Siswi SMK Pencabulan
Jadi
Korban
PURWOREJO,FP – DH (17), siswi SMK Nurussalaf, Kemiri, Purworejo menjadi korban pencabulan yang diduga dilakukan oleh Chairul Anwar (27), warga Desa Pekutan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Kapolsek Grabag, AKP Suwito saat dikonfirmasi membenarkan adanya peritiwa tersebut. Menurut Suwito, kejadian bermula saat korban pulang sekolah Jumat, (8/4/2016) sekitar pukul 16.30 WIB dengan mengendarai sepeda motor. Sampai di jalan Ketawang masuk Desa Aglik, Kecamatan Grabag, korban dihentikan oleh pelaku dengan cara melintangkan sepeda motornya. Setelah korban berhenti kemudian dengan nada marah, pelaku yang merupakan pacarnya memaksa korban membonceng. Pada awalnya korban tidak mau, tapi setelah ada bujuk rayu dan dipaksa akhirnya korban bersedia dibonceng. Pelaku kemudian membawa korban ke Hotel Garuda, Kutoarjo. “Setelah chek in dan masuk ke kamar 203 terduga pelaku kemudian menyetubuhi korban sebanyak tiga kali,” kata Suwito. Akibat kejadian itu pihak keluarga korban tidak terima dan melaporkan ke Polsek Grabag. Keluarga yang melapor atas nama Suroso, SPd, pak de korban karena ayah korban berada di Jakarta dan ibunya sakit kanker otak. Dijelaskan, mendapat laporan itu polsek Grabag kemudian menerjunkan anggotanya untuk mengadakan penyelidikan dan penyidikan. Setelah ada cukup bukti, terduga pelaku kemudian ditangkap. Terduga ditangkap Selasa, (12/04/2016) di wilayah Prembun saat sedang mengemudikan angkot. Jika terbukti bersalah terduga akan dikenai pelanggaran pasal 81UUPA (Undang undang perlindungan anak) atau pasal 332 ayat
(1) ke 1e KUHP.
Mengeluh Sakit Kepala, Tukang Parkir Meninggal di Pinggir Jalan KEBUMEN, FP – Mad Sukarto (70) Tukang parkir yang biasa mangkal di komplek alun alun Kebumen meninggal dunia saat perjalanan pulang kerumahnya. Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu (03/06) sekitar pukul 17.00 WIB saat korban yang diketahui warga Gesikan, Kebumen tersebut hendak pulang usai bekerja sebagai tukang parkir di depan Fotocopy Tiara. Keterangan Kapolres Kebumen AKBP Titi Hastuti, S.Sos melalui Kasubbag Humas Polres Kebumen AKP Willy Budiyanto, SH, MH, kasus itu sudah ditangani oleh INAFIS Polres Kebumen dan Polsek Kebumen. Dijelaskan, dari hasil pemeriksaa, kuat dugaan, korban meninggal bukan karena tindak kejahatan, namun karena penyakit yang dideritanya. Di tubuh korban tidak ditemukan tanda yang mengarah pada tindak kejahatan. “Berdasarkan keterangan saksi, sebelumnya korban mengeluh sakit kepala dan menepikan sepedanya untuk istirahat di dekat warung nasi goreng belakang Pegadaian,” ucap Willy, Minggu (04/05). Kasihan melihat tukang parkir tersebut tidur di lantai depan toko, selanjutnya dibangunkan oleh warga yang ada di sekitar TKP, namun korban tidak merespon. ”Diduga saat dibangunkan korban telah meninggal. Selanjutnya
salah satu warga yang melihat peristiwa tersebut melaporkan ke polisi,” imbuhnya. Keterangan tersebut diperkuat oleh tim medis dari PMI yang ikut mendampingi kepolisian. Keterangan tim medis, korban meninggal karena penyakit yang dideritanya. Saat ini korban telah diserahkan ke pihak keluarga untuk dikebumikan.
Desa Ketiwijayan Jadi Kampung KB PURWOREJO, FP – Desa Ketiwijayan, Kecamatan Bayan, Purworejo menjadi Kampung Keluarga Berencana (KB) yang ke empat dicanangkan oleh Kepala Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana (Dindukcapil KB) Purworejo, Sukmo Widi, Selasa (18/4). Sebelumnya, Desa Pelutan, Kecamatan Gebang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Purworejo, dan Desa Jogoboyo, Kecamatan Purwodadi juga sudah menjadi Kampung KB. Usai pencanangan, Kepala DindukcapilKB, Sukmo Widi beserta rombongan berkeliling kampung menggunakan dokar dan kereta mini. Pencanangan Kampung KB diisi kegiatan pemasangan implan dan IUD kepada 80 aseptor. Disamping itu juga dilaksanakan pelayanan dokumen kependudukan seperti pembuatan KTP dan Kartu Keluarga.
