Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
SISTEM INTEGRASI UBI KAYU-TERNAK KAMBING UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI (Integrated Systems of Cassava-Goats to Improve Productivity and Farmers Income) Supriadi, Pustika AB, Winarti E, Prasetyiono C Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jl. Stadion Maguwuharjo No. 22 Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Yogyakarta
[email protected]
ABSTRACT An assessment on increasing productivity of integrated systems for cassava and goats was conducted at Sari Andini Farmers Group Ngalasombo, Bedoyo Village, Ponjong Sub District in the District of Gunungkidul regency in 2012. In this study was to compare between integrated and non integrated farming as well as benefits of the integrated farming. Technology improvement was done on cassava cultivation with ponska in 3 level of fertilizer treatments, while tecnological improvement in goats feeding management was concentrate supplementation of 3 feed formula supplemented with UMB and cassava plant waste. Results showed that feed improvement with formula C led goat pregnancy more than formulas A and B. The average of pregnanty was 144 days. On the improvement of cassava cultivation, the highest contribution of cassava as animal feed derived from cassava plants that were fertilized with ponska 100 g/plant. On the integration of conventional farming there was no special care of goats, both feed and medication, as well as the cultivation of cassava no tillage and fertilization. Income level resulted from improved farming was higher than the non integration farming of Rp. 131,530-850,000 (control) to Rp. 1,435,125 - 1,460,125 (integration). Improvement of cassava cultivation increased 10% production compared to conventional systems integration. Key Words:Integration, Cassava, Goat, Increase, Revenue ABSTRAK Pengkajian di Kelompok Tani Andini Sari Dusun Ngalasombo, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman ubikayu dan ternak kambing secara terintegrasi. Dalam pengkajianini dilakukan pengamatan antara usahatani yang dilakukan secara integrated maupun yang non-integrated dan seberapa besar manfaat dari integrated farming tersebut.Teknologi perbaikan dilakukan pada budidaya tanaman ubi kayu dengan perlakuan pemupukan yang terdiri dari 3 aras dosis pupuk Ponska. Budidaya ternak kambing dilakukan melalui perbaikan pemberian pakan konsentrat yang terdiri dari 3 formula pakan ditambah dengan pemberian UMB dan limbah tanaman ubikayu. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem usahatani integrasi yang diperbaiki untuk pakan formula C dapat menimbulkan kejadian kebuntingan lebih banyak dibandingkan dengan pakan formula A dan B dengan lama bunting rata-rata 144 hari. Pada perbaikan budidaya ubikayu, persentase terbesar sumbangan tanaman ubi kayu sebagai pakan ternak diperoleh dari tanaman ubi kayu yang dipupuk Ponska dengan dosis 100 g/tanaman. Pada usahatani integrasi konvensional, produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan. Tingkat pendapatan hasil dari usahatani integrasi yang diperbaiki lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani non integrasi dari Rp. 131.530-850.000 menjadi Rp. 1.435.125-1.460.125 (perlakuan). Perbaikan budidaya ubikayu dapat meningkatkan produksi 10% dibandingkan dengan sistem integrasi konvensional. Kata Kunci: Integrasi, Ubikayu, Kambing, Peningkatan Pendapatan
PENDAHULUAN Pemilihan dan pengembangan usaha tani dengan komoditas unggulan yang sesuai dengan kondisi biofisik lingkungan dan sosial
ekonomi setempat merupakan tumpuan harapan dalam pemanfaatan lahan di kabupaten Gunungkidul. Sebagai sumber karbohidrat untuk pangan, pakan dan bahan baku industri, pada masa mendatang kebutuhan ubi kayu dan
537
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
