Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
ISSN : 2301-5268
SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK CALIFORNIA FRIED CHICKEN DI KOTA PADANG Rika Wahyuni , Rina mariana, Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang e-mail :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mengadakan penelitian pada konsumen California Fried Chicken di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap produk California Fried Chicken di kota Padang berdasarkan atribut kualitas, harga, merek dan pelayanan dan seberapa besar pengaruh sikap konsumen terhadap produk berdasarkan atribut kualitas, harga, merek dan pelayanan. Berdasarkan hasil pembahasan menggunakan alat analisis dengan rumus statistik yaitu analisis fisbeint dan analisis regresi, diketahui bahwa sikap konsumen California Fried Chicken di kota Padang baik terhadap kualitas, harga, merek dan pelayanan adalah positif. Hal ini dilihat dari posisi nilai skor sikap sebesar 52,95. Nilai adjusted R adalah 0,028, hal ini menunjukan bahwa 2,8% sikap konsumen dapat dijelaskan oleh variabel kualitas, harga, merek, dan pelayanan. Sisanya 97,2% disebabkan oleh pengaruh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Untuk itu penulis menyarankan kepada pihak California Fried Chicken di kota Padang dapat meningkatkan kualitas, harga, merek, dan pelayanan yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Kata Kunci: Sikap Konsumen, Produk Pendahuluan Usaha restoran, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif pesat, terbukti semakin banyaknya restoran asing yang siap saji merambah di wilayah Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa intensitas persaingan dalam bisnis restoran semakin kuat. Jenis restoran seperti ini umumnya berada di lokasi-lokasi yang strategis. Restoran-restoran tradisional atau lokal yang bercirikan lambat dalam pelayanan, relatif kalah bersaing dilokasi dimana terdapat restoran siap saji tersebut. Jenis restoran yang menyajikan makanan dengan sangat cepat atau siap saji dikenal dengan sebutan restoran fast food. Salah satu cara yang ditempuh atau dijalankan oleh restoran fast food adalah berusaha untuk memperoleh keuntungan dengan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam memberikan kepuasan yang lebih besar kepada pembeli dibandingkan dengan pesaing baik dalam bentuk kualitas, produk atau jasa baik harga
yang murah atau lebih rendah, dengan kemasan yang menarik minat – minat konsumen yaitu dengan pelayanan atau servis yang memuaskan kepada pembeli atau konsumen dengan demikian perusahaan akan selalu berusaha memasarkan hasil produksinya dengan sebaik mungkin. Tampilan restoran fast food, mulai dari lokasi, jenis dan rasa makanan, penataan, sistim pelayanan, dan sebagainya membawa kesan bagi sebagian orang bahwa citra restoran tersebut mewah atau bergengsi. Sehingga bagi konsumen yang datang dan makan di restoran semacam ini, sedikit tidak akan terpengaruh dan tidak jarang datang kembali untuk melakukan pembelian (repeat buying). Kecenderungan penduduk kota seperti di Padang misalnya, bahwa makan di restoran fast food masih dinilai memiliki nilai sosial atau gengsi tersendiri, yang mampu mengangkat kesan akan status dirinya. Kemudian sering pula ditemui bahwa restoran semacam ini tidak hanya dimanfaatkan untuk tempat makan saja, tetapi juga untuk tempat perayaan acara-
Rika Wahyuni, Rina Mariana – Sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
55