Dikatakan Sukmo Widi, tujuan dibentuknya Kampung KB sebagai salah satu upaya penanggulangan pertumbuhan penduduk. Dengan adanya Kampung KB diharapkan kesadaran warga terhadap KB
semakin meningkat dan berminat mengikuti program KB. “Kesadaran warga terhadap suatu hal biasanya berawal dari lingkup keluarga dulu dan akan berkembang menjadi kesadaran lingkungan yang lebih luas lagi, “katanya. Dijelaskan, semenjak dicanangkan kampung KB, peran serta warga yang mengikuti program KB terus meningkat sangat signifikan dibanding tahun lalu. “Peningkatanya mencapai 50 persen dibanding tahun lalu, “jelas Sukmo Widi.
Data Kekeringan Di Kabupaten Purworejo Berbeda Hampir semua wilayah di Jawa Tengah terjadi kekeringan ekstrem selama beberapa bulan terakhir. Bahkan sampai berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda hujan mau turun. Daerah-daerah di sepanjang Pantai Selatan Jawa Tengah, Pantura, Wonogiri, Karanganyar selama lebih dari 100 hari terakhir tidak turun hujan sama sekali. Dalam kondisi kekeringan ekstrem dan tidak ada “ awan hujan “, praktis hujan buatan tidak dapat dilakukan. Reni Kaningtyas, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah mengungkapkan, hampir semua wilayah di Jawa Tengah selama lebih dari 60 hari tanpa hujan sama sekali. Daerah yang terpantau sesekali masih turun hujan hanya di Jawa Tengah bagian tengah, yakni Banyumas dan sekitar Gunung Slamet. Menurut perkiraan, baru pada akhir Oktober atau awal November “awan hujan” mulai muncul mengawali datangnya musim hujan. “ Jika tidak ada awan hujan, bagaimana NaCI ( garam ) bisa disebar ?” ujarnya. Sarwa Pramana, Kepala Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Jawa Tengah menuturkan kalau BPPD seluruh Jawa Tengah sekarang
berkonsentrasi pada penanganan tanggap darurat guna mengatasi kekeringan. Guna mengatasi kekeringan, Jawa Tengah menerima bantuan sebesar Rp 9,5 milyar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dana itu digunakan untuk pembuatan embung dan sumur bor. Dua kabupaten yang paling terdampak pada kekeringan yakni Wonogiri dan Klaten. Berbeda Data. Sementara itu di Kabupaten Purworejo yang merupakan lumbung padinya Jawa tengah, kekeringan mulai terasa sejak menjelang musim panen MT 2. Akibatnya, sejumlah wilayah tidak dapat panen secara normal. Ada wilayah yang masuk katagori dapat panen namun kurang air bahkan ada pula yang gagal panen ( puso ). Namun yang membingungkan, dua instansi yang menangani telah menyajikan data berbeda tentang luasnya areal gagal panen (puso). Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP) dalam jumpa pers yang dilakukan di Ruang Bagelen, Setda Purworejo, mengutarakan kalau wilayah gagal panen (puso) terdapat di enam kecamatan dengan luas mencapai 467 Ha. Wilayah terluas gagal panen di Kecamatan Purworejo yang mencapai 210 Ha dan terkecil di wilayah Kecamatan Bener yang hanya enam hektar. Menurut DPPKP, kekeringan terjadi akibat pemanasan global
dan lahan tangkapan air berkurang.
Tetapi data dari Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo per 31 Agustus 2015 yang merupakan data terakhir MT2, menunjukkan bahwa wilayah gagal panen ( puso) mencapai 560 Ha. Artinya, wilayah puso dari Dinas Pengairan lebih luas 100 Ha dari data yang ada di DPPKP. Dengan perbedaan data yang cukup besar , menimbulkan pertanyaan, dinas mana yang mampu menyajikan data paling akurat ? Kenapa terjadi selisih hingga seluas itu ? Lalu bagaimana cara menghitung dari masing-masing dinas sehingga terjadi perbedaan luas areal puso ? Sedang areal puso merupakan areal riil yang menyangkut kehidupan petani. Sehingga kurang layak bila cara menghitungnya hanya serampangan.
