Jurnal Psikologi September 2014, Vol. II, No. 2, hal 110-125
SINTESA PENDIDIKAN KARAKTER DAN MULTIKULTURAL BAGI LINGKUNGAN PENDIDIKAN TINGGI Mohammad Aufin STKIP PGRI Pasuruan
Abstrak Kajian ini untuk menemukan sintesa antara pendidikan karakter dan pendidikan multikultural bagi lingkungan pendidikan tinggi. Hasilnya adalah bagi pendidikan tinggi idealitasnya mewujudkan dan menguatkan kelembagaan melalui beragam aktifitas, diantaranya ada proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama). Ada proses menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat dan martabat manusia. Ada proses mengembangkan seluruh potensi manusia, yaitu pendidikan, intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi, kesopanan, dan budaya. Ada proses melawan eksploitasi manusia atas manusia melalui transformasi nilai kehidupan sosial yang membawa manusia kepada koreksi dan rekonstruksi atas tatanan sosial yang tidak berkeadilan. Pendidikan tinggi harus mengarahkan manusia pada cara-cara yang egaliter dan bersahaja. Pendidikan tinggi harus mentransformasi cara pandang dari otoriter kepada kemanusiaan. Intinya semua proses transformasi itu bertujuan untuk mengeliminir manusia dari sistem yang tidak berperadaban dan tidak mencerahkan kehidupan dan kemanusiaan. Kata kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan Multikultural, Pendidikan Tinggi
saat kita berada pada situasi stop
Pendahuluan Pembangunan karakter atau
and think dalam rangka melakukan
character building akan selalu men-
pengembangan diri yang berkelanju-
jadi topik yang sangat menarik un-
tan. Topik ini menjadi lebih menarik
tuk diangkat. Tidak hanya pada saat
lagi jika diangkat dalam dunia pen-
kita merasa terkejut dan prihatin
didikan, yang hampir selalu diang-
dengan peristiwa di masyarakat
gap sebagai pihak yang paling ber-
yang pokok permasalahannya bera-
tanggungjawab dalam pembentukan
kar pada karakter manusia yang ter-
karakter (Marianti, 2007).
libat dalam peristiwa tersebut. Se-
Wacana tentang pendidikan
perti pada saat terbongkarnya kasus
multikultural juga seolah-olah mele-
korupsi di suatu instansi yang seha-
takkan nilai-nilai partikular dalam
rusnya bekerja untuk kepentingan
satu ruang khusus, ekslusive locus.
rakyat misalnya, tetapi juga pada
Sekedar berada pada wilayah bentuk 110
keragaman yang mempercayainya
tinggi melalui konsep pendidikan
itu tanpa ikut terlibat keluar di luar
karakter dan pendidikan multikul-
bentuk keragaman masing-masing.
tural dalam proses pembelajaran
Pendidikan
dalam
(perkuliahan) diharapkan akan dapat
konflik
menjaga kualitas nilai-nilai univer-
haruslah memberikan pemahaman
sal manusia dalam menjaga keraga-
melalui pendidikan tentang kesada-
man, kesetaraan, kemanusiaan dan
ran adanya keragaman (plurality),
semua aktifitas kehidupan dengan
kesetaraan (equality), kemanusiaan
semangat meneguhkan keadilan.
upayanya
multikultural, meminimalisir
(humanity), keadilan (justice), dalam
Realitas masyarakat saat ini
beragama dan beraktifitas sosial
dapat disebut sebagai masyarakat
(Huda, 2005).
yang kurang memaknai dari karakter
Bagi lingkungan pendidikan
masing-masing pribadinya dan le-
tinggi, upaya pengembangan karak-
mahnya pemahaman akan konsep
ter sumber daya manusia dalam civi-
multikultural. Sebagai contoh ketika
tas akademika adalah sebuah ke-
terjadi konflik di masyarakat yang
niscayaan. Pembentukan karakter
berkepanjangan, mulai dari panda-
tidak bisa ditawar dan tidak bisa di-
ngan terhadap agama, etnis, bahasa,
kesampingkan begitu saja tanpa
ekonomi, politik dan pendidikan te-
adanya proses pemberdayaan. Tang-
lah menjadikan dampak buruk bang-
gungjawab pendidikan tinggi dalam
sa Indonesia dan menjadi terpuruk
merespon penguatan karakter akan
di mata dunia.
mengantarkan mahasiswa sebagai
Urgensi
pemahaman
akan
peserta didik yang dibangun kapasi-
pendidikan karakter dan pendidikan
tas intelektualnya menuju masyara-
multikultural bagi banyak pihak dan
kat ilmiah yang berwawasan multi-
kalangan mencoba untuk memberi-
kultural. Karakter mahasiswa seba-
kan solusi dengan tanpa menghi-
gai agen perubahan dan cadangan
langkan ataupun membinasakan ke-
kader masa depan masyarakat dan
ragaman yang satu dan mengung-
bangsa tidak boleh berkembang da-
gulkan keragaman yang lain. Bagi
lam sikap tertutup yang anti peruba-
lingkungan pendidikan tinggi dapat
han. Paradigma mewujudkan maha-
mengarahkan masyarakat kampus
siswa dalam lingkungan pendidikan
lebih menjaga kolektifitas dan se111
mangat
membangun
kepribadian
Tulisan ini adalah kajian isi
dan sikap-sikap individu lebih de-
(content) yang secara khusus meng-
wasa dalam menghadapi masalah.
