2 tahun.
keluhan-keluhan
pneumonia
status gizi kurang berisiko 8 kali untuk mengalami keluhan-keluhan pneumonia dibandingkan anak
PEMBAHASAN
dengan status gizi baik.
Hubungan Faktor Status Gizi dengan Kejadian Keluhan-Keluhan Pneumonia pada Anak Usia
Hubungan Faktor Status Imunisasi dengan
Toddler Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
Kejadian Keluhan-Keluhan Pneumonia pada
0,015 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Anak Usia Toddler Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
0,081 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil analisis
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
didapatkan nilai OR=8.000, artinya anak dengan
kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil
status gizi kurang berisiko 8 kali untuk mengalami
analisis didapatkan nilai OR=4.500.
keluhan-keluhan pneumonia dibandingkan anak dengan status gizi baik. dengan
Menurut Penelitian (Fanada, 2012) yang
Kejadian Keluhan-Keluhan Pneumonia pada
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan
Anak Usia Toddler
kejadian penyakit pneomania pada balita,di Wilayah
Hubungan Faktor
Pemberian
ASI
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
Kerja Puskesmas Kenten Palembang pada tahun
0,038 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
2012, bahwa ada hubungan yang bermakna secara
yang bermakna antara riwayat pemberian ASI
statistik
dengan kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari
pneumonia pada balita dengan nilai p= 0,044, dari
hasil analisis didapatkan nilai OR=7.875, artinya
50 orang responden dengan status gizi normal
anak dengan riwayat pemberian ASI tidak eksklusif
sebanyak 64,0% yang tidak menderita pneumonia
berisiko 7.875 kali untuk mengalami keluhan-
dan sebanyak 36,0% yang menderita pneumonia
antara
status
gizi
dengan
kejadian
sedangkan dari 48 orang responden dengan status
6 gizi rendah sebanyak 41,7% tidak menderita
Berdasarkan
hasil
penelitian,
peneliti
pneumonia dan sebanyak 58,3% yang menderita
berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna
pneumonia.
status gizi yang kurang dengan kejadian keluhan-
Malnutrisi
akan
menurunkan
imunitas
keluhan pneumonia pada anak usia toddler di Pustu
seluler,kelenjer timus dan tonsil menjadi atrofik dan
Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso
jumlah sel T-limfosit berkurang sehingga tubuh
Kecamatan Baso tahun 2013.
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Penelusuran
Anak dengan status gizi yang kurang lebih
kepustakaan menunjukkan adanya hubungan antara
memberi
status gizi dengan kejadian pneumonia pada anak
mendapatkan keluhan-keluhan pneumonia, oleh
balita. Semakin baik status gizi maka kejadian
karena itu agar anak tidak mudah terserang penyakit
pneumonia berkurang. Tetapi disampin status gizi,
pneumonia gizi dari anak tersebut harus cukup dan
kejadian pneumonia pada anak balita dipengaruhi
makanannya harus dijaga supaya gizi anak bisa
juga oleh status imunisasi, lingkungan fisik, asupan
tercukupi dengan baik.
peluang
yang
besar
untuk
anak
ASI dan usia. Malnutrisi dapat menyebabkan kelainan pada saluran napas sehingga mengganggu
Hubungan
proses fisiologis saluran napas dalam hal proteksi
kejadian keluhan-keluhan pneumonia
terhadap agen penyakit. Pada saluran napas dalam keadaan
normal
terhadap
proses
faktor
status
imunisasi
dengan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
fisiologis
0,081 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
menghalau agen penyakit seperti reflek batuk,
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
peningkatan jumlah cairan mukosa ketika terdapat
kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil
agen yang membahayakan kesehatan saluran napas.
analisis didapatkan nilai OR=4.500.
Pada anak dengan keadaan malnutrisi, proses
Pneumonia merupakan pembunuh nomor
fisiologis ini tidak berjalan dengan baik, sehingga
satu menurut (Kartasasmita, 2010). faktor risiko
agen
dikeluarkan
yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan
olehtubuh menjadi terakumulasi dalam saluran
kematian karena Pneumonia, yaitu pemberian ASI
napas sampai pada paru-paru (Pudjiadi, 2001).
