SIMPOSIUM NASIONAL “ PERAN KEDELAI DAN PRODUK OLAHANNYA BAGI KESEHATAN DAN STAMINA” IPB International Convention Center (IICC) Bogor Bogor, 18 Juni 2014, ANALISA MAKRONUTRIENT, ORGANOLEPTIK DAN MUTU FISIK PADA BERAS TIRUAN INSTAN MELALUI PEMANFAATAN TEPUNG KOMPOSIT (GADUNG, BERAS DAN KEDELAI) (Macro-Nutrient Analysis, Organoleptic Test, and Physical Quality of Artificial Instant Rice from Composite Flour (Yam, Rice, and Soybean)) Arif Sabta Aji1, Rois Alfarisi1, Dwi Yuwono Kristanto1, Rizal Yahya1, Slamet Budijanto2, Dian Handayani1 Yosfi Rahmi1 1 Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedoketeran, Universitas Brawijaya Malang 2 Program Studi Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Abstrak. Beras merupakan salah satu jenis makanan pokok dengan karakteristik tinggi indeks glikemik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kedelai pada pembuataan beras tiruan instan terhadap mutu fisik, organoleptik dan kadar zat gizi makro. Penelitian ini terdiri menjadi dua tahap. Tahap pertama, adalah pembuatan beras tiruan instan, analisa mutu fisik, organoleptic serta penentuan perlakuan terbaik. Pada tahap ini penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap. Pada tahap kedua penelitian adalah mengidentifikasi kandungan zar gizi makro meliputi karbohidrat, protein, lemak dan serat pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kedelai mempunyai pengaruh terhadap warna dan kenampakan beras tiruan, serta mempengaruhi warna, tekstur, rasa, dan aroma nasi beras tiruan.. Perlakuan terbaik beras tiruan instan adalah dengan penambahan tepung kedelai 40%. Hasil penelitian analisa warna menunjukkan ada perbedaan signifikkan (P<0,05), mutu fisik tidak memiliki perbedaan yang signifikkan (P>0,05) dan parameter organoleptik memiliki perbedaan signifikan (P<0,05). Beras tiruan instan memiliki kandungan gizi protein sebesar 15,65 gr/100, lemak 6,64 gr/100, 65,09 gr/100gr dan serat pangan 4,76 gr/100gr. Kesimpulan penelitian tersebut adalah penambahan tepung kedelai 40% pada pembuatan beras tiruan instan merupakan perlakuan terbaik yang meliputi parameter mutu fisik, organoleptic dan identifikasi kadar zat gizi.
Kata kunci : Beras tiruan instan, mutu fisik, organoleptic dan kadar zat gizi makro. Abstract. Rice is one of the staple foods that have a high glycemic index. This research was conducted to
determine the effect of enhancing soybean flour in artificial instant rice and to understand the effect on physical quality, organoleptic, and macro-nutrients. This research consists of two phases. The first phase was making artificial instant rice process, physical quality analysis, organoleptic, and deciding the best product. This phase used complete random design method. The second phase was identifying nutrition contents (carbohydrate, protein, fat, and dietary fiber). This study showed that the addition of soybean flour affects the color and appearance of artificial instant rice and affects the color, texture, flavor, aroma of cooked artificial instant rice. The best artificial instant rice product was the one added with 40 % soybean flour. Colour analysis parameter had a significant difference (p<0.05), physical quality didn’t have a significant difference (p>0.05), while organoleptic parameter had a significant difference (p<0.05). This artificial instant rice contains 15.65 gr/100 gr protein, 6.64 gr/100 gr fat, 65.09 gr/100 carbohydrate and 4.76 gr/100 gr dietary fiber. In conclusion, addition of 40% of soybean flour to the artificial instant rice formula, the macro nutrient content, organoleptic and physical quality of the artificial instant rice revealed the best product among others concentration. Keywords: Artificial Instant Rice, Physical Quality, Organoleptic and Macro-nutrient.