acara ulang tahun, syukuran, sambil rekreasi dan sebagainya. Peluang semacam ini telah dimanfaatkan oleh restoran untuk menyediakan model pelayanan jasa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat sekitarnya. Di beberapa restoran seperti ini, kadang juga disediakan tempat khusus bagi anak-anak untuk bermain, agar tidak mengganggu orang yang sedang menikmati makanannya. Sehingga sangatlah wajar apabila dikatakan bahwa variasi dan sistem pelayanan restoran fast food pada kenyataannya relatif dapat mempengaruhi perilaku dan selera konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Kotler (2007:214) perilaku konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sementara dengan pendapat yang hampir sama Lauden dan Bitta (dalam Rifa’i, 1998) menjelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli dibedakan menjadi dua faktor yaitu: lingkungan eksternal yang terdiri dari faktor budaya, sub budaya, kelas sosial, kelompok sosial, family, personality serta kelompok lain. Sedangkan lingkungan internal adalah meliputi faktor prossesing informasi, belajar dan ingatan, kepribadian, sikap, motivasi serta faktor keterlibatan. Salah satu restoran yang lebih dulu meramaikan industri ini adalah Kentucky Fried Chicken (KFC). KFC merupakan salah satu restoran cepat saji yang cukup berhasil memasarkan produknya dibanding produk restoran cepat saji lain. Hal ini terbukti KFC mampu menempatkan dirinya sebagai yang pertama diingat konsumen, sehingga tanpa disadari timbul pengasosiasian produknya (fried Chicken) dengan nama merek Kentucky. Oleh karena itu tidak heran orang menyebut Kentucky sebagai ganti dari ayam goreng fast food (meskipun bukan fast food KFC). Selain KFC, fast food yang ikut meramaikan bisnis adalah CFC, TEXAS, Mc Donald’s, Pizza Hut, Dunkin donut’s dan lain-lain. Diantara sekian banyak fast food yang mempunyai posisi kuat adalah KFC dan Mc Donald’s. hal ini terlihat dari hasil survei Indonesia Customer Satisfaction index (ICSI) terhadap kepuasan konsumen pada restoran fast food di Indonesia seperti yang disajikan pada tabel 1. di bawah ini:
Tabel 1. Kepuasan Konsumen Pada Restoran Fast Food Merek QSS VSS PBS TSS Mc Don- 3,94 3,56 68,2% 0,40 ald’s Kentucky 3,91 3,60 66,3% 0,37 Fried Chicken Pizza Hut 4,01 3,53 47,4% 0,30 California 3,83 3,58 54,7% 0,17 Fried Chicken Hoka3,91 3,36 50,9% 0,14 Hoka Bento Dunkin 3,86 3,52 38,4% 0,04 Donut’s Texas 3,75 3,44 33,3% Fried 0,17 Chicken Sumber: SWA Dari tabel 1, di atas dapat dilihat nilai QSS (Quality Satisfaction Score), VSS (Value Satisfaction Score), PBS (Perceived Best Score), dan TSS (Total Satisfaction Score) menunjukkan bahwa fast food Mc Donald’s menduduki peringkat pertama, disusul oleh KFC, Pizza Hut, CFC dan lain-lain. Banyaknya fast food dan semakin selektifnya konsumen menjadikan persaingan fast food semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan maka fast food harus memiliki keunggulan bersaing yang tercermin dari kualitas-kualitas atribut-atribut produknya. Diantara atribut produk yang membentuk kepuasan konsumen adalah kesesuaian harga dengan nilai produk (value to price relationship), kualitas produk (product quality), tampilan fisik (product feature), keandalan (reliability), dan sikap dari karyawan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan dan masalah yang terjadi (response to remedy of problem). Dari survei yang dilakukan Indonesia Customer Satisfaction index (ICSI) California Fried Chicken berada di peringkat ke empat, ini menandakan bahwa masih rendahnya kepuasan konsumen terhadap produk CFC. Hal ini juga terlihat pada outlet CFC yang ada di kota Padang dimana outletoutlet yang didirikan masih kalah bersaing
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
56
