Sikap mengenai Kesehatan Respirasi dan Hubungannya dengan Masalah Kesehatan Respirasi di Lingkungan Kumuh
Muhammad Nada Permana, Elisna Syahruddin Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Di dunia, Asia Tenggara, maupun di Indonesia, penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan yang besar karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi, terutama pada masyarakat lingkungan kumuh. Penyakit respirasi yang tetap menjadi masalah ialah PPOK, asma, tuberkulosis, dan ISPA. Kesuksesan mengurangi penyakit respirasi ditentukan oleh kebiasaan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor yang penting, yaitu sikap. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara responden yang berusia di atas 18 tahun menggunakan kuesioner dan pemilihan responden dilakukan dengan cara cluster consecutive sampling. Sikap yang diteliti yakni sikap mengenai kesehatan respirasi yang terdiri dari sikap mengenai penyakit respirasi, sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Dari 107 sampel, didapatkan hasil sikap yang termasuk dalam kelompok baik sebanyak 36,45% dan kelompok sedang dan buruk 63,55%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi pada masyarakat di lingkungan kumuh (p=0,316), serta tidak terdapat hubungan antara setiap komponen sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi. Kata Kunci: Kesehatan Lingkungan; Kesehatan Respirasi; Pencegahan; Penyakit Respirasi; Sikap
Attitude toward Respiratory Health and Its Relationship to Respiratory Health Problems in Slum Area Abstract In the world, Southeast Asia, and in Indonesia, respiratory disease is a major health problem because ofthe high mortality and morbidity, especially in slum neighborhood. Respiratory diseases which remain problems areCOPD, asthma, tuberculosis, and acute respiratory infection. The success of reducing respiratory disease is determined by one's health habits which are affected by the important factors, namely attitude. This study is an observational analytic study using cross-sectional design. Data was collected in January 2011 in Kelurahan Petamburan, District of TanahAbang, Central Jakarta. Data retrieval is done by interviewing respondents using questionnaires and the selectionof respondentsis done by cluster consecutive sampling. The attitude toward respiratory health consisting of attitude toward respiratory diseases, attitude toward environmental health, and attitude toward prevention of respiratory disease. Of the 107samples, showed that attitude of respiratory health in the group classified as good were36.45% and group classified as moderate and bad were 63.55%. It was concluded that there is no relationship between attitude toward health respirationand respiratoryhealth problems in slum area (p=0.316), and there is no relationship between each component of the attitude toward respiratory health and respiratory health problems.
Keywords: Attitude;Environmental Health; Prevention; RespiratoryHealth;RespiratoryDiseases.
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
1. Pendahuluan Berdasarkan statistik World Health Organization (WHO), penyakit sistem respirasi,terutama Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), asma, infeksi saluran pernapasan, dan tuberkulosis merupakan masalah yang mendunia. Saat ini, PPOK menempati urutan ke-4 tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan menempati peringkat ke-3.1 Sementara itu, prevalensi asma di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 4%. Walaupun kedua penyakit respirasi kronik ini merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, perkiraan kematian karena penyakit ini sebanyak 1,4 juta di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2008.2Di sisi lain, infeksi saluran pernapasan akut menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular, di mana sekitar 4 juta orang meninggal akibat penyakit ini setiap tahunnya.3Sembilan puluh delapan persen kematian ini disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah. Lain halnya dengan tuberkulosis, di mana prevalensi, insidensi, dan kematiannya di Indonesia (masing-masing) sebesar 289; 189; dan 27 dari 100.000 penduduk pada tahun 2010.4 Semua masalah kesehatan respirasi ini terutama terjadi di lingkungan kumuh dimana banyak terdapat faktor risiko berupa kepadatan rumah, suhu, kelembapan, dan sanitasi rumah.5 Masalah ini tetap terjadi walaupun berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, misalnya, Global Initative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD) untuk meningkatkan kesadaran terhadap PPOK,Infection