ubijalar akan meningkat secara tajam sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya industri peternakan dan industri berbahan baku ubikayu dan ubijalar. (Saleh et al. 2010). Model penanaman ubi kayu biasanya dilakukan dengan sitem tumpang sari. Sistem tumpangsari menurut Wijanarko et al. (2011) memiliki keuntungan: 1. Menurunkan erosi sekitar 48% dan hasil umbi 20% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil ubikayu monokultur 2. Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani 3. Menjamin ketersediaan pakan ternak 4. Menjamin kelestarian lahan dan stabilitas hasil. Upaya perbaikan teknologi, pengendalian hama penyakit dan penerapan sistem integrasi dengan ternak kambing Kacang diharapkan mampu meningkatkan produksi ubi kayu maupun pendapatan petani. Pola integrated farming seperti tersebut di atas merupakan prioritas Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam usaha budidaya kambing Kacang di Kabupaten Gunungkidul penyebab utama rendahnya produktivitasadalah kurangnya asupan nutrisi terutama pada musim kemarau panjang. Produk cassava atau ketela pohon sangat potensial untuk pakan ternak kambing, daun maupun umbinya dapat digunakan sebagai pakan substitusi dari rumput dan dapat dijadikan sebagai suplemen. Musim kemarau merupakan puncak produksi daun cassava sehingga bisa mengatasi masalah ketersediaan pakan, (Wigasi 2011). Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman ubikayu dan ternak kambing secara terintegrasi. MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan di kelompok peternak Andini Sari, Dusun Ngalasombo, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Dalam pengkajian ini dilakukan pengamatan antara usahatani yang dilakukan secara integrated maupun yang non integrated dan seberapa besar manfaat dari integrated farmingtersebut. Usahatani non-integrasi yang dimaksud adalah petani yang melakukan budidaya
538
tanaman ubi kayu secara tradisional dan memelihara kambing tanpa integrasi. Usaha tani integrasi yang dimaksud adalah petani yang melakukan budidaya ubi kayu dan ternak kambing secara integrasi, baik dengan teknologi tradisional maupun teknologi perbaikan.Teknologi perbaikan dilakukan pada budidaya tanaman ubi kayu dan budidaya ternak. Peningkatan produktivitas kambing Pengkajian peningkatan produktivitas ternak kambing dilakukan melalui perbaikan sistem perkandangan yaitu dari sistem kandang lantai tanah ke sistem kandang lantai panggung, dan perbaikan pemberian pakan dengan 4 perlakuan yaitu: a. Pemberian UMB + HMT tanaman ubi kayu + konsentrat (50% onggok +50% polard). b. Pemberian UMB + HMT tanaman ubi kayu + konsentrat (50% dedak+50% polard). c. Pemberian UMB dan HMT tanaman ubi kayu + konsentrat (100% polard). d. Kontrol (budidaya kambing yang dilakukan oleh petani). Ternak kambing untuk pengkajian ini sebelumnya diberi obat acing dan vitamin. Untuk perlakuan pakan dilakukan pada 3 kandang, dalam satu kandang terdiri 4 ekor dipelihara selama satu periode kelahiran (6 bulan), pemberian pakan tambahan sebanyak 1,5% dari kebutuhan ransum berdasarkan bobot badan. Parameter yang diamati adalah: jumlah ternak bunting, lama bunting, berat lahir, mortalitas. Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang berasal dari tanaman ubi kayu, sebelum diberikan dilakukan proses pengeringan dengan cara dicacah, kemudian dijemur diatas terpal. Peningkatan produktivitas tanaman ubi kayu: Peningkatan produkstivitas tanaman ubikayu dilakukan melalui penanaman tumpang sari dengan tanaman lainnya seperti jagung dan padi pada MH I dan kacang tanah pada MH II, perawatan dilakukan sesuai dengan rekomendasi budidaya ubi kayu. Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik berasal dari kotoran kambing dan pupuk anorganik Ponska (NPK
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