dibanding restoran fast food seperti KFC dan Pizza Hut. Penyebabnya antara lain yaitu produk yang ditawarkan CFC kurang diminati oleh konsumen karena menurut konsumen menu yang ditawarkan CFC kurang bervariasi, ukuran ayamnya relatif lebih kecil, letaknya tidak strategis, promosi yang dilakukan kurang gencar, serta pelayanan yang diberikan masih jauh dari yang diharapkan konsumen. Dampak dari permasalahan ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah pelanggan dan target perusahaan tidak tercapai dalam hal pendapatan. Padahal menurut pihak perusahaan mereka sudah berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Atribut-atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan yang diberikan oleh pihak CFC masih belum mampu mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian produk. 2. Persaingan antar restoran cepat saji (fast food) semakin meningkat. 3. Faktor lingkungan yaitu ekonomi cukup mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. 4. Faktor Psikologis merupakan salah satu indikator dari karakteristik konsumen yang terdiri dari sikap, kepribadian, pembelajaran, motivasi, dan kepercayaan Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan waktu,biaya dan tenaga. Maka peneliti membatasi permasalahan yaitu “Sikap Konsumen terhadap Produk California Fried Chicken di kota Padang berdasarkan atribut–atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan”. Rumusan Masalah Agar dalam penelitian jelas arah dan tujuannya diperlukan suatu rumusan masalah. Dalam penelitian ini rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap konsumen terhadap produk CFC di kota Padang berdasarkan
atribut–atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan? 2. Seberapa besar pengaruh sikap konsumen terhadap produk CFC di kota Padang berdasarkan atribut–atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap produk CFC di kota Padang berdasarkan atribut–atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap konsumen terhadap produk CFC di kota Padang berdasarkan atribut–atribut produk yaitu kualitas, harga, merek dan pelayanan. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti Penulisan ini merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis selama dibangku kuliah. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan penjualan dimasa yang akan datang. 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dalam menambah wawasan bagi pembaca dan untuk penelitian selanjutnya. Landasan Teori Produk Menurut Kotler (2001:89) produk adalah apa saja yang dikombinasi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Termasuk di dalamnya adalah obeyek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, gagasan. Menurut Swastha (1997:194) produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
57
oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang maupun hasil produk lainnya sebelum merencanakan apa yang dibuat sebenarnya membicarakan perencanaan produk terlebih dahulu. Atribut produk Mengembangkan suatu produk mencakup penetapan manfaat yang akan disampaikan produk. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan oleh atribut produk, kualitas, merek dan pelayanan. Keputusan mengenai atribut produk sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap produk. Menurut Tjiptono (2000:103) atribut produk adalah unsur- unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikaan dasar pengambilan keputusan. Menurut Gito Sudarmo dan Indriyo (dalam Uti, 2005:40) Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh konsumen atau pembeli. Setiap produk mempunyai atribut atau sifat yang berbeda, dari atribut inilah suatu produk akan dipandang oleh konsumen.
Sikap Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:232) Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu. Menurut Sumarwan (2005:136) sikap adalah ungkapan perasaan tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Menurut Kotler (1997:167) sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:225) ada 3 komponen pembentukan sikap yaitu sebagai berikut: 1. Komponen Kognitif, merupakan pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap. 2. Komponen Afektif (perasaan), merupakan emosi-emosi yang ada pada diri seseorang dalam kaitannya dengan suatu objek atu merek. 3. Komponen Konatif (kecenderungan bertindak) , merupakan kesiapan untuk berperilaku tertentu yang didasari suatu sikap tertentu yang didasari oleh suatu sikap tertentu atau maksud membeli.