Email korespondensi :
[email protected] mobile : +62 858 1544 0520
1. LATAR BELAKANG Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Beras juga merupakan sumber energi, protein, vitamin dan mineral. Beras dapat dijadikan sebagai makanan fungsional yaitu makanan yang mengandung satu atau lebih komponen bioaktif sehingga dapat memberikan manfaat terhadap fungsi fisiologis tubuh dan kesehatan(1). Saat ini, pola konsumsi pangan Indonesia belum ideal. Pola konsumsi pangan Indonesia masih didominasi oleh golongan padi-padian. Idealnya konsumsi energy pada kelompok padi-padian hanya sebesar 50%. Tetapi pada kenyataanya masih sekitar 60,7%-63,9%(2). Hal ini juga dibuktikan dengan konsumsi rata-rata beras masyarakat Indonesia mencapai 120,02 kg per kapita(3). Kecenderungan tersebut mengakibatkan ketimpangan antara produksi dan kebutuhan beras dalam negeri, sehingga dapat berakibat ketergantungan pada beras. Salah satu produk olahan sumber karbohidrat non padi yang dikembangkan akhir-akhir ini adalah beras tiruan. Beras tiruan adalah pangan pokok berbentuk seperti butiran beras padi yang bahan bakunya dapat berasal dari kombinasi tepung pangan local dan atau padi. Tepung lokal Indonesia antara lain adalah umbi gadung, kedelai dan beras. Tepung umbi gadung memiliki kelebihan dibanding tepung yang terbuat dari umbi-umbian lain, yaitu memiliki tekstur yang lembut dan kandungan amilosa yang tinggi, sehingga memiliki indeks glikemik yang rendah yang bisa dimanfaatkan dalam kontrol kenaikan gula darah(4). Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan tanaman sumber protein yang murah dan mudah didapat. Kedelai merupakan tanaman yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak. Biji kedelai mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan manusia(5). Kedelai juga mengandung banyak asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya aterosklerosis yaitu terjadinya penyempitan pembuluh nadi(6). Tepung beras adalah produk pengolahan beras yang paling mudah pembuatannya. Beras di giling dengan penggiling hammer mill sehingga menjadi tepung. Kandungan gizi tepung beras meliputi 1,88 % lemak, 86, 45% pati, 9,28% protein dan 1,05% serat kasar(7). Penambahan tepung beras dalam bahan baku beras tiruan instan ini diharapkan dapat menambah kualitas rasa dan tekstur, sehingga meningkatkan daya terima konsumen terhadap produk. Berdasarkan uraian tersebut, penambahan tepung kedelai pada penelitian ini untuk membuat tepung komposit pada beras tiruan instan. Beras tiruan instan dibuat agar dapat menyerupai beras asli atau otentik(8). Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak beras tiruan instan terhadap parameter mutu fisik, organoleptik, dan kandungan zat gizi. 2. METODE 2.1. Bahan baku dan peralatan Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan tepung komposit adalah Umbi Gadung dan Kedelai segar yang diperoleh dari daerah Kabupaten Malang dan Beras jenis Ciherang IR64 dari daerah Kabupaten Bogor. Bahan untuk pembuatan beras tiruan instan adalah tepung komposit dan air. Alat-alat yang digunakan antara lain Mesin Twin-extruder,Vacum Oven, Disc Mill, Kompor, Timbangan analitik, Baskom, dan Ayakan.