Prevention and Control (IPAC), hingga Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 mengenai Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan sebagai usaha peningkatan pengetahuan mengenai bahaya rokok.3,6,7Hal ini dapat dikarenakan, menurut Riskesdas tahun 2010, indikator kesehatan utama yakni status kesehatan, kesehatan lingkungan, pengetahuan-sikap-perilaku, konsumsi rumah tangga, dan fasilitas kesehatan.5 Menurut konsep pengetahuan, sikap, dan perilaku; sikap kesehatan memiliki peran yang penting karena sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk berpersepsi dan bertindak baik terhadap penyakit itu sendiri, pencegahannya, ataupun lingkungannya.8,9,10 Penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang telah dilakukan sebelumnya berpusat pada tuberkulosis. Contohnya ialah penelitian yang dilakukan Siti dkk
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
(2009)mengenai hubungan sikap dan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis, sikap penderita TB paru mengenai kepatuhan minum obat oleh Doni (2007), dan hubungan pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan rumah dengan terjadinya TB paru melalui studi kasus kontrol oleh Niko (2011) dan studi cross sectional oleh Sabar (2011).10,11,12,13Dari semua penelitian tersebut, hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan masalah kesehatan respirasi belum dapat disimpulkan. Oleh karena itu peneliti mencari hubugan antara sikape mengenai kesehata respirasi dengan masalah kesehatan respirasi terutama pada msayarakat di lingkungan kumuh. 2. Tinjauan Teoritis Penyakit respirasi dapat dibagi menjadi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), asma, infeksi saluran pernapasan dan keganasan saluran pernapasan. Penyakit obstruktif merupakan penyakit yang memiliki karakteristik berupa peningkatan resistensi aliran udara karena obstruksi pada saluran napas dan dapat dicirikan dengan berkurangnya FEV1. Pada PPOK, terjadi peradangan ringan yang kronik pada saluran napas, parenkim, dan pembuluh darah paru. Emfisema yang memiliki ciri overinflasi dan kerusakan dinding alveolus serta bronkitis yang memiliki ciri peradangan saluran napas dan batuk produktif, keduanya merupakan PPOK.14 Pada asma, terjadi peningkatan respon terhadap berbagai stimulus (infeksi virus, debu, polen, asap, udara dingin, stres, dan aktivitas fisik), sehingga menimbulkan bronkokonstriksi yang episodik, peradangan pada dinding bronkus, dan peningkatan sekresi mukus. Gejala pada asma ialah mengi yang kambuh, sesak napas, chest tightness, dan batuk terutama pada malam dan pagi hari. Asma berbeda dengan PPOK karena bronkokonstriksi pada asma bersifat reversibel.14 Infeksi saluran pernapasan merupakan hal yang penting dalam patologi respirasi karena infeksi ini paling sering terjadi dibandingkan pada organ lain. Infeksi virus merupakan yang paling sering, walaupun infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan mikoplasma.14 Mekanisme terjadinya infeksi ialah karena kerusakan pada sistem mukosilier karena merokok, inhalasi gas korosif, dan genetik; akumulasi sekret, edema, gangguan pada aktivitas bakterisidal, dan hilangnya refleks batuk. Pneumonia, infeksi pada paru, dapat dibagi menjadi community-acquired dan hospital-acquired pneumonia, pneumonia aspirasi,
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
kronik, abses paru, serta pneumonia pada pasien imunosupresi. Diantara jenis-jenis penumonia, terdapat pneumonia kronik yang memiliki ciri radang granulomatosa. Pneumonia ini dapat disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis)atau fungi (Histoplasma, Blastomyces, dan Coccidioides). Tuberkulosis, yang paling sering disebabkan Mycobacterium tuberculosis dan menular lewat udara, dapat dibagi menjadi primer yang biasanya bersifat asimtomatik; dan sekunder yang dapat terjadi bergejala demam ringan yang biasanya terjadi pada sore hari, keringat dingin malam hari, peningkatan produksi sputum yang mukoid maupun purulen, batuk darah, dan nyeri pleuritik. Manifestasi tuberkulosis ekstraparu bergantung pada sistem organ yang terlibat.14 Secara umum, yang menjadi faktor risiko penyakit respirasi meliputi genetik, lingkungan, mikroorganisme, dan kebiasaan.14, 15 Salah satu unsur yang erat kaitannya dengan kebiasaan ialah sikap. Sikap merupakan perilaku tertutup yang belum terlihat dalam aktivitas dan merupakan respon seseorang terhadap rangsangan.9 Sikap merupakan kecenderungan berpikir, bertindak, dan berpersepsi serta memiliki daya dorong, menetap, dan memiliki tiga komponen yakni kepercayaan