Model Fishbein Salah satu model sikap yang terkenal adalah model sikap multiatribut dari Fishbein. Mengutip dari Bowen (1993), model sikap Fishbein ini berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksikan sikap. Faktor dari sikap terdiri dari keyakinan seseorang terhadap atribut obyek yang menonjol, kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki kekhasan, dan evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu (Umar, 2002:249). Metode Penelitian Objek Penelitian Penelitian ini ditujukan kepada seluruh konsumen yang membeli produk CFC di kota Padang. Populasi dan Sampel Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Padang. Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah penduduk kota Padang yang mana pada tahun 2008 berjumlah sebanyak 838.451 orang. Maka penulis mengambil sampel berdasarkan pendapat Solvin dengan perkiraan batas kesalahan sebesar 10 %. Rumus : n =
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
N____ 58
1 + N e² Keterangan; n = ukuran sampel N = populasi sampel e = % kelonggaran atau kesalahan atau tolerir.(10%) n=
838.451 1 838.451(0,10) 2
n=
838.451 8384,51
n = 100 orang responden Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner Yaitu pengumpulan data, fakta dan informasi dengan cara memberikan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang menjadi pelanggan CFC di kota Padang. 2. Wawancara Wawancara dilakukan langsung dengan responden sebagai data sekunder. 3. Dokumentasi Mencari data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari berbagai media maupun literatur-literatur lain. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent (X) Yang menjadi variabel Independent (X) adalah atribut produk California Fried Chicken yaitu: kualitas, harga, merek, dan pelayanan. 2. Variabel Dependen (Y) Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian adalah sikap dan kepercayaan konsumen dalam memutuskan untuk melakukan pembelian produk California Fried Chicken. Defenisi Operasional Defenisi Operasional Variabel diperlukan untuk menjelaskan masing-masing Variabel yang diteliti beserta indikatorindikator pengukuran yang diperlukan. 1. Definisi operasional variabel sesuai dengan yang diuraikan dalam variabel penelitian yaitu untuk mengetahui sikap konsumen terhadap atribut produk serta indikator penelitian yang digunakan : a. Kualitas
Kualitas adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu produk yang dinilai berdasarkan manfaat dan mutu produk pada California Fried Chicken dimana indikatornya: ukuran ayamnya cukup besar dan rasanya sesuai selera konsumen. b. Harga Harga merupakan salah satu atribut produk California Fried Chicken yang diperhatikan dan dipertimbangkan dalam penelitian ini dimana harga adalah elemen yang menghasilkan pendapatan, sifatnya fleksibel dan dapat dirubah pada saat yang bersamaan. Indikatornya : harga cukup bersaing dan terjangkau oleh pelanggan. c. Merek Merek adalah nama, istilah, tanda, simbul atau rancangan atau kombinasi dari produk California Fried Chicken yang digunakan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari penjual untuk membedakan dari produk pesaing. Indikatornya: kepercayaan diri, tidak ketingalan zaman, dan inovatif d. Pelayanan Pelayanan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan, pihak California Fried Chicken untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan pada saat membeli. Indikatornya: pelayanan cepat, baik dan ramah. 2. Untuk variabel dependen definisi operasional yaitu sikap konsumen terhadap atribut produk serta indikator penelitian yang digunakan : aspek koginitif (kepercayaan), aspek afektif (perasaan), dan aspek konatif (kecenderungan bertindak). Metode Analisis Data 1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah suatu bentuk analisis yang penyajiannya dalam bentuk karangan dan pembahasan teoritis yang bertujuan untuk menganalisis halhal yang tidak dapat dianalisis dengan angka tetapi dengan menggunakan teori-teori yang dibandingkan dengan kenyataan. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif yang peneliti gunakan adalah:
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
59
a.
Analisis Fishbein Model Fishbein dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Umar, 2002:249). n
AB =
(b )(e ) i 1
b.