analisis tentang bagaimana konsepsi
Tentu banyak jalan untuk
pendidikan karakter dan pendidikan
mengurangi resistensi kepentingan
multikultural bagi lingkungan pen-
di tengah-tengah kehidupan masya-
didikan tinggi? Bagaimana relevansi
rakat kampus terutama kehidupan
sintesis keduanya bagi lingkungan
kemahasiswaan. Salah satu jalan
pendidikan tinggi?
untuk me-ngurangi berbagai macam konflik kepentingan yang terjadi
Pengertian Pendidikan Karakter
adalah de-ngan memberikan wajah
dan Pendidikan Multikultural
baru pada dunia pendidikan tinggi, yaitu
mensintesakan
Menurut Koesoema (2007),
paradigma
pendidikan karakter bisa diartikan
pendidikan karakter dan pendidikan
sebagai sebuah bantuan sosial agar
multikultural. Kedua paradigma ini
individu itu dapat bertumbuh dalam
sesungguhnya telah berkomplemen-
menghayati
ter khususnya pada daya dukung
hidup bersama dengan orang lain
untuk memberikan fungsi yang dis-
dalam dunia. Pendidikan karakter
ebut sebagai negative interest mini-
bertujuan membentuk setiap pribadi
malization (meminimalisasi akibat
menjadi insan yang berkeutamaan.
negatif) yang terjadi akibat adanya
kebebasannya
Pendidikan
karakter
dalam
bukan
berbagai keragaman yang terjadi di
hanya berurusan dengan penanaman
setiap komunitas. Dua paradigma
nilai bagi siswa, namun merupakan
tersebut berperan cukup penting,
sebuah usaha bersama untuk men-
meskipun belum dapat dikatakan
ciptakan sebuah lingkungan di mana
sebagai “obat penyembuh”, tetapi
setiap individu dapat menghayati
paling tidak meminimalisir akibat
kebebasannya sebagai sebuah pra-
negatif yang dapat muncul sewaktu-
syarat bagi kehidupan moral yang
waktu dan terjadi akibat rendahnya
dewasa. Pendidikan karakter lebih
pemahaman atas keragaman berbu-
merupakan sebuah usaha manusia
daya dan sikap-sikap berkebudaya-
untuk menciptakan kultur kehidupan
an.
yang mendukung pertumbuhan individunya secara autentik. Untuk itu, 112
ada dua macam paradigma dalam
aktifitas sosial manusia dalam rang-
pendidikan karakter. Paradigma per-
ka memahami dan menghayati se-
tama, memandang pendidikan ka-
buah kebebasan agar menjadi insan-
rakter dalam cakupan pemahaman
insan yang berkeutamaan. Agar ma-
moral yang sifatnya lebih sempit
nusia memiliki nilai keutamaan da-
(narrow scope to moral education).
lam kehidupan, ia harus membangun
Paradigma ini memandang pendidi-
dan meyakini adanya dua kekuatan
kan karakter lebih berkaitan dengan
penting, yaitu kekuatan moral indi-
bagaimana menanamkan nilai-nilai
vidual dan kekuatan moral sosial.
tertentu dalam diri anak didik di se-
Kekuatan moral pertama bersifat
kolah. Nilai-nilai ini bisa memiliki
individual, seperti disiplin diri, pe-
bobot moral maupun tidak, seperti
ngendalian diri, kejujuran, murah
nilai yang sifatnya individual per-
hati, tanggung jawab, dan seterus-
sonal, misalnya tanggung jawab per-
nya. Sedangkan kekuatan moral ke-
sonal, kemurahan hati, penghargaan
dua bersifat sosial (komunal), seper-
diri, kejujuran, pengendalian diri,
ti perasaan saling percaya kepada
bela rasa, disilplin diri, daya tahan,
sesama, sportivitas, sikap toleran,
pemberian diri, percaya diri, integri-
membiasakan
tas, cinta, tepat waktu, berjiwa pen-
orang lain, membangun kerjasama
gampun, rasa terima kasih. Demi-
yang baik, dan seterusnya.
untuk
menghargai
kian juga dengan nilai-nilai yang
Menurut Dawam (2003), pen-
sifatnya lebih sosial, seperti tang-
didikan multikultural itu dapat dili-
gung jawab sosial, kewarganega-
hat secara etimologi dan terminolo-
raan, kerjasama, menghargai orang
gis. Secara etiomologi, terdiri atas
lain, toleransi, sportivitas, apresiasi,
dua terma, yaitu pendidikan dan
rasa saling percaya, keadilan, peme-
multikultural. Pendidikan dapat di-
cahan masalah atas perbedaan seca-
artikan sebagai proses pengemban-
ra damai (peaceful resolution of dif-
gan sikap dan tata laku seseorang
ferences), dan kesediaan menden-
atau sekelompok orang dalam usaha
garkan (Koesoema, 2007).