15%,15%,15%) sebagai pupuk susulan dengan 4 perlakuan dosis yaitu: 1. 150 g/tanaman atau 600 kg/ha (100% rekomendasi dosis pemupukan ubikayu) 2. 100 g/tanaman atau400kg/ha (2/3dosis rekomendasi) 3. 50 g/tanaman atau 200 kg/ha (1/3 dosis rekomendasi) 4. 0 g/tanaman atau Kontrol (tanpa pupuk anorganik). Setiap perlakuan diulang 3 kali pada luasan 500-1000 m2. Pupuk diberikan saat tanaman ubi kayu berumur tiga bulan, dengan cara ditugal ditengah-tengah jarak dua tanaman ubi kayu atau 0,75m dari perakaran tanaman ubi kayu. Parameter yang diamati adalah hasil panen berupa berat total umbi per tanaman, berat umbi pangan (berukuran besar) dan berat umbi pakan (berukuran kecil). berat batang dan kulit umbi.Untuk mendukung pengkajian sistem integrasi ini telah dilakukan pembuatan konsentrat, pembuatan UreaMolasesBlock (UMB), pemupukan tanaman ubikayu dan pembuatan pupuk organik dari limbah kandang. Pengumpulan data dan metode analisis data Pencatatan pengukuran bobot badan induk dan anak kambing dilakukan setiap 2 minggu, catatan tanggal bunting, lahir, mortalitas dilakukan sesuai keadaan. Untuk membandingkan dilakukan pengamatan pada peternakan kambing yang umum dilakukan oleh petani. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok dengan analisis usahatani yang digunakan adalah R/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem integrasi tanaman ubikayu-ternak kambing perbaikan Perbaikan budidaya ternak kambing Konsentrat perlakuan Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur
sebagai suplemen (Hartadi et al. 1980). Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untukternak kambing umumnya disebut sebagai pakan penguat yang memiliki kandungan seratkasar kurangdari 18% dan mudah dicerna. Urea molases block (UMB) Pembuatan UMB dilakukan di kelompok agar dapat dijadikan wahana pelatihan, komposisi dari UMB adalah: Onggok 20%, dedak 20%, polard 15%, tetes tebu 30%, urea 5%, mineral 3%, garam 2%, dan vitamain. Kandungan protein kasar UMB hasil uji laboratorium sebesar 19,79% (Tabel 1). Cara pemberiannya disediakan di kandang sebagai perment yang dapat dijilat, setiap ekor kambing disediakan UMB 50 g untuk 2 minggu. Produktivitas ternak kambing Catatan pertambahan bobot dari waktu ke waktu sangat penting sebagai parameter pertumbuhan ternak, juga catatan keterangan lain seperti sakit yang dapat menyebabkan bobot badan menurun. Tabel 2 menunjukkan rata-rata bobot badan kambing betina yang telah melahirkan umumnya menurun, hasil pengkajian lama bunting kambing kancang di Ngalasombo menunjukan lebih pendek dari rata-rata yaitu 144 hari. Rata-rata masa bunting pada kambing adalah sekitar 151 hari (5 bulan), Menurut Devendra dan Burn (1994) dalam Hendrik, (2007) kambing Kacang memiliki angka kesuburan yang tinggi. Jumlah anak lahir seperindukan adalah 2,2 ekor. Selanjutnya Devendra dan McLeroy (1982) dalam Hendrik, (2007) melaporkan bobot lahir kambing Kacang rata-rata 1,5 kg, sedangkan bobot dewasa pada jantan dan betina masing-masing 25 dan 20 kg. Abdulgani (1981) dalam Hendrik (2007), menyatakan bahwa rataan bobot lahir, bobot sapih dan bobot remaja pada kambing Kacang jantan dan betina berturutturut adalah:2,1 dan 1,9 kg; 11,0 dan 9,7 kg; 15,8 dan 13,9 kg. Dari hasil kajian anak kambing yang lahir sebanyak 7 ekor dari 6 induk, menunjukan rata-rata bobot lahir adalah 2,24 kg. Perlakuan
539
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
pemberian pakan, formula B dapat memberikan bobot lahir yang paling tinggi dengan rata-rata 2,6 kg lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Abdulgani (1981) dalam Alveoli (2013). Sementara itu, Armiadi et al. (1981) dalam Alveioli (2013) mengemukakan bahwa bobot hidup kambing Kacang semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Berdasarkan data diatas bahwa kambing yang diberi pakan formula C lebih banyak terjadi kebuntingan dibandingkan dengan formula A dan B. Pakan formula C terdiri dari pollard yang mengandung protein kasar sebesar 14,35% lebih tinggi dibandingkan