i
i
Analisis Regresi Berganda Untuk mengetahui apakah harga, kualitas, merek dan pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dengan menggunakan rumus:
1 x1 2 x2 3 x3 e Uji Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini dilakukan pengujian variabel dependen terhadap variabel independent dengan menggunakan uji-F dan uji-t (Suharyani & Imam, 2001) a. Uji-F Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ketiga variabel (variabel harga, kualitas, merek, pelayanan) tersebut secara bersamasama mempunyai hubungan signifikan dengan kepuasan konsumen. Jika F hitung > F tabel maka hipotesis nol ditolak hipotesis alternatif diterima, dan jika F hitung < F tabel, maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. b. Uji-t Uji-t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas independent (sikap konsumen). Jika t hitung > t tabel maka hipotesis nol ditolak, dan Jika –t tabel < -t hitung maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Hasil Analisis Deskriptif Analisis deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari responden penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh dari kuesioner. Dalam penelitian ini,
karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendapatan, dan pekerjaan. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden untuk wanita adalah lebih besar dengan jumlah 55 responden atau sebanyak 55% jika dibandingkan dengan pria dengan jumlah 45 responden atau sebanyak 45 % dari total keseluruhan jumlah 100 responden. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden yang persentasinya terbesar adalah kelompok usia kurang dari 20 tahun dan 21 – 30 tahun dengan jumlah yang sama 33 responden atau sebanyak 33%. Sedangkan proporsi ke34 lompok responden yang terkecil adalah responden yang berada pada kelompok usia di atas 40 tahun dengan jumlah 8 responden atau sebanyak 8%. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentasi terbesar adalah kelompok responden yang mempunyai pendapatan Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000 dengan jumlah 31 responden atau sebanyak 31%. Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok responden yang mempunyai pendapatan lebih dari Rp 6.000.000 dengan jumlah responden 19 orang atau 19%. 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar adalah kelompok responden yang mempunyai pekerjaan pegawai negeri dengan jumlah 37 responden atau sebanyak 37%. Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok responden yang mempunyai pelajar/mahasiswa negeri dengan jumlah 19 responden atau sebanyak 19%.
Validitas Berdasarkan data yang telah diperoleh, setelah diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 15.00 for Windows didapat hasil seluruh butir pertanyaan dari instrumen angket kepercayaan, evaluasi, dan atribut produk memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai kritis (rtabel Product Moment, pada taraf signifikansi (p) = 5%, dan df = 100) yang menunjukkan angka sebesar 0,195. Sesuai dengan kriteria pengujian mengenai valid atau tidaknya suatu butir yang telah disebutkan sebelumnya, maka
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
60
seluruh butir pertanyaan angket kepercayaan, evaluasi, dan atribut produk dinyatakan valid. Reliabilitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua instrumen mimiliki nilai rtt (Alpha Cronbach) lebih besar dari nilai kritis (rtabel Product Moment, pada taraf signifikansi (p) = 5%, dan df = 100) yang menunjukkan angka sebesar 0,195. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Sesuai dengan kriteria pengujian mengenai reliabilitas atau keandalan suatu instrumen yang telah disebutkan sebelumnya, maka instrumen (angket kepercayaan dan angket evaluasi) dan angket atribut produk dalam penelitian ini dinyatakan reliabel (handal). Pengujian Hipotesis Pertama Berikut ini disajikan tabel mengenai tingkat kepercayaan konsumen terhadap atribut produk California Fried Chicken dalam hal Kualitas, Harga, Merek, dan Pelayanan.