SIMPOSIUM NASIONAL “ PERAN KEDELAI DAN PRODUK OLAHANNYA BAGI KESEHATAN DAN STAMINA” IPB International Convention Center (IICC) Bogor Bogor, 18 Juni 2014, 2.2. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor dengan dua kali replikasi pada proporsi penambahan tepung kedelai (0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%) yang ditambahkan pada tepung komposit gadung dan beras (60%:40%) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat kesukaan, mutu fisik dan penentuan perlakuan terbaik. Pada tahap kedua, adalah mengidentifikasi kadar zat gizi (karbohidrat, protein, lemak dan serat pangan). 2.3. ProsedurPenelitian 2.3.1 Pembuatan bahan dasar tepung komposit Dalam pembuatan tepung komposit, bahan baku yang digunakan adalah tepung gadung, tepung beras dan tepung kedelai. Berikut adalah metode dalam pembuatan tepung : 1. Umbi gadung yang diolah menjadi tepung, merupakan umbi gadung yang telah disortasi dan dikupas kulitnya serta pada kondisi yang tidak cacat dan baik. Pada awalnya, umbi gadung dikupas kulitnya dan di cuci pada air bersih mengalir, setelah itu di iris tipis-tipis menggunakan slicer kemudian irisan umbi gadung kembali dicuci. Selanjutnya di abukan selama 2 hari untuk menghilangkan racun sianida yang terdapat dalam umbi gadung. Setelah itu, dicuci kembali dengan air mengalir hingga abu hilang dari permukaan irisan umbi gadung. Kemudian ditiriskan lalu dikeringkan pada suhu 600c selama ±48 jam. Setelah kering kemudian ditepungkan dengan disc mill ukuran 75 mesh. 2. Pembuatan tepung kedelai dengan cara menyortasi dari benda-benda asing atau kerikil. Kemudian kedelai direndam selama 8-16 jam dan direbus selama 30 menit. Setelah itu, ditiriskan dan dipisahkan dari kulitnya. Proses penepungan dengan dikeringkan pada suhu 500-600C dan digiling dengan disc mill ukuran 80 mesh. 3. Untuk tepung beras, proses penepungan dengan cara memasukkan beras pada disc mill ukuran 60 mesh. 2.3.2 Pembuatan beras tiruan instan(9) Pembuatan beras tiruan instan dengan cara mencampurkan bahan utama yakni berbagai tepung-tepungan seperti tepung gadung, beras dan kedelai sesuai dengan formula untuk menjadi tepung komposit. Setelah semua tepung komposit di homogenkan dengan mixer selama 6 menit. Kemudian ditambahkan air secara bertahap dengan perbandingan ½ dari berat total tepung komposit dan dihomogenkan dengan mixer selama 6 menit. Kemudian setelah adonan jadi, adonan di masukkan ke dalam mesin twin ekstruder untuk proses pencetakan beras dan di steam untuk mempercepat proses pemasakan. Beras yang telah jadi dan tercetak dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 600C selama 6 jam. Selanjutnya proses pemasakan, dengan cara mendidihkan air 100 ml hingga suhu 1000C dan di masukkan ke dalam beras, setelah itu ditiriskan dan ditanak selama 3-5 menit.
Email korespondensi :
[email protected] mobile : +62 858 1544 0520
2.3.3 -
-
Prosedur analisis Analisa warna(10) Analisis warna dilakukan dengan menggunakan hunterlab colorFlex EZ spectrophotometer. Hasil analisis derajat putih yang dihasilkan berupa nilai L*, a*, b*. Pengukuran total derajat warna digunakan basis warna putih sebagai standar. Daya Rehidrasi(10) Sebanyak 5 g beras analog direndam dalam air hangat (80°C) selama 5. Kemudian angkat dan tiriskan lalu sampel ditimbang kembali. Daya serap air dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Daya Serap Air =
-
-
A = Berat sampel sebelum perendaman (g) B = Berat sampel setelah perendaman (g) Cooking Time(11) Sampel ditimbang 5 g kemudian dicelupkan dalam air hangat, angkat dan dikukus. Dicatat waktu yang diperlukan beras analog ini sampai tanak. Volume pengembangan(10) Sebanyak 5 gr beras tiruan instan di ukur panjang dan diameter dengan jangka sorong. Kemudian di masak hingga tanak dan di ukur kembali panjang dan diameter nasi tiruan instan dengan jangkan sorong. Volume pengembangan dihitung dengan persamaan berikut: Volume pengembangan =
