IPB International Convention Center, Bogor, 12 – 13 September 2011
Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI
PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA
PERKEMBANGAN KOTA
LAHAN KOTA PENUH BANGUNAN
PERTUMBUHAN PENDUDUK KONTRIBUSI TERBESAR PEMBENTUK AKTIVITAS PERKOTAAN
LUAS LAHAN KOTA TERBATAS
WADAH AKTIVITAS
Latar Belakang (lanjutan)
Penduduk Dunia (Enger dan Bradley, 2000) : ◦ Pertumbuhan = 1,4%/thn;
◦ Tahun 2000 lebih dari 5,9 milyar; ◦ Tahun 2025 diperkirakan mencapai 8 milyar; ◦ Tahun 2050 diperkirakan 10 milyar dan terus bertambah;
Penduduk Indonesia (SP2010 dan Bappenas 2006) : ◦ Pertumbuhan = 1,49%/thn; ◦ Tahun 2010 mencapai sekitar 237,6 juta jiwa; ◦ Menurut SP2000 penduduk perkotaan mencapai lebih dari 85 juta jiwa (hampir 42% dari total jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 yakni 205,1 juta jiwa; ◦ Laju pertumbuhan penduduk perkotaan rata-rata sebesar 4,4%/thn selama kurun 1990-2000; ◦ Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat : tahun 1995 = 35,9%; 2005 = 48,3%; tahun 2010 = 54,0%; tahun 2025 diperkirakan 68,3%.
Latar Belakang (lanjutan)
Penduduk Kota Palu (SP1990 - 2010) : ◦ Periode 1980 – 1990 : Pertumbuhan 5,41%, Tahun 1990 = 199.455 jiwa; ◦ Periode 1990 – 2000 : Pertumbuhan 3,15%, Akhir Tahun 2000 = 269.083 jiwa; ◦ Periode 2000 – 2010 : Pertumbuhan 1,68%, Akhir Tahun 2010 = 335.297 jiwa.
Luas Kota Palu (37.105,08 Ha) (39.506,00 Ha - RTRWK). Pertumbuhan Penggunaan Lahan Untuk Bangunan : ◦ Periode 1980 – 1990 : Pertumbuhan 9,18%/thn; Tahun 1980 = 21.936 unit bangunan, luas = 835,81 Ha (2,25%) dan Tahun 1990 = 42.071 unit bangunan, luas = 1.602,99 Ha (4,32%) dari luas kota. ◦ Periode 1990 – 2000 : Pertumbuhan 5,61%/tahun; Tahun 2000 = 65.668 unit bangunan, luas = 2.502,99 Ha (6,74%) dari luas kota. ◦ Periode 2000 – 2010 : Pertumbuhan 3,15%/tahun; Tahun 2010 = 88.306 unit bangunan, luas = 3.337,46 Ha (8,99%) dari luas kota.
GIS Analysis Approach
RTRWK Palu Approach
Pemahaman Awal
Bangunan merupakan salah satu jenis penutupan lahan perkotaan (urban land-cover) yang sangat penting dalam klasifikasi penggunaan lahan (Zhang, 1999).
Distribusi dan pengembangan penggunaan lahan untuk bangunan dalam sebuah kota merupakan informasi yang sangat penting bagi perencanaan dan kajian lingkungan perkotaan (Zhang, 1999).
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan daya dukung lahan yang meliputi luas ketersediaan dan kapasitas lahan untuk bangunan dengan prediksi waktu pada masa yang akan datang, sampai kapan lahan di Kota Palu mampu mendukung kebutuhan pertumbuhan penggunaan untuk bangunan;
Mengemukakan upaya-upaya yang perlu dilakukan agar lahan di wilayah Kota Palu mampu mendukung pertumbuhan penggunaan lahan untuk bangunan lebih lama.