dengan pakan formula A dan B yang memiliki kandungan protein kasar masing-masing masing 7,59 dan 9,98%. Hal ini menunjukan bahwa kandungan protein dalam pakan mempengaruhi tingkat reproduksi, semakin tinggi kandungan protein dalam ransum tingkat reproduksi akan semakin baik. Perbaikan budidaya ubi kayu Dalam pembentukan umbi, tanaman ubikayu sangat memerlukan hara P dan K yang cukup (Howeler 1981). Serapan hara P dan K yang cukup oleh tanaman, selain meningkatkan
Tabel 1. Hasil uji laboratorium konsentrat yang diberikan pada kambing pengkajian (%) Jenis analisis
A
B
C
UMB
Air
11,99
10,40
11,10
22,09
Abu
7,52
18,43
5,08
12,08
Protein
7,59
9,98
14,35
19,79
Lemak
0,45
5,03
1,02
1,96
Serat Kasar
28,05
12,12
16,63
11,49
Kabohidrat
44,37
44,03
51,81
31,85
Energi (kalori/100g)
207,36
257,76
270,03
224,90
Calsium
1,86
1,58
1,43
3,45
Phospor
0,34
0,51
0,54
0,34
80,47
71,17
83,81
65,10
Bahan Organik
Tabel 2. Rata-rata timbangan bobot badan induk dan lama bunting (kg) Perlakuan pakan induk A B C D
Bb awal 25,75 20,67 26,75 27,50
30/7 26,25 24,25 28,25 -
30/8 30,25 25,75 29,25 -
30/9 30,75 25,75 32,75 28,25
Tanggal timbang 30/10 30/11 31,00 31,25 26,5 26,50 33,25 33,25 28,75 29,25
30/12 26,25 25,25 32,75 30,00
30/1 26,50 25,50 30,25 29,56
Lama bunting 132,0 139,0 152,7
Tabel 3. Perkembangan ternak kambing di Ngalasombo, Ponjong Gunungkidul, 2012 Perlakuan A B C Jumlah
540
∑ induk Menyusui 1 2 3 6
Kosong 1 1 2
∑ Anak Bunting 2 1 1 4
Menyusu 1 2 3 7
Sapih -
Jual -
Keterangan -
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
bobot umbi juga meningkatkan kadar pati dan penurunan kandungan HCN dalam umbi (Howeler 1985). Tanaman yang kahat hara P dan K akan terganggu metabolismenya, terhambat serapan hara lain, dan terhambat proses pembentukan dan pembesaran umbinya (Mengel dan Kiekby 1978). Dalam pengkajian ini, kulit umbi dan batang tanaman serta umbi yang berukuran kecil dianalisis untuk diketahui lebih lanjut berapa persen sumbangan tanaman ubi kayu sebagai pakan ternak kambing yang dintegrasikan. Kulit umbi segar dan batang tanaman segar nyata lebih berat pada tanaman yang diberi pupuk Ponska 50 g/tanaman dibandingkan dengan dosis lainnya. Berat kering kulit umbi dari tanaman yang dipupuk Ponska 50 g/tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 100 g/tanaman, tetapi tidak berbeda dari dosis 150 g/tan dan 0 g/tanaman. Berat kering umbi pangan juga lebih besar pada tanaman yang dipupuk Ponska 50 g/tanaman dibandingkan dengan 100 g/tanaman dan 150 g/tanaman, tetapi tidak berbeda dari dosis 0 g/tanaman (Tabel 4). Dosis 50 g/tan memberikan hasil panen jumlah umbi total lebih banyak dibandingkan
dengan dosis 150 g. Jumlah umbi berukuran besar (umbi pangan) juga nyata paling banyak pada tanaman yang dipupuk 50 g ponska dibandingkan dengan dosis lainnya. Jumlah umbi pakan ternak (berukuran kecil) nyata lebih banyak dihasilkan oleh tanaman yang dipupuk 100 g dibandingkan dengan dosis lainnya (Tabel 5). Ukuran umbi besar (umbi pangan) yang dihasikan oleh tanaman dengan berbagai dosis pemupukan ponska tidak berbeda, namun ukuran umbi kecil (umbi pakan) dipengaruhi oleh dosis ponska. Diameter umbi pakan yang dihasilkan oleh tanaman yang dipupuk dengan dosis 50 g/tan lebih kecil dibandingkan dengan dosis 150 g dan 0 g. Beberapa bagian tanaman selain hijauan daun, yaitu berupa batang tanaman, kulit umbi, dan umbi berukuran kecil merupakan bagianbagian tanaman ubi kayu yang dipergunakan sebagai pakan ternak kambing. Persentase terbesar sumbangan tanaman ubi kayu sebagai pakan ternak diperoleh dari tanaman ubi kayu yang dipupuk ponska dengan dosis 100 g/tanaman. (Tabel 6).