A = Vol. pengembangan sampel nasi tiruan instan B = Vol. pengembangan sampel beras tiruan instan Organoleptik Uji organoleptik dengan menggunakan metode hedonik yaitu uji tingkat kesukaan terhadap bau, warna, rasa dan tekstur. Sampel disajikan secara acak kepada panelis, kemudian panelis diminta memberikan penilaian dengan memilih kriteria sebagai berikut: Sangat Suka (4) ;Suka (3) ; Tidak Suka (2) ;Sangat Tidak Suka (1). 2.4 Analisa Statistik Data hasil dari mutu fisik di analisis statistik dengan SPSS for windows 16.0 melalui uji kruskal wallis. Pada organoeptik di analisis menggunakan uji man whitney dan skala hedonik. Sedangkan, untuk perlakuan terbaik menggunakan metode indeks efektifitas (De Garmo). 3. HASIL Penelitian mutu fisik pada beras tiruan meliputi daya rehidrasi, volume pengembangan dan cooking time. Pada tabel 1, nilai daya rehidrasi (%) berkisar antara 125 ± 10,0 sampai 135 ± 19,149. Pada parameter cooking time (menit) berkisar antara 8,25 ± 0,50 sampai 9,75 ±
SIMPOSIUM NASIONAL “ PERAN KEDELAI DAN PRODUK OLAHANNYA BAGI KESEHATAN DAN STAMINA” IPB International Convention Center (IICC) Bogor Bogor, 18 Juni 2014, 0,50. Sedangkan untuk volume pengembangan (%) mempunyai nilai 100,239 ± 3,40 sampai 233,734 ± 1,66. Kesimpulan dari analisis mutu organoleptik beras tiruan instan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Perbedaan notasi dalam tabel menunjukkan tingkat perbedaan perlakuan. Berdasarkan Tabel 2 dan 3, penambahan tepung kedelai memiliki pengaruh secara signifikan terhadap uji mutu organoleptik beras tiruan instan. Penentuan perlakuan terbaik produk di tentukan oleh panelis menggunakan metode uji efektifitas. Nilai perlakuan terbaik produk yang paling tinggi adalah penambahan 40% tepung kedelai dengan skor 0,55. Hasil penentuan perlakuan terbaik beras tiruan instan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Penilaian Perlakuan Terbaik Keterangan : Perlakuan TK0;TK1:TK2;TK3;TK4 dan TK5 = Penambahan Tepung Kedelai 0;10;20;30;40 dan 50% Karakteristik kadar zat gizi digunakan untuk mengetahui kandungan atau nilai zat gizi pada suatu bahan pangan. Kandungan atau nilai zat gizi produk beras tiruan instan pada perlakuan kontrol dengan perlakuan terbaik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 1. Hasil Mutu Fisik Mutu Fisik
Proporsi Penambahan Tepung Kedelai
Daya Rehidrasi (%)
Cooking time
0%
125 ± 19,1
10%
8,25 ± 0,50
Volume Pengembangan (%) 145,68 ± 4,98
Kecerahan (L*) 47,75b
130 ± 25,8
8,50 ± 0,57
100,23 ± 3,40
46,63a
15,78ab
20,53c
20%
135 ± 19,1
9,75 ± 0,50
213,75 ± 4,33
49,58d
15,35a
19,50a
30%
125 ± 19,1
9,00 ± 1,41
233,73 ± 1,66
48,25c
15,35a
20,08b
40%
125 ± 10,0
9,25 ± 0,50
145,22 ± 5,83
47,63b
17,05c
20,95c
125 ± 10,0 8,75 ± 0,50 215,04 ± 2,85 47,75b 16,55bc Keterangan : Perbedaan notasi huruf menunjukkan perbedaan tiap perlakuan
20,55d
50%
Analisa Warna Kemerahan Kekuningan (a*) (b*) 15,38a 19,15a
Email korespondensi :
[email protected] mobile : +62 858 1544 0520
Tabel 2. Hasil Uji Mutu Organoleptik Beras Tiruan Instan Proporsi Penambahan Parameter Organoleptik Beras Tiruan Instan Tepung Kedelai Beras Warna Kenampakan 0% 2,10 ± 0,75a 2,13 ± 0,62a ab 10% 2,40 ± 0,56 2,53 ± 0,73be bc 20% 2,80 ± 0,84 2,47 ± 0,81abe c 30% 3,03 ± 0,66 3,00 ± 0,64c dc 40% 2,87 ± 0,81 2,90 ± 0,71dbc ab 50% 2,33 ± 0,71 2,47 ± 0,62e Keterangan : Perbedaan notasi huruf menunjukkan perbedaan tiap perlakuan Tabel 3.Hasil Uji Mutu Organoleptik Nasi Beras Tiruan Instan Proporsi Parameter Uji Mutu OrganoleptikNasi Tiruan Instan Penambahan Nasi Tepung Kedelai Rasa Aroma Warna Tekstur 0% 2,63 ± 0,96a 2,50 ± 0,73ab 2,93 ± 0,82a 3,00 ± 0,69a 10% 2,30 ± 0,79acd 2,70 ± 0,53a 2,56 ± 0,77abcd 2,80 ± 0,76acde 20% 1,76 ± 0,77b 1,63 ± 0,76c 2,33 ± 0,66bcd 2,26 ± 0,82b 30% 2,20 ± 0,71c 2,40 ± 0,49b 2,26 ± 0,73c 2,26 ± 0,58c 40% 2,03 ± 0,61bd 2,76 ± 0,67a 2,36 ± 0,66d 2,23 ± 0,81bde 50% 2,33 ± 0,75adc 2,70 ± 0,74ab 1,80 ± 0,61e 2,06 ± 0,73ec .Keterangan : Perbedaan notasi huruf menunjukkan perbedaan tiap perlakuan Tabel 4. Karakteristik Kandungan Zat Gizi Makro Beras Tiruan Instan Sampel Kandungan Zat