Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DESA MASDA MAKMUR, RAMBAH SAMO – RIAU DARI PEMBUATAN KOMPOS ASAL KOTORAN SAPI PADA SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK (Impact of Compost Production from Cow Manure on the Income of The Crop Livestock System Famer at Masda Makmur Village, Rambah Samo – Riau) YAYU ZURRIYATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Jl. Kaharuddin Nasution No. 341 Km. 10, Pekanbaru
ABSTRACT The assessment of farmer income at Masda Makmur Village, Rambah Samo - Riau from producing compost of cow manure in crop livestock system was conducted in 2006. The aims of the assessment was to study the increasing of farmer income from making compost. To compare the management pattern between integrated and non integrated crop livestock system, the treatment was devided into: A = use fermentation of rice straws for feeding cow + compost production; B = existing feeding cow and without compost production. Each treatments consisted of 5 cows placed in a group cage. Feces was collected from the cows to produce compost. Data was tabulated and analysed descriptively, while farming system analysis is done by input output production and sale value of compost, together with its profit. The efficiency of the farming is calculated by B/C analysis ratio. The result showed, average manure production of the cows rice straws were higher than native grass (8.6 kg/head/day vs 6.0 kg/head/day). The profit of producing compost was Rp. 573,750/month with B/C ratio value 4.5. Increasing farmer income at Masda Makmur Village from producing compost between 35 – 100% from their income without compost production. Key Words: Income, Compost, Cow Manure ABSTRAK Kajian Peningkatan Pendapatan Petani Desa Masda Makmur, Rambah Samo – Riau dari Pembuatan Kompos Asal Manur Sapi Pada Sistem Integrasi Tanaman Ternak, dilaksanakan pada tahun 2006. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat sejauh mana peningkatan pendapatan petani di desa tersebut dari kegiatan pembuatan kompos. Untuk melihat perbandingan antara pola pemeliharaan tanaman padi-ternak sapi secara terintegrasi dengan pola pemeliharaan ternak sapi non integrasi dengan tanaman padi, dibedakan atas perlakuan : A = penggunaan pakan ternak dari jerami padi fermentasi + pembuatan kompos; B = pakan ternak sesuai kebiasaan petani dan tanpa pembuatan kompos (kontrol). Untuk tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ternak sapi, yang ditempatkan dalam kandang kelompok. Selanjutnya untuk mendapatkan bahan pembuatan kompos (produksi manure sapi), dilakukan collecting feses ternak sapi. Data yang didapat ditabulasikan dan dilakukan analisa secara diskriptif, sedangkan untuk analisa usahatani dilakukan analisa input-output produksi dan nilai penjualan kompos serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Untuk melihat efisiensi usaha dilakukan analisa B/C ratio. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rataan produksi manure dari ternak sapi yang diberikan pakan berupa jerami fermentasi lebih banyak dibandingkan dengan ternak sapi yang diberikan pakan hanya berupa rumput alam (8,6 kg/ekor/hari VS 6,0 kg/ekor/hari). Keuntungan yang diperoleh petani dari pembuatan kompos adalah Rp. 573.750/bulan dengan nilai B/C ratio 4,5. Tambahan pendapatan petani di Desa Masda Makmur dari pembuatan kompos adalah antara 35 – 100% dari pendapatan mereka tanpa pembuatan kompos. Kata Kunci: Preferensi konsumen, Daging, Susu, Telur, DKI Jakarta
254