mendewasakan
manusia
melalui
Dalam pengertian lebih seder-
upaya pengajaran, pelatihan, proses,
hana, bahwa pendidikan karakter
perbuatan, dan cara-cara yang men-
merupakan usaha rasional sebagai
didik. Sedangkan multikultural ter113
bangun dari kata dasar kultur yang
guhkan kualitas pengembangan po-
berarti kebudayaan, kesopanan, atau
tensi diri, menghargai pluralitas, he-
pemeliharaan. Sedangkan multi be-
terogenitas, perbedaan secara kul-
rarti banyak, ragam, atau aneka.
tural hingga bagaimana berpartisipa-
Dengan demikian multikultural be-
si membangun karakter demokratis,
rarti keragaman kebudayaan, aneka
humanis dan berkeadaban.
kesopanan, atau banyak pemeliharaan budaya sebagai pengejawanta-
Tujuan Pendidikan Karakter dan
han dari keragaman latar belakang
Pendidikan Multikultural
seseorang. Secara terminologis, pen-
Secara umum, antara pendidi-
didikan multikultural berarti proses
kan karakter dan pendidikan multi-
pengembangan seluruh potensi ma-
kultural mempunyai tujuannya ma-
nusia yang menghargai pluralitas
sing-masing.
dan heterogenitasnya sebagai kon-
Menurut Koesoema (2007),
sekuensi keragaman budaya, etnis,
Pendidikan karakter tujuannya ada-
suku, dan aliran (agama).
lah: pertama, sebagai sebuah paeda-
Pendidikan multikultural ada-
gogi yang memberikan ruang per-
lah strategi pendidikan yang diapli-
tumbuhan bagi setiap individu da-
kasikan pada semua jenis pendidi-
lam lembaga pendidikan untuk ber-
kan pelajaran dengan cara menggu-
tumbuh secara integral sebagai ma-
nakan perbedaan-perbedaan kultural
nusia yang menghayati nilai, khu-
yang ada pada siswa agar proses be-
susnya nilai-nilai moral, nilai reli-
lajar
sekaligus
gius dan nilai-nilai kewarganega-
membangun karakter siswa yang
raan. Kedua, memberikan prioritas
demokratis, humanis dan pluralis
utama pada pendidikan karakter dari
(Yakin, 2006).
sudut pandang pemahaman isu-isu
menjadi
efektif,
Singkatnya adalah pendidikan
moral yang lebih luas, terutama me-
multikultural itu proses terencana
lihat isu-isu moral dalam keseluru-
dan sadar manusia dalam mengem-
han peristiwa yang terjadi di dunia
bangkan sikap dan tata perilaku
pendidikan itu sendiri (educational
menjadi lebih matang. Kematangan-
happenings).
nya ditunjukkan dalam berkebuda-
karakter memberikan perhatian pada
yaan dan kesopanan untuk mene-
perkembangan individu, meletak114
Ketiga,
pendidikan
kannya dalam kerangka matriks so-
takkan tatanan sosial masyarakat
sial (tatanan sosial dalam masyara-
sebagai makhluk yang bermoral.
kat), melalui interpretasi nilai, se-
Sedangkan pada tujuan pendidikan
makin mengukuhkan diri manusia
multikultural
sebagai makhluk yang bermoral.
yang menawarkan strategi alternatif
Sedangkan pada pendidikan
berbasis
adalah
keragaman
pendidikan
masyarakat,
multikultural tujuannya adalah per-
meningkatkan kesadaran untuk ber-
tama, menawarkan satu alternatif
perilaku demokratis, pluralis dan
melalui penerapan strategi dan kon-
humanis.
sep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada
Tipologi
pada masyarakat, khususnya yang
dan Pendidikan Multikultural
Pendidikan
Karakter
ada pada siswa, gender, kemam-
Melalui dasar antropologis se-
puan, umur dan ras. Kedua, untuk
tiap pemikiran tentang pendidikan
meningkatkan
mereka
karakter, tipologinya adalah bahwa
agar selalu berperilaku humanis,
keberadaan manusia sebagai peng-
pluralis, dan demokratis. Di sam-
hayat nilai. Keberadaan seperti ini
ping menguasai materi yang akan
menggambarkan struktur dasar ma-
disampaikan,
pendidik
nusia sebagai makhluk yang memi-
(guru) dituntut untuk memiliki ke-
liki kebebasan, namun sekaligus sa-
piawaian dalam memberikan pema-
dar akan keterbatasannya. Dinamika
haman kepada peserta didiknya
struktur manusia yang seperti inilah
mengenai nilai-nilai inti dari pendi-
yang
dikan multikultural, misalnya de-
karakter menjadi sebuah pedagogi.
mokrasi, humanisme, dan pluralisme
Dengannya
(Huda, 2005).
