SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P)
Oleh :
MUHAMMAD AMINUDIN 109092000038
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M
SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN NASIONAL
MUHAMMAD AMINUDIN 109092000038
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014M/1435H
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 06 Mei 2014
Muhammad Aminudin
ABSTRAK
Muhammad Aminudin Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang Dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Di bawah bimbingan Akhmad Mahbubi S.P, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, S.P MMA. Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi pangan. Perlu ada kajian untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan pengembangan industri kentang Indonesia dengan melihat kepada 3 aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan sebagai aspek utama dalam pengembangan manajemen rantai pasok. Penelitian ini diawali dengan identifikasi model dasar rantai pasok dan permasalahan industri kentang. Selanjutnya, dianalisis dengan pendekatan sistem dinamis dan pemodelan dalam tahapan pemecahan masalah. Untuk melihat perilaku sistem dilakukan pemodelan dan simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem industri kentang nasional lintas sektoral karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan subsistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian. Perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario peningkatan produktivitas kentang sebesar 10% per tahun. Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang awal 2013 sebanyak 2.373 meningkat menjadi 2.380 pada tahun berikutnya. Selain itu, dari aspek ekonomi, pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 963 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 970 miliar pada tahun berikutnya yang bisa dicapai oleh industri kentang. Peningkatan produktivitas kentang dapat menambah tenaga kerja di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas pengangguran dan urbanisasi di daerah sebagai indikator aspek sosial. Kata Kunci: sistem dinamis, manajemen rantai pasok, berkelanjutan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional” ini. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para shahabat dan keluarga beliau yang kita nantikan syafaatnya kelak. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P). Adapun penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah berjasa dalam membantu dan mendukung didalam proses pembuatan skripsi ini terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak Tamrin dan Ibu Khadliroh serta kakak-kakaku tersayang Istiqomah, Asmaul Husna, Mohtarom, Nur Hikmah, Muhammad Ridlwan, Qomaruddin dan juga adikku tercinta Uyunul Fauziyah yang tidak pernah bosan mencurahkan cinta kasih sayang dan do’anya yang selalu mengiringi penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah memberikan dana penelitian kepada penulis melalui program “Indofood Riset Nugraha periode 20132014”. 2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P. MM, selaku dosen pembimbing I yang telah memberi bimbingan, do’a, motivasi, saran dan kepercayaan kepada
penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya. 3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P. MMA selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dorongan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo Widyobroto dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc yang telah memberikan saran dan masukan saat audit hasil penelitian kepada penulis sampai selesainya penyusunan laporan ini. 5. Bapak Dr. Ir Ahmad Riyadi Wastra selaku penguji I dalam sidang munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya, Aamiin. 6. Drs. Acep Muhib, MM, selaku penguji II dalam sidang munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya, Aamiin. 7. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan waktu luang dan arahan kepada penulis. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya, Aamiin. 8. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman seperjuangan program Studi Agribisnis angkatan 2009 Fakultas
Sains
dan
Teknologi
Universitas
Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sangat kompak dan tiada duanya, mudahmudahan tali silaturahmi tetap terjaga satu sama lain. Aamiin. 10. Rekan dan sahabat penulis dari Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (PRAMUKA), dan Himpunan Mahasiswa dan Alumni Al Hikmah (HIMMAH) yang telah memberikan pengalaman berharga selama penulis menjalankan kegiatan sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, Mei 2014
Muhammad Aminudin
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
5
1.4 Manfaat Peneitian .............................................................................
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan ...........................................................................
7
2.2 Manajemen Rantai Pasok ................................................................
9
2.3 Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem .............................................
11
2.4 Sistem Dinamis ...............................................................................
14
2.5 Pemodelan .......................................................................................
16
2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................
18
2.7 Kerangka Konseptual ......................................................................
20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...........................................................................
21
3.2 Jenis dan Sumber............................................................................
21
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................
22
3.3.1 Perumusan dan Pendefisian Masalah ....................................
22
3.3.2 Penyusunan Sistem Konseptual ............................................
22
3.3.3 Formulasi Model ...................................................................
23
3.3.4 Simulasi dan Validasi Model ................................................
31
3.3.5 Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan ...............
33
BAB VI GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL 4.1 Produksi Kentang ...........................................................................
37
4.2 Pasokan Kentang ............................................................................
39
4.3 Konsumsi Kentang .........................................................................
40
4.4 Ekspor-Impor Kentang ...................................................................
42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada Agribisnis Kentang........................................................................
44
5.1.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang .....................................
44
5.1.2 Permasalahan Industri Kentang Nasional .............................
46
5.2 Konseptual Sistem dan Formulasi Model Rantai Pasok Kentang ..
52
5.2.1 Konseptual Sistem Rantai Pasok Kentang ............................
52
5.2.2 Formulasi Model Rantai Pasok Kentang...............................
55
5.2.3 Verifikasi dan Validasi Model ..............................................
63
5.3 Perilaku Sistem Rantai Pasok Kentang untuk 10 Tahun Ke Depan .............................................................................................
64
5.3.1 Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan...................................
64
5.3.2 Skenario Peningkatan Produktivitas .....................................
68
5.3.3 Skenario Perluasan Lahan Kentang .......................................
72
5.3.4 Skenario Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan ....
76
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan......................................................................................
81
6.2 Saran ................................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
84
LAMPIRAN ....................................................................................................
86
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Keterangan
Hal
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2009-2010 .................................................................. 38
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Hal
1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2007-2012 ...............
3
2. Kerangka Konseptual ............................................................................. 20 3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang .................................................... 23 4. Urutan Komputasi Simulasi Sistem Dinamik ......................................... 25 5. Tahapan Pengolahan Data ....................................................................... 34 6. Pohon Industri Kentang .......................................................................... 36 7. Pemetaan Elemen Sistem Rantai Pasok Kentang ................................... 53 8. Model Rantai Pasok Kentang di Indonesia ............................................. 56
DAFTAR GRAFIK Nomor
Keterangan
Hal
1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Tanpa Perubahan Kebijakan ................................................................................................ 65 2. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Tanpa Perubahan Kebijakan.............. 66 3. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Tanpa Perubahan Kebijakan ................................................................................................ 67 4. Hasil
Simulasi
Pencemaran
Agroekosistem-Tanpa
Perubahan
Kebijakan ................................................................................................ 68 5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan Produktivitas ........................................................................................... 69 6. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas ................. 70 7. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan Produktivitas ........................................................................................... 71 8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas 72 9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Perluasan Lahan........ 73 10. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Perluasan Lahan ................................ 74 11. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Perluasan Lahan .. 75 12. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Perluasan Lahan................ 76 13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 77 14. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang........................................................................ 78 15. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang .......................................... 79 16. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang ................................................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Validasi Luas Panen Kentang ........................................................... 87 2. Uji validasi produksi kentang ................................................................. 87
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang strategis. Sejarah telah membuktikan bahwa ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan nasional. Meningkatnya
jumlah
penduduk
Indonesia
menyebabkan
tekanan
pada
perkembangan sektor pertanian sangat tinggi, berkurangnya aspek budaya pertanian menyebabkan sektor pertanian kurang diminati oleh anak muda Indonesia. Salah satu usaha menghindari krisis pangan di Indonesia dilakukan pemerintah dengan mengambil langkah atau melalui diversifikasi pangan sebagai langkah awal pemenuhan ketahanan pangan nasional. Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya dukungan mewujudkan ketahanan pangan yang telah diprogramkan Kementerian Pertanian. Langkah ini merupakan realisasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI nomor 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan dan Undang-undang RI nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan. Penganeka-ragaman pangan pada dasarnya diarahkan untuk mendukung terjaminnya ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam, serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Upaya ini sangat penting untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok (beras/padi) saja, salah satunya dengan diversifikasi berbasis hortikultura seperti komoditas kentang. 1
Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah gandum, jagung dan padi. Tingginya nilai gizi menyebabkan kentang banyak diproduksi di berbagai wilayah, termasuk daerah yang kurang produktif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998) seperti Indonesia. Kentang termasuk ke dalam 35 komoditas unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah. Kentang tergolong bahan makanan yang kaya nutrisi dan semakin meningkat kebutuhannya. Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan perdagangan internasional dari sekian banyak komoditas pada subsektor hortikultura. Kentang termasuk sumber karbohidrat yang diketahui memiliki kandungan gizi tinggi. Bagian yang dapat dimakan dari kentang menurut kajian Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah sebesar 84%. Zat-zat gizi makanan yang terkandung dalam 100 gram kentang adalah kalori 62 kkal, protein 2,10 gram, dan lemak 0,2 gram, sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu bahan diversifikasi pangan. (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2013) Kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik mulai tahun 2003-2012 produksi kentang nasional cenderung stagnan dan dibawah angka konsumsi kentang nasional (Gambar 1). Peningkatan produksi kentang ini terjadi akibat pertambahan luas areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi, dan manajemen usahatani yang semakin baik (Ditjen Hortikultura 2013).
2
4,000
ton
3,000 2,000 1,000 0
Tahun konsumsi
produksi
Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2003-2012 Sumber : BPS (2013)
Kebutuhan komoditi kentang meningkat setiap tahun terutama untuk rumah tangga dan industri. Kentang selain sebagai sayur-mayur juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan, sehingga produk olahan kentang mempunyai nilai jual/tambah lebih tinggi dan harga lebih mahal daripada hanya dimanfaatkan sebagai sayur-mayur. Meningkatnya kebutuhan akan kentang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, adanya perubahan pola makan dan diversifikasi pangan masyarakat Indonesia, serta memenuhi kebutuhan luar negeri. Dalam rangka pemenuhan ketersediaan pangan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor produksi dan faktor permintaan. Keterkaitan antar faktor dalam upaya ketahanan pangan bersifat kompleks, dinamis dan probabilistik. Perlu dilakukan suatu distribusi pangan melalui manajemen rantai pasok (supply chain management) kentang yaitu pengelolaan terhadap aliran material dan informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai agribisnis kentang untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhaan setiap entitas didalam rantai pasok kentang. Upaya pengelolaan rantai pasok berjalan efektif dan efisien jika sistem dasar dan perilaku sistem rantai pasok
3
kentang memperhatikan keberlanjutan baik dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
1.2 Perumusan Masalah Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan berubahnya gaya hidup serta preferensi konsumsi pangan masyarakat telah memicu meningkatnya permintaan kentang dipasar domestik. Pertumbuhan permintaan kentang dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dalam bentuk kentang sayur maupun kentang industri. Banyaknya konsumsi permintaan kentang sebagai konsumsi sayur, olahan kentang beku, kentang untuk industri maupun kentang sebagai bahan untuk mendapatkan karbohidrat pengganti beras. Komoditas kentang merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak dan lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya, seperti padi. Lebih dari 85% bagian tanaman dapat dimakan, dibandingkan dengan yang hanya 50% dari bagian tanamannya. Di Indonesia kentang sudah mulai dikonsumsi sebagai makanan alternatif yang disukai dalam bentuk kentang goreng atau potato chips sebagai makanan ringan dan banyak rumah makan siap saji yang menawarkan kentang sebagai menu utama menggantikan nasi. Dibutuhkan suatu manajemen atau pengelolaan yang baik agar pasokan atau ketersediaan pangan nasional tercukupi dalam rangka pemerataan kebutuhan pangan nasional. Melalui model dinamis rantai pasok kentang, maka manajemen rantai pasok kentang nasional bisa berjalan baik sehingga pemerataan distribusi pangan, diversifikasi pangan dan ketahanan
4
pangan nasional dapat tercapai. Berdasarkan uraian terebut, maka perumusan masalah dibuat dalam bentuk pemodelan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada agribisnis kentang dalam pencapaian ketahanan pangan nasional? 2.
Bagaimana konsepsi sistem dan formulasi model rantai pasok kentang dalam pencapaian ketahanan pangan nasional?
3.
Bagaimana perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada agribisnis kentang dalam ketahanan pangan nasional. 2. Mengetahui sistem dan formulasi model rantai pasok kentang untuk pencapaian ketahanan pangan nasional. 3. Mengetahui perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dan meningkatnya pengetahuan mengenai sistem dinamis agribisnis kentang dari perspektif manajemen rantai pasok dalam upaya ketahanan pangan nasional.
5
2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam rangka tercapainya ketahanan pangan nasional. 3. Bagi pemerintah, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan dalam terwujudnya ketahanan pangan nasional. 4. Bagi masyarakat umum, mengetahui rantai pasok kentang dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas mempelajari manajemen rantai pasok kentang di Indonesia menggunakan deret waktu data sekunder pasokan kentang dalam negeri tanpa dipengaruhi kebijakan ekspor ataupun impor.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketahanan Pangan Pengertian pangan sebagaimana dimaksud dalam Undang undang tentang pangan No. 18 Tahun 2012, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan baku lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Organisasi pangan sedunia (FAO), dan organisasi kesehatan sedunia (WHO), mengartikan bahwa ketahanan pangan berarti akses setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan setiap saat untuk keperluan hidup yang sehat. Pencapaian ketahanan pangan di Indonesia terkait dengan salah satu tujuan UUD 1945 dalam alinea keempat yaitu mencapai kesejahteraan umum. Ketersediaan pangan yang memadai mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Stabilitas merujuk pada kemungkinan rumah tangga mampu mencukupi ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggotanya dalam sehari. Akses terhadap pangan mengacu pada kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang mengalami kelaparan karena ketidakadaan sumberdaya untuk memproduksi pangan atau ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga.
7
Menurut PP No. 68 tahun 2002 ketahanan pangan pada tingkat nasional dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, baik secara kualitas maupun kuantitas yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal. Ketahanan pangan secara mikro dapat diartikan terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif. Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah, hingga rumah tangga. Aspek keberlanjutan ketahanan pangan yang identik dengan kebijakan dan strategi peningkatan
kemandirian
pangan
nasional
merupakan
hal
yang
harus
diperhatikan. Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ukuran ketahanan pangan dari sisi swasembada (kemandirian) dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Konsep swasembada (kemandirian) diskenariokan sebagai kondisi dimana kebutuhan pangan nasional minimal 90 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana, 2004). Konsep ketahanan pangan (food security) lebih luas dibandingkan dengan konsep swasembada pangan, yang hanya berorientasi pada aspek fisik kecukupan
8
produksi bahan pangan (Arifin, 2004). Ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksestabilitas masyarakat terhadap pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi, maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Ketahanan pangan masih dikatakan rapuh jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional. Aspek distribusi bahan pangan sampai ke pelosok rumah tangga pedesaan yang mencakup fungsi tempat, ruang dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan pangan.
