BAB III PEMERIKSAAN RESPIRASI
A. PENDABULUAN Pernafasan dikendalikan oleh pusat pernafasan di medulla oblongata. Inspirasi terjadi akibat adanya kontraksi otot interkostal dan otot diafragma, sedang ekspirasi terjadi secara pasif akibat penarikan/pengecilan kembali paru-paru yang ditentukan oleh elastisitas jaringan organ ini. Pada pernafasan yang diforsir maka juga melibatkan otototot inspirasi dan ekspirasi seperti otot perut. Pernafasan, sangat berbeda dengan pulsus, dapat dipengaruhi oleh kemauan hewan. Tukar menukar gas antara alveol dan darah di dalam kapiler interstitium berlangsung hanya melalui proses diffusi akibat adanya perbedaan tekanan, dalam hal ini oksigen bergerak dari alveol menuju darah dan karbon dioksida bergerak dari darah ke alveol. Permeabilitas kapiler dan Binding alveol untuk karbondioksida sebesar 55 kali lebih besar dibanding untuk oksigen, sehingga untuk pelepasan karbondiosid hanya memerlukan perbedaan tekanan yang lebih kecil dibanding untuk pengambilan oksigen. Pernafasan dipengaruhi oleh tingkahlaku hewan. Terkejut dapat mengakibatkan hewan mengalami apnoe secara tiba-tiba. Situasi tegang juga dapat menimbulkan hewan menjadi terengah-engah. Selain itu, respirasi juga berkaitan dengan termoregulasi tubuh. Temperatur tubuh yang meningkat akan meningkatkan pembuangan panas melalui peningkatan frekuensi dan gerak pernafasan. Gangguan suatu atau berbagai proses respirasi juga akan dicerminkan dalam respirasi yang berubah. Pada bab III ini akan dibicarakan tentang tipe, ritme, frekuensi, dan kualitas respirasi pada hewan kecil maupun besar. Bahan kuliah ini akan disajikan dalam 2 jam tatap muka. Tujuan instruksional bab ini adalah setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan klinis terhadap respirasi pada pasien B. PENYAJIAN
Pemeriksaan klinis terhadap respirasi sebaiknya dilakukan pada waktu inspeksi umum sebelum dilakukan tindakan-tindakan fisik atau restrain. Seorang pemeriksa hendaknya berdiri dibelakang dan suatu sisi hewan agar daerah dada, tulang iga dan abdomen hewan dapat diamati. Sangat dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan dari kedua sisi hewan agar dapat diketahui apakah gerakan pernafasan pada kedua sisi tubuh hewan tersebut sama. Pernafasan dievaluasi berdasarkan gerak dinding pinggang dan dinding dada serta gerakan-gerakan pernafasan tambahan. Pada sapi penilaian pernafasan dengan pengamatan demikian hanya dapat dilakukan pada sisi kanan saja karena pada pinggang Universitas Gadjah Mada
1
sebelah kiri terisi oleh rumen. Pada kasus tertentu mungkin perlu dilakukan adanya suatu pembebanan fisik sebagai bagian dari proses pemeriksaan untuk mengetahui efisiensi respirasi. Hal yang dievaluasi pada pemeriksaan ini adalah: frekuensi nafas, tipe nafas, ritme nafas dan kualitas nafas, dan adanya kesulitan nafas (dispnu). Tabel 2 Frekuensi respirasi normal (kali/menit) Hewan
Frekuensi (kali/menit)
Kuda
10 - 14
Sapi
10 - 30
Anak sapi
15 - 40
Domba/kambing
20 - 30
Babi dewasa
8 - 18
Anjing
15 - 30
Kucing
20 - 30
Kelinci Tikus
30 - 45 90 - 110
Pada hewan yang tenang frekuensi nafas dapat diperiksa dengan meletakkan tangan pada bagian bawah flank. Cara lain untuk mengetahui frekuensi respirasi dapat pula dilakukan dengan mengamati gerak cuping hidung. Untuk menentukan frekuensi nafas per menit dapat dilakukan penghitungan nafas (awal inspirasi) selama setengah menit dan kemudian dikalikan dengan faktor 2. Secara fisiologis frekuensi nafas dapat dipengaruhi oleh umur, stimuli , kerja dan kemauan hewan. Bilamana terjadi hecheln (nafas terengah-engah) yakni bernafas pendek, dangkal dengan lidah terjulur maka frekuensi nafas tidak dapat dihitung dan dievaluasi. Frekuensi nafas yang meningkat (takhipnu) terjadi pada keadaan stress, kerja, demam, dan adanya rasa sakit. Sebaliknya juga dapat ternjadi penurunan frekuensi nafas (bradipnu) pada depresi kepekaan pusatnafas pada kasus seperti peningkatan tekanan dalam otak, hilang kesadaran, uremia dan tekanan oksigen yang meningkat. Frekuensi nafas normal pada berbagai spesies termaktub pada Tabel 2. Tipe pernafasan menggambarkan keterlibatan dinding dada dan perut pada aktivitas pernafasan. Pada saat inspirasi danekspirasi dinding dada dan perut bergerak tetapi berbeda berbeda kekuatannya. Pada saat inspirasi dinding dada dan perut bergerak keluar, dan pada ekspirasi bergerak kembali kedalam. Berdasarkan hal tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 tipe. Tipe kostoabdominal adalah tipe pernafasan yang ditandai dengan adanya gerk dinding dada dan perut yang sepadan (kuda, babi Universitas Gadjah Mada
2
dan ruminansia). Bilamana gerakan pernafasan hanya terlihat pada dinding dada maka disebut tipe kostal. Hal ini terjadi bila terjadi immobilisasi diafragma secara nerval maupun mekanik seperti pada kolik, peritonitis, peningkatan volume rongga perut akibat penuh terisi pakan atau kebuntingan sarat dan secara patologis mungkin disebabkan oleh timbunan gas, cairan atau jaringan tumbuh di dalam rongga perut. Tipe pernafasan ayang ketifga adalah tipe abdominal. Tipe ini digambarkan dengan adanya dinding dada yang terimobilisasi balk secara nerval maupun mekanik. Tipe ini terlihat pada kasus pleuritis, gangrena pulmo, patah tulang rusuk, penimbunan cairan dalam rongga dada dan pengeluaran udara yang sulit akibat kehilangan elastisitas paru yang hilang atau adanya stenosis pada saluran nafas.