transendensi dirinya dengan cara
kesadaran
seorang
memungkinkan
manusia
pendidikan
menghayati
Dapat disimpulkan bahwa tu-
membaktikan diri pada nilai-nilai
juan pendidikan karakter adalah
yang diyakininya sebagai berharga
pendidikan yang memberikan ruang
bagi dirinya sendiri serta bagi ko-
pertumbuhan secara integral sebagai
munitas di mana individu tersebut
manusia yang menghayati nilai, pe-
berada (Koesoema, 2007).
mahaman terhadap isu-isu moral
Tipologi lainnya adalah setiap
dalam dunia pendidikan, serta mele-
kali kita berbicara tentang pendidi115
kan karakter, yang kita bicarakan
sial, dan pendidikan multikultural
adalah tentang usaha-usaha manu-
yang sifatnya rekonstruksi sosial
siawi dalam mengatasi keterbatasan
(critical multicultural education),
dirinya melalui praksis nilai yang
(Tilaar, 2004).
dihayatinya. Usaha ini tampil dalam
Tipologi
lainnya
adalah
setiap perilaku dan keputusan yang
bahwa pendidikan multikultural itu
diambilnya secara bebas. Keputusan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
ini pada gilirannya semakin mengu-
budaya, sosial. Sebab nilai-nilai ini
kuhkan identitas dirinya sebagai
sangat penting, yang mana bisa
manusia. Oleh karena itu, pendidi-
membuat masyarakat damai dan se-
kan karakter merupakan keseluruhan
baliknya dapat menimbulkan disin-
dinamika
antarpribadi
tegrasi jika pelaksanaannya tidak
dengan berbagai macam dimensi,
sesuai dengan asas-asas multikultur-
baik dari dalam maupun dari luar
al. Peran aktif yang banyak adalah
dirinya, agar pribadi itu semakin
masyarakat, karena masyarakat ada-
dapat
kebebasannya,
lah pusat nilai-nilai atau norma-
sehingga ia dapat semakin bertang-
norma budaya. Pendidikan dan ma-
gungjawab atas pertumbuhan di-
syarakat multikultural itu memiliki
rinya sendiri sebagai pribadi dan
hubungan timbal balik (reciprocal
perkembangan orang lain dalam hi-
relationship). Pada satu sisi pendi-
dup mereka (Koesoema, 2007).
dikan memiliki peran penting mem-
relasional
menghayati
Sedangkan pada tipologi pen-
bangun masyarakat multikultural,
didikan multikultural yang berkem-
namun di sisi lain masyarakat multi-
bang adalah mengajar mengenai ke-
kultural memiliki pengaruh signifi-
lompok siswa yang memiliki budaya
kan untuk mensukseskan pendidi-
yang lain (culture difference), hu-
kan, (Afidah, 2006).
bungan manusia (human relation),
Tipologi yang dipahami dalam
penekanannya kepada adanya per-
pendidikan karakter adalah menjaga
bedaan stratifikasi sosial yang ada di
eksistensi manusia sebagai peng-
dalam masyarakat (single group
hayat nilai, menghayati transendensi
studies), pendidikan multikultural
diri pada nilai-nilai yang diyakini,
dalam rangka memajukan plura-
serta mengukuhkan identitas diri
lisme kebudayaan dan ekualitas so-
dalam dinamika relasional antar pri116
badi. Sedangkan tipologi bagi pen-
atau telah ada begitu saja, yang lebih
didikan multikultural adalah menga-
kurang dipaksakan dalam diri kita.
jarkan perbedaan budaya, hubungan
Karakter yang demikian ini diang-
manusia, memajukan pluralisme ke-
gap sebagai sesuatu yang telah ada
budayaan, ekualitas sosial,
rekon-
dari sono-nya (given). Kedua, karak-
struksi sosial, menjunjung tinggi
ter juga bisa dipahami sebagai ting-
nilai-nilai agama, budaya dan sosial,
kat kekuatan melalui mana seorang
serta membangun masyarakat multi-
individu mampu menguasai kondisi
kultural.
tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
yang dikehendaki (willed), (Koe-
dan Pendidikan Multikultural
soema, 2007).
Menurut Koesoema (2007),
Adapun
menurut
Tilaar,
bahwa pendidikan karakter sebagai
(2003), nilai-nilai yang terdapat da-
sebuah paedagogi akan memberikan
lam pendidikan multikultural yaitu:
tiga nilai (matra) penting setiap tin-
apresiasi terhadap adanya kenyataan
dakan edukatif maupun campur ta-
pluralitas budaya dalam masyarakat,
ngan intensional bagi sebuah kema-
pengakuan terhadap harkat manusia
juan pendidikan. Matra ini adalah
dan hak asasi manusia, pengemban-
individual, sosial, dan moral. Karena
gan tanggung jawab masyarakat du-
itu pembaruan dalam bidang pendi-
nia, pengembangan tanggung jawab
dikan, serta penerapan program
terhadap planet bumi. Dasar nilai-
pendidikan karakter dalam setiap
nilai inti dari pendidikan multikul-
lembaga pendidikan tidak dapat me-
tural yaitu demokrasi, humanisme
lepaskan diri dari tiga matra ini, jika
dan pluralisme.
pembaruan itu ingin disebut sebagai
Ada enam unsur yang harus
sebuah pembaruan yang integral.
diperhatikan dalam pendidikan mul-
Tentang ambiguitas termino-
tikultural, yaitu: memperhatikan ke-
logi karakter ini, Mounier mengaju-
ragaman bahasa, membangun sikap
kan dua cara interpretasi. Ia melihat
sensitifitas gender, membangun pe-
karakter sebagai dua hal, yaitu per-
mahaman kritis terhadap ketidakadi-
tama, sebagai sekumpulan kondisi
lan dan perbedaan status sosial,
yang telah diberikan begitu saja,
membangun sikap anti diskriminasi 117
etnis, menghargai perbedaan ke-
ngan pendidikan karakter menjadi
mampuan, menghargai perbedaan
timpang, superfisial dan tidak efek-
umur (Huda, 2005).
tif.