2.2
Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Supply Chain Management (SCM) atau disebut juga manajemen rantai
pasok adalah suatu pengelolaan terhadap aliran material dan aliran informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan setiap entitas di dalam rantai pasok tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan. Aktivitas dalam SCM terdiri dari pengadaan, pengubahan dan distribusi. Pengadaan merupakan aktivitas yang dilakukan mendapatkan bahan baku seperti membeli, mengadakan kerjasama dengan supplier atau membuat sendiri bahan baku yang dibutuhkan perusahaan. Pengubahan adalah aktivitas pemberian nilai tambah pada input menjadi output melalui proses produksi dan distribusi merupakan proses transportasi produk sampai ke tangan konsumen. 9
Manajemen rantai pasok yang bersangkutan dengan manajemen arus barang dan informasi melalui rantai nilai dari bahan akuisisi untuk konsumsi akhir. Manajemen rantai pasok adalah tentang mendapatkan produk yang tepat, dalam jumlah yang tepat, pada kualitas yang tepat, di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, untuk pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat. Manajemen rantai pasok mengambil banyak fungsi bisnis seperti peramalan, manajemen persediaan, manajemen pembelian, manajemen gudang, teknologi informasi dan manajemen transportasi. Keberhasilan SCM terletak pada kemauan untuk berbagi informasi dan koordinasi antar unit atau fungsi atau sub sistem dalam sebuah sistem rantai pasok. Berbagi informasi tidak hanya dapat mengurangi biaya tetapi keuntungan ekonomi yang paling utama adalah terciptanya koordinasi pengambilan keputusan dalam rantai pasok (Sahin dan Robinson, 2005). Koordinasi pada rantai pasok dapat ditingkatkan apabila setiap aktivitas pengambilan keputusan bersama untuk meningkatkan laba total rantai pasok. Aliran informasi yang bergerak di dalam rantai pasok mengalami distorsi karena tidak semua informasi yang lengkap dibagikan kepada aktivitas lain. Kesenjangan dalam koordinasi (lack of coordination) akan mengakibatkan kinerja rantai pasok rendah. Ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan mengakibatkan timbulnya biaya karena di luar persediaan, pengiriman, iklan, persiapan penjualan, dan kelebihan inventori. Sebaliknya, dengan adanya koordinasi yang baik dalam rantai pasok akan memberikan manfaat meliputi menghilangkan
kelebihan
inventori,
pengurangan
waktu,
meningkatkan
penjualan, meningkatkan pelayanan, kegiatan pengembangan produk yang efektif,
10
biaya manufaktur yang rendah, meningkatkan fleksibilitas untuk mengakomodasi dari ketidakpastian permintaan, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Koordinasi menjadi suatu yang sangat penting untuk menuju integrasi operasi rantai pasok dalam mencapai tujuan bersama (Arshinder dalam Widodo, 2010). 2.3
Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem Menurut Blanchard dalam Widodo, (2010) mendefinisikan sistem sebagai
sebuah susunan atau kombinasi entitas-entitas atau bagian-bagian yang saling berkaitan membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Tidak semua susunan benda acak yang terletak pada suatu tempat dapat dikategorikan sebagai susunan entitas yang memiliki hubungan antar entitas, namun tidak bisa dikatakan sebagai sistem karena tidak adanya kesatuan, hubungan fungsional dan tujuan yang bermanfaat. Entitas yang menyusun sebuah sistem meliputti komponen (component), atribut (atribute) dan hubungan (relationship). Komponen adalah bagian operasi sistem yang meliputi input, proses dan output. Atribut adalah karakteristik atau gambaran tentang komponen sistem. Sedangkan hubungan adalah keterkaitan antar komponen dan atribut. Rantai pasok adalah sistem input organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Persediaan rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan dihubungkan satu sama lain dan bekerjasama untuk mangendalikan, mengatur, dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai akhir. Manajemen rantai pasok adalah koordinasi yang sistematis dan strategis dari fungsi bisnis tradisional dalam suatu perusahaan dan lintas bisnis dalam rantai pasok untuk keperluan meningkatkan kinerja jangka panjang dari
11
perusahaan dan rantai pasok secara keseluruhan (Mentzer, 2001). Kegiatankegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan. Penyusunan struktur program ini menggunakan perangkat lunak Powersim Sistem rantai pasokan adalah serangkaian aktivitas bisnis perusahaan dalam pemenuhan pasokan meliputi proses dari penyediaan pasokan sampai penyaluran pasokan tersebut sampai ke tangan konsumen akhir rantai pasok tersusun oleh sejumlah entitas yang saling berinteraksi melalui pola interaksi yang khas sesuai dengan struktur yang terbentuk. Struktur yang terbentuk pada sejumlah entitas yang terlibat dalam rantai pasok akan berpengaruh dan menentukan kompleksitas sebuah rantai pasok. Entitas-entitas tersebut saling berinteraksi guna mencapai tujuan bersama, yaitu konsumen akhir. Karakteristik rantai pasok ini menggambarkan dan menegaskan bahwa rantai pasok adalah sebuah sistem. Sistem merupakan rangkaian atau susunan dari elemen-elemen yang saling berkaitan satu dengan yang lain guna mencapai tujuan bersama. Di dunia ini segala sesuatu bisa disebut sebagai sistem, mulai dari sistem yang sederhana, hingga sistem yang sangat luas dan kompleks yang tersusun atas berbagai sistem yang sederhana. Agribisnis juga merupakan sistem yang terdiri dari sub-sistem dari hulu hingga hilir. Rantai pasok memenuhi kriteria struktur sebagai sebuah sistem. Menurut Min dan Zhou dalam Widodo (2010) Rantai pasok merupakan sebuah sistem terintegrasi. Sebagai sebuah sistem, sudut pandang analisis terhadap rantai pasok
12
harus menyeluruh. Pola berpikir yang parsial tidak akan menjadikan kontribusi untuk kemajuan rantai pasok. Seluruh komponen sistem harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketimpangan pada salah satu komponen saja akan menjadikan gangguan pada sistem secara keseluruhan sehingga menjauhkan dari tujuan bersama yang ingin dicapai. Analisis pada sebuah rantai pasok bisa berdampak pula pada rantai pasok-rantai pasok yang lain. Tujuan dari sebuah studi ataupun analisis sebuah rantai pasok bukanlah untuk meningkatkan kinerja salah satu entitas saja hingga mencapai kinerja tertinggi, tetapi peningkatan proporsional secara menyeluruh pada seluruh entitas mulai dari hulu hingga hilir. Antar komponen sistem dapat terjalin hubungan-hubungan tertentu yang dapat membedakan antara sistem statis dan sistem dinamis, namun tidak semua komponen sistem melakukan tindakan atau memiliki aktivitas. Sistem statis memiliki struktur komponen yang tidak melakukan aktivitas, misalnya sistem jembatan, sistem gedung dan sebagainya. Sistem dinamis mengkombinasikan struktur komponen-komponen yang memiliki aktivitas, misalnya sistem aliran sungai, sistem kerja mesin, sistem sosial dan sebagainya. Kedinamisan sebuah sistem ditunjukkan oleh perubahan kondisi sistem sebagai reaksi terhadap berubahnya waktu. Karakter tersebut dimiliki oleh sebuah rantai pasok dalam aktivitas yang dilakukannya setiap waktu. Kedinamisan terjadi pada aktivitas yang terjadi antar entitas antar level maupun aktivitas yang terjadi di dalam entitas sendiri. Kedinamisan rantai pasok pada sebuah industri, misalnya ditunjukkan oleh tingkat persediaan bahan baku dan produk akhir yang senantiasa berubah dari waktu ke
13
waktu serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap aktivitas yang lain, misalnya kebijakan pengadaan, produksi dan pengiriman.
2.4
Sistem Dinamis Sistem dinamik adalah sebuah disiplin ilmu yang digagas oleh Professor
MIT (Massachusetts Institute of Technology), Jay W. Foresster (1956). Sistem dinamik digunakan untuk menghindari penggunaan model mental. Sistem dinamik menawarkan sebuah sumber umpan-balik secara langsung dan segera kepada kita untuk menguji asumsi-asumsi yang ada dalam model mental dari sebuah realita dengan menggunakan stimulasi komputer. Sistem
dinamik
adalah
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
mendeskripsikan, memodelkan, dan mensimulasikan suatu sistem yang dinamis (dari waktu ke waktu terus berubah). Metode sistem dinamis merupakan suatu metodologi untuk memahami berbagai masalah kompleks. Metode sistem dinamis mempelajari masalah dengan sudut pandang sistem, dimana elemen-elemen sistem tersebut saling berinteraksi dalam suatu hubungan umpan balik sehingga menghasilkan suatu perilaku tertentu. Interaksi dalam struktur ini diterjemahkan kedalam model-model matematik yang selanjutnya dengan bantuan komputer disimulasikan untuk memperoleh perilaku historisnya (Wirabhuana, dalam Widodo, 2010). Ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulai langkahlangkah dalam penggunaan metode pemecahan masalah ini, yaitu: 1. Masalah yang dihadapi menunjukkan adanya tanda-tanda dinamis, artinya permasalahan-permasalan tersebut berkenan dengan suatu besaran yang berubah terhadap waktu yang dapat dituangkan kedalam bentuk grafik dengan variabelnya yang berupa deret waktu. 14
2. Masalah yang dihadapi bisa digambarkan dalam bentuk hubungan umpan balik. Faktor-faktor dalam metode sistem dinamis yaitu konsep umpan balik informasi dari perilaku sistem model matematik interaksi dinamis, dan komputer untuk melakukan serangkaian eksperimen terkontrol (simulasi) mengenai keadaan sistem. Skenario kebijaksanaan yang akan diterapkan pada sistem, sehingga bisa mendapatkan gambaran mengenai perilaku dan kinerja sistem.
Terdapat empat dasar yang membangun sistem dinamis, yaitu teori umpanbalik informasi, proses pengambilan keputusan, pendekatan eksperimen dalam analisis sistem, dan komputer digital. : a. Teori umpan-balik informasi, adalah sebuah sistem dimana suatu keadaan mendorong terjadinya kondisi yang lain, kemudian kejadian tersebut berpengaruh balik tehadap keadaan awal yang mendorong terjadinya yang mendorong terjadinya sesuatu tersebut. Konsep ini menunjukkan bagaimana dalam sebuah organisasi ataupun sebuah sistem terdapat kedinamisan perilaku yang disebabkan oleh waktu tunda, penjelasan tambahan dan struktur sistem. Satu hal yang saat ini semakin disadari adalah bahwa interaksi antar komponen sistem dapat menjadi lebih penting daripada keberadaan komponen itu sendiri. b. Pendekatan eksperimental dalam analisis sistem, pada berbagai eksperimen terutama dalam dunia bisnis, kegiatan simulasi sering diartikan sebagai merancang dan mengatur pada sebuah komputer, kondisi yang menjelaskan tentang kegiatan operasi yang terjadi diperusahaan.
15
c. Komputer digital, perkembangan komputer sejalan dengan perkembangan kemampuan metode sistem untuk mengakomodasi permasalahan pada berbagai bidang. Perangkat komputer dapat mengatasi kompleksitas sistem yang dipelajari serta efisiensi waktu dan biaya. d. Proses pengambilan keputusan, kemampuan pengambil keputusan dan informasi yang tersedia menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan. Kegiatan pengambilan keputusan banyak terjadi diberbagai kegiatan, termasuk pada kegiatan rantai pasok terjadi pada berbagai entitas dan berbagai level misalnya keputusan untuk peningkatan kapasitas pabrik, pembukaan pabrik baru, pemilihan lokasi, pemilihan peralatan dan mesin dan sebagainya.
2.5 Pemodelan Model didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang telah dibatasi. Sistem yang dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi semua konsep dan variabel yang saling berhubungan dengan permasalahan dinamik (dynamic problem) yang ditentukan. Model merupakan sebuah tiruan dan bentuk sederhana dari sistem yang merepresentasikan karakteristik dari sistem yang sesungguhnya. Model digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari perilaku sistem nyata. Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Menggambarkan hubungan sebab akibat (kausal) dari sistem. b. Persamaan matematika sederhana. c. Sinonim dengan terminologi dunia industri, ekonomi, dan sosial dalam tata nama. 16
d. Dapat melibatkan banyak variabel. e. Dapat menghasilkan perubahan yang tidak kontinyu jika dalam keputusan memang dibutuhkan.
Pada umumnya model dibangun untuk tujuan peramalan (forecasting) atau perancangan kebijaksanaan. Berbeda dengan model statis, pendekatan model dinamik bersifat deduktif dan mampu menghilangkan kelemahan-kelemahan dalam asumsi-asumsi yang dibuat sehingga kesepakatan atas asumsi-asumsi dapat diperoleh. Model dinamik menekankan pada proses perubahan dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Waktu tunda menjadi hal penting dalam pemodelan dinamik karena perubahan memakan waktu. Model statis tingkat variabel keadaan dan perilaku sistem yang lalu menentukan tingkat stok dan perilaku sistem sekarang, maka dalam model sistem dinamik hubungan temporal hanya berlaku untuk tingkat stok saja dan tidak untuk kelakuan sistem. Kelakuan sistem pada saat sekarang tidak dapat diterangkan oleh kelakuannya pada waktu yang lalu, melainkan oleh mekanisme interaksi struktur mikro dalam sistem (Tasrif, 1993 dalam Noorsaman dan Wahid, 1998). Terdapat tiga bentuk alternatif yang dapat digunakan dalam menyusun model dinamik (Muhammadi et al., 2001), yaitu : a. Verbal Model verbal adalah model sistem yang dinyatakan dalam bentuk katakata.
17
b. Visual (analog model kualitatif) Deskripsi visual dinyatakan secara diagram dan menunjukkan hubungan sebab akibat banyak variabel dalam keadaan sederhana dan jelas. Analisis deskripsi visual dilakukan secara kualitatif. c. Matematis Model visual dapat direpresentasikan ke dalam bentuk matematis yang merupakan perhitungan-perhitungan terhadap suatu sistem. Semua bentuk perhitungannya bersifat ekuivalen, dimana setiap bentuk berperan sebagai alat bantu untuk dimengerti bagi yang awam.
Permasalahan dalam sistem dinamik tidak disebabkan oleh pengaruh dari luar, namun oleh struktur internal sistem. Tujuan metodologi sistem dinamik berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati, 2002).