(ASI eksklusif mengurangi risiko), status gizi (gizi
penyakit
yang
seharusnya
Beberapa studi melaporkan kekurangan gizi akan
menurunkan
kapasitas
kekebalan
untuk
kurang dan gizi kurang / buruk memperbesar risiko) dan
Status
imunisasi
(imunisasi
lengkap
merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan
mengurangi
fungsi granulosit, penurunan fungsi komplemen dan
lengkap
menyebabkan
daripada anak usia toddler yang ststus imunisasinya
(Sunyataningkamto,
kekurangan
menderita
tidak
pneumonia
pemberian nutrisi yang sesuai dengan pertumbuhan
toddler juga dipengaruhi oleh status imunisasi, oleh
dan perkembangan balita dapat mencegah anak
karena itu imunisasi sangat penting karena peluang
terhindar
sehingga
untuk terkena penyakit terutama pneumonia lebih
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi
kecil dibandingkan dengan anak status imunisasinya
optimal.
tidak lengkap.
infeksi
karena
banyak
imunisasinya
lengkap, ini karena kekebalan tubuh anak usia
penyakit
Oleh
lebih
status
itu
dari
2004).
mikronutrien
risiko,
7 Berdasarkan hasil penelitian, peneliti tidak
bayi baru lahir yang hanya mendapatkan sedikit
menemukan ada hubungan yang bermakna status
ASI (koloustrum) tidak memerlukan tambahan
imunisasi yang tidak lengkap dengan kejadian
cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan
keluhan-keluhan pneumonia pada anak usia toddler
didalam tubuhnya. ASI mengandung zat kekebalan
di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
terhadap infeksi diantaranya protein, laktoferin,
Baso Kecamatan Baso tahun 2013. Jadi, penelitian
immunoglobulin dan antibodi terhadap bakteri,
yang dilakukan peneliti berbeda dengan teori dan
jamur, virus dll. Oleh karena itu pemberian ASI
penelitian terdahulunya.
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi dan balita yang disebabkan berbagai penyakit umum
Hubungan pemberian ASI dengan kejadian
menimpa anak-anak seperti diare, radang paru serta
keluhan-keluhan pneumonia
mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
menjarangkan kelahiran ( Linkages.2002). bayi
0,038 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dibawah usia 6 bulan yang tidak diberi ASI
yang bermakna antara riwayat pemberian ASI
eksklusif
dengan kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari
kematian akibat pneumonia di banding bayi yang
hasil analisis didapatkan nilai OR=7.875, artinya
mendapat ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama
anak dengan riwayat pemberian ASI tidak eksklusif
kelahiran (UNICHEF-WHO, 2006).
berisiko 7.875 kali untuk mengalami keluhan-
5
kali
Berdasarkan
berisikomengalami
hasil
kematian
penelitian,
peneliti
keluhan pneumonia dibandingkan anak dengan
berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna
riwayat pemberian ASI eksklusif.
status pemberian ASI tidak eksklusif dengan
Hasil ini didukung oleh penelitian (Hartati, 2011)
yang
berjudul
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita dengan hasil analisis hubungan antara pemberian
ASI
dengan
usia toddler di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso tahun 2013. Anak
yang
mendapatkan
secara
tubuh
yang
dan
balita,
eksklusif
memberikan
didapatkan anak balita tidak mendapatkan ASI
maksimal
terhadap
eksklusif sebanyak 78,3% dan anak balita yang
sehingga anak tidak mudah terkena penyakit infeksi
mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 21,7%. Anak
maupun penyakit pneumonia. Oleh karena itu setiap
balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
bayi yang dilahirkan agar segera diberi ASI secara
mempunyai
pneumonia
eksklusif selama 6 bulan terhitung dari kelahirannya
sebanyak 4,47 kali dibandingkan dengan balita yang
untuk mengurangi resiko kematian akibat penyakit
mendapatkan ASI eksklusif hasil uji statistik
pneumonia.