seseorang terhadap suatu ide dan konsep dari suatu stimulus, evaluasi emosional terhadap stimulus tersebut, serta kecenderungan untuk bertindak.8,9 Sikap selalu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku, di mana pengetahuan yang didapat seseorang akan dinilainya berdasarkan rasa kepercayaan dan emosinya, sehingga dapat membawa seseorang untuk melakukan tindakan (perilaku).8,9 Sikap mengenai kesehatan respirasi dapat dibagi menjadi: sikap mengenai sakit dan penyakit respirasi, misalnya sikap mengenai penyakit tuberkulosis, etiologinya, penularannya, gejalagejalanya, serta pengobatannya; sikap mengenai cara pemeliharaan hidup sehat, yaitu sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi misalnya menghindari asap rokok dan rajin berolahraga; dan sikap mengenai kesehatan lingkungan misalnya sikap dalam membersihkan kandang unggas, ventilasi, kelembapan, dan cahaya rumah.10 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang dilakukan di Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat pada bulan Januari 2011. Dari 10 RW dipilih RW 03 untuk penelitian karena memenuhi kriteria lingkungan kumuh. Dari tingkat rukun warga ini diambil minimal 10
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
responden dari RT 01, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09. Responden dalam penelitian ini harus penduduk tetap Kelurahan Petamburan minimal berusia 18 tahun, dapat membaca, menulis, dan berkomunikasi verbal, serta bersedia mengikuti penelitian. Data diambil dengan cara wawancara berdasarkan kuesioner yang telah divalidasi. Kuesioner sikap mengenai kesehatan respirasi dibagi menjadi tiga indikator, yakni lima butir pertanyaan sikap mengenai penyakit respirasi, delapan butir pertanyaan sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan enam butir pertanyaan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Sikap dikategorikan dalam kelompok baik jika ≥80% pertanyaan ditanggapi dengan tepat, dan dikategorikan dalam kelompok cukup dan kurang jika < 80% pertanyaan ditanggapi dengan tepat. Data mengenai masalah kesehatan respirasi diambil berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dalam satu tahun sebelum pengembilan data. Sikap mengenai kesehatan respirasi dan setiap indikatornya dihubungkan dengan masalah kesehatan respirasi menggunakan uji hipotesis chi-square menggunakan SPSS version 11.5 for Windows Operating System. 4. Hasil Penelitian Dari 107 responden, sebanyak 26 responden memiliki anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan respirasi (24,3%), namun dari keseluruhan anggota keluarga dalam keluarga responden (553 penduduk), sebanyak 29 penduduk mengalami masalah kesehatan respirasi (5,2%). Persentase 24,3% tersebut terdiri dari tuberkulosis (10,28%), asma (9,35%), PPOK (3,74%), dan ISPA (0,93%).
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan di Kelurahan Petamburan tahun 2012 Variabel
Kategori
N
%
Jenis
Pria
10
9,3
kelamin
Wanita
97
90,7
Usia
18 – 25 tahun
8
7,5
25 – 65 tahun
93
86,9
> 65 tahun
6
5,6
Pelajar
1
0,9
Pegawai swasta
5
4,7
Wiraswasta
19
17,7
Buruh/petani/pekerja
5
4,7
Ibu rumah tangga
75
70,1
Lain-lain
2
1,9
Pekerjaan
rumah tangga
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden dimana jenis kelamin responden, usia, dan pekerjaan yang mendominasi
(berturut-turut) ialah wanita (90,7%), usia 25-65 tahun
(86,9%), dan pekerjaan ibu rumah tangga (70,1%). Sementara itu, dari 26 keluarga yang mengalami masalah kesehatan respirasi, 42% nya menderita tuberkulosis , 39% asma, dan 15% PPOK dan 4% ISPA yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 1. Distribusi masalah kesehatan respirasi di Kelurahan Petamburan tahun 2012
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
Sikap mengenai masalah respirasi dibagi menjadi tiga indikator atau komponen, yakni sikap mengenai penyakit respirasi itu sendiri, sikap mengenai kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit respirasi, serta sikap mengenai upaya pencegahannya. Gambar 2 menunjukkan bahwa kategori sikap sedang dan buruk mendominasi kecuali pada sikap mengenai kesehatan lingkungan di mana kategori sikap baik merupakan yang paling banyak.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok yang memiliki sikap mengenai masalah kesehatan respirasi yang baik ataupun sedang dan buruk. Hal ini juga berlaku pada komponen-komponen sikap kesehatan respirasi, yakni sikap mengenai penyakit respirasi, sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Masing-masing menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dengan masalah kesehatan respirasi.