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PENDAHULUAN Sektor yang menjadi andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi dalam menghadapi segala situasi gejolak perekonomian dunia. Sektor pertanian telah terbukti sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan ditinjau dari pengalaman saat terjadi krisis moneter pada tahun 1997. Sebagai negara agraris, sebagian besar masyarakat Indonesia terutama di pedesaan menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Ironisnya, salah satu subsektor dilingkup sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, tingkat kesejahteraan petani relatif masih jauh dari harapan. Keterbatasan luasan skala usaha, kurangnya modal, rendahnya keterampilan dalam berusahatani dan adanya fluktuasi harga jual komoditi pertanian yang tajam, merupakan faktor yang berperan dalam rendahnya tingkat pendapatan yang diterima petani. Untuk itu perlu upaya dari pihak terkait untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Badan Litbang Pertanian sebagai salah satu lembaga pemerintah yang membawa misi untuk kesejahteraan patani melalui riset telah menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan guna peningkatan pendapatan petani. Diversifikasi usahatani dengan sentuhan teknologi adalah salah satu upaya yang dapat ditempuh guna meraih nilai tambah dari kegiatan usahatani tersebut. Tanaman pangan khususnya padi dan ternak sapi merupakan dua komoditi yang memiliki peluang bisnis bagi petani dalam upaya peningkatan pendapatannya. Dengan mengintegrasikan keduanya dalam satu kegiatan usaha akan diperoleh beberapa manfaat yaitu (1) menurunkan biaya pupuk dalam usaha tanaman padi, karena kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk (2) menurunkan biaya pakan dalam usaha peternakan (3) mengurangi resiko kegagalan dari usahatani (4) menambah pendapatan petani (5) kesuburan lahan pertanian terpelihara (6) membuka lapangan kerja dan (7) meningkatkan produktivitas tanaman padi dan ternak dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dan daging (ANONIMUS, 2000). Tulisan ini merupakan hasil dari kajian yang dilakukan di Desa Masda Makmur Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan
Hulu-Riau yang bertujuan untuk melihat sejauh mana peningkatan pendapatan petani di desa tersebut dari hasil pembuatan kompos asal kotoran ternak sapi yang dipelihara secara terintegrasi dengan tanaman padi. MATERI DAN METODE Pengkajian ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2006, di Desa Masda Makmur, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Untuk melihat perbandingan antara pola pemeliharaan tanaman padi-ternak sapi secara terintegrasi dengan pola pemeliharaan ternak sapi non integrasi dengan tanaman, dibedakan atas perlakuan: A = penggunaan pakan ternak dari jerami padi fermentasi + pembuatan kompos B = pakan ternak sesuai kebiasaan petani dan tanpa pembuatan kompos (kontrol) Untuk tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ternak sapi, yang ditempatkan dalam kandang kelompok. Proses pembuatan jerami padi fermentasi sebagai pakan dan pembuatan kompos dilakukan berdasarkan metode HARYANTO (2003). Selanjutnya untuk mendapatkan bahan pembuatan kompos, dilakukan pengumpulan kotoran ternak sapi. Peubah yang diukur adalah input-output produksi dan nilai penjualan kompos serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Untuk melihat efisiensi usaha dilakukan analisa B/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum lokasi pengkajian Wilayah pengkajian termasuk kategori agroekosistem lahan kering. Menurut ADININGSIH et al. (1996), pengembangan lahan kering sebagai kawasan pertanian pada umumnya menghadapi beberapa kendala antara lain rendahnya tingkat kesuburan tanah, keracunan hara tertentu seperti aluminium, kandungan bahan organik rendah, kekeringan serta ancaman erosi. Penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah pada lahan kering sangat dianjurkan. Pemberian bahan organik dapat
255
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
