BAB III CARA PEMERIKSAAN A. Daftar keterampilan yang harus dikuasai 1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus 2. Pemeriksaan posisi dan gerakan bola mata 3. Pemeriksaan lapang pandangan secara konfrontasi 4. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan cara palpasi 5. Pemeriksaan segmen anterior mata, adneksa (palpebra dan sistem lakrimal) 6. Pemeriksaan segmen posterior mata dengan oftalmoskop B. Penjabaran Prosedur 1. Teknik pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus Penderita diminta duduk pada jarak 5 atau 6 meter tepat di depan kartu Snellen. Apabila penderita berkaca mata, mintalah untuk melepas kacamatanya. a. Biasakanlah memeriksa mata kanan lebih dahulu, baru kemudian mata kiri. b. Mintalah penderita untuk menutup mata kirinya dengan telapak tangannya, tanpa tekanan. Penderita diminta melihat ke depan dengan santai, tanpa melirik atau mengerutkan kelopak mata. c . Mintalah penderita untuk menyebutkan huruf atau karakter lain yang tertera pada optotip Snellen, mulai dari atas sampai ke bawah.
Fakultas Kedokteran UGM
21
d.
e.
f.
g.
h.
i.
22
Bilamana penderita hanya dapat mengenali sampai pada harufhuruf baris berkode 20 meter misalnya, dan penderita ke kartu berjarak 5 m, maka visusnya 5/20 (jangan disingkat menjadi ¼). Kalau dari barisan itu ada beberapa yang salah sebut, tambahlah huruf S (salah) atau F (false). Bila huruf yang terbesar (berkode 60 m) tidak terbaca, dekatkan kartu pada penderita, atau sebaliknya. Misalnya dengan mendekatkan sampai 2 m baru bisa dikenali, maka tajam penglihatan 2/60. Tetapi ini tidak praktis, sehingga bisa langsung ke langkah f. Bila tulisan terbesar tidak dapat dibaca, mintalah penderita untuk menghitung jari yang anda acungkan mulai dari 1 m, kemudian semakin mundur hingga jarak terjauh yang dapat dilihat penderita (misalnya 1/60, 2/60, 3/60). Bila penderita tidak dapat menghitung jari anda dari jarak 1 m, lakukan pemeriksaan goyangan tangan. Goyangkan tangan anda di depan mata penderita dan mintalah penderita mengatakan arah goyangannya vertikal/horizontal (atas bawah atau kanan kiri) Bila penderita tidak dapat melihat goyangan tangan anda, lakukanlah pemeriksaan dengan lampu senter. Nyalakan lampu senter di depan mata penderita dan mintalah penderita menyebutkan apakah senter menyala dan dari arah mana. Menghitung jari, goyangan tangan, cahaya oleh mata normal dapat dikenal pada jarak berturut-turut 60 m, 300 m, dan jarak tak terhingga, sehingga tajam penglihatannya dituliskan berturutturut 1/60, 1/300, atau 1/tak terhingga. Apabila pasien bisa menghitung jari 2 meter, maka tajam penglihatan 2/60 (FC 2, finger counting 2m), jika bisa melihat lambaian tangan 1 meter, maka tajam penglihatan 1/300 atau HM (Hand movement),
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Mata - 2010
j.
k.
l.
apabila hanya bisa melihat cahaya dengan jarak 1 meter dinyatakan LP1 (Light Perception 1 m) dan apabila pasien tidak bisa melihat cahaya dinyatakan NLP (No Light Perception, visus nol). Bila tajam penglihatan hanya persepsi cahaya saja, sebutkan juga apa masih dapat mengenal dari arah mana cahaya datang, dan sebutkan proyeksi cahaya baik bila dapat diperiksa dari semua arah. Persepsi warna dikerjakan dengan menutup mata yang akan diperiksa dengan gelas warna merah dan hijau bergantian sambil disinari dengan senter. Pasien dimina menyebutkan warna cahaya yang dilihatnya. Lakukan hal yang sama pada mata kiri.