Artinya nilai bagi pendidikan
Paradigma pendidikan karak-
karakter terletak pada sejauhmana
ter dari sudut pandang pemahaman
individu, sosial dan moral sebagai
isu-isu moral yang lebih luas, teru-
proses yang dikehendaki dan diang-
tama melihat keseluruhan peristiwa
gap sebagai sesuatu yang telah ada.
dalam dunia pendidikan itu sendiri
Sedangkan bagi pendidikan multi-
(educations happenings). Pendidi-
kultural pada sejauhmana apresiasi
kan karakter sebagai sebuah paeda-
pluralitas budaya, pengakuan harkat
gogi menempatkan individu yang
manusia dan hak asasi manusia, dan
terlibat dalam dunia pendidikan se-
intinya pada nilai demokrasi, huma-
bagai pelaku utama dalam pengem-
nisme, dan pluralisme.
bangan karakter. Pelaku ini menjadi agen penafsir, penghayat, sekaligus
Antara Fenomena dan Paradigma
pelaksana nilai melalui kebebasan
Secara hipotetik, antara pendi-
yang ia miliki. Untuk inilah, peris-
dikan karakter dan pendidikan mul-
tiwa-peristiwa dalam dunia pendidi-
tikultural dapat disintesakan pada
kan (educational happening), baik
nilai-nilai paradigmatik dalam rang-
dalam lingkup lokal, provincial,
ka mengikuti gejala dan fenomena
maupun global, mesti diletakkan
yang terjadi ditengah kehidupan.
dalam kerangka pertumbuhan kebe-
Fenomena globalisasi, kapitalisasi,
basan individu dalam menghayati
hedonisme hingga liberalisasi dalam
tugas dan panggilannya. Integrasi
dunia pendidikan tinggi juga menja-
atas kedua paradigma inilah mela-
dikan setiap pendidikan karakter dan
hirkan gagasan baru tentang pendi-
pendidikan multikultural memiliki
dikan karakter sebagai paedagogi
fungsi pedagogis. Oleh karena itu,
(Koesoema, 2007).
menurut Koesoema (2007), mele-
Pembaruan pendidikan yang
paskan salah satu matra dari tiga
menekankan visi pendidikan karak-
matra penting yang sangat funda-
ter akan menilai prioritas kinerjanya
mental bagi pendidikan karakter
untuk meneliti sejauhmana individu
membuat setiap usaha pengemba-
yang terlibat dalam lembaga pendi118
dikan mampu menghayati kebeba-
pa negara di Amerika Serikat misal-
sannya di tengah struktur sebuah
nya (Tilaar, 2004) mengemukakan
sistem kelembagaan yang de facto
lima dimensi dalam perkembangan
ada di dalam lingkungannya. Kultur
pendidikan multikultural, yaitu: in-
non-edukatif berupa ketimpangan
tegrasi pendidikan dalam kurikulum
pembagian kekuasaan, ketidakadilan
(content integration), sebagai upaya
struktural (kebijakan tentang pendi-
mengintegrasikan pendidikan multi-
dikan, peraturan, kurikulum, dan
kultural di dalam kurikulum, kon-
sebagainya) mestinya menjadi sasa-
struksi ilmu pengetahuan (know-
ran utama pembaruan pendidikan
ledge construction), pengurangan
karakter di tingkat lembaga (Koe-
prasangka
soema, 2007).
pedagogik kesetaraan antarmanusia
(prejudice
reduction),
Tidak berlebihan jika dikata-
(equity pedagogy), dan pember-
kan bahwa ada kekhawatiran bahwa
dayaan budaya sekolah (empower-
wacana pendidikan karakter dan
ing school culture).
pendidikan multikultural yang hendak mempertemukan berbagai kera-
Penerapan
gaman tersebut akan menghilangkan
Karakter dan Pendidikan Multi-
nilai-nilai partikular yang dimiliki
kultural
Konsep
Pendidikan
oleh setiap keragaman. Sebab setiap
Pendidikan tinggi sebagai en-
bentuk keragaman baik itu pola peri-
titas keilmuan tidak akan lepas dari
laku, etnis, agama, budaya, maupun
perbenturan nilai sebagai akibat dari
bahasa pasti memiliki dua bentuk
terbukanya hampir semua saluran
nilai, yaitu nilai khas (partikular)
interaksi manusia. Salah satu dam-
yang dimiliki secara internal oleh
pak kecenderungannya adalah pe-
bentuk keragaman itu, dan nilai-nilai
cahnya kepribadian dalam kehidu-
universal (kebersamaan, keadilan,
pan masyarakat. Bagi pendidikan
kemanusiaan, kesetaraan, kejujuran)
tinggi, proses pemantauan nilai-nilai
yang dimiliki oleh setiap bentuk ke-
prinsipil dengan semakin tajamnya
ragaman tersebut.