mengalami
kekebalan
ASI
pneumonia
peluang
kejadian
kejadian keluhan-keluhan pneumonia pada anak
anak toddler
didapat ada hubungan yang bermakna antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian pneumonia
Hubungan faktor usia dengan kejadian keluhan-
(p value=0,003 ; α=0.05).
keluhan pneumonia
Kandungan dalam ASI yang diminum bayi
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi
0,022 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
kebutuhan bayi dan sesuai kesehatan bayi. Bahkan
yang bermakna antara usia ≥2 tahun dengan
8 kejadian keluhan-keluhan pneumonia. Dari hasil
kerentanannya masih belum sempurna dan lumen
analisis didapatkan nilai OR=2.364, artinya anak
saluran napasnya masih sempit. Oleh karena itu
dengan usia ≥2 tahun berisiko 2.364 kali untuk
untuk mecegah anak teserang penyakit pneumonia
mengalami
agar status gizi anak baik, status imunisasi lengkap,
keluhan-keluhan
pneumonia
dibandingkan anak usia <2 tahun.
pemberian ASI secara eksklusif supaya pertahanan
Bayi dan toddler memiliki mekanisme
tubuh anak baik dan lebih maksimal.
pertahanan tubuh yang masih lemah dibandingkan orang dewasa, sehingga toddler masuk kedalam kelompok yang rawan terhadap infeksi influenza dan pneumonia. Anak usia dibawah 3 tahun lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibandingkan anak usia > 3 tahun. Hal in disebabkan oleh imunitas yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit Depkes, (2004). Anak usia < 3 tahun mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan paruparu antara lain aspirasi pneumonia karena refleks
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan mei sampai bulan juli 2013 mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian keluhankeluhan pneumonia pada anak usia toddler di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam Tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang, dapat ditarik kesimpulan :
menghisap menelan dan batuk belum sempurna dan
1. Lebih dari separoh anak usia toddler yang
sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit
berobat mengalami satus gizi kurang yaitu
hialin).
sebesar 60% di Pustu Koto Gadang Wilayah Hasil
penelitian
penelitian (Hartati,
ini
didukung
2011)
hasil
oleh analisis
Kerja
Puskesmas
Baso
Kecamatan
Baso
Kabupaten Agam.
menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia
2. Lebih dari separoh anak usia toddler yang
balita dengan kejadian pneumonia nilai (p=0,002 ;
berobat mempunyai status imunisasi tidak
α=0,005) dan hasil analisis dengan usia dibawah < 3
lengkap yaitu sebesar 60% di Pustu Koto
tahun berpeluang terjadinya pneumonia sebanyak
Gadang
4,18 kali dibandingkan anak balita usia >3 tahun
Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
setelah dikontrol dengan variabel ASI, status imunisasi dan status gizi. Berdasarkan
Kerja
Puskesmas
Baso
3. Lebih dari separoh anak usia toddler yang berobat dengan riwayat pemberian ASI secara
peneliti
tidak eksklusif yaitu sebesar 74,3% di Pustu
berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna
Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso
faktor
Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
usia
dengan
hasil
Wilayah
penelitian,
kejadian
keluhan-keluhan
pneumonia pada anak usia toddler di Pustu Koto
4. Lebih dari separoh anak usia toddler yang
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Baso Kecamatan
berobat mempunyai usia ≥2 tahun yaitu sebesar
Baso tahun 2013.
62,86% di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja
Anak usia toddler dan balita lebih berisiko terserang pneumonia
penyakit karena
terutama pada
penyakit
usia
toddler
infeksi status
Puskesmas Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
9 5. Diketahui bahwa Penderita yang mengalami keluhan-keluhan pneumonia pada anak usia
berbeda seperti faktor lingkungan dan faktor cuaca.
toddler yang berobat yaitu sebesar 57,14% di Pustu Koto Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Baso Kecamatan Baso Kabupaten Agam. 6. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada
Ani,
Sisri.
2012.
Faktor
-
Faktor
Yang
hubungan yang bermakna antara faktor status
Berhubungan
gizi, riwayat pemberian ASI dan faktor usia
Bronkopneumonia Pada Balita di RSUD
dengan kejadian keluhan-keluhan pneumonia
Padang Panjang. PSIK STIKes Perintis
dan tidak ada hubungan antara status imunisasi
Sumbar. Skripsi.
dengan kejadian keluhan-keluhan pneumonia.