Gambar 2. Distribusi sikap masyarakat mengenai masalah kesehatan respirasi dan komponen-komponennya di Kelurahan Petamburan tahun 2012
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
5. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap seseorang mengenai masalah kesehatan respirasi dengan masalah kesehatan respirasi (p=0,316) terutama tuberkulosis dan asma. Indikator-indikator sikap pun masing-masing tidak memiliki hubungan dengan masalah kesehatan respirasi. Pencegahan penyakit respirasi banyak diteliti dengan fokus pada asap rokok karena konsumsi rokok sangat erat kaitannya bukan hanya terhadap asma tetapi juga tuberkulosis. Salah satu faktor yang menjadi indikator sikap seseorang mengenai kesehatan ialah sikapnya mengenai pencegahan terhadap penyakit, yang termasuk ke dalamnya ialah kepercayaan seseorang terhadap bahaya efek paparan asap rokok, pencegahan penularan infeksi saluran pernapasan, ataupun pencegahan sekunder yakni datang berobat ke dokter mengenai penyakit respirasi. Pada penelitian ini, didapatkan sikap masyarakat mengenai pencegahan tergolong baik 28,17% dan 71,83% masuk ke dalam kelompok sedang dan buruk serta tidak terdapat hubungan antara indikator sikap pencegahan penyakit respirasi dengan penyakit respirasi (p=0,680). Lain halnya dengan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional yang dilakukan Jeff (2009) mengenai pengetahuan dan sikap fakultas kedokteran terhadap rokok, di mana ia mendapatkan hasil sebanyak 89,9% mahasiswa tergolong dalam kelompok sikap baik.16 Hal ini karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap seseorang, misalnya lingkungan, budaya, serta adat-istiadat.16 Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang saling mempengaruhi satu sama lain, namun tidak selalu sejalan. Kebiasaan seseorang untuk hidup sehat dipengaruhi bukan hanya tahu atau tidaknya ia mengenai aspek hidup sehat, tetapi juga tingkat kepercayaan, emosi, dan kesediaanya untuk melaksanakan perilaku hidup sehat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian observasi analitik yang dilakukan oleh Siti dkk (2009) bahwa terdapat hubungan antara sikap seseorang dalam mencegah penularan tuberkulosis dengan perilakunya (p=0,001) yang disebabkan oleh faktor budaya, pengalaman, maupun faktor emosional individu.11 Penelitian ini juga ditunjang oleh studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Niko (2011) yang menghubungkan pengetahuan, sikap, perilaku, serta kondisi lingkungan rumah dengan terjadinya tuberkulosis paru. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan terjadinya tuberkulosis paru (p=0,028) di mana seseorang yang memiliki sikap
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
yang kurang baik terhadap pencegahan tuberkulosis 5,4 kali lebih berisiko terkena tuberkulosis paru (OR = 5,4).10 Namun, menurut hasil studi cross sectional yang dilakukan Doni (2007), tidak terdapat perbedaan antara sikap penderita TB paru dengan kepatuhan minum obat (p = 0,428) walaupun kebanyakan responden termasuk golongan tingkat pengetahuan dan sikap sedang (masing-masing 77,7% dan 53,33%).12 Hal ini juga diperkuat dengan adanya penelitian mengenai sikap remaja laki-laki SMA dengan kebiasaan merokok oleh Yuni (2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut (p=0,657).17 Pada penelitian cross sectional tersebut sikap yang dimaksud termasuk sikap mengenai efek rokok, peringatan bahaya rokok, hingga rasa nyaman jika berada di area yang mengandung asap rokok. Penelitian lain yang mendukung bahwa tidak terdapat korelasi antara sikap dan perilaku dilakukan oleh Erwin dan Ferry (2010) mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan tuberkulosis pada lingkungan keluarga di Kediri. Penelitian korelasional dengan menggunakan simple random sampling tersebut menyatakan bahwa meskipun kebanyakan responden memiliki sikap yang baik, melalui tes regresi berganda, dihasilkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dan perilaku pencegahan tersebut (p=0,253).18 Dari penelitian-penelitian tersebut, perbedaan hubungan antara sikap dan terjadinya masalah kesehatan respirasi
terjadi karena perubahan sikap