daya antisipasi sosial agar nilai-nilai
Secara
khusus,
selayang
prinsipil tersebut tidak dikembang-
pandang pada model pendidikan
kan dalam kondisi tercabut dari akar
multikultural yang terjadi di bebera-
empirisnya. 119
Pada dasarnya, karakter itu se-
kan dalam dirinya, yaitu antara ke-
suatu yang tidak dapat dikuasai oleh
bebasan dan determinasi, antara ka-
intervensi manusiawi, seperti ganas-
rakter yang stabil dengan ekspresi
nya laut dengan gelombang pasang
periferikal atasnya yang sifatnya
dan angin yang menyertainya. Me-
lebih dinamis dan mudah berubah.
reka memahami karakter seperti lau-
Karena itu karakter merupa-
tan, tidak terselami, tak dapat diin-
kan struktur antropologis manusia,
tervensi. Karena itu, berhadapan
tempat di mana manusia menghayati
dengan apa yang memiliki karakter,
kebebasannya dan mengatasi keter-
manusia tidak dapat ikut campur
batasan dirinya. Struktur antropolo-
tangan atasnya (Koesoema, 2007).
gis ini melihat bahwa karakter bu-
Lebih lanjut, dalam pandangan
kan sekedar hasil dari sebuah tinda-
Koesoema (2007), orang yang me-
kan, melainkan secara simultan me-
miliki karakter kuat adalah mereka
rupakan hasil dan proses. Dinamika
yang tidak mau dikuasai oleh se-
ini menjadi semacam dialektika te-
kumpulan realitas yang telah ada
rus-menerus dalam diri manusia un-
begitu saja dari sono-nya. Sementara
tuk menghayati kebebasannya dan
orang yang memiliki karakter lemah
mengatasi keterbatasannya. Karakter
adalah orang yang tunduk pada se-
merupakan kondisi dinamis struktur
kumpulan kondisi yang telah diberi-
antropologis individu, yang tidak
kan kepadanya tanpa dapat mengua-
mau sekedar berhenti atas determi-
sainya. Orang yang berkarakter de-
nasi kodratinya, melainkan juga se-
ngan demikian seperti seorang yang
buah usaha hidup untuk menjadi
membangun dan merancang masa
semakin integral mengatasi determi-
depannya sendiri. Ia tidak mau di-
nasi alam dalam dirinya demi proses
kuasai oleh kondisi kodratnya yang
penyempurnaan dirinya terus mene-
menghambat pertumbuhannya. Se-
rus (Koesoema, 2007).
baliknya, ia menguasainya, me-
Jika kita berbicara tentang
ngembangkannya demi kesempur-
pendidikan karakter, ada dua sisi
naan
Manusia
yang mesti kita pertimbangkan. Per-
memiliki struktur antropologis yang
tama, pendidikan senantiasa berkai-
terbuka ketika berhadapan dengan
tan dengan dimensi sosialitas manu-
fenomena kontradiktif yang ditemu-
sia. Manusia sejak kelahirannya te-
kemanusiaannya.
120
lah membutuhkan kehadiran orang
Pendidikan karakter apa pun
lain dalam menopang hidupnya.
yang diterapkan di dalam sekolah
Pendidikan merupakan usaha sadar
tidak dapat melepaskan diri dari
yang ditujukan bagi pengembangan
konteksnya yang lebih luas, terlebih
diri manusia secara utuh, melalui
struktur-struktur yang mempengaru-
berbagai macam dimensi yang dimi-
hi bagaimana seorang individu yang
likinya (religius, moral, personal,
terlibat dalam dunia pendidikan ber-
sosial, kultural, temporal, institu-
peran sebagai subjek moral yang
sional, relasional, dan sebagainya)
aktif. Jika dimensi moral ini dile-
demi proses penyempurnaan dirinya
paskan dari konteks kelembagaan di
secara terus-menerus dalam me-
mana seorang individu itu meng-
maknai hidup dan sejarahnya di du-
hayati kebebasan dan tanggungja-
nia ini dalam kebersamaan dengan
wabnya, usaha menerapkan pendi-
orang lain. Sedangkan karakter lebih
dikan karakter dalam konteks seko-
bersifat subjektif, sebab berkaitan
lah menjadi inkonsisten dan parsial.
dengan struktur antropologis manu-
Pendidikan karakter jika dipahami
sia dan tindakannya dalam memak-
terlepas dari peristiwa-peristiwa da-
nai kebebasannya, sehingga ia men-
lam dunia pendidikan itu sendiri
gukuhkan keunikannya berhadapan
akan menjadi sebuah gerakan yang
dengan
stagnan, buang energi, tenaga, piki-
orang
lain
(Koesoema,
2007).
ran dan biaya (Koesoema, 2007).