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang ketahanan pangan dengan menggunakan model sistem dinamis rantai pasok telah dilakukan oleh peneliti lain dimana penelitianpenelitian tersebut dijadikan acuan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian tentang ketahanan pangan berbasis kentang. Penelitian pertama oleh Buntuan (2010) dengan judul penelitian “Simulasi Model dinamik pada sistem deteksi dini untuk manajemen krisis pangan”. Metode yang digunakan dengan simulasi sistem dinamik melihat parameter-parameter yang mempengaruhi krisis pangan kemudian disimulasikan dengan model dinamik menggunakan alat bantu software powersim. Hasil penelitian menyatakan bahwa wilayah kabupaten yang
18
disimulasikan termasuk wilayah aman pangan, dengan nilai rasio konsumsi kurang dari 1 yang artinya persediaan pangan masih tercukupi. Uji coba yang dilakukan dengan data riil menunjukkan sensitivitas rasio kunsumsi normatif meningkat dengan meningkatnya peringkat parameter kerawanan pangan. Penelitian yang kedua Widodo (2010) dengan judul penelitian “Sistem Dinamis Industri Furniture Indonesia dari Perspektif Supply Chain Management yang Berkelanjutan”. Metode yang digunakan dengan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal, Analisis SWOT, formulasi causal loop Pemodelan dan simulasi menggunakan program Powersim dan uji validasi menggunakan microsoft excel. Hasil penelitian menyatakan setiap tahun terjadi kekurangan pasokan
rata-rata
Pengembangan
sebesar
industri
3.386.282
furniture
m3
masih
dibandingkan kurang
kebutuhannya.
memperhatikan
aspek
keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter keberlanjutan aspek lingkungan dimana tingkat penurunan luas hutan produksi alam dari aspek ekonomi yang bisa dicapai cenderung tidak mengalami peningkatan. Disisi lain, industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen, sebagai indikator aspek sosial. Penelitan berikutnya oleh Sulaksono (2006) dengan judul penelitian “Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem dinamis”. Metode yang digunakan dengan pendekatan sistem dinamis menggunakan software ventana simulasi (vensim). Hasil running simulasi dapat diketahui bahwa faktor besar dan tingkat kemudahan mendapatkan KUT serta faktor adanya transformasi
19
perekonomian menjadi faktor yang paling sensitif dalam sistem kecukupan pangan. 2.7 Kerangka Konseptual Sistem rantai pasok kentang merupakan suatu pendekatan untuk melihat peluang tercapainya program ketahanan pangan berbasis kentang secara terus menerus dimulai dari analisis situasi dan kondisi industri kentang nasional, kemudian mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok kentang dengan melihat diagram sub-sistem hulu hingga hilir dan diagram sebab-akibat (causal loop) rantai pasok kentang. Diagram alir dengan persamaan matematis, simulasi dan uji validasi menjadi model rantai pasok dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan bahan analisis kebijakan atau keputusan dan pembangunan skenario sehingga menghasilkan perbaikan dan implementasi kebijakan atau keputusan. Analisis Situasi Industri Kentang
Kondisi Permasalahan
Diagram Sub-sistem Sistem Dasar Supply Chain Kentang
Diagram Sebab-akibat Diagram struktur kebijakan
Diagram Alir Model supply chain Kentang
Persamaan Matematis Simulasi dan Validasi Analisis kebijakan/keputusan dan pembangunan skenario
Supply Chain Kentang
Perbaikankebijakan / keputusan
Implementasi kebijakan/keputusan Ketahanan Pangan
Gambar 2. Kerangka Konseptual
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bulan September sampai Desember 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik untuk mengetahui kondisi rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini merupakan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal yaitu kombinasi analisis data sekunder dan eksperimen. Riset ekploratori dengan analisis data sekunder untuk mengetahui situasi dan permasalahan kentang nasional, sedangkan riset
kausal
dengan
eksperimen
untuk
mengetahui
hubungan
antar
fenomena.dalam model
3.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik
untuk mengetahui rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu 10 tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2012 produksi kentang, Luas lahan kentang, luas
panen,
produksi
kentang,
produktivitas
kentang,
konversi
lahan,
ekstensifikasi, penggunaan pestisida, harga kentang, konsumsi kentang, jumlah tenaga kerja (hari orang kerja), populasi penduduk Indonesia, pendapatan masyarakat Indonesia. Sumber data penelitian ini adalah instansi terkait, meliputi Badan Pusat Statistik, dan Kementerian Pertanian.
21
3.3
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis sistem menggunakan pemodelan sebagai alat bantu, karena
berbagai alasan dan keuntungan yang bisa yang diperoleh dari penggunaan model sebagai representasi sistem. Dalam analisis dengan pendekatan sistem dinamis, pemodelan menjadi hal yang sangat penting dalam tahapan pemecahan masalah. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah dengan pendekatan sistem dinamis tidak terlalu berbeda dengan tahapan pada pemodelan dan simulasi yang lain pada umumnya. Pemodelan dan simulasi menggunakan program powersim dan uji validasi menggunakan microsoft excel. Garis besar tahapan penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem dinamis adalah sebagai berikut. 3.3.1
Perumusan dan Pendefinisian Masalah Tahap awal yang sangat penting untuk dilakukan terlebih dahulu sebelum
sampai pada tahap perumusan dan pendefinisian masalah adalah memahami sistem yang akan dianalisis. Tanpa memahami sistem dengan benar, perumusan dan pendefinisian masalah bisa menjadi tidak representatif, bias, dan menyimpang dari tujuan analisis. Melalui perumusan dan pendefinisian masalah dapat ditetapkan tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir menjadi pedoman dalam melakukan analisis sebagai target keluaran yang dihasilkan, sehingga analisis tidak menyimpang dan terlalu meluas
3.3.2
Penyusunan Sistem Konseptual Penyusunan sistem konseptual meliputi pengidentifikasian pelaku-pelaku
yang terlibat dalam sistem, yaitu siapa saja yang menjadi anggota sistem. Setiap pelaku sistem tertentu memiliki sistem karakteristik yang khas dan berbeda 22
dengan yang lain. Hal itu biasanya dipengaruhi oleh struktur sistem dan peran dan fungsi pelaku dalam sistem. Pada tahap ini selain mengidentifikasi pelaku, juga dilakukan identifikasi hubungan yang terjadi antar pelaku. Identifikasi hubungan tersebut dapat dijadikan dasar untuk menyusun hubungan sebab-akibat. Hubungan tersebut menunjukkan bagaimana aliran informasi dan cara kerja yang terjadi dalam sistem. Pada tahap penyusunan sistem konseptual selain mengidentifikasi pelaku-pelaku sistem, juga dilakukan pembatasan sistem yang dianalisis, karena sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit. Dugaan model rantai pasok kentang sebagai berikut :
Lapangan pekerjaan Jumlah rumah tangga petani kentang
+
Produktivitas Kentang
+
R
Luas Tanaman kentang
Ekstensifikasi +
+
-
B
Pembukaan Lahan Kentang
+
+ Konsumsi Kentang
Luas panen +
Konversi
Pendapatan Masyarakat
+
Produksi
+
+
+
Kebutuhan Kentang
+
+
Penjualan Kentang
Populasi Penduduk
+
Gambar 3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang
3.3.3
Formulasi Model Formulasi model dilakukan untuk menerjemahkan model konseptual ke
dalam media komputer untuk mempelajarinya, karena berkaitan dengan komputer tentunya ada perangkat lunak komputer yang memfasilitasi untuk melakukan formulasi sistem menjadi model. Formulasi model adalah menerjemahkan hubungan antar elemen atau antar pelaku dalam sistem kedalam bahasa pemograman. Bahasa pemograman yang sering digunakan biasanya mengikuti 23
persamaan matematis, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks. Bahasa pemograman yang digunakan juga menyesuaikan dengan jenis perangkat lunak yang digunakan karena masing-masing perangkat lunak memiliki karakter bahasa pemograman yang berbeda. Perhitungan persamaan dilakukan setahap demi setahap terhadap waktu. Pertambahan waktu yang kontinyu, dipecah-pecah dalam interval waktu yang pendek dan sama besar. Tasrif (2004) mengemukakan persamaan model sistem dinamik merupakan persamaan diskrit diferensial. Sistem persamaan tersebut memiliki bentuk umum sebagai berikut : Lsk = Lsb + PLsbPsk......................(1) PLsbPsk = f (Lsb) ..........................(2)
Persamaan (1) menyatakan nilai variabel level (L) pada saat sekarang (Lsk) adalah sama dengan nilai variabel L pada saat sebelumnya (Lsb) ditambah dengan perubahan nilai variabel L dari sebelumnya sampai sekarang (PLsbPsk). Persamaan (2) menyatakan bahwa perubahan nilai variabel L dari sebelumnya (sb) sampai sekarang (sk), PLsbPsk, merupakan suatu fungsi dari nilai variabel sebelumnya (Lsb). Apabila interval waktu antara sbPsk dinyatakan sebagai _t, dan dipilih cukup kecil, maka perilaku L terhadap waktu mendekati perilaku suatu sistem kontinyu. Digunakan operasi aritmatika dalam formulasi pemodelan sistem dinamik sebagai barikut : + Penjumlahan
* Perkalian
^ Pangkat
- Pengurangan
/ Pembagian
( ) Pengelompokan
Urutan komputasi simulasi dalam simulasi sistem dinamik, digambarkan sebagai berikut : 24
DT
Lsb Sb
DT
LYa
Lsk Sk
Ya
Waktu
Gambar 4. Urutan komputasi simulasi sistem dinamik (Tasrif, 2004)
Sb : Sebelumnya Sk : Sekarang Ya : Yang akan datang Dt : Interval waktu simulasi (_t) Sesuai dengan banyaknya jenis variabel dan konstanta, dikenal beberapa macam persamaan yaitu : 1. Persamaan ”level” Persamaan ”level” merupakan persamaan yang menghitung akumulasi aliran masuk dan aliran keluar pada selang waktu tertentu. Harga baru suatu level dihitung dengan menambah atau mengurangi harga ”level” suatu interval waktu sebelumnya dengan ”rate” yang bersangkutan dikalikan dengan interval waktu yang digunakan. Harga variabel ”level” dapat diubah oleh beberapa buah variabel ”rate”. Contoh : Lsk = Lsb + DT * (RMsbPsk – RKsbPsk) dimana, L
: ”level” (unit)
Lsk
: harga baru dari ”level” yang akan dihitung pada saat sekarang (sk)
Lsb
: harga ”level” pada saat sebelumnya (sb)
DT
: interval waktu (satuan waktu)
RM
: “rate” yang akan menambah “level” L (“rate” masuk)
25
: ”rate” yang akan mengurangi ”level” L (“rate” keluar)
RK
RMsbPsk : harga ”rate” yang akan menambah ”level” L selama interval waktu sbPsk (unit/satuan waktu) RKsbPsk : harga ”rate” yang akan mengurangi ”level” L selama interval waktu sbPsk (unit/satuan waktu)
2. Persamaan ”rate” Persamaan ”rate” menyatakan bagaimana aliran di dalam sistem diatur. Harga variabel ”rate” dalam suatu interval waktu sering dipengaruhi oleh variabelvariabel ”level”, ”auxiliary”, atau ”konstanta dan tidak dipengaruhi oleh panjangnya waktu. Persamaan ”rate”dihitung pada saat sk, dengan menggunakan informasi dari ”level”atau ”auxiliary” pada saat sk untuk mendapatkan ”rate” aliran selama interval waktu selanjutnya (skPya). Asumsi yang diambil dalam perhitungan ”rate” ini adalah bahwa selama interval waktu DT, harga ”rate” konstan. Hal ini merupakan pendekatan dari keadaan sebenarnya dimana ”rate” berubah terhadap waktu secara kontinyu. Bentuk persamaan ”rate” adalah : RMskPya = f (”level”, ”auxiliary”, dan ”konstanta”)
3. Persamaan ”auxiliary” Persamaan ”auxiliary” berfungsi untuk menyederhanakan persamaan ”rate” yang rumit. Harga ”auxiliary”dipengaruhi oleh variabel ”level”, variabel ”auxiliary” lain dan konstanta yang telah diketahui (Shintasari, 1988). Contoh : Ask = Lsk / C dimana, A
: variabel ”auxiliary”
26
Ask
: harga variabel ”auxiliary” A yang akan dihitung pada saat sk
Lsk
: harga variabel ”level” L pada saat sk
C
: harga konstanta
4. Persamaan ”konstanta” / parameter Suatu konstanta mempunyai harga yang tetap sepanjang selang waktu simulasi, sehingga tidak memerlukan notasi waktu dibelakangnya. Persamaan konstanta menunjukkan nilai parameter yang selalu mengikuti persamaan variabel ”level”, ”rate”, atau ”auxiliary”. Contoh : Const = 0,04 dimana, Const : nama dari suatu konstanta
5. Persamaan ”Fungsi Tabel” (Graph) Persamaan fungsi tabel nilainya ditentukan melalui sebuah tabel sebagai fungsi dari besaran tertentu. Dalam Powersim, tabel ini dinyatakan dalam fungsi ”GRAPH” yang dapat memberikan solusi hubungan antara dua variabel dalam bentuk grafik. Fungsi ”GRAPH” digunakan bila data berupa tabel atau data menunjukkan hubungan yang nonlinier. Disamping fungsi ”GRAPH” sendiri, terdapat beberapa bentuk fungsi ”GRAPH” antara lain GRAPH CURVE, GRAPHLINAS, dan GRAPH STEP. Perbedaan keempat fungsi GRAPH tersebut adalah terletak pada output yang dimunculkan (Muhammadi et al, 2001). Contoh : GR = GRAPH [X, X1, Dx, Y(N)] dimana, X
: Variabel input, variabel independen (bebas), disebut juga sumbu X
27
X1
: Nilai pertama dari variabel X
Dx
: Pertambahan nilai (increment) dari variabel bebas X, nilainya selalu positif
Y(N) : Vektor (sumbu Y, disebut juga output)
6. Persamaan Fungsi Waktu Tunda (Delay) Waktu tunda merupakan suatu bentuk kelambatan (waktu) yang terjadi pada aliran material, informasi, ataupun aliran lainnya dan merupakan aspek yang penting dalam sistem dinamik. Waktu tunda sering terjadi dalam sistem riil, misalnya dalam pengambilan keputusan, dalam transportasi, penyebaran informasi, dan lain-lain (Muhammadi et al, 2001). Terdapat tiga bentuk persamaan dalam Powersim yang dapat digunakan untuk menyatakan "waktu tunda". waktu tunda aliran material dinyatakan oleh fungsi DELAYMTR, waktu tunda aliran informasi dinyatakan oleh fungsi DELAYINF, dan delay aliran material dengan pemanggilan permintaan (infinite order) dinyatakan dengan fungsi DELAYPPL. Contoh bentuk fungsi delay adalah : DELAYMTR (Input, Delay_Time, n, “Initial”) DELAYINF (Input, Delay_Time, n, “Initial”) DELAY PPL (Input, Delay_Time, “Initial”) dimana, Input
: Variabel yang menjadi input bagi variabel yang mengalami delay
Delay_Time
: Rata-rata waktu delay
N
: Orde delay
Initial
: Nilai inisial dari delay
28
7. Persamaan Fungsi Logika Beberapa fungsi logika yang terdapat dalam Powersim adalah fungsi IF, IMECYCLE, MAX, dan MIN (Tasrif, 2004). a. IF Digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi (conditional function). IF (Condition, Val1, Val2) dimana, Condition
: Suatu logical value (true or false)
Val1
: Angka sembarang (computational parameter)
Val2
: Angka sembarang (computational parameter)
b. TIMECYCLE Digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval waktu TIMECYCLE (First, Interval) dimana, First
: Waktu pertama untuk pengecekan
Interval
: Waktu diantara pengecekan satu ke pengecekan berikutnya
c. MAX Digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari beberapa nilai. MAX (X1, X2, X3,...., Xn) d. MIN Digunakan untuk memilih nilai yang paling kecil dari beberapa nilai. MIN (X1, X2, X3,...., Xn)
29
8. Persamaan Fungsi Bilangan Acak (random number) Beberapa fungsi bilangan acak antara lain fungsi RANDOM, dan fungsi NORMAL (Tasrif, 2004). a. RANDOM Digunakan untuk membangkitkan sejumlah bilangan acak yang berdistribusi uniform. RANDOM (0.5,1.5) b. NORMAL Digunakan untuk memberikan bilangan acak yang sebarannya sesuai dengan sebaran normal. NORMAL (mean, StdDev) dimana, Mean : Mean nilai yang ditentukan StdDev : Nilai standar deviasinya Setiap persamaan yang telah disebutkan di atas dalam Powersim diberi simbol sesuai dengan jenis persamaan yang diwakilinya, yaitu : : Persamaan ”level”
: Persamaan ”auxiliary”
: Persamaan ”rate”
: Persamaan ”konstanta”
Persamaan ”level” merupakan penjumlahan/akumulasi, atau persamaan integral. Persamaan ”rate” dan ”auxiliary” adalah perhitungan aritmatik. Sedangkan persamaan ”konstanta” merupakan masukan nilai untuk parameter yang harganya konstan selama simulasi.