Tabel 2. Nilai Sikap Konsumen California Fried Chicken Belief Evaluation Attitude Atribut (bi) (ei) (bi.ei) Kualitas 3,63 3,33 12,10 Harga 3,72 3,64 13,54 Merek 3,78 3,45 13,04 Pelayanan 3,90 3,66 14,27 Jumlah 52,95 Sumber: Data Primer Diolah (2009) Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai sikap konsumen CFC sebesar 52,95. Untuk mengetahui nilai ini terletak pada skala penilaian positif atau negatif, terlebih dahulu akan dihitung skor maksimum dan minimum untuk sikap sebagai berikut: Tabel 3. Skor Maksimum Sikap Konsumen California Fried Chicken Keyakina Evalua Tota Atribut n Ideal si l 16,6 Kualitas 5 3,33 5 18,2 Harga 5 3,64 0 Merek 5 3,45 17,2
5 18,3 5 3,66 0 70,4 Jumlah 0 Sumber: Data Primer Diolah (2009) Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai skor maksimum sikap konsumen CFC terhadap atribut kualitas, harga, merek, dan pelayanan sebesar 70,40. Tabel 4. Skor Minimum Sikap Konsumen California Fried Chicken Pelayanan
Keyakinan Evaluasi Minimum
Atribut
Total
Kualitas 1 3,33 3,33 Harga 1 3,64 3,64 Merek 1 3,45 3,45 Pelayanan 1 3,66 3,66 Jumlah 14,08 Sumber: Data Primer Diolah (2009) Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai skor minimum sikap konsumen CFC terhadap atribut kualitas, harga, merek, dan pelayanan sebesar 14,08. Karena rentang skor 5 sebagai sangat setuju dan skor 1 sebagai sangat tidak setuju, maka dapat dibuat rentang skor maksimum dan minimum sikap konsumen terhadap California Fried Chicken sebagai berikut: 1 14,08
2 28,16
3 4 42,24 56,32
5 70,40
52,95
Untuk mengetahui penilaian skor sikap responden secara keseluruhan, maka dibuat kriteria penilaian dengan interval sebagai berikut: Skor 56,32 sampai dengan 70,40 jawaban sangat positif Skor 42,24 sampai dengan 56,32 jawaban positif Skor 28,16 sampai dengan 42,24 jawaban negative Skor 14,06 sampai dengan 28,16 jawaban sangat negatif Dari perhitungan di atas diperoleh skor minimal 14,06 (pada posisi sangat tidak setuju) dan skor maksimal 70,40 (pada posisi sangat setuju) sedangkan pada posisi tidak setuju diperoleh skor 28,16, pada posisi
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
61
netral diperoleh skor 42,24 dan pada posisi setuju diperoleh skor 56,32. Dari perhitungan secara keseluruhan terhadap kualitas produk california fried Chicken diperoleh hasil sebesar 52,95 (berada pada posisi jawaban netral dan setuju) yang berarti hipotesis yang diajukan peneliti pada awal bab ditolak. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ada sikap positif konsumen terhadap produk california fried Chicken berdasarkan atribut kualitas, harga, merek, dan pelayanan. Pengujian Hipotesis Kedua Setelah melakukan pengolahan data (data processing) dari 100 responden terhadap sikap konsumen terhadap atribut produk (kualitas, harga, merek, dan pelayanan) maka didapatkan nilai regresi linear berganda hitungnya adalah sebagai : Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Varia- Koefisi Stand thitung Sig. bel en ar ReError gresi Kon27,621 4.341 6,363 0.00 stanta 0 Kualitas -0,670 0,413 0.87 0,163 1 Harga -0,397 0,462 0.39 0,859 2 Merek 0,771 0,545 1,413 0.16 1 Pela-0,144 0,476 0.76 yanan 0,303 2 R2 : 0,028 Fhit : 0,696 Sig. : 0,597 Sumber : Sumber: Data Primer Diolah (2009) Dari Tabel atas, terlihat nilai R Square atau R2 sebesar 0,028 ; hal ini menunjukkan bahwa besarnya prosentase sumbangan atau kontribusi variabel independen (kualitas, harga, merek, dan pelayanan) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Sikap konsumen) adalah sebesar 2,8% melalui persamaan regresi sebagai berikut: Y = 27,621 -0,670X1 -0,397X2 + 0,771 X3 0,144 X4