Manusia itu menghayati eksis-
Artinya bahwa dalam penera-
tensinya bukan karena tanggapan
pan konsep pendidikan karakter dan
spontan atas respon dari luar di-
multikultural,
rinya, melainkan karena ada nilai.
mutlak membangun kapasitas indi-
Manusialah yang membentuk nilai,
vidu-individu manusia yang mampu
dan dengannya manusia mengarah-
memahami
kan hidupnya dan memaknai kebe-
sendiri, berkarakter kuat sehingga
radaannya. Nilai inilah yang mendo-
tidak mau dikuasai orang lain,
rong pertumbuhan kedewasaan ma-
membangun dan merancang masa
nusia secara lebih penuh. Nilailah
depan sebagai mimpinya, bagaima-
yang mendorong perubahan dalam
na menghayati kebebasan, bagaima-
masyarakat (Koesoema, 2007).
na mengatasi keterbatasan, bagai121
pendidikan
terhadap
tinggi
karakternya
mana mengkondisikan dinamika in-
tuk memasuki kehidupan bermasya-
dividu menjadi integral demi pe-
rakat. Karakter yang baik adalah
nyempurnaan yang berkelanjutan.
manusia yang bisa menghargai dan
Singkatnya bagaimana pendidikan
menghormati diri sendiri dan orang
tinggi menerapkan konsepnya dalam
lain serta bisa hidup berdamai den-
dimensi yang luas secara sosialitas
gan diri sendiri dan orang lain.
bagi manusia dan menggerakkan
Sementara itu, Magsino meng-
eksistensi kemanusiaan dalam bing-
identifikasi model pendidikan multi-
kai universal.
kultural sebagai berikut: pendidikan untuk suatu emergent society, pen-
Relevansi Pendidikan Karakter
didikan untuk kelompok-kelompok
dan Multikultural Bagi Pendidi-
kultural yang berbeda, pendidikan
kan Tinggi
untuk memperdalam saling penger-
Sementara perubahan-peruba-
tian budaya, pendidikan untuk ako-
han yang terjadi seiring dengan
modasi kebudayaan, pendidikan un-
proses globalisasi tidak dapat dice-
tuk memelihara nilai-nilai kebu-
gah lagi, sekolah dan pendidikan
dayaan ketika nilai-nilai kebudayaan
diharapkan bisa membantu mem-
suatu kelompok tertentu berada da-
bentuk pandangan dan perspektif
lam bahaya atau terancam kepuna-
siswa mengenai dunia dan kehidu-
han, dan pendidikan multikultural
pan serta meningkatkan potensi kon-
terutama bertujuan untuk adaptasi
tribusi anak didik terhadap kehidu-
serta pendidikan untuk memberikan
pan. Pengembangan karakter anak
kompetensi bikultural (Lie, 2007).
didik seharusnya merupakan bagian proses
pendidikan
di
Menurut Tilaar (2003), ada
sekolah-
beberapa tujuan pendidikan multi-
sekolah. Namun pada kenyataannya,
kultural, yaitu: (a) mengembangkan
lembaga-lembaga pendidikan justru
perspektif sejarah (etnohistorisitas)
terjebak dalam semangat kompetisi
yang
pasar bebas (Lie, 2007).
kelompok masyarakat; (b) memper-
beragam
dari
kelompok-
Dalam pandangan Anita Lie
kuat kesadaran budaya yang kuat di
(2007), sekolah adalah miniatur ke-
masyarakat; (c) memperkuat kompe-
hidupan dalam masyarakat. Siswa
tensi
seharusnya disiapkan di sekolah un-
budaya yang hidup di masyarakat; 122
interkultural
dari
budaya-
(d) membasmi rasisme, seksisme,
liki nilai keutamaan dalam kehidu-
berbagai jenis prasangka; (e) me-
pan, ia harus membangun dan me-
ngembangkan kesadaran atas kepe-
yakini adanya dua kekuatan pen-
milikan planet bumi; (f) mengem-
ting, yaitu kekuatan moral individu-
bangkan keterampilan aksi sosial
al dan kekuatan moral sosial. Keku-
(social action).
atan moral pertama bersifat individ-
Relevansi dari semua itu ada-
ual, seperti disiplin diri, pengenda-
lah bagaimana lingkungan pendidi-
lian diri, kejujuran, murah hati,
kan tinggi menguatkan peran-peran
tanggung jawab, dan seterusnya.
kelembagaan
memberikan
Sedangkan kekuatan moral kedua
pandangan dan perspektif baru, me-
bersifat sosial (komunal), seperti
ningkatkan potensi dan kontribusi
perasaan saling percaya kepada se-
bagi mahasiswa (peserta didik) ter-
sama, sportivitas, sikap toleran,
hadap
membiasakan
dalam
kehidupannya,
mewujudkan
bagaimana
pendidikan
sebagai
untuk
menghargai
orang lain, membangun kerjasama
miniatur kehidupan kemasyarakatan,
yang baik, dan seterusnya.