30
3.3.4
Simulasi dan Validasi Model Model yang sudah dibuat selanjutnya dijalankan pada perangkat lunak
dimana proses menjalankan model tersebut disebut dengan simulasi, model disimulasikan untuk melihat bagaimana perilaku model tersebut yang merupakan gambaran perilaku sistem nyata, oleh karena itu, model yang sudah dibuat untuk disimulisasikan harus diuji untuk melihat apakah model benar-benar mewakili sistem yang sebenarnya sebagai sarana untuk mempelajari sistem nyata tersebut. Terdapat 2 macam pengujian yang harus dilakukan terhadap model untuk mengukur kehandalan model sebagai alat untuk penelitian yaitu verifikasi dan validasi. Verifikasi adalah suatu cara untuk menetukan apakah implementasi model konseptual ke dalam komputer sudah benar. Proses verifikasi meliputi pengujian terhadap pemrograman dan model untuk menjamin bahwa model beroperasi dengan akurat menggambarkan model konseptual. Beberapa cara bisa digunakan dalam melakukan verifikasi adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti prinsip dari pemograman yang terstruktur, yang mencakup penyusunan rencana simulasi dengan detail sebelum pengkodean, termasuk membuat diagram alir langkah pemodelan dan simulasi dengan jelas, dan membagi model kedalam beberapa submodel untuk lebih mudah dalam menganalisis model. 2. Membuat model dapat melakukan dokumentasi terhadap dirinya sendiri, artinya jika memungkinkan hasil dari menjalankan simulasi langsung dapat memberikan informasi, misalkan dalam bentuk grafik, animasi atau tabel. Pada beberapa perangkat lunak simulasi sudah dilengkapi dengan fasilitas dokumentasi tersebut sehingga mudah untuk melakukan analisis.
31
3. Memeriksa kode dalam pemodelan oleh lebih dari satu orang, terutama melibatkan pihak yang sudah berpengalaman 4. Memeriksa data input apakah sudah memiliki nilai yang sesuai, sebagai contoh apakah sudah menggunakan satuan yang tepat . 5. Memastikan bahwa dengan memasukan berbagai input menghasilkan output yang beralasan dan masuk akal. Validasi adalah menentukan apakah model dapat digunakan sebagai pengganti dari sistem nyata apabila digunakan untuk tujuan percobaan.Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan suatu model yang dibangun, apakah sudah merupakan perwakilan dari relitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.Validasi model dapat menggunakan t-test. Validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests) tanpa memproses model, uji struktur tingkah laku model (structure oriented behaviour test) dengan proses model, dan pembandingan tingkah laku model dengan sistem nyata (quantitative behaviour pattern comparison) (Daalen dan Thissen, 2001), yaitu dengan uji nilai tengah persentase kesalahan absolut (mean absolute percentage error) adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil prakiraan dengan data aktual.
32
Keterangan : Xm = Data hasil simulasi Xd = Data aktual n = Periode/banyaknya data Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985 dalam Soemantri, 2005) adalah : MAPE < 5%
: Sangat tepat
5% < MAPE < 10% : Tepat MAPE > 10%
3.3.5
: Tidak tepat
Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan Model yang sudah diuji kehandalannya dengan diverifikasi dan divalidasi
dapat selanjutnya untuk keperluan penelitian atau pengujian tentang kondisi yang dianalisis. Dengan menggunakan model, dapat diketahui dan dipelajari kondisi dan perilaku sistem dalam menghadapi kondisi yang saat ini dihadapi. Selain itu, melalui model juga dapat dilihat bagaimana respon sistem terhadap kebijakan yang berkaitan dengan sistem. Dengan begitu dapat dilihat apakah merespon sistem positif terhadap penerapan kebijakan, artinya sistem masih tetap berjalan dengan baik dan bahkan lebih baik, ataukah sebaliknya. Karena respon model yang merupakan representasi dari respon sistem dapat segera diketahui, maka segera dapat dilakukan peyesuaian kebijakan dan juga struktur sistem sebagai perbaikan apabila dibutuhkan. Salah satu keuntungan studi melalui pemodelan dan simulasi adalah dapat melihat bagaimana kemungkinan yang dapat terjadi pada penerapan berbagai rancangan kebijakan yang sudah disiapkan, sehingga dapat diketahui kebijakan
33
mana yang paling tepat dan sesuai untuk diterapkan. Setelah melalui berbagai tahap
pemodelan
sistem
dan
menguji
berbagai
kebijakan
yang akan
diimplementasikan pada model, tahap terakhir adalah pengimplementasian kebijakan yang paling tepat dan sesuai untuk model atau sistem.
Tahap
Analisis Situasi
Kondisi Permasalahan
Kualitatif
I. Identifikasi & definisi Permasalahan
Diagram Sub-sistem Diagram Sebab-akibat Diagram struktur kebijakan
II. Konseptual Sistem
Diagram Alir
Persamaan Matematis
Simulasi dan Validasi Kuantitatif
III. Formulasi Model
IV. Simulasi & validasi
Analisis kebijakan/keputusan dan pembangunan skenario
Kualitatif & Kuantitatif
V. Analisis kebijakan/keputusan dan perbaikan
Perbaikan kebijakan/keputusan
Implementasi kebijakan/keputusan
VI. Implementasi
Gambar 5. Tahapan Pengolahan Data
34
BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL
Kentang (solanum tuberosum l) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang". Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Itulah mengapa tumbuhan ini konon baru masuk ke Indonesia akhir abad ke-18 dan berkembang di daerah-daerah dataran tinggi mulai abad ke-19. Hingga kini, kentang yang bernama ilmiah Solanum tuberosum sudah menjadi bahan makanan yang tak terpisahkan dari tradisi kuliner Indonesia. Kentang memang bukan makanan pokok orang Indonesia. Kebutuhan akan kentang meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak, serta hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Beberapa varietas kentang yang di Indonesia adalah kentang kuning varietas granola, atlantis, cipanas dan segunung. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi makanan yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg. (Kementerian Pertanian, 2013) Kentang merupakan tanaman pangan utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang 35
dengan pesat menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar Asia Tenggara. Dari tahun ke tahun, luas panen, hasil produksi dan produktivitas kentang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia adalah sebesar 65.923 ha dengan produksi 1.009.979 ton dengan produktivitas 15,32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1.003.732 ton pada tahun 2007 namun produktivitas naik menjadi 16,09 ton/ha pada luas panen 62.375 ha. Dibanding dengan produktivitas kentang di Eropa yang mencapai rata-rata 25,5 ton/ha, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya, teknik budidaya belum sesuai standar, penanganan pasca panen yang kurang baik, serta iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan. Kentang mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap keadaan tanah dan iklim, mempunyai tanggapan yang cepat terhadap cara bercocok tanam. Lokasi budidaya kentang menjadi faktor yang penting dalam menentukan produktivitasnya. Potato Table Kentang Sayur
Kentang
Lauk Pauk Rumah Tangga
Potato Chips Keripik Kentang Processing Potato KentangIndustri
Potato String french fries Strarch Pati Kentang
Gambar 6. Pohon Industri Kentang di Indonesia
Kentang di Indonesia tidak hanya dikonsumsi sebagai sayur lauk pauk rumah tangga tetapi juga dikonsumsi sebagai bahan makanan industri pengolahan berbahan dasar kentang seperti keripik kentang, kentang goreng ataupun tepung
36
kentang. Peningkatan produksi kentang terus diupayakan pemerintanh untuk memenuhi kebutuhan nasional kentang seperti dengan memperluas area tanam kentang. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran mayarakat terhadap pentingnya gizi bagi kesehatan. 4.1
Produksi Kentang Budidaya tanaman kentang di Indonesia pada umumnya dilakukan di
dataran tinggi. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian tempat yang ideal berkisar 1.000 - 1.300 m dpl dan untuk dataran medium pada dataran 300-700 m dpl. Indonesia memiliki daerah-daerah sentra produksi kentang. Sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan kontribusi rata-rata sebesar 33,99 persen dari total produksi kentang Indonesia diikuti Provinsi Jawa Tengah sebesar 21,07 persen, Sulawesi Utara 11,73 persen, Sumatera Utara 11,18 persen dan Jawa Timur 9,20 persen (Kementerian Pertanian, 2009). Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi penghasil kentang terbesar kedua setelah Jawa Barat kemudian diikuti oleh Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Jawa Timur. Penyebaran dan pengembangan kentang di Indonesia tergantung pada daerah dan kondisi agroklimatnya, lahan dataran tinggi atau pegunungan, serta iklim sangat mendukung baik untuk pengembangan kentang (Sunaryono, 2007). Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya produksi kentang provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing sebesar 288,654 ton dan 265,123 ton setelah Provinsi Jawa Barat.
37
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2010 Tahun 2009 Provinsi
Luas Panen (ton)
Tahun 2010
Produksi
Produktivitas
(ton)
(ton/ha)
Luas Panen (ton)
Produksi
Produktivitas
(ton)
(ton/ha)
Sumut
8,013
129,587
16,17
7,972
126,203
15,83
Jambi
5,296
94,368
17.82
4,860
84,794
17.45
Jabar
94,368
320,542
20,89
13,553
275,101
20,3
Jateng
18,655
288,654
15,47
17,499
265,123
15,15
Jatim
9,529
125,886
13,21
8,561
115,423
13,48
Sulut
8,740
142,109
16,26
8,555
126,210
14,75
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)
Usaha budidaya kentang di Indonesia dilakukan berdasarkan pada musim tanam, dimana per tahun maksimal terdapat 3 musim tanam dengan asumsi lahan yang digunakan sebelumnya tidak ditanami kentang atau tanaman sejenisnya. Satu musim tanam kentang berlangsung selama 4 bulan atau sekitar 150 hari. Penanaman kentang perlu waktu 90 - 100 hari sampai panen, sementara itu padi baru selesai panen setelah 120 - 140 hari. Penanaman kentang juga memerlukan air dan lahan yang lebih sedikit dibanding padi. Per satuan luas dan per unit waktu, kentang menghasilkan bahan makanan/pangan yang lebih banyak dibanding padi. Komparasi dengan bahan pangan utama ini menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan. Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya budidaya kentang adalah rendahnya kualitas bibit kentang yang digunakan dan teknologi bercocok tanam yang kurang baik. Permasalahan kualitas bibit disebabkan oleh kesulitan memperoleh bibit yang bebas virus. Pemupukan dan pengendalian hama
38
dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk bibit, juga menjdai kendala dalam usaha budidaya kentang. Diperlukan upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan benar untuk menghasilkan kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal. Oleh sebab itu, pelaksanaan prosedur operasional standar (POS) harus konsisten dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaa prosedur operasional standar dengan baik dapat menghasilkan produktivitas lebih dari 20 ton/hektar (tergantung varietas kentang), dengan tingkat kehilangan hasil lebih kecil 10 % dan kualitas umbi sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk dapat melaksanakan prosedur operasional standar tersebut diperlukan fasilitas dan peralatan produksi yang sesuai aktivitasnya. 4.2
Pasokan Kentang Rantai pemasaran kentang pada umumnya petani menjual hasil produksi
kentangnya kepada pedagang pengumpul (dibeberapa tempat disebut sebagai bandar). Pedagang pengumpul yang biasanya datang ke petani, bukan petani yang membawa hasil produksinya ke pedagang. Petani biasanya berhubungan dengan pedagang tertentu dan hubungan itu lebih didasarkan atas saling kepercayaan. Tidak semua petani menjual kepada pedagang, beberapa petani memiliki kontrak dengan industri pengolahan. Petani ada yang menjual kepada petani besar (titip jual) yang umumnya sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik. Ada juga petani yang langsung menjual ke pasar tradisional namun jumlahnya relatif sedikit. Pedagang pengumpul menjual kentang kepada pedagang-pedagang besar di pasar induk atau pasar-pasar tradisional besar yang umumnya juga berada di
39
kota-kota besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki pelanggan tertentu di pasar-pasar besar tersebut. Pedagang besar di pasar induk ini menjual kepada sesama pedagang di pasar induk dan kepada pedagang-pedagang di pasar tradisional lain. Di pasar tradisional kentang ini masih mungkin didistribusikan oleh pedagang-pedagang kecil seperti pedagang keliling dan pedagang di kampung. Supermarket memperoleh kentang dari pemasok yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak. Industri pengolahan kentang tidak menunjukkan pola khusus, namun ada beberapa menerapkan pola kemitraan kredit benih. Terutama pengolah skala besar memiliki kontrak dengan petani. Pengolah yang lebih kecil atau menengah yang memiliki pemasok khusus, atau membeli dari pasar induk. Pengolah-pengolah berskala kecil seperti restoran dan ketering yang kecil membeli dari pasar tradisional terdekat. Konsumen rumah tangga dapat membeli kentang dari berbagai macam pasar yang tersedia. Sebagian besar bisa membeli dari pasar tradisional ataupun pasar modern (supermarket). Konsumen juga mungkin membeli dari pasar induk apabila membutuhkan kentang dalam jumlah besar seperti untuk pesta atau selamatan, meskipun demikian konsumen juga masih mungkin membeli dalam jumlah kecil di pasar induk melalui pedagang-pedagang pengecer kecil. 4.3
Konsumsi Kentang Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi
dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti jagung, padi atau gandum. Hal tersebut
menjadikan
kentang
sebagai
prioritas
alternatif
yang
mampu
mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Kentang untuk kalangan
40
tertentu (misalnya penderita diabetes) merupakan makanan pokok untuk diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah sehingga kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Mengingat pola konsumsi masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan ayam goreng. Restoran cepat saji dan berbagai jenis penganan juga menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya. Kentang biasanya dikonsumsi sebagai sayuran dalam bentuk berbagai jenis menu masakan. Selama kurun waktu 15 hingga 20 tahun terakhir, kentang bukan hanya dikonsumsi sebagai sayuran semata tetapi juga dikonsumsi dalam bentuk produk hasil proses (chips dan french fries) juga menunjukkan peningkatan. Terjadi peningkatan konsumsi kentang untuk kentang olahan, serta kentang beku yang biasa digunakan sebagai kentang goreng. Kebutuhan akan kentang semakin naik akibat perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut. Produktivitas Indonesia apabila dibandingkan dengan produktivitas negara-negara beriklim dingin, produksi kentang di Indonesia jauh ketinggalan bahkan masih di bawah produktivitas Asia. Konsumsi kentang sebagai bahan pangan berkembang cukup pesat, terutama di Asia, walaupun masih lebih kecil dari 20 kg/kapita/tahun. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan, konsumen cenderung melakukan diversifikasi menu makanan dari dominasi serealia bergeser ke komposisi pangan yang mengandung lebih banyak sayuran, termasuk kentang. pertumbuhan konsumsi kentang olahan juga membuka kesempatan perluasan produksi kentang. Konsumsi kentang dalam rumah tangga menurut hasil Susenas Periode tahun 2002 – 2012,
41
konsumsi rumah tangga kentang rata-rata meningkat sebesar 1,76% setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2007 konsumsi kentang dari 1,669 kg/kapita/tahun
menjadi