2. Pemeriksaan Posisi Dan Gerakan Bola Mata Periksalah adanya kelemahan atau kelumpuhan otot ekstraokular. Nyalakanlah senter anda dari jarak 60 cm tepat di depan penderita dan amatilah pantulan sinar senter pada kornea. Apabila pasangan bola mata sejajar, maka akan tampak pantulan pada tengah pupil atau sedikit di sebelah medialnya. Kemudian periksalah gerakan bolamata dengan meminta penderita untuk mengikuti gerakan obyek misalnya ujung jari atau pensil yang anda gerakkan ke 6 arah utama, tanpa menggerakkan kepala pasien (melirik saja). Buatlah huruf H yang besar di udara arahkan pandangan berurut-turut ke: a. b.
Kanan Kanan atas
c.
Kanan bawah
Fakultas Kedokteran UGM
23
d. e.
Tanpa berhenti di tengah, ke kiri lurus Kiri atas
f.
Kiri bawah Gerakkan tangan anda dari jarak yang dapat dilihat dengan nyaman oleh penderita yang agak lanjut usia, jarak yang terlalu dekat ke mata mereka akan menyulitkan dan tidak nyaman, karena kemampuan konvergensi mereka sudah menurun. Maka pemeriksaan pada orang tua harus dari jarak yang lebih jauh dibandingkan anak-anak atau orang muda. Berhentilah sebentar pada setiap posisi jari tangan anda untuk melihat ada atau tidaknya nistagmus.
Perhatikan : a. Apakah selama dalam gerakan tersebut, kedua mata selalu dalam keadaan sejajar, ataukah ada deviasi? b. Apakah ada nistagmus? c.
Hubungan antara kelopak atas dengan bola mata pada waktu penderita menggerakkan bolamata dari atas ke bawah. Dalam keadaan normal, kelopak atas sedikit menutupi iris selama gerakan ini. Akhirnya mintalah penderita untuk mengikuti gerakan pensil anda ke
arah hidungnya untuk memeriksa kemampuan konvergensinya. Dalam keadaan normal konvergensi dapat dipertahankan pada jarak 5 sampai 8 cm dari hidung. Pada umur lanjut, konvergensi menjadi melemah, demikian pula untuk gerakan ke atas. Dengan menjauhkan pensil akan dapat diketahui divergensi.
24
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Mata - 2010
3. Pemeriksaan Lapang Pandangan Secara Konfrontasi Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang kasar untuk lapang pandangan a. Test Konfrontasi I Mintalah penderita untuk menutup satu mata tanpa menekannya. Berdirilah agak membungkuk sehingga kepala Saudara setinggi kepala penderita tepat di depan penderita. Tutuplah mata anda (dengan asumsi lapang pandangan pemeriksa adalah normal) yang tepat berada di depan mata penderita yang ditutup (bila penderita menutup mata kanannya, anda menutup mata kiri anda). Dengan perlahan gerakkanlah jari anda (boleh pensil atau obyek kecil lainnya) dari perifer ke tengah dari ke delapan arah dan mintalah penderita memberi tanda tepat ketika dia mulai melihat obyek. Selama pemeriksaan ini, jagalah agar jari anda selalu berjarak sama dari mata anda dan mata penderita, agar anda dapat membandingkan lapang pandang anda dengan lapang pasien anda. b. Test Konfrontasi II i. Satu mata penderita ditutup dengan telapak tangan ii. Penderita memfiksasi penglihatan pada hidung pemeriksa iii. Pemeriksa mengawasi mata pasien untuk tetap fiksasi pada hidung pemeriksa iv. Dengan tetap fiksasi pada hidung pemeriksa, penderita menghitung jari tangan untuk membandingkan telapak tangan pemeriksa pada 4 kuadran.
Fakultas Kedokteran UGM
25
v. Pasien diminta membandingkan kuadran mana yang tampak jernih, terang dan tajam. (Selain dengan tangan dapat juga dibandingkan dua obyek berwarna merah, misalnya tutup botol midriatikum, untuk membandingkan saturasi warna, pasien diminta menyebutkan bila ada perbedaan warna dari beberapa kuadran) 4. Pemeriksaan Tekanan Intraokuler Dengan Cara Palpasi a. b.