meningkatkan ketersediaan unsur N, P dan K, memperbaiki porositas dan drainase tanah, kemampuan tanah untuk menyediakan air, serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah (SUWARDJO et al., 1987 dalam FIANA, 2004). Luas lahan kering di Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2002 tercatat sebesar 23.374 ha. Dari jumlah tersebut, luas lahan yang ditanami padi gogo tercatat sebesar 1.815 ha dan padi sawah tadah hujan sebesar 1.335 ha. Sementara jumlah ternak sapi di Kabupaten tersebut pada tahun yang sama tercatat sebesar 4.815 ekor (BPS KAB. ROKAN HULU, 2002). Desa Masda Makmur adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu. Topografi desa sebagian besar adalah datar sampai berombak (60%) dan sisanya adalah berombak sampai berbukit. Ketinggian tempat adalah 86 dpl dengan suhu udara rata-rata 28°C dan curah hujan 2313 mm/tahun dengan hari hujan 19 hari. Mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai petani tanaman pangan dan petani kebun karet/sawit. Tanaman pangan yang banyak diusahakan adalah padi sawah tadah hujan, padi gogo dan kacang tanah. Pola tanam setahun pada lahan kering yang berkembang di masyarakat adalah kacang tanah – bera – padi. Kegiatan usahatani ternak yang cukup berkembang di lokasi pengkajian adalah usahatani ternak sapi. Jenis ternak sapi yang dipelihara kooperator adalah sapi Bali dengan rataan kepemilikan ternak relatif kecil yaitu 3 – 4 ekor. Pemberian pakan pada sapi hanya berupa rumput alam. Selain ternak memperoleh rumput dengan cara digembala di areal pemukiman penduduk, peternak juga menyabitkan rumput alam untuk ternak mereka. Untuk penyediaan hijauan pakan, peternak biasanya menempuh jarak hingga 5 km mencari rumput alam. Mereka biasanya menggunakan sepeda motor. Pada saat ini ditengah mahalnya harga bahan bakar minyak, kondisi ini semakin menyulitkan petani, ditambah jika musim hujan jalan desa sulit dilalui karena becek dan licin. Pemberian pakan ternak berupa jerami padi belum diketahui oleh petani. Biasanya jika petani panen padi, jerami hanya ditumpuk di sawah atau dibakar. Walaupun usahatani ternak sapi merupakan usaha sambilan, dan sifatnya sebagai
256
‘tabungan’ bagi keluarga tani, tetapi penerimaan dari penjualan sapi dirasakan sangat besar manfaatnya seperti untuk membangun rumah, membeli sepeda motor atau untuk biaya sekolah anak. Sedangkan pendapatan dari penjualan hasil tanaman pangan dan perkebunan digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Tingkat pendapatan petani di Desa Masda Makmur per bulannya adalah antara Rp. 500.000 – 1.500.000. Produksi kotoran sapi Untuk menghitung potensi ketersediaan bahan baku kompos berupa kotoran sapi, maka dilakukan pengumpulan kotoran yang dilakukan selama 3 hari untuk mendapatkan rata-rata produksi. Pada Tabel 1 disajikan hasil pengumpulan tersebut. Dari Tabel 1 tersebut diatas terlihat bahwa rataan produksi kotoran dari ternak sapi yang diberikan pakan berupa jerami fermentasi lebih banyak dibandingkan dengan ternak sapi yang diberikan pakan hanya berupa rumput alam. Hal ini diduga berhubungan dengan tingkat konsumsi ternak terhadap pakan dan status fisiologis ternak. Analisa usahatani dari pembuatan kompos Dalam penghitungan analisa usahatani dinilai berdasarkan input-output produksi dan tingkat keuntungan yang diterima petani sesuai dengan harga setempat yang berlaku saat kajian berlangsung. Pada perlakuan B (kontrol), kotoran ternak sapi tidak diproses menjadi kompos, sedangkan pada perlakuan A, kotoran ternak sapi serta sisa pakan dan alas kandang diproses menjadi kompos. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar tambahan penghasilan petani dari pembuatan kompos asal kotoran sapi. Proses pembuatan kompos mengunakan bahan-bahan tambahan selain kotoran sapi dan sisa pakan/alas kandang yang tujuannya untuk meningkatkan kandungan hara dan mempercepat proses pelapukan dari bahan kompos. Bahan-bahan tersebut adalah Probion dan urea serta TSP, dengan jumlah pemberian masing-masing adalah 2,5 kg per satu ton bahan kompos. Proses pengomposan berlangsung selama 3 minggu, dimana pada
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap produksi kotoran ternak sapi Produksi kotoran (kg/ekor)
Perlakuan A
Rataan produksi kotoran (kg/ekor)