2,086
kg/kapita/tahun
atau
naik
sekitar
25%
dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya penurunan terbesar konsumsi kentang pada tahun 2009 sebesar 15,38%. Tahun 2012 konsumsi kentang sebesar 1,460 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 6,67% dibandingkan tahun 2011. 4.4
Ekspor-Impor Kentang Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi domestiknya ditambah
impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok yang ada. Komponen penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan diolah sebagai bahan makanan. Penyediaan kentang mengalami kenaikan karena naiknya produksi dalam negeri serta impor dan stabilnya ekspor. Salah satu wujud ekpor-impor kentang yang banyak diperdagangkan adalah pati kentang (Kementerian Pertanian, 2013). Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2011, penyediaan kentang adalah sebesar 1,04 juta ton yang berasal dari 955 ribu ton produksi kentang dalam negeri, impor 92,86 ribu ton dan dikurangi ekspor 5,27 ribu ton. Besarnya penyediaan kentang turun sekitar 3,94% dari tahun 2010 sebesar 1,09 juta ton. Turunnya penyediaan kentang pada tahun 2011 terutama kerena turunnya produksi dalam negeri. Volume impor Indonesia mengalami peningkatan sedikit dibanding tahun 2010. Besarnya penyediaan kentang pada tahun 2011 sebagian besar untuk bahan makanan, yaitu sebesar 978 ribu ton. Menurut kajian NBM, besarnya penggunaan kentang untuk bibit adalah sebesar 1,19% dari penyediaan atau sebesar 12,41 ribu ton pada tahun 2011. Banyaknya kentang yang tercecer adalah sekitar 5,02% dari penyediaan atau sebesar 52,36 ribu ton pada tahun
42
2011. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 1990 ekspor kentang Indonesia mencapai 69.353 ton. Negara tujuan ekspor meliputi Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Setelah ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) diberlakukan tahun 2005, ekspor kentang terus menurun. Tahun 2007 ekspor kentang turun menjadi 43.477 ton. Penurunan ekspor kentang diikuti dengan kebijakan impor. Tahun 2007 impor kentang Indonesia tercatat 43.872 ton, sementara tahun 2001 angka impor kentang Indonesia baru 10.072 ton (Kompas, 2011).1 Lonjakan impor kentang dari China merupakan imbas dari ACFTA. Komoditas pertanian China terus membanjiri pasar domestik sehingga petani tidak pernah mendapatkan harga yang layak. Produk kentang impor membuat harga petani kentang domestik berdampak buruk dengan harga yang jatuh karena harga kentang impor menawarkan harga yang lebih murah dari pada harga kentang petani lokal Kebijakan impor kentang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi stabilitas harga kentang di pasar domestik yang disebabkan oleh harga kentang impor yang relatif lebih murah. Jumlah kentang impor yang masuk ke Indonesia terus bertambah dan memiliki adanya ketergantungan terhadap impor dibandingkan dengan produksi, maka jumlah volume kentang impor tersebut dapat berpengaruh terhadap produksi kentang lokal. Banjirnya produk kentang impor dengan harga yang relatif rendah menyebabkan banyak petani yang mengalami kerugian pada usaha tani kentang. Permintaan konsumen untuk harga yang lebih rendah, dikhawatirkan harga kentang impor telah menguasai pasar kentang di Indonesia. 1
“Kentang.Pun.Korban.ACFTA”, Diunduh tanggal 15 juli 2013 pukul 20:15 WIB http://bisniskeuangan.kompas.com
43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada Agribisnis Kentang Sistem industri kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara lain sub sistem produsen, pemasok dan konsumen. Masing-masing sub-sistem terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang nasional bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan subsistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian 5.1.1
Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang Neraca ketersediaan kentang nasional dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu produksi, konsumsi dan pasokan (carry over). Hubungan ketiga faktor tersebut akan menentukan kondisi neraca ketersediaan kentang yakni surplus atau defisit. Neraca ketersediaan kentang mengalami surplus apabila jumlah produksi kentang pada tahun berjalan lebih besar daripada kebutuhan konsumsi kentang segera dan cadangan konsumsi untuk tahun berikutnya, sedangkan defisit adalah kondisi sebaliknya. Penyediaan suatu komoditas dipasok dari produksi domestiknya ditambah impor dan dikurangi besarnya ekspor serta perubahan stok yang ada. Komponen penyediaan penggunaan kentang antara lain untuk bibit dan diolah sebagai bahan makanan. Besaran yang siap tersedia sebagai bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk menjadi ketersediaan per kapita dalam
44
setahun. Cadangan konsumsi kentang merupakan stok kentang berupa penyisihan produksi dan penyimpanan kentang yang berfungsi sebagai cadangan untuk keperluan konsumsi. Cadangan kentang pada dasarnya menjadi beban pemerintah menyangkut biaya pengadaan, penyimpanan, penyusutan dan distribusi. Pasokan kentang nasional sangat tergantung pada luas panen tanaman kentang, sedangkan luas panen kentang tergantung pada luas tanam kentang oleh petani sebagai pemasok. Tingkat produksi kentang sangat dipengaruhi oleh kualitas bibit kentang yang dipakai. Tanaman kentang merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kecukupan unsur hara dalam proses pertumbuhan dan pembuahannya, disisi lain penambahan luas lahan akan memperbesar kebutuhan akan pupuk, dan karena keterbatasan kemampuan petani menyediakan pupuk sesuai dengan anjuran. Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap pestisida. Luas lahan kentang terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 seluas 62.375 Ha menjadi 64.518 Ha pada 2012 dengan produktivitas rata-rata 16 ton per hektar. Produksi kentang tahun 2007 sebesar 1,003 juta ton menjadi 1,068 juta ton pada tahun 2012. Produksi kentang nasional tertinggi dalam kurun waktu enam tahun kebelakang terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah produksi sebesar 1,176 juta ton, sedangkan produksi kentang terendah terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah produksi sebesar 955,4 ribu ton. Produksi kentang nasional masih belum mencukupi kebutuhan kentang dalam negeri, sehingga pemerintah mengambil kebijakan impor kentang. Jumlah impor kentang selama kurun waktu enam tahun terakhir mengalami peningkatan, dari 5.559 ton tahun 2007 menjadi 100.127 ton
45
pada tahun 2012. Produktivitas industri kentang tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pihak konsumen adalah jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 207,8 juta jiwa. Perkembangan penduduk Indonesia tergantung pada laju kelahiran dan kematian penduduknya. Penduduk Indonesia yang besar juga menentukan jumlah konsumsi kentang. Penyediaan kentang sebagian besar digunakan untuk bahan makanan, presentasenya lebih dari 90% dari total peyediaan. Konsumsi tertinggi kentang Indonesia menurut data Susenas tahun 2012 periode 2002-2012 konsumsi rumah tangga terjadi pada tahun 2007 sebesar 2,086 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,460 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 6,67% dibandingkan tahun sebelumnya. 5.1.2
Permasalahan Industri Kentang Nasional Produksi kentang di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan produksi kentang Eropa yang rata-ratanya mencapai 25,5 ton per hektar, produksi rata-rata kentang di Indonesia hanya sekitar 16 ton per hektar. Beberapa kendala produksi kentang yang masih perlu ditangani diantaranya: mutu benih yang kurang baik (terinfeksi virus), teknologi bercocok tanam yang belum memadai, serta iklim yang kurang mendukung. Penanganan pasca panen yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan umbi kentang sebesar 2-10% serta menimbulkan bagian terbuang sekitar 10 persen. Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya kualitas bibit yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus sangat sulit, teknik bercocok tanamnya yang kurang baik. Pemupukan dan
46
pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk bibit (Widjajatun, 1985). Budidaya kentang harus diusahakan di lahan yang sesuai, agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Kesesuaian lahan pada prinsipnya ditentukan oleh kecocokan antara kualiatas lahan dengan persyaratan tumbuh tanam. Produksi kentang di Indonesia tersebar di beberapa provinsi seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Republik Indonesia, 2013). Kentang dapat tumbuh dengan subur pada dataran tingggi dengan minimal ketinggian 1.000 m dpl. Kendala dalam budidaya kentang di dataran tinggi selain terbatasnya area tanam dapat juga menyebabkan erosi dan merusak kelestarian alam. Kentang di Indonesia pada umumnya dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus-menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Perluasan penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut (Subhan dan Asandhi, 1998). Teknologi budidaya kentang di lahan sawah dataran medium Kabupaten Sleman Yogyakarta menghasilkan usaha budidaya kentang di dataran medium beradaptasi dengan baik, produksi cukup tinggi dan layak dikembangkan (Balai Pangkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004).
47
Perluasan lahan untuk penanaman kentang di dataran medium bisa menjadi satu langkah alternatif yang perlu diupayakan, khususnya di lahan sawah tadah hujan dapat diupayakan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut. Penurunan jumlah tersebut terjadi karena banyak petani memilih untuk menjual lahannya untuk dialihfungsikan, terutama pada petani gurem atau petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar. Jumlah rumah tangga petani gurem rata-rata selama sepuluh tahun terakhir meningkat 2,39 persen per tahun (BPS, 2003). Lahan pertanian mengalami perubahan penguasaan dari milik menjadi sewa ataupun gadai. Perubahan penguasaan tanah menyebabkan lahan terpecah ke dalam persil yang lebih kecil. Standar kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani kentang menurut Rukmana (1997) sebesar 300 HKP per hektar. Kebutuhan kentang dalam negeri akan kentang olahan (chips, french fries, aci dan tepung) berkisar 8,9 juta ton/tahun. Produksi kentang nasional masih ± 1,1 juta ton/tahun, termasuk kentang sayuran, dari luas panen 80.000 ha. Potensi ini masih perlu dikembangkan karena potensi lahan masih sangat luas yaitu 11.331. 700 ha yang berada pada ketinggian diatas 700 m dpl (Wattimena, 2005). Agribisnis kentang sesungguhnya menjanjikan keuntungan besar, jika dikelola secara optimal. Dengan umur tanam tanaman kentang berkisar 3 bulan, jika tingkat produksi 30 ton/ha (rata-rata produksi di negara maju) dengan harga tingkat petani Rp. 2.500,-/kg maka akan diperoleh Rp.75 juta/ha/musim. Namun sayang produktivitas kentang rata-rata nasional masih berkisar 10 ton/ha dari potensi hasil 40 ton/ha (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2005).
48
1. Ketersediaan Bibit Permasalahan dalam pengembangan komoditas kentang yang dihadapi oleh petani maupun pedagang benih kentang antara lain kemampuan teknologi produksi benih dalam jumlah besar dan berkesinambungan di tingkat petani dan pedagang masih rendah. Masalah perbenihan di Indonesia tidak dapat disepelekan begitu saja. Benih merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha budidaya tanaman. Benih merupakan suatu parameter keberhasilan produksi tanaman. Undang-undang RI nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura pasal 32 ayat 1a dijelaskan bahwa sarana hortikultura terdiri atas benih bermutu dari varietas unggul. Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kentang disamping menggunakan pupuk yang cukup juga dengan menggunakan bibit yang baik dan terbebas dari hama dan penyakit. Kebutuhan benih kentang nasional setiap tahunnya diprediksi mencapai 128. 613.000 ton dengan nilai Rp. 1,29 trilyun, jika harga benih Rp. 10.000/kg. Selama ini kebutuhan benih yang sehat dan bermutu baru dapat tercukupi sekitar 6.430 ton (4,5%), termasuk import (Departemen Pertanian, 2007). Harga benih import sangat mahal, dapat mencapai Rp. 20.000,-/kg untuk benih sebar (G4). Kebutuhan benih kentang per hektar berkisar 1,0 – 1,5 ton. Minim dan mahalnya benih yang tersedia menyebabkan petani kentang enggan untuk menggunakan benih bermutu atau bersertifikat untuk dibudidayakan sehingga produktivitas lahan kentang masih rendah.
49
2. Iklim Terjadinya perubahan cuaca global telah mempengaruhi cuaca di wilayah produksi kentang di Indonesia, sehingga antara musim hujan dan panas yang kurang konsisten menyebabkan kegagalan panen di beberapa wilayah. Pemanasan global terjadi karena siklus yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu. Perubahan iklim berdampak pada perubahan musim tanam (pola tanam), irigasi, dan ketersediaan air yang berpengaruh terhadap pertanian. Pemanasan global mempengaruhi kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian. Perubahan iklim di wilayah Indonesia tidak bisa diramalkan secara tepat jauh sebelumnya, karena sirkulasi atmosfer regional yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15 - 20˚C, kelembaban udara 80 90%, cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200 - 300 mm per bulan atau rata-rata 1.000 selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 - 18˚C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10˚C dan lebih dari 30˚C. Suhu malam untuk pembentukan umbi lebih penting dibandingkan dengan suhu siang. 3. Teknologi Bercocok Tanam Kurang berhasilnya usaha budidaya kentang yang dilakukan oleh petani kentang disebabkan beberapa kendala selain penggunaan bibit unggul atau rendahnya kualitas yang dipakai juga teknik bercocok tanam dan pemupukan serta
50
pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif. Teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya kentang didasarkan pada pengalaman wawasan teknik budidaya yang dimiliki oleh petani atau pengusaha. Usaha budidaya kentang masih menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal. Pengendalian hama dengan pemberian bahan kimia (pestisida/fungisida) menjadi hal yang sangat rawan di lapangan, khususnya pada saat serangan sangat intensif di musim penghujan. Ketersediaan bahan pengendali hama di lapangan sangat terkendala, terkadang tidak ada pada saat dibutuhkan. Petani terkadang memberikan bahan kimia melebihi dosis yang seharusnya, sehingga dapat menimbulkan masalah residu yang cukup menyedot perhatian dari sisi keamanan pangan. Petani dan pengusaha masih membutuhkan tenaga tenaga serta peran PPL untuk mendampingi petani agar menghasilkan produksi kentang sesuai dengan mutu dan produktivitas yang diinginkan. 4. Penanganan Pasca Panen Umbi kentang yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan akibat pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang kurang intensif sehingga tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia. Penanganan pasca panen yang baik memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh
tahapan
dari
pemanenan
sampai
ketingkat
konsumen
untuk
mempertahankan mutu. Umbi kentang yang selesai dipanen harus segera dilakukan penanganan pasca panen agar mutunya dapat dipertahankan tetap tinggi serta kehilangan hasil dapat dikurangi atau dihilangkan. Kegiatan pasca panen kentang dilakukan dengan penyortiran dan penggolongan umbi yang baik dan sehat. Kentang disortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas) serta
51
memisahkan umbi yang cacat dan terkena penyakit untuk mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat.