Gizi TK0 TK4 Rata-rata Rata-rata Kadar Protein 7.03 % 15.65 % Kadar Fat 1.42 % 6.64 % Kadar Air 10.54 % 10.86 % Kadar Abu 0.71 % 1.76 % Karbohidrat by Different 80.30 % 65.09 % Serat Pangan 4.26 % 4.76 % 4. PEMBAHASAN Daya rehidrasi merupakan kemampuan bahan pangan dalam menyerap kembali air setelah melalui proses pengeringan(12). Proses rehidrasi terjadi pada produk siap saji atau instan dengan direndam air panas atau mendidih. Daya rehidrasi dapat dipengaruhi oleh suhu, ukuran partikel atau porositas produk, komposisi bahan penyusun, dan komponen lain seperti protein, lemak dan gula(13). Daya rehidrasi beras tiruan instan meningkat hingga proporsi penambahanan tepung kedelai 20%, dan tingkat penurunan daya rehidrasi berturut-turut terjadi setelah penambahan tepung kedelai 30% (Tabel 1). Volume pengembangan pada beras tiruan instan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan penyusun, kadar pati, kadar amilosa. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tersebut
SIMPOSIUM NASIONAL “ PERAN KEDELAI DAN PRODUK OLAHANNYA BAGI KESEHATAN DAN STAMINA” IPB International Convention Center (IICC) Bogor Bogor, 18 Juni 2014, mempengaruhi daya gelatinisasi produk yang mampu menyerap air sehingga dapat meningkatkan pengembangan pada produk. Volume pengembangan tertinggi didapatkan pada perlakuan dengan penambahan tepung kedelai 30% (Tabel 1). Cooking time merupakan indikator yang digunakan untuk memasak beras sehingga didapatkan kematangan yang sempurna(13). Kecepatan pemasakan pada beras tiruan instan memiliki tingkat pemasakan yang lebih singkat yaitu 8 – 10 menit (Tabel 1). Hal tersebut disebabkan karena cooking time berkaitan dengan proses gelatinisasi yang dipengaruhi oleh bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang dapat mempengaruhi cooking time dari produk akhir yang dihasilkan. Kesimpulannya adalah parameter mutu fisik tidak berbeda secara signifikan (p<0,05), hal ini bisa dikatakan bahwa beras tiruan instan bisa digunakan sebagai alternatif bahan makanan pokok selain beras. Dari hasil uji statistik Krusskal Walis menunjukkan bahwa penambahan tepung kedelai terhadap tepung komopsit pada proses pembuatan beras tiruan memiliki pengaruh yang signifikan (p < 0,000) terhadap mutu organoleptik beras tiruan. Secara karakteristik, tepung kedelai memiliki aroma yang khas dan berwarna kecokelatan. Sehingga mengakibatkan beras tiruan memiliki aroma khas kedelai dan berwarna khas kecokelatan. Hal ini menyebabkan aroma beras tiruan disukai oleh panelis. Penambahan tepung kedelai memiliki pengaruh besar terhadap mutu organoleptik. Hal ini bisa dilihat peningkatan proporsi penambahan tepung kedelai menyebabkan menurunnya tingkat kesukaan panelis. Parameter warna pada penambahan tepung kedelai mempunyai perbedaan ketika dibandingkan dengan beras putih karena beras tiruan instan berwarna cokelat. Rasa nasi beras tiruan instan terasa hambar ketika dibandingkan dengan beras putih, hal ini disebabkan rasa nasi beras tiruan berbeda dengan rasa nasi putih yang pada umumnya terasa manis di mulut. Aroma beras tiuran instan dengan penambahan tepung kedelai memiliki ciri khas aroma yang berbeda. Penambahan tepung kedelai juga memberikan pengaruh terhadap tekstur beras tiruan instan, semakin tinggi penambahan tepung kedelai akan membuat tekstur beras tiruan instan menjadi keras. Hasil analisis warna dari beras tiruan berbahan baku tepung komposit (tepung beras, gadung dan kedelai) yang dilakukan dengan 6 perlakuan menunjukkan tingkat kecerahan (L*) paling tinggi adalah pada perlakuan dengan penambahan tepung kedelai sebanyak 20%, sedangkan tingkat kemerahan (a*) adalah pada penambahan tepung kedelai 40%, dan tingkat kekuningan (b*) paling tinggi adalah pada penambahan