Mintalah penderita untuk melirik ke bawah Dengan menggunakan jari telunjuk kanan dan kiri secara bergantian, palpasilah bola mata pada kelopak atas, sehingga pemeriksa mendapatkan kesan tentang tekanan bola mata.
Tekanan bola mata yang dianggap normal adalah sesuai dengan tekanan yang dihasilkan oleh palpasi dengan cara yang sama terhadap pipi yang didorong oleh lidah dari dalam. Bila tekanan dibawah normal, disebut N-, dan kalau lebih tinggi dari normal, disebut dengan N+. 5. Pemeriksaan Segmen Anterior Mata Segmen anterior adalah daerah sekitar mata, kelopak mata ke dalam kecuali vitreus dan retina (lihat penampung mata). Untuk pemeriksaan ini yang penting adalah mengetahui yang harus dicari/dilihat dan gambaran mata dalam keadaan normal. Dengan banyak memperhatikan keadaan mata teman anda yang normal, maka anda berkesempatan mengakrabi keadaan normal, sehingga dapat mengenali kelainan pada waktu memeriksa pasien.
26
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Mata - 2010
Pemeriksaan a. Pemeriksa duduk di depan pasien pada jarak jangkauan tangan. Ruang dibuat agak gelap. Lakukanlah pemeriksaan dari luar ke dalam, mulai dari konjungtiva sampai lensa. Gunakan lampu senter yang cukup terang dengan sinar yang terfokus baik. b. Biasakanlah memeriksa mata kanan dahulu, baru kemudian mata kiri. c.
Mulailah dengan memeriksa keadaaan kelopak mata, bagaimana keadaan kulitnya, apakah ada tanda peradangan seperti hiperemia,
pembengkakan, tonjolan dll. d. Periksalah pula lebar rima palpebranya, apakah sama antara kanan dan kiri. Dilihat pula daerah pupil. Apakah tidak tertutup kelopak mata bila terdapat ptosis. Secara normal kelopak mata harus sama tinggi, selain itu bila kelopak mata diangkat maka harus simetris pula. Adanya kelainan saraf dapat dideteksi bila tidak simetris. e. Amati silia dan margo palpebra. Apakah ada silia yang tumbuh ke arah dalam. Lítala denga loupe akar bulu mata, mungkin ada (dilakukan fluktuasi) dan rasakan fluktuasinya apakah keras atau tidak. Lakukan prosedur yang sama pada mata yang satunya. Bandingkan tekanan kedua mata. f.
Periksalah konjungtiva bulbi dengan meminta penderita melihat lurus kedepan dan amatilah apakah konjungtiva normal warnanya, corakan pembuluh daranya, adakah penonjolan atau pembengkakan. Kalau perlu tariklah sedikit kelopak atas dan bawah agar daerah yang diperiksa dapat diamati. Amati pula bagaimana warna skleranya, adakah penipisan atau kelainan lainnya.
g. Periksalah keadaan konjungtiva bulbi dengan meminta penderita melihat lurus ke depan dan amatilah apakah konjungtivanya normal
Fakultas Kedokteran UGM
27
warnanya, corakan pembuluh darahnya, adalah penonjolan atau pembengkakan. Kalau perlu, tariklah sedikit kelopak mata atas dan bawah agar daerah yang diperiksa dapat diamati. Amati pula bagaimana warna skleranya, adakah penipisan atau kelainan lainnya. h. Periksalah keadaan konjungtiva palpebra inferior dengan meminta penderita melirik keatas, kemudian tangan kiri pemeriksaan menekan kulit kelopak bawah penderita ke bawah, sedangkan tangan kanan memegang lampu senter. Amatilah warna, permukaan dan adanya i.
tonjolan atau kelainan yang lain. Konjungtiva palpebra superior diperiksa dengan meinta penderita melirik ke bawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, balikkan kelopak mata sehingga konjungtiva pelpebra superior berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru lepaskan tangan kiri dari mata penderita.
j.