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
10,7
8,7
10,6
10,0
8,9
9,4
9,3
9,2
6,7
6,3
6,9
6,6
8,5
8,0
8,5
8,7
9,1
8,2
9,3
8,5
Rataan
8,8
8,1
8,9
8,6
B
5,2
5,0
5,5
5,2
5,0
5,1
5,2
5,1
6,3
6,0
6,3
6,2
7,3
7,0
7,1
7,1
6,2
6,1
6,4
6,2
6,0
5,8
6,1
6,0
Rataan
tiap minggunya dilakukan pembalikan bahan kompos. Pada Tabel 2. disajikan analisa usahatani pembuatan kompos. Penghitungan input pembuatan kompos adalah dari 1 (satu) ton bahan baku kompos (manur sapi + alas kandang/sisa pakan), sehingga untuk mendapatkan 1 ton manur sapi dengan rata-rata produksi 8,6 kg/ekor/hari dari pemeliharaan 5 (lima) ekor ternak sapi diperlukan waktu sekitar 24 hari (± 1 bulan). 8,6 kg/ekor/hari x 5 ekor x 24 hari = 1.032 kg Setelah terbentuk kompos akan terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 30%, sehingga dari 1 ton bahan kompos diawal
pembuatan, akan didapatkan kompos yang telah jadi dan siap digunakan sebanyak 700 kg. Keuntungan yang diperoleh petani dari pembuatan kompos adalah Rp. 573.750/bulan. Dari nilai B/C ratio 4,5 menunjukkan bahwa kegiatan pembuatan kompos secara ekonomi sangat efisien. Artinya dari tiap 1 satuan input yang dikeluarkan akan didapat keuntungan 450% yaitu sebesar 4,5 satuan. Jika petani secara kontinyu membuat kompos setiap bulannya, berarti akan terdapat tambahan pendapatan petani sebesar 35 – 100% dari pendapatan sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan pendapat DIWYANTO (2001), bahwa
Tabel 2. Analisa usahatani dari pembuatan kompos di Desa Masda Makmur 2006 Uraian
Pembiayaan
Input Probion
2,5 kg @ Rp. 20.000 = Rp. 50.000
Urea
2,5 kg @ Rp. 3.500 = Rp. 8.750
TSP
2,5 kg @ Rp. 3.000 = Rp. 7.500
Tenaga kerja
1 orang x 3 hari @ Rp. 20.000 = 60.000
Jumlah
Rp. 126.250
Output Kompos
700 kg @ Rp. 1.000 = Rp. 700.000
Keuntungan
Rp. 573.750
B/C Ratio
4,5
257
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
terjadi peningkatan pendapatan petani pada sistem integrasi padi – sapi hingga 100%, dimana sekitar 40% dari hasil tersebut berasal dari pupuk organik/kompos. Hal ini cukup menjadi peluang usaha bagi petani ternak sapi, karena terdapat pangsa pasar yang besar baik untuk tanaman pangan maupun tanaman perkebunan, dimana kebutuhan pupuk kompos cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan semakin langka dan mahalnya pupuk anorganik. KESIMPULAN Upaya peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan dengan sistem usahatani terpadu/terintegrasi antara tanaman-ternak sapi. Pembuatan kompos dari kotoran sapi merupakan salah satu peluang tambahan pendapatan petani dari kegiatan usahatani terpadu tersebut. Tambahan pendapatan petani di Desa Masda Makmur, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu-Riau dari pembuatan kompos adalah antara 35 – 100% dari pendapatan petani tanpa pembuatan kompos dengan nilai B/C Ratio 4,5. Pembuatan kompos dari kotoran ternak dengan sentuhan teknologi merupakan sumber pendapatan baru bagi petani.
258
DAFTAR PUSTAKA ADININGSIH, J.S., M. SUPARTINI, A. KASNO, MULYADI dan W. HARTATIK. 1996. Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan Lahan Kering. Pros. Seminar Temu Konsultasi Sumberdaya lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor. 2000. Departemen Pertanian. ANONIMUS. Pengembangan Corporate Farming, Jakarta. BPS KAB. ROKAN HULU, 2002. Rokan Hulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu FIANA, Y., IMAM, S., SOEPARMO, W., TARBIATUL, M., LUDY, K., KRISTIANTO dan M. B. NAPPU. 2004. Usahatani Terpadu antara Tanaman Pangan dan Ternak Sapi Sebagai Penghasil Bakalan. Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak. Denpasar 20 – 22 Juli 2004. DIWYANTO, K. 2001. Model Perencanaan Terpadu: Proyek Integrasi Tanaman Ternak (Crop Livestock System). Bahan Diskusi. Puslitbang Peternakan, Bogor. HARYANTO, B. 2003. Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Kabupaten Kampar. Laporan Kerjasama Balitbang Kab. Kampar dengan Balitnak, Ciawi, Bogor (unpublish).