Tabel 4. Berat kering (g) kulit umbi, batang tanaman, umbi pangan, dan umbi pakan hasil panen dengan berbagai dosis pemupukan Ponska Ponska (g/tanaman) 150 100 50 0
Kulit umbi 241,00±137,20ab 222,00±124,00a 391,50±15,50b 317,10±0,17ab
Berat kering beberapa bagian tanaman (g) Batang tanaman Umbi pangan 197,67±87,78 636,33±215,32a 132,50±38,50 619,50±241,50a 259,00±18,00 1074,67±81,50b 177,13±0,23 786,23±0,40ab
Umbi pakan 111,33±98,28 190,50±14,50 114,50±79,50 127,03±0,06
Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5% Tabel 5. Jumlah umbi total, umbi pangan, dan umbi pakan hasil panen dengan berbagai dosis pemupukan Ponska Ponska (g/tanaman) 150 100 50 0
Umbi total 8,67±3,06a 10,50±0,50ab 13,00±0,50b 7,67±0,58a
Jumlah umbi per tanaman (buah) Umbi pangan 5,00±2,65a 3,50±1,50a 9,00±0,51b 5,00±0,44a
Umbi pakan 3,67±1,53a 7,00±1,00b 4,00±0,61a 2,67±0,58a
Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
541
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 6. Persentase berat segar dan berat kering beberapa bagian tanaman ubi kayu (selain hijauan daun) yang dapat berfungsi sebagai pakan ternak kambing Ponska (g/tanaman) 150 100 50 0
Berat segar
Berat kering
47,63% 50,29% 48,07% 49,56%
46,36% 46,80% 41.58% 44,14%
Produksi ubi kayu hasil pengkajian dikonversikan kedalam satuan luasan hektar dengan asumsi jarak tanaman 1 x 1,5 m ditanam secara monokultur (setelah dikurangi 11% untuk galengan, parit dan lain-lain), maka produktivitas ubi kayu di Ngalasombo dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produktivitas ubi kayu di Ngalasombo, Bedoyo, Ponjong, Gunungkidul Ponska (g/tanaman)
Hasil umbi (ton/ha)
150 100 50
9,133 8,764 13,762
Rata-rata
10,553
0 (kontrol)
9,608
Data diatas menunjukan bahwa perlakuan pemupukan mendapatkan rata-rata hasil 10% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, perlakuan mendapatkan 10,553 ton/ha sedangkan kontrol 9,608 ton/ha, tetapi hasil ini masih dibawah rata-rata produktivitas ubi kayu di Gunungkidul yaitu sebesar 11,9 ton/ha. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan varitas, dimana varitas yang ditanam pada perlakuan ini adalah varitas kirik (lokal) sedangkan produktivitas yang ada pada data produksi ubi kayu di Gunungkidul kemungkinan berasal dari rata-rata hasil berbagai macam varitas yang ada di Gunungkidul termasuk varitas lokal dan varitas unggul. Sistem integrasi tanaman ubikayu-ternak kambing konvensional Budidaya kambing Model kandang umumnya sudah panggung dengan sistem individu, jarak dengan rumah
542
berkisar antara 5-10 meter, memiliki tempat pakan dan air minum namun tidak memiliki tempat pembuangan kotoran dan limbah kandang tidak pernah diolah menjadi pupuk kompos. Pakan yang diberikan berupa rumput dan limbah pertanian diantaranya adalah limbah tanaman ubi kayu. Pemberian konsentrat berupa dedak padi diberikan ratarata 3 hari sekali 400-500 g/ekor. Perawatan kesehatan tidak secara khusu dilakukan, bila kambing sakit diobati sendiri dengan obat yang dibeli di toko peternakan, penyakit-penyakit yang sering timbul diantaranya adalah gudig, mencret dan cacingan. Limbah kandang umumnya tidak diolah, dibiarkan begitu saja dikolong kandang selama 6 bulan-1tahun. Pada saat akan digunakan kotoran dikumpulkan dan dimasukkan kedalam karung plastik untuk dibawa keladang. Cara pemupukan dengan disebar diatas permukaan tanah menjelang penanaman dan bila hujan pertama kali datang pupuk akan mengambang dan hanyut terbawa air. Budidaya tanaman ubi kayu Beberapa petani di Dusun Ngalasombo pada akhir-akhir ini tidak lagi rutin melakukan