menuju perilaku ditentukan oleh kekuatan sikap itu sendiri (yang meliputi kepentingan dan pengalaman pribadi), aksesibilitas, spesifisitas, dan norma sosial.19 Indikator yang turut diteliti ialah sikap mengenai kesehatan lingkungan. Namun ternyata sikap ini tidak berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan respirasi (p=0,269). Riset yang dilakukan Sabar (2011) mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang faktor lingkungan fisik rumah yang meliputi sanitasi, luas ruangan, ventilasi, lantai, dan pencahayaan. Riset ini menggunakan deasin cross sectional yang didapat melalui wawancara. Dari riset ini dihasilkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan terjadinya tuberkulosis paru (p=0,007), sikap memiliki hubungan dengan terjadinya tuberkulosis paru (p=0,002) dan tindakan memiliki hubungan dengan terjadinya tuberkulosis paru (p=0,004).13 Secara teori tradisional, konsep pengetahuan-sikap-perilaku (knowledge-attitudebehaviour (KAB)) mengacu pada sekuens melalui informasi yang didapat oleh seseorang diubah dalam bentuk sikap yang kemudian menjadi panduan untuk melakukan tindakan.18 Namun ternyata, terdapat banyak variasi yang dapat terjadi dari
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
sekuens ini, yakni AKB, KBA, BKA, BAK, dan ABK. AKB mengacu pada kontak sosial yang membentuk sikap dan mendapatkan infromasi sehingga menjadi landasan untuk tindakan. Sementara itu, KBA, yang sering disebut juga rasional, yakni pengetahuan yang seseorang dapat kemudian ia uji melalui tindakan lalu kemudian ia nilai positif atau negatif kemudian terbentuklah sikap.13 Pada BKA, tindakan yang ia lakukan akan ia jadikan pengetahuan untuk kemudian ia putuskan melalui sikap mengenai tindakan mana yang paling baik. Ketidakharmonisan terjadi saat seseorang menggunakan BAK di mana ia melakukan tindakan dan ia nilai baik tetapi ia tidak mengerti mengenai hal tersebut. Pada penelitian ini, banyak kemungkinan yang dapat terjadi dari berbagai mode pengetahuan-sikap-perilaku ini.20 Berdasarkan teori tersebut, dapat saja seseorang mendapatkan informasi bahwa asap rokok memiliki dampak negatif terhadap paru, lalu ia mengujinya melalui tindakan merokok, lalu ia nilai bahwa rokok tidak menimbulkan efek negatif untuknya. Padahal saat itu rokok membunuhnya secara perlahan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor yang membuat hasil penelitian ada yang menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan tindakan seseorang ataupun ternyata tidak.20 Walaupun sikap merupakan pusat dari penerimaan dan penilaian pesan dan merupakan hal paling penting untuk mengubah perilaku seseorang, sikap ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pengalaman sendiri atau orang terdekat, budaya, adat-istiadat, dan dan emosi seseorang.20 Menurut Notoatmodjo (2010), selain faktor biologis dan faktor sosiopsikologis, perilaku maupun sikap juga dipengaruhi oleh faktor ekologis, desain dan arsitektur, temporal (waktu), tempat, teknologi, dan faktor sosial. Cuaca, iklim, serta letak geografis, pola pemukiman yang berbeda dapat menyebabkan perilaku seseorang yang berbeda pula. Namun sikap kesehatan tidak selalu terwujud dalam perilaku yang terbuka.9 Hal ini dapat terjadi karena situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak terdapat transportasi), dilakukan atau tidak berdasarkan pengalaman orang lain, banyak sedikitnya pengalaman (misalnya seseorang terbiasa merokok karena merasa sudah lama merokok namun tidak terdapat keluhan), ataupun nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.9 Selain itu juga pada penelitian ini kemungkinan terdapat efek Hawthorne di mana subjek sadar bahwa mereka sedang diteliti sehingga subjek cenderung untuk menjawab dengan apa yang ideal, bukan berdasarkan apa yang terjadi. Hal ini menimbulkan hasil sikap yang didominasi oleh kategori baik.21
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