Joko Wagiyono, Kepala Bidang Irigasi Dinas Pangairan Kabupaten Purworejo ketika dimintai konfirmasinya menegaskan kalau luas areal gagal panen ( puso ) di wilayahnya mencapai 560 Ha yang tersebar di 21 Daerah Irigasi (DI). Wilayah terluas mengalami gagal panen di DI Kedung Putri yang mencapai 271 Ha. Dirinya yakin, data tersebut benar karena untuk melayani kebutuhan air petani menjelang musim panen MT2, selalu dilakukan oleh Mantri Pengairan siang malam. Masing-masing Mantri harus membuat laporan lengkap 15 hari sekali. Dari debet air yang ada, kemudian disesuaikan dengan luas areal yang membutuhkan, pasti dapat dihitung luas areal yang tidak dapat terlayani sepenuhnya hingga terjadi gagal panen.” Ujarnya.” Karena sudah ada rumusan pasti mengenai kebutuhan air untuk mengelola padi sejak ditanam hingga menjelang panen. Tanggal 31 Agustus merupakan hari terakhir penghitungan luas wilayah sehingga sudah terdapat angka pasti mengenai wilayah yang berhasil panen normal, kekurangan air namun dapat panen serta wilayah puso.” DPPKP juga mengakui kalau dinasnya dengan dinas lain ada penghitungan berbeda karena ada perbedaan definisi dalam penghitungan. Tetapi jika muncul perbedaan yang cukup mencolok layak dipertanyakan mengenai keakuratannya. Watujagir, Joko Wagiyono juga mengungkapkan kalau persoalan pengairan memang cukup banyak. Sebab air merupakan kebutuhan utama bagi petani. Apalagi Kabupaten Purworejo dikenal sebagai daerah agraris dan lumbung padinya Jawa Tengah. Untuk memantau persoalan air memang ada daerah yang harus ditangani lebih dari daerah lain karena terjadi kasus pengairan yang cukup serius. Seperti saat ini Dinas Pengairan sedang berupaya menangani DI Watujagir, di wilayah Kecamatan Bruno. DI tersebut bermanfaat untuk mengoncori sawah seluas 215 Ha dan Saluran Sekunder Watujagir mengoncori Desa Blimbing serta Kaliwungu dibutuhkan untuk mengairi 72 Ha sawah . Sampai tahun 1982 Saluran Sekunder Watujagir berjalan normal. Tetapi akibat
degradasi dan sifat sungai yang aneh, kini saluran tidak berfungsi sama sekali. DI Watujagir mengandalkan air dari Sungai Brengkok. Sungai tersebut mempunyai perilaku aneh yakni, aliran sungai dalam tempo sekejap bisa berpindah. Sering sekali aliran Sungai Brengkok pindah Dapat saja, tanah datar dan kering yang semula agak jauh dari aliran sungai, dalam tempo sekejap mendadak berubah jadi daerah aliran sungai. Sedang daerah yang semula jadi aliran sungai berubah menjadi kering. Sifat sungai seperti itu yang sering membingungkan warga,” ujar Joko Wagiyono. Akibat tidak berfungsinya Saluran Sekunder Watujagir yang mengakibatkan 72 Ha sawah tidak bisa mendapat suplisi air, akhirnya masyarakat membuat usulan untuk dibangun checkdam di Sungai Bengkok kiri. Harapannya, tahun 2016 sudah diadakan review desain dan tahun 2017 pelaksanaan pembangunan fisik sudah terealisasi. Sebab ceckdam itu sangat dibutuhkan petani di Blimbing dan Kaliwungu. Usulan sudah disepakati oleh Ketua GP3A DI Watujagir, Ketua P3A Desa Blimbing (Kabupaten Wonosobo), Ketua P3A Desa Kalikarung dan diperkuat oleh Balai PSDA Progo, Bogowonto dan Lukula, PPL Kecamatan Bruno serta Dinas SDA/ ESDM Kabupaten Purworejo. Baik diketahui, DI Watujagir terletak di perbatasan wilayah Kabupaten Purworejo dan Wonosobo. Manfaat airnya untuk petani di dua kabupaten tersebut. (AD/berbagai sumber)
SMP Negeri 4 Purworejo Gelar Bhakti Sosial Ramadhan PURWOREJO, FP – Dalam rangka mengisi Ramadhan SMP Negeri 4 Purworejo menggelar bhakti sosial berupa pasar murah dan pentas seni di halaman sekolah setempat, Sabtu (17/6).