Metode Penelitian (lanjutan)
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode survei, yaitu perolehan data dilakukan dengan cara langsung dikumpulkan dari sumber pertama atau pengukuran langsung di lapangan (data primer) dan dari instansi terkait atau secara tidak langsung (data sekunder); Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data ruang (spasial) dan data non ruang (aspasial) yang menggambarkan karakteristik fisik lahan di Kota Palu sebagai kota teluk; Data spasialnya adalah data peta topografi, peta geologi, peta hidrologi dan peta luas pengguna lahan kawasan lindung dan kawasan budidaya (kawasan permukiman, perkantoran, RTH, parawisata, perdagangan dan jasa) yang diperoleh dari Peta Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010;
Metode Penelitian
Data aspasialnya meliputi data kondisi fisik lahan, data jumlah dan pertumbuhan penduduk, serta data jumlah dan pertumbuhan bangunan berupa data time series yang diperoleh melalui teknik pencatatan dokumen dan pemetaan GIS. Teknik analisis data yang digunakan diantaranya analisis proyeksi, analisis kapasitas lahan, dan analisis spasial tumpang susun (overlay) yang merupakan proses penggabungan dua buah peta untuk membentuk peta baru sebagai dasar penentuan luas ketersediaan lahan untuk bangunan. Untuk kawasan pemukiman dan kawasan budidaya eksisting tidak dirubah dianggap sebagai kawasan yang tetap dipertahankan
Ketersediaan Lahan Untuk Bangunan
Hasil Analisis Topografi : ◦ Kemiringan lereng yang relatif datar antara 0-<8% (56,26%)kawasan budidaya;
◦ Kemiringan lereng yang landai antara 8-<15% (18,04%)kawasan konsolidasi; ◦ Kemiringan lereng agak curam-sangat curam antara 15-≥40% (25,70%) kawasan lindung dan konservasi. ◦ Kemiringan antara 0 - <15% (74,30%) = ± 27.570,55 Ha.
Hasil analisis tumpang tindih (overlay) memperlihatkan : ◦ Kawasan budidaya : ± 21.029,24 Ha (56,67%) ◦ Kawasan lindung : ± 16.075,84 Ha (43,33%) HPT seluas ± 4.189,42 Ha (11,29%) dapat dikonversi ke kawasan budidaya.
◦ Lahan potensial yang efektif masih tersisa untuk bangunan seluas ± 16.848,77 Ha (45,41%) di luar kawasan budidaya dan kawasan lindung yang telah ada saat ini, termasuk sarana jaringan jalan, sungai dan sempadannya. ◦ Luas lahan efektif ini dapat diperluas dengan mengkonversi lahan HPT menjadi ± 21.038,19 Ha (56,70%).
Model Ketersediaan Lahan Untuk Bangunan
LEF
Dimana : ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦
LEF LW KL KBT KPK KSK
=
LW – ( KL + KBT + KPK + KSK ) ............1)
= Luas Ketersediaan Lahan Efektif untuk Bangunan = Luas Wilayah Studi = Luas Kawasan Lindung = Luas Kawasan Budidaya Terbangun Eksisting = Luas Kawasan Prasarana Kota = Luas Kawasan Strategis Kota
Kelas Lereng di Kota Palu Prosentase (%)
No.
Lereng (%)
Kelas
1
-
0
-
-
2
0 - <8
1
20.875,733
56,26
Datar
3
8 - <15
2
6.694,817
18,04
Landai
4
15 - <25
3
5.157,395
13,90
Agak Curam
5
25 - <40
4
3.734,662
10,07
Curam
6
≥40
5
642,474
1,73
37.105,081
100,00
Total
Luas (Ha)
Sumber : Hasil Analisis Deliniasi Peta Topografi
Keterangan Perairan
Sangat Curam
Luas Penggunaan Lahan Kota Palu Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Perumahan & Permukiman Kawasan Perdagangan Kawasan Wisata & Akomodasi Wisata Kawasan Industri Kawasan Perkantoran Kawasan Olahraga Kawasan Peternakan Kawasan Sarana Pendidikan Kawasan Sarana Kesehatan Kawasan Sarana Peribadatan Kawasan Pemakaman Kawasan TPA & IPLT Kawasan Pertambangan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Lindung Kawasan Suaka Alam (TAHURA) Kawasan Bandara Udara Kawasan Pelabuhan Laut Kawasan PLTU Palu Kawasan PLTD Silae Sungai Jalan Sawah/Lahan Basah Tegalan Semak Belukar Kebun Lahan Kosong Tambak Taman Kota Total Luas (Ha)
Sumber : Hasil Olahan Data, Tahun 2011
Luas (Ha) 2.505,050 59,149 87,167 94,564 135,667 15,655 11,789 280,604 11,698 17,100 15,364 8,952 2,718 4.189,420 7.190,150 4.696,270 76,302 20,000 15,000 5,000 443,710 373,880 1.162,493 402,983 8.693,000 5.301,813 1.262,754 25,727 1,102 37.105,081
Prosentase (%) 6,751 0,159 0,235 0,255 0,366 0,042 0,032 0,756 0,032 0,046 0,041 0,024 0,007 11,291 19,378 12,657 0,206 0,054 0,040 0,013 1,196 1,008 3,133 1,086 23,428 14,289 3,403 0,069 0,003 100,000
Kapasitas/Daya Tampung Lahan Untuk Bangunan
Luas penggunaan lahan bangunan dan pekarangan rata-rata per 1 orang penduduk di wilayah Kota Palu dari tahun 2000 sampai 2010 adalah 96,28 m2, berfluktuasi antara 93,02 m2 dan 99,54 m2. Luas penggunaan bangunan dan pekarangan rata-rata per 1 keluarga di wilayah Kota Palu sebagai kota pantai dari tahun 2000 sampai 2010 adalah 385,11 m2, berfluktuasi antara 372,08 m2 dan 398,15 m2 Diasumsikan bahwa luas penggunaan bangunan dan pekarangan per 1 orang penduduk maupun per 1 keluarga dari tahun ke tahun dianggap tetap. Untuk penggunaan lahan bangunan dan pekarangan rata-rata per 1 orang penduduk dengan luas 96,28 m2 diperoleh kapasitas atau daya tampung lahan yang masih tersisa untuk bangunan sebesar 1.750.005 orang penduduk. Bila ditambahkan dengan jumlah penduduk Kota Palu tahun 2010 sebesar 335.297 orang, maka lahan kawasan budidaya efektif di Kota Palu dapat menampung 2.085.302 orang penduduk. Untuk penggunaan lahan bangunan dan pekarangan rata-rata per 1 keluarga dengan luas 385,11 m2 diperoleh kapasitas atau daya tampung lahan yang masih tersisa untuk bangunan sebesar 437.501 keluarga. Bila ditambahkan dengan jumlah keluarga Kota Palu tahun 2010 sebesar 83.824 keluarga, maka lahan kawasan budidaya efektif di Kota Palu dapat menampung 521.326 keluarga.