Pada
keadaan
demikian
biasanya
nafas
menjadi panjang dan kadang kala terlihat ekspirasi ganda. Tipe lain adalah tipe inversus yang ditandai adanya pengecilan abdomen ketika inspirasi dan pembesaran abdomen ketika ekspirasi. Penyebabnya adalah kelumpuhan saraf phrenici. Periode inspirasi biasanya lebih pendek dibanding periode ekspirasi dan diantara keduanya terdapat jeda yang singkat. Gangguan ritme dapat terjadi akibat perbedaan interval antara rangkaian proses nafas tersebut dan juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan pada setiap fase nafas tersebut. Pernafasan yang tidak ritmik sering terlihat pada keadaan fisiologik, seperti bila keadaan lingkungan berubah maka pernafasan
kadang terputus, kadang mendengus,
dan disertai adanya perpanjangan atau perpendekan suatu fase nafas. Oleh sebab itu dalam pemeriksaan ritme nafas hewan harus dalam keadaan tenang dan dalam lingkungan yang tidak asing bagi hewan tersebut. Ritme pernafasan irregular yang patologis dipastikan terjadi bila pernafasan terhenti selama 15 - 30 detik (pada kasus penyakit otak). Perpanjangan fase inspirasi dapat ditemukan bilamana terjadi kesulitan inspirasi (stenosis saluran nafas), sedang perpanjangan fase ekspirasi terjadi bilamana ekspirasi mengalami kesulitan (emfisema pulmonum). Perpanjangan masa jeda antara inspirasi dan ekspirasi terjadi bila terdapat rasa sakit di dalam paruOparu maupun rongga perut. Pada sapi yang menderita peritonitis inspirasi berlangsung biasa dan kemudian pada akhir inspirasi berhenti dalam waktu yang cukup lama dengan epiglotis tertutup. Selanjutnya, udara dihembuskan keluar dengan rasa sakit. Sebaliknya, pada gangguan/penyakit paru-paru pada saat inspirasi muncul rasa sakit yang hebat, inspirasi dan ekspirasi menjadi pendek, dan kemudian untuk waktu yang lama tidak ditemui adanya gerak pernafasan pada keadaan hewan terekspirasi. Kualitas pernafasan dinilai berdasarkan pergerakan iga yakni jarak antara posisi ekspirasi maksimal dengan posisi saat inspirasi maksimal. Pada saat tenang/istirahat pernafasan tidak terlalu dalam dan dinding dada dan perut hanya sedikit bergerak. Semakin besar jarak gerak tersebut maka semakin dalam pernafasan tersebut. Dari Universitas Gadjah Mada
3
prinsip tersebut maka dapat dikategorikan menjadi pernafasan dalam dan pernafasan permukaan/dangkal. Pernafasan yang dalam sekali sering disebut pernafasan memompa. Perbedaan kedalaman pernafasan dapat pula terjadi antara sisi kanan dan kiri (pernafasan asimetris). Keadaan demikian sering teramati pada kejadian penyakit paru-paru atau iga yang menimpa salahsatu sisi saja, sehingga sisi paru-paru yang lain digunakan lebih keras dalam bernafas. Setiap pernafasan yang menjadi berat/sakit disebut dispnu. Dispnu mungkin ditinjukkan dengan adanya perubahan frekuensi pernafasan, tier nafas, kualitas nafas dan ritme nafas. Berdasarkan pada fase yang mana kesulitan/kesakitan bernafas muncul, maka dispnu dapat dibedakan menjadi dispnu inspiratorik, dispnu ekspiratorik dan dispnu campuran. Dispnu inspiratorik dapat muncul akibat adanya stenosis pada saluran nafas bagian atas, hambatan peregangan paru-paru (timbunan cairan dalam pleura, penumothorax dll.), kelumpuhan atau atrofi otot nafas (neuropathi, penyakit otot), dan hambatan gerak rongga dada (penyakit tulang dan adipositas). Dispnu ekspiratorik terutama disebabkan oleh adanya penurunan elastisitas paru-paru akibat emfisema atau pada hewan yang tua. Dispnu campuran paling sering terjadi pada kasus dispnu dan dijumpai pada setiap penyakit yang penyebabnya secara bersamaan dapat mengakibatkan terjadinya kedua tipe dispnu tersebut.
Universitas Gadjah Mada
4
Rangkuman Pemeriksaan terhadap respirasi hewan dilakukan secara adspeksi untuk mengevaluasi frekuensi, tipe, ritme dan kulaitas dan kesulitan nafas. C. PENUTUP Latihan 1.
Apa raja yang dievaluasi dalam pemeriksaan respirasi ?
2.
Sebutkan berbagai tipe pernafasan!
Universitas Gadjah Mada
5