pengolahan tanah, pengolahan tanah dilakukan 2-3 tahun sekali apabila tanah sudah benarbenar mengeras. Pengalaman beberapa petani, pengolahan tanah yang dilakukan setiap kali akan menanam, hasil produksinya sama dengan pada tanah yang tidak diolah. Pemupukan pada tanaman ubi kayu umumnya tidak dilakukan secara khusus baik itu pupuk organik maupun pupuk anorganik, menurut petani tanaman ubi kayu tidak perlu lagi dipupuk karena sudah dapat pupuk dari pemupukan tanaman tumpangsarinya. Pengolahan limbah pertanian. Setelah tanaman ubikayu dipanen biasanya akan dihasilkan limbah berupa daun dan batang tanaman. Ubi kayu yang berukuran kecil bukan digolongkan sebagai limbah walaupun tidak bisa dijadikan gaplek tetapi digunakan sebagai pakan ternak bersama-sama dengan daun dan batang dalam bentuk sudah kering maupun dalam keadaan segar. Batang tanaman ubikayu biasanya langsung diberikan pada ternak kambing dalam bentuk batangan dan kambing biasanya memakan hanya bagian kulitnya saja.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
biasanya petani menjualnya dalam bentuk kering dengan harga Rp 10.000 setiap karungnya (±15 kg/karung).
Sistem usahatani non-integrasi Budidaya ternak kambing Peternak kambing di Ngalasombo dalam membuat kandang umumnya sudah panggung tetapi dalam bentuk komunal dengan bentuk ruang kandang yang tidak beraturan. Pakan yang diberikan seadanya berupa rumput unggul, rumput alam dan limbah pertanian tanpa ada perlakuan khusus, semua hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Pakan konsentrat hampir tidak pernah diberikan. Perawatan kesehatan jarang dilakukan secara khusus, kalau kambing sakit dilakukan pengobatan sendiri dengan obat yang dibeli dari toko peternak, memandikan dan pemberian obat cacing tidak ada jadwal yang pasti,semuanya dilakukan kalau ada kesempatan dan dana untuk membeli obat cacing. Budidaya tanaman ubikayu Usaha penanaman ubi kayu jarang dilakukan pengolahan tanah, pengolahan tanah dilakukan 2-3 tahun sekali apabila sudah benar-benar mengeras, dan tanaman ubi kayu umumnya tidak pernah dilakukan pemupukan secara khusus baik itu pupuk organik maupun pupuk anorganik. Petani yang tidak memiliki ternak limbah pertanian yang dihasilkan biasanya hanya dibuang atau diberikan kepada tetangga yang memiliki ternak. Tetapi untuk limbah kulit ubi kayu hasil dari proses pembuatan gaplek,
Analisis output-input Batasan perhitungan hasil produktivatas dari sistem usahatani integrasi yang dikaji adalah sebagai berikut. Pemeliharaan kambing dibatasi hanya satu kali periode melahirkan yaitu selama 6 bulan dengan jumlah kambing dalam satu kandang sebanyak 4 ekor. Biaya penyusutan kandang diperhitungkan selama satu tahun, dengan luas kandang adalah 6 m2. Untuk budidaya tanaman yang diperhitungkan hanya tanaman ubikayu seluas 5000 m2 dengan jarak tanam 1,5 x 3 meter, besaran upah kerja yang berlaku di wilayah pengkajian sebesar Rp. 35.000/OH, harga gaplek Rp. 2300/kg, harga limbah ubikayu Rp. 10.000/karung. Rata-rata hasil produksi yang diperoleh dan besaran biaya yang dikeluarkan untuk usahatani integrasi dan non integrasi dapat dilihat pada Tabel 8. Perhitungan R/C ratio nonintegrasi pada penanaman ubi kayu mendapatkan angka yang paling tinggi (1,9) dibandingkan dengan yang lain, tetapi dari pendapatan total pada sistem integrasi mendapatkan jumlah rupiah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang nonintegrasi, terutama pendapatan dari subsektor ternak pada integrasi yang diperbaiki. Dengan demikian sistem usahatani integrasi dapat meningkatkan jumlah pendapatan.