bagaimana mengembangkan sikap
Sedangkan pendidikan multi-
menghormati diri sendiri dan orang
kultural itu proses terencana dan sa-
lain, bagaimana pendidikan diarah-
dar manusia dalam mengembangkan
kan mampu mengakomodasi kebu-
sikap dan tata perilaku menjadi lebih
dayaan, bagaimana pendidikan dibe-
matang. Kematangannya ditunjuk-
rikan kompetensi bikultural, kompe-
kan dalam berkebudayaan dan keso-
tensi interkultural, dan mengem-
panan untuk meneguhkan kualitas
bangkan profesionalisme dalam aksi
pengembangan potensi diri, meng-
sosial.
hargai pluralitas, heterogenitas, perbedaan secara kultural hingga bagaimana berpartisipasi membangun
Penutup Pendidikan karakter merupa-
karakter demokratis, humanis dan
kan usaha rasional sebagai aktifitas
berkeadaban.
sosial manusia dalam rangka mema-
Bahwa dalam penerapan kon-
hami dan menghayati sebuah kebe-
sep pendidikan karakter dan multi-
basan agar menjadi insan-insan yang
kultural, pendidikan tinggi mutlak
berkeutamaan. Agar manusia memi-
membangun 123
kapasitas
individu-
individu manusia yang mampu me-
bangkan profesionalisme dalam aksi
mahami terhadap karakternya sendi-
sosial.
ri, berkarakter kuat sehingga tidak
Sintesa antara pendidikan ka-
mau dikuasai orang lain, memba-
rakter dan pendidikan multikultural
ngun dan merancang masa depan
bagi lingkungan pendidikan tinggi
sebagai
adalah ada proses pengembangan
mimpinya,
bagaimana
menghayati kebebasan, bagaimana
seluruh
potensi
manusia
yang
mengatasi keterbatasan, bagaimana
menghargai pluralitas dan heteroge-
mengkondisikan dinamika individu
nitas sebagai konsekuensi keraga-
menjadi integral demi penyempur-
man budaya, etnis, suku dan aliran
naan yang berkelanjutan. bagaimana
(agama). Ada proses menghendaki
pendidikan tinggi menerapkan kon-
penghormatan dan penghargaan se-
sepnya dalam dimensi yang luas se-
tinggi-tingginya terhadap harkat dan
cara sosialitas bagi manusia dan
martabat manusia. Ada proses me-
menggerakkan eksistensi kemanu-
ngembangkan seluruh potensi ma-
siaan dalam bingkai universal.
nusia, yaitu pendidikan, intelektual,
Relevansi dari semua itu ada-
sosial, moral, religius, ekonomi, ke-
lah bagaimana lingkungan pendidi-
sopanan, dan budaya. Ada proses
kan tinggi menguatkan peran-peran
melawan eksploitasi manusia atas
kelembagaan
memberikan
manusia melalui transformasi nilai
pandangan dan perspektif baru, me-
kehidupan sosial yang membawa
ningkatkan potensi dan kontribusi
manusia kepada koreksi dan rekon-
bagi mahasiswa (peserta didik) ter-
struksi atas tatanan sosial yang tidak
hadap
berkeadilan. Pendidikan tinggi harus
dalam
kehidupannya,
mewujudkan
bagaimana
pendidikan
sebagai
mengarahkan manusia pada cara-
miniatur kehidupan kemasyarakatan,
cara yang egaliter dan bersahaja.
bagaimana mengembangkan sikap
Pendidikan tinggi harus mentrans-
menghormati diri sendiri dan orang
formasi cara pandang dari otoriter
lain, bagaimana pendidikan diarah-
kepada kemanusiaan. Intinya semua
kan mampu mengakomodasi kebu-
proses transformasi itu bertujuan
dayaan, bagaimana pendidikan dibe-
untuk mengeliminir manusia dari
rikan kompetensi bikultural, kompe-
sistem yang tidak berperadaban dan
tensi interkultural, dan mengem124
Lie, Anita. 2007. Wawasan Multikultural dalam Pendidikan Karakter. Majalah Basis, No.07-08, Tahun ke 56, JuliAgustus 2007
tidak mencerahkan kehidupan dan kemanusiaan.
Daftar Pustaka
Marianti, Francesco. 2007. Hard Skill and Soft Skill dalam Character Building. Majalah Basis, No.07-08, Tahun ke 56, Juli-Agustus 2007.
Afidah, Titin Nur. 2006. Konsep dan Paradigma Pendidikan Multikultural. Jurnal Progresiva, Vol. 1 No. 2. Desember 2006
Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan. Magelang: Indonesia Tera.
Dawam, Ainurrafiq. 2003. Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Inspeal Ahisakarya Press
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo Widia Sarana.
Huda, Miftachul. 2005. Meminimalisasi Efek Negatif dengan Pendidikan Multikultural. Gerbang: Majalah Pendidikan, nomor 02 Edisi 2 Th.V-2005
Yakin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural Crosscultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Bandung : Pilar Media.
Koesoema, Doni. 2007. Tiga Matra Pendidikan Karakter. Majalah Basis, No.07-08, Tahun ke 56, Juli-Agustus 2007
125