5.2 Konseptual Sistem dan Formulasi Model Rantai Pasok Kentang Model dinamis menggambarkan interaksi antar elemen yang menyusun sistem agribisnis kentang. Permasalahan ketersediaan kentang merupakan suatu permasalahan sistem yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai komponen, variabel di dalamnya yang saling berinteraksi dan terintegrasi. Ketersediaan kentang secara nasional dapat dipandang sebagai suatu masalah dinamika sistem yang berubah sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh faktorfaktor yang juga bersifat dinamis. Tujuan pemodelan ketersediaan kentang ini adalah untuk melihat pola ketersediaan kentang di masa mendatang untuk meningkatkan
ketahanan
pangan
nasional
dengan
berbagai
alternatif
pengembangan skenario yang sesuai dengan kondisi nyata. 5.2.1
Konseptual Sistem Rantai Pasok Kentang Model dinamika sistem yang dikembangkan dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan (produksi) dan permintaan kentang. Model ini dibuat berdasar identifikasi permasalahan yang dituangkan ke dalam diagram sebab akibat (causal loop), diformulasikan dalam diagram alir (stock dan flow) dan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Powersim. Sistem ketersediaan kentang dibagi menjadi tiga sub sistem yaitu sub sistem produsen, sub sistem pemasok, dan sub sistem konsumen agar memudahkan dalam pemodelan.
52
Produsen
Processor/Industri
Konsumen
Produksi
Pemasok
Konsumsi
Gambar 7. Pemetaan Elemen Sistem Rantai Pasok Kentang
a. Sub Sistem Produsen Sub model produsen kentang dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain luas areal tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam (ekstensifikasi), agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan pendapatan rumah tangga. Dibutuhkan pula konstanta sebagai input bagi model disamping variabel-variabel tersebut, sehingga memudahkan dalam modifikasi model apabila terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan kondisi nyata. Konstanta tersebut antara lain pendapatan rumah tangga petani kentang, pestisida, hari orang kerja per hektar, pendapatan usahatani, persentase penambahan luas area tanam (ekstensifikasi) per tahun, persentase alih fungsi (konversi) lahan per tahun dan produktivitas kentang. b. Sub Sistem Pemasok Sub sistem pemasok kentang dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain produksi kentang, konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, pendapatan industri, pendapatan rumah tangga dan total konsumsi. terdapat processor/industri sebagai entitas utama yang mengolah hasil produksi kentang kemudian menyalurkannya ke konsumen. Konstanta pada sub sistem pemasok adalah harga kentang per kilogram dan industri kentang. Aktivitas yang dilakukan oleh agroindustri kentang meliputi kegiatan produksi kentang menjadi makanan olahan berbahan dasar kentang dan menyalurkannya kepada konsumen.
53
c. Sub Sistem Konsumen Sub model konsumsi kentang sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kentang. Sub model kebutuhan/konsumsi kentang dapat dilihat dinamika perkembangan penduduk yang sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang untuk konsumsi. Dinamika model penduduk ini akan menghasilkan output berupa prakiraan jumlah penduduk di masa mendatang. Dinamika perkembangan penduduk dalam sub model ini terbentuk melalui interaksi antara variabel jumlah penduduk Indonesia dengan variabel laju pertumbuhan penduduk dan laju kematian penduduk yang membentuk sebuah hubungan. Semakin besar laju pertumbuhan penduduk per tahun maka semakin besar jumlah penduduk tahunan, sebaliknya semakin besar laju kematian penduduk maka semakin berkurang jumlah penduduk tahunan. Berdasarkan sub model kebutuhan konsumsi dapat dilihat pola konsumsi berdasarkan dinamika penduduk dan rata-rata kebutuhan kentang untuk konsumsi yang dikonversi dalam satuan kg/kapita/tahun. Diperlukan variabel (konstanta) tingkat konsumsi kentang yang menginputkan rata-rata konsumsi kentang sesuai dengan kondisi nyata untuk mengetahui kebutuhan konsumsi kentang. Variabel tingkat konsumsi kentang tersebut selanjutnya akan memberikan dampak pengaruh positif terhadap jumlah konsumsi kentang. Semakin besar tingkat konsumsi kentang per kapita, maka semakin besar jumlah kentang yang diperlukan untuk konsumsi. Berdasarkan hubungan sebab akibat antar variabel pada sub model konsumsi tersebut dilakukan penterjemahan diagram sebab akibat ke dalam diagram alir (stock dan flow) dengan perangkat lunak Powersim.
54
5.2.2
Formulasi Model Rantai Pasok Kentang Asumsi merupakan pikiran-pikiran dasar yang digunakan sebagai titik
tolak atau alasan dalam menjelaskan suatu fenomena dan diyakini kebenarannya (Simatupang, 2000). Digunakan beberapa asumsi dalam pembuatan model dinamik rantai pasok kentang antara lain : 1. Pemodelan rantai pasok kentang dalam upaya ketahanan pangan berasal dari produksi kentang dalam negeri, bukan impor kentang. 2. Umur panen rata-rata kentang 3 - 4 bulan. 3. Produktivitas rata-rata kentang16,2 ton/ha 4. Laju pertumbuhan penduduk 0,011% dan laju kematian 0,007% 5. Jumlah tenaga kerja per hektar kentang 300 HOK. 6. Penggunaan pestisida 0,3 liter/ha 7. Harga kentang Rp. 6.000/kg 8. Terjadi alih fungsi lahan atau pergeseran pemanfaatan lahan untuk keperluan non pertanian sebesar 0,11% per tahun dan laju ekstensifikasi 0,113% per tahun.
Formulasi model dengan menggunakan diagram alir dan perumusan matematis. Diagram alir dibangun dengan menggunakan powersim. Formulasi model dirumuskan ke dalam bentuk matematis yang dapat mewakili sistem nyata. Formulasi model menghubungkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi dalam model konseptual dengan bahasa simbolik. Formulasi model potato.sim dalam perangkat lunak Powersim selengkapnya sebagai berikut :
55
A Pasokan Produksi pendapatan rumah tangga pendapatan RT Petani kentang
C
Konsumsi RT
produktivitas
Total Pendapatan
luas tanam
luas panen
Industri olahan
Konsumsi Industi
Pendapatan dari konsumen RT konsumsi kentang Total Konsumsi tingkat konsumsi
HOK per Ha Total HOK
waktu delay Pendapatan industri Harga Kentang Per Kg
luas tanam pestisida
ekstensifikassi
penduduk
konversi lahan
laju konversi
agroekosistem
B
pertumbuhan
laju pertumbuhan
kematian
laju kematian
laju ekstensifikasi
Keterangan : A : Produsen B :Pemasok C : Konsumen Gambar 8. Model Rantai Pasok Kentang di Indonesia
Gambar 8. diatas merupakan gambar hubungan sebab akibat yang terdiri atas elemen-elemen sistem penyusun rantai pasok kentang yang memiliki hubungan timbal balik antar anggota elemen. Hubungan timbal balik antar elemen dalam hubungan sebab akibat dapat berupa hubungan positif atau negatif. Hubungan positif terjadi jika nilai suatu elemen mengalami peningkatan maka menyebabkan peningkatan pada nilai elemen yang lainnya, atau jika nilai suatu elemen mengalami penurunan maka akan menyebabkan nilai elemen yang lain menjadi turun. Sebaliknya hubungan sebab-akibat negatif antara satu elemen dengan elemen lain terjadi apabila peningkatan nilai suatu elemen tertentu akan menyebabkan nilai elemen yang lain turun atau sebaliknya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan hubungan sebab akibat dari model sistem dinamis kentang sebagai berikut: A. Sub Sistem Produsen Pada sub model produsen, terdapat produsen sebagai entitas utama yang memproduksi kentang. Luas tanam merupakan level, yang dipengaruhi oleh
56
besarnya tingkat pertambahan luas tanam dan alih fungsi lahan kentang. Luas tanam kentang ditentukan oleh besarnya laju pertambahan luas tanam, sedangkan alih fungsi lahan juga ditentukan oleh besarnya laju alih fungsi (konversi) lahan kentang. Sub model produsen berasal dari produksi kentang yang dirumuskan dalam persamaan matematis sebagai berikut : Produksi
=
MAX(('Konsumsi
Industi'+'Konsumsi
RT');('luas
panen'*produktivitas)).....................................................(1) dimana, Produksi Kentang
: Produksi kentang (ton)
Konsumsi Industri
: Konsumsi industri kentang (ton)
Konsumsi RT
: Konsumsi rumah tangga kentang (ton)
Luas Panen
: Luas panen kentang (ha)
Produktivitas
: Produktivitas kentang (ton/ha)
Seperti yang ditunjukkan Gambar 8. Fungsi MAX memiliki mekanisme mencari nilai terbesar dari elemen-elemen input yang digunakan menjadi nilai yang digunakan. Terdapat 2 persamaan yang menjadi input untuk menentukan nilai mana yang lebih besar, persamaan pertama adalah (konsumsi industri + konsumsi rumah tangga) yang merupakan total konsumsi dan persamaan kedua adalah (luas panen*produktivitas) yang merupakan persamaan ketersediaan bahan baku. Fungsi MAX digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari beberapa nilai, apabila persamaan total konsumsi lebih besar dibandingkan dengan persamaan ketersediaan bahan baku maka keputusan produksi adalah sesuai dengan besarnya persamaan konsumsi tersebut ataupun sebaliknya. Simulasi flow rate “Produksi” akan terus mencari nilai mana yang terbesar antara kedua persamaan tersebut untuk digunakan sebagai jumlah produksi.
57
Luas panen = DELAYMTR('luas tanam';'waktu delay';1;70000) - RANDOM (0,075;0,1)*'luas tanam'............................................................(2)
Persamaan 2 menyatakan luas panen kentang sebagai fungsi masa tunggu dari luas tanam. Waktu tunggu luas tanam menjadi luas panen diasumsikan selama 3 bulan, sedangkan inisial waktu tunggu adalah 70000 ha menunjukkan luas panen riil pada tahun 2003. Pada variabel luas panen ini terdapat penyusutan luas panen yang dapat mengurangi besarnya luas panen yaitu diasumsikan sebesar 10% dari luas areal tanam.
Luas tanam kentang = 70000 + dt*ekstensivikasi-dt*konversi.............................(3) dimana, L_tanam Kentang
: Luas areal tanam kentang(ha)
Ekstensifikasi
: Perluasan areal tanam kentang
Konversi Kentang
: Alih fungsi lahan atau pergeseran areal tanam
Persamaan 3 menyatakan bahwa luas areal tanam kentang mengakumulasi perbedaan antara perluasan lahan dan pergeseran areal tanam terhadap keadaan L_tanam sebelumnya yaitu luas tanam pada tahun 2003 (tahun dasar simulasi) sebesar 70000 ha. Luas areal tanam adalah besarnya luas lahan yang digunakan untuk tanaman kentang.
Konversi lahan = 'luas tanam'*'laju konversi' .......................................................(4) dimana, Konversi
: Penambahan alih fungsi lahan tanaman kentang (ha/th)
Laju konversi : Laju alih fungsi lahan kentang (%/th)
58
Pergeseran fungsi lahan tanaman kentang dinyatakan dengan persamaan 4 sebagai perkalian antara luas areal tanam riil dengan laju alih fungsi/pergeseran lahan tanaman kentang. Besarnya angka alih fungsi lahan sebesar 0,11/tahun merupakan input data yang dimasukkan dalam model dan disesuaikan dengan kondisi nyata.
Ekstensifikasi = 'luas tanam'*'laju ekstensifikasi'..................................................(5) dimana, Ekstensifikasi
: Penambahahan luas lahan kentang(ha/th)
Laju Ekstensifikasi
: laju penambahan luas lahan kentang (%/th)
Penambahan luas tanam kentang dinyatakan dengan persamaan 5 sebagai perkalian antara luas areal tanam riil dengan laju penambahan luas lahan tanaman kentang. Besarnya angka penambahan luas lahan sebesar 0,113/tahun merupakan input data yang dimasukkan dalam model dan disesuaikan dengan kondisi nyata.
Agroekosistem = ekstensifikasi*pestisida.............................................................(6) dimana, Agroekosistem
: Pencemaran agroekosistem akibat pestisida (ltr)
Ekstensifikasi
: Penambahan luas lahan (ha)
Pestisida
: Banyaknya aplikasi pestisida (liter/th)
Agroekosistem terganggu dinyatakan dengan persamaan 6 sebagai perkalian antara total perluasan lahan dengan banyaknya aplikasi pestisida. Total HOK = 'HOK per Ha'*'luas panen'..............................................................(7) dimana, Total HOK
: Jumlah hari orang kerja (ha) 59
HOK per Ha
: Hari Orang Kerja
Luas panen
: Luas panen kentang (ha)
Seperti pada gambar 8. diketahui bahwa auxiliary “luas panen” dan constant HOK per ha berhubungan dengan auxiliary “Total HOK”. Dengan menggunakan formula 'HOK per Ha'*'luas panen' maka dapat diketahui jumlah tenaga kerja harian per hektarnya.
Pendapatan RT = 'luas panen'*'pendapatan RT Petani kentang'...........................(8) dimana, Pendapatan RT
: Pendapatan rumah tangga petani (Rp)
Luas panen
: Luas panen kentang (ha)
Pendapatan RT
: Pendapatan Rumah Tangga petani kentang (Rp/ha)
Pendapatan rumah tangga petani dinyatakan dengan persamaan 8 sebagai perkalian antara luas panen kentang dengan pendapatan rumah tangga petani kentang.
B. Sub Sistem Pemasok Sub model pemasok terdapat pasokan sebagai komponen utama, yang mengatur ketersediaan kentang dan mengolah produksi kentang dari produsen yang dipasarkan didalam maupun luar negeri. Pasokan merupakan level, yang dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi dan konsumsi kentang. Produksi kentang ditentukan oleh besarnya luas panen dan produktivitas kentang, sedangkan konsumsi kentang ditentukan tingkat konsumsi kentang dan jumlah penduduk Indonesia. Aktivitas yang dilakukan oleh industri kentang meliputi kegiatan produksi selanjutnya menyalurkannya kepada konsumen. Baik kegiatan
60
produksi maupun konsumsi dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut : Pasokan = 955488 + dt*produksi-dt* konsumsi RT.............................................(9) dimana Pasokan
:Ketersediaan Kentang (ton)
Produksi
:Produksi kentang (ton)
Konsumsi RT
:Kebutuhan kentang (ton)
Pasokan kentang dinyatakan dengan persamaan 9 dimana Jumlah produksi kentang merupakan flow rate yang masuk ke level pasokan kentang yang akan menambah nilai pada level. Aktivitas penyaluran barang untuk konsumsi industri maupun konsumsi rumah tangga merupakan 2 flow rate yang mengurangi level pasokan kentang.
Pendapatan Industri = 'Harga Kentang Per Kg'*'Konsumsi Industri'..................(10) dimana, Pendapatan Industri
: Pendapatan Industri kentang (Rp/ton)
Harga Kentang per kg : Harga kentang Konsumsi Industri
: Konsumsi industri kentang (ton)
Pendapatan industri dinyatakan dengan persamaan 10 sebagai perkalian antara harga kentang dengan konsumsi industri kentang.
Total
pendapatan
=
'Pendapatan
dari
konsumen
RT'+'Pendapatan
industri'...................................................................(11) dimana, Total Pendapatan
: Jumlah pendapatan industri kentang
Pendapatan Konsumen RT
: Pendapatan dari konsumsi kentang rumah tangga
61
Pendapatan Industri
: Pendapatan industri kentang (Rp)
Total Pendapatan dinyatakan dengan persamaan 11 sebagai penjumlahan pendapatan kentang dari konsumsi rumah tangga dan pendapatan industri kentang.