Kegiatan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Ahmad Kasinu M.Pd, Komisi X Supriyadi, perwakilan Bambang Sutrisno Center (BSC), Ari Prasetya, dan komite sekolah. Kegiatan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo Ahmad Kasinu M.Pd dengan ditandai pemukulan gong. Sedikitnya 250 paket sembako disediakan dalam pasar murah tersebut. Juga dibagikan 150 kupon pembelian sembako bagi wali siswa tidak mampu senilai Rp 70 ribu hanya dijual Rp 40 ribu. Sementara sembako uraian seperti beras, minyak goreng, dan gula juga dijual dibawah harga pasar. Selain wali siswa, pasar murah juga diserbu oleh warga sekitar sekolah. Kepala SMP Negeri 4 Purworejo Yosiyanti Wahyuningtias, M.Pd mengatakan, kegiatan pasar murah merupakan puncak rangkaian kegiatan siswa dalam bulan Ramadhan. “Sebelumnya sudah dilakukan pesantren kilat, pengumpulan dan pembagian zakat, “kata Yosiyanti. Dikatakan, tujuan kegiatan sebagai penanaman pendidikan karakter siswa utamanya kepedulian terhadap sesama. “Agar anak-anak mempunyai pengalaman bagaimana indahnya berbagi dengan sesama, “kata Yosiyanti. Yosiyanti berharap agar kegiatan bhakti sosial peduli sesama tersebut bisa berlangsung rutin setiap tahunya. “Mudah-mudahan kegiatan ini bisa membawa manfaat bagi sesama, “tuturnya. Sementara dalam sambutanya Ahmad Kasinu memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan bhakti sosial yang dilakukan keluarga besar SMP Negeri 4 Purworejo. “Saya bangga karena ternyata SMP Negeri 4 Purworejo mampu dan berhasil memberikan pendidikan yang sesungguhnya, utamanya pendidikan karakter terhadap para siswanya, “kata Ahmad Kasinu.
Diungkapkan, pendidikan yang sebenarnya tidak hanya terletak pada intelektualnya saja, melainkan juga olah pikir dan olah rasa.
“Olah pikir sudah biasa dilakukan oleh SMP Negeri 4 Purworejo, dan kini pendidikan olah rasa sedang dilakukan dalam bentuk kepedulian kepada sesama dan ini sesuatu yang sangat membanggakan dan luar biasa, “ucapnya. Ahmad Kasinu berharap, kedepanya prestasi SMP Negeri 4 Purworejo terus meningkat dan mampu menjadi sekolah favorit di Purworejo. Dalam kesempatan itu dilakukan penyerahan bantuan uang tunai dari Komisi X DPRRI yang diserahkan oleh Supriyadi kepada SMP Negeri 4 Purworejo.
Lokalisasi Gunung Riwayatmu Kini
Tugel
PURWOREJO, FP – Komplek lokalisasi Gunung Tugel Kutoarjo kini hanya tinggal kenangan. Tempat bisnis esek-esek itu kini sudah rata dengan tanah. Enam bangunan yang biasa digunakan untuk mereguk kenikmatan sesaat itu sudah dirobohkan oleh tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016). 40 PSK yang tiap malam siap melayani para hidung belang kini sudah kocar kacir. Sebagian ada yang mengikuti pelatihan ketrampilan di sebuah lembaga yang disediakan pemerintah,
sisanya masih bertahan dengan profesinya meski harus ke luar daerah. Kendati ada yang tetap nekad beroperasi di Kutoarjo itupun harus secara sembunyi-sembunyi dengan resiko terjaring razia petugas. Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, pihaknya sudah memberi penawaran kepada eks penghuni lokalisasi Gunung Tugel untuk diberi pelatihan ketrampilan gratis di Solo selama satu tahun. Pelatihan ketrampilan disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing. Diantaranya menjahit, bordir dan salon kecantikan. “Setelah selesai mereka akan diberi modal untuk usaha,” kata Sri.