6. Kesimpulan 6.1 Masalah kesehatan respirasi yang paling banyak ditemukan yakni tuberkulosis (10,3%) dan asma (9,4%). 6.2 Secara keseluruhan, sikap kesehatan respirasi tergolong dalam kategori sedang dan buruk. Sementara itu, kategori sikap baik mendominasi pada sikap mengenai kesehatan lingkungan (51,4%). 6.3 Tidak terdapat hubungan yang antara sikap mengenai masalah kesehatan serta respirasi komponen-komponennya dengan masalah kesehatan respirasi 6.4 Prevalensi masalah kesehatan respirasi sebanyak 5,2%. 7. Saran Diharapkan penelitian serupa dilakukan untuk memastikan hubungan antara sikap dan masalah kesehatan respirasi. Selain itu juga diperlukan penelitian untuk melihat interaksi dan faktor yang mempenaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku menggunakan kuesioner yang lebih detail dan meminimalisasi variabel-variabel pengganggu sehingga metode yang digunakan lebih akurat dan lebih mewakili keadaan sebenarnya dari masalah kesehatan respirasi. Selain itu juga diharapkan pemerintah dapat melakukan program-program yang bukan hanya bentuk peraturan, tetapi juga edukasi masyarakat mengenai masalah aktual kesehatan respirasi melalui pendekatan yang tepat. Hal ini dibutuhkan agar masyarakat bukan hanya bertambah pengetahuannya mengenai kesehatan tetapi juga dapat mengubah sikapnya menuju arah yang lebih baik.
8. Kepustakaan 1. SK Jindal. Textbook of pulmonary & critical care medicine. New Delhi: JP Medical Ltd.; 2011: 971. 2. World Health Organization for South-East Asia. Noncommunicable disease in the South-East Asia region: situation and response. New Delhi: World Health Organization;2011:18
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
3. World Health Organization.Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan
kesehatan:pedoman
interim
WHO.
Jenewa:
World
Health
Organization;2008: 12. 4. World Health Organization for South-East Asia.Tuberculosis control in the SouthEast Asia Region. New Delhi: World Health Organization; 2012: 5-7. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010: 1-399. 6. Buist AS, Anzueto A, Calverley P, deGuia TS, Fukuchi Y, Jenkins C, et al. Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Global strategy for diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease. MCR Vision, Inc.; 2006: 32. 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. 8. Ali M. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang imunisasi. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2003: 3-7. 9. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2010: 1180. 10. Putra NR. Hubungan perilaku dan sanitasi rumah dengan kejadian TB paru di kota Solok tahun 2011 [Skripsi]. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2011. 11. Djannah SN, Suryani D, Purwati DA. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan TBC pada mahasiswa di Asrama Manokwari Sleman Yogyakarta. Kes Mas: 2009; 3(3): 214-21. 12. Anugerah D. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap penderita TB paru dengan kepatuhan minum obatdi wilayah kerja PuskesmasJatibarang Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu [Skripsi]. 2007. 13. Manullang S. Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014
Puskesmas Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011 [Skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2011. 14. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran pathologic basis of disease, 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010: 683-720. 15. Kuh D & Ben-Shlomo Y. A life course approach to chornic disease epidemiology, 2nd ed. Oxford: Oxford University Press; 2004: 240-50. 16. Loren J. Gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara terhadap rokok [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010. 17. Purba YC. Hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok di SMAParulian 1 Medan tahun 2009 [Skripsi].Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2009. 18. Astuti EP & Ardioanto S. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru pada keluarga. Jurnal Penelitian STIKES RS Baptis Kediri. 2010; 3(1): 19-28. 19. Sanderson CA. Social psychology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.; 2010: 190-5. 20. Human communication theory and research: concepts, contexts, and challanges, 2nd ed. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc.; 2000: 173. 21. Lewis-Beck MS, Bryman A, Liao TF. The sage encyclopedia of social science research methods. California; SAGE Publications. Inc.; 2004: 452.
Sikap mengenai…, Muhammad Nada Permana, FK UI, 2014