Pendapatan dari konsumen RT = 'Harga Kentang Per Kg'*'Konsumsi RT'...................................................(12) dimana Pendapatan konsumen RT
: Pendapatan dari konsumen kentang Rumah Tangga(Rp/kg)
Harga kentang per kg
: Harga kentang dalam negeri (Rp)
Konsumsi RT
: Konsumsi kentang rumah tangga (kg)
Pendapatan dari konsumen dinyatakan dengan persamaan 12 sebagai pendapatan yang diperoleh dari perkalian antara harga kentang dengan konsumsi rumah tangga kentang.
C. Sub Sistem Konsumen Sub model konsumsi dirumuskan dengan persamaan matematis sebagai berikut : Total Konsumsi ='Konsumsi Industri'+'Konsumsi RT'.......................................(13) dimana, Total konsumsi
: Jumlah Konsusmsi industri kentang
Konsumsi industri
: Konsumsi industri kentang
Konsumsi RT
: Konsumsi kentang rumah tangga
Total konsumsi dinyatakan dalam persamaan 13 sebagai total penjumlahan dari konsumsi kentang industri dan konsumsi rumah tangga.
62
Konsumsi Kentang = 'tingkat konsumsi'*penduduk...........................................(14) dimana, Konsumsi Kentang
: konsumsi Kentang (kg/th)
Penduduk
: jumlah penduduk Indonesia (jiwa)
Tingkat_konsumsi
: tingkat konsumsi kentang (kg/kapita/th)
Persamaan 14 merupakan persamaan untuk mengetahui konsumsi kentang. Besarnya merupakan perkalian antara jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi merupakan nilai parameter (input) yang dilambangkan dengan konstanta sehingga perubahan-perubahan nilai parameter dalam model dapat dilakukan sesuai kondisi nyata.
Penduduk Indonesia = 241000000+ dt*Pertumbuhan-dt* Kematian...............(15) Pertumbuhan
= Lj_pertumbuhan * Penduduk_Indonesia
Kematian
= Lj_kematian * Penduduk_Indonesia
dimana, Lj_pertumbuhan
: rate pertumbuhan penduduk (%/th)
Lj_kematian
: rate kematian penduduk (%/th)
Persamaan
15
menyatakan
bahwa
jumlah
penduduk
Indonesia
mengakumulasi keadaan awal jumlah penduduk pada tahun 2010 sebagai tahun dasar simulasi sebesar 241 juta jiwa terhadap laju pertumbuhan penduduk per tahun. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk per tahun. 5.2.3
Verifikasi dan Validasi Model Validasi model potato.sim dilakukan dengan membandingkan keluaran
model (hasil simulasi) dengan data aktual yang diperoleh dari sistem nyata
63
(quantitative behaviour pattern comparison). Validasi model dilakukan terhadap data aktual yaitu data luas panen kentang dan produksi tahun 2003-2012. Perhitungan uji nilai tengah persentase absolut (mean absolute percentage error) yang dilakukan terhadap data luas panen kentang diperoleh nilai sebesar 3,17%. Terdapat penyimpangan sebesar 3,17% antara hasil simulasi dengan data aktual. Berdasarkan kriteria ketepatan model nilai MAPE dimana apabila MAPE > 10% tidak tepat, 5% < MAPE >10% tepat, dan MAPE < 5% sangat tepat. Hasil simulasi tersebut adalah dibawah 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model sangat tepat dan dapat diterima. Data produksi kentang antara simulasi dengan data aktual juga divalidasi. Berdasarkan perhitungan dengan uji MAPE terhadap data produksi kentang tahun 2003 -2012 diperoleh nilai sebesar 3,65 %. Nilai tersebut kurang dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model tepat dan dapat diterima. Perhitungan validasi luas panen kentang dan produksi kentang tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.3 Perilaku Sistem Rantai Pasok Kentang untuk 10 Tahun Kedepan Pemodelan dinamika sistem ketersediaan kentang, rancangan model, simulasi dan analisis dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan skenario pada setiap model. Beberapa skenario kebijakan yang akan digunakan dalam analisis perilaku Sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dengan berbagai skenario adalah sebagai berikut: 5.3.1
Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan Skenario ini diasumsikan sebagai hasil simulasi tanpa adanya kegiatan
optimalisasi lahan (intensifikasi) maupun perluasan areal tanam (ekstensifikasi) 64
dan peningkatan produksi kentang. Situasi ini menggambarkan ketidakaktifan pemerintah dalam mengatur penyediaan kentang dari dalam negeri di Indonesia. Dengan model ini dapat dianalisis situasi dan perilaku sistem penyediaan kentang di Indonesia tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa angka produksi kentang berimpitan dengan angka konsumsi kentang penduduk Indonesia. Pemerintah perlu meningkatkan produksi nasional kentang. 1,100,000 1,080,000 1,060,000 1,040,000
Produksi
Konsumsi
Grafik1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang - Tanpa Perubahan Kebijakan
Hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang dengan menggunakan software powersim menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 produksi kentang sebesar 1.062.000 ton meningkat pada tahun berikutnya menjadi 1.073.734 ton. Konsumsi kentang 1.062.000 pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.081.670 pada tahun 2023. Peningkatan konsumsi kentang nasional dikarenakan perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Produksi kentang terbesar akan terjadi pada tahun 2022 yaitu sebesar 1.097.105 ton. Anomali cuaca di musim kemarau berdampak buruk bagi produksi kentang di beberapa daerah di Indonesia.
65
1. Aspek Sosial Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan atau pasokan kentang untuk memenuhi permintaan konsumsi kentang. untuk melihat pememnuhan kebutuhan konsumen, dilihat perbandingan antar jumlah produksi kentang dengan jumlah permintaan. Penambahan jumlah tenaga kerja dilakukan untuk meningkatkan produksi kentang akibat perubahan pola konsumsi masyarakat akan kentang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi dan konsumsi kentang terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. HOK (juta) 20 19.5 19 18.5 20132014201520162017201820192020202120222023
Grafik 2. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja - Tanpa Perubahan Kebijakan
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat meningkatkan permintaan kentang dalam negeri. Hasil simulasi menunjukkan terjadi penambahan jumlah tenaga kerja pada tahun 2013 dari 19,2 juta menjadi 19,5 juta pada tahun berikutnya. Penambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada tahun 2023 yakni membutuhkan 19,8 juta hari orang kerja. Kemungkinan akan terjadi pengurangan tenaga kerja menjadi 19,1 juta pada tahun 2016 dari tahun sebelumnya akibat siklus iklim yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu sulit diprediksi. 2. Aspek Ekonomi Pendapatan petani kentang diperoleh dari hasil penjualan kentang baik pendapatan dari penjualan ke luar negeri dan pendapatan dari pasar domestik.
66
Pendapatan yang diperoleh dalam penjualan kentang cenderung mengalami peningkatan. dikarenakan permintaan dalam negeri yang terus meningkat akibat terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat dan penambahan penduduk Indonesia. Peningkatan produksi kentang dalam negeri dapat menambah jumlah tenaga kerja dengan adanya penambahan luas areal tanam kentang sehingga dapat mengurangi pengangguran. Pendapatan RT (milyar) 1000 980 960 940 920
Grafik 3. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang - Tanpa Perubahan Kebijakan
Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 959 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp. 973 miliar pada tahun 2014. Diperkirakan pendapatan rumah tangga petani kentang kentang akan mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu pada tahun 2023 sebesar Rp. 993 miliar. Pendapatan terendah patani kentang terjadi pada tahun 2016 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 956 miliar akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu sulit diprediksi . 3. Aspek Lingkungan Kenaikan pasokan kentang yang terus menerus mengindikasikan perluasan luas tanam kentang di Indonesia. Peningkatan luas tanam ini berdampak pada lingkungan yaitu terganggunya agroekosistem akibat penggunaan pestisida pada
67
tanaman kentang. Pengelolaan agroekosistem seperti aplikasi pestisida sintetik dapat menurunkan species atropoda predator yang selanjutnya berakibat kelimpahan hama meningkat dan memperpendek rantai makanan karena komponen ekosistem di tingkat tropik yang lebih tinggi lebih rentan terhadap gangguan lingkungan. Akumulasi senyawa kimia (pestisida) terbukti mengganggu sistem reproduksi hewan ternak, sehingga jika dikonsumsi manusia berakibat kanker. Altieri dan Odum dalam Santosa (2005) Penggunaan Kimiawi (ton) 2500 2450 2400 2350 2300
Grafik 4. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem - Tanpa Perubahan Kebijakan
Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang awal 2013 sebanyak 2.373 ton meningkat menjadi 2.380 ton pada tahun berikutnya. Penggunaan pestisida cenderung mengalami peningkatkan dari tahun ke tahun. Penggunaan pestisida terbanyak pada tahun 2023 sebesar 2.445 ton.
5.3.2 Skenario Peningkatan Produktivitas Kentang dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha Peningkatan
produktivitas
kentang
dilakukan
dengan
penerapan
manajemen penanaman yang baik di sektor budidaya, mulai dari pemilihan bibit yang sehat, bertepatan pemilihan varietas dan masa tanamnya, pengolahan tanah, perawatan tanaman hingga pengangkutan ke gudang atau ke pasar. Skenario
68
peningkatan produktivitas tanaman kentang sebesar 10 % diharapkan mampu mencukupi kebutuhan kentang dalam negeri. Berikut merupakan hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang untuk 10 tahun ke depan 1,200,000.00 1,150,000.00 1,100,000.00 1,050,000.00 1,000,000.00
Produksi
Konsumsi
Grafik 5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang – Peningkatan Produktivitas
Permintaan kentang untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi industri terus meningkat karena kentang dapat mensubstitusikan beras sebagai bahan makanan pokok. Prospek pengembangan agribisnis kentang sangat cerah. Di Indonesia kebutuhan konsumsi kentang diperkirakan meningkat dua kali lipat pada lima tahun sampai sepuluh tahun yang akan datang. Model yang dirancang menjelaskan skenario peningkatan produktivias kentang. Kebijakan peningkatan produktivitas tanaman kentang dengan meningkatkan produktivitas kentang dari 16,56 ton per tahun menjadi 17,56 ton per tahun, maka dalam jangka panjang upaya ketahanan pangan bisa tercapai. Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan perlu
diadakannya
peningkatan
produktivitas
kentang
untuk
memenuhi
permintaan. Peningkatan produksi mengalami peningkatan tertinggi yakni pada tahun 2021 sebesar 1.147.720,28 juta ton dan 1.165.966,81 juta ton pada tahun 2023. Konsumsi kentang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan permintaan,
69
baik untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi untuk industri olahan akibat perubahan pola makan masyarakat. 1. Aspek Sosial Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas kentang dapat menambah tenaga kerja di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah tersebut. HOK (juta) 200 195 190 185
Grafik 6. Hasil simulasi Rumah Tangga Petani Kentang - Peningkatan Produktivitas
Penambahan
tenaga
kerja
terbanyak
dari
kebijakan
peningkatan
produktivitas terjadi pada tahun ke 9 yakni sebesar 19.6juta dan tahun ke 11 sebesar 19.9 juta karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan produktivitas kentang yang cukup besar. Penambahan tenaga kerja paling sedikit terjadi pada tahun ke 3 yakni sebesar 19.1 juta hari orang kerja. Hal ini terjadi akibat peningkatan produktivitas pada tahun itu tidak sebesar tahun yang lainnya.
70
2. Aspek Ekonomi Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan peningkatan produktivitas kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan kentang fluktuatif. Angka pendapatan industri kentang tertinggi pada tahun ke-11 atau tahun 2023 sebesar 995 miliar rupiah. Pada tahun ke-3 atau tahun 2015 pendapatan industri kentang turun dari tahun sebelumnya menjadi 952 miliar rupiah. Pendapatan RT (miliar)
1,000 980 960 940 920
Grafik 7. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang - Peningkatan Produktivitas
Pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 963 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 970 miliar pada tahun 2014. Pendapatan terendah industri kentang terjadi pada tahun 2015 dimana terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp. 953 miliar. Hasil simulasi pendapatan industri kentang dengan kebijakan peningkatan produktivitas menunjukkan peningkatan pendapatan tertinggi pada tahun 2023 yakni sebesar Rp. 996 miliar. 3. Aspek Lingkungan Kenaikan
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
terjadinya peningkatan luas lahan kentang di Indonesia. Peningkatan produksi
71
kentang didukung oleh luas lahan kentang yang menyediakan kentang segar dan bibit kentang. Peningkatan produktivitas bendampak pada lingkungan, dimana tingkat kesuburan tanah yang diindikasikan sebagai kerusakan lingkungan dikawasan lahan pertanian kentang. Kerusakan lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada jika kondisi tersebut tidak segera ditangani. Penggunaan Kimia (ton 2,500 2,450 2,400 2,350 2,300
Grafik 8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem - Peningkatan Produktivitas
Akibat peningkatan produktivitas dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha per tahun, maka peluang terganggunya agroekosistem akibat aplikasi pestisida pada tanaman kentang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang awal 2013 sebanyak 2.373 ton meningkat menjadi 2.380 ton pada tahun berikutnya. Penggunaan pestisida terus meningkat dari tahun ke tahun dan penggunaan pestisida sebanyak 2.445 ton pada tahun 2023.
5.3.3
Skenario Perluasan Lahan Kentang dari 0,113 % menjadi 0,115 % Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan melakukan perluasan lahan
terhadap area tanam kentang. Ekstensifikasi didataran medium bisa dijadikan alternatif untuk diupayakan dan penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan
72
produksi kentang dengan menggunakan berbagai medium sebagai media tanamnya. Model yang dirancang akan menjelaskan skenario peningkatan produksi kentang dengan kebijakan perluasan areal tanam kentang jika laju ekstensifikasi tanam kentang ditingkatkan dari 0,113% per tahun menjadi 0,115% per tahun, didapatkan hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang untuk 10 tahun ke depan sebagai berikut: 1,110,000.00 1,100,000.00 1,090,000.00 1,080,000.00 1,070,000.00 1,060,000.00 1,050,000.00 1,040,000.00
Produksi
Konsumsi
Grafik 9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang – Perluasan Lahan
Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan perlu diadakannya perluasan areal tanam tanam untuk memenuhi permintaan kentang yang semakin meningkat. Jumlah konsumsi naik dari tahun ke tahun mulai 1.062.000 ton pada tahun 2013 menjadi 1.081.670 ton pada tahun 2023. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan kentang dalam negeri. Perubahan iklim yang sulit diprediksi dengan pasti membuat produksi kentang mengalami penurunan sebesar 1.076.303 ton pada tahun 2016 dari 1.089.267 ton pada tahun 2015, kemudian meningkat menjadi 1.102.798 ton pada tahun 2017.