Konstanta sebesar 27,621 berarti bahwa apabila variabel independen yaitu, kualitas, harga, merek, dan pelayanan dan dianggap tidak ada atau sama dengan 0 (nol), maka sikap konsumen besarnya adalah 27,621. Apabila terjadi penurunan kualitas sebesar 1 (satu) satuan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap, maka akan mengakibatkan tingkat sikap konsumen sebesar -0,670 satuan. Apabila terjadi penurunan harga sebesar 1 (satu) satuan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap, maka akan mengakibatkan tingkat sikap konsumen sebesar -0,397 satuan. Apabila terjadi peningkatan merek sebesar 1 (satu) satuan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap, maka akan mengakibatkan tingkat sikap konsumen sebesar 0,771 satuan. Apabila terjadi penurunan pelayanan sebesar 1 (satu) satuan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap, maka akan mengakibatkan tingkat sikap konsumen sebesar -0,114 satuan. Uji Hipotesis 1. Uji F Dari data diketahui bahwa nilai Fhit < Ftabel,5% atau dalam angka 0,696 < 2,467 ; dengan demikian maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel bebas (kualitas, harga, merek, dan pelayanan) secara bersama-sama/simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya (Sikap konsumen). 2. Uji t Dari hasil perhitungan, didapat nilai thitung untuk masing-masing variabel bebas, dan nilai ttabel pada df = N – k – 1 = 100 – 4 – 1 = dengan taraf signifikansi () = 5 % /2 = 0,025 (penelitian dua arah). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabel 4.11. sebagai berikut: a. Variabel Kualitas (X1) Karena nilai ttabel pada = 5% dan df = N – k – 1 = 100 – 4– 1 = 95 adalah 1,985 maka thitung < ttabel atau -0,163 < 1,985 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti secara parsial variabel kualitas (X1) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen. b. Variabel Harga (X2)
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
62
Karena nilai ttabel pada = 5% dan df = N – k – 1 = 100 – 4 – 1 = 95 adalah 1,985 maka thitung < ttabel atau -0,859 < 1,985 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti secara parsial variabel harga (X2) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen. c. Variabel Merek (X3) Karena nilai ttabel pada = 5% dan df = N – k – 1 = 100 – 4 – 1 = 95 adalah 1,985 maka thitung < ttabel atau 1,413 < 1,985 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti secara parsial variabel merek (X3) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen. d. Variabel Pelayanan (X4) Karena nilai ttabel pada = 5% dan df = N – k – 1 = 100 – 4 – 1 = 95 adalah 1,985 maka thitung < ttabel atau -0,303 < 1,985 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti secara parsial variabel pelayanan (X2) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, diketahui bahwa kualitas, harga, merek dan pelayanan tidak berpengaruh terhadap sikap konsumen. Untuk itu pada Caliornia Fried Chicken diharapkan dapat meningkatkan kualitas, harga, merek, dan pelayanan yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Dalam penelitian ini juga ditemukan besar kontribusi kualitas, harga, merek dan pelayanan sebesar 2,8% terhadap sikap konsumen, sedangkan sisanya 97,2% dipengaruhi faktor lain. Maka penulis menyarankan untuk memberi perhatian lebih pada faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi sikap konsumen. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan antara lain, faktor ekonomi secara makro, sosial, budaya masyarakat dan sebagainya. Sehingga diharapkan dari hasil penelitian, perusahaan dapat meningkatkan daya beli konsumen pada tahun-tahun berikutnya.
REFERENSI Dharmmesta B.S., dan Handoko, T, H., 2000, Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta. http://organisasi.org/ (Accesed 27 Februari 2009 ). Kanuk, Schiffman. 2007. Perilaku konsumen. Edisi ke tujuh. PT. Indeks, Jakarta Kotler, Philip, 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. PT. Indeks ,Jakarta.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen pemasaran Edisi Ketiga, penerbit Erlangga, Jakarta. Ningsih, 2004. Analisis sikap konsumen terhadap pembelian sepeda motor merek Honda di kota Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan. Tidak Dipublikasikan. Nugroho, Buono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Saiffudin Azwar, 2003, Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Liberty, Yogyakarta. Suharyani, dan Imam Teguh R, (2001), Pengolahan Data Elektronik, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Rika Wahyuni, Rina Mariana – sikap Konsumen Terhadap Produk . . .
63