Tabel 8. Analisis output-input beberapa model integrasi
Uraian Usaha ternak Biaya kandang dan pengelolaan ternak Hasil penjualan ternak dan pupuk Pendapatan ternak (hasil-biaya) Usaha ubi kayu Biaya pengelolaan tanaman Hasil usaha tanaman Pendapatan ubi kayu (hasil-biaya) Pendapatan total Ratio R/C
Integrasi perbaikan
Integrasi konvensional
616.875 1.083.000 466.125
1.144.875 1.300.000 155.125
510.000 1.479.000 969.000 1.435.125 1,27
270.000 1.575.000 1.305.000 1.460.125 1,03
Non-integrasi Budidaya kambing
Budidaya ubi kayu
993.470 1.125.000 131.530
131.530 0,13
445.000 1.295.000 850.000 850.000 1,9
543
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
m.Soc.Agron.Madison, Wisconsin, USA. pp. 819-841.
KESIMPULAN Perlakuan pemberian pakan tambahan/ konsentrat formula C (100% polard) sebanyak 1,5% dari bobot badan diberikan selam 6 bulan dapat menimbulkan kejadian kebuntingan lebih banyak dibandingkan dengan pakan formula A dan B. Persentase terbesar sumbangan tanaman ubi kayu sebagai pakan ternak diperoleh dari tanaman ubi kayu yang dipupuk ponska dengan dosis 100 g/tan. Sistemintegrasi ini dapat meningkatkan produksi tanaman ubikayu sebesar 10% yaitu dari 9,608 ton/ha (kontrol) menjadi 10,553 ton/ha (hasil rata-rata perlakuan). Usahatani tanaman ubi kayu-ternak kambing dapat meningkatkan pendapatan petani dari Rp. 131.530-850.000 (kontrol) menjadi Rp. 1.435.125-1.460.125 (integrasi). Kontribusi pendapatan dari ternak teringgi pada sistem usahatani integrasi yang diperbaiki yaitu sebesar Rp. 466.125.
Hendrik D, Abdullah MS, Kihe JN. 2007. Pengaruh suplementasi pakan block dari bahan pakan lokal terhadap kinerja induk kambing bligon. http://donaldhobbies.webs.com/. Download Mei 2013. Hartadi H, Reksodiprodjo S, Tillman AD. 1980. Tabel komposisi bahan makanan ternak untuk indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ManwanI. 1997. Reorientasi pendekatan penelitian, pengkajian dan alih teknologi. Makalah disampaikan pada pelatihan pengkajian system usahatani spesifik lokasi dengan pendekatan teknologi terapan adaptif. Ciawi-Bogor. Mengel K, Kirkbiy EA. 1978. Principles of plat nutrition. International Potash Institute. Worblaufen-Beru, Switzerland. 593 p. Murtidjo AB. 1993. Memelihara kambing, sebagai ternak potong dan perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Saleh N, Rahayuningsih St A, Adie MM. 2010. Peningkatan produksi dan kualitas umbiumbian.
DAFTAR PUSTAKA Alveoli. 2013. http://alveoli.wordpress.com/2008 /03/26/ternak-kambing-sebagai-penghasildaging. Download Mei 2013. BPS-Provinsi DIY. 2002. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). hlm 548. Howler RH. 1981. Mineral nutrition and fertilization of Cassava. CIAT. Columbia. 50 pp.
Wijanarko A, Taufiq A, Rahmianna AA. 2011.Pengaturan jarak tanam ubi kayu dan kacang tanah untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan kering masam Banjarnegara. Wigati S. 2010. 29 Desember 2011. http://www.ugm.ac.id/new/_id/news/cassavaterbukti-mampu-tingkatkan-bobot-kambingbligon.
Howler RH. 1985. Potassium nutrition of cassava. DalamMunson(ed),Potassiuminagricultural.A
DISKUSI Pertanyaan: Biaya integrasi perbaikan vs integrasi konvensional lebih tinggi, kenapa?Padahal perlu ada tambahan input pada integrasi perbaikan. Bila dilihat dari R/C yang tertinggi adalah budidaya ubi saja, berarti itu yang paling menguntungkan. Harap dijelaskan. Jawaban: Akan diperiksa kembali perhitungannya. Kesimpulan ini tidak hanya melihat R/C, tetapi manfaat integrasi untuk perbaikan dari berbagai segi.
544