73
1. Aspek Sosial Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah tenaga kerja yang meningkat dengan ditambahkan atau diperluas areal tanam kentang dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah produksi kentang dapat menambah tenaga kerja di lahan pertanian dengan penambahan rata-rata 0,115% per tahun untuk mengentas pengangguran. HOK (juta) 205 200 195 190 185
Grafik 10. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang – Perluasan Lahan
Penambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada tahun ke-7 sebanyak 19.978.226 juta HOK dan ke-10 sebanyak 19.959.262 juta HOK karena pada tahun tersebut terjadi penambahan luas lahan kentang yang cukup besar. Jumlah hari kerja paling rendah terjadi pada tahun pertama yaitu sebanyak 18.907.228. juta HOK. Penambahan tenaga kerja terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun ke-8 menjadi 19.774.696 juta HOK, hal ini terjadi akibat penambahan luas lahan pada tahun itu tidak sebesar tahun yang lainnya. 2. Aspek Ekonomi Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan perluasan areal tanam kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan kentang
74
cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh permintaan kentang dalam negeri yang terus meningkat akibat terjadinya penambahan penduduk dari tahun ke tahun. Pendapatan RT (miliar) 1,020 1,000 980 960 940 920 900
Grafik 11. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang – Perluasan Lahan Pendapatan petani meningkat dari 949 miliar rupiah pada tahun 2014 menjadi 973 miliar rupiah pada tahun 2015. Pendapatan terendah industri kentang terjadi pada tahun pertama simulasi atau tahun 2013 yaitu sebesar 945 miliar rupiah akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu sulit diprediksi. Hasil simulasi pendapatan industri kentang dengan kebijakan perluasan lahan menunjukkan kemungkinan pendapatan tertinggi pada tahun 2019 yakni sebesar Rp. 999 miliar rupiah. 3. Aspek Lingkungan Kenaikan
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan
75
lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada. Penggunaan Kimia (ton) 2,550 2,500 2,450 2,400 2,350 20132014201520162017201820192020202120222023
Grafik 12. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem – Perluasan Lahan
Peluang terganggunya agroekosistem akibat aplikasi pestisida pada tanaman kentang hasil simulasi pencemaran agroekosistem dari kebijakan perluasan lahan atau ekstensifikasi 0,115% per tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kemungkinan pada tahun 2013 penggunanaan bahan kimia sebesar 2.415 ton menjadi 2.427 ton pada tahun berikutnya dan 2.538 ton pada tahun 2023.
5.3.4 Skenario Peningkatan Produktivitas 16,56 ton/ha – 17,56 ton/ha dan Perluasan Lahan Kentang 0,113 % menjadi 0,115 % Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan kentang yang semakin meningkat. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan melakukan perluasan lahan area tanam kentang, meningkatkan produktivitas dari tanaman kentang atau dengan menggabungkan keduanya. Model yang dirancang akan menjelaskan skenario peningkatan produksi kentang dengan kebijakan perluasan area tanam kentang yang digabungkan dengan peningkatan produktivitas tanaman
76
kentang. Skenario penggabungan peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang mendapatkan hasil simulasi produksi dan konsumsi kentang sebagai berikut: 1,200,000.00 1,150,000.00 1,100,000.00 1,050,000.00 1,000,000.00
Produksi
Konsumsi
Grafik 13. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang – Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan
Peningkatan permintaan kentang menyebabkan peningkatan produksi dan perlu diadakannya peningkatan produktivitas penanaman tanaman kentang untuk memenuhi permintaan kentang yang semakin meningkat. Konsumsi kentang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan permintaan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun konsumsi untuk industri olahan. Jumlah konsumsi kentang sebesar 1.062.000 juta ton pada tahun 2013 menjadi 1.081.670 juta ton pada tahun 2023. Angka konsumsi terus mengalami peningkatan dikarenakan terjadi perubahan pola konsumsi dan juga semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Produksi kentang tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 1.163.907 juta ton dan 1.165.885 juta ton pada tahun 2023. Kemungkinan produksi kentang turun pada tahun ke-2 dan ke-4 simulasi akibat dampak dari siklus iklim yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu sulit diprediksi
77
1. Aspek Sosial Aspek sosial yang dipertimbangkan adalah ketersediaan pasokan untuk memenuhi konsumsi dan jumlah penambahan rumah tangga kentang atau jumlah tenaga kerja yang meningkat dengan ditingkatkannya produktivitas kentang dari tahun ke tahun. Peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang dapat menambah tenaga kerja dan peluang untuk mengentas pengangguran di daerah tersebut HOK (juta) 200 195 190 185
Grafik 14. Hasil Simulasi Rumah Tangga Petani Kentang – Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan
Kemungkinan penambahan tenaga kerja terbanyak dari kebijakan peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang terjadi pada tahun 2019 sebesar 19.884.528 juta HOK dan 19.918.310 juta HOK pada tahun 2023 karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan produktivitas dan perluasan lahan kentang yang cukup besar. Penambahan tenaga kerja paling sedikit terjadi pada tahun ke 2 yakni sebesar 19.071.752 juta hari orang kerja. 2. Aspek Ekonomi Upaya peningkatan produksi dengan kebijakan peningkatan produktivitas dan perluasan area tanam kentang berdasarkan hasil simulasi untuk 10 tahun yang akan datang menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan dalam penjualan
78
kentang cenderung mengalami peningkatan. Hasil simulasi dari kebijakan peningkatan produktivitas dan perluasan lahan tanam kentang sebagai berikut:
Pendapatan RT (Milyar) 1000 980 960 940 920
Grafik 15. Hasil Simulasi Pendapatan Industri Kentang – Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan
Peningkatan pendapatan disebabkan oleh permintaan kentang dalam negeri yang terus meningkat akibat terjadinya penambahan penduduk dari tahun ke tahun. Pendapatan industri kentang mengalami penurunan pendapatan dari 969 miliar rupiah menjadi 954 miliar rupiah pada tahun 2014. Kemungkinan pendapatan industri kentang akan mengalami peningkatan dari 958 miliar rupiah pada tahun 2016 menjadi 979 miliar rupiah pada tahun 2017. Angka pendapatan industri kentang tertinggi pada tahun ke-7 atau tahun 2019 sebesar 994 miliar rupiah dan 996 miliar rupiah pada tahun 2023. 3. Aspek Lingkungan Kenaikan
pasokan
kentang
yang
terus-menerus
mengindikasikan
terjadinya peningkatan luas lahan kentang. luas lahan terus meningkat dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan permintaan kentang dari waktu ke waktu terutama dalam negeri. Peningkatan luas lahan kentang bendampak pada lingkungan yaitu dengan rendahnya tingkat kesuburan tanah ini mengindikasikan kerusakan lingkungan dikawasan lahan 79
pertanian kentang. Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani jelas kerusakan lingkungan akan semakin parah dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada. Penggunaan Kimia (ton) 2550 2500 2450 2400 2350
Grafik 16. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem – Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan
Hasil simulasi pencemaran agroekosistem dari kebijakan peningkatan produktivitas dan perluasan lahan atau ekstensifikasi peluang terganggunya agroekosistem akibat aplikasi pestisida pada tanaman kentang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 penggunanaan bahan kimia sebesar 2.415 ton menjadi 2.427 ton pada tahun berikutnya dan 2.538 ton pada tahun 2023
80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi pangan. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran lainnya serta kandungan gizinya sebagai sumber utama karbohidrat yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. selain untuk dikonsumsi, kentang dapat dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Model sistem dinamis rantai pasok kentang adalah tepat dan dapat diterima sehingga hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sistem rantai pasok kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara lain sub sistem produksi, pasokan, dan konsumsi. Masing-masing sub-sistem terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang nasional bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan sub-sistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian. 2. Sub sistem produsen, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain luas areal tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam (ekstensifikasi), agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan pendapatan rumah tangga. Disamping variabel-variabel tersebut, dibutuhkan pula konstanta sebagai input bagi model sehingga memudahkan dalam modifikasi model 81
apabila terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan kondisi nyata. Konstanta tersebut antara lain pendapatan rumah tangga petani kentang, pestisida, hari orang kerja per hektar, pendapatan usahatani, persen ekstensifikasi, persen konversi dan produktivitas kentang. Sub sistem pemasok, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain produksi kentang, konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, pendapatan industri, pendapatan rumah tangga dan total konsumsi. Sub sistem konsumen, konsumsi kentang sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kentang. Pada sub model kebutuhan konsumsi dapat dilihat dinamika perkembangan penduduk yang sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang untuk konsumsi. Aktivitas yang dilakukan oleh agroindustri kentang meliputi kegiatan produksi kentang menjadi makanan olahan berbahan dasar kentang dan menyalurkannya kepada konsumen. Formulasi model dengan diagram alir dan perumusan matematis melibatkan 15 persamaan matematis. 3. Perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario peningkatan produktivitas kentang dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha. 6.2. Saran 1. Pemerintah perlu mendorong peningkatan produktivitas kentang antara lain melalui pengembangan metode budidaya kentang dan ketersediaan benih yang berkualitas 2. Perlu adanya kajian resiko pasokan kentang nasional.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2005, Info Kentang. http://www. hortikultura.go.id/horti/page/berita/info kentang. asp online 15 juli 2013. Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Kompas. Jakarta. Asyiawati, Y. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Propinsi DIY).Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas kentang tahun 2003-2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2004. Budidaya Kentang di Lahan Sawah Dataran Medium. Yogyakarta.
Buntuan. I.F. 2010. Simulais Model Dinamik pada Sistem Deteksi Dini untuk Manajemen Krisis Pangan. Skripsi S1 IPB. Daalen, V., and W.A.H. Thissen. 2001. Dynimics Systems Modelling Continuous Models. Faculteit Techniek, Bestuur en Management (TBM). Technische Universiteit Delft. Departemen Pertanian. 2007. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Hortikultura Tahun 2013 (Angka Tetap), Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2007. Sertifikasi Benih Sayuran. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian.
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. “Kebijakan Pangan. Terlalu. Propasar”. Kompas,11 Oktober 2011. Kementrian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementrian Pertanian Tahun 2011. Kementrian Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian 2009. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian. Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Direktorat Perbenihan Hortikultura. Jakarta
Listyowati, E. 1992. Kondisi Kentang Indonesia. Trubus. 270 (23): 49-51.
83
Muhammadi, E. Aminullah, dan B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. UMJ Press, Jakarta. Mahendrawathi, ER. 2010. Supply Chain Management edisi kedua. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Guna widya. Surabaya. Mentzer, J.T., et al. 2001. “Defining Supply Chain Management”. Journal of Business Logistic. 22 (2). 1-25. Noorsaman S., A. dan A. Wahid. 1998. Pemodelan Industri Minyak Bumi dan Gas Alam Indonesia dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurnal Teknologi Edisi No.1/Tahun XII/Maret/1998:27-29. Pasandaran, E. dan P.U. Hadi. 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di Indonesia dan Indonesia dalam Rangka Pembangunan Ekonomi. Program Rapat Kerja Pembangunan Prioritas dan Design Penelitian Hortikultura. Puslitbang Tanaman Hortikultura. : 66-106.\ Prawiro, R. 1988. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi : Pragmatisme Dalam Aksi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Buletin Konsumsi Pangan 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Kentang: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 108 hal. Sahat, S., dan A.A. Asandhi. 1995. Percobaan. Varietas Komersial Kentang di Dataran Tinggi di Ngablak Magelang. Jurnal Hortikultura (4): 16-21. Sahin, F., Robinson, E.P. 2005. Information Sharing and Coordination in Make to Order Supply Chain. Journal of Operations Management 23 hal 579 – 598. Shintasari, I. 1988. Dinamika Persediaan Daging Sapi: Suatu Model Dinamik untuk DKI Jakarta. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fateta IPB. Bogor. Simatupang, T.M. 2000. Permodelan Sistem. Penerbit Nindika. Klaten. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hasdaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UIPress, Jakarta. Somantri, A.S., E.Y Purwani dan Ridwan Thahir. 2005 Simulasi Model Dinamik Ketersediaan Sagu Sebagai Sumber Karbohidrat Mendukung Ketahanan Pangan Kasus Papua. Makalah. Balai Besar Pasca Panen Bogor.
84
Subhan dan A.A. Asandhi. 1989. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan ZA Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. J. Hort.8 (1): 983-987. Sulaksono. A. P. 2006. Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem Dinamis. Tesis. S2 ITS Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanin 2005 – 2009. Makalah disampaikan pada seminar “Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanin 2005 – 2009”. Bogor, 4 Agustus 2004. Badan Penilitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta Tasrif, M. 2004. Model Simulasi Untuk Analisis Kebijakan : Pendekatan Metodologi System Dynamics. Kelompok Peneliti dan Pengembangan Energi. Institut Teknologi Bandung. Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Prodksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Wattimena, G. A. 2005. Prospek Plasma Nutfah Kentang dalam Mendukung Swasembada Benih Kentang di Indonesia. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB dan Jurusan Agrohort, Fakultas Pertanian IPB Widodo,K.H., Abdullah, A., Pramudya, K., dan Pujawan, Nyoman. Prof. D.R. 2010. Supply Chain Management Agroindustri yang berkelanjutan. Lubuk Agung. Bandung. Widodo,K.H., Abdullah, A., dan Arbita, K.P.D. (2009).”System analysis for supply chain of CPO in Indonesia with considering profit, social welfare and environmental aspect”. Industrial Engineering Journal12 (1), pp.47-55. Widjajatun, D. D. 1985. Beberapa masalah Pembibitan Kentang dan Usaha Pemecahannya. Penelitian Hortikultura, sub Balai Penelitian Hortikultura Malang. 15 : 483-488. www.bps.go.id/ (2013). Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.10 WIB. www.bps.go.id/ (2011) Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.12 WIB. Yamaguchi, M., dan E.V. Rubatzky. 1998 Sayuran Dunia. Jilid I. Terjemah Catur H. ITB Press. Bandung.
85
Lampiran
MAPE Luas Panen Kentang (ha)
Tahun
Simulasi (Xm)
Aktual (Xd)
Xm-Xd
I xm - xd I
I xm - xd I / xd
2003
64.175
65.923
(1.748)
1.748
0,026515784
2004
64.343
65.420
(1.077)
1.077
0,016462855
2005
63.333
61.557
1.776
1.776
0,028851309
2006
64.881
59.748
5.133
5.133
0,085910825
2007
63.896
62.375
1.521
1.521
0,02438477
2008
64.753
64.151
602
602
0,009384109
2009
65.588
71.238
-5649,58
5.650
0,079305708
2010
65.141
66.531
-1390,04
1.390
0,020893117
2011
65.507
65.323
184,24
184
0,002820446
2012
65.721
64.227
1493,54
1.494
0,023254083 0,317783006 0,031778301 3,177830063
MAPE Produksi Kentang (Ton)
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Simulasi (Xm) 1.032.567 1.035.274 1.019.029 1.043.939 1.028.089 1.041.874 1.055.317 1.048.118 1.054.011 1.057.443
Aktual (Xd) 1.009.979 1.072.040 1.009.600 1.011.910 1.003.732 1.057.717 1.176.304 1.060.805 955.488 1.068.800
Xm-Xd I xm - xd I 22.588 22.588 (36.766) 36.766 9.429 9.429 32.029 32.029 24.357 24.357 (15.843) 15.843 -120987 120.987 -12687 12.687 98523 98.523 -11357 11.357
I xm - xd I / xd 0,022364821 0,034295362 0,009339342 0,031652024 0,024266438 0,014978487 0,102853514 0,011959785 0,103112755 0,010625936 0,365448464 0,036544846 3,654484645
86