Sri Lestariningsih, Kabid Sosial Diskertransos Purworejo Namun demikian, lanjutnya, tidaklah mudah membina eks PSK. Banyak yang enggan untuk dibina dan mencari nafkah secara normal. Bahkan ada yang sudah ikut pembinaan kabur dan kembali beroperasi ke profesi semula. “Alasanya, mereka tidak percaya hasil usahanya kelak cukup menghidupi keluarga. “Mereka juga beralasan lebih mudah dan cepat cari uang dengan menjajakan diri,” tambahnya. Keberadaan tempat prostitusi di Gunung Tugel yang masuk wilayah Dusun Girirejo Timur Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo sejak tahun 1970 an. Awalnya lokasinya di sekitar pasar hewan. Seiring perkembangan wilayah tempatnya bergeser di pinggir sungai tak jauh dari Gunung Tugel. Namun lantaran diwilayah itu dibangun perumahan dan disertai penolakan warga, komplek wisata esek-esek itu kemudian pada tahun 1993 berpindah di Gunung Tugel. Gunung Tugel sendiri merupakan sebuah perbukitan yang dijadikan area pemakaman etnis Tionghoa atau lebih dikenal dengan Bong Cina. Gunung Tugel dibelah oleh jalan beraspal
yang menghubungkan Kutoarjo dan daerah sekitarnya. Karenanya tidak mengherankan meski wilayahnya berada di pinggiran namun cukup ramai dilalui kendaraan baik roda dua maupun empat. Nama Harjo Kubis disebut sebut sebagai orang yang pertamakali membuka bisnis haram itu. Hingga sebelum dihancurkan, dari enam rumah bordil itu salah satu micikarinya atau germo bernama Wiji yang masih trah Harjo Kubis. Bahkan Wiji dianggap orang yang paling berpengaruh setelah era Harjo Kubis Lokalisasi Gunung Tugel sebenarnya tidak begitu luas. Meski demikian kendaraan roda empat bisa masuk sampai komplek. Prostitusi di Gunung Tugel juga masuk kategori kelas menengah ke bawah. Tarifnya cukup terjangkau bagi hidung belang yang modalnya pas pasan. Yakni berkisar Rp 50 ribu rupiah. Kalau toh ada yang tarifnya Rp 200 ribuan biasanya PSK pendatang dan dianggap “barang baru”, bagi pria yang suka ” jajan”,ditempat itu.
Atap Dapur Warung Penggel Ludes Terbakar
Nasi
KEBUMEN, FP – Atap warung nasi Penggel (makanan khas Kebumen ) milik Darsono, warga RT 01 RW 02 Desa Pejagoan, Kecamatan Pejagoan ludes terbakar api, Selasa (27/12) siang. Menurut Darsono, api berasal dari tungku yang digunakan untuk memasak kikil yang menyala terlalu besar. Peristiwa itu diketahui pertama kali oleh anak Darsono yang bernama Nasikhul Anam (5). Beruntung api dapat dipadamkam sebelum membesar oleh pekerja bangunan yang sedang bekerja tidak jauh dari lokasi kejadian sebelum mobil pemadam kebakaran tiba.
Kapolsek Pejagoan AKP R. Widianto, SH., NH mengatakan, meski atap warung ludes terbakar, namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. ” Tidak ada korban jiwa, namun kerugian material mencapai Rp 3 juta rupiah,” terang Kapolsek.
Simpan Narkoba, Tukang Cukur Diamankan Polisi PURWOREJO, FP – Gara-gara menyimpan obat mengandung zat psikotropika, DS (23) warga Kaliagung RT 005 RW 001Desa Sukoagung, Kecamatan Bagelen yang keseharianya berprofesi sebagai tukang cukur harus meringkuk dalam sel tahanan Mapolres Purworejo. Kasat Narkoba Polres Purworejo AKP Suwardi menjelaskan, penangkapan tersangka berawal dari informasi masyarakat jika pada Rabu (10/5) di rumah Deni Kurniawan (23) warga RT 01 RW 08 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Purworejo akan berlangsung pesta minuman keras (Miras). Anggota Sat Narkoba yang mendapat informasi kemudian sekitar pukul 02.00 dini hari mendatangi rumah Deni Kurniawan. “Setelah dilakukan penggledehan ternyata ditemukan obat jenis psikotropika Alprazolam merek Celmet sebanyak 5 tablet yang disembunyikan di helm, “kata AKP Suwardi. Setelah dilakukan pemeriksaan awal obat tersebut milik tersangka. Selanjutnya tersangka dan barang bukti langsung digelandang ke Polres Purworejo. Menurut Kasat Narkoba, atas perbuatanya tersangka akan dikenai pasal 62 UURI No 5 tahun 1997 tentang psikotropika dengan ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta. “Tersangka dengan sengaja tanpa hak melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan psikotropika golongan IV jenis Alprazolam merek Calmlet, “ucap Kasat Narkoba.