Model Kapasitas/Daya Tampung Maksimum Lahan Untuk Bangunan LEF DTMax = ---------- ..............................................................2) LKB
Dimana :
DTMax LEF LKB
Sementara :
LKB
= Daya Tampung Lahan Maksimum Untuk Bangunan = Luas Ketersediaan Lahan Efektif untuk Bangunan = Luas Kebutuhan Lahan Untuk Bangunan dan Pekarangan Per Orang (atau Per Rumah Tangga)
Dimana :
LKB ∑PEks ∑LBEks
∑PEks = ------------ ........................................................3) ∑LBEks = Luas Kebutuhan Lahan Untuk Bangunan dan Pekarangan Per Orang (atau Per Rumah Tangga) = Jumlah Penduduk/Rumah Tangga Eksisting = Jumlah Luas Penggunaan Lahan Untuk Bangunan Eksisting
Batas Waktu Lahan Mampu Mendukung Pertumbuhan Lahan Untuk Bangunan
Luas ketersediaan lahan efektif untuk banguan yang merupakan kawasan budidaya di wilayah Kota Palu diperoleh dari hasil analisis GIS Tahun 2010 adalah ± 16.848,77 Ha; Penghitungan batas waktu dilakukan dengan asumsi bahwa pertumbuhan penggunaan lahan untuk bangunan di wilayah Kota Palu adalah tetap dengan angka rata-rata pertumbuhan 10 tahun terakhir (2000 – 2010) sebesar 2,50% per tahun. Rata-rata luas penggunaan lahan untuk bangunan per 1 orang penduduk di Kota Palu seluas 96,28 m2 Batas waktu kawasan budidaya di wilayah Kota Palu sebagai kota teluk mampu mendukung pertumbuhan penggunaan lahan untuk bangunan adalah 202 tahun; Jadi pada Tahun 2212 (Tahun dasar 2010) luas penggunaan lahan untuk bangunan mencapai luas sama dengan luas ketersediaan lahan efektif sebagai kawasan budidaya di wilayah Kota Palu tersebut.
Model Batas Waktu Lahan Mampu Mendukung Pertumbuhan Lahan Untuk Bangunan
BWL
Dimana : ◦ BWL ◦ LEF ◦ ∑LBEks ◦ RPL
LEF = ---------------------------- .....................................4) (∑LBEks x RPL) : 100
= Batas Waktu Lahan Mampu Mendukung Pertumbuhan Lahan Untuk Bangunan = Luas Ketersediaan Lahan Efektif untuk Bangunan = Jumlah Luas Penggunaan Lahan Untuk Bangunan Eksisting = Angka Rata-Rata Pertumbuhan Lahan UntukBangunan
Upaya-Upaya Untuk Menangani Penggunaan Lahan Untuk Bangunan Lebih Lama Memperkecil luas penggunaan lahan untuk bangunan per 1 pengguna; Menambah luas kawasan budidaya dengan melakukan konversi lahan pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT); Mengendalikan pertumbuhan penduduk; Merevitalisasi kawasan-kawasan budidaya lama; Membenahi kawasan-kawasan permukiman kumuh dan liar (slums and squeter areas); Merencanakan bangunan berlantai banyak pada zonazona tertentu yang disesuaikan dengan kondisi geologi dan mitigasi Kota Palu.
Terima Kasih