Kejadian
Dahlan, M Sopiyudin. 2010. Langkah-Langkah Membuat
Proposal
Penelitian
Bidang
Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Sagung
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:
Depkes
RI.
2004.
Faktor
Risiko
Penyebab
Depkes RI. 2007. Infeksi saluran pernafasan (
Diharapkan agar orang tua dari anak usia toddler yang mengalami keluhan-keluhan pneumonia lebih memperhatikan lagi kesehatan anak usia toddler supaya pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu.
Bawah Pneumonia). Internet. Dinkes Kota Padang. 2012. Profil Kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012. Internet. Dinkes Lubuk Basung. 2013. Rekap LB1 Bulan Januari 2013. Kabupaten Agam. Donna L. Wong. 2008. Buku Ajar Pediatrik Wong
2. Institusi Pelayanan Kesehatan dapat
Seto.
Pneumonia Pada Anak. Internet.
1. Bagi Responden
Diharapkan
Dengan
meningkatkan
pelayanan
kesehatan terutama upaya preventif dan promotif melalui kegiatan pemberian informasi tentang
Edisi 6. Jakarta: EGC. Ester, Monica. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
dampak yang ditimbulkan dari kejadian penyakit pneumonia, dan Cara penanggulangan keluhan-
Fanada,
Mery.
2012.
Faktor-Faktor
yang
keluhan pneumonia secara dini kepada orang tua
Berhubungan dengan Kejadian Penyakit
untuk mencegah terjadinya pneumonia pada anak
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja
usia toddler.
Puskesmas Kenten Palembang. Badan Diklat
3. Peneliti Selanjutnya
Provinsi Sumatra Selatan.
Karena keterbatasan penelitian diharapkan kepada
Gozali, Achmad. 2010. Hubungan anatara Status
peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan
Gizi dengan Klasifikasi Pneumonia pada
dan melanjutkan penelitian yang lebih baik.
Balita Di Puskesmas Gilingan Kecamatan
Peneliti berharap bagi peneliti selanjutnya untuk
Banjarsari Surakarta. Fakultas Kedokteran
melakukan penelitian dengan variabel yang
Univesitas Sebelas Maret. Skripsi.
10 Hartati, Susi. 2011. Analisis Faktor Risiko yang
Marza, Reni. 2012. Faktor – Faktor Penyebab Yang
Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia
Berhubungan
Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo.
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di
Jakarta: Uiniversitas Indonesia. Tesis.
Puskesmas Padang Tarok Kabupaten Agam.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak.
Jakarta:
Salemba
Kejadian
Infeksi
PSIK STIKes Perintis Sumbar. Skripsi. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: Salemba Medik
Medika. Hidayat, A Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: ECG Notoadmodjo,
Medika. Http://www. Penyebab Pneumonia Pada Anak Balita. (diakses pada tanggal 21 Maret 2013). Http: //www. Patofisiologi Penyakit Pneumonia. (diakses pada tanggal 21 Maret 2013). Jafri, Yandrizal. 2011. Pedoman Tugas Akhir Program Penulisan Proposal dan Skripsi.
S.
2003.
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Notoadmodjo, S. 2001. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.
2003.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT Salemba Medika. Puskesmas Baso. 2013. Laporan Tahunan Tahun
Bukittinggi. Macfoedz, dkk. 2005. Metode penelitian di bidang kesehatan,
Dengan
keperawatan
dan
kebidanan.
2011 - 2012. Kabupaten Agam. Schwartz, M. William. 2005 . Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: ECG
Jakarta: Rineka Cipta Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Sugiyono, S. dkk. 2007.
Metode penelitian
pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Media Aesculapius. Rekawati
World Health Organization. WHO Home Treatment
Sheilaningrum, S.Kep Sri Utami. 2005.
Of Pneumonia Safe And Effective, Finds,
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:
2008 Dari www.who. int/entity/mediacentre/
Salemba Medika
news/releases /2008/ (diakses pada tanggal 21
M.Nura
DR,
Nursalam,
SST
Maret
2013).