Boyongan Kerumah Dinas, Wakil Bupati Purworejo Jalan Kaki PURWOREJO,FP – Sabtu (27/2/2016), Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti boyongan kerumah dinas di komplek Pendopo Kutoarjo. Wakil Bupati menuju ke rumah dinas dari kediamanya di Desa Grabag, Kecamatan Grabag dengan berjalan kaki. Ritual boyongan dengan berjalan kaki diikuti oleh ribuan masyarakat. Ritual jalan kaki dimulai sekitar pukul 07.15.WIB, diawali dengan mubeng deso (keliling Desa Grabag). Ritual ini mengandung maksud Wakil Bupati berpamitan kepada warga sekaligus mohon doa restu. Usai keliling desa Yuli Hastuti berjalan kaki menuju Pendopo Rumas Dinas Wakil Bupati di Kutoarjo yang berjarak sekitar 12 Km. Langkahnya diikuti oleh ribuan warga yang sudah sejak pagi buta berkumpul dirumah Yuli Hastuti. Tak urung aksi jalan kaki massal ini sempat membuat arus lalu litas macet. Sepanjang perjalanan banyak warga yang menyalami Yuli Hastuti, tak sedikit pula yang menitikan air mata. Yuli Hastuti memang tokoh masyarakat yang cukup dihormati dan disegani. Hal itu tak lepas dari pengaruh suaminya, Kelik Sumrahadi yang mantan Bupati Purworejo. Namun setelah berjalan sekitar 1 jam lebih Yuli Hastuti harus meneruskan perjalananya dengan naik andong karena staminanya mulai menurun. Sekitar pukul 09.15 WIB Yuli Hastuti tiba di pintu gerbang timur Pendopo Rumah Dinas. Begitu memasuki pintu gerbang Yuli Hastuti mendapat kalungan bunga dari siswi SMA. Ratusan pendukung dari berbagai elemen masyarakat langsung menyalami Yuli Hastuti yang wajahnya tampak sedikit kelelahan.
Diteras pendopo, suaminya, Kelik Sumrahadi sudah siap menyambutnya. Kelik Sumrahadi tidak bisa ikut ritual jalan kaki lantaran sedang sakit dan jalanya harus dibantu kruk. Begitu dipeluk suaminya Yuli Hastuti tidak bisa menahan tangisnya. Memasuki pendopo, Yuli Hastuti dan keluarga disambut Bupati Agus Bastian beserta istri, Setda Tri Handoyo dan pejabat lainnya. Termasuk Muh. Saebani, Ketua RT 01 RW 05, Kutoarjo dimana nantinya Yuli Hastuti akan tinggal. Bupati Purworejo, Agus Bastian mengatakan, ritual boyongan jalan kaki itu bukan untuk mencari popularitas, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur. Disamping itu juga merupakan bentuk budaya yang harus dilestarikan. “Purworejo dan Kutoarjo banyak menyimpan tradisi budaya adiluhung yang perlu dilestarikan,” ujarnya. Diharapkan, setelah memasuki rumah dinas itu, Yuli Hastuti bisa menjalankan roda pemerintahan sebagai wakil bupati Purworejo secara baik dan lancar.
Awali Operasi Patuh, Kelengkapan Surat Kendaraan Anggota Polres Purworejo Diperiksa Propam PURWOREJO,FP – Operasi Patuh Candi 2016 suadah dimulai sejak 16 Mei 2016 lalu. Mengawali Operasi Patuh Candi 2016, Polres Purworejo melakukan pemeriksaan kelengkapan surat kendaraan terhadap para personilnya.
Pemeriksaan dilakukan pagi hari saat anggota Polres Purworejo masuk kantor. Pemeriksaan dilakukan oleh Propam Polres Purworejo dengan cara mencegat di pintu gerbang masuk. Setiap anggota tanpa terkecuali tidak luput dari pemeriksaan. Baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Anggota Propam Polres Purworejo melakukan pemeriksaan tanpa pandang bulu “ Saat ini kepolisisan sedang melaksanakan operasi patuh, maka untuk memulainya kita lakukan pemeriksaan kedalam dulu. Kalau didalam sudah patuh saat melakukan pemeriksaan terhadap masyarakat kita sudah tidak punya beban lagi,” kata Kasi Propam Polres Purworejo, IPDA Tulus Priyanto,SH. Dijelaskan, dari hasil pemeriksaan terhadap personil Polres Purworejo tidak ditemukan pelanggaran. “Semua personil sudah melengkapi kendaraan sesuai standarnya, begitu juga dengan kelengakapan dirinya,” jelas IPDA Tulus.