Periksalah kornea penderita, perhatikanlah kejernihannya, bentuknya, ukurannya, kecembungan dan adanya kelainan lain seperti pembuluh darah, pterigium dll. Apabila ditemukan adanya kelainan tentukanlah letak kelainan tersebut serta kedalamnya.
k. Periksalah bilik mata depan dengan cahaya yang diarahkan baik dari depan maupun dari samping untuk mendapatkan kesan tentang ukurannya (kedalamannya), kejernihannya, ada atau tidaknya darah, pus, dll. l.
Periksalah refleks pupil baik langsung (direk) maupun tidak langsung (indirek). Pada refleks langsung jatuhkan sinar pada mata kanan dan amati pupil mata kanan. Sedangkan untuk refleks tidak langsung mata kana, jatuhkan sinar pada mata kiri penderita dan amati refleks pupil mata kanan.
28
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Mata - 2010
m. Perhatikanlah pula iris penderita. Bentuknya, warna dan corakanya. Perhatikan apakah bentuk pupil bulat atau berbentuk lain, adakah kelainan bentuk iris seperti koloboma, sinekia anterior/posterior dll. n. Lensa diperiksa dengan penyinaran terfokus tajam dengan arah lebih mendekati sumbu mata. Pupil sebaiknya dilebarkan bila tidak ada kontra indikasi. Periksa letak dan kejernihannya. Apabila ada kekeruhan, tentukan letak dan derajat kekeruhannya. Apabila perlu, gambarlah hasil pemeriksaan yang didapatkan. Contoh kekeruhan (katarak) pada lensa dapat dilihat. 6. Pemeriksaan Segmen Posterior Mata a. b. c.
d.
e.
f.
Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap atau setengah gelap. Aturlah alat oftalmoskop sehingga berada dalam posisi F Sesuaikan ukuran lensa pada oftalmoskop kurang lebih sesuai keadaan refraksi pasien (kalau diketahui). Misalnya pemeriksa adalah miop 2 D dan penderita adalah emetrop, pakailah lensa 0. Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian pegangannya, sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan ukuran lensa sehingga dapat diperoleh bayangan yang paling tajam. Pada pemeriksaan terhadap penderita, pemeriksa memegang oftalmoskop dengan tangan kanan, dan melihat melalui oftalmoskop dengan mata kanan pula. Demikian pula sebaliknya. Mintalah penderita duduk dengan tenang, pandangan difixasi pada satu titik jauh. Pada pemeriksaan terhadap mata kanan, mintalah penderita untuk berfixasi pada mata kiri (yang tidak diperiksa) lewat kanan pemeriksa (ke depan agak sedikit temporal) ke titik yang jauh.
Fakultas Kedokteran UGM
29
g.
h.
i.
Dengan oftalmoskop berada pada jarak 15-30 cm di depan mata penderita, lihatlah melalui lensa oftalmoskop, jatuhkan sinar pada pupil sehingga tampak refleks cahaya bulat pada pupil. Dengan tetap memfokuskan sinar pada pupil, bergeraklah mendekat, sampai terlihat fundus penderita. Apabila anda melihat pembuluh darah, ikutilah ke arah proksomal sehingga akan terlihat papil N II. Perhatikan warna, bentuk dan tegas atau tidaknya batas papil tersebut. Dapatkah anda mengenali perbandingan diameter excavatio terhadap diameter arteri dan vena, dan ikuti sedapat mungkin percabangan mereka. Mintalah penderita untuk melihat ke arah sinar, sehingga anda dapat melihat makula. Dapatkah anda melihat refleks fovea? Jangan terlalu lama memeriksa daerah makula.
REFERENSI 1. Buku Petunjuk Skill Lab 2005. Pemeriksaan Mata. Medika. 2. Hartono 2009. Buku saku Anatomi dan Fisiologi Mata. Rasmedia Yogyakarta. 3. Hartono 2008. Oftalmoskopi: Dasar dan Klinik. Pustaka Cendikia Yogyakarta. 4. J. Kanski, Jack 1994. Clinical Ophthalmology. 3rd ed. Butterworth Heinemann. 5. G.Vaughn, Daniel et al 2000. Oftalmologi Umum. Widya Medika. 6. Suhardjo, Hartono (eds). 2009. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Mata FK UGM.
30
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Mata - 2010