tepung kedelai sebanyak 40% (Tabel 2). Tingkat kemerahan pada beras analog dipengaruhi oleh bahan yang digunakan serta dipengaruhi oleh pemanasan. Untuk tingkat kekuningan (b*) dipengaruhi oleh pigmen warna yang ada pada bahan pembuatnya (13). Warna dari beras tiruan berpengaruh terhadap daya terima konsumen. Penurunan kadar protein, kadar abu, kadar lemak, karbohidrat dan kadar serat pangan serta peningkatan kadar air pada sampel jenis beras dan nasi diakibatkan karena proses pemasakan. Proses pemasakan atau pengukusan dapat mengakibatkan denaturasi protein sehingga kadar zat gizi makro lainnya mengalami penurunan, tetapi pada kadar air terjadi
Email korespondensi :
[email protected] mobile : +62 858 1544 0520
peningkatan karena proses pemasakan atau pengukusan dapat mengikat air sehingga produk mengembang dan lunak. Selain proses pengolahan, peningkatan dan penurunan kadar zat gizi juga dipengaruhi oleh penambahan tepung kedelai. Tepung kedelai mengandung protein 34,39% (Widodo, 2001) dan mengandung lemak 18,8% (Koswara,1995) yang mengandung sekitar 80% jenis asam lemak tidak jenuh rantai panjang. 5. KESIMPULAN Perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan tepung kedelai 40% melalui metode De Garmo. Penambahan tepung kedelai 40% meningkatkan kandungan kadar zat gizi makro beras tiruan instan sebesar protein15,65%, lemak 6,64% karbohidrat 65,09% dan serat pangan 4,76%. 6. TERIMA KASIH Penelitian ini disponsori oleh PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk dalam kerangkan program INDOFOOD RISET NUGRAHA 2013/2014. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Indrasari SD. Glycemic Indices Value of Some Rice Varieties. Food Plant Pp J. 2008;27(02). [2] Central S. A Food Consumed Situation Years 2007. Jakarta; 2008. [3] Martianto, Mutaqqin, M A. Analysis On Food Consumption Patterns And Changes In Society In The Last Decade. Jakarta: LIPI; 2004.
[4] Hahn S.K. 1995. Yams:”Dioscorea spp”. Longman Scientific and Technical:45. [5] Pringgohandoko, B. dan O.S. Padmini. 1999. Pengaruh Rhizo-plus dan Pemberian Cekaman Air Selama Stadia Reproduksi terhadap Hasil dan Kualitas Biji Kedelai. Agrivet. Vol 1.
[6] Taufiq, T.M.M. dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang. Absolut Press. Yogyakarta.
[7] Suarni. 2001. Tepung Komposit Sorgum, Jagung, dan Beras untuk Pembuatan Kue Basah (cake). Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Balai Penelitian Tanaman Tanaman Jagung dan Serealia, Maros. Vo 6. Hlm 55-60.
[8] Samad. Making Rice Imitation (Artificial Rice) with Cassava and sago. 2013 Dec 15 [cited 2013 Dec 15]; Available from: http://www.google.co.id/url?sa =t&source=we b&cd=2&ved.
[9] Budijanto S, Yulianti. Study preparation flour sorghum and rice analogous to making his application. Food Technol J. 2012;13(03).
[10] Yuwono S. 1998. Physical Testing Food. Malang: Food and Technology Departement; [11] Oh, H N, Seib D., Deyoe C., Ward A. The Surface Firmness of Cooked Noodles FromSoft and Hard Wheat Flours. Cereal Chem. 1985;06(62):431–6.
[12] Astawan M, S W. Evaluation of the quality of nutrition and Glycemic Index Sweet potato as the basis of the development of Functional Food. Bogor: Bogor Agricultural University; 2005.
[13] Yulianingsih. Testing of Rice Quality. Food Technol J. 2012. [14] Anjarsari E. The influence of the variation Of structure and composition of the microstructures of MgO-SiO2-based Silica rice husk. [Lampung]: Bandar Lampung; 2012.
[15] Widodo S. Influence of temperature of Soybean Seed Germination and long against the chemical and Nutritional quality of the flour produced. Food Technol J. 2001.
[16] Koswara S. Soybean processing technologist. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.